analisis seismic hazard berdasarkan data peak …lib.unnes.ac.id/26740/1/4211412037.pdf · untuk...

44
i ANALISIS SEISMIC HAZARD BERDASARKAN DATA PEAK GROUND ACCELERATION (PGA) DAN KERENTANAN GEMPA MENGGUNAKAN METODE MIKROSEISMIK DI DAERAH KAMPUS UNNES SEKARAN, GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Oleh Hendri Sulistiawan 4211412037 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: ngodang

Post on 06-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS SEISMIC HAZARD BERDASARKAN DATA PEAK

GROUND ACCELERATION (PGA) DAN KERENTANAN

GEMPA MENGGUNAKAN METODE MIKROSEISMIK DI

DAERAH KAMPUS UNNES SEKARAN, GUNUNGPATI,

KOTA SEMARANG

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Fisika

Oleh

Hendri Sulistiawan

4211412037

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Ikhlas dan totalitas dalam semua pergerakan

Mari membuat motto. (Suharto Linuwih)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Alm. Bapak Sukarso dan Ibu Siti Rokhayah, terima

kasih atas doa dan kasih sayangnya serta pelajaran

hidup yang telah diberikan;

2. Dedy Kurniawan, S.Pd., terima kasih sudah menjadi

kakak yang bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi

penulis;

3. Tantri Permadani, S.KM., terima kasih untuk doa,

dukungan, motivasi dan keceriaannya;

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana

Sains di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang dengan judul Analisi Seismic Hazard Berdasarkan

Data Peak Ground Acceleration (PGA) dan Kerentanan Gempa Menggunakan

Metode Mikroseismik di Daerah Kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Kota

Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang;

3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang;

4. Dr. Mahardika Prasetya Aji, M.Si., ketua Program Studi Fisika Universitas

Negeri Semarang;

5. Dr. Agus Yulianto, M.Si., selaku dosen wali yang selalu memberikan semangat

dan dukungan kepada penulis;

6. Prof. Dr. Supriyadi, M.Si., dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi;

7. Dr. Ian Yulianti, S.Si., M.Eng., dosen pembimbing II yang telah memberikan

arahan, motivasi kepada penulis;

vii

8. Dr. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., kepala laboratorium fisika yang telah

memberikan fasilitas dalam melaksanakan penelitian;

9. Pengurus Hima Fisika angkatan 2012 yang telah menjadi sahabat yang baik

dan memberikan banyak pengalaman hidup bagi penulis;

10. Teman-teman KSGF Unnes yang telah membantu dan memberikan dukungan;

11. Pengurus KMJF 2015 yang sudah memberikan keceriaan bagi penulis;

12. Teman-teman program studi fisika angkatan 2012 yang sudah mengisi hari-hari

penulis selama melaksanakan studi;

13. Mohammad Tri Fitrianto, S.Si. alumni geofisika UGM angkatan 2011 yang

sudah menjadi teman sharing dan diskusi dalam penyusunan skripsi;

14. Teman-teman Jurusan Fisika 2012 yang telah membantu dan memberi

semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan

penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 23 Agustus 2016

Penulis

viii

ABSTRAK

Sulistiawan, Hendri. 2016. Analisi Seismic Hazard Berdasarkan Data Peak

Ground Acceleration (PGA) dan Kerentanan Gempa Menggunakan Metode

Mikroseismik di Daerah Kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang.

Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Supriyadi, M.Si.,

Dr. Ian Yulianti, S.Si., M.Eng.

Kata Kunci: Seismic Hazard, HVSR, Kerentanan Gempa, PGA, Ketebalan

Lapisan Sedimen

Mikroseismik merupakan getaran harmonik tanah yang terjadi secara terus

menerus dengan frekuensi yang rendah. Karakteristik mikroseismik

mencerminkan karakteristik dari lapisan tanah berdasarkan nilai frekuensi

naturalnya. Berdasarkan sejarah gempabumi daerah Semarang dan sekitarnya

pernah dilanda gempa dengan intensitas VII-VIII skala MMI pada tahun 1856,

1821, 1890 serta pada tahun 2015 dengan magnitudo 5 SR yang bersumber di

Jepara. Hal tersebut yang mendasari dilakukannya penelitian mikroseismik

didaerah Universitas Negeri Semarang sebagai informasi daerah rawan

gempabumi yang dapat digunakan untuk meminimalisir resiko dampak

gempabumi, sehingga dapat mengoptimalkan pembangunan infrastruktur dan

pengembangan tataruang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

seismometer 3 komponen pada 20 titik dengan jarak antar titik 250 m. Prosesing

data dilakukan dengan metode HVSR. Data yang diperoleh berupa nilai

perbandingan spektral horizontal terhadap vertikal (H/V), frekuensi dominan dan

amplifikasi. Nilai frekuensi natural dan amplifikasi dapat digunakan untuk

menentukan nilai ketebalan lapisan sedimen, kerentanan gempa dan percepatan

tanah maksimum. Dari hasil penelitian diperoleh ketebalan lapisan sedimen

berkisar antara 20-40 m yang secara umum terdiri dari lapisan alluvial berupa

batupasir dan batulempung. Nilai kerentanan gempa berkisar antara 0,2-7,5,

sementara itu nilai percepatan maksimum rata-rata berada pada rentang 10-24 gal

dengan rata-rata skala intensitas gempa IV skala MMI. Berdasarkan data-data

penelitian, secara umum seismic hazard di daerah Unnes relatif kecil. Namun,

terdapat daerah-daerah dengan kerentanan gempa yang tinggi yang perlu

diperhatikan yaitu berada di FMIPA, dan pemukiman warga di sebelah selatan

kampus Unnes. Pada daerah dengan kerentanan gempa tinggi tidak disarankan

untuk membuat bangunan. Pembangunan gedung pada daerah dengan kerentanan

gempa tinggi direkomendasikan dibangun dengan pondasi yang dalam dengan

bangunan gedung yang tidak terlalu tinggi.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................

HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

BAB

1. PENDAHULUAN ........................................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................

1.5 Batasan Masalah ...................................................................................

1.6 Sistematika Penulisan ...........................................................................

2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

2.1 Gelombang Seismik ...........................................................................

2.1.1 Gelombang Badan .......................................................................

2.1.1.1 Gelombang Primer ...............................................................

2.1.1.2 Gelombang Sekunder ...........................................................

2.1.2 Gelombang Permukaan ...............................................................

2.1.2.1 Gelombang Rayleigh ...........................................................

2.1.2.2 Gelombang Love ..................................................................

2.2 Gempa Bumi .........................................................................................

2.2.1 Parameter Sumber Gempa Bumi .................................................

2.2.1.1 Episenter ..............................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

xii

xiii

xiv

1

1

5

6

6

7

7

9

9

9

9

9

10

10

11

11

12

12

x

2.2.1.2 Hiposenter ............................................................................

2.2.1.3 Magnitudo Gempa ...............................................................

2.3 Metode Mikroseismik ...........................................................................

2.4 Analisis Metode Mikroseismik .............................................................

2.4.1 Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) ............................

2.4.2 Parameter Seismic Hazard ...........................................................

2.4.2.1 Ketebalan Lapisan Sedimen ................................................

2.4.2.2 Kerentanan Gempa ..............................................................

2.4.2.3 Percepatan Tanah Maksimum (PGA) ..................................

2.4.3 Geologi Regional .........................................................................

3. METODE PENELITIAN .............................................................................

3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................

3.2.1 Lokasi Penelitian .........................................................................

3.2.2 Waktu Penelitian .........................................................................

3.3 Perlengkapan Penelitian ........................................................................

3.4 Akuisisi Data .........................................................................................

3.5 Pengolahan dan Interpretasi Data ..........................................................

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

4.1 Frekuensi Natural dan Amplifikasi .......................................................

4.1.1 Frekuensi Natural ........................................................................

4.1.2 Amplifikasi ..................................................................................

4.2 Ketebalan Lapisan Sedimen ..................................................................

4.3 Kerentanan Gempa ................................................................................

4.4 Percepatan Tanah Maksimum (PGA) ....................................................

4.4.1 Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Sumber Gempa

Yogyakarta ..................................................................................

4.4.2 Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Sumber Gempa

Jepara ..........................................................................................

4.4.3 Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Sumber Gempa

Tegal ...........................................................................................

12

12

12

13

13

17

17

18

20

23

25

25

26

26

26

26

27

28

31

31

32

34

35

40

42

43

44

45

xi

4.4.4 Percepatan Tanah Maksimum Rata-Rata Kawasan Kampus

Unnes ..........................................................................................

4.5 Interpretasi Seismic Hazard di Daerah Unnes .......................................

5. PENUTUP ....................................................................................................

5.1 Simpulan ................................................................................................

5.2 Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

47

48

51

51

52

53

57

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1

2.2

2.3

3.1

Klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi natural mikroseismik oleh

Kanai .........................................................................................................

Nilai regangan sifat dinamis tanah ...........................................................

Skala nilai intensitas gempa berdasarkan dampak dan percepatan tanah

maksimum .................................................................................................

Kriteria ketepatan data ..............................................................................

16

20

22

29

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

3.1

3.2

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

Gelombang Primer dan gelombang Sekunder ..........................................

Gelombang Rayleigh dan gelombang Love ..............................................

Penggambaran metode HVSR ...................................................................

Model cekungan yang berisi material sedimen halus ...............................

Pergeseran dari permukaan tanah .............................................................

Peta geologi daerah penelitian ..................................................................

Diagram alir penelitian .............................................................................

Desain survei daerah penelitian ................................................................

Peta nilai frekuensi natural di kawasan Unnes .........................................

Kontur kedalaman lapisan sedimen berdasarkan kontur nilai frekuensi

natural .......................................................................................................

Peta nilai amplifikasi di kawasan Unnes ..................................................

Kontur lapisan sedimen bawah permukaan dan batas lapisan bedrock ....

Ploting sayatan lokasi penelitain ..............................................................

Sayatan 2D lapisan bawah permukaan .....................................................

Peta nilai kerentanan gempa di kawasan Unnes .......................................

Peta nilai max di kawasan Unnes dengan sumber gempa Yogyakarta .....

Peta nilai max di kawasan Unnes dengan sumber gempa Jepara ..............

Peta nilai max di kawasan Unnes dengan sumber gempa Tegal ...............

Peta nilai max rata-rata di kawasan Unnes ................................................

10

11

13

14

18

24

25

26

32

33

34

35

36

38

41

43

45

46

47

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1

2

3

4

5

Analisis Tingkat Ketepatan Data ..............................................................

Data Pengukuran .......................................................................................

Data Kecepatan Gelombang S ..................................................................

Hasil Pengolahan Data ..............................................................................

Dokumentasi Penelitian ............................................................................

57

62

63

64

65

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepulauan Indonesia merupakan kepulauan yang mempunyai tingkat

kegempaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada jalur Sirkum

Pasifik yang merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia

di bagian Utara, lempeng Pasifik di bagian Timur dan lempeng Indo - Australia di

bagian Selatan (Ibrahim & Subardjo, 2005). Berdasarkan data dari USGS, ISC

dan BMKG sejak tahun 1779 hingga 2010, hampir seluruh wilayah Indonesia

pernah mengalami gempa terutama daerah di dekat zona subduksi. Di Pulau Jawa

gempa bumi terjadi di daerah selatan dan utara Pulau Jawa dengan pusat gempa

berada dikedalaman kurang dari 100 km hingga 300 km dibawah permukaan laut

(Putra et al., 2012).

Sumber-sumber gempa yang terjadi di Pulau Jawa, khususnya kota

Semarang, lebih banyak berasal dari sesar-sesar aktif di Pulau Jawa. Sesar-sesar

aktif yang dapat memberikan pengaruh cukup besar bagi kota Semarang adalah

Sesar Opak (Yogyakarta), Sesar Lasem, Sesar Pati, dan Sesar Kaligarang (Partono

et al., 2015; Poedjoprajitno et al., 2008). Berdasarkan peta seismotektonik, Sesar

Opak berada di daerah Yogyakarta menerus dari Selatan ke Utara Yogyakarta

tepatnya di daerah Bantul, sedangkan Sesar Lasem dan Sesar Pati berada di daerah

Jepara dan Pati menerus dari timur laut ke barat daya menuju ke Kota Semarang

(Soehami et al., 2006). Jika salah satu dari sesar itu mengalami pergeseran maka

akan mempengaruhi pergeseran sesar-sesar yang lain yang dapat menimbulan

2

sesar-sesar minor. Aktifitas sesar-sesar ini dapat menimbulkan gempa bumi yang

merusak. Katalog gempa bumi di pulau Jawa menunjukan terdapat beberapa

gempa dengan episenter yang berada di sesar-sesar aktif ini. Kota Semarang pada

tahun 1856 pernah diguncang gempa dengan intensitas gempa mencapai VII

VIII MMI, yang artinya gempa dengan kekuatan diatas 5 SR. Pada tahun 1821

dan 1890, Jepara dan Pati juga pernah diguncang gempa yang cukup besar dengan

intensitas gempa mencapai VII MMI (Soetarjo et al., 1985). Gempa yang terakhir

terjadi karena aktivitas Sesar Lasem adalah gempa Jepara yang terjadi pada

tanggal 23 Oktober 2015 dengan magnitudo gempa sebesar 5 SR (BMKG, 2015).

Kota Semarang yang mempunyai luas wilayah 373,7 km2 mempunyai

daerah rawan gempa yang cukup tinggi, diantaranya kecamatan Gunungpati dan

Mijen (PVMBG, 2010). Daerah tersebut termasuk daerah yang rawan gempa,

dikarenakan morfologi daerah tersebut yang berbukit-bukit sehingga jika terjadi

gempa yang cukup besar akan berdampak pada pergerakan tanah yang dapat

menyebabkan longsor. Nakamura (2000) mengatakan bahwa dampak yang terjadi

akibat gempa bumi disebabkan karena intensitas gempa bumi, jarak dari sumber

gempa, skala gempa, ukuran zona patahan, energi yang dilepaskan batuan, jenis

geologi antara sumber gempa dan lokasi terdampak gempa, serta kondisi geologi

lokal. Nguyen et al. (2004) menambahkan bahwa tingkat kerusakan akibat gempa

bumi tidak hanya tergantung kepada besarnya magnitudo dan jaraknya dari pusat

gempa bumi saja, tetapi kondisi geologi lokal juga sangat mempengaruhi

kerusakan yang diakibatkan gempa bumi tersebut yang kemudian dikenal dengan

local site effect. Kondisi geologi lokal menyebabkan nilai percepatan perambatan

gelombang seismik yang disebabkan oleh gempa berbeda-beda. Semakin tinggi

3

nilai percepatannya maka semakin tinggi resiko gempanya karena dipengaruhi

oleh pergerakan tanah.

Berdasarkan peta zona kerentanan gerakan tanah PVMBG, daerah

Gunungpati, khususnya kelurahan sekaran termasuk kedalam daerah yang rawan

gerakan tanah (PVMBG, 2010). Kemiringan didaerah Sekaran agak terjal hingga

terjal sehingga sering terjadi longsor dan mengakibatkan daerah Sekaran juga

menjadi rentan lapisan tanahnya jika terkena gempa yang cukup besar.

Penggambaran fenomena yang diakibatkan gempa bumi yang memiliki potensi

untuk menyebabkan kerusakan disebut Seismic Hazard atau bahaya seismik

(Wang, 2006). Parameter-parameter yang diperlukan untuk menganalisis tingkat

Seismic Hazard pada suatu daerah dengan menggunakan metode geofisika yaitu

nilai kerentanan gempa dan percepatan tanah maksimum.

Nilai kerentanan gempa dan percepatan tanah maksimum dapat diketahui

dengan metode mikroseismik (Nakamura, 1989). Menurut Nakamura (2008)

kerentanan gempa merupakan nilai yang menggambarkan tingkat kerentanan

lapisan tanah permukaan terhadap deformasi saat terjadi gempa. Deformasi

lapisan tanah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan sedimen, dimana ketebalan

lapisan sedimen menggambarkan ketebalan lapisan lapuk pada lapisan permukaan

tanah di atas batuan dasar. Ketebalan lapisan sedimen juga merepresentasikan

kedalaman dari batuan dasar. Menurut Mala et al. (2015) semakin dalam batuan

dasar maka lapisan tanah di atas batuan dasar akan semakin mudah terdeformasi

akibat gempa. Menurut Kanai & Tanaka (1961) percepatan tanah maksimum

merupakan nilai percepatana getaran tanah terbesar yang pernah terjadi disuatu

tempat yang diakibatkan oleh gelombang gempa bumi.

4

Mikroseismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan untuk

survey pendahuluan eksplorasi minyak bumi, panas bumi, monitoring/pemantauan

aktivitas gunung api dan dapat juga digunakan untuk mendeteksi ketidakstabilan

lapisan batuan dengan memanfaatkan getaran kecil dari gelombang seismic yang

merambat melalui lapisan batuan (Blake et al., 1974). Mikroseismik termasuk

metode yang masih baru dan belum banyak digunakan untuk penelitian bidang

geofisika. Metode mikroseismik termasuk metode pasif sehingga berbeda dengan

metode seismik yang termasuk metode aktif yang membutuhkan sumber getaran

dalam pengambilan data. Mikroseismik merupakan metode yang relatif murah dan

ramah lingkungan, karena mikroseismik memanfaatkan vibrasi lemah di dalam

bumi yang berlangsung terus menerus akibat adanya sumber getar seperti gempa

mikro, aktivitas manusia, industri dan lalu lintas (Adib et al., 2015; Claprood et

al., 2011). Prinsip kerja dari metode mikroseismik sama dengan metode seismik

dimana sinyal dalam domain waktu yang diketahui untuk menghasilkan

gelombang seismik yang menempuh lapisan bawah permukaan direfleksikan atau

direfraksikan kembali ke permukaan dimana sinyal dapat dideteksi (Reynolds,

1997).

Menurut Warnana et al. (2011) metode mikroseismik sangat cocok untuk

menentukan nilai frekuensi natural yang dimiliki oleh lapisan tanah dan

kerentanan gempa di suatu wilayah. Hasilnya adalah semakin rendah nilai

frekuensi natural maka semakin tinggi tingkat kerentanan gempa di suatu wilayah.

Febriani et al. (2013) juga melakukan penelitan tentang analisis nilai percepatan

tanah maksimum dan kerentanan seismik di kota Bengkulu dengan menggunakan

metode mikroseismik. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh peta nilai frekuensi

5

natural, peta PGA dan peta nilai kerentanan gempa di kota Bengkulu. Metode

Mikroseismik juga dapat digunakan untuk meneliti kondisi geologi bawah

permukaan (Ehsani et al., 2015). Hasil penelitian tersebut menjelaskan kedalaman

dari batuan dasar dan menggambarkan ketebalan lapisan sedimen atau lapisan

lapuk yang berada di atas batuan dasar. Semakin dalam batuan dasar maka nilai

kerentanan gempa semakin tinggi.

Di daerah kampus Unnes belum pernah dilakukan penelitian tentang

kerentanan gempa untuk menganalisis seismic hazard atau bahaya seismik.

Analisis seismic hazard sangat penting untuk memberikan gambaran umum

mengenai zona rawan gempa dan deformasi tanah akibat getaran yang terjadi

didalam bumi. Berdasarkan uraian tersebut, studi dan analisis seismic hazard

perlu dilakukan untuk menganalisis resiko gempa bumi berdasarkan nilai Peak

Ground Acceleration (PGA) atau percepatan tanah maksimum dan kerentanan

gempa dengan metode Mikroseismik sehingga dapat dijadikan informasi untuk

mitigasi bencana gempa bumi di daerah Kampus Unnes Kelurahan Sekaran

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Berapakah ketebalan lapisan sedimen di daerah Kampus Unnes Kelurahan

Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

2. Berapakah nilai kerentanan gempa di daerah Kampus Unnes Kelurahan

Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

6

3. Berapakah nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di daerah Kampus Unnes

Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

4. Bagaimana zona Seismic Hazard di daerah Kampus Unnes Kelurahan Sekaran

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui nilai ketebalan lapisan sedimen di daerah Kampus Unnes

Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

2. Mengetahui nilai kerentanan gempa di Kelurahan Sekaran daerah Kampus

Unnes Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

3. Mengetahui nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di daerah Kampus Unnes

Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

4. Mengetahui zona Seismic Hazard di daerah Kampus Unnes Kelurahan Sekaran

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai informasi zona Seismic Hazard di daerah kampus Unnes Sekaran,

Gunungpati Kota Semarang.

2. Data hasil penelitian dapat dijadikan acuan atau referensi dalam pengembangan

kawasan dan dalam pembuatan peta rawan gempa dan gerakan tanah.

7

1.5 Batasan Masalah

Batasan penelitian ini antara lain:

1. Lokasi penelitian berada di kampus Unnes Sekaran, Gunungpati Kota

Semarang dengan luas daerah penelitian 1200 m x 700 m.

2. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Horizontal to

Vertical Spektral Ratio (HVSR).

3. Data gempa yang digunakan dalam penentuan nilai percepatan tanah

maksimum adalah data gempa Yogyakarta tahun 2006 dengan magnitudo

gempa 5,9 SR, gempa Tegal tahun 2015 dengan magnitudo gempa 5,1 SR dan

gempa Jepara tahun 2015 dengan magnitudo gempa 5 SR.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian isi dan bagian akhir. Adapun bagian-bagiannya sebagai berikut.

1. Bagian Awal

Bagian awal berisi tentang halaman judul, pernyataan, pengesahan,

persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,

dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bab isi terdiri dari 5 bab, yaitu:

a. Bab 1 Pendahuluan

Terdiri atas penjelasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan sistematika penulisan.

8

b. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Berisi tentang teori-teori dasar mengenai gelombang seismik, metode

mikroseismik, metode HVSR, ketebalan lapisan sedimen, kerentanan

gempa, percepatan tanah maksimum, dan geologi regional.

c. Bab 3 Metode Penelitian

Berisi tentang diagram alir penelitian, waktu dan lokasi penelitian,

perlengkapan penelitian, penjelasan akuisisi data lapangan, dan penjelasan

pengolahan data serta interpretasi data.

d. Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Berisi hasil analisis dan pembahasannya yang disajikan dalam rangka

menjawab permasalahan dalam penelitian.

e. Bab 5 Penutup

Berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Seismik

Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.

Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang

seismik ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut body wave atau

gelombang badan dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang

disebut surface wave atau gelombang permukaan (Telford et al., 1976).

2.1.1 Gelombang Badan

Berdasarkan arah getarannya gelombang badan atau body wave dibedakan

menjadi dua, yaitu gelombang primer (gelombang P) dan gelombang sekunder

(gelombang S).

2.1.1.1 Gelombang Primer

Gelombang Primer atau gelombang P merupakan gelombang yang waktu

penjalarannya paling cepat. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.1, arah gerakan

partikel gelombang P searah dengan arah rambat gelombangnya (longitudinal). Hal

ini berarti bahwa partikel-partikel yang berada di dalam tanah memiliki vibrasi-

vibrasi sepanjang atau sejajar dengan arah perambatan energi dari gelombang yang

merambat tersebut.

2.1.1.2 Gelombang Sekunder

Gelombang Sekunder atau gelombang S merupakan gelombang yang waktu

penjalarannya lebih lambat daripada gelombang P. Arah gerakan partikel dari

gelombang S tegak lurus dengan arah rambat gelombangnya (transversal) seperti

10

terlihat pada Gambar 2.1. Gelombang S terdiri dari dua komponen yaitu gelombang

SV dan gelombang SH. Gelombang SV adalah gelombang S yang arah gerakan

partikelnya terpolarisasi pada bidang vertikal, sedangkan gelombang SH adalah

gelombang S yang gerakan partikelnya horisontal.

Gambar 2.1 Gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S)

(https://web.ics.purdue.edu/~braile/edumod/slinky/slinky4.htm)

2.1.2 Gelombang Permukaan

Berdasarkan arah getarannya gelombang permukaan atau surface wave

dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love.

2.1.2.1 Gelombang Rayleigh

Gelombang Rayleigh diperkenalkan oleh Lord Rayleigh pada tahun 1885.

Gelombang Rayleigh merambat pada permukaan bebas medium berlapis maupun

homogen. Gerakan dari gelombang Rayleigh adalah eliptik retograd seperti pada

Gambar 2.2. Terbentuknya gelombang Rayleigh adalah karena adanya interaksi

antara bidang gelombang SV dan P pada permukaan bebas yang kemudian

merambat secara paralel terhadap permukaan. Gerakan partikel gelombang

https://web.ics.purdue.edu/~braile/edumod/slinky/slinky4.htm

11

Rayleigh adalah vertikal, sehingga gelombang Rayleigh hanya ditemukan pada

komponen vertikal seismogram.

2.1.2.2 Gelombang Love

Gelombang Love diperkenalkan oleh Augustus Edward Hough Love pada

tahun 1911. Gelombang Love merambat pada permukaan bebas medium berlapis

dengan gerakan partikel seperti gelombang SH. Gelombang Love adalah

gelombang permukaan yang menyebabkan tanah mengalami pergeseran kearah

horisontal seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Gelombang Rayleigh (R) dan gelombang Love (L)

(http://www.geo.mtu.edu/UPSeis/images/Rayleigh_medium.jpg)

2.2 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah pergerakan tiba-tiba permukaan bumi. Gempa bumi

bumi dapat diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik atau aktivitas vulkanik

gunung berapi.

http://www.geo.mtu.edu/UPSeis/images/Rayleigh_medium.jpg

12

2.2.1 Parameter Sumber Gempa Bumi

2.2.1.1 Episenter

Episenter adalah titik sumber gempa yang diproyeksikan ke atas permukaan

bumi.

2.2.1.2 Hiposenter

Hiposenter adalah kedalaman dari sumber gempa. Gempa bumi dengan

kedalaman dangkal terjadi pada kedalaman kurang dari 60 km dibawah

permukaan laut. Gempa bumi menengah terjadi pada kedalaman 60 sampai

dengan 100 km dibawah permukaan laut. Gempa bumi dalam terjadi pada

kedalaman lebih dari 100 km dibawah permukaan laut.

2.2.1.3 Magnitudo Gempa

Magnitudo gempa adalah besaran yang berhubungan dengan kekuatan

gempa dan sumbernya.

2.3 Metode Mikroseismik

Mikroseismik merupakan metode geofisika yang dapat menggambarkan

tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan terhadap deformasi saat terjadi gempa

bumi (Nakamura, 2008). Kerentanan lapisan tanah bermanfaat untuk memprediksi

zona lemah saat terjadi gempa bumi (Saita et al., 2004; Gurler et al., 2000), dan

rekahan tanah akibat gempa bumi (Daryono, 2011). Kerawanan gempa dan

potensi longsor dapat diketahui berdasarkan frekuensi natural dan amplifikasi

batuan sehingga dapat ditentukan nilai kerawanan gempa, percepatan tanah

maksimum dan ketebalan lapisan lapuk. Nilai frekuensi natural dan amplifikasi

13

batuan dapat ditentukan dengan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio

(HVSR).

2.4 Analisis Metode Mikroseismik

2.3.1 Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR)

Metode analisis HVSR pertama kali dikembangkan oleh Nakamura pada

tahun 1989. Metode HVSR digunakan untuk menghitung rasio spektrum dari

sinyal mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen vertikalnya seperti

yang ditunjukan pada Gambar 2.3. Hasil analisis HVSR menunjukan suatu puncak

spektrum pada frekuensi predominan (Nakamura, 1989). Frekuensi natural dan

amplifikasi menggambarkan karakteristik dinamis tanah yang dihasilkan dari

analisis HVSR (Nakamura, 2000). Herak (2008) juga menjelaskan bahwa nilai

frekuensi natural dan amplifikasi pada permukaan suatu daerah berkaitan dengan

parameter fisik bawah permukaan daerah tersebut.

Teknik HVSR menyatakan adanya hubungan antara perbandingan spektrum

H/V sebagai fungsi frekuensi yang berhubungan erat dengan fungsi site transfer

Gambar 2.3 Penggambaran metode HVSR (Nakamura, 2008)

14

dari gelombang S (Nakamura, 1989). Site effect pada lapisan sedimen

dipermukaan biasanya digambarkan dengan cara membandingkan spektrum antara

komponen horisontal rekaman seismogram pada lapisan tanah sedimen atau

aluvial dengan komponen horisontal rekaman seismogram pada batuan keras.

Nakamura (2000) membagi gelombang mikroseismik menjadi dua yaitu

gelombang Rayleigh dan gelombang badan, dimana gelombang Rayleigh

termasuk kedalam gelombang permukaan yang merambat pada permukaan tanah

dan gelombang badan merambat melalui batuan dasar seperti pada Gambar 2.4.

Berdasarkan hal tersebut maka persamaan H/V dapat ditulis sebagai berikut.

Hf = Ah SHB + SHS (2.1)

Vf = Av SVB + SVS (2.2)

sehingga

H/V

(2.3)

dimana Hf dan Vf adalah komponen horisontal dan vertikal gelombang

mikroseismik, Ah dan Av faktor amplifikasi gelombang badan, SHB dan SVB adalah

spektrum gerak horisontal dan vertikal di batuan dasar, sedangkan SHS dan SVS

adalah spektrum gerak horisontal dan vertikal di permukaan tanah atau lapisan

sedimen.

Gambar 2.4 Model cekungan yang berisi material sedimen halus (Slob, 2007)

15

Menurut Nakamura (2000) site effect (Tsite) ditentukan berdasarkan

perbandingan faktor amplifikasi gerakan horisontal (Th) dan vertikal (Tv) dari

permukaan tanah yang terkena batuan dasar.

(2.4)

(2.5)

sehingga,

(2.6)

Dari persamaan (2.1) dan (2.2) site effect atau efek lokal sangat dipengaruhi oleh

perambatan gelombang mikroseismik yang dipengaruhi oleh kondisi geologi

setempat. Nakamura (2000) juga mengasumsikan bahwa data mikroseismik

tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi utamanya adalah gelombang

Rayleigh yang merambat pada lapisan sedimen diatas batuan dasar. Efek

gelombang Rayleigh pada mikroseismik terdapat pada spektrum komponen

vertikal di lapisan sedimen permukaan, tetapi tidak terdapat pada spektrum

komponen vertikal di batuan dasar. Komponen vertikal mikroseismik tidak

teramplifikasi oleh lapisan sedimen (Av = 1) di permukaan tanah. Jika komponen

vertikal lebih besar daripada spektrum gerak vertikal di batuan dasar (Vf >> SVB)

maka berdasarkan persamaan (2.2) terdapat pengaruh gelombang Rayleigh di

lapisan sedimen. Daryono & Prayitno (2009) juga menambahkan efek gelombang

Rayleigh pada rekaman mikroseismik adalah ekuivalen untuk komponen yang

terekam. Untuk rentang frekuensi (0,2 20 Hz) rasio spektrum antara komponen

horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati nilai satu

. Pada

kondisi tersebut rasio spektrum antara komponen horisontal dan vertikal dari

16

gelombang mikrotremor yang terekam di permukaan memungkinkan efek

gelombang Rayleigh pada batuan dasar untuk dieliminasi, sehingga menyisakan

efek yang disebabkan oleh kondisi geologi lokal. Oleh karena itu, persamaan (2.6)

menjadi

(2.7)

Persamaan (2.7) sama dengan konsep dari persamaan (2.3), dimana

komponen horisontal dan komponen vertikal dipengaruhi oleh amplifikasinya.

Hasil dari kurva HVSR adalah frekuensi natural dan amplifikasi, dimana

frekuensi natural adalah frekuensi dominan yang terdapat pada daerah tersebut

dan amplifikasi adalah besarnya penguatan gelombang pada saat melalui medium

tertentu. Nilai frekuensi natural dapat merepresentasikan jenis tanah berdasarkan

tabel klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi natural

mikroseismik oleh Kanai yang dikutip dari Arifin et al. (2012)

Jenis

Tanah

Frekunsi

Natural (Hz)

Klasifikasi Kanai Deskripsi

Jenis IV 6,667 20 Batuan tersier atau lebih tua.

Terdiri dari batuan Hard

sandy, gravel, dll.

Ketebalan sedimen

permukaannya sangat

tipis, didominasi oleh

batuan keras

Jenis III 10 - 4 Batuan alluvial, dengan

ketebalan 5 m. Terdiri dari

batuan Hard sandy, gravel,

dll.

Ketebalan sedimen

permukaannya masuk

dalam kategori

menengah 5 10 m

Jenis II 2,5 - 4 Batuan alluvial, dengan

ketebalan > 5m. Terdiri dari

sandy-gravel, sandy hard

clay, loam, dll.

Ketebalan sedimen

permukaan masuk

dalam kategori tebal

10 20 m

Jenis I < 2,5 Batuan alluvial, yang

terbentuk dari sedimentasi

delta, top soil, lumpur, dll.

Dengan kedalaman 30 m

atau lebih.

Ketebalan sedimen

permukaan sangat

tebal.

17

2.3.2 Parameter Seismic Hazard

2.3.2.1 Ketebalan Lapisan Sedimen (h)

Ketebalan lapisan sedimen menggambarkan ketebalan lapisan yang lunak

atau lapuk pada lapisan permukaan tanah diatas batuan dasar. Ketebalan lapisan

sedimen mempengaruhi kecepatan dari penjalaran gelombang badan. Menurut

Nakamura (2008) ketebalan lapisan sedimen (h) berhubungan dengan frekuensi

natural (fo) dan kecepatan gelombang S pada permukaan (Vs), sehingga dapat

dirumuskan persamaan sebagai berikut.

(2.8)

Nilai kecepatan gelombang S (Vs) di permukaan ditentukan berdasarkan data

dari United Stade Geological Survey (USGS) dengan memasukan koordinat

pengambilan data (Putra et al., 2014). Menurut Nurrahmi (2015) gelombang S di

permukaan tanah merupakan gelombang geser yang terjadi hingga kedalaman 30

m (Vs30) yang dapat mendeformasikan lapisan batuan. Nilai kecepatan gelombang

geser hingga kedalaman 30 m dapat digunakan sebagai penentuan parameter

geoteknik dalam pembangunan infrastruktur (Roser & Gosar, 2010).

Menurut Zaharia et al. (2008) semakin kecil nilai frekuensi natural maka

semakin tebal lapisan lapuk sehingga kedalaman dari batuan dasar juga semakin

dalam. Lapisan sedimen yang tebal menyebabkan banyaknya gelombang yang

terjebak yang menimbulkan frekuensi dominan yang kecil yang kemudian disebut

dengan frekuensi natural (Mala et al., 2015). Jika frekuensi dari sebuah bangunan

sama dengan frekuensi natural dari lapisan tanah maka akan terjadi resonansi

gelombang yang dapat menyebabkan penguatan gelombang seismik sehingga

dapat menyebabkan kerusakan yang besar pada bangunan.

18

2.3.2.2 Kerentanan Gempa (Kg)

Kerentanan gempa merupakan nilai yang menggambaran tingkat kerentanan

lapisan tanah permukaan terhadap deformasi saat terjadi gempa (Nakamura,

2008). Kerentanan gempa bertujuan untuk mengukur tingkat kerentanan tanah

atau struktur dalam menerima gempa (Nakamura, 2001). Kerentanan gempa

bermanfaat untuk memprediksi zona lemah saat terjadi gempa bumi (Saita et al.,

2004; Gurler et al., 2000). Menurut Nakamura (2008) nilai kerentanan gempa

diperoleh dengan mengkuadratkan amplifikasi dibagi dengan frekuensi

naturalnya, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.9)

Persamaan kerentanan gempa pada dasarnya diperoleh berdasarkan nilai

pergeseran atau deformasi permukaan tanah dan percepatan gelombang seismik di

batuan dasar (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Pergeseran dari permuakaan tanah (Nakamura, 2008)

19

Menurut Nakamura (2008) parameter yang mempengaruhi nilai kerentanan

gempa (Kg) pada Gambar 2.5 adalah nilai regang-geser permukaan tanah () yang

disebabkan oleh deformasi lapisan permukaan () dan percepatan gelombang

seismik pada batuan dasar () yang mengalami penguatan jika merambat pada

medium yang densitasnya lebih rendah dalam hal ini adalah lapisan tanah

permukaan. Nilai regang-geser permukaan tanah dapat dituliskan dalam

persamaan sebagai berikut.

(2.10)

dimana A adalah amplifikasi, adalah deformasi lapisan tanah permukaan akibat

gempa (

), dan h adalah ketebalan lapisan lapuk. Hubungan antara nilai

kerentanan gempa (Kg) dan regang-geser ( ) dituliskan dalam persamaan:

(2.11)

Dimana Cb merupakan kecepatan gelombang seismik dibatuan dasar. Jika

persamaan (2.9) disubtitusikan kedalam persamaan (2.11), maka persamaan (2.11)

menjadi:

(2.12)

(2.13)

(2.14)

(2.15)

(2.16)

Berdasarkan persamaan tersebut didapat hubungan antara nilai kerentanan

gempa dan nilai regang-geser permukaan tanah, semakin beser nilai kerentanan

20

gempa (Kg) maka semakin tinggi juga nilai regang-geser permukaan tanah ().

Menurut Nakamura (1997) nilai regang-geser pada permuakaan tanah perlu

diperhatikan. Pada umumnya, permukaan tanah yang mengalami regang-geser

diatas mulai mengalami deformasi non-linear. Sementara itu, jika nilai

regang-geser maka lapisan tanah akan mengalami deformasi runtuhan.

Tabel 2.2 menjelaskan fenomena yang terjadi pada tanah berdasarkan nilai

regang-geser tanah.

Tabel 2.2 Nilai regangan sifat dinamis tanah (Nakamura, 1997)

Besar nilai regang

Fenomena Gelombang,

Getaran

Retakan pada lapisan

tanah dan pemukiman

Longsor, Pemadatan tanah, Likuifaksi

Sifat Dinamis Elastisitas Plastisitas Elastis Jatuh

Efek Perulangan, Efek Kecepatan dari

Pembebanan

2.3.2.3 Percepatan Tanah Maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA)

Percepatan tanah maksimum (PGA) adalah nilai percepatan getaran tanah

terbesar yang pernah terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gelombang

gempa bumi. Percepatan tanah maksimum di suatu tempat disebabkan oleh

getaran seismik bergantung pada perambatan gelombang seismik dan karakteristik

lapisan tanah di tempat tersebut (Kanai & Tanaka, 1961). Sifat-sifat lapisan tanah

ditentukan oleh periode natural tanah dari lapisan tanah tersebut bila ada getaran

seismik. Periode getaran seismik (T) dan periode natural tanah (To) akan

mempengaruhi besarnya percepatan batuan pada lapisan batuan dasar dan pada

lapisan permukaan. Sedangkan perbedaan kecepatan perambatan gelombang

seismik pada batuan dasar dengan kecepatan perambatan gelombang seismik pada

permukaan tanah akan menentukan faktor perbesaran G(T) (Edwina et al., 2008).

21

Menurut Ozaki (1977) jika nilai periode getaran seismik (T) dan periode natural

tanah (To) sama maka akan terjadi resonansi, sehingga percepatan tanah akan

mengalami penguatan yang disebut dengan percepatan tanah maksimum.

Berdasarkan hal tersebut, Kanai (1966) memformulasikan persamaan empiris

percepatan tanah maksimum dalam Doughlas (2011) yang dirumuskan sebagai

berikut.

(2.17)

dengan

(

) (

) (2.18)

( (

) )

(

)

(2.19)

Bila terjadi resonansi (T = To) maka harga G(T) akan mencapai maksimum.

Gelombang yang melalui lapisan sedimen akan menimbulkan resonansi yang

disebabkan karena gelombang gempa mempunyai spektrum yang lebar sehingga

hanya gelombang gempa yang sama dengan periode natural tanah dari lapisan

sedimen yang akan diperkuat (Edwina et al., 2008). Pada kondisi resonansi, maka

persamaan (2.17) menjadi

(

) (

) (2.20)

dengan M adalah magnitudo gempa (Skala Richter) dan R adalah jarak hiposenter

gempa (km).

Menurut Gutenberg & Richter (1942) terdapat hubungan antara nilai

percepatan tanah maksimum dengan skala intensitas gempa ( dalam MMI

yang kemudian dirumuskan dengan persamaan empiris sebagai berikut.

(2.21)

22

Intensitas gempa menyatakan kekuatan gempa yang dirasakan di suatu tempat (di

permukaan) dan ditentukan dari efek langsung goncangan gempa, misalnya

terhadap topografi, bangunan, dan sebagainya. Besarnya nilai percepatan tanah

maksimum dan intensitas sangat bergantung pada besarnya magnitudo gempa,

jarak dari sumber gempa dan faktor dari geologi daerah terkena gempa, sehingga

nilainya relatif berbeda-beda di setiap daerah. Berdasarkan skala Modified

Mercalli atau skala MMI tingkat intensitas gempa dan dampaknya

diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Skala nilai intensitas gempa berdasarkan dampak dan percepatan

tanah maksimum (USGS, 2016)

Intensitas Efek PGA (gal)

I Tidak terasa Kurang dari 1

II Dirasakan oleh orang yang beristirahat terutama di tingkat-

tingkat atas bangunan atau tempat tinggi

1-2

III Terasa di dalam rumah, seakan akan ada truk lewat tetapi

banyak yang tidak menyangka ada gempa bumi

2-5

IV Terasa di dalam rumah seperti ada truk lewat atau terasa

seperti ada barang berat yang menabrak dinidng rumah.

Barang-barang yang tergantung bergoyang-goyang, jendela

dan pintu bergetar, barang pecah belah pecah, gelas-gelas

gemerincing, dinding dan rangka rumah berbunyi

5-10

V Dapat dirasakan diluar rumah. Orang tidur terbangun,

cairan tampak bergerak-gerak dan tumpah sedikit. Barang

perhiasan rumah yang kecil dan tidak stabil bergerak atau

jatuh. Pintu-pintu terbuka tertutup, pigura-pigura dinding

bergerak, lonceng bandul berhenti atau mati atau tidak

cocok jalannya.

10-25

VI Terasa oleh semua orang. Banyak orang lari ke luar karena

terkejut. Orang yang sedang berjalan kaki terganggu.

Jendela berderit, gerabah, barang pecah-belah pecah,

barang-barang kecil dan buku jatuh dari raknya, gambar-

gambar jatuh dari dinding. Mebel-mebel bergerak atau

berputar. Plester dinding yang lemah pecah-pecah.

Lonceng-lonceng gereja berbunyi, pohon-pohon terlihat

bergoyang.

25-50

VII Dapat dirasakan oleh sopir yang sedang mengemudi mobil.

Orang yang sedang berjalan kaki sulit untuk berjalan

50-100

23

dengan baik, cerobong asap yang lemah pecah. Langit-

langit dan bagian-bagian konstruksi pada tempat yang

tinggi rusak. Tembok yang tidak kuat pecah, plester tembok

dan batu-batu tembok yang tidak terikat kuat jatuh. Terjadi

sedikit pergeseran dan lekukan-lekukan pada timbunan

pasir dan batu kerikil. Air menjadi keruh lonceng-lonceng

besar berbunyi, selokan irigasi rusak.

VIII Mengemudi mobil terganggu. Terjadi kerusakan pada

bangunan-bangunan yang kuat karena terdapat bagian-

bagian yang runtuh. Kerusakan terjadi pada tembok-

tembok yang dibuat tahan terhadap getaran-getaran

horisontal dan beberapa bagian tembok runtuh. Cerobong

asap, monumen-monumen, menara-menara, dan tangki air

yang berada di atas berputar atau jatuh. Rangka rumah

berpindah dari fondasinya. Dinding-dinding yang tidak

terikat baik jatuh atau terlempar. Ranting-ranting pohon

patah dari dahannya. Tanah yang basah dan lereng yang

curam terbelah

100-250

IX Publik menjadi panik. Bangunan yang tidak kuat hancur.

Bangunan yang kuat mengalami kerusakan berat. Fondasi

dan rangka bangunan rusak. Pipa dalam tanah putus. Tanah

merekah. Di daerah aluvium pasir dan lumpur keluar dari

dalam tanah.

250-500

X Pada umumnya semua tembok, rangka rumah dan fondasi

rusak. Beberapa bangunan dari kayu yang kuat dan

jembatan-jembatan rusak. Kerusakan berat terjadi pada

bendungan-bendungan, tanggul-tanggul dan tambak-

tambak. Terjadi tanah longsor yang besar. Air dalam

kolam, sungai dan danau tumpah/muncrat. Terjadi

perpindahan tempat secara horisontal di daerah pantai dan

di daerah-daerah yang permukaan tanahnya rata. Jalur-jalur

kereta api menjadi sedikit bengkok.

500-1000

2.3.3 Geologi Regional

Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri

di Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Sekaran, Gunungpati dengan batas

wilayahnya berada pada 70322 7

0326 LS dan 110

02338 110

02425 BT.

Morfologi kampus Unnes termasuk kawasan perbukitan dengan kemiringan yang

bervariasi. Berdasarkan peta geologi Kota Semarang lembar Magelang-Semarang

24

(Gambar 2.6) wilayah penelitian disekitar kampus Unnes terletak di atas formasi

Kaligetas yang tersusun oleh breksi vulkanik hasil dari endapan gunung Ungaran

dan batulempung yang berselingan dengan batupasir. Formasi Kaligetas

berbatasan langsung dengan formasi Kerek yang tersusun dari lapisan Marine

yang terdiri dari batulempung dan batupasir. Ditemukan juga molusca dan koral-

koral koloni yang menandakan bahwa formasi Kerek berumur tua dan tersusun

dari endapan dibawah permukaan laut.

Gambar 2.6 Peta geologi daerah penelitian (Sumber : Peta geologi kota

Semarang lembar Magelang-Semarang)

51

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

diambil beberapa kesimpulan, yaitu

(1) Ketebalan lapisan sedimen di daerah kampus Unnes Sekaran, Gunungpati,

Kota Semarang adalah 20-40 m yang terbentuk dari endapan alluvial berupa

batupasir dan batulempung.

(2) Nilai kerentanan gempa di daerah kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Kota

Semarang adalah 0-7,5. Daerah dengan kerentanan gempa yang cukup tinggi

berada di FMIPA, dan pemukiman warga di sebelah selatan kampus Unnes.

(3) Nilai percepatan tanah maksimum (PGA) rata-rata di daerah kampus Unnes

Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang adalah 10-24 gal. Percepatan tanah

maksimum di daerah Unnes tergolong tidak terlalu tinggi.

(4) Seismic Hazard di daerah kampus Unnes Sekaran, Gunungpati, Kota

Semarang secara umum tergolong pada daerah dengan Seismic Hazard yang

tidak terlalu tinggi. Namun, pada daerah dengan kerentanan gempa tinggi

tidak disarankan untuk membuat bangunan. Pembangunan gedung pada

daerah dengan kerentanan gempa tinggi direkomendasikan dibangun dengan

pondasi yang dalam dengan bangunan gedung yang tidak terlalu tinggi.

52

5.2 Saran

Mengacu pada hasil akhir penelitian, penulis mengajukan beberapa saran

untuk penelitian berikutnya, diantaranya

(1) Pembahasan data mikroseismik dapat dibahas sampai dengan identifikasi

struktur bawah permukaan berdasarkan kecepatan gelombang seismik yang

merambat pada batuan.

(2) Pengukuran mikroseismik dilakukan pada tanah yang tidak terlalu padat dan

tidak terdapat noise dari kendaraan atau aktivitas manusia.

(3) Perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk menentukan bidang miring dan

bidang gelincir yang dapat dikorelasi dengan data mikroseismik.

53

DAFTAR PUSTAKA

Adib, A., P. Afzal, & K. Heydarzadeh. 2014. Site Effect Classification Based on

Microtremor Data Analysis Using a Concentration-Area Fractal Model.

Nonlinear Processes in Geophysics, 22, 53-63. Corpenicus Publications on

behalf of the European Geosciences Union and the American Geophysical

Union.

Arifin, S.S., B.S. Mulyanto, Marjiyono, & R. Setianegara. 2012. Penentuan Zona

Rawan Guncangan Bencana Gempa Bumi berdasarkan Analisis Nilai

Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah

Liwa dan Sekitarnya. Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 2, No. 1.

Blake, W., F. Leighton, & W.I. Duvall. 1974. Microseismic Techniques for

Monitoring The Behavior of Rock Structures. United States Departement of

The Interior: Washington D.C.

BMKG. 2015. Data Gempa. http://inatews.bmkg.go.id/new/query_gmpqc.php.

Diakses : 12 Februari 2016.

Claprood, M., M. W. Asten, & J. Kristek. 2011. Using the SPAC Microtremor

Method to Identify 2D Effects and Evaluate 1D Shear-Wave Velocity Profile

in Valleys. Bulletin of the Seismological Society of American, Vol. 101, No.

2, pp. 826-847.

Daryono & B.S. Prayitno. 2009. Data Mikrotremor dan Pemanfaatannya untuk

Pengkajian Bahaya Gempabumi. Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika: Yogyakarta.

Daryono. 2011. Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor pada

Setiap Satuan Bentuklahan di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Disertasi. Program Pascasarjana Fakultas Geografi. Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Douglas, J. 2011. Ground-Motion Prediction Equations 1964-2010. BRGM/RP-

59356-FR.

Edwina, D., & S. Novita. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan

Intensitas Seismik Kota Padang Panjang menggunakan Metode Kanai.

Jurnal Teknik Sipil Universitas Andalas, Vol. 2, No. 29, ISSN: 0854-8471

Ehsani, N., M.R. Ghaemghamian, M. Faslavi, & E. Haghshenas. 2015. Estimation

of Subsurface Structure Using Microtremor in Karaj City Iran. 10th Asian

Regional Conference of IAEG.

Febriani, Y., I. Daruwati, & R.G. Hatika. 2013. Analisis Nilai Peak Ground

Acceleration dan Indeks Kerentanan Seismik berdasarkan Data

Mikroseismik pada Daerah Rawan Gempabumi di Kota Bengkulu. Jurnal

Ilmiah Edu Research. Vol. 2, No. 2.

http://inatews.bmkg.go.id/new/query_gmpqc.php

54

Gurler, E.D., Y. Nakamura, J. Saita, & T. Sato. 2000. Local site effect of Mexico

City based on microtremor measurement. 6thInternational Conference on

Seismic Zonation. Palm Spring Riviera Resort. California, USA, pp.65.

Gutenberg, B., & C.F. Richter. 1942. Earthquake Magnitude, Intensity, Energy,

and Acceleration. Bulletin of the Seismological Society of America, Vol.

32, No. 3.

Gutenberg, B. 1958. Microseisms. Advances in Geophysics 5, 5392.

Herak, M. 2008. ModelHVSR: a Matlab Tool to Model Horizontal-to-Vertical

Spectral Ratio of Ambient Noise. Computers and Geosciences 34, 1514

1526.

Ibrahim, G. & Subardjo. 2005. Pengetahuan Seismologi. Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

Kanai K. & T. Tanaka. 1961. On Microtremors. VIII, Bull. Earth . Res. Inst.,

University of Tokyo, Japan.

Kanai, K. 1966. Improved empirical formula for characteristics of stray [sic]

earthquake motions. Pages 14 of: Proceedings of the Japanese Earthquake

Symposium. Not seen. Reported in Trifunac & Brady (1975).

Mala, H.U., A. Susilo & Sunaryo. 2015. Kajian Mikrotremor dan Geolistrik

Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timor untuk Mitigasi

Bencana. Jurnal Natural B, Vol. 3, No. 1.

Nakamura, Y. 1989. A Method for Dynamic Characteristic Estimation of

Subsurface using Microtremor on The Ground Surface. Q.R. of RTRI. Vol.

30, No. 1, page 25-33.

Nakamura, Y. 1997. Seismic Vulnerability Indices for Ground and Structures

using Microtremor. World Congress on Railway Research: Florence.

Nakamura, Y. 2000. Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamuras

Technique and Its Application. The 12nd Word Conference on Earthquake

Engineering. Tokyo, Japan.

Nakamura, Y. 2001. Inventory Development for Natural and Built Environments:

Use of Seismic Motion and Microtremor for Vulnerability Assessment. 4th

EQTAP Workshop in Kamakura.

Nakamura, Y. 2008. On The H/V Spectrum. The 14th World Conference on

Earthquake Engineering. Beijing, China.

55

Nguyen, F., H. Teerlynck, G. Van Rompaey, M. Van Camp, D. Jongmans, & T.

Camelbeeck. 2004. Use of microtremor measurement for assessing site

effects in Northern Belgium-interpretation of the observed intensity during

the Ms5.0. June 11, 1938 Earthquake. Journal of Seismology, 8(1) 41-56,

20.

Nurrahmi, R.E., & Sandra. 2015. Analisis Kecepatan Gelombang Geser Vs30

Menggunakan Metode Refraksi Mikrotremor (ReMi) di Kelurahan Talise.

Jurnal Gravitasi Vol. 14, No. 1. ISSN : 1412-2375.

Ozaki, M., Y. Kitagawa, and S. Hattori. 1977. Study on Regional Distribution of

Maximum Eartquake Motions in Japan. Proceeding of Ninth Joint UJNR

Panel Conference Wind and Seismic Effect. Page V-14 V-44.

Partono, W., M. Irsyam, S.P.R. Wardani, & S. Maarif. 2015. Persepsi

Pengembangan Peta Rawan Gempa Kota Semarang melalui Penelitian

Hazard Gempa Deterministik. Jurnal Teknik Universitas Diponegoro, ISSN

0852-1697. Semarang.

Poedjoprajitno, S., J. Wahyudiono, & A. Cita. 2008. Reaktivitas Sesar Kaligarang

Semarang. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3, No. 3, halaman 129-138.

Putra, D.M.A., N.B. Wibowo, & D. Darmawan. 2014. Indeks Kerentanan Seismik

Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Data Mikrotremor. Prosiding

Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, ISBN : 978-602-99834-6-3.

Yogyakarta.

Putra, R.R., J. Kiyono, Y. Ono, & H.R. Parajuli. 2012. Seismic Hazard Analysis

for Indonesia. Journal of Natural Disaster Science. Vol. 33, No. 2, Page 59-

70.

PVMBG. 2010. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Provinsi Jawa

Tengah. Bandung.

PVMBG. 2010. Peta Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Kota Semarang.

Bandung.

Reynolds, M.J. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.

John Wiley & Sons Ltd. England.

Roser, J., & A. Gosar. 2010. Determination of VS30 for Seismic Ground

Classification in the Ljubljana Area, Slovenia. Acta Geotechnica. Slovenia.

Saita, J., M.L.P. Bautista, & Y. Nakamura. 2004. On Relationship Between The

Estimated Strong Motion Characteristic of Surface Layer and The

Earthquake Damage -Case Study at Intramuros, Metro Manila. Paper No.

905, 13th World Conference on Earthquake Engineering, Vancouver, B.C.

Canada.

56

SESAME. 2004. Guidlines for The Implementation of H/V Spectral Ratio

Technique on Ambient Vibrations Measurements, Processing and

Interpretation. SESAME European Research Project. Project No. EVG1-

CT-2000-00026 SESAME

Slob, S., 2007, Micro Seismic Hazard Analysis, Earthquake Vulnerability and

Multi-Hazard Risk Assessment: Geospatial Tools for Rehabilitation and

Reconstruction Efforts, ITC The Netherlands.

Soehami A., Y. Sopyan, & Marjiyono. 2006. Peta Seismotektonik Daerah

Yogyakarta Semarang, skala 1:450.000. Pusat Survei Geologi. Bandung.

Soetardjo, M. Untung, E.P. Arnold, R. Soetadi, & E.K. Kertapati. 1985. Southeast

Asia Association of Seismology and Earthqueke Engineering SEASEE.

Series on Seismology, Vol. V. Indonesia.

Telford, M.W., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1976. Applied Geophysic. Cambridge

University Press.

USGS. The Modified Mercalli Intensity Scale. http://earthquake.usgs.gov/learn/

topics/mercalli.php. Diakses: 3 Maret 2016.

USGS. Global Vs30

Map Server. http://earthquake.usgs.gov/hazards/apps/vs30/.

Diakses: 3 Maret 2016.

Wang, Z. 2006. Understanding Seismic Hazard and Risk Assessments: An

Example in the New Madrid Seismic Zone of the Central United States.

Proceedings of the 8th U.S. National Conference on Earthquake

Engineering. San Francisco, California, USA.

Warnana, D.D., R.A.A. Soemitro, & W. Utama. 2011. Application of

Microtremor HVSR Method for Assessing Site Effect in Residual Soil Slope.

International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS. Vol. 11,

No. 04.

Zaharia, B., M. Rudulian, M. Popa, B. Grecu, A. Bala, & D. Tataru. 2008.

Estimation of the Local Response Using teh Nakamura Method for tha

Bucharest Area. Romanian Reports in Physics, 60(1): 131-144.

http://earthquake.usgs.gov/learn/http://earthquake.usgs.gov/hazards/apps/vs30/

COVER.pdfII-VIII NEW.pdfPERSETUJUAN PEMBIMBING.pdfPERNYATAAN.pdfPENGESAHAN.pdfii-viii.pdf

DAFTAR ISI.pdfBAB 1.pdfBAB 2.pdfBAB 3.pdfBAB 4 revisinew.pdfBAB 5.pdfDaftar Pustaka new.pdfLampiran 1.pdfLampiran 4.pdfLampiran 5.pdf