analisis risiko paparan nitrogen dioksida (no ) dari...

126
ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO 2 ) DARI POLUTAN AMBIEN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Skripsi Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh : Nur Ikhsani Rahmatika 1111101000111 Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

Upload: truongnhan

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DARI

POLUTAN AMBIEN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh :

Nur Ikhsani Rahmatika

1111101000111

Peminatan Kesehatan Lingkungan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2017

Page 2: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah
Page 3: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Mei 2017

Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111

Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan

Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015

Xviii + 106 halaman, 15 tabel, 3 gambar, 3 bagan, 8 lampiran

Polutan Udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan dalam jangka waktu

tertentu dapat menimbulkan gangguan saluran pernafasan. Kabupaten Magelang merupakan

salah satu Kabupaten di Jawa Tengah dengan prevalensi ISPA sebesar 24,7 % (Riskesdas,2013).

Nitrogen dioksdida merupakan salah satu zat pencemar udara yang berpengaruh pada kesehatan

saluran pernafasan. NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan

dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara

berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui besaran risiko paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten

Magelang Tahun 2015.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode analisis risiko

kesehatan lingkungan. Wawancara kuesioner dilakukan pada 213 responden yang sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan yaitu masyarakat dewasa yang tinggal dan bekerja di Kabupaten

Magelang. dan Nilai konsentrasi Nitrogen dioksida diukur dengan metode Griess Saltzman dan

tehnik pengambilan sampel udara dengan grab sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 di Kabupaten Magelang Tahun 2015

adalah di cluster 1 sebesar 37,24 µg/m3 di cluster 2 sebesar 20.23 µg/m3 dan di cluster 3

sebesar 62.77 µg/m3 , nilai berat badan 53-56 kg dengan berat badan minimum 28.2 dan

maksimum 78 kg Nilai rata rata Intake yaitu 0.0145 mg/kg/hari. Nilai RQ terkecil yaitu 0.043

dan tertinggi 1.645. Nilai RQ di atas 1 ditemukan di cluster 1 dan 3 pada durasi pajanan realtime.

Kata Kunci : Nitogen dioksida, Kabupaten Magelang

Daftar Bacaan : 54

Page 4: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

DEPARTEMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduate Thesis, May 2017

Nur Ikhsani Rahmatika, NIM : 1111101000111

RISK ASSESSMENT OF NITROGEN DIOXIDE EXPOSURE FROM AMBIENT AIR

POLLUTANT FOR PUBLIC HEALTH SOCIETY OF MAGELANG REGENCY 2015

Xviii + 106 pages, 25 tables, 3 pictures, 3 charts, 8 attachments

Air Pollutants inhaled by humans in certain concentrations and within a certain period of time

can cause respiratory tract disorders. Magelang regency is one of the regencies in Central Java

with a prevalence of ARI of 24.7% (Riskesdas, 2013). Nitrogen dioxide is one of the air

pollutants that affect the health of the respiratory tract. NO2 is one of the irritant air pollutant

parameters And Nitrogen dioxide toxic properties may interfere with lung health. NO2 in the air

Derived from both mobile source and non-moving source emissions. This study aims to

determine the magnitude of exposure risk of Nitrogen dioxide in the community in Magelang

District in 2015.

Type This research is descriptive research using environmental health risk analysis method. The

questionnaire interview was conducted on 213 respondents according to the established criteria

and the Nitrogen dioxide concentration value was measured by Griess Saltzman method and air

sampling technique with grab sampling.

The results showed that the concentration of NO2 in Magelang District in 2015 was in cluster 1

37.24 µg/m3 and in cluster 2 20.23 μg / m3 while in cluster 3 62.77 μg / m3 , a weight rating of

53-56 kg with a minimum body weight of 28.2 and a maximum of 78 kg. Intake of nitrogen

dioxide was 0.0145 mg / kg / day. The smallest RQ value is 0.043 and the highest is 1.645. RQ

values above 1 are found in cluster 1 and cluster 3 in realtime exposure duration.

Keywords : Nitrogen dioxide, Magelang district

Reading Source : 54

Page 5: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Ikhsani Rahmatika

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 30 Januari 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Blondo, Mungkid, Magelang Jawa Tengah

Nomor HP : 081288156218

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

(1996 – 1997 ) TK Pertiwi

Magelang, Jawa Tengah

(1997 – 1998) TKIT Zaid Bin Tsabit

Magelang, Jawa Tengah

(1998 – 2004) SDIT Zaid Bin Tsabit

Magelang, Jawa Tengah

(2004 – 2010) Kulliyyatul Muallimat Al Islamiyyah ITTC Gontor Putri 1

Ngawi, Jawa Timur

Page 6: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

(2011 – 2017 ) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi

Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Ciputat, Banten

Page 7: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat

dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "

Analisis Risiko Paparan Nitrogen Dioksida Dari Polutan Ambien Terhadap Kesehatan

Masyarakat di Kabupaten Magelang Tahun 2015 ". Sholawat dan salam kepada Baginda

Rasulullah Muhammada SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

pencapaian gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan MAsyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Pada Kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sangat besar penulis persembahkan

kepada :

1. Allah SWT kemudian kedua orang tua Bp. Jusuf Zam Zam, SE dan Ibu Nurjannah,Spdi

atas segala dukungan dan yang tak pernah lupa menyebut nama saya dalam setiap doa

begitu pula kepada ketiga saudara M Ainur Rofiq, Arif Shohibur Rohman dan Ikhwanu

Thoriq Abdillah atas setiap dukungan yang diberikan

2. Dr. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku dekan FKIK UIN Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ibu

Dewi Utami Iriani selaku sekeretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah

4. Ibu Dr. Ela Laelasari.SKM.M.Kes dan Ibu Catur Rosidati, M.Kes selaku pembimbing

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan dam bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

Page 8: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

5. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D, Bapak Abdurrahman M.Env dan Bapak Baequni,

M.Kes, Ph.D selaku penguji siding skripsi atas perbaikan dan masukan agar skripsi saya

menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

6. Lukman Hakim Wijaya Kusuma yang selalu meluangkan waktu di sela sela kesibukan

untuk memberikan motivasi dan support untuk selalu optimis dalam menghadapi suka

duka kehidupan. Juga atas doa doa sehingga mampu melewati setiap masalah.

7. Sahabat dan Teman Teman seperjuangan, Geng Calon Istri Sholehah, Ulfah Matswal,

Nadhiera, Puspa, Bella, Addah, Gogo, Maya. keluarga besar AB 10 YK, Keluarga

Cemara Magelang Martel, Juan, Bunda Piyul, Firman, Ahsan, Hafid, Lakso atas segala

support dan doa yang selalu membangkitkan semangat dan membantu berdiri kembali

ketika sedang dalam keadaan down.

8. Sahabat sahabat seperjuangan di Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2011

9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu dalam penyusunan

skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan dan tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak sejak masa perkuliahan hingga selesainya skripsi maka

penyusunan skripsi ini tidak akan tercapai. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca.

Jakarta, Mei 2017

Nur Ikhsani Rahmatika

Page 9: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah
Page 10: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah
Page 11: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i

Lembar Pernyataan ........................................................................................................... ii

Abstraksi ........................................................................................................................... iii

Daftar Riwayat Hidup ....................................................................................................... iv

Kata Pengantar` ................................................................................................................. v

Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................................... vi

Daftar Isi ........................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1-10

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….5

1.3. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………………7

1.4. Tujuan Penelitian………………………………………………………………..8

1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………………9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 11-45

2.1. Udara…………………………………………………………………………..12

2.2. Pencemaran Udara…………………………………………………………….15

Page 12: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

2.3. Nitrogen Dioksida……………………………………………………………….18

2.4. Baku Mutu Udara Ambien………………………………………………………25

2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida…………………………………………....27

2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan……………………………….31

2.7. Manajemen Risiko………………………………………………………………41

2.8. Kerangka Teori………………………………………………………………….45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 46-51

3.1. Kerangka Konsep………………………………………………………………..46

3.2. Definisi Operasional……………………………………………………………..48

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 52-69

4.1. Jenis Penelitian………………………………………………………………….52

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………....52

4.3. Subjek Studi…………………………………………………………………….53

4.4. Populasi dan Sampel…………………………………………………………….54

4.5. Metode Pengumpulan Data……………………………………………………..60

4.6. Teknik Pengolahan Data………………………………………………………..64

4.7. Teknik Analisa Data……………………………………………………………50

BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................................70-93

5.1. Gambaran Umum……………………………………………………………….70

5.2. Karakteristik Responden………………………………………………………..72

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian…………………………………………………...76

Page 13: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

5.4. Analisis Risiko…………………………………………………………………81

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 91-102

6.1. Keterbatasan Penelitian………………………………………………………91

6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di Udara………………………………….....91

6.3. Laju Asupan…………………………………………………………………97

6.4. Durasi Pajanan………………………………………………………………98

6.5. Frekuensi Pajanan…………………………………………………………...99

6.6. Berat Badan…………………………………………………………………100

6.7. Asupan (Intake)…………………………………………………………….101

6.8. Karakterisasi Risiko…………………………………………………………102

6.9. Manajemen Risiko…………………………………………………………..102

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 103-105

7.1. Simpulan……………………………………………………………………..103

7.2. Saran…………………………………………………………………………105

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 106

Lampiran ........................................................................................................................ 110

Page 14: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Udara ............................................................................................. 13

Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien Internasional ......................................................... 26

Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia ........................................................... 27

Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA ................................................ 37

Tabel 2.5 Nilai Inhalation Rate yang ditetapkan WHO .................................................... 38

Tabel 4.1 Definisi Operasional ......................................................................................... 48

Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Usia Responden .............................................................. 72

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 73

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Status Pendidikan Responden ........................................ 74

Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden ..................................................... 75

Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 76

Tabel 5.6 Gambaran Intake NO2 pada Masyarakat di Kabupaten Magelang ................. 81

Tabel 5.7 Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster ....................................................... 82

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko Tiap Cluster ........ 85

Tabel 5.9 Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan .................................. 91

Page 15: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang ............ 25

Gambar 4.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang ............ 62

Gambar 5.1 Gambaran Konsentrasi Nitrogen dioksida .................................................... 77

Page 16: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Ilustrasi Logika Pengambilan Keputusan Tipe Studi Lingkungan .................. 41

Bagan 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ................................. 45

Bagan 2.3 Kerangka Konsep Analisis Risiko Pajanan NO2............................................. 47

Bagan 4.1 Skema Pemilihan Sampel ................................................................................ 63

Page 17: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan salah satu masalah global yang dihadapi

hampir oleh seluruh negara negara di dunia. Pencemaran udara di dunia telah

mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2013. Berdasarkan data WHO

kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah melebihi ambang batas

yang sudah ditetapkan (WHO, 2014).

Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek

terhadap kesehatan manusia dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya

keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang

menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi

(Kusnoputranto, H, 2000).

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kawasan strategis pariwisata

nasional yang terdapat dalam program Nawacita Pemerintahan Presiden Joko

Widodo. kawasan strategis pariwisata nasional menjadi prioritas dalam

pengembangan kawasan wisata dan kawasan pendukung kawasan wisata. Dalam

hal ini kawasan strategis pariwisata nasional menjadi sasaran percepatan

pembangunan untuk menarik wisatawan. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti

apakah paparan nitrogen dioksida memiliki risiko bagi penduduk di Kabupaten

Page 18: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

2

Magelang untuk memastikan bahwa tidak ada risiko bagi wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Magelang.

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang dilewati oleh jalan arteri nasional. Kabupaten ini menghubungkan

antar dua ibukota provinsi yaitu ibukota Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I.

Yogyakarta sehingga merupakan salah satu jalur utama provinsi. Salah satu

sumber pencemar udara yang paling utama adalah emisi kendaraan bermotor

sehingga Kabupaten Magelang dipilih sebagai tempat penelitian.

Beberapa bahan pencemar udara yang berpengaruh terhadap kesehatan

manusia seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen

dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), Total Suspended Particulate (TSP),

Particulate Matter (PM10), timbal, Amonia (NH3), hidrokarbon (HC) dan lain

lain. Dari beberapa polutan tersebut yang berpengaruh pada kesehatan saluran

pernafasan yang telah diketahui analisa dosis response dengan nilai reference

concentration yang telah dikonfirmasi oleh Integrated Risk Information System

(IRIS) adalah nitrogen dioksida, aulfur dioksida dan TSP.

. Berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang tahun 2014 ditemukan konsentrasi

Nitrogen Dioksida di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang telah

mendekati baku mutu udara ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999 namun

telah melampaui guideline dari National Ambient Air Quality Standard (NAAQS)

dari US EPA tahun 2010 . Konsentrasi Nitrogen dioksida yang ditemukan dalam

Page 19: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

3

pemantauan kualitas udara tersebut yaitu sebesar 208,89 mg/m3(BLH Kabupaten

Magelang, 2014).

Nitrogen dioksida merupakan salah satu komponen pencemar udara yang

dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Studi menunjukkan adanya hubungan

antara paparan nitrogen dioksida jangka pendek, antara 30 menit sampai 24 jam,

dengan efek samping pernafasan termasuk peradangan saluran nafas pada orang

shat dan penigkatan gejala nafas pada penderita asma. Nitrogen dioksida dapat

mengiritasi paru paru dan resistensi yang lebih rendah terhadap infeksi pernafasan

seperti influenza (WHO, 2010).

Nitrogen dioksida dapat bereaksi dengan amonia, uap air, dan senyawa

lain untuk membentuk partikel kecil. Partikel partikel kecil menembus dalam ke

bagian sensitif dari paru paru dan dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit

pernafasan, seperti emfisema dan bronkhitis, dan dapat memperburuk penyakit

jantung yang ada, yang meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas.

Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran udara adalah

penyakit saluran pernafasan. Nitrogen dioksida merupakan salah satu zat yang

bisa menyebabkan berbagai penyakit saluran pernafasan seperti Asma, radang

Paru Paru dan ISPA ( Queensland Government, 2011). Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan

prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Bila dibandingkan dengan kabupaten

lain di Jawa Tengah termasuk dalam kategori sedang karena prevalensi tertinggi

Page 20: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

4

adalah Kabupaten Kudus dengan tingkat prevalensi 43,1 % dan terendah adalah

Kabupaten Karanganyar yaitu 10,7%. Meningkatnya konsentrasi nitrogen

dioksida di udara dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi

ISPA.

Aktifitas lalu lintas jalan raya merupakan sumber pencemar utama NO2 di

udara. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15 %

pertahun dengan proyeksi 6 - 8 % maka penggunaan bahan bakar di Indonesia

diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada

tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (Gunawan, 2007)

Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap

kesehatan yaitu studi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan (EKL) dan Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar kejadian

penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented)

(WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit ) . Metode

ARKL dapat dilakukan untuk mengestimasi salah satu risiko yang disebabkan oleh

polutan lingkungan. Metode ARKL dapat dilakukan ketika menyusun dokumen

ADKL dalam AMDAL maupun dalam melakukan audit lingkungan untuk

pengelolaan lingkungan (UU No 32 Tahun 2009)

Kajian ARKL dibutuhkan bagi produk, usaha, keadaan atau aktifitas yang

memiliki kemungkinan terjadinya pengaruh yang signifikan bagi kesehatan manusia

yang disebabkan oleh produk, usaha, keadaan atau aktifitas tersebut. Salah satu yang

termasuk didalamnya adalah melakukan kajian analisis risiko pada aktifitas yang

sudah ada (Enhealth, 2012). Kabupaten Magelang sebagai sebuah kota yang

Page 21: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

5

didalamnya terdapat berbagai aktifitas yang sudah berjalan menyebabkan terjadinya

berbagai perubahan pada lingkungan salah satunya adalah pencemaran udara oleh

Nitrogen dioksida yang memiliki kemungkinan berpengaruh pada kesehatan

masyarakatnya. Penilaiaian risiko dilakukan terhadap orang dewasa karena terkait

dengan segmen masyarakat yang memiliki potensi produktivitas lebih dalam

pembangunan di Kabupaten Magelang. Telah banyak penelitian analisis risiko yang

dilakukan kepada anak anak maupun lansia yang merupakan populasi berisiko

dimana peneliti ingin melihat risiko pada populasi dengan risiko terkecil yaitu pada

orang dewasa. Karena dengan adanya risiko kesehatan pada orang dewasa dapat

dipastikan risiko kesehatan juga bisa terjadi pada anak anak dan lansia. Dari

pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan kajian ARKL untuk mengetahui

gambaran tingkat risiko yang ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida yang

sebagai polutan pada udara ambien terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang.

1.2. Rumusan Masalah

Data dari Riskesdas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Prevalensi penyakit ISPA di Provinsi Jawa Tengah mencapai 29,1 % dan

prevalensi di Kabupaten Magelang 24,7%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Magelang menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan salah satu dari 10

penyakit terbesar yang ada di Kabupaten Magelang (Dinkes Kabupaten

Magelang,2015)

Terdapat nilai konsentrasi Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang

berdasarkan pemantauan kualitas udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Magelang yaitu sebesar 208,89 mg/Nm3. Konsentrasi nitrogen

Page 22: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

6

dioksida telah melampaui baku mutu udara ambien berdasarkan guideline dari

NAAQS (National Ambient Air Quality Standar) dari US EPA tahun 2010 namun

masih di bawah baku mutu berdasarkan PP No 41 Tahun 1999.

Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu

dan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini

bermacam macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan

kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran

pernafasan, peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi

dapat menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (WHO, 2010)

Sampai saat ini belum ada penelitian di Kabupaten Magelang mengenai

analisis risiko kesehatan lingkungan dari paparan Nitrogen dioksida terhadap

masyarakat yang dalam kesehariannya terpapar langsung dari udara yang

dihirupnya. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Magelang hanya sebatas

pemantauan kualitas udara ambien namun tidak menganalisis besarnya paparan

risiko kesehatan dari paparan polutan udara tersebut.

Berdasarkan hal hal yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan

penelitian tentang gambaran tingkat risiko kesehatan dari paparan Nitrogen

dioksida terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang untuk mengetahui besarnya

risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen Dioksida tersebut kepada masyarakat di

Kabupaten Magelang tahun 2015.

Page 23: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

7

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten Magelang

Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan tingkat risiko

yang harus dikendalikan ?

2. Bagaimana gambaran berat badan masyarakat di Kabupaten Magelang

tahun 2015 ?

3. Bagaimana gambaran frekuensi pajanan (hari/tahun) masyarakat

Kabupaten Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen

dioksida (NO2) pada tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten

Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida

(NO2) pada tahun 2015?

5. Berapa nilai Intake (Asupan NO2) masyarakat Kabupaten Magelang yang

terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun

2015?

6. Berapa besar nilai risiko kesehatan pada masyarakat Kabupaten

Magelang akibat pajanan Nitrogen dioksida (NO2) pada tahun 2015?

7. Bagaimana seharusnya manajemen risiko yang dilakukan akibat pajanan

Nitrogen dioksida pada tahun 2015 ?

Page 24: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

8

1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat risiko

kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida kepada masyarakat di Kabupaten

Magelang tahun 2015

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui Apakah Konsentrasi Nitrogen dioksida (NO2) di Kabupaten

Magelang Tahun 2015 menyebabkan pajanan yang menghasilkan

tingkat risiko yang harus dikendalikan.

2. Diketahui nilai berat badan masyarakat yang menghirup udara yang

diperoleh dari udara yang mengandung Nitrogen dioksida (NO2) di

Kabupaten Magelang tahun 2015.

3. Diketahui nilai frekuensi pajanan (hari/tahun) Nitrogen dioksida

terhadap masyarakat Kabupaten Magelang tahun 2015.

4. Diketahui gambaran durasi pajanan (tahun) masyarakat Kabupaten

Magelang yang terhirup udara yang mengandung Nitrogen dioksida

(NO2) pada tahun 2015.

5. Diketahui Gambaran Intake NO2 pada masyarakat di Kabupaten

Magelang Taun 2015

6. Diketahui tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida

pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015.

7. Diketahui altrnatif manajemen risiko akibat paparan Nitrogen dioksida

pada masyarakat di Kabupaten Magelang tahun 2015.

Page 25: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

9

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah pengetahuan tentang pencemaran udara terutama

mengenai cemaran udara oleh nitrogen dioksida (NO2) di udara

Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang kemudian dapat

dijadikan sarana pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan

dengan kimia dan biologi lingkungan serta menjadi bahan bacaan dan

bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk

penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas

ruang lingkupnya. Informasi dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan

tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa untuk

meningkatkan kompetensi dan skill yang dimiliki mahasiswa program

studi kesehatan masyarakat.

3. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Dapat dijadikan masukan dalam penyusunan AMDAL kawasan

tingkat Kabupaten/ Kota dan sebagai bahan pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan mengenai pembangunan daerah berkelanjutan.

4. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang

Page 26: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

10

dapat dijadikan referensi tentang besarnya risiko kesehatan yang

ditimbulkan dari paparan polutan nitrogen dioksida terhadap masyarakat

dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan dan penyusunan

kebijakan terkait pembangunan daerah

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang pada bulan

Januari – Februari 2016. Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode analisis risiko kesehatan sebagai

dampak pajanan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kabupaten

Magelang dipilih menjadi lokasi penelitian karena dalam studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa di Kabupaten

Magelang ditemukan tingginya kasus penyakit Saluran Pernafasan.

Penelitian ini sebagai perkiraan risiko bagi kesehatan atas paparan

nitrogen dioksida (NO2) terhadap masyarakat di Kabupaten Magelang

tahun 2015. Sampel penelitian merupakan masyarakat Kabupaten

Magelang kategori dewasa (≥ 19 tahun) yang telah bermukim minimal 2

tahun di wilayah Kabupaten Magelang. Sampel penelitian dipilih sebagai

orang dewasa yang berusia ≥ 19 tahun karena dalam penelitian ini, peneliti

ingin melihat besar risiko pada orang dewasa, dimana pada penelitian

penelitian yang sebelumnya telah ada beberapa penelitian pada anak anak

yang memiliki risiko yang lebih besar maka peneliti ingin melihat

bagaimana risiko tersebut pada orang dewasa.

Page 27: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

11

Pengukuran konsentrasi polutan nitrogen dioksida diukur dengan

menggunakan alat pengukuran udara ambien (impinger) milik Balai

Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja Provinsi Yogyakarta dengan

metode SNI 19-7119-2-2005. Konsentrasi nitrogen dioksida yang diambil

dalam penelitian ini yaitu pada titik pengambilan sampel di Kabupaten

Magelang yang mewakili wilayah dengan kategori polusi tinggi, sedang

dan rendah berdasarkan dari pemantauan kualitas udara yang dilakukan

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Data dianalisis dengan

menggunakan analisis univariat untuk mengetahui gambaran pada masing

masing variabel, menggunakan geographic information system untuk

memetakan dan perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk

menghitung tingkat risiko kesehatan yang diakibatkan oleh paparan

Nitrogen dioksida pada masyarakat.

Page 28: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara

1. Pengertian Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi yang memiliki komponen gas yang tidak selalu konstan

(Fardiaz,1992). Udara mrupakan atmosfer yang mengelilingi bumi yang

fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia. Udara dibutuhkan makhluk

hidup dalam proses respirasi, fotosintesis dan untuk menahan sinar ultraviolet.

2. Manfaat Udara

Udara merupakan salah satu unsur penting bagi makhluk hidup. Beberapa

manfaat udara bagi kehidupan antara lain :

a. Sebagai zat yang dibutuhkan untuk bernafas

b. Sebagai sarana bagi pesawat terbang

c. Sebagai alat pendigin bagi trafo tegangan tinggi

d. Sebagai sarana olahraga paralayang.

e. Membantu proses transfer panas melalui metode konveksi.

Page 29: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

13

3. Komposisi Udara

Udara terdiri dari campuran berbagai gas yang perbandingannya tidak

tetap tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan lingkungan di

sekitarnya.Komposisi normal udara terdiri dari ags nitrogen 78,1%, oksigen

20,9%, karbon dioksida 0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon,

krypton, senon dan helium. Komposisi udara kering yang uap airnya

dihilangkan relatif konstan.

Tabel 2.1 Komposisi Udara

Unsur Volume (%)

Nitrogen

Oksigen

Argon

Karbon Dioksida

Helium

Neon

Xenon

Krypton

Metana

Amonia

Hidrogen Sulfida

78

21

0,94

0,03

0,01

0,01

0,01

0,01

Sangat sedikit

Sangat sedikit

Sangat sedikit

Sumber : Fardiaz,1992

Page 30: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

14

4. Jenis - jenis udara

a. Udara ambien

Pengertian udara ambien menurut PP No 41 tahun 1990 tentang pengendalian

pencemaran udara adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan

troposfis yang berada dalam wilayah yuridiksi republik Indonesia yang

diburuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur

lingkungan lainnya.

b. Udara emisi

Udara emisi merupakan zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari

suatu kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien yang

mempunyai atau tidak mempunyai unsur pencemar.

2.2. Pencemaran Udara

1. Pengertian Pencemaran Udara

Udara merupakan unsur yang penting dalam lingkungan,

pencemaran udara dapat diartikan masuknya atau dimasukkannya zat zat

atau komponen lain dalam udara oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya menurun , hal ini sejalan dengan pengertian pencemaran

lingkungan yang terdapat pada UU no 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Limgkungan Hidup yang berbunyi "Pencemaran lingkungan adalah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan/atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya turun sampai ke ti ngkat tertentu yang menyebabkan

Page 31: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

15

lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan bentukannya" (UU

No.23 Tahun 1997) .

Sejalan dengan Undang Undang di atas PP 41 Tahun 1999

mendeskripsikan Pencemaran udara dengan masuknya atau

dimasukkannya zat energi dari komponen lain ke dalam udara oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya

Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan komposisi

unsur atau komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun

pengurangan relatif, sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan

atau komponen nonkehidupan, pada waktu dan tempat tertentu.

2. Bahan Pencemar Udara

Penyebab atau bahan pencemar di udara dapat dibedakan menjadi

dua yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder (Achmadi, 2011):

a. Pencemar primer : polutan atau substansi pencemar yang ditimbulkan

langsung dari sumber pencemaran udara antara lain CO dan Sulfur

dioksida.

b. Pencemar sekunder : polutan atau substansi pencemar yang terbentuk

dari reaksi dua atau lebih bahan pencemar primer di atmosfer contoh

: ozone, formaldehid,smog fotokimia

Polutan udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara

seluruhnya dan dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu CO

Page 32: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

16

(Karbon Monoksida) , NO2(Nitrogen Oksida) , HC (Hidrokarbon) ,SO2

(Sulfur Dioksida) dan partikel (Fardiaz, 1992)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara

Faktor faktor yang mempengaruhi kulaitas udara sebelum kontak dengan

manusia diantaranya adalah (Achmadi, 2011) :

1. Arah dan kecepatan angin

Angin adalah udara yang bergerak. Akibat pergerakan udara maka

akan terjadi suatu proses penyebaran sehingga dapat

mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara,

sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu sumber akan

mempunyai kadar yang berbeda. Demikian juga halnya dengan

arah dan kecepatan angin dapat mempengaruhi kadar bahan

pencemar setempat. Angin menentukan kemana berbagai bahan

pencemar akan dibawa, gterutama gas dan dan partikel berukuran

kecil, semakin cepat anginbertiup proses pengenceran berjalan

semakin baik.

2. Kelembapan

Kelembapan udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di

udara. Pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara

dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak

berbahaya atau menjadi pencemar sekunder. Kelembapan yang

tinggi akan mengakibatkan reaksi reaksi SO2 menjadi nikatan sulfit

Page 33: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

17

dan sulfat yang bersifat korosif. Selain manusia, benda benda

purbakala dapat terkena korosi bahan pencemar yang asam ini.

3. Suhu

Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan

kelembapan udara relatif, sehingga akan menyebabkan efek korosif

dan meningkatnya sushu akan menyebabkan meningkatnya

kecepatan reaksi suatu bahan kimia. Suhu udara dapat

mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang

tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi

pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang

dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar

di udara tampaknya makin tinggi.

4. Sinar Matahari

Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara, karena

dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di

udara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat

lain di udara sehingga sehingga kadarnya dapat berbeda menurut

banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikian juga

halnya mengenai banyaknya panas matahari yang sampai ke bumi,

yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara. Sinar matahari

dapat mempengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan

tersebut dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau bahan bahan

yang terbuat dari karet.

Page 34: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

18

5. Curah Hujan

Curah hujan yang merupakan suatu partikel air di udara yang

bergerak dari atas jatu ke bumi, dapat menyerap pencemar gas

tertentu kedalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu

baik yang inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada

partikel air dan di bawa jatuh ke bumi. Dengan demikian pencemar

dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya akibat

jatuhnya hujan.

6. Tekanan Udara

Tekanan udara dapat mempercepat atau menghambat terjadinya

suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara

atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat

bertambah maupun berkurang.

4. Sumber Pencemar Udara

Sumber utama pencemaran udara terbagi dalam dua kategori yaitu

secara alamiah dan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Sumber

alamiah yang paling utama adalah letusan gunung berapi atau adanya

aktifitas magma yang keluar, terutama gas gas CO, NO, SO2 serta

berbagai logam berat seperti merkuri, Kadmium dan unsur unsur kimia

lainnya ( Achmadi, 2011).

Sumber pencemar dari kegiatan manusia antara lain berasal dari

transportasi, Industri, Pembakaran, Pembangkit listrik, dan lain lain. Sifat

Page 35: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

19

alami udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara yang dapat

bersifat langsung dan lokal, regional maupun global. (Sumantri,2010)

2.3. Nitrogen Dioksida

1. Siklus Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer (80 %).

Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun asam amino yang

merupakan protein yang temukan pada semua organisme bahkan sampai

ke virus. Protein merupakan salah satu senyawa kimia utama yang

dibutuhkan oleh tubuh. Protein memiliki peranan vital bagi organisme,

seperti fungsi struktural maupun fungsi dungsional di dalam tubuh.

Protein bahkan menyusun materi genetik yang berperan sebagai

pengatur di dalam tubuh serta yang akan diwariskan kepada keturunannya.

Nitrogen di alam dalam bentuk gas N2 yang tidak dapat digunakan baik

oleh tumbuhan maupun hewan. Berbeda dengn tumbuhan dan hewan,

bakteri mapu menggunakan nitrogen dalam bentuk gas (N2) untuk

metabolismenya, dan menghasilkan senyawa nitrogen dalam bentuk lain,

amonium (NH4) dan nitrat (NO3).

Dua jalur utama masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem. Jalur

pertama nitrogen besaral dari deposit nitrogen atmosfer yang berjumlah

sekitar 5% samai 10%. Dalam jalur inii baik- amonium maupun nitrat yang

terlarut air hujan maupun yang terbawa oleh debu- debu dapat memasuki

suatu ekosistem untuk selanjutnya digunakan oleh tumbuhan. Sedangkan

jalur yang kedua masuknya nitrogen ke dalam suatu ekosistem ialah

Page 36: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

20

melalui serangkaian reaksi kimia yang dibantu oleh mikroorganisme.

Siklus Nitrogen terdiri dari beberapa proses.

a. Fiksasi Nitrogen

Fiksasi (pengikatan) nitrogen hanya dapat dilakukan oleh

prokariota (bakteri dan alga) tertentu yang mampu mengikat

senyawa nitrogen dalam bentuk N2 (nitrogen anorganik) menjadi

nitrogen organik dengan mengubahnya menjadi asam amino

yang merupakan penyusun protein. Keberadaan prokariota

pengikat nitrogen amat penting bagi suatu ekosistem mengingat

peranan nitrogen ialah struktural senyawa protein yang

menjalankan banyak fungsi vital di dalam tubuh.

Nitrogen difiksasi oleh bakteri di ekosistem terestrial dan

juga bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman

Leguminoceae, Rhizobium leguminosa. Sedangkan pada

ekosistem akuatik terdapat populasi sianobakteria (alga

prokariot) yang mampu mengikat nitrogen bebas dari atmosfer

masuk ke badan air yang dapat digunakan oleh tmbuhan air dan

alga untuk nutrisi pertumbuhan.

Mikroorganisme pengikat nitrogen menggunakan senyawa

tersebut untuk reaksi metabolisme di dalam tubuhnya. Hasil

samping dari reaksi fiksasi ini akan menghasilkan senyawa

amoniayang menjadi prekursor pertama kali nitrogen organik

yang dapat digunakan oleh tumbuhan.

Page 37: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

21

b. Nitrifikasi

Merupakan reaksi kimia metabolisme amonium (NH4) oleh

bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrosococus) yang menghasilkan

senyawa nitrit (NO2). Amonia (NH3) hasil fiksasi N2 yang

dibebaskan ke dalam tanah akan bereasi dengan ion Hidrogen

sehingga membentuk senyawa amonium (NH4) yang bersifat

asam dan dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan.

Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen dalam bentuk gas,

sehingga dapat menguap ke atmosfer. Pada saat ini amonia

mampu membentuk amonium dengan berikatan dengan ion

hidrogen. Amonium yang terbentuk di atmosfer akan ikut terbawa

dengan aliran hujan yang akan membasahi bumi. Kandungan

amonium ini akan mempengaruhi pH tanah di suatu ekosistem.

Amonium yang terakumulasi ditanah sebagian besar

dimanfaatkan oleh bakteri nitrit untuk menghasilkan energi dan

akan menghasilkan senyawabuangan NO2. Selanjutnya senyawa

nitrit akan digunakan oleh bakteri nitrat (Nitrobacter) yang

menghasilkan senyawa nitrat (NO3). Senyawa nitrat jauh lebih

ramah dibanding senyawa nitrogen lainnya. Senyawa ini dapat

digunakan oleh tumbuhan secara langsung untuk diasimilasi

menjadi senyawa nitrogen organik, asam amino yang akan

menyusun protein. Hewan mendapat asupan nitrogen dengan cara

Page 38: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

22

memakan tumbuhan atau hewan lain melalui rantai makanan pada

suatu ekosistem.

c. Denitrifikasi

Adalah suatu reaksi kimia yang merombak senyawa nitrat

menjadi senyawa N2 ke atmosfer. Denitrifikasi dilakukan oleh

bakteri denitrifikans yang membantu pengembalian senyawa

nitrogen ke atmosfer.

d. Amonifikasi

Sedangkan amonifikasi ialah penguraian nitrat menjadi

amoniun (NH4) melalui proses penguraian yang dibantu oleh

dekomposer (bakteri dan jamur). Pembebasan akumulai nitrogen

pada organisme yang telah mati akan sangat lama siklusnya jika

tidak dibantu oleh dekomposer. Sang pengurai menggunakan

senyawa nitrogen organik kompleks (protein/asam amino) untuk

memenuhi nutrisinya) dan dalam reaksi ini mengembalikan

senyawa amonium yang akan menggantikan senyawa amonium

yang telah digunakan bai oleh mikroorganisme maupun

tumbuhan.

2. Sifat Kimia dan Fisika

Nitrogen dioksida adalah kelompok zat yang terdapat di atmosfer

yang merupakan campuran dari gas nitrogen dan oksigen. Nitrogen

dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Pembentukan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara

Page 39: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

23

sehingga membentuk NO kemudian reaksi seelanjutnya antara nitrogen

monoksida dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida (

oksidasi ) dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

N2 + O2 ------→ 2NO

2NO + O2 -----→ 2NO2

Nitrogen dioksida masuk ke dalam kelompok gas yang sangat raktif

yang disebut nitrogen oksida (NOx). Gas gas ini terbentuk ketika bahan

bakar dibakar pada suhu tinggi dan sumber terbesar yaitu dari knalpot

kendaraan bermotor dan sumber statis yaitu dari utilitas listrik dan boiler

inddustri. Gas nitrogen dioksida adalah agen pengoksidasi yang kuat yang

bereaksi di udara untuk membentuk asam nitrat korosif, serta nitrat

organik beracun. Gas ini juga merupakan gas utama dalam reaksi atmosfer

yang menghasilkan ground - level - ozone atau kabut asap (US.EPA. 2010)

Udara terdiri dari sekitar 80 % volume nitrogen dan 20% volume

oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini memunyai sedikit kecenderungan

untuk bereaksi satu sama lain namun pada suhu yang lebih tinggi

keduanya dapat bereaksi membentuk nitrogen dioksida dalam jumlah yang

lebih besar sehingga dapat mencemari udara.

Jumlah nitrogen dioksida di udara dalam ekuilibrum dipengarhi oleh

suhu pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran yang terdapat pada suhu

tersebut dan jumlah oksign berlbih yang tersedia di udara. Semakin tinggi

suhu pembakaran maka semakin tinggi pula konsentrasi notrogen dioksida

di udara dalam keadaan ekuilibrum. Pembentukan ntrogen dioksida

Page 40: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

24

dirangsang oleh suhu tinggi namun dapat terdisosiasi kembali apabila suhu

campuran perlahan diturunkan.

3. Sumber dan Penyebaran

Dari seluruh jumlah nitrogen oksida yang dilepaskan di atmosfer,

jumlah terbanyak berasal dari aktifitas bakteri namun polusi nitrogen

oksida dari sumber alami ini bukan merupakan masalah karena tersebar

secara merata sehingga konsentrasinya kecil. Yang menjadi masalah bagi

lingkungan adalah konsentrasi nitrogen dioksida yang berasal dari

kegiatan manusia karena konsentrasi yang meningkat sangat tinggi pada

tempat tertentu.

Konsentrasi nitrogen dioksida di daerah perkotaan biasanya antara 10

- 100 kali lebih tinggi daripada di udara pedesaan. Konsentrasi nitrogen

dioksida juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk seperti pada karbon

monoksida karena konsentrasi nitrogen dioksida yang diproduksi manusia

terutama berasal dari kendaraan, produksi energi dan pembuangan

sampah. Sebagian besar emisi nitrogen dioksida adalah dari pembakaran

arang, minyak, gas alam dan bensin.

Konsentrasi nitrogen dioksida dalam suatu kota bervariasi sepanjang

hari tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan

konsentrasi nitrogen dioksida berlangsung sebagai berikut :

a. Sebelum matahari terbit, konsentrasi nitrogen dioksida tetap stabil

pada konsentrasi minimun sehari hari

Page 41: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

25

b. Segera setlah aktifitas manusia meningkat ( jam 6 -8) pagi konsentrasi

nitrogen dioksida meningkat terutama karena meningkatnya aktifitas

lalu libtas karena kendaraan bermotor.

c. Dengan terbitnya matahari yang memancatkan sinar ultraviolet,

konsentrasi nirogen dioksida. Konsentrasi nitrogen dioksida

meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.

Konsentrasi nitrogen dioksida pada pagi hari dapat mencapai 0,5 ppm

d. Konsentrasi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi

nitrogen dioksida karena reduksi oksigen

e. Jika intensitas energi matahari turun maka konsentrasi nitrogen

dioksida meningkat kembali

f. O3 yang terkumpull sepanjang hari akan bereaksi dengan NO

sehingga akan terjadi peningkatan nitrogen dioksida dan penurunan

konsentrasi O3.

g. Produk akhir dari pencemaran nitrogen dioksida di udara dapat berupa

asam nitrat, yang kemudian diendapkan menjadi garam garam nitrat

dalam air hujan dan debu. Mekanisme utama dalam pembentukan

asma nitrat dari nitrogen dioksida masih terus dipelajari dan diteliti

oleh para ahli.

h. Kemungkinan terbentuknya HNO3 dalam udara tercemar adalah

adanya reaksi dengan ozon pada kadar nitrogen dioksida maksimum.

Oksigen memegang peranan penting dalam kemungkinan terjadinya

reaksi.

Page 42: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

26

4. Pengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan

Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 memiliki potensi bahaya bagi

manusia. Penelitian menunjukkan bahwa nitrogen dioksida empat kali lbih

berbahaya daripada NO. Selama ini belum ada laporan kematian yang

disebakan oleh keracunan NO karena pada konsentrasi normal di udara

ambien yang terdapat di atmosfer NO tidak menyebabkan iritasi yang

berbahaya, tetapi pada konsentrasi tertentu dapat mengalami oksidasi

menjadi nitrogen dioksida yang lebih berbahaya.

Nitrogen dioksida dapat mengiritasi paru paru dan resisitensi yang

lebih rendah terhadap infeksi pernafasan seperti influenza dan ISPA. Efek

dari paparan jangka pendek pada manusia belum ditemukan namun

apabila terus terpapar dalam konsentrasi yang di atas batas wajar dalam

udara ambien akan menyebabkan peningkatan kejadian pernafasan akut

pada anak (WHO. 2010)

Nitrogen dioksida sangat berbahaya apabila terhirup dalam

konsentrasi tinggi. Keracunan nitrogen dioksida dapat menyebabkan

pusing, demam bahkan ketidaksadaran. Nitrogen dioksida juga dapat

mengiritasi mata dan saluran pernafasan dan dapat menimbulkan gejala

bagi penderita asthma. Konsentrasi yang ditoleransi dalam 15 menit

pajanan tidak boleh lebih dari 1,9 ppm (CLEAPSS, 2007)

Konsentrasi nitrogen dioksida sebesar 20 ppm apabila terhirup akan

menyebabkan kematian, Konsentrasi sebesar 5 ppm akan memberikan

efek akut apabila terpapar lebih dari 15 menit dan konsentrasi aman yang

Page 43: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

27

bisa ditoleransi oleh tubuh dalam waktu singkat yaitu 3 ppm. Efek

kesehatan akut yang bisa ditimbulkan dari paparan nitrogen dioksida

diantaranya iritasi mata, iritasi tenggorokan dan saluran pernafasan, dan

memicu asma bagi penderita asma. Efek akut yang paling berbahaya yaitu

edema pulmonary ( kerusakan paru paru ). (Quenssland DEEDI, 2011)

Gas nitrogen dioksida dapat menyebabkan toksisitas yang signifikan

karena kemampuannya membentuk asam nitrat dengan air di mata,

paru-paru, selaput lendir dan kulit. Nitrogen dioksida dianggap bukan zat

yang berbahaya karena tidak pada dosis konsentrasi yang dapat

menyebabkan kerusakan paru-paru yang signifikan atau bahkan kematian

dalam waktu singkat .

Konsentrasi yang tepat dimana NO2 akan menyebabkan berbagai efek

kesehatan tidak dapat diprediksi dengan akurasi yang lengkap, karena

pengaruhnya adalah fungsi konsentrasi udara dan waktu pemaparan, dan

pengukuran yang tepat belum dilakukan sehubungan dengan toksisitas

manusia. Informasi yang tersedia dari paparan manusia juga menunjukkan

bahwa ada beberapa variasi dalam individu. Bila dihirup NO2 dapat

menyebabkan kematian dengan kejang akut (penutupan jalan napas),

edema paru (kerusakan jaringan halus paru-paru), atau bronkolitis

obliterans (penyumbatan pada bagian paru-paru halus, akibat kerusakan

jaringan sekunder). Edema paru yang berpotensi fatal bisa terjadi setelah

gejala awal minimal. Gejala biasanya terjadi dalam 1-2 jam paparan,

namun mungkin tertunda hingga 72 jam.Bergantung pada lamanya

Page 44: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

28

paparan, konsentrasi NO2 yang tinggi juga dapat menyebabkan

pneumonia (peradangan paru-paru umum), dan bronkiolitis (radang

bronkiolus). Pemulihan mungkin lengkap atau mungkin melibatkan

beberapa tingkat kerusakan fungsi paru. Paparan akut terhadap konsentrasi

NO2 yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan mata yang

serius.

NAAQS menentukan batas konsentrasi nitrogen dioksida yang bisa

ditoleransi kesehatan untuk standar nasional adalah 0,053 ppm. Nitrogen

dioksida berkontribusi dalam pembentukan ozon dan dapat memiliki efek

buruk pada kedua ekosistem darat dan dan perairan. Nitrogen dioksida di

udara dapat berkontribusi pada sejumlah efek lingkungan seperti hujan

asam dan eutrofikasi di perairan pantai. Eutrofikasi terjad ketika badan air

menderita peningkatan nutrisi yang berpengaruh pada berkurangnya

jumlah oksigen dalam air yang berpengaruh pada kerusakan lingkungan

dan kehdupan ikan dan hewan lainnya (US EPA,.2010)

Di Kabupaten Magelang penyakit saluran pernafasan yang

berhubungan dengan pencemaran Udara cukup tinggi. Menurut data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang terdapat beberapa penyakit saluran

pernafasan yang angka penderitanya cukup tinggi diantaranya ISPA,

Influenza, Bronchitis dan Athsma. Data berikut menunjukkan prevalensi

penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang yang

dikelompokkan berdasarkan kecamatan. Di beberapa Kecamatan dengan

tingkat pencemaran sedang dan tinggi terdapat kasus tingginya penyakit

Page 45: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

29

saluran pernafasan. Namun tingginya pencemaran bukanlah factor mutlak

tingginya jumlah penyakit saluran pernafasan di Kabupaten Magelang.

Gambar 2.1

Peta Sebaran Penyakit Saluran Pernafasan di Kabupaten Magelang

(Dinkes Kabupaten Magelang, 2015)

2.4. Baku Mutu Udara Ambien

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,

dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Tiap negara

memiliki kebijakan masing masing dalam menetapkan Baku Mutu Udara

Ambient, berikut ini adalah tabel Baku Mutu udara ambient yang ditetapkan

oleh US EPA di negara Amerika Serikat.

Page 46: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

30

Tabel 2.2 Guideline Untuk Baku Mutu Udara Ambien Internasional

Sumber : NAAQS 2010

Di Indonesia, baku mutu udara ambien nasional adalah batas maksimum mutu

udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara ( PP 41 tahun 1999).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut maka ditetapkan Baku Mutu Udara

Ambien seperti tabel berikut :

Page 47: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

31

Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien di Indonesia

No Parameter Waktu

pengukura

n

Baku Mutu Metode

Analisis

Peralatan

1 SO2 (Sulfur

Dioksida)

1 jam

24 jam

1 tahun

900 μg/m3

365 μg/m3

60 μg/m3

Pararosanili

n

Spektrofotom

eter

2 CO ( Karbon

Monoksida)

1 jam

24 jam

1 tahun

30,000

μg/m3

30.000

μg/m3

NDDL NDDL

Analyzer

3 NO2 ( Nitrogen

Dioksida )

1 jam

24 jam

1 tahun

400 μg/m3

150 μg/m3

100 μg/m3

Saltzman Spektrofotom

eter

4 O3 ( Oksida ) 1 jam

1 tahun

235 μg/m3

50 μg/m3

Chemilumin

escent

Spektrofotom

eter

5 HC ( Hidrokarbon

)

3 jam 140 μg/m3 Flamed

Ionisation

Gas

Kromatografi

6 PM10 24 jam 150 μg/m3 Gravimetri Hi-Vol

7 PM2,5 24 jam

1 tahun

65 μg/m3

15 μg/m3

Gravimetri Hi-Vol

8 TSP 24 jam

1 tahun

250 μg/m3

90 μg/m3

Gravimetri Hi-Vol

9 Pb 24 jam

1 tahun

2 μg/m3

1 μg/m3

Gravimetri

Ekstraksi

Pengabuan

Hi-Vol

AAS

10 Dustfall 30 hari 10 ton

/Km2/bulan

Gravimetri Canister

11 Total Fluorides 24 jam

90 hari

3 μg/m3

0,5 μg/m3

Specific ion

elektroda

Impinger atau

Continuos

Analyzer

12 Flour Indeks 30 hari 400μg/100

cm3 dari

kertas limed

filter

Colourimetri Limed filter

paper

13 Khlorine dan

Khlorine Dioksida

24 jam 150 μg/m3 Spesifik Ion

Elektroda

Impinger atau

Countinuos

Analyzer

14 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg

SO3/100cm2

dari lead

peroksida

Colourimetri Lead

Peroksida

Candle

Sumber : PP no 41 tahun 1999

Page 48: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

32

2.5. Metode Pengujian Nitrogen dioksida

Pengujian kadar Nitrogen dioksida dari udara ambien menggunakan metode

Griess Saltzman berdasarkan SNI 19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi

pengambilan contoh uji gas Nitrogen dioksida, perhitungan volum contoh uji yang

diserap dan penentuan gas Nitrogen dioksida di udara menggunakan metode Griess

Saltzman dengan spektrofotometri

Gas Nitrogen dioksida diserap dalam larutan Griwss Saltzman sehingga

membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15

menit. Konsentrasi larutan ditentuka secara spektrofotometri pada panjang

gelombang 550 nm.

Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol

penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari

langsung,

3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit,

setelah stabil catat laju alir awal F1

4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan

tekanan udara

5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa

penghisap

6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh.

Bahan/ Pereaksi

Page 49: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

33

1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)

2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)

3. Air suling bebas nitrit

4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA,

C12H16CI2N2)

- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan

disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling

sampai tanda tera

- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari

pendingin

5. Aseton (C3H6O)

6. Larutan penyerap Griess Saltzam

‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000

ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer

sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml

‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml

‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air

suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan

7. Larutan induk NO2 1640 μg/ML

‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu

105ºC, dan dinginkan dengan desikator

Page 50: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

34

‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan

ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga

tanda tera, lalu homogenkan

‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari

pendingin

8. Larutan standar nitrit (NO2)

Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml,

tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan

Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat

b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml;

1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret

mikro ke dalam tabung uji 25 ml

c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan

biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna

d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 550 nm

e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg)

2. Pengujian Contoh Uji

a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer,

ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang

550 nm

Page 51: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

35

b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan

menggunakan kurva kalibrasi

Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut

1. Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

V = F1 + F2 x t x Pa x 298

2 Ta 760

Dimana :

V : Volume udara yang dihisap

F1 : Laju alir awal (L/menit)

F2 : Laju alir akhir (L/menit)

T : Durasi pengambilan contoh uji

Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg)

Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)

298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin

760 : Tekanan udara standar (mmHg)

2. Konsentrasi NO2 di udara ambien

Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

C = b x 10 x 1000

V 25

Page 52: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

36

Dimana :

C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3)

b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)

V : Volume udara yang dihisap

10/25 : Faktor pengenceran

1000 : Konversi liter ke m3

2.6. Metode Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan

Terdapat dua model kajian untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap

kesehatan yaitu studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) dan analisis

risiko kesehatan lingkungan (ARKL). EKL umumnya dilakukan atas dasar

keja-dian penyakit (disease oriented) atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent

oriented) (WHO 1983), sedangkan ARKL bersifat agent specific ( sumber penyakit

) . EKL menyelediki kejadian dan distribusi penyakit, cedera atau kematian

menurut orang, tempat dan waktu.

1. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisis Risiko ( Risk Assesment) adalah proses karakterisasi / perhitungan

efek efek potensial yang merugikan kesehatan manusia oleh bahaya pajanan

lingkungan (NCR, 1983). Analisis risiko kesehatan lingkungan adalah langkah

langkah dalam memperkirakan dan menilai besaran risiko kesehatan dan

lingkungan yang akan terjadi sehingga semua pihak yang peduli mengetahui cara

mengendalikan dan mengurangi risiko tersebut ( Louvar&Louvar, 1998) Analisis

risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah utama yaitu Identifikasi bahaya (Hazard

Page 53: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

37

Identification), Analisis Pemajanan (Exposure Assesment), Analisis Dosis Respon

(Dose Respont Assesment), dan Karakteristik Risiko (Risk Characterization).

1. Identifikasi Bahaya :

Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama dalam ARKL yang

digunakan untuk mengetahui secara spesifik agen risiko apa yang

berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bila tubuh terpajan.

Sebagai pelengkap dalam identifikasi bahaya dapat ditambahkan

gejala – gejala gangguan kesehatan apa yang terkait erat dengan

agen risiko yang akan dianalisis. Tahapan ini harus menjawab

pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media

lingkungan yang mana agen risiko ada, seberapa besar

kandungan/konsentrasi agen risiko di media lingkungan, gejala

kesehatan apa yang potensial ( Depkes, 2012).

2. Analisis Dosis Response

Setelah melakukan identifikasi bahaya (agen risiko, konsentrasi

dan media lingkungan ), maka tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis dosis- respons yaitu mencari nilai RfD, dan/atau RfC,

dan/atau SF dari agen risiko yang menjadi fokus ARKL, serta

memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen

risiko tersebut pada tubuh manusia. Analisis dosis – respon ini tidak

harus dengan melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup

dengan merujuk pada literature yang tersedia. Langkah analisis

dosis respon ini dimaksudkan untuk :

Page 54: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

38

a. mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko

masuk ke dalam tubuh manusia.

b. memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang

terjadi akibat peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko

yang masuk ke dalam tubuh.

c. mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi

(RfC) atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut.

3. Analisis Pemajanan

Pengukuran pemajanan adalah dimaksudkan untuk mengenali

jalur jalur pajanan agen risiko agar jumlah asupan yang diterima

individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Asupan setiap agen

risiko harus dihitung untuk semua jalur pemajanan berdasarkan

karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi berisiko

dengan menggunakan rumus di bawah ini :

avgb

tEE

tW

DfCRtI

Keterangan :

I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh

manusia (mg/kg x hari)

C = konsentrasi risk agent (mg/L)

R = laju asupan (L/hari)

fe = frekuensi pajanan (jam/hari)

Page 55: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

39

Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang

terjadi di tempat tinggal

Wb = berat badan responden (kg)

t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun )

4. Karakterisasi Risiko

Merupakan integrasi informasi daya racun dan pemajanan ke

dalam perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam

suatu bahan. Karakterisasi risiko kesehatan dinyatakan dalam Risk

Quotient (RQ) untuk efek efek non karsinogenik dan Excess Cancer

Risk (ECR) untuk efek efek karsinogenik.RQ dihitung dengan

membagi asupan non karsinogenik dengan dosis reference nya. RfC

adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik yang menyatakan

dosis pajanan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan efek

merugikan kesehatan meskipun pajanan tersebut berlangsung

sepanjang hayat.

Hasil perhitungan RQ akan diketahui :

- Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan

efek merugikan kesehatan

- Jika RQ < 1 maka konsentrasi agen belum berisiko menimbulkan

efek kesehatan.

Nilai kuantitatif RQ selanjutnya digunakan untuk merumuskan

manajemen risiko kesehatan dari risk agent untuk diminimalkan.

Page 56: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

40

Jenis ARKL berdasarkan orang dibedakan menjadi 2 yaitu individual dan

populasi. Penilaian risiko individual berarti menilai risiko pada manusia per

seorangan sedangkan ARKL pada populasi menilai risiko pada suatu populasi

tertentu. Berdasarkan data yang digunakan dan deskripsinya dibedakan menjadi

penilaian risiko kualitatif dan kantitatif. Penilaian risiko kualitatif adalah dengan

menilai risiko berdasarkan risiko tinggi, sedang atau rendah sedangkan penilaian

risiko kuantitatif adalah dengan estimasi angka. Selain itu ada 2 macam ARKL

berdasarkan data yang digunakan yaitu ARKL meja dan ARKL lapangan. ARKL

meja menggunakan semua nilai default yang telah ditetapkan mengikuti standar

yang telah ditetapkan sedangkan ARKL lapangan menggunakan data data yang

didapatkan dari masyarakat yang akan dilakukan penilaian risiko. Dalam penilaian

analisis risiko kesehatan lingkungan ada beberapa nilai default yang telah

ditetapkan oleh US EPA dalam tabel berikut :

Page 57: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

41

Tabel 2.4 Nilai Default ARKL yang ditetapkan US EPA

Land Use Exposure

Pathway Daily Intake

Exposure

Frequency

Exposure

Duration

Body

Weight

Residensial

Air Minum

Tanah &

debu

Inhalasi

kontaminan

2 L (dewasa)

1 L (anak)

200 mg (anak)

100 mg

(dewasa)

20 M3

(dewasa)

12 M3 (anak)

350

hari/tahun

350

hari/tahun

350

hari/tahun

30 tahun

6 tahun

24 tahun

30 tahun

70 kg

(dewasa)

15 kg

(anak)

Industri &

Komersial

Air minum

Tanah &

debu

Inhalasi

1 L

50 mg

20 M3 (hari)

250

hari/tahun

25 tahun

70 kg

(dewasa)

Pertanian Konsumsi

tanaman

42 g

(bebuahan)

80 g (sayuran)

350

hari/tahun

30 tahun

70 kg

(dewasa)

Rekreasi

Konsumsi

ikan lokal

54 g 350

hari/tahun

30 tahun

70 kg

(dewasa)

Sumber : US EPA dalam Enhealth, 2012

Page 58: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

42

2. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah metode untuk mengetahui

dampak kesehatan lingkungan yang berdasarkan pada kejadian penyakit dan

kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit (faktor risiko).

Ada beberapa hal yang membedakan antara EKL (Epidemiologi Kesehatan

Lingkungan) dengan ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan).

Sekurang-kurangnya ada 6 ciri yang membedakan EKL dan ARKL, yaitu:

1. Dalam ARKL, pajanan risk agent yang diterima setiap individu dinyatakan

se-bagai intake atau asupan. Studi epidemiologi umumnya tidak (perlu)

memer-hitungkan asupan individual ini.

2. Dalam ARKL, perhitungan asupan membutuhkan konsentrasi risk agent di

da-lam media lingkungan tertentu, karakteristik antropometri (seperti berat

badan dan laju inhalasi atau pola konsumsi) dan pola aktivitas waktu kontak

dengan risk agent. Dalam EKL konsentrasi dibutuhkan tetapi karakteristik

antropo-metri dan pola aktivitas individu bukan determinan utama dalam

menetapkan besaran risiko.

3. Dalam ARKL, risiko kesehatan oleh pajanan setiap risk agent dibedakan

atas efek karsinogenik dan efek nonkarsinogenik, dengan perhitungan yang

berbe-da. Dalam EKL, teknik analisis efek kanker dan nonkanker pada

dasarnya ada-lah sama.

4. Dalam EKL, efek kesehatan (kanker dan nonkanker) yang ditentukan

dengan berbagai pernyataan risiko (seperti odd ratio, relative risk atau

standardized mortality ration) didapat dari populasi yang dipelajari. ARKL

Page 59: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

43

tidak dimaksudkan untuk mencari indikasi, menguji hubungan atau

pengaruh dampak ling-kungan terhadap kesehatan (kejadian penyakit yang

berbasis lingkungan), me-lainkan untuk menghitung atau menaksir risiko

yang telah, sedang dan akan terjadi. Efek tersebut, yang dinyatakan sebagai

nilai kuantitatif dosis-respon, harus sudah ditegakkan lebih dahulu, yang

didapat dari luar sumber-sumber populasi yang dipelajari, bahkan dari

studi-studi toksisitas uji hayati (bioassay) atau studi keaktifan biologis risk

agent.

5. Dalam ARKL, besaran risiko (dinyatakan sebagai RQ untuk

nonkarsinogenik dan ECR untuk karsinogenik) tidak dibaca sebagai

kelipatan risiko melainkan sebagai besaran probalitias. Jadi misalnya, RQ =

2 tidak sama dengan OR = 2.

6. Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk

merumus-kan pengelolaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik.

ARKL menawar-kan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti penetapan

baku mutu dan re-duksi konsentrasi. Pengelolaan dan komunikasi risiko

bukan bagian integral studi EKL dan, jika ada, hanya relevan untuk populasi

yang dipelajari.

Page 60: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

44

Bagan 2.1. Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menentukan tipe studi

mana yang dapat dilakukan dalam mempelajari efek lingkungan terhadap kesehatan

manusia (ATSDR, 1996 dalam Rahman, 2007)

2.7. Manajemen Risiko

Salah satu cara dalam manajemen risiko untuk bahaya lingkungan adalah

dengan mengontrol bahaya. Mengontrol bahaya bisa dilakukan dalam 3 tahap yaitu

kontrol pada sumber, kontrol pada lingkungan dan kontrol pada target atau manusia

(Yassi.et al, 2001).

Berdasarkan hasil dari analisis risiko, dapat dirumuskan beberapa pilihan

(skenario) manajemen risiko untuk meminimalkan RQ dengan memaniipulasi atau

mengubah nilai faktor faktor pemajanan yang berada dalam persamaan intake

sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan Dosis referensi toksisitasnya. Pada

Page 61: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

45

dasarnya hana ada dua cara untuk menyamakan Intake dengan RfC yaitu dengan

menurunkan konsentrasi Risk Agent atau mengurangi waktu kontak.

Perhitungan manajemen Risiko adalah sebagai berikut :

C : Konsentrasi maksimum ( μg/m3)

RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)

Wb : Berat Badan (kg)

tavg : periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik)

R : laju asupan atau konsumsi ( 0,83 m3/ jam untuk inhalasi)

tE : waktu pajanan (jam/hari)

fE : frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt : Durasi pajanan (tahun)

Dalam melakukan manajemen risiko dari berbagai penyakit akibat lingkungan

berdasar pada teori paradigma kesehatan lingkungan. Patogenesis penyakit berbasis

lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu paradigma yang menggambarkan

E

avgb

ftERDt

tWRfDC

E

avgb

fDtRC

tWRfDtE

E

avgb

tDtRC

tWRfDfE

Page 62: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

46

interaksi hubungan antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya

penyakit dengan manusia atau biasa disebut paradigma kesehatan lingkunga

(Achmadi, 2008)

Paradigma Kesehatan Lingkungan memiliki 5 simpul yaitu :

a. Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan

agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen

penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan

penyakit melalui media perantara. Sumber penyakit adalah titik yang secara

konstan maupun sewaktu waktu mengeluarkan satu atau lebih berbagai

agen penyakit dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu

: Sumber penyakit alamiah dan hasil kegiatan manusia.

b. Simpul 2 : Media transmisi penyakit

Media transmisi penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat

memindahkan agen penyakit dan pada hakikatnya kita mengenal lima

komponen lingkunan sebagai media transmisi penyakit yaitu :

1) Udara ambient

2) Air

3) Tanah/pangan

4) Binatang/serangga penular penyakit/ vektor

5) Manusia melalui kontak langsung.

Page 63: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

47

Media transmisi tidak memiliki potensi penyakit jika didalamnya tidak

mengandung agen penyakit seperti contohnya udara tidak dikatakan

berbahaya jika didalamnya tidak mengandung bahan toksik atau jamur yang

dapat menyebabkan penyakit.

c. Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioral exposure )

Agen penyakit, dengan menumpang komponen lingkungan lain masuk

ke tubuh kita melalui suatu proses yang kita sebut sebagai proses "hubungan

interaktif". Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan

penduduk dapat diukur sebagai perilaku pemajanan.

Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan

komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit ( agen

penyakit). Perilaku pemajanan ini dapar diukur dengan biomarker atau

tanda biologi seperti mengukur kandungan merkuri dalam urine atau Pb

dalam darah, dan lain lain.

d. Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara

manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan

kesehatan. Manifestasi dampak akibat hubungan antara manusia dengan

lingkungan menghasilkan penyakit pada manusia.

e. Simpul 5 : Variable Supra Sistem

Kejadian penyakit itu sendiri dipengaruhi oleh kelompok variabel supra

sistem yaitu iklim, topografi, temporal dan kebijakan makro atau kebijakan

politik yang merupakan variabel supra sistem.

Page 64: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

48

2.8. Kerangka Teori

Kerangka teori ini disusun berdasarkan dari landasan teori mengenai analisis risiko

kesehatan Lingkungan paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat. Kerangka

teori ini merupakan kerangka teori dalam metode ARKL oleh pajanan nitrogen

dioksida mulai dari keberadaanya di lingkungan yang dihasilkan dari sumber

sumber pencemar itrogen dioksida hingga efek kesehatan yang diprediksi dapat

ditimbulkan. Konsentrasi NO2 dipengaruhi oleh sumber pencemar, faktor iklim dan

interaksi dengan polutan lain. Konsentrasi rujukan (RfC) didapat berdasarkan hasil

penelitian penelitian epidemiologi atau perhitungan besar kecil toksisitas kronik

objek kajian (NOAEL dan LOAEL). Dari kajian tersebut dapat diketahui jumlah

yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui perhitungan intake yang dipengaruhi

oleh karakteristik individu yaitu berat badan, umur, laju asupan dan pola aktifitas,

dan kemudian memprediksi adanya atau tidaknya risiko berdasarkan konsentrasi

rujukan (RfC) .

Page 65: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

49

Gambar 2.2 Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

(Enhealth,2012)

Manajemen Risiko

Sumber :

- Alami

- Buatan

Konsentrasi

NO2 di udara

Identifikasi

Bahaya

Analisis

pemajanan

Analisis Dosis

Respons (Rfc)

Pajanan ke manusia

(Intake)

avgb

tEE

tW

DfCRtI

Manajemen

Risiko

Gangguan Saluran

pernafasan

- Sesak nafas

- ISPA

- Radang Paru

Paru

RfC

RQ < 1

RQ > 1

Page 66: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

50

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan acuan dari kerangka teori mengenai analisis risiko kesehatan

lingkungan paparan nitrogen dioksida kepada masyarakat, yang menjadi fokus

penelitian pada analisis risiko kesehatan paparan nitrogen dioksida terhadap

masyrakat Kabupaten Magelang yaitu perhitungan karakterisasi risiko yang

membutuhkan variabel konsentrasi nitrogen dioksida, laju asupan, frekuensi

pajanan, waktu pajanan, periode dan berat badan.

Polutan udara nitrogen dioksida pada udara ambien di Kabupaten

Magelang memapar manusia melalui jalur inhalasi dan jumlah polutan yang

terhirup dihitung sebagai intake. Nilai intake pada manusia dipengaruhi oleh

variabel berat badan, umur, laju asupan, waktu terpapar, frekuensi pajanan dan

durasi. Setelah diketahui nilai intake maka dapat dilakukan perhitungan risiko

berdasarkan nilai RfC. Apabila tingkat risiko kesehatan (RQ) > 1 maka dilakukan

upaya manajemen risiko dengan menghitung kadar atau frekuensi pajanan yang

ditoleransi. Apabila RQ < 1 maka dilakukan upaya untuk mempertahankan

kondisi agar risiko kesehatan (RQ) tidak melebihi 1.

Page 67: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

51

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Analisis risiko Pajanan nitrogen dioksida

Keterangan :

I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia

(mg/kg x hari)

C = konsentrasi risk agent (mg/L)

R = laju asupan (L/hari)

fe = frekuensi pajanan (jam/hari)

Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat

tinggal

Wb = berat badan responden (kg)

t avg = periode waktu (30 tahun x 365 hari/tahun )

Konsentrasi

NO2 di

udara

ambien di

Kabupaten

Magelang

Pajanan ke masyarakat

(Intake)

RQ = I

RfC

Manajemen

Risiko

Page 68: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

52

2.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Satuan Skala

1 RQ Tingkat risiko yang ditimbulkan akibat

paparan zat polutan yang dinyatakan dalam

angka tanpa satuan yang merupakan

perhitungan perbandingan antara intake

dengan dosis referensi suatu zat serta dapat

juga diinterpretasikan sebagai aman atau

tidak amannya suatu zat polutan

RQ = I

RfC

Perhitungan rumus Rasio

2 Intake Jumlah asupan risk agent yang diterima

individu per berat badan per hari

avgb

tEE

tW

DfCRtI

Perhitungan rumus mg/kg/hari Rasio

Page 69: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

53

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Satuan Skala

3 RfC Estimasi pajanan harian dengan rentang

ketidakpastian terhadap populasi berisiko

yang diperkirakan tidak menimbulkan efek

kesehatan walaupun pajanan berlangsung

seumur hidup

Perhitungan Estimasi dari nilai LOAEL

(Lowest Observed Adverse

Effect Level) dan NOAEL (No

Observed Adverse Effect

Level)

mg/m3

Rasio

4 Konsentrasi

nitrogen

dioksida

Kandungan NO2 yang terdapat dalam

satuan volume udara ambient di Kabupaten

Magelang

Spektofotometer

SNI No 19-7119.2.2005

(Metode Saltzman)

mg/m3 Rasio

5 Berat Badan

(Wb)

Berat badan responden saat dilakukan

penelitian

Timbangan Ditimbang kilogram Rasio

6 Umur Lama waktu hidup sejak dilahirkan hingga

dilakukan penelitian

Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Tahun Rasio

Page 70: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

54

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Satuan Skala

7 Laju Asupan Volume udara yang dihirup per satuan

waktu yang didapat dengan cara menukur

laju inhalasi orang dewasa per hari dibagi

24 jam

Rumus

Perhitungan Laju

Asupan

Memasukkan nilai berat badan ke

dalam regresi laju asupan

m3/hari Rasio

8 Waktu Pajanan Periode waktu (jam) responden terpajan

oleh nitrogen dioksida dalam sehari.

Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Jam/ hari Rasio

9 Frekuensi

Pajanan

Kekerapan populasi terpajan oleh nitrogen

dioksida di lokasi penelitian berdasarkan

jumlah hari kerja responden dalam satu

tahun

Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Hari/Tahun Rasio

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Satuan Skala

Page 71: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

55

10 Durasi Pajanan Lamanya waktu terpajan oleh nitrogn

dioksida di lokasi penelitian berdasarkan

pajanan sebenarnya (real time) dan pajanan

sepanjang hayat ( life time)

Kuesioner Kuesioner untuk wawancara Tahun Rasio

11 Periode waktu

rata rata (t avg)

Periode waktu rata rata untuk pajanan non

karsinogenik menggunakan angka default

365 hari/tahun

Nilai default Mengalikan lifespan dengan

frekuensi pajanan

30 tahun x

365 hari

Rasio

Page 72: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

56

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui besarnya risiko

kesehatan akibat paparan lingkungan terhadap suatu populasi. Yaitu mengetahui

besarnya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida terhadap masyarakat di

Kabupaten Magelang. Metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dipilih

karena penelitian ini bersifat agent specific atau meneliti sumber penyakit berupa

polutan lingkungan tertentu sehingga metode ARKL dinilai sebagai metode yang

sesuai karena penelitian bukan pada kejadian penyakit atau pada kondisi

lingkungan. ARKL merupakan salah satu metode untuk memprediksi dampak

lingkungan dengan langkah langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi Bahaya

2. Analisis pemajanan

3. Analisis Dosis Response

4. Karakterisasi Risiko

5. Manajemen risiko (dilakukan apabila RQ >1)

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan

lokasi penelitian diKabupaten Magelang berdasarkan konsentrasi polutan yang

Page 73: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

57

didapatkan dari hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Magelang tahun 2014 ( Peta terlampir ).

Waktu penelitian : Januari 2017 – Februari 2016

4.3. . Populasi dan Sampel

1. Populasi Berisiko : Populasi berisiko dalam penelitian ini adalah masyarakat

yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang yang terpapar oleh Nitrogen

dioksida dalam udara ambien dan memiliki laju asupan yang lebih tinggi.

2. Subjek :.

1. Kriteria Inklusi : Masyarakat usia dewasa (≥19 tahun ) yang bekerja dan

tinggal (> 2 tahun ) di Kabupaten Magelang yang tidak sedang hamil atau

mengidap penyakit diabetes.

2. Kriteria Eksklusi : Masyarakat yang bekerja di Kabupaten Magelang

namun tinggal di luar Kabupaten Magelang dan masyarakat yang tinggal

di Kabupaten Magelang namun bekerja di luar Kabupaten Magelang

3. Sampel Lingkungan : Sampel Lingkungan dari penelitian ini adalah udara

ambien di Kabupaten Magelang yang diuji dengan metode Griezz Saltzman

berdasarkan SNI 19-7119.2-2005

Metode Pengambilan Sampel Lingkungan

Sampel udara yang diambil merupakan udara ambien di Kabupaten

Magelang. Titik pengambilan sampel ditentukan yaitu 3 titik yang mewakili

wilayah dengan kadar polusi rendah, sedang dan tinggi berdasarkan data

Page 74: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

58

pemantauan kualitas udara dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Magelang tahun 2014 berdasarkan kriteria dari SNI 19 -7119.6-2005. Kriteria

penetuan titik lokasi pengukuran yaitu:

1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi dipilih yang dekat dengan

sumber pencemar bergerak yaitu kendaraan bermotor dimana tempat

pengambilan sampel dilakukan dekat dengan jalan utama provinsi

maupun nasional

2. Masuk dalam administrasi wilayah Kabupaten Magelang yang merupakan

wilayah penelitian

3. Mengambil sampel di 3 titik lokasi yang amsuk dalam wilayah Penelitian

yang bisa mewakili lokasi penelitian dimana dilakukan penentuan titik

dengan memperhatikan nilai konsentrasi pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang.

Titik pengambilan sampel dalam penelitian ini mewakili wilayah dengan

pencemaran rendah, sedang dan tinggi berdasarkan hasil pengukuran oleh

BLH Kabupaten Magelang.

Tiga titik lokasi pengambilan sampel ini termasuk dalam kriteria SNI,

karena merupakan area yang sering mengalami kemacetan pada jam-jam

tertentu saja. Sehingga untuk bahan pencemar yang terdapat pada lokasi ini,

konsentrasinya akan meningkat sesusai dengan aktivitas pada jam - jam

tertentu itu pula. Sedangkan untuk persayaratan pemilihan lokasi yaitu:

1. Menghindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya

absorpsi atau adsorpsi misalnya dekat dengan gedung atau pepohonan.

Page 75: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

59

2. Menghindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan

pencemar yang akan diukur dapat terjadi.

3. Pada arah angin dominan: titik pemantauan kualitas udara ambien

minimum 2 titik dengan mengutamakan pada tempat tempat sensitif.

Sedangkan pada arah angin lainnya minimum 1 titik dengan kriteria

penetapan lokasi seperti pada arah angin dominan.

Metode Pengambilan Sampel dan Pengujian konsentrasi Nitrogen dioksida

dari udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman berdasarkan SNI

19-7119.2.2005. Lingkup pengujian meliputi pengambilan contoh uji gas Nitrogen

dioksida, perhitungan volum contoh uji yang diserap dan penentuan gas Nitrogen

dioksida di udara menggunakan metode Griess Saltzman dengan spektrofotometri

Langkah langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Menyusun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar

2. Memaasukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 ml ke dalam

botol penyerap. Mengatur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan

sinar matahari langsung,

3. Menghidupkan pompa penghisap udara dan mengatur kecepatan alir 0,4

l/menit, setelah stabil laju alir awal F1dicatat

4. Melakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan mencatat temperatur

dan tekanan udara

5. Setelah satu jam laju alir akhir dicatat dan kemudian pompa penghisap

dimatikan

6. Melakukan analisis di lapangan

Page 76: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

60

Bahan/ Pereaksi

1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)

2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)

3. Air suling bebas nitrit

4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA,

C12H16CI2N2)

- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan

disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling

sampai tanda tera

- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari

pendingin

2. Aseton (C3H6O)

3. Larutan penyerap Griess Saltzam

‐ Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000

ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer

sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml

‐ Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml

‐ Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air

suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan

4. Larutan induk NO2 1640 μg/ml

‐ Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu

105ºC, dan dinginkan dengan desikator

Page 77: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

61

‐ Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan

ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga

tanda tera, lalu homogenkan

‐ Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari

pendingin

5. Larutan standar nitrit (NO2)

Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml,

tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan

Tahapan Pengujian Kadar Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat

b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml;

1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetric atau buret

mikro ke dalam tabung uji 25 ml

c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan

biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna

d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 550 nm

e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (μg)

2. Pengujian Contoh Uji

a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer,

ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang

550 nm

Page 78: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

62

b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan

menggunakan kurva kalibrasi

Perhitungan Konsentrasi Nitrogen dioksida adalah sebagai berikut

1. Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

V = F1 + F2 x t x Pa x 298

2 Ta 760

Dimana :

V : Volume udara yang dihisap

F1 : Laju alir awal (L/menit)

F2 : Laju alir akhir (L/menit)

T : Durasi pengambilan contoh uji

Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg)

Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)

298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin

760 : Tekanan udara standar (mmHg)

2. Konsentrasi NO2 di udara ambien

Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

C = b x 10 x 1000

V 25

Dimana :

Page 79: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

63

C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3)

b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)

V : Volume udara yang dihisap

10/25 : Faktor pengenceran

1000 : Konversi liter ke m3

4. Pengambilan dan Perhitungan Sampel Manusia

Perhitungan sampel minimal untuk sampel manusia dihitung dengan

persamaan untuk perhitungan rasio yang digunakan dalam penelitian Cross

Sectional, rumus perhitungan minimal sampel yang akan digunakan adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

Z1- α/2 = 1,96 (derajat kepercayaan 95%)

σ = standar deviasi 0,002 ( Arista, 2015)

d = presisi relatif 10% (0,1)

μ = rata rata 0,00125 (Arista, 2015)

Perhitungan yang didapatkan berdasarkan rumus tersebut adalah :

n = 1,962

0,0022

0,12

0,001252

n = 98,5

` Dalam pengambilan sampel dengan metode cluster maka jumlah sampel

minimal dikalikan 2 sehingga sampel minimal yang harus diambil 99 x 2 = 198.

Page 80: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

64

Dalam kenyataan di lapangan terjadi perubahan jumlah sampel untuk menghindari

drop out mka jumlah total sampel yang diambil adalah 213 sampel.

Pemilihan sampel dilakukan beberapa tahap yaitu cluster bertingkat dan simpel

random sampling. Metode cluster digunakan untuk memilih kecamatan yang akan

diambil sampel berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang Tahun 2014. Berdasarkan hasil

pemantauan kualitas udara di Kabupaten Magelang tahun 2014 di 10 titik yang

mewakili 21 kecamatan, dikelompokkan menjadi tingkat polusi tinggi, sedang dan

rendah berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida pada 10 titik pemantauan

tersebut. 10 titik pengambilan sampel mewakili kecamatan kecamatan berikut.

1. Depan SPBU BAledono : Kecamatan Salam, Ngluwar dan Srumbung

2. Jl Pemuda Muntilan : Kecamatan Muntilan dan Dukun

3. Pertigaan Mendut : Kecamatan Mungkid dan Sawangan

4. Kompleks Candi Borobudur : Kecamatan Borobudur

5. Sekitar PT Sengon Kondang Nusantara : Kecamatan Salaman dan

Kajoran

6. Timur tapak PT Tata Lestari Rimba Buana : Kecamatan Tempuran,

Kaliangkrik dan Bandongan

7. Depan Armada Town Square : Kecamatan Mertoyudan dan

Candimulyo

8. Depan Pasar Lama Tegalrejo : Kecamatan Tegalrejo dan Pakis

9. Pertigaan Secang : Kecamatan Secang dan Windusari

10. Perempatan Pasar Grabag : Kecamatan Grabag dan Ngablak

Page 81: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

65

Berdasarkan konsentrasi Nitrogen dioksida yang didapatkan pada pemantauan

kualitas udara tahun 2014 di 10 titik tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu

kategori polusi tinggi, sedang dan rendah

1. Kategori tinggi : Pertigaan Secang, Armada Town Square dan Jl. Pemuda

Muntilan yang mencakup Kecamatan Muntilan, Dukun, Mertoyudan,

Candimulyo, Secang dan Windusari dengan total populasi 389.120 jiwa

2. Kategori sedang : Kompleks Candi Borobudur, Depan pasar lama

Tegalrejo, Perempatan Pasar Grabag dan Depan SPBU Baledono yang

mencakup Kecamatan Grabag, Ngablak, Borobudur, Salam, Ngluwar,

Srumbung, Tegalrejo dan Pakis dengan total populasi 399.814 jiwa

3. Kategori rendah : Pertigaan Mendut, Sekitar PT Sengon Kondang

Nusantara dan Timur tapak PT Lestari Rimba Buana yang mencakup

Kecamatan Mungkid, Sawangan, Tempuran, Kaliangkrik, Bandongan,

Salaman dan Kajoran dengan total populasi 392.982 jiwa.

Dari ketiga kategori tersebut kemudian dihitung proporsi sampel berdasarkan total

populasi yang ada dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Kategori tinggi

Total Populasi : 389.120

33 % dari total populasi : 129.706

Jumlah minimum sampel yang diambil : 129.706 x 213 = 70

393.972

2. Kategori sedang

Total Populasi : 399.814

33 % dari total populasi : 133.272

Page 82: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

66

Jumlah minimum sampel yang diambil : 133.272 x 213 = 71

393.972

3. Kategori rendah

Total Populasi : 392.982

33 % dari total populasi : 130.994

Jumlah minimum sampel yang diambil : 130.994 x 213 = 70

393.972

Dari ketiga kategori tersebut kemudian dipilih secara random 1 kecamatan

yang mewakili tiap kategori sebagai dasar pemilihan secara random untuk cluster

kecamatan pada tiap kategori terpilih Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan

Sawangan dan Kecamatan Borobudur. Dari Setiap Kecamatan terpilih diacak

secara simple random sampling untuk menentukan cluster desa / kelurahan. Skema

Pemilihan sampel yang akan diambil dengan metode cluster adalah sebagai berikut:

1. Dari 13 Desa di Kecamatan Mertoyudan yaitu Banjarnegoro, Banyurojo,

Bondowoso, Bulurejo, Danurejo, Deyangan, Donorojo, Jogonegoro,

Kalinegoro, Mertoyudan, Pasuruhan, Sukorejo, Sumberrejo terpilih 3 desa

yaitu Danurejo, Deyangan dan Sukorejo

2. Dari 20 Desa di Kecamatan Borobudur yaitu Desa Tegalarum, Bigaran,

Borobudur, Bumiharjo, Candirejo, Giritengah, Karanganyar, Karangrejo,

Kebonsari, Kembanglimus, Kenalan, Majaksingi, Ngadiharjo,

Margogondo, Sambeng, Tanjungsari, Tuksongo, Wanurejo dan

Wringinputih terpilih 3 desa yaitu Wringinputih, Borobudur dan

Kembanglimus

Page 83: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

67

3. Dari 15 desa di Kecamatan Sawangan yaitu Desa Wonolelo, Banyuroto,

Butuh, Gantang, Gondowangi, Jati, Kapuhan, Ketep, Krogowanan,

Mangunsari, Podosoko, Sawangan, Soronalan, Tirtosari dan Wulung

Gunung terpilih 3 desa yaitu Desa Kapuhan, Mangunsari dan Gondowangi

Dari setiap desa akan dipilih 3 RW Secara random untuk kemudian dilakukan

pengambilan sampel dari setiap RW terpilih dengan metode simple random

sampling.

Gambar 4.1

Gambaran Konsentrasi Nitrogen di Kabupaten Magelang

Page 84: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

68

Gambar 4.1. Skema Pemilihan sampel dengan metode kluster

4.4. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer : Didapat dengan metode wawancara menggunakan kuosioner

2. Data Sekunder :

a. Data Lingkungan : Data konsentrasi nitrogen dioksida didapat dari data

hasil pemantauan kualitas udara milik Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Magelang dan pengujian laboratorium.

Kabupaten Magelang

Mertoyudan Sawangan

RW 2

RW 5

RW 3

RW 2 RW 4

RW 1

RW 4

RW 2

RW 10

RW 4

RW 5

RW 9

RW 7

RW 1

RW 1

RW 6

Borobudur

Mangunsari

Kapuhan

Gondowangi Wringinputih

Borobudur

Kembangli

mus

Danurejo

Deyangan

Sukorejo

RW 7

RW 9

RW 2

RW 8

RW 7

RW 1

RW 9

RW 4

RW 5

RW 10

RW 2

Rendah Sedang

Tinggi

Page 85: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

69

b. Data Penyakit saluran pernafasan : Data penyakit saluran pernafasan

diambil dari data milik Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang dan

Puskesmas Muntilan dan Mertoyudan.

c. Data lainnya : Data di luar data lingkungan diambil dari data milik Dinas

Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Magelang

4.5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder . Data primer

diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk

mendapatkan data durasi pajanan, berat badan sedangkan data sekunder berupa

konsentrasi nitrogen dioksida berdasarkan pemaantauan dari Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang , dan data data dari Dinas

Kesehatan maupun Dinas Kependudukan Kabupaten Magelang juga beberapa

literatur yang terkait dengan penelitian ini. Data data yang telah diperoleh

kemudian diolah dengan tahap tahap sebagai berikut :

a. Editing ( pemeriksaan data )

Merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua data data yang

diperoleh melalui wawancara kuesioner setelah pengamilan data di lapangan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memstikan bahwa data yang dikumpulkan semua

terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik.

Page 86: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

70

b. Coding ( Pemberian Kode )

Data yang telah dikumpulkan dan dikoreksi kelengkapannya kemudian diberi

kode oleh peneliti secara manual yaitu dengan memberikan kode pada jawaban

jawaban yang diberikna oleh responden agar mempermudah dalam memasukkan

data data tersebut.

c. Entry ( memasukkan data ke dalam komputer / software)

Data yang sudah berbentuk huruf dan angka kemudian dimasukkan ke program

komputer dengan menggunakan software microsoft excel, spss dan Arc GIS.

d. Cleaning (Pembersihan data)

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer

dan memeriksa kembali untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data

4.7.. Teknik Analisa Data

1. Analisis univariat

Dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel. Yang

diteliti. Dalam analisis ini digunakan ukuran nilai tengah mean, median,

nilai-nilai minimal maksimal, dam simpangan baku (standard deviation) . Untuk

melihat normalitas data digunakan uji Kolmogorof - Smirnov. Jika distribusi data

normal maka digunakan mean sedangkan apabila distribusi tidak normal maka

menggunakan median. Hasil analisis dari masing masing variabel disajikan

dalam bentuk tabel maupun diagram. Analisis data penyakit saluran pernafasan

di Kabupaten Magelang menggunakan Geographic Information System dimana

Page 87: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

71

data penyakit saluran pernafasan yang ada di Kabupaten Magelang dipetakan dan

disajikan dalam informasi berbentuk peta.

2. Analisis Risiko

Pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) digunakan untuk

menghitung tingkat risiko, terdiri atas empat langkah sebagai berikut :

A. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya dilakukan terhadap kandungan nitrogen dioksida pada udara

ambien di Kabupaten Magelang

B. Analisis Dosis Respon

Dosis respon pajanan nitrogen dioksida yang menyatakan dosis acuan (RfC) yaitu

kadar yang ditoleransi yang tidak menimbulkan bahaya bagi tubuh yaitu 2E-2

(NAAQS, 2010)

C. Analisis Pajanan

Analisis pajanan dilakukan dengan pengukuran besarnya pajanan, yaitu dengan

mengestimasi jumlah asupan (intake) udara dengan memperhitungkan

konsentrasi nitrogen dioksida di udara, laju asupan, frekuensi pajanan, durasi

pajanan, berat badan, dan periode waktu rata-rata, dengan menggunakan

persamaan berikut :

Page 88: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

72

avgb

tEE

tW

DfCRtI

Keterangan :

I = asupan (intake), jumlah risk agent yang masuk ke dalam tubuh manusia

(mg/kg x hari)

C = konsentrasi risk agent (mg/L)

R = laju asupan (L/hari)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat

tinggal

Wb = berat badan responden (kg)

t avg = periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun )

D. Karakterisasi Risiko (Risk Characterization)

Karakterisasi risiko adalah perkiraan risiko secara numerik, melalui estimasi risiko

dengan menghitung rasio antara asupan (intake) dengan dosis acuan (RfD). Tingkat

risiko dinyatakan dengan bilangan risiko, Risk Quotient (RQ). Perhitungan RQ

dilakukan sesuai dengan persamaan berikut :

Hasil perhitungan RQ dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan masyarakat

akibat paparan Nitrogen dioksida . Apabila RQ ≤ 1 menunjukkan pajanan masih

RfCRfD

IRQ

atau

Page 89: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

73

berada di bawah batas normal Sedangkan bila RQ >1, menunjukkan pajanan berada

di atas batas normal dan masyarakat yang terpapar Nitrogen dioksida memiliki

risiko kesehatan oleh nitrogen dioksida sepanjang hidupnya

E. Manajemen Risiko

Manajemen risiko dapat dihitung dengan rumus :

C : Konsentrasi maksimum ( μg/m3)

RfC : Dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)

Wb : Berat Badan (kg)

tavg : periode rata rata harian ( 30 x 365 hari untuk non karsinogenik)

R : laju asupan atau konsumsi ( m3/ jam untuk inhalasi)

tE : waktu pajanan (jam/hari)

fE : frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt : Durasi pajanan (tahun)

E

avgb

ftERDt

tWRfDC

E

avgb

fDtRC

tWRfDtE

E

avgb

tDtRC

tWRfDfE

Page 90: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

74

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum

5.1.1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten yang secara administratif

termasuk dalam bagian dari provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 108.573 Ha dan

memiliki ketinggian wilayah antara 153 – 3065 m di atas permukaan air laut. Kabupaten

Magelang berada pada posisi yang strategis dan menguntungkan karena terletak pada jalur

persimpangan dari berbagai arah. Dilihat dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah,

wilayah Kabupaten Magelang memiliki posisi yang strategis karena keberadaannya

terletak di tengah, sehingga mudah dicapai dari berbagai arah. Secara geoekonomis,

Kabupaten Magelang merupakan jalur perlintasan, jalur kegiatan ekonomi yaitu

Semarang- Magelang – Purwokerto dan Semarang – Magelang – Yogyakarta – Solo.

Secara Geografis Kabupaten Magelang terletak diantara 110°01'51" dan 110°27'08"

bujur timur, 7°19'33" dan 7°42'13" lintang selatan. Batas Kabupaten Magelang meliputi :

Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang

Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Provonsi DIY

Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo

Di tengah ; Kota Magelang

Page 91: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

75

Kabupaten Magelang secara administrasi terbagi menjadi 21 kecamatan yang

terdiri dar 372 desa dan kelurahan.

5.1.2. Kondisi Topografis

Secara topografi Kabupaten Magelang merupakan dataran tinggi yang berbentuk

menyerupai cawan karena dikelilingi oleh 5 gunung yaitu Gunung Merapi, Gunung

Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Sumbing dan Pegunungan

Menoreh.Kondisi ini menjadikan sebagian besar wilayah Kbupaten Magelang merupakan

daerah tangkapan air sehingga memiliki tanah yang subur karena memiliki sumber air

yang berlimpah dan sisa abu vulkanik.

5.1.3. Jenis Tanah

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Magelang bagian tengah merupakan tanah endapan /

alluvial yang merupakan lapukan dari batuan induknya. Daerah lereng dan kaki gunung

merupakan tanah endapan vulkanis. Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari

pelapukan batu batuan vulkanik, baik dari lava / batu yang telah membeku maupun dari

abu vulkanik yang telah membeku. Contoh tanah vulkanik yaitu tanah tuff yang terbentuk

dari abu gunung api, yang bersifat sangat subur mengandung zat hara yang tinggi

5.1.4. Kondisi Hidrologi

Wilayah Kabupaten Magelang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo dan

DAS Bogowonto. Sesuai dengan keadaan wilayahnya, Kabupaten Magelang kaya akan

mata air dan sungai. Sungai yang termasuk DAS Progo antara lain Sungai Progo, Elo,

Page 92: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

76

Blongkeng, Soti, Tangsi, Pabelan, Mrawu, Punduh, Setro, Glonggong, Lamat, Keji dan

Mangu.

5.1.5. Kondisi Iklim

Kabupaten Magelang beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan

musim kemarau dengan temperatur udara 20° - 27° C. Kabupoaten Magelang mempunyai

curah hujan yang cukup tinggi dengan rata rata curah hujanyaitu 2541 mm per tahun dan

rata rata banyak hari hujan 121 hari per tahun.

5.2. Karakteristik Responden

5.2.1. Umur

Gambaran usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 5.1

Gambaran Distribusi Usia Responden

Karakteristik 95%CI Min-Max

Umur 41 – 45 19 – 81

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden penelitian ini adalah masyarakat

Kabupaten Magelang usia dewasa yang berusia antara 19 tahun sampai 81 tahun.

Dalam derajat kepercayaan 95 % nilai rata rata usia adalah 41 tahun sampai 45 tahun.

Page 93: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

77

5.2.2. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki laki dan perempuan. Distribusi

responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabl di bawah ini :

Tabel 5.2

Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Responden

Karakteristik n Persentase

Laki Laki 103 48.4

Perempuan 110 51.6

Total 213 100.0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 48.4% responden berjenis

kelamin laki laki yaitu sebanyak 103 responden dan sebanyak 110 responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51,6%. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki laki.

5.2.3. Status Pendidikan

Status pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari tidak sekolah,

tidak tamat SD, tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA dan perguruan tinggi. Adapun

distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Page 94: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

78

Tabel 5.3

Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan n Persentase

Tidak Sekolah 4 1.8

Tidak tamat SD 3 1.4

SD 56 26.3

SMP 36 16.9

SMA 90 42.3

Perguruan Tinggi 24 11.3

Total 213 100.0

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi

oleh lulusan SMA yaitu sebanyak 90 responden yaitu sebanyak 42.3 %. Tingkat

pendidikan responden yang paling sedikit yaitu tidak tamat SD yaitu sebanyak 3

orang atau 1.4%.

5.2.4. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini dibagi menjadi 9 jenis pekerjaan

yaitu tidak bekerja, Pegawai Negeri SIpil, Karyawan Swasta, Wiraswasta, Buruh,

Ibu Rumah Tangga, Petani, Pelajar dan pekerjaan lainnya. Distribusi responden

penelitian berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 95: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

79

Tabel 5.4

Gambaran Distribusi Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan N Persentase

Tidak Bekerja 13 6.1

PNS 5 2.3

Karyawan Swasta 46 21.6

Wiraswasta 32 15

Buruh 12 5.6

Ibu Rumah Tangga 31 14.6

Petani 39 18.3

Pelajar 16 7.5

Lain Lain 19 8.6

Total 213 100.0

Dari tabel di tas menunjukkan bahwa responden berdasarkan karakteristik

jenis pekerjaan yang terbanyak adalah sebagai karyawan swsta yaitu sebanyak

21.6% atau sebanyak 46 responden. Pekerjaan lainnya yaitu sebagai petani

sebanyak 18.3%, sebagai wiraswasta sebanyak 15%, dan yang paling sedikit

adalah sebagai PNS yaitu sebesar 5 orang atau 2.3 %.

Page 96: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

80

5.3. Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penilaian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terlebih dahulu harus

dilihat nilai Intake akibat paparan dari Nitrogen dioksida tersebut. Hal hal yang

mempengaruhi Intake dari Nitrogen dioksida diantaranya adalah factor Konsentrasi,

Laju asupan, Lama Pajanan, Frekuensi pajanan, Durasi pajanan dan berat badan.

Adapun gambaran deskriptif dari factor factor diatas dapat dilihat dalam tabel di bawah

ini :

Tabel 5.5

Gambaran Deskriptif Variabel Penelitian Paparan NO2 di Kabupaten Magelang

Karakteristik Cluster I Cluster II Cluster III

Konsentrasi

Nitrogen dioksida

37.24µg/m3 20.23 µg/m

3 62.77 µg/m

3

95% CI Min – Max 95% CI Min – Max 95% CI Min – Max

Laju Asupan 0,56 – 0,58

m3/jam

0,45 – 0,64

m3/jam

0,58 – 0,6

m3/jam

0,5 – 0,67

m3/jam

0,5 – 0,6

m3/jam

0,5 – 0,67

m3/jam

Waktu Pajanan 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam

Frekuensi Pajanan 352 – 357

hari

335 – 365

hari

348 – 353

hari

325 – 365

hari

348 –

350 hari

335 – 365

hari

Durasi Pajanan 29 – 35

tahun

5 – 60

tahun

17 – 23

tahun

1 – 58

tahun

19 – 26

tahun

1 – 63

tahun

Berat Badan 48 – 52 kg 28,2 – 67,8

kg

53 – 58 kg 39,3 – 78

kg

55 – 59

kg

39.6 – 79

kg

Page 97: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

81

5.3.1. Konsentrasi Nitrogen dioksida

Konsentrasi Nitrogen dioksida merupakan konsentrasi yang terdapat

dalam udara ambien di Kabupaten Magelang yang diambil dari data milik Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dalam penelitian ini digunakan 3 cluster

yang mewakili daerah dengan tingkat polusi tinggi, sedang dan rendah. Cluster 1

merupakan daerah dengan tingkat polusi rendah, cluster 2 merupakan daerah

dengan tingkat polusi sedang dan cluster 3 merupakan daerah dengan tingkat polusi

tinggi.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa konsentrasi Nitrogen dioksida

di Cluster III merupakan yang paling tinggi diantara wilayah yang lainnya yaitu

sebesar 62.77 µg/m3.

Gambar 5.1

Gambaran Konsentrasi Nitrogen Dioksida di Kabupaten Magelang

Page 98: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

82

5.3.2. Laju Asupan

Laju asupan adalah banyaknya nitrogen dioksida yang masuk dalam tubuh

setiap jamnya lewat jalur inhalasi (pernapasan) yang ada di wilayah penelitian

selama 24 jam. Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan y =

5,3 Ln(x) – 6,9 dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x = Wb atau berat badan..

Berdasarkan tabel 5.5 nilai rata rata laju asupan masyarakat Kabupaten

Magelang pada derajat kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 0.56 – 0,58 m3/jam,

di cluster 2 sebesar 0,5 – 0,6 m3/jam dan di cluster 3 sebesar 0,5 – 0,6 m

3/jam.

5.3.3. Waktu Pajanan

Responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan responden yang

tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden berada di wilayah

Kabupaten Magelang selama 24 jam dalam sehari sehingga waktu pajanan Nitrogen

dioksida dari udara ambien adalah 24 jam/hari

5.3.4. Frekuensi Pajanan

Frekuensi pajanan merupakan berapa hari dalam setahun responden berada

di wilayah Kabupaten Magelang. Dari Tabel 5.5 diketahui bahwa rata rata

Frekuensi pajanan Responden dalam derajat Kepercayaan 95% di cluster 1adalah

352 – 357 hari, di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari dan di cluster 3 sebesar 348 –

350 hari.

Page 99: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

83

5.3.5. Durasi Pajanan

Durasi pajanan adalah lama waktu responden menghirup udara yang

mengandung Nitrogen dioksida. Durasi Pajanan orang dewasa dihitung

berdasarkan usia responden mulai menginjak usia dewasa yaitu 19 Tahun.

Perhitungan durasi pajanan real time yaitu dengan mengurangi usia responden

dengan 19 tahun. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa durasi pajanan

masyarakat terpapar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang dalam derajat

kepercayaan 95 % di cluster 1adalah 29 – 35 tahun , di cluster 2 sebesar 17 – 23

tahun dan di cluster 3 sebesar 19 – 26 tahun.

.

5.3.6. Berat Badan

Berat badan dalam penelitian ini merupakan berat badan responden yang

ditimbang pada saat dilakukan penelitian dalam stuan kilogram (kg). Berdasarkan

data di atas nilai rata rata berat badan pada derajat kepercayaan 95% di cluster

1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2 sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 –

59 kg.

Page 100: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

84

5.4. Analisis Risiko

5.4.1. Analisis Paparan (Exposure Assessment) Intake Nitrogen dioksida

Masyarakat Kabupaten Magelang

Analisis paparan (Exposure Assessment) merupakan tahap dalam ARKL untuk

mengetahui besaran risiko dari tiap individu berdasarkan karakteristiknya terhadap

paparan nitrogen dioksida. Tahapan dalam analisis paparan yaitu perhitungan nilai

Intake kemudian nilai RQ (Risk Quotient). Dalam penelitian ini perhitungan nilai

intake dan RQ dibagi menjadi 3 cluster dimana masing masing cluster memiliki

karakteristik individu dan konsentrasi nitrogen dioksida yang berbeda.

5.4.1.1. Asupan Nitrogen dioksida

Asupan Pajanan Nitrogen dioksida (NO2) adalah jumlah asupan risk

agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari.

Nilai asupan dihitung dengan persamaan :

Keterangan :

I : Asupan

C : Konsentrasi sulfur dioksida (mg/m3)

R : Laju asupan

tE : Waktu paparan

fE : Frekuensi paparan

Dt : Durasi paparan

Wb : Berat badan

tavg : Periode waktu rata-rata

Page 101: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

85

Berikut contoh perhitungan asupan berdasarkan semua data yang

didapatkan saat kegiatan pengumpulan data. Hasil penelitian diketahui bahwa

nilai rata-rata konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,04 mg/m3 ,nilai rata-rata

laju asupan adalah 0,59 m3 /jam, nilai rata-rata waktu pajanan adalah 24 jam.

Ratarata frekuensi pajanan adalah 365 hari/tahun, rata-rata durasi paparan adalah

27 tahun dan rata-rata berat badan adalah 54,6 kg.

I = 0.0145 mg/kg/hari

Jadi asupan konsentrasi Nitrogen dioksida adalah 0,0145 mg/kg/hari.

Adapun hasil uji statistik variabel asupan pajanan Nitrogen dioksida. Gambaran

intake Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang dibedakan

berdasarkan cluster, durasi pajanan dan usia .Gambaran intake nitrogen dioksida

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6

Gambaran Intake Nitrogen Dioksida Pada Masyarakat di Kabupaten Magelang

Asupan Nitrogen

dioksida

95% CI Min-Max

Real Time 0.007 – 0.009 0.0002-0.04

Lifetime 0.017 – 0.020 0.0045 – 0.059

Page 102: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

86

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk pajanan reltime intake

terendah yaitu 0.0002 mg/l dan tertinggi yaitu 0.04 mg/l. dengan rata2 untuk derajat

kepercayaan 95% yaitu antara 0.007-0.009 mg/l. Nilai Intake Nitrogen dioksida pada

masyarakat di Kabupaten Magelang dengan estimasi durasi pajanan lifetime yaitu antara

0,0045 – 0,059 mg/l dengan rata rata intake pada derajat kepercayaan 95 % adalah antara

0,017 – 0,020 mg/l

5.4.1.2. Perbedaan Asupan berdasarkan Cluster dan Durasi Pajanan

sPenelitian dilakukan pada 3 cluster kecamatan di Kabupaten Magelang yang

mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran udara rendah, sedang dan tinggi yaitu pada

Kecamatan Sawangan, Borobudur dan Mertoyudan. Hasil pengambilan sampel udara

pada 3 cluster mempengaruhi intake bagi masyarakat. Konsentrasi Nitrogen dioksida

yang berbeda akan mempengaruhi nilai Intake pada masing masing cluster. Perbedaan

nilai Intake pada masyarakat pada masing masing cluster penelitian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Page 103: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

87

Tabel 5.7

Distribusi Intake NO2 berdasarkan cluster

Asupan

Nitrogen

dioksida

Cluster I Cluster II Cluster III

95% CI Min-Max 95%CI Min-Max 95% CI Min – Max

Real Time 0.0098-

0.0121

0.0018-

0.0255

0.003-

0.004

0.0002-

0.001

0.009-

0.013

0.0005-

0.040

Lifetime 0.019-

0.022

0.0113-

0.0279

0.008-

0.009

0.0045-

0.025

0.024-

0.028

0.012-0.059

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa untuk pajanan realtime intake

terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari

dan pada cluster 3 sebesar 0,009 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu

0,0121 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar

0,009 mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1 yaitu

0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar

0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0279 mg/kg/hari, pada

cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,059 mg/kg/hari.

Page 104: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

88

5.4.2. Karakterisasi Risiko

Besar risiko kesehatan dilakukan untuk membandingkan nilai asupan

(intake) dengan nilai dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan nilai risiko atau Risk

Quotient (RQ). Berikut contoh perhitungan RQ :

Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan

(intake) dengan nilai dosis acuan (RfC). RQ dihitung dengan persamaan:

Gambaran RQ Nitrogen dioksida pada masyarakat Kabupaten Magelang

dibedakan berdasarkan cluster secara realtime dan estimasi pajanan untuk lifetime .

Gambaran RQ nitrogen dioksida dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.4.2.1. Tingkat Risiko (RQ) Pajanan Nitrogen dioksida pada Masyarakat di

Kabupaten Magelang

Karakterisitik risiko tiap individu dapat dinilai dengan nilai RQ dimana nilai

RQ ≥ 1 dapat dikatakan merupakan masyarakat yang berisiko terkena gangguan

kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida sedangkan nilai RQ < 1 merupakan

masyarakat yang tidak berisiko terkena gangguan kesehatan akibat paparan nitrogen

dioksida.

Page 105: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

89

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Besar Risiko tiap Cluster

Besar

Risiko (RQ)

Cluster Total

1 2 3

N % n % N % N %

≥ 1 3 4.5 0 0 11 16.6 14 6.5

< 1 66 95.5 72 100 61 83.4 199 93.5

Total 69 100 72 100 72 100 213 100

Rata-rata 0,55 0,17 0,57 0,43

Pada tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata besar risiko pada cluster 3 sebesar

0,57 pada cluster 2 sebesar 0,17 dan pada cluster 1 yaitu sebesar 0,55. Jika dilihat dari

distribusi besar risiko tiap cluster dibandingkan dengan batas nilai aman yaitu 1, maka

disetiap cluster baik cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 untuk waktu saat ini (real time)

jumlah responden dengan RQ ≥1 sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di

cluster 1 dan 11 responden di cluster 3. Namun, karena penelitian dengan metode analisis

risiko merupakan metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan risiko di waktu

yang akan datang maka peneliti akan melakukan perhitungan prakiraan risiko untuk

waktu lifetime yaitu 30 tahun ke depan. Adapun hasil perhitungan prakiraan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Page 106: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

90

Tabel 5.9

Perhitungan Besar Risiko Prakiraan 30 Tahun ke depan

Besar

Risiko (RQ)

Cluster Total

1 2 3

N % N % N % n %

≥ 1 34 49 0 0 54 75 88 41.3

< 1 35 51 72 100 18 25 125 58.7

Total 69 100 72 100 72 100 213 100

Rata-rata 0,12 0,06 0,18 0,12

Dari tabel di atas menunjukkan besar risiko prakiraan 30 tahun ke depan pada

cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan RQ≥1 dan 35 responden (97.2)

dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada

sebanyak 54 responden (75%) dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1.

Sehingga total responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan

responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %).

5.4.3. Manajemen Risiko

Berdasarkan hasil perhitungan risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida

di Kabupaten Magelang, ditemukan adanya tingkat risiko pada masyarakat oleh karena

itu perlu diadakan amnajemen risiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan yaitu

Page 107: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

91

dengan menurunkan kadar Nitrogen dioksida di Kabupaten Magelang. Perhitungan

Manajemen Risiko untuk batas konsentrasi yang dianjurkan di Kabupaten Magelang

dapat diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini :

= 0.002 mg/m3

Dari hasil perhitungan manajemen risiko di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi

maksimum nitrogen dioksida bagi masyarakat di Kabupaten Magelang sebesar 0,002

mg/m3. Nilai tersebut merupakan perhitungan untuk masyarakat

dengan rata rata berat

badan 54 kg yang terpapar nitrogen dioksida selama 24 jam selama 365 hari dalam

setahun dengan durasi pajanan rata rata 27 tahun.

E

avgb

ftERDt

tWRfDC

Page 108: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

92

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian, diantaranya adalah :

1. Nilai konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai

konsentrasi Nitrogen Dioksida yang pengambilan sampelnya menggunakan

tehnik grab sampling bukan sampling secara continue shingga kurang bisa

menggambarkan konsentrasi nitrogen dioksida yang ada di Kabupaten

Magelang secara berkala

2. Pengukuran konsentrasi Nitrogen dioksida tidak dilakukan langsung pada

responden namun hanya dilakukan di udara ambien sehingga menghasilkan

data yang tidak bervariasi

6.2. Konsentrasi Nitrogen dioksida di udara

Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang sangat penting

bagi kehidupan manusia dan mempengaruhi kesehatan manusia. Udara yang sehat

yaitu udara yang sesuai komposisinya dan udara tercemar adalah udara dengan

komposisi zat zat yang telah berubah akibat masuknya zat polutan tertentu. Udara

dikatakan tidak sehat apabila telah melampaui baku mutu udara ambien yang

Page 109: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

93

telah ditetapkan. Udara yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai masalah

kesehatan.

Menteri kesehatan Endang R.Sedyaningsih (2010) dalam Depkes (2010),

menyebutkan bahwa tingginya angka kejadian ISPA di masyarakat menyebabkan

kunjungan pasien di sarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) meningkat

berkisar antara 40-60% dan sisanya kunjungan ke rumah sakit sebanyak 20-40%

yang diakibatkan oleh ISPA.

Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu wilayah Kabupaten Magelang,

Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada 3 titik di Kabupaten Magelang

yang mewakili daerah yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, sedang dan

rendah. Titik yang diambil yaitu titik Mertoyudan, Borobudur dan Mungkid. Titik

penelitian yang diambil mewakili wilayah dengan tingkat pencemaran masing

masing. Penentuan titik berdasarkan dari hasil pengukuran sebelumnya yang

dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Dari hasil

pengukuran tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Magelang diperoleh nilai konsentrasi 37.24µg/m3

untuk titik di

Kecamatan Sawangan yang merupakan cluster I atau wilayah dengan kategori

pencemaran rendah. Untuk wilayah dengan tingkat pencemaran sedang diperoleh

nilai konsentrasi sebesar 20.23 µg/m3 yaitu pada titik di Kecamatan Borobudur.

Untuk titik di Kecamatan Mertoyudan atau wilayah dengan tingkat pencemaran

tinggi diperoleh nlai konsentrasi 62.77 µg/m3.

Angka konsentrasi tersebut dapat dikatakan masih berada di bawah

konsentrasi standar baku mutu pencemaran Nitrogen dioksida berdasarkan PP No

Page 110: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

94

41 Tahun 1999 tentang pengendalian Pencemaran Udara yang menetapkan bahwa

standar baku mutu untuk konsentrasi Nitrogen dioksida di udara ambien di

Indonesia adalah 400 µg/m3. Hasil ini mmbuktikan bahwa konsentrasi Nitrogen

dioksida pada udara ambien di Kabupaten Magelang masih memenuhi standar

baku mutu yang ditetapkan di Indonesia. Sumber pencemar utama Nitrogen

dioksida merupakan sumber bergerak dari bahan bakar fosil diantaranya adalah

kendaraan bermotor. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari

tahun ke tahun maka konsentrasi Nitrogen dioksida juga dapat meningkat.

Namun penilaian risiko kesehatan bukan hanya dipengaruhi oleh nilai konsentrasi

melainkan juga memperhitungkan faktor faktor lain yang berpengaruh yaitu

karakteristik individu di Kabupaten Magelang.

Nilai konsentrasi yang berada di bawah baku mutu tidak bisa disimpulkan

bahwa konsentarsi tersebut aman untuk masyarakat dikarenakan perhitungan

analisis risiko bukan hanya memperhitungkan nilai konsentrasi namun juga berat

badan, laju asupan, durasi pajanan dan frekuensi pajanan.

Polutan yang ada di udara berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek

terhadap kesehatan manusia dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya

keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh status kesehatan penduduk terpajan.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan lingkungan udara yang kurang

menguntungkan akan memperburuk kondisi kesehatan seseorang diperburuk lagi

(Kusnoputranto, H, 2000).

Kualitas udara khususnya di perkotaan merupakan komponen lingkungan

yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan

Page 111: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

95

masyarakat maupun kenyamanan kota. Limbah gas merupakan penyebab

penurunan kualitas udara digolongkan ke dalam sumber tidak bergerak (kegiatan

industri, rumah tangga dan pembakaran sampah) dan sumber bergerak (kegiatan

transportasi) (BLH Kabupaten Magelang, 2014).

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan

dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh, namun demikian sektor ini

dikenal pula sebagai salah satu sektor yang memberikan dampak terhadap

lingkungan udara, proses pembakaran bahan bakar minyak seperti diketahui akan

mengeluarkan unsur-unsur dan senyawa-senyawa pencemar udara seperti debu,

karbon monoksida, hidrokarbon, sulfur oksida, timbal.

Polutan udara yang terhirup oleh manusia dalam konsentrasi tertentu dan

dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan

kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan Nitrogen Dioksida ini bermacam

macam tergantung dari konsentrasi NO2 yang ada di udara. Gangguan kesehatan

yang dapat ditimbulkan akibat paparan NO2 yaitu infeksi saluran pernafasan,

peningkatan gejala asma dan dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat

menyebabkan kematian akibat pembengkakan paru paru (edema pulmonary)

(WHO, 2010)

6.3. Laju Asupan

Nilai rata rata laju asupan masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang

yaitu. 0.881 m3/jam dengan nilai laju asupan terkecil yaitu 0.691 m

3/jam dan laju

asupan terbesar 1.025 m3/jam yang didapat dari buku panduan Exposure Factor

Handbook yang dikeluarkan Oleh WHO (2011). Pada penelitian ini laju asupan

Page 112: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

96

yang digunakan tregantung dari usia responden dikarenakan perbedaan inhalation

rate menurut usia yang ditetapkan oleh WHO. Dalam penelitian ini tidak

ditemukan bahwa semakin tua semakin tinggi laju asupannya namun laju asupan

pada setiap kelompok umur berubah ubah sesuai dengan perubahan usia.

Tingkat inhalasi yang direkomendasikan untuk orang dewasa dan anak-

anak didasarkan pada tiga penelitian terbaru (U.S. EPA, 2009; Stifelman, 2007;

Brochu et al., 2006 dalam EFH, 2011), serta studi tambahan tentang anak-anak

(Arcus-Arth dan Blaisdell, 2007). Studi ini menunjukkan kumpulan data besar

yang mewakili Amerika Serikat secara keseluruhan dan mempertimbangkan

korelasi antara berat badan dan tingkat inhalasi. Pemilihan tingkat inhalasi yang

akan digunakan untuk penilaian paparan tergantung pada usia populasi yang

terpapar dan tingkat aktivitas spesifik populasi ini selama berbagai skenario

pemaparan. Tingkat inhalasi untuk setiap aktivitas dalam pola aktivitas simulasi

24 jam untuk setiap individu diperkirakan sebagai fungsi tingkat konsumsi

Oksigen harian, berat badan, usia, dan jenis kelamin (EFH, 2011).

6.4. Lama Pajanan

Lama Pajanan adalah lama waktu responden (jam/hari) terpapar nitrogen

dioksida. Dalam penelitian ini nilai default dari US EPA digunakan sebagai lama

pajanan dikarenakan kriteria responden yang diambil dalam penelitian ini

merupakan responden yang tinggal dan bekerja di Kabupaten Magelang sehingga

selama 24/hari berada di Kabupaten Magelang. Lama pajanan selama 24 jam/hari

merupakan lama pajanan masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari,

sehingga jika terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula

Page 113: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

97

peluang responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian

Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang terpapar semakin

besar risiko kesehatan yang dapat diterima.

6.5. Durasi pajanan

Durasi pajanan merupakan lamanya waktu responden terpapar Nitrogen

dioksida dalam satuan tahun. Pada penelitian ini nilai durasi pajanan yang

digunakan yaitu nilai estimasi berdasarkan nilai real time yang didapatkan dengan

mengukur durasi pajanan orang dewasa. Nilai durasi pajanan didapat dari

perhitungan usia responden dikurangi batas dewasa yaitu 19 tahun. Perkiraan

waktu dihitung dengan perkiraan lima tahunan hingga durasi seumur hidup

berdasarkan nilai default yang ditetapkan oleh EPA dalam perhitungan analisis

risiko kesehatan lingkungan untuk non kanker yaitu 30 tahun (US-EPA, 1991) .

Durasi pajanan yang digunakan yaitu real time, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20

tahun, 15 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan lifetime atau 30 tahun.

Pada penelitian ini digunakan proyeksi 5 tahunan untuk mengetahui

estimasi terjadinya risiko kesehatan karena paparan Nitrogen dioksida pada

masyarakat. Lamanya durasi pajanan berpengaruh ada besarnya tingkat risiko,

selain dipengaruhi oleh lamanya durasi pajanan, nilai tingkat risiko juga

dipengaruhi oleh konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien, laju asupan,

frekuensi pajanan dan berat badan responden. Hal ini berpengaruh pada estimasi

dalam berapa lama responden ada kemungkinan untuk terkena risiko kesehatan

yang disebabkan oleh paparan Nitrogen dioksida.

Page 114: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

98

6.6. Frekuensi pajanan

Frekuensi pajanan yang dimaksud adalah jumlah waktu pajanan nitrogen

dioksida yang diterima responden dalam satuan hari per tahun. Perhitungan

frekuensi pajanan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan menghitung rata rata jumlah hari per tahun responden berada di

lingkungan Kabupaten Magelang. Nilai ini digunakan mengingat responden

adalah orang yang bekerja dan tinggal di Kabupaten Magelang sehingga setiap

hari sepanjang tahun responden akan terpapar oleh nitrogen dioksida.

Frekuensi pajanan yang digunakan berdasarkan nilai default menyebabkan

hasil penelitian yang tidak bervariasi namun nilai fE dari US EPA merupakan

nilai rata rata manusia berada dalam pemukiman dalam satu tahun. Dalam

penelitian ini responden yang diambil adalah yang tinggal dan bekerja di

Kabupaten Magelang yang sepanjang tahun berada di Kabupaten Magelang

sehingga penggunaan nilai fE ini berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Nilai

ini merupakan nilai estimasi maksimum yang digunakan per tahun sehingga

apabila dengan menggunakan nilai ini tidak ditemukan adanya risiko kesehatan

maka dapat dipastikan bahwa orang yang hanya beberapa hari per tahun berada di

Kabupaten Magelang tidak memiliki risiko kesehatan terhadap paparan Nitrogen

dioksida.

6.7. Berat Badan

Berat badan manusia berpengaruh pada tingkat metabolisme seseorang

dalam mencerna suatu zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Berat badan yang

Page 115: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

99

dimaksud adalah berat badan responden yang diukur dengan menggunakan

timbangan badan digital pada saat dilakukan wawancara (dalam satuan kilogram)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata rata berat badan

masyarakat dewasa di Kabupaten Magelang adalah antara 53.7-56 kg. Hal ini

hamper sama dengan nilai yang digunakan oleh IRIS untuk menetapkan nilai RfC

yang nilai NOAEL dan LOAEL nya berasal dari studi studi epidemiologi di

kawasan Asia.

Berat badan rata rata orang dewasa mormal Asia yaitu 55 kg sedangkan

berat badan orang dewasa normal Eropa yaitu 70 kg. (Kolluru, 1996 dalam

Rahman 2005). Berdasarkan Nukman et al ( 2005), berat badan pada 1378

responden yang terbagi atas ibu rumah tangga, PKL dan karyawan di 5 kawasan

pada 9 kota besar padat transportasi nilai rata ratanya 55 kg. Hasil penelitian di

Magelang menunjukkan angka 53,7 – 56 dimana angka ini mendekati nilai yang

telah ditetapkan oleh IRIS dalam studi di kawasan Asia.

6.8. Asupan (Intake)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata konsentrasi intake Nitrogen

dioksida di Kabupaten Magelang yaitu untuk pajanan 5 tahun intak terendah yaitu

0.0008 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0054 mg/l. dengan rata2 untuk derajat

kepercayaan 95% yaitu antara 0.0022-0.0024 mg/l Untuk durasi pajanan 10 tahun

intake terendah yaitu 0.0017 mg/l dan tertinggi yaitu 0.0109 dengan rata rata pada

derajat kepercayaan 95% yaitu antara 0.0045-0.0050. Untuk durasi pajanan 15

tahun intake trendah yaitu 0,0026 mg/l dan tertinggi 0.0138 mg/l.

Page 116: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

100

Berdasarkan teori enHealth (1992) bahwa perhitungan nilai intake

dipengaruhi oleh frekuensi pajanan, durasi pajanan, laju asupan, konsentrasi dan

berat badan. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil risiko

kesehatan dari asupan zat kimia ke dalam tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan kecepatan metabolisme zat kimia yang masuk ke dalam tubuh

berdasarkan perbedaan berat badan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai

intake dari paparan Nitrogen dioksida pada manusia dipengaruhi oleh frekuensi

pajanan, berat badan, durasi pajanan, konsentrasi dan laju asupan. Pada penelitian

ini rata rata responden telah melebihi nilai reference dose yang ditetapkan oleh

EPA oleh karena itu kualitas udara ambien di Kabupaten Magelang perlu

ditingkatkan untuk mengurangi konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara.

Udara ambien dan udara dalam ruangan merupakan sumber paparan zat

beracun yang potensial. Orang dewasa dan anak-anak dapat terpapar udara yang

terkontaminasi berbagai zat polutan selama berbagai aktivitas di lingkungan yang

berbeda. Mereka mungkin terkena kontaminan di udara sekitar dan mungkin juga

menghirup bahan kimia dari berbagai sumber yang ada dalam ruangan ( Kompor,

pemanas, perapian, dan produk konsumen) serta dari yang menyusup dari udara

sekitar.

NO2 merupakan salah satu parameter pencemar udara yang bersifat iritan

dan sifat toksis NO2 dapat mengganggu kesehatan paru. NO2 yang ada di udara

berasal dari emisi sumber bergerak maupun emisi sumber tidak bergerak.

Page 117: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

101

US EPA mendefinisikan paparan sebagai konsentrasi kimia pada batas

tubuh. Dalam kasus inhalasi, situasinya diperumit oleh fakta bahwa pertukaran

oksigen dengan karbon dioksida terjadi di bagian distal paru-paru. Anatomi dan

fisiologi sistem pernafasan serta karakteristik agent mengurangi konsentrasi

polutan di udara terhirup (dosis potensial) sehingga jumlah polutan yang benar-

benar masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan bagian atas (terutama nasal-

Daerah tenggorokan dan trakeo-bronkial) dan paru-paru (dosis internal) kurang

dari yang diukur pada batas tubuh.

6.9. Karakterisasi Risiko

Studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) ini mengkaji Risk

Quetient (RQ) menurut konsentrasi risk agent di 3 titik sampling di permukiman

di Kabupaten Magelang yang dilakukan pada populasi berisiko yang bermukim

dan bekerja di Kabupaten Magelang. Responden yang diambil berdasarkan

wilayah pengambilan sampling yaitu masyarakat yang bermukim dan bekerja di

Kabupaten Magelang.

Dari hasil uji diketahui pada saat ini tidak ada responden yang memiliki

RQ≥1 yang berarti bahwa tingkat risiko pajanan Nitrogen dioksida di udara

ambien pada masyarakat di Kabupaten Magelang dengan konsentrasi terendah di

cluster 2 sebesar 20.23 mg/m3 dan konsentrasi tertinggi di cluster 3 yaitu 62.77

mg/m3 aman bagi masyarakat di Kabupaten Magelang dengan laju asupan rata-

rata 0,88 m3/jam, lama pajanan 24 jam/hari, frekuensi pajanan 365 hari/tahun, dan

berat badan 54.6 kg.

Page 118: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

102

Jika dilihat dari tiap tahunnya RQ >1 mulai muncul pada perkiraan 20

tahun dimana ada 5 responden yang memiliki risiko tidak aman dan pada

perkiraan 25 tahun ke depan terdapat 26 responden yang memiliki risiko tidak

aman. Pada risiko lifetime atau prakiraan 30 tahun ke depan ada 54 responden

yang memiliki RQ >1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masyarakat

tinggal di lokasi penelitian maka semakin banyak masyarakat yang memiliki

tingkat risiko tidak aman bagi kesehatan terhadap pajanan amonia di udara

ambien. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatonah (2010) yang menunjukkan

semakin lama waktu prakiraan maka semakin banyak responden yang memiliki

RQ≥1.

Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Haryoto (2014) yang juga

membagi lokasi penelitian menjadi 3 lokasi menghasilkan pada cluster

23responden lebih banyak yang memiliki risiko tidak aman dibandingkan dengan

cluster 1 dan cluster 2. Seperti kita ketahui durasi pajanan memiliki

perbandingan lurus dengan asupan, sedangkan berat badan memiliki

perbandingan terbalik dengan asupan. Tingkat risiko (RQ), selain konsentrasi risk

agent, antropometri (berat badan dan umur), dan pola aktivitas (laju asupan,

durasi pajanan dan waktu pajanan), variable lain yang sangat berpengaruh dalam

menentukan tingkat risiko adalah konsentrasi referensi (RfC).

. Studi ini menggunakan nilai RfC berdasarkan ketentuan EPA/NAAQS

2010 sedangkan Nukman et al. (2005), Ariyani (2002), dan Sukadi (2014)

menentukan sendiri nilai RfC dengan menggunakan nilai NOAEL (No Observed

Adverse Effect Level). Terpajan gas NO2 secara terus-menerus dalam jangka

Page 119: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

103

waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan seperti gangguan saluran

pernafasan, edema paru yang dapat berakibat fatal (SIKERNAS, 2012).

6.10. Manajemen Risiko

Prinsip ARKL meyatakan bahwa pengelolaan risiko menjadi suatu

keharusan apabila RQ ≥ 1 (Nukman et al., 2005). Manajemen pada dasarnya

adalah melakukan manipulasi nilai asupan (intake) agar sama dengan nilai (RfC)

sehingga

= 1. Agar nilai asupan (intake) sama dengan RfC maka dapat

dilakukan dengan cara menurunkan konsentrasi risk agent (C) dengan waktu

pajanan tetap seperti saat dilakukan survey untuk proyeksi waktu 30 tahun

kedepan atau memperpendek waktu pajanan (tE dan fE) dengan konsentrasi risk

agent tetap seperti saat dilakukan survey.

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat risiko pada saat penelitian

dilakukan maka RQ NO2 (lifetime) tidak berisiko pada konsentrasi minimum,

rata-rata, maksimum untuk semua kelompok sampel penelitian, sehingga tidak

perlu dilakukan manajemen risiko, tetapi perlu dipertahankan variabel-variabel

pemajanannya sehingga tidk menyebabkan RQ ≥ 1. Akan tetapi, jika melihat dari

hasil tingkat risiko untuk 15 tahun, 20 tahun hingga 30 tahun mendatang

didapatkan hasil pajanan NO2 tidak aman lagi untuk masyarakat yang bermukim

di Kabupaten Magelang sehingga pelu dilakukan manajemen risiko

Page 120: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

104

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada konsentrasi Nitrogen

dioksida di Kabupaten Magelang dengan menganalisis risiko kesehatan lingkungan atas

paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di Kabupaten Magelang diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi Nitrogen dioksida dalam udara ambien di Kabupaten Magelang

tahun 2015 di cluster 1 yaitu 37.24 µg/m3 , di cluster 2 20.23 µg/m

3 dan di

cluster 3 62.77 µg/m3

. Konsentrasi Nitrogen dioksida tahun 2015 di

Kabupaten Magelang masih di bawah baku mutu baik berdasarkan Baku Mutu

Udara Ambien Daerah di Provinsi Jawa Tengah No 8 Tahun 2001 maupun

Baku Mutu Udara Ambien berdasarkan PP No 41 Tahun 1999.

2. Karakteristik berat badan Masyarakat Kabupaten Magelang yaitu rata rata

pada derajat kepercayaan 95% di cluster 1adalah 43 – 52 kg , di cluster 2

sebesar 53 – 55 kg dan di cluster 3 sebesar 55 – 59 kg.. Hal ini sejalan dengan

karakteristik berat badan pada orang Asia yang digunakan oleh IRIS dalam

perhitungan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Semakin besar berat

badan maka semakin kecil risiko yang dihasilkan dari paparan Nitrogen

dioksida karena berat badan berpengaruh pada tingkat metabolism tubuh

dalam mengurai zat kimia.

Page 121: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

105

3. Nilai rata rata frekuensi pajanan masyarakat Kabupaten Magelang terpapar

Nitrogen dioksida dalam 1 tahun yaitu di cluster 1adalah 352 – 357 hari per

tahun , di cluster 2 sebesar 348 – 353 hari per tahun dan di cluster 3 sebesar

348 – 350 hari. Per tahun.

4. Gambaran Nilai Intake pada masyarakat di Kabupaten Magelang untuk

pajanan realtime intake terendah di cluster-1 yaitu 0,0018 mg/kg/hari pada

cluster 2 sebesar 0,0002 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009

mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu 0,0121 mg/kg/hari, pada

cluster 2 sebesar 0,001 mg/kg/hari dan pada cluster 3 sebesar 0,009

mg/kg/hari. Sedangkan untuk pajanan lifetime intake terendah di cluster-1

yaitu 0,0113 mg/kg/hari pada cluster 2 sebesar 0,0045 mg/kg/hari dan pada

cluster 3 sebesar 0,024 mg/kg/hari. Nilai Intake tertinggi pada cluster 1 yaitu

0,0279 mg/kg/hari, pada cluster 2 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan pada cluster 3

sebesar 0,059 mg/kg/hari. Nilai Intake dipengaruhi lama waktu pajanan, berat

badan dan konsentrasi nitrogen dioksida. Nilai intake terendah ada pada

cluster 3 yang merupakan wilayah dengan konsentrasi nitrogen dioksida

terendah di Kabupaten Magelang.

5. Tingkat risiko kesehatan akibat paparan Nitrogen dioksida pada masyarakat di

Kabupaten Magelang tahun 2015 yang terkcil yaitu 0.043 dan yang tertiggi

1.645. Untuk waktu saat ini (real time) jumlah responden dengan RQ ≥1

sebanyak 14 responden yaitu sebanyak 3 responden di cluster 1 dan 11

responden di cluster 3. Pada durasi pajanan lifetime atau perkiraan untuk 30

tahun ke depan pada cluster 1 ada sebanyak 34 responden (49%) dengan

Page 122: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

106

RQ≥1 dan 35 responden (97.2) dengan RQ<1. pada cluster 2 tidak ada

responden dengan RQ≥1 . Pada cluster 3 ada sebanyak 54 responden (75%)

dengan RQ≥1 dan 18 responden (25%) dengan RQ < 1. Sehingga total

responden dengan RQ≥1 ada sebanyak 88 responden (41.3%) sedangkan

responden dengan RQ<1 ada sebanyak 125 responden (58.7 %). Jumlah

responden dengan nilai RQ≥1terbanyak ada di cluster 3 yang merupakan

daerah dengan konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di Kabupaten

Magelang.

7.2. Saran

1. Perlunya peningkatan jumlah tanaman yang bisa mengurangi konsentrasi

nitrogen dioksida terutama di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang

sebagai daerah yang memiliki nilai konsentrasi nitrogen dioksida tertinggi di

Kabupaten Magelang.

2. Perlunya pemeriksaan lebih lanjut pada daerah daerah yang berisiko terpapar

oleh nitrogen dioksida terutama pada masyarakat dewasa yang tinggal di

Kecamatan Mertoyudan dan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang dimana

telah ditemukan adanya risiko kesehatan akibat paparan nitrogen dioksida.

3. Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut yaitu studi analisa dampak kesehatan

lingkungan dengan menggunakan studi epidemiologi untuk memperkuat studi

mengenai kesehatan lingkungan di Kabupaten Magelang.

Page 123: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, UF. 2013 Dasar Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Rajawali Press. Jakarta

Arista, Gita. 2015. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Nitrogen Dioksida dan Sulfur

Dioksida pada Pedagang Kaki lima di Terminal Ampera Palembang Tahun 2015. .

Skripsi, USU, Medan

Abrianto H. 2004. Analisis Risiko pencemaran Debu Terhirup Terhadap Siswa Selama

Berada Di Sdn 1 Pondok Cina, Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia.

Basri, Syahrul. Dkk . Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko

Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan ). Jurnal Kesehatan Masyarakat UIN Alaudin

Makassar.

BPLHD DKI Jakrta 2012. Status LIngkungan Hidup Daerah, Provinsi DKI Jakarta 2011.

http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD/2011/pdf/Buku%201%Buku%201%20Bab%202D.pd

f

CLEAPSS. 2007. Student Safety Sheets of Nitrogen Oxides includes Nitrogen Monoxide,

Nitrogen Dioxide, Dinitrogen tetroxide and Dinitrogen oxide.

COMEAP, 2015. Statement on The Evidence for the effects of Nitrogen Dioxide on Health.

Departemen Kesehatan RI. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan.

www.depkes.go.id/downloads/Udara.pdf

Dowker,KP. et. Al. 2007. REal Time Monitoring and Environmental fate of Oxide of

Nitrogen in the Construction Industry. Health and Safety Laboratory Harpur Hill.

Buxton

EHRA, 2012, Environmental Health Risk Assesment, Guidelines for accessing human health

risk from environmental hazard, Australia

Fardiaz, Srikandi, 1992 Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Gunawan, G. 2007. Polusi Udara di Ruas Jalan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan Vol. 24

No.2 April 2007.Jakarta. (http://www.pu.go.id/balitbang/news/jatan_240107.pdf)

Haryoto, dkk. 2014. Fate Gas Amoniak Terhadap Besarnya Resiko Gangguan Kesehatan

Pada Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo

Sukakarta. Jurnal EKOSAINS Volume 6, Nomor 6, 2014.

Kusnoputranto, Haryoto, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 124: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

KLH (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia). 2013. Status

Lingkungan Hidup Indonesia 2010. Didownload pada tanggal 23 Februari 2015 dari:

http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf

Kharismasari, Riznha. Dkk. 2012. Kadar NO2 Di Udara Ambien Hubungannya dngan

Keluhan Pernafasan Penduduk Berdasarkan Kajian ARKL dan Sebaran Tanaman

(Studi di Jalan Raya Greges Kelurahan Greges Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya).

Universitas Airlangga. Surabaya

Mukono, 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran

Pernafasan. Airlangga University Press, Surabaya.

Mukala, Kristiina. 1999. Personal Exposure to Nitrogen Dioxide and Health Effects among

Preschool Children. National Public Health Institute. Kuopio. Finland

Namin, Shabnam M. An Experimental and Theoretical Analysis of Nitric Oxyde in the

Microcirculation.

Novianti, Srikandi. Dkk. 2009. Pengaruh Karakteristik Faktor Emisi Terhadap Estimasi

Beban Emisi Oksida Nitrogen dari Sektor Transportasi Studi Kasus Wilayah Karees

Bandung. Jurnal Tehnik Lingkungan ITB. Bandung

Notoatmodjo,Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

__________________, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.

National Research Council. 1983. Risk assessment in the federal government. Managing the

process. National Academy Press, Washington, DC.

Purwana,R. 2005. PM10 as Prediction of Ventilation Efficiency of Houses to Health Effects.

Medical Journal Indonesia, Volume 14 No. 4, October . Desember 2005

Peraturan Pemeritah Republik Indonesia.1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara.

Queensland Government. 2011. Health Effects of Nitrogen Oxides. Depatment of

Employment, Economic Development and Innovation

Rahman, A. 2005. Prinsip Prinsip Dasar, Metode, Teknik dan Prosedur Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan.. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri. FKM UI.

Depok

Rahman, A. 2007. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Kajian Aspek Kesehatan

Masyarakat dalam Studi AMDAL dan Kasus - Kasus Pencemaran Lingkungan,

Depok, PKKLI FKM UI

Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur Di

Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan

volume.7 Nomor 1: 665-677

Page 125: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

Rahman. A. 2007. Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan Dan Aplikasinya Untuk

Manajemen Risiko Kesehatan. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM

UI. Depok

Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur di

Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara, dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.

7 No. 1: 665-677

Raditya, Jevon. 2011. Pengaruh Volume Kendaraan terhadap konsentrasi Pencemarn NOx

pada Udara Ambien di Pintu Tol (Studi Kasus Pintu Tol Cililitan 2). Skripsi . Tehnik

Lingkungan,UI. Depok.

Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press,

Yogyakarta.

Sumantri, Arif. 2010 Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kencana. Jakarta

Undang Undang Republik Indonesia. 2009 . Undang Undang Republik Indonesia No.32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

US Environmetal Protection Agency. Air Trends 1995 . Nitrogen dioxyde Standards - Table

of Historical NO NAAQS

http://www.epa.gov/ttn/naaqs/standards/no/s_no_history.html

US Environmental Protection Agency. Air Criteria http://www.epa.gov/air/criteria.html

U.S. EPA. Integrated Science Assessment (ISA) for Oxides of Nitrogen – Health Criteria

(Final Report, 2016). U.S. Environmental Protection Agency, Washington, DC,

EPA/600/R-15/068, 2016.

US EPA (2008) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria, US

Environmental Protection Agency. https://www.epa.gov/isa

US EPA (2013) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria

(First External Review Draft) United States Environmental Protection Agency.

https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=259167

US EPA (2015) Integrated Science Assessment for Oxides of Nitrogen – Health Criteria

(Second External Review Draft) United States Environmental Protection Agency.

https://cfpub.epa.gov/ncea/isa/recordisplay.cfm?deid=288043

Vancouver. 2014. Healthy City for All. Healthy City Strategy 2014 - 2025

http://vancouver.ca/people-programs/healthy-city-strategy.aspx

Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi, Yogyakarta

WHO, 2014 Air pollution http://www.who.int/topics/air_pollution/en/

Page 126: ANALISIS RISIKO PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO ) DARI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35931/1/Nur... · kadar pencemar udara di 1600 kota di seluruh dunia telah

Wang, Xiao-Yu. 2008. Spatial Analysis of Long Term Exposure to Air Pollution and

Cardiorespiratory Mortality in Brisbane, Australia. Thesis. Queensland University of

Technology. Australia

Yassi, et al. 2001. Basic Environmental Health. Oxford University Press. New York

World Health Organization. Healthy Cities. http://www.euro.who.int/en/health-

topics/environment-and-health/urban-health/activities/healthy-cities

World Health Organization 2011. Type of Healthy Settings, Healthy city

http://www.who.int/healthy_settings/types/cities/en/

WHO (2006) Air Quality Guidelines Global Update 2005. World Health Organization

Regional Office for Europe. Diakses dari

http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/78638/E90038.pdf

Robert K. D. The Risk Assessment Paradigm. Agricultural and Biological Risk Assessment.

Montana State University

Wright, Teresa Leah. 2001 Nitric Oxide : Cellular Effect In Vitro and In Vivo. B.S.

Biochemistry. Massachusets Institute of Technology

Kemenkes. 2012. Pedoman ARKL Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan

Tahun 2012

Kemenkes. 2013. Pedoman pengisian kuesioner tahun 2013.

Kemenkes. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.