analisis potensi limbah cair hasil pengolahan rumput laut sebagai pupuk buatan

7

Click here to load reader

Upload: queenseptiani

Post on 11-Aug-2015

56 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Marina Chimica Acta, April 2005, hal. 2-8 Vol. 6 No.1Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin ISSN 1411-2132

2

ANALISIS POTENSI LIMBAH CAIR HASIL PENGOLAHANRUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK BUATAN

Dina Yustin(*, Deby Angelia R(*, Yusafir Hala(**, dan Paulina Taba(**(* Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Unhas Pemenang Student Grant TPSDP Batch II

(** Staf Jurusan Kimia FMIPA Unhas, Kampus Tamalanrea Makassar 90245 Telp. (0411 586498)

ABSTRAKAnalisis potensi limbah cair hasil pengolahan rumput laut sebagai pupuk buatan telah dilakukan. Studi kasuspada PT. Bantimurung Indah Kabupaten Maros, Sulsel ini membandingkan parameter kimia limbah cairdengan pupuk buatan yang beredar di pasaran Kota Makassar, meliputi pH, kadar kalium, klorida, nitrogen,dan fosfor. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar kalium dan klorida limbah lebih besar dari pupukbuatan, berturut-turut antara 0,87 - 2,88 % untuk kalium dan 1,37 - 2,41 % untuk klorida. Secara keseluruhankadar nitrogen dan fosfor pada limbah cair lebih kecil dibandingkan dengan pupuk buatan, berturut-turutantara 0,02 - 0,03 % nitrogen, dan 0,003 - 0,207 % fosfor. Nilai pH limbah dengan rentang 9,92 - 11,76 jauhlebih besar dibandingkan pupuk. Limbah cair potensial sebagai pupuk kalium tanpa pengolahan lebih lanjut,kecuali pada bak pembuangan akhir yang masih perlu diencerkan, namun berpotensi sangat kecil sebagaipupuk klorida, nitrogen dan fosfor, tetapi dapat diberikan karena relatif aman bagi tanaman.

Kata kunci : potensi, limbah, rumput laut, pupuk.

PENDAHULUAN

Rumput laut juga dikenal dengan nama alga(seaweed) merupakan bagian terbesar dari tanamanlaut, yang tumbuh dan berkembang hampir di seluruhperairan Indonesia serta merupakan salah satukomoditi kelautan dan perikanan yang telahdimanfaatkan sejak lama sebagai komoditi ekspor(Winarno, 1990). Tumbuhan ini bernilai ekonomispenting karena penggunaannya sangat luas, sebagaibahan makanan, industri pupuk organik, industrikosmetik, industri tekstil dan industri farmasi.Pemanfaatan rumput laut yang demikian besarnyadisebabkan dalam rumput laut terkandung beragamzat kimia dan bahan organik lain serta vitamin(Hidayat, 1990).

Perairan Indonesia berpotensi besar untukbudidaya rumput laut dengan teknik pengolahan yangmudah, penanganan yang sederhana dengan modalkecil, sehingga di Indonesia berkembang industripengolahan rumput laut. Salah satu diantaranya,adalah PT. Bantimurung Indah Kab. Maros SulawesiSelatan, yang mengolah rumput laut jenis Eucheumacottonii dan Eucheuma spinosum menjadi bahansetengah jadi berupa karaginan untuk kebutuhanekspor. Pada pengolahan rumput laut di PT.Bantimurung Indah, dihasilkan limbah cair yangberasal dari proses pencucian dan juga limbah padatberupa pasir, batu, tali, dan karang. Kedua limbahtersebut sampai saat ini belum mendapat penangananlebih lanjut, sehingga berpotensi mencemarilingkungan di sekitarnya.

Rumput laut mengandung bahan kimia seperti:kalium, klor, natrium, magnesium dan belerang(Winarno, 1990). Dalam proses pengolahannya punmenggunakan bahan-bahan kimia seperti KOH dankaporit. Dengan demikian, limbah yang dihasilkansudah tentu banyak mengandung bahan kimia yangjika diolah lebih lanjut dapat menghasilkan pupukbuatan. Mengingat pentingnya produksi rumput laut,maka industri ini seharusnya tetap berjalan untuktetap dapat menghasilkan berbagai produk yangbermanfaat walaupun dengan resiko menghasilkanlimbah yang cukup banyak. Oleh karena itu,pemanfaatan limbah dari pengolahan rumput laut iniperlu diupayakan agar dapat memberikan nilaitambah pada industri, di samping dapat mengurangimasalah pencemaran lingkungan yangdiakibatkannya, terutama bau dan faktor estetikalingkungan.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis limbahcair hasil pengolahan rumput laut pada PT.Bantimurung Indah, Kab. Maros yang hasilnya akandibandingkan dengan komposisi pupuk buatan,sehingga limbah cair tersebut kelak berpotensisebagai bahan dasar pupuk. Hasil penelitian inidiharapkan mampu memberikan informasi yangpenting kepada pihak PT. Bantimurung Indah tentangrentang pH serta kadar K, P, N, dan Cl dalam limbahcair industri tersebut, di samping itu dapat dijadikandasar pertimbangan dalam pengolahan kembalilimbah menjadi pupuk buatan.

Page 2: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Dina Yustin, Deby Angelia R., dkk Mar. Chim Acta

3

BAHAN DAN METODE

BahanBahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah limbah cair hasil pengolahan rumput laut dariPT. Bantimurung Indah Kab. Maros, aquades yangdiperoleh dari pasaran lokal Makassar, larutan HNO3

(P), larutan baku Kalium 500 ppm yang dibuat denganmelarutkan 0,0262 g KCl dengan aquades dalamlabu ukur 100 mL dan diencerkan hingga tanda batas,larutan K2CrO4 5 % dibuat dengan melarutkan 5 gK2CrO4 dalam 100 mL aquabides, larutan AgNO3 0,1M disiapkan dengan melarutkan 4,2468 g AgNO3dalam 250 mL aquades. Indikator Mengsel disiapkandari campuran indikator metil merah 0,1 % danindikator brom cresol green 0,2 % denganperbandingan 1 : 2, larutan NaOH 40 % dibuatdengan melarutkan 40 g NaOH dalam 100 mLaquades, larutan asam borat 2 % dibuat denganmelarutkan 2 g serbuk asam borat dengan aquadesdalam labu ukur 100 mL. Larutan H2SO4 0,01 Ndibuat dengan mengencerkan 0,12 mL H2SO4(p) dalam250 mL aquades dan dibakukan dengan larutanNaOH 0,0100 N, Campuran Selen yang dibuat daricampuran 1 kg Na2SO4 dan 10 g selenium, HNO3 (P),H2SO4 (p), HClO4 (p), larutan stok fosfor 500 ppmdibuat dengan melarutkan 0,0957 g KH2PO4 denganaquades dalam labu ukur 100 mL dan diencerkanhingga tanda batas, larutan standar intermedit fosfor50 ppm dibuat dengan cara melarutkan 5 mL larutanstok fosfor dalam labu ukur 50 mL dengan aquades,larutan amonium molibdat dibuat dengan melarutkan20 g kristal amonium paramolibdat dalam 500 mLaquades, larutan asam sulfat dibuat denganmengencerkan 140 mL H2SO4 (p) ke dalam 900 mLaquades. Larutan Asam askorbat dibuat dengan caramelarutkan 27 g asam askorbat murni ke dalam500 mL aquades, larutan potassium antimoniltartratdibuat dengan melarutkan 0,34 g potasiumantimonitartrat murni dalam 250 mL aquades, larutancampuran ammonium tartrat dibuat denganmencampurkan 10 mL larutan amonium molibdat,25 mL larutan asam sulfat, 10 mL larutan asamaskorbat dan 5 mL larutan potasium antimonitartratke dalam labu ukur 50 mL. Pupuk Supra dan pupukNPK diperoleh di pasaran lokal Makassar, kertas pHUniversal dan kertas saring Whatman No. 40 dan 41.

AlatAlat yang digunakan antara lain alat gelas yang

umum digunakan di laboratorium, spektrofotometerserapan atom (SSA) Varian 50 dengan lampu katodakalium, tinggi nyala 1,5 cm, gas etilen (C2H2), pHmeter Orion, neraca digital Sartorius, spektro-fotometer UV/Vis Jenway dengan λ = 400 – 800 nm,

batu didih, labu kjeldahl, pemanas listrik, seperangkatalat destilasi, stirrer magnet Fisher SC, pemanaslistrik Thermolyne.

Prosedure kerja

Penyiapan SampelSampel limbah cair diambil pada empat bak

yang berbeda pada bak-bak penampungan PT.Bantimurung Indah Kab. Maros. Pengamatan warnasampel, pengukuran suhu, dan pH dilakukan di lokasipengambilan sampel. Selanjutnya sampel diasamkandengan HNO3 2 N dan disaring dengan kertas saringwhatman No. 40. Untuk pupuk cair Supra, terlebihdulu diencerkan (1 mL dalam 100 mL aquades),sedangkan pupuk padat NPK terlebih dulu digerushalus dan dilarutkan (5 g dalam 100 mL aquades).Baik sampel limbah cair maupun pupuk, selanjutnyadianalisis dengan prosedur yang sama sebagaiberikut:

Pengukuran pHPengukuran pH dilakukan secara in situ pada

lokasi pengambilan sampel, dengan menggunakanpH-meter.

Penentuan KaliumPenentuan kadar kalium dilakukan dengan

metode SSA. Sampel yang telah disaring dipipet1 mL ke dalam labu ukur 100 mL, diencerkan denganaquades sampai tanda batas, dikocok hinggahomogen. Dipipet 1 mL dan diencerkan sampai10 mL. Khusus untuk sampel III dan IV dipipet 1 mLdan diencerkan sampai 5 mL.

Absorbansi setiap larutan diukur dengan SSApada = 769,9 nm. Kadar kalium dihitung denganmenggunakan kurva kalibrasi. Untuk pembuatankurva kalibrasi dilakukan dengan menyiapkan serilarutan baku dengan konsentrasi berturut-turut 5, 10,15, dan 20 ppm. Absorbansi setiap larutan diukurdengan SSA dan diplotkan terhadap konsentrasi.

Penentuan KloridaPenentuan kadar klorida dilakukan dengan

metode titrasi argentometri, di mana 1 mL sampeldipipet dan dimasukkan dalam gelas ukur 100 mL,diencerkan hingga tanda batas lalu dipipet 50 mL dandimasukkan ke dalam erlemeyer, ditambahkan 3 teteslarutan K2CrO4, dan dititrasi dengan larutan AgNO30,1 M hingga terjadi warna larutan menjadi merahbata. Kadar klorida dihitung dengan menggunakanPersamaan (1) di mana N adalah konsentrasi AgNO3(ppm), Vs adalah volume sampel (mL), Vt adalahvolume titran (mL), MEk adalah massa ekivalen Cl,sedangkan fp adalah faktor pengenceran.

Page 3: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Vol. 6 No. 1 Analisis Potensi Limbah Cair ...

4

1000 x Vt x N x MEk Cl x fpKadar Klorida (ppm) = ----------------------------------------- (1)

Vs

Penentuan NitrogenSampel disaring dan ditimbang sebanyak

kurang lebih 5 g dimasukkan ke dalam labu Kjeldahlyang sudah diisi dengan batu didih dan ditambahkan1 g katalis campuran Selen, 15 mL H2SO4 pekat,selanjutnya larutan tersebut didestruksi dalam ruangasam sampai larutan menjadi bening. Larutantersebut didinginkan dan dipindahkan ke dalam labuukur 50 mL dan diimpitkan dengan aquades hinggatanda garis lalu dikocok. Dipipet 10 mL ke dalamlabu destilasi 250 mL, ditambahkan 15 mL NaOH40 % dan diencerkan hingga 100 mL. Sampeldidestilasi hingga semua NH3 dibebaskan, kira-kira15 menit atau warna larutan asam penampungberubah menjadi hijau dan volume pada erlenmeyerpenampung sudah mencapai kurang lebih 50 mL.Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi10 mL larutan asam borat 2 % dan 5 tetes indikatorMengsel. Selanjutnya, dititrasi dengan H2SO4 0,01 Nhingga terjadi perubahan warna dari warna hijaumenjadi merah jingga. Untuk larutan blanko, sampelpupuk cair dan pupuk padat dilakukan sama sepertipengerjaan sampel limbah cair (Sudarmadji et al.,1984). Kadar nitrogen ditentukan melalui Persamaan(2) di mana fp adalah faktor pengenceran, V1 adalahvolume H2SO4 untuk meitar sampel (mL), V2 adalahvolume larutan H2SO4 untuk blanko (mL), N adalahkenormalan H2SO4, ME adalah massa ekivalen Nsebesar 14,008 mg/mEk, dan G adalah berat sampel(mg)

Pembuatan Kurva KalibrasiHasil pengukuran larutan baku intermediat

fosfor 50 ppm dibuat deret larutan baku fosfordengan menggunakan Persamaan (3) di mana V1 danN1 adalah berturut-turut volume dan konsentrasilarutan baku, V2 dan N2 masing-masing adalah volumedan konsentrasi larutan yang akan dibuat.

V1N1= V2 N2 (3)

Dengan demikian diperoleh deret larutan bakufosfor dengan konsentrasi 4, 8, 10, 12, 16, dan20 ppm. Kemudian ke dalam masing-masing deret

larutan baku ditambahkan 1 mL larutan campuranamonium tartrat dan diencerkan dengan aquadeshingga tanda batas, dikocok hingga homogen dandidiamkan selama 20 menit, diukur absorbannya padapanjang gelombang 660 nm. Untuk pengukurantersebut digunakan aquades sebagai blanko, laluabsorban diplotkan terhadap konsentrasi (Stricklandand Parsons, 1981).

Penentuan Fosfor sebagai P2O5 TotalDipipet 10 mL sampel yang telah disaring ke

dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan 1 mL larutancampuran amonium tartrat, diencerkan denganaquades hingga tanda batas, dikocok, dan didiamkanselama 20 menit. Selanjutnya diukur absorbannyapada panjang gelombang 660 nm dengan aquadessebagai blanko. Absorban yang diperoleh diplotkanterhadap konsentrasi. Pengerjaan larutan blanko dansampel pupuk cair dilakukan sama seperti pengerjaansampel limbah cair. Untuk pupuk padat, ditimbangsampel sebanyak 0,5 g, dilarutkan dengan 10 mLHClO4(p) dan 6 mL HNO3(p), dipanaskan hingga larut,lalu diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 100mL. Selanjutnya dilakukan sama seperti pengerjaansampel limbah cair.

Untuk menghitung kadar fosfor dalam sampeldigunakan cara regresi terhadap kurva standar(Strickland dan Parsons, 1981). Pada penelitian inijuga dilakukan pengukuran kadar fosfor pada sampellimbah cair yang telah dinetralkan.

Uji HasilUntuk menguji hasil penelitian digunakan uji t

sesuai Persamaan (4) di mana X adalah rata-ratasampel, S2adalah varians, dan n adalah jumlah sampel(Sugiyono, 1997).

2

22

1

21

21

nS

nS

XX

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran kadar kalium, klorida,nitrogen, fosfor dan pH dari limbah cair hasilpengolahan rumput laut PT. Bantimurung Indah, Kab.Maros serta pupuk cair Supra dan pupuk padat NPKyang beredar di pasaran Kota Makassar, disajikanpada Tabel 1 sedangkan denah pengambilan sampel,dapat dilihat pada Gambar 1.

)( 21 xG

ME

xNxVVfpKadar nitrogen

100

T- Hitung =

% (2)

(4)

Page 4: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Dina Yustin, Deby Angelia R., dkk Mar. Chim Acta

5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IVSampel

Kada

r (%

)

KaliumKlorida

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Sampel I Sampel II Sampel III SampelIV

Pupukcair

PupukPadat

StandarPupuk

Sampel dan Standar Pupuk

Kada

r Kal

ium

(%)

Tabel 1.Hasil pengukuran K, Cl, N, P, dan pH

dari limbah cair PT. Bantimurung Indah, Kab. Marosdan pupuk yang beredar di pasaran.

Sampel

Kadar (%)

pHKalium Klorida

NitrogensebagaiN-total

FosforsebagaiP2O5(x 10-3)

IIIIIIIVPup.CairPup.Padat

0,871,221,892,881,340,94

1,371,461,602,411,881,63

0,030,030,020,031,024,86

3,208,784,5320,72142,60154,71

11,7611,4210,159,924,695,31

Keterangan:I = Bak penampungan III = Bak penampungan IIIII = Bak penampungan IIIIV = Bak penampungan IV

Kadar kalium dijumpai tertinggi pada bak IVyaitu 2,88 % dan selanjutnya bak III, II dan I,berturut-turut 1,88 %; 1,22 % dan 0,87 %. Hasilpengukuran klorida menunjukkan bahwa kadartertinggi sebesar 2,41 % diperoleh pada bak IVdisusul secara berturut-turut pada bak III, II, dan I,masing-masing sebesar 1,6 %, 1,46 % dan 1,37 %.Dengan demikian kadar kalium dan klorida memilikitren yang sama untuk setiap bak (Gambar 2), karenapada lokasi pengambilan sampel tersebut, limbah cairhasil pengolahan rumput laut langsung dialirkan kebak I kemudian dialirkan ke bak II, selanjutnya kebak III dan terakhir pada bak IV. Dengan demikianbak IV merupakan terminal akhir dan akumulasisemua limbah dan tidak dialirkan lagi ke tempat lain.

Tingginya kadar kalium pada limbah cair inidapat dimaklumi karena dalam proses pengolahanrumput laut menjadi karaginan, terutama pada prosespemasakan, digunakan larutan KOH. Selain itumenurut Winarno, 1990 untuk alga merah, kandungankaliumnya sendiri berkisar antara 6,4 - 7,8 % beratkering.

Kadar kalium untuk pupuk cair diperoleh1,34 % dan untuk pupuk padat 0,94 %, Dengandemikian kadar kalium sampel IV dan III lebih besarjika dibandingkan dengan pupuk cair, sedangkansehingga sampel IV, III, dan II mempunyai kadarkalium yang lebih besar daripada kadar kaliumpupuk padat. Adapun kadar klorida pupuk cairadalah 1,88 % dan pupuk padat adalah 1,63 %. Nilaiini umumnya lebih tinggi dari keempat sampel yangada, kecuali sampel IV, namun hanya dengan selisihyang tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat padaGambar 5 dan 6. Dengan demikian dapat dikatakansampel IV, III, II dan I berpotensi sebagai pupuk,karena memiliki kadar kalium dan klorida yang lebihtinggi atau sama dengan pupuk yang dianalisis.

Keterangan:Bak I = Penampungan terbuat dari semen.Bak II, III dan IV = Penampungan dengan dasar tanah.xxx = Sawah di sekitar bak penampungan.A = lahan yang ditanami jagung.Sampel dialirkan dengan menggunakan pipa.

Gambar 1.Denah bak penampungan limbah cair pada lokasi pengambilan

sampel pada PT. Bantimurung Indah Kab. Maros

Gambar 2.Kurva kadar kalium dan klorida pada sampel limbah cair

Gambar 3.Histogram perbandingan kadar kalium pada sampel limbahcair, pupuk yang beredar di pasaran dan standar pupuk

Bak I

Bak II

Bak III

Bakpencucian

dengankaporit

Bakpemasakan

dengan KOH

xxxx

xxxx

200m

1

m1

m

A A XXXX

XXXXX

Bak IV

Page 5: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Vol. 6 No. 1 Analisis Potensi Limbah Cair ...

6

05

101520253035404550

Sampel I Sampel II SampelIII

SampelIV

pupukcair

pupukpadat

StandarPupuk

Sampel dan Standar Pupuk

Kada

r Klo

rida

(%)

Uji t tidak menunjukkan perbedaan yang nyata(α = 0,05) untuk kadar kalium, di mana untuk kaliumdiperoleh t hitung = 14,3564 yang ternyata lebih besardari t tabel = 2,776. Hal ini menunjukkan tidak adaperbedaan signifikan kadar kalium dalam limbah cairdengan pupuk yang beredar di pasaran.

Kadar Kalium berdasarkan syarat mutu pupukKCl dalam SNI 02-2805-1992 adalah minimalsebesar 60 % (K2O) atau 0,63 % (K). Berdasarkandata tersebut, untuk kadar kalium, keempat sampellimbah yang dianalisis memenuhi kriteria sebagaipupuk (Gambar 5). Namun menurut Marschner, 1986,jika kandungan kalium lebih besar dari 2,75 %, dapatbersifat toksik bagi tanaman. Kadar kalium cukuppada rentang 1,71 – 2,50 %, namun dikategorikanrendah jika kadar kaliumnya 1,26-1,70 %, dan jikalebih kecil dari 1,26 % dapat mengakibatkandefisiensi.

Gambar 6.Histogram perbandingan kadar klorida pada

limbah cair, pupuk, dan standar pupuk

Dengan demikian, sampel IV bila langsungdiberikan pada tanaman cenderung bersifat toksik,oleh karena itu untuk memperoleh hasil yangmaksimal sebaiknya sampel IV terlebih dahuludiencerkan agar konsentrasi kalium dalam limbahturun sampai batas maksimal. Karena bila terjadipemakaian berlebih dari kalium, seperti karenakepekatan kalium dalam media tanaman, dapatmenyebabkan serapan dan translokasi dari kation laindapat terganggu. Seperti halnya dengan menurunnyakadar magnesium dalam daun hingga mencapaitingkat rendah berpotensi mengganggu prosesfotosintesis (Soepardi,1983).

Mengacu pada keterangan Marschner, 1986,sampel III memiliki kadar kalium yang cukup untuktanaman, sehingga dapat digunakan sebagai pupuksecara langsung tanpa pengolahan lebih dulu.Sedangkan sampel I dan II tergolong memiliki kadarkalium yang rendah bagi tanaman, sehingga dapatdiberikan pada tanaman namun hanya memberikan

kontribusi yang kecil pada tumbuhan, meskipun tidakmemberikan dampak negatif pada tanaman.

Pupuk yang dianalisis memiliki kadar kaliumyang berbeda dengan standar pupuk yang ada,disebabkan karena pupuk yang dianalisis bukanmerupakan pupuk khusus kalium dan klorida, namuntermasuk pupuk majemuk (pupuk Supra dan pupukNPK).

Berdasarkan syarat pupuk KCl menurutIndranada, 1994, kadar klorida berkisar 47 %,sedangkan kadar klorida pada sampel hanya berkisar1,71 % (Gambar 6). Dengan demikian, ditinjau darisisi kadar klorida, keempat sampel tidak memenuhisyarat sebagai pupuk. Namun, limbah ini dapatdiberikan pada tanaman karena tetap mengandungklorida walau sedikit. Adanya klorida pada limbah,selain karena berasal dari rumput laut itu sendiri, jugadisebabkan karena penggunaan kaporit konsentrasikecil pada proses pencucian rumput laut yang telahdimasak.

Histogram pada Gambar 7 menunjukkanbahwa kandungan nitrogen di semua bak hampir samayakni sekitar 0.03 % sedangkan untuk kandunganfosfor dalam sampel limbah cair meningkat dari bak Ihingga IV, di mana bak IV mempunyai kadar fosforyang sangat tinggi jika dibandingkan dengan baklainnya. Hal ini disebabkan karena bak IV merupakanterminal akhir pembuangan limbah sehingga semuakandungan fosfor akan terakumulasi/terendapkanpada bak tersebut.

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

I II III IVLokasi

Kad

ar (

%)

Nitrogensebagai N-totalFosfor sebagaiP2O5

Gambar 7.Histogram kadar nitrogen dan fosfor per

lokasi pengambilan sampel

Gambar 8 memperlihatkan bahwa kadarnitrogen dan fosfor limbah cair sangat kecil jikadibandingkan dengan pupuk yang beredar di pasaran.Hal ini disebabkan karena proses pengolahan rumputlaut tidak menggunakan senyawa kimia sumbernitrogen dan fosfor, sehingga kandungan nitrogen danfosfor dalam limbah cair sangat tergantung padarumput laut.

Page 6: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Dina Yustin, Deby Angelia R., dkk Mar. Chim Acta

7

9

9,5

10

10,5

11

11,5

12

Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IVSampel

pH

0.03

1.02

4.86

0

1

2

3

4

5

6

LimbahCair

PupukCair

PupukPadat

(a)

Kadar n

itrogen (

%)

0.00453

0.14260.15471

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

LimbahCair

PupukCair

PupukPadat

(b)

kadar fo

sfor (%)

Gambar 8.Diagram rata-rata kandungan sampel limbah cair dan pupuk

yang beredar di pasaran di mana (a) kadar nitrogen(b) kadar fosfor

Kadar fosfor dapat meningkatkan meskisangat kecil jika pH netral (Tabel 10), berartipengaruh pH relatif kecil terhadap kadar fosfor.Menurut Tisdale dan Nelson (1975), bahwaketersediaan fosfor bagi tanaman dalam jumlah besarberada pada rentang pH 5,5-7,0, Di bawah 5,5 dan diatas 7,0 ketersediaan fosfor berkurang akibat reaksipengendapan atau terjerap oleh Fe(OH)3, Al(OH)3atau bentuk hidroksida lainnya.

Tabel 10.Hasil analisis kandungan fosfor

sebelum dan setelah dinetralkan pada limbah cair danpupuk buatan yang beredar di pasaran

SampelKadar Fosfor sebagai P2O5

SebelumDinetralkan (x 10-3)

SetelahDinetralkan(x 10 -3)

Bak I 3,20 3,38Bak II 8,78 9,46Bak III 4,53 5,08Bak IV 20,72 21,08Pupuk cair 142,60Pupuk padat 154,71

.Kadar nitrogen dan fosfor dalam limbah cair

sangat rendah dibandingkan dengan kandungannitrogen dan fosfor dalam pupuk cair dan pupuk padatyang beredar di pasaran. Hal ini disebabkan karenaselain tidak adanya sumber nitrogen dan fosfor yangdigunakan dalam proses pengolahannya jugadisebabkan karena pH dari limbah cair yang sangat

bersifat alkalis sehingga mempengaruhi kandunganfosfor.

Berdasarkan uji t, terdapat perbedaan nyata(α = 0,05) untuk kandungan nitrogen dan fosfor dimana untuk kadar nitrogen thitung = -1016,06 danuntuk kadar fosfor thitung -3,664 lebih kecil daripadattabel ( 2,776). Hal ini berarti terdapat perbedaansignifikan yakni antara sampel limbah cair PT.Bantimurung Indah dengan pupuk yang beredar dipasaran.

Berdasarkan perbandingan hasil analisis kadarnitrogen dan fosfor pada limbah cair dengan syaratmutu pupuk cair dapat diketahui bahwa kadarnitrogen dan fosfor pada limbah cair PT.Bantimurung Indah jauh lebih kecil dibandingkandengan syarat mutu pupuk cair, di mana kandungannitrogen menurut syarat mutu pupuk cair yang dimuatdalam SNI 02-4958-1999 adalah minimal 4 % dansyarat mutu untuk kadar fosfor sebagai P2O5 dalampupuk TSP yaitu sekitar 44-53 %.

Data hasil analisis pH dari sampel limbah cairPT. Bantimurung Indah yaitu berkisar antara9,92-11,76. Nilai ini jauh lebih tinggi dari nilai pHyang disyaratkan untuk pupuk cair yaitu 5,5-6,5. Datatersebut dapat menunjukkan bahwa limbah cairmempunyai potensi yang sangat kecil untukdimanfaatkan sebagai pupuk buatan.

Gambar 9.Kurva nilai pH vs lokasi pengambilan sampel

Hasil analisis nilai pH pada sampel limbahcair yang dapat dilihat pada Gambar 9 menunjukkanbahwa nilai pH dari bak I hingga bak IV semakinmenurun. Hal ini disebabkan karena bak II hingga bakIV merupakan bak penampungan yang terbuat daridasar tanah sehingga sebagian limbah cair tersebutterserap ke dalam tanah. Dengan demikian pH tanahdi sekitar pabrik PT. Bantimurung Indah tersebutbersifat alkalis, Menurut Hardjowigeno (1992), pHtanah sangat menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara dapat diserap oleh tanaman. Padaumumnya unsur hara mudah diserap akar tanamanpada pH tanah sekitar netral dan pada pH tersebutkebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.

Page 7: Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput Laut Sebagai Pupuk Buatan

Vol. 6 No. 1 Analisis Potensi Limbah Cair ...

8

Gambar 10.Diagram rata-rata nilai pH pada sampel limbah cair dan

pupuk yang beredar di pasaran

Gambar 10 memperlihatkan bahwa nilai pHdari sampel limbah cair sangat tinggi sekitar 9 – 12yang menunjukkan bahwa sampel limbah cairtersebut bersifat sangat basa. Hal ini jelas karenadisebabkan oleh bahan pencuci yang digunakanadalah larutan KOH pada proses pengolahan rumputlaut sedangkan sampel pupuk yang beredar di pasaranmemiliki nilai pH yang rendah yaitu sekitar 4-5 yangmenunjukkan bahwa pupuk tersebut bersifat asam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kadar kalium limbah cair hasil pengolahanrumput laut PT. Bantimurung Indah, Kab. Marosberkisar antara 0,87 - 2,88 %, klorida 1,37 - 2,41 %,nitrogen 0,02 - 0,03 %, fosfor 0,003 - 0,207 % danrentang pH 9,92 - 11,76. Kadar kalium dan kloridalimbah lebih besar dari pupuk, meskipun pada bakpembuangan awal lebih rendah, secara keseluruhan

kadar nitrogen dan fosfor pada limbah cair lebih kecildibandingkan dengan pada pupuk buatan yangberedar di pasaran, sedangkan pH limbah jauh lebihbesar dibandingkan pupuk.

Limbah cair berpotensi sebagai pupuk kaliumtanpa pengolahan lebih lanjut, kecuali sampel padabak pembuangan akhir yang perlu diencerkan.Namun, memiliki potensi sangat kecil sebagai pupukklorida, nitrogen dan fosfor, namun tetap dapatdiberikan pada tanaman karena relatif aman bagitanaman.

Disarankan agar kelanjutan penelitian ini dapatdilakukan dengan mengolah limbah agar dapatdijadikan pupuk cair dilengkapai dengan uji cobapada tanaman. Limbah industri hasil pengolahanrumput laut oleh PT. Bantimurung Indah, Maros,sebaiknya dinetralkan terlebih dulu sebelum dibuangke bak penampungan,sedangkan residu limbah perludianalisis lebih lanjut potensinya sebagai pupukbuatan, mengingat adanya faktor akumulasi bahankimia.

Ucapan terima kasihPenulis menyampaikan terima kasih kepada

TPSDP Batch II Program Studi Kimia FMIPA Unhasyang telah membiayai penelitian ini dalam bentukStudent Grant, demikian juga kepada Ibu Kartini,analis Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan KimiaFMIPA Unhas atas bantuan dan partisipasi aktifnyadalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992, Syarat Mutu Pupuk KCl (SNI 02-2805-1992), http://www.dprin.go.id/ind/standar/indig/kalklor.pdf.

Anonim, 1999, Syarat Mutu Pupuk Cair Sisa Proses Asam Amino (SNI-02-4958-1999), http://www.dprin.go.id/ind/standar/indig/asamn.pdf.

Anonim, 2004, Penentuan Besi (Fe) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, http://www.bsn.or.id/SNI/download/Ed03-04/SNI/2006-6989.4-2004.pdf.

Hardjowigeno, S., 1992, Ilmu Tanah, PT. Medyatama sarana Perkasa, Jakarta.

Hidayat, A., 1994, Budidaya Rumput Laut, Penerbit Usaha Nasimal, Surabaya

Indranada, H.K., 1994, Pengolahan Kesuburan Tanah, BumiAksara, Jakarta.

Soepardi, G., 1983, Sifat dan Ciri Tanah, Bagian IlmuTanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Strickland, J. D., and Parsons, R. T., 1981, Laboratory Manual For The Analysis Of water, Feeds and FeedsIngredients, New York.

Sudarmadji, S., Bambang, H. dan Suhardi, 1984, Prosedur Analisa untuk bahan makanan dan pertanian, Edisiketiga, Liberty, Yogyakarta

Tisdale, S. L. and Nelson, W. L., 1975, Soil Fertility and Fertilizers, Macmillan Publishing Co, New York.

Winarno, F.G., 1990, Teknologi pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

10,81

4,69 5,31

02468

1012

Limbah Cair Pupuk Cair Pupuk Padat

pH