analisis perbandingan sistem pajak di indonesia … · oleh karena itu penulis menganalisis sistem...

79
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK LIRA WIGIANA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: duongdieu

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA

DENGAN AUSTRALIA DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI POLITIK

LIRA WIGIANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah
Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbandingan

Sistem Pajak di Indonesia dengan Australia dalam Perspektif Ekonomi Politik

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Lira Wigiana

NIM H14090058

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

ABSTRAK

LIRA WIGIANA. Analisis Perbandingan Sistem Pajak di Indonesia dengan

Australia dalam Perspektif Ekonomi Politik. Dibimbing oleh Prof. Dr. H. Didin S.

Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A.

Peranan sektor perpajakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) sebagai sumber penerimaan dalam negeri terus mengalami

kenaikan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Namun demikian,

penerimaan pajak Indonesia masih belum optimal bila dilihat dari tax ratio dan

jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah WPOP di Indonesia

dibandingkan dengan Australia. Selain itu pembahasan lebih diperdalam dengan

menganalisis bagaimana keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-

seeking serta pengaruhnya terhadap penerimaan pajak. Data yang digunakan

dalam penelitian ini diantaranya berupa jumlah penerimaan pajak, Indeks

Demokrasi, Rangking Kemudahan Membayar Pajak, dan Indeks International

Country Risk Guide (ICRG) tahun 2008-2011. Metode yang digunakan adalah

analisis data panel pada 15 negara anggota G-20, termasuk Indonesia dan

Australia, sehingga diperoleh model yang terbaik dengan Fixed Effect Model

dengan pembobotan (cross section weights) dan white cross section. Hasil

estimasi menunjukkan bahwa sistem pajak yang baik, demokrasi yang mapan,

serta ketidakadaan rent-seeking berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan

positif terhadap penerimaan pajak.

Kata Kunci: Sistem Pajak, Demokrasi, Rent-Seeking, Data Panel

ABSTRACT

LIRA WIGIANA. Tax System in Indonesia Comparison to Australia in

Political Economics Analysis. Supervised by Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri,

S.E, M.S, D.E.A.

Tax plays an important role as a source to finance the development of the

country, although if the tax ratio and the number of individual taxpayers in

Indonesia are compared with other countries, the tax revenue in Indonesia is not

optimal yet. This research aims to know about factor that can increase the number

of individual taxpayers in Indonesia comparison to Australia. Furthermore the

connection between tax system, democracy, and rent-seeking activity; also the

effect to tax revenue are analysed. The method is Panel Data Analysis in 15

countries of G-20 include Indonesia and Australia. Data used in this research are

tax revenue as percentage of GDP, Democracy Index, Paying Taxes Ranking, and

International Country Risk Guide (ICRG) Index from 2008 until 2011. The best

model is Fixed Effect Model with cross section weights and white cross section.

The estimation shows that a good tax system, full democracies, and the absent of

rent-seeking have a significant and positive effect to tax revenue.

Keywords: Tax system, Democracy, Rent-Seeking, Panel Data

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA

DENGAN AUSTRALIA DALAM PERSPEKTIF

EKONOMI POLITIK

LIRA WIGIANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah
Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

Judul Skripsi: Analisis Perbandingan Sistem Pajak di Indonesia dengan Australia dalam Perspektif Ekonomi Politik

Nama : Lira Wigiana NIM: : H14090058

Disetujui oleh Dosen Pembirnbing

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A. Pembirnbing

23 OCT 2013Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Sistem Pajak di Indonesia dengan Australia

dalam Perspektif Ekonomi Politik

Nama : Lira Wigiana

NIM : H14090058

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A.

Pembimbing

Diketahui oleh

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Perbandingan

Sistem Pajak di Indonesia dengan Australia dalam Perspektif Ekonomi Politik”.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul tersebut karena peranan

penerimaan pajak terhadap APBD begitu besar, namun potensi penerimaan pajak

belum optimal. Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui

perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah lebih

maju.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak.

Untuk itu, setulus hati penulis sampaikan terima kasih atas segala bantuan baik

materi maupun non materi yang telah diberikan. Ucapan terima kasih dari penulis

disampaikan kepada Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A selaku

pembimbing skripsi, Ibu Lukytawati Anggraeni, Ph.D selaku pembimbing

akademik, serta Dr. Muhammad Findi dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si selaku

penguji siding skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,

seluruh keluarga, pendamping, dan teman-teman atas segala doa, kasih sayang,

dan motivasi yang begitu besar.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi kemajuan penulisan

berikutnya. Penulis pun berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

memerlukannya.

Bogor, September 2013

Lira Wigiana

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9

Tinjauan Teori-Teori 9

Pengertian dan Konsep Pajak 9

Fungsi Pajak 10

Sistem Pemungutan Pajak 12

Kepatuhan Pajak 14

Reformasi Pajak 15

Pengertian dan Konsep Demokrasi 16

Keterkaitan Pajak dengan Demokrasi 17

Pengertian dan Konsep Rent-Seeking 18

Penelitian Terdahulu 20

Kerangka Pemikiran 21

METODOLOGI PENELITIAN 23

Wilayah Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Analisis Data 24

Analisis Deskriptif Kualitatif 24

Analisis Data Panel 24

Definisi Operasional 25

GAMBARAN UMUM 27

Republik Indonesia 27

Kondisi Geografis 27

Perekonomian 27

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

Politik dan Pemerintahan 29

Negara Persemakmuran Australia 30

Kondisi Geografis 30

Perekonomian 31

Politik dan Pemerintahan 32

HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Faktor-Faktor yang dapat Meningkatkan Jumlah WPOP di Indonesia,

dengan Australia sebagai Reason Learn 34

Kebijakan Registrasi 34

Kedudukan Institusi Pajak 35

Kebijakan Ekstensifikasi Wajib Pajak 37

Keterkaitan antara Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-Seeking

di Indonesia dibandingkan dengan Australia 39

Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-Seeking terhadap

Penerimaan Pajak 47

Tahap Evaluasi Pemilihan Model 47

Pengujian Asumsi Klasik 47

Tahap Pemilihan Model Terbaik 49

KESIMPULAN DAN SARAN 52

Kesimpulan 52

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 56

RIWAYAT HIDUP 66

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

DAFTAR TABEL

1.1 Penerimaan Pajak dalam Negeri Tahun 2009-2012 2

1.2 Tax Ratio berdasarkan OECD (Organisation for Economic Cooperation

and Development) Model Tahun 2010 2

1.3 Tingkat Rasio antara Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar dengan

Angkatan Kerja Tahun 2005 4

4 Komparasi Kebijakan Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi 35

5 Tugas Dirjen Pajak dan ATO 36

6 Institusi Pajak dan Kebijakan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi 39

7 Indeks ICRG Indonesia dan Australia Tahun 2002-2011 42

8 Indikasi Kerugian Negara Hasil Audit BPK Semester I 2008-

Semester I 2010 44

9 Negara-negara Berkembang dengan Arus Uang Haram Terbesar 45

10 Kerugian akibat Penghindaran Pajak di Indonesia dan Australia 45

11 Nilai Korelasi Antarvariabel Bebas dalam Pengujian Multikolinearitas 48

12 Hasil Pengolahan dengan Weighting Fixed Effect Model untuk Menguji

Heteroskedastisitas 49

13 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 15 Negara G-20 pada Tahun 2008-2011 49

14 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 6 Negara Berkembang G-20 pada

Tahun 2008-2011 50

15 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 7 Negara Maju G-20 pada

Tahun 2008-2011 51

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Total APBN

Indonesia Tahun 2005-2010 1

2 Hubungan Pendapatan Naional dengan Konsumsi dan Investasi 12

3 Kerangka Pemikiran 22

4 PDRB per Kapita Provinsi-Provinsi di Indonesia Tahun 2008

atas Dasar Harga Berlaku 28

5 Peta Benua Australia 31

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

6 Indeks Demokrasi Indonesia 2009 dan 2010 40

7 Tax Ratio Indonesia Tahun 2008-2012 42

8 Penanganan TPK berdasarkan Jenis Perkara 43

9 Kriteria Pengujian Autokorelasi: Durbin Watson 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Negara Anggota G-20 56

2 Data untuk Analisis Data Panel (1) 57

3 Data untuk Analisis Data Panel (2) 58

4 Hasil Estimasi Pooled Least Square 59

5 Hasil Estimasi Fixed Effect Model 60

6 Hasil Estimasi Random Effects Model 61

7 Hasil Chow Test 62

8 Hasil Haussman Test 62

9 Hasil Uji Normalitas Data 63

10 Fixed Effect Model dengan Pembobotan (Cross Section Weights) dan

White Cross Section 64

11 Kerugian akibat Penghindaran Pajak di Indonesia dan Australia 65

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

PENDAHULUAN

Pemerintah memerlukan sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan

pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, baik untuk pembiayaan

rutin pemerintah maupun untuk pelaksanaan pembangunan. Salahsatu sumber

pembiayaan tersebut berasal dari sektor pajak. Pemerintah mengalokasikan pajak

diantaranya untuk membiayai pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan

pendidikan. Peranan sektor perpajakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) sebagai sumber penerimaan dalam negeri mengalami kenaikan

yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Gambar 1 merupakan penerimaan perpajakan dalam negeri sejak tahun 2005

hingga 2010 menunjukkan persentase penerimaan pajak berada pada kisaran

angka sekitar 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar

penerimaan negara diperoleh dari penerimaan dalam negeri yang bersumber dari

pajak, sedangkan sisanya diperoleh dari penerimaan negara yang berasal bukan

dari pajak, seperti penerimaan Sumberdaya Alam, laba BUMN, surplus Bank

Indonesia, dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) dalam APBN.

Penerimaan pajak dalam negeri dapat diperoleh dari jenis-jenis pajak seperti

Pajak Penghasilan (PPh migas dan PPh nonmigas), Pajak Pertambahan Nilai (PPN

dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya. Berdasarkan jenis-jenis pajak

tersebut, Pajak Penghasilan memiliki porsi terbesar dalam komponen penerimaan

pajak nasional.

Gambar 1 Persentase Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Total APBN

Indonesia Tahun 2005-2010

Sumber: Mukhlis, I., dan Simanjutak, T. H. 2011. Pentingnya Kepatuhan Pajak dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Proceeding Simposium Nasional Perpajakan III

Road Map Reformasi Perpajakan Indonesia Menuju Good Governance. Hal. 6.

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

2

Pada Tabel 1 menunjukkan penerimaan pajak terbesar di Indonesia selama

kurun waktu tersebut sebagian besar masih diperoleh dari penerimaan pajak yang

bersumber dari Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas. Jenis pajak PPh adalah jenis

pajak langsung, sehingga model pengenaannya adalah langsung dipotong dari

penghasilan subjek pajak atau Wajib Pajak. Walau demikian, penerimaan pajak

Indonesia masih belum optimal bila dilihat dari perbandingan tax ratio di

beberapa negara tetangga.

Tax Ratio dalam arti sempit hanya mencakup pajak pemerintah pusat dibagi

Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Tax Ratio dalam arti luas (OECD) mencakup

pajak pusat, pajak daerah, dan penerimaan SDA (bagi hasil) dibagi PDB. Dalam

Tabel 2 merupakan perbandingan tax ratio pada tahun 2010 dimana tax ratio

Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, atau Australia.

Hal ini berarti penerimaan pajak di Indonesia masih tergolong rendah

dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Ketidakmampuan pemerintah mengoptimalkan penerimaan pajak

menyebabkan utang terus berkelanjutan. Jumlah utang baru, hampir selalu lebih

besar dari cicilan utang. Akumulasi utang mencapai Rp 1.937 triliun pada tahun

2012, artinya setiap penduduk Indonesia menanggung utang Rp 8 juta.1

Akumulasi utang dan pendapatan rendah akan membawa Indonesia terjebak

1Prastowo, J dan Budiantoro, S. Maret 2012. Rasio Pajak Rendah, Utang Makin Menumpuk.

Prakarsa Policy Review. No. 2. Hal. 1.

Tabel 2 Tax Ratio berdasarkan OECD (Organisation for Economic Cooperation

and Development) Model Tahun 2010 (dalam persen)

Sumber: Rahmany, F. 17 Oktober 2012. Tax Ratio Indonesia Tinggi, ada Kesalahan

Penghitungan Tax Ratio. http://www.pajak.go.id/node/4292?lang=en.

Negara Tax Ratio

Australia 25.60

Thailand 17.00

Malaysia 15.50

Indonesia 14.64

Filipina 14.64

India 10.90

Tabel 2 Penerimaan Pajak dalam Negeri Tahun 2009-2012 (dalam Triliun

Rupiah)

Sumber: Diunduh dari situs resmi Direktorat Jenderal Pajak.

http://www.pajak.go.id/content/penerimaan-pajak-dalam-negeri-2009-2012.

Uraian 2009 2010 2011 2012

PPh Migas 50,043.70 58,872.70 65,230.70 58,665.80

PPh Nonmigas 267,571.30 298,172.80 366,746.30 454,168.70

PPN dan PPnBM 193,067.50 230,604.90 298,441.40 350,342.20

PBB 24,270.20 28,580.60 29,057.80 35,646.90

BPHTB 6,464.50 8,026.40

Cukai 56,718.50 66,165.90 68,075.30 72,443.10

Pajak Lainnya 3,116.00 3,968.80 4,193.80 5,632.00

Total 601,251.70 694,392.10 831,745.30 976,898.70

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

3

dalam perangkap utang (debt trap). Penerimaan pajak Indonesia yang belum

optimal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain dapat dilihat dari

sisi teknis sistem pajak maupun sisi ekonomi politik yang mempengaruhi, seperti

kondisi demokrasi dan rent-seeking behaviour di Indonesia.

Dilihat dari sisi sistem pajak di Indonesia, sebagai upaya dalam

meningkatkan peranan pajak, pemerintah Indonesia sejak tahun 1983 telah

melakukan reformasi perpajakan yaitu dengan mengundangkan UU No.6/1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan UU No.28/2007 yang mengganti sistem perpajakan

dari official assessment menjadi self assessment. Dengan ketentuan sistem self

assessment, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya.

Sebagai perbandingan, salah satu negara tetangga sekaligus sesama anggota

G-20 yaitu Australia pun menerapkan self assessment dalam sistem pemungutan

pajaknya. Pemerintah hanya sekedar mengawasi, namun dikarenakan sistem yang

sudah dibangun secara teratur maka para Wajib Pajak kecil kemungkinannya

untuk tidak membayar pajak. Setiap orang yang tinggal di Australia untuk masa

183 hari atau lebih, orang yang telah memiliki visa permanent

resident/Kewarganegaraan Australia, berumur mulai 18 tahun ke atas, serta

memperoleh pendapatan di Australia wajib memiliki nomor pokok Wajib Pajak

Australia/Australian Tax Number, disebut dengan TFN (Tax File Number) atau

bila di Indonesia NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). TFN tersebut wajib

diisikan ke formulir pengajuan kerja, karena perusahaan akan langsung memotong

pajak dari gaji atau pendapatan pekerja tersebut.2

Kebijakan penerapan sistem perpajakan di Australia ditangani oleh dua

departemen atau terpisah menjadi dua bagian fungsi, yakni untuk fungsi kebijakan

ditangani oleh The Treasury dan fungsi administrasi ditangani oleh Australian Tax

Office (ATO). Kebijakan perpajakan di Australia selalu dipantau dan dievaluasi

setiap tahunnya oleh pemerintah sehingga pemerintah Australia selalu

mengamandemen UU Perpajakan setiap tahun, dengan demikian jika terjadi

permasalahan dalam penerapannya dapat segera diselesaikan dan tidak berlarut-

larut.3

Jenis-jenis pajak di Australia meliputi Individual Income Tax (Pajak

Penghasilan Perorangan), Company Income Tax (Pajak Pendapatan Perusahaan),

Payroll Tax (Pajak Gaji), Property Tax (Land Tax) (Pajak Properti dan

Bangunan), Fringe Benefit Tax (Pajak Pendapatan Tambahan/Bonus), Goods &

Services Tax (GST) (Pajak Barang dan Jasa), Excise (Cukai), Transfer Duty

(Perpindahan Jabatan), dan Other Tax (Pajak Lainnya).4

Pada tahun 2012 di Australia terdapat sekitar 23,9 juta TFN yang terdaftar

dan aktif. Dari jumlah ini sekitar 19,3 juta adalah Wajib Pajak Individu dan 1,8

juta adalah Wajib Pajak Badan. Dari 19,3 juta Wajib Pajak Individu, sebanyak

59,2 persen berasal dari migran permanen dan bukan penduduk asli (non-resident)

dengan visa kerja. Oleh karena itu, Australian Tax Office (ATO) sangat fokus

2Saleh, S. 2011. Sistem Perpajakan di Australia. Sharia Business Solution.

http://sobisy.blogspot.com/2010/07/sistem-perpajakan-di-australia.html. 3Ibid.

4Situs resmi Australian Tax Office. http://www.ato.gov.au.

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

4

pada perbaikan sistem registrasi pajak demi kemudahan orang-orang asing dari

berbagai negara yang akan tinggal dan bekerja di Australia.5

Tabel 3 merupakan hasil survei OECD pada tahun 2006 dengan

menggunakan tenaga kerja sebagai benchmark, menunjukkan bahwa rasio antara

jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) Terdaftar dengan jumlah angkatan

kerja pada negara-negara maju, termasuk Australia, mencapai lebih dari 40

persen, bahkan banyak yang mencapai rasio lebih dari 100 persen. Apabila

Indonesia mengikuti model perhitungan OECD maka tingkat rasionya hanya

mencapai 2,24 persen (masih sangat jauh tertinggal).

Data di atas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi penerimaan

pajak yang jauh lebih besar apabila berhasil menjalankan program ekstensifikasi

Wajib Pajak. Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak merupakan

program perpajakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk

mengoptimalkan penerimaan pajak. Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan

yang berkaitan dengan menambah jumlah Wajib Pajak Terdaftar, sedangkan

intensifikasi pajak adalah kegiatan mengoptimalkan penerimaan pajak dari Wajib

Pajak yang telah terdaftar.6

Ekstensifikasi Wajib Pajak dapat berhasil apabila masyarakat memiliki

kepatuhan dalam membayar pajak. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak

sangat tergantung dari cara pemerintah memberikan pelayanan kepada negara.

Rakyat sebagai warga negara memiliki kewajiban untuk membayar pajak,

sebaliknya negara pun memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan publik

yang baik kepada rakyat. Bila para pemimpin negara benar-benar mengurus

5Commisioner of Taxation. 2012. Annual Report 2011-2012. Australian Tax Office. Hal. 39.

6Tunliu, J. J. A. 2010. Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian Keuangan Daerah [Tesis]. Universitas

Brawijaya. Malang. Hal. 6.

Tabel 3 Tingkat Rasio antara Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) Terdaftar

dengan Angkatan Kerja Tahun 2005

Sumber: Siswahyudi. Mei 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak

Orang Pribadi antara Indonesia dengan Australia. Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik.

Vol. 12. No. 1. Hal. 43.

1 Selandia Baru 4,1 2,1 5,1 51,22 242,9

2 Yunani 11,1 4,6 10,72 43,24 223,3

3 Spanyol 42,7 20,2 37,6 47,31 286,1

4 Finlandia 5,2 2,6 4,8 50,00 184,2

5 Australia 20,1 10,2 17,04 50,75 167,1

1 Argentina 38,6 15,34 0,9 39,74 42,9

2 Chile 15,1 6,3 1,6 39,1 25,4

220,6 105,80 2,38 47,96 2,24

Angkatan Kerja/

Penduduk

(Persen)

WPOP Terdaftar/

Angkatan Kerja

(Persen)

A. Negara OECD

B. Negara Non OECD

c. Indonesia (2004)

No. Negara

Angkatan

Kerja

(Juta)

WPOP

Terdaftar

(Juta)

Penduduk

(Juta)

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

5

negara dengan melaksanakan prinsip demokrasi, tentunya rakyat akan mendukung

demi kesejahteraan bersama.

Demokrasi yang berarti kesetaraan dan partisipasi, maka demokrasi

perpajakan dapat dimaknai sebagai terbangunnya sistem perpajakan yang

menggambarkan adanya kesetaraan antara pemerintah dan masyarakat pembayar

pajak, sehingga memungkinkan munculnya partisipasi masyarakat, sejak dari

proses pembuatan kebijakan perpajakan, pengumpulan pajak, dan pemanfaatan

uang pajak. Prinsip dari demokrasi yang paling penting adalah meletakkan

kekuasaan di tangan rakyat, bukan di tangan penguasa.7

Dalam rangka memperoleh sistem perpajakan yang mencerminkan azas

demokrasi, tentu akan diperlukan perangkat hukum dan penciptaan kondisi

dimana rakyat/Wajib Pajak menyadari kewajiban mereka membayar pajak. Sistem

perpajakan yang baik menurut Adam Smith dalam Irianto (2005),

“…Empat prinsip perpajakan yang harus terpenuhi, yaitu keadilan

(equality), kepastian (certainty), kenyamanan (convinience), dan efisiensi

(efficiency). Hal penting lainnya adalah daerah dituntut untuk melaksanakan

sistem perpajakan secara transparan, akuntabel dan efisien…”8

Indonesia masih harus bekerja keras membangun sistem perpajakan dan

demokrasinya. Saat ini Indonesia masih berada dalam masa transisi demokrasi,

yaitu demokrasi yang belum mapan, belum terkonsolidasi, masih terus mencari

bentuk, dan karenanya demokrasi yang seperti itu menjadi sumber dari labilnya

kehidupan politik. Pemerintah seharusnya lebih banyak belajar dari negara lain

yang telah berhasil menjalankan demokrasi. Salahsatu negara tetangga yang dapat

dijadikan contoh pembelajaran yaitu Australia.9

Australia merupakan salahsatu negara maju dengan tradisi demokrasi yang

lebih mapan. Sistem pemerintahan Australia dibangun di atas tradisi demokrasi

liberal, yakni berdasarkan nilai-nilai toleransi beragama, kebebasan berbicara dan

berserikat, dan supremasi hukum. Lembaga-lembaga Australia dan praktik-praktik

pemerintahannya mencerminkan model Inggris dan Amerika Utara, namun tetap

memiliki ciri khas Australia.10

Demokrasi yang mapan antara lain dicirikan dengan adanya partisipasi

masyarakat yang luas dalam setiap pengambilan kebijakan publik. Kebijakan

publik, terutama yang melibatkan anggaran negara atau kebijakan mengenai

sumberdaya publik/negara harus jelas manfaat dan biayanya. Transparansi publik

dalam hal ini menjadi perhatian utama sekaligus sebagai pencegah timbulnya

kesempatan rent-seeking. Menurut Yustika (2006),

“…Rent-seeking (rent-seeking) dapat didefinisikan sebagai upaya individual

atau kelompok untuk meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan

7Thoha, M. 2003. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Radja Grafindo Persada.

Jakarta. Hal. 63. 8Irianto, E. S. dan Jurdi, S. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. UII Press.

Yogyakarta. Hal. 97. 9Sudibyo, B. Agustus 2012. Reformasi Pajak dalam Kerangka Reformasi Ekonomi-Politik di

Indonesia. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol. 23. No. 2. Hal 16. 10

Situs resmi Kedutaan Besar Australia.

http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/sistem_pemerintahan.html.

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

6

regulasi pemerintah untuk menghambat penawaran atau peningkatan

permintaan sumberdaya yang dimiliki...”11

Hal ini berarti rent-seeking sebagai proses di mana individu memperoleh

pendapatan tanpa secara aktual meningkatkan produktivitas, atau malah

mengurangi produktivitas tersebut. Contohnya ialah adanya kasus penggelapan

pajak di lingkungan institusi pajak maupun perusahaan. Salahsatunya kasus

penggelapan pajak pada awal tahun 2010 yang dilakukan oleh salahsatu pegawai

Direktorat Jendral Pajak yang diduga sebagai makelar kasus pajak, Gayus

Tambunan. Ia terbukti menyalahgunakan uang pajak dalam jumlah yang sangat

besar yang seharusnya dibayarkan kepada pemerintah.12

Selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, rent-seeking juga dapat

bertujuan untuk menghindari berkurangnya pendapatan. Seperti contohnya ialah

penghindaran pajak oleh masyarakat. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk

mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, sedangkan penggelapan pajak

adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal.13

Jika

dianalogikan pajak dengan karcis tol, jika menggunakan jalan tol namun tidak

membayar karcis tol, maka itulah penggelapan pajak. Jika menghindari untuk

membayar karcis tol dengan cara memilih lewat jalan biasa, maka itulah

penghindaran pajak.

Di negara-negara berkembang banyak terjadi kasus penghindaran pajak. Hal

ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan, atau melaporkan namun tidak sesuai

dengan keadaan sebenarnya, atas pendapatan yang bisa dikenai pajak.

Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan menjadi

sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi pajak yang dapat

digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara.14

Perumusan Masalah

Dalam APBN 2012, penerimaan pajak Indonesia diproyeksikan mencapai

Rp 1.033 triliun. Meski terlihat besar, penerimaan tersebut sebenarnya masih

rendah ditinjau dari nilai rasio pajak terhadap PDB. Rasio pajak Indonesia masih

berkisar 12 persen terhadap PDB.15

Indonesia kini termasuk dalam kategori

negara pendapatan menengah-bawah dan rata-rata rasio pajak pada negara dalam

kategori tersebut adalah sebesar 19 persen.16

Berdasarkan kategori negara

berpendapatan menengah-bawah, negara ini sebenarnya kehilangan potensi pajak

11

Yustika, A. E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Bayumedia

Publishing. Jatim. Hal. 147. 12

Puteri, A. Y. 2012. Implikasi Kasus Gayus Tambunan dalam Kesadaran Wajib Pajak [Skripsi].

Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jatim. Hal. 6. 13

Ibid. Hal. 5. 14

Budiman, J. dan Miharjo, S. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak

(Tax Avoidance). S2 Ilmu Akuntansi UGM. Yogyakarta. Hal. 5-6. 15

Prastowo, J. dan Budiantoro, S. Maret 2012. Rasio Pajak Rendah, Utang Makin Menumpuk.

Prakarsa Policy Review. No. 2. Hal. 5. 16

Ibid. Hal. 5.

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

7

sekitar Rp 512 triliun atau hampir 50 persen.17

Perkiraan konservatif International

Monetary Fund (IMF), potensi pajak yang hilang juga lebih dari 40 persen.18

Kebijakan perpajakan bisa menjadi salahsatu cerminan dari demokratis atau

tidaknya sebuah negara.19

Indonesia saat ini masih dalam masa transisi demokrasi

dimana kondisi politik yang masih labil diperparah oleh belum dewasa dan

matangnya para individu pemeran eksekutif, legislatif, dan yudikatif dari pilar-

pilar kekuasaan negara pada berbagai tingkatan. Hal ini terbukti dengan

terungkapnya kasus-kasus rent-seeking di struktur elite tersebut yang sangat

merugikan masyarakat.

Berdasarkan laporan lembaga Transparency International pada Corruption

Perceptions Index tahun 2010, Indonesia menempati urutan ke-110 dengan nilai

2,8 dari total 178 negara. Semakin tinggi nilai suatu negara (mendekati 10), maka

semakin bersih negara tersebut dari korupsi. Angka 2,8 mencerminkan di

Indonesia masih banyak terdapat tindak korupsi. Jika dikaitkan dengan kasus

penyuapan, menurut survei yang dilakukan oleh lembaga Transparency

International pada tahun 2008, pihak yang paling mudah disuap di Indonesia

adalah pihak-pihak legislatif dengan nilai 4,1, menyusul di bawahnya adalah

politisi dan polisi dengan nilai masing-masing sama yaitu 3,9 (skala nilai adalah

1-5, dengan ketentuan semakin besar nilai maka semakin mudah disuap).

Reformasi perpajakan selama ini telah mencapai hasil yang baik, namun

masih banyak kekurangan yang harus segera diperbaiki. Pencapaian ukuran

keberhasilan pemungutan pajak masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan

negara-negara lain. Oleh karena itu, studi komparatif guna mempelajari prestasi

negara maju sebagaimana tersebut diatas sangat diperlukan. Negara Australia

dipilih dengan alasan: (i) merupakan negara tetangga sekaligus sesama anggota G-

20; (ii) rasio jumlah WPOP Terdaftar dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja

mencapai 167,1 persen (Tabel 3); (iii) sumber data tersedia di internet dalam

bahasa Inggris maupun Indonesia.

Melihat uraian di atas juga merujuk pada latar belakang yang telah dibuat,

maka perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat meningkatkan jumlah WPOP di

Indonesia, dengan Australia sebagai reason learn?

2. Bagaimana keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-

seeking di Indonesia dibandingkan dengan Australia?

3. Bagaimana pengaruh sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking

terhadap penerimaan pajak?

17

Prastowo, J. dan Budiantoro, S. Maret 2012. Rasio Pajak Rendah, Utang Makin Menumpuk.

Prakarsa Policy Review. No. 2. Hal. 5. 18

Website Detikfinance.

http://finance.detik.com/read/2012/03/15/153359/1868373/4/menyakitkan-ri-banyak-ngutang-dan-

korupsi. 19

Irianto, E. S. 2012. Kebijakan Fiskal dan Pengelolaan Pajak di Indonesia. CV. Aswaja

Pressindo. Yogyakarta. Hal. 17.

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

8

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dibuat, maka

tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah WPOP di

Indonesia, dengan Australia sebagai reason learn.

2. Mengetahui keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-

seeking di Indonesia dibandingkan dengan Australia.

3. Mengetahui pengaruh sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking

terhadap penerimaan pajak.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Sebagai suatu kasus, isu, metodologi maupun temuan-temuan dari

penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemerintah

dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rangka

meningkatkan penerimaan pajak yang efektif.

2. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi kecukupan upaya-upaya

untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan menggunakan

instrumen kebijakan ekstensifikasi Wajib Pajak.

3. Bagi masyarakat umum diharapkan menjadi sebuah wacana untuk

melihat keefektifan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, dalam

hal ini kebijakan sistem pajak, penyelengaraan demokrasi, dan

fenomena rent-seeking.

4. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya

dengan topik penelitian yang serupa, yaitu terkait kebijakan fiskal dan

ekonomi politik.

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

9

TINJAUAN PUSTAKA

Pajak memiliki peranan yang sangat penting sebagai sumber pendapatan

negara untuk membiayai berbagai pengeluaran negara. Penelitian ini lebih

berkonsentrasi pada analisis upaya meningkatkan penerimaan pajak melalui

instrumen ekstensifikasi Wajib Pajak. Kebijakan publik yang dikeluarkan

pemerintah Indonesia terkait dengan sistem pajak akan dibandingkan dengan

Australia sebagai reason learn. Selanjutnya pembahasan akan lebih diperdalam

dengan analisis ekonomi politik mengenai keterkaitan antara sistem pajak,

demokrasi, dan rent-seeking yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat

penerimaan pajak.

Tinjauan Teori-Teori

Pengertian dan Konsep Pajak

Menurut Soemitro dinyatakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat

atau rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.20

Andriani dalam Soemitro juga menyatakan bahwa pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) terutama oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung atau tidak langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara dalam

penyelenggaraan pemerintahan.21

Menurut Kamus Ekonomi, Uang, dan Bank,

pajak adalah iuran wajib kepada negara berdasarkan undang-undang, untuk

membiayai belanja negara dan sebagai alat untuk mengatur kesejahteraan dan

perekonomian.22

Pengenaan pajak ini dilaksanakan sebagai sumber penerimaan negara

terbesar. Target penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak.

Ekstensifikasi pajak dilakukan dengan meningkatkan jumlah pembayar pajak

(Wajib Pajak), sedangkan intensifikasi pajak yaitu meningkatkan nilai pajak itu

sendiri.

Sumber penerimaan pajak didapat dari dua jenis pajak yaitu pajak

langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus

ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak bisa dilimpahkan kepada Wajib

Pajak lainnya. Contoh, pajak langsung yaitu Pajak Penghasilan dan Pajak

Bumi dan Bangunan. Pajak ini langsung terkait dengan penghasilan Wajib Pajak

atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Wajib Pajak.23

Pajak tidak langsung adalah

pajak yang bisa dialihkan ke pihak lain. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai

20

Soemitro, R. 1993. Pajak Penghasilan. Eresco. Bandung. Hal. 258. 21

Ibid. Hal. 258. 22

Sahrani, A. dan Wijaya, D. 2003. Kamus Ekonomi, Uang, dan Bank. Restu Agung. Jakarta. Hal.

390. 23

Ralona, M. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Niaga Swadaya. Jakarta. Hal. 220.

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

10

dan Pajak Penjualan Barang. Sasaran pajak tidak langsung sebenarnya

konsumen, sedangkan pengusaha terkena pajak hanya bertindak sebagai

pemungut pajak.24

Penelitian ini akan menganalisis kebijakan ekstensifikasi Wajib

Pajak Orang Pribadi (WPOP). Kemudian fokus pajak akan dipersempit dengan

hanya melihat dari sumber penerimaan pajak langsung, khususnya Pajak

Penghasilan (PPh).

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumberdaya

dari sektor privat ke sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa

adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya

kemampuan individu dalam menguasai sumberdaya untuk kepentingan

penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan daerah

dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Definisi pajak menurut Undang-Undang Perpajakan No.28 tahun 2007 adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Dari berbagai definisi tentang pajak di atas,

terdapat beberapa aspek dasar, yaitu:

a) Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang,

b) Sifatnya dapat dipaksakan,

c) Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar

pajak,

d) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat

maupun daerah; dan

e) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat

umum.

Fungsi Pajak

Nurmantu (2005) menyatakan bahwa pajak memiliki dua fungsi, yaitu

fungsi budgeter dan fungsi reguland.25

Pajak berfungsi budgeter, yaitu untuk

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang

yang berlaku, kemudian pada waktunya akan digunakan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran

pembangunan, dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan

pemerintah. Fungsi reguland adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut

digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Sebagai sumber pendapatan negara dan juga pendapatan daerah, pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara maupun daerah.

Untuk menjalankan tugas-tugas rutin dan melaksanakan pembangunan

membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pemerintah

mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi

mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya

dalam rangka meningkatkan penanaman modal, diberikan berbagai macam

fasilitas keringanan pajak.

24

Ralona, M. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Niaga Swadaya. Jakarta. Hal. 222. 25

Nurmantu, S. 2005. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal. 28.

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

11

Kedua fungsi pajak di atas merupakan satu kesatuan yang saling

melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Misalnya, walaupun pajak

berfungsi sebagai sumber pendapatan negara dan masyarakat, tetapi harus pula

dipertimbangkan berbagai dampaknya pada masyarakat, baik berupa dampak

sosial, ekonomi, budaya, maupun dampak lainnya, sebaliknya juga demikan.

Apabila fungsi mengatur dari pajak akan dipakai untuk mencapai sasaran di

bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun bidang-bidang lainnya, maka perlu

dipertimbangkan pengaruhnya terhadap penerimaan negara dari sektor pajak, di

samping perlu analisis terlebih dahulu terhadap efektifitas penggunaan pajak

untuk mencapai sasaran lain.

Di antara kedua fungsi pajak, fungsi yang utama adalah pajak sebagai

pengisi kas negara, sedangkan fungsi mengatur merupakan fungsi tambahan.

Pajak adalah perpindahan uang dari masyarakat ke kas negara untuk membiayai

pengeluaran umum. Fungsi lainnya berkaitan dengan manfaat dari pungutan

tersebut bagi pemerintah, dalam mewujudkan sasaran pembangunan di bidang

sosial, ekonomi, budaya, maupun bidang-bidang lainnya. Contoh fungsi mengatur

adalah pemberian fasilitas pajak berupa tax holiday bagi badan-badan baru yang

menanam modalnya di bidang produksi yang memperoleh prioritas pemerintah

berdasarkan undang-undang.

Meski demikian, dalam pandangan Burton dan Ilyas (2004) terdapat pula

fungsi lain dari pajak yang saat ini mengemuka, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi

redistribusi.26

Fungsi demokrasi menyatakan bahwa pajak merupakan salahsatu

penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintahan

dan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat. Sebagai implementasinya,

pajak memiliki konsekuensi untuk memberikan hak timbal balik yang meskipun

tidak diterima langsung, tetapi diberikan kepada warga negara pembayar pajak.

Demikian selanjutnya, hingga pajak akan berfungsi redistribusi, yaitu

mengimplementasikan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Bila

pajak diterapkan dengan baik maka dapat dipastikan terjadi beberapa dampak

pajak terhadap perekonomian dan berbagai aspeknya.

Secara umum, struktur perekonomian (tanpa pajak) terdiri dari Pendapatan

Nasional, Konsumsi, dan Tabungan. Bila seluruh tabungan digunakan untuk

investasi, maka tidak akan pernah terjadi inflasi maupun deflasi. Tetapi, tidak

semua tabungan digunakan untuk investasi sehingga berakibat pada kelesuan

ekonomi, deflasi, dan pengangguran, atau sebaliknya, jumlah tabungan lebih

rendah dari jumlah investasi, yang berakibat pada kegairan ekonomi dan inflasi.

Gambar 2 menunjukkan hubungan antara tingkat Pendapatan Nasional (Y)

dengan tingkat konsumsi (C) dan tingkat Investasi (I). Pada tingkat Pendapatan

Nasional sebesar 0Y (S=I), perekonomian dalam keadaan seimbang, tidak ada

inflasi maupun deflasi. Pada tingkat pendapatan 0Y1 (S<I) terdapat inflationary

gap. Harga cenderung naik sampai tidak ada perbedaan antara Tabungan dengan

Investasi. Instrumen pajak dapat digunakan untuk menurunkan tingkat inflasi,

yaitu dengan menerapkan pajak atas konsumsi, menggeser kurva C+I ke bawah.

Demikian pula sebaliknya saat harga-harga cenderung turun dimana tingkat

pendapatan 0Y2 (S>I), instrumen pajak digunakan untuk mengurangi pengaruh

deflasi dengan menerapkan pajak atas tabungan.

26

Burton, R. dan Ilyas, W. B. 2004. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta. Hal. 9

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

12

Dengan adanya pajak, pemerintah pusat memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga dalam jangka

panjang inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan

mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, serta penggunaan

pajak yang efektif dan efisien. Pajak yang sudah dipungut akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya

akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi angka

kemiskinan.

Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Norman D. Nowak dalam Nurmantu (2005), sistem perpajakan

suatu negara terdiri dari tiga unsur, yakni Tax Policy, Tax Law, dan Tax

Administration. Tax Administration selanjutnya dirinci menjadi The Institution

(lembaga), The Persons who work there (para pegawai), dan The Procedure

(prosedur perpajakan).27

Kebijakan perpajakan (Tax policy) adalah kebijakan

mengenai perubahan sistem perpajakan yang sesuai dengan perkembangan, tujuan

ekonomi, politik, dan sosial pemerintah. Dengan adanya kebijakan perpajakan ini,

pemerintah mengharapkan terjadi peningkatan penerimaan daerah dari sektor

pajak, dalam rangka untuk mencapai kemandirian pembiayaan dan

pembangunan.28

Tax law atau hukum pajak yaitu suatu kumpulan peraturan-

peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak

dengan rakyat sebagai pembayar pajak. Produk hukum pajak berupa undang-

undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri keuangan,

dan surat edaran Direktorat Jenderal Pajak.

27

Nurmantu, S. 2005. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal. 106. 28

Prakosa, K. B. dan Malian, S. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press. Yogyakarta. Hal.

64.

Gambar 2 Hubungan Pendapatan Nasional dengan Konsumsi dan Investasi

Sumber: Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta. Hal. 61

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

13

Tax administration bertujuan agar sistem perpajakan yang dipilih suatu

negara dapat dilaksanakan sepenuhnya. Administrasi pajak merupakan unsur yang

langsung berkenaan dengan Wajib Pajak. Sistem administrasi pajak menjadi

sorotan utama setelah ditemukannya berbagai penelitian yang menyebutkan

bahwa begitu banyak kelemahan yang terdapat di dalamnya sehingga banyak

praktek-praktek ilegal yang berlangsung di dalam pemungutannya, baik itu oleh

aparatur pajak maupun pemilik kewajiban yaitu Wajib Pajaknya.

Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana

mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas

negara. Tjahjono dan Husein (1997) mengemukakan bahwa sistem perpajakan

adalah sebagai berikut:29

a) Official Assesment System

Adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

pemungut pajak (fiskus) untuk menetukan besarnya pajak yang harus

dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

b) Self Assessment System

Adalah susatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh

kepada Wajib Pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak, sehingga dengan sistem ini Wajib Pajak harus aktif dalam

menghitung, menyetor, dan melapor ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

c) Witholding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang.

Dasar pijakan sistem perpajakan tersebut adalah asas-asas perpajakan,

yaitu equality, revenue productivity, dan ease of administration. 30

Sebagai dasar

berpijak, sudah seharusnya ketiga asas perpajakan itu dipegang teguh dan dijaga

keseimbangannya agar tercapai sistem perpajakan yang baik. Ketiga asas di atas

dapat dijelaskan sebagai berikut. 31

a) Equality

Asas keadilan mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak

dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya

untuk membayar pajak tersebut dan juga sesuai manfaat yang diterimanya

dari negara.

b) Revenue Productivity

Revenue productivity principle merupakan asas yang lebih menyangkut

kepentingan pemerintah sehingga asas ini sering dianggap sebagai asas yang

terpenting oleh pemerintah yang bersangkutan. Asas ini menyatakan bahwa

jumlah pajak yang dipungut hendaklah memadai untuk keperluan

menjalankan roda pemerintahan, tetapi hendaknya dalam implementasinya

tetap harus diperhatikan bahwa jumlah pajak yang dipungut jangan sampai

terlalu tinggi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

29

Tjahjono dan Husein. 1997. Perpajakan. Akademika Manajemen Perusahaan YKPN.

Yogyakarta. Hal. 39. 30

Mansury. 1996. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia Jilid 3. PT Bina Rena

Pariwara. Jakarta. Hal. 56. 31

Rosdiana, H. dan Tarigan, R. 2005. Perpajakan, Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. Hal. 34.

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

14

c) Certainty Principle (Ease of Administration)

Asas ease of administration meliputi 4 hal, yaitu certainty, efficiency,

convenience of payment, dan simplicity. Asas kepastian antara lain

mencakup kepastian mengenai pihak-pihak yang harus dikenakan pajak,

objek pajak, serta besarnya jumlah pajak yang harus dibayar, dan bagaimana

cara membayar. Asas kenyamanan menyatakan bahwa saat pembayaran

pajak hendaklah dimungkinkan pada saat yang memudahkan bagi pembayar

pajak. Pemungutan pajak dikatakan efisien jika memiliki cost of compliance

yang rendah. Kemudian dalam menyusun suatu undang-undang perpajakan,

harus diperhatikan juga asas kesederhanaan agar masyarakat awam dapat

memahami undang-undang tersebut.

Asas revenue productivity dengan asas equality apabila dilihat dari

kepentingannya berada dalam titik-titik ekstrim yang berbeda. Revenue

productivity merupakan asas yang terkait dengan kepentingan pemerintah,

sementara asas keadilan sangat terkait dengan kepentingan masyarakat. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa suatu pemungutan pajak dikatakan optimal

apabila dalam pemungutannya terpenuhi asas revenue productiviy dengan tetap

menjaga keadilan dalam pemungutannya. Selain itu asas certainty principle (ease

of administration) pun sangat penting karena prosedur pemungutan pajak yang

rumit dapat menyebabkan Wajib Pajak enggan membayar pajak, dan bagi fiskus

akan menyulitkan dalam mengawasi pelaksanaan kewajiban pajak.

Kepatuhan Pajak

Brooks (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga teori yang terkait dengan

tax compliance, yaitu economic theories, psychological theories, dan sociological

theories.32

Secara garis besar, ekonomi dan psikologi melihat masalah tersebut

dengan fokus perhatian pada aspek individual, sementara sosiologi lebih

menekankan pada sistem sosial di mana individu itu berada. Teori ekonomi

melihat adanya prinsip rasionalitas dan oportunistik yakni usaha untuk

memaksimalkan keuntungan dengan biaya serendah mungkin. Maka, tingkat

kepatuhan pajak berhubungan dengan tingkat keuntungan. Penghindaran pajak,

misalnya, bisa diartikan sebagai cara untuk memperoleh keuntungan sebesar-

besarnya. Selain itu ada sejumlah faktor psikologis terkait dengan tingkat

kepatuhan pajak seseorang. Faktor itu adalah sikap, kecenderungan, kepercayaan,

dan nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang. Ini juga terkait dengan moral.

Selanjutnya, semua itu akan berpengaruh pada kebiasaan dan kecenderungan

seseorang melakukan sesuatu, termasuk dalam memenuhi kewajibannya dalam

membayar pajak. Sementara itu, pendekatan sosiologis berfokus pada sistem

sosial dimana individu berada.

Ismawan (2001) mengemukakan prinsip administrasi pajak yang diterima

secara luas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kepatuhan

sukarela.33

Kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung sistem self

assessment di mana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri

32

Brooks, N. 8 September 2001. Key Issues in Income Tax: Challenges of Tax Administration and

Compliance. Asian Development Bank 2001 Tax Conference.

www.adb.org/Documents/Events/2001/Tax_Conference/tax2001. 33

Ismawan, I. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Hal. 37.

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

15

kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan

melaporkan pajak tersebut. Kepatuhan sebagai fondasi self assessment dapat

dicapai apabila elemen-elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen-

elemen kunci menurut Ismawan (2001) adalah sebagai berikut.34

a. Program pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak.

b. Prosedur yang sederhana dan memudahkan Wajib Pajak.

c. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif.

d. Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil.

Kepatuhan perpajakan yang dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam

Sony (2006), sebagai ‘suatu iklim’ kepatuhan dan kesadaran pemenuhan

kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi sebagai berikut.35

a. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Reformasi Pajak

Reformasi Perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada

tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas

pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

Assessment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung

antara Aparat Pajak dengan Wajib Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat

menimbulkan praktek-praktek ilegal untuk menghindari atau mengurangi

kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan. Reformasi perpajakan

secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap tiga bidang pokok

yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan, yaitu:36

a. Bidang Administrasi, yakni melalui reformasi administrasi perpajakan.

Reformasi perpajakan di bidang administrasi dilakukan oleh Dirjen Pajak

dengan melakukan peningkatan pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak

yang akan memenuhi kewajibannya. Untuk mewujudkannya diperlukan

kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Wajib Pajak

diharapkan untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik

sedangkan Aparat Pajak diharapkan untuk selalu bekerja sesuai dengan

moral dan kode etik perpajakan.

b. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-

Undang Perpajakan.

Dari aspek peraturan perpajakan, Dirjen Pajak terus mengupayakan

pengembangan yuridis formal dan materil perpajakan. Langkah yang

dilakukan yakni melalui penyesuaian dan pembaruan atau amandemen

peraturan dan kebijakan perpajakan sejalan dengan perkembangan yang

terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Reformasi

34

Ismawan, I. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Hal. 38. 35

Sony, D. dan Rahayu, S. K. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Prenada Media Group.

Jakarta. Hal. 41. 36

Pandiangan, L. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan Ketentuan

Terbaru. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal. 96.

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

16

kebijakan perpajakan ini dilakukan untuk mewujudkan pemungutan pajak

yang lebih efektif dan efisien sejalan dengan perkembangan dunia usaha

sehingga lebih kompetitif.

c. Bidang Pengawasan, dengan membangun bank data perpajakan

nasional.

Di bidang pengawasan dibangun Bank Data Perpajakan Nasional (BPDN)

yang berfungsi untuk menyeimbangkan pelaksanaan sistem self assessment

dengan official assessment dalam penghitungan dan penetapan besarnya

pajak yang terutang. Selain itu, pembangunan BPDN juga bertujuan untuk

melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan yakni

kegiatan untuk menambah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai upaya

dalam peningkatan penerimaan negara.

Reformasi perpajakan merupakan program pemerintah untuk

meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Reformasi perpajakan

dapat berbentuk reformasi kebijakan pajak dan/atau reformasi administrasi

perpajakan. Reformasi perpajakan adalah perubahan mendasar di segala aspek

perpajakan yang memiliki tiga tujuan utama, yaitu tingkat kepatuhan sukarela

yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan

produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.37

Secara lebih lengkap, suatu sistem penerimaan negara yang mengurusi

masalah pajak perlu direformasi dengan sedikitnya empat alasan utama. Pertama,

ketika hukum dan kebijakan pajak menciptakan potensi peningkatan penerimaan

pajak, jumlah aktual pajak yang mengalir ke kas negara tergantung pada efisiensi

dan efektivitas administrasi penerimaan negara. Kedua, kualitas dari administrasi

penerimaan pajak mempengaruhi iklim investasi dan pengembangan sektor swasta.

Ketiga, administrasi perpajakan secara rutin kerap muncul dalam daftar teratas

organisasi dengan kasus korupsi tertinggi. Keempat, reformasi perpajakan

diperlukan untuk memungkinkan sistem perpajakan mengikuti perkembangan

terbaru dalam aktivitas bisnis dan pola penghindaran pajak yang semakin

canggih.38

Pengertian dan Konsep Demokrasi

Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos yang

berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan. Demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi)

memiliki arti suatu sistem pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Ada satu

pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling populer diantara pengertian

yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1863 oleh Abraham

Lincoln yang mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,

dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).39

Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat mandat dari

rakyat untuk menyelenggarakan perintahan. Pemerintahan oleh rakyat berarti

pemerintahan negara itu dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan untuk rakyat berarti

37

Abimanyu, A. 2003. Reformasi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta. Hal. 42. 38

Gill, J. B. S. Januari 2003. The Nuts and Bolts of Revenue Administration Reform. Hal. 5. 39

Lihat Ebestein, W. “Democracy” dalam Helsey, W. D. dan Johnston, B. 1998. Collier’s

Encyclopedia. Macmillan Educational Company. New York. 1998. Vol. VIII. Hal. 75.

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

17

pemerintahan itu menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang di

arahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Salahsatu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga

kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) untuk diwujudkan

dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam

peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis

lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling

mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.40

Menurut Eko (2003), konsolidasi demokrasi merupakan proses politik

yang terjadi pada level masyarakat.41

Konsolidasi demokrasi, menurut Laurence

Whitehead dalam Eko (2003), mencakup peningkatan secara prinsipil komitmen

seluruh elemen masyarakat pada aturan main demokrasi.42

Demokrasi

terkonsolidasi apabila aktor-aktor politik, partai, kelompok kepentingan, dan

lainnya menganggap bahwa tindakan demokratis sebagai alternatif utama untuk

meraih kekuasaan, dan tidak ada aktor atau kelompok yang mempunyai klaim

veto terhadap tindakan pembuat keputusan yang sudah terpilih secara demokratis.

Hal yang lebih penting yaitu konsolidasi demokrasi mencerminkan kuatnya

demokrasi dalam budaya politik masyarakat. Oleh karena itu Robert Putnam

dalam Eko (2003), menyatakan bahwa penguatan budaya politik demokratis

merupakan kunci utama dalam konsolidasi demokrasi.43

Keterkaitan Pajak dengan Demokrasi

Pajak dilihat dari perspektif politik dapat dimaknai sebagai investasi

politik seorang warga negara kepada negara. Investasi dimaksudkan sebagai

tabungan rakyat dalam rangka membantu negara dalam membiayai proyek-proyek

politiknya, sehingga ada preferensi politik bagi warga negara yang bersangkutan

dalam setiap proses politik yang diselenggarakan pemerintah.44

Artinya,

masyarakat pembayar pajak mempunyai hak suara atau dengan kata lain memiliki

semacam 'otoritas’ untuk mengetahui pengalokasian pajak, terutama berkaitan

dengan penentuan kebijakan negara terutama mengenai pengumpulan,

pengadministrasian, dan pemanfaatan pajak.

Pajak merupakan mekanisme transaksi antara negara dan rakyat dalam

penghimpunan dana untuk kepentingan keuangan negara yang didasarkan pada

peraturan perundang-undangan. Menurut Schenepper's dalam Irianto (2005),

secara teoritik perpajakan rawan konflik karena terdapatnya dua kutub

kepentingan yang berlawanan.45

Kutub pertama adalah kepentingan negara yang

menghendaki penerimaan pajak yang sebesar-besamya dan kutub kedua adalah

kepentingan masyarakat pembayar pajak yang menghendaki untuk tidak

membayar pajak atau membayar pajak yang sekecil-kecilnya. Menurut Irianto

(2005),

40

Lihat Ebestein, W. “Democracy” dalam Helsey, W. D. dan Johnston, B. 1998. Collier’s

Encyclopedia. Macmillan Educational Company. New York. 1998. Vol. VIII. Hal. 75. 41

Eko, S.. 2003. Transisi Demokrasi Indonesia. APMD Press. Jakarta. Hal. 30. 42

Ibid. Hal. 31. 43

Ibid. Hal. 31. 44

Irianto, E. S. dan Jurdi, S.. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. UII Press.

Yogyakarta. Hal. 18. 45

Ibid. Hal. 20.

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

18

“…Demokratisasi dalam pengelolaan pajak adalah pertama, terdapatnya

mekanisme perpajakan yang dapat mengatasi konflik kepentingan antara

Wajib Pajak dan pemerintah; kedua, adanya ruang yang memadai bagi

partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan perpajakan;

ketiga, terdapatnya perundang-undangan perpajakan yang mencerminkan

adanya kesetaraan hukum antara Wajib Pajak dan pemerintah; dan

keempat, terdapatnya perubahan pemusatan kekuasaan dari penguasa

kepada rakyat yang ditandai oleh adanya akses masyarakat terhadap

pengawasan pengelolaan uang pajak...”46

Sudah ada beberapa upaya untuk menegakkan demokrasi dalam sistem

perpajakan nasional, seperti misalnya keluamya peraturan tentang pajak dan

desentralisasi fiskal, dimana publik Wajib Pajak memiliki ruang untuk terlibat

dalam proses pemanfaatan pajak. Jika demokrasi benar-benar ditegakkan, pada

dasarnya pengelolaan konflik dilakukan melalui pemberlakuan peraturan secara

adil, artinya peraturan itu diberlakukan kepada siapa saja tanpa diskriminasi.47

Pengertian dan Konsep Rent-seeking

Adanya praktik lobi dalam politik yang tidak transparan memunculkan

kesempatan bagi aktivitas rent-seeking. Hal ini berkaitan dengan kondisi

demokrasi yang belum mapan, dimana masih terdapat adanya dorongan dan

kekuatan politis yang dimiliki para pelakunya untuk meloloskan peraturan yang

dapat meningkatkan kekayaan mereka.48

Hal ini menyebabkan sistem persaingan

yang sehat tidak tercipta karena tatanan untuk membangun sistem bisnis yang

jujur sengaja tidak diciptakan agar rent-seeking economy activity semakin luas.

Sejak tahun 1967, teori mengenai rent-seeking ini dikembangkan oleh

Tullock, dan istilah ‘rent’ disini berbeda dengan yang dimaksudkan oleh Adam

Smith. Adam Smith membagi penghasilan (income) dalam tiga tipe, laba, upah

dan sewa (profits, wages, and rents). Rents (sewa) adalah tipe termudah yang

dapat diperoleh untuk menjadi penghasilan. Motivasi yang disebut sebagai ‘rent-

seeking’ dalam konteks ini adalah hal yang wajar.49

Pada saat itu konsep rent-seeking tidak dinilai secara negatif sebagai

kegiatan ekonomi yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Perilaku

rent-seeking justru dapat dinilai positif karena dapat memacu kegiatan ekonomi

secara simultan, seperti halnya seseorang yang ingin mendapatkan laba maupun

upah. Kegiatan mencari untung dimaknai netral pada saat itu, karena

individu/kelompok memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi legal

(menyewakan tanah, modal, dan sebagainya). Pendapatan individu yang diperoleh

dari penyewaan setara dengan pendapatan karena menanamkan modal maupun

menjual tenaga dan jasa. Di sisi lain dalam literatur ekonomi politik akhir-akhir

ini konsep rent-seeking dianggap sebagai perilaku negatif. Asumsi yang dibangun

dalam teori ekonomi politik yaitu setiap kelompok kepentingan berupaya untuk

46

Irianto, E. S. dan Jurdi, S. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi Negara. UII Press.

Yogyakarta. Hal. 21. 47

Santoso, B. R. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama. Bandung. Hal. 126. 48

Rachbini, D. J.1999. Diagnosa Ekonomi dan Kebijakan Publik. PT Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta. Hal.7. 49

Yustika, A. E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Bayu Media

Publishing. Malang. Hal. 140.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

19

mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya dengan upaya sekecil-

kecilnya namun dengan cara-cara yang melanggar hukum dan bahkan merugikan

kepentingan publik. Pada titik inilah seluruh sumberdaya yang dimiliki, seperti

lobi, akan ditempuh demi mencapai tujuan tersebut.50

Kegiatan seperti lobi inilah yang dapat memicu timbulnya permasalahan.

Jika hasil dari lobi tersebut berupa kebijakan, maka dampak yang muncul bisa

sangat besar. Menurut Olson dalam Yustika (2006), proses lobi tersebut dapat

berdampak besar karena mengakibatkan proses pengambilan keputusan berjalan

sangat lambat dan ekonomi pada akhirnya tidak bisa merespon secara cepat

terhadap perubahan-perubahan dan teknologi baru. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka kegiatan rent-seeking dapat didefinisikan sebagai upaya individual

atau kelompok untuk meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan regulasi

pemerintah. Prasad dalam Yustika (2006), mendefinisikan rent-seeking sebagai

proses di mana individu memperoleh pendapatan tanpa secara aktual

meningkatkan produktivitas, atau malah mengurangi produktivitas tersebut.51

Menurut Michael Ross dalam Mauro (1997), rent-seeking dapat dibagi

menjadi:52

a) Rent Creation, dimana perusahaan (firms) mencari keuntungan yang

dibuat oleh negara dengan menyuap politisi dan birokrat.

b) Rent Extraction, dimana politisi dan birokrat mencari keuntungan dari

perusahaan dengan mengancam perusahaan dengan peraturan-

peraturan.

c) Rent Seizing, terjadi ketika aktor-aktor negara atau birokrat berusaha

untuk mendapatkan hak mengalokasikan rent yang dihasilkan dari

institusi-institusi negara untuk kepentingan individunya atau

kelompoknya.

Kasus rent-seeking di Indonesia dapat kita telusuri sejak masa

pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, terdapat persekutuan bisnis besar (yang

menikmati fasilitas monopoli maupun lisensi impor) dengan birokrasi pemerintah.

Dengan fasilitas tersebut, pemilik rent ekonomi memperoleh dua kentungan.

Pertama, mendapatkan laba yang berlebih. Kedua, mencegah pesaing masuk

dalam pasar. Dalam pengertian ini, perilaku rent-seeking dapat diartikan sebagai

pengeluaran sumberdaya untuk mengubah kebijakan ekonomi, atau menelikung

kebijakan tersebut agar dapat menguntungkan pihak rent-seeker. Fenomena dari

rent-seeking ini kemudian berkembang dalam hubungannya dengan monopoli.

Selanjutnya, rent-seeking menjadi bermakna suatu proses dimana seseorang atau

sebuah perusahaan mencari keuntungan melalui manipulasi dari situasi ekonomi

(politik, aturan-aturan, regulasi, tarif, dan sebagainya) daripada melalui

perdagangan.

Krueger dalam Perdana (2009), mengidentifikasi bahwa rent-seeking

behaviour merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh badan pemerintah dengan

melakukan berbagai hambatan (restriksi) melalui regulasi sehingga orang per

50

Yustika, A. E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Bayu Media

Publishing. Malang. Hal. 141. 51

Ibid. Hal. 143. 52

Mauro, P. 1997. Why Worry About Corruption. Economic Issues. International Monetary Fund.

IMF Publication Services. Washington D. C. Vol. 6. Hal. 3.

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

20

orang harus bersaing untuk mendapatkan rent tersebut.53

Kadang-kadang bentuk

rent-seeking tersebut legal, tetapi juga dapat dalam bentuk-bentuk lainnya, seperti

penyuapan, korupsi, penyelundupan, dan pasar gelap. Perdana (2006) menyatakan

bahwa,

“…Rent-seeking memiliki terminologi yang luas. Ia mencakup berbagai

jenis kegiatan; legal maupun ilegal, berdampak positif, negatif, maupun

netral...”54

Korupsi adalah bentuk rent-seeking yang ilegal, sementara lobbying secara

umum adalah legal (dalam kondisi tertentu). Legal tidaknya sebuah aktifitas rent-

seeking tidak berkaitan dengan apakah kegiatan itu menimbulkan kerugian bagi

ekonomi. Sebagai contoh lobbying dapat menimbulkan kerugian karena ada

sumberdaya yang hilang, yang mungkin bisa digunakan untuk kegiatan lain yang

lebih produktif.55

Penelitian Terdahulu

a) Siswahyudi (2008) meneliti tentang perbandingan regulasi registrasi Wajib

Pajak Orang Pribadi di Indonesia dan Australia. Dalam penelitian ini dilakukan

perbandingan di bidang kepatuhan pajak antara Indonesia dengan Australia.56

b) Sudibyo (2012) melakukan penelitian tentang reformasi pajak dalam kerangka

reformasi ekonomi politik di Indonesia. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

penegakan disiplin hukum perpajakan, penataan ulang tata pamong perpajakan,

reformasi birokrasi pajak, dan penyederhanaan regulasi pajak akan berdampak

pada meningkatnya ketaatan Wajib Pajak terkait dengan menurunnya rent-

seeking oleh fiskus.57

c) Prakosa (2003) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh kebijakan tax

holiday terhadap perkembangan penanaman modal asing di Indonesia (tahun

1970-1999). Dalam penelitian tersebut ditemukan adanya kegiatan-kegiatan

lobbying untuk mempengaruhi para pembuat undang-undang dan peraturan

serta terutama sekali dapat mempengaruhi para birokrat. Insentif pajak, tarif

khusus yang bersifat protektif, pengelakan tarif, dan berbagai jenis premium di

bidang transaksi internasional dan transaksi lainnya merupakan contoh-contoh

obyek kegiatan lobbying sehingga menimbulkan pergeseran pendapatan secara

drastis untuk keuntungan para rent-seekers.58

d) Saidah (2011) melakukan analisis pengaruh belanja pemerintah daerah

terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten tertinggal. Penelitian ini bertujuan

mengetahui bagaimana karakteristik dan perkembangan kinerja ekonomi 22

53

Perdana, A. A. 2009. Biaya Ekonomi dari Korupsi: Perspektif Teori dan Empiris dalam Korupsi

Mengorupsi Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 118. 54

Ibid. Hal. 118. 55

Ibid. Hal. 119. 56

Siswahyudi. 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi antara

Indonesia dengan Australia [Tesis]. Magister Administrasi Publik UGM. Yogyakarta. Hal. 4. 57

Sudibyo, B. Agustus 2012. Reformasi Pajak dalam Kerangka Reformasi Ekonomi Politik di

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 23. No. 2. Hal. 87-103. 58

Prakosa, B. K. Juni 2003. Analisis Pengaruh Kebijakan Tax Holiday terhadap Perkembangan

Penanaman Modal Asing di Indonesia (Tahun 1970-1999). Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 8.

No. 1. Hal. 19-37.

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

21

kabupaten tertinggal di Pulau Sumatra pada tahun 2007-2009. Metode yang

digunakan adalah analisis data panel pada 22 kabupaten tertinggal melalui

tahap pengujian dengan asumsi klasik, kemudian Uji Chow dan Hausman,

sehingga diperoleh model yang terbaik dengan Random Effect Model EGLS

Weight cross-section SUR. Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa variabel

fungsi belanja pelayanan umum dan lainnya, sebagai proksi dari

konsumsi/belanja pemerintah, mempunyai pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah.59

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu:

1) Dalam penelitian ini menitikberatkan pada sistem pajak dari sisi ekonomi

politik sehingga menjadi wacana baru dalam ilmu perpajakan yang selama ini

didominasi oleh kajian-kajian ilmu ekonomi, ilmu hukum, dan ilmu

administrasi.

2) Dalam penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan

jumlah WPOP di Indonesia, dengan Australia sebagai reason learn. Selain itu,

penelitian ini akan menganalisis hubungan antara sistem pajak, demokrasi, dan

rent-seeking serta pengaruhnya terhadap penerimaan pajak.

Kerangka Pemikiran

Indonesia dan Australia harus bekerja keras membangun tradisi dan

kelembagaan demokrasi di negara masing-masing. Indonesia yang masih berada

dalam masa transisi demokrasi seharusnya dapat lebih banyak belajar dari

Australia sebagai negara maju dengan tradisi demokrasi yang lebih mapan.

Konsolidasi demokrasi di Indonesia masih belum berhasil karena proses

penguatan demokrasi masih terpusat pada struktur elite. Selain itu, belum

berhasilnya reformasi birokrasi juga menjadi penghambat bagi pelaksanaan

agenda demokratisasi. Kondisi politik yang tidak stabil ini akhirnya memberikan

kesempatan bagi munculnya aktivitas rent-seeking. Tidak bisa dipungkiri,

birokrasi yang ada di Indonesia menjadi sumber terjadinya kasus korupsi. Dampak

korupsi dari segi ekonomi adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi dari

berbagai sektor, antara lain menurunkan penerimaan pajak.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan self assessment dengan

tujuan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak. Menurut data, kuantitas Wajib

Pajak di Indonesia masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Wajib Pajak

Australia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor

yang dapat meningkatkan kuantitas Wajib Pajak di Indonesia, dengan Australia

sebagai reason learn. Faktor-faktor tersebut dilihat dari segi perbedaan kebijakan

registrasi, kedudukan institusi pajak, kebijakan ekstensifikasi, dan kepatuhan

Wajib Pajak. Secara keseluruhan dari kerangka pemikiran di bawah ini dapat

dilihat keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking serta

pengaruhnya terhadap penerimaan pajak. Berikut ini adalah gambar kerangka

pemikiran yang mencerminkan garis besar penelitian ini.

59

Saidah, N. 2011. Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten Tertinggal [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 3.

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

22

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

23

METODOLOGI PENELITIAN

Pada dasarnya penelitian ilmiah merupakan suatu proses belajar yang

terarah. Peneliti harus bersifat objektif dalam mencari jawaban suatu

permasalahan, dan prosedur yang dilakukannya harus jelas, sistematis, dan

terkontrol. Secara umum, metodologi penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu

ilmu atau studi mengenai sistem atau tata cara untuk melaksanakan penelitian. Hal

yang dibahas adalah metode-metode ilmiah untuk melaksanakan kegiatan

penelitian.60

Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk

memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.61

Oleh

karena itu metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas tentang suatu

kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah ataupun sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

Wilayah Penelitian

Reformasi perpajakan di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun

1983, lalu reformasi kedua pada tahun 1994, lalu reformasi ketiga pada tahun

2000, dan reformasi keempat pada tahun 2007. Waktu amatan penelitian ini yaitu

dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 karena tidak didapatnya data

yang lengkap sebelum tahun 2008 dan setelah tahun 2011. Penelitian ini

mengambil studi wilayah pada tingkatan nasional yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan unit pembanding negara Australia. Negara Australia dipilih

dengan alasan: (i) merupakan negara tetangga sekaligus sesama anggota G-20; (ii)

rasio jumlah WPOP Terdaftar dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja

mencapai 167,1 persen (Tabel 3); (iii) sumber data tersedia di internet dalam

bahasa Inggris maupun Indonesia.

Untuk menggunakan analisis ekonometrika dibutuhkan lebih banyak

jumlah negara yang akan dianalisis, sehingga dipilihlah negara-negara G-20.

Negara-negara G-20 dipilih karena merupakan kelompok 19 negara dengan

perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Karena faktor

kelengkapan data, maka analisis hanya dilakukan pada 15 negara G-20, yaitu

Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Brasil, Britania Raya, India, Indonesia,

Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Perancis, Rusia, dan Turki. Data

mengenai negara-negara G-20 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku

literatur, arsip-arsip, dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi

bersangkutan atau media lain. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia

sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan data.62

Dalam penelitian ini

60

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB PRESS. Bogor. Hal. 24. 61

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Raja Grafindo Persada. Hal. 3. 62

Nariwati, U. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Agung

Media. Bandung. Hal. 14.

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

24

data yang digunakan diantaranya berupa penerimaan pajak, Indeks Demokrasi,

Rangking Kemudahan Membayar Pajak, dan Indeks International Country Risk

Guide (ICRG) pada tahun 2008 sampai tahun 2011.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah

WPOP di Indonesia, dengan Australia sebagai reason learn, serta untuk

mengetahui keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking di

Indonesia dibandingkan dengan Australia dilakukan melalui analisis deskriptif

kualitatif. Untuk mengetahui pengaruh sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking

terhadap penerimaan pajak dilakukan melalui analisis ekonometrika yakni analisis

data panel.

Analisis Deskriptif Kualitatif

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk

mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga

memudahkan untuk mendapatkan data yang objektif. Tujuan penelitian melalui

pendekatan kualitatif yaitu untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh

subjek penelitian, perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan mengungkapkan suatu masalah atau

keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan

fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari

objek yang diteliti. Penelitian ini berusaha menguraikan keadaan sistem pajak

Indonesia dan keterkaitannya dengan kondisi demokrasi saat ini. Selanjutnya

pembahasan diperdalam dengan mengungkapkan rent-seeking di Indonesia dan

Australia.

Analisis Data Panel

Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh sistem pajak,

demokrasi, dan rent-seeking terhadap penerimaan pajak di negara-negara G-20,

termasuk di dalamnya Indonesia dan Australia. Pendekatan yang dilakukan untuk

mengestimasi model ini adalah pendekatan ekonometrika dengan metode analisis

data panel (pooled data). Menurut Gujarati (2004), data panel (pooled data) atau

yang disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section

dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu

waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series merupakan data yang

dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Metode data panel

merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang

tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau cross

section.63

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga

metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap

(fixed effect) dan metode efek random (random effect). Untuk menguji kesesuaian

63

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zai [penerjemah]. Erlangga. Jakarta. Hal. 78-

99.

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

25

atau kebaikan model dari tiga metode pada teknik estimasi data panel digunakan

Chow Test dan Hausmann Test. Chow Test digunakan untuk menguji kesesuaian

model antara model yang diperoleh dari pooled least square dan model yang

diperoleh dari metode fixed effect. Selanjutnya dilakukan Hausmann Test terhadap

model terbaik yang diperoleh dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh

dari metode random effect. Untuk menghasilkan model yang efisien dan

konsisten, perlu evaluasi berdasarkan kriteria ekonomi apakah hasil estimasi

terhadap model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, multikolinearitas,

dan autokorelasi. Selain itu, juga perlu dilihat seberapa baik model dalam

mengestimasi, berdasarkan nilai koefisien determinasi.64

Perumusan model penelitian hubungan antara variabel sistem pajak,

demokrasi, dan rent-seeking terhadap penerimaan pajak didasarkan pada alur

hubungan yang dijelaskan pada tinjauan pustaka dan tergambar pada Gambar 3.

Berdasarkan penelitian dan kerangka pemikiran sebelumnya, maka analisis data

dibatasi pada empat variabel, yaitu variabel penerimaan pajak (TAXREVit),

sistem pajak (TAXRANKit), demokrasi (DEMOCRit), dan rent-seeking (ICRGit).

Adapun data yang diperoleh pada variabel-variabel tersebut berbeda satuan

sehingga di-logaritmanatural-kan. Secara ekonometrika, hubungan antara variabel

sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking terhadap penerimaan pajak dapat

dianalisis dengan menggunakan persamaan berikut ini:

)()()ln( 321 itititit ICRGDEMOCRTAXRANKTAXREV

Dimana: = intercept

3,2,1 = konstanta masing-masing variabel bebas

= error term/derajat kesalahan model

i = data cross section, yaitu 15 negara anggota G-20

t = tahun penelitian, yaitu dari tahun 2008 sampai 2011

TAXREVit = Penerimaan Pajak (persen)

TAXRANKit = Sistem Pajak (indeks)

DEMOCRit = Demokrasi (persen)

ICRGit = Ketidakadaan Rent-seeking (persen).

Definisi Operasional

a) TAXREVit

Penerimaaan pajak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil

persentase dengan Produk Domestik Bruto menurut Index of Economic Freedom

yang diterbitkan oleh Heritage Foundation. Hal ini agar data penerimaan pajak

dari berbagai negara dapat dibandingkan dengan setara.

b) TAXRANKit

Sesuai dengan tinjauan pustaka, sistem pajak yang dimaksud di dalam

penelitian ini yaitu sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak tersebut

dalam penelitian ini dilihat dari aspek kebijakan registrasi, kedudukan institusi

pajak, kebijakan ekstensifikasi, dan kepatuhan Wajib Pajak. Sistem pemungutan

pajak ini diukur secara kuantitatif melalui Rangking Kemudahan Membayar Pajak

(Paying Taxes). Ranking ini ditentukan oleh faktor jumlah pembayaran pajak,

64

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zai [penerjemah]. Erlangga. Jakarta. Hal. 78-

99.

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

26

waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban perpajakan, dan total tarif

pajak. Faktor jumlah pembayaran pajak terdiri dari faktor pembayaran pajak

keuntungan, tenaga kerja, dan lain-lain. Faktor waktu yang dibutuhkan untuk

memenuhi kewajiban perpajakan terdiri dari faktor waktu dari pajak pendapatan

badan, tenaga kerja, dan konsumsi. Faktor tarif pajak terdiri dari faktor total tarif

pajak keuntungan, tenaga kerja, dan lain-lain.65

c) DEMOCRit

Demokrasi diukur secara kuantitatif melalui Indeks Demokrasi. Indeks

Demokrasi diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit ditentukan

berdasarkan lima kategori, yaitu proses pemilihan dan keberagaman, kebebasan

sipil, fungsi pemerintahan, partisipasi politik, dan budaya politik. Negara-negara

tersebut dipisahkan berdasarkan empat tipe rezim yaitu full democracies, flawed

democracies, hybrid regimes, dan authoritarian regimes.66

d) ICRGit

Indeks International Country Risk Guide (ICRG) sering dipakai dalam

berbagai penelitian untuk dapat mendeskripsikan keadaan rent-seeking di berbagai

negara secara kuantitatif.67

Indeks ini ditentukan dengan menggunakan indikator

Suara dan Akuntabilitas, Stabilitas Politik dan Ketidakadaan Kekerasan,

Efektivitas Pemerintahan, Kualitas Peraturan, Peraturan Hukum, dan Kontrol

terhadap Korupsi. Semakin tinggi indeks ICRG maka semakin rendah keberadaan

rent-seeking di negara tersebut.

65

PwC dan The World Bank/IFC. 2013. Paying Taxes 2013: The Global Picture. Hal 161. 66

Economist Intelligence Unit. 2011. Democracy Index 2010: Democracy in Retreat.. Hal 43. 67

Angelopoulos, K. 2008. Fiscal Policy, Rent-seeking, and Growth under Electoral Uncertainty

Theory and Evidence from the OECD. University of Glasgow. United Kingdom. Hal. 21.

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

27

GAMBARAN UMUM

Penelitian ini membahas keadaan sistem pajak, demokrasi, dan rent-

seeking di Indonesia dan Australia. Sesuai dengan fokus penelitian ini dalam

perspektif ekonomi politik oleh karena itu, berikut ini akan dibahas gambaran

umum mengenai negara Indonesia dan Australia dilihat dari kondisi geografis,

ekonomi, serta politik dan pemerintahan di masing-masing negara.

Republik Indonesia

Republik Indonesia adalah negara yang berada di Asia Tenggara dan juga

dilintasi oleh garis khatulistiwa. Pernyataan secara resmi tentang negara Indonesia

sebagai negara hukum terdapat di dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 25A

mengamanatkan bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah

negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan

hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Indonesia merupakan negara

demokrasi yang dalam pemerintahannya menganut sistem presidensiil, dan

Pancasila merupakan dasar dari demokrasi tersebut. Dasar negara ini, dinyatakan

oleh Presiden Soekarno (Presiden Indonesia yang pertama) dalam Proklamasi

Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kondisi Geografis

Indonesia merupakan negara Kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

17.508 pulau, sehingga Indonesia juga disebut sebagai Nusantara. Indonesia

memiliki luas daratan 1.922.570 km² dan luas perairan 3.257.483 km². Lima pulau

besar yang terdapat di Indonesia yaitu Sumatera dengan luas 473.606 km2, Jawa

dengan luas 132.107 km2, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas

539.460 km2, Sulawesi dengan luas 189.216 km

2, dan Papua dengan luas 421.981

km2. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki

wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di

dunia. Semua itu menunjukkan betapa besar potensi Indonesia yang memiliki

kekayaan alam yang luar biasa. Indonesia terletak di garis khatulistiwa

mempunyai iklim tropis.

Perekonomian

Gambar 4 menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita

provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku. PDRB per

kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp 100 juta sedangkan PDRB per

kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp 5 juta.

Hal ini mencerminkan adanya ketimpangan pendapatan yang cukup besar di

Indonesia. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya

mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun memadukannya dengan

nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut

campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

28

masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan

terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara. 68

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang

bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadwalan ulang hutang

luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.69

Pada era tahun

1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai

ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7

persen antara tahun 1968 sampai 1981.70

Reformasi ekonomi lebih lanjut

menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan

pelemahan nilai rupiah yang terkendali,71

selanjutnya mengalirkan investasi asing

ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor antara tahun

1989 sampai 1997.72

Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir

tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat

itu,73

yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri

Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia

tahun 2004 dan 2005 melebihi 5 persen.74

Namun demikian, dampak pertumbuhan

itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar

9,75 persen.75

Tahun 2006, sebanyak 17,8 persen masyarakat hidup di bawah garis

68

Schwarz, A. 1994. A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. Hal. 52. 69

Ibid. Hal. 53. 70

Ibid. Hal. 55. 71

Ibid. Hal. 57. 72

Indonesia: Country Brief. Indonesia: Key Development Data & Statistics. Hal. 34. 73

Bank Dunia. 2006. Poverty in Indonesia: Always with them. The Economist. Hal. 49. 74

The Economist. 2006. Indonesia: Forecast. Country Briefings. Hal. 13. 75

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2008. Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia (PDF)

(dalam Bahasa Indonesia). Hal. 5.

██ Lebih dari Rp.100 juta

██ Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta

██ Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta

██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta

██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta

██ Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta

██ Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta

██ Kurang dari Rp.5 juta

Gambar 4 PDRB per Kapita Provinsi-Provinsi di Indonesia Tahun 2008 atas

Dasar Harga Berlaku

Sumber: Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-

Ekonomi Indonesia Oktober 2009. BPS. Jakarta. Hal. 134.

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

29

kemiskinan, dan terdapat 49,0 persen masyarakat yang hidup dengan penghasilan

kurang dari US$ 2 per hari.76

Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang besar di luar Jawa, termasuk

minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas

alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini telah mulai menjadi

pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras,

teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.77

Sektor jasa adalah penyumbang terbesar

PDB, yang mencapai 45,3 persen untuk PDB 2005. Sektor industri menyumbang

40,7 persen, dan sektor pertanian menyumbang 14,0 persen.78

Meskipun

demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-

sektor lainnya, yaitu 44,3 persen dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa

mempekerjakan 36,9 persen, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8 persen.79

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan

negara-negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

Politik dan Pemerintahan

Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik atau lebih dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pernyataan ini tertuang di UUD 45 pasal 1. Indonesia sudah beberapa kali

mengalami perubahan bentuk negara yaitu bentuk negara Federal, Kesatuan atau

sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan Presidensil.

Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

pada tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang

paling tepat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar

utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang

tegaknya Republik Indonesia adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,

Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai

yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik

di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif

dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR

yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang

anggota-anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah

diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-

masing.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga tertinggi negara.

Setelah amandemen ke-4, MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi. Keanggotaan

MPR berubah setelah Amandemen UUD 1945 pada periode 1999-2004. Seluruh

anggota MPR adalah anggota DPR, ditambah dengan anggota DPD (Dewan

Perwakilan Daerah).80

Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan

76

Bank Dunia. Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview (PDF). Hal. 17. 77

Indonesia - The World Factbook. Hal. 46. 78

Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. 2004. Official Statistics and its

Development in Indonesia (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session. Hal. 19. 79

Bank Dunia. Indonesia at a Glance (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Hal. 30. 80

Portal Nasional RI. Politik dan Pemerintahan. http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-

indonesia/politik-dan-pemerintahan

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

30

dilantik dalam masa jabatan lima tahun. Sejak 2004, MPR adalah sebuah

parlemen bikameral, setelah terciptanya DPD sebagai kamar kedua. Sebelumnya,

anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan. MPR saat

ini diketuai oleh Sidarto Danusubroto. Anggota MPR saat terdiri dari 550 anggota

DPR dan 128 anggota DPD. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan

DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet.

Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri

bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di

parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yang diusung oleh Partai

Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di

kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya

posisi lembaga legislatif di Indonesia. Pos-pos penting dan strategis umumnya

diisi oleh Menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap

ahli dalam bidangnya). Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya

amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan

Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun

demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap

dipertahankan.

Negara Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia)

Negara Persemakmuran Australia atau Commonwealth of Australia adalah

benua dengan luas 7,74 juta kilometer2, yang terdiri dari satu negara serta

merupakan pulau terbesar dan sekaligus benua terkecil di dunia. Benua Australia

pertama kali ditemukan oleh para pelaut Eropa yang dipimpin oleh James Cook

pada abad ke-18, para pendatang yang mayoritas berasal dari Inggris dan Irlandia

ini membentuk koloni-koloni di tengah penduduk asli Aborigin di benua

Australia. Pada tanggal 1 Januari 1901, koloni-koloni tersebut bersatu dalam

sebuah Federasi, dan terbentuklah Negara Persemakmuran Australia

(Commonwealth of Australia) dengan ibukota Canberra yang terletak di

Australian Capital Territory, sedangkan kota terbesar dan tertua adalah Sydney,

ibukota negara bagian New South Wales.

Selama satu abad sejak Federasi Australia terbentuk, Australia hampir

selalu terperangkap dalam perdebatan panjang tentang jati diri yang bermuara

pada persoalan sejarah dan geografisnya. Pada satu sisi, Australia melihat dirinya

sebagai bangsa keturunan Anglo Saxon yang memiliki keterikatan sejarah, bahasa,

sosial-budaya, ekonomi, dan emosi kepada Inggris dan Amerika Serikat. Di sisi

lain, Australia merupakan sebuah negara benua yang secara geografis terletak di

Asia. Faktor sejarah dan geografis ini pada kenyataan telah mempengaruhi cara

pandang Australia.

Kondisi Geografis

Benua Australia membentang dari garis lintang 10o 41'LS sampai garis

lintang 43o 39'LS dan dari garis bujur 113

o 09'BT sampai 153

o 39'B. Australia

secara garis besar terdiri dari enam negara bagian dan dua wilayah. Keenam

negara bagian tersebut adalah New South Wales, Victoria, Queensland, Australia

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

31

Barat, Australia Selatan dan Tasmania. Kedua wilayah tersebut adalah wilayah

Australia Utara, dan wilayah ibukota Australia. Australia terletak di belahan bumi

bagian selatan antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Australia juga

memiliki garis pantai sepanjang 36.735 km dan saling berbagi lautan dengan

tetangga-tetangganya yang terdekat, yakni Indonesia dan Papua Nugini. Australia

terletak di sebelah tenggara Indonesia. Pada titik batasnya yang terdekat, Australia

dan Indonesia hanya terpisah beberapa kilometer saja.

Perekonomian

Australia menganut sistem ekonomi pasar dengan PDB per kapita yang

tinggi dan angka kemiskinan yang rendah. Dolar Australia adalah satuan mata

uang negara ini, termasuk pula Pulau Natal, Kepulauan Cocos (Keeling), dan

Pulau Norfolk, juga negara-negara kepulauan Pasifik yang merdeka, yakni

Kiribati, Nauru, dan Tuvalu. Setelah penggabungan Australian Stock Exchange

(Bursa Efek Australia) dan Sydney Futures Exchange pada tahun 2006, kini Bursa

Efek Australia menjadi bursa saham terbesar ke-9 di dunia.81

Menempati peringkat ketiga dalam Indeks Kebebasan Ekonomi pada tahun

2010,82

ekonomi Australia menjadi terbesar ke-13 di dunia dan memiliki PDB per

kapita terbesar ke-9 di dunia, lebih tinggi daripada Britania Raya, Jerman,

Perancis, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat. Negara ini menduduki peringkat

kedua dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB Tahun 2010 dan menduduki

peringkat pertama dalam hal Indeks Kemakmuran yang diterbitkan oleh Legatum

pada tahun 2008.83

Penguatan ekspor komoditas, terutama barang-barang manufaktur telah

mendukung kenaikan signifikan rasio perdagangan Australia sejak awal abad ini,

81

Bursa Efek Australia (PDF). Penyusunan Ulang Bursa Saham Internasional dan Tren yang

Berkaitan dalam Pengaturan-Sendiri. Hal. 21. 82

Australia. 2010. Indeks Kebebasan Ekonomi Tahun 2010. Hal.4. 83

Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2010. Laporan Pembangunan Manusia - tabel. Hal. 9.

Gambar 5 Peta Benua Australia

Sumber: Diunduh dari situs resmi Pemerintah Australia.

http://www.dfat.gov.au/aii/publications/pengantar/index.html

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

32

karena naiknya harga komoditas. Australia memiliki neraca pembayaran yang

negatif lebih dari 7 persen dari PDB, defisit current account ini telah terjadi

selama lebih daripada 50 tahun.84

Rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan

Australia adalah sebesar 3,6 persen selama 15 tahun, pembandingnya adalah rata-

rata tahunan OECD sebesar 2,5 persen.85

Pada 1980-an, Partai Buruh, dipimpin oleh Perdana Menteri Bob Hawke

dan Bendahara Paul Keating, memulai proses modernisasi ekonomi Australia

dengan mengambangkan dolar Australia pada 1983, dan mengatur sistem

keuangan.86

Sejak 1996, pemerintahan Howard telah melanjutkan proses

reformasi ekonomi mikro, termasuk deregulasi sebagian dari pasar tenaga kerja

dan swastanisasi BUMN, terutama industri telekomunikasi. Reformasi dalam

sistem pajak tidak langsung dilakukan pada Juli 2000 dengan diperkenalkannya

pajak barang dan jasa (goods and service tax/GST) sebesar 10 persen yang sedikit

mengurangi ketergantungan terhadap pajak pemasukan orang pribadi dan badan,

yang melambangkan sistem pajak Australia.87

Ekonomi Australia tidak mengalami resesi sejak awal 1990-an. Pada Juli

2005, pengangguran masih dalam kisaran 5 persen. Sektor jasa, termasuk

pariwisata, pendidikan, dan jasa finansial membentuk 69 persen dari PDB.

Pertanian dan sumberdaya alam hanya membentuk 3 persen dan 5 persen dari

PDB, tapi cukup banyak membantu dalam ekspor Australia. Pasar ekspor terbesar

Australia ialah Jepang, Cina, AS, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Masalah

yang masih menjadi perhatian para ekonom yaitu adanya defisit anggaran (current

account deficit) dan juga tingkat hutang luar negeri bersih (net foregin debt) yang

tinggi.

Politik dan Pemerintahan

Australia memiliki monarki konstitusional dengan pembagian kekuasaan

federatif. Pemerintah Australia juga menganut sistem parlementer dengan Ratu

Elizabeth II sebagai puncak kepemimpinannya, yakni sebagai Ratu Australia,

suatu peran yang berbeda dengan kedudukannya sebagai ratu bagi Dunia

Persemakmuran lainnya. Ratu menetap di Britania Raya, dan ia diwakili oleh

utusan yang menetap di Australia, (Gubernur Jenderal pada level federal dan oleh

Gubernur pada level negara bagian), yang menurut konvensi bertindak menurut

nasehat menteri-menterinya. Otoritas eksekutif tertinggi berada pada Konstitusi

Australia, tetapi kekuasaan untuk menjalankannya diserahkan (menurut

konstitusi) kepada Gubernur Jenderal.88

Pelaksanaan kekuasaan cadangan

Gubernur Jenderal di luar permintaan Perdana Menteri adalah pembubaran

Pemerintah Whitlam ketika terjadi krisis konstitusional 1975.89

Terdapat tiga cabang pemerintahan di Australia, yaitu legislatur, eksekutif,

dan judisial. Legislatur yaitu Parlemen Australia yang terdiri dari Gubernur-

84

The Economist. Mungkinkah ekonomi Australia berbalik menjadi lebih baik? Hal. 5. 85

Ibid. Hal. 5. 86

Macfarlane, I. J. October 1998. Kebijakan Moneter Australia pada Seperempat Terakhir Abad

ke-20 (PDF). Buletin Bank Sentral Australia. Hal. 18. 87

Parham, D. 1 October 2002. Reformasi ekonomi mikro dan kebangkitan pertumbuhan ekonomi

Australia dalam hal produktivitas dan standar kehidupan (PDF). Conference of Economists

Adelaide. Hal. 17. 88

Gubernur Jenderal Australia. 2008. Peran Gubernur Jenderal. Hal. 29. 89

Downing, S. 1998. Kekuasaan Cadangan Gubernur Jenderal. Parlemen Australia. Hal. 14.

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

33

Jenderal, Senat, dan Dewan Perwakilan. Eksekutif yaitu Dewan Eksekutif Federal,

praktisnya adalah Gubernur-Jenderal yang dinasehati oleh Perdana Menteri dan

Menteri-Menteri Negara.90

Judisial yaitu Mahkamah Agung Australia dan

pengadilan-pengadilan federal lainnya, yang para hakimnya diangkat oleh

Gubernur-Jenderal berdasarkan nasehat Dewan.

Ada dua kelompok politik utama yang membentuk pemerintahan, di level

federal maupun negara bagian yaitu Partai Buruh Australia, dan Koalisi yang

merupakan pengelompokan resmi Partai Liberal Australia dan mitra kecilnya,

Partai Nasional Australia.91

Anggota-anggota independen dan beberapa partai

kecil, termasuk di antaranya Partai Hijau Australia dan Partai Demokrat Australia,

memiliki wakilnya di parlemen Australia, terutama di majelis tinggi.

90

Central Intelligence Agency. 2009. The World Factbook 2009. Washington D.C. Hal 54. 91

Australian Broadcasting Corporation. Daftar Istilah Pemilihan Umum. Hal. 27.

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum mengenai negara

Indonesia dan Australia dengan fokus pada kondisi geografis, perekonomian, dan

politik dan pemerintahan. Pada bab ini akan mempelajari sistem pajak di Australia

sehingga didapatkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak

Orang Pribadi (WPOP) di Indonesia. Setelah itu diperdalam dengan melihat

keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking serta pengaruhnya

terhadap penerimaan pajak.

Faktor-Faktor yang Dapat Meningkatkan Jumlah WPOP di Indonesia,

dengan Australia sebagai Reason Learn

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, faktor-faktor yang dapat

meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di Indonesia dapat

dilihat melalui berbagai macam aspek. Dalam penelitian ini dibatasi menurut tiga

aspek saja, yaitu kebijakan registrasi, kedudukan institusi pajak, dan kebijakan

ekstensifikasi Wajib Pajak. Ketiga aspek tersebut akan dipelajari dari Australia

yang telah memiliki sistem pajak yang baik, sekaligus sebagai bahan

pembelajaran bagi perbaikan sistem pajak di Indonesia.

Kebijakan Registrasi

Perpajakan di Australia berbasis individual-based taxation principle, yaitu

kewajiban perpajakan diberlakukan pada setiap orang. Faktor ini turut

mempengaruhi tingginya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar di

Australia. Indonesia menganut family-based taxation principle, yaitu kewajiban

pajak orang pribadi dipenuhi oleh kepala keluarga. Pada negara maju anggota

OECD terjadi kecenderungan perubahan sistem perpajakan menjadi berbasis

individu kecuali Perancis.92

Bagi Wajib Pajak di Australia yang tidak bisa menunjukkan TFN miliknya

pada pemberi penghasilan (majikan/lembaga keuangan) akan dipotong

penghasilannya dengan tarif tertinggi (46,5 persen), bukan tarif yang berlaku

normal. Hal ini memaksa penduduk Australia untuk memiliki TFN. Bila dilihat

dari sisi prosedur pendaftaran, NPWP relatif lebih mudah dibandingkan

pendaftaran TFN. Hal ini bisa dilihat bahwa pendaftaran untuk memperoleh

NPWP bagi Wajib Pajak di Indonesia bisa dilakukan secara online melalui

internet, kartu NPWP diselesaikan dalam jangka waktu hari kerja berikutnya, dan

bukti identitas cukup fotokopi saja.

Dari sisi bentuk formulir pendaftaran NPWP, Indonesia menganut konsep

one for all, yaitu formulir KP.PDIP.4.1-00 digunakan untuk pendaftaran semua

jenis Wajib Pajak (baik Orang Pribadi, Badan, maupun Bendaharawan). Informasi

yang ditanyakan kepada Wajib Pajak merupakan informasi yang bersifat umum,

bahkan informasi tersebut sebenarnya bisa diperoleh dengan cara menyalin data

KTP. Tidak ada pertanyaan yang bersifat menggali (eksplorasi) tentang latar

92

Zee, H.H. 2005. Personal Income Tax Reform: Concepts, Issues, and Comparative Country

Development. Hal. 49.

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

35

belakang Wajib Pajak. Hal ini berbeda dengan bentuk formulir yang digunakn

untuk pendaftaran TFN. Di Australia digunakan bentuk formulir pendaftaran TFN

yang berbeda-beda dengan pertanyaan yang disesuaikan dengan jenis Wajib

Pajaknya (Individual dan Badan). Oleh karena itu, ATO dapat memiliki basis data

tentang Wajib Pajak secara lengkap.

Bukti identitas yang diajukan oleh pemohon NWP cukup fotokopi

KTP/Paspor, sedangkan di Australia pemohon TFN harus melampirkan dokumen

identitas asli (antara lain: akta kelahiran, sertifikat kewarganegaraan, paspor, dll).

Persyaratan permohonan NPWP yang cukup hanya dilampiri dengan fotokopi

KTP menimbulkan masalah karena tidak adanya validasi atas identitas diri dari

pemohon NPWP.

Kedudukan Institusi Pajak

Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya mebentuk institusi-institusi baik

yang bersifat pembuat kebijakan, penegakan hukum, maupun pemberian

pelayanan masyarakat. Dalam Pasal 16 Perpres No.10/2005 sebagaimana diubah

terakhir dengan Perpres No.63/2003 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I

Kementerian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa kedudukan Direktorat

Jenderal Pajak merupakan “Unit Eselon I di Departemen Keuangan” dengan tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang

perpajakan.

Dalam kurun waktu terakhir ini ada wacana agar Dirjen Pajak ditingkatkan

statusnya menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Hal ini

merupakan wacana yang tidak berlebihan mengingat tugas berat Dirjen Pajak

untuk mengumpulkan pajak dengan tingkat kontribusi pada APBN melebihi 70

Tabel 4 Komparasi Kebijakan Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi

Sumber: Siswahyudi. 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak Orang

Pribadi antara Indonesia dengan Australia [Tesis]. Magister Administrasi Publik UGM.

Yogyakarta. Hal. 6.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

36

persen. Keberadaan LPND diatur dalam Kepres 103/2001 jo Prepres 64/2005.

Pasal 1 Perpres tersebut menyatakan bahwa LPND merupakan lembaga

pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu

dari Presiden, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Bila terjadi peningkatan status ini diharapkan kinerja Dirjen Pajak dapat

melakukan koordinasi dengan instansi lain dengan lebih baik, sehingga tax ratio

Indonesia akan bisa ditingkatkan, disamping itu penerimaan pajak dalam APBN

dapat terealisasikan dengan aman.

Kedudukan ATO di Australia merupakan lembaga yang bersifat unified-

semi autonomous body. Commisioner sebagai pimpinan ATO

mempertanggungjawabkan kinerjanya langsung ke parlemen. Meskipun ATO

termasuk bagian Departemen Kuangan, dan Menteri Keuangan bertanggung

jawab terhadap kebijakan dan administrasi perpajakan dan pendanaan ATO,

Commissiner sebagai pimpinan ATO mempunyai kebebasan penuh dan tidak

tunduk pada arahan Menteri. Ia bertanggung jawab langsung ke parlemen atas

tanggungjawabnya terhadap administrasi umum dari hukum pajak, dan juga

Tabel 5 Tugas Dirjen Pajak dan ATO

Dirjen Pajak

ATO

Sumber: Siswahyudi. 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak Orang

Pribadi antara Indonesia dengan Australia [Tesis]. Magister Administrasi Publik UGM.

Yogyakarta. Hal. 8.

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

37

keseluruhan pekerjaan dari ATO. Pemerintah Australia sampai sekarang masih

memiliki pendapat yang kuat bahwa kebebasan Commissioner merupakan hal

yang sangat penting dalam sistem perpajakan Australia.

OECD dalam survey terhadap 30 negara anggotanya dan 14 negara non

anggota menyatakan bahwa institusi pajak di Australia (ATO) merupakan

salahsatu di antara 18 institusi pajak yang berbentuk unified and semi-autonomous

body (badan semi otonom yang bertugas secara khusus di bidang pajak).93

Menurut Gallagher, institusi pajak di negara berkembang saat ini cenderung

bersifat semi-autonomous revenue authority (SARA). SARA umumnya mampu

memberikan gaji dan insentif yang lebih baik terhadap pegawainya di samping

meningkatkan pertanggungjawaban kinerja yang lebih besar.94

Mereka umumnya

berada di luar institusi pemerintah yang biasa dan ada yang mempunyai otoritas

anggaran sendiri yang dikaitkan dengan kinerjanya. Menurut McCarten reformasi

menuju SARA bisa menimbulkan built-conflict dengan Departemen Keuangan

karena menimbulkan akibat berupa berkurangnya anggaran dan pegawainya.95

Namun penerapan SARA ini pada akhirnya menuju otonomi dan birokrasi otoritas

pajak yang bebas dari pengaruh politik.

Apabila Kementrian Keuangan dan Dirjen Pajak dipisah maka akan

terwujud akuntabilitas publik, dalam arti terjadi pemisah fungsi regulator

(pembuat kebijakan, dalam hal ini Kemenkeu) dan fungsi operator (pelaksana

kebijakan yaitu Dirjen Pajak), sebagaimana yang terjadi antara Departemen

Pertahanan dan TNI. Peningkatan status Dirjen Pajak menjadi badan sendiri juga

tidak menyulitkan koordinasi pengelolaan keuangan negara.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri menganjurkan sebaiknya Ditjen Pajak

dipisah dari Kementerian Keuangan agar ada kompensasi berbeda untuk

mencegah penyimpangan oleh aparatnya. Faisal menilai sebaiknya Ditjen Pajak

dan Ditjen Bea Cukai dimasukkan dalam lembaga tersendiri yang independen dan

dijauhi dari politisasi dengan gaji yang lebih proporsional. Hal ini bisa dilakukan

bila melihat contoh salahsatunya yaitu lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) yang hingga saat ini dinilai profesional dan independen, mendapat

kompensasi upah yang memadai bagi aparatnya.Sementara jika tetap bergabung

dengan Kementerian Keuangan maka akan semakin lebar perbedaan gaji antara

satu kementerian dengan kementerian lain jika aparat pajak dinaikkan lagi

gajinya. Menurut Basri (2013),

"…Mereka mengumpulkan dan mengelola dana pajak ratusan triliun tetapi

dengan kompensasi yang relatif rendah. Akan sulit bagi mereka untuk tidak

tergoda…"96

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Aziz mengungkapkan, usulan

tersebut saat ini tidak disetujui oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian

Keuangan (Kemenkeu). Menurut Aziz (2013),

93

OECD. 2007. Improving Taxpayer Service Delivery: Channel Strategy Development. Hal. 29. 94

Gallagher, M. 2004. Assessing Tax Systems using a Benchmarking Methodology. USAID. Hal

17. 95

McCarten. 2006. Hal. 29. 96

Antara. 2 Agustus 2013. Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai Diusulkan Pisah dari Kemenkeu.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/08/02/mqvard-ditjen-pajak-dan-dijen-bea-

cukai-diusulkan-pisah-dari-kemenkeu

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

38

"…Alasannya itu, kekuasaan dari Menteri Keuangan sebelumnya, yakni Sri

Mulyani, dan Agus DW Martowardojo tidak menyetujui. Padahal kemenkeu

itu complicated sekali…"97

Apabila DJP dibuat badan penerimaan dan dipisah dari Kemenkeu, struktur

DJP akan mempunyai policy penerimaan yang berbeda. Policy penerimaan di

Dirjen Pajak dan Cukai akan ada kepala eksekutif, direktur-direktur penerimaan

pajak dan kemudian kewenangan atau keputusan penuh diambil oleh DJP. Dengan

pemisahan ini, maka oknum atau sindikat pengemplangan pajak akan berkurang,

karena akan diawasi oleh semua pihak dan juga diatur oleh Undang-Undang yang

disahkan DPR.

Kebijakan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Kebijakan ekstensifikasi WPOP di Indonesia yang mempunyai pengaruh

lintas batas instansi hanya diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak. Hal ini berbeda

dengan kebijakan registrasi TFN di Australia. Kebijakan registrasi TFN di

Australia berlandaskan hukum setingkat undang-undang (Acts), sehingga

memiliki pengaruh terhadap lingkup pelaksanaan yang lebih luas. Lagipula di

samping TFN berfungsi dalam mengadministrasikan pajak, juga berfungsi untuk

pengadministrasian pemberian fasilitas sosial bagi penduduk Australia. Badan

Pemeriksa Keuangan Australia (ANAO) menyimpulkan bahwa TFN tidak lagi

semata-mata merupakan nomor pokok Wajib Pajak.98

Pada saat ini pemerintah

Australia sudah menggunakan TFN secara luas untuk mengadministrasikan hal-

hal yang berkaitan dengan tugas-tugas tambahan yang dikaitkan dengan ATO.

Di Australia terdapat kurang lebih 24 undang-undang (acts) yang

mengatur maksud dan tujuan penggunaan TFN. Sebanyak 12 undang-undang

mengatur TFN dalam kaitannya dengan administrasi pajak, sedangkan 12 undang-

undang lainnya terkait dengan administrasi pemberian tunjangan/jaminan sosial

bagi warga Australia. Di Indonesia, NPWP diatur dalam UU perpajakan (UU

KUO, UU PPh dan UU PPN) beserta peraturan pelaksanaannya (intra-organisasi)

dan hanya berfungsi untuk mengadministrasikan pajak saja.

Sebagai contoh program Dirjen Pajak dalam melakukan kegiatan

ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Perdirjen Pajak Nomor: PER-

16/PJ./2006 adalah pemberian NPWP OP kepada orang yang berstatus sebagai

Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik, dan Pegawai melalui Pemberi

Kerja/Bendaharawan Pemerintah. Perusahaan swasta diwajibkan mendaftarkan

pengurus dan karyawan agar ber-NPWP sedangkan Pemda harus mendukung

kebijakan ini. Instansi Pemda akan memperoleh manfaat langsung dengan adanya

bagi hasi PPh Pasal 21 Karyawan dan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi.

Dari Tabel 6 terlihat bahwa di samping tugas pokok memungut pajak

(termasuk cukai), ATO juga melaksanakan tugas yang terkait dengan pemberian

fasilitas sosial bagi masyarakat, melaksanakan fungsi registrasi bagi dunia usaha,

dan juga tugas yang terkait dengan infrastruktur properti/perumahan. Tugas-tugas

yang dilaksanakan oleh ATO ternyata sangat membantu dalam memungut pajak.

Pemberian fasilitas sosial bagi masyarakat dari sisi politik pencitraan memberi

97

Akhir, D. J. 25 September 2013. “Perceraian” Pajak dari Kemenkeu Pernah Ditolak Sri

Mulyani. http://economy.okezone.com/read/2013/09/25/20/871772/perceraian-pajak-dari-

kemenkeu-pernah-ditolak-sri-mulyani 98

ANAO. 1999. The Australian National Audit Office. Hal. 51.

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

39

image yang baik bagi masyarakat, bahwa institusi pajak ternyata ada sisi baiknya

(generous), tidak hanya menagih uang pajak, tetapi juga memberi pinjaman

kepada mahasiswa perguruan tinggi yang membutuhkan. Pinjaman tersebut akan

dilunasi setelah mahasiswa bersangkutan memperoleh pekerjaan, bersamaan

dengan pembayaran PPh-nya.

Meskipun pajak adalah iuran wajib tanpa imbal balik secara langsung,

namun Australia menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dengan menjadikan

TFN sebagai sarana bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat santunan,

ataupun tunjangan sosial dari pemerintah. Pajak yang dibayar di Australia

dikembalikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan

nasional yang sifatnya gratis untuk perawatan kesehatan dan biaya obat yang

disubsidi, pelayanan pendidikan sampai tingkat setara SMU di sekolah pemerintah

yang disubsidi hampir 100 persen oleh pemerintah Australia, dan pelayanan

tunjangan sosial seperti tunjangan pengangguran. Di Indonesia sampai saat ini

pemegang kartu NPWP belum menerima manfaat secara langsung atas

terdaftarnya mereka sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi. Dirjen Pajak dapat

memperluas fungsinya selain memungut pajak juga memberikan pelayanan

fasilitas sosial bagi masyarakat, misalnya di bidang kesehatan dan pendidikan

sebagai penyedia Asuransi Kesehatan maupun beasiswa pendidikan.

Keterkaitan antara Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-Seeking di Indonesia

Dibandingkan dengan Australia

Fungsi pemerintah daerah dapat optimal bila sumber penerimaan daerah

mencukupi. Untuk itulah distribusi kewenangan perpajakan menjadi penting yang

diwujudkan dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, namun terdapat

ketidakseimbangan dalam desentralisasi fiskal tersebut karena masih terfokus

Tabel 6 Institusi Pajak dan Kebijakan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sumber: Siswahyudi. 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak Orang

Pribadi antara Indonesia dengan Australia [Tesis]. Magister Administrasi Publik UGM.

Yogyakarta. Hal. 9.

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

40

pada desentralisasi sisi pembelanjaan yaitu Pemerintah Daerah diberi kewenangan

penuh untuk merencanakan, memprioritaskan, dan melaksanakan agenda

pembangunan sesuai skala prioritas kepentingan rakyat di daerah. Sementara itu

pada sisi penerimaannya masih bersifat sentralistik, terutama pada masih

terdapatnya sejumlah pajak yang secara teoritis dan empiris merupakan pajak

daerah (PBB objek pedesaan, perkotaan dan perkebunan, dan BPHTB),

diterimakan ke pusat. Desentralisasi fiskal ini perlu dibenahi sebagai salahsatu

upaya penguatan otonomi daerah, yang pada akhirnya mendukung demokratisasi

di Indonesia.99

Analisis kebijakan desentralisasi fiskal yang memfokuskan pada

kebijakan perpajakan dapat digunakan sebagai alat untuk melihat prospek

demokrasi dan keberlanjutan demokratisasi.100

Dalam desentralisasi perpajakan

dapat tergambarkan dinamika hubungan antara negara sebagai pengatur dan warga

negara sebagai pembayar pajak.

Pada Gambar 6 disajikan: Pertama, Indeks Demokrasi Nasional yang

merupakan rata-rata dari Indeks Demokrasi pada tingkat provinsi. Kedua, Indeks

Kebebasan Sipil (menggambarkan kondisi Kebebasan Sipil yang mencakup

variabel Kebebasan berkumpul dan berserikat, Indeks Demokrasi 2010

Kebebabasan berpendapat, Kebebasan berkeyakinan, dan Kebebasan dari

diskriminasi). Ketiga, Indeks Hak-hak Politik (menggambarkan kondisi

Pemenuhan hak-hak politik yang meliputi variabel Hak memilih dan dipilih serta

Partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan). Keempat,

Indeks Kelembagaan Demokrasi (menggambarkan kondisi kelembagaan

demokrasi di Indonesia yang meliputi variabel-variabel Pemilu yang Jujur dan

99

Irianto. 2006. Pajak Negara & Demokrasi. CV. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Hal. 7. 100

Ross, R. M. 2003. State and Local Government and Administration. The Ronald Press

Company. New York. Hal. 47.

Gambar 6 Indeks Demokrasi Indonesia 2009 dan 2010

Sumber: United Nations Development Programme, Indonesia. 2012. Menakar Demokrasi

di Indonesia: Indeks Demokrasi Indonesia 2009. Hal. 98.

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

41

Adil, Peran DPRD, Peran Partai Politik, Peran birokrasi Pemda, serta Peradilan

yang independen.

Pada Gambar 6 nilai Indeks Demokrasi Indonesia yang merupakan agregat

dari kinerja seluruh provinsi di Indonesia adalah 63,17. Nilai ini merupakan angka

komposit 28 indikator dan 11 variabel yang dikelompokkan ke dalam aspek

Kebebasan Sipil, Hak-hak Politik, dan Kelembagaan Demokrasi dari 33 provinsi

di Indonesia. Bila dilihat dari skor keseluruhan ini saja maka tingkat kinerja

demokrasi di Indonesia masih belum memuaskan. Namun, skor keseluruhan ini

disumbang oleh skor 3 aspek demokrasi yang bervariasi, mulai dari kategori

“baik” (Kebebasan Sipil, 82,53), “sedang” (Lembaga Demokrasi 63,11), sampai

dengan kategori “buruk” (Hak-hak Politik, 47.87).

Pada Gambar 6 IDI 2010 dibandingkan dengan IDI 2009 terjadi penurunan

indeks nasional sebesar 4,13 poin. Secara lebih rinci, bila dilihat distribusi indeks

dalam ketiga aspek, Kebebasan Sipil dan Hak-hak Politik mengalami penurunan

berturut-turut 4,45 dan 6,73 poin. Sementara nilai indeks Kelembagaan

Demokrasi mengalami kenaikan sebesar 0,39 poin dari 62,72 menjadi 63,11.

Walaupun terjadi penurunan skor, pola sebaran nilai di atas masih sama dengan

tahun pengukuran sebelumnya, yaitu Kebebasan Sipil secara umum terkategori

“baik”, dan Lembaga Demokrasi “sedang”, sementara aspek Hak-hak Politik

masih “buruk”. Gambar 6 tersebut sekaligus menunjukkan hasil IDI 2010,

perbandingannya dengan IDI 2009, serta pola sebaran nilai IDI pada kedua tahun

pengukuran.

Secara internasional Indeks Demokrasi diterbitkan oleh The Economist

Intelligence Unit ditentukan berdasarkan lima kategori, yaitu proses pemilihan

dan keberagaman, kebebasan sipil, fungsi pemerintahan, partisipasi politik, dan

budaya politik. Negara-negara tersebut dipisahkan berdasarkan empat tipe rezim

yaitu full democracies, flawed democracies, hybrid regimes, dan authoritarian

regimes. Menurut indeks tersebut, Indonesia masih berada dalam rezim Flawed

Democracies sedangkan Australia telah berada dalam rezim Full Democracies.101

Pemilihan umum yang bebas dan adil serta kebebasan sipil merupakan hal-

hal dasar untuk menciptkan demokrasi. Hal-hal tersebut belum cukup untuk

membuat demokrasi tersebut terkonsolidasi, jika tidak disertai dengan

pemerintahan yang transparan dan efisien, partisipasi politik yang cukup, dan

budaya politik yang mendukung. Bahkan di negara dengan kondisi demokrasi

yang mapan sekalipun, bila hal-hal tersebut tidak dipelihara dan dijaga, demokrasi

dapat hancur.

Indikator demokrasi tidak hanya diukur dari aspek formal kelembagaan,

tetapi harus menyertakan kebijakan perpajakan sebagai instrumen operasional

demokrasi yang merupakan sarana pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah

dan interaksi antara negara dan rakyat.102

Kebijakan perpajakan mencerminkan

pembagian wewenang/kekuasaan antara negara dengan warganya dan pembagian

kekuasaan antara pusat dan daerah. Menurut Irianto (2006),

“…Kebijakan perpajakan merupakan hasil dan muara dari dua ranah

penting dalam proses demokratisasi, yaitu hubungan negara-masyarakat

dan pusat-daerah…”

101

Economist Intelligence Unit. 2011. Democracy Index 2010: Democracy in Retreat.. Hal 43. 102

Irianto. 2006. Pajak Negara & Demokrasi. CV. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Hal. 15.

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

42

Menurut Ranking Kemudahan Membayar Pajak pada tahun 2013 Australia

menempati ranking ke-48, sedangkan Indonesia menempati ranking ke-131 dari

185 negara. Ranking ini ditentukan oleh faktor jumlah pembayaran pajak, waktu

yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban perpajakan, dan total tarif pajak.

Faktor jumlah pembayaran pajak terdiri dari faktor pembayaran pajak keuntungan,

tenaga kerja, dan lain-lain. Faktor waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi

kewajiban perpajakan terdiri dari faktor waktu dari pajak pendapatan badan,

tenaga kerja, dan konsumsi. Faktor tarif pajak terdiri dari faktor total tarif pajak

keuntungan, tenaga kerja, dan lain-lain.103

Gambar 7 tersebut menampilkan perkembangan tax ratio Indonesia dari

tahun 2003 sampai 2011. Grafik tersebut menjelaskan bahwa kemampuan negara

dalam menghimpun pajak masyarakat masih rendah, terlihat dari nilai presentase

tax ratio (rasio pajak) yang berkisar antara 12,5 persen sampai 15 persen. Dari sisi

politik, rendahnya rasio pajak dapat menjadi penanda rendahnya peran serta

masyarakat dalam proses penyelenggaraan negara.104

Partisipasi masyarakat dalam kebijakan perpajakan merupakan indikator

penting bagi sebuah negara yang demokratis. Meskipun bukan satu-satunya

indikator, partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan perpajakan mendorong

demokratisasi di negara-negara modern, karena di dalam proses partisipasi

tersebut terdapat mekanisme tawar-menawar dan konsultasi publik dalam proses

pembuatan kebijakan.105

Partisipasi masyarakat dalam kebijakan perpajakan yang

rendah mencerminkan belum terwujudnya demokratisasi perpajakan.

Substansi demokrasi pada umumnya yaitu pemberian ruang politik bagi

warga, bukan hanya bagi elite politik. Untuk mewujudkan hal ini membutuhkan

proses politik yang terbuka dan transparan, sekaligus demi mencegah perilaku

rent-seeking yang dapat merugikan negara.

Indeks International Country Risk Guide (ICRG) sering dipakai dalam

berbagai penelitian untuk dapat mendeskripsikan keadaan rent-seeking di berbagai

103

PwC dan The World Bank/IFC. 2013. Paying Taxes 2013: The Global Picture. Hal 161. 104

Irianto. 2006. Pajak Negara & Demokrasi. CV. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Hal. 111. 105

Herb, M. 2003. Taxation and Representation, Studies in Comparative International

Development. Hal. 18.

Tabel 7 Indeks ICRG Indonesia dan Australia Tahun 2002-2011 (dalam persen)

Sumber: Political Risk Services. 2012. International Country Risk Guide. Hal. 2.

Year 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002

Australia AUS 0.83 0.83 0.75 0.75 0.75 0.75 0.83 0.83 0.75 0.75

Indonesia IDN 0.50 0.50 0.50 0.67 0.58 0.42 0.17 0.17 0.17 0.17

===== Pendapatan Pajak Nasional

-------- Pendapatan Pajak Nasional + Pendapatan Daerah

Gambar 7 Tax Ratio Indonesia Tahun 2003-2011

Sumber: Hidayat, A. 2013. Analisis Penerimaan Pajak dengan Pendekatan Produk

Domestik Bruto Sektoral. Universitas Indonesia. Hal. 32.

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

43

negara secara kuantitatif.106

Indeks ini ditentukan dengan menggunakan indikator

Suara dan Akuntabilitas, Stabilitas Politik dan Ketidakadaan Kekerasan,

Efektivitas Pemerintahan, Kualitas Peraturan, Peraturan Hukum, dan Kontrol

terhadap Korupsi. Semakin tinggi indeks ICRG maka semakin rendah keberadaan

rent-seeking di negara tersebut. Pada Tabel 7 menampilkan indeks ICRG

Australia sebesar 83 persen sedangkan Indonesia 50 persen pada tahun 2011. Bila

dilihat dinamika sejak tahun 2002 sampai tahun 2011, Australia cukup stabil pada

kisaran 75-83 persen. Di sisi lain Indonesia terus mengalami perkembangan dari

17-67 persen.

Hasil indeks ICRG ini dapat dikaitkan dengan perkembangan

pemberantasan korupsi di Indonesia yang semakin berhasil, antara lain semenjak

dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2003. KPK adalah

komisi di Indonesia yang dibentuk untuk mengatasi, menanggulangi, dan

memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK). Pada Gambar 8 berikut

menunjukkan bahwa per 31 Juli 2013, di tahun 2013 korupsi jenis penyuapan

menempati posisi paling banyak yaitu sebanyak 36 perkara, disusul pengadaan

barang/jasa sebanyak 5 perkara, tindak pidana pencucian uang (TPPU) sebanyak 3

perkara, dan perijinan sebanyak 3 perkara.

Dilihat dari aspek kerugian keuangan negara, hasil audit Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) memperlihatkan nilai penyimpangan yang terjadi di sejumlah

instansi pemerintah di Indonesia sangat besar dan cenderung meningkat setiap

tahunnya. Hingga tahun 2007, dari laporan audit BPK terdapat 36.009 temuan

pemeriksaan dengan nilai kerugian Rp.3.657,71 triliun.107

Data terakhir

menyebutkan selama semester I 2008 hingga Semester I 2010, BPK menemukan

indikasi kerugian negara senilai Rp 73,55 triliun. 108

106

Angelopoulos, K. 2008. Fiscal Policy, Rent-seeking, and Growth under Electoral Uncertainty

Theory and Evidence from the OECD. University of Glasgow. United Kingdom. Hal. 21. 107

Badan Pemeriksa Keuangan RI. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2007.

Hal. 287. 108

Badan Pemeriksa Keuangan RI. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) 2008-2010. Hal.

254.

Gambar 8 Penanganan TPK berdasarkan Jenis Perkara

Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi. 2012. Laporan Tahunan 2012. Hal. 115.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

44

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah beberapa kali menangkap

pegawai pajak yang menerima suap dari Wajib Pajak. Kasus suap menyuap dan

korupsi dalam tubuh Direktorat Jendral Pajak sudah bukan hal baru. Sebelum ini

juga sudah terdapat kasus serupa, sebut saja yang terkenal seperti Gayus

Tambunan atau Dhana Widyatmika. Modus para pelaku menyimpang ini hampir

sama yakni menerima suap dari Wajib Pajak untuk selanjutnya pegawai tersebut

dapat mengurangi beban pajak Wajib Pajak. Direktur Jendral Pajak Fuad

Rahmany mengaku geram dengan tindakan para pegawainya. Menurut Rahmany

(2013),

“…Di pajak ada belasan atau puluhan (pegawai) yang masih nakal, kita

akan pantau terus. Mereka harus dipecat, kalau tidak dipecat mereka tidak

berubah…” 109

Mantan Ketua Tim Independen Mafia Hukum Polri, Mathius Salempang

sempat menguraikan beberapa modus operandi mafia pajak lainnya. Misalnya,

negosiasi dengan pemilik pajak. Bila pajak perusahaan ada 10, dilakukan

negosiasi agar hanya 5 yang dibayarkan pajaknya. Modus lainnya adalah

persekongkolan ketika dilakukan penyelesaian keberatan pada tingkat Direktorat

Keberatan dan Banding. Selain itu, banyak konsultan pajak yang bertindak tidak

sesuai perintah institusi. Ada juga modus menahan surat keterangan pajak oleh

Direktorat Pajak. Surat itu dapat dikeluarkan jika ada kesepakatan tentang

besarnya uang suap. 110

Menurut laporan Global Financial Integrity (GFI) pada akhir 2012,

Indonesia menjadi salahsatu negara berkembang yang paling dirugikan akibat

praktik penghindaran pajak tersebut. Indonesia berada di urutan kesembilan

negara yang paling dirugikan akibat keluarnya uang yang harusnya masuk kas

negara dalam periode 2001-2010 dengan potensi kerugian Rp 1.248 triliun.

Angka tersebut, dimuat dalam laporan, adalah potensi kerugian negara

akibat terjadinya korupsi serta penghindaran pajak penghasilan, pembayaran bea

cukai, hingga penghindaran pajak pertambahan nilai. Sebanyak Rp 748,8 triliun

dari total kerugian tersebut terjadi karena penghindaran pajak. Menurut Direktur

GFI Raymond Baker,

“…Uang haram yang keluar dari suatu negara ini mengurangi pendapatan

negara-negara yang masih cenderung miskin, merampok mereka dari aset

yang seharusnya mereka miliki dan pertumbuhan ekonomi yang

seharusnya dicapai…”

109

Merdeka. 16 Mei 2013. Pegawai Banyak ditangkap KPK, Reformasi Pajak tidak Berjalan Baik.

http://www.merdeka.com/uang/pegawai-banyak-ditangkap-kpk-reformasi-pajak-tak-berjalan-

baik.html 110

Antara News. Mafia Pajak Memaksa Negara Cari Utang.

http://www.antaranews.com/print/250359/

Tabel 8 Indikasi Kerugian Negara Hasil Audit BPK Semester I 2008-Semester I

2010

Sumber: ICW. 2012. Hasil Pemeriksaan BPK 2008-2010. Hal. 10.

Sem I 2008 Sem II 2008 Sem I 2009 Sem II 2009 Sem I 2010

Obyek Pemeriksaan 468 683 491 769 528

Potensi Kerugian Negara

(triliun rupiah)9,5516,2628,4911,847,41

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

45

Social Policy and Governance Specialist Perkumpulan Prakarsa, Ah

Maftuchan, menyatakan terdapat masih banyak korupsi pajak yang dilakukan oleh

petugas pajak maupun Wajib Pajak di Indonesia. Menurut Maftuchan,111

“…Wajib Pajak Badan masih banyak mengelak membayar pajak dengan

praktik transfer pricing. Kerugian yang ditanggung oleh negara akibat

praktik yang dilakukan oleh korporasi nakal ini, tiap tahunnya berkisar Rp

110 triliun…”

Di Australia pun masih terdapat kasus penghindaran pajak yang

mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak potensial. Australian Tax Office

(ATO) tidak melakukan perhitungan tentang seberapa besar penghindaran pajak

mempengaruhi perekonomian, namun Australian Bureau of Statistics (ABS)

menyebutkan bahwa terdapat penghindaran pajak sebesar Rp 176 triliun.

Sementara itu Australian Council of Trade Unions (ACTU) menyebutkan bahwa

banyak perusahaan besar di Australia yang menghindari pajak. Ini mengakibatkan

kerugian negara sebesar Rp 114 triliun per tahun.112

Tabel 10 menunjukkan bahwa kerugian akibat penghindaran pajak di

Indonesia rata-rata sebesar Rp 94,44 triliun per tahun sedangkan di Australia

sebesar Rp 145 triliun per tahun menurut berbagai sumber. Namun setelah

111

Hukum Online. 19 Agustus 2013. Diusulkan Revisi UU Perpajakan.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5211b8d82f5af/diusulkan-revisi-uu-perpajakan 112

ACTU. 2011. Tax avoidance, evasion, and minimisation is costing Australia $50 billion a year.

ACTU Tax Paper. Hal. 4.

Tabel 10 Kerugian Akibat Penghindaran Pajak di Indonesia dan Australia

Sumber: GFI, Prakarsa, ACTU, ABS (data diolah).

Rp 78,88 triliun 7.37% 0.74% GFI (2012)

Rp 110 triliun 10.82% 1.09% Prakarsa (2013)

Rata-rata Rp 94,44 triliun 9.10% 0.92%

Rp 114 triliun 2.56% 0.65% ACTU (2011)

Rp 176 triliun 3.95% 1.00% ABS (2010)

Rata-rata Rp 145 triliun 3.26% 0.83%

Sumber (Tahun

Penelitian)

Kerugian akibat

Penghindaran Pajak (Rata-

rata per Tahun)

Negara

Australia

Indonesia

Persentase dari

Penerimaan Pajak

Tahun 2012 (%)

Persentase dari PDB

Tahun 2012 (%)

Tabel 9 Negara-negara Berkembang dengan Arus Uang Haram Terbesar

Sumber: Metrotv News. 9 September 2013. Indonesia Rugi 109 Miliar Dolllar As.

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/09/09/2/180398/Indonesia-Rugi-

109-Miliar-Dolar-AS

No. Negara Arus Uang Haram

1 Cina Rp 31,373 triliun

2 Meksiko Rp 5,450 triliun

3 Malaysia Rp 3,263 triliun

4 Arab Saudi Rp 2,404 triliun

5 Rusia Rp 1,740 triliun

6 Filipina Rp 1,580 triliun

7 Nigeria Rp 1,477 triliun

8 India Rp 1,408 triliun

9 Indonesia Rp 1,248 triliun

10 Uni Emirat Arab Rp 1,225 triliun

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

46

dipersentasekan terhadap penerimaan pajak dan juga Produk Domestik Bruto,

kerugian akibat penghindaran pajak di Indonesia lebih besar bila dibandingkan

dengan Australia. Hal ini karena keberadaan rent-seeking di Indonesia lebih besar

dibandingkan di Australia.

Penghindaran pajak lazim dilakukan perusahaan global dengan cabang di

berbagai negara. Modus pertama, pembayaran biaya manajemen royalti atas

HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) atas logo dan merek kepada perusahaan

induk. Peningkatan royalti akan meningkatkan biaya yang pada akhirnya

mengurangi laba bersih sehingga PPh badan juga turun. Jika tarif tax treaty untuk

pajak royalti hanya 10 persen dan tarif PPh badan adalah 25 persen, maka

Indonesia kehilangan 15 persen PPh. Modus kedua, pembelian bahan baku dari

perusahaan satu grup. Pembelian bahan baku dilakukan dengan harga mahal dari

perusahaan segrup yang berdiri di negara bertarif pajak rendah. Modus ketiga,

berhutang atau menjual obligasi kepada afiliasi perusahaan induk dan membayar

kembali cicilan dengan bunga sangat tinggi. Tingkat suku bunga tinggi ini adalah

dividen terselubung ke perusahaan induk. Modus keempat, menggeser biaya usaha

(termasuk gaji pegawai headquarters) ke negara bertarif pajak tinggi (cost center)

seperti Inggris dan mengalihkan profit ke negara bertarif pajak rendah (profit

center) seperti Bermuda. Dengan demikian keuntungan perusahaan terlihat kecil

dan tidak perlu membayar pajak korporasi. Modus kelima, menarik dividen lebih

besar dengan menyamarkan biaya royalti dan jasa manajemen untuk menghindari

pajak korporasi. Modus terakhir dengan mengecilkan omset penjualan.

Perusahaan menjual rugi barang ke cabang perusahaan di negara bertarif pajak

rendah, sehingga penjualan ekspor terlihat merugi. Kemudian dari cabang

tersebut, barang dijual dengan harga normal ke konsumen akhir.113

Sementara itu modus penghindaran pajak yang dapat dilakukan oleh Wajib

Pajak Orang Pribadi antara lain yaitu tidak melaporkan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan sehingga menyebabkan Wajib Pajak terhindar dari pengenaan tarif

PPh Progresif (semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi tarif pajaknya). Selain

itu terdapat beberapa kasus penghindaran pajak yang melibatkan pegawai institusi

pajak, antara lain diawali dengan pegawai pajak yang mengetahui informasi

tentang beban pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Bila Wajib Pajak tersebut

enggan membayar beban pajaknya, maka dapat terjadi kasus penyuapan agar

petugas pajak tersebut dapat mengurangi bahkan menghilangkan beban pajak

yang harus dibayar.

Pengelakan pajak sangat memengaruhi persaingan sehat di antara para

pengusaha. Pengusaha melakukan pengelakan pajak dengan cara menekan

biayanya secara tidak wajar. Walaupun dengan usaha dan produktifitas yang

sama, si pengelak pajak mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan

dengan pengusaha yang jujur. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

berbagai usaha penghindaran pajak merupakan aktivitas rent-seeking di

lingkungan perpajakan, kemudian usaha penyuapan untuk menghindari pajak

tersebut termasuk pada korupsi.

113

Suryana, A. B. 2013. Menisik Pajak Perusahaan Global. Direktorat Jenderal Pajak. Hal. 1.

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

47

Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-Seeking terhadap Penerimaan

Pajak

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga

metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap

(fixed effect), dan metode efek random (random effect). Untuk menguji kesesuaian

atau kebaikan model dari tiga metode pada teknik estimasi data panel digunakan

Chow Test dan Hausmann Test. Chow Test digunakan untuk menguji kesesuaian

model antara model yang diperoleh dari pooled least square dan model yang

diperoleh dari metode fixed effect. Selanjutnya dilakukan Hausmann Test terhadap

model terbaik yang diperoleh dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh

dari metode random effect. Untuk menghasilkan model yang efisien dan

konsisten, perlu evaluasi berdasarkan kriteria ekonomi apakah hasil estimasi

terhadap model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, multikolinearitas,

dan autokorelasi. Selain itu, juga perlu dilihat seberapa baik model dalam

mengestimasi berdasarkan nilai koefisien determinasi.

Tahap Evaluasi Pemilihan Model

Estimasi model, untuk mengetahui pengaruh sistem pajak, demokrasi, dan

rent-seeking terhadap penerimaan pajak dengan analisis data panel, dilakukan

melalui 3 pendekatan model estimasi, yaitu Pooled Least Square Model, Fixed

Effect Model, dan Random Effect Model. Melalui ketiga model tersebut, dapat

diketahui besarnya pengaruh sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking di dalam

model terhadap penerimaan pajak di 15 negara anggota G-20, termasuk di

dalamnya Indonesia dan Australia.

Pada pengujian dengan menggunakan Chow dan Uji Hausman pada

Lampiran 7 dan 8, diperoleh bahwa Fixed Effect Model merupakan pendekatan

analisis regresi data panel yang terbaik. Kemudian dilakukan pengujian asumsi

klasik terhadap model estimasi data panel Fixed Effect Model pada Lampiran 9

agar dapat menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE.

Pengujian Asumsi Klasik

A. Uji Multikolinearitas

Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan EViews

6.0 menghasilkan output seperti pada Tabel 11. Uji multikolinearitas dilakukan

dengan melihat nilai perhitungan koefisien korelasi antar variabel independennya.

Apabila nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari 0,80 maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Pada Tabel 11 nilai koefisien korelasi

antarvariabel bebas semuanya kurang dari 0,80. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi multikolinearitas, sehingga kriteria bebas multikolinearitas terpenuhi

dalam model estimasi ini.

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

48

B. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Nilai Tabel Durbin-

Watson diperoleh dengan dL = 0,82 dan dU = 1,75, sehingga diperoleh selang

pengambilan keputusan pada Gambar 9.

Nilai Durbin Watson hasil estimasi sebesar 1.634489 berada pada (dL <

DW < dU) yaitu (0.82 < 1.634489 < 1.75) yang berarti bahwa tidak ada

keputusan. Namun demikian, pendekatan Fixed Effect Model tidak mensyaratkan

hasil estimasi yang bebas dari masalah autokorelasi, sehingga asumsi adanya

autokorelasi dapat diabaikan.

B. Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan cross section

weighting. Hasil cross section weighting menggunakan EViews 6.0 menghasilkan

output seperti pada Tabel 12. Dengan melihat bahwa, nilai Sum squared residual

Weighted Statistics yang lebih kecil dibandingkan nilai Sum squared residual

Unweighted Statistisc dan nilai R-squared Weighted Statistic yang lebih besar

dibandingkan nilai R-squared Unweighted Statistic, maka dapat disimpulkan

bahwa model estimasi mengandung masalah heteroskedastisitas.

Menurut Winarno, heteroskedastisitas dapat menyebabkan estimator tidak

lagi BLUE karena tidak lagi mempunyai varians yang minimum, perhitungan

standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena estimasi regresi

yang dihasilkan tidak efisien serta uji hipotesis yang didasarkan pada uji F dan t

Gambar 9 Kriteria Pengujian Autokorelasi: Durbin Watson

Sumber: Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zai [penerjemah]. Erlangga.

Jakarta. Hal. 78.

Tabel 11 Nilai Korelasi Antarvariabel Bebas dalam Pengujian Multikolinearitas

Keterangan:

Taxrank = Sistem Pajak (indeks)

Democr = Demokrasi (%)

ICRG = Ketidakadaan Rent-seeking (%)

Sumber: EViews(data diolah).

Korelasi Taxrank Democr ICRG

ln(Taxrank) 1 -0.4483 -0.4535

Democr -0.4483 1 0.6975

ICRG -0.4535 0.6975 1

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

49

tidak dapat dipercaya. Untuk mengatasi pelanggaran ini maka dilakukan estimasi

cross section weight dengan white heteroscedasticity.114

Tahap Pemilihan Model Terbaik

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan memenuhi syarat, maka

model estimasi analisis data panel yang terbaik adalah Fixed Effect Model dengan

pembobotan (cross section weights) dan white cross section.

Nilai R-squared 0.994216 berarti variabel sistem pajak, demokrasi, dan

rent-seeking mampu menjelaskan variasi penerimaan pajak sebesar 99 persen.

Variasi sisanya sebesar 1 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Penggunaan Fixed Effect Model tersebut menyatakan bahwa terdapat satu di

antara variabel sistem pajak, demokrasi, maupun rent-seeking yang signifikan

memengaruhi penerimaan pajak. Hal tersebut didasarkan dari nilai Prob(F-

statistik) yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0.0000 < a 5 %).

114

Winarno, W.W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. UPP STIM

YKPM. Yogyakarta. Hal. 48.

Tabel 13 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 15 Negara G-20 pada Tahun 2008-2011

Variabel Koefisien Standar Eror t-Statistic Probabilitas C 10.64933 2.265920 4.699783 0.0000

LOG(TAXRANK) 0.907513 0.240900 3.767173 0.0005

DEMOCR 0.016504 0.024682 0.668688 0.5074

ICRG 0.014456 0.008438 1.713317 0.0940 R-squared 0.994216

Adjusted R-squared 0.991875

Sum squared resid weighted 33.66666

Sum squared resid unweighted 37.08858

Prob(F-statistic) 0.000000

Durbin-Watson stat 2.425999

Sumber: EViews(data diolah).

Tabel 12 Hasil Pengolahan dengan Weighting Fixed Effect Model untuk Menguji

Heteroskedastisitas

Weighted Statistics R-squared 0.993742 Mean dependent var 23.62956

Adjusted R-squared 0.991208 S.D. dependent var 16.19965

S.E. of regression 0.884865 Sum squared resid 32.88545

F-statistic 392.2892 Durbin-Watson stat 2.257003

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.982262 Mean dependent var 16.56017

Sum squared resid 37.56793 Durbin-Watson stat 2.065669

Sumber: EViews(data diolah).

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

50

Analisis secara parsial, bahwa variabel sistem pajak dan rent-seeking

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Variabel bebas lain yaitu

demokrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di 15 negara

G-20. Hal ini dapat disebabkan karena bercampurnya negara maju dan negara

berkembang dalam analisis data panel. Oleh karena itu, selanjutnya dilakukan

analisis data panel terhadap kelompok negara berkembang dan negara maju di

negara G-20 untuk melihat perbedaannya. Negara berkembang G-20 yang akan

dianalisis yaitu Afrika Selatan, Brasil, India, Indonesia, Rusia, dan Turki.

Tabel 14 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 6 Negara Berkembang G-20 pada Tahun

2008-2011

Variabel Koefisien Standar Eror t-Statistic Probabilitas C 0.137067 17.92520 0.007647 0.9940

LOG(TAXRANK) 2.308431 1.253176 1.842064 0.0853

DEMOCR 0.021093 0.178617 0.118091 0.9076

ICRG 0.095119 0.026654 3.568649 0.0028

R-squared 0.985027

Adjusted R-squared 0.977042

Sum squared resid weighted 13.22518

Sum squared resid unweighted 13.95503

Prob(F-statistic) 0.000000

Durbin-Watson stat 2.437571

Sumber: EViews(data diolah).

Nilai R-squared 0.985027 berarti variabel sistem pajak, demokrasi, dan

rent-seeking mampu menjelaskan variasi penerimaan pajak sebesar 98 persen.

Variasi sisanya sebesar 2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Penggunaan Fixed Effect Model tersebut menyatakan bahwa terdapat satu di

antara variabel sistem pajak, demokrasi, maupun rent-seeking yang signifikan

memengaruhi penerimaan pajak. Hal tersebut didasarkan dari nilai Prob(F-

statistik) yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0.0000 < a 5 %).

Analisis secara parsial, bahwa variabel sistem pajak dan rent-seeking

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Variabel bebas lain yaitu

demokrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di 6 Negara

Berkembang G-20 termasuk Indonesia. Hal ini dapat disebabkan karena negara-

negara berkembang tersebut masih berada pada masa demokrasi yang belum

mapan. Selanjutnya dilakukan analisis data panel terhadap negara maju di negara

G-20. Negara maju G-20 yang akan dianalisis yaitu Amerika Serikat, Australia,

Britania Raya, Jerman, Kanada, Korea Selatan, dan Perancis. Italia dan Jepang

tidak dianalisis karena memiliki data pencilan, sehingga menghasilkan estimasi

yang tidak signifikan.

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

51

Tabel 15 Hasil Estimasi Pengaruh Sistem Pajak, Demokrasi, dan Rent-seeking

terhadap Penerimaan Pajak di 7 Negara Maju G-20 pada Tahun 2008-

2011

Variabel Koefisien Standar Eror t-Statistic Probabilitas C -6.210884 2.701841 -2.298760 0.0337

LOG(TAXRANK) 0.487746 0.256871 1.898799 0.0737

DEMOCR 0.080016 0.021471 3.726691 0.0015

ICRG 0.203650 0.052522 3.877448 0.0011

R-squared 0.988982

Adjusted R-squared 0.983473

Sum squared resid weighted 11.72261

Sum squared resid unweighted 15.62460

Prob(F-statistic) 0.000000

Durbin-Watson stat 2.158764

Sumber: EViews(data diolah).

Nilai R-squared 0.988982 berarti variabel sistem pajak, demokrasi, dan

rent-seeking mampu menjelaskan variasi penerimaan pajak sebesar 99 persen.

Variasi sisanya sebesar 1 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Penggunaan Fixed Effect Model tersebut menyatakan bahwa terdapat satu di

antara variabel sistem pajak, demokrasi, maupun rent-seeking yang signifikan

memengaruhi penerimaan pajak. Hal tersebut didasarkan dari nilai Prob(F-

statistik) yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0.0000 < a 5 %).

Analisis secara parsial, pada taraf nyata 10 persen variabel sistem pajak,

demokrasi, dan rent-seeking berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di

7 Negara Maju G-20, termasuk Australia. Variabel sistem pajak memiliki

koefisien sebesar 0.487746 dari hasil analisis regresi. Hal ini berarti kenaikan satu

persen sistem pajak akan mempengaruhi penerimaan pajak sebesar 0,49 persen.

Variabel demokrasi memiliki koefisien sebesar 0.080016 dari hasil analisis

regresi. Hal ini berarti kenaikan satu persen demokrasi akan mempengaruhi

penerimaan pajak sebesar 0,08 persen. Variabel ketidakadaan rent-seeking

memiliki koefisien sebesar 0.203650 dari hasil analisis regresi. Hal ini berarti

kenaikan satu persen ketidakadaan rent-seeking akan mempengaruhi penerimaan

pajak sebesar 0,20 persen, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan pembahasan

sebelumnya tentang keterkaitan antara sistem pajak, demokrasi, dan rent-seeking

yaitu sistem pajak yang baik, demokrasi yang mapan, serta ketidakadaan rent-

seeking berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap

penerimaan pajak.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

52

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Melihat dari perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai, serta hasil

dan pembahasan yang telah diperoleh, maka dari penelitian ini dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di Australia cukup besar karena

beberapa faktor seperti berikut: berbasis individual-based taxation principle;

tarif pajak pendapatan tertinggi dibebankan kepada Wajib Pajak yang tidak

memiliki TFN (Tax File Number); posisi ATO (Australian Tax Office) yang

independen; dan disamping sebagai administasi pajak, TFN juga berfungsi

untuk memfasilitasi dukungan pendapatan maupun bantuan dari pemerintah.

2. Kebijakan sistem perpajakan di Australia memperhatikan partisipasi

masyarakat dengan menjadikan TFN sebagai sarana untuk memperoleh

manfaat santunan ataupun tunjangan sosial dari pemerintah. Tingginya

partisipasi masyarakat ini mencerminkan keadaan demokrasi yang telah

mapan. Di Indonesia NPWP hanya berlaku sekedar untuk pengadministrasian

pajak. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Wajib Pajak (rakyat)

dengan pemerintah belum demokratis, dicirikan antara lain oleh kurangnya

partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan transparansi dari pemerintah

terhadap publik yang masih kurang. Australia memiliki penilaian yang baik

melalui Indeks ICRG. Indeks tersebut menunjukan keadaan rent-seeking yang

rendah serta besarnya transparansi pada sistem pemerintahan di Australia.

Indonesia memiliki Indeks ICRG yang masih rendah serta kasus korupsi

dengan jenis penyuapan paling banyak terjadi. Di lingkungan institusi pajak,

penyuapan ini dilakukan untuk menghindari kewajiban membayar pajak. Oleh

karena itu, penghindaran pajak merupakan salahsatu akitivitas rent-seeking di

lingkungan perpajakan. Kerugian negara akibat penghindaran pajak mencapai

748,8 triliun pada periode 2001-2010.

3. Berdasarkan analisis data panel diketahui bahwa sistem pajak yang baik,

demokrasi yang mapan, serta ketidakadaan rent-seeking berpengaruh

signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap penerimaan pajak.

Saran

Melihat dari bab pendahuluan hingga kesimpulan yang telah dibuat, maka

beberapa saran yang direkomendasikan, yaitu:

1. Pemerintah hendaknya mengkaji peningkatan status Direktorat Jendral Pajak

dari level Eselon I Departemen Keuangan menjadi institusi Lembaga

Pemerintah Non Departemen. Peningkatan status ini akan mempermudah

koordinasi dengan instansi lain serta menyederhanakan birokasi karena adanya

pemisahan antara fungsi regulator (Kementrian Keuangan) dan operator

(Direktorat Jendral Pajak).

2. Bila peningkatan status tersebut belum dapat disetujui, Direktorat Jendral

Pajak saat ini hendaknya memperluas fungsinya selain sebagai institusi

pemungut pajak namun juga sebagai lembaga penyedia jaminan sosial di

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

53

bidang kesehatan maupun pendidikan seperti Asuransi Kesehatan maupun

beasiswa pendidikan.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Direktorat Jendral Pajak

hendaknya bekerjasama membuat nota kesepahaman (Memorandum of

Understanding/MoU) dalam mencegah dan mengungkap aktivitas rent-

seeking di lingkungan perpajakan.

4. Australian Taxation Office (ATO) hendaknya bekerjasama dengan Direktorat

Jendral Pajak serta institusi-institusi pajak di negara lain untuk mengatasi

penghindaran pajak oleh perusahaan global. Upaya ini dapat dilakukan dengan

melakukan pertukaran informasi pajak antarnegara dan pembuatan aturan

perpajakan secara global.

5. Peneliti lain yang ingin melakukan analisis ekonometrika mengenai pengaruh

ekonomi politik terhadap penerimaan pajak hendaknya menggunakan variabel,

jumlah negara, jumlah tahun, serta indikator yang lebih lengkap sehingga

dapat menghasilkan estimasi yang lebih baik.

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

54

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, A. 2003. Reformasi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.

Budiman, J dan Miharjo, S. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). S2 Ilmu Akuntansi UGM. Yogyakarta.

Burton, R. dan Ilyas, W. B. 2004. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.

Eko, S. 2003. Transisi Demokrasi Indonesia. APMD Press. Jakarta.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Raja Grafindo

Persada.

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB PRESS. Bogor.

Irianto, E. S. dan Jurdi, S. 2005. Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi

Negara. UII Press. Yogyakarta.

Irianto, E. S. 2012. Kebijakan Fiskal dan Pengelolaan Pajak di Indonesia. CV.

Aswaja Pressindo. Yogyakarta.

Ismawan, I. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. PT Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Kesit, B. P. Juni 2003. Analisis Pengaruh Kebijakan Tax Holiday terhadap

Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia (Tahun 1970-1999).

Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 8. No. 1.

Mansury. 1996. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia Jilid 3. PT

Bina Rena Pariwara. Jakarta.

Nugroho, R. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Nariwati, U. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan

Aplikasi. Agung Media. Bandung.

Nurmantu, S. 2005. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Pandiangan, L. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan

berdasarkan Ketentuan Terbaru. Penerbit Elex Media komputindo. Jakarta.

Parsons, W. 2006. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.

Kencana. Jakarta.

Perdana, A. A. 2009. Biaya Ekonomi dari Korupsi: Perspektif Teori dan Empiris

dalam Korupsi Mengorupsi Indonesia. Wijayanto dan Ridwan Zachrie. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Prakosa, K. B. dan Malian, S. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press.

Yogyakarta.

Prastowo, J dan Budiantoro, S. Maret 2012. Rasio Pajak Rendah, Utang Makin

Menumpuk. Prakarsa Policy Review.

Puteri, A. Y.. 2012. Implikasi Kasus Gayus Tambunan dalam Kesadaran Wajib

Pajak [Skripsi]. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jatim.

Rachbini, D J. 1999. Diagnosa Ekonomi dan Kebijakan Publik. PT Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Ralona, M. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Niaga Swadaya. Jakarta.

Rosdiana, H dan Tarigan, R. 2005. Perpajakan, Teori dan Aplikasi. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Sahrani, A dan Wijaya, D. 2003. Kamus Ekonomi, Uang, dan Bank. Restu Agung.

Jakarta.

Santoso, B. R. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama. Bandung.

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

55

Siswahyudi. 2008. Analisis Komparasi Regulasi Registrasi Wajib Pajak Orang

Pribadi antara Indonesia dengan Australia [Tesis]. Magister Administrasi

Publik UGM. Yogyakarta.

Soemitro, R. 1993. Pajak Penghasilan. Eresco. Bandung.

Sony, D. dan Rahayu, S. K. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Prenada

Media Group. Jakarta.

Sudibyo, B. Agustus 2012. Reformasi Pajak dalam Kerangka Reformasi

Ekonomi-Politik di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol. 23. No. 2.

Thoha, M. 2003. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Radja

Grafindo Persada. Jakarta.

Tjahjono dan Husein. 1997. Perpajakan. Akademika Manajemen Perusahaan

YKPN. Yogyakarta.

Tunliu, J. J. A. 2010. Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi terhadap

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian

Keuangan Daerah [Tesis]. Universitas Brawijaya. Malang.

Yustika, A. E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi.

Bayumedia Publishing. Jatim.

Winarno, B. dan Ismawan, I. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media

Pressindo. Yogyakarta.

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

56

Lampiran 1 Data Negara Anggota G-20

Sumber: International Monetary Fund, UNDP (data diolah).

PerdaganganNominal

GDPPPP GDP

Nominal

GDPPPP GDP HDI Klasifikasi

juta USD juta USD juta USD per capita per capita (2012)^^ Ekonomi

-2012 (2012)* (2012)** USD USD (IMF)^^^

(2012)*** (2012)^

Afrika Selatan 208,000 384,315 582,391 7,506 11,375 0.629 53,000,000 Berkembang

Amerika

Serikat3,969,000 15,684,750 15,684,750 49,922 49,922 0.937 316,173,000 Maju

Kanada 962,600 1,819,081 1,488,311 52,231 42,734 0.911 34,088,000 Maju

Meksiko 756,800 1,177,116 1,758,896 10,247 15,311 0.775 112,211,789 Berkembang

Brasil 494,800 2,395,968 2,355,586 12,078 11,875 0.73 193,088,765 Berkembang

 Argentina 152,690 474,954 743,121 11,576 18,112 0.811 40,117,096 Berkembang

Cina 3,801,000 8,227,037 12,405,670 6,075 9,161 0.699 1,339,724,852 Berkembang

Jepang 1,649,800 5,963,969 4,627,891 46,735 36,265 0.912 127,390,000 Maju

Korea Selatan 1,068,700 1,155,872 1,613,921 23,112 32,272 0.909 50,004,441 Maju

 India 809,400 1,824,832 4,684,372 1,491 3,829 0.554 1,210,193,422 Berkembang

 Indonesia 384,100 878,198 1,216,738 3,592 4,977 0.629 237,556,363 Berkembang

Rusia 900,600 2,021,960 2,513,299 14,246 17,708 0.788 143,400,000 Berkembang

Turki 370,800 794,468 1,123,380 10,609 15,001 0.722 72,561,312 Berkembang

Uni Eropa 4,567,000 16,414,483 16,073,550 32,708 32,028 0.876 501,259,840 N/A

Jerman 2,768,000 3,400,579 3,197,069 41,512 39,028 0.92 81,757,600 Maju

Perancis 1,226,400 2,608,699 2,254,067 41,140 35,547 0.893 65,447,374 Maju

Inggri 1,127,000 2,440,505 2,336,295 38,588 36,941 0.875 62,041,708 Maju

Itali 953,000 2,014,079 1,832,916 33,115 30,136 0.881 60,325,805 Maju

 Saudi Arabia 518,300 727,307 906,806 25,084 31,275 0.782 27,123,977 Berkembang

 Australia 522,000 1,541,797 970,764 67,722 42,640 0.938 22,328,632 Maju

Tersedia

Tidak Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tidak Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tidak Tersedia

Ketersediaan Data

untuk Analisis Data

Panel

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tersedia

Tidak Tersedia

Tidak Tersedia

Tersedia

Negara

AnggotaPopulation

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

57

Lampiran 2 Data untuk Analisis Data Panel (1)

Sumber: Economist Intelligent Unit, PwC, Worldbank, Political Risk Services (data

diolah).

(Persen) (Satuan) (Persen) (Persen)

Afrika Selatan 2008 28.15 61 79 41.67

Afrika Selatan 2009 25.42 46 79 33.33

Afrika Selatan 2010 25.88 23 78 50.00

Afrika Selatan 2011 26.08 24 78 41.67

Amerika Serikat 2008 10.38 76 82 66.67

Amerika Serikat 2009 8.52 46 82 66.67

Amerika Serikat 2010 9.19 61 82 66.67

Amerika Serikat 2011 10.09 62 81 66.67

Australia 2008 24.30 41 91 75.00

Australia 2009 22.16 48 92 75.00

Australia 2010 20.67 47 92 83.33

Australia 2011 20.52 48 92 83.33

Brasil 2008 15.91 137 74 50.00

Brasil 2009 14.80 145 73 50.00

Brasil 2010 14.63 150 71 50.00

Brasil 2011 15.74 152 71 50.00

Britania Raya 2008 28.77 12 82 66.67

Britania Raya 2009 25.79 16 82 66.67

Britania Raya 2010 26.67 16 82 66.67

Britania Raya 2011 27.41 16 82 66.67

India 2008 10.75 165 78 42.67

India 2009 9.64 169 75 41.67

India 2010 10.09 169 73 42.67

India 2011 10.39 164 73 33.33

Indonesia 2008 13.04 110 63 66.67

Indonesia 2009 11.43 116 64 50.00

Indonesia 2010 10.85 127 65 50.00

Indonesia 2011 11.77 130 65 50.00

Penerimaan PajakIndeks International

Country Risk Guide

Indeks

Demokrasi

Rangking Kemudahan

Membayar PajakNegara Tahun

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

58

Lampiran 3 Data untuk Analisis Data Panel (2)

Sumber: Economist Intelligent Unit, PwC, Worldbank, Political Risk Services (data

diolah).

(Persen) (Satuan) (Persen) (Persen)

Italia 2008 22.39 122 80 41.67

Italia 2009 22.95 128 79 41.67

Italia 2010 22.66 136 78 41.67

Italia 2011 22.49 128 77 41.67

Jepang 2008 9.28 105 83 50.00

Jepang 2009 8.70 112 82 50.00

Jepang 2010 9.14 123 81 75.00

Jepang 2011 9.77 112 81 75.00

Jerman 2008 11.55 67 88 83.33

Jerman 2009 11.87 80 86 83.33

Jerman 2010 11.39 71 84 83.33

Jerman 2011 11.80 88 83 83.33

Kanada 2008 12.78 25 91 83.33

Kanada 2009 12.50 28 91 83.33

Kanada 2010 12.08 28 91 83.33

Kanada 2011 11.62 10 91 83.33

Korea Selatan 2008 16.30 40 80 50.00

Korea Selatan 2009 15.45 43 81 41.67

Korea Selatan 2010 15.15 49 81 50.00

Korea Selatan 2011 15.58 49 81 50.00

Perancis 2008 21.67 82 81 83.33

Perancis 2009 19.85 66 79 83.33

Perancis 2010 21.34 59 78 75.00

Perancis 2011 21.25 55 78 70.00

Rusia 2008 15.82 130 45 33.33

Rusia 2009 12.96 134 44 50.00

Rusia 2010 13.05 103 43 33.33

Rusia 2011 15.03 105 39 33.33

Turki 2008 18.44 54 57 41.67

Turki 2009 19.26 68 57 41.67

Turki 2010 20.39 75 57 41.67

Turki 2011 20.06 75 57 41.67

Penerimaan PajakIndeks International

Country Risk Guide

Indeks

Demokrasi

Rangking Kemudahan

Membayar PajakNegara Tahun

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

59

Lampiran 4 Hasil Estimasi Pooled Least Square

Dependent Variable: TAXREV

Method: Panel Least Squares

Date: 10/11/13 Time: 16:34

Sample: 2008 2011

Periods included: 4

Cross-sections included: 15

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 42.34821 7.534714 5.620413 0.0000

LOG(TAXRANK) -5.030581 1.054935 -4.768617 0.0000

DEMOCR 0.049813 0.074847 0.665528 0.5084

ICRG -0.144766 0.054674 -2.647785 0.0105 R-squared 0.317120 Mean dependent var 16.56017

Adjusted R-squared 0.280537 S.D. dependent var 5.991426

S.E. of regression 5.081998 Akaike info criterion 6.153627

Sum squared resid 1446.296 Schwarz criterion 6.293250

Log likelihood -180.6088 Hannan-Quinn criter. 6.208241

F-statistic 8.668530 Durbin-Watson stat 0.143945

Prob(F-statistic) 0.000081

Sumber: EViews (data diolah)

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

60

Lampiran 5 Hasil Estimasi Fixed Effect Model

Dependent Variable: TAXREV

Method: Panel Least Squares

Date: 10/11/13 Time: 16:34

Sample: 2008 2011

Periods included: 4

Cross-sections included: 15

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17.99029 8.481838 2.121036 0.0399

LOG(TAXRANK) 0.832187 0.664903 1.251592 0.2176

DEMOCR -0.064120 0.106233 -0.603579 0.5494

ICRG -0.000795 0.028291 -0.028110 0.9777 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.982835 Mean dependent var 16.56017

Adjusted R-squared 0.975888 S.D. dependent var 5.991426

S.E. of regression 0.930360 Akaike info criterion 2.936835

Sum squared resid 36.35393 Schwarz criterion 3.565138

Log likelihood -70.10505 Hannan-Quinn criter. 3.182599

F-statistic 141.4628 Durbin-Watson stat 2.131044

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: EViews (data diolah)

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

61

Lampiran 6 Hasil Estimasi Random Effect Model

Dependent Variable: TAXREV

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 10/11/13 Time: 16:35

Sample: 2008 2011

Periods included: 4

Cross-sections included: 15

Total panel (balanced) observations: 60

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.74652 6.671582 2.360237 0.0218

LOG(TAXRANK) 0.309579 0.627669 0.493220 0.6238

DEMOCR -0.005389 0.077230 -0.069773 0.9446

ICRG -0.001309 0.026900 -0.048675 0.9614 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 5.431903 0.9715

Idiosyncratic random 0.930360 0.0285 Weighted Statistics R-squared 0.004156 Mean dependent var 1.413016

Adjusted R-squared -0.049193 S.D. dependent var 0.947959

S.E. of regression 0.970996 Sum squared resid 52.79863

F-statistic 0.077900 Durbin-Watson stat 1.475654

Prob(F-statistic) 0.971703 Unweighted Statistics R-squared -0.037730 Mean dependent var 16.56017

Sum squared resid 2197.845 Durbin-Watson stat 0.035450

Sumber: EViews (data diolah)

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

62

Melalui pengujian dengan menggunakan Uji Chow pada taraf nyata 5

persen diperoleh nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari taraf nyata (0.000 < a

5 %) maka tolak H0. Dari hasil Uji Haussman, diperoleh nilai probabilitas (p-

value) lebih kecil dari taraf nyata (0.0460< a 5 %) maka tolak H0. Oleh karena itu ,

disimpulkan bahwa Fixed Effect Model merupakan pendekatan analisis regresi

data panel yang terbaik.

Lampiran 8 Hasil Haussman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: REM

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 7.998691 3 0.0460

Sumber: EViews (data diolah)

Lampiran 7 Hasil Chow Test

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: FEM

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 116.351231 (14,42) 0.0000

Cross-section Chi-square 221.007503 14 0.0000

Sumber: EViews (data diolah)

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

63

Berdasarkan uji normalitas, didapatkan nilai probabilitas Jarque Bera yang

lebih besar dari taraf nyata 5 persen (3.561907 > a 5 %). Hal ini berarti error term

terdistribusi dengan normal, sehingga pengujian menggunakan statistik-t telah sah.

Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Data

Sumber: EViews (data diolah)

0

2

4

6

8

10

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: Standardized Residuals

Sample 2008 2011

Observations 60

Mean 1.07e-16

Median -0.022827

Maximum 1.367935

Minimum -1.403588

Std. Dev. 0.755395

Skewness 0.080255

Kurtosis 1.817207

Jarque-Bera 3.561907

Probability 0.168477

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

64

Lampiran 10 Fixed Effect Model dengan pembobotan (cross section weights) dan

white cross section.

Dependent Variable: TAXREV

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 10/11/13 Time: 11:03

Sample: 2008 2011

Periods included: 4

Cross-sections included: 15

Total panel (balanced) observations: 60

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.64933 2.265920 4.699783 0.0000

LOG(TAXRANK) 0.907513 0.240900 3.767173 0.0005

DEMOCR 0.016504 0.024682 0.668688 0.5074

ICRG 0.014456 0.008438 1.713317 0.0940 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.994216 Mean dependent var 24.67671

Adjusted R-squared 0.991875 S.D. dependent var 17.38423

S.E. of regression 0.895314 Sum squared resid 33.66666

F-statistic 424.7044 Durbin-Watson stat 2.425999

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.982488 Mean dependent var 16.56017

Sum squared resid 37.08858 Durbin-Watson stat 2.114715

Sumber: EViews (data diolah)

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

65

Lampiran 11 Kerugian Akibat Penghindaran Pajak di Indonesia dan Australia

Sumber: Kurs BCA (1 September 2013) Dirjen Pajak, ATO, IMF (data diolah).

Rp 78,88 triliun 7.37% 0.74% GFI (2012)

Rp 110 triliun 10.82% 1.09% Prakarsa (2013)

Rata-rata Rp 94,44 triliun 9.10% 0.92%

Rp 114 triliun 2.56% 0.65% ACTU (2011)

Rp 176 triliun 3.95% 1.00% ABS (2010)

Rata-rata Rp 145 triliun 3.26% 0.83%

Keterangan: 11,450.00Rp

1,016,237,000,000.00Rp

4,466,267,150,000.00Rp

10,055,367,100,000.00Rp

17,653,575,650,000.00Rp

Sumber (Tahun

Penelitian)

Kerugian akibat

Penghindaran Pajak (Rata-

rata per Tahun)

Negara

Australia

Indonesia

Persentase dari

Penerimaan Pajak

Tahun 2012 (%)

Persentase dari PDB

Tahun 2012 (%)

Kurs Rupiah terhadap Dollar:

PDB Australia Tahun 2012:

PDB IndonesiaTahun 2012:

Penerimaan Pajak Australia Tahun 2012:

Penerimaan Pajak Indonesia Tahun 2012:

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PAJAK DI INDONESIA … · Oleh karena itu penulis menganalisis sistem pajak melalui perspektif ekonomi politik dengan perbandingan negara lain yang sudah

66

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lira Wigiana, lahir pada tanggal 23 Mei 1991 di Kuningan,

Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan

Sugiatna Sumawikarta dan Euis Wiarsih. Penulis mengawali jenjang

pendidikannya dari taman kanak-kanak pada tahun 1996 di TK Aryandini

Bandung kemudian pada tahun 1997 dilanjutkan ke SD Kartika 11-10 Bandung.

Tahun 2003 penulis melanjutkan studinya ke SMP Negeri 34 Bandung hingga

lulus pada tahun 2006 kemudian dilanjutkan ke SMA Negeri 12 Bandung hingga

lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa lembaga intra dan

ekstra kampus. Lembaga intra kampus yang diikuti, yaitu: Himpunan Profesi dan

Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (Hipotesa) FEM IPB sebagai

bendahara divisi Information, Promotion, and Internal Relationship (Intel) (2010-

2011); Community of Art, Sport, and Culture (COAST) Art FEM IPB dalam Klub

Musik Perkusi (2011); Onigiri Japan Club (2010-sekarang); dan sebagai Dewan

Kehormatan di UKM Lingkung Seni Sunda (Lises) Gentra Kaheman (2010-

sekarang). Lembaga ekstra kampus yang diikuti yaitu Gerakan Masyarakat Jawa

Barat (Gema Jabar) sebagai tim kesekretariatan (2011-sekarang). Selain itu

semasa tingkat 1 perkuliahan sempat bergabung dengan UKM Bola Voli, UKM

Bulutangkis, dan Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) di IPB. Penulis pun

aktif di berbagai acara intra dan ekstra kampus, baik sebagai panitia maupun

pengisi acara, seringkali sebagai pemain musik. Disamping kelembagaan dan

kepanitiaan yang diikuti, penulispun giat mencari berbagai pengalaman dan

kemampuan, antara lain dengan bergabung sebagai pekerja paruh waktu di

Animax Action Club (AAC) Indonesia, serta mengikuti les bahasa Inggris dan

Jepang.