perbandingan perjanjian penghindaran pajak berganda antara model oecd

23
Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara model OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), Model UN (United Nations) dan Model Philipina Pasal 1 Dalam pasal ini mengatur mengenai pihak yang menjadi subjek dari Tax Treaty ini. Subjek dari Tax Treaty ini adalah penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan. Meskipun tertulis persons yang artinya seseorang, tetapi jika seseorang tersebut memiliki badan usaha maka juga termasuk dalam persetujuan ini. Pasal 1 pada UN Model maupun OECD Model sama. Pasal 2 Dalam pasal ini mengatur mengenai pajak apa saja yang tercakup dalam Tax Treaty ini, yaitu: Di Indonesia Pajak Pendapatan, Pajak Perseroan, dan Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti, disebut Pajak Indonesia Di Philipina Pajak Penghasilan, disebut Pajak Philipina Pasal 2 pada UN model maupun OECD model sama. Pasal 3 Dalam pasal ini mengatur mengenai definisi istilah-istilah yang terdapat dalam Tax Treaty ini. Pasal 3 pada UN Model maupun OECD Model sama, namun pada OECD lebih banyak definisi istilah yaitu istilah enterprise dan business. Pasal 3 dalam Tax Treaty antara Republik Indonesia dan Republik Philipina lebih mirip dengan UN Model

Upload: nadhila-alifah

Post on 24-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Perpajakan Internasional

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara model OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), Model UN (United Nations) dan Model Philipina

Pasal 1

Dalam pasal ini mengatur mengenai pihak yang menjadi subjek dari Tax Treaty ini. Subjek dari Tax Treaty ini adalah penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan. Meskipun tertulis persons yang artinya seseorang, tetapi jika seseorang tersebut memiliki badan usaha maka juga termasuk dalam persetujuan ini. Pasal 1 pada UN Model maupun OECD Model sama.

Pasal 2

Dalam pasal ini mengatur mengenai pajak apa saja yang tercakup dalam Tax Treaty ini, yaitu:

Di Indonesia

Pajak Pendapatan, Pajak Perseroan, dan Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti, disebut Pajak Indonesia

Di Philipina

Pajak Penghasilan, disebut Pajak Philipina

Pasal 2 pada UN model maupun OECD model sama.

Pasal 3

Dalam pasal ini mengatur mengenai definisi istilah-istilah yang terdapat dalam Tax Treaty ini. Pasal 3 pada UN Model maupun OECD Model sama, namun pada OECD lebih banyak definisi istilah yaitu istilah enterprise dan business. Pasal 3 dalam Tax Treaty antara Republik Indonesia dan Republik Philipina lebih mirip dengan UN Model meskipun definisi dan urutannya berbeda, dan ada satu definisi yang ditambahkan yaitu definisi tentang Indonesia dan Philipina.

Pasal 4

Dalam pasal ini mengatur mengenai Domisili Fiskal atau penentuan Subjek Pajak Dalam Negeri. Penentuan Subjek Dalam Negeri dalam pasal 4 Tax Treaty ini berdasarkan undang-undang kedua negara. Jika tidak dapat ditentukan menurut undang-undang, maka status seseorang ditentukan berdasarkan tempat dimana pusat kepentingan pokoknya berada, jika tidak dapat ditentukan juga maka statusnya akan ditentukan menurut kebiasaannya berdiam. Kemudian, jika status seseorang tersebut tidak dapat ditentukan dengan ketiga cara di atas, maka status orang tersebut akan ditentukan

Page 2: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

oleh pejabat yang berwenang dari kedua belah pihak dengan melakukan persetujuan bersama (mutual agreement). Pasal 4 Tax Treaty ini tidak termasuk ke dalam UN Model maupun OECD Model.

Pasal 5

Dalam pasal ini mengatur mengenai Bentuk Usaha Tetap.

1. Dalam Pasal 5 ayat 2h, 5 ayat 2k dan 5 ayat 2l Model Philipina memperluas pengertian BUT dengan memasukkan tempat-tempat eksplorasi sumber kekayaan alam, tempat-tempat yang digunakan untuk melakukan penjualan dan suatu gudang yang disediakan untuk fasilitas penyimpanan barang bagi orang/ badan lain sebagai pengertian BUT.

2. Dalam Pasal 5 ayat 2i dan 2m Model Philipina sama dengan Pasal 5 ayat 3a dan 3b pada UN Model, menjelaskan bahwa sebuah bangunan, konstruksi atau proyek instalasi dianggap sebagai BUT apabila kegiatannya berlangsung selama lebih dari 6 bulan, sedangkan pada OECD Model baru bisa dianggap BUT apabila kegiatan tersebut berlangsung selama lebih dari 12 bulan.

3. Dalam Pasal 5 ayat 2j Model Philipina menjelaskan bahwa batas waktu proyek perakitan dan pemasangan yaitu lebih dari 3 bulan berbeda dengan UN Model (lebih dari 6 bulan tercatum pada pasal 5 ayat 3a) dan OECD Model (lebih dari 12 bulan tercantum padal pasal 5 ayat 3).

4. Dalam Pasal 5 ayat 4c Model Philipina, Pengertian BUT untuk orang/ badan yang bertindak di suatu negara atas nama perusahaan dari Negara lainnya (kecuali agen yang berdiri sendiri) juga diperluas dari pengertian BUT di UN Model dengan menambahkan kegiatan membuat atau memproses barang atau dagangan kepunyaan perusahaan untuk kepentingan perusahaan tersebut.

5. Dalam Pasal 5 ayat 5 Model Philipina sama dengan Pasal 5 ayat 6 UN Model yang mengatur tentang perusahaan asuransi yang melakukan usaha di suatu negara lain, sedangkan pada OECD model tidak ada.

Pasal 6

Dalam pasal 6 mengatur mengenai penghasilan dari harta tidak bergerak. Model Philipina dan UN Model dalam Pasal 6 ayat 4 menambahkan bahwa ketentuan penghasilan dari harta tidak bergerak yang dikenakan pajak di negara tempat harta tidak bergerak itu berada juga berlaku untuk penghasilan dari harta tidak bergerak yang digunakan seseorang dalam menjalankan pekerjaan bebas. Untuk ayat lainnya dalam pasal 6 UN, OECD dan Philipina tidak ada perbedaan.

Pasal 7

Dalam pasal ini mengatur mengenai laba usaha.

1. Dalam Pasal 7 ayat 1, untuk UN Model dan Model Philipina, laba BUT lebih diperjelas, yaitu jika perusahaan induk melakukan penjualan barang-barang atau barang dagangan yang sama atau jenisnya serupa di Negara lainnya, atau kegiatan usaha lainnya yang dijalankan di negara lain yang jenisnya sama atau serupa yang dilakukan BUT di negara sumber.

Page 3: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

2. Model Philipina menggunakan UN Model dalam menentukan biaya yang dapat dikurangkan dari laba BUT untuk menentukan pajak terutang. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT itu, termasuk biaya pimpinan dan biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di negara pendirian BUT maupun di tempat lain (tercantum dalam Pasal 7 ayat 3). Ada beberapa biaya yang tidak boleh dikurangkan yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh BUT kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain dari perusahaan tersebut dalam bentuk royalti, komisi, atau bunga atas pinjaman, kecuali untuk institusi bank (tercantum dalam Pasal 7 ayat 5)

3. Dalam Pasal 7 ayat 6 Model Philipina sama dengan Pasal 7 ayat 5 UN Model yang menyatakan bahwa penentuan laba yang menjadi bagian dari suatu BUT ditentukan dengan cara yang sama setiap tahun, kecuali jika terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk melakukan penyimpangan.

4. Dalam Pasal 7 ayat 5 OECD Model ditambah tidak dianggap ada laba BUT jika hanya karena pembelian barang oleh BUT atau barang dagangan untuk perusahaan.

Pasal 8

Dalam pasal ini mengatur mengenai penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan perkapalan dan penerbangan udara. Pasal 8 Model Philipina lebih condong ke UN Model Alternatif B karena terdapat ketentuan yang mengatur bahwa penghasilan dari satu negara yang diperoleh oleh perusahaan negara yang lain melalui kegiatan perkapalan dan penerbangan udara dalam lalu lintas internasional dapat dikenakan pajak oleh negara pertama dengan tarif yang disepakati. Tarif yang disepakati oleh RepublikIndonesia dan Republik Philipina adalah tidak lebih dari 1,5%atau tarif Philipina yang paling rendah yang dapat dikenakan atas laba yang sejenis, yang diperoleh menurut keadaan-keadaan yang sama oleh penduduk Negara ketiga. Tarif ini berlaku juga terhadap laba yang diperoleh dari pengikutsertaan dalam suatu gabungan perusahaan,suatu usaha kerja sama, atau suatu keagenan usaha internasional

Pasal 9

Dalam pasal ini mengatur mengenai perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan atau perusahaan yang saling berasosiasi.

1. Dalam Pasal 9 ayat 1 Model Philipina sama dengan UN Model dan OECD Model.

2. Dalam Pasal 9 ayat 2 Model Philipina tidak termasuk dalam UN Model maupun OECD Model, yang mengatur bahwa suatu negara tidak akan mengadakan koreksi atas laba setelah berakhirnya batas waktu (daluwarsa) menurut perundang-undangan negara tersebut.

Pasal 10

Dalam pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas dividen.

1. Tax treaty ini lebih mirip dengan OECD Model, dapat dilihat dari besarnya kepemilikan saham untuk memperoleh tarif pajak atas dividen yang lebih rendah, yaitu sebesar 25%, sedamgkan pada UN Model, besarnya kepemilikan saham untuk memperoleh tarif pajak atas dividen yang lebih

Page 4: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

rendah ini hanya sebesar 10%. Namun, tarif pajak atas dividen pada tax treaty ini lebih tinggi daripada tarif pada OECD Model yaitu 15% untuk kepemilikan saham minimal 25% dan 20% dalam hal lain.

2. Dalam Pasal 10 ayat 7 Tax Treaty ini terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa pasal ini tidak akan menghalangi salah satu Negara untuk mengenakan pajak, selain dari pajak perseroan, atas pengiriman keuntungan yang dilakukan oleh suatu cabang ke kantor pusatnya. Akan tetapi, tarif pajak yang dikenakan itu tidak akan melebihi 20% dari jumlah yang dikirimkan. Ketentuan ini tidak terdapat pada UN Model maupun OECD Model.

Pasal 11

Pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas bunga.

1. Dalam Tax Treaty ini mengatur bahwa bunga yang dibayarkan oleh penduduk suatu negara kepada penduduk negara lainnya dapat dikenakan pajak di negara pertama atau negara lainnya. Jika bunga dikenakan pajak di negara pertama (penerima bunga adalah pemilik yan menikmati bunga tersebut), maka besarnya tarif pajak yang telah disepakati kedua belah pihak tidak melebihi 15% dari jumlah bruto pembayaran bunga (Pasal 7 ayat 2). Hal ini sesuai dengan UN Model yang menyatakan bahwa besarnya tarif pajak dinegosiasikan antara kedua belah pihak melalui perjanjian, sedangkan pada OECD Model ditentukan tarif pajak atas bunga maksimal 10%.

2. Dalam Tax Treaty ini terdapat tambahan ketentuan dalam Pasal 11 ayat 3a dan Pasal 11 ayat 3b yang tidak terdapat dalam UN Model maupun OECD Model.

Pasal 12

Pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas royalti.

1. Dalam Pasal 12 ayat 2 di UN Model dan Tax Treaty ini mengatur tentang tarif royalti berdasarkan kesepakatan kedua negara dalam persetujuan, sedangkan pada OECD Model tidak dijelaskan mengenai tarif persentase atas royalti.

2. Dalam Pasal 12 ayat 4 UN Model dan Tax Treaty ini terdapat ketentuan pemajakan royalti berlaku apabila melakukan suatu pekerjaan bebas melalui suatu tempat tertentu, sedangkan dalam OECD Model tidak ada ketentuan tersebut

Pasal 13

Pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan dari keuntungan pengalihan harta.

1. Dalam Pasal 13 Tax Treaty ini lebih condong ke UN Model karena keuntungan pengalihan saham-saham perusahaan ini dapat dikenakan pajak di negara tempat perusahaan tersebut berada tanpa harus memperhitungkan besarnya persentase kepemilikan. Pada UN Model, besarnya persentase kepemilikan ini agar dapat dikenakan pajak di negara tempat

Page 5: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

perusahaan tersebut berada dinegosiasikan oleh kedua belah pihak (dalam kasus Indonesia dan Philipina inidisepakati besarnya persentase kepemilikan adalah lebih dari 0%), sedangkan padaOECD Model negara tersebut baru dapat mengenakan pajak apabila besarnyapersentase kepemilikan melebihi 50%

2. Pasal 13 ayat 2 dalam OECD Model, Keuntungan dari pemindahtanganan harta bergerak dari sebuah BUT, tidak mencakup definisi harta bergerak yang merupakan bagian dari suatu tempat usaha tetap yang tersedia bagi penduduk salah satu negara untuk melakukan pekerjaan bebas, sedangkan pada UN Model dan Philipina Model menjelaskan tentang tempat usaha tetap untuk pekerjaan bebas jika melakukan pengalihan harta, keuntungannya dikenakan di suatu tempat tetap tersebut, karena termasuk dalam definisi BUT.

3. Pasal 13 ayat 4 dan 5 UN Model dan Philipina Model tidak diterapkan dalam OECD Model.

Pasal 14

Dalam pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan seseorang yang melakukan pekerjaan bebas. Pasal 14 ayat 1b Philipina Model terdapat ketentuan bahwa jangka waktu agar penghasilan seseorang yang melakukan pekerjaan bebas dapat dikenakan pajak di negara lain apabila orang tersebut tinggal selama 90 hari atau lebih dalam suatu tahun takwim. Ketentuan tersebut lebih condong ke UN Model, meskipun tidak sama persis karena pada UN Model, jangka waktu agar penghasilan seseorang dapat dikenakan pajak di negara lain adalah 183 hari atau lebih dalam 12 bulan. Sedangkan dalam OECD Model Pasal 14 sudah dihapus.

Pasal 15

Dalam pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan dari orang yangmelakukan pekerjaan tidak bebas. Ketentuan Pasal 15 pada OECD Model dan UN Modelsama. Penghasilan dari penduduk suatu yang melakukan pekerjaan tidak bebas hanyaakan dikenakan pajak di negara itu, kecuali jika pekerjaan itu dilakukan di negara lain,penghasilan yang diperolehnya dari negara lain tersebut dapat dikenakan pajak dinegara lain itu. Meskipun demikian, penghasilan yang diperoleh penduduk suatu negarasehubungan dengan pekerjaannya di negara lain hanya akan dikenakan pajak di negarapertama apabila:

1.orang tersebut berada di negara lain itu dalam jangka waktu tidak lebih dari 183hari dalam tahun kalender yang bersangkutan, dan

2.penghasilan tersebut dibayar oleh atau atas nama pemberi kerja yang bukanmerupakan penduduk negara lain itu, dan

3.penghasilan tersebut tidak menjadi beban suatu BUT atau tempat tertentu yangdimiliki oleh pemberi kerja di negara lain itu.

Penghasilan yang diterima seseorang sehubungan dengan pekerjaan sebagaiawak kapal atau pesawat udara yang dioperasikan dalam lalulintas internasional olehperusahaan di suatu negara, akan dikenakan pajak di negara itu.

Page 6: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Pasal 16

Pasal 16 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan yang diterima direktur.

1. Dalam OECD Model tidak mengatur tentang penghasilan lain yang kedudukannya sebagai manajer dapat dikenakan pajak di negara lain.

2. Pasal 16 ini lebih condong kepada UN Model karena pada Tax Treaty ini terdapat ketentuan yang mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan yang diterima olehTop-Level Managerial Officials.

Pasal 17

Pasal 17 ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh artis dan atlet.

1. Istilah olahragawan, jika UN Model adalah sportperson, OECD Model adalah sportsman, sedangkan Philipina Model adalah athlete.

2. Dalam Pasal 17 ayat 3 Tax Treaty ini terdapat ketentuan tambahan, yaitu bahwa ketentuan ayat 1 dan ayat 2 pasal ini tidak berlaku terhadap penghasilan yang diterima oleh artis dan atlet dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di suatu negara, yang berhubungan dengan program khusus pertukaran kebudayaan yang telah disepakati kedua negara atau yang sepenuhnya dibiayai olehdana-dana pemerintah dari negara lainnya, termasuk dana Pemerintah Daerah/Lokalatau badan-badannya. Ketentuan-ketentuan di atas juga tidak berlaku terhadap penghasilan yang diterima dari kegiatan-kegiatan pertukaran kebudayaan tersebut diatas oleh organisasi yang tidak mencari keuntungan, asalkan penghasilan itu tidak untukdibayarkan atau tidak untuk keuntungan para pemilik, anggota, atau pemegang saham,dan organisasi tersebut telah disahkan sebagai memenuhi syarat ketentuan ini olehpejabat yang berwenang di negara lain itu.

3. Pasal 17 pada OECD Model dan UN Model sama, oleh karena itu Pasal 17 pada Tax Treaty ini mirip dengan kedua model tersebut.

Pasal 18

Dalam pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas pensiun dan tunjangan hari tua. Pensiun dan pembayaran sejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk suatu negara akibat dari hubungan kerja masa lalu, hanya akan dikenakan pajak di negara itu. Pasal 18 pada Tax Treaty ini sesuai dengan UN Model Alternatif A karena terdapat ketentuan yang mengatur mengenai pensiun jaminan sosial yang dibayarkan oleh suatubadan jaminan sosial dari suatu negara. Pensiun jaminan sosial itu hanya akan dikenakan pajak di negara itu. Sedangkan, OECD Model tidak mengatur Pasal 18 ayat 2 dalam alternatif A dan tidak juga mengatur alternatif B sebagaimana yang diatur dalam UN Model.

Pasal 19

Pasal 19 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan pegawai pemerintah(pegawai negeri). Ketentuan Pasal 19 pada OECD Model dan UN Model sama. Pasal 19pada Tax Treaty ini mirip

Page 7: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

dengan OECD Model dan UN Model dengan sedikit perubahankata-kata. Penghasilan selain pensiun dari pegawai pemerintah suatu negara yangbekerja di negara lain hanya akan dikenakan pajak di negara pertama. Akan tetapi,penghasilan tersebut hanya akan dikenakan pajak di negara lainnya jika orang tersebutmerupakan warganegara dari negara lain itu atau tidak merupakan penduduk negaralain itu karena semata-mata bermaksud untuk memberikan jasa-jasa.Pensiun dari pegawai pemerintah suatu negara yang bekerja di negara lain yangdibayarkan oleh atau dari dana-dana yang diadakan oleh suatu negara atau PemerintahDaerah/Lokal kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepadanegara atau Pemerintah daerah/Lokal itu hanya akan dikenakan pajak di negarapertama. Pensiun hanya akan dikenakan pajak di negara lainnya jika orang tersebutmerupakan penduduk dan warganegara dari negara lain tersebut.

Pasal 20

Dalam pasal ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan dari guru besar dan guru. Ketentuan Pasal 20 Tax Treaty ini tidak terdapat pada UN Model maupun OECD Model. Penghasilan yang diterima oleh guru besar dan guru yang merupakanpenduduk suatu negara yang melakukan kunjungan ke negara lain dengan maksud melakukan kegiatan mengajar atau melaksanakan studi lanjutan atau penelitian di suatu universitas, perguruan tinggi, sekolah atau lembaga pendidikan lainnyadalam jangka waktu tidak melebihi 2 tahun, hanya akan dikenakan pajak di negara pertama.Penghasilan ini termasuk pengiriman pengiriman uang dari negara manapun yang memungkinkan guru besar atau guru tersebut melaksanakan maksud di atas.

Pasal 21

Pasal 21 mengatur mengenai pemajakan atas pelajar dan peserta latihan.

1. Ketentuan Pasal 21 Tax Treaty ini sesuai dengan UN Model dan OECD Model yang diatur dalam Pasal 20.

2. Ada beberapa ketentuan tambahan dalam Tax Treaty ini, Penghasilan dari pelajar dari suatu negara yang belajar di perguruan tinggi negara lain untuk jangka waktu tidak melebihi 5 tahun sejak tanggal kedatangannya, akan dibebaskan dari pengenaan pajak di negara lain itu, dengan syarat:

a. penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri guna keperluan hidup atau pendidikannya

b. setiap penghasilan yang tidak melebihi US$1,800 dalam satu tahun kalender karena pemberian jasa jasa perorangan yang dilakukan di Negara lain itu sebagai tambahan dana baginya untuk keperluan hidup dan pendidikan tersebut.

Untuk penghasilan dari peserta latihan dari suatu negara yang semata-matasebagai peserta latihan dengan maksud untuk memperoleh pengalaman di bidangteknik, keahlian, atau usaha di negara lain untuk jangka waktu tidak melebihi 2 tahun sejak tanggal kedatangannya, akan dibebaskan dari pajak, dengan syarat:

Page 8: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

a. penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri gunakeperluan hidup atau latihannya.

b. setiap penghasilan yang tidak melebihi US$3,600 dalam satu tahun kalender karena pemberian jasa yang mempunyai kaitan dengan latihannya atau sebagai tambahan dana baginya.

Sedangkan untuk penghasilan dari penduduk dari suatu negara yang semata-mata untuk tujuan melakukan studi, riset, atau latihan sebagai penerima bantuan,tunjangan, atau sumbangan dari suatu organisasi keilmuan, pendidikan, agama, atausosial atau berdasarkan program bantuan teknik antara kedua negara, di negara lainuntuk jangka waktu tidak melebihi 2 tahun sejak tanggal kedatangannya, akandibebaskan dari pajak, dengan syarat:

a. penghasilan tersebut merupakan jumlah bantuan, tunjangan,atau sumbangan itu.

b. penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri gunakeperluan hidup pendidikan atau latihan.

c. setiap penghasilan karena pemberian jasa-jasa perorangan yang dilakukan dinegara lain itu, asalkan pemberian jasa-jasa tersebut mempunyai kaitan denganstudi, riset, latihannya atau sebagai tambahan dana baginya.

Penentuan batas waktu untuk pelajar, peserta latihan, dan periset/penerimabantuan dapat ditinjau kembali melalui kesepakatan antara pejabat yang berwenang dikedua negara

Pasal 15

Pasal 15 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan dari orang yangmelakukan pekerjaan tidak bebas. Ketentuan Pasal 15 pada OECD Model dan UN Modelsama. Penghasilan dari penduduk suatu yang melakukan pekerjaan tidak bebas hanyaakan dikenakan pajak di negara itu, kecuali jika pekerjaan itu dilakukan di negara lain,penghasilan yang diperolehnya dari negara lain tersebut dapat dikenakan pajak dinegara lain itu. Meskipun demikian, penghasilan yang diperoleh penduduk suatu

Page 9: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

negarasehubungan dengan pekerjaannya di negara lain hanya akan dikenakan pajak di negarapertama apabila:

1.orang tersebut berada di negara lain itu dalam jangka waktu tidak lebih dari 183hari dalam tahun kalender yang bersangkutan, dan

2.penghasilan tersebut dibayar oleh atau atas nama pemberi kerja yang bukanmerupakan penduduk negara lain itu, dan

3.penghasilan tersebut tidak menjadi beban suatu BUT atau tempat tertentu yangdimiliki oleh pemberi kerja di negara lain itu.Penghasilan yang diterima seseorang sehubungan dengan pekerjaan sebagaiawak kapal atau pesawat udara yang dioperasikan dalam lalulintas internasional olehperusahaan di suatu negara, akan dikenakan pajak di negara itu.

Pasal 16

Pasal 16 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan yang diterimadirektur. Penghasilan yang diterima oleh penduduk suatu negara yang menjadi anggotadewan direksi pada suatu perusahaan di negara lain, dapat dikenakan pajak di negaralain. Untuk remunerasi yang diterima penduduk suatu negara dari perusahaan di negaralain sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari yang bersifatketatalaksanaan atau teknis, dapat dikenakan pajak di negara lain itu sesuai denganketentuan-ketentuan Pasal 15. Pasal 16 ini lebih condong kepada UN Model karena pada Tax Treaty ini terdapat ketentuan yang mengatur mengenai pemajakan atas penghasilanyang diterima olehTop-Level Managerial Officials.

Pasal 17

Pasal 17 ini mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan yang diterima olehartis dan atlet. Penghasilan yang diterima artis dan atlet dari suatu negara atas kegiatanpersonal mereka di negara lain, dapat dikenakan pajak di negara lain tersebut.Namun, jika penghasilan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh artis atauatlet jatuhnya bukan kepada mereka sendiri tetapi kepada pihak lain, maka penghasilanitu dapat dikenakan pajak di negara di mana mereka melakukan kegiatan-kegiatan.Pasal 17 pada OECD Model dan UN Model sama, oleh karena itu Pasal 17 pada Tax Treaty ini mirip dengan kedua model di atas. Namun, pada Tax Treaty ini terdapatketentuan tambahan, yaitu bahwa ketentuan ayat 1 dan ayat 2 pasal ini tidak berlakuterhadap penghasilan yang diterima oleh artis dan atlet dari kegiatan-kegiatan yangdilakukan di suatu negara, yang berhubungan dengan program khusus pertukarankebudayaan yang telah disepakati kedua negara atau yang sepenuhnya dibiayai olehdana-dana pemerintah dari negara lainnya, termasuk dana Pemerintah Daerah/Lokalatau badan-badannya. Ketentuan-ketentuan di atas juga tidak berlaku terhadappenghasilan yang diterima dari kegiatan-kegiatan pertukaran kebudayaan tersebut diatas oleh organisasi yang tidak mencari keuntungan, asalkan penghasilan itu tidak untukdibayarkan atau tidak untuk keuntungan para pemilik, anggota, atau pemegang saham,dan organisasi tersebut telah disahkan sebagai memenuhi syarat ketentuan ini olehpejabat yang berwenang di negara lain itu.

Pasal 18

Page 10: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Pasal 18 mengatur mengenai pemajakan atas pensiun dan tunjangan hati tua.Pensiun dan pembayaran sejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk suatunegara akibat dari hubungan kerja masa lalu, hanya akan dikenakan pajak di negara itu.Pasal 18 pada Tax Treaty ini sesuai dengan UN Model Alternatif A karena terdapatketentuan yang mengatur mengenai pensiun jaminan sosial yang dibayarkan oleh suatubadan jaminan sosial dari suatu negara. Pensiun jaminan sosial itu hanya akan dikenakanpajak di negara itu.

Pasal 19

Pasal 19 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan pegawai pemerintah(pegawai negeri). Ketentuan Pasal 19 pada OECD Model dan UN Model sama. Pasal 19pada Tax Treaty 

ini mirip dengan OECD Model dan UN Model dengan sedikit perubahankata-kata. Penghasilan selain pensiun dari pegawai pemerintah suatu negara yangbekerja di negara lain hanya akan dikenakan pajak di negara pertama. Akan tetapi,penghasilan tersebut hanya akan dikenakan pajak di negara lainnya jika orang tersebutmerupakan warganegara dari negara lain itu atau tidak merupakan penduduk negaralain itu karena semata-mata bermaksud untuk memberikan jasa-jasa.Pensiun dari pegawai pemerintah suatu negara yang bekerja di negara lain yangdibayarkan oleh atau dari dana-dana yang diadakan oleh suatu negara atau PemerintahDaerah/Lokal kepada seseorang sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepadanegara atau Pemerintah daerah/Lokal itu hanya akan dikenakan pajak di negarapertama. Pensiun hanya akan dikenakan pajak di negara lainnya jika orang tersebutmerupakan penduduk dan warganegara dari negara lain tersebut.

Pasal 20

Pasal 20 mengatur mengenai pemajakan atas penghasilan dari profesor (gurubesar) dan guru. Ketentuan Pasal 20 ini tidak terdapat baik pada OECD ModelmaupunUN Model. Penghasilan yang diterima oleh profesor dan guru yang merupakanpenduduk suatu negara yang melakukan kunjungan ke negara lain dengan maksudmelakukan kegiatan mengajar atau melaksanakan studi lanjutan atau penelitian di suatuuniversitas, perguruan tinggi, sekolah atau lembaga pendidikan lainnyadalam jangkawaktu tidak melebihi 2 tahun, hanya akan dikenakan pajak di negara pertama.Penghasilan ini termasuk pengiriman pengiriman uang dari negara manapun yangmemungkinkan guru besar atau guru tersebut melaksanakan maksud di atas.

Pasal 21

Pasal 21 mengatur mengenai pemajakan atas pelajar dan peserta latihan.Ketentuan Pasal 21 ini sesuai dengan OECD Model dan UN Model (OECD Model dan UNModel sama) dengan beberapa ketentuan tambahan. Penghasilan dari pelajar dari suatu negara yang belajar di perguruan tinggi negara lain untuk jangka waktu tidak melebihi 5tahun sejak tanggal kedatangannya, akan dibebaskan dari pengenaan pajak di negaralain itu, dengan syarat:1.

 

penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri gunakeperluan hidup atau pendidikannya2.

 

Page 11: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

setiap penghasilan yang tidak melebihi US$1,800 dalam satu tahun kalenderkarena pemberian jasa-jasa perorangan yang dilakukan di Negara lain itusebagai tambahan dana baginya untuk keperluan hidup dan pendidikantersebut.Untuk penghasilan dari peserta latihan dari suatu negara yang semata-matasebagai peserta latihan dengan maksud untuk memperoleh pengalaman di bidangteknik, keahlian, atau usaha di negara lain untuk jangka waktu tidak melebihi 2 tahunsejak tanggal kedatangannya, akan dibebaskan dari pajak, dengan syarat:1.

 

penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri gunakeperluan hidup atau latihannya2.

 

setiap penghasilan yang tidak melebihi US$3,600 dalam satu tahun kalenderkarena pemberian jasa yang mempunyai kaitan dengan latihannya atau sebagaitambahan dana baginya.Sedangkan untuk penghasilan dari penduduk dari suatu negara yang semata-mata untuk tujuan melakukan studi, riset, atau latihan sebagai penerima bantuan,tunjangan, atau sumbangan dari suatu organisasi keilmuan, pendidikan, agama, atausosial atau berdasarkan program bantuan teknik antara kedua negara, di negara lainuntuk jangka waktu tidak melebihi 2 tahun sejak tanggal kedatangannya, akandibebaskan dari pajak, dengan syarat:1.

 

penghasilan tersebut merupakan jumlah bantuan, tunjangan,atau sumbanganitu2.

 

penghasilan tersebut merupakan pengiriman uang dari luar negeri gunakeperluan hidup pendidikan atau latihan3.

 

setiap penghasilan karena pemberian jasa-jasa perorangan yang dilakukan dinegara lain itu, asalkan pemberian jasa-jasa tersebut mempunyai kaitan denganstudi, riset, latihannya atau sebagai tambahan dana baginya.

Penentuan batas waktu untuk pelajar, peserta latihan, dan periset/penerimabantuan dapat ditinjau kembali melalui kesepakatan antara pejabat yang berwenang dikedua negara.

Pasal 22

Pasal 22 mengenai pemajakan atas penghasilan lain-lain. Penghasilan lain-lainadalah penghasilan yang tidak disebut secara tegas dalam

Tax Treaty 

ini. Ketentuanpada OECD Model maupun pada UN Model untuk pemajakan atas penghasilan lain-lainini sebenarnya sama, yaitu hanya akan dikenakan pajak di negara domisili.

Tax Treaty 

Page 12: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

ini juga mengadopsi ketentuan tersebut, tetapi dengan sedikit tambahan bahwa jikapenghasilan lain-lain penduduk dari suatu negara diterima dari sumber-sumber yangberada di negara lain, maka penghasilan tersebut juga dapat dikenakan pajak di negaralain itu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan negara tersebut.

Pasal 23

Pasal 23 mengatur mengenai penghindaran pajak berganda. Baik pada OECDModel maupun pada UN Model, terdapat 2 cara untuk menghindari pajak berganda,yaitu

exemption method 

dan

credit method 

.

Tax Treaty 

ini menggunakan

credit method 

,meskipun kata-kata yang digunakan pada

Tax Treaty 

ini tidak sama persis dengan kata-kata pada OECD Model dan UN Model. Jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarpenduduk suatu negara di negara lain akan diperkenankan untuk diperhitungkanterhadap pajak yang terutang oleh penduduk di negara pertama tersebut.

Pasal 24

Pasal 24 mengatur mengenai non diskriminasi. Ketentuan pada OECD Model danUN Model adalah sama. Pasal 24 pada

Tax Treaty 

ini mengadopsi ketentuan pada OECDModel dan UN Model dengan sedikit perubahan. Pertama,tidak ada ketentuan yangmengatur mengenai orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan (

stateless persons

). Kedua, terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa tidak ada yangterkandung dalam pasal ini akan diartikan dengan maksud mencegah salah satu Negara

untuk membatasi kepada warga negaranya menikmati fasilitas pajak dan fasilitas khususlainnya yang diberikan dalam rangka program pembangunan ekonomi.Ketiga,pengertian pajak pada pasal ini hanyalah pajak-pajak yang diatur pada

Tax Treaty 

ini.

Page 13: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Pasal 25

Pasal 25 mengatur mengenai prosedur kesepakatan bersama (mutual agreement ). Ketentuan Pasal 25 ini lebih condong kepada UN Model karena tidakterdapat ketentuan yang menyatakan jika pejabat yang berwenang tidak mampumencapai kesepakatan dalam penyelesaian suatu kasus, orang yang mengajukan kasustersebut dapat mengajukan kasus tersebut ke arbitrase. Meskipun demikian, terdapatbeberapa perbedaan antara UN Model dan

Tax Treaty 

ini. Pertama, kasus harus diajukankepada pejabat yang berwenang dalam jangka waktu 2 tahun sejak pemberitahuanpertama dari tindakan yang menimbulkan pengenaan pajak yang tidak sesuai denganketentuan-ketentuan

tax Treaty 

ini. Pada UN Model, tidak ada ketentuan yang mengaturbatas waktu ini.Kedua, terdapat ketentuan mengenai daluwarsa utang pajak akibatpermasalahan/kasus yang menyebabkan perlu diadakan kesepakatan bersama (

mutual agreement 

). Daluwarsa utang pajak itu sesuai dengan undang-undang masing-masingnegara, tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun sejak akhir masa pajak di mana penghasilanyang bersangkutan diterima/diperoleh. Pada UN Model, tidak ada ketentuan yangmengatur batas waktu ini.Ketiga, ketentuan pada Pasal 25 ayat 4 UN Model tidak digunakan pada

Tax Treaty 

ini.

Pasal 26

Pasal 26 mengatur mengenai pertukaran informasi. Ketentuan pada

Tax Treaty 

ini lebih condong kepada UN Model karena tidak terdapat kewajiban suatu negara untukmemberikan atau membantu mencari informasi kepada negara lain, meskipun negaratersebut tidak memerlukan informasi tersebut untuk tujuan perpajakannya. Selain itu,tidak terdapat ketentuan yang membuat suatu negara tidak dapat menolak untuk memberikan informasi karena informasi tersebut tersimpan di bank atau lembagakeuangan lainnya. Akan tetapi, terdapat ketentuan tambahan pada

Tax Treaty 

ini, yaitupertukaran informasi dapat dilakukan secara rutin ataupun karena permintaan yangberkenaan dengan masalah-masalah khusus. Untuk pertukaran informasi rutin, pejabatberwenang dari kedua negara dapat membuat persetujuan daftar informasiyang akandiberikan secara rutin.

Pasal 27

Pasal 27 mengatur mengenai bantuan penagihan.Ketentuan ini hanya ada padaOECD Model dan tidak ada pada UN Model.

Page 14: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Tax Treaty 

ini mengadopsi ketentuan padaOECD Model, tetapi tidak semuanya.

Tax Treaty 

ini hanya mengadopsi ketentuan padaPasal 27 ayat 8a OECD Model, yang artinya kira-kira bahwa pasal ini sama sekali tidakakan ditafsirkan sebagai meletakkan kewajiban kepada suatu negara untukmelaksanakan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan undang-undang ataupraktek administrasi dari salah satu negara berkenaan dengan penagihan pajak-pajaknyasendiri.

Pasal 28

Pasal 28 mengatur mengenai perlakuan perpajakan kepada pejabat diplomatikdan konsulat. Tidak ada ketentuan pada persetujuan ini yang akan mempengaruhi hak-hak khusus di bidang fiskal dari para pejabat diplomatik dan konsulatberdasarkanperaturan umum dari hukum internasional atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dariperjanjian-perjanjian khusus. Ketentuan ini sama dengan OECD Model maupun UNModel.

Pasal 29

Pasal 29 mengatur mengenai peraturan lain-lain. Ketentuan ini tidak terdapatbaik pada OECD Model maupun UN Model. Isi Pasal 29

Tax Treaty 

ini kira-kira sebagaiberikut:

 

 

I Gede Yudi Henrayana (2-A/23) Page 17

1.

 

Ketentuan-ketentuan

Tax Treaty 

ini tidak akan ditafsirkan sebagai membatasisetiap cara pengecualian, pembebasan, pengurangan, kredit pajak, ataukelonggaran lainnya yang ada sekarang maupun masa mendatang yangdiberikan:a.

 

oleh undang-undang dari salah satu Negara dalam penentuan pajak yangdikenakan oleh Negara itu; ataub.

 

oleh setiap aturan khusus lainya mengenai perpajakan sehubungan dengankerjasama ekonomi atau tehnik antara kedua Negara.2.

Page 15: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

 

Tidak ada satu ketentuan pun dalam hal

Tax Treaty 

ini akan ditafsirkan untukmencegah Philipina mengenakan pajak terhadap warganegaranya yang sedangbertempat tinggal di Indonesia, menurut perundang-undangan nasionalnya.Namun demikian pajak yang dibayar karenanya tidak akan diperhitungkan.3.

 

Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua negara dapat langsungberhubungan satu sama lain, dengan tujuan untuk dapat menerapkan

Tax Treaty 

ini.

Pasal 30

 

Pasal 30 mengatur mengenai saat berlakunya

Tax Treaty 

ini. Ketentuan ini samabaik pada OECD Model maupun UN Model. Pasal 30

Tax Treaty 

ini mirip dengan keduamodel tersebut di atas. Peratifikasian dan pertukaran instrumen ratifikasi

Tax Treaty 

 

inidilakukan di Jakarta.

Tax Treaty 

ini akan sah berlaku setelah habisnya waktu 30 harisejak tanggal pertukaran instrumen ratifikasi dan ketentuan-ketentuan

Tax Treaty 

iniakan mengikat kedua negara:a.

 

dalam hal pajak-pajak dipungut pada sumbernya, atas jumlah yang dibayarkankepada bukan penduduk pada atau setelah 1 Januari tahun kalender berikutnyasetelah dilakukan pertukaran instrumen ratifikasi; danb.

 

Page 16: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

dalam hal pajak-pajak lainnya, untuk tahun-tahun pengenaan pajak mulai padaatau setelah 1 Januari tahun kalender berikutnya setelah dilakukan pertukaraninstrumen ratifikasi Pasal 31

Pasal 31 mengatur mengenai saat berakhirnya

Tax Treaty 

ini. Ketentuan ini samabaik pada OECD Model maupun UN Model. Pasal 31

Tax Treaty 

ini mirip dengan keduamodel tersebut di atas.

Tax Treaty 

ini akan tetap berlaku sampai dinyatakan berakhiroleh suatu negara.

Tax Treaty 

ini baru dapat diakhiri setelah tahun ke-5 sejak

Tax Treaty 

 ini berlaku. Salah satu negara menyampaikan pemberitahuan mengenai pengakhiran

Tax Treaty 

ini kepada negara lainnya pada atau sebelum 30 Juni setiap tahun kalendersetelah tahun ke-5 sejak

Tax Treaty 

ini berlaku. Jika hal ini telah dilakukan, maka

Tax Treaty 

ini akan tidak berlaku lagi:a.

 

dalam hal pajak-pajak dipungut pada sumbernya, atas jumlah yang dibayarkankepada bukan penduduk pada atau setelah 1 Januari tahun kalender berikutnyasetelah pemberitahuan disampaikan; danb.

 

dalam hal pajak-pajak lainnya, untuk tahun-tahun pengenaan pajak mulai padaatau setelah 1 Januari tahun kalender berikutnya setelah pemberitahuandisampaikan.

 

 

I Gede Yudi Henrayana (2-A/23) Page 19

Page 17: Perbandingan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Antara Model OECD

Kesimpulan:

Berdasarkan analisis di atas, dapat kita lihat bahwa

Tax Treaty 

antara RepublikIndonesia dengan Republik Philipina lebih condong ke UN Model. Sebagian besar dari

TaTreaty 

ini menggunakan ketentuan yang ada pada UN Model. Hal ini dapat dipahamikarena baik Indonesia maupun Philipina merupakan negara berkembang sehinggabanyak mengadopsi UN Model yang lebih menguntungkan negara berkembang.

Tax Treaty 

antara Republik Indonesia dengan Republik Philipina cukupmenguntungkan Indonesia. Penentuan domisili fiskal didasarkan pada undang-undangpajak domestik, sehingga waktu Indonesia untuk memungut PPh Pasal 26 yang bersifatfinal tidak berkurang. Demikian pula dengan penentuan BUT atas pemberian jasa yangsama dengan UU PPh Indonesia. Meskipun tarif maksimal pada treaty ini untuk dividen,bunga, dan royalti lebih rendah daripada tarif PPh Pasal 26, yaitu sebesar 15%, hal inimasih cukup menguntungkan Indonesia karena tarif maksimum ini tidak lebih rendahdaripada tarif untuk dividen, bunga, dan royalti untuk subjek pajak dalam negeri.