analisis peranan etika bisnis terhadap csr pada pt.freeport indonesia

49
ANALISIS PERANAN ETIKA BISNIS TERHADAP CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. FREEPORT INDONESIA Firman Syah Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ABSTRAKSI Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik publik maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi. Etika diartikan juga sebagai suatu kode organisasi yang menyampaikan integritas moral dan nilai-nilai konsisten dalam jabatan kepada orang banyak/masyarakat. Adanya fenomena neoliberal telah memunculkan adanya etika bisnis ke dalam suatu aktivitas pertanggungjawaban sosial yang dikenal sebagai Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR merupakan komitmen bisnis yang berperan untuk pembangunan ekonomi, mendukung kerjasama antar karyawan dengan pimpinan, menciptakan komunikasi sosial terhadap guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, dengan cara-cara yang baik bagi kegiatan dan pengembangan perusahaan. Dalam pelaksanaannya CSR sangat tergantung dari nilai etika yang dimiliki oleh manajemen persuahaan sebagai pembuat keputusan strategis. Selain itu pelaksanaan CSR masih membutuhkan kontrol yang baik dari pemerintah sebagai stakeholder yang berkuasa membuat regulator. Selain itu masyarakat juga bisa menjadi kontrol yang baik atas pelaksanaan CSR sesuai dengan peraturan yang ada. Keywords: Etika Bisnis, Etika dan Corporate Social Responsibility (CSR) PENDAHULUAN Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) dengan etika bisnis akhir-akhir ini 1 Firman Syah NIM 2009130292

Upload: firman-cakman

Post on 11-Jun-2015

30.031 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

ANALISIS PERANAN ETIKA BISNIS TERHADAP CORPORATE SOSIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. FREEPORT INDONESIA

Firman SyahProgram Pendidikan Profesi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

ABSTRAKSI

Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik publik maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi. Etika diartikan juga sebagai suatu kode organisasi yang menyampaikan integritas moral dan nilai-nilai konsisten dalam jabatan kepada orang banyak/masyarakat. Adanya fenomena neoliberal telah memunculkan adanya etika bisnis ke dalam suatu aktivitas pertanggungjawaban sosial yang dikenal sebagai Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR merupakan komitmen bisnis yang berperan untuk pembangunan ekonomi, mendukung kerjasama antar karyawan dengan pimpinan, menciptakan komunikasi sosial terhadap guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, dengan cara-cara yang baik bagi kegiatan dan pengembangan perusahaan. Dalam pelaksanaannya CSR sangat tergantung dari nilai etika yang dimiliki oleh manajemen persuahaan sebagai pembuat keputusan strategis. Selain itu pelaksanaan CSR masih membutuhkan kontrol yang baik dari pemerintah sebagai stakeholder yang berkuasa membuat regulator. Selain itu masyarakat juga bisa menjadi kontrol yang baik atas pelaksanaan CSR sesuai dengan peraturan yang ada.Keywords: Etika Bisnis, Etika dan Corporate Social Responsibility (CSR)

PENDAHULUAN

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility

(CSR) dengan etika bisnis akhir-akhir ini sangat sering terdengar. Banyak

perusahaan dituntut oleh masyarakat sekitarnya karena telah merusak lingkungan

sekitar perusahaan, merebut kekayaan yang seharusnya menjadi hak bagi

kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Akibat dari semua itu adalah masyarakat

sekitar perusahaan yang menjadi menderita. Banyak kasus yang terjadi terkait

dengan Corporate Sosial Responsibility (CSR).

Beberapa tahun terakhir ada beberapa berita yang mempertanyakan apakah

etika dan bisnis berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lumpur dan

1

Firman Syah NIM 2009130292

Page 2: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo

Brantas. Kedua, obat antinyamuk HIT yang diketahui memakai bahan pestisida

berbahaya yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus Lapindo,

bencana memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan lebih

mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan

dan sosial yang ditimbulkan. Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah

meminta maaf dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf

itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu

terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar

di pasaran. Kondisi lain adalah adanya kondisi masyarakat Irian yang masih

terbelakang, sementara hasil kekayaan yang dimiliki wilayah tersebut diambil

oleh PT. FREEPORT tanpa meningkatkan kesejahterahaan masyarakat sekitarnya.

Atas kasus-kasus itu, perusahaan-perusahaan tersebut terkesan melarikan

diri dari tanggung jawab. Sebelumnya, kita semua dikejutkan dengan pemakaian

formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi

dengan bahan yang sudah berbelatung. Dari kasus-kasus yang disebutkan

sebelumnya, bagaimana perusahaan bersedia melakukan apa saja demi laba.

Wajar bila ada kesimpulan, dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan

hanya sikap baik dan sopan kepada pemegang saham. Harus diakui, kepentingan

utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal bagi shareholders.

Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek dengan segala cara

berupaya melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan keuntungan. Kompetisi

semakin ketat dan konsumen yang kian rewel sering menjadi faktor pemicu

perusahaan mengabaikan etika dalam berbisnis.

Berkaca pada beberapa contoh kasus itu, sudah saatnya kita merenungkan

kembali cara pandang lama yang melihat etika dan bisnis sebagai dua hal berbeda.

Memang beretika dalam bisnis tidak akan memberi keuntungan secara langsung.

Karena itu, para pengusaha dan praktisi bisnis harus belajar untuk berpikir jangka

panjang. Peran masyarakat, terutama melalui pemerintah, badan-badan

pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang kritis amat dibutuhkan untuk

membantu meningkatkan etika bisnis berbagai perusahaan di Indonesia.

2

Firman Syah NIM 2009130292

Page 3: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik publik

maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan organisasi. Kode etik atau yang sejenis tumbuh dari misi,

visi, strategi, dan nilai-nilai organisasi. Kode etik organisasi yang dipikirkan

dengan seksama dan efektif berfungsi sebagai pedoman dalam pengambilan

setiap keputusan organisasi yang etis dengan menyeimbangkan semua

kepentingan yang beragam.

Fenomena neoliberal inilah yang diikuti dengan kemunculan secara paralel

tuntutan masyarakat sipil terhadap tanggung jawab sosial perusahaan atau

Corporate Social Responsibility (CSR). Semakin menguatnya dominasi entitas

bisnis dalam rantai perusahaan yang berada pada regional negara-negara Utara

dan Selatan telah menciptakan tuntutan dan konsekuensi logis agar mereka

memperhatikan hak asasi manusia, hak para pekerja, maupun komitmen terhadap

pelestarian lingkungan hidup.

Tidak mengherankan apabila masyarakat (sebagai stakeholders) menuntut

agar perusahaan lebih memperhatikan keadaan stakeholders daripada

shareholdersnya. Masyarakat telah meningkatkan perhatian dan kepekaan mereka

terhadap seluruh proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan yang kelak hasil

produk tersebut akan mereka konsumsi. Peningkatan perhatian dan kepekaan

masyarakat awam tersebut telah turut memacu pihak pelaku modal untuk

meningkatkan aplikasi CSR mereka. Para pelaku perusahaan, yang biasanya

mendapatkan keistimewaan kekebalan hukum dari negara, sudah tidak dapat

mengelak lagi dari perhatian dan kepekaan masyarakat terhadap dampak negatif

sosial lingkungan yang telah mereka hasilkan selama ini. Malah sebaliknya,

pengalaman membuktikan bahwa keberlanjutan usaha produksi banyak

dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dan aplikasi CSR perusahaan terhadap para

pemangku kepentingan. Riset yang dilakukan oleh Sophia Malkasian (2004)

menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terus hidup adalah perusahaan

yang tidak hanya mengejar keuntungan deviden semata. Saat perusahaan dapat

membina hubungan baik dengan para pemangku kepentingan, mereka akan

mendapatkan perlindungan dan keamanan dalam menjalankan usahanya, ataupun

sebaliknya.

3

Firman Syah NIM 2009130292

Page 4: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Dengan kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan resiprokal (timbal

balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah

pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Dua aspek penting harus

diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan

perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup

masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan

keuntungan (profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan

kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan

pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan/laba perusahaan

semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan

lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar) menganggap

perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak

merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari

beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi

masyarakat atau gejolak sosial seperti kasus yang mengenai PT.FREEPORT

Indonesia. Eksplorasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh PT.FREEPORT

selama bertahun-tahun dan telah menghasilkan triliunan rupiah ke dalam

perusahaan tersebut tidak diimbangi oleh perhatian khusus kepada masyarakat

sekitar pertambangan yang mana masih hidup dalam garis kemiskinan bahkan di

daerah-daerah tertentu masih ditemui kasus penduduk yang meninggal karena

kelaparan.

Dengan kondisi tersebut maka perusahaan perlu membangun konsep

Corporate Social Responsibility (CSR) dalam aktivitas perusahaan.

Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan

memperhatikan aspek finansial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan itulah yang

menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau

tanggung jawab sosial perusahaan. Implementasi CSR merupakan perwujudan

komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada

peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Adanya CSR di Indonesia diatur

dalam Undangundang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal

74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang

4

Firman Syah NIM 2009130292

Page 5: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya

alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b)

menyatakan bahwa ”setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung

jawab sosial perusahaan”.

TINJAUAN TEORI

1. Epistemologi Etika Bisnis

Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219),

Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan);

Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan

secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan

etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya

memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang

memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang

memiliki etika bisnis pasti manajernya dan segenap karyawan memiliki moral

yang baik.

Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Social Responsibility –

Why Giants Fall, menyebutkan:

Ethics is a philosophical term derived from the Greek word “ethos,”

meaning character or custom. This definition is germane to effective

leadership in organizations in that it connotes an organization code

conveying moral integrity and consistent values in service to the public.

(Etika adalah suatu istilah filosofis yang berasal dari Kata Yunani " Etos,"

yang berarti karakter atau kebiasaan. Definisi tersebut berhubungan erat

dengan kepemimpinan yang efektif di dalam suatu organisasi. Hal itu dapat

diartikan juga sebagai suatu kode organisasi yang menyampaikan integritas

moral dan nilai-nilai konsisten dalam jabatan kepada orang

banyak/masyarakat.

5

Firman Syah NIM 2009130292

Page 6: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu:

1. Etika adalah suatu disiplin ilmu yang membedakan apa yang baik dan buruk

berkaitan dengan hutang budi dan kewajiban, dapat juga diartikan sebagai

satuan prinsip moral atau nilai-nilai.

2. Perilaku etis, yaitu suatu yang diterima sebagai moral baik dan kebenaran, dan

lawan dari keburukan atau kesalahan dalam suatu perilaku tertentu.

3. Kesusilaan adalah suatu sistem atau doktrin dari moral yang mengacu pada

prinsip kebenaran dan kesalahan dalam suatu perilaku.Steade et al. (1984:584)

bahwa menunjuk sesuatu secara tepat yang merupakan perilaku bisnis secara

etik bukanlah suatu tugas gampang. Dalam hal ini, beberapa penduduk

menyamakan perilaku secara etik (ethical behavior) dengan perilaku legal

(legal behavior) – yaitu, jika suatu tindakan adalah legal (syah), mereka harus

dapat diterima. Kebanyakan penduduk, termasuk manajer, mengakui bahwa

batas-batas legal pada bisnis harus dipatuhi. Namun, mereka melihat batas-

batas legal ini sebagai suatu titik pemberangkatan untuk perilaku bisnis dan

tindakan manajerial. Secara nyata, perilaku bisnis beretika merefleksikan

hukum ditambah tindakan etika masyarakat, moral (kesusilaan), dan nilia-nilai

seperti digambarkan pada Gambar 1. Pada gilirannya formulasi hukum

mengikuti suatu tindak-tanduk etika masyarakat dan hasilnya secara per lahan

muncul dua, yaitu adanya suatu hubungan ”give-and take” antara apa yang

”legal” dan apa yang ”cara etik”.

Gambar 1Elemen-Elemen Perilaku Bisnis Beretika[Sumber: Steade et al.

(1984: 584)]Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan

”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata

etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah

6

Firman Syah NIM 2009130292

SOCIALACCEPTABLE

OR“ETHICAL”BUSINESSBEHAVIOR

LEGALBEHAVIOR=

BEHAVIORGOVERNED BY

SOCIETAL:• VALUES• MORALS• ETHICS

(WHICH ARERESUMED ALSOTO BE LEGAL)

+

Page 7: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat,

akuntan) dan lain-lain. Disni ditekankan pada etika sebagai objek perilaku

manusia dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai

aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima

masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk (bad)”. Catatan tanda kutip pada

kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan

buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Akhirnya, keputusan bahwa

manajer membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah

keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini

merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan

masyarakat. Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan

main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam

praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas

bisnis yang dijalankan.Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak

lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai

hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok,

pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain (Dalimunthe, dalam Komenaung

(2005)).Etika dan moral (moralitas) sering digunakan secara bergantian dan

dipertukarkan karena memiliki arti yang mirip. Ini mungkin karena kata Greek

ethos dari mana ”ethics” berasal dan kata latin mores dari mana ”morals”

diturunkan keduanya artinya kebiasaan (habit) atau custom (adat). Namun

moral (morals) berbeda dari etika (ethics), yang mana di dalam moralitas

terkandung suatu elemenelemen normatif yang tidak dapat dielakkan/dihindari

(inevitable normative elements). Dengan demikian, moral berhubungan dengan

pembicaraan tidak hanya apa yang dikerjakan, tapi juga apa masyarakat

seharusnya dikerjakan dan dipercaya. Elemen-elemen normatif ini, atau

”keharusan (oughtness)”, konflik dengan aspek-aspek perubahan etika bisnis.

Nilai-nilai (values) adalah standar kultural dari perilaku yang diputuskan

sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar tujuan.

Dengan demikian, pelaku bisnis menggunakan nilai-nilai dalam pembuatan

keputusan secara etik apakah mereka menyadarinya atau tidak. Semakin lama,

7

Firman Syah NIM 2009130292

Page 8: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

manajer bisnis ditantang meningkatkan sensitivitas mereka terhadap

permasalahan etika. Mereka menekankan pada evaluasi secara kritis prioritas

nilai-nilai mereka untuk melihat bagaimana ini pantas dengan realitas dan

harapan organisasi dan masyarakat.Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis

agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus

ditempuh?. Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan

segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi

pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi

pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.

Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan

kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark

up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak

memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan

segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma

yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik

etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat

dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat

bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang

bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi

berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang

nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu

menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang

melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta

perkembangan dibidang ekonomi.

Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu

kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang

tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha

belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya

8

Firman Syah NIM 2009130292

Page 9: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya

pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional

terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil

hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak

memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga. Perilaku etik

penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup

makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perspektif Makro. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market

system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam

mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market

system untuk dapat efektif, yaitu: (a) Hak memiliki dan mengelola properti

swasta; (b) Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c)

Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa Jika salah

satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal

ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan

sistem secara makro.

Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro :

1. Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan

memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan.

2. Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan

ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam

bisnis.

3. Deceptive information

4. Pecurian dan penggelapan

5. Unfair discrimination.

2. Perspektif Bisnis Mikro. Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan

kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana

supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis

yang akan berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya

untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan

bisnis dapat terjaga dengan baik.

9

Firman Syah NIM 2009130292

Page 10: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan

dasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis cenderung berfokus pada

etika terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai

acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Prinsip konsekuensi

(Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada

konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak

berdasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut; (2) Prinsip tidak

konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian

peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan

etik dan berdasarkan alas an bukan akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu

menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak

saling melanggar hak orang lain; (b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang

biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran, dan kesamaan.

Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan

distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan

beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya

terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan,

pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban

social; (2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution

(ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab

atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut

dilakukan atas paksaan pihak lain; dan (3) Keadilan kompensatoris, yaitu

keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi

yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus

kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian,

misalnya kehilangan nyawa manusia.

Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan

kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan

kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang

bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang

menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai

rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan

10

Firman Syah NIM 2009130292

Page 11: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct)

yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu

harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta

kelompok yang terkait lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika

dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik

pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu

pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang

mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan

menyetujui adanya moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis

tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika

didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak

lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu

aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengendalian Diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka

masingmasing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam

bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan

keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan

menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh

merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus

memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik".

b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan

hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan

lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh

pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya

excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis

dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang

berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus

mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab

11

Firman Syah NIM 2009130292

Page 12: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk

kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan,

kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.

c. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh

pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha

menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti

perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus

dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan

tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan

teknologi.

d. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,

tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus

terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah

kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu

memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam

menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam

dunia bisnis tersebut.

e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat

sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.

Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan

dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan

lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan

kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

f. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan

Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak

akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala

bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang

mencemarkan nama bangsa dan negara.

12

Firman Syah NIM 2009130292

Page 13: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

g. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit

(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan

"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang

salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan

"komisi" kepada pihak yang terkait.

h. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha

Untu menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling

percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha

lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan

pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan

itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya

memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan

berkiprah dalam dunia bisnis.

i. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana

apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.

Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada

"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk

melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika

bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.

j. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa

Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha

menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas

semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

k. Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang

menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin

kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap

pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika

saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi

13

Firman Syah NIM 2009130292

Page 14: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan

adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk

melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi.

2. Kaitan etika bisnis dengan Corporate Governance

Menurut Komite Cadburry yang dikutip Daniri (2005:6) Corporate

governance adalah: “Prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan

agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan

dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya,

dan stakeholders pada umumnya”. Dalam hal ini yang dimaksudkan untuk

mengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang

berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.

Pengertian Corporate Governance berdasarkan Keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara, Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 yang dikutip Prasetyono

dan Kompyurini (2007), adalah: Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

organisasi BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang

dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan

peraturan perudangan dan nilai-nilai etika.

Darmadji dan Fakhruddin (2001:74) menyatakan bahwa prinsip-prinsip

good corporate governance adalah:

1. Fairness bagi pemegang saham minoritas, yaitu dalam rangka melindungi

dari kecurangan, atau praktik-praktik insider yang merugikan.

2. Transparency melalui peningkatan disclosure dengan cara penyampaian

informasi kinerja perusahaan yang akurat dan tepat waktu.

3. Accountability manajemen melalui pengawasan efektif yang mendasarkan

pada keseimbangan kekuasaan antara direksi, pemegang saham, komisaris,

dan auditor.

4. Responsibility (tanggung jawab) perusahaan sebagai bagian dari masyarakat

wajib mematuhi hukum dan undang-undang yang berlaku.

Menurut Daniri (2005:9) prinsip-prinsip dasar good corporate governance

meliputi:

14

Firman Syah NIM 2009130292

Page 15: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

1. Transparency (keterbukaan informasi)

Transparansi diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi

tersebut, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan

tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

tersebut. Manfaat yang diperoleh dari transparasi tersebut adalah: (1)

Stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam

melakukan transaksi dengan perusahaan. (2) Kinerja perusahaan dapat

diperbandingkan, sehingga dapat menimbulkan efisiensi pasar. (3)

Terhindarnya benturan antar berbagai pihak yang berkepentingan.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Accountability adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan

perusahaan terlaksana secara efektif. Manfaat yang diperoleh dari penerapan

akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang,

dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta

direksi. Dengan adanya kejelasan ini, maka perusahaan akan terhindar dari

kondisi agency problem (benturan kepentingan peran).

3. Responsibilitas (Pertanggungjawaban)

Responsibilitas adalah kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku disini termasuk pajak,

hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup. Penerapan prinsip ini

diharapkan membuat perusahaan menyadari dampak eksternalitas bersifat

negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Dan membantu pemerintah

mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada

masyarakat.

4. Independency (Kemandirian)

15

Firman Syah NIM 2009130292

Page 16: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Independency merupakan prinsip penting dalam GCG di Indonesia.

Independency merupakan suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Untuk meningkatkan

independensi dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan hendaknya

mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktik di tingkat

corporate board, terutama di tingkat dewan komisaris dan direksi yang oleh

undang-undang didaulat untuk mengurus perusahaan dengan sebaik-

baiknya.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Fairness merupakan perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi

hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku. Fairness mencakup adanya kejelasan hak-hak

pemodal, sistem hukum dan penegakkan peraturan untuk melindungi hak-

hak investor khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk

kecurangan. Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola

secara baik dan hati-hati (prudent) sehingga muncul perlindungan

pemegang saham secara jujur dan adil, maupun beragam kepentingan dalam

perusahaan. Prinsip Fairness menurut Organization for Economic

Coorperation and Development (OECD) dalam Daniri (2005:13)

diterjemahkan dalam enam aspek berikut ini:

a. Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate

governance, untuk mendukung terciptanya pasar yang transparan dan efisien

sejalan dengan ketentuan perudangan.

b. Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan. Hak-hak pemegang

saham harus dilindungi dan difasilitasi.

c. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham. Seluruh pemegang

saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing

harus diperlakukan setara.

d. Peran stakeholders dalam corporate governance. Hak-hak para pemangku

kepentingan (stakeholders) harus diakui sesuai peraturan perundangan yang

16

Firman Syah NIM 2009130292

Page 17: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

berlaku dan kontral kerjasama aktif antara perusahaan dan para stakeholders

harus dikembangkan dalam upaya bersama menciptakan aset, pekerjaan, dan

kelangsungan perusahaan.

e. Disclosure dan transparansi. Merupakan Pengungkapan yang tepat waktu

dan akurat mengenai segala aspek material perusahaan, termasuk situasi

keuangan, kinerja, kepemilikan dan governance perusahaan.

f. Tanggung jawab pengurus perusahaan (Corporate boards). Pengawasan

dewan komisaris terhadap pengelolaan perusahaan oleh direksi harus

berjalan efektif, disertai adanya tuntutan starategik terhadap manajemen,

serta akuntabilitas dan loyalitas direksi dan dewan komisaris terhadap

perusahaan dan pemegang saham.

Dalam menjalankan Good Corporate Governance (GCG) ada tiga pilar yang

yang harus ditegakkan. Ketiga pilar tersebut menurut Binhadi (2007) adalah

negara, dunia usaha, dan masyarakat.

1. Sistem politik yang sehat dapat menghasilkan penyelenggara negara yang

berkualitas dan berintegritas, sehingga negara harus menciptakan sistem

politik yang sehat. Hanya dengan cara demikian, penyusunan dan

pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik serta

penegakan hukum secara konsisten dapat tercipta.

2. Dunia usaha harus bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan

kepatuhan dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan. Dengan

melaksanakan etika bisnis dan peraturan perundang-undangan, dunia usaha

juga diharapkan dapat mencegah terjadinya KKN. Tugas lain dari dunia

usaha adalah meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pila kerja

perusahaan yang didasarkan pada asas GCG secara berkesinambungan.

Perusahaan harus dapat menampung informasi tentang penyimpangan yang

terjadi pada perusahaan dan untuk itu perlu dilaksanakan fungsi

ombudsman.

3. Masyarakat sebagai pilar ketiga mempunyai peranan untuk melakukan

kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap

kualitas pelayanan masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta

terhadap kegiatan dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha.

17

Firman Syah NIM 2009130292

Page 18: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Uraian di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan corporate governance

dalam suatu perusahaan menuntut diterapkannya etika bisnis sehingga menjamin

adanya keseimbangan dari seluruh kepentingan kelompok para pemegang saham

(share holder), dewan komisaris manajemen maupun kelompok lain yang juga

memiliki kepentingan dengan perusahaan (stakeholder). Etika bisnis akan

memberikan suatu batasan antara yang baik dan yang buruk di setiap aktivitas

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu penciptaan profit. Etika

bisnis juga akan meningkatkan tanggung jawab perusahaan terhadap share holder

dan stakeholder, sehingga eksistensi perusahaan tetap dapat dilaksanakan. Disisi

lain stakeholder berfungsi sebagai kontrol atas pelaksanaan GCG yang

dilaksanakan perusahaan.

3. CSR

Pada sesi sebelumnya telah disebutkan salah satu factor yang harus

diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis harus diciptakan tanggung jawab

social, yang mana tanggung jawab social bagi perusahaan dilakukan dengan

program Corporate Sosial Responsibility (CSR). Bank Dunia dalam Endro

Sampurna (2007) mempunyai definisi CSR sebagai berikut:

“CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic

development working with employees andtheir representative, the local

community and society at large to improve quality of life, in ways that are

both good forbusiness and good for development.” (CSR merupakan

komitmen bisnis yang berperan untuk pembangunan ekonomi, mendukung

kerjasana antar karyawan dengan pimpinan, menciptakan komunikasi social

terhadap guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, dengan

cara-cara yang baik bagi kegiatan dan pengembangan perusahaan).

Menurut Canadian Business for Social Responsibility dalam Roida (2008),

CSR didefinisikan sebagai: “A company’s commitment to operating in an

economically and environmentally sustainable manner; at the same time,

recognize the interests of its stakeholders.” (komitmen perusahaan untuk

beroperasi secara ekonomis dan mendukung lingkungan, dan pada waktu yang

sama memperhatikan kepentingan stakeholders).

18

Firman Syah NIM 2009130292

Page 19: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Berdasarkan definisi tersebut menunjukkan CSR disusun sebagai komitmen

perusahaan untuk menciptakan komunikasi sosial, antara manajemen perusahaan

dengan share holder, dan juga stakeholder sehingga kegiatan perusahaan dapat

berjalan dengan baik. Definisi tersebut mengindikasikan bahwa disusunnya CSR

masih menunjukkan adanya cela yaitu ditujukan untuk terciptanya eksistensi

perusahaan di masa yang akan datang. Untuk itu dijelaskan definisi CSR oleh

Bateman dan Snell (2002) sebagai:

’...set of corporateactions that positively affects an identifiable social

stakeholder’s interest and does not violate the legitimate claims of another

identifiable social stakeholder (in long run)’. (satuan kegiatan perusahaan

yang secara positif mengidentifikasi kebutuhan sosial stakeholder dan tidak

melanggar aturan dari sosial stakeholder dalam jangka panjang)

Sedangkan CSiR didefinisikan sebagai ‘…the set of corporate actions that

negatively affects an identifiable social stakeholder’s legitimate claims (in

long run)’. (satuan tindakan perusahaan yang secara negative mempengaruhi

sosial stakeholder dalam jangka panjang)

Dari definisi tersebut semakin diperjelas bahwa aktivitas CSR yang

dilakukan oleh suatu perusahaan tidak boleh melanggar peraturan/undang-undang

yang berlaku terhadap sosial stakeholder. Dengan demikian pelaksanaan CSR

memerlukan tindakan aktif dari pemerintah untuk sebagai regulator untuk

melindungi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, seperti

masyarakat sekitarnya. Sedangkan penilain perusahaan sudah menjalankan CSR

atau CSiR sangat tergantung pada seberapa banyak program yang dijalankan

perusahaan yang dianggap berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat.

Pelaksanaan CSR dalam sutau organisasi atau perusahaan masih belum

benar-benar dilakukan didasarkan pada tanggun jawab sosial perusahaan. Carroll

(1981)menyatakan: isu social responsibility dikenali dengan melakukan beberapa

tanggung jawab sosial dan etika bisnis pada aktivitas organisasi, yang selanjutnya

berpengaruh pada pembuatan keputusan manajer. Kebijakan ini bagaimanapun

masih menjadi perdepatan bagi organisasi untuk melanjutkan kegiatan tersebut

atau tidak, karena hal tersebut memang benar-benar-benar aktivitas social

responsibility atau hanya untuk kepentingan organisasi. Urian tersebut

19

Firman Syah NIM 2009130292

Page 20: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

menunjukkan bahwa perusahaan-dalam menjalankan CSR masih dikaitkan dengan

kepentingan-kepentingan perusahaan, seperti kelangsungan dan perkembangan

perusahaan.

5. Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Perusahaan

A.B Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6

(enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.

1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang

diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan CSR secara konsisten

akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari

aktivitas yang dijalankan. CSR akan mengangat citra perusahaan, yang

dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.

2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan

meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Sebagai contoh

adalah sebuah perusahaan produsen consumer goods yang beberapa waktu

yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan berbahaya dalam produknya.

Namun karen aperusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menjalankan

CSR-nya maka masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga relatif

tidak mempengaruhi aktivitas dn kinerjanya.

3. keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga

bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara

konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Kebanggaaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas sehingga

mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan

perusahaan.

4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan

mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya.

Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang berkontribusi terhadap

lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih.

20

Firman Syah NIM 2009130292

Page 21: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

5. meningkatnya penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang

dihasilkan oleh perusahaan yang secara konsiten menjalankan CSRnya

sehingga memiliki reputasi yang baik.

6. insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan

khusus lainnya.

6. Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social Responsibility

Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik

tertentu yang dianggap terbaik, setiap perusahaan memiliki karakteristik dan

situais yang unik yang berpengaruh terhadap tanggung jawab sosialnya. Model

atau pola CSR yang umum diterapkan di Indonesia menurut Susiloadi (2008)

adalah:

1. CSR bisa dilaksankan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan

menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri

kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat

seniornya, seperti corproate secretary atau public affair manager atau menjadi

bagian dari tugas divisi human resource development atau public relations.

2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik

perusahaan atau garoupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi

sosial sendiri di bawah perusahaan atau groupnya yang dibentuk terpisah dari

organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke dewan

direkai. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju.

Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang

dapat digunakan untuk operasional yayasan.

3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama

atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui

kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga

konsultan baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan

sosialnya.

4. beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara

bersama-sama menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi

21

Firman Syah NIM 2009130292

Page 22: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan

sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan

yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai

kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan

pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan

deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan

antarfenomena yang diamati. Dengan menggunakan logika ilmiah. (Azwar, 2007).

Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data penelitian

yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media perantara/diperoleh

dan dicatat atau oleh pihak lain (Silalahi, 2003). Data sekunder yang digunakan

diperoleh dari data-data yang dipublikasikan dan literatur-literatur yang

mendukung penelitian ini. Obyek penelitian ini adalah PT. Freeport Indonesia.

Adapun teknik analisis dilakukan sejak pengumpulan data dengan tahapan

sebagai berikut. Pertama peneliti melakukan reduksi data. Proses ini dilakukan

dengna melakukan penyederhaan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis saat pengumpulan data dari literatur atau internet. Kedua peneliti

melakukan analisis domain. Analisis domain merupakan aktivitas untuk

mengkategorikan berbagai ungkapan, sikap dan tindakan informan, serta

fenomena-fenomena yang ditemukan dari data sekunder yang diperoleh. Ketiga

adalah penarikan kesimpulan, verifikasi dan refleksi. Pada proses ini peneliti

melakukan interpretasi terhadap manka dari berbagi bahan empirik yang telah

dikumpulkan dan dikategorisasikan secara tematik sebagaimana disebutkan di

atas.

HASIL PENELITIAN

Sekilas Sejarah Perusahaan

22

Firman Syah NIM 2009130292

Page 23: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

PT.FREEPORT Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan

pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport Mc MoRan Copper &

Gold Inc. PT. Freeport Indonesia merupakan penghasil terbesar konstrat tembaga

dari bijih mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah yang berarti.

Awal berdirinya PT.FREEPORT Indonesia (PTFI) bermula saat seorang

manajer eksplorasi Freeport Minerals Company: Forbes Wilson, melakukan

ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang

ditemukannya Ertsberg (Gunung Bijih), sebuah cadangan mineral, oleh seorang

geolog Belanda; Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936. setelah ditandanganinya

kontrak karya pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April 1967, Konstruksi

skala besar dimulai bulan Mei 1972. Setelah para geolog menemukan cadangan

kelas duni Grasberg pada tahun 1988, operasi PTFI menjadi salah satu proyek

tambang tembaga/emas terbesar di dunia. Di akhir tahun 1991, Kontrak Karya

kedua ditandangani dan PTFI diberikan hak oleh Pemerintah Indonesia untuk

meneruskan operasinya selama 30 tahun

PTFI merupakan salah salah satu pembayar pajak terbesar bagi Negara

Indonesia. Sejak tahun 1992 sampai 2005, manfaat langsung dari operasi

perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk dividen, royalti dan pajak mencapai

sekitar 3,9 milliar dolar AS. Selain itu PTFI juga telah memberikan manfaat tidak

langsung dalam bentuk upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam neger,

pembelian barna gdan jasa, serta pembangunan daerah dan donasi. Dalam tahun

2005 PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7

miliar pon tembaga gan 3,4 juta ons emas.

PTFI (PT.FREEPORT) Company memiliki visi untuk menjadi tambang

terbaik di dunia yang berlokasi di ketinggian dan lingkungan bercurah hujan

tinggi. Kepemilikan sahamnya adalah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc

(AS) sebesar 81,28%, Pemerintah Indonesia sebesar 9,36% dan PT. Indocoppor

Investama sebesar 9,36%.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

23

Firman Syah NIM 2009130292

Page 24: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

PT.FREEPORT memiliki komitmen untuk mengelola dan meminimalisasi

dampak dari kegiatan operasionalnya terhadap lingkungan dan untuk mereklamasi

serta menghijaukan kembali lahan yang terkena dampak. Melalui kebijakan

lingkungan, PT.FREEPORT berkomitmen untuk melaksanakan pengelolaan dan

praktik-prkatik lingkungan yang baik, menyediakan sumber daya yang cukup

layak guna memenuhi tanggung jawab tersebut dan melakukan perbaikan

berkesinambungan terhadap kinerja lingkungan pada setiap lokasi kegiatan.

PT.FREEPORT juga memiliki komitmen kuat untuk mendukung penelitian

ilmilah guna memahami lingkungan di sekitar tempat PT.FREEPORT beroperasi,

serta melakukan pemantauan yang komprehensif untuk menentukan efektivitas

dari praktik-praktik pengelolaan.

Selain itu, PT.FREEPORT juga bekerja dengan instansi pemerintah,

masyarakat setempat, maupun lembaga swadaya masyarakt yang bertanggung

jawab, untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Dalam hal ini PT.FREEPORT

menganut prinsip-prinsip kerangka kerja pembangunan berkelanjutan dari dewan

internasional tentang pertambangan dan logam Sustainable Development

Framework of the international Council ini Mining and Metals (ICMM), dimana

PT.FREEPORT termasuk anggotanya:

1. Pelaksanaan Audit Lingkungan

Audit lingkungan yang dilakukan PT.FREEPORT menghasilkan informasi

bagi para manajer tentang kinerja lingkungan saat ini serta membantu

mengindentifikasi peluang-peluanga perbaikan.

2. Program Pengelolaan Trailing

Trailing adalah sisa batu alat yang digiling harus hasil pengolahan bijih

mineral. PT.FREEPORT menggunakan proses pengapungan (flotasi), yang

merupakan pemisahan secara fisik minerjal yang mengandung tembaga dan

emas dari batuan bijih. Dalam proses tersebut tidak digunakan merkuri

maupun sianida. Sebuah daerah aliran sungai mengangkut sediman tersebut

menuju sebuah areal pengendapan yang telah ditentukan di kawasan dataran

rendah dan pantai, yang dimanamakan Modified Deposition Area (Daerah

Pengendapan Dimodifikasi), yaitu sebuah sistem yang direkayasa dan dikelola

bagi pengendapan dan pengendalian tailing.

24

Firman Syah NIM 2009130292

Page 25: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Pengambilan sampel secara luas terhadap mutu air dalam pengelolaan tailing

menunjukkan bahwa air pada sungai yang mengangkut tailing dari pabrik

pengolahan PT.FREEPORT di daerah dataran tinggi menuju daerah

pengendapatnd I dataran rendah telah memenuhi baku mutu air bersih untuk

logam terlarut sesuai peraturan Pemerintah Indonesia maupun USEPA

(Lembaga Perlindungan Lingkungan AS).

3. Reklamasi dan Penhijauan kembali

a. Daerah dataran tinggi

Para ilmuwan internasional dan staff PT.FREEPORT telah mengkaji ekologi

dari ekosistem alpin di wilayah kerja PT.FREEPORT, serta

mengembangkan cara-cara handal untuk menghasilkan bibit jenis tanaman

asli. Kajian-kajian yang pernah dilakukan hingga saat ini mencakup

etnobotani, keanekaragaman hayati pada ekosistem su-alpin dan alpin,

pemanfaatan jenis-jenis asli tanaman lumut dan bakteri untuk strategi

reklamasi perintis dan budi daya jaringan untuk pengembangan jenis

tanaman alpin asli.hingga akhir 2005, lebih dari 10 hektar tanah terganggu

pada tambang di daerah dataran tinggi yang berhasil dihijaujan kembali

dalam rangka memenuhi komitmen PT.FREEPORT kepada pemerintah

Indonesia.

b. Dataran rendah

Tujuan dari program reklamasi dan penghijauan kembali PT.FREEPORT di

daerah dataran rendah adalah untuk mengubah endapan tailing pada daerah

pengendapan menjadi lahan pertanian atau dimanfaatkan sebagai lahan

produktif lainnya, atau menumbuhkannya kembali dengan tanaman asli

setelah kegiatan tambang berakhir.

4. Pengelolaan Overburden dan air asam tambang

PT.FREEPORT menangani overburden melalui sebuah rencana pengelolaan

overburden komprehensif yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia.

PT.FREEPORT melakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap air asam

tambang yang dihasilkan oleh kegiatannya. Sesuai rencan pengelolaan

overburden yang telah disetujui oleh pemerintah, PT.FREEPORT

25

Firman Syah NIM 2009130292

Page 26: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

menempatkan overburden pada daerah-daerah terkelola di sekitar tambang

terbuka Grasberg.

5. Pengelolaan dan daur ulang limbah

Program-program pengelolaan lingkungan PT.FREEPORT mencakup seluruh

aspek kegiatannya bukan saja yang berhubungan dengan pertambangan.

Program-program minimilasasi limbah yang dilaksanakan mencakup

pengurangan dan penukaran dengan produk-produk ramah lingkungan. Bahan

yang dapat didaur ulang seperti aluminium, besi tua, dan baterai bekas didaur

ulang sesuai ketentuan pemerintah Indonesia. Mutu limbah cair dari seluruh

instalasi pengolahan limbah cair dipantau secara berkala untuk parameter pH

(kadar alkali), BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total Suspended

Solids/total padatan tersuspensi) serta minyak dan lemak sesuai baku mutu.

6. Dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

PT.FREEPORT, USAID dan keuskupan Timika maka didapatkan sebuah

model yang akan mengembangkan nelayan kepada kehidupan yang maju.

Kendala nelayan terberat adalah jika tidak ada pabrik es, tempat pelelangan

ikan yang memadai termasuk pelabuhan perikanan, sarana penyediaan bahan

bakar minyak (BBM) dan cold storage. Bersama vibizconsulting dibangun

sebuah model CSR yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Nelayan akan

mampu bersaing karena pengembangan sumberdaya manusia menjadi titik

tolak berdirinya masyrakat nelayan yang tangguh. (www.vibislearning.com)

Kontroversi

Berdasarkan aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan, sebetulnya sudah

ada usaha perusahaan untuk memperhatikan stakeholdernya namun masih

terdengar beberapa peristiwa yang terkait dengan pertentangan masyarakat dengan

perusahaan. Seperti tanggal 21 Februari 2006 terjadi pengusiran terhadap

penduduk setempat yang melakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah

produksi PT.FREEPORT di Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh

aparat gabungan kepolisian dan satpam PT.FREEPORT. Akibat pengusiran ini

terjadi bentrokan dan penembakan. Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian

itu kemudian menduduki dan menutup jalan utama PT.FREEPORT di Ridge

26

Firman Syah NIM 2009130292

Page 27: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Camp, di Mile 72-74, selama beberapa hari, yang merupakan jalan utama (akses

satu-satunya) ke lokasi pengolahan dan penambangan Grasberg. Setelah itu

banyak demo-demo dilakukan oleh masyarakat Papua untuk menutup Freeport.

Pada 17 Maret 2006, tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkena

peluru pantulan setelah beberapa anggota brimob menembakkan senjatan ke udara

di depan Kodim Abupura, beberapa wartawan televisi yang meliput dianiaya dan

dirusak alat kerjanya oleh brimob. Tanggal 22 Maret 2006, lereng gunung di

kawasan pertambangan terbuka PT.FREEPORT Indonesia di Grasberg, longsor

dan menimbun sejumlah pekerja 3 orang meninggal dan puluhan lainnya cedera.

Pada 23 Maret 2006 Kementrian Lingkungan Hidup mempublikasikan temuan

pemantauan dan penataan kualitas lingkungan di wilayah penambangan

PT.FREEPORT Indonesia. Hasilnya Freeport dinilai tak memenuhi batas air

limbah dan telah mencemarkan air laut dan biota laut. Tanggal 18 April 2007

sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut perbaikan

kesejahteraan. Perundingan akhirnya diselesaikan paa 21 April setelah tercapai

kesepakatan yang termasuk mengenai keniaikan gaji terendah. (www.Wikipedia)

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa aktivitas CSR yang dilakukan oleh

perusahaan belum sepenuhnya mengena pada sasaran. Artinya perusahaan belum

benar-benar memperhatikan kepentingan stakeholder seperti masyarakat Papua,

belum memperhatikan keseimbangan lingkungan sekitarnya, dan terkesan hanya

menjadikan pelaksanaan CSR untuk kepentingan kegiatan perusahaan, terutama

dalam menarik simpati pemerintah dan PBB. Dan dari uraian tersebut dapat

diindikasikan bahwa perusahaan hanya menyenangkan shareholder dengan

meningkatkan laba perusahaan dari tahun ke tahun.

Disisi lain pemerintah kurang menjalankan pengawasan terhadap

PT.FREEPORT dengan baik, sehingga fungsi kontrol dari pemerintahan menjadi

kurang berfungsi. Salah satu penyebabnya adalah masih adanya kolosi yang

dilakukan dengan pejabat dan instansi keamanan. Disamping itu kepemilikan

saham oleh pemerintah Indonesia yang sangat kecil yaitu sebesar 9,36%

menjadikan pemerintah tidak memegang kendali dalam pembuatan keputusan

perusahaan.

27

Firman Syah NIM 2009130292

Page 28: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Akibat dari tidak adanya kendali dari pemerintah menjadikan masyarakat

sekitarnya tidak dapat menikmati kekayaan alam yang seharusnya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarat diwilayah tersebut. Selain itu perusahaan

juga terkesan tidak benar-benar memperbaiki lingkungan tambang untuk ditanami

sesuai dengan kemauan pemerintah.

Menghadapi hal tersebut, maka penggunaan regulator bagi pelaksanaan

CSR disuatu perusahaan harus ditingkatkan, sebagai upaya menjaga

keseimbangan kepentingan antara sharholder dengan stakeholder. Walaupun

pemerintah telah mengupayakan beberapa undang-undang untuk pelaksanaan

pertambangan dan lingkungan hidup, seperti:

1. Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan No. 11

Tahun 1967 Tanggal 2 Desember 1967.

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UU-PLH)

3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 tahun 2008 tentang

Pedoman teknis pencegahan dan atau kerusakan lingkungan hidup akibat

pertambangan emas masyarakat.

SIMPULAN IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan Corporate

Sosial Responsibility (CSR) diperusahaan khususnya PT.FREEPORT Indonesia,

masih ditemui sejumlah kelemahan. Kelemahan yang muncul tersebut pada

dasarnya dipengaruhi oleh adanya kepentingan antara shareholder dengan

stakeholder. Dimana shareholder akan selalu berupaya untuk menghasilkan

keuntungan semaksimal mungkin dan cenderung kurang memperhatikan

kepentingan stakeholder sebagai pihak minoritas perusahaan. Selain itu pihak

stakehoder terutama pemerintah kurang memainkan perannya dalam melakukan

kontrol kepada perusahaan, sehingga dapat saja dikelabui oleh perusahaan dengan

memberikan sejumlah kegiatan yang terkait dengan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) untuk sementara, dan selanjutnya tidak dijalankan.

Kurangnya kontrol dari pemerintah tersebut juga masih lemahnya undang-undang

28

Firman Syah NIM 2009130292

Page 29: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

yang berlaku terutama untuk mengatur kesejahteraaan masyarakat sekitarnya

sebagai pihak yang juga berwenang atas kekayaan alam wilayah tersebut.

Dari pembahasan ini juga dapat diketahui bahwa Corporate Sosial

Responsibility (CSR) pada dasarnya harus timbul dari kesadaran individu masing-

masing manajemen perusahaan, karena dengan etika yang baik, akan

mempengaruhi sejumlah keputusan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.

Disamping adanya regulator yang pasti untuk menjamin terlaksananya CSR

dengan sebaik-baiknya.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu data yang diambil hanya

dari data sekunder, dari internet, yang kebenarannya masih harus ditinjau lagi.

Pengambilan data sekunder dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam

penyusunan artikel ini.

DAFTAR ACUAN

A.B Susanto, (2007), Corporate Social Responsibility, The Jakarta Consulting

Group, Jakarta.

Azwar, Saifuddin, (2007), Metode Penelitian, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Bateman, T.S., and Snell, S.A., (2002), Management: Competing in The New

Era (5th edition), McGraw Hill/Irwin NY.

Binhadi, (2007), Tiga pilar yang menegakkan GCG, Edisi Minggu Bisnis

Indonesia, 30 Desember.

Carroll, A. B, (1981), Business and Society (Little, Brown and Company, Boston)

Dalimunthe, Ritha F, (2004), Etika Bisnis, Universitas Sumatra Utara, Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi

Daniri, Mas Achmad, (2005), Good Corporate Governance, Konsep dan

Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, PT. Ray Indonesia, Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fachruddin, (2001), Pasar Modal di

Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama, Salemba Empat,

Jakarta.

Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Penerbit PT

Gramedia, Jakarta.

29

Firman Syah NIM 2009130292

Page 30: Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap CSR Pada PT.freePort Indonesia

Endro Sampurna, Muhammad, (2007), Lingkar Studi CSR: Si Seksi CSR: 95%

Retorik, 5% Aksi Nyata?, Jakarta, 4 Mei

Komenaung, Anderson Guntur, (2005), Etika Dalam Bisnis Anderson Guntur

Komenaung, Fakultas Ekonomi dan Magister Ekonomi Pembangunan

Universitas Sam Ratulangi, Manado Email: [email protected] (2005)

Prasetyono dan Kompyurini, (2007), Analisis Kinerja Rumah Sakit Daerah

Dengan Pendekatan Balanced scorecard Berdasarkan Komitmen

Organisasi, Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip-Prinsip Good

Corporate Governance (ECG), (Survei Pada Rumah Sakit Daerah di Jawa

Timur) Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli.

Roida, Herlina Yoka, Relevansi Program Corporate Sosial Responsibility Bagi

Wacara Publik: Menjadi baik pada saat sudah menjadi buruk, Jurnal The

2nd National Conference UKWMS, Faculty of Economics – Widya

Mandala Catholic University Surabaya, Indonesia, Surabaya, 6 September

2008

Silalahi, Gabriel Amin, (2003), Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Cetakan

Pertama, CV. Citramedia, Sidoarjo.

Sims, R. 2003. Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall.

C.T. Greenwood Press.

Susiloadi, Priyanto, (2008), Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk

Mendukung Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Jurusan Administrasi

Negara FISIP Universitas Sebelas maret Surakarta, ISSN, 1907-0489,

Volumen 4 Nomor 2, Oktober 2008, Halaman 123-130

Vibislearning.com (2008), Corporate Social Resposibilty (CSR) PT.FREEPORT

Indonesia Mengembangkan Potensi Nelayan di Desa Kokonao Timika,

www.vibislearning.com. Diakses 27 April 2009

Wikipedia.org, (2008), Freeport Indonesia, www.wikipedia.org. Diakses 27

April 2009

30

Firman Syah NIM 2009130292