analisis pengendalian persediaan bahan baku base oil

15
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL DENGAN METODE EOQ (ECONOMY ORDER QUANTITY) PADA PT JX NIPPON OIL & ENERGY LUBRICANTS INDONESIA (Cahya Setiadi)¹, (Miftakul Huda)² Manajemen Produksi, Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa Kabupaten Bekasi E-mail: [email protected] Abstrak Manajemen persediaan sangat berkaitan erat dengan setiap perusahaan yang bergerak pada bidang penjualan. Namun banyak persediaan belum terencana dengan baik sehingga persediaan kurang optimal dan belum efektifnya pengontrolan stok dan pengorderan barang yang berjalan pada suatu perusahaan. Maka peneliti merumuskan masalah : (1) Berapa besar persediaan bahan baku yang optimal dengan menggunakan metode economic order quantity (EOQ) pada PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia ? (2) Berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menerapkan kebijakan metode economic order quantity (EOQ) ? Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dengan metode EOQ. Metode Economic Order Quantity ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan, sehingga akan mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang gudang dan ruangan kerja serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan barang. Simpulan dari penelitian ini adalah perhitungan menggunakan metode EOQ pada bahan baku Base Oil lebih efisien dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini terlihat dari hasil perbandingan TIC yang lebih efisien menggunakan metode EOQ sehingga mampu menghemat biaya dan mampu menambah keuntungan. Saran yang diajukan bagi manajemen PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia adalah untuk menggunakan metode EOQ dalam proses pengendalian bahan baku perusahaan. Kata Kunci : Persediaan, Bahan Baku, EOQ, Total Biaya Persediaan. PENDAHULUAN Era modern ini tentunya persaingan antar perusahaan satu dengan lainya berkembang semakin ketat, hal ini diakibatkan dari permintaan pasar yang semakin tinggi kebutuhannya, sehingga menuntut agar perusahaan dapat menentukan produksi yang sesuai dengan permintaan dan tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

DENGAN METODE EOQ (ECONOMY ORDER QUANTITY) PADA PT

JX NIPPON OIL & ENERGY LUBRICANTS INDONESIA

(Cahya Setiadi)¹, (Miftakul Huda)²

Manajemen Produksi, Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa

Kabupaten Bekasi

E-mail: [email protected]

Abstrak

Manajemen persediaan sangat berkaitan erat dengan setiap perusahaan yang bergerak

pada bidang penjualan. Namun banyak persediaan belum terencana dengan baik sehingga

persediaan kurang optimal dan belum efektifnya pengontrolan stok dan pengorderan barang

yang berjalan pada suatu perusahaan. Maka peneliti merumuskan masalah : (1) Berapa besar

persediaan bahan baku yang optimal dengan menggunakan metode economic order quantity

(EOQ) pada PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia ? (2) Berapa total biaya

persediaan bahan baku bila perusahaan menerapkan kebijakan metode economic order

quantity (EOQ) ?

Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dengan metode EOQ.

Metode Economic Order Quantity ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan

persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan,

sehingga akan mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang gudang dan ruangan

kerja serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan barang.

Simpulan dari penelitian ini adalah perhitungan menggunakan metode EOQ pada

bahan baku Base Oil lebih efisien dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini terlihat

dari hasil perbandingan TIC yang lebih efisien menggunakan metode EOQ sehingga mampu

menghemat biaya dan mampu menambah keuntungan. Saran yang diajukan bagi manajemen

PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia adalah untuk menggunakan metode EOQ

dalam proses pengendalian bahan baku perusahaan.

Kata Kunci : Persediaan, Bahan Baku, EOQ, Total Biaya Persediaan.

PENDAHULUAN

Era modern ini tentunya persaingan antar perusahaan satu dengan lainya berkembang

semakin ketat, hal ini diakibatkan dari permintaan pasar yang semakin tinggi kebutuhannya,

sehingga menuntut agar perusahaan dapat menentukan produksi yang sesuai dengan

permintaan dan tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain untuk dapat memenuhi

kebutuhan pelanggannya. Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin

canggih. Adanya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan mendorong setiap

perusahaan untuk menetapkan perencanaan dan pengendalian terhadap persediaan bahan

baku secara tepat agar perusahaan dapat tetap eksis untuk mencapai tujuan yang

diinginkannya. Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan

produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi

dibutuhkan bahan baku yang merupakan masalah penting dalam proses produksi tersebut

agar tidak terjadi keterlambatan bahan baku, maka harus diadakan penentuan sistem

persediaan bahan baku secara baik. Sistem persediaan bahan baku memiliki peranan penting

di dalam operasi bisnis. Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk

menunjang kelancaran proses produksi, baik pada perusahaan besar maupun pada perusahaan

kecil.

PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang manufaktur pengolahan minyak pelumas terkemuka di Indonesia. Dengan

berbagai jenis produk diantaranya terdiri dari Passenger Car Motor Oil (PCMO), Motorcylce

Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil dan mesin – mesin

penggerak industri lainya. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2010 di plant Indonesia untuk

bidang oil & energy, namun mulai beroperasi produksi pada tahun 2011 yang berlokasi di

kawasan MM2100 jalan Timor, Blok E7, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Cibitung,

Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pada saat memproduksi sautu produk hal yang

paling utama yaitu perencanaan bahan baku dan melakukan pengendalian terhadap

persediaan bahan baku. Departemen Production Control (PC) merupakan departemen yang

memiliki tugas yaitu melaksanakan pekerjaan di bidang perencanaan dan pengendalian

material perusahaan; meliputi menyediakan bahan baku, mengendalikan jumlah persediaan,

serta sistem penyimpanan dan mangatur barang masuk maupun keluar dari gudang.

Pengendalian jumlah persediaan salah satu faktor terpenting dalam mengoptimalkan

persediaan. Pegendalian persediaan merupakan kegiatan dalam mengelola persediaan agar

sesuai dengan kebutuhan dan tetap stabil ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

penumpukan maupun menjaga agar tidak terjadi out of stock pada saat material tersebut di

butuhkan, sehingga proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan tidak mengalami

kerugian akibat out of stock tersebut. Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi

yakni pada devisi Blending yang dialami perusahaan yaitu keterlambatan waktu datang bahan

baku. Proses yang dilakukan perusahaan saat ini dalam sistem pemesanan bahan baku hanya

dilakukan bila terlihat persediaan yang sudah hampir habis, dengan kata lain belum ada

sistem untuk untuk menentukan jumlah pemesanan yang tepat, akibatnya persediaan sering

mengalami kekurangan dari kebutuhan semestinya. Pada sistem saat ini masih sering terjadi

kondisi jumlah persediaan bahan baku yang mendekati out of stock pada beberapa material.

Perusahaan perlu menerapkan manajemen yang baik yaitu dengan menggunakan

metode Economic Order Quantity untuk menghindari jumlah persediaan bahan baku yang

terlalu besar ataupun terlalu kecil. Jumlah persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil

tidak menguntungkan bagi perusahaan. Jika persediaan bahan baku terlalu besar, maka biaya

persediaan akan semakin besar pula. Sebaliknya jika persediaan bahan baku terlalu kecil

maka akan ada potensi untuk mengganggu kelancaran proses produksi.

Tabel 1.1

Data Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Base Oil pada bulan Januari sampai Juni 2020

No Bulan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku (Kg) Frekuensi

Pembelian Material Status / Bulan

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Persediaan Pembelian Pemakaian (Kali)

1 Januari Yubase 6 47903 294234 267651 15

2 Lubo 150N 219426 523870 648248 24

3 Lubo 600N 590933 843850 903160 35

4 Yubase 4 28610 118590 89060 6

5 Februari Yubase 6 74486 323430 324709 16

6 Lubo 150N 155059 564622 469100 23

7 Lubo 600N 531623 546630 619730 23

8 Yubase 4 58140 58400 50912 3

9 Maret Yubase 6 73207 490010 478342 24

10 Lubo 150N 250581 858590 834049 36

11 Lubo 600N 458523 946090 872611 39

12 Yubase 4 65628 57170 50544 3

13 April Yubase 6 84875 141138 148154 7

14 Lubo 150N 268786 288750 446815 12

15 Lubo 600N 532002 573070 373359 23

16 Yubase 4 72254 41640 45187 2

17 Mei Yubase 6 77859 76520 72305 4

18 Lubo 150N 117057 370370 245715 16

19 Lubo 600N 731713 174470 137263 7

20 Yubase 4 68707 41750 26204 2

21 Juni Yubase 6 82074 269474 291454 14

22 Lubo 150N 869866 591870 324909 29

23 Lubo 600N 819998 334950 623016 14

24 Yubase 4 84253 18709 24411 1

Sumber : Data Laporan PPIC yang diolah, 2020

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa persediaan bahan baku yang ada pada divisi

Blending kurang terkendali, terutama pada bahan baku berjenis Lubo 150N pada bulan April,

Mei, Juni yang selalu hampir kekurangan atau terjadinya out of stock product. Menjadikan

proses produksi terhambat karena kurangnya ketersediaan bahan baku. Begitu juga pada

bahan baku Lubo 600N frekuensi pembeliannya kurang efektif pada bulan April dan Mei,

membuat bertambahnya biaya pemesanan. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan metode

pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan saat ini kurang tepat.

Maka dari pada itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian

Jumlah Persediaan Bahan Baku Base Oil Dengan Metode Economic Order Quantity Pada PT

JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia”.

LANDASAN TEORI

A. Definisi Persediaan

Persediaan pada perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan mentah, bahan

pembantu, persediaan barang dalam proses, atau barang setengah jadi dan persediaan bahan

jadi. Pada perusahaan jasa, persediaan yang dimiliki merupakan bahan habis pakai.

Persediaan tersebut digunakan untuk memberikan pelayanan jasa kepada para pelanggan.

Sedangkan pada perusahaan dagang hanya ada satu golongan persediaan, yaitu persediaan

barang dagangan atau merchandise inventory, yang merupakan bahan yang telah dibeli orang

perusahaan yang kemudian dijual kembali tanpa mengalami proses yang mengakibatkan

perubahan bentuk pada barang yang akan dijual. Jadi baik perusahaan manufaktur,

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

perusahaan jasa, dan perusahaan dagang menempatkan persediaan sebagai elemen penting

yang harus diperhatikan demi keberlangsungan usaha. (Jan and Tumewu, 2019) menjelaskan

persediaan (inventory) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk

memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,

untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.

Veronika dalam (Jan and Tumewu, 2019) menjelaskan persediaan bahan baku

mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan karena persediaan bahan baku sangat

besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses produksi.

B. Jenis Persediaan

Menurut Heizer dan Render dalam (Jan and Tumewu,2019) menyebutkan

bahwa persediaan dikelompokan kedalam empat jenis yaitu persediaan bahan baku,

persediaan barang setengah jadi, persediaan barang MRO dan persediaan barang

jadi.

1. Persediaan bahan baku (raw material)

Yaitu material yang pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses

pabrikasi

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process)

Yaitu bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan

tetapi belum selesai atau menjadi produk jadi.

3. Persediaan barang MRO (maintenance repair operating)

Yaitu persediaan yang khusus diperuntukan bagi pasokan pemeliharaan,

perbaikan, dan operasi untuk menjaga agar proses produksi tetap produktif.

4. Persediaan barang jadi (finished goods)

Yaitu persediaan yang telah selesai diproses atau produk yang sudah selesai

dan menunggu pengiriman.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku sehingga

terjadinya atau penyebab munculnya persediaan menurut (Indah and Maulida,2018)

adalah sebagai berikut:

1. Perkiraan bahan baku

Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka

selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian

bahan baku untuk keperluan produksi.

2. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi merupakan salah satu

faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang

bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan

bahan baku dalam jumlah unit tertentu.

3. Biaya – biaya persediaan

Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini dikenal tiga macam biaya

persediaan yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya tetap persediaan.

4. Kebijakan Pembelajaan

Kebijakan pembelanjaan yang dilaksanakan didalam perusahaan akan

berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaan bahan baku dalam perusahaan

tersebut.

5. Pemakaian Bahan Baku

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Hubungannya antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian

senyatanya di dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan

proses produksi akan lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga

akan dapat diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut.

6. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan

bahan baku tersebut dilaksanakaan dengan datangnya bahan baku yang dipesan

tersebut.

7. Model Pembelian Bahan Baku

Model pembelian bahan yang digunakan oleh perusahaan sangat berpengaruh

terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan

8. Persediaan Pengamanan

Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam

perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman (safety stock).

9. Pembelian Kembali

Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan

akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam

pembelian bahan baku tersebut.

D. Fungsi Persediaan

Menurut Wijayanti and Sunrowiyati (2019), terdapat beberapa fungsi yang

menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaana, diantaranya empat fungsi

persediaan yaitu:

1. Fungsi Decoupling

Untuk memisahkan dari tahapan suatu proses produksi. Sebagai contoh yaitu,

jika terjadi fluktuasi dalam perusahaan, maka adanya tambahan dari persediaan

diperlukan dalam melakukan decouple proses produksi dari pemasok.

2. Fungsi Antisipasi

Dengan dilakukan pemisahan beberapa tahapan dari adanya fluktuasi

permintaan atau juga menyediakan suatu persediaan barang yang memberikan

pilihan untuk pelanggan.

3. Fungsi Economic Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber daya - sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi

biaya-biaya per unit.

4. Fungsi yang dapat melindungi adanya inflasi ataupun kenaikan suatu harga.

E. Manfaat Persediaan

Manfaat persediaan dalam Wijayanti and Sunrowiyati (2019) untuk memenuhi

suatu kebutuhan pada perusahaan, yaitu :

1. Menghilangkan resiko padakenaikan harga barang atau inflasi.

2. Sebagai cara untuk menghilangkan suatu resiko adanya keterlambatan dalam

pengiriman bahan baku ataupun barang yang dibutuhkan oleh perusahaan.

3. sebagai cara menghilangkan suatu resiko apabila material yang telah dipesan

tidak baik sehingga dikembalikan.

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono dalam Indah and Maulida (2018),

merupakan penelitian yang memperhatikan pengukuran data yang berbentuk angka.

Pengukuran tersebut ditentukan berdasarkan besar, sampel representatif dan memanfaatkan

analisa statistika. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan

menghasilkan data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Disain penelitian yang akan

dipakai adalah deskriptif. Menurut Wirartha dalam (Jan and Tumewu 2019) penelitan

deskriptif yaitu menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari

berbagai data dalam bentuk angka – angka yang dikumpulkan dari hasil analisis dan

wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

A. Metode Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, tahap berikutnya adalah menganalisis data tersebut

dengan menggunakan persamaan yang kemudian hasilnya akan dibandingkan antara sistem

yang satu dengan yang lain. Alat analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Untuk mendapatkan jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali

pemesanan dengan biaya minimal menurut Heizer dalam (Bachtiar, 2017-107). dapat

ditentukan dengan Economic Order Quantity (EOQ). Perhitungan EOQ dapat

dirumuskan sebagai berikut;

EOQ = √

Keterangan : S = Biaya setiap kali pesan

D = Jumlah kebutuhan bahan baku dalam satu periode

H = Biaya penyimpanan

Menentukan Frekuensi Pembelian

F =

Dimana : F = frekuensi pemesanan dalam satu tahun

D = jumlah kebutuhan bahan baku selama setahun

EOQ = jumlah pembelian bahan baku sekali pesan

2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus

dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya

bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi atau out of stock.

Besarnya safety stock ditentukan dengan rumus:

Safety stock = (kebutuhan pemakaian dalam 6 bulan dibagi total hari dalam 6 bulan) x

waktu yang diisyaratkan oleh perusahaan (30 hari)

3. Maximum Inventory (MI)

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Dalam perhitungan Maximum Inventory, bertujuan untuk mengetahui batas

maksimum bahan baku yang harus dimiliki oleh perusahaan agar tidak terjadi

kelebihan bahan baku.

Besarnya Maximum Inventory ditentukan dengan rumus :

MI = SS + EOQ

4. Titik pemesanan kembali (reorder point)

Dalam menentukan reorder point harus mempehatikan hal seperti penggunaan

material selama jangka waktu sebelum pesanan datang dan jumlah safety stock.

Karena berkaitan dengan berapa sisa persediaan yang terdapat digudang, baru

dilakukan pemesanan kembali.

Rumus reorder point adalah sebagai berikut :

Reorder Point = (LD x AU) + SS

AU =

Keterangan :

LD = Lead time atau waktu tunggu

AU = Average unit atau tingkat penggunaan bahan baku per hari

D = Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode

t = waktu selama satu periode

SS = Safety Stock atau persediaan pengaman

5. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Dalam perhitungan biaya total persediaan, bertujuan untuk membuktikan

bahwa dengan terdapatnya jumlah pembelian bahan baku yang optimal, yang dihitung

dengan metode EOQ akan dicapai biaya total persediaan bahan baku yang minimal.

Total Inventory Cost (TIC) dapat dirumuskan sebagai berikut:

TIC = √ atau

(

) (

)

Keterangan :

D = Jumlah kebutuhan bahan baku

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan

H = Biaya penyimpanan

Q = Pembelian rata – rata bahan baku atau pembelian bahan baku yang ekonomis

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembelian Bahan Baku

PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia melakukan pembelian

bahan baku Oli menggunakan metode konvensional dalam melakukan penghitungan

biaya bahan baku. Metode tersebut sudah dilakukan sejak perusahaan pertama kali

berdiri sampai sekarang. Pembelian bahan baku diperoleh dari import dan local yang

menjadi supplier selama ini. Data yang diperoleh dari perusahaan tentang pembelian

bahan baku pada bulan Januari 2020 sampai bulan Juni 2020 dapat dilihat pada table

4.2

Tabel 4.2

Pembelian Bahan Baku Base Oil (dalam satuan Liter)

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Periode Bulan Januari – Juni 2020

No Bulan Nama Material (Liter) dan Frekuensi Pembelian (F) (Kali)

Yubase 6 F Lubo 150N F Lubo 600N F Yubase 4 F

1 Januari 294.234 15 523.870 24 843.850 35 118.590 6

2 Februar 323.430 16 564.622 23 546.630 23 58.400 3

3 Maret 490.010 24 858.590 36 946.090 39 57.170 3

4 April 141.138 7 288.750 12 573.070 23 41.640 2

5 Mei 76.520 4 288.750 16 174.470 7 41.750 2

6 Juni 269.474 14 591.870 29 334.950 14 18.709 1

Total 1.594.806 80 3.116.452 140 3.419.060 141 336.259 17

Harga/Liter IDR 6,340 IDR 5,987 IDR 5,723 IDR 6,164

Total Harga

(IDR)

10,111,070,040 18,658,198,124 19,567,280,380 2,072,700,476

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

B. Penggunaan Bahan Baku

Bahan baku yang tersedia digudang sebagian besar digunakan untuk proses

produksi dan sebagian disimpan untuk cadangan produksi berikutnya maupun sebagian

cadangan apabila sewaktu – waktu kesulitan mendapatkan bahan baku dipasaran. Data

tentang pemakaian bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Penggunaan Bahan Baku (dalam satuan Liter)

Periode Bulan – Juni 2020

No Bulan Nama Material

Yubase 6 Lubo 150N Lubo 600N Yubase 4

1 Januari 267.651 648.248 903.160 89.060

2 Februari 324.709 469.100 619.730 50.912

3 Maret 478.342 834.049 872.611 50.544

4 April 148.154 446.815 373.359 45.187

5 Mei 72.305 245.715 137.263 26.204

6 Juni 291.454 324.909 623.016 24.411

Total

Pemakaian

1.582.615 2.968.836 3.529.139 286.318

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

C. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan

pemesanan bahan baku sejak dari penetapan pemesanan yang di supplier - supplier

sampai tersedianya barang di unit produksi. Biaya pesan pada PT JX Nippon Oil &

Energy Lubricants Indonesia dapat dilihat pada table 4.4

Tabel 4.4

Biaya pemesanan periode bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Biaya

Pemesanan

Frekuensi

Pembelian (Kali)

Biaya pemesanan per

6 bulan

1 Yubase 6 10.000.000 80 800.000.000

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

2 Lubo 150N 7.000.000 140 980.000.000

3 Lubo 600N 7.000.000 141 987.000.000

4 Yubase 4 10.000.000 17 170.000.000

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020

D. Biaya Penyimpanan

Besarnya biaya penyimpanan pada perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy

Lubricants Indonesia oleh pihak manajemen produksi ditetapkan sebesar 10% dari

harga Base Oil per Liter. Biaya penyimpanan perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy

Lubricants Indonesia dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.5

Biaya Penyimpanan Periode Bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Harga Per Liter Biaya Simpan

10%

Biaya Penyimpanan

Per Liter

1 Yubase 6 6.340

10%

634

2 Lubo 150N 5.987 598.7

3 Lub 600N 5.723 572.3

4 Yubase 4 6.164 616.4

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

E. Penghitungan Economic Order Quantity

Mengenai data pembelian bahan baku dari supplier, biaya pemesanan dan

penyimpanan PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia maka dapat dilihat di

perhitungan economic order quantity (EOQ) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Biaya pembelian, pemesanan dan penyimpanan bahan baku

Periode Bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Jumlah Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan

1 Yubase 6 1.594.806 10.000.000 634

2 Lubo 150N 3.116.452 7.000.000 599

3 Lubo 600N 3.419.060 7.000.000 572

4 Yubase 4 336.259 10.000.000 616

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

Dari tabel 4.6 diatas dapat dihitung kuantitas pembelian optimal dengan

menggunakan rumuskan : EOQ = √

1) Kuantitas pembelian optimal material Yubase 6

EOQ = √

= √

= √

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

= 223.439 Liter

Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada

bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 223.439 Liter, dengan

frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :

F =

= 7,08

Dibulatkan menjadi 7 kali pesan dalam 6 bulan sekali.

2) Kuantitas pembelian optimal material Lubo 150N

EOQ = √

= √

= √

= 263.417 Liter

Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada

bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 263.417 Liter, dengan

frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :

F =

= 11,27

Dibulatkan menjadi 11 kali pesan dalam 6 bulan sekali.

3) Kuantitas pembelian optimal material Lubo 600N

EOQ = √

= √

= √

= 293.901 Liter

Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada bulan

januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 293.901 Liter, dengan frekuensi

pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :

F =

= 12,00

Dibulatkan menjadi 12 kali pesan dalam 6 bulan sekali.

4) Kuantitas pembelian optimal material Yubase 4

EOQ = √

= √

= √

= 96.416 Liter

Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada

bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 96.416 Liter, dengan

frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :

F =

= 2,96

Dibulatkan menjadi 3 kali pesan dalam 6 bulan sekali.

F. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Perhitungan Safety Stock adalah dengan menggunakan rumus kebutuhan bahan

baku base oil pada enam bulan dibagi 182 hari dikali jumlah waktu yang diisyaratkan

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

oleh perusahaan. Maka dengan demikian hasil perhitungan safety stock pada

perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7

Tabel perhitungan safety stock Periode Bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Perhitungan SS Hasil SS

1 Yubase 6 1.582.615 / 182 x 30 260.871 Liter

2 Lubo 150N 2.968.836 / 182 x 30 489.369 Liter

3 Lubo 600N 3.529.139 / 182 x 30 581.726 Liter

4 Yubase 4 286.318 / 182 x 30 47.195 Liter

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

G. Menentukan Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Besarnya sisa bahan baku yang masih tersisa hingga perusahaan harus melakukan

pemesanan kembali adalah sebesar Reorder Point (ROP) yang telah dihitung. Jumlah

ROP dapat diketahui melalui hasil perhitungan lead time (jangka waktu antara

pesanan pelanggan dan pengiriman produk akhir) dikali kebutuhan bahan baku per

hari ditambah safety stock. Adapun jangka waktu tunggu bahan baku material Yubase

6 dan Yubase 4 adalah selama 60 hari dari supplier impor sedangkan material Lubo

150N dan Lubo 600N adalah selama 3 hari proses pengiriman karena dari supplier

lokal. Maka daripada itu dalam penelitian ini hasil perhitungan ROP menggunakan

rumus yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8

Hasil Reorder Point Periode Bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Perhitungan ROP Hasil ROP

1 Yubase 6 260.871 + (60 x 1.582.615 / 182) 782.612 Liter

2 Yubase 4 47.195 + (60 x 286.318/ 182) 141.586 Liter

3 Lubo 150N 489.369 + (3 x 2.968.836 / 182) 538.306 Liter

4 Lubo 600N 581.726 + (3 x 3.529.139 / 182) 639.899 Liter

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

H. Menentukan Persediaan Maksimum (Max. Inventory)

Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar sejumlah persediaan

yang ada digudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan biaya. Adapun

untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat dirumuskan :

Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ

1) Maximum Inventory Material Yubase 6

Maximum Inventory = 260.871 Liter + 223.439 Liter

= 484.310 Liter

Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Yubase 6 adalah sebesar 484.310

Liter.

2) Maximum Inventory Material Lubo 150N

Maximum Inventory = 489.369 Liter + 263.417 Liter

= 752.786 Liter

Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Lubo 150N adalah sebesar 752.786

Liter .

3) Maximum Inventory Material Lubo 600N

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Maximum Inventory = 581.726 Liter + 293.901 Liter

= 875.627 Liter

Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Lubo 600N adalah sebesar 875.627

Liter.

4) Maximum Inventory Material Yubase 4

Maximum Inventory = 47.195 Liter + 96.416 Liter

= 143.611 Liter

Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Yubase 4 adalah sebesar 143.611

Liter.

I. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Untuk mengetahui perhitungan manakah yang harus untuk megnhitung

pembelian persediaan, apakah menurut EOQ lebih baik dibandingkan metode

perusahaan PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia, maka perlu

dibandingakn biaya total persediaan (Total Inventory Cost) menurut metode

perusahaan dengan total inventory cost menurut perhitungan economi order quantity.

Perbandingan tersebut akan membantu perusahaan dan apakah kebijakan yang selama

ini diambil telah tepat ataukah perlu untuk dilakukan perbaikan.

Penghitungan biaya total persediaan selama bulan januari 2020 sampai bulan

juni 2020 menurut economic order quantity (EOQ) menggunakan rumus sebagai

berikut.

1. Total Inventory Cost Material Yubase 6

TIC = √

= √

= √

= Rp 141.660.009,-

2. Total Inventory Cost Material Lubo 150N

TIC = √

= √

= √

= Rp 157.747.233,-

3. Total Inventory Cost Material Lubo 600N

TIC = √

= √

= √

= Rp 168.155.188,-

4. Total Inventory Cost Material Yubase 4

TIC = √

= √

= √

= Rp 59.411.517,-

Sedangkan perhitungan total biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan

akan dihitung menggunakan persediaan rata – rata yang ada diperusahaan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

TIC = (

) (

)

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

Keterangan :

D = Jumlah kebutuhan bahan baku

S = Biaya pemesanan setiap kali pesan

H = Biaya penyimpanan

Q = Pembelian rata – rata bahan baku perusahaan

Sedangkan persediaan rata – rata bahan baku perusahaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Peembelian Rata – Rata Bahan Baku Perusahaan

Pada Bulan Januari – Juni 2020

No Nama Material Pembelian Frekuensi Pembelian Rata - Rata

1 Yubase 6 1.594.806 80 19.935 Liter

2 Lubo 150N 3.116.452 140 22.260 Liter

3 Lubo 600N 3.419.060 141 24.249 Liter

4 Yubase 4 336.259 17 19.780 Liter

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

Sehingga TIC menurut perusahaan sebagai berikut :

1. TIC Material Yubase 6

TIC = (

) (

)

= (

) (

)

= ( 793.887.635 ) + ( 6.319.395 )

= 800.207.030

Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan

januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 800.207.030,-

2. TIC Material Lubo 150N

TIC = (

) (

)

= (

) (

)

= 933.596.226 + 6.663.531

= 940.259.757

Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan

januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 940.259.757,-

3. TIC Material Lubo 600N

TIC = (

) (

)

= (

) (

)

= 1.018.762.546 + 6.938.851

= 1.025.701.397

Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan

januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 1.025.701.397,-

4. TIC Material Yubase 4

TIC = (

) (

)

= (

) (

)

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

= 144.751.264 + 6.096.196

= 150.847.460

Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan

januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 150.847.460,-

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan penghitungan yang telah

dilakukan dalam pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan pada bulan

Januari sampai Juni 2020 kurang efisien dibandingkan dengan metode EOQ. Dengan

kata lain, metode EOQ lebih optimal dan efisien daripada cara penghitungan

perusahaan dalam pembelian bahan baku. Hal itu dapat dibuktikan dengan

terdapatnya pembelian bahan baku yang optimal dan penghematan total biaya

persediaan sebagai berikut :

1. Untuk perhitungan persediaan bahan baku yang optimal berdasarkan metode

Economic Order Quantity (EOQ) pada material Yubase 6 adalah sebesar 223.439

Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 7 kali. Material Lubo 150N adalah

sebesar 263.417 Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 11 kali. Material

Lubo 600N adalah sebesar 293.901 Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 12

kali. Material Yubase 4 adalah sebesar 96.416 Liter dengan frekuensi pembelian

sebanyak 3 kali.

2. Metode EOQ juga berpengaruh positif terhadap total biaya persediaan bahan baku

karena menyebabkan terjadinya efisiensi total biaya persediaan bahan baku

dengan masing – masing sebesar Rp 658.547.021,00 pada material Yubase 6,

sebesar Rp 782.512.524,00 pada material Lubo 150N, sebesar Rp 857.546.209,00

pada material Lubo 600N, sebesar Rp 91.435.943,00 pada material Yubase 4.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran kepada

perusahaan PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia yang dapat digunakan

sebagai pertimbangan sebagai berikut.

1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali metode kebijakan persediaan bahan baku

yang selama ini telah dilakukan atau diterapkan. Karena, jika persediaan bahan

baku tetap menggunakan metode lama maka akan menimbulkan biaya – biaya dan

semakin kecil pendapatan laba yang diperoleh perusahaan.

2. Sebaiknya perusahaan menentukan besarnya persediaan pengaman dan

pemesanan kembali untuk menghindari kehabisan bahan baku yang sering terjadi

setiap tahunnya agar tidak menghambat proses produksi yang pada akhirnya akan

meningkatkan biaya dan menyebabkan kekurangan produk jadi.

3. Untuk penelitian selanjutnya, jika ingin menggunakan metode Economic Order

Quantity agar memperhatikan asumsi – asumsi yang ada pada teori agar hasil yang

diinginkan tercapai dengan landasan dasar pada teori yang ada.

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, A. “Inventory Control Indirect Material : EOQ Model, Efektivitas Produksi”.

Ekombis Review,vol.5,no.2,2017.

Indah, Dewi rosa, and Zenitha Maulida. 2018. “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada

PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang.” Jurnal Manajemen dan

Keuangan 7(2): 157.

Jan, Arrazi Hasan, and Ferdinand Tumewu. 2019. “Analisis Economic Order Quantity (Eoq)

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kopi Pada Pt. Fortuna Inti Alam.” Jurnal EMBA:

Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 7(1).

Wijayanti, Putri, and Siti Sunrowiyati. 2019. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Guna Memperlancar Proses Produksi Dalam Memenuhi Permintaan Konsumen Pada

UD Aura Kompos.” Jurnal Penelitian Manajemen Terapan (PENATARAN) 4(2): 179–

90.