analisis pengendalian persediaan bahan baku base oil
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BASE OIL
DENGAN METODE EOQ (ECONOMY ORDER QUANTITY) PADA PT
JX NIPPON OIL & ENERGY LUBRICANTS INDONESIA
(Cahya Setiadi)¹, (Miftakul Huda)²
Manajemen Produksi, Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
Kabupaten Bekasi
E-mail: [email protected]
Abstrak
Manajemen persediaan sangat berkaitan erat dengan setiap perusahaan yang bergerak
pada bidang penjualan. Namun banyak persediaan belum terencana dengan baik sehingga
persediaan kurang optimal dan belum efektifnya pengontrolan stok dan pengorderan barang
yang berjalan pada suatu perusahaan. Maka peneliti merumuskan masalah : (1) Berapa besar
persediaan bahan baku yang optimal dengan menggunakan metode economic order quantity
(EOQ) pada PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia ? (2) Berapa total biaya
persediaan bahan baku bila perusahaan menerapkan kebijakan metode economic order
quantity (EOQ) ?
Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dengan metode EOQ.
Metode Economic Order Quantity ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan,
sehingga akan mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang gudang dan ruangan
kerja serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan barang.
Simpulan dari penelitian ini adalah perhitungan menggunakan metode EOQ pada
bahan baku Base Oil lebih efisien dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini terlihat
dari hasil perbandingan TIC yang lebih efisien menggunakan metode EOQ sehingga mampu
menghemat biaya dan mampu menambah keuntungan. Saran yang diajukan bagi manajemen
PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia adalah untuk menggunakan metode EOQ
dalam proses pengendalian bahan baku perusahaan.
Kata Kunci : Persediaan, Bahan Baku, EOQ, Total Biaya Persediaan.
PENDAHULUAN
Era modern ini tentunya persaingan antar perusahaan satu dengan lainya berkembang
semakin ketat, hal ini diakibatkan dari permintaan pasar yang semakin tinggi kebutuhannya,
sehingga menuntut agar perusahaan dapat menentukan produksi yang sesuai dengan
permintaan dan tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring
dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin
canggih. Adanya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan mendorong setiap
perusahaan untuk menetapkan perencanaan dan pengendalian terhadap persediaan bahan
baku secara tepat agar perusahaan dapat tetap eksis untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan
produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi
dibutuhkan bahan baku yang merupakan masalah penting dalam proses produksi tersebut
agar tidak terjadi keterlambatan bahan baku, maka harus diadakan penentuan sistem
persediaan bahan baku secara baik. Sistem persediaan bahan baku memiliki peranan penting
di dalam operasi bisnis. Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk
menunjang kelancaran proses produksi, baik pada perusahaan besar maupun pada perusahaan
kecil.
PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang manufaktur pengolahan minyak pelumas terkemuka di Indonesia. Dengan
berbagai jenis produk diantaranya terdiri dari Passenger Car Motor Oil (PCMO), Motorcylce
Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil dan mesin – mesin
penggerak industri lainya. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2010 di plant Indonesia untuk
bidang oil & energy, namun mulai beroperasi produksi pada tahun 2011 yang berlokasi di
kawasan MM2100 jalan Timor, Blok E7, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Cibitung,
Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pada saat memproduksi sautu produk hal yang
paling utama yaitu perencanaan bahan baku dan melakukan pengendalian terhadap
persediaan bahan baku. Departemen Production Control (PC) merupakan departemen yang
memiliki tugas yaitu melaksanakan pekerjaan di bidang perencanaan dan pengendalian
material perusahaan; meliputi menyediakan bahan baku, mengendalikan jumlah persediaan,
serta sistem penyimpanan dan mangatur barang masuk maupun keluar dari gudang.
Pengendalian jumlah persediaan salah satu faktor terpenting dalam mengoptimalkan
persediaan. Pegendalian persediaan merupakan kegiatan dalam mengelola persediaan agar
sesuai dengan kebutuhan dan tetap stabil ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
penumpukan maupun menjaga agar tidak terjadi out of stock pada saat material tersebut di
butuhkan, sehingga proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan tidak mengalami
kerugian akibat out of stock tersebut. Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi
yakni pada devisi Blending yang dialami perusahaan yaitu keterlambatan waktu datang bahan
baku. Proses yang dilakukan perusahaan saat ini dalam sistem pemesanan bahan baku hanya
dilakukan bila terlihat persediaan yang sudah hampir habis, dengan kata lain belum ada
sistem untuk untuk menentukan jumlah pemesanan yang tepat, akibatnya persediaan sering
mengalami kekurangan dari kebutuhan semestinya. Pada sistem saat ini masih sering terjadi
kondisi jumlah persediaan bahan baku yang mendekati out of stock pada beberapa material.
Perusahaan perlu menerapkan manajemen yang baik yaitu dengan menggunakan
metode Economic Order Quantity untuk menghindari jumlah persediaan bahan baku yang
terlalu besar ataupun terlalu kecil. Jumlah persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil
tidak menguntungkan bagi perusahaan. Jika persediaan bahan baku terlalu besar, maka biaya
persediaan akan semakin besar pula. Sebaliknya jika persediaan bahan baku terlalu kecil
maka akan ada potensi untuk mengganggu kelancaran proses produksi.
Tabel 1.1
Data Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Base Oil pada bulan Januari sampai Juni 2020
No Bulan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku (Kg) Frekuensi
Pembelian Material Status / Bulan
Persediaan Pembelian Pemakaian (Kali)
1 Januari Yubase 6 47903 294234 267651 15
2 Lubo 150N 219426 523870 648248 24
3 Lubo 600N 590933 843850 903160 35
4 Yubase 4 28610 118590 89060 6
5 Februari Yubase 6 74486 323430 324709 16
6 Lubo 150N 155059 564622 469100 23
7 Lubo 600N 531623 546630 619730 23
8 Yubase 4 58140 58400 50912 3
9 Maret Yubase 6 73207 490010 478342 24
10 Lubo 150N 250581 858590 834049 36
11 Lubo 600N 458523 946090 872611 39
12 Yubase 4 65628 57170 50544 3
13 April Yubase 6 84875 141138 148154 7
14 Lubo 150N 268786 288750 446815 12
15 Lubo 600N 532002 573070 373359 23
16 Yubase 4 72254 41640 45187 2
17 Mei Yubase 6 77859 76520 72305 4
18 Lubo 150N 117057 370370 245715 16
19 Lubo 600N 731713 174470 137263 7
20 Yubase 4 68707 41750 26204 2
21 Juni Yubase 6 82074 269474 291454 14
22 Lubo 150N 869866 591870 324909 29
23 Lubo 600N 819998 334950 623016 14
24 Yubase 4 84253 18709 24411 1
Sumber : Data Laporan PPIC yang diolah, 2020
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa persediaan bahan baku yang ada pada divisi
Blending kurang terkendali, terutama pada bahan baku berjenis Lubo 150N pada bulan April,
Mei, Juni yang selalu hampir kekurangan atau terjadinya out of stock product. Menjadikan
proses produksi terhambat karena kurangnya ketersediaan bahan baku. Begitu juga pada
bahan baku Lubo 600N frekuensi pembeliannya kurang efektif pada bulan April dan Mei,
membuat bertambahnya biaya pemesanan. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan metode
pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan saat ini kurang tepat.
Maka dari pada itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian
Jumlah Persediaan Bahan Baku Base Oil Dengan Metode Economic Order Quantity Pada PT
JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia”.
LANDASAN TEORI
A. Definisi Persediaan
Persediaan pada perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan mentah, bahan
pembantu, persediaan barang dalam proses, atau barang setengah jadi dan persediaan bahan
jadi. Pada perusahaan jasa, persediaan yang dimiliki merupakan bahan habis pakai.
Persediaan tersebut digunakan untuk memberikan pelayanan jasa kepada para pelanggan.
Sedangkan pada perusahaan dagang hanya ada satu golongan persediaan, yaitu persediaan
barang dagangan atau merchandise inventory, yang merupakan bahan yang telah dibeli orang
perusahaan yang kemudian dijual kembali tanpa mengalami proses yang mengakibatkan
perubahan bentuk pada barang yang akan dijual. Jadi baik perusahaan manufaktur,
perusahaan jasa, dan perusahaan dagang menempatkan persediaan sebagai elemen penting
yang harus diperhatikan demi keberlangsungan usaha. (Jan and Tumewu, 2019) menjelaskan
persediaan (inventory) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Veronika dalam (Jan and Tumewu, 2019) menjelaskan persediaan bahan baku
mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan karena persediaan bahan baku sangat
besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses produksi.
B. Jenis Persediaan
Menurut Heizer dan Render dalam (Jan and Tumewu,2019) menyebutkan
bahwa persediaan dikelompokan kedalam empat jenis yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi, persediaan barang MRO dan persediaan barang
jadi.
1. Persediaan bahan baku (raw material)
Yaitu material yang pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses
pabrikasi
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process)
Yaitu bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan
tetapi belum selesai atau menjadi produk jadi.
3. Persediaan barang MRO (maintenance repair operating)
Yaitu persediaan yang khusus diperuntukan bagi pasokan pemeliharaan,
perbaikan, dan operasi untuk menjaga agar proses produksi tetap produktif.
4. Persediaan barang jadi (finished goods)
Yaitu persediaan yang telah selesai diproses atau produk yang sudah selesai
dan menunggu pengiriman.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku sehingga
terjadinya atau penyebab munculnya persediaan menurut (Indah and Maulida,2018)
adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka
selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian
bahan baku untuk keperluan produksi.
2. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi merupakan salah satu
faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang
bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan
bahan baku dalam jumlah unit tertentu.
3. Biaya – biaya persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini dikenal tiga macam biaya
persediaan yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya tetap persediaan.
4. Kebijakan Pembelajaan
Kebijakan pembelanjaan yang dilaksanakan didalam perusahaan akan
berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaan bahan baku dalam perusahaan
tersebut.
5. Pemakaian Bahan Baku
Hubungannya antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian
senyatanya di dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan
proses produksi akan lebih baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga
akan dapat diketahui pola penyerapan bahan baku tersebut.
6. Waktu Tunggu (Lead Time)
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan
bahan baku tersebut dilaksanakaan dengan datangnya bahan baku yang dipesan
tersebut.
7. Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan yang digunakan oleh perusahaan sangat berpengaruh
terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan
8. Persediaan Pengamanan
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam
perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman (safety stock).
9. Pembelian Kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan
akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam
pembelian bahan baku tersebut.
D. Fungsi Persediaan
Menurut Wijayanti and Sunrowiyati (2019), terdapat beberapa fungsi yang
menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaana, diantaranya empat fungsi
persediaan yaitu:
1. Fungsi Decoupling
Untuk memisahkan dari tahapan suatu proses produksi. Sebagai contoh yaitu,
jika terjadi fluktuasi dalam perusahaan, maka adanya tambahan dari persediaan
diperlukan dalam melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
2. Fungsi Antisipasi
Dengan dilakukan pemisahan beberapa tahapan dari adanya fluktuasi
permintaan atau juga menyediakan suatu persediaan barang yang memberikan
pilihan untuk pelanggan.
3. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan
membeli sumber daya - sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi
biaya-biaya per unit.
4. Fungsi yang dapat melindungi adanya inflasi ataupun kenaikan suatu harga.
E. Manfaat Persediaan
Manfaat persediaan dalam Wijayanti and Sunrowiyati (2019) untuk memenuhi
suatu kebutuhan pada perusahaan, yaitu :
1. Menghilangkan resiko padakenaikan harga barang atau inflasi.
2. Sebagai cara untuk menghilangkan suatu resiko adanya keterlambatan dalam
pengiriman bahan baku ataupun barang yang dibutuhkan oleh perusahaan.
3. sebagai cara menghilangkan suatu resiko apabila material yang telah dipesan
tidak baik sehingga dikembalikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono dalam Indah and Maulida (2018),
merupakan penelitian yang memperhatikan pengukuran data yang berbentuk angka.
Pengukuran tersebut ditentukan berdasarkan besar, sampel representatif dan memanfaatkan
analisa statistika. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan
menghasilkan data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Disain penelitian yang akan
dipakai adalah deskriptif. Menurut Wirartha dalam (Jan and Tumewu 2019) penelitan
deskriptif yaitu menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari
berbagai data dalam bentuk angka – angka yang dikumpulkan dari hasil analisis dan
wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.
A. Metode Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, tahap berikutnya adalah menganalisis data tersebut
dengan menggunakan persamaan yang kemudian hasilnya akan dibandingkan antara sistem
yang satu dengan yang lain. Alat analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity (EOQ)
Untuk mendapatkan jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali
pemesanan dengan biaya minimal menurut Heizer dalam (Bachtiar, 2017-107). dapat
ditentukan dengan Economic Order Quantity (EOQ). Perhitungan EOQ dapat
dirumuskan sebagai berikut;
EOQ = √
Keterangan : S = Biaya setiap kali pesan
D = Jumlah kebutuhan bahan baku dalam satu periode
H = Biaya penyimpanan
Menentukan Frekuensi Pembelian
F =
Dimana : F = frekuensi pemesanan dalam satu tahun
D = jumlah kebutuhan bahan baku selama setahun
EOQ = jumlah pembelian bahan baku sekali pesan
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya
bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi atau out of stock.
Besarnya safety stock ditentukan dengan rumus:
Safety stock = (kebutuhan pemakaian dalam 6 bulan dibagi total hari dalam 6 bulan) x
waktu yang diisyaratkan oleh perusahaan (30 hari)
3. Maximum Inventory (MI)
Dalam perhitungan Maximum Inventory, bertujuan untuk mengetahui batas
maksimum bahan baku yang harus dimiliki oleh perusahaan agar tidak terjadi
kelebihan bahan baku.
Besarnya Maximum Inventory ditentukan dengan rumus :
MI = SS + EOQ
4. Titik pemesanan kembali (reorder point)
Dalam menentukan reorder point harus mempehatikan hal seperti penggunaan
material selama jangka waktu sebelum pesanan datang dan jumlah safety stock.
Karena berkaitan dengan berapa sisa persediaan yang terdapat digudang, baru
dilakukan pemesanan kembali.
Rumus reorder point adalah sebagai berikut :
Reorder Point = (LD x AU) + SS
AU =
Keterangan :
LD = Lead time atau waktu tunggu
AU = Average unit atau tingkat penggunaan bahan baku per hari
D = Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode
t = waktu selama satu periode
SS = Safety Stock atau persediaan pengaman
5. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Dalam perhitungan biaya total persediaan, bertujuan untuk membuktikan
bahwa dengan terdapatnya jumlah pembelian bahan baku yang optimal, yang dihitung
dengan metode EOQ akan dicapai biaya total persediaan bahan baku yang minimal.
Total Inventory Cost (TIC) dapat dirumuskan sebagai berikut:
TIC = √ atau
(
) (
)
Keterangan :
D = Jumlah kebutuhan bahan baku
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan
Q = Pembelian rata – rata bahan baku atau pembelian bahan baku yang ekonomis
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembelian Bahan Baku
PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia melakukan pembelian
bahan baku Oli menggunakan metode konvensional dalam melakukan penghitungan
biaya bahan baku. Metode tersebut sudah dilakukan sejak perusahaan pertama kali
berdiri sampai sekarang. Pembelian bahan baku diperoleh dari import dan local yang
menjadi supplier selama ini. Data yang diperoleh dari perusahaan tentang pembelian
bahan baku pada bulan Januari 2020 sampai bulan Juni 2020 dapat dilihat pada table
4.2
Tabel 4.2
Pembelian Bahan Baku Base Oil (dalam satuan Liter)
Periode Bulan Januari – Juni 2020
No Bulan Nama Material (Liter) dan Frekuensi Pembelian (F) (Kali)
Yubase 6 F Lubo 150N F Lubo 600N F Yubase 4 F
1 Januari 294.234 15 523.870 24 843.850 35 118.590 6
2 Februar 323.430 16 564.622 23 546.630 23 58.400 3
3 Maret 490.010 24 858.590 36 946.090 39 57.170 3
4 April 141.138 7 288.750 12 573.070 23 41.640 2
5 Mei 76.520 4 288.750 16 174.470 7 41.750 2
6 Juni 269.474 14 591.870 29 334.950 14 18.709 1
Total 1.594.806 80 3.116.452 140 3.419.060 141 336.259 17
Harga/Liter IDR 6,340 IDR 5,987 IDR 5,723 IDR 6,164
Total Harga
(IDR)
10,111,070,040 18,658,198,124 19,567,280,380 2,072,700,476
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
B. Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku yang tersedia digudang sebagian besar digunakan untuk proses
produksi dan sebagian disimpan untuk cadangan produksi berikutnya maupun sebagian
cadangan apabila sewaktu – waktu kesulitan mendapatkan bahan baku dipasaran. Data
tentang pemakaian bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Penggunaan Bahan Baku (dalam satuan Liter)
Periode Bulan – Juni 2020
No Bulan Nama Material
Yubase 6 Lubo 150N Lubo 600N Yubase 4
1 Januari 267.651 648.248 903.160 89.060
2 Februari 324.709 469.100 619.730 50.912
3 Maret 478.342 834.049 872.611 50.544
4 April 148.154 446.815 373.359 45.187
5 Mei 72.305 245.715 137.263 26.204
6 Juni 291.454 324.909 623.016 24.411
Total
Pemakaian
1.582.615 2.968.836 3.529.139 286.318
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
C. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku sejak dari penetapan pemesanan yang di supplier - supplier
sampai tersedianya barang di unit produksi. Biaya pesan pada PT JX Nippon Oil &
Energy Lubricants Indonesia dapat dilihat pada table 4.4
Tabel 4.4
Biaya pemesanan periode bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Biaya
Pemesanan
Frekuensi
Pembelian (Kali)
Biaya pemesanan per
6 bulan
1 Yubase 6 10.000.000 80 800.000.000
2 Lubo 150N 7.000.000 140 980.000.000
3 Lubo 600N 7.000.000 141 987.000.000
4 Yubase 4 10.000.000 17 170.000.000
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020
D. Biaya Penyimpanan
Besarnya biaya penyimpanan pada perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy
Lubricants Indonesia oleh pihak manajemen produksi ditetapkan sebesar 10% dari
harga Base Oil per Liter. Biaya penyimpanan perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy
Lubricants Indonesia dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.5
Biaya Penyimpanan Periode Bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Harga Per Liter Biaya Simpan
10%
Biaya Penyimpanan
Per Liter
1 Yubase 6 6.340
10%
634
2 Lubo 150N 5.987 598.7
3 Lub 600N 5.723 572.3
4 Yubase 4 6.164 616.4
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
E. Penghitungan Economic Order Quantity
Mengenai data pembelian bahan baku dari supplier, biaya pemesanan dan
penyimpanan PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia maka dapat dilihat di
perhitungan economic order quantity (EOQ) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Biaya pembelian, pemesanan dan penyimpanan bahan baku
Periode Bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Jumlah Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan
1 Yubase 6 1.594.806 10.000.000 634
2 Lubo 150N 3.116.452 7.000.000 599
3 Lubo 600N 3.419.060 7.000.000 572
4 Yubase 4 336.259 10.000.000 616
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
Dari tabel 4.6 diatas dapat dihitung kuantitas pembelian optimal dengan
menggunakan rumuskan : EOQ = √
1) Kuantitas pembelian optimal material Yubase 6
EOQ = √
= √
= √
= 223.439 Liter
Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada
bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 223.439 Liter, dengan
frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :
F =
= 7,08
Dibulatkan menjadi 7 kali pesan dalam 6 bulan sekali.
2) Kuantitas pembelian optimal material Lubo 150N
EOQ = √
= √
= √
= 263.417 Liter
Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada
bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 263.417 Liter, dengan
frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :
F =
= 11,27
Dibulatkan menjadi 11 kali pesan dalam 6 bulan sekali.
3) Kuantitas pembelian optimal material Lubo 600N
EOQ = √
= √
= √
= 293.901 Liter
Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada bulan
januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 293.901 Liter, dengan frekuensi
pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :
F =
= 12,00
Dibulatkan menjadi 12 kali pesan dalam 6 bulan sekali.
4) Kuantitas pembelian optimal material Yubase 4
EOQ = √
= √
= √
= 96.416 Liter
Jumlah pembelian bahan baku yang optimal setiap kali pesan pada
bulan januari 2020 sampai juni 2020 sebesar 96.416 Liter, dengan
frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan yaitu :
F =
= 2,96
Dibulatkan menjadi 3 kali pesan dalam 6 bulan sekali.
F. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Perhitungan Safety Stock adalah dengan menggunakan rumus kebutuhan bahan
baku base oil pada enam bulan dibagi 182 hari dikali jumlah waktu yang diisyaratkan
oleh perusahaan. Maka dengan demikian hasil perhitungan safety stock pada
perusahaan PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Tabel perhitungan safety stock Periode Bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Perhitungan SS Hasil SS
1 Yubase 6 1.582.615 / 182 x 30 260.871 Liter
2 Lubo 150N 2.968.836 / 182 x 30 489.369 Liter
3 Lubo 600N 3.529.139 / 182 x 30 581.726 Liter
4 Yubase 4 286.318 / 182 x 30 47.195 Liter
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
G. Menentukan Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Besarnya sisa bahan baku yang masih tersisa hingga perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali adalah sebesar Reorder Point (ROP) yang telah dihitung. Jumlah
ROP dapat diketahui melalui hasil perhitungan lead time (jangka waktu antara
pesanan pelanggan dan pengiriman produk akhir) dikali kebutuhan bahan baku per
hari ditambah safety stock. Adapun jangka waktu tunggu bahan baku material Yubase
6 dan Yubase 4 adalah selama 60 hari dari supplier impor sedangkan material Lubo
150N dan Lubo 600N adalah selama 3 hari proses pengiriman karena dari supplier
lokal. Maka daripada itu dalam penelitian ini hasil perhitungan ROP menggunakan
rumus yang telah ditentukan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8
Hasil Reorder Point Periode Bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Perhitungan ROP Hasil ROP
1 Yubase 6 260.871 + (60 x 1.582.615 / 182) 782.612 Liter
2 Yubase 4 47.195 + (60 x 286.318/ 182) 141.586 Liter
3 Lubo 150N 489.369 + (3 x 2.968.836 / 182) 538.306 Liter
4 Lubo 600N 581.726 + (3 x 3.529.139 / 182) 639.899 Liter
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
H. Menentukan Persediaan Maksimum (Max. Inventory)
Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar sejumlah persediaan
yang ada digudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan biaya. Adapun
untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat dirumuskan :
Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ
1) Maximum Inventory Material Yubase 6
Maximum Inventory = 260.871 Liter + 223.439 Liter
= 484.310 Liter
Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Yubase 6 adalah sebesar 484.310
Liter.
2) Maximum Inventory Material Lubo 150N
Maximum Inventory = 489.369 Liter + 263.417 Liter
= 752.786 Liter
Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Lubo 150N adalah sebesar 752.786
Liter .
3) Maximum Inventory Material Lubo 600N
Maximum Inventory = 581.726 Liter + 293.901 Liter
= 875.627 Liter
Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Lubo 600N adalah sebesar 875.627
Liter.
4) Maximum Inventory Material Yubase 4
Maximum Inventory = 47.195 Liter + 96.416 Liter
= 143.611 Liter
Jadi, jumlah persediaan maksimum pada material Yubase 4 adalah sebesar 143.611
Liter.
I. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Untuk mengetahui perhitungan manakah yang harus untuk megnhitung
pembelian persediaan, apakah menurut EOQ lebih baik dibandingkan metode
perusahaan PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia, maka perlu
dibandingakn biaya total persediaan (Total Inventory Cost) menurut metode
perusahaan dengan total inventory cost menurut perhitungan economi order quantity.
Perbandingan tersebut akan membantu perusahaan dan apakah kebijakan yang selama
ini diambil telah tepat ataukah perlu untuk dilakukan perbaikan.
Penghitungan biaya total persediaan selama bulan januari 2020 sampai bulan
juni 2020 menurut economic order quantity (EOQ) menggunakan rumus sebagai
berikut.
1. Total Inventory Cost Material Yubase 6
TIC = √
= √
= √
= Rp 141.660.009,-
2. Total Inventory Cost Material Lubo 150N
TIC = √
= √
= √
= Rp 157.747.233,-
3. Total Inventory Cost Material Lubo 600N
TIC = √
= √
= √
= Rp 168.155.188,-
4. Total Inventory Cost Material Yubase 4
TIC = √
= √
= √
= Rp 59.411.517,-
Sedangkan perhitungan total biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan
akan dihitung menggunakan persediaan rata – rata yang ada diperusahaan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
TIC = (
) (
)
Keterangan :
D = Jumlah kebutuhan bahan baku
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan
Q = Pembelian rata – rata bahan baku perusahaan
Sedangkan persediaan rata – rata bahan baku perusahaan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Peembelian Rata – Rata Bahan Baku Perusahaan
Pada Bulan Januari – Juni 2020
No Nama Material Pembelian Frekuensi Pembelian Rata - Rata
1 Yubase 6 1.594.806 80 19.935 Liter
2 Lubo 150N 3.116.452 140 22.260 Liter
3 Lubo 600N 3.419.060 141 24.249 Liter
4 Yubase 4 336.259 17 19.780 Liter
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020
Sehingga TIC menurut perusahaan sebagai berikut :
1. TIC Material Yubase 6
TIC = (
) (
)
= (
) (
)
= ( 793.887.635 ) + ( 6.319.395 )
= 800.207.030
Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan
januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 800.207.030,-
2. TIC Material Lubo 150N
TIC = (
) (
)
= (
) (
)
= 933.596.226 + 6.663.531
= 940.259.757
Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan
januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 940.259.757,-
3. TIC Material Lubo 600N
TIC = (
) (
)
= (
) (
)
= 1.018.762.546 + 6.938.851
= 1.025.701.397
Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan
januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 1.025.701.397,-
4. TIC Material Yubase 4
TIC = (
) (
)
= (
) (
)
= 144.751.264 + 6.096.196
= 150.847.460
Jadi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada bulan
januari – juni 2020 adalah sebesar Rp 150.847.460,-
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan penghitungan yang telah
dilakukan dalam pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan pada bulan
Januari sampai Juni 2020 kurang efisien dibandingkan dengan metode EOQ. Dengan
kata lain, metode EOQ lebih optimal dan efisien daripada cara penghitungan
perusahaan dalam pembelian bahan baku. Hal itu dapat dibuktikan dengan
terdapatnya pembelian bahan baku yang optimal dan penghematan total biaya
persediaan sebagai berikut :
1. Untuk perhitungan persediaan bahan baku yang optimal berdasarkan metode
Economic Order Quantity (EOQ) pada material Yubase 6 adalah sebesar 223.439
Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 7 kali. Material Lubo 150N adalah
sebesar 263.417 Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 11 kali. Material
Lubo 600N adalah sebesar 293.901 Liter dengan frekuensi pembelian sebanyak 12
kali. Material Yubase 4 adalah sebesar 96.416 Liter dengan frekuensi pembelian
sebanyak 3 kali.
2. Metode EOQ juga berpengaruh positif terhadap total biaya persediaan bahan baku
karena menyebabkan terjadinya efisiensi total biaya persediaan bahan baku
dengan masing – masing sebesar Rp 658.547.021,00 pada material Yubase 6,
sebesar Rp 782.512.524,00 pada material Lubo 150N, sebesar Rp 857.546.209,00
pada material Lubo 600N, sebesar Rp 91.435.943,00 pada material Yubase 4.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran kepada
perusahaan PT. JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan sebagai berikut.
1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali metode kebijakan persediaan bahan baku
yang selama ini telah dilakukan atau diterapkan. Karena, jika persediaan bahan
baku tetap menggunakan metode lama maka akan menimbulkan biaya – biaya dan
semakin kecil pendapatan laba yang diperoleh perusahaan.
2. Sebaiknya perusahaan menentukan besarnya persediaan pengaman dan
pemesanan kembali untuk menghindari kehabisan bahan baku yang sering terjadi
setiap tahunnya agar tidak menghambat proses produksi yang pada akhirnya akan
meningkatkan biaya dan menyebabkan kekurangan produk jadi.
3. Untuk penelitian selanjutnya, jika ingin menggunakan metode Economic Order
Quantity agar memperhatikan asumsi – asumsi yang ada pada teori agar hasil yang
diinginkan tercapai dengan landasan dasar pada teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, A. “Inventory Control Indirect Material : EOQ Model, Efektivitas Produksi”.
Ekombis Review,vol.5,no.2,2017.
Indah, Dewi rosa, and Zenitha Maulida. 2018. “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada
PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang.” Jurnal Manajemen dan
Keuangan 7(2): 157.
Jan, Arrazi Hasan, and Ferdinand Tumewu. 2019. “Analisis Economic Order Quantity (Eoq)
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kopi Pada Pt. Fortuna Inti Alam.” Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 7(1).
Wijayanti, Putri, and Siti Sunrowiyati. 2019. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Guna Memperlancar Proses Produksi Dalam Memenuhi Permintaan Konsumen Pada
UD Aura Kompos.” Jurnal Penelitian Manajemen Terapan (PENATARAN) 4(2): 179–
90.