analisis pengelolaan dan pengendalian persediaan usaha
TRANSCRIPT
Analisis Pengelolaan dan Pengendalian Persediaan Usaha Kecil Menengah – Studi Kasus Toko Sinamar
Ratu Tika Bravani, Thomas H. Secokusumo
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini menganalisis pengendalian internal serta pengelolaan persediaan toko Sinamar yang masih manual. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi pengendalian internal persediaan serta menganalisis pengelolaannya agar lebih efisien. Skripsi ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Hasil analisis yang mayoritas diperoleh melalui wawancara menyimpulkan bahwa Sinamar memerlukan sejumlah perbaikan untuk pengendalian internal. Kebijakan mengenai jumlah penyimpanan persediaan juga perlu diperbaiki. Dengan model EOQ, diketahui bahwa Sinamar dapat menghemat biaya penyimpanan persediaan. Model tersebut dapat diterapkan hanya jika Sinamar dapat memperoleh informasi akurat mengenai persediaan, salah satunya melalui komputerisasi atas sistem manualnya. Hasil analisis keuntungan biaya secara kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa komputerisasi tersebut perlu diwujudkan.
Analysis of Management and Control Over Inventory of Small Medium Enterprise – Study
Case: Sinamar Store
Abstract
This study analyzes the internal control and inventory management over Sinamar store which is still in manual system. The purpose of this study is to understand the internal control condition of inventory and how to manage it due to efficiency improvement. This thesis is qualitative descriptive. The results, by which majority of the data collected from deep interview, shows that Sinamar needs to improve its internal control due to several lack. Procedure in determining amount of inventory carried should be resolved as well. According to EOQ model, Sinamar might be able to reduce the carrying cost of inventory. The model could be applied only if Sinamar could maintain the accurate information about inventory, which is done by computerizing its manual system. Results from benefit cost analysis through quantitative and qualitative shows that system computerization should be done. Keywords: Benefit and cost anaysis; Computerized accounting information system; Internal Control
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Pendahuluan
Industri besar seringkali dianggap sebagai penggerak pembangunan perekonomian. Namun,
industri besar bukan merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk membangun perekonomian
negara berkembang. Sektor informal seperti usaha kecil menengah (UKM) atau usaha individu
dapat menjadi solusi lainnya. Usahanya yang lebih mengutamakan padat karya dapat membantu
mengatasi permasalahan negara dalam hal pengangguran.
Semakin banyaknya unit UKM yang beroperasi secara tidak langsung dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
jumlah unit usaha kecil menengah di Indonesia mendominasi unit usaha keseluruhan dengan
pangsa UKM sebanyak 99.99% dan mampu menampung sebanyak 97,24% tenaga kerja.
Sementara itu, usaha besar hanya memiliki pangsa 0.01% dari usaha yang terdapat di Indonesia
pada tahun 2011. Perkembangan jumlah unit usaha dari tahun 2006 sampai 2010 pun sektor
UKM sedikit lebih pesat jika dibandingkan dengan usaha besar yaitu 9.8% sedangkan usaha
besar hanya 5.69% (Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tahun 2006-2010,
2012). Meskipun demikian jumlah perusahaan besar yang sangat minor itu mampu menyumbang
PDB sebesar 43,47% sementara kontribusi dari UKM mencapai 57% pada tahun 2012. Perbedaan
jumlah kontribusi PDB tidak terlalu signifikan jika berdasarkan angka tersebut. Unit UKM
berpotensi untuk menyumbang PDB lebih besar mengingat jumlah unitnya yang jauh lebih
banyak jika dibandingkan dengan perusahaan besar. UKM mendominasi perekonomian Indonesia
sehingga pengembangan unit tersebut akan meningkatkan kinerja perekonomian secara
keseluruhan. Semakin besar kontribusi usaha kecil dan menengah semakin kuat ekonomi negara
tersebut (Astuti, 2007).
Perlu perhatian lebih baik dari pemerintah maupun masyarakat dalam memajukan UKM terutama
dalam menghadapi tantangan globalisasi. Semakin ketatnya persaingan antara UKM dengan
perusahaan besar menuntut pelaku UKM harus mencari keunggulan kompetitif yang dapat
membantu mereka dalam meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan. Pengembangan
kegiatan operasional perlu dilakukan agar UKM tidak kalah bersaing sehingga usaha dapat
berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Beberapa hal perlu diperhatikan, salah satunya adalah
perhatian terhadap persediaan barang dagang karena secara tidak langsung hal tersebut dapat
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
memengaruhi laba secara keseluruhan. Dengan pengelolaan persediaan yang baik, efisiensi
kegiatan operasional dapat ditingkatkan sehingga UKM mampu bersaing dengan perusahaan
besar. Terlebih jika manajemen persediaan didukung oleh sistem terkomputerisasi yang
memadai. Dengan didukung teknologi modern, penyimpanan persediaan dapat dilakukan secara
online dan real-time, serta dapat diambil dan dilakukan analisis data untuk setiap unitnya
(William, 1986). Namun untuk komputerisasi sistem informasi akuntansi, UKM memerlukan
biaya investasi yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian di masa yang akan datang.
Beberapa faktor utama seperti tingginya biaya serta kurangnya pengetahuan terkait penggunaan
sistem yang semestinya membuat kontrol persediaan dilakukan secara manual berdasarkan
intuisi. Faktor penghambat dalam mengelola persediaan tersebut harus dicari jalan keluar. Usaha
kecil menengah tetap membutuhkan sistem komputer dan kontrol persediaan (William,1986).
Selain mempertimbangkan manfaat dan biaya ketika merencanakan komputerisasi sistem
informasi akuntansi, usaha juga perlu mengevaluasi penerapan pengendalian internalnya selama
ini. Evaluasi pengendalian internal atas iklim usaha perlu turut dipertimbangkan agar perusahaan
dapat mengantisipasi kekurangan kontrol sehingga keamanan aset dapat lebih terjamin. Sistem
informasi akuntansi terkomputerisasi tidak mungkin optimal jika tidak didukung oleh
pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal mendukung efektivitas penggunaan
sistem komputer.
Penelitian ini akan membahas tentang toko Sinamar sebagai salah satu UKM yang seluruh
kegiatannya berpusat di Pusat Grosir Metro Tanah Abang. Selama ini tidak terdapat pengkajian
atas pengendalian internal persediaan dan pengelola mengawasi sendiri jalannya usaha sehingga
seringkali terjadi kelalaian dalam pengamanan aset. Sinamar menggunakan metode pencatatan
manual untuk mengelola seluruh aktivitas persediaan. Sistem pengelolaan persediaan yang tidak
terkomputerisasi meningkatkan eror sehingga Sinamar diperkirakan membutuhkan suatu sistem
yang dapat membantu meningkatkan keakuratan pengelolaan persediaan.
Dengan demikian, penulis berniat untuk menjabarkan bagaimana pengelolaan dan pengendalian
persediaan barang dagangan toko Sinamar yang kegiatan operasionalnya bersifat manual.
Kemudian, keputusan mengenai pengelolaan persediaan dianalisis dengan mempertimbangkan
biaya serta keuntungannya (cost versus benefit).
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Tinjauan Literatur
Pengendalian internal merupakan sebuah proses yang diimplementasikan oleh manajemen dan
disusun agar dapat memberikan keyakinan untuk informasi terkait keuangan dan kegiatan
operasional secara handal, kepatuhan dengan peraturan, prosedur, rencana, hukum, dan ketetapan
lainnya, melindungi aset, efisiensi kegiatan operasional, pencapaian misi dan tujuan yang telah
dibangun perusahaan, serta integritas dan nilai etika (Moeller, 2009).
Pengendalian internal memiliki beberapa kerangka kontrol. Kerangka yang berlaku internasional
merupakan COSO. Konsep pengendalian internal berdasarkan COSO dijelaskan dari berbagai
dimensi yang didefinisikan sebagai berikut:
Internal control is a process, affected by an entity’s board of directors, management, and
other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of
objectives in the following categories
Berdasarkan definisi umum tersebut COSO menggunakan model tiga dimensi untuk
mendeskripsikan sistem pengendalian internal suatu usaha. Model tersebut terdiri dari tiga
komponen utama pengendalian internal, segmen pengendalian internal, dan tingkat kerangka
pengendalian internal yang harus selalu berhubungan satu sama lain. Termasuk dalam tingkat
kerangka pengendalian internal dimulai dari yang teratas sampai terbawah adalah sebagai berikut
(Moeller,2009):
1. Lingkungan Pengendalian: Merupakan hal mendasar dari pengendalian internal, terdiri dari
integritas dan etika, kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi dan gaya
kepemimpinan, struktur organisasi, otoritas dan tanggung jawab, serta kebijakan sumber daya
manusia.
2. Penilaian Risiko: COSO mengemukakan bahwa risiko harus dipertimbangkan dari tiga
perspektif yaitu risiko usaha karena faktor eksternal, risiko usaha karena faktor internal, serta
risiko karena aktivitas spesifik.
3. Aktivitas Pengandalian: merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa tindakan yang diidentifikasi untuk menanggulangi suatu risiko telah dilaksanakan
seperti pemisahan tanggung jawab serta pelaporan dan dokumentasi yang memadai.
4. Komunikasi dan Informasi: prosedur komunikasi yang efektif dibutuhkan untuk
mempermudah komunikasi dengan pihak internal maupun eksternal.
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
5. Proses pengawasan: berfungsi untuk menilai efektivitas komponen pengendalian internal
yang telah diterapkan sehingga dapat mengambil tindakan koreksi yang sesuai.
Sementara itu, pengelolaan persediaan penting untuk diperhatikan perusahaan yang memiliki
saldo persediaan besar seperti pada perusahaan retail atau manufaktur. Penerapan manajemen
persediaan membutuhkan identifikasi serta pengaturan biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan dibagi ke dalam enam bagian besar (Horngren
2009) yaitu:
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang diperoleh dari pemasok termasuk biaya pengiriman. Biaya
pembelian merupakan komponen pembentuk harga pokok penjulan paling besar.
2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Termasuk di dalam biaya pemesanan adalah biaya untuk menyiapkan dan menerbitkan
permintaan pembelian (purchase orders), biaya yang dikeluarkan untuk menerima dan
memeriksa barang yang dipesan, membandingkan tagihan yang diterima dengan permintaan
pembelian dan bukti pengiriman ketika melakukan pembayaran.
3. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya yang muncul akibat menahan persediaan. biaya
penyimpanan dapat berupa biaya kesempatan (opportunity cost) atas modal yang ditanamkan
pada suatu investasi dan biaya yang berhubungan dengan penyimpanan persediaan seperti
sewa gudang, asuransi, barang yang usang, atau barang rusak.
Biaya kesempatan didapat dari hasil perkalian biaya pembelian persediaan per unit dengan
biaya modal (cost of capital). Biaya modal merupakan tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan atas modal yang ditanam pada suatu aset atau proyek (Ross, 2010). Biaya modal
terdiri dari biaya ekuitas (cost of equity) dan biaya utang (cost of debt) yang komposisinya
tergantung dari struktur pembiayaan yang dimiliki entitas. Biaya ekuitas dan biaya utang
dapat dihitung menggunakan rumus SML (Security Market Line)
E(Ri) = Rf + βi [ E(RM) – Rf ) (2.1)
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Hasil tersebut merupakan capital asset pricing model (CAPM) yang menunjukkan bahwa
pengembalian yang diharapkan untuk sebuah aset bergantung pada tiga hal yaitu (Ross,
2010):
• The pure time value of money: diukur dengan risk-free rate, Rf, merupakan pengembalian
ketika menunggu uang yang diinvestasikan, tanpa mengambil risiko.
• The reward for bearing systematic risk: diukur dengan market risk premium, E(RM) – Rf,
merupakan pengembalian yang ditawarkan pasar karena telah menanggung risiko
sistematis sekaligus menunggu.
• The amount of systematic risk: diukur oleh beta (βi), merupakan besarnya systematic risk
yang terdapat dalam aset tertentu, dibandingkan dengan rata-rata aset.
• Cost of capital yang didapat dari perhitungan tersebut merupakan tingkat diskon
minimum yang diharapkan dari sebuah investasi agar dapat menarik. Setelah tingkat
diskon ditemukan, angka tersebut dikalikan dengan biaya pembelian persediaan per unit
sehingga menghasilkan biaya peluang.
4. Biaya Kehabisan Persediaan (stockout cost)
Biaya ini muncul saat perusahaan kehabisan persediaan yang diminta pelanggan sehingga
perusahaan harus bereaksi cepat untuk memenuhinya sebelum mengalami kerugian.
5. Biaya Kualitas (quality cost)
Biaya kualitas merupakan biaya yang muncul ketika karakteristik barang atau jasa tidak
memenuhi spesifikasi yang diharapkan pelanggan.
6. Biaya Penyusutan (shrinkage cost)
Biaya ini adalah biaya yang mungkin timbul karena adanya pencurian barang oleh orang luar,
penggelapan barang oleh karyawan, kesalahan klasifikasi barang dan kesalahan pencatatan.
Analisis dengan menggunakan EOQ mengabaikan biaya pembelian, biaya kualitas, biaya
kehabisan persediaan, dan biaya penyusutan. Tujuan dari penerapan model persediaan adalah
untuk meminimalkan biaya pemesanan (ordering cost) dan penyimpanan (carrying cost) yang
relevan karena
Relevant Total Cost (RTC)=Relevant Ordering Cost+Relevant Carrying Cost (2.2)
Sehingga jumlah total biaya relevan untuk kuantitas yang dipesan dalam satu tahun adalah
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
RTC = Annual relevant ordering cost + Annual relevant carrying cost
= (number of purchase orders per years x relevant ordering cost per purchase orders) +
(average inventory in unit x annual relevant carrying cost per unit)
= ( !!
x P ) + ( !! x C ) (2.3)
Sedangkan untuk menghitung EOQ dapat menggunakan rumus
EOQ = !!"!
(2.4)
keterangan:
D = permintaan dalam satuan untuk jangka waktu spesifik
P = biaya pemesanan yang relevan untuk setiap pemesanan
C = biaya penyimpanan yang relevan untuk setiap unit persediaan pada jangka waktu yang
sama dengan D
Sementara itu komputerisasi sistem informasi akuntansi berguna untuk mempermudah proses
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses akuntansi serta data lainnya agar dapat
menghasilkan informasi untuk pembuat keputusan. Meski SIA berperan besar dalam
menjalankan usaha, belum semua entitas menerapkan sistem informasi akuntansi yang teratur
seperti dengan menggunakan bantuan IT. Untuk mengimplementasi sistem informasi akuntansi
yang terkomputerisasi, entitas perlu mengikuti tahap dalam system development life cycle
(SDLC). Tahapan tersebut terdiri dari lima langkah yaitu analisis sistem, perancangan konsep,
perancangan fisik, implementasi dan konversi, serta operasional dan perawatan (Romney, 2012).
Perlu dilakukan perencanaan yang matang sepanjang tahap dalam SDLC agar sistem yang
dibangun terorganisir dengan baik. Romney berpendapat bahwa dengan perencanaan yang baik,
tujuan penerapan sistem berkorespondensi dengan rencana strategis organisasi secara
keseluruhan. Sistem akan lebih efisien, subsistem lebih terkoordinir, dan entitas memiliki dasar
dalam memilih aplikasi yang sesuai untuk pengembangan. Terdapat dua perencanaan
pengembangan sistem yang dibutuhkan yaitu project development plan dan master plan
(Romney, 2012), dengan penjelasan sebagai berikut.
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
1. Project Development Plan
Perencanaan ini meliputi analisis biaya dan keuntungan, penentuan kebutuhan pengembangan
dan operasional (sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, dan keuangan),
serta jadwal kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan sistem baru.
Untuk analisis biaya dan keuntungan, Ryan dan Gates (2004) berpendapat bahwa analisis
keputusan untuk berinvestasi IT dengan metode tradisional, seperti NPV, IRR, payback
period, kurang tepat ketika terdapat banyak investasi IT yang tidak memiliki tingkat
pengembalian sesuai (Rehesaar, 2005). Alternatif dari metode tradisional adalah menentukan
benefit untuk bisnis terlebih dahulu baru kemudian menghitung biaya untuk mendapatkannya.
Metode tersebut dikenal dengan Benefit Cost Analysis (BCA).
2. Master Plan
Perencanaan ini menjelaskan apa saja komponen sistem, bagaimana pengembangannya, siapa
yang akan mengembangkan, bagaimana cara mendapatkan sumber daya untuk
mengembangkan sistem, serta arah dan tujuan perkembangan sistem informasi akuntansi
(Romney, 2012). Porter dan Millar (1985) mengatakan bahwa secara umum terdapat tiga cara
IT mempengaruhi daya saing yaitu (1) dengan mengubah struktur industri; (2) dengan
mendukung strategi biaya dan diferensiasi; serta (3) dengan menciptakan peluang untuk
menghasilkan bisnis baru dari bisnis yang sudah ada (Qureshil, Kamal, dan Wolcott, 2009).
Sementara usaha kecil menengah umumnya memiliki dua tujuan dalam mengaplikasikan IT
yaitu untuk meningkatkan kegiatan operasional harian dan proses transaksi serta untuk
meningkatkan interaksi dan hubungan dengan konsumen.
Gambar 2.4 Focus Dominance Model Sumber: Qureshil (2009)
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Terdapat kerangka analitis dari Levy (2001) yang disebut focus-dominance model yang dapat
memberi gambaran umum mengenai arah pengembangan sistem informasi akuntansi. Model
focus-dominance meneliti potensi nilai yang dapat diperoleh UKM atas kapabilitas IT
miliknya. Dua fokus strategi yang dijelaskan dalam model yaitu pilihan antara strategi cost
reduction atau value added serta dominasi konsumen—sedikit konsumen atau banyak, yang
terbagi dalam empat kuadran.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap Toko Sinamar yang merupakan salah satu usaha menengah
tertua di Pusat Grosir Metro Tanah Abang yang bergerak sejak tahun 1959. Toko tekstil ini
awalnya bergerak sebagai penjual grosir kain seperti belacu, sprei, dan selimut untuk memenuhi
kebutuhan konsumen hulu. Usaha ini bermula ketika H. Nawawi Hamid berhijrah dari tanah
kelahirannya, Sumatera Barat, untuk berdagang di Jakarta. Setelah tahun 2003, Toko Sinamar
dipimpin oleh Dra. Aswita Dewi, Putri ke 4 H. Nawawi Hamid. Mayoritas pengumpulan data
berasal dari wawancara langsung dengan Dra. Aswita Dewi dan penanggung jawab gudang serta
tinjauan lokasi.
Persediaan yang diteliti adalah produk belacu yang merupakan produk pertama sekaligus andalan
yang dijual oleh Sinamar. Sinamar memiliki sepuluh jenis belacu, yang terdiri dari belacu L 155,
belacu A1, belacu Rapel, belacu Kanvas, belacu L 120, belacu Kantong PE, belacu Cap Gajah,
dan belacu Katun. Semua dibedakan berdasarkan kualitas serta ketebalannya. Pembelian dapat
dilakukan secara meteran, per pis (1 pis sama dengan 40 meter), atau per yard (1 yard sama
dengan 90 cm). Dari seluruh jenis produk, belacu memiliki permintaan stabil untuk dijadikan
sebagai bahan penelitian.
Hasil Analisis
Dalam kurun beberapa minggu pengamatan ditemukan beberapa kasus serta risiko yang dihadapi
Sinamar. Dengan demikian pengendalian internal yang diperlukan untuk mengantisipasi hal
tersebut dibagi menurut beberapa aktivitas persediaan. Untuk aktivitas pemesanan, risiko yang
dihadapi diantaranya kelalaian dalam pemesanan, luputnya catatan kebutuhan gudang karena
human error, serta pemesanan stok yang kurang efektif. Salah satu pengendalian yang dapat
dilakukan adalah melakukan pendokumentasian dengan cermat. Sinamar harus mengeluarkan
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
purchase order. Salinan purchase order tersebut akan dipegang oleh pengelola, bagian gudang,
dan pemasok. Dengan adanya purchase order, Sinamar akan memperkuat proses verifikasi
pemesanan. Bagian gudang akan turut mengawasi pelaksanaan pemesanan, apakah sudah dipesan
dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengendalian terhadap jumlah fisik persediaan
yang dimiliki juga perlu dilakukan. Pengelola perlu mengetahui dengan pasti berapa jumlah pasti
persediaan yang dimiliki sebelum mengotorisasi pemesanan agar tercapai pemesanan yang
ekonomis.
Sementara itu pengendalian untuk aktivitas penerimaan dan penyimpanan dengan risiko
kesalahan penerimaan dan pencatatan serta kerusakan dan kehilangan barang dapat diterapkan.
Pada saat penerimaan, sebaiknya Sinamar memiliki penanggung jawab yang menerima barang
dari vendor. Tugasnya adalah memeriksa kesesuaian barang yang dikirim dengan purchase order.
Penerimaan pemesanan dilakukan bila barang tersebut sesuai dengan purchase order.
Penanggung jawab gudang yang telah ada harus diperjelas fungsi serta lingkup kerjanya
Penambahan pegawai tidak diperlukan karena penanggung jawab gudang blok F dapat
melakukan fungsi penerimaan apabila tugas didelegasikan dengan baik.Setelah diterima, barang
disimpan di dalam gudang. Risiko terkait penyimpanan dapat diantisipasi Sinamar dengan
kontrol fisik. Salah satunya menyimpan persediaan dengan baik untuk menghindarkan persediaan
dari pencurian, kerusakan, atau karat. Sinamar setiap lima tahun telah melakukan penyemprotan
anti rayap untuk menghindari risiko kerusakan. Kemudian untuk keamanan Sinamar perlu
menciptakan sistem keamanan untuk meminimalisir akses terhadap gudang. Pemasangan CCTV
juga dapat menjadi solusi.
Kontrol fisik melalui stock opname telah dilakukan setahun sekali. Namun menurut pengakuan
pemilik, selalu terdapat perbedaan signifikan antara persediaan tercatat dengan yang terdapat di
gudang. Hal tersebut dapat terjadi karena pencurian atau sistem pencatatan yang kurang rapi dan
cermat. Namun berdasarkan pengamatan, alasan kedua merupakan yang mungkin tejadi.
Seringkali ketika terjadi transaksi, pengelola terlalu sibuk untuk mencatatnya.
Secara umum Sinamar telah melakukan pemisahan tanggung jawab antara fungsi pemeliharaan
aset dengan fungsi pencatatan. Hal tersebut sudah baik meskipun pada praktiknya ketika
pengelola sedang tidak datang ke toko terdapat salah seorang pegawai Sinamar yang memiliki
akses terhadap persediaan dan pencatatan. Sesekali orang kepercayaan tersebut menjaga gudang
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
sekaligus melayani pelanggan. Apabila pengelola tidak ada, pegawai itulah yang memberikan
keputusan penjualan apabila ada pemesanan besar sekaligus melakukan pencatatan di meja kasir.
Hal tersebut memperbesar risiko penyalahgunaan meskipun mayoritas pegawai dipercaya oleh
pengelola karena sudah dianggap saudara. Seharusnya fungsi gudang dengan fungsi pencatatan
benar-benar dipisahkan. Pengelola harus memiliki cadangan pegawai yang bertanggung jawab
secara jelas untuk menangani pencatatan transaksi. Sinamar khususnya blok F memerlukan
tambahan pegawai untuk melakukan input data agar total persediaan di gudang dapat diketahui
secara akurat. Volume transaksi di blok F lebih besar jika dibandingkan dengan blok A dan B
sehingga penambahan pegawai diperlukan untuk menangani fungsi kasir dan pembukuan.
Sedangkan untuk blok A dan B tidak memerlukan penambahan pegawai karena koordinator
operasional masih mampu melakukan fungsi tersebut dengan sejumlah pembenahan prosedur
pencatatan. Dengan penambahan pegawai serta pembenahan prosedur pencatatan diharapkan
risiko terjadinya kesalahan perhitungan persediaan seperti kasus sebelumnya dapat diminimalisir.
Untuk menghindari kasus kurangnya tempat penyimpanan persediaan, sebaiknya Sinamar
menyimpan persediaan dengan jumlah cukup. Penyimpanan dengan jumlah cukup memberikan
peluang bagi pengelola untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Luas gudang yang
terbatas dapat dimanfaatkan untuk menyimpan jenis persediaan lain, misalnya handuk pakistan
dalam kasus Sinamar, yang berpotensi untuk lebih laku apabila jumlah persediaan lain tidak
menumpuk dan memenuhi gudang.
Pada aktivitas penyaluran persediaan terdapat beberapa pengendalian yang dapat dilakukan untuk
mengurangi ketidakjelasan total persediaan yang dimiliki. Sinamar harus menegakkan sistem
otorisasi sebelum melakukan pembelian persediaan. Apabila blok A maupun B membutuhkan
persediaan, maka sebaiknya pembelian diotorisasi terlebih dahulu oleh pengelola. Persediaan
harus masuk ke gudang blok F agar didata untuk kemudian disalurkan ke masing-masing blok.
Rekonsilisasi seluruh data barang masuk dan keluar dari setiap blok dengan blok F mengurangi
risiko perbedaan jumlah yang tercatat dengan jumlah fisik.
Sementara itu untuk risiko dalam aktivitas penjualan sebagian besar berkaitan dengan verifikasi
data. Terdapat dua verifikasi data yang perlu ditingkatkan oleh Sinamar yaitu verifikasi data
ketika pengiriman barang dan verifikasi data ketika penjualan. Verifikasi pengiriman barang
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
merupakan prosedur pengecekan yang dimulai ketika awak gudang mengambil barang hingga
akhirnya diserahan kepada ekspedisi. Pengelola mengakui bahwa Sinamar cukup sering
mengalami kesalahan penghitungan yang disebabkan oleh human error, seperti misalnya kasus
ketidaksesuaian jumlah barang yang diterima pelanggan. Cara untuk mengurangi kesalahan
tersebut adalah melakukan pengendalian dengan memperbanyak proses verifikasi. Pegawai
gudang yang mengambil barang berbeda dengan yang akan membawanya ke jasa pengiriman dan
prosedur penghitungan ulang selalu dilakukan. Sementara itu, verifikasi data ketika penjualan
dilakukan kepada para pelanggan retail maupun grosir yang beli di tempat. Sinamar sebaiknya
selalu memberikan bukti pembayaran yang sederhana namun dapat memperinci transaksi secara
jelas. Salinan bukti juga disimpan oleh Sinamar. Proses verifikasi memberikan keamanan
bertransaksi bagi kedua belah pihak.
Sedangkan untuk risiko terkait aktivitas pembayaran, seluruhnya cukup diatasi dengan pemisahan
tanggung jawab. Pengelola lebih berisiko melakukan kesalahan ketimbang kecurangan mengingat
penyimpanan dokumen serta pencatatan terkait utang dengan pemasok tidak tersusun rapi. Beban
kerja yang terlalu banyak sebaiknya mendorong pengelola untuk memiliki kasir sendiri.
Selain pengendalian internal, didapatkan beberapa hasil mengenai pengelolaan persediaan.
Untuk penyederhanaan, jenis produk yang diteliti hanya jenis belacu karena pemesanan per tahun
cenderung tetap. Meskipun begitu, selama ini Sinamar tidak menggunakan model apapun dalam
menentukan kuantitas pemesanan persediaan sehingga jumlahnya selalu overstock. Pengelola
tidak mengetahui kondisi persediaan sebenarnya sebab tidak ada sistem informasi akuntansi yang
mengolah hasil pencatatan setiap transaksi sebagai tren. Pemesanan persediaan tidak dalam
jumlah ekonomis sehingga Sinamar mengeluarkan biaya implisit seperti biaya penyimpanan.
Berdasarkan model EOQ, Sinamar telah melakukan inefisiensi kuantitas penyimpanan terhadap
sepuluh jenis produk belacu seperti terlihat pada tabel 1
Sinamar mengalami sejumlah biaya penyimpanan. Terdapat peluang penggunaan sumber daya
finansial yang hilang karena tersimpan dalam sejumlah persediaan. Dari tabel 2.2 untuk alternatif
antara kuantitas pemesanan lama dengan yang menggunakan model EOQ, didapatkan bahwa
terdapat perbedaan biaya yang cukup besar sejumlah Rp157,287,647. Perbedaan paling
signifikan antar kedua alternatif berasal dari biaya penyimpanan yang terdiri dari biaya peluang
dan sewa gudang. Apabila Sinamar menyimpan barang sesuai kapasitas EOQ maka biaya
penyimpanan
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Tabel 1 Perbandingan Kuantitas Pemesanan
Jenis Belacu EOQ Tanpa EOQ
Spesial 6 50 L 155 4 25
A1 3 25 Rapel 107 2,000
Kanvas 96 2,000 L120 388 4,500
Kantong PE 415 5,000 Cap Gajah 12 60
Katun 85 1,800
dapat dihemat sampai dengan Rp78,959,090 meskipun terdapat peningkatan biaya pemesanan
sebesar Rp800,000. Apabila kuantitas pemesanan sesuai EOQ maka tidak diperlukan ruang yang
terlalu banyak untuk menyimpan persediaan sehingga terdapat penghematan penggunaan gudang
sebesar Rp21,492,601. Penghematan tersebut dapat terjadi dengan asumsi ruang dalam gudang
dapat digunakan untuk menampung jenis persediaan lain.
Tabel 2 Perbandingan Alternatif Pemesanan Persediaan
Sementara itu kurangnya perhatian pengelola terhadap persediaan juga menimbulkan sejumlah
jenis persediaan mengalami perputaran rendah, yaitu jenis bulu import, kelambu, handuk
polyster, dan kain putih cap koi yang perputarannya lebih dari satu tahun. Dengan tingkat
pengembalian sebesar 12.97% maka Sinamar mengalami kerugian dari biaya penyimpanan
sebesar Rp23,929,650.
Untuk itu Sinamar memerlukan peningkatan kontrol persediaan dengan memperbaiki sistem
informasi akuntansinya melalui proses komputerisasi. Tahap komputerisasi toko Sinamar
Biaya Alternatif A Alternatif B Perbedaan Peluang Pembelian 183,985,935 126,349,979 57,635,956 Penyimpanan 80,016,809 1,057,720 78,959,089 Pemesanan 148,000 948,000 (800,000) Gudang 23,958,332 2,465,731 21,492,601 Total 288,109,078 130,821,431 157,287,647
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
berdasarkan focus dominance model hanya untuk efisiensi kegiatan operasional dalam jangka
pendek. Sementara untuk ke depannya komputerisasi diharapkan dapat meningkatkan inovasi
dalam melayani pelanggan misalnya transaksi online. Karena untuk peningkatan efisiensi,
investasi yang dibutuhkan untuk komputerisasi tidak terlalu besar. Namun komputerisasi tersebut
tetap memerlukan sejumlah dana. Biaya yang tergolong pengeluaran awal terdiri dari PC, mesin
kasir, CCTV online, pelatihan pegawai, konseptor, AC, exhaust fan, dan sekat ruangan dengan
total keseluruhan sebesar Rp67,162,000. Sementara estimasi biaya operasional yang akan rutin
dikeluarkan Sinamar per tahunnya terdiri dari staf ahli komputer, biaya perlengkapan, serta biaya
perawatan dan cadangan dengan total sebesar Rp53,080,000. Dalam tabel tersebut tidak terdaftar
harga untuk perangkat lunak karena diasumsikan untuk tujuan efisiensi operasional Sinamar
hanya menggunakan aplikasi Ms. Excel yang sudah termasuk dalam PC.
Meskipun terdapat sejumlah dana yang harus dikeluarkan untuk komputerisasi, perhitungan NPV
untuk jangka waktu lima tahun dengan tingkat diskonto sebesar 12.97% menunjukkan bahwa
Sinamar dapat menghemat biaya penyimpanan persediaan. Penghematan yang dapat dilakukan
terhadap total biaya penyimpanan berjumlah Rp181,217,297 yang terdiri dari Rp157,287,647
untuk biaya penyimpanan persediaan yang disimpan berlebih dan Rp23,929,650 untuk biaya
persediaan dengan perputaran rendah. Sementara itu, estimasi biaya apabila Sinamar akan
melakukan komputerisasi sistem informasi akuntansi terdiri dari investasi awal Rp67,162,000
dan biaya operasional per tahunnya sebesar Rp53,080,000. Hasil perhitungan NPV atas hasil
investasi dalam kurun lima tahun, didapatkan bahwa Sinamar dapat melakukan penghematan
sebesar Rp404,975,000. Penghematan tersebut merupakan biaya implisit. Diasumsikan dengan
menerapkan sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi serta perbaikan pengendalian
internal, pengelola dapat mengetahui dengan pasti kondisi serta tren persediaan sehingga sumber
finansial dapat digunakan secukupnya dan tepat sasaran.
Kesimpulan
Sinamar memiliki sejumlah risiko dalam mengelola persediaan. Risiko tersebut terdapat dalam
setiap aktivitas mulai dari pemesanan, penerimaan, penyimpanan, distribusi antartoko, penjualan,
dan pembayaran. Perbaikan terhadap pengendalian persediaan diperlukan baik secara umum
maupun spesifik setiap aktivitas. Sinamar perlu memperjelas wewenang dan tanggung jawab
masing-masing personil. Selain itu kegiatan pendokumentasian dan verifikasi perlu diperketat
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
mengingat banyaknya kasus kelalaian. Sementara itu untuk pengelolaan persediaan sepuluh jenis
belacu yang dimiliki Sinamar, kuantitas pemesanan perlu diperhatikan karena apabila terlalu
banyak yang disimpan Sinamar akan mengalami biaya penyimpanan yang tidak sedikit karena
peluang yang hilang. Penyimpanan yang terlalu banyak merupakan akibat ketidaktahuan
pengelola atas tren permintaan. Data transaksi yang selama ini dimiliki bersifat manual dan tidak
dapat menentukan pemesanan secara ekonomis. Pengelola juga berisiko untuk mengabaikan jenis
persediaan dengan perputaran rendah karena tidak mengetahui total fisik barang yang dimilki.
Sinamar membutuhkan komputerisasi sistem informasi akuntansi karena dengan begitu Sinamar
dapat melakukan penghematan sebesar Rp404,975,000. Penghematan tersebut merupakan
efisiensi kegiatan operasional Sinamar yang berasal dari pengurangan biaya penyimpanan.
Daftar Referensi
Astuti, Era. Pengaruh Karakteristik Internal Perusahaan Terhadap Penyiapan Dan Penggunaan
Informasi Akuntansi Perusahaan Kecil dan Menengah di Kabupaten Kudus. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007.
“Computer and Gadget.” <http://www.bhinneka.com/aspx/bhindexpc.aspx> diposting pada Mei
2013
Damodaran, Aswath. “Country Default Spreads and Risk Premiums.” Diposting pada Januari
2013. < http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_ Page/datafile/ctryprem.html>
Dewi, Aswita. Direct interview. Jakarta: April 2013
Frensidy, Budi. Matematika Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2010
Fuerst, William L. (1986). “Small Business Get A New Look at ABC Analysis for Inventory
Control”. Journal of Small Business Management, 39.
Hidayat, Taufik. Membuat Aplikasi Excel Untuk UKM. Jakarta: Media Kita, 2013.
Horngren, Datar, et al., ed. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey: Prentice Hall,
2009.
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Horngren, Harrison, et al. Akuntansi di Indonesia: Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat, 1997.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2006-2010. 27 Januari 2012. <
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload
&view=file&id=257:data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-
2006-2010&Itemid=93>
Kieso, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. Intermediate Accounting: Volume 1. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2011.
Moeller, Robert R. Brink’s Modern Internal Auditing: A Common Body of Knowledge. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2009.
Mohammad BS, A. “UKM Pun Pantas Pakai ERP.” Diposting pada 20 Januari 2011. <
http://swa.co.id/technology/ukm-pun-pantas-pakai-erp>
Pembukuan Toko Sinamar periode tahun 2012.
Qureshil, Mehruz Kamal, Peter Wolcott. (2009). “Information Technology Interventions for
Growth and Competitiveness in Micro-Enterprises”. Journal of E-Business Research. Vol
5, Issue 1.
Rehesaar, Amanda Mead. (2005). “An Extension of Benefit Cost Analysis to IS/IT Investments”.
The Business Review. 2005: p.89.
Romney, Paul J. Steinbart. Accounting Information Systems. Essex: Pearson, 2012.
Ross, Randolph W. Westerfield, and Bradford D. Jordan. Fundamentals of Corporate Finance.
New York: Mc Graw-Hill, 2010.
Sekaran, Uma. Research Method for Business (4th ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.,
2003.
Starr, David W. Miller. Inventory Control: Theory and Practice. New Delhi: Prentice Hall, 1981.
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013
Trisula International Tbk PT (TRIS.JK) Key Developments. April 2013.
<http://www.reuters.com/finance/stocks/TRIS.JK/key-developments>
Universitas Indonesia – Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa.
Yunhar. Direct interview. Jakarta: April 2013
Analisis Pengelolaan..., Ratu Tika Bravani, FE UI, 2013