analisis penetapan harga pokok produksi excellent …

158
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT GAMBOENG WHITE TEA SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL DI PPTK GAMBOENG, BANDUNG SKRIPSI YANA MELATI SUCI 11140920000037 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

EXCELLENT GAMBOENG WHITE TEA SEBAGAI DASAR

PENENTUAN HARGA JUAL DI PPTK GAMBOENG,

BANDUNG

SKRIPSI

YANA MELATI SUCI

11140920000037

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

10

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

EXCELLENT GAMBOENG WHITE TEA SEBAGAI DASAR

PENENTUAN HARGA JUAL DI PPTK GAMBOENG,

BANDUNG

Oleh :

YANA MELATI SUCI

11140920000037

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Page 3: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

ii

PENGESAHAN UJIAN

Skipsi berjudul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Excellent

Gamboeng White Tea Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Di PPTK

Gamboeng, Bandung” yang ditulis oleh Yana Melati Suci NIM 11140920000037,

telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 20

Desember 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis.

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2018

Yana Melati Suci

Page 4: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

iii

Page 5: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

iv

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yana Melati Suci

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir: Tangerang, 12 November 1996

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Semanggi 2 No. 15 A, RT 03/RW03

Kec. Ciputat Timur – Kab. Tangerang Selatan, 15412

No. Hp : 089648683720

E-mail : [email protected]

2002 – 2008 : SDN Duri Kepa 17 Pagi

2008 – 2011 : SMPN 89 Jakarta Barat

2011 – 2014 : SMAN 1 Kasiman Kabupaten Bojonegoro

2014 – 2018 : S-1 Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

IDENTITAS DIRI

RIWAYAT PENDIDIKAN

Page 6: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

v

2009 : Anggota Ekskul Paduan Suara SMPN 89 Jakarta Barat

2012 : Anggota Murid Berprestasi Kabupaten Bojonegoro

2015 : Anggota Divisi Kewirausahaan HMJ Agribisnis UIN Jakarta

2017 : Wakil Ketua Seni Suara Agribisnis UIN Jakarta

2017 : Ketua Divisi Kewirausahaan HMJ Agribisnis UIN Jakarta

2013 : Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Inggris Kabupaten Bojonegoro

2013 : Juara 3 Olimpiade SMA Tingkat Kabupaten

2017 : Penerima Beasiswa Peningkatan Akademik UIN Jakarta

2017 : Pelatihan Manajemen Pemasaran PPTK Gamboeng, Bandung.

2017 : Divisi Produksi PPTK Gamboeng - Bandung

2017 – sekarang : Guru Private di Lia Bimbel

PENGALAMAN ORGANISASI

PRESTASI YANG TELAH

DICAPAI

PENGALAMAN KERJA

Page 7: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

vi

RINGKASAN

Yana Melati Suci. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Excellent Gamboeng

White Tea Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual di PPTK Gamboeng, Bandung. Di

bawah bimbingan Junaidi dan Eny Dwiningsih

Teh merupakan salah satu komoditi hasil olahan tanaman pertanian yang

berasal dari daun Camellia sinensis yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. ).

Teh putih atau white tea merupakan teh yang paling banyak memiliki khasiat

dibandingkan dengan teh hitam maupun teh hijau. Hal ini disebabkan white tea

mengandung sejumlah senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan

sehingga dapat bermanfaat untuk kesehatan, terutama mencegah penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan

kanker. PPTK Gamboeng (Pusat Penelitian Teh dan Kina) Bandung merupakan

salah satu perusahaan perkebunan teh milik negara sekaligus Badan Usaha di bawah

PT. RPN (Riset Perkebunan Nusantara) yang memproduksi white tea. PPTK

Gamboeng melakukan pencatatan biaya yang digunakan dalam produksi dan diolah

secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut namun, dalam penentuan

harga jual perusahaan masih mengacu dan mengikuti harga pesaing sehingga

metode yang digunakan belum jelas dan tidak detail karena menggabungkan dan

membebankan biaya dalam ke dalam 3 produk sekaligus.

Berbagai jenis produk white tea kemasan yang beredar di pasaran

menyebabkan adanya persaingan pasar yang semakin ketat yang mendorong PPTK

Gamboeng agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Apabila harga jual

yang dihasilkan tinggi biasanya konsumen akan beralih kepada produk dari

perusahaan lain yang memiliki kualitas dan rasa yang sama dengan produk teh putih

milik PPTK Gamboeng, Maka manajemen perusahaan harus mengatur strategi

yang tepat salah satunya dengan perhitungan harga pokok produksi agar dapat

mempertahankan atau bahkan meningkatkan posisinya di tengah persaingan yang

tengah terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui proses produksi white

tea yang dilakukan di PPTK Gamboeng. (2) Mengetahui biaya untuk memproduksi

excellent gamboeng white tea di PPTK Gamboeng. (3) Menghitung harga pokok

produksi white tea dengan menggunakan Metode Full Costing. (4) Menghitung

Harga Pokok Produksi white tea dengan menggunakan Metode Activity Based

Costing. (5) Mengidentifikasi perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode perusahaan, metode Full Costing dan metode

Activity Based Costing.

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara

langsung dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari literatur buku,

skripsi dan jurnal. Analisis digunakan dengan menggunakan dua metode yaitu full

costing dan Activity Based Costing. Serta dibantu dengan pengolahan data

menggunakan software Excel 2010.

Page 8: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

vii

Dari penelitian ini diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode Full Costing untuk jenis produk white tea premium

adalah sebesar Rp.541.331 untuk jenis white tea KW I adalah sebesar Rp.541.269

dan untuk white tea unsorted adalah sebesar Rp. 541.336. Metode full costing

mudah diaplikasikan tetapi tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam

pembuatan produk yang sesungguhnya, sehingga kurang tepat untuk menghitung

harga pokok produksi. Metode ABC adalah metode perhitungan harga pokok

produksi yang memiliki hasil paling rendah dibandingkan kedua metode, diketahui

total biaya produksi untuk ketiga jenis produk white tea mengalami penurunan

biaya produksi bila dibandingkan dengan metode perusahaan dan Full Costing.

Dasar kalkulasi harga pokok produksi ABC dapat menghasilkan harga pokok

produksi yang paling rasional dari ketiga jenis produk white tea tersebut. Dari hasil

perhitungan HPP dengan metode ABC, biaya oprasional pabrik (BOP) dialokasikan

berdasarkan cost drivers (pemicu biaya) ke setiap satuan produk, dengan

menggunakan metode ABC didapati bahwa HPP per kg untuk jenis produk white

tea premium adalah sebesarRp. 497.670 untuk white tea KW I adalah sebesar Rp.

508.757 dan untuk white tea unsorted adalah sebesar Rp.506.910 per kg.

Perhitungan dengan metode ABC dapat melihat biaya produksi yang benar-benar

terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan perhitungan dengan metode full

costing tidak dapat mengetahui biaya dari aktivitas produksi yang menyebabkan

biaya tersebut menjadi rendah atau tinggi. Jadi, perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode ABC disarankan dapat digunakan sebagai penetapan

harga pokok produksi perusahaan

Kata Kunci : Harga pokok produksi, White Tea, Full Costing, Activity Based

Costing

Page 9: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Excellent Gamboeng White Tea

Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Di PPTK Gamboeng, Bandung”. Skripsi

ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana strata I (SI)

pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak

lepas dari bantuan dan peranan banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang, doa

serta motivasi yang begitu besar kepada penulis dan juga adik kecil ku Meliana

yang selalu memberikan dukungannya.

2. Ir. Junaidi, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,

solusi serta bimbingannya sehingga banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Eny Dwiningsih, S.T.P, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan yang bermanfaat dalam proses pelaksanaan penelitian dan

penulisan skripsi.

Page 10: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

ix

4. Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku ketua

Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatulllah Jakarta.

6. Segenap dosen Program Studi Agribisnis atas ilmu pengetahuan dan

pengalaman hidup yang dengan ikhlas diajarkan dan diberikan kepada penulis

7. Bapak Shabri selaku manajer produksi teh di PPTK Gamboeng dan Ibu

Kralawi Sita selaku pembimbing lapangan, serta semua karyawan yang telah

memberikan beragam bantuan dalam menyelesaikan penelitian penulis

8. Aji Kumara, Fergy dyah, Hanifa, Lussyana, Truwansui, Titik Tiara, serta

Amelia Novitasari, dan teman–teman Agribisnis angkatan 2014 yang

senantiasa memberi dukungan, motivasi dan keceriaan kepada penulis.

9. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka

berikan, Amin. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Jazakumullah khairan

katsiran, Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.

Jakarta, 20 Desember 2018

Yana Melati Suci

Page 11: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

x

DAFTAR ISI

RINGKASAN.......................................................................................................vi

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup .............................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Biaya dalam Perusahaan .......................................................... 10

2.2 Harga Pokok Produksi ................................................................................. 11

2.3 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi .................................................. 13

2.4 Biaya dan Klasifikasinya ............................................................................. 15

2.5 Metode Full Costing .................................................................................... 20

2.6 Metode Activity Based Costing .................................................................. 22

2.6.1 Hierarki Biaya dalam ABC ................................................................ 23

2.6.2 Tahapan Perancangan Activity Based Costing .................................. 24

Page 12: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xi

2.7 Perbedaan ABC dengan Full Costing .......................................................... 27

2.8 Teh ............................................................................................................... 27

2.8.1. White tea ........................................................................................... 29

2.8.2 Manfaat White tea ................................................................................. 30

2.9 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 32

2.10 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 36

3.2 Sumber Data ................................................................................................ 36

3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 37

3.4 Metode Analisis Data .................................................................................. 37

3.4.1 Aktivitas Produksi ............................................................................. 39

3.4.2 Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing ....... 39

3.4.3 Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC ................... 40

3.5 Definisi Operasional .................................................................................... 44

BAB VI GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah PPTK Gamboeng ............................................................................ 45

4.2 Lokasi dan Tata Letak PPTK Gamboeng .................................................... 48

4.3 Visi dan Misi PPTK .................................................................................... 49

4.3.1 Visi ..................................................................................................... 49

4.3.2 Misi .................................................................................................... 50

4.4 Struktur Organisasi ...................................................................................... 50

4.5 Fasilitas dan Sarana Prasarana PPTK Gamboeng ....................................... 51

4.6 Ketenagakerjaan .......................................................................................... 59

Page 13: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Produksi White tea Pada PPTK Gamboeng ..................................... 60

5.2 Biaya Produksi ............................................................................................ 65

5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung ............................................................. 65

5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung .................................................. 67

5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi ............................................................... 73

5.3.1 Produksi dan Pendapatan ................................................................... 73

5.3.2 Penetapan HPP Metode Perusahaan .................................................. 74

5.3.3 Penetapan HPP Metode Full Costing ................................................ 76

5.3.4 Penetapan HPP Metode Activity Based Costing (ABC) ..................... 86

5.4 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi .......................................... 108

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 113

6.2 Saran .......................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116

LAMPIRAN....................................................................................................... 118

Page 14: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbandingan Harga Excellent Gamboeng White Tea dengan Kompetitor........ 5

2. Aktivitas dan Level Aktivitas............................................................................ 41

3. Jenis Aktivitas dan Biaya Aktivitas .................................................................. 42

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode ABC ............................................ 43

5. Komposisi Sumberdaya Manusia PPTK Gamboeng Tahun 2017 .................... 59

6. Perbedaan Bahan Baku White Tea Premium dengan KW I .............................. 61

7 . Biaya Bahan Baku White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017 ......................... 66

8. Biaya Listrik Pabrik White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017 ...................... 69

9. Total Biaya Overhead PPTK Gamboeng Tahun 2017 ..................................... 71

10. Pendapatan White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017 ................................... 74

11. Perhitungan Harga Pokok Produksi White Tea Metode Perusahaan

PPTK Gamboeng Tahun 2017 ........................................................................ 76

12. Persentase Data Produksi White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017 ............. 77

13. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea Premium PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................... 81

14. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea KW I PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................... 83

15. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea Unsorted PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................... 85

Page 15: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xiv

16. Persentase Penggunaan Listrik Pabrik White Tea PPTK Gamboeng Tahun

2017 ................................................................................................................. 89

17. Cost Driver White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017 ................................... 90

18. Cost Driver White Tea Premium ..................................................................... 92

19. Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea Premium ............... 94

20. Biaya Aktivitas per Produk White Tea Premium ............................................ 95

21. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea Premium PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................... 96

22. Cost Driver White Tea KW I .......................................................................... 98

23 Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea KW I ................... 100

24. Biaya Aktivitas per Produk White Tea KW I ................................................ 101

25. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea KW I PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................. 102

26. Cost Driver White Tea Unsorted................................................................... 104

27. Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea Unsorted ............ 105

28. Biaya Aktivitas per Produk White Tea Unsorted .......................................... 106

29. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea Unsorted PPTK

Gamboeng Tahun 2017 ................................................................................. 107

30. Perbandingan Harga Pokok Produksi White Tea PPTK Gamboeng

Tahun 2017 ................................................................................................... 108

31. Selisih Harga Pokok Produksi White Tea antara Metode Full Costing dan

ABC.............................................................................................................. 109

32. Selisih Laba White Tea antara Metode Full Costing dan ABC......................111

Page 16: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Data Konsumsi Teh Tahun 2002-2014............................................................ 2

2. Data Penjualan dan Target Penjualan White Tea PPTK Gamboeng............... 6

3. Keyakinan Dasar yang Melandasi Metode ABC............................................. 23

4. Pucuk Peko Bahan Baku White tea................................................................. 30

5. Kerangka Pemikiran........................................................................................ 35

Page 17: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Pertanyaan ..................................................................................... 118

2. Stuktur Organisasi PPTK Gamboeng ..................................................... 119

3. Proses Produksi White Tea ...................................................................... 120

4. Biaya Penyusutan Tahun 2017 ................................................................. 121

5. Total Biaya Listrik Tahun 2017 ............................................................... 122

6. Total biaya Pemasaran Tahun 2017 ......................................................... 123

7. Mesin Peralatan dan Bahan ........................................................................... 124

8. Aktivitas Produksi dan Biaya Produksi ................................................... 125

9. Cost Driver White Tea Premium ............................................................. 126

10. Biaya Per Produk White Tea Premium .................................................. 128

11. Cost Driver White Tea KW I ................................................................. 130

12. Biaya Per Produk White Tea KW I ........................................................ 132

13. Cost Driver White Tea Unsorted ............................................................ 134

14. Biaya Per Produk White Tea Unsorted ................................................... 136

15. Sarana dan Prasarana PPTK Gamboeng ................................................. 138

16. Produk dan Jasa PPTK Gamboeng ......................................................... 140

Page 18: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teh merupakan salah satu komoditi hasil olahan daun Camellia sinensis

yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Hal ini disebabkan teh mengandung

sejumlah senyawa polifenol jenis flavanol diantaranya katekin, epikatekin,

epigalokatekin, dan galokatekin (Somantri, 2011:12). Teh putih atau white tea

merupakan teh yang paling banyak memiliki khasiat dibandingkan dengan teh

hitam maupun teh hijau. Senyawa polifenol yang terdapat pada white tea mampu

sebagai antioksidan sehingga dapat bermanfaat untuk kesehatan, terutama

mencegah penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes

mellitus, hipertensi, dan kanker. White tea memiliki potensi untuk memblokir

mutasi DNA sebagai pemicu pembentukan tumor. Dalam penelitian menunjukkan

bahwa white tea dapat memerangi kuman lebih efektif secara signifikan. White tea

juga memiliki efek antiviral dan antijamur yang dapat dikembangkan menjadi obat

untuk mencegah terjadinya penyakit (Kristiono, 2011:23).

Pertumbuhan permintaan teh dalam negeri dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yaitu rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 6% (Pusat

Penelitian Teh dan kina, 2017:2), hal tersebut menjadikan tingkat konsumsi white

tea nasional ikut meningkat. Perkembangan konsumsi teh dari tahun 2002-2015

cenderung meningkat (Gambar 1). Konsumsi teh diperoleh dari hasil susenas

(Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang diterbitkan oleh BPS tahun 2016 (Badan

Pusat Statistik, 2016). Meningkatnya konsumsi teh dari tahun ke tahun terjadi

Page 19: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

2

karena masyarakat pada saat ini yang sadar akan kesehatan akan mengurangi kopi

dan beralih dengan meminum teh khususnya white tea karena memiliki manfaat

yang lebih banyak hingga tiga kali lipat dibanding black tea ataupun green tea.

Perkembangan konsumsi teh di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1 di bawah

ini:

Gambar 1. Data Konsumsi Teh Tahun 2002-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Konsumsi teh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun membuat para

industri pengolahan teh berlomba-lomba untuk memproduksi teh salah satunya

yaitu white tea. Hal tersebut merupakan peluang bagi industri pengolahan untuk

memproduksi dan memasarkan produk white tea. PPTK Gamboeng (Pusat

Penelitian Teh dan Kina) merupakan salah satu perusahaan perkebunan teh milik

negara sekaligus Badan Usaha di bawah PT. RPN yang memproduksi white tea.

PPTK Gamboeng merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis

teh dan kina mulai dari hulu (budidaya) hingga hilir (pasca panen). Adapun

produk yang dihasilkan oleh PPTK Gamboeng meliputi Teh Hitam (Black Tea),

Teh Hijau (Green Tea) dan Teh Putih (White tea). Dari ketiga produk tersebut,

0.770.71

0.670.71 0.69

0.780.71

0.640.69

0.66

0.52

0.62 0.61

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Kg/Kapita/Tahun)

Page 20: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

3

produk white tea merupakan produk yang paling tinggi atau mahal harganya

karena white tea memiliki banyak manfaat, selain itu bahan utama yang digunakan

yaitu pucuk teh yang masih menggulung yang sangat terbatas dan proses

pengolahan yang dilakukan sangat khusus sehingga menjadikan white tea lebih

special dan lebih mahal dibandingkan dengan produk Black tea atau Green Tea.

PPTK Gamboeng dalam memproduksi produk white tea selalu

menggolongkan biaya menjadi dua yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.

Biaya produksi ini akan membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk

menghitung harga pokok produk jadi, sedangkan biaya non produksi akan

ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok

produk (Sugiri dan Agus Riyono, 2002:34). PPTK Gamboeng melakukan

pencatatan biaya yang digunakan dalam produksi dan diolah secara cermat sesuai

dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, namun dalam penentuan

harga jual perusahaan masih mengacu dan mengikuti harga pesaing sehingga

metode yang digunakan belum jelas dan tidak detail karena menggabungkan dan

membebankan biaya ke dalam 3 produk sekaligus. Pada laporan keuangan

perusahaan tidak memisahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya listrik,

biaya penyusutan, dan biaya pemasaran untuk masing-masing jenis produk white

tea. Manajemen keuangan perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi

tidak mengelompokan dan memisahkan biaya langsung maupun tidak lansgung,

dan dalam perhitungannya tidak memisahkan antara ketiga jenis produk yaitu

white tea premium, KW I maupun unsorted. Manajemen perusahaan hanya

Page 21: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

4

menghitung satu kali perhitungan dengan menjumlahkan keseluruhan hasil

produksi (kg) yang dihasilkan, hal tersebut menyebabkan perusahaan tidak

mengetahui berapa biaya harga pokok produksi dari masing masing produk white

tea. Penetapan harga pokok produksi menurut perusahaan tidak memasukan biaya

biaya variabel seperti biaya listrik, biaya penyusutuan, biaya kendaraan, biaya

bensin, dan biaya pemasaran, hal ini menyebabkan banyak kesalahan dalam

perhitungan yang disebabkan oleh tidak terperincinya jenis jenis biaya yang akan

menyebabkan manajemen keuangan salah dalam mengambil keputusan untuk

menentukan harga jual yang layak bagi perusahaan.

Perhitungan harga pokok produksi yang akan digunakan untuk

menentukan harga jual produk diperbolehkan mengambil keuntungan sebanyak-

banyaknya. Tidak ditemukan satu dalilpun yang membatasi keuntungan yang

boleh diambil oleh seorang pedagang dari bisnisnya. Bahkan sebaliknya,

ditemukan beberapa dalil yang menunjukkan bahwa pedagang bebas menentukan

persentase keuntungannya, disebutkan dalam HR. Abu Daud, no. 3451.

Artinya: “Sesungguhnya Allah adalah zat yang menetapkan harga, menyempitkan

dan melapangkan rezeki, sang pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa

berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang

menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta”

Harga Jual white tea PPTK Gamboeng untuk kualitas premium dijual

dengan harga Rp. 1.000.000/kg yang merupakan harga jual tertinggi kedua setelah

Page 22: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

5

merek walini yang di produksi oleh PTPN VIII. Perbandingan Harga jual white

tea PPTK Gamboeng dengan kompetitor untuk kualitas premium dapat dilihat

pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Perbandingan Harga Excellent Gamboeng White Tea dengan Kompetitor

No

Nama Produk Nama

Produsen

Harga

1 Gamboeng

White tea

PPTK

Gamboeng

Rp. 1.000.000/kg

2 Andi White tea Andi Tea Rp. 950.000/kg

3 Silver Needle Ciwidey

Plantation

Rp. 1.000.000/kg

4 Walini PTPN VIII Rp. 1.500.000/kg

5 Kemuning

White tea

Kemuning Tea Rp. 900.000/kg

Sumber: pusat penelitian teh dan kina, 2017

Berbagai jenis produk white tea kemasan yang beredar dipasaran seperti

produk andi white tea, walini, dan kemuning white tea menyebabkan adanya

persaingan pasar yang semakin ketat yang mendorong PPTK Gamboeng agar

mampu bersaing dengan perusahaan lainnya dalam industri pengolahan white tea.

Produk yang sudah memiliki merek dagang terkenal mampu bertahan dengan

harga jual tinggi, hal ini dikarenakan kualitas dianggap terjamin sehingga tidak

terpengaruh dengan adanya pesaing baru, sedangkan untuk produk yang sedang

mencari pasar, berlomba – lomba untuk menawarkan harga jual terendah untuk

menarik perhatian konsumen. Produk baru inilah yang biasannya memiliki

persaingan harga jual yang ketat. Dalam kasus ini perhitungan harga pokok

produksi yang tepat akan menjadi penentu harga jual yang akurat. Apabila harga

jual yang dihasilkan tinggi biasanya konsumen akan beralih kepada produk dari

Page 23: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

6

perusahaan lain yang memiliki kualitas dan rasa yang sama dengan produk teh

putih milik PPTK Gamboeng. Penjualan white tea dari tahun 2013 hingga 2017

tidak pernah memenuhi target penjualan. Penjualan yang tidak pernah memenuhi

target dikarenakan harga jual yang tinggi yang menyebabkan konsumen lebih

memilih produk white tea yang sejenis dengan harga jual yang lebih murah. Data

penjualan white tea dari tahun 2013 hingga 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Data Penjualan dan Target Penjualan White Tea PPTK Gamboeng

Sumber: Pusat Penelitian Teh dan Kina Gamboeng, (2018)

Menghadapi permasalahan ini maka manajemen perusahaan harus

mengatur strategi yang tepat salah satunya dengan perhitungan harga pokok

produksi agar dapat menurunkan harga jual atau bahkan meningkatkan posisinya

ditengah persaingan yang terjadi. Perhitungan harga pokok produksi begitu

penting bagi perusahaan karena berfungsi sebagai dasar penetapan harga jual.

Perhitungan harga pokok produksi harus tepat dan akurat karena konsumen akan

memilih produk yang bermutu tinggi dengan harga yang lebih murah. Oleh karena

itu penulis mengambil judul penelitian “Analisis Penetapan Harga Pokok

1000 974

12401115

1012

1500 1500 1500 1500 1500

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

2013 2014 2015 2016 2017

KG

/TA

HN

UN

Penjualan Target Penjualan

Page 24: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

7

Produksi Excellent Gamboeng White Tea Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Di

PPTK Gamboeng Bandung

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana proses produksi white tea yang dilakukan di PPTKGamboeng?

2. Berapa biaya produksi untuk memproduksi excellent gamboeng white tea di

PPTK Gamboeng?

3. Bagaimana penetapan harga pokok produksi white tea dengan menggunakan

Metode Full Costing?

4. Bagaimana penetapan Harga Pokok Produksi white tea dengan menggunakan

Metode Activity Based Costing?

5. Apakah terdapat perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi dengan

menggunakan metode perusahaan, metode Full Costing dan metode Activity

Based Costing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuaraikan,

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses produksi white tea yang dilakukan di PPTK Gamboeng

2. Mengetahui biaya untuk memproduksi white tea di PPTK Gamboeng

3. Menghitung penetapan harga pokok produksi white tea dengan menggunakan

Metode Full Costing

4. Menghitung harga pokok produksi white tea dengan menggunakan Metode

Activity Based Costing

Page 25: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

8

5. Mengidentifikasi perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode perusahaan, metode Full Costing dan

metode Activity Based Costing

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan

Memberikan saran perhitungan pokok produksi yang lebih terinci atau

mencakup semua biaya-biayanya, sehingga dapat memberikan manfaat

bagi manajemen perusahaan untuk menentukan harga pokok penjualan

dan keputusan manajemen dalam mengambil langkah strategis perusahaan

kedepannya.

2. Bagi universitas

Sebagai bahan referensi pustaka karya ilmiah atau penelitian selanjutnya

terkait dengan perhitungan harga pokok produksi.

3. Bagi peneliti

Untuk meningkatkan skill serta menambah wawasan dalam hal

perhitungan harga pokok produksi dan sebagai persyaratan untuk meraih

gelar sarjana agribisnis pada program studi agribisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengamati dan mendeskripsikan pelaksanaan proses

produksi dan penentuan harga pokok produksi yang selama ini telah diterapkan

oleh PPTK Gamboeng. Penelitian ini juga menganalisis penetapan harga pokok

produksi (HPP) dengan menggunakan metode full costing dan metode Activity

Page 26: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

9

Based Costing yang akan dipilih dan diterapkan pada produk white tea PPTK

Gamboeng. Data yang digunakan adalah data produksi dan biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh PPTK Gamboeng pada tahun 2017

Page 27: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Biaya dalam Perusahaan

Manajemen biaya dalam sebuah perusahaan dianggap sangat penting

karena dapat memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam

perusahaan, agar setiap peristiwa yang terjadi dapat diterima baik oleh pihak

perusahaan sehingga dapat membantu dalam memberikan pertanggungjawaban

atas keuangan perusahaan. Perkembangan yang pesat ini harus disertai dengan

kemampuan manajemen dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan

untuk operasional perusahaan. Manajemen perusahaan membutuhkan informasi

yang dapat dipercaya dan diandalkan, agar mampu mengukur dan mengevaluasi

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang telah dijalankan dalam organisasinya.

Perusahaan juga harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya.

Namun demikian, banyak perusahaan belum mampu menerapkan praktik

manajemen yang baik, misalnya dalam penetapan harga jual dan harga pokok

produksinya (Simamora, 2002:18).

Manajemen biaya di dalam suatu perusahaan memiliki 4 fungsi (Blocher,

2000:3) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai manajemen strategis

Infromasi manajemen biaya dibutuhkan untuk membuat keputusan-keputusan

strategis yang tepat berkaitan dengan pemilihan produk, perhitungan harga

Page 28: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

11

pokok produksi, teknik dan saluran pemasaran, penilaian profitabilitas

pelanggan, dan masalah-masalah janga panjang lainnya.

2. Perencanaan dan pengambilan keputusan

Informasi manajemen biaya dibutuhkan untuk mendukung keputusan-

keputusan rutin mengenai penggantian peralatan, pengelolahan arus kas,

penganggaran pembelian bahan baku, penjadwalan produksi, dan penetapan

harga jual.

3. Pengendalian manajemen dan operasional

Informasi manajemen biaya dibutuhkan sebagai dasar yang wajar dan efektif

untuk menemukan operasi yang tidak efesien dan memberi penghargaan serta

memotivasi manajer yang paling efektif

4. Penyusunan laporan keuangan

Informasi manajemen biaya dibutuhkan untuk mendapatkan catatan akuntansi

yang akurat tentang persediaan dan asset lainnya dengan memenuhi

persyaratan pelaporan dalam rangka menyusun laporan keuangan dan untuk

digunakan dalam tiga fungsi manajemen lainnya.

2.2 Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2007b:17) harga pokok produksi merupakan biaya-

biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, harga

pokok produksi merupakan biaya yang dilekatkan pada unit produk. Harga pokok

produksi memiliki arti lain yaitu aktivitas perusahaan dalam bentuk persediaan

sampai produksi dimana biaya tersebut melekat sampai dijual.

Page 29: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

12

Mulyadi (2007b:65) menambahkan bahwa informasi harga pokok

mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menentukan harga jual produk

2. Memantau realisasi biaya produksi

3. Menghitung laba atau rugi periodik

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca.

Menurut (Hansen dan Mowen, 2006:60), harga pokok produksi adalah total

biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Harga pokok produk adalah

total biaya yang dikaitkan pada setiap unit produk, biaya yang melekat pada unit

produk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi/membuat suatu

produk untuk kepentingan manajemen guna membantu mereka di dalam mengelola

perusahaan. Pihak manajemen dalam mengambil keputusan memerlukan data yang

akurat, dalam data akurat terdapat biaya akurat. Biaya akurat merupakan keseluruhan

biaya yang digunakan selama proses produksi. Biaya akurat dapat menentukan harga

pokok yang tepat, untuk menentukan harga pokok produk secara tepat perlu

digolongkan sehingga dapat dipisah antara biaya produksi maupun biaya non

produksi. Adapun manfaat dari perhitungan biaya akurat sebagai berikut :

a. Untuk tujuan pengawasan biaya yang dihasilkan merupakan salah satu data

yang digunakan manajemen dalam membuat perancangan anggaran atau

budget

b. Membantu dalam penetapan harga jual penentuan harga jual yang

menguntungkan melalui data biaya dan volume penjualan sebelumnya.

Page 30: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

13

c. Untuk menghitung rugi-laba periodic untuk suatu perusahaan dilakukan

dengan perhitungan antara penjualan dengan biaya-biaya yang terjadi dan

telah expired dalam satu dasar perhitungan yang sama dan konsisten

2.3 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan sistem full costing,

variabel costing, maupun activity based costing (ABC), Metode full costing, variabel

costing lebih dikenal sebagai sistem perhitungan konvesional. Menurut (Mulyadi,

2005:17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi

terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan variable costing. Sedangkan menurut

(Garrison dan Brewer, 2006:56), metode perhitungan harga pokok terdiri dari dua

metode, yaitu volume based costing system dan activity based costing

1. Metode full costing

Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok

produksi, harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full

costing terdiri dari unsur harga pokok produksi yaitu biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya

overhead pabrik variabel, ditambah dengan biaya non-produksi yaitu biaya

pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Metode full costing baik

digunakan karena dapat membantu manajemen dalam mambuat keputusan

jangka panjang. Selain itu metode full costing mempunyai keunggulan

dibandingkan dengan metode variabel costing karena dapat

mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan.

Page 31: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

14

2. Metode activity based costing

Activity Based Costing pada dasarnya merupakan metode penentuan harga

pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi cost produk

secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara

cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk

menghasilkan produk. Activity Based Costing menitikberatkan penentuan

harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk ke dalam harga

pokok produksi, yang terdiri dari fase design dan pengembangan produk

yaitu Biaya design, Biaya pengujian. Fase produksi yang terdiri dari unit

level, activity cost, batch level activity cost, product sustaining activity cost,

fase sustaining activity cost. Fase dukungan logistik terdiri dari biaya iklan,

biaya distribusi, biaya garansi produk.

3. Metode variable costing

Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel. Harga pokok

produksi yang dihitung dengan menggunakan metode variable costing dari

harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya non

produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum

variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran

tetap, biaya administrasi dan umum tetap). metode variabel costing baik

digunakan hanya untuk mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini

kurang tepat digunakan utnuk mengidentifikasi setiap biaya yang

Page 32: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

15

dikeluarkan secara cermat karena hanya memperhitungkan biaya variabel

saja.

4. Metode volume based costing system

Volume based costing system dikenal dengan sistem akuntansi biaya

tradisional, dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta

overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk

berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya

aktivitas penanganan produk sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk

dengan volume produksi besar mendapatkan alokasi biaya yang besar dan

produksi dengan volume produksi kecil dibebani biaya produksi yang relatif

kecil pula.

2.4 Biaya dan Klasifikasinya

Menurut (Hansen dan Mowen, 2006:40), biaya adalah kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi

perusahaan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang

dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, dan Usry Wilton 2006:30).

Sedangkan menurut (Komarudin, 2005:18), biaya atau cost adalah kas atau

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode

mendatang. Menurut (Bustami dan Nurlela, 2010:5), biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut

Page 33: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

16

(Prawironegoro dan Ari Durwanti, 2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang

dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang

diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.

Sehingga dapat disimpulkan menjadi empat pokok dalam definisi biaya tersebut:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Menurut (Mulyadi, 2005:14), biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Objek Pengeluaran atau Komponen Harga Pokok Produksi

Dalam objek ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan

biaya.

a. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku menurut adalah biaya yang digunakan untuk memperoleh

bahan baku yang akan diolah menjadi produk jadi. Biaya bahan baku juga

dapat diartikan sebagai biaya perolehan seluruh bahan baku yang pada

akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses

kemudian menjadi barang jadi) dan yang dapat dilacak ke objek biaya

dengan cara ekonomis.

b. Biaya overhead pabrik

Biaya Overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja langsung. biaya Overhead merupakan suatu biaya

yang keseluruhan biayanya berhubungan dengan proses produksi suatu

Page 34: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

17

perusahaan, akan tetapi tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil

produksinya. Secara umum yang termasuk dalam biaya Overhead pabrik

antara lain: bahan tidak langsung, energi dan listrik, pajak bumi dan

bangunan, asuransi pabrik, dan biaya lainnya yang bertujuan untuk

mengeoperasikan pabrik.

c. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya Tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat di

identifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan

untuk menyelesaikan produk-produk dari perusahaan. Biaya tenaga kerja

langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja yang dapat

ditelusuri ke obyek biaya dengan cara yang ekonomis. Contoh Biaya Tenaga

Kerja Langsung adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada tenaga

kerja bagian produksi yang memproduksi bahan baku menjadi barang jadi.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam fungsi pokok biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Biaya produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap untuk dijual, menurut obyek pengeluarannya secara

garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Page 35: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

18

b. Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran

produk, contohnya adalah: iklan, promosi, biaya angkutan dari gudang

perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran.

c. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan

pemasaran produk, contohnya adalah: gaji karyawan bagian keuangan,

akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan

akuntan dan biaya foto kopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi

dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya

Biaya ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Biaya langsung

Adalah biaya yang terjadi, di mana penyebab satu-satunya adalah karena

adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada,

maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri

dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung

Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang

dibiayai, biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut

dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik,

contohnya adalah gaji mandor dan biaya listrik.

Page 36: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

19

4. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dapat

digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

d. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan

tertentu, contohnya adalah gaji direktur produksi.

5. Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pengeluaran modal

Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi

(biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun). Contohnya adalah

pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran dan

pengeluaran-pengeluaran riset dan pengembangan suatu produk.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)

Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntasi

terjadinya pengeluaran tersebut, contohnya adalah biaya iklan dan biaya

tenaga kerja.

Page 37: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

20

2.5 Metode Full Costing

(Supriyono, 2009:44) mengemukakan sistem biaya Full Costing adalah

metode biaya yang hanya membebankan biaya pada produk sebesar biaya

produksinya. Sedangkan menurut (Blocher, 2000:23) menyatakan sistem full

costing adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan mengukur sumber

daya yang dikonsumsikan dalam proporsi yang sesuai denga jumlah produk yang

dihasilkan. Ciri-ciri metode full costing menurut (Supriyono, 2009 :44) adalah

sebagai berikut:

1. Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang

fungsional kegiatan, yaitu: manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan

administrasi

2. Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan manufaktur

biaya overhead persediaan, yaitu dicatat dalam penilaian persediaan.

3. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan dianggap dilacak (atau)

dibebankan langsung ke pabrik

4. Biaya Overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen diperlakukan

sebagai biaya tidak langsung produk tetapi dibebankan ke produk dengan

menggunakan tarif biaya Overhead telah ditentukan.

5. Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya Overhead yang

telah ditentukan digunakan, overhead dibebankan tanpa pandang bulu untuk

semua produk tanpa memperhatikan perbedaan dalam sumber daya yang

dimanfaatkan dalam pembuatan satu produk versus lain

Page 38: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

21

6. Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yang akurat

dirumuskan dikolom biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada periode

dimana terjadinya kegiatan tersebut

Kelebihan Sistem Full Costing menurut (Mulyadi, 2007b:39) adalah sebagai

berikut:

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan

kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas

normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya

2. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap

sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual.

3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual,

maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan

untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam

persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi)

Perhitungan Harga Pokok Produksi menurut Menurut (Mulyadi, 2007b:43)

sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku Rp. XXXX

Biaya Tenaga Kerja Rp. XXXX

Baiaya Overhead Pabrik Tetap Rp. XXXX

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. XXXX

Harga Pokok Produk Rp. XXXXXX

Page 39: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

22

2.6 Metode Activity Based Costing

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) menurut

(Blocher, 2000:56) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya

sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan

aktivitas yag dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan

perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil

dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan

timbulnya biaya. Activity based costing system merupakan sistem biaya yang

menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel

perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Dari beberapa pengertian di

atas maka dapat disimpulkan bahwa activity based costing merupakan perhitungan

biaya yang menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu

biaya lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh

produk secara lebih akurat dan membantu pihak manajemen dalam meningkatkan

mutu pengambilan keputusan perusahaan. Konsep Dasar Activity Based Costing

menurut (Mulyadi, 2005:44) yaitu cost is caused and the causes of cost can be

managed.

1. Cost is caused adalah biaya ada penyebabnya, dan penyebab biaya adalah

aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas

yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel

perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. Metode activity based

costing berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan

kemampuan untuk melaksanakan aktivitas

Page 40: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

23

2. The causes of cost can be managed adalah penyebab terjadinya biaya yaitu

aktivitas yang dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang

menjadi penyebab terjadinya biaya, anggota perusahaan dapat mempengaruhi

biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang

aktivitas.

Penyebab biaya dapat dikelola

melalui (activity-based manajement)

Gambar 3. Keyakinan Dasar yang Melandasi Metode ABC

Sumber : (Mulyadi, 2005)

2.6.1 Hierarki Biaya dalam ABC

Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya

aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk

membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya. (Blocher,

2000:120). Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas

diklasifikasikan menjadi beberapa level aktivitas yaitu level unit, level batch, level

produk dan level fasilitas. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini

akan memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level

yang berbeda akan menggunakan jenis Cost driver yang berbeda. Hierarki biaya

merupakan pengelompokan biaya dalam berbagai kelompok biaya (Cost Pool)

sebagai dasar pengalokasian biaya. (Firdaus dan Wasilah, 2009:324) memaparkan

hierarki biaya dalam Activity-Based Costing System yaitu:

Sumber

Daya

Aktivitas Cost

Object

Page 41: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

24

1. Biaya untuk setiap unit (output unit level) adalah sumber daya yang digunakan

untuk aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang

dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah hubungan sebab

akibat dengan setiap unit yang dihasilkan.

2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber daya yang

digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan kelompok unit produk atau

jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang

hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan.

3. Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu (product/service sustaining level) adalah

sumber daya digunakan untuk aktivitas yang menghasilkan suatu produk dan

jasa. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang memiliki

hubungan sebab akibat dengan setiap produk atau jasa yang dihasilkan.

4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level) adalah sumber daya

yang digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung

dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi

secara keseluruhan. Dasar pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan

sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan

untuk ke lancaran kegiatan perusahaan yangberhubungan dengan proses

produksi barang atau jasa.

2.6.2 Tahapan Perancangan Activity Based Costing

Menurut (Blocher, 2000:125) tiga tahap dalam merancang metode ABC

adalah: Mengidentifikasikan Biaya sumber daya dan aktivitas, membebankan

sumber daya ke aktivitas, dan membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.

Page 42: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

25

1. Mengidentifikasikan biaya sumber daya dan aktivitas

Tahap pertama merancang metode ABC adalah dengan mengidentifikasikan

Biaya sumber daya dan aktivitas biaya sumber daya adalah biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti penanganan bahan baku,

pembelian bahan baku, peralatan pabrik, gaji dan tunjangan. Aktivitas adalah

identifikasi dan deskripsi pekerjaan dalam organisasi. Meliputi pengumpulan

data, survei, dll.

2. Membebankan biaya ke sumber daya aktivitas

Biaya sumber daya dapat dibebankan ke aktivitas dengan cara penulusuran

secara langsung (direct tracing) atau estimasi. Direct tracing mensyaratkan

untuk mengukur pemakaian sumber daya yang sesungguhnya digunakan oleh

aktivitas. Contohnya tenaga yang digunakan untuk megoperasikan mesin yang

dapat ditelusuri secara langsung ke aktivitas operasi mesin, sehingga observasi

mesin diobservasikan berdasarkan parameter yang digunakan. Jika pengukuran

secara langsung tidak dapat dilakukan, manajer departemen atau supervisior

diminta untuk mengestimasi persentase waktu yang dikeluarkan.

3. Membebankan objek biaya aktivitas ke objek biaya

Jika biaya aktivitas sudah diketahui maka selanjutnya perlu untuk mengukur

biaya aktivitas per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit

untuk output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Driver aktivitas digunakan

untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver aktivitas biasanya

berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan atau jam inspeksi, jumlah

pembayaran, jam kerja langsung, dan jam mesin.

Page 43: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

26

Menurut (Maher dan Edward Deakin, 1997:48) kelebihan sistem Activity Based

Costing adalah sebagai berikut:

1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih rinci

daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen.

2. Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran dengan

memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan dalam

pengambilan keputusan tentang penetapan harga.

3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan

kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap

kagiatan. Dengan metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan pula dapat

mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang

menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui

Sedangkan menurut (Garrison 2006:48) kelemahan Metode Activity Based

Costing adalah sebagai berikut:

1. ABC adalah metode besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan

mahal.

2. ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh

sistem tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan

biaya tradisional untuk menjalankan operasinya, intinya ABC mengubah aturan.

main perusahaan, perubahan dalam organisasi khususnya yang mengubah aturan

main cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.

3. Data ABC dapat dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan dengan hati-

hati ketika mengambil keputusan. Biaya yang dibebankan kepada produk,

pelanggan dan obyek biaya lainnya hanya dilakukan bila secara potensial relevan.

Page 44: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

27

Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC,

manajer harus mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan dengan

keputusan saat itu.

2.7 Perbedaan ABC dengan Full Costing

Menurut Mulyadi (2007a: 187), perbedaan ABC dengan sistem Full Costing

adalah sebgai berikut:

1. ABC menitikberatkan pada pertanggungjawaban aktivitas yang dilakukan bukan

pertanggungjawaban biaya. Biaya terjadi sebagai akibat adanya aktivitas, oleh

karena itu fokus pengendalian biaya diubah dari yang semula dipusatkan

terhadap biaya, sekarang di pusatkan terhadap penyebab terjadinya biaya yaitu

aktivitas. Karena aktivitas tidak dibatasi oleh pusat pertanggungjawaban seperti

departemen, maka ABC bersifat menyeluruh dan merupakan pendekatan

menyeluruh dalam pengendalian biaya

2. Sistem akuntansi pertanggung jawaban full costing memfokuskan pengendalian

terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan manajer yang

memiliki wewenang atas terjadinya biaya. Sedangkan dalam sistem ABC

memfokuskan pengendaliannya terhadap aktivitas yang menyebabkan

terjadinya biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan

2.8 Teh

Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, berasal dari

pegunungan Himalaya dan daerah – daerah pegunungan yang berbatasan dengan

Republik Rakyat Cina, India, dan Birma. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah

tropis dan subtropis, dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang

Page 45: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

28

tahun (Setiawati dan Nasikun, 1991:26). Tanaman secara lengkap diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Parietales

Family : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis

Tumbuhan teh dapat tumbuh sekitar 6 – 9 meter tingginya. Di perkebunan,

tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan

secara berkala. Hal ini adalah untuk memudahkan pemetikan daun dan agar

diperoleh tunas – tunas daun teh yang cukup banyak. Tumbuhan teh umumnya

mulai dapat dipetik daunnya secara terus – menerus setelah umur 5 tahun dan dapat

memberikan hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun, baru kemudian diadakan

peremajaan. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan subur di daerah dengan ketinggian

200 – 2000 meter di atas permukaan air laut. Semakin tinggi letak daerahnya,

semakin menghasilkan mutu teh yang baik. (Tadjudin, 2011: 65). Hasil teh

diperoleh dari daun – daun pucuk teh yang dipetik dengan selang 7 – 14 hari,

tergantung dengan keadaan tumbuhan di daerah masing – masing. Cara pemetikan

daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang

dihasilkan. Jenis-Jenis Teh berdasarkan Pengolahannya terdapat 4 jenis teh yang

berbeda dilihat dari cara pengolahannya yaitu teh oolong (oolong tea), teh hitam

(black tea), teh hijau (green tea), teh putih (white tea). Keempatnya dibedakan

Page 46: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

29

berdasarkan proses pengolahan. Kualitas teh tinggi apabila dipetik dari lembar

pucuk peko pertama pertama sampai ketiga. Sebab dalam ketiga lembar daun itu

kandungan katekin penambah rasa segar tinggi. Katekin sendiri merupakan

senyawa polifenol yang kaya antioksidan (Mulja, 1995:36)

2.8.1. White tea

White tea atau Teh Putih berasal dari pucuk teh yang masih kuncup atau

menggulung yang disebut peko. White tea diolah tanpa melalui proses oksidasi

sehingga kandungan polifenol dan aktivitas antioksidannya tetap tinggi. White tea

memiliki rasa yang lembut dan menyegarkan serta beraroma wangi. Warna dari

white tea sendiri memiliki penampakan berwarna putih keperakan mengkilat dari

bulu-bulu yang menyelimutinya dan bentuknya runcing menyerupai jarum

sehingga biasa dinamai “Silver Needle”. White tea dipercaya memiliki lebih banyak

manfaat dibandingkan teh hijau. Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit

mengalami pemrosesan dari semua jenis teh, sedangkan teh jenis yang lain

umumnya mengalami empat sampai lima langkah pemrosesan. Dengan proses yang

lebih singkat tersebut, kandungan zat katekin pada teh putih adalah yang tertinggi,

sehingga mempunyai khasiat yang lebih ampuh dibanding teh jenis lainnya. Pucuk-

pucuk teh putih dihindarkan dari sinar matahari demi mencegah pembentukan

klorofil. Teh putih diproduksi hanya sedikit dibandingkan jenis teh lain, yang

mengakibatkan teh putih menjadi lebih mahal dibandingkan teh lainnya.

Page 47: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

30

Gambar 4. Pucuk Peko Bahan Baku White tea

Proses pemetikan pucuk daun harus berhati-hati, pemetik hanya boleh

memetik pucuk daun yang belum terbuka dan masih diselimuti rambut-rambut

halus berwarna putih keperakan. Pucuk daun yang rusak oleh angin, manusia, atau

serangga tidak boleh dipetik karena akan mempengaruhi kualitas pucuk dan

menyebabkan kebusukan. Pemetikan harus dilakukan sebelum matahari terbit

untuk menjaga kelembaban pucuk. Teh putih merupakan minuman yang sehat

karena mengandung antioksidan yang mencapai 3 kali lipat dari teh lainnya. Selain

itu, teh putih memiliki potensi untuk memblokir mutasi DNA sebagai pemicu

pembentukan tumor. Dalam penelitian menunjukan bahwa teh putih dapat

memerangi kuman lebih efektif secara signifikan. Teh putih memiliki efek antiviral

dan antijamur yang dapat dikembangkan menjadi obat untuk mencegah terjadinya

penyakit. (Salim, 2001:34)

2.8.2 Manfaat White tea

Menurut Mulja (1995: 47), white tea memiliki banyak khasiat dikarenakan

kandungan antioksidan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan white tea memiliki

kandungan senyawa atau zat yang diperlukan bagi tubuh manusia, seperti:

Page 48: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

31

1. Senyawa polifenol dan flavonoid

Kehadiran polifenol, dan flavonoid dalam white tea dapat membantu dalam

menghambat pertumbuhan berbagai bakteri yang dapat menyebabkan

pembentukan plak. Selain itu senyawa memiliki efek anti kanker. Bahkan teh

putih lebih efektif daripada teh hijau dalam menghancurkan sel-sel kanker yang

disebutkan dalam penelitian.

2. Senyawa katekin

Kandungan katekin yang terkandung dalam teh putih dapat menurunkan berat

badan. Berbagai jenis teh, termasuk white tea mengandung akan antioksidan

yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Kandungan ketekin

yang tinggi membuat teh putih menjadi salah satu minuman yang baik untuk

meningkatkan memori, bahkan dapat memperlambat penurunan memori yang

berkaitan dengan usia.

3. Senyawa tanin

Senyawa tanin yang ada di dalam white tea dapat membantu dalam mencegah

beberapa penyakit. Sifat anti inflamasi pada teh putih dapat mengurangi risiko

rheumatoid arthritis. Bagi Anda yang sudah menderita rheumatoid arthritis, teh

putih dapat mengurangi peradangan dan kerusakan sendi, dan juga mengurangi

beberapa rasa sakit dan nyeri akibat arthritis. White tea juga dapat mengurangi

kolesterol, menurunkan kadar trigliserida, dan meningkatkan fungsi arteri serta

pembuluh darah.Teh putih juga dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat

yang lebih sehat, yang dapat membantu melindungi terhadap stroke. Sebuah

studi menunjukkan bahwa minum teh putih secara rutin dapat mengurangi

Page 49: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

32

risiko terserang penyakit jantung sampai sebesar 50%. Zat antioksidan ini

termasuk theanine yang memiliki efek menenangkan yang diperlukan untuk

menghentikan ketegangan.

2.9 Penelitian Terdahulu

Somantri (2012) yang meneliti tentang analisis polifenol total dan aktivitas

penangkapan radikal bebas DPPH (1,1-Diphnyl, 2-Picrylhidrazl) white tea

berdasarkan suhu dan lama penyeduhannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

mendapatkan suhu dan lama penyeduhan teh putih yang menghasilkan seduhan

dengan polifenol total tinggi aktivitas antioksidan atau penangkapan radikal bebas

DPPH paling efektif. Untuk menguji data yang diperoleh maka digunakan analisis

regresi korelasi, yang dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis menunjukan suhu

95oC dan waktu penyeduhan 9 menit mengahasilkan polifenol paling tinggi yaitu

6,01%. Kemudian, Ec50 DPPH paling efektif yaitu 34, 41ppm juga pada 95oC

selama 9 menit. Sementara itu, korelasi polifenol total dengan Ec50 DPPH dari

seduhan sebesar -0.943. Sehingga sebaiknya menyeduh teh dengan air mendidih

selama 9 menit

Pramita (2017) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh konsentrasi teh

putih terhadap karakteristik antioksidan serta potensi probiotik kombucha dengan

pendekatan pemodelan matematik. Dalam penelitian ini digunakan 3 varian

konsentrasi teh putih yakni konsentrasi teh putih 0,3%; 0,5% dan 0,7% untuk

mengetahui aktivitas antioksidan dan potensi probiotik. Pada proses fermentasi

kombucha dilakukan penambahan bakteri asam laktat (BAL) untuk menambah nilai

fungsional kombucha dengan potensi probiotik.. Parameter yang diamati meliputi

Page 50: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

33

pH, aktivitas antioksidan, total BAL, kepadatan sel, jumlah kuersetin dan potensi

probiotik yang terdiri dari ketahanan pH rendah dan ketahanan garam empedu.

Peningkatan jumlah sel selama fermentasi kombucha menyebabkan penurunan pH

hingga pH 3. Selama fermentasi jumlah sel mengalami peningkatan pada perlakuan

0.3% dan 0.5%, sedangkan pada 0.7% jumlah sel cenderung menurun. Total BAL

selama fermentasi meningkat signifikan pada hari ke 8 dan stationer di hari

berikutnya. Total BAL selama fermentasi sebanyak log 10 – 12 cfu/ml. Media

dengan konsentrasi teh 0,7% dan 0,5% memiliki aktivitas antioksidan yang cukup

besar berkisar 93 - 96%. Konsentrasi teh putih 0,5% dan 0,7% menghasilkan

kandungan kuersetin yang paling besar dan relatif sama jumlahnya berkisar 4.96

mg/L dan 4.8 mg/L. Pada potensi probiotik terhadap ketahan pH rendah di

konsentrasi teh putih 0,3% paling baik pada kondisi pH 2, sedangkan pada

konsentrasi teh putih 0,5% kemampuan paling baik pada kondisi pH 3 dan

konsentrasi 0,7% kemampuan paling baik pada pH 2. Ketahanan terhadap garam

empedu paling baik pada konsentrasi teh putih 0,3%

Sujono (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penentuan

Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing pada PT Pawani.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa harga pokok produksi yang diperoleh dengan

metode Activity Based Costing untuk biji kopi Golden adalah sebesar Rp 30.150,-

per kg, untuk biji kopi Fancy Select sebesar Rp 28.456,- per kg dan untuk biji kopi

Arabica Grade-1 sebesar Rp 28.557,- per kg. Sedangkan, harga pokok produksi

yang diperoleh dengan metode perusahaan untuk biji kopi Golden adalah sebesar

Rp 31.219,- per kg, untuk biji kopi Fancy Select sebesar Rp 28.861,- per kg dan

Page 51: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

34

untuk biji kopi Arabica Grade-1 sebesar Rp 27.734,- per kg. Selisih harga untuk biji

kopi Golden adalah sebesar Rp 1.069,- per kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah

sebesar Rp 405,- per kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 sebesar Rp 823,- per

kg. Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy

Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica

Grade-1

2.10 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian mengenai perbandingan harga pokok

produksi Gamboeng White tea. Di awali dengan adanya tujuan sosial dari

perusahaan yang ingin mempertahankan harga jual produk teh putih yang dapat

dijangkau semua kalangan, dengan keuntungan yang layak dan tidak merugikan

perusahaan. Namun, terdapat masalah yang sangat berpengaruh yaitu tidak adanya

metode harga pokok produksi teh putih yang tepat sehingga tidak ada acuan

mengenai harga jual. Semua biaya yang dikeluarkan tidak diperhitungkkan dengan

baik dan untuk harga jual hanya mengikuti harga jual pesaingnya. Sehingga

diperlukan metode metode yang tepat untuk perhitungan biaya produksi.

Permasalahan dapat dianalisis dengan mengawali identifikasi kebijakan perusahaan

dalam penetapan biaya produksi, perlu diketahui sebelumnnya komponen-

komponen yang termasuk dalam biaya produksi.

Setelah melakukan identifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan

biaya produksi dan komponen-komponen biaya di dalamnya, maka akan dicari

penetapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan

activity based costing. Hasil analisis perbandingan dengan kedua metode ini akan

Page 52: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

35

dipilih yang paling tepat dan memperoleh harga pokok produksi yang sesuai,

sehingga diharapkan dapat sesuai dengan daya beli semua kalangan. Selanjutnya

dapat ditetapkan harga pokok produksi (HPP) yang tepat bagi perusahaan untuk

kemudian digunakan dalam acuan harga jual produk teh putih gamboeng yang

diproduksi. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada Gambar

4 sebagai berikut:

.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Proses Produksi

Biaya produksi

1. Biaya langsung 2. Biaya tidak langsung

Metode Penetapan HPP

Penetapan HPP

Metode Full Costing

Penetapan HPP

Metode ABC

Perbandingan Harga Pokok

Produksi

PPTK Gambung

Rekomendasi Metode Harga Pokok produksi ( HPP ) yang tepat

Penetapan HPP

Metode Perusahaan

Selisih laba

Page 53: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pusat penelitian teh dan kina (PPTK) Gamboeng

yang beralamatkan di Jalan Mekarsari Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2018. Penentuan tempat

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan ini didasarkan atas dasar

rekomendasi dari pembimbing lapangan selama PKL dan juga atas dasar

pertimbangan bahwa perusahaan PPTK Gamboeng merupakan salah satu lembaga

riset yang memiliki badan usaha atau unit usaha sendiri yang menghasilkan produk

produk yang terjamin akan kualitasnya, dan merupakan lembaga riset teh terbesar se

Asia Tenggara dengan potensi pasar ekspor yang luas, selain itu adanya transparansi

data-data yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitiannya di

perusahaan tersebut.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara

langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-dokumen

perusahaan. Data sekunder melangkapi data primer dan diperoleh dari literatur-

literatur berupa buku teks, skripsi, maupun literatur lainnya yang dianggap relevan

dengan penelitian ini.

Page 54: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

37

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi mengenai jenis teh apa yang bisa dijadikan sebagai bahan baku produk teh

putih, proses pengolahan atau produksi, biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk

memproduksi teh putih, bahan-bahan apa saja yang dibutuhakan dalam memproduksi

teh putih, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi teh putih, dan

gambaran umum tentang perusahaan.

2. Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta informasi-informasi lain

yang dibutuhkan dalam penelitian ini..

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu dari pengumpulan data dengan mencari, membaca, dan

memahami informasi-informasi yang terkait denga penelitian seperti buku-buku,

jurnal, karya ilmiah, dan data lainnya

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis data

kualitatif.

Page 55: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

38

1. Analisis data kualitatif

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil yang

didapat dari wawancara dan observasi seperti proses produksi white tea, serta

mesin dan peralatan apa saja yang digunakan.

2. Analisis data kuantitatif

Data Kuantitatif yang digunakan adalah data yang dihitung dalam suatu

skala numeric. Data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data-data

pendukung perhitungan berupa pengeluaran perusahaan pada tahun 2017, biaya

dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam proses produksi dan banyaknya

jumlah produksi, untuk menetapkan harga pokok produksi pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode perusahaan, full costing, dan Activity Based

Costing untuk mengetahui perbedaan biaya produksi dari ketiga metode dengan

membandingkan harga pokok produksi mana yang akan memberikan harga pokok

produksi per unit terendah. Metode yang menghasilkan biaya produksi terendah

dan sesuai dengan kondisi perusahaan akan dipilih sebagai pehitungan metode

harga pokok produksi yang tepat bagi perusahaan. Harga pokok produksi yang

sesuai dengan kondisi perusahaan dipilih dengan mempertimbangkan keuntungan

bagi perusahaan dan harga jual yang layak untuk konsumen. Sehingga diharapkan

akan menarik konsumen. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan

menggunakan kalkulator dan program komputer Ms. Excel.

Page 56: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

39

3.4.1 Aktivitas Produksi

Aktivitas yang diidentifikasi dari proses pengolahan white tea adalah pada

kegiatan awal produksi yaitu pemetikan bahan baku hingga pada tahapan proses

terakhir yaitu pendistribusian. Adapun proses produksi white tea premium, KW 1,

dan unsorted disajikan pada lampiran 3.

3.4.2 Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

Peneliti menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan metode

Full Costing yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat

variable maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri

dari:

Biaya bahan baku Rp. XXX

Biaya tenaga kerja langsung Rp. XXX

Biaya overhead pabrik tetap Rp. XXX

Biaya overhead pabrik variabel Rp. XXX +

Harga pokok produksi Rp. XXX

Harga Pokok Produksi (Rp)

Harga pokok produksi per unit =

Total Produksi (Unit)

Page 57: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

40

3.4.3 Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC

Peneliti menggunakan metode Activity Based Costing dimana aktivitas

yang akan diidentifikasi adalah dari proses pengolahan dimulai pada kegiatan

awal produksi hingga pengemasan white tea. Keseluruhan biaya yang akan

dikalkulasikan dapat dikelompokkan ke dalam:

1. Biaya utama: mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung

2. Biaya overhead bersama: mencakup biaya listrik, biaya depresiasi mesin

dan peralatan, biaya depresiasi bangunan, dan biaya kemasan.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan aktivitas produksi, pada tahap ini yang dilakukan adalah

menentukan aktivitas-aktivitas sesungguhnya yang dilakukan pada saat

proses produksi berlangsung.

2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas, pada tahap ini yang dilakukan

adalah menggolongkan biaya-biaya produksi yang terjadi berdasarkan

aktivitas produksi yang sudah ditentukan.

3. Menentukan cost drivers dan nilainya, dimana perhitungannya terdiri

atas:

a. Biaya listrik dengan cost drivers lama pemakaian.

b. Depresiasi mesin dan peralatan dengan cost drivers jam mesin dan jam

peralatan.

c. Depresiasi bangunan dengan cost drivers alokasi luas lantai.

Page 58: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

41

Nilai cost drivers atas aktivitas dihitung dengan cara membagi masing-

masing biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers-nya

4. Menghitung nilai tarif/aktivitas, nilai tarif/aktivitas dihitung dengan cara

membagi jumlah total biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers atas

aktivitasnya.

5. Perhitungan harga pokok produksi, tahap terakhir adalah menghitung harga

pokok produksi yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi

dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik.

Tabel 2. Aktivitas dan Level Aktivitas

Aktivitas Level Aktivitas

Penjemuran Unit

Pelayuan Unit

Pengeringan I Unit

Penyortiran Unit

Pengeringan II Unit

Penyinaran UV Unit

Pengemasan Unit

Pendistribusian Product Level

Page 59: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

42

Tabel 3. Jenis Aktivitas dan Biaya Aktivitas

Jenis Aktivitas Biaya Aktivitas

I Penjemuran

Biaya nampan alumunium XXXX

Biaya Sarung Tangan XXXX

Jumlah XXXX

II Pelayuan

Rak Penyimpanan XXXX

Sinar UV XXXX

Jumlah XXXX

III Pengeringan I XXXX

Biaya Mesin Oven XXXX

Biaya Listrik Mesin XXXX

Jumlah XXXX

IV Sortir

Biaya Sarung Tangan XXXX

Nampan Alumunium XXXX

Jumlah XXXX

IV Penyinaran UV

Biaya nampan alumunium XXXX

Biaya Rak UV XXXX

Biaya Sinar/Lampu UV XXXX

Page 60: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

43

Biaya Listrik UV XXXX

V Pengemasan

Biaya Kaleng XXXX

Biaya Plastik Alumunium XXXX

Biaya Listrik Kemasan XXXX

Jumlah XXXX

VII Pendistribusian

Bensin XXXX

Kendaraan XXXX

Jumlah XXXX

Tabel 4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode ABC

Biaya Produksi Jumlah Biaya Total Biaya

Bahan Baku XXX XXX

Biaya Tenaga Kerja XXX XXX

Biaya Aktivitas-Aktivitas XXX XXX

Biaya Overhead Pabrik XXX XXX

Harga Pokok Produksi XXXX

Jumlah Produk XXX

Page 61: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

44

3.5 Definisi Operasional

1. Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam membuat produk teh

putih, biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai selama

periode 2017.

2. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk mengupah tenaga kerja langsung, di mana jasa yang diberikan dapat

dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi upah, bonus,

tunjangan dan kesejahteraan.

3. BOP sesungguhnya yang terjadi pada saat proses produksi yang terdiri atas

biaya listrik mesin, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi bangunan,

dan biaya kemasan.

4. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk mengupah tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja

yang bekerja bukan pada proses produksi, di mana jasa yang diberikan dapat

dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi upah, bonus,

tunjangan dan kesejahteraan.

5. Depresiasi bangunan yang digunakan adalah besarnya luas lantai yang

digunakan dan biaya depresiasi mesin dialokasikan berdasarkan

penggunaan jam mesin.

Page 62: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

45

BAB VI

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah PPTK Gamboeng

Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) didirikan pada tanggal 10 Januari

1973 dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 14/Kpts/Um/1973 dengan nama

pada saat didirikan yaitu Balai Penelitian Teh dan Kina (BPTK). Mandat BPTK

adalah melaksanakan kegiatan penelitian komoditi teh dan kina. Sebelum BPTK

didirikan Pada tahun 1973, kegiatan penelitian teh dan kina dilakukan oleh Balai

Penelitian Perkebunan Bogor dan Pusat Penelitian Budidaya Kina Tjinjiruan, hal

tersebut sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pertanian No:

823/Kpts/KB/110/11/1989. Tanggal 30 November 1989, pengelolaan BPTK

dialihkan dari Badan Litbang Pertanian kepada Asosiasi Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP31), dan nama BPTK diubah menjadi

Pusat Penelitian Perkebunan Gamboeng (Puslitbun Gamboeng). Sesuai

Ketetapan Rapat Anggota AP3I No: 06/RA/VII/92, tanggal 25 Juli 1992 yang

telah disetujui oleh Menteri Pertanian yang sesuai dengan surat Menteri

Pertanian No: OT.210/552/Mentan/XII/92, nama Puslitbun Gamboeng diubah

menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK). Tahun 1996 Asosiasi Penelitian

dan Pengembangan Perkebun Indonesia (AP3I) digabung dengan Asosiasi Pusat

Penelitian Gula Indonesia (AP2GI) menjadi Asosiasi Penelitian Perkebunan

Indonesia (APPI). Pada Tahun 2002 PPTK berada di bawah naungan Lembaga

Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) dan mengalami perubahan yang terakhir

Page 63: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

46

yaitu pada tahun 2010 PPTK menjadi suatu divisi di bawah PT Riset Perkebunan

Nusantara (RPN).

Perubahan dan pengelolaan tersebut tidak mengubah mandat yang telah

ditetapkan sejak tahun 1973, yaitu untuk menyelenggarakan penelitian tepat

guna (applied research) di bidang teh dan kina dengan tujuan meningkatkan

kualitas dan kuantitas dari produksi teh dan kina serta memecahkan problema

yang timbul atau diduga akan timbul di bidang pengusahaan teh dan kina. Sejak

Pengelolaan PPTK dialihkan dari Menteri Pertanian RI kepada AP31

pendanaannya berasal dari iuran anggota APPI sebesar 16%, dana APBN 6%,

dan selebihnya 78% berasal dari pendapatan sendiri. Dengan menurunnya harga

teh dalam kurun waktu 2000-2005 PPTK mengalami kesulitan likuiditas karena

pendapatan maksimal yang dicapai setiap bulan tidak dapat mencukupi

kebutuhan minimal. Akibatnya hutang PPTK terus menumpuk dan banyak hak-

hak karyawan yang tidak dapat terpenuhi. Kondisi ini telah berlangsung lama

dan PPTK tidak dapat mengangkat tenaga peneliti baru. Dengan banyaknya

tenaga peneliti senior yang pensiun maka tenaga peneliti yang ada sangat

terbatas sehingga cukup menghambat peran PPTK Gamboeng sebagai penghasil

inovasi teknologi teh dan kina nasional.

Sejarah Pusat Penelitian Teh dan Kina tidak terlepas dari

perkembangan penelitian teh dan kina yang dilakukan sejak masa pemerintah

kolonial Belanda pada tahun 1893 dengan kronologis sebagai berikut:

Page 64: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

47

1893 Soekabumische Landbouw Vereeniging bekerja sama dengan Kebun

Raya Bogor membiayai seorang asisten di Laboratorium Agrokimia

untuk bertugas khusus melakukan penelitian penelitian teh

1902 Berdiri Proefstation voor thee yang merupakan bagian dari Kebun

Raya Bogor berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 16

Tertanggal 13 April 1902

1912 Proefstation voor thee dijadikan bagian dari Departemen Pertanian

dan namanya diubah menjadi Algemeen Proefstation voor thee

1925 Dibentuk Algemeen Landbouw Syndicaat (ALS)

1932 ALS mempersatukan Algemeen Proefstation voor thee dengan

proefstation voor ruber dengan nama proofstation West Java

1938 Penelitian Kina di Cinyiruan dipindahkan ke Bogor dan menjadi

tugas dari proefstation West Java

1942 Proefstation West Java berubah nama menjadi Seibu Sikenzyoo

1945 Seibu Sikenzyoo kembali berubah nama menjadi Proefstation der

Centrale Proefstation Vereniging (CPV)

1949 Setelah Pengambil alihan oleh pihak RI, lembaga ini berubah nama

menjadi Balai Penyelidikan Perkebunan Besar

1964 Berdiri Pusat Penelitian Budidaya Kina dan Teh (PPBK/T) di

Cinyiruan di bawah Badan Pemimpinan Umum Perusahaan Negara

Perkebunan Aneka Tanaman (BPU-ANTAN)

1973 Berdiri Balai Penelitian Teh dan Kina (BPTK) melalui SK menteri

Pertanian nomor 14/Kpts/Um/I/1973 tertanggal 10 Januari 1973

Page 65: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

48

1989 BPTK berubah nama menjadi Pusat Penelitian Perkebunan

Gamboeng

1992 Puslitbung Gamboeng berubah nama menjadi Pusat Penelitian Teh dan

Kina (PPTK) di bawah pengelolaan Asosiasi Penelitian Perkebunan

Indonesia (APPI)

2002 PPTK dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI)

2010 PPTK menjadi suatu divisi di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara

(RPN)

4.2 Lokasi dan Tata Letak PPTK Gamboeng

PPTK Gamboeng terletak di Lereng Gunung Tilu sebelah selatan

Bandung, tepatnya di Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu, Bandung, Jawa

Barat. Jarak dari kota Bandung sekitar 40 Km ke arah Tenggara dengan

ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Untuk batas-batas wilayah

geografis PPTK Gamboeng antara lain:

Sebelah Utara : Desa Cibodas

Sebelah Selatan : Gunung Ciwaringin

Sebelah Barat : Desa Cisondari

Sebelah Timur : Desa Lumajang

Lokasi Perkebunan terdapat pada ketinggian ±1200-1400 meter di atas

permuakaan laut, keadaan permukaan tanahnya berbukit-bukit dengan

kemiringan bervariasi 20-70°. Luas areal konsesi kebun ± 636,13 ha, terdiri dari

356,87 ha untuk areal teh dan 22 ha untuk areal kina dan yang lainnya untuk

bangunan kantor, laboratorium, perumahan karyawan pabrik dan tanah

Page 66: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

49

cadangan. PPTK Gamboeng memiliki 2 afdeling yaitu kebun Gamboeng Utara

(GU) dan kebun Gamboeng Selatan (GS) yang masing-masing terdiri dari 9

sampai 11 blok. Gamboeng Utara sebagai blok A memiliki luas 184,42 ha dan

Gamboeng Selatan sebagai blok B memiliki luas areal 148 ha. Kebun ini

digunakan sebagai kebun percobaan penerapan teknologi hasil-hasil penelitian

baik dalam bidang kultur maupun pengolahan. Selain konsesi yang ada di PPTK

Gamboeng juga terdapat kebun kebun percobaan di Cinchona Cibereum

(Pengalengan, Jawa Barat), Pasir Sarongge (Cianjur, Jawa Barat), dan

Simalungun (Sumatera Utara)

Lokasi pabrik berada di sekitar kebun dan kebun PPTK Gamboeng.

Terdapat dua pabrik pengolahan yaitu, pabrik pengolahan teh hitam prototype

dan pabrik pengolahan teh hijau dengan tata letak yang tidak berjauhan yaitu ±

200 meter, sedangkan pabrik produksi teh hijau terdapat didaerah pasar

Sarongge, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Luas Pabrik Teh Hitam

3200 m² dengan panjang 80 meter dan lebar 40 meter. Pabrik Teh hitam memiliki

3 lantai yang mana lantai 3 untuk kantor pabrik dan pelayanan, lantai 2 untuk

kantor kebun, dan lantai dasar untuk ruang pengolahan.

4.3 Visi dan Misi PPTK

4.3.1 Visi

Menjadi perusahaan riset perkebunan teh dan kina berkelas dunia,

berdaya saing, dan berkelanjutan.

Page 67: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

50

4.3.2 Misi

1. Menghasilkan, mengembangkan, dan memasarkan inovasi perkebunan

teh dan kina yang berdaya saing global dan berkelanjutan.

2. Menyediakan jasa kepakaran di bidang perkebunan teh dan kina

3. Membangun kompetensi perusahaan, corporate sosial responsibility

(CSR), dan menyejahterakan karyawan.

4. Mengembangkan aset perusahaan guna mendukung produktivitas

perusahaan.

5. Membangun citra sebagai perusahaan riset perkebunan terkemuka.

4.4 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang digunakan di PPTK Gamboeng adalah struktur

organisasi garis atau staf, karena setiap atasan memiliki bawahan tertentu dan

bertanggung jawab secara langsung pada pimpinan. PPTK dipimpin oleh

seorang direktur dan dibantu oleh 3 pejabat lapis II, yaitu kepala bidang

penelitian, kepala bidang usaha, dan kepala biro umum dan SDM. Kepala bidang

usaha membawahi dua unit usaha kebun (UUK), yaitu UUK Gamboeng dan

UUK Simalungun, unit produksi bibit, dan unit pemasaran. Kepala bidang

penelitian membawahi empat kelompok peneliti yaitu unit kerjasama dan

administrasi, unit pelayanan jasa, unit penyampaian hasil penelitian (PHP), dan

unit usaha pra dan pasca panen. Kepala bidang biro umum dan SDM

membawahi urusan sumber daya manusia (SDM), yaitu urusan keuangan dan

urusan rumah tangga. Urusan rumah tangga bertanggung jawab mengelola

bidang umum yang meliputi pelayanan kantor, pengadaan dan investasi,

Page 68: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

51

pengembangan SDM dan pemeliharaan bangunan dan kendaraan. Secara umum

biro ini bertugas menunjang seluruh kegiatan operasional institusi. Sedangkan

urusan keuangan bertanggung jawab mengelola administrasi keuangan dan

verifikasi dan gudang. Untuk lebih detail Gambar Struktur Organisasi Terdapat

Pada Lampiran 1

4.5 Fasilitas dan Sarana Prasarana PPTK Gamboeng

Kantor PPTK Gamboeng terletak di bawah kaki gunung Tilu, Desa

Mekarsari. PPTK Gamboeng merupakan pusat peneltian terbesar se-Asia

Tenggara. PPTK Gamboeng memiliki fasilitas dan sarana prasarana utama serta

pendukung. Adapun sarana prasarana utama yang dimiliki PPTK Gamboeng

antara lain gedung kantor pabrik, kebun percobaan, pabrik teh hitam, pabrik teh

hijau, pabrik teh putih, gudang penyimpanan, laboratorium, perpustakaan,

rumah kaca, kebun percobaan, kendaraan operasional. Fasilitas dan sarana

pendukung yang dimiliki PPTK Gamboeng antara lain fasilitas tempat tinggal

(rumah dinas dan wisma atau mess), fasilitas kesehatan (poliklinik), fasilitas

ekonomi (koperasi), fasilitas pendidikan (tempat penitipan anak, taman kanank-

kanak, sekolah dasar), fasilitas sosial budaya (masjid), fasilitas rekreasi dan

olahraga (agrowisata, lapangan rumput dan lapangan tenis)

4.5.1 Fasilitas Utama

a. Kantor kebun

PPTK memiliki 4 kantor kebun yang tersebar di beberapa lokasi. Kantor

kebun tersebut diantaranya berada di Gamboeng, Simalungun (Sumatera Utara),

Page 69: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

52

Pasir Sarongge (Cianjur), dan Chincona-Cibereum (Pengalengan). Adapun

fungsi kantor kebun yaitu sebagai pusat data dan informasi seputar perkebunan.

Kantor kebun berpusat di Gamboeng, hal ini dikarenakan kantor kebun

Gamboeng dekat dengan lokasi administrasi sehingga kantor kebun Gamboeng

menjadi pusat informasi dari ketiga kantor kebun lainnya, yaitu Simalungun

(Sumatera Utara), Pasir Sarongge (Cianjur), dan Chincona-Cibereum

(Pengalengan).

b. Kebun percobaan

PPTK Gamboeng memiliki 4 kebun percobaan, yaitu di Gamboeng,

Simalungun (Sumatera Utara), Pasir Sarongge (Cianjur), dan Chincona-

cibereum (Pangalengan). Berdasarkan Laporan RKAP PPTK Gamboeng Tahun

2014, luas areal konsesi PPTK Gamboeng seluas 845,980 ha, yang terdiri dari

kebun kebun, bangunan kantor, pabrik, perumahan karyawan, jalan, sungai serta

area konservasi.

c. Pabrik

PPTK Gamboeng memiliki tiga buah pabrik pengolahan teh yaitu

pabrik teh hijau dan pabrik teh hitam dalam skala mini processing, dan pabrik

teh putih.

1. Pabrik teh hijau dan teh hitam

Pabrik teh hijau dan teh hitam merupakan pabrik dalam skala mini

processing, pabrik ini berfungsi untuk melakukan pengolahan teh hijau dan teh

hitam. Pabrik ini memiliki beberapa alat dan juga mesin yang digunakan untuk

memproduksi teh hijau dan teh hitam. Awal berdirinya pabrik ini adalah untuk

Page 70: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

53

penelitian. Produksi teh hijau dan teh hitam yang ada mulanya hanya untuk

diteliti saja, namun seiring berjalannya waktu konsumen yang merupakan

kerabat dari para karyawan mulai tertarik untuk mencoba produk teh skala mini

processing, sehingga terbentuklah unit usaha teh dalam skala mini processing

teh hijau dan teh hitam

2. Pabrik white tea

Pabrik white tea berada di lokasi yang strategis dekat dengan lokasi

kantor direksi, kantor kebun, dan kebun teh. Pabrik teh putih Gamboeng baru

saja didirikan pada tahun 2013. Berdirinya pabrik ini sebagai terobosan hasil

teknologi downstream-off farm agribusiness teh untuk menjawab tantangan

dalam penelitian dan pengembangan teh yang terus berkembang.

a. Laboratorium

Untuk membantu Operasional kegiatan penelitian dan pengembangan

inovasi dan teknologi, PPTK Gamboeng memfasilitasi Laboratorium penelitian.

Fungsi laboratorium selama ini digunakan untuk mendukung akselerasi

penelitian sehingga mampu menghasilkan penelitian-penelitian yang

berkontribusi bagi masyarakat petani dan stakeholders teh dan kina. Adapun

keenam laboratorium tersebut yaitu: (1) Laboratorium Analisis Tanah, (2)

Laboratorium Analisis Kimia, (3) Laboratorium Teknik Pengolahan, (4)

Laboratorium Pemuliaan, (5) Laboratorium Agronomi, (6) Laboratorium Hama

dan Penyakit.

Keberadaan Laboratorium yang berkualitas akan mendukung proses

penelitian yang baik dan pogresif sehingga mampu menciptakan penelti-peneliti

Page 71: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

54

yang handal dan kompeten di bidangnya masing-masing. Adanya hasil

penelitian yang berkualitas, akan mampu meningkatkan kerja PPTK sebagai

pusat penelitian yang semakin produktif dan berdaya saing serta diakui secara

nasional maupun internasional. Selain itu, PPTK juga mempunyai laboratorium

pelayanan. Keberadaan laboratorium selain sebagai pendukung kegiatan riset

juga dikembangkan sebagai kegiatan pelayanan jasa. Sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas pelayanan, PPTK pada tahun 2014 memperoleh

sertifikasi dari KAN (akreditasi KAN ISO/IEC-17025) untuk pelayanan jasa

dalam pengujian tanah dan pupuk yang bertujuan untuk merekomendasi

pemupukan

b. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan komponen utama lembaga penelitian selain

laboratorium. PPTK Gamboeng memiliki sebuah perpustakaan yang

mengkhususkan menyimpan koleksi informasi tentang sejarah teh dan kina,

sejarah PPTK Gamboeng yang terdokumentasi dari berbagai sumber literatur

berbagai bahasa, bahan pustaka tentang teh dan kina serta umum dalam bentuk

cetak dan non cetak, hasil-hasil penelitian, data statistik teh dan kina, jurnal dan

warta ilmiah dan popular, dan lain-lain. Perpustakaan PPTK Gamboeng

memiliki koleksi buku/warta/jurnal nasional/internasional.

c. Rumah Kaca

Selain Laboratorium, PPTK Gamboeng didukung fasilitas rumah kaca

yang diperuntukan untuk kegiatan riset maupun kegiatan pelayanan jasa.

Page 72: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

55

Terdapat tiga rumah kaca, antara lain rumah kaca pemuliaan tanaman, rumah

kaca hama dan penyakit tanaman, dan rumah kaca agronomi.

d. AWS

PPTK Gamboeng memiliki dua stasiun untuk pengukuran cuaca yang

dilakukan secara otomatis dengan sistem telemetri yang dikenal dengan nama

Automatic weather station. Stasiun cuaca Otomatis atau Automatic weather

station (AWS) terletak dihalaman kantor PPTK Gamboeng dan di KP.

Cinchona-Cibeureum pengalengan yang terdiri dari sensor-sensor tertentu

seperti solarimeter (mengukur radiasai matahari), termometer bola kering-bola

basah (mengukur suhu udara dan kelembaban udara), anenomemeter (mengukur

kecepatan angin), dan penakar hujan (mengukur curah hujan).

e. Pembangkit istrik tenaga mini hydro (PLTMH)

PPTK Gamboeng memiliki pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro

(PLTMH) sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. PLTMH

Gamboeng bekerja dengan memanfaatkan perubahan tenaga air dengan

ketinggian dan debet tertentu yang berasal dari sumber mata air di bawah Kaki

Gunung Tilu yang kemudian diubah menjadi tenaga listrik dengan menggunakan

turbin air dan generator.Kapasitas PLTMH Gamboeng yang dibangun adalah

100 KVA. Setelah dilakukan pembangunan maksimal kapasitas yang bisa

dipakai adalah sebesar 90 KVA.

f. Showroom PPTK Gamboeng

Upaya PPTK Gamboeng untuk lebih mendekatkan produk yang

dihasilkan terhadap para pecinta teh maupun masyarakat umum salah satunya

Page 73: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

56

adalah dengan pembangunan showroom. Showroom PPTK Gamboeng berada di

lokasi yang strategis dekat dengan infrastruktur primer PPTK Gamboeng yaitu

dekat dengan akses jalan menuju kantor PPTK. Showroom ini dapat digunakan

sebagai ruang pameran yang khusus berisi berbagai produk hasil inovasi

teknologi PPTK Gamboeng.

g. Gudang penyimpanan (Gudang Induk)

PPTK Gamboeng memiliki gudang penyimpanan yang disebut gudang

Induk, berfungsi sebagai tempat penyimpanan inventaris barang/alat/bahan yang

mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan di PPTK Gamboeng. Selain

itu, gudang ini juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang inventaris

bangunan dan bidang pemeliharaan yang belum atau tidak terpakai.

h. Kendaraan operasional

PPTK Gamboeng meyediakan fasilitas berupa kendaraan operasional,

hal ini untuk memperlancar kegiatan operasional penelitian dan pembangunan,

kebun, serta pelayanan jasa lainnya. Kendaraan yang diberikan PPTK

Gamboeng sebagai kendaraan operasional seperti mobil dinas sebanyak 3 unit,

truck 4 unit dan juga pick up sebanyak 2 unit.

i. Kantin

PPTK Gamboeng mempunyai kantin untuk karyawan, tamu pengunjung

maupun mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan magang ataupun penelitian

di PPTK, Kantin PPTK Gamboeng terletak di lokasi yang sangat strategis dekat

dengan pabrik teh mini processing. Kantin ini dikelola oleh istri-istri dari

karyawan yang juga merupakan karyawan di PPTK Gamboeng. Kantin ini

Page 74: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

57

menyajikan berbagai masakan dan jajanan pasar terutama masakan sunda, dan

sering ramai dikunjungi ketika jam istirahat.

4.5.2 Fasilitas Penunjang

PPTK Gamboeng sebagai sebuah institusi tetapi juga perusahaan

mempunyai tanggung jawab sosial bagi kesejahteraan kehidupan karyawan dan

masyarakat sekitarnya. Salah satu bentuk kegiatan social cooperate

responsibility PPTK Gamboeng terhadap karyawan adalah dengan menyediakan

fasilitas tempat tinggal, kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan

rekreasi serta olahraga.

a. Fasilitas tempat tinggal

PPTK Gamboeng memfasilitasi karyawannya dengan rumah dinas

lengkap dengan fasilitas air, listrik, tukang kebun, dan penjaga keamanan.

Adapun rumah dinas karyawan ini berlokasi di dusun Kalintem, Giriwangi,

Giriawas, dan Baru Tunggul. Selain itu, PPTK Gamboeng juga memiliki

wisma/mess yang diperuntukan untuk para tamu dan mahasiswa yang sedang

melakukan kegiatan magang ataupun penelitian.

b. Fasilitas kesehatan (poliklinik)

PPTK Gamboeng memberikan pelayanan kesehatan terutama bagi

karyawannya dengan mendirikan poliklinik. Poliklinik Gamboeng beroperasi

setiap hari selasa dan jum’at yang dikelola oleh PPTK Gamboeng yang bekerja

sama dengan Puskesmas Kecamatan Pasir Jambu dan RS Immanuel Bandung.

Page 75: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

58

c. Fasilitas ekonomi (Koperasi PPTK Gamboeng)

PPTK Gamboeng memberikan pelayanan kegiatan ekonomi produktif,

simpan pinjam (kredit) dan pemasaran produk Teknologi PPTK Gamboeng

dengan membangun koperasi karyawan Gamboeng. Koperasi PPTK Gamboeng

ini terletak di lokasi yang strategis dari akses kantor direksi, perumahan, jalan

dan kebun.

d. Fasilitas pendidikan

Sebagai upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan anak-anak

karyawannya dan memberikan ketenangan karyawan yang memiliki balita

dalam bekerja, PPTK Gamboeng memfasilitasi akses pendidikan dengan

mendirikan tempat penitipan anak, TK Camelia, dan SD Gamboeng.

Pengelolaannya dilakukan oleh isteri-isteri Karyawan PPTK Gamboeng.

e. Fasilitas sosial budaya (masjid)

PPTK Gamboeng mendirikan masjid yang bernama Masjid Istiqomah

sebagai pusat kegiatan sosial budaya keagamaan bagi karyawan dan masyarakat

umumnya. Masjid Istiqomah ini berada di lokasi yang strategis dekat dengan

perumahan dan kantor.

f. Fasilitas rekreasi/pariwisata dan Olahraga

Selain mengembangkan penelitian pada komoditi teh dan kina, PPTK

Gamboeng juga memiliki agrowisata untuk kegiatan rekreasi yang

bernuansakan komoditi teh dan kina. Potensi penelitian dan pengembangan

dipadukan dengan sumber daya alam di perkebunan teh dan kina menjadi

modal dan nilai tambah PPTK Gamboeng untuk mengembangkan konsep-

Page 76: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

59

konsep wisata eduagrowisata dengan menonjolkan karakter wisata

pendidikan dan alam perkebunan teh dan kina. Saat ini agrowisata PPTK

Gamboeng telah memiliki beberapa paket wisata outbond berupa kegiatan

wisata alam di PPTK Gamboeng. Adapun Paket wisata yang mulai diminati

oleh para pengunjung yaitu meliputi: Flying Fox, Net Climbing, Tea Walk,

dan Tubing.

4.6 Ketenagakerjaan

Karyawan di PPTK Gamboeng terdiri dari pegawai tetap, karyawan

harian lepas, karyawan harian musiman dan karyawan kontrak. Sumber daya

manusia di PPTK Gamboeng secara keseluruhan adalah 528 orang dengan

komposisi yang terdapat pada tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Sumberdaya Manusia PPTK Gamboeng Tahun 2017

No Bidang/Biro/Unit Kerja Jumlah

1 Biro Umum dan SDM 71

2 Bidang Penelitian (Peneliti dan Teknisi) 47

3 Bidang Usaha 47

4 Unit Usaha Kebun 363

Jumlah 528

Page 77: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

60

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Produksi White tea Pada PPTK Gamboeng

PPTK Gamboeng memproduksi 3 jenis white tea yaitu white tea

premium yang merupakan jenis white tea yang paling tinggi kualitasnya, white

tea KW I merupakan kualitas menengah, KW berasal dari kata kuwalitas yang

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kualitas, dimana semakin

tinggi angka kualitas tersebut maka semakin rendah kualitas yang dihasilkan,

dan jenis yang ketiga adalah white tea Unsorted. Ketiga jenis white tea tersebut

dibedakan berdasarkan jenis bahan baku yang digunakan. White tea premium

merupakan jenis white tea yang memiliki harga paling mahal, hal tersebut

dikarenakan kualitas yang dihasilkan produk lebih baik dari segi warna dan

aroma. Bahan baku white tea premium menggunakan pucuk peko teh varietas

assamica yang masih menggulung dengan memiliki bulu-bulu halus di sekitar

permukaan pucuk. White tea premium memiliki kategori tersendiri untuk bahan

bakunya yaitu pucuk daun yang masih menggulung dengan ukuran panjang 2-3

cm, sedangkan untuk KW I bahan baku yang digunakan adalah pucuk peko teh

varietas sinensis dapat berupa pucuk teh yang setengah terbuka yang memiliki

ukuran panjang daun kurang dari 2 cm, dan untuk white tea unsorted merupakan

jenis white tea gabungan dari white tea premium dan KW I dimana dalam proses

produksinya tidak melewati tahapan penyortiran sehingga produk yang

dihasilkan merupakan sisa dari produk kering white tea premium dan KW I yang

tidak lolos dalam tahapan penyortiran.

Page 78: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

61

Perbedaan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi white tea

premium dengan KW I terletak pada varietas yang digunakan. Varietas Asamica

merupakan varietas terbaik dibandingkan dengan varietas sinensis. Perbedaan

jenis bahan baku untuk memproduksi white tea premium dengan white tea KW

I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Perbedaan Bahan Baku White Tea Premium dengan KW I

Uraian Assamica (white tea

premium) Sinensis (KWI)

Ukuran dan Bentuk

Pucuk Peko

Agak besar dengan daun

ujung yang runcing

Lebih kecil dan daun

ujungnya agak tumpul.

Visualisasi

Permukaan Pucuk

peko

Lebih halus dan terdapat

bulu bulu halus disekitar

permukaan pucuk

Agak kasar

Warna pucuk peko Putih Putih keemasan

Kandungan

polifenol Lebih tinggi Lebih rendah

Aroma Lebih kuat Lebih lemah

Proses produksi white tea yang dilakukan oleh PPTK Gamboeng tidak

jauh berbeda, baik itu dari alat maupun mesin yang digunakan. Perbedaannya

terletak pada jenis pucuk daun teh yang digunakan, untuk jenis unsorted terdapat

Page 79: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

62

satu tahapan proses produksi yang membedakan dengan produk premium

maupun KW I yaitu tidak adanya proses penyortiran. Bagan tahapan proses

produksi white tea di PPTK Gamboeng dapat dilihat dalam lampiran 3 dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Penjemuran

Penjemuran merupakan tahapan ke 3 dalam proses produksi white

tea, pada tahapan ini pucuk peko yang sudah diangkut akan dimasukan ke

dalam pabrik lalu pucuk tersebut ditimbang dan dicatat berat basah yang

diperoleh dari bahan baku. Pucuk peko yang telah ditimbang kemudian

diletakan dan dibeberkan ke dalam wadah berupa bakul/ayakan kayu yang

kemudian diletakan di atas rak penjemuran. Penjemuran dilakukan dengan

memanfaatkan energi matahari selama 1 hari (24 jam) hal ini bertujuan agar

kadar air yang ada di dalam pucuk dapat menguap dan melebur. Penjemuran

white tea hanya mengandalkan sinar matahari yang terik dimana penjemuran

ini dilakukan dilantai 2 pabrik yang terbuat seperti green house dengan atap

dari atap plastik elastis dan dinding kaca.

2. Pelayuan

Proses produksi selanjutnya adalah pelayuan yang dilakukan selama

1 hari (24 jam), pada proses ini bahan baku yang berupa pucuk peko yang

telah melewati proses penjemuran akan dimasukan ke dalam ruangan yang

memiliki suhu kelembaban ruangan yang baik. Bahan baku yang telah ditaruh

di nampan alumunium akan diletakan dirak pelayuan, dimana disetiap bagian

rak terdapat lampu sinar ultraviolet, hal ini bertujuan untuk membunuh

Page 80: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

63

bakteri pada pucuk peko. Cahaya dari lampu ultraviolet sangat efektif dalam

melakukan deaktifasi mikroorganisme, misalnya seperti virus, protozoa dan

bakteri, selain itu terdapat juga alat dehumidifier (pengatur kelembaban), alat

ini merupakan pengatur jumlah uap air di udara dalam suatu ruangan.

Ruangan yang terasa basah memiliki tingkat kelembaban yang relatif tinggi,

dengan alat ini dapat membuat kelembaban ruangan yang relatif ideal, alat ini

dapat mengurangi kelembaban hinga 35%

3. Pengeringan I

Proses pengeringan I adalah proses pengeringan pucuk peko dengan

menggunakan mesin oven blower. Pucuk peko yang telah melewati proses

pelayuan kemudian dimasukan ke dalam mesin oven blower bersuhu 100°C.

Proses ini dilakukan selama 30 menit berguna untuk menurunkan kadar air

hingga menjadi 5% tanpa merusak aroma.

4. Sortir

Proses produksi selanjutnya adalah kegiatan sortir. Proses ini

bertujuan untuk memisahkan jenis mutu yang memiliki kualitas yang baik

(pucuk yang berwarna putih perak) yang belum terbuka gulungannya dengan

pucuk yang berwana kuning kehitaman dan juga untuk memisahkan

kontaminasi benda asing lainnya. Proses sortir ini harus higienis dimana

pekerja diwajibkan untuk mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum

menggunakan sarung tangan, menggunakan masker dan penutup kepala.

Tenaga kerja di dalam pabrik white tea diwajibkan untuk menggunakan jas

lab dan sandal laboratorium.

Page 81: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

64

5. Pengeringan II

Proses pengeringan I tidak jauh berbeda dengan proses pengeringan

dua hanya waktu lamanya pengeringan dan juga suhu mesin oven. Pada

proses pengeringan 2 dilakukan selama 1 setengah jam dengan suhu 60°C.

6. Penyinaran ultraviolet

Proses penyinaran sinar ultraviolet juga tidak jauh berbeda dengan

proses pelayuan, yang membedakan adalah lama waktu penyinaran yaitu 50

menit dan juga pada tahap ini alat dehumidifier sudah tidak lagi digunakan.

7. Pengemasan

Proses produksi selanjutnya adalah proses pengemasan. Proses

pengemasan dilakukan setelah pucuk peko yang telah melewati proses

penyinaran uv dan lolos tahap sortasi akan ditimbang sebanyak 1 kg yang

kemudian dimasukan ke dalam plastik alumunium dan ditutup atau

dirapatkan dengan mesin pengemas. Pada proses ini produk diberikan label

tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa. Pada proses ini semua pekerja harus

menggunakan sarung tangan agar tidak menimbulkan kontaminasai dan juga

kerusakan pada produk.

8. Penyimpanan dan pendistribusian

Proses terakhir adalah proses penyimpanan dan pendistribusian, pada

proses ini produk white tea yang telah dikemas akan disimpan di dalam

gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan alat dehumidifier sehingga

kelembaban yang ada di ruangan dapat terkontrol. Pada proses penjualan atau

pendistribusian dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) yang artinya

Page 82: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

65

produk pertama kali yang di produksi dan dimasukan ke dalam gudang adalah

produk yang diutamakan yang akan dijual atau didistribusikan.

Pendistribusian dilakukan dengan menggunakan mobil pick up, dimana

PPTK Gamboeng hanya akan mengantar pesanan di daerah Bandung, untuk

daerah selain Bandung biasanya produk akan dikirim melalui JNE, selain itu

distributor atau konsumen juga dapat membeli langsung di PPTK Gamboeng.

5.2 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk

memproduksi white tea. Proses produksi white tea di PPTK Gamboeng

menyebabkan timbulnya biaya yang terdiri dari beberapa aspek seperti biaya

langsung dan juga biaya tidak langsung.

5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung

Pada Proses produksi white tea penggunaan biaya langsung terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya upah lembur yang

dapat dengan mudah ditelusuri secara langsung kesatuan produk white tea.

a. Biaya bahan baku

Selama tahun 2017 kebutuhan bahan baku berupa pucuk peko untuk

setiap jenis produk per sekali produksi diperoleh dari kebun milik PPTK

Gamboeng dengan harga bahan baku yang sama untuk semua varietas teh yaitu

Rp. 60.000/kg. Harga bahan baku pucuk peko telah ditetapkan oleh perusahaan

dikarenakan harga bahan baku yang dibeli oleh pabrik nantinya digunakan untuk

insentif biaya pemeliharaan kebun berupa nutrisi pupuk dan pestisida. Harga

Page 83: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

66

bahan baku Rp. 60.000/kg terdiri atas biaya bahan baku Rp. 20.000/kg dan upah

petik borongan seharga Rp. 40.000/kg

Semua jenis white tea yang diproduksi oleh PPTK Gamboeng dikerjakan

dalam 20 hari kerja per bulan selama satu tahun dengan periode produksi selama

5 hari yang artinya untuk sebulan yaitu 4 kali produksi atau 48 kali produksi

selama 1 tahun, sehingga dalam periode analisis tahun 2017 total bahan baku

yang digunakan oleh setiap jenis white tea adalah 4320,33 kg pucuk peko untuk

white tea premium, 755,68 kg pucuk peko untuk white tea KW I, dan 817 untuk

white tea unsorted. Data biaya bahan baku produksi white tea PPTK Gamboeng

akan dijabarkan pada tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7 . Biaya Bahan Baku White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017

Bahan Baku Biaya

Bahan Baku

(Rp/kg)

Banyaknya

Bahan Baku (kg)

Biaya Bahan Baku

(Rp/Tahun)

Pucuk Peko

Premium 60.000 4320,33 Rp. 259.219.980

Pucuk Peko KW I 60.000 755,68 Rp. 45.340.800

Pucuk Peko

Unsorted 60.000 817,27 Rp. 49.036.200

Total 1354,78 Rp. 353.596.980

b. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga Kerja langsung dalam memproduksi white tea sebanyak 8 orang,

yang bekerja selama 8 jam perhari selama 20 hari kerja perbulan. Total biaya

tenaga kerja langsung selama satu tahun yaitu tahun 2017 adalah Rp

183.868.418/Tahun. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing masing produk

Page 84: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

67

white tea dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total

biaya tenaga kerja langsung untuk masing masing produk white tea.

Jenis white tea premium dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar

Rp. 134.793.937 dari 73,31 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja

langsung yang terdiri dari upah petik, gaji karyawan pabrik, dan juga upah

lembur tenaga kerja, untuk jenis white tea KW I dibebankan biaya tenaga kerja

langsung sebesar Rp.23.571.931 dari 12,82 % konsumsi terhadap total biaya

tenaga kerja langsung yang terdiri dari upah petik, gaji karyawan dan upah

lembur, sedangkan untuk jenis white tea unsorted dibebankan biaya tenaga kerja

langsung sebesar Rp 25.502.550 dari 13,87 % konsumsi terhadap total biaya

tenaga kerja langsung.

5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung sering disebut biaya overhead pabrik (BOP), jenis

biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam perhitungan harga pokok

produksi pada PT PPTK Gamboeng adalah biaya pengemasan, biaya

penyusutan, biaya listrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, baya overhead

bersama, biaya pemasaran dan biaya peralatan produksi.

a. Biaya pengemasan

Bahan kemasan yang digunakan pada setiap jenis produk white tea yang

diproduksi oleh PPTK Gamboeng adalah kemasan Plastik dan karton. White tea

premium memiliki kemasan yang terbuat dari karton yang berisikan 1 kg white

tea, sedangkan untuk produk KW I dan unsorted dikemas hanya dengan plastik.

Plastik yang digunakan adalah plastik alumunium foil dengan label merek

Page 85: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

68

dagang PPTK Gamboeng yang dilengkapi dengan nama jenis dari white tea serta

tanggal produksi dan tanggal expired produk.

White tea premium dikemas dengan karton besar yang kemudian dilipat

dan dikerjakan oleh tenaga kerja manusia, sedangkan untuk produk yang

dikemas dengan menggunakan alumunium foil akan dirapatkan oleh mesin

pengemas. Total biaya untuk kemasan alumunium foil satu periode adalah

sebesar Rp. 11.788.270, sedangkan untuk biaya rajut, bakul, plastik klip dan lain

lain menghabiskan biaya sebanyak Rp. 2.009.400. Biaya kemasan pada tahun

2017 tidak terlalu menghabiskan banyak biaya dikarenakan persedian bahan

untuk kemasan yang masih cukup banyak dari tahun sebelumnya. Bahan

kemasan untuk produk white tea merupakan salah satu bahan yang sudah

disediakan pihak perusahaan pada tahun 2014 yang merupakan salah satu bahan

investasi pada saat pembangunan pabrik white tea. Perhitungan biaya

pengemasan terdapat pada lampiran 7.

b. Biaya penyusutan mesin, peralatan dan bangunan produksi

Perhitungan nilai penyusutan diperoleh dengan menggunakan metode

garis lurus (Straight- Line method). Metode garis lurus mengalokasikan beban

penyusutan yang sama besarnya selama masa manfaat aktiva. Rumus metode

garis lurus adalah biaya perolehan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi taksiran

masa manfaat aktiva atau umur ekonomis (dalam tahun).

Umur ekonomis untuk penggunaan bangunan diasumsikan selama 20

tahun, untuk mesin dan peralatan selama 5 tahun dan 3 tahun. Nilai sisa

bangunan, mesin dan peralatan diasumsikan sebesar 10 % dari harga

Page 86: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

69

pembeliannya. Total biaya penyusutan pada tahun 2017 adalah sebesar

Rp.23.041.551 yang akan dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksi

jenis white tea premium, white tea KW 1, white tea unsorted, yaitu masing-

masing sebesar Rp.16.891.761, Rp.2.953.927 dan Rp.3.195.863 terhadap total

biaya penyusutan ketiga jenis produk tersebut.

Penyusutan mesin dehumidifier tidak disertakan dalam penyusutan

peralatan karena umur ekonomisnya telah habis masa pakai, namun masih dapat

digunakan dan tidak mengganggu produktivitas perusahaan, sedangkan untuk

saringan, masker, sarung tangan dan rajut dikarenakan setiap bulan diganti

sehingga dihitung berdasarkan jumlah pemakaiannya dalam satu tahun atau

dalam periode analisis. Biaya penyusutan akan ditampilkan secara detail pada

lampiran 4.

c. Biaya listrik

Sumber daya yang digunakan dalam memproduksi jenis white tea

pada PPTK Gamboeng adalah tenaga listrik, biaya-biaya akibat penggunaan

tenaga listrik terdapat pada Tabel berikut:

Tebel 8. Biaya Listrik Pabrik White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017

Jenis Biaya Kwh Listrik Nilai

Pemakaian Listrik Tahun 2017 4516 Rp. 6.463.480

Pemakaian Listrik pada pabrik white tea dalam periode tahun 2017

sebesar Rp. 6.463.480. Kwh listrik diperoleh dari hasil perhitungan watt mesin

yang digunakan dikali jumlah waktu pemakaian mesin dikali dengan jumlah hari

Page 87: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

70

kerja dalam satu bulan, setelah itu ditambah dengan masing masing biaya dari

golongan LWBP (luar waktu beban puncak) dan WBP (waktu beban puncak).

Peraturan dalam pembayaran listrik pabrik sudah ditetapkan oleh pihak

perusahaan dimana jika golongan LWBP akan ditambah senilai 1035 dan WBP

sebesar 1553. Perhitungan listrik diperinci pada lampiran 5

d. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja tidak langsung pada pabrik white tea berjumlah 1 orang

yang bekerja tidak secara langsung menangani proses produksi atau bekerja di

luar proses produksi sebagai bagian pemasaran yaitu supir untuk mengantar

produk pesanan . Tenaga kerja tidak langsung bekerja selama delapan jam per

hari selama 20 hari kerja per bulan, untuk satu orang tenaga kerja selama satu

tahun, dengan upah sebesar Rp.1.317.807 / bulan/ dengan total biaya

Rp.15.813.684 / tahun. Biaya tenaga kerja tidak langsung untuk produk white

tea hanya dibebankan 10%. Hal tersebut dibebankan dari jumlah produksi yang

hanya 10 % dari hasil produksi yang dihasilkan oleh PPTK Gamboeng

sedangkan produksi tertinggi adalah produk teh hijau / green tea yang mencapai

40%. Masing-masing produk white tea dialokasikan berdasarkan persentase

jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung untuk

masing-masing jenis white tea.

Jenis white tea premium dibebankan biaya tenaga kerja tidak langsung

sebesar Rp. 1.159.301 dari 73,31 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja

tidak langsung. Jenis produk white tea KW I dibebankan biaya tenaga kerja

tidak langsung sebesar Rp. 202.731 dari 12,82 % konsumsi terhadap total biaya

Page 88: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

71

tenaga kerja tidak langsung, sedangkan untuk jenis white tea unsorted

dibebankan Rp. 213.336 dari 13,87 % konsumsi terhadap total biaya tenaga

kerja.

e. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran dalam 1 periode tahun 2017 mencapai Rp. 90.460.000

.biaya tersebut digunakan untuk pembuatan souvenir yang diberikan kepada

masyarakat saat mendatangi both PPTK Gamboeng dalam pameran teh, selain

itu biaya pemasaran juga dikeluarkan untuk biaya brosur dan juga poster yang

digunakan untuk promosi. Kegiatan pemasaran white tea yang dilakukan oleh

PPTK Gamboeng salah satunya adalah dengan kegiatan festival / event teh

nasional yang sangat efektif dalam promosinya, selain itu terdapat juga promosi

dengan menggunakan social media berupa website resmi milik PPTK

Gamboeng dan instagram serta twitter yang dikelola oleh kepala bidang

pemasaran. Biaya pemasaran ditampilkan secara detail pada lampiran 6

f. Biaya overhead bersama

Biaya operasional overhead bersama dalam satu tahun tahun mencapai

Rp.13.220.000, kebutuhan biaya tersebut digunakan untuk biaya kendaraan

dan juga bahan bakar bensin.

Tabel 9. Total Biaya Overhead PPTK Gamboeng Tahun 2017

Jenis Overhead Biaya (Rp/tahun)

Bensin 720.000

Kendaraan mobil pick up 12.500.000

Jumlah 13.220.000

Page 89: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

72

Biaya bensin dan kendaraan hanya dibebankan 10% dari jumlah biaya

asli, biaya bensin per tahun mencapai 7.200.000 dan hanya dibebankan 10%

pada produk white tea hal tersebut dikarenakan produk white tea hanya

berjumlah 10% dari banyaknya produk yang dihasilkan oleh PPTK Gamboeng,

sedangkan untuk biaya mobil pick up sebanyak 125.000.000 dan hanya

dibebankan 10% pada produk white tea.

g. Biaya mesin dan peralatan produksi

Peralatan yang digunakan oleh PPTK Gamboeng dalam memproduksi

white tea sama seperti yang digunakan oleh perusahaan white tea lain seperti

mesin oven, lampu sinar UV, rajut dan lain lain. Alat dan mesin tersebut

memiliki fungsi masing-masing yang digunakan oleh tenaga kerja dalam

pelaksanaan proses produksi.

Perhitungan untuk penggunaan alat didapat dari biaya satuan dikali

dengan banyaknya alat yang digunakan dalam produksi, seperti contoh

timbangan yang digunakaan saat setelah kegiatan pengangkutan. White tea yang

telah diangkut akan ditimbang terlebih dahulu untuk dicatat sebelum diproduksi.

Timbangan pada pabrik white tea terdapat 2 buah dengan harga Rp. 2.750.000 /

buah, yang berarti biaya untuk timbangan yang digunakan untuk produksi

sebesar Rp. 5.500.000. Total Mesin dan peralatan yang digunakan untuk

produksi white tea sebesar Rp. 47.351.000. Mesin dan Alat produksi yang

digunakan dalam memproduksi white tea pada PPTK Gamboeng ditampilkan

pada lampiran 7

Page 90: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

73

5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi

Metode penetapan harga pokok produksi (HPP) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang digunakan oleh

perusahaan, metode full costing dan metode activity based costing (ABC),

metode full costing dan ABC digunakan sebagai pembanding dengan metode

yang telah diterapkan oleh perusahaan, yang kemudian dianalisis untuk

mengetahui metode mana yang menghasilkan harga pokok produksi terendah

yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan untuk mementukan harga jual

yang layak.

5.3.1 Produksi dan Pendapatan

PPTK Gamboeng dalam satu kali produksi mampu menghasilkan 28,21

kg white tea yang terdiri dari masing - masing jenis produk yaitu white tea

premium sebanyak 20,7 kg, KW I sebanyak 3,6 kg, dan 3, 91 kg white tea

unsorted siap jual. Total produksi 1 tahun yaitu 48 kali produksi dengan total

produksi sebanyak 1.354,78 kg white tea selama 1 periode penelitian.

Hasil produksi white tea tersebut dijual dengan harga yang berbeda beda

sesuai dengan jenisnya. White tea premium dijual dengan harga Rp.

1.00.000.000/kg, sedangkan KW I dijual dengan harga Rp 620.000 dan white tea

unsorted dijual dengan harga Rp. 600.000. Penetapan Harga jual tersebut telah

ditetapkan oleh perusahaan dan tercantum di dalam buku milik PPTK Gamboeng

yang dibuat pada saat rapat kerja karyawan pabrik dengan direktur dan juga

bidang peneliti. Berdasarkan perhitungan pada tabel 10 bahwa total biaya

produksi white tea pada PPTK Gamboeng pada tahun 2017 sebesar

Page 91: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

74

Rp.878.844.486 yang diperoleh dari penjumlahan biaya langsung (biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja dan biaya upah lembur) dengan biaya tidak langsung

(biaya penyusutan, biaya listrik, biaya mesin peralatan, dan biaya pemasaran).

Penerimaan diperoleh dari total produksi setiap jenis produk dikali dengan harga

jual setiap jenis produk maka dihasilkan seluruh total penerimaan sebesar Rp

1.217.230.400 yang kemudian dikurangi dengan biaya produksi, sehingga

pendapatan yang diperoleh perusahaan pada tahun 2017 sebesar Rp.

338.385.914. Berikut tabel 10 yang berisi rincian jumlah produksi dan

pendapatan penjualan selama periode penelitian.

Tabel 10. Pendapatan White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017

No Uraian Jumlah

1 Produksi 1354,78 Kg

white tea premium 993,18 Kg

white tea KW I 173,72 Kg

white tea unsorted 187,88 Kg

2 Harga Jual

white tea premium 1.000.000 (Rp/Kg)

white tea KW I 620.000 (Rp/Kg)

white tea unsorted 600.000 (Rp/Kg)

3 Penerimaan Rp. 1.217.230.400

4 Biaya Produksi Rp. 878.844.486

5 Pendapatan Rp. 338.385.914

5.3.2 Penetapan HPP Metode Perusahaan

Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh PPTK

Gamboeng selama ini adalah metode dalam periode akuntansi satu tahun.

Perhitungan Harga Pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak

menggunakan metode yang sesuai dengan teori atau perhitungan harga pokok

produksi pada umumnya, perusahaan tidak memasukan biaya biaya variabel

Page 92: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

75

seperti biaya listrik dan biaya penyusutan. Jenis jenis biaya yang dihitung dengan

menggunakan metode perusahaan antara lain biaya upah sebesar Rp.

324.460.345 biaya tersebut terdiri dari upah petik + mandor + sortir. Upah petik

dan tenaga kerja seharusnya sebesar Rp. 270.225.976 namun manajemen

keungan memasukan biaya mandor sebesar Rp. 54.234.369. Biaya mandor

bukanlah biaya yang perlu dimasukan dalam perhitungan harga pokok produksi

dikarenakan mandor tersebut tidak berkontribusi atau tidak terlibat dalam

kegiatan proses produksi, mandor bertugas hanya mengawasi kebun sehingga

tidak berkaitan untuk diperhitungkan ke dalam perhitungan harga pokok

produksi. Biaya Bahan Baku sebesar Rp. 353.580.000 berasal dari jumlah bahan

baku sebanyak 5893 kg pucuk peko dikali dengan Rp. 60.000/kg. Biaya bahan

lain sebesar Rp. 13.797.670 yang terdiri dari beberapa bahan pelengkap seperti

bahan kemasan, rajut, dus, dan yang lainnya. Biaya tenaga kerja tidak langsung

sebesar Rp. 32.720.000 yang terdiri dari 1 orang tenaga kerja ditambah dengan

beban penanggung jawab 23 % dan insentif karyawan seperti asuransi dan lain

lain. Perhitungan harga pokok produksi white tea dengan menggunakan metode

perusahaan dapat dilihat pada tabel 11.

Page 93: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

76

Tabel 11. Perhitungan Harga Pokok Produksi White Tea Metode Perusahaan

PPTK Gamboeng Tahun 2017

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode

perusahaan dihasilkan dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya.

Produksi yang dihasilkan oleh PPTK Gamboeng selama periode 2017 sebanyak

1354,78 kg, maka harga pokok produksi white tea dengan menggunakan metode

perusahaan adalah sebesar Rp. 648.699 yang diperoleh dari jumlah biaya

produksi selama tahun 2017 sebesar Rp. 878.844.486 dibagi dengan jumlah

produksi white tea selama 1 tahun sebanyak 1.354,78 kg.

5.3.3 Penetapan HPP Metode Full Costing

Metode full costing memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik

yang bersifat variabel maupun tetap. Pada perhitungan harga pokok produksi,

Jenis biaya Biaya (Rp/tahun)

1. Biaya Upah - Biaya Petik + mandor +

sortir - Biaya lembur+insentif

pengolahan

Rp. 324.460.345

Rp. 71.877.471

2. Biaya Bahan Baku Rp. 353.580.000

3. Biaya Bahan lain (peralatan) Rp. 13.797.670

4. Biaya Service Blower Rp. 250.000

5. Biaya Tenaga Kerja tidak langsung

Rp. 32.720.000

6. Pajak Penjualan Rp. 82.159.000

Jumlah Biaya Produksi Rp. 878.844.486

Jumlah Produksi 1.354,78 kg

Hpp white tea (Rp/kg) Rp. 648.699

Page 94: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

77

perusahaan tidak memisahkan biaya produksi untuk masing-masing jenis white

tea, tetapi biaya tersebut disatukan untuk ketiga jenis white tea. Mertode full

costing

mengalokasikan biaya produksi menggunakan dasar pembebanan

berdasarkan kuantitas produk.

Alokasi pembebanan biaya ke setiap jenis produk yang dihasilkan,

didasarkan pada persentase jumlah produksi yang diperoleh dengan cara

membagi jumlah biaya produksi masing-masing jenis white tea dengan total

produksi yang dihasilkan oleh semua jenis white tea dalam periode analisis.

Persentase jumlah produk jenis white tea premium adalah sebesar 73,31 %

dengan jumlah produksi sebanyak 993,18 kg/tahun, persentase white tea KW I

adalah sebesar 12,82 % dengan jumlah produksi sebanyak 173,72 kg/tahun, dan

persentase white tea unsorted adalah sebesar 13,87 % dengan jumlah produksi

sebanyak 187,88 kg/tahun. Total produksi dari ketiga jenis white tea selama

periode analisis adalah sebesar 1354,78 kg. Data produksi PPTK Gamboeng

dijabarkan pada Tabel 12 di bawah ini:

Tabel 12. Persentase Data Produksi White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017

Tahap awal perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing

adalah menjumlahkan biaya langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

Jenis Produk white

tea

Jumlah Produksi

(Kg)

Persentase Total

produksi maasing

masing produk

white tea premium 993,18 73,31%

white tea KW I 173,72 12,82%

white tea unsorted 187,88 13,87%

Jumlah 1.354,78 100%

Page 95: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

78

langsung) dan biaya tidak langsung (biaya overhead). Biaya langsung dan biaya

tidak langsung yang dihitung berdasarkan persentase masing-masing produk

white tea di PPTK Gamboeng adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku

Biaya bahan baku untuk white tea premium adalah Rp.259.219.980

berasal dari banyaknya bahan baku dikali dengan harga bahan baku pucuk peko

per kg. Sedangkan, untuk white tea KW I adalah Rp 45.340.800 dan untuk white

tea unsorted adalah sebesar Rp. 49.036.200

2. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung terdiri atas gaji karyawan pabrik dan upah

lembur, untuk white tea premium adalah Rp 134.793.937,- dari 73,31% total

biaya tenaga kerja langsung, sedangkan untuk white tea KW I adalah Rp

23.571.931,- dari 12,82% total biaya tenaga kerja langsung dan untuk white tea

unsorted adalah 25.502.550 dari 13,87 % total biaya tenaga kerja. Tenaga kerja

langsung di PPTK Gamboeng berjumlah 8 orang tenaga kerja pabrik tetap.

3. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Tenaga kerja tidak langsung pabrik terdiri dari 1 orang yang bertugas

untuk mengantarkan pesanan ke pelanggan. Tenaga kerja langsung ini sekaligus

bertugas untuk 4 macam produk yaitu white tea, green tea, black tea, dan

AMDK (air mineral ). Selama 1 tahun biaya yang dikeluakan sebanyak Rp.

15.813.684 yang dibebankan ke masing masing produk, dalam perhitungannya

tenaga kerja tidak langsung hanya dibebankan 10% untuk white tea, sehingga

hanya Rp.1.581.368 yang dimasukan ke dalam perhitungan biaya, untuk white

Page 96: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

79

tea premium sebesar Rp 1.159.301 dari 73,31% total biaya tenaga kerja tidak

langsung. White tea KW I adalah Rp 202.731 dari 12.82% total biaya tenaga

kerja tidak langsung dan Rp. 213.336 dibebankan untuk white tea unsorted dari

total 13,87% total biaya tenaga kerja tidak langsung.

4. Biaya peralatan

Biaya mesin dan peralatan yang dikeluarkan untuk memproduksi white

tea selama 1 tahun terdiri dari alumunium foil, rajut, kardus, plastik, mesin oven,

mesin through dan lain lain mencapai Rp. 61.148.670. Biaya mesin dan peralatan

untuk white tea premium adalah sebesar Rp. 44.828.090 dari 73,31% total biaya

mesin dan peralatan, white tea KW I adalah sebesar Rp. 7.839.529 dari 12,82%

total biaya mesin dan peralatan, dan white tea unsorted adalah sebesar Rp.

8.481.321 dari 13,87% total biaya mesin dan peralatan.

5. Biaya listrik

Biaya listrik yang dikeluarkan pabrik untuk memproduksi white tea

selama 1 tahun yaitu tahun 2017 sebesar Rp. 6.463.480. Biaya listrik untuk white

tea premium Rp. 4.738.477 dari 73,31% total biaya listrik, white tea KW I Rp.

828.618 dari 12,82% total biaya listrik, dan Rp. 896.485 dari 13,87% total biaya

listrik selama 1 tahun

6. Biaya penyusutan

Biaya Penyusutan yang dikeluarkan oleh PPTK Gamboeng untuk

memproduksi ketiga jenis white tea selama 1 tahun yaitu sebesar Rp.

23.041.551, biaya penyusutan diperoleh dari metode garis lurus. Biaya

penyusutan untuk white tea premium dibebankan sebesar Rp. 16.891.761 dari

Page 97: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

80

73,31% total biaya penyusutan, white tea KW I sebesar Rp. 2.953.927 dari

12,82% total biaya penyusutan dan white tea unsorted sebesar Rp. 3.195.863

dari 13,87 total biaya penyusutan selama tahun 2017. Biaya penyusutan

dilampirkan secara lengkap pada lampiran 4.

7. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh PPTK Gamboeng untuk

memproduksi ketiga jenis white tea selama tahun 2017 sebesar Rp. 90.460.000

yang digunakan untuk biaya souvenir, dan brosur. Biaya untuk white tea

premium sebesar Rp. 66.316.226 dari 73,31% total biaya pemasaran, white tea

KW I sebesar Rp. 11.596.972 dari 12,82% total biaya pemasaran, dan untuk

white tea unsorted sebesar Rp. 12.546.802 dari 13,87% total biaya pemasaran.

8. Biaya bahan bakar

Biaya bahan bakar bensin yang digunakan untuk proses distribusi selama

selama 1 tahun sebanyak Rp. 7.200.000 yang dibebankan ke masing masing

produk, dalam perhitungannya biaya bahan bakar bensin hanya dibebankan 10%

untuk white tea, sehingga hanya Rp.720.000 yang dimasukan ke dalam

perhitungan biaya, untuk white tea premium dibebankan sebesar Rp. 527.832

dari 73,31% total biaya bahan bakar bensin, white tea KW I sebesar 92.304 dari

12,82% total biaya bahan bakar bensin, dan untuk white tea unsorted sebesar Rp.

99.864 dari 13,87 total biaya bahan bakar bensin.

5.3.3.1 HPP Metode Full Costing White tea Premium

Perhitungan harga pokok produksi white tea premium dengan

menggunakan metode full costing dihasilkan dari pengakumulasian seluruh

Page 98: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

81

pengeluaran biaya produksi. Biaya-biaya yang dimasukan ke dalam perhitungan

HPP full costing white tea premium yaitu seluruh biaya yang digunakan baik

biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya-biaya tersebut dijumlahkan

secara keseluruhan lalu dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Perhitungan hpp full costing white tea premium dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 13. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea Premium

PPTK Gamboeng Tahun 2017

BIAYA Biaya (Rp)

Biaya Langsung

I. Biaya Bahan Baku 259.219.980

II. Biaya Tenaga Kerja Langsung

1. Gaji Karyawan Pabrik 128.439.683

2. Upah lembur karyawan 6.354.254

Total Biaya Langsung (Rp) 394.013.917

Biaya Tidak Langsung

I. Biaya Mesin dan Peralatan 44.828.090

II. Biaya Listrik 4.738.477

III. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 1.159.300

IV. Biaya Overhead Pabrik (Panyusutan) 16.891.761

V. Biaya Pemasaran (Souvenir) 66.316.226

VI. Biaya Kendaraan 9.163.750

VII. Biaya Bahan Bakar (Bensin) 527.832

Total Biaya Tidak Langsung (Rp)

143.625.436

Jumlah biaya produksi white tea premium (Rp) 537.639.353

Produksi (Kg) 993,18

HPP white tea premium (Rp/Kg) 541.331

Biaya langsung white tea premium terdiri dari biaya bahan baku dan juga

biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku sebesar Rp. 259.219.980

diperoleh dari bahan baku white tea premium dikali dengan harga per kg bahan

Page 99: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

82

baku, sedangkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.134.793.937/Tahun

yang terdiri dari gaji karyawan pabrik sebesar Rp. 128.439.683/Tahun dan upah

lembur sebesar Rp. 6.354.254/Tahun, untuk jenis white tea premium

dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 134.793.937dari 73,31 %

konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari gaji

karyawan pabrik, dan juga upah lembur tenaga kerja

Biaya tidak langsung terdiri dari biaya mesin peralatan, biaya listrik,

biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya pemasaran, biaya

kendaraan dan biaya bahan bakar kendaraan. Biaya biaya tersebut dihasilkan

dari jumlah persentase konsumsi terhadap produksi white tea premium yaitu

73,31 % sehingga biaya mesin peralatan sebesar Rp. 44.828.090, Rp 4.738.477

untuk biaya listrik, Rp 1.159.300 biaya tenaga kerja tidak langsung yang teridiri

dari 1 orang, Rp. 16.891.761 biaya penyusutan, Rp. 66.316.226 biaya

pemasaran, Rp. 8.430.650 biaya kendaraan sebesar Rp. 9.163.750 dan biaya

bensin sebesar Rp. 527.832, sehingga harga pokok produksi white tea premium

dengan menggunakan full costing sebesar Rp. 541.331 yang diperoleh dari total

biaya produksi sebesar Rp. 537.639.353 dibagi jumlah produksi 993,18 kg

selama satu tahun 2017.

5.3.3.2 HPP Metode Full Costing White tea KW I

Perhitungan harga pokok produksi white tea KW I dengan menggunakan

metode full costing dihasilkan dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya

produksi. Biaya-biaya yang dimasukan ke dalam perhitungan HPP full costing

white tea KW I yaitu seluruh biaya yang digunakan baik biaya langsung maupun

Page 100: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

83

biaya tidak langsung. Biaya-biaya tersebut dijumlahkan secara keseluruhan lalu

dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Perhitungan hpp full costing

white tea KW I dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini:

Tabel 14. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea KW I

PPTK Gamboeng Tahun 2017

Biaya langsung white tea KW I terdiri dari biaya bahan baku dan juga

biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku Rp. 45.340.800/Tahun diperoleh

dari jumlah bahan baku white tea KW I dikali dengan harga per kg bahan baku,

sedangkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.23.571.931/Tahun yang

terdiri dari gaji karyawan pabrik sebesar Rp. 22.460.738/Tahun dan upah lembur

sebesar Rp. 1.111.193/Tahun. Jenis white tea KW I dibebankan biaya tenaga

BIAYA Biaya (Rp)

Biaya Langsung

I. Biaya Bahan Baku 45.340.800

II. Biaya Tenaga Kerja Langsung

1. Gaji Karyawan Pabrik 22.460.738

2. Upah lembur karyawan 1.111.193

Total Biaya Langsung (Rp) 68.912.731

Biaya Tidak Langsung

I. Biaya Mesin dan Peralatan 7.839.529

II. Biaya Listrik 828.618

III. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 202.731

IV. Biaya Overhead Pabrik (Panyusutan) 2.953.927

V. Biaya Pemasaran (Souvenir) 11.596.972

VI. Biaya Kendaraan 1.602.500

VII. Biaya Bahan Bakar (Bensin) 92.304

Total Biaya Tidak Langsung (Rp)

25.116.581

Jumlah biaya produksi white tea KW I (Rp) 94.029.312

Produksi (Kg) 173,72

HPP white tea KW I (Rp/Kg) 541.269

Page 101: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

84

kerja langsung sebesar Rp. 23.571.931dari 12,82% konsumsi terhadap total

biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari upah petik, gaji karyawan pabrik,

dan juga upah lembur tenaga kerja

Biaya tidak langsung white tea KW I terdiri dari biaya mesin peralatan,

biaya listrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya

pemasaran, biaya kendaraan dan biaya bahan bakar kendaraan. Biaya biaya

tersebut dihasilkan dari jumlah persentase konsumsi terhadap produksi white tea

KW I yaitu 12,82 % sehingga biaya mesin peralatan sebesar Rp. 7.839.529, Rp

828.618 untuk biaya listrik, Rp 202.731 biaya tenaga kerja tidak langsung yang

teridiri dari 1 orang, Rp. 2.953.927 biaya penyusutan, Rp. 11.596.972 biaya

pemasaran, Rp. 1.602.500 biaya kendaraan dan biaya bensin sebesar Rp.92.304,

sehingga harga pokok produksi white tea KW I dengan menggunakan full

costing sebesar Rp. 541.269 yang diperoleh dari total biaya produksi sebesar Rp.

94.029.312 dibagi jumlah produksi 173,72 kg selama satu tahun yaitu tahun

2017.

5.3.3.3 HPP Metode Full Costing White tea Unsorted

Perhitungan harga pokok produksi white tea KW I dengan

menggunakan metode full costing dihasilkan dari penjumlahan seluruh

pengeluaran biaya produksi. Biaya-biaya yang dimasukan ke dalam

perhitungan HPP full costing white tea unsorted yaitu seluruh biaya yang

digunakan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya-biaya

tersebut dijumlahkan secara keseluruhan lalu dibagi dengan jumlah produk

Page 102: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

85

yang dihasilkan. Perhitungan hpp full costing white tea unsorted dapat dilihat

pada tabel 15 di bawah ini:

Tabel 15. Harga Pokok Produksi Metode Full Costing White Tea Unsorted

PPTK Gamboeng Tahun 2017

Biaya langsung white tea unsorted terdiri dari biaya bahan baku dan juga

biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku sebesar Rp. 49.036.200

diperoleh dari banyaknya bahan baku white tea unsorted dikali dengan harga per

kg bahan baku, sedangkan biaya tenaga kerja langsung sebesar

Rp.25.502.550/Tahun yang terdiri dari gaji karyawan pabrik sebesar Rp.

24.300.347/Tahun dan upah lembur sebesar Rp. 1.202.203/Tahun. Jenis white

BIAYA Biaya (Rp)

Biaya Langsung

I. Biaya Bahan Baku 49.036.200

II. Biaya Tenaga Kerja Langsung

1. Gaji Karyawan Pabrik 24.300.347

2. Upah lembur karyawan 1.202.203

Total Biaya Langsung (Rp) 74.538.750

Biaya Tidak Langsung

I. Biaya Mesin dan Peralatan 8.481.321

II. Biaya Listrik 896.485

III. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 213.336

IV. Biaya Overhead Pabrik (Panyusutan) 3.195.863

V. Biaya Pemasaran (Souvenir) 12.546.802

VI. Biaya Kendaraan 1.733.750

VII. Bahan Bakar (Bensin) 99.864

Total Biaya Tidak Langsung (Rp)

27.167.421

Jumlah Biaya Produksi white tea (Rp)

101.706.171

Produksi (Kg) 187,88

HPP white tea unsorted (Rp/Kg) 541.336

Page 103: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

86

tea unsorted dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 25.502.550

dari 13,87% konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja langsung yang terdiri

dari upah petik, gaji karyawan pabrik, dan juga upah lembur tenaga kerja.

Biaya tidak langsung white tea unsorted terdiri dari biaya mesin

peralatan, biaya listrik, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan,

biaya pemasaran, biaya kendaraan dan biaya bahan bakar kendaraan. Biaya

biaya tersebut dihasilkan dari jumlah persentase konsumsi terhadap produksi

white tea unsorted yaitu 13,87 % sehingga biaya mesin peralatan sebesar Rp.

8.481.321, Rp 896.485 untuk biaya listrik, Rp 213.336 biaya tenaga kerja tidak

langsung yang teridiri dari 1 orang, Rp. 3.195.863 biaya penyusutan, Rp.

12.546.802 biaya pemasaran, Rp. 1.733.750 biaya kendaraan dan biaya bensin

sebesar Rp. 99.864, sehingga harga pokok produksi white tea premium dengan

menggunakan full costing sebesar Rp. 541.336 yang diperoleh dari total biaya

produksi sebesar Rp. 101.706.171 dibagi jumlah produksi 187,88 kg selama satu

tahun yaitu tahun 2017.

5.3.4 Penetapan HPP Metode Activity Based Costing (ABC)

Metode activity based costing (ABC) mencoba untuk memperbaiki

akurasi perhitungan biaya produk terutama pembebanan pada biaya overhead

pabrik, biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan

konsumsi aktivitas secara nyata yang terjadi dalam proses produksi. Alokasi

pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan, didasarkan pada

persentase jumlah produksi yang diperoleh dengan cara membagi jumlah

Page 104: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

87

biaya produksi masing-masing jenis white tea dengan total produksi yang

dihasilkan oleh semua jenis white tea dalam periode analisis.

Perhitungan HPP white tea dengan menggunakan metode ABC dapat

dilakukan dengan tahapan-tahapan perhitungan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aktivitas.

b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.

c. Menentukan cost drivers dan nilainya.

d. Menghitung nilai tarif/aktivitas.

e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk .

f. Perhitungan HPP.

Langkah pertama dalam perhitungan HPP metode ABC adalah dengan

mengidentifikasi aktivitas produksi white tea, yaitu pemetikan, pengangkutan,

penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir, pengeringan II, penyinaran UV,

pengemasan dan pendistribusian. Setiap aktivitas yang telah diidentifikasi

ditelusuri biayanya dapat dicari dengan persentase konsumsi setiap aktivitas

maupun dengan estimasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Biaya aktivitas

penjemuran sebesar Rp 18.508.371, Rp 1.624.014 untuk biaya pelayuan, Rp.

1.181.069 untuk biaya aktivitas pengeringan I, Rp. 1.204.577 untuk biaya sotir.

Rp. 1.231.069 untuk biaya akvitas pengeringan II, Rp. 1.696.014 biaya aktivitas

penyinaran ultraviolet, Rp. 21.658.481 untuk biaya pengemasan, dan untuk

biaya aktivitas terakhir yaitu pendistribusian sebesar Rp. 12.850.000.

perhitungan biaya peraktivitas secara detail dapat dilihat pada lampiran 8. Tahap

terakhir penghitungan adalah mencari harga pokok produksi, dengan membagi

Page 105: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

88

total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi

yang dihitung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik (yang telah diketahui berdasarkan aktivitas pada saat

proses produksi).

5.3.4.1 HPP Metode ABC White tea Premium

a. Mengidentifikasi aktivitas

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode

HPP dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan

dalam produksi white tea premium, ketelitian dalam menentukan konsumsi

aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi.

Adapun aktivitas produksi white tea premium terdiri dari pemetikan,

pengangkutan, penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir, pengeringan II,

penyinaran UV, pengemasan dan pendistribusian.

b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya,

biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya

produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara

langsung atau estimasi, penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk

mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam

aktivitas, jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah

estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap

aktivitas yang diidentifikasi. Selain itu perusahaan harus secara jeli

Page 106: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

89

memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan mana aktivitas yang bukan

penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia.

Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik, penyusutan

peralatan, dan penyusutan bangunan, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan

biaya bahan bakar kendaraan, biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data

produksi jenis produk white tea premium tahun 2017, seperti yang tertera pada

Lampiran 8

Biaya tenaga kerja tidak langsung hanya dibebankan pada aktivitas

pengangkutan dan pendistribusian karena tinaga kerja tidak langsung tidak

terlibat dalam proses poduksi secara laangsung. Biaya bahan bakar kendaraan

hanya dibebankan pada aktivitas pengangkutan dan pendistribusian saja karena

kendaraan mobil pick up hanya digunakan saat proses pengangkutan bahan baku

dari kebun ke pabrik dan juga proses distribusi produk.

Persentase penggunaan aktivitas pemakaian listrik untuk produksi white

tea premium dihitung berdasarkan lamanya pemakaian listrik dan juga energi

watt yang digunakan di setiap mesin, yang terdiri dari mesin UV sebesar 3,98%,

listrik oven sebesar 9,56%, mesin pengemas 13,81%, mesin dehumidifier

sebesar 71,40 % dan lampu pabrik sebesar 1,19% dari total pemakaian listrik.

Tabel 16. Persentase Penggunaan Listrik Pabrik White Tea PPTK Gamboeng

Tahun 2017

No Mesin Persentase Biaya

1 Sinar ultraviolet 3,98 % 21.437

2 Oven 9,56 % 51.500

3 Pengemas 13,81 % 74.700

4 Dehumidifier 71,40 % 384.576

5 Lampu 1,19 % 6.410

Jumlah 100 % 538.623

Page 107: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

90

Biaya bangunan, mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan

mesin dan menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan

masing-masing peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam

aktivitas produksi jenis white tea premium terdapat pada bangunan tempat

produksi, 1 timbangan digital, 1 mesin pengemas, 2 mesin oven, 3 meja jemur,

15 rak penjemuran, 2 elemen pemanas, 10 wadah alumunium, 5 rak

penyimpanan, 2 ayakan alumunium dan 1 mesin through, mesin dehumidifier

tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa pakainya telah

melebihi umur ekonomisnya. Biaya aktivitas mesin dan peralatan dapat dilihat

secara terperinci pada lampiran 9

c. Menentukan cost driver dan nilainya

Cost driver adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang

disebut juga sebagai pemicu biaya, cost driver yang digunakan dalam

menghitung alokasi biaya overhead adalah jam inspeksi, jumlah bahan baku, jam

mesin, dan jumlah produk. Berikut adalah nilai cost driver dari setiap aktivitas

untuk ketiga produk white tea dalam Tabel 17.

Tabel 17. Cost Driver White Tea PPTK Gamboeng Tahun 2017

Aktivitas Cost driver Nilai cost driver/aktivitas

Penjemuran Jam Inspeksi 2.304

Pelayuan Jam Mesin 7.072

Pengeringan I Jam Mesin 421

Sortir Jam Inspeksi 2.352

Pengeringan II Jam Mesin 1.263

Penyinaran UV Jam Mesin 245

Pengemasan Jumlah Produk 1.355

Pendistribusian Jumlah Produk 1.355

Page 108: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

91

Berdasarkan tabel 17 nilai cost driver berasal dari masing-masing

aktivitas produksi. Cost driver penjemuran yaitu jam inspeksi sebesar 2.304

yang berasal dari banyaknya tenga kerja penjemuran sebanyak 2 orang dikali

dengan lamanya proses penjemuran dalam satu kali produksi dan dikali dengan

banyaknya produksi selama 1 tahun. Cost driver pelayuan adalah jam mesin

sebesar 7.072 yang berasal dari pembagian antara bahan baku pucuk peko

dengan kapasitas mesin through pelayuan dikali dengan lamanya penggunaan

mesin selama produksi. Cost driver pengeringan I diperoleh dari pembagian

antara bahan baku pucuk dengan kapasitas mesin oven sebanyak 7 kg dikali

dengan lamanya penggunaan mesin selama produksi.

Cost driver aktivitas sortir merupakan jam inspeksi yang diperoleh dari

jumlah tenaga kerja sortir dikali dengan lamanya waktu aktivitas dikali dengan

jumlah banyaknya waktu produksi selama 1 tahun. Cost driver pengeringan II

adalah jam mesin sebesar 1.263 yang berasal dari pembagian antara bahan baku

pucuk dengan kapasitas mesin oven sebanyak 7 kg dikali dengan lamanya

penggunaan mesin selama produksi. Cost driver penyinaran uv adalah jam mesin

sebesar 245 yang berasal dari pembagian antara bahan baku dengan kapasitas

mesin sinar uv sebanyak 20 kg dikali dengan lamanya waktu penggunaan mesin

produksi. Cost driver pengemasan dan pendistribusian sama besar yaitu jumlah

produk sebesar 1.355 yang berasal dari hasil produksi yaitu sebanyak 1.355 kg.

Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai cost driver per aktivitas setiap

produk yang nantinya akan digunakan untuk menghitung biaya overhead.

Page 109: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

92

Berikut adalah nilai cost driver per aktivitas untuk jenis white tea premium yang

disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Cost Driver White Tea Premium

Berdasarkan tabel 18 cost driver disetiap aktivitas berasal dari persentase

produk yang dihasilkan selama produksi, produk white tea premium memiliki

73,31 % dari keseluruhan total produk selama 1 tahun yaitu sebanyak 1.354,78

kg. Produk jenis white tea premium merupakan produksi terbanyak pada tahun

2017 dengan total 993,18 kg / tahun. Nilai cost driver white tea premium berasal

dari 73,31% dari total cost driver setiap aktivitas produksi white tea. Cost driver

penjemuran yaitu jam inspeksi sebesar 1.689 yang berasal dari banyaknya tenga

kerja penjemuran sebanyak 2 orang dikali dengan lamanya proses penjemuran

dalam satu kali produksi dan dikali dengan banyaknya produksi selama 1 tahun.

Cost driver pelayuan adalah jam mesin sebesar 5.184 yang berasal dari

pembagian antara bahan baku pucuk peko dengan kapasitas mesin through

pelayuan dikali dengan lamanya penggunaan mesin selama produksi. Cost driver

pengeringan I sebesar 309 diperoleh dari pembagian antara bahan baku pucuk

dengan kapasitas mesin oven sebanyak 7 kg dikali dengan lamanya penggunaan

mesin selama produksi.

Aktivitas Cost driver Nilai cost driver/aktivitas

Penjemuran Jam Inspeksi 1.689

Pelayuan Jam Mesin 5.184

Pengeringan I Jam Mesin 309

Sortir Jam Inspeksi 1.724

Pengeringan II Jam Mesin 926

Penyinaran UV Jam Mesin 180

Pengemasan Jumlah Produk 993

Pendistribusian Jumlah Produk 993

Page 110: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

93

Cost driver aktivitas sortir merupakan jam inspeksi sebesar 1.724 ang

diperoleh dari jumlah tenaga kerja sortir dikali dengan lamanya waktu aktivitas

dikali dengan jumlah banyaknya waktu produksi selama 1 tahun. Cost driver

pengeringan II adalah jam mesin sebesar 926 yang berasal dari pembagian antara

bahan baku pucuk dengan kapasitas mesin oven sebanyak 7 kg dikali dengan

lamanya penggunaan mesin selama produksi. Cost driver penyinaran uv adalah

jam mesin sebesar 180 yang berasal dari pembagian antara bahan baku dengan

kapasitas mesin sinar uv sebanyak 20 kg dikali dengan lamanya waktu

penggunaan mesin produksi. Cost driver pengemasan dan pendistribusian sama

besar yaitu jumlah produk sebesar 993. Perhitungan cost driver white tea

premium dapat dilihat pada lampiran 9.

d. Menghitung tarif per aktivitas

Tarif per aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap

aktivitas dengan nilai cost driver atas aktivitasnya. Contoh perhitungannya

adalah sebagai berikut: total biaya aktivitas penjemuran adalah Rp.18.508.371

dibagi dengan nilai cost driver aktivitas penjemuran yaitu sebesar 2.304

sehingga tarif aktifitas penjemuran adalah sebesar 8.033, artinya setiap 2 jam

kerja tenaga kerja selama kegiatan penjemuran tarif yang ditetapkan sebesr Rp

8.033 tarif/aktivitas. Total biaya penjemuran sebesar Rp. 18.5088.371 yang

terdiri atas biaya sarung tangan, biaya timbangan, bakul, meja penjemuran, rak

penjemuran, dan biaya bangunan. Dengan perhitungan yang sama, maka akan

diketahui tarif per aktivitas untuk jenis white tea premium, sebagaimana

disajikan pada tabel 19 :

Page 111: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

94

Tabel 19. Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea Premium

Aktivitas Biaya aktivitas

(Rp)

Nilai cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit aktivitas)

Penjemuran 18.508.371 2.304 8.033

Pelayuan 1.624.014 7.072 230

Pengeringan I 1.181.069 421 2.805

Sortir 1.204.577 2.352 512

Pengeringan II 1.231.069 1.263 975

Penyinaran UV 1.696.014 245 6.923

Pengemasan 21.658.481 1.355 15.984

Pendistribusian 12.850.000 1.355 9.483

e. Menghitung overhead nilai biaya/aktivitas/produk

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya overhead

per aktivitas dengan mempertimbangkan cost driver dan tarif aktivitas. Aktivitas

yang membentuk tiap-tiap jenis produk white tea didasarkan pada besarnya

persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost driver tiap-tiap biaya atas

aktivitas, walaupun PPTK Gamboeng memproduksi tiga jenis white tea namun

persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan

jumlah volume produksi. Pembebanan biaya overhead produk per aktivitas dapat

dihitung dengan mengalikan antara tarif aktivitas dengan cost driver produk.

Contoh perhitungannya adalah tarif aktivitas penjemuran sebesar Rp.

8.033 dikalikan dengan cost driver aktivitas penjemuran untuk white tea

premium sebesar 1689 jam, sehingga biaya overhead pabrik yang dibebankan

untuk aktivitas penjemuran adalah sebesar Rp. 13.567.737. Tarif aktivitas

Pengeringan I sebesar Rp. 2.805 dikalikan dengan cost driver aktivitas

pengeringan I sebesar 309 jam mesin, sehingga biaya aktivitas per produk dari

aktivitas pengeringan I sebesar Rp. 866.865 dengan perhitungan yang sama,

Page 112: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

95

maka akan diketahui biaya overhead yang dibebankan per aktivitas untuk jenis

white tea premium terdapat pada tabel 20.

Tabel 20. Biaya Aktivitas per Produk White Tea Premium

Aktivitas Nilai cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit

aktivitas)

Biaya Cost

driver

Penjemuran 1.689 8.033 13.567.986

Pelayuan 5.184 230 1.190.454

Pengeringan I 309 2.805 866.865

Sortir 1.724 512 882.947

Pengeringan II 926 975 902.589

Penyinaran UV 180 6.923 1.246.051

Pengemasan 993 15.984 15.872.112

Pendistribusian 993 9.483 9.416.619

f. Perhitungan harga pokok produksi ABC white tea premium

Perhitungan harga pokok produksi white tea premium dengan metode

Activity Based Costing (ABC) diperoleh dengan menjumlahkan biaya langsung

yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya

overhead pabrik. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir, pengeringan II, penyinaran UV,

pengemasan dan pendistribusian. Perhitungan harga pokok produksi white tea

premium per kg diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah

produksi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC

untuk white tea premium disajikan pada tabel 21

Page 113: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

96

Tabel 21. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea Premium PPTK

Gamboeng Tahun 2017

Aktivitas Nilai Cost

driver/ aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit aktivitas) Total Biaya

Penjemuran 1.689 8.033 13.567.986

Pelayuan 5.184 230 1.190.454

Pengeringan I 309 2.805 866.865

Sortir 1.724 512 882.947

Pengeringan II 926 975 902.589

Penyinaran UV 180 6.923 1.246.051

Pengemasan 993 15.984 15.872.112

Pendistribusian 993 9.483 9.416.619

Biaya Aktivitas 43.945.622

Biaya Langsung 394.013.917

Biaya Pemasaran 56.316.226

Total Biaya Produksi 494.275.765

Jumlah Produksi

(kg) 993,18

HPP Teh Putih

Rp/Kg 497.670

Berdasarkan tabel 21 harga pokok produksi untuk white tea premium per

kg adalah sebesar Rp. 497.670/kg yang diperoleh dari penjumlahan seluruh

aktivitas yang dijadikan biaya overhead ditambah dengan biaya langsung berupa

biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari gaji tetap

dan upah lembur, sehingga total biaya produksi white tea premium pada tahun

2017 adalah sebesar Rp. 494.275.765 dibagi dengan jumlah produksi jenis white

tea premium selama periode penelitian yaitu 993,18 kg. Perhitungan harga

pokok produksi dengan metode Activity Based Costing untuk white tea premium

menghasilkan harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan harga

pokok produksi menggunakan metode perusahaan maupun metode full costing.

Page 114: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

97

5.3.4.2 HPP Metode ABC White tea KW I

a. Mengidentifikasi aktivitas

Perhitungan untuk white tea premium dan white tea KW I pada tahap

mengidentifikasi aktivitas dan jenis biaya atas aktivitas adalah sama,

dikarenakan aktivitas produksi dan biaya yang dibebankan di PPTK Gambeng

untuk memproduksi semua jenis white tea adalah sama. Adapun aktivitas

produksi white tea KW I terdiri dari penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir,

pengeringan II, penyinaran UV, pengemasan dan pendistribusian.

b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya,

biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya

produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara

langsung atau estimasi, penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk

mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam

aktivitas, jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah

estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap

aktivitas yang diidentifikasi. Selain itu perusahaan harus secara jeli

memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan mana aktivitas yang bukan

penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia. Jenis biaya atas

aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik, penyusutan peralatan, dan

penyusutan bangunan, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya bahan bakar

kendaraan, biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis

produk white tea premium tahun 2017, seperti yang tertera pada Lampiran 9.

Page 115: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

98

c. Menentukan cost driver dan nilainya

Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai cost driver per aktivitas

setiap produk yang nantinya akan digunakan untuk menghitung biaya overhead.

Berikut adalah nilai cost driver per aktivitas untuk jenis white tea KW I yang

disajikan dalam Tabel 22

Tabel 22. Cost Driver White Tea KW I

Aktivitas Cost driver Nilai cost driver/aktivitas

Penjemuran Jam Inspeksi 295

Pelayuan Jam Mesin 907

Pengeringan I Jam Mesin 45

Sortir Jam Inspeksi 302

Pengeringan II Jam Mesin 162

Penyinaran UV Jam Mesin 31

Pengemasan Jumlah Produk 174

Pendistribusian Jumlah Produk 174

Berdasarkan tabel 22, cost driver disetiap aktivitas berasal dari

persentase produk yang dihasilkan selama produksi, produk white tea KW I

memiliki 12,82 % pemicu biaya dari keseluruhan total produk selama 1 tahun

yaitu sebanyak 1.354,78 kg. Cost driver penjemuran yaitu jam inspeksi sebesar

295 yang berasal dari banyaknya tenga kerja penjemuran sebanyak 2 orang dikali

dengan lamanya proses penjemuran dalam satu kali produksi dan dikali dengan

banyaknya produksi selama 1 tahun. Cost driver pelayuan adalah jam mesin

sebesar 907 yang berasal dari pembagian antara bahan baku pucuk peko dengan

kapasitas mesin through

Cost driver aktivitas sortir merupakan jam inspeksi sebesar 302 yang

diperoleh dari jumlah tenaga kerja sortir dikali dengan lamanya waktu aktivitas

dikali dengan jumlah banyaknya waktu produksi selama 1 tahun. Cost driver

Page 116: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

99

pengeringan II adalah jam mesin sebesar 162 yang berasal dari pembagian antara

bahan baku pucuk dengan kapasitas mesin oven sebanyak 7 kg dikali dengan

lamanya penggunaan mesin selama produksi. Cost driver penyinaran uv adalah

jam mesin sebesar 31 yang berasal dari pembagian antara bahan baku dengan

kapasitas mesin sinar uv sebanyak 20 kg dikali dengan lamanya waktu

penggunaan mesin produksi. Cost driver pengemasan dan pendistribusian sama

besar yaitu jumlah produk sebesar 174. Perhitungan cost driver white tea KW I

dapat dilihat pada lampiran 11

d. Menghitung tarif per aktivitas

Tarif per aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap

aktivitas dengan nilai cost driver atas aktivitasnya. Contoh perhitungannya

adalah sebagai berikut: total biaya aktivitas penjemuran adalah Rp.18.508.371

dibagi dengan nilai cost driver aktivitas penjemuran yaitu sebesar 2.304,

sehingga tarif aktifitas pemetikan adalah sebesar Rp.8.033, artinya setiap jam

kerja tenaga kerja selama kegiatan penjemuran tarif yang ditetapkan sebesr Rp

8.033 tarif/aktivitas penjemuran. Total biaya penjemuran sebesar Rp.

18.508.371 terdiri atas biaya timbangan digital, biaya sarung tangan, biaya bakul

dan biaya meja penjemuran, dan biaya rak penjemuran. dengan perhitungan yang

sama, maka akan diketahui tarif per aktivitas untuk jenis white tea KW I,

sebagaimana disajikan pada tabel 23 :

Page 117: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

100

Tabel 23. Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea KW I

Aktivitas Biaya aktivitas

(Rp)

Nilai cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit aktivitas

Penjemuran 18.508.371 2.304 8.033

Pelayuan 1.624.014 7.072 230

Pengeringan I 1.181.069 421 2.805

Sortir 1.204.577 2.352 512

Pengeringan II 1.231.069 1.263 975

Penyinaran UV 1.696.014 245 6.923

Pengemasan 21.658.481 1.355 15.984

Pendistribusian 12.850.000 1.355 9.483

e. Menghitung overhead nilai biaya/aktivitas/produk

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya overhead

per aktivitas dengan mempertimbangkan cost driver dan tarif aktivitas. Aktivitas

yang membentuk tiap-tiap jenis produk white tea didasarkan pada besarnya

persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost driver tiap-tiap biaya atas

aktivitas. Contoh perhitungannya adalah tarif aktivitas sortir sebesar Rp. 512

dikalikan dengan cost driver aktivitas sortir untuk white tea KW I sebesar 302

jam, sehingga biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk aktivitas sortir

adalah sebesar Rp. 154.669. Tarif aktivitas Pengeringan I sebesar Rp. 2.805

dikalikan dengan cost driver aktivitas pengeringan I sebesar 45 jam mesin,

sehingga biaya aktivitas per produk dari aktivitas pengeringan I sebesar Rp.

126.243 dengan perhitungan yang sama, maka akan diketahui biaya overhead

yang dibebankan per aktivitas untuk jenis white tea KW I terdapat pada tabel 24

di bawah ini.

Page 118: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

101

Tabel 24. Biaya Aktivitas per Produk White Tea KW I

Aktivitas Nilai Cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit

aktivitas)

Biaya Cost

driver

Penjemuran 295 8.033 2.369.735

Pelayuan 907 230 208.610

Pengeringan I 45 2.805 126.243

Sortir 302 512 154.669

Pengeringan II 162 975 157.904

Penyinaran UV 31 6923 214.613

Pengemasan 174 15984 2.781.216

Pendistribusian 174 9483 1.650.042

f. Perhitungan hpp ABC white tea KW I

Perhitungan harga pokok produksi white tea KW I dengan metode Activity

Based Costing (ABC) diperoleh dengan menjumlahkan biaya langsung yang

terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya

overhead pabrik. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir, pengeringan II, penyinaran UV,

pengemasan dan pendistribusian. Perhitungan harga pokok produksi white tea

KW I per kg diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah

produksi. Harga pokok produksi untuk white tea KW I per kg adalah sebesar Rp.

508.757 /kg yang diperoleh dari penjumlahan seluruh aktivitas yang dijadikan

biaya overhead ditambah dengan biaya langsung berupa biaya bahan baku, dan

biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari gaji tetap dan upah lembur,

sehingga total biaya produksi white tea KW I pada tahun 2017 adalah sebesar

Rp. 88.172.735 dibagi dengan jumlah produksi jenis white tea KW I selama

Page 119: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

102

periode penelitian yaitu 173,31 kg. Perhitungan harga pokok produksi dengan

metode ABC untuk white tea KW I menghasilkan harga pokok produksi yang

lebih rendah dibandingkan metode perusahaan maupun metode full costing.

Tabel 25. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea KW I PPTK

Gamboeng Tahun 2017

5.3.4.3 HPP ABC Jenis White tea Unsorted

a. Mengidentifikasi aktivitas

Perhitungan untuk white tea unsorted pada tahap mengidentifikasi

aktivitas dan jenis biaya atas aktivitas berbeda dengan white tea premium dan

white tea KW I, dikarenakan aktivitas produksi white tea unsorted tidak

melewati proses sortir, hal ini menyebabkan harga jual white tea unsorted lebih

rendah dibandingkan dengan white tea premium dan KWI. Proses sortir

dilakukan untuk memisahkan antara pucuk peko yang sudah terbuka, kualitas

Aktivitas Nilai Cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit aktivitas)

Total Biaya

(Rp)

Penjemuran 295 8.033 2.369.735

Pelayuan 907 230 208.610

Pengeringan I 45 2.805 126.243

Sortir 302 512 154.669

Pengeringan II 162 975 157.904

Penyinaran UV 31 6923 214.613

Pengemasan 174 15984 2.781.216

Pendistribusian 174 9483 1.650.042

Biaya Aktivitas 7.663.032

Biaya Langsung 68.912.731

Biaya Pemasaran 11.596.972

Total Biaya Produksi 88.172.735

Jumlah Produksi

(kg) 173,31

HPP Teh Putih

Rp/Kg 508.757

Page 120: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

103

white tea unsorted berada pada tingkat paling bawah dibandingkan dengan jenis

white tea lain yang diproduksi oleh PPTK Gamboeng. Adapun aktivitas produksi

white tea KW I terdiri penjemuran, pelayuan, pengeringan I, pengeringan II,

penyinaran UV, pengemasan dan pendistribusian.

b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya,

biaya atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya

produksi. Biaya atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara

langsung atau estimasi, penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk

mengukur pemakaian sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam

aktivitas, jika pengukuran secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah

estimasi berdasarkan persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap

aktivitas yang diidentifikasi.

Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik, penyusutan

peralatan, dan penyusutan bangunan, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan

biaya bahan bakar kendaraan, biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data

produksi jenis produk white tea premium tahun 2017, seperti yang tertera pada

Lampiran 9

Jenis biaya-biaya yang ada pada aktivitas produksi disebabkan karena

adanya penggunaan bahan atau alat yang digunakan disetiap aktivitasnya, contoh

perhitungannya adalah pada aktivtas pelayuan, aktivitas pelayuan disebabkan

oleh adanya pemicu biaya dari penggunaan mesin dan alat yang terdiri dari rak

penyinaran, lisrik sinar UV, nampan alumunium, listrik dehumidifier, dan

Page 121: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

104

bangunan. Biaya-biaya tersebut berasal dari akumulasi penggunaan, biaya rak,

nampan dan bangunan berasal dari biaya penyusutan, sedangkan biaya listrik

sinar uv berasal dari perhitungan persentase penggunaan listrik oleh masing

masing mesin berdasarkan watt dan lamanya penggunaan mesil tersebut.

Perhitungan listrik secara detail dapat dilihat pada lampiran 4

c. Menentukan cost driver dan nilainya

Tabel 26. Cost Driver White Tea Unsorted

Aktivitas Cost driver

Nilai cost

driver/aktivitas

Penjemuran Jam Inspeksi 320

Pelayuan Jam Mesin 981

Pengeringan I Jam Mesin 58

Pengeringan II Jam Mesin 175

Penyinaran UV Jam Mesin 34

Pengemasan Jumlah Produk 188

Pendistribusian Jumlah Produk 188

Berdasarkan tabel 26 di atas cost driver disetiap aktivitas berasal dari

persentase produk yang dihasilkan selama produksi, produk white tea unsorted

memiliki 13,87 % pemicu biaya dari keseluruhan total produk selama 1 tahun

yaitu sebanyak 1.354,78 kg. Cost driver penjemuran yaitu jam inspeksi sebesar

320 yang berasal dari banyaknya tenga kerja penjemuran sebanyak 2 orang dikali

dengan lamanya proses penjemuran dalam satu kali produksi dan dikali dengan

banyaknya produksi selama 1 tahun. Cost driver pelayuan adalah jam mesin

sebesar 981 yang berasal dari pembagian antara bahan baku pucuk peko dengan

kapasitas mesin through

Cost driver pengeringan II adalah jam mesin sebesar 175 yang berasal

dari pembagian antara bahan baku pucuk dengan kapasitas mesin oven

Page 122: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

105

sebanyak 7 kg dikali dengan lamanya penggunaan mesin selama produksi. Cost

driver penyinaran uv adalah jam mesin sebesar 34 yang berasal dari pembagian

antara bahan baku dengan kapasitas mesin sinar uv sebanyak 20 kg dikali

dengan lamanya waktu penggunaan mesin produksi. Cost driver pengemasan

dan pendistribusian sama besar yaitu jumlah produk sebesar 188. Perhitungan

cost driver white tea unsorted disajikan pada lampiran 13.

d. Menghitung tarif per aktivitas

Tarif per aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap

aktivitas dengan nilai cost driver atas aktivitasnya. Tarif per aktivitas white tea

unsorted disajikan pada tabel 27 dibawah ini

Tabel 27. Aktivitas, Biaya Aktivitas dan Tarif Aktivitas White Tea Unsorted

Aktivitas Biaya

aktivitas (Rp)

Nilai cost

driver/aktivitas

Tarif

aktivitas

(Rp/Unit

aktivitas

Penjemuran 18.508.371 2.304 8.033

Pelayuan 1.624.014 7.072 230

Pengeringan I 1.181.069 421 2.805

Pengeringan II 1.231.069 1.263 975

Penyinaran UV 1.696.014 245 6.923

Pengemasan 21.658.481 1.355 15.984

Pendistribusian 12.850.000 1.355 9.483

Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut: total biaya aktivitas

pengemasan adalah Rp.21.658.481 dibagi dengan nilai cost driver aktivitas

pengemasan yaitu sebesar 1.355, sehingga tarif aktifitas pengemasan adalah

sebesar Rp15.984, artinya setiap jam mesin selama kegiatan pengemasan tarif

yang ditetapkan sebesr Rp 15.984 tarif/aktivitas pengemasan. Total biaya

pengemasan sebesar Rp. 21.658.481 terdiri atas biaya sarung tangan, biaya

Page 123: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

106

plastik alumunium, biaya listrik mesin pengemas, dan biaya kardus, dengan

perhitungan yang sama, maka akan diketahui tarif per aktivitas untuk jenis white

tea unsorted, sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini:

e. Menghitung overhead nilai biaya/aktivitas/produk

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya overhead

per aktivitas dengan mempertimbangkan cost driver dan tarif aktivitas. Aktivitas

yang membentuk tiap-tiap jenis produk white tea didasarkan pada besarnya

persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost driver tiap-tiap biaya atas

aktivitas. Contoh perhitungannya adalah tarif aktivitas pelayuan sebesar Rp. 230

dikalikan dengan cost driver aktivitas pelayuan untuk white tea unsorted sebesar

981 jam mesin, sehingga biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk aktivitas

pelayuan adalah sebesar Rp. 225.630, dengan perhitungan yang sama, maka

akan diketahui biaya overhead yang dibebankan per aktivitas untuk jenis white

tea unsorted

Tabel 28. Biaya Aktivitas per Produk White Tea Unsorted

Aktivitas

Nilai Cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit aktivitas)

Biaya Cost

driver

Penjemuran 320 8.033 2.570.560

Pelayuan 981 230 225.630

Pengeringan I 58 2.805 162.713

Pengeringan II 175 975 170.576

Penyinaran UV 34 6.923 235.365

Pengemasan 188 15984 3.004.992

Pendistribusian 188 9483 1.782.804

f. Perhitungan hpp ABC white tea unsorted

Perhitungan harga pokok produksi white tea unsorted dengan metode

Activity Based Costing (ABC) diperoleh dengan menjumlahkan biaya langsung

Page 124: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

107

yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya

overhead pabrik. Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penjemuran, pelayuan, pengeringan I, pengeringan II, penyinaran UV,

pengemasan dan pendistribusian. Berikut tabel 29 adalah perhitungan HPP ABC

untuk white tea unsorted.

Tabel 29. Harga Pokok Produksi Metode ABC White Tea Unsorted PPTK

Gamboeng Tahun 2017

Aktivitas Nilai Cost

driver/aktivitas

Tarif aktivitas

(Rp/Unit

aktivitas)

Total Biaya

Penjemuran 320 8.033 2.570.560

Pelayuan 981 230 225.630

Pengeringan I 58 2.805 162.713

Pengeringan II 175 975 170.576

Penyinaran UV 34 6.923 235.365

Pengemasan 188 15984 3.004.992

Pendistribusian 188 9483 1.782.804

Biaya Aktivitas 8.152.639

Biaya Langsung 74.538.750

Biaya Pemasaran 12.546.802

Total Biaya Produksi 95.238.191

Jumlah Produksi (kg) 187,88

HPP Teh Putih Rp/Kg 506.910

Perhitungan harga pokok produksi white tea unsorted per kg diperoleh

dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produksi. Harga pokok

produksi untuk white tea unsorted per kg adalah sebesar Rp. 506.910 /kg yang

diperoleh dari penjumlahan seluruh aktivitas yang dijadikan biaya overhead

ditambah dengan biaya langsung berupa biaya bahan baku, dan biaya tenaga

kerja langsung yang terdiri dari gaji tetap dan upah lembur, dan biaya pemasaran,

sehingga total biaya produksi white tea unsorted pada tahun 2017 adalah sebesar

Page 125: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

108

Rp. 95.238.191 dibagi dengan jumlah produksi jenis white tea unsorted selama

periode penelitian yaitu tahun 2017 sebesar 187,88 kg. Perhitungan harga pokok

produksi dengan metode Activity Based Costing untuk white tea unsorted

menghasilkan harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan harga

pokok produksi menggunakan metode perusahaan, maupun metode full costing.

5.4 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh

perusahaan dan metode pembanding yaitu metode full costing dan metode

Activity Based Costing (ABC), dapat dilihat perbandingan antara ketiga metode

tersebut seperti pada Tabel 30 di bawah ini

Tabel 30. Perbandingan Harga Pokok Produksi White Tea PPTK Gamboeng

Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 30 di atas, dapat diketahui bahwa perbandingan harga

pokok produksi untuk white tea premium, white tea KW I, dan white tea

unsorted dengan metode Activity Based Costing dan full costing lebih rendah

dibandingkan dengan metode perusahaan. Harga pokok produksi dengan metode

full costing untuk kelas white tea premium, white tea KW I, dan white tea

unsorted masing-masing sebesar Rp. 541.331 per kg, Rp. 541.269 per kg, dan

Jenis

Produk

Harga Pokok Produksi (Rp/kg)

Selisih dengan HPP

perusahaan (Rp/kg)

Perusahaan

Full

Costing ABC

Full

Costing ABC

White tea

Premium 648.699 541.331 497.670 107.368 151.029

White tea

KW I 648.699 541.269 508.757 107.430 139.942

White tea

Unsorted 648.699 541.336 506.910 107.363 141.789

Page 126: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

109

Rp.541.336 per kg atau menjadi lebih rendah sebesar Rp. 107.368, Rp. 107.430

dan Rp. 107.363 per kg jika dibandingkan dengan metode perusahaan.

Sedangkan, harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing untuk

white tea premium, white tea KW I, dan white tea unsorted masing-masing

sebesar Rp. 497.670, Rp. 508.757, dan Rp. 506.910 per kg atau menjadi lebih

rendah sebesar Rp. 151.029, Rp. 139.942, dan Rp. 141.789 per kg dibandingkan

dengan metode perusahaan.

Tujuan penelitian ini ialah merekomendasikan metode penetapan harga

pokok produksi kepada perusahaan yang dapat dijadikan dasar sebagai

penetapan harga pokok produksi agar harga jual yang ditetapkan perusahaan

menjadi lebih rendah. Dengan kata lain, metode manakah yang menghasilkan

harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok

produksi yang selama ini diterapkan di perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari

perbandingan selisih harga pokok produksi yang dihasilkan antara metode full

costing dan metode Activity Based Costing seperti yang tertera pada Tabel 31

Tabel 31. Selisih Harga Pokok Produksi White Tea antara Metode Full

Costing dan ABC.

Jenis Produk Harga Pokok Produksi (Rp/Kg) Selisih HPP

(Rp/Kg) Full Costing ABC

White tea Premium 541.331 497.670 43.661

White tea KW I 541.269 508.757 32.512

White tea Unsorted 541.336 506.910 34.426

Berdasarkan Tabel 31, dapat diketahui bahwa perbandingan selisih harga

pokok produksi per kg dari ketiga jenis white tea lebih rendah apabila

menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) dibandingkan dengan

Page 127: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

110

menggunakan metode full costing. Selisih dari kedua metode tersebut masing-

masing adalah Rp. 43..661, Rp Rp. 32.512 dan Rp. 34.426,- per kg. Oleh karena

itu, metode penetapan harga pokok produksi untuk ketiga jenis white tea yang

diproduksi oleh PPTK Gamboeng adalah dengan menggunakan meotde ABC,

karena perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC

lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing ataupun metode

perusahaan dikarenakan penggunaan sumberdaya pada ketiga white tea tersebut

telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan.

Perbedaan perhitungan harga pokok produksi dengan full costing dan

Activity Based Costing (ABC) terjadi karena adanya perbedaan dalam

mengalokasikan biaya overhead dimana metode full costing membebankan

biaya overhead hanya menggunakan satu dasar pembebanan saja yaitu volume

produksi. Hal ini menyebabkan jumlah produksi yang kecil akan dibebankan

dengan biaya overhead yang kecil demikian juga sebaliknya untuk produk yang

jumlah produksinya besar dibebani dengan biaya overhead yang besar pula.

Penetapan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan menghasilkan

harga pokok produksi yang terlalu tinggi dibandingkan dengan metode full

costing dan metode Activity Based Costing sehingga mengakibatkan harga jual

yang tinggi pula dan perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan

pesaing.

Metode yang direkomendasikan pada perusahaan sebagai metode

penentuan harga pokok produksi yang tepat berdasarkan kondisi perusahaan

adalah metode ABC, bila dihitung dengan menggunakan metode ABC harga

Page 128: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

111

pokok produksi menjadi lebih rendah, dibandingkan apabila dihitung dengan

menggunakan metode full costing dan metode perusahaan. Dikarenakan pada

metode Full Costing tidak dapat diketahui biaya dan aktivitas mana yang

menyebabkan biaya tersebut manjadi rendah atau tinggi, selain itu HPP yang

lebih rendahpun dikarenakan penggunaan sumberdaya pada ketiga jenis

produk white tea sudah cukup efisien dan efektif dalam malakukan aktivitas

produksi dengan jumlah produksi yang dihasilkan, dikatakan efektif bila

produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang

dikuasai) dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi masukan.

Hasil perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh

perusahaan dan metode penelitian yaitu full costing dan metode ABC,

diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap hpp pada masing-

masing metode tersebut, seperti yang tertera pada Tabel 32 berikut ini.

Tabel 32. Selisih Laba White Tea antara Metode Full Costing dan ABC

Jenis Produk Harga Jual

(Rp/Kg)

Hpp (Rp/kg) Laba (Rp/Kg)

Full

Costing ABC

Full

Costing ABC

White tea

Premium 1.000.000 541.331 497.670 458.669 502.330

White tea KW I 620.000 541.269 508.757 78.731 111.243

White tea

Unsorted 600.000 541.336 506.910 58.664 93.090

Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa perbandingan laba pada

ketiga jenis white tea tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC.

Laba produk apabila menggunakan metode ABC masing-masing adalah Rp.

502.330 untuk white tea premium, Rp.111.243 untuk white tea KW I, dan Rp.

Page 129: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

112

93.090 untuk white tea unsorted, laba tersebut lebih besar dibandingkan dengan

metode full costing ataupun metode perusahaan.

Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan

usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya,

aktivitas dan produk.Cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi

biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan evisiensi di dalam

produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang afisien adalah

dengan mengeliminasi aktivitas yang bukan penambah nilai seperti pada

aktivitas penyinaran UV, aktivitas tersebut dapat dieleminasi karena aktivitas

sinar UV dapat dilakukan 1 kali saja dalam proses penyimpanan yang dilakukan

selama 24 jam, hanya saja jika aktivitas penyinaran UV dihilangkan maka

lamanya proses penyimpanan ditambahkan lagi waktunya. Untuk ketiga jenis

produk white tea yang dalam perhitungan dengan metode ABC memiliki HPP

yang rendah sebaiknya meningkatkan volume produksinya dengan

pertimbangan bahwa pada saat ini pun permintaan terhadap produk tersebut

tergolong banyak atau apabila perusahaan ingin meningkatkan jumlah penjualan

yang lebih signifikan dapat menurunkan harga jual yang releven terhadap HPP

dengan metode ABC

Page 130: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

113

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. PPTK Gamboeng memproduksi 3 jenis white tea yaitu white tea premium,

white tea KW I dan white tea unsorted. Proses produksi yang dilakukan

ketiga produk sedikit berbeda yaitu memiliki 1 perbedaan pada tahap sortir,

dimana white tea unsorted tidak melewati tahapan proses produksi tersebut.

Adapun tahapan proses produksi yang dilakukan pada saat memproduksi

ketiga jenis white tea tersebut adalah pemetikan, pengangkutan,

penjemuran, pelayuan, pengeringan I, sortir, pengeringan II, penyinaran

UV, pengemasan dan pendistribusian.

2. Perhitungan biaya produksi ketiga jenis white tea akan lebih besar jika

menggunakan metode full costing masing masing sebesar Rp. 537.639.353

untuk jenis premium, Rp. 94.029.312 untuk jenis KW I, dan Rp.

101.706.171 untuk jenis unsorted. Biaya produksi dengan menggunakan

metode ABC lebih kecil dibandingkan dengan metode full costing maupun

perusahaan sebesar Rp. 494.275.765 untuk white tea jenis premium, Rp.

88.172.735 untuk white tea jenis KW I, dan Rp. 95.238.191 untuk white tea

jenis unsorted

3. Perhitungan harga pokok produksi full costing (konvensional) dalam

perhitungannya produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan

dibebani biaya overhead yang tinggi, demikian sebaliknya produk dengan

jumlah volume yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah

Page 131: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

114

pula. Dari hasil perhitungan HPP dengan menggunakan metode Full

Costing, didapat bahwa HPP per kg untuk jenis produk white tea premium

adalah sebesar Rp.541.331 untuk jenis white tea KW I adalah sebesar

Rp.541.269 dan untuk white tea unsorted adalah sebesar Rp. 541.336.

Metode ini mudah diaplikasikan tetapi tidak mencerminkan konsumsi

sumberdaya dalam pembuatan produk yang sesungguhnya, sehingga kurang

tepat untuk menghitung HPP.

4. Metode ABC adalah metode perhitungan harga pokok produksi yang

memiliki hasil paling rendah dibandingkan kedua metode, diketahui total

biaya produksi untuk ketiga jenis produk white tea mengalami penurunan

biaya produksi bila dibandingkan dengan metode perusahaan dan Full

Costing. Dasar kalkulasi harga pokok produksi ABC dapat menghasilkan

harga pokok produksi yang paling rasional dari ketiga jenis produk white

tea tersebut. Dari hasil perhitungan HPP dengan metode ABC, biaya

oprasional pabrik (BOP) dialokasikan berdasarkan cost drivers (pemicu

biaya) ke setiap satuan produk, dengan menggunakan metode ABC didapati

bahwa HPP per kg untuk jenis produk white tea premium adalah sebesar Rp.

497.670, untuk white tea KW I adalah sebesar Rp. 508.757 dan untuk white

tea unsorted adalah sebesar Rp.506.910 per kg.

5. Perhitungan dengan metode ABC dapat melihat biaya produksi yang benar-

benar terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan perhitungan dengan

metode full costing tidak dapat mengetahui biaya dari aktivitas produksi

yang menyebabkan biaya tersebut menjadi rendah atau tinggi.

Page 132: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

115

6.2 Saran

1. Perusahaan sebaiknya mengevaluasi kembali sistem pembebanan biayanya

dalam menentukan harga pokok produksi karena perhitungan harga pokok

produksi yang tepat dapat menentukan harga jual yang cocok dan layak akan

mempengaruhi posisi produk di pasar

2. Perhitungan ABC sebaiknya digunakan sebagai alat untuk menghitung harga

pokok produksi oleh pihak manajemen perusahaan karna lebih

mencerminkan pemakaian biaya terhadap aktivitas yang dilakukan dalam

proses produksi dengan tetap mempertimbangkan faktor faktor eksternal

yang lain seperti harga pesaing dan kemampuan masyarakat. Selain itu,

karena pembebanan biaya lebih sesuai dan tepat berdasarkan aktivitas,

perancangan keuangan, dan sumber yang diperoleh sehingga kebutuhan

dapat terpenuhi sesuai dengan anggaran yang tersedia dan jumlah konsumsi

yang dilakukan. Diharapkan dengan metode ABC, pertanggungjawaban atas

pengelolaan dana lebih jelas dan dapat memperbaiki laporan keuangan

perusahaan agar mudah dievaluasi.

3. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan dapat

mempereluas segmentasi pasar dengan menurunkan harga jual pada ketiga

jenis produk dengan harga yang baru agar dapat dijangkau oleh semua

kalangan masyarakat.

Page 133: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

116

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Pengeluaran Konsumsi Penduduk Indonesia

Tahun 2015. 20 April 2018. www.bps.gp.id. Pukul 14.00 WIB

Blocher, Edward James. 2000. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik.

Terjemahan oleh Ambrriani Susty. Jakarta: Salemba Empat.

Bustami, Bastian. dan Nurlela. 2010 Akuntasi Biaya. Edisi ke4 Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Carter, William dan Usry Milton. 2006. Cost Accounting 14th e.Mason, Ohio :

Thomson.

Direktorat Jendral Perkebunan Indonesia. 2017 Tree Crop Estate Statistic Of

Indonesia. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Firdaus, Achmad dan Wasilah Abdullah. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi Kedua.

Jakarta: Salemba Empat.

Garrison, Ray dan Peter Brewer. Akuntansi Manajerial, Buku ke1 Edisi ke11.

Jakarta: penerbit Salemba Empat, 2006.

Hansen, Dean dan Maryane Mowen. 2006. Managerial Accounting, Buku ke1

Edisi ke7. Terjemahan oleh Dewi Fitriasari. Jakarta: Salemba Empat.

Komarudin, Ahmad. 2005. Akuntansi Manajemen. Dasar-Dasar Konsep Biaya

dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada

Kristiono, Lissa. 2011. Green Tea & White tea. Jakarta. PT Gramedia Pustaka

Maher, Michael dan Edward Deakin. 1997 Akuntansi Biaya, Edisi ke4 Jilid ke1.

Terjemahan Oleh Adjat Djatmika. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mulja, Muhammad. 1995. Teh dan khasiatnya bagi kesehatan: sebagai tinjauan

ilmiah. Kanisius: Yogyakarta

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

______. 2007a. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

______. 2007b. Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya. Yogyakarta:

BPFE

Page 134: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

117

Pramita, Anna. 2017. Pengaruh konsentrasi teh putih terhadap karakteristik

antioksidan serta potensi probiotik kombucha dengan pendekatan pemodelan

matematik. [Skripsi]. Teknologi Pertanian. Universitas Katolik Soegijapranata

Prawironegoro, Darsono dan Ari Durwanti. 2009. Akuntasi Manajerial, Edisi

ke3, Jakarta: Penerbit Mitra Wicana Media.

Pusat Penelitian Teh dan Kina Gamboeng. Hilirisasi Produk Unggulan Pusat

Unggulan IPTEK Tahun 2017. 15 Juli 2018. www.gamboeng.com. Pukul

09.00 WIB

Somantri, Ratna. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka

Salim, Agus. 2001. Pengolahan Teh Mutu Ekspor. Latihan Kerja Pengolahan

Teh Mutu Ekspor Gelombang 1. PPTK Pasir Sarongge.

Setiawati, Ita dan Nasikun . 1991. Teh. Yogyakarta: Aditya Media.

Simamora, Bilson. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Somantri, Mamay. 2012. Analisis polifenol total dan aktivitas penangkapan

radikal bebas DPPH (1,1-Diphnyl, 2-Picrylhidrazl) white tea berdasarkan

suhu dan lama penyeduhannya, [Skripsi]. Teknologi Pangan, Universitas

Pasundan.

Sugiri, Slamet dan Agus Riyono,. 2002 Akuntansi Pengantar I. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

Sujono, Eddy. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode

Activity Based Costing pada PT Pawani, [Skripsi]. Universitas Sumatera

Utara. 2011

Supriyono, Agus. 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE

Tadjudin, Abas. 2011. Dasar – Dasar Budidaya Teh. Bandung: Pusat Penelitian

Teh dan Kina.

Page 135: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

118

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

KUISIONER

ANALISIS PERBANDINGAN PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

EXCELLENT GAMBOENG WHITE TEA SEBAGAI DASAR

PENENTUAN HARGA JUAL

(Studi Kasus PPTK Gamboeng, Bandung, Jawa Barat)

Oleh: Yana Melati Suci

FAKULTAS: SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN: AGRIBISNIS

1. Gambaran Umum Perusahaan

Uraian Jawaban

1. Identitas Usaha

a. Tahun Pendirian

b. Nama Pendiri

c. Bentuk Usaha

d. Alamat

2. Visi Misi

a. Visi

b. Misi

3. Fasilitas dan Prasarana

Page 136: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

119

Lampiran 2. Struktur Organisasi PPTK Gamboeng

Page 137: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

120

Lampiran 3. Proses Produksi White Tea

Lampira

Pucuk Peko

Assamica tertutup

Pucuk Peko

Sinensis tertutup

Pucuk Peko

setengah terbuka

Pemetikan Bahan Baku

Penjemuran

Penjemuran

Penjemuran

Pelayuan

Pelayuan

Pelayuan

Pengeringan I

Pengeringan I

Pengeringan I

Sortir

Sortir

Pengeringan II

Pengeringan II

Pengeringan II

Penyinaran UV

Penyinaran UV

Penyinaran UV

Pengemasan

Pengemasan

Pengemasan

White tea

unsorted

White tea

KW I

White tea

premium

Pendistribusian Pendistribusian

Pendistribusian

Page 138: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

121

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Tahun 2017

Page 139: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

122

Lampiran 5. Total Biaya Listrik Tahun 2017

Mesin Watt Total Kwh LWBP WBP

Sinar UV 66 14.997,6 14.997

88,5976 287,7

Oven 720 36.000 36

Mesin

Pengemas

650 52.000 52

dehumidifier 560 268.800 268,8

Lampu

penerangan

15 4.500 4,5

91825 446798

Total biaya perbulan Rp. 538.623

Total biaya listrik 2017 Rp. 6.463.480

Page 140: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

123

Lampiran 6. Total Biaya Pemasaran Tahun 2017

No Jenis Biaya

1 Souvenir Bulan Januari Rp. 4.466.000

2 Souvenir Bulan Februari Rp. 1.848.000

3 Souvenir Bulan April Rp. 4.312.000

4 Souvenir Bulan Mei Rp. 4.312.000

5 Souvenir Bulan Juni Rp. 12.628.000

6 Souvenir Bulan Juli Rp. 4.620.000

7 Souvenir Bulan Agustus Rp. 1.232.000

8 Souvenir Bulan Spetember Rp. 9.856.000

9 Souvenir Bulan Oktober Rp. 14.630.000

10 Souvenir Bulan November Rp. 13.090.000

11 Souvenir Bulan Desember Rp. 14.014.000

12 Total Brosur Tahun 2017 Rp. 5.452.00

Total Biaya Rp. 90.460.000

Page 141: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

124

Lampiran 7. Mesin Peralatan dan Bahan

No Jenis Penyusutan Banyaknya Harga Perolehan

Total Biaya

(Rp)

1 Timbangan 2 2.750.000 5.500.000

2 Continous Band Sealer 1 4.500.000 4.500.000

3 Mesin Oven 2 3.200.000 6.400.000

4 Meja Jemur 3 2.175.000 6.525.000

5 Rak Penjemuran 15 600.000 9.000.000

6 Elemen Pemanas 2 850.000 1.700.000

7 Wadah Alumunium 10 190.000 1.900.000

8 Mesin Lampu UV 15 120.000 1.800.000

9 Rak Penyimpanan 5 720.000 3.600.000

10 Turbin Ventilator 2 563.000 1.126.000

11 Ayakan Alumunium 20 190.000 3.800.000

12 Mesin Through 1 1.500.000 1.500.000

Total Biaya 47.351.000

No Jenis Biaya

1 Alumunium Foil 11.788.270

2 Plastik Klip 60.000

3 Plastik Shrink 420.000

4 Karton kemasan 689.400

5 Bakul 840.000

JUMLAH 13.797.670

Page 142: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

125

Lampiran 8. Aktivitas Produksi dan Biaya Produksi

Penj

emur

an

Pelay

uan

Peng

ering

an I

Sorti

rPe

nger

ingan

IIPe

nyina

ran

UV

Peng

emas

anPe

ndist

ribus

ian

1K

enda

raan

(Mob

il Bak

)12

.500

.000

12.5

00.0

00

2Bi

aya

Baha

n Ba

kar M

obil

350.

000

350.

000

3Bi

aya

Saru

ng T

anga

n60

.000

100.

000

60.0

0010

0.00

060

.000

540.

000

4Bi

aya

Tim

bang

an

990.

000

990.

000

1.98

0.00

0

5Bi

aya

Baku

l60

0.00

060

0.00

0

6M

eja

Penj

emur

an1.

620.

000

1.62

0.00

0

7Ra

k Pe

nyim

pana

n64

8.00

064

8.00

0

8Ra

k Pe

njem

uran

1.62

0.00

01.

620.

000

9Pl

astik

Alum

unium

3.72

8.75

03.

728.

750

10Si

nar U

V21

.437

21.4

3742

.874

11N

ampa

n A

lumun

ium57

0.00

057

0.00

057

0.00

057

0.00

057

0.00

02.

850.

000

12Li

strik

Deh

umid

ifier

384.

577

384.

577

384.

577

384.

577

384.

577

1.92

2.88

5

13Li

strik

Ove

n51

.492

51.4

9210

2.98

4

14Bi

aya

Mas

ker

75.0

0075

.000

150.

000

15W

adah

Sor

tir19

0.00

019

0.00

0

16Bi

aya

Bang

unan

13.6

18.3

7113

.618

.371

27.2

36.7

42

17Ra

k U

V72

0.00

072

0.00

0

18Li

strik

Cou

ntino

us70

.960

70.9

60

19Bi

aya

Kar

dus

590.

400

590.

400

20Bi

aya

mes

in pe

ngem

as2.

500.

000

2.50

0.00

0

21Bi

aya

Ker

tas E

xpire

d10

0.00

010

0.00

0

18.5

08.3

711.

624.

014

1.18

1.06

91.

204.

577

1.23

1.06

91.

696.

014

21.6

58.4

8112

.850

.000

59.9

53.5

95

Akt

ivita

sJE

NIS

BIA

YA

Tota

l Biay

aN

o

TOTA

L

Page 143: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

126

Lampiran 9. Cost driver white tea premium

No Jenis Aktivitas cost driver

Nilai Cost

driver Dasar Alokasi

I Penjemuran

Biaya sarung tangan Jam Inspeksi 1689 1 pack

Biaya timbangan Jam Inspeksi 1689 1 buah

Biaya bakul Jam Inspeksi 1689 20 buah

Biaya meja penjemuran Jam Inspeksi 1689 3 buah

Biaya rak penjemuran Jam Inspeksi 1689 15 buah

Biaya bangunan Jam Inspeksi 1689 Luas lantai

II Pelayuan

Biaya rak penyimpanan Jam Mesin 5184 5 buah

Biaya sinar UV Jam Mesin 5184 8 buah

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 5184 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 5184 1 buah

Biaya bangunan Jam Mesin 5184 Luas lantai

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan Jam Mesin 309 1 pack

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 309 15 buah

Biaya masker Jam Mesin 309 1 pack

IV Sortir

Biaya sarung tangan Jam Inspeksi 1724 1 pack

Biaya nampan alumunium Jam Inspeksi 1724 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Inspeksi 1724 1 buah

Biaya wadah sortir Jam Inspeksi 1724 3 buah

Biaya bangunan Jam Inspeksi 1724 Luas lantai

V Pengeringan II

Biaya sarung tangan Jam Mesin 926 1 pack

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 926 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 926 1 buah

listrik oven Jam Mesin 926 2 buah

Biaya masker Jam Mesin 926 1 pack

Page 144: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

127

VI Penyinaran UV

Biaya sinar UV Jam Mesin 180 8 buah

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 180 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 180 1 buah

Rak UV Jam Mesin 180 5 buah

VII Pengemasan

Biaya sarung tangan Jumlah produk 993 1 pack

Biaya timbangan Jumlah produk 993 1 buah

Biaya plastik Jumlah produk 993 1 pack

Biaya bangunan Jumlah produk 993 Luas lantai

Listrik continous Jumlah produk 993 1 buah

Biaya kardus Jumlah produk 993 20 kg

Biaya mesin pengemas Jumlah produk 993 1 buah

Biaya kertas Jumlah produk 993 1 pack

VIII Pendistribusian

Biaya kendaraan Jumlah produk 993 1 mobil

Biaya bensin Jumlah produk 993 Bahan bakar

Page 145: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

128

Lampiran 10. Biaya per produk white tea premium

No Jenis Aktivitas Biaya atas

Nilai

Cost

Tarif

aktivitas Biaya/produk

aktivitasnya driver

I Penjemuran

Biaya sarung tangan 60.000 1689

Biaya timbangan 990.000 1689

Biaya bakul 600.000 1689

Biaya meja penjemuran 1.620.000 1689

Biaya rak penjemuran 1.620.000 1689

Biaya bangunan 13.618.371 1689

18.508.371 8033 13.567.737

II Pelayuan

Biaya rak penyimpanan 648.000 5184

Biaya sinar UV 21.437 5184

Biaya nampan alumunium 570.000 5184

Listrik dehumidifier 384.577 5184

1.624.014 230 1.190.454

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan 100.000 309

Biaya nampan alumunium 570.000 309

Biaya masker 75.000 309

Listrik dehumidifier 384.577 309

listrik oven 51.492 309

1.181.069 2805 866.865

IV Sortir

Biaya sarung tangan 60.000 1724

Biaya nampan alumunium 570.000 1724

Listrik dehumidifier 384.577 1724

Biaya wadah sortir 190.000 1724

1.204.577 512 882.947

V Pengeringan II

Biaya sarung tangan 100.000 926

Biaya nampan alumunium 570.000 926

Listrik dehumidifier 384.577 926

listrik oven 51.492 926

Biaya masker 75.000 926

1.231.069 975 902.589

VI Penyinaran UV

Biaya sinar UV 21.437 180

Page 146: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

129

Biaya nampan alumunium 570.000 180

Listrik dehumidifier 384.577 180

Rak UV 720.000 180

1.696.014 6.923 1.246.140

VII Pengemasan

Biaya sarung tangan 60.000 993

Biaya timbangan 990.000 993

Biaya plastik 3.728.750 993

Biaya bangunan 13.618.371 993

Listrik continous 70.960 993

Biaya kardus 590.400 993

Biaya mesin pengemas 2.500.000 993

Biaya kertas 100.000 993 15.984 15.872.112

21.658.481

VIII Pendistribusian

Biaya kendaraan 12.500.000 993

Biaya bensin 350.000 993

12.850.000 9483 9.416.619

Page 147: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

130

Lampiran 11. Cost driver white tea KW I

No Jenis Aktivitas cost driver

Nilai

Cost

driver Dasar Alokasi

I Penjemuran

Biaya sarung tangan Jam Inspeksi 295 1 pack

Biaya timbangan Jam Inspeksi 295 1 buah

Biaya bakul Jam Inspeksi 295 20 buah

Biaya meja penjemuran Jam Inspeksi 295 3 buah

Biaya rak penjemuran Jam Inspeksi 295 15 buah

Biaya bangunan Jam Inspeksi 295 Luas lantai

II Pelayuan

Biaya rak penyimpanan Jam Mesin 907 5 buah

Biaya sinar UV Jam Mesin 907 8 buah

Biaya nampan

alumunium Jam Mesin 907 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 907 1 buah

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan Jam Mesin 45 1 pack

Biaya nampan

alumunium Jam Mesin 45 15 buah

Biaya masker Jam Mesin 45 1 pack

Listrik dehumidifier Jam Mesin 45 1 buah

listrik oven Jam Mesin 45 2 buah

VI Sortir

Biaya sarung tangan Jam Inspeksi 302 1 pack

Biaya nampan

alumunium Jam Inspeksi 302 10 buah

Listrik dehumidifierr Jam Inspeksi 302 1 buah

Biaya wadah sortir Jam Inspeksi 302 3 buah

V Pengeringan II

Biaya sarung tangan Jam Mesin 162 1 pack

Biaya nampan

alumunium Jam Mesin 162 10 buah

Listrik dehumidifierr Jam Mesin 162 1 buah

listrik oven Jam Mesin 162 2 buah

Biaya masker Jam Mesin 162 1 pack

VI Penyinaran UV

Biaya sinar UV Jam Mesin 31 8 buah

Biaya nampan

alumunium Jam Mesin 31 10 buah

Listrik dehumidifierr Jam Mesin 31 1 buah

Page 148: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

131

Rak UV Jam Mesin 31 5 buah

VII Pengemasan

Biaya sarung tangan Jumlah produk 174 1 pack

Biaya timbangan Jumlah produk 174 1 buah

Biaya plastik Jumlah produk 174 1 pack

Biaya bangunan Jumlah produk 174 Luas lantai

Listrik continous Jumlah produk 174 1 buah

Biaya kardus Jumlah produk 174 20 kg

Biaya mesin pengemas Jumlah produk 174 1 buah

Biaya kertas Jumlah produk 174 1 pack

VIII Pendistribusian

Biaya kendaraan Jumlah produk 174 1 mobil

Biaya bensin Jumlah produk 174 Bahan bakar

Page 149: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

132

Lampiran 12. Biaya per produk white tea KW I

No Jenis Aktivitas Biaya atas

Nilai

Cost

Tarif

aktivitas Biaya/produk

aktivitasnya driver

I Penjemuran

Biaya sarung tangan 60.000 295

Biaya timbangan 990.000 295

Biaya bakul 600.000 295

Biaya meja penjemuran 1.620.000 295

Biaya rak penjemuran 1.620.000 295

Biaya bangunan 13.618.371 295

18.508.371 8033 2.369.735

II Pelayuan

Biaya rak penyimpanan 648.000 907

Biaya sinar UV 21.437 907

Biaya nampan alumunium 570.000 907

Listrik dehumidifier 384.577 907

1.624.014 230 208.610

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan 100.000 45

Biaya nampan alumunium 570.000 45

Biaya masker 75.000 45

Listrik dehumidifier 384.577 45

listrik oven 51.492 45

1.182.069 2.805 1.26.243

VI Sortir

Biaya sarung tangan 60.000 302

Biaya nampan alumunium 570.000 302

Listrik dehumidifier 384.577 302

Biaya wadah sortir 190.000 302

14.822.948 512 154.669

VII Pengeringan II

Biaya sarung tangan 100.000 162

Biaya nampan alumunium 570.000 162

Listrik dehumidifier 384.577 162

listrik oven 51.492 162

Biaya masker 75.000 162

1.231.069 975 157.904

Page 150: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

133

VIII Penyinaran UV

Biaya sinar UV 21.437 31

Biaya nampan

alumunium 570.000 31

Listrik dehumidifier 384.577 31

Rak UV 720.000 31

1.696.014 6.923 214.613

IX Pengemasan

Biaya sarung tangan 60.000 174

Biaya timbangan 990.000 174

Biaya plastik 3.728.750 174

Biaya bangunan 13.618.371 174

Listrik continous 70.960 174

Biaya kardus 590.400 174

Biaya mesin pengemas 2.500.000 174

Biaya kertas 100.000 174 15.984 2.781.216

21.658.481

XI Pendistribusian

Biaya kendaraan 12.500.000 174

Biaya bensin 350.000 174

12.850.000 9483 1.650.042

Page 151: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

134

Lampiran 13. Cost driever white tea unsorted

No Jenis Aktivitas cost driver

Nilai Cost

driver Dasar Alokasi

I Penjemuran

Biaya sarung tangan Jam Inspeksi 320 1 pack

Biaya timbangan Jam Inspeksi 320 1 buah

Biaya bakul Jam Inspeksi 320 20 buah

Biaya meja penjemuran Jam Inspeksi 320 3 buah

Biaya rak penjemuran Jam Inspeksi 320 15 buah

Biaya bangunan Jam Inspeksi 320 Luas lantai

Ii Pelayuan

Biaya rak penyimpanan Jam Mesin 981 5 buah

Biaya sinar UV Jam Mesin 981 8 buah

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 981 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 981 1 buah

Biaya bangunan Jam Mesin 981 Luas lantai

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan Jam Mesin 58 1 pack

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 58 15 buah

Biaya masker Jam Mesin 58 1 pack

Listrik dehumidifier Jam Mesin 58 1 buah

listrik oven Jam Mesin 58 2 buah

Biaya bangunan Jam Mesin 58 Luas lantai

Page 152: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

135

IV Pengeringan II

Biaya sarung tangan Jam Mesin 175 1 pack

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 175 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 175 1 buah

listrik oven Jam Mesin 175 2 buah

Biaya masker Jam Mesin 175 1 pack

V Penyinaran UV

Biaya sinar UV Jam Mesin 34 8 buah

Biaya nampan alumunium Jam Mesin 34 10 buah

Listrik dehumidifier Jam Mesin 34 1 buah

Rak UV Jam Mesin 34 5 buah

VI Pengemasan

Biaya sarung tangan Jumlah produk 188 1 pack

Biaya timbangan Jumlah produk 188 1 buah

Biaya plastik Jumlah produk 188 1 pack

Biaya bangunan Jumlah produk 188 Luas lantai

Listrik continous Jumlah produk 188 1 buah

Biaya kardus Jumlah produk 188 20 kg

Biaya mesin pengemas Jumlah produk 188 1 buah

Biaya kertas Jumlah produk 188 1 pack

VII Pendistribusian

Biaya kendaraan Jumlah produk 188 1 mobil

Biaya bensin Jumlah produk 188 Bahan bakar

Page 153: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

136

Lampiran 14. Biaya per produk white tea unsorted

No Jenis Aktivitas Biaya atas

Nilai

Cost

Tarif

aktivitas Biaya/produk

aktivitasnya driver

I Penjemuran

Biaya sarung tangan 60.000 320

Biaya timbangan 990.000 320

Biaya bakul 600.000 320

Biaya meja penjemuran 1.620.000 320

Biaya rak penjemuran 1.620.000 320

Biaya bangunan 13.618.371 320

18.508.371 8033 2.570.560

II Pelayuan

Biaya rak penyimpanan 648.000 981

Biaya sinar UV 21.437 981

Biaya nampan alumunium 570.000 981

Listrik dehumidifier 384.577 981

1.624.014 230 225.630

III Pengeringan I

Biaya sarung tangan 100.000 58

Biaya nampan alumunium 570.000 58

Biaya masker 75.000 58

Listrik dehumidifier 384.577 58

listrik oven 51.492 58

1.181.069 2.805 162.713

Page 154: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

137

IV Pengeringan II

Biaya sarung tangan 100.000 175

Biaya nampan alumunium 570.000 175

Listrik dehumidifier 384.577 175

listrik oven 51.492 175

Biaya masker 75.000 175

1.231.069 975 170.576

V Penyinaran UV

Biaya sinar UV 21.437 34

Biaya nampan alumunium 570.000 34

Listrik dehumidifier 384.577 34

Rak UV 720.000 34

1.696.014 6.923 235.365

VI Pengemasan

Biaya sarung tangan 60.000 188

Biaya timbangan 990.000 188

Biaya plastik 3.728.750 188

Biaya bangunan 13.618.371 188

Listrik continous 70.960 188

Biaya kardus 590.400 188

Biaya mesin pengemas 2.500.000 188

Biaya kertas 100.000 188 15.984 3.004.992

21.658.481

VII Pendistribusian

Biaya kendaraan 12.500.000 188

Biaya bensin 350.000 188

12.850.000 9483 1.782.804

Page 155: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

138

Lampiran 15. Sarana dan prasarana PPTK Gamboeng

a b

d

c

Page 156: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

139

Keterangan Gambar:

a. Pabrik Teh Putih e. AWS (Automatic Weather Station)

b. Pabrik Teh Hijau & Teh Hitam f. Showroom

c. Laboratorium g. Display Room

d. Green House h. Kendaraan

f

e

e

g

h

Page 157: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

140

Lampiran 16. Produk dan Jasa PPTK Gamboeng

Keterangan:

a. White tea Premium d. Teh hitam

b. White tea KW I & Unsorted e. White tea kaleng 50 g

c. Teh hijau f. Air mineral

a

e

b

e

c

e

d

e

f

e

e

e

Page 158: ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI EXCELLENT …

141