analisis penerapan line balancing ... - jurnal.umika.ac.id
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN LINE BALANCING UNTUK
MENGURANGI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI
PADA PERUSAHAAN YANG MEMPRODUKSI KOSMETIK
DI BEKASI INDONESIA
OLEH
Ir. MASLIHAN, ST, MSi
ABSTRAK--- Perusahaan yang kami teliti merupakan salah satu perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang cosmetic products manufacture, oleh karena
itu perusahaan tersebut harus memenuhi keinginan konsumennya tepat waktu dan
kualitas yang baik agar perusahaan lain yang bekerjasama selalu puas dengan
pelayanan yang diberikan dan menambah ketertarikan perusahaan-perusahaan
lain agar menaruh produknya, menambah produksi yang banyak sehingga
semakin berkembang pesat, dengan banyaknya permintaan yang diinginkan
perusahaan lain. Dalam mempertahankan mutu dan meningkatkan produktivitas,
salah satu factorpenting yang harus diperhatikan adalah proses produksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pihak yang menangani masalahproses
produksi harus mampu menemukan sistem kerja yang paling baik untuk
dapatmeningkatkan produktivitas dan dengan hal ini menuntut setiap perusahaan
mengeluarkan ide-ide inovatif dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber
daya yang tersedia seoptimal mungkin untuk menghasilkan tingkat produk
semaksimal mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tanpa mengurangi
kualitas dari produk, setiap perusahaan melakukan cost reduction mulai dari
memodifikasi proses, memodifikasi urutan kerja, memodifikasi layout,
menurunkan manhours dan lain-lain yang bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Foam soap calmic 5 liter merupakan produk unggulan. Tujuan dari
penelitian iniadalah untuk mengetahui bagaimana kondisi system kerja dan
bagaimana tingkat efektivitas dari proses produksi serta bagaimana rekomendasi
yang tepatuntuk meningkatkan efektivitas dari proses produksi tersebut. metode
yang digunakan adalah Line Balancing Untuk Mengurang Bottleneck.
Setelah dilakukan penelitian, diperoleh nilairata-ratapermintaan pasar naik
terutama pada bulan Agustus 2020, permintaan naik mencapai 4.250 pcs dan
hanya bisa dipenuhi sebanyak 3.150 pcs. Yang menyebabkan 7,5% dari
permintaan pasar tidak dapat dipenuhi.
Kata kunci: Bottleneck, Line Balancing, Proses produks
2
I.PENDAHULUAN
Di dunia industri kita harus memikirkan bagaimana melakukan persaingan
industri agar suatu industri berjalan dengan baik yang mampu melakukan
persaingan yang sangat ketat di Indonesia ini, dengan hal ini menuntut
setiap perusahaan mengeluarkan ide-ide inovatif dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia seoptimal mungkin
untuk menghasilkan tingkat produk semaksimal mungkin baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Tanpa mengurangi kualitas dari produk, setiap
perusahaan melakukan cost reductionmulai dari memodifikasi proses,
memodifikasi urutan kerja, memodifikasi layout, menurunkan manhours
dan lain-lain yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Perusahaan merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang cosmetic products manufacture, oleh karena itu perusahaan tersebut
harus memenuhi keinginan konsumennya tepat waktu dan kualitas yang
baik agar perusahaan lain yang bekerjasama selalu puas dengan pelayanan
yang diberikan dan menambah ketertarikan perusahaan-perusahaan lain
agar menaruh produknya, menambah produksi yang banyak sehingga
semakin berkembang pesat, dengan banyaknya permintaan yang diinginkan
perusahaan lain. Manager berfikir keras agar permintaan yang diinginkan
semuanya terpenuhi tanpa complain dari perusahaan lain dan konsumen
pembeli agar semua percaya akan produksi yang dilakukan oleh
perusahaan ini.
Perusahaan ini memproduksi cosmetic yang kualitasnya sangat baik karena
sesuai dengan ISO (International Organization For Standar) yang harus
dipenuhi oleh setiap perusahaan, salah satu produk yang dikembangkan
adalah produk foam soap calmic 5 liter. Pada tahun 2020 terjadi pandemik
covid-19 di Indonesia, wabah tersebut mengakibatkan permintaan alat dan
bahan kebersihan meningkat begitu pesat, sehingga permintaan salah satu
produk kebersihan foam soap calmic 5 liter ini mengalami peningkatan
3
setiap bulannya. Sebagai perusahaan dengan kapasitas produksi yang
tinggi, diperlukan strategi dan perencanaan yang baik untuk meningkatkan
kapasitas produksinya. Karena permintaan yang sangat banyak, perusahaan
ini melakukan kerja lembur sehingga banyaknya kendala-kendala di jalur
produksi yang mengakibatkan kerugian waktu yang terbuang karena
proses produksi yang belum terstruktur dan penataan line yang belum
tertata rapih yang mengakibatkan bottleneck pada proses produksi foam
soap calmic 5 liter.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proses produksi foam soap
calmic 5 liter bottleneck yang terjadi mengakibatkan target produksi tidak
tercapai dan manhours membengkak sehingga perusahaan harus
mengeluarkan biaya lebih untuk membayar jam lembur karyawan.
Cara terbaik untuk mengatasi bottleneck adalah melakukan line balancing.
Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen
kerja.
Pengukuran waktu adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat
jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur perkerjaan
tertentu yang di laksanakan dalam keadaan tertentu pula, serta untuk
menganalisa keterangan tersebut sehingga diperoleh waktu yang di
perlukan untuk pelaksanaan perkerjaan tersebut pada tingkat presentasi
tertentu (Barnes, 1980).
Dalam pengukuran waktu, hal penting yang harus diketahui dan
ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, beberapa
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkandari hasil
pengukuran tersebut.
Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time
study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu
standar atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah
suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang
4
oprator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.Waktu
standar dapat digunakan sebagai dasar untuk analisis lainnya.
Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian keseragaman data
untuk stop watch adalah sebagai berikut :
Dimana : x̅ =Nilai rata-rata
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
σ = Standar deviasi
k = Tingkat keyakinan
= 99 % ≈ 3
= 95 % ≈ 2
5
Bottleneck umumnya dikenal sebagai beberapa sumber daya atau
utilitas yangsangat membatasi kinerja sistem produksi (Wang, Zhao,
dan Zheng, 2005: 3). Untuk kebutuhan aplikasi yang berbeda dan
perlakuan operasi yang berbeda, dan banyak lagi kontribusi definisi
tentang apa itu bottleneck dapat ditemukan dalam berbagai literatur.
Berikut beberapa definisi dasar mengenai bottleneck:
1. Terjadi titik kemacetan pada aliran produksi.
2. Kapasitas sumber daya yang lebih kecil dari pada
permintaan.
3. Terdapat proses yang membatasi throughput.
4. Pemblokiran sementara untuk meningkatkan output.
5. Fasilitas, operator dan lain sebagainya, yang
menghambat produksi.
6. Setiap operasi yang membatasi output.
Beberapa definisi di atas cukup menjelaskan perbedaan dari bottleneck
itu sendiri. Bottleneck bukan hanya disebabkan oleh ketidak-leluasaan
secara fisik, sepertisumber daya, proses,fasilitas dan sebagainya, tetapi
juga dipengaruhi oleh fungsi, operator dan lain-lain. Dalam beberapa
kasus, bottleneckterjadi hanya sementara dan beberapa terjadi secara
terus-menerus. Pengertian umum dari bottleneck adalah “sesuatu” yang
membatasi rating sebuah sistem produksi. Tetapi bottleneck juga tidak
identik jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan
definisi-definisi di atas bottleneck dapat dibedakan menjadi dua
kategori; yaitu PIP based dan sensitivity based, dimana keduanya
merupakan panduan praktis dalam pengaplikasian perspektif-perspektif
yang berbeda tadi. Pengkategorian ini juga mementukan metode dalam
mendeteksi bottleneck. Dimana penentuan metode deteksi ini juga
dilakukan berdasarkan dari mana masalah bottleneck tersebut dilihat.
(Wang, Zhao, dan Zheng, 2005: 6)
6
Line Balancing adalah strategi produksi untuk menyeimbangkan waktu
dan beban kerja di sejumlah proses yang saling berhubungan dalam
suatu lini produksi sehingga tidak terjadi kemacetan proses ataupun
kapasitas yang berlebihan. Waktu dan beban kerja di setiap stasiun
perakitan harus dikendalikan sesuai dengan waktu siklus yang
ditentukan, kemacetan (terlalu lama) proses pada produksi ataupun
kapasitas berlebihan (terlalu cepat) pada proses produksi yang saling
berhubungan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
manufaktur yang bersangkutan. Kelebihan kapasitas yang menyebabkan
menganggurnya mesin maupun tenaga kerja biasanya disebut dengan
istilah “idle” dalam produksi.
Untuk memastikan keseimbangan lini yang optimal, tugas atau beban
kerja untuk setiap stasiun kerja harus memiliki jumlah kerja yang
hampir sama waktunya untuk dikerjakan serta tidak boleh melebihi
waktu siklus stasiun kerja yang telah ditentukan. Lini Produksi harus
dirancang secara efektif dan tugas-tugas perlu didistribusikan diantara
pekerja, mesin dan stasiun kerja untuk memastikan setiap segmen lini
dalam proses produksi dapat dipenuhi dalam kerangka waktu dan
kapasitas produksi yang tersedia.
Salah satu tujuan dasar dalam menyusun line balancing adalah untuk
membentuk dan menyeimbangkan beban yang dialokasikan pada tiap
stasiun kerja. Tanpa keseimbangan seperti ini, maka akan terjadi
sejumlah ketidakefisienan dan peran beberapa stasiun akan mempunyai
beban kerja yang lebih banyak dari stasiun kerja yang lainnya. Waktu
yang dibutuhkan menyelesaikan pekerjaan pada masing-masing stasiun
kerja biasanya disebut service time atau station time.Sedangkan waktu
yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus.
Waktu siklus biasanya sama dengan waktu stasiun kerja yang paling
besar. Adapun manfaat dari Line Balancing sebagai berikut :
7
1. Meningkatkan efisiensi proses (improve process efficiency).
2. Menghindari waktu pada proses atau stasiun yang
menganggur (reduce idle time).
3. Mengurangi waktu proses secara keseluruhan (reduce total
processing time).
4. Meningkatkan rasio pencapaian target produksi (Increase
production rate).
5. Meningkatkan profit (increase profit)
6. Mengurangi pemborosan dan biaya-biaya yang tidak
diperlukan (Reduce waste and unnecessary cost).
Istilah-Istilah Dalam Line Balancing:
a. Waktu Menganggur (Idle Time)
Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT)
dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi ST. (Baroto, 2002).
Keterangan:
n = Jumlah stasiun kerja
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar
Wi =Waktu sebenarnya pada stasiun kerja
i = 1,2,3,…,n
b. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay)
8
Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan
lintasan yang dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya
yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna di
antara stasiun-stasiun kerja. Balance Delay dapat dirumuskan
sebagai berikut (Baroto, 2002):
Keterangan:
D = Balance Delay (%)
n = Jumlah stasiun kerja
C = Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
∑ti = Jumlah semua waktu operasi
ti = Waktu operasi
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap
stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar
(Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat dirumuskan sebagai berikut
(Nasution, 1999):
d. Efisiensi Lintasan Produksi (Line Efficiency)
9
Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi
dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) atau jumlah
efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999).
Line Efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i
K = Jumlah stasiun kerja
CT = Waktu siklus
Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran
relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
Keterangan:
ST max = Maksimum waktu di stasiun
STi = Waktu stasiun di stasiun kerja i
Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses
perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka
jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus
(Baroto, 2002):
10
Keterangan:
ti =Waktu operasi (elemen)
C = Waktu siklus stasiun kerja
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.
Cara Penggunaan Line Balancing
1. Mengetahui Takt Time setiap Stasiun Kerja
Langkah pertama dalam Line Balancing adalah
mengetahui Takt Time untuk setiap Stasiun Kerja. Kita
perlu mengetahui tingkat permintaan pelanggan dan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Takt Time
adalah :
T = Ta / D
Dimana :
T = Takt Time
Ta = Time Available (Waktu kerja bersih yang tersedia)
D = Demand (Permintaan Pelanggan)
2. Membuat Rincian Proses
11
Untuk memastikan keseimbangan, sangat penting untuk
memahami hubungan dan urutan antara berbagai tugas
dalam suatu proses. Membuat rincian proses
mengidentifikasikan hubungan dan urutan diantara proses-
proses yang berkaitan.
3. Memahami waktu yang dibutuhkan pada setiap kegiatan
proses.
Setelah membuat rincian proses, kita perlu memahami
waktu yang dibutuhkan pada setiap stasiun kerja atau
kegiatan proses. Setiap rincian proses harus diketahui
waktu pengerjaan dan kemudian dijumlahkan menjadi
Total Cycle Time atau Total Waktu Siklus pada Stasiun
Kerja yang bersangkutan. Kita dapat menyajikannya
dalam bentuk grafik agar jelas dan mudah dilihat.
4. Identifikasikan stasiun kerja yang memiliki selisih
Setelah mengetahui waktu kerja setiap stasiun kerja,
langkah selanjutnya adalah identifikasikan stasiun kerja
mana yang memiliki selisih waktu dengan siklus waktu
yang ditetapkan, baik selisih waktu yang lebih tinggi
maupun selisih waktu lebih rendah.
5. Analisis dan Lakukan Tindakan Penyeimbangan
Setelah melakukan pengidentifikasian stasiun yang
memiliki selisih waktu dengan waktu siklus yang
ditetapkan, lakukan tindakan penyeimbangan beban kerja
sehingga total waktu siklus stasiun kerja yang
bersangkutan lebih rendah dari Total Siklus Waktu (Total
Cycle Time) Stasiun kerja yang ditentukan.
12
6. Evaluasi dan Pemantauan Hasil.
Stasiun-stasiun kerja yang telah diseimbangkan proses dan
tugasnya harus dievaluasi dan dipantau hasilnya.
Kapasitas adalah hasil produksi atau volume pemrosesan (throughput),
atau jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau
diproduksi oleh sebuah fasilitas pada suatu periode waktu
tertentu.Kapasitas sering menentukan persyaratan modal sehingga
mempengaruhi sebagian besar dari biaya tetap.
II.METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisa keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui.Penelitian ini untuk mengurangi
bottleneck pada proses produksi foam soap calmic 5 liter dengan
metode line balancing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahuibagaimana kondisi proses produksi foam soap calmic 5 liter
pada saat ini, apakah sudah baik atau perlupeningkatan, kemudian
memberikan alternatif solusi yang bisa diterapkan olehperusahaan.
Beberapa data yang diperlukan adalah data report productivity terkait
pada proses produksi perusahaan. Alur dari penelitian ini dimulai dari
observasi. Setelah melakukan observasi kemudian dilakukan
identifikasi, berdasarkan hasil yang didapat dari identifikasi, kemudian
dibuat perumusan masalah dan penentuan tujuanuntuk masalah yang
diangkat sebagai penelitian.Setelah tiga tahap tersebut dilakukan,
penelitian dilanjutkan dengan studi literatur.Setelah itu dilakukan
pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penelitian.Data yang
digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu observasi lapangan dan
13
dokumentasi arsip.Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul
kemudian dilakukan analisa dan pengelolaan data.Setelah hasil analisa
dan pengelolaan data dari masalah tersebut diperoleh, kemudian
dilakukan penentuan solusi masalah.Setelah itu dilakukan penerapan
solusi perbandingan sebelum dan sesudah dari masalah yang sedang
diteliti.Tahap terakhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan
dan saran yang bisa diberikan untuk perusahaan.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung di lapangan
serta mengambil data yang sudah ada dan didokumentasikan oleh pihak
perusahaan untuk kemudian dilakukan perhitungan yang diperlukan
untuk mengevaluasi sistem kerja yang ada.
Running time adalah waktu keseluruhan yang menunjukan jumlah jam
kerja yangdigunakan dalam proses produksi. Perusahaan beroperasi
selama 5 hari kerja saja dalam satu minggu. Setiap bulannya jumlah hari
kerja tidak sama karena terdapat hari libur yang berbeda – beda setiap
bulannya. Perusahaan ini menggunakan 3 Shif dalam perharinya tetap
dalam 8 jam , Shif 1 pukul 06.00 sampai pukul 14.00, shif 2 pukul 14.00
sampai 22.00, shif 3 pukul 22.00 sampai 06.00 berikut adalah running
time pada periode bulan Maret (2020) sampai dengan bulan September
(2020) :
14
Tabel Running Time PT. Cedefindo
No. Bulan Jumlah Jam kerja per Running
hari hari (menit) Time(menit)
1. Maret 21 19.609 411.789
2. April 21 19.609 411.789
3. Mei 16 19.609 313.744
4. Juni 21 19.609 411.789
5. Juli 21 19.609 411.789
6. Agustus 18 19.609 352.962
Pada tabel diatas dapat diketahui Running Time pada kerja dalam sehari
dikonversikan dalam menit dan dikalikan dengan jumlah hari kerja setiap
bulanya sehingga diperoleh Running time perbulan dalam proses
produksi.
Downtime adalah waktu dimana mesin berhenti produksi dikarenakan
keadaan yang tidak terduga. Keadaan tersebut seperti mati listrik,
kegagalan fungsi mesin, set up , dan lain sebagainya. Waktu Downtime
ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan
apabila terjadi dalam waktu yang cukup lama karena line produksi
berhenti dan tidak menghasilkan produk selama waktu Downtime.
Berikut ini adalah data downtime selama periode bulan Maret (2020)
sampai dengan bulan Agustus (2020) PT. Cedefindo :
Tabel data Downtime PT. Cedefndo
No. Bulan Jumlah Jam kerja per Downtime Downtime
15
hari hari (menit) (menit) (%)
1. Maret 21 411.789 60 0.145%
2. April 21 411.789 45 0.109%
3. Mei 16 313.744 120 0.382%
4. Juni 21 411.789 100 0.242%
5. Juli 21 411.789 30 0.072%
6. Agustus 18 352.962 50 0.121%
Untuk sementara upaya untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar ini
adalah dengan mengadakan overtime dan lembur.
Gambar 4.2 Perbandingan volume (pcs) output terhadap permintaan pasar periode
Maret 2020 sampai Agustus 2020
16
Namun ternyata pengadaan overtime saja belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang terus meningkat.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung di lapangan serta
mengambil data yang sudah ada dan didokumentasikan oleh pihak perusahaan
untuk kemudian dilakukan perhitungan yang diperlukan untuk mengevaluasi
sistem kerja yang ada.
Perusahan melalui divisi research and development bekerja sama dengan divisi
produksi sudah melakukan time study terhadap prosedur proses filing foam
soap calmic 5 liter. Terhitung sejak 9 Juli 2019 prosedur ini sudah diterapkan
dalam aktivitas kerja. Proses filling dan packing ini terbagi menjadi 4 tahap
mulai dari pengisian ke dalam djrigen kemudian penimbangan volume dengan
range 4999ml – 5001ml setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan iner dan
cap selanjutnya di sticker dan siap untuk dipacking.
Tahap Proses Waktu (pcs/detik)
1 Pengisian kedalam djrigen 40
2 Penimbangan Volume 45
3 Pemasangan Iner Dan Cap 35
4 Pemasangan Sticker Dan
Packing 30
Total 150
Dari tabel di atas diketahui proses filling dan packing foam soap calmic 5 liter
membutuhkan waktu sebanyak 150 detik. Waktu tersebut merupakan waktu
Tabel 4.3 Waktu Proses FillingDan Packing
17
yang diperlukan untuk menghasilkan satu djrigen hingga siap untuk dipacking.
Proses filling dan packing ini dapat dilakukan kembali hinggga liquid yang
berada di dalam drum habis.
B.PEMBAHASAN
Data yang telah dikumpulkan diolah menjadi informasi dalam menyelesaikan
masalah pada penelitian ini. Data proses filling dan packing digunakan sebagai
input untuk mencari dimana letak bottleneck yang menyebabkan fasilitas dari
proses lain yang memiliki potensi lebih besar terkendala sehingga secara
keseluruhan sistem tidak dapat mencapai target yang diinginkan.
Sistem yang saat ini sedang berjalan diduga memiliki titik lemah dimana salah
satu proses produksi berada dengan kapasitas yang lebih rendah dari proses
yang lain. Hal tersebut menyebabkan bottleneck yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya peningkatan permintaan pada enam bulan terakhir. Maka dari itu
cara untuk mendeteksi bottleneck adalah dengan mengukur rata-rata beban
kerja. Dimana mesin atau proses dengan kesibukan yang tertinggi karena
memiliki kapasitas proses yang rendah merupakan lokasi terjadinya bottleneck.
Berikut adalah perhitungan proses produksi masing-masing dalam satu shift:
Proses Filling Dan packing
Pada tabel telah diketahui bahwa dalam proses filling dan
pcking membutuhkan waktu 150 detik/pcs. Terdapat 1 mesin
transfer delasco untuk mengisi liquid kedalam djrigen.
Sehingga kapasitas maksimal dari proses filling dan packing
dalam satu shift adalah:
Kapasitas maksimal
= waktu kerja / waktu baku proses filling dan
packing * jumlah djrigen * jumlah mesin
18
Kapasitas maksimal = 26.400 detik / 150 detik * 1pcs * 1 unit
Kapasitas Maksimal = 176pcs
Karena hasil dari pembagian waktu kerja dengan waktu pembuatan harus
bilangan bulat, maka kapasitas maksimal proses filling dan packing dalam satu
shift adalah 176pcs
Deteksi terjadinya bottleneck pada proses produksi foam soap calmic 5 liter
yang dilakukan berdasarkan data yang ada dari perusahaan serta observasi di
lapangan. Berdasarkan data beban kerja dan durasi aktif stasiun kerja, metode
deteksi yang tepat yaitu PIP (Performance In Processing) Bottleneck Detection.
Berdasarkan data yang telah disajikan pada table 4.3 beban kerja yang diterima
tiap proses kerja memiliki jumlah yang sama, namun yang membedakan adalah
waktu pengerjaan setiap prosesnya.
Dari tabel dapat kita ketahui bahwa proses penimbangan volume yang cukup lama
disebabkan volume harus sesuai standar (5000ML)
Dan memakan waktu pengerjaan yang lebih lama yaitu 45 detik/pcs.
Proses Pengisian
kedalam djrigen
40 detik/pcs
Proses Penimbangan
Volume
45 detik/pcs
Proses Pemasangan
Iner Dan Cap
35 detik/pcs
Proses Pemasangan
Sticker Dan Packing
30 detik/pcs
Tejadi Bottlenek
Gambar Mapping Bottleneck Waktu Pengerjaan
19
Dari 2 tabel dan gambar dapat dianalisis bahwa terjadi bottleneck pada proses
penimbangan volume. Hal ini disebabkan volume harus sesuai standar
(5000ML)sehingga yang menjadi focus di sini adalah bottleneck yang terjadi
pada proses penimbangan volume. Bottleneck yang terjadi akibat range volume
4999 – 5001ML dapat di lihat dari selisih waktu pengerjaannya dangan proses
pengisian ke dalam djrigen yaitu sebanyak 40 detik/pcs.
IV.KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari penelitian ini didapatkan nilai hingga pada bulan Agustus
2020, permintaan naik mencapai 4.250 pcs dan hanya bisa
dipenuhi sebanyak 3.150 pcs.Yang berarti 7,5% dari
permintaan pasar tidak dapat dipenuhi.
2. DI ketahui bahwa pada proses penimbangan volume yang cukup
lama disebabkan volume harus sesuai standar (5000ML)
dengan range (4999 – 5001ML). Dan memakan waktu
pengerjaan yang lebih lama yaitu 45 detik/pcs.
3. Masalah yang dihadapi pada proses produksi foam soap calmic
5 liter adalah proses penimbangan volume yang tidak dapat
mengimbangi kecepatan proses pengisian kedalam djrigen. Hal
ini di karenakan volume harus sesuai standar (5000ML).
Selain itu proses produksi foam soap calmic 5 liter semua
pengerjaan masih dalam satu ruangan primer. Dengan
demikian proses pengerjaan harus di rancang ulang, sehingga
fasilitas yang ada untuk meningkatkan kecepatan proses
produksi foam soap calmic 5 liter sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Wang, Y.-C., Zhao, Q.-C., & Zheng, D.-Z. (2016, 11 22). Bottlenecks
inproduction networks: An overview (2005). Diambil kembali dari
Cite Seer X:
http://cfins.au.tsinghua.edu.cn/personalhg/wangyongcai/data/wyc-
JSSSE.pdf
2) Indrawan, Y., & Hariastuti, N. L. (2013). Minimalisasi
Bottleneck Proses Produksi Dengan Menggunakakn Metode
Line Balancing. Jurnal ITATS, 1-10. Dipetik 11 6, 2016, dari
http://jurnal.itats.ac.id/wp-
content/uploads/2013/06/Minimalisasi-Bottleneck-
Proses_61.pdf
3) Sumber : dokumentasi PT. CEDEFINDO.
4) Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study : Design and
Measurement of Work, 7th
edition, Newyork : Wiley.
5) Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Industri, Edisi Kedua,
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
6) Sutalaksana, I. Z., John H.Tjakraatmadja, dan Ruhana
Anggawisastra. 1979. TeknikTata Cara Kerja,Bandung : Penerbit
Departemen Teknik Industri – ITB.
7) Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik
Analisis. Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya : Penerbit
Guna Widya.
8) Baroto, T. 2004. Simulasi Perbandingan Algoritma Region Approach,
Positional Weight, dan Moodie Young dalam Efisiensi dan
Keseimbangan Lini Produksi, Naskah Publikasi, Jurusan Teknik
Industri Universitas Muhammadiyah Malang.
9) Heragu, S. S. (2008). Facilities Design (3 ed.). Boca Raton:
Taylor & Francis Group, LLC.
10) Freivalds, A., & Niebel, B. W. (2003). Niebel's Method,
Standards, and WorkDesign (12 ed.). New York: McGraw-
Hill.
11) Kusuma, H. 2007. Manajemen Produksi, Edisi ketiga, Penerbit Andi,
Yogyakarta.