analisis pemikiran bambang eko budhiyono tentang kabah universal time
DESCRIPTION
Analisis Pemikiran Bambang Eko Budhiyono Tentang Kabah Universal TimeTRANSCRIPT
ANALISIS PEMIKIRAN BAMBANG EKO BUDHIYONO
TENTANG KA’BAH UNIVERSAL TIME
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
M AULIA SYAMSUL RIZA
NIM : 082 111 079
KONSENTRASI ILMU FALAK
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
S E M A R A N G
2012
M O T T O
Artinya : Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran
atau orang yang ingin bersyukur.1
1 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005. hlm. 365.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Orang nomer Satu di Dunia
Ayahanda dan Ibunda Tercinta
(M. Juraimi dan Siti Zulaikah)
yang selalu berjuang, berdoa dan memberikan restunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsii ini. Semoga Allah Swt selalu mencurahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se- Keluarga
Saudara saya di rumah
Kakakku (Anita) dan adik-adikku tersayang (Umam, Shoni, Ana, Shinta),
seluruh keluarga besarku dan untuk dukungan serta doa kalian, semoga Allah
membalas kebaikan kalian semua.
Semua Guru-ku dan Ustadz-ku yang selalu mendidikku, khususnya:
Romo KH. Sirodj Khudlori, KH. Dr. Ahmad Izzuddin, KH. Hanif Muslih LC,
KH. Asnal Matholib, dan yang lain yang tak mungkin sebutkan satu per satu
Teman-teman CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang khususnya teman-teman
angkatan 2008, TOGETHER (Semarang dan sekitarnya: Rifqi, Nafis, Imuth),
(Jepara Poenya: Ashud Syailendra, Tukin, Fajar, Adon & mbak Rubi), (Arek-
Arek Jawa Timuran: Cak Lukman D’ Anton, Rijal, Vian, Akang Harier, Olis,
Oink, Dyah, MakCik, Latifah, Saddam, Masruroh, Uul), (Sadulur Jawa Barat:
, Ade, Purkon, Yadi, Ramdany, Jay, Ikhwan), (Pati MinaTani: Mbah Purwanto,
Fernando AmarX, Endang), Dayat (Banjarmasin), Chusnul (Pwd) , Om Dauz
(Jakarta), Arbi (Medan), Silah(Jogja), (Rembang: Hanif, Shofa), Eni (Kendal),
Hesti (Palembang), Teh Yeyen (Banten),). Kakak dan adek kelasku di
Konsentrasi Ilmu Falak.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain
kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Juni 2012
Deklarator
M Aulia Syamsul Riza
NIM : 0 8 2 1 1 1 0 0 7 9
ABSTRAK
Skripsi ini bertolak dari problematika awal penghitungan hari yang
berlaku dalam masyarakat Internasional. Dalam perkembangannya, penghitungan
awal pergantian hari terjadi saat Matahari melewati bujur meridian 180o atau
International Date Line yang telah ditetapkan pada perjadian Internasional pada
tahun 1884 Masehi. Berdasarkan sistem waktu Greenwich Mean Time bahwa kota
Greenwich yang berada di Inggris terletak pada bujur 0o dan bujur 180
o sebagai
awal pergantian hari dan itu berlaku sampai saat ini. Menurut Bambang Eko
Budhiyono, umat Islam yang berada diantara bujur 40o BT (kota Mekah) sampai
bujur 180o (International Date Line) termasuk Negara Indonesia telah mendahului
waktu ibadah kota Mekah (Masjidil Haram). Bagaimana pemikiran Bambang Eko
Budhiyono tentang Ka'bah Universal Time? dan bagaimana aplikasi Ka'bah
Universal Time sebagai transformasi Greenwich Mean Time?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dibutuhkan
metode penelitian yang bersifat kepustakaan (library research), dengan sumber
data primer buku Ka'bah Universal Time: Reinventing the Missing Islamic Time
System. Sedangkan data sekundernya adalah seluruh dokumen berupa buku,
tulisan, hasil wawancara, makalah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
obyek penelitian. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode
analisis isi (content analysis) melalui teknik deskriptif.
Temuan dari skripsi ini adalah sistem Ka'bah Universal Time yang
dipelopori oleh Bambang Eko Budhiyono dengan Interpretasi berdasarkan Al
Qur'an surat Al Hujuraat ayat 1 sehingga menggunakan Ka'bah yang ada di kota
Mekah sebagai transformasi bujur 0o agar umat Islam yang berada diantara bujur
40o BT (kota Mekah) sampai bujur 180
o (International Date Line) termasuk
Negara Indonesia tidak mendahului waktu ibadah kota Mekah (Masjidil Haram).
Sistem waktu ini berafiliasi dengan konstelasi alam raya, sehingga menggunakan
jam Hijriah atau jam thawaf karena perputarannya berlawanan dengan arah jarum
jam (counterclockwise). Menurut hemat penulis, bahwa waktu ibadah tidak
ditandai dengan letak garis bujur International Date Line sistem waktu Ka'bah
Universal Time ataupun berdasarkan jam Hijriah, namun berdasarkan fenomena
alam yang terjadi pada suatu tempat yang merepresentasikan waktu untuk ibadah
dan berlaku secara lokal atau setempat.
Kata kunci : kota Mekah, sistem waktu Ka'bah Universal Time dan Interpretasi
waktu ibadah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pemikiran Bambang Eko
Budhiyono tentang Ka'bah Universal Time dengan baik tanpa banyak menemui
kendala yang berarti.
Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan
senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya’ wal Mursalin Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang
telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata
hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud
berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada :
1. Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu
Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi
tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.
2. Drs. H. Slamet Hambali M.SI., selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan
pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
3. Rupi‟I M.Ag, selaku Pembimbing II yang selalu menjadi motivator, dan
inspirator untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyah Konsetrasi
Ilmu Falak, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo
atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
6. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do‟a, perhatian,
dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis
ungkapkan dalam untaian kata-kata.
7. Konseptor Kabah Universal Time Taqiyuddin, Muntasyir Alwi dan anak
kandung almarhum Bambang Eko Budhiyono, Wahyu Filfitria yang bersedia
meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai.
8. Terima kasih kepada PD Pontern Kementerian Agama RI yang telah
memberikan beasiswa dari awal sampai selesai perkuliahan.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen khususnya kepada
KH. Hanif Muslih LC dan KH. Asnal Matholib selaku pengasuh dan kepala
sekolah serta dewan asatidz dan asatidzah.
10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,
khususnya kepada KH. Sirojd Chudlori dan Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku
pengasuh yang juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah
memberikan ilmu-ilmunya dan juga telah meminjamkan semua buku-buku
falak yang penulis butuhkan serta atas bimbingan dan arahannya.
11. Keluarga besarku dan saudara-saudaraku.
12. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo, teman-
teman di Pondok Pesantren Daarun Najaah, Pondok Pesantren Futuhiyyah
Mranggen.
13. Teman-teman CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang khususnya teman-
teman angkatan 2008, TOGETHER (Ashud Syailendra, Tukin, Fajar, Ade,
Purkon, Lukman Anton, Adon, Rijal, Arbi, Vian, Akang Harier, Rifqi,
Saddam, Ikhwan, Amar, Dayat, Chusnul, Daus, Yadi, Ramdany, Mbah
Purwanto, Silah, Hanif, Shofa, Jay, Eni, Uul, Imuth, Masruroh, Hesti, Olis,
Oink, Endang, Dyah, MakCik, Latifah, Rubi, Teh Yeyen, Nafis).
Harapan dan do‟a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima
Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 13 Juni 2012
Penulis
M Aulia Syamsul Riza
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ........................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 9
E. Telaah Pustaka ................................................................. 9
F. Kerangka Teoritik ............................................................ 12
G. Metode Penelitian ............................................................. 15
H. Sistematika Penulisan ...................................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM WAKTU DI
DUNIA
A. Pengertian Sistem Waktu .................................................. 19
B. Sejarah dan Perkembangan Waktu di Dunia ...................... 21
C. Macam-macam Sistem Waktu ......................................... 25
D. Pembagian waktu berdasarkan sistem waktu Greenwich
Mean Time ........................................................................ 38
BAB III PEMIKIRAN BAMBANG EKO BUDHIYONO TENTANG
KA'BAH UNIVERSAL TIME
A. Biografi Intelektual Bambang Eko Budhiyono ................ 41
B. Karya-karya Ilmiahnya .................................................... 42
C. Pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah
Universal Time ................................................................ 43
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN BAMBANG EKO BUDHIYONO
TENTANG KA'BAH UNIVERSAL TIME
A. Analisis Pemikiran Bambang Eko Budhiyono
tentang Ka'bah Universal Time ....................................... 54
B. Analisis terhadap Implikasi Ka'bah Universal Time
sebagai Transformasi Greenwich Mean Time ................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .. .................................................................... 70
B. Saran-Saran ...................................................................... 72
C. Penutup ............................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan penciptaan manusia yang subtansial adalah untuk beribadah
kepada Allah, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Dzariyat ayat 56.2
Artinya seluruh dimensi ruang dan waktu memiliki nilai yang sakral karena
seluruh makhluk selalu bertasbih dan beribadah hanya kepada Allah. Inilah
salah satu kunci utama ajaran Islam yang diyakini merupakan ajaran final yang
lengkap dan paripurna.
Dimensi waktu merupakan hal yang sistematis dan tidak bisa
terpisahkan dari semua perbuatan manusia. Waktu yang digunakan manusia di
bumi dipengaruhi oleh dua benda angkasa yang dalam, yakni matahari dan
bulan.3 Matahari sebagai pusat tata surya dan sumber utama planet-planet di-
dalamnya, memiliki sinar yang terang (sumber cahaya). Begitu pula dengan
bulan yang bercahaya (menerima pantulan cahaya matahari) pada malam hari.
Bulan memiliki manzilah-manzilah (orbit/ garis edar) yang dimanfaatkan oleh
manusia sebagai patokan waktu, mengetahui hari, bulan, bilangan tahun dan
sebagainya dengan perhitungan-perhitungan tertentu.4
Dalam kajian astronomi atau falakiyyah mengenal waktu matahari
dan waktu menengah. Waktu matahari ialah waktu yang disesuaikan menurut
2 Dalam ayat ini Allah berfirman yang artinya “dan Kami tidak menciptakan manusia dan
jin kecuali untuk beribadah kepada Ku”. (QS. 51 : 56).
3 Moedji Raharto, Matahari dan Bulan Bagi Penghuni Bumi, Hendro Setyanto, Membaca
Langit, Jakarta: Al-Ghurabi, 2008, hlm. ix.
4 Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: ITB, 2000, hlm. 1.
2
perjalanan matahari dan ditunjukkan oleh jam matahari (sundial), dalam
bahasa Inggris disebut dengan Solar Time.5 Sedangkan waktu menengah (rata-
rata) ialah waktu yang disesuaikan dengan matahari yang terkadang bisa lebih
cepat atau lebih lambat dari waktu yang sebenarnya.6 Penentuan waktu ini
biasanya berdasarkan bujur yang dijadikan pedoman bagi suatu daerah, dalam
bahasa Inggris disebut Mean Time.7
Satuan-satuan waktu yang diorganisasikan dalam sebuah sistem
disebut dengan kalender.8 Dalam literatur klasik maupun kontemporer istilah
kalender biasa disebut dengan tarikh, takwim, almanak, dan penanggalan.
Kalender dibuat untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka
panjang. Kelender juga berkaitan dengan peradaban manusia, karena berperan
penting dalam penentuan waktu berburu, bertani, bermigrasi, peribadatan dan
perayaan-perayaan.9
Beberapa sistem kalender mengacu pada satu siklus astronomi yang
mengikuti aturan yang tepat. Sistem kalender lainnya mengacu pada sebuah
aturan yang abstrak dan hanya mengikuti sebuah siklus yang berulang tampak
memiliki arti secara astronomis.10
Sejarah mencatat bahwa kalender Gregorian merupakan kalender
yang disempurnakan dari kalender Julian dan Agustan yang telah
5 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm 28.
6 Sugita, I Made, Ilmu Falak untuk Sekolah Menengah di Indonesia, Jakarta: J.B Wolters,
1951, hlm 90 . 7 Ibid, hlm 28.
8 Susiknan Azhari, op.cit, hlm 115.
9 Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sain Modern),
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004, hlm. 81. 10
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Jakarta: Amaythas Publicita,
2007, hlm. 47.
3
diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII sejak 24 Februari 1582 M.11
Pada
tahun 1582 M terjadi perubahan siklus musim semi yang lebih cepat dari siklus
sebelumnya. Pada tanggal 4 Oktober 1582 M, Paus Gregorius XIII menetapkan
bahwa keterlambatan penanggalan selama 10 hari tersebut harus dikoreksi.
Pengoreksiannya dengan meniadakan tanggal 5 Oktober sampai 15 Oktober
1582 M.12
Para ahli geografi mendefinisikan garis-garis meridian (bujur)
sebagai garis-garis maya melalui kutub utara dan selatan mengelilingi
bumi. Garis-garis tersebut diberi sebutan sesuai dengan titik lintasannya (timur
atau selatan) dengan mengacu garis meridian Greenwich Observatory di
London sebagai garis meridian 0o. Pada tahun 1884 M pada International
Meridian Conference, di Washington yang dihadiri perwakilan dari 25 negara
(Austria-Hungaria, Brazil, Chile, Kolombia, Costa Rica, Perancis, Jerman,
Inggris, Guatemala, Hawai, Italia, Jepang, Liberia, Meksiko, Belanda,
Paraguay, Rusia, San Domingo, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Amerika
Serikat, Venezuela, dan Salvador), Garis Meridian Greenwich dipakai secara
International sebagai meridian utama yang merupakan basis perhitungan waktu
Greenwich Mean Time (GMT). Berjarak 180° dari garis tersebut didefinisikan
sebagai Garis Tanggal International (International Date Lines).13
Secara teori, tengah hari Greenwich Mean Time adalah saat di mana
matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit
11
Ibid, hlm.73. 12
Bambang Eko Budhiyono, Kabah Universal Time, Jakarta: Pilar Press, 2010, hlm 45. 13
Thomasdjamaluddin.wordpress.com dengan judul “Dapatkah Mecca Mean Time
menggantikan GMT ”diakses pada tanggal 29 Februari 2012 pukul 12.36 WIB.
4
di Greenwich). Bumi memiliki kecepatan yang tidak teratur dalam orbit
lonjongnya, kejadian ini (tengah hari di Greenwich) bisa 16 menit berbeda dari
waktu matahari nyata (apparent solar time) (perbedaan ini dikenal sebagai
persamaan waktu). Namun tengah hari Greenwich ini diambil rata-ratanya
sepanjang tahun, dengan menggunakan waktu matahari atau Solar Time.14
Waktu di bumi dibagi menjadi 24 zona waktu yang berbeda-beda, sesuai letak
daerah tersebut. Waktu universal yang menjadi pautan adalah waktu
Greenwich Mean Time, waktu yang ada di Greenwich, Inggris. Zona waktu
biasanya dipautkan pada Greenwich Mean Time.15
Penetapan Greenwich Mean Time (GMT) juga tidak lepas dari
sejarah ditetapkan kota tersebut oleh Royal Observatory pada tahun 1675 untuk
keperluan navigasi pelayaran kerajaan Inggris. Belum ada keterangan, apakah
negara-negara lain di luar Inggris saat itu juga menggunakan waktu standar ala
Britania Raya. Seiring dengan penguasaan laut oleh kerajaan Inggris, standar
waktu dunia mulai menyebar dan dipakai di beberapa negara. Namun
demikian, kebutuhan mendesak perlunya standar waktu dunia, termasuk di-
Inggris juga berangkat dari berkembangnya jaringan Kereta Api.16
Berdasarkan kesepakatan Internasional pada Oktober 1884 M/1302
H meridian yang melewati Greenwich ini dijadikan sebagai meridian dasar
(bujur 0o). Meridian atau bujur yang berada di sebelah timur Greenwich
14
Wikipedia.com/ Waktu Greenwich diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pukul 11.00
WIB. 15
Wikipedia.com/ Zona Waktu diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pukul 10.30 WIB. 16
www.vivanews.com/Sejarah-ditetapkannya-gmt-[greenwich-mean-time. diakses pada
tanggal 4 April 2012 pukul 10.30 WIB.
5
disebut Bujur Timur, sedangkan bujur yang berada di sebelah barat Greenwich
disebut Bujur Barat.17
Garis Tanggal Internasional merupakan meridian pada bujur 180o
Greenwich yang melewati Samudera Pasifik. Dengan perjanjian Internasional,
semua orang yang melintasi garis batas tersebut mengubah tanggal (walau jam
lokal tetap sama). Sebelah barat garis batas, satu hari lebih maju dari pada di
tempat sebelah timurnya. Dengan perkataan lain, pengembara dari timur ke
barat yang melintasi garis tersebut harus memajukan tanggal satu hari.
Sebaliknya, dari barat ke timur harus menghitung hari yang sama dua hari.
Dalam bahasa Inggris Garis Batas Internasional biasa diistilahkan dengan
International Date Line.18
Di Bogor, ada sebuah konsep yang bernama Ka'bah Universal Time.
Konsep Ka'bah Universal Time merupakan konsep waktu dengan melakukan
transformasi waktu rata-rata yang didasarkan pada Greenwich Mean Time
menuju waktu rata-rata pada bujur Ka'bah sehingga disebut konsep Ka'bah
Universal Time. Pencetus konsep ini adalah almarhum Bambang Eko
Budhiyono.
Gagasan sistem waktu Ka'bah Universal Time dimulai sejak bulan
Jumadil Awal 1415 atau Oktober 1994 yaitu ketika Bambang Eko Budhiyono
(alm) bertemu teman lamanya, Harits Abu Ukasyah dan Syafril yang
membawa sebuah jam yang disebut dengan jam hijriyyah. Hal yang lazim di
Indonesia bahwa baik jam dinding atau arloji berputar dari kiri ke kanan
17
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm
73.
18
Ibid, hlm 70.
6
(clockwise), namun hal ini berbeda dengan Jam Hijriyyah yang berputar mulai
kanan menuju ke kiri (counter clockwise).19
Menurut Bambang Eko Budhiyono, seluruh benda yang ada dalam
konstelasi alam raya jika dilihat dari sudut yang normal maka tidak ada satu
pun yang bergerak clockwise melainkan berputar secara counterclockwise.
Bambang Eko Budhiyono memberikan contoh bahwa arah rotasi bumi, rotasi
bulan, arah thawaf dan alam raya berputar dari kanan ke kiri. Dia juga
menerangkan bahwa jam hijriyyah, jam fitroh atau jam thawaf20
merupakan
jam yang sesuai dengan sunnah rasul karena dalam aplikasinya jam ini
mendahulukan yang kanan dari yang kiri.21
Umat Islam sebenarnya sudah mempunyai sistem waktu tersendiri
yang ada secara fitrah kehidupan di dunia dan bukan rekayasa atau perhitungan
matematika astronomis.22
Di antaranya yaitu kata yaum yang berarti hari dalam
bentuk tunggal akan dijumpai sebanyak 365 kali yang berarti bahwa semua itu
bersumber dari Allah Swt dan bukan hasil perhitungan Julius Caesar atau oleh
Paus Gregorius. Selanjutnya, kata sa’ah yang berarti waktu akan ditemukan di
48 ayat dan khusus bagi kata sa’ah yang di dahului oleh hurf, bukan didahului
oleh isim ataupun fi’il hanya terdapat pada 24 tempat dalam 20 ayat yang
mengandung makna bahwa waktu dalam satu hari adalah 24 jam. Berikut
adalah ayat-ayatnya: Al A’raf ayat 187, At Taubah 117, Yunus 45, Al Hijr 85,
Al Kahfi 21, Maryam 75, Thaahaa 15, Al Anbiya‟ 49, Al Mukminun 7, Al
19
Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm. 4. 20
Baik jam hijriyyah, jam fitroh atau jam thawaf yang dimaksud adalah jam yang
perputaran jarumnya dari kanan ke kiri. 21
Ibid, hlm. 3. 22
Bambang Eko Budhiyono,loc.cit. hlm. 16.
7
Furqan 11 (ada dua kata), Al Ahzab 23 dan ayat 63, Al Mukmin 40, Asy Syura
17dan 18, Al Zukhruf 43, Ad Dukhan 32, Al Jasiyah 32, Muhammad 18, Al
Qomar 46 (ada dua kata) dan An Nazi’at 42.23
Bambang Eko Budhiyono dalam bukunya “KUT - Ka’bah Universal
Time: Reinventing the Missing Islamic Time System” juga menyatakan bahwa
konsep Ka’bah Universal Time berdasarkan ayat Al Qur'an yakni QS Al
Hujuraat ayat 1 yang berbunyi:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasulnya24
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.25
Dalam interpretasinya terhadap ayat ini, Bambang Eko Budhiyono
menyatakan bahwa kaum muslimin dilarang menetapkan hukum mengenai
suatu perkara sebelum Allah Swt dan rasulNya menetapkan hukumnya.
Menurutnya, mengikuti konsep waktu Greenwich Mean Time maka Indonesia
yang terletak di belahan bumi sebelah timur dari Mekah yakni antara 95o-141
o
BT meridian Greenwich, telah mendahului hal ibadah syara‟ daripada kota
Mekah. Perlu dilakukan penataan sistem waktu yang tidak melanggar aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah.26
Oleh karena itu Bambang Eko Budhiyono(almarhum) mempunyai
konsep Ka'bah Universal Time sebagai ide dasar perpindahan bujur 0o yang
23
Ibid, hlm. 17.
24
Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada
ketetapan dari Allah dan RasulNya. 25
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005. hlm. 515. 26
Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm 18.
8
semula berada di wilayah Greenwich, yang sering disebut juga dengan
Greenwich Mean Time ke bujur Mekah yaitu sekitar bujur 40o dari kota
Greenwich. Perbedaan spesifik antara konsep sistem waktu Greenwich Mean
Time dan Ka’bah Universal Time adalah pergantian awal hari dalam perjalanan
waktunya. Pergantian awal hari pada Greenwich Mean Time terjadi pada pukul
00.00 WIB atau saat matahari melewati Garis Tanggal Internasional,
sedangkan pergantian awal hari dalam konsep Ka’bah Universal Time terjadi
pada waktu matahari terbenam atau pukul 18.00 WIB.
Berdasarkan beberapa argumentasi diatas, penulis sangat tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul Studi Analisis Pemikiran Bambang
Eko Budhiyono Tentang Ka’bah Universal Time
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka
sudahlah tepat apabila pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian berikutnya telah dikemukakan. Adapun permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah
Universal Time?
2. Bagaimana implikasi Ka'bah Universal Time sebagai transformasi
Greenwich Mean Time?
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah
Universal Time.
2.Mengetahui implikasi Ka'bah Universal Time sebagai transformasi
Greenwich Mean Time.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini antara lain
adalah:
a. Adanya dorongan untuk memperdalam pengetahuan baru agar bisa
menjadi sebuah kreatifitas dalam pengetahuan.
b. Memperdalam pemahaman yang lebih tentang seluk beluk metode ilmu
falak.
c. Mampu membandingkan sistem waktu yang berlaku dan sistem waktu
yang baru.
E. Telaah Pustaka
Banyak sekali penelitian yang berkaitan dengan apa yang nanti
dibahas dalam skripsi ini. Penulis menelusuri penelitian tentang sistem waktu
dan konsep tentang kalender universal.
10
Penelitian Mohammad Ilyas tentang Kalender Islam Internasional,
menerangkan tentang garis batas tanggal Kamariah antar bangsa yang populer
dengan istilah ILDL (International Lunar Date Line), aplikasi dan juga
ilmpilkasinya dalam penentuan awal bulan Kamariah.
Tulisan dari Khafid yang berjudul „Astronomi Salah Satu Solusi
Penyatuan Kalender Islam‟ yang menegaskan bahwa dalam solusi untuk
mengatasi problematika penyatuan kelender Islam meliputi cakupan yang luas
yang tidak mungkin dilakukan dengan kajian ilmiah atau penggunaan peralatan
mutakhir saja. Namun faktor fiqh dan politik diperlukan untuk meyakinkan
hasil-hasil perhitungan.27
Thomas Djamaluddin dengan tulisannya „Perlukah Menggantikan
Greenwich Mean Time dengan Mecca Mean Time’ yang memaparkan bahwa
konsep Greenwich Mean Time merupakan kesepakatan bersama yang sudah
berlaku universal dan sebagai waktu baku Internasional yang didasarkan pada
kebutuhan manusia yang disinkronkan jadwal aktivitas manusia lintas negara.
Mengganti sistem waktu Greenwich Mean Time yang sudah mapan dengan
konsep sistem waktu Ka'bah Universal Time atau Mecca Mean Time maka
tidak akan mudah untuk diterima dan semua aktivitas sudah bisa terpenuhi
dengan menggunakan sistem waktu Internasional yang telah ada.28
Penelitian dari Syafril dan M. Muntasir Alwy yang berjudul Kabah
Universal Time-KUT, Gagasan Melestarikan Peradaban Nabi Ibrahim yang
27
Khafid, Makalah Astronomi Salah Satu Solusi Penyatuan Kalender Islam diunduh
pada tanggal 1 Mei 2012 pukul 10.30 WIB. 28
Lihat dalam www.tdjamaluddin.wordpress.com artikel berjudul „Perlukah Menggantikan
Greenwich Mean Time dengan Mecca Mean Time’ Diakses pada tanggal 30 Maret 2012, pukul.
22.05 WIB.
11
memaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan
mengembalikan lagi sistem waktu yang Islami dan pernah ada sejak zaman
Nabi. Menurutnya secara umum, argumentasi kebenaran konsepsi yang saat ini
berkembang di masyarakat muslim dunia bersifat ilutif (konseptual) dan tidak
aktual (realisme), sehingga sebagai umat Islam harus menemukan kembali
sistem yang bisa menjadi pedoman bagi umat.29
Tulisan dari Syamsul Anwar yang terbit di website resmi Ormas
Muhammadiyyah pada 10 Mei 2011, menerangkan bahwa Bambang Eko
Budhiyono dalam bukunya „KUT - Ka’bah Universal Time: Reinventing the
Missing Islamic Time System’ akan terjadi paradoks pengeliling bumi
(circumnavigator’s paradox) yaitu orang yang mengelilingi bumi dengan arah
yang berlawanan dan membahas dengan jelas permasalahan perbedaaan garis
tanggal Internasional antara konsep Greenwich Mean Time dan Ka’bah
Universal Time.30
Bashori Alwi dalam tulisannya yang berjudul Almanak Masehi dan
Hijriyah Proses Mendesain dan Perkembangannya, menerangkan bahwa
sejarah penanggalan masehi dimulai saat seorang astronom yang melihat rasi
bintang Aries pada tanggal 24 Maret yang kemudian rasi bintang sudah muncul
pada tanggal 21 Maret 325M. Dalam tulisannya juga diulas susunan dan asal
mula nama-nama bulan pada almanak masehi.31
29
http://www.rimanews.com/read/20101030/4478/kabah-universal-time-kut-gagasan-
melestarikan-peradaban-nabi-ibrahim diakses pada tanggal 4 April 2012 pukul 11:25 WIB. 30
http://www.muhammadiyyah.or.id/id/artikel-kakbah-universal-time-solusi-atau-
masalah---detail-19.html. diakses tanggal 4 April 2012 pukul 11:00 WIB 31
http://syakirman.blogspot.com/2011/12/almanak-masehi-dan-hijriyah-proses.html
diakses pada 3 April 2012 pukul 10:00 WIB
12
Buku karya E. Darmawan Abdullah yang berjudul Jam Hijriyah:
“Menguak Konsepsi Waktu dalam Islam”, menjelaskan tentang sistem waktu
Islam yang menurut Ka’bah Universal Time.
Dari paparan penelitian-penelitian dan beberapa tulisan terdahulu di
atas diketahui bahwa belum ada penelitian yang mengkaji secara mendetail
pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka’bah Universal Time
F. Kerangka Teoritik
Kajian ilmu falak telah mengalami perkembangan yang signifikan.
Di IAIN Walisongo Semarang terdapat empat kajian ilmu falak di antaranya
arah kiblat, waktu shalat, gerhana bulan dan matahari dan juga awal
penentuan bulan Kamariah. Dari ke empat kajian tersebut untuk memperoleh
data penghitungan kontemporer membutuhkan database yang mengikuti sistem
waktu Greenwich Mean Time.
Sejarah mencatat bahwa sistem waktu Greenwich Mean Time
merupakan sebuah sistem waktu yang berlaku karena adanya kesepakatan
Internasional yang disepakati pada Oktober 1884 M/1302 H.32
Secara teori, tengah hari Greenwich Mean Time adalah saat di mana
matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit
di Greenwich). Bumi memiliki kecepatan yang tidak teratur dalam orbit
lonjongnya, kejadian ini (tengah hari di Greenwich) bisa 16 menit berbeda dari
waktu matahari nyata (Apparent Solar Time). Namun tengah hari Greenwich
32
Susiknan Azhari, op.cit, hlm 73.
13
ini diambil rata-ratanya sepanjang tahun, dengan menggunakan waktu matahari
atau Solar Time.33
Pemahaman umum tentang sistem waktu Greenwich Mean Time
bahwa sistem waktu ini membagi waktu di bumi menjadi 24 zona waktu yang
berbeda-beda, sesuai letak tempat yang berdasarkan bujur dan lintang. Zona
waktu biasanya dipautkan pada Greenwich Mean Time.34
Meridian yang
melewati Greenwich ini dijadikan sebagai meridian dasar (bujur 0o). bujur
180o
dijadikan sebagai International Date Line atau garis tanggal
Internasional. Meridian atau bujur yang berada di sebelah timur Greenwich
disebut Bujur Timur, sedangkan bujur yang berada di sebelah barat
Greenwich disebut Bujur Barat.35
Sistem waktu Ka'bah Universal Time yang menempatkan Ka'bah
sebagai bujur 0o
dan garis tanggal Internasional bagi seluruh dunia. Secara
langsung Bambang Eko Budhiyono menyatakan bahwa perhitungan waktu
Negara Indonesia yang terletak di akan tertinggal kurang lebih 19 jam dari
waktu Greenwich Mean Time.
Sistem waktu Ka'bah Universal Time tidak membagi bumi menjadi
dua bagian seperti Greenwich Mean Time ada Bujur Barat dan Bujur Timur
yang juga terdapat pembagian waktu daerah yang disebut Waktu Indonesia
Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah(WITA) dan Waktu Indonesia Timur
(WIT), namun hanya satu putaran penuh yang senilai dengan 360o
dan kembali
33
Wikipedia.com/ Waktu Greenwich diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pukul 11.00
WIB. 34
Wikipedia.com/ Zona Waktu diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pukul 10.30 WIB. 35
Susiknan Azhari, loc.cit, hlm 73.
14
ke kota Mekah kemudian istilah yang digunakan adalah Bujur Ka'bah (BK)
dan Waktu Wilayah Ka'bah (WWK). Indonesia yang terletak di belahan bumi
sebelah timur dari Mekah yakni antara 95o-141
o BT meridian Greenwich maka
akan berada pada bujur Ka'bah antara 259o BK (Sabang) sampai 305
o BK
(Merauke). Secara tidak langsung jika waktu kota Mekah menjadi awal
perhitungan maka Indonesia akan mempunyai selisih waktu yang besar yaitu
sekitar WWK 19 (setara GMT +9 atau WIT ) jam sampai WWK 21 (setara
GMT +7 atau WIB).
Hal yang lazim di Indonesia bahwa baik jam dinding atau arloji
berputar dari kiri ke kanan (clockwise), namun hal ini berbeda sistem waktu
Ka'bah Universal Time yang menggunakan Jam Hijriah dalam menunjukkan
waktu sebagai transformasi waktu Greenwich Mean Time ke sistem waktu
Ka'bah Universal Time. Jam hijriah berputar mulai kanan menuju ke kiri
(counter clockwise).36
Perkiraan waktu pada suatu tempat tergantung pada letak lintang dan
bujur tempat tersebut. Tentunya dengan berubahnya sistem waktu dari
Greenwich Mean Time ke Ka'bah Universal Time akan mengubah nilai dari
lintang dan bujur suatu tempat. Untuk menentukan kepastian waktu daerah
yang berada di Indonesia dengan menggunakan sistem waktu Ka'bah Universal
Time maka diperlukan konversi waktu dan transformasi bujur.
Perhitungan dengan menggunakan sistem waktu Ka'bah Universal
Time harus menetukan lintang dan bujur tempat sesuai dengan Wilayah Waktu
36
Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm. 4.
15
Ka’bah yang berdasarkan konsep Ka'bah Universal Time. Maka yang
diperlukan rumus untuk melakukan transformasi bujur tempat dan konversi
waktu Waktu Daerah.
1. Transformasi bujur tempat berdasarkan Bujur Ka'bah/ sistem waktu
Ka'bah Universal Time. Menggunakan rumus transformasi untuk
melakukan konversi bujur tempat yang dalam penghitungannya
menggunakan Ka'bah sebagai bujur 0o atau meridian nol.
2. Waktu Daerah atau Local Standart Time merupakan sistem waktu
yang membagi permukaan bumi menjadi 24 kawasan waktu atau
zona waktu. Tiap zona waktu dibatasi oleh dua buah garis bujur
yang berselisih 15o
dan setiap bujur yang bernilai 15o maka
perbedaan waktunya adalah 1 jam.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang akan penulis pakai adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif37
, karena kejelasan
unsur masih fleksibel yang langkahnya baru diketahui dengan mantap dan jelas
setelah penelitian selesai.
Penelitian ini juga tergolong penelitian kepustakaan (Library
Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan
37
. Lihat Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang : Fakultas Syari‟ah,
2008, hlm. 11.
16
pustaka, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber lainnya
yang relevan dengan topik yang dikaji.
2. Sumber data
Dalam suatu penelitian, sangat diperlukan data primer dan sekunder,
maka penulis menggunakan jenis data tersebut. Dalam hal ini data primer
adalah data yang diperoleh dari buku karya Bambang Eko Budhiyono yang
berjudul Ka'bah Universal Time, sedangkan data sekundernya adalah seluruh
dokumen, buku-buku dan juga hasil wawancara yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
3 . Metode Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Diperoleh dari data-data yang telah ada sebelumnya berupa tulisan-
tulisan, buku-buku, hasil penelitian, jurnal, majalah ilmiah, koran, artikel,
sumber dari internet, dan data lain yang ilmiah dan bertautan dengan masalah
penelitian.38
Dengan demikian maka dapat dikumpulkan data-data dengan
kategorisasi dan klasifikasi bahan bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian, baik dari dokumen buku-buku, website dan lain lain.
b. Wawancara
Selain itu, karena Bambang Eko Budhiyono telah meninggal maka
penulis juga melakukan wawancara kepada konseptor yang membantu
pengarang buku Ka’bah Universal Time ini (baik ahli waris maupun konseptor
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT
Renika Cipta, Cet. ke-13, 2006, hlm. 231.
17
lainnya) sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Metode ini hanyalah
sebagai pendukung dalam penelitian.
4 . Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan penulis adalah content analisis (analisis isi).
Melakukan analisis isi yang terdapat pada buku Ka'bah Universal Time.
Selanjutnya, dilihat dengan model analisis evaluation research. Melakukan
studi evaluatif adalah melakukan evaluasi atas berbagai pemikiran para
ahli/ulama.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab,
dengan sistematika penulisan berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan
beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, merupakan kajian terhadap tinjauan umum mengenai
sistem waktu yang meliputi pengertian, sejarah, macam sistem waktu dan
pembagian waktu berdasarkan sistem waktu Greenwich Mean Time.
Bab ketiga, akan membahas pemikiran Bambang Eko Budhiyono
tentang Ka'bah Universal Time, bab ini akan membahas biografi intelektual,
juga karya-karya dan pokok pemikiran Bambang Eko Budhiyono (alm).
18
Bab keempat, analisis pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang
Ka'bah Universal Time. Dalam bab ini akan melakukan analisis terhadap
pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah Universal Time yang
merupakan pokok pembahasan dalam penelitian ini. Kemudian juga analisis
terhadap implikasi Ka'bah Universal Time sebagai transformasi Greenwich
Mean Time.
Bab kelima, merupakan penutup, akan dilakukan penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran untuk perbaikan
selanjutnya, dan penutup.
19
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM WAKTU DI DUNIA
Pada bab ini penulis memaparkan teori sebagai landasan keilmuan
dalam permasalahan seputar kajian yang akan penulis teliti, dirangkum dalam
judul Tinjauan Umum Tentang Sistem Waktu di Dunia. Untuk mengetahui
lebih detail, penulis mencoba untuk mengurai definisi dan hal-hal yang
berhubungan dengan sistem waktu sebagai berikut:
A. Pengertian Sistem Waktu
Kata sistem berarti perangkat unsur yang teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori
dan asas.39
Kata waktu yang berarti seluruh rangkaian saat ketika proses;
perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.40
Sistem waktu merupakan
seluruh rangkaian waktu dengan proses yang teratur dan saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas.
Sistem waktu diperlukan untuk menghubungkan ukuran waktu yang
biasa digunakan seperti tahun, bulan, jam, menit dan detik dengan fenomena
fisik ataupun geometrik yang diukur atau diamati.41
Sebagai umat Islam, perintah untuk mengetahui waktu secara
prinsipil seperti mengetahui waktu terbitnya matahari, waktu tergelincirnya
matahari, waktu terbenamnya matahari dan waktu ijtima’ tidak ada hukumnya.
39
Lihat Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008,
hlm. 1362. 40
Ibid. hlm. 1614. 41
Lihat makalah Hasanuddin Z Abidin, Modul Sistem Waktu, Bandung: Geodesi
Research Division, 2007. Diunduh pada tanggal 18 April 2012 pkl 14.00 WIB.
20
Namun jika kemudian dikaitkan dengan aspek ibadah seperti shalat, puasa,
zakat dan haji, maka hukum mengetahuinya menjadi wajib karena pelaksanaan
ibadah tersebut tidak akan dapat terlaksana dengan sempurna jika tidak
mengetahui waktunya. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh yang mengatakan
bahwa به فهىواجب مااليتم الىاجب اال artinya „sesuatu yang wajib tidak akan
sempurna kecuali dengannya, sesuatu itu hukumnya adalah wajib pula.42
Maksudnya adalah suatu perbuatan yang diwajibkan oleh syara‟ tidak akan
menjadi sempurna, kecuali dengan perbuatan itu disertai atau dilengkapi
dengan perbuatan yang lain, maka perbuatan untuk menyempurnakan
perbuatan yang diwajibkan itu harus ditunaikan atau lebih sempitnya adalah
„segala sesuatu yang menjadi perantara ibadah wajib hukumnya menjadi
wajib‟.
Dalam al-Qur‟an, surat An-Nisa ayat 103 dijelaskan bahwa:
ىت مىواا مإ إ يال إتالاباا من ااال ت ال ال الت م ت إ ن اللن ال ال ال
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. an-Nisa: 103).
Ayat tersebut di atas mengindikasikan bahwa kewajiban menjalankan
ibadah shalat atas orang muslim disertai kewajiban untuk mengetahui waktu.
Ini berarti belajar tentang waktu di bumi hukumnya adalah wajib.
Jumlah bilangan tahun dan waktu sebagai perhitungan didalam salah
satu ayat kauniyyah Allah Swt43
:
42
Asmuni A. Rahman, Qa’idah-Qa’idah Fiqih (Qawa’idul Fiqhiyah), Jakarta: Bulan
Bintang, 1976, hlm. 114.
43 Muhammad Hatta Al Fattah, Keajaiban Angka dalam Al Qur'an, Jakarta: Penerbit
Mirqat, 2010.
21
Artinya: “Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami
hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar
kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui
bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah kami
terangkan dengan jelas”.(Q.S. Al-Isra: 12).44
B. Sejarah dan Perkembangan Waktu di Dunia
Sebelum mengenal waktu, sebagian manusia masih dibingungkan
terhadap perubahan fase bulan dan pergerakan planet. Namun kemudian
beberapa manusia mempergunakan langit bagian utara dan beberapa gugus
bintangnya dapat digunakan sebagai penunjuk waktu.45
Dalam hal ini, jam menjadi bagian utama dalam menunjukkan waktu
dan alat inilah yang kemudian menjadi salah satu penemuan yang paling tua di
dunia.
Berikut ini merupakan sejarah jam sebagai penunjuk waktu yang
pernah ada di dunia, antara lain :
1. Jam Matahari
Jam matahari dilakukan dengan cara mengukur waktu dengan arah
jatuhnya bayangan, sudah digunakan sejak zaman dahulu. Jam matahari yang
dirancang baik dapat mengukur waktu dengan keakuratan menengah dan jam
matahari terus digunakan sampai zaman modern. Namun, karena keterbatasan
44
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005. hlm. 283.
45 Roy Worvill, Waktu Kalender dan Jam, Jakarta: Penerbit Mutiara, 1978, hlm. 10.
22
matahari harus bersinar dan jam ini sama sekali tidak bekerja pada malam hari
membuat manusia menggunakan cara lain.46
Di India, Raja Jaipur, Jai Singh II membangun banyak instrumen dan
jam matahari di observatorium di Jaipur, Varanasi, Ujjain, Mathura antara
tahun 1724-1730.
2. Jam Bintang
Salah satu di antara gugusan bintang tersebut adalah rasi bintang
yang berbentuk huruf W yang dinamakan Cassiopeia (The Lady In The Chair)
dan rasi beruang kecil (The Little Bear). Gugus-gugus bintang Circumpolar
(bintang-bintang yang mengelilingi kutub) mengelilingi langit sebelah utara
(Pole Star). Dari sekian gugus bintang dari Circumpolar yang paling
cemerlang dan terbesar adalah rasi The Plough atau disebut juga dengan The
Big Dipper. Sebuah jam bintang yang disebut juga dengan nocturnal bisa
menjadi petunjuk waktu jika telah mempelajari letak bintang-bintang The Big
Dipper.47
3. Jam Air
Aliran air yang tetap di sebuah mata air atau sungai sering
dikomparasikan dengan waktu yang sedang berlalu. Sejarah mencatat bahwa
air yang menitik ke sebuah mangkuk pernah dijadikan sebagai pengukur
waktu. Pengukur waktu seperti hal ini disebut dengan klepsidra, yang dalam
bahasa Yunani berarti pencuri air.48
46
Ibid., hlm. 8. 47
Robbin Kerrod, Astronomi, Jakarta: Erlangga, 2005, hlm. 60. 48
http://id.wikipedia.org/wiki/jam_air. Diakses tanggal 25 April 2012 pukul 13.00 WIB.
23
Salah satu Jam air yang pernah ditemukan pada tahun 1904 di Mesir,
berasal dari tahun 1400 SM. Klepsidra yang terdiri dari mangkuk yang
dilubangi tengahnya diberi mutiara agar saat menetes, air tersebut bisa
konsisten dan mutiara tidak cepat aus.
4. Jam Pasir
Jam pasir sudah dipergunakan selama berabad abad di dunia. Sebuah
jam pasir yang tertua terdapat di Majelis Rendah, Westminster. Pasir sebagai
pilihan pengukur waktu karena pasir hampir disemua tempat ada dan tidak
membeku pada udara dingin. Sekitar 1200 tahun yang lalu, jam pasir mulai
digunakan. Desain bentuk jam pasir yang menyempit pada bagian tengahnya
dan terbuat dari kaca merupakan cara agar kedap air dan dilihat sebagai
visualisasi dari tempo waktu yang ada.49
5. Jam Mekanik Pertama
Penemu jam mekanik yang pertama kali tidak bisa diketahui. Namun
embrio pembuatan jam mekanik yaitu Archimedes yang hidup di Yunani
sekitar tahun 250 SM.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1288, sebuah jam dipasang di
Westminster, London disebut dengan nama Great Tom. Setelah peristiwa itu,
pada tahun 1360 sebuah jam yang dibuat untuk raja Perancis, Charles V. jam
mekanik ini ditempatkan di menara istana raja yang jarumnya hanya ada satu
dan digerakkan oleh sebuah beban yang mencapai 500 pon.50
49
http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu. Diakses tanggal 27 April 2012 pukul 10.00 WIB. 50
Loc.cit., hlm. 18.
24
Asal kata „jam‟ sebenarnya berarti sebuah lonceng. Sebuah jam besi
yang di katedral Salisbury merupakan jam mekanik tertua di Inggris. Jam yang
dibuat pada tahun 1386 tidak mempunyai permukaan jarum. Di Katedral Well,
terdapat jam yang menunjukkan fase-fase bulan. Jam mekanik pertama
dijalankan oleh sebuah beban yang jatuh secara perlahan-lahan yang sekarang
disebut dengan bandul.51
Penggunaan bandul sebagai pemberat yang konsisten untuk pengukur
waktu mendapat kritikan dari Galileo, seorang sarjana dan ahli matematika
Italia. Namun sekitar tahun 1660, penggunaan bandul baru diwujudkan oleh
Huygens, Belanda. Pada tahun 1664, setelah penetapan bandul pada pengukur
waktu. Thomas Tompion memulai modifikasi terhadap pembuatan jam
mekanik.52
Sepanjang sejarah alat penunjuk waktu, para penemu, astronom dan
ilmuwan akan selalu melakukan perbaikan dan memberikan inovasi selama
3000 tahun. Akurasi jam yang masih dipertahankan pada saat itu adalah jam
Kristal yang bergetar dengan getaran rata-rata 100.000 per detik. Pada tahun
1429, jam Kristal ini dipergunakan di Royal Observatory, Greenwich.53
51
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Waktu. Diakses tanggal 27 April 2012 pukul
11.00 WIB. 52
Ibid, hlm. 22. 53
www.vivanews.com/Sejarah-ditetapkannya-gmt-[greenwich-mean-time. diakses pada
tanggal 4 April 2012 pukul 10.30 WIB.
25
C. Macam-macam Sistem Waktu
1. Waktu Hakiki
Waktu Hakiki merupakan waktu yang ditunjukkan oleh matahari
Hakiki dinamakan Waktu Surya Hakiki Setempat (Apparent Solar Time),
disebut Waktu Hakiki Setempat atau Waktu Surya juga Waktu Istiwa‟
Setempat (WIS).54
Waktu Hakiki ini dikarenakan bumi berotasi pada sumbunya dalam
waktu 24 jam untuk sekali putaran sedangkan untuk berevolusi, bumi
memerlukan waktu 1 tahun atau 365,25 hari untuk sekali edar. Lintasan
peredaran bumi dalam mengelilingi matahari tidak berupa lingkaran
melainkan berupa elips dan matahari sebagai pusatnya. Oleh karena itu,
kecepatan bumi mengelilingi matahari dan jarak bumi terhadap matahari
tidak tetap sepanjang tahun. Jarak terdekat antara bumi dan matahari yaitu
pada tanggal 22 Desember sekitar 1,45 x 1011
m, dan jarak terjauhnya pada
tanggal 22 Juni sekitar 1,54 x 1011
m.55
Dalam sistem waktu Apparent Solar Time, saat matahari mencapai
kulminasi untuk suatu tempat, maka saat itu untuk tempat tersebut
didefinisikan sebagai pukul 12.00 tepat.56
2. Waktu Pertengahan
Waktu Pertengahan (WP) disebut juga dengan Mean Time adalah
waktu yang didasarkan kepada peredaran matahari khayal yang seakan-
54
Abdur Rachim, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty, 1983, hlm. 41. 55
M Dimsiki Hadi, Sains untuk Kesempurnaan Ibadah, Yogyakarta: Prima Pustaka,
2009, hlm. 32. 56
Ibid, hlm. 31
26
akan perjalanannya stabil, artinya tidak pernah terlalu cepat dan tidak
pernah terlambat.
Lintasan Rotasi bumi yang dalam perjalanannya mengelilingi
matahari tidak bulat. Peredaran bumi berbentuk oval atau lonjong yang
menyebabkan lama waktu pada setiap bulan berbeda. Jarak peredaran bumi
mengelilingi bumi ini yang disebut dengan Aphelium57
dan Perihelium58
.
Untuk mengatasi permasalahan ini, para astronomi menciptakan
sebuah matahari khayalan atau Mean Sun, agar bergerak dengan kecepatan
yang konsisten dengan sebuah pengukur waktu (jam).
Oleh karena itu, Waktu Pertengahan (WP) dengan Waktu Hakiki
(WH) bisa bersamaan dan bisa pula tidak bersamaan. Suatu ketika Waktu
Pertengahan mendahului Waktu Hakiki dan pada saat yang lain Waktu
Pertengahan didahului oleh Waktu Hakiki.
3. Equation of Time
Equation of Time dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
istilah perata waktu, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan Ta’dil
al-Syam, yaitu selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan
waktu matahari rata-rata. Dalam perhitungan astronomi Equation of Time
biasanya disimbolkan dengan huruf „e‟ kecil dan diperlukan untuk
menghitung waktu shalat, menghitung arah kiblat yang menggunakan
sudut deklinasi matahari, diperlukan juga dalam perhitungan awal bulan.
57
Titik terjauh pada peredaran benda langit dari pusat benda yang diedarinya. Dalam
bahasa Inggris disebut apogee atau aphelion. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-II, Edisi Revisi, 2008, hlm. 37. 58
Titik terdekat pada peredaran benda langit dari pusat benda yang diedarinya. Dalam
bahasa Inggris disebut perigee atau pherihelion. Ibid, hlm. 163.
27
Dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat, Equation of Time adalah perata
waktu atau Ta’dil Al-Waqt / Ta’dil asy-Syam yaitu selisih antara waktu
kulminasi matahari Hakiki dengan waktu matahari rata-rata. Data ini
biasanya dinyatakan dengan huruf „e‟ kecil dan diperlukan dalam
menghisab awal waktu shalat.59
Tidak jauh berbeda, Equation of Time atau Ta’dilul Auqat / Ta’diluz
Zaman yaitu selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu
matahari rata-rata. Dalam astronomi biasa disebut dengan Equation of
Time yang diartikan dengan „perata waktu‟.60
Jika diartikan secara harfiah, Equation of Time berarti Persamaan
Waktu. Namun, Equation of Time tidak dapat dimaknai dengan pengertian
„Persamaan‟. Dalam astronomi, kata Equation merujuk pada adanya
koreksi atau selisih antara nilai rata-rata suatu variabel dengan nilai
sesungguhnya. Dalam hal ini, Equation of Time berarti adanya selisih
antara waktu matahari rata-rata dengan waktu matahari sesungguhnya.
Disini yang dimaksud dengan waktu matahari adalah waktu lokal menurut
pengamat di suatu tempat ketika matahari mencapai transit.61
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa,
Equation of Time atau perata waktu ialah selisih waktu antara waktu
matahari hakiki dengan matahari rata-rata (pertengahan). Hal tersebut
disebabkan peredaran semu harian matahari dari arah timur ke barat itu
59
Ibid, hlm, 62. 60
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.hlm, 79. 61
Rinto Anugraha, mengenal-Equation Of Time.file_html, diunduh tanggal 09 April 2012
pukul 10.53 WIB.
28
tidaklah konstan, kadang-kadang cepat kadang-kadang lambat. Keadaan ini
diakibatkan oleh percepatan bumi mengelilingi matahari tidak konstan
karena bidang edarnya berbentuk ellips sedangkan matahari berada pada
salah satu titik apinya. Suatu saat bumi dekat dengan matahari (Hadlidl
atau Perihelium) yang menyebabkan gaya gravitasi menjadi kuat, sehingga
perputaran bumi menjadi cepat yang akibatnya sehari-semalam kurang dari
24 jam. Pada saat lain bumi jauh dengan matahari (Auj atau Aphelium)
yang menyebabkan gaya gravitasi menjadi lemah, sehingga perputaran
bumi menjadi lambat yang akibatnya sehari-semalam lebih dari 24 jam.62
Dengan demikian Equation of Time adalah jumlah yang harus
dikurangkan dari Waktu Hakiki, untuk memperoleh Waktu Pertengahan
Equation of Time = Waktu Hakiki ─ Waktu Pertengahan
Dengan persamaan63
Sebagai berikut:
Waktu Pertengahan = Waktu Hakiki ─ Equation of Time
Pada saat matahari hakiki mencapai tempatnya di meridian, matahari
pertengahan masih di sebelah timur meridian. Dalam keadaan demikian,
Waktu Hakiki menunjukkan pukul 12.00, tetapi menurut Waktu
Pertengahan hari belum menunjukkan pukul 12.00, melainkan misalnya
pukul 11.54. perata waktu besarnya 12.00 - 12.06 = -6 menit.64
62
Lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori & Praktek, hlm. 69. Bandingkan dengan
Pedoman Hisab Muhammadiyah, hlm. 57. 63
Ibid, hlm.70. 64
Abdur Rachim, op.cit. hlm. 48.
29
Nilai Equation of Time pun mengalami perubahan dari waktu ke
waktu selama satu tahun. Nilai ini dapat diketahui pada tabel-tabel
astronomis, misalnya Ephemeris, Almanak Nautika.65
Perubahan terjadi empat kali setiap tahunnya, yaitu (tahun 1956) :
tanggal 12 Pebruari: -14m
20d, tanggal 15 Mei +3
m44
d tanggal 26 Juli -
6m
24d, dan tanggal 3 November +16
m23
d. Pada tanggal 12 Pebruari,
matahari berkulminasi pukul 12 - (-14m
20d) = pukul 12
j14
m20
d, dan pada
tanggal 3 November, pukul 12 - (+16m
23d) = pukul 11
j43
m37
d.66
Perata
waktu berjumlah 0 pada tanggal 15 April, 14 Juni, 1 September, dan 25
Desember. Pada tanggal-tanggal tersebut, sudut waktu matahari hakiki
sama besarnya dengan sudut waktu matahari pertengahan.67
Bisa dikatakan, untuk tanggal-bulan yang sama nilai Equation of
Time relatif tetap sepanjang tahun. Misalnya, Equation of Time selalu
mencapai minimum pada sekitar tanggal 11 Februari sebesar sekitar minus
14 menit 17 detik. Jika bergeser pada tahun berikutnya, hanya berkisar satu
hingga beberapa detik saja. Mengingat tetapnya nilai Equation of Time
65
Almanak-almanak astronomis seperti The Nautical Almanac dan American Ephemeris
selalu memuat saat matahari berkulminasi dalam data harian. Dalam The American Ephemeris saat
matahari berkulminasi diistilahkan dengan Ephemeris Transit. Datanya disediakan dalam satu jam,
menit dan detik sampai 2 angka dibelakang koma. Sementara itu, dalam Almanac Nautika
matahari berkulminasi diistilahkan Merr Pass (singkatan Meridian Pass) mempergunakan satuan
jam dan menit. Dalam Almanac Nautika juga disediakan data perata waktu (Equation Of Time /
Ta’dil al-Waqt) untuk jam 00 dan jam 12.00 GMT dalam satuan menit dan detik. Untuk
memperoleh saat matahari berkulminasi dengan menggunakan perata waktu bisa diberi tanda e
yang dapat dirumuskan: Saat Kulminasi = 12j-e. Untuk mengetahui data perata waktu dalam
Almanac Nautika itu bertanda positif atau negatif, perlu dilihat Mer Pass nya. Jika Mer Pass lebih
dari jam 12.00 berarti perata waktu bertanda negatif (-), dan jika Mer Pass nya kurang dari jam
12.00 berarti perata waktu bertanda positif (+). Data perata waktu menentukan saat matahari
berkulminasi setiap hari berubah, namun dari tahun ke tahun relatif sama. Lihat catatan kaki no 19
Susiknan Azhari dalam Hisab Awal Waktu Shalat, Yogyakarta: Modul Pelatihan Hisab Rukyat
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2007, hlm. 10. 66
Sayuthi Ali, Ilmu Falak I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 65. 67
Abdur Rachim, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty, 1983, hlm. 41.
30
untuk tanggal yang sama, maka Equation of Time dapat digunakan sebagai
parameter untuk menghitung waktu shalat atau untuk menyusun jadwal
shalat abadi sepanjang tahun.68
Perata Waktu (PW)/ Equation of Time (e) yang membuat jarak antara
Waktu Hakiki dengan Waktu Pertengahan dinyatakan positif jika pada
pukul 12 WP, Waktu Hakiki menunjukkan pukul 12.00 lebih. Sebagai
contoh pukul 12.00 WP, Waktu Hakiki menunjukkan pukul 12.11 berarti
perata waktu (e) = +11 menit. Perata Waktu dinyatakan negatif jika pada
waktu pukul 12.00 WP, Waktu Hakiki belum menunjukkan pukul 12.00.
Sebagai contoh pukul 12 WP, Waktu Hakiki menunjukkan pukul 11.47,
berarti perata waktu = -13 menit.69
Berangkat dari dua contoh tersebut dapat diterapkan rumus sebagai
berikut: WP=WH-PW. Artinya Waktu Pertengahan dapat diperoleh dari
Waktu Hakiki dikurangi perata waktu.
Contoh:
1. Diketahui WH = pukul 12j 2
m 11
d GMT
e = + 02m
11d („e‟ tanggal 27 April 2011)
WP = WH – e
= 12j 2
m 11
d – (+ 2
m 11
d )
= 12j 2
m 11
d – 2
m 11
d
= pukul 12.00
68
http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/mengenal-equation-of-time.htm, diakses
pada tanggal 13 April 2010, jam 13.22 WIB. 69
Slamet Hambali, Ilmu Falak, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo,
2011, hlm. 94.
31
2. Diketahui WH = pukul 10j 45
m 00
d GMT
PW = -2m
53d (”e” tanggal 1 April 2010)
WP = WH – PW70
= 10 j 45m
00d – (-2
m 53
d)
= 10 j 45m
00d + 2
m 53
d
= pukul 10j 47
m 53
d
4. Waktu Bintang
Waktu bintang adalah waktu yang diperlukan bumi berotasi satu
putar atau dapat juga dikatakan sebagai waktu yang diperlukan bintang
melewati meridian di suatu tempat ke meridian yang sama lagi.71
Bumi dalam sistem tata surya selain mengelilingi matahari juga
berputar pada sumbunya dengan garis yang menghubungkan kutub utara
dan kutub selatan sebagai sumbu putarnya. Hal demikian ini disebut rotasi
bumi. Terhadap suatu titik di langit (vernal equinox) yang posisinya relatif
tetap, bumi memerlukan waktu 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik untuk
melakukan putaran 360o atau satu hari sideris. Rentang waktu ini sedikit
lebih pendek daripada satu hari yang 24 jam. Karena satu putaran vernal
equinox dari meridian ke meridian lagi didefinisikan sebagai 24 jam sideris
maka 1 jam sideris setara dengan perpindahan vernal equinox sejauh 15o.
70
Atau dengan simbol lain dirumuskan LMT = AST-e. LMT (Local mean Time), AST
(Apparent Solar Time), e (Equation Of Time). Lihat Dimsiki Hadi, Perbaiki Waktu Shalat dan
Arah Kiblatmu!, Yogyakarta: Madania, 2010, hlm. 22. 71
http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Bintang. Diakses tanggal 10 April 2012 pukul
11.00 WIB.
32
Ketika vernal equinox tepat berada di meridian suatu tempat, saat itu Jam
Sideris Lokalnya adalah 00:00.72
Periode waktu merupakan dasar dari waktu astronomi, yang dalam
hal ini yang diacu sebagai waktu sidereal. Hari sidereal terdiri atas 24 jam
sidereal masing-masing terdiri dari 60 menit sidereal yang lamanya juga 60
detik sidereal. Para astronom menggunakan waktu sidereal secara rutin
karena bintang bintang selalu berada di posisi yang sama pada waktu
sidereal tertentu.73
5. Greenwich Mean Time
Greenwich Mean Time (GMT) atau Waktu Rata-rata Greenwich
adalah rujukan waktu internasional yang pada mulanya didasarkan pada
waktu matahari di Greenwich. Sistem waktu yang mapan ini mempunyai
sejarah panjang yang didukung konvensi internasional dan kajian ilmiah
untuk penyempurnaannya. Sampai pertengahan abad 19, masing-masing
negara menggunakan sistem jam matahari sendiri dengan menggunakan
meridian masing-masing.74
Pembuatan sistem waktu baku antarwilayah sangat diperlukan. Jika
tidak, jadwal kereta api bisa kacau ketika memasuki wilayah yang
menggunakan sistem waktu berbeda. Hal itu terutama dirasakan oleh
jaringan kereta api di Kanada dan Amerika Serikat. Kebutuhan adanya
72
Lihat di http://id.wikipedia.7val.com/wiki/Waktu_sideris diakses tanggal 8 Mei 2012
pukul 11.15 WIB. 73
Robbin Kerrod, Astronomi, Jakarta: Erlangga, 2005, hlm. 63. 74
http://langitselatan.com/2010/08/18/perlukah-menggantikan-gmt-dengan-mecca-mean-
time/ diakses 8 Mei 2012 pukul 11.30 WIB.
33
sistem waktu baku mendorong Sir Sandford Fleming75
, seorang teknisi dan
perencana perjalanan kereta api Kanada mengusulkan waktu baku
internasional pada akhir tahun 1870. Gagasan itu kemudian dimatangkan
dalam Konferensi Meridian Internasional di Washington DC pada Oktober
1884 yang dihadiri perwakilan 25 negara.76
Adapun kesepakatan pokok (konvensi) pada konferensi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bersepakat menggunakan meridian dunia yang tunggal untuk menggantikan
banyak meridian yang telah ada.
2. Meridian yang melalui teropong transit di Observatorium Greenwich
ditetapkan sebagai meridian nol.
3. Semua garis bujur dihitung ke Timur dan ke Barat dari meridian tersebut
sampai 180 derajat.
4. Semua negara menerapkan hari universal.
5. Hari universal adalah hari matahari rata-rata, mulai dari tengah malam di
Greenwich dan dihitung 24 jam.
6. Hari nautika dan astronomi di mana pun mulai dari tengah malam.
7. Semua kajian teknis untuk mengatur dan menerapkan sistem desimal
pembagian waktu dan ruang akan dilakukan.77
Pada butir ke-2 tidak mendapat kesepakatan bulat. San Dominggo
menentang. Perancis dan Brazil abstain. Saat ini sistem waktu telah
ditetapkan dengan 24 waktu baku, secara umum setiap perbedaan 15o garis
bujur, waktunya berbeda 1 jam. Dalam pelaksanaannya, waktu baku
tersebut disesuaikan dengan batas wilayah agar tidak memecah waktu di
75
Sir Sandford Fleming lahir di Kirkcaldy, Skotlandia 7 Januari 1827, dan pada tahun
1845 saat berusia 17 tahun pindah ke Kanada. Ia merupakan seorang insinyur kereta api pada
Canadian Pasific Railway. Di antara jasa terbesarnya adalah menemukan Sistem Waktu Standar
Universal yang berlaku sekarang sehingga ia dijuluki Father of Standard Time. Ia meninggal tahun
1915. Lihat Mary Bellis, “Sir Sandford Fleming (1827-1915),” http://inventors.about.com/od/
fstartinventors/a/ SandfordFleming.htm, diakses 11 April 2012 pukul 12.00 WIB. 76
Austria-Hungaria, Brazil, Chile, Kolombia, Costa Rica, Perancis, Jerman, Inggris,
Guatemala, Hawii, Italia, Jepang, Liberia, Meksiko, Belanda, Paraguay, Rusia, San Domingo,
Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Amerika Serikat, Venezuela, dan Salvador lihat di
http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Universal. diakses pada tanggal 15 April 2012 pkl 9.30 WIB. 77
Ibid. diakses pada tanggal 15 April 2012 pkl 10.00 WIB.
34
suatu wilayah. Ada 24 Waktu Daerah yang telah disetujui secara
internasional. Dari Royal Observatory di Sussex, Greenwich.78
Pada tahun 1928, dalam konferensi astronomi internasional,
berdasarkan kajian soal waktu, maka penamaan Greenwich Mean Time
diubah menjadi Universal Time (UT).
Waktu Universal (Universal Time) adalah satuan waktu yang didasari
oleh rotasi bumi. Satuan ini kelanjutan modern dari Greenwich Mean
Time, yaitu waktu rata-rata matahari di meridian di Greenwich, Inggris,
yang secara lazim dianggap sebagai bujur geografis 00o.79
Greenwich
Mean Time merupakan Waktu Pertengahan yang didasarkan kepada garis
bujur yang melalui Greenwich (BB/BT) dan digunakan sebagai standar
Waktu Dunia Internasional.80
Perbedaan Greenwich Mean Time dengan Waktu Pertengahan
setempat di luar Greenwich adalah tergantung besar kecilnya Garis Bujur
(BB/BT) dan dapat dirumuskan sebagai berikut81
:
WP x = GMT + BT, atau GMT = WP x - BT, atau
WP x = GMT – BB GMT = WP x + BB
Contohnya sebagai berikut:
1. Diketahui BT Semarang = 110° 26‟
Pada saat GMT menunjukkan pukul 11.30, maka WP =......
78 Roy Worvill, Waktu Kalender dan Jam, Jakarta: Penerbit Mutiara, 1978.
79 Opcit. diakses pada tanggal 15 April 2012 pkl 09.10 WIB.
80 http://id.wikipedia.org/wiki/ Waktu_Universal. Diakses tanggal 29 April 2012 pukul
12.00 WIB.
81
Slamet Hambali, Ilmu Falak, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo,
2011, hlm. 98.
35
WP Semarang = 11.30 + 110° 26‟
= 11.30 + 7j 21
m 44
d
= 18j 51
m 44
d
2. Diketahui BT Semarang = 110° 26‟
Pada saat WP Semarang menunjukkan pukul 19.54, GMT = ......
GMT = 19.54 - 110° 26‟
= 19.54 - 7j 21
m 44
d
= 12 j 32
m 16
d
Perbedaan antara Greenwich Mean Time dengan Waktu Hakiki (WH)
di luar Greenwich di samping ditentukan oleh besar kecilnya BT/BB juga
dipengaruhi oleh besar kecilnya perata waktu (e). Untuk itu digunakan
rumus82
sebagai berikut:
GMT = WH x - PW - BT, atau WH x = GMT + PW + BT, atau
GMT = WH x - PW + BB WH x = GMT + PW – BT
Contohnya sebagai berikut:
1. Diketahui WH Semarang = pukul 09.00 WIB
e = 2m
13d (”e” 26 April 2010 pukul 09.00 WIB).
GMT = .......?
GMT = 09.00 - 2m
13d - 110° 26‟
= 09.00 - 2m
13d - 7
j 21
m 44
d
= 1j 36
m 3
d
82
Ibid, hlm. 99.
36
2. Diketahui GMT menunjukkan pukul 1j 36
m 3
d
e = 2m
7d (”e” 26 April 2010 pukul 1
j 36
m 3
d GMT).
WH Semarang = .......?
WH Semarang = 1j 36
m 3
d + (- 2
m 7
d) +110° 26‟
= 1j 36
m 3
d - 2
m 7
d + 7
j 21
m 44
d
= 8j 55
m40
d
6. Waktu Daerah
Waktu Daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah
bujur tempat (meridian) tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur hanya
berlaku satu waktu daerah. Oleh karena itu, daerah dalam satu wilayah ini
disebut Daerah Kesatuan Waktu.83
Waktu yang sesuai dengan satu wilayah bujur ini dibuat untuk
mempermudah umat manusia zaman sekarang. Jika dalam perjalanan jarak
agak jauh orang berpegang kepada pemakaian waktu-waktu setempat akan
timbul kesulitan oleh karena jam yang dibawa dalam perjalanan setiap kali
harus disesuaikan dengan jam di tempat yang dilalui.
Pembagian wilayah daerah kesatuan waktu pada dasarnya
berdasarkan pada kelipatan bujur tempat 15° (360°:24 jam x 1°) yang
dihitung mulai bujur tempat yang melewati kota Greenwich yakni pada
bujur 0°.
83
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana pustaka, 2004, hlm. 69.
37
Berdasarkan Kep.Pres RI No. 41 Tahun 1987 dan berlaku mulai 1
Januari 1988 jam 00.00 WIB.84
Wilayah Indonesia terbagi atas tiga daerah
waktu, yaitu:
Gambar 01
Tabel Wilayah Waktu
Wilayah Waktu Waktu Tolok Bujur Tolok
Indonesia Barat meliputi :
Daerah Tingkat I di Sumatra, Jawa dan
Madura, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah
GMT + 07 jam 105 ° BT
Indonesia Tengah meliputi :
Daerah Tingkat I di Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi, Bali dan Nusa
Tenggara
GMT + 08 jam 120 ° BT
Indonesia Timur meliputi :
Daerah Tingkat I di Maluku dan Irian Jaya
GMT + 09 jam 135 ° BT
Sumber gambar 01 dan tabel wilayah waktu: Sunarjo dan Sukanto, Riwayat Waktu di
Indonesia dan Perkembangannya, Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika Bidang
Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, 2007.
Menggunakan Waktu Daerah seperti ini, persoalan perbedaan waktu
antar kota dapat teratasi dengan mudah. Jika sekarang jam 12 WIB, maka
semua kota yang masuk ke dalam Waktu Daerah adalah sama. Contohnya
84
Sunarjo dan Sukanto, Riwayat Waktu di Indonesia dan Perkembangannya, (Jakarta:
Badan Meteorologi dan Geofisika Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, 2007), hlm. 81.
38
waktu daerah di Semarang, Bandung, ataupun Surabaya adalah sama,
karena sebagai acuannya adalah bujur tempat (meridian) 105° (bukan bujur
tempat masing-masing kota).
D. Pembagian Waktu Bedasarkan Sistem Waktu Greenwich Mean Time.
Sistem waktu Greenwich Mean Time membagi waktu yang ada di-
belahan negara lainnya disebut Waktu Standar Lokal atau dalam istilah Inggris
disebut Local Standart Time. Dalam sistem ini permukaan bumi dibagi
menjadi 24 kawasan waktu atau time zone, dengan kawasan waktu barat dan
kawasan waktu timur. Bedasarkan kesepakatan internasional pada Oktober
1884 M/1302 H bahwa meridian yang melewati Greenwich ini dijadikan
sebagai meridian dasar (bujur 0o). Meridian atau bujur yang berada di sebelah
timur Greenwich disebut Bujur Timur, sedangkan bujur yang berada di sebelah
barat Greenwich disebut Bujur Barat.85
Setiap kawasan waktu dibatasi oleh dua garis bujur yang berselisih
15o. WIB misalnya, dibatasi oleh garis bujur timur 97.5
o BT dan 112.5
o BT.
Garis bujur tepat di tengah antara kedua garis batas ini disebut Meridian
Standar (Standart Meridian). Jadi untuk bujur timur 97.5o BT dan 112.5
o BT,
maka Meridian standarnya adalah 105o.86
Sebagai contoh sistem waktu di Indonesia yang dibagi menjadi tiga
yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan
Waktu Indonesia Timur (WIT), disebut waktu standar lokal dalam bahasa
85
Susiknan Azhari, op.cit, hlm. 73. 86
M Dimsiki Hadi, op.cit, hlm. 29.
39
Inggris disebut dengan Local Standart Time (LST). Garis bujur tepat di tengah
antara kedua garis batas ini disebut Meridian Standar (Standart Meridian).
WIB dibatasi oleh garis bujur timur (BT) 97.5o dan 112.5
o dengan meridian
standarnya 105o, untuk WITA dibatasi oleh garis bujur 112.5 BT dan 127.5
BT dengan meridian standar 120o BT. WIT antara bujur 127.5
o dan 142.5
o
dengan meridian standar 135o. Meridian standar yang berurutan berselisih 15
o,
dimulai dari 0o yaitu meridian standar yang melalui kota Greenwich di Inggris.
Kawasan waktu yang terkait tersebut disebut Greenwich Mean Time. Fungsi
yang penting dari meridian standar pada setiap kawasan waktu adalah untuk
menentukan hubungan waktu antara satu kawasan dengan kawasan lain.
Di suatu zona waktu, semua tempat mempunyai waktu yang sama,
walaupun lokasinya berbeda. Kota yang masih terletak dalam satu kawasan
waktu menunjukkan waktu yang sama namun kedudukan mataharinya tidak
sama. Kulminasi antar satu kota yang masih dalam kawasan waktu juga
berbeda. Jadi sistem dalam sistem Local Standart Time, jam yang sama untuk
tempat-tempat yang berbeda umumnya tidak menunjukkan kedudukan
matahari yang sama. Oleh karena itu, untuk menentukan kedudukan atau
ketinggian matahari pada suatu saat di suatu tempat, sistem waktu Local
Standart Time tidak dapat diaplikasikan secara langsung. Dalam problematika
ini harus menggunakan sistem waktu yang lain, yaitu sistem waktu matahari
hakiki yang dalam bahasa Inggris disebut Apparent Solar Time atau waktu
matahari mutlak atau Absolute Solar Time.87
87
Ibid, hlm. 30.
40
Dari gambar peta dunia ini terlihat bahwa adanya pembagian waktu
yang dibagi dari -12 Greenwich Mean Time atau disebut Bujur Barat sampai
+12 Greenwich Mean Time atau Bujur Timur.
Gambar 02
Sumber : wikipedia.org
Berikut pembagian waktu di berbagai belahan dunia yang
dibandingkan dengan waktu pukul 12.00 tengah hari Greenwich Mean Time.88
Kota Waktu Kota Waktu
Auckland 24.00 Kuala Lumpur 20.00
Athena 14.00 Montreal 07.00
Bangkok 19.00 Moscow 15.00
Barcelona 13.00 Munich 13.00
Beijing 20.00 New York 07.00
Berlin 13.00 Paris 13.00
Boston 07.00 Rio de Janeiro 09.00
Buenos Aires 09.00 Roma 13.00
Cairo 14.00 Sydney 22.00
Calcutta 17.30 Tel Aviv 14.00
Dubai 16.00 Tokyo 21.00
Hongkong 20.00 Vancouver 04.00
Johannesburg 14.00 Washington DC 07.00 Tabel 02
Sumber : wikipedia.org
88
http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Universal. diakses pada tanggal 16 April 2012
pkl 13.45 WIB.
41
BAB III
PEMIKIRAN BAMBANG EKO BUDHIYONO TENTANG
KA'BAH UNIVERSAL TIME
A. Biografi Intelektual Bambang Eko Budhiyono
Bambang Eko Budhiyono, lahir pada tanggal 13 Maret 1955 di Desa
Tayu Wetan Kabupaten Pati. Bambang Eko Budhiyono hidup dalam keluarga
yang sederhana, ia tumbuh menjadi pribadi yang santun dan cerdas. Hal ini tak
lepas dari peranan kedua orang tuanya sebagai tenaga pengajar yang senantiasa
memberikan perhatian dan mendidiknya sejak dini. Dia menghabiskan
sebagian besar masa kecilnya di Pati. Riwayat pendidikannya diawali Sekolah
Dasar Tayu Wetan yang kemudian SMP N Pati dan SMA N 1 Pati. Setelah
lulus SMA, ia melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor dengan
mengambil jurusan Kehutanan.89
Pak Bambang –panggilan akrabnya- bertempat tinggal dengan alamat
di Babakan Gunung Gede Rt 01/I No.19 Kecamatan Bogor Tengah, Kota
Bogor dan lahir sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Semua saudara
kandungnya migrasi ke luar kota sehingga sekarang tidak ada saudara yang
berada di Pati.
Bambang adalah seorang yang Master dalam bidang pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Dia juga seorang insinyur dalam bidang
Kehutanan yang juga menaruh perhatian besar dalam bidang keagamaan.
Dalam keluarganya, ia dikenal sebagai orang yang sangat religius dan idealis
dalam cara berfikirnya.
89
Wawancara dengan Wahyu Filfitria, anak pertama Bambang Eko Budhiyono pada
tanggal 22 Mei 2012 pukul 16.45 WIB melalui telepon genggam.
42
Almarhum Bambang Eko Budhiyono juga aktif di beberapa
lembaga90
, diantaranya adalah :
1. Staf pengajar di Fakultas Kehutanan
2. Konsultan Kehutanan
3. Yayasan Sumberdaya Islami dan Pusat Pembinaan Iman dan Amal
Shaleh
4. Pengajar dan pengurus di Ponpes Daarun Najaah, Cipining, Bogor
B. Karya-karya Ilmiahnya
Karya ilmiah dalam sepanjang hidup Bambang Eko Budhiyono, ia
pernah membuat buku dan program komputer, antara lain Computer
Simulation Modeling Erosion And Sedimentation Control In Upper Reservoir
Catchment (1982), The Ten Commandents In System Theory (1982), EIASys:
An Integrated Computer Program For Environmental Impact Assessment
(1990).
Sebagian besar karya Bambang Eko Budhiyono merupakan
penelitian yang berada dalam wilayah geografi dan pemeliharaan lingkungan
dan hutan. Karya yang menjadi sebuah buku tidak terlalu banyak ditemukan.
Dia telah menemukan rumus sedimentasi dan laju erosi yang sekarang dipakai
dalam bidang kehutanan.
Perjumpaannya dengan Syafril dan Farid pada tahun 1994, memberi
pengaruh yang sangat besar dalam penyusunan karyanya yang sekaligus
magnum opus-nya : Ka’bah Universal Time: Reinventing the Missing Islamic
90
Wawancara dengan Wahyu Filfitria, anak pertama Bambang Eko Budhiyono dan lihat
juga di Bambang Eko Budhiyono, Ka'bah Universal Time, Jakarta: Pilar Press, hlm. 104.
43
Time System (1994) yang kemudian direvisi pada tahun 2010 yang isinya
menguraikan tentang problematika perbedaan hari raya baik Idul Fitri atau Idul
Adha dan sistem waktu Islam yaitu Ka'bah Universal Time.91
C. Pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah Universal Time
Pemikiran Bambang Eko Budhiyono berawal saat ada teman yang
bernama Syafril dan Ustad Farid membawa benda berupa jam Hijriah di
rumahnya pada bulan Jumadil Awal 1415 H atau tahun 1994 M. Dari
petemuan inilah kemudian terjadi diskusi panjang tentang bagaimana
perputaran planet, thawaf dan juga bangunan Ka'bah yang nantinya akan
menjadi embrio pada sistem waktu Ka'bah Universal Time dan terbentuknya
Yayasan Meridian Mekah.
Pemikiran Ka'bah Universal Time merupakan karya Bambang Eko
Budhiyono, namun dalam sistem Ka'bah Universal Time yang terdapat
implikasi sinergetik bagi upaya penerapan Konvensi Istanbul secara praktis,
konsekuen dan konsisten. Kesepakatan pada konvensi Istanbul tersebut
ditetapkan oleh Musyawarah Ahli Hisab Rukyat di Istanbul yang dihadiri oleh
19 wakil negara Islam (termasuk Indonesia).92
Setelah ia meninggal dunia pada tanggal 06 Agustus 2006, maka
Syafril dan Farid, kedua temannya itulah yang melanjutkan penulisan dari
pemikirannya sehingga pada tahun 2010 konsep „Ka'bah Universal Time
Reinventing the Missing Islamic Time System’ bisa terwujud dalam buku versi
91
Ibid, hlm. 40. 92
Bambang Eko Budhiyono, Ka'bah Universal Time, Jakarta: 2010. hlm. 34
44
revisi.93
Setelah Ka'bah Universal Time terbentuk Syafril dan Farid bekerja
sama dengan seorang doktor Maspul Aini Kambry untuk menyusun
terbentuknya Yayasan Meridian Mekah.
Jam Hijriah tersebut mempunyai dua karakteristik yang berbeda dari
jam seperti biasanya, jam ini dimulai saat jarum jam menunjuk angka 12
(tenggelamnya matahari) yang letaknya dibawah dan berputar berlawanan arah
jarum jam (counterclockwise). Dalam aplikasinya, jam hijriah menggunakan
sistem waktu Ka'bah Universal Time yang menjadikan kota Mekah sebagai
awal penghitungan hari yang perputarannya ke arah barat dan kembali ke kota
Mekah lagi.94
Sejarah mencatat dalam Perjanjian Internasional menyatakan bahwa
semua orang yang melintasi garis batas pada meridian bujur 180o Greenwich,
mengubah tanggal (walau jam lokal tetap sama). Seorang yang berjalan dari
timur ke barat yang melintasi garis tersebut harus memajukan satu hari. Dalam
bahasa Inggris, Garis Batas Internasional diistilahkan dengan International
Date Line.95
Penghitungan awal hari yang dimulai di bujur 180º menyebabkan
Indonesia yang terletak di antara Garis Tanggal Internasional (180º BT) dan
kota Mekah (39o49‟39” BT) telah mendahului waktu dari kota Mekah dalam
pelaksanaan ibadah mahdlah harian bagi umat Islam di Indonesia.96
93
Wawancara dengan Wahyu Filfitria, anak pertama Bambang Eko Budhiyono pada
tanggal 22 Mei 2012 pukul 17.00 WIB melalui telepon genggam. 94
Bambang Eko Budhiyono, op.cit. hlm. 4. 95
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-II,
Edisi Revisi, 2008, hlm. 70. 96 Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm.19.
45
Penduduk Indonesia yang berada di lokal waktu barat (WIB)
mendahului Arab Saudi dengan selisih empat jam. Akibatnya salat lima waktu
yang dikerjakan mendahului empat jam dari salat lima waktu serupa di
Masjidil Haram.97
Bambang dibukunya „Ka’bah Universal Time: Reinventing the
Missing Islamic Time System‟ menyatakan bahwa konsep sistem waktu Ka’bah
Universal Time sesuai dengan berdasarkan ayat Al Qur'an yakni QS Al Hujurat
ayat 1 yang berbunyi:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan RasulNya98 dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.99
Asbabun nuzul dari surat Al Hujurat ayat 1 bahwa Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Ibnu Juraij, Ibnu Mulaikah dari Abdullah bin
Zubair disebutkan bahwa ayat ini turun ketika kafilah Bani Tamim datang
kepada Rasulullah SAW untuk meminta pendapat beliau tentang siapa yang
berhak mengurus kafilah tersebut. Pada saat itu antara Abu Bakar dan Umar
berbeda pendapat tentang siapa yang berhak mengurus kafilah Bani Tamim.
Abu Bakar menghendaki agar Al-Aqra bin Ma‟bad yang mengurusnya, sedang
Umar menghendaki Al-Aqra bin Habis. Perbedaan pendapat antara Abu bakar
97
Ibadah mahdlah yang lain seperti puasa, zakat dan haji.
98
Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada
ketetapan dari Allah dan RasulNya. 99
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005. hlm. 515.
46
dan Umar akhirnya dapat diselesaikan setelah dikembalikan keputusan tersebut
kepada Rasulullah SAW.100
Interpretasi Bambang terhadap ayat ini bahwa peringatan bagi kaum
muslimin dilarang menetapkan hukum mengenai suatu perkara sebelum Allah
dan rasul-Nya. Umat Islam juga dilarang melaksanakan atau mengamalkan
ketetapan hukum yang bersifat ibadah mahdhah tertentu sebelum Nabi
Muhammad melaksanakan untuk dirinya sendiri. Menurutnya, jika umat Islam
mengikuti konsep waktu Greenwich Mean Time maka letak kota Mekah 40o
BT dan Indonesia yang terletak di belahan bumi sebelah timur dari Mekah
antara 95o
- 141o BT meridian Greenwich, telah mendahului waktu dalam hal
ibadah daripada yang ada di kota Mekah. Perlu dilakukan penataan sistem
waktu yang tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah.101
Penyelesaian atas permasalahan sistem waktu Berdasarkan Al Qur'an
surat Al Maidah ayat 97, Bambang Eko Budhiyono mendapatkan kota Mekah
yang di dalamnya terdapat bangunan Ka'bah sebagai awal penentuan hari.
Artinya: “Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat
(peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia102
, dan (demikian pula)
100
Abdul Mahali, Asbabun Nuzul, Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Mahali, 1994, hlm.
763. 101
Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm 18. 102
Ka'bah dan sekitarnya menjadi tempat yang aman bagi manusia untuk mengerjakan
urusan-urusannya yang berhubungan dengan duniawi dan ukhrawi, dan pusat bagi amaln haji.
dengan adanya ka'bah itu, kehidupan manusia menjadi kokoh.
47
bulan Haram103
, had-ya104
, qalaid105
. (Allah menjadikan yang)
demikian itu agar kamu tahu, bahwa Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan
bahwa Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”106
Bambang menjelaskan sebuah solusi agar tidak mendahului waktu
tersebut maka dengan melakukan transformasi bujur 180o (International Date
Line) ke bujur kota Mekah dan menjadikan garis bujur yang melewati titik
pusat Ka‟bah sebagai garis meridian nol disebut Meridian Nol Ka‟bah.107
Selain itu, Bambang dalam bukunya Ka'bah Universal Time
menyebutkan bahwa sistem waktu ini juga berdasarkan Konferensi Islam
Internasional bertajuk ''Mecca the Center of the Earth, Theory and Practice''
yang berlangsung di Doha, Qatar pada April 2008, ulama terkemuka Syekh
Yusuf Al Qardawi mengatakan:
“Ilmu sains modern telah memiliki bukti bahwa Mekah merupakan
pusat bumi yang sebenarnya. Menurutnya kota Mekah pantas menjadi pusat
nol dunia, karena sejajar tepat dengan Kutub Utara, sehingga menjadikannya
sebagai 'zona magnetisme nol'. Konferensi itu merekomendasikan bahwa
Mekah harus dijadikan patokan waktu bagi umat Islam, sebagaimana kota
Greenwich menjadi patokan waktu Greenwich Mean Time. Kota Mekah
dianggap lebih tepat sebagai episentrum dunia.”108
Garis Meridian Nol Ka‟bah ditetapkan sebagai garis awal
perhitungan hari atau International Date Line yakni awal hari bagi seluruh
103
Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan
Rajab), tanah Haram (Mekah) dan Ihram., Maksudnya Ialah: dilarang melakukan peperangan di
bulan-bulan itu. 104
Ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada
fakir miskin dalam rangka ibadat haji. 105
Dengan penyembelihan had-ya dan qalaid, orang yang berkorban mendapat pahala
yang besar dan fakir miskin mendapat bagian dari daging binatang-binatang sembelihan itu. 106
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul Ali Art, 2005. hlm. 124. 107
Budhiyono, Ka'bah Universal Time, hlm. 28. 108
www.republika.co.id/ artikel berjudul “Indonesia Tunggu Konvensi Internasional
Bahas Acuan WaktuMakkah” Diakses tanggal 12 Maret 2012 pukul 12.34 WIB.
48
muka bumi dimulai dari Meridian Nol Ka‟bah. Sejalan dengan sistem
penanggalan Hijriah, maka permulaan hari juga tidak dihitung dari tengah
malam, sehingga pukul 00:00 bukan pergantian hari melainkan diajukan
setengah hari lebih cepat yakni saat matahari terbenam. 109
Bumi yang berputar pada sumbunya dengan satu putaran 360º selama
rata-rata 24 jam. Setiap bumi berputar 15º, maka lama waktu yang ditempuh
adalah 1 jam.110
Artinya muka bumi dibagi menjadi 24 zona yang lebar
masing-masing zona 15º dan selisih waktu satu zona dengan zona berikutnya
adalah 1 jam.
Menurut Bambang Eko Budhiyono, bujur 0o yang semula terletak di
kota Greenwich ditransformasikan ke kota Mekah yang kemudian untuk
perputaran orbit bumi 15º yang pertama itu harus dihitung dari Ka'bah
sehingga hari bergulir terus ke arah barat yaitu ke Afrika, ke Samudera
Antlantik, daratan benua Amerika, Samudera Pasifik, Kepulauan Solomon, ke
Papua New Guinea, Indonesia, Samudera India hingga kembali lagi ke Ka‟bah.
Ketika putaran itu sampai di Ka‟bah selama satu hari penuh maka saat itu pula
awal pergantian hari ditetapkan.111
Wilayah waktu yang pertama seluas 15º dalam sistem waktu Ka'bah
Universal Time disebut Wilayah Waktu Ka'bah (WWK) dengan Meridian Nol
Ka‟bah berada di tengah-tengahnya. Hal ini berarti bahwa wilayah tersebut
dibelah dua oleh garis bujur 0º atau garis bujur titik pusat Ka‟bah. Wilayah ini
109
Ibid, hlm. 32. 110
Muhammad Hadi Dimsiki, Sains untuk Kesempurnaan Ibadah, Yogyakarta: Prima
Pustaka, 2009.hlm.15. 111
Artinya garis bujur titik pusat dasar Ka‟bah itu diletakkan di tengah-tengah kawasan
15º pertama dari pembagian muka bumi menjadi 24 zona dengan 15º lebarnya itu.
49
pada saat matahari terbenam (ghurub syamsi) akan mengalami pukul 00:00
atau pergantian hari. Wilayah Waktu Ka'bah yang pertama terbagi menjadi dua
yakni 7,5º sebelah barat Ka‟bah dan 7,5º sebelah timur Ka'bah (WWK 1). Luas
wilayah ini kurang lebih meliputi seluruh Jazirah Arab.112
Perhitungan 0o dimulai dari kota Mekah maka letak Negara
Indonesia yang berada di sebelah timur Ka'bah akan berada pada Wilayah
Waktu Ka'bah 19 – 21. Jadi dengan demikian Indonesia dan seluruh wilayah
yang terletak antara International Date Line dan Ka'bah, tidak lagi mendahului
Mekah.
Proyeksi bola bumi113
antara Greenwich Mean Time dan Ka'bah
Universal Time adalah sebagai berikut:
112
Artinya seluruh Jazirah Arab berada dalam satu zona waktu yang sama, yaitu zona
waktu pertama (zona waktu pangkal). Lihat Bambang Eko Budhiyono, op.cit. hlm.19. 113
Sumber gambar no. 4 dan 5: Bambang Eko Budhiyono, op.cit. hlm.30 dan 31.
50
Gambar no. 3 Gambar no. 4
Proyeksi bola bumi dari Kutub Utara Proyeksi bola bumi dari Kutub
Utara
Sistem waktu Greenwich Mean Time Sistem waktu Ka'bah Universal
Time
Bambang Eko Budhiyono melakukan konversi waktu daerah
berdasarkan sistem waktu Ka'bah Universal Time, penghitungan waktunya
dengan melakukan transformasi bujur 0o menuju kota Mekah yang kemudian
dilanjutkan dengan penghitungan berdasarkan bujur yang didapatkan.
Misalnya, Bujur kota Jakarta yang terletak pada 106o 58‟ 18” BT dan
bujur kota Mekah 39o 49
o 39
o BT dengan selisih bujur kedua kota tersebut
adalah 67o 08‟ 39”, maka 360
o dikurangi selisih bujur sehingga kota Jakarta
akan terletak pada 292o 51‟ 21” Bujur Ka'bah (BK)
114. Hasil perhitungan
tersebut akan meletakkan Indonesia diantara WWK 19 (WIT) – WWK 21
(WIB).
Contoh:
Diketahui Bujur Jakarta = 106o 58‟ 18” BT
Bujur Mekah = 39o 49
o 39
o BT
Selisih bujur = 67o 08‟ 39”
Bujur 0o ditransformasi ke kota Mekah maka = 360
o - 67
o 08‟ 39”
= 292o 51‟ 21” BK
Penghitungan waktu dalam Ka'bah Universal Time berdasarkan
lingkaran bumi yang senilai 360o yang kemudian dibagi 15
o sehingga menjadi
24 jam waktu.
114
Pada sistem waktu Ka'bah Universal Time tidak mengenal bujur barat dan bujur timur
sehingga dalam penghitungannya langsung bernilai satu lingkaran penuh yaitu 360o.
51
“Rumus yang digunakan dalam pembagian waktu berdasarkan
Ka'bah Universal Time menggunakan pembagian dari lingkaran bumi 360o
menjadi 24 Wilayah Waktu Ka'bah yang setiap 15o mewakili satu jam.”
115
Gambar no.5
Jam Hijiriah
Sumber: www.sikut.blogspot.com
Konversi waktu terhadap bujur tempat yaitu dibagi 15o dan dikali 1
jam yang kemudian mengubahnya sesuai dengan sistem waktu Ka'bah
Universal Time. Bujur Kota Jakarta adalah 292o 51‟ 21” BK, kemudian
dilakukan konversi waktu 292o 51‟ 21”/15 x 1 jam = 19
jam31
m42
d.
Mendahulukan kota Mekah jika di kota Mekah pada saat itu hari Jum‟at pukul
00.00 WWK maka kota Jakarta adalah hari Kamis pukul 19j 31
m42
d WWK.
116
Contoh:
Diketahui bujur tempat kota Jakarta = 292o 51‟ 21” BK
= 292o 51‟ 21”/15 x 1 jam
= 19jam
31m
42d WWK
Selisih waktu antara kota Jakarta dan kota Mekah adalah 4j 28
m 18
d.
Implikasi dari sistem Ka'bah Universal Time sebagai trasformasi
sistem waktu Greenwich Mean Time adalah dengan menggunakan jam Hijriah
115
Wawancara dengan Kambry, konseptor Ka'bah Universal Time dan teman dari
Bambang Eko Budhiyono yang sekarang menjabat sebagai ketua Yayasan Meridian Mekah
melalui telepon genggam pada tanggal 28 April 2012 pukul 08.00 WIB. 116
Perhitungan ini didasarkan pernyataan untuk tidak mendahului waktu kota Mekah, lihat
Bambang Eko Budhiyono, Kabah Universal Time, Jakarta: Pilar Press, 2010. hlm. 5.
52
sebagai penunjuk waktu. Telah diketahui selisih waktu kota Mekah dan Jakarta
sebanyak 4j 28
m 18
d, maka jam Hijriah yang dimulai dari tenggelamnya
matahari pukul 12.00 (jam Hijriah) atau 18.00 (dalam jam konvensional) akan
menunjukkan pada jarum 7.30 (jam Hijriah).117
Jam hijriah merupakan penunjuk waktu Ka'bah Universal Time
sebagai transformasi dari sistem waktu Greenwich Mean Time. Menurut sistem
Greenwich Mean Time Jam ini dimulai saat jarum menunjukkan angka 12 yang
berada di bawah. Dengan mengetahui selisih waktu antara kota Mekah dan
kota Jakarta sebesar 4 jam maka Indonesia akan mundur selama 19.30 jam
karena harus mendahulukan kota Mekah.118
Menerima dan mengaplikasikan Ka'bah Universal Time berarti
mengubah wajah perpetaan bola bumi yang selama ini berlaku. Selain
mengubah wajah perpetaan muka bumi, hal ini membawa implikasi terhadap
sistem navigasi pelayaran maupun penerbangan, dan untuk itu perlu dilakukan
pemograman ulang perangkat elektronika. Dalam hal ini jika sepakat dengan
sistem Ka'bah Universal Time maka harus bekerja sama untuk mengubah dan
mereformasi sistem navigasi konvensionalnya.
117
Wawancara dengan Taqyuddin, sebagai konseptor sistem waktu Ka'bah Universal Time,
pada tanggal 9 Mei 2012 pukul 09.00 WIB 118
Wawancara dengan Kambry, konseptor Ka'bah Universal Time dan teman dari
Bambang Eko Budhiyono melalui telepon genggam pada tanggal 28 April 2012 pukul 11.00 WIB.
53
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN BAMBANG EKO BUDHIYONO TENTANG
KA'BAH UNIVERSAL TIME
A. Analisis pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang Ka'bah Universal
Time
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab III bahwa
pemikiran Bambang Eko Budhiyono tentang konsep sistem waktu Ka'bah
Universal Time berdasarkan interpretasi terhadap Al Qur'an Surat Al Hujurat
ayat 1 dan surat Al- Maidah ayat 97. Menurutnya umat Islam dalam kegiatan
ibadah tidak boleh mendahului ibadah umat Islam yang berada kota Mekah,
namun berdasarkan sistem waktu Greenwich Mean Time umat Islam yang
berada di sebelah timur kota Mekah, termasuk Indonesia yang terletak antara
95o - 141
o BT meridian Greenwich, telah mendahului dalam waktu ibadah.
Dalam literatur yang lain, interpretasi dalam Al Qur'an surat al
Hujurat ayat 1 merupakan ayat yang berbicara tentang akhlak terhadap
Rasulullah. Berdasarkan riwayat lain dikemukakan bahwa orang-orang
menyembelih kurban sebelum waktu yang ditetapkan oleh rasulullah
memerintahkan berkurban sekali lagi. Ayat 1 ini sebagai larangan kepada kaum
mukminin untuk mendahului ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Diriwayatkan
bahwa orang-orang mendahului puasa sebelum masuk bulan puasa yang
54
ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw. Ayat 1 ini turun sebagai teguran kepada
mereka.119
Sejarah mencatat bahwa perjanjian Internasional pada Oktober 1884
M menghasilkan ketentuan-ketentuan yang isinya bahwa 0o dimulai di kota
Greenwich dan pada bujur 180o
disebut dengan Garis Batas Internasional120
.
Konsep sistem waktu Greenwich Mean Time yang sedang digunakan oleh
dunia Internasional dengan salah satu isinya bahwa awal penanggalan dimulai
dari garis bujur 180o.
Sebelum konsep Ka'bah Universal Time yang menjadikan kota
Mekah sebagai standard waktu internasional bagi umat Islam juga telah
digagas oleh ulama dan ilmuwan muslim dari berbagai negara. Diantaranya
adalah konsep Mekah Islamic Date Line (MIDL) yang diusulkan oleh Imad
Ad-Dien dari Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) pada tahun 1986 dan
disetujui oleh Dewan Fiqih Amerika Utara (FCNA).121
Bambang adalah seorang insiyur dalam bidang kehutanan dengan
pemikiran yang idealis dan religius dalam kesehariannya.122
Banyak hal-hal
yang bersifat keagamaan yang diterapkannya baik untuk keluarga atau di
dalam lingkungan bermasyarakat. Meskipun seorang konsultan bidang
119
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, Jakarta: Raja
Grafindo persada, 2002. hlm. 762. 120
Garis batas Internasional merupakan garis batas penanggalan yang berdasarkan garis
bujur antar Negara yang disetujui saat perjanjian Internasional. Dalam bahasa Inggris disebut
International Date Line. Lihat Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Cet. Ke-II, Edisi Revisi, 2008, hlm. 70. 121
www.fiqhcouncil.org/ judul Fiqh Council of North America diakses tanggal 7 Juni 2012
pukul
08.00 WIB 122
Wawancara dengan Wahyu Filfitria, anak pertama Bambang Eko Budhiyono pada
tanggal 22 Mei 2012 pukul 16.00 WIB melalui telepon genggam.
55
kehutanan, namun Bambang mempunyai perhatian besar terhadap bidang ilmu
di luar bidangnya seperti filsafat, agama dan sebagainya. Setelah berjumpa
dengan Syafril dan Farid, yang memberi pengaruh sangat besar dalam
penyusunan karyanya yang sekaligus magnum opus-nya : Ka’bah Universal
Time: Reinventing the Missing Islamic Time System (1994) yang selanjutnya
pada tahun 2010 direvisi yang isinya menguraikan tentang problematika sistem
waktu Islam yaitu Ka'bah Universal Time.
Pemahamannya tentang Ka'bah Universal Time yang bujur 0o semula
terletak di kota Greenwich ditransformasikan ke kota Mekah yang kemudian
untuk perputaran orbit bumi 15º yang pertama itu harus dihitung dari Ka'bah
sehingga hari bergulir terus ke arah barat yaitu ke Afrika, ke Samudera
Antlantik, daratan benua Amerika, Samudera Pasifik, Kepulauan Solomon, ke
Papua New Guinea, Indonesia, Samudera India hingga kembali lagi ke Ka‟bah.
Ketika putaran itu sampai di Ka‟bah selama satu hari penuh maka saat itu pula
awal pergantian hari ditetapkan.123
Konsep ini berafiliasi dengan konstelasi
alam semesta, termasuk arah rotasi bumi dan rotasi bulan dan arah pergerakan
planet yang perputarannya dalam sistem Tatasurya dilukiskan berawal dari
arah kanan ke arah kiri sehingga membuat sistem waktu Ka'bah Universal
Time menggunakan jam Hijriah atau jam thawaf sehingga perputarannya
berlawanan dengan arah jarum jam (counterclockwise).124
123
Artinya garis bujur titik pusat dasar Ka‟bah itu diletakkan di tengah-tengah kawasan 15º
pertama dari pembagian muka bumi menjadi 24 zona dengan 15º lebarnya itu. 124
Bambang Eko Budhiyono, Ka'bah Universal Time, Jakarta: Pilar Press, hlm. 5.
56
Gambar no.6
Perpindahan garis International Date Line ke kota Mekah125
Implikasi yang akan terjadi apabila transformasi bujur berdasarkan
sistem waktu Ka'bah Universal Time diterapkan adalah negara yang terletak di
antara garis bujur 180o BT (International Date Line) sampai ke kota Mekah
40o BT termasuk Indonesia maka akan terletak di antara 259
o Bujur Ka'bah
(Merauke) sampai 305o Bujur Ka'bah(Sabang) yang harus mengurangi
waktunya sebanyak 19 jam.
Misalnya penghitungan sistem Ka'bah Universal Time pada bujur
kota Jakarta yang terletak pada 106o 58‟ 18” BT dan bujur kota Mekah 39
o 49
o
39o BT dengan selisih bujur kedua kota tersebut adalah 67
o 08‟ 39”, maka 360
o
dikurangi selisih bujur sehingga kota Jakarta akan terletak pada 292o 51‟ 21”
Bujur Ka'bah (BK).
Contoh:
Diketahui Bujur Jakarta = 106o 58‟ 18” BT
125
Sumber gambar: Ibid, hlm. 96.
57
Bujur Mekah = 39o 49
‟ 39” BT
Selisih bujur = 67o 08‟ 39”
Bujur 0o ditransformasi ke kota Mekah maka = 360
o - 67
o 08‟ 39”
= 292o 51‟ 21” BK
Kota Jakarta akan berada pada 292o 51‟ 21” BK sehingga kota ini
akan mengalami pengurangan waktu sebanyak 19 jam karena harus
mendahulukan kota Mekah.
Pemikiran sistem waktu Ka'bah Universal Time, termasuk dalam
buku karya Bambang Eko Budhiyono Ka'bah Universal Time: Reinventing the
Missing Islamic Time System dan Jam Hijriah sangat sulit ditemukan
dikarenakan referensi untuk sistem waktu ini hanya beredar pada dunia maya
dan internet sehingga tidak banyak masyarakat luas yang mengetahuinya.
Namun buku dan jam hijriah sebagai referensi ini bisa penulis dapatkan
melalui pemesanan di internet yang langsung dikirim dari Bogor.
Diskursus tentang sistem waktu Ka'bah Universal Time yang isinya
transformasi garis tanggal Internasional ini hampir dengan kalender Islam
Internasional sebagaimana yang telah diusulkan oleh Mohammad Ilyas.
Bambang Eko Budhiyono menekankan bahwa Ka'bah sebagai pusat dunia
yang didasarkan interpretasinya terhadap QS Al Hujurat ayat 1 yang berafiliasi
dengan konstelasi alam semesta yang bergerak seperti pergerakan thawaf yakni
dari kanan ke kiri bahwa kota Mekah yang merupakan pusat waktu dunia dan
awal pergantian hari. Berbeda dengan Mohammad Ilyas seorang pembaharu
dalam pemikiran Kalender Islam berwarganegaraan Malaysia yang mengepalai
58
Unit Penyelidikan Ilmu Falak/ Astronomy di Universitas Sains Malaysia
memberikan solusi perbedaan perhitungan awal bulan Kamariah dengan
proyeknya International Islamic Calender Programme (IICP).126
Menurut hemat penulis, Bambang Eko Budhiyono dengan konsep
sistem waktu Ka'bah Universal Time telah membuat sebuah problematika
tentang dikotomi keilmuwan yang menurut penulis terjadi dikarenakan sains
masuk ke wilayah studi Islam. Penulis yang mengutip dengan pendapat
Susiknan Azhari tentanp permasalahan ini bahwa, proyek islamisasi ilmu
pengetahuan yang selama ini didengungkan oleh pemikir-pemikir Islam tidak
perlu terjadi jika proses penyambungan (sinkronisasi) ilmu sejak dini
diberikan secara komprehensif dan integratif.127
Prosedur sistem Ka'bah Universal Time yang membuat transformasi
bujur 0o menurut Thomas Djamaluddin, jika garis International Date Line
dipindah ke Ka'bah atau kota Mekah maka akan terjadi perpecahan besar,
karena bagian barat dan bagian timur Ka'bah akan berbeda beda tanggal di
waktu yang bersamaan.128
Penulis mengutip pendapat dari Thomas Djamaluddin yang
menyatakan bahwa, transformasi garis tanggal Internasional ke titik Ka‟bah
dan di tengah kota Mekah akan lebih banyak kekurangannya daripada
126
Konsep Garis Batas Tanggal Kamariah Antar Bangsa atau IIDL. Lihat Susiknan
Azhari, Hisab dan Rukyat: Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Hlm. 29. 127
Ibid, Hlm. 36. 128
Wawancara dengan Thomas Djamaluddin via jejaring sosial pada tanggal 30 April
2012 pukul 15.17 WIB
59
kelebihannya. Hal yang paling ekstrim adalah sebelah barat dan sebelah timur
kota Mekah akan mengalami hari yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Penalaran Bambang yang bersifat deduksi (rasionalisme)129
dengan
menafsirkan surat Al Hujurat ayat 1 yang kemudian menghadirkan
transformasi bujur dari bujur 0o yang berada di kota Greenwich dan
transformasi bujur International Date Line ke kota Mekah secara bersamaan
akan menyebabkan perubahan yang besar di masyarakat internasional.
Menurut penulis, pemikiran seperti Ka'bah Universal Time ini bisa
memunculkan hipotesis baru tentang sistem waktu dunia. Namun perlu
diketahui bersama bahwa 0o di kota Greenwich yang selama ini digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia sebagai pedoman dari kebutuhan dari berbagai
fasilitas modern seperti sistem informatika, telekomunikasi, transportasi,
perbankan dan perekonomian global yang benar-benar memerlukan pengaturan
waktu yang sangat akurat.
Sejarah mencatat peristiwa yang terjadi pada tahun 1519-1521M
yaitu saat Ferdinand Magellan (1480-1521)130
yang mengelilingi bumi pertama
129
Rasionalisme, cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Lihat Abdullah Aly, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:
Bumi Aksara, Cet. ke-IV, 1994. hlm. 9. 130
Ferdinand Magellan adalah seorang dengan kebangsaan Portugis yang lahir tahun
1480 di Villa de Sabroza, Portugal. Tahun 1509 ia dikirim ke India untuk membantu pengangkatan
Fransisco de Almaeda sebagai wakil raja. Tetapi kemudian ia terlibat perdagangan dengan orang-
orang Muslim yang itu dianggap tidak ilegal sehingga tahun 1514 ia dipecat. Oleh sebab itu
kemudian ia pergi ke Spanyol menemui Raja Spanyol Charles I pada tahun 1518 yang menyetujui
rencana Magellan dan pada tanggal 10 Agustus 1519, satu armada Spanyol dengan 5 kapal
(Concepcion, San Antonio, Santiago, Trinidad, dan Victoria) di bawah pimpinan Ferdinand
Magellan dengan awak berjumlah 270 orang berangkat ke arah barat melalui Atlantik dan
menyusuri pantai timur Amerika Latin hingga sampai ke ujung selatan untuk kemudian
menyeberangi Samudra Pasifik. Bulan Maret 1521 mereka sampai di kepualauan yang kemudian
diberi nama Filipina dengan tiga kapal yang selamat. Di sana Magellan terlibat perang melawan
penduduk setempat dan ia meninggal dalam pertempuran itu pada tanggal 21 April 1521.
Pimpinan armada yang tersisa diambil alih oleh Sebastian del Cano (Kapten Victoria). Satu dari
60
kali dari tanggal 10 Agustus 1519 dan kembali 07 September 1522 dan ketika
kembali mereka kehilangan satu hari. Sama seperti penjelajah Francesco
Carletti (1574-1636). Ia membuat catatan tentang penyitaan kapalnya, “Ini
(penyitaan) terjadi pada hari Senin 1 November menurut perhitungan kami,
tetapi hari Selasa 2 November menurut perhitungan orang-orang senegeri kami
di sana (Batavia).” 131
Jadi secara tidak langsung penulis dapat memberikan hipotesis
bahwa sebelum garis International Date Line disetujui dan ditetapkan
masyarakat di seluruh dunia pada Oktober tahun 1884 M, masyarakat dunia
telah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal yang lebih penting adalah problematika tentang mendahului
waktu ibadah yang ada di kota Mekah adalah bagaimana paradigma Bambang
tentang waktu ibadah sendiri. Pada dasarnya ibadah merupakan pelaksanaan
yang tergantung pada dimensi ruang dan waktu di suatu tempat. Dalam Islam
sendiri pelaksanaan ibadah hampir keseluruhannya berkaitan dengan waktu,
sehingga terdapat istilah ibadah muwaqqat seperti ibadah salat, puasa, dan haji.
tiga kapal yang tersisa dibakar dan satu lagi ditangkap Potugis. Hanya satu kapal, Victoria,
dengan 18 awak yang dapat kembali ke Spanyol pada 7 September 1522 menurut perhitungan
mereka atau 8 September menurut hari di Spanyol sendiri. Lihat Amanda Briney, “Biography of
Ferdinand Magellan,” http://geography.about.com/od/ historyofgeography/a/magellan. htm,
diakses tanggal 21 Mei 2012 pukul 10.00 WIB. 131
Anak seorang pedagang Florentino, Carletti lahir di Florence, Italia, tahun 1574. Dua
puluh tahun kemudian, 1594, Carletti bersama ayahnya berangkat ke Kaap Verdische Einlanden
(di Samudra Atlantik sebelah barat benua Afrika) untuk mencari budak guna dibawa dan dijual di
Amerika Selatan. Tertarik oleh cerita-cerita tentang kekayaan di Lima, mereka berangkat ke Peru.
Tetapi kemudian melanjutkan perjalanan ke Mexico, Filipina, Jepang dan Macau. Di sini ayahnya
meninggal dunia dan ia meneruskan perjalanannya ke Melaka dan Goa untuk melalui Tanjung
Pengharapan kembali ke Protugal dan Florence di mana ia meninggal dunia tahun 1636. “Reis om
de wereld, 1594-1606,” http://www.librarything.com/ work/2699452 diakses tanggal 22 Mei 2012
pukul 10.40 WIB.
61
Ibadah salat diwajibkan bagi umat Islam yang pada suatu tempat yang telah
masuk waktunya untuk melakukan salat.
Padahal bahasan ilmu falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang
ada kaitannya dengan problematika ibadah terkait dengan pelaksanaannya,
sehingga pada dasarnya pokok bahasan ilmu falak meliputi: hisab awal bulan
Kamariah, waktu salat, arah kiblat dan gerhana matahari dan bulan.132
Dalam permasalahan ibadah salat, umat Islam sepakat bahwa
kewajiban salat lima kali sehari, itu juga memilki lima waktu. Waktu-waktu
tersebut juga merupakan syarat sahnya salat yang masuk dalam kategori waktu
yang longgar dan waktu yang darurat.133
Pembahasan waktu salat dalam Firman Allah Swt QS. An Nisa‟ ayat
103:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa‟ ayat 103).
Dalam Tafsir Manaar bahwa sesungguhnya salat itu telah diatur
waktunya oleh Allah SWT. berarti wajib mua'kkad yang telah ditetapkan تاباا
waktunya di lauh al-mahfudz. مى ىواا berarti sudah ditentukan batasan-batasan
waktunya.134
Lafadz “kitaban mauquta” bermakna waktu yang
ditentukan.pendapat yang shahih sebagaimana riwayat dari Zaid bin Aslam,
132
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo,
2011, hlm. 5. 133
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, hlm. 200. 134
Rasyid Ridha, Tafsir Manaar, Dar Al Ma‟rifah: Beirut, juz 5, hlm. 383
62
Ibnu Abbas (pada salah satu riwayatnya) Mujahid, As Suddiy, Ibnu Qatadah
dan Qatadah.135
:" عن ابيه عن زيدبن اسلم في قوله, قال حدثنا ابن ابي جعفر, قال حدثنا إسحاق, حدثني المثني
"كلما مضى نجم جاء نجم اخر, منجما: قال .
.كلما مضى وقت جاء وقت اخر: يقولArtinya: “Mengabari aku Al-Mutsana‟, ia berkata: mengabarkan kami Ishaq, ia
berkata: mengabarkan kami ibnu Abu Ja‟far dari Zaid bin Aslam, ia
berkata: mengenai firman Allah Swt: “Inna as shalata kanat ‘ala al
mu’minina kitaban mauquta”,
Dasar hukum waktu salat juga berdasarkan hadis Nabi:
جل كطوله ما لم هر إذا زالت الشهمس وكان ظل الره قال وقت الظ بن عمرو أنه رسول للاه عن عبد للاه
فق ووقت صلة يحضر العصر ووقت العصر ما لم تصفره الشهمس ووقت صلة المغرب ما لم يغب الشه
بح من طلوع الفجر ما لم تطلع الشهمس العشاء إلى نصف اللهيل الوسط ووقت صلة الص
Artinya :“Dari Abdulloh bin Amr, sesungguhnya Nabi bersabda: “(Batas)
waktu (salat) Zhuhur adalah dari matahari tergelincir sampai
bayangan seseorang sama dengan tingginya, selagi belum datang
waktu Asar; waktu (salat) Asar adalah selama (cahaya) matahari
belum menguning; waktu (salat) Maghrib adalah selama syafaq
(sinar merah setelah matahari tenggelam) belum hilang; waktu (salat)
Isya adalah (dari hilangnya sinar merah) sampai separuh malam
(pertama); dan (batas) waktu (salat) Shubuh adalah dari terbitnya
fajar sampai sebelum terbitnya matahari.” (HR Muslim)136
Representasi waktu salat dhuhur yang dimulai sejak matahari tepat
berada di atas kepala namun sudah agak condong ke barat. Istilah yang sering
digunakan dalam bahasa Indonesia adalah tergelincirnya matahari. Dalam
bahasa Arab disebut sebagai zawalul syamsi. Waktu dhuhur dimulai sejak
matahari tergelincir yaitu sesaat setelah matahari mencapai titik kulminasi
(culmination) dalam peredaran hariannya, sampai tiba waktu asar.137
135
Slamet Hambali, op.cit, hlm. 126. 136
Imam Muslim, Sahih Muslim, Beirut-Libanon : Daar Al-Kutub Al-Illmiah, Jilid II,
1994, hlm 547 137
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah, 2004, hlm. 50.
63
Secara astronomis kulminasi saat tergelincir matahari adalah saat
setelah matahari mencapai titik kulminasi dalam peredaran hariannya
dinotasikan dengan ϴ=|φ-δ|138 dan dalam bahasa Inggris waktu Dhuhur
diistilahkan dengan Noon Time.139 Ini berarti bahwa problematika ibadah tidak
bisa terlepas dari dimensi ruang dan waktu dimana seseorang itu berada.
Sistem waktu Ka'bah Universal Time sebagai transformasi
Greenwich Mean Time tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihannya antara lain:
a. Tidak mendahului waktu ibadah yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan interpretasi pada Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 1.
b. Selain sebagai kiblat salat, Umat Islam menjadikan kota Mekah yang
menjadi kota suci umat Islam sebagai sistem waktu dunia menjadi
pusat waktu dari umat Islam di dunia.
Adapun kekurangannya antara lain:
a. Ka'bah Universal Time harus teruji oleh dunia Internasional karena
kebutuhan dunia modern seperti sistem informatika, telekomunikasi,
transportasi, perbankan dan perekonomian global yang benar-benar
memerlukan pengaturan waktu yang sangat akurat sementara
Ka'bah Universal Time belum dilakukan pengujian.
b. Bujur 0o dan bujur 180
o (International Date Line) terletak pada Kota
Mekah sehingga antar penduduk yang berada di sebelah barat dan
138
Dimsiki Hadi, Sains untuk Kesempurnaan Ibadah, Yogyakarta: Penerbit Prima
Pustaka, 2009, hlm. 103. 139
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar,
2008, hlm. 233.
64
sebelah timur kota tersebut akan berbeda hari dalam waktu yang
bersamaan.
c. Sesuatu yang telah masif dan berlaku secara universal seperti
Greenwich Mean Time tidak akan mudah diganti sistem waktu
Ka'bah Universal Time.
d. Hal yang menyangkut ibadah itu bersifat lokal dan temporal,
sehingga dalam pelaksanaannya tentu tergantung berdasarkan ruang
dan waktu dengan seseorang yang bersangkutan.
B. Analisis terhadap Implikasi Ka'bah Universal Time sebagai
Transformasi Greenwich Mean Time.
Latar belakang pendidikan dan pemikirannya yang idealis banyak
cara menafsirkan Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 1 tentang pelarangan
mendahului hukum Allah dan rasul-Nya. Konsep teknis mengenai sistem
waktu Ka'bah Universal Time banyak diwarnai oleh dunia eksakta seperti
konstelasi alam semesta yang didapatkan dari hasil diskusi yang didalamnya
juga terdapat konsep jam Hijriah.
Pergantian hari dalam Greenwich Mean Time ditandai pada saat
pukul 00.00 maka untuk derah setempat akan berubah waktunya yang
berselisih dengan kota Greenwich sesuai dengan letak bujurnnya. Jam Hijriah
yang merupakan implikasi dari sistem waktu Ka'bah Universal Time
diterapkan sebagai penunjuk waktu ibadah. Perputarannya yang melawan arah
65
jarum jam menjadikan jam ini disebut juga dengan jam Islam. Menurut
Bambang, Jam hijriah sesuai dengan sunnah Allah dan sunnah rasul-Nya
seperti perputaran planet bumi dalam berevolusi. 140
Jam hijriah yang dijelaskan oleh Bambang Eko Budhiyono berbeda
dengan jam hijriah diperkenalkan oleh Endang Darmawan Abdullah.
Penyebutan waktu dalam konsep Jam hijriah Endang Darmawan Abdullah
disebut dengan kata “Asr” yang artinya masa141
, sedangkan dalam jam hijriah
yang dikonsep oleh Bambang Eko Budhiyono, penyebutannya sama seperti
jam biasa.
Dalam menjelaskan tentang jam Hijriah sebagai implikasi
transformasi dari Greenwich Mean Time, Bambang menggunakan konversi
berdasarkan Waktu Daerah (Local Standart Time) menjadi Waktu Wilayah
Ka'bah (WWK). Dia menjelaskan awal penghitungan hari yang terjadi di
Indonesia dan berlaku secara universal adalah posisi matahari yang melewati
International Date Line atau pada pukul 00.00.142
Konversi waktu terhadap bujur Kota Jakarta adalah 292o 51‟ 21” BK,
kemudian dilakukan konversi waktu 289o 16‟ 39”/15 x 1 jam = 19
jam31
m42
d.
Mendahulukan kota Mekah jika di kota Mekah pada saat itu hari Jum‟at pukul
00.00 WWK maka kota Jakarta adalah hari Kamis pukul 19j 31
m42
d WWK.
Contoh:
Diketahui bujur tempat kota Jakarta = 292o 51‟ 21”BK
140
Bambang Eko Budhiyono, Kabah Universal Time, Jakarta: Pilar Press, 2010. hlm. 5. 141
E. Darmawan Abdullah, Jam Hijriyyah Menguak Konsepsi Waktu Dalam Islam,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001. hlm. 106. 142
Bambang Eko Budhiyono, op.cit, hlm. 32.
66
= 292o 51‟ 21”/15 x 1 jam
= 19jam
31m
42d WWK
Selisih waktu antara kota Jakarta dan kota Mekah adalah 4j 28
m 18
d.
berarti untuk daerah waktu WITA akan berselisih sekitar 5 jam WWK dan
daerah WIT akan berselisih 6 jam WWK.
Implikasi dari sistem Ka'bah Universal Time sebagai transformasi
sistem waktu Greenwich Mean Time adalah dengan menggunakan jam Hijriah
sebagai penunjuk waktu. Telah diketahui selisih waktu kota Mekah dan Jakarta
sebanyak 4j 28
m 18
d, maka jam Hijriah yang dimulai dari tenggelamnya
matahari pukul 12.00 (jam Hijriah) atau 18.00 (dalam jam konvensional) akan
menunjukkan pada pukul 7.30 (jam Hijriah).143
Kemungkinan konsep Ka'bah Universal Time diterapkan di dunia
Internasional adalah sangat sulit kecuali untuk kepentingan individual dan
komunitas tersendiri. Sistem waktu Ka'bah Universal Time dengan segala
prosedur penetapannya terlihat mengandung nilai baik (maslahat) dan nilai
negatif (mafsadat) jika diterapkan dalam dunia Internasional. Pertimbangan
untuk menggunakan sistem waktu ini dikarenakan bisa jadi sesuatu hal yang
dinilai baik (maslahat), ternyata berdampak negatif (mafsadat) bagi orang
lain.144
Sebaliknya, terkadang hal yang dinilai sebagai mafsadat ternyata
mengandung banyak maslahat dan manfaat. Oleh karena itu berdasarkan
argumentasi diatas penulis menggunakan kaidah fikih yang lebih
143
Wawancara dengan Taqyuddin, teman almarhum Bambang Eko Budhiyono pada
tanggal 25 Mei 2012 pukul 16.00 WIB. 144
Abdul Haq dkk, Formulasi Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual, Surabaya:
Penerbit Khalista, cet V, 2009, hlm. 237.
67
mendahulukan menolak mafsadat (bahaya) daripada mendapat kebaikan yang
ada yang sesuai dengan kaidah fiqih umum yaitu : الإ إ لال يت جال تبإ الت ال لال مإ ال ت م الت ال الااإ إ الوت
“Mencegah mafsadat (bahaya) lebih utama daripada menarik datangnya sebuah
maslahat (kebaikan)”.
Berangkat dari sistem Ka'bah Universal Time dan jam Hijriah yang
telah dipaparkan oleh Bambang Eko Budhiyono tentang prosedur perhitungan
waktunya, maka penulis memberikan pernyataan bahwa sistem Greenwich
Mean Time yang telah berlaku sesuai dengan diresmikannya kota Greenwich
dan secara masif ditetapkan dalam perjanjian Internasional pada tahun 1884
oleh dunia Internasional dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
Internasional, maka sistem Ka'bah Universal Time akan sulit untuk diterapkan
dalam masyarakat Internasional. Hal yang terjadi justru sistem waktu Ka'bah
Universal Time membawa ketidak-baikan dalam arti bahwa jika International
Date Line diletakkan di kota Mekah maka kota tersebut akan berbeda hari
dalam waktu yang bersamaan.
Apresiasi penulis tentang konsep ini, bahwa Ka'bah Universal Time
mungkin bisa saja diterapkan namun karena semua alat modern termasuk
sistem informatika, telekomunikasi, transportasi, perbankan, sistem navigasi,
penerbangan dan perekonomian global menggunakan Greenwich Mean Time
sebagai pedoman waktu sehingga jika jam Hijriah diterapkan maka dalam
penghitungannya banyak manusia di berbagai belahan dunia akan kebingungan
dengan dualisme sistem waktu yang ada.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem waktu Ka'bah Universal Time merupakan pemikiran orisinil
Bambang Eko Budhiyono yang berupa interpretasi terhadap QS Al
Hujuraat ayat 1 dan Al Maidah ayat 97 yang menurutnya Indonesia
telah mendahului waktu yang ada di kota Mekah dalam hal ibadah.
Sistem waktu ini menjadikan kota Mekah menjadi 0o atau meridian nol
Ka'bah dan awal pergantian hari di dunia. Ka'bah Universal Time
dalam teorinya tidak mengenal Bujur Barat dan Bujur Timur sehingga
penghitungan bujurnya berasal dari kota Mekah ke arah barat dan
kembali ke kota Mekah senilai 360o. Bujur 0
o yang ada pada
Greenwich dan International Date Line yang pada sistem waktu
Greenwich Mean Time terletak 180o ditransformasikan ke kota Mekah
dengan istilah Meridian Nol Ka'bah. Berafiliasi dengan sistem
konstelasi alam semesta yang berputar dari kanan ke kiri sehingga
sistem waktu ini menggunaka jam hijriah sebagai penanda waktunya.
Sistem ini menggunakan istilah Waktu Wilayah Ka'bah (WWK)
sebagai pengganti Waktu Daerah (WD) dan menggunakan istilah
Bujur Ka'bah (BK) sebagai pengganti Bujur Barat dan Bujur Timur.
Selisih antara daerah waktu WIB adalah 4 jam, WITA sekitar 5 jam
dan WIT sekitar 6 jam dengan kota Mekah. Indonesia akan terletak di
antara WWK 19 (WIT) – WWK 21 (WIB) dan kota Jakarta terletak
pada bujur 292o 51‟ 21” Bujur Ka'bah atau selisih 19 jam dihitung dari
69
kota Mekah sehingga dalam pelaksanaan waktunya tidak mendahului
kota tersebut. Problematika tentang mendahului waktu ibadah yang ada di
kota Mekah adalah bagaimana paradigma Bambang tentang waktu ibadah
sendiri. Pada dasarnya ibadah merupakan pelaksanaan yang tergantung pada
dimensi ruang dan waktu di suatu tempat. Dalam Islam sendiri pelaksanaan
ibadah hampir keseluruhannya berkaitan dengan waktu, sehingga terdapat
istilah ibadah muwaqqat seperti ibadah salat, puasa, dan haji. Ibadah salat
diwajibkan bagi umat Islam yang pada suatu tempat yang telah masuk
waktunya untuk melakukan salat.
2. Implikasi Ka'bah Universal Time sebagai transformasi Greenwich
Mean Time adalah menjadikan kota Mekah menjadi 0
o atau Meridian
Nol Ka'bah dan awal pergantian hari di dunia yang dalam aplikasinya
ditunjukkan dengan melakukan konversi berdasarkan Ka'bah
Universal Time dinilai dengan Waktu Wilayah Ka'bah (WWK) yang
kemudian divisualisasikan dengan jam Hijriah. Perputaran arah jarum
pada jam Hijriah yang berputar dari kiri ke kanan (counterclockwise)
dan awal pergantian hari ditandai dengan tenggelamnya matahari
(ghurub syamsi) pada pukul 18.00. Penghitungan jam Hijriah
disesuaikan dengan selisih antara bujur tempat dan bujur kota Mekah.
Implikasi transformasi sistem waktu Greenwich Mean Time ke Ka'bah
Universal Time akan membawa dampak yang luar biasa bagi alat
modern termasuk sistem informatika, telekomunikasi, transportasi,
perbankan dan perekonomian global. Hampir semua sistem navigasi,
70
penerbangan dan juga alat GPS menggunakan Greenwich Mean Time
sebagai pedoman waktu yang akurat sehingga jika jam Hijriah yang
diterapkan maka dalam penghitungannya harus diuji tingkat
akurasinya secara Internasional. Namun hal yang akan terjadi justru
dualisme sistem waktu antara Greenwich Mean Time dan Ka'bah
Universal Time sehingga banyak manusia di berbagai belahan dunia
yang harus melakukan penghitungan kembali.
B. Saran-saran
1. Kepada pemerintah, melalui Kementerian Agama dan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa perlu memberikan ruang untuk berdiskusi
antara sistem waktu Ka'bah Universal Time dan sistem waktu
Greenwich Mean Time terkait nantinya masyarakat awam agar
mengetahui secara komprehensif tentang sistem waktu, baik sistem
waktu yang berlaku dan yang konseptual.
2. Kepada penggagas sistem waktu Ka'bah Universal Time, termasuk
teman Bambang Eko Budhiyono untuk menghadirkan penelitian
sistem waktu ini secara holistik sehingga dapat di uji kembali agar
dalam pelaksanannya bisa diterima dan bisa dipahami oleh masyarakat
luas.
3. Penulis memberikan apresiasi yang tinggi atas konsep yang dirintis
oleh almarhum Bambang Eko Budhiyono namun Sistem waktu Ka'bah
71
Universal Time sebaiknya mengkaji ulang tentang penempatan garis
International Date Line agar tidak membelah benua ataupun pulau.
4. Ilmu falak yang dalam kajiannya terdapat penghitungan awal bulan
Kamariah, arah kiblat, penentuan waktu salat dan penghitungan
gerhana bulan dan gerhana matahari menggunakan database yang
telah baku berdasarkan sistem waktu Greenwich Mean Time, sehingga
sistem waktu Ka'bah Universal Time harus bisa diterima secara umum
oleh masyarakat Internasional.
C. Penutup
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt,
yang telah memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad Saw,
yang telah memberikan teladan dalam mengarungi kehidupan. Sukran
jazilan untuk ibu dan bapak yang selalu mendo‟akan.
Meskipun telah berusaha optimal, penulis menyadari dalam skripsi
ini masih banyak kekurangan sehingga jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis nantikan untuk
kemajuan dan kesempurnaan dalam penulisan-punulisan selanjutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada penulis, dan juga pembaca.
بهبات وافرة لي ولكم في درجات االخرة وهللا يقضي
وهللا اعلم بالصىاب
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Muhammad Hamid dan Raja‟i, Muhammad, Ka'bah Rahasia Kiblat
Dunia, Bandung: Penerbit Hikmah, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik),
Jakarta: Rineka Cipta.
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
_______, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,
Yogyakarta: Suara muhammadiyah, 2003.
_______, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Penerbit Suara
Muhammadiyah, 2004.
_______, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di
Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5,
2004.
Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat,
Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Darmawan, Abdullah E, Jam Hijriyah:Menguak Konsepsi Waktu dalam
Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2011.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul
Ali Art, 2005.
Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Astronomi, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000.
Dimsiki, Muhammad Hadi, Sains untuk Kesempurnaan Ibadah, Yogyakarta:
Prima Pustaka, 2009.
Djambek, Sa‟adoeddin, Waktu dan Jadwal Penjelasan Populer Mengenai
Perjalanan Bumi, Bulan dan Matahari, Jakarta: Tintamas, 1953.
Eko Budhiyono, Bambang, Ka’bah Universal Time, Jakarta: Pilar Press,
2010.
Echols, John M. et al, Kamus Indonesia Inggris, Edisi ke-3, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, Cet IX, 2003.
El Saha, Ishom, 55 Ilmuwan Muslim Terkemuka, Jakarta: Darul Ilmi, 2010.
73
Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1, Semarang: Pascasarjana IAIN Walisongo,
2011.
Haq, Abdul dkk, Formulasi Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual,
Surabaya: Penerbit Khalista, cet V, 2009.
Hatta, Muhammad Al Fattah, Keajaiban Angka dalam Al Qur'an, Jakarta:
Penerbit Mirqat, 2010.
Hollander, Den, Ilmu Falak untuk Sekolah Menengah di Indonesia. Jakarta: J.
B. Wolters, 1951.
Hidayat, Bambang, et al. Pengikut Planet: Bulan dan Satelit, Jakarta:
Widjaya, Cet III, 1981.
Ibrahim, Salamun, Ilmu Falak, Surabaya: Pustaka Progresif, Cet 1, 1995.
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak (Metode Hisab-Rukyat dan Solusi
Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006.
Karim, Abdul, Mengenal Ilmu Falak, Semarang Timur: Intra Pustaka Utama,
Cet 1, 2006.
Kerrod, Robbin, Astronomi, Jakarta: Erlangga, 2005
Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
______, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2008, Cet III.
Mahali, Abdul, Asbabun Nuzul, Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Mahali,
1994
Microsoft® Encarta® Reference Library 2003. © 1993-2002 Microsoft
Corporation. All rights reserved.
Muslim , Imam, Sahih Muslim, Beirut-Libanon : Daar Al-Kutub Al-Illmiah,
Jilid II, 1994
Pardi, Almanak Nautika, Jakarta: Gita Karja, Cet II, 1968.
Radiman, Iratius, Ensiklopedi – Singkat Astronomi dan Ilmu Yang Bertautan,
Bandung: ITB, 1980.
Ridha, Rasyid, Tafsir Manaar, Dar Al Ma‟rifah: Beirut,tt.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, 2007
74
Tjasyono, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009, Cet III hlm 3.
Worvill, Roy, Waktu Kalender dan Jam, Jakarta: Penerbit Mutiara, 1978.
WAWANCARA
Wawancara dengan Wahyu Filfitria, anak pertama Bambang Eko Budhiyono
pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 16.00 WIB melalui telepon
genggam.
Wawancara dengan Thomas Djamaluddin via jejaring sosial pada tanggal 30
April 2012 pukul 15.17 WIB
Wawancara dengan Kambry, teman dari Bambang Eko Budhiyono yang
sekarang menjabat sebagai ketua Yayasan Meridian Mekah
melalui telepon genggam pada tanggal 28 April 2012 pukul 08.00
WIB.
Wawancara dengan Taqyuddin, teman almarhum Bambang Eko Budhiyono
pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 16.00 WIB.
WEBSITE
www.vivanews.com/Sejarah-ditetapkannya-gmt-[greenwich-mean-time. diakses pada
tanggal 4 April 2012 pukul 10.30 WIB.
Wikipedia.com/ Zona Waktu diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pukul
10.30 WIB.
75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M Aulia Syamsul Riza
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 10 Juni 1990
Alamat Asal : Penggaron Lor 07/I Genuk Semarang 50113
Alamat Domisili : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun No. 275 Jerakah Tugu
Semarang 50151
Jenjang Pendidikan
a. Pendidikan Formal :
1. TK Radhoutul Athfal Kudu Genuk Semarang 1995-1996
2. SD Karangroto 04 Genuk Semarang 1996-2002
3. SMP Negri 20 Semarang 2002-2005
4. MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak 2005-2008
b. Pendidikan Non Formal :
1. Madrasah Diniyah Al Miftakhul Falah Karangroto Genuk 1996-2002
2. Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak 2005-2008
3. Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang 2008-
sekarang
4. Pendidikan Bahasa Inggris Access Pare Kediri 2009
c. Pengalaman-pengalaman:
1. Koordinator Divisi Kominfo HMJ KIF tahun 2010/2011
2. Fasilitator Teleskop Rukyat Kanwil Jateng tahun 2011
3. Anggota Team Pengukur Arah Kiblat se-kota Semarang tahun 2011
4. Ketua Mading Ponpes Futuhiyyah tahun 2007/2008
5. Anggota Komunitas KakiLangit tahun 2009-sekarang
6. Panitia Inti Pemecahan rekor Museum Dunia Indonesia (MURI) Rubu’
Mujayyab terbesar 4x4m tahun 2011
7. Wartawan Majalah Zenith tahun 2010
76
8. Team Bulletin Magesty tahun 2010
9. Divisi Sosial dan Kemasyarakatan PUSKALAFALAK (Pusat Kajian
dan Layanan Falakiyah) IAIN Walisongo Semarang.
10. Amil Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh Baiturahman
(LAZISBA)
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenarnya untuk menjadi
maklum dan periksa adanya.
Semarang, 13 Juni 2012
M Aulia Syamsul Riza