timurrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/fauzia... · analisis pemenuhan...

176
ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: FAUZIA FIRDAWATI 1113054100006 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG

DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FAUZIA FIRDAWATI

1113054100006

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS
Page 3: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS
Page 4: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS
Page 5: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

i

ABSTRAK

Fauzia Firdawati

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Penyandang Disabilitas di PantiSosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur.

Pemenuhan kebutuhan dasar anak merupakan suatu hal mendasar dalamtumbuh kembang seorang anak. Terutama anak disabilitas yang memilikikekurangan fisik. PSAA Balita Tunas Bangsa merupakan salah satu panti sosialyang dinaungi oleh Dinas Sosial DKI Jakarta yang merawat serta mengasuh anak-anak balita dalam keadaan normal maupun disabilitas yang terlantar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh panti sudahmemenuhi kebutuhan dasar anak khususnya penyandang disabilitas. Pendekatanyang peneliti gunakan dalam skripsi ini adalah metodologi penelitian kualitatifdengan jenis penelitia studi kasus, dimana teknik pengumpulan data penulisdengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemilihaninforman yang peneliti gunakan ialah purposive sampling. Pemilihan purposivesampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Strategisampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi typicalsampling atau sampling yang bersifat khas atau unik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar diPSAA Balita Tunas Bangsa belum cukup terpenuhi. Hal tersebut ditinjau daribeberapa aspek yaitu yang pertama kebutuhan dasar asuh seperti gizi dan nutrisi,perawatan kesehatan, higienitas lingkungan serta olahraga dan rekreasi yangbelum cukup terpenuhi. Yang kedua kebutuhan dasar asih seperti kasih sayang,rasa aman serta penghargaan diri yang belum terpenuhi. Dan yang terakhir adalahkebutuhan dasar asah seperti stimulasi rangsangan terhadap kehidupan sosial anakyang belum cukup terpenuhi.

Kata Kunci : kebutuhan dasar anak, disabilitas, gizi dan nutrisi, kesehatan,kasih sayang, stimulasi rangsangan.

Page 6: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Penyandang

Disabilitas di Panti Sosisal Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung

Jakarta Timur.” Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman

kebaikan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai

syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,

Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

Page 7: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

iii

2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekertaris Prodi Kesejahteraan

Sosial.

3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar

membantu, mengarahkan, membina, dan memberi masukan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.

5. Segenap pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung

Jakarta Timur yang sudah memberikan kesempatan untuk menjalankan

penelitian skripsi, khususnya Ibu Vivi, Ibu Ponirah, Ibu Nurli, Ibu Monthe,

dan staff lainnya serta pengasuh yang sudah bersedia diwawancarai dan

banyak memberikan data serta informasi kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mardi Susanto dan Ibu Katinah yang

tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung sepenuh hati kepada

penulis, sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi

ini. Dan untuk adik-adikku, Arifa Rizky Azyza, Zakkya Febrilian, dan

Zakky Alfathoni yang turut memberikan dukungan bagi kelancaran penulis.

Belajar yang sungguh-sungguh. Dan Kakak ku Fauzianii yang selalu

mendoakan, menasihati dan mendukung penulis.

7. Seluruh guru dan teman-teman Pondok Pesantren Mahasiswa Bina Insan

Mulia khususnya angkatan 2011, 2013, 2014 dan 2015 yang selalu

Page 8: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

iv

mendoakan dan mendukung penulis hingga selesai. Alhamdulillahi Jaza

Kumullohu Khoiro.

8. Teman Kontrakan Hijau, Rani Susan Monika, Auliana Riztianti, dan Pipit

Nurahmah yang selama 4 tahun bersama tidak pernah terpisahkan. Yang

selalu mendukung penulis ketika penulis malas mengerjakan skripsi.

9. Keluarga besar Kesejahteraan Sosial Angkatan 2013 yang selalu

memberikan banyak cerita dalam kehidupan penulis semasa kuliah.

10. Sahabat seperjuangan, Vita Renita, Della Azizah, dan Rizkia Indriyani yang

selalu membantu penulis, mau mendengarkan keluh kesah, menemani

penelitian, dan setia menjadi bagian dari kebahagiaan serta kesedihan

penulis dari awal sampai akhir. Serta Ahmad Budi Setiawan, S.Sos yang

memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat sedari SMA, Kartika, Ulfah, April, dan Ratia yang selalu

mendukung penulis.

12. Sahabat Kepompong, Vellana, Taqwim, Susi, Agustin, Imron dan Endri

yang selalu mendukung, memberi hiburan dikala lelah dalam mengerjakan

skripsi. Khususnya Rendi Setiawan yang selalu meluangkan waktu dan

memberikan dukungan dengan cara apapun agar penulis cepat

menyelesaikan skripsi.

Jakarta, September 2017

Fauzia Firdawati

Page 9: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... 8

D. Metodologi Penelitian...................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka.............................................................. 19

F. Sistematika Penulisan ...................................................... 22

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 24

A. KEBUTUHAN DASAR ANAK ...................................... 24

1. Kebutuhan Dasar Asuh .............................................. 26

2. Kebutuhan Dasar Asih ............................................... 29

3. Kebutuhan Dasar Asah............................................... 32

B. POLA ASUH................................................................... 32

C. ANAK DISABILITAS .................................................... 34

1. Pengertian Disabilitas................................................. 34

2. Jenis Disabilitas ......................................................... 36

D. HAK – HAK PENYANDANG DISABILITAS ............... 37

Page 10: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

vi

E. PANTI SOSIAL .............................................................. 39

BAB III PROFIL LEMBAGA........................................................... 43

A. Sejarah Berdirinya Lembaga ............................................ 43

B. Tujuan, Visi, dan Misi ..................................................... 44

C. Struktur Management ...................................................... 44

D. Jumlah Staff..................................................................... 48

E. Jumlah Klien.................................................................... 49

F. Alur Metode Penanganan Klien ....................................... 50

G. Proses Pelayanan Lembaga .............................................. 52

H. Alur Pemberian Pelayanan............................................... 59

I. Sarana dan Prasarana ....................................................... 60

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS.................................... 62

A. Biodata Klien................................................................... 62

B. Hasil Temuan dan Analisis .............................................. 64

1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh............................ 65

a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi ................................. 65

b. Perawatan Kesehatan............................................ 72

c. Lingkungan yang Higienis.................................... 81

d. Olahraga dan Rekreasi.......................................... 89

2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih ............................ 93

a. Kasih Sayang....................................................... 93

b. Rasa Aman.......................................................... 100

c. Penghargaan Diri................................................. 104

Page 11: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

vii

3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah............................ 109

BAB V PENUTUP............................................................................ 115

A. KESIMPULAN ............................................................... 115

B. SARAN ........................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. x

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 12: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pemilihan Informan ............................................................... 19

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar ........................................ 37

Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Pelayanan Sosial PSAA Balita Tunas Bangsa 58

Tabel 3.2 Jumlah Data Anak PSAA Balita Tunas Bangsa...................... 59

Tabel 3.3 Jumlah Anak Disabilitas PSAA Balita Tunas Bangsa............. 61

Tabel 4.1 Riwayat Imunisasi Dasar Anak Disabilitas............................. 80

Page 13: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 - Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 - Pedoman Wawancara

Lampiran 3 - Pedoman Observasi

Lampiran 4 - Transkip Wawancara

Lampiran 5 - Transkip Observasi

Page 14: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak penyandang disabilitas dihadapkan dengan berbagai

permasalahan yang harus mereka hadapi. Rentetan persoalan diawali dengan

keharusan anak untuk bisa menerima dan menyesuaikan diri terhadap

kekurangan fisik, kemudian anak harus berhadapan dengan reaksi lingkungan

sekitar yang tidak berpihak. Permasalahan fisik akibat disabilitas, masalah

sosial psikologis menjadi masalah berat yang harus dihadapi anak penyandang

disabilitas, terlebih lagi bila dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan

tidak diperoleh anak.

Keberadaan pendamping bagi anak penyandang disabilitas memiliki

makna yang berarti bagi proses perlindungan dan tumbuh kembangnya. Oleh

karena itu, pengetahuan dan peningkatan kapasitas pendamping, yaitu

orangtua, keluarga, dan masyarakat, dalam menghadapi anak penyandang

disabilitas sejak dini akan memberikan dampak signifikan dalam merawat,

memelihara, mendidik, dan meramu bakat atau potensi yang dimiliki setiap

anak berkebutuhan khusus. Hal ini karena masih adanya pemahaman yang

keliru dan sikap diskriminatif terhadap anak penyandang disabilitas di

lingkungan keluarga dan masyarakat, baik dalam bentuk verbal maupun non

Page 15: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

2

verbal. Selain itu anak penyandang disabilitas rentan mendapatkan kekerasan

dan perlakuan salah.

Contoh kasusnya, dikutip dari beritaten.com, seorang bayi perempuan

berusia 3 bulan ditemukan terlantar dengan kondisi penuh bekas luka. Bayi

yang memiliki kekurangan atau disabilitas dengan tidak memiliki 5 jari di

tangan kanannya dititipkan kepada keluarga Safrudin di Kampung Pematang

Sempur, Kelurahan Bendulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Cilegon Puji Rahayu, yang

mengunjungi kediaman keluarga Safrudin menceritakan, orangtua si bayi

tidak jelas baik keberadaan maupun identitasnya. Lebih lanjut lagi, bayi

malang tersebut dalam kondisi badan hanya seberat 2,5 kg itu pun dalam

keadaan kurang sehat.1

Padahal dikutip dari detikhealth.com, menurut Rosdiana

Setyaningrum, komunikasi bagi anak penyandang disabilitas merupakan hal

yang sangat penting. Sebab, komunikasi dikatakannya sebagai kebutuhan

dasar yang harus dimiliki setiap anak sebelum melangkah ke hal yang lain.

Dengan komunikasi yang baik, maka lingkungan juga akan mengerti anak

1 http://www.beritaten.com/gaya-hidup/anak/di-anyer-bayi-disabilitas-penuh-bekas-luka-ditelantarkan-orangtuanya diakses pada tanggal 3 Juli 2017, pada pukul 14.12 WIB

Page 16: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

3

tersebut. Selain itu, Diana menjelaskan, komunikasi yang tidak baik pada

anak penyandang disabilitas dapat menimbulkan masalah.2

Oleh sebab itu, dalam menangani anak-anak penyandang disabilitas,

para pendamping memerlukan pengetahuan tentang anak-anak tersebut,

keterampilan mengasuh dan melayaninya. Anak penyandang disabilitas perlu

mendapat dorongan, tuntunan, dan praktek langsung secara bertahap. Potensi

yang dimiliki anak-anak penyandang disabilitas akan tumbuh berkembang

seiring dengan keberhasilan peran pendamping dalam memahami dan

memupuk potensi anak-anak tersebut.

Keseriusan lembaga dalam memberikan perlindungan anak–anak

penyandang disabilitas terlantar terlihat dari adanya rumusan Standar

Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang

mengatur pengasuhan alternatif untuk anak. Pengasuhan anak melalui

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu diatur agar tata cara dan prosedur

pengasuhan yang diberikan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak sejalan

dengan kerangka kerja nasional pengasuhan alternatif untuk anak dan

lembaga-lembaga tersebut dapat berperan secara tepat.3

2https://health.detik.com/read/2017/03/20/071031/3451021/764/melatih-anak-berkebutuhan-khusus-berkomunikasi-penting-ini-alasannya diakses pada hari Senin, 20 Maret2017 pukul 07.41 WIB

3 Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak hlm. 3

Page 17: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

4

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan

alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan untuk anak-anak yang tidak bisa

diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga

pengganti. Upaya untuk menentukan kebutuhan anak terhadap pengasuhan

baik yang berbasis keluarga maupun pengasuhan alternatif, dilakukan melalui

tahapan yang bersifat berkelanjutan mulai dari pendekatan awal, asesmen,

perencanaan, pelaksanaan rencana pengasuhan sampai dengan evaluasi, dan

pengakhiran pelayanan.4 Panti sosial merupakan lembaga pelayanan sosial

yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial

kearah kehidupan normatif secara fisik, mental, dan sosial.

Selain itu, salah satu factor pendukung pemenuhan kebutuhan dasar

anak-anak penyandang disabilitas adalah adanya sarana dan prasarana, yang

merupakan hal penting untuk mendukung pelaksanaan pelayanan dan

rehabilitasi sosial termasuk memenuhi kebutuhan dasar anak–anak bagi

penyandang disabilitas. Di Panti Sosial Bangun Daya yang mana di isi dengan

anak–anak penyandang disabilitas tubuh yang berusia remaja sampai dewasa

dan mereka diberikan pelayanan serta diberikan keterampilan.5

4 Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak hlm. 225Adi Fahrudin, ed., Efektifitas Pelayanan Panti Sosial Penyandang Disabilitas

Tubuh, (Jakarta: P3KS Press, 2015), cet. 1, h. 79

Page 18: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

5

Salah satu panti asuhan yang merawat serta mengasuh anak–anak

terlantar baik keadaan normal maupun dengan disabilitas yang ada di Jakarta

yaitu Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01, memberikan

program penampungan perawatan untuk menyelematkan anak dari

ketelentaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar. Disini anak–anak baik

keadaan normal maupun disabilitas diberikan pelayanan seperti, pelayanan

kesehatan gizi, kesejahteraan sosial, mental, spiritual, pendidikan pra sekolah,

pendidikan taman kanak – kanak, rekreasi, dan penyaluran bina lanjut.6

Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 diharapkan

dapat menumbuh kembangkan anak–anak kedalam kehidupan yang layak dan

normatif.

PSAA Balita Tunas Bangsa tidak hanya mengasuh anak normal

terlantar namun juga mengasuh anak – anak penyandang disabilitas terlantar

dengan jumlah mencapai 95 anak. Tentunya hal ini menjadi suatu upaya yang

tidak mudah dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) dengan jumlah

terbatas dan durasi 7X24 jam, untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar anak –

anak di sana.7 Terlebih lagi anak–anak penyandang disabilitas memiliki

kebutuhan jauh lebih kompleks daripada anak–anak normal lainnya. Sehingga

penting untuk bisa mengetahui seberapa jauh lembaga bisa memenuhi

kebutuhan dasar anak–anak penyandang disabilitas terlantar yang masuk

6 Profil Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, h.27 Hasil Observasi Peneliti di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Bulan Maret 2016

sampai Juni 2016.

Page 19: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

6

dalam program lembaga tersebut. Sedangkan, menurut petugas PSBD, SDM

sebagai pelaksana pelayanan dan rehabilitas dibutuhkan kuantitas dan kualitas

yang cukup secara bersamaan.

Dari beberapa hasil observasi yang dilakukan peneliti saat Praktikum I

di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 ditemukan, perawatan, pengasuhan serta

pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas di PSAA Balita

Tunas Bangsa disama ratakan layaknya anak-anak normal. Sedangkan dalam

Undang – Undang No. 19 Tahun 2011 dijelaskan bahwa suatu Kewajiban

Negara merealisasikan hak termasuk merubah peraturan perundang –

undangan, kebiasaan dan praktik – praktik yang diskriminatif terhadap

penyandang disabilitas, baik anak perempuan maupun anak laki-laki,

menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan

seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya,

serta pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi.8 Apalagi mereka

adalah anak–anak terlantar yang pada dasarnya sangat kurang akan

pemenuhan kebutuhan dasar inti yaitu kasih sayang dan perhatian. Untuk itu

menarik meneliti tentang peran lembaga anak untuk bisa memenuhi

kebutuhan dasar bagi anak–anak penyandang disabilitas yang ditelantarkan

sebagai lembaga yang mengasuh anak–anak terlantar.

8 Murni, Ruaida. Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Mental MelaluiUnit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita. Pusat Kajian dan PengembanganKesejahteraan social RI. Jakarta: 2015 hlm. 279

Page 20: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

7

Melibatkan warga binaan social lainnya dalam melaksanakan

pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas baik dalam bentuk

formal maupun informal, sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai

salah satu usaha membentuk keberfungsian social anak penyandang disabilitas

didalam kesehariannya. Setidaknya anak–anak warga binaan social lainnya

tidak memiliki stigma buruk terhadap anak penyandang disabilitas. Karena

dengan menemukan hambatan – hambatan ataupun juga suatu keunggulan

dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas terlantar, dapat membuat

kehidupan mereka menjadi sejahtera, lebih mandiri di kehidupan mereka

mendatang.

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, peneliti ingin

meneliti lebih jauh lagi mengenai kebutuhan dasar anak disabilitas yang

tumbuh di dalam panti asuhan. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul

tentang “Analisis Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas di Panti

Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya pembahasan yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar maka penulisan skripsi ini penulis membatasi

pada pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas yang terdaftar

di dalam Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Hal ini bertujuan

untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya

Page 21: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

8

2. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, penulis membuat

rumusan masalah, yaitu :

Bagaimana Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa dapat

memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini yaitu :

Untuk mengetahui pelaksanaan program pemenuhan kebutuhan dasar

anak disabilitas yang diberikan oleh PSAA Balita Tunas Bangsa 01.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan baik bagi penulis, para akademisi maupun masyarakat

mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam pemberian kebutuhan dasar khusus anak–anak disabilitas dan

berguna sebagai referensi tambahan bagi perkembangan Jurusan

Kesejahteraan Sosial.

Page 22: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

9

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi

lembaga-lembaga terkait, khususnya bagi PSAA Balita Tunas Bangsa

01 dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak–anak disabilitas yang

terlantar dan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan

pekerja sosial.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,

yaitu menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis

atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.9 Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta

– fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik

berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau

system secara factual dan cermat.10

9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT. RemajaRosda Karya) 2009. Hlm 5

10 Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), -cet. 1, h.19

Page 23: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

10

Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi –

informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu

generalisasi yang dapat diterima oleh sehat akal manusia.11

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah

peneliti itu sendiri sebab segala sesuatu yang dicari dari obyek penelitian

belum jelas dan pasti masalahnya. Rancangan penelitian masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek

penelitian.12

Pendekatan secara kualitatif dipilih karena peneliti ingin

mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi

yang jelas mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak penyandang

disabilitas di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01

Cipayung, Jakarta Timur.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Bogdan

dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap

satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen

atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi

kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu

kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus adalah penelitian yang

11 Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. (Jogjakarta: Gajah MadaUniversity Press). 1992. Hlm: 209

12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 60

Page 24: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

11

diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan memperoleh

pemahaman dari kasus tersebut. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku

untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik

sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.13

Studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari

suatu “sistem yang berbatas” (bounded system) pada satu kasus atau

beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara

mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan

konteks. Sesuai dengan salah satu ciri dari model studi kasus adalah

keunikan dari kasus yang diangkat.14 Peneliti akan mencari tahu,

bagaimana sebuah panti sosial memenuhi kebutuhan dasar anak terutama

penyandang disabilitas.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dalam mencari informasi

dan data – data terkait dengan objek penelitian adalah di Panti Sosial

Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, Jakarta Timur.

13 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodelogi Penelitian Kualitatif,cet.1, (Yogyakarta: Ar – Ruzz Media, 2012), h. 61

14 Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, cet3, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 76

Page 25: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

12

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian atau kegiatannya terhitung mulai bulan Maret 2017

sampai dengan bulan Juni 2017. Peneliti melakukan riset berupa

wawancara, observasi serta studi dokumentasi selama kurang lebih

empat bulan.

4. Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan

menganalisa data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua bagian,

yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari para informan

yang ada di panti pada waktu penelitian berlangsung, yaitu

bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pihak PSAA Balita

Tunas Bangsa 01 serta pengamatan peneliti.

b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari beberapa literatur

terkait yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian,

diantaranya: buku-buku, brosur, buletin, makalah, majalah, internet

dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi

ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,

diantaranya sebagai berikut :

Page 26: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

13

a. Observasi

Observasi atau pengamatan kegiatan keseharian manusia

dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan

kulit. Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.15

Sanafiah Faisal (1990) mengklasifisikasikan observasi menjadi

tiga. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah obervasi

partisipasi, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari – hari

orang yang sedang amati atau yang digunakan sebagai sumber

data penelitian. Teknik ini digunakan hanya untuk tiga informan

saja, karena ketiga informan tersebut tidak dapat berkomunikasi,

sehingga untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik

observasi ini kepada ketiga informan. Peneliti mengikuti proses

yang dilakukan khususnya yang berkaitan langsung dengan

pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak disabilitas di Panti Sosial

Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, Jakarta Timur.

15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 64

Page 27: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

14

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.16 Dalam

wawancara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data

yakni dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada

pihak panti serta petugas harian lepas.

Bentuk wawancara yang digunakan adalah tidak terstruktur

karena peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam dan

percakapan ini mirip dengan percakapan informal. Penggunaan

metode ini dipilih karena peneliti dapat menggali informasi secara

mendalam dari para informan tentang pemenuhan kebutuhan dasar

anak – anak khususnya penyandang disabilitas.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental

dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.17 Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian

adalah foto – foto, rekam medis, buku – buku yang berkaitan

16 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet cv, 2010), h. 7217 Ibid, h. 82

Page 28: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

15

dengan penelitian, teori maupun literatur lainnya termasuk salah

satunya hasil Praktikum I peneliti pada tahun 2015.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis data ini

meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.18

Dalam hal ini, tahap pertama yang dilakukan adalah mereduksi

data yaitu, menggolongkan, mengelompokkan dan mengorganisasikan

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Langkah

berikutnya yaitu penyajian data, dilakukan dengan menyusun informasi,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif, matriks, grafik,

jaringan dan bagan. Yang terakhir adalah penarikan kesimpulan yang

merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil

tindakan.19

Hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,

yaitu mengungkapkan lebih dalam, menganalisis, serta menggambarkan

18 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif. h.306

19 Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief. Terampil Mengolah Data Kualitatifdengan NVIVO. (Jakarta: Prenada Media Group. 2010) h. 54

Page 29: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

16

tentang seberapa jauh pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak

penyandang disabilitas yang berada di panti sosial.

7. Teknik Pemilihan Informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan

ditentukan dengan informan kunci (Key Informan) tertentu yang sarat

dengan fokus penelitian, lebih tepat dilakukan secara sengaja (Purposive

Sampling) yaitu peneliti memilih narasumber yang terlibat dalam

kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak penyandang

disabilitas. Purposive sampling (pengambilan sample dengan tujuan) juga

mempunyai arti bahwa siapa yang akan diambil data yang menurut dia

atau peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.20

Strategi sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah startegi typical sampling atau sampling yang bersifat khas atau

unik. Typical sampling adalah suatu strategi yang digunakan untuk kasus

– kasus yang bersifat khas atau unik atau individu – individu yang

memiliki karakteristik unik. Identifikasi yang dapat dilakukan oleh

peneliti adalah dengan bertanya langsung kepada individu yang

bersangkutan atau dengan menggunakan data demografis atau data

survei, tergantung dari kasus yang diteliti.21 Untuk itu peneliti memilih 3

orang anak yang menyandang disabilitas sebagai sumber informan yang

20 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian DibidangKesejahteraan Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63

21 Hardiansyah. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, h. 108

Page 30: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

17

sesuai dengan ciri – ciri dari penelitian yang akan dilakukan. Serta

peneliti akan menggali informasi yang diperoleh dari beberapa staff dan

juga pengasuh.

Tabel 1.1

Tabel Pemilihan Informan

No. Informan Jumlah Keterangan

1.Kepala PSAA Balita Tunas

Bangsa 011 orang Wawancara

2.Pegawai PSAA Balita Tunas

Bangsa4 orang

Wawancara

Studi

Dokumentasi

3.Psikolog PSAA Balita Tunas

Bangsa1 orang Wawancara

4.Pekerja Harian Lepas PSAA

Balita Tunas Bangsa

2 orang Wawancara

Observasi

5.Warga Binaan Sosial yang

mengalami kedisabilitasan3 orang Observasi

Dari tabel 1.1, pengambilan data dilakukan pada orang yang

terlibat langsung dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Page 31: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

18

a. Kepala Panti Sosia Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa

sebagai orang yang mengepalai seluruh kegiatan di PSAA

Balita Tunas Bangsa.

b. Pegawai atau Staff kantor sebanyak 4 orang, yaitu kepala

bagian tata usaha yang mengatur sarana dan prasarana panti,

satuan pelaksana pembinaan sosial yang membina seluruh

kegiatan di Panti, satuan pelaksana pelayanan sosial yang

mengatur pelayanan perawatan, pemeliharaan dan

perlindungan sosial di Panti, dan juga pekerja sosial yang

mengatur pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut

meliputi penempatan anak, monitoring konsultasi,

pemantauan, dan terminasi.

c. Psikolog PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai yang mengatur

langsung pelaksaan pemenuhan kebutuhan dasar anak

utamanya penyandang disabilitas.

d. Pekerja harian lepas (PHL) sebanyak 2 orang, sebagai orang

yang mengasuh serta merawat anak – anak sehari – hari. 2

PHL dikategorikan yang pertama merupakan PHL

berpengalaman selama 5 tahun bertugas di PSAA Balita

Tunas Bangsa, dan yang kedua merupakan PHL dari bidang

keperawatan.

Page 32: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

19

e. Warga binaan sosial sebanyak 3 anak dari 4 anak yang

menyandang disabilitas, yang akan menjadi obyek penelitian

sebab 3 anak tersebut sudah lama terdaftar menjadi anak asuh

di PSAA Balita Tunas Bangsa. 3 anak tersebut masing –

masing berusia 2 tahun, 4 tahun dan 6 tahun. Keadaan fisik

anak tersebut, dua diantaranya yaitu anak berusia 2 tahun dan

6 tahun mengalami kelumpuhan sebab micro cepallus yang

dialami sehingga WBS tidak dapat menggerakan anggota

badannya. Kemudian salah satunya yaitu anak berusia 4 tahun

mengalami kebutaan sejak kecil, namun WBS masih dapat

berjalan dengan pertolongan terapis.

8. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan

cara mengecek daya yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Dalam hal ini, peneliti melakukan perbandingan wawancara dari

informan satu ke informan lainnya dan juga melakukan wawancara

terhadap hasil observasi yang peneliti lakukan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai

langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti, agar terhindar dari

Page 33: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

20

kesamaan judul dan lain – lain dari skripsi yang sudah ada sebelum –

sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti

menggunakan skripsi dan e-jurnal sebagai tinjauan pustaka pada skripsi ini.

Peneliti menggunakan literatur berupa e-jurnal yang dianggap relevan

dengan penelitian ini. E-jurnal yang digunakan membahas tentang

“Efektivitas Pelayanan Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh” oleh Dra.

Mulia Astuti, M.Si dan kawan – kawan, yang diterbitkan oleh P3KS, Jakarta

Timur tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang

pelayanan dan rehabilitasi penyandang disabilitas tubuh dari mulai remaja

hingga dewasa, untuk diberikan keterampilan, kemandirian selama mereka di

dalam panti sosial. Pendampingan yang dilakukan tentu saja untuk memenuhi

kebutuhan dasar mereka setelah mereka kembali kepada keluarga masing –

masing. Hasil dari penelitian ini adalah pelayanan dalam memenuhi

kebutuhan dasar serta memberikan keterampilan dasar bagi warga binaan

sosial sudah efektif. Namun masih belum optimal karena masih terdapat

berbagai hambatan dan kekurangan, baik dilihat dari segi kondisi panti

(kelembagaan, komitmen pegawai, dan kebijakan) maupun dari lingkungan

masyarakat.22

Literatur yang kedua yaitu peneliti menggunakan skripsi berjudul

“Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama

22http://puslit.kemsos.go.id/hasil-penelitian/362/efektivitas-pelayanan-panti-sosial-penyandang-disabilitas-tubuh#sthash.XDzOVF12.dpbs diakses pada 05/05/2017 pukul 03.50

Page 34: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

21

Kelurahan Pondok Jaya Depok” oleh Faiz Fauzan (106054102069), Jurusan

Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2011. Penelitian ini dilakukan untuk memeahami pemenuhan kebutuhan

dasar anak – anak yatim piatu dari keluarga tidak mampu. Yayasan ini

melayani pemenuhan kebutuhan dasar anak – anak yatim piatu dari keluarga

tidak mampu. Terdapat beberapa kebutuhan dasar anak yang tidak bisa

keluarga penuhi karena berbagai kekuranga yang dimiliki. Yayasan Bina

Yatama adalah yayasan yang membantu keluarga penerima layanan untuk

memenuhi kebutuhan dasar anak. Namun yayasan ini belum mampu

memenuhi semua kebutuhan dasar anak dikarenakan berbagai kendala. Hasil

penelitian ini adalah tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh

keluarga maka menjadi tanggung jawab Yayasan Bina Yatama sebagai

lembaga yang mengasuh anak – anak dari keluarga – keluarga tersebut untuk

membantu memenuhi kebutuhan dasar anak mereka yang belum terpenuhi.

Namun Yayasan Bina Yatama dengan pelayanan yang diberikan, belum

mampu untuk membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi

kebutuhan dasar anak. Hal ini disebabkan karena Yayasan ini memiliki

kendala, seperti kurangnya interaksi antara Yayasan dengan anak – anak asuh

karena anak – anak asuh tidak tinggal di dalam yayasan melainkan tinggal

dengan keluarga masing – masing.23

23 Faiz Fauzan. Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu Bina YatamaKelurahan Pondok Jaya Depok. (Skripsi S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam

Page 35: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

22

Judul pada penelitian ini adalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak

Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa

Cipayung Jakarta Timur. Peneliti akan membahas cara panti memenuhi

kebutuhan dasar anak khususnya penyandang disabilitas di panti sosial

dimana anak – anak penyandang disabilitas ini merupakan anak terlantar.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini, peneliti menggunakan Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center

for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Untuk

mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi

ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metodologi

Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan

Skripsi.

BAB II Landasan Teori

Kebutuhan Dasar Manusia, Kebutuhan Dasar Anak, Pengertian

Disabilitas, Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas, Panti Sosial

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Page 36: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

23

BAB III Gambaran Umum Lembaga

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian

yang terdiri dari latar belakang berdirinya panti, tugas fungsi

dan kedudukan Panti sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa,

prosedur penerimaan, struktur organisasi.

BAB IV Analisa Data

Hasil Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Analisa Data

Kebutuhan Dasar Anak Disabilitas di Panti Sosial Asuhan

Anak Balita Tunas Bangsa.

BAB V Penutup

Kesimpulan dan Saran.

Page 37: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEBUTUHAN DASAR ANAK

Anak adalah asset yang paling berharga bagi keluarga dan negara.

Masa depan bangsa dan negara ada di tangan anak – anak, oleh karena itu

kita harus mengupayakan agar anak kita bertumbuh dan berkembang

optimal sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas dan tangguh.

Selain itu, kita juga harus mengetahui kebutuhan dasar anak untuk tumbuh

kembang yang optimal dan memenuhinya sejak dini.

Berdasarkan Konvensi Hak – hak Anak yang disetujui oleh Majelis

Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa pada tanggal 20 November 1989,

Bagian 1 Pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia

dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang – Undang yang berlaku

bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.1

Berdasarkan Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.2

Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0 – 19 tahun.

Pengertian anak memiliki arti yang sangat luas, anak dikategorikan

menjadi beberapa kelompok usia, yaitu masa anak-anak yaitu berusia 0 –

1 https://www.kontras.org/baru/Kovensi%20Hak%20Anak.pdf diakses pada 23/07/2017pukul 01.41

2 Undang – undang no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Page 38: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

25

12 tahun, masa remaja berusia 13 – 20 tahun, dan masa dewasa berumur

21 – 25 tahun.3

Anak sebagai potensi dan generi penerus cita – cita perjuangan

bangsa, oleh karena itu, anak memiliki posisi sangat penting dalam

menjamin kelangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Dengan

demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, baik

kebutuhan fisik, sosial maupun mental-rohaninya, maka mereka akan

tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas yang ditandai dengan

cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan.4 Agar factor

lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang

anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.

Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih,

dan asah.5 Pemenuhan kebutuhan dasar menurut Soetjiningsih dalam

bukunya yang berjudul Tumbuh Kembang Anak dijelaskan bahwa

pemenuhan kebutuhan dasar anak ada 3, yaitu asuh yang mencakup

tentang pemenuhan gizi, kesehatan fisik, pakaian, serta kesegaran jasmani.

Yang kedua adalah kebutuhan asih yang mencakup tentang pemenuhan

rohani seperti kasih sayang, rasa aman, harga diri, serta dukungan. Yang

3 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, (Djambatan : Jakarta, 2000)hlm. 2

4 Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial,Volume 10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan KesejahteraanSosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RepublikIndonesia, 2005, h.42

5 Nursalam, dkk. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan) Edisi 1. (Salemba Medika: Jakarta, 2005) hlm. 46

Page 39: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

26

terakhir adalah kebutuhan asah yaitu pemenuhan akan stimulasi dari

lingkungan social.6

1. Asuh (Kebutuhan fisik – biomedis)

a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi

Yang termasuk kedalam kebutuhan asuh salah satunya

adalah zat gizi. Zat gizi yang mencukupi pada anak harus dimulai

sejak kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup

memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan

pemberian ASI secara ekslusif, yaitu pemberian ASI saja sampai

anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya

anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.

Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih

kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada

masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah

sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.7

Untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan balita, maka perlu asupan gizi yang cukup. Menurut

anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan Departemen

Kesehatan RI sebagai berikut :

6 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 167 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses dari

https://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20

Page 40: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

27

1. Untuk usia 1-3 tahun membutuhkan 1,5 mangkok nasi

masing - masing sebanyak 200 gram, 0,5 ikan sebanyak

50 gram, 2 potong tempe masing – masing sebanyak 25

gram, satu mangkok sayur sebanyak 100 gram, seiris

buah pepaya seberat 100 gram dan segelas susu

sebanyak 200 ml.

2. Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi

masing – masing sebanyak 200 gram, 1 ikan seberat 50

gram, 3 tempe masing – masing 25 gram, 1,5 mangkok

sayur sebanyak 100 gram, 2 iris buah pepaya masing –

masing seberat 100 gram dan segelas susu sebanyak

200 ml.

Asupan gizi tersebut menjamin tercukupinya kebutuhan

kalori untuk balita antara 1360 – 1830 kalori per anak setiap

harinya dan kebutuhan protein untuk balita 16 sampai 20 gram

peranak setiap harinya.8

b. Perawatan Kesehatan

Selain itu perawatan kesehatan mendasar, misalnya

imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala. Dengan

upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini,

8 https://s1gizistikeshusadaborneo.wordpress.com/2009/07/27/standar-pemenuhan-gizi/ di akses pada tanggal 22 September 2017

Page 41: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

28

sehingga bila ada kelainan maka anak akan segera mendapatkan

penanganan yang benar.9

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit

menular khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) yang diberikan tidak hanya anak sejak masih

bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa. Cara kerja

imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus

tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan

merangsang sistem imu tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi

yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau

mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.10

Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar yang harus

diberikan pada bayi yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi11

No. Jenis Imunisasi Usia

1. Hepatitis B 0 0 – 7 Hari

2. BCG, Polio 1 1 Bulan

3. DPT-HB-HiB 1, OPV 2 2 Bulan

4. DPT-HB-HiB 2, OPV 3 3 Bulan

9 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 1610 Situasi Imunisasi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI. Jakarta: 201611 ibid

Page 42: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

29

5. DPT-HB-HiB 3, OPV 4 4 Bulan

6. Campak 9 Bulan

c. Lingkungan yang Higienis

Tempat tinggal layak bukan berarti harus berukuran besar,

namun tempat tinggal dengan keadaan sehat, cukup ventilasi, serta

terjaga kebersihan dan kerapiannya. Selain itu, lingkungan yang

bersih akan memberikan kesempatan kepada anak untuk

melakukan aktivitas bermain secara aman.12

d. Rekreasi dan Olahraga

Yang terakhir aktivitas olahraga dan rekreasi, dilakukan

guna melatih otot – otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,

selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak. Aktivitas

olahraga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas bermain

yang paling menyenangkan.13

2. Asih (Kebutuhan emosi dan kasih sayang)

a. Kasih Sayang

Kebutuhan akan kasih sayang tidak hanya tentang kasih

sayang tetapi juga mengenai perasaan yang dimiliki. Belongingness

and love needs mendorong anak untuk mengadakan hubungan

afektif atau ikatan emosional dengan individu seperti ayah, ibu,

12 Nursalam, dkk. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat danBidan) Edisi 1. (Salemba Medika: Jakarta, 2005) hlm. 46

13 ibid

Page 43: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

30

dan atau anggota keluarga lain. Kebutuhan ini memungkinkan anak

belajar bagaimana menjalin perasaan kasih sayang dengan individu

baik sesama jenis maupun berlainan jenis. Ikatan emosi dan kasih

sayang yang erat antara orangtua dengan anak sangatlah penting,

karena berguna untuk menentukan perilaku anak dikemudian hari,

merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian

anak terhadap dunia luar.14

Beberapa bentuk kasih sayang yang diberikan orang tua

terhadap anak adalah bersikap lemah lembut terhadap anak.

Sebagian orang tua menganggap bahwa untuk meluruskan sikap

anak yang kurang baik harus ditempuh dengan cara – cara yang

kasar seperti menghukum, berkata keras dan kasar. Cara seperti itu

tidak akan berhasil, malah sebaliknya dapat menimbulkan dendam

pada diri anak. Oleh karena itu, terkadang orang tua terlalu cepat

memvonis nakal, malas, bandel atau bahkan durhaka terhadap anak

– anak mereka.15

Selain itu, orang tua harus mengetahui keadaan anak –

anaknya baik waktu sedang memiliki masalah seperti sedang sakit,

lelah, lapar, haus, atau bosan. Sehingga orang tua perlu selalu

berkomunikasi dengan anak secara intensif. Kesediaan mendengar

14 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses darihttps://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20

15 Irawadi Istadi, Mendidik dengan Cintai, (Jakarta: Pustaka Inti, 2003) hlm. 10

Page 44: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

31

dan memahami keluhan yang disampaikan anak penting untuk

melancarkan komunikasi.16

b. Rasa Aman

Dalam masa perkembangan anak dibutuhkan rasa aman

bagi anak. Tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,

psikologikal, dan intelektual. Rasa aman akan membuat anak lebih

mudah mengekspresikan dirinya, berkembang, dan menyesuaikan

diri dengan lingkungan baru. Salah satu kesalahan yang sering kita

lakukan dalam memberikan rasa aman kepada anak memberikan

motivasi dengan cara menakut – nakuti. Padahal tindakan ini justru

akan membuat anak tidak berani berekspresi dan tidak mudah

melakukan hal baik. Sebagai anak – anak tentu saja mereka tidak

lepas dari yang namanya kesalahan, dan kesalahan anak perlu

diarahkan.17

c. Penghargaan Diri

Tidak ada komunitas yang untuk memenuhi esteem needs

anak daripada keluarga. Kebutuhan ini menyangkut penghormat

atau penghargaan dari diri sendiri dan penghormatan atau

penghargaan dari orang lain kepada anak. Tentu saja setiap anak

merindukan setiap karyanya dihargai. Kebutuhan ini juga mengacu

pada hak anak untuk bebas bicara, hak untuk menuntut sesuatu

16 Ibid hlm. 9517 Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses dari

https://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20

Page 45: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

32

yang baik untuk kehidupannya, termasuk hak untuk menentukan

cita – citanya.18

3. Asah (Kebutuhan stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar

anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan

kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi

yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak

yang kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah

dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara

menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan

kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang

dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.19 Pijatan dan

belaian dari anggota keluarga membuat anak merasakan sentuhan

secara langsung dan dapat merasakan chemistry dan ikatan batin

dengan orang-orang terdekatnya. Stimulasi lainnya adalah dengan

mengajak anak bermain dengan menggunakan alat-alat permainan

yang dapat merangsang otaknya berkembang.

B. POLA ASUH ANAK

Pola asuh adalah konsep dasar tentang cara memperlakukan anak.

Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak dilihat sebagai sosok yang

18Daniel Yonathan Misa. Kebutuhan Dasar Anak. diakses darihttps://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 diakses pada tanggal 23 Juli 2017 pukul 14.20

19 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. (Jakarta: EGC, 1995) h. 16

Page 46: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

33

sedang berkembang, maka konsep pengasuhan yang diberikan adalah

konsep psikologi perkembangan.

Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang

penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk

menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Sementara pola asuh

menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak boleh menghukum

anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi

anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua melakukan

penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas perkembangan

anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda.20 Menurut Baumrid terdapat 4 jenis pola asuh21, yaitu

a. Pola Asuh Authoritharian

Gaya yang membatasi, menghukum, memandang pentingnya kontrol dan

kepatuhan tanpa syarat. Orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan

dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas kendali

yang tegas kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta

memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan

amarah kepada anak.

b. Pola Asuh Authorithative

Pola asuh authorithative adalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu – ragu mengendalikan mereka.

Orangtua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari

tindakannya pada rasio atau pemikiran – pemikiran. Bersikap realistis

terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui

20 Papalia D.E, dkk. Human Development. (Jakarta : Kencana, 2008) h. 5721 John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 167

Page 47: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

34

kemampuan anak. Memberikan kebebasan anak untuk memilih dan

melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Mendorong anak untuk mandiri namun menerapkan batas dan kendali pada

tindakan mereka.

c. Pola Asuh Permissive

Gaya pengasuhan dimana orangtua sangat terlibat dengan anak,

namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol. Membiarkan anak

melakukan apa yang mereka inginkan. Anak menerima sedikit

bimbingan dari orangtua, sedhingga anak sulit dalam membedakan

perilaku yang benar atau tidak. Serta orangtua menerapkan disiplin

yang tidak konsisten sehingga menyebabkan anak berperilaku agresif.

d. Pola Asuh Univolved

Gaya pengasuhan dimana orantua tidak terlibat dalam kehidupan anak

mereka. Lebih mementingkan akan kebutuhan mereka sendiri

dibandingkan dengan kebutuhan anak. Anak dari orangtua yang

mengasuh dengan cara uninvoveld maka memiliki keterampilan sosial

yang rendah, kemandirian yang kurang baik, dan tidak termotivasi

untuk berprestasi.

C. ANAK DISABILITAS

1. Pengertian Disabilitas

Disabilitas menurut John C. Maxwell adalah keadaan

seseorang yang memiliki kelainan fisik dan atau mental yang sifatnya

mengganggu atau merupakan suatu hambatan baginya untuk

melakukan kegiatan sehari – hari secara layak atau normal. Sedangkan

Page 48: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

35

menurut WHO (World Health Organization) definisi disabilitas

adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu bersifat

fisiologis, psikologis, maupun kelainan strutur atau fungsi anatomis.22

Di dalam Undang – Undang no. 4 tahun 1997 mengenai

penyandang disabilitas menetapkan definisi penyandang disabilitas

sebagai berikut : “Penyandang cacat adalah setiap orang yang

mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu

atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan

secara selayaknya”23, terdiri dari :

a) Penyandang cacat fisik

b) Penyandang cacat mental

c) Penyandang cacat fisik dan mental

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1980

tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat menyatakan

bahwa : “Penderita cacat adalah seseorang yang menurut ilmu

kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental yang

oleh karenanya merupakan suatu rintangan atau hambatan baginya

untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan secara layak”. Terdiri dari,

22 Anak Penyandang Disabilitas,https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf diakses pada 15 Maret 2017pukul 14.38 h.2

23 Undang – Undang No. 4 Tahun 1997 mengenai Penyandang Disabilitas

Page 49: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

36

cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu, tuna wicara, dan

cacat bekas penyandang penakit kronis.24

2. Jenis Disabilitas

Pada dasarnya ada dua penyebab kecacatan yaitu kecacatan

yang terjadi sejak lahir ataupun bawaan, tetapi ada juga kecacatan yang

diakibatkan oleh kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas.

Namun, dari hasil seminar nasional Pengembangan Pendidikan Luar

Biasa dan menurut Frida Mangunsong, secara umum klarifikasi atau

jenis disabilitas dapat dibagi atas25 :

a. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian D (SLB D) ialah

seseorang yang menderita cacat polio atau lainnya. Sehingga

mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot – otot atau

koordinasi fungsi otot – otot. Akan tetapi pada umumnya mereka

mempunyai kemampuan kecerdasan yang normal.

b. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian DI (SLB DI) ianlah

seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan

otak seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak

berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf – syaraf sehingga

terjadi kelumpuhan, kekakuan, dan kurangnya koordinasi motorik.

24 http://peraturan.go.id/pp/nomor-36-tahun-1980-11e44c4f018ff680b743313231383133.html diakses pada 4 Januari 2017

25 Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta:Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat JendralPelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h. 11

Page 50: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

37

Akibat adanya gangguan pada otak, maka sebagian besar dari

penderita ini mempunyai kecerdasan yang tidak normal.

D. HAK – HAK DASAR PENYANDANG DISABILITAS

Bagi anak-anak penyandang disabilitas pemenuhan hak tersebut

khususnya hak kesehatan meskipun telah diatur dalam Undang-Undang

masih merupakan hal yang tidak mudah. Disamping faktor kemiskinan,

faktor pengabaian hak-hak penyandang disabilitas dimasyarakat juga

menjadi faktor pendukung semakin tidak dianggapnya penyandang

disabilitas yang hanya menjadi beban di masyarakat. Peter Somerville

memberikan dua interpretasi mengenai ekslusi sosial yang terkait dengan

pengabaian hak di masyarakat26, yaitu :

status menganggur untuk waktu lama atau terputusnya dari pasar kerja

dan

penyangkalan hak – hak warganegara.

Masalah kedisabilitasan pada anak merupakan masalah yang cukup

kompleks baik secara kuantitas maupun kualitas, mengingat berbagai jenis

kecacatan mempunyai permasalahan tersendiri. Jika masalah ini ditangani

secara dini dengan baik dan keterampilan mereka ditingkatkan sesuai

minat, maka beban keluarga, masyarakat dan negara dapat dikurangi.

Sebaliknya jika tidak diatasi secara benar, maka dampaknya akan

memperberat beban keluarga dan negara. Masalah kesehatan yang dialami

26 Anak Penyandang Disabilitas,https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf diakses pada 15 Maret 2017pukul 14.38, h. 21

Page 51: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

38

oleh anak penyandang disabilitas tidak jauh berbeda dengan anak pada

umumnya seperti batuk, pilek, diare dan influenza. Adapun dampak

disabilitas tertentu pada anak yaitu : anak mengalami hambatan dalam

penyesuaian diri, sulit berkomunikasi, terkena penyakit, terbatas dalam

proses belajar, kurang percaya diri.27

Hak – hak dasar bagi anak-anak penyandang disabilitas adalah28

a. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tahapan

tumbuh kembang anak, seperti pelayanan imunisasi, pemenuhan gizi

seimbang, dan pemantauan tumbuh kembang anak;

b. Anak penyandang disabilitas dari keluarga tidak mampu, pengemis,

atau terlantar berhak mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan

(jamkesmas atau jamkesda setempat) untuk memperoleh pelayanan

kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

c. Diskriminasi atas dasar disabilitas adalah sebuah bentuk penindasan.

Membangun kekuatan untuk perlindungan dari diskriminasi

merupakan hal penting dalam mengurangi kerentanan anak

penyandang disabilitas. Negara-negara anggota KHPD dan PBB dan

badan – badannya telah menyatakan komitmen mereka untuk

melakukan kampanye peningkatan kesadaran, dan mereka juga

diminta untuk memberikan informasi kepada anak dan keluarga

27 ibid28 Tri Widya Kurniasari, dkk “Implementasi Hak Asasi Manusia di Indonesia:

Hak Pendidikan dan Kesehatan bagi Anak Penyandang Disabilitas”. LIPI Tahun 2011

Page 52: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

39

mereka tentang bagaimana mencegah dan melaporkan eksploitasi,

kekerasan, dan penyalahgunaan.29

d. Pemerintah memiliki peranan yang menentukan dalam

memperkenalkan dan melaksanakan langkah - langkah legislatif,

administratif, dan pendidikan yang diperlukan untuk melindungi

anak penyandang disabilitas dari segala bentuk eksploitasi,

kekerasan, dan penyalahgunaan. Seluruh lingkungan anak – sekolah,

fasilitas kesehatan, transportasi umum dan sebagainya – bisa

dibangun untuk memudahkan akses dan mendorong partisipasi anak

penyandang disabilitas bersama dengan rekan-rekannya.

E. PANTI SOSIAL

Panti sosial atau lembaga sejenis merupakan pihak diluar keluarga

yang berupaya memberikan layanan kepada penyandang disabilitas,

sebagai wahana untuk membantu para penyandang cacat yang kurang

beruntung atau yang menggalami masalah dalam hubungamn sosial

dengan keluarga maupun dirinya sendiri.

Panti sosial penyandang cacat adalah panti sosial yang mempunyai

tugas memberikan bimbingan pelayanan dan rehabilitasi bagi penyandang

cacat agar hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Keputusan

Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor:59/HUK/2003, Departemen

Sosial, 2003).

29 https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf di akses pada Kamis,5 Januari 2017 pukul 23.46

Page 53: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

40

Panti sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang

memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteran

sosial ke arah kehidupan normative secara fisik, mental, maupun sosial.

Standar panti sosial sebagaimana tercantum didalam Peraturan Menteri

Sosial (PERMENSOS) nomor 50/HUK/2005 tentang standarisasi panti

sosial dan pedoman akreditasi panti sosial.

Panti sosial dalam Undang - Undang nomor No 11 tahun 2009

tentang kesejahteraan sosial, disebut kesejahteraan sosial. Lembaga

Kesejahteraan Sosial (LKS) yaitu organisasi sosial atau perkumpulan

sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang

dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum.

Panti sosial atau lembaga kesejahteraan sosial memiliki posisi

strategis, karena memiliki tugas dan tangung jawabnya mencakup 4

kategori yaitu meliputi:

1. Bertugas untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial

penyandang masalah dengan melakukan deteksi pencegahan sedini

mungkin.

2. Bertugas melakukan rehabilitasi sosialuntuk memulikan rasa

percaya diri, dan tangung jawab terhadap diri dan keluarganya, dan

meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat.

Page 54: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

41

3. Bertugas untuk mengembalikan PMKS ke masyarakat melalui

penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan mau

menerima kehadiran kembali mereka, dan membantu penyaluran

mereka ke pelbagai sektor kerja dan usaha produksi.

4. Bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti

mendorong peningkatan pribadinya, meningkatkan rasa tangung

jawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah masyarakat,

mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan iklim yang

mendukung pemulihan dan memfasilitas dukungan psiko-sosial

dari keluarganya.

Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai tempat penyebaran

layanan, pengembangan kesempatan kerja, pusat informasi kesejahteraan

sosial, tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi

seperti di bawahnya (dalam system rujukan/referral system) dan tempat

pelatihan keterampilan.Kementerian Sosial RI menjabarkan peran, fungsi

dan tugas panti sosial sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial.

Fungsi dan tugasnya yaitu:

a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran

sosial, tanggung jawab sosial, prakarsa dan peran serta

perorangan kelompok dan masyarakat.

b. Penyembuhan dan pemulihan sosial.

c. Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial.

Page 55: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

42

d. Mengadakan bimbingan lanjut.

2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial.

Fungsi dan tugasnya yaitu:

a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang masalah

kesejahteraan sosial.

b. Menyelengarakan konsultasi sosial bagi masyarakat.

3. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.

Fungsi dan tugasnya yaitu:

a. Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial.

b. Mengembangkan metode kesosialan.

4. Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.

Fungsi dan perannya yaitu:

a. Penyelengaraan pendidikan dan pelatihan kepada klien, serta

capacity building kepada pegawai.

b. Menyenggarakan pendidikan dan pelatihan di luar panti.30

30 Pioh, Efanke Y. Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Kemandirian AnakDIisabilitas Netra Di Panti Sosial Bartemeus Manado. Acta Diurna VI. No.1 (2017). h. 6

Page 56: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

43

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Lembaga1

Maraknya masalah anak terlantar di DKI Jakarta, seperti anak yang

dibuang, anak yang ditinggalkan orangtuanya di rumah sakit, ataupun anak

hasil hubungan diluar nikah, merupakan masalah yang perlu mendapatkan

penanganan. Pada saat itu lembaga pemerintah maupun swasta yang

menangani masalah tersebut masih sangat terbatas, sehingga timbul gagasan

dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial untuk mendirikan

sebuah penampungan guna menangani masalah tersebut.

Panti ini berdiri pada Tahun 1985 dengan sarana dan prasarana yang

terbatas, dahulu panti ini masih bernama Panti Asuhan Balita dengan daya

tampung sebanyak 50 anak, kini daya tampungnya bisa mencapai 78 anak

balita. Operasionalisasi dilakukan setelah pengukuhan oleh Gubernur Provinsi

DKI Jakarta dengan Nomor SK 1640/1986 tertanggal 31 Agustus 1986. Lalu

pada tahun 1996, tepatnya tanggal 1 Mei 1996 berubah nama menjadi Panti

Sosial Asuhan Anak (PSAA) Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung tanpa

perubahan tugas Pokok dan Fungsinya. Pada tanggal 19 Maret 2010,

Gubernur DKI Jakarta menerbitkan SK No. 72 tahun 2010 tentang

pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak Balita

1 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur

Page 57: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

44

Tunas Bangsa. Saat ini PSAA Balita Tunas Bangsa berlokasi di Jl. Raya Bina

Marga, No.79 Cipayung, Jakarta Timur.

B. Tujuan, Visi, dan Misi2

1. Tujuan Lembaga

a. Sebagai upaya pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam mengani balita

terlantar balita terlantar dapat hidup layak dan normatif.

b. Sebagai upaya Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

Provinsi DKI Jakarta untuk menyelamatkan anak balita dari

keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar.

2. Visi Lembaga

“Mewujudkan balita terlantar agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal”

3. Misi Lembaga

a. Mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak

dan normatif.

b. Anak mempunyai disiplin tinggi, percaya diri, penuh semangat dan

tanggung jawab.

C. Struktur Management3

1. Struktur Organisasi Lembaga

2 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur3 Studi Dokumentasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017

Page 58: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

45

Sumber: Hasil Pengarsipan dan Pendataan Praktikan, 2016

Keterangan:

Kepala Panti : Dra. Vivi Kafilatul Jannah, Msi

Kepala Sub TU : Siti Murtofingah, SAP

Kepala Satlak Pembinaan Sosial : Mia Rumbari, SH

Kepala Satlak Pelayanan Sosial : Harmani Riza, S.Sos

Jabatan Fungsional Pekerja Sosial: Delpi Munthe

2. Deskripsi Pekerjaan

Tugas dan fungsi masing – masing jabatan :

Kepala PSAA Balita TunasBangsa

(Dra. Vivi Kafilatul Jannah,M.Si)

Satlak PembinaanSosial

(Mia Rumbari, SH)

SUB KelompokJabatan Fungsional

(Delpi Munthe)

Satlak Pelayanan Sosial

(Harmani Riza, S.Sos)

KA. SUB Bagian TataUsaha

(Siti Murtofingah, SAP)

Page 59: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

46

a. Kepala Panti

Kepala Panti bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis

operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan

Perundang - undangan yang berlaku.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Dalam tugasnya Kepala Sub Bagian Tata Usaha ini melakukan urusan

surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah

tangga serta kehumasan.

c. Satuan Pelaksanaan Pelayanan Sosial

Tugasnya menyusun standar dan prosedur asuhan serta pelayanan

sosial, melaksanakan pendekatan awal (observasi, identifikasi,

motivasi dan seleksi), melaksanakan penerimaan (registrasi

administrasi dan penempatan dalam panti), melaksanakan pelayanan

perawatan, pemeliharaan dan perlindungan sosial, dan lainnya).

d. Satuan Pelaksnaan Pembinaan Sosial

Tugasnya menyusun standar dan prosedur sosialisasi dan pembinaan

sosial, melaksanakan bimbingan sosialisasi kepribadian, melaksanakan

pembinaan fisik dan kesehatan mental, sosial, dan pendidikan,

melaksanakan persiapan pelaksaan penyuluhan ke asuhan keluarga,

Panti Sosial, dan lembaga sosial lainnya.

Page 60: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

47

e. Sub Kelompok Jabatan Fungsional

Tugasnya melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan

observasi, identifikasi, motivasi meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi, dan seleksi; Pelaksanaan penerimaan meliputi

registrasi, persyaratan, administrasi, penempatan dalam panti dan

penitipan dalam panti; Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta

asuhan dan perlindungan sosial; Pelaksanaan assesment meliputi

penelaahan, pengungkapan, pemahaman masalah dan potensi;

Pelaksanaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan sosial dan

pengembangan kepribadian; Pelaksanaan sosialisasi meliputi

kemampuan bermasyarakat, kehidupan dalam keluarga dan kesiapan

pendidikan; Pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut meliputi

penempatan anak, monitoring, konsultasi, pemantauan, dan terminasi.

3. Penerapan Kebijakan dalam Organisasi

Penerapan kebijakan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan

permintaan Dinas Sosial dan Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas

Bangsa langsung melaksanakan tugas yang sudah diamanatkan.

4. Pendanaan

Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa ini memperoleh anggaran dana

dari pemerintah karena Panti ini berada dibawah naungan Gubernur DKI

Jakarta. Selain itu panti ini juga mendapat bantuan dari donatur dan peran

serta masyarakat.

Page 61: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

48

5. Model Kepemimpinan

Model kepemimpinan yang diterapkan yaitu Non direktif. Setelah

menerima permintaan dari Dinas Sosial, Kepala Panti Sosial Asuhan

Anak Balita Tunas Bangsa memusyawarahkan dengan anggota dan

langsung menerapkan program yang telah disepakati.

D. Jumlah Staff4

PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung ini memiliki pegawai dan petugas

sebanyak 85 orang, berikut adalah rinciannya:

Tabel 3.1

Jumlah Tenaga Pelayanan Sosial PSAA Balita Tunas Bangsa

No. Tugas Jumlah

1. Kepala Panti 1 orang

2. Staff Kantor 19 orang

3. Psikolog + Asisten Psikolog 2 orang

4. Terapis 1 orang

5. Pekerja Harian Lepas (PHL) 35 orang

6. Petugas Kebersihan + Tenaga Mekanikal 8 orang

Jumlah 85 orang

Sumber : Studi Dokumentasi Peneliti, Tahun 2017

4 Studi Dokumentasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017

Page 62: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

49

E. Jumlah Klien5

Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa memiliki jumlah Anak

sebanyak 95 anak dan digolongkan atas beberapa kelompok, yaitu:

1. Ruang Arjuna dari usia 0-6 bulan, (12 anak)

2. Ruang Ramashinta dari usia 7 bulan- 3 tahun (34 anak)

3. Ruang Krisna dari usia 3-5 tahun (49 anak)

Tabel 3.2

Jumlah Data Anak PSAA Balita Tunas Bangsa Tahun 2017

No. BulanAwal Bulan Masuk Keluar Akhir Bulan

JumlahLK PR LK PR LK PR LK PR

1. Januari 55 40 2 4 3 2 54 42 96

2. Februari 54 42 2 1 5 2 49 41 90

3. Maret 49 41 1 - 1 - 49 41 90

4. April 49 41 5 - 1 1 53 40 93

5. Mei 53 40 5 1 2 2 56 39 95

Sumber : Studi Dokumentasi Peneliti Tahun 2017

5 ibid

Page 63: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

50

F. Alur Metode Penanganan Klien Lembaga6

a. Sasaran Lembaga

Pelayanan diberikan untuk anak balita terlantar baik laki-laki atau

perempuan, yang masih berusia 0-5 tahun, anak yatim, piatu, dan yatim

piatu, anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, anak korban

kekerasan dan perdagangan, anak yang tidak terpenuhi kebutuhan

dasarnya, seperti tidak ada yang mengurus di buang dirumah sakit.

b. Profil Anak Asuh

Hingga bulan Mei tahun 2017, jumlah anak asuh laki-laki dan perempuan

adalah 95 anak. Dengan perincian jumlah WBS sebagai berikut.

Tabel 3.3

Jumlah anak-anak Asuh PSAA Balita Tunas Bangsa

No. Jenis Kelamin Normal Disabilitas Jumlah

1. Laki – Laki 56 anak 1 anak 57 anak

2. Perempuan 35 anak 3 anak 38 anak

Jumlah 91 anak 4 anak 95 anak

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi Peneliti, 2017

6 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur

Page 64: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

51

c. Kegiatan Lembaga

1) Penampungan perawatan : memberikan kasih sayang pengganti

orangtua kandung, memelihara kebersihan dan kesehatan anak –

anak.

2) Pelayanan kesehatan dan gizi : melakukan imunisasi serta mencukupi

makanan anak berupa 4 sehat 5 sempurna.

3) Kesejahteran sosial mental dan spiritual : anak – anak diajarkan

mengenal Tuhan Yang Maha Esa dengan cara sholat dan mengaji.

4) Pendidikan pra sekolah : anak – anak sebelum memasuki sekolah

taman kanak – kanak, anak – anak ada kegiatan belajar belajar sambil

bermain. Anak – anak diajarkan bagaimana cara memegang alat tulis,

mengenal warna, menyanyi, menulis, dan membaca. Kegiatan ini

dilakukan didalam PSAA Balita Tunas Bangsa dengan

mendatangkan guru dari luar.

5) Pendidikan Taman Kanak-Kanak : anak yang berusia 5tahun

dimasukkan kedalam Pendidikan Taman Kanak – Kanak, pendidikan

ini dilakukan di luar lingkungan panti dengan tujuan anak – anak bisa

bersosialisasi.

6) Rekreasi : rekreasi dilakukan minimal satu tahun sekali, supaya anak

– anak bisa refreshing dan mengenal lingkungan/taman bermain.

Page 65: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

52

7) Penyaluran Bina Lanjut. : setelah mengayomi Pendidikan Taman

Kanak – Kanak, anak tidak ditempatkan di PSAA Balita Tunas

Bangsa karena harus melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar.

G. Proses Pelayanan Lembaga7

Proses penanganan anak terlantar yang dilakukan oleh PSAA Balita Tunas

Bangsa adalah pertama di proses asal anak, lalu proses penerimaan setelah itu

pembinaan lalu resosialisasi, penyaluran, bina lanjut dan terakhir terminasi.

Berikut penjabarannya:

1) Asal Anak

Balita yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa 01 ini berasa dari :

1. Rumah Sakit

Anak asuhan yang berasal dari rumah sakit biasanya merupakan

anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua mereka saat mereka baru

saja dilahirkan. Hal yang pertama dilakukan oleh dinas adalah

mencari orang tua mereka dengan berbagai cara melalui media cetak

maupun elektronik. Apabila orang tua tidak ditemukan, maka anak

tersebut dapat dikatakan anak negara dan diasuh oleh negara di Panti

Asuhan Balita ini. Tetapi apabila ternyata orang tua dari anak

tersebut diketahui keberadaannya, maka orang tua tersebut dimintai

keterangan alasan mereka meninggalkan anak mereka begitu saja di

Rumah Sakit. Apabila alasannya karena faktor ekonomi, maka

7 Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung Jakarta Timur

Page 66: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

53

mereka dapat menyerahkan atau menitipkan anak mereka tersebut

agar dipelihara oleh negara maka di PSAA Balita ini. Prosedur dan

penerimaan anak tesebut adalah menyerahkan ke panti dengan surat

rekomendasi dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan

Sosial Provinsi DKI Jakarta/Suku Dinas Bina Mental Spiritual dan

Kesejahteraan Sosial setempat. Kelengkapannya antara lain : Surat

kelahiran, Surat penyerahan, berita acara penyerahan, study case.

2. Kepolisian

Anak asuhan yang berasal dari kepolisian biasanya merupakan anak-

anak yang telah mengalami tindakan kriminal, misalnya kasus

penjualan anak atau child abuse. Prosedur dan penerimaan anak

tersebut adalah dengan penyerahan langsung ke panti dengan

melengkapi surat penyerahan. Dan anak-anak yang hasil dari

kegiatan ketertiban di jalan-jalan yang dilakukan oleh pihak

keamanan ketertiban DKI Jakarta. Anak-anak ini hidup dijalan dan

diterlantarkan oleh orang tua mereka. Prosedur dan penerimaan anak

tersebut adalah penyerahan dari lembaga sosial pemerintah atau

swasta dengan melengkapi surat pengantar peyerahan serta laporan

sosial yang bersangkutan.

3. Panti Sosial

Merupakan anak-anak yang berasal dari panti sosial lainnya, yaitu

panti sosial swasta yang bukan bawahan dari dinas.

Page 67: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

54

4. Masyarakat

Merupakan anak-anak yang dititipkan oleh masyarakat yang berada

dikelas strata sosial bawah, dimana mereka tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup anak-anaknya. Oleh sebab itu mereka menitipkan

anak mereka di PSAA Balita ini dan anak-anak mereka pun dapat

diambil dikemudian hari. Prosedur dan penerimaan anak tersebut

adalah penyerahan dari keluarga/masyarakat dengan menyerahkan

langsung ke panti, membuat surat pernyataan/perjanjian di atas

materai, serta memberikan keterangan dari lurah setempat.

Tahap-tahap dalam menerima anak-anak balita yang berasal dari keempat

tempat di atas melalui proses identifikasi, seleksi dan akomodasi. Baik anak-

anak yang berasal dari keempat tempat tersebut sebelumnya dilacak

keberadaan orang tua mereka dan juga alasan orang tua mereka menelantarkan

anak-anaknya. Apabila alasan tersebut dapat dipahami (misalnya karena

faktor ekonomi) maka anak-anak mereka akan diasuh di dalam PSAA Balita

ini, karena anak terlantar merupakan kewajiban bagi Negara untuk

memelihara dan merawatnya.

2) Pembinaan

Dalam PSAA Balita ini dilakukan pembinaan dan diberikan pula

pelayanan pelayanan untuk anak-anak yang diasuh di Panti ini, yaitu:

Page 68: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

55

a) Fisik

PSAA Balita ini memberikan pelayanan pembinaan atau

pengembangan fisik atau jasmani untuk anak-anak asuhan mereka.

Pelayanan ini diantaranya memberikan makan-makanan yang

bergizi, empat sehat lima sempurna, serta melakukan pengecekan

laboratorium terhadap tumbuh kembang anak. Apabila ada anak

yang sakit, maka dengan segera para pengasuh membawanya ke

dokter. Panti Asuhan ini bekerja sama dengan berbagai rumah sakit

dan Puskesmas setempat. Panti Asuhan ini juga menyediakan ruang

isolasi yang digunakan sebagai tempat istirahat bagi anak yang

sedang sakit agar tidak menularkan virus kepada anak-anak yang

lainnya.

b) Mental Sosial

PSAA Balita ini membina mental sosial atau kepribadian anak

asuhan mereka dengan cara belajar, bermain, dan rekreasi. Panti

asuhan ini menyediakan pelayanan ruang bermain yang cukup luas

untuk anak-anak, dimana terdapat ayunan, jungkat-jungkit, dan

sebagainya. Kegiatan lainnya diadakan kegiatan bermain outdoor,

seperti bermain sepeda dihalaman dan berolahraga bersama-sama.

c) Pendidikan

PSAA Balita ini juga membina pendidikan, yaitu melalui:

Page 69: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

56

Pendidikan Pra Sekolah: Kegiatan ini yaitu mengadakan

playgroup bagi anak-anak yang berusia 3-4 tahun, dimana

mereka dibekali ilmu sebelum menempuh pendidikan di Taman

Kanak-kanak nantinya.

Sekolah TK diluar Panti: Kegiatan ini diberlakukan bagi anak-

anak yang berusia 5 tahun yang harus mulai menempuh

pendidikan. Sekolah TK ini berada disekitar PSAA Balita Tunas

Bangsa di sekitar daerah Cipayung. Selain belajar membaca dan

menulis sebagaimana layaknya anak-anak Sekolah TK, mereka

pun dapat berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka yang

juga merupakan agen sosialisasi bagi mereka.

d) Spiritual

Pembinaan dalam segi spiritual diadakan kegiatan mengaji di TPA

Panti Asuhan Balita tersebut. Kegiatan ini dilakukan di sore hari

sekitar pukul 16.00 WIB setelah mereka beristirahat siang. Kegiatan

ini bermanfaat untuk mengajarkan mereka tentang agama.

3) Resosialisasi

Anak asuhan balita dipersiapkan untuk memiliki kemampuan

bermasyarakat, dapat kehidupan dalam keluarga dan mempersiapkan

pendidikannya.

Page 70: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

57

4) Penyaluran

Pada proses penyaluran maka ada tiga hal yang akan dilakukan, yaitu :

1. Mengembalikan kepada keluarga

Apabila keluarga telah bersedia mengasuh dan telah sanggup

memenuhi hak-hak anaknya, maka anak dapat dikembalikan kepada

orang tua kandung mereka.

2. Pindah panti sosial atau ke lembaga lain

Apabila keluarga tidak bersedia mengasuh dan memenuhi hak-hak

anaknya, ataupun pihak keluarga tidak ditemukan sehingga tidak

ada yang merawatnya, maka anak-anak yang telah melewati tahap

balita ini dipindahkan ke Panti Asuhan Sekolah Dasar.

3. Adopsi

Apabila anak tersebut telah ditetapkan sebagai anak negara dan

tidak ada ikatan dengan institusi keluarga manapun, maka anak

tersebut berhak dan dapat diadopsi oleh siapapun, namun dengan

persyarat-persyaratan yang telah ditetapkan oleh Dinas Sosial.

Adapun proses adopsi adalah sebagai berikut. Calon Orang Tua

Asuh (COTA) menetapkan Calon Anak Angkat (CAA), selanjutnya

dilakukan pemberkasan persyaratan administrasi adopsi, kemudian

dilakukan home visit pertama oleh petugas panti dan Dinas Sosial,

selanjutnya adalah penyerahan CAA kepada COTA dalam asuhan

keluarga, lalu setelah itu dilakukan home visit kedua oleh petugas

Page 71: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

58

panti dan Dinas Sosial, selanjutknya siding tim PIPA (Dinas

Sosial), kemudian melakukan rekomendasi dari tim PIPA bagi

COTA dan yang terakhir adalah siding Pengadilan Negeri untuk

penetapan status Orang Tua Angkat.

5) Bina Lanjut

Monitoring

Konsultasi

Asistensi

Pemantapan

6) Terminasi

Page 72: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

59

H. Alur/Cara Pemberian Pelayanan

Sumber: Leaflet PSAA Balita Tunas Bangsa, 2016

Asal WBS

Penempatan dalam Panti

- Pengasuh

- Perawatan

- Pemeliharaan

- Perlindungan Sosial

- Pelayanan dan

permakanan dan

Peningkatan Gizi

- Kebersihan dan Kesehatan

- Rujukan ke Rumah Sakit

dan laboratorium

- Rumah Sakit

- Kepolisian

- Sudin Sosial

- Panti Sosial

- Masyarakat

Pendekatan Awal Registrasi

- Pencatatan

- Verifikasi

- Persyaratan

- Administrasi

- Penjangkauan

- Observasi

- Identifikasi

- Motivasi

- Seleksi

Assessment

- Penelaahan

- Pengungkapan Masalah

- Pemahaman Masalah

Page 73: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

60

I. Sarana dan Prasarana8

Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa telah dilengkapi berbagai

sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung proses

pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana dan prasarana terus dilakukan

agar pelayanan maksimal.

Fasilitas Panti

1. Ruang Kantor : 1 Lokal

2. Ruang Tata Usaha : 1 Lokal

3. Ruang Komputer : 1 Lokal

4. Ruang Psikolog : 1 Lokal

5. Ruang Tamu : 1 Lokal

6. Ruang Asrama :

a. Kamar Arjuna : 1 Lokal

b. Kamar Dewi Shinta : 1 Lokal

c. Kamar Srikandi : 1 Lokal

d. Kamar Isolasi : 1 Lokal

7. Ruang Bermain : 2 Lokal

8. Ruang Belajar : 1 Lokal

9. Ruang Poliklinik : 1 Lokal

10. Ruang Terapi : 1 Lokal

11. Aula : 1 Lokal

8 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017

Page 74: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

61

12. Taman Bermain : 1 Lokal

13. Mushola : 1 Lokal

14. Ruang Makan :

a. Ruang Makan Pegawai : 1 Lokal

b. Ruang Makan Anak : 1 Lokal

15. Dapur : 1 Lokal

16. Ruang Cuci : 1 Lokal

17. Mess Pegawai : 2 Lokal

18. Kamar Mandi : 8 Lokal

Page 75: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

62

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. BIODATA KLIEN

1. “JI”

a. Nama Lengkap : Jihan Jahira Azhar

b. Nama Inisial : “JI”

c. Tanggal Lahir : 05 Januari 2015

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Umur : 2 Tahun, 8 Bulan

f. Tanggal Masuk : 27 Juli 2015

g. Asal : RS. Persahabatan

h. Keadaan : Terlantar

i. Kondisi Fisik :

Kondisi fisik yang dialami “JI” adalah “JI” mengalami micro

cepallus. Sehingga ia sering mengalami kejang dan sulit untuk

bernapas. Berat badan “JI” juga tidak normal seperti anak lainnya

bahkan dibawah rata - rata. “JI” juga sering mengalami panas tinggi,

sehingga sangat membutuhkan perawatan intensif.

Menurut hasil observasi peneliti, saat ini “JI” sudah mampu

merespon orang yang mengajaknya berbicara yaitu dengan

senyuman. Kemudian “JI” mampu memindahkan tubuhnya dengan

cara bergeser menggunakan punggungnya. “JI” juga mampu

memutar badannya.

Page 76: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

63

2. “MA”

a. Nama Lengkap : Aril Maulana

b. Nama Inisial : “MA”

c. Tanggal Lahir : 19 Juni 2010

d. Jenis Kelamin : Laki - Laki

e. Umur : 7 Tahun, 3 Bulan

f. Tanggal Masuk : 23 Juli 2015

g. Asal : PSP BK Kebon Kacang

h. Keadaan : Titipan

i. Kondisi Fisik :

Mengalami Cerebral Palsy sejak lahir. Keadaan “MA” hanya bisa

terbaring diatas kasur yang menyebabkan infeksi pada kulitnya. Kini

“MA” dapat menekuk tangan dan kaki dan menggerakkan kepalanya

setelah sebelumnya tidak dapat menggerakkan apapun dari

tubuhnya. “MA” seperti “JI” yang memiliki berat badan dibawah

rata-rata usianya.

Menurut hasil observasi peneliti, “MA” mengalami keberhasilan

melalui terapi yang dijalaninya. “MA” sudah dapat mengangkat

tangan dan kakinya walaupun sebatas siku dan lutut. Hanya saja

“MA” masih belum memiliki kekuatan untuk menggenggam sesuatu,

sehingga “MA” belum dapat memegang botol susu dengan

tangannya sendiri.

Page 77: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

64

3. “WA”

a. Nama Lengkap : Wulan Sari

b. Nama Inisial : “WA”

c. Tanggal Lahir : 28 Agustus 2011

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Umur : 6 Tahun, 1 Bulan

f. Tanggal Masuk : 30 Januari 2012

g. Asal : RSUD Koja Jakarta Utara

h. Keadaan : Terlantar

i. Kondisi Fisik :

Kondisi fisik “WA” matanya mengalami katarak sehingga bentuk

matanya berbeda dengan anak lainnya. “WA” dapat menggerakkan

seluruh anggota badannya. Namun ia tidak dapat berbicara. Setelah

dibantu adanya terapi, akhirnya “WA” dapat berjalan dengan

bantuan orang lain.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, “WA” sudah menjalani terapi

selama 2 tahun. Hasil yang didapati saat ini adalah “WA” sudah

mampu berjalan walaupun harus dibantu dengan dituntun orang lain

sebab kebutaan yang dialaminya.

B. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

Berdasarkan hasil temuan, peneliti dapat memperoleh informasi

mengenai pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas. Pada bab

ini, hasil temuan peneliti dijelaskan melalui teori kebutuhan dasar anak.

Page 78: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

65

Adapun sub-bab yang akan dibahas, pertama yaitu pemenuhan kebutuhan dasar

anak penyandang disabilitas secara biologis diantaranya ada pemenuhan gizi

dan nutrisi yang mencakup aspek pemberian menu makan seimbang, kesehatan

dasar yaitu mengenai imunisasi dan pemeriksaan kesehatan rutin, lingkungan

tempat tinggal yang higienis, serta kegiatan olahraga dan rekreasi. Kedua,

kebutuhan emosional yang berhubungan dengan psikologis anak seperti, kasih

sayang, rasa aman dan penghargaan terhadap diri. Dan yang terakhir yaitu

pemenuhan stimulus yang mencakup tentang bagaimana cara anak

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.1

1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh

Pada dasarnya, pemenuhan kebutuhan dasar asuh merupakan pemenuhan

kebutuhan dasar bersifat biologis serta biomedik termasuk salah satunya

adalah pemenuhan gizi dan nutrisi, perawatan kesehatan, tempat tinggal

yang layak dan higienis, serta kegiatan olahraga dan rekreasi.2

a. Pemenuhan Gizi dan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Selain

itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari

karena nutrisi sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ

dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur

dalam tubuh.

1 BAB II hlm. 352 BAB II hlm. 35

Page 79: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

66

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Harmani Riza selaku

satuan pelaksana pelayanan sosial menjelaskan bahwa dalam

memenuhi gizi dan nutrisi sudah diatur setiap bulannya. Hal ini di

uraikan dalam wawancara di bawah ini:

“Dalam hal pemenuhan gizi dan nutrisi salah satunya pemberianmakanan 4 sehat 5 sempurna ya Mbak, prosesnya kami buatrancangan jadwal makan anak – anak untuk pagi, siang danmalam untuk sepuluh hari. Kemudian dilaporkan ke DinasSosial DKI Jakarta untuk mendapat persetujuan, ini diserahkansetiap satu minggu sebelumnya. Kami juga memberikanmakanan kepada anak – anak berdasarkan persetujuan ahligizi.”3

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Sariah selaku petugas

masak di PSAA Balita Tunas Bangsa, menyatakan bahwa pemberian

asupan makanan anak – anak PSAA Balita Tunas Bangsa sudah

dijadwalkan:

“Jadwal makanan yang dimasak sudah didapat dari petugaskantor. Adapun jadwal masaknya untuk 10 hari, biasanyaseminggu sebelumnya sudah diberikan kepada kami.”4

Dari dua pemaparan di atas, dapat terlihat bahwa pemberian

asupan nutrisi makanan oleh panti tidak secara sembarangan. Menu

yang diberikan adalah 4 sehat 5 sempurna dengan melalui persetujuan

ahi gizi serta Dinas Sosial DKI Jakarta. Menu yang dibuat oleh petugas

panti, diserahkan kepada ahli gizi yang berada di Puskesmas

Cipayung. Setelah mendapat persetujuan baru diserahkan kepada

3 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza selaku Satuan Pelaksana PelayananSosial di PSAA Balita Tunas Bangsa tanggal 10 April 2017

4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sariah selaku Petugas Masak PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017

Page 80: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

67

Dinas Sosial DKI Jakarta untuk mendapatkan persetujuan. Hasil ini

dapat dilihat di bagian lampiran.

Dalam satu hari, panti memberikan asupan makan kepada anak

asuh dengan menu lengkap 4 sehat 5 sempurna. Untuk sekali makan,

seorang anak disabilitas diberikan satu mangkuk bubur halus. Bubur

halus yang diberikan ini merupakan campuran nasi dengan lauk pauk

yang mengandung protein serta lemak. Hal ini di ungkapkan oleh Ibu

Wasri selaku pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai berikut

:

“Dalam memberikan makanan, kami tidak sampai menghitungharus sebanyak apa. Selama cukup untuk anak, maka itu ukurancukup bagi kami. Biasanya blenderan pertama kami bisa banyakberikan sayur, kalau blenderan akhir sudah tinggal sisa. Karenadari petugas kantor pun hanya diberikan jadwal menu makannyasaja, tidak dengan ukuran harus sebanyak apa kita berikankepada anak.”5

Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa pemberian asupan

nutrisi terhadap anak baik normal maupun disabilitas tidak mengacu

kepada standar pemenuhan gizi dan nutrisi anak. Diungkapkan bahwa

pemberian makan kepada anak hanya dengan perkiraan pengasuh

dalam memenuhi nutrisi anak. Hal ini menerangkan bahwa ada suatu

indikasi kesenjangan terhadap pemenuhi gizi dan nutrisi anak.

Menurut pengamatan peneliti, penyajian yang dilakukan olehpengasuh yaitu, sebelum diblender, makanan bayi masihberbentuk bubur kasar dengan ukuran sedang diisi dengan buburnasi sebanyak setengah panci. Kemudian terdapat satu pancikecil yang berisi sayur, dan beberapa mangkok yang berisi lauk.

5 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri salah satu pengasuh PSAA Balita Tunas Bangsapada tanggal 22 September 2017

Page 81: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

68

Pengasuh menghaluskan semua makanan tersebut denganblender dengan pembagian, penghalusan yang pertama masihterdapat banyak lauk maka makanan yang dicampur masihdengan jumlah yang banyak lauknya sedangkan ketika sudahbagian akhir maka makanan yang di blender adalah bagian sisa.6

Dari hasil observasi diatas, dapat dilihat jelas bahwa pengasuh

dalam penyajian memberikan makanan kepada anak tidak mengukur

berdasarkan standar yang sudah diberikan oleh departemen kesehatan

untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi anak, namun hanya

dengan ukuran perkiraan pengasuh.

Selain pemberian makanan, pemberian susu juga termasuk

dalam pemenuhan gizi dan nutrisi. Dalam satu hari panti memberikan

setidaknya tiga kali untuk anak berusia 0 bulan sampai 18 bulan

masing - masing sebanyak 120 mL perbotol, tiga kali untuk anak

berusia 19 bulan sampai 3 tahun masing - masing sebanyak 240 mL,

dan dua kali untuk anak usia 3 tahun sampai 6 tahun masing - masing

sebanyak 240 mL. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Wasri sebagai berikut :

“Untuk pemberian susu, biasanya untuk bayi tiga kali sehariukuran botol kecil, untuk balita sama tiga kali sehari denganukuran botol yang besar. Untuk yang sudah besar, biasanyadiberikan dua kali dengan gelas seukuran dengan botol yangbesar.”7

Dari pemaparan Ibu Wasri diatas, dijelaskan susu yang

diberikan pengasuh kepada anak hanya berdasarkan kebiasaan. Jika

ditinjau dari aspek pemenuhan kalsium yang diperoleh dari susu,

pemberian susu kepada anak terjadi adanya ketimpangan sehingga

6 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 20177 ibid

Page 82: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

69

dapat ditarik kesimpulan terpenuhinya kebutuhan akan susu tidak

diberikan kepada anak – anak tersebut sesuai dengan teori pada bab 2

(h. 36).

Dalam observasi peneliti menemukan tidak adanya masalah dari

sisi kuantitas dalam memenuhi gizi dan nutrisi anak. Terlihat dari

banyaknya bubur instant, susu formula, serta makanan bayi lainnya

yang tersimpan di gudang panti bahkan sampai habis kadaluarsa.8

1) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “JI”

Menurut pengamatan peneliti dalam memenuhi gizi dan

nutrisinya, pengasuh memberikan makan kepada “JI” dalam bentuk

bubur halus sebanyak satu mangkuk penuh. Lauk pauk yang

diberikan kepada “JI” sama dengan yang diberikan kepada anak

normal lainnya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemenuhan

kebutuhan akan gizi dan nutrisi terhadap “JI” ditinjau dari menu

yang diberikan sudah memenuhi. Namun dilihat dari aspek standar

pemenuhan gizi dan nutrisi yang dikeluarkan olek departemen

kesehatan RI, belum cukup terpenuhi sebab perkiraan yang

digunakan pengasuh ketika memberikan makan kepada anak.

Berdasarkan pengamatan peneliti, cara pengasuh memberikan

makan kurang tepat, kebanyakan pengasuh memberikan makan

secara paksa kepada anak – anak, terutama anak disabilitas. Anak

8 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017

Page 83: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

70

disabilitas pada umumnya tidak dapat mengunyah dan menelan

makanan secara baik, bahkan ada salah satu pengasuh yang

menekan hidung seorang anak disabilitas yang berinisial “JI” agar

makanannya mudah masuk. Walaupun makanan tersebut hanya

berupa susu dicampur dengan milna (makanan bayi) namun

pengasuh tetap memaksa untuk makanan mudah ditelan, hal

tersebut bukanlah hal yang bagus untuk pencernaan anak.9

2) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “MA”

Dalam memenuhi gizi dan nutrisi, “MA” termasuk anak yang

tidak bisa diberikan bubur halus. Maka asupan nutrisinya yaitu

susu formula dicampur dengan biskuit bayi yang kemudian

dimasukkan kedalam botol susu sebanyak 240 mL. Hal ini

dijelaskan kembali oleh Ibu Wasri sebagai berikut :

“Untuk “MA”, kami tidak bisa memberikan bubur halus.Biasanya kami memberikan susu formula dicampur denganbiskuit bayi. Banyaknya sampai dia kenyang, biasanya dua kaliukuran botol besar.”10

Dari penjelasan diatas, diungkapkan bahwa pemberian makan

terhadap salah satu anak disabilitas bukan dengan bubur halus

seperti anak lainnya, melainkan dengan susu formula yang

dicampur dengan biskuit bayi. Banyaknya susu yang diberikan

kembali tidak berdasarkan standar pemenuhan nutrisi yang sudah

dijelaskan pada bab 2 (h. 36).

9 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 201710 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 22 September 2017

Page 84: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

71

Dalam cara pemberian makan, “MA” diberikan makanan

didalam botol susu biasa, lalu dibiarkan begitu saja. Sedangkan

“MA” tidak dapat memegang botol tersebut sendiri. Botol tersebut

didirikan meggunakan bantuan seperti bantal yang terletak di atas

perut “MA”. Yang lebih disesalkan lagi adalah ketika anak – anak

disabilitas ini masih kelaparan, mereka hanya bisa menangis sambil

berteriak, namun pengasuh mengacuhkannya.11

3) Pemenuhan Gizi dan Nutrisi “WA”

Dalam memenuhi gizi dan nutrisi “WA”, pengasuh memberikan

makan “WA” dalam bentuk bubur kasar. Dalam bubur tersebut

tidak dapat diperkirakan terpenuhi atau tidaknya gizi dan nutrisi

yang diberikan kepada “WA” sebab jumlah makanan yang

diberikan kepada “WA” hanya melalui perkiraan pengasuh.

Berdasarkan penjelasan informan diatas bahwa pemenuhan gizi

dan nutrisi yang diberikan kepada panti hanya berdasarkan menu 4

sehat 5 sempurna tanpa adanya perhitungan pemenuhan kalori, energi

serta beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pemenuhan gizi dan

nutrisi anak. Sehingga pemenuhan gizi dan nutrisi anak disabilitas di

PSAA Balita Tunas Bangsa berdasarkan standar pemenuhan gizi dan

nutrisi yang dijelaskan dalam bab 2 (h. 36), yaitu kebutuhan nutrisi

anak usia 1-3 tahun yang seharusnya membutuhkan 1,5 mangkok nasi

masing - masing sebanyak 200 gram, 0,5 ikan sebanyak 50 gram, 2

11 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 2017

Page 85: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

72

potong tempe masing – masing sebanyak 25 gram, satu mangkok

sayur sebanyak 100 gram, seiris buah pepaya seberat 100 gram, dan

usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi masing – masing

sebanyak 200 gram, 1 ikan seberat 50 gram, 3 tempe masing – masing

25 gram, 1,5 mangkok sayur sebanyak 100 gram, 2 iris buah pepaya

masing – masing seberat 100 gram belum cukup terpenuhi.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dari sisi standarisasi

dan ketersediaan bahan makanan, panti sudah memenuhi peraturan

terhadap tumbuh kembang anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar

akan gizi dan nutrisi anak yang ditandai oleh lengkapnya menu

makanan yang sudah disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun

ketika implementasi terhadap penghitungan gizi dan nutrisi anak yang

sudah diberikan oleh departemen kesehatan anak tidak terpenuhi

sebab pengasuh hanya mengikuti perkiraan dari pengasuh.

b. Perawatan Kesehatan

Salah satu aspek penunjang adanya perawatan kesehatan

terhadap anak adalah terlaksananya imunisasi dasar yang diberikan

untuk anak. Selain itu, kepedulian panti terhadap anak cukup baik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalammasalah kesehatan, panti sangat peduli dengan kondisi anakasuh terutama anak penyandang disabilitas. Apabila ada seoranganak yang sakit, dengan sigapnya panti memberikan pelayanankesehatan kepada anak. Hal kecil yang dilakukan adalah denganpemberian obat secara rutin kepada anak yang membutuhkanobat-obatan. Hanya saja, cara pengasuh memberikan obatkepada yaitu dengan satu sendok yang sama kepada beberapaanak yang mengalami penyakit yang sama. Dan juga setelah

Page 86: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

73

memberikan obat kepada anak, anak tidak langsung diberikanminum, namun ditinggal begitu saja.12

Hal ini diungkapkan oleh Ibu Harmani Riza sebagai berikut :

“Kesehatan anak itu nomor satu Mbak sangat diutamakan,menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tua. Apabila adaanak yang sakit, maka pengasuh yang lulusan perawat kamikerahkan. Tapi kalo sampai 2 atau 3 hari anak belum sembuh,langsung dibawa kerumah sakit, kebetulan kami bekerja samadengan rumah sakit haji pondok gede.”13

Dari pemaparan di atas, dalam hal pelayanan kesehatan panti

sangat bertanggung jawab terhadap kesehatan anak – anak terutama

penyandang disabilitas. PSAA Balita Tunas Bangsa memiliki

pengasuh yang merupakan lulusan keperawatan yang bertanggung

jawab terhadap anak – anak yang membutuhkan perawatan kesehatan

dasar. Namun ketika anak tersebut tidak sembuh dalam kurun waktu 3

hari, maka panti akan merawat secara intensif anak tersebut ke rumah

sakit. PSAA Balita Tunas Bangsa juga bekerja sama dengan beberapa

rumah sakit negeri maupun swasta di Jakarta.

Dalam pengamatan peneliti, disetiap kamar anak – anak terdapatalat – alat medis serta obat – obatan. Panti juga memilikifasilitas klinik yang terdapat inkubator, infus serta tabung gasoksigen.14

Hal ini disampaikan oleh Ibu Siti Murtofingah selaku Kepala

Bagian Tata Usaha di PSAA Balita Tunas Bangsa.

“Panti memang memiliki fasilitas cukup lengkap. Cumapemakaiannya memang jarang – jarang. Dan yang pengasuh

12 Observasi pribadi pada tanggal 20 Juni 201713 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 2017

14 Observasi pribadi pada tanggal 14 Maret 2017

Page 87: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

74

yang lulusan perawat tadi yang membantu mengoperasikanperalatan tersebut.”15

Senada dengan Ibu Siti, salah satu pengasuh yaitu Kak Sari yang

merupakan lulusan keperawatan menyampaikan hal serupa berikut ini

:

“Lulusan perawat disini cukup banyak. Pokoknya kalo ada yangsakit, butuh bantuan oksigen, obat – obatan, sampe masalahinfusan tanggung jawabnya PHL lulusan keperawatan yangpenting harus sesuai anjuran dokter. Yang lain juga diajarin kok.Tapi jarang juga sih pakenya, lebih sering langsung ke rumahsakit. Soalnya resikonya juga tinggi kan kalo salah pemakaian,apalagi untuk pengobatan anak – anak.”16

Dari dua pemaparan diatas, dapat dijelaskan bahwa panti

memiliki fasilitas medis yang cukup memadai. Dimulai dari petugas

yang merupakan perawat yang dibutuhkan saat merawat anak yang

sakit, hingga peralatan medis serta lemari obat – obatan. Yang

disayangkan adalah ketika peneliti menanyakan pemakaian peralatan

tersebut, Ibu Siti serta pengasuh menjawab dengan hal yang sama,

yaitu pemakaian alat medis jarang dipergunakan. Hal tersebut

berkaitan dengan resiko yang harus diambil ketika terjadi kesalahan.

Selain fasilitas tenaga kerja dan peralatan, panti juga memiliki

fasilitas pelayanan kesehatan. Seperti yang dituturkan oleh Ibu

Harmani Riza sebagai berikut :

15 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 201716 Wawancara pribadi dengan Ka Fitri Afrilia Sari salah satu Pengasuh PSAA Balita

Tunas Bangsa pada tanggal 20 Juni 2017

Page 88: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

75

“Tentu ada pemeriksaan dokter rutin, Mbak. Jadwalnya setiaphari Selasa waktunya pagi hari. Kegiatannya dimulai dari jam08.00 sampai selesai. Dokternya kami datangkan dariPuskesmas Cipayung sini.”17

Ibu Vivi juga mengungkapkan hal yang sama mengenai

pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan rutin yang diberikan di

panti sebagai berikut :

“Kegiatan pemeriksaan kesehatan sudah dari jaman dulu ya,Mbak. Rutin dilakukan setiap hari Selasa waktunya pagi hari.Dokternya juga sudah kerjasama dengan kami dari PuskesmasCipayung.”18

Dari pemaparan diatas, disebutkan bahwa salah satu kegiatan

panti dalam hal perawatan kesehatan yaitu adanya pemeriksaan

kegiatan rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali. Adapun

kegiatannya dilaksanakan setiap hari Selasa dimulai dari jam 08.00

hingga selesai. Dokter yang didatangkan berasal dari Puskesmas

Cipayung yang sudah bekerja sama dengan PSAA Balita Tunas

Bangsa. Dokter akan memeriksakan anak yang mengalami gangguan

kesehatan, baik masalah demam, flu, batuk hingga gangguan

kesehatan kulit. Dimulai dengan memeriksa berat dan suhu anak serta

memeriksa kondisi kesehatan anak.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pemeriksaan kesehatan anakhanya dilakukan kepada anak yang mengalami gangguankesehatan saja. Namun sebelum dilakukan pemeriksaan, dokterterlebih dahulu mengukur berat seluruh anak. Yang sangatdisayangkan adalah ketika anak tersebut dalam keadaankekurangan maka petugas kantor dan pengasuh justru

17 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 2017.18 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi Kafilatul Jannah pada tanggal 20 Juni 2017.

Page 89: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

76

menertawakan dan menyebut anak tersebut dengan kata-katayang kurang pantas, seperti “cacingan lu”, “dari jalanan sih,makanannya ga bersih” dan lain sebagainya.19

Banyaknya jumlah anak – anak yang berada di dalam panti tidak

menutup kemungkinan terjadinya penyakit menular. Dari hasil

observasi peneliti terdapat beberapa anak yang mengalami infeksi

penyakit kulit dan telinga. Dalam hal ini pun, panti memiliki kegiatan

khusus yaitu pemeriksaan kulit, kuku, telinga, hidung dan mulut.

Hal ini dijelaskan oleh Ibu Riza bahwa pemeriksaan tersebut

dilakukan sebab anak – anak di panti sangatlah banyak. Beberapa

anak dipanti menderita penyakit kulit, telinga maupun hidung.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pencegahan penularan

penyakit – penyakit tersebut.

“Pemeriksaan kulit, telinga itu salah satu merawat kesehatan.Disini kan anaknya banyak ya Mbak, diantara mereka jugabanyak yang kulitnya atau telinganya terinfeksi. Nah daripadamenyebar, lebih baik dicegah dulu. Terutama kulit, penyakitkulit itu kan mudah menularnya.”20

Salah satu pengasuh yang merawat serta memeriksa kuku, kulit,

telinga, hidung dan mulut adalah Kak Sari.

“Di sini ada beberapa anak yang infeksi kulit sama telinga.Makanya harus rutin diperiksa, dijaga kebersihannya. Kalo nggarutin, gampang nularnya. Malah kasian yang lain kaloketularan.”21

19 Observasi pribadi pada tanggal 13 Oktober 201720 Wawancara pribadi dengan Ibu Harmani Riza pada tanggal 10 April 201721 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 20 Juni 2017

Page 90: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

77

Pemeriksaan kulit, kuku, telinga, hidung dan mulut rutin

dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan

penyakit. Baju yang tercampur, makanan yang diberikan secara

bersamaan, peralatan makan yang digunakan secara bersama – sama

menjadi salah satu penyebab terjadinya penularan penyakit terutama

penyakit kulit. Kegiatan pemeriksaan ini dilaksanakan setiap sore hari

setelah anak – anak mandi sore. Peralatan mandi serta kamar mandi

yang digunakan anak – anak yang mengalami gangguan infeksi kulit

dipisahkan, sebab salah satu penularan penyakit adalah melalui air dan

peralatan mandi. Setelah selesai mandi, luka infeksi tersebut

dibersihkan serta diberikan obat oleh pengasuh yang bertugas.

1) Perawatan Kesehatan terhadap “JI”

Aspek pertama dalam perawatan kesehatan dilihat dari imunisasi

yang diberikan. Berikut ini mengenai imunisasi “JI”

Tabel 4.1

Tabel Imunisasi Dasar “JI” 22

No. Jenis Imunisasi Tanggal Imunisasi

1. DPT II 6 Agustus 2015

2. DPT III 13 Oktober 2015

3. Polio III 6 Agustus 2015

4. Polio IV 13 Oktober 2015

5. Campak 23 Desember 2015

22 Wawancara pribadi dengan Ibu Dana pada tanggal 22 September 2017

Page 91: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

78

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dana, peneliti

memperoleh informasi mengenai pemenuhan imunisasi anak. Yang

pertama “JI”. “JI” menjadi anak asuh panti sejak berumur 0 bulan.

Dari 10 imunisasi dasar yang diberikan oleh kementrian kesehatan,

“JI” hanya mendapatkan imunisasi dasar DPT II, OPV III, DPT III,

OPV IV dan campak. Sedangkan berdasarkan waktunya, DPT II dan

OPV III yang seharusnya diberikan pada bulan ke 3, “JI”

mendapatkannya saat berusia 7 bulan. Kemudian DPT III, OPV IV

pada bulan ke 4, “JI” mendapatkan pada bulan ke 9. Dan yang terakhir

imunisasi campak, seharusnya diberikan pada bulam ke 9, “JI”

mendapatkan pada bulan ke 11. “JI” tidak mendapatkan imunisasi

Hepatitis B 0, BCG, Polio 1, DPT I dan Polio II.

Berdasarkan pemaparan diatas, jelas terlihat bahwa adanya suatu

kesenjangan pemenuhan imunisasi dasar terhadap “JI” baik dalam

jumlah pemberian imunisasi maupun dengan ketepatan waktu yang

diberikan.

Kemudian mengenai pemeriksaan kesehatan, “JI” selalu rutin

dilakukan. Hal ini disebabkan kondisi fisik “JI” yang lemah dan sering

mengalami sesak napas. Sehingga panti memberikan perhatian khusus

terhadap kesehatan “JI”.

Page 92: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

79

2) Perawatan Kesehatan terhadap “MA”

Dalam pemberian imunisasi, dikatakan bahwa “MA” tidak

memiliki riwayat imunisasi dasar. Hal ini dijelaskan Ibu Dana

dalam wawancara berikut :

“”MA” terdaftar di panti ini saat usianya sudah 5 tahun.Sebelumnya juga tidak ada berkas riwayat tumbuh kembangnya.Jadi kami tidak memberikan imunisasi dasar apapun.”23

Berdasarkan hasil wawancara di atas, imunisasi dasar yang

diberikan kepada anak “JI” dari 10 imunisasi dasar hanya diberikan

5 dengan waktu yang tidak tepat. Kepada “WA” dari 10 Imunisasi

dasar hanya 8 yang diberikan dengan waktu yang tidak tepat.

Sedangkan “MA” tidak diberikan imunisasi dikarenakan “MA”

sudah berusia dewasa ketika terdaftar di dalam panti.

Sama halnya seperti “JI” dalam pemeriksaan kesehatan, “MA”

selalu rutin dilakukan. Hal ini disebabkan kondisi fisik “MA” yang

lemah, terlebih lagi “MA” mengalami infeksi pada kulitnya.

Selain pemeriksaan kesehatan, “MA” juga menjalankan

pemeriksaan kulit, kuku, hidung dan telinga.

Saat peneliti mengobservasi kegiatan pemeriksaan kebersihan,“MA” yang mengalami infeksi kulit tidak terlepas daripemeriksaan. Dalam memandikan “MA” pengasuh memisahkan“MA” dari semua agar anak-anak yang lainnya tidak tertular.Setelah memandikan, pengasuh membersihkan luka pada kulit“MA”. Kehati-hatian dalam membersihkan luka “MA” dinilaikurang, karena pengasuh mengelap tubuh “MA” dengan handuksangat kasar. Pengasuh melakukan hal tersebut dengan alasanagar tidak memakan waktu lama.24

23 Wawancara pribadi dengan Ibu Dana pada tanggal 22 September 201724 Observasi pribadi pada tanggal 14 Oktober 2017

Page 93: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

80

Gambar 4.1Gambar diatas adalah ketika “MA” mendapatkan penanganankhusus dari RS. Haji Jakarta. “MA” menderita gangguan saluranpernafasan sehingga membutuhkan penanganan medis darirumah sakit.Dari seluruh kegiatan perawatan kesehatan, dapat disimpulkan

bahwa ditinjau dari aspek pelaksanaan imunisasi yang diberikan kepda

anak – anak disabilitas kurang terpenuhi. Hal tersebut dilihat dari

kelengkapan dan ketepatan waktu yang seharusnya diberikan kepada

anak – anak sesuai standar yang diberikan Departemen Kesehatan

yang tertera dalam bab 2 (h. 38), terlebih lagi anak tersebut dalam

keadaan disabilitas yang seharusnya mendapat perhatian khusus.

Selain itu, dalam hal perawatan kesehatan rutin yang diadakan setiap

hari Selasa dimulai dari jam 08.00 hingga selesai. Pemeriksaan ini

dilakukan oleh dokter yang berasal dari Puskesmas Cipayung.

Pemeriksaan ini dilakukan hanya terhadap anak – anak yang kurang

sehat, seperti demam, flu, batuk, hingga infeksi kulit. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bawah pemenuhan kebutuhan dasar dalam hal

Page 94: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

81

perawatan kesehatan di PSAA Balita Tunas Bangsa sesuai dengan

teori yang dijelaskan dalam bab 2 (h. 37) belum cukup terpenuhi.

Cara panti memantau kesehatan anak – anak salah satunya yaitu

mengadakan case conference setiap tiga bulan sekali. Case conference

ini melibatkan petugas kantor dan pengasuh. Dalam case conferense

yang diadakan pihak panti bersama pengasuh pada Rabu, 7 Juni 2017,

membahas perihal perawatan kesehatan serta riwayat penyakit yang

dialami anak – anak. Pengasuh melaporkan bahwa anak – anak dalam

keadaan sehat. Adapun perawatan rutin yang dijalani beberapa anak

yang memiliki penyakit bawaan tetap berjalan lancar. Salah satu

contohnya adalah “JI” yang sering mengalami sesak napas karena

saluran pernapasannya terganggu sehingga harus menjalani

penguapan.25

c. Lingkungan yang Higienis

Kesehatan tidak akan terjaga apabila tidak didukung dengan

tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal layak bukan hanya

berukuran besar, namun juga terjaga kebersihannya, cukup ventilasi,

dan dengan keadaan sehat. Selain itu, lingkungan tempat tinggal yang

bersih akan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan

aktivitas dengan aman.26

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mengamati keadaan

tempat tinggal panti, terutama kamar tidur sebagai tempat istirahat

25 Hasil studi dokumentasi case conferense pada tanggal 7 Juni 201726 BAB II hlm. 36

Page 95: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

82

anak–anak. Kamar yang dihuni oleh anak – anak terdapat pendingin

ruangan, memiliki ventilasi yang cukup, terdapat kamar mandi serta

kasur untuk masing – masing anak. Selain itu, kamar terlihat selalu

bersih serta wangi. Hal ini dikarenakan petugas kebersihan panti yang

selalu tepat waktu membersihkan serta merapikan ruangan. Ruang

tidur serta ruang bermain anak selalu berada dalam keadaan steril,

tidak boleh ada pengunjung masuk kecuali dengan izin petugas. Ruang

tidur anak memiliki dua ruangan besar serta dua kamar mandi. Dalam

satu ruang besar terdapat 15 sampai 20 kasur bayi untuk masing –

masing anak.27

Selain ruang tidur, terdapat dua ruangan bermain anak – anak,yaitu yang pertama untuk anak berusia 18 bulan sampai 3 tahun.Ruang bermain ini terletak di lantai 3 gedung panti, berisipermainan anak seperti perosotan, mandi bola, serta puzzleuntuk melatih motorik anak. Ruang bermain ini dilengkapidengan pendingin ruangan, ventilasi serta pencahayaan yangcukup. Dan yang kedua ruang bermain untuk anak berusia 3tahun sampai 6 tahun. Ruang bermain ini terletak di lantai 1gedung panti. Ruang ini hanya berisi televisi, namun tetapdilengkapi dengan pendingin ruangan. Ventilasi danpencahayaan yang didapat dalam ruangan ini dinilai kurangkarena letak ruangan ini berada di lantai paling bawah yanglebih terlihat seperti basement.28

Hasil pengamatan peneliti diperjelas dengan pernyataan Ibu

Wasri sebagai berikut :

“Kamarnya emang begini, Mbak, harus ber AC, anak – anaknyakan banyak, ngga mungkin kalo ngga pake AC. Setiap pagiketika anak – anak sedang dijemur, kita buka semua jendelanyasupaya ada pertukaran udara” 29

27 Observasi pribadi pada tanggal 14 Maret 201728 ibid29 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 96: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

83

Selain itu juga mengenai fasilitas panti dijelaskan oleh Bu Siti

sebagai berikut :

“Standar fasilitas dari dinsos DKI Jakarta adalah setiap kamardiberikan pendingin untuk kenyamanan serta sterilisasi ruangananak. Karena kenyamanan yang paling di utamakan. Setiap pagikalau anak – anak sedang berjemur atau olahraga semua kamardibuka jendelanya, supaya ada pertukaran udara. Kebetulan jugalokasi gedungnya ngga terlalu banyak kena polusi, jadi bukajendela pagi – pagi cukup segar dan bagus.”

Berdasarkan standar fasilitas yang ditentukan Dinas Sosial DKI

Jakarta, semua ruang di panti dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Hal ini dikarenakan jumlah anak di panti, serta untuk kenyamanan dan

sterilisasi ruangan. Namun adakalanya setiap ruangan dibuka guna

adanya pertukaran udara, utamanya di pagi hari. Ibu Siti

menambahkan bahwa letak posisi gedung panti yang tidak terlalu

banyak polusi sehingga banyak mendapatkan udara yang cukup segar

dan bagus untuk pernafasan di pagi hari. Maka dari itu, PSAA Balita

Tunas Bangsa sudah memenuhi syarat fasilitas yang dijelaskan dalam

bab 3 h. 74.

Page 97: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

84

Gambar 4.3Gambar diatas membuktikan bahwa ruangan memenuhi syaratpemenuhan kebutuhan dasar mengenai lingkungan higienis.Ruangan dilengkapi dengan pendingin ruangan serta dalamkeadaan bersih.

Selain ruangan, tempat tidur anak juga harus dijaga

kebersihannya. Hal ini dibuktikan dengan pengasuh mengganti sprei

kasur minimal setiap enam jam sekali. Dijelaskan oleh Bu Wasri

sebagai berikut :

“Paling ngga ya 6 Jam sekali harus ganti seprai. Yang pasti kalospreinya udah kotor harus langsung diganti. Jadwal pasti gantinyaitu waktu baru bangun tidur, setelah makan siang, dan setelah tidursiang.”30

Salah satu syarat lingkungan yang higienis adalah tempat tidur

yang senantiasa dalam keadaan bersih. Maka dari itu, cara panti menjaga

kebersihan tersebut yaitu dengan sering mengganti sprei yang digunakan

anak. Mengganti sprei juga sebagai upaya mencegah adanya bau tidak

sedap yang disebabkan oleh susu yang ditumpahkan anak atau terkena

muntah anak.

Untuk kebersihan ruangan, panti memiliki banyak petugas

kebersihan, diantaranya membersihkan ruangan, mencuci pakaian serta

sprei. Salah satu petugas laundry yang peneliti amati memiliki tugas yang

sangat banyak. Dalam satu ruangan dipenuhi oleh pakaian bersih,

sedangkan di luar ruangan masih banyak pakaian kotor. Berikut

penjelasan Mas Rahmat selaku petugas laundry panti :

30 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 98: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

85

“Wah kalo cucian ya sebanyak ini, bisa liat sendiri kan. Ini 3 kamarbaru dari pagi sampe siang ini doang. Saya sekali nyuci sprei bisa100 buah sprei. Kan anak – anak disini ada 100an, satu kasur buatsendiri, ya kira – kira segitu banyaknya saya nyuci. Baru sprei yabelom bajunya, kalo bajunya bisa seratusan lebih. Mereka sih adabaju lain, cuma kan tetep aja harus ada cadangan lainnya. Makanyakalo udah turun baju sama seprai kotor ya harus langsung cuci.”31

Dari penuturan di atas jelas menerangkan bahwa tugas mencuci

sprei dan pakaian tidaklah sedikit dan mudah. Dalam satu hari Mas

Rahmat bisa mencuci sprei sebanyak 100 buah sedangkan mencuci

pakaian anak lebih dari 100 buah. Hal ini disebabkan banyaknya anak

serta pentingnya menjaga kebersihan.

Selain kebersihan tempat tidur dan pakaian, kebersihan popok

termasuk salah satu hal penting. Hal ini juga disebutkan oleh ibu Wasri

dalam wawancara sebagai berikut:

“Sesuai jadwal, kita sering ganti popok anak. Ngga mungkin dongudah kotor dan bau terus kita diemin. Anaknya juga pasti ngganyaman. Jadi setiap ada yang bau ya kita periksain satu – satu yangmana yang harus ganti popok. Biasanya juga kan kalo merekamulai ngga nyaman paling nangis.”32

Dari penuturan diatas dapat dijelaskan bahwa pengasuh harus rutin

memeriksa kebersihan popok anak. Dengan cara memeriksakan satu

persatu maka pengasuh akan mengetahui mana yang harus dibersihkan

atau digantikan popoknya.

1) Higienitas Lingkungan terhadap “JI”

Dari hasil observasi peneliti, penempatan kasur khusus anakdisabilitas justru diletakan di tempat yang tidak mudah dilihat

31 Wawancara pribadi dengan Mas Rahmat selaku petugas cucian pada tanggal 20 Juni2017

32 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 99: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

86

orang. “JI” berada diruang arjuna bersama anak asuh berusia 0bulan hingga 18 bulan. Ruang arjuna terdiri dari 1 ruang utamaberukuran besar, dimana banyak kasur bayi untuk anak – anaknormal diletakkan. Kemudian ada satu ruang cukup besar dengandilengkapi kasur besar, kasur ini biasanya sebagai tempat pengasuhberistirahat. Kamar ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan,namun kurang mendapatkan cahaya serta kurangnya ventilasi.Kasur “JI” terdapat dikamar tersebut dan berada diujung ruangandengan keadaan keliling kasurnya di tutupi dengan kasur tebalguna melindungi “JI” dari benturan.33

Dari hasil observasi diatas, dapat dijelaskan bahwa dari sisi

kebutuhan akan higienitas lingkungan, panti sudah memenuhi

standar yang diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun ada hak

sosial anak yang dapat diindikasikan tidak terpenuhi sebab ia

berada di ruangan yang tidak mudah terlihat oleh orang lain.

Gambar 4.2Gambar 4.2 merupakan salah satu bukti bahwa tempat tidur yangdimiliki anak asuh dalam keadaan higienis.

Penulis juga mengamati cara pengasuh menggantikan popok padaanak terutama pada anak disabilitas salah satunya “JI”. Caramelepas diapers pada anak disabilitas khususnya “JI” dengan carameletakkan tubuhnya di atas kasur dengan tanpa memperhatikankeamanan kepalanya. Setelah terbuka popoknya, “JI” digendongdengan mengangkat bagian ketiak tanpa memperhatikan keadaankepala dan lehernya sehingga terkadang kepala “JI” terkulaikebelakang. Kemudian diletakkan di lengan pengasuh untuk

33 ibid

Page 100: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

87

dibawa ke wastafel agar dibersihkan kotorannya. Kemudian setelahselesai, “JI” diangkat menuju meja ganti. Sebelum dipakaikanpopok, “JI” terlebih dahulu diberikan minyak bayi, baru dipakaikanpopok tanpa adanya interaksi antara pengasuh dan anak sehinggahanya menjadi kegiatan yang monoton.34

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa dalam hal kebersihan

anak dengan kegiatan menggantikan popok bayi sudah sesuai

rancangan kegiatan yang diberikan panti, namun pengasuh kurang

memperhatikan keamanan dan keselamatan bayi dilihat dari cara

menggendong maupun meletakkan bayi. Dan kegiatan tersebut

hanya menjadi kegiatan yang rutin sebab tidak adanya interaksi

yang memposisikan bahwa pengasuh sebagai pengganti orang tua

yang berhadapan dengan anak sehingga tidak terlihat suatu

kedekatan antara anak dengan pengasuh.

Wastafel yang digunakan adalah wastafel khusus sanitasi. Hal

ini dijelaskan oleh Pak Udin selaku salah satu petugas teknisi panti

sebagai berikut.

“Wastafel yang dipakai untuk sanitasi khusus di ruang arjunaaja, karena mereka juga masih bayi. Salurannya juga langsungke septictank, tapi dihubungkan ke saluran wc dulu jadi nggabau.”35

Menurut penuturan Pak Udin, penggunaan wastafel sebagai

tempat sanitasi anak hanya khusus ruangan bayi. Saluran yang

terhubung langsung ke septictank karena wastafel ini memang

digunakan sebagai toilet bayi. Namun peletakan saluran menuju

34 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 201735 Wawancara pribadi dengan Pak Udin pada tanggal 29 Agustus 2017

Page 101: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

88

septictank diatur secara rapih sehingga tidak terjadi polusi udara

yang akan mengganggu pernafasan serta kesehatan anak – anak.

2) Higienitas Lingkungan terhadap “MA”

Dari hasil pengamatan peneliti, lokasi tempat tidur “MA” berada

diruang Rama Shinta. “MA” diberikan kasur yang diletakkan di

pojok ruangan, dekat dengan jendela. Kasur “MA” selalu terlihat

bersih sebelum ia diberikan makan. Namun ketika diberikan

makan, kasur “MA” akan terlihat kotor yang disebabkan oleh

makanan yang tumpah dari mulut “MA”.

3) Higienitas Lingkungan terhadap “WA”

“WA” berada diruang Rama Shinta. Kasur “WA” berada dipojok

sisi kanan ruangan. Kasur “WA” juga selalu dalam keadaan bersih.

Hal ini tidak terlepas dari petugas kebersihan yang bersedia

membantu membersihkan ruangan.

Seperti yang sudah dijelaskan Ibu Siti Murtofingah, kebersihan

ruangan merupakan salah satu prioritas untuk menjaga kesehatan dan

kenyamanan anak–anak. Tidak hanya ruangan, pakaian dan

kebersihan tempat tidur juga harus dijaga dengan baik. Begitupun

yang disampaikan oleh pengasuh, keadaan kamar dan pakaian yang

kurang bersih membuat kenyamanan terganggu. Panti Sosial Asuhan

Anak Balita Tunas Bangsa memiliki tiga ruang tidur utama, yaitu

ruang Arjuna untuk bayi berumu 0 bulan sampai 6 bulan, ruang

Page 102: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

89

Ramashinta untuk batita berumur 7 bulan sampai 3 tahun, dan ruang

Krisna untuk anak berumur 3 tahun sampai 6 tahun.

Dari semua penjelasan mengenai lingkungan yang higienis,

ditinjau dari aspek cukupnya ventilasi, kebersihan serta kenyamanan

ruangan panti sudah cukup memenuhi syarat sesuai dengan teori yang

dijelaskan mengenai pemenuhan kebutuhan lingkungan yang higienis.

Namun masih terdapat perbedaan antara penempatan kasur anak

normal dengan anak disabilitas. Ketika anak normal diletakkan

diruangan besar yang terlihat oleh banyak pengunjung justru anak

disabilitas disembunyikan diruangan yang gelap, yang tidak terlihat

oleh siapapun kecuali yang memperhatikannya. Sebab anak disabilitas

diletakkan di pojok ruangan.

d. Olahraga dan Rekreasi

Salah satu program yang dijalankan Panti Sosial Asuhan Anak

Balita Tunas Bangsa adalah olahraga setiap satu minggu dua kali

dipagi hari serta rekreasi minimal satu tahun sekali.

Kegiatan olahraga dilaksanakan untuk merenggangkan otot –

otot motorik anak – anak. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu

pagi serta Jumat Pagi mulai pukul 07.30 sampai selesai. PSAA Balita

Tunas Bangsa memanggil guru senam dari luar guna memimpin

senam.

Page 103: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

90

Hal ini dijelaskan oleh Ibu Mia Rumbari selaku satuan pelaksana

pembinaan sosial di PSAA Balita Tunas Bangsa dalam wawancara

sebagai berikut :

“Kegiatan diluar kamar untuk anak – anak ya salah satunya ini,olahraga Mbak, kalo hari Rabu sama Jumat kita senam. Rabuuntuk anak – anaknya aja, tapi kalo Jumat bareng orang – orangkantor semuanya senam. Paling lama satu jam sampe satusetengah jam. Untuk instruktur senamnya kita panggil dariluar.”36

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Vivi sebagai berikut :

“Olahraga yang kami laksanakan ini termasuk kegiatan rutinMbak. Dilakukannya setiap Rabu khusus anak – anak berusia 3tahun sampai 6 tahun dan Jumat anak – anak bersama semuapetugas. Dimulai jam 08.00 sampai selesai. Kebetulan instruktursenamnya kita panggil dari luar.”37

Dua pernyataan diatas menjelaskan, bahwa kegiatan olahraga

senam di panti merupakan kegiatan rutin. Dilaksanakan setiap hari

Rabu yang diikuti oleh anak – anak khususnya berusia 3 tahun sampai

6 tahun, dan Jumat yang diikuti oleh anak – anak dan seluruh petugas

panti. Sedangkan untuk instruktur senam Ibu Vivi menambahkan

bahwa instruktur senam berasal dari luar panti.

Kegiatan yang lainnya adalah rekreasi yang diadakan minimal

satu tahun sekali. Rekreasi ini untuk anak – anak yang berusia 3 tahun

sampai 6 tahun. Sedangkan untuk anak – anak disabilitas, mereka

tidak pernah diikutkan dalam kegiatan rekreasi, karena keterbatasan

36 Wawancara pribadi dengan Ibu Mia Rumbari pada tanggal 20 Juni 201737 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017

Page 104: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

91

fisik mereka dan kurangnya fasilitas yang dimiliki panti. Seperti yang

dijelaskan Ibu Vivi sebagai berikut :

“Di agenda kegiatan tahunan memang ada rekreasi paling tidakdalam satu tahun dilaksanakan sekali, tapi ini khusus anak –anak yang berumur 3 tahun sampai 6 tahun saja. Kalau untukanak bayi apalagi anak disabilitas kami tidak ajak, karena kamitidak mau mengambil resiko kalau terjadi apa – apa. Karena kankita juga belum punya fasilitas seperti kursi roda khusus anakdisabilitas ya, Mbak.”38

Ibu Vivi menuturkan bahwa kegiatan rekreasi dilaksanakan

setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini dilakukan khusus anak – anak

berumur 3 tahun sampai 6 tahun. Untuk anak disabilitas serta bayi

tidak diikutkan karena kurangnya fasilitas yang dimiliki panti serta

tidak seimbangnya jumlah pengasuh dengan anak asuh sehingga panti

tidak ingin mengambil resiko apabila terjadi sesuatu. Resiko yang

dihadapi seperti hilang atau jatuh sehingga menyebabkan anak

disabilitas terluka atau tidak terawat selama diperjalanan.

1) Olahraga dan Rekreasi untuk “JI”

Kegiatan olahraga dan rekreasi hanya dilaksanakan kepada anak –

anak berusia 3 tahun hingga 6 tahun. “JI” yang masih berusia 2

tahun hanya memiliki kegiatan berjemur bersama bayi lainnya.

Sedangkan dalam kegiatan rekreasi, seperti yang sudah dijelaskan

oleh Ibu Vivi bahwa anak disabilitas tidak dapat mengikuti

kegiatan rekreasi dengan beberapa alasan, seperti kurangnya

38 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017

Page 105: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

92

fasilitas untuk anak disabilitas, serta umur yang tidak mencukupi

untuk mengikuti kegiatan rekreasi.

2) Olahraga dan Rekreasi untuk “MA”

Sama halnya dengan “JI”, “MA” juga tidak dapat mengikuti

kegiatan olahraga dan rekreasi karena kondisi fisiknya.

3) Olahraga dan Rekreasi untuk “WA”

Terdapat perbedaan kegiatan untuk anak penyandang disabilitas,

seperti yang dijelaskan Ibu Mia sebagai berikut :

“Untuk kegiatannya anak – anak yang keterbatasan fisik seperti“WA” ya kita paling menuntun dia berjalan. Sebetulnya kalaujalan merayap udah bisa, cuma mungkin dia tidak bisa melihatjadi kita bantu dia jalan – jalan biasa. Tapi kalau “MA” sama“JI” kan memang maaf ya sudah lumpuh, ya jadi kita ngga bisaajarin mereka jalan, palingan sambil kita jemur gini, supayakena matahari juga.”39

Dari pemaparan informan diatas, kegiatan untuk anak disabilitas

tidak mengikuti kegiatan seperti anak panti lainnya yang

melakukan senam. Kegiatan ini diganti dengan berjemur atau

belajar berjalan. Khususnya “WA”, karena “WA” sudah menjalani

terapi dan mulai bisa berjalan namun “WA” tetap membutuhkan

bantuan orang lain. Hal ini juga bertujuan agar fisik “WA” mudah

digerakkan.

Sementara yang tertera pada bab 2 (h. 38) kegiatan ini

merupakan salah satu kebutuhan dasar. Sedangkan kegiatan fisik

yang dilakukan “WA” hanya sebatas pelatihan fisik yang khusus

39 Wawancara pribadi dengan Ibu Mia Rumbari pada tanggal 20 Juni 2017

Page 106: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

93

dilakukan untuk “WA” dan bukan termasuk olahraga seperti anak

lainnya. Sehingga panti tidak memberikan kesempatan kepada anak

tersebut untuk berinteraksi sosial bersama teman – temannya dan

seakan – akan melaksanakan kegiatan eksklusif.

Dari penjelasan diatas, belum ada kegiatan olahraga dan rekreasi

yang dapat melibatkan anak – anak penyandang disabilitas. Hal

tersebut terlihat adanya pembedaan karena ada suatu ketentuan yang

diberikan panti disebabkan keterbatasan fisik yang mereka alami yaitu

kegiatan rekreasi yang hanya diperuntukkan khusus anak normal

berusia 3 tahun sampai 6 tahun. Adapun pemenuhan kebutuhan akan

olahraga khusus anak penyandang disabilitas sangat bergantung pada

terapis. Menurut laporan case conferense yang diadakan panti, sampai

saat ini belum ada kegiatan olahraga maupun rekreasi yang dapat

melibatkan anak – anak penyandang disabilitas.40

2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih

Kebutuhan dasar asuh merupakan kebutuhan yang bersifat psikologis.

Kebutuhan psikologis adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan

perkembangan psikis anak. Jenis kebutuhan tersebut adalah kasih sayang,

rasa aman, dan penghargaan terhadap diri anak. Terhambatnya pemenuhan

kebutuhan psikologis ini menyebabkan anak terhambat perkembangan

psikisnya, atau perkembangan mentalnya menjadi tidak wajar.

a. Kasih Sayang

40 Hasil case conferense pada tanggal 7 Juni 2017

Page 107: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

94

Untuk menunjang tercapainya tumbuh dan kembang yang

optimal, orang tua hendaknya mengenal kebutuhan-kebutuhan dasar

anak terutama sejak anak masih bayi dan balita. Salah satu bentuk

pemenuhan kebutuhan dasar adalah pemberian kasih sayang kepada

anak.

Mengenai pemberian kasih sayang, Ibu Vivi memberikan

penjelasan sebagai berikut :

“Anak – anak di panti hampir semuanya tidak punya orang tuakan Mbak, jadi kita semua baik petugas kantor maupunpengasuh harus memberikan kasih sayang sebagai penggantiorang tua bagi anak – anak.”41

Dalam pemberian kasih sayang, panti memiliki ketentuan

khusus yaitu memberikan kasih sayang kepada anak asuh sebagai

pengganti orang tua kandung. Anank – anak yang berada di PSAA

Balita Tunas Bangsa merupakan anak – anak terlantar yang

membutuhkan banyak kasih sayang, sehingga sebagai petugas dan

pengasuh wajib memberikan kasih sayang kepada anak layaknya anak

kandung mereka sendiri.

Salah satu aspek yang penting dalam memberikan kasih sayang

yaitu memberikan perhatian kepada anak. Bentuk perhatian pengasuh

terhadapa anak salah satunya dilihat dari respon pengasuh ketika

mendengar anak tersebut menangis.

Dari hasil pengamatan, terlihat adanya pembiaran yangdilakukan pengasuh ketika ada anak yang menangis. Ketika adaseorang anak menangis, pengasuh tidak langsung memberikan

41 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017

Page 108: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

95

perhatian kepada anak tersebut. Setelah 3 – 5 menit lamanyamenangis, baru pengasuh merespon anak tersebut denganmemberikan susu. Pengasuh tidak akan menggendong anaktersebut, terlebih lagi apabila ia termasuk anak disabilitas.Seperti “JI”, ketika menangis maka pengasuh hanyamembiarkannya saja, tidak diperiksa apakah ia sedang haus,atau lapar, atau popoknya harus diganti.42

Hasil pengamatan ini diperjelas dengan penuturan Kak Sari,

sebagai berikut :

“Kalau ada anak yang menangis, kami biasanya memberikansusu supaya anak tersebut diam. Biasanya mereka menangiskarena haus atau laper. Atau kalau tidak karena harus gantipopok. Kita juga ngga sering – sering gendong kalau nangis,takut anaknya malah manja.”43

Dari penjelasan di atas jelas bahwa kelekatan yang dilakukan

oleh pengasuh terhadap anak dikatakan kurang. Karena ketika anak

menangis tidak ada respon perhatian yang diberikan pengasuh dan

hanya diberikan sebotol susu dengan harapan anak tersebut berhenti

menangisnya. Terlebih lagi respon terhadap anak disabilitas ketika

menangis tidak langsung ditanggapi atau didatangkan. Bahkan terlihat

adanya pembiaran yang dilakukan oleh pengasuh.

Berdasarkan studi dokumentasi yang peneliti dapatkan selamaPraktikum I di PSAA Balita Tunas Bangsa adalah salah satuanak disabilitas yang berinisial “NI”. Ia mengalamiketerbelakangan mental sejak lahir, sehingga memiliki emosiyang tidak dapat diatur. “NI” memiliki kebiasaan buruk, yaituketika ia menginginkan sesuatu namun tidak ia dapatkan makaia akan marah. Yang dilakukan oleh “NI” tidak hanya menangisdan berteriak, ia akan membenturkan kepalanya hingga iamendapatkan apa yang diinginkan. Pengasuh yang adadisekitarnya tidak akan menolongnya atau memberikan

42 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201743 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 20 Juni 2017

Page 109: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

96

perlindungan kepadanya, justru membiarkan “NI”membenturkan kepalanya hingga ia merasa puas.44

Dalam kejadian terlihat adanya suatu pembiaran yang dilakukan

oleh pengasuh terhadap “NI” saat ia membenturkan kepalanya ke

dinding. Seharusnya pengasuh dengan sigap mencegah “NI” supaya

tidak membenturkan kepalanya. Namun, hal ini dijelaskan oleh Ibu

Wasri sebagai berikut :

“Kebiasaan “NI” itu kalo lagi marah ya nge-jedotin kepalanyake tembok atau ngga pintu. Kita udah sering tahan, tapi yang adamalahan kita di pukul jadi suka kita biarin aja. Biasanya jugananti diem sendiri.”45

Tindakan “NI” dalam membeturkan kepalanya ke dinding

merupakan suatu kebiasaan yang ia lakukan ketika dalam keadaan

marah. Hal tersebut sebagai pengungkapan rasa kesalnya terhadap

sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan.

Penyampaian perhatian lainnya yaitu salah satunya ketikamemberikan makan kepada anak. Berdasarkan pengamatanpeneliti, cara pengasuh memberikan makan kurang tepat,kebanyakan pengasuh memberikan makan secara paksa kepadaanak – anak, terutama anak disabilitas. Anak disabilitas padaumumnya tidak dapat mengunyah dan menelan makanan secarabaik, bahkan ada salah satu pengasuh yang menekan hidungseorang anak disabilitas yang berinisial “JI” agar makanannyamudah masuk. Walaupun makanan tersebut hanya berupa susudicampur dengan milna (makanan bayi) namun pengasuh tetapmemaksa untuk makanan mudah ditelan, hal tersebut bukanlahhal yang bagus untuk pencernaan anak.46

Selain memberikan perhatian, kasih sayang yang diberikan juga

dengan cara berbicara yang lemah lembut terhadap anak. Berbicara

44 Studi dokumentasi Praktikum I Tahun 201445 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 201746 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017

Page 110: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

97

dengan anak yang benar adalah bukan dengan nada bicara yang keras,

berbicara kasar.

Yang peneliti dapatkan selama observasi adalah ketika ada anak

dalam keadaan bermain, bernyanyi justru oleh pengasuh dimarahi dan

disuruh diam. Bahkan anak tersebut di bentak dengan nada tinggi dan

dikatakan berisik.

Ibu Wasri menjelaskan mengenai hal di atas sebagai berikut :

“Kalau ada yang berisik, semuanya jadi ikutan berisik, Mbak.Kebetulan yang berjaga juga hanya sedikit dibandingkan jumlahanaknya. Jadi daripada semuanya tidak bisa diatur, saya pikirlebih baik saya suruh diam.”47

Jumlah pengasuh yang berjaga dalam setiap kamar terdiri dari 3

sampai 4 orang dan harus merawat sebanyak 20 sampai 30 anak.

Sebab hal tersebut, pengasuh mengeluhkan perbuatan anak – anak

yang berisik dan tidak bisa di atur. Sedangkan dalam teori pada bab 2

(h. 39) dijelaskan bahwa orang tua harus bisa membangun komunikasi

yang baik terhadap anak, sehingga ketika anak mulai merajuk, berisik,

dan menangis pengasuh mampu memahami keinginan anak – anak

tersebut.

Dari pernyataan diatas, peneliti mengamati keseharian pengasuhdalam memberikan kasih sayang kepada anak. Perlakuanpengasuh ketika tidak ada petugas kantor sangat berbedadibanding ketika petugas kantor mengunjungi kamar. Ketikatidak ada petugas kantor, pengasuh bisa dikatakan berlaku kerasterhadap anak, apapun yang pengasuh katakan anak – anakharus ikuti termasuk tidak boleh berisik, rewel, bahkan untukberkeliaran turun dari kasur serta pengasuh bisa saja berbicaradengan nada tinggi. Padahal, terdapat pengawasan berupa

47 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 111: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

98

CCTV di setiap sudut kamar, namun pengasuh sudah mengertisituasi dan kondisi kapan mereka keras kapan mereka haruslemah lembut. Namun, ada beberapa pengasuh yangmenganggap bahwa salah satu dari anak – anak ini sebagai“anak emas”. Bahkan kasih sayang yang mereka berikanterhadap anak itu sangat berbeda dengan anak – anak yang lain,sangat terlihat pilih kasih diantara mereka. Disayang,didahulukan, dipilihkan pakaian yang bagus merupakan halyang dilakukan pengasuh terhadap anak kesayangannya.48

Dari hasil observasi di atas, ditemukan adanya tindakan pilih

kasih yang diberikan pengasuh terhadap anak kesayangan mereka.

Pengasuh bisa berbuat baik, lemah lembut bahkan memberikan

perhatian lebih terhadap anak itu saja. Namun pengasuh berlaku keras

terhadap anak yang tidak disukainya. Padahal ruangan di panti juga

dilengkapi dengan fasilitas CCTV untuk memantau kegiatan yang

dilakukan anak – anak dan pengasuh selama di dalam ruangan.

Perbuatan pengasuh seperti yang peneliti jelaskan di atas,

berakibat pada perilaku anak – anak yang mudah mencontoh orang tua

disekitarnya. Sekali waktu, anak yang lebih dewasa membentak anak

yang lebih kecil mencontoh pengasuh yang suka membentak anak –

anak. Mengenai penerapan pola asuh dijelaskan oleh Kak Putri selaku

asisten psikolog PSAA Balita Tunas Bangsa sebagai berikut :

“Pola asuh yang diberikan pengasuh terhadap anak kebanyakanmenggunakan pola asuh otoriter ya. Pengasuh menerapkan haltersebut bertujuan supaya anak – anak mau menuruti pengasuh.Cuma ini dampaknya negatif. Anak – anak bisa tumbuh menjadianak yang keras bahkan suka melawan.”49

48 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 201749 Wawancara pribadi dengan Kak Putri selaku Asisten Psikolog PSAA Balita Tunas

Bangsa pada tanggal 20 Juni 2017

Page 112: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

99

Berdasarkan hasil wawancara diatas, Kak Putri menjelaskan

pola asuh yang diterapkan oleh pengasuh adalah pola asuh

authoritharian yang menerapkan hukuman, pembatasan, serta

mendesak anak untuk mengikuti arahan. Semua anak harus mengikuti

perintah pengasuh, dengan begitu kegiatan akan berjalan dengan baik.

Namun penerapan pola pengasuhan tersebut berdampak kurang baik

pada anak. Anak menjadi suka melawan, lebih berani terhadap yang

lebih tua, dan mencontoh yang dilakukan pengasuh kepada anak yang

lebih muda dibandingnya.

1) Kasih Sayang terhadap “JI”

Kasih sayang yang diberikan kepada “JI” terlihat kurang

terpenuhi, terlihat dari perlakuan pengasuh terhadap anak

disabilitas salah satunya “JI”. Pengasuh mengatakan ketika anak

tersebut diajak berbicara kemudian ditinggalkan maka anak itu

menjadi rewel.

Saat peneliti mengajak berbicara “JI”, pengasuh yang merasaterganggu melarang peneliti dengan alasan ketika penelitimeninggalkan “JI”, maka “JI” akan berubah menjadi rewel.Sedangkan saat peneliti mengajak “JI” berbicara, “JI” terlihatsenang dan tersenyum. Bahkan saat ditinggal pun “JI” tidakrewel atau merengek.50

Dalam pemberian kasih sayang terhadap anak disabilitas,

terlihat adanya pembiaran yang dilakukan oleh pengasuh. Pengasuh

lebih senang bermain atau melakukan interaksi bersama anak –

anak normal dibandingkan dengan anak disabilitas.

50 ibid

Page 113: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

100

2) Kasih Sayang terhadap “MA”

Sama halnya terhadap “JI”, kasih sayang yang diberikan kepada

“MA” juga kurang terpenuhi. “MA” lebih sering terlihat

ditinggalkan di kasurnya. Pada dasarnya “MA” bukan termasuk

anak yang mudah menangis. Namun perlakuan pengasuh yang

enggan, bahkan membiarkan “MA” menjadikan kasih sayang

terhadap “MA” tidak terpenuhi.

3) Kasih Sayang terhadap “WA”

Ketika peneliti melakukan observasi, terlihat “WA” sedangberdiam diri di pojok ruangan tanpa ada yang mengajaknyaberinteraksi. Pengasuh yang berada di dalam ruangan tersebuthanya mau bermain dengan anak – anak normal. Begitu pulaketika kegiatan bermain di ruang bermain, pengasuh hanyameletakkan “WA” di ayunan lalu dibiarkan bermain dengandirinya sendiri.51

Sebuah panti anak seharusnya bersuasana seperti taman kanak –

kanak, ramai, banyak anak kecil bernyanyi, namun kenyataannya

terkadang berbanding terbalik, adakalanya justru suasana panti

menegangkan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemenuhan

kebutuhan dasar akan kasih sayang yang diberikan pengasuh terhadap

anak belum terpenuhi. Dimulai dari hal memberikan perhatian kepada

anak saat anak menangis, pengasuh hanya memberikan susu dengan

harapan anak tersebut diam. Selanjutnya mengenai cara bicara

pengasuh terhadap anak yang menggunakan nada yang keras serta

kasar terhadap anak serta belum terbangunnya komunikasi yang baik

51 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017

Page 114: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

101

antara pengasuh dan anak sehingga pengasuh masih belum bisa

memahami kemauan anak.

b. Rasa Aman

Yang termasuk dalam safety needs adalah pakaian, tempat

tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang

disamping ketenteraman, dan keteraturan. Rasa aman akan membuat

anak lebih mudah mengekspresikan dirinya, berkembang, dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Rasa aman meliputi

rasa aman secara fisik, emosi, dan ekonomi.

Seperti halnya memberikan perhatian dalam kasih sayang,

memberikan rasa aman merupakan suatu bentuk pemberian

perlindungan kepada anak. Dalam bab 2 dijelaskan, salah satu

kesalahan orang tua dalam memberikan rasa aman kepada anak justru

dengan memberikan motivasi dengan menakut-nakuti anak.

Contoh nyata yang peneliti dapatkan selama melaksanakanPraktikum I di PSAA Balita Tunas Bangsa adalah ketika adaanak yang nakal, justru oleh pengasuh di takut-takuti dengandipanggilkan orang yang ditakuti anak tersebut. Misalnya, “NI”ketika sedang membenturkan kepalanya ke dinding yangdilakukan pengasuh bukanlah menghentikan dengan memeluk“NI” tapi justru di takut-takuti. “NI” mengalami trauma terhadapsupir angkutan umum. Hal ini yang dijadikan pengasuh untukmenghentikan “NI” dari membenturkan kepalanya. Memangsaat itu “NI” akan menghentikan aktivitasnya namun ia jugamenjadi ketakutan bahkan bersembunyi di belakang pintu.52

52 Hasil studi dokumentasi Praktikum I pada tahun 2014

Page 115: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

102

Dalam hal ini, peneliti bertanya langsung kepada Ka Putri

selaku asisten Psikolog yang bertugas di PSAA Balita Tunas Bangsa

mengenai keadaan tersebut melalui wawancara sebagai berikut :

“Kondisi yang dialami “NI” bisa disebut panic disorder karenadia menghadapi ketakutan akan dimarahi pengasuh sehinggacara ia mengambil perhatian pengasuh ya dengan membeturkankepalanya ke tembok. Sedangkan dia anak yang kurangsempurna, sehingga susah diberikan pengertian. Pengasuhsebagai pengganti orangtua seharusnya bisa memahami danmelindungi “NI” dari kebiasaannya.”53

Dari penuturan di atas, jelas bahwa seorang pengasuh yang

bekerja sebagai pengganti orang tua seharusnya memberikan rasa

aman kepada “NI”. “NI” merupakan anak yang membutuhkan

perhatian lebih, butuh dilindungi dan diberikan pengertian. Motivasi

menakut-nakuti terhadap kehadiran supir angkutan umum justru akan

membuat mental “NI” semakin terganggu. Ini terlihat jelas bahwa

adanya pembiaran dari pengasuh terhadap anak yang menyakiti

dirinya sebab kedisabilitasan yang dialaminya. Karena pada dasarnya

seorang pengasuh sebagai pengganti orang tua kandung seharusnya

memberikan rasa aman terhadap anak sehingga anak lebih mudah

mengekspresikan dirinya seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h. 40).

Selain itu, memberikan rasa aman secara psikologis yang

lainnya adalah dengan menjaga perkataan kepada anak. Seorang anak

yang memiliki kekurangan atau melakukan kesalahan tidak serta

merta di cap jelek atau labelling.

53 Wawancara pribadi dengan Kak Putri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 116: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

103

Menurut observasi yang peneliti dapatkan, seorang anakmemiliki kekurangan seperti keterbatasan fisik ataukedisabilitasan banyak pengasuh yang mengecap anak tersebutdengan sebutan “Peyot” walaupun dengan keadaan berguraudengan sesama petugas. Hal tersebut bagi pengasuh maupunpetugas kantor dianggap sebagai hal biasa. Namun bagi penelitihal tersebut menjadi hal yang tidak pantas dilakukan, terlebihlagi kondisi fisik mereka yang sangat kekurangan.54

Dari hasil observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

jelas anak – anak di dalam PSAA Balita Tunas Bangsa tidak diberikan

rasa aman baik secara fisik maupun mental seperti yang dijelaskan

pada bab 2 (h. 40) bahwa dalam masa perkembangan anak

dibutuhkan rasa aman bagi anak baik secara fisik, mental, psikologikal

maupun intelektual.

1) Rasa Aman terhadap “JI”

Salah satu aspek untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu rasa aman

yang diberikan kepada anak. Namun hal tersebut tidak terpenuhi,

terutama dalam memberikan rasa aman secara fisik terhadap “JI”.

Peneliti mengamati cara pengasuh menggendong anak juga tidakdalam tingkat aman. Seperti saat akan memandikan “MA”,maka pengasuh hanya mengangkat tangan dan kaki “MA”.Bukan dengan mengangkat tubuh “MA”. Atau memindahkan“JI” dari keadaan telungkup, pengasuh hanya mengangkatdengan satu tangannya untuk memutar tubuh “JI”.55

Hasil observasi diatas menjelaskan bahwa pengasuh

memperlakukan “JI” tidak dengan hati – hati, bahkan terlihat kasar

terhadap anak.

54 ibid55 Observasi pribadi pada tanggal 15 Oktober 2017

Page 117: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

104

2) Rasa Aman terhadap “MA”

Salah satu yang menjadi perhatian peneliti adalah tidak adanyarasa aman yang diberikan pengasuh saat memberikan makanankepada anak. Peneliti mengamati anak disabilitas mengalamikelumpuhan seperti “JI” dan “MA” saat diberikan makanan.Makanan yang diberikan kepada mereka berupa susu formulayang dicampur dengan biskuit bayi dengan media botol susu.“MA” diberikan makanan didalam botol susu biasa, laludibiarkan begitu saja. Sedangkan “MA” tidak dapat memegangbotol tersebut sendiri. Botol tersebut didirikan meggunakanbantuan seperti bantal yang terletak di atas perut “MA”. Dalamhal ini, “MA” bisa saja tersedak sedangkan makanannya justrumasuk ke saluran pernafasan. Yang dilakukan oleh pengasuhsaat “MA” tersedak hanya membersihkan bagian mulutnya, lalubotol itu kembali di suapi kepada “MA” sampai makanannyahabis.56

Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa rasa aman secara

fisik yang diberikan pengasuh kepada anak kurang terpenuhi yaitu

terlihat dari cara pengasuh memberikan makan terhadap anak.

3) Rasa Aman terhadap “WA”

“WA” merupakan anak yang mengalami kebutaan sejak kecil.

Namun dengan berjalannya waktu, “WA” mampu berjalan dengan

keadaan tidak bisa melihat. Dengan begitu, “WA” membutuhkan

bantuan orang lain untuk berjalan atau bermain salah satunya

pengasuh.

Menurut hasil pengamatan, ketika “WA” berjalan atau bermainjustru dibiarkan tanpa melihat bahaya yang ada di sekitarnya.Pengasuh justru lebih nyaman menjaga anak – anak yangnormal.

Dari pengamatan diatas, terlihat kurang terpenuhinya pemberian

rasa aman oleh pengasuh terhadap “WA”. Rasa aman lebih yang

56 Observasi pribadi pada tanggal 13 Mei 2017

Page 118: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

105

seharusnya diberikan kepada “WA”, justru dibiarkan dan lebih

memilih bermain atau berinteraksi dengan anak normal lainnya.

Dari hasil observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

jelas anak – anak di dalam PSAA Balita Tunas Bangsa tidak diberikan

rasa aman baik secara fisik maupun mental seperti yang dijelaskan

pada bab 2 (h. 40) bahwa dalam masa perkembangan anak

dibutuhkan rasa aman bagi anak baik secara fisik, mental, psikologikal

maupun intelektual.

c. Penghargaan Diri

Tentu saja setiap anak merindukan setiap karyanya dihormati

dan dihargai. Sebagai orang tua, kita menginginkan anak menghormati

kita. Begitu pula, anak menginginkan penghormatan kita. Dan

memang orang tua perlu menghormati anak juga. Ketika orang tua

menghormati anak, hal yang sama juga akan didapat orang tua dari

anak. Bu Vivi menjelaskan tentang pernghargaan diri sebagai berikut :

“Di panti ini ada sistem reward and punisment Mbak. Ketikaada anak yang berbuat baik, maka anak tersebut akan mendapatpenghargaan, minimal pujian ya. Sedangkan anak yang tidakbisa berbuat baik, maka mendapatkan hukuman. Bukan denganpukulan atau omelan ya, Mbak, tapi dengan memberikanperingatan dan diberikan contoh yang benar, bukan dengankekerasan.”57

Sistem pendidikan di panti menerapkan reward and punishment.

Yaitu ketika seorang anak melakukan hal yang baik dimata orang

dewasa ia akan mendapat pujian. Dengan begitu ia akan merasa

57 Wawancara pribadi dengan Ibu Vivi pada tanggal 20 Juni 2017

Page 119: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

106

dihargai perbuatannya. Namun ketika seorang anak melakukan

kesalahan, maka anak tersebut mendapatkan punishment. Punishment

bukan berarti mendapat hukuman dengan kekerasan, namun dengan

diberikan pengertian bahwa ia melakukan kesalahan dan diberikan

contoh yang benar. Dengan begitu anak akan memahami

kesalahannya dan tidak akan diulangi di kemudian hari.

Senada dengan yang di ungkapkan Kak Putri mengenai

penghargaan diri terhadap anak dibawah ini :

“Dalam penerapan pendidikan terhadap anak memang harus adayang namanya reward and punishment ya. Reward berupapujian untuk anak udah bikin mereka senang, minimal sambilmengelus kepalanya. Nah yang banyak disalah gunakan inipunishment. Kebanyakan orang memberikan punishmentdengan kekerasan, padahal sama sekali tidak benar. Punishmentyang seharusnya adalah diberikan peringatan kepada anak.”58

Reward yang lebih jelas lagi adalah memberikan pujian terhadap

anak ditambah dengan sentuhan verbal seperti mengelus kepala sang

anak. sedangkan memberikan punishment dengan hukuman dan

kekerasan justru akan membuat anak mengulangi perbuatannya karena

anak – anak tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka harus

lakukan. Maka dari itu, punishment yang seharusnya diberikan adalah

dengan memberikan pengertian dan diberikan contoh yang benar.

Cara yang efektif yang dilakukan ketika memberikan reward

dari pengasuh kepada anak – anak yang paling dasar adalah

memberikan pujian terhadap mereka. Misal ada anak yang dimintakan

58 Wawancara pribadi dengan Kak Putri pada tanggal 29 Agustus 2017

Page 120: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

107

bantuan untuk mengambilkan obat ke ruangan lain dan mereka benar

melakukannya, maka ia mendapat pujian seperti “Pinternya, ini baru

anak ibu”, kemudian keesokan harinya anak itu kembali yang

dimintakan tolong karena sudah dipercaya.

Dari observasi yang peneliti lakukan, seorang pengasuh seringmenyuruh salah satu anak panti untuk membantu pengasuhcontohnya obat, piring, kursi dan lain sebagainya. Ketika anakini benar, maka yang dilakukan pengasuh yaitu dengan memujianak tersebut dengan menyebut kalimat, “Eh, pinternya. Terimakasih ya.” Dengan begitu, sang anak akan merasa senang danmengeluarkan senyuman. Dan ketika ia dimintakan tolongkembali, ia akan dengan senang hati mengerjakannya.59

Berbeda dengan seorang anak yang mendapat punishment.

Seorang anak dimintakan tolong untuk membantu pengasuh, namun

anak tersebut melakukan kesalahan. Yang dilakukan pengasuh adalah

membentak, memukul, bahkan mengatakan bahwa ia anak bodoh. Hal

tersebut justru akan membuat anak ini menjadi sedih, dan ketika ia

dimintakan tolong kembali, ia tidak akan mau membantu sebab ia

takut kejadian sebelumnya terulang.

Menurut Kak Sari, semua pengasuh juga sering memberikan

pujian atau reward kepada anak seperti penjelasan berikut ini :

“Setiap pengasuh ada caranya masing – masing ya buat ngasihreward ke anak. Kalo gue sih yang penting terima kasih ke anakitu, pujiannya ya minimal bilang pinter. Kita ngga bisa kasihsnack, soalnya malah bikin rebutan dan berantem. Jujur aja, kaloke “JI” atau “WA” gue jarang kasih pujian secara langsung.”60

59 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201760 Wawancara pribadi dengan Kak Sari pada tanggal 29 Agustus 2017

Page 121: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

108

Kak Sari mengatakan bahwa reward juga berlaku di kalangan

pengasuh namun dengan cara mereka masing – masing. Namun

pengasuh tidak diperbolehkan memberikan snack atau reward

berbentuk makanan kepada anak – anak. sebab dapat memunculkan

pertengkaran diantara mereka. Termasuk anak – anak disabilitas,

contoh mudahnya ketika mereka tidak rewel, mau makan banyak,

maka hal tersebut yang membuat mereka mendapatkan reward seperti

pujian.

Sedangkan dalam memberikan punishment, ketika ia berbuat

salah sebaiknya kita tidak memarahi apalagi sampai terjadi kekerasan

fisik. Karena pada saat kita sedang marah maka biasanya yang terjadi

justru akan membentak anak, sehingga setelah marah yang timbul

hanya penyesalan. Sebaiknya usahakan memberikan pemahaman

kepada anak, bahwa dia perbuatannya salah kemudian berikan contoh

yang benar. Dengan cara seperti itu, anak aja berfikir bagaimana

perilaku baik dan buruk sehingga anak juga akan merasa disayang dan

merasa dibawah kontrol kita.

Sedangkan dalam memberikan punishment terhadap penyandang

disabilitas Kak Sari menjelaskan sebagai berikut :

“ Kalo sama anak – anak yang cacat ya ngga diapa – apain sih.Ngga berani kita juga, mau diomelin kayak gimana juga merekangga bakal ngerti kita ngomong apa. Paling ya pukul pukul dikitsih kalo udah geregetan banget.”61

61 Wawancara pribadi dengan Ibu Wasri pada tanggal 20 Juni 2017

Page 122: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

109

Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa punishment tidak

dapat diberikan kepada anak penyandang disabilitas. Hal ini

dikarenakan anak – anak penyandang disabilitas tidak akan mengerti

tentang punishment yang diberikan. Pada dasarnya anak – anak

penyandang disabilitas tidak mampu berbuat apa – apa dengan

keterbatasan kondisi fisik mereka. Pengasuh berusaha memahami

keterbatasan fisik yang dialami oleh anak disabilitas, sehingga

pengasuh tidak berani memberikan punishment terhadap anak

disabilitas.

1) Penghargaan Diri terhadap “JI”

Pada dasarnya “JI” bukan seperti anak normal yang dapat

melakukan banyak hal. Namun menurut Ibu Wasri seperti yang

sudah dijelaskan dalam wawancara halaman ... ketika “JI” makan

dengan baik maka pengasuh akan memberikan reward seperti

pujian. Namun apabila “JI” menumpahkan makanan, maka

pengasuh akan memberikan pukulan kecil terhadap “JI”.

2) Penghargaan Diri terhadap “MA”

Sama halnya seperti “JI”, “MA” juga tidak bisa melakukan hal –

hal besar seperti anak normal lainnya. Sehingga pengasuh tidak

banyak memberikan reward ataupun punishment kepada “MA”.

3) Penghargaan Diri terhadap “WA”

Walaupun dalam keadaan bisa berjalan, namun “WA” tidak

dapat berbuat banyak. Seperti “JI” dan “MA”, reward and

Page 123: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

110

punishment yang diberikan kepada “WA” tidak diberikan seperti

anak normal lainnya.

Dari penjelasan diatas, jelas ditarik kesimpulan bahwa

pemenuhan kebutuhan dasar akan penghargaan diri kepada anak sudah

terpenuhi sesuai dengan teori yang dijelaskan pada bab 2 (h. 40)

bahwa seorang anak akan merasa dirinya dihargai apabila orang lain

mengapresiasi perbuatan yang ia lakukan.

3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah

Yang termasuk kedalam pemenuhan kebutuhan dasar asah yaitu

dengan adanya stimulusisasi perangsangan dari lingkungan luar yang

berupa latihan atau bermain.

Dalam kegiatan sehari-hari yang diberikan panti terhadap anak – anak

adalah mengadakan kegiatan bersepeda atau bermain di ruang bermain.

Adapun di dalam ruang bermain tersedia beberapa permainan yang

mengedukasi anak seperti puzzle.

Keadaan anak – anak disabilitas sebelumnya tidak bisa apa – apa,

hingga panti mendatangkan terapis untuk memperbaiki tulang serta saraf

motorik anak. Kegiatan terapi ini dilaksanakan setiap hari Kamis di sore

hari. Dilakukan terhadap empat anak yang menderita delayed

development. Dijelaskan oleh Ibu Riza sebagai berikut :

“Iya, Mbak ada terapisnya. Kegiatannya setiap hari Senin waktusore tergantung terapisnya datang jam berapa. Ini dilakukanuntuk empat anak penyandang disabilitas aja.”62

62 Wawancara pribadi dengan Ibu Riza pada tanggal 10 April 2017

Page 124: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

111

Selengkapnya tentang terapi ini dijelaskan oleh Pak Tasrin selaku

terapis PSAA Balita Tunas Bangsa berikut ini :

“Saya sudah bekerja sama dengan panti cukup lama, sekitar duatahun. Terapi yang saya lakukan untuk anak – anak yang lambatperkembangan psikomotoriknya. Biasanya untuk bayi sambilsaya ajarkan duduk atau berdiri, saya sambil memijat kakinya,tulang – tulangnya.”63

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapis sudah

berpengalaman dalam menerapi anak penyadang disabilitas di panti.

Adapun terapi yang dilakukan terhadap satu anak dengan anak lainnya

berbeda tergantung tingkatan kedisabilitasannya.

a. Stimulasi untuk “JI”

Menurut terapis, anak yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya maka

terapis hanya melatih ototnya seperti menggerakkan tangan dan kaki.

Karena “JI” merupakan anak yang masih bisa tumbuh dan

berkembangnya otot motoriknya. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak

Tasrin sebagai berikut :

“Khusus “JI” dan “MA” karena mereka mengalami kelumpuhantotal maka saya hanya terapi motorik saja. Seperti saya pijat areasiku, lutut dan pergelangan tangan dan kakinya.”64

Untuk “MA” dan “JI”, terapis menjelaskan ia hanya melakukan

pijatan – pijatan di area khusus seperti bagian lutut, siku, pergelangan

tangan dan pergelangan kaki. Hal ini guna melatih otot motorik “JI”

63 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017

64 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita TunasBangsa pada tanggal 10 April 2017

Page 125: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

112

dan “MA” supaya paling tidak bisa menggerakkan anggota badan

tersebut.

Namun terapi untuk “JI” belum bisa terlihat hasilnya, sebab iabaru menjalankan terapi ini selama satu tahun dikarenakankondisi fisiknya yang sangat lemah.65

b. Stimulasi untuk “MA”

Sama halnya seperti “JI” terapi yang dilakukan oleh “MA”

hanya dengan melakukan pijatan – pijatan di area khusus.

Terapi yang dilakukan selama 2 tahun ini sudah membuahkanhasil. Menurut pengamatan peneliti “MA” yang sudah bisamengangkat tangan walaupun hanya sebatas siku dan bisamemutar pergelangan tangannya. 66

c. Stimulasi untuk “WA”

Sedangkan kegiatan fisik yang dilakukan “WA” hanya sebatas

pelatihan fisik yang khusus dilakukan untuk “WA” dan bukan

termasuk olahraga seperti anak lainnya. Sehingga panti tidak

memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk berinteraksi

sosial bersama teman – temannya dan seakan – akan melaksanakan

kegiatan eksklusif.

Dijelaskan oleh Bapak Tasrin sebagai berikut :

“Untuk “WA”, saya ajak jalan – jalan keliling ruangan ataulapangan panti sambil dituntun. Tujuannya supaya otot – ototnyatidak kaku.” 67

65 Observasi pribadi pada tanggal 22 September 201766 Observasi pribadi pada tanggal 22 September 201767 Wawancara pribadi dengan Bapak Tasrin selaku terapis di PSAA Balita Tunas

Bangsa pada tanggal 10 April 2017

Page 126: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

113

Dalam menangani “WA”, terapis terlebih dahulu meregangkan

otot – otot kakinya. Sebab dilihat dari kondisi fisik, “WA” masih

memiliki kekuatan untuk berdiri serta berjalan.

Selain terapis, pengasuh juga membantu untuk meningkatkanperkembangan psikomotorik anak. Dari hasil pengamatanpeneliti, pengasuh melakukan hal yang sama seperti terapislakukan kepada anak – anak tersebut. Seperti “WA” diajakberjalan – jalan dengan cara dituntun dikarenakan kedua mata“WA” tidak berfungsi. Namun tidak sesuai dengan anjuranterapis bahwa “WA” seharusnya sering diajak belajar berjalan,pengasuh hanya menuntun “WA” saat kegiatan diluar. 68

Berdasarkan pengamatan, “WA” diajari berjalan dengandituntun mengelilingi lapangan. Hal ini disebabkan karena mata“WA” mengalami gangguan penglihatan, sehingga untuk dapatberjalan “WA” membutuhkan bantuan orang lain.

Terapi yang dilakukan selama 2 tahun ini sudah membuahkan

hasil. Yaitu “WA” sudah bisa berjalan dengan lancar walaupun tetap

membutuhkan tuntunan seseorang sebab kebutaan yang ia alami.

Selain terapi terdapat kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh

“WA” yaitu bermain dengan anak normal lainnya.

Ketika anak normal bermain di ruang bermain, maka “WA” jugadi ajak bermain karena “WA” dinilai mampu mengikuti kegiatanbermain bersama yang lain, seperti bermain ayunan. Penelitimengamati “WA” selama di ruang bermain, “WA” hanyadiayunkan di permainan ayunan oleh pengasuh beberapa kalisaja. Selanjutnya, ia akan dibiarkan bermain sendiri atau hanyaduduk diam karena ia membutuhkan bantuan orang untukbergerak. Sedangkan pengasuh hanya mau bermain dengan anak– anak normal dan atau justru sibuk dengan handphone merekamasing – masing.69

68 Observasi pribadi pada tanggal 07 Juni 201769 Observasi pribadi pada tanggal 20 Juni 2017

Page 127: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

114

Hal diatas membuktikan bahwa stimulasi yang diberikan pengasuh

kepada anak – anak terhadap lingkungannya menurut teori pada bab 2 (h.

41) sangatlah kurang. Dalam memberikan stimulasi kepada anak terjadi

pembedaan antara anak disabilitas yang seharusnya diberikan stimulasi

lebih justru dibiarkan dibandingkan dengan stimulasi yang diberikan anak

normal lainnya.

Dari keseluruhan hasil temuan yang peneliti dapatkan selama melakukan

penelitian, dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut :

No. Klien

Kebutuhan Dasar

Asuh Asih Asah

1. “JI”Cukup

TerpenuhiKurang

TerpenuhiKurang

Terpenuhi

2. “MA”Cukup

TerpenuhiKurang

TerpenuhiKurang

Terpenuhi

3. “WA”Cukup

TerpenuhiKurang

TerpenuhiCukup

Terpenuhi

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan

masing – masing anak disabilitas berbeda. Dilihat dari pemenuhan kebutuhan

asuh, ketiga anak disabilitas yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa dinilai

cukup terpenuhi.

Kemudian dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar asih, dinilai kurang

terpenuhi sebab perhatian yang diberikan pengasuh hanya terpaku kepada anak

normal saja.

Yang terakhir mengenai pemenuhan kebutuhan dasar asah yang kurang

terpenuhi bagi “JI” dan “MA” sebab kelumpuhan yang dialami keduanya.

Sehingga terapi tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Namun bagi “WA”

Page 128: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

115

cukup terpenuhi karena dengan adanya terapi, “WA” sudah mampu berjalan

walaupun masih membutuhkan pertolongan orang lain.

Page 129: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

116

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis cara PSAA Balita Tunas Bangsa

memenuhi kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas, terdapat tiga macam

kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan dasar asuh yang mencakup aspek

biologis anak, kebutuhan dasar asih yang mencakup aspek psikologis anak

dan juga kebutuhan dasar asah yang mencakup aspek sosial anak. Dari ketiga

aspek tersebut bahwa cara pemenuhan kebutuhan dasar anak disabilitas di

PSAA Balita Tunas Bangsa dapat disimpulkan bahwa :

1. Kebutuhan dasar asuh pada dasarnya mengenai aspek biologis. Dalam hal

ini peneliti menganalisa mengenai pemenuhan kebutuhan gizi dan nutrisi,

perawatan kesehatan, higienitas lingkungan, serta kegiatan olahraga dan

rekreasi. Dari hasil penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan gizi dan

nutrisi anak penyandang disabilitas kurang terpenuhi ditinjau dari aspek

penghitungan kesetaraan gizi dan nutrisi menurut kementrian kesehatan.

Hal ini disebabkan pemberian makanan dari pengasuh kepada anak hanya

berdasarkan perkiraan pengasuh walaupun menu yang diberikan sudah

sesuai dengan standar yang disetujui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.

Namun dari aspek ketersediaan makanan panti sudah sangat memenuhi

terbukti dari banyaknya makanan yang tersimpan di gudang penyimpanan

panti.

Page 130: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

117

Sedangkan mengenai perawatan kesehatan ditinjau dari beberapa aspek,

yaitu yang pertama mengenai pemberian imunisasi dasar yang dilihat dari

kelengkapan imunisasi yang diberikan dan ketepatan waktunya dinilai

kurang terpenuhi dan ada suatu pembedaan untuk anak yang terdaftar

menjadi anak asuh diusia yang sudah balita maka tidak mendapatkan hak

imunisasi dasar. Yang kedua mengenai pemeriksaan kesehatan yang rutin

dijalankan setiap hari Selasa di pagi hari dan juga pemeriksaan kulit,

kuku, hidung, telinga dan mulut dinilai sudah terpenuhi.

Selain itu mengenai higienitas, sudah di nilai baik. Bahkan dilihat dari sisi

kelengkapan fasilitas, panti sudah sangat memenuhi standar yang

diberikan Dinas Sosial DKI Jakarta.

Kemudian dibidang olahraga dan rekreasi, dinilai kurang bahkan untuk

anak disabilitas dapat dikatakan eksklusif karena tidak dilibatkan dengan

kegiatan anak – anak panti yang lain. Bahkan untuk anak disabilitas yang

termasuk dalam kategori tidur, mereka tidak mendapatkan kegiatan

kecuali dengan fisioterapis.

2. Kebutuhan dasar asih merupakan kebutuhan yang mencakup aspek

psikologis, seperti memberikan kasih sayang, rasa aman serta

penghargaan diri. Dalam hal pemberian kasih sayang, panti dinilai kurang

mampu memenuhi, dilihat dari terjadinya pembiaran terhadap anak

disabilitas dan tidak adanya perhatian khusus yang diberikan kepada anak

disabilitas.

Page 131: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

118

Kemudian rasa aman yang diberikan pengasuh terhadap dinilai kurang,

dilihat dari aspek keselamatan anak yaitu secara fisik berdasarkan dari

pemberian cara makan kepada anak, secara emosional dengan memotivasi

anak dengan menakut-nakuti. Serta secara psikologis dengan memberikan

labelling terhadap anak khususnya anak disabilitas.

Yang terakhir mengenai penghargaan diri terhadap anak yang dinilai

cukup bagus. Dengan adanya penerapan sistem reward and punishment

anak akan senang melakukan hal kebaikan karena mendapat pujian,

namun takut untuk melakukan kesalahan.

3. Pemenuhan kebutuhan dasar asah yaitu kebutuhan dasar yang mencakup

aspek sosiologis dinilai kurang dalam memberikan stimulasi terhadap

anak. Dilihat dari kegiatan pengasuh yang justru sibuk dengan

kepentingannya sendiri tanpa berinteraksi dengan anak khususnya

penyandang disabilitas. Sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan dasar

asah dinilai dari kegiatan bermain dan latihan yang dilakukan oleh

pengasuh terhadap anak.

Secara keseluruhan, pemenuhan kebutuhan dasar disabilitas di

PSAA Balita Tunas Bangsa dinilai kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh

keterbatasan jumlah pengasuh, serta kurangnya pengetahuan akan merawat

anak disabilitas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan dalam skripsi ini, maka

ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut :

Page 132: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

119

1. Kepada Dinas Sosial supaya meningkatkan standar kualitas

kepengasuhan dalam merekrut pekerja khususnya pengasuh untuk

anak. Serta memberikan pendidikan khusus untuk meningkatkan

standar kepengasuhan.

2. Kepada pihak PSAA Balita Tunas Bangsa supaya lebih

memperhatikan kinerja seluruh petugas serta melengkapi fasilitas yang

mendukung kegiatan anak disabilitas. Karena dalam merawat anak

terutama penyandang disabilitas tidak bisa disamakan seperti

memperlakukan anak – anak normal. Serta melaksanakan adanya

evaluasi pengasuhan antara petugas kantor dengan pengasuh minimal

satu minggu sekali, guna me-monitoring kegiatan pengasuh. Dan

memberikan reward and punishment kepada pengasuh yang tidak

mengikuti standar kepengasuhan.

3. Kepada pengasuh PSAA Balita Tunas Bangsa sebaiknya

memperlakukan anak sesuai dengan standar kepengasuhan, karena hal

tersebut dibutuhkan bagi anak terutama penyandang disabilitas.

Berhenti melakukan kekerasan baik secara fisik maupun psikis dalam

keadaan tidak sengaja sekalipun, karena posisi mereka sudah tidak

sempurna dan dalam keadaan terlantar.

4. Kepada penelitian selanjutnya supaya dapat meneliti mengenai

kepengasuhan terhadap anak normal maupun anak disabilitas di PSAA

Balita Tunas Bangsa.

Page 133: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

x

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati . Belajar TeoriPekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SyarifHidayatullah, 2011.

Charlton, James I. Nothing About Us Without Us, Disabillity Opression andEmpowerment. California: University of California Press Barkeley andLos Angeles, 1998.

Fahrudin, Adi, Prof. Dr. Efektifitas Pelayanan Panti Sosial PenyandangDisabilitas Tubuh, cet. 1. Jakarta: P3KS Press, 2015

Ghony , M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodelogi Penelitian Kualitatif,cet.1. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media, 2012.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gajah MadaUniversity Press, 1992.

Herdiansyah, Haris. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial, cet3. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Hidayat , A. Aziz dan Uliya, Musrifatul. Pengantar Kebutuhan Dasar ManusiaEdisi 2. Jakarta: Salemba Medika, 2014.

Husaini, Usman dan Purnomo, Akbar Setiady. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006

Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian PermasalahanKesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan SosialDepartemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.42

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. RemajaRosda Karya, 2009.

Murni, Ruaida. Rehabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Mental MelaluiUnit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita. Pusat Kajian danPengembangan Kesejahteraan social RI. Jakarta: 2015

Papalia D.E, dkk. Human Development. Jakarta : Kencana, 2008.

Pioh, Efanke Y. Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Kemandirian AnakDIisabilitas Netra Di Panti Sosial Bartemeus Manado. Acta Diurna VI.No.1 201.

Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 2007.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 1995.

Page 134: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

xi

Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial, cet. 1. Jakarta: Jurusan Sosiologi,2003

Soeharto, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian DibidangKesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Sugiyono, Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet cv, 2010

Sutopo, Ariesto Hadi dan Adrianus, Arief. Terampil Mengolah Data Kualitatifdengan NVIVO. Jakarta: Prenada Media Group. 2010.

Tri Widya Kurniasari, Jane Propiona, M.Asfar Marzuki. Implementasi Hak AsasiManusia di Indonesia: Hak Pendidikan dan Kesehatan bagi AnakPenyandang Disabilitas. LIPI Tahun 2011

UNDANG – UNDANG

Undang – undang no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

SKRIPSI

Faiz Fauzan. Analisis Kebutuhan Dasar Anak Di Yayasan Yatim Piatu BinaYatama Kelurahan Pondok Jaya Depok. (Skripsi S1) JurusanKesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, 2011.

WEBSITE

http://www.centroone.com/news/2012/07/2m/pemda-harus-jamin-hak-pilihpenyandang-cacat/printpage , diakses tanggal 3 Juli 2017.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/04/o53oyb359-mensos-kartu-disabilitas-pintu-masuk-pemenuhan-hak-dasar diakses pada 14Maret 2017

http://www.beritaten.com/gaya-hidup/anak/di-anyer-bayi-disabilitas-penuh-bekas-luka-ditelantarkan-orangtuanya diakses pada 3 Juli 2017

https://health.detik.com/read/2017/03/20/071031/3451021/764/melatih-anak-berkebutuhan-khusus-berkomunikasi-penting-ini-alasannya diaksespada 20 Maret 2017

https://www.kontras.org/baru/Kovensi%20Hak%20Anak.pdf diakses pada 23 Juli2017

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-arummeiran-5087-3-bab2.pdf diakses pada 4 Januari 2017

http://www.kompasiana.com/atonimeto/kebutuhan-dasar-anak_54f690eba3331137028b50c7 dikutip pada tanggal 20 Juli 2017

https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC_Bahasa.pdf di akses pada 5 Januari2017

Page 135: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

xii

LAINNYA

Profil Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

Page 136: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

LAMPIRAN 2

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK KEPALA DAN STAFF PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Golongan :

4. Jabatan :

B. Pertanyaan

1. Apa saja program pemenuhan kebutuhan dasar yang dimiliki PSAA Balita Tunas

Bangsa?

2. Bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan dasar anak penyandang disabilitas?

3. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap masing – masing kebutuhan dasar?

4. Apa saja fasilitas yang diberikan panti dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak

penyandang disabilitas?

Page 137: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK PSIKOLOG PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA 01

CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Golongan :

4. Jabatan :

B. Pertanyaan

1. Secara psikologis, bagaimana seharusnya panti memenuhi kebutuhan dasar anak

penyandang disabilitas?

Page 138: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK PEKSOS PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA 01

CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Golongan :

4. Jabatan :

B. Pertanyaan

1. Dari sisi sosial, bagaimana seharusnya panti memenuhi kebutuhan dasar anak

penyandang disabilitas?

2. Apa saja peran peksos dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak penyandang

disabilitas di panti?

Page 139: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

PEDOMAN WAWANCARA

UNTUK PEKERJA HARIAN LEPAS (PHL) PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

BALITA TUNAS BANGSA 01 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Jabatan :

4. Golongan :

B. Pertanyaan

1. Apa saja peran pekerja harian lepas dalam memenuhi kebutuhan dasar anak

penyandang disabilitas di panti?

2. Bagaimana cara pekerja harian lepas memberikan kasih sayang, rasa aman, serta

penghargaan terhadap anak terutama penyandang disabilitas?

Page 140: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

LAMPIRAN 3

PEDOMAN OBSERVASI

1. Untuk melihat bagaimana kelengkapan fasilitas serta keadaan panti

2. Untuk melihat apa saja kegiatan anak – anak di PSAA Balita Tunas Bangsa

3. Untuk melihat apa saja kegiatan pengasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa

4. Untuk melihat bagaimana interaksi antara petugas kantor dengan anak – anak

di PSAA Balita Tunas Bangsa

5. Untuk melihat bagaimana interaksi antara pengasuh dengan anak – anak di

PSAA Balita Tunas Bangsa

Page 141: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

LAMPIRAN 5

TRANSKIP OBSERVASI

Waktu Observasi : Selasa, 14 Maret 2017

Tempat Observasi : Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Menyerahkan surat penelitian, memperhatikan fasilitas

serta keadaan panti

Waktu Deskripsi Makna

09.00 – 09.15WIB

Pada hari pertama observasi,peneliti menyerahkan surat izinpenelitian kepada Ibu Ponirahselaku petugas pembinaan PSAABalita Tunas Bangsa. Setelah itupeneliti di ajak berkeliling pantiuntuk melihat keadaan panti. Sertapeneliti diajak untuk melihatfasilitas yang dimiliki oleh panti.Selain itu, peneliti diperbolehkanberkenalan dengan anak – anakpanti terutama anak disabilitasyang akan dijadikan sebagai objekpenelitian.Saat itu, peneliti mengunjungiruang arjuna dimana “JI”bertempat. Selain itu, peneliti jugamengunjungi ruang ramashintayaitu ruangan dimana “MA” dan“WA” berada.

Dari observasi yangpeneliti lakukan padahari pertama, penelitihanya mendapatkaninformasi tentangkeadaan panti, fasilitaspanti, serta berkenalandengan klien yaitu “JI”,“MA”, serta “WA”.Dalam pengamatanpeneliti, disetiap kamaranak – anak terdapat alat– alat medis serta obat –obatan. Panti jugamemiliki fasilitas klinikyang terdapat inkubator,infus serta tabung gasoksigen.

09.15 – 12.00WIB

Penulis mengamati keadaantempat tinggal panti, terutamakamar tidur sebagai tempatistirahat anak–anak. Kamar yangdihuni oleh anak – anak terdapatpendingin ruangan, memilikiventilasi yang cukup, terdapatkamar mandi serta kasur untukmasing – masing anak. Selain itu,kamar terlihat selalu bersih sertawangi. Hal ini dikarenakan

Dari hasil observasi,dapat dijelaskan bahwadari sisi kebutuhan akanhigienitas lingkungan,panti sudah memenuhistandar yang diberikanDinas Sosial DKIJakarta. Namun ada haksosial anak yang dapatdiindikasikan tidakterpenuhi sebab ia

Page 142: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

petugas kebersihan panti yangselalu tepat waktu membersihkanserta merapikan ruangan. Ruangtidur serta ruang bermain anakselalu berada dalam keadaan steril,tidak boleh ada pengunjung masukkecuali dengan izin petugas.Ruang tidur anak memiliki duaruangan besar serta dua kamarmandi. Dalam satu ruang besarterdapat 15 sampai 20 kasur bayiuntuk masing – masing anak.Penempatan kasur khusus anakdisabilitas justru diletakan ditempat yang tidak mudah dilihatorang. “JI” berada diruang arjunabersama anak asuh berusia 0 bulanhingga 18 bulan. Ruang arjunaterdiri dari 1 ruang utamaberukuran besar, dimana banyakkasur bayi untuk anak – anaknormal diletakkan. Kemudian adasatu ruang cukup besar dengandilengkapi kasur besar, kasur inibiasanya sebagai tempat pengasuhberistirahat. Kamar ini jugadilengkapi dengan pendinginruangan, namun kurangmendapatkan cahaya sertakurangnya ventilasi. Kasur “JI”terdapat dikamar tersebut danberada diujung ruangan dengankeadaan keliling kasurnya ditutupi dengan kasur tebal gunamelindungi “JI” dari benturan.Selain ruang tidur, terdapat duaruangan bermain anak – anak,yaitu yang pertama untuk anakberusia 18 bulan sampai 3 tahun.Ruang bermain ini terletak dilantai 3 gedung panti, berisipermainan anak seperti perosotan,mandi bola, serta puzzle untukmelatih motorik anak. Ruangbermain ini dilengkapi denganpendingin ruangan, ventilasi serta

berada di ruangan yangtidak mudah terlihat olehorang lain.

Page 143: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

pencahayaan yang cukup. Danyang kedua ruang bermain untukanak berusia 3 tahun sampai 6tahun. Ruang bermain ini terletakdi lantai 1 gedung panti. Ruang inihanya berisi televisi, namun tetapdilengkapi dengan pendinginruangan. Ventilasi danpencahayaan yang didapat dalamruangan ini dinilai kurang karenaletak ruangan ini berada di lantaipaling bawah yang lebih terlihatseperti basement.

Waktu Observasi : Sabtu, 13 Mei 2017

Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Memperhatikan kegiatan anak dan pengasuh,

memperhatikan interaksi yang dilakukan pengasuh kepada

anak

Waktu Deskripsi Makna

10.00 – 12.00WIB

Pengamatan yang peneliti lakukanhari ini adalah melihat bagaimanapengasuh menyajikan makananuntuk anak. Penyajian yangdilakukan oleh pengasuh yaitu,sebelum diblender, makanan bayimasih berbentuk bubur kasardengan ukuran sedang diisidengan bubur nasi sebanyaksetengah panci. Kemudian terdapatsatu panci kecil yang berisi sayur,dan beberapa mangkok yang berisilauk. Pengasuh menghaluskansemua makanan tersebut denganblender dengan pembagian,penghalusan yang pertama masih

Dari hasil observasi,dapat dilihat jelas bahwapengasuh dalampenyajian memberikanmakanan kepada anaktidak mengukurberdasarkan standaryang sudah diberikanoleh departemenkesehatan untukmemenuhi kebutuhangizi dan nutrisi anak,namun hanya denganukuran perkiraanpengasuh.

Page 144: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

terdapat banyak lauk makamakanan yang dicampur masihdengan jumlah yang banyaklauknya sedangkan ketika sudahbagian akhir maka makanan yangdi blender adalah bagian sisa.

12.00 – 13.00WIB

Selanjutnya peneliti berkelilingmelihat keadaan panti. Penelitimelihat petugas sedangmerapihkan gudang yang berisibubur instant, susu formula, popokbayi, serta pakaian bayi. Penelitimelihat beberapa kotak yangsudah dalam kadaluarsa dalamjumlah yang tidak sedikit,

Dalam observasi penelitimenemukan tidakadanya masalah dari sisikuantitas dalammemenuhi gizi dannutrisi anak. Terlihatdari banyaknya buburinstant, susu formula,serta makanan bayilainnya yang tersimpandi gudang panti bahkansampai habis kadaluarsa.

13.30 – 14.00WIB

Penulis juga mengamati carapengasuh menggantikan popokpada anak terutama pada anakdisabilitas salah satunya “JI”. Caramelepas diapers pada anakdisabilitas khususnya “JI” dengancara meletakkan tubuhnya di ataskasur dengan tanpamemperhatikan keamanankepalanya. Setelah terbukapopoknya, “JI” digendong denganmengangkat bagian ketiak tanpamemperhatikan keadaan kepaladan lehernya sehingga terkadangkepala “JI” terkulai kebelakang.Kemudian diletakkan di lenganpengasuh untuk dibawa kewastafel agar dibersihkankotorannya. Kemudian setelahselesai, “JI” diangkat menuju mejaganti. Sebelum dipakaikan popok,“JI” terlebih dahulu diberikanminyak bayi, baru dipakaikanpopok tanpa adanya interaksiantara pengasuh dan anaksehingga hanya menjadi kegiatanyang monoton.

Dari penjelasan diatas,dapat dilihat bahwadalam hal kebersihananak dengan kegiatanmenggantikan popokbayi sudah sesuairancangan kegiatan yangdiberikan panti, namunpengasuh kurangmemperhatikankeamanan dankeselamatan bayi dilihatdari cara menggendongmaupun meletakkanbayi. Dan kegiatantersebut hanya menjadikegiatan yang rutinsebab tidak adanyainteraksi yangmemposisikan bahwapengasuh sebagaipengganti orang tuayang berhadapan dengananak sehingga tidakterlihat suatu kedekatanantara anak denganpengasuh.

14.30 – 15.00 Peneliti mengamati keseharian Dari hasil observasi,

Page 145: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

WIB pengasuh dalam memberikankasih sayang kepada anak.Perlakuan pengasuh ketika tidakada petugas kantor sangat berbedadibanding ketika petugas kantormengunjungi kamar. Ketika tidakada petugas kantor, pengasuh bisadikatakan berlaku keras terhadapanak, apapun yang pengasuhkatakan anak – anak harus ikutitermasuk tidak boleh berisik,rewel, bahkan untuk berkeliaranturun dari kasur serta pengasuhbisa saja berbicara dengan nadatinggi. Padahal, terdapatpengawasan berupa CCTV disetiap sudut kamar, namunpengasuh sudah mengerti situasidan kondisi kapan mereka keraskapan mereka harus lemah lembut.Namun, ada beberapa pengasuhyang menganggap bahwa salahsatu dari anak – anak ini sebagai“anak emas”. Bahkan kasih sayangyang mereka berikan terhadapanak itu sangat berbeda dengananak – anak yang lain, sangatterlihat pilih kasih diantaramereka. Disayang, didahulukan,dipilihkan pakaian yang bagusmerupakan hal yang dilakukanpengasuh terhadap anakkesayangannya.

ditemukan adanyatindakan pilih kasih yangdiberikan pengasuhterhadap anakkesayangan mereka.Pengasuh bisa berbuatbaik, lemah lembutbahkan memberikanperhatian lebih terhadapanak itu saja. Namunpengasuh berlaku kerasterhadap anak yang tidakdisukainya. Padahalruangan di panti jugadilengkapi denganfasilitas CCTV untukmemantau kegiatan yangdilakukan anak – anakdan pengasuh selama didalam ruangan.

15.00 – 16.00WIB

Penyampaian perhatian lainnyayaitu salah satunya ketikamemberikan makan kepada anak.Berdasarkan pengamatan peneliti,cara pengasuh memberikan makankurang tepat, kebanyakanpengasuh memberikan makansecara paksa kepada anak – anak,terutama anak disabilitas. Anakdisabilitas pada umumnya tidakdapat mengunyah dan menelanmakanan secara baik, bahkan adasalah satu pengasuh yang menekan

Peneliti memperhatikanbagaimana interaksipengasuh dalammemberikan kasihsayang salah satucaranya saat pengasuhmemberikan makankepada anak. Penelitimengamati bahwa carayang dilakukan olehpengasuh bukan halyang benar. Bahkanpengasuh memaksa anak

Page 146: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

hidung seorang anak disabilitasyang berinisial “JI” agarmakanannya mudah masuk.Walaupun makanan tersebut hanyaberupa susu dicampur denganmilna (makanan bayi) namunpengasuh tetap memaksa untukmakanan mudah ditelan, haltersebut bukanlah hal yang bagusuntuk pencernaan anak.

untuk menelanmakanannya dengan caramemencet hidungnya.

15.00 – 16.00WIB

Salah satu yang menjadi perhatianpeneliti adalah tidak adanya rasaaman yang diberikan pengasuhsaat memberikan makanan kepadaanak. Peneliti mengamati anakdisabilitas mengalami kelumpuhanseperti “JI” dan “MA” saatdiberikan makanan. Makananyang diberikan kepada merekaberupa susu formula yangdicampur dengan biskuit bayidengan media botol susu. “MA”diberikan makanan didalam botolsusu biasa, lalu dibiarkan begitusaja. Sedangkan “MA” tidak dapatmemegang botol tersebut sendiri.Botol tersebut didirikanmeggunakan bantuan sepertibantal yang terletak di atas perut“MA”.Dalam hal ini, “MA” bisa sajatersedak sedangkan makanannyajustru masuk ke saluranpernafasan. Yang dilakukan olehpengasuh saat “MA” tersedakhanya membersihkan bagianmulutnya, lalu botol itu kembali disuapi kepada “MA” sampaimakanannya habis

Peneliti mengamatipengasuh dalammemberikan makankepada “MA”, anakpenyandang disabilitasdengan kondisi fisiklumpuh. “MA” hanyadiberikan makan denganmedia botol, namunpengasuh hanyamenyenderkan botoltersebut dengan bantal.Hal tersebut tidakmemperhatikan bahayayang akan terjadi kepadaanak.

16.00 – 16.30WIB

Yang peneliti dapatkan selamaobservasi adalah ketika ada anakdalam keadaan bermain, bernyanyijustru oleh pengasuh dimarahi dandisuruh diam. Bahkan anaktersebut di bentak dengan nadatinggi dan dikatakan berisik.

Pemberian kasih sayanglainnya yaitu denganberinteraksi dengananak. namun penelitimenemukan bahwa anaktidak boleh banyakmelakukan kegiatan,

Page 147: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

yaitu bernyanyi, bermainatau berbicara.

Waktu Observasi : Rabu, 07 Juni 2017

Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Memperhatikan kegiatan anak danpengasuh, mengikuti

kegiatan anak, mengikuti case conferense

Waktu Deskripsi Makna

07.30 – 09.00WIB

Peneliti mengamati kegiatan panti,melaksanakan olahraga diluarruangan. Olahraga ini dilakukanoleh anak – anak usia 2,5 tahunsampai 6 tahun.Pengasuh juga membantu untukmeningkatkan perkembanganpsikomotorik anak. Dari hasilpengamatan peneliti, pengasuhmelakukan hal yang sama sepertiterapis lakukan kepada anak –anak tersebut. Seperti “WA”diajak berjalan – jalan dengan caradituntun dikarenakan kedua mata“WA” tidak berfungsi. Namuntidak sesuai dengan anjuran terapisbahwa “WA” seharusnya seringdiajak belajar berjalan, pengasuhhanya menuntun “WA” saatkegiatan diluar.Berdasarkan pengamatan, “WA”diajari berjalan dengan dituntunmengelilingi lapangan. Hal inidisebabkan karena mata “WA”mengalami gangguan penglihatan,sehingga untuk dapat berjalan“WA” membutuhkan bantuan

Dalam pengamatan kaliini, peneliti menemukanperbedaan kegiatan yangdilakukan anak normaldengan anak penyandangdisabilitas. Sehinggakegiatan yang dilakukananak disabilitas sepertikegiatan eksklusif.

Page 148: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

orang lain. Sedangkan “JI” dan“MA” yang mengalamikelumpuhan total, mereka dijemurdibawa sinar matahari.

09.00 – 10.00WIB

Setelah kegiatan senam,dilanjutkan kegiatan bermaindidalam ruangan. Untuk anakpenyandang disabilitas, kegiatanyang mereka lakukan berbeda –beda. Ketika anak normal bermaindi ruang bermain, maka “WA”juga di ajak bermain karena “WA”dinilai mampu mengikuti kegiatanbermain bersama yang lain, sepertibermain ayunan. Penelitimengamati “WA” selama di ruangbermain, “WA” hanya diayunkandi permainan ayunan olehpengasuh beberapa kali saja.Selanjutnya, ia akan dibiarkanbermain sendiri atau hanya dudukdiam karena ia membutuhkanbantuan orang untuk bergerak.Sedangkan pengasuh hanya maubermain dengan anak – anaknormal dan atau justru sibukdengan handphone mereka masing– masing.Sedangkan terhadap “MA” dan“JI” yang mengalami kelumpuhanfisik, tidak pernah diberikankegiatan yang menstimulasimereka. Bahkan ketika anaknormal lainnya bermain, terkadangmereka hanya ditinggal di dalamruangan. Atau mereka diajakkeluar kamar dengan di jemurbersamaan dengan anak – anakyang sedang bermain. Namunsetelah diletakan dikasur berjemur,pengasuh yang seharusnyamenstimulasi dengan mengajakbermain atau berbicara justrumeninggalkan dan sibuk bermaindengan anak – anak yang normal.

Hal diatas membuktikanbahwa stimulasi yangdiberikan pengasuhkepada anak – anakterhadap lingkungannyasangatlah kurang. Dalammemberikan stimulasikepada anak terjadipembedaan antara anakdisabilitas yangseharusnya diberikanstimulasi lebih justrudibiarkan dibandingkandengan stimulasi yangdiberikan anak normallainnya.

10.00 – 11.30 Peneliti mengikuti case conferense Dalam case conferense

Page 149: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

WIB yang diadakan dengan melibatkanpetugas kantor dan pengasuh.Case conferense kali inimembahas tentang kesehatan anakserta kegiatan yang diberikankepada anak.

yang diadakan pihakpanti bersama pengasuhpada Rabu, 7 Juni 2017,membahas perihalperawatan kesehatanserta riwayat penyakityang dialami anak –anak. Pengasuhmelaporkan bahwa anak– anak dalam keadaansehat. Adapun perawatanrutin yang dijalanibeberapa anak yangmemiliki penyakitbawaan tetap berjalanlancar. Salah satucontohnya adalah “JI”yang sering mengalamisesak napas karenasaluran pernapasannyaterganggu sehinggaharus menjalanipenguapan.Menurut laporan caseconferense yangdiadakan panti, sampaisaat ini belum adakegiatan olahragamaupun rekreasi yangdapat melibatkan anak –anak penyandangdisabilitas.

11.30 – 14.30 Peneliti kembali mengamatiinteraksi pengasuh terhadap anakpenyandang disabilitas. Dari hasilpengamatan, terlihat adanyapembiaran yang dilakukanpengasuh ketika ada anak yangmenangis. Ketika ada seoranganak menangis, pengasuh tidaklangsung memberikan perhatiankepada anak tersebut. Setelah 3 –5 menit lamanya menangis, barupengasuh merespon anak tersebutdengan memberikan susu.

Dalam pengamatan ini,pengasuh melakukanpembiaran kepada anaksaat menangis.

15.00 – 16.00 Dari observasi yang peneliti Pengasuh memberikan

Page 150: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

WIB lakukan, seorang pengasuh seringmenyuruh salah satu anak pantiuntuk membantu pengasuhcontohnya obat, piring, kursi danlain sebagainya. Ketika anak inibenar, maka yang dilakukanpengasuh yaitu dengan memujianak tersebut dengan menyebutkalimat, “Eh, pinternya. Terimakasih ya.” Dengan begitu, sanganak akan merasa senang danmengeluarkan senyuman. Danketika ia dimintakan tolongkembali, ia akan dengan senanghati mengerjakannya.

reward kepada anakyang mau membantupengasuh dengan baikdan benar.

Waktu Observasi : Selasa, 20 Juni 2017

Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Mengamati kegiatan perawatan kesehatan

Waktu Deksripsi Makna

08.00 – 10.00WIB

Panti mengadakan kegiatanpemeriksaan rutin setiap hariselasa pada pagi hari. Dokter yangmemeriksa didatangkan dariPuskesmas Cipayung. Doktermemeriksa secara satu persatu.Dimulai dari anak bayi berusia 0bulan – 1.5 tahun, dilanjutkandengan anak berumur 1,5 tahun –3 tahun dan yang terakhir 3 tahun– 6 tahun.Yang pertama kali dilakukanadalah dengan memeriksa beratdan tinggi anak, kemudiandilanjutkan dengan memeriksakesehatan anak.

Berdasarkan pengamatanyang dilakukan olehpeneliti dalam masalahkesehatan, panti sangatpeduli dengan kondisianak asuh terutama anakpenyandang disabilitas.Apabila ada seoranganak yang sakit, dengansigapnya pantimemberikan pelayanankesehatan kepada anak.

15.00 – 16.00WIB

Selain dengan dokter, pengasuhjuga memeriksa kebersihan kuku,kulit, telinga, hidung dan mulutanak.

Banyaknya jumlah anak– anak yang berada didalam panti tidakmenutup kemungkinanterjadinya penyakit

Page 151: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

menular. Dari hasilobservasi penelititerdapat beberapa anakyang mengalami infeksipenyakit kulit dantelinga. Dalam hal inipun, panti memilikikegiatan khusus yaitupemeriksaan kulit, kuku,telinga, hidung danmulut

Waktu Observasi : Jumat, 13 Oktober 2017

Tempat Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh

Waktu Kegiatan Makna

14.00 – 16.00 Peneliti tiba di PSAA Balita TunasBangsa langsung menuju ruangarjuna. Di ruangan pengasuhsedang beristirahat. Kegiatan yangdilakukan anak-anak adalah tidursiang termasuk “JI”. Memasukipukul 15.00 beberapa anak sudahmulai terbangun dari tidurnya.Anak-anak yang sudah terbangunlangsung diberikan susu.Lalu peneliti menuju ruang RamaShinta untuk meneliti “MA” dan“WA”. Saat itu, “WA” dan “MA”sedang diberikan makanan ringanoleh pengasuh yaitu buah pepayayang diblender. Pengasuhmenyuapi “MA” dikasurnya.Posisi “MA” dalam keadaanmerebahkan tubuhnya dan tanpapenyangga di kepalanya sehinggabisa saja menyebabkan tersedak.Setelah menghabiskan juspepayanya, “WA” dimandikandengan air hangat. Posisi “WA”

Dalam menjagakebersihan tubuh anak,pengasuh sangat telaten.Hanya saja perlakuanyang diberikan kepadaanak kurang halus.Terlebih lagi seperti“MA” yangmembutuhkan perhatiankhusus sebab infeksikulit yang dialaminya.

Page 152: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

dalam keadaan duduk di kursi bayiuntuk memudahkan pengasuh.Begitu pula “MA”, hanya saja saatmengangkat tubuh “MA”,pengasuh hanya mengangkatbagian tangan dan kakinya saja,tanpa memegang tubuh ataupunggung “MA”. Setelah dimandikan, tubuh “MA”dikeringkan dengan handuk yangberbeda dengan yang lainnyauntuk mencegah terjadinyapenularan penyakit kulit yangdisebabkan oleh infeksi kulit yangdialami “MA”.

16.00 – 17.00WIB

Pengasuh memberikan makankepada anak-anak. Seperti biasa,“JI” diberikan bubur bayi instan.Cara pengasuh menyuapi “JI”yaitu menahan kaki tangan anakdengan kaki pengasuh. Hal inidilakukan karena “JI” seringmengalami kejang sehingga ketikamakanan yang diberikan untuk“JI” dapat mengotori sekitarnya.Sedangkan “MA” diberikanmakan yaitu susu dan bubur instanyang dicampur di dalam botolsusu. Pengasuh tidak selalumenunggui “MA” sampaimakanannya habis. Botol susuyang diberikan hanya disenderkandengan bantal yang bisa sajamenyebabkan tersedak ataumakanan masuk ke dalam lubangpernafasan. Ketika terjaditersedak, yang dilakukan pengasuhhanya mengelap lalu kembalimemasukan botol tersebut kemulut “MA”.“WA” diberikan makan sepertianak normal lainnya. “WA”dikumpulkan di dalam satu kasuryang sama dengan anak normallainnya.

Cara pengasuhmemberikan makankepada anakmembutuhkan perhatiankhusus.

Page 153: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

Waktu Observasi : Sabtu, 14 Oktober 2017

Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asuh dan Asih

Waktu Kegiatan Makna

07.30 – 08.30WIB

Pada pagi hari ini penelitimelakukan pengamatan kegiatanyang dilakukan pengasuh dengantanpa pengawasan petugas kantor.Dimulai dari memandikan anak,pengasuh terlihat lebih santai.Bahkan setelah memandikan anak,pengasuh dengan leluasamemainkan handphone nya tanpamemperhatikan anak – anak secaraserius.Seperti hari – hari biasa, pengasuhjuga menyalakan lagu anak-anak,sambil menunggu sarapan pagi.

Kurangnya kehati –hatian terhadap anakmenjadikan salah satuaspek pemenuhankebutuhan dasar yaitumemberikan rasa amankurang terpenuhi.

08.30 – 09.30WIB

Waktu untuk pengasuhmemberikan sarapan kepada anak.Seperti biasanya, makanan yangdiberikan “JI” adalah bubur instandalam ukuran satu mangkuk bayipenuh. Peneliti membantupengasuh menyuapi “JI” danmemang membutuhkan kesabaranlebih. Sebab “JI” seringmengalami kejang dan berakibatmakanan yang diberikan membuatkotor sekitarnya.Berpindah ke ruang Rama Shinta,cara setiap pengasuh memberikanmakan kepada “MA” sama. Yaitudengan menyenderkan botol kebantal atau kain tanpa

Selain itu, cara pengasuhdalam memberikanmakan kepada anakdisabilitas juga menjadikegiatan yang monotonkarena tidak banyakterjadi interaksi.

Page 154: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

memperhatikan keselamatan“MA”.Setelah selesai makan, leher danmulut “MA” dibersihkan lalukemudian pengasuh kembalimeninggalkan “MA” tanpamengajak berinteraksi.

09.30 – 11.30WIB

Kegiatan selanjutnya adalahbermain. Bagi anak – anak yangberada di ruang arjuna, makapengasuh mengajak berbicaraanak, atau paling tidakmengumpulkan anak diruangtengah untuk diajak berinteraksi.Namun “JI” tetap dibiarkan didalam kasurnya. Tidak adaperlakuan khusus terhadap “JI”.Pengasuh hanya akan memberikanperhatian, mengajak berinteraksikepada anak normal saja.Sedangkan untuk ruang RamaShinta, pengasuh mengajakbermain di ruang bermain anak.untuk anak disabilitas, hanya“WA” yang bisa berjalan dandiajak bermain. Di dalam ruangbermain, pengasuh membiarkan“WA” hanya berpegangan padasatu mainan, atau hanya dinaikkan ke atas ayunan.Sedangkan “MA” ditinggalkan didalam ruangan karena tidak dapatmenggerakkan tubuhnya.

Dalam memberikankasih sayang terhadapanak penyandangdisabilitas, pengasuhterkesan membiarkandan lebih memilihbermain dengan anaknormal.

11.30 – 13.00 Anak – anak kembali ke ruangandan kasur masing-masing.Sebelum memberikan makansiang, pengasuh terlebih dahulumenggantikan popok anak.selanjutnnya anak diberikanmakan siang oleh pengasuhdengan cara yang sama.

13.00 – 15.00WIB

Waktu untuk tidur siang. Carapengasuh menidurkan anak – anakhanya dengan diberikan susu laluditinggalkan begitu saja. Karenamenurut pengasuh, apabila anak

Page 155: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

tersebut ditunggui, mereka tidakakan tertidur.

15.00 – 16.00WIB

Setelah bangun tidur, anak – anaklangsung dimandikan. Ketika diruang Arjuna, pengasuhmengumpulkan semua anakterlebih dahulu diruang tengah.Kemudian satu persatu anakdimandikan dengan dibagi tugasdengan pengasuh lainnya. Adayang melepaskan pakaian, adayang memandikan dan ada yangmemakaikan pakaian. Pengasuhmelakukan dengan gerakan yangsangat cepat sehingga terkadangtidak memperhatikan keselamatanbayi.

Waktu Observasi : Minggu, 15 Oktober 2017

Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asih

Waktu Kegiatan Makna

07.30 – 08.30WIB

Peneliti kali ini memperhatikankasih sayang dan perhatian yangdiberikan pengasuh kepada anakdisabilitas. Dimulai darimemberikan makan, seorangpengasuh seharusnya sambilmengajak anak berinteraksi.Terjadi interaksi kecil antarapengasuh dengan “JI” ketikamenyuapi sarapan, seperti “Nah,pinter makannya yang banyakyaa” lalu respon yang diberikan“JI” hanya tersenyum.Namun “MA” sama sekali tidakdiajak berbicara bahkan dibiarkanbegitu saja oleh pengasuh.Sedangkan “WA” diajak makanbersama dengan yang lainnya,

Page 156: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

namun terkadang pengasuh sambilmengejek “WA” karena berbedadengan anak lainnya.

08.30 – 11.00WIB

Anak diberikan waktu bebas.Pengasuh hanya memberikan laguanak – anak, namun anak tetapberada di kasurnya masing –masing. Bukan dengan diajakbernyanyi bersama justrupengasuh hanya sibuk bermaingadget atau berbincang denganrekannya sesama pengasuh.Adapun anak yang diajakberbicara hanyalah anak yangmereka senangi saja terutama anaknormal.Seperti “WA”, dia hanya bisaberdiam diri di pojok ruangankarena tidak tahu harus berjalankemana. Tidak ada yangmemperhatikan “WA”. Ketikapeneliti memegang tangan “WA”,dia langsung berdiri dan mengajakberjalan mengelilingi ruangan.

Dengan tanpa adanyapengawasan dari petugaskantor, pengasuhterkesan lebih bersantai-santai.

11.00 – 13.00WIB

Kegiatan selanjutnya adalahmenggantikan popok anak.Peneliti berpindah ke RuangArjuna dan memperhatikanpengasuh menggantikan popok“JI”. Cara pengasuh menggendong“JI” dapat dikatakan tidak hati –hati. Sebab pengasuh hanyamemegang bagian ketiak sajatanpa memegang kepalanya.Setelah itu, “JI” diberikan makansiang yaitu bubur yang diblenderhalus sebanyak satu mangkukpenuh. “JI” disuapi denganditidurkan di kursi malas bayi,dengan tujuan supaya tidakbanyak bergerak.Setelah selesai makan siang,kemudian “JI” dibersihkan dandigantikan pakaiannya, laludikembalikan ke kasurnya untuktidur siang.

Page 157: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

Waktu Observasi : Senin, 16 Oktober 2017

Lokasi Observasi : PSAA Balita Tunas Bangsa

Fokus Observasi : Pemenuhan Kebutuhan Dasar Asah

Waktu Kegiatan Makna

07.30 – 08.30WIB

Berbeda dengan hari libur,kegiatan pagi hari ini adalahberjemur untuk anak – anak, tidakhanya untuk anak bayi namun jugauntuk anak balita termasuk “JI”dan “MA”.Sedangkan kegiatan yangdilakukan “WA” adalah belajarberjalan bersama dengan anak –anak yang berusia 4 sampai 6tahun dilapangan. Namun keadaan“WA” yang tidak dapat melihatsehingga kegiatan ini tetap sajaterasa eksklusif bagi “WA”sehingga tidak banyak interaksiyang dilakukan anak – anak laindengan ”WA”.

08.30 – 10.30WIB

Setelah berjemur, kegiatanselanjutnya adalah kegiatan bebasbagi “JI”, namun yang dilakukan“JI” hanyalah terbaring di kasurkarena tidak diajak berinteraksisama halnya seperti “MA”.Sedangkan “WA” diikutkanbermain diruang bermain bersamaanak lainnya. Pengasuh hanyameletakkan “WA” di ayunan lalu“WA” dibiarkan bermain sendiri.Pengasuh hanya bermain dengananak – anak normal lainnya.

Dalam memberikanstimulasi terhadap anak,pengasuh tidak banyakmelakukan apa – apa.Bahkan terkesanmembiarkan anakdisabilitas.

10.30 – 12.30 Setelah lelah bermain, anak – anak

Page 158: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

WIB kembali ke ruangan untuk bergantipopok lalu makan siang. Setelahmakan siang, dilanjutkan dengantidur siang sebagai jam istirahat.

Page 159: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

LAMPIRAN 4

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Dra. Vivi Kafilatul Jannah, M.Si

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 08.30 sampai 09.30

5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja kepala panti

B. Hasil Wawancara

1. Apa yang ibu ketahui tentang kebutuhan dasar anak?

Jawab : Kebutuhan dasar ya, Mbak? Kebutuhan dasar ya memberikan kasih sayang,

memenuhi nutrisi serta gizi, yang jelas udah ada kok Mbak di program di

profil panti. Sejauh ini sudah berjalan dengan baik pemenuhannya, ya

adapun kurang – kurangnya, mungkin di karenakan fasilitas dan

keterbatasan pekerja, Mbak.

2. Bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi anak terutama anak

disabilitas?

Jawab : Selama ini panti memenuhi nutrisi anak dengan 4 sehat 5 sempurna. Setiap

hari jadwal makan anak beda – beda, Mbak. Sebelum lapor ke Dinsos kami

konsultasikan dulu ke ahli gizi. Untuk lebih jelasnya bisa tanyakan ke Bu

Riza ya, Mbak.

3. Bagaimana cara panti merawat kesehatan anak penyandang disabilitas?

Jawab : Kesehatan itu kan paling utama Mbak, apalagi yang disabilitas ya. Kondisi

fisik mereka juga sangat lemah. Ada yang suka tiba – tiba kambuh

penyakitnya. Jadi butuh perawatan lebih untuk mereka. Seperti “JI” kadang

– kadang sesak nafasnya kambuh, pengasuhnya bantu dia dengan oksigen.

Atau “MA” kan kulitnya sensitif, pengasuhnya yang merawat kulitnya. Jadi

pertolongan pertama ketika anak sakit ya perawatan dari pengasuh atau

petugas kantor, Mbak. Semuanya disini dituntut serba cekatan, ngga

nunggu parah baru dirawat. Kalaupun ada yang butuh perawatan intesif, ya

kita langsung bawa anak itu ke rumah sakit. Kebetulan kita bekerja sama

dengan beberapa rumah sakit salah satunya Rumah Sakit Haji, Mbak.

Page 160: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

4. Apa saja dan kapan kegiatan yang diberikan panti dalam merawat kesehatan terutama

untuk anak disabilitas?

Jawab : Kegiatan pemeriksaan kesehatan sudah dari jaman dulu ya, Mbak. Rutin

dilakukan setiap hari Selasa waktunya pagi hari. Dokternya juga sudah

kerjasama dengan kami dari Puskesmas Cipayung. Kemudian ada

pemeriksaan kuku, kulit, telinga, mulut dan hidung karena ada beberapa

anak yang mengalami infeksi pada kulit dan telinganya.

5. Apa saja fasilitas yang diberikan panti untuk memenuhi kebutuhan dasar anak

penyandang disabilitas?

Jawab : PSAA Balita Tunas Bangsa memiliki beberapa pengasuh yang dari akademi

keperawatan, Mbak. Karena sewaktu – waktu anak sakit dan butuh

perawatan, pengasuh inilah yang bertanggung jawab terhadap anak tersebut.

Bukan berarti yang lain tidak bisa. Tapi setidaknya ada yang bisa mengajari

yang lain. Selain itu fasilitas alat kesehatan di sini juga lumayan lengkap.

Setiap ruangan kami berikan pendingin untuk kenyamanan anak dan supaya

steril. Kemudian kami juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di

Jakarta. Ohiya, Mbak ada khusus kami datangkan terapis dari rumah sakit

haji untuk anak – anak yang delayed development supaya perkembangan

psikomotorik mereka kembali normal.

6. Kegiatan olahraga atau rekreasi seperti apa yang diberikan panti untuk anak – anak

penyandang disabilitas?

Jawab : Olahraga yang kami laksanakan ini termasuk kegiatan rutin Mbak.

Dilakukannya setiap Rabu khusus anak – anak berusia 3 tahun sampai 6

tahun dan Jumat anak – anak bersama semua petugas. Dimulai jam 08.00

sampai selesai. Kebetulan instruktur senamnya kita panggil dari luar. Di

agenda kegiatan tahunan memang ada rekreasi paling tidak dalam satu

tahun dilaksanakan sekali, tapi ini khusus anak – anak yang berumur 3

tahun sampai 6 tahun saja. Kalau untuk anak bayi apalagi anak disabilitas

kami tidak ajak, karena kami tidak mau mengambil resiko kalau terjadi apa

– apa.

7. Bagaimana kasih sayang yang diberikan panti terhadap anak – anak penyandang

disabilitas?

Jawab : Anak – anak di panti hampir semuanya tidak punya orang tua kan Mbak,

jadi kita semua baik petugas kantor maupun pengasuh harus memberikan

Page 161: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

kasih sayang sebagai pengganti orang tua bagi anak – anak. Pada dasarnya

kasih sayang kepada anak – anak harus diberikan secara sepenuhnya.

Namun karena keterbatasan petugas jadi harus dibagi – bagi. Setiap kamar

cuma ada tiga sampai empat pengasuh, sedangkan jumlah anaknya lebih

dari 20 anak. Kami sebagai pekerja dan pengganti orang tua cuma bisa

bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan kasih sayang kepada

mereka.

8. Bagaimana cara panti memberikan perlindungan rasa aman terhadap anak – anak

penyandang disabilitas?

Jawab : Salah satu fasilitas yang dimiliki panti adalah adanya CCTV di setiap

ruangan. Kami sebagai petugas memberikan rasa aman kepada anak melalui

pantauan kamera CCTV. Kami memantau kegiatan anak – anak dan

pengasuh selama di dalam ruangan.

9. Bagaimana cara panti memberikan penghargaan terhadap anak?

Jawab : Di panti ini ada sistem reward and punisment Mbak. Ketika ada anak yang

berbuat baik, maka anak tersebut akan mendapat penghargaan, minimal

pujian ya. Sedangkan anak yang tidak bisa berbuat baik, maka mendapatkan

hukuman. Bukan dengan pukulan atau omelan ya, Mbak, tapi dengan

memberikan peringatan dan diberikan contoh yang benar, bukan dengan

kekerasan.

10. Apa saja kegiatan yang diberikan panti terhadap anak penyandang disabilitas dalam

menstimulasi kehidupan sosial mereka?

Jawab : Untuk anak disabilitas, cara kami menstimulasi mereka hidup di lingkungan

sosial itu kami ajak mereka berjemur dibawah bersamaan anak – anak lain

senam atau bersepeda. Jadi teman – teman yang mengenali ada “MA” ada

“WA”, walaupun ada beberapa diantara mereka yang justru takut karena

kondisi fisik mereka.

11. Bagaimana pendidikan yang diberikan panti untuk anak penyandang disabilitas?

Jawab : Mengenai pendidikan terhadap anak disabilitas kami ngga bisa kasih

keterangan apa – apa ya, Mbak. Karena di panti sendiri pendidikan khusus

anak disabilitas belum ada. Pendidikan dalam bentuk belajar mengajar ya.

Bukan cuma karena fasilitasnya tidak memadai, tapi juga karena keadaan

kondisi fisik mereka yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan

belajar mengajar.

Page 162: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Mia Rumbari, SH

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Satuan Pelaksana Pembinaan Sosial

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 10.00 sampai 10.15

5. Situasi Informan : Duduk santai di meja kerja

B. Hasil Wawancara

1. Sebelumnya, tugas ibu di panti sebagai apa?

Jawab : Saya sebagai koordinator satuan pelaksana pembinaan sosial, Mbak. Jadi

mengenai jadwal kegiatan anak saya yang koordinir.

2. Apa yang ibu pahami tentang kebutuhan dasar anak sendiri?

Jawab : Kebutuhan dasar anak itu segala sesuatu yang mencakup aspek kehidupan

seseorang, Mbak. Contohnya kasih sayang, makan, tempat tinggal, lingkungan sosial.

Itu sih setau saya.

3. Selama ini, bagaimana cara panti memenuhi kebutuhan dasar tersebut, Bu? Kegiatan

apa saja yang dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan dasar?

Jawab : Kegiatan diluar kamar untuk anak – anak ya salah satunya ini, olahraga

Mbak, kalo hari Rabu sama Jumat kita senam. Rabu untuk anak – anaknya aja, tapi

kalo Jumat bareng orang – orang kantor semuanya senam. Paling lama satu jam

sampe satu setengah jam. Untuk instruktur senamnya kita panggil dari luar.

4. Itu kan untuk anak – anak pada umumnya ya, Bu. Kalau untuk anak disabilitas

sendiri, apa saja kegiatan untuk mereka?

Jawab : Untuk kegiatannya anak – anak yang keterbatasan fisik seperti “WA” ya

kita paling menuntun dia berjalan. Sebetulnya kalau jalan merayap udah bisa, cuma

mungkin dia tidak bisa melihat jadi kita bantu dia jalan – jalan biasa. Tapi kalau

“MA” sama “JI” kan memang maaf ya sudah lumpuh, ya jadi kita ngga bisa ajarin

mereka jalan, palingan sambil kita jemur gini, supaya kena matahari juga.

Page 163: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Harmani Riza, S.Sos

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial

4. Waktu Wawancara : Senin, 10 April 2017 pukul 10.15-10.40 dan Selasa 29

Agustus

2017 pukul 09.00-09.15

5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja

B. Hasil Wawancara

1. Kalau ibu, apa saja tugas Ibu selama di panti?

Jawab : Saya koordinator pelaksana pelayanan sosial, Mbak. Jadi kalau ada kegiatan

pelayanan kesehatan, pelayanan anak, pengangkatan anak hubungannya

dengan saya.

2. Menurut ibu, apa yang ibu ketahui tentang kebutuhan dasar anak?

Jawab : Kebutuhan dasar itu ya hal yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh

manusia. Seperti makan, kesehatan jasmani dan rohani, emosional. Kira –

kira begitu.

3. Karena tugas ibu disini pelayanan sosial, apa saja kegiatan panti dalam memenuhi

kebutuhan dasar anak? Khususnya untuk anak penyandang disabilitas.

Jawab : Pelayanan sosial yang kami berikan disini seperti pelayanan kesehatan,

pemberian imunisasi serta pemenuhan gizi anak, Mbak.

4. Bagaimana cara panti dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi anak, Bu?

Jawab : Dalam hal pemenuhan gizi dan nutrisi salah satunya pemberian makanan ya

Mbak, prosesnya kami buat rancangan jadwal makan anak – anak untuk

pagi, siang dan malam selama satu bulan. Kemudian dilaporkan ke Dinas

Sosial DKI Jakarta untuk mendapat persetujuan, jatuh temponya setiap satu

minggu sebelum akhir bulan. Kami juga memberikan makanan kepada anak

– anak berdasarkan persetujuan ahli gizi. Yang pasti setiap jadwal makanan

harus 4 sehat 5 sempurna.

Page 164: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

5. Apakah nutrisi yang diberikan antara anak normal dengan anak penyandang

disabilitas disamakan, Bu?

Jawab : Dibedakan Mbak, untuk yang bayi ini kita kasihnya bubur blender halus,

kalo yang balita ya kita kasih bubur tim kasar terus kalo yang udah gede

makannya nasi biasa sama lauk pauknya. Kalo kayak “MA” sama “WU”

mereka biasanya ngga makan bubur, makanannya susu dicampur milna atau

nestle. Karena kan mereka ngga bisa nyerna atau ngunyah makanan.

6. Tadi Ibu sempat menyebutkan mengenai imunisasi. Bagaimana panti memberikan

imunisasi kepada anak – anak?

Jawab : Imunisasi untuk bayi selalu kita lakukan Mbak setiap bulannya.

Imunisasinya di rumah sakit atau puskesmas dimana anak itu terdaftar. Kan

anak – anak di panti asalnya ngga tentu. Kalau yang ditinggal di rumah

sakit, imunisasinya ya di rumah sakit itu, tapi kalau engga biasanya kita

bawa ke puskesmas atau rumah sakit yang kerja sama dengan panti, Mbak.

Kebetulan di Puskesmas Kelurahan ada program PIN (Pekan Imunisasi

Nasional). Kegiatannya rutin setiap bulan sekali.

7. Lalu bagaimana cara panti memberikan pelayanan kesehatan kepada anak?

Jawab : Kesehatan anak itu nomor satu Mbak sangat diutamakan, menjadi tanggung

jawab kami sebagai orang tua. Apabila ada anak yang sakit, maka pengasuh

yang lulusan perawat kami kerahkan. Tapi kalo sampai 2 atau 3 hari anak

belum sembuh, langsung dibawa kerumah sakit, kebetulan kami bekerja

sama dengan rumah sakit haji pondok gede.

8. Selain itu, kegiatan apa yang dilaksanakan panti dalam memberikan pelayanan

kesehatan?

Jawab : Tentu ada pemeriksaan dokter rutin, Mbak. Jadwalnya setiap hari Selasa

waktunya pagi hari. Kegiatannya dimulai dari jam 08.00 sampai selesai.

Dokternya kami datangkan dari Puskesmas Cipayung sini. Menjemur bayi

juga termasuk kegiatan kami, Mbak. Waktu jemurnya pagi hari Mbak,

sekitar jam 07.30 sampai jam 08.00 kira-kira. Karena kan matahari pagi

bagus untuk pertumbuhan tulang anak.

9. Lalu apakah masih ada lagi, Bu?

Jawab : Pemeriksaan kulit, telinga itu salah satu merawat kesehatan. Disini kan

anaknya banyak ya Mbak, diantara mereka juga banyak yang kulitnya atau

Page 165: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

telinganya terinfeksi. Nah daripada menyebar, lebih baik dicegah dulu.

Terutama kulit, penyakit kulit itu kan mudah menularnya.

10. Untuk anak penyandang disabilitas, apakah ada pelayanan khusus dalam masalah

kesehatan?

Jawab : Iya, Mbak ada terapisnya. Kegiatannya setiap hari Senin waktu sore

tergantung terapisnya datang jam berapa. Ini dilakukan untuk enam anak

penyandang disabilitas aja.

Page 166: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Siti Murtofingah, SAP

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Kepala Bagian Tata Usaha

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 10.45 sampai 11.00

5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja

B. Hasil Wawancara

1. Apa saja fasilitas yang disediakan panti dalam memenuhi kebutuhan dasar anak?

Jawab : Mulai dari pengasuh untuk merawat serta memberikan kasih sayang sebagai

orang tua pengganti, ruangan, alat kesehatan, serta tenaga kerja.

2. Kriteria apa saja untuk menjadi pengasuh di panti?

Jawab : Kalau untuk kriteria, sampai saat ini kami belum punya kriteria khusus.

Yang penting mereka mau bekerja dengan sepenuh hati. Karena

perekrutannya juga dari Dinas Sosial DKI Jakarta, Mbak

3. Lalu bagaimana panti memberikan perawatan terhadap anak sebagai salah satu syarat

pemenuhan kebutuhan dasar anak?

Jawab : PHL itu dari Dinas Sosial, Mbak. Mungkin kalau ada melamar lulusan

akademi keperawatan, langsung ditugaskan di beberapa panti di Jakarta

salah satunya ke PSAA Balita Tunas Bangsa, Mbak. Perawat disini juga

bertanggung jawab untuk merawat anak – anak yang sakit. Jadi kalau ada

yang butuh perawatan khusus, pengasuh ini yang merawat anak – anak

sesuai anjuran dokter, termasuk menggunakan peralatan medis yang ada di

panti ini.

Page 167: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Putri, S.Psi

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Asisten Psikolog

4. Waktu Wawancara : Selasa, 29 Agustus 2017 pukul 10.00 – 10.30 WIB

5. Situasi Informan : Santai sambil berkeliling panti

B. Hasil Wawancara

1. Sudah berapa lama ka putri disini?

Jawab : Aku disini dari tahun 2013. Berarti sekitar 4 tahunan Insya Allah.

2. Selama bertugas di panti, bagaimana panti memenuhi kebutuhan dasar terutama

untuk anak disabilitas?

Jawab : Selama disini, ka putri belum sampai menemukan yang aneh – aneh ya.

Petugasnya juga menjalankan tugas dengan baik. Cuma untuk kontrol

emosi, perlakuan kasar, menurut ka putri itu belum sepenuhnya dimiliki

pengasuh.

3. Pola asuh seperti apa yang diterapkan pengasuh untuk anak – anak panti?

Jawab : Pola asuh yang diberikan pengasuh terhadap anak kebanyakan

menggunakan pola asuh otoriter ya. Pengasuh menerapkan hal tersebut

bertujuan supaya anak – anak mau menuruti pengasuh. Cuma ini

dampaknya negatif. Anak – anak bisa tumbuh menjadi anak yang keras

bahkan suka melawan.

4. Mengingat kejadian “NI” dulu, apa yang seharusnya pengasuh lakukan?

Jawab : Kondisi yang dialami “NI” bisa disebut panic disorder karena dia

menghadapi ketakutan akan dimarahi pengasuh sehingga cara ia mengambil

perhatian pengasuh ya dengan membeturkan kepalanya ke tembok.

Sedangkan dia anak yang kurang sempurna, sehingga susah diberikan

pengertian. Pengasuh sebagai pengganti orangtua seharusnya bisa

memahami dan melindungi “NI” dari kebiasaannya.

5. Pendidikan seperti apa yang seharusnya diterapkan di panti untuk mendidik anak bisa

berbuat baik?

Jawab : Dalam penerapan pendidikan terhadap anak memang harus ada yang

namanya reward and punishment ya. Reward berupa pujian untuk anak

Page 168: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

udah bikin mereka senang, minimal sambil mengelus kepalanya. Nah yang

banyak disalah gunakan ini punishment. Kebanyakan orang memberikan

punishment dengan kekerasan, padahal sama sekali tidak benar. Punishment

yang seharusnya adalah diberikan peringatan kepada anak.

Page 169: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Delpi Monthe

2. Jenis kelamin : Wanita

3. Jabatan : Pekerja Sosial Terampil

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 11.00 – 11.15

5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang kerja

B. Hasil Wawancara

1. Dari sisi sosial, bagaimana panti memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas?

Jawab : Pemenuhan kebutuhan dasar untuk anak disabilitas saya rasa masih kurang.

Panti belum memiliki fasilitas lengkap untuk anak – anak disabilitas,

sehingga kegiatan bermain sambil belajar juga belum bisa maksimal

diberikan kepada mereka.

2. Apa saja peran peksos dalam memenuhi kebutuhan dasar anak disabilitas di panti?

Jawab : Selama ini kita hanya memantau, kegiatan yang dilakukan pengasuh

bersama anak – anak berjalan atau tidak, bagaimana perkembangannya.

Karena kami lebih banyak mengurus pengangkatan anak ya. Sibuk home

visit, jadi kami biasanya tunggu laporan saja.

Page 170: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Wasri

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Pekerja Harian Lepas (PHL) Pengasuh

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 12.30 – 13.00 WIB dan Senin,

22 September 2017

5. Situasi Informan : Santai sambil menjaga anak – anak

B. Hasil Wawancara

1. Dalam memberikan makan untuk anak, apakah makanannya dihitung dulu sesuai gizi

yang dibutuhkan anak?

Jawab : Dalam memberikan makanan, kami tidak sampai menghitung harus

sebanyak apa. Selama cukup untuk anak, maka itu ukuran cukup bagi kami.

Biasanya blenderan pertama kami bisa banyak berikan sayur, kalau

blenderan akhir sudah tinggal sisa. Karena dari petugas kantor pun hanya

diberikan jadwal menu makannya saja, tidak dengan ukuran harus sebanyak

apa kita berikan kepada anak.

2. Kalau untuk “MA”, biasanya mereka makan apa? Apakah sama dengan yang lain

atau berbeda?

Jawab : Untuk “MA”, kami tidak bisa memberikan bubur halus. Biasanya kami

memberikan susu formula dicampur dengan biskuit bayi. Banyaknya

sampai dia kenyang, biasanya dua kali ukuran botol besar.

3. Bagaimana pengasuh memberikan susu kepada anak asuh?

Jawab : Untuk pemberian susu, biasanya untuk bayi tiga kali sehari ukuran botol

kecil, untuk balita sama tiga kali sehari dengan ukuran botol yang besar.

Untuk yang sudah besar, biasanya diberikan dua kali dengan gelas seukuran

dengan botol yang besar.

4. Ruangannya bagus ya bu, dingin lagi. Apakah semuanya harus seperti ini, atau

khusus ruangan bayi saja?

Jawab : Kamarnya emang begini, Mbak, harus ber AC, anak – anaknya kan banyak,

ngga mungkin kalo ngga pake AC. Setiap pagi ketika anak – anak sedang

dijemur, kita buka semua jendelanya supaya ada pertukaran udara.

5. Bagaimana dengan menjaga kebersihan ruangannya ya, Bu?

Page 171: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

Jawab : Disini selalu ada petugas kebersihannya yang bertanggung jawab setiap

ruangan. Terus untuk kebersihan kasurnya, kita juga sering ganti spreinya.

Paling ngga ya 6 Jam sekali harus ganti seprai. Yang pasti kalo spreinya

udah kotor harus langsung diganti. Jadwal pasti gantinya itu waktu baru

bangun tidur, setelah makan siang, dan setelah tidur siang.

6. Kalau untuk kebersihan anaknya, bagaimana, Bu? Seperti mengganti popok

contohnya?

Jawab : Sesuai jadwal, kita sering ganti popok anak. Ngga mungkin dong udah

kotor dan bau terus kita diemin. Anaknya juga pasti ngga nyaman. Jadi

setiap ada yang bau ya kita periksain satu – satu yang mana yang harus

ganti popok. Biasanya juga kan kalo mereka mulai ngga nyaman paling

nangis.

7. Kalau ingat tentang kebiasaan “NI”, menurut Ibu bagaimana?

Jawab : Kebiasaan “NI” itu kalo lagi marah ya nge-jedotin kepalanya ke tembok

atau ngga pintu. Kita udah sering tahan, tapi yang ada malahan kita di pukul

jadi suka kita biarin aja. Biasanya juga nanti diem sendiri.

8. Bagaimana sikap Ibu ketika mendengar anak yang berisik?

Jawab : Kalau ada yang berisik, semuanya jadi ikutan berisik, Mbak. Kebetulan

yang berjaga juga hanya sedikit dibandingkan jumlah anaknya. Jadi

daripada semuanya tidak bisa diatur, saya pikir lebih baik saya suruh diam.

Page 172: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Fitri Afrilia Sari

2. Jenis Kelamin : Wanita

3. Jabatan : Pekerja Harian Lepas (PHL) Pengasuh

4. Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2017 pukul 13.00 – 13.30 WIB

5. Situasi Informan : Santai sambil mengasuh anak

B. Hasil Wawancara

1. Sebagai lulusan perawat, lalu bekerja sebagai pengasuh. Bagaimana seharusnya

peran Ka Sari?

Jawab : Lulusan perawat disini cukup banyak. Pokoknya kalo ada yang sakit, butuh

bantuan oksigen, obat – obatan, sampe masalah infusan tanggung jawabnya

PHL lulusan keperawatan yang penting harus sesuai anjuran dokter. Yang

lain juga diajarin kok. Tapi jarang juga sih pakenya, lebih sering langsung

ke rumah sakit. Soalnya resikonya juga tinggi kan kalo salah pemakaian,

apalagi untuk pengobatan anak – anak

2. Menurut kakak, apa saja perawatan kesehatan yang panti lakukan?

Jawab : Di sini ada beberapa anak yang infeksi kulit sama telinga. Makanya harus

rutin diperiksa, dijaga kebersihannya. Kalo ngga rutin, gampang nularnya.

Malah kasian yang lain kalo ketularan.

3. Bagaimana tanggapan Kak Sari ketika menderngar anak yang menangis?

Jawab : Kalau ada anak yang menangis, kami biasanya memberikan susu supaya

anak tersebut diam. Biasanya mereka menangis karena haus atau laper.

Atau kalau tidak karena harus ganti popok. Kita juga ngga sering – sering

gendong kalau nangis, takut anaknya malah manja.

4. Ibu Vivi mengatakan ketika ada anak yang berbuat baik maka akan mendapat

reward. Bagaimana dengan pengasuh kepada anak? Juga kepada anak disabilitas?

Jawab : Setiap pengasuh ada caranya masing – masing ya buat ngasih reward ke

anak. Kalo gue sih yang penting terima kasih ke anak itu, pujiannya ya

minimal bilang pinter. Kita ngga bisa kasih snack, soalnya malah bikin

rebutan dan berantem. Jujur aja, kalo ke “JI” atau “WA” gue jarang kasih

pujian secara langsung.

5. Bagaimana punishment yang diberikan kepada anak disabilitas?

Page 173: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

Jawab : Kalo sama anak – anak yang cacat ya ngga diapa – apain sih. Ngga berani

kita juga, mau diomelin kayak gimana juga mereka ngga bakal ngerti kita

ngomong apa. Paling ya pukul pukul dikit sih kalo udah geregetan banget.

Page 174: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

TRANSKIP WAWANCARA

A. Profil Informan

1. Nama : Tasrin

2. Jenis Kelamin : Pria

3. Jabatan : Terapis

4. Waktu Wawancara : Senin, 10 April 2017

5. Situasi Informan : Duduk santai di ruang tamu panti

B. Hasil Wawancara

1. Bapak sudah berapa lama menjadi terapis disini? Terapi apa saja yang Bapak berikan

kepada anak – anak penyandang disabilitas khusunya?

Jawab : Saya sudah bekerja sama dengan panti cukup lama, sekitar dua tahun.

Terapi yang saya lakukan untuk anak – anak yang lambat perkembangan

psikomotoriknya. Biasanya untuk bayi sambil saya ajarkan duduk atau

berdiri, saya sambil memijat kakinya, tulang – tulangnya. Untuk “WA”,

saya ajak jalan – jalan keliling ruangan atau lapangan panti sambil dituntun.

Tujuannya supaya otot – ototnya tidak kaku. Khusus “JI” dan “MA” karena

mereka mengalami kelumpuhan total maka saya hanya terapi motorik saja.

Seperti saya ajak bicara, bagaimana respon mereka.

Page 175: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

DAFTAR MENU MAKANAN ANAK DALAM 10 HARI DI PANTI SOSIAL ASUHAN

ANAK BALITA TUNAS BANGSA

Hari Pagi Snack Siang Snack Sore Snack

1

-Susu-Bayam

-RotiBakar-Air Putih

-Air Putih-Bistik daging-Tahu Kecap-Tumis Wortel

-TehManis-Agar-agar

-Nasi Putih-udanggoreng-tempegoreng-capcai

-Susu ultra-Biskuit

2

-Susu-MieGoreng-Sosis

-Buburkacanghijau-air putih

-Nasi Putih-Ayam Goreng-Sayur Sop-Buah Pepaya

-TehManis-Lemper

-Nasi putih-Lelegoreng-Bacemtahu-CahKangkung

-Susu-Boli kukus

3

-Susu-NasiPutih-Nugetgoreng

-Arem-arem-TahuSumedang-Air putih

-Nasi Putih-IkanKembung-Tahu Bacem

-TehManis-Pisanggoreng

-Nasi putih-Empalgoreng-Tempegoreng-TumisSawi

-Susu-Biskuit

4

-Susu-Nasigoreng-Dadartelor

-Baksokuah-Air putih

-Nasi Putih-Semur Ati-Tempe-Sayur Kare-Buah Apel

-TehManis-KueTalam

-Nasi putih-Gurame-KeringTempe-SayurLodeh

-Susu-RotiManis

5

-Susu-TelorRebus

-Bubursum-sum-Air putih

-Nasi Putih-Perkedel-Kentang-Kerupuk

-TehManis-KueMangkok

-Nasi putih-Semurdaging-Tahugoreng-BeningBayam

-Susu-Biskuit

6

-Susu-Nasiputih-TelorDadar-Tumisbuncis-Tempe

-KueHungkue-Pisang-Air putih

-Nasi putih-Giramegoreng-Kangkung-Semangka

-IceCream-BoluKukus

-Nasi putih-Rawon-TempeGoreng-Bayam

-Susu-KueMangkok

7-Susu-Nasi

-Jus Jambu -Nasi putih-Mendoan

-TehManis-Kue

-Nasi putih-Telor dadar

-Susu-Kue

Page 176: TIMURrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48750/1/FAUZIA... · ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ANAK PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS

putih-Sarden-Timun

-Empal-Buah Melon

Nogosari -KerupukUdang-SayurLodeh

pisang

8

-Susu-MieRebus-Telor-Bakso

-PukisKeju-Kuepepek-Air putih

-Nasi putih-Ayam goreng-Kimlo-Jeruk

-TehManis-Risol

-Nasi putih-Udangtepung-Tempegoreng-OsengSawi

-Susu-Biskuit

9

-Susu-NasiUduk-Semurtahu-TelorDadar

-Nogosari-Jeruk

-Nasi putih-Semur daging-Tahu Goreng-Tumis Buncis

-TehManis-Lemper

-Nasi putih-Opor ayam-Bakwan-Tumis sawi

-Susu-Kuepisang

10

-Susu-LontongSayur-OporAyam-Kerupik

-Kue BikaAmbon-TehManis

-Nasi putih-Ikan Tuna-Tempegoreng-Sayur beningbayam-Wortel-Semangka

-TehManis-Pastel

-Nasi putih-Soto ayam-Perkedel-Kentang-Emping

-Susu-MartabakManis

Jakarta, 29 September 2017

Mengetahui,

Dra. Vivi Kafilatul Jannah, M.Si