perlindungan hukum anak disabilitas di...

77
PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: DINDA FARAH FAUZIYAH NIM. 1113044000043 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: trinhdieu

Post on 06-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS

DI TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

DINDA FARAH FAUZIYAH

NIM. 1113044000043

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

iv

ABSTRAK

Dinda Farah Fauziyah. NIM 1113044000043. "Perlindungan Hukum

Anak Disabilitas di Tangerang Selatan". Konsentrasi Peradilan Agama

Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2018 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pandangan hukum Islam dan

hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, kemudian

mengetahui perlindungan hukum terhadap anak penyandang disabilitas di

Tangerang Selatan.

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research),

dan merupakan jenis penelitian kualitatif, penelitian ini disebut penelitian

kualitatif apabila jenis dan data analisis data yang digunakan bersifat naratif,

dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggunakan penalaran. Kemudian

penelitina ini juga menggunakan pendekatan sosiologis empiris, yaitu peneitian

non doctrinal yang bertitik tolak pada data primer, yaitu data yang diperoleh

langsung dari objek penelitian, seperti masyarakat sebagai sumber pertama dalam

sebuah penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan, berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 hingga 2015 terdapat 50

penyandang disabilitas. Dari 7 Kecamatan yang ada di Tangerang Selatan,

terdapat 30 penyandang disabilitas berjenis kelamin laki-laki dan 20 penyandang

disabilitas berjenis kelamin perempuan. Dan diketahui bahwa jenis anak

penyandang disabilitas di Kota Tangerang Selatan terbagi dalam dua kategori,

yaitu dewasa dan anak-anak. Jumlah untuk dewasa itu 28 orang dan untuk anak-

anak berjumlah 22 orang. Penyandang disabilitas di Tangerang Selatan ini

diberikan berbagai pelatihan yang dapat menumbuh kembangkan kreativitas dan

meningkatkan percaya diri mereka agar tidak merasa diasingkan. Selain itu

penyandang disabilitas dibantu untuk membuka diri dan menjalani proses

keterampilan tanpa dipungut biaya selama pelatihan.

Hukum perlndungan anak disabilitas di Tangerang Selatan, dalam Al-

Qu'an perlindungan hukum terhadap anak disabilitas dan hak-haknya terdapat

pada dua ayat, yaitu: Qs. Abasa 1-10 dan Qs. Al-Fath 17. Kemudian dalam hukum

Positif terdapat pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

Kata Kunci : Perlindungan hukum, anak-anak, disabilitas

Pembimbing : Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, SH., M.A., M.H.

Daftar Pustaka : 1974

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

v

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Penyusun panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan inayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan

skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Anak Disabilitas di Tangerang

Selatan”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi

besar kita Muhammad SAW. Yang membawa cahaya kebenaran, sehingga

mengeluarkan umat manusia dari zaman kegelapan ke masa yang terang

benderang agama Islam.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu

bagian syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat

mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, adikku tercinta, seluruh

keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah

ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Abdul Halim, M.Ag dan Indra Rahmatullah, SH.I, MH., selaku Ketua

dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, SH., M.A., M.H. selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi

pengarahan kepada penulis guna menyelesaikan penulisan skripsi.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

vi

5. Dr. Abdul Halim, M.Ag., selaku dosen penasihat akademik penulis di

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu dalam perkuliahan selama masa studi penulis.

7. Seluruh Staff dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dalam studi

kepustakaan.

8. Untuk kedua orangtua tercinta, Ayahanda Osep Saefuddin dan Ibunda Ade

Muhafillah Muchtar, terima kasih atas segala kasih sayang dan

perhatiannya. Doa-doa yang selalu dipanjatkan. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayang kepada mereka.

9. Kakak kandung Gilang Gustio Gautsul Ubbad, Adik tersayang Aldiansyah

Abidzar Ghafari, serta keluarga besar Banu Nasehuddin dan keluarga di

Kuningan, penulis mengucapkan terima kasih atas segala perhatian dan

dukungan baik materi maupun non materi.

10. Teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga angkatan 2013, Rekan kelas

B, Nandriya putri dan Siti Nur Fitriyani, terima kasih sudah saling

menyemangati dan berdiskusi selama lima tahun masa studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

11. Teman-teman 3G Al-Multazam, Sahabat kesayangan Tiana Bunga

Amanda, Iis Sudiyanti, Mega Nawangsih, Nurul Aini, Ulfah Wahyu

Herzegovina, Fitri Kaniyah yang tanpa henti memberikan motivasi,

perhatian, kasih sayang serta doanya, penulis mengucapkan terimakasih

atas semangatnya dan menjadi sahabat yang baik.

12. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) D’VOICE 2016 serta warga

Desa Tegal Wangi Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

13. Serta rekan-rekan semuanya yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan ini mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

vii

satu persatu namanya dan semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat

dan menyertai keberkahan kepada kita semua.

Ciputat, 09 Februari 2018 M

Dinda Farah Fauziyah

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...i

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN…………………………………………..ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6

D. Rumusan Masalah .................................................................. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7

F. Review Studi Terdahulu .......................................................... 8

G. Metodologi Penelitian ............................................................ 8

H. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG DISABILITAS

A. Pengertian Penyandang Disabilitas ........................................ 12

B. Jenis-Jenis Penyandang Disabilitas ........................................ 13

C. Hak-Hak Penyandang Disabilitas ........................................... 17

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ANAK PENYANDANG

DISABILITAS DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM

ISLAM

A. Perlindungan Hukum Anak Penyandang Disabilitas

dalam Hukum Positif .............................................................. 26

B. Perlindungan Hukum Anak Penyandang Disabilitas

dalam Hukum Islam ............................................................... 29

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

ix

BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DISABILITAS

DI TANGERANG SELATAN

A. Kondisi Anak Penyandang Disabilitas ................................... 34

1. Jumlah Penyandang Disabilitas ........................................ 34

2. Program Penyandang Disabilitas ...................................... 36

B. Analisis Perlindungan Hukum Anak Disabilitas .................... 37

1. Pandangan Hukum Islam Terhadap Hak-Hak

Anak Penyandang Disabilitas di Tangerang Selatan ........ 37

2. Perlindungan Hukum Positif dan Pelaksanaan

Hak-Hak Anak Disabilitas di Tangerang Selatan ............. 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 57

B. Saran ....................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan

manusia, karena tidak saja menyangkut pribadi pasangan suami istri, tetapi

juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya

perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama

selalu menghubungkan kaedah-kaedah perkawinan dengan kedah-kaedah

agama. Setiap mahluk hidup memiliki hak azasi untuk melanjutkan

keturunannya melalui perkawinan. Scholten menjelaskan bahwa perkawinan

adalah suatu hubungan hukum antara seorang pria dengan seorang wanita

untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh Negara.1

Hidup bersama antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan

suami istri dan telah memenuhi ketentuan hukumnya, ini yang lazimnya

disebut sebagai sebuah perkawinan. Yang dimaksud dengan perkawinan

adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai

suami istri dengan tujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang harus

juga dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti

yang dituangkan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan No

1 Tahun 1974.2 Dalam hubungan perkawinan antara suami isteri itu terjadi

perjanjian yang suci yaitu Mitsaqan Ghalidza, perjanjian yang suci dan

kokoh, membentuk keluarga yang bahagia kekal dan abadi (Al-qur’an Surah

An-Nisa’: 21). Islam menganjurkan perkawinan, karena diadakannya

perkawinan maka telah terpenuhinya perintah agama dengan tujuan

mendirikan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah.

Perkawinan membutuhkan perekat yang berfungsi untuk menyatukan dua

insan. Kalau perekatnya banyak, perkawinan akan menjadi semakin kokoh

1Soetojo Prawirohamidjojo, et.al., Hukum Orang dan Keluarga, (Bandung: Alumni, 2000),

Cet. ke-11, h. 8 2Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 10

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

2

dan tidak mudah digoyahkan dalam berbagai masalah. Sebaliknya, kalau

perekatnya cuma sedikit, perkawinan akan mudah sekali berakhir, hanya

menunggu waktu saja. Kehadiran anak merupakan pengikat yang paling

mendasar dalam perkawinan. Jika sudah ada anak, selayaknyalah sepasang

suami istri berusaha mempertahankan perkawinan. Karena anak adalah

tanggung jawab mereka. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat pun

tidak luput dari aturan-aturan dan /atau hukum yang ditentukan baik oleh

Negara ataupun oleh masyarakat dan agama. Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan menjadi dasar tata laksana dalam suatu perkawinan

yang sah. Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat (4) keluarga diartikan sebagai kesatuan

masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Merujuk kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, penyandang

disabilitas yang dibahasakan dengan istilah penyandang cacat diartikan

sebagai, setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/mental, yang dapat

mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari: a. Penyandang cacat fisisk, b.

Penyandang cacat mental, c. Penyandang cacat fisik dan mental.

Anak adalah harapan bangsa dimasa mendatang, hak-hak yang harus

diperoleh anak terhadap orang tuanya sejak anak dilahirkan didunia yang

berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children ) serta berbagai kepentingan

yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.3 Manusia itu sebagai

pemegang hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan akan berakhir pada saat ia

meninggal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya

dapat dianggap sebagai pemegang hak. 4

3Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, (Bandung: Mandar Maju 2009), h. 1

4Kansil C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1989), h. 117

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

3

Semakin modern suatu negara seharusnya semakin besar perhatiannya

dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak

dalam rangka perlindungan. Perlindungan yang diberikan negara tehadap

anak-anak meliputi berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial,

budaya, politik, maupun aspek hukum. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Pasal 28B ayat (2) mengatur secara tegas mengenai hak

setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembangnya serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Ketentuan tersebut

ditindak lanjuti dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak Pasal 23 ayat (1) yang berisi :

“Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan

kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua,

wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap

anak. Berdasarkan Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

1989 juga telah diuraikan secara jelas mengenai hak anak yaitu : hak untuk

bermain, hak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk mendapatkan

nama (identitas), hak untuk mendapatkan status kebangsaan, hak untuk

mendapatkan makanan, hak untuk mendapatkan akses kesehatan, hak

untuk mendapatkan rekreasi, hak untuk mendapatkan kesamaan, dan hak

untuk memiliki peran dalam pembangunan.”

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal

1 ayat (15) juga menyebutkan bahwa anak diberikan perlindungan khusus.

Adapun yang dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu:

“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak

dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari

kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi

dan/ seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

(napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban

kekerasan baik fisik dan/ mental, anak yang menyandang cacat, dan anak

korban perlakuan salah dan penelantaran.”

Perlindungan anak tersebut bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-

hak anak agar hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari upaya eksploitasi secara ekonomi maupun seksual terhadap anak.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

4

Dengan demikian, peraturan peraturan perundang-undangan telah

menjelaskan secara tegas mengenai adanya hak yang sama bagi anak untuk

mendapatkan perlindungan, pemeliharaan, perkembangan dan pertumbuhan

dalam melangsungkan kehidupannya.

Setiap anak membutuhkan bimbingan dan kasih sayang hingga ia

mencapai usia remaja, dan orangtua lah yang berkewajiban membimbing

anak tersebut hingga dewasa :

1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka

sebaik-baiknya

2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku

sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku

terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus5

Namun, apabila mempunyai orang tua disabilitas tentu bagi anak akan

sulit untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan, perkembangan dan

pertumbuhan dalam melangsungkan kehidupannya. Penyandang disabilitas

memiliki kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan aksesibilitas.6

Semua manusia berhak mendapatkan kesempatan dalam menikmati

penyediaan fasilitas publik. Keberadaan fasilitas publik juga bukan semata-

mata hanya untuk dinikmati oleh mereka yang memiliki tubuh normal saja,

tetapi bagi mereka kaum penyandang disabilitas juga memiliki hak yang

sama. Keberadaan penyandang disabilitas sering kali kurang mendapat

perhatian. Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban

yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga

negara Indoesia, sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan

perlakuan khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan dari

kerentanan terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan terutama

perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Perlakuan khusus

tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi penghormatan, pemajuan,

5Pasal 45 Ayat (1) Dan (2) Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974

6Republik Indonesia, Undang-Undang No 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, Pasal

10, ayat 1

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

5

perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia universal.7 Orang

berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan

karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya.

Karena karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar

dia mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.

Orang berkebutuhan khusus memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup

orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence

Quotient) rendah.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang

memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk

berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.8 Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dalam pokok-pokok

konvensi point 1 (pertama) pembukaan memberikan pemahaman, yakni:

“Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang

dapat menganggu atau merupakan rintangan dan hamabatan baginya untuk

melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari, penyandang cacat fisik;

penyandang cacat mental; penyandang cacat fisik dan mental.”9

Menurut undang-undang nomor 8 tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) :

Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami

hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif

dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.10

Terlahir dari hasil perkawinan orang tua tidak menjadikan disabilitas

tersebut menjadi penghalang untuk melakukan sesuatu. Namun, harus

7Majda El Muhtaj, Dimensi‐Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 273 8Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang

Disabilitas 9Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9 10

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran

Negara RI Tahun 1997 No. 9

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

6

menjadi sebuah pemicu dan semangat untuk mengembangkan bakat dan

kreativitas.

Pada 2016, Lembaga Dinas Sosial Tangerang Selatan, Jumlah

Penyandang Disabilitas dewasa 360 0rang sudah termasuk perempuan dan

laki-laki. Sedangkan untuk jumlah penyandang disabilitas anak mencakup

104 orang sudah termasuk laki-laki dan perempuan. Data di tahun 2016

termasuk penyandang disabilitas yang di kelola Dinas Sosial dan ada pun

yang tidak di kelola dari Dinas Sosial. Pada tahun 2017 data penyandang

disabilitas 75 orang yang sudah di kelola oleh Dinas Sosial.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis ingin

membahas secara ilmiah untuk kemudian dituangkan dalam sebuah skripsi.

Dari apa yang telah terurai di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Anak Disabilitas Di

Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis buat di atas, maka

dirumuskan beberapa identifikasi masalah pembahasan skripsi ini dalam

beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia

terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas?

2. Apa kendala selama pelaksanaan hak-hak anak disabilitas?

3. Bagaimana pelaksanaan hak-hak dasar anak penyandang disabilitas?

4. Bagaimana perlindungan hukum di Indonesia terhadap anak penyandang

disabilitas?

5. Bagaimanakah pemenuhan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas?

C. Batasan Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara

sistematis pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

7

uraikan tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan

pembatasan masalah.

Untuk mendapat pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini

penulis membatasinya dengan pembahasan berkisar pada perlindungan anak

disabilitas dari hasil perkawinan disabilitas yang terdapat di Kota Tangerang

Selatan.

D. Rumusan Masalah

1. Faktor apa yang menyebabkan anak menjadi penyandang disabilitas ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak penyandang disabilitas di

Tangerang Selatan?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap hak-hak

anak penyandang disabilitas di Tangerang Selatan?

E. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum Positif

terhadap hak-hak penyandang disabilitas

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum di indonesia terhadap anak

penyandang disabilitas

2. Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan sumber reverensi pembalajaran bagi mahasiswa

FSH pada umumnya dan bagi mahasiswa bidang Hukum Keluarga

pada khususnya

b. Memberikan informasi dalam perkembangan Ilmu Hukum pada

umumnya dan Hukum Keluarga pada khususnya yang diberkaitan

dengan masalah yang dibahas oleh peneliti

c. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengembangan pemikiran setiap pribadi terkait perlindungan hukum

terhadap anak disabilitas dari hasil perkawinan disabilitas.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

8

F. Studi Review Terdahulu

Untuk menemukan pembahasan dari penulisan skripsi ini penulis

menelaah literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis

kemukakan dalam penulisan skripsi.

1. Skripsi ini ditulis oleh Lati Gumilang Khayat Saputra tahun 2007 dengan

judul skripsi “Penelentaran Anak (Studi Komparatif Hukum Islam

dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak)”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pandangan hukum

Islam dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak terhadap

penelantaran anak dan bagaimana sanksi terhadap penelantaran anak

menurut hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak. Melihat dari review yang penulis lakukan, jelas sekali perbedaannya

dengan skripsi yang penulis tulis. Dalam skripsi yang penulis tulis yaitu

mengenai perlindungan hukum anak disabilitas dari hasil perkawinan

disabilitas dengan UU No. 8 Tahun 2016. Memiliki persamaan yakni

dengan objek yang sama yaitu perlindungan anak-anak.

2. Skripsi ini ditulis oleh Nur Annisa Rizky tahun 2014 dengan judul skripsi

“Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Berkonflik dengan

Hukum”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana realita tindak pidana

yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Makasar dan apakah upaya

yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak

yang berkonflik dengan Hukum. Melihat dari studi review yang penulis

lakukan, jelas sekali perbedaannya dengan skripsi yang penulis tulis.

Dalam skripsi yang penulis tulis yaitu lebih kepada perlindungan anak

penyandang disabilitas dalam hukum positif dan hukum Islam.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian disebut penelitian kualitatif apabila jenis data dan

analisa data yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

9

pernyataan yang menggunakan penalaran. Penelitian yang bersifat

kualitatif pada umumnya memaparkan masalah sikap, perilaku, dan

pengalaman yang pengumpulan datanya dilakukan melalui interview

bebas dan mendalam. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara

mendalam terhadap kasus-kasus yang diteliti. 11

Penelitian ini juga

menggunakan pendekatan sosiologis empiris.

Sosiologi empiris merupakan penelitian yang bertitik tolak pada data

primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, seperti

masyarakat sebagai sumber pertama dalam suatu penelitian. Dengan kata

lain penelitian ini menekankan kepada pencarian jawaban terhadap

fenomena sosial yang terjadi terhadap pemberlakuan hukum, sehingga

akan menjawab pertanyaan signifikan sosial hukum atau efektifitas

hukum.12

2. Sumber Data

Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan benda

nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala baik secara kuantitatif

atau kualitatif.13

a. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data utama yang diperoleh

secara langsung sebagai sumber data pada penelitian ini, yaitu berupa

Undnag-Undang, Peraturan Daerah dan juga wawancara terhadap

Kepala Dinas Sosial Tangerang Selatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data tambahan yang

diperoleh secara tidak langsung yang bersumber dari studi kepustakaan

yang berupa buku-buku, jurnal, skripsi, artikel, pendapat para ahli atau

sumber data yang lain yang relevan dan berhubungan dengan

penelitian ini.

11

Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, h. 26 12

Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, h. 32 13

Sukandarrumidi, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah University Press, 2004), h. 15

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

10

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan

Yaitu suatu usaha untuk memperoleh data atau informasi

yang diperlukan serta menganalisis suatu permasalahan melalui

sumber-sumber kepustakaan. Penyusunan yang menggunakan

kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, serta

menganalisa literatur/buku-buku, dan sumber buku lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

b. Observasi (penelitian lapangan)

Yaitu dilakukan untuk menghimpun data primer dengan

wawancara, dilakukan secara langsung kepada informan, dengan

mempergunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara,

agar lebih mendapatkan informasi yang lebih fokus dengan

masalah yang diteliti.

4. Analisis Data

Analisa data proses penguraian data, penelitian dan pengaturan

secara sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis

data yang digunakan adalah dengan analisis data deskriptif kualitatif,

dan content analisa.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”

dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri

atas beberapa sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun

perinciannya adalah sebagai berikut :

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

11

Bab satu berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, review studi

terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua berisikan menguraikan tinjuan umum tentang disabilitas yang

berisi pengertian penyandang disabilitas, jenis-jenis penyandang disabilitas,

hak-hak penyandang disabilitas.

Bab tiga menerangkan perlindungan hukum anak penyandang

disabilitas dalam hukum posistif dan hukum Islam. Perlindungan hukum anak

penyandang disabilitas dalam hukum positif, dan perlindungan hukum anak

penyandang disabilitas dalam hukum Islam.

Bab empat menganalisis pandangan hukum Islam dan hukum positif di

Tangerang Selatan terhadap perlindungan hukum anak disabilitas, hak-hak

anak disabilitas, dan perlindungan hukum anak disabilitas di Tangerang

Selatan.

Bab lima kesimpulan dan saran-saran.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

12

BAB II

KAJIAN UMUM TENTANG DISABILITAS

A. Pengertian Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia1 penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas

merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa

Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau

ketidakmampuan.

Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang

beragam, di antaranya penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas

fisik, disabilitas mental, maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental.

Istilah penyandang disabilitas pun sangat beragam. Kementerian Sosial

menyebut penyandang disabilitas sebagai penyandang cacat, Kementerian

Pendidikan Nasional menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus,

sedangkan Kementerian Kesehatan menyebut dengan istilah penderita cacat.2

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik

dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya.3 Undang-Undang

Nomor 4 tahun 1997 tahun tentang Penyandang Cacat, secara substansi sudah

tidak sesuai dengan UU No 19 tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak

Penyandang Disabilitas, ini terjadi karena UU No 4 tahun 1997 masih

cenderung berorientasi pada pemberian pelayanan berdasarkan amal atau

charity based, dilakukan atas dasar pemenuhan hak asasi penyandang

disabilitas.

Dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2011 tentang pengesahan

konvensi hak-hak penyandang disabilitas pada pokok-pokok isi konvensi

1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi IV, h. 504 2Eko Riyadi, Kajian dan Mekanisme Perlindungannya, (Yogyakarta: Groups Pusham UII,

2012), h. 293 3Ayat (1) Pasal 1, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

13

bagian pembukaan pada angka 1 dijelaskan pengertian penyandang disabilitas

sebagai orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau

sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan

lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang

menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan

hak.4

Masyarakat mengenal istilah disabilitas sebagai seorang yang

menyandang cacat. Inilah yang secara kasat yang membuat kita mengartikan

penyandang disabilitas sebagai individu yang kehilangan anggota atau struktur

tubuh seperti kaki/tangan, lumpuh, buta, tuli, dan sebagainya. Dengan

demikian disabilitas diidentikkan dengan kecacatan, hal inilah yang

menyebabkan undercoverage, sehingga pendataan disabilitas yang mengacu

pada konsep kecacatan akan menghasilkan data yang underestimate.5

Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami

keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu

lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan

dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga

negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.6 UU No. 8 Tahun 2016 dan

perbedaannya dengan UU No. 4 Tahun 1997 di antaranya pada istilah yang

digunakan, dari kata “penyandang cacat” diganti “penyandang disabilitas”.

Adapun pengertian disabilitas yang dikemukakan oleh Disabled People’s

International (DPI) adalah hilangnya atau terbatasnya kesempatan untuk

mengambil bagian dalam kehidupan normal didalam masyarakat dan tingkat

yang sama dengan yang lain dikarenakan halangan fisik dan sosial.7

B. Jenis-Jenis Penyandang Disabilitas

Dalam membahas mengani disabilitas, tidak hanya berpacu pada

keterbatasan fisik seperti orang dengan pengguna kursi roda saja, namun ada

4Undang-undang No 19 Tahun 2011 Tentang Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas

5Bps Dukung Hak Penyandang Disabilitas, Artikel Di Akses Pada Tanggal 18 September

2017 Dari Http://Www.Bps.Go.Id/Aboutus.Php?Info=91 6Ayat (1) Pasal 1, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas

7Kusmana, et.al., Disabilitas Sebuah Pengantar, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h.105

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

14

jenis lain yang termasuk pada disabilitas. Dalam istilah umum, disable world

memberikan delapan kategori disabilitas, diantaranya adalah hambatan gerak

dan gerik, disabilitas tulang belakang, disabilitas cedera kepala-otak,

disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran, disabilitas kognitif atau

belajar, gangguan psikologis dan disabilitas tak terlihat.8

Penyandang disabilitas menghadapi kesulitan yang lebih besar

dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya, sebab mereka memiliki

hambatan dalam mengakses layanan umum, seperti akses transportasi,

bangunan, pekerjaan, dan pendidikan. Beberapa contoh tersebut merupakan

hambatan dalam kehidupan sehari-hari para penyandang disabilitas. Disabiltas

tidaklah menjadi alasan untuk mengeliminasi penyandang disabilitas dalam

memperoleh hak dan mempertahankan kehidupan.9

Penyandang cacat menurut undang-undang no. 4 tahun 1997 pasal 1

terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang

cacat fisik serta mental.10

Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada

fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan

kemampuan bicara. cacat mental adalah kelainan mental dan/atau tingkah

laku, baik cacat bawaan maupun akibat dari penyakit. cacat fisik dan mental

adalah keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus.11

Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 2016 pasal 4 tentang

penyandang disabilitas terdiri 4 ragam yaitu penyandang disabilitas fisik,

penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental dan atau

disabilitas sensorik. Ragam penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka

8Sekilas Tentang Disabilitas, artikel diakses pada 25 September 2017 dai sumber:

http://www2.agendaasia.org/index.php/id/informasi/sekilas-tentang-disabilitas/102-sekilas-

tentang-disabilitas. 9Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi Ham; Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi I, h. 273 10

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 11

Ayat (1) Pasal 1, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

15

waktu lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “penyandang disabilitas fisik” adalah

terganggunya fungsi gerak, antara lain: amputasi, lumpuh layuh atau kaku,

paraplegi, celebral palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.

Yang dimaksud dengan ”penyandang disabilitas intelektual” adalah

terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara

lain lambat belajar, disabilitas grahita dan down syndrom. Yang dimaksud

dengan “penyandang disabilitas mental” adalah terganggunya fungsi pikir,

emosi, dan perilaku, antara lain :

1. Psikososial di antaranya: skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan

gangguan kepribadian

2. Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi

sosial di antaranya autis dan hiperaktif.

Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas sensorik” adalah

terganggunya salah satu fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra,

disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara. Yang dimaksud dengan

“Penyandang Disabilitas ganda atau multi” adalah Penyandang Disabilitas

yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas

rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli. Yang dimaksud dengan “dalam jangka

waktu lama” adalah jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau

bersifat permanen.

Menurut Frieda Mangunsong, secara umum klasifikasi atau jenis

disabilitas dapat dibagi atas:12

a. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian D (SLB D) ialah seseorang

yang menderita cacat polio atau lainnya. Sehingga mengalami

ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau koordinasi fungsi

otot-otot. Akan tetapi pada umumnya mereka mempunyai kemampuan

kecerdasaan yang normal.

12

Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, (Jakarta: Direktorat

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jendral Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial RI, 2006), h. 11

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

16

b. Penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian (SLB DI) ialah seseorang

yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan otak seperti

penderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak berfungsinya tulang,

otot, sendi dan syaraf-syaraf sehingga terjadi kelumpuhan, kekakuan dan

kurangnya koordinasi motorik. Akibat adanya gangguan pada otak, maka

sebagaian sebagian besar dari penderita ini mempunyai kecerdasan yang

tidak normal.

Sedangkan menurut Rita Pranawati Komisioner KPAI dalam dialog

interaktif Peningkatan Peran serta Anak dalam Pembangunan Biro Bina Sosial

Setda menjelaskan mengenai Perlindungan Anak berkebutuhan khusus

terdapat beberapa jenis yaitu:

1) Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya

penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian

2) Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran, baik sebagai ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki

hambatan dalam berbahasa dan berbicara

3) Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensia yang

signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa

perkembangan

4) Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat

kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi

tubuh, atau anggota gerak

5) Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki hambatan atau masalah

dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku

menyimpang

6) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang

mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan sekumpulam

masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentang atensi atau

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

17

perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang menyebabkan kesulitan

berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi

7) Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum disorders

(ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan

tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi

sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi

8) Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih

gangguan sehingga diperlukan pendamping, layanan, pendidikan khusus,

dan alat bantu belajar yang khusus

9) Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi

intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan

mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat

menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik

10) Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities

adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau

lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,

berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung

11) Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang

mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,

suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang di sebabkan oleh

faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif

12) Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak

yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang

unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni,

olahraga, dan kepemimpinan13

C. Hak-Hak Penyandang Disabilitas

Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa hak

adalah (1) yang benar, (2) milik kepunyaan, (3) kewenangan, (4) kekuasaan

untuk berbuat sesuatu, (5) kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau untuk

13

Departemen Sosial RI, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, h. 11

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

18

menuntut sesuatu, dan (6) derajat atau martabat.14

Pengertian yang luas

tersebut mengandung prinsip bahwa hak adalah sesuatu yang oleh sebab itu

seseorang (pemegang) pemilik keabsahan untuk menuntut sesuatu yang

dianggap tidak dipenuhi atau diingkari. Seseorang yang memegang hak atas

sesuatu, maka orang tersebut dapat melakukan sesuatu tersebut sebagaimana

dikehendaki, atau sebagaimana keabsahan yang dimilikinya. Kewajiban dasar

manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak

memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia.15

Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap warga Negara Indonesia

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan

tujuan dasar pembangunan nasional. Hak dan kewajiban yang sama tersebut

tidak terkecuali pada masyarakat Indonesia penyandang disabilitas. Lahirnya

UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas merupakan langkah

awal adanya itikad baik (good will) dari Pemerintah untuk menghormati,

melindungi dan memenuhi hak penyandang disabilitas. Selanjutnya

Pemerintah wajib menyiapkan sarana, prasarana serta mempersiapkan sumber

daya manusia yang akan menyelenggarakan pelaksanaan dari implementasi

Undang-Undang ini dengan tujuan memastikan pemenuhan hak-hak

penyandang disabilitas terpenuhi; sehingga pemenuhan hak-hak penyandang

disabilitas tidak hanya menang diatas kertas tapi dilaksanakan sesuai dengan

tujuan dari Konvensi Penyandang Disabilitas yaitu memajukan, melindungi

dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua

penyandang disabilitas serta penghormatan terhadap martabat penyandang

disabilitas.

Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sehingga

hak asasi manusia terhadap kelompok rentan khususnya penyandang

disabilitas perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 11,

14

Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2001), h. 174 15

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

19

Pasal 20, dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas,

menyebutkan bahwa Penyandang Disabilitas memiliki hak sebagai berikut:

1. Hidup

Hak hidup untuk penyandang disabilitas meliputi hak: atas

penghormatan integritas, tidak dirampas nyawanya, mendapatkan

perawatan dan pengasuhan yang menjamin kelansungan hidupnya, bebas

dari penelantaran, pemasungan, pengurungan dan pengucilan, bebas dari

ancaman dan berbagai bentuk eksploitasi dan bebas dari penyiksaan,

perlakukan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan

merendahkan martabat manusia.

2. Bebas Dari Stigma

Hak bebas dari stigma untuk penyandang disabilitas meliputi hak

bebas dari pelecehan, penghinaan, dan pelabelan negatif terkait kondisi

disabilitasnya.

3. Privasi

Hak privasi untuk penyandang disabilitas yaitu diakui sebagai manusia

pribadi yang dapat menuntut dan memperoleh perlakuan serta

perlindungan yang sama sesuai dengan martabat manusia di depan umum,

membentuk sebuah keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah, penghormatan rumah tangga dan keluarga,

mendapat perlindungan terhadap kehidupan pribadi dan keluarga, di

lindungi kerahasiaan atas data pribadi, surat-surat menyurat, dan bentuk

komunikasi pribadi lainnya, termasuk data dan informasi.

4. Keadilan Dan Perlindungan Hukum

Hak keadilan dan perlindungan hukum untuk penyandang disabilitas

atas perlakuan yang sama di hadapan hukum, diakui sebagai subjek

hukum, memiliki dan mewarisi harta bergerak atau tidak bergerak,

mengendalikan masalah keuangan atau menunjuk orang untuk mewakili

kepentingannya dalam urusan keuangan, memperoleh akses terhadap

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

20

pelayan jasa perbankan dan non perbankan, memperoleh penyediaan

aksesibilitas dalam pelayanan peradilan, atas perlindungan dari segala

tekanan, kekerasan, penganiayaan, diskriminasi, dan/atau perampasan atau

pengambilalihan hak milik, memilih dan menunjuk orang untuk mewakili

kepentingannya dalam hal keperdataan di dalam dan di luar pengadilan, di

lindungi hak kekayaan intelektual.

5. Pendidikan

Hak pendidikan untuk Penyandang Disabilitas mendapatkan

pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur,

dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus, mempunyai Kesamaan

Kesempatan untuk menjadi pendidik atau tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan, mendapatkan

Akomodasi yang Layak sebagai peserta didik.

Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan

generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi

tujuan hidup secara efektif dan efisien. Menurut Azyumardi Azra,

pendidikan lebih sekedar pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses

dimana suatu bangsa atau negara embina dan mengembangkan kesadaran

diri diantara individu-individu.16

6. Pekerjaan, Kewirausahaan dan Koperasi

Hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi untuk Penyandang

Disabilitas memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, atau swasta tanpa Diskriminasi, memperoleh upah

yang sama dengan tenaga kerja yang bukan Penyandang Disabilitas dalam

jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama, memperoleh Akomodasi

yang Layak dalam pekerjaan, tidak diberhentikan karena alasan disabilitas,

mendapatkan program kembali bekerja, penempatan kerja yang adil,

proporsional, dan bermartabat, memperoleh kesempatan dalam

mengembangkan jenjang karier serta segala hak normatif yang melekat di

16

Azyumardi Azra, “Paradigma Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan”

Kompas, Jakarta, 2010, hal. 12

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

21

dalamnya memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri, wiraswasta,

pengembangan koperasi, dan memulai usaha sendiri.

7. Kesehatan

Hak kesehatan untuk Penyandang Disabilitas memperoleh informasi

dan komunikasi yang mudah diakses dalam pelayanan kesehatan,

memperoleh kesamaan dan kesempatan akses atas sumber daya di bidang

kesehatan, memperoleh kesamaan dan kesempatan pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu, dan terjangkau, memperoleh kesamaan dan

kesempatan secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri

pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya, memperoleh Alat

Bantu Kesehatan berdasarkan kebutuhannya, memperoleh obat yang

bermutu dengan efek samping yang rendah, memperoleh Pelindungan dari

upaya percobaan medis, memperoleh Pelindungan dalam penelitian dan

pengembangan kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek.

8. Politik

Hak politik untuk Penyandang Disabilitas memilih dan dipilih dalam

jabatan publik, menyalurkan aspirasi politik baik tertulis maupun lisan,

memilih partai politik dan/atau individu yang menjadi peserta dalam

pemilihan umum, membentuk menjadi anggota, dan/atau pengurus

organisasi masyarakat dan/atau partai politik, membentuk dan bergabung

dalam organisasi Penyandang Disabilitas dan untuk mewakili Penyandang

Disabilitas pada tingkat lokal, nasional, dan internasional, berperan serta

secara aktif dalam sistem pemilihan umum pada semua tahap dan/atau

bagian penyelenggaraannya, memperoleh Aksesibilitas pada sarana dan

prasarana penyelenggaraan pemilihan umum, pemilihan gubernur,

bupati/walikota, dan pemilihan kepala desa atau nama lain;

danmemperoleh pendidikan politik.

9. Keagamaan

Hak keagamaan untuk Penyandang Disabilitas memeluk agama dan

kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya memperoleh kemudahan akses dalam memanfaatkan

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

22

tempat peribadatan, mendapatkan kitab suci dan lektur keagamaan lainnya

yang mudah diakses berdasarkan kebutuhannya, mendapatkan pelayanan

sesuai dengan kebutuhan pada saat menjalankan ibadat menurut agama

dan kepercayaannya; dan berperan aktif dalam organisasi keagamaan.

10. Keolahragaan

Hak keolahragaan untuk Penyandang Disabilitas melakukan

melakukan kegiatan keolahragaan, mendapatkan penghargaan yang sama

dalam kegiatan keolahragaan, memperoleh pelayanan dalam kegiatan

keolahragaan, memperoleh sarana dan prasarana keolahragaan yang

mudah diakses, memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga,

memperoleh pengarahan, dukungan, bimbingan, pembinaan, dan

pengembangan dalam keolahragaan, menjadi pelaku keolahragaan,

mengembangkan industri keolahragaan; dan meningkatkan prestasi dan

mengikuti kejuaraan di semua tingkatan.

11. Kebudayaan dan Pariwisata

Hak kebudayaan dan pariwisata untuk Penyandang Disabilitas

memperoleh kesamaan dan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif

dalam kegiatan seni dan budaya, memperoleh Kesamaan Kesempatan

untuk melakukan kegiatan wisata, melakukan usaha pariwisata, menjadi

pekerja pariwisata, dan/atau berperan dalam proses pembangunan

pariwisata dan mendapatkan kemudahan untuk mengakses, perlakuan, dan

Akomodasi yang Layak sesuai dengan kebutuhannya sebagai wisatawan.

12. Kesejahteraan Sosial

Hak kesejahteraan sosial untuk Penyandang Disabilitas rehabilitasi sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

13. Aksesibilitas

Hak Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas mendapatkan

Aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik, dan mendapatkan

Akomodasi yang Layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi individu.

14. Pelayanan Publik

Hak Pelayanan Publik untuk Penyandang Disabilitas memperoleh

Akomodasi yang Layak dalam Pelayanan Publik secara optimal, wajar,

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

23

bermartabat tanpa Diskriminasi, dan pendampingan, penerjemahan, dan

penyediaan fasilitas yang mudah diakses di tempat layanan publik tanpa

tambahan biaya.

15. Pelindungan dari Bencana

Hak Pelindungan dari bencana untuk Penyandang Disabilitas

mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana,

mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana,

mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi dalam

keadaan bencana, mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan

evakuasi yang mudah diakses, dan mendapatkan prioritas, fasilitas, dan

sarana yang mudah diakses di lokasi pengungsian.

16. Habilitasi dan Rehabilitasi

Hak habilitasi dan rehabilitasi untuk Penyandang Disabilitas

mendapatkan habilitasi dan rehabilitasi sejak dini dan secara inklusif

sesuai dengan kebutuhan, bebas memilih bentuk rehabilitasi yang akan

diikuti, dan mendapatkan habilitasi dan rehabilitasi yang tidak

merendahkan martabat manusia.

17. Hak Kewarganegaraan

Hak kewarganegaraan untuk penyandang disabilitas berpindah,

mempertahankan, atau memperoleh kewarganegaraan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, memperoleh/memiliki dan

menggunakan dokumen kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, dan keluar atau masuk wilayah Indonesia

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Pendataan

Hak pendataan untuk penyandang disabilitas didata sebagai penduduk

dengan disabilitas dalam kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil, mendapatkan dokumen kependudukan, dan mendapatkan kartu

Penyandang Disabilitas.

19. Hidup Secara Mandiri dan Dilibatkan Dalam Masyarakat

Hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat untuk

Penyandang Disabilitas, mobilitas pribadi dengan penyediaan Alat Bantu

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

24

dan kemudahan untuk mendapatkan akses, mendapatkan kesempatan

untuk hidup mandiri di tengah masyarakat, mendapatkan pelatihan dan

pendampingan untuk hidup secara mandiri, menentukan sendiri atau

memperoleh bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk

menetapkan tempat tinggal dan/atau pengasuhan keluarga atau keluarga

pengganti, mendapatkan akses ke berbagai pelayanan, baik yang diberikan

di dalam rumah, di tempat permukiman, maupun dalam masyarakat; dan

mendapatkan akomodasi yang wajar untuk berperan serta dalam

kehidupan bermasyarakat.

20. Berekspresi

Hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi untuk

Penyandang Disabilitas memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat,

mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah

diakses, dan menggunakan dan memperoleh fasilitas informasi dan

komunikasi berupa bahasa isyarat, braille, dan komunikasi augmentatif

dalam interaksi resmi.

Selain hak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), perempuan dengan disabilitas memiliki hak:

a. atas kesehatan reproduksi;

b. menerima atau menolak penggunaan alat kontrasepsi;

c. mendapatkan Pelindungan lebih dari perlakuan

d. Diskriminasi berlapis; dan

e. untuk mendapatkan Pelindungan lebih dari tindak kekerasan,

termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual.

Selain hak Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), anak penyandang disabilitas memiliki hak:

a. mendapatkan Pelindungan khusus dari Diskriminasi, penelantaran,

pelecehan, eksploitasi, serta kekerasan dan kejahatan seksual;

b. mendapatkan perawatan dan pengasuhan keluarga atau keluarga

pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal;

c. dilindungi kepentingannya dalam pengambilan keputusan;

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

25

d. perlakuan yang sama dengan anak lain untuk mencapai integrasi

sosial dan pengembangan individu; dan mendapatkan

pendampingan sosial. perlakuan yang sama dengan anak lain untuk

mencapai integrasi sosial dan pengembangan individu; dan

mendapatkan pendampingan sosial.

e. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak

anak;

f. Pemenuhan kebutuhan khusus; perlakuan yang sama dengan anak

lain untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan individu;

dan mendapatkan pendampingan sosial.

Dengan hadirnya Undang-Undang Penyandang Disabilitas, tidak

ada lagi alasan pemerintah untuk tidak melindungi hak-hak penyandang

disabilitas, karena hak-hak mereka sudah mendarah daging dalam ruh

aturan perundang-undangan yang legal formal pemberlakuannya di

Indonesia. Mengabaikan hak-hak penyandang disabilitas berarti

mengabaikan undang-undang, mengabaikan undang-undang berarti

mengabaikan harga dirinya sebagai pembuat dan pelaksana undang-

undang.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

26

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM ANAK PENYANDANG DISABILITAS

DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Perlindungan Hukum Anak Penyandang Disabilitas dalam Hukum

Positif

Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang

sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara

Indoesia, sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan

khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan dari kerentanan

terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan terutama perlindungan dari

berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang

sebagai upaya maksimalisasi penghormatan, pemajuan, perlindungan dan

pemenuhan hak asasi manusia universal.1

Pelindungan adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk melindungi,

mengayomi, dan memperkuat hak Penyandang Disabilitas. Dalam

Pelaksanaan dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas bertujuan:2

1. Mewujudkan Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak

asasi manusia serta kebebasan dasar Penyandang Disabilitas secara penuh

dan setara. Yang dimaksud dengan “asas Penghormatan terhadap

martabat” adalah pengakuan terhadap harga diri Penyandang Disabilitas

yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan.

2. Menjamin upaya Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan Pemenuhan

hak sebagai martabat yang melekat pada diri Penyandang Disabilitas.

3. Mewujudkan taraf kehidupan Penyandang Disabilitas yang lebih

berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta bermartabat

4. Melindungi Penyandang Disabilitas dari penelantaran dan eksploitasi,

pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi

manusia

1Majda El Muhtaj, Dimensi‐Dimensi Ham Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 273 2Pasal 3 huruf (a), Undang-Undang No 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

27

5. Memastikan pelaksanaan upaya Penghormatan, pemajuan, Pelindungan,

dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas untuk mengembangkan diri

serta mendayagunakan seluruh kemampuan sesuai bakat dan minat yang

dimilikinya untuk menikmati, berperan serta berkontribusi secara optimal,

aman, leluasa, dan bermartabat dalam segala aspek kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat.

Hak keadilan dan perlindungan hukum untuk Penyandang Disabilitas

meliputi hak:

a. Atas perlakuan yang sama di hadapan hukum

b. Diakui sebagai subjek hukum;

c. memiliki dan mewarisi harta bergerak atau tidak bergerak;

d. Mengendalikan masalah keuangan atau menunjuk orang untuk mewakili

kepentingannya dalam urusan keuangan

e. Memperoleh akses terhadap pelayanan jasa perbankan dan nonperbankan

f. Memperoleh penyediaan Aksesibilitas dalam pelayanan peradilan

g. Atas Pelindungan dari segala tekanan, kekerasan, penganiayaan,

Diskriminasi, dan/atau perampasan atau pengambilalihan hak milik.

Tekanan, kekerasan, penganiayaan, Diskriminasi, dan/atau perampasan

atau pengambilalihan hak milik antara lain dalam bentuk pemaksaan

tinggal di panti, pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi, pemaksaan

mengonsumsi obat yang membahayakan, pemasungan, penyekapan, atau

pengurungan.

h. Memilih dan menunjuk orang untuk mewakili kepentingannya dalam hal

keperdataan di dalam dan di luar pengadilan; dan

i. Dilindungi hak kekayaan intelektualnya.

Dalam (UN CPRD) pasal 7 dijelaskan bahwa anak-anak dengan disabilitas

merupakan kelompok yang paling rentan dalam kelompok disabilitas, dan

negara pihak wajib melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan dalam

rangka menjamin dan memajukan pemenuhan serta perlindungan hak asasi

anak-anak dengan disabilitas atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lainnya

dalam bentuk.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

28

1) Mengedepankan kepentingan anak dengan disabilitas dalam menentukan

berbagai hal

2) Menjamin kebebasan anak dengan disabilitas dalam mengemukakan

pendapat mengenai hal yang mempengaruhi kehidupan mereka,

menjadikan sebagai dasar pertimbangan sesuia dengan tingkat kematangan

dan kedewasaan meraka, serta menjamin ketersediaan bantuan sesuai

dengan tingkat usia dan disabilitas mereka.3

Sebelum pengesahan UU Penyandang Disabilitas, sebenarnya jauh-jauh

waktu sudah ada peraturan perundang-undangan sebagai upaya untuk

melindungi, menghormati, memajukan, dan memenuhi hak-hak penyandang

disabilitas, diantaranya:

a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat serta

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention

on The Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak

Penyandang Disabilitas) yang ditetapkan oleh Pemerintah pada tanggal 10

November 2011, dimana konvensi internasional tersebut telah

ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia sejak tanggal 30 Maret 2007 di

New York.

b) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

d) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

e) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

f) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

g) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional;

h) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

i) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

j) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

3Yayaysan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusID, Panduan Bantuan Hukum di

Indonesia,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014), h. 258

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

29

k) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

l) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan;

m) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

n) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; dan

o) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir

Miskin.

Negara yang bermartabat adalah Negara yang menghormati, menghargai,

memenuhi dan memberikan perlindungan bagi setiap warga negaranya tanpa

kecuali. Isu tentang penyandang disabilitas atau orang-orang yang memiliki

perbedaan kemampuan seringkali dikenal dengan istilah “difable” (differently

abled people) atau sekarang dikenal sebagai “disabilitas” adalah masalah yang

paling jarang mendapatkan perhatian dari Pemerintah maupun masyarakat.

B. Perlindungan Hukum Anak Penyandang Disabilitas Dalam Hukum Islam

Dalam perspektif Islam, penyandang disabilitas identik dengan istilah

dzawil âhât, dzawil ihtiyaj al-khashahatau dzawil a‟dzâr: orang-orang yang

mempunyai keterbatasan, berkebutuhan khusus, atau mempunyai uzur. Islam

memandang netral terhadap difabel, dengan artian sepenuhnya menyamakan

difabel sebagaimana manusia lainnya. Islam sendiri lebih menekankan

pengembangan karakter dan amal shaleh, daripada melihat persoalan fisik

seseorang. Begitu juga hadis Nabi Muhammad Saw.:

ى ز إل

ينظ

ه ال

ه صلى هللا عليه وسلم إن الل

ال رسىل الل

ال: ق

ق

بى هزيزة

عن أ

ىبلى ق

ز إل

كن ينظ

م ول

مىالك

م وأ

مصىرك

عمالك

م وأ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak

juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian".4

Lebih spesifik Al-Quran, Hadits, dan pendapat para ulama secara tegas

menyampaikan pembelaan terhadap penyandang disabilitas :

4Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-Fikr, 1987), Juz IV, hadits No. 2564, h

401

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

30

Dalam Surah: Abasa ayat 1-10 yang berbunyi:

Artinya: “(Dia Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena

seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin ummi maktum, dan

taukah engkau (Muhammad) barang kali dia mau mensucikan dirinya dari

dosa, atau dia (ingin) mendapat pengajaran yang memberi manfaat

kepadanya, adapun orang-orang yang merasa dirinya serba cukup(pembesar-

pembesar Quraisy, maka engkau Muhhammad memberikan perhatian

kepadanya,padahal tidal ada celah atasmu kalau dia tidak mensucikan diri

(beriman), dan adapun degan orang yang datang kepadamu dengan

bersegera (untuk mendapat pengajaran), sedang dia takut kepada (Allah),

engkau(Muhammad malah mengabaikannya). (QS. Abassa ayat 1-10).

Dalam tafsir Surah Abasa di atas para ulama kami berkata “apa yang

dilakukan oleh Ibnu Ummi Maktum termasuk perbuatan tidak sopan

seandainya dia mengetahui bahwa Nabi SAW sedang sibuk dengan orang lain

dan beliau mengharapkan ke Islamannya. Akan tetapi Allah SWT tetap

mencela Rasulullah SAW hingga mengecewakan ahli shuffa (kaum muslim

yang tidak mampu dan agar semua orang tau bahwa mukmin yang kafir lebih

baik dari pada orang kafir yang kaya dan memandang atau memperhatikan

kepada orang yang beriman itu lebih utama dan baik sekalipun ia seorang

fakir, dari pada memandang atau memperhatikan kepada perkara lain, yaitu

memperhatikan orang-orang kayak arena menginginkan keimanan mereka,

sekalipun ini termasuk salah satu kemaslahatan.

Ats- Tsauri berkata, “setelah kejadian itu, apabila melihat Ibnu Ummi

Maktum, Rasullulah SAW langsung menghamparkan selendang beliau dan

berkata, “Selamat datang orang yang karenanya Tuhanku mencelaku”. Lalu

beliau bersabda, “Ada yang bisa aku bantu?”. Rasulullah SAW juga sempat

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

31

dua kali menugaskannya untuk memimpin madinah sementara beliau pergi

melakukan peperangan. “Anas RA berkata; “Pada peristiwa Qadisiyah, aku

melihat Ibnu Ummi Maktum memakai baju besi dan ditangannya bendera

hitam.”5

Ulama mufassirin meriwayatkan, bahwa Surat „Abasa turun berkaitan

dengan salah seorang sahabat penyandang disabilitas, yaitu Abdullah bin

Ummi Maktum yang datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohon

bimbingan Islam namun diabaikan. Kemudian turunlah Surat „Abasa kepada

beliau sebagai peringatan agar memperhatikannya, meskipun tunanetra.

Bahkan beliau diharuskan lebih memperhatikannya daripada para pemuka

Quraisy. Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW sangat memuliakannya dan

bila menjumpainya langsung menyapa:

ي بني فيه رب مزحبا بمن عات

Artinya: “Selamat wahai orang yang karenanya aku telah diberi

peringatan oleh Tuhanku.”

Semakin jelas, melihat sababun nuzul Surah Abasa, Islam sangat

memperhatikan penyandang disabilitas, menerimanya secara setara

sebagaimana manusia lainnya dan bahkan memprioitaskannya.

ه ىن ل

يك

جل ل ن الز

م: أ

يه وسل

ى هللا عل

ال رسىل هللا صل

ق

ء في جسمه

ى ببلى يبتل ها بعمل حت

غ

يبل

عند هللا ال

رجة الد

بى داودلك. )رواه أ

ها بذ

غ

يبل

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, „Sungguh seseorang niscaya punya

suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia

diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat

tersebut.” (HR Abu Dawud).

5Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi, Tafsir Al-qurtubi Juz „amma, (Jakarta: Pustaka Azzam,

2009), h. 88

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

32

Hadits ini memberi pemahaman bahwa di balik keterbatasan fisik

(disabilitas) terdapat derajat yang mulia di sisi Allah ta‟ala.

Disini dapat disimpulkan bahwa Islam sangat menghormati kaum yang

memiliki kekurangan fisik, bahkan Rasulullah SWA sendiripun pernah dicela

oleh Allah SWT karena memalingkan wajahnya terhadap seorang yang buta

yang ini belajar tentang Islam. bahkan Allah SWT lebih memuliakan orang

yang fakir tetapi ingi belajar agama Islam disbanding para pemuka kaum

Quraisy yang kaya raya yang masih kafir. Dalam ayat ini berati Islam sangat

memuliakan orang yang memiliki kekurangan.

Kemudian dalam Firman Allah yang lain yang berbunyi:

Artinya: Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang

pincang dan atas orang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut

berperang) dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-nya; Niscaya Allah

akan memasukannya ke dalam surge yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazabnya dengan azab

yang perdih. (QS Al- Fath:17)

Dalam tafsir Al-Qurthubi dijelaskan bahwa tafsiran ayat ini adalah tiada

dosa atas orang-orang buta dan orang-orang yang pincang dan atas orang

yang sakit apabila tidak ikut berperang, yakni tidak ada dosa atas mereka jika

tidak ikut berjihad karena buta, penyakit menahun, atau lemah.pembahasan

mengenai hal ini telah dikemukakan dengan jelas pada surah at-taubah dan

yang lainnya.

Al arj adalah cacat yang mendera sebelah kaki. Apabila hal itu dapat

menimbulkan pengaruh (sehingga dapat mengugurkan kewajiban jihad), maka

apalagi dengan cacat kedua kaki. Tentunya cacat kedua kaki ini lebih dapat

mengugurkan keajaiban jihad.6

6Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi, Tafsir Al-qurtubi Juz „amma, h. 708-709

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

33

Dalam tafsir lain dijelaskan dalam ayat ini Allah SWT menerangkan

alasan-alasan dibolehkan bagi seorang tidak ikut berperang yaitu karena buta,

karena pincang atau cacat jasmani dan karena sakit.

Diriwayatkan bahwa waktu turun ayat 16 surat ini yang mengancam

orang-orang yang tidak mau berjihad bersama Rasulullah, maka orang-orang

yang lumpuh berkata, “Bagaimana dengan kami ya Rasulullah?” sebagai

jawaban turunlah ayat ini

Berkata Muqatil: “Nabi SAW membenarkan alasan orang-orang yang sakit

untuk tidak ikut bersama Rasulullah ke Hudaibiyyah dengan alasan ayat ini”.

Kemudian Alla SWT memberikan dorongan dan semangat kepada orang-

orang beriman;” Barang siapa yang mentaati Allah SWT dan Rasul-nya,

memenuhi panggilan jihad di jalan-nya akan diberi balasan berupa surge yang

penuh kenikmatan. Sebaliknya orang-orang yang mengingkari Allah dan

Rasul-nya, tidak mau ikut berjihad bersama kaum muslimin yang lain, Allah

akan mengazabnya dengan azab yang pedih.7

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hak seorang

penyandang disabilitas juga memiliki hak untuk tidak ikut berperang karena

keterbatasannya mereka dan Allah SWT menjadikan ini sebagai salah satu

alasan seseorang untuk tidak ikut dalam berjihad. Kajian jelas tentang

disabilitas didalam Alquran maupun hadist memang sangat jarang pasalnya

Islam memandang semua manusia itu sama tidak ada yang berbeda di mata

Allah. Kesimpulan penulis adalah bahwa hukum Islam tetap menyamakan hak

seorang disabilitas dengan hak orang yang sama, terlebih Islam lebih

menghormati orang-orang disabilitas seperti yang sudah penulis jelaskan

dalam ayat-ayat di atas.

7M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), h. 396

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

34

BAB IV

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DISABILITAS

DI TANGERANG SELATAN

A. Kondisi Anak Penyandang Disabilitas di Tangerang Selatan

1. Jumlah Penyandang Disabilitas

Data tahun 2014 sampai 2015 dari Dinas Sosial Kota Tangerang

Selatan yang terdapat 50 penyandang disabilitas.1

Table 1

Jumlah penyandang disabilitas perkecamatan

No. Nama Kecamatan Laki-laki Perempuan

1. Serpong 5 4

2. Pondok Aren 10 4

3. Pamulang 0 4

4. Ciputat 1 4

5. Ciputat Timur 9 2

6. Serpong Utara 2 1

7. Setu 3 1

Jumlah 30 20

Berdasarkan dari data di atas tersebut, maka dapat tarik kesimpulan

bahwa kecamatan yang tertinggi angka penyandang disabilitas adalah

kecamatan Pondok Aren dengan jumlah 14 penyandang disabilitas dan

kecamatan terendah dengan jumlah 3 adalah kecamatan Serpong Utara.

Harus yang perlu diketahui juga adalah jenis dan jumlah kecacatan,

terdapat sebagai berikut :

1Data Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, diambil pada tanggal 20 November 2017

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

35

Table 2

Jenis dan jumlah kecacatan

No. Jenis kecacatan Jumlah

1. Cacat Fisik 26

2. Lumpuh 18

3. Cacat Netra 1

4. Autis 3

5. Polio 1

6. Sipi 1

Jumlah 50

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jenis anak penyandang

cacat di Kota Tangerang Selatan berbeda jenisnya, kondisi kecacatan yang

bervariasi, membuat kebutuhan setiap anak penyandang cacat juga berbeda

serta memerlukan perhatian dan perlindungan yang layak. Fasilitas bagi

anak penyandang cacat di Tangerang Selatan beragam maka dari itu

penjabaran mengenai data dari jenis kecacatan, fasilitas pengadaan hingga

mencakup peran pendampingan yang diminta untuk tetap dilakukan oleh

pihak Dinas Sosial Tangerang Selatan.

Table 3

Kategori Cacat per umur

No. Kategori Jumlah

1. Dewasa 28

2. Anak - anak 22

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jenis anak penyandang

cacat di Kota Tangerang Selatan ada dua kategori, yaitu dewasa dan anak-

anak. Jumlah untuk dewasa itu 28 orang dan untuk anak-anak berjumlah

22 orang.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

36

2. Program Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas dalam hal ini agar tidak ketergantungan dengan

lingkungannya sebaiknya diberikan pelatihan-pelatihan yang dapat

membuat mereka menjadi produktif dan mampu memenuhi kebutuhannya

sendiri. Dengan memberikan pelatihan-pelatihan dapat membuat mereka

menjadi percaya diri dan bertanggung jawab untuk bisa memenuhi

kebutuhan mereka dan tidak bergantung kepada orang lain di sekitarnya.

Penyandang disabilitas menjadi tidak bergantung kepada orang lain dan

tidak menjadikan kekurangan fisik menjadi suatu penghalang bagi mereka

untuk dapat bekerja atau pun untuk berkretivitas. Dengan pelatihan mereka

akan mampu mandiri, tidak bergantung pada orang lain bahkan bisa

membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Penyandang disabilitas di Tangerang Selatan di berikan berbagai

pelatihan yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan

meningkatkan percaya diri mereka agar tidak merasa diasingkan. Selain itu

penyandang disabilitas dibantu untuk membuka diri dan menjalani proses

keterampilan tanpa dipungut biaya selama proses pelatihan.

Jenis bimbingan latihan dan keterampilan meliputi:

a. Komputer berisi pelatihan menjadi seorang yang bisa mengerti dan

melakukan aktivitas yang berkaitan dengan komputer dan

memperbaiki barang barang elektronik.

b. Otomotif motor yaitu pelatihan agar bisa memperbaiki mesin ataupun

body motor, Las Listrik/ Karbit seperti membuat gerbang atau pun

menghasilkan barang barang yang terbuat dari besi dan mencuci

motor.

c. Tata rias yaitu keterampilan yang di adakan oleh Dinas Sosial

Tangerang Selatan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi

penyandang disabilitas agar lebih kreatif dan percaya diri.

Program di atas diberikan agar penyandang disabilitas memiliki

keterampilan dan mampu mengembangkan dirinya supaya tidak menjadi

beban bagi orang lain. Diharapkan setelah keluar dari panti, mereka dapat

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

37

memenuhi kebutuhan mereka sendiri dengan mempergunakan bekal yang

telah diterima oleh mereka ketika masa pelatihan. Atau dengan kata lain

mereka mempraktikkan apa yang mereka dapatkan selama pelatihan

diberikan.

Di samping itu peserta didik cacat diharapkan:

a. Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian

rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self

realization).

b. Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok,

tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya

tersebut. Dapat memahami dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dapat mengerti batas-batas dari kelakuan, dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosial, etika pergaulan, agama, dan tidak

memisahkan diri, tidak rendah diri, dan tidak berlebihan, serta mampu

bergaul secara wajar dengan lingkungannya (human relationship)

c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu

yang dapat menjamin kehidupannya kelak di bidang ekonomi

(economic efficiency). Di samping itu kemampuan keterampilan

menggunakan organ gerak tertentu yang sudah terampil (misalnya

mampu menggunakan kursi roda) diusahakan tetap terjaga

keterampilannya.

d. Memiliki tanggung jawab dan mampu berpartisipasi terhadap

lingkungan masyarakat, minimal ia tidak mengganggu kehidupan

masyarakat (civic responsibility).

B. Analisis Perlindungan Hukum Anak Disabilitas

1. Pandangan Hukum Islam Terhadap Hak-Hak Anak Penyandang

Disabilitas di Tangerang Selatan

Pada dasarnya, Islam tidak pernah membedakan antara anak yang

normal dengan anak yang disabilitas. Semua anak dalam Islam wajib

dilindungi. Hakikat perlindungan anak dalam Islam adalah penampakan

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

38

kasih sayang yang diwujudkan dalam pemenuhan hak dasar anak dan

perlindungan dari perilaku kekerasan dan diskriminasi. Jika demikian

halnya, maka perlindungan anak dalam Islam berarti menampakkan apa

yang dianugerahkan oleh Allah SWT di dalam hati kedua orang yaitu

berupa kasih sayang terhadap anak dengan memenuhi semua kebutuhan

hak-hak dasar anak sehingga anak dapat hidup, tumbuh dan berkembang

secara optimal serta melindungi mereka dari tindakan kriminal kekerasan

yang mencerminkan perilaku ketidakadilan kepada anak sebagai amanah

dari Allah SWT.2

Penampakkan kasih sayang dan pemenuhan hak dasar anak dapat

tercapai apabila anak dalam kondisi normal. Namun ketika anak berada

dalam situasi tidak normal misalnya menjadi anak yatim, anak terlantar

karena kemiskinan, bencana alam, krisis politik dan ekonomi serta

memiliki kelainan alias difabilitas, maka anak membutuhkan perlindungan

dan penanganan. Itulah yang disebut hak perlindungan khusus bagi anak.3

Oleh sebab itu, Islam sangat memperhatikan hak-hak anak.

Pemenuhan hak dasar anak merupakan bagian integral dari

implementasi pemenuhan hak asasi manusia. Dalam perspektif Islam, hak

asasi anak merupakan pemberian Allah SWT yang harus dijamin,

dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah

dan negara.4 Hal ini berarti bahwa hak anak yang seharusnya dapat

terpenuhi dengan baik bukan hanya merupakan tanggung jawab kedua

orang tua, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh aspek

masyarakat di sekitar lingkungan anak.

Dalam Islam, dikenal lima macam hak asasi yang dikenal dengan

sebutan Maqashid al-Shari’ah yaitu pemeliharaan atas hak beragama,

pemeliharaan atas jiwa, pemeliharaan atas kehormatan dan keturunan,

pemeliharaan atas akal dan pemeliharaan atas harta.

2Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI, 2007), h. 15

3Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, h. 16

4Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, (Jakarta: KPAI, 2006), h. 45

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

39

a. Hak pemeliharaan agama

Pemeliharaan hak agama bagi seseorang dalam Islam disebut

dengan hifz al-din. Pemeliharaan agama anak yang baru lahir di dunia

berada di bawah tanggung jawab kedua orang tua. Agama yang dianut

oleh seorang anak sudah pasti mengikuti agama yang dianut oleh

kedua orang tuanya sampai anak dapat menentukan sendiri untuk tetap

mengikuti agama yang dianutnya sejak lahir atau memlih agama yang

terbaik baginya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagai

berikut :

رانو كل مولد ي ولد على الفطرة، فأب واه ي هود نو أو يجسانو أو ي نصArtinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama

Yahudi, Nasharani ataupun Majusi.5

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang tua merupakan

inti dari agama dan perilaku yang akan dilakukan anaknya. Orang tua

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap akhlak seorang anak

karena anak akan senantiasa meniru perilaku dari orang tuanya. Jika

dalam keluarga orang tua menegakkan agama Allah dan mentaati-Nya

serta berpegang pada akhlak terpuji, maka anak akan tumbuh dengan

memiliki akhlak tersebut. Sebaliknya, jika akhlak orang tuanya buruk

dan tidak menegakkan agama Allah, maka anak akan tumbuh dengan

sifat-sifat yang buruk pula.6

Pemeliharaan hak agama bagi anak dalam Islam pertama kali

harus dilakukan oleh kedua orang tua terutama seorang ibu yang

mengandung, melahirkan dan membesarkan anak. Pembinaan

keagamaan anak harus dimulai sejak awal periode kehidupan anak

yaitu sejak dalam kandungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

membiasakan anak mendengar kalimat-kalimat yang baik seperi

bacaan al-Qur’an, shalawat, zikir, dan lain sebagainya.

5Imam al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Bukhoro: Maktabah Ashriyyah, 1996), h. 410

6Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 47

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

40

b. Hak pemeliharaan keturunan

Salah satu bentuk dari hak pemeliharaan keturunan dalam Islam

dapat dilihat dalam konsep pemeliharaan atas kehormatan.7

Kehormatan anak dapat diwujudkan dengan pengakuan atas jati

dirinya sebagai anak dari orang tua kandungnya. Oleh karena itu,

dalam Islam pengangkatan seorang anak tidak boleh sampai

menyebabkan anak tersebut menghilangkan asal usul keturunannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :

Artinya : “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan

(memakai) nama bapak-bapak mereka … (QS. Al-Ahzab :

5)

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa hak

pemeliharaan keturunan anak dalam pandangan Islam meliputi

beberapa hal. Pertama, demi menjaga hak dan martabat anak, ayah

kandung tidak boleh diganti dengan nama orang lain meskipun anak

tersebut telah menjadi anak angkat. Kedua, hak dan kehormatan terkait

dengan kejiwaan anak, sebab jika anak dikenal sebagai anak yang tak

berbapak atau keturunan yang jelas, maka ia akan mengalami masalah

besar dalam pertumbuhan kepribadiannya kelak. Hal ini juga terkait

dengan masalah muharramat yaitu aturan tentang wanita-wanita yang

haram dinikahi. Jika anak tidak diketahui asal usulnya, maka

dikhawatirkan dapat bermasalah dengan wanita-wanita yang akan

dinikahinya nanti. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa dalam

pandangan Islam demi kepentingan terbaik bagi anak, maka pemberian

akta kelahiran adalah wajib hukumnya.8

c. Hak pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu kewajiban baik

pemeliharaan atas kesehatan fisik maupun mental agar anak dapat

7Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 53

8Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 57

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

41

tumbuh secara normal, tidak ditimpa penyakit fisik mental. Upaya

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan anak harus dilakukan sejak

dalam kandungan. Memelihara kesehatan anak pertama kali harus

dilakukan orang tua, terutama ibu sebagai orang tua yang

mengandungnya.

Pemenuhan gizi dan vitamin yang cukup dan seimbang saat

berada dalam kandungan merupakan salah satu hak kesehatan yang

diberikan kepada anak. Selain pemenuhan gizi, menghindari kekerasan

terhadap anak ketika anak dalam kandungan juga merupakan

kewajiban. Kekerasan yang dialami anak meski ia berada dalam

kandungan sangat berbahaya bagi perkembangan anak.9

Perhatian Islam terhadap kesehatan anak tidak hanya dilakukan

ketika ia dalam kandungan, tetapi juga diberikan setelah ia lahir.

Ketika anak telah lahir ke dunia, pemeliharaan kesehatan anak

diberikan pada upaya pertumbuhan kesehatan, pencegahan dan

penyembuhan. Pada tahap pertumbuhan, di antara upaya-upaya yang

dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya tumbuh sehat antara lain

melalui penyusuan, khitan, upaya pencegahan dan penyembuhan.10

Hal pertama yang harus dilakukan seorang ibu untuk menjaga

pertumbuhan anak secara alami adalah dengan menyusui anaknya

sendiri atau yang biasa disebut ASI (Air Susu Ibu). Pemberian air susu

ibu secara langsung kepada anaknya merupakan hal yang sangat

penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak sewaktu bayi. Hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :

9Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 58

10Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 60

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

42

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan

pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih

(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan

jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada

Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang

kamu kerjakan” (QS. al-Baqarah : 233).

Ayat di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa Islam sangat

peduli dan melindungi kesehatan anak dengan mengajarkan para ibu

untuk memberikan ASI kepada anaknya yang dianjurkan untuk

menyempurnakan selama dua tahun. Bahkan begitu pentingnya ASI

bagi kesehatan seorang bayi, Islam memperbolehkan bagi seseorang

yang tidak mampu memberikan ASI kepada anaknya untuk

menyusukan anaknya kepada wanita lain yang dianggap mampu.

Dalam Islam, praktek ini telah banyak terjadi di masyarakat yaitu

seorang ibu menyusukan anaknya kepada wanita lain yang rela dan

mampu memberikan ASI bagi anaknya. Bahkan Rasulullah SAW

disusui oleh seorang wanita bernama Halimah al-Sa’diyah ketika

beliau masih bayi.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

43

Selain penyusuan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi anak

dalam Islam yang lain adalah khitan yang berarti memotong kulit yang

menutupi kelamin. Khitan mengandung hikmah religius dan kesehatan.

Hikmah religius sebagaimana diungkapkan oleh para ulama adalah

sebagai media kesempurnaan agama pembeda kaum muslimin dengan

pengikut agama lainnya, keindahan dan menstabilkan syahwat.

Hikmah kesehatan menurut Dr. Shabri al-Qabani dalam bukunya

Hayatuna al-Jinsiyyah bahwa khitan mempunyai beberapa dampak

higinis, yaitu seseorang akan terhindar dari keringat berminyak dan

sisa kencing yang mengandung lemak dan kotoran yang biasa

mengakibatkan gangguan kencing dan pembusukan dan dapat

mengurangi kemungkinan terjangkitnya penyakit kanker.11

Pemenuhan hak dasar kesehatan dalam Islam tidak hanya dalam

bentuk penyusuan dan khitan, tetapi juga melalui pendekatan-

pendekatan yang berkelanjutan yaitu dalam bentuk pencegahan dan

pengobatan dari penyakit. Dalam Islam, melindungi anak dari penyakit

adalah wajib. Di antara cara untuk mencegah dari penyakit adalah

makan dan minum secara baik dan tidak berlebihan. Orang tua

hendaknya membiasakan anak untuk makan, minum dan tidur

berdasarkan aturan-aturan yang sehat. Hal lain yang juga tidak kalah

penting yang harus diperhatikan adalah bahwa asupan gizi baik

melalui vitamin maupun makanan kepada anak harus diberikan dari

hasil yang halal demi menjaga kesehatan rohani anak.

d. Hak sosial ekonomi

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hak

sosial setiap orang khususnya bagi kelompok rentan seperti orang

miskin, perempuan dan anak dengan cara memberlakukan dasar-dasar

jasmani sosial. Konsep seperti ini sangat sesuai dengan ajaran Islam

yang menyatakan bahwa Islam telah mempelopori dunia dalam

penanggulangan problema kemiskinan dalam masyarakat dengan cara

11

Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 66

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

44

menyediakan Bait al-Maal dan Zakat.12

Dalam hal sosial, Islam

memberikan jaminan bagi setiap anak yang lahir dari seorang muslim

baik itu anak seorang pejabat pemerintah, pegawai, pekerja maupun

rakyat biasa. Jaminan keluarga baik sandang maupun pangan bagi

setiap anak ada dipundak seorang ayah. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT sebagai berikut :

Artinya : “…. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

kepada Para ibu dengan cara ma'ruf ….” (QS. al-

Baqarah : 233).

Begitu pentingnya orang tua dalam menanggung beban sosial

ekonomi anak, maka Allah SWT memberikan pahala yang sangat

besar bagi seorang ayah yang memberikan nafkah bagi keluarganya.

Sebaliknya, jika ia tidak mau menafkahi anak-anak dan keluarganya

padahal ia mampu, maka ia akan memperoleh dosa yang sangat besar.

Demikian hak-hak anak dalam Islam yang selalu dihormati dan

disanjung oleh umat Islam. Jika orang tua sudah memberikan perhatian

dan tanggung jawab dalam hak-haknya terutama tanggung jawab

dalam kesehatan anak, maka generasi yang terbina akan memiliki

kekuatan fisik dan mental, bergairah dan bersemangat sehingga ia

menjadi generasi muda yang siap mengemban amanat manusia sebagai

khalifah di bumi.

Manusia dalam al-Qur‟an secara umum digambarkan dengan tiga

istilah kunci yaitu, basyar, insan, dan al-nass. Meskipun sama-sama

menunjukkan arti manusia, tetapi masing-masing memiliki perbedaan

penggunaannya. Misalnya saja kata basyar dalam al-Qur‟an digunakan

untuk menunjuk manusia sebagai makhluk biologis, baik laki-laki maupun

perempuan, tua maupun muda, makhluk yang biasa makan, minum,

berhubungan seks, beraktivitas di pasar, dan lain-lain. Selanjutnya, kata

Insan digunakan untuk menunjuk manusia dalam tiga konteks;

12

Ibnu Anshari, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, h. 81

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

45

a. keistimewaannya sebagai khalifah dan pemikul amanah,

b. prediposisi negatif diri manusia dan

c. proses penciptaan manusia. Sedangkan kata al-Nass menunjuk

manusia sebagai makhluk sosial dan karenanya bersifat horizontal.13

Secara singkatnya manusia dalam Al-qur’an adalah makhluk

biologis, psiko-spiritual, dan sosial. Mengenai persoalan fisik, Allah swt

telah menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)

Bukan hanya fisik, tetapi juga psiko-sosial. Hal ini tentunya berbeda

dengan makhluknya yang lain seperti jin, malaikat, hewan, dan tumbuhan.

Meskipun, terdapat sebagian orang yang diciptakan dengan fisik yang

sempurna dan ada juga yang fisiknya tidak sempurna. Begitu juga sebagai

makhluk psiko-sosial, tentunya ada bermacam-macam yang dikategorikan

antara yang baik dan yang buruk terkait hubungan secara vertikal maupun

horizontal. Disabilitas dalam al-Qur‟an sendiri digunakan untuk menunjuk

kekurangan manusia secara biologis atau fisik.

Berdasarkan uraian singkat dari bab III, perlindungan hukum anak

disabilitas dan hak-haknya terdapat pada dua (2) ayat, yaitu Qs. Abasa: 1-

10, dan Qs. Al-Fath: 17

a. Qs. Abasa: 1-10

13

Makalah Waryono Abdul Ghafur, “Difabilitas Dalam Al-Qur’an”, disampaikan pada

seminar Islam dan Difabel pada tanggal 20 Desember 2011

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

46

Artinya: ”(Dia Muhammad)berwajah masam dan berpaling, karena

seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin ummi

maktum, dan taukah engkau (Muhammad) barang kali dia

mau mensucikan dirinya dari dosa, atau dia (ingin)

mendapat pengajaran yang memberi manfaat kepadanya,

adapun orang-orang yang merasa dirinya serba

cukup(pembesar-pembesar Quraisy, maka engkau

Muhhammad memberikan perhatian kepadanya,padahal

tidal ada celah atasmu kalau dia tidak mensucikan diri

(beriman), dan adapun degan orang yang datang kepadamu

dengan bersegera (untuk mendapat pengajaran), sedang dia

takut kepada (Allah), engkau(Muhammad malah

mengabaikannya).(QS. Abassa ayat 1-10).

Pada ayat di atas bisa dikaitkan dengan larangan untuk menghardik

orang tekun yang beribadah kepada Allah, meskipun orang tersebut tidak

memiliki pangkat atau derajat sosial yang tinggi. Disisi lain ayat ini

memberikan dukungan moral serta tanggung jawab agar tidak

mengabaikan kelompok masyarakat yang memiliki strata sosial rendah.

Lebih-lebih terhadap para penyandang cacat fisik.

b. Qs. Al-Fath: 17

Artinya: “Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang

pincang dan atas orang dan atas orang yang sakit (apabila

tidak ikut berperang) dan barang siapa taat kepada Allah dan

Rasul-nya; Niscaya Allah akan memasukannya ke dalam surge

yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa

yang berpaling niscaya akan diazabnya dengan azab yang

pedih” (QS Al- Fath:17).

Pada ayat ini bahwa pada prinsipnya al-Qur’an memberikan

perlakuan khusus terhadap orang yang meskipun secara fisik terbatas,

tetapi mereka memiliki lahan beribadah serta kontribusi aktivitas sosial

yang luas serta dapat memberikan kemanfaatan terhadap komunitas. Ayat

ini juga menjadi indikator penghargaan Islam terhadap kelompok yang

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

47

memiliki keterbatasan fisik. Kemampuan seseorang tidak bisa diukur

dengan kesempurnaan fisik, melainkan banyak faktor lain yang turut

menentukan. Oleh karena itu, tidak ada pijakan teologis maupun normatif

dalam Islam untuk mentolerir tindakan diskriminatif terhadap siapapun,

termasuk penyandang difabel.

Pada dua ayat di atas dapat menjadi dasar bahwa Islam tidak

mengenal perbedaan status sosial serta tidak mengenal perbedaan

perlakuan terhadap kaum difabel. Islam memandang umatnya untuk

berkontribusi dalam kehidupan sosial sesuai kemampuannya. Perintah dan

anjuran untuk berjuang dijalan Allah dalam bentuk peperangan fisik,

misalnya, terbukti tidak dialamatkan kepada semua muslim, akan tetapi

diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kesempurnaan fisik. Baik

sempurna dari kecacatan fisik maupun sempurna dari penyakit. Dengan

demikian, hak-hak anak penyandang disabilitas yang ada di Tangerang

Selatan telah sesuai dengan hukum Islam.

Menurut Darmadi, hak-hak anak penyandang disabilitas yang

diberikan telah sesuai dengan hukum Islam, karena pada dasarnya

pemerintah kota Tangerang Selatan menggunakan al-Qur’an sebagai dasar

hukum dalam mengurus hak-hak anak penyandang disabilitas. Adapun

hak-hak penyandang disabilitas di antaranya adalah hak pemeliharaan

agama, hak pemeliharaan keturunan, hak pemeliharaan kesehatan, hak

pemeliharaan akal dan hak sosial ekonomi.14

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa hukum yang digunakan dalam mengurus anak-anak penyandang

disabilitas di wilayah Kota Tangerang Selatan adalah hukum Islam yang

mengajarkan tentang hak-hak anak-anak penyandang disabilitas yang

terdiri atas hak pemeliharaan agama, hak pemeliharaan keturunan, hak

pemeliharaan kesehatan, hak pemeliharaan akal dan hak sosial ekonomi

yang kesemuanya itu telah termaktub dalam Peraturan Daerah tersebut.

14

Teddy Darmadi, Kepala Seksi Anak dan Lanjut Usia, Wawancara Pribadi, Tangerang

Selatan, 10 Pebruari 2018

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

48

2. Perlindungan Hukum Positif dan Pelaksanaan Hak-hak Anak

Disabilitas di Tangerang Selatan

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014,

mendefinisikan anak sebagai orang yang belum berusia 18 tahun termasuk

anak dalam kandungan.15

Dalam konsideren Undang-Undang tersebut

dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa

yang di dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia secara

utuh. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi dan

generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran

strategis dan mempunyai ciri serta sifat yang khusus yang menjamin

kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.16

Oleh sebab itu, anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-

luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental

maupun sosial dan berakhlak mulia. Untuk itu, perlu dilakukan upaya

perlindungan guna mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan

jaminan terhadap hak-haknya dan adanya perlakuan tanpa diskriminasi.17

Perlindungan terhadap anak diatur dalam Undang-Undang No. 35

Tahun 2014 tentang perlindungan anak pada pasal 1 ayat (2) adalah

sebagai berikut :

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar tetap hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.18

Menurut pasal 13 Undang-Undang Perlindungan Anak, anak berhak

untuk mendapatkan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi,

penelantaran, kekejaman, ketidakadilan dan perlakuan hukum lainnya.

Landasan hukum yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan hak-

hak bertumpu pada UUD 1945 dan konvensi hak anak yang sejalan

15

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014, h. 1 16

M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 8 17

M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, h. 8 18

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

49

dengan prinsip-prinsip pemenuhan hak-hak anak dalam ajaran Islam yang

diserap ke dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 yang kemudian

diperbaharui dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014.

Penegasan hak anak dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

merupakan legalisasi hak-hak anak yang diserap dari Konversi Hak Anak

dan norma hukum nasional. Dengan demikian, pasal 4 sampai dengan

pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Anak menciptakan norma hukum

tentang apa yang menjadi hak-hak anak yakni hak anak atas hidup, tumbuh

dan berkembang, perlindungan dan partisipasi secara wajar.19

Secara lebih

rinci, hak-hak anak dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 sebelum

adanya pembaharuan adalah sebagai berikut :

1. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4). Dalam

wacana konvensi internasional, hak hidup bagi anak merupakan hak

asasi yang universal dan dikenali sebagai hak yang utama. Sedangkan

hak atas tumbuh kembang diturunkan ke dalam hak atas kesehatan,

pendidikan dan hak untuk berekspresi serta memperoleh informasi.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, turunan hak atas tumbuh

kembang ini diwujudkan dalam penyelenggaraan perlindungan dalam

bidang pendidikan, kesehatan dan sosial termasuk agama.20

2. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan

(pasal 5).

3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang

tua (pasal 6). Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan

berekspresi merupakan wujud dari jaminan dan penghormatan negara

terhadap hak anak untuk berkembang yang mengacu pada pasal 4.

19

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, (Jakarta: KPAI, 2007), h. 11 20

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 12

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

50

4. Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh

orang tuanya sendiri (pasal 7). Dalam pasal ini dijelaskan bahwa jika

orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, maka anak

tersebut berhak untuk diasuh oleh orang lain sebagai anak asuh atau

anak angkat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (pasal 7

ayat 2 dan 3.

5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai

dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial (pasal 8). Hak

untuk memperoleh pelayanan kesehatan ini merupakan hak terpenting

dalam kelompok hak atas tumbuh kembang anak. Setidaknya, hak atas

pelayanan kesehatan bagi anak merujuk pada pasal 24 dan 25.

Mengenai bagaimana pelaksanaan hak-hak kesehatan ini, selanjutnya

dirumuskan dalam ketentuan tentang penyelenggaraan hak anak dalam

bidang kesehatan yang diatur dalam pasal 44 sampai dengan pasal 47

Undang-Undang No. 35/2014. Pemerintah wajib menyediakan

fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif

bagi anak agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang

opitmal sejak dalam kandungan (pasal 44).21

6. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya (pasal 9). Hak anak atas pendidikan meliputi hak

untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan diri anak sesuai dengan bakat, minat dan

kecerdasannya. Hak ini merupakan turunan dan pelaksanaan dari pasal

31 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “Setiap warga negara

berhak mendapat pendidikan”. Bahkan pasal 31 ayat 4 UUD 1945

secara eksplisit memprioritaskan pendidikan dengan alokasi anggaran

APBN serta dari APBD minimal sebesar 20 persen.22

21

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 13 22

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 14

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

51

7. Khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki

keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus (pasal 9 ayat

2).

8. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,

bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesehatan sosial (pasal 12).

9. Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan

memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya

demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan

kepatutan (pasal 10).

10. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak yang sebaya, bermain, berekspresi dan berkreasi sesuai

dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan

diri (pasal 11).23

11. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain

manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat

perlindungan dari perlakuan yang menyimpang (pasal 13). Perlakuan-

perlakuan yang menyimpang di antaranya adalah diskriminasi,

eksploitasi, penelantaran, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan

salah lainnya.

12. Hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri kecuali jika ada alasan

dan/atau aturan hukum yang sah yang menunjukkan bahwa pemisahan

itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan

pertimbangan terakhir (pasal 14). Pada prinsipnya, negara melakukan

upaya agar anak berada dalam pengasuhan orang tuanya sendiri dan

tidak dipisahkan dari orang tua secara bertentangan dengan keinginan

anak. Pada pasal ini ditegaskan bahwa anak berhak untuk tidak

dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan kehendak

23

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 14

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

52

anak, kecuali apabila pemisahan dimaksud mempunyai alasan hukum

yang sah dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak.24

13. Hak untuk memperoleh perlindungan dari keterlibatan dalam situasi

darurat atau kerusuhan (pasal 15) seperti penyalahgunaan dalam

kegiatan politik, keterlibatan dalam sengketa bersenjata, keterlibatan

dalam kerusuhan sosial, keterlibatan dalam peristiwa yang

mengandung usnur kekerasan dan keterlibatan dalam peperangan.

14. Hak untuk memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, hak

untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum dan perlindungan

dari penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya

dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat

dilakukan sebagai upaya terakhir (pasal 16).25

15. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapatkan

perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari

orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya

secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku dan

membela diri serta memperoleh keadilan di depan pengadilan anak

yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum

(pasal 17 ayat 1).

16. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau

yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan (pasal 17 ayat

2).

17. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindakan pidana berhak

mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya (pasal 18).

Dengan adanya berbagi peristiwa pada belakanga ini, maka

pemerintah melakukan beberapa perubahan pada Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

24

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 15 25

Muhammad Joni, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan

Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga, h. 16

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

53

yang merubah dan menambahkan beberapa poin dalam pasal-pasal

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002. Adapun perubahan-perubahan yang

berkaitan dengan hak-hak anak tersebut adalah sebagai berikut :26

1. Pada pasal 6 dirubah sehingga berbunyi “Setiap anak berhak untuk

beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan

tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua atau wali”.

2. Pasal 9 ayat 1 ditambah dengan ayat 1 (a) yang berbunyi “Setiap anak

berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan

seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga

kependidikan, sesama peserta didik dan/atau pihak lain”.

3. Pada pasal 9 ayat 2 dan pasal 12 terdapat perubahan kalimat “anak

yang menyandang cacat” diganti dengan “anak penyandang

disabilitas”.

4. Pada pasal 14 ditambah dengan ayat 2 yang berbunyi “Dalam hal

terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anak tetap

berhak untuk bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap

dengan kedua orang tuanya, mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan

dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang

tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, memperoleh

pembiayaan hidup dari kedua orang tuanya dan memperoleh hak anak

lainnya.

5. Pada pasal 15 terkait dengan hak anak mendapat perlindungan

ditambah dengan poin f yaitu kejahatan seksual.

Undang-Undang yang telah dipaparkan di atas merupakan peraturan

yang secara umum memang berkaitan dengan perlindungan dan hak-hak

anak. Namun dalam hal ini perlu juga dijelaskan secara khusus tentang

hak-hak anak penyandang disabilitas yang dijelaskan dalam Undang-

Undang No. 4 Tahun 1979 dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1997.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

adalah sebagai berikut :

26

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Perubahan dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

54

1. Pasal 1 ayat (9)

Anak disabilitas adalah anak yang mengalami hambatan rohani dan

atau jasmani sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar.

2. Pasal 7

Anak disabilitas berhak memperoleh pelayanan khusus untuk

mencapai tingkatan pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas

kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan.

3. Pasal 8

Bantuan dan pelayanan yang bertujuan untuk mewujudkan

kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan

jenis kelamin, agama, pendidikan politik dan kedudukan sosial.

Adapun Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang

disabilitas adalah sebagai berikut :

1. Pasal 5

Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang

sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

2. Pasal 6

Setiap penyandang disabilitas berhak untuk meperoleh :

a. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan.

b. Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan

derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya.

c. Perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan

menikmati hasil-hasilnya.

d. Aksibilitas dalam rangka kemandiriannya.

e. Rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan;

dan

f. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan

dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang disabilitas

anak dalam keluarga dan masyarakat..

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

55

Undang-Undang dan pasal-pasal di atas semua itu mengatur tentang

perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak disabilitas. Berkaitan dengan

pemenuhan hak anak disabilitas di Tangerang Selatan, penulis mengacu

pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 dimana pada Undang-Undang ini

lebih menyebarluas dalam pemenuhan hak penyandang disabilitas. Dalam

pemenuhan hak penyandang disabilitas pada Undang-Undang No. 8 Tahun

2016 Pasal 5 ayat (1) sebagaimana telah diuraikan pada Bab III,

penyebarluasan pemenuhan hak disabilitas dengan Undang-Undang

sebelumnya yaitu No. 4 Tahun 1997 Pasal 5 yang berbunyi “Setiap

penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam

segala aspek kehidupan dan penghidupan”.

Dalam Pemerintahan Kota Tangerang Selatan telah melakukan

beberapa upaya dalam pemenuhan hak anak disabilitas melalui beberapa

bantuan sosial baik dalam bentuk nominal. Berdasarkan hasil wawancara

penulis data yang didapat dari Dinas Sosial Tangerang Selatan, anak

disabilitas telah menerima bantuan dana sebesar Rp.3.600.000,-/tahun.27

Fasilitas penunjang dana ini diperuntukan bebas untuk penggunannya,

selama ini sebagian besar yang diketahui Dinas Sosial Tangerang Selatan

bantuan fasilitas dana ini digunakan untuk membeli seperti alat

pendengaran, kursi roda atau alat beraktifitas lainnya sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang anak. Penyaluran dana yang telah dikirimkan

melalui Bank BJB ke rekening tabungan anak penyandang cacat.

Penyaluran ini dicairkan setiap tanggal 15 Agustus s/d 19 Agustus per

tahunnya.

Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka melindungi,

menghormati, memajukkan dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas

antara lain adalah melakukan trapi fisik, pemberian obat, pemberian

makanan nutrisi, pelatihan untuk orang tua atau pendamping tentang

bagaimana cara mengasuh anak disabilitas. Adapun bentuk bantuan

pelayanan hukum yang diberikan berupa pembelaan dan perolehan

27

Darmadi, Kepala Seksi Anak dan Lanjut Usia, Wawancara Pribadi

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

56

keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif.28

Dengan demikian,

dapat dipahami bahwa setiap anak penyandang disabilitas mempunyai hak

yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan sesuai dengan

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016.

Perlindungan dan hak-hak anak disabilitas sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 sejalan dengan hak-hak anak yang

dimaksud dalam hukum Islam. Peraturan secara tertulis yang dimuat dalam

undang-undang akan menjadi motivasi bagi setiap warga negara untuk

memenuhi hak-hak anak disabilitas. Hak-hak anak disabilitas dalam

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 telah mendukung pemenuhan

pemeliharaan atas hak beragama, pemeliharaan atas jiwa, pemeliharaan

atas kehormatan dan keturunan, pemeliharaan atas akal dan pemeliharaan

atas harta benda dalam ajaran Islam.

28

Darmadi, Kepala Seksi Anak dan Lanjut Usia, Wawancara Pribadi

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian, penjelasan dan analisa sebagai hasil penelitian yang

berkenaan dengan perlindungan hukum anak disabilitas di Tangerang Selatan,

maka sebagai upaya mengakhiri pembahasan skripsi ini penulis mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada beberapa factor yang menyebabkan anak menjadi penyandang

disabilitas yang salah satu di antaranya adalah kurangnya pemeliharaan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu kewajiban baik

pemeliharaan atas kesehatan fisik maupun mental. Agar terhindar dari

penyakit disabilitas, maka upaya pelaksanaan pemeliharaan kesehatan

anak harus dilakukan sejak dalam kandungan seorang ibu.

2. Dalam melindungi hak-hak anak penyandang disabilitas, pemerintah Dinas

Sosial Kota Tangerang Selatan telah melakukannya dengan baik sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 pasal 5 ayat (1).

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah melakukan

beberapa upaya dalam pemenuhan hak-hak anak disabilitas melalui

berbagai bantuan baik social maupun nominal. Menurut Kepala Dinas

Sosial Kota Tangerang Selatan, bantuan fasilitas dana ini digunakan untuk

membeli berbagai peralaan seperti alat pendengaran, kursi roda dan alat-

alat untuk beraktivitas lainnya sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

3. Dalam perspektif Islam, hak asasi anak merupakan pemberian Allah SWT

yang harus dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat,

pemerintah dan Negara. Untuk itu, Islam mengenal lima macam hak asasi

yang sering disebut dengan istilah maqashid al-Shari’ah yaitu

pemeliharaan atas hak beragama, pemeliharaan atas jiwa, pemeliharaan

atas kehormatan dan keturunan, pemeliharaan atas akal dan pemeliharaan

atas harta benda. Sedangkan dalam hokum positif disebutkan bahwa

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

58

penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dalam kehidupan dan

penghidupannya. Hal ini termaktub dalam Undang-Undang No. 8 Tahun

2016 pasal 5 ayat (1) tentang penyandang disabilitas.

B. Saran

Dari hasil studi dan penela’ahan tentang penelitian yang berkenaan

dengan perlindungan hukum anak disabilitas yang tertuang dalam skripsi ini,

kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-saran sebagai

berikut :

1. Komunitas anak penyandang disabilitas seringkali dipandang sebelah mata

disebabkan mereka memiliki kecacatan fisik dan mental. Untuk itu,

pemerintah dan masyarakat hendaknya memberikan perhatian khusus

kepada mereka melalui persamaan-persamaan hak seperti dalam aspek

pendidikan, perlindungan hukum, jaminan social, peran politik, kesehatan

dan pengembangan budaya guna memberikan motivasi kepada mereka

dalam menjalankan kehidupannya.

2. Hidup manusia baik kondisi normal maupun cacat fisik dan mental

merupakan takdir yang harus diterima oleh manusia. Untuk itu, para

penyandang disabilitas hendaknya senantiasa berbesar hati karena kondisi

seperti ini merupakan ujian dari Allah SWT yang patut disyukuri dan

disadari karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

3. Dalam memenuhi hak-hak anak penyandang disabilitas diperlukan

berbagai fasilitas guna mendukung aktivitas mereka. Oleh sebab itu, Dinas

Sosial Kota Tangerang Selatan hendaknya memberikan berbagai fasilitas

yang memadai sehingga para mereka dapat dengan mudah menjalakan

aktivitasnya masing-masing.

4. Dalam proses pendidikan, para penyandang disabilitas kurang peka

terhadap berbagai mata pelajaran yang disampaikan guru. Oleh sebab itu,

para guru hendaknya lebih memberikan pendekatan secara personal

sehingga mereka dapat dengan mudah untuk memahami pelajaran.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

59

5. Salah satu program Kementerian Sosial yang berbasis masyarakat dalam

merehabilitasi anak-anak disabilitas adalah mendukung anak-anak

disabilitas dalam pemenuhan pendidikan, kesehatan dan bermain. Untuk

mendukung program ini, Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan hendaknya

mendirikan posko-posko rehabilitasi social untuk mempermudah

pelayanan bagi para penyandang disabilitas.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

60

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Bukhoro: Maktabah Ashriyyah, 1996

Al-Hifnawi, Muhammad Ibrahim, Tafsir Al-qurtubi Juz ‘amma, Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009

Anshari, Ibnu, Perlindungan Anak Dalam Agama Islam, Jakarta: KPAI, 2006

----------------, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: KPAI, 2007

Azra, Azyumardi, “Paradigma Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan”

Kompas, Jakarta, 2010

Darmadi, Teddy, Kepala Seksi Anak dan Lanjut Usia, Wawancara Pribadi,

Tangerang Selatan, 10 Pebruari 2018

Data Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, diakses pada tanggal 20 November

2017

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, Edisi IV

Departemen Sosial, Panduan Kriteria Penyandang Cacat Fisik, Jakarta:

Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat

Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Sosial, 2006

El Muhtaj, Madja, Dimensi‐Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008

Fuady, Munir, Konsep Hukum Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014

Joni, Muhammad, Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak

dan Konvensi PBB Tentang Hak Anak; Beberapa Isu Hukum Keluarga,

Jakarta: KPAI, 2007

Kansil C.S.T., Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989

Kusmana, et.al., Disabilitas Sebuah Pengantar, Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007

Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Fikr, 1987, Juz IV

Nasir Djamil, M., Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

61

Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 2001

Prawirohamidjojo, Soetojo, et.al., Hukum Orang dan Keluarga, Bandung:

Alumni, 2000, Cet. ke-11

Quraish Shihab, M., Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Jakarta: Lentera Hati, 2002

Riyadi, Eko, Kajian dan Mekanisme Perlindungannya, Yogyakarta: Groups

Pusham UII, 2012

Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: UIN Press, 2010

Sukandarrumidi, Metode Penelitian, Yogyakarta: Gadjah University Press, 2004

Undang-undang No 19 Tahun 2011 Tentang Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas

Undang-Undang No 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, Pasal 10, ayat (1)

Undang-Undang No 8 Tahun 2016 Pasal 3 huruf (a) Tentang Disabilitas.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan dari Undang-Undang No.

23 Tahun 2002

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak

Penyandang Disabilitas

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat

(2).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, Pasal 1

ayat (1)

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Pasal 45 ayat (1) dan (2)

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014

Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Bandung: Mandar Maju 2009

www.agendaasia.org/index.php/id/informasi/sekilas-tentang-disabilitas/102-

sekilas-tentang-disabilitas.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu

62

www.Bps.Go.Id/Aboutus.Php?Info=91

Yayaysan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusID, Panduan Bantuan

Hukum di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu
Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM ANAK DISABILITAS DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40954/1/DINDA... · hukum Positif terhadap hak-hak anak penyandang disabilitas, ... yaitu