pengaruh terapi thought stopping untuk …eprints.ums.ac.id/62933/11/naskah publikasi-404...

21
PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENURUNKAN STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh : SILMI KAFAH, S.Psi T 100 145 005 PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: vuongthuy

Post on 20-Apr-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENURUNKAN

STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh :

SILMI KAFAH, S.Psi

T 100 145 005

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENURUNKAN STRES

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY

PUBLIKASI ILMIAH

Yang diajukan oleh :

Silmi Kafah, S.Psi

T100 145 005

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Penguji Pendamping I

Dr. Eny Purwandari, M.Si

NIK. 804

Penguji Pendamping II

Setia Asyanti, S.Psi , M.Si., Psikolog

NIK. 915

Page 3: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENURUNKAN STRES

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY

Yang diajukan oleh :

Silmi Kafah, S.Psi

T100 145 005

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Magister Psikologi Profesi

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Tanggal 4 Juni 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

1. Dr. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si., Psikolog __________________

Penguji Utama

2. Dr. Eny Purwandari, M.Si __________________

Penguji Pendamping I

3. Setia Asyanti, S.Psi., M.Si., Psikolog __________________

Penguji Pendamping II

Mengetahui, Ketua Program

Dekan Magister Profesi Psikologi

Susatyo Yuwono, M.Si., Psikolog Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si., Psikolog

NIK. 838 NIK. 836

Page 4: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

iii

PERNYATAAN

Bismillahirrahmaanirrahii m

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Silmi Kafah

NIM : T 100 145 005

Fakultas/Jurusan : Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK

MENURUNKAN STRES IBU YANG MEMILIKI ANAK

CEREBRAL PALSY

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti

ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya

Surakarta, Juni 2018

Yang Menyatakan

Silmi Kafah

Page 5: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

1

PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK MENURUNKAN

STRES PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY

Abstrak

Stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy diakibatkan oleh adanya pikiran

negatif terhadap suatu peristiwa sehingga mempengaruhi kesehatan fisik, emosi,

dan perilaku sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi thought

stopping untuk menurunkan stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy. Subjek

penelitian adalah 5 ibu yang memiliki anak cerebral palsy. Penelitian ini

menggunakan metode pra eksperimen dengan desain one group pretest and

posttest design. Alat ukur yang digunakan yaitu skala stres yang dibuat peneliti

berdasarkan aspek stres. Terapi thought stopping dilakukan 3 kali pertemuan

selama 3 minggu. Setiap pertemuan 90-100 menit disesuaikan dengan

ketersediaan waktu subjek. Penelitian ini menggunakan analisis data within

subject dengan uji wilcoxon menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terapi thought stopping dapat menurunkan stres ibu yang

memiliki anak cerebral palsy.

Kata Kunci : ibu yang memiliki anak cerebral palsy, stres, terapi thought stopping

Abstract

Stress of a mother who has a child's cerebral palsy caused by negative thoughts

on an event that affects physical health, emotions, and social behavior. This study

aims to see the effect of thought stopping therapy to reduce the stress of mothers

who have children cerebral palsy. The subjects were 5 mothers with cerebral

palsy children. This research uses quasi experiment method with one group

pretest and posttest design. The measuring tool used is a stress scale made by

researchers based on aspects of Sarafino (2011). Thought stopping therapy

conducted 3 meetings for 3 weeks. Each meeting is 90-100 minutes adjusted for

subject time availability. This study uses data analysis within subjects with

wilcoxon test using SPSS 16. The results showed that thought stopping therapy

can reduce the stress of mothers who have children cerebral palsy.

Keywords: mothers who have children cerebral palsy, stress, thought stopping

therapy

1. PENDAHULUAN

Ibu memiliki harapan-harapan yang besar untuk anak di masa depan,

kelahiran anak merupakan anugerah bagi seorang ibu yang ditunggu kelahirannya

selama sembilan bulan. (Lima, Cardoso, & Silva, 2016). Ketika anak

mendapatkan diagnosa cerebral palsy, hal tersebut merupakan peristiwa yang

tidak terduga dan di luar kendali ibu serta dapat memicu terjadinya stres. keluarga

Page 6: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

2

membutuhkan waktu untuk menerima dan beradaptasi dengan keadaan dan

mempersiapkan perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak (Katelaar, Volman,

Gorter, & Vermeer, 2008).

Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada

anak-anak disebabkan oleh adanya permasalahan selama kehamilan, persalinan

maupun pasca kelahiran. Cerebral palsy termasuk suatu kelainan yang

disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal atau adanya kerusakan

pada bagian otak yang mengontrol otot dan gerakan (Reddihough & Collins,

2003). Jumlah prevalensi cerebral palsy stabil setiap tahun sejak tahun 1985

hingga tahun 2000 yaitu terdapat 2-4 kasus dalam setiap 1000 kelahiran di dunia

pertahunnya yang tercatat menderita cerebral palsy (Braun, et al, 2016).

Sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil survei Riskesdas (Riset Kesehatan

Dasar) yang diselenggarakan oleh kementrian kesehatan, prevalensi anak dengan

cerebral palsy adalah 0,09% dari jumlah anak berusia 24-59 bulan pada tahun

2013 (Buletin jendela data dan informasi, 2014). Hal tersebut menunjukkan

bahwa prevalensi cerebral palsy di Indonesia memiliki jumlah yang besar yaitu 9

kasus dalam setiap 1000 kelahiran.

Cerebral palsy memberikan konsekuensi yang besar bagi anak dan orang

tuanya terutama ibu yang bertanggungjawab untuk merawat dan menjaga anak.

Hal tersebut dikuatkan oleh (Pushpalatha & Shivakumara, 2016) bahwa anak

dengan cerebral palsy sangat bergantung pada orang tua terutama ibu untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kumari dan Joseph (2014) menyampaikan

bahwa cerebral palsy merupakan jenis kelainan yang unik karena membutuhkan

perhatian dan perawatan dalam waktu yang lama yaitu seumur hidup anak. Ibu

bertanggung jawab melakukan perawatan anak cerebral palsy dalam jangka waktu

yang panjang dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial (Borzoo,

Nickbakht, & Jalalian, 2014; Kumari & Joseph, 2014 ; Kumari & Yadv, 2012 ;

Singongo, Mweshi, & Rhoda, 2015).

Anak memerlukan bantuan memenuhi fungsi dasar misalnya berubah

postur, gerakan, makan, minum serta masalah kebersihan (Ribeiro, Sousa, &

Porto, 2014) sehingga melibatkan ibu untuk membantu anak bergerak dan

Page 7: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

3

menyediakan kebutuhan anak. Ibu memiliki keharusan menyediakan waktunya

sepanjang hari untuk merawat dan memenuhi kebutuhan anak. Ibu mengalami

kesulitan tidur pada malam hari, sulitnya beristirahat, kelelahan dan kejenuhan.

Ibu merawat anak setiap hari dan hal tersebut merubah kegiatan rutinnya

sebelum memiliki anak. Ibu kurang mendapatkan waktu untuk rekreasi dan

hiburan. Ibu kurang mendapatkan dukungan sosial karena tidak memiliki waktu

untuk bersosialisasi dengan masyarakat atau kelompok sosialnya (Ribeiro, dkk,

2014). Masood, Arshad, dan Mazahir (2015) mengungkapkan bahwa penyebab

orang tua mengalami stres adalah karena terlalu fokus dan memberikan

keseluruhan waktunya untuk memperhatikan kesehatan dan melakukan perawatan

pada anak. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sardana, Singh, dan Sumalatha

(2016) di Barcelona diketahui bahwa kurangnya waktu untuk diri sendiri dan

berinteraksi dengan lingkungan, kurangnya rekreasi, terganggu kegiatan rutin

karena merawat anak dapat menjadi penyebab timbulnya stres sebagai orang.

Ribeiro, dkk (2014) melakukan penelitian mengenai stres ibu sebagai orang tua

penderita cerebral palsy di salah satu institut di kota Goiania, Brasil. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% ibu yang memiliki anak cerebral

palsy memiliki tingkat stres yang tinggi. Hal tersebut karena keterbatasan anak

membatasi partisipasi sosial ibu. Ibu merasa bahwa hidupnya berubah karena

kebutuhan merawat anak.

Faktor psikologis yang merupakan penyebab timbulnya stres pada ibu

dengan anak cerebral palsy selain faktor lingkungan, sosial dan fisiologis adalah

faktor pikiran (Kumari & Joseph, 2014 ; Kumari & Yadv, 2012 ; Singongo,

Mweshi, & Rhoda, 2015). Perubahan lingkungan, perubahan dan permasalahan

yang berhubungan dengan peran sosial, kondisi fisik yang lelah karena harus

merawat anak memacu pikiran yang menafsirkan situasi stres karena memandang

bahwa suatu permasalahan yang dialami sulit dan menyakitkan. Pikiran yang

negatif menyebabkan adanya emosi negatif (Klinic Community Health Centre,

2010). Sarafino dan Smith (2011) berpendapat bahwa penilaian kognitif memiliki

peran penting bagi timbulnya stres. Stres terjadi karena adanya persepsi yang

Page 8: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

4

kurang tepat antara ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dan sumber daya

yang dimiliki individu.

Tanggung jawab ibu untuk merawat dan menyediakan kebutuhan anak

menimbulkan stres sedang hingga tinggi. Kumari dan Singh (2013) melakukan

penelitian pada 150 ibu dengan anak cerebral palsy di sebuah institusi rehabilitasi

di Punja India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% ibu dengan anak

cerebral palsy memiliki tingkat stres sedang hingga parah. Penelitian yang

dilakukan Ribeiro, dkk (2014) mengenai stres ibu sebagai orang tua penderita

cerebral palsy di salah satu institut di kota Goiania, Brasil menunjukkan bahwa

lebih dari 50% ibu yang memiliki anak cerebral palsy memiliki tingkat stres yang

tinggi. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa stres ibu yang memiliki

anak cerebral palsy penting untuk ditindaklanjuti.

Gangguan stres yang dialami oleh ibu dengan anak berkebutuhan khusus

dapat diintervensi dengan menggunakan berbagai macam terapi diantaranya,

Family centered psychosocial intervention programme (Kumari & Joseph, 2014),

health promotion and stress management (Thanou, Tsiou, Kattami, Chrousos, &

Darviri, 2016), MBSR (mindfulness Based Stress Reduction) (Bazzano & all,

2013), dan mindfulness based cognitive therapy (Neece, 2014).

Terapi Family centered psychosocial intervention programme digunakan

untuk mengurangi beban psikologi. Terapi tersebut fokus pada dukungan sosial

dari orang lain untuk menjadi sumber dukungan sosial dan emosional serta

mendapatkan informasi berbeda dalam menerapkan ketrampilan merawat anak.

Pada terapi Health promotion and stress management melibatkan pernafasan

diafragma, relaksasi otot progresive, guide imagery training, materi audio visual,

olah raga dan gizi. Terapi Mindfulness bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

dan kepercayaan diri bahwa individu dapat menerima dan beradaptasi dengan

peristiwa yang sedang dialaminya.

Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan peneliti, ibu yang

memiliki anak cerebral palsy di YPAC Surakarta mengalami stres karena adanya

pikiran-pikiran yang berulang dan mengganggu sehingga berpengaruh kepada

fisik, emosi dan perilaku sosial. Ketiga terapi untuk mengurangi tingkat stres yang

Page 9: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

5

telah disebutkan sebelumnya kurang sesuai dengan permasalahan ibu yang

memiliki anak cerebral palsy di YPAC Surakarta karena penyebab dari stres yang

timbul adalah kognitif. Adanya pikiran-pikiran negatif dan mengganggu ibu

dalam merawat dan memenuhi kebutuhan anak. Peneliti menggunakan terapi

thought stopping sebagai terapi untuk menurunkan stres ibu yang memiliki anak

cerebral palsy di YPAC Surakarta.

Terapi thought stopping adalah metode yang dimanfaatkan untuk

menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak produktif dan merubahnya menjadi

lebih adaptif (O'donohue & Fisher, 2009). Supriati (2010) melakukan penelitian

menggunakan terapi thought stopping dan dikombinasikan dengan progressive

muscle relaxation untuk menurunkan kecemasan pada klien dengan gangguan

fisik di RSUD Dr. Soedono Madiun. Hasil dari penelitian tersebut adalah terapi

thought stopping dan progressive muscle relaxation dapat menurunkan tingkat

kecemasan.

Penelitian mengenai terapi multimodal dengan teknik thought stopping

dilakukan oleh Aliyah (2015) dikombinasikan dengan desensitisasi sistematik

untuk meningkatkan harga diri rendah siswa kelas VIII di SMPN 4 Pasuruan.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi multimodal dengan

teknik thought stopping dan desensitisasi sistematik dapat meningkatkan harga

diri yang rendah. Menurut penelitian Costello (1999) di Melbourne Thought

stopping juga digunakan untuk mengurangi depresi, kontrol rasa sakit dan stres.

Tiga penelitian yang telah diungkapkan, menunjukkan bahwa terapi

thought stopping mampu meningkatkan harga diri, menurunkan kecemasan,

depresi, rasa sakit dan stres. Terapi thought stopping digunakan karena adanya

pikiran-pikiran negatif yang mengganggu subjek sehingga menyebabkan

permasalahan psikologis. Peneliti memilih menggunakan terapi thought stopping

karena terapi dapat menghentikan pikiran negatif dan menggantikannya dengan

pikiran positif. Salah satu faktor yang menyebabkan stres adalah adanya penilaian

negatif dari seorang individu terhadap suatu situasi yang dihadapinya (Weiten,

Hammer, & Dunn, 2012 dan Butcher, Mineka, & Hooley, 2010)

Page 10: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

6

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan” apakah terdapat pengaruh terapi thought stopping untuk

menurunkan stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy di YPAC Surakarta?”.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi thought stopping untuk

menurunkan stres pada ibu yang memiliki anak cerebral palsy di YPAC

Surakarta.

Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh terapi

thought stopping untuk menurunkan stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy

di YPAC Surakarta. Penelitian ini diharapkan mampu membantu mengurangi

stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy sehingga dapat merawat dan

menyediakan kebutuhan anak secara maksimal.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen one group

pretest and posttest design. Pada desain tersebut peneliti menentukan satu

kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan perlakuan berupa terapi

thought stopping. Peneliti akan melakukan pretest sebelum dilakukannya

perlakuan dan posttest setelah perlakuan diberikan kemudian peneliti akan

membandingkan hasil dari kedua tes tersebut pada kelompok eksperimen

(Latipun, 2004).

Subjek penelitian merupakan ibu yang memiliki anak cerebral palsy yang

bersekolah di YPAC Surakarta. Subjek adalah ibu yang berusia 40-60 tahun dan

menghabiskan waktunya untuk menemani subjek di Sekolah. Subjek yaitu 5 ibu

yang memiliki anak cerebral palsy yang menunjukkan skor stres sedang hingga

tinggi.

Pengukuran stres menggunakan skala stres yang disusun oleh peneliti

berdasarkan aspek stres menurut Sarafino (2011). Aspek stres adalah fisik dan

psikologis (kognitif, emosi, perilaku sosial). Sebelum digunakan sebagai alat

pengukuran, skala diuji validitas dan reliabilitas alat ukur.

Validitas yang diuji adalah validitas content dari skala stres yang akan

diberikan pada ibu yang memiliki anak cerebral palsy. Pengujian validitas skala

Page 11: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

7

stres dengan cara expert judgement yang dilakukan oleh akademisi dan praktisi.

Hasil dari expert judgement diolah menggunakan formula Aiken. Berdasarkan 5

rater dari 64 aitem terdapat 10 aitem yang tidak valid (V>0.80), sehingga

menyisakan 54 aitem favorable dan unfavorable.

Setelah mendapatkan hasil dari expert judgement, 54 aitem dilakukan uji

coba skala untuk mengetahui reliabilitas alat ukur. Uji coba skala dilakukan pada

ibu yang memiliki anak cerebral palsy. Indeks daya beda aitem pada putaran

pertama, -0.125 sampai 0.822 dengan koefisien reliabilitas cronbach’s alpha

0.910. Uji coba skala dilakukan dua kali putaran uji reliabilitas dengan indeks

daya beda > 0.3 (Azwar, 2012). Pada putaran yang terakhir, indeks daya beda dari

0.337 sampai dengan 0.818 dengan koefisien reliabilitas cronbach’s alpha 0.944

dan menghasilkan 35 aitem dan telah mewakili keseluruhan aspek stres.

Hasil dari skala stres pretest dan posttest diolah menggunakan statistika

non parametrik within subject yaitu menguji nilai pretest dan posttest dalam satu

kelompok. Pengujian statistik dilakukan menggunajak uji wilcoxon yang

bertujuan untuk melihat perbedaan nilai stres antara sebelum dan setelah

perlakuan dalam kelompok eksperimen.

Peneliti menggunakan modul intervensi yaitu modul terapi thought

stopping yang disusun berdasarkan adaptasi dan modifikasi Nasution (2011).

Terapi thought stopping terdiri dari 3 kali pertemuan selama 3 minggu. Setiap

pertemuan memiliki durasi 90-100 menit. Sesi pertama yaitu thought stopping

with me, sesi kedua yaitu thought stopping with yourself dan sesi ketiga thought

stopping with your heart.

Sesi pertama adalah pemberian materi mengenai hubungan antara pikiran,

perasaan dan perilaku serta materi tentang pikiran negatif sehingga subjek

memahami bahwa pikiran negatif dapat menyebabkan perasaan yang tidak

menyenangkan dan menimbulkan perilaku yang tidak adaptif. Kemudian subjek

diminta untuk melakukan identifikasi pikiran dengan mengisi lembar penugasan

yang diberikan oleh terapis. Pada sesi ini role play terapi thought stopping

dilakukan sesuai dengan instruksi terapis. Sesi kedua identifikasi pikiran negatif

dilakukan berdasarkan penugasan rumah kemudian melakukan role play terapi

Page 12: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

8

thought stopping with yourself. Role play ini dilakukan dengan instruksi “STOP”

dari masing-masing subjek. Sesi ketiga identifikasi pikiran negatif dilakukan

dengan metode diskusi sehingga subjek dapat mendapatkan alternatif pikiran

positif dari subjek lainnya kemudian menuliskannya di buku penugasan. Role play

terapi thought stopping with your heart dilakukan dengan instruksi yang

dimunculkan dalam hati masing masing subjek. Penelitian dilakukan 90-100

menit pada setiap pertemuan dengan pertimbangan ketersediaan waktu subjek

yang terbatas pada setiap pertemuan. Terapi dilakukan oleh Rini Indriani, S.Psi,

M.Psi, MARS, Psikolog yang merupakan praktisi yang memiliki pengalaman

mengenai terapi kognitif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi thought stopping

untuk menurunkan stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy. Berdasarkan hasil

analisis daata dapat disimpulkan bahwa terapi thought stopping dapat menurunkan

stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy ditunjukkan adanya penurunan skor

stres ibu yang memiliki anak cerebral palsy antara sebelum dan sesudah

diberikannya terapi thought stopping.

Berikut merupakan data subjek hasil pretest dan posttest :

Tabel 1. Hasil pretest dan posttest

Kelompok Subjek

Waktu Pengukuran

Pretest Posttest

Skor Kategori Skor Kategori

Eksperimen HA 78 Sedang 70 Sedang

SRR 82 Tinggi 72 Sedang

SUG 96 Tinggi 83 Tinggi

VO 82 Tinggi 72 Sedang

SI 75 Sedang 73 Sedang

Rerata 82.6 74

Pada tabel di atas terlihat bahwa terjadi penurunan skor pretest dan

posttest pada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen memiliki rerata skor

stres 82.6 sebelum diberikan dan 74 setelah diberikan terapi thought stopping.

Page 13: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

9

Penurunan skor sebanyak 8.6 pada kelompok eksperimen menunjukkan

menurunnya stres pada kelompok eksperimen.

Berikut grafik menurunnya nilai pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen :

Gambar 1. Nilai pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

skor rerata stres subjek kelompok eksperimen sebelum dilakukan penelitian.

Setelah diberikan terapi thought stopping pada kelompok eksperimen, terjadi

penurunan rerata skor stres sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest

kelompok eksperimen menurun setelah diberikan terapi thought stopping.

Stres merupakan suatu tekanan, tuntutan secara emosi yang dialami

individu sehingga dapat menyesuaikan diri di lingkungan (Sarafino & Smith,

2011). Tekanan dan tuntutan dapat memicu terjadinya stres apabila melebihi

kemampuan individu tersebut untuk beradaptasi. Subjek memiliki stres yang

diakibatkan karena pikiran negatif berkaitan dengan tanggung jawab sebagai

seorang ibu dan perawatan anak cerebral palsy. Menurut Lazarus (dalam Weiten,

Hammer, & Dunn, 2012) stres dapat timbul dari penilaian individu mengenai

suatu peristiwa yang menuntut atau mengancam. Stres terjadi bukan disebabkan

oleh peristiwa yang dialami subjek, namun bagaimana seorang individu menerima

dan memberikan makna pada peristiwa tersebut (Rector, 2010).

Ibu yang memiliki anak cerebral palsy yang menjadi subjek penelitian

memiliki pikiran-pikiran negatif sebelum diberikan terapi thought stopping.

Gangguan psikologis disebabkan oleh kesalahan kognitif atau distorsi kognitif

65

70

75

80

85

Pretest Posttest

Kelompok eksperimen

Kelompok eksperimen

Page 14: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

10

yaitu terdapat 4 macam distorsi kognitif menurut Aaron Beck (dalam Nevid,

Rathus, & Greene, 2005) antara lain abstraksi selektif, overgeneralisasi,

magnifikasi, dan pikiran absolut. Abstraksi selektif merupakan pikiran yang

terfokus pada hal negatif dan melupakan hal positif yang pernah terjadi. Subjek

berfokus pada ketidakmampuan anak cerebral palsy dalam hal kemandirian.

Overgeneralisasi adalah pikiran yang berlebihan akan suatu hal negatif. Subjek

memiliki kekhawatiran mengenai keadaan anaknya ketika subjek beranjak tua

atau bahkan ketika meninggal dunia. Ia berpikir bahwa tidak akan ada yang bisa

merawat anak cerebral palsy-nya. Subjek berpikir bahwa anaknya tidak akan bisa

berjalan dan tidak akan bisa mandiri. Magnifikasi adalah membesarkan dan

mementingkan peristiwa tidak menyenangkan. Subjek membesarkan dan

mementingkan peristiwa ketika anaknya menangis, mengganggunya ketika sedang

beraktivitas. Pikiran absolut adalah pikiran yang hanya berfokus pada benar-salah,

hitam-putih (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Subjek berpikir bahwa anak normal

lebih baik daripada anak yang memiliki cerebral palsy sehingga subjek berandai-

andai dan berharap anaknya normal. Pikiran negatif tersebut dapat mempengaruhi

emosi dan perilaku individu serta dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dan

keputusasaan (Halgin & Whitbourne, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa

antara kognitif, emosi, fisik dan perilaku sosial memiliki keterkaitan. Sebelum

mendapatkan terapi, subjek meluapkan kesedihan, kemarahan dan kejengkelan

mengenai keadaan anak cerebral palsy. Subjek juga merasakan jantung berdetak

kencang, kesulitan bernafas dan mengalami kelelahan fisik. Pikiran negatif yang

dimiliki oleh subjek berpengaruh pada keadaan fisik, emosi dan perilaku sosial.

Restrukturisasi kognitif dapat membantu seorang individu untuk merubah

pola berpikir negatif sehingga dapat merubah emosi dan perilakunya (Sue, Sue,

Sue, & Sue, 2013). Thought sopping merupakan suatu strategi restrukturisasi

kognitif untuk mengintervensi pikiran yang irasional dengan teknik menginterupsi

pikiran negatif dengan menggunakan kata “STOP” (Fortinash & Worret, 2007 &

Veracolis, Carson, & Shoemaker, 2006). Terapi thought stopping merupakan

salah satu terapi kognitif yang bertujuan untuk melatih individu untuk dapat

mengontrol pikiran negatif yang tidak produktif dan menyebabkan emosi negatif

Page 15: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

11

dengan menghentikan pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran positif

(Videbeck, 2008 & O'donohue & Fisher, 2009).

Terapi thought stopping menggunakan metode role play,dan diskusi untuk

memberikan kemudahan bagi subjek untuk berkonsentrasi dalam kegiatan terapi.

Konsentrasi merupakan salah satu syarat individu melakukan atensi (Reed, 2011).

Hal tersebut ditunjukkan pada hasil observasi bahwa kelima subjek

memperhatikan dan mengikuti semua instruksi dari terapis pada setiap sesi

pertemuan. Ketika individu sudah melakukan atensi, kognitif akan lebih mudah

untuk mengingatnya sehingga tetap aktif dalam memori jangka pendek atau dapat

mentransfer ke dalam memori jangka panjang (Reed, 2011).

Penelitian dilakukan 3 kali pertemuan selama 3 minggu. Pada setiap

pertemuan terdapat sesi identifikasi pikiran dan role play terapi thought stopping.

Pada setiap pertemuan subjek diminta untuk melakukan identifikasi pikiran

negatif. Hal tersebut dilakukan karena ketika subjek menyadari dan dapat

mengidentifikasi pikiraan negatif yang muncul menyertai suatu peristiwa yang

menuntut penyesuaian diri, subjek akan lebih mudah untuk dapat mengatasinya

(Sue, dkk, 2013).

Terapis memberikan instruksi untuk melakukan roleplay dengan tujuan

melatih subjek supaya dapat mengatasi pikiran negatif yang muncul. dengan

mengulang role play yang sama pada setiap sesinya dengan tujuan subjek dapat

mempelajari dan mengingatnya sehingga tetap aktif dalam memori jangka pendek

atau dapat mentransfer ke dalam memori jangka panjang (Reed, 2011). Jarak

waktu antara satu sesi dengan yang lain selama satu minggu. Pada setiap akhir

pertemuan subjek diberikan penugasan rumah sehingga terhindar dari interferensi

yaitu lupa karena subjek melakukan kegiatan lainnya misalnya merawat anak

(Solso, Otto, & Kimberly, 2008).

Pemberian penugasan membantu subjek untuk mengingat kembali terapi

thought stopping yang diberikan sehingga subjek dapat melakukan recall

mengenai terapi thought stopping yang telah diberikan oleh terapis pada waktu

yang telah ditentukan. Pada penugasan rumah, subjek diminta untuk menuliskan

pengalamannya setelah melakukan thought stopping. Subjek dapat menuliskan

Page 16: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

12

pikiran positif setelah melakukan thought stopping dan mendapatkan reaksi emosi

yang berbeda ketika menggantinya dengan pikiran positif. Pada penugasan rumah

yang diberikan oleh terapis, terlihat bahwa emosi subjek dapat berubah ketika

subjek menghentikan dan merubah pikiran negatif menjadi pikiran positif.

Pada saat pemberian terapi thought stopping subjek dapat mengikuti terapi

dengan baik, yaitu memperhatikan materi, berdiskusi, bertanya serta melakukan

instruksi yang diberikan. Subjek mengerjakan penugasan yang diberikan terapis

secara terinci. Subjek menuliskan lebih dari dua peristiwa dan pikiran-pikiran

negatif yang menyertainya pada sesi pertama. Kemudian pada sesi ketiga, subjek

mulai dapat melakukan thought stopping dengan mengganti pikiran negatif

menjadi pikiran yang lebih positif.

Setelah diberikan keseluruhan sesi terapi thought stopping, subjek dapat

menghentikan pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran yang positif

sehingga ditunjukkan dengan perilaku yang lebih adaptif daripada sebelumnya.

Misalnya ketika dihadapkan pada peristiwa tantrum anak yaitu menangis,

berteriak, atau memecahkan barang merupakan stressor. Hal tersebut memicu

adanya perasaan marah dan sedih, perilaku mencubit dan memukul. Setelah

subjek melakukan thought stopping dan segera mengganti pikiran negatif menjadi

pikiran positif dan dipikirkan secara berulang, subjek mengalami perubahan

perasaan menjadi lebih tenang dan kemarahan mereda serta niat untuk mencubit

pun hilang. Ketika ibu bersih-bersih kemudan anak cerebral palsy mengganggu,

subjek memiliki pikiran negatif mengenai keluhan lelah emosi marah, jengkel

kepada anak, namun setelah melakukan thought stopping subjek dapat lebih sabar,

memberi pengertian kepada anak dengan suara yang lembut. Subjek tidak lagi

meluapkan kemarahan, kejengkelan, dan kesedihan karena dengan adanya pikiran

positif subjek dapat mengontrol perilakunya. Subjek juga tidak merasakan detak

jantung yang kencang dan nafas yang berat ketika menghadapi anaknya yang

mengalami cerebral palsy.

Pada uji deskriptif statistik dengan membandingkan rerata aspek fisik,

emosi, kognitif dan perilaku sosial antara sebelum dan sesudah terapi setiap aspek

pada kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimental, penurunan paling

Page 17: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

13

tinggi adalah aspek kognitif yaitu sebanyak 3,2 poin skor. Kemudian aspek emosi

menurun sebanyak 2,8 poin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lazarus (1991)

bahwa penilaian individu terhadap suatu peristiwa dapat mempengaruhi emosi.

Aspek fisik menurun sebanyak 3,2 poin hal tersebut berkaitan dengan reaksi dari

pikiran dan emosi negatif yang berkurang. Aspek perilaku sosial menurun

sebanyak 1,2 poin. Berdasarkan penelitian Kumari dan Joseph (2014) pikiran dan

perasaan ibu yang memiliki anak cerebral palsy berpengaruh pada perilaku di

dalam lingkungan sosial. Berikut adalah grafik mengenai uji analisa deskriptif :

Gambar 2. Uji analisa deskriptif

Pikiran, emosi dan perilaku saling berhubungan. Hal tersebut sesuai

dengan teori Albert Ellis memperkenalkan model A-B-C yaitu A (Activating

experience) sebagai pengalaman atau peristiwa, B (Beliefs) yaitu keyakinan, dan

C (Consequences) mengacu pada konsekuensi baik emosi dan perilaku (Halgin &

Whitbourne, 2010). Suatu peristiwa dapat menjadi pencetus keyakinan atau

pikiran yang negatif sehingga akan menyebabkan konsekuensi emosi, perilaku

dan fisik. Suatu peristiwa yang dialami ibu yang memiliki anak cerebral palsy

merupakan suatu Activating experience (A) yang dapat memicu adanya beliefs

(B) atau keyakinan negatif sehingga dapat memacu ekspresi emosi yang tidak

adaptif seperti marah dengan suara keras, mencubit, atau perilaku menghindari

lingkungan sosial.

Hasil rerata skor stres kelompok eksperimen sebelum dan sesudah

diberikan terapi thought stopping mengalami penurunan yaitu sebanyak 8,6 poin.

0

5

10

15

20

25

30

35

Fisik Emosi Kognitif Perilaku Sosial

Pretest

Posttest

Page 18: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

14

Penurunan rerata pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa terapi thought

stopping dapat menurunkan stres pada ibu yang memiliki anak cerebral palsy.

SUG, SRR, dan VO adalah subjek yang memiliki penurunan skor stres

yang terbanyak dibandingkan subjek lain. Pada saat sesi terapi ketiga subjek

memperhatikan dan mengikuti instruksi segera setelah instruksi diberikan. SUG

yang memiliki penurunan skor stres sebanyak 13 poin aktif dalam melakukan

diskusi dan memberikan pendapat kepada peserta lainnya. SI dengan penurunan

paling rendah karena memiliki stressor yang frekuensinya paling sering diantara

subjek lainnya. Terlihat pada hasil penugasan yang dikerjakannya. Butcher,

Mineka, dan Hooley (2010) dan Weiten, Hammer,dan Dunn (2011)

mengungkapkan bahwa faktor yang menyebabkan stres antara lain adalah adanya

jumlah stresor yang banyak dan frekuensi seringnya stresor tersebut muncul.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi thought

stopping terbukti dapat menurunkan stres pada ibu yang memiliki anak cerebral

palsy.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisa kuantitatif dengan uji wilcoxon diketahui bahwa

hipotesa penelitian diterima yaitu terdapat pengaruh terapi thought stopping untuk

menurunkan stres pada ibu yang memiliki anak cerebral palsy di YPAC

Surakarta. Adanya perubahan nilai stres melalui terapi thought stopping karena

adanya proses restrukturisasi kognitif sehingga pikiran negatif subjek dapat

dirubah menjadi pikiran positif. Inti dari terapi thought stopping adalah

menghentikan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran yang lebih adaptif

sehingga dengan adanya perubahan kognitif maka stres yang diakibatkan oleh

pikiran negatif dapat menurun. Terapi thought stopping membantu subjek dalam

mengenali pikiran negatif sehingga ketika pikiran tersebut hadir, subjek dapat

menghentikannya dan mengubahnya menjadi pikiran positif.

Page 19: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

15

DAFTAR PUSTAKA

Aliyah. (2015). Penerapan Terapi Multimodal dengan Teknik Thought Stopping

dan Desensitisasi Sistematik untuk Meningkatkan Harga Diri yang Rendah

pada Siswa Kelas VIII-E SMPN 4 Pasuruan. Jurnal BK UNESA , 5 (3).

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1989). Annals of child development. Greenwich: JAI Press.

Bazzano, A., Wolfe, C., Zylowska, L., Wang, S., Schuster, E., Barret, C., et al.

(2013). Mindfullness Based Stress Reduction (MBSR) for Parents and

Caregiver of Individuals with Developments Disabilities : A Community-

bases approach. Springer , 1-11.

Beck, J. S. (2011). Cognitive Behavior Therapy. New York: Guildford Publication

Inc.

Borzoo, S., Nickbakht, M., & Jalalian, M. (2014). Effect of Child's Cerebral Palsy

on The Mother : A Case Study in Ahvaz, Iran. Scientific Journal of The

Faculty of Medicine in Nis , 31 (1), 75-79.

Braun, K. V., Doernberg, N., Schieve, L., Christensen, D., Goodman, A., &

Allsopp, M. Y. (2016). Birth Pervalence of Cerebral Palsy : A Population-

Based Study. Pediatrics , 137 (1), 1-9.

Butcher, J. N., Mineka, S., & Hooley, J. M. (2010). Abnormal Psychology.

Boston: Pearson Education Inc.

Cervone, D., & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian). Jakarta:

Salemba Humanika.

Feist, & Rosenberg. (2010). Psychology. New York: Mc. Graw Hill.

Feist, J., & Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Fortinash, K. M., & Worret, P. (2007). Psychiatri ental Health Nursing. Mosby:

U.S.

Halgin, S. K., & Whitbourne, R. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba

Humanika.

Katelaar, M., Volman, M. J., Gorter, J. W., & Vermeer, A. (2008). Stress in

Parents of Children with Cerebral Palsy : What Sources of Stress are We

Talking About. Journal Compilation , 36 (6), 825-829.

Klinik Community Health Centre. (2010). Stress & Stress Management.

Winnipeg: Klinik Community Healtd Centre.

Page 20: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

16

Krstic, T., & Oros, M. (2012). Coping with Stress and Adaptation in Mothers of

Children with Cerebral Palsy. National Health Care Strategy , LXV (9-10),

373-377.

Kumari, A., & Yadv, S. (2012). Cerebral Palsy : A Mini Review. International

Journal of Therapeutic Applications , 3, 15-24.

kumari, R., & Joseph, M. V. (2014). Family Burden on Parents of The Children

with Cerebral Palsy : Effectiveness of The Family Centered Psycho-Social

Intervention Programme. iosrjournals , 19 (5), 56-59.

Kumari, R., & Singh, S. (2013). Stress and Coping Among Mothers of Cerebral

Palsy Clients with A View to Prepare a Management Protocol.

International Journal of Education an Applied , 3 (1), 9-14.

Lazarus, R. (1991). Emotion and Adaptation. New York: Oxford Universitu press.

Lima, M. B., Cardoso, V. D., & Silva, S. S. (2016). Parental STress and Social

Support of Caregiver of Children with Cerebral Palsy. Paidea , 26 (64),

207-214.

Masood, A., Arshad, R., & Mazahir, S. (2015). Families of Children with

Cerebral Palsy : Family functioning domains. International Journal of

School and Cognitive Psychology , 2 (1), 1-6.

Nasution, M. (2011). Pengaruh Thought Stopping terhadap Tingkat Kecemasan

Keluarga (Caregiver). Depok: UI.

Neece, C. L. (2014). Mindfulness-Based Stress Reduction for Parents of Young

Children with Developmental Delays Implications for Parental Mental

Health and Child Behavior Problems. Journal of Applied Research in

Intellectual Disabilities , 27, 174-186.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta:

Erlangga.

O'donohue, W., & Fisher, J. (2009). Cognitive Behavior Therapy "Applying

Empirically Supportred Techniques in Your Practice. New Jersey: John

Willey & Sons, Inc.

Pushpalatha, R., & Shivakumara, K. (2016). Stress, Burden, and Coping Between

Caregivers of Cerebral Palsy and Autism Children. The International

Journal of Indian Psychology , 4 (1), 107-119.

Rector, N. A. (2010). Cognitive Behavioural Therapy : An Information Guide.

Canada: Centre for Addiction and Mental Health.

Reddihough, D. S., & Collins, K. J. (2003). The Epidemology and Causes of

Cerebral Palsy. Australian Journal of physiotherapy , 49, 7-12.

Page 21: PENGARUH TERAPI THOUGHT STOPPING UNTUK …eprints.ums.ac.id/62933/11/NASKAH PUBLIKASI-404 silmi.pdf · Cerebral palsy adalah suatu disabilitas yang paling umum terjadi pada anak-anak

17

Reed, S. K. (2011). Kognisi (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Humanika.

RI, K. K. (2014). Situasi Penyandang Disabilitas. Jakarta: Buletin Jendea dan

Informasi Kesehatan.

Ribeiro, M. F., Sousa, A. L., Vandenberghe, L., & Porto, C. C. (2014). Parental

Stress in Mothers of Children and Adolescents with Cerebral Palsy. Rev.

Latino-Am. Enfermagem , 22 (3), 440-447.

Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology: Biopsychosocial Psychology. New

York: Jhon Wile and Son.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology : Biopsychosocial

Interactions. United States of America: Jihn Willey & Sons, Inc.

Singogo, C., Mweshi, M., & Rhoda, A. (2015). Challenges Eperienced by

Mothers caring for Children with Cerebral Palsy in Zambia. South African

Journal of Psyiotherapy , 71 (1), 274-280.

Solso, R. L., Otto, H. M., & Kimberly, M. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta:

Erlangga.

Sue, D., Sue, D. W., Sue, D. M., & Sue, S. (2013). Essentials of Understanding

Abnormal Behavior. Boston: Cengage Learning.

Supriati, L. (2010). Pengaruh Terapi Thought Stopping dan Progressive Muscle

Relaxation terhadap Ansietas pada Klien dengan Gangguan Fisik di RSUD

Dr.Soedono Madiun. Universitas Indonesia .

Thanou, E., Tsiou, C., Kattami, C., Chrousos, G. P., & Darviri, C. (2016). A

Stress Management and Health Promotion Intervention for Parents of

Children with Cerebral Palsy and Motor Disability at the Infant

Departement of the Greek Center for the Protection and Rehabilitation of

the Disabled (ELEPAP). Quasy-Experimental Study. Scientific Research

Publishing , 7, 557-564.

Towsend, M. C. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing.

Philadelphia: Davis Company.

Veracolis, E., Carson, V., & Shoemaker, N. (2006). Foundation of psychiatric

Mental Health Nursing . A Clinical Approach .

Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Weiten, W., Hammer, E. Y., & Dunn, D. S. (2012). Psychology and

Contemporary Life Human Adjustment. Canada: Wadsworth.

Worret, H., & Fortinash. (2007). Psychiatric Nursing Care Plan. Missouri:

Elsevier.