analisis pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli,...

141
ANALISIS PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PEMBIAYAAN JUAL BELI, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2015-2018 Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Diajukan Oleh Rifka Annisa Wattimury NIM 21160850000009 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PEMBIAYAAN JUAL BELI, FINANCING

TO DEPOSIT RATIO, DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP

PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI

INDONESIA PERIODE 2015-2018

Tesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master

Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Diajukan Oleh

Rifka Annisa Wattimury

NIM 21160850000009

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ii

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

ANALISIS PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PEMBIAYAAN JUAL BELI, FINANCINGTO DEPOSIT RATIO, DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP

PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DIINDONESIA PERIODE 2015-2018

Diajukan Oleh:

RIFKA ANNISA WATTIMURYNIM 21160850000009

Disetujui Oleh:

Pembimbing

Dr. Indo Yama Nasarudin, SE.,MABNIP. 197411272000121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Herni Ali HT, SE.,MMNIDN. 0422125902

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS

Hari ini, Kamis, 09 Agustus 2018 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:

1. Nama : Rifka Annisa Wattimury

2. No. Induk Mahasiswa : 21160850000009

3. Jurusan : Magister Perbankan Syariah

4. Judul Tesis : Analisis Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli,

Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing tehadap Profitabilitas BUS

dan UUS di Indonesia Periode 2015-2018

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut

dinyatakan LULUS dan tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Agustus 2018

1. Dr. Herni Ali HT, SE, MM (…………………..)NIDN. 04221255902 Ketua

2. Ade Suherlan, SE, MM, MBA (…………………..)NIP. 198005252009121001 Sekretaris

3. Dr. Indo Yama Nasaruddin,SE.,MAB (…………………..)NIP. 197411272000121002 Pembimbing I

4. Prof. Dr. Azzam S Jasin, MBA (..............................)Penguji Ahli

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar merupakan

hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain pada

perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, 27 Desember2017

Rifka Annisa WattimuryNIM. 21160850000009

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama :Rifka Annisa Wattimury

Tempat, tanggal lahir : Ambon, 24 September 1994

Jeniskelamin :Perempuan

Agama :Islam

Kewarganegaraan :Indonesia

Status : Belum Kawin

AlamatAsal : Jl.Tarmidzi Taher, RT 002

RW 019, Batu Merah, Sirimau, Ambon

AlamatSekarang : Jl. Semanggi 2, RT 03, RW 03 Cempaka Putih,

Ciputat Timur, Tanggerang Selatan

PENDIDIKAN FORMAL

2004-2006 SDN 87 Ambon

2006-2009 SMP Ponpes Ummul Mukminin Makassar

2009-2012 SMA Ponpes Ummul Mukminin Makasaar

2012-2016 Jurusan Manajemen Perbankan Syariah STEI Yogyakarta

LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah Mahmud Wattimury, M,Pd

Ibu Dr. Duriana, M,Ag

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tesis tentang Analisis

Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing to Deposit Ratio dan Non

Performing Financing terhadap Profitabilitas BUS dan UUS di Indonesia Periode 2015-2018.

Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu prasyarat bagi penulis dalam rangka

menyelesaikan Pendidikan Program Strata Dua (S2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program

Studi Perbankan Syariah guna memperoleh gelar ME. Bimbingan dan dukungan telah banyak

penulis dapatkan dalam penyelesaian tesis ini. Maka dari itu dalam kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta bapak Mahmud dan ibunda tercinta Duriana,

yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan moril dan materil

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE, MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

selaku penasehat akademik yang selalu memberikan arahan kepada penulis dalam

menjalankan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE.,MAB selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan serta motivasi dalam penulisan tesis ini sehingga tesis ini

dapat terselesaikan dengan baik.

5. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA selaku penguji sidang tesis yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan serta arahan dan memotivasi penulis agar tesis ini bisa

terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tidak

ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang banyak

membantu penulis sehingga tesis ini akirnya bisa diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan

tesis ini. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada tesis ini sepenuhnya menjadi

vii

tanggungjawab penulis. Harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

Jakarta, 27 Desember2017Penulis,

Rifka Annisa WattimuryNIM. 21160850000009

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS.......................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................v

KATA PENGANTAR.............................................................................................................vi

DAFTAR ISI......................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................x

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ....................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................xii

ABSTRAK ............................................................................................................................ xiii

ABSTRACT...........................................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................................1

B. Batasan Penelitian.......................................................................................................10

C. Rumusan Masalah ......................................................................................................11

D. Tujuan Penelitian........................................................................................................12

E. Manfaat Penelitian......................................................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................14

A. Landasan Teori ...........................................................................................................14

1. Perbankan Syariah..................................................................................................14

2. Kinerja Bank Syariah .............................................................................................20

3. Pembiayaan Bank Syariah .....................................................................................23

4. Financing to Deposit Ratio (FDR) ..........................................................................45

5. Non Performing Financing (NPF)..........................................................................47

6. Profitabilitas ............................................................................................................49

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..........................................................................51

C. Keterkaitan Antar Variabel.......................................................................................60

D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................................63

E. Hipotesis Penelitian.....................................................................................................66

ix

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................68

A. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian ........................................................................68

B. Metode Pengumpulan Data........................................................................................69

C. Metode Analisis Data..................................................................................................70

D. Operasional Variabel Penelitian................................................................................82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................86

A. Analisis Regresi Data Panel .......................................................................................86

1. Deskriptif Statistik Variabel Terikat dan Variabel Bebas ..................................86

2. Tahap Penyiapan Data ...........................................................................................87

3. Tahap Penyusunan dan Pengujian Model ............................................................89

4. Hasil Estimasi Model Data Panel...........................................................................92

B. Pembahasan.................................................................................................................98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................110

A. Kesimpulan................................................................................................................110

B. Saran ..........................................................................................................................111

REFERENSI.........................................................................................................................113

LAMPIRAN..........................................................................................................................118

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Penilaian Peringkat FDR ....................................................................... 6

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 9

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................................... 56

Tabel 3.1 Jumlah Bank Umum Syariah .............................................................................. 67

Tabel 3.3 Jumlah Unit Usaha Syariah................................................................................. 68

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik .............................................................................................. 84

Tabel 4.2 Korelasi Antar Variabel Independen .................................................................. 85

Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................................... 86

Tabel 4.4 Hasil running model Common Effect.................................................................. 87

Tabel 4.5 Hasil running model Fixed Effect ....................................................................... 88

Tabel 4.6 Hasil running Uji Chow...................................................................................... 88

Tabel 4.7 Hasil running Random Effect.............................................................................. 89

Tabel 4.8 Hasil running Uji Hausman ................................................................................ 89

Tabel 4.9 Hasil running Fixed Effect Cross-Section Weight .............................................. 91

Tabel 4.10 Perbandingan Model ......................................................................................... 91

xi

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

Grafik 1.1 Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah ................................ 5

Gambar2.1 Keterkaitan Antar Variabel .............................................................................. 61

Gambar2.2 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 64

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Nama BUS dan UUS ............................................................................ 111

Lampiran II Data-Data Variabel ......................................................................................... 112

Lampiran III Hasil Pengolahan Data .................................................................................. 114

xiii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF secara Parsial dan Simultan terhadap ROA PerbankanSyariah Indonesia BUS dan UUS periode 2015-2018. Metode yang digunakan dalampenelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel. Pengolahan datamenggunakan Eviews 6.0. Hasil dari penelitian ini ialah variabel Mudharabah tidakberpengaruh terhadap ROA dengan nilai probabilitas sebesar 0.6945 namun memilikihubungan yang searah, Murabahah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan nilaiprobabilitas sebesar 0.9397 namun memiliki hubungan yang searah. Variabel FDR memilikipengaruh yang signifikan terhadap ROA dengan nilai probabilitas sebesar 0.0191 danmemiliki hubungan yang bertolak belakang, NPF memiliki pengaruh yang signifikanterhadap ROA dengan nilai probabilitas sebesar 0.0487 dan memiliki hubungan yang bertolakbelakang dengan ROA.

Kata kunci: Mudharabah, Murabahah, FDR, NPF, ROA

xiv

ABSTRACT

This research is going to analyze the effect of profit-loss sharing financing, trade financing,FDR and NPF partially and simultaneously to ROA of Sharia Banking Indonesia BUS andUUS period 2015-2018. The method used regression panel data analysis method. Dataprocessing using Eviews 6.0. The result of this research is Mudharabah have no significanteffect to ROA but have direct relationship, Murabahah have no significant effect to ROA buthave direct relationship. Murabahah has no significant effect on ROA with a probabilityvalue of 0.9397 but has a unidirectional relationship. The FDR variable has a significanteffect on ROA with a probability value of 0.0191 and has a contradictory relationship, NPFhas a significant effect on ROA with a probability value of 0.0487 and has a relationship thatis contrary to ROA.

Keywords: Mudharabah, Murabahah, FDR, NPF, ROA

xv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hari ini, dalam dunia modern, khususnya kota-kota besar, hampir

setiap orang tidak mengenal tetangganya. Urusan-urusan keuangan menjadi

lebih pribadi. Siapa yang mempunyai uang, dialah yang berhak atasnya, dan

melakukan apapun yang diinginkan. Bank faham dengan informasi ini, dan

menjadi lembaga yang berdiri sebagai sebuah intermediary antara pemilik

modal dan pengusaha yang membutuhkan modal. Realitas sekarang ini adalah

banyak pemilik modal (capital-holders) yang ingin menghasilkan income dari

modalnya tetapi tidak mempunyai skill yang dibutuhkan untuk memulai

sebuah bisnis. Mereka butuh menginvestasikan modalnya yang profitable,

tetapi ketidaktahuannya berwirausaha untuk memulai sebuah proyek dan atau

tidak tahu mencari pembiayaan bagi orang lain. Disisi lain para pengusaha

bersemangat membuat proposal-proposal proyek yang tidak mengetahui siapa

yang memerlukan dana dan berminat untuk meginvestasikan dalam

proyeknya. Inilah, dimana dalam konteks kekinian, kebutuhan muncul bagi

lembaga intermediasi yang akan membawa para invenstor dan enterpreneur

bersama-sama. (Chapra, 2008; 193-194)

Bank selain sebagai mediator antara nasabah dan kreditur, juga

sebagai tempat untuk melakukan aktivitas bisnis yang terkait dengan

transaksi keuangan sehingga menghasilkan keuntungan yang berdampak pada

2

penambahan laba dan menjadi tolak ukur bagi kesehatan bank itu sendiri.

Keuntungan yang timbul berasal dari bunga bagi bank konvensional

sedangkan bank syariah berupa nisbah bagi hasil dari transaksi pendanaan

maupun pembiayaan. Bank yang merupakan salah satu penggerak roda

perekonomian di harapkan mampu memelihara asetnya berupa kepercayaan

masyarakat. Hal tersebut diperlukan karena bank tidak memiliki dana yang

cukup untuk memenuhi kewajibannya kepada seluruh nasabahnya.

Bank sebagai suatu institusi bisnis perbankan di Indonesia, telah

berkembang dalam kurun waktu yang cukup panjang. Dalam perjalanannya,

perbankan nasional maupun swasta telah memberikan andil yang amat

penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan disektor

ekonomi. Bank yang merupakan bisnis sarat akan resiko dibutuhkan

pemahaman khusus dan kehati-hatian yang tinggi bagi para otoritas.

Pemahaman serta penguasaan masalah akan menghindari otoritas bank untuk

melakukan praktik-praktik yang dapat merusak kelangsungan kehidupan

usaha.

Bank memiliki tugas tugas yang harus selalu dijalankan dengan baik,

yaitu mengimpun dana serta menyalurkannya kembali tentu dengan hati-hati

menyaring calon penerima pinjaman agar tidak menimbulkan masalah

dikemudian hari seperti kredit macet. Kredit macet terjadi karena nasabah

tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya yaitu secara berkala

mengembalikan dana yang dipinjam. Sejauh ini beberapa bank di Indonesia

telah unggul dari sisi asset, penyaluran kredit, dan juga pencapaian laba.

3

Pertumbuhan asset sendiri sangat dipengaruhi oleh tingginya penyaluran

kredit atau pinjaman. Oleh karena itu setiap bank baik bank syariah maupun

bank konvensional harus menjaga dan memelihara kreditnya.

Undang Undang Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 7 tahun 1992

Tentang Perbankan Sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor

10 tahun 1998 telah dijelaskan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Kita ketahui bersama bahwa salah satu sumber asset bank berasal dari

penyaluran kredit pada bank konvensional dan penyaluran pembiayaan pada

bank syariah. Kedua jenis bank tersebut sangat mengandalkan kualitas

pinjaman mereka agar mendapatkan keuntungan yang memuaskan. Fungsi

kredit atau pinjaman yaitu akan menghasilkan bunga atau nisbah sebagai

balas jasa dan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah. Selain itu

nasabah dapat memperluas usahanya atas dana invenstasi maupun modal

kerja. Fungsi lain dari pinjaman atau kredit ialah membantu pemerintah

dalam pembangunan ekonomi diberbagai sektor.

4

Berbeda dengan bank konvensional, kredit pada bank syariah disebut

pembiayaan. Pembiayaan pada bank syariah ada beberapa jenis, beberapa

diantaranya ialah pembiayaan bagi hasil/modal kerja dan pembiayaan jual

beli. Kontrak perjanjian jual beli memakai skema akad murabahah dimana

skema pembayaran bagi bank yaitu harga pokok ditambah dengan margin.

Kontrak perjanjian bagi hasil/modal kerja memakai skema akad mudharabah

(kerjasama) dimana bank merupakan pemodal bagi nasabah. Skema

pembayarannya yaitu pengembalian pokok ditambah dengan bagi hasil bagi

bank syariah. Kedua jenis pembiayaan tersebut tentu memberikan keuntungan

tersendiri bagi bank syariah.

Perkembangan keuangan syariah Indonesia secara umum

menunjukkan pergerakan yang cukup menggembirakan baik di skala nasional

maupun internasional. Hal ini antara lain ditandai dengan adanya peningkatan

aset keuangan, makin banyaknya variasi produk, awareness dan pemahaman

terhadap keuangan syariah di kalangan pelaku dan masyarakat makin

meningkat, serta kerangka regulasi yang semakin komprehensif. Dari segi

pertumbuhan, pertumbuhan keuangan syariah belum dapat mengimbangi

pertumbuhan keuangan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari pangsa pasar

(market share) keuangan syariah yang secara keseluruhan masih di bawah

5%.

Dari segi kinerja, kinerja perbankan syariah pada tahun 2017

menunjukkan peningkatan dari tahun tahun sebelumnya. Berdasarkan statistik

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang dikeluarkan oleh Otoritas

5

Jasa Keuangan (OJK), dilihat dari total aset BUS dan UUS pada tahun 2015

sebesar 296.262 milyar, pada tahun 2016 sebesar 356.504 milyar kemudian

meningkat pada tahun 2017 sebesar 424.181 milyar. Sama halnya dengan

total pembiayaan yang diberikan juga mengalami peningkatan ditiap

tahunnya. Pada tahun 2015 sebesar 212.996 milyar, pada tahun 2016 sebesar

248.007 milyar, kemudian meningkat pada tahun 2017 sebesar 285.695

milyar.

Dilihat dari sisi pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Pada tahun 2015 sebesar 14.820 milyar, pada tahun 2016 sebesar

15.292 milyar, dan pada tahun 2017 semakin meningkat menjadi sebesar

17.090 milyar. Selain itu dari sisi pembiayaan murabahah juga mengalami

kenaikan ditiap tahunnya. Pada tahun 2015 sebesar 122.111 milyar, pada

tahun 2016 sebesar 139.536 milyar, dan pada tahun 2017 semakin meningkat

menjadi sebesar 150.312. Dari data OJK tersebut memang dapat dilihat

bahwa jumlah pembiayaan murabahah lebih mendominasi dari pada

pembiayaan lainnya bahkan melebihi dari pembiayaan mudharabah yang

merupakan ciri khas dari bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

masyarakat Indonesia masih berperilaku konsumtif dari pada produktif.

Namun terlepas dari itu, fakta tersebut memberikan keuntungan bagi bank

syariah.

6

Grafik 1.1

Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Sumber: Data Statistik OJK

Kinerja keuangan bank syariah tidak hanya dapat dilihat dari Total

Asset dan Seberapa banyak pembiayaan di salurkan, melainkan dapat juga

dilihat dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non

Performing Financing (NPF). FDR merupakan rasio pembiayaan terhadap

pendanaan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank syariah

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau likuiditasnya, dengan

cara membagi antara total kredit dengan total DPK. Jika FDRnya terlalu

tinggi maka bank tidak mempunyai cukup likuiditas untuk memenuhi

kewajibannnya terhadap DPK, namun jika terlalu rendah bank memiliki

likuiditas yang memadai namun pendapatnnya rendah. Oleh karena itu

likuiditas bank perlu dikelola karena bank pada saat yang bersamaan harus

2015 2016 2017

Total Asset PerbankanSyariah 296.262 356.504 424.181

Pembiyaan Mudharabah 14.820 15.292 17.090

Pembiayaan Murabahah 122.111 139.536 150.312

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

Dal

am M

ilyar

Rup

iah

7

memenuhi kewajibannya kepada nasabah yang mengambil dana dan juga

menyalurkan pembiayaan kepada debitur.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/44/DPM perihal

Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang,

bahwa Persyaratan Bank yang dapat mengajukan penawaran pembelian SBIS

kepada Bank Indonesia salah satunya ialah memiliki FDR paling kurang 80%

(delapan puluh per seratus) berdasarkan perhitungan Otoritas Jasa Keuangan

yang diterima oleh Bank Indonesia. SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP tahun

2004 mengenai Kriteria Penilaian Peringkat FDR adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kriteria Penilaian Peringkat FDR

Kriteria Penilaian Peringkat FDRPeringkat Komposit 1 50%<FDR ≤ 75%Peringkat Komposit 2 75%<FDR ≤ 85%Peringkat Komposit 3 85%<FDR ≤ 100%Peringkat Komposit 4 100% <FDR ≤ 120%Peringkat Komposit 5 FDR > 120%Sumber: SE Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004

Dalam data Statistik OJK menunjukkan bahwa FDR Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah tahun 2015 sebesar 92% berada pada

peringkat Komposit 3 yaitu Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi

kebutuhan likuiditas dan penetapan manajemen risiko likuiditas memadai.

Pada tahun 2016 sebesar 90% dan Pada tahun 2017 sebesar 85%

menunjukkan kemampuan likuiditas yang memadai. Namun tiap bank juga

memiliki batas tersendiri mengenai FDR masing-masing, contohnya bank

BRI Syariah menetapkan ketentuan FDR dijaga pada posisi 85% - 90%.

8

NPF merupakan kredit bermasalah dengan klasifikasi kurang lancar,

diragukan dan macet. Menurut DJoko Renaldi dalam Maidalena (2014;131)

Dalam kondisi normal, angka NPF yang tinggi dari sebuah bank komersial

merupakan salah satu indikator yang sering dipakai untuk memprediksi

prospek kelangsungan hidup (sustainability) bank tersebut. Menurut jajak

pendapat yang dilakukan oleh konsultan Bozz Allen dan Hamilton terhadap

penyebab kebangkrutan 200 bank internasional pada tahun 1987, ternyata

masalah perkreditan menduduki ranking pertama, yaitu sebesar 61%. Hasil

survei tersebut semakin diperkuat dengan kenyataan bahwa sumber utama

terjadinya krisis perbankan di tanah air maupun di negara lain pada tahun

1997 yang lalu disebabkan angka NPF yang sangat besar. Saat ini Bank

Indonesia menetapkan ratio NPF net ditetapkan paling tinggi 5%, sedangkan

ratio NPF gross tidak ada batasan ketentuannya.

Keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan akan menjadi

laba/profitabilitas bagi bank syariah yang dapat diukur melalui Rasio

Profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa

sebesar laba yang diperoleh suatu bank dan juga sebagai tolak ukur kinerja

suatu bank. Jika kinerja suatu bank baik maka labanya akan naik, jika

kinerjanya buruk maka labanya akan turun. Penelitian yang dilakukan oleh

Hassan,K dalam Slamet dan Agung (2014;467) bahwa dalam mengukur

kinerja suatu bank ada dua faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi produk pembiayaan

bank, performance financing, kualitas aset, dan modal. Faktor eksternal

9

meliputi struktur pasar, regulasi perbankan, inflasi, tingkat suku bunga dan

tingkat pertumbuhan pasar. Faktor yang mempengaruhi profitabilitas pada

penelitian ini yaitu faktor internal meliputi faktor produk pembiayaan yang

dikeluarkan oleh bank umum syariah dan faktor performance financing yang

mana profitabilitas pada penelitian ini diproksikan dengan ROA.

Penelitian ini telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya dan

ditemukan hasil yang berbeda, dari perbedaan tersebut membuat penelitian

lanjutan mengenai pengaruh pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli,

NPF dan FDR terhadap ROA perlu dilakukan kembali agar dapat

mengimplementasikan keadaan terbaru mengenai perbankan syariah

diIndonesia. Seperti yang dapat dilihat bahwa, Penelitian Slamet Agung

(2014;467) menemukan fakta bahwa beberapa peneliti mendapatkan hasil

yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini juga penulis

menampilkan hasil yang didapatkan oleh Peneliti Slamet dan Agung.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Variabel Peneliti HasilBagi Hasil Yadiati (2006) Berpengaruh positif terhadap ROA

Rahman (2012) Berpengaruh negatif terhadap ROA

Oktriani (2012) Tidak berpengaruh terhadap ROA

Slamet dan Agung

(2014)

Berpengaruh negatif terhadap ROA

Jual Beli Rosita (2011) Berpengaruh positif terhadap ROA

Mawardi (2012) Berpengaruh negatif terhadap ROA

Sari (2013) Tidak berpengaruh terhadap ROA

Slamet dan Agung

(2014)

Tidak berpengaruh terhadap ROA

FDR Sari (2013) Berpengaruh positif terhadap ROA

10

Variabel Peneliti HasilBahri (2013) Berpengaruh negatif terhadap ROA

Suryani (2011) Tidak berpengaruh terhadap ROA

Slamet dan Agung

(2014)

Berpengaruh Positif terhadap ROA

NPF Bahri (2013) Berpengaruh positif terhadap ROA

Rahman (2012) Berpengaruh negatif terhadap ROA

Wibowo (2013) Tidak berpengaruh terhadap ROA

Slamet dan Agung

(2014)

Tidak berpengaruh terhadap ROA

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lanjutan, yang diharapkan dapat menunjukkan kedaan

terbaru dari variabel-variabel diatas yang berjudul “Analisis Pembiayaan

Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing to Deposit Ratio, dan Non

Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2015 -2018”.

B. Batasan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk memfokuskan

penelitian yang hendak ditulis dan memudahkan analisa, maka peneliti perlu

membuat batasan-batasan agar permasalahan tidak meluas dalam

pembahasannya. Batasan-batasan dalam penulisan ini adalah:

1. Variabel internal yang digunakan peneliti adalah Pembiayaan Bagi hasil,

Pembiayaan Jual Beli, FDR, dan NPF

2. Dalam variabel terikatnya, yang digunakan oleh penulis adalah

Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA

11

3. Objek yang diteliti oleh penulis yaitu seluruh Bank Umum Syariah

(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perbankan Syariah

Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi bank yang dapat

berpengaruh terhadap perekonomian serta menjadi bank yang dapat

dipercaya. Maka dari itu, Perbankan Syariah Indonesia harus selalu menjaga

Profitabilitas yang diperoleh agar selalu mengalami peningkatan. Oleh

karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Bagaimana Pembiayaan Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap

ROA Perbankan Syariah Indonesia periode 2015-2018?

2. Bagaimana Pembiayaan Pembiayaan Jual Beli berpengaruh signifikan

terhadap ROA Perbankan Syariah Indonesia periode 2015-2018?

3. Bagaimana Pembiayaan FDR berpengaruh signifikan terhadap ROA

Perbankan Syariah Indonesia periode 2015-2018?

4. Bagaimana Pembiayaan Bagi NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA

Perbankan Syariah Indonesia periode 2015-2018?

5. Bagaimana Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF

secara Simultan berpengaruh terhadap ROA Perbankan Syariah

Indonesia periode 2015-2018?

12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta perumusan masalah yang telah

dipaparkan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,

Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF secara Parsial terhadap ROA

Perbankan Syariah Indonesia BUS dan UUS periode 2015-2018.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,

Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF secara Simultan terhadap ROA

Perbankan Syariah Indonesia BUS dan UUS periode 2015-2018.

E. Manfaat Penelitian

1. Akademisi

Akademisi diharapkan dapat membawa wawasan di bidang perbankan

khususnya perbankan syariah dalam hal ini yang berkaitan dengan

profitabilitas perbankan syariah.

2. Peneliti

Peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

dibidang ekonomi dalm lembaga keuangan syariah khususnya

perbankan syariah serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan

berbagai teori perbankan syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah

3. Peneliti Selanjutnya

13

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan dimasa yang akan

datang

4. Bagi Perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi profitabilitas bank syariah sehingga kegiatan perbankan

syariah tetap berjalan

5. Bagi Nasabah dan Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi

ketika memilih produk bank syariah. Sehingga nasabah dan investor

mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi perbankan syariah

yang dapat menguntungkan mereka.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbankan Syariah

Dalam ushul fiqh ada kaidah yang menyatakan bahwa “maa laa

yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib”, yakni sesuatu yang harus ada

untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari

nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib. Dan karena

pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa

adanya lembaga perbankan, lembaga perbankan ini pun wajib diadakan.

Dengan demikian, maka kaitan antara islam dengan perbankan menjadi

jelas (Karim,2014;15)

Konsep dasar bank syariah ialah bank syariah dirancang untuk

terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi

hasil usaha antara: pemilik dana yang menyimpan uangnya dibank dengan

bank selaku pengelola dana, dan disisi lain bank selaku pemilik dana

dengan masyarakat yang membutuhkan dana baik yang berstatus pemakai

dana maupun pengelola usaha. Sasaran utama pendirian bank islam adalah

untuk menyebarkan kemakmuran ekonomi dalam struktur islam dengan

mempromosikan dan mengembangkan prinsip islam dalam area bisnis

(Veithzal dan Arviyan, 2010; 33)

15

Menurut Nasution dalam Edhi dan Muhammad (2013;2) bahwa

yang membedakan antara bank syariah dengan bank umum (konvensional)

adalah terletak pada pembiayaan dan pemberian balas jasa yang diterima

oleh bank dan investor. Balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank

umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam prosentase pasti.

Jadi tidak peduli kondisi dari peminjam dana (borrowers) apakah masih

mampu ataukah tidak dalam melunasi hutang sehingga hal ini akan

membebani bagi pihak borrowers. Sementara pada bank syariah, hanya

memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi

hasil. Bank syari’ah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dari

proyek yang dibiayai oleh bank tersebut.

Bank Syariah adalah sistem perbankan yang menjalankan kegiatan

usahanya dan layanan lainnya dalam lalu lintas pembayaran yang

sesuai dengan prinsip syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008, Bank Syariah adalah bank yang mengoperasikan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya terdiri dari Syariah (BUS),

Bank Pembiayaan Syariah (Islamic) (BPRS), dan Unit Bisnis Syariah.

Bank Syariah sebagai bank yang sepenuhnya melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah dan Bank Konvensional yang melakukan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui Unit Bisnis Syariah

(UUS) miliknya, tidak melakukan kegiatan usaha yang melanggar prinsip

syariah. Sementara berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,

Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatannya dengan

16

peraturan kesepakatan berdasarkan hukum Islam, antara bank dan pihak

lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan bisnis, atau

kegiatan lain yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah Islam (Yogi

dan Wayan, 2013; 232).

Dalam Syed dkk (2014;181-183) Dari sudut pandang ilmuwan

kontemporer seperti Kahf, setiap instrumen keuangan syariah atau

transaksi keuangan syariah harus menjalani skrining ketat dan mematuhi

prinsip prinsip persetujuan, keseimbangan, komitmen moral/ landasan

etika, izin syariah dan realisme. Pengertian dari prinsip prinsip tersebut

dapat dijelaskan seperti berikut ini:

a. Persetujuan/Kontrak

Adalah prinsip umum yang didefinisikan dalam common law

dan juga dalam hukum Islam, yang mendefinisikan legalitas dan

kontrak dalam melakukan transaksi. Misalnya, hukum Islam

mendefinisikan kemampuan masyarakat untuk kontrak keuangan pada

usia 18 tahun, beberapa negara bagian atau negara lain memiliki batas

usia sampai 21.

b. Balance

Adalah prinsip yang sangat penting bahwa setiap transaksi atau

instrumen apa pun tidak valid jika anatara tawar-menawar dan

kekuatan berpengaruh dikompromikan. Kontrak atau disposisi yang

dibuat di bawah paksaan dan ketidakseimbangan di antara para pihak

dianggap tidak berlaku oleh hampir semua ahli hukum Islam baik klasik

17

maupun kontemporer. Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam

Al-Quran Surah An-nisa ayat 29 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakanharta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalanperniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Danjanganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah MahaPenyayang kepadamu”

c. Komitmen Moral/Landasan Etika

Agar instrumen dapat diterima dari sudut pandang penggunaan

dan kontrak di Pasar Modal Islam, aset dasar harus secara moral masuk

akal. Syariah dan semua agama lainnya berkhotbah tentang standar

etika dan moral yang harus diikuti. Yaitu pada dasarnya menghimbau

agar instrumen keuangan dan transaksi tidak mendukung atau bahkan

secara tidak langsung terkait dengan bisnis narkoba, alkohol, perjudian,

degradasi lingkungan, senjata dan amunisi, pornografi dan aktivitas

lainnya. Nama yang diberikan dalam pembiayaan konvensional untuk

ini adalah 'Ethical Investment'.

d. Izin Syariah

Izin syariah mengacu pada standar yang harus dimiliki semua

instrumen keuangan agar dapat diterima oleh masyarakat muslim sesuai

dengan hukum islam:

1) Riba

Riba secara harfiah didefinisikan sebagai kenaikan,

penambahan atau pembesaran. Islam, seperti yang lainnya agama

18

monoteistik, melarang riba. Larangan riba telah dijelaskan dengan

kuat dan jelas dalam Al-Qur’an 30:39 yang artinya:

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar diabertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambahpada sisi Allah”

Riba telah dilarang dalam Al’Quran, ini mengacu pada kenaikan

secara spesifik dalam transaksi. Dua jenis 'riba' yang pada praktiknya

pada saat itu adalah penangguhan hutang yang ada dengan kenaikan

dan juga kontrak pinjaman sederhana dengan pembayaran tambahan.

Kontroversi besar atau interpretasi yang salah adalah keuntungan

bahkan tidak diperbolehkan dalam Islam, namun ayat berikut dengan

jelas mengecualikan keuntungan dalam penjualan dari pada riba.

“adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telahmenghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al’Qur’an,2;275)

2) Rishwah (Korupsi)

Segala jenis korupsi dalam kontrak apapun maupun instrument

keuangan islam tidak diijinkan. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya bahwa “ethical investment” atau moralitas merupakan

hal yang harus dipastikan dalam instrument.

3) Maysir (Judi)

Secara etimologi maysir berarti mudah. Maysir merupakan

bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan

sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang

seharusnya menempuh jalan yang susah payah tetapi melakukan

19

jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki,

walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan syariat yang

telah ditetapkan (Deni dan Yusbar, 2009;93).

4) Gharar (Ketidakjelasan)

Gharar terjadi karena ketidakpastian dalam pertukaran. Hal ini

bertentangan dengan karakter kontrak pertukaran. Menurut

Adiwarman A. Karim dalam Purbayu dan Aris (2015;159), karakter

kontrak pertukaran adalah memberikan kepastian, baik dari segi

jumlah maupun waktu. Jika di dalamnya mengandung aksi spekulasi,

suatu pertukaran akan menghasilkan ketidakpastian karena akan

menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu untung, rugi atau tidak

untung dan tidak rugi (impas). Ketidakpastian yang timbul dari aksi

spekulasi dalam suatu pertukaran inilah yang disebut sebagai taghrir

(gharar) dan dilarang dalam Islam.

5) Jahl (Ketidaktahuan)

Seperti disebutkan sebelumnya, tidak dapat diterima jika

dilihat dari sudut pandang kepatuhan syariah bahwa satu pihak dapat

memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan pihak lain. Kedua pihak

harus menyadari transaksi keuangan apa yang mereka jalankan.

e. Realisme

Prinsip realisme berfokus pada fakta bahwa semua kontrak dan

instrumen dalam keuangan Islam harus didasarkan pada transaksi nyata.

20

Pada dasarnya, setiap instrumen keuangan harus sesuai dengan hukum

Islam perlu diwakilkan dengan transaksi yang aktual.

Bank syariah adalah bank yang berasakan pada asas kemitraan,

keadilan, transparasi dan universal serta melakukan kegiatan usaha

perbankan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip

hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang

dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan

fatwa di bidang syariah tetap sesuai dengan tata cara dan materi hukum

syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi syariah berdasarkan

prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama BAMUI (Badan

Arbitrase Muamalah Indonesia) yang didirikan oleh Majelis Ulama

Indonesia (Hanina dkk, 2017;24)

2. Kinerja Bank Syariah

Perusahaan secara periodik selalu mengeluarkan laporan keuangan

yang dibuat oleh bagian akunting dan diberikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan

pihak manajemen sendiri. Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan

melakukan pengolahan data dengan melakukan perhitungan lebih lanjut

untuk mengetahui apakah perusahaan telah mencapai standar kinerja yang

dipersyaratkan atau belum (Hendry, 2013; 620).

Kinerja perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting,

karena kinerja perusahaan berpengaruh dan dapat digunakan sebagai alat

untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau

21

sebaliknya. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling

banyak digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur dari laporan

keuangan perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat dilakukan

dengan cara perhitungan rasio keuangan. Jenis rasio keuangan yang sering

digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio

likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio

pasar (Sri, 2012; 37)

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya

memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi

kepentingan para stake holder. Adapun tujuan perusahaan antara lain

untuk memperoleh keuntungan (profit), meningkatkan nilai perusahaan

dan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Tercapainya tujuan tersebut

ditentukan oleh kinerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar

pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal (Andri dan

Syamsudin, 2016;26)

Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi

yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu

melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan

mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin

dalam laporan keuangan ( Riandi dkk, 2016;431) Perbankan syariah perlu

memperhatikan kinerja dari tahun ke tahun. Bank yang memiliki kinerja

yang baik, tidak hanya dapat menjalankan fungsi intermediasi-nya saja

22

kepada masyarakat dengan meningkatkan pembiayaan atau kredit,

melainkan juga perlu memperhatikan sejauh mana tingkat NPF atau kredit

macet suatu bank dari dana yang disalurkan dalam pembiayaan. Semakin

tinggi NPF suatu bank, maka akan mempengaruhi profitabilitas suatu

bank, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja bank di kemudian

hari (Salman, 2017; 44). Rasio FDR dapat digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas pembiayaan yang disalurkan, sehingga apabila rasio

FDR meningkat maka laba bank juga akan meningkat atau kinerja bank

meningkat dengan asumsi bahwa bank dapat menyalurkan pembiayaan

secara efektif (Linda dan Dina, 2015;974)

Analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang

penting dan karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan dari data

akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan

dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan

analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua

macam perbandingan, yaitu:

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari

waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang

diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.

b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio

sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis. (Yunanto, 2008;112)

23

3. Pembiayaan Bank Syariah

Arifin dan Mokhtar dkk dalam Siswati (2013;83) menyatakan bahwa

pembiayaan merupakan suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada

masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah

dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana.

Pembiayaan merupakan fungsi penggunaan dana terpenting bagi bank

komersial, dalam hal ini adalah khususnya bagi bank syariah. Oleh karena

itu, bank seharusnya memperhatikan berbagai faktor dan aspek apa saja

yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terhadap

masalah pembiayaan atau penyaluran dana pada masyarakat.

Pembiayaan atau Financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan

perbankan syariah menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman

dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk

pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi

pada rekening administratif serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia

(Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003) (Muhammad, 2013;372)

Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai

bentuk pembiayaan, pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah

24

mempunyai lima bentuk utama, yaitu mudharabah dan musyarakah

(dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola jual beli)

adapula istishna yang hampir sama dengan salam, serta ijarah (dengan pola

sewa operasional maupun finansial). (Nur dan Fidiana, 2016;3)

a. Mudharabah

Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal

dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut

rasio tertentu yang disepakati. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh

pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan

pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti

penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan (Adi dan Muhammad,

2012;347)

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk produk

penghimpunan dana dan pembiayaan. Pada sisi penghimpunan dana,

mudharabah diterapkan pada: (1) tabungan berjangka, yaitu tabungan

yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan

kurban, dan sebagainya; (2) deposito biasa, deposito spesial (special

investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis

tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja. Adapun pada sisi

pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: pembiayaan modal kerja

(modal kerja perdagangan dan jasa) dan investasi khusus disebut juga

mudharabah muqayyadah. Risiko mudharabah, diantaranya: side

streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut

25

dalam kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja, penyembunyian

keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur (Erni dan Annisa,

2011;468)

Manfaat Pembiayaan mudharabah bagi pemilik modal maupun

pengelola usaha dikemukakan Antonio dalam Puji dan Perbanas

(2011;4) adalah sebagai berikut: 1) bank akan menikmati peningkatan

bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat; 2) bank tidak

berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara

tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank

sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; 3)

pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow usaha

nasabah sehingga tidak memberatkan usaha nasabah; 4) bank akan

selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan

menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar

terjadi itulah yang akan dibagikan; 5) prinsip bagi hasil dalam al-

mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan

menagih penerima pembiayaan suatu jumlah bunga tetap berapapun

keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi

krisis ekonomi.

Adapun jenis-jenis akad mudharabah yaitu:

1) Mudharabah Mutlaqah

Salah satu jenis mudharabah, dimana pemilik usaha

(mudharib) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan

26

investasi oleh pemilik modal (shahibul mal) atau disebut

Unrestricted fund.

2) Mudharabah Muqayyadah

Salah satu jenis mudharabah, dimana pemilik usaha

(mudharib) dibatasi haknya oleh pemilik modal (shahibul mal),

antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, tempat usaha,dll atau

biasa disebut Restricted fund. (Sunarto, 2007;57)

Beberapa syarat pokok mudharabah menurut Usmani dalam

Ascarya (2015; 63-64) antara lain sebagai berikut:

1) Usaha mudharabah. Shahibul mal boleh menentukan usaha apa

yang akan dilakukan oleh mudharib, dan mudharib harus

menginvestasikan modal kedalam usaha tersebut saja. Mudharabah

seperti ini disebut mudharabah muqayyadah (mudharabah terikat).

Akan tetapi, apabila shahibul mal memberikan kebebasan kepada

mudharib untuk melakukan usaha apa saja yang dimaui oleh

mudharib, maka kepada mudharib harus diberi otoritas untuk

menginvestasikan modal kedalam usaha yang dirasa cocok.

Mudharabah seperti ini disebut mudharabah mutlaqah (mudharabah

tidak terikat).

2) Pembagian keuntungan. Untuk validitas mudharabah diperlukan

bahwa para pihak sepakat, pada awal kontrak, pada proporsi tertentu

dari keuntungan nyata yang menjadi bagian masing-masing. Tidak

ada proporsi tertentu yang ditetapkan oleh Syariah, melainkan

27

diberikan kebebasan bagi mereka dengan kesepakatan bersama.

Mereka dapat membagi keuntungan dengan proporsi yang sama.

Mereka juga dapat membagi keuntungan dengan proporsi berbeda

untuk mudharib dan shahibul mal.

3) Penghentian mudharabah. Kontrak mudharabah dapat dihentikan

kapan saja oleh salah satu pihak dengan syarat memberi tahu pihak

lain terlebih dahulu. Jika semua aset dalam bentuk tunai pada saat

usaha dihentikan, dan usaha telah menghasilkan keuntungan, maka

keuntungan dibagi sesuai kesepakatan terdahulu. Jika aset belum

dalam bentuk tunai, kepada mudharib harus diberi waktu untuk

melikuidasi aset agar keuntungan atau kerugian dapat diketahui atau

dihitung.

Kontrak perjanjian bagi hasil atau modal kerja memakai skema

akad mudharabah yang mana pembayarannya yaitu pengembalian

pokok ditambah dengan bagi hasil. Perhitungan Bagi Hasil pada akad

mudharabah ialah sebagai berikut:

Contoh mengenai perhitungan nisbah bagi hasil antara bank

dengan nasabah sebagai berikut: Seorang nasabah mengajukan

pembiayaan kepada Bank Muamalat untuk modal kerja sebesar

Rp.100.000.000 selama tiga tahun. Bank telah menentukan bahwa

besarnya keuntungan yang diharapkan (expected yield) adalah 19%.

Bagian analis pembiayaan Bank Muamalat menaksir pendapatan rata-

rata setiap bulan yang diperoleh perusahaan nasabah sebesar Rp.

28

10.000.000, dari data tersebut dapat dihitung besarnya nisbah bagi hasil

sebagai berikut:

Diketahui:

Expected Yield = 19% p.a

Besar Pembiayaan = Rp. 100.000.000

Taksiran Pendapatan Perusahaan = Rp. 10.000.000 / bulan

Maka:

Expected Yield dalam satu tahun = Taksiran pendapatan 1 tahun x

margin

Expected Yield dalam satu tahun

= Taksiran Pendapatan 1 tahun x margin

= (Rp. 10.000.000 x 12) x 19%

= Rp. 22.800.000

= x 100%

=. . .. . . x 100%

= 22,8%

Nisbah bagi hasil nasabah = 100% - 22,8% = 77,2%

Jadi, nisbah bagi hasil bank dengan nasabah adalah 22,8% :

77,2% (Erni dan Annisa, 2011;468)

b. Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama dimana dua atau lebih

pengusaha bekerjasama sebagai mitra usaha dalam bisnis. Masing-

29

masing pihak menyertakan modalnya dan ikut mengelola usaha

tersebut. Keuntungan dan kerugian akan dibagi berdasarkan persentase

penyertaan modalnya. Teknis perbankan yang diterapkan pada

pembiayaan ini adalah sama halnya dengan pembiayaan mudharabah,

menggunakan metode revenue sharing dikarenakan resiko yang

ditanggung kecil. Jika mengunakan metode ini, pemilik dana tidak

pernah rugi atau minimal bagi hasil = 0 (Russely dkk, 2014;4)

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakh (syrirkah

atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para

pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka

miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua

pihak latau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan

seluruh bentuk daya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama

dapat berupa dana, barang, perdagangan, kewirausahaan, kepandaian,

kepemilikan, peralatan, atau intangible asset (seperti haka paten atau

goodwill), kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai

dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk

kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu

menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Ketentuan umum pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:

1) Semua modal disatukan untuk dijadikan modalproyek musyarakah

dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak untuk

30

turuk serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh

pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan

proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan seperti:

a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin

pemilik modal lainnya

c) Memberi pinjaman pada pihak lain

d) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau

digantikan oleh pihak lain

e) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila

menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, dan menjadi

tidak cakap hukum

2) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu

proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi

kecakapan, sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi

kontribusi modal

3) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah

proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi

hasil yang telah disepakati untuk bank (Mardani, 2012; 236)

Dalam pembiayaan musyarakah, modal yang diberikan harus

uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. modal juga dapat

berupa aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan

sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai

31

dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. Para pihak tidak boleh

meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan

modal Musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

Pada prinsipnya, dalam pembiayaan Musyarakah tidak ada jaminan,

namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat

meminta jaminan (Fatwa DSN NO:07/DSN-MUI/IV/2000) (Ela dan

Amirus, 2015;35).

Kontrak perjanjian bagi hasil atau modal kerja memakai skema

akad mudharabah maupun akad musyarakah yang mana

pembayarannya yaitu pengembalian pokok ditambah dengan bagi hasil.

Perbedaan antara perhitungan bagi hasil akad mudharabah dan akad

musyarakah terletak pada penyertaan modal calon nasabah pembiayaan.

Pada akad mudharabah modal 100% ditanggung shahibul mal

sedangkan pada akad musyarakah nasabah pembiayaan biasanya

mengajukan permohonan kepada bank untuk menambah modal.

Perhitungan Bagi Hasil pada akad musyarakah ialah sebagai berikut:

Bapak Ikhwan memiliki usaha pengadaan gula untuk beberapa

pasar swalayan dan restoran dengan omset Rp.50.000.000 per bulan dan

berniat menambah modal sebesar Rp.250.000.000 untuk meningkatkan

volume usaha mencapai omset yang diharapkan sebesar Rp. 75.000.000

perbulan. Bapak ikhwan mendatangi bank syariah untuk mencari solusi.

Petugas bank syariah menawarkan skim musyarakah sebagai berikut:

Porsi Bank = Rp. 250.000.000

32

Keuntungan yang diharapkan bank = 20% x Rp. 250.000.000

= Rp. 50.000.000

Omset usaha selama 1 tahun = Rp 75.000.000 perbulan x 12 bulan

= Rp. 900.000.000 per tahun

Maka nisbah bagi hasil untuk bank = Rp. 50.000.000 / Rp. 900.000.000

= 5,56%

Maka, skim pembiayaan yang diberikan untuk Bapak Ikhwan

adalah sebagai berikut:

Jenis fasilitas = Pembiayaan Musyarakah

Tujuan penggunaan = Modal kerja

Nilai pembiayaan = Rp. 250.000.000

Jangka waktu = Satu tahun

Nisbah bagi hasil = 94,44% (nasabah) : 5.56% (bank) (revenue

sharing) (Sunarto, 2007;57).

c. Murabahah

Merupakan skim yang muncul karena bank tidak memiliki barang

yang diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus melakukan

transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lainnya

yang disebut supplier. Dengan demikian, dalam skim ini bank bertindak

selaku penjual disatu sisi, dan disisi lain bertindak sebagai pembeli.

Kemudian bank akan menjualnya lagi kepada pembeli dengan harga

yang telah disesuaikan yaitu harga beli bank dan margin keuntungan

yang telah disepakati. Pembiyaan murabahah merupakan salah satu dari

33

konsep pembiayaan yang berdasarkan jual beli yang bersifat amanah.

(Nurul dan Mohammad, 2013; 41)

Dalam teknis yang ada diperbankan islam, murabahah merupakan

akad jual dan beli yang terjadi antara pihak bank islam selaku penyedia

barang yang menjual dengan nasabah yang memesan dalam rangka

pembelian barang itu. Keuntungan yang diperoleh dari pihak bank

islam dalam transaksi ini merupakan keuntungan jual beli yang telah

disepakati secara bersama. Rukun dan syarat yang ada dan berlaku

didalam transaksi murabahah ini merupakan rukun dan syarat yang

sama dengan yang ada di dalam fikih. Adapun syarat syarat lain seperti

barang, harga, serta cara pembayaran yang bersangkutan adalah sesuai

dengan kebijakan yang diambil oleh bank tersebut. Harga jual bank

islam merupakan harga beli dari para pemasok ditambah keuntungan

yang telah disepakati. Dengan begitu pihak nasabah mengetahui

besarnya keuntungan yang diambil oleh pihak bank islam.

Saeed dalam Nurul dan Mohamad (2013;44) Produk dengan skim

murabahah merupakan produk yang paling populer dan banyak

digunakan oleh perbankan islam diseluruh dunia, termasuk di

Indonesia. Beberapa alasan yang mendasarinya adalah:

1) Murabahah merupakan suatu mekanisme pembiayaan investasi

jangka pendek yang cukup memudahkan serta menguntungkan pihak

bank islam dibandingkan degan konsep profit and loss sharing atau

bagi hasil yang dianut oleh konsep mudharabah dan musyarakah.

34

2) Mark-up dan murabahah ditetapkan sedemikian rupa yang

memastikan bahwa bank islam akan dapat memperoleh keuntungan

yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi

saingan bank-bank islam

3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan

dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS

4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank islam untuk

mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra

nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah

hubungan antara kreditor dan debitur.

Dari pengelolaan pembiayaan murabahah, bank syariah

memperoleh pendapatan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati

dengan nasabah (Muhammad, 2005). Pendapatan yang diperoleh akan

mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank. Besarnya laba yang

diperoleh bank syariah akan mampu mempengaruhi profitabilitas yang

dicapai. Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan

dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan

dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan menghimpun dana

dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan dana

tersebut kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut

untuk kegiatan yang lebih produktif. Peran tersebut membuat perbankan

disebut sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary

institusion). Menurut dari segi imbalan maupun jasa atas penggunaan

35

dana, simpanan ataupun pinjamannya, bank dibedakan menjadi dua,

yaitu bank konvensional dan bank syariah (Andri dan Syamsuddin,

2016; 25)

Bentuk pembiayaan murabahah memiliki beberapa ciri/elemen

dasar, dan yang paling utama adalah bahwa barang dagangan harus

tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah

belum diselesaikan. Ciri/elemen pokok pembiayaan murabahah

selengkapnya menurut Usmani dalam Ascarya (2015) ialah sebagai

berikut:

1) Pembiayaan murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan

bunga. Pembiayaan murabahah adalah jual beli komoditas dengan

harga tangguh yang termasuk margin keuntungan di atas biaya

perolehan yang disetujui bersama.

2) Sebagai bentuk jual beli, dan bukan bentuk pinjaman, pembiayaan

murabahah harus memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk jual

beli yang sah, khususnya 10 syarat yang telah dijelaskan

sebelumnya.

3) Murabahah tdak dapat digunakan sebagai bentuk pembiayaan,

kecuali ketika nasabah memerlukan dana untuk membeli suatu

komoditas/barang. Misalnya, jika nasabah menginginkan uang untuk

membeli kapas sebagai bahan baku pabrik pemisah biji kapas, bank

dapat menjual kapas kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan atau

murabahah. Akan tetapi, ketika dana diperlukan untuk tujuan-tujuan

36

lain, seperti membayar komoditas yang sudah dibeli, membayar

rekening listrik, air, atau lainnya, atau untuk membayar gaji

karyawan/karyawati, maka murabahah tidak dapat digunakan karena

murabahah mensyaratkan jual beli riil dari suatu komoditas, dan

tidak hanya menyalurkan pinjaman.

4) Pemberi pembiayaan harus telah memeiliki komoditas/barang

sebelum dijual kepada nasabahnya.

5) Komoditas/barang harus sudah dalam penguasaan pemberi

pembiayaan secara fisik atau konstruktif, dalam arti bahwa resiko

yang mungkin terjadi pada komoditas tersebut berada ditangan

pemberi pembiayaan meskipun untuk jangka waktu pendek.

6) Cara terbaik untuk bermurabahah, yang sesuai syariah, adalah bahwa

pemberi pembiayaan membeli komoditas dan menyimpan dalam

kekuasaannya atau membeli komoditas melalui orang ketiga sebagai

agennya sebelum menjual kepada nasabah. Namun demikian, dalam

kasus pengecualian, ketika pembelian langsung kesupplier tidak

praktis, diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk

memanfaatkan nasabah sebagai agen untuk membeli komoditas atas

nama pemberi pembiayaan. Dalam kasus ini, nasabah pertama

membeli komoditas/barang yang diperlukannya atas nama pemberi

pembiayaan dan mengambil alih penguasaan barang. Selanjutnya,

nasabah membeli komoditas/barang tersebut dari pemberi

pembiayaan dengan harga tangguh. Penguasaan atas

37

komoditas/barang oleh nasabah pada keadaan pertama adalah dalam

kapasitasnya sebagai agen dari pemberi pembiayaan. Dalam

kapasitas ini, nasabah hanyalah sebagai trustee, sedangkan

kepemilikan dan resiko komoditas/barang tersebut berada ditangan

pemberi pembiayaan. Akan tetapi, ketika nasabah membeli

komoditas/barang tersebut dari pemberi pembiayaan, maka

kepemilikan dan resiko beralih ketangan nasabah.

7) Jual beli tidak dapat berlangsung kecuali komoditas/barang telah

dikuasai oleh penjual, tetapi penjual dapat berjanji untuk menjual

meskipun barang belum berada dalam kekuasaannya. Ketentuan ini

berlaku juga untuk murabahah

8) Sejalan dengan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan diatas,

lembaga keuangan syariah (LKS) dapat menggunakan murabahah

sebagai bentuk pembiayaan dengan mengadopsi prosedur sebagai

berikut:

a) Nasabah dan LKS menandatangani perjanjian umum ketika LKS

berjanji untuk menjual dan nasabah berjanji untuk membeli

komoditas/barang tertentu dari waktu ke waktu pada tingkat

margin tertentu yang ditambahkan dari biaya perolehan barang.

Perjanjian ini dapat menetapkan batas waktu fasilitas pembiayaan

ini.

b) Ketika komoditas tertentu dibutuhkan oleh nasabah, LKS

menunjuk nasabah sebagai agennya untuk membeli komoditas

38

dimaksud atas nama LKS, dan perjanjian keagenan

ditandatangani kedua belah pihak.

c) Nasabah membeli komoditas atas nama LKS dan mengambil alih

penguasaan barang sebagai agen LKS

d) Nasabah menginformasikan kepada LKS bahwa telah membeli

komoditas atas nama LKS, dan pada saat yang sama

menyampaikan penawaran untuk membeli barang tersebut dari

LKS.

e) LKS menerima penawaran tersebut dan proses jual beli selesai

ketika kepemilikan dan resiko komoditas telah beralih ketangan

nasabah.

Kelima tahapan diatas diperlukan untuk menghasilkan

murabahah yang sah. Jika LKS membeli komoditas langsung dari

supplier (hal ini lebih disukai), maka perjanjian keagenan tidak

diperlukan. Dalam hal ini, tahap kedua tidak diperlukan dan pada

tahap ketiga LKS akan membeli komoditas langsung dari supplier,

dan tahap keempat nasabah menyampaikan penawaran untuk

membeli komoditas tersebut. Bagian paling esensial dari transaksi ini

adalah kepemilikan dan resiko barang harus tetap berada di tangan

LKS selama periode antara tahap ketiga dan tahap lima.

Inilah satu-satunya ciri murabahah yang membedakannya dari

transaksi berbasis bunga. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan

dan dilaksanakan benar-benar dengan segala konsekuensinya.

39

Apabila tidak demikian, transaksi murabahah tidak sah menurut

syariah.

9) Syarat sah lainnya yang harus dipenuhi dalam murabahah adalah

komoditas dibeli dari pihak ketiga. Pembelian komoditas barang dari

nasabah sendiri dengan perjanjian pembelian kembali adalah sama

dengan transaksi berbasis bunga

10) Prosedur pembiayaan murabahah yang dijelaskan diatas

merupakan transaksi yang rumit dari ketika pihak-pihak terkait

memiliki kapasitas berbeda pada tahap yang berbeda.

a) Pada tahap pertama, LKS dan nasabah berjanji untuk menjual dan

membeli komoditas dimasa yang akan datang. Hal ini bukan jual

beli sesungguhny, tetapi hanya janji untuk melakukan jual beli

dengan prinsip murabahah diwaktu yang akan datang. Jadi, pada

tahap ini hubungan antara LKS dan nasabah hanya sebatas

promisor dan promisee.

b) Pada tahap kedua, hubungan antara para pihak adalah hubungan

principal dan agent.

c) Pada tahap ketiga, hubungan antara LKS supplier adalah

hubungan pembeli dan penjual

d) Pada tahap keempat dan kelima, hubungan hubungan penjual dan

pembeli antara LKS dan supplier menjadi hubungan antara LKS

dan nasabah, dan karena penjualan dilakukan dengan pembayaran

tangguh, hubungan antara debitur dan kreditor juga muncul.

40

Semua bentuk kapasitas tersebut harus selalu diingat dan juga

operasional dengan segala konsekuensinya, masing-masing pada

tahap yang relevan, dan kapasitas-kapasitas yang berbeda ini harus

tidak pernah dicampurbaurkan atau keliru antara satu dengan yang

lain.

11) LKS dapat meminta nasabah untuk menyediakan keamanan sesuai

permintaan untuk pembayaran yang tepat waktu dari harga tangguh.

LKS juga dapat meminta nasabah untuk menandatangani nota

kesanggupan atau promissory note atau bill of exchange, sesudah

jual beli dilaksanakan, yaitu setelah selesai tahap kelima. Alasannya

adalah bahwa nota kesanggupan ditandatangani oleh debitur untuk

kepentingan kreditur, tetapi hubungan antara kreditur dan debitur

antara nasabah dan LKS baru ada pada tahap kelima ketika jual beli

yang sebenarnya terjadi diantara mereka.

12) Jika terjadi default atau wan prestasi oleh pembeli (nasabah) dalam

pembayaran yang jatuh tempo, harga tidak boleh dinaikkan. Namun

demikian, jika dalam perjanjian awal disepakati bahwa nasabah

harus memberikan donasi (infaq) kepada lembaga sosial, maka

nasabah harus memenuhi janji tersebut. Uang ini tidak boleh diambil

sebagai penghasilan LKS, tetapi harus disalurkan kekegiatan atau

lembaga sosial atas nama nasabah.

Keunggulan pembiayaan dari produk murabahah adalah bahwa

nasabah dapat membeli sesuatu barang sesuai dengan keinginan, dan

41

kemampuan ekonominya, di samping itu pembiayaannya dilakukan

dengan angsuran sehingga tidak memberatkan pihak nasabah itu sendiri

adapun keunggulan yang lain adalah bahwa dalam produk murabahah

tidak mengenal riba atau sistem bunga tetapi dalam hal ini adanya

keterbukaan antara pihak bank dan nasabah bahwa bank sebelumnya

memberikan informasi atas barang yang akan dibeli sesuai dengan

keinginan nasabah dan harga yang telah ditentukan oleh developer telah

diketahui oleh pihak nasabah, kemudian pihak bank menjual kembali

kepada nasabah sesuai dengan harga pembelian dari pihak developer,

dan ditambah keuntungan bagi pihak bank. Tambahan keuntungan bagi

pihak bank ini, diperjanjikan diawal transaksi yang didasarkan atas

kesepakatan bersama antara pihak bank dengan nasabah, jadi dalam hal

ini tidak terjadi unsur saling mendzalimi (Bagya, 2009;109)

Sejak awal munculnya dalam fiqih, kontrak murabahah ini

tampaknya telah digunakan murni untuk tujuan dagang. Murabahah

adalah suatu bentuk jual beli dengan komisi, dimana pembeli biasanya

tidak dapat memperoleh barang yang ia inginkan keculai lewat seorang

perantara atau ketika pembeli tidak mau susah-susah mendapatkannya

sendiri, sehingga ia mencari jasa seorang perantara. Hal ini

sebagaimana dinyatakan oleh Udovitch sebagai berikut:

“Murabaha is form of commision sale, where a buyerusually unable to abstain the comodity the requeres exceptthrough a middleman, or is interested in the difficulties ofobtaining it by himself, seeks the services of thatmiddleman” (Anita, 2007;190)

42

Dalam aplikasi perbankan, murabahah umumnya dapat diterapkan

pada produk pembiayaan investasi antara lain untuk pengadaan aktiva

tetap, mesin‐mesin dan barang‐barang modal lainnya. Dan juga

pembiayaan konsumer antara lain untuk pembelian rumah, mobil dan

sebagainya, jenis pembiayaan ini yang banyak dilakukan di perbankan

syariah, yang pada umumnya pembayaran dilakukan secara angsuran.

Adapun nisbah yang diperoleh oleh bank berupa margin, perhitungan

margin pada akad murabahah ialah sebagai berikut:

CV Adyaksa melakukan negoisasi pada 1 April 20xx dengan Bank

Amanah Syariah untuk memperoleh fasilitas murabahah dengan

pesanan untuk pembelian mobil kantor dengan rincian sebagai berikut:

Harga Barang = Rp. 150.000.000

Uang Muka = Rp. 15.000.000 (10% dari harga barang)

Pembiayaan oleh bank = Rp. 135.000.000

Margin = Rp. 27.000.000 (20% dari pembiayaan bank)

Harga Jual = Rp. 177.000.000 (harga barang + margin)

Jumlah bulan angsuran = 24 bulan

Biaya Administrasi = 1% dari pembiayaan oleh bank

Cara perhitungan angsuran perbulan:

Rumus perhitungan angsuran:

Angsuran perbulan =

Misalkan data murabahah dengan kasus diatas

43

Angsuran perbulan =. . . . . .

= Rp. 6.500.000

Cara perhitungan pendapatan margin:

Pendapatan margin = total margin / total piutang bersih x 100%

= Rp. 27.000.000 / Rp. 177.000.000 x 100%

= Rp. 15, 25423%

Jadi, pendapatan margin perbulan sebesar 6.500.000 x 15,25432%

= Rp. 1.029.000. (Osmad, 2012; 65-67).

d. Istishna

Konsep pembiayaan istishna ini adalah jual beli secara cicilan

namun barangnya diserahkan di belakang, karena untuk transaksi

istishna diperlukan pemesanan terlebih dahulu untuk kemudian diproses

pembuatannya. Berbeda dengan salam, untuk pembiayaan ini masih

cukup peminatnya meskipun porsi nya apabila dibandingkan dengan

total pembiayaan pada bank syariah juga masih sangat kecil (Oktaviani,

2016;54)

Menurut mazhab Hanafi dalam Muhammad (2001;114), bai’ al-

istishna’ termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan

semangat bai’secara qiyas. Mereka mendasarkan pada argumentasi

bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual,

sedangkan dalam istishna’, pokok kontrak itu belum ada atau tidak

dimiliki penjual. Meskipun demikian, mazhab hanafi menyetujui

kontrak istishna atas dasar istishna karena alasan-alasan berikut ini.

44

1) Masyarakat telah mempraktikkan bai’al-istishna secara luas dan

terus-menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian

menjadikan bai’al-istishna sebagai kasus ijma atau konsensus

umum.

2) Didalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap

qiyas berdasarkan ijma ulama

3) Keberadaaan bai’al-istishna’ didasarkan atas kebutuhan

masyarakat. Banyak orang seringkali memerlukan barang yang

tidak tersedia di pasar sehingga mereka cenderung melakukan

kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka.

4) Bai al-istishana sah sesuai dengan aturan umum mengenai

kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau

aturan syariah.

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang

juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa

pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu

tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum

yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank

dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak

sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk

menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut

istishna paralel. (Ika dan Nur, 2012;246).

45

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/19/DPBs

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Kelola

Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah, maka

dewan pengawas syariah diwajibkan melakukan pengawasan terhadap

penerapan prinsip etika bisnis Islam salah satunya ialah pada akad

istishna dan istishna paralel yakni:

1) Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharaamkan oleh

syariat Islam.

2) Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan

nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang telah disepakati.

3) Memastikan bahwa akad istishna’ dan akad istishna’ paralel dibuat

dalam akad yang terpisah.

4) Memastikan bahwa akad istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai

kesepakatan hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan

kecuali: kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad

istishna’, dan akad istishna’ batal demi hukum karena timbul kondisi

hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad

(Afrida, 2018; 11).

4. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) mencerminkan kemampuan

bank dalam menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan modal.

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang

menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan

46

menggunakan total aset yang dimiliki bank. Besarnya FDR yang diijinkan

adalah 80% < FDR < 110%, artinya minimum FDR adalah 80% dan

maksimum FDR adalah 110% (Hasbidin, 2017;434)

FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan

oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.

Variabel ini diwakili oleh Financing to deposit ratio (FDR) merupakan

perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana

pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan. Maksimal FDR yang

diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110% (Nur dan

Rohmawati, 2013; 1178)

Loan to deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total

kredit yang diberikan dengan total dana pihak ke tiga (DPK) yang dapat

dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank

dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank. Dalam

perbankan syariah tidak ada istiah kredit (Loan), yang ada dalam

perbankan syariah adalah pembiayaan (financing). Sehingga LDR dalam

bank syariah disebut sebagai Finacing to Deposit Ratio (FDR) (Apriani

dan Denis, 2016;470).

Bagi bank syariah yang memiliki rasio FDR dibawah 65%, maka

Bank Indonesia akan memberikan penalti dalam bentuk tambahan modal

yang disetor kepada Bank Indonesia dalam bentuk tambahan Giro Wajib

Minimum (GWM). Nilai FDR yang tinggi menunjukkan bahwa perbankan

47

syariah telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik, namun di

sisi lain mengindikasikan besarnya resiko likuiditas yang dihadapi oleh

perbankan syariah. Pada umumnya, dana pihak ketiga yang dihimpun dari

masyarakat sifatnya jangka pendek, sedangkan pembiayaan yang diberikan

dalam jangka menengah ataupun jangka panjang. Apabila nilai FDR bank

syariah mendekati 100% atau lebih, dengan kondisi ketidaksesuaian antara

waktu jatuh tempo DPK dan pembiayaan, akan dibutuhkan banyak dana

cadangan untuk berjaga-jaga apabila terjadi penarikan dana nasabah dari

bank. Oleh karenanya disinilah pentingnya bank syariah untuk mengelola

portofolio pembiayaannya dengan baik, untuk meminimalisir potesi gagal

bayar yang pada akhirnya akan menaikkan resiko pembiayaan dibank

syariah (Nur dan Yuke, 2015; 84)

5. Non Performing Financing (NPF)

Peningkatan non performing financing akan berpengaruh terhadap

peningkatan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

yang harus dibentuk oleh pihak bank syariah sesuai ketentuan dari Bank

Indonesia. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, maka akan mengurangi

modal bank syariah sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan bank

dalam menyalurkan pembiayaan, termasuk di dalamnya pembiayaan

berbasis bagi hasil (Dita;2011)

Non performing financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan

yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank

syariah. berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia

48

kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar,

diragukan, dan macet. Menurut Antonio dalam Lifstin dan Rohmawati

(2014;153) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja

lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat pembiayaan

bermasalah (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah

pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat

kebijakan kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin

ditekan tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan

oleh masyarakat turun.

NPF adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah dan

kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin

buruk kinerja bank tersebut. Pramesti dalam Fitri dan Joni (2014;763) juga

menyatakan bahwa dengan adanya pembiayaan bermasalah yang tercermin

dalam NPF dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk

memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga

mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA, deengan

demikian semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA.

Dalam suatu proses bisnis yang dijalankan bank syariah setidaknya

dapat diidentifikasi lima masalah ketika menyalurkan dananya Wahyudi

dalam Nur dan Yuke (2015;85), yaitu:

a. Masalah ketidakpastian kondisi pasar yang akan memengaruhi

kemampuan debitur dalam mengembalikan dana (risk ability to pay).

49

b. Adanya kemungkinan perbedaan nilai jual agunan pada waktu kontrak

dan ketika terminasi. Hal ini mengarah pada resiko tidak kembalinya

modal jika debitur mengalami gagal bayar.

c. Masalah kredibilitas informasi yang diberikan debitur pada waktu

pengajuan proposal pembiayaan. Masalah ini dapat memicu terjadinya

ketidaksimestrisan informasi antara bank dan debitur. Kondisi ini dapat

menyebabkan bank mengalami salah pilih debitur dan/atau kesalahan

dalam menetapkan perjanjian pembiayaan seperti jangka waktu, plafon

pinjaman, maupun marjinnya.

d. Masalah granularity akibat banyaknya debitur yang dibiayai namun

nilainya kecil-kecil, karen lebih dari 70% debitur bank syariah adalah

sektor UKM

e. Masalah ketidakmampuan bank dalam membedakan sebab terjadinya

gagal bayar debitur. Kegagalan bayar dapat disebabkan oleh faktor

kemampuan keuangan dan/atau ketiadaan itikad baik dari debitur untuk

mau membayar. Kondisi ketiadaan itikad baik muncul karena adanya

moral hazard dari debitur.

6. Profitabilitas

Profitabilitas atau laba merupakan pendapatan dikurangi beban dan

kerugian selama periode pelaporan. Analisis mengenai profitabilitas sangat

penting bagi kreditor dan investor ekuitas. Bagi kreditor, laba merupakan

sumber pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Sedangkan bagi investor

ekuitas, laba merupakan salah satu faktor penentu perubahan nilai efek.

50

Hal yang terpenting bagi perusahaan adalah bagaimana laba tersebut bisa

memaksimalkan pemegang saham bukan seberapa besar laba yang

dihasilkan oleh perusahaan (Ayu dan Ary, 2013;363)

Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan

gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang. Rasio

profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Hasilnya, investor dapat

melihat seberapa efisien perusahaan menggunakan asset dan dalam

melakukan operasinya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio

profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan

yang dilakukan oleh perusahaan (Umi dkk, 2012; 6)

Kinerja keuangan bank adalah suatu ukuran yang menggambarkan

kondisi keuangan suatu bank. Bagi nasabah, sebelum mendepositkan

dananya di suatu bank mereka akan melihat lebih dahulu kinerja keuangan

bank tersebut melalui laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi.

Dalam penelitian ini, menggunakan salah satu kinerja keuangan dari sisi

profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA). ROA memfokuskan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi

perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang

semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar

(Ayu,2013;150)

51

Irmawati dalam Cut dkk (2017;11) menyatakan bahwa peningkatan

profitabilitas bank syariah terus dilakukan setiap tahunnya, salah satu cara

bank syariah dalam usaha meningkatkan profitabilitasnya adalah dengan

meningkatkan dana dari sumber dana yang tersedia. Peningkatan sumber

dana yang dilakukan oleh bank syariah ditempuh dengan menghimpun

dana dari masyarakat, dana yang telah dihimpun oleh bank syariah

kemudian akan disalurkan kembali kepada nasabah.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Persamaan dan perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan

dengan penelitian sebelumnya yakni, dimulai dari penelitian yang

dilakukan oleh Fadzlan Sufian dan Muhamed Zulkhibri yang berjudul The

Nexus between Economic Freedom and Islamic Bank Profitability in the

MENA Banking Sectors. Penelitian tersebut meneliti dampak kebebasan

ekonomi terhadap profitabilitas bank syariah di Timur Tengah dan Afrika

Utara (MENA) selama periode 2000-2010 menggunakan model panel

dinamis. Persamaan terletak pada variabel dependennya yaitu profitabilitas

dan menggunakan regresi panel. Dan perbedaannya ialah terletak pada

variabel independennya serta periode waktu yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah Ramlan dan Mohd

Sharrizat Adnan yang berjudul The Profitability of Islamic and

Conventional Bank: Case study in Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis profitabilitas di Bank Islam dan Bank Konvensional di

Malaysia. Penelitian ini menggunakan periode tahun 2006 hingga tahun

52

2011. Dalam metodologi, penelitian ini menggunakan T-Test Model,

Regresi dan Korelasi. Persamaannya yakni sama sama menganalisis

profitabilitas bank islam. Perbedaan terletak pada periode waktu yang

diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Abu Hanifah Md. Noman yang

berjudul An Empirical Investigation of Profitability of Islamic Banks in

Bangladesh. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh spesifik

bank dan makroekonomi determinan terhadap profitabilitas tujuh bank

Islam di Bangladesh selama 2003 hingga 2013. Penelitian ini

menggunakan model regresi panel dan sistem GMM dalam proses

investigasi. Studi ini mempertimbangkan ROA, ROE dan NIM sementara

ROA ditemukan indikator profitabilitas yang lebih disukai untuk bank-

bank Islam di Bangladesh. Persamaannya terletak pada variabel

dependennya yakni profitabilitas dan di proksikan dengan ROA serta

regresi yang digunakan yaitu regresi panel. Perbedaanya terletak pada

variabel independen dan periode waktu yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nadratuzzaman Hosen

dan Rafika Rahmawati yang berjudul Efficiency And Profitability On

Indonesian Islamic Banking Industry. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat efisiensi dan profitabilitas di antara Bank-Bank

Islam di Indonesia. Menggunakan pendekatan parametrik yaitu Stochastic

Frontier Approach (SFA) untuk menghitung efisiensi dan menggunakan

rasio ROA untuk menghitung profitabilitas. Metode penelitian yang

53

digunakan yaitu metode regresi linear berganda. Persamaannya terletak

pada sama-sama meneliti tentang profitabilitas yang diproksikan dengan

ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyonggo Suseno dan Omar

Bamahriz yang berjudul Examining the impact of bank’s risks to Islamic

banks’ profitability. Penelitian ini menganalisis dampak risiko bank

terhadap profitabilitas bank syariah dan untuk mengidentifikasi risiko apa

yang memainkan peran. Persamaannya terletak pada variabel dependen

yakni profitabilitas dan metode analisis regresi panel yang digunakan. Dan

perbedannnya terletak pada variabel independennya.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Jalil Ibrahim yang berjudul

Empirical Findings on the Profitability of Banks in Qatar: Islamic Vs

Conventional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis empiris

tentang profitabilitas bank islam dan bank konvensional di Qatar dalam

periode tahun 2010-2014 dengan melihat bagaimana modal

kecukupan, likuiditas dan ukuran bank berdampak profitabilitas untuk

kedua jenis bank. Sebanyak 8 bank diteliti dalam periode 5 tahun dengan

lima bank konvensional dan tiga bank syariah masing-masing. Statistik

deskriptif digunakan untuk menghitung dan memahami perbedaan

karakteristik dari dua jenis bank. Persamaannya terletak pada variabel

dependen yang diteliti yakni profitabilitas. Perbedaannya terletak pada

studi kasus yang diteliti yakni bank syariah dan bank konvesional. Juga

terletak pada periode waktu yang diteliti.

54

Pada penelitian ini dilakukan oleh Shaista Wasiuzzaman dan

Hanimas- Ayu Bt Ahmad Tarmizi yang berjudul Profitability of Islamic

Banks in Malaysia: An Empirical Analysis. Penelitian ini mengkaji

dampak dari karakteristik bank serta determinan makroekonomi terhadap

profitabilitas bank-bank Islam di Malaysia. Metode Ordinary Least

Squares (OLS) digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan dari

16 bank Islam untuk memahami faktor penentu profitabilitas perbankan

syariah di Malaysia. Persamaannya terletak pada profitabilitas yang diteliti

sedangkan perbedaannya terletak pada jumlah data yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Mousa Almanaseer yang berjudul

The Impact of the Financial Crisis on the Islamic Banks Profitability

Evidence from GCC. Menggunakan data gabungan untuk 24 bank Islam

yang beroperasi di Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan UEA pada

periode 2005-2012 penelitian ini menguji secara empiris dampak krisis

keuangan global terhadap profitabilitas bank islam. Persamaannya yakni

terletak pada profitabilitas sedangkan perbedaannya terletak pada periode

waktu yang diteliti serta jumlah bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Faiza Maqbool yang berjudul The

Impact of Liquidity on Islamic Bank’s Profitability. Penelitian ini adalah

upaya untuk menemukan hubungan profitabilitas dan likuiditas bank

syariah yang beroperasi di Pakistan. Variabel kunci yang digunakan untuk

mengidentifikasi arah dan kekuatan hubungan antara profitabilitas dan

likuiditas adalah Return on Asset (ROA), total assests, investasi terhadap

55

total aset dan net advances to total assets. Penelitian ini menganalisis data

panel melalui analisis regresi sederhana. Hasil menunjukkan bahwa

likuiditas memiliki hubungan terbalik dengan profitabilitas bank syariah.

Persamaannya terletak pada profitabilitas yang diteliti sedangkan

perbedaannya terletak pada variabel independennya yakni likuiditas.

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Taqiuddin Mohamad

dkk yang berjudul Risk Taking Behavior And Macroeconomic Indicators

Of Islamic Banks Profitability In Malaysia. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menguji indikator profitabilitas Bank Islam Malaysia pada

tahun 1994 sampai dengan tahun 2013. Desain / metodologi / pendekatan

yaitu, (ROA) digunakan sebagai proxi profitabilitas. Dan juga untuk

mengetahui pengaruh Perilaku Pengambilan Risiko, transmisi kebijakan

moneter dan indikator kondisi makroekonomi terhadap profitabilitas.

Deskriptif, korelasi dan hasil analisis regresi panel diperoleh dengan

bantuan perangkat lunak Limdep 9.0. Persamaannya terletak pada variabel

dependen yang diteliti yaitu profitabilitas yang diproxikan dengan ROA

dan metode analisis yang diteliti sedangkan perbedaaanya terletak pada

variabel independennya dan periode penelitiannnya.

56

Penelitian terdahulu, secara detail dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO PenelitianMetode dan

Variabel

Persamaan dan PerbedaanHasil

1

ShaistaWasiuzzaman danHanimas- Ayu BtAhmad Tarmizidalam JournalIslamic economic,banking andFinance (2014)Profitability ofIslamic Banks inMalaysia: AnEmpirical Analysis.

Regresi linearberganda

Dependen:Profitabilitas

Independen:KarakteristikBank danDeterminanmakro ekonomi

Persamaan:Terletak padavariabel dependen yakniprofitabilitas

Perbedaan:Terletak padajumlah data yang diteliti padapenelitian Shaista jumlah datayang dikumpulkan berjumlah16 bank islam. Dan jugaperbedaan terletak padavariabel independennya.

Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa kualitas modal dan asetmemiliki pengaruh negatif terhadapprofitabilitas bank. sementaralikuiditas dan efisiensi operasionalmemiliki pengaruh yang positif danvariabel makroekonomimenunjukkan bahwa baik inflasimaupun pertumbuhan produkdomesti memiliki pengaruh positifterhadap profitabilitas bank.

2

Mousa Almanaseerdalam InterantionalJournal of FinancialResearch (2014).The Impact of theFinancial Crisis onthe Islamic BanksProfitabilityEvidence from GCC

Analisis regresipanel.

Dependen:Profitabilitas

Independen;Krisis KeuanganGlobal

Persamaan:Terletak padavariabel yang diteliti yangprofitabilitas

Perbedaan:

Terletak pada variabelindependennya dan periodeyang diteliti yakni penelitianyang dilakukan oleh Mousadari rentang waktu 2005-2012sedangkan penelitian ini darirentang waktu 2015-2017.Serta jumlah bank yangditeliti.

Hasil dari penelitian ini ialah krisiskeuangan tidak emiliki dampaksignifikan terhadap profitabilitasbank syariah.

57

NO PenelitianMetode dan

Variabel

Persamaan dan PerbedaanHasil

3

Faiza Maqbooldalam InternationalJournal of Scientificand EngineeringResearch (2014)The Impact ofLiquidity on IslamicBank’sProfitability.

Analisis regresipanelDependen:Profitabilitas danLikiditasIndependen:Return on Asset(ROA), totalassests, investasiterhadap total asetdan net advancesto total assets

Persamaan:Terletak padavariabel dependennya yakniprofitabilitas.Perbedaan:Terletak pada variabelindependen yang diteliti yaknipenelitian yang dilakukan olehFaiza variabel indepennyaialah likuiditas sedangkanpada penelitian ini ialahpembiayaan bagi hasil,pembiayaan jual beli, FDRdan NPF

Hasil menunjukkan bahwalikuiditas memiliki hubunganterbalik dengan profitabilitas banksyariah. Cash to total assets ratiomemiliki pengaruh yang rendahterhadap profitabilitas. Sedangkaninvestment to total assets perluditeliti lebih dalam, sedangkaninvestasi yang tinggi berdampakpada profitabilitas yang tinggi juga.

4

Rim Ben SelmaMokni danHoussem Rachdidalam InternationalJournal of Islamicand Middle EasternFinance andManagementPublishing byEmerald insight(2014) Assessingthe bankprofitability in theMENA region Acomparativeanalysis betweenconventional andIslamic bank

The Method ofmoments(GMM)/GMMSystem EstimatorDependen:Profitabilitas/ROA dan ROEIndependen:Bank Capital,Cost to incomeratio, Bank size,Off-Balance sheetactivities, Creditrisk, liquidity risk,Interest rate risk,Bank age, Mergerand acquisition,Bank ownership,Real GDPGrowth, Inflationespectation.

Persamaan: Terletak padavariabel dependennya yakniprofitabilitas.

Perbedaan: Terletak padavariabel independen yangditelit dan juga metodepenelitian yang dipakai.

Hasil analisis empiris menunjukkanbahwa signifikansi determinanbervariasi antara bank-bank Islamdan konvensional. Profitabilitastampaknya cukup persisten dikawasan MENA yangmencerminkan tingkat intervensipemerintah yang lebih tinggi dandapat menandakan hambatan untukpersaingan.

5

MohammadTaqiuddinMohamad dkkdalam InternationalJournal of Research(2015) Risk TakingBehavior AndMacroeconomicIndicators Of

Analisis regresipanelDependen:ProfitabilitasIndependen:Perilakupengambilanresiko, transmisikebijakan moneter

Persamaan:Terletak pada variabeldependennya yakniprofitabilitas yang diproksikandengan ROAPerbedaan:Terletak pada variabelindependennya dan periodepenelitiannya.

Hasil penelitian ini yakni Labaditahan, laba atas ekuitas, jumlahuang beredar dan pertumbuhanekonomi hubungan positif dansignifikan dengan modelprofitabilitas. Jika tidak,pengambilan risiko kredit tertinggidan penyisihan kerugian pinjamanmengarah ke penurunan

58

NO PenelitianMetode dan

Variabel

Persamaan dan PerbedaanHasil

Islamic BanksProfitability InMalaysia.

dan indikatorkondisi makroekonomi

profitabilitas yang diukur denganlaba atas aset (ROA).

6

Abdul Jalil Ibrahimdan InternationalJournal of Businessdan Commerce(2015) EmpiricalFindings on theProfitability ofBanks in Qatar:Islamic VsConventional

Analisis regresibergandaDependen:Profitabilitas.Independen:KecukupanModal, likuiditasdan ukuran bank

Persamaan:Terletak padavariabel dependen yakniprofitabilitasPerbedaan:

Terletak pada studi kasus yangditeliti yakni penelitian yangdilakukan oleh Abdul Jalilditeliti pada bank syariah danbank konvensional.Sedangkan yang ditelitipenulis pada Bank UmumSyariah dan Unit UsahaSyariah.

Menurut Output Regresi, ukuranbank dan Likuiditas memilikipengaruh signifikan terhadapprofitabilitas kedua jenis bankyakni bank syariah dan bankkovensional

7

Abu Hanifah Md.Noman dalamGlobal Journal ofManagement andBusiness Research:C Finance (2015).An EmpiricalInvestigation ofProfitability ofIslamic Banks inBangladesh

Analisis regresipanel.Dependen: Returnon Asset(ROA)/profitabilitasIndependen: Bankspesific andmacroeconomicfactors

Persamaan:Terletak pada variabeldependennya yakniprofitabilitas dan di proksikandengan ROA, ROE dan NIMdan juga metode yangdigunakan menggunakanregresi panel.Perbedaan:Terletak pada variabelindependennya dan jugaperiode waktu yang ditelitipenulis dari rentang waktu2015-201 sedangakanpenelitian yang dilakukan Abuhanifah dari rentang waktu2003-2013

Penelitian ini mempertimbangkanROA, ROE dan NIM. ROAditemukan merupakan indikatorprofitabilitas yang paling disukaipada bank bank di Bangladesh.Penelitian ini mengungkapkan efeknegatif dari resiko kredit, rasiopinjaman, efisiensi biaya, dankapitalisasi terhadap profitabilitas.Penelitia lebih lanjut menemukanbahwa implementasi kesepakatanBasel II tidak meningkatkanprofitabilitas bank islam diBangladesh.

8

Fadzlan Sufian danMuhamed Zulkhibridalam articelGlobal BusinessReview (2015).The Nexus betweenEconomic Freedomand Islamic BankProfitability in the

Analisis RegresiPanel.Dependen:Profitabilitas.Independen:KebebasanEkonomi

Persamaan: Terdapat padavariabel dependenya yakniprofitabilitas danmenggunakan metode regresipanel.

Perbedaaan: Terdapat padavariabel independen peneliti

Hasil penelitian ini menyatakanbahwa manajemen biaya yangefisien dapat meningkatkanprofitabilitas bank syariah yangberoperasi di MENA. Demikianditemukan juga bahwa resiko kreditmemiliki pengaruh negatif terhadapprofitabilitas bank syariah diMENA. Dan juga kebebasan

59

NO PenelitianMetode dan

Variabel

Persamaan dan PerbedaanHasil

MENA BankingSectors.

yakni pembiayaan jual beli,pembiayaan bagi hasil, FDRdan NPF serta periode waktuyang diteliti penulis yaitu darirentang waktu 2015-2017sedangkan penelitiansebelumnya meneliti darirentang waktu 2000-2010

finansial dan ekonomi yang lebihbesar memberikan hasil positifterhadap profitabilitas bank Syariahyang beroperasi di MENA.

9

Hamidah Ramlandan Mohd SharrizatAdnan dalam jurnalElsevier ProcediaEconomics andFinance (2016).The Profitability ofIslamic andConventional Bank:Case study inMalaysia.

Analisis regresiberganda.Dependen: Profitabilitas(ROA dan ROE)di bank SyariahdanKonvensional.

Independen: TotalEquity to TotalAsset. In islamicbank andconvensionalbank.

Persamaan: Terletak padavariabel dependen yakniprobilitas bank islam.

Perbedaaan: Terletak padavariabel independennya sertaperiode waktu yang ditelitipenulis dari rentang waktu2015-2017, sedangkanpenelitian yang dilakukanhamidah dari rentang waktu2006-2011. Serta metodologiyang digunakan berbeda yaknipenulis menggunakan metoderegresi panel sedangkanpenelitian yang dilakukanHamidah menggunakanmetode regresi, korelasi dan ttest model.

Penelitian ini menemukan bahwaBank Islam lebih menguntungkandari Bank Konvensional TotalKredit terhadap Total Asset untukbank syariah lebih tinggi dari bankkonvensional. Berdasarkan Ujiregresi, untuk Bank Konvensional,ROE berpengaruh terhadapprofitabilitas Bank Konvensionaldan untuk Bank Islam, ROA danROE adalah faktor signifikan yangmempengaruhi profitabilitas.Berdasarkan uji Korelasi, ROEberpengaruh terhadap profitabilitasbank Konvensional. untuk BankIslam, ROA dan ROE memilikihubungan yang signifikan denganvariabel independen yaitu TotalEquity to TotalAset.

10

MuhammadNadratuzzamanHosen dan RafikaRahmawati dalamJurnal Ilmu EknomiSyariah (2016)Efficiency AndProfitability OnIndonesian IslamicBanking Industry.

Analisis regresibergandaDependen:Profitabilitas danTingkat Efisiensi.Independen:personnelexpenses, cost-sharing expenses,and totalfinancing. BOPO

Persamaan:

Terletak pada sama-samameneliti tentang profitabilitas

.Perbedaan:Terletak padavariabel efisiensi yang ditelitioleh Muhammad. Metodepenelitian yang digunakanoleh peneliti yakni regresipanel sedangkan yang ditelitioleh Muhammad yakni regresilinear berganda

Hasil menunjukkan bahwa BMSmemiliki tingkat efisiensi yangbesar diantara bank bank islam diIndonesia. Selain itu, hasilnyamenunjukkan bahwa tingkatterbesar profitabilitas dimana faktorfaktor yang mempengaruhi BMSadalah rasio BOPO. Hasilnyamenunjukkan bahwa BMI memilikiefisiensi yang rendah namunmemiliki profitabilitas yang cukup.BRIS memiliki efisiensi danprofitabilitas yang rendah dan BSBmemiliki efisiensi yang tinggi danprofitabilitas yang rendah.

60

NO PenelitianMetode dan

Variabel

Persamaan dan PerbedaanHasil

11

Priyonggo Suseno danOmar Bamahrizdalam EconomicJournal of EmergingMarket (2017)Examining the impactof bank’s risks toIslamic banks’profitability.

Analisis regresiPanel. Dependen:ProfitabilitasIndependen: ResikoBank

Persamaan:Terletak pada variabel dependenyakni profitabilitas dan metoderegresi panel yang digunkan.Perbedaan:Terletak pada variabelindependennya. Yang diteliti olehPriyonggo ialah resiko kredit,resiko insolvensi, resikolikuiditas, dan resiko operasional.

Dengan menggunakan regresi, hasilpenelitian menunjukkan bahwakeempat jenis risiko tersebut yaknirisiko kredit, risiko insolvensi, risikolikuiditas, dan risiko operasionalmempengaruhi profitabilitas bank.Risiko operasional adalah risiko yangberperan paling penting dalammempengaruhi profitabilitas bank, baikyang diukur dengan ROA, ROE ataulaba sebelum pajak atas total aset.

C. Keterkaitan Antar Variabel

Adapun keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini yaitu, variabel

Pembiayaan Bagi Hasil yang di proksikan dengan Mudharabah, Pembiayaan

Jual Beli yang diproksikan dengan Murabahah, FDR dan NPF secara parsial

dan simultan memengaruhi variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan

ROA. Keterkaitan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Gambar Keterkaitan Antar Variabel

X1

X2

X3

X4 Y1

VariabelMudharabah

VariabelMurabahah

VariabelFDR

VariabelNPF

VariabelROA

61

1. Keterkaitan Variabel Mudharabah dengan ROA

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana

pihak pertama (sahibul maal) sebagai pemilik modal menyediakan seluruh

modalnya (100%) untuk dikelola oleh pihak kedua (mudharib) sebagai

pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Kualitas

investasi pada mudharabah dapat disesuaikan atas tingkat kesesuaian

antara realisasi bagi hasil dengan dengan proyeksinya, kondisi keuangan,

dan prospek usaha. Pendapatan mudharabah memiliki pengaruh besar

terhadap perubahan tingkat profitabilitas. Artinya, perubahan yang terjadi

pada pendapatan mudharabah memiliki pengaruh besar terhadap

profitabilitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur dan

Fidiana (2016) bahwa pembiayaan mudharabah berpengaruh secara

signifikan terhadap ROA pada bank.

2. Keterkaitan Variabel Murabahah dengan ROA

Murabahah yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual

kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan

sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya

dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Perbedaan

antara harga beli dan harga jual barang disebut margin keuntungan.

Pendapatan murabahah memiliki pengaruh besar terhadap perubahan

tingkat profitabilitas. Artinya, perubahan yang terjadi pada pendapatan

murabahah yang diperoleh dari margin keuntungan memiliki pengaruh

62

besar terhadap profitabilitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadia

(2015), bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ROA bank.

3. Keterkaitan Variabel FDR dengan ROA

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan

yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin

rendah kemampuan likuiditas bank. Loan to Deposit Ratio mempunyai

peranan yang sangat penting sebagai indikator yang menunjukkan tingkat

ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga LDR dapat juga digunakan

untuk mengukur berjalan tidaknya suatu fungsi intermediasi bank. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ningsukma dan Haqiqi (2016), bahwa FDR

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.

4. Keterkaitan Variabel NPF terhadap ROA

NPF merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian

pinjaman oleh debitur (pihak yang menerima pembiayaan). Semakin kecil

NPF semakin kecil pula risiko Pinjaman (pembiayaan) yang ditanggung

pihak bank. Bank dalam memberikan Pinjaman (pembiayaan) harus

melakukan analisis terhadap kemampuan debitur (penerima pembiayaan)

untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah Pinjaman (pembiayaan)

diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan

pinjaman (dana pembiayaan) serta kemampuan dan kepatuhan debitur

63

dalam memenuhi kewajibannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Bunga dan Nisful (2016) bahwa NPF memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ROA.

5. Keterkaitan Variabel Mudharabah, Murabahah, FDR dan NPF

terhadap ROA.

Dalam hal ini mengukur hubungan antara CAR, NPF, BOPO, dan

FDR dengan profitabilitas (ROA) pada bank (secara simultan).

D. Kerangka Pemikiran

Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari

konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan

sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim

yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang

mengharapkan adanya jasa transaksi keuangan yang dilakukan sejalan dengan

nilai moral dan prinsip-pronsip syariah. Karena dalam kenyataannya untuk

menghadapi gejolak moneter yang diwarnai dengan tingkat suku bunga tinggi

perbankan syariah tidak tergoyahkan karena sistem perbankan syariah

menggunakan sistem bagi hasil, dan tidak berbasiskan pada bunga.

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan

pada Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan

kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah, Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

64

menyalurkan dana masyarakat, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat

menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima

dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya

dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, Bank Syariah dan

Unit Usaha Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf

uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan

kehendak pemberi wakaf (wakif), dan Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat, bank syariah menggunakan skema produk berupa Wadiah dan

Mudharabah untuk Funding, sedangkan Financing terbagi menjadi dua

pembiayaan Bagi Hasil menggunakan skema produk Midharabah dan

Musyarakah, dan pembiayaan Jual Beli menggunkan skema Murabahah,

Salam Istishna. Namun dalam penelitian ini memproksikan pembiayaan Bagi

Hasil dengan skema produk Mudharabah, sedangkan pembiayaan Jual Beli

menggunakan skema produk Murabahah.

Pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bank syariah, oleh

karena itu bank syariah harus harus melaksanakan pembiayaan dengan hati

hati untuk peningkatan laba yang diharapkan, dan nantinya akan menjadikan

bank syariah dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Keberhasilan bank

syariah dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada

masyarakat, jika meningkat maka aset bank syariah juga ikut mneingkat,

65

selama Jumlah NPF tidak ikut meningkat. Keberlangsungan usaha dapat juga

dilihat dari kinerja perusahaan. Jika kinerjanya baik maka laba atau

profitabilitas juga akan baik, yang tentunya akan bedampak pada bank itu

sendiri. Return on Asset (ROA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan.

Selain Return on Aset Rasio yang dapat menilai kinerja bank syariah

ialah FDR. Yang mana FDR merupakan rasio mengukur seberapa banyak

pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat, pada rasio ini manajemen

bank harus lebih hati-hati karena tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak

boleh terlalu sedikit oleh karena itu masing-masing bank memiliki ketentuan

tersendiri biasanya tidak boleh kurang dali 85% dan tidak boleh lebih dari

110%. Selain itu rasio NPF / Pembiayaan bermasalah juga dapat djadikan

ukuran kinerja perbankan syariah yakni tidak boleh lebih dari 2%. Non

Performing Financing (NPF) merupakan indikator yang digunakan untuk

menunjukan kerugian akibat risiko pembiayaan. Tingkat Non Performing

Financing (NPF) yang tinggi mengharuskan bank membentuk cadangan

penghapusan yang lebih besar.

66

Gambar 2.2 Gambar Kerangka Konseptual Analisis Pengaruh Pembiayaan

Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF Terhadap Profitabilitas

E. Hipotesis Penelitian1. Ho : Pembiayaan Mudharabah sebagai variabel independen tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

BUS UUS

Rasio Keuangan Perbulan

Variabel IndependenPembiayaan Mudharabah, Pembiayaan

Murabahah, FDR dan NPF

ProfitabilitasROA

Uji t Uji F Adjusted R2

Metode Regresi Data Panel

Hasil dan Interpretasi

Kesimpulan dan Saran

67

H1 : Pembiayaan Mudharabah sebagai variabel independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.4edc

2. Ho : Pembiayaan Murabahah sebagai variabel independen tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

H1 : Pembiayaan Murabahah sebagai variabel independen memiliki

pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

3. Ho : Financing to Depist Reatio (FDR) sebagai variabel independen

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

H1 : Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel independen

memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

4. Ho : Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

H1 : Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen

memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

5. Ho : Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah, FDR dan NPF

secara simultan dan parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

Profitabilitas.

H1 : Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah, FDR dan NPF

secara simultan dan parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap

Profitabilitas.

68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian penulis memfokuskan pada variabel-

variabel yang diuji yang terdiri dari, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual

beli, FDR, dan NPF terhadap Profitabilitas BUS dan UUS di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan

penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu

variabel bebas yang diproksikan dengan Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan

Jual Beli, FDR, dan NPF terhadap variabel terikat yaitu Profitabilitas yang

diproksikan dengan ROA.

Data operasional menggunakan data sekunder yaitu dalam runtun

waktu (time series) dalam bulanan periode Januari 2015 sampai dengan April

2018 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Metode penelitian ini

menggunakan metode penelitian historis yang bersifat Kausal-Distributif

artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisa suatu keadaan yang

telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas yaitu

Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR dan NPF dengan

variabel terikat yaitu Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kauntitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk

membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini

69

berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berkala (Nazir, 2005;54).

Jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian untuk membuat

deskripsi dari suatu fenomena dengan menggunakan data dalam bentuk

jumlah yang dituangkan untuk menerangkan suatu kejadian dari angka-angka

B. Metode Pengumpulan Data

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu

mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas (Usman, 2003). Populasi

dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang terdiri atas Bank Umum

Syariah (BUS) ada 13 Bank, Unit Usaha Syariah (UUS) ada 21 Bank, dan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ada 167 Bank. Sedangkan sampel

yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh BUS dan UUS yang

sudah terdaftar di OJK. Berikut tabel yang menampilkan daftar Bank Umum

Syariah di Indonesia

Tabel 3.1 Jumlah Bank Umum Syariah

Sumber: SPS diterbitkan Oleh OJK., September 2017

70

Tabel 3.2 Jumlah Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah

1 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk2 PT Bank Permata, Tbk3 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk4 PT Bank CIMB Niaga, Tbk5 PT Bank OCBC NISP, Tbk6 PT Bank Sinarmas7 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.8 PT BPD DKI9 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta

10 PT BPD Jawa Tengah11 PT BPD Jawa Timur, Tbk12 PT BPD Sumatera Utara13 PT BPD Jambi14 PT BPD Sumatera Barat15 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau16 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung17 PT BPD Kalimantan Selatan18 PT BPD Kalimantan Barat19 PD BPD Kalimantan Timur20 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat21 PT BPD Nusa Tenggara Barat

Sumber: SPS diterbitkan Oleh OJK., September 2017.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah

menggunakan metode Purposive Sampling. Data penelitian diperoleh dari

data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data diperoleh dengan cara Riset

Kepustakaan, Riset lapangan, dan Riset Internet.

C. Metode Analisis Data

Untuk membantu penelitian, penulis menggunakan metode analisis

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Pengolahan data

menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan EViews 6.0.

71

1. Analisis Regresi Data Panel

Data panel merupakan kombinasi data cross section dengan time

series. Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time

series yang sama maka disebut sebagai balanced panel (total jumlah

observasi = N x T). Sebaliknya jika jumlah observasi berbeda untuk

setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel. keunggulan

penggunaan data panel memberikan banyak keuntungan diantaranya

sebagai berikut:

a. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga

dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh

degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang

dihasilkan lebih baik.

b. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross

section dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah

penghilangan variabel (omitted variable).

c. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel.

d. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang

secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni

dan cross section murni.

e. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih

kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan

perubahan teknologi.

72

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat

individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.

Selain itu, keuanggulan regresi data panel menurut Wibisono

(2005) antara lain:

a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara

eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu

b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan

data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model

perilaku lebih kompleks

c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang

berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok

digunakna sevagai study of dynamic adjustment

d. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih

informative, lebh variatif, dan kolinearitas (multiko) antara data

semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df)

lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih

efisien.

e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model

perilaku yang kompleks

f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang

mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model yaitu :

model Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect.

73

1) Common Effect Model

Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu

menggabungkan seluruh data time series dengan cross section,

selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS

(Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan

slop dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. Dengan

kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua perusahaan

pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah ketidakseuaian

model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat

berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan waktu yang lain

dapat berbeda.

Model ini hanya mengkombinasikan data time series dan

cross section dalam bentuk pool, megestimasinya menggunakan

pendekatan kuadrat terkecil/pooled least square. Adapun persamaan

regresi dalam model common effects dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = α + Xitβ + εit

Di mana:

i = BUS, UUS

t = 2015, 2016, 2017, 2018

Di mana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan

periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam

pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah

untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

74

2) Fixed Effect Model

Model data panel dengan Fixed Effects Model (FEM)

mengasumsikan bahwa perbedaan mendasar antarindividu dapat

diakomodasikan melalui perbedaan intersepnya, namun intersep

antarwaktu sama (time invariant). Fixed effect maksudnya bahwa

koefisien regresi (slope) tetap antarindividu dan antarwaktu.

Intersep setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui

dan akan diestimasi. Pada umumnya dengan memasukkan variabel

boneka (dummy variable), sehingga FEM sering disebut dengan

Least Square Dummy Variable (LSDV).

Oleh karena itu, dalam model fixed effect, merupakan

parameter yang tidak diketahui dan akan diestimasi dengan

menggunakan teknik variabel dummy yang dapat ditulis sevagai

berikut:

Yit = α + iαit + X’itβ + εit

3) Random Effect Model

Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi

kelemahan model efek tetap yang menggunakan dummy variable,

sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dummy

variable akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang

pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang

diestimasi. REM menggunakan residual yang diduga memiliki

hubungan antawaktu dan antarindividu. Sehingga REM

75

mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep

yang merupakan variabel random.

Berbeda dengan fixed effects model, efek spesifik dari

masing-masing individu diperlukan sebagai bagian dari komponen

error yang bersifat acak dan tidak berkorelasi dengan variabel

penjelas yang teramati. Model ini sering disebut juga dengan Error

Component Moedel (ECM). Dengan demikian, persamaan model

random effect dapat dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + X’itβ + wit

Di mana:

Wit = εit + u1 ; E (wit) = 0 ; E (wit2) = α2 + αu2 ;

E (Wit , Wjt-1) = 0 ; i j; E (ui , εit) = 0

E (εi, εis ) = E (εit , εjt) = E (εit , εjt) = 0

Meskipun komponen error Wt bersifat homoskedastik,

nyatanya terdapat korelasi antara Wt dan wit-s (equicorrelation),

yakni:

Corr (wit , wi(t-1) = αu2/ (α2 + αu

2)

Karena itu, metode OLS tidak bisa digunakan untuk

mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effects.

Metode yang tepat untuk mengestimasi model random effects adalah

Generalized Least Squares (GLS) dengan asumsi homoskedastik dan

tidak ada cross-sectional correlation.

76

Judge (1980) danlam Fadly (2011), menyatakan bahwa ada

perbedaan mendasar untuk menentukan pilihan antara FEM (Fixed

Effcets Model) dan ECM (Error Component Model) antara lain

sebagai berikut:

a. Jika T (Jumlah data time series) besar dan N (jumlah unit cross

section) kecil, perbedaan antara FEM dan ECM adalah sangat

tipis. Oleh karena itu, dapat dilakukan penghitungan secara

konvensional. Pada keadaan ini, FEM mungkin lebih disukai

b. Ketika N besar dan T kecil, estimasi diperoleh dengan dua

metode dapat berbeda secara signifikan. Pada ECM, di mana

adalah komponen random cross section dan pada FEM,

ditetapkan dan tidak acak. Jika sangat yakin dan percaya bahwa

individu, ataupun unit cross section sampel adalah tidak acak,

maka FEM lebih cocok digunakan. Jika unit cross section sampel

adalah random/acak, maka ECM lebih cocok digunakan.

c. Komponen error individu dan satu atau lebih regresor

berkorelasi, estimator yang berasal dari ECM adalah bias,

sedangkan yang berasal dari FEM adalah unbiased.

d. Jika N besar dan T kecil, serta jika asumsi untuk ECM terpenuhi,

maka estimator ECM lebih efisien dibanding estimator FEM.

2. Metode Pemilihan Model

Keputusan untuk memilih jenis model yang digunakan dalam

analisis panel didasarkan pada dua uji, yakni uji Chow dan uji Hausman.

77

Uji Chow digunakan untuk memutuskan apakah menggunakan Common

Effect atau Fixed Effect. Keputusan untuk menggunakan Fixed Effect

atau Random Effect ditentukan oleh Uji Hausman.

Prosedur kedua uji adalah sebagai berikut:

1 Uji Chow (Uji Common Effect dengan Fixed Effect)

Hipotesis : H0: a1 = a2 = … = ai (intercept sama)

H1: sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda

2 Uji Hausman (Uji Fixed Effect dengan Random Effect)

Hipotesis : H0 : E(ti | xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat

H1 : E(ti | xit) ≠ 0 atau FEM adalah model yang tepat

Statistik uji yang digunakan adalah uji Hausman dan

keputusan menolak H0 dilakukan dengan membandingkannya

dengan Chi square. Jika nilai maka H0 ditolak sehingga model yang

digunakan adalah Fixed Effect, sebaliknya jika penolakan H0 tidak

signifikan maka yang digunakan adalah Random Effect.S

3 Pengujian Model dengan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linear dengan

pendekatan Ordinary Least Square (OLS) meliputi uji Linieritas,

Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Multikolinearitas dan Normalitas.

Walaupun demikian, tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada

setiap model regresi linier dengan pendekatan OLS

a. Uji linieritas hampir tidak dilakukan pada setiap model regresi linier.

Karena sudah diasumsikan bahwa model bersifat linier. Kalaupun

78

harus dilakukan semata-mata untuk melihat sejauh mana tingkat

linieritasnya.

b. Uji normalitas pada dasarnya tidak merupakan syarat BLUE (Best

Linier Unbias Estimator) dan beberapa pendapat tidak mengharuskan

syarat ini sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi.

c. Autokorelasi hanya terjadi pada data time series. Pengujian

autokorelasi pada data yang tidak bersifat time series (cross section

atau panel) akan sia sia semata atau tidaklah berarti.

d. Multikoleniaritas perlu dilakukan pada saat regresi linier

menggunakan lebih dari satu variabel bebas. Jika variabel bebas hanya

satu, maka tidak mungkin terjadi multikolinearitas.

e. Heteroskedastisitas biasanya terjadi pada data cross section, dimana

data panel lebih dekat keciri data cross section dibandingkan time

series.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada regresi

data panel, tidak semua uji asumsi klasik yang ada pada metode OLS

dipakai, hanya multikolinearitas dan heteroskedastisitas saja yang

diperlukan. Sebelum data diolah dan digunakan lebih lanjut, terlebih

dahulu diuji dua asumsi utama, yaitu sebagai berikut:

a. Uji Mulitikolinieritas

Multikolinearitas adalah salah satu asumsi penting untuk

model regresi berganda. Asumsi ini menyatakan bahwa antara

variabel independen terjadi gejala korelasi atau memiliki hubungan

79

yang signifikan. Pengujian multikolinearitas akan menggunakan

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria

sebagai berikut:

1) Jika angka tolerance dibawah 0,10 dan VIF > 10 dikatakan

terdapat gejala multikolinearitas.

2) Jika angka tolerance diatas 0,10 dan VIF < 10 dikatakan tidak

terdapat gejala multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada atau tidaknya

heteroskesdastisitas dapat dideteksi dengan cara melihat grafik

scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y

sesungguhnya). Dasar analisis terhadap grafik scatterplot tersebut

adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas

dand i bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan

tidak adanya heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011).

80

4 Uji Hepotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan,

perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji f. Tujuan

digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial

maupun secara simultan, serta mengetahui besarnya dominasi variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen. Metode pengujian

terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan pengujian secara

parsial dan pengujian secara simultan. (Endang Nugraheni, 2015).

a. Uji Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen. Langkah–langkah yang dilakukan adalah :

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen .

3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0.05

(α=0,05)

4) Membandingkan Thitung dengan Ttabel. Nilai Thitung dapat dicari

dengan melihat tabel distribusi t, yakni dengan cara memilih

tingkat signifikansi berbanding dengan N-K.

Dimana :

k = Banyaknya koefisien regresi

81

N = Banyaknya Observasi

Jika Thitung> Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika Thitung< Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika

probabilitas kurang dari 0, 05

b. Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi Pembiayaan

Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR (Financing to Deposit

Ratio), dan NPF (Non Performing Financing ), terhadap Return

On Asset (ROA).

Langkah–langkah yang dilakukan adalah :

1) Merumuskan Hipotesis (Ha)

2) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen .

3) Menentukan tingkat taraf signifikansi yaitu sebesar 0. 05

(α=0, 05).

4) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitung dapat dicari

dengan rumus :

Fhitung= melihat n1 (k – 1) dan n2(N – k).

Dimana :

k = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya Observasi

Jika Fhitung> Ftabel maka Hoditolak dan Haditerima

82

Jika Fhitung< Ftabel maka Hoditerima dan Haditolak

Sedangkan berdasarkan probabilitas, Ha akan diterima jika

probabilitas kurang dari 0, 05.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukan besarnya variasi dari

variabel independen yang mampu menerangkan variabel

dependen dalam sebuah penelitian. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen amat terbatas. Sebaliknya jika Nilai R2 yang mendekati

satu berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen kuat.

D. Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen (Y)

Menurut Kuncoro (2003:26) variabel terikat (dependent variable)

adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan.

Pengamatan akan mendeteksi ataupun menerangkan variabel dalam

variabel terikat beserta perubahannya yang terjadi kemudian. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas.

Profitabilitas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini

menggunakan return on asset (ROA) yang menunjukkan seberapa banyak

laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

83

perusahaan. Rasio ini merupakan rasio terpenting untuk mengetahui

profitabilitas suatu perusahaan. ROA merupakan ukuran efektifitas

perushaaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas dalam penelitian ini diproyeksikan

dengan Return On Asset (ROA):

ROA =

Laba Bersih Sebelum Pajak

x 100%

Total Aktiva

b. Variabel Independen (X)

Menurut Kuncoro (2003:42) variabel bebas (independent

variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam

variabel terikat dan mempunyai pengaruh positif atau negatif bagi

variabel terikat lainnya. Variabel independen pada penelitian ini ialah

Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR (Financing to

Deposit Ratio), dan NPF (Non Performing Financing).

1) Pembiayaan Bagi Hasil

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, tingkat keuntungan

bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan

prinsip bagi hasil. Keuntungannya ditentukan oleh nisbah bagi hasil

yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak yang

bertransaksi di awal transaksi. Produk perbankan syariah yang

termasuk ke dalam kelompok bagi hasil adalah mudharabah dan

84

musyarakah. Namun dalam penelitian ini Pembiayaan Bagi Hasil

diproksikan dengan Mudharabah. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

yaitu Statistik Perbankan Syariah (SPS) berdasarkan perhitungan

bulanan, yaitu Januari 2015 hingga April 2018 yang dinyatakan

dalam bentuk miliar rupiah.

2) Pembiayaan Jual Beli

Antonio (2001;106) menyatakan bahwa Bai’ al-murabahah

memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah

adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual

dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’al-

murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan

penanganan administrasinya dibank syariah. Data operasional yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) yaitu Statistik Perbankan Syariah (SPS)

berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu Januari 2015 hingga April

2018 yang dinyatakan dalam bentuk miliar rupiah.

3) Fianancing to Deposit Ratio (FDR)

Financing To Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kemampuan

bank dalam memenuhi permintaan pembiayaan dengan

menggunakan total aset yang dimiliki. Semakin tinggi FDR, maka

semakin tinggi dana yang disalurkan kepada pihak ketiga.

Penyaluran dana yang semakin besar akan menyebabkan pendapatan

85

yang semakin meningkat sehingga berpengaruh terhadap naiknya

laba bank syariah. FDR diproyeksikan dengan rumus:

FDR =

Total Pembiayaan

x 100%Dana Pihak Ketiga

4) Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan

yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam perbankan

syariah. NPF mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko

kegagalan pemngembalian debitur. Tingginya tingkat Non

Performing Financing (NPF) pada suatu bank syariah menunjukkan

kualitas bank syariah yang tidak sehat. Pembiayaan yang tidak lancar

ini disebabkan karena adanya kendala pada masing-masing

pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah tersebut. Kendala

tersebut disebabkan pada setiap pembiayaan yang diberikan oleh

bank, tidak semua pembiayaan tersebut dapat dikembalikan secara

penuh oleh nasabah. NPF diproyeksikan dengan rumus:

NPF =

Jumlah Pembiayaan Bermasalah

x 100%Total Pembiayaan

86

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Regresi Data Panel

Guna menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diutarakan

dalam Bab 1, dalam bab ini akan dilakukan analisa data melalui tahap-tahap

yang telah diuraikan pada Bab 3.

1. Deskriptif Statistik Variabel Terikat dan Variabel Bebas

Tabel dibawah ini menunjukkan statistik deskriptif atas variabel-

variabel yang ada pada permodelan panel data penelitian tesis ini

Tabel 4.1 Tabel Deskriptif Statistik

MUDHARABAH MURABAHAH FDR NPF ROAMean 7573.475 66013.14 94.11688 4.129125 1.519500Median 7492.500 61124.00 94.58000 4.190000 1.500000Maximum 10506.00 115117.0 111.7200 6.170000 2.820000Minimum 5936.000 25459.00 77.63000 2.110000 0.160000Std. Dev. 1019.258 36966.78 9.714256 1.052929 0.813757Skewness 0.983022 0.104083 0.060533 -0.064588 -0.003037Kurtosis 3.911955 1.162417 1.887134 1.761284 1.350930

Jarque-Bera 15.65664 11.40015 4.177092 5.170342 9.064892Probability 0.000398 0.003346 0.123867 0.075383 0.010754

Sum 605878.0 5281051. 7529.350 330.3300 121.5600Sum Sq. Dev. 82072002 1.08E+11 7454.975 87.58404 52.31378

Cross Section 2 2 2 2 2Observations 80 80 80 80 80

Sumber: Output Regresi Data Panel Eviews 6

Nilai rata-rata (mean) dari variabel terikat ROA adalah 1.51%. angka

tersebut merupakan perwakilan dari angka angka yang ada dan dapat

dijadikan sebagai cermin gambaran secara umum. Angka tersebut berarti

87

kondisi kesehatan BUS dan UUS dari tahun 2015-2018 sangat sehat

merujuk pada tingkat kesehatan bank dengan kriteria ROA>1,5%

menandakan bahwa kondisi kesehatan suatu perusahaan sangat sehat. Nilai

rata rata variabel bebas NPF ialah sebesar 4.12% yang berarti NPF BUS

dan UUS dari tahun 2015-2018 masuk dalam kategori sehat. Nilai rata-rata

FDR ialah sebesar 94.11% yang berarti FDR BUS dan UUS dari tahun

2015-2018 masuk dalam kategori cukup sehat. Selanjutnya nilai rata-rata

Pembiayaan Mudharabah ialah sebesar Rp 7.573.475.000 Milyar dan nilai

rata-rata pembiayaan Murabahah ialah sebesar Rp 66.013.140.000 Milyar.

2. Tahap Penyiapan Data

Dalam tahap ini masing-masing data variabel independen akan

diukur koefisien korelasinya sehingga diketahui kuat lemahnya hubungan

antar variabel. Hubungan antar variabel ini nantinya bahwa variabel

independen baik secara individual maupun bersama-sama akan

menjelaskan variabel dependen. Hasil dari pengujian ini ialah sebagai

berikut:

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas antar varaiabel independen menunjukkan nilai

korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Korelasi Antar Variabel Independen

MUDHARABAH MURABAHAH FDR NPFMUDHARABAH 1.000000 0.025153 -0.029749 -0.123160MURABAHAH 0.025153 1.000000 -0.934170 0.832489

FDR -0.029749 -0.934170 1.000000 -0.735576NPF -0.123160 0.832489 -0.735576 1.000000

88

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa:

1) Variabel Mudharabah memiliki korelasi/hubungan yang kuat

dengan Murabahah dan NPF tetapi memiliki hubungan yang lemah

dengan FDR

2) Variabel Murabahah memiliki korelasi/hubungan yang kuat dengan

Mudharabah dan NPF tetapi memiliki hubungan yang lemah

dengan FDR

3) Variabel FDR memiliki korelasi/hubungan yang kuat dengan

seluruh variabel kecuali dengan mudharabah

4) Variabel NPF memiliki hubungan yang kuat dengan seluruh

variabel kecuali dengan Mudharabah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi

multikolinearitas karena dalam matrik korelasi tersebut tidak ada nilai >

0,10. Dan juga dapat ditarik kesimpulan bahwa Variabel FDR memiliki

hubungan yang lemah dengan seluruh variabel.

b. Uji Heteroskedastisitas

Hasil running data untuk Uji Heteroskedastisitas adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.660713 0.443406 1.490087 0.1404MUDHARABAH -2.36E-05 1.37E-05 -1.717781 0.0900MURABAHAH -1.62E-06 1.30E-06 -1.248092 0.2159

FDR -0.003214 0.003986 -0.806360 0.4226NPF 0.028342 0.024527 1.155536 0.2515

89

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

probabilitas Obs*R-squared jika probabilitas > 0.05 maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Probabilitas pada setiap variabel penelitian ini yaitu

lebih dari 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

3. Tahap Penyusunan dan Pengujian Model

Data yang telah dipersiapkan pada awal proses selanjutnya

dikelompokkan dalam 2 besaran variabel yaitu: variabel dependen yang

terdiri dari profitabilitas yang diproksikan dengan ROA dan variabel

independen yaitu terdiri dari: Pembiayaan bagi hasil yang diproksikan

dengan Mudharabah, Pembiayaan Jual Beli yang diproksikan dengan

Murabahah, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing

Financing (NPF).

Hasil dari penyusunan dan pengujian model ini adalah sebagai

berikut:

1) Model Common Effect dan Model Fixed Effect

Hasil running data untuk model Common Effect adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil running model Common Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.602674 0.859806 8.842309 0.0000MUDHARABAH -4.04E-05 2.66E-05 -1.516615 0.1336MURABAHAH -1.80E-05 2.51E-06 -7.182486 0.0000

FDR -0.031261 0.007730 -4.044251 0.0001NPF -0.398185 0.047561 -8.372111 0.0000

R-squared 0.922503 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.918370 S.D. dependent var 0.813757

90

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.S.E. of regression 0.232498 Akaike info criterion -0.019411Sum squared resid 4.054139 Schwarz criterion 0.129465Log likelihood 5.776448 Hannan-Quinn criter. 0.040278F-statistic 223.1962 Durbin-Watson stat 1.210322Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil running data untuk model Fixed Effect adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil running model Fixed Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.877703 1.418056 2.734520 0.0078MUDHARABAH 1.32E-05 3.02E-05 0.437845 0.6628MURABAHAH 8.05E-07 6.35E-06 0.126925 0.8993

FDR -0.019342 0.008188 -2.362261 0.0208NPF -0.167355 0.084903 -1.971129 0.0524

Effects SpecificationCross-section fixed (dummy variables)R-squared 0.931937 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.927338 S.D. dependent var 0.813757S.E. of regression 0.219355 Akaike info criterion -0.124212Sum squared resid 3.560629 Schwarz criterion 0.054440Log likelihood 10.96850 Hannan-Quinn criter. -0.052586F-statistic 202.6459 Durbin-Watson stat 1.234038Prob(F-statistic) 0.000000

Pengujian statistik untuk memilih model pertama kali adalah dengan

melakukan uji Chow untuk menentukan apakah metode common atau

fixed effect yang sebaiknya digunakan dalam membuat regresi data panel.

Jika nilai Cross-section Chi-square Prob < 0,05, maka uji Husman akan

dilakukan untuk memilih antara metode fixed effect atau random effect.

Tabel 4.6 Hasil running Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.Cross-section F 10.256553 (1,74) 0.0020Cross-section Chi-square 10.384100 1 0.0013

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 6.0

91

Chow test adalah pengujian untuk menentukan model Common

Effect atau Fixed Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi

data panel. Apabila Hasil:

H0: Pilih PLS

H1: Pilih FEM

Berdasarkan Tabel 4.5 uji Chow diatas, kedua nilai probabilitas

Cross Section F dan Chi square yang lebih kecil dari Alpha 0,05 sehingga

menolak hipotesis H0. Jadi menunjukan fixed effect, model yang terbaik

digunakan. Berdasarkan hasil uji Chow diatas didapatkan bahwa menolak

hipotesis H0, yaitu menolak common effect, sehingga langkah selanjutnya

melakukan uji Hausman untuk memilih antara fixed effect dan random

effect.

2) Model fixed effect dan random effect

Tabel 4.7 Hasil running random effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 7.596840 0.741051 10.25144 0.0000

MUDHARABAH -4.01E-05 2.28E-05 -1.760024 0.0825MURABAHAH -1.81E-05 2.16E-06 -8.380284 0.0000

FDR -0.031247 0.006658 -4.692885 0.0000NPF -0.397161 0.041023 -9.681446 0.0000

Tabel 4.8 Hasil running Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.Period random 29.521046 4 0.0000

Dapat disimpulkan bahwa dari pengujian Hausman Test penelitian

ini akan menggunakan metode fixed effect untuk mengetahui hubungan

92

antara variabel dependen dan variabel independen. Dapat dilihat pada

probability pada test period random effect bernilai 0.0000 yang berarti

highly significant dengan tingkat signifikansi 95% (a = 5%). Sehingga

keputusan yang diambil pada pengujian Hausman test ini yaitu tolak H0 (p-

value < 0.05).

4. Hasil Estimasi Model Data Panel

Berdasarkan dari uji spesifikasi model yang telah dilakukan serta

dari perbandingan nilai terbaik maka model regresi data panel yang

digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Berdasarkan hasil uji

Hausman tersebut diketahui bahwa data panel mengikuti model Fixed

Effect sehingga perlu dilakukan analisa data lebih lanjut guna menetapkan

apakah dalam model terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Dalam

analisa ini akan dilakukan perbandingan antara Model Fixed Effect dengan

Model Fixed Effect Cross-section Weight. Model yang terakhir ini

mengasumsikan terdapat permasalahan heteroskedastisitas sehingga harus

dilakukan adjustment melalui pembobotan pada data cross section.

Dengan demikian apabila hasil yang terbaik adalah Model Fixed Effect

Crosssection Weight artinya bahwa terdapat permasalahan

heteroskedastisitas namun telah dapat diselesaikan melalui pembobotan

pada data cross section.

93

Tabel 4.9 Hasil running fixed Effect Cross-section Weight

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 3.968158 1.423228 2.788140 0.0067

MUDHARABAH 1.20E-05 3.05E-05 0.394237 0.6945MURABAHAH 4.80E-07 6.32E-06 0.075967 0.9397

FDR -0.019854 0.008286 -2.396244 0.0191NPF -0.170180 0.084908 -2.004274 0.0487

Effects SpecificationCross-section fixed (dummy variables)

Weighted StatisticsR-squared 0.931960 Mean dependent var 1.502250Adjusted R-squared 0.927363 S.D. dependent var 0.779464S.E. of regression 0.219348 Sum squared resid 3.560409F-statistic 202.7207 Durbin-Watson stat 1.222661Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.931933 Mean dependent var 1.519500Sum squared resid 3.560851 Durbin-Watson stat 1.234418

Perbandingan dari kedua model tersebut sebagaimana dalam tabel

perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Perbandingan Model Fixed Effect dan Fixed Effect CrossSection Weight

No Item Fixed Effect Fixed Effect Cross-Section Weight

1 F Stat 202.6459 202.72072 Prob F-Stat 0.000000 0.0000003 Prob

(coefficient)C 0.0078 (3.877703) 0.0067 (3.968158)

Mudharabah 0.6628 (1.32E-05) 0.6945 (1.20E-05)Murabahah 0.8993 (8.05E-07) 0.9397 (4.80E-07)

FDR 0.0208 (-0.019342) 0.0191 (-0.019854)NPF 0.0524 (-0.167355) 0.0487 (-0.170180)

4 R2 0.931937 0.931960

Berdasarkan perbandingan kedua model tersebut dapat dilakukan

penilaian pada beberapa hal yaitu:

94

a. Hasil uji F-Stat menunjukkan bahwa Probability F-Stat pada kedua

model sangat kecil dan dibawah niali a sebesar 0.05 sehingga kedua

model memiliki (Slope) regresi yang mampu menjelaskan variabel

dependen secara bersama-sama. Dari sisi lain nilai F-Stat menunjukkan

bahwa Model Fixed Effect Cross-section Weight lebih mampu

menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama.

b. Hasil uji t-Stat menunjukkan bahwa Probability t-Stat pada model Fixed

Effect terdapat tiga variabel yang tidak signifikan (pada a=0.05) yaitu

pada variabel Mudharabah, Murabahah, dan NPF. Berbeda halnya

dengan model Fixed Effect Cross-section Weight dimana berdasarkan

nilai Prob t-Stat terdapat dua variabel yang tidak signifikan yakni

Mudharabah dan Murabahah. Dari nilai Prob t-Stat menunjukkan

bahwa variabel NPF dan FDR pada model Fixed Effect Cross-section

Weight mempunyai tingkat signifikansi yang lebih tinggi dalam

menjelaskan variabel dependen.

c. Hasil Uji R2 menunjukkan bahwa kedua model memiliki kemampuan

yang cukup tinggi dalam menjelaskan variabel dependen. Pada Fixed

Effect dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 0.931937

sedangkan pada model Fixed Effect Cross-section Weight dalam

menjelasakan variabel dependen sebesar 0.931960.

Dengan demikian dari perbandingan kedua model tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa model Fixed Effect Cross-section Weight lebih baik

bila dibandingkan dengan model Fixed Effect. Berdasarkan hasil

95

penentuan model ini maka selanjutnya akan dilakukan analisa guna

menjawab pertanyaan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Kemampuan model yang terdiri dari empat variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama

ditunjukkan oleh hasil perhitungan nilai R Squared (R2) dari hasil

running data panel dengan menggunakan fixed effect cross section

weight. Dalam hal ini hasil perhitungan nilai R sebesar 0.931960

menunjukkan bahwa kemampuan model yang terdiri dari empat

variabel yaitu Mudharabah, Murabahah FDR dan NPF dalam

menjelaskan ROA pada BUS dan UUS adalah sebesar 93.2%

mengindikasikan bahwa variabel bebas yang diuji ini cukup baik dalam

menjelaskan variabel terikatnya sedangkan sisanya sebesar 6.8%

dijelaskan oleh variabel lainnya.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa variabel Mudharabah,

Murabahah, FDR dan NPF secara bersama-sama berpengaruh terhadap

ROA BUS dan UUS. Hal ini karena nilai Prob F-Statnya sebesar

0.0000 lebih kecil dari 0.05 atau signifikansi 5% sehingga menerima H1

atau yang berarti pengaruh simultan antara variabel bebas dan variabel

terikat bermakna secara statistik.

Selanjutnya ialah analisis Uji t ini akan dilakukan dengan dua

tahap bagi masing-masing variabel terikat, yaitu analisis signifikansi

96

dengan probabilitas atas p-value dan analisis arah atas nilai

koefisiennya.

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

1) Mudharabah

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel

Mudharabah memiliki nilai probabilitas 0.6945. oleh karena itu, H0

yang menyatakan bahwa variabel Mudharabah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap ROA BUS dan UUS dapat

diterima pada tingkat keyakinan 95% (a = 5%). Selain itu, koefisien

variabel ini memiliki nilai sebesar 1.20E-05. Nilai positif tersebut

menggambarkan hubungan yang searah antara variabel Mudharabah

dan ROA. Dengan kata lain setiap kenaikan 1% pada Mudharabah

akan meningkatkan ROA BUS dan UUS senilai 0.0012%.

2) Murabahah

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel

Murabahah memiliki nilai probabilitas 0.9397. Oleh karena itu, H0

yang menyatakan bahwa variabel Murabahah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap ROA BUS dan UUS dapat

diterima pada tingkat keyakinan 95% (a = 5%). Selain itu, koefisien

variabel ini memiliki nilai sebesar 4.80E-07. Nilai positif tersebut

menggambarkan hubungan yang searah antara variabel Murabahah

dan ROA. Dengan kata lain setiap kenaikan 1% pada Murabahah

akan meningkatkan ROA BUS dan UUS senilai 0.000048%.

97

3) Financing to Deposit Ratio (FDR)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel FDR

memiliki nilai probabilitas 0.0191. Oleh karena itu, H0 yang

menyatakan bahwa variabel FDR tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA BUS dan UUS dapat ditolak pada tingkat

keyakinan 95% (a = 5%). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan antara FDR dengan ROA. Selain itu, koefisien

variabel ini memiliki nilai sebesar -0.019854. Nilai negatif tersebut

menggambarkan hubungan yang berlawanan antara variabel FDR

dan ROA. Dengan kata lain setiap kenaikan 1% pada FDR akan

menurunkan ROA BUS dan UUS senilai 1.9854%.

4) Non Performing Financing (NPF)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel NPF

memiliki nilai probabilitas 0.0487. Oleh karena itu, H0 yang

menyatakan bahwa variabel NPF tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA BUS dan UUS dapat ditolak pada tingkat

keyakinan 95% (a = 5%). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan antara NPF dengan ROA. Selain itu, koefisien

variabel ini memiliki nilai sebesar -0.170180. Nilai negatif tersebut

menggambarkan hubungan yang berlawanan antara variabel NPF

dan ROA. Dengan kata lain setiap kenaikan 1% pada NPF akan

menurunkan ROA BUS dan UUS senilai 17.018%.

98

B. Pembahasan

Dari pengujian hipotesis diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan

Mudharabah dan Murabahah tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ROA BUS dan UUS dalam rentang waktu dari 2015 sampai 2018.

Hal ini berarti bahwa pembiayaan mudharabah dan murabahah yang

disalurkan BUS dan UUS dalam periode tersebut tidak memberikan dampak

atau penurunan laba pada periode yang sama. Dapat dilihat pada nilai

koefisien pembiayaan mudharabah dan murabahah yang ditemukan oleh

peniliti bahwa setiap kenaikan satu persen pada pembiayaan mudharabah dan

murabahah akan memberikan dampak penambahan pada laba. Seperti yang

kita ketahui bahwa, seharusnya semakin tinggi pendapatan atau pembiayaan

yang diberikan bank untuk penyaluran dana, maka semakin tinggi pula

tingkat profitabilitas yang diperoleh oleh bank karena pendapatan bank akan

meningkat.

Tidak berpengaruhnya pembiayaan Mudharabah terhadap laba BUS dan

UUS sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi (2015). Hasil

yang ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pembiayaan

mudharabah dan laba dikarenakan pengelolaan pembiayaan mudharabah

(bagi hasil) yang merupakan salah satu komponen aset bank syariah lebih

sulit daripada jenis pembiayaan lainnya. Biaya yang dikeluarkan dalam

pengelolaan pembiayaan mudharabah (bagi hasil) juga lebih tinggi daripada

jenis pembiayaan lainnya. Pendapatan bagi hasil BUS dan UUS yang

diperoleh dari penyaluran pembiayaan mudharabah kemungkinan masih

99

belum secara optimal diperoleh sehingga belum mampu mengimbangi biaya-

biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, pendapatan pembiayaan

mudharabah belum secara optimal memberikan sumbangan dalam

menghasilkan laba bagi BUS dan UUS. Sehingga pada aknhirnya justru

berdampak pada penurunan laba BUS dan UUS. Walaupun pembiayaan

Mudharabah mengalami peningkatan dari tahun ketahun tetapi BUS dan UUS

belum mampu mengelola pembiayaan bagi hasilnya dengan baik agar

memperoleh laba yang optimal. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang

didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap laba.

Selain itu, pembiayaan Mudharabah masih kurang diminati oleh nasabah

dibandingkan dengan pembiayaan jual beli, dikarenakan budaya konsumtif

yang dimiliki masyarakat Indonesia dan juga resiko pembiayaan yang lebih

besar dibandingkan pembiayaan jual beli.

Sedangkan menurut Saeed dalam Novi (2015) mengemukakan bahwa

menurut beberapa pengamatan perbankan syariah, lemahnya peranan bagi

hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank dikarenakan

beberapa alasan antara lain: pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral

yang berkembang di kebanyakan komunitas muslim tidak memberi

kebebasan penggunaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi. Sehingga

mendorong bank untuk mengadakan pemantauan lebih intensif terhadap

setiap investasi yang diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan

berjalan tidak ekonomis dan tidak efisien. Kedua, keterkaitan bank dalam

pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih

100

banyak melibatkan pengusaha secara langsung daripada sistem lainnya pada

bank konvensional. Pihak bank turut mempengaruhi setiap pengambilan

keputusan bisnis mitranya.

Pada sisi lain, keterlibatan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri

pengusaha yang sebenarnya lebih menuntut kebebasan yang luas daripada

campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan. Ketiga, pemberian

pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaaan yang

lebih tinggi dari pihak bank. Bank syariah harus meningkatkan kualitas

pegawainya dengan cara mempekerjakan para teknisi dan ahli manajemen

untuk mengevaluasi proyek usaha yang dipinjami untuk mencermati lebih

teliti dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank konvensional. Hal

ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjaga

efisiensi kinerja perbankannya. Serta yang terakhir, pada pemberian

pembiayaan mudharabah dan musyarakah (dengan sistem bagi hasil), apabila

terjadi kerugian maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis yang

dijalankan pengusaha. Kesanggupan untuk turut menanggung risiko ini, akan

mendorong investasi lebih berisiko.

Pembiayaan Murabahah pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh

terhadap ROA BUS dan UUS sama halnya dengan penelitian yang dilakukan

oleh Amri (2015) yang menyatakan bahwa pembiayaan murabahah tidak

memiliki pengaruh terhadap ROA dikarenakan tingkat NPF yang tinggi. Pada

penelitian ini diperoleh hasil NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA

dengan nilai koefisien yang menunjukkan arah yang berlawanan. Dimana

101

NPF naik maka akan menurunkan ROA. Yang mana jika NPF tinggi tentu

juga akan berpengaruh buruk terhadap pembiayaan murabahah yang

dilakukan. Pembiayaan yang terganggu akan berdampak pada profitabilitas

BUS dan UUS. Fauzan dalam Cut dan Evi (2014) dalam risetnya menyatakan

bahwa risiko pembiayaan murabahah mempunyai hubungan yang sangat kuat

dengan profitabilitas bank umum syariah. Hubungan ini dapat dilihat melalui

setiap pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh bank umum syariah

sudah ditentukan seberapa besar profitabilitas yang diharapkan dari para

peminjam dana tersebut. Risiko pembiayaan murabahah juga merupakan

salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh bank syariah

dalam menjalankan operasionalnya, sebab risiko pembiayaan murabahah ini

terjadi akibat ketidak mampuan nasabah dalam melunasi pembiayaan yang

telah diberikan oleh bank. Hal ini akan menentukan seberapa besar

keuntungan yang akan didapatkan oleh bank syariah. Oleh karena itu harus

ada pengawasan yang lebih ketat dari pihak bank agar risiko pembiyaan ini

dapat dicegah.

Selanjutnya dalam penelitian ini NPF memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA. Suhada dalam Edi dan Muhammad (2013)

menyatakan bahwa NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi

rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.

Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi

pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.

Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba

102

bank. Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk

memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga

mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA.

Selanjutnya ialah FDR pada penelitian ini memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA, yang mana nilai koefisien menunjukkan bahwa

setiap kenaikan satu persen pada FDR akan menurunkan ROA. Begitupun

sebaliknya jika FDR turun satu persen maka akan menaikkan ROA. FDR

yang rendah menunjukkan bahwa likuiditas BUS dan UUS masih longgar.

Artinya bahwa dana dibank syariah masih cukup belimpah agar bisa

digunakan untuk penyaluran pembiayaan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

mencatat, rasio financing to deposit ratio (FDR) perbankan syariah per

Desember 2017 sebesar 79,65%. Angka tersebut di bawah tahun sebelumnya

85,99%. Data ini berarti, semakin rendah rasio FDR maka likuiditas bank

semakin longgar. Peneitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad dkk (2012) serta Bunga dan Nisful (2016).

Hasil dari penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan bank

syariah pada tahun 2015-2018 tidak terlalu memberikan dampak pada

penambahan keuntungan atau pertumbuhan aset bank syariah hal ini

dikarenakan NPF bank syariah yang cukup tinggi. jika terus berlanjut akan

berdampak pada pertumbuhan perbankan syariah itu sendiri. Sejauh ini bank

syariah belum dapat mengimbangi pertumbuhan perbankan konvensional. Hal

ini dapat dilihat dari pangsa pasar (market share) keuangan syariah yang

secara keseluruhan masih di bawah 5%. Namun apabila dilihat dari setiap

103

jenis produk syariah, hingga akhir Desember 2016, terdapat beberapa produk

syariah yang market share-nya di atas 5%, antara lain aset perbankan syariah

sebesar 5,33% dari seluruh aset perbankan, sukuk negara yang mencapai

14,82% dari total surat berharga negara yang beredar, lembaga pembiayaan

syariah sebesar 7,24% dari total pembiayaan, lembaga jasa keuangan syariah

khusus sebesar 9,93%, dan lembaga keuangan mikro syariah sebesar 22,26%.

Sementara itu, produk syariah yang pangsa pasarnya masih di bawah 5%,

antara lain sukuk korporasi yang beredar sebesar 3,99% dari seluruh nilai

sukuk dan obligasi korporasi, nilai aktiva bersih reksa dana syariah sebesar

4,40% dari total nilai aktiva bersih reksa dana, dan asuransi syariah sebesar

3,44%. Selain produk keuangan di atas, saham emiten dan perusahaan publik

yang memenuhi kriteria sebagai saham syariah mencapai 55,13% dari

kapitalisasi pasar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Angka-angka

tersebut di atas menunjukkan bahwa keuangan syariah Indonesia masih perlu

terus dikembangkan sehingga dapat mengimbangi pertumbuhan keuangan

konvensional dalam rangka membesarkan industri keuangan secara

keseluruhan.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengakselerasi

pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia adalah melakukan berbagai

program yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan lintas sektor, baik

yang melibatkan ketiga sektor ataupun dua sektor. Permasalahan bersama

yang dihadapi oleh ketiga sektor keuangan syariah antara lain keterbatasan

suplai produk syariah; keterbatasan akses akan produk keuangan syariah;

104

masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah dan tingkat utilitas produk

keuangan syariah; keterbatasan sumber daya manusia; perlunya optimalisasi

koordinasi dengan para pemangku kepentingan; serta perlunya kebijakan jasa

keuangan yang selaras dan dapat saling mendukung perkembangan seluruh

sektor keuangan syariah.

Selain itu hal yang dapat menunjang pertumbuhan perbankan syariah

ialah dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih pada era

modern ini. Perbankan dalam perbankan merupakan merupakan hal yang

wajib. Hal ini dikarenakan milenial lebih sering bertransaksi menggunakan

teknologi daripada bertemu langsung dengan karyawan bank dan juga lebih

hemat baik dari segi financial, waktu dan tenaga. Teknologi perbankan di

Indonesia juga telah digunakan diatas 70% yang artiya dinilai sudah cukup

maju. Teknologi diperbankan dapat menjadi faktor yang sangat penting dalam

pertumbuhan perbankan kedepan serta untuk mendorong inklusi keuangan.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Asosiasi Penyedia Jasa

Internet Indonesia (APJII) pada November 2015, pengguna internet di

Indonesia mencapai 88,1 juta (34% dari jumlah penduduk), pengguna media

sosial 79 juta (31%), dan pengguna ponsel 318,5 juta (125%). Hal ini

menunjukkan bahwa dalam hal jumlah, penetrasi pemanfaatan teknologi

digital di Indonesia sangat besar, bahkan melebihi populasi gabungan negara-

negara lain di ASEAN. Penggunaan teknologi digital dalam kehidupan

sehari-hari tersebut telah mengubah perilaku masyarakat hampir pada semua

aspek kehidupan, seperti jual beli secara online (e-commerce), interaksi sosial

105

secara digital, buku elektronik, koran elektronik, transportasi publik (taksi

dan ojek), layanan pendukung pariwisata, dan juga financial

technology (FinTech).

Perkembangan ekonomi digital ini tidak hanya didukung oleh lembaga

jasa keuangan yang telah ada, seperti perbankan, pasar modal, asuransi, dan

perusahaan pembiayaan, namun juga oleh para perusahaan pemula yang

secara inovatif memanfaatkan teknologi untuk menyediakan layanan

keuangan atau disebut FinTech (Financial Technology). FinTech adalah salah

satu sektor industri dalam perekonomian, terdiri dari para perusahaan yang

menggunakan teknologi untuk memberikan layanan keuangan secara lebih

efisien. FinTech bersama dengan para pelaku usaha e-commerce dan start-up

company (UMKM) merupakan pemain utama dalam perekonomian digital.

Bidang usaha FinTech merupakan layanan keuangan berbasis digital yang

terbentang mulai dari sistem pembayaran, layanan perbankan, layanan

asuransi, pinjaman, urun dana, hingga sekedar advis atau pembelajaran

kepada masyarakat melalui media digital.

Fintech sangat mampu memberikan layanan yang lebih cepat, mudah

dan praktis untuk nasabah. Fintech mampu mereplikasi semua jenis produk di

bisnis bank. Sektor yang akan terpengaruh oleh fintech adalah consumer

banking dan jasa transfer dana. Selain itu jasa keuangan lain juga akan

terpengaruh oleh fintech antara lain capital markets, wealth management,

insurance, fund transfer and payment. Namun dampak lain bagi bank ialah

106

jumlah transaksi yang menurun, jumlah teller yang menurun dan jumlah

frontliner yang menurun.

Keuntungan dari perkembangan ekinomi digital ini tidak terlepas juga

dari peran big data dan real tme. Pengertian Big Data dalam situs Codepolitan

merupakan istilah yang menggambarkan volume data yang besar, baik data

yang terstriktur maupun data yang tidak terstruktur. Big data telah digunkan

dalam banyak bisnis. Tidak hanya besar data yang menjadi poin utama tetapi

apa yang harus dilakukan organisasi dengan data tersebut. Big data dapat

dianalisis untuk wawasan yang mengarah pada pengambilan keputusan dan

strategi bisnis yang lebih baik. Fenomena Big Data, dimulai pada tahun 2000-

an ketika seorang analis industri Doug Laney menyampaikan konsep Big

Data yang terdiri dari tiga bagian penting, diantaranya, Volume Organisasi

mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk transaksi bisnis, media

sosial dan informasi dari sensor atau mesin. Di masa lalu, aktivitas semacam

ini menjadi masalah, namun dengan adanya teknologi baru (seperti Hadoop)

bisa meredakan masalah ini. Kecepatan Aliran data harus ditangani dengan

secara cepat dan tepat bisa melalui hardware maupun software. Teknologi

hardware seperti tag RFID, sensor pintar lainnya juga dibutuhkan untuk

menangani data yang real-time.

Variasi Data yang dikumpulkan mempunyai format yang berbeda-

beda. Mulai dari yang terstruktur, data numerik dalam database tradisional,

data dokumen terstruktur teks, email, video, audio, transaksi keuangan dan

lain-lain. Variabilitas Selain kecepatan pengumpulan data yang meningkat

107

dan variasi data yang semakin beraneka ragam, arus data kadang tidak

konsisten dalam periode tertentu. Salah satu contohnya adalah hal yang

sedang tren di media sosial. Periodenya bisa harian, musiman, dipicu

peristiwa dadakan dan lain-lain. Beban puncak data dapat menantang untuk

analis Big Data, bahkan dengan data yang tidak terstruktur.

Kompleksitas Hari ini, data berasal dari berbagai sumber sehingga cukup

sulit untuk menghubungkan, mencocokan, membersihkan dan mengubah data

di seluruh sistem. Namun, Big Data sangat dibutuhkan untuk memiliki

korelasi antar data, hierarki dan beberapa keterkaitan data lainnya atau data

yang acak.

Pentingnya Big Data, tidak hanya berputar pada jumlah data yang

organisasi miliki, tetapi hal yang penting adalah bagaimana mengolah data

internal dan eksternal. Kita dapat mengambil data dari sumber manapun dan

menganalisanya untuk menemukan jawaban yang diinginkan dalam bisnis

seperti: 1) pengurangan biaya; 2) pengurangan waktu; 3) pengembangan

produk baru dan optimalisasi penawaran produk; dan 4) pengambilan

keputusan yang cerdas. Ketika organisasi mampu menggabungkan jumlah

data besar yang dimilikinya dengan analisis bertenaga tinggi, organisasi dapat

menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan bisnis seperti,

Menentukan akar penyebab kegagalan untuk setiap masalah bisnis,

Menghasilkan informasi mengenai titik penting penjualan berdasarkan

kebiasaan pelanggan dalam membeli. Menghitung kembali seluruh risiko

108

yang ada dalam waktu yang singkat. Mendeteksi perilaku penipuan yang

dapat mempengaruhi organisasi.

Sedangkan pengertian real time dalam situs Fauzanrahadi ialah

mekanisme pengontrolan, perekaman data, pemrosesan yang sangat cepat

sehingga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif

sama. Kelebihan pemrosesan secara Real Time ialah, Pemrosesan real

time akan sangat menyederhanakan siklus kas perusahaan. Sistem real time

dengan terminal komputer yang terhubung dengan komputer pusat akan

mengurangi atau malah menghilangkan hambatan-hambatan seperti

keterlambatan beberapa hari antara pengambilan pesanan dan penagihan ke

pelanggan, Pemrosesan real time memberikan perusahaan keuntungan

persaingan pada pasar. Dengan memelihara informasi persediaan, staf

penjualan dapat menentukan dengan cepat bahwa terdapat persediaan di

gudang. Informasi yang mutakhir yang disediakan melalui proses real

time akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan

kepuasan pelanggan, yang menyebabkan peningkatan penjualan, Prosedur

manual mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kesalahan kritis,

seperti nomor rekening yang salah, nomor persediaan yang tidak valid, dan

salah dalam melakukan perhitungan harga. Program perbaikan yang

dilakukan secara real time memperbolehkan untuk memperbaiki banyak tipe

kesalahan yang mengidentifikasi dan meningkatkan efektifitas serta efisiensi

operasional, Akhirnya, pemrosesan secara real time akan mengurangi

pemakaian kertas. Kertas dokumen mahal untuk dibuat dan sering rusak.

109

Dokumen elektronik sangat efisien, efektif, dan sangat berguna bagi jejak

audit.

Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa, hubungan antara Big Data,

Real Time, dan ekonomi digital salah satunya ialah Fintech, sangat penting

bagi industri atau perusahaan yang bergerak dibidang perbankkan dan juga

jasa keuangan. Dimana Fintech sangat mampu memberikan pelayanan yang

cepat, mudah dan efisien. Big Data sendiri dapat mendeteksi perilaku

penipuan yang dapat mempengaruhi organisasi, sedangkan real time sendiri

dapat mengidentifikasi dengan cepat berbagai macam tipe kesalahan dalam

transaksi sehingga menciptakan kegiatan yang efektif dan efisien. Dalam hal

ini dengan adanya Big Data, Real Time dan juga Fintech sangat

mempengaruhi pertumbuhan bank syariah karena jika pelayanan nasabah

dilakukan dengan cepat, maka nasabah akan senang dan nyaman dengan bank

syariah, sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkataan DPK, dan juga

penyaluran pembiayaan. Penyaluran pembiayaan yang dikelola dengan

optimal dan hati-hati tanpa diiringi dengan NPF yang tinggi, maka akan

dapan meningkatkan profitabilitas bank syariah.

110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil output data panel dan pembahasan yang telah

diuraikan diatas, maka dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk

menjawab rumusan masalah ialah sebagai berikut:

1. Variabel Mudaharabah dan Murabahah secara parsial tidak berpengaruh

terhadap ROA BUS dan UUS periode 2015-2018. Hal ini dapat dilihat

pada Prob t statistic masing-masing variabel. Dimana Prob t statistic pada

variabel Mudharabah ialah sebesar 0.6945 lebih besar dari signifikansi 5%

yaitu menyetujui H0 bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel Mudharabah dan variabel ROA. Sama halnya dengan variabel

Murabahah dimana Prob t statisticnya ialah sebesar 0.9397 lebih besar dari

nilai signifikansi 5%, yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel Murabahah dengan ROA. Selanjutnya pada variabel FDR

dan NPF memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dapat dilihat

pada nilai Probabilitas dari variabel tersebut. FDR memiliki nilai Prob

sebesar 0.0191 yaitu lebih kecil dari nilai signifikansi 5% yaitu menolak

H0. Menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel FDR

dan ROA. Sedangkan variabel NPF memiliki nilai probabilitas sebesar

0.0487 yaitu menolak H0 sehingga variabel NPF memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel ROA.

111

2. Berdasarkan uji F atau uji Simultan yang dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa variabel Mudharabah, Murabahah, FDR dan NPF

secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA BUS dan UUS. Hal ini

karena nilai Prob F-Statnya sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05 atau

signifikansi 5% sehingga menerima H1 atau yang berarti pengaruh

simultan antara variabel bebas dan variabel terikat bermakna secara

statistik.

B. Saran

1. Saran penulis dalam penelitian ini antara lain, peneliti selanjutnya

hendaknya dapat menambah sampel penelitian baik dalam sampel

penelitian maupun rentang waktu penelitian, sehingga memiliki titik

observasi yang lebih banyak dan lebih mencerminkan keadaan sebenarnya.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan dan

menambahkan variabel independen lain guna mengetahui adakah variabel-

variabel yang secara teoritis berpengaruh terhadap profitabilitas.

Kemudian, bagi penelitian selanjutnya hendaknya memperluas penelitian

dengan menambah jumlah sampel agar dapat mengetahui kondisi

menyeluruh dalam usaha meningkatkan profitabilitas perbankan syariah.

2. Bagi perbankan syariah sendiri khususnya BUS dan UUS agar dapat

menjaga pembiayaannya agar terhindar dari resiko kredit macet atau nilai

NPF yang tinggi. NPF yang tinggi tentu akan berdampak pada profitablitas

BUS dan UUS. Sedangkan FDR yang rendah menandakan bahwa

Likuiditas BUS dan UUS atau dana yang ada cukup dan bisa digunakan

112

untuk menyalurkan pembiayaan, sehingga akan menambah pada

profitabiitas BUS dan UUS.

113

REFERENSI

A.A. Yogo Prasanjaya dan I Wayan Ramantha, Analisis pengaruh Rasio CAR,BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yangTerdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 4 Nomor1, 2013

Abdul-Jalil Ibrahim, Empirical Findings on The Profitability of Banks in Qatar:Islamic Vs Conventional. International Journal of Business and Commerce.Volume 5 Nomor 4 2015.

Abu Hanifah Md. Noman, An Empirical Investigation of Profitability of IslamicBanks in Bangladesh. Global Journal of Management and BusinessResearch: C Finance, Volume 15 Issue 4, 2015.

Afrida Putritama, Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Industri PerbankanSyariah. Jurnal Nominal. Volume VII Nomor 1, 2018.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik. Jakarta:Gema Insani Press.

Apriani Simatupang dan Denis Franzlay, Capital Adequacy Ratio (CAR), NonPerforming Financing (NPF), Efisiensi Operasional (BOPO) dan Financingto Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah diIndonesia. Jurnal Administrasi Kantor, Volume 4 Nomor 2, Desember 2016.

Ascarya. 2015. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya, Pengaruh Struktur Modal,Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-JurnalAkuntasi Universitas Undayana, Volume 4 Nomor 2, 2013.

Ayu Yanita Sahara, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bi, Dan ProdukDomestik Bruto Terhadap Return On Asset (Roa) Bank Syariah DiIndonesia. Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013.

Bagya Agung Prabowo, Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah(Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesiadan Malaysia). Jurnal Hukum, Volume 16 Nomor 1, Januari 2009.

Cut Faradilla, Muhammad Arfan, dan M. Shabri, Pengaruh PembiayaanMurabahah, Istishna, Ijarah, Mudharabah, dan Musyarakah TerhadapProfitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Magister AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 6 Nomor 3, Agustus 2017.

114

Data Statistik Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Otoritas JasaKeuangan (OJK), diakses pada 22 Februari 2018.

Deny Setiawan dan Yusbar Yusuf, Perspektif Islam Dalam Investasi di PasarModal Syariah Suatu Studi Pendahuluan. Jurnal Ekonomi, Volume 17,Nomor 3 Desember 2009.

Dita Andraeny, Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil danNon Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis BagiHasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Simposium NasionalAkuntansi XIV Aceh 2011.

Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu, Analisis Pengaruh Suku Bunga,Inflasi, Car, Bopo, Npf Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. DiponegoroJournal Of Management, Volume 2, Nomor 2, 2013.

Ela Chalifah dan Amirus Sodiq, Pengaruh Pendapatan Mudharabah danMusyarakah Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Syariah Mandiri Periode2006-2014. Equilibrium, Volume 3 Nomor 1, Juni 2015.

Erni Susana dan Annisa Prasetyanti, Pelaksanaan dan Sistem Bagi HasilPembiayaan Al-Mudharabah pada Bank Syariah. Jurnal Keuangan danPerbankan, Volume 15 Nomor 3, September 2011.

Fadzlan Sufian dan Muhamed Zulkhibri, The Nexus Between Economic Freedomand Islamic Bank Profitability in the MENA Banking Sectors. SAGEPublications Article.

Faiza Maqbool. The Impact of Liquidity on Islamic Bank’s Profitability.International Journal of Scientific and Engineering Research, Volume 5,Issue 2, February 2014

Fitri Zulifiah dan Joni Susilowibowo, Pengaruh Inflasi, Bi Rate, CapitalAdequacy Ratio (Car), Non Performing Finance (Npf), Biaya OperasionalDan Pendapatan Operasional (Bopo) Terhadap Profitabilitas Bank UmumSyariah Periode 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 2 Nomor 3,Juli 2014.

Hamidah Ramlan dan Mohd Sharrizat Adnan, The Profitabiliy of Islamic andConventional Bank: Case Study in Malaysia. Elsevier Procedia Economicsand Finance 35, 2016.

Hanina Maya Solikah, Ronny Malavia Mardani, dan Budi Wahono, AnalisisPerbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank UmumKonvensional di Indonesia. Warta Ekonomi, Volume 07 Nomor 17,Februari 2017.

115

Hasbidin, Pengaruh NPF & Biaya Opersional Per-Pendapatan OperasionalTerhadap FDR dan Dampaknya Pada Profitabilitas Perbankan Syariah. Al-Muamalat Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah. Vol II, No 02, 2017.

Hendry Andres Maith, Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur KinerjaKeuangan Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna TBK. Jurnal EMBA.Volume 1 Nomor 3 September 2013.

Huda, Nurul dan Heykal, Mohamad. 2013. Lembaga Keuangan Islam, TinjauanTeoretis dan Praktis. Jakarta: Kencana.

Ika Wahyuningsih dan Nur Suci IMM, Perlakukan Akuntansi Tabungan HajiPada Bank Mega Syariah di Surabaya. The Indonesian Accounting Review.Volume 2 Nomor 2, July 2012.

Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Lifstin Wardiantika dan Rohmawati Kusumaningtias, Pengaruh DPK, CAR, NPF,dan SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum SyariahTahun 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 2 Nomor 4, Oktober2014.

M. Nur Rianto dan Yuke Rahmawati. 2015. Manajemen Risiko PerbankanSyariah. Jakarta: UIN Press

M. Umar Chapra, dkk. 2008. Keuangan dan Investasi Syari’ah, Sebuah AnalisaEkonomi. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Mardani, 2012. Fiqh Ekonomi Syariah, Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.

Mohammad Taqiuddin Mohamad, Muhamad Husni Hasbulah, dan Mohd IzuanRazali, Risk Taking Behavior and Macroeconomic Indicators of IslamicBanks Profitability In Malaysia. International Journal of Reasearch –Granthaalayah, Volume 3 Issue 2, February 2015.

Mousa Almanaseer, The Impact of The Financial Crisis on The Islamic BanksProfitability-Evidence From GCC. International Journal of FinancialResearch, Volume 5 Nomor 3, 2014

Muhammad Luthfi Qolby, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan PadaPerbankan Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2007-2013. EconomicsDevelopment Analysis Journal. Volume 2 Nomor 4, 2013.

116

Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Rafika Rahmawati, Efficiency andProfitability on Indonesian Islamic Banking Industry. Al-Iqtishad: JurnalIlmu Ekonomi Syariah, Volume 8 Nomor 1, January 2016.

Ningsukma Hakim dan Haqiqi Rafsanjani, Pengaruh Internal Capital AdequencyRatio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya OperasionalPer Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan ProfitabilitasIndustri Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Perbankan Syariah: Volume 1Nomor 1, Mei 2016.

Nur Amalia dan Fidiana, Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya TerhadapProfitabilitas Bank Muamalat Indonesia Dan Bank Syariah Mandiri. JurnalIlmu dan Riset Akuntansi: Volume 5 Nomor 5, Mei 2016.

Nur Suhartatik dan Rohmawati Kusumaningtias, Determinan Financing ToDeposit Ratio Perbankan Syariah Di Indonesia (2008-2012). Jurnal IlmuManajemen, Volume 1 Nomor 4 Juli 2013.

Oktaviani Rita Puspasari, Pembiayaan Berbasis Jual Beli dan Kinerja BankUmum Syariah di Indonesia. JRKA, Volume 2 Isue 1, Februari 2016.

Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Priyonggo Suseno dan Omar Bamahriz, Examining The Impact of Bank’s Risks toIslamic Banks Profitability. Economic Journal of Emerging Markets,Volume 9 Nomor 2, October 2017.

Purbayu Budi Santosa dan Aris Anwaril Muttaqin, Larangan Jual Beli Gharar:Telaah Terhadap Hadist Dari Musnad Ahmad Bin Hanbal. Equilibrium,Volume 3 Nomor 1, Juni 2015.

Riandi Chandra, Maryam Mangantar, dan Sem G Oroh. Analisis KinerjaKeuangan PT Bank Syariah Mandiri Dan PT Bank Mandiri TBK DenganMenggunakan Metode CAMEL. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Volume 16Nomor 02, 2016.

Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, danAplikasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Rr. Nadia Arini Haq. Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi terhadap ProfitabilitasBank Umum Syariah. Perbanas Review. Volume 1 Nomor 1, 2015

Salman Al Parisi. Determinan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah diIndonesia. IKONOMIKA: Journal of Islamic Economics and Business,Volume 2 Nomor 1, 2017.

117

Shaista Wasiuzzaman dan Hanimas Ayu Bt Ahmad Tarmizi, Profitability ofIslamic Banks in Malaysia An Empirical Analysis. Journal of IslamicEconomics, Banking and Finance, Volume 6 Nomor 4, December 2010.

Siswati, Analisis Penyaluran Dana Bank Syariah. Jurnal Dinamika Manajemen,Volume 4 Nomer 1, 2013.

Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,Pembiayaan Jual Beli, Financing To Deposit Ratio (Fdr) Dan NonPerforming Financing (Npf) Terhadap Profitabilitas Bank Umum SyariahDi Indonesia. Accounting Analysis Journal, Vol 3 Nomor 4, 2014.

Sri Zuliarni, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham PadaPerusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI).Jurnal Aplikasi Bisnis. Volume 3 Nomor 1, Oktober 2012.

Surat Edaran Bank Indonesia diakses pada tanggal 12 April 2018

Umi Mardiyati, Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri, Pengaruh Kebijakan Deviden,Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Volume 3 Nomor1, 2012.

Yunanto Adi Kusumo. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode2002-2007( dengan Pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007). La Riba: JurnalEkonomi Islam. Volume 2 Nomer 1, Juli 2008.

Zulkifli, Sunanto. 2007. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Cet ke-3.Jakarta: Zikrul Hakim.

118

LAMPIRAN

JUMLAH BANK UMUM SYARIAH

JUMLAH UNIT USAHA SYARIAH

Unit Usaha Syariah

1 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk2 PT Bank Permata, Tbk3 PT Bank Internasional Indonesia, Tbk4 PT Bank CIMB Niaga, Tbk5 PT Bank OCBC NISP, Tbk6 PT Bank Sinarmas7 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.8 PT BPD DKI9 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta

119

Unit Usaha Syariah

10 PT BPD Jawa Tengah11 PT BPD Jawa Timur, Tbk12 PT BPD Sumatera Utara13 PT BPD Jambi14 PT BPD Sumatera Barat15 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau16 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung17 PT BPD Kalimantan Selatan18 PT BPD Kalimantan Barat19 PD BPD Kalimantan Timur20 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat21 PT BPD Nusa Tenggara Barat

DATA VARIABEL MUDHARABAH, MURABAHAH, FDR, NPF DAN ROA

BUS DAN UUS PERIODE JANUARI 2015 – APRIL 2018

Bulan lembaga keuangan mudharabah murabahah FDR NPF ROA

Jan-15 bus 8178 90521 88.85 5.56 0.88

Feb-15 bus 8070 90507 89.37 5.83 0.78

Mar-15 bus 7968 91367 89.15 5.49 0.69

Apr-15 bus 8037 91074 89.57 5.2 0.62

Mei-15 bus 8041 91532 90.05 5.44 0.63

Jun-15 bus 8566 92223 92.56 5.09 0.5

Jul-15 bus 8583 91378 90.13 5.3 0.5

Agust-15 bus 8477 91371 90.72 5.3 0.46

Sep-15 bus 8367 92146 90.82 5.14 0.49

Okt-15 bus 8214 91992 90.67 5.16 0.51

Nop-15 bus 8003 86428 90.26 5.13 0.52

Des-15 bus 7979 87789 88.03 4.84 0.49

Jan-16 bus 7806 93561 87.86 5.46 1.01

Feb-16 bus 7613 92815 87.3 5.59 0.81

Mar-16 bus 7552 92630 87.52 5.35 0.88

Apr-16 bus 7561 93017 88.11 5.48 0.8

Mei-16 bus 8103 93982 89.31 6.17 0.16

Jun-16 bus 8422 95341 89.32 5.68 0.73

Jul-16 bus 8094 95114 87.58 5.32 0.63

120

Bulan lembaga keuangan mudharabah murabahah FDR NPF ROA

Agust-16 bus 7912 95084 87.53 5.55 0.48

Sep-16 bus 8001 107839 86.43 4.67 0.59

Okt-16 bus 7880 108194 86.88 4.8 0.46

Nop-16 bus 7688 109158 86.27 4.68 0.67

Des-16 bus 7577 110063 85.99 4.42 0.63

Jan-17 bus 7336 109159 84.74 4.72 1.01

Feb-17 bus 7146 109702 83.78 4.78 1

Mar-17 bus 7266 110858 83.53 4.61 1.12

Apr-17 bus 7136 110922 81.36 4.82 1.1

Mei-17 bus 7200 111994 81.96 4.75 1.11

Jun-17 bus 7756 113423 82.69 4.47 1.1

Jul-17 bus 7782 111356 80.51 4.5 1.04

Agust-17 bus 7662 112288 81.78 4.49 0.98

Sep-17 bus 7434 113358 80.12 4.41 1

Okt-17 bus 7043 114188 80.94 4.91 0.7

Nop-17 bus 6959 114215 80.07 5.27 0.73

Des-17 bus 6584 114,513 79.65 4.77 0.63

Jan-18 bus 6211 113726 77.93 5.21 0.42

Feb-18 bus 5936 113948 78.35 5.21 0.74

Mar-18 bus 6333 114835 77.63 4.56 1.23

Apr-18 bus 6402 115117 78.05 4.84 1.23

Jan-15 uus 6,029 25,459 110.4 2.9 1.93

Feb-15 uus 6,078 25,762 109.73 3.05 1.94

Mar-15 uus 6,168 25,991 111.72 2.93 2.39

Apr-15 uus 6,351 26,136 109.5 3.04 2.42

Mei-15 uus 6,865 26,245 109.63 2.95 2.4

Jun-15 uus 7,101 26,389 109.25 3.76 2

Jul-15 uus 7,146 26,569 110.02 3.78 2.05

Agust-15 uus 7,200 26,946 109.25 3.7 2.14

Sep-15 uus 6,823 27,496 107.71 3.68 2.15

Okt-15 uus 6,711 27,464 107.01 3.66 2.22

Nop-15 uus 6,678 28,044 108.92 3.46 2.15

Des-15 uus 6,841 28,469 104.88 3.03 1.81

Jan-16 uus 6,663 28,727 105.65 3.32 2.08

Feb-16 uus 6,654 29,227 103.16 3.33 2.08

Mar-16 uus 6,722 29,538 104.56 3.73 2.27

Apr-16 uus 6,678 29,964 102.04 3.58 1.87Mei-16 uus 6,753 30,358 97.07 3.97 2.06Jun-16 uus 6,876 30,838 99.6 3.49 2.09

121

Bulan lembaga keuangan mudharabah murabahah FDR NPF ROAJul-16 uus 6,695 30,522 98.69 3.54 2.16

Agust-16 uus 6,665 30,394 96.84 3.46 2.22Sep-16 uus 6,694 28,992 97.65 3.34 2.23Okt-16 uus 6,710 28,999 97.71 3.31 2.35Nop-16 uus 6,686 29,666 96.6 3.26 2.34Des-16 uus 7,715 29,473 96.7 3.49 1.77Jan-17 uus 7,318 29,339 97.43 3.67 2.66Feb-17 uus 7,252 29,374 97.98 3.55 2.67Mar-17 uus 7,238 29,753 99.28 3.5 2.61Apr-17 uus 7,180 30,352 101.67 3.47 2.54Mei-17 uus 7,551 30,994 101.31 3.4 2.61Jun-17 uus 8,022 31,581 102.78 2.87 2.49Jul-17 uus 7,861 31,680 101.45 2.8 2.43

Agust-17 uus 8,397 32,041 99.14 2.78 2.47Sep-17 uus 8,593 32,987 99.07 2.72 2.45Okt-17 uus 9,704 33,952 98.78 2.44 2.49Nop-17 uus 9,823 34,421 100.2 2.36 2.57Des-17 uus 10,506 35,818 99.39 2.11 2.47Jan-18 uus 9,610 35,574 98.18 2.41 2.82Feb-18 uus 9,675 35,390 102.12 2.52 2.23Mar-18 uus 10,437 35,579 101.54 2.46 2.4Apr-18 uus 10,331 35,820 101.37 2.54 2.47

HASIL PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF STATISTIK

MUDHARABAH MURABAHAH FDR NPF ROAMean 7573.475 66013.14 94.11688 4.129125 1.519500Median 7492.500 61124.00 94.58000 4.190000 1.500000Maximum 10506.00 115117.0 111.7200 6.170000 2.820000Minimum 5936.000 25459.00 77.63000 2.110000 0.160000Std. Dev. 1019.258 36966.78 9.714256 1.052929 0.813757Skewness 0.983022 0.104083 0.060533 -0.064588 -0.003037Kurtosis 3.911955 1.162417 1.887134 1.761284 1.350930

Jarque-Bera 15.65664 11.40015 4.177092 5.170342 9.064892Probability 0.000398 0.003346 0.123867 0.075383 0.010754

Sum 605878.0 5281051. 7529.350 330.3300 121.5600Sum Sq. Dev. 82072002 1.08E+11 7454.975 87.58404 52.31378

Observations 80 80 80 80 80

122

HASIL PENGOLAHAN DATA UJI MULTIKOLENIARITAS

correlation

MUDHARABAH MURABAHAH FDR NPFMUDHARABAH 1.000000 0.025153 -0.029749 -0.123160MURABAHAH 0.025153 1.000000 -0.934170 0.832489

FDR -0.029749 -0.934170 1.000000 -0.735576NPF -0.123160 0.832489 -0.735576 1.000000

HASIL PENGOLAHAN DATA UJI HETEROSKEDASTISITAS

Dependent Variable: RESABSMethod: Panel Least SquaresDate: 07/16/18 Time: 11:58Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.660713 0.443406 1.490087 0.1404MUDHARABAH -2.36E-05 1.37E-05 -1.717781 0.0900MURABAHAH -1.62E-06 1.30E-06 -1.248092 0.2159

FDR -0.003214 0.003986 -0.806360 0.4226NPF 0.028342 0.024527 1.155536 0.2515

R-squared 0.076696 Mean dependent var 0.189947Adjusted R-squared 0.027453 S.D. dependent var 0.121581S.E. of regression 0.119900 Akaike info criterion -1.343855Sum squared resid 1.078201 Schwarz criterion -1.194979Log likelihood 58.75421 Hannan-Quinn criter. -1.284166F-statistic 1.557504 Durbin-Watson stat 1.377828Prob(F-statistic) 0.194456

HASIL PENGOLAHAN MODEL COMMON EFFECT

Dependent Variable: ROAMethod: Panel Least SquaresDate: 07/16/18 Time: 11:13Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.602674 0.859806 8.842309 0.0000MUDHARABAH -4.04E-05 2.66E-05 -1.516615 0.1336

123

MURABAHAH -1.80E-05 2.51E-06 -7.182486 0.0000FDR -0.031261 0.007730 -4.044251 0.0001NPF -0.398185 0.047561 -8.372111 0.0000

R-squared 0.922503 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.918370 S.D. dependent var 0.813757S.E. of regression 0.232498 Akaike info criterion -0.019411Sum squared resid 4.054139 Schwarz criterion 0.129465Log likelihood 5.776448 Hannan-Quinn criter. 0.040278F-statistic 223.1962 Durbin-Watson stat 1.210322Prob(F-statistic) 0.000000

HASIL PENGOLAHAN MODEL FIXED EFFECT

Dependent Variable: ROAMethod: Panel Least SquaresDate: 07/16/18 Time: 11:18Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.877703 1.418056 2.734520 0.0078MUDHARABAH 1.32E-05 3.02E-05 0.437845 0.6628MURABAHAH 8.05E-07 6.35E-06 0.126925 0.8993

FDR -0.019342 0.008188 -2.362261 0.0208NPF -0.167355 0.084903 -1.971129 0.0524

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.931937 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.927338 S.D. dependent var 0.813757S.E. of regression 0.219355 Akaike info criterion -0.124212Sum squared resid 3.560629 Schwarz criterion 0.054440Log likelihood 10.96850 Hannan-Quinn criter. -0.052586F-statistic 202.6459 Durbin-Watson stat 1.234038Prob(F-statistic) 0.000000

HASIL PENGOLAHAN MODEL RANDOM EFFECT

Dependent Variable: ROAMethod: Panel EGLS (Period random effects)Date: 07/16/18 Time: 11:25Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80Swamy and Arora estimator of component variances

124

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.596840 0.741051 10.25144 0.0000MUDHARABAH -4.01E-05 2.28E-05 -1.760024 0.0825MURABAHAH -1.81E-05 2.16E-06 -8.380284 0.0000

FDR -0.031247 0.006658 -4.692885 0.0000NPF -0.397161 0.041023 -9.681446 0.0000

Effects SpecificationS.D. Rho

Period random 0.027209 0.0184Idiosyncratic random 0.198574 0.9816

Weighted Statistics

R-squared 0.924042 Mean dependent var 1.491751Adjusted R-squared 0.919991 S.D. dependent var 0.812736S.E. of regression 0.229890 Sum squared resid 3.963703F-statistic 228.0962 Durbin-Watson stat 1.208213Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.922503 Mean dependent var 1.519500Sum squared resid 4.054174 Durbin-Watson stat 1.209703

HASIL RUNNING UJI CHOW

Redundant Fixed Effects TestsEquation: EQ02Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.256553 (1,74) 0.0020Cross-section Chi-square 10.384100 1 0.0013

Cross-section fixed effects test equation:Dependent Variable: ROAMethod: Panel Least SquaresDate: 07/16/18 Time: 11:28Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.602674 0.859806 8.842309 0.0000MUDHARABAH -4.04E-05 2.66E-05 -1.516615 0.1336

125

MURABAHAH -1.80E-05 2.51E-06 -7.182486 0.0000FDR -0.031261 0.007730 -4.044251 0.0001

NPF -0.398185 0.047561 -8.372111 0.0000

R-squared 0.922503 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.918370 S.D. dependent var 0.813757S.E. of regression 0.232498 Akaike info criterion -0.019411Sum squared resid 4.054139 Schwarz criterion 0.129465Log likelihood 5.776448 Hannan-Quinn criter. 0.040278F-statistic 223.1962 Durbin-Watson stat 1.210322Prob(F-statistic) 0.000000

HASIL RUNNING UJI HAUSMAN

Correlated Random Effects - Hausman TestEquation: EQ02Test period random effects

Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Period random 29.521046 4 0.0000

Period random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

MUDHARABAH -0.000039 -0.000040 0.000000 0.8599MURABAHAH -0.000019 -0.000018 0.000000 0.6677

FDR -0.016025 -0.031247 0.000101 0.1292NPF -0.243490 -0.397161 0.005792 0.0435

Period random effects test equation:Dependent Variable: ROAMethod: Panel Least SquaresDate: 07/16/18 Time: 11:30Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.556807 1.434765 3.872973 0.0004MUDHARABAH -3.85E-05 2.44E-05 -1.582013 0.1224MURABAHAH -1.87E-05 2.55E-06 -7.310248 0.0000

FDR -0.016025 0.012041 -1.330844 0.1916NPF -0.243490 0.086460 -2.816227 0.0078

Effects Specification

Period fixed (dummy variables)

126

R-squared 0.972865 Mean dependent var 1.519500Adjusted R-squared 0.940454 S.D. dependent var 0.813757S.E. of regression 0.198574 Akaike info criterion -0.093819Sum squared resid 1.419537 Schwarz criterion 1.216296Log likelihood 47.75276 Hannan-Quinn criter. 0.431443F-statistic 30.01623 Durbin-Watson stat 1.238497Prob(F-statistic) 0.000000

HASIL RUNNING MODEL FIXED EFFECT CROSS SECTION WEIGHT

Dependent Variable: ROAMethod: Panel EGLS (Cross-section weights)Date: 07/16/18 Time: 11:31Sample: 2015M01 2018M04Periods included: 40Cross-sections included: 2Total panel (balanced) observations: 80Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.968158 1.423228 2.788140 0.0067MUDHARABAH 1.20E-05 3.05E-05 0.394237 0.6945MURABAHAH 4.80E-07 6.32E-06 0.075967 0.9397

FDR -0.019854 0.008286 -2.396244 0.0191NPF -0.170180 0.084908 -2.004274 0.0487

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.931960 Mean dependent var 1.502250Adjusted R-squared 0.927363 S.D. dependent var 0.779464S.E. of regression 0.219348 Sum squared resid 3.560409F-statistic 202.7207 Durbin-Watson stat 1.222661Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.931933 Mean dependent var 1.519500Sum squared resid 3.560851 Durbin-Watson stat 1.234418