analisis pemanfaatan beberapa jenis bambu ......bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMANFAATAN BEBERAPA JENIS BAMBU (Bambusa Spp)
PADA HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
KASMAN
105 950 039 313
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ANALISIS PEMANFAATAN BEBERAPA JENIS BAMBU (Bambusa Spp)
PADA HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
KASMAN105950039313
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kehutanan Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Pemanfaatan Beberapa Jenis Bambu (BambuSpp) Pada Hutan Rakyat Di Kecamatan KajangKabupaten Bulukumba
Nama Mahasiswa : Kasman
No. Stambuk : 105950039313
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Makassar, 04 Februari 2020
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Pembimbing I,
Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si.,IPMNIDN : 0909067302
Pembimbing II,
Ir. Muhammad Tahnur, S.Hut.,M.Hut.,IPMNIDN : 0912092708
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. H. Burhaanuddin, S.Pi.,M.PNIDN : 0912066901
Ketua Prodi Kehutanan
Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPMNIDN: 0011077101
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Pemanfaatan Beberapa Jenis Bambu (Bambu
Spp) Pada Hutan Rakyat Di Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba
Nama Mahasiswa : Kasman
Stambuk : 105950039313
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si.,IPMPembimbing I (………………………………)
Ir. Muhammad Tahnur, S.Hut.,M.Hut.,IPM (..................................)Pembimbing II (………………………………)
Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPMPenguji I (………………………………)
Ir. Muhammad Daud, S.Hut.,M.Hut.,IPMPenguji II (………………………………)
Tanggal lulus : 04 Februari 2020
ABSTRAK
Kasman (1059500393130). “Analisis Pemanfaatan Beberapa Jenis Bambu(Bambu Spp) Pada Hutan Rakyat Di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”Dibimbing Oleh Husnah Latifah dan Muhammad Tahnur
Bambu merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah dan memilikikeanekaragaman yang cukup tinggi. Pada umumnya kerajinan bambu sangatmudah ditemui dalam masyarakat karena sumber daya bambu cukup tersedia dialam. Pemanfaatan bambu pun beranekaragam berdasarkan jenis bambu yangtersedia di alam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatanbambu berdasarkan jenis pada hutan rakyat di kecamatan Kajang kab.Bulukumba. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimanapengumpulan datanya menggunakan wawancara dan observasi lapangan.Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa jenis dan pemamfaatanBambu di Kec. Kajang yang paling banyak digunakan yaitu Bambu Parring66,25%, dan pemamfaatan Bambu tangga Kelapa 22,5%, sedangkan yang palingsedikit digunakan jenis Bambu Tallang 8,75%, pemamfaatan Bambu yaituJembatan dan cetakan Lammang 2,5%
Abstrack
Bamboo is a very abundant natural resource and has quite high diversity.In general, bamboo handicrafts are very easy to find in the community becausebamboo resources are quite available in nature. The use of bamboo also variesbased on the types of bamboo that are available in nature. The purpose of thisstudy was to determine the use of bamboo based on species in community forestsin Kajang sub-district, Bulukumba district. This study uses qualitative researchmethods where data collection uses interviews and field observations. Based onthe results of this study it was found that the types and utilization of Bamboo inKajang District were the most widely used namely Bamboo Parring 66.25%, andutilization of Bamboo Ladder 22.5%, while the least used Bamboo Tallang8.75%, utilization Bamboo ie Bridge and Lammang molds 2.5%
Kata kunci: Bambusa spp, pemanfaatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Analisis Pemanfaatan Beberapa Jenis Bambu (Bambu Spp) Pada Hutan Rakyat
Di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”, Sebagai salah satu syarat
mendapat Gelar Sarjana Kehutanan. Salam dan salawat semoga senantiasa
dilimpahkan oleh Allah SWT kapada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai
suritauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam
skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan masukan sangat Penulis hargai.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua saya tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta
dorongan moril maupun materil yang tak terhingga.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin,S.Pi.,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Husnah Latifah ,S.Hut.,M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM Selaku Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si.,IPM Selaku pembimbing I dan Ir.
Muhammad Tahnur, S.Hut.,M.Hut.,IPM. Selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi, pengetahuan dan
motivasi.
6. Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM. selaku penguji I dan Ir.M. Daud, S.Hut,
M,Si., IPM selaku penguji II yang tak hentinya memberi arahan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.
Pada penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
sebab itu Penulis hargai keritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
mendorong kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan
rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini dan menjadikan
kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin YaRabbal’Alamin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu ....................................................................... 5
2.2. Hutan Rakyat.......................................................................................... 6
2.3. Bambu .................................................................................................... 8
2.4. Penyebaran dan Tempat Tumbuhh Bambu............................................. 11
2.5. Kelebihan Bambu................................................................................... 12
2.6. Kelemahan Bambu................................................................................. 14
2.7. Potensi dan Pemamfaatan Bambu.......................................................... 15
2.8. Aspek Teknis Budidaya dan Syarat Tumbuh Bambu............................. 18
2.9. Aspek Ekonomi Bambu.......................................................................... 20
2.10. Jenis Bambu.......................................................................................... 20
2.11. Kerangka Pikir ...................................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 27
3.1. Waktu dan Tempat Penelitan.................................................................. 27
3.2. Objek dan Alat Penelitian....................................................................... 27
3.3. Jenis Data ............................................................................................... 27
3.4. Sampel Responden................................................................................. 28
3.5. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................................... 28
3.6. Defenisi Operasional.............................................................................. 29
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................... 30
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Kajang ................................................... 30
1. Kondisi Geografis dan Administratatif ................................................ 30
2. Topografi .............................................................................................. 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 33
5.1. Jenis-jenis Bambu Di Kecamatan Kajang......................................... 33
5.2. Pemamfaatan Tanaman Bambu Pada Masyarakat Kajang................ 43
VI PENUTUP ................................................................................................. 59
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 59
6.2 Saran...................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Wilayah Administratatif dan Kependudukan di Kecamatan Kajang......... 31
2. Luas Kecamatan Kajang Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lereng......... 32
3. Jenis Bambu Yang Ada di Kecamatan Kajang........................................... 40
4. Responden pemanfaatan bambu ............................................................... 41
5. Jenis Bambu Yang di Mamfaatkan di Kecamata Kajang........................... 46
6. Jenis dan Pemamfaatan Bambu di Kecamatan Kajang.............................. 47
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 26
2. Bambu Betung (Dendrocolamus asper) ................................................... 34
3. Bambu Bulo ............................................................................................. 35
4. Bambu Parring (Gigantocholoa atter) ...................................................... 37
5. Bambu Tallang (Schizostachhyum brachycladum) ................................... 39
6. Tangga Rumah .......................................................................................... 48
7. Tangga Pohon Kelapa ............................................................................... 49
8. Jembatan Bambu....................................................................................... 50
9. Kandang Ternak ........................................................................................ 51
10. Bola Suji................................................................................................... 52
11. Bola-bola Galung ..................................................................................... 53
12. Bale-bale .................................................................................................. 54
13. Atap Rumah ............................................................................................. 55
14. Pencetak Gula ......................................................................................... 56
15. Cetakan Lemang ...................................................................................... 57
16. Pagar ........................................................................................................ 58
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Wilayah Administratatif dan Kependudukan di Kecamatan Kajang .............. 31
2. Luas Kecamatan Kajang Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lereng............... 32
3. Jenis Bambu Yang Ada di Kecamatan Kajang................................................ 40
4. Responden pemanfaatan bambu ..................................................................... 41
5. Jenis Bambu Yang di Mamfaatkan di Kecamata Kajang ................................ 46
6. Jenis dan Pemamfaatan Bambu di Kecamatan Kajang................................... 47
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bambu adalah tanaman yang termasuk suku Poaceae (rumput-rumputan).
Bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki
keanekaragaman yang cukup tinggi. Di Indonesia diduga terdapat 157 jenis
bambu. Jumlah ini merupakan lebih dari 10% jenis bambu dunia, 50% merupakan
jenis bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk
dikembangkan bagi ekonomi masyarakat, baik untuk keperluan sehari-hari,
sepertipipa air, alat penangkap ikan maupun untuk membuat mebel yang dapat
dijual (Huzaemah dkk, 2016).
Bambu termasuk hasil hutan nonkayu famili graminae yang banyak
terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Asia. Bambu tumbuh subur di daerah
yang memiliki hujan lebat. Indonesia diperkirakan memiliki 157 spesies bambu
yang merupakan lebih dari 10% spesies bambu di dunia.Bambu di dunia
diperkirakan terdiri atas 1250-1350 spesies.Diantara bambu yang tumbuh di
Indonesia, 50% diantaranya merupakan bambu endemik dan lebih dari 50%
merupakan bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi
untuk dikembangkan. Bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah
sampai pegunungan. Pada umumnya bambu ditemukan di tempat-tempat terbuka.
Bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Di pedesaan sering kali
dijumpai bambu tumbuh di pekarangan, tepi sungai, tepi jurang, atau pada batas-
batas pemilikan lahan (Yani, 2014).
2
Secara fisik bambu mempunyai kelebihan yaitu lentur, tidak mudah patah,
dinding keras, memiliki serat dan rapat. Nilai lebih dari bambu dibandingkan kayu
adalah sekali tanam produksi dapat dilakukan secara berulang-ulang. Berbeda
dengan kayu sekali tanam kemudian produksi selanjutanya perlu penanaman
lagi.Secara ekonomis, produk – produk yang berasal dari bamboo memilki nilai
cukup baik. Banyak produk yang dihasilkan mencakup mulai dari sandang berupa
serat untuk pembuatan pakaian, papan berupa lembaran, pangan berupa rebung,
dan sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi, bambu dapat dijadikan
kertas kualitas nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan dan sebagainya. Masih
banyak potensi bambu yang terpendam dan belum tergali, tentunya dibutuhkan
suatu inovasi teknologi ke depan guna dapat mewujudkan.
Kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia bambu memegang peranan
yang sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat
yang baik untuk dimanfaatkan antara lain: batangnya kuat, lurus, rata, keras,
mudah dibelah, mudah dibentuk, dan mudah dikerjakan serta mudah diangkut.
Selain itu bambu juga relatif murah dibanding bahan bangunan lain karena banyak
ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna
bagi masyarakat pedesaan. Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari
dataran rendah sampai pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat
terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup
merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang
yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada
ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk
3
memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya, disamping tunas-tunas
rumpunnya.
Bambu tergolong tumbuhan serbaguna karena dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan hidup, mulai sebagai bahan makanan (rebung), komponen
bangunan, hiasan/dekorasi, peralatan dapur, jembatan ringan, bahan pembuat
kertas, dan alat musik. Beberapa alasan bambu tepat dikembangkan karena bisa
hidup disemua musim dan tempat, mempunyai umur tebang relatif singkat (4 – 5
tahun), mudah ditanam, mempunyai sifat kekuatan yang relatif tinggi, sehingga
memiliki peluang yang besar sebagai pengganti kayu. Selain itu, bambu relatif
murah dan membutuhkan lebih sedikit pengerjaan daripada kayu.
Walaupun demikian, bambu memiliki beberapa kelemahan antara lain
bambu mudah terserang kumbang bubuk, sehingga barang atau perabot yang
terbuat dari bambutidak awet. Adanya opini masyarakat yang sering
menghubungkan bambu dengan kemiskinan, sehingga masyarakat enggan
menggunakan bambu juga merupakan kendala dalam pemanfaatan bambu. Untuk
itu perlu dilakukan peningkatan kualitas bambu dengan berbagai teknik.
Diperkirakan terdapat 1000 jenis bambu dari 80 genera di dunia dan dari
jumlah tersebut 200 jenis dari 20 Negara dijumpai di Asia Tenggara (Dransfield
dan Widjaja, 1995). Termasuk kabupaten Bulukumba memiliki luas area lahan
bambu terutama di kecamatan kajang. Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
merupakan salah satu daerah pemukiman masyarakat yang memiliki potensi
tanaman bambu dan telah dimanfaatkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis bambu dan manfaat bambu yang ada di desa Malelengg
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apa manfaat bambu pada hutan
rakyat di desa Maleleng
2. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apa jenis-jenis bambu yang
dimanfaatkan pada hutan rakyat di kecamatan Kajang
1.3. TujuanPenelitian
a. Mengetahui jenis bambu pada hutan rakyat di kecamatan Kajang kab.
Bulukumba
b. Mengetahui pemanfaatan bambu berdasarkan jenis pada hutan rakyat di
kecamatan Kajang kab. Bulukumba
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan menjadi dasar
penelitian tentang pemanfaatan bambu berdasarkan jenis bambu yang digunakan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK )
Hasil hutan bukan kayu ( HHBK ) atau sering juga disebut hasil hutan non
kayu ( HHNK ) merupakan semua benda biologis termasuk jasa lingkungan yang
berasal dari hutan atau tegangan hutan, kecuali produk berupa kayu. Definisi lain
yang mengartikan HHBK adalah Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan
peraturan Mentri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007.Hasil hutan bukan kayu
terdiri dari benda – benda hayati yang berasal dari flora dan fauna. Selain itu
termasuk juga jasa air, udara, dan manfaat tidak lansung dari hutan ( UU No.41
Tahun 1999 ). Hasil hutan bukan kayu ( HHBK ) adalah hasil hutan hayati baik
Nabati maupun Hewani beserta produk turunannya dan budidaya kecuali kayu
yang berasal dari hutan (Permenhut No.35 Tahun 2007).
Jenis hasil hutan sangat baik untuk dikembangkan karena dengan
memanfaatkan hasil hutan yang bukan kayu, kita telah mengurangi emisi karbon
selain itu pengembangan HHBK pun sangat strategis karena dapat meningkatkan
pendapatan masyrakat sekitar hutan, memperluas lapangan kerja, peningkatan
nilai tambah dan pendapatan Negara serta pemerataan pembangunan daerah .
Saat ini tercatat 565 jenis HHBK dan baru diprioritaskan pada komoditi
rotan,bambu, getah, tanaman obat dan hias, rotan dan bambu, hasil hewan, jasa
hutan, serta lainnya.garu, suteralan, madu, dan nyamplun. Sebanyak 565 jenis
HHBK ini secara garis besar dibedakan atas jenis resin, minyak atsiri, minyak
lemak, karbohidrat, buah – buahan, dan tanin.
6
Pengelolahan HHBK dibedakan atas pengolahan mekanis termis dan kimia.
Tahapan pengelolahan HHBK secara umum adalah tahap prapemanenan,
pemanenan, dan pasca pemanenan. Pengelolahan mekanis biasanya dilakukan
dengan cara pemotongan perajangan penggilingin, dan pengempaan. Pengelolahan
secara termis dilakukan dengan cara penggeringan, perebusan, pengukusan,
pengasapan, dan penggorengan. Pengelolahan secara termis dengan cara ekstraksi,
fraksinasi, dan destilasi. Pengelolahan HHBK Indonesia yang umum dilakukan
biasanya adalah pengololahan yang resin,enfleurasi, pengelolahan lemak nabati,
pengelolahan rotan, pengelolahan lak, dan pengelolahan tumbuhan obat.
2.2. Hutan Rakyat
Hutan rakyat dalam UU RI No. 41 1999 (hutan hak) adalah hutan yang
tumbuh diatas tanah yang dibebani oleh hak milik (depertemen kehutanan dan
perkembunan, 1999). Dalam pengertian ini tanah Negara mencakup tanah yang
diakui oleh masyarakat berdasarkan ketentuan–ketentuan atau aturan-aturan adat
aturan masyarakat lokal. Awing (2002) mengemukakan bahwa hutan rakyat
merupakan suatu ekosistem hutan yang didominasi tanaman berkayu dengan
penduduk yang tinggal disekitarnya.
Hutan rakyat mulai terlihat pada tahun 1952 , ketika dinas pertanian rakyat
pemperkenalkan gerakan karan kitri yaitu gerakan menanami lahan–lahan kosong
untuk antisipasi terjadinya erosi. Namun saat itu masih kurang memperhatikan
aspek sosial ekonomi masyarakat. Tahun 1964-1965 indonesia mengalami
kekurangan bahan panggang saat itu hutan rakyat diarahkan pada jenis tanaman
7
panggang /palawija. Tahun 1976 mulai digalakan penanaman dilahan milik yang
disebut program penghijauan.
Kabupaten Bulukumba memiliki luas daratan 115.467 Ha, dari luas tersebut
Bulukumba memiliki luas kawasan hutan Negara sebesar 7,32 % atau 8.435 Ha
dengan pembagian fungsi hutan lindung ( HL ) seluas 3.537 Ha, taman hutan
rakyat atau konserfasi seluas 3.537 Ha, hutan produksi ( HP ) seluas 931,25 Ha,
dan hutan produksi terbatas ( HPT ) seluas 509 Ha. Luas luar kawasan hutan di
perkirakan 39.978,055 Ha, dan luas penggunaan areal lain untuk irigasi 23.365
Ha, padi sawah. 45.040 Ha, kawasan pemunkiman 11.842,38 Ha, lahan
pekebunan 54.473 Ha, dan hutan kota seluas 20 Ha (sumber : BPS Bulukumba
2010, dinas kehutanan dan perkebunan bulukumba 2011 ). Berdasarkan luas luar
kawasan hutan sebesar 39.978,055 maka diperkirakan luas hutan rakyat adalah
22.500 Ha dengan sebarang di 9 kecematan yaitu Kajang, Kajang, Bontotiro,
bontobahari, Ujung Lohe, Bulukumpa, Riloale, Gantara, dan Kindang.
Pola produksi/ penanaman tegakan hutan di Bulukumba umumnya adalah
sistem polikultur atau agroforestri, dengan penanaman jenis kayu perdagangan
seperti sengon, mahoni, Gemelina, bith, suren, dan jati. Tanaman yang bercampur
dengan tanaman jenis MPTS (multi porpose tre) seperti rambutan, durian, dan
mangga. Percampuran dengan tanaman jenis perkebunan seperti coklat, petai,
kopi dan cengkeh. Luasan rata–rata lahan yang dimiliki petani antara 0,5 sampai 1
Ha. Meskipun demikian pada 1 atau 2 titik lokasi lahan di masing-masing
kecamatan Kajang, Kajang, dan Bontotiro terdapat system monokultur atau
8
tanaman sejenis seperti tegakan jenis jati super, jati putih (Gmilina ) dan sengon,
dengan luasan rata-rata 0,5 samapai 1 ha per milik petani.
Dinas kehutanan dan perkebunan Kab. Bulukumba telah membangun
inisiatif kerjasama tahun 2011 guna mengawal pemberlakuan peraturan Mentri
Kehutanan No.P.38/Menhut-II/2009 dan perubahannya perMenhut P.68/Menhut-
II/2011 tentang standard dan pedoman penilaian kinerja pengelolaan hutan.
Produksi lestari dan Verifikasi dan legilitas kayu pada pemegan izin atau pada
hutan hak dan industry pengolahan hasil hutan kayu dan peraturan turunan
lainnya.
2.3. Bambu
Bambu adalah tanaman yang termasuk famili Poaceae yang merupakan
famili dari rumput. Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang
banyak tumbuh di kebun masyarakat pedesaan. Bambu banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Pemanfaatan bambu secara
terus menerus berpengaruh besar terhadap keberadaan bambu di habitatnya.
Bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-
hari seperti bahan bangunan, alat pertanian, jembatan, sayuran dan kerajinan
(Murtodo dan Dwi, 2015).
9
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Keas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa sp
Menurut Widjaja (2001), di dunia terdapat sekitar 1200-1300 jenis bambu
sedangkan menurut data lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia
diketahui terdiri atas 143 jenis. Berdasarkan data di atas dapat di pastikan bahwa
bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki
keanekaragaman yang cukup tinggi. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak
semua jenis bambu dikenal oleh masyarakat dengan baik.
Pertumbuhan jenis bambu sangat khas, membentuk rumpun yang
tumbuh lurus dan bercabang ke samping. Daunnya kecil-kecil, lonjong dan
berujung runcing. Tanaman bambu jarang sekali sampai berbunga atau
berbuah, kecuali bila dibiarkan tumbuh terus sampai bertahun-tahun lamanya.
Batang bambu memiliki warna yang bermacam-macam menurut jenisnya. Pada
umumnya bambu berwarna hijau tua.Jika sudah tua, kulit batangnya
10
membentuk bulatan-bulatan putih kecil-kecil. Ada jenis bambu yang batangnya
tidak begitu tebal, akan tetapi ada pula yang tebal sekali, misalnya bamboo
betung.
Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun.
Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman
bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang
simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul di dalam rumpun
karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul (Agus, dkk,
2006). Batang bambu yang lebih tua berada ditengah rumpun, sehingga kurang
menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah pertumbuhan biasanya
tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi,
batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai.
Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga.
Bambu telah menjadi bagian alami dari kehidupan masyarakat, mulai dari
lahir hingga mati. Di Cina dan Jepang, pisau bambu digunakan untuk memotong
tali pusar bayi pada saat dilahirkan, dan jenazah orang yang meninggal diletakkan
di atas alas yang terbuat dari bambu. Tumbuhan ini sudah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari (Lopez & Shanley, 2004).
Bambu adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat karena memiliki sifat-sifat yang menguntungkan yaitu batang
yang kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk, mudah dikerjakan
dan mudah diangkut. Selain itu, harga bambu relatif murah dibandingkan bahan
11
lain karena sering ditemukan di sekitar pemukiman khususnya di daerah pedesaan.
Bambu menjadi tanaman serba guna bagi kebanyakan orang di Indonesia. Bambu
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan
berupa batang yang kuat, serta kulit batang yang mudah dibentuk. Bambu banyak
ditemukan sehingga bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat
pedesaan (Sinyo dkk, 2017)
2.4. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Bambu
Pertumbuhan bambu tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan
tempat tumbuh. Adapun faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan syarat
tumbuh bambu yaitu : 1). Tanah dengan pH 5,6-6,5. 2). Ketinggian tempat 0-
2000 mdpl. 3). Suhu 8,8-36°C, curah hujan tahunan minimal 1.020 mm,
sedangkan kelembaban 80% (Dephut, 1992).
Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah tropik di Benua Asia, Afrika,
dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia
merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi wilayah
Indonesia, Burma, India, Cina, dan Jepang. Selain di daerah tropik, bambu juga
menyebar ke daerah subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran rendah
sampai di dataran tinggi. Di wilayah Indonesia diperkirakan terdapat 157 jenis
bambu. Jumlah jenis bambu tersebut kira-kira 10% dari jenis bambu di
dunia.Jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri dari 1.250-1.350 jenis. Bambu
mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Jenis tertentu dari bambu bahkan
dapat tumbuh 5 cm per jam atau 120 cm per hari. Berbeda dengan kayu yang baru
12
siap di tebang dengan kualitas baik setelah umur 40 sampai 50 tahun, sedangkan
bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh dalam umur 3 sampai 5 tahun.
Beberapa aspek positif dari bambu adalah ringan, kuat, ulet, rata, keras, mudah
dikerjakan flexilibilitas yang baik, dan berbentuk dinding tipis yang dibagi
menjadi ruas-ruas yang memberikan kekuatan besar sehingga baik untuk di
jadikan bahan konstruksi (Hakiki 2016).
2.5. Kelebihan Bambu
Bambu juga dikenal memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan
sebagai pengganti tulangan baja tarik, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata,
keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan,
sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan
dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman
pedesaan. Selain itu kelebihan bambu untuk membangun rumah adalah tahan dari
bencana gempa karena mempunyai struktur yang elastis dan juga bisa dibentuk
dengan berbagai motif anyaman atau pola sesuai keindahan arsitektur yang akan
di buat (Kasiati dan Boedi, 2010).
Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada.
Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar akar yang
memungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap
ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya. Menurut Wahyudin (2008),
setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-
kayuan, antara lain:
13
1. Tumbuh dengan cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat
dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat bertambah
panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa
dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan
yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang
bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga
tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akanmengalami kepunahan karena dipanen.
Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama
untuk menggantinya dengan pohon yang baru.
2. Tebang Piih
Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk
digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Tebang habis yaitu
menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang yang tua maupun
yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan didapatkan kualitas
bambu yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu
akan memutuskan regenerasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah
metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena
akan mendapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan
keberlangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.
14
3. Meningkatnya volume air bawah tanah
Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini
menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan
dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat
menyerap air hujan hingga 90%.
2.6. Kelemahan Bambu
Walaupun berpotensi digunakan sebagai material bangunan, bambu juga
memiliki kelemahan seperti mudah terbakar, rentan serangan rayap dan berlubang.
Dengan menggunakan bambu sebagai tulangan beton, selain dapat mengurangi
biaya bangunan dan memakai material yang ramah lingkungan juga dengan bambu
yang tercover oleh lapisan beton maka akan mengurangi salah satu kekurangan
bambu yaitu mudah terbakar (Wonlele dkk, 2013).
Sebagai bahan berligno selulosa yang dapat digunakan untuk material produk
serbaguna, bambu juga mempunyai kelemahan sebagai bahan baku karena tingkat
keawetan yang rendah sehingga rentan terhadap organisme perusak seperti rayap
dan bubuk kayu kering, dimana ketahanan alami setiap jenis bambu berbeda
terhadap organisme perusak yang berbeda seperti terhadap jamur maupun serangga.
Selain kayu, bambu dan produk-produk dari bambu juga banyak diserang baik oleh
rayap tanah maupun rayap kayu kering. Hasil pengujian ketahanan alami 20 jenis
bambu terhadap serangan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus (Jasni dkk,
2017).
15
2.7. Potensi dan Pemanfaatan Bambu
Potensi Bambu dapat dimanfaatkan tak hanya dalam kehidupan lokal namun
juga dapat dikembangkan hingga lingkup Internasional. Pada bidang ekologis,
sudah jelas bambu sangat bermanfaat karena jenisnya yang beragam dapat
menambah kekayaan sumber daya hayati. Kebun bambu pun dapat mencegah
terjadinya longsor, banjir, dan erosi. Kemudian manfaatnya dalam nilai sosial dan
budaya yaitu dapat mengembangkan potensi sumber daya manusia sebagai
pengelola bambu yang berkelanjutan. Selain itu dalam bidang ekonomi, bambu
memiliki manfaat yang besar karena harganya yang murah namun bila dikelola dan
dimanfaatkan berkelanjutan dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi (Hanafi
dkk, 2017).
Secara umum pola pemanfaatan hasil hutan di pedesaan memiliki dua
dimensi sosial yang berpengaruh terhadap eksistensi kawasan hutan.Pertama,
sebagian besar masyarakat pedesaan yang mengonsumsi hasil hutan berasal dari
kawasan hutan. Hal ini menjadikan titik sentral interaksi yang erat antara
masyarakat dan kawasan hutan. Hubungan tersebut bukan hanya terletak pada
pemanfaatan hasil hutan, melainkan juga kenyataannya telah terjadi hubungan
interaksi simbolik, di mana budaya dan tradisi terkait erat di dalamnya. Proses-
proses transformasi sosial terjadi dalam interaksi pemanfaatan hasil hutan dan
sebaliknya, menjadi karakteristik yang khas pada setiap lokasi atau daerah. Dimensi
sosial kedua adalah adanya dinamika masyarakat, terutama peningkatan populasi
penduduk di suatu daerah dan peningkatan pendapatan serta kualitas sumber daya
manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan hasil hutan.
16
Peningkatan populasi penduduk, terutama di pedesaan, menyebabkan peningkatan
kebutuhan hasil hutan untuk kayu pertukangan dan konsumsi energi rumah
tangga. Sementara peningkatan pendapatan dan kualitas sumber daya manusia,
secara perlahan menggeser tingkat selera masyarakat terhadap pemanfaatan hasil
hutan. Pola-pola pergeseran tersebut berada pada posisi yang positif dan
menguntungkan bagi eksistensi kawasan dan hasil hutan atau justru sebaliknya
berpengaruh negatif (Sumanto dan Mariana, 2014).
Manfaat bambu bagi masyarakat antara lain sebagai bahan konstruksi
ringan, sebagai bahan mebel dan kerajinan, sebagai papan komposit (papan lamina,
papan partikel dan papan serat), sebagai bahan baku pembuatan kertas dan lain-lain.
Disamping multifungsi bambu yang tinggi maka terdapat beberapa kelemahan dari
bambu antara lain pengerjaan tidak mudah karena mudah pecah atau retak, mudah
terserang serangga perusak kayu sehingga tidak tahan lama, variasi dimensi, dan
ketidak seragaman panjang ruasnya (Wulandari, 2011).
Tidak semua Bambu dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari, manfaat
bambu sangat banyak mulai dari akar hingga daun, misalnya bambu banyak
dipakai untuk bahan kerajinan seperti keranjang, anyam-anyaman, alat musik dan
juga sebagai bahan bangunan. Disamping itu juga bambu banyak dimanfaatkan di
dalam pelaksanaan upacara adat dan agama (Ekayanti, 2016).
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, bambu menjadi salah satu
kelengkapan yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara
perkawinan, hajatan keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas
komunitas tertentu. Lebih dari itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai
17
dengan perkembangannya aksesori bambu dalam pembuatan perabot rumah tangga
dan cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di beberapa tempat spesies bambu tentu
menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis.
Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah, perabotan
dapur dan kerajinan, bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana
sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri kertas yang
sudah modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu harapan,
bahwa kebutuhan terhadap bambu akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Adapun beberapa manfaat bambu baik secara ekologis,
sosial, ekonomi dan budaya.
1. Ekologis
Tanaman Bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar
rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman
ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat
digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu juga akan dapat
menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan hutan bambu dalam skala luas
pada usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu satuan ekosistem yang
lengkap. Kondisi hutan bambu memungkinkan mikro organisme dapat berkembang
bersama dalam jalinan rantai makanan yang saling bersimbiosis.
2. Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai
ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyatakat menggunakan bambu dalam
berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai jenis
18
pohon yang serbaguna. Pemanfaatan bambu secara tradisional masih terbatas
sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya seperti alat rumah tangga,
kerajinan, alat kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan
seperti rebung (Balai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi, 2011).
Penjualan bambu dalam bentuk barang kerajinan memiliki nilai ekonomis
yang lebih tinggi dibandingkan cara penjualan bambu secara langsung berupa
batangan bambu. Hal ini dikarenakan bambu yang dibuat dalam berbagai bentuk
barang kerajinan seperti bangku, meja, tirai dan lain sebagainya, dapat dijual
dengan nilai margin yang jauh lebih besar dibandingkan tanpa dibentuk dalam
barang kerajinan.harga perolehan bambu juga relatif murah dibandingkan dengan
bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan
(Setiawan, 2010).
2.8. Aspek Teknis Budidaya dan Syarat Tumbuh Bambu (Bamboo Sp)
Bambu merupakan salah satu jenis tanaman perintis sehingga untuk
tumbuh tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang teramat rumit sebagaimana
tanaman lain. Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sesuai
dengan jenis. Memiliki umur yang panjang dalam siklus hidupnya ± 30 -100 tahun
bahkan lebih, tergantung dari jenisnya.
Secara teknis bahan tanaman bambu dapat dikembangkan dengan teknik
stek rhizome akar, stek batang, stek cabang serta benih. Masa pembibitan tanaman
Bambu biasanya memerlukan waktu antara 6-10 bulan. Sedangkan lahan yang
paling optimal dan ideal dalam pengembangan tanaman bambu adalah wilayah
asal jenis yang bersifat endemik tempat tumbuh, akan tetapi bambu memiliki
19
toleransi cukup tinggi terhadap lahan kecuali pada lahan-lahan yang selalu
tergenang. Untuk faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bambu adalah kondisi iklim dan jenis tanah.
1. Iklim
Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan
terkena sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8-36oC. Tanaman bambu
bisa dijumpai mulai dari ketinggian 0-2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu
dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A, B, sampai E
atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin
banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu
termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air.Curah hujan yang
dibutuhkan tanaman ini minimal 1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang
dikehendaki minimal 80%.
2. Tanah
Bambu dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai
ringan, tanah kering sampai becek, dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari
tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai.Perbedaan jenis tanah
dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu
dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi
optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5.
20
2.9. Aspek Ekonomi Bambu
Secara ekonomis, produk-produk yang berasal dari bambu memiliki nilai
yang cukup baik. Banyak produk-produk yang dihasilkan mencakup mulai dari
sandang (serat untuk pembuatan pakaian, dan lain-lain), papan (papan lembaran,
lantai, meubel, dan lain-lain), pangan (rebung kalengan, kripik, aneka jenis
makanan olahan, dan lain-lain), estetika & budaya (kertas budaya untuk
sembahyang, pernik-pernik artifisial ruangan, dan lain-lain), kesehatan (arang,
vinegar, dan lain-lain) dan sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi,
bambu dapat dijadikan kertas kualitas nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan
berkualitas, dan sebagainya.Masih banyak lagi potensi bambu yang terpendam
dan belum tergali, tentunya dibutuhkan suatu inovasi teknologi kedepan guna
dapat mewujudkan potensi tersebut.
2.10. Jenis Bambu (Bamboo Spp)
Ada berbagai jenis bambu, akan tetapi di halaman ini hanya saya tuliskan
6 jenis bambu karena saya sesuaikan dengan jenis bambu yang sering saya
lihat/temui khususnya di Kabupaten Bulukumba. Adapun tentang manfaat bambu,
saya tuliskan sesuai jenis bambunya. Sebenarnya manfaat tumbuhan bambu itu
sangat banyak, bahkan bisa dikatakan sama dengan atau melebihi manfaat pohon
yang selama ini kita kenal serba manfaat dari akar sampai daunnya yakni pohon
kelapa. Namun untuk manfaat tumbuhan bambu yang akan saya sebutkan di
bawah nanti hanyalah sebagian dari begitu banyaknya manfaatnya
21
1. Bambu Tali/Bambu Apus ( Gigantochloa Apus )
a. Bambu Tali/Gigantochloa Apus
Bambu tali adalah jenis bambu yang warna kulitnya hijau tua dan
kurang mengkilap. Disebut bambu/pring tali karena salah satu manfaat
bambu jenis ini adalah bisa dijadikan bahan pembuat tali/pengikat
(misalnya untuk mengikat bungkus tempe, yang mana pada umumnya dulu
tempe dibungkus dengan daun pisang dan jati kemudian diikat
menggunkan tali yang terbuat dari bambu tali yang masih muda ).
Bambu tali pada umumnya memiliki diameter 3-7 cm, besar atau
kecilnya tergantung kesuburan tanahnya. Untuk ketinggian/panjangnya
pun bervariasi yakni antara sekitar 4-12 meter. Pada umumnya bambu tali
dapat tumbuh subur di tepi sungai.
1. Batang Bambu:
· sebagai senjata tradisional, bambu tali dapat dibuat senjata,
misalnya dibuat bambu runcing bahan pembuat tali tiang
bendera,
· alat/tempat menjemur pakaian,
· bahan bangunan, misalnya dibuat sebagai rangka atap rumah,
alat bantu/tangga ketika para tukang bangunan membuat rumah
yakni sebagai tempat berpijak ketika dalam ketinggian tertentu,
· sebagai bahan pembuat jembatan bambu/powotan,
· alat komunikasi tradisional, misalnya dibuat kentong,
22
· bahan pembuat peralatan dapur, misalnya dibuat tampah,ceting,
besek/piti, kipas nasi/ilir, centong, dan sebagainya,
· bahan pembuat kandang ternak,
· alat pemikul,
· sebagai kayu bakar,
· membuat pagar jalan / pekarangan sebagai tempat
merambatnya tanaman, misalnya sebagai tempat rambatan
kacang panjang, mentimun, kecipir, dan lain-lain.
2. Manfaat/Khasiat Air Bambu Tali:
Air Bambu adalah air yang terkandung dalam batang Bambu. Air ini
bisa didapatkan dengan cara memotong pucuk tumbuhan bambu yang
masih muda maupun tua (pilihlah tumbuhan bambu yang pucuknya mudah
dijangkau atau yang melengkung), kemudian di bekas potongan tersebut
bungkuslah dengan plastik (kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada sore
hari), misalkan pada sore hari kita memotong dan membungkus pucuk
bambu, maka keesokan harinya ambil lah air bambu yang sudah
memenuhi kantong plastik. Cara pengobatannya hanya dengan
meminumnya 3 kali sehari atau 1 kali minum 1 gelas.
2. Bambu Wulung (Gigantochloa Atroviolacea)
Bambu wulung adalah Bambu yang warna kulitnya wulung/hitam/hijau
kehitaman/ungu tua dan ada garis berwarna kuning di sepanjang batang maupun
rantingnya. Diameter bambu wulung mayoritas antara 5-12 cm dengan
panjang/tinggi antara 7-18 meter
23
1. Manfaat Tunas Bambu Wulung:
Tunas Bambu wulung yang masih muda atau baru muncul dengan ketinggian
sekitar maksimal 20 cm dari permukaan tanah, dapat dimanfaatkan sebagai sayur.
Rebung dapat dimasak dengan cara dibikin tongseng/tumis/oseng-oseng maupun
dimasak dengan dicampur air santan kelapa. Oh ya untuk rebung bambu tali
rasanya sangat pahit sehingga jarang ada yang mau memanfaatkannya sebagai
sayur.
2. Manfaat Batang Bambu Wulung antara lain:
· membuat Bambu runcing
· sebagai bahan bangunan misalnya untuk membuat rangka atap
· tiang bendera
· kerajinan seperti hiasan dinding yang berupa potongan Bambu yang
diukir menjadi gambar pemandangan alam, hewan, dan sebagainya
· pagar
· tiang antena televi
3. Bambu Petung (dendrocalamus asper)
Bambu petung/betung atau dendrocalamus asper adalah salah satu jenis
bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang cukup besar dan termasuk ke
dalam suku rumput-rumputan.Bambu betung memiliki nama lokal yang berbeda
di setiap wilayah di Indonesia seperti sebutan awi bitung (Sunda), pring petung
(Jawa), awo petung (Bugis), dan bambu swanggi (Papua).
24
Tumbuhan bambu betung yang masih muda ditutupi oleh lapisan berwarna
coklat dan bertekstur seperti kain beludru.Tinggi bambu betung dapat mencapai
10 kaki sedangkan lingkar batangnya dapat mencapai 8 inchi. Bambu betung
memiliki batang berkayu dan bernding tepal yaitu antara 11 sampai 20
mm.Bagian batang bambu betung bagian bawah terdapat node dan terdapat akar
udara.Batang bambu betung terdiri dari ruas-ruas, panjang setiap ruas bambu
antara 20 hingga 45 cm serta berwarna hijau pucat dan tertutup rambut coklat
pendek. Daun tumbuhan ini berbentuk tombak dengan panjang sekitar 15 cm
hingga 30 cm dan lebarnya antara 10 mm hingga 25 mm.
Manfaat Bambu Petung antara lain :
Rebungnya sebagai sayur, sebagai tiang penyangga rumah, penyangga rangka
atap, tempat sajeng/alat nderes, alat keseniandan lain-lain
4. Bambu Kuning (Flavo quis fermentum)
Bambu kuningadalah salah satu tanaman dari kelompok bambu. Bambu
jenis ini memiliki ciri batang yang beruas-ruas, tinggi, dan batangnya berwarna
kuning. Biasanya, bambu jenis ini hidup di lingkungan tropis. Di kawasan Asia
Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan. Ia sering dijumpai di desa-
desa, di pinggir-pinggir sungai, dan sebagai tanaman hiasan di perkotaan.
Bambu kuning dapat diperbanyak dengan cara rhizoma, stek rumpun atau
cabang, cangkok, dan kultur jaringan. Namun, cara termudah dan sering dilakukan
adalah stek rumpun atau cabang.Umumnya, rumpun yang akan di stek adalah
rumpun yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua.Rebusan pada bambu ini
mengandung saponin dan iavonoida.Tidak hanya itu, bambu kuning ini
25
mengandung sumber potassium yang rendah kalori, serta memiliki rasa manis
yang terkenal sebagai sumber protein dan nutrisi yang baik bagi tubuh.Bambu ini
memiliki khasiat mengobati bermacam jenis infeksi dan pencegah hepatitis.
5. Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)
Bambu hitam merupakan salah satu varietes bambu tropis yang memiliki
buluh berwarna hijau kehitaman namun daunnya tetap berwarna hijau dan
termasuk salah satu jenis bambu komersia yang sudah dikembangkan di
Indonesia.Bambu hitam merupakan tumbuhan multifungsi, keberadaannya di alam
mulai terancam karena budi daya di masyarakat belum bisa memenuhi permintaan
pasar. Selain itu cara budi daya yang dilestarikan secara turun-temurun termasuk
aspek ekologi (Cundaningsih dkk, 2015).
6. Bambu Ater (Gigantochloa atter)
Bambu ater memiliki batang berwarna hijau sampai hijau gelap dengan
diameter 5-10 cm. Panjang ruasnya antara 40-50 cm dan tinggi tanaman mencapai
22 m. Pelepah batangnya mudah gugur. Ruas-ruas bambu ini tampak rata dengan
garis putih melingkar pada bekas perlekatan pelepah buluh. Pada batang yang
muda tampak pelepah batang melekat berwarna hijau kekuningan dengan
bulubulu halus berwarna hitam, kuping pelepah buluh kecil, panjang pelepah 21-
36 cm dan bentuknya hampir segitiga dengan ujung runcing. Daerah perakaran
tidak jauh dari permukaan tanah. Jenis bambu ater banyak tumbuh di dataran
rendah, tetapi dapat juga tumbuh baik di dataran tinggi pada ketinggian 750 meter
diatas permukaan laut. Bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding
rumah, pagar, alat-alat rumah tangga dan kerajinan tangan. Pembuat alat musik
26
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Pemamfaatan Bambu
Berdasarkan Jenis
bambu atau angklung juga sangat menyukai jenis bambu ini sebagai bahan
bakunya (Eskak, 2016)
2.11.Kerangka Pikir
Berdasarkan dalam penelitian ini masyarakat mampu memanfaatkan
beberapa jenis Bambu yang dapat di jadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Hutan Rakyat
Jenis Bambu Pemanfaatan Bambu
Gambar 1. Kerangka Pikir
27
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kajang Timur Kabupaten
Bulukumba dalam waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, dimana penelitian awal
dimulai dari bulan 25 mei– 27 juli 2019.
3.2. Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian ini adalah tanaman bambu (Bambusa Sp) yang di
temukan saat kegiatan dilapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat tulis untuk catat data lapangan, kamera digital untuk dokumendasi,
dan parang.Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi buku pedoman
bambu, tali sheet, kantong plastic, dan kusioner.
3.3. Jenis Data
Jenis Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer dihimpun melalui pengamatan langsung pada petak
contoh. Data primer yang dihimpun meliputi jenis bambu (Bambusa sp) dan
manfaat tumbuhan
2. Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini meliputi keadaan umum
lokasi penelitian, antara lain data tentang keadaaan umum daerah penelitian
dan data-data yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya seperti instansi
terkait maupun suatu lembaga serta penelitian-penelitian yang mendukung.
28
adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang
telah ada. Data sekunder yang mendukung penelitian ini meliputi keadaan
umum lokasi penelitian.
3.4. Sampel Responden
1. Responden Umum
Responden umum adalah masyarakat sekitar kecamatan kajang yang
mengetahui jenis-jenis bambu dan memanfaatkan tumbuhan bambu
2. Responden Kunci
Responden kunci adalah pengerajin bambu, petani yang memanfaakan
bambu, pejabat instansi terkait, dan tokoh masyarakat yang terdapat di sekitar
kecamatan kajang. Penentuan responden kunci diambil secara purpossive
sampling yang disesuaikan dengan kebutuhan tujuan penelitian
Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut :
1. Apabila jumlah penduduk = 100 kepala keluarga, maka di ambil seluruh
responden.
2. Apabila jumlah responden > 100 kepala keluarga, maka diambil 10%-
15% dari jumlah kepala keluarga (Arikunto, 2002).
3.5. Tehnik Pengumpulan Data
1. Cara Pengambilan Data adalah sebagai berikut :
a. Wawancara,
Wawancara adalah proses Tanya jawab yang dilakukan oleh
masyarakat yang dilakukan 2 orang atau lebih yang berkaitan dengan judul
yang akan di teliti sehingga kita sebagai peneliti juga merasa puas deengan
29
jawaban dari beberapa masyarakat .dalam wawancara dilakukan dengan
tehnik terstruktur dan bebas. Wawancara terstruktur sudah ada konsep-
konsep yang akan digali dengan perjanjian langkah – langkah wawancara
dengan informan. Wawancara bebas tidk terstruktur dan dimulai dengan
situasi bebas.
b. Obsevasi lapangan
Observasi lapangan berguna untuk pengambilan specimen bambu
berdasarkan keterangan yang di peroleh imforman Obsevasi lapangan
meliputi :
1. Jenis Bambu
2. Cara Pemeliharaan Bambu
3. Manfaat Bambu
3.6. Defenisi Operasional
1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba,
2. Bambu dewasa dicirikan oleh kondisi batang yang telah lepas
seludangnya (tidak ada seludang) dan telah mengalami pertumbuhan
cabang pada masing-masing ruasnya.
30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Kajang
1. Kondisi Geografis dan Administratif
Kecamatan Kajang merupakan salah satu wilayah kecamatan dalam
system administrasi Kabupaten Bulukumba, ditinjau dari segi Letaknya/posisinya
dalam wilayah KabupatenBulukumba, Kecamatan Kajang terletak di bagian timur
wilayah Kabupaten Bulukumba, dengan luas wilayah keseluruhan adalah
129,06Km2 dan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 47.467Jiwa.
Secara administratif, Kecamatan Kajang memiliki batas sebagai berikut:
· Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai
· Sebelah Timur : Teluk Bone
· Sebelah Selatan : Kecamatan Herlang dan Kecamatan Ujung Loe
· Sebelah Barat : Kecamtan Bulukumpa
Kecamatan Kajang terbagi atas 19 (sembilan belas) desa dan kelurahan.
Ditinjau dari aspek luas wilayah masing-masing desa/kelurahan tersebut, maka
Kelurahan Tambangan dengan luas 13,00 Km2 dan Desa Malleleng dengan luas
11,10 Km2 merupakan wilayah desa terluas dibandingkan dengan desa/kelurahan
lainnya di Kecamatan Kajang, sedangkan desa/kelurahan yang memiliki luas
wilayah terkecil adalah Desa Pantarra dan Desa Losisang dengan luas wilayah
masing-masing yaitu 4,00 Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
31
Tabel 4.1. Wilayah Administrasi dan Kependudukan di Kecamatan KajangTahun 2014
No. Desa/Kelurahan LuasWilayah
(km2)
Persentase(%)
RumahTangga(KK)
Penduduk(Jiwa)
1 Bonto Biraeng 7,55 5,85 442 22182 Bontorannu 7,00 5,42 474 20733 Lembang 9,00 6,97 505 21604 Lembanglohe 5,00 3,87 451 19715 Tanahjaya 6,30 4,88 455 60456 Laikang 7,00 5,42 482 21097 Pantarra 4,00 3,10 286 16718 Possi Tanah 4,20 3,25 623 11909 Lembanna 4,73 3,66 821 285010 Tambangan 13,00 10,07 479 373411 Sangkala 7,20 5,58 820 240012 Bonto Baji 8,50 6,59 372 392713 Pattiroang 8,18 6,34 333 195514 Sapanang 8,80 6,82 453 151915 Batunilamung 4,20 3,25 930 190516 Tanah Towa 5,25 4,07 417 387017 Malleleng 11,10 8,60 418 168018 Mattoanging 4,05 3,14 467 194419 Losisang 4,00 3,10 434 2246
Jumlah 129,06 100 ,00 129,06 47.467
Sumber: Kecamatan Kajang Dalam Angka 2014
2. Topografi
Kondisi topografi Kecamatan Kajang termasuk kawasan yang datar,
bergelombang serta berbukit. Kecamatan Kajang sendiri terletak pada ketinggian
yang beragam yaitu antara 0 - 150 mdpl dengan kemiringan lereng berkisar antara
0–15% dengan pengelompokan keniringan lereng antara 0–2%, 2–5 %, 5–15.
Kemiringan lereng di Kecamatan Kajang umumnya didominasi oleh kemiringan
anatar 0-2%, 2-5%, sehingga pembangunan dalam kawasan selama ini cenderung
32
mengikuti relief tanah yang datar dengan tingkat kemiringan yang datar dan tidak
curam.
Tabel 4.2. Luas Kecamatan Kajang Berdasarkan Tingkat KemiringanLereng 2014
No. Kemiringan Lereng Luas (Ha) Persentase1 0 – 2% 332,56 61,342 2 – 5% 154,07 28,423 5 – 15% 55,56 10,25
Jumlah 542,19 100,00Sumber :RTRW Kabupaten Bulukumba
Berdasarkan hasil survey lapangan menunjukkan bahwa daerah datar
dengan tingkat kemiringan 0-5% masih didominasi oleh lahan terbangun seperti
permukiman dan fasilitas lainnya, semak, hutan, dan tambak, sedangkan daerah
bergelombang, berbukit hingga daerah pegunungan (5-15%) merupakan area non
permukiman seperti hutan dan semak tetapi sebagian sudah dimanfaatkan sebagai
kawasan budidaya perkebunan.
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis- Jenis Bambu di Kecamatan Kajang
A. Bambu Betung (Dendrocalamus asper )
Bambu Betung merupakan Bambu yang tumbuh di dinding jurang, bambu
ini memiliki rebung hitam keunguan yang tertutup oleh bulu-bulu (miang)
seperti beledu cokelat hingga kehitaman. Buluh berukuran besar, panjang ruas 40-
50 cm dan garis tengahnya 12-18(-20) cm, secara keseluruhan buluh mencapai
tinggi 20 m dengan ujung yang melengkung; warnanya bervariasi dari hijau, hijau
tua, hijau keunguan, hijau keputihan, atau bertotol-totol putih karena liken. Buku-
bukunya dikelilingi oleh akar udara. Tebal dinding buluhnya antara 11 sampai
36 mm.
Pelepah buluh berukuran besar, lk. 50 × 25 cm tertutup oleh miang
berwarna hitam hingga cokelat tua; kupingnya membulat dan terkadang
mengeriting hingga dasar daun pelepah buluh, tinggi 7 mm dengan bulu kejur
hingga 5 mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi tidak teratur, tinggi 7-10 mm
dengan bulu kejur pendek hingga 3 mm; daun pelepah buluh menyegitiga dengan
dasar menyempit, terkeluk balik.Daun pada ranting dengan pelepah yang lokos
atau bermiang pucat jarang-jarang, tanpa kuping, ligula lk. 2 mm, helaian
berukuran 15-30(-45) × 1-2,5(-8,5) cm, sisi bawahnya agak berbulu, tangkai daun
amat pendek.Perbungaan berupa mulai pada ranting tak berdaun, dengan
kelompok-kelompok spikelet pada masing masing bukunya. Spikelet
34
bentuk elipsoid, 6-9× 4-5 mm, sedikit memipih ke samping, berisi 1-2 gluma dan
4-5 floret.
Gambar.2 Bambu Betung (Dendrocalamus asper )
Bambu Betung ini tumbuh di dinding jurang, bambu ini memiliki rebung
hitam keunguan yang tertutup oleh bulu-bulu (miang) seperti baledu coklat hingga
kehitaman. Bambu ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pagar. Bambu Betung
memiliki banyak manfaat dan terutama digunakan sebagai bahan bangunan dan
kayu struktural untuk konstruksi pelbagai bangunan: tiang rumah, andang-andang
perahu, rangka gudang tembakau, jembatan dan titian, perancah dan lain-lain.
Buluhnya yang tebal umumnya dianggap kuat dan awet pada kadar air 8%
kerapatan kayunya antara 0,7-0,8 g/cm³. Pada kadar air 15%, keteguhan patah
Bambu Betung adalah 103 N/mm²; keteguhan tekan sejajar arah serat 31 N/mm²;
dan keteguhan gesernya 7,3 N/mm².
35
Pemanfaatan lainnya di antaranya untuk semah-semah perahu, tahang air
atau nira, saluran air, alat musik, furnitur, peralatan rumah tangga dan kerajinan,
papan laminasi, bubur kertas, sumpit, tusuk gigi, serta aneka kegunaan lainnya.
Rebungnya yang besar dan manis disukai orang, untuk dibuat acar atau masakan
lain. Mutu rebung ini dianggap yang terbaik dibandingkan dengan rebung bambu
jenis lain, termasuk pula apabila dikalengkan
B. Bambu Bulo atau Bamboo legi (Bigantochather)
Bambu Bulo merupakan jenis bambu yang kecil yang biasa digunakan
masyarakat bugis untuk memancing ( ma meng ). Tidak hanya itu, bulo biasanya
juga digunakan sebagai aranginangeng atau jemuran pakaian.
Gambar. 3 Bambu Bulo atau Bamboo legi (Gigantochather)
Bambu ini sering digunakan untuk atap rumah karena helai daun rumbia
yang di rangkaian hingga berbentuk sisir lalu di ikat pada sebatang bambu,yang
berfungsi sebagai reng setiap 20 cm.
36
C. Bambu Parring (Gigantochloa atter)
Bambu parring merupakan jenis bambu yang memiliki ukuran yang sama
dengan Tellang. Namun bambu jenis ini memiliki kulit yang lebih tebal. Perring
biasa digunakan oleh masyarakat bugis sebagai bahan baku dalam membuat
bangunan seperti bola-bola galung dan bola dare, panrung-panrung, bola
suji (persyaratan kawin masyarakat bugis) dll. Umumnya perring digunakan
untuk membuat bahan-bahan dalam skala yang kecil, kadang pula perring
rakko atau bambu yang sudah kering digunakan sebagai bahan
bakar annasung atau memasak.
Bambu yang merumpun, padat dan tegak. Rebungnya hijau hingga
keunguan, tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna hitam. Buluhnya lurus,
mencapai tinggi 22(-25) m; garis tengahnya 5-10 cm dan ruas-ruasnya sepanjang
40-50 cm, tebal dinding buluh lk. 8 mm; hijau, hijau tua hingga hijau kebiruan,
dengan lampang berupa cincin berwarna pucat pada buku-bukunya; buku-buku
dekat tanah dengan sedikit akar udara. Percabangan muncul tinggi, lk. 2-3 m di
atas tanah. Pelepah buluh mudah rontok, kecuali mungkin yang
terbawah; menyegitiga sempit dengan ujung terpangkas, panjang lk. 21-36 cm,
berbulu miang berwarna hitam pada sisi luarnya. Daun pelepah buluh bentuk
lanset atau menyegitiga dengan pangkal menyempit, lk. 10 × 3 cm, terkeluk balik.
Kuping pelepah membulat hingga membulat dengan ujung sedikit melengkung
keluar, lebar 6-9 mm dan tinggi 3-7 mm, dengan bulu kejur 4-6 mm; ligula (lidah-
lidah) menggerigi, tinggi 3-6 mm, lokos.
37
Daun pada ranting bentuk lanset lonjong, 20-49 × 3-9 cm, lokos; kuping
pelepah kecil, 2 × 1 mm, lokos; ligula rata, tinggi lk. 2-4 mm, lokos. Perbungaan
berupa malai pada ranting yang berdaun, dengan kelompok-kelompok hingga
35 spikelet pada masing masing bukunya. Spikelet bentuk lanset bulat telur, 9-12
× 3-4 mm, berisi 4 floret yang sempurna dan satu floret ujung yang tak sempurna.
Gambar. 4 Bambu Parring (Gigantochloa atter)
Bambu parring ini memiliki kulit yang lebih tebal, parring biasa digunakan
oleh masyarakat kajang sebagai bahan baku dalam membuat bangunan seperti
tangga, kandang bola suji, panrung-panrung, dan lainnnya.
Bambu ater terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan: rangka
rumah, dinding, pagar; dan juga untuk membuat perlengkapan rumah tangga
seperti balai-balai, furnitur, serta alat-alat masak. Bambu ini baik pula untuk
membuat alat-alat musik tradisional seperti calung dan angklung. Penggunaan
lainnya adalah sebagai galah penjemur, tangkai sapu, dan juga penopang tandan
38
pisang. Buluhnya juga dimanfaatkan sebagai bahan anyaman (untuk keranjang
dll.), serta untuk membuat sumpit, tusuk sate, tusuk gigi, dan sebagainya.
Rebungnya disukai sebagai sayuran, dan dikatakan bahwa rasanya tidak kalah
dengan rebung bambu betung (Dendrocalamus asper)
D. Bambu Tallang (Schizostachhyum brachycladum)
Tellang merupakan jenis bambu yang bersekat dan memiliki rongga yang
besar namun berdinding tipis. Berbeda nama maka berbeda pula fungsinya.
Tellang memiliki fungsi khusus yakni sebagai bahan baku utama
membuat lemmang. Lemmang atau lemang merupakan masakan khas masyarakat
bugis. Yang dibuat dari were pulu beras ketan yang dimasukkan dalam tellang lalu
di bakar. Lemmang sendiri merupakan masakan olahan beras yang terdiri
dari lemmang pute dan lemmang lotong.
Bambu yang merumpun, rapat dan tegak; rebungnya kuning atau hijau,
tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna cokelat. Buluhnya lurus, mencapai tinggi
8-15 m dengan ujung yang melengkung; mulai bercabang lk. 1,5 m di atas tanah,
cabang-cabang banyak hingga 25-30 tangkai yang ramping dan kurang-lebih sama
besarnya.Panjang ruas 35-50 cm dan garis tengahnya 8–10 cm, tebal dinding
buluh hanya sekitar 4 mm; hijau, hijau kebiruan atau kuning dengan garis hijau,
biasanya tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna keputihan, yang rontok ketika
buluh menua.
Pelepah buluh kaku dan tidak lekas rontok; lk. 12-27 × 18–35 cm; sisi
luarnya tertutup oleh miang berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap.Daun
39
pelepah buluh menyegitiga dengan ujung meluncip kaku, 4-18 × 4–10 cm, tegak,
biasanya gundul, berurat banyak. Kuping pelepah seperti bingkai, lebar 10 mm
dan tinggi 2,5–6 mm, dengan bulu kejur 4–8 mm; ligula (lidah-lidah) rata, tinggi
2–3 mm. Daun pada ranting bentuk lanset, 20-40 × 4–7 cm, sisi bawahnya
berambut balig, atasnya gundul; kuping pelepah daun kecil, tinggi lk. 1 mm,
dengan bulu kejur 0,7 mm; ligula rata, tinggi lk. 1 mm,
Gambar.5 Bambu Tallang (Schizostachhyum brachycladum)
Bambu Tallang ini memiliki rongga yang besar namun berdinding tipis,
bamboo tellang memiliki fungsi sebagai bahan baku utama dalam membuat
lemang atau cetakan gula merah. Buluhnya dipakai untuk pelbagai kegunaan;
misalnya untuk membuat langit-langit penutup atap, tabung air (tahang), kerajinan
40
tangan, penopang tanaman, wadah (gelas) untuk minum tuak, dan sebagai wadah
untuk membuat lemang.
Berikut ini adalah tabel jenis Bambu yang ada di Kec. Kajang:
Tabel 5.1 Jenis Bambu yang ada di Kecamatan Kajang
No. Jenis Bambu Responden
(orang)
Persentase
(%)
Ket.
1.
2.
3.
4
Bambu Parring (Gigautochoa alter)
Bambu Tallang
(Schizostachhyum brachyladum)
Bambu Bulo (Bambusa vulgaris)
Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
57
7
11
9
66,25
8,75
13,75
11,25
Jumlah 80 100
Sumber: Data primer sudah diolah 2019
Berdasarkan tabel diatas menujukkan bahwa Bambu Parring lebih banyak
digunakan dibanding Bambu yang lain, sedangkan Bambu yang paling sedikit
digunakan adalah Bambu Tallang. Bambu Parring lebih banyak digunakan
masyarakat Kajang sekitar 66,25% untuk memamfaatkan Bambu sebagai bahan
baku dalam membuat bangunan seperti bola-bola galung dan bola darre, panrung-
panrung, bola suji, kandang, tangga, dan lain-lain. Bambu Parring hampir
memiliki ukuran yang sama dengan Bambu Tallang, namun jenis ini memiliki
kulit yang lebih tebal.
41
Daftar tabel 5.2 Responden pemanfaatan bambu
No. Nama Umur Jenis Bambu ManfaatBambu
Jumlahbambu yangdibutuhkan
1 Rabaning 62 Bambu ParringBambu Bulo
Tangga rumahAtap rumah
121
2 Sumardi 43 Bambu ParringBambu BetungBambu Parring
Tangga rumahPagarKandang
1261
3 Kursiah 42 Bambu Parring Tangga rumah 134 Anto 38 Bambu Parring
Bambu TallangTangga kelapaCetakan gula
1-21
5 Parani 49 Bambu ParringBambu ParringBambu Tallang
Tangga kelapaKandangCetakan gula
2121
6 Basri 42 Bambu ParringBambu ParringBambu ParringBambu Tallang
Tangga kelapaBola galungBale-baleCetakan gula
212141
7 Herman 28 Bambu ParringBambu Tallang
Tangga kelapaCetakan gula
21
8 Andi 26 Bambu ParringBambu ParringBambu Tallang
Tangga kelapaKandangCetakan gula
261
9 Ruslan 26 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaKandang
1-212
10 Mirwan 31 Bambu ParringBambu Betung
Tangga kelapaPagar
26
11 Jamaluddin 43 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapawulu suji
224
12 Tahir 39 Bambu ParringBambu Bulo
Tangga kelapaAtap rumah
1-21
13 Dika 12 Bambu Parring Tangga kelapa 2
14 Sofyan 18 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaKandang
25
15 Syamsir 27 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaKandang
217
16 Rusdi 25 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaKandang
29
17 Amiruddin 48 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapawulu suji
224
18 Delita 24 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaKandang
27
42
19 Aldi 19 Bambu Parring Tangga kelapa 1-2
20 Suardi 36 Bambu ParringBambu ParringBambu Betung
Tangga kelapaBale-balepagar
2156
21 Usman 47 Bambu ParringBambu Parring
Tangga kelapaBola galung
211
22 Dodding 63 Bambu ParringBambu Bulo
JembatanAtap rumah
151
23 Tamring 57 Bambu Parring Jembatan 18
24 Hendra 40 Bambu Parring Kandang 12
25 Risal 30 Bambu Parring Kandang 9
26 Ansar 42 Bambu ParringBambu Betung
Kandangpagar
135
27 Hasmi 44 Bambu TallangBambu Betung
Cetakan lemangPagar
1
28 Sulo 52 Bambu Tallang Cetakan lemang 1
29 Basir 40 Bambu Parring Wulu suji 24
30 Jumali 57 Bambu Bulo Atap rumah 1
31 Basiro 73 Bambu Parring Bola galung 12
32 Sappewali 31 Bambu ParringBambu Betung
KandangPagar
118
33 Erwin 19 Bambu Parring Kandang 9
34 Ramli 38 Bambu ParringBambu Betung
Wulu sujiPagar
326
35 Tamming 70 Bambu Bulo Atap rumah 1
36 Jufri 29 Bambu ParringBambu Parring
KandangWulu suji
1334
37 Jamaluddin 38 Bambu Parring Wulu suji 20
38 Lahani 54 Bambu BuloBambu Betung
Atap rumahPagar
19
39 Ahmad 39 Bambu ParringBambu Parring
KandangBale-bale
1015
40 Ilham 36 Bambu Parring Kandang 8
41 Arsyad 43 Bambu Parring Wulu suji 20
43
42 Nirwan 31 Bambu Parring Bale-bale 14
43 Hamma 48 Bambu BuloBambu Betung
Atap rumahPagar rumah
18
44 Rampe 59 Bambu Bulo Atap rumah 1
45 Sulo 52 Bambu Bulo Atap rumah 1
46 Canning 57 Bambu Bulo Atap rumah 1
47 Nur Ida 47 Bambu Bulo Atap rumah 1
Sumber:Data primer sudah diolah 2019
5.2. Pemanfaatan Tanaman Bambu pada Masyarakat Kajang
Pemanfaatan tanaman bambu yang dilakukan masyarakat sekitar hutan di
kajang dilakukan sejak zaman dahulu secara turun-temurun karena banyaknya
tanaman bambu yang berada di desa untuk memanfaatkanya tersebut . Tanaman
bambu telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat
kecamatan kajang, karena tanaman bambu merupakan bagian yang tidak bisa
terpisahkan dengan berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat. Dalam penelitian
ini, informasi dan persepsi masyarakat mengenai pemanfaatan bambu diperoleh
dengan mewawancarai masyarakat setempat. Bambu di gunakan masyarakat
sebagai bahan baku pembuatan berbagai perkakas rumah tangga (bangku dan
taguk penampung air nira). Digunakan sebagai bahan pembuatan aneka keperluan
pertanain (ajir), sebagai bahan bangunan (kandang ternak dan tangga bambu),
sebagai kerajinan tangan (wadah hidroponik), dan juga makanan (rebungnya yang
dapat dimanfaatkan untuk sayur). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sulistiono
dkk (2016), yang menyatakan bahwa bambu banyak digunakan masyarakat dalam
memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga,
kerajinan, konstruksi dan adat istiadat.
44
Bambu memiliki multifungsi jenis sebagai bahan makanan untuk manusia
(rebung), binatang (pucuk daun muda), kebutuhan tangga dan aneka kerajinan
dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari cinderamata, mebel, tas, topi,
kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk pembuatan jembatan,
aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Pada pemanfaatan
tanaman bambu masyarakat tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengambil
bambu yang sudah dapat dimanfaatkan karena bambu memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayasari dan Suryawan (2012), yang
menyatakan bahwa Bambu mampu tumbuh tinggi dengan kecepatan 15-18 cm per
hari dan mencapai tinggi maksimum dalam waktu 4–6 bulan.Produktivitas
biomasa bambu per satuan luas lebih tinggi dibanding dengan sebagian besar jenis
tanaman lainnya, sehingga banyak negara yang memilih bambu sebagai sumber
energi baru yang terbarukan. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari bambu
karena sifatnya yang ulet, lurus, rata, keras mudah diolah, mudah dibentuk serta
ringan. Selain itu bambu relatif lebih murah, sehingga banyak digunakan sebagai
bahan baku pembuatan rumah, perabotan rumah tangga, alat angkut, kerajinan,
produk-produk yang menggunakan teknologi tinggi seperti papan bambu
laminasi, pulp serta masih banyak lagi. Bambu memegang peranan sangat penting
dalam kehidupan masyarakat di kajang.Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang
baik untuk dimanfaatkan berupa batang yang kuat, serta kulit batang yang mudah
dibentuk. Bambu banyak ditemukan di sekitar pemukiman daerah pedesaan,
sehingga bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan.
45
Bambu paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kecamatan kajang
sebagai bahan bagunan,kandang ternak,tangga,dan lain sebagainya.karena
memiliki batang yang kuat dan juga mudah untuk ditemukan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Harysakti dan Sholehah (2014), yang menyatakan bahwa
bambu dipercaya tahan terhadap serangan jamur dan serangga. Bambu sebagai
bahan yang alami, serbaguna, dan terbarukan dikenal sebagai salah satu material
untuk bangunan berkelanjutan.Bambu bagi bangsa Indonesia bukanlah hal yang
baru, karena telah banyak digunakan pada bangunan-bangunan masyarakat
tradisional.Namun penggunaannya secara modern untuk bangunan berkelanjutan
masih sangat sedikit.
Walaupun bambu berpotensi sebagai material bangunan, bambu juga
memiiki kelemahan yaitu mudah terbakar, terlalu lentur, dan berlubang.Sehingga
bambu sering digunakan untuk tulangan beton, selain dapat mengurangi biaya
bangunan dan ramah lingkungan bambu dapat juga dilapisi oleh beton sehingga
tidak mudah terbakar.
46
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Jenis Bambu yang dimanfaatkan di Kecamatan Kajang
No. Pemamfaatan Responden(orang)
Persentase(%)
Keterangan
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
Tangga RumahTangga KelapaJembatanKandangBola SujiBola-bola GalungBale-baleCetakan Gula MerahCetakan LammangAtap RumahPagar
3182
1663552
119
3,7522,52,5207,5
3,756,256,252,5
13,7511,25
Jumlah 80 100%
Sumber: data primer sudah diolah 2019
Berdasarkan tabel diatas menujukkan bahwa tangga Kelapa lebih banyak
digunakan yaitu 22,5% masyarakat Kajang, dibandingkan pemamfaatan yang lain,
sedangkan yang paling sedikit dimamfaatkan yaitu untuk Jembatan dan cetakan
Lammang masing-masing 2,5%
47
Tabel 5.4. Jenis dan Pemamfaatan Bambu di Kec. Kajang
No. Jenis Pemamfaatan Responden(orang)
Persentase (%) Ket.
1. BambuParring
Tangga RumahTangga KelapaJembatanKandangBola sujiBola-bola GalungBale-bale
3182
16635
66,25
2. BambuTallang
Cetakan GulaMerahCetakan Lemang
52
8,75
3. Bambu Bulo Atap Rumah 11 13,754. Bambu
BetungPagar 9 11,25
Jumlah Total 80 100Sumber: Data primer yang telah diolah 2019
Berdasarkan tabel diatas menujukkan bahwa jenis dan pemamfaatan
Bambu di Kec. Kajang yang paling banyak digunakan yaituu Bambu Parring
66,25%, dan pemamfaatan Bambu tangga Kelapa 22,5%, sedangkan yang paling
sedikit digunakan jenis Bambu Tallang 8,75%, pemamfaatan Bambu yaitu
Jembatan dan cetakan Lammang 2,5%
48
1. Contoh dari pemanfaatan Bambu Parring yang ada di Kecamatan
Kajang:
a. Tangga Rumah (Tuka’)
Gambar.6. Tangga Rumah
Masyarakat Kajang masih banyak yang membangun rumah
panggung sehingga harus menggunakan tangga untuk masuk kedalam
rumahnya. Dan jumlah bambu yang di gunakan 12 batang Bambu
49
b. Tangga Pohon (Tanrang)
Gambar.7. Tangga Kelapa
Masyarakat Kajang biasa menggunakan tangga Bambu
(Tanrang) untuk memudahkan mengambil air nira kelapa, dan jumlah
bambu di gunakan 1-2 batang bambu setiap per tanaman kelapa yang di
sadap.
50
c. Jembatan Bambu (Lete)
Gambar.8.Jembatan
Bambu digunakan sebagai jembatan untuk melewati sungai-sungai kecil
yang menhubungkan jalan ke sawah atau kebun masyarakat,dan jumlah bambu
digunakan 15-20 batang bambu untuk kuat menahan bagi orang lewat dan tidak
mudah cepat patah dan lama di gunakan.
51
d.Kandang Ternak (Rabbang)
Gambar.9.Kandang Ternak
Masyarakat yang berternak ayam biasanya menggunakan kandang yang
terbuat dari Bambu untuk melindungi malan hari supaya terhindar dari bahaya,
misalkan hewan pemangsa.dan jumlah bambu di gunakan 4-7 batang bambu dan
di bantu dengan papan sebagai pintu.
52
d. Bola suji (Balli’)
Gambar.10.Bola suji
Bola suji di gunakan untuk masyarakat sebagai adat pesta perkawinan, dan
jumlah bambu di gunakan minimal 20-25 batang bambu. Di buat 1-2 minggu
sebelum acara pernikahan,awalnya walasuji di buat dari beberapa batang pohon
dan sebaiknya wala suji dibuat dari bambu tua yg berkualitas baik, lurus, dan
masih biru.
53
e. Bola-bola Galung
Gambar.11.Bola-Bola Galung
Bola-bola galung ini di gunakan masyrakat kajang sebagai tempat istrahat
dari persawahan, jumlah bambu digunakan 15-20 batang bambu.
54
f. Bale-bale (landang-landang)
Gambar.12.Bale-Bale
Bale-bale di gunakan untuk masyarakat sebagai tempat baring dan
nongkron, jumlah bambu di gunakan 5-7 batang bambu.
55
2. Contoh pemamfaatan Bambu Bulo
a. Atap Rumbiah (Ata’)
Gambar.13.Atap Rumah
Bambu ini sering digunakan untuk atap rumah karena helai daun rumbia
yang di rangkaian hingga berbentuk sisir lalu di ikat pada sebatang bambu,yang
berfungsi sebagai reng setiap 20 cm. Atap Daun rumbia merupakan Atap yang
terbuat dari daun pohon sagu yang disusun tumpang tindih pada sebilah bambu
dan di ikat dengan tali dari kulit batang bambu.
56
3. Contoh pemamfaatan Bambu Tallang
a. Pencetak Gula (Tombolo)
Gambar.14.Pencetak Gula
Pencetakan Nira yang telah masak diaduk terus agar cepat dingin.
Ada Juga yang melakukan penumbukan, yakni menuangkan ke wadah tertentu
lalu ditumbuk dengan menggunakan sepotong kayu, kurang lebih 15 menit
selanjutnya nira dituangkan ke dalam cetakan yang telah dibasahi dengan air
bersih, agar mudah dilepaskan. Bentuk cetakan bermacam-macam, ada yang
berbentuk gelang, kerucut, kubus, setengah lingkaran, dan
sebagainya. Pengemasan : Gula merah yang dingin dikeluarkan dari cetakan
lalu dikemas. Macam-macam bahan kemasan yang dapat digunakan yaitu
daun jari, daun pisang kering, batang pisang kering, daun lontar, bambu,
plastic dan lain-lain.
57
b. Cetakan Lemang (Pa’lammangngan)
Gambar.15.Cetakan Lemang
Lemang adalah penganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas
bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan
daun bambu berisi beras ketan dicampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan
ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang.
58
4. Contoh pemamfaatan Bambu Betung
a. Pagar (Pagara)
Gambar.16. Pagar
Pagar di gunakan untuk sebagai penbatas pekarangan rumah, dan jumlah
bambu di gunakan 5-7 batang bambu.
59
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa jenis dan
pemamfaatan Bambu di Kec. Kajang yang paling banyak digunakan yaitu Bambu
Parring 66,25%, dan pemamfaatan Bambu tangga Kelapa 22,5%, sedangkan yang
paling sedikit digunakan jenis Bambu Tallang 8,75%, pemamfaatan Bambu yaitu
Jembatan dan cetakan Lammang 2,5%
Pemanfaatan tanaman bambu yang dilakukan masyarakat sekitar hutan di
kajang dilakukan sejak zaman dahulu secara turun-temurun karena banyaknya
tanaman bambu yang berada di desa untuk memanfaatkanya tersebut. Tanaman
bambu telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat
kecamatan kajang, karena tanaman bambu merupakan bagian yang tidak bisa
terpisahkan dengan berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat. Dalam penelitian
ini, informasi dan persepsi masyarakat mengenai pemanfaatan bambu diperoleh
dengan mewawancarai masyarakat setempat.
6.2. Saran
Sebaiknya perlu dilakukan penyuluhan tentang kegunaan dan pemanfaatan
bambu. Sehingga masyarakat dapat mengembangkan bambu secara besar-besaran,
karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Agus, I., Krisdianto, Sumarni G. 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu. Litbang:Departemen Kehutanan.
Cundaningsih, N., S.R, Saputri, E. Arosyani, A. Amalia, dan B. Irawan. 2015.Kajian Ekologi Bambu Hitam Bahan Bambu Angkung Di Jawa Barat.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1(7) : 1600.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1992. Panduan Kehutanan Indonesia.Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Ekayanti, N. W. 2016. Keanekaragaman Hayati Bambu (Bambusa spp) di DesaWisata Penglipuran Kabupaten Bangli. Jurnal Bakti Saraswati 5(2) : 133.
Eskak, E. 2016. Bambu Ater (Gianthocloa ater) Sebagai Bahan Substitusi KayuPada Ukiran Asmat. Jurnal Kerajinan Dinamika dan Batik. 33(1) : 57.
Hakiki. 2016. Identifikasi dan Inventarisasi Bambu di Blok Pendidikan danPenelitian Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Fakultas PertanianUniversitas Lampung.
Hanafi, H.R., B. Irawan, D.C, Pertiwi, dan A. Litania. 2017. Pemanfaatan danpengelolaan bambu berkelanjutan di Desa Cijedil, Cianjur, Jawa Baratsebagai upaya perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs). 3(2): 231.
Harysakti, A., dan Sholehah. 2014. Studi Potensi Material Bambu dan RematerialModular Untuk Desain Rumah Murah yang Berkelanjutan. JurnalPerspektif Arsitektur 9 (2) : 78.
Huzaemah., T. Mulyaningsih., dan E. Aryanti. 2016. Identifikasi Bambu PadaDaerah Aliran Sungai Tiupupus Kabupaten Lombok Utara. Jurnal BiologiTropis 16(2) : 24.
Jasni., R. Damayanti., dan R. Pari. 2017. Ketahanan Alami Jenis-Jenis BambuYang Tumbuh Di Indonesia Terhadap Rayap Tanah. Jurnal PenelitianHasil Hutan 35(4) : 290-291
Kasiati, E. dan B. Wibowo. 2010. Pilinan Bambu sebagai Alternatif PenggantiTulangan Tarik pada Balok Beton. Jurnal Aplikasi 8(1) : 9.
Lopez, C dan P, Shanley. 2004. Riches of the Forest: Food, Spices, Crafts andResins of Asia. Cifor. Bogor. Indonesia.
Mayasari, A., dan A. Suryawan. 2012. Keanekaragaman Jenis Bambu danPemanfaatannya di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Keragaman JenisBambu 2(2) : 140.
Murtodo, A., dan D. Setyati. 2015. Inventarisasi Bambu di Kelurahan AntirogoKecamatan Subersari Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Dasar 15(2) : 115.
61
Setiawan, B. 2010. Srategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu di WilayahKampung Pajeleran Sukahati Kecamatan CibinongKabupaten Bogor.Jurnal Manajemen dan Organisasi 1(2) : 136.
Sinyo, S., N. Sirajudin, dan S. Hasan. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan BambuKajian Empiris Etnoekologi Pada Masyarakat Kota Tidore Kepulauan.Jurnal Saintifik 1(2) : 58
Sulistiono., I. Karyaningsih, dan A. Nugraha. 2016. Keanekaragaman JenisBambu dan Pemanfaatannya di Kawasan Hutan Gunung Tilu DesaJabranti Kecamatan Karangkencana Kabuapten Kuningan. JurnalWanaraksa 10(2) : 43.
Sumanto, S. E., dan M. Takandjandji. 2016. Identifikasi Pemanfaatan Hasil HutanOleh Masyarakat : Upaya Konservasi Konservasi Sumber Daya Genetikdan Sosial Budaya. Jurnal Buletin Plasma Nutfah 20(1) : 27-28
Sutiyono. 2006. Bamboo Cultivation. Proceeding of the International Seminar onPalntation Forest Research and Development in Yogyakarta. Campus ofFORDA. Bogor.
Wahyudin. 2008. Pelestarian Hutan Bambu Untuk Menangguangi Illegal LoggingDan Global Warming. http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/.[27 JULI 2018].
Wonlele, T., S.M, Dewi, dan S. Nurlina. 2013. Penerapan Bambu SebagaiTulangan Dalam Struktur Rangka Batang Beton Bertulang. JurnalRekayasa Sipil 7(1) : 2.
Wulandari, F.T. 2011. Sifat Fisika Empat Jenis Bambu Lokal di KabupatenSumbawa Barat. Jurnal Media Bina Ilmiah 7(8) : 24.
Yani, A.P. 2014. Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa TabalaganBengkulu Tengah. Jurnal Gradien 2(10) : 98.
Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.Penerbit Puslitang Biologi – LIPI, Bogor.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Kasman Lahir di Tugondeng tanggal 20 Mei 1994, ia
merupakan anak ke-1 dari ke-2 bersaudara dari Pasangan
Roslating dan Saenab yang merupakan suku Bugis yang
tinggal dan menetap di Kabupaten Bulukumba.Ia
menghabiskan masa pendidikan sekolah dasar di SD Negeri
316 Lassanru pada tahun 2001-2007, lalu pada akhirnya mengambil pendidikan
sekolah menengah pertama di MTs Negeri Karassing pada tahun 2007-2010, dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 Bulukumba pada tahun 2010-2013.
Hingga pada akhirnya mendapat kesempatan untuk meanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi di UNISMUH Makassar dan tercatat sebagai Alumni
Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) pada Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar setelah berhasil
menyelesaikan bangku kuliahnya selama 4 tahun 26 bulan.