analisis pelaksanaan fungsi sosial perbankan syariah di
TRANSCRIPT
1
Analisis Pelaksanaan Fungsi Sosial Perbankan
Syariah di Indonesia Tahun 2012 - 2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Iskandar Zulqornain Aljauhary
NIM. 1113082000021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Senin, 20 November 2017 year telah dilakukan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
Nama : Iskandar Zulqornain Aljauhary
NIM : 1113082000021
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Fungsi Sosial Perbankan Syariah
Di Indonesia Tahun 2012 – 2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Senin, 20 November 2017
1. Yessi Fitri, S.E.,M.Si.,Ak.,CA.
NIDN. 2024097601
2. Dr. Rini, M.Si. Ak. CA.
NIDN. 2015037601
3. Atiqah, S.E., MS. Ak
NIDN. 2020018201
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Iskandar Zulqornain Aljauhary
NIM : 1113082000021
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 November 2017
(Iskandar Zulqornaian Aljauhary)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Iskandar Zulqornain Aljauhary
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 24 Mei 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 5 dari 5 bersaudara
6. Alamat : Jl. Raya Bekasi Km. 17, Kp. Jawa RT
03/03 No. 02, Jatinegara, Cakung, Jakarta
Timur 13930
7. Telepon : 08988 331 090
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Jatinegara 10 Pagi Tahun 2001 – 2007
2. SMPN 90 Jakarta Tahun 2007 – 2010
3. MAN 3 Jakarta Tahun 2010 – 2013
4. S1 Ekonomi UIN Jakarta Tahun 2013 – 2017
III. PRESTASI
5. Juara 3 Lomba Qiro’atul Qutub Kanwil Kementrian Agama Provinsi
DKI Jakarta, 2013.
6. Juara Harapan Olimpiade akuntansi & Pasar Modal, PNJ UI, 2013.
7. 6 Besar Akademi Sahur Indonesia Ramadhan Al Aksi, Indosiar, 2014.
8. Juara Harapan Pidato Bahasa Indonesia, Kanwil Kemwntrian Agama
Provinsi DKI Jakarta, 2015.
vii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2008 – 2009 : Ketua Osis SMP Negri 90 Jakarta
2. 2012 – 2013 : Ketua MPK MA Negri 3 Jakarta
3. 2012 – 2014 : Ketua Remaja Masjid Al Arafah
4. 2014 – 2015 : Anggota Himpunan Qori – Qoriah Mahasiswa
UIN Jakarta
5. 2014 – Sekarang : Pembina Majelis Ta’lim Pemuda Al Jauhariyyah
6. 2015 – Sekarang : Pembina Remaja Masjid Jami’ Al Arafah
7. 2016 : Ketua KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. 2017 – Sekarang : Wakil Ketua Majlis Silaturahmi Se – RW 03 Kel.
Jatinegara, Cakung.
V. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Nama Ayah : H. R. M. Burhali Jauhari
2. Nama Ibu : Hj. Mardiah Albugis
3. Alamat : Jl. Raya Bekasi Km. 17, Kp. Jawa RT 03 /
03 No. 02, Jatinegara, Cakung, Jakarta
Timur 13930
viii
ABSTRACT
By taking the concept of sharia, Islamic banks must implement one of the
functions of sharia banks is the social function of sharia banking in which there is
a demand to provide welfare services of the ummah. Islamic banks are based on
Islamic law must meet the rules in implementing the social functions written in the
Qur'an and hadith and regulated by the law of the distribution of zakah and virtue
for the people or called Qardhul hasan funds.
The purpose of this study is to see how the implementation of the social
function of 11 Islamic banks in the form of zakah is channeled to those who are
entitled to receive it in Islamic rules, well as qardh funds to help the economy of
the ummah either in the form of loans or donations to the community. Data
collection techniques used in this study is the financial report publication 11
sharia banks in Bank Indonesia. The result of this research shows that there are 2
banks that have not implemented the source management and the use of zakah
funds, namely BSB and Maybank Syariah, because there are sharia business unit
in conventional bank and 9 other banks have performed their social function.
While the source of funds and the largest use of zakah is BSM and smallest BCA
Sharia. Qardhul hasan 11 sharia banks have performed their social functions.
The largest source of funds and use of Qardhul hasan is BSM and the smallest is
Victoria Sharia and Maybank Sharia.
Keywords: Sharia Bank, social function, Zakah, Qardhul Hasan.
ix
ABSTRAK
Dengan mengambil konsep syariah, bank syariah harus melaksanakan
salah satu fungsi bank syariah yaitu fungsi sosial perbankan syariah dimana
didalam nya terdapat tuntuntan untuk memberikan pelayanan kesejahteraan umat.
Bank syariah dengan berlandaskan hukum islam ini harus memenuhi aturan dalam
melaksanakan fungsi sosial yang tertulis dalam Al-Qur’an dan hadits serta diatur
oleh undang-undang yaitu penyaluran zakat dan kebajikan untuk umat atau
disebut dengan dana Qardhul hasan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana pelaksanaan fungsi
sosial 11 bank syariah dalam bentuk zakat disalurkan kepada yang berhak
menerimanya dalam aturan islam, serta dana qardh untuk membantu
perekonomian ummat baik dalam bentuk pinjaman atau sumbangan kepada
masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan publikasi 11 bank syariah di Bank Indonesia. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa, dari 11 bank syariah yang diteliti ada 2 bank
yang belum melaksanakan pengelolaan sumber dan penggunaan dana zakat yaitu
BSB dan Maybank Syariah, karena ada unit usaha syariah di bank konvensional
dan 9 bank lainnya telah melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan sumber dana
dan penggunaan zakat terbesar adalah BSM dan terkecil BCA Syariah. Qardhul
hasan 11 bank syariah telah melaksanakan fungsi sosialnya. Sumber dana dan
penggunaan Qardhul hasan terbesar adalah BSM dan terkecil adalah Victoria
Syariah dan Maybank Syariah.
Kata kunci: Bank Syariah, fungsi sosial, Zakat, Qardhul Hasan.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala Puji dan syukur Penulis panjatkan
hanya kepada Allah SWT. yang telah memberikan berbagai nikmat dan karunia-
Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Pelaksanaan Fungsi Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2012 -
2016” dengan lancar. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat dan seluruh
umat manusia yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya
Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya skripsi ini, kepada :
1. Ayah dan Ummi (KH. R. Muhammad Burhali. J Dan Hj. Mardiah Albugis)
tercinta yang tak henti dan tak pernah lelah memberikan dukungan, baik
moril maupun materiil, serta kasih sayang dan doa yang tiada putus-
putusnya dipanjatkan kepada Alloh SWT untuk penulis.
2. Dr. Rini, M.Si.,Ak.,CA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
pikiran dan waktunya kepada penulis.
3. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Ketua Program Studi Akuntansi
5. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA, Sekretaris Program Studi Akuntansi
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu selama
masa perkuliahan.
xi
7. Seluruh staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
telah memberikan fasilitas berupa referensi terkait tema skripsi.
8. Pegawai Bank Indonesia, yang memberikan akses data bank umum syariah
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Nadra Said Albugis, Tante yang selalu mendukung baik dengan moril
maupun materiil agar penulis terus menuntut ilmu dan meraih cita-cita.
10. Kakak-kakak (R. Ahmad Ridho Aljauhary, R. M. Naufal Aljauhary, R.
Rizki Amalia Aljauhary) Juga kakak-kakak ipar yang memberikan semangat
dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi A 2013, serta teman-teman
Akuntansi Angkatan 2013 yang saling memberikan semangat dalam
penyusunan skripsi.
12. Dan untuk Kita-kita: Neneng Zakiah, Septiani Maulidina, Dany Andrean,
Dimas Oktavian, David Rohadi, Naufal Wasim, terimakasih atas saran dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
13. Pemuda Majelis Ta’lim Al Jauhariyyah, yang memberikan semangat kepada
penulis dalam penyusunan skripsi.
14. Seluruh keluarga besar Al Jauhary dan Al Bugis, terimakasih atas segala
doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
15. Semua pihak lain yang tidak dapat disebut satu persatu dalam skripsi ini.
Ucapan syukur tak henti penulis sampaikan kepada Allah SWT.
Semoga amal shalih yang diberikan, diberikan balasan oleh Allah SWT.
Amin.
Jakarta, 17 November 2017
Iskandar Zulqornain Aljauhary
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xviii
BAB. I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
BAB. II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 11
A. Pengertian Perbankan Syariah ....................................................... 11
B. Landasan Hukum Perbankan Syariah ............................................ 13
C. Karakteristik Bank Syariah ............................................................. 14
D. Fungsi Bank Syariah ...................................................................... 17
xiii
E. Konsep Fungsi Sosial dan Tanggungjawab dalam
Perspektif Islam .............................................................................. 25
F. Zakat, Infaq, dan Shadaqah ............................................................. 31
1. Penghimpunan dan Sumber Dana Zakat ................................. 33
2. Penyaluran Dana Zakat ........................................................... 35
3. Hikmah Zakat ......................................................................... 38
G. Qardhul Hasan atau Dana Kebajikan ........................................... 39
1. Landasan Hukum Al-qardh hasan ........................................... 41
2. Rukun Al-qardhul hasan ........................................................ 43
3. Sumber Dana Qardhul Hasan ................................................. 44
4. Pembiayaan Dana Qardhul Hasan .......................................... 44
H. Syariah Enterprise Theory ........................................................... 47
I. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 50
BAB. III. METODE PENELITIAN ............................................................ 55
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 55
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 55
C. Objek Penelitian ........................................................................... 56
D. Langkah-langkah Penelitian ......................................................... 56
E. Sumber Data ................................................................................. 57
F. Analsis Data ................................................................................... 57
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 58
A. PT. Bank BNI Syariah ................................................................. 58
B. PT. Bank Mega Syariah ............................................................... 62
xiv
C. PT. Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 66
D. PT. Bank Syariah Mandiri ........................................................... 71
E. PT. Bank BCA Syariah ................................................................. 75
F. PT. Bank BRI Syariah .................................................................. 79
G. PT. Bank Jabar Banten Syariah .................................................... 83
H. PT. Bank Panin Syariah ............................................................... 87
I. PT. Bank Syariah Bukopin ............................................................ 90
J. PT. Bank Victoria Syariah ............................................................. 94
K. PT. Bank Maybank Syariah ......................................................... 98
L. Laporan Keuangan Gabungan Zakat dan Qardhul Hasan 11 Bank
Syariah .......................................................................................... 101
M. Analisis Review Hasil Data ......................................................... 113
N. Trend Zakat dan Qardhul hasan .................................................. 117
BAB. V. PENUTUP ....................................................................................... 120
A. Simpulan ...................................................................................... 120
B. Saran ............................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ......................................................................... 50
Tabel 3.1 Bank Umum Syariah di Indonesia .................................................. 56
Tabel 4.1 Laporan Zakat BNI Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) .................... 59
Tabel 4.2 Laporan Qardhul Hasan BNI Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) ..... 60
Tabel 4.3 Laporan Zakat Mega Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) .................. 64
Tabel 4.4 Laporan Qardhul Hasan Mega Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) .. 65
Tabel 4.5 Laporan Zakat Muamalat 2012 - 2016 (dalam Juta) ........................ 68
Tabel 4.6 Laporan Qardhul Hasan Muamalat 2012 – 2016 (dalam juta)......... 69
Tabel 4.7 Laporan Zakat Syariah Mandiri 2012 - 2016 (dalam Juta) .............. 73
Tabel 4.8 Laporan Qardhul Hasan Syariah Mandiri
2012 – 2016 (dalam juta) ................................................................. 74
Tabel 4.9 Laporan Zakat BCA Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta)................... 77
Tabel 4.10 Laporan Qardhul Hasan BCA Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) . 78
Tabel 4.11 Laporan Zakat BRI Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) .................. 81
Tabel 4.12 Laporan Qardhul Hasan BRI Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) ... 82
Tabel 4.13 Laporan Zakat BJB Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) .................. 85
Tabel 4.14 Laporan Qardhul Hasan BJB Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) ... 86
Tabel 4.15 Laporan Zakat Panin Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) ................ 88
Tabel 4.16 Laporan Qardhul Hasan Panin Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) 89
Tabel 4.17 Laporan Zakat Syariah Bukopin 2012 - 2016 (dalam Juta) ........... 92
Tabel 4.18 Laporan Qardhul Hasan Syariah Bukopin
2012 – 2016 (dalam juta) .............................................................. 93
Tabel 4.19 Laporan Zakat Victoria Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) ............ 96
Tabel 4.20 Laporan Qardhul Hasan Victoria Syariah
2012 – 2016 (dalam juta) .............................................................. 96
Tabel 4.21 Laporan Zakat Mybank Syariah 2012 - 2016 (dalam Juta) ........... 99
Tabel 4.22 Laporan Qardhul Hasan Mybank Syariah
xvi
2012 – 2016 (dalam juta) .............................................................. 100
Tabel 4.23 Laporan Zakat 11 Bank Syariah 2012 – 2016 (dalam juta) ........... 101
Tabel 4.24 Laporan Qardhul Hasan 11 Bank Syariah
2012 – 2016 (dalam juta) .............................................................. 102
Tabel 4.25 Laporan Zakat11 Bank Syariah 2012 – 2016
dalam % (dalam juta) .................................................................... 103
Tabel 4.26 Laporan Qardhul Hasan 11 Bank Syariah 2012 – 2016
dalam % (dalam juta) .................................................................... 104
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Manajemen Zakat Bank Syariah ................................................. 39
Gambar 2.2 Manajemen Qardhul Hasan .......................................................... 46
Gambar 2.3 Alur Transaksi Pinjaman Qardhul Hasan ..................................... 47
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Sumber Dana Zakat 11 Bank Syariah ............................................ 107
Grafik 4.2 Penggunaan Dana Zakat 11 Bank Syariah ..................................... 109
Grafik 4.3 Sumber Dana Qardhul Hasan 11 Bank Syariah ............................. 110
Grafik 4.4 Penggunaan Dana Qardhul Hasan Bank Syariah ........................... 111
Grafik 4.5 Laporan Gabungan Zakat 11 Bank Syariah ................................... 112
Grafik 4.6 Laporan Gabungan Qardhul Hasan 11 Bank Syariah .................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan Syariah mulai marak bermunculan di Indonesia pada era
1990, terlebih dahulu di luar negeri sudah ada bank–bank berlandaskan prinsip
Islam yang sudah diterapkan di beberapa negara, para ulama terdahulu yang
ahli dalam bidang ekonomi telah mengemukakan gagasan mengenai bank
dengan prinsip non–bunga telah muncul sejak tahun 1940 an, sudah banyak
para penulis dari kalangan ulama Islam, contoh nya Ahmad Qureshi telah
menulis tentang keberadaan bank Syariah di tahun 1946, Mahmud Ahmad di
tahun 1952, dll. (Sudarsono, 2003).
Mulai berkembangnya bank–bank syariah yang ada di dunia sampailah
di Indonesia, berbagai macam pertimbangan dalam penerapan sistem
perbankan Islam hingga akhirnya bank syariah yang berlandaskan prinsip
Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Bank syariah pada dasarnya
telah terlebih dahulu dijelaskan dan diperintahkan oleh Allah SWT di dalam
Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW tentang perdagangan dan
keuangan dalam prinsip islam (Antonio, 2001).
Menurut Syekh Nuh, didukung oleh Syekh Nuh Ali Salman, mufti
Kerajaan Yordania. Bank Syariah jelas lebih baik dari bank konvensional
karena secara filosofis mereka ingin menerapkan syariah Islam dan itu terbukti
dengan adanya fakta bahwa di setiap bank syariah ada pengawas syariah yang
2
akan mengingatkan pihak bank kalau ada pelanggaran syariah. Dalam Fatawa
Al-Muamalah, fatwa no. 12 ia menyatakan:
“Bank Islam adalah perusahaan bisnis yang operasionalnya terikat dengan
hukum syariah Islam. Ini aturan yang dibuat pihak bank. Pihak bank juga
siap untuk mendengarkan nasihat ahli tentang produk bisnis mereka
apabila ada yang melanggar syariah. Oleh karena itu, maka bank Islam
jelas lebih baik dibanding berbisnis dengan bank konvensional yang jelas
mengandung riba. Namun, orang yang berhati-hati pada agama hendaknya
bertanya pada ahli fikih atas setiap produk jasa yang ditawarkan bank
syariah apabila hendak bertransaksi dengan setiap bank syariah sehingga
tidak terjatuh pada perbuatan haram. Boleh menyimpan uang di bank
syariah dengan cara akad musyarokah (join venture) dan boleh memakan
keuntungan yang diberikan bank karena keuntungan bisnis bukanlah
keuntungan riba”.
Menurut Meutia (2010), bank syariah seharusnya memiliki dimensi
spiritual yang lebih banyak. Dimensi spiritual ini tidak hanya menghendaki
bisnis yang non riba, namun juga mampu memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat luas, terutama bagi golongan masyarakat ekonomi lemah. Menurut
Yusuf (2010), posisi bank syariah sebagai lembaga keuangan yang sudah eksis
di tingkat nasional maupun internasional harus menjadi lembaga keuangan
percontohan dalam menggerakkan fungsi sosial bank syariah.
Antonio (2001) menjelaskan bahwa salah satu prinsip dasar
perekonomian Islam adalah keadilan dan persaudaraan menyeluruh. Keadilan
yang dimaksud adalah yang memiliki implikasi pada keadilan sosial, keadilan
ekonomi, keadilan distribusi pendapatan, dan kebebasan individu dalam
konteks kesejahteraan sosial. Dari prinsip ini menunjukan bahwa fungsi sosial
tidak akan terlepas dari bisnis syariah yang menerapkan sistem kesejahteraan
yang merata.
Awal tahun 2003 penerapan akuntansi syariah di Indonesia baru
3
muncul dan perkembangan lembaga keuangan syariah pada saat itu
menghimbau agar semua sistem yang ada baik secara prinsip ataupun
prakteknya harus sesuai dengan tuntunan syariah tidak terkecuali dalam
pencatatan laporan keuangan yang ditandai dengan berlakunya PSAK 59
tentang akuntansi perbankan syariah. Muhammad (2005) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan akuntansi syariah adalah “konsep dimana nilai-nilai
Al-Quran harus dijadikan prinsip dasar dalam aplikasi akuntansi”. Bank
syariah disukai para nasabah karena sistem atau prinsip yang berkiblat atau
berpatokan pada agama islam atau Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Bank syariah di Indonesia, berawal pada 1992 kala Bank Muamalat
Indonesia berdiri pertama kalinya. Berlanjut dengan disahkan UU No 21
tentang Perbankan Syariah, berdiri pula Bank Syariah Mandiri di tahun yang
sama. Disusul berdiri pula berbagai Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah
maupun BPRS setelahnya. Hingga Desember 2016, tercatat 13 Bank Umum
Syariah, 21 UUS dan 166 BPRS tersebar di Indonesia. Bank syariah secara
pertumbuhan, naik dengan angka-angka yang cukup positif, terbukti pada
2016 saja aset tumbuh sekitar 6% sedangkan tahun ini diproyeksi tumbuh
11,8%. Itu kinerja yang baik (Karim, 2017).
Antonio (2001), menurutnya bank syariah selain memiliki fungsi
sebagai pengelola investasi dan penyedia jasa-jasa keuangan juga memiliki
jasa sosial. Dalam padangannya, konsep perbankan Islam mengharuskan bank
syariah melaksanakan jasa sosial, bisa melalui dana pinjaman kebaikan
(qardh), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh
4
lagi menurutnya, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam
memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan meyumbang
dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup.
Bank syariah yang menjalankan usahanya tentu mempunya tanggung
jawab atas kegiatan bisnis dan usahanya, perbankan memiliki tanggung jawab
atau fungsi sosial terhadap komunitas yang berkaitan tentang operasional yang
dijalankan (Djodi, 2012), tentu ini menjadi salah satu aspek yang dilihat dalam
syariah tentang kepedulian atas apa yang telah dilakukan untuk kesejahteraan
sosial, memang itulah yang diperintahkan Allah SWT dalam menerapkan
syariah prinsip keadilah, kesejahteraan, dan terhindar dari riba yang
merupakan larangan dari hukum syariah. Bahkan menurut Sofyan (2011)
prinsip maslahah dalam bisnis syariah akan memposisikan sebuah perusahaan
meliputi aspek ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet) atau
biasa disebut triple bottom line (3P), yang diwujudkan pelaksanaan fungsi
sosial. Fungsi sosial bank syariah juga dapat dilihat dari aspek manajemen
yang meneyertakan keterlibatan Dewan Pengawas Syariah (DPS) maupun
Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai pihak yang ditugasi sekaligus
memegang otoritas dalam menentukan legalitas produk yang akan dikeluarkan
dari aspek syariah.
Fungsi sosial bank syariah berupa pengelola dana zakat, infaq,
shadaqah, wakaf, serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) (Antonio, 2001).
Dalam Al Qur’an telah terlebih dahulu Allah SWT memberikan penjelasan
Zakat, Infak dan Shadaqah sudah lebih ada karena islam sudah mengatur
5
sedemikian rupa untuk dimanfaatkan, sebagaimana termaktub dalam Al-
Qur’an surat At-Taubah ayat 60 :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
.”
Menurut Meutia (2010: 11), bentuk pertanggungjawaban tersebut
adalah diungkapkannya atau dibuatnya suatu laporan pertanggungjawaban
sosial sekaligus bank melakukan fungsi sosialnya. Dan didalam UU RI Pasal 4
No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ditentukan bahwa:
1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan
fungsi menghimpun dan manyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, shadaqah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang.
4. Pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif).
5. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peran bank syariah sebagai penghimpun dana Zakat dan qardhul hasan
merupakan implementasi dari fungsi sosial.
6
Fungsi sosial bank syariah yang dimaksud berupa pengelola dana
zakat, infaq, shadaqah, wakaf, serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan).
Fungsi sosial bank syariah makin dipertegas dalam UU No. 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah. Pada pasal 4 dinyatakan, bahwa selain
berkewajiban menjalankan fungsi intermediasi keuangan, bank umum syariah
dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal,
yaitu menghimpun dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana sosial lainnya serta menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
selain itu, bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Menurut Qardhawi (1999) manajemen pengelola zakat dalam
merealisasikan tujuan-tujuan kemanusiaan dan sosial adalah dengan
membagikan zakat seadil-adilnya dan menegakkan asas-asas yang benar
sehingga zakat tidak jatuh pada orang-orang yang tidak berhak menerimanya.
Pensyariatan zakat merupakan salah satu cara Islam sebagai solusi pemerataan
kekayaan (negasi- pengentasan kemiskinan), menumbuhkan solidaritas sosial
antar sesama anggota masyarakat, mengurangi kesenjangan dan sebagai
peluang investasi modal bagi para mustahik.
Zakat merupakan pengeluaran yang wajib dikeluarkan oleh perorangan
atau badan yang telah diatur oleh para pakar fiqih dalam ekonomi islam
(Muslich, 2010), ini merupakan perintah dari Allah SWT kepada setiap
hambanya dan besar nya juga telah di berikan penjelasan dari Rasulallah SAW
7
serta ulama fiqih yang ahli serta pakar dalam bidang ekonomi islam. Infaq dan
shadaqah yang diberikan nasabah dan dikumpulkan oleh pihak bank syariah,
menjadikan bahwa pengumpulan ini menjadi manfaat bagi bank syariah
menjalankan fungsi sosial nya di hadapan Allah SWT dan manusia (Sabiq,
1987). Laporan dari zakat bank syariah ini akan menjadi penelitian yang akan
di ungkapkan dalam fungsi syariah dari bank syariah.
Penerapan Qardhul hasan yang merupakan fungsi sosial dalam bank
syariah, dimana Qardh hasan itu adalah amal shaleh mutlak yang mana dia
adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih dari
tambahan/bunga (Antonio, 2001). Penerapan Qardhul hasan dalam perbankan
syariah lebih strategis karena, sebagi salah satu bentuk kontribusi dalam
membangun perekonomian umat, tentu bukan hanya dari praktek pembiayaan
namun juga dari segi pengembangan usaha (Wiroso, 2009). Dari dua tinjauan
ini laporan Zakat dan dana Qarhul hasan menjadi salah satu landasan penting
dari penerapan fungsi sosial yang dalam pelaksanaannya jika dijalankan secara
ekonomi islam akan meningkatkan kesejahteraan umat karena menerapkan
apa yang Alah SWT perintahkan kepada hamba – hamba Nya. Adapun
penelitian utama yang menjadi rujukan penulis adalah penelitian Virgowati
(2013) dengan judul “Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia
(Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat
Indonesia)”, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1)
Studi kasus hanya di 3 bank syariah, sedangkan penelitian ini 11 Bank
Syariah, 2) Kinerja atau Fungsi Sosial diukur dengan menggunakan model
8
Islamic Sosial Responsibility (ISR), dan dengan metode deskriptif komparatif,
sedangkan penelitian ini tidak menggunakan model pengukuran dan dengan
metode analisis deskriptif, 3) penelitian hanya ditahun 2011-2012 sedangkan
penelitian ini di tahun 2012–2016.
Pelaksanaan dari fungsi sosial bank syariah akan bertujuan manfaat
yang besar bagi kemajuan ekonomi, laporan Zakat dari perbankan ini akan di
analisis dari segi sistem akuntansi syariah yang sesuai dengan al qur’an dan
sunnah yang diperintahkan Allah SWT dan rasul Nya (Nazir & Muhammad,
2004), karena melihat dan merujuk kepada sejarah Baitul Mal dibangun
sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, shadaqah di zaman
rasulallah SAW menjadikan umat mendapatkan kesejahteraan yang merata
sebagaimana perintah dari Allah SWT. Ada 11 Bank Umum Syariah akan
menjadi objek penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini
mengambil judul “Analisis Pelaksanaan Fungsi Sosial Bank Syariah di
Indonesia Tahun 2012 - 2016“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana laporan sumber dan penggunaan dana zakat pada masing-
masing bank syariah dan secara keseluruhan ?
2. Bagaimana laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan pada
masing-masing bank syariah dan secara keseluruhan ?
3. Bagaimana Trend perkembangan Zakat dan Qardhul Hasan selama 5 tahun
9
(2012-2016) ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui laporan sumber dana penggunaan dana zakat masing-
masing bank syariah dan secara keseluruhan.
b. Mengetahui laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan pada
masing-masing bank syariah dan secara keseluruhan.
c. Mengetahui trend perkembangan Zakat dan Qardhul Hasan 5 tahun
terakhir (2012-2016).
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang perbankan syariah tentang Pelaksanaan Fungsi sosial
bank syariah Zakat dan al-qardhul hasan.
2) Menambah literatur keilmuan yang dapat dijadikan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
pemerintah sebagai regulator perbankan syariah di Indonesia
dalam merumuskan kebijakan tentang pelaksanaan fungsi
sosial perbankan syariah, agar keputusan pemerintah
10
menjadikan bank syariah melaksanakan fungsi sosial untuk
masyarakat dan juga sekaligus mendukung perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2) Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi untuk menambah pengetahuan mengenai fungsi sosial
bank umum syariah di Indonesia.
3) Bagi Perbankan Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, dan dapat memberikan masukan serta informasi
yang sesuai dengan kebutuhan bagi perusahaan dalam hal
pengungkapan laporan keuangan untuk Zakat dan qardhul
hasan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut Sumitro (1999) Bank syariah adalah lembaga keuangan yang
usahanya memberikan pembiayaan dan pelayanan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuiakan dengan
prinsip syariat Islam. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan Al-Quran dan hadis, sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip
syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasi mengikuti ketentuan-
ketentuan prinsip syariah, khusunya yang menyangkut tata cara bermuamalah
dalam Islam (Perwataatmadja dan Antonio, 1999). Dalam Undang-Undang
nomor 10 tahun 1998 pasal 1 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-
undang Nomor 7 tahun 1992, memberikan pengertian bank dengan:
“Bank badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Sedangkan pengertian Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada
pasal 1 butir 13 Undang-Undang No 7 Tahun 1998 dengan:
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainya yang dinyatakan sesuai dengan
12
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jula-beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina)”.
Jadi, dapat disimpulkan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005).
Berdasarkan pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 pengertian bank syariah
adalah sebagai berikut:
1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan Unit Usaha Syariah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahannya.
2. Bank Syariah adalah bank yag menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah.
3. Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatanya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4. Perbankan Syariah menggunakan prinsip Islam dalam kegiataanya
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memilikki
wewenang dalam menetapkan fatwa dibidang syariah.
13
B. Landasan Hukum Perbankan Syariah
Menurut Wiroso (2009) untuk membahas landasan hukum perbankan
syariah di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan perbankan di
Indonesia itu sendiri. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia melalui
beberapa tahap periode berikut ini:
1. Periode sebelum tahun 1992 Sebelum tahun 1992 di Indonesia telah
berdiri bank syariah dalam bentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Pada periode ini BPRS didirikan sesuai dengan perundang-
undangan nomer 7 tahun 1992 tentang perbankan yang berlaku saat itu
dan tidak ada ketentuan yang mengatur tentang bank syariah.
2. Periode tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 Pada periode ini telah
lahir beberapa BPRS dan satu bank syariah, yaitu Bank Muamalat
Indonesia. Pada periode ini bank syariah didirikan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 yang tidak membahas secara langsung
tentang bank syariah. Dalam Undang-undang tersebut tidak dibahas
secara jelas tentang bank syariah, kecuali hanya dalam pasal 6 huruf m
dan pasal 13 huruf c yang menjadi landasan bank syariah. Dalam pasal
tersebut menyatakan bahwa usaha bank umum dapat menyediakan
pembiayaan bagi hasil nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
3. Periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 Pada tahun 1998
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 tentang
14
perbankan. Undang-Undang ini merupakan amandemen dari Undang-
Undang nomor 7 tahun 1992. Dalam Undang-Undang ini telah dibahas
ketentuan-ketentuan bank syariah. undang-undang ini cukup menjadi
landasan hukum yang kuat bagi bank syariah, sehingga setelah undang-
undang ini muncul, berdiri beberapa bank umum syariah.
4. Periode setelah tahun 2008 Mulai tahun 2008 perbankan syariah di
Indonesia memiliki undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sejak tahun 2008,
bank syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan undang-
undang tersebut, dan ketentuan-ketentuan pada undangundang nomor 7
tahun 1998 tetap diberlakukan selama tidak bertentangan dengan
undang-undang nomor 21 tahun 2008.
C. Karakteristik Bank Syariah
Bank Syariah menurut Amir dan Rukmana (2010) memiliki
karakteristik khas yang membedanya dengan lembaga keuangan konvensional.
Karakteristik bank syariah adalah:
1. Menghindari maghrib. Dalam UU No 21 tahun 2008 dijelaskan bahwa
bank syariah dalam melaksanakan kegiatannya harus menghindari
maghrib, yaitu Maysir, Gharar, Riba, dan Bathil.
2. Paradigma Transaksi Syariah. Dalam KDPPLKS dijelaskan bahwa
dalam melaksanakan transaksi syariah, hendaknya mempergunakan
transaksi sebagai berikut:
a. Transaksi syariah berdasarkan pada paradigma dasar bahwa alam
15
semesta dicipta oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual.
b. Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan
perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
bener dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk
integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang
baik (good gavernance) dan disiplin pasar (market discipline) yang
baik.
c. Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur
aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik
yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan
maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip
syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi
syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan
stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam
interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling
menguntungkan, sinergi dan harmonisasi.
3. Asas Transaksi Syariah. Asas-asas transaksi syariah yang harus
dipenuhi oleh bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya
adalah sebagai berikut:
16
a. Persaudaraan (ukhuwah)
b. Keadilan (‘adalah)
c. Kemashlahatan (mashlahah)
d. Keseimbangan (tawazun); dan
e. Universalisme (syumuliyah).
4. Karakteristik Transaksi Syariah. Transaksi atau kegiatan usaha yang
dilakukan bank syariah harus memenuhi karakteristik syariah sebagai
berikut:
a. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas
transaksi syariah harus memnuhi karakteristik transaksi syariah
sebagai berikut:
1) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan perinsip saling paham
dan saling ridho;
2) Perisip kebebasan bertansaksi diakui seanjang objeknya halal
dan baik (thayib);
3) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur
nilai, bukan sebagai komoditas;
4) Tidak mengandung unsur riba; khezaliman; masyir; gharar;
haram;
5) Tidak menganut perinsip nilai waktu dari uang (time value is
money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha
tekait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut
sesuai dengan perinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
17
accompanying risk);
6) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas
dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa
merugikan pihak lain sehinggaa tidak diperkenankan
menggunakan dua transaksi bersama yang berkaitan (ta’alluq)
dalam satu akad;
7) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy),
maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar); dan
8) Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap
(risywah).
b. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersiifat
komersial dilakukan antara lain berupa: investasi untu
mendapatkan bagihasi; jual beli barang untuk mendapatkan laba;
dan atau pembeerian laanan jasa untuk mendapat imbalan.
c. Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa;
pemberian dana pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan
dana penyaluran dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf
dan hibah.
Karakteristik bank syariah yang unik tersebut tidak lepas dari
kebersandaran bank syariah pada prinsip-prinsip syariah (Sumitro, 1999).
D. Fungsi Bank Syariah
Sebagaimana diketahui bahwa fungsi bank secara umum adalah
sebagai intermediary (penghubung) antara pihak yang memiliki kelebihan
18
dana dan pihak yang membutuhkan dana. Menurut Qardhawi (2002) bank
konvensional pada prinsipnya hanya beroperasi untuk fungsi financial
intermediation (perantara keuangan) dan kegiatan usahanya hanya berkisar
pada memperdagangkan uang, hutang-hutang, kredit, dan jasa garansi. Tugas
pokoknya bukanlah berdagang (membeli dan menjual), bertani atau menanam,
industri atau mendirikan bangunan.
Lebih lanjut Qardhawi (2002) menyatakan bahwa dapat dikatakan
kegiatan utama sebuah bank konvensional adalah menerima simpanan dari A,
B, dan C dengan tingkat bunga tertentu, misalnya 12%, kemudian
meminjamkannya kepada orang lain dengan tingkat bunga yang lebih besar,
misalnya 15%. Spread (selisih) antara kedua tingkat bunga tersebut akan
menjadi keuntugan bank. Inilah fungsi utama dan misi sebuah bank, sehingga
Qardhawi (2002) menarik kesimpulan bahwa bank konvensional merupakan
pelaku “riba akbar”, yang menggantikan posisi pelaku riba “kelas teri” tempo
dulu. Ia juga merupakan “calo riba” yang memakan dan memberi riba.
Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa’: 29).
Menurut Merza (2004) sistem ekonomi syariah secara umum
mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala hal kehidupan,
namun sebagian umat Islam tidak menyadari hal tersebut karena masih
berpikir dengan kerangka ekonomi kapitalis-konvensional, hal ini salah
satunya disebabkan oleh penjajahan selama berabad-abad oleh bangsa barat
19
sehingga tertanam paradigma bahwa segala sesuatu yang datangnya dari barat
pasti hebat. Padahal tanpa disadari ternyata di dunia barat sendiri telah
dikembangkan sistem perekonomian yang berbasiskan syariah, khususnya
perbankan.
Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah, pasal 4 dijelaskan fungsi bank syariah sebagai berikut:
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
dana wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank
konvensional. Fungsi bank syariah secara umum terbagi menjadi dua yaitu
fungsi tamwil dan fungsi maal. Fungsi tamwil bank syariah terwujud melalu
fungsi sebagai manajer investasi, investor, dan jasa keuangan, sedangkan
fungsi mall diwujudkan melalui fungsi sosial. Lebih rinci Wiroso (2009)
membagi fungsi bank syariah ke dalam empat fungsi utama yaitu:
20
1. Fungsi Manajer Investasi
Sebagai manajer investasi, bank syariah berperan dalam
pengelolaan dana yang dihimpun dari nasabah. Bank syariah berkewajiban
mengelola dana yang terhimpun dengan hati-hati, profesional, serta
transparan. Besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh
pemilik dana (nasabah/deposan) sangat bergantung pada keahlian, kehati-
hatian, dan profesionalisme dari bank syariah.
Fungsi ini tidak banyak diketahui, dimengerti, atau difahami oleh
para bankir yang bekerja di bank syariah, sehingga kebanyakan
diantaranya masih bekerja dengan paradigma kerja bank konvensional,
padahal fungsi inilah yang menjadi salah satu pembeda antara bank
syariah dengan bank konvensional. Setiap dana yang terhimpun dari
nasabah harus dialokasikan kepada sektor-sektor yang akan memberikan
hasil optimal karena hasil ini akan memberikan implikasi langsung kepada
pemilik dana. Apabila fungsi manajer investasi oleh bank syariah tidak
dilaksanakan secara hati-hati, profesional, dan transfaran maka dampaknya
bisa mengakibatkan penyaluran dana dalam bentuk investasi akan
menghasilkan pendapatan yang kecil bagi nasabah/pemilik dana. Apabila
investasi yang dilakukan oleh bank syariah (umumnya dalam bentuk
pembiayaan) mengalami pembayaran kembali yang tidak lancar atau
bermasalah bahkan macet, dapat mengakibatkan pendapatan bank syariah
menjadi kecil dan akhirnya pendapatan yang diperoleh oleh pemilik dana
(nasabah) juga akan menjadi kecil.
21
Fungsi manajer investasi ini dilakukan dengan cara menghimpun
dana melalui prinsip wadiah yad dhamanah dan atau prinsip mudharabah
mutlaqah. Prinsip wadiah yad dhamanah bisa dalam bentuk simpanan
giro wadiah atau tabungan mudharabah, sedangkan prinsip mudharabah
mutlaqah bisa dalam bentukta bungan atau deposito mudharabah.
Setiap dana yang terhimpun dari nasabah, khususnya dalam bentuk
dana mudharabah, harus kembali disalurkan dalam bentuk pembiayaan
kepada sektor-sektor yang produktif agar dana yang dihimpun tersebut
dapat menghasilkan bagi pemilik dana/nasabah. Bank syariah tidak
sepantasnya menghimpun dana mudharabah apabila tidak mampu
menyalurkan dana tersebut pada sektor yang produktif karena bagi hasil
yang akan diterima oleh pemilik dana akan semakin mengecil.
2. Fungsi Investor
Bank syariah yang berhasil menghimpun dana dalam
bentuk wadiah yad dhamanah, mudharabah mutlaqah, atau dana lain
(modal sendiri,dsb) kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk
pooling dana.
Berbagai macam dana yang dihimpun dan dicampur dalam pooling
dana inilah yang kemudian digunakan oleh bank syariah yang berfungsi
sebagai investor untuk disalurkan kepada sektor-sektor yang tidak
bertentangan dengan syariah (Ismail, 2011). Umumnya penyaluran dana
(investasi) oleh bank syariah dilakukan melalui tiga jenis penyaluran:
a. Prinsip Bagi Hasil, yaitu instrumen penyaluran dana kepada sektor-
22
sektor produktif dengan menggunakan produk–produk
pembiayaan mudharabah atau musyarakah.
b. Prinsip Ujroh, yaitu sarana penyaluran dana melalui produk-produk
pembiayaan dan ijarah muntahiyah bittamlik.
c. Prinsip Jual-beli, yaitu penyaluran pendanaan melalui produk-produk
pembiayaan murabahah, salam dan salam paralel,
istishna dan istishna paralel.
Selain itu investasi bisa juga disalurkan melalui pembentukan
perusahaan atau akuisisi pengendalian atau kepentingan lain dalam rangka
mendirikan perusahaan, memperdagangkan produk dan investasi atau
memperdagangkan saham yang dapat diperjualbelikan. Keuntungan dari
setiap investasi yang dilakukan oleh bank syariah kemudian dibagikan
kepada pemilik dana (nasabah/deposan) berdasarkan akad yang telah
disepakati antara bank syariah dengan pihak pemilik dana.
Penyaluran dana melalui beberapa instrumen dan mekanisme
tersebut menegaskan fungsi bank syariah sebagai investor. Fungsi ini
harus dijalankan dengan maksimal agar bank syariah mendapatkan
keuntungan sehingga keuntungan yang didapat para pemilik dana menjadi
maksimal juga.
3. Fungsi Jasa Keuangan
Fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi yang telah dijalankan
oleh bank konvensional (non syariah). Bank syariah juga bisa memberikan
layanan transfer, RTGS (Real Time Gross Settlement), kliring,
23
inkaso, payroll (pembayaran gaji), jasa pembayaran telpon, listrik, dan lain
sebagainya, namun tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah dan
tidak melanggar kaidah-kaidah syariah yang telah ditetapkan. Hampir
semua layanan jasa bank konvensional bisa juga diberikan oleh bank
syariah, misalnya bank garansi, letter of credit, mobile banking, net
banking, dan lain sebagainya. Ini bisa dilakukan karena secara sistem
teknologi bank syariah juga telah mengadopsi teknologi-teknologi
mutakhir dan maju sesuai dengan perkembangan jaman.
4. Fungsi Sosial
Bank Syariah dan perbankan Islam umumnya diharuskan
memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, baik berupa penerimaan
dana zakat, infak, dan sadaqah sekaligus penyaluran dana Zakat tersebut
kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerimanya dengan cara yang
transparan dan bertanggungjawab. Selain sebagai penerima dan penyalur
dana Zakat, bank syariah juga memberikan pelayanan sosial melalui dana
Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan). Pinjaman kebajikan dana Qardhul
Hasan ini murni berdasarkan tujuan sosial atau tolong menolong,
mekanismenya adalah bank syariah meminjamkan uang tanpa meminta
imbalan dalam bentuk apapun.
Selain transaksi Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan) tersebut,
bank syariah juga memiliki transaksi Salam yang digunakan untuk
transaksi dengan mekanisme penyerahan barangnya dilakukan dikemudian
hari tetapi pembayarannya dilakukan dimuka pada saat akad. Kedua
24
transaksi tersebut (Qardh dan Salam) bagi bank konvensional tentulah sulit
dilakukan, karena bagi bank konvensional yang menggunakan prinsip
memperdagangkan uang, tentunya sangat rugi jika memberikan uang tanpa
imbalan apapun atau memberikan uang yang belum ada barangnya.
Selain fungsi-fungsi tersebut, bank syariah dalam menjalankan
usahanya juga memegang beberapa prinsip usaha. Bank syariah dalam
melaksanakan kegiatannya menggunakan beberapa prinsip agar bisa
mendapatkan kepercayaan masyarakat (Ismail, 2011), prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
a. Prinsip Keadilan
Dalam kegiatannya penetapan imbalan atas dasar
margin/bagi hasil keuntungan dilakukan atas kesepakatan bersama
antara Bank dengan nasabah. Keuntungan dibagi atas dasar kondisi
riil sesuai kontribusi dan risiko masing-masing pihak. Bank tidak
boleh mendzalimi nasabah dengan menetapkan margin/bagi hasil
secara sepihak, demikian pula sebaliknya dengan nasabah.
b. Prinsip Kemitraan
Posisi nasabah investor (penyimpan dana/penabung),
pengguna dana, serta bank sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan. Semuanya memiliki
hak, kewajiban, dan beban atas risiko dan keuntungan yang
berimbang. Saling menguntungkan dan tidak ada eksploitasi.
25
c. Prinsip Universalitas
Bank dalam operasionalnya tidak membedakan suku,
agama, ras, dan golongan dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan
prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”(memberi rahmat pada
seluruh penghuni alam). Dengan demikian siapapun dia akan
mendapatkan hak pelayanan yang seimbang dari bank syariah.
d. Prinsip Transparansi
Bank akan memberikan informasi laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat
mengetahui kondisi dananya. Bank sangat memegang prinsip
keterbukaan antara bank dan nasabah dalam penetapan margin atau
bagi hasi, tidak ada asymetric informasi.
Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa fungsi, metode, serta
prinsip yang digunakan oleh bank-bank Islam (bank syariah) dalam
melakukan bisnisnya berbeda secara signifikan dari fungsi dan metode
yang digunakan oleh bank-bank konvensional.
E. Konsep Fungsi Sosial dan Tanggung Jawab dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, manusia bertanggung jawab terhadap Allah dalam
melaksanakan aktivitasnya dan segenap aktivitas dijalankan untuk mencapai
ridho-Nya. Sehingga hubungan dan tanggung jawab antara manusia dengan
Allah ini akan melahirkan kontrak relijius (divine contract) yang lebih kuat
dan bukan sekedar kontrak sosial belaka, Fitria dan Hartanti, 2010: melakukan
penelitian.
26
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan
manusia secara komprehensif dan universal, ada tiga pilar pokok dalam ajaran
Islam (Amir dan Rukmana, 2010). Yaitu sebagai berikut:
1. Aqidah : Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan
atas keberadaan dan kekuasaan Allah, sehingga keimanan seorang
muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-
mata untuk mendapatkan keridhaan Allah sebagai Khalifah yang
mendapat amanah dari Allah.
2. Syariah : Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan
seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminallah) maupun
dalam bidang maumalah (habluminnas) yang merupakan aktualisasi
dari aqidah yang menjadi keyakinannya.
3. Akhlak : Landasan perilaku dan kepribadian yang mencirikan dirinya
sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang
menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaq
kharimah sebagaimana hadis Nabi SAW yang menyatakan “Tidaklah
sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah”.
Disamping itu, Islam juga mengajarkan bahwa tidak cukup muslim itu
hanya menfokuskan diri beribadah kepada Allah. Sebagaimana kehendakNya
bahwa manusia merupakan Khalifah dimuka bumi, maka mereka juga harus
menyemarakan kebaikan kepada sesama makhluk ciptaannya (Nurhayati,
2009). Oleh karena itu, kesempurnaan seorang muslim tidak hanya dapat
dicapai dengan hubungan vertikal kepada Allah saja (habluminallah), tetapi
juga harus diimbangi dengan hubungan baik kepada sesama makhluk ciptaan
27
Allah (habluminannas). Hal ini ditegaskan Allah didalam Al-quran surah Al-
Ma’un ayat 1-7:
Artinya :“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, itulah orang
yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya,
dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah
perusahaan untuk melindungi dan memberikan kontribusi kepada
masyarakat dimana perusahaan itu berada (Yusuf, 2010). Sebuah
perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain yaitu:
1. Pelaku-pelaku organisasi, meliputi:
a. Hubungan perusahan dengan pekerja (Qs. An-Nisa: 149) yaitu:
Artinya: “Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan,
menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa”.
Ayat di atas menjelaskan para pemilik perusahaan yang
membuat kebijakan harus adil terhadap pegawainya dan apabila
berbuat kesalahan maka maafkanlah, karena Allah juga maha
pemaaf hambanya.
b. Hubungan pekerja dengan perusahaan.
28
c. Hubungan perusahaan dan pelaku usaha lain: distributor,
konsumen, pesaing.
2. Lingkungan alam (Qs. Al-A’raf: 56), yaitu:
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi,
setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik”.
Ayat di atas menjelaskan larangan untuk berbuat kerusakan
dimuka bumi karena Allah telah menciptakannya dengan sebaik-baik
ciptaan. Dan dianjurkan untuk menjaga lingkungan karena Allah sudah
diciptakan untuk kebaikan manusia.
3. Kesejahteraan sosial masyarakat.
Adapun beberapa prinsip Islam dalam menjalankan bisnis yang
berkaitan dengan Fungsi Sosial atau CSR yaitu:
a) Menjaga lingkungan dan melestarikannya (Qs. Al-Maidah: 32):
Artinya: “Oleh Karena itu, kami tetapkan (suatu hukum)
bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka
bumi, maka seakanakan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan Sesungguhnya telah
29
datang kepada mereka Rasul-Rasul kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu, sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.
b) Upaya untuk menghapus kemiskinan (Qs. Al-Hasyr: 7):
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan
Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.
c) Mendahulukan sesuatu yang bermoral bersih daripada sesuatu yang
secara moral kotor, walaupun mendatangkan keuntungan yang
lebih besar (Qs. Al-Maidah: 103):
Artinya: “Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan
adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi
orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap
Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti”.
4. Jujur dan Amanah (Qs. Al-Anfal: 27) :
30
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu Mengetahui”.
Fungsi Sosial Perbankan Syariah dalam perspektif Islam
menurut AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions) yaitu segala kegiatan yang dilakukan institusi
finansial Islam untuk memenuhi kepentingan religius, ekonomi,
hukum, etika dan discretionary responsibilities sebagai lembaga
finansial intermediari baik itu bagi individu maupun bagi institusi.
Tanggung jawab religius yaitu kewajiban bagi institusi
finansial Islam untuk mematuhi hukum Islam pada semua kegiatan
operasionalnya. Tanggung jawab ekonomi yaitu kewajiban bank
syariah untuk mematuhi kelayakan ekonomi secara efisien dan
menguntungkan. Tanggung jawab hukum yaitu kewajiban institusi
finansial Islam untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di
negara beroperasinya institusi tersebut. Tanggung jawab etika yaitu
menghormati masyarakat, norma agama dan kebiasaan yang tidak
diatur dalam hukum. Discretionary responsibilities mengacu pada
ekspektasi yang diharapkan oleh pemegang saham bahwa institusi
finansial Islam akan melaksanakan peran sosialnya dalam
mengimplementasikan cita-cita Islam (Khoiruddin, 2012) dalam Norti
(2015).
Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai
31
etika dan moral, karena keduannya merupakan kebutuhan yang harus
dimiliki oleh para pelaku usaha. Perusahaan yang ceroboh dan tidak
menjaga etika, tidak akan berbisnis secara baik sehingga dapat
mengancam hubungan sosial dan merugikan konsumen, bankan diri
sendirinya. Bila dikerucutkan ke dalam Muamalah maka konsep yang
ada sesuai dengan konsep sedekah. Karena sesuatu yang diberikan
tidak berbentuk materi.
F. Zakat, Infaq, Shadaqah
Zakat berasal dari lafaz Az-Zakah yang secara etimologis memiliki
tiga makna, yaitu An-Namaa’ (tumbuh dam berkembang), At-Thaharah (suci
dan bersih) dan Al-Barakah (berkah) (Ahmad, 2011). Menurut istilah zakat
adalah harta yang khusus (wajib) diberikan kepada orang-orang yang tertentu,
dengan syarat-syarat yang tertentu pula (Fahrur Mu’is, 2011).
Infaq secara bahasaberasal dari kata “anfaqa” yang berarti
mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Secara istilah infaq
adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan dan penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diajarkan agama Islam (Husin, 2009).
Pengertian shadaqah atau secara bahasa berasal dari kata “shadaqa”
yang artinya “benar”. Adapun secara terminologi syariat shadaqah adalah
pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain,
terutama kebada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak di
tentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya (Mu’is, 2011). Zakat ada dua
macam, yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta):
32
1. Zakat Fitrah/Zakat Nafs Zakat Fitrah adalah zakat yang harus dikeluarkan
setiap orang muslim laki-laki dan perempuan, baik dewasa maupun anak-
anak serta orang yang merdeka maupun hamba sahaya. Besar zakat yang
dikeluarkan satu sha’, setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat Maal/Harta, Zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan
seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan
orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam
jumlah tertentu pula. Zakat harta antara lain mencakup hasil perniagaan,
pertanian,pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas, dan
perak, serta hasil kerja (profesi). Syarat-syarat kekayaan yang wajib
dizakati yaitu : Baik dan halal, berkembang dan berpotensi untuk
berkembang, mencapai nishab, mencapai haul, lebih dari kebutuhan
pokok, bebas dari hutang dan milik penuh. Syarat-syarat umum wajib
zakat adalah muslim, merdeka, milik sempurna, cukup nishab dan cukup
haul. Allah SWT telah menentukan golongan-golongan tertentu yang
berhak menerima zakat yang terdiri dari delapan asnaf, sebagaimana yang
telah disebutkan dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 60, yang artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”(QS. At-taubah:
60).
Secara umum golongan yang tidak berhak menerima zakat adalah
33
orang kaya, orang yang kuat/yang mampu bekerja, orang yang tidak
beragama dan orang kafir yang memerangi Islam berdasarkan ijma ulama;
dan kafir zimmi menurut jumhur fuqaha, anak-anak orang yang
mengeluarkan zakat, kedua orang tua, dan istri orang yang mengeluarkan
zakat dan keluarga Nabi SAW yaitu Bani Hasyim (Qardhawi, 1999).
1. Penghimpunan dan Sumber dana Zakat
Penghimpunan sumber Dana Zakat dihimpun oleh bank syariah di
Indonesia berasal dari zakat pendapatan perusahaan, zakat dari nasabah
dan zakat dari karyawan (Ridwan, 2011). Penghimpunan sumber dana
zakat berasal dari:
a. Zakat perusahaan/Bank Zakat bank adalah zakat yang berasal dari
keuntungan bank selama periode satu tahun. Pola perhitungan
zakat perusahaan ini adalah di dasarkan pada neraca (balance
sheet), yaitu aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar (metode
asset netto). Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh
harta kekayaan perusahaan dihitung, kemudian dikeluarkan
zakatnya 2,5 %.
b. Zakat dari nasabah Zakat dari nasabah adalah zakat yang disetor
atau dipotong dari rekening nasabah atas perintah nasabah tersebut.
Zakat nasabah terdiri dari:
1) Nasabah tabungan, Tabungan adalah simpanan pihak ketiga
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat dan cara-cara tertentu. Bank diberi wewenang
34
untuk mengelola uang dari nasabah tersebut, bila bank
mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapat
athoya/bonus dari keuntungan yang langsung dibukukan pada
rekening tabungan penabung setiap bulan. Dari bonus yang
didapat nasabah tersebut akan dikeluarkan zakatnya tanpa
melihat besar kecilnya bonus yang didapat. Pengeluaran zakat
ini sudah mendapat persetujuan dari nasabah diawal waktu
pembukaaan rekening.
2) Nasabah deposito, Deposito adalah simpanan berupa investasi
tidak terikat pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dengan bank
(mudharib), jangka waktu tersebut adalah satu, tiga, enam dan
dua belas bulan, dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati. Deposito (uang simpanan) dikenakan zakat
dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nishab dan berjalan
selama 1 tahun. Besarnya nishab senilai 85 gram emas. Kadar
zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.
Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat.
Artinya tidak memberikan zakat kepada setiap orang yang memintanya
atau setiap orang yang berpenampilan layaknya seorang faqir miskin
ataupun orang yang mengaku gharimin, ibnu sabil ataupun orang yang
sedang berjuang dijalan Allah. Zakat baru bisa diberikan setelah
35
adanya keyakinan dan juga kepercayaan bahwa penerima adalah orang
yang berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan hal tersebut
kepada orang adil yang tinggal di lingkungannya, ataupun yang
mengetahui keadaannya yang sebenarnya.
2. Penyaluran dana Zakat
Kewajiban zakat bagi umat islam adalah menyucikan diri dari
harta yang diperoleh serta untuk berbagi kepada sesamanya, terutama
berbagi kepada para fakir, miskin, amil (petugas zakat), muallaf, para
budak, gharim (orang yang berhutang), dan fisabilillah (orang yang
sedang melakukan perjalanan). Dimana dalam Al-Qur’an Q.S AT-
Taubah ayat 60 disebutkan yang artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S At-Taubah
: 60)
Pada ayat di atas Alloh SWT menjelaskan kriteria dari
penerima dana zakat adalah 8 asnaf yang telah disebutkan dalam Al-
Qur’an yaitu :
1) Orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
Keadaan kekurangan.
3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
36
membagikan zakat.
4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim
yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6) Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan
yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam
dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya.
7) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan
Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan
lain-lain.
8) Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu sabil) yang bukan
maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya (Syahatah,
2005).
Adapun bentuk dana zakat yang dihimpun bank syariah akan
disalurkan kepada para mustahik dalam 2 bentuk (Qardhawi. 1999):
1) Zakat konsumtif merupakan zakat yang diberikan kepada 8 asnaf
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi zakat
konsumtif ini kurang begitu membantu untuk kebutuhan jangka
37
panjang. Hal ini dikarenakan zakat konsumtif hanya memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan akan habis tanpa menghasilkan atau
hanya untuk jangka pendek.
2) Zakat Produktif yaitu memberikan modal atau usaha kepada fakir
miskin pedagang kaki lima demikian adalah pemberian zakat yang
dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara
terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat
produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana
zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan
tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha
mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara terus-menerus. Dalil yang
memperbolehkan zakat produktif sesuai dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika Rasulullah memberikan
uang zakat kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai
amil zakat seraya bersabda:
“Ambilah dahulu, setelah itu milikilah (berdayakanlah) dan
sedekahlah kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari
harta semacam ini sedang engkau tidak membutuhkannya dan
bukan engkau meminta, maka ambillah. Dan mana-mana yang
tidak demikian maka janganlah engkau turutkan nafsumu.”
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada BAB II Badan Amil
Zakat Nasional bagian kedua pendistribusian pasal 25 dan pasal 26
bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat
38
Islam yang dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan,
serta pada bagian ketiga pendayagunaan pasal 27 bahwa zakat
dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat dilakukan
apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi sesuai dengan
Peraturan Menteri.
3. Hikmah Zakat
Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan
Allah SWT maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara
manusia (Kusyairi 2011), antara lain :
1) Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa
yang lemah dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu
melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT.
2) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan
tanggungjawab individu dalam masyarakat.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank
umum syariah. Sedangkan perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya (UU RI Perbankan Syariah: 2008).
39
Fungsi bank secara umum adalah sebagai intermediary
(penghubung) antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak
yang membutuhkan dana. Sedangkan fungsi sosial bank syariah adalah
memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, baik berupa
penerimaan dana zakat, infak dan shadaqah sekaligus penyaluran dana
zakat tersebut kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerimanya
dengan cara yang transparan dan bertanggungjawab. Selain sebagai
penerima dan penyalur dana zakat, bank syariah juga memberikan
pelayanan sosial melalui dana qard (pinjaman kebajikan). Pinjaman
kebajikan dana qard ini murni berdasarkan tujuan sosial atau tolong
menolong, mekanismenya adalah bank syariah meminjamkan uang
tanpa meminta imbalan dalam bentuk apapun.
Gambar 2.1
Manajemen Zakat Bank Syariah
Sumber: Husin (2009) http://uchinfamiliar.blogspot.com/zakat
G. Qardhul Hasan atau Dana Kebajikan
Al-qardh al-hasan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu al-qardh
dan al-hasan. Secara bahasa qardh berasal dari kata qarada yang sinonimnya
Zakat Bank Syariah
Dana ZIS
Pengelolaan &
Distribusi Dana ZIS
Pelaksanaan Fungsi
Sosial Bank syariah
Zakat Nasabah dan
Karyawan
40
qatha’a yang berarti memotong. Diartikan demikian karena orang yang
memberikan utang memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada
orang yang menerima utang (muqtaridh) (Muslich, 2010).
Al-qardh secara bahasa juga bisa diartikan dengan sebagian pinjaman
atau hutang, sedangkan al-hasan artinya baik. Apabila digabungkan maka al-
qardh alhasan dapat diartikan pinjaman yang baik (Nazir dan Hasanuddin,
2004). Dalam menjelaskan al-qardh al-hasan para ahli fiqh muamalah
menggunakan istilah qardh, karena istilah al-qardh al-hasan tidak ditemukan
dalam literatur fiqh muamalah. Namun demikian, maka qardh yang
dimaksudkan oleh mereka itulah al-qardh alhasan. Dalam pengertian istilah,
qardh didefinisikan oleh Hanafiah sebagai berikut:
“Qardh adalah harta yang diberikan kepada orang lain dari mal mitsli
untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan ungkapan yang
lain, qardh adalah suatu perjanjian yang khusus untuk menyerahkan harta
(mal mitsli) kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan persis seperti
yang diterimanya”.
Sedangkan Sayid Sabiq (1987) memberikan definisi qardh sebagai berikut:
“Al-qardh adalah harta yang diberikan oleh pemberi utang (muqridh)
kepada penerima utang (muqtaridh) untuk kemudian dikembalikan
kepadanya (muqridh) seperti yang diterimanya, ketika ia telah mampu
membayarnya.”
Adapula definisi qardh menurut kalangan Hanabilah sebagai berikut:
“Qardh adalah memberikan harta kepada orang yang memanfaatkannya
dan kemudian mengembalikan penggantinya.”
Kemudian definisi qardh menurut kalangan Syafi’iyah adalah sebagai berikut:
“Qardh dalam istilah syara’ diartikan dengan sesuatu yang diberikan
kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan).”
41
Selanjutnya Muhammad Syafi’i Antonio menyebutkan bahwa, al-
qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan (Antonio, 2001). Dalam literatur yang ditulis Ahmad Asy-Syarbani
seorang ulama fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau
akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Lebih lanjut, dalam
Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh diterangkan
bahwa yang dimaksud dengan al-qardh adalah pinjaman yang diberikan
kepada nasabah lembaga keuangan syariah (muqtarid) yang memerlukan.
1. Landasan Hukum Qardhul Hasan
Dasar-dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan qadhul
hasan adalah berdasarkan beberapa ayat-ayat dari Alqur’an. Diantaranya
seperti Dalam firman Allah yang telah digambarkan secara umum
mengenai pinjam meminjam, yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2.
Artinya: “
Dan tolong menolong kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa
dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan
permusuhan” (Qs. Al-Maidah:2).
Menurut Hamka (1970) dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa
pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk saling
tolong menolong dalam hal kebaikan. Karena manusia adalah makhluk
sosial yang selalu membutuhkan satu sama lain, banyak pekerjaan yang
tidak bisa dilakukan seorang diri, dengan konsep tolong menolong semua
pekerjaan akan lancar. Allah SWT memerintahkan untuk hidup saling
42
tolong menolong dan membina kebajikan yaitu segala ragam maksud yang
baik dan berfaedah, yang didasarkan kepada penegakan taqwa, yaitu
mempererat hubungan dengan Allah dan mencegah tolong-menolong atas
perbuatan dosa serta yang dapat menimbulkan permusuhan yang
menyakiti sesama manusia. Di dalam surat Al-Baqarah ayat 245 Allah
juga berfirman:
”Siapakah yang mau meminjamkan pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka
Allah melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan
ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepadanyalah kamu dikembalikan.” (Q.S Al-
Baqarah:245).
Dalam ayat diatas, Allah SWT menegaskan orang yang memberi
pinjaman ‘al-qardh’’ itu sebenarnya ia memberi pinjaman kepada Allah
SWT, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras
meminjamkan harta kepada Allah, manusia juga diseru untuk
meminjamkan kepada sesamanya, sebagai sebagian kehidupan
bermasyarakat (civil society). Kalimat qardhan hasanan dalam ayat 245
surat Al-Baqarah tersebut berarti pinjaman yang baik, yaitu infak di jalan
Allah. Arti lainnya adalah pemberian nafkah kepada keluarga dan juga
tasbih serta taqdis (pencucian).
Selain itu ayat tersebut dapat diartikan sebuah tawaran dari Allah
SWT, bahwa bagi siapa yang berkehendak membantu meringankan beban
orang lain dengan memberikan pinjaman yang baik maka Allah SWT- lah
yang melipatgandakan. Yang dimaksud dengan memberikan pinjaman
43
yang baik kepada Allah SWT adalah memberikan pinjaman kepada orang
yang sangat membutuhkan bantuan dengan cara yang baik dan niat ikhlas
karena Allah SWT. Tawaran serupa terulang dengan berupa suruhan
langsung dari Allah setelah suruhan mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, ialah: “Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah
pinjaman kepada Allah SWT, berupa pinjaman yang baik”. (Q.S Al-
Muzamil: 20).
Kemudian ditambahkan dengan penegasan Rasulullah SAW dalam
sabdanya: Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
berkata : "Tidaklah seorang muslim yang meminjamkan muslim (lainnya)
dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sadaqah" (HR. Ibnu Majah
No. 2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi).
2. Rukun Qardhul Hasan
Salah satu transaksi dalam ekonomi Islam adalah al-qardh al-hasan
dan tentulah memiliki rukun. Rukun adalah sesuatu yang harus ada pada
suatu pekerjaan/amal ibadah dalam waktu pelaksanaan amal/ibadah
tersebut. Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam al-qardh al-hasan
adalah sebagai berikut:
1) Pihak yang meminjam (muqtaridh);
2) Pihak yang memberi pinjaman (muqridh);
3) Objek akad merupakan pinjaman yang dipinjamkan oleh pemilik
kepada pihak yang menerima pinjaman (dana/qardh); dan
4) Ijab qabul (sighah) perkataan yang diucapkan oleh pihak yang
44
menerima pinjaman dari orang yang memberi barang pinjaman atau
ucapan yang mengandung adanya izin yang menunjukkan kebolehan
untuk mengambil manfaat dari pihak yang menerima pinjaman.
3. Sumber Dana Qardhul hasan
Berdasarkan Sifat dari al-qard al-hasan ini ialah tidak memberi
keuntungan finansial kepada pihak bank syariah (Antonio, 2001) maka
sumber dana qardhul hasan menurut PSAK 59 berasal dari pihak eksternal
dan internal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan
pinjaman qardhul hasan. Sedangkan sumber dana eksternal meliputi;
1) Dana qardh yang diterima bank syariah dari pemilik, nasabah, atau
pihak lain: Sumbangan, Infak, Shadaqah.
2) Dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah: hasil
pendapatan nonhalal, denda. (IAI, 2002).
Sedangkan Sumber dana qardhul hasan menurut PSAK 101 adalah
infak dari bank syariah, sedekah, hasil pengelolaan wakaf, pengembalian
dana kebajikan produktif, denda, dan pendapatan nonhalal (IAI, 2011).
4. Pembiayaan dana Qardhul Hasan
Pembiayaan qardhul hasan, Berdasarkan PSAK 59 yaitu berupa
pinjaman dan sumbangan (IAI, 2002) tanpa dibebani biaya apapun bagi
kaum dhuafa yang merupakan 8 asnaf zakat/infak/sedekah dan ingin
berusaha kecil-kecilan. Penggunaan Dana Qardhul Hasan Berdasarkan
PSAK 101 adalah untuk dana kebajikan produktif, sumbangan, dan
penggunaan lainnya untuk kepentingan umum (IAI, 2011). Nasabah hanya
45
diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada waktu jatuh
tempo sesuai dengan kesepakatan dengan membayar biaya-biaya
administrasi yang diperlukan (seperti bea materai, biaya notaris, dan lain-
lain).
Ketentuan mengenai qardhul hasan telah diatur dalam Fatwa DSN
No. 19/DSN-MUI/IX/2000. Dalam Fatwa ini, Ketentuan umum qardh
adalah sebagai berikut:
a. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)
yang memerlukan
b. Nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d. Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang
perlu.
e. Nasabah Al-Qardh bisa memberikan tambahan (sumbangan) dengan
sukarela kepada Bank selam tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan bank telah
memastikan ketidakmampuannya, Bank dapat:
a) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Selain ketentuan diatas, Fatwa ini juga mengatur mengenai sanksi,
yaitu sebagai berikut:
46
1) Dalam hal nasabah tidak dapat menunjukan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan
karena etidakmampuannya, bank dapat menjatuhkan sanksi
kepada nasabah.
2) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah tersebut dapat berupa
(dana tidak terbatas pada) penjualan barang jaminan.
3) Apabila barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.
Gambar 2.2
Manajemen Qardhul Hasan
Sumber: Husin (2009) http://uchinfamiliar.blogspot.com/ Qardhul hasan
Dana Internal
Bank Syariah
Pembiayaan: Pinjaman
dan Sumbangan
Dana Qardhul hasan
Pelaksanaan
Fungsi Sosial
Bank Syariah
Dana Eksternal:
diterima oleh
Bank
47
Gambar 2.3
Alur Transaksi Pinjaman Qardh
Sumber: Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Al-Qardh.
H. Syariah Enterprise Theory (SET)
Syariah Enterprise Theory merupakan enterprise theory yang telah
diinternalisasi dengan nilai-nilai Islam guna menghasilkan teori yang
transendental dan lebih humanis. Enterprise theory, seperti telah dibahas oleh
Triyuwono (2007), merupakan teori yang mengakui adanya
pertanggungjawaban tidak hanya kepada pemilik perusahaan saja melainkan
kepada kelompok stakeholders yang lebih luas. Enterprise theory mampu
mewadahi kemajemukan masyarakat (stakeholders), hal yang tidak mampu
dilakukan oleh proprietary theory dan entity theory.
Hal ini karena konsep enterprise theory menunjukkan bahwa
kekuasaan ekonomi tidak lagi berada di satu tangan (shareholders), melainkan
berada pada banyak tangan, yaitu stakeholders. Konsep enterprise theory lebih
menyerupai stakeholders theory. Menurut para ahli, enterprise theory ini lebih
tepat untuk suatu sistem ekonomi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai
syariah, karena menekankan akuntabilitas yang lebih luas.
Seleksi dan
Akad Qardh
Menyerahka
n dana Qardh
Mengembalikan
dana Qardh sesuai
yang dipinjam
48
Hal ini sebagaimana dinyatakan Triyuwono (2007) bahwa
diversifikasi kekuasaan ekonomi ini dalam konsep syari’ah sangat
direkomendasikan, mengingat syariah melarang beredarnya kekayaan hanya di
kalangan tertentu saja. Namun demikian, enterpise theory perlu dikembangkan
lagi agar memiliki bentuk yang lebih dekat lagi dengan syariah. Pengembangan
dilakukan sedemikian rupa, hingga akhirnya diperoleh bentuk teori dikenal
dengan istilah Syariah Enterprise Theory (SET) Triyuwono (2007).
Syariah Enterprise Theory (SET) tidak hanya peduli pada kepentingan
individu (dalam hal ini pemegang saham), tetapi juga pihak pihak lainnya.
Oleh karena itu, SET memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders yang
luas. Menurut SET, stakeholders meliputi Allah, manusia, dan alam.
Triyuwono (2007) Allah merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu-
satunya tujuan hidup manusia. Dengan menempatkan Allah sebagai
stakeholder tertinggi, maka tali penghubung agar akuntansi syariah tetap
bertujuan pada “membangkitkan kesadaran ketuhanan” para penggunanya tetap
terjamin. Konsekuensi menetapkan Allah sebagai stakeholder tertinggi adalah
digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi akuntansi syariah.
Intinya adalah bahwa dengan sunnatullah ini, akuntansi syariah hanya
dibangun berdasarkan pada tata-aturan atau hukum-hukum Allah.
Stakeholder kedua dari SET adalah manusia. Di sini dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu direct-stakeholders dan indirect–stakeholders. Direct-
stakeholders adalah pihak-pihak yang secara langsung memberikan kontribusi
pada perusahaan, baik dalam bentuk kontribusi keuangan (financial
49
contribution) maupun non-keuangan (nonfinancial contribution). Karena
mereka telah memberikan kontribusi kepada perusahaan, maka mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan.
Sementara, yang dimaksud dengan indirect-stakeholders adalah pihak-
pihak yang sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan (baik
secara keuangan maupun non-keuangan), tetapi secara syari’ah mereka adalah
pihak yang memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan.
Golongan stakeholder terakhir dari SET adalah alam. Alam adalah pihak yang
memberikan kontribusi bagi mati-hidupnya perusahaan sebagaimana pihak
Allah dan manusia. Perusahaan eksis secara fisik karena didirikan di atas bumi,
menggunakan energi yang tersebar di alam, memproduksi dengan
menggunakan bahan baku dari alam, memberikan jasa kepada pihak lain
dengan menggunakan energi yang tersedia di alam, dan lain-lainnya. Namun
demikian, alam tidak menghendaki distribusi kesejahteraan dari perusahaan
dalam bentuk uang sebagaimana yang diinginkan manusia. Wujud distribusi
kesejahteraan berupa kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam,
pencegahan pencemaran, dan lain-lainnya.
Meutia (2010) menyatakan bahwa teori yang paling tepat untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan, dalam hal ini bank
syariah, adalah Syariah Enterprise Theory (SET). Hal ini karena dalam syariah
enterprise theory, Allah adalah sumber pemberi amanah utama. Sedangkan
sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders adalah amanah dari Allah
yang di dalamnya melekat sebuah tanggung jawab untuk menggunakan
50
dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Amanah.
Dari konsep diatas SET mendorong untuk mewujudkan nilai keadilan
terhadap manusia dan lingkungan alam, karena itulah SET dapat menjadikan
dan membawa nilai kemaslahatan bagi stakeholders, stockholder, masyarakat,
dan laingkungan alam. Kembali pada prinsipnya Syariah Entersprise Theory
memberikan bentuk pertanggungjawaban utamanya hanyalah kepada Allah
SWT yang kemudian dijabarkan dengan bentuk pertanggungjawaban kepada
manusia dan alam.
.
I. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu
No Penelitian
Terdahulu Hasil Penelitian Perbedaan
1 Ali Yusuf Nasution dan
Qomaruddin
( 2015 )
MECHANISM OF
MANAGEMENT
ZAKAT, INFAQ, &
SHADAQAH
FUNDINISLAMIC
BANKS
IMPLEMENTATION
OF SOCIALBANK
FUNCTIONS (CASE
STUDY IN BPR
SYARIAH AMANAH
UMMAH)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
pengelolaan dana ZIS
difokuskan pada
pengumpulan dan
distribusi. Dana ZIS yang
terkumpul di BPR Syariah
Amanah Ummah
bersumber dari
bank/perusahaan, dana
zakat dari luar bank
(termasuk pelanggan
zakat), karyawan dan
administrator.
Objek penelitiannya
menggunakan
BPR Syariah Amanah
Ummah
Sumber: Penelitian terdahulu
51
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu (Lanjutan)
No Penelitian
Terdahulu
Hasil Penelitian Perbedaan
2 Prehantoro
(2010)
FUNGSI SOSIAL BANK
SYARIAH
Volume XV No. 2 Tahun
2010 Edisi April
Hasil Pelaksanaan fungsi sosial
harus sesuai dengan ketentuan
UU Pengelolaan Zakat dan UU
Wakaf.
Hanya
membahas
teori dari Bank
Syariah dan
Zakat.
3. Virgowati
(2013)
ANALISIS KINERJA
SOSIAL PERBANKAN
SYARIAH DI
INDONESIA (Studi Kasus
pada Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega
Syariah, dan Muamalat
Indonesia).
hasil penelitian diketahui bahwa
Informasi yang diungkapkan
Bank Syariah Mandiri, Bank
Mega Syariah, Bank Muamalat
Indonesia dalam Islamic Sosial
Resporting Index bahwa secara
keseluruhan tidak ada bank
syariah di Indonesia dari ketiga
objek tersebut yang
melaksanakan aktivitas
sosialnya secara sempurna
(100%) berdasarkan model
Indeks ISR;
Objek
penelitiannya
menggunakan
BSM, BMS,
dan BMI
4 Syuhada Mansur
(2012)
PELAPORAN
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
PERBANKAN SYARIAH
DALAM PERSPEKTIF
SYARIAH ENTERPRISE
THEORY (Studi Kasus
pada Laporan Tahunan PT
Bank Syariah Mandiri)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pelaporan
tanggung jawab sosial Bank
Syariah Mandiri masih sangat
terbatas, secara sukarela, serta
masih jauh dari sesuai dengan
syariah enterprise theory.
Objek
Penelitiannya
di BSM, dana
bahasan
tentang
tanggung
jawab sosial
perusahaan
melalui
perspektif
SET.
Sumber: Penelitian terdahulu
52
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu (Lanjutan)
No Penelitian
Terdahulu
Hasil Penelitian Perbedaan
5 Nur Haida
(2015)
MENGUKUR
FUNGSI SOSIAL
DALAM
PERKEMBANGAN
PRODUK
QARDHUL HASAN
PADA
PERBANKAN
SYARIAH DI
INDONESIA
Pada tahun 2005 Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
menunjukkan tren peningkatan
hingga tahun 2011. Namun setelah
mencapai titik klimaks peningkatan
volume pembiayaan qardhul hasan
pada tahun 2011 kemudian pada
periode-periode berikutnya
mengalami penurunan hingga bulan
Juni 2015. Berbeda halnya dengan
BUS dan UUS, BPRS menunjukkan
tren peningkatan dari tahun 2005
sampai dengan bulan Juni 2015 dan
belum mengalami penurunan sama
sekali.
Pembahasan
hanya sekitar
qardhul hasan
di BUS dan
UUS
6 Sofyani, Ulum,
Syam,
Wahjuni
(2012)
ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX
SEBAGAI MODEL
PENGUKURAN
KINERJA SOSIAL
PERBANKAN
SYARIAH (STUDI
KOMPARASI
INDONESIA DAN
MALAYSIA).
Dan dari hasil penelitian ini,
ditemukan beberapa bukti bahwa
secara umum, perbankan syariah di
Malaysia memiliki tingkat kinerja
sosial yang lebih tinggi
dibandingkan perbankan syariah
yang ada di Indonesia. Kedua kinerja
sosial perbankan syariah di
Indonesia pada tahun 2010
mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, yakni sekitar 10% dari
tahun sebelumnya yaitu tahun 2009.
Sedangkan tingkat kinerja sosial
pada perbankan syariah di Malaysia
bisa dikatakan stabil karena tidak
mengalami kenaikan maupun
penurunan.
Objek
penelitiannya
menggunakan
komparasi
perusahaan
Indonesia dan
Malaysia
Sumber: Penelitian terdahulu
53
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu (Lanjutan)
No Penelitian
Terdahulu
Hasil Penelitian Perbedaan
7 Rania Kamla and
Hussain G. Rammal
(2013)
SOCIAL
REPORTING BY
ISLAMIC BANKS:
DOES SOCIAL
JUSTICE MATTER?
The study concludes that disclosures
by Islamic banks explored in this
study do not indicate that Islamic
banks have serious schemes
targeting poverty elimination or
enhancing social justice in society.
Studi ini menyimpulkan bahwa
pengungkapan oleh bank-bank Islam
yang dieksplorasi dalam penelitian
ini tidak menunjukkan bahwa bank-
bank Islam memiliki skema serius
yang menargetkan penghapusan
kemiskinan atau meningkatkan
keadilan sosial di masyarakat.
Penelitian ini
tentang
laporan sosial
Bank Syariah:
seberapa
pentingnya
keadilan sosial
dalam Bank
Syariah.
8 Resti Ardhanareswari
(2010)
ANALISIS SUMBER
DAN
PENGGUNAAN
DANA ZAKAT
YANG
BERPENGARUH
TERHADAP
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
(Studi Kasus pada
Dompet Peduli
Ummat Daarut
Tauhiid Bandung)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sumber dan penggunaan dana zakat
cukup berpengaruh terhadap
pemberdayaan masyarakat. Adapun
sumber dan penggunaan dana zakat
yang berpengaruh terhadap
pemberdayaan masyarakat adalah
sebesar 51,67% sedangkan sisanya
sebesar 48,33% dipengaruhi faktor
lain diluar sumber dan penggunaan
dana zakat, misalnya sumber dana
infak dan shadaqah. Ini
membuktikan hipotesis penulis yang
mengungkapkan bahwa sumber dan
penggunaan dana zakat berpengaruh
terhadap pemberdayaan masyarakat.
Objek
penelitiannya
pada Dompet
Peduli Ummat
Daarut Tauhiid
Bandung. Dan
hanya
membahas
seputar zakat.
Sumber: Penelitian terdahulu
54
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu (Lanjutan)
No Penelitian
Terdahulu
Hasil Penelitian Perbedaan
9 Fadilla Purwitasari
(2013)
ANALISIS
PELAPORAN
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY
PERBANKAN
SYARIAH DALAM
PERSPEKTIF
SHARIAH
ENTERPRISE
THEORY: (Studi Kasus
Pada Laporan Tahunan
BSM & BMI)
Studi ini menunjukkan bahwa
tindakan pelaporan tanggung
jawab sosial oleh BSM dan BMI
masih dipengaruhi oleh
kepentingan mereka sendiri.
Minat terutama dipengaruhi oleh
uang dan kekuasaan. Peran
'prinsip' tidak begitu terlihat
dalam pelaporan tanggung jawab
sosial mereka.
Objek
penelitiannya
hanya di BSM
dan BMI.
10 Muhammad Imam
Purwadi
(2014)
AL-QARDH DAN AL-
QARDHUL HASAN
SEBAGAI WUJUD
PELAKSANAAN
TANGGUNG JAWAB
SOSIAL
PERBANKAN
SYARIAH.
Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM NO. 1
VOL. 21 JANUARI
2014: 24 - 42
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa: pertama, tanggung jawab
korporasi terhadap perbankan
syariah didefinisikan sebagai
instrumen untuk meningkatkan
kinerja dan pelayanan masyarakat.
Implementasi program CSR
bervariasi dalam bentuk bantuan
untuk pendidikan, kesehatan,
pengentasan kemiskinan, sosial,
agama, infrastruktur, dan
lingkungan, serta melalui
pembiayaan produk. Kedua,
dalam pelaksanaannya, tidak ada
ketentuan khusus yang mengatur
pelaksanaan al qardhandal-
qardhul hasanas CSR di
perbankan syariah. PT Bank
Muamalat Tbk belum
merumuskan penerapan dan
penerapan al qardh untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial.
Penelitian
hanya melihat
tentang dana
kebajikan (al-
qardh dan
qarhul hasan)
dalam
perbankan
syariah.
Sumber: Penelitian terdahulu
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis Penelitian yang akan penulis gunakan adalah
dengan Metode deskriptif analisis. menurut Umar (2009) dapat memberikan
informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, Metode deskriptif analisis adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Tujuannya adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, hubungan antara fenomena yang diselidiki (Gunawan,
2013) serta menganalisis data – data yang sudah didapatkan melalui publikasi
laporan – laporan dana zakat dan qordhul hasan yang telah dibuat oleh bank
syariah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah 11 bank yang terdaftar dalam Bank of
Indonesia (BI) dan Ototitas Jasa Keuangan (OJK), penulis meneliti dengan
menggunakan data – data laporan yang telah dirilis oleh bank syariah yang
mempublikasikan hasil laporan dana zakat dan qardhul hasan.
Waktu penelitian mulai dari bulan Agustus – November 2017.
56
C. Objek Penelitian
Objek penelitian di dalam penelitian ini adalah hasil dari data laporan
dana zakat dan qordhul hasan yang dipublikasikan oleh bank syariah dan
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Hasil dari laporan ini akan di olah sehingga
menunjukkan Pelaksanaan dari Fungsi Sosial Bank Syariah, dari laporan dana
ZIS dan Qardhul hasan bank syariah yang telah diterbitkan.
Subjek dari penelitian ini adalah Bank Umum Syariah :
Tebel. 3.1. Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Nama Bank Umum Syariah Website
1 PT. Bank BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
2 PT. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
3 PT. Bank Muamalat Indonesia www.bankmuamalat.co.id
4 PT. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
5 PT. Bank BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
6 PT. Bank BRI Syariah www.brisyariah.co.id
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah www.bjbsyariah.co.id
8 PT. Bank Panin Syariah www.paninbanksyariah.co.id
9 PT. Bank Syariah Bukopin www.syariahbukopin.co.id
10 PT. Bank Victoria Syariah www.bankvictoriasyariah.co.id
11 PT. Bank Maybank Syariah www.maybanksyariah.co.id
Sumber: Bank Indonesia (http://www.bi.go.id)
D. Langkah – langkah Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data adalah sebagai berikut :
1. Laporan Publikasi dari hasil zakat dan qardhul hasan 5 tahun terakhir
(2012-2016).
2. Dokumentasi Merupakan sebuah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari dokumen, catatan dan laporan yang
57
ada di Bank Umum Syariah.
3. Studi Pustaka, Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan menelaah buku-buku, catatan-catatan, literature-
literatur, dan laporan-laporan mengenai masalah yang dibahas.
E. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
dan informasi yang bersifat kualitatif diperoleh dengan memperkaya bacaan
yang berasal dari berbagai literatur (Gunawan, 2013). Sebagian besar literatur
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan buku-buku, jurnal penelitian,
makalah penelitian, dan internet research. Data sekunder berupa data laporan
hasil zakat dan dana qordhul hasan Bank Syariah serta catatan-catatan
manual, laporan keuangan serta bukti-bukti pendukung lainnya.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis
dimana penulis mencari data dan mengolahnya lalu membandingkan dengan
landasan teori syariah yang ada. Apakah fungsi sosial yang di laksanakan oleh
bank syariah telah dikelola sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia tentang perbankan syariah serta ketentuan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) yang berlandaskan Al
Qur’an dan Hadits.
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PT. Bank BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang
No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.
Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang
dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat
menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office
channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi
59
waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa
aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni
2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor
Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment
Point (Bank BNI Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september
2017 dari http://www.bnisyariah.co.id).
Laporan Zakat dan Qardhul Hasan PT. Bank BNI Syariah
Tahun 2012 – 2016.
Tabel 4.1. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana awal Zakat
Period Awal
1.659 2.596 4.538 5.524 7.701
2. Sumber Dana ZIS
a. Zakat Dari Bank 3.169 4.538 5.524 7.701 9.329
b. Zakat Dari Pihak Luar
Bank
2.306 5.108 6.355 7.262 8.040
c. Infaq Dan Shadaqah
Total Sumber Dana 5.475 9.646 11.879 14.963 17.369
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 4.538 7.704
a. Lembaga Amil Zakat 10.893 12.786 15.741
b. Badan Amil Zakat
c. Lainnya 4.538 7.704
3.2 Disalurkan Sendiri
Sumber: data sekunder yang diolah
60
Tabel 4.1. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
(Lanjutan)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
Total Penggunaan 4.538 7.704 10.893 12.786 15.741
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Pengunaan
937 1.942 986 2.177 1.628
5. Sumber Dana Zakat Akhir
Periode
2.596 4.538 5.524 7.701 9.329
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.2. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh Pada
Awal Periode
78 428 3
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 79 121 163 143 665
b. Denda 64 240 310 188
c. Sumbangan/Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 254 121 1 274 30
e. Pengembalian Kebijakan
Produktif
f. Lainnya
Total Sumber Dana 397 482 474 605 695
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan
c. Penggunaan Lainnya
Untuk Kepentingan
Umum
319 132 899 608 695
Total Penggunaan 319 132 899 608 695
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Penggunaan
78 350 -425 -3 -3
5. Sumber Dana Qardh Pada
Akhir Periode
78 428 3
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari hasil diatas dapat dianalisis bahwa total dana zakat tahun 2012
sampai 2016 keseluruhannya mengalami kenaikan. Total dana zakat yang
terkumpul di tahun 2012 sebesar Rp. 5.475.000.000 meningkat tahun ke tahun
61
puncaknya pada tahun 2016 dana terkumpul sebesar Rp. 17.369.000.000, jadi
sampai dengan tahun 2016 Bank BNI syariah mengalami kenaikan dana zakat
sebesar 68.48 %. Ini menunjukkan keberhasilan bank BNI syariah dalam
menghimpun dan mengumpulkan dana zakat yang dikelola dengan baik oleh
perusahaan dalam memberikan fungsi sosial kepada masyarakat. Penggunaan
dana zakat bank BNI syariah pun meningkat dari tahun ke tahun yaitu dari 2012
sampai 2016 Rp. 4.538.000.000 – Rp 15.741.000.000 meningkat sebesar 71.17 %.
Baik sumber dana dan penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh bank BNI
syariah setiap tahunnya mengalami kemajuan yang bagus. Untuk kenaikan atau
penurunan atas penggunaan sumber dana awal dan akhir periode mengalami
perubahan mulai dari 2012 dibandingkan dengan tahun sbelumnya 2011 dari Rp.
1.659.000.000 menjadi Rp. 2.596.000.000 naik 56,47% dari tahun sebelumnya,
dan tahun-tahun selanjutnya stabil, puncaknya di tahun 2015 mengalami kenaikan
Rp. 2.177.000 dari tahun 2014 yang hanya Rp. 986.000.000. Dana zakat setiap
akhir periode dari mulai 2012 sampai dengan 2016 selalu meningkat mulai dari
Rp. 2.596.000.000 sampai pada tahun 2016 sebesar Rp. 9.329.000.000.
Dana Qardhul hasan yang terkumpul di tahun 2012 sebesar 397.000.000
terus mengalami kenaikan sampai dengan 2016, akan tetapi mengalami penurunan
di tahun 2014, namun tidak begitu signifikan hanya sekitar 1,68%, selain itu terus
mengalami peningkatan sampai pada tahun 2016 Rp. 695.000.000, berarti naik
secara keseluruhan 75.06%. untuk penggunaan dana qordh di tahun 2012 sebesar
Rp. 319.000.000 turun di tahun 2013 menjadi Rp. 132.000.000, lalu naik di tahun
2014 sebesar Rp. 899.000.000 di tahun selanjutnya turun dan stabil. Untuk
62
kenaikan atau penurunan sumber atas penggunaan dana qardh di tahun 2012
sebesar Rp. 78.000.000, ditahun selanjutnya naik sebesar Rp. 350.000.000, pada
tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. – 425.000.000. terus berlanjut
sampai tahun 2016 mengalami penuruan atas sumber penggunaan sebesar Rp. -
3.000.000. sehingga sumber dana akhir periode di tahun 2016 Rp. 0.
B. PT. Bank Mega Syariah
Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank
umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut
terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi
bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI
resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007,
pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo
bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank
Mega, Tbk., Melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti
nama menjadi PT Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT
63
Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan
tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank
umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen
tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian,
Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri
perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan
bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham
meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal
disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini,
modal disetor telah mencapai Rp787,204 miliar.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan
terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah
memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya terlibat dalam
bisnis nasional tetapi juga masuk dalam perdagangan internasional (Bank
Mega Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.megasyariah.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan PT.
Bank Mega Syariah Tahun 2012 – 2016
64
Tabel 4.3. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal
Periode
1.848 5.931 6.481 2.827 2.255
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 6.326 5.121 598 429 3.776
b. Zakat dari pihak luar Bank
c. Infaq dan Shadaqah 4
Total Sumber Dana 6.330 5.121 598 429 3776
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 2.047 4.571 4.252
a. Dompet Duafa Republika 25
b. Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhid
25
c. LAZIS Dewan Da'awah
Islamiyah Indonesia
75 100
d. LAZIS Muhammadiyah 500 2.107 1.650
e. LAZNAS Persis 20
f. Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU) 50 4
g. Rumah Zakat Indonesia
(DSUQ) 25
h. Lembaga Amil Zakat 1.001 2.126
i. Badan Amil Zakat
j. Lainnya 1.327 2.360 2.602
3.2 Disalurkan sendiri 200
Total Penggunaan 2.247 4.571 4.252 1.001 2.126
4. Kenaikan (penurunaan) sumber
atas penggunaaan 4.083 550 -3.654 -572 1.650
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode 5.931 6.481 2.827 2.255 3.905
Sumber: data sekunder yang diolah
65
Tabel 4.4. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode 37 103 281 625 760
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 53 128 166 374 159
e. Lainnya 26 77 316
Total Sumber Dana 79 205 482 374 159
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 3 9 138 239 394
c. Lainnya 10 18
Total Penggunaan 13 27 138 239 394
4. Kenaikan (penurunan) sumber
atas penggunaan 66 178 344 135 -235
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode 103 281 625 760 525
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari hasil diatas dapat dianalisis bahwa total dana zakat tahun 2012
sampai 2015 keseluruhannya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Total
dana zakat yang terkumpul di tahun 2012 sebesar Rp. 6.330.000.000 lalu menurun
sampai dengan tahun 2015 Rp. 429.000.000; 93,22%, lalu kenaikan terjadi di
tahun 2016 yang cukup signifikan hingga mencapai 88,63% dari sebelumnya
mengalami penurunan yang cukup berdampai pada total sumber dana zakat.
Penggunaan dana zakat bank Mega syariah ditahun 2012 Rp. 2.247.000.000 naik
di tahun 2013 dan turun di tahun 2014, namun tidak terlalu besar dari Rp.
66
4,571.000.000; ke Rp. 4,252.000. selanjutnya di tahun 2015 dan 2016 menaglami
penurunan sekitar 26,45%. Untuk kenaikan atau penurunan atas penggunaan
sumber dana awal dan akhir periode mengalami perubahan mulai dari 2012 Rp.
4.083.000.000 sampai pada penurunan di tahun 2016 Rp. -1.650.000.000; ini
menunjukkan ketidakstabilan penurunan dan kenaikan dari dana ZIS yang
digunakan dan disalurkan oleh bank Mega Syariah.
Dana Qarhul hasan yang terkumpul di tahun 2012 sebesar 79.000.000
terus mengalami kenaikan sampai dengan 2014 sebesar 83.6% , akan tetapi
mengalami penurunan di tahun 2015, namun tidak begitu signifikan hanya sekitar
1,68%, dan di tahun 2016 pun turun 57,48%. Untuk penggunaan dana qordh di
tahun 2012 sebesar Rp. 13.000.000 terus meningkat sampai dengan tahun 2016
Rp. 394.000.000 bererti naik 96,7% dana qordhul hasan terus meningkat dari
tahun ke tahun untuk sumbangan dan untuk lainnya hanya di tahun 2012 dan
2013. Untuk kenaikan atau penurunan sumber atas penggunaan dana qardh di
tahun 2012 sebesar Rp. 66.000.000 terus meningkat sampai tahun 2014, lalu turun
di tahun 2015 dan 2016. Saldo akhir periode dana qordh di tahun 2016 sebesar
Rp. 525.000.000;.
C. PT. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia
pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412 H. Pendirian Bank
Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan
67
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang
kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak
resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Pada 27 Oktober
1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan
terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Pada tahun 2003, Bank dengan percaya diri melakukan Penawaran
Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan merupakan lembaga perbankan pertama
di Indonesia yang mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah. Aksi
korporasi tersebut semakin menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia di
peta industri perbankan Indonesia.
Seiring kapasitas Bank yang semakin diakui, Bank semakin
melebarkan sayap dengan terus menambah jaringan kantor cabangnya di
seluruh Indonesia. Pada tahun 2009, Bank mendapatkan izin untuk membuka
kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia dan menjadi bank pertama di
Indonesia serta satu-satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia.
Hingga saat ini, Bank telah memiliki 363 kantor layanan termasuk 1 (satu)
kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan
layanan yang luas berupa 1.337 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM
Bersama dan ATM Prima, 103 Mobil Kas Keliling (mobile branch) serta lebih
dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment
(MEPS).
Menginjak usianya yang ke-20 pada tahun 2012, Bank Muamalat
68
Indonesia melakukan rebranding pada logo Bank untuk semakin
meningkatkan awareness terhadap image sebagai Bank syariah Islami, Modern
dan Profesional. Baitulmaal Muamalat yang memberikan layanan untuk
menyalurkan dana Zakat, Infakdan Sedekah (ZIS). Sejak tahun 2015, Bank
Muamalat Indonesia bermetamorfosa untuk menjadi entitas yang semakin baik
dan meraih pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi bisnis yang terarah
Bank Muamalat Indonesia akan terus melaju mewujudkan visi menjadi “The
Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with Strong Regional
Presence” (Bank Muamalat, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9
september 2017 dari http://www.bankmuamalat.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan PT.
Bank Muamalat Indonesia Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.5. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal
Periode
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 6.840 9.735 11.896 1.429 1.862
b. Zakat dari pihak luar
Bank
3.695 8.774 10.827 11.104 11.140
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 10.535 18.509 22.723 12.533 13.002
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 10.535 18.509 22.723
a. Dompet Duafa Republika 1.190
Sumber: data sekunder yang diolah
69
Tabel 4.5. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
(Lanjutan)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
b. Baitul Maal Hidayatullah 18.509 19.153
c. Baitul Maal Muamalat 10.535
d. Pos Keadilan Peduli
Ummat (PKPU)
1.190
e. Lembaga Amil Zakat 12.533 12.816
f. Badan Amil Zakat 186
g. Lainnya 1.190
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 10.535 18.509 22.723 12.533 13.002
4. Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
5. Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.6. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 1.531 2.337 4.229 45
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 1.048 1.637 1.461 1.259
e. Lainnya
Total Sumber Dana 2.579 3.974 5.690 1.304
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 2.579 3.974 5.690 1.304
c. Lainnya
Total Penggunaan 2.579 3.974 5.690 1.304
Sumber: data sekunder yang diolah
70
Tabel 4.6. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
(Lanjutan)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
4. Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data diatas bank Muamalat Indonesia, sumber dana zakat dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan dari 2012 sampai 2014 terus menanjak mulai
dari Rp. 10,535.000.000 sampai ditahun 2014 Rp. 22.723.000.000, naik 53,63%,
lalu turun di tahun 2015 Rp. 12,533.000.000; 44,84%. Di tahun 2016 naik, tetapi
tidak signifikan hanya sebesar 3,60%. Penggunaan dana zakat, semua total sumber
dana zakat yang dihimpun dan dikumpulkan disalurkan oleh bank Muamalat
sehingga saldo akhir periode bank Muamalat mualai dari tahun 2012 sampai 2016
tidak ada saldo awal dan akhir periode, karena dana ZIS pertahun digunakan
untuk 8 asnaf yang berhak menerima baik melalui zakat konsumtif atau produktif.
Sedangkan dana qardhul hasan di tahun 2012 tidak ada dana qardhul hasan
baru ada di tahun 2013 sebesar Rp. 2,579.000.000;, terus meningkat sampai 2015
sebesar 54,67%, dan kembali turun di tahun 2016 dari Rp. 5,690.000.000; ke Rp.
1,304.000.000;. penggunaan dana qardhul hasan setiap tahun selalu di nol kan,
setiap sumber dana qardhul hasan yang terkumpul akan di gunakan semuanya
untuk pnggunaan qardhul hasan, sehingga tidak ada kenaikan atau penurunan
setiap tahun karena saldo yang ada setiap tahun dihabiskan. Dana awal dan akhir
periode pun setiap tahun Rp. 0;.
71
D. PT. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997-1998. Pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat
bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31
Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB. Sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang
memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB
berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana
tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September
1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
72
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (Bank Syariah
Mandiri, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.syariahmandiri.co.id).
73
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan PT.
Bank Syariah Mandiri Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.7. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal
Periode
47.926 48.612 55.406 20.172
11.740
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 28.132 22.662 2.815 9.593 11.146
b. Zakat dari pihak luar
Bank
9.015 8.395 12.745 13.258 13.175
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 37.282 31.057 15.560 22.851 24.321
3. Penggunaan Dana ZIS
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 36.596 24.263 50.794
a. LAZNAS BSM Ummat 36.596 24.263 50.794
b. Lembaga Amil Zakat 31.283 22.766
c. Badan Amil Zakat
d. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 36.596 24.263 50.794 31.283 22.766
4. Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
686 6.794 -35.234 -8.432 1.555
5. Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
48.612 55.406 20.172 11.740 10.185
Sumber: data sekunder yang diolah
74
Tabel 4.8. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
3.161 3.438 31.009 64.112 132.485
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 831 27.300 30.290 73.107 40.168
c. Sumbangan /Hibah 8
d. Pendapatan Non-Halal 454 191 442 427 428
e. Lainnya 482 608 4.624 204 81
Total Sumber Dana 1.775 28.099 35.355 73.738 40.677
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan
c. Lainnya 1.498 528 2.252 5.365 37.111
Total Penggunaan 1.498 528 2.252 5.365 37.111
4. Kenaikan (penurunan) sumber
atas penggunaan
277 27.571 33.104 68.373 3.566
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
3.438 31.009 64.112 132.485 136.051
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data Zakat diatas dapat dianalis bahwa sumber dana zakat pada tahun
2012 Rp. 37.282.000.000 sampai dengan tahun 2014 turun sebesar 58,26 %, lalu
di tahun 2015 dan 2016 mengalami kenaikan Rp. 22.851.000.000 ke Rp.
24.321.000.000. Penggunaan dana zakat di tahun 2012 Rp. 36.596.000.000 lalu
turun di tahun 2013 sebesar 33,7 %, di tahun selanjutnya 2014 naik dengan
tingkat kenaikan 52,23%. Dari tahun 2014 turun sampai dengan tahun 2016
sebesar 55,17 %,. Kenaikan atau penurunan sumber atas penggunaan paling
signifikan pada penurunan di tahun 2014 sebesar Rp -35.234.000.000; dalam
kenaikan dan penurunan ini BSM tidak stabil naik dan turunnya, tetapi paling
signifikan turun di tahun 2014.
75
Sumber dana qardhul hasan dari mulai 2012 sampai dengan 2015
mengalami kenaikan signifikan sebesar 97.59%. sumber yang terus menurus naik
pada dana qardh di BSM paling siginifikan menyumbang angka paling besar
pendapatan dari denda, selanjutnya turun di tahun 2016 sebesar Rp.
40.677.000.000 dari tahun sebelumnya Rp. 73.738.000.000;. Penggunaan dana
qardh tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2013 selisih dari penggunaan
sebesar Rp. 970.000.000. dari 2013 yang hanya Rp. 528.000.000 naik sampai
dengan 2016 Rp. 37.111.000.000; berarti kenaikan signifikan untuk penggunaan
dana qardh sampai dengan 98,57 %. Untuk kenaikan atau penurunan sumber atas
penggunaan dari tahun 2012 sampai 2015 mengalami kenaikan 99,59%, lalu turun
di 2016 sebesar 94,78%.
E. PT. Bank BCA Syariah
Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi
beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010. BCA
Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam industri perbankan
syariah Indonesia sebagai bank yang unggul di bidang penyelesaian
pembayaran, penghimpun dana dan pembiayaan bagi nasabah perseorangan,
mikro, kecil dan menengah. Masyarakat yang menginginkan produk dan jasa
perbankan yang berkualitas serta ditunjang oleh kemudahan akses dan
76
kecepatan transaksi merupakan target dari BCA Syariah. Komposisi
kepemilikan saham PT Bank BCA Syariah adalah sebagai berikut :
PT Bank Central Asia Tbk.: 99.9999%
PT BCA Finance : 0.0001%
Komitmen penuh BCA sebagai perusahaan induk dan pemegang
saham mayoritas terwujud dari berbagai layanan yang bisa dimanfaatkan oleh
nasabah BCA Syariah pada jaringan cabang BCA yaitu setoran (pengiriman
uang) hingga tarik tunai dan debit di seluruh ATM dan mesin EDC (Electronic
Data Capture) milik BCA, semua tanpa dikenakan biaya. Selanjutnya, untuk
mendapatkan informasi maupun menyampaikan pengaduan dan keluhan,
masyarakat dan nasabah khususnya dapat menghubungi HALO BCA di
1500888.
BCA Syariah hingga saat ini memiliki 49 jaringan cabang yang terdiri
dari 9 Kantor Cabang (KC), 3 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 3 Kantor
Cabang Pembantu Mikro Bina Usaha Rakyat (BUR), 8 Kantor Fungsional
(KF) dan 26 Unit Layanan Syariah (ULS) yang tersebar di wilayah DKI
Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung,
Solo dan Yogyakarta (data per Agustus 2016) (Bank BCASyariah, profil
perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.bcasyariah.co.id).
77
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank BCA Syariah Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.9. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode 9 26 42 49 55
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank 26 26 32 44 50
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 26 26 32 44 50
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 9 10 25
a. Dompet Duafa Republika
b. Lembaga Amil Zakat 38 55
c. Badan Amil Zakat
d. Lainnya 9 10 25
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 9 10 25 38 55
4. Kenaikan (penurunaan) sumber atas
penggunaaan
17 16 7 6 -5
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
26 42 49 55 50
Sumber: data sekunder yang diolah
78
Tabel 4.10. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
335 737 1.308 1.245 1.448
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 1 4 2 36
b. Denda 479 413 415 485 577
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 1 1 1 35 9
e. Lainnya
Total Sumber Dana 481 418 418 556 586
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 117 353 410
c. Lainnya 79 211
Total Penggunaan 79 117 211 353 410
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
402 301 207 203 176
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
737 1.308 1.245 1.448 1.624
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data tersebut sumber dana zakat di tahun 2012 dan 2013 stabil lalu
terus meningkat sampai tahun 2016 Rp. 50.000.000; atau naik sampai dengan 48
%. Penggunaan dana zakat dari tahun 2012 sampai dengan 2016 mengalami
kenaikan terus menerus meningkat sebesar 83,63%. Sedangkan pada kenaikan
atau penurunan sumber atas penggunaan mengalami penurunan mulai dari Rp.
17.000.000 di tahun 2012 sampai pada tahun 2016 sebesar Rp. -5.000.000.
sehingga dana akhir periode tahun 2016 Rp. 50.000.000;.
Sumber dana qardhul hasan pada tahun 2012 Rp. 481.000.000; lalu turun
di tahun 2013 sebesar 13,09%. Terus stabil sampai tahun 2014 dan mengalami
kenaikan di tahun 2015 juga di tahun 2016 sebesar 28,66%. Lalu untuk
79
penggunaan dana qardhul hasan di tahun 2012 sampai 2016 mengalami kenaikan
sebesar 80,73%. Ini menandakan bahwa penggunaan dialokasikan oleh bank dari
tahun ke taun terus meningkan berupaya untuk implementasi fungsi sosial bank
syariah. Selanjutnya penurunan dan kenaikan sumber atas penggunaan qardh dari
muali tahun 2012 sampai dengan 2016 mengalami penurunan dari mulai Rp.
402.000.000; sampai di tahun 2016 dengan nilai Rp. 176.000.000; presentase
penurunannya sebesar 56.21%. sampai dengan saldo akhir periode qardh ditahun
2016 Rp. 1.624.000.000;.
F. PT. Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnyaNo.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT.Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi PT. Bank BRI Syariah.
Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industry perbankan
nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo
perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntunan masyarakat
terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu
melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang
merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
80
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI
Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2009.
Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT.
Bank BRI (Persero) Tbk dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama
PT. Bank BRI Syariah.
PT. BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan
asset PT. BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi asset, jumlah
pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Fokus pada segmen menengah
bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan pelayanan perbankan. Sesuai
dengan visinya, saat ini PT. BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan memanfaatkan jaringan kerja PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai Kantor Layanan Syariah dalam
mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana
masyarakat dan kegiatan consumer berdasarkan prinsip Syariah (Bank Rakyat
Indonesia Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017
dari http://www.brisyariah.co.id).
81
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank BRI Syariah Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.11. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal
Periode
274 4 11 38 75
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 2.239 3.239 4.001 7.228
b. Zakat dari pihak luar Bank 3.093 3.383 3.868 278 195
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 3.093 5.622 7.107 4.279 7.423
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 3.363 5.615 7.080
a. Lembaga Amil Zakat 4.242 6.998
b. Badan Amil Zakat
c. Lainnya BAZNAS 3.363 5.615 7.080
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 3.363 5.615 7.080 4.242 6.998
4. Kenaikan (penurunaan) sumber
atas penggunaaan
-270 7 27 37 425
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
4 11 38 75 500
Sumber: data sekunder yang diolah
82
Tabel 4.12. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
1.292 1.066 834 305 511
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 353 1.992
b. Denda 956 354 83 256 220
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 47 337 161 166 129
e. Lainnya 1.941 1.158 602
Total Sumber Dana 1.356 2.683 2.185 1.580 951
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 1.582 2.915 2.714 1.374 783
c. Lainnya
Total Penggunaan 1.582 2.915 2.174 1.374 783
4. Kenaikan (penurunan) sumber
atas penggunaan
-226 -232 -529 206 168
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
1.066 834 305 511 679
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data diatas total sumber dana zakat dari tahun 2012 sampai 2016
mengalami kenaikan sebesar 58,33%. Hanya mengalami penurunan di tahun 2015
sebesar 39,79%. Total sumber dana yang dihimpun oleh BRI Syariah cukup stabil
sampai dengan 2016. Selanjutnya untuk penggunaan zakat mengalami kenaikan
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 naik sebesar 52,5% lalu turun di tahun
2015 sebesar 40,08% dan kembali naik ditahun 2016 sebesar 39,38%. kenaikan
dan penurunan sumber atas penggunaan zakat hanya ditahun 2012 Rp. -
270.000.000 lalu naik pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 sampai dengan
98,25%. Dana akhir periode zakat di tahun 2016 sebesar Rp. 500.000.000;.
83
Sumber dana qardhul hasan selama 2012 sampai 2016 hanya sekali
mengalami kenaikan yaitu di tahun 2013 dengan presentase 49,45%, dan terus
turun sampai dengan tahun 2016 sebesar 64,55%. Kenaikan atau penuruanan
sumber atas penggunaan total dari 2012 sampai 2014 Rp. -987.000.000. Dan naik
pada tahun 2015, dan mengalami penurunan lagi di tahun 2016 sebesar 18,44%.
Dan dana akhir periode qardhul hasan 2016 Rp. 679.000.000;.
G. PT. Bank Jabar Banten Syariah
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya untuk menggunakan
jasa perbankan syariah pada saat itu. Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional
Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk. Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
maka pada tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb syariah berdasarkan
Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah
diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS
tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari
84
Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal bank bjb syariah.Pada tanggal 31 Juli
2012, berdasarkan akta nomor 27 perihal Pelaksanaan Putusan RUPS Lainnya
Tahun 2012, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk dan
PT Banten Global Development menambahkan model disetor sehingga total
modal PT Bank Jabar Banten Syariah menjadi sebesar Rp 609.000.000.000,-
(enam ratus sembilan milyar rupiah), dengan komposisi PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk sebesar Rp
595.000.000.000,- (lima ratus sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT
Banten Global Development sebesar Rp 14.000.000.000,- (empat belas milyar
rupiah).
Akta Pendirian PT. Bank Jabar Banten Syariah terakhir diubah dengan
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Lainnya nomor 03 tanggal 19
Februari 2014 yang dibuat dihadapan Notaris Maryanti Tirtowijoyo, S.H.,
M.kn, dan disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia nomor AHU-AH-04317.AH.01.10-10438 Hingga saat ini bank bjb
syariah berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No
135, dan telah memiliki 8 (delapan) kantor cabang, 44 (empat puluh empat)
kantor cabang pembantu, 54 (empat puluh enam) jaringan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI
Jakarta dan 49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013 diharapkan bank
bjb semakin memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah
Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta (Bank BJB Syariah, profil
85
perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.bjbsyariah.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank Jabar Banten Syariah Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.13. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode 234 375 595 222 587
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 3 230 546 158
b. Zakat dari pihak luar Bank 119 202
c. Infaq dan Shadaqah 92 17
Total Sumber Dana 211 222 230 546 158
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain
a. Dompet Duafa Republika
b. Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhid
c. Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU)
d. Lembaga Amil Zakat 545 181 494
Sumber: data sekunder yang diolah
86
Tabel 4.13. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
(Lanjutan)
e. Badan Amil Zakat
f. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri 70 2
Total Penggunaan 70 2 545 181 494
4. Kenaikan (penurunaan) sumber
atas penggunaaan
141 220 -315 365 -336
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
375 595 222 587 251
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.14. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
54 285 532 188 1.050
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 708 18
b. Denda 227 132 185 689 625
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 4 98 21 98 18
e. Lainnya 25 35 75 55
Total Sumber Dana 231 255 949 862 716
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 8 1.251
c. Lainnya
Total Penggunaan Qardh 8 1.251
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
231 247 -302 862 716
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
285 532 188 1.050 1.766
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari total sumber dana zakat tahun 2012 sampai 2015 naik, dan puncaknya
di tahun 2015 Rp. 546.000.000; atau sebesar 61,35%. Selanjutnya turun di tahun
2016 sebesar 71,06% penurunan dari tahun 2014. Penggunaan dana ZIS dari tahun
87
2012 sampai 2016 mengalami 2 kali penurunan di tahun 2013 dan 2015, masing-
masing sebesar 97,14% dan 66,78%, di tahun 2016 mengalami kenaikan dengan
tingkat 63,36%. Kenaikan dan penurunan sumber atas penggunaan mengalami
penuruanan pada 2014 dan 2016, total penurunannya sebesar Rp. -688.000.000;.
Saldo akhir periode 2016 Rp. 251.000.000;.
Sumber dana qardhul hasan dari tahun 2012 terus naik sampai 2014
sebesar 75,65%, lalu terus menurun sampai tahun 2016 sebesar 24,55%.
Penggunaan dana qardh hanya di tahun 2013 dan 2014, ditahun 2012, 2015, dan
2016 tidak ada penggunaan dana qardh. Kenaikan atau penurunan sumber atas
penggunaan mengalami penurunan hanya tahun 2014 sebesar Rp. -67.000.000;.
sehingga dana qardhul hasan bank Jabar Syariah akhir periode 2016 sebesar Rp.
1.766.000.000;.
H. PT. Bank Panin Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl.
Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank,
ruang lingkup kegiatan Panin Dubai Syariah Bank adalah menjalankan
kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan
syariat Islam. Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin usaha dari Bank
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum
88
berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah
pada tanggal 2 Desember 2009.
KEPEMILIKAN SAHAM
Posisi 30 Juni 2017, komposisi kepemilikan Saham Panin Dubai
Syariah Bank adalah sebagai berikut :
a. PT Bank Panin Tbk : 50,22%
b. Dubai Islamic Bank : 38,25%
c. Masyarakat : 11,53%
(Bank Panin Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september
2017 dari http://www.paninbanksyariah.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank Panin Syariah Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.15. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode 167 2.716 2.307
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 2.455 1.933 712
b. Zakat dari pihak luar Bank 322 923 1.455
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 322 3.378 3.388 712
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 2.455 1.933
Sumber: data sekunder yang diolah
89
Tabel 4.15. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
(Lanjutan)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
a. Lembaga Amil Zakat
b. Badan Amil Zakat
c. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri 156 829 1.340 375
Total Penggunaan 156 829 3.795 2.307
4. Kenaikan (penurunaan) sumber
atas penggunaaan
166 2.549 -407 -1.596
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
166 2.715 2.307 712
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.16. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
5 9 13 404 853
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 5
c. Sumbangan /Hibah 39 20
d. Pendapatan Non-Halal
e. Lainnya 24 2 406
Total Sumber Dana 29 41 426 730 448
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 12 35 129 305
c. Lainnya 25 25 152 336
Total Penggunaan 25 37 35 281 641
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
4 4 391 449 -193
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
9 13 404 853 660
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data diatas total sumber dana zakat di tahun 2013 sampai dengan
2015, mengalami kenaikan sebesar 92,29%. Dan turun di tahun 2016 sebesar
78,98%. Penggunaa dana zakat juga ditahun 2013 mengalami kenaikan sampai
90
tahun 2015 sebesar 95,88%. Lalu menurun di tahun 2016 hanya sebesar 37,18%.
Kenaikan atau penurunan sumber atas dana zakat agak stabil di tahun 2014 dan
2015, lalu turun ditahun 2016 dan pada akhir periode 2016 Rp. 712.000.000;.
Sumber dana qardhul hasan dari tahun 2012 sampai pada puncaknya di
tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 96,02%. Lalu turun di tahun 2016
sebesar 38,63%. Penggunaan dana dari tahun 2012 sampai 2016 terus mengalami
kenaikan sampai pada 96,09%, hanya mengalami sedikit penurunan di tahun 2014
itupun hanya 1,05%. kenaikan dan penurunan sumber atas penggunaan di tahun
2012 sampai pada 2016, terjadi peningkatan kenaikan penggunaan sampai dengan
99,10%, di tahun 2016 turun 56,91%. Dana Qardhul Hasan akhir periode tahun
2016 Rp. 660.000.000;.
I. PT. Bank Syariah Bukopin
PT BANK SYARIAH BUKOPIN (BSB) (selanjutnya disebut
Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin,
Tbk., PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur
berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum
yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/
KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan
Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum
91
dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan
operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr
tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan
Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003
yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk.,
Pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27
Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara
resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional
Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden
Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014
Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan
Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu,
4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh
92
enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB
dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin (Bank Syariah Bukopin,
profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.syariahbukopin.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank Syariah Bukopin Tahun 2012 – 2016
Tabel 4.17. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN Zakat Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain
a. Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU)
b. Yayasan Dana Sosial AL Falah
c. Lembaga Amil Zakat
d. Badan Amil Zakat
e. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan
4. Kenaikan (penurunaan) sumber atas
penggunaaan
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
Sumber: data sekunder yang diolah
93
Tabel 4.18. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
936
810 445 350 503
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 3 2
b. Denda 253 167 264 351 264
c. Sumbangan /Hibah 26 26
d. Pengembalian Dana Kebajikan
Produktif
22
e. Pendapatan Non-Halal 75 58 130 223 425
f. Lainnya 3 5 10 1
Total Sumber Dana 360 253 399 606 690
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman 90 278 243
b. Sumbangan 315 224 225 354 364
c. Dana Kebajikan Produktif 89 62
d. Lainnya 81 116 26 10 22
Total Penggunaan 486 618 494 453 448
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
-126 -365 -95 153 242
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
810 445 350 503 745
Sumber: data sekunder yang diolah
Tidak ada kegiatan Sumber dana dan penggunaan pada zakat di bank
Bukopin Syariah. Menurut Shela bagian Informasi bank Bukopin Syariah
mengatakan “masih terhubungnya kami dengan bank bukopin konvensional dan
mempunyai Unit Usaha Syariah membuat bukopin syariah belum menghimpun
dana zakat sehingga kami juga membayar zakat perusahaan lewat UUS yang
menghimpun dan menyalurkan dana zakat”.
Total sumber dana qardhul hasan 2012 turun di tahun 2013 sebesar
29,72% dan dari tahun 2013 sampai dengan 2016 mengalami kenaikan yang
cukup pesat 63,34 %. Lalu penggunaan dana qardh dari 2013 sampai dengan 2016
94
mengalami penurunan sebesar 27,5 %. Keniakan atau penurunan sumber atas
penggunaan di tahun 2013 dan 2014 dengan total Rp. – 460.000.000; selanjutanya
naik sampai dengan tahun 2016. Pada akhir periode dana qardhul hasan tahun
2016 Rp. 745.000.000;.
J. PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertaman kalinya dengan
nama PT Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9 tanggal 15 April 1966.
Akta tersebut kemudian diubah dengan Akta Perubahan Angggaran Dasar
Nomor 4 tanggal 5 September 1967 yang telah memperoleh pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (d/h Menteri Kehakiman)
berdasarkan Surat Keputusan Nomor: JA.5/79/5 tanggal 7 November 1967
dan telah didaftarkan pada Daftar Perusahaan di Kantor Panitera Pengadilan
Negeri I di Cirebon masing-masing di bawah Nomor 1/1968 dan Nomor
2/1968 pada tanggal 10 Januari 1968, serta telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 42 tanggal 24 Mei 1968. Tambahan
Nomor 62.
Selanjutnya, PT Bank Swaguna diubah namanya menjadi PT Bank
Victoria Syariah sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham
Nomor 5 tanggal 6 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Erni Rohainin SH,
MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berkedudukan di Jakarta
Selatan. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : AHU-
95
02731.AH.01.02 tahun 2010 tanggal 19 Januari 2010, Serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 83 tanggal 15 Oktober 2010.
Tambahan Nomor 31425.
Perubahan kegiatan usaha Bank Victoria Syariah dari Bank Umum
Konvensional menjadi Bank Umum Syariah telah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia berdasarkan Keutusan Gubernur Bank Indonesia Nomor :
12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tertanggal 10 Februari 2010. Bank Victoria Syariah
mulai beroperasi dengan prinsip syariah sejak tanggal 1 April 2010. Adapun
kepemilikan saham Bank Victoria pada Bank Victoria Syariah adalah sebesar
99.99%. Dukungan penuh dari perusahaan induk PT Bank Victoria
International Tbk telah membantu tumbuh kembang Bank Victoria Syariah
yang selalu terus berkomitmen untuk membangun kepercayaan nasabah dan
masyarakat melalui pelayanan dan penawaran produk yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah serta memenuhi kebutuhan nasabah (Bank Victoria
Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017 dari
http://www.bankvictoriasyariah.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank Victoria Syariah Tahun 2012 – 2016
96
Tabel 4.19. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode 25 36 33 40 12
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank 91 99 84 68 47
c. Infaq dan Shadaqah 24 19
Total Sumber Dana 115 118 84 68 47
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 82 77
a. Dompet Duafa Republika
b. Lembaga Amil Zakat
c. Badan Amil Zakat 127 96 34
d. Lainnya 82 77
3.2 Disalurkan sendiri 22
Total Penggunaan 104 127 77 96 34
4. Kenaikan (penurunaan) sumber atas
penggunaaan
11 -9 7 -28 13
5. Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
36 27 40 12 55
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.20. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
133 83 34 206 438
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 13 9 11
b. Denda 417
c. Sumbangan /Hibah 103 146 267
d. Pendapatan Non-Halal 1 1
Sumber: data sekunder yang diolah
97
Tabel 4.20. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
(Lanjutan)
LAPORAN QARDH Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
e. Lainnya 34 32 2
Total Sumber Dana 137 86 282 428 12
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman 29 3
b. Dana Kebijakan Produktif 12 10 10
c. Sumbangan 148 127 98 183 201
d. Lainnya 3
Total Penggunaan Qardh 177 130 110 196 211
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
-40 -44 172 231 -199
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
93 39 206 438 239
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data diatas total sumber dana zakat di tahun 2012 meningkat di tahun
2013 tidak banyak hanya 2,5%, dari 2013 sampai 2016 mengalami penurunan
sebesar 60,16%. Penggunaan dana zakat mengalami kenaikan di tahun 2013
sebasar 18,11%, selanjutnya dari tahun 2013 sampai dengan 2016 mengalami
penurunan sebesar 73,22%. Dan dana akhir periode tahun 2016 Rp. 25.000.000;.
Dana Qardhul Hasan, total sumber dana dari tahun 2012 sampai dengan
2015 mengalami kenaikan sebesar 67,99%, lalu turun di tahun 2016 sebesar
97,19%. Dan penggunaan dana dari mulai tahun 2012 mengalami penurunan di
tahun 2014 37,85% lalu sampai dengan tahun 2016 mengalami kenaikan 47,86%.
Sumber dana akhir periode bank victoria syariah tahun 2016 Rp. 239.000.000;.
98
K. PT. Bank Maybank Syariah
Sejak beroperasi sebagai bank syariah pada bulan Oktober 2010, PT
Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah) telah mengembangkan
berbagai layanan dan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
dan juga peluang di pasar keuangan regional yang terus berkembang. Kini,
Maybank Syariah memposisikan diri sebagai perantara keuangan dan
penghubung antara Malaysia dan Indonesia. Maybank Islamic adalah anak
perusahaan Maybank Group, lembaga layanan keuangan terbesar di Malaysia
dengan total aset lebih dari USD 100 miliar, serta salah satu perusahaan
dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Malaysia (Bursa Efek) "
Beroperasi di jantung ASEAN, Maybank adalah bisnis jasa keuangan
kelompok di Malaysia dengan jaringan internasional yang tersebar di 14
negara. Anak perusahaan dari sektor perbankan syariah Maybank adalah
Maybank Islamic Berhad, bank syariah komersial terbesar di kawasan Asia
Pasifik dan termasuk 20 institusi keuangan Islam teratas di dunia.
Oleh karena itu Maybank Syariah Maybank Group dapat
memanfaatkan keahlian dan pengalamannya di Indonesia selama 15 tahun
untuk memberikan solusi keuangan terbaik bagi pelanggannya (Bank
Maybank Syariah, profil perusahaan, diakses pada tanggal 9 september 2017
dari http://www.maybanksyariah.co.id).
Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Zakat dan Qardhul Hasan
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia Tahun 2012 – 2016
99
Tabel 4.21. Laporan Zakat 2012-2016 (dalam Juta)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal Periode
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain
a. Dompet Duafa Republika
b. Baitul Maal Hidayatullah
c. Baitul Maal Muamalat
d. Bamuis BNI
e. Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhid
f. LAZIS Dewan Da'awah
Islamiyah Indonesia
g. LAZIS Muhammadiyah
h. LAZNAS BMT
i. LAZNAS BSM Ummat
j. LAZNAS Persis
k. Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU)
l. Rumah Zakat Indonesia
(DSUQ)
m. Yaysan Aanah Takaful
n. Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia
o. Lembaga Amil Zakat
p. Badan Amil Zakat
q. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan
4. Kenaikan (penurunaan) sumber atas
penggunaaan
5. Sumber Dana ZIS Pada Akhir
Periode
Sumber: data sekunder yang diolah
100
Tabel 4.22. Laporan Qardhul Hasan 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL HASAN Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada awal
periode
300 207 26 376 497
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 7 67 323 157 58
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 11 28 27 18 11
e. Lainnya 18 3
Total Sumber Dana 18 113 350 178 69
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Dana Kebijakan Produktif
c. Sumbangan 111 286 23 90
d. Lainnya 8 34
Total Penggunaan 111 294 57 90
4. Kenaikan (penurunan) sumber atas
penggunaan
-93 -181 350 121 -21
5. Sumber dana Qardh pada akhir
periode
207 26 376 497 476
Sumber: data sekunder yang diolah
Tidak ada kegiatan penghimpunan dana dan penggunaan zakat pada bank
Maybank syariah. Dari hasil perbincangan dengan pihak bank Maybank Syariah,
Menurut Bapak Mulyono bagian informasi bank mengatakan “dikarenakan masih
terhubungnya Bank Maybank syariah dengan Bank Konvensional Maybank, dan
di dalam bank maybank ada unit usaha yang mengurusi zakat, dan di bank
Maybank syariah, belum mengadakan penghimpunan dana zakat, untuk kedepan,
mungkin zakat ini akan langsung diambil alih oleh bank umum syariah maybank
syariah”. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) itu sendiri merupakan unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
101
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di
luar negeri, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah (Djodi, 2012: 151-152).
Sumber dana qardhul hasan mengalami kenaikan mulai dari tahun 2012
sampai dengan tagun 2014 sebesar 94,85 %, lalu mengalami penurunan sampai
dengan tahun 2016 sebesar 80,28%. Untuk penggunaan qardh pada tahun 2012
dan 2013 mengalami kenaikan sebesar 62,24 %, tidak digunakan pada tahun 2014.
Dan pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kenaikan sebesar 36,66 %. Dan
sumber dana qardhul hasan pada akhir periode tahun 2016 Rp. 476.000.000.
L. Laporan Gabungan Zakat dan Qardhul Hasan Bank Umum Syariah
Tabel. 4.23. Laporan Gabungan Zakat 11 Bank Syariah Tahun 2012 – 2016
(dalam juta)
LAPORAN ZAKAT Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana awal Zakat
Period Awal
51.975 57.580 67.214 34.302 24.733
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat Dari Bank 44.467 44.298 26.757 25.632 34.211
b. Zakat Dari Pihak Luar Bank 16.039 26.308 34.834 33.469 32.647
c. Infaq Dan Shadaqah 120 36
Total Sumber Dana 60.626 70.642 61.591 59.101 66.858
Sumber: data sekunder yang diolah
102
Tabel. 4.23. Laporan Gabungan Zakat 11 Bank Syariah
Tahun 2012 – 2016 (dalam juta) (Lanjutan)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 57.392 60.672 84.951 3.795 2.308
a. Lembaga Amil Zakat 11.438 61.063 61.127
b. Badan Amil Zakat 127 96 89
c. Lainnya 57.392 60.672 84.951
3.2. Disalurkan Sendiri 70 158 829 1.001
Total Penggunaan 57.462 60.957 97.218 65.955 63.524
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Pengunaan
3.164 9.685 -35.627 -6.854 3..334
5. Sumber Dana Zakat Akhir
Periode
55.139 67.265 31.587 27.448 28.067
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.24. Laporan Gabungan Qardhul Hasan 11 Bank Syariah
Tahun 2012 – 2016 (dalam juta)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh Pada
Awal Periode
6.253 6.816 34.598 67.814 138.545
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 436 2.119 886 188 694
b. Denda 2.822 30.204 34.207 79.879 41.957
c. Sumbangan/Hibah 137 119 287
d. Pendapatan Non-Halal 899 2.010 2.585 3.077 2.469
e. Pengembalian Dana
Kebijakan Produktif
22
f. Lainnya 569 762 7.329 1.450 1.187
Total Sumber Dana 4.863 35.214 45.294 84.616 46.307
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman 119 281 243
b. Sumbangan 2.159 6.277 8.435 8.345 3.851
Sumber: data sekunder yang diolah
103
Tabel 4.24. Laporan Gabungan Qardhul Hasan 11 Bank Syariah
Tahun 2012 – 2016 (dalam juta) (Lanjutan)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
c. Dana Kebijakan Produktif 12 99 72
d. Penggunaan Lainnya Untuk
Kepentingan Umum
2.012 827 3.488 6.172 38.164
Total Penggunaan Qardh 4.290 7.385 12.178 14.616 42.087
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Penggunaan
573 27.829 33.116 70.000 4.220
5. Sumber Dana Qardh Pada
Akhir Periode
6.826 34.645 67.714 137.814 142.765
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel. 4.25. Laporan Gabungan Zakat Bank Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana awal Zakat
Period Awal
51.975 57.580 67.214 34.302 24.733
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat Dari Bank 73,35% 62,71% 43,44% 43,37% 51,17%
b. Zakat Dari Pihak Luar
Bank
26,46% 37,24% 56,56% 56,63% 48,83%
c. Infaq Dan Shadaqah 0,20% 0,05%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 94,67% 85,89% 137,89% 6,42% 3,45%
a. Lembaga Amil Zakat 18,57% 103,32% 91,43%
b. Badan Amil Zakat 0,18% 0,16% 0,13%
c. Lainnya 94,67% 85,89% 0,04%
3.2. Disalurkan Sendiri 0,12% 0,22% 1,35% 1,69%
Total Penggunaan 94,78% 86,29% 157,84% 111,60% 95,01%
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Pengunaan
5,22% 13,71% -57,84% -11,60% 4,99%
5. Sumber Dana Zakat Akhir
Periode
45.820 51.576 20.613 35.932 30.430
Sumber: data sekunder yang diolah
104
Tabel. 4.26. Laporan Gabungan Qardhul Hasan Bank Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh Pada
Awal Periode
6.253 6.816 34.598 67.814 138.545
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 8,97% 6,02% 1,96% 0,22% 1,50%
b. Denda 58,03% 85,77% 75,52% 94,40% 90,61%
c. Sumbangan/Hibah 2,82% 0,34% 0,63%
d. Pendapatan Non-Halal 18,49% 5,71% 5,71% 3,64% 5,33%
e. Pengembalian Dana
Kebijakan Produktif
0,03%
f. Lainnya 11,70% 2,16% 16,18% 1,71% 2,56%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman 2,45% 0,80% 0,54%
b. Sumbangan 44,40% 17,83% 18,62% 9,86% 8,32%
c. Dana Kebijakan Produktif 0,03% 0,12% 0,16%
d. Penggunaan Lainnya
Untuk Kepentingan Umum
41,37% 2,35% 7,70% 7,29% 82,42%
Total Penggunaan Qardh 88,22% 20,97% 26,89% 17,27% 90,89%
4. Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Penggunaan
11,78% 79,03% 73,11% 82,73% 9,11%
5. Sumber Dana Qardh Pada
Akhir Periode
6.826 34.645 67.714 137.814 142.765
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari data laporan Zakat dan Qardhul Hasan 11 Bank Umum Syariah diatas
dapat kita analisis bahwa secara keseluruhan dari 11 Bank Syariah, 2 bank umum
syariah belum melaksanakan fungsi sosial bank syariah karena masih terlibat
kerjasama dengan bank konvensional yang mempunyai unit usaha syariah,
sehingga zakat belum dapat dilaksanakan oleh 2 bank syariah, dan 9 bank yang
lain sudah menerapkan fungsi sosial penghimpunan sumber dana zakat,
sedangkan untuk qardhul hasan 11 bank syariah sudah melaksanakan fungsi
105
sosialnya. Dan dapat dilihat dari mulai total sumber dana zakat yang terkumpul
dari tahun 2012 sampai dengan 2016, terjadi peningkatan pada tahun 2013 lalu di
tahun selanjutnya terus mengalami penurunan sampai dengan 2015. Dan kenaikan
kembali ditahun 2016 terlihat di tahun 2013 paling banyak sumber dana yang
terkumpul sampai Rp. 70.642.000.000; dan terus mengalami penurunan sampai
Rp. 59.101.000.000; turun 16,33%, ini menandakan bahwa masyarakat kian tahun
menurun dalam menitipkan dana zakat kepada bank syariah, tetapi kembali
mengalami kenaikan ditahun 2016 dengan tingkat 11,60%, disisi lain peningkatan
nasabahpun terus bertambah dikutip dari Statistik Perbankan Syariah OJK. Serta
untuk penggunaan zakat sampai dengan tahun 2014 dari tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 38,27% walaupun tidak begitu signifikan tetapi jumlah ini
cukup menandakan pertumbuhan penggunaan dana zakat di tahun 2014, lalu di
tahun 2015 turun, dan meningkat kembali di tahun 2016 sebesar 6,03%. Jika
semua bank ditotal maka saldo akhir 11 bank syariah di Indonesia adalah sebesar
Rp. 28.067.000.000;.
Dan pada laporan qardhul hasan dari mulai sumber dana sampai pada
kenaikan atau penurunan sumber atas penggunaan dapat dianalisis. Sumber dana
qardhul hasan terus meningkat amat drastis sampai pada tahun 2015 sampai
dengan 94,25%, peningkatan ini menjadi ukuran qardhul hasan yang sampai pada
tahun 2015 semakin meningkat sumber dana yang terkumpul di 11 bank syariah,
dana yang disebut sebagai dana ta’awun atau kebajikan ini sebagai penolong
orang yang ingin meminjam tetapi dengan pengembalian tanpa bunga, atau zero
interest, tanpa riba. Tetapi tetap ada perjanjian yang berlaku. Lalu dari
peningkatan di tahun 2015 menurun di 2016 sebesar 45,27%. Tetapi pada
106
penggunaa dana qardh dari tahun 2012 sampai tahun 2016 terus mengalami
peningkatan dari Rp. 4.290.000.000; sampai dengan Rp. 42.087.000.000 berarti
meningkat sampai dengan 89,80%. Dan dapat kita lihat bahwa kenaikan
penurunan sumber atas penggunaan paling besar di tahun 2015 sampai dengan
82,73%. Dan jika sampai dengan tahun 2016 dikumpulkan dana akhir periode,
terkumpul sebesar Rp. 142.765.000.000;. menujukkkan bahwa dana qordh terus
meningkat dan bisa menjalankan fungsi sosial bank syariah dalam peminjaman
zero interest dan sumbangan sukarela dari bank syariah yang menjalankan fungsi
sosialnya sesuai dengan konsep qardh itu sendiri.
Distribusi atau penyaluran zakat, ditahun 2012 sampai dengan 94,30%
disalurkan kepada lembaga penyalur zakat, dan hanya 0,48% disalurkan sendiri.
Sampai dengan 2014 disalurkan ke lembaga penyalur zakat dan juga Lembaga
Amil Zakat melebihi sumber dana yaitu 137,93% dan disalurkan sendiri 1,35%
sehingga terjadi penurunan sampai dengan -75,66% dari total sumber yang
dikumpulkan. Paling banyak dana zakat disalurkan kepada Lembaga amil zakat
yang dipercayai bank syariah untuk menyalurkan sumber dana zakat yang
terkumpul.
Untuk penggunan dana qardhul hasan di tahun 2012 hanya 2,45%
pinjaman sedangkan untuk sumbangan dan penggunaan lainnya untuk
kepentingan umum masing-masing 44,40% dan 41,37%. Untuk sumbangan setiap
tahun semakin menurun sampai dengan 8,32% dari 44,40% itupun sesuai dengan
sumber dana yang terkumpul pada qardhul hasan. Penggunaan paling sering
dialokasikan ke sumbangan dan penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
Penggunaan qardh ini atau dana kebajikan yang intinya tidak mencari keuntungan
107
dan tidak memberi keuntungan financial bank syariah digunakan untuk yang
benar-benar membutuhkan dan yang telah diatur dalam fatwa DSN MUI bahwa
dana kebajikan harus dipergunakan sebagaimana yang telah diatur dalam undang-
undang bank syariah boleh berupa pinjaman, sumbangan, dana produktif untuk
kemaslahatan masyarakat dan kepentingan umum.
Adapun Grafik dari 11 Bank Syariah yang menjadi penelitian:
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari grafik 4.1 dapat kita analisis bahwa masing-masing bank syariah
mengalami kenaikan dan penurunan sumber dana zakat. Adapun faktor yang
mempengaruhi naik/turunnya sumber dana, yaitu:
1. Faktor internal bank syariah, salah satu sumber dana zakat berasal dari
pihak bank, jika kegiatan usahanya menghasilkan laba yang bagus dan
menguntungkan, bank akan memberikan/mengelurkan zakat yang besar,
108
tetapi jika keuntungan sedikit, maka pihak bank syariah pun akan
mengeluarkan zakat sesui hukum syariah yang berlaku.
2. Faktor eksternal, dari nasabah, karyawan, pihak lain, masyarakat pun akan
menilai kinerja bank syariah tersebut sehingga masyarakat akan melihat
sampai sejauh mana kepedulian bank tersebut dan turun langsung
kelapangan untuk memberikan sumber dana zakat kepada Mustahik dari
penilaian masyarakat ini juga mempengaruhi naik/turummya total sumber
dana zakat di bank syariah tersebut.
Berdasarkan grafik 4.1 ada 3 bank yang paling banyak mengumpulkan
sumber dana rata-rata selama 2012-2016 adalah Bank Syariah Mandiri (BSM)
40,8%, Muamalat 24,06%, BNI Syariah 18,47%, beroperasi lebih dahulu serta
keuntungan yang besar didapat oleh bank menyebabkan banyaknya sumber dana
yang didapat dan nasabah yang telah percaya kepada bank-bank syariah tersebut,
sehingga menambah sumber dana zakat di bank syariah tersebut. Sedangkan
lainnya BRI Syariah 8,57%, Mega Syariah 5,06%, Panin Syariah 2,43%, dibawah
3 bank tersebut, BJB Syariah, Victoria Syariah, dan BCA Syariah dibawah 1%.
Dan 2 bank belum mengelola dana zakat yaitu BSB dan Maybank Syariah.
109
Sumber: data sekunder yang diolah
Dalam hal penggunaan dana zakat, masih 3 bank syariah rata-rata tertinggi
yang sumber dananya besar dan penggunaannya juga besar BSM 48,01% , tetapi
dari data tabel 4.5, hanya Bank Muamalat yang sumber dana dan penggunaan
dihabiskan tanpa disisakan untuk saldo awal tahun, rata-rata 22,4%, sedangkan
BSM dan BNI syariah yang rata-ratanya 14,97% masih menyisakan saldo zakat
untuk awal tahun, sumber dana zakat yang didapat tidak semua
didistribusikan/disalurkan. Sedangkan 6 bank lain penggunaan zakat jauh dibawah
3 bank syariah yang total penggunaan nya tinggi. Sehingga dalam grafik 4.2 pun
hampir tidak terlihat, karena memang presentase naik/turunnya sangat jauh dari
bank-bank syariah yang presentasi naik/turunnya terlihat dalam grafik.
Dan BRI Syariah 7,91%, Mega Syariah 4,11%, Panin Syariah 2,05%, dan
BJB Syariah, Victoria Syariah, dan BCA Syariah dibawah 1%.
110
Sumber: data sekunder yang diolah
Grafik 4.3 yang menyajikan sumber dana Qardh Hasan rata-rata terbesar
masih BSM 82,55% yang pada tahun 2015 sumber dan qardhul hasan nya tembus
melebihi Rp. 70.000.000.000; sedangkan yang lain masih dibawah Rp.
10.000.000.000; tetapi dalam hal pelaksanaan fungsi sosial bank syariah tentu
dana ini harus mendorong kemajuan, pembangunan, dan kesejahteraan
masyarakat sebagaimana dana qardhul hasan ini berlandaskan maslahah,
membawa kebaikan bagi masyarkat.
Muamalat dengan rata-rata 6,22% pun yang biasa tidak jauh perbedaannya
dengan BSM tidak bisa mengikuti banyaknya sumber dana qardh yang diperoleh
oleh BSM. BRI Syariah 4,02%, dan yang hanya mengumpulkan 1% keatas adalah
BJB Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, dan BSB Syariah. Lainnya hanya
sekitar 1% kebawah adalah Panin Syariah, Maybank Syariah, Mega Syariah, dan
Victoria Syariah.
111
Sumber: data sekunder yang diolah
Dalam grafik 4.4 penggunaan dana qardhul hasan Muamalat hampir rata-
rata bisa menyamai BSM tetapi ditahun 2016, kembali BSM menonjol diantara
yang lain penggunaan tembus sampai di angka Rp. 35.000.000.000 dengan rata-
rata 58,50%, karena kita lihat pula di grafik 4.3 sumber dana yang diperoleh BSM
memang sangat banyak, sehingga untuk penggunaan ditahun 2016 BSM
menggunakan dana qardh dengan selisih di tahun 2015 sampai dengan 85,54%.
Kembali Maumalat 16,95% konsisten dengan peraturan syariahnya, bahwa
semua sumber dana qardhul hasan penggunaannya digunakan semuanya tanpa
menyisakan lagi dana untuk awal tahun. Kisaran rata-rata masing-masing bank
syariah, BRI Syariah 11,05%, BNI Syariah 3,32%, BSB 3,13%, dan lainnya
menyumbang 1% ke atas BCA Syariah, Panin Syariah, Victoria Syariah, Mega
Syariah, BJB Syariah, dan paling kecil adalah Maybank Syariah hanya 0,69%.
112
60.626 57.462
70.642
60.957 61.591
97.218
59.101
65.955 66.858 63.524
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Sumber Dana Penggunaan
Grafik 4.5
Laporan Gabungan Zakat 11 Bank Syariah
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: data sekunder yang diolah
Grafik 4.5 melihat laporan gabungan dari 11 bank syariah jika sumber
dana dan penggunaan zakat digabung secara keseluruhan, hasilnya terjadi
naik/turun tetapi tidak signifikan dalam arti lain, agak stabil jika sumber dana
digabungkan, tidak turun secara drastis, dan tidak naik secara signifikan. Rata-rata
dalam kisaran Rp. 59.000.000.000; sampai dengan Rp. 70.642.000.000;. sumber
dana keseluruhan ini merupakan gambaran perbankan syariah di Indonesia dimana
cukup stabil dalam 5 tahun terakhir.
Sedangkan untuk penggunaan sumber dana zakat kenaikan dari tahun 2012
sampai dengan 2014 sebesar 40,89%, lalu turun di tahun 2015 32,15% dan
kembali naik di tahun 2016 walaupun tidak begiti signifikan hanya selisih Rp.
2.431.000.000;.
113
Sumber: data sekunder yang diolah
Laporan gabungan qardhul hasan dapat kita lihat sampai dengan tahun
2015 terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan sampai pada tingkat
94,25%, ini cukup menandakan bahwa qardhul hasan cukup membatu masyarakat
sehingga pihak bank dapat mengumpulkan sumber dana yang cukup banyak untuk
menjalankan fungsi sosial bank syariah dalam membantu pembiayaan/pinjaman.
Dan ditahun 2016 turun 45,27%.
Untuk penggunaan sumber dana qardhul hasan dari tahun 2012 samapi
dengan tahun 2016 terus mengalami kenaikan yang cukup pesat sampai 89,80%
tingkat kenaikannya.
M. Analisis dan Review Hasil Data
Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa dari 11 Bank Umum
Syariah, sudah 9 bank syariah melaksanakan fungsi sosial sebagai
114
penghimpun dan penyalur dana zakat atas sumber dana yang terkumpul dari
internal dan eksternal (Muzakki). Sedangkan dengan 2 bank syariah yang
belum melaksanakan fungsi sosial atas penghimpunan dan penyaluran dana
zakat dikarenakan 2 bank syariah tersebut masih terdapat Unit Usaha Syariah
didalam Bank Konvensional dan masih berhubungan, sehingga untuk
pengelolaan zakat di 2 bank syariah belum terealisasikan, dan ada yang
berkilah bahwa dana zakat masuk dalam dana CSR untuk kesejahteraan sosial,
tetapi untuk syariah Islam, dana zakat hanya diperuntukkan 8 asnaf yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah (Kusyairi, 2011). Dari 2 bank syariah
yang belum melaksanakan, mereka berargumen bahwa belum
terealisasikannya tentang penghimpunan dana zakat di bank tersebut, yang
belum terdapat laporan zakat, hanya melaksanakan salah satu fungsi sosial
penggunaan dana kebajikan / Qardhul hasan.
Melihat dari masing-masing bank syariah bahwa zakat mengalami naik
dan turun dalam total sumber dan penggunaan, ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya oleh Nasution dan Qomaruddin (2015) bahwa pengelolaan dana
zakat difokuskan pada pengumpulan dan distribusi, sehingga zakat ini dapat
menjadi solusi pengentas kemiskinan sebagimana dalam ajaran Islam
(Antonio, 2001) dan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ardhanareswari
(2010) menunjukkan bahwa sumber dan penggunaan dana zakat cukup
berpengaruh terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. Sumber
yang didapatpun dari setiap bank syariah sama bersumber dari
bank/perusahaan, dana zakat dari luar bank (termasuk pelanggan zakat),
115
karyawan dan administrator. Bank syariah pun dalam menjalankan Fungsi
sosialnya harus melaksanakan sesuai dengan UU pengelolaan Zakat, ini
dikuatkan dengan penelitian terdahulu Prehantoro (2010) bahwa Hasil
Pelaksanaan fungsi sosial harus sesuai dengan ketentuan UU Pengelolaan
Zakat dan fatwa DSN MUI tentan Qardhul hasan. Serta dalam
pelaksanaannya masih bank syariah yang dirasa kurang dalam memahami
ketentuan zakat ini, karena hanya 8 asnaflah yang berhak menerima bantuan
zakat sesuai hukum Islam.
Dapat dikatakan belum secara 100% Bank syariah menerapkan
aktivitas sosialnya, seperti penelitian terdahulu oleh Virgowati (2013)
diketahui bahwa Informasi yang diungkapkan Bank Syariah Mandiri, Bank
Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia diukur dalam Islamic Sosial
Resporting Index bahwa secara keseluruhan tidak ada bank syariah di
Indonesia dari ketiga objek tersebut yang melaksanakan aktivitas sosialnya
termasuk melaksanakan fungsi sosial secara sempurna (100%) berdasarkan
model Indeks ISR. Bank Syariah Mandiri dalam grafik 4.1 sampai 4.4 sangat
dominan menjadi model bank syariah untuk kemaslahatan ummat tetapi untuk
sumber dana setiap tahun selalu menurun, dalam penelitian terdahulu oleh
Mansur (2012) penelitiannya menunjukkan bahwa pelaporan tanggung jawab
sosial serta fungsi sosial Bank Syariah Mandiri masih sangat terbatas, secara
sukarela, serta masih jauh dari sesuai dengan syariah enterprise theory.
Sedangkan dalam Dana Kebajikan atau Qardhul hasan data diatas
menunjukkan bahwa masih rendahnya sosialisasi bank syariah tentang produk
116
dana kebajikan ini sehingga tidak banyak masyarakat tahu, tetapi dalam
penelitian lain disebutkan oleh Haida (2015) BUS dan UUS, BPRS
menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan bulan Juni
2015 dan belum mengalami penurunan sama sekali. Dapat kita lihat pada
grafik 4.3 Bank Syariah Mandiri sangat dominan dan banyak dalam mendapat
sumber dana tetapi pada bank-bank syariah lainnya tidak begitu signifikan ada
yang naik dan turun dan ada juga yang stabil dalam jumlah sumber dana yang
tidak begitu besar. Purwadi (2014) melihat al qardh dan qardhul hasan sebagai
wujud pelaksanaan CSR dalam perbankan syariah serta Implementasi yang
bervariatif membuat PT. Bank Muamalat Indonesia belum merumuskannya
untuk kesejahteraan sosial, bukan hanya Muamalat tetapi juga hampir semua
bank syariah belum merumuskan al-qardh untuk benar-benar meratakan
kesejahteraan sosial masyarakat.
Menurut Purwitasari (2013) penelitiannya menunjukkan bahwa
tindakan pelaporan tanggung jawab sosial oleh BSM dan BMI masih
dipengaruhi oleh kepentingan mereka sendiri. Minat terutama dipengaruhi
oleh uang dan kekuasaan. Peran 'prinsip' tidak begitu terlihat dalam pelaporan
tanggung jawab sosial mereka dan juga dalam melaksanakan fungsi sosialnya
dalam cakupan CSR. Inilah yang membuat Indonesia dalam Kinerja dan
pelaksanaan fungsi sosial bank syariah nya mengalami pasang dan surut
karena faktor internal dan eksternal, sebagaimana jika dibanding dengan
Malaysia yang stabil seperti penelitian yang telah dilakukan Sofyani, Ulum,
Syam, Wahjuni (2012) ditemukan beberapa bukti bahwa secara umum,
117
perbankan syariah di Malaysia memiliki tingkat kinerja sosial yang lebih
tinggi dibandingkan perbankan syariah yang ada di Indonesia. Kedua kinerja
sosial perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2010 mengalami kenaikan
yang cukup signifikan, yakni sekitar 10% dari tahun sebelumnya yaitu tahun
2009. Sedangkan tingkat kinerja sosial pada perbankan syariah di Malaysia
bisa dikatakan stabil karena tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.
Penelitian fungsi sosial bank syariah tidak dipungkiri juga zakat dan
dana kebajikan telah banyak ditulis dan diteliti, ini menandakan semakin
berkembang dan terus majunya perbankan syariah di Indonesia. Penelitian
demi penelitian terus dikembangkan guna melihat sampai sejauh mana
masyarakat Islam khususnya menilai bank syariah sebagai sarana untuk
menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Fungsi
sosial bank syariah harus menjadikan bank syariah sebagai pemegang amanah
ummat yang menyalurkan zakat nya kepada bank syariah, tanpa memungut
keuntungan dari sumber dana zakat dan qardhul hasan yang terkumpul.
Begitu juga dengan dana kebajikan yang ada dalam perbankan syariah, bank
syariah harus melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan tuntunan syariah
pada Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000.
N. Trend Zakat dan Dana Kebajikan (Qardhul hasan) selama 2012-2016
Perkembangan trend Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) sebenarnya sudah
lama semenjak didirikannya baitul mal pada zaman Rasulalllah SAW, ZIS
memang sudah berlaku dalam syariat Islam (Qardhawi, 1999) dalam kurun
118
waktu 15 abad yang lalu trend zakat terus mengalami perubahan dalam
pengelolaan sumber dan penggunaan dana zakat tersebut dari mulai pemberi
zakat (Muzakki) langsung datang kepada si penerima zakat (Mustahik) sampai
di abad 20 ini mulai lah kemudahan jika masyarakat ingin membayar zakat
cukup dengan online, dan perbankan syariah sudah menerpkan siste
membayar zakat online untuk masyarakat yang ingin membayarkan zakatnya.
Karena survei yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat menuturkan
biasanya, masyarakat membayarkan zakat dengan bertatap muka, mulai
berkembang dari 5 tahun terakhir 2012 sampai 2016 kini mayoritas
masyarakat lebih membayar zakat secara online. Salah satu CEO Pengelola
Zakat, Efendi (2017) mengatakan, pergeseran trend membayar zakat ini telah
terjadi sejak tahun 2015. Rumah Zakat sendiri, kata dia, sebanyak 70 % dana
zakat didapatkan dari masyarakat yang membayar secara online.
Karenanya, masyarakat yang saat ini lebih memilih bergeser ke cara
pembayaran yang dinilai simpel. Tak hanya itu, para wajib zakat atau muzakki
bisa dengan mudah meraih pangsa yang lebih luas. Pembayaran bisa dilakukan
melalui beberapa sistem, misalnya melalui virtual account, e-money, EDC,
atau e-commerce, dan yang ada pada bank syariah yaitu Mobile Banking.
Seiring dengan hal itu, Direktur Koordinasi Purwakanata (2017) mengatakan
pihaknya telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga pengelola zakat yang
mendapatkan dana zakat dengan online.
Dana kebajikan atau Qardhul Hasan sendiri untuk masalah trend ini
119
tidak begitu mendengung dikalangan masyarakat, tetapi qardhul hasan juga
merupakan salah satu cara mensejahterakan masyarakat dengan program-
program dan produk yang ada didalam dana kebajikan itu. Dilihat dari grafik
4.6 secara keseluruhan qardhul hasan dari tahun ke tahun selama 2012 – 2016
terus mengalami perkembangan yang cukup memuaskan, dan penggunaan
dana qardh ini juga terus mengalami kenaikan. Ini menandakan trend dari
qardhul hasan terus mengalami perkembangan dan diharapkan dana kebajikan
ini dapat mendorong kemajuan masyarakat dan semakin berkembangnya
perbankan syariah di Indonesia.
120
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian analsis deskriptif yang dilakukan terhadap
11 Laporan Tahunan Bank Umum Syariah dari tahun 2012 sampai 2016 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan Fungsi Sosial Bank Syariah untuk laporan Sumber dan
Penggunaan dana zakat, 9 bank syariah melaksanakan penghimpunan
sumber dana zakat sedangkan 2 bank BSB dan Maybank Syariah belum.
pada masing-masing bank syariah dan secara keseluruhan tahun 2012
sampai 2016, menunjukkan bahwa:
a. Laporan Sumber dana zakat bank syariah, dari tahun 2012 sampai
dengan 2016, terjadi peningkatan pada tahun 2013 sebesar 14,17% lalu
di tahun selanjutnya terus mengalami penurunan sampai dengan
16,33% ditahun 2015. Kemudian naik kembali di tahun 2016 sebesar
11,6%.
b. Laporan Penggunaan zakat sampai dengan tahun 2014 dari tahun 2012
mengalami peningkatan sebesar 40,89%, lalu turun sampai tahun 2016
sebesar 34,93%.
c. Distribusi atau penyaluran dana zakat, ditahun 2012 sampai dengan
94,67% disalurkan kepada lembaga penyalur zakat, dan hanya 0,12%
disalurkan sendiri. Di tahun 2016 zakat paling banyak disalurkan ke
121
lembaga amil zakat sampai 91,43%, sedangkan hanya 0,13% yang
disalurkan ke Badan amil zakat.
2. Pelaksanaan Fungsi Sosial Bank Syariah untuk Sumber dan Penggunaan
dana Qardhul Hasan pada 11 bank syariah tahun 2012 sampai 2016,
menunjukkan bahwa:
a. Sumber dana qardhul hasan terus meningkat sampai pada tahun 2015
sampai dengan 94,25%, lalu dari peningkatan di tahun 2015 menurun
di 2016 sebesar 45,27%.
b. Penggunaan dana qardhul hasan tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
terus mengalami kenaikan yang cukup pesat hingga 89,80%.
c. Distribusi untuk penggunan dana qardhul hasan, di tahun 2012 hanya
2,45% pinjaman sedangkan untuk sumbangan dan penggunaan lainnya
untuk kepentingan umum masing-masing 44,40% dan 41,37%. Untuk
sumbangan setiap tahun semakin menurun sampai dengan 8,32% dari
44,40%. Penggunaan paling sering dialokasikan ke sumbangan dan
penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
3. Trend zakat dan qardhul hasan dalam 5 tahun terakhir terhitung dari tahun
2012 sampai 2016 terus mengalami kenaikan. Sedangkat untuk qardhul
hasan juga setiap tahun trend nya semakin meningkat ditandai dengan
terus naiknya penggunaan atas sumber dana.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, pembahasan tentang pelaksanaan fungsi
sosial perbankan syariah, dan merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian
122
ini, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan untuk masukan dan pertimbangan yang
berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Bagi kalangan praktisi
a. Penulis menyarankan agar 11 Bank Syariah lebih memperhatikan
bagaimana konsep pendistribusian dana zakat dan qardh. Karena masih
ada yang belum sesuai dengan prisnsip syariah dalam distribusi zakat,
meski telah melaksanakan fungsi sosial bank syariah.
b. Penulis menyarankan agar 11 Bank Syariah dapat menciptakan
keseimbangan informasi guna meningkatkan kesejahteraan seluruh
stakeholders. Keseimbangan informasi tersebut dapat dilakukan
dengan mengaplikasikan konsep Syariah Enterprise Theory (SET)
untuk melaksanakan fungsi sosial perbankan syariah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai keterbatasan.
Dari 4 fungsi Bank Syariah penulis hanya meneliti 1 fungsi saja yaitu
fungsi mall, sedang fungsi tamwil tidak penulis teliti, sehingga tidak
general dalam pembahasan fungsi bank secara keseluruhan. Penulis
mengharapkan, untuk penelitian selanjutnya fungsi bank secara umum
diteliti sehingga memperluas pengetahuan tentang fungsi bank syariah.
Dan hasil yang diperoleh dari penelitian lebih menggambarkan keadaan
sebenarnya dari fungsi bank syariah.
123
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Halim. 2011. Membangun Kapasitas dan Memperkuat Kontribusi
Perbankan Syariah dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi. Keynote
speech deputi gubernur Bank Indonesia pada acara seminar akhir tahun
perbankan syariah, (http://www.bi.go.id, diakses 14 September).
Ali. Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Sinar Grafika, Jakarta.
Amir, Machmud dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema
Insani Press, Jakarta.
Ardhanareswari, Resti. 2010. Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat
Yang Berpengaruh Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus
pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung). Bandung:
Universitas Komputer Indonesia.
Danupranata, Gita. 2012. Manajemen Perbankan Syariah. SelembaEmpat.
Jakarta.
Efendi, Nur. 2017. Wawancara Tribunnews tentang Trend zakat 2017. Jakarta:
Tribunnews, diakses 25 oktober 2017.
Djodi S, Ghozali. 2012. Hukum Perbankan Ed.1 Cet.2. Jakarta: Sinar Grafika.
Dusuki, A.W., dan Dar, H. 2005. Stakeholders perceptions of Corporate Social
Responsibility of Islamic Banks: Evidence From Malaysian Economy. Paper
presented at the 6th International Conference on Islamic Economics and
finance. Jakarta: 21-24 November.
Farrā’. 1994. Al-Ahkām Ibnu Majah. Beirut: Dār al-Fikr.
Fitria, Soraya dan Dwi Hartanti. 2010. Studi Perbandingan Pengungkapan
Berdasarkan Global Reporting Initiative Index Dan Islamic Social
Reporting Index. Simposium Nasional. Purwokerto.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi Edisi 4. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta:
Bumi Aksara.
124
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja grafindo Persada.
Haida, Nur. 2015. Mengukur Fungsi Sosial Dalam Perkembangan Produk
Qardhul Hasan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Cirebon: IAI
Bunga Bangsa.
Hamka. 1970. Tafsir al-Azhar. Jakarta: pembimbing Masa.
Hanbal, Ahmad Ibn. Musnad al-Imam Ahmad Ibn Hanbal. Volume I. Beirut:
Maktbah al-Islami.
Husin, Adnan. 2009. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah. diambil dari website
http://uchinfamiliar.blogspot.com/ 2009/03/pengertian-zakat-infaqdan-
shadaqah, Hotml 01 September.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah.
Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. PSAK No. 101 Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan
Infak/Sedekah. Jakarta: Salemba Empat.
Ismail, Nawawi. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Kamla, Rania dan Hussein G. Rammal. 2013. Social Reporting By Islamic Banks:
Does Social Justice Matter?. UK: The University of Dundee United
Kingdom.
Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman. 2017. sosialisasi fatwa terbaru antara BNI Syariah dengan
DSN MUI. Jumpa Pers, Jakarta: Sindo News, Selasa (21/3/2017).
Khoiruddin, A. 2012. Coriporate Governance dan Pengungkapan Islamic Sosial
Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Accounting Analysis
Jurnal, Volume 2 nomer 2.
Kusyairi, Suhail A, 2011. Zakat Pemberdayaan Umat, majalah gontor edisi 10,
Februari.
125
Maftukhatusolikkhah dan Muhammad Rusydi. 2008. Riba dan Penyelesaian
Sengketa dalam Perbankan Syariah. Politea Press, Yogyakarta.
Mansur, Syuhada. 2012. Pelaporan Corporate Social Responsibility Perbankan
Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory (Studi Kasus pada
Laporan Tahunan PT Bank Syariah Mandiri). UNHAS.
Merza, Gamal. 2004. Aktivitas Ekonomi Syariah. Pekanbaru: Unri Press
Meutia, Inten. 2010. Menata Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility di
Bank Islam (Suatu Pendekatan Kritis). Jakarta: Citra Pustaka Indonesia.
Mu’is, Fahrur. 2011. Zakat A-Z Panduan Mudah, Lengkap, dan Praktis Tentang
Zakat. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Muslich, Wardi Ahmad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: AMZAH.
Musthafa, Ahmad. 1987. Terjemah Tafsir Al Maraghi Juz: XI 11. CV. Toha Putra
Semarang.
Nasution, Ali Yusuf dan Qomaruddin. 2015. Mechanism Of Management Zakat,
Infaq, & Shadaqah Fundinislamic Banks Implementation Of Socialbank
Functions (Case Study In Bpr Syariah Amanah Ummah). Jurnal Syarikah
Vol 1 No.1.
Nazir, Habib dan Muhammad Hasanuddin. 2004. Ensiklopedi Ekonomi dan
Perbankan Syariah. Bandung: Kaki Langit.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Perwataatmadja, K dan M. Syafi’i Antonio. 1999. Apa dan Bagaimana Bank
Islam. Dana Bhakti Wakaf.
Prehantoro. 2010. Fungsi Sosial Bank Syariah. Volume XV No. 2 Edisi April.
Purwadi, Muhammad Imam. 2014. Al-Qardh Dan Al-Qardhul Hasan Sebagai
Wujud Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah. Jurnal
Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 1 VOL. 21: 24 – 42.
Purwakanata, Muhammad Arifin. 2017. Pengumpulan, Komunikasi, dan
Informasi Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta: BAZNAS.
126
Purwitasari, Fadilla. 2013. Analisis Pelaporan Corporate Social Responsibility
Perbankan Syariah Dalam Perspektif Shariah Enterprise Theory: (Studi
Kasus Pada Laporan Tahunan BSM & BMI).
Qardhawi, Yusuf. 1999. Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
Qardhawi, Yusuf. 2002. Bunga Bank Haram, terj. Setiawan Budi Utomo. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.
Qardhawi, Yusuf. 2002. Hikmah Pelarangan Riba, terj. Setiawan Budi Utomo.
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Ridwan, Ahmad Hasan. 2011. Manajemen Zakat. Bandung: Humanity Publishing.
Rindawati, Ema 2007. Analisis Perbandingan kinerja keuangan perbankan
Syariah dengan perbankan Konvensional. Yogjakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
Sabiq, Sayyid. 1987. Fiqhus Sunnah. cetakan ke-8, vol III.Beirut: Darul Kitab
alArabi.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sofyani, Hafiez, dan Ihyaul Ulum, Daniel Syam, Sri Wahjuni L. 2012. Islamic
Social Reporting Index Sebagai Model Pengukuran Kinerja Sosial
Perbankan Syariah (Studi Komparasi Indonesia Dan Malaysia). Jurnal
Dinamika Akuntansi Vol. 4, No. 1, pp. 36-46.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia.
Sumitro, W. 1999. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syahatah, Husein. 2005. Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam. Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana.
Triyuwono, Iwan. 2007. Mengangkat ”sing liyan ” untuk Formulasi Nilai
Tambah Syari’ah. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas, 26-28 Juli.
Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Press.
127
Virgowati. 2013. Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi
Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Dan Muamalat
Indonesia). Publikasi Ilmiah, Surarakarta. UMS.
Wibisono, Yusuf. 2012. Ekonomi Sedekah, Jurnal Ekonomi Islam. Jakarta.
Wiroso. 2009. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LP FE Usakti.
Yusuf, Yasir. 2010. Aplikasi Corporate Sosial Responsibility pada bank syariah:
suatu pendekatan maslahah dan Maqasid syariah. EKSIBISI, Vol 4, No 2,
juni. 98-115.
Akses Data :
Bank Indonesia, 1998. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Bank
Indonesia, Jakarta. (http://www.bi.go.id diakses 16 September 2017).
Bank Indonesia. 2010. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor:7/46/PBI/2005
tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Bank
Indonesia, Jakarta. (http://www.bi.go.id diakses 16 September 2017).
Bank Indonesia. 2017. Publikasi Laporan Keuangan Bank Umum Syariah. Bank
Indonesia. Jakarta (http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-
keuangan/bank/umum-syariah/default.aspx diakses 16 September 2017).
Bank Indonesia. 2010. Surat Edaran Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
prinsip Syariah. (http://www.bi.go.id, diakses tanggal 18 September 2017)”.
Bank Negara Indonesia Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank
Negara Indonesia Syariah, Jakarta, (http://bnisyariah.co.id diakses 16
September 2017).
Bank Mega Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Mega
Syariah, Jakarta, (http://megasyariah.co.id diakses 16 September 2017).
Bank Muamalat Indonesia, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank
Muamalat Indonesia, Jakarta, (http://www.bankmuamalat.co.id diakses 16
September 2017).
Bank Syariah Mandiri, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Syariah
Mandiri, Jakarta. (http://www.syariahmandiri.co.id diakses 16 September
2017).
128
Bank BCA Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank BCA Syariah,
Jakarta, (http://www.bcasyariah.co.id diakses 16 September 2017).
Bank Rakyat Indonesia Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank
Rakyat Indonesia Syariah, Jakarta, (http://www.brisyariah.co.id diakses 16
September 2017).
Bank Jabar Banten Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”. Bank Jabar
Banten Syariah, Jakarta (http://www.bjbsyariah.co.id diakses 16 September
2017).
Bank Panin Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Panian
Syariah, Jakarta, (http://www.paninbanksyariah.co.id diakses 16 September
2017).
Bank Syariah Bukopin, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Syariah
Bukopin, Jakarta, (http://www.syariahbukopin.co.id diakses 16 September
2017).
Bank Victoria Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Victoria
Bukopin, Jakarta, (http://www.bankvivtoriasyariah.co.id diakses 16
September 2017).
Bank Mybank Syariah, “Publikasi Laporan Keuangan Tahunan”, Bank Syariah
Bukopin, Jakarta, (http://www.mybanksyariah.co.id diakses 16 September
2017).
Otoritas Jasa Keuangan, 2017, “Statistik Perbankan Syariah Agustus 2017”.
(www.ojk.go.id diakses 18 Oktober 2017)
Undang-undang dan Fatwa DSN-MUI :
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 dan 17 Tahun 1998. Tentang
Perbankan Syariah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan
Syariah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan
Zakat.
Fatwa DSN-MUI. 2003. “Himpunan Fatwa DSN”. Jakarta: PT Intermesa.
Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Al-Qardh.
129
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Laporan Zakat PT. BNI Syariah dalam % (2012-2016) LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana awal Zakat
Period Awal
1.659 2.596 4.538 5.524 7.701
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat Dari Bank 58% 47% 47% 51% 54%
b. Zakat Dari Pihak Luar
Bank
42% 53% 53% 49% 46%
c. Infaq Dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 83% 80%
a. Lembaga Amil Zakat 92% 85% 91%
b. Badan Amil Zakat
c. Lainnya 83% 80%
3.2 Disalurkan Sendiri
Total Penggunaan 83% 80% 92% 85% 91%
4.Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Pengunaan
17% 20% 8% 15% 9%
5.Sumber Dana Zakat Akhir
Periode
2.596 4.538 5.524 7.701 9.329
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 2 : Laporan Zakat PT. Bank Mega Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
1.848 5.931 6.481 2.827 2.255
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 100% 100% 100% 100% 100%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
c. Infaq dan Shadaqah 0,1%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga
lain
32,3% 89,3% 711,0%
130
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
a. Dompet Duafa
Republika
0,4%
b. Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhid
0,4%
c. LAZIS Dewan Da'awah
Islamiyah Indonesia
1,2% 2,0%
d. LAZIS Muhammadiyah 7,9% 41,1% 275,9%
e. LAZNAS Persis 0,3%
f. Pos Keadilan Peduli
Ummat (PKPU)
0,8% 0,1%
g. Rumah Zakat Indonesia
(DSUQ)
0,4%
h. Lembaga Amil Zakat 233,3% 56,3%
i. Badan Amil Zakat
j. Lainnya 21,0% 46,1% 435,1%
3.2 Disalurkan sendiri 3,2%
Total Penggunaan 35% 89% 711% 233% 56%
4.Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
65% 11% -611% -133% 44%
5.Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
5.931 6.481 2.827 2.255 3.905
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 3 : Laporan Zakat PT. Bank Muamalat Indonesia dalam % (2012-
2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 65% 53% 52% 11% 14%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
35% 47% 48% 89% 86%
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 100,0% 100,0% 100,0%
a. Dompet Duafa Republika 5,2%
b. Baitul Maal Hidayatullah 100,0% 84,3%
c. Baitul Maal Muamalat 100,0%
d. Pos Ummat (PKPU) 5,2%
131
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
e. Lembaga Amil Zakat 100,0% 98,6%
f. Badan Amil Zakat 1,4%
g. Lainnya 5,2%
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
4.Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
5.Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 4 : Laporan Zakat PT. Bank Syariah Mandiri dalam % (2012-
2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
47.926 48.612 55.406 20.172 11.740
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 76% 73,0% 18,1% 42,0% 45,8%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
24% 27,0% 81,9% 58,0% 54,2%
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga
lain
98,5% 78,1% 326,4%
a. LAZNAS BSM
Ummat
98,5% 78,1% 326,4%
b. Lembaga Amil Zakat 136,9% 93,6%
c. Badan Amil Zakat
d. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 98,5% 78,1% 326,4% 136,9% 93,6%
4.Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
1,5% 21,9% -226,4% -36,9% 6,4%
5.Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
48.612 55.406 20.172 11.740 13.295
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
132
Lampiran 5 : Laporan Zakat PT. Bank BCA Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat Awal
Periode
9 26 42 49 55
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank 100% 100% 100% 100% 100%
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 35% 38% 78%
a. Dompet Duafa Republika
b. Lembaga Amil Zakat 86% 110%
c. Badan Amil Zakat
d. Lainnya 35% 38% 78%
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 35% 38% 78% 86% 110%
4. Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
65% 62% 22% 14% -10%
5. Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
26 42 49 55 50
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 6 : Laporan Zakat PT. Bank BRI Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Zakat
Awal Periode
274 4 11 38 75
2. Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 39,8% 45,6% 93,5% 97,4%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
100,0% 60,2% 54,4% 6,5% 2,6%
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3. Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga
lain
108,7% 99,9% 99,6%
a. Lembaga Amil Zakat 99,1% 94,3%
b. Badan Amil Zakat
c. Lainnya BAZNAS 108,7% 99,9% 99,6%
133
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
3.2 Disalurkan sendiri
Total Penggunaan 108,7% 99,9% 99,6% 99,1% 94,3%
4. Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
-8,7% 0,1% 0,4% 0,9% 5,7%
5. Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
4 11 38 75 500
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 7 : Laporan Zakat PT. BJB Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
234 375 537 222 587
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 1% 100% 100% 100%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
56% 91%
c. Infaq dan Shadaqah 44% 8%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga
lain
a. Dompet Duafa
Republika
b. Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhid
c. Pos Keadilan Peduli
Ummat (PKPU)
d. Lembaga Amil Zakat 237,0% 33,2% 312,7%
e. Badan Amil Zakat
f. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri 33,2% 0,9%
Total Penggunaan 33,2% 0,9% 237,0% 33,2% 312,7%
4.Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
66,8% 99,1% -137,0% 66,8% -212,7%
5.Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
375 595 222 587 251
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
134
Lampiran 8 : Laporan Zakat PT. Panin Syariah dalam % (2012-2016)
LAPORAN ZAKAT Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
166 2.715 2.308
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank 73% 57% 100%
b. Zakat dari pihak luar
Bank
100% 27% 43%
c. Infaq dan Shadaqah
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 72,5% 271,5%
a. Yayasan Dana Sosial AL
Falah
b. Lembaga Amil Zakat
c. Badan Amil Zakat
d. Lainnya
3.2 Disalurkan sendiri 48,4% 24,5% 39,6% 52,7%
Total Penggunaan 48,4% 24,5% 112,0% 324,2%
4.Kenaikan (penurunaan)
sumber atas penggunaaan
51,6% 75,5% -12,0% -224,2%
5.Sumber Dana Zakat Pada
Akhir Periode
166 2.715 2.308 712
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 9 : Laporan Zakat PT. Bank Victoria Syariah dalam % (2012-
2016)
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Zakat Awal
Periode
25 36 33 40 12
2.Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
b. Zakat dari pihak luar Bank 79% 84% 100% 100% 100%
c. Infaq dan Shadaqah 21% 16%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Zakat
3.1 Disalurkan ke lembaga lain 71% 92%
a. Dompet Duafa Republika
b. Lembaga Amil Zakat
c. Badan Amil Zakat 108% 141% 72%
135
LAPORAN ZAKAT Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
d. Lainnya 71% 92%
3.2 Disalurkan sendiri 19%
Total Penggunaan 90% 108% 92% 141% 72%
4.Kenaikan (penurunaan) sumber
atas penggunaaan
10% -8% 8% -41% 28%
5.Sumber Dana Zakat Pada Akhir
Periode
36 27 40 12 25
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 10 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank BNI Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh Pada
Awal Periode
78 428 3
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 20% 25% 34% 24% 96%
b. Denda 16% 50% 65% 31%
c. Sumbangan/Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 64% 25% 0% 45% 4%
e. Pengembalian Dana
Kebijakan Produktif
f. Lainnya
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan
c. Penggunaan Lainnya
Untuk Kepentingan
Umum
80% 27% 190% 100% 100%
Total Penggunaan Qardh 80% 27% 190% 100% 100%
4.Kenaikan (penurunaan)
Sumber Atas Penggunaan
19,6% 72,6% -89,7% -0,5% 0,0%
5.Sumber Dana Qardh Pada
Akhir Periode
78 428 3
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
136
Lampiran 11 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Mega Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada
awal periode
37 103 281 625 760
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 67% 62% 34% 100% 100%
e. Lainnya 33% 38% 66%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 3,8% 4,4% 28,6% 63,9% 247,8%
c. Lainnya 12,7% 8,8%
Total Penggunaan Qardh 16,5% 13,2% 28,6% 63,9% 247,8%
4. Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
83,5% 86,8% 71,4% 36,1% -147,8%
5. Sumber dana Qardh pada
akhir periode
103 281 625 760 525
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 12 : Laporan Qardhul Hasan PT. Muamalat Indonesia dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Sumber Dana Qardh pada
awal periode
2. Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 59% 59% 74% 3%
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 41% 41% 26% 97%
e. Lainnya
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100%
3. Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 100% 100% 100% 100%
137
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
c. Lainnya
Total Penggunaan 100% 100% 100% 100%
4. Kenaikan (penurunan) sumber
atas penggunaan
5. Sumber dana Qardh pada
akhir periode
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 13 : aporan Qardhul Hasan PT. Bank Syariah Mandiri dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Catatan 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh
pada awal periode
3.161 3.438 31.009 64.112 132.485
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 46,8% 97,2% 85,7% 99,1% 98,7%
c. Sumbangan /Hibah 0,5%
d. Pendapatan Non-
Halal
25,6% 0,7% 1,2% 0,6% 1,1%
e. Lainnya 27,2% 2,2% 13,1% 0,3% 0,2%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana
Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan
c. Lainnya 84,4% 1,9% 6,4% 7,3% 91,2%
Total Penggunaan 84,4% 1,9% 6,4% 7,3% 91,2%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
15,6% 98,1% 93,6% 92,7% 8,8%
5.Sumber dana Qardh
pada akhir periode
3.438 31.009 64.112 132.485 136.051
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
138
Lampiran 14 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank BCA Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
335 737 1.038 1.245 1.448
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 0,2% 1,0% 0,5% 6,5%
b. Denda 99,6% 98,8% 99,3% 87,2% 98,5%
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 0,2% 0,2% 0,2% 6,3% 1,5%
e. Lainnya
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 28,0% 63,5% 70,0%
c. Lainnya 16,4% 50,5%
Total Penggunaan 16,4% 28,0% 50,5% 63,5% 70,0%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
83,6% 72,0% 49,5% 36,5% 30,0%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
737 1.038 1.245 1.448 1.624
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 15 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank BRI Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
1.292 1.066 834 305 511
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 26,0% 74,2%
b. Denda 70,5% 13,2% 3,8% 16,2% 23,1%
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 3,5% 12,6% 7,4% 10,5% 13,6%
e. Lainnya 88,8% 73,3% 63,3%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 116,7% 108,6% 124,2% 87,0% 82,3%
139
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
c. Lainnya
Total Penggunaan 116,7% 108,6% 124,2% 87,0% 82,3%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
-16,7% -8,6% -24,2% 13,0% 17,7%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
1.066 834 305 511 679
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 16 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Jabar Banten Syariah
dalam% (2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
54 285 490 188 1.050
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 74,6% 2,5%
b. Denda 98,3% 51,8% 19,5% 79,9% 87,3%
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 1,7% 38,4% 2,2% 11,4% 2,5%
e. Lainnya 9,8% 3,7% 8,7% 7,7%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 3,1% 131,8%
c. Lainnya
Total Penggunaan 3,1% 131,8%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
100,0% 96,9% -31,8% 100,0% 100,0%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
285 532 188 1.050 1.766
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
140
Lampiran 17 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Panin Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
5 9 13 404 853
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 17%
c. Sumbangan /Hibah 95% 5%
d. Pendapatan Non-Halal
e. Lainnya 83% 5% 95% 100% 100%
Total Sumber Dana 100% 100% 100% 100% 100%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Sumbangan 29,3% 8,2% 17,7% 68,1%
c. Lainnya 86,2% 61,0% 20,8% 75,0%
Total Penggunaan 86,2% 90,2% 8,2% 38,5% 143,1%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
13,8% 9,8% 91,8% 61,5% -43,1%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
9 13 404 853 660
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 18 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Syariah Bukopin dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
936 810 445 350 503
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 0,8% 0,8%
b. Denda 70,3% 66,0% 66,2% 57,9% 38,3%
c. Sumbangan /Hibah 7,2% 10,3%
d. Pengembalian Dana
Kebajikan Produktif
3,6%
e. Pendapatan Non-Halal 20,8% 22,9% 32,6% 36,8% 61,6%
f. Lainnya 0,8% 1,3% 1,7% 0,1%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
141
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
a. Pinjaman 25,0% 109,9% 60,9%
b. Sumbangan 87,5% 88,5% 56,4% 58,4% 52,8%
c. Dana Kebajikan
Produktif
14,7% 9,0%
d. Lainnya 22,5% 45,8% 6,5% 1,7% 3,2%
Total Penggunaan 135,0% 244,3% 123,8% 74,8% 64,9%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
-35,0% -144,3% -23,8% 25,2% 35,1%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
810 445 350 503 745
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
Lampiran 19 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Victoria Syariah dalam %
(2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
133 83 34 206 438
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah 4,6% 2,1% 91,7%
b. Denda 97,7%
c. Sumbangan /Hibah 75,2% 62,8% 94,7%
d. Pendapatan Non-Halal 0,2% 8,3%
e. Lainnya 24,8% 37,2% 0,7%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman 21,2% 3,5%
b. Dana Kebijakan Produktif 4,3% 2,3% 83,3%
c. Sumbangan 108,0% 147,7% 34,8% 42,9% 1675,0%
d. Lainnya 0,7%
Total Penggunaan 129,2% 151,2% 39,0% 45,9% 1758,3%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
-29,2% -51,2% 61,0% 54,1% -
1658,3%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
93 39 206 438 239
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah
142
Lampiran 20 : Laporan Qardhul Hasan PT. Bank Maybank Syariah dalam
% (2012-2016)
LAPORAN QARDHUL
HASAN
Ket. 2012 2013 2014 2015 2016
1.Sumber Dana Qardh pada
awal periode
300 207 26 376 497
2.Sumber Dana Qardh
a. Infaq Dan Shadaqah
b. Denda 38,9% 59,3% 92,3% 88,2% 84,1%
c. Sumbangan /Hibah
d. Pendapatan Non-Halal 61,1% 24,8% 7,7% 10,1% 15,9%
e. Lainnya 15,9% 1,7%
Total Sumber Dana 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
3.Penggunaan Dana Qardh
a. Pinjaman
b. Dana Kebijakan
Produktif
c. Sumbangan 616,7% 253,1% 12,9% 130,4%
d. Lainnya 7,1% 19,1%
Total Penggunaan 616,7% 260,2% 32,0% 130,4%
4.Kenaikan (penurunan)
sumber atas penggunaan
-516,7% -160,2% 68,0% -30,4%
5.Sumber dana Qardh pada
akhir periode
207 26 376 497 476
Sumber : Data Sekunder diolah yang diolah