analisis manajemen persediaan bahan baku dengan metode …
TRANSCRIPT
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ)
PADA PT. TSUZUKI INDONESIA MANUFACTURING
Yusuf Nugroho) 1, Hamdan Amaruddin, S.E., M.E.)2
Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
E-mail : [email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Penentuan kuantitas persediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk
kelangsungan proses produksi dalam perushaan. Kuantitas persediaan bahan baku yang
terlalu besar akan menambah biaya pengontrolan bahan serta akan terjadi penurunan
kualitas bahan baku karena penyimpanan yang lama. Sebaliknya jika perushaan
mengalami kekurangan persediaan, proses produksi tidak akan berjalan lancar dan akan
menimbulkan kerugian. Dalam penelitian ini, peneliti akan memberiakn usulan
perbaikan penentuan persediaan bahan baku dengan menerapkan metode Economical
Order Quantity (EOQ). Penentuan persediaan bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia
Manufacturing saat ini mengacu pada kebijakan manajemen.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi kasus. Penelitian
studi kasus menurut Arikunto (2006:142) dalam Alfiah (2011:46) yaitu suatu penelitian
yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam suatu organisasi, lembaga atau
gejala tertentu. Mengacu pada pendapat tersebut, populasi dan sampel dalam penelitian
ini tidak ada karena penelitian ini hanya meneliti pengambilan keputusan pembelian
bahan baku. Obyek penelitin ini adalah PT. TIM. Berdasarkan data yang ada, maka
penelitian ini mengambil data pembelian dan pemakaian bahan baku Tahun 2018
menggunakan metode economical order quantity (EOQ).
Dari hasil analisis yang dilakukan, dengan menerapkan economical orde quantity
(EOQ) shaft stator 155.087 pcs dengan frekuensi pembelian 10 kali, set ring 15 mm
248.510 pcs dengan frekuensi pembelian 6 kali, needle brg 142.499 pcs dengan
frekuensi pembelian 11 kali, plug 5,3 229.732 pcs dengan frekuensi pembelian 7 kali,
dan plug 5,8 1.161.752 pcs dengan frekuensi 7 kali. Persediaan pengamanan (safety
stock) shaft stator 8.517 pcs, set ring 15 mm 8.517 pcs, needle brg 8.598 pcs, plug 5,3
8,598 pcs dan plug 5,8 42.996 pcs. Titik pemesanan kembali (reorder point) shaft
stator 17.034 pcs, set ring 15 mm 17.196 pcs, needle brg 17.196 pcs, plug 5,3 17.196
pcs dan plug 5,8 85.992 pcs. Total biaya persediaan (total inventory cost) shaft stator
Rp 3.126.156.121,01, set ring 15 mm Rp 98.248.474,55, needle brg Rp
828.870.286,17, plug 5,3 Rp 99.284.501,21 dan plug 5,8 Rp 494.552.941,00. Dengan
perhitungan menggunakan metode economical order quantity, perusahaan sebaiknya
menerapkan karena perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku dengan jumlah
yang optimal dan frekuwensi pemesanan yang minimal.
Kata Kunci : Persediaan Bahan Baku, Reorder Point (ROP), Safety Stock (SS), Total Inventory
Cost (TIC), Economic Order Quantity (EOQ).
1. Latar Belakang
Setiap perusahaan baik itu perusahaan
jasa ataupun perusahaan manufaktur
memiliki tujuan utama yaitu memperoleh
laba. Laba yang diperoleh oleh perusahaan
manufaktur sangat berkaitan dengan
kelancaran proses produksi. Apabila produksi
berjalan lancar, maka perusahaan dapat
memenuhi permintaan delivery ke customer
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dan
penilaian atau performa perusahaan akan
baik, sehingga tidak menutup kemungkinan
akan mendapatkan proyek-proyek baru.
Tetapi sebaliknya, delivery ke customer tidak
berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan
apabila produksi tidak berjalan lancar dan
penilaian atau performa perusahaan akan
jelek yang akan mengakibatkan tidak akan
mendapatkan proyek baru atau bahkan di
coret dari daftar supplier.
Demi tercapainya kelancaran proses
produksi, persediaan bahan baku menjadi
kunci utama. Perusahaan harus menerapkan
atau memperhitungkan pembelian dan
persediaan bahan baku yang baik dan tepat,
maka diperlukan pengawasan terhadap
pembelian dan persediaan bahan baku pada
perusahaan manufaktur agar proses produksi
tetap berjalan. Dalam pembelian dan
persediaan bahan baku harus dipastikan
sesuai kebutuhan produksi. Jika perusahaan
mengalami kelebihan persediaan, maka akan
menambah biaya untuk pengotrolan bahan
tersebut dan juga kemungkinan akan
terjadinya penurunan kualitas yang akan
menimbulkan bahan tidak bisa digunakan
sehingga perusahaan akan mengalami
kerugian. Sebaliknya jika perusahaan
mengalami kekurangan persediaan, proses
produksi tidak akan berjalan lancar dan akan
menimbulkan pengiriman atau delivery
terhambat.
Economical Order Quantity (EOQ)
merupakan suatu metode yang dapat
digunakan untuk menetapkan persediaan
yang paling optimal. Menurut Gitosudarmo
(2002: 101) dalam Rahardyan Dwa Prihasdi
(2012), menyatakan bahwa EOQ sebenarnya
adalah merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk
dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
persediaan bahan baku dapat dibuat
minimum, biaya serendah-rendahnya, dan
mutu lebih baik. Penggunaan metode ini
dalam pengambilan keputusan pembelian
bahan baku akan mampu meminimumkan
terjadinya out of stock sehingga proses
produksi dapat berjalan dengan lancar juga
dapat mewujudkan efisiensi persediaan
bahan baku. Penghematan biaya
penyimpanan bahan baku dan penggunaan
gudang juga dapat dilakukan dengan metode
ini. Begitu juga risiko yang timbul karena
persediaan bahan baku yang menumpuk di
gudang dapat pula diatasi dengan
memanfaatkan metode ini (Rahardyan Dwa
Prihasdi 2012).
Dalam proses pembelian bahan baku
terdapat perbedaan antara departemen PPIC
dan kebijakan perusahaan atau manajemen.
Manajemen mengharapkan persediaan bahan
baku dapat disediakan sebanyak-banyaknya
atau bias memenuhi kebutuhan 9-10 hari
kedepan, kebijkan tersebut diambil untuk
menghindari terjadinya persediaan bahan
baku yang kosong atau menipis yang
dikhawatirkan akan mengganggu
berlangsungnya proses produksi dan akan
mengakibatkan terganggunya pengiriman
atau delivery.
Departemen PPIC berpendapat, apabila
pembelian dilakukan berlebihan akan
menyebabkan adanya penumpukan bahan
baku, akan berkurangnya kualitas bahan baku
karena penyimpanan yang terlalu lama,
berpotensi terjadinya persediaan yang tidak
ada pergerakan dikarenakan customer atau
pelanggan sudah menghentikan produksi atau
ganti model. Persediaan barang yang berlebih
juga akan berdampak pada perputaran
keuangan perusahaan, yang seharusnya uang
bisa digunakan untuk pembelian bahan yang
lebih menguntungkan atau diperlukan.
Tabel 1.01 Persediaan Bahan Baku
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018 Bahan
Baku
Persediaan
Bahan Baku
Biaya Penyimpanan
Shaft
Stator
25.404 Rp 1,149,556,404.00
Set Ring
15MM
91.603 Rp 76,580,108.00
Needle
BRG
63.006 Rp 786,944,940.00
Plug 5,3 72.906 Rp 70,791,726.00
Plug 5,8 395.280 Rp 375,120,720.00
Total Rp 2,458,993,898.00
Sumber: data perusahaan yang diolah dan
diambil tahun 2018
Berdasarkan Tabel 1.01 diketahu bahwa
jumlah persediaan bahan baku dapat
menimbulkan biaya penyimpanan. Jumlah
persediaan pada tahun 2018 menimbulkan
biaya sebesar Rp 2.458.993.898,00.
Penyimpanan bahan baku yang terlalu besar
merupakan pemborosan ongkos yang terlalu
besar, dan juga akan menimbulkan
penurunan kualitas bahan baku karena
penyimpanan yang lama. Belum adanya
penelitian tentang manajemen persediaan
bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia
Manufacturing memotivasi peneliti untuk
mengetahui lebih jauh tentang manajemen
persediaan. Dalam melakukan penelitian ini,
penulis menggunakan metode Economical
Order Quantity (EOQ) untuk menentukan
persediaan bahan baku yang optimal. Dari
latar belakang yang sudah diuraikan diatas,
maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “ANALISIS MANAJEMEN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN
METODE ECONOMICAL ORDER
QUANTITY (EOQ) PADA PT.TSUZUKI
INDONESIA MANUFACTURING ”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan (inventory) adalah stock
atau simpanan barang-barang yang disimpan
perusahaan dalam persediaan yang
berhubungan dengan bisnis yang dilakukan
(Stevenson dan Chuong, 2014: 180).
Persediaan adalah kekayaan lancar yang
terdapat dalam perusahaan dalam bentuk
persediaan bahan mentah (bahan baku/raw
material), barang setengah jadi (work in
process), dan barang jadi (finished
goods)(Prawirosentono, 2009:65 dalam
Candra Yuliana Topowijiyono dan Nengah
Sudjana, 2016).
Ristono (2009:1) mendefinisikan
persediaan dapat diartikan sebagai barang-
barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada masa atau periode yang akan
datang. Persediaan terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan setengah jadi, dan
persediaan barang jadi. Herjanto (2008:237),
persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, jadi dapat
disimpulkan persediaan yaitu sebagai barang-
barang yang disimpan untuk digunakan pada
periode yang akan datang untuk memenuhi
tujuan tertentu. Menurut Handoko
(2011:333), Persediaan (Inventory) adalah
suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuh permintaan.
Persediaan merupakan hal yang
terpenting dalam suatu perusahaan dan
mempunyai pengaruh penting pada fungsi
bisnis terutama fungsi operasional
pemasaran. Setiap perusahaan yang bergerak
dibidang industri tidak akan lepas dari
persediaan. Bahan baku merupakan hal
paling utama yang harus ada didalam
perusahaan, terutama perusahaan industri,
karena bahan baku merupakan bagian dari
suatu proses produksi yang harus ada didalam
perusahaan dan tidak dapat diabaikan
keberadaannya, baik dalam kuantitas maupun
kualitas yang telah ditentukan oleh
perusahaan (Azmi Fahma Amrillah,
2016;36).
Persediaan bahan baku pembantu
memiliki pengaruh signifikan terhadap
proses produksi. Perusahaan yang bergerak
dibidang industri sering mengalami kendala
didalam menjalankan suatu kegiatan
produksinya, kendala tersebut diantaranya
adalah mengenai besar kecilnya suatu
persediaan bahan baku pembantu yang ada di
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan
pengendalian persediaan bahan baku
pembantu untuk mengantisipasi kendala
tersebut. Pengendalian persediaan bertujuan
agar barang jadi dapat sessuai dengan yang
diinginkan oleh pelanggaan (Azmi Fahma
Amrillah, 2016;36).
Persediaan bahan baku yang dimiliki
perusahaan mempunyai fungsi tersendiri bagi
perusahaan yang dapat berguna di masa
depan. Menurut Handoko (2015:335-336)
perusahaan melakukan penyimpanan
persediaan barang karena berbagai fungsi,
yaitu:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah
memungkinkan operasi-operasi
perusahaan internal dan eksternal
mempunyai kebebasan (independensi).
Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan langganan tanpa
menunggu supplier.
2. Fungsi Economics Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan,
perusahaan dapat memproduksi dan
membeli sumber-sumber daya dalam
kuantitas yang dapat mengurangi biaya-
biaya per unit, Dengan persediaan lot
size ini akan mempertimbangkan
penghematan-penghematan.
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar
pengalaman atau data masa lalu.
Disamping itu, perusahaan juga sering
dihadapkan pada ketidakpastian jangka
waktu pengiriman barang kembali
sehingga harus dilakukan antisipasi
untuk cara menanggulanginya.
Terdapat berbagai macam jenis
persediaan, setiap jenis mempunyai
arakteristik yang berbeda. Persediaan
jenisnya dapat dibedakan menurut Assauri
(2008:171) dalam David Wijaya et al
(2016:581-582) sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (Raw Material
Stock)
Persediaan dari barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh
dari sumber-sumber alam ataupun dibeli
dari supplier atau perusahaan yang
menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang
menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased
part)
Persediaan barang-barang yang terdiri
dari part atau bagian yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara
langsung diassembling dengan part lain,
tanpa melalui proses produksi.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau
barang-barang perlengkapan (Supplies
Stock)
Persediaan barang-barang atau bahan-
bahan yang diperlihatkan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya
produksi atau yang dipergunakan dalam
bekerjanya suatu Persediaan barang
setengah jadi atau barang dalam proses
(Work in process / progress stock)
Persediaan barang-barang yang keluar
dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik
atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu
diproses kembali untuk kemudian
menjadi barang jadi.
4. Persediaan barang jadi (Finished goods
stock)
Barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain.
Biaya persediaan merupakan semua
pengeluaran dan kerugian yang harus
dibayarkan akibat dari adanya inventory,
yaitu termasuk harga pembelian, ordering
cost, biaya bongkar, biaya simpan, dan biaya
kehabisan inventory (Baroto, 2002:55 dalam
Candra Yuliana Topowijiyono dan Nengah
Sudjana, 2016). Terdapat dua jenis biaya
persediaan yang diperhitungkan dalam
penggunaan EOQ menurut Syamsuddin
(2007:295) dalam Candra Yuliana
Topowijiyono dan Nengah Sudjana (2016)
dalam yaitu :
1. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya
yang berubah sesuai dengan frekuensi
pemesanan yaitu biaya-biaya
administrasi, biaya pembongkaran dan
pemasukan barang ke dalam gudang,
biaya pengiriman dan pembuatan cek
untuk pembayaran dll. Biaya
pemesanan ini akan semakin kecil
dengan semakin besarnya kuantitas
barang yang dipesan dalam setiap kali
pemesanan karena hal ini berarti
semakin sedikitnya frekuensi
pemesanan.
2. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya
yang berubah sesuai dengan perubahan
nilai persediaan. Adapun biaya-biaya
yang termasuk dalam kategori biaya
pemeliharaan adalah biaya
penyimpanan atau sewa gudang, biaya
asuransi, cadangan (biaya yang
disisihkan) untuk memungkinkan
rusaknya barang dalam persediaan,
biaya obsilescene, dan biaya atas modal
yang terikat dalam persediaan.
Pengendalian persediaan merupakan
fungsi manajerial yang sangat penting bagi
perusahaan, karena persediaan fisik pada
perusahaan akan melibatkan investasi yang
sangat besar pada pos aktiva lancar.
Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan
dengan seluruh bagian yang bertujuan agar
usaha penjualan dapat intensif serta produk
dan penggunaan sumber daya dapat
maksimal. Istilah pengendalian merupakan
penggabungan dari dua pengertian yang
sangat erat hubungannya tetapi dari masing-
masing pengertian tersebut dapat diartikan
sendiri-sendiri yaitu perencanaan dan
pengawasan. Pengawasan tanpa adanya
perencanaan terlebih dahulu tidak ada
artinya, demikian pula sebaliknya
perencanaan tidak akan menghasilkan
sesuatu tanpa adanya pengawasan (M.
Trihudiyatmanto, 2017:222).
Menurut Widjaja (1996:4) dalam M.
Trihudiyatmanto (2017:222), perencanaan
adalah proses untuk memutuskan tindakan
apa yang akan diambil dimasa depan.
Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu
sistem perencanaan yang pertama-tama
berfokus pada jumlah dan pada saat barang
jadi yang diminta yang kemudian
menentukan permintaan turunan untuk bahan
baku, komponen dan sub perakitan pada saat
tahapan produksi terdahulu
(Horngren,1992:321 dalam M.
Trihudiyatmanto, 2017:222).
Pengawasan bahan adalah suatu fungsi
terkoordinasi didalam organisasi yang
terusmenerus disempurnakan untuk
meletakkan pertanggungjawaban atas
pengelolaan bahan baku dan persediaan pada
umumnya, serta menyelenggarakan suatu
pengendalian internal yang menjamin adanya
dokumen dasar pembukuan yang mendukung
sahnya suatu transaksi yang berhubungan
dengan bahan, pengawasan bahan meliputi
pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau
rupiah bahan (Supriyaono, 1999:400 dalam
M. Trihudiyatmanto, 2017:223).
Pengendalian adalah proses manajemen
yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal
itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang
dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi
sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya
(Widjaja, 1996:3 dalam M. Trihudiyatmanto,
2017:223). Pengendalian berkisar pada
kegiatan memberikan pengamatan,
pemantauan, penyelidikan dan
pengevaluasian keseluruh bagian manajemen
agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Pengendalian persediaan dapat
dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk
mengontrol jumlah persediaan bahan baku
dan persediaan barang jadi, maka perusahaan
dapat menghindari tergangunya proses
produksi dan mengetahui peenjualan dan
pembeliaan yang optimal (Assauri,2008;248
dalam Azmi Fahma Amrillah 2016;37).
Riyanto (2010:78) dalam Handoko
(2011:339), mengatakan “EOQ adalah
jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh
dengan biaya yang minimal, atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang
optimal. Model ini digunakan untuk
menentukan kuantitas pesanan persediaan
yang minimumkan biaya langsung
penyimpanan persedian dan biaya
kebalikannya (inverse cost) pemesanan
persediaan.
Economic Order Quantity adalah salah
satu metode yang digunakan dalam
penentuan jumlah kuantitas pemesanaan
yang optimal (Syamsuddin, 2011:294). Menurut Gitosudarmo (2002:101) dalam M.
Trihudiyatmanto (2017:223) EOQ
sebenarnya merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk
dilaksanakan pada setiap kali untuk
memenuhi kebutuhan itu maka dapat
diperhitungkan pemenuhan kebutuhan
(pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu
sejumlah barang yang akan dapat diperoleh
dengan pembelian dengan menggunakan
biaya yang minimal. EOQ (Economic Order
Quantity) adalah jumlah pesanan yang dapat
meminimumkan total biaya persediaan,
pembelian yang optimal. Dalam mencari
berapa totalbahan yang tetap untuk
dibelidalam setiap kali pembelian untuk
menutup kebutuhan selama satu periode.
1. Pemakaian Senyatanya.
2. Waktu tunggu.
3. Model Pembelian Bahan.
4. Persediaan Bahan Pengaman (Safety
Stock).
5. Pemesanan Kembali (reorder point)
Economic Order Quantity (EOQ)
merupakan salah satu model klasik yang
pertama kali diperkenalkan oleh FW Harris
pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan
metode Wilson dikarenakan pada tahun 1934
metode EOQ dikembangkan oleh Wilson
(Sofyan, 2013:54). Kuantitas pesanan
ekonomis atau EOQ adalah jumlah
persediaan yang dipesan pada suatu waktu
yang menimbulkan biaya persediaan
tahunan. (Carter, 2012:314). Jumlah pesanan
ekonomis merupakan metode yang akan
membantu manajemen dalam mengambil
keputusan agar pengadaan investasi dalam
perusahaan tidak berlebihan dan tidak akan
terjadi kekurangan dengan jumlah yang
optimal.
Terdapat beberapa asumsi dalam
metode EOQ menurut Heizer dan Render
(2011:92), yaitu:
1. Jumlah pembelian tetap.
2. Lead time konstan.
3. Barang yang dipesan selalu tersedia.
4. Tidak ada diskon.
5. biaya melakukan pemesanan dan biaya
menyimpan persediaan merupakan
biaya variabel dalam waktu tertentu.
6. Pemesanan dilakukan pada waktu yang
tepat untuk menghindari stock out.
Economical Order Quantity (EOQ)
dapat digunakan untuk mendapatkan
besarnya pembelian bahan baku yang
optimal sekali pesan dengan biaya
minimal. Perhitungan Economical Order
Quantity (EOQ) menurut M.
Trihudiyatmanto (2017:225), dapat
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
𝐸𝑂𝑄 =√2𝑆𝐷
ℎ
Keterangan :
D : Kebutuhan (unit/periode)
S : Biaya pemesanan setiap kali pesan
h : Biaya penyimpanan per unit per periode
Persediaan pengaman adalah persediaan
yang dilakukan untuk mengantisipasi adanya
ketidakpastian permintaan dan kekurangan
bahan baku (Ristono,2009:7).
Ahyari (dalam Meilani dan
Saputra)(2013:328) mengatakan: Safety
Stock adalah jumlah persediaan bahan yang
minimum yang harus ada untuk menjaga
kemungkinan keterlambatan datangnya
bahan yang dibeli agar perusahaan tidak
mengalami stock out atau gangguan kegiatan
kelancaran produksi karena kehabisan bahan
yang umumnya menimbulkan elemen biaya
stock out.
Persediaan pengaman ini diperlukan
karena dalam kenyataanya jumlah bahan
baku yang diperlukan untuk proses produksi
tidak selalu tepat seperti yang direncanakan
dan apabila bahan baku tersebut dalam
keadaan nol atau habis tanpa ada stok
pengaman, dapat mengakibatnya terhentinya
proses produksi yang menimbulkan kerugian
bagi perusahaan.
Rumus untuk menghitung safety stock
menurut Slamet (2007:161) adalah sebagai
berikut:
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time.Menurut
Heizer dan Render (2015:567) “Titik
pemesanan ulang atau Reorder Point yaitu
tingkat persediaan, ketika persediaan telah
mencapai tingkat tertentu, pemesanan harus
dilakukan”. Jika titik pemesanan ulang
ditetapkan terlalu rendah, persediaan bahan
atau barang akan habis sebelum persediaan
pengganti diterima sehingga produksi dapat
terganggu atau permintaan pelanggan tidak
dapat dipenuhi. Namun, jika titik persediaan
ulang ditetapkan terlalu tinggi maka ketika
persediaan baru sudah datang, sedangkan
persediaan di gudang masih banyak, keadaan
ini mengakibatkan pemborosan biaya dan
investasi yang berlebih.
𝑅𝑂𝑃 = ( 𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘
Total Biaya persediaan (TIC) adalah
total biaya yang dikeluarkan untuk
mengadakan persediaan mulai dari
pemesanan bahan sampai dengan barang
sebut terjual pada konsumen. Perhitungan
total biaya persediaan (Total Inventory Cost)
digunakan untuk membuktikan bahwa
dengan adanya jumah pembelian ahan baku
yang optimal, yang dihitung dengan
menggunakan metode EOQ akan dicapai
total biaya bahan baku yang minimal
(Alfiah,2011).
Adapun rumus untuk menghitung Total
Inventory Cost (TIC)adalah sebagai berikut:
𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
Dimana:
TIC(Q) = total biaya persediaan per tahun.
D = jumlah kebutuhan barang dalam unit.
H = biaya penyimpanan (unit per periode).
S = biaya pemesanan setiap kali pesanan.
3. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini penulis
menggunakan metode kuantitatif dengan
desain studi kasus. Penelitian studi kasus
menurut Arikunto (2006:142) dalam Alfiah
(2011:46) yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif, terinci dan
mendalam suatu organisasi, lembaga atau
gejala tertentu. Penelitian ini adalah studi
kasus tentang penggunaan model Economical
Order Quantity (EOQ) dalam pembelian
bahan baku di PT. Tsuzuki Indonesia
Manufacturing berdasarkan data histori
pembelian pada periode januari 2018 sampai
desember 2018.
Penelitian ini dilakukan di PT. Tsuzuki
Indonesia Manufacturing Karawang yang
beralamat di Jalan Harapan Raya Lot JJ Blok
3B Kawasan Industri KIIC Karawang, Jawa
Barat 41361 Indonesia Phone : (0267)
8634902-04 Fax : (0267) 8634905 dan waktu
penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai
Agustus 2109.
Persediaan bahan baku yang ada pada
perusahaan harus tersedia untuk menjamin
proses produksi agar berjalan lancar. Akan
tetapi perusahaan harus memastikan
persediaan bahan baku jangan terlalu besar
sehingga modal yang tertanam atau biaya yang
ditimbulakan dengan adanya persediaan juga
tidak besar dan untuk menghindari penurunan
atau penyusutan kualitas barang kareana
penyimpanan terlalu lama. Untuk menentukan
penyediaan bahan baku dapat menggukan
metode economical order quanlity, yaitu
jumlah pembelian bahan baku yang dapat
diperoleh dengan biaya ekonomis setiap kali
pembelian. Metode EOQ merupakan model
persediaan yang memiliki komponen
perhitungan yaitu jumlah pemesanan, biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan.
Tujuan perhitungan dengan Metode
economical order quanlity untuk menentukan
pembelian yang ideal, artinya antara
pembelian dan pemakaian seimbang. Jumlah
pemesanan. Apabila digambarkan dalam
desain penelitian, maka desain penelitian ini
sebagai berikut :
Penelitian ini merupakan penelitian
kasus karena penelitian ini dilakukan secara
intensif, terinci, dan mendalam terhadapa
pengambilan keputusan pembelian bahan
baku PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing.
Hal ini sesuai pendapat (Arikunto, 1998:115
dalam M. Trihudiyantmanto, 2017:224)
bahwa penelitian yang dilakukan secara
intensif, terinci dan mendalam terhadap obyek
suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala
tertentu yang diteliti.
Mangacu pada pendapat tersebut,
populasi dan sampel dalam penelitian ini tidak
ada karena penelitian ini hanya meneliti
pengambilan keputusan pembelian bahan
baku di satu perusahaan sebagai sumber data,
yaitu pengambilan keputusan pembelian
bahan baku pada PT. Tsuzuki Indonesia
Manufacturing tahun 2018.
Dalam upaya memperoleh data yang
memeberikan gambaran permasalahan secara
keseluruhan digunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Wawancara
Proses tanya dan jawab secara langsung
kepada pihak PT. Tsuzuki Indonesia
Manufacturing agar mendapatkan data
yang lengkap sehubungan masalah yang
akan diteliti.
2. Observasi
Observasi penelitian ini melakukan
pengamatan secara langsung ke
perusahaan dengan melihat data
pembelian dan pemakaian barang pada
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing.
3. Studi Dokumen
Dokumentasi ditunjukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, Dengan metode ini penelitian
dapat memperoleh data dengan
mengetahui proses produksi,
permasalahan yang terjadi pada
persediaan barang atau safety stock.
Untuk menganalisis data penelitian yang
diperoleh, digunakan metode deskriptif
analisis dan kuantitatif nonstatistik. Dengan
metode ini, data penelitian disusun,
diinterpretasikan, dideskripsikan, dan
dianalisis. Hasilnya dibandingkan dengan
kebijakan yang diterapkan perusahaan jika
perusahaan menggunakan metode Economical
Order Quantity (EOQ). Adapun alat analisis
data yang digunakan untuk menganalisis data
penelitian ini meliputi analisis pembelian
bahan baku, persediaan pengamanan (safety
stock), titik pemesanan kembali (reorder
point), biaya total persediaan (total enventory
cost).
Metode analisis data yang digunakan
untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Pembelian Bahan Baku
Untuk dapat menentukan jumlah
pemesanan atau pembelian yang optimal
tiap kali pemesanan perlu ada
perhitungan kuantitas pembelian optimal
yang ekonomis atau Economic Order
Quantity (EOQ).
Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
Dimana:
EOQ = jumlah pembelian optimal yang
ekonomis.
S = biaya pemesanan (persiapan
pesanan dan penyiapan mesin)
perpesanan.
D = Penggunaan/permintaan yang
diperkirakan per periode waktu.
H = Biaya penyimpanan per unit per
tahun.
2. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Perhitungan safety stock digunakan untuk
mengetahui berapa besar perusahaan harus
mencadangkan persediaan bahan baku
sebagai pengaman terhadap kelangsungan
proses produksi perusahaan. Untuk
menaksir besarnya safety stock menurut
Slamet (2007:161),dapat digunakan
metode perbedaan pemakaian maksimum
dan pemakaian rata-rata. Metode ini
dilakukan dengan menghitung selisish
antara pemakaian maksimum dengan
pemakaian rata-rata dalam jangka waktu
tertentu, kemudian selisih tersebut
dikalikan dengan lead time. Adapun rumus
untuk menghitung safety stock adalah
sebagai berikut:
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Point)
Reorder point dapat diketahui dengan
menetapkan penggunaan selama lead time
dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock,
dengan menggunakan rumus :
Adapun rumus ROP adalah sbg
berikut:
𝑅𝑂𝑃 = ( 𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘
4. Biaya Total Persediaan (Total
Inventory Cost)
Analisis ini untuk mengetahui berapa
total persediaan yang terdiri dari biaya
pembelian bahan baku, biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan.
Adapun rumusnya adalah : Total biaya
persediaan bahan baku = biaya
pembelian bahan baku + biaya
pemesanan + biaya penyimpanan
TIC =
Dimana:
TIC(Q) = total biaya persediaan per
tahun
D = jumlah kebutuhan barang dalam
unit
H = biaya penyimpanan (unit per
periode)
S = biaya pemesanan setiap kali pesanan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persediaan Shaft Stator Yang Optimal
Dengan Metode EOQ
Pembelian shaft stator pada PT. Tsuzuki
Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada
Tabel 5.01 sebagai berikut :
Tabel 5.01 Pembelian Shaft Stator
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.02 Pemakaian Shaft Stator
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Bulan Tahun 2018
Januari 143.929
Februari 130.285
Maret 138.567
April 152.129
Mei 157.435
Juni 87.977
Juli 131.336
Agustus 131.842
September 153.921
Oktober 159.677
November 160.380
Desember 123.021
Jumlah 1.670.499
Rata-Rata 139.208,25
Tabel 5.03 Biaya Pemesanan Shaft Stator
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.04 Biaya Penyimpanan Shaft Stator
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Berdasarkan uraian diatas, jumlah
pembelian shaft stator yang dihitung dengan
menggunakan metode EOQ pada PT.
Tsuzuki Indonesia Manufacturing adalah
sebagai berikut :
a. Perhitungan Economical Order
Quantity (EOQ)
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
= √2 𝑥 334.099.800 𝑥 1.628.824
45.251
= 155.087,24 𝑝𝑐𝑠
(Dibulatkan menjadi 155.087 pcs)
Frekuensi pembelian = 1.628.824
155.824= 10,45
(Dibulatkan menjadi 10 kali)
b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
= (138.574 – 135.735)x 3
= 2.839 x 3
= 8.517 Pcs
Persediaan pengamanan (safety stock)
yang harus ada untuk shaft stator pada PT.
Tsuzuki Indonesia Manufacturing 8.517 pcs.
c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder
Point)
ROP = ( d x L ) + Safety Stock
ROP = (2.839 x 3 ) + 8.517
ROP = 8.517 + 8.157
ROP = 17.023 pcs
d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost)
𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
𝑇𝐼𝐶 √2 𝑥 1.628.824 𝑥 334.099.800 𝑥 45.251
𝑇𝐼𝐶 = 7.017.855.301,99
Persediaan Set Ring 15 mm Yang Optimal
Dengan Metode EOQ
Pembelian set ring 15 mm pada PT.
Tsuzuki Indonesia Manufacturing
ditunjukkan pada Tabel 5.05 sebagai berikut
Tabel 5.05 Pembelian Set Ring 15 mm
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.06 Pemakaian Set Ring 15 MM
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Bulan Pembelian Plan
Pemakaian
Pemakaian
Max
Plan
Stock
Plan Stock
Max
Des 2017 17.796 17.796
Januari 143.929 140.261 141.261 21.464 20.706
Februari 130.285 124.509 127.833 27.240 23.158
Maret 138.567 140.545 141.349 25.263 20.376
April 152.129 153.462 158.570 23.930 13.935
Mei 157.435 156.899 160.041 24.466 11.329
Juni 87.977 79.881 81.858 32.562 17.448
Juli 131.336 135.498 137.036 28.399 11.748
Agustus 131.842 129.091 131.545 31.151 12.045
September 153.921 145.551 149.266 39.521 16.700
Oktober 159.677 150.487 155.221 48.711 21.156
November 160.380 147.508 151.815 61.583 29.721
Desember 123.021 125.133 127.338 59.471 25.404
Jumlah 1.670.499 1.628.824 1.662.891
Rata-Rata 139.208,25 135.735 138.574
Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan
Januari 225.447 Rp 200,00 Rp 28.785.800,00
Februari 130.200 Rp 200,00 Rp 26.057.000,00
Maret 129.000 Rp 200,00 Rp 27.713.400,00
April 184.800 Rp 200,00 Rp 30.425.800,00
Mei 157.200 Rp 200,00 Rp 31.487.000,00
Juni 74.400 Rp 200,00 Rp 17.595.400,00
Juli 129.600 Rp 200,00 Rp 26.267.200,00
Agustus 105.600 Rp 200,00 Rp 30.784.200,00
September 120.000 Rp 200,00 Rp 31.935.400,00
Oktober 141.600 Rp 200,00 Rp 32.076.000,00
November 135.000 Rp 200,00 Rp 32.076.000,00
Desember 98.500 Rp 200,00 Rp 24.099.800,00
Jumlah 1.670.499 Rp 334.099.800,00
Tahun Biaya Penyimpanan
2018 Rp 45.251,00
Bulan Tahun 2018
Januari 225.447
Februari 130.200
Maret 129.000
April 184.800
Mei 157.200
Juni 74.400
Juli 129.600
Agustus 105.600
September 120.000
Oktober 141.600
November 135.000
Desember 98.500
Jumlah 1.631.347
Rata-Rata 135.945,58
Bulan Pembelian Plan
Pemakaian
Pemakaian
Max
Plan
Stock
Plan Stock
Max
Des 2017 77.063 77.063
Januari 225.447 137.241 139.373 165.264 163.137
Februari 130.200 121.572 122.364 173.892 170.973
Maret 129.000 150.154 156.169 152.738 143.805
April 184.800 140.473 142.399 197.065 186.204
Mei 157.200 151.998 150.307 202.268 193.097
Juni 74.400 86.537 90.393 190.131 177.105
Juli 129.600 123.416 125.186 196.315 181.519
Agustus 105.600 130.792 134.700 171.123 152.419
September 120.000 131.253 132.272 159.870 140.147
Oktober 141.600 147.849 154.520 153.621 127.226
November 135.000 141.395 144.370 147.226 117.865
Desember 98.500 119.728 124.753 125.998 91.603
Jumlah 1.631.347 1.582.412 1.616.807
Rata-Rata 135.945,58 131.867,7 134.733,9
Tabel 5.07 Biaya Pemesanan Set Ring 15 mm
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.08 Biaya Penyimpanan Set Ring 15 mm
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun 2018
Tahun Biaya Penyimpanan
2018 Rp 836,00/pcs
a. Perhitungan Economical Order
Quantity (EOQ)
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
= √2 𝑥 16.313.470𝑥 1.582.412
836
= 248.510,54 𝑃𝑐𝑠
(Dibulatkan menjadi 248.510 pcs)
Frekuensi pembelian = 1.582.412
248.510= 6,36
(Dibulatkan menjadi 6 kali)
b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
= (134.734 – 131.868)x 3
= 2.866 x 3
= 8.598 Pcs
c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder
Point)
ROP = ( d x L ) + Safety Stock
ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598
ROP = 8.598 + 8.598
ROP = 17.196 pcs
d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 16.313.470 𝑥 836
𝑇𝐼𝐶 = 207.754.813,45
Persediaan Needle BRG Yang Optimal
Dengan Metode EOQ
Pembelian needle BRG pada PT. Tsuzuki
Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada
Tabel 5.09 sebagai berikut
Tabel 5.11 Pembelian Needle BRG Pada
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing
Tahun 2018
Tabel 5.10 Pemakaian Needle BRG
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan
Januari 225.447 Rp 10,00 Rp 2.254.470,00
Februari 130.200 Rp 10,00 Rp 1.302.000,00
Maret 129.000 Rp 10,00 Rp 1.290.000,00
April 184.800 Rp 10,00 Rp 1.848.000,00
Mei 157.200 Rp 10,00 Rp 1.572.000,00
Juni 74.400 Rp 10,00 Rp 744.000,00
Juli 129.600 Rp 10,00 Rp 1.296.000,00
Agustus 105.600 Rp 10,00 Rp 1.056.000,00
September 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00
Oktober 141.600 Rp 10,00 Rp 1.416.000,00
November 135.000 Rp 10,00 Rp 1.350.000,00
Desember 98.500 Rp 10,00 Rp 985.000,00
Jumlah 1.631.347 Rp 16.313.470,00
Bulan Tahun 2018
Januari 207.300
Februari 125.100
Maret 141.750
April 152.550
Mei 139.950
Juni 82.350
Juli 128.250
Agustus 113.400
September 121.500
Oktober 139.500
November 126.900
Desember 124.200
Jumlah 1.602.750
Rata-Rata 133.562,5
Bulan Pembelian Plan
Pemakaian
Pemakaian
Max
Plan
Stock
Plan Stock
Max
Des 2017 77.063 77.063
Januari 207.300 137.246 139.373 147.117 144.990
Februari 125.100 121.572 122.364 150.645 147.726
Maret 141.750 150.154 156.169 142.241 133.307
April 152.550 140.473 142.399 154.318 143.457
Mei 139.950 151.998 150.307 142.271 133.100
Juni 82.350 86.537 90.392 138.084 125.058
Juli 128.250 123.416 125.186 142.918 128.122
Agustus 113.400 130.792 134.700 125.526 106.822
September 121.500 131.253 132.272 115.773 96.049
Oktober 139.500 147.849 154.520 107.424 81.029
November 126.900 141.395 144.370 92.929 63.559
Desember 124.200 119.728 124.753 97.401 63.006
Jumlah 1.602.750 1.582.412 1.616.807
Rata-Rata 133.562,5 131.868 134.734
Tabel 5.11 Biaya Pemesanan Needle BRG
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.12 Biaya Penyimpanan Needle BRG
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tahun Biaya Penyimpanan
2018 Rp 12.490,00/pcs
a. Perhitungan Economical Order Quantity
(EOQ)
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
= √2 𝑥 80.137.500𝑥 1.582.412
12.490
= 142.498,88𝑃𝑐𝑠
(Dibulatkan menjadi 142.499 pcs)
Frekuensi pembelian = 1.582.412
142.499= 11,10
(Dibulatkan menjadi 11 kali)
b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
= (134.734 – 131.868)x 3
= 2.866 x 3
= 8.598 Pcs
c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)
ROP = ( d x L ) + Safety Stock
ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598
ROP = 8.598 + 8.598
ROP = 17.196 pcs
d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 80.137.500 𝑥 12.490
𝑇𝐼𝐶 = 1.779.811.037,83
Persediaan Plug 5,3 Yang Optimal Dengan
Metode EOQ
Pembelian plug 5,3 pada PT. Tsuzuki
Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada
Tabel 5.13 sebagai berikut :
Tabel 5.13 Pembelian Plug 5,3
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.14 Pemakaian Plug 5,3
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan
Januari 207.300 Rp 50,00 Rp 10.365.00,00
Februari 125.100 Rp 50,00 Rp 6.255.000,00
Maret 141.750 Rp 50,00 Rp 7.087.500,00
April 152.550 Rp 50,00 Rp 7.627.500,00
Mei 139.950 Rp 50,00 Rp 6.997.000,00
Juni 82.350 Rp 50,00 Rp 4.117.500,00
Juli 128.250 Rp 50,00 Rp 6.412.500,00
Agustus 113.400 Rp 50,00 Rp 5.670.000,00
September 121.500 Rp 50,00 Rp 6.075.000,00
Oktober 139.500 Rp 50,00 Rp 6.975.000,00
November 126.900 Rp 50,00 Rp 6.345.000,00
Desember 124.200 Rp 50,00 Rp 6.210.000,00
Jumlah 1.602.750 Rp 80.137.500,00
Bulan Tahun 2018
Januari 219.265
Februari 140.000
Maret 150.000
April 170.000
Mei 120.000
Juni 100.000
Juli 100.000
Agustus 100.000
September 120.000
Oktober 150.000
November 130.000
Desember 120.000
Jumlah 1.619.265
Rata-Rata 134.938,8
Bulan Pembelian Plan
Pemakaian
Pemakaian
Max
Plan
Stock
Plan Stock
Max
Des 2017 70.448 70.448
Januari 219.265 137.246 139.373 152.467 150.340
Februari 140.000 121.572 122.364 170.895 167.976
Maret 150.000 150.154 156.169 170.741 161.807
April 170.000 140.473 142.399 200.268 189.407
Mei 120.000 151.998 150.307 168.271 159.100
Juni 100.000 86.537 90.392 181.734 168.708
Juli 100.000 123.416 125.186 158.318 143.552
Agustus 100.000 130.792 134.700 127.526 108.822
September 120.000 131.253 132.272 116.273 96.549
Oktober 150.000 147.849 154.520 118.424 92.029
November 130.000 141.395 144.370 107.029 77.659
Desember 120.000 119.728 124.753 107.301 72.906
Jumlah 1.619.265 1.582.412 1.616.807
Rata-Rata 134.938,8 131.868 134.734
Tabel 5.15 Biaya Pemesanan Plug 5,3
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.16 Biaya Penyimpanan Plug 5,3
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tahun Biaya Penyimpanan
2018 Rp 971,00/pcs
a. Perhitungan Economical Order Quantity
(EOQ)
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
= √2 𝑥 16.192.500𝑥 1.582.412
971
= 229.732,33𝑃𝑐𝑠
(Dibulatkan menjadi 228.732 pcs)
Frekuensi pembelian = 1.582.412
229.732= 6,88
(Dibulatkan menjadi 7 kali)
b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
= (134.734 – 131.868)x 3
= 2.866 x 3
= 8.598 Pcs
c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)
ROP = ( d x L ) + Safety Stock
ROP = (2.866 x 3 ) + 8.598
ROP = 8.598 + 8.598
ROP = 17.196 pcs
d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 1.582.412 𝑥 16.192.650 𝑥 971
𝑇𝐼𝐶 = 223.071.126,79
Persediaan Plug 5,8 Yang Optimal Dengan
Metode EOQ
Pembelian plug 5,8 pada PT. Tsuzuki
Indonesia Manufacturing ditunjukkan pada
Tabel 5.17 sebagai berikut :
Tabel 5.17 Pembelian Plug 5,8
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.18 Pemakaian Plug 5,8
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya
Pemesanan
Januari 219.265 Rp 10,00 Rp 2.292.650,00
Februari 140.000 Rp 10,00 Rp 1.400.000,00
Maret 150.000 Rp 10,00 Rp 1.500.000,00
April 170.000 Rp 10,00 Rp 1.700.000,00
Mei 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00
Juni 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00
Juli 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00
Agustus 100.000 Rp 10,00 Rp 1.000.000,00
September 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00
Oktober 150.000 Rp 10,00 Rp 1.500.000,00
November 130.000 Rp 10,00 Rp 1.300.000,00
Desember 120.000 Rp 10,00 Rp 1.200.000,00
Jumlah 1.619.265 Rp 16.192.650,00
Bulan Tahun 2018
Januari 1.174.195
Februari 640.000
Maret 700.000
April 700.000
Mei 650.000
Juni 550.000
Juli 600.000
Agustus 550.000
September 600.000
Oktober 700.000
November 630.000
Desember 600.000
Jumlah 8.094.195
Rata-Rata 674.516
Bulan Pembelian Plan
Pemakaian
Pemakaian
Max
Plan
Stock
Plan Stock
Max
Des 2017 385.120 385.120
Januari 1.174.195 686.230 696.866 873.085 862.449
Februari 640.000 607.861 611.821 905.225 890.628
Maret 700.000 750.768 780.846 854.456 809.783
April 700.000 702.364 711.996 852.092 797.787
Mei 650.000 759.988 751.536 742.104 696.251
Juni 550.000 432.684 451.536 859.420 794.290
Juli 600.000 617.081 625.931 842.339 768.359
Agustus 550.000 653.960 673.501 738.379 644.858
September 600.000 656.265 661.361 682.114 583.497
Oktober 700.000 739.244 772.601 642.870 510.897
November 630.000 706.974 721.851 565.896 419.046
Desember 600.000 598.641 623.766 567.255 395.280
Jumlah 8.094.195 7.912.060 8.084.035
Rata-Rata 674.516 659.338 673.670
Tabel 5.19 Biaya Pemesanan Plug 5,8
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tabel 5.20 Biaya Penyimpanan Plug 5,8
PT. Tsuzuki Indonesia Manufacturing Tahun
2018
Tahun Biaya Penyimpanan
2018 Rp 949,00/pcs
a. Perhitungan Economical Order Quantity
(EOQ)
𝐸𝑂𝑄 = √2𝑆𝐷
𝐻
= √2 𝑥 80.941.950𝑥 7.912.060
949
= 1.161.752,21𝑃𝑐𝑠
(Dibulatkan menjadi 1.161.752 pcs)
Frekuensi pembelian = 7.912.000
1.161.752= 6,81
(Dibulatkan menjadi 7 kali)
b. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Safety stock = (Pemakaian Maksimum –
Pemakaian Rata-rata) Lead Time
= (673.670 – 659.338)x 3
= 14.332 x 3
= 42.996 Pcs
c. Titik Pemesanan Kembali (Reoder Point)
ROP = ( d x L ) + Safety Stock
ROP = (14.332 x 3 ) + 42.996
ROP = 42.996 + 42.996
ROP = 85.992 pcs
d. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost) 𝑇𝐼𝐶 = √2. 𝐷𝑆𝐻
𝑇𝐼𝐶 = √2 𝑥 7.912338 𝑥 80.941.950 𝑥 949
𝑇𝐼𝐶 = 1.102.522.220,52
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa metode EOQ lebih efisien
dibanding dengan kebikajan perusahaan. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya pembelian
yang optimal dan penghematan total inventory
cost (TIC) sebagai berikut :
1. Economical order quantity (EOQ).
Hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan menerapkan metode economical
order quantity (EOQ), maka pengadaan
dan persediaan bahan baku akan
menimbulkan efek yang baik dari segi
waktu dan biaya.Perhitungan Persediaan
bahan baku antara kebijakan perusahaan
dan metode EOQ, pembelian yang
optimal menggunakan metode EOQ
adalah sebesar shaft stator 155.087 pcs
dengan frekuensi pembelian 10 kali, set
ring 15 mm 248.510 pcs dengan
frekuensi pembelian 6 kali, needle brg
142.499 pcs dengan frekuensi
pembelian 11 kali, plug 5,3 229.732 pcs
dengan frekuensi pembelian 7 kali, dan
plug 5,8 1.161.752 pcs dengan frekuensi
7 kali.
2. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan menerapkan persediaan
pengamanan (safety stock), maka dapat
meminimumkan biaya persediaan bahan
baku dan untuk menghindari timbulnya
biaya kehabisan persediaan bahan baku.
Sehingga dengan menerapkan
persediaan pengamanan (safety stock)
yang tepat dapat mengefisiensikan
jumlah persediaan yang harus ada.
Persediaan pengaman shaft stator 8.517
pcs, set ring 15 mm 8.517 pcs, needle
brg 8.598 pcs, plug 5,3 8,598 pcs dan
plug 5,8 42.996 pcs.
3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Point)
Bulan Jumlah Pemesanan Biaya Pemesanan Total Biaya Pemesanan
Januari 1.174.195 Rp 10,00 Rp 11.741.950,00
Februari 640.000 Rp 10,00 Rp 6.400.000,00
Maret 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00
April 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00
Mei 650.000 Rp 10,00 Rp 6.500.000,00
Juni 550.000 Rp 10,00 Rp 5.500.000,00
Juli 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00
Agustus 550.000 Rp 10,00 Rp 5.500.000,00
September 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00
Oktober 700.000 Rp 10,00 Rp 7.000.000,00
November 630.000 Rp 10,00 Rp 6.300.000,00
Desember 600.000 Rp 10,00 Rp 6.000.000,00
Jumlah 8.094.195 Rp 80.941.950,00
Hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan menerapkan titik pemesanan
kembali (reorder point), dapat
mengefektifkan pembelian dan
persediaan bahan baku sehingga biaya
persediaan bahan baku lebih efektif.
Dalam menerapkan reorder point harus
dipastikan sesuai kebutuhan dan lead
time barang yang akan datang. Titik
pemesanan kembali (reorder point),
shaft stator 17.034 pcs, set ring 15 mm
17.196 pcs, needle brg 17.196 pcs, plug
5,3 17.196 pcs dan plug 5,8 85.992 pcs.
4. Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost)
Hasil penelitian menunjukan bahwa,
dengan pembelian yang ekonomis maka
total biaya persediaan (total invenroty
cost) dibandingkan dengan metode
kebijakan persahaan saat ini didapatkan
selisih. Selisih total biaya persediaan
shaft stator Rp 3.126.156.121,01, set
ring 15 mm Rp 98.248.474,55, needle
brg Rp 828.870.286,17, plug 5,3 Rp
99.284.501,21 dan plug 5,8 Rp
494.552.941,00.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
dapat memberikan saran kepada perusahaan
yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat kebijakan
persediaan, saran tersebut meliputi :
1. Dalam menentukan persediaan bahan
baku yang optimal dengan biaya yang
minimum, perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan untuk menerapkan
metode economical order quantity
(EOQ). Karena dengan menerapkan
metode economical order quantity
(EOQ) perusahaan dapat melakukan
pembelian bahan baku dengan jumlah
yang optimal dan frekuwensi
pemesanan yang minimal. 2. Dalam menentukan safety stock
sebaiknya juga dipertimbangkan
mengenai jumlah ng produk. Jika ng
produk dalam proses melebihi target
yang ditetapkan perusahaan, sebaiknya
safety stock ditambahan dengan melihat
laporan bulan sebelumnya untuk
menentukan buffer stock agar produksi
berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA Sudarismiati A dan Zainuddin, 2018. Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Dengan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) Pada PT. Mitra Multi
Perdana, terbit dijurnal Ekonomi dan
Bisnis GROWTH (JIBG) Vol.16, No.
1, Mei 2018;1-17.
Indroprasto dan Erma S, 2012. Analisi
Pengendalian Persedian Produk
Dengan Metode EOQ Menggunakan
Algoritma Genetika untuk
Mengefisiensikan Biaya Persediaan,
terbit dijurnal Teknik ITS Vol. 1,
(Sept, 2012) ISSN: 2301-9271.
Nababan D, 2017. Sistem Pengontrolan
Persediaan Barang Dengan Metode
Economic Order Quantity (EOQ)
Menggunakan Algoritma Genetika,
terbit dijurnal ISD Vol.2 No.1
Januari - Juni 2017 pISSN : 2477-
863X .
Candra YP, Nengah S, 2016. Penerapan
Metode EOQ (Economic Order
Quantity) Dalam Rangka
Meminimumkan Biaya Persediaan
Bahan Baku, terbit dijurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 36
No. 1 Juni 2016.
Amrillah AF, et al, 2016. Analisis Metode
Economic Order Quantity (EOQ)
Sebagai Dasar Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Pembantu,
terbit dijurnal Administrasi Bisnis
(JAB) Vol. 33 No. 1 April 2016.
Trihudiyatmanto M, 2017. Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Dengan Menggunakan Metode
Economic Order Quantity (EOQ),
terbit dijurnal PPKM III (2017) 220 –
234.
Wijaya D, et al, 2016. Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Ikan Pada PT.
Celebes Minapratama Bitung, terbit
dijurnal EMBA Juni, Hal. 578-591.
Suryanto MR, Sadjiarto A, 2012. Efisiensi
Penggunaan Model EOQ (Economic
Order Quantity) Pada PT. Puspa Madu
Sari Salatiga, terbit dijurnal 44 Among
Makarti Vol.5 No.10, Desember.
Mahata GC, Goswani A, 2009. Fuzzy EOQ
Models for Deteriorating Items with
Stock Dependent Demand & Non-
Linier Holding Costs, terbit dijurnal
International Journal of Applied
Mathematics and Computer Sciences
5:2.
Wahab MIM, et al, 2011. EOQ models for a
coordinated two-level international
supply chain considering imperfect
items and environmental impact, terbit
dijurnal M.I.M. Wahab et al. / Int. J.
Production Economics 134 (2011)
151–158.