perencanaan persediaan bahan baku tidak langsung …

55
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG PADA PRODUK SKID TANK 40KL DI PT. SIGMA REKAYASA PRIMA Oleh Farisza Pramana Putra ID No. 004201305010 Laporan Skripsi ini diajukan ke Fakultas Teknik President University untuk memenuhi persyaratan akademik mencapai gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2018

Upload: others

Post on 05-Feb-2022

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN

BAKU TIDAK LANGSUNG PADA PRODUK

SKID TANK 40KL DI PT. SIGMA REKAYASA

PRIMA

Oleh

Farisza Pramana Putra

ID No. 004201305010

Laporan Skripsi ini diajukan ke Fakultas Teknik President

University untuk memenuhi persyaratan akademik mencapai

gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Industri

2018

Page 2: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Tidak

Langsung Pada Produk Skid Tank 40KL Di PT. Sigma Rekayasa

Prima” yang disusun dan diajukan oleh Farisza Pramana Putra

sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata

satu pada falkutas teknik telah ditinjau dan dianggap memenuhi

persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, saya merekomendasikan

skripsi ini untuk maju sidang.

Cikarang, 22 Februari 2018

Anastasia Lidya Maukar, ST., M.Sc, M.MT.

Page 3: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perencanaan Persediaan

Bahan Baku Tidak Langsung Pada Produk Skid Tank 40KL Di

PT. Sigma Rekayasa Prima” adalah hasil dari pekerjaan saya dan

seluruh ide, pendapat atau materi yang berasal dari sumber lain telah

dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan

ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung

sanksi yang akan dikenakan pada saya.

Cikarang, 22 Februari 2018

Farisza Pramana Putra

Page 4: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

LEMBAR PENGESAHAN

Perencanaan Persediaan Bahan Baku Tidak Langsung Pada

Produk Skid Tank 40KL Di PT. Sigma Rekayasa Prima

Oleh

Farisza Pramana Putra

ID No. 004201305010

Disetujui Oleh

Anastasia Lidya Maukar, ST., M.Sc, M.MT.

Dosen Pembimbing Skripsi

Mengetahui

Ir. Andira, MT

Ketua Program Studi Teknik Industri

Page 5: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

ABSTRAK

Persediaan memiliki peranan penting dalam menjalankan proses produksi, jika

terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terhentinya produksi sehingga

terjadi kerugian karena hal itu. PT. Sigma Rekayasa Prima adalah perusahaan

yang bergerak dibidang manufaktur dan supporting alat berat di Kawasan Industri

Jababeka, Cikarang, Bekasi. Tipe strategi yang digunakan dalam menjalankan

bisnisnya disebut Engineering To Order (ETO) yaitu tipe strategi industri dengan

membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus yang diminta dari konsumen

mulai dari desain produk sampai pengiriman produk.

Dalam menjalankan akitifitas produksi Skid Tank 40KL, perusahaan melakukan

pengelolaan persediaan pada fastener. PT. Sigma Rekayasa Prima pernah

mengalami kekurangan persediaan fastener dan perusahaan ingin meminimumkan

Total Cost yang ada.

Berdasarkan permasalahan tersebut, pengendalian persediaan bahan baku tidak

langsung (fastener) sangat penting dilakukan oleh perusahaan, oleh karena itu

untuk meminimumkan total biaya persediaan bahan baku tidak langsung, perlu

adanya rancangan pada sistem persediaan agar pemesanan bahan baku tidak

langsung yang dilakukan optimal dan mengatur waktu kedatangan bahan baku

tepat pada waktunya sehingga permintaan produksi dapat terpenuhi. Dalam

permasalah ini perhitungan yang tepat ialah menggunakan model persediaan EOQ

(Economic Order Quantity), dan model persediaan Multi Item Single Supplier

Kata kunci: Perencanaan Persediaan, EOQ (Economic Order Quantity), Multi

Item Single Supplier, Total Cost

Page 6: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik. Penulisan laporan ini

merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mencapai gelar sarjana teknik

program studi teknik industri.

Dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan skrisi ini peulis banyak

mendapat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Anastasia Lidya Maukar, M.Sc, M.IT selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan

selama ini, serta memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan skripsi

ini.

2. Ibu Ir. Andira MT, selaku Kepala Program Studi Industrial Engineering

President University.

3. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan, dan bantuan serta

pengertian yang besar kepada saya selama mengikuti perkuliahan maupun

dalam menyelesaikan laporan skripsi di President University.

4. Bapak M.Arif Syaifudin selaku Direktur Utama PT. Sigma Rekayasa Prima

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Site manager dan rekan-rekan kerja dari departemen engineering PT. Sigma

Rekayasa Prima yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuannya.

Penulis menyadari masih banyak kekuangan dalam penyusunan laporan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun unutk

membantu dalam penyempurnaan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Page 7: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 3

1.5 Asumsi .......................................................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................... 4

BAB II STUDI LITERATUR ............................................................................. 5

2.1 Pengendalian Persediaan ............................................................................... 5

2.2 Macam-Macam Persediaan ........................................................................... 6

2.3 Biaya Persediaan ........................................................................................... 7

2.4 Sejarah Model EOQ (Economic Order Quantity) ......................................... 8

2.5 Model EOQ (Economic Order Quantity) ...................................................... 8

2.6 Model Persediaan Multi Item Single Supplier ............................................... 9

Page 8: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

2.7 Reorder Point .............................................................................................. 10

2.8 Safety Stock ................................................................................................. 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 12

3.1 Metodologi Penelitian ................................................................................. 12

3.1.1 Observasi Awal ........................................................................................ 12

3.1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 13

3.1.3 Studi Literatur .......................................................................................... 13

3.1.4 Pengumpulan Data ................................................................................... 13

3.1.5 Analisis Data ............................................................................................ 14

3.1.6 Simpulan dan Saran.................................................................................. 14

3.2. Kerangka Penelitian ................................................................................... 14

BAB IV DATA DAN ANALISIS .................................................................... 16

4.1 Observasi Awal ........................................................................................... 16

4.2 Permasalahan .............................................................................................. 21

4.3 Pengumpulan Data ...................................................................................... 22

4.4 Usulan Perbaikan ........................................................................................ 28

4.5 Pengolahan Data Dengan Model Persediaan EOQ (Economic Order

Quantity) ........................................................................................................... 28

4.6 Pengolahan Data Dengan Model Persediaan Multi Item Single Supplier ... 34

4.7 Perbandingan Metode Perusahaan, Model Persediaan EOQ, dan

Multi Item Single Supplier ................................................................................ 36

4.8 Prediksi Permintaan Skid Tank 40KL Tahun 2018 ..................................... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 42

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 42

5.2 Saran ............................................................................................................ 42

Page 9: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43

Page 10: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Bill Of Material Skid Tank 40KL ...................................................... 20

Tabel 4.2 Total Kebutuhan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017 ...... 22

Tabel 4.3 Total Harga Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017 .............. 23

Tabel 4.4 Biaya Simpan Fastener Untuk Skid Tank 40KL ............................... 25

Tabel 4.5 Perhitungan Sistem Yang Digunakan Perusahaan Tahun 2017 ........ 26

Tabel 4.6 Perhitungan Model Persediaan EOQ (Economic Order Quantity) ... 28

Tabel 4.7 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier

Tahun 2017 ....................................................................................................... 34

Tabel 4.8 Perbandingan Metode Perusahaan, Model Persediaan EOQ,

dan Multi Item Single Supplier .......................................................................... 36

Tabel 4.9 Prediksi Permintaan Fastener Skid Tank 40KL Tahun 2018 ............ 38

Tabel 4.10 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier

Tahun 2018 ....................................................................................................... 39

Page 11: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Flow Process Pembelian Bahan Baku Tidak Langsung ............... 17

Gambar 4.2 Flow Process Penerimaan Bahan Baku Tidak Langsung ............. 17

Gambar 4.3 Flow Process Assembly ................................................................. 17

Gambar 4.4 Produk Skid Tank 40KL ................................................................ 18

Gambar 4.5 Struktur Produk Skid Tank 40KL Untuk Bahan Baku Tidak

Langsung ........................................................................................................... 19

Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017 . 25

Page 12: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dalam perusahaan manufaktur, perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku

merupakan suatu masalah yang sangat penting. Karena salah satu unsur yang

paling penting dalam perusahaan manufaktur adalah unsur bahan baku yang akan

diproses oleh suatu sistem teknologi menjadi suatu produk jadi. Agar produk jadi

yang akan dihasilkan itu benar-benar diproduksi dengan tepat maka unsur-unsur

yang membentuk produk tersebut, dalam hal ini bahan baku, harus ditangani

dengan seksama dan perlu perencanaan yang baik.

Perencanaan kebutuhan bahan baku memegang peranan penting dalam menjawab

permasalahan apa yang mesti diadakan, berapa banyak material yang diperlukan

dan kapan bahan-bahan itu harus ada. (Moore, 1989).

PT. Sigma Rekayasa Prima merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

manufaktur dan supporting alat berat di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,

Bekasi. Tipe strategi yang digunakan oleh PT. Sigma Rekayasa Prima dalam

menjalankan bisnisnya disebut Engineering To Order (ETO) yaitu tipe strategi

industri dengan membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus yang diminta

dari konsumen mulai dari desain produk sampai pengiriman produk. Produk-

produk yang dihasilkan selalu memenuhi standar yang diberikan oleh pelanggan.

Perusahaan ini mempunyai enam departemen, yaitu : departemen finance &

accounting, departemen admin, departemen engineering & PPIC, departemen

production, departemen project, departemen sales & marketing. Produk yang

dihasilkan adalah Skid Tank 40KL, Water Truck 20KL, Fuel Truck 20KL, Tower

Lamp, Truck Vessel 27M3.

PT. Sigma Rekayasa Prima sebagai salah satu perusahaan manufaktur dan

supporting alat berat bertekad menjadi perusahaan fabrikasi dengan kualitas dan

proses produksi yang berdaya saing global yang berorientasi terhadap kepuasan

pelanggan maupun pihak-pihak terkait dengan kualitas produk dan pelayanan

yang prima, serta peduli terhadap lingkungan kerja yang aman dan kondisi kerja

Page 13: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

yang bebas dari kecelakaan kerja dan bebas dari penyakit akibat kerja, serta ramah

lingkungan.

Pemilihan produk untuk penelitian ini adalah Skid Tank 40KL yang merupakan

produk dalam jumlah pemesanan dalam 1 tahun menghasilkan 24 unit.

Dalam menjalankan akitivitas produksi Skid Tank 40KL, perusahaan melakukan

pengelolaan persediaan pada fastener karena membutuhkan jumlah yang banyak,

namun metode pengelolaan bahan baku tidak langsung (fastener) masih perlu

acuan agar dapat memperoleh persediaan yang optimal dan total cost yang

minimum. PT. Sigma Rekayasa Prima pernah mengalami kekurangan persediaan

fastener pada baut M.10 X 30, baut M.10 X 30 membutuhkan 100 units. Karena

terjadi cacat pada saat assembly yang berjumlah 100 units menjadikan proses

produksi terhambat karena tidak mempunyai safety stock dan harus menunggu

pembelian penggantian cacat yang lead timenya selama 3 hari sehingga proses

produksi Skid Tank terhenti dan kerugian yang disebabkan terhentinya produksi

Skid Tank sebesar Rp 40.850.000, kerugian tersebut didapat dari :

1. Operator yang menganggur.

Karena bahan baku tidak langsung (fastener) tidak tersedia maka tidak ada

pengerjaan terhadap Skid Tank 40KL sehingga operator yang memproduksi

produk tersebut menganggur.

2. Fast Delivery

Karena terhentinya produksi Skid Tank 40KL maka jadwal pengiriman semakin

dekat, dan produk tersebut harus sampai ke customer pada waktu yang sudah di

sepakati mengakibatkan mencari alternatif transportasi pengiriman yang cepat

yang harganya lebih mahal.

3. Out Schedule Overtime.

Karena terhentinya produksi Skid Tank 40KL maka overtime operator semakin

bertambah karena harus mencapai pengiriman sesuai jadwal.

Page 14: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, ada beberapa rumusan masalah

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana perencanaan persediaan bahan baku tidak langsung untuk produk

Skid Tank 40KL?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Memberikan usulan perencanaan persediaan bahan baku tidak langsung agar

tidak terjadi kekurangan bahan baku tidak langsung (fastener) dan

Meminimumkan total cost.

1.4.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini, adalah :

1. Pemilihan produk untuk penelitian ini adalah Skid Tank 40KL.

2. Penelitian dilakukan pada bahan baku tidak langsung khususnya fasener.

3. Penelitian ini difokuskan pada proses perencanaan persediaan.

4. Tidak ada kenaikan harga.

5. Penelitian dilakukan pada tahun 2017 dan 2018.

1.5.Asumsi

Beberapa asumsi yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Bahan baku tidak langsug yang dipakai bersifat tetap, tidak ada perubahan

desain.

2. Selama berlangsungnya pelaksanaan penelitian, proses produksi berjalan

sesuai MPS (Master Production Schedule).

3. Lead Time bahan baku dari supplier ke PT. Sigma Rekayasa Prima adalah 3

hari kerja dari keluarnya P.O (purchase order).

Page 15: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

1.6.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari 6 bab, yaitu sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan di

PT.Sigma Rekayasa Prima, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, dan asumsi yang digunakan untuk mempermudah

dalam pengolahan data dan proses penelitian.

Bab II Studi Literatur

Bab ini memuat tentang teori mengenai perencanaan persediaan

bahan baku tidak langsung dengan model EOQ (Economic Order

Quantity) dan metode Multi Item Single Supplier untuk menjawab

masalah yang ada di PT. Sigma Rekayasa Prima.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai metode yang dipakai dalam

penelitian ini, yaitu : observasi awal, serta data pendukung dari

perusahaan berkaitan dengan persediaan bahan baku tidak

langsung.

Bab IV Data Dan Analisis

Bab ini terdapat cara pengolahan data dengan perhitungan EOQ

beserta hasil dari analisis masalah yang telah dikumpulkan

sebelumnya

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian ini.

Page 16: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

BAB II

STUDI LITERATUR

1.7. Pengendalian Persediaan

Menurut Agus Ristono (2009) Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang

yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan

datang. Perusahaan yang melakukan kegiatan peroduksi (industry manufaktur)

akan memiliki tiga jenis persediaan, yaitu (1) persediaan bahan baku penolong, (2)

persediaan bahan setengah jadi, dan (3) persediaan barang jadi. Bila melakukan

kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan merembet ke

masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan

berlebihnya persediaan sehigga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra

penyimpanan atau pesananbahan dan sebagainya.

Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan

masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi

dalam suatu aktifitas perusahaan. Secara teknis, inventory adalah suatu teknik

yang berkaitan dengan penetapan terhadap besarnya persediaan bahan yang harus

diadakan untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi, serta

menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah pemesanan barang yang seharusnya

dilakukan oleh perusahaan. Manajemen persediaan perlu diperhatikan karena

berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan. Oleh karena

itu, persediaa yang ada harus seimbang denan kebutuhan, karena persediaan yang

terlalu banyak akan berakibat perusahaan menanggung resiko kerusakan atau

biaya penyimpanan yang tinggi, jika terjadi kekurangan akan berakibat

terganggunya kelancaran produksi.

(Rangkuti, 2004) mengemukakan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang

meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu

periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih

dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku tidak langsung

yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi

Page 17: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Menurut Assauri (1998), tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai

usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang menyebabkan

proses produksi terhenti.

2. Menjaga agar penentuan persediaan perusahaan tidak terlalu besar sehingga

biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.

3. Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari.

Kebijakan persediaan yang baik menjadi tidak berarti jika tidak ditunjang dengan

pencatatan yang baik pula. Yang dimaksud dengan “pencatatan persediaan yang

baik” adalah jika pada saat jenis persediaan bahan baku tertentu dibutuhkan untuk

proses, perusahaan memiliki informasi yang lengkap untuk membuat sebuah

keputusan dalam mengorder pembelian (pemesanan), penjadwalan untuk

menghitung da verifikasi on the spot.

2.2 Macam-Macam Persediaan

Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008) dilihat dari jenisnya, ada empat

macam persediaan secara umum, yaitu:

1. Bahan Baku (Raw Materials)

Bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana bahan tersebut secara

menyeluruh tampak pada produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh

tampak pada produk jadinya.

2. Bahan Setengah Jadi (Work In Process)

Bahan yang sudah diolah tetapi belum menjadi produk akhir.

3. Barang Jadi (Finished Goods)

Barang yang langsung dikonsumsi dan bukan dipergunakan untuk produksi

barang lain

4. Bahan-Bahan Pembantu (Supplies)

barang yang dimanfaatkan dalam proses produksi, namun bukan merupakan

bagian dari bahan baku utama untuk produk yang dihasilkan.

a. Persediaan antisipasi adalah persediaan yang dilakukan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.

Page 18: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

b. Persediaan dalam pengiriman adalah persediaan yang masih dalam pengiriman,

yaitu :

External transit stock adalah persedian yag masih berada dala transportasi.

Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diperoses

atau menunggu sebelum dipindahkan.

2.3 Biaya Persediaan

Biaya persediaan terdiri dari biaya variable dan biaya tetap. Biaya variable

persediaan meliputi :

Ordering cost (biaya pemesanan), meliputi biaya menunggu permintaan

pembelian, penyampaian pesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan

biaya akuntansi, serta biaya penerimaan dan pemeriksaan pesanan.

Rumus biaya pemesanan Heizer dan Render (2010) adalah sebagai berikut:

Biaya Pemesanan

Keterangan :

R = jumlah kebutuhan (unit/tahun),

EOQ = Q* = Jumlah pembelian optimal,

C = biaya pesan per order

Storage or holding (biaya penyimpanan), or carrying costs, adalah biaya

sediaan yang terjadi sehubungan dengan penyimpanan sejumlah sediaan

tertentu dalam perusahaan. Biaya ini mencakup biaya pemanasan ruangan,

pendinginan ruang penyimpanan, biaya penerangan, keamanan, sewa gudang,

pemeliharaan sediaan, kerusakan sediaan, dll.

Rumus biaya penyimpanan Heizer dan Render (2010) sebagai berikut:

Biaya Penyimpanan =

Keterangan :

EOQ = Q* = Jumlah pembelian optimal

H = Biaya penyimpanan per unit

R

Q*= x C

Q*

2x H

Page 19: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

2.4 Sejarah Model EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut pendapat Zulfikarijah (2005), pada tahun 1915 FW, Harris

mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity

(EOQ). Rumus ini banyak digunakan di perusahaan-perusahaan atas usaha yang

dilakukan seorang konsultan yang bernama Wilson. Oleh sebab itu rumus ini

sering disebut dengan EOQ Wilson.

Menurut pendapat Schroeder (2000), kuantitas pesanan ekonomis atau Economic

Order Quantity (EOQ) dikembangkan oleh Fw. Harris pada tahun 1915.

kemudian rumus ini bertambah luas penggunaannya didalam industri melalui

konsultan bernama Wilson. Walaupun Economic Order Quantity merupakan

teknik penentu persediaan tertua, namun Economic Order Quantity dengan

variasinya banyak digunakan di perusahaan-perusahaaan.

2.5 Model EOQ (Economic Order Quantity)

Model EOQ diperlukan agar perusahaan dapat menentukan kebijakan penyediaan

bahan dasar dengan tepat, dalam arti tidak mengganggu proses produksi dan

disamping itu biaya yang ditanggung tidak terlalu tinggi.

EOQ (Economic Order Quantity) adalah kuantitas bahan yang dibeli pada setiap

kali pembelian dengan biaya yang paling minimal (Sutrisno, 2001).

Menurut Chase dan Aquilano (1983) Syarat agar pembelian EOQ dapat

dibenarkan : harga pembelian per unit konstan setiap saat bila perusahaan

memerlukan bahan baku tersebut selalu tersedia di pasar jumlah produksi yang

menggunakan bahan baku tersebut stabil yang dapat diartikan bahwa kebutuhan.

bahan baku relative stabil sepanjang tahun.

Menurut Ahyari (1990) EOQ merupakan jumlah pembelian bahan yang dapat

mencapai biaya yang paling minimal. Model EOQ mudah untuk diterapkan

apabila asumsi-asumsi dasar dalam EOQ dipenuhi, yaitu : permintaan akan

produk adalah konstan, seragam dan diketahui harga per unit produk adalah

konstan.

Langkah-langkah perhitungan EOQ adalah :

Total biaya persediaan setahun = biaya pembelian + biaya pesan + biaya simpan

Page 20: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Keterangan:

R = jumlah kebutuhan (unit/tahun),

P = harga pembelian (Rp/unit),

C = biaya pesan per order,

H = PF = biaya simpan per unit per tahun,

Q = jumlah pembelian optimal dalam unit,

F = biaya simpan setahun

Penyelesaian dari persamaan di atas adalah untuk Q, didapatkan jumlah pembelian

optimal, jumlah pemesanan m, dan interval pemesanan, T sebagai berikut:

Jumlah pemesanan dalam setahun =

Interval pemesanan =

2.6 Model Persediaan Multi Item Single Supplier

Menurut Tersine (1994) pengadaan persediaan pada kasus multi item dalam

penentuan jumlah pesanan dilakukan dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan

model persediaan item tunggal.

Untuk mencapai biaya optimum maka nilai TC diturunkan terhadap frekuensi

pemesanan (m) dan sama d engan nol.

maka diperoleh frekuensi optimal (m*) :

Jumlah sekali pesan untuk item (𝑄𝑖) :

Biaya persediaan total minimum setahun :

Dengan interval pemesanan :

1

mT =

1

m*T =

Page 21: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

2.7 Reorder Point

Menurut Riyanto (1993) Reorder point adalah saat atau titik dimana harus

diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan

material yang dipesan itu adalah tepat waktu dimana persediaan diatas safety stock

sama dengan nol. Menurut Supriyono (1999) Faktor-faktor yang mempengaruhi

reorder point antara lain :

Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai bahan datang di perusahaan

(lead time). Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan yang dipakai

selama lead time, semakin lama lead time semakin besar pula jumlah beban yang

diperlukan pemakaian selama lead time.

Menurut Heizer, Render (2010) Tingkat pemesanan kembali (Reorder Point/ROP)

adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat

dimana pemesanan harus diadakan kembali.

Rumus yang digunakan :

ROP = (LT . AU) + SS

Keterangan :

ROP = titik pemesanan kembali

LT = waktu tenggang/lead time

AU = pemakaian rata-rata selama periode tertentu/average use

SS = persediaan pengaman/safety stock

2.8 Safety Stock

Persediaan pengaman dibutuhkan untuk menentukan besarnya stok yang

dibutuhkan selama waktu tenggang untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan.

Persediaan pengamanan (safety stock) adalah persediaan yang dilakukan untuk

mengantisipasi unsur ketiakpastian permintaan dan penyediaan.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock adalah :

Kebiasaan pihak supplier dalam pengiriman barang yang dipesan, apakah

tepat waktu atau sering terlambat dari waktu yang telah ditentukan dalam

kontrak pembelian.

Dapat diduga atau tidaknya kebutuhan bahan baku/penolong untuk

produksi.

Page 22: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Biaya simpan di gudang dan biaya ekstra bila kehabisan persediaan

Sfat persaingan.

Menurut Sofyan Assauri (2008). Persediaan penyelamat adalah persediaan

tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan bahan (stock out). Menurut Ahyari (1990) Persediaan pengaman

adalah merupakan suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari

kelangsungan proses produksi perusahaan. Rumus yang digunakan :

SS = 5% x R

Keterangan :

SS = safety stock,

R = jumlah kebutuhan (unit/tahun),

Page 23: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Dalam memecahkan masalah, dibutuhkan flowchart kerja yang jelas agar dapat

mengetahui urutan-urutan yang harus dikerjakan.

Adapaun flowchart dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.1.1. Observasi Awal

Observasi Awal adalah langkah pertama dalam melakukan penelitian ini. Pada

tahap ini, observasi dilakukan dengan studi lapangan di PT. Sigma Rekasa Prima

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

dan Analisis

Simpulan

Observasi Awal

Page 24: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

dengan cara mengamati proses produksi, proses perencanaan bahan baku tidak

langsung, penerimaan pesanan, dan proses lainnya untuk mengetahui masalah

yang dihadapi perusahan.

3.1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil observasi yang dilakukan dengan cara wawancara dengan kepala

produksi dan staff purchasing, ditetapkan rumusan masalah yang harus diperbaiki

di PT. Sigma Rekayasa Prima adalah perencanaan kebutuhan bahan baku tidak

langsung. Selalu terjadi kekurangan persediaan bahan baku tidak langsung

(fastener). PT. Sigma Rekayasa Prima pernah kekurangan persediaan fastener

pada baut M.10 X 30, baut M.10 X 30 membutuhkan 48 box baut yang 1 box baut

berisi 50 pcs, karena terjadi cacat pada saat assembly yang berjumlah 100 pcs

menjadikan proses produksi terhambat karena tidak mempunyai safety stock dan

harus menunggu pembelian penggantian cacat yang lead timenya selama 3 hari

sehingga proses produksi Skid Tank terhenti dan kerugian yang disebabkan

terhentinya produksi Skid Tank sebesar Rp 40.850.000, kerugian tersebut didapat

dari :

4. Operator yang menganggur.

5. Fast Delivery agar produk tersebut sampai pada waktu yang sudah di sepakati,

mengakibatkan mencari alternatif transportasi yang harganya lebih mahal.

6. Out Schedule Overtime.

Total Cost yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 1.802.353 dan pihak

perusahaan ingin meminimumkan Total Cost yang ada.

3.1.3 Studi Literatur

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan studi literatur untuk

memperdalam Ilmu yang berkaitan dengan topik penelitian. Dan setelah diketahui

permasalahan yang dialami oleh perusahaan, maka diperlukan suatu metode

dalam memecahkan masalah sesuai dengan teori persediaan dengan metode EOQ

(Economic Order Quantity) dan Multi Item Single Supplier. Studi literatur

dilakukan dengan mengumpulkan beberapa yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 25: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

3.1.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari perusahaan dilakukan guna memecahkan masalah.

Pengumpulan data ini dilakukan pada bagian produksi dan purchasing. Dengan

cara meminta ijin pada pihak yang berwenang untuk mengambil data yang

diperlukan. Data yang diperlukan antara lain :

1. Data Kebutuhan Bahan Baku

Data kebutuhan bahan baku Skid Tank 40KL yang digunakan adalah data

tahun 2017 dan 2018.

2. Harga Beli Bahan Baku Tidak Langsung

Data harga bahan baku tidak langsung Skid Tank 40KL bersumber dari dari

perusahaan, dianggap konstan dan tidak bergantung pada kuantitas bahan

baku tidak langsung Skid Tank 40KL.

3. Lead Time Bahan Baku Tidak Langsung

Dalam menjalankan produksi Skid Tank 40KL perusahaan lebuh banyak

menggunakan fastener yang berasal dari 1 supplier. Lead Time untuk

setiap jenis bahan baku tidak langsung tersebut selama 3 hari.

3.1.5 Analisis Data

Analisis perencanaan persediaan meliputi langkah-langkah perhitungan mengenai

model persediaan yang digunakan dalam penelitian, serta perhitungan

meminimalkan total biaya persediaan.

3.1.6 Simpulan dan Saran

Merupakan tahap akhir dari penelitian, yaitu memberikan kesimpulan berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran membangun kepada

perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.2. Kerangka Penelitian

Dalam melakukan penelitian di PT. Sigma Rekayasa Prima

mengenai perencanaan persediaan bahan baku tidak langsung, perusahaan perlu

memiliki persediaan bahan baku untuk menjamin agar proses produksinya tidak

terhambat akibat kekurangan bahan baku tidak langsung. Setiap perusahaan harus

berhati-hati mempertimbangkan tentang berapa besarnya persediaan yang harus

Page 26: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

ada dalam perusahaan dan perusahaan harus memiliki kebijakan persediaan yang

jelas, agar persediaan bahan baku tidak langsung yang ada dapat tetap menjaga

kontinuitas usaha perusahaan.

Penentuan kebijakan ini sangat berguna untuk membantu tercapainya kapasitas

produksi, sehingga perusahaan yang melakukan proses produksi dapat bekerja

dengan kapasitas penuh saat terjadi peningkatan permintaan. Sebaliknya pada

permintaan rendah kelebihan-kelebihan disimpan sebagai persediaan. Menurut

Ahyari (1995) bahwa persediaan bahan baku dipengaruhi oleh faktor-faktor antara

lain :

1. perkiraan pemakaian bahan baku, harga bahan baku, biaya-biaya persediaan

yaitu biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan baku,

2. kebijakan pembelanjaan perusahaan, pembelian bahan baku, besarnya

persediaan pengaman dan reorder point. Berdasarkan uraian dibuat kerangka

seperti berikut :

Prediksi

penjualan

Kebutuhan

bahan baku

Kebijakan persediaan

bahan baku

1. EOQ (Economic

Order Quantity)

2. Safety Stock

3. Reorder Point

Kelancaran

proses

produksi

Page 27: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

5.1.Observasi Awal

4.1.1. PT. Sigma Rekayasa Prima merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

manufaktur dan supporting alat berat di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,

Bekasi. Tipe strategi yang digunakan oleh PT. Sigma Rekayasa Prima dalam

menjalankan bisnisnya disebut Engineering To Order (ETO) yaitu tipe strategi

industri dengan membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus yang diminta

dari konsumen mulai dari desain produk sampai pengiriman produk. Produk-

produk yang dihasilkan selalu memenuhi standar yang diberikan oleh pelanggan.

Perusahaan ini mempunyai enam departemen, yaitu : departemen finance &

accounting, departemen admin, departemen engineering & PPIC, departemen

production, departemen project, departemen sales & marketing. Produk yang

dihasilkan adalah Skid Tank 40KL, Water Truck 20KL, Fuel Truck 20KL, Tower

Lamp, Truck Vessel 27M3.

PT. Sigma Rekayasa Prima sebagai salah satu perusahaan manufaktur dan

supporting alat berat bertekad menjadi perusahaan fabrikasi dengan kualitas dan

proses produksi yang berdaya saing global yang berorientasi terhadap kepuasan

pelanggan maupun pihak-pihak terkait dengan kualitas produk dan pelayanan

yang prima, serta peduli terhadap lingkungan kerja yang aman dan kondisi kerja

yang bebas dari kecelakaan kerja dan bebas dari penyakit akibat kerja, serta ramah

lingkungan.

Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui permasalahan di PT. Sigma

Rekayasa Prima, maka terlebih dahulu dilakukan observasi awal yaitu dengan

melakukan studi lapangan di PT. Sigma Rekasa Prima dengan cara :

Page 28: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

1. Mengamati proses pembelian bahan baku tidak langsung

Gambar 4.1 Flow Process Pembelian Bahan Baku Tidak Langsung

2. Mengamati proses penerimaan bahan baku tidak langsung

Gambar 4.2 Flow Process Penerimaan Bahan Baku Tidak Langsung

3. Mengamati proses produksi/assembly

Gambar 4.3 Flow Process Assembly

Engineering mengajukan

kebutuhan bahan baku tidak

langsung dengan mengisi

form purchasing request

dan diteruskan ke bagian

purchasing

Bagian purchasing membuat

purchase order (PO) sesuai

dengan kebutuhan engineering

Supplier mengirim bahan baku

tidak langsung ke PT. Sigma

Rekayasa Prima

Supplier mengrim bahan

baku tidak langsung ke PT.

Sigma Rekayasa Prima

Diteruskan ke bagian engineering.

Jika sesuai spec diteruskan ke

warehouse, jika tidak sesuai spec

akan dikembalikan

Komponen

Line assembly Bahan baku

tidak langsung

Painting

Tools

Page 29: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

4.1.2. Pemilihan produk untuk penelitian ini adalah Skid Tank 40KL yang

merupakan produk dalam jumlah pemesanan yang besar (continue) yaitu dalam 1

tahun memproduksi 24 unit. Produk ini berfungsi untuk pendistribusian bahan

bakar solar di pertambangan.

Gambar 4.4 Produk Skid Tank 40KL

Komponen-komponen bahan baku tidak langsung yang terdapat di Skid Tank

40KL terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : Tangki, Module, dan Containment.

Tangki merupakan tempat menyimpan bahan bakar solar yang dapat

menampung sebesar 40KL.

Module merupakan sistem pompa untuk mengalirkan solar ke tempat yang di

tuju.

Containment merupakan tanggul pengaman solar untuk mencegah jatuhnya

solar ke lingkungan atau ke daerah yang tidak terkontrol dari tangki-tangki

penyimpanan.

Module

Containment

Tangki

Page 30: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Gambar 4.5 Struktur Produk Skid Tank 40KL Untuk Bahan Baku Tidak

Langsung

Skid

Tan

k 4

0K

L

Tan

gki

(1)

Lev

el G

lass

(1)

Module

(1)

Conta

inm

ent

(1)

Han

dra

il &

Lad

der

(1)

Man

hole

(1)

Baut,

M.1

2 X

45 (

40)

Rin

g P

late

,M

.12 (

80)

Rin

g P

er,

M.1

2 (

40)

Nut,

M.1

2 (

40)

Bau

t,M

.10 X

45 (

25)

Rin

g P

late

,M

.10 (

50)

Rin

g P

er,

M.1

0 (

25)

Nut,

M.1

0 (

25)

Elb

ow

90°

X 1

/2"

Gal

van

ize

(2)

Nip

ple

Hose

1/2

"G

alvan

ize

(2)

Double

Nip

ple

1/2

"G

alvan

ize

(2)

Tra

nsp

aran

Hose

5/8

" (1

)G

ate

Val

ve

1/2

"O

ND

A (

2)

Cla

mp M

ikal

or

20-2

2 1

/2"

(2)

Elb

ow

90°

X 1

"M

ediu

m (

2)

Elb

ow

SC

H40

90°

X 1

/2"

(1)

Baut,

M.1

0 X

30 (

100)

Rin

g P

late

,M

.10 (

200)

Rin

g P

er,

M.1

0 (

100)

Bau

t,

M.1

6 X

65 (

80)

Rin

g P

late

,M

.16 (

260)

Rin

g P

er,

M.1

6 (

130)

Nut,

M.1

6 (

130)

Bau

t,

M.1

6 X

50 (

50)

Lev

el 0

Lev

el 1

Lev

el 2

Lev

el 3

Nut,

M.1

0 (

100)

Page 31: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.1 Bill Of Material Skid Tank 40KL

Tangki

Level Kode Deskrpsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(set)

Beli/Buat

2 110 Manhole - 110 1 -

2 120 Level Glass - 120 1 -

2 150 Handrail &

Ladder

- 130 1 -

Manhole

Level Kode Deskrpsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(units)

Beli/Buat

3 111 Fastener Baut M.10 X 45,

grade 4.6

111 25 Beli

3 112 Fastener Ring Plate M.10,

grade 4.6

112 50 Beli

3 113 Fastener Ring Per M.10, grade

4.6

113 25 Beli

3 114 Fastener Nut M.10, grade 4.6 114 25 Beli

Level Glass

Level Kode Deskripsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(units)

Beli/Buat

3 121 Fitting Elbow 90°x1/2”,

galvanize

121 2 Beli

3 122 Fitting Nipple Hose ½”,

galvanize

122 2 Beli

3 123 Fitting Double Nipple ½”

galvanize

123 2 Beli

3 124 Fitting Gate Valve ½”

ONDA

124 2 Beli

3 125 Fitting Transparan Hose

5/8”

125 5 meter Beli

3 126 Fitting Clamp Mikalor 20-22 126 2 Beli

3 127 Fitting Elbow 90° x 1”

medium

127 2 Beli

3 128 Fitting Elbow 90° x 1/2”

SCH40

128 1 Beli

Handrail & Ladder

Level Kode Deskripsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(units)

Beli/Buat

3 151 Fastener Baut M.10 X 30,

grade 4.6

151 100 Beli

3 152 Fastener Ring Plate M.10,

grade 4.6

152 200 Beli

3 153 Fastener Ring Per M.10, grade

4.6

153 100 Beli

3 154 Fastener Nut M.10, grade 4.6 154 100 Beli

Page 32: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.1 Bill Of Material Skid Tank 40KL (lanjutan)

Containment

Level Kode Deskripsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(units)

Beli/Buat

2 181 Fastener Baut M.12 X 45,

grade 4.6

181 40 Beli

2 182 Fastener Ring Plate M.12,

grade 4.6

182 80 Beli

2 183 Fastener Ring Per M.12, grade

4.6

183 40 Beli

2 184 Fastener Nut M.12, grade 4.6 184 40 Beli

Module

Level Kode Deskripsi Spesifikasi Drawing

No.

Jumlah

(units)

Beli/Buat

2 201 Fastener Baut M.16 X 65,

grade 8.8

201 80 Beli

2 202 Fastener Ring Plate M.16,

grade 8.8

202 260 Beli

2 203 Fastener Ring Per M.16, grade

8.8

203 130 Beli

2 204 Fastener Nut M.16, grade 8.8 204 130 Beli

2 205 Fastener Baut M.16 X 50,

grade 8.8

205 50 Beli

Dari tabel bill of material di atas, semua part dipesan dari 1 supplier.

5.2.Permasalahan

Dalam menjalankan akitifitas produksi Skid Tank 40KL, perusahaan melakukan

pengelolaan persediaan pada fastener karena membutuhkan jumlah yang banyak,

namun metode pengelolaan bahan baku tidak langsung (fastener) masih perlu

acuan agar dapat memperoleh persediaan yang optimal dan total cost yang

minimum. PT. Sigma Rekayasa Prima pernah mengalami kekurangan persediaan

fastener pada baut M.10 X 30, baut M.10 X 30 membutuhkan 100 units. Karena

terjadi cacat pada saat assembly yang berjumlah 100 units menjadikan proses

produksi terhambat karena tidak mempunyai safety stock dan harus menunggu

pembelian penggantian cacat yang lead timenya selama 3 hari sehingga proses

produksi Skid Tank terhenti dan kerugian yang disebabkan terhentinya produksi

Skid Tank sebesar Rp 40.850.000, kerugian tersebut didapat dari :

Page 33: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

7. Operator yang menganggur.

8. Fast Delivery agar produk tersebut sampai pada waktu yang sudah di sepakati,

mengakibatkan mencari alternatif transportasi yang harganya lebih mahal.

9. Out Schedule Overtime.

Total Cost yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 36.137.506 dan pihak

perusahaan ingin meminimumkan Total Cost yang ada.

Berdasarkan permasalahan tersebut, pengendalian persediaan bahan baku tidak

langsung (fastener) sangat penting dilakukan oleh perusahaan, karena apabila

pengaturan persediaan bahan baku tidak terkoordinasi dengan baik dapat

menghambat jalannya proses produksi serta kondisi tersebut dapat mempengaruhi

total cost persediaan bahan baku tidak langsung. Oleh karena itu untuk

meminimumkan total biaya persediaan bahan baku tidak langsung, perlu adanya

rancangan pada sistem persediaan agar pemesanan bahan baku tidak langsung

yang dilakukan optimal dan mengatur waktu kedatangan bahan baku tepat pada

waktunya sehingga permintaan produksi dapat terpenuhi.

5.3.Pengumpulan Data

Pengumpulan data berisi data-data yang diperlukan untuk sistem persediaan,

dimana data yang dikumpulkan akan dijadikan input dalam pengolahan data :

5.3.1. Data kebutuhan baut seperti terlihat pada tabel 4.2,

Tabel 4.2 Total kebutuhan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017

No Jenis Fastener Qty per produk

(units)

Total Qty 24 Produk

per tahun (units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 40 960

2 Ring Plate M.12 80 1.920

3 Ring Per M.12 40 960

4 Nut M.12 40 960

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 100 2.400

6 Ring Plate M.10 150 3.600

7 Ring Per M.10 125 3.000

Page 34: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.2 Total kebutuhan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017

(lanjutan)

8 Nut M.10 150 3.600

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 80 1.920

10 Ring Plate M.16 260 6.240

11 Ring Per M.16 130 3.120

12 Nut M.16 130 3.120

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 50 1.200

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 25 600

Total 33.600

Data harga fastener seperti terlihat pada tabel 4.3, harga tersebut sudah termasuk

ongkos kirim.

Tabel 4.3 Total Harga Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017

No Jenis Fastener Harga per

units

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.500

2 Ring Plate M.12 Rp 400

3 Ring Per M.12 Rp 275

4 Nut M.12 Rp 550

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 1.100

6 Ring Plate M.10 Rp 300

7 Ring Per M.10 Rp 195

8 Nut M.10 Rp 150

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 4.935

10 Ring Plate M.16 Rp 700

11 Ring Per M.16 Rp 425

12 Nut M.16 Rp 1.000

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 4.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.270

5.3.2. Biaya pesan

1. Biaya pesan merupakan biaya yang dikeluarkan karena adanya pemesanan

kepada supplier.

Biaya pesan terdiri atas :

Page 35: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Biaya administrasi dan fax

Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan berupa pemakaian kertas, alat

tulis kantor, fotocopy surat dan berkas-berkas yang terkait dalam proses

pemesanan, serta pengiriman fax ke supplier. Diperkirakan sebesar Rp

7.000

Biaya telepon

Pemberitahuan pemesanan dilakukan melalui telepon dan diperkirakan

sebesar Rp 10.000

Biaya penerimaan dan pemeriksaan

Perusahaan menggunakan seorang tenaga kerja untuk menerima dan

memeriksa fisik dari bahan baku tidak langsung yang dikirim oleh

supplier dengan upah setiap penerimaan dan pemeriksaan sebesar Rp

5.000.

Jadi, total ongkos biaya pesan adalah :

= Biaya administrasi dan fax + biaya telepon + biaya penerimaan dan

pemeriksaan

= Rp 7.000 + Rp 10.000 + 5.000

= Rp 22.000

Lead time

Supplier mempunyai lead time pengiriman selama 3 hari.

2. Biaya simpan

Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan.

Besarnya biaya simpan untuk semua jenis bahan baku fastener adalah

harga satuan bahan baku yang dikalikan dengan percentage dari kebijakan

perusahaan yaitu 5% per tahun.

Jadi, total ongkos biaya simpan adalah :

= 5% x harga fastener

Page 36: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.4 Biaya Simpan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017

No Jenis Fastener (%) Biaya

Simpan

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 5 Rp 75

2 Ring Plate M.12 5 Rp 20

3 Ring Per M.12 5 Rp 14

4 Nut M.12 5 Rp 28

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 5 Rp 55

6 Ring Plate M.10 5 Rp 15

7 Ring Per M.10 5 Rp 10

8 Nut M.10 5 Rp 8

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 5 Rp 247

10 Ring Plate M.16 5 Rp 35

11 Ring Per M.16 5 Rp 21

12 Nut M.16 5 Rp 50

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 5 Rp 200

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 5 Rp 64

Gambar 4.6 menunjukkan kebutuhan bahan baku tidak langsung yaitu baut, dari

grafik tersebut diketahui jumlah yang paling banyak adalah ring plate M.16

Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan Fastener Untuk Skid Tank 40KL Tahun 2017

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Ring Plate M.10 Ring Plate M.12 Ring Plate M.16 Ring Per M.10 Ring Per M.12 Ring Per M.16 Mur M.10 Mur M.12 Mur M.16 Baut Hexagonal,

M.12 X 45

(Grade 4.6)

Baut Hexagonal,

M.10 X 30

(Grade 4.6)

Baut Hexagonal,

M.16 X 65

(Grade 8.8)

Baut Hexagonal,

M.16 X 50

(Grade 8.8)

Baut Hexagonal,

M.10 X 45

(Grade 4.6)

Page 37: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.5 Perhitungan Sistem Yang Digunakan Perusahaan Tahun 2017

No Jenis Fastener

Jumlah

Pembelian

Optimal

(units)

Frekuensi

Pesan (m)

(kali)

Total Biaya

Pesan

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 100 (2 box) 10 Rp 211.200

2 Ring Plate M.12 200 (4 box) 10 Rp 211.200

3 Ring Per M.12 200 (4 box) 5 Rp 105.600

4 Nut M.12 100 (2 box) 10 Rp 211.200

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 150 (3 box) 16 Rp 352.000

6 Ring Plate M.10 200 (4 box) 18 Rp 396.000

7 Ring Per M.10 200 (4 box) 15 Rp 330.000

8 Nut M.10 150 (3 box) 24 Rp 528.000

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 150 (3 box) 13 Rp 281.600

10 Ring Plate M.16 200 (4 box) 31 Rp 686.400

11 Ring Per M.16 200 (4 box) 16 Rp 343.200

12 Nut M.16 150 (3 box) 21 Rp 457.600

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 150 (3 box) 8 Rp 176.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 150 (3 box) 4 Rp 88.000

Tabel 4.5 Perhitungan Sistem Yang Digunakan Perusahaan Tahun 2017

(lanjutan)

No Jenis Fastener Total Biaya

Simpan

Biaya Pembelian Total Cost

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 3.750 Rp 1.440.000 Rp 1.654.950

2 Ring Plate M.12 Rp 2.000 Rp 768.000 Rp 981.200

3 Ring Per M.12 Rp 1.375 Rp 264.000 Rp 370.975

4 Nut M.12 Rp 1.375 Rp 528.000 Rp 740.575

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 4.125 Rp 2.640.000 Rp 2.996.125

6 Ring Plate M.10 Rp 1.500 Rp 1.080.000 Rp 1.477.500

7 Ring Per M.10 Rp 975 Rp 585.000 Rp 915.975

8 Nut M.10 Rp 563 Rp 540.000 Rp 1.068.563

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 18.506 Rp 9.475.200 Rp 9.775.306

10 Ring Plate M.16 Rp 3.500 Rp 4.368.000 Rp 5.057.900

11 Ring Per M.16 Rp 2.125 Rp 1.326.000 Rp 1.671.325

12 Nut M.16 Rp 3.750 Rp 3.120.000 Rp 3.581.350

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 15.000 Rp 4.800.000 Rp 4.991.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 4.763 Rp 762.000 Rp 854.763

Total Rp 36.137.506

Page 38: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Dari data di atas, diketahui :

Jumlah pembelian optimal pada baut M.10 X 30 sebesar 150 units (3 box).

Frekuensi pesan sebanyak 16 kali per tahun, angka tersebut didapat dari :

Keterangan : m = frekuensi pesan

R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Q*= Jumlah pembelian optimal

Total biaya pesan baut M.10 X 30 sebesar Rp 352.000, didapat dari :

Total biaya pesan = m x C

= 16 x Rp 22.000 = Rp 352.000

Keterangan : m = frekuensi pesan

C = biaya pesan

Total biaya simpan baut M.10 X 30 sebesar Rp 4.125, didapat dari :

Total biaya simpan

Keterangan : Q* = jumlah pembelian optimal

H = biaya simpan

Biaya pembelian sebesar Rp 2.640.000, didapat dari :

P x R

Rp 1.100 x 2.400 = Rp 2.640.000

Keterangan : P = harga baut M.10 x 30

R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Total Cost untuk baut M.10 X 30 sebesar Rp 2.996.125, didapat dari :

TC = total biaya pesan + total biaya simpan + biaya pembelian

= Rp 352.000 + Rp 4.125 + Rp 2.640.000

= Rp 2.996.125

R

Q*

2400

150

m =

= 16=m

Q*

2

150

2

m = x H

x 55Rp =m = 4.125Rp

Page 39: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

4.4 Usulan Perbaikan

Usulan perbaikan dalam sistem persediaan bahan baku tidak langsung (fastener)

yaitu menggunakan model persediaan EOQ (Economic Order Quantity), dan

model persediaan Multi Item Single Supplier agar :

1. Menghilangkan terjadinya kekurangan bahan baku tidak langsung

(fastener).

2. Meminimumkan total cost.

4.5 Pengolahan Data Dengan Model Persediaan EOQ (Economic Order

Quantity)

Penentuan ukuran lot pemesanan dengan model persediaan EOQ. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perhitungan Model Persediaan EOQ Tahun 2017

No Jenis Fastener

Jumlah Pembelian

Optimal (Q*) (units)

Frekuensi

Pesan (m)

(kali)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 100 (1 box) 10

2 Ring Plate M.12 500 (10 box) 4

3 Ring Per M.12 500 (10 box) 2

4 Nut M.12 250 (5 box) 4

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 200 (4 box) 12

6 Ring Plate M.10 850 (17 box) 4

7 Ring Per M.10 1.200 (24 box) 3

8 Nut M.10 1.700 (34 box) 2

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 50 (1 box) 38

10 Ring Plate M.16 500 (10 box) 12

11 Ring Per M.16 600 (12 box) 5

12 Nut M.16 250 (5 box) 12

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 50 (1 box) 24

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 100 (2 box) 6

Page 40: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.6 Perhitungan Model Persediaan EOQ Tahun 2017 (lanjutan)

No Jenis Fastener Total Biaya

Pesan

Total Biaya

Simpan

Biaya Pembelian

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 211.200 Rp 3.750 Rp 1.440.000

2 Ring Plate M.12 Rp 84.480 Rp 5.000 Rp 768.000

3 Ring Per M.12 Rp 42.240 Rp 3.438 Rp 264.000

4 Nut M.12 Rp 84.480 Rp 3.438 Rp 528.000

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 264.000 Rp 5.500 Rp 2.640.000

6 Ring Plate M.10 Rp 93.176 Rp 6.375 Rp 1.080.000

7 Ring Per M.10 Rp 55.000 Rp 5.850 Rp 585.000

8 Nut M.10 Rp 46.588 Rp 6.375 Rp 540.000

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 844.800 Rp 6.169 Rp 9.475.200

10 Ring Plate M.16 Rp 274.560 Rp 8.750 Rp 4.368.000

11 Ring Per M.16 Rp 114.400 Rp 6.375 Rp 1.326.000

12 Nut M.16 Rp 274.560 Rp 6.250 Rp 3.120.000

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 528.000 Rp 5.000 Rp 4.800.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 132.000 Rp 3.175 Rp 762.000

Tabel 4.6 Perhitungan Model Persediaan EOQ Tahun 2017 (lanjutan)

No Jenis Fastener

Total Cost

Safety

Stock

(units)

Reorder Point

(units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.654.950 50 (1 box) 100 (2 box)

2 Ring Plate M.12 Rp 857.480 100 (2 box) 150 (3 box)

3 Ring Per M.12 Rp 309.678 50 (1 box) 100 (2 box)

4 Nut M.12 Rp 615.918 50 (1 box) 100 (2 box)

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 2.909.500 150 (3 box) 200 (4 box)

6 Ring Plate M.10 Rp 1.179.551 200 (4 box) 250 (5 box)

7 Ring Per M.10 Rp 645.850 150 (3 box) 200 (4 box)

8 Nut M.10 Rp 592.963 200 (4 box) 250 (5 box)

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 10.326.169 100 (2 box) 150 (3 box)

10 Ring Plate M.16 Rp 4.651.310 350 (7 box) 500 (10 Box)

11 Ring Per M.16 Rp 1.446.775 200 (4 box) 250 (5 box)

12 Nut M.16 Rp 3.400.810 200 (4 box) 250 (5 box)

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 5.333.000 100 (2 box) 150 (3 box)

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 897.175 50 (1 box) 100 (2 box)

Total Rp 34.821.128

Page 41: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Dari tabel perhitungan EOQ di atas, diketahui :

Jumlah pembelian optimal (Q*) pada baut M.10 X 30 berjumlah 200 units

(4 box), didapat dari :

Keterangan : C = biaya pesan

R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Q*= jumlah pembelian optimal

H = biaya simpan

Frekuensi pesan baut M.10 X 30 sebanyak 12 kali per tahun, angka tersebut

didapat dari :

Keterangan : m = frekuensi pesan

R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Q*= Jumlah pembelian optimal

Total biaya pesan baut M.10 X 30 sebesar Rp 264.000, didapat dari :

Total biaya pesan = m x C

= 12 x Rp 22.000 = Rp 264.000

Keterangan : m = frekuensi pesan

C = biaya pesan

Total biaya simpan baut M.10 X 30 sebesar Rp 5.500, didapat dari :

Total biaya simpan

Keterangan : Q* = jumlah pembelian optimal

H = biaya simpan

2CR

HQ* =

2 x 22.000 x 2.400 pcs

Rp 55= 187 units = 200 units (4 box)m* =

R

Q*

2400

10012 kali

=m

m = =

Q*

2

200

2

m = x H

x 55Rp =m = 5.500Rp

Page 42: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Biaya pembelian sebesar Rp 2.640.000, didapat dari :

P x R

Rp 1.100 x 2.400 = Rp 2.640.000

Keterangan : P = harga baut M.10 x 30

R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Total Cost untuk baut M.10 X 30 sebesar Rp 2.909.500, didapat dari :

TC = total biaya pesan + total biaya simpan + biaya pembelian

= Rp 264.000 + Rp 5.500 + Rp 2.640.000

= Rp 2.909.500

Safety Stock untuk baut M.10 X 30 berjumlah 150 units (3 box) , didapat dari :

SS = 5% x R

= 5% x 2.400

= 120 units = 150 units (3 box)

Keterangan : R = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Reorder Point untuk baut M.10 X 30 berjumlah 200 units (4 box),

didapat dari :

ROP = (LT x AU) + Safety Stock

AU = pemakaian rata-rata selama periode tertentu/average use

LT = lead time

AU = 2.400 units /300 hari = 8

ROP = (3 hari x 8) + 150 units = 174 units = 200 units (4 box)

Page 43: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Berdasarkan hasil perhitungan melalui model persediaan EOQ untuk baut M.10 x

30 Grade 4.6 dapat disimpulkan bahwa :

Keterangan Baut M.10 x 30 Grade 4.6

Lead Time 3 hari

Jumlah pembelian optimal (Q*) 200 units (4 box)

Frekuensi pesan (m) 12 kali

Reorder Point (ROP) 200 units (4 box)

Total Cost (TC) Rp 2.909.500

Safety Stock 150 units (3 box)

Dapat diterangkan dengan menggunakan model persediaan EOQ untuk baut M10

x 30, didapatkan bahwa lead timenya adalah 3 hari yang berarti pesanan bahan

baku tersebut akan datang setelah 3 hari setelah waktu pemesanan dan diperoleh

nilai Q* sebesar 200 units (4 box). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa besarnya

pemesanan yang harus dilakukan pada setiap pemesanan yang akan dilakukan

oleh perusahaan.

1. Penjelasan Hasil Perolehan Frekuensi Pemesanan

Berdasarkan perhitungan EOQ yang didapat maka dapat diketahui pula frekuensi

pemesanan bahan baku tidak langsung yang dilakukan oleh pihak perusahaan

dalam satu periode tertentu. Frekuensi pemesanan bahan baku dalam periode satu

tahun yang didapat berdasarkan perhitungan adalah sebanyak 12 kali untuk baut

M.10 x 30. Angka ini menunjukan seberapa sering pihak perusahaan melakukan

pemesanan terhadap supplier dalam periode tertentu. Dari data ini sebenarnya

pihak perusahaan dapat mengetahui biaya-biaya yang harus diminiasi, sehingga

dengan adanya frekuensi pemesanan ini bisa menjadi tolak ukur perusahaan

dalam menentukan pesanan disetiap pemesanan kepada supplier. Frekuensi

pemesanan sebanyak 12 kali berdasarkan perhitungan inilah frekuensi yang paling

ideal untuk dilakukan namun secara keseluruhan biaya dengan menggunakan

sistem inilah yang memiliki biaya paling murah dibandingkan dengan sistem yang

sudah ada di perusahaan saat ini.

Page 44: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

2. Penjelasan Batasan Reorder Point

Seperti yang sudah dilampirkan pada perhitungan EOQ diatas didapat baut M.10 x

30, sebanyak 200 units (4 box) ukuran pesanan ekonomis. Karena model EOQ

bersifat kontinu (terus menerus), maka harus ditentukan pula titik dimana pihak

perusahaan harus melakukan pemesanan kembali. Berdasarkan perhitungan re-

order point yang didapat sebanyak 200 units (4 box). Dengan demikian jika

persediaan bahan baku tidak langsung di sebuah perusahaan yang sudah mencapai

titik tersebut, maka harus dilakukan pemesanan kembali. Dengan begitu ketika

bahan baku yang dipesan diterima berbarengan dengan menipisnya persediaan

yang ada di perusahaan, sehingga pihak perusahaan dapat mengantisipasi

kekurangan bahan baku selama waktu tunggu (lead time) bahan baku itu dikirim

ke perusahaan.

3. Penjelasan Hasil Total Cost

Setelah perhitungan-perhitungan di atas, maka dapat diperoleh total cost untuk

baut M.10 x 30 yang dikeluarkan perusahaan ialah Rp 2.909.500. Perhitungan

tersebut didapat dari biaya-biaya seperti biaya pembelian, biaya pemesanan,

hingga biaya simpan. Setelah didapat perhitngan total cost ini, pihak perusahaan

dapat mempertimbangkan kembali total cost yang sudah dikeluarkan oleh

perusahaan jika menggunakan metode yang sudah ada sekarang kemudian

dibandingkan total biaya yang diusulkan dengan metode EOQ.

4. Safety Stock

Safety Stock ini berfungsi sebagai antisipasi jika terjadi masalah-masalah yang

tidak diperkirakan oleh perusahaan. Seperti terjadi cacat dalam produksi sehingga

memerlukan bahan baku tidak langsung tambahan diluar bahan baku tidak

langsung yang sudah ditentukan untuk sebuah produk.

Dari perhitungan yang didapat safety stock baut M.10 x 30 sebesar 150 units

(3 box), itu merupakan persediaan cadangan yang disimpan oleh perusahaan untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang tidak diperkirakan oleh perusahaan.

Page 45: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

4.6 Pengolahan Data Dengan Model Persediaan Multi Item Single Supplier

Penentuan ukuran lot pemesanan dengan model persediaan Multi Item Single

Supplier. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Total Biaya Order (A) = biaya pesan (C) x jumlah jenis fastener

= Rp 22.000 x 14

= Rp 308.000

Frekuensi Optimal (m*) =

Tabel 4.7 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier Tahun

2017

No Jenis Fastener

Hi x Ri

Jumlah sekali

pesan (Qi)

(units)

Safety

Stock

(units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 72.000 500 (10 box) 50 (1 box)

2 Ring Plate M.12 Rp 38.400 1.000 (20 box) 100 (2 box)

3 Ring Per M.12 Rp 13.200 500 (10 box) 50 (1 box)

4 Nut M.12 Rp 26.400 500 (10 box) 50 (1 box)

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 132.000 1.200 (24 box) 150 (3 box)

6 Ring Plate M.10 Rp 54.000 1.800 (35 box) 200 (4 box)

7 Ring Per M.10 Rp 29.250 1.500 (30 box) 150 (3 box)

8 Nut M.10 Rp 27.000 1.800 (35 box) 200 (4 box)

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 473.760 1.000 (20 box) 100 (2 box)

10 Ring Plate M.16 Rp 218.400 3.200 (64 box) 350 (7 box)

11 Ring Per M.16 Rp 66.300 2.000 (40 box) 200 (4 box)

12 Nut M.16 Rp 156.000 2.000 (40 box) 200 (4 box)

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 240.000 1.000 (20 box) 100 (2 box)

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 38.100 500 (10 box) 50 (1 box)

Total Rp 1.584.810

2A

Rp 1.584.810

(2 x Rp 308.000)m* = = 1,6 = 2 kali

Page 46: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.7 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier Tahun

2017 (lanjutan)

No Jenis Fastener

Total Cost

Reorder

Point (units)

Biaya Pembelian

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.512.002 100 (2 box) Rp 1.440.000

2 Ring Plate M.12 Rp 806.402 150 (3 box) Rp 768.000

3 Ring Per M.12 Rp 277.202 100 (2 box) Rp 264.000

4 Nut M.12 Rp 554.402 100 (2 box) Rp 528.000

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 2.772.002 200 (4 box) Rp 2.640.000

6 Ring Plate M.10 Rp 1.134.002 250 (5 box) Rp 1.080.000

7 Ring Per M.10 Rp 614.252 200 (4 box) Rp 585.000

8 Nut M.10 Rp 567.002 250 (5 box) Rp 540.000

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 9.948.962 150 (3 box) Rp 9.475.200

10 Ring Plate M.16 Rp 4.586.402 500 (10 box) Rp 4.368.000

11 Ring Per M.16 Rp 1.392.302 250 (5 box) Rp 1.326.000

12 Nut M.16 Rp 3.276.002 250 (5 box) Rp 3.120.000

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 5.040.002 150 (3 box) Rp 4.800.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 800.102 100 (2 box) Rp 762.000

Total Rp 33.281.038

Jumlah sekali pesan untuk baut M.10 X 30 berjumlah 1200 units (24 box),

didapat dari :

Keterangan : Ri = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

m* = frekuensi optimal

Safety Stock untuk baut M.10 X 30 berjumlah 150 units (3 box), didapat dari :

SS = 5% x Ri

= 5% x 2400

= 120 units = 150 units (3 box)

Ri

m*

2400

2

=Qi

Qi = = 1200 units = 24 box

Page 47: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Biaya pembelian sebesar Rp 52.800, didapat dari :

Pi x Ri

Rp 1.100 x 2.400 = Rp 2.640.000

Keterangan : Pi = harga baut M.10 x 30

Ri = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Reorder Point untuk baut M.10 X 30 berjumlah 1 box, didapat dari :

ROP = (LT x AU) + Safety Stock

AU = pemakaian rata-rata selama periode tertentu/average use

LT = lead time

AU = 2.400 units /300 hari = 8

ROP = (3 hari x 8) + 150 units = 174 units = 200 units (4 box)

Total Cost untuk baut M.10 X 30 sebesar Rp 2.772.002, didapat dari :

= Rp 2.640.000 + 2 + Rp 132.000

= Rp 2.772.002

4.7 Perbandingan Metode Perusahaan, Model Persediaan EOQ, dan

Model Multi Item Single Supplier

Setelah menghitung model persediaan EOQ dan model persedian multi item single

supplier, dapat diketahui perbandingan metode yang diterapkan oleh perusahaan,

model EOQ dan multi item single supplier.

Tabel 4.8 Perbandingan Perhitungan Menurut Metode Perusahaan, Model

EOQ dan Multi Item Single Supplier

No Deskripsi

Jumlah Pembelian Optimal

Menurut

perusahaan EOQ

(units)

Multi Item Single

Supplier

(units) (units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 100 (2 box) 100 (1 box) 500 (10 box)

2 Ring Plate M.12 200 (4 box) 500 (10 box) 1.000 (20 box)

3 Ring Per M.12 200 (4 box) 500 (10 box) 500 (10 box)

Page 48: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.8 Perbandingan Perhitungan Menurut Metode Perusahaan, Model

EOQ dan Multi Item Single Supplier (lanjutan)

4 Nut M.12 100 (2 box) 100 (1 box) 500 (10 box)

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 150 (3 box) 500 (10 box) 1.200 (24 box)

6 Ring Plate M.10 200 (4 box) 500 (10 box) 1.800 (35 box)

7 Ring Per M.10 200 (4 box) 250 (5 box) 1.500 (30 box)

8 Nut M.10 150 (3 box) 200 (4 box) 1.800 (35 box)

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 150 (3 box) 850 (17 box) 1.000 (20 box)

10 Ring Plate M.16 200 (4 box) 1.200 (24 box) 3.200 (64 box)

11 Ring Per M.16 200 (4 box) 1.700 (34 box) 2.000 (40 box)

12 Nut M.16 150 (3 box) 50 (1 box) 2.000 (40 box)

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 150 (3 box) 500 (10 box) 1.000 (20 box)

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 150 (3 box) 600 (12 box) 500 (10 box)

Tabel 4.8 Perbandingan Perhitungan Menurut Metode Perusahaan, Model

EOQ dan Multi Item Single Supplier (lanjutan)

No Deskripsi

Frekuensi Pesan

Menurut

perusahaan EOQ

(kali)

Multi Item Single

Supplier

(kali) (kali)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 10 10 1

2 Ring Plate M.12 10 4 1

3 Ring Per M.12 5 2 1

4 Nut M.12 10 4 1

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 16 12 1

6 Ring Plate M.10 18 4 1

7 Ring Per M.10 15 3 1

8 Nut M.10 24 2 1

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 13 38 1

10 Ring Plate M.16 31 12 1

11 Ring Per M.16 16 5 1

12 Nut M.16 21 12 1

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 8 24 1

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 4 6 1

Page 49: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.8 Perbandingan Perhitungan Menurut Metode Perusahaan, Model

EOQ dan Multi Item Single Supplier (lanjutan)

No Deskripsi

Total Cost

Menurut

perusahaan EOQ

Multi Item Single

Supplier

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.654.950 Rp 1.654.950 Rp 1.512.002

2 Ring Plate M.12 Rp 981.200 Rp 857.480 Rp 806.402

3 Ring Per M.12 Rp 370.975 Rp 309.678 Rp 277.202

4 Nut M.12 Rp 740.575 Rp 615.918 Rp 554.402

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 2.996.125 Rp 2.909.500 Rp 2.772.002

6 Ring Plate M.10 Rp 1.477.500 Rp 1.179.551 Rp 1.134.002

7 Ring Per M.10 Rp 915.975 Rp 645.850 Rp 614.252

8 Nut M.10 Rp 1.068.563 Rp 592.963 Rp 567.002

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 9.775.306 Rp 10.326.169 Rp 9.948.962

10 Ring Plate M.16 Rp 5.057.900 Rp 4.651.310 Rp 4.586.402

11 Ring Per M.16 Rp 1.671.325 Rp 1.446.775 Rp 1.392.302

12 Nut M.16 Rp 3.581.350 Rp 3.400.810 Rp 3.276.002

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 4.991.000 Rp 5.333.000 Rp 5.040.002

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 854.763 Rp 897.175 Rp 800.102

Total Rp 36.137.506 Rp 34.821.128 Rp 33.281.038

4.8 Prediksi Permintaan Skid Tank 40KL Tahun 2018

Berdasarkan data tahun 2017 perusahaan memprediksi adanya peningkatan atau

kenaikan permintaan akan Skid Tank 40KL sebesar 2 units. Simulasi

perhitungannya menggunakan metode multi item single supplier karena dari data

perbandingan (tabel 4.8) total cost yang minimum ialah menggunakan metode

multi item single supplier. Perhitungan pada tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel

4.10.

Tabel 4.9 Prediksi Permintaan Fastener Skid Tank 40K Tahun 2018

No Jenis Fastener Qty per produk

(units)

Total Qty 26 Produk

per tahun (units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) 40 1.040

2 Ring Plate M.12 80 2.080

3 Ring Per M.12 40 1.040

4 Nut M.12 40 1.040

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) 100 2.600

6 Ring Plate M.10 150 3.900

Page 50: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.9 Prediksi Permintaan Fastener Skid Tank 40K Tahun 2018

(lanjutan)

7 Ring Per M.10 125 3.250

8 Nut M.10 150 3.900

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) 80 2.080

10 Ring Plate M.16 260 6.760

11 Ring Per M.16 130 3.380

12 Nut M.16 130 3.380

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) 50 1.300

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) 25 650

Total 36.400

Total Biaya Order (A) = biaya pesan (C) x jumlah jenis fastener

= Rp 22.000 x 14

= Rp 308.000

Frekuensi Optimal (m*) =

Tabel 4.10 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier Tahun

2018

No Jenis Fastener

Hi x Ri

Jumlah sekali pesan

(Qi)

(units)

Safety Stock

(units)

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 78.000 550 (11 box) 100 (2 box)

2 Ring Plate M.12 Rp 41.600 1.050 (21 box) 150 (3 box)

3 Ring Per M.12 Rp 14.300 550 (11 box) 100 (2 box)

4 Nut M.12 Rp 28.600 550 (11 box) 100 (2 box)

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 143.000 1.300 (26 box) 150 (3 box)

6 Ring Plate M.10 Rp 58.500 1.950 (39 box) 200 (4 box)

7 Ring Per M.10 Rp 31.688 1.700 (34 box) 200 (4 box)

8 Nut M.10 Rp 29.250 1.950 (39 box) 200 (4 box)

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 513.240 1.050 (21 box) 150 (3 box)

10 Ring Plate M.16 Rp 236.600 3.500 (70 box) 350 (7 box)

11 Ring Per M.16 Rp 71.825 1.700 (34 box) 200 (4 box)

12 Nut M.16 Rp 169.000 1.700 (34 box) 200 (4 box)

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 260.000 650 (13 box) 100 (2 box)

2A

Rp 1.716.878

(2 x Rp 308.000)m* = = 1.6 = 2 kali

Page 51: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Tabel 4.10 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier Tahun

2018 (lanjutan)

14 Nut M.16 Rp 41.275 350 (7 box) 50 (1 box)

Total Rp 1.716.878

Tabel 4.10 Perhitungan Model Persediaan Multi Item Single Supplier Tahun

2018 (lanjutan)

No Jenis Fastener

Total Cost

Reorder

Point

(units)

Biaya Pembelian

1 Baut, M.12 X 45 (Grade 4.6) Rp 1.638.002 150 (3 box) Rp 1.560.000

2 Ring Plate M.12 Rp 873.602 200 (4 box) Rp 832.000

3 Ring Per M.12 Rp 300.302 150 (3 box) Rp 286.000

4 Nut M.12 Rp 600.602 150 (3 box) Rp 572.000

5 Baut, M.10 X 30 (Grade 4.6) Rp 3.003.002 200 (4 box) Rp 2.860.000

6 Ring Plate M.10 Rp 1.228.502 250 (5 box) Rp 1.170.000

7 Ring Per M.10 Rp 665.440 250 (5 box) Rp 633.750

8 Nut M.10 Rp 614.252 250 (5 box) Rp 585.000

9 Baut, M.16 X 65 (Grade 8.8) Rp 10.778.042 200 (4 box) Rp 10.264.800

10 Ring Plate M.16 Rp 4.968.602 450 (9 box) Rp 4.732.000

11 Ring Per M.16 Rp 1.508.327 250 (5 box) Rp 1.436.500

12 Nut M.16 Rp 3.549.002 250 (5 box) Rp 3.380.000

13 Baut, M.16 X 50 (Grade 8.8) Rp 5.460.002 150 (3 box) Rp 5.200.000

14 Baut, M.10 X 45 (Grade 4.6) Rp 866.777 100 (2 box) Rp 825.500

Total Rp 36.054.456

Jumlah sekali pesan untuk baut M.10 X 30 berjumlah 1.300 (26 box), didapat

dari :

Keterangan : Ri = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

m* = frekuensi optimal

Ri

m*

2600

21300 units = 26 box

=Qi

Qi = =

Page 52: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Safety Stock untuk baut M.10 X 30 berjumlah 150 (3 box), didapat dari :

SS = 5% x Ri

= 5% x 2.600

= 150 units = 3 box

Biaya pembelian sebesar Rp 2.860.000, didapat dari :

Pi x Ri

Rp 1.100 x 2.600 = Rp 2.860.000

Keterangan : Pi = harga baut M.10 x 30

Ri = jumlah kebutuhan baut M.10 X 30

Reorder Point untuk baut M.10 X 30 berjumlah 200 units (4 box),

didapat dari :

ROP = (LT x AU) + Safety Stock

AU = pemakaian rata-rata selama periode tertentu/average use

LT = lead time

AU = 2.600 units /300 hari = 8.6

ROP = (3 hari x 8.6) + 150 units = 175.8 units = 200 units (4 box)

Total Cost untuk baut M.10 X 30 sebesar Rp 3.003.002, didapat dari :

= Rp 2.860.000 + 2 + Rp 143.000

= Rp 3.003.002

Page 53: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

8.1.Simpulan

Dari hasil perhitungan fastener untuk produk Skid Tank 40KL untuk tahun 2017,

dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Model perhitungan persediaan bahan baku tidak langsung (fastener) yang

digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ) dan Multi Item Single

Supplier.

2. Jumlah pembelian optimal untuk baut M.10 X 30 Grade 4.6 menurut

perusahaan sebesar 150 units (3 box), model EOQ sebesar 500 units (10 box),

sedangkan dari perhitungan multi item single supplier pemesanan dilakukan

sebesar 1200 units (24 box).

3. Hasil dari Total Cost yang dihasilkan dengan metode perusahaan sebesar

Rp 2.996.125, sedangkan Total Cost yang dihasilkan dengan model EOQ

sebesar Rp 2.909.500. Dan multi item single supplier adalah Rp 2.772.002, jadi

Total Cost menurut multi item single supplier lebih minimal dibandingkan

metode perusahaan.

8.2.Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. PT. Sigma Rekayasa Prima sebaiknya melakukan perbaikan perancangan

pengendalian persediaan guna mengoptimalkan jumlah bahan baku tidak

langsung yang dipesan kepada supplier dan dapat meminimalisasikan total

biaya keseluruhan.

2. Hendaknya PT. Sigma Rekayasa Prima menggunakan model perhitungan EOQ

dan multi item single supplier karena dapat :

Mencegah kekurangan bahan baku tidak langsung agar produksi tidak

terhenti

Meminimalisasikan total cost.

Page 54: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1990. Manajemen Produksi. Edisi A. BPFE UGM Yogyakarta.

Ahyari, Agus. 1995. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi.

BPFE UGM Yogyakarta.

Assauri, Sofyan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Chase and Aquilano. 1983, Production And Operation Management, Richard D

Irwin Inc, Homewood, Illinois.

Heizer, J., dan Render, B. 2010. Manajemen Operasi. Buku2. Edisi 9.

(Diterjemahkan oleh: Sungkono. C.) salemba Empat. Jakarta.

Moore G. Franklin dan Thomas E. Hendrick (1989), “Manajemen Produksi dan

Operasi 2” Remeja Kerya CV Bandung.

Nasution, A.H., dan Prasetyawan, Y. 2008. Perencanaan & Pengendalian

Produksi. Edisi 1. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ristono, Agus. 2009. Manajemen persediaan. Edisi 1. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang. 1993. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-3.

Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta.

Schroeder, Roger G. 2000. Operation Management : Contemporary Concepts and

Cases. International Edition. McGrwa Hill, New York.

Page 55: PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TIDAK LANGSUNG …

Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan

Harga Pokok. Buku I, Ed. Ke-2, Cet. Ke-12 Juli. BPFE. Yogyakarta

Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan. Ekonesia. Yogyakarta.

Tersine, R. J., 1994, Principles of Inventory and Materials Management, Elsevier

Science Publishing Co., Inc, New york.

Zulfikarijah, Fien. 2005. Manajemen Persediaan. Universitas Muhammadiyah

Malang Press. Maang.