analisis kinerja pendapatan daerah pemerintah kota

50
1 ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERIODE 2009-2013 Oleh : Gracelea Prabaningsih Putri NIM : 232011241 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

1

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH

KOTA SALATIGA PERIODE 2009-2013

Oleh :

Gracelea Prabaningsih Putri

NIM : 232011241

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

ii

Page 3: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

iii

Page 4: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

iv

Page 5: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

v

Page 6: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

vi

MOTTO

“Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras”

(Aeschylus)

“Didalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan, sebab

ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna didalam kasih”

(1 Yohanes 4:18)

Lakukan bagianmu semampumu yang kamu bisa, biarkan Tuhan melakukan bagian yang tak

kamu bisa”

Page 7: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

vii

ABSTRACT

Budgeting is a sistematically compiled planning which covers all of company

activities, represented in a whole monetary unit and applicable in a certain paeriod of time.

The research is aimed to figure out the goverment revenue performance using several

methods, which are; Varian Analysis method, Growth Analysis and Financial Ratio Analysis.

The issue that will be discussed in the research is the goverment revenue performance during

the period in 2009-2013. The research uses Budget Realisation Report as the sample. The

result of the research represent the fact that the society awareness in paying taxes and

contributions are still in the low level. Thus, the PAD outcome is also low. Generally, the

goverment has lack of performance in implementing local autonomy. This is because the

local dependency level is still in the instructive category. Salatiga goverment is still very

depended on the central government assistance. The efficiency in local revenues management

is also inadequate. As a result, the researcher can draw a conclusion that Salatiga goverment

revenue performance during the period in 2009-2013 is not well performed.

Keyword: Budgeting, Revenue, Local Goverment Performance

Page 8: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

viii

SARIPATI

Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh

kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter yang berlaku dalam

jangka waktu (periode) tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja

pendapatan pemerintah dengan menggunakan metode analisis. Analisis yang digunakan

adalah Analisis Varians, Analisis Pertumbuhan dan dengan analisis rasio keuangan. Masalah

yang dibahas adalah bagaimana kinerja pendapatan pemerintah kota Salatiga pada tahun

2009-2013. Sampel penelitian adalah Laporan Realisasi anggaran. Hasil dari penelitian ini

menyatakan bahwa kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan kontribusi dari

masyarakat masih rendah sehingga menghasilkan PAD yang rendah. Secara umum dalam

melaksanakan otonomi daerah masih kurang baik dikarenakan tingkat kemandirian daerahnya

masuk dalam kategori instruktif. Pemerintah Kota Salatiga masih sangat bergantung pada

bantuan dari pemerintah pusat dan belum efisien dalam mengelola pendapatan daerah.

Sehingga kinerja pendapatan pemerintah Kota Salatiga periode 2009-2013 belum dapat

dikatakan baik.

Kata Kunci : Anggaran, Pendapatan, Kinerja Pemerintah Daerah

Page 9: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih dan anugerahnya

dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

judul Analisis Kinerja Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Salatiga Periode 2009-2013,

dapat berjalan dengan baik dan lancar meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Strata 1 (satu) pada progdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana. Disamping tujuan tersebut, penulis juga berharap agar

penelitian ini bermanfaat untuk lebih menggali potensi daerahnya agar kinerja pendapatan

daerahnya bisa meningkat dan bagi pembaca umum serta bagi penelitan selanjutnya.

Dalam melakukan penelitian ini, masih banyak kelemahan-kelemahan dan

keterbatasan yang terdapat dalam penyusunan kertas kerja ini, hal ini semata-mata

disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas

kerja ini masih terdapat kekurangan yang mungkin akan ditemukan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran, kritik, dan koreksi yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermafaat bagi semua pihak

yang berkepentingan.

Salatiga, Agustus 2015

Gracelea Prabaingsih Putri

Page 10: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

banyak mendapat bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak selama masa

perkuliahan di Universitas Kristen Satya Wacana.Karena itu penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang tulus kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat yang luar biasa sehingga

penelitian ini dapat terselesaikan

2. Almarhumah Ibu Rokhningsih Ariyati, Bapak Djoko Pranowo, Kakak Ary Pratama

Putra, Kakak Marchlanno Dimas Putra terimakasih atas doa, kasih, bimbingan,

motivasi dan sarana serta dukungan yang diberikan kepada penulis

3. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA. PhD selaku pembimbing yang telah membimbing,

mendidik dan memberi saran maupun kritik selama menempuh studi, meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan, motivasi, masukan ilmu dan

saran-saran maupun kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja SE, ME, PhD selaku dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai.

7. Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

SatyaWacana yang telah member bantuan teknis kepada penulis selama kuliah.

8. Bapak Agung serta seluruh pegawai DPPKAD Kota Salatiga yang telah membantu

dalam perolehan data skripsi.

9. Seluruh keluarga besar Gunawan atas doa, kasih, motivasi, dorongan dan dukungan

yang terlah diberikan selama ini.

Page 11: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xi

10. Haryo Sasongko yang selalu setia memberikan motivasi, semangat, doa serta masukan

dalam pembuatan skripsi.

11. Nabiila Anindhitya , Novitasari, Anastasia, Riska Nur IE, Ajeng Purnamasari, Tia

Anom, Vebri Risna, Christin yang selama ini telah menjadi teman senasib

seperjuangan memberi semangat selama masa perkuliahan.

12. Pandu Wijaya, Aldino Syahid, Tatalasta, teteh Lia, Shinta atas motivasi, semangat,

dan dukungan yang telah diberikan

13. Teman-teman FEB angkatan 2011, terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu

diberikan.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Segala budi baik dan

semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini semoga

mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salatiga, 28 Agustus 2015

Penulis,

Gracelea Prabaningsih Putri

Page 12: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xii

DAFTAR ISI

Halaman Depan ................................................................................................................... i

Pernyataan Tidak Plagiat .................................................................................................... ii

Pernyataan Persetujuan Akses ............................................................................................ iii

Halaman Pengesahan .......................................................................................................... iv

Pernyataan Karya Tulis ....................................................................................................... v

Motto ................................................................................................................................... vi

Abstract ............................................................................................................................... vii

Saripati ................................................................................................................................ viii

Kata Pengantar .................................................................................................................... ix

Ucapan Terimaksih ............................................................................................................ x

Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. xii

Daftar Tabel.. ...................................................................................................................... xiv

Daftar Grafik ....................................................................................................................... xv

Daftar Lampiran .................................................................................................................. xvi

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3

Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 3

APBD dalam Mengukur Kinerha Pendapatan Daerah ......................................... 4

Pendapatan Asli Daerah ........................................................................................ 5

Dana Perimbangan ................................................................................................ 6

Pentingnya Analisis Laporan Keuangan Daerah .................................................. 6

Analisis Kinerja Pendapatan ................................................................................. 7

METODE PENELITIAN ................................................................................................. 8

TEKNIK ANALIS DAN LANGKAH ANALISIS ......................................................... 9

Page 13: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xiii

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................ 13

Analisis Varians .................................................................................................... 13

Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah ........................................................... 17

Analisis Rasio Kemandirian Daerah ..................................................................... 18

Analisis Rasio Derajat Desentralisasi ................................................................... 19

Analisis Rasio Ketergantungan Daerah ................................................................ 19

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 26

Page 14: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Varians Anggaran Pendapatan ................................................................. 13

Tabel 2 Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah .............................................. 17

Tabel 3 Rasio Kemandirian Daerah ...................................................................... 18

Tabel 4 Rasio Derajat Desentralisasi .................................................................... 20

Tabel 5 Rasio Ketergantungan Daerah .................................................................. 20

Page 15: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Tren Pendapatan Daerah .......................................................................... 15

Grafik 2 Tren Pertumbuhan Daerah ........................................................................ 17

Grafik 3 Tren Rasio Kemandirian Daerah .............................................................. 19

Grafik 4 Tren Rasio Derajat Desentralisasi dan Ketergantungan Daerah .............. 21

Page 16: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran tahun 2009 ................................................. 26

Lampiran 2 Laporan Realisasi Anggaran tahun 2010 ................................................. 28

Lampiran 3 Laporan Realisasi Anggaran tahun 2011 ................................................. 30

Lampiran 4 Laporan Realisasi Anggaran tahun 2012 ................................................. 32

Lampiran 5 Laporan Realisasi Anggaran tahun 2013 ................................................. 34

Page 17: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

1

PENDAHULUAN

Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia sebagian besar banyak

memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang terjadi adalah dari

pemerintahan yang berbentuk sentralistik, yaitu pemerintahan yang bertujuan menjadikan

bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera secara pemerintahan terpusat, kemudian diganti

dengan pemerintahan yang desentralistik. Maka dalam rangka desentralisasi dibentuk dan

disusun pemerintah propinsi dan pemerintah kota. Disamping sebagai strategi untuk

menghadapi era globalisasi, Otonomi Daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan otonomi daerah

adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi

kesenjangan antara daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien dan

responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik didaerah masing-masing. Dengan

adanya otonomi daerah kabupaten dan kota, maka pengelolaan keuangan sepenuhnya berada

ditangan pemerintah daerah karena daerah kabupaten atau kota berhubungan langsung

dengan masyarakat. Pemerintah daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber penerimaan

keuangan sesuai urusan pemerintah (Darise, 2009).

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, kewenangan yang luas, utuh dan bulat yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pada semua

aspek pemerintahan ini, pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada pemberi

wewenang dan masyarakat. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, Pemerintah Daerah

harus melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan

efektifitas (value for money) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu

pemerintah daerah perlu membuat perencanaan pengelolaan keuangan daerah dengan

menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(UU no. 17 tahun 2003 tentang keuangan daerah). Perencanan pengelolaan keuangan yang

tercantum dalam APBD ini mencerminkan kemampuan daerah dalam melaksanakan

pemerintahannya. Berdasarkan rancangan APBD yang terlah dibuat, maka pemerintah daerah

akan berusaha mengoptimalkan semua potensi didaerahnya agar APBD tersebut dapat

terealisasi. Laporan realisasi APBD tersebut adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Dari

komponen LRA dapat ditarik beberapa indikator untuk mengukur kinerja pemerintah daerah.

Page 18: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

2

Dari hal tersebut dapat dimengerti bahwa pengukuran kinerja adalah suatu hal yang penting

terkait dengan isu otonomi dan desentralisasi.

Mochammad Rizal (2013) melakukan penelitian analisis rasio keuangan sebagai

pengukuran kinerja pada anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Grobogan

sebelum dan setelah penerapan anggaran berbasis kinerja, hasil penelitian menunjukan bahwa

rasio kemandirian kabupaten Grobogan masih tergolong masih tergolong rendah karena

kontribusi PAD sangat rendah dibanding dengan kontribusi bantuan dari pusat yang lebih

dominan. Anastasia (2015) melakukan penelitian mengenai analisis kinerja pendapatan

daerah Kabupaten Semarang periode 2009-2013, hasil penelitian menunjukan bahwa dilihat

dari perhitungan rasio, kinerja pemerintahan daerah Kabupaten Semarang masuh kurang dan

dilihat dari analisis varians tahun 2013 adalah kurang baik. Citra (2012) melakukan

penelitian mengenai analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan belanja daerah pada

pemerintahan kabupaten Pandeglang propinsi Banten, hasil penelitian menunjukan bahwa

kinerja keuangan pemerintah kabupaten Pandeglang dengan menggunakan analisis rasio

keuangan masih kurang baik. Dari berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan

ditemukan hasil kinerja pengelolaan keuangan daerah belum optimal didalam pengelolaan

kekayaan sumber daya daerah, dan ketergantungan daerah masih sangat tinggi, terutama

terhadap penerimaan bantuan dari pemerintah pusat

Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah

berujung pada kebutuhan pengukuran kinerja pemerintah daerah. Pengukuran kinerja

pemerintah daerah mempunyai banyak tujuan untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan

akuntabilitas pemerintah daerah. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran kinerja keuangan

pemerintah daerah sebagai tolak ukur dalam penetapan kebijakan keuangan pada tahun

anggaran periode selanjutnya. Dalam mengukur bagaimana kinerja pendapatan suatu daerah

diperlukan analisis terhadap laporan keuangan daerah. Untuk mengukur kinerja pendapatan

di Kota Salatiga maka dalam penelitian ini menggunakan analisis varians, analis

pertumbuhan dan analisis rasio keuangan. Analisis varians dimaksudkan untuk melihat

bagaimana pencapaian pemerintah daerah dalam mencapai anggaran yang telah dibuat.

Sedakan analisis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio desentralisasi.

Analisis Varians, analisis pertumbuhan dan analisis rasio keuangan digunakan untuk

menilai bagaimana kinerja pendapatan pemerintah daerah. Analisis tersebut menjadi hal yang

penting dalam melakukan kinerja pendapatan daerah. Rasio desentralisasi dapat

Page 19: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

3

menggambarkan bagaimana pemerintah daerah dalam melakukan desentralisasi

pemerintahannya. Rasio kemandirian daerah dapat menggambarkan kemandirian suatu

daerah, rasio ketergantungan daerah dapat member gambaran bagaimana pemerintah daerah

masih bergantung pada pemerintah pusat.

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah Kota Salatiga sebagai tempat penelitian ini

dikarenakan di Salatiga terdapat juru parkir yang tidak memberikan karcis yang telah

diporporasi oleh pemerintah retribusi parkir, karena menurut mereka jika mereka

memberikan karcis tersebut ke pemkot maka mereka tidak mendapatkan hasil yang utuh

selama menarik retribusi tersebut, lalu pada retribusi izin tempat peredaran miras terdapat

penjual miras di Kota Salatiga yang tidak memiliki izin hal ini mencerminkan kinerja sumber

daya manusia dalam bidang pendataan dan penagihan administrasi yang kurang optimal

dalam menyelenggarakan tugasnya, serta kurangnya kesadaran wajib pajak dan wajib

retribusi Kota Salatiga akan kewajibannya dalam membayar kewajibannya. Berdasarkan latar

belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: Bagaimana kinerja pendapatan daerah pemeritah Kota Salatiga?

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur dan memberikan gambaran

bagaimana kinerja pendapatan daerah Kota Salatiga setelah adanya otonomi daerah. Maka

dari itu akan dilihat dengan menggunakan analisis varians, analisis pertumbuhan daerah serta

menggunakan analisis rasio keuangan yang terdiri dari: rasio desentralisasi, rasio

kemandirian daerah, rasio ketergantungan daerah. Analisis varians, analisis pertumbuhan, dan

ketiga rasio tersebut dipilih karena sudah mampu untuk memberikan gambaran bagaimana

kinerja pendapatan daerah Kota Salatiga setelah adanya otonomi daerah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, untuk pemerintah daerah

diharapkan bisa mengetahui kinerja pendapatan daerahnya dan lebih menggali potensi

daerahnya agar kinerja pendapatan daerahnya bisa meningkat, untuk pembaca diharapkan

dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian

tentang kinerja pendapatan daerah, bagi penulis adalah memberi gambaran kinerja

pendapatan daerah Kota salatiga dilihat dari analisis kinerja pendapatan.

Page 20: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

4

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Bastian (2006:274), kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi

organisasi. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan

tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan

indikator masukan (input), keluaran (output), hasil, manfaat dan dampak. Dalam mengukur

bagaimana kinerja pendapatan suatu daerah diperlukan analisis terhadap laporan keuangan

daerah tersebut. Untuk mengukur kinerja pendapatan di Kota Salatiga maka dalam penelitian

ini menggunakan analisis kinerja pendapatan.

Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu

hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan

menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan

perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut

berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur laporan pertanggungjawaban kepala daerah

berupa perhitungan APBD.

Dalam SAKIP (Sistem Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah), pengukuran

kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan

visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dilakukan melalui penilaian yang sistematik

bukan hanya pada input, tetapi juga pada output, dan benefit serta impact (dampak) yang

ditimbulkan. Dengan demikian pengukuran kinerja merupakan dasar yang reasonable untuk

pengambilan keputusan dan melalui pengukuran kinerja akan dapat dilihat seberapa jauh

kinerja yang telah dicapai dalam satu periode tertentu dibandingkan yang telah direncanakan

dan dapat juga untuk mengukur kecenderungan dari tahun ke tahun.

APBD dalam Mengukur Kinerja Pendapatan Daerah

Berdasarkan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, APBD

didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak

menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-

proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu dan pihak lain menggambarkan perkiraan

penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran

Page 21: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

5

yang dimaksud. Kemudian berdasarkan laporan APBD tersebut, pemerintah daerah akan

berusaha mengoptimalkan semua sumber dana yang dimiliki daerahnya untuk mencapai

target yang telah direncanakan dalam APBD. Pencapaian target tersebut kemudian dibuat

laporan yang disebut Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Dengan perubahan yang terjadi, bentuk APBD sekarang ini didasari pada Peraturan

Mentri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah. Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan

agar laporan keuangan semakin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD terdiri

atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dalam bentuk APBD yang baru,

pendapatan daerah terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1) Pendapatan Asli Daerah, 2) Dana

perimbangan, 3) Lain-lain pendapatan yang sah (Mahmudi, 2010).

Pendapatan Asli Daerah.

PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Kelompok PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:

1. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

kemakmuran rakyat. Pajak yang termasuk pajak daerah antara lain hotel, pajak

restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan

bahan galian golongan c, pajak parkir, BPHTB dan PBB.

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembiayaan atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang peribadi atau badan. Retribusi daerah terdiri dari

retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi bagiaan laba atas

penyertaan modal dan perusahaan milik daerah (BUMD), penyertaan modal pada

perusahaan milik pemerintah (BUMN), dan penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok usaha masyarakat.

Page 22: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

6

4. Lain-lain PAD yang sah

Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain PAD yang sah

meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan jasa giro,

pendapatan bungan, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, hasil penjualan

aset daerah yang tidak dipisahkan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda

retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengambilan,

pendapatan dari angsuran atau cicilan penjualan, serta penerimaan komisi, potongan

ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atan pengadaan barang dan/atau

jasa oleh daerah.

Dana Perimbangan

Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang bertujuan untuk

menciptakan keseimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dana perimbangan terdiri dari

dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

Kinerja suatu pemerintahan daerah dapat dinilai dari bagaimana pemerintah daerah itu

sendiri dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya dalam APBD yang

nantinya dilaporkan dalam LRA. Kemudian dari realisasi yang ada dapat dinilai juga kinerja

pemerintah daerah dengan menggunakan rasio keuangan antara lain: Rasio desentralisasi,

Rasio kemandirian daerah, dan rasio ketergantungan daerah.

Pentingnya Analisis Laporan Keuangan Daerah

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas untuk menjalankan

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya kepada

DPRD dan publik, agar publik atau pengguna laporan keuangan daerah dapat mengetahui

bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang telah dipercayakan

kepada pemerintah daerah oleh karna itu laporan keuangan pemerintah daerah perlu untuk

dipublikasikan. Dalam Mahmudi (2010), fungsi dari laporan keuangan pemerintah daerah

adalah untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

Page 23: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

7

ekonomi, sosial, dan politik. Namun tidak semua pengguna dapat memahami isi dari laporan

keuangan pemerintah daerah meskipun laporan tersebut sudah dibuat sederhana mungkin

agar dapat dipahami..

Kurangnya pemahaman bagi beberapa pengguna laporan keuangan maka dibutuhkan

adanya analisis laporan keuangan. Mahmudi (2010), menyatakan bahwa analisis laporan

keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan,

bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi

laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan

keputusan. Analisis laporan keuangan memerlukan tehnik tertentu agar kegiatan analisis

tersebut bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Analisis Kinerja Pendapatan

Analisis kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari realisasi pendapatan dan

anggarannya. Apabila realisasi melampaui anggaran (target) maka kinerja dapat dinilai

dengan baik. Penilain kinerja pendapatan pada dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah

realisasi pendapatan daerah telah melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut

komponen pendapatan apa yang paling berpengaruh. Berdasarkan laporan realisasi anggaran

dapat melakukan analisis pendapatan daerah dengan cara 1) Analisis Varians Anggaran

Pendapatan, Mahmudi (2010) analisis varians dilakukan dengan cara menghitung selisih

antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Hal ini berarti dibutuhkan data dari

APBD dan juga LRA untuk menganalisis analisis varians. Apabila realisasi lebih besar dari

anggaran maka kinerja pemerintah daerah dapat dikatakan baik. Dalam penelitian ini apabila

varians menunjukan angka dibawah 100% maka berarti tidak mampu mencapai target yang

berarti kinerjanya buruk, begitu pula sebaliknya apabila varians menunjukan angka diatas

100% maka berarti mampu mencapai target yang berarti kinerjanya baik. 2) Analisis

Pertumbuhan Pendapatan bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah daerah dalam

tahun anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif

ataukah negatif. Analisis pertumbuhan dilakukan juga untuk mengetahui kecenderungan baik

berupa kenaikan atau penurunan kinerja selama kurun waktu waktu tertentu. 3) Analisis

Rasio keuangan dalam menilai kinerja pendapatan suatu organisasi, maka dibutuhkan rasio

keuangan. Mahmudi (2010), analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua

angka yang datanya diambil dari laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah

Page 24: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

8

yang dapat digunakan dalam melakukan analisis rasio keuangan adalah Laporan Realisasi

Anggaran (LRA). Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Rasio Derajat Desentralisasi

Mahmudi (2010), rasio desentralisasi ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat

kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD

maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi.

Kajian yang dikaji oleh Tim Litbang Depdagri – fisipol UGM (1991) menghasilkan

kriteria penilaian rasio desentralisasi daerah. 00,00-10,00 maka derajat desentralisasi

daerah tersebut sangat kurang. 10,01-20,00 derajat desentralisasi daerah tersebut

adalah kurang, 20,01-30,00 derajat desentralisasi daerah tersebut adalah sedang,

30,01-40,00 derajat desentralisasi daerah tersebut adalah baik, dan apabila

persentasenya >50,01 desentralisasi daerah tersebut adalah sangat baik.

2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio ini menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan

daerah. kriteria penilaian rasio kemandirian daerah adalah 0-25 maka kemandirian

daerah tersebut adalah rendah sekali, 25-50 kemandirian daerah tersebut rendah, 50-

70 kemandirian daerah adalah sedang, 75-100 kemandirian daerah tersebut adalah

tinggi. Semakin tinggi angka rasio ini menunjukan pemerintah daerah semakin tinggi

kemandirian keuangan daerahnya.

3. Rasio ketergantungan Keuangan Daerah

Tingkat ketergantungan daerah adalah ukuran tingkat kemampuan daerah

dalam membiayai aktifitas pembangunan daerah. Rasio ini dihitung dengan

membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima dengan total penerimaan

daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat ketergantungan

pemerintah daerah pada pemerintah pusat maupun provinsi.

Page 25: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

9

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

yang diperoleh dari wawancara dengan staf ahli DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah) untuk mengetahui hal-hal diluar laporan keuangan pemerintah

daerah.

Sedangkan data sekunder berupa laporan keuangan pemerintah daerah yang diperoleh

dari www.djpk.kemenkeu.go.id dan DPPKAD Kota Salatiga. Data sekunder digunakan

sebagai sumber untuk menghitung varians, analisis pertumbuhan, dan rasio keuangan yang

terdiri dari: rasio desentralisasi, rasio kemandirian derah, dan rasio ketergantungan daerah.

Sedangkan laporan keuangan yang digunakan adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kota Salatiga periode 2009-2013.

Teknik Analisis dan Langkah-Langkah Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi varians, analisis

pertumbuhan, dan analisis rasio keuangan yang terdiri dari rasio desentralisasi, rasio

kemandirian daerah, serta rasio ketergantungan. Langkah-langkah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan Analisis Varians periode 2009-2013

Analisis varians yaitu membandingkan anggaran dengan realisasi yang diperoleh pada

tahun tertentu.

2. Menghitung Analisis Pertumbuhan Pendapatan dengan rumus seperti berikut:

3. Menghitung Rasio Kemandirian Daerah

Rasio kemandirian daerah memberikan gambaran kemampuan pemerintah

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Semakin tinggi angka rasio ini maka

semakin baik kemandirian keuangan daerahnya. Berikut perhitungan rasio

kemandirian daerah:

Page 26: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

10

Menurut Dwirandra 2007 dan Dewi (2014) kriteria penilaian kemandirian keuangan

daerah adalah:

Rasio Kategori

0-25 Rendah sekali

25-50 Rendah

50-75 Sedang

75-100 Tinggi

4. Menghitung Rasio Derajat Desentralisasi

Rasio desentralisasi ini memberikan gambaran perkembangan derajat

desentralisasi wilayahnya. Rasio ini melihat kontribusi PAD terhadap total

penerimaan pendapatan. Apabila rasio desentralisasi ini semakin tinggi maka semakin

baik wilayah tersebut dalam menyelenggarakan desentralisasinya. Berikut

perhitungan derajat desentralisasi:

Menurut Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991) dalam Bisma dan Susanto

(2010), kriteria penilain derajat desentralisasi adalah:

Rasio Kategori

0,00-10,00 Sangat kurang

10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Sedang

30,01-40,00 Cukup

40,01-50,00 Baik

>50,00 Sangat baik

5. Menghitung Rasio Ketergantungan Daerah

Page 27: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

11

Rasio ketergantungan daerah melihat tingkat kemampuan daerah dalam

membiayai aktifitas pembangunan daerah melalui optimalisasi PAD, yang diukur

dengan membandingkan jumlah pendapatan transfer dan total pendapatan. Semakin

tinggi angka rasio ini maka semakin besar ketergantungan pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Berikut perhitungannya rasio

ketergantungan daerah:

Menurut Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM (1991) dalam Bisma dan Susanto (2010),

Kriteria penilaian ketergantungan keuangan daerah adalah:

Rasio Kategori

0,00-10,00 Sangat kurang

10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Sedang

30,01-40,00 Cukup

40,01-50,00 Tinggi

>50,00 Sangat Tinggi

Tujuan dilakukannya pengujian dalam penelitian ini dengan menghitung varians,

analisis pertumbuhan, rasio desentralisasi, rasio kemandirian, dan rasio ketergantungan

daerah adalah untuk mengukur kinerja pendapatan daerah Kota Salatiga untuk setiap periode.

6. Dari hasil perhitungan analisis varians, analisis pertumbuhan, rasio kemandirian

daerah, dan rasio ketergantungan daerah dibandingkan untuk setiap periode.

7. Selanjutnya akan dilakukan analisis mengapa tingkat varians, rasio pertumbuhan dan

rasio keuangan dalam setiap periode berfluktuasi.

Page 28: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

12

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Varians

Analisis varians dilakukan dengan melihat selisih anggaran dan realisasi yang

diperoleh pada tahun tertentu. Kinerja pemerintah daerah dapat dikatakan baik apabila

pencapaian realisasi lebih besar dari anggaran. Anggaran pendapatan merupakan batas

minimal yang harus mampu untuk dicapai. Namun jika belum mampu untuk mencapai target

pasti ada hal-hal yang menyebabkan tidak tercapainya target yang perlu untuk dilihat

kembali. Berikut adalah perhitungan untuk varians anggaran pendapatan Kota Salatiga:

Tabel 1. Varians Anggaran Pendapatan Daerah Periode 2009-2013 (Rp dalam jutaan)

Tahun

Anggaran Realisasi Varians

Rp %

2009 PAD 50.130 53.055 2.925

5.84

Transfer 319.293 318.659 (633) (0.20)

Lain-lain Pendapatan

yang sah - 4.480

4.480 -

Total Pendapatan 369.423 376.195 6.772 1.83

2010 PAD 52.284 51.549 (734) (1.40)

Transfer 337.133 335.299 (1,834) (0.54)

Lain-lain Pendapatan

yang sah 24.655 24.655 - -

Total Pendapatan 414.073 411.504 (2.569) (0.62)

2011 PAD 61.746 60.611 (1.135) (1.84)

Transfer 407.097 398.799 (8.297) (2.04)

Lain-lain Pendapatan

yang sah - 18.762 18.762 -

Total Pendapatan 468.844 478.173 9.329 1.99

2012 PAD 63.171 77.798 14.627 23.16

Transfer 478.141 484.524 6.383 1.34

Lain-lain Pendapatan

yang sah - - - -

Total Pendapatan 541.313 562.323 21.010 3.88

Page 29: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

13

Tabel 1. Varians Anggaran Pendapatan Daerah periode 2009-2010 (Rp dalam jutaan) Lanjutan

2013 PAD 87.723 106.100 18.376 20.95

Transfer 512.129 497.103 (15.025) (2.93)

Lain-lain Pendapatan

yang sah - - - -

Total Pendapatan 599.853 603.204 3.351 0.56

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Keterangan : PAD = Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan analisis varians, kinerja pendapatan Kota Salatiga tahun 2009, 2010,

2011, 2012, dan 2013 dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan pendapatan

realisasinya lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan. Sedangkan di tahun 2010

belum dapat dikatakan baik karena pendapatan realisasinya belum dapat mencapai target.

Pada tahun 2009 terdapat selisih anggaran dengan realisasi sebesar Rp. 6,7 milyar

atau sebesar 1,83% dari total pendapatan daerah. Ditahun ini PAD telah berhasil mencapai

target yang telah ditetapkan sebesar 105,84%. sedangkan realisasi pendapatan transfer tidak

dapat melebihi anggaran, hanya sebesar 99,80% hal ini terjadi dikarenakan tidak tercapainya

target pada transfer pusat-dana perimbangan dan transfer-lainnya. Namun pada kenyataannya

jumlah total pendapatan daerahnya justru mampu melebihi target. Hal ini dapat terjadi karena

tidak adanya jumlah anggaran pada lain-lain pendapatan yang sah, namun ada realisasi yang

diterima oleh pemerintah Kota Salatiga.

Untuk tahun 2010 terdapat selisih anggaran dengan realisasi yang bersaldo negatif,

sebesar Rp. 2.5 milyar atau sebesar 0,62% dari total pendapatan. Hal ini terjadi dikarenakan

di tahun 2010 PAD dan pendapatan transfer tidak dapat mencapai anggaran yang sudah

ditetapkan. Untuk tahun 2011 terdapat selisih anggaran pendapatan sebesar Rp. 9,3 milyar

atau sebesar 1,99% dari total pendapatan. Penerimaan PAD dan Pendapatan Transfer

diperiode ini tidak bisa mencapai target, namun pada kenyataannya jumlah pendapatan

daerah Kota Salatiga mampu melebihi target, hal ini terjadi karena tidak adanya jumlah

anggaran pada lain-lain pendapatan yang sah namun terjadi realisasi yang diterima

pemerintah Kota Salatiga sebesar Rp. 18,7 milyar

Page 30: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

14

Ditahun 2012 selisih anggaran pendapatan sebesar Rp. 21,0 milyar atau sebesar

3,88% dari total pendapatan. PAD dan Transfer, telah berhasil mencapai target yang telah

ditetapkan anggaran. Dan selama lima periode, ditahun 2012 lah yang total pendapatan

daerahnya tertinggi. Untuk tahun 2013 selisih anggaran pendapatan sebesar Rp. 3,3 milyar

atau sebesar 0,56% dari total pendapatan. PAD juga telah berhasil mencapai target yang telah

ditetapkan sebesar 120,95% sedangkan pada komponen transfer tidak dapat melebihi

anggaran hanya dapat mencapai sebesar 97,07% hal ini terjadi dikarenalkan pada transfer

pusat-dana perimbanan tidak mampu mencapai targetnya.

Grafik 1. Tren Pendapatan Daerah Periode 2009-2013

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Dari grafik diatas dapat dilihat tren pendapatan daerah Kota Salatiga selama tahun

2009-2013 berfluktuasi. Terjadi penurunan dari 2009 - 2010 sebesar 2,45%. Kemudian

meningkat di tahun 2011 sebesar 2,61% dan meningkat lagi di tahun 2012 sebesar 1,89%.

Dan kemudian turun lagi di tahun 2013 sebesar 3,32%.

99.00%

100.00%

101.00%

102.00%

103.00%

104.00%

2009 2010 2011 2012 2013

103.88%

100.56%

101.99%

99.38%

101.83%

Page 31: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

15

Menurut responden yang mempengaruhi tercapai atau tidaknya PAD adalah:

1. 1Pajak Daerah

- Kondisi Kesadaran wajib pajak yang kurang

Kurangnya kesadaran wajib pajak akan pentingnya pajak bagi perkembangan

pembangunan daerah yang pada akhirnya membuat realisasi yang diterima tidak

sesuai dengan yang telah dianggarkan.

Contoh wajib pajak di kota Salatiga yang tertib dalam membayar pajak adalah

KFC karena akuntansi dan pembukuannya jelas, transparan dan disiplin dalam

menerapkan SOP lingkungan.

- Pajak sebagai Beban

Banyak masyarakat yang menganggap pajak sebagai beban, karena dengan

membayar pajak berarti akan mengurangi pendapatan ataupun penghasilan wajib

pajak itu sendiri.

2. Retribusi Daerah

- Retribusi Parkir, terdapat juru parkir yang tidak memberikan karcis yang telah

diporporasi oleh pemerintah Kota Salatiga kepada pelanggan karena jika

memberikan karcis tersebut uang hasil parkir harus di setor ke pemda, sehingga

mereka tidak mendapat hasil utuh selama menarik retribusi parkir kepada

pelanggan.

- Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol walaupun sudah ditetapkan

peraturan retribusi izin tempat peredaran miras, namun nampaknya peraturan

tersebur belum efektif dilihat dari masih banyaknya penjualan miras di Kota

Salatiga tanpa izin. Sebagai contoh, di terminal Pasar Sapi salatiga sampai

dengan saat ini dapat dijumpai dengan mudah dua penjual miras tanpa izin yang

buka seharian.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah,

- Keputusan dari RUPS

Keputusan ini akan berdampak pada besarnya hasil pengelolaan kekayaan daerah

seperti Perusahan Daerah Air Minum (PDAM), Bank Pembangunan Daerah

(BPD), Badan Perkreditan Rakyat (BPR), Perusahaan Daerah Aneka Usaha

(PDAU)

1 Hasil Wawancara kepada Bapak Agung S. dikantor DPPKAD Kota Salatiga

Page 32: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

16

4. Lain-lain PAD yang Sah

- Penerimaan dari Badan Layanan Umum Derah (BLUD), contohnya sejak 2014

puskesmas khusus dana kapitasi, penerimaan deposito, dan jasa giro.

Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah

Berikut ini hasil analisis pertumbuhan pendapatan daerah pemerintah kota Salatiga

berdasarkan Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga Tahun 2009-2013:

Tabel 2. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah periode 2008-2013 (Rp dalam jutaan)

Tahun

(t) Realisasi Th (t) Realisasi Th (t-₁)

Pertumbuhan %

Kenaikan/Penurunan

2009 376.195 390.721 (14.525) (3.72)

2010 411.504 376.195 35.308 9.39

2011 478.173 411.504 66.669 16.20

2012 562.323 478.173 84.150 17.60

2013 603.204 562.323 40.880 7.27

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Catatan : Pertumbuhan = Periode realisasi Th (t) (misal 2009) – Realisasi Th (t-₁) (misal

2008)

Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat pertumbuhan yang terjadi di Kota Salatiga. Pada

tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar Rp 14,5 milyar. Kemudian pada tahun 2009-

2010, 2010-2011, dan 2011-2012 mengalami pertumbuhan sebesar Rp 35,3 milyar, 66,6

milyar, dan 84,1 milyar. Dan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan sebesar Rp 40,8

milyar.

Page 33: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

17

Grafik 2. Tren Pertumbuhan Pendapatan Daerah Periode 2009-2013

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Dari grafik diatas dapat dilihat tren pertumbuhan pendapatan daerah Kota Salatiga

selama lima tahun berfluktuasi. Di tahun 2008-2009 pertumbuhan pendapatan daerah salatiga

mencapai -3,72% hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya realisasi dari komponen

pendapatan transfer-pemerintah pusat lainnya. Pada tahun 2009-2010 meningkat sebesar

13,10% dikarena di tahun ini terdapat realisasi didalam komponen pendapatan transfer-

pemerintah pusat lainnya. Ditahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 6,83%% hal

ini terjadi dikarenakan ditahun ini jumlah PAD dan pendapatan transfer mengalami

peningkatan dari total realisasi pendapatan tahun 2010. Dan kemudian ditahun 2011-2012

mengalami peningkatan lagi sebesar 1,40%%, ditahun 2012-2013 ini merupakan peningkatan

tertinggi selama lima tahun. Dan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan sebesar

10,33% dikarenakan didalam komponen transfer pemrintah provinsi mengalami penurunan

dibandingkan pada realisasi tahun 2012.

Analisis Rasio Kemandirian Daerah

Berdasarkan kondisi data dan Realisasi PAD dan bantuan pemerintah pusat, provinsi

dan pinjaman dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Salatiga, maka untuk rasio

kemandirian pemerintah Kota Salatiga tahun 2009-2013 sebagai berikut:

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

2009 2010 2011 2012 2013

9.39%

16.20% 17.60%

7.27%

-3.72%

Page 34: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

18

Tabel 3. Rasio Kemandirian Daerah Periode 2009-2013 (Rp dalam jutaan)

Tahun Total PAD Total Pendapatan Rasio

(%)

Ket. (Tingkat

kemandirian) Transfer + Pinjaman

2009 53.055 318.659 16.65 Rendah Sekali

2010 51.549 335.299 15.37 Rendah Sekali

2011 60.611 398.799 15.20 Rendah Sekali

2012 77.798 484.524 16.06 Rendah Sekali

2013 106.100 497.103 21.34 Rendah Sekali

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Berdasarkan tabel 4 Rasio kemandirian daerah belum stabil. Ditahun 2009 dan 2013

terdapat angka yang cukup tinggi yakni mencapai 16,65% dan 21,34% dibandingkan dengan

tahun 2010, 2011, 2012 yakni 15,37%, 15,20%, 16,06%

Berdasarkan rasio kemandirian selama lima tahun pada Kota Salatiga memiliki rata-

rata tingkat kemandirian yang rendah sekali artinya peranan pemerintah pusat masih

dominan. Terlihat rasio kemandirian yang dihasilkan berkisar antara 0% - 25%.

Grafik 3. Rasio Kemandirian Daerah Periode 2009-2013

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa rasio kemandirian daerah Kota

Salatiga selama 2009-2013 mengalami penurunan dan kenaikan. Dari tahun 2009-2010

terjadi penurunan sebesar 1,28% dan mengalami penurunan kembali di tahun 2010-2011

sebesar 0,18%. Ditahun 2011-2012 terjadi peningkatan sebesar 0,86% dan kembali

meningkat ditahun 2012-2013 sebesar 5,29%. Hal ini berarti bahwa dalam menyelenggarakan

dan membiayai pemerintahan maupun pembangunan didaerahnya, Kota Salatiga kurang

dalam menggali potensi daerahnya sehingga total PAD yang diterima masih kurang optimal

14.00%

16.00%

18.00%

20.00%

22.00%

2009 2010 2011 2012 2013

16.65%

15.37% 15.20% 16.06%

21.34%

Page 35: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

19

dimana sumber-sumber potensial untuk PAD yang masih dikuasai pemerintah pusat,

sedangkan untuk pajak yang cukup besar masih dikelola pemerintah pusat, yang dalam

pemungutan berdasarkan undang-undang/persyaratan pemerintah dan daerah hanya

menjalankan serta menerima bagian dalam bentuk dana perimbangan. Dampak perimbangan

itu sendiri terdiri dari bagi hasil pajak/bukan pajak, DAU, DAK, dan bantuan provinsi.

Untuk mengatasi hal itu diperlukan usaha lebih besar lagi dari pemerintah daerah dalam

mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatan yang telah ada.

Analisis Rasio Derajat Desentralisasi

Berikut hasil perhitungan rasio derajat desentralisasi daerah kota Salatiga berdasarkan

Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga tahun 2009-2013:

Tabel 4. Rasio Derajat Desentralisasi Periode 2009-2013 (Rp dalam jutaan)

Tahun Total PAD Total Pendapatan Rasio (%)

Keterangan (Tingkat Desentralisasi)

2009 53,055 376,195 14.10 Kurang

2010 51,549 411,504 12.53 Kurang

2011 60,611 478,173 12.68 Kurang

2012 77,798 562,323 13.84 Kurang

2013 106,100 603,204 17.59 Kurang

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Berdasarkan tabel 3. rasio derajat desentralisasi kota Salatiga selama lima periode

terdapat angka yang cukup tinggi di tahun 2009 dan 2013 yakni mencapai 14,10 % dan

27,59% dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012 yang hanya sebesar 12,53%, 12,68%,

13,84%. Rata-rata derajat desentralisasi dari tahun 2009-2013 yaitu sebesar 14,15%.

Rasio desentralisasi selama tahun 2009-2013 berfluktuasi. Terjadi penurunan ditahun

2009-2010 sebesar -1,58 dikarenakan ditahun ini total PAD dan total pendapatan transfer –

dana perimbang menurun dari total realisasi di tahun 2009. kemudian terjadi peningkatan

rasio desentralisasi dari tahun 2010-2011 sebesar 0,15%, kemudian kembali meningkat di

tahun 2011-2012 sebesar 1,16% dan meningkat lagi di tahun 2012-2013 sebesar 3,75%.

Analisis Rasio Ketergantungan Daerah

Berikut adalah perhitungan dan analisis rasio ketergantungan daerah Kota Salatiga

berdasarkan Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga tahun 2009-2013:

Page 36: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

20

Tabel 5. Rasio Ketergantungan Daerah Periode 2009-2013 (Rp dalam Jutaan)

Tahun

Pendapatan Total Pendapatan Daerah Rasio (%) Keterangan Transfer

2009 318.659 376.195 84.71 Sangat Tinggi

2010 335.299 411.504 81.48 Sangat Tinggi

2011 398.799 478.173 83.40 Sangat Tinggi

2012 484.524 562.323 86.16 Sangat Tinggi

2013 497.103 603.204 82.41 Sangat Tinggi

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Berdasarkan tabel 5. rasio ketergantungan daerah selama lima periode terdapat angka

yang cukup tinggi di tahun 2009 dan 2012 yakni mencapai 84,71% dan 86,16% dibandingkan

dengan tahun 2010, 2011, 2013 yakni 41,48%, 83,40%, 82,41%. Sehingga rasio

ketergantungan daerah selama lima periode, Kota Salatiga memiliki rata-rata tingkat

ketergantungan yang sangat tinggi. Terlihat dari rasio ketergantungan daerah yang dihasilkan

berkisar >50%. Terjadi penurunan dari tahun 2009- 2010 sebesar 3,22%, kemudian

meningkat pada tahun 2010-2011 sebesar 1,92%, dan kemudian meningkat kembali ditahun

2011-2012 sebesar 2,76% dan menurun kembali di tahun 2012-2013 sebesar 3,75%.

Grafik 4. Tren Rasio Derajat Desentralisasi dan Ketergantungan Daerah Periode 2009-2013

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kota Salatiga (diolah)

Rasio Derajat Desentralisasi Kota Salatiga terus terjadi peningkatan, namun angka

rasio desentralisasi tersebut masih tergolong dalam kriteria kurang, dikarenakan PAD yang

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

2009 2010 2011 2012 2013

Derajat Desentralisasi

Ketergantungan Daerah

Page 37: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

21

rendah kurang dari 25% dan masuk dalam kategori instruktif yaitu segala sesuatunya masih

diatur dan harus ada instruksi atau petunjuk dari pemerintah pusat, contoh dana transfer.2 Hal

ini berarti bahwa Kota Salatiga masih kurang dalam menyelenggarakan desentralisasi

wilayahnya.

Dan dalam Rasio Ketergantungan Daerah besarnya pendapatan transfer yang

diperoleh merupakan komponen yang bisa mempengaruhi besarnya rasio ini, apabila total

pendapatan transfer semakin banyak maka tingkat ketergantungan daerah terhadap

pemerintah pusat semakin tinggi. Sebaliknya, apabila semakin rendah pendapatan transfer

yang diterima, baik dari pemerintah pusat maupun provinsi maka tingkat ketergantungan

Kota Salatiga semakin kecil. Namun besarnya PAD serta pendapatan lainnya juga

mempengaruhi rasio ini.

Jadi Rasio Derajat Desentralisasi dan Ketergantungan Daerah terdapat keterkaitan,

jika rasio derajat desentralisasi masuk dalam kategori kurang atau PAD suatu daerah rendah

maka ketergantungan suatu daerah pada pendapatan transfer semakin tinggi.

2 Hasil Wawancara kepada Bapak Agung S. dikantor DPPKAD Kota Salatiga

Page 38: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

22

KESIMPULAN

Dari analisis dan pembahasan terhadap kinerja pendapatan daerah Kota Salatiga

dengan menggunakan perhitungan analisis varians, analisis pertumbuhan, analisis rasio

keuangan dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan

kontribusi masih rendah sehingga menghasilkan PAD yang rendah juga sehingga pemerintah

masih bergantung pada bantuan dari pemerintah pusat. Pola hubungan tingkat kemandirian

daerah Kota Salatiga masuk dalam kategori instruktif yaitu dalam menyelenggarakan

pemerintahannya serta dalam rasio desentralisasi daerah Kota Salatiga adalah kurang.

Menunjukan bahwa pemerintah kota Salatiga masih diatur dari pemerintah pusat maupun

provinsi dan pemerintah masih bergantung pada bantuan dari pemerintah pusat. Dilihat dari

tingkat Derajat Desentralisasi yang masuk dalam kategori kurang, rasio kemandirian daerah

masuk dalam kategori rendah sekali dan ketergantungan keuangan daerah yang sangat tinggi.

Pendapatan transfer juga masih dominan dalam perkembangan Kota Salatiga dibanding

dengan PAD yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan pemerintah Kota Salatiga tahun 2009-2013 belum optimal, karena proporsi PAD

terhadap pendapatan daerah untuk pembiyaan penyelenggaran pemerintah masih relatif kecil

dibandingkan dengan sumber penerimaan dana perimbangan, ketergantungan kepada

anggaran dari pemerintah pusat sangat besar dan kurangnya kesadaran wajib pajak dan wajib

retribusi dalam membayar kewajibannya.

SARAN

Dengan adanya keterbatasan potensi sumber daya alam yang ada di Kota Salatiga

maka pemkot perlu membangun iklim investasi yang menarik dan kompetitif bagi investor.

Pemerintah Kota Salatiga perlu meningkatkan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi

daerah, contohnya dengan melaksanakan sosialisasi pajak dan retribusi daerah. Pemerintah

daerah juga harus lebih berusaha lagi meningkatkan profesionalisme SDM dalam

pengelolalaan pendapatan bidang penagihan dan pendataan administrasi untuk dapat

meningkatkan PAD serta melakukan Pemutakhiran data administrasi yang dilaksanakan terus

menerus sehingga dapat meminimalisir obyek dan wajib pajak yang terlepas dari kewajiban

pembayaran pajak.

Page 39: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

23

DAFTAR PUSTAKA

Batian, Indra, 2006. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah di Indonesia.

Jakarta: Salemba Empat.

Bisma, I Dewa Gede dan Hery Susanto, 2010. Evaluasi Kinerja Pendapatan Daerah

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007. Gane C

Swara Vol. 4 No. 3

Chitra, Ananda. 2012. Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Pada Pemerintahan Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Tahun Angaran 2009-

2011. Pandeglang.

Darise, Nurlan, 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah: Pedoman untuk Eksekutif dan

Legislatif. Jakarta: Indeks.

Dewi, Anastasia Ratnawati, 2015. Analisis Kinerja Pendapatan Daerah Kabupaten Semarang

Periode 2009-2013. Salatiga

Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah: Panduan Bagi Eksekutif,

DPRD, dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

UPP STIM YKPN.

Mustafa, Bob dan Abdul Halim, 2008. Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan Provinsi

Kalimantan Barat. DIKTI.

Permendagri no 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Daerah.

Puspita, Andita Wardhani, 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Salatiga Tahun

2005-2010. Salatiga.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah. Seketarian Negara. Jakarta.

Rizal, Mochammad Sidik, 2008. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Pengukuran Kinerja Pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Grobogan Sebelum dan Setelah

Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja. Surakarta

Suseno, Deky Aji. 2013. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Pasca Diterapkannya Desentralisasi Fiskal. Universitas Negeri Semarang.

Page 40: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

24

Undang-undang nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah.

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah.

Page 41: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

25

Page 42: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

26

Page 43: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

27

Page 44: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

28

Page 45: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

29

Page 46: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

30

Page 47: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

31

Page 48: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

32

Page 49: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

33

Page 50: ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KOTA

34