analisis kesulitan belajar siswa ...repository.uinjambi.ac.id/3778/1/tm161373, analisis...analisis...

123
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTISME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI SKRIPSI SITI SONALIA PUTRI NIM. TM.161373 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERKEBUTUHAN

    KHUSUS (AUTISME) DALAM PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI

    SKRIPSI

    SITI SONALIA PUTRI

    NIM. TM.161373

    PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • i

    ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA BERKEBUTUHAN

    KHUSUS (AUTISME) DALAM PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan

    SITI SONALIA PUTRI

    NIM. TM.161373

    PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    :

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala karya ini

    penulis persembahkan untuk :

    1. Allah Subahanu Wa Ta’ala

    2. Ayahku Muhammad Yatin, dan Ibuku Poniah, yang telah memberikan

    dukungan dan semangat, terima kasih atas bimbingan, doa, cinta, dan kasih

    sayang yang tiada tara.

    3. Almamater Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    4. Sahabat-sahabatku yang turut serta dalam membantu jalannya skripsi

    5. Nusa dan Bangsa

  • vii

    MOTTO

    …Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, (5)

    Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6)…

    (Q.S. Al-Insyirah (94) : ayat 5-6)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirahim

    Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, yang tidak pernah

    menyia-nyiakan siapapun yang mengharapkan keridhaanNya, dan tidak pernah

    menampik siapapun yang memanjatkan doa kepadaNya. Segala puji hanya

    bagiNya, yang dengan segala taufiq dan pertolonganNya semata, apapun wujud

    kepentingan, insyaAllah dapat dilaksanakan dengan sempurna. Shalawat dan salam

    semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita, Rasulullah Shallallahu’Alaihi

    Wasallam, keluarga, shahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

    Sebagai seorang hamba yang berkemampuan terbatas, tidak sedikit kendala

    yang dialami oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Berkat pertolongan dari-

    Nya dan bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga

    kendala tersebut dapat diatasi. Olehnya dalam kesempatan ini, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Muhammad Yatin dan Ibunda Poniah

    atas segala doa, cinta, kasih sayang, didikan, kepercayaan dan pengorbanan

    ayahanda dan ibunda untuk Ananda. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

    hidayah-Nya sepanjang hidupnya.

    Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

    1. Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph.D selaku rektor Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

    untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi yang dipimpin.

    2. Dr. H. Fadlilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberi

    peluang untuk mengikuti proses perkuliahan.

    3. Drs. Sunarto, M.Pd dan Ali Murtadlo, MS, M.Ag. selaku Kaprodi dan

    Sekprodi.

  • ix

    4. Dr. Idarianty, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Della Amrina Yusra,

    M.Pd selaku Dosen Pembibing II yang dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas

    meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan,

    motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama

    penyusunan skripsi.

    5. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Program Studi Tadris

    Matematika yang dengan tulus ikhlas telah mendidik dan mengajarkan ilmunya

    kepada penulis.

    6. Kepala SABK Unggul Sakti Jambi yang telah memberikan kemudahan kepada

    penulis dalam memperoleh data di lapangan.

    7. Rekan-rekan mahasiswa angakatan 2016 kelas A yang telah menorehkan

    berbagai kesan dan cerita dalam kehidupan penulis selama menjalani

    pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebab

    kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, namun saran dan

    kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan agar ke depannya

    bisa menjadi lebih baik lagi. Pada akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi pengembangan Pendidikan.

    Jambi, Maret 2020

    Penulis

    Siti Sonalia Putri

    NIM.TM161373

  • x

    ABSTRAK

    Nama : Siti Sonalia Putri

    Program Studi : Tadris Matematika

    Judul : Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus

    (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh anak

    berkebutuhan khusus (Autisme) dalam pembelajaran matematika di kelas inklusi.

    Informan dalam penelitian ini adalah siswa autis. Siswa autis memiliki kesulitan

    berkomunikasi dalam pembelajaran sehingga cenderung diam. Data dikumpulkan

    dengan metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data

    kualitatif melalui 3 alur yaitu reduksi data, display data, menarik kesimpulan. Dari

    hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses pembelajaran matematika untuk anak

    berkebutuhan khusus memerlukan penanganan khusus serta kurikulum yang

    disesuaikan dengan kemampuan awal siswa sehingga setiap siswa berkebutuhan

    khusus akan ada perbedaan dalam kurikulum matematika dengan anak-anak yang

    reguler.

    Kata kunci : kesulitan belajar, anak berkebutuhan khusus (autisme), pembelajaran

    matematika, inklusi

  • xi

    ABSTRACT

    Name : Siti Sonalia Putri

    Study Program : Tadris Matematika

    Title : Analysis of Learning Difficulties of Children with Special

    Needs (Autism) in Mathematics Learning in Inclusive

    Classes

    Thus study aims to determine the difficulties experienced by children with special

    needs (autism) in learning mathematics in inclusive classes. The informant in this

    study were autistic students. Autistic students have difficulty communicating in

    learning mathematics so it tends to be silent. Data collected by questionnaire,

    interview, observation and documentation. Qualititative data analysis has 3 flows

    namely data reduction, data display and conclucions drawing. From the research

    result, it can be concluded that mathematics learning process for students with

    special needs requires a special treatment and a curriculum adjusted to the initial

    student‟s ability so that students with special needs have a different mathematics

    curriculum than that of regular students.

    Keyword : difficulty learning, children with special needs (autism), mathematics

    learning, inclusion

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    NOTA DINAS ....................................................................................................... ii

    PENGESAHAN .................................................................................................... iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ v

    PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

    MOTTO ............................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    ABSTRAK ............................................................................................................. x

    ABSTRACT .......................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 3

    D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

    E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4

    F. Manfaat Penelitian................................................................................................ 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 5

    A. Deskripsi Teoritik......................................................................................... 5

    1. Pengertian Analisis....................................................................................... 5

    2. Kesulitan Belajar .......................................................................................... 5

    3. Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) .................................................... 10

    4. Kelas Inklusi .............................................................................................. 18

    B. Studi Relevan ...................................................................................................... 22

    C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 23

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25

    A. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................................. 25

    B. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................................... 26

    C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 26

    D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 27

  • xiii

    E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 35

    F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 37

    I. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 40

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42

    A. Temuan Umum ............................................................................................ 42

    B. Temuan Khusus ........................................................................................... 47

    C. Pembahasan ................................................................................................. 64

    BAB V PENUTUP ............................................................................................... 69

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 69

    B. Saran ............................................................................................................ 70

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Kesalahpahaman tentang Autistic Spectrum Dysorders (ASD) ......... 15

    Tabel 3.1. Kisi-kisi Angket ................................................................................... 29

    Tabel 3.2. Kisi-kisi Wawancara ........................................................................... 30

    Tabel 3.3. Kisi-kisi Observasi ............................................................................... 32

    Tabel 3.4. Jadwal Penelitian.................................................................................. 40

    Tabel 4.1. Hasil Angket Faktor Internal Kesulitan Belajar Matematika ............... 54

    Tabel 4.2. Hasil Angket Faktor Eksternal Kesulitan Belajar Matematika ............ 61

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 24

    Gambar 4.1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi .......................... 48

    Gambar 4.2. Subjek Mendekati Siswa Reguler untuk Mengerjakan Latihan ....... 51

    Gambar 4.3. Subjek SA1 Mencatat Materi Pembelajaran Matematika di Kelas

    Inklusi .............................................................................................. 57

    Gambar 4.4. Subjek SA2 Mencatat Materi Pembelajaran Matematika di Kelas

    Inklusi .............................................................................................. 60

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Angket SA1 .................................................................... 75

    Lampiran 2. Lembar Angket SA2 ................................................................... 78

    Lampiran 3. Lembar Wawancara GPK1 .......................................................... 81

    Lampiran 4. Lembar Wawancara GPK2 .......................................................... 85

    Lampiran 5. Lembar Wawancara SA1 ............................................................. 88

    Lampiran 6. Lembar Wawancara SA2 ............................................................. 89

    Lampiran 7. Lembar Observasi di Kelas Inklusi ............................................. 90

    Lampiran 8. Triangulasi Sumber...................................................................... 95

    Lampiran 9. Perhitungan Angket (Skala Likert) .............................................. 97

    Lampiran 10. Lembar Validasi Instrumen ....................................................... 100

    Lempiran 11. Lembar Pengesahan Judul ......................................................... 101

    Lampiran 12. Lembar Izin Riset/Penelitian ..................................................... 102

    Lampiran 13. Lembar Surat Perintah Riset/Penelitian ..................................... 103

    Lampiran 14. Data Siswa/I SMP Unggul Sakti ............................................... 104

    Lampiran 15. Kartu Bimbingan/Konsul Skripsi .............................................. 106

    Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup (Curricullum Vitae) ............................... 108

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan sarana untuk menuju ke penghidupan yang layak

    maka perlu dikembangkan pendidikan bagi semua kalangan. Yang menjadi

    perhatian adalah ketika ada perbedaan perlakuan pemerintah terhadap anak-

    anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam pendidikan belum terakomodir

    oleh pemerintah sehingga banyak anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus

    tidak dapat mengenyam pendidikan yang layak sebagaimana yang diterima oleh

    anak-anak reguler pada umumnya. Hal ini menjadi perhatian khusus pemerintah

    dalam membina dan mengembangkan solusi pendidikan berbasis inklusi ke

    beberapa sekolah umum yang menjadi wadah bagi anak-anak berkebutuhan

    khusus untuk dapat mengenyam dan merasakan pendidikan seperti layaknya

    anak-anak reguler.

    Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis

    pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32

    (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus

    merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

    mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,

    dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

    Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik

    yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat

    diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

    tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada

    pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dengan adanya Undang-Undang

    tersebut maka anak berkebutuhan khusus mendapat kesempatan untuk bisa

    lebih beradaptasi dengan anak normal lainnya. Setiap guru diharapkan mampu

    menghadapi permasalahan-permasalahan yang menimbulkan ketidakselarasan

    pembelajaran yang terjadi didalam kelas.

  • 2

    Kesulitan-kesulitan yang terjadi diantaranya dikarenakan kurangnya

    komunikasi antara anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan guru maupun

    siswa dengan siswa. Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam

    penyampaian materi kepada siswa, maka guru harus memahami kebutuhan tiap

    siswanya, agar pembelajaran berjalan dengan baik dan tidak ada kesenjangan

    antara mereka yang normal dan ABK. Kesiapan mental guru dan siswa mutlak

    diperlukan agar terjalin hubungan yang baik dalam pembelajaran matematika

    di kelas inklusi.

    Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang berusaha

    mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan

    yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam

    pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender,

    status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Jadi bisa diartikan bahwa pendidikan

    inklusi adalah pendidikan anak-anak berkebutukan khusus bersama dengan

    anak normal lainya. Dengan adanya pendidikan inklusi ini diharapkan bahwa

    sekolah maupun layanan pendidikan lainya dapat memberikan pelayanan yang

    maksimal kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam menempuh

    pendidikan tanpa membedakan mereka dengan siswa normal lainnya.

    Peneliti mendapat informasi bahwa SMP Unggul Sakti Jambi merupakan

    salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi. Seperti yang telah

    diketahui, inklusi merupakan gabungan dari anak normal dan anak

    berkebutuhan khusus yang memiliki Intelligence Quiotient atau IQ dibawah

    rata-rata. Dari data siswa/I inklusi SMP Unggul Sakti tahun pelajaran

    2019/2020 tercatat ada 18 anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil

    wawancara dan observasi peneliti dengan Kepala Sekolah Anak Berkebutuhan

    Khusus pada tanggal 29 Agustus 2019, didapatkan data dan informasi bahwa

    dari 18 anak berkebutuhan khusus tersebut memiliki jenis kekhususan yang

    berbeda-beda diantaranya adalah gangguan belajar (Disleksia), gangguan

    perkembangan (Tuna Daksa), gangguan perilaku (ADHD), gangguan perilaku

    (ASD), gangguan perkembangan (Tuna Grahita), gangguan belajar (ADD).

  • 3

    Gangguan perilaku (ASD) yang memiliki arti Autism Spectrum Disorder

    atau biasa disebut autis menjadi pusat perhatian peneliti. Di kelas VIII terdapat

    dua siswa autis masing-masing ada pada kelas VIII B dan VIII C. Dalam satu

    kelas terdapat dua guru pembimbing khusus yang tugasnya membimbing dan

    membantu anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaran matematika di kelas

    inklusi secara bergantian. Dalam satu kelas terdapat 30 siswa regular digabung

    dengan tiga anak berkebutuhan khusus yang berbeda jenis kekhususannya.

    Ketika siswa autis belajar dalam kelas inklusi, mereka memiliki kesulitan dalam

    pembelajaran matematika.

    Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti termotivasi untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan

    Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi”.

    B. Fokus Penelitian

    Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan dana yang peneliti miliki

    agar peneliti ini lebih terarah dan tidak terjadi kesalah pahaman, maka peneliti

    memberikan fokus permasalahan sebagai berikut:

    1. Penelitian dilakukan hanya pada siswa autis dikelas inklusi.

    2. Penelitian hanya mengacu pada aktifitas dan kesulitan belajar siswa autis

    pembelajaran matematika di kelas inklusi.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini

    dirumuskan adalah:

    1. Bagaimana aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas

    inklusi?

    2. Apa faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam pembelajaran

    matematika dikelas inklusi?

  • 4

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

    tujuan penelitian adalah untuk:

    a. Mendeskripsikan aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika

    di kelas inklusi.

    b. Mengetahui faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam

    pembelajaran matematika dikelas inklusi.

    2. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    memberikan gambaran yang jelas guna menjawab permasalahan yang ada.

    Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang telah ada

    mengenai aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas

    inklusi.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

    penelitian lain yang berminat meneliti mengenai faktor kesulitan yang

    dialami siswa autis dalam pembelajaran matematika dikelas inklusi.

    2. Manfaat Praktis

    Manfaat dalam penelitian adalah sebagai berikut:

    a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk

    mengetahui faktor kesulitan yang dialami siswa autis dalam

    pembelajaran matematika dikelas inklusi

    b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

    meningkatkan proses pembelajaran.

    c. Bagi peneliti, melatih kemampuan serta menambah pengalaman sebagai

    bekal dalam melaksanakan tugas mengajar.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teoritik

    1. Pengertian Analisis

    Kata analysis berasal dari Bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata

    “ana” dan “lysis”. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau

    menghancurkan. Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran

    data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan,

    sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki

    nilai sosial, akademis dan ilmiah (Mamik, 2015:133)

    Jadi, dapat dipahami bahwa analisis merupakan proses pencarian dan

    penyusunan data secara sistematis terhadap transkripsi wawancara, catatan

    lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan dengan tujuan

    untuk menguji data tersebut yang kemudian digambarkan kesimpulannya.

    2. Kesulitan Belajar

    a. Pengertian Kesulitan Belajar

    Pada umumnya kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa

    Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata

    disability diterjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis

    bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Menurut seorang ahli

    pedidikan, Dimyati Mahmud (2006: 23) mengemukakan bahwa “Belajar

    adalah perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman”.

    Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan suatu proses

    belajar yang ditandai adanya hambatan - hambatan tertentu untuk mencapai

    hasil belajar. Hambatan-hambatan belajar ini bukan hanya masalah

    intruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.

    Peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran akan

    mendapatkan hasil pembelajaran yang kurang optimal.

  • 6

    Menurut Mulyadi (2010: 6), kesulitan belajar mempunyai pengertian

    yang luas, meliputi :

    1) Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang

    terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan

    demikian, hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi

    yang dimiliki.

    2) Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) adalah

    ketidakmampuan seseorang yang mengacu kepada gejala dimana

    seseorang tidak mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil

    belajarnya dibawah potensi intelektualnya.

    3) Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan

    gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun

    pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental,

    gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.

    4) Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki

    tingkat potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya

    tergolong rendah.

    5) Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses

    belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang

    yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. .

    b. Karakteristik Kesulitan Belajar

    Kesulitan belajar menurut Ni’matuzahoh (Friend:2005) memiliki

    karakteristik sebagai berikut:

    1) Karakteristik kognitif: kurangnya perhatian (kesulitan untuk

    mengikuti satu stimulus lingkungan), memiliki masalah persepsi

    (membedakan kiri dan kanan, menulis huruf terbalik, kaku ketika

    berjalan, kurang keseimbangan dan dalam berbagai aktivitas motor,

    memiliki masalah dalam STM dan LTM nya atau bahkan pada

    keduanya, kurang baik dalam pemrosesan informasi atau

    kemampuan berfikirnya, terutama kurang mampu untuk secara aktif

    mempertimbangkan bagaimana informasi yang baru dipelajari

  • 7

    berhubungan dengan informasi lain yang baru saja disimpan, atau

    bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi belajar yang

    baru.

    2) Karakteristik akademik Mengalami masalah penting dalam

    membaca, khususnya dalam wilayah kesadaran phonologi,

    kelancaran dan pemahaman, bahasa verbal terutama dalam area

    phonology, morphology, syntax atau pragmatic, masalah dalam

    bahasa tulisan (terutama kesulitan membedakan penggunaan

    homonyms tertentu, tidak mampu mengingat ketika mereka telah

    memiliki kesalahan dalam menulis kata yang salah), kesulitan dalam

    matematika (dyscalculia).

    3) Karakteristik sosial dan emosional Memiliki selfesteem rendah,

    kurang mampu untuk menginterpretasi secara akurat komunikasi

    nonverbal seperti ekspresi wajah, sikap, dan kontak mata, tidak

    memiliki motivasi belajar.

    4) Karakteristik perilaku yang sama dengan ADHD.

    Sedangkan untuk karakteristik anak berkesulitan belajar matematika

    disebut juga diskalkulia (dyscalculis)(Lerner dalam Mulyadi,

    2010:174). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

    Disorder, bahwa gangguan matematika adalah salah satu gangguan

    belajar. Gangguan matematika dikelompokkan menjadi empat

    keterampilan, yaitu : (a) keterampilan linguistik (yang berhubungan

    dengan mengerti istilah matematika dan merubah masalah tertulis

    menjadi simbol metamatika), (b) keterampilan perseptual

    (kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan mengurutkan

    kelompok angka), (c) keterampilan matematika (penambahan,

    pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar dan urutan operasi

    dasar), (d) kemampuan atensional (menyalin angka dengan benar

    dan mengamati simbol operasional dengan benar). (Kaplan dalam

    Mulyadi, 2010:174).

  • 8

    Sedangkan menurut Lerner dalam Mulyadi, (2010:175)

    karakteristik kesulitan belajar matematika yaitu :

    1) Gangguan hubungan keruangan

    2) Abnormalitas persepsi visual

    3) Asosiasi visual-motor

    4) Perseverasi (fokus pada satu objek)

    5) Kesulitan mengenal dan memahami symbol

    6) Gangguan penghayatan tubuh

    7) Kesulitan dalam Bahasa dan membaca

    8) Performa IQ jauh lebih rendah daripada skor herbal IQ

    c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

    Fenomena kesulitan belajar merupakan salah satu yang menjadi

    dampak terhadap prestasi belajar peserta didik menjadi rendah baik

    yang datang dari diri sendiri maupun lingkungan terdekat peserta didik.

    Penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat

    dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik yang rendah. Faktor

    utama yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak berasal dari

    dalam diri anak sendiri (internal). Banyak ahli yang mengemukakan

    faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka

    masing-masing.

    Menurut Syah (2008: 173)” faktor-faktor kesulitan belajar peserta

    didik meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik peserta

    didik” yaitu :

    1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu antara lain seperti

    rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik.

    2) Yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi labilnya emosi,

    minat dan sikap peserta didik.

    3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu meliputi

    terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata

    dan telinga).

  • 9

    Senada dengan pendapat di atas, Ahmadi dan Supriyono dalam

    Ni’mah (2016: 20) juga mengungkapkan bahwa faktor penyebab

    kesulitan belajar dapat digolongkan dalam dua dolongan, yakni:

    1) Faktor intern (faktor dalam diri siswa)

    a) Faktor fisiologi yang dapat menyebabkan munculnya kondisi

    kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang

    sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan

    sebagainya.

    b) Faktor psikologi yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan

    belajar meliputi tingkat intelegensia yang pada umumnya

    rendah, bakat yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, minat

    belajar yang kurang, motivasi yang rendah, kondisi kesehatan

    mental yang kurang, serta tipe belajar yang berbeda.

    2) Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)

    a) Faktor non sosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar

    pada siswa dapat berupa media belajar yang kurang lengkap,

    gedung sekolah yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit

    dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu

    pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan

    sebagainya.

    b) Faktor sosial yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan

    belajar seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain,

    dan faktor lingkungan masyarakat yang lebih luas. Faktor

    keluarga yang berpengaruh terhadap proses belajar seperti

    hubungan orang tua dan anak, suasana rumah, bimbingan orang

    tua, keadaan ekonomi keluarga.

    Menurut Fakhrul Jamal (2014:20) kesulitan atau kendala belajar

    yang dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

    Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa,

    misalnya kesehatan, bakat minat, motivasi, intelegensi dan sebagainya.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

  • 10

    diri siswa misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan

    lingkungan masyarakat.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab kesulitan belajar terdapat 2

    faktor yaitu faktor internal misalnya kesehatan siswa, karakteristik

    siswa dan juga faktor eksternal misalnya lingkungan sekolah, keluarga

    dan teman.

    3. Autisme

    a. Pengertian Autis

    Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan

    penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan

    kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka

    anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan di

    salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti

    tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan

    ADHD.

    Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah tumbuh-kembang

    normal dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus bersifat

    abnormal, yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya

    tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain

    yang menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri

    tumbuh-kembang anak yang tidak muncul (absent) sesuai usia

    perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan satu kata pun

    di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuh-kembang seperti

    perilaku echolalia atau membeo pada anak autis.

    Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang

    bersifat biologis, psikologis, sosio-kultural. Dasar biologis anak

    berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik dan

    menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus,

    seperti brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan tunaganda.

    Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah

  • 11

    dikenali dari sikap dan perilaku, seperti gangguan pada kemampuan

    belajar pada anak slow learner, gangguan kemampuan emosional dan

    berinteraksi pada anak autis, gangguan kemampuan berbicara pada

    anak autis dan ADHD. Konsep sosio-kultural mengenal anak

    berkebutuhan khusus sebagai anak dengan kemampuan dan perilaku

    yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.

    Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus

    adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak

    pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan

    mental, emosi atau fisik.

    Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang

    mengarah pada diri sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme

    didefinisikan sebagai: (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh

    kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia

    berdasarkan penglihatan, harapan sendiri, dan menolak realitas (3)

    keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri (Dinie, 2016:28

    dalam Chaplin, 2005). Autistic Spectrum Disorder adalah adanya

    gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan

    komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan

    ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap

    perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic Disorder

    dianggap sebagai early infantile autism, childhood autism, atau

    Kanner’s autism (American Psychiatric Association,2000).

    Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa autis

    adalah suatu gangguan yang kompleks dalam perkembangan

    menyangkut imajinasi, komunikasi, dan interaksi sosial dengan orang

    lain serta gangguan dalam membangun hubungan dengan orang lain.

    b. Karakteristik Autis

    Terdapat tiga gejala utama individu dengan Autistic Spectrum

    Disorder (ASD), yaitu gangguan dalam interaksi, komunikasi, dan

    perilaku. Selain itu, individu dengan ASD juga memiliki karakteristik-

  • 12

    karakteristik tambahan, yaitu gangguan dalam kognisi, persepsi

    sensori, motorik, afek atau mood, tingkah laku agresif dan impulsif,

    serta gangguan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman, 2006).

    1) Gangguan Interaksi Sosial

    Gejala anak dengan ASD ditunjukkan sejak bayi, adapun ciri-ciri

    terkait interaksi sosial yang biasanya muncul, yaitu:

    a) Bayi atau balita autis tidak berespon normal ketika diangkat

    atau dipeluk.

    b) Bayi autis ketika disusui ibu tidak mau menatap mata ibu dan

    tidak mau menjalin interaksi nonverbal dengan ibu.

    c) Anak-anak autis tidak menunjukkan perbedaan respon ketika

    berhadapan dengan orang tua, saudara kandung atau guru,

    dengan orang asing.

    d) Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak

    berminat pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-

    benda dan lebih senang menyendiri.

    e) Tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau

    tertawa ketika tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya.

    f) Tatapan mata berbeda, terkadang menghindari kontak mata

    atau melihat sesuatu dari sudut matanya.

    g) Tidak bermain seperti selayaknya anak normal.

    2) Gangguan Komunikasi

    Anak dengan ASD memiliki keterbatasan kemampuan

    berkomunikasi dengan ciri, sebagai berikut:

    a) Tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi atau tidak

    ingin berkomunikasi untuk tujuan sosial. Bahkan, 50%

    berpikir untuk mute, atau tidak menggunakan bahasa sama

    sekali (Scheurmann & Webber, 2002 dalam Hallahan &

    Kauffman, 2006).

    b) Gumaman yang biasanya muncul sebelum anak dapat berkata-

    kata mungkin tidak nampak pada anak autis.

  • 13

    c) Mereka yang berbicara mengalami abnormalitas dalam

    intonasi, rate, volume, dan isi bahasa. Misalnya berbicara

    seperti robot, echolalia, mengulang-ulang apa yang didengar;

    reverse pronouns; sulit menggunakan bahasa dalam interaksi

    sosial karena mereka tidak sadar terhadap reaksi

    pendengarnya.

    d) Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada

    mereka.

    e) Sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak

    arti.

    f) Menggunakan kata-kata yang aneh atau kiasan, seperti

    seorang anak yang berkata “... sembilan” setiap kali melihat

    kereta api.

    g) Terus mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui

    jawabannya atau memperpanjang pembicaraan mengenai

    topik yang ia sukai tanpa peduli dengan lawan bicaranya.

    h) Sering mengulangi kata-kata yang baru saja atau pernah

    mereka dengar, tanpa maksud berkomunikasi. Mereka sering

    berbicara pada diri sendiri atau mengulangi potongan kata

    atau cuplikan lagu dari iklan di televisi dan mengucapkannya

    di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.

    i) Gangguan dalam komunikasi nonverbal, misalnya tidak

    menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi

    selayaknya orang lain ketika mengekspresikan perasaannya

    atau merasakan perasaan orang lain, seperti: menggelengkan

    kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis.

    j) Tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk

    menyampaikan keinginannya, melainkan mengambil tangan

    orang tuanya untuk mengambil objek yang dimaksud.

    3) Gangguan Perilaku

  • 14

    Perilaku anak dengan ASD juga mengalami gangguan, yaitu dalam

    bentuk:

    a) Repetitif (pengulangan), misalnya: tingkah laku motorik ritual

    seperti berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-

    mutar objek, mengepak-ngepakkan tangan (flapping),

    bergerak maju mundur atau kiri kanan (rocking).

    b) Asyik sendiri atau preokupasi dengan objek dan memiliki

    rentang minat yang terbatas, misalnya berjam-jam bermain

    dengan satu objek saja.

    c) Sering memaksa orang tua untuk mengulang satu kata atau

    potongan kata.

    d) Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim

    dan menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut,

    misalnya seorang anak laki-laki yang selalu membawa

    penghisap debu kemanapun.

    e) Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau

    perubahan rutinitas. Seperti tidak mau melalui jalan yang

    tidak biasa dilaluinya, tidak mau memakai baju baru atau tidak

    mau makanmakanan yang tidak biasa dimakannya. (Dinie,

    2016:27-31).

    Karakteristik umum dari gangguan autis adalah gangguan dalam

    kognisi sosial (kurang mampu mempertimbangkan persepktif orang

    lain, keterampilan sosial dan interaksi sosial, menyendiri dan

    membentuk kelekatan emosional yang lemah atau bahkan sama sekali

    tidak mampu melakukan kelekatan dengan orang lain dan munculnya

    perilaku repetitif, perilaku yang aneh dan jarang ditemui diantara anak-

    anak seusianya (Ni’matuzahroh dalam Ormrod, 2009).

    Setiap anak autis memiliki kebutuhan berbeda. Ini sesuai dengan

    sifat autis yang berspektrum. Misalnya ada anak yang butuh belajar

    komunikasi dengan intensif, ada yang perlu belajar bagaimana

    mengurus dirinya sendiri dan ada juga yang hanya fokus pada masalah

  • 15

    akademis. Perlakuan terhadap penyandang autis diatas umur lima tahun

    berbeda dengan penyandang autis dibawah umur lima tahun. Terapi

    penyandang autis diatas umur lima tahun lebih kepada pengembangan

    bina diri agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, hal ini

    wajib hukumnya karena umur diatas lima tahun sudah waktunya untuk

    memasuki sekolah.

    Jika penyandang autis yang berumur diatas lima tahun belum bisa

    bersosialisasi sama sekali, maka akan diberikan pelatihan tambahan

    yang mengarah kepada peningkatan syaraf motorik kasar dan halus.

    Bagi penyandang yang sudah bisa bersosialisasi, maka akan langsung

    ditempatkan di sekolah regular, dengan catatan mereka harus tetap

    mengikuti pelajaran tambahan di sekolah khusus penyandang autis.

    Penyandang autis dibawah lima tahun diberikan terapi terpadu seperti

    terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk

    meningkatkan kepatuhan, meniru, dan okupasi. Terapi wicara dimulai

    dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti meniup lilin, tisu,,

    melafalkan huruf A, dan melafalkan konsonan.

    Mengumpulkan sejumlah mitos tentang Autistic Spectrum

    Dysorders yang beredar pada masyarakat luas, tetapi dia juga

    menggambarkan fakta yang sebenarnya.

    Tabel 2.1 Kesalahpahaman tentang Autistic Spectrum Dysorders

    (ASD)

    MITOS FAKTA

    Autisme adalah sebuah

    deskripsi tunggal yang

    digambarkan dengan jelas.

    Autisme terdiri dari spectrum kesulitan

    yang luas mulai dari yang paling berat

    sampai pada yang ringan.

    Orang-orang ASD lemah

    dalam intelektual dan tidak

    bisa menempuh

    ASD adalah orang-orang yang

    memiliki kapasitas intelektual penuh.

    Meskipun sebagian besar memiliki

  • 16

    pendidikan dan profesi

    yang tinggi.

    kelemahan dalam intelektual, sebagian

    kecil adalah Asperger Syndrome yang

    memiliki intelektual tinggi, bisa

    menempuh pendidikan tinggi, dan

    menjadi profesional yang sukses.

    Semua anak autis

    mengalami kelemahan

    dalam kognisi tetapi

    sangat cerdas dana tau

    jenius dibidang lain.

    Hanya sedikit dari anak autis yang

    memiliki keterampilan yang sangat

    luar biasa. Orang seperti ini disebut

    “Autistic Savant” dimana orang ini

    tidaklah jenius tetapi memiliki

    keterampilan khusus yang terpisah dari

    keterampilan fungsional.

    Autisme merupakan

    epidemic yang berbahaya

    dilingkungan kita, sama

    berbahayanya seperti

    racun atau virus.

    Makin banyak anak terdiagnosis

    autism. Ada tiga hal utama yang

    menjadi penyebabnya yaitu: makin

    berkembangnya kriteria yang

    digunakan dalam mendiagnosis

    autisme, termasuk pengetahuan

    mengenai Asperger Syndrome;

    meningkatnya kepedulian masyarakat

    luas terhadap autisme seperti dunia

    medis, psikologi, pendidikan; dan

    mendiagnosis orang dengan

    karakteristik autistic yang dulunya

    menerima diagnosis yang berbeda-

    beda, misalnya retadasi mental.

    Vaksin campak,

    gondongan, dan rubella

    (MMR) menyebabkan

    autisme.

    Institut Kedokteran di Amerika Serikat

    melakukan review terhadap bukti

    yang ada yang hasilnya

  • 17

    memperlihatkan tidak ada kaitan

    antara vaksin MMR dan autisme.

    Pola pengasuhan yang

    tidak baik, seperti sikap

    dingin, ibu yang tidak

    responsif (ibu lemari es)

    dapat menyebabkan

    autisme.

    Tidak ada bukti bahwa pengasuhan

    yang tidak baik berpengaruh terhadap

    autisme. Orang tua bersikap tidak

    responsif merupakan reaksi terhadap

    bayi yang memiliki tingkat respon

    yang rendah atau karena stress

    pengasuhan yang diakibatkan oleh

    perilaku tidak normal dari anaknya.

    (Sumber: Halahan dalam Dadang:2015)

    c. Ciri-Ciri Siswa Autis

    Menurut Dadang, 2015:20 anak autis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Mengalami hambatan didalam Bahasa

    2) Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat

    social

    3) Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan

    4) Kurang memiliki perasaan dan empati

    5) Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak

    6) Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku

    7) Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri

    8) Keterbatasan dalam mengekspresikan diri

    9) Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi

    dengan lingkungan

    d. Kebutuhan Pembelajaran Siswa Autis

    Anak autis membutuhkan pembelajaran khusus sebagai berikut :

    1) Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam

    setting kelompok.

  • 18

    2) Perlu menggunakan beberapa teknik, dalam menghilangkan

    perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu

    kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip).

    3) Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan

    berbagai bantuan.

    4) Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan

    menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat

    dikendalikan pada hal yang diharapkan. (Dadang, 2015:20)

    4. Kelas Inklusi

    a. Pengertian Kelas Inklusi

    Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan

    bentuk perwujudan pendidikan tanpa diskriminasi dimana anak

    berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya dapat

    memperoleh pendidikan yang sama. Dalam pendidikan inklusi anak

    berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun

    hak-hak istimewa, melainkan persamaan hak dan kewajiban yang

    sama dengan peserta didik lainnya. Kerjasama dari berbagai pihak

    baik itu pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat sangat

    berpengaruh dalam pelaksaannya, karena sekolah inklusi

    merupakan tantangan baru bagi pihak sekolah dan masyarakat.

    Dengan pelaksanaan sekolah inklusi ini diharapkan mampu

    menciptakan generasi penerus yang dapat memahami dan menerima

    segala bentuk perbedaan dan tidak menciptakan diskriminasi dalam

    kehidupan masyarakat kedepannya. Pendidikan inklusi telah

    disepakati oleh banyak negara untuk diimplementasikan dalam

    rangka memerangi perlakuan diskriminatif di bidang pendidikan.

    Pendidikan inklusi menurut beberapa ahli mempunyai

    pengertian yang beragam, diantarannya :

  • 19

    1) Tarmansyah (2009:75) mengatakan bahwa sekolah inklusi

    adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang

    sama.

    2) Tarmansyah (2009:76) mengemukakan bahwa pendidikan

    inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,

    sedang dan berat secara penuh di kelas regular.

    3) L.K.M. Marentek (2007:145) mengemukakan pendidikan

    inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang

    mempunyai kebutuhan pendidikan khusus di sekolah regular

    (SD, SMP, SMA, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik

    dalam arti berkelainan, lamban belajar (slow learner) maupun

    yang berkesulitan belajar lainnya.

    b. Model-model Pendidikan Inklusi

    Ni’matuzahro dam Yuni (2016) menguraikan beberapa model

    pelaksanaan pendidikan inklusif yang telah dilakukan selama ini di

    dunia:

    1) Inklusif Penuh

    Dalam model ini semua murid yang memiliki keterbatasan

    khusus ditempatkan disekolah yang dekat dengan rumahnya dan

    mengikuti pendidikan dengan anak-anak normal secara penuh

    (tidak ada pemisahan atau perpindahan kelas sewaktu-waktu)

    dan guru kelas memiliki tanggungjawab utama dalam

    menangani anak berkebutuhan khusus tersebut (Hallahan &

    Kauffman, 2006), jadi dalam model inklusif penuh ini, tidak

    mempermasalahkan apakah anak dapat mengikuti program

    reguler, akan tetapi lebih melihat pada kemampuan dan

    keinginan guru, sekolah dan sistemnya untuk melakukan

    adaptasi atau modifikasi program pendidikan sesuai dengan

    kebutuhan anak (Mangunsong, 2006).

  • 20

    2) Integrasi Model Umum

    Dalam model ini anak-anak berkebutuhan khusus dididik

    dalam setting terpisah terlebih dahulu, barulah setelah anak

    tampak siap, anak digabung kedalam kelas reguler. Model ini

    diawal dengan menyiapkan anak melalui pendekatan intervensi

    baik dari sisi emosi maupun dari sisi perilaku. Jika psikolog atau

    terapis menyatakan bahwa anak dinilai telah siap untuk

    mengikuti kelas reguler, barulah anak dapat mengikuti kelas

    yang ditunjuk.

    3) Integrasi Model Lanjutan

    Dalam model lanjutan ini kelompok atau individu-individu

    dari kelas khusus mengunjungi kelas reguler untuk aktivitas

    bersama atau mata pelajaran tertentu. Model ini menunjukkan

    bahwa anak berkebutuhan khusus harus menyesuaikan dengan

    ketentuan sistem dan kelas reguler, sehingga anak yang

    berkebutuhan khusus sering dianggap "tamu" dikelas reguler.

    4) Model Inklusif

    Didalam pembelajaran inklusif, Hallahan dan Kaufman

    (2006) menegaskan ada beberapa hal mendasar yang harus

    diperhatikan agar inklusif dapat berjalan yaitu tidak melabel

    anak ABK sebagai sesuatu yang membahayakan, mengubah

    pandangan dan hati untuk menerima perbedaan, reorientasi yang

    berkaitan dengan assemen, metode pengajaran dan menejemen

    kelas termasuk penyesuaian lingkungan, redefinisi peran guru

    dan realokasi sumber daya manusia, penyediaan bantuan

    profesional dan pelatihan guru, pembentukan, peningkatan dan

    pengembangan kemitraan antara guru, orangtua untuk berbagi

    pengalaman, kurikulum dan evaluasi pembelajaran yang

    fleksibel.

  • 21

    c. Tujuan Pendidikan Inklusif

    Menurut Dadang, 2015:43 pendidikan inklusif di Indonesia

    diselenggarakan dengan tujuan :

    1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua

    anak (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan

    pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.

    2) Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan

    dasar.

    3) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah

    dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.

    4) Menciptakan system pendidikan yang menghargai

    keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap

    pembelajaran.

    5) Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya

    Pasal 32 ayat 1 yang berbunyi, “setiap warga negara berhak

    mendapat pendidikan”, dan ayat 2 yang berbunyi, “setiap warga

    negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

    membiayainya”, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN,

    khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, “setiap warga negara

    mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

    bermutu”. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

    Anak, khususnya Pasal 51 yang berbunyi, “anak yang

    menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan

    yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan

    biasa dan pendidikan luar biasa.

    Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan dan

    dipahami bahwa kelas inklusi merupakan kelas yang tidak

    membedakan keragaman karakteristik individu dalam dunia

    pendidikan dimana dalam satu kelas terdapat siswa reguler dan

    anak berkebutuhan khusus yang memiliki jenis kekhususan

    yang berbeda.

  • 22

    B. Studi Relevan

    Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa

    hasil penelitian yang relevan, diantaranya yaitu:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian Nur Aziz tahun 2015dengan judul

    Analisis Proses Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus

    (ABK) Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Negeri 7 Salatiga. Berdasarkan

    hasil analisis diperoleh hasil : (1) Guru mata pelajaran matematika sudah

    memahami karakterstik siswa slow learner secara umum. Tidak Terdapat

    perbedaan dalam Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) namun

    perencanaan tetap memperhatikan karakteristik siswa slow learner. (2)

    Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan pengkondisian dengan

    mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis. Penggunaan model, metode,

    media pembelajaran disamakan antara siswa reguler dan slow learner.

    Dalam pelaksanaan ada metode yang sudah dapat mengakomodir siswa

    reguler dan siswa slow learner, namun masih ada metode yang membuat

    siswa slow learner semakin mengalami kesulitan dalam belajar.(3) Kegiatan

    evaluasi dilakukan ketika satu materi bahasan selesai dan dilakukan dengan

    tes tertulis maupun tes lisan. Hasil evaluasi digunakan sebagai acuan

    kegiatan tidak lanjut yang dilaksanakan di bimbingan khusus oleh Guru

    Pendamping Khusus (GPK).

    2. Penelitian oleh Dewi Mufidatul Ummah dan Agustan Arifin mahasiswa

    Universitas Khairun dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan tahun

    2018, yang berjudul Analisis Kesulitan Belajar Pada Anak Berkebutuhan

    Khusus (ABK) di SMA Negeri 10 Kota Ternate tersebut memperoleh

    kesimpulan subjek tunagrahita memiliki kemampuan inteligensi dibawah

    rata-rata dan kurang percaya diri, kesulitan belajar yang dialami pada semua

    mata pelajaran yang berkaitan praktek dan teori. Kesulitan belajar

    disebabkan keterbatasan psikis yakni slow respons dan juga slow learner

    dalam menerima pelajaran dan masih sulit untuk menulis serta membaca.

    Persamaannya adalah terletak pada subjeknya yaitu anak berkebutuhan

    khusus. Sedangkan perbedaannya pada fokus penelitian.

  • 23

    3. Penelitian yang dilakukan Liling Kristin Setyowati tahun 2014 tentang

    Analisis Kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Belajar Matematka

    Di Kelas Inklusi (Penelitian Dilaksanakan Di SMK N 9 Surakarta). Hasil

    penelitian menunjukan bahwa setiap ABK mengalami kesulitan dalam

    belajar matematika di kelas inklusi, kesulitan ABK bervariasi sesuai dengan

    kebutuhan mereka, bagi ABK tuna wicara dan tuna rungu mengalami

    kesulitan dalam mendengar selama pelajaran, bagi ABK diskalkulitia

    mengalami kesulitan dalam menghitung angka dan penerapan dalam soal

    matematika, ABK yang ber IQ rendah kesulitan dalam memahami materi

    yang diberikan oleh guru, Ada juga yang mengalami kesulitan belajar

    karena strategi pembelajaran di kelas sangat membosankan, dan guru tidak

    memberikan penjelasan lebih lanjut tentang materi yang dipelajari, guru

    hanya memberikan rumus. Guru juga tidak memberikan perlakuan khusus

    untuk ABK.

    4. Penelitian yang dilakukan oleh Kamid tahun 2012 tentang analisis kendala

    siswa autis dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita (kasus low

    function). Penelitiannya menyimpulkan bahwa subjek autis dengan

    kecenderungan gangguan low funcion mengalami kendala dalam

    memahami unsur-unsur soal, sehingga mengalami hambatan pula dalam

    menentukan langkah dan jawaban soal. Langkah-langkah yang dilakukan

    hanya bersifat stereotif dan repetitive saja. Berbeda dengan bahan yang

    ditulis penulis dilihat dari variabel yang memperngaruhi yaitu analisis

    kemampuan komunikasi matematis di tambah dengan metode penelitian

    bersifat kualitatif.

    C. Kerangka Berpikir

    Autisme adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang berat yang

    terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak. Akibatnya mereka

    mengalami keterbatasan dalam menerima pelajaran. Di antaranya pada mata

    pelajaran matematika. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kesulitan

    belajar yang dialami oleh anak sehingga dapat menyesuaikan dengan upaya

  • 24

    penyelesaiannya. Pada penelitian ini, subyek yang akan diambil adalah autisme

    dengan kategori ringan.

    Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar matematika tersebut akan

    disesuaikan dengan jenis kesulitan belajar matematiaka, yaitu kesulitan

    berhitung (dyscalculia learning). Selain dari faktor gangguan mental yang

    dialami oleh anak autis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan anak

    pada pelajaran matematika. Faktor-faktor itu dapat berupa faktor internal

    maupun faktor eksternal.

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    Kesulitan Belajar ABK Autis dalam

    Pembelajaran Matematika di Kelas

    Inklusi

    Aktifitas Pembelajaran

    Matematika di Kelas Inklusi

    Faktor Penyebab Kesulitan

    Belajar

    Kesimpulan dan saran

  • 25

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, diperlukan suatu metode yang dapat mengarahkan dan

    memudahkan peneliti mendapat tujuan dari penelitian yang dilakukan. Adapun

    metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

    Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

    filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

    alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

    instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

    dan snowbaal, Teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data

    bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

    makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2015:15)

    Adapun pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

    deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang banyak

    digunakan dalam dunia pendidikan terutama dalam bidang penelitian psikilogi

    pendidikan. Istilah “deskriptif” berasal dari Bahasa inggris to describe yang

    berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal misalnya keadaan,

    kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Hal yang dideskripsikan dalam

    penelitian ini adalah bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika

    dikelas inklusi serta apa saja faktor yang memperngaruhi kesulitan belajar ABK

    dalam kelas inklusi. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan

    kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu menganalisis kesulitan belajar Anak

    Berkebutuhan Khusus dalam pembelajaran matematika dikelas VIII inklusi SMP

    Unggul sakti Jambi. Pendeskripsian ini akan ditelusuri melalui pengamatan

    langsung, yaitu dengan menganalisis hasil angket yang dikerjakan oleh subjek

    penelitian (siswa autis) serta hasil wawancara yang dilakukan.

  • 26

    B. Setting dan Subjek Penelitian

    Dari subjek penelitian yang diambil ini tidak digunakan istilah populasi

    maupun sampel, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2015:297) bahwa “dalam

    penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley

    dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen

    yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

    secara sinergis”.

    Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability

    sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016:85)

    bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

    dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling

    adalah karena tidak semua subjek memiliki kriteria yang sesuai dengan

    fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik purposive

    sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria

    tertentu yang harus dipenuhi oleh subjek-subjek yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    Subjek dari penelitian ini adalah siswa autis kelas VIII inklusi di SMP

    Unggul sakti Jambi yang berjumlah 2 orang. Penentuan subjek penelitian

    diambil berdasarkan data yang telah ada pada sekolah tersebut. Penelitian ini

    dilaksanakan pada semester II (genap), pada tahun ajaran 2019/2020 dari bulan

    Januari 2020 sampai pertengahan februari 2020.

    C. Jenis dan Sumber Data

    Yang menjadi sumber data di dalam penelitian ini adalah siswa kelas inklusi

    SMP Unggul Sakti Jambi.

    1. Jenis data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada

    sumbernya, Tanpa adanya Perantara. Yakni data yang diperoleh secara

  • 27

    langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap

    realita bentuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya

    matematika di SMP Unggul Sakti Jambi. Adapun data primer tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1) Angket

    2) Observasi

    3) Wawancara

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

    pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi, angket atau

    publikasi lainnya. Data sekunder yang peneliti maksudkan dalam

    penelitian ini adalah data yang sudah terdokumentasi di SMP Unggul

    Sakti Jambi. Adapun data sekunder tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Historis dan Geografis

    2) Keadaan sekolah

    3) Data siswa

    2. Sumber Data

    Sumber data disini merupakan subjek darimana data dapat diperoleh, yaitu:

    a. Sumber data yang berupa manusia, yakni guru pembimbing khusus dan

    siswa autis SMP Unggul Sakti Jambi.

    b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi pelaksanaan kegiatan

    pembelajaran matematika siswa autis di SMP Unggul Sakti Jambi.

    c. Sumber data berupa dokumentasi yaitu berupa foto kegiatan

    pembelajaran matematika siswa autis SMP Unggul Sakti Jambi.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Sugiyono (2015:308) teknik pengumpulan data merupakan

    langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

    adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti

    tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

  • 28

    1. Metode Angket

    Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

    kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015:199). Teknik

    penggunaan angket ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui faktor

    penyebab kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas

    inklusi.

    2. Metode Wawancara

    Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

    ingin melakukan studi untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

    dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

    mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015:194).

    Wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara semiterstruktur.

    Menurut Sugiyono (2015:320) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam

    kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

    dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara yang digunakan

    dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor

    kesulitan belajar dan aktifitas pembelajaran matematika di kelas inklusi.

    3. Metode observasi

    Menurut Sugiyono (2015:203) teknik pengumpulan data dengan observasi

    digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

    gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

    Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi

    tentang aktifitas belajar di kelas inklusi. Observasi yang digunakan adalah

    observasi partisipatif. Menurut sugiyono (2015:310) dalam observasi

    partisipatif, peneliti terllibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

    diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

    4. Metode Dokumentasi

    Digunakan untuk memperoleh data nama siswa, foto siswa dalam proses

    pembelajaran matematika di kelas inklusi.

  • 29

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun instrumen penelitian

    berupa pedoman angket, wawancara dan observasi. Setelah pedoman angket,

    wawancara dan observasi disusun peneliti menyebarkan angket kepada siswa

    autis kelas VIII SMP Unggul Sakti Jambi. Selanjutnya diadakan wawancara

    setelah angket diisi oleh siswa. Selajutnya melakukan wawancara terhadap guru

    pendamping khusus di kelas inklusi lalu melakukan observasi di kelas inklusi

    tersebut. Pada saat wawancara peneliti membuat catatan-catatan untuk

    mendapatkan data tentang ekspresi siswa saat menjawab pertanyaan yang

    diberikan peneliti.

    Table 3.1

    Kisi-Kisi Lembar Angket (Faktor Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan

    Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi)

    No Komponen Sub Komponen No Item Jumlah

    Item

    1 Diri Anak a. Kebiasaan belajar

    b. Pengalaman

    belajar

    c. Motivasi diri

    1,2,3

    4,5,6

    7,8,9

    3

    3

    3

    2 Lingkungan a. Sekolah

    b. Guru

    c. Teman

    10,11

    12,13

    14,15,16

    2

    2

    3

    3 Keluarga a. Perhatian orang

    tua

    b. Kebiasaan

    keluarga

    17,18,19

    20,21,22,23

    3

    4

    2

  • 30

    c. Kondisi

    perekonomian

    24,25

    Jumlah 25

    Table 3.2

    Kisi-Kisi Lembar Wawancara (Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus

    (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi)

    NO Variabel Indikator Bentuk Pertanyaan

    1 Jenis kesulitan

    belajar

    matematika

    Kesulitan

    memahami konsep

    Apakah kamu selalu

    menuliskan rumus saat menulis

    catatan?

    kesulitan dalam

    keterampilan

    Apakah kamu mengerjakan

    jawaban hingga tuntas jika

    terdapat soal yang sulit?

    kesulitan

    pemecahan

    masalah

    Apakah kamu selalu

    menyelesaikan soal yang kamu

    kerjakan?

    2 Faktor penyebab

    kesulitan belajar

    matematika

    Sikap dalam belajar Apakah kamu menyukai

    pelajaran matematika?

    Motivasi belajar Apakah kamu belajar meskipun

    tidak ada ulangan?

    Kesehatan tubuh Apakah kamu memiliki

    penyakit sehingga mengganggu

    pelajaran?

  • 31

    Kemampuan

    pengindraan

    Apakah kamu dapat melihat

    papan tulis dengan jelas?

    Variasi mengajar

    guru

    Apakah kamu pernah belajar

    dengan berdiskusi kelompok

    dikelas?

    Penggunaan media

    pembelajaran

    Apa media yang dipakai oleh

    bapak/ibu guru saat

    menjelaskan pelajaran

    matematika?

    Sarana prasarana

    disekolah

    Apakah kondisi ruang kelasmu

    mendukung dalam

    pembelajaran matematika?

    Lingkungan

    keluarga

    Apakah kamu belajar

    didampingi orang tua?

    3 Upaya mengatasi

    kesulitan

    pembelajaran

    matematika

    Mengikuti jam

    pelajaran tambahan

    Apa yang kamu lakukan untuk

    mengatasi kesulitan belajar

    matematika?

  • 32

    Table 3.3

    Kisi-kisi Observasi di Kelas Inklusi

    Nama Sekolah :

    Mata Pelajaran :

    Kelas/Semester :

    Hari/Tanggal/Jam ke :

    Jumlah Peserta Didik : orang, hadir : orang, tidak hadir : orang

    NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK CATATAN

    GURU BIDANG STUDI

    I. PERANGKAT GURU

    1 Ada silabus yang didalamnya terdapat

    kegiatan tatap muka, penugasan

    terstruktur, dan tugas mandiri tidak

    terstruktur

    2 Ada rencana pelaksanaan pembelajaran

    (RPP) memuat:

    a. Kegiatan tatap muka, penugasan

    terstruktur

    b. Identitas mapel, SK-KD, indicator,

    tujuan pembelajaran materi

    pembelajaran, alokasi waktu,

    metode pembelajaran, penilaian

    hasil belajar dan sumber belajar.

    3 Ada instrumen penilaian

  • 33

    4 Ada program remedial dan program

    pengayaan

    5 Ada buku nilai yang memuat semua

    hasil belajar (nilai tugas, ulangan harian,

    ulangan tengah semester, dan ulangan

    akhir semester) yang telah dilaksanakan

    II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

    A. PENDAHULUAN

    1 Pembelajaran dilaksanakan diruang

    kelas/kelas mata pelajaran (penerapan

    moving class)

    2 Guru memberi apersepsi dan motivasi

    3 Guru memberitahu kompetensi yang

    akan dicapai (tujuan pembelajaran)

    4 Guru menyiapkan bahan ajar

    B. KEGIATAN INTI

    1 Guru tampak menguasai materi

    pembelajaran (materi pelajaran yang

    disampaikan dengan jelas)

    2 Guru mengelola kelas dengan baik

    3 Metode/pendekatan variative

    4 Guru menggunakan alat bantu/media

    pembelajaran (alat peraga, kaset & tape

  • 34

    recorder, computer & LCD, CD

    interaktif, dsb)

    5 Guru berperan sebagai fasilitator dalam

    membantu mengatasi kesulitan peserta

    didik

    6 Guru menggunakan teknik bertanya

    dengan Bahasa yang baik dan benar

    7 Guru mendorong peserta didik untuk

    memanfaatkan tekonologi informasi

    (computer & internet)

    8 Peserta didik berpartisipasi secara aktif

    dalam pembelajaran

    C. PENUTUP

    1 Guru merefleksikan pembelajaran

    2 Guru memberikan apresiasi kepada

    peserta didik

    3 Guru menutup pelajaran dengan

    menyimpulkan pelajaran

    GURU PENDAMPING KHUSUS

    1 Komunikasi dengan siswa autis

    2 Membantu kesulitan siswa autis dalam

    belajar

    3 Memiliki keterampilan

  • 35

    4 Memperhatikan siswa autis belajar

    5 Memiliki catatan materi

    E. Teknik Analisis Data

    Analisis adalah suatu usaha untuk menguraikan suatu masalah menjadi

    bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan bentuk sesuatu yang diuraikan

    itu tampak dengan jelas sehingga dapat dimengerti permasalahannya. Analisis

    data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

    dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain dengan cara

    mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

    melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

    yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

    diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2015:334). Analisis data penelitian

    kualitatif memiliki tujuan untuk menganalisis proses berlangsungnya suatu

    fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses

    tersebut.

    Tahap analisis data dilakukan setelah penggalian data yang diperoleh

    dianggap cukup untuk memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Setelah data

    yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, kemudian dianalisis

    kembali secara lebih mendalam kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian

    kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian

    berlangsung.

    Analisis data angket menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan

    untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

    tentang fonomena sosial (Sugiyono, 2015:134). Analisis data wawancaraa

    (kualitatif) dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

    yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono,2015:337),

    yaitu:(1) data reduction (reduksi data); (2) datadisplay (penyajian data); dan

    (3)conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).

  • 36

    1. Reduksi Data

    Mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

    (Sugiyono, 2015:338). Dengan demikian data yang telah direduksi akan

    memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk

    melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data yang dilakukan

    dalam penelitian ini, akan memfokuskan pada kesulitan belajar siswa autis

    dalam pembelajaran matematika dan proses pembelajaran matematika di

    kelas VIII inklusi.

    2. Penyajian Data

    Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:95) menyatakan

    yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

    kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Pemaparan data

    merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka

    memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian dan pengambilan

    tindakan. Pemaparan data dilakukan dalam rangka menyusun teks naratif

    dari sekumpulan informasi yang berasal dari hasil reduksi data, sehingga

    dapat memungkinkan untuk ditarik suatu kesimpulan. Dalam pemaparan

    data pada penelitian ini adalah pengklasifikasian dan identifikasi data

    mengenai kesulitan yang paling dominan dialami siswa autis dalam

    pembelajaran matematika.

    3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi

    Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil

    analisis terhadap data yang telah terkumpul, baik hasil pekerjaan tertulis

    maupun transkip audio yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan

    oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Penarikan kesimpulan didasarkan

    atas sajian data dengan maksud untuk memperoleh kesimpulan tentang

    kesulitan belajar siswa autis dalam pembelajaran matematika.

  • 37

    F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Menurut Sugiyono (2015:368), uji kredibilitas data atau kepercayaan

    terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan

    pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

    dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberi check. Lebih lanjut

    Sugiyono (2015:372) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian

    kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai

    cara, dan berbagai waktu.

    Untuk mempertanggung jawabkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti

    melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Melakukan triangulasi teknik dan sumber. Menurut Sugiyono (2015:373),

    triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

    mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

    Sedangkan triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dilakukan

    dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

    Triangulasi teknik dilakukan dengan tujuan untuk mencari kesesuaian data

    yang bersumber dari hasil tertulis dan wawancara. Dengan cara demikian

    diharapkan keseluruhan data saling menguatkan dan memberikan

    pemahaman yang lebih mendalam mengenai kesulitan belajar matematika

    siswa autis di kelas VIII inklusi SMP Unggul Sakti Jambi.

    2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap.

    3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data. Hal

    ini dilakukan agar unsur-unsur subjektifitas peneliti tidak ikut

    mengintervensi data penelitian.

    4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap lembar jawaban dan

    transkrip agar diperoleh hasil yang sahih.

  • 40

    Tabel 3.4

    Jadwal Penelitian

    Kegiatan Penelitian

    Tahun 2019-2020

    Bulan

    Agust-19 Sept -19 Okt -19 Nov- 19 Des -19 Jan -20 Feb-20 Mar- 20

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    Pengajuan Judul

    Pembuatan Proposal

    Pengajuan Dosen

    Pembimbing

    Konsultasi &

    Perbaikan Proposal

    Pengajuan Seminar

    Seminar

    Perbaikan Hasil

    Seminar

  • 41

    Izin Riset

    Pengolahan Data

    Penyusunan Laporan

    Konsultasi

    Pembimbing 1

    Konsultasi

    Pembimbing 2

    Perbaikan Skripsi

  • 42

    BAB IV

    TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum

    1. Profil Pendidikan Inklusi Unggul Sakti

    Yayasan Pendidikan Unggul Sakti berdiri pada tahun 1995 dan

    memiliki satuan Pendidikan dimulai dari tingkat TK-SD-SMP-SMA/SMK-

    SABK. Yayasan Pendidikan Unggul Sakti memberikan kesempatan kepada

    Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan menyelengggarakan Pendidikan

    inklusif sejak tahun 2009 sesuai dengan Permen Dikbud RI Nomor 70

    Tahun 2009, dimana ABK ikut belajar bersama dengan siswa reguler.

    Adapun ABK telah mengikuti Pendidikan inklusif di Yayasan

    Pendidikan Unggul Sakti adalah sebagai berikut:

    a. Hambatan pendengaran (Tunarungu)

    b. Hambatan perkembangan intelektual (Tunagrahita)

    c. Hambatan fisik dan motoric (Tunadaksa)

    d. Hambatan perkembangan social emosional (Tunalaras)

    e. Hambatan belajar (Disleksia)

    f. Hambatan pemusatan perhatian dengan/tanpa hiperaktivitas (Attention

    Defivit Hyperactivity Disorder (ADHD), Attention Deficit Disorder

    (ADD))

    g. Hambatan komunikasi dan social (Autism Spectrum Disorder (ASD))

    h. Hambatan majemuk (Tunadaksa+Low vision)

    ABK juga melaksanakan kegiaan ekstrakurikuler untuk menumbuhkan

    minat dan bakat masing-masing. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang

    dilaksanakan adalah:

    a. Ekstrakurikuler Art work

    b. Ekstrakurikuler keterampilan dan olahraga

    c. Ekstrakurikuler IT

    d. Ekstrakurikuler komunikasi

  • 43

    Dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, Yayasan Pendidikan

    Unggul Sakti bekerja sama dengan Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus

    Unggul Sakti sebagai pusat sumber awal yang mengidentifikasi,

    mengasesmen siswa sesuai dengan kekhususannya, mengarahkan ABK

    ketingkat pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, serta

    memberikan pendampingan untuk mengikuti pembelajaran di kelas reguler.

    ABK yang masuk ke Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus Unggul Sakti

    akan di didik terlebih dahulu di dalam kelas terapi secara individu. Materi

    pembelajaran yang diberikan sesuai dengan jenis kekhususan siswa, seperti

    kemampuan imitasi (menirukan), kemampuan bahasa reseptif

    (identifikasi/perintah sederhana).

    ABK yang telah memiliki kemampuan berinteraksi sosial dan

    komunikasi dengan cukup baik, maka akan dikelaskan ke dalam kelas

    prainklusif untuk mengenal materi pembelajaran dasar seperti membaca,

    menulis dan berhitung. Kelas prainklusif juga diperuntukkan bagi siswa

    pindahan yang dirujuk ke kelas inklusif. Proses observasi akan berlangsung

    kurang lebih 3 bulan dan kemudian ABK akan dievaluasi untuk diarahkan

    ke kelas yang dirujuk dari sekolah sebelumnya.

    a. Kelas TK & SD

    Siswa prainklusif yang telah mempunyai pemahaman dasar secara

    akademik akan dilanjutkan pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dan

    jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan bimbingan dari Guru Pendamping

    Khusus (GPK). Di dalam kelas reguler ABK akan mengikuti proses

    pembelajaran seperti siswa pada umumnya.

    b. Kelas SMP-SMA/SMK

    ABK yang telah lulus Sekolah Dasar (SD) selanjutnya akan diarahkan

    pada jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Unggul

    Sakti dan begitu juga untuk ABK yang telah lulus Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) akan diarahkan ke jenjang Pendidikan Sekolah

    Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

  • 44

    Kurikulum ABK yang diadaptasi dari kurikulum yang sama dengan

    masing-masing tingkat pendidikan, yang mana materi yang diberikan akan

    disesuaikan dan diulang kembali di ruang khusus, jika ABK masih kesulitan

    dalam memahami materi. Jika ada bidang studi yang cukup dipahami oleh

    ABK, maka tidak akan ada perubahan dalam kurikulumnya. Hal tersebut

    kondisional ketika pembelajaran berlangsung.

    SMP Unggul Sakti memiliki 14 tenaga pendidik Guru Pendamping

    Khusus (GPK) yang membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) belajar.

    Terkadang ABK belajar di kelas inklusi dan terkadang di kelas khusus. Hal

    tersebut sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh kepala sekolah dan

    tenaga pendidik lainnya yang bertujuan untuk melatih komunikasi ABK

    dengan siswa reguler serta mencegah ABK agar tidak cepat jenuh.. Tugas

    GPK juga bergantian mengawasi ABK belajar di kelas inklusi.

    Sarana dan prasarana yang dimilliki oleh SMP Unggul Sakti adalah

    sebagai berikut:

    a. Ruang kepala sekolah

    b. Ruang kelas

    c. Ruang khusus

    d. Ruang fisioterapi

    e. Ruang UKS

    f. Ruang serba guna

    g. Ruang perpustakaan

    h. Laboratorium

    i. Sarana cuci tangan

    j. Kantin

    k. Toilet

    l. Tempat parkir

  • 45

    2. Temuan Data Pra Penelitian

    Penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan

    Khusus (Autisme) dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi”

    merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

    kesulitan belajar anak berkebutuhan khusus (Autisme) dalam pembelajaran

    matematika di kelas inklusi. Penelitian ini dilakukan di SMP Unggul Sakti

    Jambi yang terletak di Jl. Jaya Wijaya No. 18, Talang Banjar, Jambi Timur,

    Kota Jambi. SMP Unggul Sakti merupakan salah satu sekolah yang

    menerapkan sistem inklusi.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Anak

    Berkebutuhan Khusus (ABK), di dalam kelas inklusi SMP Unggul Sakti

    terdapat guru pembimbing khusus yang tugas nya membantu anak

    berkebutuhan khusus belajar. Guru Pembimbing Khusus (GPK) selalu

    mengontrol dan mengawasi proses belajar mengajar di kelas inklusi. Di

    dalam satu kelas terdapat 2 GPK yang bergantian bertugas dan terdapat 3

    ABK yang memiliki jenis kekhususan yang berbeda. Tetapi fokus subjek

    pada penelitian ini adalah siswa autis. Siswa autis hanya ada satu dalam

    setiap kelas yaitu VIII B dan VIII C. Untuk mempermudah pemahaman

    mengenai siapa siswa autis yang menjadi unit analisis, maka peneliti

    memberi inisial mengenai subjek. Subjek siswa autis pertama adalah SA1

    dan subjek siswa autis kedua adalah SA2. Sedangkan untuk guru

    pembimbing khusus pertama adalah GPK1 dan guru pembimbing khusus

    kedua adalah GPK2.

    a. Identitas Subjek SA1

    Nama : MM

    Alamat : Jl. Blekok IV No. 083 Perum Kota Baru

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Nama ayah : DM

    Pekerjaan : Polisi Kota Jambi

    Nama ibu : BT

    Kelas : VIII B

  • 46

    b. Identitas Subjek SA2

    Nama : MR

    Alamat : Jl. P. Diponegoro Lrg. Koni 3 No. 37

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Nama Ayah : T

    Pekerjaan : Dinhub Kota Jambi

    Nama Ibu : L

    Kelas : VIII C

    Sumber bahan ajar atau materi yang digunakan guru mata pelajaran

    matematika berasal dari buku paket dan Lembar Kerja Siswa. Tetapi untuk

    target pencapaian materi siswa regular/normal berbeda dengan siswa autis.

    Ketika siswa regular/normal mencapai dua Bab secara keseluruhan, maka

    siswa autis hanya mendapat pembahasan materi yang mendasar. Hal

    tersebut disebabkan karena lambannya siswa autis menerima materi.

    Pembelajaran matematika ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang

    diberikan dari pihak sekolah yaitu satu kali pertemuan memiliki estimasi 2

    jam. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, guru mata pelajaran

    matematika membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

    silabus, tetapi terkadang proses pembelajarannya secara spontanitas

    berubah sesuai dengan kondisi kelas. Sedangkan guru pembimbing khusus

    tidak membuat RPP lagi, karena tugas guru pembimbing khusus di kelas

    inklusi hanya membantu dalam kesulitan belajar anak berkebutuhan khusus.

    Akan tetapi guru pembimbing khusus selalu mencatat di buku khusus materi

    ABK apa yang telah dicatat oleh guru mata pelajaran matematika di depan

    kelas. Setelah itu untuk siswa autis yang tertinggal dalam mencatat bisa

    melihat catatan GPK.

  • 47

    3. Temuan Hasil Validasi Instrumen

    Untuk mengukur kesahihan dan kevalidan instrumen angket,

    wawancara dan observasi maka peneliti melakukan validasi instrumen.

    Hasil validasi angket, wawancara dan observasi dari validator yaitu Ibu

    Ainun Mardia, S.Pd, M.Sc menyatakan bahwa instrumen layak digunakan

    untuk mengambil data dengan revisi sesuai saran, adapun sarannya adalah

    pertanyaan harus sesuai dengan kisi-kisi instrumen dan pertanyaan harus

    fokus ke pembelajaran matematika. Setelah seluruh instrumen tersebut di

    revisi, maka instrumen dapat digunakan peneliti dalam melakukan

    penelitian di kelas VIII inklusi SMP Unggul Sakti Jambi.

    B. Temuan Khusus

    1. Aktifitas siswa autis dalam pembelajaran matematika di kelas inklusi

    Pembelajaran matematika di sekolah merupakan salah satu mata

    pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa. Pembelajaran matematika

    di kelas VIII B dan VIII C diikuti oleh siswa reguler dan siswa ABK salah

    satunya siswa autis. Proses pembelajaran dilakukan secara bersama-sama di

    kelas antara siswa reguler dan siswa autis.

    Pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini sama seperti dengan