analisis kesulitan menyelesaikan soal higher order

115
1 ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 34 MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH : SRI HARDIYANTI AMALIAH. A NIM. 10536 11035 16 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

1

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

THINKING SKILL (HOTS) MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR

DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 34

MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

SRI HARDIYANTI AMALIAH. A

NIM. 10536 11035 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

i

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

THINKING SKILL (HOTS) MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR

DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 34

MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

SRI HARDIYANTI AMALIAH. A

NIM. 10536 11035 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 3: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 5: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SRI HARDIYANTI AMALIAH. A

Nim : 105361103516

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order

Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 34 Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Februari 2021

Yang Membuat Pernyataan

Sri Hardiyanti Amaliah. A

NIM. 105361103516

Page 6: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Nama : SRI HARDIYANTI AMALIAH. A

Nim : 105361103516

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order

Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 34 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Februari 2021

Yang Membuat Perjanjian

Sri Hardiyanti Amaliah. A

NIM. 105361103516

Page 7: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

"Berbuat baiklah tanpa perlu alasan"

“Mulailah dengan penuh keyakinan, jalankan dengan penuh keikhlasan, dan selesaikan dengan penuh

kebahagiaan”

“If Allah is making you wait, then be prepared to receive more than what you asked for”

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kepada kedua orangtua ku yang tiada hari tanpa bosan menanyakan kapan wisuda. Dan ku persembahkan karya ini untuk Prodiku tersayang Prodi Pendidikan Matematika serta almamaterku tercinta, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sri Hardiyanti Amaliah. A

NIM. 105361103516

Page 8: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

vii

ABSTRAK

Sri Hardiyanti Amaliah A, 2021. Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher

Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(SPLDV) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar. Skripsi. Program

Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Baharullah dan

Pembimbing II Ma’rup.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan menyelesaikan

soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar. Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VIII.A SMP Negeri 34 Makassar sebanyak 3 orang. Teknik

penentuan subjek yaitu dengan memberikan tes kepada seluruh siswa kelas VIII.A

untuk memilih 3 orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi dari hasil tes.

Penentuan subjek berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran dan skor hasil tes.

Penelitian ini mengacu pada tiga indikator kesulitan soal HOTS yaitu:

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Instrumen dalam penelitian ini adalah

tes kesulitan soal Higher Order Thinking Skill dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6), subjek kesulitan konsep dan verbal. Karena

subjek tidak dapat menganalisis soal dengan baik untuk di ubah ke dalam bentuk

yang lebih kecil dan subjek kesulitan untuk menyelesaikan soal cerita serta tidak

dapat berbahasa dalam menyelesaikan soal yang ada. Dan hasil analisis kesulitan

siswa dalam menyelesaikan soal HOTS, sebagian besar subjek kesulitan dalam

menyelesaikan soal HOTS pada indikator mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6)

yakni kesulitan dalam mempelajari konsep, menerapkan prinsip dan menyelesaikan

masalah verbal.

Kata kunci: Kesulitan Menyelesaikan Soal, SPLDV, Higher Order Thinking Skill

(HOTS)

Page 9: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas

segala rahmat, hidayah, petunjuk, karunia, dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang

berjudul “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill

(HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 34 Makassar” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari banyak pihak,

maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk,dan

saran kepada penulis dalam penyusunan penulisan ini.

Page 10: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

ix

5. Ayahanda Dr. Baharullah., M.Pd, Sebagai pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk,dan

saran kepada penulis dalam penyusunan penulisan ini.

6. Ibunda Ikhbariaty Kautsar Qadri, S.Pd., M.Pd dan Ibunda Erni Ekafitria Bahar,

S.Pd., M.Pd sebagai Pembimbing Validasi instrument yang senantiasa

memberikan bimbingan dalam rangka penyempurnaan instrumen.

7. Ibunda Dr. Andi Husniati., M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang

senantiasa meluangkan setiap waktunya untuk memberikan bimbingan,

masukan, petunjuk serta motivasi kepada penulis.

8. Para Dosen serta Asisten Dosen di lingkungan Unismuh Makassar, khususnya

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang mencurahkan segala perhatian

kepada penulis, yang sudah mencurahkan ilmunya kepada penulis dan

khususnya jurusan pendidikan matematika yang selama dalam perkuliahan

telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan mendidik

penulis dengan sabar.

9. Kepala SMP Negeri 34 Makassar dan WAKASEK yang bersedia memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

10. Guru Matematika (Hadidjah Ibrahim S.Pd, Arwini Angraeni S.Pd dan Adriani

S.Pd) serta para siswa/siswi kelas VIII.A dengan segala keramahan dalam

membantu penulis melakukan dan menyelesaikan penelitian.

11. Para Kakanda yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis baik

dalam bentuk dukungan, nasehat, masukan serta do’a demi keberhasilan

penulis agar dapat menyelesaikan penulisan ini.

Page 11: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

x

12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Algoritma 2016 khususnya Algoritma 2016A yang telah berjuang bersama

dibangku perkuliahan melewati berbagai macam drama, rintangan dan

halangan yang menerjang selama kurang lebih 4 tahun.

Hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga semua bantuan, arahan,

bimbingan, motivasi dan do’a yang diberikan oleh berbagai pihak dapat menjadi

bagian dari ibadah, sehingga memperoleh pahala yang setimpal di sisi Allah SWT.

Dan semoga rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah senantiasa menyertai

kita. Amin Ya Roabbal A’alamin...

Makassar, Februari 2021

Penulis

Sri Hardiyanti Amaliah. A

NIM.105361103516

Page 12: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………..………. i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… iii

SURAT PERNYATAAN………………………………………………. iv

SURAT PERJANJIAN………………………………………...………. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………..………… vi

ABSTRAK……………………………………………………..………… vii

KATA PENGANTAR…………………………………….….................. viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………..………… xiv

BAB I PENDAHULUAN………………………..…………….............. 1

A. Latar Belakang……………………………..…………….. 1

B. Rumusan Masalah………………………………..………. 10

C. Tujuan Penelitian…………………………………............ 10

D. Manfaat Penelitian……………………………..…………. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………….…….…...... 11

A. Kajian Teori………………………………………………. 11

1. Hakikat Matematika……………………………..…… 11

2. Kesulitan Belajar…………………………………….. 13

3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)………………… 17

4. Teori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS 33

5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)..….. 36

6. Penelitian Relevan………………………………....…. 37

B. Kerangka Pikir…………………………………….……... 39

BAB III METODE PENELITIAN……………………………..…….….. 41

A. Jenis Penelitian……………………………………….…. 41

B. Waktu dan Lokasi Penelitian…………………....…….….. 41

B. Fokus Penelitian……………..………………...………..… 41

C. Subjek Penelitian……………………………...….…… 42

D. Prosedur Penelitian…………………………...………….. 43

Page 13: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

xii

E. Instrumen Penelitian………………………...………… 43

F. Teknik Pengumpulan Data…………………..……….….. 44

G. Teknik Analisis Data………………………..……… 46

H. Pengecekan Keabsahan Data ……………….………..…. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……..….….. 49

A. Hasil Penelitian……………………………………… 49

B. Pembahasan Penelitian…………………………………… 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………..

79

B. Saran………………………………..……………………... 80

DAFTAR PUSTAKA……………………..……………… C.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Kesulitan Menyelesaikan Soal………………………………16

2.2 Dimensi Berpikr Tingkat Tinggi……………………………………….17

2.3 Bagan Kerangka Pikir…………………………………………………..40

4.1 Kategori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS………………………..49

4.2 Pemilihan Subjek Wawancara………………………………………….50

Page 15: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Hasil Tes Subjek S1-C4………………………………………………50

4.2 Hasil Tes Subjek S1-C5………………………………………………53

4.3 Hasil Tes Subjek S1-C6………………………………………………56

4.4 Hasil Tes Subjek S2-C4……………………………………………....57

4.5 Hasil Tes Subjek S2-C5……………………………………………....59

4.6 Hasil Tes Subjek S2-C6……………………………………………....61

4.7 Hasil Tes Subjek S3-C4……………………………………………....63

4.8 Hasil Tes Subjek S3-C5……………………………………………....65

4.9 Hasil Tes Subjek S3-C6……………………………………………....67

Page 16: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman globalisasi adalah masa dimana teknologi berkembang secepat kilat

tanpa terikat suatu daerah. Terlihat mendapatkan informasi dengan mudah, tanpa

hasil aktual yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial. Aspek teknologi

informasi dan komunikasi merupakan pendukung utama globalisasi. Realitanya

dalam proses peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) yang semakin maju tidak selamanya tertuju terhadap objek yang positif

tetapi lebih sering ke arah negatif. Sebab itu, pendidikan sangat diperlukan dalam

memberantas berbagai perkara yang akan dilalui. Dengan pendidikan yang baik,

keturunan bangsa dapat menyamai percepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Di zaman milenial pada masa ini, diperlukan keahlian manusia yang

masuk akal sehingga mampu menghadapi desakan atau ketentuan kemajuan

zaman yang semakin maju. Karakteristik keahlian manusia dapat diperoleh

melalui pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi di semua jenjang

pendidikan. Pendidikan ialah hubungan individu dan sekitarnya dengan nyata dan

terstruktur untuk memajukan potensi jasmani dan rohani sehingga mengakibatkan

perubahan positif dan kemajuan kognitif, emosional dan psikomotorik yang

berlangsung seterusnya. Pendidikan merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan memberikan pengetahuan

tentang segala peristiwa mulai dari sosial, budaya, agama, sampai ilmu

Page 17: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

2

pengetahuan dan teknologi. Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas yang mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah untuk meningkatkan

karakter, kecerdasan dan tubuh anak. Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 BAB 1,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa

dan Negara”.

Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab

seluruh pendidik. Namun dalam pendidikan formal peran guru sangat

berpengaruh, karena dalam proses pembelajaran guru berhubungan langsung

dengan siswa. Tidak mudah mencetak generasi abad 21 di era yang sudah rumit.

Geenrasi imi harus menguasai banyak keterampilan. Secara garis besar terbagi

menjadi tiga bagian yaitu kualitas karakter, kemampuan dan prestasi. Untuk

memperoleh semua keterampilan ini, siswa perlu dimotivasi. Salah satunya

mengajak siswa untuk memecahkan masalah atau masalah yang membutuhkan

kemampuan berpikir tinggi. Pada era modern jaman sekarang, teknologi sudah

semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Dengan berkembangnya

teknologi, tentunya Pendidikan juga ikut berkembang.

Saat ini di dunia pendidikan sedang berlangsung perubahan di berbagai

dunia khususnya di Indonesia. Penguraian terjadi pada sistem evaluasi yang

mengarah pada pembelajaran khususnya matematika sepantasnya tidak hanya

Page 18: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

3

mengarah pada kemampuan matematis dan pengetahuan dasar. Tetapi dipusatkan

untuk mengembangkan kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah baru

yang tidak rutin agar pembelajaran matematika bisa meraih totalitas dinamika

proses berpikir siswa.

Hingga saat ini dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, peran

matematika menjadi semakin penting bagi perkembangan setiap orang. Peran

matematika dan pendidikan nmatematika menjadi semakin penting(Suwarsono,

1998). Apalagi di era globalisasi ada proses pendidikan yang global atau

komprehensif, setiap orang tidak mengenal batas negara, artinya setiap orang

dapat berkomunikasi dan bertukar informasi kapanpun dan dimanapun melalui

media cetak dan elektronik.

Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan pendidikan, khususnya

pendidikan matematika. Di era globalisasi ini, peran pendidikan matematika anak

sangat menantang. Pentingnya matematika tidak terlepas dari perannya dalam

segala aspek kehidupan. Misalnya, membutuhkan kemampuan menghitung,

mengukur dan menyimpulkan. Matematika merupakan sarana penunjang dalam

segala aspek kehidupan, dan juga merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan

komunikasi dan informasi dalam teknologi saat ini.

Pada era revolusi industri 4.0 matematika merupakan ilmu dasar dan

fondasi perkembangan teknolog dan pengetahuan modern. Selain itu, matematika

juga dapat meningkatkan keterampilan dalam abstraksi, analisis masalah, dan

penalaran logis. Oleh karena itu, dengan kemampuan matematis ini, masyarakat

dapat mempelajari lingkungan sekitar untuk mengembangkan teknologi untuk

kepentingan umat manusia. Bahkan sebagai contoh dengan timbulnya masalah-

Page 19: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

4

masalah dalam kehidupan sehari-hari akan dapat dipecahkan melalui pendekatan-

pendekatan matematis.

Menurut tujuan penyelenggaraan matematika disekolah, kita dapat melihat

bahwa matematika sekolah memainkan peran yang sangat penting. Siswa

membutuhkan matematika untuk memenuhi kebutuhan actual dan menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun hasil belajar matematika di sekolah

belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, secara global kualitas

pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari

pemeringkatan partisipasi Indonesia dalam beberapa jenis program asesmen

tingkat internasional, seperti Trend in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA).

Dalam dua program internasional tersebut, Indonesia masih berada di

peringkat bawah. (Mullis, I, et all : 2012) mengemukakan bahwa salah satu faktor

penyebab masalah ini adalah kurangnya pelatihan siswa Indonesia dalam

memecahkan masalah situasional. kurangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi,

menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikan soal

terutama dalam pelajaran matematika dimana soal-soal tersebut merupakan

karakteristik soal Higher Order Thinking Skill (HOTS). Survei International

Trends in Mathematics and Scientific Research (TIMSS) bidang matematika

tahun 2011 menunjukkan bahwa persentase siswa kelas delapan pada kategori

rendah, menengah, tinggi dan lanjutan masing-masing adalah 43%, 15%, 2% dan

0%. Skor rata-ratanya hanya 386, peringkat ke-38 dari 42 negara.

Hasil survei TIMSS ini sejalan dengan hasil survei International Student

Assessment Program (PISA) yang menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari

Page 20: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

5

65 negara / wilayah pada pelaksanaan terakhir tahun 2012 dan memperoleh nilai

375 poin dari skor rata-rata internasional sebesar 494 matematika Indonesia.

survei dan standar konten menekankan semua aspek penalaran matematika dan

penggunaan konsep matematika untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu,

kemampuan yang diukur dengan TIMSS dan PISA dikaitkan dengan standar isi

matematika Indonesia.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting

karena matematika ialah ilmu yang dapat melatih keterampilan berpikir peserta

didik, terutama dalam hal keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu,

dalam kurikulum pembelajaran matematika 2017 yang direvisi tahun 2013 ini

diharapkan siswa tidak hanya memiliki kemampuan menggunakan perhitungan

kemampuan menggunakan perhitungan atau rumus untuk soal tes, tetapi juga

menerapkan kemampuan penalaran dan analisisnya untuk menyelesaikan masalah

masalah sehari-hari. Pada tahun 2013, kurikulum mulai mengembangkan jenis

keretampilan berpikir tingkat tinggi. Soal tipe HOTS merupakan soal yang

membutuhkan kemampuan berpikir tingkat lanjut dan melibatkan proses

penalaran, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,

metakognitif dan kreatif. Soal HOTS melatih siswa untuk berpikir, menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta.

Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau yang biasa dikatakan berpikir

tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir yang mengharuskan seseorang untuk

berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dengan tujuan

peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka

kembangkan selama belajar pada konteks yang baru. Semua peserta didik dapat

Page 21: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

6

berpikir, tetapi sebagian besar peserta didik membutuhkan dorongan dan

bimbingan untuk proses berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat

tinggi mencakup tiga proses kognitif yaitu analisis, evaluasi, dan penciptaan.

Menurut Tomei (Ridwan Abdullah S, 2019) HOTS mencakup transformasi

informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa menganalisa, mensintesa

atau menggabungkan fakta dan ide, menggeneralisasi, menjelaskan, atau sampai

pada suatu kesimpulan atau interpretasi. Menurut King (Ridwan Abdullah, 2019)

mendefinisikan Higher Order Thingking Skill (HOTS) sebagai keterampilan

berpikir kritis, berpikir logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Menurut Arter

dan Salmon (Ridwan Abdullah, 2019) menyatakan bahwa kemampuan yang

dibutuhkan dalam HOTS adalah kemampuan menyelesaikan masalah dan

membuat keputusan.

Untuk menunjang penilaian-penilaian berstandar Internasional maka

pemerintah melakukan perubahan pada sistem penilaian ujian nasional untuk

pendidikan formal dan nonformal, pada jenjang SMP dan SMA sederajat tahun

2018 dengan memperkenalkan soal model penalaran. Namun, kebijakan ini

mendapat berbagai respon dari peserta UN dan masyarakat. Belakangan ini,

peserta tingkat SMP UNBK 2018 se-Indonesia mengeluhkan sulitnya mata

pelajaran tertentu karena sulitnya soal dan mereka sudah menerapkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan menyatakan hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing siswa.

Mengingat prestasi baik yang diraih dalam kompetisi olimpiade internasional

yang diadakan oleh PISA, pelajar Indonesia tertinggal dari negara lain karena

Page 22: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

7

kesulitan mengikuti olimpiade. Mendikbud sedang bekerja keras mengevaluasi

dan terus melakukan perbaikan

Dari beberapa informasi yang diperoleh oleh peneliti, siswa SMP Negeri

34 Makassar sering mengikuti lomba matematika antar sekolah maupun antar

kelas yang diadakan dan juga SMP Negeri 34 Makassar telah melaksanakan

peraturan pemerintah yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013. Akan tetapi

sekolah tersebut belum terlalu menerapkan pembelajaran yang mengasah berpikir

tingkat tinggi siswa.

Berdasarkan observasi peneliti di SMP Negeri 34 Makassar, ditemukan

masalah yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu soal berpikir tingkat

menengah dan berpikir tingkat tingggi. Namun, kebanyakan siswa hanya dapat

menyelesaikan soal berpikir tingkat menengah dan hanya beberapa yang bisa

mengerjakan soal berpikir tingkat tinggi. Dimana soal berpikir tingkat menengah

tersebut hanya membuat siswa mengingat beberapa rumus atau peristiwa,

menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)

melakukan sesuatu dan kurang mengasah berpikir tingkat tinggi siswa. Kurangnya

soal-soal yang didesain khusus untuk melatih berpikir tingkat tinggi siswa

menjadi salah satu penyebab siswa hanya ingat rumus yang sudah diberikan. Hal

ini menyebabkan siswa terbiasa dengan masalah tidak melatih pemikiran tingkat

tinggi sehingga siswa masih kesulitan jika menemukan soal yang bertipe Higher

Order Thinking Skill.

Berdasarkan hasil observasi ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal matematika khususunya soal cerita materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pada saat siswa mengerjakan soal,

Page 23: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

8

siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis soal dan ada juga siswa yang

mampu mengerjakan namun juga memiliki kesulitan karena hanya bisa

mengerjakan setengah perjalanan, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan

membaca, memahami materi, mengetahui atau tidak paham dengan rumus yang

akan digunakan, serta malasnya belajar.

Berlandaskan hasil observasi peneliti, terdapat beberapa informasi yang

didapati yaitu:

1. Dilihat dari nilai Uiian Tengah Semester (UTS) dan penilaian harian, didapati

siswa memiliki nilai yang beragam. Hal tersebut secara tidak langsung

menunjukkan bahwa siswa juga memiliki kesulitan yang beragam dalam

menyelesaikan soal.

2. Guru masih kurang dalam memberikan soal–soal matematika tipe Higher

Order Thinking Skill (HOTS) kepada siswa dan lebih cenderung memberikan

soal berpikir tingkat menengah (MOTS).

3. Pada saat pengerjaan soal bertipe Higher Order Thinking Skill (HOTS),

masih banyak terdapat siswa yang memiliki kesulitan dalam menyelesaikan

soal berpikir tingkat tinggi.

4. Disemua mata pelajaran, siswa diharapkan mampu menguasai setiap materi

akan tetapi siswa tidak dilatih untuk mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah, berpikir kritis, dan menciptakan suatu kreativitas di

mana hal tersebut bisa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, ketika seseorang memiliki kemampuan

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill), maka cara berpikir kritis

Page 24: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

9

dan kreatif dapat terwujud. Oleh karena itu, siswa disemua jenjang Pendidikan

perlu dibekali dengan HOTS agar siap menghadapi segala tantangan abad ke-21.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian

yang berjudul “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking

Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana deskripsi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Higher

Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(SPLDV) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar?

C. Tujuan penelitian

Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan,

penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa

dalam menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Menjadi bahan informasi dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan

agar kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa mendapat perhatian di

berbagai sekolah.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti berikutnya yang mempunyai bahan

kajian dengan tulisan ini.

Page 25: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

10

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, dalam hal ini dinas pendidikan

dalam melakukan pembenahan kurikulum untuk memperhatikan peningkatan

kemampuan berpikir siswa.

4. Sebagai bahan masukan bagi guru agar mengadakan peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

Page 26: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Matematika

Ilmu hitung ialah ilmu yang berkaitan dengan pengkajian bentuk atau

struktur yang abstrak serta hubungannya. Agar mampu memahami struktur dan

hubungannya dibutuhkan penguasaan tentang konsep-konsep dalam matematika.

Hal ini bermakna ilmu hitung merupakan belajar konsep dan struktur yang ada

dalam bahan yang dipelajari, serta mencari hubungan antara struktur dan konsep.

Menurut James (Rahmah, 2013:3) matematika adalah ilmu logika,

mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan

lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan

geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi atas

emppat bagian yaitu aritmatika, aljabarr, geometris dan analisis dengaan

aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran, geometri,

aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan

kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan Bahasa melalui model

matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,

grafik dan tabel

Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang memuat sifat-sifat, teori-teori

Page 27: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

12

dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat

atau teori yang dibuktikan kebenarannya. Menurut Abdurrahman, 2009:252

pemikiran matematis berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan

masing-masing orang. Beberapa orang mengatakan bahwa matematika hanyalah

perhitungan yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian. Tetapi beberapa melibatkan topik seperti aljabar, geometri, dan

trigonometri. Banyak orang beranggapan bahwa matematika mencakup segala

sesuatu yang berhubungan dengan berpikir logis.

Menurut Fanu (dalam Mubiar Agustin, 2014:45) elemen-elemen yang

dibutuhkan dalam belajar matematika adalah kemampuan membaca dan menulis,

kemampuan membedakan suatu ukuran, kemampuan mengidentifikasi urutan-

urutan, kemampuan menggunakan simbol-simbol abstrak, kemampuan aritmatika,

kemampuan spasial, kemampuan menggunakan logika,

Selanjutnya, menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman,

2003:252) matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk

mengungkapkan kuantitas dan hubungan spasial, sedangkan secara teoritis untuk

mempromosikan pemikiran.

Matematika adalah bidang studi dan semua siswa belajar dari sekolah

dasar hingga sekolah menengah atas bahkan universitas. Ada banyak alasan

mengapa siswa belajar matematika. Cornelius (dalam Abdurrahman 2003:253)

mengemukakan lima alasan pembelajaran matematika adalah (1) cara berpikir

yang jelas dan logis, (2) cara memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

(3) hubungan antara gaya kognitif dan pengalaman, (4) mengembangkan

kreativitas, (5) meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Page 28: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

13

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang sifatnya berada di “dalam”

atau berkenaan dengan mental, suatu kualitas yang tidak tampak secara lahiriah.

Kesulitan belajar ditandai dengan adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf

intelegensi dengan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Namun, guru

dan orang tua bisa mengenali ketidakmampuan dalam belajar dengan mengamati

tingkah laku dan kecenderungan peserta didik dalam belajar.

Menurut Yulianto (2015:1) “Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses

belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar”.

Menurut Subini (Puspitasari dkk, tanpa tahun:2) “Kesulitan belajar merupakan

suatu kondisi kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria

standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan maupun

keterampilan”.

Menurut Hamalik (1982:139), hal-hal yang mengakibatkan kegagalan atau

setidak-tidaknya menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar disebut sebagai

kesulitan belajar. Selanjutnya kesulitan belajar diartikan oleh Soleh (1999:35)

sebagai kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam belajar. Jadi

dapat diartikan kesulitan belajar adalah kendala-kendala yang menyebabkan

ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-

tidaknya menjadikan gangguan dalam belajar.

Menurut Sholeh (1990:34) beberapa penyebab kesulitan belajar

matematika yang sering dialami peserta didik antara lain :

a. Fakta

Page 29: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

14

Fakta merupakan perjanjian atau permufakatan yang dibuat dalam

matematika.

Misalnya lambang, nama, istilah serta perjanjian.

b. Konsep

Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang

menggolongkan objek atau peristiwa.

c. Prinsip

Prinsip merupakan pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu hubungan

antara beberapa konsep. Pernyataan itu dapat menyatakan sifat-sifat suatu

konsep atau teorema/dalil yang berlaku dalam konsep.

d. Skill

Skill merupakan prosedur mempercepat pengerjaan namun tetap didasari

logika yang benar (Soleh,1999:8).

Menurut Ainurrahman (Widodo, dkk, 2017:3) penyebab kesulitan siswa

dalam menguasai matematika yaitu:

a. Kesulitan dalam mengingat fakta

Fakta adalah suatu ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-

sifat dari sekumpulan eksemplar yang cocok.

b. Konsep yang tidak bisa dipahami

Berdasarkan pemahaman konsep tersebut, maka akan lahir teorema atau

rumus. Jadi konsep dan teorema ini dapat diterapkan pada situasi lain.

c. Prinsip yang sulit

Ketika sebuah ide menghubungkan dua atau lebih konsep, maka ide tersebut

disebut prinsip. Prinsip tersebut terdiri dari dua atau lebih konsep, jadi jika

Page 30: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

15

kesulitan memahami konsep tersebut, maka akan sulit juga untuk memahami

prinsip.

d. Sulit menerapkan prinsip(konsep)

Untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam matematika, terlebih dahulu

harus memahami prinsip-prinsip matematika. Jika kesulitan dalam memahami

prinsip-prinsip, maka akan sulit untuk menerapkannya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan

matematika adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di

sekolah, sehingga dapat menyebabkan siswa sulit dalam menyelesaikan soal

matematika. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator kesulitan

konsep, kesulitan prinsip, dan kesulitan verbal.

Adapun indikator kesulitan pada penelitian ini yaitu menurut Cooney (Nur

fujianti Astuti & Alfa Galih, 2019) kesulitan dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu:

a. Kesulitan dalam mempelajari konsep

Kesulitan konsep yang dimaksud adalah siswa sulit dalam menentukan

bentuk soal yang diberikan

b. Kesulitan dalam menerapkan prinsip

Kesulitan dalam menerapkan prinsip yang dimaksud adalah siswa sulit atau

tidak mengingat dalam penerapan/pengaplikasian rumus

c. Kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal

Kesulitan saat menyelesaikan masalah verbal yang dimaksud adalah kesulitan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan masalah

verbal atau soal cerita dan sulitnya berbahasa dalam menyelesaikan soal

tersebut

Page 31: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

16

Berikut tabel indikator kesulitan yang akan digunakan dalam penelitian

ini, sebagaimana disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indikator Kesulitan Menyelesaikan Soal

No Kesulitan Indikator

1 Kesulitan konsep

• Sulitnya peserta didik menyatakan arti dari istilah

konsep tersebut.

• Siswa sulit dalam menentukan bentuk soal yang

diberikan

2 Kesulitan prinsip • Sulitnya siswa dalam menerapkan rumus.

• Siswa sulit atau tidak mengingat dalam

penerapan/pengaplikasian rumus

3 Kesulitan verbal

• Sulitnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal

yang berhubungan dengan masalah verbal atau

soal cerita.

• Sulitnya siswa berbahasa dalam menyelesaikan

soal tersebut.

• Kemampuan untuk menyelesaikan masalah verbal

sangat ditentukan oleh pengetahuan dan

kemampuan siswa dalam menggunakan konsep

dan prinsip.

3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)

a. Pengertian

Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis,

logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan

berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya

membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan

lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Keterampilan berpikir merupakan gabungan dua kata yang memiliki

makna berbeda, yaitu berpikir (thinking) dan keterampilan (skill). Berpikir

merupakan proses kognitif yaitu mengetahui, mengingat, dan mempersiapkan.

Page 32: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

17

Sedangkan arti dari keterampilan yaitu tindakan dari mengumpulkan dan

menyeleksi informasi, menganalisis, menarik kesimpulan, gagasan, pemecahan

persoalan, mengevaluasi pilihan, membuat keputusan dan merefleksikan (Wilson

dalam Fanani, 2018:60).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau dalam bahasa inggris dikenal

dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) sebenarnya bukan

terminologi asing dalam pendidikan matematika. Anderson dan Krathwohl

(Widana, 2017:7) mengklasifikan dimensi berpikir tingkat tinggi sebagai berikut:

Tabel.2.2 Dimensi Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Anderson &

Krathwohl (2001)

Tipe Indikator Sub Indikator

HOTS

Mengkreasi

• Mengkreasi ide/gagasan.

• Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi,

mengembangkan, menulis,

memformulasikan

Mengevaluasi

• Mengambil keputusan sendiri.

• Kata kerja : evaluasi, menilai,

menyanggah, memutuskan, memilih,

mendukung.

Menganalisis

• Menspesifikasikan aspek-aspek/elemen

• Kata kerja: membandingkan,

mengorganisasi, menghubungkan

Menurut analisis kemampuan Anderson & Krathwohl (2001) adalah

kemampuan menguraikan materi atau konsep menjadi beberapa bagian dan

Page 33: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

18

menjelaskan bagaimana suatu bagian memiliki hubungan dengan bagian

lainnya.

1) Kemampuan analisis dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Membandingkan

Membandingkan yaitu melibatkan perbedaan bagian-bagian dari keseluruhan

struktur dalam hal relevansi atau pentingnya informasi. Perbandingan terjadi

ketika peserta didik membedakan mana yang relevan atau yang tidak relevan,

penting atau tidak penting dari informasi. Kemampuan membandingkan

memiliki kecenderungan untuk memilih informasi yang relevan atau penting

saja (Anderson & Krathwohl, 2001)

b) Mengorganisasi

Mengorganisasi yaitu melibatkan identifikasi elemen-elemen dari suatu

komunikasi atau situasi dan mengenali bagaimana elemen-elemen itu bersatu

dalam suatu struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi, peserta didik

membangun koneksi yang sistematis dan koheren di antara potongan-

potongan informasi yang disajikan. Peserta didik pertama-tama

mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian

menentukan struktur keseluruhan di mana elemen-elemen tersebut cocok

(Anderson & Krathwohl, 2001). Mengorganisasi melibatkan pengenaan

struktur pada materi (seperti garis besar, tabel, matriks, atau diagram hierarki)

(Anderson & Krathwohl, 2001).

c) Menghubungkan.

Ketika siswa mampu menentukan pandangan, prasangka, nilai-nilai atau niat

yang menjadi dasar komunikasi, dapat terjalin koneksi. Menghubungkan

Page 34: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

19

melibatkan proses dekonstruksi, dimana pelajar dapat menentukan maksud

penulis untuk materi yang disajikan. Berbeda dengan penjelasan, dimana

pelajar mencoba untuk memahami makna dari materi yang disajikan, dimana

melibatkan perluasan pemahaman dasar untuk mendapatkan maksud atau

perspektif dari materi yang disajikan. Kemampuan menghubungkan dapat

dinilai dengan menyajikan beberapa materi tertulis atau lisan dan kemudian

meminta peserta didik untuk membangun atau memilih deskripsi dari sudut

pandang penulis, maksud, dan sejenisnya (Anderson & Krathwohl, 2001).

2) Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat penilaian berdasarkan kriteria

dan standar. Kategori kemampuan evaluasi meliputi proses kognitif untuk

memeriksa penilaian tentang konsistensi internal dan mengkritik penilaian

berdasarkan kriteria eksternal. Fokus dalam kemampuan mengevaluasi yang

dibuat oleh peserta didik adalah penggunaan standar kinerja dengan kriteria

yang jelas. Apakah suatu alat bekerja seefisien seharusnya, apakah metode

yang dilakukan adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan, apakah

pendekatan yang digunakan lebih hemat biaya daripada pendekatan lain,

pernyataan tersebut ditanggapi oleh orang yang terlibat dalam kegiatan

mengevaluasi. Secara lebih mendalam, kemampuan mengevaluasi

diklasifikasikan menjadi kemampuan mengecek dan mengkritik Kritik

melibatkan penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan kriteria dan

standar yang tidak diketahui secara eksternal. Dalam mengkritik, siswa

memperhatikan aspek positif dan negatif dari produk dan mengevaluasinya.

Page 35: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

20

Kritik adalah inti dari apa yang disebut pemikiran kritis (Anderson &

Krathwohl, 2001).

3) Mencipta

Ini melibatkan penggabungan elemen untuk membentuk keseluruhan yang

koheren atau fungsional. Tujuan mencipta adalah memungkinkan siswa

membuat produk baru melalui penataan ulang. Proses yang terlibat dalam

kemampuan kreatif biasanya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar

siswa sebelumnya. Meskipun kemampuan kreatif membutuhkan pemikiran

kreatif siswa, itu tidak sepenuhnya merupakan ekspresi kreatif yang bebas,

tidak dibatasi oleh persyaratan tugas atau situasi pembelajaran dan

memerlukan Batasan tertentu. Kemampuan berkreasi dibagi menjadi

produksi, perencanaan dan produksi (Anderson & Krathwohl, 2001).

HOTS merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada

Taksonomi Bloom. Berdasarkan Taksonomi Bloom dalam mempelajari suatu

topik, ada beberapa tingkatan kemampuan berpikir, mulai dari tingkat rendah

sampai tingkat tinggi. Adapun karakteristik dari soal HOTS yaitu :

1) Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses menganalisis,

merefleksi, memberikan argumen, dan menerapkan konsep dalam situasi

yang berbeda.

2) Berbasis Permasalahan Kontekstual

Soal HOTS adalah asesmen yang berbasis situasi nyata dan dirasakan

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat

menerapkan konsep-konsep pembelajaran tersebut.

Page 36: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

21

3) Menggunakan Bentuk Soal yang Beragam

Soal HOTS berbentuk beragam supaya dapat memberikan informasi

yang lebih rinci dan menyeluruh terhadap kemampuan peserta tes. Dengan

demikian, guru dapat memberikan penilaian yang lebih objektif. Ini berarti

bahwa penilaian guru tersebut sesuai dengan kondisi nyata.

Soal HOTS dan soal yang bukan HOTS tentunya sangatlah berbeda.

HOTS atau yang dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill memerlukan

tingkat berpikir atau tingkat bernalar yang tinggi sedangkan soal yang bukan

HOTS atau yang dikenal dengan nama Low Order Thinking Skill (LOTS) hanya

memerlukan tingkat berpikir yang rendah.

Menurut Newman (Lewis, dkk. 2015:133) mengatakan bahwa kemampuan

berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang dapat memberi tantangan kepada

siswa untuk menafsirkan, menganalisis, dan memanipulasi suatu informasi.

Mainala (Sumaryanta, 2018:500) mengatakan bahwa “HOTS merupakan

kemampuan kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif”. Menurut Heong

(Mitri,2016:1) kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai

“Penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru”. Menurut

King, dkk (Ridwan Abdullah, 2019) mendefinisikan Higher Order Thinking Skill

sebagai keterampilan berpikir kritis, berpikir logis, reflektif, metakognitif, dan

kreatif.

Sedangkan menurut Arter dan Salmon (Ridwan Abdullah, 2019) indikator

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu :

1) Kemampuan Menyelesaikan Masalah (Problem Solving)

2) Membuat Keputusan (Decision Making).

Page 37: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

22

Menurut Krathwohl (Hamidah, 2018:68) untuk mengukur kemampuan

berpikir tingkat tinggi digunakan indikator yang meliputi:

1) Menganalisis yaitu memisahkan materi menjadi bagian-bagian

penyusunannya dan mendeteksi bagaimana suatu bagian berhubungan dengan

satu bagiannya yang lain.

2) Mengevaluasi yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria yang standar,

seperti mengecek dan mengkritik.

3) Menciptakan yaitu menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk

suatu keseluruhan yang koheren atau membuat hasil yang asli, seperti

menyusun, merencanakan dan menghasilkan

Menurut Lewis, dkk. (Hamidah, 2018:69) indikator kemampuan berpikir

tingkat tinggi adalah “Non algorithmic, cenderung kompleks, memiliki solusi

yang mungkin lebih dari satu (open ended approach), membutuhkan usaha untuk

menemukan struktur dalam ketidakteraturan”.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah indikator menurut

Krathwohl (Surya puspitarini, 2018: 880) dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu:

1) Menganalisis

a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi atau mengatur

informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mengidentifikasi

pola atau hubungan.

b) Mampu mengidentifikasi dan membedakan sebab dan akibat scenario

yang kompleks.

c) Identifikasi/merumuskan pertanyaan.

Page 38: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

23

2) Mengevaluasi

a) Menggunakan standar yang sesuai atau standar yang ada untuk

mengevaluasi solusi, gagasan dan metode untuk menentukan efektivitas

atau nilai manfaatnya.

b) Mengusulkan hipotesis, kritik dan tes.

Menerima atau menolak pernyataan sesuai standar yang telah ditentukan.

3) Mencipta

a) Meringkas pemikiran atau pendapat tentang sesuatu.

b) Rancang solusi untuk masalah tersebut.

c) Mengatur elemen atau bagian dalam struktur baru yang belum pernah ada

sebelumnya.

Higher Order Thinking Skill (HOTS) meliputi aspek kemampuan berpikir

kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.

Berpikir kritis yaitu kemampuan untuk menganalisis, menciptakan dan

menggunakan kriteria secara objektif, serta mengevaluasi data. Berpikir kreatif

yaitu kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit sehingga

memunculkan ide yang baru dan orisinil. Kemampuan memecahkan masalah yaitu

kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan

suatu masalah.

The Australian Council for Educational Research (Widana, 2017:3)

menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan “Proses

menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep

pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.”

Page 39: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

24

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Higher Order

Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang mengharuskan seseorang

untuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dengan

tujuan peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

mereka kembangkan selama belajar pada konteks yang baru.

b. Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)

Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang

tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau rujuk tanpa melakukan

pengolahan. Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan :

1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya,

2) Memproses dan menerapkan informasi,

3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda beda,

4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,menelaah ide

5) Informasi secara kritis.

Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang

lebih sulit daripada soal recall. (Widiana, 2017: 3). Soal HOTS pada umumnya

mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi

(Evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).

Untuk mengukur kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS, maka

indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Kesulitan dalam menganalisis.

Page 40: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

25

Analisis adalah sekumpulan aktivitas dan proses. Salah satu bentuk analisis

adalah merangkum sejumlah besar data yang masih mentah menjadi

informasi yang dapat diinterpretasikan.

2) Kesulitan dalam mengevaluasi

Evaluasi dalam kata bahasa Inggris "evaluation" yang diartikan sebagai

penaksiran atau penilaian. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi

adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan

nilai dari suatu hal.

3) Kesulitan dalam mencipta.Mencipta yaitu menempatkan bagian-bagian secara

bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk

membuat hasil yang baik (Kusnawa, 2012:115).

Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa soal-

soal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan asesmen untuk

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang membutuhkan penalaran

yang tinggi. Dengan mengerjakan soal-soal HOTS maka siswa akan mencapai

level-level pada kemampuan literasi matematika siswa. Dari level yang terendah

yaitu mengidentifikasi informasi, kemudian menafsirkan atau memilah informasi,

menerapkan suatu prosedur atau cara untuk menyelesaikan masalah,

menghubungkan antara beberapa konsep yang saling berkaitan, menggunakan

pemikiran dan penalaran untuk memecahkan suatu persoalan kompleks dan

sampai pada level terakhir yaitu menggeneralisasikan beberapa informasi dan

menyusun strategi baru untuk memecahkan persoalan.

Page 41: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

26

c. Ciri-Ciri Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)

Menurut Hamidah (2018:82) ciri-ciri soal-soal HOTS adalah sebagai

berikut:

1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan

masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking),

berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan

kemampuan mengambil keputusan (decision making). Dengan demikian soal-

soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.

2) Berbasis Permasalahan kontekstual

Soal HOTS merupakan asesmen yang didasarkan pada situasi aktual dalam

kehidupan sehari-hari, menuntut siswa menggunakan konsep pembelajaran

untuk menyelesaikan soal di kelas. Permasalahan situasional yang dihadapi

dunia saat ini terkait dengan lingkungan, Kesehatan, bumi dan angkasa, serta

pemanfaatan iptek dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian ini,

termasuk juga keterampilan bagaimana siswa berhubungan, menjelaskan,

menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan dalam pembelajaran di kelas

untuk memecahkan masalah di lingkungan yang sebenarnya.

3) Gunakan Berbagai Bentuk Soal

Berbagai bentuk soal (soal HOTS) dalam tes yang digunakan dalam PISA

dirancang untuk memberikan informasi yang lebih detail dan lengkap tentang

kemampuan peserta tes. Bagi guru, hal ini penting diperhatikan agar evaluasi

dapat menjamin prinsip objektif. Artinya, hasil penilaian guru dapat

Page 42: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

27

mendeskripsikan kemampuan siswa berdasarkan kondisi sebenarnya.

Penilaian memastikan akuntabilitas penilaian.

Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk

menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA) sebagai

berikut:

1) Pilihan ganda

Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada

situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari 2 pokok soal dan pilihan

jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh. Kunci

jawaban adalah jawaban yang benar atau jawaban paling benar. Pengecoh

merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang

terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi

pelajarannya dengan baik. Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban),

umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta

didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan

stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki

serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1,

dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman

peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara

pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa,

soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat

stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan

Page 43: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

28

beberapa pernyataan yang terkait dengan stimulus/bacaan,lalu peserta didik

diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.

3) Isian dengan singkat pertanyaan atau melengkapi

Pertanyaan singkat atau tambahan adalah pertanyaan yang mengharuskan

kandidat untuk mengisi jawaban singkatnya dengan mengisi kata, frasa,

angka atau simbol. Ciri-ciri pertanyaan pendek atau tambahan adalah sebagai

berikut:

a) Bagian kalimat yang harus diselesaikan sebaiknya hanya menjelaskan

Sebagian dari proporsi proyek dan paling banyak ada dua bagian untuk

menghindari kebingungan siswa.

b) Jawaban pertanyaan harus singkat dan jelas, yaitu berupa kata, frasa,

angka, simbol, lokasi atau waktu.

4) Jawaban singkat

Jawaban singkat mengacu pada pertanyaan dalam bentuk kata-kata, kalimat

pendek atau frase pertanyaan. Ciri-ciri pertanyaan jawaban singkat adalah

sebagai berikut:

a) Gunakan pertanyaan langsung atau kalimat imperatif.

b) Soal atau perintah harus jelas dan mudah dipahami untuk mendapatkan

jawaban yang singkat; Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab

siswa dalam semua soal harus dijaga agar relative sama.

c) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil langsung dari

buku teks, karena hal ini akan mendorong siswa untuk mengingat atau

mengingat isi buku tersebut.

Page 44: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

29

Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan

jawaban yang salah diberikan skor 0.

5) Uraian

Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk

mengorganisasikan gagasan atau hal yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan

kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

d. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat

menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan

dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan

perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang

menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia dalam buku pelajaran. Oleh

karena itu penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan

dalam menulis soal (konstruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus

soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.

Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.

(Widana,2017:17).

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

Terlebih dahulu kita memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.

Tidak semua KD dapat dibuatkan soal model-model soal HOTS. Kita secara

mandiri dapat melakukan analisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.

2) Menyusun kisi-kisi soal

Page 45: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

30

Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu kita dalam

menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk

memandu kita dalam memilih KD yang akan dibuat soal-soal HOTS.

a) Memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji.

b) Merumuskan indikator soal.

c) Menentukan level kognitif

3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang digunakan hendaknya menarik artinya mendorong peserta

didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru,

belum pernah dibaca oleh peserta didik sedangkan stimulus kontekstual

berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari,

menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam konteks ujian

sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah

setempat.

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal

HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah

penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak aspek materi,

sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama.

5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman

penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal

uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda,

pilihan ganda kompleks(benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Page 46: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

31

4. Teori Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)

Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Kemampuan berpikir ada dua macam, yaitu kemampuan berpikir tingkat

rendah (LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Coffman, 2013). Menurut

Lewis & Smith (1993), perbedaan antara pemikiran tingkat rendah dan pemikiran

tingkat tinggi adalah bahwa jika keduanya dapat diajarkan bersama di kelas, bagi

sebagian orang, kebutuhan untuk menggunakan pemikiran tingkat tinggi akan

bergantung pada karena sifat tugas dan sejarah intelektual seseorang. Newman

(1990) menjelaskan melalui penelitian eksperimental pada lima sekolah terpilih

bahwa LOTS adalah gagasan tingkat rendah yang hanya membutuhkan aplikasi

konvensional atau mekanis dari informasi yang diperoleh sebelumnya (seperti

daftar informasi yang diperoleh sebelumnya(seperti daftar informasi yang

sebelumnya dihafal), dan memasukkan angka kedalam rumus yang dipelajari

sebelumnya. Selain itu, Newman (1990) menjelaskan bahwa keterampilan

berpikir tingkat tinggi menantang kemampuan siswa untuk menafsirkan,

menganalisis, dan memanipulasi informasi.

Berdasarkan pemaparan telah ditunjukkan sebelumnya bahwa

keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan yang membentuk 3

tingkat pertama dari klasifikasi Bloom yang telah direvisi. Ketiga tingkat

kemampuan tersebut adalah kemampuan analisis, evaluasi dan kreatif/mencipta.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi keterampilan memecahkan masalah,

keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, kemampuan berdebat,

dan kemampuan membuat atau membuat keputusan. Soal HOTS belum tentu soal

yang sulit. Tingkat kesulitan soal berbeda jenis soal, jadi soal sulit belum tentu

Page 47: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

32

soal HOTS. Oleh karena itu, soal HOTS bukanlah soal yang susah, melainkan

proses yang perlu dianalisis terlebih dahulu.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi muncul pada diri seseorang ketika

dapat menghubungkan informasi yang baru dengan informasi yang sebelumnya

dimiliki, kemudian mengintegrasikan informasi tersebut menjadi satu kesatuan

untuk digunakan dalam penyelesaian suatu masalah (Shadiq, 2014: 96). Jika

diartikan dalam Bahasa Indonesia, Higher order thinking skills (HOTS) berarti

keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Pemikiran tingkat tinggi terjadi ketika

seseorang mengambil informasi baru dan menyimpannya dalam memori yang

relevan, dan mengatur ulang serta memperluas informasi untuk mencapai tujuan

atau menemukan kemungkinan jawaban dalam situasi kacau(Lewis & Smith,

1993). HOTS mencakup pemikiran kritis, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan, dan pemikiran kreatif.

Menurut Susanto dan Retnawati (2016) keterampilan berpikir tingkat

tinggi perlu dikembangkan dalam pembelajaran, karena melalui HOTS dapat

mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara logis, analitis, sistematis,

kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Namun, dalam

prakteknya guru masih belum maksimal dalam meningkatkan keterampilan

berpikir siswa.

Rendahnya kemampuan matematis siswa dalam penilaian internasional

dapat sebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan masalah berbasis

HOTS, dan masih rendahnya kemampuan siswa dalam membaca masalah dengan

kalimat yang panjang (Alhassora, ddk., 2017). Hal serupa dijelaskan oleh Jupri

dan Drijvers (2016) bahwa siswa Indonesia masih kesulitan dalam penyelesaian

Page 48: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

33

soal cerita, penyusunan model matematika, dan mengidentifikasi suatu kesalahan

pada persamaan matematika ataupun pada suatu diagram.

Kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada mata pelajaran matematika

ditandai beberapa kekeliruan umum berupa memahami simbol, nilai tempat,

perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca,

kesulitan dalam mempelajari konsep, kesulitan dalam menerapkan prinsip ,

kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal.

Kekeliruan-kekeliruan tersebut yang menjadi kajian pokok bahasan pada

penelitian ini. Pembahasan tentang kesulitan belajar matematika pernah diulas

oleh Yuliardi (2017) menunjukan bahwa materi yang sulit yaitu bilangan bulat,

bentuk dan operasi aljabar, bentuk dan operasi bilangan pecahan, persamaan dan

pertidaksamaan variabel, perbandingan skala, dan lainnya. Selain itu, gangguan

visual juga merupakan kendala paling utama dalam belajar matematika. Faktor

yang berpengaruh dalam pembelajaran matematika siswa yaitu minat, keluarga,

motivasi, dan kurangnya media. Tetapi, ada upaya tersendiri dari gurunya untuk

mengatasi masalah tersebut yaitu mengadakan bimbingan dan jam tambahan. Soal

matematika berbasis HOTS yaitu soal yang mempunyai tingkat kognitif tinggi.

Soal tersebut berupa soal essay dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV). Kemudian menggali faktor-faktor penyebab siswa kesulitan

dalam mengerjakan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Page 49: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

34

5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

a. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri atas dua

persamaan linear dua variabel yang keduanya tidak berdiri sendiri, sehingga kedua

persamaan hanya memiliki satu penyelesaian. SPLDV adalah suatu sistem

persamaan atau bentuk relasi sama dengan dalam bentuk aljabar yang memiliki

dua variabel dan berpangkat satu dan apabila digambarkan dalam sebuah grafik

maka akan membentuk garis lurus.

1) Ciri-ciri Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

• Menggunakan relasi tanda sama dengan ( = )

• Memiliki dua variabel

• Kedua variabel tersebut memiliki derajat satu ( berpangkat satu )

2) Hal-hal yang Berhubungan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

• Suku

• Variabel

• Koefisien

• Konstanta

3) Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

• Metode Substitusi (Mengganti)

Metode substitusi yaitu metode atau cara menyelesaikan soal SPLDV

dengan mengganti salah satu peubah atau variabel.

• Metode Eliminasi (Menghilangkan)

Metode Eliminasi adalah metode atau cara untuk menyelesaikan sistem

persamaan linear dua variabel dengan cara mengeliminasi atau

Page 50: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

35

menghilangkan salah satu peubah(variabel) dengan menyamakan koefisien

dari persamaan tersebut.

• Metode Gabungan (Substitusi dan Eliminasi)

Metode campuran atau biasa juga disebut dengan metode gabungan yaitu

suatu cara atau metode untuk menyelesaikan suatu persamaan linear

dengan menggunakan dua metode yaitu metode eliminasi dan substitusi

secara bersamaan.

• Metode Grafik

Pada metode grafik, kita akan menggambar grafik dari dua buah

persamaan yang telah kita buat pada langkah sebelumnya. Cara yang

paling mudah untuk menggambar grafik adalah dengan mencari titik

potong terhadap sumbu x dan sumbu y.

6. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian Veronica Dwi Kristianti, 2017 yang berjudul “Analisis Kesulitan

dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus

dan Balok pada Siswa Kelas VIII A SMP Institut Indonesia Tahun Ajaran

2016/2017”, menunjukkan bahwa penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui

kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada

materi kubus dan balok. (2) mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa

dalam menyelesaikan soal matematika pada materi kubus dan balok.kubus

dan balok. (3) mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

soal matematika materi kubus dan balok. (4) mengetahui faktor penyebab

kesulitan belajar yang dialami siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas

VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23

Page 51: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

36

peserta didik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan

data diperoleh dengan cara observasi, tes hasil belajar dan wawancara.

Adapun perbedaan pada penelitian ini yaitu pada penelitian Veronica Dwi

Kristianti meneliti tentang kesulitan dan juga kemampuan pada materi kubus dan

balok, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang kesulitan soal HOTS materi

sistem persamaan linear dua variabel. Dan penelitian Veronica Dwi Kristianti

menggunakan tahapan polya sedangkan pada penelitian ini menggunakan tahapan

taksonomi bloom yang direvisi oleh Krathwohl.

2) Hasil penelitian Shevia Annisa dan Ismi Ahdan Z (2019), yang berjudul

“Analisis Tingkat Kesulitan Soal HOTS pada Ujian Nasional Matematika

Tingkat SMA/SMK di Era Distributif)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis tingkat kesulitan soal Ujian Nasional Tipe HOTS. Subjek

penelitian adalah siswa kelas XII SMK Informatika, MAN 1 Kab.Serang,

SMKN 1 Kragilan dan SMKN Terbanggi Besar yang berjumlah 9 siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

Adapun perbedaan dari penelitian ini yaitu pada penelitian Shevia Annisa

dan Ismi Abdan Z meneliti tentang kesulitan soal HOTS matematika pada UN

tingkat SMA/SMK sedangkan pada penelitian ini yaitu meneliti tentang kesulitan

peserta didik pada soal HOTS materi SPLDV tingkat SMP, penelitian Shevia

Annisa dan Ismi Abdan Z mengambil 9 orang peserta didik sebagai subjek

penelitian sedangkan penelitian ini mengambil 3 orang peserta didik sebagai

subjek penelitian, serta pada penelitian Shevia Annisa dan Ismi Abdan Z

mengambil lebih dari satu sekolah untuk diteliti sedangkan penelitian ini hanya

mengambil satu sekolah untuk diteliti.

Page 52: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

37

B. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia

menemukan hal-hal diluar informasi yang diberikan kepadanya. Belajar adalah

proses perilaku lebih baik melalui pengalaman dan aktivitas pribadi di

lingkungan.

Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan

prosedur operasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan. Dalam

pembelajaran matematika biasanya terdapat permasalahan penerapan yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, permasalahannya bukanlah angka

melainkan cerita. Menurut pengalaman dan observasi dalam pemecahan masalah

cerita berbasis HOTS, kesulitan yang paling banyak ditemukan pada siswa adalah

materi tentang sistem persamaan linier dua variabel. Dalam cerita masalah

berbasis HOTS, diperlukan analisis tingkat tinggi untuk memahami makna

masalah cerita.

Soal cerita adalah salah satu bentuk tes esai. Ini akan membantu

mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal

yang membutuhkan penalaran tinggi misalnya soal cerita sistem persamaan linear

dua variabel. Soal cerita dapat digunakan sebagai indikator kesulitan yang dialami

peserta didik dalam menyelesaikan tes pada soal cerita tersebut.

Penelitian tentang kesulitan siswa yang telah dilakukan oleh Lambertus

(2007) diperoleh hasil bahwa kesulitan siswa dalam menentukan apa yang

diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal disebabkan oleh kurangnya

kemampuan dasar dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua peubah.

Hasil penelitian Widiastuti (2009) menunjukkan bahwa penyebab kesulitan siswa

Page 53: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

38

dalam menyelesaikan soal cerita adalah tidak mengetahui maksud soal, tidak bisa

menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika, tidak cermat dalam

menghitung, dan kesalahan dalam menulis angka.

Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya

hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan

usaha yang lebih giat lagi dalam mengatasinya. Orang yang mengalami hambatan

dalam proses mencapai hasil belajar akan mendapatkan hasil di bawah

semestinya. Kesulitan sering dijumpai pada siswa dalam hal menyelesaikan

soal matematika terkhusus materi SPLDV. SPLDV merupakan ilmu yang

mempelajari tentang cara merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis,

menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Kesulitan ini pun terjadi jika soal

yang diselesaikan siswa adalah soal yang membutuhkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi atau soal bertipe higher order thinking skill (HOTS).

Soal HOTS merupakan alat yang digunakan untuk mengatur kemampuan

berpikir lanjut yaitu kemampuan berpikir tidak hanya sekedar mengingat,

mengulang atau mengacu pada proses. Soal HOTS biasanya mengukur

kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan membuat domain.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan peserta didik

dalam menyelesaikan soal cerita yang berbasis HOTS atau berpikir tingkat tinggi.

Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya

hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan

usaha yang lebih giat lagi dalam mengatasinya. Kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal HOTS pada penelitian ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Page 54: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

39

• Kesulitan Menganalisis

Menganalisis yaitu memecahkan materi menjadi bagian-bagian pokok dan

menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama

lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan (Kusnawa,

2012:115).

• Kesulitan Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah proses menetukan nilai untuk suatu hal atau objek yang

berdasarkan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.

• Kesulitan Mencipta

Mencipta yaitu menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam

suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik

(Kusnawa, 2012:115).

Page 55: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

40

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir.

Materi SPLDV

Soal HOTS

Ciri-Ciri Soal HOTS

• Mengukur kemampuan berpikir

tingkat tinggi

• Berbasis permasalahan

konstektual

Kesulitan Siswa

Kesulitan

Menganalisis

Kesulitan

Mengevaluasi

Kesulitan

mencipta

Page 56: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan

berdasarkan filosofi post-positivis untuk memeriksa kondisi benda alam.

Instrumen utama yaitu peneliti dan pengumpulan data menggunakan metode

triangulasi (kombinasi). Analisis data adalah metode induktif/kualitatif. Hasil

penelitian menekan makna bukan generasi (Sugiyono, 2017: 15).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa kelas

VIII SMP Negeri 34 Makassar dalam menyelesaikan masalah Higher Order

Thinking Skill (HOTS).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah semester ganjil pada

tahun ajaran 2020/2021. Penelitian ini menggunakan 3 tahapan yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.

Lokasi penelitian ini di lakukan pada SMP Negeri 34 Makassar berlokasi

di Jl. Terpedo 3 No.2, Sudiang Raya kec. Biringkanaya Kota Makassar.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat ditemukan

permasalahan yaitu: (1) Matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami. (2)

Kurangnya aplikasi untuk masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(3) Siswa kurang memahami keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-

Page 57: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

42

hari. (4) Kurangnya latihan dalam memecahkan masalah berpikir tingkat lanjut.

(5) Masalah yang perlu diperhatikan untuk input HOTS.

Adapun penelitian berfokus pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan

soal High-Order Thinking Skill (HOTS) pada materi persamaan linier dua

variabel (SPLDV).

D. Subjek Penelitian

Langkah-langkah pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Menetapkan kelas tempat melakukan penelitian.

2. Memilih satu kelas untuk diberikan tes soal High-Order Thinking Skill

(HOTS) dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematika, yaitu

memilih kelas yang paling banyak terdapat siswa berprestasi atau aktif dalam

pelajaran matematika. Pernah mengikuti lomba olimpiade atau lomba

matematika dan disertai dengan pertimbangan dari guru mata pelajaran.

3. Melakukan tes soal HOTS kepada seluruh siswa pada kelas yang telah dipilih,

setelah dilakukan tes kemudian dipilih 3 siswa dengan nilai tertinggi sebagai

subjek penelitian dengan pertimbangan berupa prestasi siswa pada sekolah

maupun prestasi siswa dalam hal perlombaan matematika tetapi memiliki

kesulitan dalam menyelesaikan soal.

E. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan validasi instrumen kepada Validator.

b. Mengurus surat izin penelitian dan meminta izin kepada Kepala SMP

Negeri 34 Makassar.

Page 58: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

43

c. Untuk menentukan kelas subjek dilakukan konsultasi bersama guru

matematika SMP Negeri 34 Makassar untuk menentukan kelas subjek

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes tulis soal HOTS.

b. Menentukan 3 subjek dengan kriteria 3 siswa yang mendapat nilai

tertinggi dari hasil tes tertulis dan pertimbangan dari guru matematika.

c. Melakukan wawancara kepada subjek

d. Mengumpulkan keseluruhan data

e. Menganalisis data

f. Menafsirkan dan membahas analisis data.

g. Menarik kesimpulan

3. Tahap Akhir

a. Menulis hasil penelitian

b. Meminta surat bukti telah melakukan penelitian disekolah SMP Negeri 34

Makassar

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti yaitu:

1. Instrumen Utama

Instrumen utama yang dimaksud yaitu peneliti itu sendiri dalam

observasi, inkuiri, menyimak, inkuiri dan pengambilan data penelitian. Peneliti

harus mendapatkan data yang valid, sehingga perlu adanya klarifikasi situasi

informan berdasarkan kebutuhan data agar data tersebut dapat teridentifikasi

sebagai data yang benar.

Page 59: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

44

2. Instrumen Pendukung

a. Instrument tes

Lembar tes yang digunakan adalah soal esai materi sistem persamaan

linear dua variabel bertipe HOTS. Tes tersebut digunakan untuk mendeskripsikan

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal bertipe menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta. Soal tes ini menurut pendapat dan masukan dari tim validasi.

Setelah peneliti melakukan validasi, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut

memenuhi validitas proyek karena memenuhi kurikulum (materi dan ujian) juga

kisi-kisi yang ada.

b. Instrumen Wawancara

Tekknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak

terstruktur, sehingga alat pertanyaan tidak disiapkan terlebih dahulu, tetapi

disesuaikan dengan keunikan situasi dan karakteristik narasumber

G. Teknik pengumpulan data

Teknik ini adalah strategi atau metode yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Pengumpulan data

bertujuan untuk mendapatkan bahan, informasi, fskta dan informasi yang dapat

dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Tes

Teknik tes pada penelitian ini merupakan cara pengumpulan data dengan

cara memberikan serangkaian tugas berupa tes tertulis berbentuk essay yang

dibagikan kepada subjek penelitian memperoleh hasil jawaban yang digunakan

untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal Higher

Order Thinking Skill (HOTS).

Page 60: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

45

Pada tahap pelaksanaan tes, siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal

tersebut tanpa membuka buku. Pengawasan dilakukan agar siswa tidak melakukan

kecurangan selama pengerjaan seperti bertanya kepada teman yang ada di

sekitarnya, serta minimalisir faktor lainnya. Tes tertulis ini diupayakan

dilaksanakan pada kondisi siswa dalam keadaan prima dalam menjawab soal

Higher Order Thinking Skill (HOTS), hal ini dilakukan agar pengambilan datanya

dapat maksimal.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan metode dalam mengumpulkan data secara

langsung kepada subjek dengan mengarahkan penanggung jawab pengumpulan

data dan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian secara tatap muka.

Wawancara dilakukan saat tes berakhir untuk mengetahui kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi (HOTS). Wawancara dilakukan

menggunakan handphone sebagai alat perekam, sehingga hasil wawancara

menunjukkan keabsahan data dan dapat tersusun dengan baik untuk analisis

selanjutnya. Wawancara dilakukan satu persatu, sehingga peneliti lebih mudah

menggambarkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal yang

diberikan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik ini untuk mencari dan meringkas data dari hasil wawancara,

catatan di tempat, dan dokumen. Dengan menyusun ke dalam kategori,

mendeskripsikannya berdasarkan unit, mensintesiskan dan menarik kesimpulan

sehingga dapat dengan mudah dipahami sendiri, dan lain-lain. Adapun analisis

data yang dimaksud yaitu:

Page 61: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

46

1. Analisis Hasil Tes Kesulitan

Analisis hasil tes kesulitan menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi

(HOTS) pada siswa berdasarkan alternatif jawaban yang telah disusun peneliti.

Berdasarkan indeks kesulitan yang terdapat dalam pemecahan masalah tersebut,

dicek data kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan persamaan linier

dua variabel yang diberikan, kemudian data tersebut dianalisis untuk

mendapatkan gambaran dari kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Higher

Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(SPLDV).

2. Wawancara

Menurut Miles dan Huberman(Sugiyono,2018:337) mengungkapkan

bahwa analisis data kualitas dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan

sehingga data menjadi jenuh. Kegiatan tersebut sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data mengacu pada kegiatan proses pemilihan, pemfokusan,

abstrak, dan transformasi data asli. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara mengabstraksi sesuai dengan tujuan penelitian yang meliputi: inti,

proses dan pernyataan. Istilah subjek yang tidak sesuai dihilangkan. Verifikasi

data dilakukan selama proses pengumpulan data, yaitu melalui verifikasi. Dalam

penelitian ini validasi data yang digunakan adalah triangulasi, yaitu

menggunakan metode yang berbeda (yaitu melalui tes dan wawancara) untuk

mengumpulkan data dari subjek.

Page 62: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

47

b. Penyajian Data

Representasi data berupa informasi berupa teks naratif yang disusun,

diringkas dan disusun untuk memudahkan pemahaman dan perencanaan

pekerjaan penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini, dimungkinkan untuk

menarik kesimpulan dengan menyusun teks naratif dari kumpulan informasi dari

reduksi data hingga melakukan representasi data. Saat menampilkan data

dilengkapi dengan deskripsi data serta hasil wawancara yang mendukung

terlaksananya pada siswa.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Setelah menyelesaikan kegiatan analisis data secara kontinu di lokasi,

langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Untuk mencapai kesimpulan

tersebut tentunya berdasarkan hasil analisis data, pengujian dan wawancara.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitan ini untuk menentukan validitas data menggunakan

standar metode triangulasi. Triangulasi yaitu metode dalam mengecek

keabsahan data yang menggunakan hal-hal selain data untuk memeriksa atau

membandingkan dengan data. Teknik triangulasi yang dipakai menggunakan

metode triangulasi yang digunakan untuk membandingkan dan memeriksa

kepercayaan dari informasi yang diperoleh dengan membandingkan data hasil tes

dengan data hasil wawancara.

Page 63: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum peneliti mendeskripsikan hasil penelitian, maka kegiatan awal

adalah penentuan subjek penelitian pada penelitian ini, peneliti memilih 3 orang

peserta didik sebagai subjek yang memiliki kesulitan menyelesaikan soal HOTS

yang berkategori sangat baik dan baik karena yang ingin peneliti lihat yaitu

peserta didik yang mampu mengerjakan soal HOTS namun masih memiliki

kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut

Tabel 4.1 Kategori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS

Nilai Siswa

Tingkat Kesulitan Menyelesaikan

Soal HOTS

80 < nilai ≤100 Sangat Baik

60 < nilai ≤ 80 Baik

40 < nilai ≤ 60 Cukup

20 < nilai ≤ 40 Kurang

0 < nilai ≤ 20 Sangat Kurang

Berdasarkan kategori tersebut peneliti mendapatkan 3 orang peserta didik

bernilai tinggi sebagai subjek yang akan di wawancara untuk mengetahui

deskripsi kesulitan menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel (SPLDV).

Page 64: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

50

Tabel 4.2 Pemilihan Subjek Wawancara

No. Nilai Peserta Didik Kode

1. 91 S1

2. 85 S2

3. 73 S3

Pada bagian ini, akan di paparkan deskripsi data dari tes kesulitan

menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi SPLDV dan hasil

wawancara. Data hasil tes dan wawancara akan di deskripsikan sebagai berikut:

1. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Pertama (S1) Dalam

Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking (HOTS) materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Berikut ini adalah uraian hasil analisis kesulitan soal HOTS dari hasil tes

dan wawancara subjek:

a) Menganalisis (C4)

Gambar 4.1 Hasil Tes S1 (C4)

Berdasarkan gambar diatas pada tahap indikator menganalisis(C4) terlihat

bahwa S1 kesulitan dalam mengenali, menentukan dan memahami apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal. Jawaban S1 yang menjawab pada

Page 65: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

51

bagian diketahui hanya menuliskan kembali soal yang ada dan pada bagian

ditanyakan hanya menuliskan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah

pendapatan uang parkir dari kendaraan yang ada”. Pada bagian pemisalan,

memisalkan “mobil dan motor” sebagai variabel yang seharusnya adalah “jumlah

mobil dan jumlah motor”. Terlihat bahwa S1 kesulitan menganalisis informasi

yang masuk dan tidak membagi-bagi atau menstrukturkan ke dalam bagian yang

lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya. Namun S1 tidak kesulitan

dalam menyelesaikan soal berdasarkan cara yang dia tahu.

Untuk mengetahui mengapa subjek mengalami kesulitan dalam menganalisis

soal tersebut, peneliti melakukan wawancara, berikut kutipan wawancara:

P : Peneliti

S1 : Subjek 1 (Nilai tertinggi pertama)

P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar soal)

S1 : Agak paham kak

P : Apa yang kamu pahami dari soal?

S1 : Yang ku pahami dari soal ini kak disebuah tempat parkir ada 90

kendaraan mobil dan motor. Jika dihitung roda keseluruhan adda 248

buah, biaya parkir mobil Rp 5000 dan motor Rp 2000

P : Lalu ?

S1 :Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari 90 kendaraan itu kak

P : Bagaimana langkah awal kamu dalam menyelesaikan soal ini? (Tanpa

memperlihatkan lembar jawaban peserta didik)

S1 : Pertama kak ku misalkan dulu mobil dan motor sebagai variabel x dan

y lalu ku buatkan langkah-langkahnya.

P : Motor dan mobil yang kita jadikan sebagai variabel x dan y?

S1 : Iye kak

P : Oke, terus tadi kita bilang setelah di misalkan motor dan motor variabel,

kita buatkan langkah-langkah. Langkah-langkah bagaimana itu ?

S1: Langkah-langkah kak untuk ehmm (bingung).. itu kak yang buat

persamaan 1 dan 2 nya untuk kerja soal kak.

P : Coba bede kita jelaskan langkah-langkah ta dalam menyelesaikan

permasalahan dalam soal ini.

S1: Tidak dikasih lihat lembar jawaban ta kak ?

P: Sebentar pi dek, ku tes ki dulu bisa betulan jki kerja ini atau tidak. Sempat

jawaban ta di lembar jawaban ta benar karena punya nya teman ta

disalin, jadi saya tes ki dulu sebelum kasih lihat lembar jawaban ta.

Page 66: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

52

S1: Oh iye pale kak

P: Jadi dek, seperti apa yang kita bilang tadi kita pakaikan langkah-

langkah. Bagaimana cara ta pakai langkah-langkah dengan yang sudah

di misalkan tadi?

S1 : Langkah-langkah ku ini kak, kan disebuah tempat parkir ada 90

kendaraan mobil dan motor berarti itu kak x + y = 90 dan roda kendaraan

masing-masing kak 4x + 2y = 248.

P: Kenapa bukan pernyataan biaya parkir mobil Rp 5000 dan motor Rp

2000 yang kita jadikan persamaan? Kan pertanyaannya tentang jumlah

biaya parkir.

S1: Pertamanya kak itu ku pakai waktu cakar ki,

P: Bagaimana persamaan awal ta sebelum di dapat ki ini?

S1: Ini kak mobil + motor = 248 baru biaya parkir mobil + motor =

90(menunjuk pernyataan dalam lembar soal). Jadi x + y = 248 dan

5000x + 2000y = 90.

P: Terus kenapa diganti? Kan bisa jadi yang ini betul.(melingkari

pernyataan dalam kertas kosong yang dituliskan oleh S1)

S1: Terlalu banyak kak.

P: Kan masing-masing bisa jki sederhanakan ki kalau memang dibilang

banyak sekali angkanya.

S1: Tidak bisa kak,

P: Sekarang kita jelaskan kenapa bisa ini kita kali 2 dan yang ini kali 1 ?

(memperlihatkan lembar jawaban)

S1: (mengamati)

Kan eliminasi ka kak jadi ini mau saya samakan nilainya y kak jadi bisa

hilang, makanya ku kali dengan 2 dan 1 kak.

P: Kita sudah dapat nilai x nya, jadi bagaimana dengan nilai y ?

S1: Ku kasih masuk di persamaan 1 kak.

P: Kenapa bukan persamaan 2?

S1 : Karena yang ini kak lebih mudah (menunjuk persamaan 1)

P : Oke nilai x dan y sudah kita dapatkan. Jadi apalagi yang kita cari atau

apa langkah selanjut ta?

S1 : Jadi ku kalikan mi kak dengan uang parkir masing-masing kendaraan.

P : Itu saja? Ada yang lain?

S1 : Iye itu ji kak

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek

kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang

seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah jumlah mobil dan jumlah motor.

Tetapi subjek tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1 berdasarkan cara

pandang dan bahasanya sendiri.

Dalam hal ini pada tahap menganalisis subjek kesulitan konsep, dimana

subjek kesulitan menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan sulit untuk

Page 67: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

53

menentukan bentuk soal yang diberikan. Namun, subjek tidak kesulitan dalam

prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau metode apa yang

digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.

b) Mengevaluasi (C5)

Gambar 4.2 Hasil Tes S1 (C5)

Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi(C5), S1 tidak

kesulitan mengenali, menentukan dan memahami apa yang diketahui. Namun

pada apa yang ditanyakan, terlihat subjek kesulitan konsep karena subjek tidak

dapat menyatakan arti dari istilah konsep tersebut. Subjek juga salah

mengeliminasi, subjek menulis mengeliminasi x tapi yang dieliminasi adalah y.

Subjek juga kesulitan menuliskan kesimpulan dari jawaban yang diperoleh.

Namun subjek dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar berdasarkan

caranya. Jadi, berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa S1 tidak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap mengevaluasi (C5). Namun subjek

kesulitan dalam menuliskan kesimpulan jawaban dari soal yang dipertanyakan.

Untuk memastikan apakah S1 kesulitan pada soal nomor 2, maka peneliti

melakukan wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan S1:

P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kamu pahami?

Page 68: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

54

S1: Figo membeli 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000, Ginting membeli

2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000. Laode juga ingin beli dengan uang

Rp 100.000.

P: Apa permasalahannya?

S1: Barang apa saja yang bisa dibeli Laode dengan uang yang

dimilikinya? Jelaskan!

P: Kalau kita perkecil atau persingkat itu dek dari yang kita bilang

ditanyakannya, bisa ki?

S1: Tidak paham ka kak mau di kasih kecil bagaimana ini yang

ditanyakan.

P: Maksud ku yang bagian pentingnya saja kita ambil atau sebut.

S1: Tidak ku tahu kak.

P: Coba kita jelaskan bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk

mencari barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode!

S1: Kan ada 2 barang kak kaos dan topi jadi ku misalkan kaos itu x dan

topi itu y baru ku bikinkan mi persamaannya kak.

P: Kaos dan topi yang kita misalkan?

S1: Iye kak

P: Oke, terus dimana ki dapat persamaannya?

S1: Dari belanjaannya Figo dan Ginting kak.

P : Apa itu persamaannya?

S1 : Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000

P: Metode atau cara apa yang kita gunakan pada soal nomor 2? Kan tadi

waktu nomor1 eliminasi, sekarang nomor 2 pakai metode apa?

S1 : Hmm, eliminasi juga mungkin kak.

P : Kenapa mungkin?

S1 : Tidak ku ingat kak metode apa kak ku pakai.

P : Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =

120.000.

S1 : Iye kak.

P : Jadi ini yang kita tulis diperoleh persamaan 2x + 2y = 120.000 dan x

+ y = 60.000 itu darimana? (memperlihatkan lembar jawaban)

S1 : (Mengamati)

S1 : Oh, ku sederhanakan kak. Masing-masing ku bagi dua.

P : Jadi metode apa yang kita gunakan ini?

S1: Samaji kak eliminasi juga.

P: Coba jelaskan ini bagaimana carata dapat nilai x dan nilai y.

S1: Ini kan kak 3x + y = 150.000, x + y = 60.000 sama-sama y nya 1 jadi

bisa langsung ku eliminasi jadi sisa 2y = 90.000. Ini 2 kak pindah jadi

penyebut jadi tinggal x disini. Jadi x nya 90.000 dibagi 2 dapat 45.000.

Terus ini x = 45.000 ku ganti x nya di Ginting yang sudah ku

sederhanakan kak jadi 45.000 + y = 60.000, 45.000 ku kasih pindah kak

jadi sisa y disini. Jadi y = 60.000 dikurang 45.000 tinggal 15.000. Jadi

harga 1 kaos Rp 45.000 dan 1 topi Rp 15.000 kak.

P: Kalau dalam tabel ini bagaimana carata dapat?(menunjuk cara kerja

belanjaan untuk Laode)

S1: Ini kak yang pertama 3 kaos dan 1 topi = 150.000 kan punya nya ji

Figo jadi tidak cukup uangnya Laode karena 100.000 ji. Baru ini kak yang

Page 69: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

55

kedua ku balik belanjaannya Figo jadi 3 topi dan 1 kaos ternyata dapat

90.000 jadi bisa na beli itu Laode kak karena masih ada sisa uangnya

10.000. Ini yang ketiga 2 kaos dan 1 topi totalnya kurang ki 5000 uangnya

Laode jadi tidak cukup. Yang keempat belanjaanya Ginting kak tidak

cukup juga uangnya Laode. Jadi yang cukup itu Cuma ini kak 3 topi dan 1

kaos harga 90.000.

P :Kenapa tidak kita tulis kesimpulan ta pale dek kalau kita tau ji

bagaimana carata dapat untuk Laode?

S1 : Tidak ku tahu kak bagaimana mau ku bilang, karena ini ku tulis

berdasarkan yang ku tahu ji saja kak.

Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa S1 kesulitan konsep

karena subjek tidak dapat memisalkan dengan benar dari soal yang diberikan dan

menuliskan kesimpulan dari jawaban yang telah diperoleh. Dalam hal ini S1

kesulitan dalam masalah verbal, dimana subjek tidak dapat menyelesaikan soal

dengan bahasanya sendiri.

c) Mencipta (C6)

Gambar 4.3 Hasil Tes S1 (C6)

Berdasarkan gambar diatas, S2 tidak kesulitan dalam menjabarkan

informasi yang diketahui dan dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal,

namun kurang sempurna atau kurang tepat. Karena seharusnya pada bagian yang

ditanyakan itu “berapakah harga yang harus dibayar Ibu Damar” sedangkan yang

subjek tulis cuma “berapakah yang harus dibayar Ibu Damar”. Pada pemisalan

variabel juga subjek memiliki kesulitan karena hanya memisalkan “x = 2 ikat

Page 70: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

56

bayam dan y = 1 ikat kangkung” yang seharusnya “x = harga 2x ikat kangkung

dan y = harga 1 ikat kangkung”

Pada lembaran jawaban, terlihat subjek tidak kesulitan dalam merancang

strategi pemecahan masalah dengan caranya sendiri untuk mencari jawaban yang

ditanyakan. Untuk memastikan apakah subjek tidak memiliki kesulitan dalam

menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil

wawancaranya:

P : Oke sekarang nomor 3. Apa yang kita pahami dari soal nomor 3?

(memperlihatkan lembar soal)

S2 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali lipat seikat

kangkung, Ibu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga

Rp 225.000. Ibu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung

berapa yang harus dibayar Ibu Damar?

P: Berapa yang harus di bayar dek?

S1: Iye kak.

P : Bagaimana langkah awal ta kerja soal nomor 3?

S2 : Misalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y kak

P : Bayam dan kangkung sebagai variabel ta?

S1 : Iye kak

P : Apa persamaan yang kita peroleh dek?

S1 : (Mengamati)

S1 : Persamaan satu itu belanjaan Ibu Dewi kak dan persamaan kedua itu

belanjaannya Ibu Damar.

P : Iye, apa itu dek?

S1 : Persamaan satu 20x + 50y = 225.000, persamaan keduanya 25x +

60y = x (Bingung sendiri)

P : 2 x nya dipersamaan kedua ta dek?

S1 : Eh salah kayaknya kak. Persamaan kedua itu 25x + 60y = 0

P : Yakin?

S1 : Iye kak.

P : Oke, lalu metode apa yang kita gunakan?

S1 : Hmm.. Lupa kak. Eliminasi mungkin kak.

P : Jelaskan langkah selanjutnya setelah langkah awal tadi di misalkan

dulu bayam dan kangkungnya terus sudah kita buatkan persamaan

barusan. Setelah itu apa lagi dek langkah selanjutnya?

S1 : (Diam). Kan Punya Ibu Dewi 20x + 50y = 225.000 persamaan 1,

persamaan 2 Ibu Damar 25x + 60y = 0

P : Setelah itu?

S1 : (Bingung) Tidak tahu kak.

P : Pada lembar jawaban adik, disini tertulis kalau kita mampu

menyelesaikan masalah yang ada dinomor 3, tapi kenapa saat diminta

Page 71: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

57

paparkan secara langsung menjadi tidak tahu. Coba dek kita jelaskan ini

darimana dapat x = 2y? (memperlihatkan lembar jawaban).

S1 : (mengamati kembali jawabannya)

P : Bagaimana dek, darimana itu kita dapat?

S1 : Oh iye kak, Ini kak kan nilai satu bayam sama dengan dua kali

kangkung jadi x=2y kak terus ku kasih masuk ke dalam belanjaannya Ibu

Dewi kak jadi 20 dikali 2y + 50y = 225.000. Jadi 40y + 50y = 225.000.

90y = 225.000 jadi y= 2.500 kak. Jadi x= 2 kali 2.500 jadi 5000 kak.

Begitu kak.

P : Yakin ki dek kalau begitu?

S1 : Tidak tahu juga kak.

Berdasarkan hasil tes dan wawancara diatas, subjek mengalami kesulitan

dalam merancang strategi pemecahan masalah dari soal yang ada. Dalam hal ini

subjek mengalami kesulitan dalam masalah prinsip dan verbal dimana subjek

kesulitan dalam penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk

menyelesaikan soal tersebut.

2. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Kedua (S2) Dalam

Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

a) Menganalisis (C4)

Gambar 4.4 Hasil Tes S2 (C4)

Page 72: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

58

Berdasarkan gambar diatas pada tahap memahami masalah terlihat bahwa

S2 kesulitan dalam menentukan dan memahami apa yang ditanyakan pada soal.

Terlihat bahwa jawaban subjek pada bagian ditanyakan hanya menuliskan

“berapakah pendapatan” yang seharusnya “berapa jumlah pendapatan”. Pada

bagian pemisalan, subjek memisalkan yang menjadi variabel adalah “motor dan

motor”, sedangkan yang seharusnya adalah “jumlah motor dan jumlah mobil”.

Namun subjek tidak kesulitan dalam mengenali unsur-unsur atau bagian-bagian

penting pada apa yang diketahui dan dapat menyelesaikan soal dengan benar

berdasarkan caranya sendiri.

Untuk memastikan apakah subjek kesulitan dalam memahami masalah

pada indikator menganalisis, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut

kutipan wawancara dengan subjek:

P : Peneliti

S2 : Subjek 2 (Nilai tertinggi kedua).

P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar

soal)

S1 : Lumayan paham kak

P : Apa yang kamu pahami dari soal?

S1 : Jumlah kendaraan ditempat parkir ada 90 kendaraan, jumlah seluruh

roda kendaraan 248 buah. Biaya parkir mobil Rp 5000 dan biaya parkir

motor Rp 2000.

P : Apa yang disuruh cari dari soal?

S1: Pendapatan uang parkir kak.

P: Yakin?

S1: Iye kak.

P: Bagaimana langkah awal ta dek dalam menyelesaikan soal ini? (Tanpa

memperlihatkan lembar jawaban peserta didik)

S1: Pertama kak ku misalkan dulu mobil dan motor sebagai variabel x dan y

setelah itu buatkan persamaannya kak.

P: Motor dan mobil yang kita jadikan sebagai variabel x dan y?

S1 : Iye kak

P : Oke, terus tadi kita bilang setelah di misalkan motor dan motor variabel,

setelah itu kita buatkan persamaannya.

S1: Iye kak.

Page 73: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

59

P: Apa persamaan yang kita dapat?

S1: Di sebuah tempat parkir ada 90 kendaraan mobil dan motor terus titik,

berarti itu kak x + y = 90 sebagai persamaan satu dan jika di hitung roda

keseluruhan ada 248 buah. Roda mobil kan empat dan roda motor dua

jadi roda kendaraan masing-masing kak 4x + 2y = 248 sebagai persamaan

kedua.

P: Setelah itu apalagi kita lakukan dek kalau di dapatmi persamaannya?

S1: Ku sederhanakan kayaknya kak ini deh.

P: Di sederhanakan jadi apa dek?

S1: Ini kak, yang persamaan kedua, karena sama-sama kelipatan dua saya

lihat kak.

P: Oke, kan tadi kita bilang itu setelah menentukan variabel, kita buatkan

persamaannya terus di sederhanakan.

S1: Iye kak.

P: Terus ini iya dek, kenapa bisa negatif disini pertamanya langsung berubah

positif di bawah? (memperlihatkan lembar jawaban subjek)

S1: (Mengamati lembar jawaban)

P: Bagaimana dek?

S1: Tidak tahu kak, salah tulis ka kayaknya kak, positif ji disini kak, tidak

negatif ki.

P: Jadi setelah kita dapat nilai x dan nilai y ta, kita apakan lagi supaya dapat

menjawab apa yang ditanyakan?

S1: Setelah itu kak langsung ku kalikan dengan biaya parkir masing-masing

kendaraan.

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek

kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang

seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah “jumlah mobil dan jumlah motor”,

dan subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “berapakah pendapatan uangnya?”

yang seharusnya “berapakah jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan yang

ada tersebut”. Tetapi subjek tidak kesulitan dalam menentukan bagian yang

penting pada soal dan tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1

berdasarkan cara pandang dan bahasanya sendiri. Dalam hal ini, subjek kesulitan

konsep dimana subjek kesulitan menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan

sulit untuk menentukan bentuk soal yang diberikan. Namun, subjek tidak

kesulitan dalam prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau

metode apa yang digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.

Page 74: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

60

b) Mengevaluasi (C5)

Gambar 4.5 Hasil Tes S2 (C5)

Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi, S2 kesulitan

dalam menentukan apa yang di pertanyakan pada soal. Subjek menuliskan pada

bagian ditanyakan “barang apa saja yang dapat dibeli” yang seharusnya adalah

“berapa banyak barang yang bisa dibeli”. Pada bagian pemisalan juga, subjek

mengalami kesulitan dimana subjek memisalkan “x sebagai kaos dan y sebagai

topi”, yang seharusnya “x adalah harga kaos dan y adalah harga topi”. Serta

subjek kesulitan dalam menuliskan bagaimana cara Laode bisa membeli barang 1

kaos dan 1 topi karena subjek hanya langsung saja menjumlahkan hasil dari 1

kaos dan 3 topi tanpa penjelasan terlebih dahulu. Jadi, berdasarkan hasil tes

menunjukkan bahwa subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap

mengevaluasi (C5). Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan unsur-unsur

penting yang ada pada soal dan tidak kesulitan menuliskan kesimpulan jawaban

dari soal yang dipertanyakan.

Page 75: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

61

Untuk memastikan apakah S2 kesulitan dalam memahami masalah pada

indikator mengevaluasi, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan

wawancara dengan S2:

P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kita pahami?

S1: Figo membeli 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000, Ginting membeli

2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000. Laode juga ingin beli dengan uang

Rp 100.000.

P: Apa permasalahannya?

S1: Barang apa saja yang bisa dibeli Laode dengan uang yang

dimilikinya? Jelaskan!

P: Coba kita jelaskan bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk

mencari barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode!

S1: Ku misalkan kaos itu x dan topi itu y baru ku bikinkan mi

persamaannya kak dari belanjaan Figo dan Ginting.

P : Apa persamaannya dek?

S1 : Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000

P: Metode atau cara apa yang kita gunakan dek?

S1 : Kayaknya, eliminasi mungkin kak.

P : Kalau tadi nomor satu ta iya dek pakai metode apa?

S1: Eliminasi juga kak.

P : Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =

120.000.

S1 : Iye kak.

P: Jadi ini kenapa bisa berubah persamaan ta dek menjadi 3x + y =

150.000 dan x + y = 60.000? (memperlihatkan lembar jawaban)

S1: (Mengamati)

S1: Masing-masing ku bagi dua kak

P: Apa tadi yang ditanyakan dek?

S1: Barang yang bisa dibeli Laode kak dan disuruh jelaskan.

P: Nah, terus kenapa di lembar jawaban ta ini tidak ada penjelasan ta?

Kenapa bisa kita tahu kalau yang bisa di beli Laode itu 1 kaos dan 3 topi?

S1: Tidak ku tahu kak bagaimana caranya dijelaskan.

P: Maksudnya dek? Tidak paham ki atau nyontek ki atau asal jawab jki

atau apa dek?

S1: Tidak kak, maksud ku tidak tahu ka mau dikasih kata-kata bagaimana

kak. Karena ini 1 kaos dan 3 topi ku jawab berdasarkan yang ku pahami ji

kak.

P: Jelaskan ka coba bede dek bagaimana cara ta dapat ini.

S1: Kan harga 1 kaos tadi kak 45.000 jadi kalau beli 2 kaos sudah 90.000,

tidak bisa mi beli topi. Jadi kaos yang bisa dibeli Laode cuma satu kak.

Terus harganya satu topi ini 15.000 kak, sedangkan uangnya Laode tadi

masih ada kembaliannya 55.000 jadi bisa cukup beli topi 3 kak karena 3

kali 15 kan 45.000.

P: Jadi berapa banyak barang yang bisa dibeli Laode?

Page 76: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

62

S1: Jadi total belanjaannya Laode semua 90.000 dengan barang yang

bisa dibeli itu 3 topi dan 1 kaos kak.

Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa subjek kesulitan dalam

masalah verbal. Dimana subjek kesulitan berbahasa untuk menyelesaikan soal

tersebut.

c) Mencipta (C6)

Gambar 4.6 Hasil Tes S2 (C6)

Berdasarkan gambar diatas, S1 tidak kesulitan dalam menjabarkan

informasi yang diketahui dan dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal,

namun kurang sempurna atau kurang tepat. Karena seharusnya pada bagian yang

ditanyakan itu “berapakah harga yang harus dibayar Ibu Damar” sedangkan yang

subjek tulis cuma “berapakah yang harus dibayar Ibu Damar”.

Pada lembaran jawaban, terlihat subjek tidak kesulitan dalam merancang

strategi pemecahan masalah dengan caranya sendiri untuk mencari jawaban yang

ditanyakan. Untuk memastikan apakah subjek tidak memiliki kesulitan dalam

menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil

wawancaranya:

P : Oke sekarang nomor 3. Apa yang kita pahami dari soal nomor 3?

(memperlihatkan lembar soal)

S2 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali lipat seikat

kangkung, Ibu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga

Page 77: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

63

Rp 225.000. Ibu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung

berapa yang harus dibayar Ibu Damar?

P: Berapa yang harus di bayar dek?

S1: Iye kak.

P : Bagaimana langkah awal ta kerja soal nomor 3?

S2 : Pertama kak ku misalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y

kak

P : Bayam dan kangkung sebagai variabel ta?

S1 : Iye kak

P : Apa persamaan yang kita peroleh dek?

S1 : Persamaan satu 20x + 50y = 225.000, persamaan keduanya 25x +

60y = 0

P: Kenapa sama dengan 0?

S1 : Eh salah kayaknya kak

P: Jadi apa ji yang benar dek?

S1: Tidak tahu kak, bingung ka.

P: Metode apa yang kita gunakan dek?

S1: Eliminasi kak.

P: Jadi bagaimana lagi selanjutnya kalau sudah kita dapatkan tadi

pemisalan ta dan persamaan ta?

S2: Eliminasi persamaan kak

P: Bagaimana cara ta eliminasi tadi persamaan yang kita dapat dek?

S2: Ih tidak tahu kak, menyerah ma kak. Bisa di lihat kah lembar jawaban

ta kak?

P: Tidak di tahu mi dek jelaskan ki bagaimana langkah selanjutnya?

S2: Iye kak.

P: Oke, sekarang lihat kenapa begini jawaban ta dan di lembar jawaban

ta ini kenapa di coret jawaban ta padahal selesai mki? (memperlihatkan

lembar jawaban)

S2: (mengamati kembali jawabannya)

P: Bagaimana dek,?

S2: Salah kasih masuk angka ka kak ini makanya ku coret. Baru ku

pindahkan ke belakang kak.

P: Bisa tidak dek, kita mencari hasil dari jawaban dari nomor 1 sampai

nomor 3 ini menggunakan rumus yang berbeda atau cara yang berbeda

diluar dari spldv?

S1: Tidak kak

Berdasarkan wawancara diatas, subjek mengalami kesulitan dalam

merancang strategi pemecahan masalah dari soal yang ada. Hal itu dikarenakan

subjek tidak paham dengan maksud soal, kemudian subjek kesulitan untuk

menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut. Dalam hal ini

subjek mengalami kesulitan dalam masalah prinsip dan verbal dimana subjek

Page 78: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

64

kesulitan dalam penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk

menyelesaikan soal tersebut.

3. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Ketiga (S3) Dalam

Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

a) Menganalisis(C4)

Gambar 4.7 Hasil Tes S3 (C4)

Berdasarkan gambar diatas pada tahap memahami masalah terlihat bahwa

S3 kesulitan dalam mengenali, menentukan dan memahami apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan pada soal. Subjek menjawab pada bagian diketahui

hanya menuliskan kembali soal. yang ada dan pada bagian ditanyakan hanya

menuliskan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah pendapatan uang

parkir dari kendaraan yang ada”. Terlihat bahwa subjek kesulitan menganalisis

informasi yang masuk dan tidak membagi-bagi atau menstrukturkan ke dalam

bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.

Namun subjek tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1

menggunakan caranya sendiri. Untuk mengetahui apakah subjek mengalami

Page 79: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

65

kesulitan dalam menganalisis soal tersebut, peneliti melakukan wawancara

sebagai berikut:

P : Peneliti

S3 : Subjek 3 (Nilai tertinggi ketiga)

P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar

soal)

S3 : Agak paham kak

P : Apa yang kamu pahami?

S3 : Dalam sebuah tempat parkir terdapat 90 kendaraan mobil dan motor

dan jumlah roda keseluruhan ada 248 buah. Biaya parkir motor Rp 2000

dan biaya parkir mobil Rp 5000. Berapakah jumlah pendapatan uang

parkir dari kendaraan yang ada tersebut?

P : Apa yang disuruh cari?

S3 : Jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan yang ada tersebut

P : Coba dek sebutkan bagian-bagian yang penting pada soal ini.

S3 : (diam mengamati kembali soal)

P: Apa dek?

S3: Mobil, motor, jumlah kendaraan 90, jumlah roda 248, biaya parkir

mobil Rp 5000, biaya parkir motor Rp 2000

P: Metode apa yang kita gunakan dek?

S3: Eliminasi kayaknya kak

P: Apa langkah atau bagaimana langkah awal kamu untuk mencari

jawaban dari yang dipertanyakan tersebut? Coba jelaskan!

S3: Hmm, pertama itu kak ku misalkan mobil nya x dan motor y. Lalu ku

cari persamaannya.

P: Yang kita misalkan sebagai variabel x dan y itu mobil dan motor dek?

S1: Iye kak

P: Bagaimana cara ta cari persamaannya dek? Kan tadi bilang ki setelah

pemisalan, kita cari persamaannya.

S3: (diam mengamati kembali soal

S3: Persamaan satu itu kak x + y = 90 dan persamaan kedua itu 5000x +

2000y = 248 (ragu-ragu)

P: Yakin jki dek?

S3: Hmm, iye kak.

P: Setelah kita dapat mi persamaannya, apalagi yang kita lakukan dek?

S3: Mencari nilai x dan y kak.

P: Bagaimana caranya atau metode apa yang kita gunakan cari nilai x

dan y?

S3: Metode eliminasi mungkin kak

P: Memang ada berapa metode yang kita tahu? Coba sebut bede dek!

S3: Eliminasi, substitusi, diagram kak

P: Tadi kan persamaan satu ta x + y = 90, persamaan kedua ta 5000x +

2000y = 248. Tapi kenapa di lembar jawaban ta ini saya lihat berbeda

Page 80: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

66

persamaan kedua ta. Darimana kita dapat ini dek 4x + 2y = 248?

(memperlihatkan lembar jawaban)

S3: (diam mengamati)

P: Bagaimana dek?

S3: Dari roda kendaraan kak? (menjawab sekaligus bertanya)

P: Ih, kita iya dek darimana dapat ki itu.

S3: Tidak tahu kak, tidak ku ingat darimana ku dapat itu..

P: Kan ini kita dapat mi nilai x ta 34 dan nilai y ta 56, Jadi setelah itu kita

apakan lagi supaya dapat menjawab jumlah pendapatan uang parkir?

S1: Ku kalikan dengan biaya parkir masing-masing kendaraan kak.

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek

kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang

seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah “jumlah mobil dan jumlah motor”,

dan subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “berapakah pendapatan uangnya?”

tetapi pada wawancara mengatakan “berapakah jumlah pendapatan uang parkir

dari kendaraan yang ada karena subjek hanya membaca ulang soal”. Tetapi subjek

tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1 berdasarkan caranya sendiri.

Dalam hal ini, subjek kesulitan konsep dimana subjek kesulitan

menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan sulit untuk menentukan bentuk

soal yang diberikan. Serta subjek kesulitan Namun, subjek tidak kesulitan dalam

prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau metode apa yang

digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.

b) Mengevaluasi (C5)

Gambar 4.8 Hasil Tes S3 (C5)

Page 81: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

67

Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi, S3 kesulitan

dalam menentukan apa yang di pertanyakan pada soal karena hanya menuliskan

soal dan tidak lengkap. Subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “barang apa

saja yang dapat dibeli” yang seharusnya adalah “berapa banyak barang yang bisa

dibeli”. Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan bagian pemisalan dan

tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal bagaimana cara Laode bisa membeli

barang dengan uang seratus ribu. Jadi, berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa

subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap mengevaluasi (C5).

Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan unsur-unsur penting yang ada

pada soal dan tidak kesulitan menuliskan kesimpulan jawaban dari soal yang

dipertanyakan.

Untuk memastikan apakah S3 kesulitan dalam memahami masalah pada

indikator mengevaluasi, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan

wawancara dengan S3:

P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kita pahami?(memperlihatkan soal)

S3: Figo, Ginting dan Laode membeli kaos dan topi di toko olahraga yang

sama. Figo membeli 3 kaos dan 1 topi dengan membayar Rp 150.000.

Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi dengan membayar 120.000. Laode juga

ingin membeli 2 jenis barang tersebut sebanyak-banyaknya, tetapi ia

hanya memiliki uang Rp 100.000. Berapa banyak barang yang bisa dibeli

oleh Laode dengan uang yang dimilikinya?

P: Apa yang ditanyakan dek?

S3: Berapa banyak barang yang bisa dibeli oleh Laode dengan uang yang

dimilikinya? Jelaskan!

P: Bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk mencari berapa banyak

barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode?

S1: Ku misalkan kaos itu x dan topi itu y baru bikin persamaannya

P: Kaos dan topi kita jadikan sebagai variabel x dan y?

S3: Iye kak.

P: Terus apa persamaannya dek yang kita dapatkan?

S1: Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000

P: Metode atau cara apa yang kita gunakan dek?

S1: Hmm, eliminasi kak? (menjawab sekaligus bertanya)

P: Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =

Page 82: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

68

120.000.

S1: Iye kak.

P: Darimana ki dapat pale ini dek x + y = 60.000? (memperlihatkan

lembar jawaban)

S3: (Mengamati)

P: Bagaimana dek?

S3: Tidak tahu kak kayaknya masing-masing dibagi dua.

P: Apa tadi yang ditanyakan dek?

S1: Berapa banyak barang yang bisa dibeli oleh Laode dengan uang yang

dimilikinya? Jelaskan! (Membaca kembali soal)

P: Bagaimana cara ta dapat ini dek yang dalam kotak?

S3: Tidak tahu kak, lupa ma.

P: Tidak bisa mki jelaskan ki dek?

S3: Iye kak

Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa subjek kesulitan

dalam masalah prinsip dan verbal. Terlihat bahwa subjek kesulitan dalam

penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk menyelesaikan soal.

c) Mencipta (C6)

Gambar 4.9 Hasil Tes S3 (C6)

Berdasarkan gambar diatas, S1 kesulitan dalam menjabarkan informasi

yang diketahui dan tidak dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal. Serta

pada bagian penyelesaian, subjek tidak memisalkan apa-apa terlebih dahulu dan

langsung menyimpulkan persamaan yang dipakai dan hanya mengerjakan sampai

setengah perjalanan saja. Untuk memastikan apakah subjek kesulitan dalam

Page 83: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

69

menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil

wawancaranya:

P: Oke sekarang nomor terakhir, kamu paham tidak dengan soal nomor

3?

S1 : Sedikit kak

P : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 3? (memperlihatkan lembar

soal)

S3 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali ikat kangkung. Ibu

Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp 225.000.

Jika Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung,

P: Apa yang ditanyakan?

S3 : Berapakah yang harus dibayar Ibu Damar?

P : Apa langkah pertama dalam menyelesaikan soal ini?

S3 : Memisalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y. Lalu buatkan

persamaan kak

P: Bayam dan kangkung yang kita misalkan?

S3: Iye kak

P: Saya lihat di lembar jawaban ta ini di bagian diketahui tidak lengkap

dan dibagian ditanyakan kosong. Kenapa? (Memperlihatkan lembar

jawaban)

S3 : Panjang kak yang mau ditulis.

P: Coba dek kita sebutkan bagian-bagian yang menurut ta penting pada

soal ini!

S3: Harga seikat bayam=harga seikat kangkung. Ibu Dewi membeli 20

ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp 225.000. Jika Bu Damar

membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung, berapakah yang harus

dibayar?

P : Metode apa yang kita gunakan dek?

S3 : (diam) Hmm, lupa kak.

P : Kalau ini, metode apa namanya ini dek kita pakai?

S3 : (diam) substitusi kak.

P: Baca coba dek persamaan satu dan persamaan dua ta.

S3: Persamaan satu x=2x, persamaan kedua 20x+50y=225.000

P: Persamaan satu x=2x ?

S3: Iye kak.

P : Terus bagaimana dengan kesimpulan dari harga yang harus di bayar

Ibu Damar? Kenapa tidak ada kita tulis?

S3 : Tidak tahu kak, cuma sampai disitu saja yang ku tahu kak.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa S3 mengalami

kesulitan pada konsep, prinsip dan verbal pada indikator mencipta. Terlihat subjek

kesulitan dalam menentukan bentuk soal yang diberikan, kesulitan menerapkan

rumus dan kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita.

Page 84: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

70

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis hasil tes dan hasil wawancara peserta didik,

dapat dijabarkan kesulitan subjek sebagai berikut :

1. Menganalisis

Pada bagian ini, dilakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui

kesulitan yang dialami ketiga subjek dalam menyelesaikan soal nomor 1.

a) Kesulitan Subjek S1 (Nilai Tinggi Pertama)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S1 mengalami

kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari

ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan

apa yang diketahui dengan menulis kembali soal yang ada, apa yang

ditanyakan menuliskan pendapatan uang parkir yang seharusnya jumlah

pendapatan uang parkir, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya

adalah jumlah mobil dan jumlah motor tetapi subjek hanya memisalkan motor

dan mobil saja.

Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa

subjek S1 tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam

menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada

soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor

1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri dan kata-

katanya sendiri..

b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S2 mengalami

kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari

Page 85: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

71

ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan

apa yang ditanyakan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah

pendapatan uang parkir”, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya

adalah “jumlah mobil dan jumlah motor” tetapi subjek hanya memisalkan

“motor dan mobil saja sebagai variabel x dan y”.

Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa

subjek tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam

menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada

soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor

1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri atau kata-

katanya sendiri.

c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S3 mengalami

kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari

ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan

apa yang ditanyakan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah

pendapatan uang parkir”, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya

adalah “jumlah mobil dan jumlah motor” tetapi subjek hanya memisalkan

“motor dan mobil saja sebagai variabel x dan y”.

Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa

subjek tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam

menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada

soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor

Page 86: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

72

1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri atau kata-

katanya sendiri

Berdasarkan hasil analisis tersebut pada indikator menganalisis(C4),

disimpulkan bahwa ketiga subjek kesulitan konsep pada soal nomor satu. Hal

tersebut karena ketiga subjek tidak menganalisis dengan baik apa yang ditanyakan

dan apa yang diketahui serta sulitnya menentukan unsur yang menjadi pemisalan

variabel.

2. Mengevaluasi (C5)

a) Subjek S1 (Nilai Tertinggi Pertama)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S1 mengalami

kesulitan verbal, dimana subjek tidak dapat menarik kesimpulan

menyelesaikan soal nomor 2 tahap mengevaluasi(C5) dengan bahasanya

sendiri.

b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S2 mengalami

kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari

ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan

apa yang ditanyakan “barang apa saja yang dapat dibeli” yang seharusnya

“berapa banyak barang yang bisa dibeli”, dan pada pemisalan yang

seharusnya pemisalannya adalah “harga kaos dan harga topi” tetapi subjek

hanya memisalkan “kaos dan topi sebagai variabel x dan y”. Subjek juga

kesulitan verbal pada soal nomor 2. Dimana subjek tidak dapat menjabarkan

cara mendapatkan barang yang bisa dibeli dengan bahasanya sendiri.

Page 87: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

73

c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S3 mengalami

kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari

ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan

pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya adalah “harga kaos dan harga

topi” tetapi subjek hanya memisalkan “kaos dan topi sebagai variabel x dan

y”. Subjek juga kesulitan prinsip dan verbal pada soal nomor 2. Dimana

subjek kesulitan dalam penerapan rumus dan sulit untuk berbahasa dalam

menyelesaikan soal tersebut.

3. Mencipta

a) Subjek S1 (Nilai Tertinggi Pertama)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, S1 kesulitan konsep

karena sulit untuk mengidentifikasi apa yang ditanyakan pada soal. Subjek

menuliskan pada apa yang ditanyakan “berapa yang harus dibayar” yang

seharusnya “berapa harga yang harus dibayar”. Pada pemisalan subjek juga

kesulitan karena memisalkan “x=2 ikat bayam dan y= 1 ikat kangkung” yang

seharusnya “x=2x ikat kangkung dan y= 1 ikat kangkung”. Subjek juga

kesulitan prinsip dan verbal, dimana subjek kesulitan dalam penerapan rumus

dan sulit untuk berbahasa dalam menyelesaikan soal tersebut. Subjek juga

sulit dalam mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum

pernah ada sebelumnya.

b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, S2 kesulitan konsep

karena sulit untuk mengidentifikasi apa yang ditanyakan pada soal. Subjek

Page 88: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

74

menuliskan pada apa yang ditanyakan “berapa yang harus dibayar” yang

seharusnya “berapa harga yang harus dibayar. Subjek juga kesulitan dalam

merancang strategi pemecahan masalah dari soal karena subjek tidak paham

dengan maksud soal. Subjek juga kesulitan untuk menentukan rumus dalam

menyelesaikan permasalahan itu. Dalam hal ini subjek kesulitan prinsip dan

verbal karena subjek sulit penerapan rumus dan sulit dalam berbahasa untuk

menyelesaikan soal tersebut.

c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)

Berdasarkan analisis hasil tes dan wawancara, subjek S3 kesulitan untuk

menjabarkan serta sulit mengidentifikasi permasalahan dari soal. Subjek juga

kesulitan dalam merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah serta

kesulitan mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum

pernah ada sebelumnya. Dalam hal ini subjek kesulitan konsep, prinsip dan

verbal karena subjek sulit menentukan bentuk soal, subjek sulit menerapkan

rumus dan subjek sulit menyelesaikan soal cerita dengan bahasa sendiri.

Pada penelitian relevan yang dilakukan oleh Veronika dan juga penelitian

yang dilakukan oleh Shevia Annisa dan Ismi Ahdan Zakiyya, subjeknya kesulitan

pada masalah konsep dan prinsip. Dimana subjek mengalami kesulitan dalam

mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika dan kesulitan melakukan

perhitungan karena kesalahan dalam menggunakan rumus. Sedangkan pada

penelitian ini, subjek kesulitan pada konsep dan verbal, dimana subjek sulit dalam

menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan subjek sulit dalam menentukan

bentuk soal yang diberikan. Subjek dapat menerapkan rumus tapi subjek sulit

berbahasa dalam menyelesaikan soal tersebut.

Page 89: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

75

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa subjek masih banyak yang

mengalami kesulitan dalam memahami materi sistem persamaan linear dua

variabel khususnya dalam menyelesaikan soal cerita berbasis HOTS. Cooney

menyatakan bahwa kesulitan matematika ditandai oleh ketidakmampuan untuk

menyatakan arti dari suatu konsep tertemtu dan kemampuan menyimpulkan

informasi dari suatu konsep yang diberikan. Hasil yang diperoleh sejalan dengan

pendapat tersebut, bahwa subjek masih belum dapat memisalkan istilah yang akan

dicari ke dalam bentuk variabel dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem

persamaan linear dua variabel dengan benar. Penyebab kesulitan tersebut ialah

tidak dikuasainya konsep sistem persamaan linear dua variabel oleh subjek,

terlebih lagi jika hanya membaca soal tanpa memaknai artinya.

Cooney menyatakan kesulitan dalam matematika ditandai dengan

kesulitan menentukan faktor yang relevan dan akibatnya tidak mampu

mengabstraksikan pola-pola, kesulitan ini banyak dialami siswa saat tes. Hampir

sebagian mengalami kesulitan dalam mendapatkan nilai pengganti masing-masing

variabel. Kesulitan lainnya dikemukakan oleh Cooney adalah menyatakan suatu

prinsip tetapi tidak dapat mengutarakan artinya dan tidak dapat menerapkan

prinsip-prinsip tersebut, kesulitan yang dimaksudkan adalah siswa tidak mampu

mengubah nilai pengganti variabel ke dalam kalimat matematika. Kesulitan

menyelesaikan soal cerita meliputi kesulitan merumuskan apa yang diketahui dan

apa yang ditanyakan, kesulitan memodelkan soal dari apa yang diketahui dan

tidak memberikan kesimpulan jawaban sesuai konteks soal cerita. Kesulitan

tersebut mengakibatkan subjek tidak dapat menentukan langkah-langkah

penyelesaian yang sesuai dengan soal cerita.

Page 90: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

76

Penelitian yang menguatkan yaitu penelitian oleh Yeo (2012) menyatakan

bahwa kesulitan yang dialami siswa kelas VIII dalam memecahkan masalah

matematika antara lain: (1) Memahami masalah yang diberikan. (2) Menentukan

strategi penyelesaian yang tepat. (3) Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk

matematika. (4) Melakukan prosedur yang baik. Penelitian lain yang mendukung

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erny Untari (2014) yang menyatakan

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu kesulitan memahami maksud dari

soal cerita. Hal tersebut karena siswa cenderung ceroboh dalam memahami

kalimat pada soal sehingga memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan

permasalahan dari soal cerita. Dalam penelitian ini subjek cenderung kurang teliti

dalam membaca dan memahami soal cerita sehingga subjek mengalami kesulitan

dalam menentukan unsur-unsur penting dan tidak dapat menyelesaikan soal

menggunakan bahasanya sendiri.

Sesuai dengan pendapat Hanafi dkk (2019) bahwa siswa kurang dalam

menentukan gagasan, kurang mampu mengkritik, memutuskan atau menilai suatu

gagasan(C5). Sehingga siswa tidak dapat mengubah salah satu data agar kedua

data memiliki satuan yang sama. Pendapat Ayuningtyas & Rahayu (2017) bahwa

siswa belum dapat melibatkan penemuan yang baru (C6). Hal tersebut dapat

disebabkan oleh kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah

verbal yang berbentuk soal cerita, terlebih lagi soal berkategori tinggi yang

memang membutuhkan analisa yang baik pada soal. Menurut Nalurita dkk (2013)

bahwa siswa sangat baik dalam memahami soal dan melihat kembali penyelesaian

serta termasuk pada kategori baik dalam merencanakan penyelesaian dan

melakukan rencana penyelesaian.

Page 91: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti memperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada soal nomor 1 pada tahap menganalisis, ketiga subjek tidak kesulitan

pada prinsip dan verbal. Tetapi masih ada subjek yang memiliki kesulitan

konsep karena tidak dapat memisahkan bagian-bagian penting yang ada pada

soal menjadi lebih kecil.

2. Pada soal nomor 2 mengukur tingkat mengevaluasi, rata-rata subjek kesulitan

pada konsep dan verbal. Karena adanya subjek yang kesulitan memahami

soal dan tidak dapat memberikan penilaian menggunakan informasi yang ada

pada soal hingga hanya dapat mengerjakan setengah perjalanan saja. Dan

juga adanya subjek yang kesulitan dalam membuat hipotesis dari penilaian

yang didapatkan. Serta sulintya subjek untuk berbahasa dalam menyelesaikan

soal.

3. Pada soal nomor 3 mengukur tingkat mencipta, masih perlu dikembangkan

lagi karena ketiga subjek mengalami kesulitan pada konsep, prinsip dan

verbal. Berdasarkan hasil pengerjaan soal oleh peserta didik sudah cukup baik

dalam membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap suatu soal.

Akan tetapi dalam dalam mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian

menggunakan rumus yang berbeda dan menjadi struktur baru yang belum

pernah ada sebelumnya masih memiliki kesulitan.

Page 92: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

80

B. Saran

Hasil dari paparan diatas, peneliti memiliki saran yaitu :

1. Untuk Sekolah

Dimasa pandemic saat ini, alangkah baiknya jika masing-masing guru mata

pelajaran menyampaikan ke pimpinan sekolah khususnya pelajaran

matematika untuk sering mengadakan bimbingan belajar secara offline atau

online agar mengurangi tingkat kesulitan peserta didik dimata pelajaran

matematika khususnya materi sistem persamaan linear.

2. Untuk Guru Mata Pelajaran Matematika

Dalam masa pandemic saat ini kita diharuskan untuk mengajar dan belajar

melalui pertemuan virtual dengan batas waktu yang tidak cukup pastinya.

Kita sebagai guru dituntut agar dapat mengefisienkan waktu sebaik mungkin

agar para peserta didik lebih paham akan materi yang diajarkan daripada saat

melalui pelajaran secara offline. Peneliti menyarankan agar guru mata

pelajaran memberikan para peserta didik tambahan waktu belajar diluar dari

jam pelajaran atau tambahan tugas setelah jam pelajaran selesai untuk lebih

mengenal atau memahami dengan baik materi yang diajarkan. Dan peneliti

menyarankan agar guru mata pelajaran matematika lebih sering lagi dalam

memberikan contoh atau soal HOTS yang bervariasi dengan berbagai macam

materi soal ke para peserta didik tidak hanya soal LOTS.

3. Untuk Siswa

Siswa sepatutnya bersungguh-sungguh dan lebih semangat dalam

mengerjakan soal-soal khususnya soal HOTS agar dapat melatih kemampuan

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dan siswa harus sesekali

Page 93: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

81

berdiskusi kepada guru terhadap isi dari mata pelajaran yang belum dikuasai

dan mengenai soal-soal HOTS.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi penelitian berikutnya, diharapkan menyiapkan persiapan yang matang

mengenai melakukan tes secara offline atau secara online jika nanti ada

keadaan yang tidak disangka-sangka. Dan agar dijadikan acuan meneliti

ditempat lain dan apabila terdapat kekurangan, agar diperbaiki.

Page 94: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

DAFTAR PUSTAKA

Bartolomeus Samho & Oscar Yasunari. 2010. Konsep Pendidikan Ki Hadjar

Dewantara dan Tantangan Implementasinya di Indonesia.

Ety Mukhlesi Yeni. 2015. Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. FKIP

Prodi PGSD Universitas Almuslim.

Hamalik. 1982. Hal-hal Yang Mengakibatkan Kegagalan Atau Setidak-tidaknya

Menjadikan Gangguan Dalam Kemajuan Belajar.

Hamidah, Luluk. 2018. Higher Order Thinking Skills (Seni Melatih Kemampuan

Berpikir Tingkat Tinggi. Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri

Kusnawa. 2012. Pengertian Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta.

Lambertus. 2007. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Sistem

Persamaan Linear Dua Peubah Bentuk Soal Cerita pada Kelas II SLTP

Negeri 3 Moramo. Jurnal Ilmiah Indonesia Universitas haluoleo. [online]

.:http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=6488&id

c=32 . Volume 14,Nomor 2.

Lewis, Arthur, & David, Smith. 2015. Define Higher Order Thinking Skill. JSTOR:

Taylor & Francis,Ltd.

Linda Destri Rahayu & Kusuma, Anggun Badu. 2019. Peran Pendidikan

Matematika di Era Globalisasi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Purwekerto

Mullis, I. (2012). TIMSS 2007 international mathematics IEA’s Trends in

International Mathematics and Science Studyat the fourth and eighth grades.

TIMSS & PISA International Student Assessment.

Nurfujiyanti Astuti & Alpha Galih. 2019. Analisis Kesulitan Siswa SMP dalam

Menyelesaikan Soal HOTS. (Online),

http://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika

Nurkancana, 1983 Pengertian Evaluasi, Defenisi,fungsi, jenis-jenis dan

tahapannya. (Online). http://www.zonareferensi.com/engertian-evaluasi/

PISA. 2016. Programme For International Student Assessment (PISA) Result From

PISA 2015. OECD.1-8.

Puspitasari, dkk. Tanpa Tahun. Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal

Cerita Materi SPLDV Di SMP Pontianak. Skripsi Tesis. Pontianak: Program

Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan.

Rahma. 2013. Hakikat Pendidikan Matematika. Prodi Pendidikan Matematika

STAIN Palopo.

Page 95: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Respina Kartikasari. 2017. Analisis Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika pada Siswa SMP. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ridwan Abdulah. 2019. Cara Membuat Soal HOTS. Medan. Tsmart.

Sari, Linda Purnama. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Metakognitif pada Materi

Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Swasta Amanah T.A 2014/2015. Skripsi.

Unimed.

Soleh. 1999. Kendala Yang Menyebabkan Ketidakberhasilan Dalam Belajar.

Soleh. 1999. Karakteristik Matematika Dan Penyebab Kesulitan Belajar

Matematika..

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumaryanta. 2018. Penilaian HOTS dalam Pembelajaran Matematika. Indonesian

Digital Journal of Mathematics and Education.

Suryapuspitarini, Kurnia, dkk. 2018. Analisis Soal-Soal Matematika Tipe Higher

Order Thinking Skill (HOTS) Pada Kurikulum 2013 Untuk Menunjang

Kemampuan Literasi Siswa. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional

Matematika. Universitas Negeri Semarang. Semarang. 20 Oktober.

Widana, Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill.

Jakarta: Depdikbud.

Widodo, dkk. 2017. Penyebab Kesulitan Siswa Dalam Menguasai Matematika.

Wilson. 2018. Pengertian Keterampilan.Fanani. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Yulianto. 2015. Menangani Kesulitan Belajar Pada Anak Diskalkulia. Yogyakarta:

Relasi Inti Media Group.

Veronica Kristanti. 2017. Analisis Kesulitan dan Kemampuan Siswa Dalam

Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus dan Balok pada Siswa Kelas

VIII A SMP Institut Indonesia. Skipsi. Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta

Page 96: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 97: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 1

DAFTAR NAMA PESERTA TES KELAS VIII.A SMP NEGERI 34

MAKASSAR

No

Nama

L/P

1. Muh. Agung Pratama L 2. Amelia Abdullah P 3. Febrianty Rury Ikismiran P 4. Yudhi Saputra L 5. Andi Assifa Awaliah P 6. Rizky Auliah. M P 7. Muh. Irfan S L 8. Nilam P 9. Amelia Alle P 10. Feby Salmerany P 11. Riswar Septiady L 12. Muh. Fadhil L 13. Muh. Rafli Rizkullah L 14. Andi Muh. Zacky L 15. Aldino L 16. Muh. Riyanda A L 17. Dini Kamilah. T P 18. Syafiah Haerani P 19. Nurwulandari P 20. Annisa Alviah P 21. Azis Anggie Ardiansyah L

Page 98: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 2

NILAI TES HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

SISWA KELAS VIII A

SMP NEGERI 34 MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021

Sesi Pertama Pagi (10.00-11.30)

No

Nama

L/P

Pengumpulan

Hasil

Nilai

1. Muh. Agung Pratama L 11.20 71,42 2. Yudhi Saputra L 11.22 48,2 3. Muh. Irfan S L 11.23 57,1 4. Muh. Fadhil L 11.24 53,57 5. Muh. Rafli Rizkullah L 11.24 37,5 6. Andi Muh. Zacky L 11.22 42,8 7. Aldino L 11.22 53,57 8. Muh. Riyanda A L 11.24 39,2 9. Azis Anggie Ardiansyah L 11.23 21,4 10. Amelia Abdullah P 11.23 58,9

Sesi Kedua Siang (11.30-13.00)

No

Nama

L/P

Pengumpulan Hasil

Nilai

11. Andi Assifa Awaliah P 12.49 55,35 12. Febrianty Rury Ikismiran P 12.49 58,92 13. Rizky Auliah. M P 12.46 85,7 14. Dini Kamilah. T P 12.46 73,21 15. Riswar Septiady L 12.51 60,7 16. Nilam P 12.30 46,4 17. Amelia Alle P 12.49 91,07 18. Feby Salmerany P 12.50 57,14 19. Syafiah Haerani P 12.52 60,7 20. Nurwulandari P 12.52 62,5

Page 99: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 3

KISI-KISI

TES KESULITAN SOAL HOTS

Mata Pelajaran : Matematika

Sekolah : SMP Negeri 34 Makassar

Kelas : VIII

Bentuk Soal : Uraian

Alokasi Waktu : 90 menit

Kompetensi

Dasar Materi Indikator Soal Ranah Kognitif

No.

Soal

4.1

Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

sistem persamaan

linear dua

variabel

Sistem

Persamaan

Linear

Dua

Variabel

(SPLDV)

Disajikan masalah

sehari-hari yang

berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua

variabel. Peserta didik

dapat membagi dan

menentukan unsur-

unsur yang ada pada

permasalahan soal.

Menganalisis

(C4) 1

Menyimpulkan

keputusan yang harus

diambil dalam

menyelesaikan

permasalahan soal

sistem persamaan linear

dua variabel.

Mengevaluasi

(C5) 2

Mengkombinasikan

variabel untuk

menyelesaikan

permasalahan yang

berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua

variabel

Mencipta

(C6) 3

Page 100: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 4

INSTRUMEN PENELITIAN

SOAL TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

Mata Pelajaran : Matematika

Sekolah : SMP Negeri 34 Makassar

Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Kelas : VIII

Waktu : 90 Menit

Petunjuk Pengerjaan Soal :

1. Berdoalah telebih dahulu sebelum mengerjakan soal.

2. Tulis Nama, NISN, dan Kelas pada lembar yang telah disediakan.

3. Baca dan pahami soal sebelum menjawab. Lalu dahulukan menjawab

soal yang menurut Anda mudah.

4. Tuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan rencanakan

penyelesaian soal menurut strategi atau cara yang Anda ketahui dengan

benar.

5. Dilarang mencontek dan bekerja sama. Yakinlah pada jawabanmu sendiri.

6. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikumpul.

1. Dalam sebuah tempat parkir terdapat 90 kendaraan yang terdiri dari

kendaraan mobil dan motor. Jika dihitung roda keseluruhan ada 248 buah.

Biaya parkir sebuah mobil Rp. 5.000,00 sedangkan biaya parkir sebuah

motor Rp 2.000,00. Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan

yang ada tersebut?

2. Figo, Ginting, dan Laode membeli kaos dan topi di toko olahraga yang

sama. Figo membeli 3 kaos dan 1 topi dengan membayar Rp 150.000.

Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi dengan membayar Rp 120.000. Laode

juga ingin membeli 2 jenis barang tersebut sebanyak-banyaknya, tetapi ia

hanya memiliki uang Rp 100.000. Barang apa saja yang dapat dibeli oleh

Laode dengan uang yang dimilikinya? Jelaskan alasannya!

3. Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali ikat kangkung. Bu Dewi

membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp. 225.000,00.

Jika Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung, berapakah

yang harus dibayar?

..... SELAMAT MENGERJAKAN .....

Page 101: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA

A. Tujuan Wawancara

Untuk mengetahui secara terperinci letak kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

B. Metode

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur.

C. Petunjuk Wawancara

1. Wawancara dilakukan setelah dilakukan pengerjaan soal tes kesulitan soal

HOTS

2. Narasumber yang diwawancarai adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 34

Makassar

3. Proses wawancara di dokumentasikan dengan menggunakan media

audio/dicatat.

D. Tata Cara Pelaksanaan Wawancara

Memilih 3 orang siswa sebagai subjek untuk diwawancarai dimana

masing-masing 1 siswa yang memiliki kemampuan tinggi namun memiliki

kesulitan, 1 siswa yang memiliki kemampuan sedang tertinggi dan memiliki

kesulitan, 1 siswa yang memiliki kemampuan rendah terttinggi dan memiliki

kesulitan.

Setelah itu dilakukan wawancara berdasarkan kesulitan indikator

HOTS terhadap ke-3 subjek tersebut.

E. Indikator Kesulitan dalam Berpikir Tingkat Tinggi Subjek Penelitian

Indikator kesulitan berpikir tingkat tinggi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah indikator yang disampaikan oleh krathwohl yang

meliputi keterampilan berpikir dalam menganalisis, keterampilan berpikir

dalam mengevaluasi, dan keterampilan berpikir dalam mencipta.

Page 102: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

a. Menganalisis

1) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungannya;

2) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat

sebuah skenario yang rumit;

3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.

b. Mengevaluasi

1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada

untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya;

2) Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian;

3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan.

c. Mencipta

1) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu;

2) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah;

3) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur

baru yang belum pernah ada sebelumya.

F. Pertanyaan Pokok

Berdasarkan indikator maka pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan

digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang

sifatnya mengeksporasi kemampuan yang dimiliki subjek adalah sebagai

berikut:

1. Apa yang Anda pahami dari soal ini?

2. Bagaimana langkah awal Anda dalam menyelesaikan soal tersebut?

3. Jelaskan cara atau metode yang Anda gunakan dalam menyelesaikan

permasalahan tersebut?

Page 103: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 6

PEDOMAN PENSKORAN

NO

. Langkah Penyelesaian Skor

1. Langkah 1. Memahami masalah

Diketahui : Jumlah kendaraan = 90 2

Jumlah seluruh roda = 248 buah

Biaya parkir mobil = Rp 5.000,00 2

Biaya parkir motor = Rp 2.000,00

Ditanyakan : Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari

kendaraan yang ada ? 1

5

Membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

scenario yang rumit.

4

Langkah 2.

Misalkan, Banyak mobil = x

Banyak motor = y 2

Mobil beroda 4 = 4x

Motor beroda 2 = 2y 2

Menstruktur informasi ke dalam bagian yang lebih kecil

untuk mengenali pola

5

Langkah 3.

Dari pernyataan yang diketahui diperoleh sistem persamaan

sebagai berikut

x + y = 90 → y = 90 – x ……..(i)

4x + 2y = 248 ………………..(ii) 2

Page 104: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Menghitung banyaknya mobil dengan cara substitusi nilai y =

90 – x ke persamaan 4x + 2y = 248.

Maka, 4x + 2y = 248

4x + 2(90 – x ) = 248

4x + 180 – 2x = 248 2

4x – 2x = 248 – 180

2x = 68

x = 34

Menghitung banyaknya motor (nilai y) :

y = 90 – x

= 90 – 34 = 56 1

Menghubungkan unsur-unsur bagian sehingga jelas

hierarkinya

3

Langkah 4. Menentukan banyaknya pendapatan uang parkir

dari masing-masing kendaraan

Karena banyaknya mobil adalah 34 dan banyaknya motor

adalah 56, maka jumlah pendapatan dari kendaraan ada

yang di parkiran adalah :

x . Rp. 5.000,00 + y . Rp. 2.000,00

= 34 . Rp. 5.000,00 + 56 . Rp. 2.000,00

= Rp. 170.000,00 + Rp. 112.000,00 3

= Rp. 282.000,00

2. Langkah 1. Memahami masalah

Diketahui :

Figo membeli 3 kaos dan 1 topi harganya

Rp 150.000 2

4

Page 105: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi harganya Rp 120.000

Ditanyakan : Jelaskan barang yang dapat dibeli Laode

dengan uang Rp 100.000 2

Membuat Hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian

6

Langkah 2.

Penyelesaian :

Misal, x = harga kaos 2

y = harga topi

Figo : 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000,

maka diperoleh persamaan 3x + y = 15.000 ….(i) 4

Ginting :2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000,

maka diperoleh persamaan 2x + 2y = 120.000 ….

x + y = 60.000…… (ii)

Memberikan penilaian terhadap solusi dan metodologi

dengan menggunakan kriteria yang sesuai untuk

memastikan nilai efektifitasnya.

6

Langkah 3.

Mencari harga kaos dan topi :

• Mengeliminasi y dari persamaan (i) dan (ii), sehingga

3x + y = 150.000

x + y = 60.000 -

2x = 90.000 2

x = 45.000

Page 106: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

• Substitusi nilai x ke persamaan 2

x + y = 60.000

(45.000) + y = 60.000 2

y = 60.000 – 45.000

y = 15.000

Sehingga harga kaos Rp 45.000 dan harga topi Rp 15.000 2

Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan

kriteria yang telah di tetapkan

6

Langkah 4. Karena Laode juga ingin membeli 2 barang yang

banyak tetapi uangnya hanya Rp 100.000, maka kita misalkan

masing-masing barang yang mana lebih banyak dan cukup

dilihat dari banyaknya barang teman Laode.

• Figo : 3x + y = 150.000 → 3(45.000) + 15.000

= 135.000 + 15.000 = 150.000

Pemisalan 1 : 1x + 3y → 45.000 + 3(15.000) 2

= 45.000 + 45.000 = 90.000

• Ginting : 2x + 2y = 120.000 → 2(45.000) + 2(15.000)

= 90.000 + 30.000

= 120.000

Pemisalan 2 : 2x + y → 2(45.000) + 15.000 3

= 90.000 + 15.000 = 105.000

Pemisalan 3 : x + 2y → 45.000 + 2(15.000)

= 45.000 + 30.000 = 75.000

Karena dari ketiga pemisalan yang di dapatkan lebih bisa

membeli barang banyak dengan uang Rp 100.000 adalah

pemisalan pertama, maka sebaiknya Laode memilih 2

pemisalan 1 yaitu membeli 1 kaos dan 3 topi seharga Rp

90.000. 1

Page 107: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

3 Langkah 1. Memisalkan masalah

Diketahui :

Harga 1 ikat bayam = 2x harga kangkung

Bu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung 3

seharga Rp 225.000

Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung

Ditanyakan :

Harga yang harus dibayar Bu Damar ? 1

4

Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah

3

Langkah 2. Membuat rencana

Misalkan : x = harga 1 ikat bayam

y = 1 ikat kangkung

Maka bentuk sistem persamaannya : 3

• 20x + 50y = Rp 225.000

(masing-masing bisa dibagi 10)

Jadi → 2x + 5y = Rp 22.500 ……..(i)

• 1x = 2y ……….(ii)

Membuat generalisasi suatu ide atau sudut pandang

Page 108: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Langkah 3. Menentukan nilai dari variabel yang telah

dibentuk

Dari persamaan yang telah diperoleh

2x + 5y = 22.500 …..(i) 2

1x – 2y = 0 → x = 2y …(ii)

Substitusi nilai x = 2y ke persamaan pertama, maka :

2(2y) + 5y = 22.500

4y + 5y = 22.500

9y=22.500 3

y = 2.500

Sehingga x = 2(2.500) = 5000

Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi

struktur baru

5

Langkah 4. Menentukan nilai akhir dari soal

Dengan harga 1 ikat bayam = 5.000 dan harga 1 ikat

kangkung = 2.500, maka harga 25 ikat bayam dan 60 ikat

kangkung : = 25x + 60y

= 25(5.000) + 60(2.500) 4

= 125.000 + 150.000

= 275.000

Jadi, harga yang harus dibayar Bu Damar

sebesar Rp 275.000 1

Skor Maksimal 56

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 =𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎

Page 109: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 7

ABSEN KEDATANGAN dan NILAI SISWA

Page 110: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 8

Lembar Kerja Subjek Tinggi

Page 111: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 9

Lembar Kerja S2

Page 112: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 10

Lembar Kerja S3

Page 113: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

Lampiran 11

DOKUMENTASI

Page 114: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER
Page 115: ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER

RIWAYAT HIDUP

Sri Hardiyanti Amaliah. A, lahir di Pangkep pada tanggal

15 Agustus 1997, merupakan anak ketiga dari lima

bersaudara. Dilahirkan dari pasangan Bapak Ahmuddin dan

Ibu Malidia. S. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD

Inpres Paccerakkang pada tahun 2009, kemudian

melanjutkan ke tingkat SMP Negeri 34 Makassar hingga tahun 2012. Pada tahun

2015, tamat dari SMA Negeri 1 Benteng, Di tahun 2016 penulis melanjutkan

pendidikan dengan mengambil program studi pendidikan matematika di

Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai pada tahun 2021.