analisis kesalahan siswa smp negeri 2 kebakkramat dalam menyelesaikan soal …/analisis... ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP NEGERI 2 KEBAKKRAMAT
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII
SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2009/ 2010
SKRIPSI
Oleh :
Aditia Cita Resmi
NIM : K1305002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP NEGERI 2 KEBAKKRAMAT
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII
SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2009/ 2010
Oleh :
Aditia Cita Resmi
NIM : K1305002
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Budiyono, M. Sc
NIP. 19530915 197903 1 003
Pembimbing II
Getut Pramesti, S.Si, M.Si
NIP. 19790202 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jumat
Tanggal : 25 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
: Sutopo, S. Pd, M. Pd
: Henny Ekana Ch, S.Si, M.Pd
: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
: Getut Pramesti, S.Si, M.Si
1. ..............
2. ..............
3. ..............
4. ..............
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
ADITIA CITA RESMI. K1305002. ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP
NEGERI 2 KEBAKKRAMAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2009/ 2010.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi : (1) kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel (2) apa saja yang menyebabkan
siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, sehingga data
dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi kata-kata. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode tes, metode observasi, metode wawancara, dan metode
dokumentasi. Tes dilaksanakan pada siswa kelas VIII D semester gasal SMP
Negeri 2 Kebakkramat tahun ajaran 2009/2010, dengan banyak siswa yang
mengikuti tes sebanyak 39 siswa. Subyek yang diwawancara sejumlah 6 siswa.
Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa saat materi sistem persamaan linear
dua variabel diajarkan di kelas tersebut. Untuk wawancara dilakukan terhadap
siswa yang dipilih berdasarkan jenis kesalahan yang dilakukan. Teknik analisis
data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi
data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi data yaitu membandingkan data
hasil tes, data hasil wawancara, dan observasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan
bahwa: (1) kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
materi sistem persamaan linear dua variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe kesalahan, yaitu tipe kesalahan I (aspek bahasa/ memahami maksud soal)
yang meliputi kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui, kesalahan dalam
menentukan apa yang ditanyakan, kesalahan dalam membuat pemisalan, dan
kesalahan dalam membuat model matematika. Tipe kesalahan II (aspek
tanggapan/ memahami konsep) yang meliputi kesalahan dalam perkalian suku
aljabar, kesalahan dalam mengeliminasi variabel, kesalahan dalam pengurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
suku aljabar, kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel. Tipe kesalahan III
(aspek menentukan langkah/ strategi penyelesaian) yang meliputi kesalahan dalam
menentukan langkah penyelesaian, kesalahan dalam perhitungan, kesalahan tidak
menuliskan tanda ekuivalen, serta kesalahan dalam membuat kesimpulan akhir
atau mengubah hasil perhitungan ke jawab soal. (2) Penyebab kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linear dua variabel
antara lain (i) tipe kesalahan I, penyebabnya antara lain siswa kurang teliti dalam
membaca soal, siswa tergesa-gesa dan asal-asalan dalam mengerjakan, siswa
merasa penulisan apa yang diketahui tidak begitu penting, ketidakmampuan siswa
menghayati maksud soal sehingga siswa bingung membuat pemisalan, tidak dapat
menstransfer apa yang diketahui ke dalam bahasa matematika, siswa merasa
kesulitan jika soal berbeda dengan contoh guru, (ii) tipe kesalahan II,
penyebabnya antara lain siswa kurang paham konsep perkalian suku aljabar, siswa
tidak mengerti sifat distributif perkalian, siswa kurang paham mengeliminasi
variabel, siswa dengan asal-asalan mensubtitusikan nilai variabel, (iii) tipe
kesalahan III, penyebabnya antara lain tidak teliti dalam perhitungan, lupa dan
terburu-buru dalam mengerjakan soal, siswa menganggap penulisan tanda
ekuivalen tidak berpengaruh pada penilaian, siswa kurang teliti membaca apa
yang ditanyakan sehingga salah dalam membuat kesimpulan, siswa tidak terbiasa
menuliskannya, siswa menganggap hasil akhir dari perhitungan adalah
kesimpulan jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
ADITIA CITA RESMI.K1305002. ANALYSIS OF STUDENT`S MISTAKE OF
SMP COUNTRY 2 KEBAKKRAMAT IN RESOLVING STORY QUESTIONS
ON BASIC MATERIAL OF TWO LINEAR EQUATION SYSTEM OF Grade
VIII D ODD SEMESTER OF EDUCATION YEAR OF 2009/2010. Thesis,
Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University
Surakarta, April 2010.
The goal of this research to identify: (1) mistakes which performed by
students in resolving story questions on basic material of two variable linear
equation system, (2) to find out what cause the students make mistakes in solving
the story on the subject of two variable linear equation system.
This research is a qualitative-descriptive research, so that the data and
analysis results form the description of words. Data collecting technique used is
performed by test method, observation method, interview method and
documentation method. The test is carried out on students of grade VIII D in odd
semester of SMP Negeri 2 Kebakkramat in education year 2009/2010, with the
number of students who take the test as many as 39 students. The subject of the
research is in amount of 6 students. Observation was performed against teachers
and students when two variables linear equation is taught in the class. For
interview method, it is performed to students those are chosen based on kinds of
mistake which is performed. Data analysis technique consists of data reduction,
data presentation, and conclusion making or data verification. Data validity is
performed by data triangulation by comparing data of test results, data of
interview results, and observation.
Based on the result of the research and the dealing, it can be concluded
that: (1) The mistakes which are performed by students in resolving story question
on material of two variable linear equation system can be classified into three
mistake types: type I (language aspect/understand intention of the questions)
which consist of mistake in determining what is known, mistakes in determining
what is questioned, mistake in making example or analog, and mistake in making
mathematic model. Mistake type II (respond aspect/ understand concept) which
consist of mistake in part of algebra multiplication, mistake in eliminating
variables, mistake in subtracting part of algebra, mistake in substitute variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
value, mistake type III (determine resolving step) which consists of error in
determining the settlement step mistakes in calculation, mistake not to write sign
of equivalent, and mistake in making final conclusion or change calculation result
to the answer of questions. (2) the cause of student`s mistake in resolving story
questions on material of double variable linear equation system, among of them
are (i) mistake type I , the cause is that student are less carefully in reading
question, students are in hurry and reluctant in doing, students fell that the writing
of what he knows are less important, student`s ability in understanding intention
of the question so that students are confused to make analog or example, students
have no ability to transfer what they know into mathematic language, students feel
difficulties if the questions are different to the teacher example, (ii) mistakes type
II the cause of the mistake are among that students have less understanding with
concept of algebra part multiplication, students don`t understand with distributive
multiplication, less understanding in eliminating variable , student are reluctant in
substituting variable value , (iii) mistake type III , the cause are among that
students are less exactly in calculating, forget and in hurry in answering questions,
students consider that the writing of equivalent sign which has no impact in
assessment, student are less exactly in reading what is questioned, so that they are
wrong in making conclusion, students are not used to writing , students consider
that final result from calculation is conclusion of the answer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Wahai orang-orang beriman. Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan sholat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S.Al-Baqarah:153)
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmatku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.”
(Q.S.Ibrahim:7)
Orang harus cukup tegar untuk memaafkan kesalahan, cukup pintar untuk
belajar dari kesalahan, dan cukup kuat untuk mengoreksi kesalahannya.
(John C. Maxwell)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan dan
ketulusan hati ini, kupersembahkan kepada:
Ibuku dan ayahku, yang telah memberikanku
semangat, dan segala-galanya yang tak
ternilai harganya.
Wara rajendra gandhie, kakakku, yang telah
banyak kurepotkan saat penelitian serta nasihat
dan doanya agar aku bisa mempersembahkan
yang terbaik untuk semua, dan iin armelisa,
yang selalu menyemangatiku.
Seseorang yang telah memberikan banyak
bantuan dan solusi serta mengajariku tentang
banyak hal.
Mahasiswa P. Math ’05, atas dukungan dan
kebersamaan, baik suka maupun duka Semua
pihak yang membuatku mampu menyelesaikan
karya ini.
Mie-mie yang selalu membantuku
Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa SMP Negeri 2 Kebakkramat
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel Kelas VIII Semester Gasal Tahun Ajaran 2009/ 2010”
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan izin penelitian.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan izin penelitian.
3. Triyanto, S. Si, M. Si, Ketua Program Pendidikan Matematika yang telah
memberikan ijin penelitian.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Pembimbing I atas waktu, bimbingan dan segala
dukungannya serta kesabaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Getut Pramesti, S.Si, M.Si, Pembimbing II atas waktu, bimbingan, motivasi,
dan segala dukungannya serta kesabaran bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ira Kurniawati, S. Si, M. Pd, Pembimbing Akademik atas waktu, bimbingan,
nasehat, ilmu dan segala dukungannya bagi penulis selama ini.
7. Drs. Eko Widodo, Kepala SMP Negeri 2 Kebakkramat yang telah memberikan
izin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Drs. Sutarno Guru Matematika SMP Negeri 2 Kebakkramat yang telah
memberikan kesempatan dan waktu untuk mengadakan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Kebakkramat yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini.
10. Mb’Jakky, d’iin. Terima kasih atas dukungan, doa, fasilitas, dan kasih sayang
yang tiada pernah habis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
11. Teman-teman P.Math’05, terima kasih atas persahabatan selama ini. Semoga
Allah menjaga tali persaudaraan kita.
12. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya
dari manusia. Serta penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna penyempurnaan penulisan lebih lanjut.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Maret 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................................
E. Tujuan Penelitian.........................................................................
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
A. Tinjuan Pustaka .............................................................................. 6
1. Hakikat Belajar ......................................................................... 6
2. Hakikat Matematika .................................................................. 7
3. Kesalahan Belajar ..................................................................... 8
4. Soal Cerita ............................................................................
5. Tinjauan Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.....
B. Kerangka Pemikiran....................................................................
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
1
1
4
4
5
5
6
7
7
7
10
13
18
19
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
1. Tempat Penelitian.................................................................
2. Waktu Penelitian...................................................................
B. Jenis Penelitian...........................................................................
C. Sumber Data..............................................................................
D. Teknik Sampling........................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen........
1. Teknik Pengumpulan Data...................................................
a. Metode Tes.....................................................................
b. Metode Observasi...........................................................
c. Metode Wawancara.......................................................
d. Metode Dokumentasi ...................................................
2. Pengembangan Instrumen....................................................
a. Spesifikasi Tes...............................................................
b. Pembuatan Kisi-kisi Tes……………………………...
c. Penyusunan Butir Tes………………………………...
d. Melakukan Uji Validitas Soal-soal Tes………………
e. Pelaksanaan Tes……………………………………...
F. Validitas Data..............................................................................
G. Analisis Data.............................................................................
H. Prosedur Penelitian.....................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................
A. Deskripsi Data............................................................................
1. Data Hasil Observasi..............................................................
2. Data Hasil Tes........................................................................
B. Analisis Data...............................................................................
1. Analisis Data Hasil Tes.........................................................
2. Analisis Data Hasil Wawancara............................................
C. Validasi Data..............................................................................
D. Pembahasan Hasil Akhir Analisis Data....................................
26
26
26
26
26
27
28
28
28
28
29
29
31
31
31
32
32
32
33
33
33
34
36
36
36
38
48
48
74
104
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
E. Pengelompokkan Jenis Kesalahan............................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Implikasi.........................................................................................
C. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
127
128
128
133
134
137
139
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Deskripsi kesalahan jawaban siswa pada soal nomor 1
Tabel 4.2 Deskripsi kesalahan jawaban siswa pada soal nomor 2
Tabel 4.3 Deskripsi kesalahan jawaban siswa pada soal nomor 3
Tabel 4.4 Deskripsi kesalahan jawaban siswa pada soal nomor 4
Tabel 4.5 Deskripsi kesalahan jawaban siswa pada soal nomor 5
Tabel 4.6 Deskripsi kesalahan yang sering dilakukan siswa
Tabel 4.7 Hasil Validasi Data Subyek I
Tabel 4.8 Hasil Validasi Data Subyek II
Tabel 4.9 Hasil Validasi Data Subyek III
Tabel 4.10 Hasil Validasi Data Subyek IV
Tabel 4.11 Hasil Validasi Data Subyek V
Tabel 4.12 Hasil Validasi Data Subyek VI
40
42
44
46
48
49
……
……
……
……
……
……
……
...................
106
109
112
115
118
119
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Triangulasi Data ................................................................... 139
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ........................................................... 157
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal ........................................................................ 161
Lampiran 4 Instrumen Tes........................................................................ 162
Lampiran 5 Soal Tes................................................................................. 171
Lampiran 6 Lembar Validitas ................................................................. 172
Lampiran 7 Jawaban Tes Siswa................................................................ 175
Lampiran 8 Transkip Wawancara............................................................. 196
Lampiran 9 Data Empirik......................................................................... 222
Lampiran 10 Surat Perijinan Skripsi........................................................... 223
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada
Sumber Daya Manusia (SDM), sedangkan keberhasilan SDM sangat ditentukan
oleh pendidikannya. Hal yang menjadi sorotan pada dunia pendidikan dewasa ini
adalah rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan.
Pendidikan matematika sendiri memiliki peran yang sangat penting
dalam keberhasilan pembangunan karena matematika adalah ilmu dasar yang
digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Matematika adalah salah
satu mata pelajaran dan merupakan ilmu dasar (basic science) yang penting baik
sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk
sikap, maka dari itu matematika diharapkan dapat dikuasai oleh siswa di sekolah.
Namun pelajaran matematika selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa
sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
matematika siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data dari Trends
In Mathematics dan Science Study (TIMSS), prestasi belajar matematika
Indonesia secara umum berada pada peringkat 35 dari 46 negara peserta yang
melibatkan lebih dari 200.000 siswa. Rata-rata nilai seluruh siswa dari seluruh
Negara adalah 467 sedangkan rata-rata nilai 5000-an siswa sebagai sampel studi
hanyalah 411, dengan aturan penskoran sebagai berikut: nilai 400-474 termasuk
rendah, 475-549 termasuk menengah, 550-624 termasuk tinggi, dan 625 termasuk
tingkat lanjut. Dengan demikian peringkat matematika Indonesia di dunia masih
dikatakan rendah. (http://www. Sinarharapan. co. id)
Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya kemampuan
matematika siswa. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam atau dari luar
diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa dapat berupa motivasi, kemampuan
intelektual siswa, minat, bakat, dan sebagainya. Faktor dari luar, prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
siswa dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, keluarga, guru, teman, alat
belajar, dan sebagainya.
Mencermati rendahnya kemampuan belajar matematika siswa, perlu
adanya peningkatan pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu tujuan
diberikannya matematika di sekolah adalah agar para siswa dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi dari
tujuan tersebut adalah diberikannya soal matematika yang bersifat pemecahan
masalah (problem solving). Soal-soal semacam itu di matematika disebut sebagai
soal cerita. Keterampilan menyelesaikan soal cerita menjadi penting dalam jangka
panjang karena aplikasi di bidang lain selalu berkaitan dengan pembuatan model
matematika atau yang disebut kalimat matematika.
Pembelajaran soal cerita merupakan salah satu masalah yang sering
ditemui dalam pelajaran matematika, masih banyak siswa yang mengaku kesulitan
dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita, bahkan menjadi momok bagi
siswa. Hal ini juga menjadi masalah bagi para guru untuk menemukan metode
yang tepat untuk mengajarkan soal cerita agar lebih dipahami oleh siswa.
Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita dapat dilihat dari masih banyaknya
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa yang dapat terlihat jelas karena
penyelesaian soal cerita berupa uraian, sehingga langkah-langkah pengerjaan
siswa dapat diamati untuk setiap langkahnya.
Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
bisa menjadi petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Dari
kesalahan yang dilakukan siswa dapat diteliti dan dikaji lebih lanjut mengenai
penyebab kesalahan siswa. Penyebab kesalahan siswa harus segera mendapat
pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis akar
permasalahan yang menjadi penyebab kesalahan yang dilakukan siswa.
Selanjutnya, diupayakan alternatif pemecahannya. Sehingga kesalahan yang sama
tidak akan terulang lagi dan dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar.
Peran guru sangat besar dalam keseluruhan proses belajar mengajar di
kelas, sehingga sebagai pengajar dan pendidik, guru harus dapat menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga setiap siswa
memberikan respon terhadap materi yang diberikan. Selain itu guru harus dapat
mengetahui kemampuan siswa yang diajarnya, sehingga siswa tidak canggung
dalam memberikan respon kepada guru, dengan demikian tujuan yang diharapkan
akan tercapai.
Berdasarkan observasi pada beberapa siswa SMP Negeri 2 Kebakkramat
melalui wawancara dan berdasarkan pengalaman guru SMP Negeri 2
Kebakkramat dalam mengajar di kelas, mata pelajaran matematika yang masih
tergolong rendah salah satunya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Ini terlihat dari rata-rata ulangan harian siswa kelas VIII
tahun ajaran 2007/2008 pada materi tersebut hampir lebih dari 50% masih
dibawah kriteria ketuntasan minimal. Dalam materi ini siswa masih sulit
mengerjakan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), salah satunya
yang berkaitan dengan soal cerita sehingga siswa tidak dapat menentukan
penyelesaian yang tepat. Selain itu siswa masih sulit mengerjakan soal yang
sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan guru seperti pada penyelesaian
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah salah satu
pokok bahasan yang banyak sekali penerapannya dalam kehidupan. Untuk
menyelesaikan soal-soal tersebut siswa dituntut untuk memiliki berbagai
kemampuan dalam pemecahan soal matematika. Selain harus menguasai langkah-
langkah pemecahan soal cerita, siswa juga harus menguasai penghitungan operasi
aljabar.
Pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel
kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut belum diketahui
secara pasti di mana letak kesalahannya, apakah terletak pada kesalahan membuat
model matematikanya, kurangnya penguasaan konsep langkah-langkah
penyelesaiannya ataukah kesalahan yang lain. Oleh karena itu, penulis akan
mencoba untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa
dalam menyelesaikan soal-soal tentang materi tersebut dan mencari faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang menyebabkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat muncul masalah-
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Menurut pengamatan peneliti, sebagian besar siswa kelas VIII SMP N 2
Kebakkramat mempunyai semangat belajar yang cukup bagus. Akan tetapi
masih banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita sistem persamaan linear dua variabel. Untuk itu perlu diteliti
kesalahan apa sajakah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita sistem persamaan linear dua variabel.
2. Rendahnya prestasi belajar soal cerita sistem persamaan linear dua
variabel kemungkinan karena siswa kurang menguasai langkah-langkah
dalam penyelesaian soal cerita. Dalam hal ini dapat diteliti apa sajakah
yang menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita sistem persamaan linear dua variabel.
3. Rendahnya prestasi belajar soal cerita sistem persamaan linear dua
variabel dimungkinkan juga berkaitan dengan metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Dari sini muncul pertanyaan apakah metode
pembelajaran yang digunakan guru dapat menyebabkan rendahnya prestasi
belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Sebelum pembatasan masalah perlu diadakan pemilihan masalah terlebih
dahulu karena tidak mungkin peneliti akan melakukan penelitian dengan banyak
pertanyaan penelitian dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini hanya akan dicoba memecahkan masalah nomor satu, dan dua dari tiga
masalah yang ada.
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah,
penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas VIII D SMP N 2 Kebakkramat
2. Penelitian difokuskan pada kesalahan-kesalahan pemahaman langkah-langkah
dalam menyelesaikan soal Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
3. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dibatasi pada kesalahan siswa
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Dari pembatasan masalah yang telah dilakukan diatas penulis dalam
melakukan penelitian mengambil judul Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) Kelas VIII Semester Gasal SMP N 2 Kebakkramat Tahun
Ajaran 2009/ 2010
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)
2. Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)
2. Mengidentifikasikan hal-hal yang menyebabkan terjadi kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan masukan kepada siswa kelas VIII berkenaan dengan
kesalahan yang dilakukan dan solusi penyelesaian yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)
2. Memberikan masukan kepada guru pengampu mata pelajaran matematika,
khususnya kelas VIII berkenaan dengan upaya mengadakan perbaikan
pengajaran.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan
referensi bagi peneliti sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Setiap manusia dalam kehidupan terjadi proses belajar mengajar. Dari
proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang umumnya disebut
hasil belajar. Untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses belajar
mengajar harus dilaksanakan secara sadar, sengaja dan diorganisasi dengan
baik.
Purwoto (2003:21) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang
berlangsung dari keadaan tidak tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap
belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi
teliti dan seterusnya. Dengan demikian tujuan murid belajar matematika,
antara lain adalah agar murid memiliki sikap dan nilai, tetiti, hati-hati, cermat,
cerdas, tangkas, terampil, aktif, cinta kepada keindahan, senang kepada
keteraturan, jujur pada diri sendiri sehingga mempunyai keberanian untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.
Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology (Muhibbin Syah (1995 : 56), berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi. Yang dimaksud proses adaptasi disini yaitu suatu
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Hintzaman
dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat, belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri suatu organisme (manusia atau
hewan). Perubahan tersebut disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku dalam organisme tersebut.
Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman,
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sedangkan menurut pandangan tradisional, belajar sekedar diartikan sebagai
usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, atau
belajar adalah usaha mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman (Bower
dan Hilgard, 1981:2)
(Gagne, 1997:3) dalam bukunya (Surgianto, 1985: 58) mengemukakan
belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk mengubah
tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan yang
serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru. Dari
pengertian tersebut, terdapat komponen-komponen berikut:
1. Belajar adalah suatu proses yang dapat dibandingkan dengan proses-proses
belajar organik lainnya seperti pencernaan dan pernafasan.
2. Proses belajar akan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang
dapat diobservasi maupun yang tidak, yang dapat dengan membandingkan
tingkah laku seseorang sebelum dan sesudah mengalami peristiwa belajar.
Menurut Kimble dan Garmezy (dalam Brown, 1980:7), belajar adalah
suatu kecenderungan dalam mengubah tingkah laku yang secara relatif bersifat
permanen dan sebagai hasil dari praktik yang bersifat menguatkan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat pula dikemukakan adanya komponen-
komponen didalamnya, yaitu:
1. Belajar adalah proses perolehan.
2. Belajar adalah penyimpanan terhadap informasi atau keterampilan.
3. Belajar adalah keaktifan, memusatkan perhatian dan kesadaran.
4. Belajar secara relatif bersifat permanen walaupun orang cenderung lupa.
5. Belajar meliputi bentuk-bentuk praktik atau praktik yang bersifat
menguatkan.
6. Belajar adalah pengubahan tingkah laku.
Bertolak dari berbagai definisi diatas, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif yang disebabkan interaksi dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengeruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam:
1. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri meliputi 2 aspek,
yakni :
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, diantaranya faktor-faktor yang pada umumnya dipandang
lebih essensial itu adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan/
intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi
siswa.
2. Faktor Eksternal
Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua
macam, yakni:
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi belajar seorang siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa tersebut. Akan tetapi lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa. Faktor
pendekatan belajar siswa juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
belajar siswa tersebut.
2. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi empat kawasan yang luas, yaitu
aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan
statistik. Ide-ide/ konsep-konsep abstrak tersebut tersusun secara hierarkis dan
penalarannya deduktif.
Abdurrahman (1999: 252) mengemukakan bahwa menurut Johnson dan
Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitas dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Lerner (1998: 430) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat, mengkomunikasikan ide mengenai elemen
dan kuantitas. Kline(1981: 172) juga mengemukakan bahwa matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri umumnya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dalam kamus bahasa Indonesia mengemukakan bahwa,” matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan”. Sedangkan Soejadi (2000:11) menyatakan bahwa definisi
matematika ada beraneka ragam dan definisi tersebut tergantung dari sudut
pandang pembuat definisi. Dibawah ini beberapa definisi menurut Soejadi:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan tentang pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
matematika digunakan untuk memecahkan masalah manusia, karena untuk
menyelesaikan masalah manusia menggunakan:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
2. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran
3. Kemampuan untuk menghitung
4. Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan kemampuan
b. Matematika Sekolah
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di jenjang
persekolahan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Umum disebut matematika sekolah. Sering juga Matematika
Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari Matematika yang dipilih
berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan
perkembangan IPTEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa matematika sekolah tidak
sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak
sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal:
1. Penyajian Matematika Sekolah
Buku-buku matematika yang tidak untuk jenjang persekolahan dan sudah
memuat cabang-cabang matematika tertentu, biasanya sudah langsung
memuat definisi kemudian teorema atau bahkan diawali aksioma.
Penyajian atau pengungkapan butir-butir matematika yang akan
disampaikan disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual
peserta didik. Mungkin dengan mengaitkan butir yang akan disampaikan
dengan realitas disekitar siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya.
Jadi penyajiannya seringkali tidak langsung berupa butir-butir matematika.
2. Pola Pikir Matematika Sekolah
Pola pikir dalam matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat atau
teorema yang ditemukan secara induktif ataupun empirik harus kemudian
dibuktikan kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai dengan
strukturnya. Tidaklah kemudian halnya dalam matematika sekolah.
Meskipun siswa pada akhirnya tetap diharapkan mampu berfikir deduktif,
namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
3. Keterbatasan Semesta
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen matematika untuk matematika
sekolah dengan memperhatikan aspek kependidikan, dapat terjadi
”penyederhanaan” dari konsep matematika yang kompleks. Pengertian
semesta pembicaraan tetap diperlukan, namun mungkin sekali lebih
dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia siswa, yang berarti
meningkat juga tahap perkembangannya, maka semesta itu berangsur
diperluas lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Tingkat Keabstrakan Matematika Sekolah
Objek matematika adalah abstrak. Sifat abstrak objek matematika tersebut
tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan salah satu
penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah.
Seorang guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak
dari objek matematika itu sehingga memudahkan siswa menangkap
pelajaran matematika di sekolah.
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang
dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa:
Tujuan Umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan dasar dan
Pendidikan Umum adalah :
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif, dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu, sehingga matematika
sekolah dapat diartikan sebagai ilmu matematika yang disampaikan kepada
peserta didik dengan berorientasi pada kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan, yaitu lebih pada bagaimana menyajikan matematika sehingga
dengan mudah dimengerti oleh peserta didik.
3. Kesalahan Belajar
a. Pengertian Kesalahan
Kesalahan dalam belajar merupakan suatu gangguan atau hambatan
dalam belajar yang dapat mengakibatkan hasil belajar tidak maksimal.
Kesalahan-kesalahan belajar seringkali dilakukan oleh para siswa yang tidak
memahami cara belajar yang baik, memang banyak jenis dan ragamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kesalahan-kesalahan itu terdapat berbagai macam alasan baik disadari maupun
tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan. Dengan mengetahui kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa diharapkan para siswa mengerti bagaimana
seharusnya belajar matematika dan kesalahan-kesalahan tersebut tidak
dilakukan lagi. Nurul Hidayat (2008) mengemukakan kesalahan-kesalahan
yang dilakukan para siswa ketika belajar matematika, diantaranya:
1) Belajar matematika dengan menghafal dan tanpa latihan.
Bahwa belajar matematika bukan belajar menghafal, salah jika belajar
matematika tanpa latihan, karena sebenarnya banyak hal yang akan
ditemukan ketika latihan.
2) Tidak teliti
Meskipun pintar dan melakukan banyak persiapan, namun jika tidak teliti
juga akan percuma. Terlebih jika semua soal adalah soal pilihan ganda,
yang ditentukan dengan jawaban benar atau salah saja. Fatal akibatnya jika
tidak teliti.
3) Terburu-buru
Banyak siswa yang banyak melakukan kesalahan ini. Biasanya kesalahan
ini dilakukan karena siswa ingin segera menyelesaikan soal matematika
dengan cepat dan ingin mendapat nilai maksimal. Namun karena terburu-
buru banyak kesalahan-kesalahan sepele yang dilakukan.
4) Tidak memperhatikan petunjuk soal
Ketika akan mengerjakan soal-soal matematika, sebaiknya membaca
terlebih dahulu petunjuk soalnya. Karena mungkin ada aturan atau
petunjuk-petunjuk yang baru atau tidak seperti petunjuk sebelumnya.
5) Mengerjakan tidak dengan prioritas dan tanpa strategi
Kecenderungan siswa dalam mengerjakan soal matematika biasanya
cenderung mengerjakan dari nomor 1 dan tidak memperhatikan soal-soal
yang lain. Akibatnya jika nomor 1 kebetulan soal yang sulit, maka pada
bagian awal sudah membuat kesalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6) Mengerjakan dengan coba-coba dan menghafal rumus praktis.
Memang tidak salah jika mengerjakan soal dengan coba-coba. Beberapa
soal memang lebih cepat jika dikerjakan dengan coba-coba terutama untuk
soal pilihan ganda, sebaiknya harus hati-hati dengan tipe-tipe soal seperti
ini. Kadang-kadang juga ada soal yang bisa dikerjakan dengan coba-coba
tetapi akhirnya menjebak
(http://soalmatematika.com/?p=47)
b. Jenis Kesalahan
Kesalahan dalam menyelesaikan atau memecahkan persoalan
matematika terjadi jika siswa berhadapan dengan tugas yang sukar, sehingga
menghadapi jalan buntu. Kesalahan merupakan gangguan, oleh karena itu
guru harus mampu mendeteksi berbagai tipe-tipe kesalahan siswa.
Analisa kesalahan dapat dilakukan dengan memeriksa pekerjaan siswa
atau meminta penjelasan cara siswa memecahkan masalah. Kadang-kadang
analisa dari pemeriksa tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada
diri siswa. Oleh karena itu pemeriksaan perlu mengadakan wawancara untuk
mencocokan hasil analisisnya dengan kenyataan yang sesungguhnya dialami
siswa. Pemeriksaan juga perlu melakukan observasi terhadap cara yang
digunakan oleh siswa tersebut.
Menurut Arti Sriati (dalam jurnal kependidikan,1994), menyatakan
bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika
antara lain:
a. Aspek bahasa atau terjemahan
Yaitu kesalahan dalam mengubah informasi ke dalam ungkapan
matematika. Dari aspek bahasa biasanya siswa mengalami kesulitan dalam
mencerna atau memahami bahasa. Menafsirkan kata-kata atau simbol yang
digunakan dalam matematika. Dengan kata lain siswa mengalami kesulitan
pada penggunaan bahasa matematika.
b. Aspek tanggapan atau konsep.
Kesalahan dalam menafsirkan tanggapan siswa dalam menafsirkan
konsep, rumus, dan dalil matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a. Aspek strategi
Kesalahan siswa terjadi jika siswa salah dalam memilih jalan penyelesaian
atau jalan tidak tepat, sehingga tidak dapat menentukan pemecahan soal.
b. Kesalahan prosedur
Yaitu kesalahan yang terjadi dalam usaha siswa menggunakan konsep
yang dipelajari sebelumnya atau konversi gagasan ke konsep baru.
c. Kesalahan sistematik
Yaitu kesalahan yang berkenaan dengan pilihan yang salah atas tehnik
ekstrapolasi.
d. Kesalahan hitung
Yaitu kesalahan dalam menghitung matematika, seperti menjumlahkan,
mengurangi, mengalikan dan membagi.
Menurut Leaner (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999:262), beberapa
kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
adalah kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2) nilai tempat, (3)
perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, dan (5) tulisan yang tidak
terbaca.
e. Kekurangan pemahaman tentang simbol
Anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika
kepada mereka disajikan soal-soal seperti 4 + 3 =……; atau 8–5 =…….;
akan tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal
seperti 4 +….=7; 8 =….+5. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak
tidak memahami simbol-simbol seperti sama dengan (=), tidak sama
dengan ( ≠ ), tambah(+), kurang ( - ), dan sebagainya.
f. Nilai tempat
Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan,
ratusan, dan seterusnya.
g. Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada
contoh berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1. Mempertukarkan simbol-simbol.
2. Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat.
3. Semua digit ditambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak
memperhatikan nilai tempat).
4. Digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak memperhatikan nilai
tempat.
5. Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan.
6. Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa
memperhatikan nilai tempat.
7. Bilangan yang telah dipinjam nilainya tetap.
8. Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi
mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
kekeliruan jika hafalannya salah. Daftar perkalian mungkin dapat
membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami
konsep perkalian.
b) Tulisan yang tidak dapat dibaca
Ada anak tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk
hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya, anak
banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca
tulisannya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Soal Cerita
Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes
uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa.
Karena dalam soal cerita, siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir
jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan, sehingga soal
cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan atau kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita.
Menurut Syafri Ahmad (2001:172) ada pedoman untuk mengerjakan
soal cerita, yaitu:
a. Memahami soal cerita dengan menentukan apa yang telah diketahui dan
apa yang ditanyakan dari soal tes.
b. Menerjemahkan soal cerita ke dalam model atau kalimat
c. Menyelesaikan model atau kalimat matematika
d. Memeriksa kembali hasil jawaban yang diperoleh
Menurut Akbar Sutawidjaya, dkk (1991:50) menyatakan bahwa langkah-
langkah yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi siswa untuk
menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut:
a. Menentukan apa yang ditanyakan dalam soal cerita
b. Menemukan informasi atau keterangan yang essensial
c. Memilih operasi yang sesuai
d. Membuat kalimat matematikanya
e. Menyelesaikan kalimat matematikanya
f. Menyatakan jawaban tersebut dalam bahasa Indonesia sehingga dapat
menjawab pertanyaan dari soal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
mengerjakan soal cerita adalah menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal, membuat kalimat matematika dengan mencari hubungan
antara yang diketahui dan apa yang ditanyakan, menyelesaikan kalimat
matematika, dan menyimpulkan hasil jawaban yang diperoleh.
5. Tinjauan Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel
Suatu persamaan yang mempunyai dua variabel dan masing-masing variabel
berpangkat satu.
Bentuk umum dari PLDV adalah ax + by +c = 0, dengan a,b tidak semuanya
nol, x dan y merupakan variabel, a dan b adalah kooefisien, sedangkan c
adalah konstanta.
Contoh: 3x + 3y +6 = 0
B. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri dari dua persamaan
linear dua variabel, yang keduanya tidak berdiri sendiri, sehingga kedua
persamaan hanya memiliki satu penyelesaian.
Contoh:
a. x + y = 3 dan 2x – 3y = 1
b. 5x + 2y = 5 dan x = 4y -21
C. Menentukan Himpunan Penyelesaian SPLDV
Menyelesaikan SPLDV sama artinya dengan menentukan pasangan berurutan
(x,y) yang memenuhi SPLDV tersebut.
SPLDV dapat diselesaikan menggunakan beberapa metode:
a. Metode grafik
b. Metode subtitusi
c. Metode eliminasi
d. Metode gabungan eliminasi dan subtitusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
D. Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam Kehidupan Sehari-
hari.
Contoh 1:
(Masalah harga pensil dan buku)
Yanita membeli dua pensil dan dua buku dengan harga Rp14000,00,
sedangkan Resa membeli satu pensil dan tiga buku dengan harga Rp17000,00.
Berapa harga sebuah pensil dan sebuah buku. (kerjakan dengan metode
eliminasi dan subtitusi)
Jawab:
1. Diketahui : Yanita membeli 2 pensil dan 2 buku Rp14000,00
Resa membeli 1 pensil dan 3 buku Rp17000,00
2. Ditanya : Berapa harga 1 pensil dan 1 buku ?
3. Jawab :
a. Kita misalkan :
Harga sebuah pensil = x rupiah
Harga sebuah buku = y rupiah
b. Membuat model matematika
Karena harga 2 pensil dan 2 buku Rp14000,00.
Maka 2x + 2y = 14000
Karena harga 1 pensil dan 2 buku Rp17000.
Maka x + 2y = 17000
Diperoleh model matematika:
2x + 2y = 14000
x + 3y = 17000
c. Kita selesaikan sistem persamaan di atas dengan mengeliminasi
x 1 ↔ 2x + 2y = 14000
x 2 ↔2x + 6y = 34000
y = 5000
-4y = -20000
2x + 2y = 14000
x + 3y = 17000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
subtitusi y = 5000 ke persamaan x + 3y = 17000
x + 3(5000) = 17000
x + 15000 = 17000
x = 17000 – 15000
x = 2000
jadi, harga sebuah pensil adalah Rp2000,00, dan harga sebuah buku adalah
Rp5000,00
Contoh 2
( Masalah banyak tempat duduk )
Pertunjukkan sulap dihadiri oleh 160 orang. Tempat duduk depan dengan
harga karcisnya Rp500,00 . Tempat duduk belakang dengan harga karcis
Rp300,00. hasil pertunjukan itu Rp 60000,00. Berapa banyak tempat
duduk depan dan tempat duduk belakang yang terisi? (kerjakan dengan
metode subtitusi)
1. Diketahui : Pertunjukan sulap dihadiri 160 orang
Tempat duduk depan harga karcis Rp 300,00
Tempat duduk belakang dengan harga karcis Rp 500,00
Hasil pertunjukkan Rp 60000,00
2. Ditanya : Berapa banyak tempat duduk depan dan belakang yang
terisi?
3. Jawab :
a. Kita misalkan :
Tempat duduk depan yang terisi sebanyak = x
Tempat duduk belakang yang terisi sebanyak = y
b. Membuat model matematika
Karena pertunjukkan itu dihadiri oleh 160 orang.
Maka x + y = 160. hasil pertunjukkan dari tempat duduk depan
adalah x(500). Hasil pertunjukkan dari tempat duduk belakang
y(300). Jadi 500x + 300y = 60000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Diperoleh model matematika :
x + y = 160
500x + 300y = 60000
c. Kita selesaikan sistem persamaan di atas dengan metode subtitusi
Dari persamaan x + y = 160, kita peroleh y = 160 – x
Dalam persamaan 500x + 300y = 60.000 gantilah y dengan
160 – x
Kita peroleh 500x + 300(160 – x) = 60000
5x + 3(160 – x) = 600
5x + 480 – 3x = 600
2x = 120
x = 60
Untuk x = 60, maka y = 160 – 60 = 100
Jadi, banyaknya tempat duduk depan yang terisi ada 60 buah, dan
banyaknya tempat duduk belakang yang terisi ada 100 buah.
Contoh 3
(Masalah uang)
Uang Aprita Rp150000,00 lebihnya dari uang Budi. Jika tiga kali uang
Aprita ditambah dua kali uangnya Budi jumlahnnya adalah Rp950000,00.
Tentukan besar masing-masing uang Aprita dan Budi?(dengan subtitusi)
1. Diketahui : Uang Aprita Rp 150000,00 lebihnya dari uang budi.
3 kali uang Aprita ditambah 2 kali uang Budi Rp
950000,00
2. Ditanya : Berapa uang Aprita dan uang Budi ?
3. Jawab :
a. Kita misalkan :
Besar uang Aprita = a rupiah
Besar uang Budi = b rupiah
b. Membuat model matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Karena uang Aprita Rp150000,00 lebihnya dari uang Budi maka
a = 150000 + b, 3 kali uang Aprita ditambah 2 kali uang Budi
Rp95000,00, maka 3a + 2b = 950000
Diperoleh model matematika :
a = 150000 + b
3a + 2b = 950000
4. Kita selesaikan sistem persamaan di atas dengan subtitusi a =150000 +
b, kita subtitusikan ke persamaan 3a + 2b = 950000.
3(150000 + b) + 2b = 950000
450000 + 3b + 2b = 950000
5b = 950000 – 450000
5b = 500000
b = 100000
Subtitusi b = 100000 ke a = 150000 + b
a = 150000 + 100000
a = 250000
Jadi, besar uang Aprita Rp 250000,00 dan besar uang Budi
Rp100000,00
B. Kerangka Berpikir
Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif yang disebabkan interaksi dengan lingkungannya.
Karena belajar adalah sebuah tahapan perubahan atau proses maka belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari dalam
diri seseorang (faktor internal siswa) dan dapat pula berasal dari luar diri
seseorang (faktor eksternal siswa). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajar .
Proses belajar tidak selalu berhasil dengan baik karena adanya hal yang
menjadi hambatan dalam proses tersebut salah satunya adalah kesalahan yang
dialami siswa sebagai hambatan dalam proses belajar mengajar. Kesalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
merupakan suatu gangguan yang terjadi dalam proses belajar sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
Kesalahan-kesalahan belajar seringkali dilakukan oleh para siswa yang
tidak memahami cara belajar yang baik, dengan mengetahui kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa diharapkan para siswa mengerti bagaimana seharusnya
belajar matematika. Kesalahan ini banyak terjadi dalam pembelajaran matematika.
Hal tersebut juga terjadi pada siswa SMP khususnya dalam mengerjakan soal
cerita. Kesalahan dalam belajar matematika sangat jelas terlihat pada saat
menyelesaikan persoalan-persoalan matematika karena kemampuan dalam
menyelesaikan soal matematika dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan dan pemahaman siswa pada materi
penunjang dan materi pokok, kemampuan dalam pengalihan atau transfer belajar,
kedisiplinan dalam belajar serta kemampuan guru dalam penguasaan materi dan
penggunaan strategi pembelajaran. Salah satu bentuk persoalan matematika yang
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa adalah soal cerita, yaitu pada proses
penyelesaiannya. Kesalahan ini tampak pada hasil jawaban siswa dalam
penyelesaian soal matematika yang masih banyak dijumpai kesalahan dalam
pengerjaannya.
Kesalahan pada penyelesaian soal cerita banyak dipengaruhi oleh
kemampuan siswa. Diantaranya kemampuan pemahaman maksud atau isi soal
cerita, kemampuan mengubah soal cerita menjadi model atau kalimat matematika
, kemampuan menyelesaikan perhitungan model matematika, yang meliputi
kemampuan berhitung dan faktor ketelitian dalam berhitung.
Sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu pokok
bahasan kelas VIII yang sangat banyak digunakan dalam soal cerita, selain
karena penerapan ilmu sistem persamaan linear dua variabel sangat banyak dalam
kehidupan sehari-hari, tingkat kesalahan penyelesaian soal-soal sistem persamaan
linear dua variabel juga cukup tinggi. Karena berbentuk soal cerita maka
penyelesaian soal sistem persamaan linear dua variabel juga harus dengan
langkah-langkah penyelesaian soal cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui secara jelas
dimana letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan penyebab-
penyebabnya, yaitu dengan melakukan tes diagnosis kemampuan siswa. Tes
diagnosis ini dengan memberikan tes uraian yang berbentuk soal cerita yang
berupa soal-soal sistem persamaan linear dua variabel, kemudian jawaban siswa
dianalisis. Dari analisis tersebut diperoleh letak kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua
variabel. Kesalahan yang muncul pada hasil pekerjaan siswa didata dan dijadikan
acuan kemungkinan kesalahan yang dialami siswa.
Dalam penelitian Arti Sriati dikemukakan beberapa jenis kesalahan
dalam mengerjakan soal matematika. Namun dalam penelitian ini kesalahan siswa
dalam mengerjakan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel hanya
ditinjau dari tiga tipe kesalahan, yaitu Tipe kesalahan I (aspek bahasa/ memahami
maksud soal) meliputi kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui,
kesalahan dalam menentukan apa yang ditanyakan, kesalahan dalam membuat
pemisalan, dan kesalahan dalam membuat model matematika. Tipe kesalahan II
(aspek tanggapan/ memahami konsep) meliputi kesalahan dalam memahami
konsep dasar metode subtitusi dan eliminasi (kesalahan konsep dalam
mengeliminasi variabel, kesalahan konsep perkalian dan pengurangan bentuk
aljabar). Tipe kesalahan III (aspek menentukan langkah penyelesaian), meliputi
kesalahan menentukan algoritma penyelesaian, kesalahan dalam melakukan
perhitungan, kesalahan dalam membuat kesimpulan akhir jawaban/
mengembalikan jawaban kepada permasalahan semula, dan tidak menuliskan
tanda ekuivalen dalam proses perhitungan.
Dari data hasil pekerjaan siswa tersebut digunakan sebagai dasar
pemilihan responden yang akan diwawancarai mengenai apa saja kesalahan siswa
dan penyebab-penyebanya.Untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa secara
lebih lengkap juga perlu dilakukan observasi saat guru mengajarkan pokok
bahasan Sistem persamaan linear dua variabel. Selain itu juga observasi siswa
pada saat proses belajar mengajar dalam pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah SMP N 2 Kebakkramat, Karanganyar pada
kelas VIII D tahun ajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil subyek penelitian siswa
kelas VIII D semester 1 tahun ajaran 2009/ 2010. Waktu penelitian yang
dilaksanakan dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan-kegiatan permohonan
pembimbing, pengajuan proposal penelitian, pembuatan permohonan ijin
penelitian di SMP Negeri 2 Kebakkramat dan pembuatan instrumen. Kegiatan
ini dilaksanakan pada minggu kedua bulan Mei sampai minggu keempat bulan
Juni.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pengambilan data. Kegiatan
ini dilaksanakan pada minggu Kedua bulan September sampai minggu
keempat bulan Oktober.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan analisis data hasil penelitian,
penarikan kesimpulan, penyusunan laporan hasil penelitian, dan konsultasi
dengan pembimbing. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan
November sampai maret.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena hasil laporan penelitian
berupa kata-kata atau kalimat dan bukan berbentuk statistik serta dalam
mendapatkan informasi diperoleh dari keadaan sewajarnya yang masih asli. Hal
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ini sesuai dengan pendapat Lexy J.Moleong (2000:4) bahwa penelitian kualitatif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah.
Situasi lingkungan dalam penelitian sebagai kebutuhan atau sesuai kenyataan
tanpa dilakukan perubahan oleh peneliti
b. Penelitian bersifat deskriptif.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal
dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,
catatan atau memo, dokumen resmi lain-lain.
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil.
Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan
jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya.
d. Analisis data secara induktif.
Analisis induktif digunakan dalam penelitian kualitatif karena proses induktif
lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat
dalam data, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-
responden menjadi eksplisit, dapat dikenal.
Pada penelitian ini penulis ingin mendapatkan informasi yang akurat
tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas VIII
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dan hal-hal yang
menyebabkan kesalahan siswa menyelesaikan soal tersebut.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dalam L.Moleong (2000:112) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data pada penelitian ini
diperoleh dari hasil tes siswa tentang pengerjaan soal cerita sistem persamaan
linear dua variabel dan hasil wawancara terhadap beberapa siswa berdasarkan
kesalahan yang dilakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
D. Teknik Sampling
Pada penelitian ini pengambilan sampelnya dengan cara sampling
bertujuan (purposive sampling), yaitu dengan adanya pertimbangan-pertimbangan
tertentu dari peneliti untuk memilih sampel.
Moleong (2001: 166) menyebutkan beberapa ciri sampel bertujuan, yaitu
sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. Selain itu, jumlah sampel ditentukan
oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Pemilihan sampel
berakhir jika sudah terjadi pengulangan informasi. Artinya apabila dengan sampel
yang telah diambil masih ada informasi yang diperlukan maka diambil sampel
lagi, sebaliknya jika dengan menambah sampel diperoleh informasi yang sama
berarti sampel cukup karena informasinya sudah cukup.
Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil tes yang
diberikan, yaitu siswa yang melakukan kesalahan yang secara umum dilakukan
oleh siswa lain.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dan terstandar (Suharsimi Arikunto,1996 :177).
Untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan suatu
penelitian, maka kita perlu menentukan metode pengumpulan data yang sesuai
dengan masalah yang akan diteliti. Metode pengumpulan data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah metode tes, metode wawancara, metode observasi dan
dokumentasi.
a. Metode tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
Arikunto,1996:138). Sedangkan Budiyono (2003:54),” metode tes adalah cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau
suruhan-suruhan kepada subyek penelitian”.
Metode tes ini penulis gunakan untuk mengetahui kesalahan yang
dilakukan siswa sehingga dapat juga mengetahui kesalahan siswa menyelesaikan
soal cerita pada sistem persamaan linear dua variabel. Dalam metode tes ini
penulis menggunakan tes tertulis yaitu berupa tes uraian.
b. Metode observasi
Menurut Budiyono (2003:53), Observasi (pengamatan) adalah cara
pengumpulan data dimana peneliti (orang yang ditugasi) melakukan pengamatan
terhadap subjek peneliti demikian hingga subjek tidak tahu bahwa dia sedang
diamati. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1996:145) “Di dalam
pengertian psikologik, observasi atau disebut pula dengan pengamatan meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek yang menggunakan seluruh
alat indra”.
Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengetahui penyebab
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tes. Observasi dilakukan melalui
dua tahap sebagai berikut:
1) Observasi pada saat proses belajar mengajar pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dua variabel dalam menyelesaikan soal cerita, hal ini
dilakukan untuk mengetahui sumber yang menyebabkan siswa mengalami
kesalahan. Sumber ini dibatasi pada segala sesuatu diluar diri siswa.
2) Observasi pada saat siswa mengerjakan soal tes, hal ini dilakukan untuk
mengetahui penyebab kesalahan siswa yang dibatasi pada sesuatu dalam diri
siswa/ tingkah laku siswa yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
c. Metode Wawancara
Menurut Budiyono (2003:53), Wawancara adalah cara pengumpulan
data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti (seorang yang ditugasi)
dengan subyek penelitian atau responden atau sumber data. Wawancara tersebut
dapat dilakukan secara langsung terhadap subyek yang diteliti tetapi dapat pula
secara tidak langsung terhadap melalui orang lain untuk mendapatkan informasi
mengenai subyek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa:
”A clinical task-based interview can be seen as a situation where the
interview-interviewee interaction on a task is regulated by a system of explicit and
implicit norms, values, and rules”.
Dalam jurnal lain, Hurst (2009: 274) mengungkapkan bahwa:
“Interview were chosen as the main data gathering strategy for the
original project because it was felt that potentially ‘data rich’ environment this
afforded would provide the best context for assesistry and probing for presence of
three models of thinking (mathematical knowledge, contextual knowledge, and
strategic knowledge) both before and following the intervention phase of project”.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi
dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan
pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tugas/ tes yang telah diberikan
kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik dengan tujuan menilai dan menyelidiki strategi belajar siswa.
Dalam penelitian ini digunakan wawancara secara langsung terhadap
subyek wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi garis-
garis besar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Adapun langkah-
langkah untuk menentukan siswa sebagai subyek wawancara adalah sebagai
berikut:
a) Mencermati semua hasil tes telah dikerjakan, melihat pekerjaan yang salah
dari setiap siswa. Hal tersebut untuk melihat kesalahan apa sajakah yang
dilakukan siswa.
b) Mengelompokkan jenis-jenis kesalahan siswa yang ditemukan berdasarkan
kesamaan kesalahan yang dilakukan.
c) Dari hasil pengelompokan tersebut diambil beberapa siswa yang dapat
mewakili dari masing-masing kelompok yang melakukan kesalahan, sehingga
dapat diketahui penyebab kesalahan dalam menyelesaikan soal.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari guru
maupun siswa tentang materi yang diajarkan dan kesalahan yang dialami siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
variabel serta mengetahui penyebab kesalahan siswa menyelesaikan soal tersebut.
Wawancara dilakukan pada siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian secara
terpisah.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,1996:234). Sedangkan menurut
Budiyono (2003:54), metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Dokumen tersebut biasanya
merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan adalah
mengenai nilai matematika siswa dengan melihat daftar nilai yang ada di sekolah.
Metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa kelas
VIII D SMP N 2 Kebakkramat, Karanganyar.
2. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap,
sebagai berikut :
a) Spesifikasi Tes
Tes yang digunakan merupakan tes diagnosis. Yang dimaksud tes
diagnosis adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada sistem persamaan linear dua variabel dengan
melalui pemeriksaan terhadap hasil kerja siswa dalam tes berupa langkah-
langkah penyelesaian.
Dalam penelitian ini tes diagnosis berupa tes tertulis berupa uraian soal
cerita tentang sistem persamaan linear dua variabel, observasi, dan wawancara.
Observasi dan wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dan tingkah laku yang
terkait dengan penguasaan materi tersebut sehingga dapat mengetahui kesalahan
siswa menyelesaikan soal cerita pada sistem persamaan linear dua variabel.
b) Pembuatan Kisi-kisi Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pembuatan kisi–kisi tes ini didasarkan pada jenis-jenis kesalahan yang
mungkin dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada sistem
persamaan linear dua variabel, karena tes ini bertujuan mengungkapkan
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan
linear dua variabel.
c) Penyusunan Butir Tes
Tes atau instrumen ini terdiri dari lima soal cerita atau soal uraian. Soal-
soal tersebut merupakan penerapan atau aplikasi sistem persamaan linear dua
variabel pada kehidupan sehari-hari.
d) Melakukan Uji Validitas Soal-soal Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan dan keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti sacara tepat
(Suharsimi Arikunto, 1996:158). Untuk mengukur validitas dari tes diagnosis,
sebelum diberikan untuk tes terlebih dahulu diuji validitas isi. Validitas isi
adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Saifuddin Azwar, 1997:45).
Menurut (Budiyono, 2003:58) untuk tes hasil belajar, supaya tes
mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sample yang representative untuk
mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari
materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar.
2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titk berat
bahan yang telah diajarkan.
3) Tidak diperlukan pengetahuan lain atau belum diajarkan untuk menjawab
soal-soal ujian yang benar.
Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan oleh validator, dalam
hal ini validator adalah orang yang dianggap mampu dan benar-benar menguasai
materi yang dikaji.
e) Pelaksanaan Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Setelah soal tes telah diuji oleh beberapa validator, maka soal tes diujikan
pada siswa yang mana telah mendapatkan materi sistem persamaan linear dua
variabel dari guru. Jawaban yang dikehendaki adalah jawaban yang serinci
mungkin. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita.
F. Validitas Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan suatu data akan
dilakukan melalui triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy, 1996:
330).
Pada penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara
membandingkan data hasil analisis jawaban siswa, data hasil wawancara,dan data
hasil observasi. Validasi dilakukan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh
dari subyek penelitian agar diperoleh data yang valid.
G. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya
adalah non statistik. Data yang muncul berupa kata – kata dan bukan merupakan
rangkaian angka.
Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil tes. Berdasarkan jawaban
siswa kemudian dianalisis tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilakukan oleh
siswa. Data hasil tes, data dari wawancara, data hasil observasi dibandingkan
untuk mendapatkan data yang valid, kemudian dilakukan reduksi data, yaitu
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data-data kasar dari catatan-catatan di lapangan. Proses reduksi data
bertujuan untuk menghindari penumpukan data/ informasi dari siswa, kemudian
data yang telah valid disajikan untuk tiap jawaban dan faktor-faktor apa yang
menjadi penyebabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian langkah–langkah secara urut
dari awal hingga akhir yang dilakukan dalam penelitian. Prosedur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan proposal penelitian
2. Pembuatan instrumen tes
3. Pelaksanan penelitian
a. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi pada saat proses belajar
mengajar berlangsung yang terdiri dari observasi guru mengajar dan
observasi siswa yaitu :
1) Observasi guru mengajar
Observasi ini dilaksanakan pada saat materi sistem persamaan linear
dua variabel diajarkan.
2) Observasi siswa
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses
belajar mengajar materi sistem persamaan linear dua variabel
berlangsung.
b. Tes Tertulis
Tes tertulis diberikan setelah materi sistem persamaan linear dua
variabel selesai diajarkan. Soal tes yang diberikan berbentuk tes uraian.
c. Wawancara
1) Menentukan subyek wawancara
Penentuan ini dilakukan dengan mengambil beberapa siswa dengan
berbagai pertimbangan di antaranya, kesalahan yang dilakukannya
dilakukan pula oleh siswa yang lain, kesalahan yang mempunyai
bentuk kesalahan yang bervariasi
2) Pelaksanaan wawancara
Materi wawancara tersebut adalah untuk memperoleh informasi
tentang kesalahan apa saja yang dialami siswa dan apa yang menjadi
penyebabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Validasi Data
Validasi data dilakukan dengan triangulasi data yaitu dengan
membandingkan data hasil tes, data hasil wawancara, dan observasi.
5. Analisis Data
Analisis data meliputi 3 kegiatan :
a. Reduksi data
b. Penyajian data
c. Verifikasi data
6. Penyusunan laporan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Data Hasil Observasi
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
langsung proses belajar mengajar pada pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel di dalam kelas. Dengan metode observasi peneliti dapat mengetahui
kegiatan mengajar guru dan belajar siswa di kelas. Observasi dilakukan terhadap
guru dan siswa SMP Negeri 2 Kebakkramat kelas VIII D.
a. Observasi Guru Mengajar
Observasi terhadap guru mengajar merupakan salah satu cara untuk
mengumpulkan data. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan materi
sistem persamaan linear dua variabel. Hasil observasi dapat dipaparkan seperti
di bawah ini.
Guru membuka pelajaran dengan memberitahukan kepada siswa
tentang materi yang akan dipelajari. Guru pada saat pertama masuk sering
menanyakan kesulitan mengenai tugas rumah siswa. Jika ada siswa yang
mengalami kesulitan, guru memberikan kesempatan kepada siswa lain yang
bisa untuk menjawabnya. Bila ada siswa yang bisa mengerjakan siswa tersebut
diminta untuk mengerjakannya di depan kelas. Guru pada akhirnya
memberikan petunjuk pada siswa tentang langkah-langkah mengerjakan soal
dan memberikan jawabannya.
Dalam proses belajar mengajar penguasaan guru terhadap materi
sistem persamaan linear dua variabel cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
proses penyampaian materi yang dilakukan secara lisan dan tertulis, guru
hanya sesekali melihat ke buku sumber terlebih dahulu guru menerangkan
materi yang dipelajari, kemudian guru menuliskan beberapa contoh soal di
papan tulis untuk dibahas bersama, contoh yang diberikan guru cukup sedikit.
Guru membahas penyelesaian dari soal-soal tersebut secara runtut dari awal
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sampai akhir dengan sesekali memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
Setelah semua soal selesai dibahas, guru menuliskan beberapa soal dan
meminta siswa mengerjakan soal-soal tersebut di buku mereka. Selama siswa
mengerjakan, guru berkeliling kelas untuk memeriksa pekerjaan siswa,
membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengingatkan siswa yang
tidak mengerjakan soal agar segera mengerjakan. Selain soal-soal yang ditulis
di papan tulis, siswa juga diminta untuk mengerjakan soal-soal yang ada di
LKS (Lembar Kerja Siswa).
Metode mengajar yang digunakan guru adalah metode ceramah dengan
bantuan LKS dan tanya jawab. Dalam materi sistem persamaan linear dua
variabel guru juga membiasakan siswa dalam mengerjakan soal cerita dengan
langkah-langkah yang jelas untuk mendapatkan suatu penyelesaian. Dalam
mengajar, guru tidak menggunakan alat bantu belajar khusus seperti alat
peraga atau alat bantu lainnya.
Guru memberikan umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan
dengan menanyakan kepada siswa apakah siswa dapat memahami materi yang
telah disampaikan atau belum. Pada akhir pelajaran, guru memberikan tugas
rumah untuk dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
b. Observasi Kegiatan Belajar Siswa
Observasi terhadap kegiatan belajar siswa dilakukan pada saat siswa
menerima materi tentang persamaan linear dua variabel. Hasil observasi dapat
dipaparkan seperti di bawah ini.
1) Sebelum pelajaran dimulai, biasanya siswa belum siap dengan buku dan
alat-alat tulisnya, siswa-siswa biasanya masih ramai sebelum menerima
pelajaran tetapi setelah guru masuk dan pelajaran dimulai pada umumnya,
siswa memperhatikan penjelasan dari guru. Meskipun ada beberapa siswa
yang asyik berbicara dengan temannya sendiri.
2) Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru sangat
kurang. Hal ini terlihat selama peneliti melakukan observasi di kelas
tersebut tidak ada siswa yang bertanya mengenai materi yang disampaikan
guru meskipun banyak diantara mereka yang belum paham. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mereka menemui kesulitan atau hal-hal yang dianggap belum jelas mereka
lebih suka bertanya kepada teman sebangku atau teman lain yang dianggap
lebih bisa. Jika ada kesempatan bertanya yang diberikan guru, mereka
lebih suka diam. Meskipun tidak paham, mereka sungkan atau malu
bertanya dengan guru. Ada juga yang beralasan meskipun mereka tidak
paham tapi mereka bingung apa yang mau ditanyakan. Siswa mau
bertanya pada guru bila guru sedang berkeliling di dalam kelas dan
menghampiri meja mereka. Pertanyaan terhadap guru lebih sering
ditujukan kepada jawaban akhir dari suatu soal atau pemecahan suatu soal.
Dan itu pun hanya sebagian kecil siswa saja yang mau bertanya. Ketika
guru mendekati mereka, biasanya meraka menunjukkan sikap aktif
mengerjakan.
3) Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini terlihat
ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, maka jarang ada siswa
yang mau menjawab. Mereka mau menjawab ketika mereka ditunjuk oleh
guru saja. Kadang-kadang ketika siswa mau menjawab pertanyaan dari
guru mereka terlebih dahulu bertanya kepada teman lain. Hal ini
memperlihatkan bahwa mereka kurang percaya diri dengan kemampuan
mereka sendiri. Siswa juga kurang antusias ketika mendengarkan
penjelasan dari guru. Hal ini terlihat ketika guru memberikan soal-soal
latihan mereka cenderung menunggu jawaban yang akan ditulis di papan
tulis. Sebagian siswa juga terlihat bermalas-malasan, hal ini karena
kemungkinan siswa jenuh dengan penyampaian materi dari guru dimana
sebagian besar menggunakan metode ceramah.
4) Meskipun para siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, namun
kebanyakan dari mereka tidak mengerjakan secara mandiri. Banyak dari
mereka yang mencontek jawaban teman bahkan ada juga yang tidak
mengerjakan sama sekali dan hanya menunggu jawaban yang ada di papan
tulis. Ketika mereka mencontek tugas dari teman, hanya sebagian kecil
siswa saja yang mau menanyakan proses perolehan hasil tersebut. Bagi
mereka yang penting adalah sudah memperoleh jawaban dari tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tersebut. Sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas memberikan alasan
mereka tidak mengerjakan tugas itu karena tugas-tugas tersebut tidak
dinilai sehingga mereka malas mengerjakannya.
5) Aktifitas belajar siswa dengan sesama teman kurang terlihat, meskipun ada
materi atau hal-hal yang belum jelas. Hal ini terlihat dari sebagian kecil
siswa saja yang memanfaatkan waktu-waktu luang untuk berdiskusi atau
menanyakan materi-materi yang belum jelas. Bahkan ketikan proses
belajar berlangsung aktivitas diskusi dengan teman juga kurang terlihat.
Waktu kosong atau waktu-waktu luang yang lain lebih banyak digunakan
untuk bercanda dengan teman baik di dalam maupun di luar kelas.
2. Data Hasil Tes
Dari hasil tes yang diberikan kepada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2
Kebakkramat, peneliti dapat menyelidiki letak kesalahan yang dialami siswa.
Disini penulis mendata berbagai kesalahan siswa dengan berpedoman pada
langkah-langkah penyelesaian soal cerita, karena sebelum tes ini dikerjakan siswa
sudah diberi petunjuk dan contoh cara mengerjakan soal cerita dengan langkah-
langkahnya. Berikut ini beberapa kesalahan yang dilakukan siswa:
Soal nomor 1
Soal:
Jumlah dua bilangan cacah adalah 55 dan selisih kedua bilangan itu adalah 25.
Tentukan kedua bilangan itu, dengan metode eliminasi ?
Penyelesaian:
Diketahui : Jumlah dua bilangan adalah 55
Selisih kedua bilangan adalah 25
Ditanya : Masing-masing bilangan (dengan metode eliminasi)
Jawab :
Misalkan:
Bilangan I = x
Bilangan II = y
Dari apa yang diketahui dapat dibuat model matematika sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Jumlah kedua bilangan dapat dinyatakan
x + y = 55 ……..(i)
Selisih kedua bilangan dapat dinyatakan
x – y = 25……...(ii)
akan diselesaikan dengan metode eliminasi:
akan dieliminasi variabel y:
x + y = 55
x – y = 25
2y = 30
y =2
30
y = 15
Tabel 4.1 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1
Deskripsi Kesalahan Siswa Nomor Subyek
1. Kurang lengkap dalam menyebutkan yang
diketahui
2. Kesalahan siswa dalam membuat
pemisalan.
3. Kesalahan siswa dalam membuat model
matematika
1, 4, 5, 8,13, 29, 37.
1, 3, 11,13,18, 23,24,26, 27,
28, 30,33,34
1,5,8,11,14,15,18,22,27,28,2
9,30,35,36
x + y = 55
x – y = 25
2x = 80
2x = 80
x =2
80
x = 40
Akan dieliminasi variabel x
Jadi bilangan I adalah 40 dan bilangan II adalah 15
-
+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Kesalahan siswa dalam menghitung
5. Salah menentukan algoritma/ langkah
penyelesaian.
6. Kesalahan siswa dalam mengubah hasil
perhitungan ke jawab soal
1,2,5,8,10,11,13,15,20,21,22,
23,24,30,31,32,34,36,37,39
2, 5, 11, 29, 30, 31
2,3,11,18,25,28,35,40
Soal nomor 2
Harga 3 pasang sepatu dan 2 pasang sandal adalah Rp 280000,00. Sedangkan
harga 1 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah Rp 210000,00. Tentukan harga
6 pasang sepatu dan 6 pasang sandal.
(dengan metode gabungan eliminasi dan subtitusi)
Penyelesaian:
Diketahui :
harga 3 pasang sepatu dan 2 pasang sandal adalah = Rp 280000,00
Harga 1 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah = Rp 210000,00
Ditanyakan :
harga 6 pasang sepatu dan 6 pasang sandal
Jawab :
Misal :
Harga 1 pasang sepatu = x rupiah
Harga 1 pasang sandal = y rupiah
Model matematika dari soal diatas adalah:
3x + 2y = 280000 ………..(i)
x + 3y = 210000…………(ii)
akan digunakan dengan metode eliminasi dan subtitusi
3x + 2y = 280000
3x + 9y = 630000
-7y = -350000
y = 7
350000
y = 50000
-
x 1
x 3
3x + 2y = 280000
x + 3y = 210000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Subtitusi nilai y = 50000 ke (i)
3x + 2(50000) = 280000
3x + 100000 = 280000
3x = 280000-100000
x = 3
000.180
x = 6000
Jadi, harga 6 pasang sepatu = 6 x Rp 60000,00 =Rp 360000,00, dan harga 6
pasang sandal = 6 x Rp 50000,00 = Rp 300000,00
Tabel 4.2 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2
Deskripsi Kesalahan Siswa Nomor Subyek
1. Kurang lengkap dalam
menyebutkan yang diketahui
2. Kesalahan siswa dalam
membuat pemisalan.
3. Kesalahan siswa dalam
menghitung (operasi aljabar)
4. Kesalahan siswa dalam
pengurangan suku aljabar
5. Kesalahan siswa dalam
mensubtitusikan variabel
6. Kesalahan siswa dalam
mengubah hasil perhitungan ke
jawab soal
3, 4,5,37
1,5,8,10,22,24
18,20,23,25,29,30,31,34,35,37
1,3,4,5,6,10,11,13,16
11,14, 28, 30
2,3,4,10,11,14,18,21,24,25,26,27,29,3
5,38,39,40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Soal Nomor 3
Soal:
Seorang pedagang majalah berhasil menjual majalah A dan majalah B sebanyak
28 eksemplar. Harga 1 eksemplar majalah A Rp 6000,00 dan harga 1 eksempar
majalah B adalah Rp 9000,00. Jika hasil penjualan kedua majalah tersebut Rp
216000,00, maka tentukan jumlah masing–masing majalah A dan majalah B yang
terjual.
(dengan metode gabungan (eliminasi dan subtitusi))
Penyelesaian:
Diketahui :
Pedagang menjual majalah A dan majalah B sebanyak 28 eksemplar =
Harga 1 eksemplar majalah A = Rp 6000,00
Harga 1 eksemplar majalah B = Rp 9000,00
Ditanyakan :
Jumlah masing-masing majalah A dan majalah B yang terjual.
Jawab :
Misal:
Banyak majalah A yang terjual = a eksemplar
Banyak majalah B yang terjual = b eksemplar
Harga a eksemplar majalah A = a x 6000 = 6000a
Harga b eksemplar majalah B = b x 9000 = 9000b
Model matematika :
a + b = 28 ………..(i)
6000a + 9000b = 216000……(ii)
Akan mengeliminasi variabel b :
Rp216000,00
x9000
x 1
9000a + 9000b = 252000
6000a + 9000b = 216000 -
3000a = 36000
a = 000.3
000.36
a = 12
a + b = 28
6000a + 9000b = 216000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
subtitusi nilai a = 12 pada (i)
a + b = 28
12 + b = 28
b = 28 – 12
b = 16
Jadi, jumlah majalah A yang terjual adalah 12 ekslempar dan majalah B yang
terjual adalah 16 ekslempar
Tabel 4.3 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 3
Deskripsi Kesalahan Siswa Nomor Subyek
1. Kurang lengkap dalam
menyebutkan yang diketahui
2. Kesalahan siswa dalam membuat
pemisalan.
3. Kesalahan siswa dalam membuat
model matematika
4. Kesalahan siswa dalam
perhitungan
5. Kesalahan siswa dalam
mengeliminasi variabel
6. Kesalahan siswa dalam perkalian
suku aljabar.
7. Salah menentukan algoritma/
langkah penyelesaian.
8. Kesalahan siswa dalam mengubah
hasil perhitungan ke jawab soal
18, 26, 28, 29
7,8,9,12,24,33
1,5,7,8,10,15,16,22,23,26,28,34
1,2,3,4,6,8,9,10, 24, 25, 26, 27, 28,29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39.
11,13, 14, 15, 16, 21, 22, 23
11, 12, 23, 25, 35, 3, 8, 11,18, 21, 28,
30,33, 40
11, 15, 29, 30, 32
11, 15, 19, 20, 22, 23, 25, 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Soal nomor 4
Soal:
Kebun di belakang rumah pak Sunu berbentuk persegi panjang yang kelilingnya
80 m. Panjang kebun itu 10 m lebihnya dari lebarnya. Berapa meter panjang
kebun itu?
(dengan metode subtitusi)
Penyelesaian:
Diketahui :
Keliling kebun pak Sunu 80 m.
Panjang kebun 15m lebihnya dari lebarnya.
Ditanyakan :
Panjang kebun pak Sunu
Jawab:
Misal:
Panjang kebun = x meter
Lebar kebun = y meter
Model matematika:
Karena panjang kebun itu 10m lebih dari lebarnya, maka x = y + 10. Karena
keliling kebun itu 100m, maka 2x + 2y = 100.
Jadi diperoleh model matematika :
x = y + 10 …………(i)
2x + 2y = 100………(ii)
Akan diselesaikan dengan metode subtitusi:
Subtitusi (i) ke (ii)
Diperoleh:
2x + 2y =100
2(y + 10) + 2y = 100
2y + 20 + 2y = 100
4y = 100 – 20
4y = 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
y = 4
80
y = 20
Subtitusi y = 20 ke (i)
Diperoleh x = 20 + 10 = 30
Dari perhitungan di atas diperoleh panjang kebun adalah 25m, dan lebarnya 10m.
Jadi, luasnya L = p x l = 30 x 20 = 600m 2
Tabel 4.4 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 4
Deskripsi Kesalahan Siswa Nomor Subyek
1. Kurang lengkap dalam
menyebutkan yang diketahui
dan yang ditanyakan
2. Kesalahan siswa dalam membuat
pemisalan.
3. 3. Kesalahan siswa dalam membuat
model matematika
4. Kesalahan siswa dalam
menghitung (operasi aljabar)
5. Kesalahan siswa dalam mengubah
hasil perhitungan ke jawab soal
1, 4,11, 37
6, 9, 15, 18, 24, 26, 28, 31, 33, 36.
5,6, 9, 10, 15, 18, 20, 22, 26, 38
1,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 12, 13,14, 22,
23, 33, 35, 37
2, 4, 5, 7, 8, 11,12, 14, 16, 23, 25, 35,
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Soal Nomor 5
Soal:
Ali dan Arman bermain kelereng. Banyak kelereng Ali 3 kali lebih banyak dari
kelereng Arman. Selisih kelereng Ali dan Arman sebanyak 30 buah. Berapa
masing-masing jumlah kelereng Ali dan kelereng Arman? (dengan metode
subtitusi)
Penyelesaian:
Diketahui :
Banyak kelereng Ali 3 kali lebih banyak dari kelereng Arman.
Selisih kelereng Ali dan Arman 30 buah.
Ditanyakan :
Jumlah masing-masing kelereng Ali dan Arman.
Jawab:
Misal:
Kelereng Ali = a
Kelereng Arman = b
Model matematika:
a = 3b………..(1)
a – b = 30……(2)
akan diselesaikan dengan metode subtitusi :
subtitusi persamaan (1) ke persamaan (2)
diperoleh
a – b = 30
3b – b = 30
2b = 30
b = 2
30
b = 15
Subtitusi b = 15 ke persamaan (1)
Diperoleh a = 3 x 15 = 45
Jadi, banyak kelereng Ali 15 buah dan banyak kelereng Arman 45 buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4.5 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 5
Deskripsi Kesalahan Siswa Nomor Subyek
1.Kurang lengkap dalam menyebutkan
yang diketahui
2. Kesalahan siswa dalam membuat
pemisalan.
3. Kesalahan siswa dalam membuat
model matematika
4. Kesalahan siswa dalam
menghitung (operasi aljabar)
5. Kesalahan siswa dalam mengubah
hasil perhitungan ke jawab soal
6
7, 12, 37
6, 8, 10, 13, 14, 23, 27, 34, 37, 38,
4, 7, 8,11, 15, 16, 18, 23, 28, 29, 33, 34
11, 20, 27, 28, 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B. Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Tes
Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan
tersebut, dipilih 6 siswa untuk dianalisis jawabannya. Pertimbangan dipilihnya
keenam siswa antara lain kesalahan yang dilakukan mewakili secara umum
kesalahan yang dilakukan oleh siswa yang lain. Selain itu, kesalahan yang
dilakukan siswa bervariasi dan menarik untuk diteliti. Adapun kesalahan-
kesalahan yang sering dilakukan siswa sesuai dengan tabel 4.6.
Table 4.6 Deskripsi kesalahan yang sering dilakukan siswa
No Deskripsi Kesalahan Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
Kurang lengkap dalam menyebutkan yang diketahui
Kesalahan siswa dalam menuliskan apa yang ditanyakan
Kesalahan siswa dalam membuat pemisalan
Kesalahan siswa dalam membuat model matematika
Siswa tidak membuat model matematika
Kesalahan siswa dalam perhitungan (salah dalam operasi aljabar)
Kesalahan siswa dalam konsep pengurangan suku aljabar
Kesalahan siswa dalam konsep perkalian suku aljabar
Kesalahan siswa dalam mensubtitusikan nilai variabel
Kesalahan siswa dalam mengeliminasi variabel
Kesalahan siswa dalam mnentukan algoritma/ langkah penyelesaian
Kesalahan siswa dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal atau
Salah dalam membuat kesimpulan.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 3
Soal Nomor 1
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam membuat pemisalan, siswa menyebutkan kedua
bilangan pertama = m, dan kedua bilangan kedua = n. Hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak memahami maksud soal dan kurangnya
pemahaman dalam memisalkan soal cerita.
2. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, hal ini mungkin disebabkan siswa
terburu-buru dalam mengerjakan.
3. Kesalahan siswa dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal (membuat
kesimpulan), hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang memahami apa
yang ditanyakan dalam soal. Dari jawaban siswa terlihat siswa langsung
menuliskan hasil perhitungan terakhir yang dia dapat, yaitu jadi m = 40, n =
15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Soal Nomor 2
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam melakukan perhitungan yaitu dalam pengurangan. Hal
ini mungkin disebabkan karena siswa kurang teliti dalam menghitung
terutama dalam pengurangan. Dari jawaban siswa terlihat 210000-150000 =
510000
2. Siswa juga salah mengubah hasil perhitungan ke jawab soal, hal ini mungkin
dikarenakan kurangnya ketelitian, mungkin siswa beranggapan yang
ditanyakan harga 1 pasang sepatu dan harga 1 pasang sandal.
3. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen secara lengkap, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Soal Nomor 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa kurang teliti dalam membaca soal.
2. Kesalahan siswa dalam mensubtitusikan nilai variabel y ke persamaan, siswa
mengira nilai 16 adalah nilai untuk variabel x. Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Dari pekerjakan
siswa , kelihatannya siswa menyalin pekerjaan temannya.
3. Kesalahan siswa dalam melakukan penghitungan dengan metode eliminasi.
Hal ini mungkin disebabkan siswa kurang paham bagaimana mengeliminasi
variabel atau menghilangkan salah satu variabel.
4. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, mungkin disebabkan siswa lupa, dan
tidak terbiasa menuliskannya.
2. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 11
Soal Nomor 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa tidak menuliskan pemisalan. Hal ini mungkin disebabkan siswa tidak
tahu apa yang harus dimisalkan. Dari jawaban siswa, kelihatannya siswa
menyalin pekerjaan temannya
2. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa kurang memahami apa maksud soal dan tidak dapat
membentuk kalimat matematika dari informasi yang siswa peroleh.
3. Siswa tidak melanjutkan jawabannya untuk mencari penyelesaian dengan
metode eliminasi, hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang memahami
tentang metode eliminasi.
Soal Nomor 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam mengeliminasi variabel yaitu dalam mengurangkan
suku aljabar, siswa tidak menuliskan variabelnya, hal ini mungkin disebabkan
karena siswa kurang teliti dalam menghitung, dan kurang terbiasa dalam
perhitungan suku aljabar.
2. Kesalahan siswa dalam mensubtitusi variabel, siswa menuliskan variabel x =
7000, padahal dalam perhitungan siswa mensubtitusikannya nilai y = 50.000,
kemungkinan disebabkan karena dalam perhitungan sebelumnya, siswa tidak
menuliskan variabel dalam perhitungan dan mengerjakannya dengan asal-
asalan.
3. Kesalahan siswa dalam menuliskan kesimpulan jawaban. Siswa
menuliskannnya harga sebuah 6 sepatu, dan harga sebuah 6 sandal, siswa juga
terbalik dalam membuat kesimpulan hal ini mungkin disebabkan karena
kekurangtelitian siswa dalam mengerjakan .
Soal Nomor 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui. Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa tidak teliti dalam membaca petunjuk soal, dan tidak terbiasa
menuliskannya
2. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika, Kemungkinan karena
siswa tidak bisa mentransfer apa yang diketahui dari soal ke dalam pemodelan
matematika .
3. Kesalahan siswa dalam menghitung menggunakan metode eliminasi.
Kemungkinan disebabkan karena siswa kurang paham tentang perkalian suku
aljabar.
4. Siswa tidak melanjutkan jawabannya untuk mencari penyelesaian dengan
metode subtitusi, hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang paham
tentang metode subtitusi
5. Kesalahan siswa dalam membuat kesimpuan jawab soal, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa kurang memperhatikan apa yang ditanyakan, dan
mungkin siswa menjawabnya dengan asal-asalan.
6. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, mungkin hal ini disebabkan siswa
tergesa-gesa dalam mengerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Soal Nomor 4
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam menuliskan apa yang ditanyakan. Hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal. Dari jawaban siswa
terlihat siswa menentukan yang ditanyakan adalah panjang dan lebarnya.
2. Kesalahan siswa dalam menghitung. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa
kurang paham tentang konsep perkalian terutama tentang sifat distributif pada
perkalian. Terlihat dari jawaban siswa, siswa menuliskan 2(p + l) = 2p + l
3. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan, mungkin
dikarenakan siswa lupa atau tergesa-gesa dalam mengerjakan.
4. Tidak menuliskan kesimpulan akhir dari jawaban yang ia peroleh. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak terbiasa menuliskannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Soal Nomor 5
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui. Hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal. Dari jawaban siswa
terlihat siswa menuliskan kelereng Ali 3 X lebih banyak
2. Kesalahan siswa dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak memperhatikan apa yang ditanyakan
dalam soal. Dari jawaban siswa terlihat siswa menulisnya jadi Arman = 15
dan Ali = 45
3. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, mungkin dikarenakan siswa lupa
menuliskannya dan terburu-buru dalam mengerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 15
Soal Nomor 1
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa tidak membuat model matematika, hal ini mungkin disebabkan siswa
tidak bisa memahami maksud soal.
2. Kesalahan siswa dalam melakukan perhitungan dan membuat kesimpulan,
hal ini disebabkan karena Kemungkinan disebabkan karena siswa salah dalam
membuat model matematika sehingga perhitungannya juga salah.
3. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, mungkin dikarenakan siswa lupa
bahwa tanda tersebut harus ditulis dan penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Soal Nomor 3
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa membuat model matematika, hal ini mungkin karena siswa
tidak dapat mentransfer apa yang diketahui ke dalam model matematika atau
kurang paham
2. Siswa tidak dapat mengerjakan dengan metode eliminasi dan subtitusi, hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak memahami langkah-langkah
penyelesaian dengan metode eliminasi maupun subtitusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Soal Nomor 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam membuat pemisalan, hal ini mungkin disebabkan
karena siswa bingung apa yang harus dimisalkan.
2. Siswa tidak membuat model matematika, kemungkinan karena siswa tidak
terbiasa menuliskannya.
3. Kesalahan siswa dalam perhitungan, hal ini mungkin disebabkan karena siswa
kurang ketelitian. Dari jawaban siswa terlihat 2(l + 10) = 2l + 2l
4. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak terbiasa menuliskannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Soal Nomor 5
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui . Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal dan
tergesa-gesa.
2. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak dapat menstransfer apa yang diketahui ke
dalam model matematika.
3. Kesalahan siswa dalam menghitung. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa
kurang teliti dalam menghitung dan model matematika yang dibuat
sebelumnya juga salah.
4. Karena dalam proses menghitung mengalami kesalahan, maka siswa salah
dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 29
Soal Nomor 1
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui . Hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal.
2. Kesalahan siswa dalam membuat pemisalan dan membuat model matematika,
sehingga siswa salah dalam menghitung, hal ini disebabkan siswa tidak tahu
apa yang harus dikerjakan.
3. Siswa tidak bisa mencari penyelesaian dengan metode eliminasi , hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak memahami langkah-langkah
menyelesaikan soal dengan metode eliminasi.
4. Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan akhir jawaban, hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak paham maksud soal, hanya mengerjakan
dengan asal-asalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Soal Nomor 2
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam mengalikan kedua persamaan agar kedua persamaan
tersebut dapat dieliminasi (kesalahan sistematik). Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa tidak memahami tentang langkah-langkah metode eliminasi
2. Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan akhir jawaban, hal ini mungkin
disebabkan karena dalam perhitungan mengalami kesalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Soal Nomor 3
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui, hal ini
disebabkan siswa kurang teliti dalam membaca soal.
2. Siswa tidak menyelesaikan jawabannya dengan metode eliminasi dan subtitusi
, hal ini mungkin disebabkan karena siswa tidak tahu cara pengerjaan
menggunakan metode eliminasi dan subtitusi. Dari jawaban siswa terlihat
siswa tidak menyelesaikan model matematika yang di buat dengan metode
eliminasi dan subtitusi.
3. Siswa dengan asal-asalan membuat kesimpulan akhir jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Soal Nomor 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa kurang teliti dalam membaca soal. Dari
jawaban siswa terlihat siswa menuliskan yang ditanyakan adalah panjang dan
lebar persegi panjang.
2. Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan jawaban, hal ini mungkin
disebabkan karena kurang ketelitian dan tidak tahu rumus luas persegi
panjang.
Soal Nomor 5
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam membuat model matematika karena siswa kurang
memahami maksud soal dan tidak dapat mentransfer apa yang diketahui ke
dalam model matematika. Siswa hanya menuliskan L = 3 x R = 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Kesalahan siswa dalam menghitung. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa
kurang teliti dalam menghitung dan model matematika yang dibuat sebelumya
kurang lengkap.
3. Karena dalam proses menghitung mengalami kesalahan, maka siswa salah
dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal dan siswa tidak
memperhatikan apa yang ditanyakan.
4. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, dalam proses perhitungan, mungkin
disebabkan karena siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan.
5. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 33
Soal Nomor 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam membuat pemisalan. Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa kurang memahami maksud soal sehingga tidak bisa membuat
pemisalan
2. Kesalahan siswa dalam membuat jawab soal mungkin dikarenakan siswa
kurang memperhatikan apa yang ditanyakan dalam soal dan tidak
memperhatikan apa yang dimisalkan.
3. Siswa juga tidak menuliskan tanda ekuivalen mungkin dikarenakan siswa lupa,
dan menganggapnya tidak terlalu penting.
Soal Nomor 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Siswa melakukan kesalahan dalam menghitung. Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa kurang paham tentang konsep perkalian dan kurang paham
tentang metode eliminasi.
2. Karena dalam proses menghitung mengalami kesalahan, maka siswa salah
dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal.
3. Siswa juga tidak menuliskan tanda ekuivalen mungkin dikarenakan siswa lupa
Soal Nomor 4
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan yang dilakukan siswa adalah
kesalahan siswa dalam membuat pemisalan, mungkin dikarenakan siswa
kurangnya berlatih soal dan tidak tahu maksud soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
6. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Nomor absen 40
Soal Nomor 1
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tentang apa yang ditanyakan dan menganggap hasil perhitungan terakhir
adalah kesimpuan jawaban. Dari jawaban siswa terlihat siswa menuliskan jadi
A= 40 dan B=15
2. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan hal ini mungkin
disebabkan karena siswa tidak terbiasa menulisnya, dan dianggap tidak
penting.
Soal Nomor 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan jawaban tersebut, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
adalah:
1. Kesalahan siswa dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa tidak teliti dalam membaca soal terutama
tentang apa yang ditanyakan, disini siswa mengira yang ditanyakan harga 5
pasang sandal.
2. Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam penghitungan, mungkin
dikarenakan siswa lupa.
2. Analisis Data Hasil Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan sebagai metode bantu dalam
pengumpulan data. Tujuan dari wawancara adalah untuk triangulasi data, yaitu
untuk memeriksa kebenaran hasil analisis jawab tes serta untuk mengetahui
penyebab dari kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes.
Wawancara dilakukan terhadap siswa yang jawaban tesnya telah
dianalisis. Berikut ini adalah petikan dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
Dalam petikan ini, P adalah peneliti sedangkan S adalah siswa yang
diwawancarai.
1. Petikan Wawancara dengan Subyek Nomor 3
Soal Nomor 1
P :”gimana soal no.1 ini?”
S :”sulit mbak”
P : ”coba terangin dari atas”
S :”diketahui ini, yang ditanyakan ini kan mbak”(sambil menunjuk jawabannya)
P :”iya lanjut!”
S :”gini mbak nie saya misalkan kedua bilangan pertama = m, dan kedua bilangan
kedua = n”
P :”kenapa bisa begitu?”
S :”aku nggak mudeng”
P : ”tapi saat pelajaran, tidak ditanyakan ke pak guru lagi?”
S : ”tidak, malu mbak.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
P : ”Mengapa malu?”
S : ”Lha takut koq mbak.”
S :”lha kan ini yang ditanyakan kedua bilangan itu, kata pak guru yang dimisalkan
yang ditanyakan”
P :” bukan begitu, yang dicarikan dua bilangan, ya kamu tinggal memisalkan
bilangan pertama dan bilangan kedua, kamu harus memahami dulu maksud
soalnya, gimana yang bener?”
S : ”bilangan pertama = m, dan bilangan kedua = n.”
P : ”iya itu udah bener makanya kalo baca soal yang teliti”
S : ”iya mbak.”
P :”trus lanjutkan!”
S :”nie model matematikanya mbak dan perhitungannya” (sambil menunjuk kertas
kerjaannya)
P :”iya, trus gimana kesimpulan akhirnya?”
S : ”maksudnya gimana mbak?”
P : ” itu lho dalam soal cerita kamu harus mengembalikan perhitungan yang kamu
peroleh ke bentuk semula, jadi apa yang kamu tulis bisa dipahami oleh
pembaca.”
S : ”oo,ini mbak jadi m = 40, n = 15”
P :”kok bisa begitu?”
S :”lha ini kan hasilnya m = 40, dan n =15, tinggal nulis jadi m = 40, dan n = 15”
P : ”yang bener? Coba kamu baca apa yang ditanyakan!”
S: ( membaca)
P :”yang ditanyakan tentukan kedua bilangan itu kan, jadi kamu harus mengubah
hasil jawaban itu, jangan m = 40 dan n = 15, dalam pemisalan yang sudah
bener tadi m menyatakan apa dan n menyatakan apa?”
S :”kalau m menyatakan bilangan pertama, dan n menyatakan bilangan kedua”
P :”jadi gimana jawaban yang benar?”
S :”jadi bilangan pertama adalah 40 dan bilangan kedua adalah 15”
S :”la biasanya nggak perlu ditulis mbak, pak guru juga sering tidak menulisnya,
kalo jawabannya udah bener.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
P :”Pembuatan kesimpulan itu harus ditulis dalam mengerjakan soal cerita, kamu
dalam perhitungan kok tidak pake tanda ekuivalen.”
S :” buru-buru mbak, penting ya mbak?”
P :”itu penting untuk menunjukkan bahwa perhitungan dengan tanda tersebut itu
nilainya sama dengan yang diatasnya ini.”
S: ”ya mbak.”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
siswa salah dalam membuat pemisalan, penyebab kesalahan tersebut
adalah siswa kurang memperhatikan apa yang dijelaskan oleh bapak guru,
siswa malu bertanya pada guru jika belum paham soal dan siswa belum
paham apa yang dimaksud dalam soal.
Kesalahan siswa dalam mengubah perhitungan ke jawab soal, penyebab
kesalahan itu adalah siswa kurang teliti dalam membaca soal terutama
tentang apa yang ditanyakan, dan siswa menganggap hasil perhitungan itu
merupakan kesimpulan akhir atau jawab soal, sehingga siswa tidak
mengembalikan hasil perhitungan ke bentuk pemisaan semula.
Siswa juga tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan karena
siswa terburu-buru dalam mengerjakan dan siswa menganggap penulisan
tanda tersebut tidak penting. siswa juga beranggapan bahwa guru
seringkali tidak menulisnya dalam proses perhitungan
Soal Nomor 2
P :”gimana dengan soal nomor 2”
S :”ya lumayanlah mbak”
P :”coba kamu terangin jawaban kamu ini!”
S :”dari diketahui ini dan ditanyakan ini, pertama pemisalannya harga sepasang
sepatu = x, dan harga sepasang sandal = y, model matematikanya seperti ini”
(sambil menunjuk kertas jawaban)
P :”sip, lanjut!”
S :”ni perhitungannya(sambil menunjuk kertas)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
P :”ini kok bisa dikalikan 1 dan 3 gimana?”
S :”lha kaya dulu itu mbak biar sama gitu.”
P :”apanya yang sama?”
S :”angka di depannya ini mbak”
P :”itu namanya koefisien ya”
S :”ini saya peroleh y, trus subtitusi ke x + 3y = 210000”
P :”terus”
S :”udah mbak,jadi ini….”
P :”coba ini dilihat yang bener x = 210000 – 150000 = 510000”
S :”E, salah mbak? “
P : ”iya ini salah kan? Kok bisa–bisanya jawabannya banyak banget.”
S :”lha kemaren tergesa-gesa mbak jadi aku nggak teliti mbak.”
P :”yang bener berapa?”
S :”60.000 mbak.”
P :”iya bener”
P :”kalau yang paling bawah ini harga 6 pasang sepatu dan harga 6 pasang sandal
jawabanmu ini udah bener belum?”
S :”ini x yang tadi udah dibetulin 60.000 jadi harga 6 pasang sepatu 60.000 dan
harga 6 pasang sandal 50.000.”
P :”itu udah bener?”
S :”iya mbak.”
P :”x itu cuma 1 pasang thok lho”
S :”iya ya mbak, “
P :”jadi gimana yang bener?”
S :”harga 6 pasang sepatu = 6 x 60.000 = 360.000, dan harga 6 pasang sandal
adalah 6 x 50.000 = 300.000.”
P :”itu baru bener.”
P :”kamu lupa lagikan tanda ekuivalennya.”
S :”iya mbak.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan ynag
dilakukan siswa adalah :
Siswa salah dalam perhitungan. Hal ini disebabkan kurang teliti dalam
menghitung terutama dalam pengurangan dan tergesa-gesa dalam
mengerjakan.
Siswa juga salah dalam membuat jawab soal, siswa tidak teliti dalam
membaca apa yang ditanyakan, siswa menganggap yang ditanyakan itu
hanya sepasang sepatu dan sepasang sandal.
Sama seperti no.1 siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dikarenakan
siswa lupa.
Soal Nomor 3
P : “sekarang lanjut soal yang no 3”
S : “yang diketahui ini dan yang ditanyakan ini”
P :”coba dibaca yang diketahui”
S :(membaca)
P :”coba dibaca soalnya sekali lagi, ada yang salah nggak yang kamu tulis itu?”
S :”(membaca) ada yang kurang mbak”
P :”apa”
S: “kedua majalah 28 ekslempar.”
P : “makanya kalau yang baca soal yang teliti”
S: “iya mbak. lha kemaren tergesa-gesa.”
P :”langsung ke perhitungan, 6000y – 9000y hasilnya berapa?”
S :”-3000”
P :”lha y nya kemana?”
S:”bukannya hilang, habis gitu mbak”
P :”coba kalo kamu punya 2a-a,berapa?”
S :”a atau 1 ya mbak”
P :”berapa hayo?”
S:”a”
P :”iya, lha itu kok bisa -3000”
S :”salah mbak,berarti -3000y”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
P :”iya, besok jangan hilang itu variabelnya”
S :”iya”
P :”dibenerin dulu itu”
S :”-3000y = -48000”
P :”berapa nilai y?”
S :” y = 3000
48000
= 16”
P :”pengerjaanmu ini kamu salah dalam mensubtitusikan variabel ya?, tadi yang
baru kamu hitung tadi variabel apa?”
S :”variabel y mbak”
P :”kenapa yang kamu kerjain ini kamu mensubtitusikan variabel x”
S :”tergesa-gesa mbak, saya kira itu nilai x mbak soalnya diatas itu saya tidak
menulisnya?”
P :”coba sekarang kamu kerjakan yang bener!”
S : (mengerjakan)
P :” berapa hasilnya?”
S :”12 mbak”
P :”trus ini jawaban yang bener jadinya?”
S :”jadi jumlah majalah A yang terjual adalah 12 ekslempar dan jumlah majalah B
yang terjual adalah 16 ekslempar.”
P :”tanda ekuivalen lagi nie”
S :”iya mbak, lupa.berpengaruh pada penilaian ya mbak”
P :”iya nanti kalo tanpa tanda ekuivalen nilainya dikurangi”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui, disebabkan
karena siswa tergesa-gesa dan kurang teliti dalam menyelesaikan soal.
Kesalahan dalam menyelesaikan perhitungan dengan metode eliminasi.
Hal ini disebabkan karena siswa kurang paham dalam menghilangkan
salah satu variabel, siswa menganggap pengurangan 6000y-9000y =-3000,
siswa belum paham konsep pengurangan suku aljabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Kesalahan siswa dalam menerapkan metode subtitusi, disini siswa salah
dalam mensubtitusi nilai variabel yang seharusnya nilai variabel y, tapi
disubtitusi ke variabel x, siswa tidak tahu 16 itu nilai untuk variabel x atau
y, karena siswa tergesa-gesa dan dalam perhitungan sebelumnya tidak
menuliskannya.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, karena lupa dan siswa terbiasa
tidak menuliskannya. Siswa hanya berorientasi pada perhitungannya saja.
Di samping itu, siswa mengira ada tidaknya tanda ekuivalen tidak
berpengaruh terhadap nilai yang diberikan oleh guru, sehingga siswa
enggan untuk menuliskannya
Petikan Wawancara dengan Subyek Nomor 11
Soal Nomor 1
P :”ini yang mana jawaban no1 kamu?”
S :”belum mbak”
P :”baru kamu jawab dikit ini to?”
S :”iya mbak?”
P :”coba liat soalnya, kamu baca!”
S : (membaca)
P :”kenapa tidak mengerjakan?”
S :”sulit mbak,aku ra mudeng”
P :”kok kamu tidak membuat pemisalan dan model matematikanya?”
S :”aku gak tahu apa yang harus ku kerjain mbak, aku ngitungnya asal-asalan”
P :”emang tidak memperhatikan pak guru, ketika menyampaikan materi”
S :”pak guru aja neranginnya cuman sekilas gitu mbak jadinya aku tidak tau
metode eliminasi.”
P :”makanya bertanya kalo belum paham”
S :”nggak berani mbak”
Berdasarkan petikan percakapan di atas, kesalahan yang dilakukan siswa
adalah siswa tidak dapat membuat pemisalan, model matematika, dan siswa tidak
melanjutkan jawabannya untuk mencari penyelesaian dengan metode eliminasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Hal ini disebabkan karena siswa benar-benar tidak memahami tentang materi
yang ada pada soal, yaitu materi tentang metode eliminasi, walaupun sebenarnya
siswa sudah pernah memperoleh materi itu sebelumnya dari guru. Tetapi pada saat
guru menerangkan materi, menurut siswa guru hanya menjelaskan kepada siswa
secara sekilas saja, akibatnya siswa masih belum paham tentang materi itu
sepenuhnya. Dan siswa tidak berani bertanya kepada guru apabila belum mampu
memahami mtode eliminasi dan subtitusi.
Soal Nomor 2
P :”Sekarang yang nomor 2. Coba gimana ni penyelesaiannya?”
S :”yang pertama yang diketahui dan ditanyakan ini mbak”
P :”oke, trus model matematikanya kok bisa begitu?”
S :”lha seperti contoh kemaren, kan 3 pasang sandal dan 2 pasang sepatu harganya
280000, jadi modelnya 3x + 2y = 280000”
P :”berarti kamu udah paham, langsung keperhitungan 2y-9y hasilnya berapa?”
S :”ini -7”
P :”kok bisa, mana variabelnya?”
S :”habis mbak”
P :”kalo 3a – 2a berapa?”
S :”1”
P :”lha trus 2-9 sama 2y-9y hasilnya sama dong?”
S :”iya.ya mbak, berarti ini hasilnya -7y ya mbak?”
P :”iya, jangan salah lagi ya!”
P :”trus lanjut”
S :”ini saya subtitusi x = 7000 ke x + 3y = 210000
P :”kenapa x = 7000”
S :”nggak tahu mbak, nyontek hehe”
P :”masak tinggal nyontek gitu aja, asalnya harus tahu dong”
S :”lha pengen cepat selesai, tergesa-gesa”
P :”kembali ke atas dulu -7y = 350000, berapa nilai y nya?”
S :”50000”
P :”jadi apa yang disubtitusi?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
S :”y = 50000”
P :”iya”
P :”liat jawaban terakhirmu ini ? udah bener belum nie penyelesaiannya?”
S :”udah mbak “
P :” nulismu ini salah ya harusnya harga 6 pasang sepatu dan 6 pasang sandal ,
jangan harga sebuah 6 sepatu?”
S :”iya mbak”
P :”dalam pemisalan harga sepatu kamu misalkan apa ?”
S :”x mbak”
P :”jadi harga sepasang sepatu berapa?”
S :” 60000”
P :” kalo harga 6 pasang sepatu berarti ?”
S :” 360000”
P :” trus harga sepasang sandal berapa ? “
S :”50000”
P :”kalo harga 6 pasang sandal berapa?”
S :” 300000”
P :”liat jawabanmu udah bener belum ?”
S :”E kebalik mbak”
P : ”gimana nie kok bisa kebalik”
S :” nggak teliti og mbak”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah :
Siswa melakukan kesalahan dalam mengeliminasi variabel x disini siswa
kurang paham tentang konsep pengurangan suku aljabar, siswa mengira
variabelnya hilang. Disini siswa kurang paham konsep pengurangan suku
aljabar.
Kesalahan siswa dalam mensubtitusikan nilai variabel, siswa salah
menuliskan x = 7000, padahal dalam perhitungan sebelumnya y = 50000.
Siswa dengan asal menganggap nilai 50000 adalah nilai untuk variabel y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan, siswa salah dalam membuat
kata-kata dan terbalik dalam membuatnya, hal ini disebabkan siswa kurang
ketelitian
Soal Nomor 3
P :”sekarang no.3, gimana jawaban kamu?”
S :”aku nggak tahu mbak”
P :”lha itu yang kamu tulis itu maksudnya apa?”
S :”ini saya misalkan 1 ekslempar A = m, dan 1ekslempar B = n”
P :”sebelum membuat pemisalan, seharusnya menulis apa dulu?”
S :”oo, yang diketahui dan ditanyakan ya mbak?”
P :”iya, kenapa kamu tidak menuliskannya?”
S :”lha biasanya saya langsung menghitungnya gitu mbak”
P :”kan di petunjuk mengerjakan soal udah ada”
S :”tidak begitu memperhatikan mbak, tergesa-gesa”
P :”coba dari soal yang diketahui dan ditanyakan apa”
S :”yang diketahui pedagang menjual majalah A dan majalah B sebanyak 28
eksemplar 216000, harga 1 eksemplar majalah A = Rp. 6.000, dan harga 1
eksemplar majalah B = Rp. 9.000,00. Ditanyakan adalah jumlah masing-
masing majalah A dan majalah B yang terjual
P :”pemisalannya tadi udah bener belum?
S :”nggak tahu mbak, aku tidak paham”
P :”disini yang dicari jumlah majalah A dan majalah B yang terjual, sebaiknya
kamu memisalkan jumlah majalah A yang terjual apa begitu juga dengan
majalah B!”
S :”jadi begini mbak jumlah majalah A yang terjual = m, dan jumlah majalah B
yang terjual = n”
P :”itu juga boleh, sekarang lanjut!”
S :”ini model matematikanya seperti ini (sambil menunjuk kertas jawaban)”
P :”kok bisa 6000+9000 = 216000”
S :”nggak tahu, aku nyontek mbak, kemaren aja waktunya mepet mbak”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
P :”bukan begitu, model matematika itu harus ada variabel dari pemisalan yang
kita buat tadi?”
S :”gimana mbak”
P :”ya begini 6000m + 9000n =216000, trus dari model matematikanya langkah
selanjutnya apa?”
S :”ini dieliminasi, saya kalikan 6000 dan 1”
P :”trus m + n = 28 kali 6000 hasilnya berapa?”
S :”6000 + 6000 = 168000”
P :”yakin, kok bisa ?”
S :”lha ini dikali 6000,hasilnya ya seperti itu”
P :”m kali 6000, hasilnya berapa?”
S :”6000”
P :”kamu ingat nggak perkalian bentuk aljabar”
S :”lupa mbak tidak belajar”
P :”kalo 2 x a, berapa?”
S :”2a”
P :”iya, berarti jawabanmu tadi salah?”
S :”iya, begini mbak 6000m + 6000n = 168000”
P :”dari sini tiba-tiba kok jadi ini, subtitusinya mana?”
S :”itu asal aja mbak, sulit nggak bisa nerusin dengan subtitusi”
P :”coba bisa nggak menyelesaikannya?”
S: (menyelesaikan)
P :”trus didapat nilai y berapa ?”
S :”16”
P :”iya, di dapat nilai x berapa ?”
S :”12”
P :”jadi penyelesaian soal di atas gimana?”
S :”jadi jumlah majalah A 12 dan jumlah majalah B adalah 16.”
P :”tanda ekuivalennya mana?”
S :”tergesa-gesa mbak”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui, kesalahan tersebut disebabkan
siswa kurang teliti dalam membaca petunjuk soal dan sudah menjadi
kebiasaan siswa dalam menyelesaikan soal.
Kesalahan siswa dalam membuat model matematika. Menurut siswa
waktunya kurang, tergesa-gesa dan tidak dapat menstransfer apa yang
diketahui ke dalam model matematika
Dalam menyelesaikan perhitungan dengan metode eliminasi siswa salah
dalam perhitungan karena tidak paham dengan konsep perkalian suku
aljabar, siswa tidak belajar materi prasyarat. Siswa menuliskan (m + n =
28) x 6000 = 6000+6000 = 168000
Siswa tidak melanjutkan jawabannya untuk menyelesaikan soal dengan
metode subtitusi, hal ini disebabkan karena siswa merasa soalnya sulit dan
tidak paham penyelesaian dengan metode subtitusi.
Siswa mencontek temannya dan dengan asal-asalan langsung menulis
kesimpulan akhir jawaban.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, hal ini disebabkan karena siswa
tergesa-gesa.
Soal Nomor 4
P :”Yang nomor 4 ini gimana?”
S :”begini mbak, yang diketahui ini dan yang ditanyakan ini mbak?” (sambil
menunjuk jawabannya)
P :”coba dibaca sekali lagi soalnya, apa yang ditanyakan?”
S :”luasnya mbak”
P :”kenapa bisa panjang dan lebarnya yang kamu tulis?”
S :”lha kemaren pak guru ngasih contoh seperti ini, tapi suruh nyari panjang dan
lebarnya?”
P :”kalo baca soal yang teliti ya dek, langsung aja ke perhitungannya?”
S :”ini mbak (membaca yang ditulisnya)”
P :”ini kok bisa 2(p+l) = 2p + l”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
S :”lha ini 2 kali p mbak”
P :”lha l nya ini kenapa tidak dikalikan?”
S :”bukannya yang depannya aja mbak?”
P :”bukan begitu ingat sifat distributif pada bilangan bulat a(b+c) = ab + ac?”
S :”tidak mbak, berarti ini l juga dikali 2 mbak?”
P :”iya hasilnya berapa yang bener?”
S :”2p + 2l”
P :”iya, tapi jawabanmu ke bawah ini udah bener padahal atasnya salah lho?”
S : diam
P :”terus luasnya?”
S :”L = p x l”
P :”coba hitung”
S :”30 x 20 = 600”
P :”dalam perhitungan tanda ekuivalennya kok nggak ditulis?”
S :”lupa mbak”
P :”kesimpulan akhirnya mana?”
S :”maksudnya mbak?”
P :”kalo perhitungannya udah selesai biasanya bawahnya ditulis jadi....?
S :”oo itu, biasanya jarang nulis mbak yang pentingkan perhitungannya udah
bener?”
P :”itu harus ditulis kalau mengerjakan soal cerita”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Kesalahan siswa dalam menuliskan apa yang ditanyakan. Penyebab
kesalahan tersebut adalah siswa kurang teliti dalam membaca soal,
terutama tentang apa yang ditanyakan, siswa mengira yang ditanyakan
panjang dan lebar persegi panjang seperti apa yang dicontohkan oleh guru.
Kesalahan siswa dalam menghitung bentuk aljabar, di sini karena siswa
kurang paham tentang sifat distributif pada perkalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari petikan wawancara diatas kelihatannya siswa menyalin pekerjaan
orang lain, karena ditengah-tengah perhitungan siswa mengalami
kesalahan tetapi jawaban yang diperoleh bisa benar
Siswa tidak menuliskan kesimpulan akhir karena sudah terbiasa tidak
menulisnya.
Soal Nomor 5
P :”lanjut soal no 5 ?”
S :”gini diketahui ini, dan ditanyakan ini”
P :”coba yang diketahui dibaca sekali lagi!”
S :”(membaca)
P :”ada yang kurangkan masak kelereng Ali 3 kali lebih banyak, lanjutannya
apa?”
S :”lebih banyak dari kelereng Arman”
P :”kok nggak ditulis”
S :”lha intinya yang penting sama mbak, tergesa-gesa mbak”
P :”ya beda to, kalo orang baca lebih banyak dari apa kan bingung, kalo nulis
yang lengkap ya?”
S :”iya mbak”
P :”m = 3 x n – n, maksudnya gimana?”
S :”kan m = 3 x n, dan m – n = 30, jadi m = 3 x n – n = 30”
P :”ya nulisnya jangan begitu, langsung 3n-n = 30, m nya nggak usah ditulis”
S :”iya mbak “
P :”dalam penyelesaian ini jadi Arman = 15 dan Ali = 45, yang 15 dan 45 ini
apanya?”
S :”kelerengnya mbak”
P :”kenapa kamu nulisnya Armannya dan Alinya”
S :”kurang teliti mbak”
P :”yang bener gimana?”
S :”jadi kelereng Arman = 45 dan kelereng Ali adalah 15.”
P :” tanda ekuivalennya”
S :” lupa mbak, biasanya juga nggak ditulis”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah :
Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui, hal ini
disebabkan karena siswa tidak teliti dan tergesa-gesa dalam membaca soal
Kesalahan siswa dalam membuat penyelesaian, hal ini disebabkan siswa
kurang teliti dan tidak memperhatikan apa yang ditanyakan
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen karena siswa lupa dan tidak
terbiasa menulisnya.
2. Petikan wawancara dengan Subyek Nomor 15
Soal Nomor 1
P :”dari soal nomor 1 ini, coba aku pengen tahu kamu ngerjainnya seperti apa”
S :”ini yang diketahui ini dan yang ditanyakan ini (sambil menunjuk kertas)”
P :”iya itu dah bener, lanjut!”
S :”ini saya misalkan bil I = x, dan bil II =y?”
P :”kenapa bisa begitu?”
S :”lha ini yang ditanyakan kedua bilangan itu, ya udah saya misalkan seperti itu”
P :”iya trus model matematikanya mana?”
S :”sulit mbak aku tidak bisa”
P :” emang tidak belajar ya kemaren”
S :”lha ini soalnya tidak sama seperti contohnya pak guru mbak?”
P :”kan jumlah 2 bilangan adalah 55 dan selisihnya 25, tadi kamu memisalkan
apa?”
S :”bilangan I = x, dan bilangan II = y”
P :”lha dari pemisalan itu coba kamu buat jumlah 2 bilangan tadi 55, gimana
model matematikanya”
S :”x + y = 55”
P :”trus kalau selisihnya 25 model matematikanya gimana”
S :diam
P :”selisih itu kan pengurangan, jadi gimana?”
S :”x – y = 25”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
P :”dalam perhitungan kamu juga tidak menuliskan tanda ekuivalen, kenapa?”
S :”lha tergesa-gesa mbak.”
P :“besok-besok jangan lupa”, karena model matematika yang kamu buat salah,
perhitungannya dan kesimpulannya juga salah.
P :”ini jadi kedua bilangan adalah 15 dari mana?”
S :”ngawur mbak”
P :”coba dikerjakan”
S :(mengerjakan)
P :”berapa hasilnya?”
S :” x = 40 dan y = 15”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Siswa tidak dapat membuat model matematika karena siswa tidak bisa
atau kurang paham dalam menangkap maksud soal. Menurut siswa soal-
soal yang ada berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru
Siswa juga tidak menuliskan tanda ekuivalen, dikarenakan siswa tergesa-
gesa dan lupa.
Siswa salah dalam perhitungan dan membuat hasil kesimpulan karena
siswa mengerjakan dengan asal-asalan.
Soal Nomor 3
P :”soal no 3 gimana?”
S :”Nggak bisa mbak, sulit”
P :”coba jawaban kamu ini maksudnya gimana”
S :”ini mbak kan yang diketahui, ditanyakan dan model matematikanya seperti
ini” (sambil menunjuk kertas jawaban)
P :” model matematikanya, kok kamu membuatnya seperti itu?”
S :”la kan jumlah majalah A dan B yang terjual 28 jadi modelnya m + n = 28,
terus harga 1 ekslempar majalah A 6000 dan majalah B 9000, hasil penjualan
216000, jadi modelnya 6000 + 9000 = 216000”
P :”kalau yang pertama model matematikanya betul , tapi yang kedua variabelnya
kamu taruh mana?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
S :”iya, ya mbak bingung mbak”
P :”karena harga majalah A Rp6000 dan majalah B Rp90000, tadi majalah A
pemisalannya adalah m, dan majalah B sebagai n maka yang bener adalah
6000m + 9000n = 216000 “
S :”ooo begitu ya mbak sulit banget”
P :” langsung ke perhitungannya ini, gimana jawaban kamu ini?”
S :”aku bingung mbak, nggak tahu eliminasi dan subtitusi”
P :”kenapa nggak bertanya ke pak guru kalau belum paham?”
S :”malu mbak”
P :”itu maksud yang kamu tulis ini gimana?”
S :”ini asal aja mbak”
P :”emang nggak belajar kemaren?”
S :”lha aku tidak konsen mbak kalau diajar pak guru”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Siswa tidak dapat membuat model matematika karena siswa tidak bisa
mencerna maksud soal dan siswa menganggap soal tersebut sulit
Siswa tidak bisa mengerjakan dengan metode eliminasi dan subtitusi
karena siswa tidak tahu tentang metode eliminasi dan subtitusi dan tidak
bisa mengerjakan, siswa tidak paham maksud soal, bingung, dan tidak
memperhatikan guru ketika guru menyampaikan materi.
Soal Nomor 4
P :”Nomor 4, gimana?”
S :”yang diketahui dan ditanyakan ini”(sambil menunjuk kertas jawaban)
P :”iya, lanjut”
S :”yang dimisalkan seperti ini”
P :”kenapa kamu nulisnya seperti itu”
S :”kan keliling saya misalkan l dan luasnya p”
P :”loh yang ditanyakan Luasnya, kalo mencari luas persegi panjang harus ada apa
dulu. kenapa yang dimisalkan luasnya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
S :”la kayak soal yang kemarin mbak, bukannya yang dimisalkan yang diketahui
dan yang ditanyakan.”
P :”yang bener, emang ada soal yang kayak gini kemaren? Ya nggak semua soal
yang dimisalin apa yang diketahui dan yang ditanyakan.”
S :”mirip mbak, trus gimana mbak?”
P :”luas itu rumusnya apa”
S :”panjang kali lebar”
P :”ya udah yang kamu misalin itu aj, kalo kamu memisalkan kll dan luas trus
mau kamu apain”
S :”aku juga bingung mbak, berarti panjang = p, lebar = l, begini mbak”
P :”lanjut, mana model matematikanya?”
S :”tidak saya buat mbak”
P :”kenapa tidak dibuat”
S :”lha waktunya dikit, lagian langsung dihitung juga bisa dan cepet mbak”
P :”kalo disuruh buat bisa tidak?”
S :”2(p+l) = 100 dan p = l + 10”
P :”iya, lanjut ke perhitungan”
S :”ini mbak (sambil membaca)”
P :”iya, kalau masalah perhitungan yang ini 2 (l + 10 ) + 2l =100 hasilnya 2l + 2l
+ 2l =100, kok bisa begini”
S :”saya kalikan mbak.”
P :”2l + 2l + 2l, gini?”
S : “oo, iya salah 2l + 20 + 2l”
P :”kenapa nulisnya begitu kemaren”
S :”tidak teliti mbak”
P :”coba diteliti lagi dalam perhitungan ini, kurangnya apa?”
S :”apa sih mbak, bukannya udah”
P :”tanda ekuivalennya kok tidak di tulis?”
S:”oo iya mbak, lha biasanya juga nggak di tulis mbak”
P:”besok kalau mengerjakan ditulis ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah:
Kesalahan dalam membuat pemisalan, karena siswa kurang banyak
berlatih dalam memahami maksud soal dan siswa masih merasa bingung.
Siswa juga menganggap apa yang dimisalkan adalah apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan
Siswa tidak membuat model matematika, hal ini disebabkan karena
menurut siswa tanpa membuat model matematika langsung dapat
dikerjakan, dan untuk mempersingkat waktu.
Siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan, hal ini
disebabkan karena siswa tidak terbiasa menuliskannya.
Soal Nomor 5
P :”Sekarang coba soal yang terakhir.”
S :”begini mbak yang diketahui dan yang ditanyakan ini” (menunjuk jawaban).
P :”yang diketahui udah lengkap belum”
S :”belum mbak, selisih kelereng Ali dan Arman adalah 30”
P :”la kenapa nggak ditulis”
S :”tergesa-gesa mbak, emang nilainya dikurangi to mbak kalo tidak ditulis?”
P :”iya kalo mengerjakan soal cerita harus lengkap langkah-langkahnya,lanjut”
S :”saya misalkan seperti ini”
P :”iya, langsung model matematikanya kok bisa begitu?”
S :”lha ini kelereng Ali 3 kali punya Arman”
P :”lha ini maksudnya apa L = 3xR = 30?”
S :”lha jumlahnya kan 30 mbak”
P :”coba dibaca yang diketahui yang 30 jumlah apanya?”
S :”selisih kelereng Ali dan Arman”
P :”berartikan selisih dari kelereng mereka berdua to?”
S :”iya ya mbak”
P :”kalau selisih itu kan hasil pengurangan dari kelereng mereka, yang bener
gimana?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
S :”L – R = 30, gitu mbak”
P :”iya, trus kalo kelereng Ali 3 kali lebih banyak dari kelereng Arman gimana?”
S :” L = 3 R”
P :” lha perhitungannya ini gimana?”
S :”lha dari model matematika yang saya buat tadi saya peroleh seperti ini”
P :”lha model matematikanya aja salah”
S :”berarti ini juga salah mbak kesimpulannya juga dong mbak”
P :”iya makanya yang teliti, coba selesaikan yang bener!”
S :(mengerjakan)
P :”berapa hasilnya?”
S :”kelereng Ali 45 dan kelereng Arman 15”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan dalam menuliskan apa yang diketahui, karena Siswa tergesa-
gesa membaca soal dan tidak teliti membacanya. Siswa merasa penulisan
apa yang diketahui tidak begitu penting dan tidak berpengaruh pada
penilaian, sehingga siswa menuliskannya hanya sebagian saja
Kesalahan siswa dalam membuat model matematika karena kurangnya
berlatih soal dan kurang pandai dalam menerjemahkan soal ke dalam
bahasa matematika
Kesalahan siswa dalam melakukan perhitungan dan membuat kesimpulan
jawaban, hal ini disebabkan karena model matematika yang dibuat
sebelumnya salah.
3. Petikan Wawancara dengan Subyek Nomor 29
Soal no 1
P :”coba gimana kamu menjawab soal no.1 ini?”
S :”ngawur mbak”
P :”coba dijelaskan jawaban yang kamu buat ini dari atas!”
S :”yang diketahui dan yang ditanyakan ini ”(sambil menunjuk jawaban)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
P :”coba dibaca sekali lagi, yang diketahui apa, masak kamu cuman nulis bil
cacah = 55, dan bil kedua = 25”
S :”jumlah dua bil adalah 55, dan selisihnya 25”
P :” lha kenapa nulisnya seperti itu”
S :”asal aja mbak kemaren, tidak teliti juga”
P :”trus yang kamu misalkan dan model matematikany kok bisa begini?”
S :”sulit aku tidak bisa”
P :”loh kemarin kan udah pernah ada soal yang hampir mirip kayak gini?”
S :”lupa mbak”
P :”nggak belajar ya kemaren?”
S :”tidak”
P :”dari pekerjaan kamu ini kamu bisa menulis bil kedua bil = 50y, dari mana?”
S :”asal aja mbak, alias ngawur”
P :”kenapa kamu tidak melanjutkannya?”
S :”aku kurang paham eliminasi mbak”
P :”ya kalo nggak mudeng tanya sama gurunya”
S :”tidak berani”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan dalam menuliskan apa yang diketahui, karena siswa
mengerjakannya dengan asal-asalan, dan kurang teliti membaca soal.
Siswa tidak bisa mencari penyelesian dengan metode eliminasi, hal ini
dikarenakan siswa kurang banyak berlatih mengerjakan soal cerita,
sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerjakannya karena tidak
memahami konsep eliminasi.
Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan jawaban, dia
mengerjakannya dengan asal-asalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Soal Nomor 2
P :”dari soal no 2 ini, kamu sudah betul dalam membuat pemisalan dan model
matematika, tetapi dalam operasi aljabar kamu masih banyak melakukan
kesalahan.”
S : diam
P :”coba kamu perhatikan untuk mengeliminasi x kok persamaan yang 1 dikali 1
sedangkan persamaan kedua dikali 2, ini kenapa?”
S :”lah seperti contoh kemarin mbak”
P :”berarti kamu nggak tahu kenapa dikali dengan bilangan–bilangan itu nggak tau
maksudnya?”
S :”nggak tau mbak, kemaren nggak memperhatikan”
P :”untuk mengeliminasi variabel x harus menyamakan koefisiennya dulu tapi
tandanya tidak sama nggak apa-apa?”
S :”oo begitu ya mbak”
P :”agar dapat dieliminasi berarti harus dikalikan berapa persamaan 2, kalau
persamaan 1 dikali 1”
S :”3 ya mbak”
P :”iya, berarti kamu salah ya dalam perhitungan ke bawahnya”
S :”Ya mbak,”
P :”coba kamu hitung berapa nilai y nya?”
S : (menghitung )”nilai y adalah 50000”
P :”kemudian subtitusi nilai y ke persamaan yang dianggap lebih mudah
pengerjaanya.”
S :”subititusi ke persamaan 1, didapat nilai x = 60000”
P :”trus gimana jawab soalnya?”
S :”harga sandal 50000 dan harga sepatu 60000”
P : ”E.. dibaca yang bener apa yang ditanyakan”
S :”harga 6 pasang sandal dan 6 pasang sepatu”
P :”bener nggak jawaban yang kamu tulis tadi?”
S :”salah mbak, jadi di kali 6 gitukan mbak”
P :”iya, jadi harganya berapa?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
S :”harga 6 pasang sandal adalah 300000 dan harga 6 pasang sepatu adalah
360000”
P :”berarti jawaban yang kamu tulis ini salah ya, besok kalau mengerjakan seperti
ini.”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan siswa dalam melakukan operasi aljabar menggunakan metode
eliminasi. Penyebab kesalahan tersebut adalah karena siswa kurang paham
agar kedua persamaan dapat dieliminasi atau kurang paham konsep dari
metode eliminasi.
Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan jawaban, hal ini disebabkan
karena dalam proses perhitungan mengalami kesalahan, kekurangtelitian
siswa dalam mengerjakan. Siswa kurang memperhatikan apa yang
ditanyakan, siswa mengira yang dicari harga sepasang sepatu dan sepasang
sandal
Soal Nomor 3
P : ”sekarang soal no.3, kok kamu nggak mengerjakan sampai selesai?”
S :”nggak bisa mbak”
P :”yang diketahui cuman segitu aja?”
S :”ada lagi mbak?”
P :”kok kamu nulisnya cuman segitu”
S :”tergesa-gesa kemaren mbak, waktunya kurang banyak”
P :”coba kamu sebutin yang kurang”
S :”majalah A dan B yang terjual adalah 28 ekslempar, dan hasil majalah tersebut
adalah 216000”
P :”iya , trus model matematikanya udah bener, penyelesaiannya gimana?”
S :”nggak bisa mbak?”
P :”kenapa, nggak bisa,”
S :”bingung, sulit aku tidak paham eliminasi dan subtitusi”
P :”makanya kalo diterangin pak guru jangan rame sendiri”
S :”lha pak guru aja materi dan contohnya dikit sekali”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
P :”ini nanti dikerjakan dengan metode eliminasi dan subtitusi kan, coba
dikerjakan!”
S : (mengerjakan)
P :”iya”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, siswa kurang lengkap
dalam menyebutkan apa yang diketahui. Penyebab dari kesalahan tersebut adalah
karena siswa terburu-buru dalam mengerjakan dan tergesa-gesa, siswa juga tidak
menyelesaikan jawabannya. Siswa salah dalam menentukan langkah penyelesaian.
Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami konsep eliminasi dan subtitusi,
siswa merasa guru kurang mendalam dalam menyampaikan materi dan kurang
banyak dalam memberi contoh
Soal Nomor 4
P : ”sekarang no.4“
S :”yang diketahui dan ditanyakan ini”(sambil menunjuk jawabannya)
P :”apa yang ditanyakan?”
S : ”panjang dan lebar persegi panjang”
P : ”yang bener coba baca sekali lagi?”
S: (membaca)”salah mbak ternyata luasnya”
P :”kenapa yang ditulis itu?”
S :”kurang teliti, aku kira sama kaya contoh pak.guru”
P :”lanjut”
S :”ini perhitungannya”
P :”kesimpulan jawaban yang kamu tulis kok panjangnya 50, lebarnya 30”
S :”salah tulis mbak, maksunya p = 20”
P :”makanya yang teliti, rumus luas persegi panjang itu apa?”
S :”P + L”
P :”eee, siapa bilang? Yang bener p x l”
P :”kamu kalau membuat pemisalan antara lebar dan luas jangan sama, lebar lebih
baik l (kecil), kalau luas L”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Berdasarkan petikan wawancara diatas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan siswa dalam menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal. Hal
ini disebabkan Siswa kurang teliti dalam membaca soal, siswa mengira
yang ditanyakan panjang dan lebar persegi panjang seperti apa yang
dicontohkan oleh guru.
Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan, hal ini disebabkan karena
kurangnya ketelitian siswa, dan siswa tidak tahu rumus luas persegi
panjang.
Soal no 5
P :” soal no 5 metode matematikanya kok bisa begitu?”
S: ”kelereng Ali 3 kali kelereng arman, jadi L = 3 R, “
P : ”lha R = 30 buah maksudnya apa?”
S : ”selisihnya mbak”
P: ”emang kalau selisih model matematikanya begitu, selisih itu kan pengurangan
dari kelereng ali dan Arman , jadi gimana bentuknnya?”
S :”L – R = 30 “
P :”karena model matematikanya salah jadi pengerjaanmu juga salah.”
P: ”oo,iya kamu tidak menuliskan tanda ekuivalen ya”
S:”oo, iya mbak kemaren tergesa-gesa mbak, pak guru juga kadang tidak
menulisnya”
P:” besok-besok jangan lupa, coba dikerjain!”
S : ”L – R=30, trus L nya diganti 3R, mbak?”
P : ”iya gitu juga bisa?”
S : ”3R – R = 30”
2R = 30
R = 15
P : ”iya, trus nilai L nya berapa?”
S : ”nggak tahu mbak?”
P :”loh kok nggak tahu, kamu subtitusi nilai R itu ke salah satu model
matematikanya tadi”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
S:”ke L = 3R”
P :”iya trus kamu selesaiin!”
S :”L = 3x 15”
L= 45
P :”jadi kelereng arman dan kelereng ali masing-masing berapa?”
S : ”kelereng Ali 45 dan kelereng Arman adalah 15”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan yang dilakukan siswa
adalah
Kesalahan dalam membuat model matematika, hal ini disebabkan siswa
tidak bisa menerjemahkan kata-kata ke dalam bahasa matematika, “
selisih”.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen karena mengerjakannya dengan
tergesa-gesa dan menurut siswa guru kadang juga tidak menuliskannya.
Kesalahan siswa dalam perhitungan, hal ini disebabkan karena pembuatan
model matematikanya salah.
4. Petikan Wawancara dengan Subyek Nomor 33
Soal Nomor 1
P :”coba dibaca soal yang no 1 ini?”
S : (membaca soal)
P :”pemisalannya ini kok begini gimana?”
S : diam
P : ”kan jumlah dua bilangan cacah 55, jadi ada ada berapa bilangan?”
S : ”dua, “
P : ”iya, kedua bilangan itu kamu misalkan?”
S : ”bilangan I = m, bilangan II = n,”
P : ”lha kemarin jawabanmu kok kayak gitu ?”
S : ”lha bingung.”
P :”Kalo model matematikanya dan perhitungannya kamu udah bener ni.”
S: ”iya mbak”
P : ”tapi membuat penyelesaiannya yang bener gimana?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
S : ”jadi m = 40 dan n = 15”
P :”kok bisa?”
S :”kan dalam perhitungan terakhir di dapat m = 40, dan n = 15”
P :”yang bener ? yang ditanyakan tadi apa? Kalo mau buat panyelesaian baca
yang bener apa yang ditanyakan!”
S : ”jadi kedua bilangan itu adalah 40 dan 15, gini mbak”
P : ”iya”
P :”tanda ekuivalennya mana?”
S :”lupa mbak, emang dinilai to mbak?”
P :”ya iya lah, kalo tidak lengkap nilainya sedikit”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan dalam membuat pemisalan. Penyebab kesalahan tersebut adalah
karena siswa masih bingung dalam membuat pemisalan dalam soal cerita,
disini siswa kurang latihan dalam mengerjakan soal cerita.
Kesalahan siswa dalam membuat penyelesaian atau jawab soal, hal ini
disebabkan siswa mengira bentuk terakhir dari penghitungan itu adalah
jawab soal, siswa tidak memperhatikan apa yang ditanyakan.
Siswa juga tidak menuliskan tanda ekuivalen dikarenakan siswa lupa
menuliskannya, dan siswa menganggap ada tidaknya tanda ekuivalen tidak
berpengaruh pada nilai, sehingga siswa enggan menuliskannya.
Soal Nomor 3
P :”coba gimana jawaban kamu yang no.3.”
S :”ini yang diketahui dan ditanyakan” (sambil menunjuk jawaban)
P :”oke, lanjut ke perhitungan”
S :”ini diselesaikan dengan eliminasi, saya kalikan 6000 dan 1”
P :”yang atas ini x + y = 28 dikali 6000 kok bisa 6000x + y = 28, udah bener
belum?”
S :”udah, kan dikalikan 6000 to mbak?”
P :”kenapa yang dikalikan cuman yang x aja?”
S :”tak kira cuma yang depan aja yang dikali”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
P :”bukan begitu, sifat ini masih ingat nggak a(b + c) = ab + ac?”
S :”berarti ini 6000x + 6000y = 168000”
P :”coba dikerjain!”
S :(mengerjakan)
P :”pertama kamu mengeliminasi variabel apa?”
S :”x, mbak”
P :”agar dapat dieliminasi variabel x harus dijumlah atau dikurangain?”
S :”kurangi”
P :”iya didapat nilai y berapa?”
S :”16”
P :”disubtitusi ke persamaan yang mana?”
S :”ke x + y =28”
P :”didapat nilai x berapa?”
S :”x = 12”
P :”trus penyelesaiannya gimana?”
S :”jadi jumlah majalah A = 12 dan jumlah majalah B=16”
P :”besok-besok kalau mengerjakan seperti ini ya, jangan ngawur”
S :”iya mbak.”
P :”seperti soal yang tadi, tanda ekuivalennya mana?”
S :” lupa lagi mbak”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan yang dilakukan siswa
adalah kesalahan dalam materi prasyarat yaitu konsep perkalian suku aljabar.
Penyebab kesalahan tersebut adalah siswa kurang paham tentang konsep perkalian
siswa menganggap (x + y = 28) x 6000 = 6000 x + y = 28, siswa mengira yang
dikalikan hanya suku pertamanya saja
. Karena dalam perhitungannya salah, maka kesimpulan yang dibuat juga salah,
siswa juga lupa menuliskan tanda ekuivalen seperti soal-soal sebelumnya.
Soal Nomor 4
P :”Nomor 4 ini pekerjaanmu hampir betul, tapi dalam proses perhitungan ada
yang salah ?”
S :”yang mana mbak.?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
P :”dalam pemisalan, masak yang dimisalkan kelilingnya sama luasnya?”
S :”seharusnya apa mbak?”
P :”lha apa malah nanya?”
S :”bingung aku mbak mbak”
P :”untuk mencari luasnya apa yang harus diketahui?”
S :”panjang dan lebarnya”
P :”ya udah yang dimisalkan itu”
S : ”panjang = p, dan lebar = l”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, tampak bahwa siswa melakukan
kesalahan dalam membuat pemisalan dikarenakan masih bingung dan kurang
banyak berlatih
5. Petikan Wawancara dengan Subyek Nomor 40
Soal Nomor 1
P :”coba gimana jawaban no.1 kamu?”
S :”ini kan yang diketahui dan ditanyakan, trus aku misalkan bilangan 1 = A, dan
bilangan 2 = B”
P :”iya, model matematikanya itu gimana kok bisa begitu?”
S :”jumlah 2 bilangannya 55 jadi A+ B = 55, selisihnya 25 jadi A-B =25”
P :”pinter, lanjut?”
S :”dieliminasi A, kemudian di subtitusi”
P :”langsung aja ke jawaban akhirnya?”
S :”jadi ini A nya = 40 dan B = 15
P :”kalo membuat penyelesaian diperhatikan dulu apa yang ditanyakan, emangnya
dalam soal ini yang ditanyakan A dan B, kok jawaban kamu kayak gitu?”
S :”yang ditanyakan kedua bilangan itu mbak.”
P :”makanya tadi A itu apa, dan B itu apa dalam pemisalan yang kamu buat?”
S :”A itu bilangan I dan B itu bilangan II”
P :”trus gimana yang betul penyelesaiannya?”
S :”jadi bilangan pertama adalah 40 dan bilangan kedua adalah 15”
P :”iya besok-besok kalo ngerjain yang teliti diliat dulu apa yang ditanyakan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
S :”iya mbak”
P :”dalam perhitungan kamu kok tidak ada tanda ekuivalennya”
S :”harus ditulis ya mbak”
P :”iya itu perlu ditulis, untuk menyatakan sama nilainya”
S :” iya mbak, tapi pak guru kadang tidak menulisnya mbak”
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan dalam mengubah hasil perhitungan ke jawab soal. Penyebab
kesalahan tersebut adalah karena siswa tidak teliti dalam membaca soal
khusunya apa yang ditanyakan dan pemisalannya yang dibuat. Siswa
mengira hasil akhir dari perhitungan adalah jawaban soal, sehingga siswa
enggan menuliskannya.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen, hal ini disebabkan karena
menurut siswa penulisan tanda tersebut tidak penting. Dan menurutnya
guru kadang tidak menuliskannya.
Soal Nomor 2
P :”kalau soal yang no.2 ini kamu hampir aja udah sempurna, namun jawaban
yang kamu hitung masih ada kesalahan.”
S :”bagian mana mbak yang salah ?”
P :”yang ditanyakan apa dalam soal?”
S :”harga 6 pasang sepatu dan harga 6 pasang sandal.”
P :”kalo harga 6 pasang sepatu ini udah bener, tapi yang harga 6 sandal coba
kamu liat udah benar belum?”
S :”ee, salah mbak, nie saharusnya kali 6 bukan 5”
P :”loh kenapa kamu nulisnya 5”
S :”tergesa-gesa mbak, saya kira harga 5 pasang sandal.”
P :” tanda ekuivalennya nie”
S :”iya mbak, lupa”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa adalah
Kesalahan siswa dalam membuat kesimpulan jawaban. Penyebab
kesalahan tersebut adalah karena siswa tidak teliti dalam mengerjakan,
dan kurang teliti dalam membaca soal.
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen disebabkan karena siswa lupa
menuliskannya
C. Validasi Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa dapat
diketahui cara guru dalam menyampaikan materi sistem persamaan linear dua
variabel. Guru menyampaikan materi tersebut secara singkat dan menurut siswa
materi yang disampaikan belum didapat dipahami secara maksimal. Siswa
menginginkan supaya guru dapat lebih jelas lagi dalam menyampaikan materi
serta dapat lebih sabar dalam memberi penjelasan. Pada materi tersebut guru perlu
mengingatkan kembali tentang materi prasyarat yang diperlukan, misalnya
perkalian bentuk aljabar, pengurangan dan penjumlahan suku aljabar. Karena
tidak semua siswa berinisiatif untuk mempelajari kembali tentang materi prasyarat
yang sebelumnya pernah dipelajari. Guru seharusnya juga memahami bahwa
kemampuan siswanya tidak sama.. Hal tersebut dapat dilakukan jika guru
memahami kemampuan siswanya masing-masing. Dengan memahami
kemampuan masing-masing siswa, guru dapat menentukan bagaimana
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk semua siswanya.
Dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar tidak berani dan merasa
malu untuk menyampaikan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahaminya.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan latihan-latihan soal kemudian
berkeliling memeriksa pekerjaan siswanya masing-masing sehingga guru dapat
mengetahui siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan serta bagian-
bagian materi yang belum dipahami. Solusi lain yang dapat dilakukan guru
adalah dengan mendekati siswa secara individu sehingga siswa tidak malu lagi
untuk bertanya. Sikap siswa tersebut seharusnya juga perlu diketahui oleh guru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
apa yang menyebabkan siswa bersikap seperti itu, guru dapat menjalin interaksi
yang baik dengan siswa.Pada kegiatan pembelajaran di kelas, guru hanya
sedikit dalam memberikan latihan soal.
Pada saat observasi di kelas hanya ditemukan sedikit kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel.
Hal ini terjadi karena latihan soal yang diberikan guru siswa hanya sedikit dan
kurang bervariasi.
Setelah observasi, siswa diberikan tes dan menganalisis jawaban siswa
untuk mendapatkan jenis-jenis kesalahan serta penyebabnya dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel. Kemudian melakukan
wawancara
Untuk mendapatkan data yang valid mengenai jenis kesalahan yang
dilakukan oleh siswa dan penyebabnya, maka dilakukan triangulasi data yaitu
dengan menyelaraskan data hasil observasi, analisis kesalahan jawaban siswa
dalam mengerjakan soal tes, dan analisis hasil wawancara. Berikut ini adalah hasil
validasi dari 6 siswa.
1. Siswa dengan nomor 3
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara dengan siswa ini, dapat
diketahui bahwa siswa belum memahami langkah-langkah menyelesaikan soal
cerita. Contohnya pada soal nomor 1 siswa salah dalam membuat pemisalan, salah
dalam membuat hasil kesimpulan jawaban, pada soal nomor 2 siswa masih salah
dalam perhitungan, dan pada soal nomor 3 siswa kurang lengkap dalam
menuliskan apa yang diketahui, dan siswa juga salah dalam melakukan
perhitungan dengan metode eliminasi dan subtitusi. Dari hasil wawancara dapat
diketahui bahwa cara belajar siswa yang kurang tepat, yaitu ketika latihan
mengerjakan soal apabila ada hal-hal yang belum dipahami siswa takut untuk
bertanya kepada guru sehingga pemahamam penyelesaian soal cerita tersebut
masih kurang. Jadi siswa juga kurang latihan soal-soal yang bervariasi. Menurut
siswa penjelasan dari guru juga masih kurang, karena guru lebih menyuruh siswa
untuk belajar sendiri (karena menurut guru itu pembelajaran yang baik itu adalah
agar siswanya yang aktif, tugas guru hanya memantau), karena siswa ini pemalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
maka apabila dari penjelasan guru yang belum jelas dan siswa tidak cocok dengan
metode yang diterapkan guru, siswa tidak bertanya pada guru. Siswa ini juga tidak
bertanya kepada teman secara maksimal karena dia menganggap temannya itu
belajar sendiri-sendiri..
Dalam belajar materi sistem persamaan linear dua variabel, siswa tidak
belajar dengan maksimal, siswa juga duduk di meja belakang, kalau ada tugas
atau ulangan siswa biasanya kerja sama dengan temannya.
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 3 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.7 Hasil Validasi Data Subyek I (Siswa Nomor Absen 3).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
1, 2, 3 Tidak menuliskan tanda
ekuivalen ( ) dalam operasi
aljabar.
Lupa dan terburu-buru
dalam mengerjakan
soal.
Siswa juga tidak tahu
kalau ternyata tanda
ekuivalen itu
diperlukan dalam
melakukan operasi
aljabar .
siswa juga
beranggapan bahwa
penulisan tanda
ekuivalen tidak
berpengaruh pada
nilai.
Siswa tidak terbiasa
menuliskannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
1 Kesalahan membuat pemisalan
dalam soal cerita.
Siswa tidak memahami
maksud soal dan
kurangnya pemahaman
dalam memisalkan
soal cerita.
Siswa mengira bahwa
yang ditanyakan itu,
yang dimisalkan
Tidak bertanya kepada
guru jika kurang
paham maksud soal,
sehingga siswa salah
dalam membuatnya.
1,2 Kesalahan dalam mengubah
hasil perhitungan ke jawab soal
(membuat kesimpulan
penyelesaian)
Siswa kurang teliti
dalam membaca soal
terutama tentang apa
yang ditanyakan.
Siswa tidak terbiasa
menuliskannya.
Siswa menganggap
hasil perhitungan yang
didapat adalah
kesimpulan jawaban.
2 Kesalahan dalam perhitungan
(melakukan operasi aljabar)
Tidak teliti dan tergesa-gesa
dalam melakukan perhitungan
terutama dalam pengurangan.
2 Kesalahan memperoleh
informasi
Kurangnya ketelitian
membaca apa yang ditanyakan
dalam soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3 Kesalahan menuliskan apa yang
diketahui( kurang lengkap)
Tidak teliti membaca soal dan
siswa tergesa-gesa dalam
menyelesaikan soal.
3 Kesalahan mensubtitusikan
variabel
Salah dalam mensubtitusikan
nilai variabel, yang
seharusnya nilai variabel y,
siswa mensubtitusikan ke
variabel x, siswa kurang teliti
dan salah dalam perhitungan
sebelumnya.
3 Kesalahan operasi aljabar
dalam mengeliminasi variabel
Siswa kurang paham
bagaimana
mengeliminasi
variabel.
Siswa kurang
menguasai konsep
pengurangan suku
aljabar.
2. Siswa dengan nomor 11
Siswa dengan nomor 11 ini belum menguasai konsep metode eliminasi
dan subtitusi , hal ini terlihat dari hasil pekerjaannya dan hasil wawancara. Siswa
ini agak pendiam, dan duduk di barisan tengan jika menerima materi ini. Siswa
berusaha untuk mencoba belajar sendiri, tetapi apabila menemui hal-hal yang
tidak yang dipahami siswa tidak menanyakannya baik kepada guru ataupun
teman, karena siswa lupa dari hasil belajarnya. Pada saat belajar materi sistem
persamaan linear dua variabel, siswa tidak berusaha belajar kembali tentang
materi prasyarat yang diperlukan, misalnya tentang perkalian bentuk aljabar
sehingga siswa salah dalam mengerjakan soal contohnya dalam menentukan (m +
n = 28) kali 6000 hasilnya 6000 + 6000 = 168000. Siswa hanya belajar jika akan
ada ulangan saja. Sehingga siswa banyak melakukan kesalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 11 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.8 Hasil Validasi Data Subyek II (Siswa Nomor Absen 11).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
1, 3, 4, 5 Kesalahan penulisan tanda
ekuivalen
Lupa dan tidak terbiasa
menulisnya
Tergesa-gesa dalam
mengerjakan
1 Kesalahan membuat pemisalan. Tidak tahu maksud soal atau
siswa kurang paham apa yang
harus dimisalkan.
1,3 Kesalahan membuat model
matematika
Siswa kurang paham
maksud soal dan tidak
dapat menstransfer apa
yang diketahui ke dalam
model matematika
Tergesa-gesa dalam
mengerjakan
1 Siswa tidak melanjutkan
jawabannya untuk mencari
penyelesaian dengan metode
eliminasi
Siswa benar-benar
tidak memahami
tentang materi yang
ada pada soal, yaitu
materi tentang metode
eliminasi, walaupun
sebenarnya siswa
sudah pernah
memperoleh materi itu
sebelumnya dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
siswa tidak berani
bertanya kepada guru
apabila belum mampu
memahami metode
eliminasi dan subtitusi
2 Kesalahan pengurangan suku
aljabar
K Siswa kurang paham konsep
pengurangan suku aljabar,
siswa tidak menuliskan
variabelnya yang ditulis
hanya koefisiennya
2 Kesalahan mensubtitusikan
variabel
Siswa dengan asal
menganggap nilai 50000
adalah nilai untuk variabel y
karena tidak menuliskan
variabel dalam perhitungan
sebelumnya
2 Kesalahan membuat jawab soal
(kesimpulan jawaban)
Kekurangtelitian siswa dalam
membuat kesimpulan
3,5 Kesalahan dalam menuliskan
apa yang diketahui atau kurang
lengkap dalam menuliskan apa
yang diketahui
Siswa kurang teliti
dalam membaca soal
petunjuk soal
Siswa tidak terbiasa
menuliskannya dalam
menyelesaikan soal
cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
3 Kesalahan konsep perkalian
suku aljabar
Tidak paham dengan
konsep perkalian suku
aljabar, siswa
menuliskan (m + n =
28) x 6000 =
6000+6000 = 168000
Tidak belajar materi
prasyarat
3 Siswa tidak melanjutkan
jawabannya untuk mencari
penyelesaian dengan metode
subtitusi
Siswa tidak paham
penyelesaian dengan
metode subtitusi.
Siswa merasa soalnya
sulit
3, 4, 5 Kesalahan membuat
kesimpulan jawaban
Siswa mengerjakan
dengan asal-asalan dan
mencontek teman
Siswa tidak teliti
membaca apa yang
ditanyakan dan
terbiasa tidak
menulisnya
4 Kesalahan informasi tentang
apa yang ditanyakan.
Karena siswa kurang
teliti membaca soal,
siswa mengira yang
ditanyakan panjang
dan lebar
Soal dianggap sama
dengan apa yang sudah
diterangkan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
4 Kesalahan operasi aljabar
(perkalian)
Siswa kurang paham tentang
sifat distributif pada perkalian.
3. Siswa dengan nomor 15
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, terlihat bahwa siswa kurang
memahami konsep eliminasi dan subtitusi. Siswa tidak begitu peduli dengan
materi prasyarat yang diperlukan, siswa hanya mengandalakan kemampuannya.
Apabila siswa menemui hal-hal yang tidak dipahaminya, siswa tidak berusaha
untuk mencari tahu tentang hal tersebut.
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 15 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.9 Hasil Validasi Data Subyek III (Siswa Nomor Absen 15).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
1, 3, 4, 5 Kesalahan penulisan tanda
ekuivalen dalam perhitungan
Lupa dan terburu-buru
dalam mengerjakan
soal.
Siswa juga tidak tahu
kalau ternyata
penambahan tanda
ekuivalen dalam
perhitungan itu
diperlukan.
1, 3, 4, 5 Kesalahan dalam membuat
model matematika
siswa tidak bisa
memahami maksud
dalam soal
Menurut siswa soal-
soal yang ada berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
dengan contoh soal
yang diberikan oleh
guru
Siswa tidak dapat
mengubah kalimat-
kalimat matematika
yang terdapat dalam
soal menjadi model
persamaan matematika
yang benar.
Menurut siswa cara
pengerjaan yang secara
langsung tanpa
membuat model
matematika seperti itu
terasa jauh lebih
mudah dan lebih cepat
dalam mengerjakan
soal
1 Kesalahan dalam perhitungan
dan membuat kesimpulan
Karena siswa tidak
dapat membuat model
matematika, maka
siswa tidak
mengerjakan
perhitungan sekaligus
tidak membuat
kesimpulan
penyelesaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Siswa asal-asalan
dalam mengerjakan
3 Siswa tidak dapat mengerjakan
dengan metode eliminasi dan
subtitusi
Siswa tidak memahami
langkah-langkah
penyelesaian dengan
metode eliminasi
maupun subtitusi
Siswa enggan bertanya
pada guru jika
menjumpai sesuatu
yang belum
dipahaminya.
4 Kesalahan dalam membuat
pemisalan.
Siswa kurang banyak berlatih
dalam memahami maksud
soal, siswa mengira bahwa apa
yang dimisalkan sama dengan
apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan.
4 Kesalahan dalam perhitungan Siswa kurang teliti dalam
mengerjakan
.
5 Kesalahan menuliskan apa yang
diketahui (kurang lengkap)
Siswa kurang teliti
dalam mengerjakan
soal dan tergesa-gesa
dalam
mengerjakannya.
Siswa merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
penulisan apa yang
diketahui tidak begitu
penting dan tidak
berpengaruh pada
penilaian
3, 5 Kesalahan dalam membuat
kesimpulan penyelesaian
Karena siswa salah dalam
membuat model matematika,
maka dalam proses
perhitungan juga salah, hal ini
mengakibatkan pembuatan
kesimpulan juga salah.
4. Siswa dengan nomor 29
Dari hasil wawancara, siswa ini kurang memahami konsep metode
eliminasi dan subtitusi. Dalam hal ini siswa tidak menyelesaikan soal dengan
eliminasi maupun subtitusi pada soal no. 3. Siswa juga sering kali tidak
menuliskan tanda ekuivalen dalam perhitungan. Dari hasil belajar siswa di kelas,
siswa juga melihat guru dalam memberikan contoh itu kadang ditulis tanda
ekuivalen kadang tidak. Sebaiknya, guru harus tegas dalam mengajar. Menurut
siswa, guru kurang efektif dalam mengajar. Siswa berusaha untuk belajar sendiri,
dengan mencoba mengerjakan soal-soal, tetapi siswa cenderung hanya membaca
contoh-contoh soal yang ada dan kurang banyak berlatih soal.
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 29 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.10 Hasil Validasi Data Subyek IV (Siswa Nomor Absen 29).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
2, 3, 5 Kesalahan penulisan tanda
ekuivalen
Lupa, tidak
memberikan alasan
yang jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Guru kadang tidak
menuliskannya
1,3 Kesalahan menuliskan apa yang
diketahui (kurang lengkap)
Siswa tidak teliti dalam
membaca soal, siswa
mengerjakannya dengan asal-
asalan
1 Kesalahan membuat pemisalan
dan model matematika
Siswa kurang banyak berlatih
mengerjakan soal cerita,
sehingga siswa merasa
kesulitan dalam
mengerjakannya.
1 Siswa tidak bisa mencari
penyelesaian dengan metode
eliminasi
Siswa kurang banyak berlatih
mengerjakan soal cerita,
sehingga siswa merasa
kesulitan dalam
mengerjakannya, siswa tidak
paham metode eliminasi.
2 Kesalahan dalam
mengeliminasi variabel
Siswa melakukan
kesalahan dalam
mengalikan kedua
persamaan agar kedua
persamaan tersebut dapat
dieliminasi
Kurang paham konsep
eliminasi agar suatu
variabel dapat dieliminasi
1, 2 Kesalahan membuat jawab soal Karena dalam
penghitungan terjadi
kesalahan maka jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
soal yang yang dibuat
salah.
Siswa kurang
memperhatikan apa
yang ditanyakan
3 Siswa kurang lengkap dalam
menuliskan apa yang diketahui
Siswa tergesa-gesa dalam
mengerjakan
3 Siswa tidak bisa mencari
penyelesaian dengan metode
eliminasi dan subtitusi
Siswa tidak memahami
tentang eliminasi dan subtitusi
, siswa merasa guru kurang
mendalam dalam
menyampaikan materi dan
kurang banyak dalam
memberi contoh
4 Kesalahan menentukan apa
yang ditanyakan
Siswa kurang teliti dalam
membaca soal
4 Kesalahan membuat
kesimpulan jawaban
Kekurangtelitian siswa dalam
mengerjakan dan tidak
mengerti rumus luas persegi
panjang
5 Kesalahan dalam membuat
model matematika
Siswa tidak bisa
menerjemahkan kata-kata ke
dalam bahasa matematika,
”selisih”.
5 Kesalahan dalam penghitungan Karena model matematikanya
salah maka penghitungannya
juga salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
5. Siswa dengan nomor 33
Siswa dengan nomor 33 ini sebenarnya sudah memahami langkah-
lanngkah metode eliminasi dan subtitusi. Dari hasil pekerjaannya siswa
melakukan kesalahan prasyarat, hal ini disebabkan karena siswa tidak paham sifat
distributif perkalian.
Dalam belajar di kelas siswa berusaha untuk konsentrasi, tapi tidak bisa.
Menurutnya, penjelasan guru itu tidak total yang menyebabkan malas untuk
belajar. Siswa dalam menyelesaikan soal cerita banyak mengalami kesalahan
dalam membuat kesimpulan.
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 33 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.11 Hasil Validasi Data Subyek V (Siswa Nomor Absen 33).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
1, 2, 3, 5 Kesalahan penulisan tanda
ekuivalen
Lupa, karena menurutnya
pemberian tanda ekuivalen
tidak terlalu penting dalam
penghitungan.
1,4 Kesalahan membuat pemisalan Siswa masih bingung
dalam membuat
pemisalan dalam soal
cerita
Kurang memahami
maksud soal
1,3 Kesalahan mengubah hasil
perhitungan ke jawab soal
Siswa mengira bentuk terakhir
dari penghitungan itu adalah
jawab soal.
3 Kesalahan menerapkan konsep
pra syarat (perkalian).
Kurang menguasai
konsep perkalian siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
berpikir bahwa dalam
mengalikan suatu
persamaan, yang
dikalikan hanya suku
pertama.
Kurang teliti dalam
menerapkan konsep
perkalian dalam
melakukan perhitungan.
6. Siswa dengan nomor 40
Siswa dengan nomor 40 ini sebenarnya sudah memahami langkah-
lanngkah metode eliminasi dan subtitusi. Dari hasil pekerjaannya siswa
melakukan kesalahan dalam menuliskan tanda ekuivalen dan membuat
kesimpulan jawaban.
Dalam belajar di kelas siswa berusaha untuk konsentrasi, siswa sering
maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Menurut siswa, siswa tidak
menuliskan tanda ekuivalen karena lupa, menurut siswa penulisannya tidak begitu
penting, dan menurutnya guru kadang juga tidak menulisnya dalam memberikan
contoh soal.
Berikut ini disajikan hasil validasi data kesalahan yang dilakukan oleh
siswa nomor 40 dan penyebabnya dalam menyelesaikan soal sistem persamaan
linear dua variabel .
Tabel 4.12 Hasil Validasi Data Subyek VI (Siswa Nomor Absen 40).
Butir Soal Kesalahan Siswa Penyebab Kesalahan
1, 2, 3, 4, 5 Kesalahan penulisan tanda
ekuivalen
Lupa, karena
menurutnya,
pemberian tanda
ekuivalen tidak terlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
penting dalam
penyelesaian soal
cerita, menurutnya
yang penting
penghitungannya
benar.
Guru kadang tidak
menulisnya
1 Kesalahan membuat
kesimpulan penyelesaian atau
mengubah hasil perhitungan ke
jawab soal.
Siswa tidak teliti
dalam membaca soal
khususnya apa yang
ditanyakan dan dan
tidak mengembalikan
hasil yang di dapat ke
pemisalan semula.
Siswa menganggap
penulisan kesimpulan
jawaban tersebut tidak
mempengaruhi
penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
D. Pembahasan Hasil Akhir Analisis Data
Kegiatan analisis data secara keseluruhan meliputi reduksi data,
penyajian data dan verifikasi data. Kegiatan reduksi data dan penyajian data telah
dilakukan pada pembahasan sebelumnya. Untuk selanjutnya yaitu verifikasi data.
Data yang digunakan dalam verifikasi data diperoleh dari hasil validasi data yang
berupa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita untuk pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel yang telah valid. Berikut ini merupakan tipe-
tipe kesalahan dan penyebab kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita .
a. Tipe kesalahan 1(aspek bahasa/ memahami maksud soal)
1. Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dari soal
Beberapa penyebabnya adalah :
a) Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui dari soal
karena siswa kurang teliti dalam membaca soal. Misalnya Seorang
pedagang majalah berhasil menjual majalah A dan majalah B sebanyak 28
eksemplar. Harga 1 eksemplar majalah A Rp 6.000,00 dan harga 1
eksempar majalah B adalah Rp 9.000,00. Jika hasil penjualan kedua
majalah tersebut Rp 216.000,00. Siswa hanya menulis
Harga I ekslempar majalah A Rp 6.000
Harga 1 ekslempar majalah B Rp 9.000
b) Siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, dan siswa beranggapan
bahwa waktu yang digunakan untuk mengerjakan cukup sedikit.
c) Siswa dalam mengerjakan soal dengan asal-asalan sehingga siswa tidak
menuliskan apa yang diketahui.
d) Siswa merasa penulisan apa yang diketahui tidak begitu penting dan tidak
berpengaruh pada penilaian
e) Siswa tidak terbiasa menuliskannya dalam menyelesaikan soal cerita.
Berdasarkan uraian diatas tersebut penyebab siswa salah dalam
menuliskan apa yang diketahui adalah karena siswa kurang teliti dalam
menuliskan apa yang diketahui, dan kurang teliti dalam membaca soal. Siswa
juga tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, mereka beranggapan bahwa waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
yang disediakan oleh guru sangat singkat sehingga untuk mempersingkat waktu
mereka menuliskannya tidak lengkap. Dan juga siswa dalam mengerjakan soal
dengan asal-asalan sehingga siswa tidak menuliskan apa yang diketahui.
Ketidakmampuan siswa menghayati apa yang diceritakan dalam soal, siswa
merasa penulisan apa yang diketahui tidak begitu penting dan tidak berpengaruh
pada penilaian sehingga siswa enggan menuliskannya. Dalam menyelesaikan
soal cerita siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui, siswa langsung
mengerjakan perhitungannya.
2. Kesalahan dalam menentukan apa yang ditanyakan dalam soal.
Beberapa penyebab dari kesalahan tersebut antara lain :
a) Siswa tidak menuliskan apa yang ditanyakan karena siswa kurang teliti
membaca soal, siswa beranggapan bahwa penulisannya tidak berpengaruh
pada penilaian guru.
b) Siswa menganggap soal sama yang diterangkan oleh guru, misalnya guru
menjelaskan soal dengan yang ditanyakan panjang dan lebar persegi
panjang, pada saat mengerjakan soal yang ditanyakan luas persegi
panjang, siswa menulis yang ditanyakan panjang dan lebar persegi
panjang.
Berdasarkan uraian tersebut penyebab siswa salah dalam menuliskan yang
ditanyakan adalah siswa kurang teliti membaca soal, siswa beranggapan bahwa
penulisannya tidak berpengaruh pada penilaian guru. Ada juga karena siswa
menganggap soal sama yang diterangkan oleh guru.
3. Kesalahan dalam membuat pemisalan
Beberapa penyebab dari kesalahan tersebut antara lain:
a) Siswa salah dalam membuat pemisalan karena siswa tidak memahami
maksud soal dan kurangnya pemahaman dalam memisalkan soal cerita.
b) Siswa kurang banyak berlatih dalam memahami maksud soal, sehingga tidak
bisa membuat pemisalan.
c) Siswa mengira bahwa yang ditanyakan itu yang dimisalkan
d) Ketidakmampuan siswa menghayati apa yang diceritakan dalam soal,
sehingga siswa bingung membuat pemisalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Berdasarkan uraian tersebut penyebab siswa salah dalam membuat
pemisalan karena siswa tidak memahami maksud soal dan kurangnya
pemahaman dalam memisalkan soal cerita. Siswa kurang banyak berlatih dalam
memahami maksud soal, sehingga tidak bisa membuat pemisalan. Siswa
mengira bahwa yang ditanyakan itu yang dimisalkan, sehingga kebanyakan
siswa memisalkan apa yang ditanyakan dalam soal. Ketidakmampuan siswa
menghayati apa yang diceritakan dalam soal, sehingga siswa bingung membuat
pemisalan.
4. Kesalahan dalam membuat model matematika
Beberapa penyebab dalam membuat model matematika :
a) Siswa tidak membuat pemisalan sehingga tidak dapat membuat model
matematikanya.
b) Siswa tidak dapat mengubah kalimat-kalimat matematika yang terdapat
dalam soal menjadi model persamaan matematika yang benar.
c) Siswa tidak menuliskan variabel dalam membuat model matematika, hanya
konstantanya saja, mungkin disini siswa masih bingung dalam membuat
model matematika.
d) Menurut siswa soal-soal yang ada berbeda dengan contoh soal yang
diberikan oleh guru.
e) Siswa tidak dapat mentransfer apa maksud soal ke dalam bahasa matematika
f) Menurut siswa cara pengerjaan yang secara langsung tanpa membuat model
matematika seperti itu terasa jauh lebih mudah dan lebih cepat dalam
mengerjakan soal
Berdasarkan uraian di atas penyebab kesalahan siswa dalam membuat
model matematika adalah siswa siswa tidak membuat pemisalan. Siswa tidak
dapat mengubah kalimat-kalimat matematika yang terdapat dalam soal menjadi
model persamaan matematika yang benar. Siswa tidak menuliskan variabel
dalam membuat model matematika, hanya konstantanya saja. Menurut siswa
soal-soal yang ada berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru. Siswa
juga tidak dapat mentransfer apa maksud soal ke dalam bahasa matematika,
siswa bingung bagaimana membuat model matematikanya. Disamping itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
menurut siswa cara pengerjaan yang secara langsung tanpa membuat model
matematika seperti itu terasa jauh lebih mudah dan lebih cepat dalam
mengerjakan soal
b. Kesalahan tipe II (aspek tanggapan/ memahami konsep)
1. Kesalahan dalam konsep perkalian suku aljabar
Beberapa penyebab dari kesalahan tersebut antara lain:
a) Siswa kurang paham tentang konsep perkalian siswa menganggap (x + y =
28) x 6000 = 6000 x + y = 28, siswa mengira yang dikalikan hanya suku
pertamanya saja.
b) Siswa tidak paham sifat distributif perkalian
c) Tidak paham dengan kosep perkalian suku aljabar, siswa menuliskan (m + n
= 28) x 6000 = 6000+6000 = 168000
Berdasarkan uraian tersebut penyebab siswa salah dalam perkalian suku
aljabar karena siswa tidak memahami sifat distributif perkalian a(b + c) = ab +
ac, disini siswa menganggap yang dikalikan adalah suku pertamanya saja.
2. Kesalahan dalam mengeliminasi variabel
Beberapa penyebab dari kesalahan tersebut adalah Siswa kurang paham
bagaimana mengeliminasi variabel. Siswa kurang paham agar kedua persamaan
dapat dieliminasi.
3. Kesalahan pengurangan suku aljabar
Penyebab dari kesalahan tersebut adalah siswa kurang paham konsep
pengurangan suku aljabar, siswa tidak menuliskan variabelnya, yang ditulis
hanya koefisiennya
4. Kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel
Penyebab dari kesalahan tersebut adalah siswa tidak teliti dalam
mengerjakan siswa dengan asal-asalan mensubtitusikan nilai variabel.
c. Kesalahan Tipe III (aspek menentukan langkah penyelesaian)
1. Kesalahan dalam menentukan langkah penyelesaian
Beberapa penyebab dari kesalahan tersebut antara lain:
a) Siswa tidak mengerjakan soal, penyebabnya adalah karena siswa benar-
benar tidak memahami tentang metode eliminasi dan subtitusi. Walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
guru sudah pernah memberikan materi itu sebelumnya, tetapi karena
menurut siswa cara penyampaian guru yang terlalu cepat akibatnya siswa
kurang bisa memahami materi tersebut dengan baik.
b) Siswa kurang memahami tentang langkah-langkah penyelesaian dengan
metod eliminasi dan subtitusi. Akibatnya pada saat mencari penyelesaian,
siswa mengerjakan dengan asal-asalan.
c) Siswa tidak berani bertanya kepada guru apabila belum mampu memahami
metode eliminasi dan subtitusi
2. Kesalahan dalam perhitungan
Penyebab kesalahan perhitungan disebabkan karena :
Tidak teliti dalam melakukan perhitungan terutama dalam pengurangan.
3. Kesalahan dalam menuliskan tanda ekuivalen
Siswa tidak menuliskan tanda ekuivalen disebabkan karena :
a) Lupa dan terburu-buru dalam mengerjakan soal. Siswa juga tidak tahu kalau
ternyata tanda ekuivalen itu diperlukan dalam melakukan operasi aljabar.
b) Lupa, tidak memberikan alasan yang jelas.
c) Siswa menganggap ada tidaknya tanda ekuivalen tidak berpengaruh pada
penilaian dan guru juga tidak terbiasa menuliskannya.
d) Siswa tidak terbiasa menuliskannya, karena seringkali guru juga tidak
menulisnya.
Berdasarkan uraian diatas karena siswa lupa dan terburu dalam
mengerjakan soal sehingga tidak sempat menuliskan tanda ekuivalen, siswa juga
mengira bahwa penulisannya itu tidak penting, ada juga siswa yang lupa untuk
menuliskan tanda ekuivalen.
3. Kesalahan dalam membuat kesimpulan
Siswa salah dalam menuliskan kesimpulan akhir atau mengubah hasil
perhitungan ke jawab soal , bahkan ada juga yang tidak menuliskan karena :
a) Siswa kurang teliti dalam membaca soal terutama tentang apa yang
ditanyakan, sehingga siswa membuat penyelesaiannya langsung dari hasil
perhitungan itu, jadi masih dalam bentuk apa yang dimisalkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
b) Siswa tidak terbiasa menuliskannya, karena disini siswa merasa bahwa
penulisannya itu tidak penting , dan tidak mempengaruhi hasil penilaian
guru.
c) Karena dalam perhitungan salah jadi siswa tidak menuliskan jawab soal atau
membuat kesimpulan penyelesaian.
d) Siswa kurang teliti membaca apa yang ditanyakan, misalnya yang
ditanyakan dalam soal harga 6 pasang sandal dan harga 6 pasang sepatu,
tetapi siswa mengira yang ditanyakan harga 1 pasang sandal dan 1 pasang
sepatu.
e) Karena siswa salah dalam membuat model matematika, maka dalam proses
perhitungan juga salah, hal ini mengakibatkan pembuatan kesimpulan juga
salah
f) Siswa asal-asalan dalam mengerjakan, dan sebagian siswa mencontek
pekerjaan temannya.
Berdasarkan uraian diatas siswa tidak menuliskan kesimpulan akhir atau
tidak mengubah hasil perhitungan ke jawab soal penyebabnya karena siswa tidak
terbiasa menuliskannya. Hal ini karena siswa beranggapan bahwa penulisannya
kurang penting karena tidak berpengaruh terhadap penilaian guru sehingga siswa
tidak menuliskannya. Disamping itu siswa kurang teliti dalam membaca soal
terutama tentang apa yang ditanyakan, sehingga siswa membuat penyelesaiannya
langsung dari hasil perhitungan itu, jadi masih dalam bentuk apa yang dimisalkan.
Karena dalam perhitungan salah jadi siswa tidak menuliskan jawab soal atau
membuat kesimpulan penyelesaian, siswa juga kurang teliti membaca apa yang
ditanyakan, misalnya yang ditanyakan dalam soal harga 6 pasang sandal dan
harga 6 pasang sepatu, tetapi siswa mengira yang ditanyakan harga 1 pasang
sandal dan 1 pasang sepatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Berdasarkan jenis kesalahan di atas, penulis menganalisa tipe kesalahan
yaitu
1. Tipe kesalahan I (aspek bahasa/ memahami maksud soal)
Meliputi kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui, kesalahan dalam
menentukan apa yang ditanyakan, kesalahan dalam membuat pemisalan, dan
kesalahan dalam membuat model matematika.
2. Tipe kesalahan II (aspek tanggapan/ memahami konsep)
Kesalahan dalam memahami konsep dasar metode subtitusi dan eliminasi.
3. Tipe kesalahan III (aspek menentukan langkah penyelesaian).
Meliputi kesalahan menentukan langkah penyelesaian, kesalahan dalam
melakukan perhitungan, kesalahan dalam membuat kesimpulan akhir jawaban,
dan tidak menuliskan tanda ekuivalen dalam proses perhitungan.
E. Pengelompokkan Jenis Kesalahan
Dari berbagai kesalahan yang telah ditemukan, peneliti
mengelompokkannya menjadi 3 jenis kesalahan sebagai berikut :
1. Kesalahan Tipe I (aspek bahasa/ memahami maksud soal), yang meliputi :
a. Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui
b. Kesalahan dalam menentukan apa yang ditanyakan dalam soal
c. Kesalahan dalam membuat pemisalan
d. Kesalahan dalam membuat model matematika
2. Kesalahan Tipe II (aspek tanggapan/ memahami konsep), yang meliputi :
a. Kesalahan dalam konsep perkalian suku aljabar.
b. Kesalahan dalam mengeliminasi variabel.
c. Kesalahan dalam konsep pengurangan suku aljabar
d. Kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel
3. Kesalahan Tipe III (aspek menentukan langkah penyelesaian) yang meliputi :
a. Kesalahan dalam menentukan algoritma penyelesaian.
b. Kesalahan dalam perhitungan.
c. Kesalahan tidak menuliskan tanda ekuivalen
d. Kesalahan dalam membuat kesimpulan atau mengubah hasil perhitungan
ke jawab soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori yang didukung oleh hasil penelitian serta
mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
sistem persamaaan linear dua variabel dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe
kesalahan dengan jenis kesalahan sebagai berikut:
a. Kesalahan Tipe I (aspek bahasa/ memahami maksud soal), yang meliputi :
1. Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui
2. Kesalahan dalam menentukan apa yang ditanyakan dalam soal
3. Kesalahan dalam membuat pemisalan
4. Kesalahan dalam membuat model matematika
b. Kesalahan Tipe II (aspek tanggapan/ memahami konsep), yang meliputi :
1. Kesalahan dalam konsep perkalian suku aljabar.
2. Kesalahan dalam mengeliminasi variabel.
3. Kesalahan dalam konsep pengurangan suku aljabar
4. Kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel
c. Kesalahan Tipe III(aspek menentukan langkah penyelesaian), yang
meliputi :
1. Kesalahan dalam menentukan algoritma penyelesaian.
2. Kesalahan dalam perhitungan.
3. Kesalahan tidak menuliskan tanda ekuivalen
4. Kesalahan dalam membuat kesimpulan atau mengubah hasil
perhitungan ke jawab soal.
2. Beberapa penyebab munculnya setiap kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linear dua variabel
antara lain sebagai berikut:
a. Tipe kesalahan I, yang meliputi:
1) Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dari soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Penyebab munculnya kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui
dari soal, adalah:
a) Siswa tergesa-gesa dalam mengerjakan soal, dan siswa
beranggapan bahwa waktu yang digunakan untuk mengerjakan
cukup sedikit.
b) Siswa kurang lengkap dalam menuliskan apa yang diketahui dari
soal karena siswa kurang teliti dalam membaca soal
c) Siswa dalam mengerjakan dengan asal-asalan sehingga siswa tidak
menuliskan apa yang diketahui.
d) Siswa merasa penulisan apa yang diketahui tidak begitu penting
dan tidak berpengaruh pada penilaian
e) Siswa tidak terbiasa menuliskannya dalam menyelesaikan soal
cerita
2) Kesalahan dalam menentukan apa yang ditanyakan dalam soal.
Penyebab munculnya kesalahan dalam menentukan apa yang
ditanyakan dari soal, adalah:
a) Siswa tidak menuliskan apa yang ditanyakan karena siswa kurang
teliti membaca soal, siswa beranggapan bahwa penulisannya tidak
berpengaruh pada penilaian guru.
b) Siswa menganggap soal sama yang diterangkan oleh guru,
misalnya guru menjelaskan soal dengan yang ditanyakan panjang
dan lebar persegi panjang, pada saat mengerjakan soal yang
ditanyakan luas persegi panjang, siswa menulis yang ditanyakan
panjang dan lebar persegi panjang.
3) Kesalahan dalam membuat pemisalan
Penyebab dari kesalahan tersebut antara lain:
a) Siswa salah dalam membuat pemisalan karena siswa tidak
memahami maksud soal dan kurangnya pemahaman dalam
memisalkan soal cerita.
b) Siswa kurang banyak berlatih dalam memahami maksud soal,
sehingga tidak bisa membuat pemisalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
c) Siswa mengira bahwa yang ditanyakan itu yang dimisalkan
d) Ketidakmampuan siswa menghayati apa yang diceritakan dalam
soal, sehingga siswa bingung membuat pemisalan.
4) Kesalahan dalam membuat model matematika
Penyebab dari kesalahan tersebut antara lain:
a) Siswa tidak membuat pemisalan sehingga tidak dapat membuat
model matematikanya.
b) Siswa tidak dapat mengubah kalimat-kalimat matematika yang
terdapat dalam soal menjadi model persamaan matematika yang
benar.
c) Siswa tidak menuliskan variabel dalam membuat model
matematika, hanya konstantanya saja, mungkin disini siswa masih
bingung dalam membuat model matematika.
d) Menurut siswa soal-soal yang ada berbeda dengan contoh soal
yang diberikan oleh guru.
e) Siswa tidak dapat mentransfer apa maksud soal ke dalam bahasa
matematika
f) Menurut siswa cara pengerjaan yang secara langsung tanpa
membuat model matematika seperti itu terasa jauh lebih mudah dan
lebih cepat dalam mengerjakan soal.
b. Tipe kesalahan II, yang meliputi:
1) Kesalahan dalam konsep perkalian suku aljabar
Penyebab munculnya kesalahan dalam perkalian suku aljabar, adalah
a) Siswa kurang paham tentang konsep perkalian, siswa mengira yang
dikalikan hanya suku pertamanya saja.
b) Siswa tidak paham sifat distributif perkalian
c) Tidak paham dengan kosep perkalian suku aljabar
2) Kesalahan dalam mengeliminasi variabel.
Penyebab munculnya kesalahan dalam mengeliminasi variabel adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Siswa kurang paham bagaimana mengeliminasi variabel. Siswa kurang
paham agar kedua persamaan dapat dieliminasi
3) Kesalahan pengurangan suku aljabar
Penyebab munculnya kesalahan dalam pengurangan suku aljabar
adalah siswa kurang paham konsep pengurangan suku aljabar, siswa
tidak menuliskan variabelnya, yang ditulis hanya koefisiennya
4) Kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel
Penyebab munculnya kesalahan dalam mensubtitusikan nilai variabel
adalah siswa tidak teliti dalam mengerjakan siswa dengan asal-asalan
mensubtitusikan nilai variabel.
c. Tipe kesalahan III, yang meliputi:
1) Kesalahan menentukan langkah penyelesaian
a) Siswa tidak mengerjakan soal, penyebabnya adalah karena siswa
benar-benar tidak memahami tentang metode eliminasi dan subtitusi.
Walaupun guru sudah pernah memberikan materi itu sebelumnya,
tetapi karena menurut siswa cara penyampaian guru yang terlalu cepat
akibatnya siswa kurang bisa memahami materi tersebut dengan baik
b) Siswa kurang memahami tentang langkah-langkah penyelesaian
dengan metode eliminasi dan subtitusi. Akibatnya pada saat mencari
penyelesaian, siswa mengerjakan dengan asal-asalan.
c) Siswa tidak berani bertanya kepada guru apabila belum mampu
memahami metode eliminasi dan subtitusi
2) Kesalahan dalam perhitungan.
Penyebab kesalahan perhitungan disebabkan karena :
Tidak teliti dalam melakukan perhitungan terutama dalam
pengurangan.
3) Kesalahan dalam menuliskan tanda ekuivalen.
Penyebab munculnya kesalahan dalam menuliskan tanda ekuivalen
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
e) Lupa dan terburu-buru dalam mengerjakan soal. Siswa juga tidak
tahu kalau ternyata tanda ekuivalen itu diperlukan dalam
melakukan operasi aljabar.
f) Lupa, tidak memberikan alasan yang jelas
g) Siswa menganggap ada tidaknya tanda ekuivalen tidak
berpengaruh pada penilaian dan guru juga tidak terbiasa
menuliskannya
h) Siswa tidak terbiasa menuliskannya, karena seringkali guru juga
tidak menulisnya.
4) Kesalahan dalam membuat kesimpulan
Penyebab munculnya kesalahan dalam membuat kesimpulan atau
mengubah hasil perhitungan ke jawab soal adalah:
g) Siswa kurang teliti dalam membaca soal terutama tentang apa yang
ditanyakan, sehingga siswa membuat penyelesaiannya langsung
dari hasil perhitungan itu, jadi masih dalam bentuk apa yang
dimisalkan.
h) Siswa tidak terbiasa menuliskannya, karena disini siswa merasa
bahwa penulisannya itu tidak penting , dan tidak mempengaruhi
hasil penilaian guru.
i) Karena dalam perhitungan salah jadi siswa tidak menuliskan jawab
soal atau membuat kesimpulan penyelesaian.
j) Siswa kurang teliti membaca apa yang ditanyakan, misalnya yang
ditanyakan dalam soal harga 6 pasang sandal dan harga 6 pasang
sepatu, tetapi siswa mengira yang ditanyakan harga 1 pasang
sandal dan 1 pasang sepatu.
k) Karena siswa salah dalam membuat model matematika, maka
dalam proses perhitungan juga salah, hal ini mengakibatkan
pembuatan kesimpulan juga salah
l) Siswa asal-asalan dalam mengerjakan, dan sebagian siswa
mencontek pekerjaan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
B. Implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan sistem persamaan
linear dua variabel. Dengan memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal tersebut, diharapkan dapat memberikan informasi
bagi guru mengenai tingkat penguasaan dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal. Kemampuan siswa dalam memahami soal cerita atau maksud
soal dapat dilihat dari model matematika yang dibuat siswa, kemampuan dalam
memahami konsep yang ada, ketelitian dalam menghitung, kemampuan dalam
menentukan langkah penyelesaian serta kemampuan dalam membuat kesimpulan.
Dengan mengetahui tingkat penguasaan dan kemampuan siswa tersebut,
guru bisa memprediksi kebutuhan siswa yang bermanfaat dalam peningkatan
kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang ada. Hal ini diharapkan
dapat membantu mengatasi permasalahan siswa yang menyangkut kesalahan
menyelesaikan soal cerita khususnya pada materi sistem persamaan linear dua
variabel sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Upaya yang dapat ditempuh guru dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan
linear dua variabel adalah dalam menerangkan penyelesaian soal guru hendaknya
menekankan kepada siswa terhadap pentingnya penyelesaian soal dengan
menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang benar, yaitu mulai dari
menuliskan apa yang diketahui dalam soal, menuliskan apa yang ditanyakan
dalam soal, mmbuat pemisalan, membuat model matemátika, menuliskan jawaban
(solusi) kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kesimpulan. Di samping itu,
dalam memberikan penilaian terhadap jawaban soal cerita hendaknya guru
memberikan nilai tersendiri terhadap jawaban yang lengkap dengan jawaban yang
tidak lengkap meskipun jawaban akhir yang diberikan sama. Hal ini dimaksudkan
agar siswa termotivasi untuk menjawab soal secara lengkap. Guru bisa
memberikan pengarahan dalam pengerjaan soal matematika tersebut secara
lengkap sehingga siswa dapat mengetahui manfaat dari penulisannya. Dalam
menjelaskan materi hendaknya guru memberikan contoh-contoh soal yang terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa bisa lebih mudah dalam memahami
materi tersebut.. Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa guru hendaknya
melakukannya secara merata, tidak hanya kepada siswa yang pandai saja sehingga
semua siswa merasa diperhatikan dan tidak merasa dibeda-bedakan. Dalam
memberikan tugas sebaiknya guru juga memberikan penilaian tersendiri terhadap
siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas sendiri dan tidak
hanya menunggu jawaban yang diberikan oleh guru. Dalam pembuatan model
matematika, guru hendaknya memberikan pengarahan terhadap siswa agar
mencermati soal terlebih dahulu dengan menghubungkan data yang diketahui
dengan pertanyaan yang ada sebelum menjawab soal dan meneliti kembali
jawaban-jawaban yang sudah ada serta membuat kesimpulan dari jawaban yang
telah diperolehnya. Di samping itu, sebelum membuat pemodelan matematika
hendaknya guru mengarahkan siswa untuk membuat pemisalan terlebih dahulu
sehingga siswa lebih memahami apa yang ditulisnya, sehingga apabila jawaban
tersebut diperoleh dari mencontek dan menjawab sendiri akan sangat terlihat
bedanya. Guru juga dapat memperbanyak latihan soal terhadap siswa terkait
dengan kehidupan sekitar atau sehari-hari sehingga siswa bisa melihat manfaat
matematika dalam kehidupan sehari-hari secara langsung.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka beberapa hal yang
perlu penulis sarankan lepada guru pengampu mata pelajaran matematika dan
siswa demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada umumnya dan
untuk mengatasi kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem
persamaan linear dua variabel pada khususnya adalah sebagai berikut:
Beberapa alternatif pemecahan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
sistem persamaan linear dua variabel yang disajikan untuk setiap tipe kesalahan
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
a. Alternatif pemecahan tipe kesalahan I
Alternatif pemecahan untuk tipe kesalahan I, yang meliputi kesalahan dalam
menentukan apa yang diketahui dalam soal, apa yang ditanyakan dalam soal,
kesalahan membuat pemisalan, dan kesalahan membuat model matematika
adalah:
1) Guru hendaknya membantu siswa untuk memahami maksud soal, yaitu
mendidik siswa agar dapat menyederhanakan soal dengan kalimatnya
sendiri.
2) Dalam membuat pemisalan, guru mengajarkan pada siswa untuk mencerna
soal sedikit demi sedikit sehingga siswa mengetahui inti dari soal tersebut
3) Dalam membuat pemisalan, siswa hendaknya mengetahui inti dari soal
tersebut
4) Siswa hendaknya membaca soal berulang-ulang, kemudian berusaha
menterjemahkan maksud soal dengan kata-kata sendiri.
5) Guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang penguasaan terhadap
materi-materi penunjang dengan memahami materi-materi yang sudah
pernah diterima. Agar tidak lupa dengan materi-materi yang sudah lalu
maka perlu sering berlatih soal-soal yang telah lalu juga, hal ini karena
dalam matematika materinya selalu berkaitan.
6) Guru hendaknya mengingatkan pada siswa, untuk membiasakan membuat
pemisalan secara teliti sebelum mengerjakan soal sehingga makna yang
dihasilkan tidak membingungkan siswa itu sendiri.
7) Dalam membuat model matemátika, siswa hendaknya menghubungkan
data apa yang diketahui pada soal dan apa yang ditanyakan dari soal secara
teliti dan tidak tergesa-gesa.
b. Alternatif pemecahan tipe kesalahan II
Alternatif pemecahan untuk tipe kesalahan II, yang meliputi kesalahan dalam
konsep perkalian suku aljabar, kesalahan dalam mengeliminasi variabel,
kesalahan dalam konsep pengurangan suku aljabar, kesalahan mensubtitusikan
nilai variabel adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
1) Guru hendaknya memberikan latihan yang banyak kepada siswa soa-soal
dengan metode eliminasi dan subtitusi.
2) Dalam mengerjakan hendaknya siswa belajar materi dasar yaitu perkalian
dan pengurangan suku aljabar
3) Guru hendaknya mengingatkan kepada siswa sifat-sifat dan bentuk-bentuk
aljabar.
4) Untuk melatih keterampilan dan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan
soal, guru perlu banyak memberikan latihan-latihan soal yang variatif .
5) Pada proses belajar mengajar, siswa hendaknya bersifat aktif dengan selalu
menanyakan kepada guru bagian-bagian materi yang belum dipahaminya
c. Alternatif pemecahan tipe kesalahan III
Alternatif pemecahan untuk tipe kesalahan III, yang meliputi kesalahan dalam
perhitungan, kesalahan dalan menuliskan tanda ekuivalen dan pembuatan
kesimpulan akhir adalah:
D. Dalam melakukan perhitungan hendaknya siswa melakukannya dengan
sangat teliti. Oleh karena itu, disarankan untuk memeriksa hasil
perhitungan pada setiap algoritma penyelesaian untuk memastikan hasil
perhitungannya benar
E. Guru mengingatkan siswa untuk membiasakan mengecek jawaban kembali
dan menyesuaikan dengan konsep yang ada, untuk mengetahui masuk akal
atau tidaknya suatu jawaban serta langkah penyelesaiannya
F. Dalam melakukan perhitungan, siswa disarankan untuk menuliskan tanda
ekuivalen disetiap langkah perhitungan, hingga mendapatkan jawaban
akhir
G. Siswa hendaknya membiasakan membuat kesimpulan akhir ketika
mengerjakan soal. Di samping itu juga harus dibiasakan membuat
kesimpulan yang benar dengan cara memperhatikan kembali apa yang
ditanyakan dalam soal dan mengingat bahwa hasil perhitungan bukan
penyelesaian akhir dari suatu soal, tetapi harus dikembalikan lagi pada apa
yang ditanyakan dari soal tersebut.