analisis kemandirian keuangan daerah kabupaten …/analisis...perpustakaan.uns.ac.id...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH TAHUN 2004-2008 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh: Sri Wulan Rahayu NIM. F0106007 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: nguyencong

Post on 14-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN

SUKOHARJO DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH TAHUN

2004-2008

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Sri Wulan Rahayu

NIM. F0106007

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Dan hanya kepada Tuhnmulah hendaknya kamu berharap.

(QS. Al Insyiroh:6-8)

Terkadang hidup terasa begitu sulit untuk dijalani, tapi jangan pernah berhenti

dan yakinlah bahwa sesuatu yang lebih baik telah menunggumu di depan.

(penulis)

Page 5: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya untukku (Semoga ini bukan akhir dari usaha ananda untuk membahagiakan kalian yang tercinta, tapi merupakan awal dari usaha itu, terimakasih yang tak terhingga atas

segala pengorbanan yang telah kalian berikan)

Adik dan kakak-kakakku,

(yang walau jauh tapi kita tetap saling mendoakan untuk dapat menemukan hidup

yang lebih baik)

Page 6: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang lebih utama selain rasa syukur kepada Allah SWT, yang

selalu melimpahkan nikmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN

DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PELAKSANAAN OTONOMI

DAERAH TAHUN 2004-2008”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas

Maret.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyususunan

skripsi ini tidak terlepas dari peran bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun

materiil. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. A.M.Soesilo, M.Sc. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti

dalam penyususunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

3. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret yang langsung maupun tidak langsung telah banyak

Page 7: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret.

4. Dra. Izza Marfuah, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikian bimbingan, arahan,

dan pelayanan kepada penulis.

6. Keluarga yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan bimbingan kepada

penulis.

7. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan.

8. Untuk yang telah menjadi inspirasi dalam hidupku, menemani dan memberi

kebahagiaan dalam hidupku (aa’, abank, ka”, ayah, babe).

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang baik secara langsung

maupun tidak langsung telah memberikan bantuannya kepada penulis hingga

terselesaikannya penelitian ini.

Dalam skripsi yang telah penulis susun ini tentunya masih banyak kekurangan

yang perlu dibenahi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membaca dan terkait dengan skripsi ini.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

Page 8: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ .i

ABSTRAKSI..............................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ .iv

HALAMANPENGESAHAN....................................................................................v

HALAMAN MOTTO...............................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................vii

KATA PENGANTAR.............................................................................................viii

DAFTAR ISI............................................................................................................ .x

DARTAR TABEL...................................................................................................xiii

DAFTAR GRAFIK................................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ .1

A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................ .1

B. PERUMUSAN MASALAH........................................................................ .9

C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................. .9

D. MANFAAT PENELITIAN......................................................................... .10

BAB II. TELAAH PUSTAKA................................................................................ .11

A. OTONOMI DAERAH................................................................................... .11

1. Pengertian Otonomi Daerah........................................................................... .11

2. Landasan Hukum Otonomi Daerah............................................................... .13

3. Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah............................................................ .15

4. Titik Berat Otonomi Daerah.......................................................................... .18

5. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah............................................................ .22

B. KEUANGAN DAERAH............................................................................... .27

1. Dimensi Keuangan Daerah............................................................................ .27

2. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Daerah.............................................. .30

3. Sumber Penerimaan Daerah........................................................................... .34

Page 9: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.................................................... .38

5. Indikator Kinerja Keuangan Daerah.............................................................. .43

C. PERILAKU BIROKRASI............................................................................. .45

D. PENELITIAN TERDAHULU....................................................................... .50

E. KERANGKA PENELITIAN......................................................................... .52

F. HIPOTESIS................................................................................................... .54

BAB III. METODELOGI PENELITIAN............................................................. .55

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN…………………………..…………… .55

B. JENIS DAN SUMBER DATA…………………………………………….. .55

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL..................................................... .57

D. ALAT ANALISIS.......................................................................................... .62

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN............................................. .66

A. DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO........................ .66

1. Kondisi Geografis....................................................................................... .66

a. Letak Kabupaten Sukoharjo..................................................................... .66

b. Luas Wilayah.......................................................................................... .67

c. Keadaan Iklim......................................................................................... .67

d. Penggunaan Lahan.................................................................................. .68

2. Kondisi Demografi..................................................................................... .68

a. Kependudukan........................................................................................ .68

b. Ketenagakerjaan...................................................................................... .69

3. Kondisi Sosial Ekonomi............................................................................ .70

a. Kondisi Sosial Masyarakat..................................................................... .70

b. Kondisi Perekonomian Daerah............................................................... .71

B. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………….75

1. Analisis Deskriptif...................................................................................... .75

a. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.................................................... .76

b. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ .77

c. Pertumbuhan PDRB Per kapita............................................................... .78

Page 10: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Analisis Kuantitatif.................................................................................... .79

a. Derajat Desentralisasi Fiskal................................................................... .79

b. Kebutuhan Fiskal.................................................................................... .81

c. Kapasitas Fiskal...................................................................................... .82

d. Posisi Fiskal............................................................................................ .83

e. Kemandirian Daerah dan Pola Hubungan............................................... .85

BAB V. PENUTUP.................................................................................................. .88

A. KESIMPULAN............................................................................................ .88

B. SARAN......................................................................................................... .90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Data besarnya jumlah dana perimbangan Kabupaten Sukoharjo....................... .5

1.2. Komposisi PAD Kabupaten Sukoharjo.............................................................. .5

2.1. Pola hubungan keuangan daerah......................................................................... .44

4.1. Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo menurut lapangan usaha...................... .73

4.2. Pertumbuhan PDRB per kapita Kab. Sukoharjo menurut harga konstan........... .74

4.3. Pertumbuhan ekonomi sektoral Kab. Sukoharjo................................................ .75

4.4. Pertumbuhan PAD Kab. Sukoharjo......................................................................77

4.5. Pertumbuhan ekonomi Kab. Sukoharjo.............................................................. .78

4.6. Pertumbuhan PDRB per kapita Kab. Sukoharjo................................................. .79

4.7. Ukuran DDF Kabupaten/ kota............................................................................ .80

4.8. DDF Kab. Sukoharjo.......................................................................................... .80

4.9. Kebutuhan fiskal Provinsi Jawa Tengah dan Kab. Sukoharjo..............................82

4.10. Kapasitas fiskal Provinsi Jawa Tengah dan Kab. Sukharjo.............................. .83

4.11. Pertumbuhan PAD dan PDRB menurut harga konstan Kab. Sukoharjo............84

4.12. Pertumbuhan PAD dan PDRB menurut harga berlaku Kab. Sukoharjo........... .84

4.13. Pola hubungan dan tingkat kemampuan daerah............................................... .86

4.14. Kemandirian daerah dan pola hubungan Kab. Sukoharjo................................ .86

Page 12: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik halaman

2.1. Penentuan output oleh birokrat........................................................................... .46

2.2. Analisis Niskanen mengenai efisiensi alokasi.....................................................48

Page 13: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN

SUKOHARJO DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH TAHUN

2004-2008

SRI WULAN RAHAYU

F0106007

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut, pertama untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo. Kedua, untuk mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Ketiga, untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi pelaksanaan otonomi daerah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Adapun alat analisisnya adalah Derajat Desentralisasi Fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, posisi fiskal, dan Rasio Kemandirian Daerah. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari instansi pemerintah terkait, yakni mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kurun waktu 2004 sampai 2008.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pertumbuhan PAD Kabupaten Sukoharjo cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2004 sampai 2006 dan mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke tahun cenderung rendah dan pada tahun 2008 justru terdapat penurunan persentase terhadap pertumbuhan ekonomi dari 5.11% menadi 4.84%. Dan pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo cenderung mengalami peningkatan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo masih rendah jika dilihat dari Derajat Desentralisasi Fiskal, kebutuhan kapasitas fiskal, dan posisi fiskal. Kabupaten Sukoharjo belum mandiri terhadap pelaksanaan otonomi daerah, jika diukur dari rasio kemandirian dan pola hubungan. Dimana besarnya nilai rasio kemandirian masih berada di bawah 25%. Sehingga menunjukkan pola hubungan yang instruktif, dimana peranan Pemerintah Pusat lebih dominan dibanding kemandirian Pemerintah Daerah.

Mengacu pada hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo masih rendah. Kabupaten Sukoharjo belum mandiri terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, dibuktikan

Page 14: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan masih tingginya ketergantungan finansial terhadap Pemerintah Pusat. Saran yang dapat dikemukan adalah Pemerintah Daerah hendaknya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pengoptimalam pemungutan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan potensi daerah dan berdasar pada peraturan yang berlaku, serta dapat menggali potensi objek pungutan baru yang potensial untuk dapat dikembangkan.

Kata kunci: DDF, Kebutuhan Fiskal, Kapasitas Fiskal, Posisi Fiskal, Derajat Otonomi Fiskal, Rasio Kemandirian Daerah.

Page 15: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Semangat reformasi yang mulai begulir sejak tahun 1998 telah membawa

perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan di daerah. Tuntutan dari

masyarakat akan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam kerangka good governance semakin

kuat. Good governance merupakan tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip-

prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka

mencapai tujuan organisasi (Halim, 2007:17). Secara internal reformasi tersebut telah

mengubah sistem pengelolaan lembaga pemerintahan dari sentralisasi menuju

desentralisasi dengan pemberian keleluasaan kepada daerah dalam wujud otonomi

daerah.

Otonomi daerah merupakan keluasan wewenang, hak, kewajiban, dan

tanggung jawab pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri sesuai keadaan dan kemampuan daerahnya sebagai wujud manifestasi dari

desentralisasi. Otonomi daerah diwujudkan sebagai hasil dari pendelegasian sebagian

urusan pusat kepada daerah yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi

seluruh lapisan masyarakat.

Page 16: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana yang tertuang dalam

Undang- Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah

direvisi dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang- Undang nomor

25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang telah direvisi

dengan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004, telah mulai dilaksanakan pada tanggal

1 Januari 2001. Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, berarti terdapat

keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan potensi penerimaan daerah dan

keleluasaan untuk menyusun daftar prioritas pembangunan yang nantinya akan

mendorong percepatan pembangunan suatu daerah.

Tujuan otonomi daerah pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam perekonomian daerah,

serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu,

dan bertanggung jawab.

Otonomi diharapkan mampu mendorong daerah untuk berprakarsa lebih nyata

dan mandiri dalam merumuskan berbagai prioritas strategi daerah melalui pembagian

kewenangan penuh kepada daerah untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi,

mengendalikan, dan mengevaluasi berbagai kebijakan sesuai dengan aspirasi

masyarakat (Yuwono, 2008:16).

Pada dasarnya titik sentral otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan

otonomi daerah adalah kesiapan daerah dalam hal keuangan. Kemandirian sisi

Page 17: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

penerimaan daerah menuntut kemampuan daerah untuk dapat mengidentifikasi secara

baik potensi penerimaan daerah dan kemudian mampu memungutnya dengan

berdasar pada asas manfaat dan asas keadilan.

Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah (1)

kemampuan keuangan daerahnya, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan

dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan

menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah;

(2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminal mungkin, oleh karena itu

Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar yang

didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah (Halim, 2007:262).

Di dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kemandirian daerah

merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai. Secara teoritis pengukuran

kemandirian Daerah diukur dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sesuai dengan

Undang Undang No 22 tahun 1999 disebutkan bahwasanya Pendapatan Asli Daerah

(PAD) terdiri dari :

1. hasil pajak daerah,

2. hasil retribusi daerah,

3. hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan

4. lain lain pendapatan asli daerah yang sah.

Kemampuan daerah otonom melaksanakan otonomi keuangan secara penuh

dalam periode pendek diragukan, baik sebagai akibat kapabilitas daerah otonom yang

Page 18: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

tidak dapat berubah begitu cepat maupun sistem keuangan, yaitu pemerintah pusat

tidak serta merta mau kehilangan kendali atas pemerintah daerah. Pada kenyataannya

hubungan fiskal antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat masih ditandai

dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Rendahnya

kemandirian daerah jelas terlihat dari masih rendahnya proporsi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap total pendapatan daerah dibanding dengan besarnya subsidi

yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Dana perimbangan merupakan transfer dari pemerintah pusat kepada daerah

yang bertujuan antara lain untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta untuk mengurangi kesenjangan

pendanaan antar berbagai pemerintah daerah. Dana perimbangan sebagai salah satu

sumber penerimaan daerah di era otonomi saat ini, keberadaannya sangat signifikan

bagi daerah, khususnya yang kurang potensial dalam Sumber Daya Alam (SDA) dan

Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan demikian, bagi daerah tersebut Dana Alokasi

Umum (DAU) merupakan salah satu sumber penerimaan yang relatif lebih besar dari

sejumlah sumber-sumber penerimaan daerah lainnya dalam struktur keuangan daerah.

Berbagai studi menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif rendah,

sehingga daerah masih akan menggantungkan pelaksanaan otonomi daerah pada

Dana Perimbangan dari pusat.

Page 19: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Tabel 1.1 Data besarnya jumlah dana perimbangan (dalam rupiah) Kabupaten

Sukoharjo tahun 2006-2008.

Komponen dana

perimbangan

2006 2007 2008

Dana bagi hasil 31.537.109.068 32.217.822.730 38.886.913.735

DAU 421.438.000.000 460.662.000.000 498.935.688.000

DAK 22.849.000.000 42.445.000.000 50.547.000.000

Jumlah 505.263.085.040 535.324.822.730 588.369.601.735

Sumber: APBD Kabupaten Sukoharjo.

Tabel 1.2 Komposisi Pendapatan Asli Daerah (dalam rupiah) Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2006, 2007, dan 2008.

Komponen PAD 2006 2007 2008

Pajak daerah 13.555.956.368 14.532.971.616 15.421.729.385

Retribusi daerah 12.923.748.623 12.299.335.794 13.760.435.850 Pengeloalaan kekayaan daerah

2.665.850.283 2.140.161.365 2.822.801.706

Lain-lain PAD 14.862.525.449 13.477.439.288 9.780.094.495 Jumlah PAD 44.008.080.723 42.449.908.063 41.785.061.436

Sumber: APBD Kabupaten Sukoharjo.

Mudrajad Kuncoro (2004) menjelaskan setidaknya ada lima penyebab utama

rendahnya PAD yang pada gilirannya menyebabkan tingginya ketergantungan subsidi

dari pusat. Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber

pendapatan daerah. Kedua, adalah tingginya derajat sentralisasi dalam bidang

perpajakan. Semua pajak utama, yang paling produktif baik pajak langsung maupun

Page 20: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tak langsung, ditarik oleh pusat. Pajak penghasilan badan maupun perorangan

(termasuk migas), Pajak Pertambahan Nilai, bea cukai, PBB, royalti (atas minyak,

pertambangan, kehutanan) semua dikelola administrasi dan ditentukan tarifnya oleh

pusat. Ketiga adalah kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit

yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. Faktor penyebab ketergantungan

fiskal yang keempat bersifat politis. Ada yang khawatir apabila daerah mempunyai

sumber keuangan yang tinggi akan mendorong disintegrasi dan separatisme. Faktor

terakhir penyebab ketergantungan fiskal tersebut adalah kelemahan dalam pemberian

subsisdi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama ini pemerintah

memberikan subsidi dalam bentuk blok (block grants) dan spesifik (specific grants).

Perbedaan utama antara subsidi blok dengan subsidi spesifik adalah bahwa daerah

memiliki keleluasaan dalam penggunaan dana subsidi blok, sedangkan penggunaan

dana subsidi spesifik sudah ditentukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak punya

keleluasaan dalam menggunakan dana tersebut. Apabila dilihat dari sisi jumlah

bantuan yang diterima oleh pemerintah sejak Repelita I, maka bantuan yang bersifat

spesifik jauh lebih besar daripada subsidi blok. Tidak berlebihan bila disimpulkan

bahwa pemerintah pusat hanya memberi kewenangan yang lebih kecil kepada

pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di daerahnya (Kuncoro,

2004:14) .

Dalam upaya mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal, dibutuhkan

pengaturan yang sebaik-baiknya dalam bidang keuangan. Sebab, salah satu aspek

Pemerintahan Daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah pengelolaan keuangan

Page 21: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

daerah. Oleh karena itu, kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo

dalam mengelola keuangannya menjadi penting dalam menjamin keberlangsungan

fiskal (fiscal sustainability) di Kabupaten Sukoharjo. Kemampuan pengelolaan

keuangan Kabupaten Sukoharjo sangat menentukan bagi proses penyelenggaraan

tugas-tugas pemerintahan maupun pelayanan. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tidak

akan mampu melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kepada masyarakat tanpa

didukung kemampuan keuangan yang memadai. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan

pengharapan masyarakat akan keuangan daerah yang mampu dikelola secara

ekonomis, efisien, dan efektif. Pengelolaan keuangan daerah secara tidak langsung

menggambarkan kemandirian keuangan daerah, baik menyangkut penerimaan

maupun pengeluaran/ belanja. Bagi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, kebijakan

pengelolaan keuangan tercermin pada kemampuan untuk menggali sumber

penerimaan daerah dan kemampuan untuk mengelola belanja daerah.

Semakin tinggi derajat kemandirian suatu daerah menunjukkan bahwa daerah

tersebut semakin mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari

pemerintah pusat. Apabila dipadukan dengan Derajat Desentralisasi Fiskal yang

digunakan untuk melihat kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total

pendapatan daerah secara keseluruhan, maka akan terlihat kinerja keuangan daerah

secara utuh.

Secara umum, semakin tinggi kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan semakin

tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kegiatan pemerintahannya sendiri akan

Page 22: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan

yang positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai

kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut.

Dengan pemberlakuan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

dapat melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara efektif dan efisien dengan

meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, menggali, mengelola dan

menggunakan sumber-sumber keuangan sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki

oleh daerahnya. Pemerintah Kabupaten/Kota harus mampu mandiri dalam

penyelenggaraan pemerintahan, menentukan arah kebijakan pembangunan serta

kemandirian dalam hal pembiayaan program-program pembangunan. Namun pada

kenyataannya, pemerintah daerah pada umumnya masih belum mampu menjalankan

fungsinya dalam mengelola keuangan daerah secara baik. Harapan yang besar dari

daerah untuk dapat membangun daerahnya sendiri ternyata dari tahun ke tahun

dirasakan masih jauh dari kenyataan. Yang terjadi adalah ketergantungan fiskal dan

subsidi dari pemerintah pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dalam membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dipandang perlu dilakukan pengkajian

secara mendalam mengenai kemampuan keuangan daerah, yang dalam kasus ini

dibatasi pada analisis kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo.

Page 23: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. PERUMUSAN MASALAH

Sehubungan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kondisi perkembangan keuangan daerah di Kabupaten Sukoharjo

apabila ditinjau dari beberapa indikator kemampuan keuangan daerah yang

meliputi: Derajat Desentralisasi Fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, dan

posisi fiskal?

2. Bagaimanakah tingkat kemandirian daerah Kabupaten Sukoharjo terhadap

pelaksanaan otonomi daerah yang telah dilaksanakan khususnya mengenai

keuangan daerah, apabila diukur dengan rasio kemandirian dan pola

hubungannya?

3. Apakah Kabupaten Sukoharjo sudah siap dalam menghadapi penyelenggaraan

otonomi daerah terutama dalam memanfaatkan pos-pos potensial bagi pemasukan

Pendapatan Asli Daerah terhadap total penegeluaran daerah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi perkembangan keuangan daerah di Kabupaten

Sukoharjo apabila ditinjau dari beberapa indikator kemampuan keuangan daerah

yang meliputi: Derajat Desentralisasi Fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal,

dan posisi fiskal.

Page 24: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Untuk mengetahui tingkat kemandirian daerah Kabupaten Sukoharjo terhadap

pelaksanaan otonomi daerah yang telah dilaksanakan khususnya mengenai

keuangan daerah, apabila diukur dengan rasio kemandirian dan pola

hubungannya.

3. Untuk mengetahui kesiapan Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi

penyelenggaraan otonomi daerah terutama dalam memanfaatkan pos-pos

potensial bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah terhadap total penegeluaran

daerah.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi ilmu pengetahuan

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis bagi

peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

perencanaan wilayah.

b. Memperkaya dan memperdalam penelitian sejenis yang telah ada sebelumnya.

2. Bagi pemerintah

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi, masukan

bagi pemerintah daerah, khususnya pemerintah daerah kabupaten Sukoharjo.

3. Bagi peneliti

a. Penelitian ini merupakan wujud nyata penerapan teori-teori yang

telah di dapat di bangku kuliah serta sebagai wahana latihan dalam

memperluas khasanah keilmuan.

Page 25: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. OTONOMI DAERAH

1. Pengertian Otonomi Daerah

Berkembangnya demokratisasi di Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara serta adanya semangat untuk mewujudkan good governance telah

mendorong pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Reformasi yang bergulir

sejak tahun 1998 telah mendorong masyarakat untuk semakin berani dan terbuka

dalam menuntut terwujudnya transparansi dan akuntabilitas menuju penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia,

karena sejak tahun 2001 tersebut telah terjadi perubahan yang sangat fundamental di

dalam pola pengaturan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola

pengaturan hubungan antara Pusat dan Daerah yang semula bersifat sentralistik di

masa Orde Baru yang diterjemahkan melalui Undang-Undang nomor 5 tahun 1974,

telah diubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi,

dimanifestasikan melalui Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang

nomor 25 tahun 1999. Dengan diberlakukannya kedua undang-undang tersebut, maka

bangsa Indonesia mulai menerapkan sistem otonomi daerah.

Page 26: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah

tangga daerah, yang melekat pada negara kesatuan maupun negara federasi.

Kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangga daerah di negara kesatuan

meliputi segenap kewenangan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang dipegang

oleh pemerintah pusat seperti: hubungan luar negeri, pengadilan, moneter dan

keuangan, dan pertahanan dan keamanan. Sedangkan di negara federal, negara bagian

melaksanakan otonomi yang lebih luas karena negara bagian dapat mengurus

peradilan dan keamanan sendiri (Adisubrata, 2002: 1).

Konsep dasar otonomi daerah adalah pemerintah pusat memberikan

kewenangan yang luas kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

pembangunan daerah masing-masing. Dengan kewenangannya, daerah akan menjadi

kreatif untuk menciptakan kelebihan dan insentif kegiatan ekonomi dan

pembangunan daerah (Yuwono, 2008:13). Di dalam UU No. 32 Tahun 2004

disebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang

dimaksud dengan daerah otonom yaitu, kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 27: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Menurut Mardiasmo dalam Yuyun Vitaloka (2007: 66) ada dua alasan yang

mendasari pemberian otonomi luas dan desentralisasi yaitu:

1. intervensi pemerintah pusat pada masa lalu yang terlalu besar telah menimbulkan

masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam

mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah.

2. tuntutan otonomi daerah muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game

yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan di masa mendatang. Pada

suatu era dimana globalisasi semakin meluas pemerintah akan kehilangan kendali

pada banyak persoalan seperti perdagangan internasional, informasi dan ide serta

transaksi keuangan.

Otonomi daerah dibutuhkan untuk meningkatan kreativitas daerah di dalam

mengembangkan daerahnya masing-masing. Otonomi daerah merupakan tantangan

bagi pemerintah daerah untuk dapat melakukan proses pemberdayaan potensi

ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemberdayaan potensi ekonomi inilah

yang nantinya diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

2. Landasan Hukum Otonomi Daerah

Pergantian pemerintah dari Orde Baru ke Orde Reformasi yang dimulai

pertengahan 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan

kewenangan yang lebih luas dan bertanggung jawab kepada daerah secara

proporsional. Pemberian kewewenangan ini diwujudkan dengan pengaturan

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan prinsip demokrasi dan

Page 28: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

partisipasi masyarakat. Secara konkrit, pengaturan ini dijabarkan dengan terbitnya

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-

Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah (Halim, 2007:1). Sebelumnya landasan hukum

mengenai otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang nomor 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pada masa Orde Baru sistem pengelolaan pemerintah daerah diatur dalam

Undang-Undang nomor 5 Tahun 1974. Di dalam Undang-Undang nomor 5 tahun

1974, terdapat tiga prinsip hubungan antara pusat dan daerah yaitu desentralisasi,

dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Asas desentralisasi yaitu pemberian otonomi

yang luas, nyata, dan bertanggung jawab terhadap pemerintah kabupaten atau kota.

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pusat kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat di daerah. Sedangkan tugas pembantuan adalah penugasan

dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan desa serta dari pemerintah

daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu disertai pembiayaan. Namun,

dalam prakteknya prinsip dekonsentrasi lebih dominan. Setelah diberlakukannya

Undang-Undang nomor 25 tahun 1999, terdapat perubahan mendasar dalam sistem

hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999, maka pemerintah daerah diberikan

otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam upaya untuk meningkatkan

pembangunan daerahnya masing-masing.

Page 29: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dalam implementasinya kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam

Undang-Undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 ini cukup banyak mengalami

permasalahan. Sehingga, pemerintah pusat melakukan revisi kebijakan otonomi

daerah melalui Undang-Undang nomor 32 dan 33 Tahun 2004. Kedua kebijakan ini

juga mengatur hal yang berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran di daerah.

Menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999, kewenangan daerah

mencakup seluruh kewenangan pemerintah pusat kecuali kewenangan dalam bidang

politik luar negeri, pertahanan keamanan, pendidikan, moneter dan fiskal, serta

agama. Hal tersebut dipertegas lagi dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004

yang membagi urusan pemerintah menjadi dua. Pertama, urusan pemerintah yang

menjadi kewenangan pemerintah pusat, meliputi politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Kedua, urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota, meliputi

perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pengawasan, dan

pemanfaatan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; pelayanan bidang kesehatan;

penyelenggaraan bidang pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; dan pelayanan bidang

ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota (Yuwono, 2008: 44).

3. Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah

Salah satu isu penting dan terus mengemuka pascareformasi tahun 1998

adalah tentang pembangunan daerah-daerah, kepincangan dan kesenjangan

Page 30: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

antardaerah, serta hubungan antara pusat dengan daerah. Sejak saat itu serangkaian

kebijakan (publik) lahir yang kemudian dikenal dengan istilah kebijakan otonomi

daerah dalam berbagai wujud (Yuwono, 2008:4). Otonomi daerah merupakan

kewenangan yang diberikan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah untuk

dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah masing-masing serta

dapat dipertanggungjawabkan.

Pada dasarnya tujuan pemberian otonomi kepada pemerintah daerah adalah

untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di

daerah, terutama dalam aspek pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap

masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan

bangsa (Sony Yuwono, 2008:17). Dengan pemberlakuan otonomi daerah diharapkan

pemerintah daerah mampu meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam

menjalankan sistem pemerintahan. Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan

kemandirian daerah di segala segi kehidupan, yang diukur melalui elemen

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di harapkan dengan otonomi, semua daerah di

Indonesia mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan

dengan bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimilikinya.

Pelaksanaan otonomi daerah secara normatif ditujukan untuk mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat, menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

demokratis yang ditandai dengan meningkatnya partisipasi dan aspirasi masyarakat

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Salah satu bentuk

partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

Page 31: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

adalah dengan dilibatkannya masyarakat dalam perencanaan pembangunan melalui

wadah Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang diselenggarakan

mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota (Abdul Halim, 2007:

130).

Menurut Smith dalam Eko Prasojo (2009: 145) salah satu tujuan desentralisasi

adalah terciptanya political equality di tingkat lokal. Political equality dalam

desentralisasi merupakan kontribusi dari penguatan demokrasi lokal dimana

masyarakat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memberikan suaranya dalam

pemilihan dan pengambilan keputusan, membentuk asosiasi politik, dan

menggunakan hak kebebasan berbicara. Kesempatan berpartisipasi yang lebih besar

bagi masyarakat merupakan konsekuensi logis dari perpindahan pengambilan

keputusan dari pemerintah nasional kepada pemerintah lokal. Dalam hali ini,

kekuasaan pengambilan keputusan (power over decision making) diserahkan dari

pemerintah nasional kepada masing-masing pemerintah lokal.

Menurut Mardiasmo dalam Yuyun Vitaloka (2007: 25) tujuan utama

penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik

(public service) dan memajukan perekonomian daerah. Pelaksanaan otonomi daerah

dan desentralisasi fiskal pada dasarnya terkandung tiga misi utama yaitu:

1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan

masyarakat.

2. menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

Page 32: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Otonomi daerah dapat dikatakan sebagai sarana bagi pemerintah daerah dalam

menampung aspirasi masyarakat untuk dapat meningkatkan kemampuan daerah

dalam mengelola keuangan daerah. Pemberdayaan otonomi daerah menekankan

pentingnya pemahaman akan potensi daya saing daerah. Dengan pemahaman yang

baik akan potensi daya saing yang dimiliki oleh daerahnya, suatu pemerintah daerah

diharapkan dapat menyusun suatu kebijakan yang dapat menciptakan iklim yang

kondusif bagi dunia usaha di daerah yang bersangkutan dan membawa kesejahteraan

bagi masyarakat.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, hingga saat ini masih banyak terdapat

penyalahgunaan kewenangan yang tidak sesuai dengan asas otonomi daerah. Agar

otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai,

pemerintah pusat wajib memberikan pedoman yang jelas dalam mengatur otonomi

daerah. Selain itu, dalam evaluasi dan pengawasan pelaksanaan otonomi daerah,

pemerintah pusat hendaknya harus bersikap tegas dan tidak ragu dalam memberikan

sanksi terhadap siapa saja yang melakukan penyalahgunaan wewenang otonomi

daerah.

4. Titik Berat Otonomi Daerah

Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk

mendekatkan pelayanan pemerintah kepada rakyat sehingga terdapat efisiensi dan

efektivitas. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten dan kota dianggap sebagai level

Page 33: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

yang paling tepat dalam menerima pelimpahan kekuasaan dan sumber daya. Hal ini

berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman

yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada

pemerintah pusat. Pemerintah provinsi diberi peran sebagai pengawas pemerintah

kabupaten dan kota.

Beberapa pengamat menyarankan agar desentralisasi sebaiknya dilaksanakan

pada tingkat provinsi karena provinsi dianggap memiliki kapasitas yang lebih besar

untuk menangani seluruh tanggung jawab yang dilimpahkan daripada kabupaten atau

kota. Namun, secara politis keputusan ini dianggap kurang baik dengan alasan akan

terjadi potensi disintegrasi yang semakin kuat, khususnya di wilayah seperti Aceh dan

Papua, dimana gerakan menuntut kemerdekaan harus dihadapi oleh pemerintah pusat.

Dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1974 ditekankan bahwa titik berat

desentralisasi adalah pada Daerah Tingkat II (Dati II) dengan maksud untuk menekan

semimal mungkin setiap kecenderungan separatisme daerah dengan kekuatan politik

atau munculnya kekuatan politik sentrifugal yang menjauhi pusat. Dan ada pula

alasan efisiensi dalam institusi pelayanan publik untuk sedekat mungkin dengan

masyarakat.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2004: 3) titik tolak desentralisasi di Indonesia

adalah pada Daerah Tingkat II (Dati II), dengan dasar pertimbangan: pertama, dari

dimensi politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga

risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif

minim. Kedua, dari dimensi administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan

Page 34: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif. Ketiga, Dati II adalah daerah

ujung tombak pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu

kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.

Menurut Yuyun Vitaloka (2007: 28) dalam skripsinya menjelaskan bahwa

otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota memiliki makna

yang dalam bagi kelancaran jalannya pemerintahan. Paling tidak ada sembilan makna

utama yang terkandung di dalam otonomi yang dititikberatkan pada daerah

kabupaten/ kota, yaitu sebagai berikut:

1. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota akan

menyebabkan penyelenggaraan dan pelayanan pemerintah menjadi lebih dekat

dengan masyarakat sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil dapat lebih sesuai

dengan aspirasi masyarakat.

2. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota berarti lebih

dekatnya pemerintah dengan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat (alam,

pertanian, kelautan) sehingga pemerintah dengan cepat dapat mengetahui dan

memantau perkembangan kualitas kehidupan masyarakat.

3. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota berarti lebih

sesuainya kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah dengan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan ekonomi, politik, sosial

budaya, spiritual maupun faktor-faktor indigenous lainnya.

Page 35: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota merujuk pada

sistem dan mekanisme birokrasi pemerintahan daerah yang berpijak pada sistem

nilai dan mekanisme sosial yang hidup dalam masyarakat setempat.

5. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota bermakna

mengoptimalkan upaya untuk produktivitas sektor-sektor yang memiliki

keunggulan kompetitif di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan atau faktor

ekonomi yang dominan, atau wilayah-wilayah yang unggul dalam suatu komoditi

dengan keikutsertaan daerah secara maksimal.

6. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota menuju pada

terciptanya sistem birokrasi pemerintah daerah yang diwarnai oleh kondidi-

kondisi kedaerahan dan karakter kependudukan sehingga akan terwujud suatu

manajemen pemerintah daerah yang akan berbeda satu sama lain.

7. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota bertujuan

meringankan beban tugas pemerintah pusat/ instansi vertikal, karena beban

tersebut dilimpahkan menjadi beban daerah dengan tetap memperhatikan

parameter efisiensi dan efektivitas.

8. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota berarti

mengutamakan kepentingan daerah kabupaten/ kota, dimana masing-masing

daerah kabupaten/ kota dapat menampilkan keunggulan, keistimewaan, dan

kreasinya.

9. otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten/ kota mendorong

terbentuknya masyarakat pemilih (constituency) yang solid guna melancarkan

Page 36: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

jalannya pemilu dengan sistem daerah dalam meningkatkan kualitas demokrasi

dan lembaga DPRD.

5. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan

pemerintahan antara pemerintah pusat dengan daerah otonom. Pembagian urusan

pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai

urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Di dalam menentukan pembagian urusan antara pusat dan daerah di dasarkan pada

beberapa kriteria. Pertama, kriteria eksternalitas yaitu pendekatan dalam pembagian

urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/ akibat yang ditimbulkan

dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Apabila dampak yang

ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan

kabupaten/ kota, apabila regional menjadi kewenangan provinsi, dan apabila nasional

menjadi kewenangan negara.

Kedua, kriteria akuntabilitas yaitu pendekatan dalam pembagian urusan

pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani

sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/ dekat

dengan dampak dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian akuntabilitas

penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih

terjamin. Ketiga, kriteria efisiensi yaitu pendekatan dalam pembagian urusan

pemerintahan dengan mempertimbangkan urusan tersedianya sumber daya untuk

mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam

Page 37: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

penyelenggaraan bagian urusan. Artinya apabila suatu bagian urusan dalam

penanganannya dipastikan akan lebih berdayaguna dan berhasilguna apabila

dilaksanakan oleh pemerintah daerah maka bagian tersebut akan diserahkan kepada

pemerintah daerah.

Menurut Martin Jimung dalam Sony Yuwono (2008:17), setidaknya ada lima

prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah.

1. Prinsip pelaksanaan. Pelaksanaan otonomi daerah harus menjunjung aspirasi

perjuangan rakyat, memperkukuh negara kesatuan, dan mempertimbangkan

tingkat kesejahteraan masyarakat daerah.

2. Prinsip riil dan tanggung jawab. Pemberian otonomi kepada daerah harus

merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab pada kepentingan seluruh

warga daerah. Pemerintah daerah berperan mengatur proses dinamika

pemerintahan dan pembangunan di daerah.

3. Prinsip pemencaran. Asas desentralisasi perlu dilaksanakan dengan asas

dekonsentrasi melalui pemberian kemungkinan kepada masyarakat untuk kreatif

dalam membangun daerahnya. Artinya, pemerintah bukan sebagai raja, melainkan

pelayan untuk dan bersama rakyat membangun daerahnya.

4. Prinsip keserasian. Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek

keserasian dan tujuan di samping aspek pendemokrasian.

5. Prinsip pemberdayaan. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah di daerah,

terutama dalam aspek pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap

Page 38: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan

bangsa.

Menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 pasal 21, dalam

menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak-hak sebagai berikut.

1. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

2. memilih pimpinan daerah;

3. mengelola aparatur daerah;

4. mengelola kekayaan daerah;

5. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

6. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya yang berada di daerah;

7. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

8. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Selain hak-hak yang dimiliki oleh daerah, sesuai dengan Undang-Undang

nomor 32 Tahun 2004 pasal 22, daerah juga memiliki kewajiban sebagai berikut:

1. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional,

serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

5. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

6. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

Page 39: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

7. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

8. mengembangkan sistem jaminan sosial;

9. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

10. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

11. melestarikan lingkungan hidup;

12. mengelola administrasi kependudukan;

13. melestarikan nilai sosial budaya;

14. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan

kewenangannya; dan

15. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam pasal 25 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa

kepala daerah mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:

1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama DPRD;

2. mengajukan rancangan Perda;

3. menetapkan Perda yang telah mendapat persejutuan bersama DPRD;

4. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk

dibahas dan ditetapkan bersama;

5. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

Page 40: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

7. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Selain mempunyai kewajiban seperti yang telah disebutkan di atas, kepala

daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan

pertanggunggjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Sedangkan wakil kepala

daerah menurut pasal 26 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 mempunyai tugas

sebagai berikut.

1. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;

2. membantu kepala daerah dalam mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di

daerah, menindaklanjuti laporan dan/ atau temuan hasil pengawasan aparat

pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta

mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial dan budaya dan lingkungan

hidup;

3. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota

bagi wakil kepala daerah provinsi;

4. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah

kecamatan, kelurahan dan/ atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;

5. memberikan saran dan pertimbangan kepala kepala daerah dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

Page 41: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

6. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh

kepala daerah; dan

7. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah

berhalangan.

Wakil kepala daerah dapat menggantikan kepala daerah sampai habis masa

jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak

dapat melakukan kewajibannya selama enam bulan secara terus menerus dalam masa

jabatannya.

B. KEUANGAN DAERAH

1. Dimensi Keuangan Daerah

Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang, juga segala satuan, baik berupa uang maupun barang, yang

dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh negara atau

daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ peraturan

perundangan yang berlaku (Mamesa dalam Abdul Halim, 2007: 24).

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (yang telah diperbaharui dengan

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007), ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

1. hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah,

2. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

membayar tagihan pihak ketiga,

3. penerimaan dan pengeluaran daerah,

Page 42: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, termasuk kekayaan

yang dipisahkan pada perusahaan daerah, dan

5. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/ atau kepentingan umum.

Keuangan daerah dikelola dengan berdasarkan asas umum: tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat

untuk masyarakat.

Pengertian lain dari keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan

pengertian APBD yaitu; suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan

berdasarkan peraturan. Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan

otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dari definisi keuangan

daerah tersebut melekat empat dimensi (Akbar, 2002:4):

1. Adanya dimensi hak dan kewajiban;

2. Adanya dimensi tujuan dan perencanaan;

3. Adanya dimensi penyelenggaraan dan pelayanan publik; dan

4. Adanya dimensi nilai uang dan barang (investasi dan inventarisasi).

Page 43: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Keterkaitan keuangan daerah yang melekat dengan APBD merupakan

pernyataan bahwa adanya hubungan antara dana daerah dan dana pusat atau dikenal

dengan istilah perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dana tersebut terdiri dari

dana dekonsentrasi (PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan) dan dana

Desentralisasi. Dana dekonsentrasi berbentuk Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum,

dan Dana Alokasi Khusus. Sedangkan yang dimaksud dana desentralisasi adalah

yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah.

Tujuan keuangan daerah menurut Nick Devas, et.al, (1989) dalam Barullah

Akbar (2002:4) adalah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas (Accountability)

Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada

lembaga atau orang yang berkepentingan dan sah. Lembaga atau orang yang

dimaksud antara lain, adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah, masyarakat

dan kelompok kepentingan lainnya (LSM);

2. Memenuhi kewajiban Keuangan

Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi

semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang;

3. Kejujuran

Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai profesional dan jujur,

sehingga mengurangi kesempatan untuk berbuat curang.

Page 44: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency) kegiatan daerah

Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan setiap program direncanakan dan dilaksanakan dengan hasil yang

maksimal.

5. Pengendalian

Manajer keuangan daerah, DPRD dan aparat fungsional pemeriksaan harus

melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai. Harus selalu memantau

melalui akses informasi mengenai pertanggungjawaban keuangan.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Daerah

Otonomi daerah yang telah berlangsung selama ini telah membawa pada arah

reformasi keuangan daerah. Reformasi keuangan daerah ini memberi keleluasaan

yang lebih bagi daerah untuk mengelola keuangan daerahnya secara mandiri karena

disadari bahwa yang memahami kondisi dan persoalan suatu daerah adalah

pemerintah daerah itu sendiri. Pelimpahan berbagai wewenang dan urusan ini

mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi semakin kompleks.

Konsekuensinya pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola keuangan daerah

dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Sumber-

sumber keuangan yang ada harus dapat dikelola seoptimal mungkin untuk membiayai

pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.

Sistem manajemen keuangan yang jelas dan berdaya guna diperlukan untuk

dapat mewujudkan sistem keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.

Transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah dimaksudkan bahwa

Page 45: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pengelolaan keuangan harus dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang

tujuan, hasil, manfaat, dan besaran kuantitatif anggaran yang diperoleh masyarakat

dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah berarti bahwa setiap dana yang diperoleh dan dianggarkan oleh

pemerintah untuk kegiatan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan.

Manajemen keuangan daerah harus diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat yang lebih besar. Misi pengelolaan keuangan daerah harus menekankan

pada aspek pelayanan masyarakat.

Adapun asas umum manajemen keuangan daerah berdasarkan pasal 66

Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 sebagai berikut

1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangan-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memerhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap

tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,

dan stabilisasi.

4. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

5. Surplus dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah tahun anggaran

berikutnya.

Page 46: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

6. Penggunaan surplus APBD dimaksudkan untuk membentuk dana cadangan atau

penyertaan dalam perusahaan daerah harus memperoleh persetujuan terlebih

dahulu daripada DPRD

Prinsip-prinsip lain yang juga dianut dalam pengelolaan keuangan daerah,

seperti yang tercantum dalam pasal 67 Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 adalah

sebagai berikut:

1. Peraturan daerah tentang APBD merupakan dasar bagi pemerintah daerah untuk

melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.

2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pada pengeluaran atas

beban APBD, jika anggaran untuk mendanai pengeluaran tersebut tidak tersedia

atau tidak cukup.

3. Semua pengeluaran daerah termasuk subsidi, hibah, dan bantuan keuangan lain

yang sesuai dengan program pemerintah daerah didanai melalui APBD.

4. Keterlambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan

APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/ atau bunga.

5. APBD disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan

keuangan daerah.

6. Apabila APBD diperkirakan defisit maka ditetapkan sumber-sumber pembiayaan

untuk menutup defisit tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.

7. Apabila APBD diperkirakan surplus maka ditetapkan penggunaan surplus

tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.

Page 47: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Menurut Sony Yuwono (2008:56), pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan

dalam suatu sistem yang terintegrasi dan diwujudkan dalam APBD yang ditetapkan

dengan peraturan daerah. Untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi

perlu dipahami beberapa prinsip penting manajemen keuangan daerah, sebagai

berikut.

1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa pengelolaan

keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

2. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan,

yaitu dengan cara membandingkan keluaran dan hasil.

3. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan

tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

4. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas

tertentu pada tingkat harga terendah.

5. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan daerah.

6. Bertanggung jawab merupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

Page 48: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

7. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau

keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang

objektif.

8. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan

proporsional.

9. Manfaat maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat.

3. Sumber Penerimaan Daerah

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti oleh pemberian sumber-sumber

penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada undang-undang tentang

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Besarnya disesuaikan dan

diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan berupa kepastian tersedianya

pendanaan dari pemerintah sesuai urusan pemerintahan yang diserahkan; kewenangan

memungut sekaligus mendayagunakan pajak dan retribusi daerah; hak untuk

mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan

dana perimbangan lainnya; serta hak untuk mengelola kekayaan daerah dan

mendapatkan sumber-sumber pembiayaan (Yuwono, 2008:46).

Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat, daerah diberi kewenangan untuk memungut pajak/ retribusi dan

pemberian bagi hasil penerimaan serta bantuan keuangan yang dikenal sebagai dana

Page 49: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

perimbangan. Selain itu, daerah juga diberi kewenangan untuk dapat melakukan

pinjaman. Untuk membiayai kesulitan arus kas daerah pemerintah daerah dapat

melakukan pinjaman jangka pendek, sedangkan untuk membiayai kebutuhan

pengeluaran bagi penyediaan sarana dan prasarana daerah dapat melakukan pinjaman

jangka panjang.

Sesuai dengan pasal 5 Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 disebutkan

bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan

daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.

Sedangkan pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/

atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pendapatan daerah bersumber dari:

1. Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan, yang terdiri dari: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan

Dana Alokasi Khusus.

3. Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat.

Pembiayaan bersumber dari:

1. sisa lebih perhitungan anggaran daerah,

2. penerimaan pinjaman daerah,

3. dana cadangan daerah, dan

Page 50: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

4. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk

mendanai pelaksanaan daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan

desentralisasi. Besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah pada umumnya dijadikan

sebagai gambaran seberapa besar kemandirian suatu daerah dalam membiayai sendiri

kegiatan-kegiatan pemerintah. Sehingga ada kecenderungan dari masing-masing

daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah . Dalam prakteknya, terkadang

upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD justru membebani masyarakat

dengan intensifikasi dan ekstenifikasi pajak dan/ atau retribusi daerah. Menurut pasal

7 UU No. 33 Tahun 2004, dalam upaya meningkatkan PAD, pemerintah daerah

dilarang:

1. menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi

biaya tinggi, dan

2. menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas

penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, kegiatan impor/ekspor.

Selain dari PAD, sumber pembiayaan pemerintah daerah juga dapat berasal

dari pinjaman. Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang

bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat. Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus

dikelola secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah

sendiri. Oleh karena itu, pinjaman daerah harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang ada. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 daerah

Page 51: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

diberi kewenangan untuk melakukan pinjaman dengan ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

1. pemerintah pusat menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan

pemerintah daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan

perekonomian nasional.

2. batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 persen dari Produk

Domestik Regional Bruto tahun bersangkutan.

3. menteri keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman daerah secara

keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran berikutnya.

4. pengendalian batas maksimal kumulatif pinjaman daerah sesuai dengan

perundang-undangan.

5. daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.

Pinjaman yang dilakukan oleh daerah dapat bersumber dari:

1. pemerintah pusat,

2. pemerintah daerah lain,

3. lembaga keuangan bank,

4. lembaga keuangan bukan bank,

5. masyarakat.

Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah pusat diberikan melalui

Menteri Keuangan. Sedangkan pinjaman yang bersumber dari masyarakat berupa

obligasi daerah yang diterbitkan melaui pasar modal.

Page 52: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Sedangkan sumber penerimaan daerah lainnya yang berasal dari dana

perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi

Khusus. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang

dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Dana Alokasi

Umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi

ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah. Sedangkan Dana Alokasi Khusus

dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah

tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,

khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar

masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

pembangunan daerah.

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan

tahunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD untuk

mengidentifikasikan keterkaitan biaya dengan manfaat serta keterkaitan antara nilai

uang dan hasil di tingkat pemerintah daerah. Sistem penganggaran berfungsi sebagai

suatu metode penganggaran bagi manajemen untuk mengkaitkan setiap biaya yang

dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan di mana

manfaat tersebut dideskripsikan melalui seperangkat sasaran dan dituangkan dalam

target kinerja pada setiap unit.

Page 53: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Menurut Sony Yuwono (2008: 85), berdasarkan pasal 16 Permendagri nomor

13 tahun 2006, APBD mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Otoritas; anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan

belanja pada tahun yang bersangkutan.

b. Perencanaan; anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Pengawasan; anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

d. Alokasi; anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/

mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta serta meningkatan

efisiensi dan efektivitas perekonomian.

e. Distribusi; kebijakan anggaran daerah harus memerhatikan rasa keadilan dan

kepatutan.

f. Stabilisasi; anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Sesuai dengan pasal 13 Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:

1. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;

2. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih;

Page 54: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya.

Secara ringkas, struktur pendapatan daerah dapat disajikan sebagi berikut

(Sony Yuwono, 2008: 95).

1. Pendapatan asli daerah

a. Pajak daerah

b. Retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

3. Lain-lain pendapatan yang sah

a. Bantuan dana

b. Hibah

c. Dana darurat

d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya

Menurut Abdul Halim (2007:178) dalam penyusunan anggaran perlu

diperhatikan beberapa prinsip penganggaran. Pertama, transparansi dan akuntabilitas

Page 55: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

anggaran; yaitu APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,

sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau

proyek yang dianggarkan. Kedua, disiplin anggaran; artinya pendapatan yang

direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai

untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap

pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Ketiga, keadilan anggaran;

pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar

dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam

pemberian pelayanan. Keempat, efisiensi dan efektivitas anggaran; yaitu penyusunan

anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu

pelaksanaan, dan penggunaaannya dapat dipertanggungjawabkan. Kelima, disusun

dengan pendekatan kinerja; artinya APBD disusun dengan mengutamakan upaya

pencapian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input

yang telah ditetapkan.

Dalam pasal 17 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dijelaskan beberapa ketentuan dalam penyusunan APBD sebagai berikut.

1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah.

2. penyusunan rancangan APBD berpedoman kepada rencana kerja pemerintah

daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

3. dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan

untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Page 56: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4. dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut

dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Sedangkan pedoman pelaksanaan APBD diatur dalam Undang-Undang nomor

1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam pasal 16 diatur mengenai

pelaksanaan anggaran pendapatan sebagai berikut:

1. setiap satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib

menginfestasikan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung

jawab.

2. penerimaan harus disetor seluruhnya ke kas daerah pada waktunya yang

selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

3. penerimaan satuan kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk

membiayai pengeluaran.

4. penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh daerah adalah hak

daerah.

Untuk pedoman pelaksanaan anggaran belanja diatur dalam pasal 17 sebagai

berikut:

1. Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan

sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.

2. untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen

pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran

Page 57: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berwenang mengadakan ikatan/ perjanjian dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan.

5. Indikator Kinerja Keuangan Daerah

Salah satu semangat reformasi keuangan daerah adalah dilakukannya

pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah dan penilaian kinerja

keuangan daerah otonom agar dapat diketahui sejauh mana pemerintah daerah

otonom mampu melaksanakan otonomi khususnya di bidang keuangan. Menurut

Bastian dalam Abdul Halim (2007: 209) yang dimaksud dengan kinerja adalah

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu

organisasi. Secara umum dapat dikatakan juga bahwa kinerja merupakan prestasi

yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam menjalankan otonomi daerah,

salah satunya dapat diukur melaui kinerja keuangan daerah. Dalam mengukur kinerja

keuangan daerah dapat dengan menggunakan Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF).

DDF dapat dihitung dengan membagi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total

Pendapatan Daerah, atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

DDF = Pendapatan Asli Daerah (PAD) Total Penerimaan Daerah (TPD) ..................(2.1)

Semakin tinggi tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal suatu daerah maka

semakin baik kemampuan keuangan daerah tersebut. Derajat Desentralisasi Fiskal

Page 58: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

suatu daerah termasuk tinggi apabila lebih drai 50 persen sebaliknya, Derajat

Desentralisasi Fiskal tergolong rendah apabila kurang dari 50 persen.

Sedangkan tingkat kemandirian suatu daerah dapat diukur dengan menghitung

rasio kemandirian keuangan daerah.

Rasio kemandirian keuangan daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bantuan/sumbangan ..................(2.2) Berdasarkan tingkat kemampuan dan kemandirian keuangan daerah, dapat

diketahui pola hubungan keuangan daerah (Halim, 2004:189).

Tabel 2.1 Pola Hubungan Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan

daerah

Kemandirian keuangan

daerah

Pola hubungan

Rendah sekali 0%-25% Instruktif

Rendah 25%-50% Konsultatif

Sedang 50%-75% Partisipatif

Tinggi 75%-100% Delegatif

Keempat pola hubungan keuangan daerah tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut (Halim, 2004:188).

1. Pola hubungan instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada

kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi

daerah secara finansial).

Page 59: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai

berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena daerah dianggap

sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

3. Pola hubungan partisipatif, yaitu pola dimana peranan pemerintah pusat semakin

berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah otonom bersangkutan

mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. Peran pemberian konsultasi

beralih ke peran partisipasi pemerintah pusat.

4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada

lagi karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan

urusan otonomi daerah. Pemerintah pusat siap dan dengan keyakinan penuh

mendelegasikan otonomi keuangan kepada pemerintah daerah.

C. PERILAKU BIROKRASI

Birokrasi dapat diartikan sebagai berbagai departemen yang menangani

penyediaan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah. Peranan pemerintah dalam bidang

alokasi adalah untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber ekonomi yang efisien

yang tidak dapat dicapai melalui mekanisme pasar bebas. Namun pada kenyataannya,

efisiensi yang diinginkan ini sulit untuk dicapai. Hal ini tidak terlepas dari peran para

birokrat yang cenderung mementingkan dirinya sendiri dan ingin memaksimumkan

kepuasaannya.

Niskanen dalam Guritno Mangkoesoebroto (1995:52) menyatakan bahwa

birokrat, sebagaimana juga dengan orang lain, adalah pihak yang memaksimumkan

kepuasannya, yaitu gaji, jumlah karyawannya, reputasi, dan status sosialnya. Karena

Page 60: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Harga, biaya P1 C P2 B F A LRAC= LRMC D O Q1 Q2 Q3 jumlah barang yang dihasilkan

MR

fungsi utilitas birokrat berkaitan dengan besarnya anggaran, maka seorang birokrat

yang berusaha mencapai kepuasan yang maksimum berarti pula ia merupakan orang

yang memaksimumkan anggaran pemerintah. Oleh karena itu, birokrat cenderung

akan menghasilkan barang dan jasa yang lebih besar daripada yang seharusnya,

sehingga terjadi inefisiensi dalam penggunaan sumber ekonomi oleh pemerintah.

Analisis Niskanen dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram berikut ini.

Grafik 2. 1. Penentuan output oleh birokrat

Kurva CFD menunjukkan kurva permintaan sedangkan kurva LRMC=LRAC

menunjukkan biaya marginal dan rata-rata jangka panjang yang kita asumsikan

mempunyai struktur biaya konstan. MR menunjukkan kurva permintaan marginal.

Perusahaan swasta yang berada dalam posisi monopoli akan menentukan

tingkat output sebesar Q1, menetapkan harga sebesar OP1 dan memperoleh

Page 61: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

keuntungan monopolis sebesar P1CBP2. Sebuah perusahaan yang tidak memperoleh

keuntungan akan menghasilkan output sebesar OQ2 dan akan menetapkan harga

sebesar OP2. Kita asumsikan birokrat memperoleh anggaran sebesar OP2AQ3 yang

ditentukan oleh proses politik. Birokrat trsebut cenderung akan menghasilkan output

sampai tingkat OQ3, yang lebih besar daripada tingkat output yang dihasilkan

pengusaha momopolis atau pengusaha yang tidak mementingkan keuntungan.

Apabila OP2 merupakan tingkat harga yang menjamin Pareto Optimal maka seorang

monopolis cenderung akan menghasilkan output di bawah tingkat output optimum,

sebaliknya seorang birokrat cenderung akan menghasilkan output yang lebih besar

daripada output optimum. Keduanya akan menimbulkan welfare loss. Pada kasus

pengusaha monopolis, welfare loss sebesar CBF dan pada kasus birokrat welfare loss

sebesar FAG yang merupakan pengurangan kesejahteraan masyarakat dan merupakan

kerugian bagi seluruh masyarakat.

Analisis ekonomi mengenai birokrasi pertama kali dikemukan oleh Niskanen

yang dapat dielaskan dengan menggunakan grafik sebagai berikut.

Page 62: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Harga, biaya

(a)

MC

A S

B

MR D = AR = MV

O Q1 Q2 Q3 jumlah output pemerintah

Biaya,penerimaan, dan manfaat total (b)

TC

TB

TR

O jumlah output pemerintah

Q1=(a-c)/2(b+d) Q3=a/2b

Q2=(a-c)/2(b+d)

Grafik 2. 2. Analisis Niskanen mengenai efisiensi alokasi

Page 63: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Grafik (a) merupakan kurva permintaan dari median voter yang merupakan

anggota masyarakat yang representatif. Apabila barang publik disediakan dengan

mekanisme pasar maka kurva D merupakan kurva permintaan pasar. Pada grafik (b)

terdapat kurva TB yang diperoleh dari persamaan:

TB = aQ – b Q2; a>0;b>0

a dan b merupakan besaran (konstan) sedangkan Q menunjukkan tingkat

output (atau jasa yang diberikan oleh birokrat). Kurva TB menunjukkan total manfaat

yang diterima oleh median voter (yang mewakili masyarakat). Dari persamaan TB

kita memperoleh kurva MV:

D = a- 2c Q

Total biaya untuk menghasilkan barang /jasa oleh birokrat ditunjukkan

dengan persamaan: TC = cQ + d Q2, di mana c>0 dan d >0 merupakan konstan, dan

D = c + 2d Q

Selanjutnya kita asumsikan bahwa birokrat merupakan penjual monopolis

(dalam hal ini birokrat menjual jasa) sedangkan legislatif (dalam hal ini adalah DPR

yang mewakili rakyat) yang mempunyai dana, merupakan pembeli monopolis

sehingga keduanya masing-masing mempunyai kedudukan bilateral monopoli.

Birokrat menginginkan dana anggaran sebesar mungkin sedangkan masyarakat

menginginkan manfaat yang sebesar-besarnya, jadi dalam hal ini kendala anggaran

terjadi di mana biaya total tidak mungkin melebihi manfaat total, atau:

Q dTB d

MV =

Q dTC d

MC =

Page 64: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

cQ + dQ2 = Q - bQ2

dan

Q2 = (a-c) / (b+d)

Output yang optimal terjadi pada tingkat produksi di mana jarak MB dan MC

yang terbesar, yaitu output sebesar Q1, yaitu di mana MB = MC, atau:

a – 2bQ = c + dQ

Q1 = (a – c) / 2(b + d)

Dari persamaan-persamaan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat

output di mana TB = TC dua kali lebih besar daripada tingkat output yang secara

sosial optimal (socially optimal). Hal itu bisa terjadi sebab birokrat memiliki

informasi mengenai manfaat dan biaya, yang mana tidak dimiliki oleh legislatif. Oleh

karena itu, saat birokrat mengajukan anggaran kepada badan legislatif, birokrat

mengajukan anggaran yang lebih besar daripada yang secara sosial merupakan

tingkat output yang optimal. Birokrat bisa mengambil surplus konsumen dan

mengalihkannya pada produksi output yang lebih besar.

D. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang dilakukan oleh Erlangga Agustino Landiyanto (2005)

mengenai Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di Era Otonomi

Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya menghasilkan kesimpulan bahwa pemerintah

kota Surabaya memiliki ketergantungan yang tinggi pada pemerintah pusat, yang

disebabkan oleh belum optimalnya penerimaan dari pendapatan Asli Daerah kota

Surabaya. Pada perhitungan Derajat Desentralisasi Fiskal menunjukkan bahwa

Page 65: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

peranan pemerntah pusat cukup besar dalam realisasi penerimaan kota Surabaya.

Sedangkan pada perhitungan Derajat Kemandirian Fiskal menunjukkan bahwa

penerimaan dari PAD belum mampu digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin.

Adi Tri Cahyono (2009) dalam skripsinya telah melakukan penelitian dengan

judul Analisis Kemandirian Daerah Kawasan Kedungsapur Propinsi Jawa Tengah

Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa (1) hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa pertumbuhan PAD

kabupaten/ kota secara rerata cenderung mengalami peningkatan pada masa sesudah

otonomi daerah. (2) hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa kemampuan

keuangan daerah kabupaten/ kota masih rendah jika dilihat dari Derajat Desentralisasi

Fiskal (DDF), kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, posisi fiskal, dan Derajat Otonomi

Fiskal. Kabupaten/kota belum mandiri terhadap pelaksanaan otonomi daerah, jika

diukur dari rasio kemandirian dan pola hubungan. Dimana besarnya nilai rasio

kemandirian daerah masih berada di bawah 25% baik pada masa sebelum dan

sesudah otonomi daerah sehingga menunjukkan pola hubungan instruktif, dimana

peranan pemerintah pusat lebih dominan dibanding kemandirian pemerintah daerah.

Akan tetapi untuk Kota Semarang diperoleh hasil antara 50%-75% pada masa

sebelum otonomi daerah dan 25%-50% pada masa sesudah otonomi daerah, sehingga

dapat dikatakan mempunyai pola hubungan partisipatif dan konsultatif.

Yuyun Vitaloka (2007) dalam skripsinya telah melakukan penelitian sejenis

dengan judul Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Karanganyar Era

Sebelum dan Selama Otomoni Daerah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Page 66: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(1) hasil dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa pertumbuhan APBD Kabupaten

Karanganyar cenderung meningkat di era selama otonomi daerah. Sebaliknya besar

kontribusi PAD di era selama otonomi daerah cenderung menurun. (2) hasil dari

analisis kuantitatif menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar belum mampu

secara keuangan dilihat dari Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), posisi fiskal daerah,

derajat otonomi fiskal daerah, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, upaya fiskal, rasio

aktivitas anggaran, indikator kinerja pajak dan retribusi daerah, dan analisis belanja

rutin. Kabupaten Karanganyar belum mandiri terhadap pelaksanaan otonomi daerah,

diukur dari rasio kemandirian dan pola hubungannya. Dimana besar rasio

kemandirian keuangan daerah Kabupaten Karanganyar adalah 16,422% di era

sebelum otonomi daerah dan 9,344% di era selama otonomi daerah.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasar dari gagasan peneliti dan teori-teori yang telah dikumpulkan

sebelumnya, penulis dapat merangkumnya menjadi sebuah kerangka pemikiran

teoritis. Kerangka pemikiran ini nantinya akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam

melakukan penelitian ini. Kerangka pemikiran yang sistematis dan terarah akan

mempermudah proses penulisan dalam suatu penelitian sehingga akan diperoleh

kesimpulan yang logis dan tepat.

Berdasar pada kerangka yang dibuat dapat diketahui bahwa penulis mencoba

untuk menganalisis sektor keuangan Kabupaten Sukoharjo dimana setelah

diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dan

mampu menggali potensi daerah yang dimiliki, salah satunya melalui sektor

Page 67: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

keuangan daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Produk

Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, pengeluaran daerah, pendapatan

daerah, Dana Bagi Hasil, sumbangan, dan jumlah penduduk.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis

deskriptif dan analisis kuantitatif, yang terdiri dari beberapa indikator kinerja

keuangan. Dari penghitungan menggunakan dua alat analisis tersebut akan diketahui

dan ditarik sebuah kesimpulan sejauh mana kesiapan dan kemandirian Pemerintah

Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi otonomi daerah.

APBD Kabupaten Sukoharjo

PDRB dan jumlah penduduk

Belanja Pembiayaan

Analisis deskriptif

Analisis kuantitatif

kemandirian

Pendapatan

Page 68: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

F. HIPOTESIS

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu kesimpulan sementara mengenai

perilaku variabel-variabel dalam model yang digunakan, dimana akan diuji dan

dibuktikan kebenarannya melalui pengujian. Berkenaan dengan hal tersebut maka

hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo diduga masih rendah apabila

ditinjau dari indikator kemampuan keuangan daerah yang meliputi: Derajat

Desentralisasi Fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, dan posisi fiskal.

2. Kabupaten Sukoharjo diduga belum mandiri dalam pelaksanaan otonomi daerah

jika diukur dengan rasio kemandirian dan pola hubungan.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo diduga belum siap dalam menghadapi

penyelenggaraan otonomi daerah terutama dalam memanfaatkan pos-pos

potensial bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah terhadap total pengeluaran

daerah.

Page 69: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Untuk menjawab beberapa permasalahan di atas, dalam penelitian ini akan

diuraikan metodelogi penelitian yang antara lain membahas ruang lingkup penelitian,

jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, dan alat analisis data.

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk survei atas data sekunder yang mengambil lokasi di

Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan data yang dikumpulkan dan disusun oleh

suatu badan atau instansi pemerintah tertentu meliputi data Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten Sukoharjo yaitu: perhitungan Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah tahun anggaran 2004 tahun anggaran 2008 dan data Produk Domestik

Regional Bruto atas dasar harga berlaku maupun konstan periode anggaran tahun

2004 sampai tahun 2008.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari beberapa sumber dengan mengambil data statistik yang telah ada dan

dokumen-dokumen lain yang terkait dan yang diperlukan. Adapun data-data yang

diperlukan tersebut adalah sebagai berikut:

1. data realisasi PAD di Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

Page 70: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. data Produk Domestik Regional Bruto menurut harga berlaku Kabupaten

Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

3. data Produk Domestik Regional Bruto menurut harga konstan Kabupaten

Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

4. data Produk Domestik Regional Bruto per kapita menurut harga berlaku

Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

5. data Produk Domestik Regional Bruto per kapita menurut harga konstan

Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

6. data realisasi penerimaan daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun

2008.

7. data realisasi pengeluaran daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun

2008.

8. data realisasi penerimaan bagi hasil Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai

2008.

9. data realisasi sumbangan dan bantuan daerah Kabupaten Sukoharjo tahun 2004

sampai tahun 2008.

10. data realisasi belanja rutin Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai tahun 2008.

11. data realisasi belanja pembangunan Kabupaten Sukoharjo tahun 2004 sampai

tahun 2008.

12. data jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo.

13. data realisasi penerimaan dan pengeluaran Propinsi Jawa Tengah tahun 2004

sampai tahun 2008.

Page 71: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

14. data Produk Domestik Regional Bruto menurut harga berlaku dan harga konstan

Propinsi Jawa Tengah tahun 2004 sampai tahun 2008.

15. data Produk Domestik Regional Bruto per kapita menurut harga berlaku dan

harga konstan Propinsi Jawa Tengah tahun 2004 sampai tahun 2008.

16. data jumlah penduduk Propinsi Jawa Tengah.

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Anggaran

Anggaran adalah sebuah rencana yang disusun dalam bentuk kuantitatif dalam

satuan moneter untuk satu periode. Periode anggaran biasanya dalam jangka waktu

satu tahun. Dari anggaran dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh manajemen,

prioritas, target, dan bagaimana memenuhi target tersebut (Abdul Halim, 2007:164).

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah yang dimaksud dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu rencana tahunan daerah yang ditetapkan

berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang diperoleh daerah dari

sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Deddy Supriady

Bratakusumah, 2003).

Page 72: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4. Pajak daerah

Menurut Undang-Undang nomor 34 Tahun 2000 yang dimaksud dengan

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

5. Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut Undang-Undang nomor

34 Tahun 2000 jenis retribusi dapat dibedakan menjadi: retribusi jasa umum, retribusi

jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu.

6. Pendapatan daerah

Pendapatan daerah adalah semua bentuk penerimaan yang telah menjadi hak

daerah dan diakui sebagai penambah kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan

tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Dalam

APBD pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana

perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah.

7. Belanja daerah

Belanja daerah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang

dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi

Page 73: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kewajiban propinsi/kabupaten/kota untuk memenuhi dan meningkatan kualitas hidup

masyarakat.

8. Pembiayaan daerah

Pembiayaan daerah adalah semua transaksi keuangan untuk menutup defisit

atau untuk memanfaatkan surplus serta penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/

atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri

atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan (Sony Yuwono,

2008:103).

9. Penerimaan daerah

Pada dasarnya penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

10. Pengeluaran daerah

Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran atau setiap penggunaan uang dan

sumber daya suatu wilayah tertentu untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah

dalam rangka menjalankan fungsinya mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/ wilayah. Secara

kuantitatif PDRB merupakan nilai barang dan jasa, oleh karena itu PDRB dihitung

atas dasar harga berlaku (at current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (at

constant price). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan

Page 74: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk

melihat pertumbuhan ekonomi riil.

12. Dana bagi hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber pada pendapatan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka

persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

13. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang

dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi

Khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah

(Deddy Supriady Bratakusumah, 2003)

14. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan

dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai

kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Deddy Supriady

Bratakusumah, 2003)

15. Belanja wajib

Belanja wajib adalah belanja yang harus dipenuhi atau tidak bisa dihindarkan

dalam tahun anggaran yang bersangkutan oleh pemerintah daerah.

Page 75: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

16. Belanja pegawai

Belanja pegawai merupakan pengeluaran pemerintah yang dipergunakan

sebagai kompensasi baik dalam bentuk gaji atau tunjangan serta penghasilan lain

yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dalam melaksanakan program dan

kegiatan pemerintah daerah.

17. Belanja barang

Belanja barang digunakan untuk pengeluaran/ pengadaan barang yang nilai

manfaatnya kurang dari dua belas bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintah daerah.

18. Belanja pemeliharaan

Belanja pemeliharaan dialokasikan untuk memelihara sarana dan prasarana

pelayanan umum dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat.

19. Belanja perjalanan

Belanja perjalanan dinas dialokasikan antara lain untuk biaya perjalanan

dinas, biaya perjalanan tetap, biaya perjalanan pindah baik dalam daerah maupun luar

daerah, dan lain-lain.

20. Bantuan keuangan

Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang

bersifat umum atau khusus dari propinsi kepada kabupaten/ kota, pemerintah desa,

dan kepada pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan atau

peningkatan kemampuan keuangan (Yuwono, 2008:100).

Page 76: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

21. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk adalah seluruh orang yang berdomisili di suatu daerah

selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam

bulan tetapi bertujuan menetap yang diukur dalam satuan jiwa.

D. ALAT ANALISIS

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dan analisis kuantatif.

1. Analisis deskriptif merupakan suatu bentuk analisis yang menggambarkan pola-

pola yang konstan dalam data dengan kegiatan mengumpulkan dan

mengelompokkan komponen yang relevan dari seluruh data, sehingga data mudah

untuk diolah dan hasilnya dapat diinterprestasikan secara singkat. Dalam anlisis

deskriptif ini akan dihitung laju pertumbuhan PAD, pertumbuhan ekonomi, dan

pertumbuhan PDRB per kapita.

a. menghitung laju pertumbuhan PAD

..........(3.1)

dimana LPPAD = Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah

PADt = Pendapatan Asli Daerah pada tahun ke- t

PADt-1 = Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya

b. menghitung pertumbuhan ekonomi

..........(3.2)

%100PAD

PADPADLPPAD

1t

1ttx

-

--=

x100%PDRB

PDRBPDRBPE

1K

1KK

-

--=

Page 77: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dimana PE = Pertumbuhan Ekonomi

PDRBK = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun ke-k

PDRBK-1=Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya.

c. menghitung pertumbuhan PDRB per kapita

..........(3.3)

dimana PPDRB = Pertumbuhan PDRB per kapita

PDRBPt = PDRB per kapita pada tahun ke-t

PDRBt-1= PDRB per kapita tahun sebelumnya

2. Analisis kuantitatif merupakan analisis dengan menggunakan data yang diukur

dalam suatu skala numerik atau angka. Tujuan menggunakan analisis kuantitatif

adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan daerah dan tingkat

kemandirian daerah.

a. Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah dapat dihitung

dengan rumus (Abdul Halim, 2004:24) yaitu:

..........(3.4)

...........(3.5)

..........(3.6)

x100%PDRB

PDRBPPDRBPPPDRB

1t

1tt

-

--=

TPDPAD

DDF1 =

TPDBHPBP

DDF2 =

TPDbantuanSumbangan/

DDF3 =

Page 78: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dimana DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PAD = Pendapatan Asli Daerah

TPD = Total Penerimaan Daerah

BHPBP = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

TPD = Total Penerimaan Daerah

b. Kebutuhan fiskal

Menurut Abdul Halim (2004:25), kebutuhan fiskal (fiscal need) dicari dengan

menghitung Indeks Pelayanan Publik per Kapita (IPPP) dengan formula:

..........(3.7)

..........(3.8)

Dimana SKF = Standart Kabutuhan Fiskal Daerah

PPP =Jumlah pengeluaran rutin dan pembangunan per

kapita masing-masing daerah

c. Kapasitas fiskal

Kapasitas fiskal (fiscal capacity) dihitung dengan formula (Abdul Halim, 2004:

25) yaitu:

..........(3.9)

åå å=

(35) kotakabupaten/Jatengpenduduk / PDRB

KFs

Tengah Jawa SKFSukoharjo Kab. kapitaper n pengeluara

IPPP å=

åå å=

(35) kotakabupaten/Jatengpenduduk /Jatengn pengeluara

SKF

Page 79: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

.........(3.10)

Dimana KFs = Kapasitas Fiskal standar Provinsi Jawa Tengah

FC = Kapasitas fiskal Kabupaten Sukoharjo

d. Posisi fiskal

Posisi fiskal dihitung dengan mencari koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB

dengan rata-rata pertumbuhan selama lima Tahun Anggaran (Abdul Halim, 2004:

30) sebagai berikut:

........(3.11)

Dimana E = elastisitas PAD terhadap PDRB

PAD = Pendapatan Asli Daerah

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

e. Kemandirian dan pola hubungan

Rasio kemandirian dihitung dengan cara (Abdul Halim, 2004: 284):

........(3.12)

KFs

kotakabupaten/penduduk / PDRBFC

å å=

berlaku PDRB ΔPAD Δ

E =

Pinjamandan PropinsiPusat/ Pemerintahbantuan PAD

nkemandiria rasio =

Page 80: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB 1V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini akan mendeskripsikan daerah penelitian yang meliputi gambaran

umum daerah penelitian, keadaan geografi, kondisi demografis, kondisi sosial

mayarakat, dan kondisi perekonomian daerah. Dalam bab ini juga akan diuraikan

hasil analisis data yang meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi

perkembangan daerah Kabupaten Sukoharjo dengan melihat pertumbuhan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto, dan pertumbuhan PDRB per kapita.

Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan

keuangan daerah, kemandirian daerah dan kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukoharjo dalam melaksanakan otonomi daerah dengan menggunakan beberapa

indikator kinerja keuangan daerah.

A. DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO

1. Kondisi Geografis

a. Letak Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, letaknya

diapit oleh enam Kabupaten/ Kota yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota

Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, di sebelah Timur berbatasan dengan

Page 81: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Kabupaten Karanganyar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung

Kidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri serta sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali.

b. Luas Wilayah

Secara administratif Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan yang

terdiri dari 167 Desa/Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo tercatat 46.666

Ha atau sekitar 1.43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas

adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling kecil

adalah Kecamatan Kartasura seluas 1.923 Ha (4%) dari luas Kabupaten Sukoharjo.

c. Keadaan iklim

Seperti halnya sebagian besar daerah-daerah di Indonesia, Kabupaten

Sukoharjo mempunyai iklim tropis dengan temperatur sedang dan mempunyai dua

musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan dengan suhu rata-rata bulanan

26.790C, suhu minimum 22.480C dan suhu maksimum 31.790C serta kelembaban

rata-rata dalam satu tahun sekitar 2010 mm dengan hari hujan 105 hari yang pada

umumnya terbagi tidak merata sepanjang tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa

Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam daerah tropis. Sehingga iklim tersebut harus

bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan pertanian tanaman-tanaman tropis seperti

pertanian padi dan jagung. Dengan adanya dua musim maka Kabupaten Sukoharjo

membuat dam-dam/ waduk untuk menampung air hujan ketika musim hujan dan

untuk irigasi ketika musim kemarau tiba untuk mengantisipasi agar tidak terjadi

Page 82: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

kekeringan yang akan berdampak multidimensi bagi masyarakat di Kabupaten

Sukoharjo.

d. Penggunaan lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari lahan sawah sebesar

45.26% (21.121 Ha) dan lahan bukan sawah sebesar 54.74% (25.545 Ha). Dari lahan

sawah yang mempunyai pengairan teknis seluas 14.823 (70.17%), irigasi setengah

teknis 1.897 Ha (8.98%), irigasi sederhana 1.937 Ha (9.17%) dan tadah hujan seluas

2.464 Ha (11.67%).

2. Kondisi Demografi

a. Kependudukan

Data Kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan

pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil

pembangunan.

Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2008 tercatat sebanyak 837.279

jiwa yang terdiri dari 414.292 laki-laki (49.48%) dan 422.97 perempuan (50.52%).

Apabila dilihat dari penyebaran penduduk, Kecamatan Grogol paling tinggi

persentasenya yaitu 12.21%, kemudian Kecamatan Kartasura 10.75%, Kecamatan

Sukoharjo 10.03% sedangkan yang terkecil Kecamatan Gatak 5.74%. Rasio jenis

kelamin pada tahun 2008 sebesar 97.94 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki, hampir di semua kecamatan angka rasio

jenis kelamin di bawah 100, yaitu berkisar 93 dan 99, kecuali Kecamatan Baki

mempunyai sex ratio 100.76.

Page 83: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2003-2008) cenderung

mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2008

tercatat sebesar 1.794 jiwa setiap Km2. Di sisi lain penyebaran penduduk masih

belum merata, Kecamatan Kartasura paling padat penduduknya yaitu 4.681 jiwa per

Km2. Sedangkan Kecamatan Nguter merupakan kecamatan yang paling jarang

kepadatan penduduknya yaitu 1.173 jiwa per Km2.

Jumlah kelahiran selama tahun 2008 sebanyak 10.321 jiwa, terdiri dari 5.411

laki-laki dan 4.910 perempuan. Pada tahun 2008 ini angka kelahiran kasar (CBR)

sebesar 12.37, terdapat kenaikan jumlah dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yaitu sebesar 10.51 (2006) dan 11.40 (2007).

Jumlah angka kematian pada tahun yang sama tercatat sebanyak 5.175 jiwa

yang terdiri dari 2.646 laki-laki dan 2.529 perempuan. Angka kematian kasar (CDR)

tercatat 6.20 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5.87 terjadi

peningkatan sebesar 0.33.

Selanjutnya penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan

usaha utama tahun 2008 terbanyak di lapangan usaha perdagangan kemudian industri,

hal ini terjadi karena ada perkembangan wilayah yang terjadi di daerah pemukimam

baru yang menggunakan lahan pertanian.

b. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang

sangat dibutuhkan dalam berbagai hal pembangunan sehingga untuk mendapatkan

tenaga kerja yang terampil sangat terkait dengan hal-hal yaitu pendidikan, di

Page 84: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Kabupaten Sukoharjo pencari kerja terbanyak diduduki oleh lulusan SLTA,

sedangkan pekerja terbanyak di bidang industri.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

a. Kondisi sosial masyarakat

1. Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Sukoharjo dari SLB, TK, SD,

SLTP, SLTA serta Universitas. Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah

tentunya harus diimbangi dengan persediaan sarana fisik dan tenagn guru yang

memadai. Selanutnya rasio murid terhadap kelas yang berarti menggambarkan jumlah

siswa perkelas yaitu TK 10.53, SD/MI 21.07, SLTP/MTS 35.76, dan MA/SMU/SMK

34.31.

2. Sosial

Pelayanan sosial memerlukan pengembangan melalui keterpaduan upaya

antara lain bimbingan, santunan, rehabilitasi sosial dan sebagainya melalui berbagai

sarana yang ada. Sarana yang ada antara lain panti asuhan dan panti sosial. Pada

tahun 2008 di Kabupaten Sukoharjo anak asuh yang dibina di panti sosial sebanyak

270 orang.

3. Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya untuk kesejahteraan

masyarakat, selain pemerintah peran swasta cukup tinggi. Pada tahun 2008 jumlah

Rumah Sakit 8 buah sedangkan sarana lain seperti puskesmas 21 buah, rumah

Page 85: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

bersalin 26 buah. Jumlah penderita penyakit tertentu paling banyak diare yaitu 27.533

jiwa.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh balita, maka diperlukan kegiatan

imunisasi. Adapun jenis imunisasi yaitu BCG, DPT, TTT, Polio dan Campak/

Morbili. Untuk penyakit menular, diare menduduki peringkat pertama disusul

penyakit Demam.

4. Peribadatan/Agama

Kerukunan kehidupan umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sangat didampakan masyarakat. Beragam tempat peribadatan merupakan

salah satu bukti kerukunan umat beragama di daerah.

Banyaknya tempat ibadah pada tahun 2008 di Kabupaten Sukoharjo tercatat

2.690 buah yang terdiri dari Masjid 1.620, Mushala/ Surau 924, Gereja 136, dan

Kuil/Pura/Vihara sebanyak 10 buah.

b. Kondisi perekonomian daerah

1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sukoharjo

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu daerah/wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan

ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Kenaikan PDRB yang tinggi mencerminkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula.

Page 86: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.1. Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo menurut lapangan usaha

Lapangan Usaha 2005 (%) 2006 (%) 2007 (%)

Pertanian

Pertambangan dan Pengalian

Industri Pengolahan

Listrik, gas, dan air bersih

Bangunan

Perdangangan

Pengangkutan dan komunikasi

Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan

Jasa-jasa

20.37

0.86

30.50

0.94

4.00

27.92

4.31

3.33

7.78

20.20

0.83

30.29

0.95

4.16

27.86

4.34

3.33

8.03

20.24

0.81

30.09

1.03

4.19

27.86

4.37

3.37

8.05

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun sektor industri,

perdagangan, dan pertanian mempunyai peranan yang penting terhadap

perekonomian Kabupaten Sukoharjo. Sektor industri menjadi penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sukoharjo dengan persentase sebesar 30.09%.

sementara itu sektor perdagangan juga tetap menjadi sektor andalan bagi Kabupaten

Sukoharjo dengan tingkat partisipasi terhadap PDRB sebesar 27.86%. Dan sektor

pertanian berada di posisi ketiga dalam kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten

Sukoharjo dengan persentase sebesar 20.24% terhadap total PDRB tahun 2007.

Page 87: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sukoharjo

PDRB per kapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat

kemakmuran penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil

bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu

wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya jumlah

penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita. Sedangkan besar kecilnya

nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor

produksi yang terdapat di daerah tersebut.

Tabel 4.2. Pertumbuhan PDRB Per Kapita Kabupaten Sukoharjo menurut harga

konstan

Tahun PDRB (juta rupiah) PDRB per kapita

(rupiah)

PPDRB per

kapita (%)

2004 3786212.72 4645152.50 -

2005 3941788.46 4799958.67 3.33

2006 4120437.35 4986678.21 3.89

2007 4330992.90 5207942.76 4.43

2008 4540751.53 5423223.96 4.13

Rerata 3.94

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo berbagai tahun, data diolah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mulai dari tahun 2004 sampai dengan

tahun 2008 terdapat kenaikan angka PDRB per kapita. Rerata pertumbuhan PDRB

Page 88: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

per kapita Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 sampai 2008 sebesar 3.94%.

Pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 4.43%

sedangkan pertumbuhan PDRB per kapita terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu

sebesar 3.33%.

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo

Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan produksi domestik yang

seyogyanya dapat mendorong permintaan kebutuhan tenaga kerja domestik dan

menciptakan lapangan kerja domestik. Lapangan kerja domestik tersebut memberi

peluang semakin banyak tenaga kerja yang tertampung dan selanjutnya berimbas

pada peningkatan pendapatan penduduk domestik.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan perluasan

kesempatan kerja, selain menurunkan penduduk yang menganggur, juga secara makro

akan meningkatkan kesejahteraan atau menurunkan tingkat kemiskinan.

Page 89: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Sukoharjo (persen)

Lapangan Usaha 2006 2007

Pertanian 3.67 5.29

Pertambangan 1.26 2.06

Industri 3.81 4.41

Listrik, gas, air bersih 5.87 13.29

Bangunan 8.74 5.75

Perdagangan 4.32 5.09

Pengangkutan dan komunikasi 5.39 5.64

Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 4.40 6.53

Jasa-jasa 7.90 5.44

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo berbagai tahun, data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sektor yang mengalami pertumbuhan

paling tinggi adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu sebesar 13.29%. sektor

keuangan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibanding dengan sektor

lainnya dengan pertumbuhan sebesar 6.53%. Sedangkan sektor yang mengalami

pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertambangan yaitu dengan pertumbuhan

sebesar 2.06%.

B. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

1. Analisis deskriptif

Page 90: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

a. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah

Pertumbuhan PAD digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan PAD dari

tahun ke tahun, yang mencerminkan seberapa besar kemampuan Pemerintah Daerah

dalam menggali dan meningkatkan potensi daerahnya. Pertumbuhan PAD dihitung

dengan membandingkan PAD tahun yang bersangkutan dikurangi PAD tahun lalu

terhadap PAD tahun lalu.

Tabel 4. 4. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo.

Tahun PAD (rupiah) LPPAD (%)

2004 21.702.124.540 -

2005 30.384.474.927 40.006

2006 44.008.080.723 44.837

2007 42.449.908.063 -3.540

2008 41.785.061.436,69 -1.566

Sumber: APDB Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 dan 2006 terdapat

pertumbuhan PAD yang cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 40.006% dan

44.837%. Namun pada tahun 2007 terdapat penurunan jumlah PAD sebesar 3.540%

yaitu dari Rp. 44.008.080.723 menjadi 42.449.908.063. Dan jumlah PAD ini terus

menurun sebesar 1.566% pada tahun 2008. Pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada

tahun 2006 yaitu sebesar 44.837% sedangkan pertumbuhan PAD terkecil terjadi pada

tahun 2007 yaitu -3.540%.

Page 91: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

b. Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi perekonomian daerah dapat diketahui dengan menghitung

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengetahui

perkembangan perekonomian daerah dengan membandingkan PDRB, dimana PDRB

harga konstan tahun yang bersangkutan dikurangi PDRB harga konstan tahun lalu

terhadap PDRB harga konstan tahun lalu.

Tabel 4. 5. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo

Tahun PDRB (juta rupiah) PE (%)

2004 3.786.212,72 -

2005 3.941.788,46 4.10

2006 4.120.437,35 4.53

2007 4.330.992,90 5.11

2008 4.540.751,53 4.84

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke tahun cenderung rendah dan pada tahun 2008

justru terdapat penurunan persentase terhadap pertumbuhan ekonomi dari 5.11%

menadi 4.84%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada 2007 yaitu sebesar

5.11% sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu

sebesar 4.10%.

Page 92: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

c. Pertumbuhan PDRB per kapita

Pertumbuhan PDRB per kapita digunakan untuk menghitung perkembangan

kesejahteraan masyarakat di daerah Kabupaten Sukoharjo. Pertumbuhan PDRB per

kapita dihitung dengan membandingkan PDRB per kapita harga konstan tahun yang

bersangkutan dikurangi PDRB per kapita harga konstan tahun lalu terhadap PDRB

per kapita harga konstan tahun lalu.

Tabel 4. 6. Pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Sukoharjo.

Tahun PDRBP (rupiah) PPDRB (%)

2004 4.645.152,52 -

2005 4.799.958,67 3.33

2006 4.986.678,21 3.89

2007 5.207.942,76 4.43

2008 5.423.223,96 4.13

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB per kapita

Kabupaten Sukoharjo cenderung rendah. Dari tahun 2005, 2006, dan 2007 terdapat

kenaikan persentase pertumbuhan PDRB per kapita masing-masing sebesar 3.33%,

3.89%, dan 4.43%. Pada tahun 2008, meskipun terdapat pertumbuhan dalam jumlah

PDRB per kapita, namun persentase pertumbuhan PDRB per kapitanya tidak sebesar

tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi terjadi pada tahun 2007

Page 93: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

yaitu sebesar 4.43% sedangkan pertumbuhan PDRB per kapita terjadi pada 2005

yaitu sebesar 3.33%.

2. Analisis Kuantitatif

a. Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat Desentralisasi Fiskal digunakan untuk mengukur kinerja daerah

Kabupaten Sukoharjo dalam mengumpulkan pendapatannya sesuai dengan potensi

daerahnya.

Derajat Desentralisasi Fiskal dapat diukur dengan tiga formula. Formula

pertama yaitu dengan membandingkan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

Total Pendapatan Daerah (TPD) yang disebut dengan DDF1. Besar DDF1

menunjukkan kemandirian murni Kabupaten Sukoharjo. Formula kedua yaitu dengan

membandingkan antara Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP) terhadap Total

Pendapatan Daerah (TPD) yang disebut sebagai DDF2. DDF2 menunjukkan

kemandirian semu Kabupaten Sukoharjo. Formulasi ketiga adalah dengan

membandingkan antara sumbangan dan bantuan dengan Total Pendapatan Daerah

(TPD) yang disebut dengan DDF3. Besar DDF3 menunjukkan ketergantungan

Kabupaten Sukoharjo terhadap Pemerintah Pusat.

Tabel 4. 7. Ukuran Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota.

DDF Kemampuan keuangan daerah

< 50% Rendah

>50% Tinggi

Page 94: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 4. 8. Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sukoharjo.

Tahun DDF1 (%) DDF2(%) DDF3(%)

2004 6.11 7.06 81.44

2005 7.98 7.28 80.03

2006 8.01 5.74 86.24

2007 6.89 5.23 81.77

2008 6.07 5.65 86.33

Berdasarkan tabel di atas jika ditinjau dari besarnya DDF1 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Sukoharjo cenderung mempunyai tingkat kemandirian murni yang

masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai DDF1 yang

menunjukkan persentase di bawah 50%. DDF tertinggi dicapai pada Tahun Anggaran

2006 sebesar 8.01%, sedangkan DDF terendah terjadi pada Tahun Anggaran 2008

yaitu sebesar 6.07%.

Dari tabel DDF2 di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Sukoharjo

cenderung mempunyai tingkat kemandirian semu yang rendah. Hal tersebut dapat

dilihat dari besarnya angka DDF2 yang menunjukkan persentase di bawah 50%. DDF

tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 7.28%, sedangkan DDF terendah

teradi pada tahun 2007 yaitu sebesar 5.23%.

Dari tabel DDF3 di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Sukoharjo

cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Hal

tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai DDF3 yang menujukkan persentase di atas

Page 95: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

50%. DDF tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 86.33% sedangkan DDF

terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 80.03%.

b. Kebutuhan Fiskal

Kebutuhan fiskal menggambarkan seberapa besar kebutuhan per kapita

penduduk jika jumlah seluruh pengeluaran dibagi secara adil kepada seluruh

penduduk daerah tersebut. Kebutuhan fiskal juga menunjukkan besarnya indeks

pelayanan publik per kapita Kabupaten Sukoharjo. Tabel kebutuhan fiskal Provinsi

Jawa Tengah dan Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4. 9. Kebutuhan Fiskal Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sukoharjo.

Tahun SKF IPPP Kab. Sukoharjo

2004 9571.68 42.10

2005 11235.60 35.68

2006 15215.40 38.71

2007 19872.17 38.38

2008 32883.08 26.04

Rata-rata 17755.58 36.18

Sumber: APBD Kabupaten Sukoharjo berbagai tahun, data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rerata kebutuhan fiskal Kabupaten

Sukoharjo sebesar 36 kali lebih besar dari rata-rata kebutuhan fiskal standar Jawa

Tengah. Kebutuhan fiskal terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 26.04 dan

kebutuhan fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 42.10. Dari tabel

Page 96: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dapat dilihat bahwa kebutuhan fiskal Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 hingga

tahun 2008 cenderung menurun.

Daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan

memperoleh alokasi DAU yang relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi

fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU

relatif besar. Daerah yang memiliki celah fiskal nol, yakni dimana semua kebutuhan

pengeluarannya dapat dibiayai dengan kemampuan fiskalnya sendiri (fiscal needs =

fiscal capacity), akan memperoleh DAU sebesar alokasi dasar saja.

c. Kapasitas Fiskal

Kapasitas fiskal adalah sejumlah pajak yang seharusnya mampu dikumpulkan

dari dasar pajak (tax base), yang biasanya berupa pendapatan per kapita.

Peningkatkan kapasitas fiskal daerah pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-

sumber penerimaan daerah.

Kapasitas fiskal digunakan untuk mengetahui seberapa besar usaha daerah

untuk mengumpulkan pendapatannya apabila setiap penduduk harus memberi

pemasukan yang sama kepada daerah. Berikut ini adalah tabel kapasitas fiskal

Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sukoharjo.

Page 97: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 4. 10. Kapasitas fiskal Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sukoharjo.

Tahun KFs Fc Kab. Sukoharjo

2004 119753.65 38.78

2005 124196.91 38.64

2006 133794.97 37.27

2007 140394.31 37.09

2008 148688.02 36.47

Rata-rata 37.65

Sumber: PDRB Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rerata kapasitas fiskal Kabupaten

Sukoharjo sebesar 38 kali dibandingkan dengan rata-rata kapsitas fiskal standar Jawa

Tengah. Kapasitas fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 38.78

sedangkan kapasitas terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 36.47. Dari tahun

2004 hingga tahun 2008 kapasitas fiskal Kabupaten Sukoharjo cenderung mengalami

penurunan. Akan tetapi dilihat dari reratanya nilai kapasitas fiskal Kabupaten

Sukoharjo masih lebih besar dibandingkan dengan nilai kebutuhan fiskalnya.

Semakin tinggi nilai kapasitas fiskal suatu daerah maka semakin layak daerah

tersebut dalam menangani berbagai pelayanan publik.

d. Posisi Fiskal

Posisi fiskal dapat.dihitung dengan mencari koefisien elastisitas PAD

terhadap PDRB.

Page 98: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4. 11. Pertumbuhan PAD dan PDRB Menurut Harga Konstan Kabupaten

Sukoharjo

Tahun PAD

(juta rupiah)

% PDRB harga konstan

(juta rupiah)

% E (%)

2004 21702.124 - 3786212.72 -

2005 30384.475 40.00 3941788.46 4.10 9.75

2006 44008.081 44.83 4120437.35 4.53 9.89

2007 42449.908 -3.54 4330992.90 5.11 0.69

2008 41785.061 -1.56 4540751.53 4.84 0.32

Rerata 5.15

Sumber: APBD dan PDRB Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Tabel 4.12. Pertumbuhan PAD dan PDRB Menurut Harga Berlaku Kabupaten

Sukoharjo

Tahun PAD

(juta rupiah)

% PDRB harga berlaku

(juta rupiah)

% E (%)

204 21702.124 - 4086448.20 -

2005 30384.475 40.00 5545486.86 35.70 1.12

2006 44008.081 44.83 6277623.81 13.20 3.39

2007 42449.908 -3.54 7054172.76 12.37 0.28

2007 41785.061 -1.56 8041276.35 13.99 0.11

Rerata 1.22

Sumber:APBD dan PDRB Kabupaten Sukoharjo, data diolah.

Page 99: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan PDRB atas

dasar harga konstans, laju pertumbuhan PDRB sangat berpengaruh terhadap

peningkatan PAD yaitu apabila PDRB naik 1% maka PAD akan meningkat sebesar

5.15%. Akan tetapi jika menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, apabila PDRB

naik sebesar 1% maka PAD hanya akan mengalami peningkatan sebesar 1.22%.

Elastisitas PAD cenderung lebih besar apabila menggunakan PDRB atas dasar harga

konstan. Hal ini disebabkan karena secara nominal nilai PDRB atas dasar harga

berlaku terdapat unsur inflasi sehingga pengukuran PDRB juga mengahasilkan nilai

yang tinggi. Semakin elastis PAD suatu daerah, maka struktur PAD di daerah akan

semakin baik. Elastisitas PAD diperlukan karena pada dasarnya penerimaan daerah

selalu berkembang sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan

jumlah penduduk, dipihak lain pertumbuhan ekonomi serta jumlah penduduk tersebut

mendorong akan adanya tuntutan peningkatan pelayanan dari pemerintah, sehingga

dengan demikian agar kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi tuntutan

pelayanan dari masyarakat tersebut tidak mengalami penurunan maka penerimaan

daerah juga harus berkembang sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi

dan jumlah penduduk.

e. Kemandirian daerah dan pola hubungan

Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Page 100: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Rasio kemandirian daerah menggambarkan sejauh mana ketergantungan

daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat

ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat

dan propinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga

menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin

tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak

dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

Tabel 4. 13. Pola hubungan dan tingkat kemampuan daerah

Kemampuan daerah Kemandirian Pola hubungan

Rendah sekali 0%-25% Instruktif

Rendah 25%-50% Konsultatif

Sedang 50%-75% Partisipatif

tinggi 75%-100% Delegatif

Tabel 4. 14. Kemandirian daerah dan pola hubungan Kabupaten Sukoharjo.

Kemampuan daerah Kemandirian Pola hubungan

Sangat rendah 7.51 Instruktif

Sangat rendah 9.98 Instruktif

Sangat rendah 9.28 Instruktif

Sangat rendah 8.43 Instruktif

Sangat rendah 7.03 Instruktif

Page 101: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Sukoharjo cenderung

mempunyai tingkat kemandirian yang rendah dalam mencukupi pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.

Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya rasio kemandirian yang menunjukkan

persentase di bawah 25%. Rasio kemandirian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu

sebesar 9.98% sedangkan rasio kemandirian terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu

sebesar 7.03%.

Kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam melaksanakan

otonomi daerah terutama dalam memanfaatkan pos-pos potensial bagi pemasukan

PAD terhadap total penerimaan daerah dapat dilihat dari perhitungan di atas. Hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut, beberapa indikator kinerja keuangan daerah

yang mengalami peningkatan diantaranya DDF3. Sedangkan indikator kinerja

keuangan daerah yang mengalami penurunan yaitu DDF1, DDF2, kebutuhan fiskal,

kapasitas fiskal, dan posisi fiskal. Hal ini dapat diartikan bahwa pemasukan daerah

didominasi oleh sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat, sehingga Pemerintah

Daerah masih mempunyai ketergantungan finansial yang relatif tinggi terhadap

Pemerintah Pusat.

Ditinjau dari rasio kemandirian dan pola hubungan, Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kemandirian yang sangat rendah dan

mempunyai pola hubungan instruktif, yang berarti bahwa peranan pemerintah pusat

lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu

melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

Page 102: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan daerah

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dalam uraian dibawah ini :

1. Dilihat dari beberapa indikator kemampuan keuangan daerah yang meliputi

Derajat Desentralisasi Fiskal, kebutuhan fiskal, kapasitas fiskal, dan posisi fiskal

dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sukoharjo mempunyai kemampuan

keuangan daerah yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan tingkat

kemandirian murni dan tingkat kemandirian semu yang menunjukkan bahwa

Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kemandirian murni dan kemandirian

semu yang rendah dengan persentase di bawah 50%. Dan dari perhitungan tingkat

ketergantungan fiskal dapat dilihat bahwa Kabupaten Sukoharjo mempunyai

ketergantungan fiskal yang tinggi terhadap Pemerintah Pusat dengan persentase di

atas 50%.

Tingginya ketergantungan fiskal daerah terhadap Pemerintah Pusat tersebut salah

satunya disebabkan oleh kapasitas fiskal Kabupaten Sukoharjo yang kurang

mendukung sehingga secara otomatis daerah masih bergantung kepada aliran

dana dari Pemerintah Pusat. Selain itu tingginya tingkat ketergantungan fiskal

Kabupaten Sukoharjo terhadap Pemerintah Pusat juga disebabkan oleh tingkat

Page 103: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

kepekaan PDRB terhadap PAD yang inelastis khususnya pada tahun 2007 dan

2008 yang hanya menunjukkan angka 0.69 dan 0.32.

2. Diukur dari rasio kemandirian dan pola hubungan dapat disimpulkan bahwa

Kabupaten Sukoharjo belum mandiri terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal

ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio kemandirian daerah, yaitu dengan

cara membandingkan antara besarnya nilai Pendapatan Asli Daerah suatu daerah

terhadap total sumbangan yang diterima oleh daerah. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kemandirian di

bawah 25% yang berarti Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kemandirian

yang sangat rendah dengan pola hubungan instruktif dimana peranan Pemerintah

Pusat lebih dominan dibandingkan dengan kemandirian Pemerintah Daerah.

Rendahnya tingkat kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Sukoharjo ini

disebabkan oleh rendahnya Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya

bersumber dari pajak. Selama ini daerah tingkat Kabupaten hanya diberi

kewenangan untuk memungut pajak yang bersumber dari pajak hotel, restoran,

hiburan, reklame, penerangan jalan, pengambilan dan pengelolaan bahan galian

golongan C, dan pajak parkir. Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo sendiri jumlah

hotel, restoran, hiburan, dan reklame jumlahnya relatif sedikit sehingga tidak

dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.

3. Diukur dari besarnya nilai PAD terhadap Total Pendapatan Daerah dapat

disimpulkan bahwa Kabupaten Sukoharjo belum siap dalam menghadapi

pelaksanaan otonomi daerah

Page 104: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

B. SARAN

Dari hasil kesimpulan di atas maka dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo dari segi kemampuan daerah masih sangat rendah. Untuk itu

ada beberapa langkah yang perlu diupayakan agar PAD meningkat serta otonomi

yang sudah berjalan dapat dilaksanakan dengan baik, langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Secara ekstensifikasi

Ekstensifikasi merupakan usaha untuk menggali sumber-sumber PAD yang

baru, namun dalam upaya ekstensifikasi ini khususnya yang bersumber dari pajak dan

retribusi tidak boleh bertentangan dengan kebijakan pokok nasional, yakni pungutan

pajak dan retribusi daerah yang dilaksanakan tidak boleh terlalu memberatkan bagi

masyarakat

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo seharusnya dapat mengidentifikasi

dan menganalisis potensi daerah yang ada sehingga peluang-peluang baru yang dapat

dijadikan sumber penerimaan daerah dapat dicari. Dengan menganalisis potensi

daerah tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman untuk menentukan target APBD

sebagai suatu perencanaan dan penjabaran kebijakan Pemerintah Daerah.

2. Secara intensifikasi

Intensifikasi Pendapatan Asli Daerah, adalah suatu usaha untuk memperbesar

penerimaan dengan cara melakukan pemungutan yang lebih ketat dan teliti. Beberapa

upaya intensifikasi Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan melalui cara-cara

berikut:

Page 105: ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN …/Analisis...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

a. Dalam upaya peningkatan kapasitas fiskal diperlukan optimalisasi sumber-sumber

penerimaan daerah serta manajemen PAD yang baik terkait dengan upaya

peningkatan kapasitas fiskal tersebut.

b. Melaksanakan tertib penetapan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, tertib

dalam pemungutan kepada wajib pajak, tertib dalam administrasi serta tertib

dalam penyetoran.

c. Melaksanakan secara optimal pemungutan pajak dan retribusi daerah sesuai

dengan potensi yang objektif berdasarkan peraturan yang berlaku.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan kontinyu

(berkelanjutan) untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam

pelaksanaan pemungutan PAD oleh aparatur.

e. Pengelolaan sumber-sumber penerimaan daerah yang salah satunya bersumber

dari pajak harus dilakukan secara profesional melalui mekanisme dan prosedur

yang baikdan transparan guna menghindari kebocoran penerimaan pajak daerah.