analisis perbedaan kinerja keuangan daerah...

30
HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG 1 ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA SE-PROPINSI LAMPUNG (SKRIPSI) NAMA : HERI ZULFIKRI NPM : 0741031046 EMAIL : [email protected] NO. HP : 081379489991 PEMBIMBING I : SARING SUHENDRO, S.E., M.SI., AKT PEMBIMBING II : SUDRAJAT, S.E., M.ACC., AKT JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

Upload: hahanh

Post on 15-May-2018

245 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

1

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH

SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH PADA

KABUPATEN/KOTA SE-PROPINSI LAMPUNG

(SKRIPSI)

NAMA : HERI ZULFIKRI

NPM : 0741031046

EMAIL : [email protected]

NO. HP : 081379489991

PEMBIMBING I : SARING SUHENDRO, S.E., M.SI., AKT

PEMBIMBING II : SUDRAJAT, S.E., M.ACC., AKT

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012

Page 2: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

2

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM

DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA SE-

PROPINSI LAMPUNG

Oleh

HERI ZULFIKRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012

Page 3: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

3

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM

DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA

SE-PROPINSI LAMPUNG

Oleh

HERI ZULFIKRI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kinerja

keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung sebelum dan sesudah

otonomi daerah. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis rasio pengukuran kinerja keuangan daerah yang terdiri dari

rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio kapasitas fiskal, dan rasio kebutuhan

fiskal. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Untuk derajat

desentralisasi fiskal, Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah

terdapat perbedaan pada masa sebelum dan sesudah otonomi daerah, sedangkan

Kabupaten Lampung Lampung Selatan, Lampung Utara, dan Kabupaten

Lampung Barat tidak terdapat perbedaan pada sebelum dan sesudah otonomi

daerah. Untuk kapasitas fiskal, dimana Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar

Lampung, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Lampung Utara terdapat

perbedaan kinerja keuangan pada masa sebelum dan sesudah otonomi daerah,

hanya pada Kabupaten Lampung Barat saja yang tidak terdapat perbedaan pada

masa sebelum dan sesudah otonomi daerah. Sedangkan untuk kebutuhan fiskal,

Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah terdapat perbedaan pada

masa sebelum dan sesudah otonomi daerah, sedangkan Kabupaten Lampung

Lampung Selatan, Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Barat tidak terdapat

perbedaan pada sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Otonomi Daerah, Derajat Desentralisasi Fiskal,

Kapasitas Fiskal, dan Kebutuhan Fiskal.

Page 4: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

pembuatan produk. Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan

laba yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan manajemen

dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas manajemen

yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan

investasi, dapat dilakukan dengan mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas

yang dimiliki. Dengan mengetahui rasio profitabilitas yang dimiliki, perusahaan

dapat memonitor perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Agar dapat

memaksimalkan laba yang didapat oleh perusahaan, manajer keuangan perlu

mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap profitabilitas

perusahaan. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-masing fakor

terhadap profitabilitas, perusahaan dapat menentukan langkah untuk mengatasi

masalah-masalah dan meminimalisir dampak negatif yang timbul.

Penelitian ini menggunakan ROA sebagai alat untuk mengukur

profitabilitas perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio

rentabilitas yang ada. Sedangkan menurut Riyanto (2001), Dalam beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat inkonsistensi hasil penelitian.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samiloglu dan Demirgunes (2008)

disebutkan bahwa INVP (inventory period) berpengaruh negatif terhadap ROA.

Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi inventory period yang dimiliki

perusahaan, maka semakin rendah ROA. Sedangkan dalam penelitian yang

dilakukan Padachi (2006) variabel inventory period berpengaruh positif signifikan

terhadap ROA. Apabila inventory period mengalami peningkatan maka akan

diikuti dengan peningkatan ROA.

Berdasarkan uraian di atas, perlu diteliti mengenai kinerja keuangan daerah

di Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, karena masih terdapat perbedaan hasil

Page 5: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

5

penelitiannya dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu penulis mengambil

judul “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH

SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI LAMPUNG ”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan derajat desentralisasi fiskal (tingkat kemandirian

daerah) sebelum dan sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung?

2. Apakah terdapat perbedaan kapasitas fiskal daerah (fiscal capacity)

sebelum dan sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

3. Apakah terdapat perbedaan kebutuhan fiskal daerah (fiskal need)

sebelum dan sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum

dan sesudah otonomi daerah di kabupaten dan kota di Provinsi Lampung yang

meliputi:

1. Mengetahui perbedaan derajat desentralisasi fiskal (tingkat kemandirian

daerah) sebelum dan sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung?

2. Mengetahui perbedaan kapasitas fiskal daerah (fiscal capacity) sebelum

dan sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

3. Mengetahui perbedaan kebutuhan fiskal daerah (fiskal need) sebelum dan

sesudah otonomi daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pemerintah hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi

tentang kebijakan keuangan daerah.

2. Bagi penulis adalah memperoleh tambahan wawasan, pengalaman, dan

pengetahuan dalam mempraktekan ilmu dan teori yang diperoleh selama

kuliah mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah.

Page 6: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Menurut Widarta ( 2001:2 ) dijelaskan bahwa otonomi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu Autos dan Nomos. Autos berarti sendiri, dan Nomos berarti aturan.

Otonomi bermakna kebebasan dan kemandirian daerah dalam menentukan

langkah-langkah sendiri. Ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang No.32 tahun

2004 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2. Dasar Hukum Otonomi Daerah

Semakin kuatnya tuntutan desentralisasi, pemerintah mengeluarkan Undang-

Undang Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang telah

diubah menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-

Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah

Untuk mencapai tujuan otonomi daerah, maka diperlukan prinsip-prinsip

dalam pemberian otonomi daerah antara lain, pelaksanaan otonomi harus

didasarkan pada otonomi seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab

2.2 Desentralisasi Fiskal

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 7 dan

UU No. 33 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah

pasal 1 ayat 8, desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan

Page 7: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

7

oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, penyelenggaraan

desentralisasi merupakan urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan

daerah otonom, dengan bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya

urusan pemerintahan yang penenganannya dalam bagian atau bidang tertentu

dapat dilaksanakan secara bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Untuk mewujudkan pembangunan kewenangan yang concurrent secara

proporsional antara pemerintah, daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota, maka

disusunlah kriteria yang meliputi :

a. Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan

pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak atau akibat yang

ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintah tersebut.

b. Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan

pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang

menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih

langsung atau dekat dengan dampak dari urusan yang ditngani tersebut.

c. Kriteria efisien adalah pendekatan dalam pembagian urusan

pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya

(personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian,

dan kecepatan hasil yang harus dicapaidalam penyelenggaraan bagian

urusan.

2.3 Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005,

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan

bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Keuangan daerah senantiasa

diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan, terciptanya perekonomian

daerah yang mandiri sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan berdasarkan

Page 8: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

8

demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang merata. Dan Kinerja adalah

keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan

dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan undang-undang

atau Peraturan Daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah

disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi

pemarintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh penggunaan anggaran

sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan pengungkapan informasi

tentang kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran

pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran

(outputs) dan setiap kegiatan dari hasil (outcome) dari setiap program untuk

keperluan tersebut, perlu disusun suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah yang terintegrasi dengan sistim perencanaan strategis, sistim

penganggaran dan sistim akuntansi pemerintah tersebut.

2.4 Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Otonomi Daerah

Kewenangan daerah menjalankan pemerintahannya pada masa orde baru

didasarkan pada Undang-undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintah di Daerah. Di samping mengatur pemerintah daerah, undang-undang

itu juga menjelaskan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,

untuk bisa menjalankan tugas-tugas dan fungsi yang dimiliknya dimana menurut

pasal 55 sumber pembiayaan daerah terdiri dari 3 kompenen besar, yaitu :

1) Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber yang harus selalu dan

terus menerus dipacu pertumbuhannnya, karena PAD merupakan indikator

penting untuk memenuhi tingkat kemandirian pemerintah di bidang keuangan.

Page 9: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

9

Semakin tinggi peranan PAD terhadap APBD maka semakin berhasil usaha

pemerintah dan pembangunan daerah.

2) Pendapatan yang berasal dari pusat, meliputi :

a) Sumbangan dari pemerintah

b) Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-

undangan

3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Diantara ketiga komponen sumber pendapatan tersebut, komponen kedua yaitu

pendapatan yang berasal dari pusat merupakan cerminan atau indikator dari

ketergantungan pendanaan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.

2.5 Keuangan Pemerintah Daerah Setelah Otonomi Daerah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah menjelaskan untuk menjalankan otonomi daerah yang luas,

nyata dan bertangjung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali

sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah serta antar provinsi dan kabupaten atau kota yang

merupakan prasyarat sistem pemerintahan daerah. PAD merupakan suatu

pendapatan yang digali murni dari masing-masing daerah, sebagai sumber

keuangan daerah yang digunakan untuk membiayai pengadaan pembelian dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pembangunan yang tercermin dalam anggaran

pembangunan. Berdasarkan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah pasal 5 penerimaan

daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan

pembiayaan, dimana sumber pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi

Page 10: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

10

adalah :

a. PAD

b. Dana perimbangan

c. Pendapatan lain yang sah

Sedangkan sumber pembiayaan daerah terdiri dari :

a. Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)

b. Penerimaan pinjaman daerah

c. Dana cadangan daerah

d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

2.6 Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya

sebagai dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis berikut ini

digambarkan kerangka penelitian yang tersaji.

2.7 Hipotesis

1. Derajat desentralisasi fiskal (degree of fiskal)

Derajat desentralisasi fiskal adalah tingkat kemandirian daerah untuk

membiayai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa menggantungkan diri dengan

pemerintah pusat.

Hipotesis yang dirumuskan adalah:

Ha.1 : Terdapat perbedaan derajat desentralisasi fiskal sebelum dan sesudah

otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung.

2. Kapasitas fiskal (fiskal capacity)

Kapasitas fiskal daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari

PAD dan dana bagi hasil. Semakin tinggi rata-rata kapasitas fiskal suatu daerah

Page 11: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

11

maka kemampuan daerah dalam mendanai kebutuhannya semakin memadai.

Hipotesis yang dirumuskan adalah:

Ha.2 : Terdapat perbedaan kapasitas fiskal daerah sebelum dan sesudah

otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung.

3. Kebutuhan fiskal (fiskal need)

Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk

melaksanakan fungsi layanan dasar umum.

Hipotesis yang dirumuskan adalah:

Ha.3 : Terdapat perbedaan kebutuhan fiskal daerah sebelum dan sesudah

otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung.

Page 12: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Sumber Data

Dalam usaha mendapatkan data dalam Penelitian ini penulis menggunakan data

sekunder dimana data yang digunakan adalah Laporan Realisasi APBD

Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung. Propinsi Lampung pada saat sebelum

otonomi daerah yaitu sampai dengan tahun 2000 memiliki 5 kabupaten/kota

yang memiliki laporan APBD dari tahun 1996 yaitu Kota Bandar lampung,

Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten

Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Barat. Jadi dalam penelitian ini data

yang digunakan ada 5 kabupaten/kota se- Propinsi Lampung. Lima tahun

sebelum otonomi daerah yaitu dari tahun 1996-2000 dan sepuluh tahun setelah

pemberlakuan otonomi daerah yaitu dari tahun 2000-2010.

3.2 Sampel Penelitian

Untuk mengetahui tingkat kemandirian daerah sebelum dan sesudah otonomi

daerah, dalam penelitian ini peneliti akan mengambil sampel Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota se- propinsi

Lampung. Untuk kota, peneliti mengambil sampel Laporan Realisasi APBD

pemerintah kota Bandar Lampung. Sedangkan untuk kabupaten, peneliti

mengambil sampel Laporan Realisasi APBD kabupaten Lampung Utara,

Laporan Realisasi APBD Kabupaten Lampung Tengah, Laporan Realisasi

Page 13: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

13

APBD kabupaten Lampung Barat, dan Laporan Realisasi APBD kabupaten

Lampung Selatan.

1.2 Alat Analisis

1.2.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, analisis ini

didukung dengan studi literatur atau kepustakaan berdasarkan pengalaman

kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami.

3.2.1 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif didasarkan pada analisis variabel–variabel yang dapat

dijelaskan secara terukur dengan rumus atau alat analisis pasti. Menurut Halim

(2004) dalam mengukur kinerja keuangan daerah dapat diukur menggunakan

alat analisa kinerja keuangan daerah meliputi :

1. Derajat desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu :

Rumus 1 = PAD

TPD

2. Kapasitas Fiskal yaitu dengan formula :

Rumus 2 = PAD + BHPBP

TKD

3. Kebutuhan fiskal yaitu dengan formula :

Rumus 3 = PAD

TKD

Dimana :

PAD = Pendapatan Asli Daerah

Page 14: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

14

TPD = Total penerimaan Daerah

TKD = Total Pengeluaran Daerah

BHPBP = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

3.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi

data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil adalah data

yang terdistribusi normal. Maksud data yang terdistribusi normal adalah

bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana datanya memusat

pada nilai rata-rata dan median. Alat uji asumsi yang digunakan adalah One

Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Apabila data yang diuji berdistribusi

normal, maka pengujian hipotesa menggunakan alat uji statistik parametrik

yaitu uji t berpasangan (paired sample t-test). Sedangkan apabila data

berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesa menggunakan alat uji

statistik non parametrik yaitu uji peringkat bertanda wilcoxon (wilcoxon

signed ranks test). Apabila data tidak normal maka teknik statistik parametrik

tidak dapat digunakan untuk alat analisis, Sugiono (2003) dalam Yudisianta

(2007).

1.2.1 Pengujian Hipotesis

Dari alat analisis di atas akan terlihat seberapa besar kemampuan daerah

dalam membiayai kebutuhan daerah dalam membiayai pembangunan didaerah

sebelum dan sesudah otonomi daerah. Secara umum semakin tinggi kontribusi

pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk

membiayai aktivitasnya sendiri akan menunjukan kinerja keuangan daerah

Page 15: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

15

yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan yang positif dapat diartikan

sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah

dan mendukung pelaksaan otonomi daerah pada daerah tersebut.

Untuk melakukan pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji t

berpasangan (paired sample t test) dengan menggunakan program SPSS versi

17.

Pengujian hipotesis menggunakan tingkat keyakinan 95 % dan tingkat

kesalahan analisis ( α ) 5%.

Uji t berpasangan merupakan salah satu dari statistik parametrik maka

sebelum melakukan uji t perlu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui

apakah data terdistribusi secara normal atau tidak.

Uji t berpasangan dilakukan secara dua sisi (two tailed test) karena ingin

diketahui apakah rata-rata sebelum berbeda dengan sesudah ataukah tidak,

sehingga daerah kritis penelitian ini adalah t <- t α/2 dan t > t α/2. Untuk menguji

signifikansi yaitu dengan membandingkan nilai t di tabel, jika t hitung lebih

besar dari t di tabel maka signifikan.

Dalam pengujian ini kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah :

Ha diterima jika t < - tα/2 atau t > tα/2

Ha ditolak jika - tα/2 < t < tα/2

t : t hitung

tα/2 : t tabel

Page 16: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskripsi Statistik

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa perbedaan tingkat kemandirian

daerah pada Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung sebelum dan sesudah otonomi

daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung dan situs internet.

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil dsekripsi statistik sebagai

berikut :

1. Derajat desentralisasi fiskal

Tabel 8. Deskripsi statistik derajat desentralisasi fiskal

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Desentralisasi_Fiskal_Sebelum 25 .01 .21 .0557 .06170

Desentralisasi_Fiskal_Sesudah 50 .01 .90 .0856 .15784

Valid N (listwise) 25

Sumber : Lampiran 1 a

Page 17: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

17

Tabel 9. Deskripsi statistik derajat desentralisasi fiskal per Kabupaten/Kota

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sebelum Otonomi Daerah 5 .01 .04 .0234 .01165

Bandar Lampung Sebelum Otonomi Daerah 5 .12 .21 .1720 .03538

Lampung Tengah Sebelum Otonomi Daerah 5 .03 .04 .0368 .00701

Lampung Barat SebelumOtonomi Daerah 5 .02 .03 .0182 .00466

Lampung Utara Sebelum Otonomi Daerah 5 .02 .03 .0282 .00466

Valid N (listwise) 5

Sumber : Lampiran 1 b

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sesudah Otonomi Daerah 10 .03 .26 .0563 .07234

Bandar Lampung SesudahOtonomi Daerah 10 .08 .90 .1759 .25577

Lampung Tengah Sesudah Otonomi Daerah 10 .02 .52 .1204 .20231

Lampung Barat Sesudah Otonomi Daerah 10 .01 .03 .0234 .00624

Lampung Utara Sesudah Otonomi Daerah 10 .02 .29 .0522 .08446

Valid N (listwise) 10

Sumber : Lampiran 1 c

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio kemandirian daerah yang diukur oleh

derajat desentralisasi fiskal, nilai minimum untuk periode sebelum otonomi

daerah adalah sebesar 0,01 yaitu pada tahun 1998 di Kabupaten Lampung Selatan,

sedangkan nilai maksimum adalah 0,21 yaitu pada tahun 1996.

2. Kapasitas fiskal

Tabel 10. Deskripsi statistik kapasitas fiskal

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kapasitas Fiskal Sebelum 25 .07 .36 .1572 .08274

Kapasitas Fiskal Sesudah 50 .09 2.12 .7124 .52102

Valid N (listwise) 25

Sumber : Lampiran 2 a

Page 18: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

18

Tabel 11. Deskripsi statistik kapasitas fiskal per Kabupaten/Kota

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sebelum Otonomi Daerah 5 .08 .18 .1100 .04062

Bandar Lampung Sebelum Otonomi Daerah 5 .24 .36 .2960 .05030

Lampung Tengah Sebelum Otonomi Daerah 5 .11 .20 .1340 .03782

Lampung Barat SebelumOtonomi Daerah 5 .12 .24 .1540 .04879

Lampung Utara Sebelum Otonomi Daerah 5 .07 .11 .0920 .01483

Valid N (listwise) 5

Sumber : Lampiran 2 b

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sesudah Otonomi Daerah 10 .75 1.12 .9670 .12676

Bandar Lampung SesudahOtonomi Daerah 10 .89 1.67 1.1140 .23272

Lampung Tengah Sesudah Otonomi Daerah 10 .94 2.12 1.2030 .39432

Lampung Barat Sesudah Otonomi Daerah 10 .10 .20 .1540 .04033

Lampung Utara Sesudah Otonomi Daerah 10 .09 .17 .1240 .02875

Valid N (listwise) 10

Sumber : Lampiran 2 c

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio kemandirian daerah yang diukur oleh

kapasitas fiskal, nilai minimum untuk periode sebelum otonomi daerah adalah

sebesar 0,07 yaitu pada tahun 1999 di Kabupaten Lampung Utara, sedangkan nilai

maksimum adalah 0,36 yaitu pada tahun 1996 di Kota Bandar Lampung.

3. Kebutuhan fiskal

Tabel 12. Deskripsi statistik kebutuhan fiskal

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kebutuhan Fiskal Sebelum 25 .01 .22 .0584 .06338

Kebutuhan Fiskal Sesudah 50 .01 1.11 .0989 .22515

Valid N (listwise) 25

Sumber : Lampiran 3 a

Page 19: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

19

Tabel 13. Deskripsi statistik kebutuhan fiskal per Kabupaten/Kota

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sebelum Otonomi Daerah 5 .01 .04 .0268 .01342

Bandar Lampung Sebelum Otonomi Daerah 5 .13 .22 .1776 .03610

Lampung Tengah Sebelum Otonomi Daerah 5 .03 .05 .0398 .00876

Lampung Barat SebelumOtonomi Daerah 5 .02 .03 .0190 .00469

Lampung Utara Sebelum Otonomi Daerah 5 .02 .04 .0286 .00532

Valid N (listwise) 5

Sumber : Lampiran 3 b

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std. Deviation

Lampung Selatan Sesudah Otonomi Daerah 10 .02 .06 .0365 .00911

Bandar Lampung SesudahOtonomi Daerah 10 .08 .94 .1908 .26347

Lampung Tengah Sesudah Otonomi Daerah 10 .02 1.11 .2174 .40600

Lampung Barat Sesudah Otonomi Daerah 10 .01 .03 .0233 .00546

Lampung Utara Sesudah Otonomi Daerah 10 .02 .05 .0263 .00968

Valid N (listwise) 10

Sumber : Lampiran 3 c

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio kemandirian daerah yang diukur oleh

kebutuhan fiskal, nilai minimum untuk periode sebelum otonomi daerah adalah

sebesar 0,01 yaitu pada tahun 1998 di Kabupaten Lampung Selatan, sedangkan

nilai maksimum adalah 0,22 yaitu pada tahun 1996 di Kota Bandar Lampung.

4.2 Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif didasarkan pada analisis variable-variabel yang dapat

dijelaskan secara terukur dengan rumus atau alat analisis pasti. Pada penelitian

ini untuk mengukur tingkat kemandirian daerah digunakan alat analisis yaitu

rasio keuangan daerah. Hasil penelitian rasio-rasio tersebut yaitu :

Page 20: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

20

1. Derajat desentralisasi fiskal

Tabel 14. Perhitungan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung

N

o

Kabupaten/Kota

Sebelum

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

1 Lampung Selatan

Rumus:

PAD

TPD

1996 0.024 2001 0.034 2006 0.261

1997 0.042 2002 0.028 2007 0.028

1998 0.013 2003 0.029 2008 0.029

1999 0.014 2004 0.031 2009 0.036

2000 0.024 2005 0.033 2010 0.054

2 Bandar Lampung

Rumus:

PAD

TPD

1996 0.208 2001 0.102 2006 0.077

1997 0.201 2002 0.106 2007 0.080

1998 0.178 2003 0.096 2008 0.090

1999 0.149 2004 0.099 2009 0.088

2000 0.124 2005 0.118 2010 0.903

3 Lampung Tengah

Rumus:

PAD

TPD

1996 0.043 2001 0.022 2006 0.02

1997 0.041 2002 0.024 2007 0.491

1998 0.037 2003 0.02 2008 0.517

1999 0.025 2004 0.024 2009 0.027

2000 0.038 2005 0.025 2010 0.034

4 Lampung Barat

Rumus:

PAD

TPD

1996 0.019 2001 0.015 2006 0.011

1997 0.015 2002 0.025 2007 0.027

1998 0.016 2003 0.023 2008 0.033

1999 0.026 2004 0.023 2009 0.025

2000 0.015 2005 0.025 2010 0.027

5 Lampung Utara

Rumus:

PAD

TPD

1996 0.034 2001 0.019 2006 0.021

1997 0.029 2002 0.024 2007 0.028

1998 0.031 2003 0.051 2008 0.026

1999 0.024 2004 0.291 2009 0.019

2000 0.023 2005 0.026 2010 0.017

Sumber : Lampiran 11

Page 21: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

21

2. Kapasitas fiskal

Tabel 15. Perhitungan kapasitas fiskal Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung

N

o

Kabupaten/Kota

Sebelum

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

1 Lampung Selatan

Rumus:

PAD + BHPBP

TKD

1996 0.09 2001 0.78 2006 1.12

1997 0.11 2002 1.11 2007 0.75

1998 0.09 2003 0.98 2008 1.02

1999 0.08 2004 1.08 2009 0.92

2000 0.18 2005 0.97 2010 0.94

2 Bandar Lampung

Rumus:

PAD + BHPBP

TKD

1996 0.36 2001 1.21 2006 1.11

1997 0.32 2002 1.18 2007 0.89

1998 0.31 2003 1.23 2008 1

1999 0.24 2004 1.02 2009 0.91

2000 0.25 2005 0.92 2010 1.67

3 Lampung Tengah

Rumus:

PAD + BHPBP

TKD

1996 0.11 2001 1.04 2006 0.99

1997 0.11 2002 1.16 2007 1.72

1998 0.13 2003 1.06 2008 2.12

1999 0.12 2004 1.01 2009 1.04

2000 0.2 2005 0.94 2010 0.95

4 Lampung Barat

Rumus:

PAD + BHPBP

TKD

1996 0.14 2001 0.2 2006 0.16

1997 0.12 2002 0.19 2007 0.13

1998 0.14 2003 0.17 2008 0.1

1999 0.24 2004 0.19 2009 0.1

2000 0.13 2005 0.19 2010 0.11

5 Lampung Utara

Rumus:

PAD + BHPBP

TKD

1996 0.1 2001 0.11 2006 0.13

1997 0.09 2002 0.13 2007 0.1

1998 0.11 2003 0.15 2008 0.11

1999 0.07 2004 0.16 2009 0.09

2000 0.09 2005 0.17 2010 0.09

Sumber : Lampiran 12

Page 22: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

22

3. Kebutuhan fiskal

Tabel 16. Perhitungan kebutuhan fiskal Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung

N

o

Kabupaten/Kota

Sebelum

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

Sesudah

Otonomi

Daerah

Hasil

1 Lampung Selatan

Rumus:

PAD

TKD

1996 0.025 2001 0.038 2006 0.029

1997 0.043 2002 0.042 2007 0.024

1998 0.013 2003 0.039 2008 0.029

1999 0.015 2004 0.034 2009 0.039

2000 0.038 2005 0.034 2010 0.057

2 Bandar Lampung

Rumus:

PAD

TKD

1996 0.216 2001 0.133 2006 0.085

1997 0.205 2002 0.137 2007 0.076

1998 0.187 2003 0.136 2008 0.096

1999 0.146 2004 0.107 2009 0.087

2000 0.134 2005 0.113 2010 0.938

3 Lampung Tengah

Rumus:

PAD

TKD

1996 0.043 2001 0.024 2006 0.02

1997 0.041 2002 0.03 2007 0.85

1998 0.039 2003 0.025 2008 1.108

1999 0.026 2004 0.026 2009 0.03

2000 0.05 2005 0.024 2010 0.037

4 Lampung Barat

Rumus:

PAD

TKD

1996 0.019 2001 0.016 2006 0.012

1997 0.015 2002 0.029 2007 0.027

1998 0.017 2003 0.026 2008 0.023

1999 0.027 2004 0.026 2009 0.021

2000 0.017 2005 0.027 2010 0.026

5 Lampung Utara

Rumus:

PAD

TKD

1996 0.036 2001 0.019 2006 0.022

1997 0.029 2002 0.024 2007 0.026

1998 0.031 2003 0.051 2008 0.025

1999 0.024 2004 0.032 2009 0.019

2000 0.023 2005 0.027 2010 0.018

Sumber : Lampiran 13

Page 23: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

23

4.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Dimana nilai Asymp.sig (2-tailed) dibandingkan

keputusan dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%.

Dasar pengambilan keputusan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah :

a. Jika nilai Sig. 0,05 maka data berdistribusi normal.

b. Jika nilai sig. 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

a. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji t berpasangan (paired sample t-test)

dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α)

5%. Uji berpasangan dilakukan secara dua sisi (two tailed test) karena ingin

diketahui apakah rata-rata sebelum berbeda dengan sesudah atau tidak, sehingga

daerah kritis penelitian ini adalah t < - t α/2 atau t > t α/2.

Dalam pengujian ini, kriteria pengujian hipotesis apabila :

Ha diterima jika t < - tα/2 atau t > tα/2

Ha ditolak jika - tα/2 < t < tα/2

Cara lain yang dapat digunakan adalah melihat nilai Sig. (2-tailed). Hasil

pengujian ini akan menunjukan diterima atau ditolaknya Ha apabila :

Sig. (2-tailed)/2 ≤ 0.025, maka Ha diterima

Sig. (2-tailed)/2 ≥ 0.025, maka Ha ditolak.

Page 24: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

24

a). Pengujian Hipotesis Alternatif Pertama (Ha.1)

Hipotesis alternatif pertama (Ha.1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan derajat desentralisasi fiskal sebelum dan sesudah otonomi

daerah pada Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung.

b). Pengujian Hipotesis Alternatif Kedua (Ha.2)

Hipotesis Alternatif Kedua (Ha.2) yang diujikan dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan kapasitas fiskal sebelum dan sesudah otonomi daerah pada

Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung.

c). Pengujian Hipotesis Alternatif Ketiga (Ha.3)

Hipotesis Alternatif Ketiga (Ha.3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan kebutuhan fiskal sebelum dan sesudah otonomi daerah pada

Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung.

Page 25: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

perbedaan tingkat kemandirian daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah pada

Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, maka simpulan yang dapat diambil adalah

sebagai berikut :

1. Tidak terdapat perbedaan derajat desentralisasi fiskal anatara periode

sebelum dan sesudah otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se- Propinsi

Lampung pada Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat,

dan Kabupaten Lampung Utara. Hal ini disebabkan karena sebelum dan

sesudah otonomi daerah, BHPBP (Bagi Hasil Pajak Dan Bukan Pajak)

mengalami kenaikan yang cukup besar dibanding dengan PAD

Kabupaten/Kota masing-masing dari tahun ketahunnya, sehingga

penerimaan dari pemerintah pusat pada Kabupaten/Kota di Propinsi

Lampung mengalami peningkatan yang lebih besar dari pada penerimaan

yang berasal dari PAD daerah itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa

kabupaten/kota masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat.

Dimana masih tingginya transfer dana dari pusat justru menyebabkan

rendahnya inisiatif pemda untuk meningkatkan dan menggali potensi yang

ada didaerah itu sendiri. Dan juga terdapat pemekaran wilayah yang

mengurangi PAD kabupaten induk itu sendri. Sedangkan untuk Kota

Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah terdapat terdapat

Page 26: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

26

perbedaan derajat desentralisasi fiskal sebelum dan sesudah otonomi

daerah. Hal ini menunjukkan bahwa kedua daerah tersebut dapat menggali

dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerah itu dengan baik.

2. Terdapat perdebaan kapasitas fiskal antara periode sebelum dan sesudah

otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung, hanya

Kabupaten Lampung Barat saja yang tidak terdapat perbedaan kapasitas

fiskal sebelum dan sesudah otonomi daerah. Secara rata-rata terdapat

peningkatan kapasitas fiskal Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung

sebelum dan sesudah otonomi daerah, namun bila dilihat dari dari

perkembangan pertahunnya terlihat bahwa perbedaan kapasitas fiskal

Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung itu tidak terlalu besar.

3. Tidak terdapat perbedaan kebutuhan fiskal antara periode sebelum dan

sesudah otonomi daerah pada Kabupaten/Kota se- Propinsi Lampung pada

Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, dan Kabupaten

Lampung Utara. Tidak terdapatnya perbedaan kebutuhan fiskal itu

disebabkan dimana belanja pelayanan publik tidak mengalami kenaikan

yang cukup berarti sehingga dalam melaksanakan aktifitas pelayanan

publik masih belum dilaksanakan dengan baik. Menurut sangjaya (2007),

peningkatan kebutuhan fiskal sesudah otonomi daerah lebih dikarenakan

terdapat beberapa kewenangan dan kebutuhan daerah yang sebelum

otonomi daerah ditangani oleh pemerintah pusat, setelah otonomi daerah

harus ditangani oleh pemerintah daerah, seperti pengalihan gaji pegawai

negeri yang pada saat sebelum otonomi daerah dibebankan oleh APBD,

sedangkan belanja layanan publik pemerintah daerah cendrung tidak

Page 27: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

27

mengalami kenaikan yang berarti. Hal ini mengidentifikasikan bahwa

setelah otonomi daerah masih belum bisa meningkatkan kinerja dalam

melaksanakan berbagai aktifitas pelayanan publik. Sedangkan untuk Kota

Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah terdapat terdapat

perbedaan kebutuhan fiskal sebelum dan sesudah otonomi. Hal ini

menandakan bahwa otonomi daerah telah berjalan dengan cukup baik di

kedua daerah itu.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :

1. Dalam memperoleh data, sampel yang diambil hanya pada kabupaten/kota

yang telah berdiri atau sudah ada sebelum otonomi daerah yaitu 1 kota dan

4 kabupaten, mengingat berjalannya waktu sampai saat ini di Propinsi

Lampung setelah otonomi daerah terjadi pemekaran wilayah sehingga

sudah terdapat 2 kota dan 12 kabupaten sehingga dalam mengambil

sampel keseluruhan mengalami keterbatasan.

2. Sedikitnya teori yang dapat dijadikan bahan acuan untuk memperkuat

hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian ini.

3. Masih sedikit penelitian yang membahas tentang kinerja keuangan

pemerintah daerah khususnya tentang rasio kemandirian daerah, sehingga

peneliti mengalami cukup kesulitan dalam mencari jurnal-jurnal penelitian

dan literatus yang membahas tentang otonomi daearah.

Page 28: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

28

5.3 Saran

1. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan dapat mengurangi ketergantungan

terhadap pemerintah pusat dan dapat menggalali potensi-potensi yang ada

didaerah tersebut sehingga dapat meningkatkan PAD itu sendiri dan

mampu meningkatkan kapasitas fiskal daerah dengan meningkatkan

sumber-sumber keuangan daerah, serta perlu dilakukan manajemen

pengeluaran daerah secara komprehensif untuk mengatur kebutuhan fiskal

daerah, salah satunya yaitu dengan membuat standar biaya dan pemerintah

daerah seharusnya menguji belanja dan biaya-biaya yang terjadi sehingga

belanja yang tidak penting dapat dihindari guna pengeluaran-pengeluaran

dana itu tepat sasaran dan sesuai kebutuhan.

2. Perlu melakukan pembenahan peraturan-peraturan yang dibuat oleh

pemerintah, sehingga nantinya peraturan tersebut tidak tumpang tindih.

3. Perlu dilakukan pelatihan dan pembenahan atas sumber daya manusia

pada semua pemerintah kabupaten/kota agar nantinya seluruh program

yang dicanangkan oleh pemerintah pusat dapat diikuti dan kinerjanya

menjadi lebih baik.

4. Perlu dilakukan penerapan kebijakan yang tepat guna dan sesuai dengan

keadaan daerahnya.

5. Penelitian selanjutnya agar dapat mempertimbnagkan kabupaten/kota yang

baru terbentuk pada era otonomi daerah, karena ini menjadi salah satu

faktor turunnya kinerja keuangan tersebut.

Page 29: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

29

DAFTAR PUSTAKA

Brata Kusumah, Deddy. 2001. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Gramedia. Jakarta.

Djohan, Charles. 2010. Perbandingan Kinerja Kauangan Daerah Sebelum dan

Sesudah Otonomi Daerah Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Tahun 1994-2000 dan 2001-2007. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Universitas

Lampung.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah.

Salemba Empat Patria. Jakarta.

-------------------, 2004. Bunga Rampai Menajemen Keuangan Daerah Edisi

Revisi. UPP UPM YKPN. Yogyakarta.

Haryati, Sri. 2006. Perbandingan Kinerja Kauangan Daerah Sebelum dan

Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah Kabupaten Sleman Tahun 1998-2000

dan 2001-2003. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Universitas Islam

Indonesia.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.

Karya, Satya. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Otonomi

Daerah Pada Kabupaten dan Kota Di Proponsi Nangroe Aceh Darusalam

dan Sumatra Utara Tahun 1998-2005. Tesis Jurusan Akuntansi

Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi.

Yogyakarta.

Nordiawan, Deedi dan Ayuningtyas Hertianti. Akuntansi Sektor Publik. Salemba

Empat. Jakarta.

Republik Indonesia.1974 .Undang-undang No.5 Tentang Pokok-pokok

Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia.1997. Undang-undang No.18 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Republik Indonesia.2004 .Undang-undang No.32 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 30: ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/08082012-0741031046.pdf · ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN DAERAH ... (tingkat kemandirian daerah)

HERI ZULFIKRI | UNIVERSITAS LAMPUNG

30

Republik Indonesia.2004. Undang-undang No.33 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia.2009. Undang-undang No.28 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Republik Indonesia.2005. Peraturan Pemerintah No. 58 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Republik Indonesia.2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sangjaya, Beny. 2007. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Pemerintahan

Daerah sebelum dan sesudah Penerapan Desentralisasi Fiskal. Skripsi.

Jurusan Akuntansi. Universitas Lampung.

Suprapto, Tri. 2006. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Otonomi

Daerah Pada Kabupaten Sleman Tahun 2001-2004. Skripsi. Jurusan

Ekonomi Pembangunan. Universitas Islam Indonesia.

Taufiq Ritonga, Irwan. 2010. Akuntansi Pemerintah Daerah. Sekolah

Pascasarjana UGM

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Keuangan Pemerintah Pusat

dan Daerah di Indonesia. Raja Grafindo Persada. Jakarta.