analisis integrasi pasar

36
BAB I ANALISISIS INTEGRASI PASAR 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari pada pembuatan makalah ini adalah : a. Manfaat bagi pengembangan ilmu Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu bagi semua pihak, baik dalam bidang akuntansi maupun dalam bidang keuangan. b. Manfaat operasional Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi serta bukti empiris mengenai pengaruh pangsa pasar, rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi investor, kreditor dan pihak-pihak yang berkepentingan. 1

Upload: edison

Post on 15-Jun-2015

1.429 views

Category:

Documents


56 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis integrasi pasar

BAB I

ANALISISIS INTEGRASI PASAR

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pada pembuatan makalah ini adalah :

a. Manfaat bagi pengembangan ilmu

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu bagi

semua pihak, baik dalam bidang akuntansi maupun dalam bidang

keuangan.

b. Manfaat operasional

Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi serta bukti empiris mengenai pengaruh pangsa pasar, rasio

leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas perusahaan,

serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi

investor, kreditor dan pihak-pihak yang berkepentingan.

1.1.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya dalam pembuatan makalah mengenai Analisis

Integrasi Pasar adalah dapat memahami dan mengerti apa itu integrasi pasar

serta bagaimana aplikasinya dipasaran.

1

Page 2: analisis integrasi pasar

1.1.3 Pengertian Analisis Integrasi Pasar

Analisis integrasi pasar merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui efisiensi pasar. Pasar efisien merupakan faktor penting untuk

pembangunan pertanian. Pengetahuan tentang integrasi pasar akan dapat

bermanfaat untuk mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap

perubahan harga sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan secara

cepat dan tepat.

2

Page 3: analisis integrasi pasar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Posisi Tawar Petani Dalam Pemasaran Produk Pertanian

Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar dan beragam

serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun sayangnya potensi

tersebut masih belum dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga sektor

agribisnis menjadi tulang punggung perekonomian yang kuat. Bahkan

terdapat kekhawatiran bahwa sektor agribisnis kita akan mengalami

penurunan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi

sektor ini. Kompleksnya permasalahan ini mencakup tidak hanya aspek teknis

dan ekonomis, namun juga aspek sosial dan politik bangsa.

Upaya peningkatan produksi pertanian hanya nampak pada beberapa

komoditi tanaman pangan yang sarat dengan muatan politis seperti halnya

beras dan gula. Sementara berbagai komoditas potensial lain pada sub-sektor

hortikultura, perkebunan dan peternakan, di samping jenis-jenis komoditi

tanaman pangan lainnya masih belum berkembang dengan baik. Jika pun ada

upaya untuk meningkatkan produksi berbagai komoditi agribisnis ini, namun

hasilnya tidak jarang menjadi bumerang yang menyakitkan para petani.

Meningkatnya produksi tidak jarang diikuti dengan anjloknya harga, sehingga

pasar telah menjadi sesuatu yang sangat tidak bersahabat bagi petani dan

pengembangan sektor pertanian itu sendiri. Proses kanibalisme aktivitas

pemasaran terhadap aktivitas produksi di satu sisi menyebabkan petani tidak

bergairah dalam menjalani profesinya. Hal ini menyebabkan kuantitas dan

kualitas produksi yang dihasilkan menjadi rendah. Di sisi lain, proses

3

Page 4: analisis integrasi pasar

kanibalisasi tersebut berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi

wilayah pedesaan, walaupun sebenarnya memiliki berbagai komoditas

agribisnis unggulan. Tidak berkembangnya sektor pertanian dan wilayah

pedesaan mengantarkan kita pada kondisi yang semakin mengkhawatirkan

dimana dijumpai fenomena engganya para generasi muda pedesaan untuk

melanjutkan profesi petani ini.

Dewasa ini tingkat kesejahteraan petani terus menurun sejalan dengan

persoalan-persoalan klasik yang dialaminya, sekaligus menjadi bagian dan

dilema dari sebuah kegiatan agribisnis di tingkat produsen pertanian. Tingkat

keuntungan kegiatan agribisnis selama ini lebih banyak dinikmati oleh para

pedagang dan pelaku agribisnis lainnya di hilir (Sumodiningrat, 2000). Oleh

karena itu, diperlukan kelembagaan ekonomi pedesaan yang mampu

memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar yang tinggi). Kelembagaan

pertanian dalam hal ini mampu memberikan jawaban atas permasalahan di

atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu

kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar

mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat

meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Suhud, 2005).

Peningkatan posisi tawar petani dapat meningkatkan akses masyarakat

pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan

dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Pengembangan

masyarakat petani melalui kelembagaan pertanian/kelompok tani ataupun

Koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan

secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama petani untuk

memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Arah

4

Page 5: analisis integrasi pasar

pemberdayaan petani akan disesuaikan dengan kesepakatan ya ng telah

dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap koperasi,

diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang

dilakasanakan koperasi akan juga tinggi.

Konsep pemberdayan masayarakat pedesaan melalui koperasi

bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan yang harus diperhatikan

dalam pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah :

2.1.1 Rendahnya minat masyarakat untuk bergabung dalam kelompok

tani/koperasi, hal ini disebabkan karena kegagalan-kegagalan dan

stigma negatif tentang kelembagaan tani/koperasi yang terbentuk di

dalam masyarakat. Kegagalan yang dimaksud diantaranya adalah

ketidakmampuan kelembagaan tani/koperasi dalam memberikan

kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil

produk pertanian anggotanya.

2.1.2 Adanya ketergantungan petani kepada tengkulak akibat ikatan yang

ditimbulkan karena petani melakukan transaksi dengan para tengkulak

(pinjaman modal, dan memasarkan hasil).

2.1.3 Rendahnya SDM petani di pedesaan menimbulkan pemahaman dan

arti penting koperasi terabaikan.

Kelompok tani dan koperasi dan petani (anggota) harus memiliki

hubungan yang harmonis, tanpa hubungan yang harmonis dan saling

membutuhkan sulit dibayangkan kelompok tani/koperasi mampu dan dapat

bertahan. Tapi dengan adanya prinsip saling membutuhkan tersebut kelompok

tani/koperasi akan mampu menjadi lembaga perekonomian masyarakat

pedesaan khususnya petani yang dapat memberikan keuntungan baik dari segi

ekonomi dan sosial.

5

Page 6: analisis integrasi pasar

Prospek pertanian dan pedesaan yang berkembang setelah krisis ekonomi

semakin mendorong kebutuhan akan adanya kelembagaan perekonomian

komprehensif dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani atau

pengusaha kecil. Hal ini sejalan dengan adanya pemahaman bahwa nilai

tambah terbesar dalam kegiatan ekonomi pertanian dan pedesaan terdapat

pada kegiatan yang justru tidak dilakukan secara individual. Namun, nilai

tambah tersebut didapatkan pada kegiatan perdagangan, pengangkutan,

pengolahan yang lebih ekonomis bila dilakukan secara bersama-sama dengan

pelaku lain sehingga diharapkan keuntungan dapat dinikmati secara bersama-

sama.

  Menurut Baga (2006), pengembangan kelembagaan pertanian baik itu

kelompok tani atau koperasi bagi petani sangat penting terutama dalam

peningkatan produksi dan kesejahteraan petani, dimana:

2.1.1.1 Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar

mereka baik dalam memasarkan hasil produksi maupun dalam

pengadaan input produksi yang dibutuhkan. Posisi rebut tawar

(bargaining power) ini bahkan dapat berkembang menjadi kekuatan

penyeimbang (countervailing power) dari berbagai ketidakadilan

pasar yang dihadapi para petani.

2.1.1.2 Dalam hal mekanisme pasar tidak menjamin terciptanya keadilan,

koperasi dapat mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk

anggotanya. Pada sisi lain koperasi dapat memberikan akses kepada

anggotanya terahadap berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa

yang tidak ditawarkan pasar.

2.1.1.3 Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah

melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan paska

panen sehubungan dengan perubahan permintaan pasar. Pada

6

Page 7: analisis integrasi pasar

gilirannya hal ini akan memperbaiki efisiensi pemasaran yang

memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dan bahkan kepada

masyarakat umum maupun perekonomian nasional.

2.1.1.4 Dengan penyatuan sumberdaya para petani dalam sebuah koperasi,

para petani lebih mudah dalam menangani risiko yang melekat pada

produksi pertanian, seperti: pengaruh iklim, heterogenitas kualitas

produksi dan sebaran daerah produksi.

2.1.1.5 Dalam wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudah

berinteraksi secara positif terkait dalam proses pembelajaran guna

meningkatkan kualitas SDM mereka. Koperasi sendiri memiliki misi

khusus dalam pendidikan bagi anggotanya.

Kelompok tani atau Koperasi merupakan salah satu struktur

kelembagaan yang cukup penting di masa sekarang dan yang akan datang,

dalam upaya pemberdayaan petani dan pemasaran komoditas yang dihasilkan

di wilayahnya, sekaligus menjadi kelembagaan pertanian yang dapat

memberikan jaminan kepastian harga produk pertanian, sehingga harga yang

diterima dapat menguntungkan petani. Bergabungnya petani dalam

kelembagaan koperasi akan menguatkan institusi tersebut sebagai lembaga

perekonomian pedesaan, dimana anggotanya akan memiliki posisi tawar yang

kuat untuk dapat memasarkan hasil pertaniannya, sehingga kesejahteraan

petani mengalami peningkatan hal ini diakibatkan naiknya pendapatan petani

yang tergabung dalam kelompok tani atau koperasi.

Maka dapat disimpulkan, bahwa salah satu bentuk kelembagaan yang

ideal di pedesaan adalah kelompok tani atau, dimana tujuan awal

pembentukan dari kelompok tani/koperasi ini adalah untuk meningkatkan

7

Page 8: analisis integrasi pasar

produksi pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani. Pemberdayaan

petani dalam kelembagaan koperasi yakni KUD, merupakan suatu bentuk

alternatif dari model pembangunan masyarakat pedesaan untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar

bermatapencarian sebagai petani/buruh tani. Koperasi dalam hal ini

memberikan jaminan keuntungan bagi anggota baik dari segi sosial dan

ekonomi, selain itu yang utama adalah peningkatan posisi tawar petani dapat

ditingkatkan sehingga mereka mempunyai kekuatan untuk ’menentukan’

harga produk pertaniannya.

Sementara itu, pertanian rakyat juga masih menghadapi persoalan-

persoalan klasik dan internal dari dari pra produksi sampai pasca produksi.

Permasalahan pra produksi meliputi pemenuhan faktor-faktor produksi, dari

tanah hingga sarana produksi pertanian (benih, pupuk, dll.), dan dukungan

infrastruktur pertanian semisal irigasi. Pada proses produksi, terjadi

permasalahan inefisiensi akibat tinginya biaya input dan minimnya aplikasi

teknologi yang dapat meningkatkan produktifitas. Permasalahan pasca

produksi terlihat dari rendahnya nilai tukar hasil produksi pertanian yang

menyebabkan petani kecil tak kunjung sejahtera. Jauh sebelum pemerintah

mendengungkan program revitalisasi pertanian yang katanya akan

menyelesaikan krisis pertanian di Indonesia, yang ternyata tak kunjung

kongkret dan masih bias dalam konsep dan praktek, sebenarnya sudah banyak

pihak yang mengkampanyekan pertanian berkelanjutan sebagai alternatif.

Pertanian Berkelanjutan mengandung pengertian bahwa petani harus

mempunyai kedaulatan dalam produksi yang dapat menjamin keberlanjutan

ekologi, ekonomi dan sosial budayanya.

Pemberdayaan ekonomi pertanian dilakukan dengan memperhatikan

aspek keberlanjutan dan kemandirian petani melalui peningkatan produktifitas

8

Page 9: analisis integrasi pasar

dan efisiensi produksi pertanian melalui pertanian organis, tata kelola

produksi yang mendukung ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan,

peningkatan pendapatan dengan usaha ekonomi produktif dan manajemen

pasca panen, serta peningkatan posisi tawar dan akses dalam pasar produksi

pertanian rakyat.

Dalam perspektif ekonomi, pertanian berkelanjutan melalui inovasi

teknis produksinya bisa jadi menjawab persoalan ekonomi mikro pertanian

pada segi permodalan dan efisiensi produksi dengan penekanan input,

peningkatan produktifitas dengan aplikasi teknologi tepat guna dan ramah

lingkungan, dan penambahan pendapatan rumah tangga petani dengan

produksi pasca panen misalnya. Namun pada persoalan ekonomi makro,

dimana petani sebagai individu-individu produsen harus menjadi bagian besar

struktur ekonomi pada suatu wilayah atau negara, dimana terdapat banyak

sekali aktor dan kepentingan yang bermain, persoalan ekonomi petani kecil

ternyata tidak cukup diselesaikan dengan resep teknis semata. Sebenarnya,

pada level makro, yang bisa menjamin tata perkonomian dapat

mensejahterakan petani adalah pemerintah, dengan membuat kebijakan makro

yang memihak kepentingan petani produsen. Namun seperti sudah dinyatakan

di awal tulisan, kenyataan tersebut jauh dari harapan, dan menjadi tanggung

jawab eksponen gerakan tani untuk terus mengkampanyekan dan mendorong

perubahan kebijakan tersebut.

Pertama kita akan membedah persoalan makro ekonomi pertanian, atau

persoalan-persoalan di luar produksi. Dalam struktur ekonomi, petani

produsen dengan jumlah mayoritas memiliki posisi tawar yang rendah

dibandingkan dengan aktor lain, yaitu pemodal, pedagang, distributor, dan

penikmat rente lainnya. Tata niaga produk pertanian yang berlaku sangat tidak

adil bagi petani, karena nilai tukar produk pertanian di tingkat petani sangat

9

Page 10: analisis integrasi pasar

rendah dan jauh dari kelayakan, sementara marjin harga produsen dan harga

konsumen akhir yang cukup lebar lebih banyak dinikmati oleh pelaku

distribusi. Tata niaga tersebut juga cenderung aman bagi distributor.

Bila terjadi kenaikan biaya distribusi, misalnya kenaikan harga BBM,

maka distributor akan menaikkan harga konsumen, tetap menekan harga

produsen, dan marjin keuntungan distributor relatif stabil. Kondisi ini

terbangun karena tidak efisiennya pola distribusi produk pertanian dan tidak

adanya aturan dan perangkat yang membatasi ekspansi dan eskploitasi modal

terhadap petani. Praktek ijon yang dilakukan tengkulak adalah salah satu

contoh. Sebab lain adalah paradigma tata niaga pertanian yang lebih memihak

konsumen, dan menempatkan rakyat tani sebagai produsen dan rakyat lain

sebagai konsumen dalam posisi vis a vis. Penyesuaian harga di tingkat

produsen, dengan resiko memperbesar harga konsumen seakan menjadi tabu

dalam kebijakan, padahal petani produsen yang jumlahnya sangat banyak

harus diperhatikan. Apabila ada kecendengunan kenaikan harga produk

pertanian, alih-alih justru menjadi alasan untuk membuka keran impor yang

akan semakin memperpuruk ketahanan produksi pertanian dalam negeri.

Apa yang bisa dilakukan petani produsen dalam kondisi mekanisme

pasar yang tidak terkontrol seperti ini selain terus menuntut pemerintah untuk

membuat kebijakan pro petani? Upaya yang harus dilakukan adalah

menaikkan daya tawar petani produsen, karena persoalan mendasarnya adalah

posisi lemah petani dalam permainan pasar, dan posisi lemah pada relasi

dengan pelaku ekonomi lainnya. Kelemahan dalam pemasaran terjadi karena

dominasi tengkulak dalam menentukan harga jual produk pertanian di tingkat

petani. Ketergantungan pemenuhan modal kerja untuk pembelian sarana

produksi dari tengkulak atau pemodal menyebabkan praktek ijon dan

penentuan harga jual yang tidak bisa dielak oleh petani. Harga pasar tidak

10

Page 11: analisis integrasi pasar

sepenuhnya berjalan sesuai dengan mekanisme harga dalam pasar persaingan

sempurna yaitu hubungan tingkat penawaran dan permintaan. Kondisi yang

terjadi, jaringan tengkulak dan pemodal membentuk kartel distribusi yang

menyebabkan tipe pasar produk pertanian adalah oligopoli, sehingga mereka

dapat dengan mudah mempermainkan harga pasar dengan tetap menekan

harga produsen. Sementara ini baru komoditas padi (gabah) yang

mendapatkan intervensi pemerintah dalam perlindungan harga, dengan

penentuan harga dasar pembelian, namun itupun belum dapat menyelesaikan

persoalan tata niaga gabah dan persoalan petani padi lainnya.

Upaya menaikkan daya tawar petani produsen harus dilakukan dengan

konsolidasi petani produsen dalam satu wadah yang menyatukan gerak

ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.

Konsolidasi tersebut dilakukan dengan mengkolektifkan semua proses dalam

rantai pertanian, yaitu meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi,

dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun

modal secara kolektif dan swadaya, dengan gerakan simpan-pinjam produktif,

yaitu anggota kolekte menyimpan tabungan untuk dipinjam sebagai modal

produksi, bukan kebutuhan konsumsi. Hal ini dilakukan agar pemenuhan

modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi

ketergantungan kredit dan jeratan hutang tengkulak. Apabila kolektifikasi

modal dapat berkembang baik, maka tidak menutup kemungkinan modal

kolektif tersebut tidak hanya digunakan dalam pemenuhan modal kerja

produksi, tetapi juga dalam pemasaran. Kedua, kolektifikasi produksi, yaitu

perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas

dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai

efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen,

dalam satu koordinasi dan kerjasama.

11

Page 12: analisis integrasi pasar

Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan

terkoordinasi maka akan dapat dilakukan penghematan biaya dalam

pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi,

misalnya dalam penanganan hama dan penyakit, satu momok persoalan

produksi yang paling sulit dilakukan secara parsial. Langkah ini juga dapa

menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen sendiri yang justru

akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam. Ketiga,

kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk

mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan

menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian.

Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring

tengkulak yang dalam menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga

secara individual. Satu hal yang perlu diingat, upaya kolektifikasi tersebut

tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai

pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang

merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien dengan

pemangkasan rantai yang tidak menguntungkan.

12

Page 13: analisis integrasi pasar

2.2 Indikator Struktur Pasar

Perubahan struktur pasar, tata niaga dan pola relasi dalam pemasaran

produk pertanian yang memihak dan mensejahterakan petani harus ditekan

dari dua sisi, kebijakan pertanian yang pro petani, dan konsolidasi kekuatan

ekonomi petani produsen yang dibangun dari bawah. Dimulai dari hal kecil,

menyadarkan dan menggerakkan anggota kelompok tani untuk bekerjasama,

ber ko-operasi, dan menjadikan kelompok sebagai organisasi politik dan

ekonomi adalah hal yang harus dilakukan.

Tentu saja upaya tersebut bukan hal mudah untuk dilakukan. Organisasi

dan pengorganisasian tani yang kuat sangat mutlak dibutuhkan. Saat ini

gerakan pengorganisasian tani cenderung berorientasi politik, pada ranah

kebijakan umum, nasional dan global. Pemberdayaan pertanian melalui

program-program developmentalis masih berkutat pada tata kelola, produksi,

dan pemasaran pada level mikro. Bahkan advokasi pemasaran program

developmentalis cenderung berkompromi pada tatanan pasar yang sudah

berlaku, dengan intervensi pada rantai pemasaran, tanpa usaha merubah

struktur pasar. Pembangunan kekuatan ekonomi pertanian dari bawah, dimulai

dari kelompok-kelompok tani dengan kolektifikasi seluruh aktifitas ekonomi,

dari produksi barang dan jasa serta konsumsi harus dimulai agar petani

produsen lebih berdaya dalam perang kepentingan dengan pelaku pasar lain.

13

Page 14: analisis integrasi pasar

2.2.1 Kasus kakao lokal dan impor :

2.2.1.1 Perlunya dikaji selisih harga antara fermentasi dan non

fermentasi dengan juga memperhitungkan harga insentif

untuk ekspor produk kakao berkualitas. Dengan demikian

dapat ditentukan harga yang layak untuk penjualan kakao

fermentasi di tingkat petani

2.2.1.2 Perlunya magang bagi petani di perusahaan untuk

mengetahui cara membuat standart mutu yang sesuai

standat bagi pengusaha

2.2.1.3 Pengusaha agar juga berpihak kepada petani dalam

berbisnis, yang pada prinsipnya sama-sama untung, dan

jangan terlalu berpatokan pada harga dunia.

2.2.1.4 Petani perlu memahani prinsip-prinsip bisnis, seperti

komitmen untuk mentaati aturahn yang dibuat, jangan

hanya memperhitungkan keuntungan sesaat. Karena

pembelian di perusahaan besar ada prosedur dan

standarnya yang ketat

2.2.1.5 Perlu komunikasi yang lebih intensif antara pengusaha

dengan petani/Gapoktan untuk mencari titik temu dalam

bisnis kakao. Peran fasilitator seperti BPTP dan Pemda

sangat dibutuhkan

14

Page 15: analisis integrasi pasar

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integrasi Pasar

Analisis integrasi pasar merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui efisiensi pasar. Pasar efisien merupakan faktor penting untuk

pembangunan pertanian. Pengetahuan tentang integrasi pasar akan dapat

bermanfaat untuk mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap

perubahan harga sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan secara

cepat dan tepat.

Pertanian sebagai basis ekonomi kerakyatan dan merupakan sektor

yang melibatkan sebagian besar penduduk Indonesia terus mendapatkan

ancaman dan permasalahan baik dari dalam maupun luar. Marginalisasi sektor

pertanian rakyat, dengan mulai mendominasinya pertanian korporasi

(corporate farming) dan ancaman ketersingkiran petani kecil pedesaan dengan

adanya globalisasi pasar bebas Neo Liberalisme melalui kesepakatan

Agreement on Agriculture (AoA) merupakan kenyataan yang tidak dapat

dipungkiri. Pemerintah hingga saat ini belum memihak petani kecil dengan

memberikan kebijakan proteksi dan subsidi yang cukup dapat melindungi

mereka dari ancaman pasar bebas, dimana produk-produk pertanian dari

negara lain dapat bebas masuk dan menggusur. Jika hal ini terus dibiarkan,

kebangkrutan ekonomi pertanian rakyat dan hilangnya kedaulatan produksi

pangan merupakan resiko besar yang terpampang di depan mata.

Dalam konteks sistem agribisnis, disamping sub sistem on farm

(budidaya) dan sub sistem off farm (baik yang di hulu yaitu penyediaan input

faktor maupun yang di hilir yaitu pengolahan dan pemasaran hasil) terdapat

sub sistem penunjang (supporting service sub system). Aktivitas pada sub

sistem penunjang ini mencakup pendidikan, latihan dan penyuluhan,

15

Page 16: analisis integrasi pasar

penelitian dan pengembangan, permodalan dan asuransi, advokasi serta

pengadaan aspek legal peraturan yang mendukung. Pada umumnya, sub

sistem penunjang ini ditafsirkan sebagai aktivitas yang seharusnya dijalankan

oleh pemerintah. Karena tentunya petani secara perorangan tidak akan mampu

melakukan peran tersebut. Namun demikian, jika para petani bergerak dalam

suatu bentuk kerjasama yang solid, bukannya tidak mungkin berbagai

aktivitas sub sistem penunjang ini dapat mereka laksanakan dengan baik,

petani dapat ditingkatkan sehingga mereka mempunyai kekuatan untuk

’menentukan’ harga produk pertaniannya.

2.4 Metode Pengukuran Integrasi Pasar

Dalam hal ini supaya lebih jelas bagaimana metode pengukuran

integrasi pasar diambil dari hasil penelitian. Adapun penelitian yakni

mengenai “ Integrasi Pasar Beras Indonesia”

2.4.1 Pendahuluan

Perilaku penawaran dan permintaan pasar beras internasional

tampaknya akan akan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan

fluktuasi harga beras dalam negeri, hal ini karena dalam dua dasa warsa

terakhir dapat dikatakan pasar beras nasional telah mengalami liberalisasi

yang sangat berarti, fenomena berikut menunjukkan hal tersebut.            

a. Pemerintah sejak tahun 1987 secara konsisten mengurangi subsidi

pestisida dan pupuk.  Sejak tahun 1988 pemerintah telah

menghapuskan secara total subsidi pestisida, subsidi pupuk kalium

sejak 1992, dan pupuk TSP sejak tahun 1994 (Syafa’at, 1996). 

Puncaknya tanggal 1 Desember 1998 tataniaga pupuk dibebaskan

16

Page 17: analisis integrasi pasar

sesuai dengan mekanisme pasar, produser, importir dan distributor

diberi peran untuk mengimpor pupuk dan menyalurkannya ke petani

melalui koperasi atau pedagang pengecer (Malian et al., 1999).

Argumentasi penghapusan subsidi pupuk  karena penetapan harga

pupuk di bawah harga paritasnya di pasar internasional memberikan

beban yang cukup besar terhadap anggaran pembangunan.  Pengaruh

negatif lain dari subsidi pupuk ini adalah adanya kecenderungan

petani  menggunakan pupuk secara berlebihan, mendorong

penggunaan pupuk pada kegiatan yang tidak direncanakan untuk

disubsidi seperti sektor perkebunan.  Disinyalir pula bahwa petani

padi di Jawa telah mengggunakan pupuk (urea dan TSP) sekitar 10-

20 persen di atas dosis anjuran (Kasyrino, 1997).

b. Penerapan tarif impor nol persen di tahun 1998. Kebijakan ini

dilakukan karena kondisi krisis ekonomi yang menyebabkan

terjadinya kenaikan harga barang di satu sisi dan keadaan iklim yang

tidak mendukung produksi gabah dan di sisi lain legitimasi

pemerintah saat itu sangat rentan dan tekanan lembaga internasional

seperti IMF untuk menerapkan mekanisme pasar menjadi

kontributor penting sehingga kebijakan tarif impor nol persen

dilakukan dilandasi oleh situasi ekonomi politik tersebut.  Di era

pemerintahan Abdurrahman Wahid kebijakan tarif impor ini

diberlakukan pemerintah kembali dengan menetapkan tarif impor

beras sebesar 30 persen. Walaupun demikian terjadi juga kebijakan

yang cukup kontroversial yakni ketika pemerintah merubah jalur

impor beras dari jalur merah (yaitu beras impor ke Indonesia harus

melalui seleksi ketat dalam volume dan kualitas yang berlaku untuk

impor yang dilakukan Bulog maupun swasta) berubah ke jalur hijau

17

Page 18: analisis integrasi pasar

(beras impor yang masuk ke Indonesia tidak memerlukan seleksi

ketat) padahal petani sedang musim panen.

c. Minimalisasi peran lembaga penstabil harga beras (Bulog).  Bulog

tidak lagi diberi hak monopoli impor  di era Habibie dan di era

Abdurrahman Wahid dilakukan penghapusan fasilitas pemberian

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) untuk membeli excess

supply (kelebihan produksi), akibatnya kemampuan Bulog menyerap

kelebihan produksi petani tidak bisa seefektif  tatkala fasilitas BLBI

masih dimiliki Bulog. Argumentasi minimalisasi peran Bulog ini 

adalah: 1) karena Bulog menjadi sarang pencari rente ekonomi

selama era Orde Baru. 2) Intervensi Bulog terhadap harga di tingkat

petani menyebabkan terjadinya “kebijakan pangan (beras) murah”

yang berakibat semakin tergantungnya Indonesia terhadap beras dan

menyulitkan terjadinya diversifikasi pangan ke sumber karbohidrat

non beras. Disamping itu Bulog sendiri tidak lagi mempunyai

segmentasi pasar yang jelas sejak kebijakan pemerintah menetapkan

bahwa beras Pegawai Negeri Sipil dan TNI-POLRI tidak lagi

disediakan oleh Bulog sehingga menimbulkan keengganan Bulog

untuk membeli gabah petani yang menyebabkan semakin tidak

efektifnya peran Bulog.  Dampak  kurang efektif peran Bulog

sebagai penstabil harga tersebut  di lapangan dapat terlihat dalam

bentuk tidak efektifnya kebijakan harga dasar pemerintah di era

presiden Habibie dan Abdurahman Wahid dan kebijakan harga

pembelian pemerintah di era presiden Megawati. 

18

Page 19: analisis integrasi pasar

2.4.2 Analisis Integrasi Pasar

            Untuk melakukan analisis integrasi pasar beras di antar pasar beras

domestik dan pasar beras dunia maka analisis integrasi pasar yang

digunakan adalah analisis integrasi pasar spasial.  Analisis dilakukan

dengan pendekatan model kointegrasi dan koreksi kesalahan (error

correction model).  Kointegrasi diperlukan karena adanya non stationer

dari seri individual.  Jika time series mempunyai mean dan variance yang

tidak tergantung pada waktu, maka dia stasioner.  Stasioner dari data time

series dapat ditentukan dengan menggunakan ADF test, dimana dapat

dinyatakan dalam persamaan berikut (Enders, 1995, Thomas, 1997):

Δpt = α0 + α1 T + δpt-1 + Σβi Δp t-I + µt …………………..(1)

Dimana:

Δ = first difference operator,

pt = variabel harga beras,

T = time trend, α0 , α1 , δ , βi  adalah koefisien,

k = jumlah lag, dan 

µt = error term. 

Jika hipotesa nol α1 = δ = 0 diterima, maka  pt  dikatakan tidak

stasioner.  Untuk menghindari kemungkinan autokorelasi residual

didalam series harga beras, maka digunakan lag length,k, yang dipilih

sebagai sebagai dasar dalam Schwarz Bayesian Criterion (SBC).

19

Page 20: analisis integrasi pasar

Setelah dilakukan uji stasioner data seri harga beras, kemudian

dilakukan uji kointegrasi multivariate berdasarkan model unrestricted p-

dimensional model VAR lag order k (Johansen dalam Nagubadi dkk,

2001; Silvapulle dan Jayasurya, 1994; Rivera dan Helfand, 2001) :

P t =  µ + ∏1pt – 1 + …+ ∏ k p t-k  + εt ……………………………………..(2)

Dimana: P t  = vector (px1) logaritma harga beras padawaktu t

              µ   = vector (px1) intercept

    ∏1…∏k    = matriks (pxp) parameter,                  I = 1, ….., k

k    = jumlah lag

εt   = vector (px1) independently and normally distributed

disturbance (NIID) dengan mean sama dengan nol dan variance-

covariance matrix,

            εt εt = Ω.

VAR dengan order ke dalam persamaan (2) dapat dilakukan

parameterisasi kembali dan diformulasikan sebagaaai bentuk error

correction sebagai berikut:

             pt  = µ + ∏ pt -1+ Г1Δpt-1+ Г2 Δpt-2 + …+ Гpt-p+1 + ε1

……………………(3)

dimana: Г1   = -I +   ∏I , ( I = 1,…,k-1)

              ∏   =  -I + ∏I + …+∏k

20

Page 21: analisis integrasi pasar

Г1 menjelaskan dinamika jangka pendek dari system, dan ∏ adalah

matriks  koefisien jangka panjang yang dapat dinyatakan sebagai  ∏ = αβ

yang menentukan jumlah vector kointegrasi dalam system.  Informasi

tentang dinamika jangka panjang system ditentukan dalam matriks β dan

efek ketidakseimbangan jangka pendek diukur dengan matriks α .  Kolom

matriks β adalah vector kointegrasi yang merupakan representasi dari

kombinasi linier dari variabel pt.  Kolom matriks α menunjukkan besaran

dimana error correction menuju ke setiap persamaan yang

mengindikasikan kecepatan penyesuaian ke arah keseimbangan.

Hasil uji ordo VAR untuk variabel-variabel yang digunakan

berdasarkan criteria Schwarz information criterion dan  Hannan-Quinn

information criterion menunjukkan lag yang optimal adalah persamaan

VAR dengan ordo 1. Hasil Uji kointegrasi Johansen menunjukkan ada 1

vektor kointegrasi.  Hal  ini menunjukkan bahwa ketiga pasar beras

(propinsi, pusat (Jakarta) dan pasar internasionalnya (Bangkok) saling

terintegrasi.  Implikasi penting yang dapat ditarik dari fenomena ini

bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam pasar beras internasional

seperti kelebihan produksi kegagalan panen dari negara-negara produsen

beras dunia akan berimbas pada pasar  beras domestik. 

21

Page 22: analisis integrasi pasar

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai Analisa

Integrasi Pasar adalah :

1. Analisis integrasi pasar merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

efisiensi pasar. Pasar efisien merupakan faktor penting untuk pembangunan

pertanian. Pengetahuan tentang integrasi pasar akan dapat bermanfaat untuk

mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap perubahan harga sehingga

dapat dilakukan pengambilan keputusan secara tepat dan tepat.

2. Upaya menaikkan daya tawar petani produsen harus dilakukan dengan

konsolidasi petani produsen dalam satu wadah yang menyatukan gerak ekonomi

dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.

3. Peningkatan posisi tawar petani dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan

dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian

yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan

22

Page 23: analisis integrasi pasar

DAFTAR PUSTAKA

Kasryno, F.  1997.  Peran Kebijakan Pengendalian Harga dalam Mendukung

Ketahanan Pangan di Indonesia. Dalam 30 Tahun Peran Bulog dalam

Ketahanan Pangan.  Badan Urusan Logistik, Jakarta.

Malian, H., C. Muslim dan Erwidodo. 1999. Penerapan Tarif Impor

dan Implikasi Ekonominya dalam Perdagangan Bebas di

Indonesia. Forum Agro Ekonomi, 17 (1): 27-37.

23