ii. tinjauan pustaka 2.1. telaah penelitian terdahulurepository.ub.ac.id/129990/3/ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terkait efisiensi pemasaran yang menggunakan
analisis margin pemasaran sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat efisiensi
pemasaran pada setiap lembaga pemasaran, penelitian terkait efisiensi pemasaran
komoditas pertanian yang dijadikan telaah penelitian terdahulu antara lain:
penelitian Dhewi (2008) yang menggunakan komoditas bawang merah sebagai
obyek penelitiannya, Wijaya (2010) melakukan penelitian pada komoditas jeruk
siam, Harifuddin (2011) melakukan penelitian pada komoditas rumput laut, Anita
(2012) melakukan penelitian pada komoditas jeruk siam, Hermawan (2012)
melakukan penelitian pada komoditas bawang merah, Amir (2013) melakukan
penelitian pada komoditas bawang merah, Pradika (2013) dalam penelitiannya
menggunakan komoditas ubi jalar sebagai obyek penelitiannya.
Dhewi (2008) pada penelitian menemukan bahwa: Modal petani relatif
terbatas, sistem usahatani yang bersifat turun temurun dan adopsi pada teknologi
baru masih kurang, perantara pemasaran lebih cepat memperoleh informasi harga
dibandingkan petani produsen. Penelitian Dhewi bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perubahan harga di tingkat pengecer terhadap perubahan harga di
tingkat petani, mengetahui kontribusi (share) harga yang diterima petani terhadap
harga yang diterima pengecer, menganalisis efisiensi pemasaran bawang merah di
daerah Probolinggo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis
integrasi pasar secara vertikal, analisis elastisitas transmisi harga , analisis marjin
pemasaran dan share harga.
Variabel penelitian yang digunakan Dhewi dalam penelitiannya adalah
sebagai berikut: bagian yang diterima petani, harga jual ditingkat petani, harga
jual ditingkat konsumen, biaya pemasaran, keuntungan pemasaran. Simpulan
penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar yang terjadi di daerah penelitian
adalah struktur pasar tidak sempurna dengan bentuk pasar oligopsoni.
Pembentukan harga di tingkat petani dan pengecer terintegrasi cukup lemah.
pedagang pengumpul bertindak sebagai price setter dan petani sebagai price taker
yang menyebabkan bargaining position petani lemah. Sementara itu, analisis
11
elastisitas transmisi harga mengindikasikan bahwa informasi harga di tingkat
pengecer belum ditransmisikan secara penuh kepada petani. Kontribusi harga
pengecer kurang lebih tiga kali lipat dari kontribusi harga petani. Selain itu
didapatkan pula bahwa semakin pendek saluran pemasaran semakin besar pula
kontribusi harga yang diterima petani.
Pada penelitian skripsi ini penulis juga menganalisis efisiensi pemasaran.
Metode yang digunakan penulis adalah analisis pendapatan usahatani bawang
merah, serta analisis regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani bawang merah. Secara jelas telah ditunjukan adanya
perbedaan penggunaan metode dalam penelitian skripsi ini dengan metode
penelitian yang digunakan Dhewi, sehingga penelitian ini juga akan memperoleh
hasil yang berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Dhewi. Penelitian
Dhewi hanya digunakan sebagai rujukan serta digunakan sebagai pembanding
dari penelitian skripsi ini.
Wijaya (2010) melakukan penelitian dengan komoditas jeruk pamelo
sebagai obyek penelitian. Tujuan penelitian Wijaya adalah: Mengidetifikasi
saluran pemasaran, menganalisis fungsi pemasaran, menganalisis margin
pemasaran, efisiensi harga dan efisiensi operasional. Metode yang digunakan
Wijaya dalam penelitiannya adalah analisis margin pemasaran, analisis efisiensi
pemasaran. Hasil penelitian wijaya menyebutkan bahwa terdapat lima saluran
pemasaran, nilai share yang diterima petani masih rendah dibandingkan dengan
harga ditingkat konsumen, margin pemasaran yang ada belum terdistribusi
proporsional.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian skripsi ini adalah metode
yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah analisis marjin
pemasaran. Penelitian skripsi ini obyeknya berbeda dengan penelitian Wijaya,
obyek penelitian skripsi ini adalah komoditas bawang merah, sedangkan obyek
penelitian Wijaya adalah komoditas jeruk pamelo.
Harifuddin (2011) melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan
rumput laut sebagai obyek penelitian. Tujuan penelitian Harifuddin: Mengetahui
bentuk saluran pemasaran rumput laut di Kecamatan Mandalle, Kabupaten
Pangkep, mengetahui jumlah margin dan keuntungan yang diperoleh masing-
12
masing lembaga pemasaran, mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pada masing-
masing lembaga pemasaran. Penelitian Harifuddin menggunakan alat analisis
margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan analisis efisiensi pemasaran.
Berdasarkan hasil penelitian Harifuddin didapatkan simpulan penelitian sebagai
berikut: terdapat 2 saluran pemasaran rumput laut: Saluran I dari petani ke
pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir.
Saluran II dari petani ke pedagang pengumpul, dan terakhir ke eksportir. Besarnya
margin saluran pemasaran I sama dengan saluran II dan keuntungan saluran
pemasaran I lebih kecil dari saluran II. Saluran yang pendek (saluran II) lebih
efisien daripada saluran yang panjang (saluran I).
Persamaan penelitian skripsi ini dengan penelitian diatas adalah penggunaan
metode analisis margin pemasaran. Perbedaan penelitian skripsi ini dengan
penelitian diatas adalah komoditas yang diamati yaitu komoditas bawang merah,
sedangkan penelitian diatas melakukan penelitian terhadap rumput laut, sehingga
penelitian diatas dapat digunakan sebagai pembanding dari penelitian skripsi ini.
Anita (2012) dalam penelitiannya mengemukakan beberapa tujuan antara
lain: Mengetahui saluran pemasaran yang paling efisien. Metode yang digunakan
dalam penelitian Anita: Analisis farmer’s share, margin pemasaran. Penelitian
ini mengungkapkan bahwa saluran pemasaran yang lebih pendek akan
menghasilkan margin yang lebih rendah daripada farmer share sehingga
pemasaran jeruk dengan saluran yang pendek bisa efisien. Saluran pemasaran
yang panjang tidak akan efisien karena margin pemasaran lebih tinggi daripada
farmer’s share.
Persamaan penelitian skripsi ini dengan penelitian Anita adalah alat analisis
yang digunakan yaitu analisis margin pemasaran dan analisis farmer share.
Perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian Anita adalah obyek penelitian
skripsi ini adalah komoditas bawang merah, sedangkan obyek penelitian diatas
adalah komoditas jeruk , sehingga penelitian diatas dapat digunakan sebagai
pembanding dari penelitian skripsi ini.
Hermawan (2012) mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: melakukan
identifikasi saluran pemasaran, menganalisis marjin yang diterima petani,
menganalisis efiensi harga dan efisiensi operasional. Metode yang digunakan
13
dalam penelitian Hermawan: analisis margin pemasaran, analisis efisiensi harga,
analisis efisiensi operasional, analisis pendapatan usahatani. Hasil penelitian
Hermawan menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran didaerah
penelitian, saluran pemasaran satu sering digunakan namun belum bisa dikatakan
efisien karena saluran pemasarannya terlalu panjang. Panjangnya saluran
pemasaran yang ada membuat margin pemasaran semakin besar. Berdasarkan
analisis efisiensi harga pada ke dua saluran pemasaran sudah dapat dikatakan
efisien. Berdasarkan analisis efisien operasional saluran satu belum bisa
dikatakan efisien karena transportasinya belum maksimal, dan pada saluran dua
sudah bisa dikatakan efisien karena bisa memaksimalkan kapasitas produksi.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah obyek
penelitiannya adalah komoditas bawang merah, penelitian skripsi ini
menggunakan analisis margin pemasaran, analisis pendapatan usahatani, sehingga
penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan penelitian
skripsi ini. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitiaan yang dilakukan penulis
adalah pada penelitian diatas tidak dilakukan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah, sedangkan dalam penelitian
skripsi ini dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani bawang merah.
Amir (2013) dalam penelitiannya mengemukakan tujuan penelitian antara
lain: menganalisis pendapatan yang diperoleh petani, menganalisis saluran
pemasaran bawang merah, menganalisis margin pemasaran yang diperoleh
lembaga pemasaran dan share harga yang diterima petani, dan menganalisis
efisiensi pemasaran bawang merah
Metode yang digunakan dalam penelitian Amir: analisis usahatani bawang
merah, analsis margin pemasaran, share keuntungan lembaga pemasaran,analisis
B/C rasio, analisis efisiensi pemasaran. Total revenue, total cost, harga ditingkat
pengecer, harga ditingkat konsumen, distribusi margin, keuntungan lembaga
pemasaran, total margin, efisiensi harga, efisiensi operasional, indeks efisiensi
merupakan varibel penelitian yang digunakan Amir. Simpulan penelitian Amir
menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran, sebagian besar petani menjual
hasil produksi bawang merah berdasarkan saluran pemasaran II yaitu kepada
14
tengkulak local I dan sisanya dijual ke pengecer II. Saluran pemasaran I lebih
efisien ditunjukkan dengan nilai margin pemasaran yang kecil, karena saluran I
lebih pendek jika dibandingkan dengan saluran yang lain.
Persamaan penelitian skripsi ini dengan penelitian terdahulu adalah
penggunaan alat analisis margin pemasaran, serta analisis efisiensi pemasaran
bawang merah. Perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian terdahulu
diatas adalah penelitian skripsi ini hanya akan membahas tentang kegiatan
pemasaran bawang merah serta membahas tingkat pendapatan usahatani dan
tidak melakukan pembahasan secara mendetail terkait usahatani bawang merah
seperti yang dilakukan oleh Amir.
Pradika (2013) dalam penelitiannya mempunyai tujuan: menganalisis
efisiensi pemasaran ubi jalar di Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang
digunakan dalam penelitian Pradika adalah, analisis margin pemasaran. Saluran
pemasaran, harga, biaya, dan volume penjualan merupakan variabel penelitian
yang digunakan Pradika. Simpulan penelitian dari hasil penelitian Pradika adalah
:sistem pemasaran ubi jalar di Kabupaten Lampung Tengah belum efisien.
Terdapat empat saluran pemasaran ubi jalar, marjin pemasaran dan Ratio Profit
Margin (RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et)
bernilai kecil menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing
sempurna.
Persamaan penelitian skripsi ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya
persamaan tujuan penelitian untuk menganalisis efisiensi pemasaran. Perbedaan
penelitian skripsi ini dengan penelitian terdahulu adalah komoditas yang diamati
dalam penelitian skripsi ini bukan ubi jalar melainkan komoditas bawang merah.
2.2. Tinjauan Teknis Budidaya Bawang Merah
Bawang merah telah lama dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu
tahun yang lalu. Menurut Rahayu dan Berlian (2000), tanaman bawang merah
diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu di deretan daerah sekitar India,
Pakistan sampai Palestina. Negara-negara di Eropa Barat, Eropa Timur dan
Spanyol baru mengenal bawang merah sekitar abad kedelapan. Dari sinilah
kemudian bawang merah menyebar hingga ke daratan Amerika, Asia Timur dan
15
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Indonesia, daerah yang menjadi sentra
produksi bawang merah yaitu Brebes, Probolinggo, Majalengka, Tegal, Nganjuk,
Cirebon, Kediri, Bandung, Malang dan Pemalang. Daerah-daerah tersebut
termasuk ke dalam urutan sepuluh besar sentra produksi bawang merah di
Indonesia. Teknis budidaya bawang merah mulai dari pengolahan lahan sampai
dengan pemanenan antara lain:
1. Pengolahan Tanah
Tahap untuk penyiapan lahan pada pertanaman bawang merah dibedakan
atas 2 cara , yaitu penyiapan lahan ditegalan dan lahan bekas padi sawah.
a. Penyiapan lahan tegalan
Rumput-rumput liar dan batu disekitar kebun dibuang. Tanah dicangkul
cukup dalam hingga strukturnya gembur, kemudian diberi pupuk kandang 10-20
ton/Ha. Buat parit keliling selabar 30-40 Cm , kemudian tanah dikering anginkan
selama 14 hari. Buat bedengan dengan ukuran lebar atas 1 M, lebar dasar 1,2 M ,
tinggi 0,3 M panjang menyesuaikan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 0,4
M. Ratakan permukaan bedengan hingga siap ditanami bibit bawang merah.
b. Penyiapan lahan bekas padi sawah
Buat selokan-selokan selebar 40 cm dan dalamnya 50-60 cm dengan
menggunakan alat lampak. Tanah dari selokan digali dan digundukkan
memanjang sehingga nantinya membentuk bedengan selebar 100-120 cm. biarkan
tanah galian selama 14 hari dalam keadaan kering. Tanah yang sudah kering
dicangkul sedalam 30 cm sampai menjadi gumpalan-gumpalan kecil. Tambahkan
pupuk kandang 10-20 ton/ha sambil dibalikkan dan dicampur merata dengan
tanah, kemudian tanah dikeringkan selama 15 hari. Tanah diolah kedua kalinya
hingga menjadi gumpalan-gumpalan kecil dan halus. Menjelang saat tanam, tanah
diolah sekali lagi sambil membersihkan rerumputan dan jerami, sekaligus
meratakan permukaan bedengan.
2. Penanaman
Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau(Mei/Juni-
Agustus/September). Sehari sebelum ditanam tanah diairi sekupnya agar keadaan
lapisan tanah atas cukup lembab. Bersamaan dengan waktu tanam diberikan
pupuk dasar campuran N,P,dan K. (15.15.15) dosisnya 150Kg/Ha. Pupuk tersebut
16
dicampur rata dengan tanah. Bedengan yang siap ditanami ditentukan jarak
tanamnya dengan menggunakan tali, ajir, dan bilah pelarik. Jarak tanam bawang
merah adalah 20 x 20 cm, 20 x 15 cm atau 20 x 10 cm tergantung ukuran bibit dan
kesuburan tanahnya. Tanamkan bibit bawang merah satu per satu sehingga 2/3
bagian suing masuk kedalam tanah, dan posisi suing jangan terbalik. Siram
bedengan hingga cukup basah (lembab).
3. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan utama pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi pekerjaan
sebagai berikut:
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada awal pertumbuhan hingga umur 7 hari setelah
tanam, dengan cara mengganti bibit yang mati atau busuk.
b. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dan keadaan iklim kering, perlu dilakukan
penyiraman cukup intensif yaitu 2-5 kali dalam seminggu. Hal yang paling
penting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan . cara pengairan tanaman
bawang merah yang paling baik adalah di leb, tetapi bila tidak memungkinkan
dapat dilakukan penyiraman dengan alat bantu gembor ataupun alat siram lainnya
yang dianggap praktis dilapangan. Pada periode pembentukan umbi, secara
berangsur-angsur dikurangi untuk mencegah terjadinya pembusukan umbi.
c. Pemupukan
Jenis dan dosis pupuk serta waktu pemberiannya sangat bervariasi antar
daerah produsen bawang merah. Pedoman dari hasil-hasil penelitian yang dapat
dijadikan acuan antara lain:
1) Dosis pupuk 100-120 kg N,100 KG P2O5 dan 100 kg k2o perhektar atau
setara dengan 222-267 kg Urea atau 476-571 kg ZA + 489 kg TSP+ 217 KCL
perhektar. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali, yaitu pada umur 2 minggu
setelah tanam dengan pupuk tsp dan kcl serta setengah dosis pupuk urea
ataupun ZA, kemudian diulang pada umur 4 minggu setelah tanam berupa
pupuk urea atau Za setengah dosis sisanya. Pemberian pupuk ini dilakukan
dalam larikan diantara barisan tanaman, atau ditugalkan kemudian ditutup
dengan tanah.
17
2) Dosis pupuk NPK(15.15.15) sebanyak 300-400 kg perhektar. Setengah dosis
pupuk tersebut diberikan pada saat tanam, yakni dicampur merata dengan
tanah atau dengan cara ditugal. Setengah dosis sisanya diberikan ketika
tanaman bawang merah berumur 1-2 minggu dengan cara disebarkan diantara
barisan tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
3) Dosis pupuk 200 Kg N, 60 Kg P2O5 dan 150 kg K2O perhektar setara dengan
Urea 150 Kg + ZA 635 Kg, TSP 125 Kg, dan KCL 326 kg perhektar. Pupuk
TSP dan KCL diberikan sekaligus pada saat tanam, disebar dan dicampur rata
dengan tanah. Campuran pupuk Urea dan ZA diberikan 2 kali, masing-masing
setengah dosis, yaitu pada umur 1 dan 4 minggu setelah tanam. Cara
pemberian pupuk ini adalah dilingkarkan disekeliling tanaman atau larikan
diantara barisan tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
d. Penyiangan
Penyiangan (pendangiran) biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemupukan susulan, yaitu pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam. Cara
menyiang rumput-rumput liar harus hati-hati agar tidak merusak perakaran
bawang merah, sebaiknya dicabut dengan tangan, kalau perlu dengan alat bantu
kored dan cangkul.
e. Pemotongan tangkai bunga
Kurang lebih pada umur 35 hari setelah tanam, beberapa varitas bawang
merah yang mudah berbunga akan mulai keluar tangkai-tangkai bunganya.
Tangkai ini sebaiknya dipotong agar zat makanan untuk pembungaan dipusatkan
pada pembentukan dan pembesaran umbi.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah
ulat bawang (Spodoptera exiqua HBN), trips (Thrips tabaci Lind), bercak ungu
atau trotol, busuk daun, antraknose. Pengendalian hama dan penyakit merupakan
kegiatan rutin atau tindakan preventif yang dilakukan petani bawang merah. Cara
pengendalian hama dapat dilakukan secara kimiawi maupun non kimiawi. Cara
pengendalian non kimiawi meliputi: pergiliran rotasi tanaman, waktu tanam yang
serempak dalam sehamparan areal tanam, mengatur waktu tanam yang baik,
mengumpulkan ulat disore ataupun malam hari kemudian dibunuh, melakukan
18
sanitasi lingkungan, dan menggunakan bibit yang sehat. Pengendalian cara
kimiawi dilakukan dengan cara memasang Sex Pheromon atau perangkap ngengat
jantan untuk ugratas biru, penyemprotan dengan insektisida yang efektif,
membuat umpan beracun yang terdiri dari Dipterex 95 SL 125-250 gr + dedak
100 kg + gula merah 0,5-1 kg + air 10 liter, dan penyemprotan fungisida yang
efektif dengan dosis 2 gr per liter.
5. Pemanenan
Tanaman bawang merah dapat dipanen hasilnya setelah berumur 60-90 hari
setelah tanam, atau tergantung varitas dan tujuan penggunaan hasil umbinya.
Panen bawang merah dilakukan pada saat tanah kering, untuk menghindari
menjalarnya penyakit tular tanah maupun tular bibit seperti busuk umbi dan busuk
lunak. Cara panen bawang merah adalah dengan mencabut rumpun tanaman
beserta batangnya. Hasil panen dikumpulkan disuatu tempat penampungan
sementara. Pada pertanaman yang baik dapat dihasilkan 10-21 Ton umbi basah
perhektar.
6. Penanganan pasca panen
Kegiatan penanganan pasca panen bawang merah terdiri dari beberapa
tahapan antaralain:
a. Pembersihan dan pengikatan
Umbi bawang merah dibersihkan dari tanah dan akar yang menempel
dengan alat bantu pisau tajam secara hati-hati agar tidak menyebabkan luka atau
rusak pada umbinya. Untuk memudahkan pengangkutan dari kebun ketempan
penjemuran dilakukan pengikatan rata-rata 2-5 kg/ikatan.
b. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menjemur bawang merah dibawah sinar
matahari selama 1-2 minggu sambil dibolak balik hingga keringnya merata.
Tempat pengeringat dapat diatas tanah rata yang dialasi anyaman bambu ataupun
dilantai penjemuran. Penjemuran dihentikan bila kadar air dalam umbi berkisar
80-85%.
c. Penyimpanan
Penyimpanan bawang merah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain:
19
1) Ikatan bawang merah digantungkan diatas para-para tungku dapur, dengan
cara ini bawang merah dapat bertahan 6 bulan.
2) Ikatan bawang merah digantungkan diruang terbuka pada suhu 26o-29
o C
dengan kelembaban udara 70%-80%.
3) Digudang penyimpanan atau ruangan bersuhu dingin kurang lebih 0o C pada
kelembaban udara 65%
4) Ikatan bawang merah disimpan dalam rak-rak digudang penyimpanan yang
bersuhu antara 25o-30
o C , kelembaban udara 70%-80%, keadaan gudang
kering, dan peredaran udaranya baik.
Berdasarkan uraian tinjauan teknis budidaya bawang merah, tahapan-
tahapan tersebut diatas menjadi penting untuk diperhatikan agar petani bisa
memperoleh hasil panen dengan kuantitas yang maksimal dan menghasilkan
produk bawang merah yang berkualitas. Pada penelitian skripsi ini setiap tahapan
budidaya bawang merah mencakup beberapa variabel yang akan dianalisis guna
memperoleh masukan peningkatan pendapatan usahatani, variabel-variabel
tersebut mulai dari luas lahan, penyiapan bibit, penggunaan tenaga kerja, pupuk,
pestisida, pengairan dan pemanenan bawang merah yang satu sama lain saling
berhubungan.
2.3.Tinjauan Teori Pemasaran Produk Pertanian
1. Konsep pemasaran
Menurut Firdaus (2009) ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara
perusahaan melakukan kegiatan pemasarannya.
a. Konsep berwawasan produksi
Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah
didapat dan murah harganya sehingga fokus utamanya adalah meningkatkan
efisiensi produksi dan memperluas cakupan distribusi.
b. Konsep berwawasan produk
Konsep yang kedua menyatakan bahwa konsumen lebih memilih produk
yang menawarkan mutu, kinerja yang baik serta inovasi untuk pengembangan
produk dalam suatu perusahaan sehingga tujuan utama perusahaan adalah
20
membuat produk yang lebih baik dan berusaha terus menerus
menyempurnakannya.
c. Konsep berwawasan penjualan
Konsep ini mengemukakan bahwa penjualan merupakan langkah terbaik
agar konsumen bisa membeli produk suatu perusahaan dalam jumlah yang cukup.
Adanya kegiatan promosi dan penjualan yang dilakukan perusahaan akan mampu
meningkatkan volume penjualan produk yang dihasil perusahaan.
d. Konsep berwawasan pemasaran
Kunci utama agar tujuan suatu organisasi bisa tercapai meliputi penetuan
kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju serta memberikan kepuasan yang di
inginkan secara lebih efektif dan efisien daripada pasar pesaingnya.
e. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat
Kewajiban perusahaan adalah menetapkan kebutuhan pelanggan dan
memenuhi keinginan serta kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan
kepada para konsumennya. Kegiatan pemenuhan kebutuhan konsumen yang
efektif dan efisiennya dapat dilakukan dengan cara mempertahankan atau
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
Konsep pemasaran adalah sebuah filsafat bisnis yang menyatakan bahwa
kepuasan keinginan dari konsumen adalah dasar kebenaran sosial dan ekonomi
kehidupan sebuah perusahaan. Sudah sewajarnya jika segala kegiatan perusahaan
harus dicurahkan untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen dan
kemudian memuaskan keinginan-keinginan tersebut, dengan tujuan agar
perusahaan memperoleh keuntungan (Stanton, 1996).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran
adalah gabungan dari beberapa konsep seperti konsep berwawasan produksi,
konsep berwawasan produk, konsep berwawasan penjualan, konsep berwawasan
pemasaran, dan konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat. Berbagai konsep
tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari tahu kebutuhan konsumen
kemudian memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen tersebut, agar kepuasan
konsumen bisa terpenuhi dan perusahan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal. Relevansi uraian diatas dengan penelitian skripsi ini adalah petani
bawang merah selaku produsen belum mampu memperoleh keuntungan yang
21
maksimal, hal ini dikarenakan kepuasan konsumen bawang merah masih belum
bisa terpenuhi. Penyebab terjadinya kondisi di atas adalah karena kegiatan
pemasaran bawang merah di daerah penelitian masih belum bisa terlaksana
dengan baik atau kegiatan pemasaran bawang merah masih belum bisa mencapai
efisien.
2. Devinisi pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan
oleh para pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessmen) dalam usahanya
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk mendapatkan
laba, dan untuk berkembang. Berhasil atau tidaknya usaha tersebut sangat
tergantung pada keahliannya dibidang pemasaran, produksi, keuangan dan
sumberdaya manusia. Pemasaran adalah suatu tindakan yang menyebabkan
perpindahan hak milik atas barang serta jasa dan yang menimbulkan distribusi
fisik barang dan jasa. Proses pemasaran meliputi aspek fisik dan non fisik. Aspek
fisik menyangkut perpindahan barang-barang ketempat dimana meraka
dibutuhkan, sedangkan aspek non fisik adalah bahwa para penjual harus
mengetahui apa yang diinginkan para pembeli dan sebaliknya para pembeli juga
mengetahui apa yang dijual (Firdaus, 2009).
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan menejerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler,1995
dalam Firdaus,2009). Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan dunia usaha yang
mengakibatkan aliran barang dan jasa dari para produsen kepara konsumen (The
American Marketing Association dalam Firdaus,2009).
Relevansi tinjauan diatas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah
petani bawang merah harus melakukan kegiatan pemasaran agar bisa
mengembalikan modal usahataninya, bisa mengembangkan usahataninya, serta
petani bawang merah bisa memperoleh keuntungan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Petani bawang merah tidak selalu mendapatkan keuntungan
setiap melakukan usahatani, terkadang petani juga mengalami kerugian, hal ini
dikarenakan tidak adanya ketetapan harga jual bawang merah yang dibuat oleh
22
pemerintah. Keadaan inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pemasaran bawang merah.
3. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
serta terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa yang siap
digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan
waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari
orangorang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler 1993).
Pedagang perantara adalah individu-individu yang melaksanakan berbagai
fungsi pemasaran yang terlibat dalam penjualan dan pembelian barang karena
mereka ikut memindahkan barang dari produsen kekonsumen. Mereka
melaksanakan kegiatan kegiatan sebagai proprietor (pemilik), partnership (mitra)
atau perusahaan koperasi atau non koprasi. Pedagang perantara meliputi:
a. Contract buyers. Penebas adalah contract buyers, dimana penebas akan
menaksirkan total nilai dari hasil panen dengan harga yang diharapkan pada
saat panen. Jika penebas sebagi contract buyers maka setelah disetujui
kesepakatan harga oleh penjual atau petani maka mereka akan bertanggung
jawab memelihara tanaman sampai panen dilakukan dan seluruh biaya panen
akan dibayar oleh penebas.
b. Grain millers. Pedagang ini mempunyai gudang, mereka membeli gabah dari
petani, penebas dan pedagang pengumpul lain yang membeli gabah dari
petani. Perusahaan ini sering pula melakukan perlakuan pasca panen seperti
pengeringan.
c. Whole salers (pedagang pengumpul). Beras yang dihasilkan dari penggilingan
padi pada umumnya dibeli oleh pedagang besar yang bertugas
mendistribusikan kepada pedagang pengecer atau kepedagang besar lain
(Anindita, 2004)
Dalam penelitian skripsi ini dibutuhkan informasi tentang jenis-jenis saluran
pemasaran yang ada di daerah penelitian. Adanya informasi tentang saluran
pemasaran bawang merah diatas akan memudahkan peneliti dalam mencari
23
informasi di daerah mana saja bawang merah yang dihasilkan petani di daerah
penelitian akan di jual.
4. Fungsi pemasaran
Menurut Anindita (2004) Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang
khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran. Pendekatan
fungsional berusaha menjawab pertanyaan “apa” (what) dalam suatu pertanyaan
“siapa yang melakukan kegiatan apa tersebut” (who does what). Adapun fungsi
pemasaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Fungsi pertukaran.
Fungsi ini adalah kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam pemindahan hak
pemilikan barang. Dalam proses pemasaran, fungsi ini merupakan titik dimana
harga ditentukan. Ada dua macam fungsi yang dapat dirinci dari fungsi pertukaran
ini yaitu: fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian merupakan
kegiatan mencari barang dari sumber asal produksi, pengumpulan barang dan
kegiatan yang berkaitan dengan pembelian. Pengumpulan produk pertanian dapat
berupa bahan mentah yang dilakukan pedagang maupun bahan jadi yang langsung
dikirim ke konsumen. Sedangkan fungsi penjualan meliputi berbagai kegiatan
yang menyangkut penjualan, seperti promosi, pemasangan iklan atau advertensi ,
dan berbagai kegiatan yang menciptakan permintaan. Seluruh keputusan seperti
ukuran unit penjualan , pengepakan, pemilihan saluran pemasaran, waktu dan
tempat penjualan agar dapat dilakukan pembelian merupakan fungsi penjualan.
b. Fungsi fisik
Fungsi ini merupakan segala kegiatan yang melibatkan handling
(perlakuan), pemindahan, dan perubahan fisik dari suatu komoditi. Fungsi ini
melibatkan masalah kapan, apa, dan di mana dalam proses pemasaran yang dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Storage function
Fungsi penyimpanan merupakan kegiatan yang ditujukan agar barang tersebut
tersedia pada waktu yang diinginkan. Kegiatan fungsi ini bertujuan untuk
membantu penawaran sebagai persediaan atau inventori.
2) Transportation function
24
Fungsi pengangkutan terutama berkenaan dengan penyediaan barang pada
tempat yang sesuai. Fungsi ini dapat berjalan dengan baik dengan melakukan
pemilihan alternative rute dan jenis transportasi yang digunakan. Fungsi ini
termasuk kegiatan bongkar dan muat barang.
3) Processing function
Fungsi ini merupakan kegiatan dari suatu pabrik yang bertujuan mengubah
bentuk dari barang, seperti pemotongan hewan, gabah jadi beras dan lain-lain.
c. Facilitating function
Kegiatan yang membantu berjalannya fungsi pertukaran dan fungsi fisik
merupakan fungsi fasilitas. Kegiatan pada fungsi ini tidak secara langsung terlibat
pada fungsi pertukaran dan fungsi fisik , yaitu antara lain:
1) Standardization function
Penetapan dan perlakuan terhadap suatu produk agar seragam merupakan
fungsi standarisasi. Fungsi membantu pembeian dan penjualan barang yang
memungkinkan dilakukan transaksi hanya melalui contoh dan diskripsi dari suatu
produk.
2) Financing function
Fungsi pendanaan akan menjadi penting apabila terjadi perbedaan waktu
antara pembelian suatu produk dengan penjualan. Semakin lama dan semakin
banyak barang yang disimpan maka dana yang dibutuhkan semakin besar. Dalam
hal ini peranan lembaga keuangan akan menjadi penting.
3) Risk bearing function
Dalam proses pemasaran komoditi pertanian, risiko merupakan salah satu
faktor yang perlu diperhitungkan dalam proses pemasaran. Ada dua macam risiko
yaitu risiko fisik dan risiko pasar. Risiko fisik terjadi akibat kerusakan atau
penyusutan komoditi karena sifat dari produk pertanian itu sendiri ataupun karena
sebab lain seperti kebakaran, gempa bumi dan lain-lain. Risiko pasar disebabkan
karena perubahan harga yang tidak diinginkan ataupun perubahan akibat
hialngnya pelanggan akibat persaingan dipasar.
4) Market intelegence function
Fungsi ini merupakan pekerjaan yang meliputi pengumpulan, interpretasi,
dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang diperlukan agar proses
25
pemasaran dapat berjalan dengan baik. Pekerjaan ini sering dilakukan dalam
manajemen pemasaran agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik,
seperti penyimpanan, transportasi dan lain-lain.
5) Market reseach
Penelitian pasar seringkali perlu dilakukan agar pemasaran dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, seperti selera konsumen, bagaimana meningkatkan
penjualan, bagaimana melakukan persaingan dipasar dan sebagainya.
6) Demand creation
Penciptaan permintaan dapat dilakukan melalui iklan, promosi diberbagai
media.
Relevansi uraian tentang fungsi pemasaran diatas dengan penelitian skripsi
ini adalah bahwa para lembaga pemasaran bawang merah yang membeli bawang
merah di daerah penelitian umumnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran diatas,
sehingga diperlukan data fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran
bawang merah guna menganalisis margin pemasaran dan farmer share bawang
merah didaerah penelitian.
5. Efisiensi pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input
tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran
(Soekartawi, 1985).
Pendekatan efisiensi pemasaran dilakukan untuk mengubah penampilan
pasar (market performance). Perbaikan efisiensi pemasaran dibidang pertanian
merupakan tujuan utama berbagai agen dalam perekonomian , seperti petani,
pedagang, pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen. Paling tidak ada tiga
macam penyebab ketidak efisiennya pemasaran yaitu: panjangnya saluran
pemasaran, tingginya biaya pemasaran, dan kegagalan pasar. Pengukuran efisiensi
pemasaran yang sering dilakukan menyangkut bagaimana memperpendek saluran
pemasaran dan bagaimana mengurangi biaya pemasaran. Saluran pemasaran
26
dibidang pertanian yang umumnya panjang menyebabkan biaya pemasaran dari
produsen kekonsumen menjadi tinggi (Anindita,2004).
Maka kegiatan pemasaran tidak bisa mencapai efisien apabila: Biaya
pemasaran semakin besar, dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak
terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan tercapai apabila: biaya
pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi,
presentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan adanya kompetisi pasar yang
sehat (Soekartawi, 1989).
Margin pemasaran menurut (Anindita, 2004) merupakan perbedaan harga
diantara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat
didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa
yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya. Margin pemasaran
diantara petani dan pedagang eceran bisa diungkapkan dengan notasi Pr-Pf. Hal
itu juga diwakili dengan jarak vertikal antara kurva permintaan (kurva penawaran)
didalam gambar 1.
Harga
SD (Derived supply)
Pr SP (Primary supply)
Margin pemasaran
Pf DP (Primary demand)
DD (Derived demand)
Jumlah
Gambar 1. Kurva margin pemasaran
Permintaan primer (Primary demand) ditentukan dari respon konsumen akhir. Di
dalam analisis empiris, harga ecerran dan data kuantitas biasanya digunakan untuk
menentukan hubungan permintaan primer. Permitaan turunan (Derived demand)
digunakan untuk menunjukkan rencana permintaan untuk input yang digunakan.
27
Farmer’s share menurut (Anindita, 2004) adalah persentase harga yang
diterima oleh petani dibagi dengan harga ditingkat pengecer. Secara matematis
farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut :FS=Pr
Pf 100%
Keterangan :
FS = Farmer’s Share
Pf = Harga di tingkat petani
Pr = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
Susut dalam proses pemasaran produk pertanian adalah sesuatu hal yang
umum, terutama jika produk tersebut mudah rusak. Apalagi jika kualitas
penanganan dalam proses pemasaran rendah/kurang baik, maka harga tiap
kilogram di tingkat petani seringkali tidak dapat dibandingkan dengan harga satu
kilogram di tingkat eceran, karena satu kilogram di tingkat petani dapat menjadi
kurang dari satu kilogram sampai di pengecer/konsumen. Oleh karena itu,
perhitungan marjin pemasaran perlu adanya pendekatan yang konsisten, dan
Smith dalam Anindita (2004) mengusulkan perlu adanya titik awal yang
menunjukkan 1 kg dari produk yang dijual kepada konsumen, yang disebut
sebagai produk referensi (reference product). Produk referensi terdiri dari 2
macam yaitu: 1. Reference to Petani = Berat produk setelah susut
Berat awal produk
2. Reference to Pedagang (pengecer) = Berat awal produk
Berat produk setelah susut
Volume penjualan menurut Rangkuti (2009) adalah pencapaian yang
dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk.
Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan
dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter. Volume penjualan
meruapakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin
besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan
laba yang akan dihasilkan perusahaan.
Penelitian skripsi ini melakukan analisis efisien pemasaran bawang merah
dengan menggunakan pendekatan margin pemasaran dan farmer share, produk
referensi digunakan untuk mengetahui nilai produk setelah mengalami
penyusutan, dan analisis volume penjualan petani.