integrasi pasar tradisional dan pasar moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/hukum...

212
Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 1

Upload: habao

Post on 29-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 1

Page 2: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA2

HUKUM PERSAINGAN USAHAIntegrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Penulis :Mohamad Tohari, S.H., M.H

Editor :Farkhani, S.H., M.H

ISBN :978-602-52161-2-1

Diterbitkan oleh:Penerbit TaujihJl. Merak 51 Gonilan Kartosuro 57162Email : [email protected] I, Juli 2018

Dicetak oleh :Percetakan IVORIE, Soloisi di luar tanggungjawab percetakan.

Page 3: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan judul: “HUKUM PERSAINGAN USAHA: Studi Tentang Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern”. Buku ini didasarkan dari hasil pengembangan kajian Hibah Penelitian Disertasi Doktor (PPD), tahun 2018 dengan dibiayai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Buku ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kajian sosiologi hukum khususnya persaingan yang terjadi antara pasar tradisional dengan pasar modern dalam perspektif hukum persaingan usaha.

Eksistensi pasar menjadi sangat penting untuk diperbincangkan, mengingat pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, proses bertemunya pembeli dan penjual ini menjadi indikator tingkat perekonomian masyarakat. Semakin besar volume transaksi yang terjadi di pasar menunjukkan perekonomian yang stabil dan lebih jauh lagi kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar merupakan cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat

Keberadaan pasar modern mempunyai dampak bagi keberadaan pasar tradisional yang eksistensinya mengalami penurunan, hal itu dapat dimaklumi karena adanya perbedaan yang mencolok antara pasar tradisional dan pasar modern terutama dari segi kualitas produk dan kenyamanan yang diberikan. Kondisi ini semakin terasa, setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 96/2000 (yang telah beberapa kali diperbaharui dan terakhir diperbaharui dengan Keputusan presiden 44 Tahun 2016) tentang Daftar Bidang Usaha yang

Page 4: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA4

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu di Bidang Penanaman Modal. Keberadaan Keppres ini mengundang masuk retailer asing untuk membuka usahanya di Indonesia. Pada Keppres tersebut, untuk sektor perdagangan, bisnis perdagangan eceran skala besar (mall, supermarket, department store, pusat pertokoan/perbelanjaan) dan perdagangan besar (distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor) dikeluarkan dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA).

Pada dasarnya tidak sulit untuk menafsirkan fenomena merosotnya kinerja dan pangsa pasar tradisional yang terjadi dalam satu dekade terakhir. Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF) tahun 2007 mencatat, telah terjadi penurunan omset, perputaran barang, marjin harga, bahkan penurunan jumlah kios aktif di pasar tradisional. Bagi orang yang berpikiran positif kemungkinan besar akan bersikap, bahwa “pasar tradisional telah kehilangan daya saing”, karena infrastruktur dan sistem perpasaran jauh tertinggal di tengah serbuan peritel pasar modern. Namun dari mana memulai langkah, ketika banyak pihak melihatnya dari sisi buruk dampak keberadaan ritel pasar modern, dan karena itu perijinannya harus dibatasi.

Bagi orang yang berpikiran positif tentunya akan menyatakan “tidaklah arif menyusun suatu kebijakan berdasarkan argumen ada atau tidak adanya dampak dari suatu situasi”, untuk itu, suatu pendekatan sederhana sesungguhnya sangat mudah dipahami, bahwa penguatan/pengembangan pasar tradisional harus berangkat dari tuntutan ekspektasi konsumen.

Integrasi atau perpaduan antara pasar tradisional dan pasar modern bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Untuk mewujudkan integrasi tersebut dibutuhkan kebijakan dalam ranah hukum dari pemerintah dan perubahan kultur

Page 5: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 5

pelaku pasar tradisional, ketegasan sikap dari pemerintah, dan kemauan dari pengusaha pasar modern untuk merangkul pelaku pasar tradisional. Fenomena maraknya pembangunan pasar modern dan semakin tersingkirnya pasar tradisional menjadi salah satu keprihatinan bersama, perlu dicari solusi dimana pasar modern dapat berkembang tanpa harus mematikan eksistensi pasar tradisional.

Tidak lupa saya sampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana hibah Penelitian Disertasi Doktor (PDD) yang menjadi dorongan untuk menerbitkan buku ini sebagai bagian capaian luaran wajib, dan ucapan terima kasih saya tujukan kepada Kementrian Ristek-Dikti. Dalam kesempatan ini dengan sepenuh hati yang tulus, penulis menucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

Bapak Dr. H. Sofyan Anif, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dididik dan menimba ilmu pada Program Doktor Ilmu Hukum UMS.

Bapak Prof. Dr. Bambang Sumardjoko selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bapak Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati, SH, M.Hum sebagai Promotor penulis yang berkenan untuk memberikan bimbingan penuh kesabaran dengan segala kepakarannya dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan disertasi ini sesuai dengan timeline.

Bapak Prof. Dr. Absori, SH, M.Hum. selaku Ketua Program Doktor (S3) Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta sekaligus Co-Promotor 1 penulis yang berkenan untuk memberikan bimbingan yang penuh kesabaran dengan segala kepakarannya dan memberikan

Page 6: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA6

motivasi untuk segera menyelesaikan disertasi ini.

Bapak Dr. Nurhadiantomo selaku Co-Promotor 2 yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi serta mengarahkan penulisan disertasi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat memperkaya bahan bacaan tentang seluk beluk kebijakan, pengelolaan pasar tradisional dan pasar modern dalam perspektif hukum persaingan usaha, sehingga dapat memberikan sumbangan referensi baik untuk keperluan studi dan kajian akademik, serta untuk keperluan praktisi pemerintahan yang menggeluti bidang ini. Untuk kalangan akademik, buku ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi kuliah dan penelitian yang mengambil tema pasar tradisional dan pasar modern, pengembangan potensi modal sosial dan sumber daya pedagang pasar tradisional. Untuk keperluan praktis, buku ini dapat menjadi tambahan bacaan bagi perencana, dan pengambil kebijakan, baik dari kalangan pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap pasar tradisional.

Akhirnya dengan kerendahan hati, tak ada gading yang tak retak, saran, kritik , dan tegur sapa, penulis terima dan sambut dengan gembira guna penyempurnaan buku ini pada edisi berikutnya.

Ungaran, Agustus 2018

P e n u l i s

Page 7: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. 3

DAFTAR ISI ........................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 10

A. Latar Belakang ................................................................... 10

B. Rumusan Masalah .............................................................

C. Tujuan Penelitian...............................................................

D. Manfaat Penelitian ...........................................................

E. Alur Kerangka Pemikiran ................................................

BAB II PENGANTAR HUKUM PERSAINGAN USAHA................ 21

A. Mengenal Hukum Persaingan Usaha………. ............. 21

B. Sejarah Hukum Persaingan Usaha ……….…. ........... 36

C. Pemikiran Terbentuknya UU No.5 Tahun 1999. ...... 45

D. Perbandingan Hukum Persaingan Usaha di Beberapa Negara .............................................................. 51

Page 8: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA8

BAB III TATA KELOLA PASAR DAN KEBUTUHAN TERHADAP HUKUM ......................................................................... 78

A. Analisis Ekonomi Terhadap Hukum ............................ 78

B. Peran Negara dalam Mekanisme Pasar ..................... 82

C. Hukum Ekonomi ................................................................ 94

D. Sistem dan Konsep Ekonomi Pasar .......................... 96

BAB IV PERJANJIAN YANG DILARANG ......................................... 105

A. Perjanjian yang Bersifat Oligopoli ........................... 109

B. Perjanjian Penetapan Harga ........................................ 113

C. Perjanjian Pembagian Wilayah Pemasaran atau Alokasi Pasar ...................................................................... 121

D. Perjanjian Pemboikotan ................................................ 123

E. Perjanjian Kartel ............................................................... 124

F. Perjanjian Trust ................................................................. 126

G. Perjanjian Oligoposi ....................................................... 127

H. Perjanjian Integrase Vertical ....................................... 129

I. Perjanjian Tertutup ........................................................... 130

J Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri ......................... 137

BAB V KEGIATAN YANG DILARANG .............................................. 140

A. Kegiatan yang Bersifat Monopoli ............................... 142

B. Kegiatan yang Bersifat Monopsoni ............................ 143

C. Kegiatan yang Bersifat Penguasaan Pasar .............. 144

D. Kegiatan Jual Rugi ........................................................... 145

Page 9: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 9

E. Kegiatan Penetapan Biaya Produksi Secara Curang .................................................................... 146

F. Kegiatan Persekongkolan ............................................... 147

BAB VI PRAKTEK PERSAINGAN USAHA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN .......................................... 150

A. Pasar dan Realitas Budaya ........................................... 150

B. Pasar Modern: Ancaman Terhadap Eksistensi Pasar Tradisional .............................................................. 155

C. Potret Persaingan Usaha Pasar Tradisional dan Pasar Modern D. Penganturan Pasar Tradisional dan Pasar Modern ................................................................................ 159

BAB VII KONSEP HUKUM PERSAINAGAN USAHA INTEGRASI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN ........................... 172

A. Tipologi Hukum Persaingan Usaha yang Mengatur Pasar Tradisional dan Pasar Modern ..... 172

B. Konsep Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern ............................................................. 188

BAB VIII PENUTUP .............................................................................

A. Simpulan ..............................................................................

B. Saran/Rekomendasi ..........................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 203

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 212

Page 10: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya, dan kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan-kebtuhan tersebut merupakan syarat agar manusia itu bisa bertahan hidup di dunia ini. Semakin baik kebutuhan-kebutuhan itu bisa dipenuhi, semakin sejahtera pula hidupnya, demikian pula sebaliknya.1 Untuk memenuhi kebutuhannya, salah satu cara yang digunakan oleh manusia adalah dengan melakukan kegiatan usaha diantaranya melalui kegiatan jual beli yang secara umum dilakukan di pasar. Pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan baik, yaitu untuk membawa pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara, dalam kegiatan jual beli, keberadaan pasar merupakan salah satu hal yang paling penting karena merupakan tempat untuk melakukan kegiatan tersebut selain menjadi salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah.

Eksistensi pasar menjadi sangat penting untuk diperbincang-kan, mengingat pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, proses bertemunya pembeli dan penjual ini menjadi indikator tingkat perekonomian masyarakat. Semakin besar volume transaksi yang terjadi di pasar menunjukkan perekonomian yang stabil dan lebih jauh lagi kegiatan ekonomi yang terjadi di 1 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Penerbit Alumni, 1986, hlm, 24.

Page 11: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 11

pasar merupakan cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat.2 Dalam perkembangannya, pasar yang berkembang dalam masyarakat ada dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, sedangkan pasar modern/pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.3 Pasar modern juga dapat diartikan sebagai pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).

Persaingan dalam pasar modern telah melanda negara-negara maju sejak beberapa dekade, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat. Menjelang dekade akhir millennium, persaingan semakin meluas hingga ke negara-negara berkembang, dimana deregulasi sektor usaha ritel yang bertujuan untuk meningkatkan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) telah berdampak pada pengembangan jaringan ritel modern seperti supermarket dan minimarket.

Di Indonesia, pasar modern dalam kategori supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada 1998 menjadi awal masuknya ritel asing ke pasar dalam negeri. Akibatnya, persaingan dunia perdaganganpun semakin sengit. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan pasar modern dalam kategori supermarket di kota-kota yang 2 Afif Noor, “Perlindungan Terhadap Pasar Tradisional di Tengah Ekspansi Pasar

Ritel Modern”, Jurnal Economica UIN Walisonggo Semarang, Volume IV, Edisi 2, Nopember 2013, hlm, 110

3 Ibid.

Page 12: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA12

lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga. Akibatnya, persaingan bukan hanya antar sesama pasar modern, pasar tradisional pun menjadi korban persaingan ini. Sebab, supermarket tidak hanya mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah.

Keberadaan pasar modern mempunyai dampak bagi keberadaan pasar tradisional yang eksistensinya mengalami penurunan, hal itu dapat dimaklumi karena adanya perbedaan yang mencolok antara pasar tradisional dan pasar modern terutama dari segi kualitas produk dan kenyamanan yang diberikan. Kondisi ini semakin terasa, setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 96/2000 (yang telah beberapa kali diperbaharui dan terakhir diperbaharui dengan Keputusan presiden 44 Tahun 2016) tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu di Bidang Penanaman Modal. Keberadaan Keppres ini mengundang masuk retailer asing untuk membuka usahanya di Indonesia.4 Pada Keppres tersebut, untuk sektor perdagangan, bisnis perdagangan eceran skala besar (mall, supermarket, department store, pusat pertokoan/perbelanjaan) dan perdagangan besar (distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor) dikeluarkan dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA).5

Munculnya pasar-pasar modern memang menguntungkan bagi konsumen, tapi merupakan suatu acaman bagi keberadaan pasar-pasar tradisional. Hasil survai AC Nielsen6 tahun 2005 menyatakan jumlah pasar tradisional di Indonesia sekitar 13.450 unit dengan jumlah pedagang sebanyak 12.626.000

4 Ahmad Erni Yunita, 2008, “Refleksi Kompetisi Hypermarket dan Pasar Tradisional, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF)”, Volume 9 Nomor 2, April 2008, hlm, 1.

5 Edy Priyono & Erlinda Ekaputri, “Analisis Cost-Benefit Kehadiran Pengecer Besar, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF)”, Volume 9 Nomor 2, April 2008, hlm, 10.

6 Herman Malono, Selamatkan Pasar Tradisional, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, hlm, 79.

Page 13: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 13

orang. Hal ini menunjukkan di setiap pasar tradisional rata-rata menampung 939 pedagang. Data itu belum mencakup pedagang kaki lima (PKL) yang memadati areal pasar, lokasi parkir, dan ruas jalan. Sementara itu menurut Herman Malano pertumbuhan pasar modern mencapai mencapai 31,4%, sedangkan pasar tradisional pertumbuhannya minus 8,1%. Pada diskusi Forum Wartawan Perdagangan (Forward) bertajuk “Mencari Bentuk Ideal Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Pasar Tradisional”, di Kantor Kemendag, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi sebagaimana yang dikutip oleh Tri Widodo & Bertha Kusuma Wardani7 mengatakan pertumbuhan itu, menurut mantan wakil menteri perdagangan, pasar tradisional di Indonesia hingga kini (tahun 2012) berjumlah 10 ribu. Sedangkan, pasar modern sudah melebihi total pasar tradisioanal, yakni 14 ribu.

Untuk Jawa Tengah, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afif Noor8 didapatkan data bahwa jumlah pasar tradisional pada tahun 2004 mencapai 1.496 pasar, sedangkan pasar modern berjumlah 232. Bila dibandingkan dengan data pada tahun 2008, jumlah pasar tradisional hanya 1.443 pasar, sedangkan untuk pasar moden mencapai 399. Berangkat dari data tersebut menunjukan, pasar tradisional mengalami pertumbuhan negatif, karena jika diprosentase pada tahun 2004 pasar tradisional 86,5 %, sedangkan pasar modern 13,5%. Pada tahun 2008, pasar tradisional mengalami penurun menjadi 78,3% sedangkan pasar modern tumbuh menjadi 21,7%, ini berarti pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 8,2%. Persoalan ini tentu juga dialami di negara berkembang lainnya. Kendati persaingan antar supermarket (pasar modern) secara teoritis menguntungkan konsumen, tetapi hal ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan roda perekonomian.

7 Tri Widodo & Bertha Kusuma Wardani, “Strategi Equilibrium Pasar Tradisional Mensiasati Kepungan Pasar Modern”, Jurnal, Among Makarti STIE AMA Salatiga, Volume 5, Nomor 10, Desember 2012.

8 Afif Noor, Op.Cit., hlm,108-109.

Page 14: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA14

Pesatnya pertumbuhan pasar modern tidak hanya berpengaruh secara kwantitas terhadap keberadaan pasar tradisional, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang di pasar tradisional, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh AC. Nielsen, kontribusi penjuaalan pasar tradisional mengalami penurunan, bila pada tahun 2002, dominasi penjualan di segmen pasar tradisional mencapai 75%, maka pada tahun 2007 turun menjadi hanya 70%. Khusus di Pasar Legi Kota Surakarta berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maritfa Nika Andriani dan Muhammad Mukti Ali9 disebutkan bahwa pendapatan pedagang di pasar tradisional mengalami penurunan mencapai 50%. Hal tersebut juga dipengaruhi karena semakin berkurangnya jumlah pembeli/konsumen yang telah beralih untuk berbelanja di pasar modern, sehingga berdampak pada menurunya omzet penjualan dan pendapat pedagang. Untuk kota Surakarta saat ini jumlah pasar tradisional sebanyak 44 pasar, sedangkan pasar modern sudah mencapai 88 yang terdiri dari 18 pasar dalam kategori trade Center, Hypermarket, Mall/ Plaza, dan Supermarket dan 70 pasar dalam kategori minimarket.

Kapitalisme Barat yang relatif modern, muda dan agresif – terutama dibangun di kota-kota besar – menghadapi tradisi-tradisi prakapitalis yang tua dan arif berakar di desa-desa, dijumpai pada kekerabatan suku, adat setempat dan agama. Aspek ekonomi dari pemilahan sosial serta perbenturan antara dua prinsip hidup ini menciptakan perekonomian dualistis. Dualistis pada konsep ini berarti dua sisi, bersifat heterogen. Dimana dualistis ini berkuasa, keselarasan sosial serta kesatuan ekonomi tidak ada, tidak ada kedamaian internal sejati. Keseimbangan ekonomi terguncang tanpa berhenti.

Di dalam perekonomian mikro peran pasar tradisional penting sebagai pusat perputaran uang, karena setiap hari

9 Maritfa Nika Andriani dan Muhammad Mukti Ali, “Kajian Eksistensi pasar Tradisional Kota Surakarta”, Jurnal PMK, Volume 2, Nomor 2, 2013, hlm, 261.

Page 15: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 15

banyak sekali transaksi di dalam pasar. Pasar tradisional di setiap wilayah berbeda, ini diakibatkan oleh bentuk komoditi, nilai transaksi, kondisi sosial, budaya dan potensi alam di wilayah sekitarnya. Sebagai contoh pasar di wilayah Papua berbeda dengan pasar di wilayah Jawa. Beberapa pasar di Papua sampai saat ini masih menggunakan barter dan lokasi pasar masih terpencar-pencar, pasar di Jawa pada abad VIII sudah memiliki pola Macapat, dan sudah mengenal mata uang sehingga peluang untuk menggunakan barter kecil.

Munculnya dikotomi antara pasar modern dan pasar tradisional di Indonesia oleh J.H. Boeke10 dilihat ada dua bentuk sistem ekonomi yang sama-sama kuat dan berdampingan satu sama lain. Dua sistem ekonomi tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat yang satu menjadi makin lemah dan satunya makin kuat, akan tetapi keduanya berdampingan dengan sifat-siat yang berbeda.

Dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan sama kuat itulah yang oleh J.H. Boeke disebut sebagai sistem ekonomi dualistik atau dualistische economic (Bahasa Belanda). Dua bentuk sistem ekonomi yang ada di Indonesia tersebut yang satu adalah sistem ekonomi yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia asli yang masih (karena dipengaruhi jalan pikiran Werner Sombart) prae-kapitalistik, dan yang lain adalah sistem ekonomi yang diimpor atau dibawa dari Barat yang telah berbentuk kapitalisme, sosialisme atau komunisme. Jadi dualisme itu lebih bersifat kemasyarakatan atau sosial dualism atau dualistic society (Bahasa Inggris lebih sering digunakan dual society). Sistem ekonomi pra-kapitalistik dapat kita jumpai banyak beraktifitas di pasar-pasar tradisional, sedangkan sistem ekonomi kapitalistik yang berasal dari luar banyak kita temukan aktifitasnya di pasar-pasar modern.

10 J. H. Boeke, Prakapitalisme di Asia (Terjemahan), Sinar Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 11-12.

Page 16: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA16

Keberadaan pasar, merupakan salah satu indikator paling nyata dalam kegiatan ekonomi masyarakat suatu wilayah. Pemerintah harus memperhatikan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi terancam. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuk.11

Oleh karena itu pengaturan terhadap persaingan usaha merupakan hal yang esensial agar tidak terjadi proses saling sikut-menyikut dan penumpukan kekayaan pada kalangan tertentu. Di sinilah peran pemerintah sebagai penyelenggara negara menjadi penting untuk memberikan titik keseimbangan antara perkembangan suatu usaha dengan pemerataan pendapatan dari warganya. Pemerintah harus membuat aturan yang di satu sisi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan di sisi lain dapat mengajak semua pihak untuk turut serta dalam kegiatan usaha berdasarkan perannya masing-masing. Menurut Johny Ibrahim12 dalam aktifitas bisnis dapat dipastikan selalu terjadi persaingan diantara pelaku usaha. Pelaku usaha akan cenderung berusaha untuk menciptakan, memberi nilai tambah, serta memasarkan produk berupa barang atau jasanya sebaik mungkin agar diminati oleh masyarakat. Persaingan usaha pada hakikatnya dapat berimplikasi postif untuk dapat saling mengembangkan kemampuan bagi para pelaku usaha, namun juga dapat berdampak negatif jika dijalankan dengan perilaku negatif dan dengan sistem ekonomi yang tidak kompetitif.

11 Indrakh, Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern,http://indrakh.wordpress. com. diakses pada tanggal 3 Juni 2016.

12 Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia), Malang, Bayu Media, 2006, hlm.102.

Page 17: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 17

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, implementasi hukum persaingan usaha bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih masih adanya anggapan dikalangan negara berkembang yang mengatakan bahwa implementasi hukum persaingan usaha yang berlebihan dapat mengganggu aktifitas bisnis pelaku usaha, dan kurang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan nasional, ditambah biaya yang dibutuhkan dalam proses investigasi dugaan praktek anti persaingan juga tidaklah murah.13

Kemudian Maria Vagliasindi14 dalam kajiannya menyimpulkan bahwa implementasi efektif dari hukum persaingan merupakan tugas yang sulit, serta memerlukan tingkat pengetahuan dan keahlian yang tinggi. Kondisi struktur awal yang terjadi dalam ekonomi transisi dari proteksi ke liberalisasi, khususnya pada negara berkembang membuat implementasi hukum persaingan menjadi tugas yang lebih menantang daripada implementasi hukum persaingan pada negara maju. Hambatan masuk yang timbul dari konsentrasi pasar yang tinggi; kontrol dan kepemilikan pemerintah; hambatan administratif, semuanya tinggi di ekonomi transisi. Dan tidak hanya itu, menurut Luis Tineo15 implementasi hukum persaingan usaha juga tidak akan terlepas dari tekanan secara politik maupun sosial.

13 Won-Joon Kim, “Korea’s Experiences in Adoption & Enforcement of Competition Law and Implication for Developing Countries,” makalah disampaikan pada 2nd ASEAN CONFERENCE ON COMPETITION LAW & POLICY yang diselenggarakan oleh KPPU, Sekretariat ASEAN dan ASEAN Consultative Forum for Competition, di Bali pada tanggal 14-16 June 2006.

14 Maria Vagliasindi, “Competition Across Transition Economies: an Enterprise-level Analsis of The Main Policy and Structural Determinants.” Working paper No.68, European Bank. Londan, 2001. dikutif dari Ine Minara S. Ruky, “Implementasi Kebijakan Persaingan Melalui Hukum Persaingan dan Liberalisasi Perdagangan”, Desertasi Doktor, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hlm, 6.

15 Luis Tineo, “Indonesia: Promoting Effecinet Markets Trhrough the Effective Implementation of the New Competition Law,” (makalah disampaikan pada International Conference Competition Policy & Economic Growth: Issues & Options, Jakarta-Surabaya, 22-23 May & 25 May 2000), hal.5.

Page 18: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA18

Pasar modern dengan wajah industri ritel adalah salah satu industri yang sekarang ini sedang mengalami tingkat persaingan yang begitu tinggi, hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya pusat-pusat ritel yang bermunculan layaknya “jamur di musim hujan”. Kondisi seperti ini sudah barang tentu disambut gembira oleh masyarakat/konsumen, konsumen diberikan banyak pilihan dalam berbelanja belum lagi manfaat yang di dapatkan oleh konsumen dari perang harga yang dilakukan di antara sesama peritel, bahkan sekarang tempat berbelanja sudah dapat dianggap oleh sebagian konsumen sebagai salah satu tempat berekreasi, dikarena fasilitas-faslitas yang disediakan oleh pusat-pusat perbelanjaan yang layaknya seperti pusat hiburan. Pasar modern dengan wajah industri ritel Industri ritel adalah salah satu bentuk industri yang dapat dikatakan mendekati apa yang disebutkan di dalam teori ilmu organisasi industri sebagai perwujudan dari pasar yang bersaing. Dimana di dalam industri ini banyak sekali terdapat penjual dan pembeli. Dan masing-masing penjual dan pembeli tidak ada yang dapat mempengaruhi kondisi pasar, produk yang terstandarisasi, mudah untuk masuk dan keluar, serta cukup tersedia banyak informasi lengkap dan jelas.

Implementasi hukum persaingan usaha sesungguhnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan implementasi hukum pada bidang hukum yang lain, dimana biasanya efektifitas implementasi dari suatu produk hukum dapat dilihat dari adanya korelasi secara langsung dengan terjadinya perubahan sikap dari pihak-pihak yang diatur oleh produk hukum tersebut. seperti misalnya efektifitas implementasi dari peraturan lalu lintas dapat terlihat dari perilaku pengemudi di jalan raya yang lebih tertib, atau efektifitas implementasi hukum anti korupsi dapat tercermin dari berkurangnya angka korupsi yang terjadi di dalam masyarakat.16 16 Ditha Wiradiputra, “Mengkaji Efektifitas Implementasi Hukum Persaingan

Usaha Terhadap Industri Ritel”, Makalah ini merupakan masukan tertulis

Page 19: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 19

Pada hukum pesaingan usaha, efektifitas dari implementasinya tidak dapat dilihat dengan mudah dilapangan, seperti halnya yang terjadi pada bidang hukum yang lain. Pada hukum persaingan usaha, sebagian besar pengaturannya dirumuskan secara rule of reason, sehingga perbuatan atau perilaku yang diatur tersebut bukanlah perbuatan atau perilaku yang mutlak atau secara otomatis dilarang, pelaku usaha dapat melakukan perbuatan atau perilaku sebagaimana yang diatur di dalam pasal-pasal rule of reason tersebut, asalkan dari perbuatan atau perilaku itu tidak mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Dan konsekuensinya, sebanyak apapun putusan yang dihasilkan oleh aparatur penegak hukum seperti KPPU, Pengadilan negeri atau Mahkamah Agung kecil kemungkinannya dapat mempengaruhi pelaku usaha lain untuk tidak melakukan perbuatan atau perilaku yang sama.

Pada dasarnya tidak sulit untuk menafsirkan fenomena merosotnya kinerja dan pangsa pasar tradisional yang terjadi dalam satu dekade terakhir. Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF) tahun 200717 mencatat, telah terjadi penurunan omset, perputaran barang, marjin harga, bahkan penurunan jumlah kios aktif di pasar tradisional. Bagi orang yang berpikiran positif kemungkinan besar akan bersikap, bahwa “pasar tradisional telah kehilangan daya saing”, karena infrastruktur dan sistem perpasaran jauh tertinggal di tengah serbuan peritel pasar modern. Namun dari mana memulai langkah, ketika banyak pihak melihatnya dari sisi buruk dampak keberadaan ritel pasar modern, dan karena itu perijinannya harus dibatasi.

terhadap kajian implementasi UU No.5 Tahun 1999 di bidang Industri Ritel Tahun 2007 yang diselenggarakan KPPU.

17 Umar Hidayat, “Preferensi Konsumen: Strategi Pengembangan Pasar Tradisional”, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF), Volume 9 Nomor 2, April 2008, hlm, 36.

Page 20: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA20

Bagi orang yang berpikiran positif tentunya akan menyatakan “tidaklah arif menyusun suatu kebijakan berdasarkan argumen ada atau tidak adanya dampak dari suatu situasi”, untuk itu, suatu pendekatan sederhana sesungguhnya sangat mudah dipahami, bahwa penguatan/pengembangan pasar tradisional harus berangkat dari tuntutan ekspektasi konsumen,

Integrasi atau perpaduan antara pasar tradisional dan pasar modern bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Untuk mewujudkan integrasi tersebut dibutuhkan kebijakan dalam ranah hukum dari pemerintah dan perubahan kultur pelaku pasar tradisional, ketegasan sikap dari pemerintah, dan kemauan dari pengusaha pasar modern untuk merangkul pelaku pasar tradisional. Fenomena maraknya pembangunan pasar modern dan semakin tersingkirnya pasar tradisional menjadi salah satu keprihatinan bersama, perlu dicari solusi dimana pasar modern dapat berkembang tanpa harus mematikan eksistensi pasar tradisional.

Page 21: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 21

BAB II

PENGANTAR HUKUM PERSAINGAN USAHA

A. Mengenal Hukum Persaingan Usaha

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha, adapun istilah-istilah yang digunakan untuk bidang hukum ini, selain istilah hukum persaingan usaha (competition law), yaitu hukum antimonopoli (antimonopoly law), hukum antitrust (antitrust law),18 dan di Amerika Serikat pada tahun 1890, atas inisiatif senator Jhon Sherman dari Partai Republik, Konggres Amerika Serikat mengesahkan sebuah undang-undang yang berjudul “Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restrainst and Monopolies”,19 undang-undang tersebut lebih dikenal sebagai Sherman Act sesuai dengan penggagasnya.

Persaingan usaha mencakup mengenai segala tindakan pelaku usaha dalam pasar, oleh karena itu hukum persaingan usaha (competition law) ialah hukum yang mengatur pasar (law regulating the markets or the set of laws and regulations governing

18 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia (Dalam Teori dan Praktik serta Penerapan Hukumnya), Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2014, Cetakan ke-2, hlm. 1. Lihat pula Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm. 1.

19 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing, 2006, hlm.3.

Page 22: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA22

market behavior).20 Berdasarkan pemahaman di atas pengertian persaingan usaha sangat luas dan mencakup segala tindakan pelaku usaha dalam pasar, termasuk diantaranya tindakan persaingan tidak sehat.

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentu pengertian hukum persaingan usaha yang demikian itu tidaklah mencukupi. Oleh karenanya, perlu dikemukakan beberapa pengertian hukum persaingan usaha dari para ahli hukum persaingan usaha.

Menurut Arie Siswanto,21 dalam bukunya yang berjudul “Hukum Persaingan Usaha”, yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha (competition law) adalah instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Ekonomi yang ditulis oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes sebagaimana dikutip oleh Hermansyah,22 yang dimaksud dengan competition laws (hukum persaingan) adalah bagian dari perundang-undangan yang mengatur tentang monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjian perdagangan yang membatasi dan praktik anti persaingan.

Menurut Boner dan Krueger yang di kutip oleh Thee Kian Wie23 menyatakan bahwa kebijakan persaingan mencakup semua kebijakan pemerintah untuk mempertahankan dan melindungi persaingan diantara pembeli dan penjual di pasar bebas yang relatif tidak dikendalaikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen dengan mendorong 20 Dedie S. Martadisastra, “Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya

Terhadap Pedagang Kecil Tradisional” Jurnal Persaingan Usaha KPPU, Edisi 4 Tahun 2010, hlm, 71.

21 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001, hlm. 15.

22 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cetakan ke-1, Kencana Prenada Media group, Jakarta, 2008, hlm, 2.

23 Boner & Krueger dalam Thee Kian Wie, Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru: Esai-Esai, Cetakan 1, Kompas, Jakarta, 2004, hlm. 176.

Page 23: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 23

alokasi sumber-sumber masyarakat secara efisien, yang didasarkan atas prinsip fundamental bahwa dalam kondisi kompetitif perusahaan memberi konsumen harga dan mutu yang baik.24

Persaingan antar pelaku usaha di dunia bisnis dan ekonomi adalah sebuah keharusan. Persaingan usaha dapat diamati dari dua sisi, yaitu sisi pelaku usaha atau produsen dan sisi konsumen.25 Dari sisi produsen, persaingan usaha berbicara mengenai bagaimana perusahaan menentukan strategi bersaing, apakah dilakukan secara sehat atau saling mematikan.

Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan dapat dikatakan persaingan dalam dunia usaha itu (meminjam istilah yang di gunakan oleh Satjipto Rahardjo) merupakan conditio sine qua non atau persyaratan mutlak bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Walaupun harus diakui bahwa ada kalanya persaingan usaha itu sehat (fair competition), dan dapat juga tidak sehat (unfair competition).26 Pesatnya perkembangan dunia usaha adakalanya tidak diimbangi dengan penciptaan rambu-rambu pengawasan. Dunia usaha yang berkembang terlalu pesat sehingga meninggalkan rambu-rambu yang ada, jelas tidak akan menguntungkan pada akhirnya.27 Hukum dituntut untuk merespon segala seluk beluk kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum menjadi semakin penting dalam menghadapai problema-problema dunia usaha yang timbul seperti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.24 Thee Kian Wie, Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru: Esai-

Esai, Cetakan 1, Kompas, Jakarta, 2004, hlm. 177.25 Sukarmi, “Peran UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat dalam meningkatkan persaingan usaha di Era AFTA”, Jurnal Persaingan Usaha KPPU, Edisi 4 Tahun 2010, hlm, 2.

26 Hermansyah, Op. Cit., hlm. 8-927 Osgar S. Matompo, Hakekat Hukum Sistem Persaingan Usaha Yang Sehat,

Kempetitif dan Berkeadilan, Yogyakarta, Genta Publishing, 2015, hlm, 1-2.

Page 24: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA24

Profesor Organsky28 berpendapat bahwa bangsa-bangsa modern sekarang ini menjalani tiga tahap pembangunan, yaitu politik unifikasi, politik industrialisasi ,dan politik kesejahteraan sosial. Tahap pertama masalah utama adalah integrasi politik dalam rangka menciptakan persatuan nasional. Tahap kedua adalah perjuangan untuk modernisasi politik dan ekonomi. Pada tahap ini fungsi utama pemerintah adalah mendorong terjadinya akumulasi modal. Sedangkan pada tahap ketiga, pekerjaan utama pemerintah adalah melindungi rakyat dari penderitaan yang timbul sebagai akibat dari kehidupan industrialisasi.

Organsky29 menjelaskan tahap-tahap perkembangan politik, yakni, tahap politik unifikasi primitif, politik industrialisasi, politik kesejahteraan nasional dan Politik Berkelimpahan. Bangsa-bangsa yang tumbuh lebih dahulu di negara-negara Eropa dan Amerika Utara pada umumnya mengalami tahap pertumbuhan ini selangkah demi selangkah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Teori Organsky tentang tahap-tahap pembangunan politik terjadi dihampir semua negara. Di Eropa barat dan Amerika Utara kentara sekali bahwa tahap perkembangan negara di mulai dari tahap unifikasi primitif, Organsky30 menyebutkan perkembangan yang terjadi di Eropa Barat mulai terjadi pada abad ke 16, juga dibelahan dunia lain, asal mula negara ditandai dengan munculnya koloni-koloni Eropa. Tentunya dengan berbagai keunikan yang berbeda-beda dari suatu negara.

Organsky31 juga menyebutkan tahap selanjutnya setelah tahap Unifikasi Primitif yaitu negara masuk pada tahap Politik 28 Organsky dalam Erma Rajagukuguk, “Perubahan Hukum Indonesia: Persatuan

Bangsa, Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan sosial “, Jakarta: LDF dan Fak.Hukum UI, 2004, hlm, 6-7.

29 Organsky dalam Rita Yani Iyan, “Peran Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, Tahun II Nomor 5, Maret 2012, hlm, 169-170.

30 Ibid.31 Ibid.

Page 25: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 25

Industrialisasi, dimana negara mulai membangun dan berupaya memperkuat perekonomian dengan industrialisasi, pola pembangunan lewat industrialisasi merupakan pilihan yang ideal yang harus ditempuh, terutama oleh negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa Barat. Perkembangan ini ditandai oleh proses industrialisasi di Inggris. Abad ke 18 merupakan titik kemajuan proses industrialisasi di Inggris dimana ditemukan berbagai inovasi terutama inovasi teknologi yang mendorong ditemukan mesin-mesin industri pabrik. Pilihan melakukan industrialisasi merupakan yang terbaik karena keunggulan komparatif negara-negara barat terletak pada produk-produk industri dan teknologi. Politik industrialisasi secara implisit masih terjadi di Indonesia, dimana proses industrialisasi dan pembangunan infrastruktur pendukung industri terus dilakukan, terlebih Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998 membuat Indonesia bertahan lebih lama di fase ini. Tahap selanjutnya menurut Organsky adalah politik kesejahteraan nasional, politik kesejahteraan nasional merupakan politik bangsa-bangsa industri sepenuhnya, tahap ini menurut Organsky adalah tahap dimana telah terjadi saling tergantungan antara rakyat dengan pemerintah yang selanjutnya menjadi lengkap.

Kekuasaan negara tergantung pada kemampuan rakyat biasa untuk bekerja dan berjuang, dan rakyat bersama-sama dengan penguasa-penguasa industri, tergantung kepada pemerintah nasional untuk melindungi mereka terhadap kemiskinan akibat depresi dan kehancuran dari perang. Fungsi primer pemerintah pada tahap industrialisasi adalah melindungi pengusaha yang memiliki modal untuk mempercepat laju industri, sedangkan dalam tahap ketiga merupakan tugas pemerintah untuk melindungi rakyat terhadap kesulitan-kesulitan kehidupan industri, untuk menjaga supaya ekonomi berjalan lancar, memberikan taraf kehidupan yang lebih tinggi yang lama mereka dambakan. Sebagian negara-negara maju dan negara berkembang sedang menjalan fase seperti ini, dimana fokus

Page 26: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA26

pemerintahan adalah mensejahterakan rakyatnya dengan berbagai macam fasilitas publik, pendidikan dan kesehatan.32

Berbeda dengan negara-negara modern lainnya di dunia seperti Inggris,33 Amerika34 dan Jepang,35 Indonesia tampaknya ingin mencapai tiga tahap tersebut dalam waktu bersamaan. Indikasinya terlihat, sejak reformasi bergulir pada tahun 1998 tidak kurang 242 undang-undang, 11 Perpu, 608 Peraturan Pemerintah, 1003 Keputusan Presiden dan 82 Instruksi Presiden lahir baik yang mengatur dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial, yang tujuan-tujuannya adalah merekat negara kesatuan Republik Indonesia, mengatasi krisis ekonomi dan mengembangkan kesejahteraan sekaligus.36

Salah satu produk undang-undang yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini menarik untuk dianalisis tidak saja karena semangat yang diembannya sungguh jauh berbeda dengan semangat pembangunan ekonomi yang dianut oleh orde baru, namun lebih jauh dari itu

32 Rita Yani Iyan, “Peran Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, Tahun II Nomor 5, Maret 2012, hlm, 169-170.

33 Inggris masuk pada tahap pertama pada zaman Henry II (1154-1189) ditandai antara lain lahirnya common law dan terbentuknya Inggris Raya. Inggris menunggu hingga 500 tahun sampai terjadinya revolusi industri untuk masuk pada tahap kedua. Baru pada paruh abad ke dua puluh Inggris masuk pada tahap ketiga.

34 Amerika masuk pada tahap pertama mulai lahirnya konstitusi Amerika tahun 1776. setelah 60 tahun merdeka Amerika masuk pada tahap kedua, era industrialisasi. Rostow menyebut negara ini mulau take of di tahun 1840. barulah pada tahun 1930 Amerika Serikat masuk pada tahap ketiga “welfare state”.

35 Jepang memasuki tahap pertama ketika keluarga Tokugawa di bawah berapa Shogun mempersatukan Jepang dari tahun 1603 sampai 1867. Barulah dengan restorasi Meiji tahun 1868, Jepang memasuki tahap kedua, industrialisasi. Setelah perang dunia II, Jepang bangkit dan memasuki tahap ‘welfare state”.

36 Azhari Akmal Tarigan, “Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Perspektif Hukum Ekonomi dan Hukum Islam”, Jurnal Mercatoria, Vol. 9 No.1, Juli 2016, hlm, 55-56.

Page 27: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 27

undang-undang ini diharapkan dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih demokratis. Dengan kata lain, melalui undang-undang ini, seluruh rakyat diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi ekonominya.

Undang-undang Persaingan Usaha atau yang lebih dikenal sebagai undang-undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat (UU No. 5 Tahun 1999) adalah sebuah undang-undang yang didasarkan pada praktik pasar bebas atau liberalism. Pasar bebas atau liberalisme adalah sebuah praktik perdagangan yang mengagungkan kebebasan persaingan dalam sebuh sistem ekonomi pasar. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang begitu takjub akan keberhasilan sistem ekonomi pasar yang lebih mengedepankan persaingan ini. Sehingga regulasi yang dikembangkan dan dihasilkannya lebih mengarah pada praktik liberalisme.

Perkembangan produk legislasi yang mengarah pada pasar bebas terus berlanjut sehingga berakibat banyaknya produk asing yang bebas masuk pasar Indonesia. Masuknya produk asing dalam jumlah besar telah mematikan industri lokal yang tidak mampu bersaing baik dari segi mutu maupun harga, serta masuknya pedagang dengan modal besar telah berhasil menggeser peran pedagang kecil di kampung-kampung dan di pasar-pasar tradisional menjadi tidak mampu berdagang lagi karena pelanggannya telah pindah ke tempat yang menawarkan kenyamanan dan kemewahan dalam berbelanja.37

Pelaksanaan persaingan yang demikian ini yakni tanpa memikirkan yang lemah baik dari segi modal maupun kreativitas usaha yang menjadi ciri sebagian besar rakyat Indonesia kiranya telah menjadi kelemahan bawaan dari UU persaingan usaha sebagaimana tertera dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

37 Osgar S. Matompo, Op. Cit, hlm, 1-2.

Page 28: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA28

Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Kelemahan bawaan tersebut jelas terlihat dari ketentuan Pasar 3 angka 2 yang menyatakan “Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil”. Berdasarkan pasal ini dapat diketahui bahwa semua pelaku usaha baik besar, menengah, maupun kecil dianggap setara.

Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut menuntut kita untuk mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia yang selama ini sejak berlakunya UU No. 5 Tahun 1999 yang didasarkan pada pasar bebas, kondisi pasar di Indonesia telah menjadi milik dari pada pemodal asing dan pemodal besar sehingga kurang berpihak pada bangsa dan rakyat Indonesia yang sebagian besar merupakan pedagang kecil yang kurang inovasi dan lemah serta kurang terlindungi dari persaingan.

Page 29: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 29

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dapat dan harus membantu dalam mewujudkan struktur ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 UUD 1945. Dalam penjelasan Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa ”ekonomi diatur oleh kerjasama berdasarkan prinsip gotong royong”, termuat pikiran demokrasi ekonomi, yang dimaksudkan ke dalam Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999. Demokrasi ciri khasnya diwujudkan oleh semua anggota masyarakat untuk kepentingan seluruh masyarakat, dan harus mengabdi kepada kesejahteraan seluruh rakyat. Pikiran pokok tersebut termuat dalam pasal 2, yang dikaitkan dengan huruf a dan huruf b dari pembukaannya, yang berbicara tentang pembangunan ekonomi menuju kesejahteraan rakyat sesuai dengan UUD dan demokrasi ekonomi. Disetujui secara umum bahwa negara harus menciptakan peraturan persaingan usaha untuk dapat mencapai tujuan demokrasi ekonomi. Oleh karena terdapat tiga sistem yang bertentangan dengan tujuan tersebut, yaitu: 1) ”liberalisme perdagangan bebas”, yang pada masa lalu telah melemahkan kedudukan Indonesia dalam ekonomi internasional; 2) sistem penganggaran belanja yang menghambat kemajuan dan perkembangan ekonomi; dan 3) sistem pengkonsentrasian kekuatan ekonomi, oleh karena segala monopoli akan merugikan rakyat. Hanya perundang-undangan antimonopoli yang dapat mencegah timbulnya ketiga sistem tersebut, karena melindungi proses persaingan usaha, menjamin tata persaingan usaha dan mencegah terjadinya dominasi pasar.

Tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 3, yang sesungguhnya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah : a) menjaga kepentingan umum

Page 30: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA30

dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; b) mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; c) mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan d) terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Dengan diundangkannya UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999, ini merupakan langkah awal bagi Indonesia dalam rangka membawa bisnis dan perdagangan ke arah yang lebih adil (fair) dan yang berlandaskan kepada prinsip-prinsip persaingan pasar secara sehat, yang diharapkan dapat memberikan rasa keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi pelaku usaha, konsumen, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan lahirnya undang-undang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini, maka perangkat hukum yang mengatur mengenai praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, jauh lebih baik dari yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang sebelumnya.38

Dengan menyimak kerangka pikir Roscoe Pound, apakah kehadiran UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini dapat diumpamakan sebagai “a tool of sosial control and a tool of sosial engineering” Roscoe Pound39 menyatakan bahwa dalam memfungsikan hukum sebagai alat perekayasa sosial harus mampu melindungi tiga kepentingan dasar, yakni kepentingan umum, kepentingan sosial, dan kepentingan perorangan. Dalam menilai prospek UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, jika 38 Susanti Adi Nugroho, Op. Cit., hlm, 15.39 Roscoe Pound, Interpretation of Legal History, Chater 7, dikutip dari W.

Friedmann, Legal Theori, Terjemahan: Teori & Filsafat Hukum: Idealisme Filosofis & Problema Keadilan, CV. Rajawali Pers, Jakarta, 1990, hlm, 140-147

Page 31: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 31

dilihat dari tujuannya, undang-undang ini dianggap memenuhi harapan sebagai “alat kontrol sosial”. UU persaingan usaha juga berusaha menjaga kepentingan umum dan mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada terwujudnya perekonomian yang lebih adil, merata dan makmur, berdaya saing dengan basis efisiensi, serta menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi antara lain,dengan cara mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat.40 Hal ini sejalan dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Karena itu dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, ditetapkan asas demokrasi ekonomi sebagai dasar pembangunan bidang ekonomi. Artinya, pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya harus berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Jadi, pasal ini mensyaratkan asas demokrasi ekonomi yang juga menjadi dasar bagi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia.

Tujuan yang hendak dicapai dengan diundangkannya berbagai undang-undang mengenai larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana dilakukan oleh negara-negara maju yang telah sangat berkembang masyarakat korporasinya, seperti Amerika Serikat dan Jepang, 40 Baca Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004, Bidang

Ekonomi. Baca Pula Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005. hlm. 123.

Page 32: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA32

adalah untuk menjaga kelangsungan persaingan (competition). Persaingan perlu dijaga eksistensinya demi terciptanya efisiensi, baik efisiensi bagi masyarakat konsumen maupun bagi setiap perusahaan. Dengan terciptanya efisiensi bagi setiap perusahaan, maka pada gilirannya efisiensi tersebut akan menciptakan pula efisiensi bagi masyarakat konsumen.41 Terdapat dua efisiensi yang ingin dicapai oleh undang-undang antimonopoli, yaitu efisiensi bagi para produsen (productive efficiency) dan efisiensi bagi masyarakat (allocative efficiency).42

Productive efficiency adalah efisiensi bagi perusahaan dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Perusahaan dikatakan efisien apabila dalam menghasilkan barang dan atau jasa perusahaan tersebut dilakukan dengan biaya yang serendah-rendahnya karena dapat menggunakan sumber daya yang sekecil mungkin. Sedangkan allocative efficiency adalah efisiensi bagi masyarakat konsumen. Dikatakan masyarakat konsumen efisien apabila para produsen dapat membuat barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen dan menjualnya pada harga yang para konsumen itu bersedia untuk membayar harga barang yang dibutuhkan itu.43

Ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, telah menetapkan tujuan pembentukan undang-undang tersebut adalah untuk: a) menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; b) mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya

41 Sutan Remy Sjahdeini, “Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 10, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta: 2000, hlm, 8.

42 Sukarni, “Peran UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Meningkatkan Persaingan Usaha di Era AFTA”, Jurnal Persaingan Usaha KPPU, Edisi 4, tahun 2010, hlm, 2.

43 Ernest Gellhorn & William E. Kovacic, dalam Sutan Remy Sjahdeini, Loc.Cit., Baca Pula Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm, 90.

Page 33: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 33

kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; c) mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan d) terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Sementara itu, dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan pula mengenai tujuan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, antara lain:

“Undang-undang ini disusun berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berasaskan kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan tujuan untuk : menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen; menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat, dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang; mencegah praktek-praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha; serta menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Jadi pada prinsipnya tujuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini ada dua, yaitu tujuan dalam bidang ekonomi, dan tujuan diluar bidang ekonomi. Apabila tujuan bidang ekonomi tercapai, yaitu meningkatkan ekonomi nasional, maka tujuan di luar ekonomi juga akan tercapai, yaitu meningkatnya kesejahteraan rakyat.44 Dengan demikian, semua pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat tersebut mempunyai arah

44 M. Udin Silalahi, Undang-Undang Antimonopoli Indonesia: Peran dan Fungsinya di Dalam Perekonomian Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Volume 10, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta: 2000, hlm, 28.

Page 34: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA34

dan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia, yang merupakan tujuan dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memuat aturan tentang dua kegiatan yang dilarang, yaitu terkait dengan perjanjian dan kegiatan yang dilarang. Di bagian berikut ini dipaparkan perjanjian dan kegiatan yang dilarang dalam undang-undang persaingan usaha.

Sebelum diperkenalkannya istilah perjanjian yang ada dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka istilah perjanjian secara umum telah lama dikenal oleh masyarakat. Prof. Wirjono45 menafsirkan perjanjian sebagai perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak dalam hal mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lainnya berhak menuntut pelaksanaan dari perjanjian itu. Sedangkan Prof. Subekti46 menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Selanjutnya Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu persetujuan atau perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Selain dari perjanjian, dikenal pula istilah perikatan. Namun, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak merumuskan apa itu suatu perikatan. Oleh karenanya doktrin berusaha merumuskan apa yang dimaksud dengan perikatan yaitu suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang

45 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, PT. Eresto, Bandung, 1989, hlm, 9.

46 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,Intermasa, Jakarta 1985, hlm, 1.

Page 35: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 35

satu berhak menutut sesuatu hal (prestasi) dari pihak lain yang berkewajiban memenuhi tuntutan tersebut.47 Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan. Pasal 1233 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu perikatan ada yang lahir karena perjanjian dan ada yang dilahirkan karena undang-undang. Suatu prestasi dalam suatu perikatan menurut Pasal 1234 KUH Perdata dapat berupa 3 macam. Pertama kewajiban untuk memberikan sesuatu; Kedua, kewajiban untuk berbuat sesuatu; dan ketiga kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu.

Dalam sistem hukum perjanjian, maka dianut sistem terbuka, artinya para pihak mempunyai kebebasan yang sebesar-besarnya untuk mengadakan perjanjian yang berisi dan berbentuk apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang pada intinya menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Selanjutnya Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 syarat. Pertama, sepakat mereka untuk mengikatkan diri. Kedua, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Ketiga, suatu hal tertentu, dan keempat, suatu sebab (causa) yang halal.

Ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian dalam KUH Perdata ini merupakan asas-asas dan ketentuan-ketentuan umum yang berlaku untuk semua perjanjian secara umum. Disamping itu suatu Undang-Undang khusus dapat saja mengatur secara khusus yang hanya berlaku untuk ketentuan-ketentuan dalam undang-undang yang khusus tersebut. Hal ini dapat ditemui dalam UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur secara khusus apa yang dimaksud dengan perjanjian dalam UU ini. Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, perjanjian didefinisikan sebagai: “Suatu perbuatan satu 47 Ibid.

Page 36: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA36

atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.”

Dengan adanya definisi perjanjian yang dirumuskan oleh Undang-undang No.5 Tahun 1999, dapat diketahui bahwa Undang-Undang No. 5 tahun 1999 merumuskan bahwa perjanjian dapat dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, kedua-duanya diakui atau digunakan sebagai alat bukti dalam kasus persaingan usaha. Sebelumnya perjanjian tidak tertulis umumnya dianggap tidak begitu kuat sebagai alat bukti di pengadilan, karena hukum acara perdata yang berlaku pada saat ini lebih menekankan dan menganggap bukti tertulis dan otentik sebagai alat bukti yang kuat.

Pengakuan dan masuknya perjanjian yang tidak tertulis sebagai bukti adanya kesepakatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha dalam Hukum Persaingan Usaha adalah sangat tepat dan telah sesuai dengan rezim Hukum Persaingan Usaha yang berlaku di berbagai negara. Pada umumnya para pelaku usaha tidak akan begitu ceroboh untuk memformalkan kesepakatan diantara mereka dalam suatu bentuk tertulis, yang akan memudahkan terbuktinya kesalahan mereka. Oleh karenanya perjanjian tertulis diantara para pelaku usaha yang bersekongkol atau yang bertentangan dengan Hukum Persaingan Usaha akan jarang ditemukan.

B. Sejarah Hukum Persaingan Usaha

Bagi negara yang ingin mengeliminir atau setidaknya mengurangi konsentrasi kegiatan perekonomian yang mendasarkan pada kondisi pasar yang tidak ideal, dan penuh dengan persaingan curang, Undang-Undang Antimonopoli merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga48. 48 L. Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender Perspeektif Hukum

Persaingan Usaha, Srikandi, Surabaya, 2008, hlm, 17.

Page 37: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 37

Bahkan begitu pentingnya Undang-Undang Antimonopili bagi suatu negara sehingga pengaturan mengenai Antitrust Law bagi Amerika Serikat adalah seperti Magna Charta bagi free enterprise untuk menjaga kebebasan ekonomi dan sistem free enterprise atau seperti Bill of Right bagi hak asasi manusia dalam rangka melindungi kebebasan-kebebasan pribadi yang sangat fundamental 49.

Dibandingkan dengan sejarah hukum yang lain, sejarah tentang antimonopoli ini relatif lebih baru. Baik sejarahnya dalam dunia internasional, maupun sejarahnya di Indonesia, bahkan Indonesia sudah sangat ketinggalan start bila dibandingkan dengan banyak negara lainnya50.

Di Amerika Serikat, sudah lama sekali berlaku undang-undang yang melarang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Bahkan sebelum berlakunya undang-undang itu, pengadilan Amerika Serikat telah memberikan putusan-putusan mengenai larangan praktik-praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berdasarkan common law 51.

Diawali dengan The Sherman Antitrust Act pada tahun 1890, yang mengatur hukum antimonopoli dan persaingan usaha pertama kali di Amerika Serikat, yang kemudian diperbaharui dan dilengkapi berturut-turut dengan perundang-undangan lainnya dengan The Clayton Antitrust Act dan The Federal Trade Commision Act pada tahun 1914, The Robinson Patman Act pada tahun 1936, Emergency Price Control Act pada tahun 1942, Defence Production Act di tahun 1950, The Celler Kefauver Anti Merger Act pada tahun 1950 dan Economic Stabilization Act 1970. Ditambah lagi dengan peraturan antimonopoli yang dibuat beberapa negara bagian Amerika Serikat.

49 Sutan Remy Sjahdeini, “Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 10, Jakarta, Yayasasan Pengembangan Hukum Binis, 2000: 5

50 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm, 35 dan Sutan Remy Sjahdeini, 2000: 5.

51 Sutan Remy Sjahdeini, Loc.Cit.

Page 38: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA38

Pada sejarah hukum monopoli di Amerika Serikat, sebenarnya munculnya The Sherman Antitrust pada tahun 1890, merupakan jawaban terhadap menjamurnya trust dalam sejarah bisnis di sana. Lahirnya The Sherman Antitrust Act tersebut sebagai jawaban atas historical cry dari masyarakat bisnis dalam sejarah di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, memang ketakutan terhadap monopoli telah lama terjadi dalam Hukum Persaingan Usaha di Indonesia sejarah mereka. Hal ini disebabkan karena begitu maraknya monopoli dari bisnis dalam bentuk kartel terutama setelah perang saudara. Akan tetapi, di Amerika Serikat, sedikit demi sedikit dominasi bisnis dalam bentuk trust atau kartel tersebut lama kelamaan menjadi kurang populer, untuk kemudian diganti tempatnya oleh kombinasi bisnis lewat holding company sehingga memunculkan konsentrasi bisnis dengan terbentuknya bisnis-bisnis raksasa dalam satu holding, yakni berupa jaringan bisnis konglomerasi52.

Di samping itu, karena juga semakin gencar dengan adanya begitu banyak kartel dagang atau trust, maka kartel-kartel dagang atau trust tersebut dilarang dengan berdasarkan pada doktrin-doktrin penghambat perdagangan (restraint of trade) dan monopoli, serta dengan menggunakan doktrin hukum tentang ultra vires (berbuat di luar batas lingkup anggaran dasar) dari perusahaan-perusahaan yang melakukan kombinasi itu. Pada tahun 1892, The Supreme Court di negara Bagian Ohio, Amerika Serikat memberikan putusan bahwa The Standar Oil Trust dengan berdasarkan kepada alasan bertentangan dengan kepentingan umum dan ultra vires. Putusan ini diputus dalam kasus State v. Standard Oil Company (1892). Selain itu, adapun pada saat, seakan-akan “efisiensi ekonomi” menjadi satu-satunya tujuan mengapa persaingan pasar harus diatur, tetapi dalam sejarah hukum antitrust di Amerika Serikat, terdapat faktor lain yang juga dipertimbangkan, yaitu struktur

52 Munir Fuady, Loc.Cit.

Page 39: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 39

dan organisasi dari kompetisi; efisiensi dan alokasi produksi; kompleksitas dari behavior pasar yang dinamis; dan nilai-nilai serta kebutuhan sosial lainnya53.

Pada awal pengaturan monopoli dalam hukum Inggris, ada tiga aspek yang dilarang sehubungan dengan restriksi terhadap perdagangan (restrictions of trade). Ketiga aspek tersebut, yaitu:

1. kejahatan mengenai:

a. pengontrolan (dan atau pembelian) barang-barang di jalan yang sedang menuju ke pasar untuk dijual dengan harga yang tinggi di pasar (forestalling).

b. pembelian barang tertentu dalam jumlah besar untuk kemudian dijual kembali dengan harga yang sangat tinggi (engrossing), dan

c. Pembelian barang tertentu di pasar dan dijual kembali dengan harga yang tinggi (regrating).

2. tindakan monopoli pasar;

3. kontrak yang menghalang-halangi perdagangan (restraint of trade)54.

Pada abad ke-19 di Inggris, doktrin restraint of trade semakin diperluas seirama dengan mulai fleksibelnya penafsiran terhadap ketertiban umum (public policy). Sementara di Amerika Serikat saat itu, doktrin sempit tentang restraint of trade diperluas dengan mulai diterapkannya doktrin rule of reason. Akan tetapi, sebenarnya sejak abad ke-17, untuk kasus-kasus monopoli ini, pengadilan-pengadilan di Inggris telah mulai menerapkan doktrin konspirasi kriminal terhadap suatu kombinasi dagang atau monopoli. Penerapan doktrin seperti ini mencapai puncaknya di Inggris pada abad ke-18. Hal yang

53 Munir Fuady, ibid.54 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm, 35. dan Sutan Remy Sjahdeini, 2000: 5.

Page 40: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA40

sama juga terjadi di Amerika Serikat, di mana doktrin “konspirasi untuk monopoli” ini juga dibawa dan diterapkan di sana. Hanya saja, di Amerika Serikat, penerapannya tidak terlalu ditekankan kepada unsur pidananya, melainkan lebih diarahkan kepada unsur perbuatan melawan hukum dalam bidang hukum perdata (tort), sehingga penerapan doktrin tersebut di Amerika Serikat dapat sejalan dengan penerapan doktrin “kombinasi yang menghambat perdagangan” (combination in restraint of trade).

Setelah berabad-abad di Inggris, di mana hukum antimonopoly (tertulis dan tidak tertulis) ditujukan terhadap persaingan pasar yang “fair” dan pencegahan eksploitasi kekuatan pasar oleh kekuatan perusahaan tunggal secara monopoli atau oleh kartel, maka di awal abad ke-20, kebijakan mengenai hukum monopoli yang demikian sudah ditinggalkan. Bahkan pada waktu krisis di sekitar tahun 1920-an dan 1930-an, kebijakan pemerintah mengenai antimonopoli ini cenderung menyukai konsentrasi bisnis oleh perusahaan-perusahaan besar, yang merupakan kebijakan yang antitesis terhadap kebijakan persaingan pasar. Akan tetapi, pengaruh dari perusahaan kartel terhadap bisnis di Inggris segera terlihat, dan berbagai upaya untuk mengatur akibat dari bisnis kurtel tersebut dilaksanakan, Akhirnya sejak tahun 1948, dikeluarkan undang-undang yang merupakan tonggak dari kebijakan antimonopoli dan persaingan curang, seperti yang saat ini dipratekkan di Inggris. Undang-Undang Tahun 1948 tersebut adalah Undang-Undang Monopoli dan Praktik Pembatasan, yang memberikan legitimasi kewenangan kepada pemerintah in casu Presiden, Dewan Perdagangan di samping kepada Komisi Monopoli dan Praktik Pembatasan untuk mengawasi praktik monopoli dan persaingan ini.

Di Inggris juga dibuat beberapa undang-undang yang ada hubungannya dengan praktik monopoli dan persaingan curang. Sejak lahun 1948, policy dan perundang-undangan tentang antimonopoli (yang modern) di Inggris telah didasarkan pada

Page 41: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 41

kriteria sosial dan ekonomi, yakni yang selalu dikaitkan dengan kepetingan umum, tidak hanya semata-mata didasarkan pada faktor persaingan saja. Perjanjian pembatasan terhadap kepetingan umum sebenarnya telah diperkenalkan oleh Undang-Undang Pembatasan Praktik Perdagangan, Sampai kemudian di tahun 1970-an, di mana dikeluarkan tiga undang-undang yang berusaha menggabungkan beberapa undang-undang sebelumnya disertai dengan berbagai perubahan. Ketiga undang-undang tersebut, yaitu :

1. Undang-Undang Perdagangan Wajar tahun 1973 yang lebih ditujukan kepada monopoli dan merger;

2. Undang-Undang Praktik Pembatasan Perdagangan lahun 1976; dan

3. Undang-Undang Harga Jual Kembali Tahun 1976.

Di samping itu, di Inggris juga sudah lama dikenal sistem monopoli oleh Kerajaan Inggris yang merupakan cikal bakal sistem paten, dan sistem ini sudah dikenal sejak abad ke-13. Namun demikian, di abad ke-17 terjadi konflik yang berkepanjangan antara pihak parlemen di Inggris dengan pihak kerajaan mengenai hak untuk mendapatkan perpanjangan hak monopoli dari kerajaan atau hak paten tersebut. Kemudian konflik tersebut dapat diselesaikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Monopoli pada Tahun 1623, yang memberikan hak paten sebagai monopoli perorangan sampai dengan jangka waktu 21 tahun.

Di negara-negara Eropa lain selain Inggris umumnya juga dikenal seperangkat kaidah hukum tentang antimonopoli ini. Di Belanda, dikenal suatu Undang-Undang tentang Kompetisi Ekonomi (tahun 1956) yang disebut dengan Wet Economische Medediging. Undang-undang ini bertujuan untuk melarang konspirasi bisnis yang membatasi persaingan dan merugikan kepentingan umum (public interest). Bahkan dalam Masyarakat Eropa, Pasal 85 dan Pasal 86 dari Traktat Roma Tahun 1957, telah

Page 42: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA42

pula mengatur tentang ketentuan antimonopoli ini. Traktat Roma tersebut merupakan dasar dengan mana Masyarakat Ekonomi Eropa terbentuk.

Larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Jepang diatur dengan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1947, yaitu law Relating to Prohibition of Profit Monopoly and Methods of Preserving Fair Trade tanggal 14 April 1947, sebagaimana seringkali diubah (telah mengalami perubahan sebanyak 44 kali) dan yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4 tanggal 6 April 1991. Undang-Undang tersebut disebut pula sebagai The Antimonopoly Law55.

Di Thailand, peraturan perundang-undangan yang mengatur pengendalian praktik-praktik dagang restriktif, termuat dalam “The Price Fixing and Antimonopoly Act 1979”.

Tidak banyak yang dicatat dalam sejarah Indonesia di seputar kelahiran dan perkembangan hukum antimonopoli ini. Banyak dicatat dalam sejarah justru tindakan-tindakan atau perjanjian dalam bisnis yang sebenarnya mesti dilarang oleh Undang-Undang Antimonopoli56.

Pada sejarah kontemporer Indonesia, praktek monopoli pertama kali secara resmi dimulai pada tanggal 20 Maret 1602, yaitu saat Pemerintah Belanda atas persetujuan State General memberikan hak (octrooi) untuk berdagang sendiri (monopoli) pada VOC di wilayah Indonesia (Hindia Timur). Hak monopoli dimaksud meliputi sembilan macam, yaitu: (1) dianggap sebagai wakil pemerintah Beianda di Asia; (2) monopoli perdagangan; (3) mencetak dan mengedarkan uang sendiri; (4) mengadakan perjanjian; (5) melakukan perang dengan negara lain; (6) menjalankan kekuasaan kehakiman; (7) pemungutan pajak; (8)

55 Sutan Remy Sjahdeini, “Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 19, Jakarta, Yayasasan Pengembangan Hukum Binis, 2002: 8.

56 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm, 41.

Page 43: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 43

memiliki angkatan perang; dan (9) mengadakan pemerintahan sendiri. Tujuan pembentukan VOC yang dipegang oleh dewan yang beranggotakan 17 tuan-tuan pedagang besar Belanda tidak lain untuk menghindari persaingan antara sama pedagang Belanda, serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya57.

Cara VOC melakukan praktek monopoli perdagangan di Indonesia, sebagai berikut:

1. Melakukan pelayaran Hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan VOC adalah merampas setiap kapal pendudukan yang menjual langsung rempah-rempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Prancis, dan Denmark karena dianggap melanggar monopoli dagang VOC. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makasar. Kapal Hongi adalah nama sejenis perahu di Maluku yang bentuknya panjang, yang dipakai untuk patroli laut Belanda yang didayung secara paksa oleh penduduk setempat.

2. Melakukan ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat. Tujuannya mempertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot apabila hasil panen berlebihan (over produksi).

3. Penyerahan wajib yang disebut Verplichte Leverantien, yuitu perjanjian dengan raja-raja setempat terutama yang kalah perang, wajib menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkannya.

4. Contingenten, yaitu rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak.

Dalam melaksanakan pemerintahannya, VOC banyak mempergunakan tenaga Bupati yang digaji oleh pemerintah, sedangkan bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak

57 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktek Monopoli dan Persaaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bandung, 2010, hlm, 23.

Page 44: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA44

dengan cara menyewakan desa untuk beberapa tahun lamanya58.

Nusantara Indonesia yang merupakan kongsi dagang yang dipimpin oleh “de XVII Heeren” atau ke-17 Tuan-Tuan” juga mengawasi perdagangan yang terbentang di Tanjung Harapan di ujung Afrika hingga Sri Lanina dan Jepang. Sejarah telah mencatat, meskipun telah memperoleh keuntungan yang berlipat-lipat dari praktik monopoli perdagangan tersebut, namun ternyata VOC mengalami kebangkrutan, serta menemui ajalnya pada tanggal 1 Januari 1800, yaitu sejak Pemerintah Belanda pada waktu itu (Bataafsche Republiek) membentuk suatu badan resmi yang dinamakan dengan “Aziatische Raad” untuk mengambil alih pemerintahan atas daerah-daerah bekas jajahan VOC.

Sepeninggal VOC, pemerintahan daerah jajahan sejak dari gubernur jenderal yang pertama, Daendels (1808-181 1), diselingi oleh Raffles (1811-1816) sampai dengan Gubernur Jenderal Thomas Stamford akhir Tjarda van Starkenborgh Stachouwer mengadakan kapitulasi dengan penguasa pendudukan Jepang di Kalijati, tanggal 9 Maret 1942, bahkan sampai pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama kurun waktu berada di bawah kekuasaan penjajah Belanda, Inggris, dan Jepang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian maupun secara keseluruhan, praktik monopoli dalam perdagangan secara terus-menerus dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi bahwa selama periode interregnum tersebut, ukuran dan batasan terbadap persaingan yang sehat dan persaingan yang tidak sehat adalah kabur dan tidak jelas59.

Di masa pemerintahan Orde Baru, di masa itu sangat banyak terjadi monopoli, oligopoli dan perbuatan lain yang menjurus kepada persaingan curang, seperti monopoli terigu, 58 Ibid, hlm. 24.59 Johnny Ibrahim, Op.Cit., hlm, 11.

Page 45: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 45

monopoli cengkeh, monopoli jeruk, monopoli pengedaran film, dan masih banyak lagi. Bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan beberapa konglomerat besar di Indonesia juga bermula dari tindakan monopoli dan persaingan curang lainnya, yang dibiarkan saja bahkan didorong oleh pemerintah saat itu60.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika cukup banyak para praktisi maupun teoritisi hukum dan ekonomi saat itu yang menyerukan agar segera dibuat sebuah Undang-Undang Antimonopoli. Seruan-seruan tersebut terasa tidak bergeming sampai dengan lengsernya rezim mantan Presiden Soeharto, di mana baru pada masa reformasi diundangkan sebuah Undang-Undang Antimonopoli sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini, secara historis berawal dari belum tersedianya secara cukup suatu Undang-Undang yang secara komprehensif dan memadai yang mengatur mengenai persaingan usaha di Indonesia. Selama ini, pelaku usaha masih bersikap ambiguitas dalam menentukan langkah dalam melaksanakan, mengurus, serta mengatur kegiatan usahanya karena acapkali masih kita jumpai, bahwa masih ada pelaku usaha yang bingung, apakah kegiatan usaha yang dilakukan itu nantinya akan mengganggu atau berdampak buruk atau negatif pada kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha lainnya.

C. Pemikiran Terbentuknya UU Nomor 5 Tahun 1999

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha, adapun istilah-istilah yang digunakan dalam bidang hukum ini selain istilah hukum

60 Munir Fuady, Op.Cit., hlm, 41.

Page 46: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA46

persaingan usaha (competition law), yakni hukum antimonopoli (antimonopoly law) dan hukum antitrust (antitrust law). Namun demikian, istilah hukum persaingan usaha telah diatur dan sesuai dengan substansi ketentuan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang mencakup pengaturan antimonopoli dan persaingan usaha dengan segala aspek-aspeknya yang terkait.

Bagaimanapun juga hukum sangat dibutuhkan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat di dalam segala aspeknya, apakah itu kehidupan sosial, politik, dan budaya, apalagi yang tidak kalah pentingnya adalah fungsinya atau peranannya dalam pembangunan ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi inilah justru hukum sangat diperlukan, karena sumber-sumber ekonomi yang terbatas di satu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi di lain pihak, agar dapat mencegah timbulnya konflik antara sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut. Beranjak dari apa yang dikemukakan, jelas bahwa hukum mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi, terutama berkaitan dengan terciptanya efisiensi ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat itu merupakan instrumen penting dalam mendorong terciptanya efisiensi ekonomi, dan menciptakan iklim kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha. Dengan demikian, eksistensi UU No. 5 Tahun 1999 perlu didorong agar mampu merealisasikan konsep Law as a Tool to Encourage Economic Efficiency.61

Suatu UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan kelengkapan hukum yang diperlukan

61 Erman Kajagukguk, “Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan National, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial», makalah disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII diselenggarakan oleh BPHN, Depkeh & HAM. Denpasar, tanggal 14-18 juli 2003.

Page 47: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 47

dalam suatu perekonomian yang menganut mekanisme pasar. Di satu pihak undang-undang ini diperlukan untuk menjamin agar kebebasan bersaing dalam perekonomian dapat berlangsung tanpa hambatan, dan di lain pihak UU ini juga berfungsi sebagai rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat dan tidak wajar. Memilih sistem ekonomi pasar dengan tanpa melengkapi diri dengan pagar-pagar peraturan, sama saja dengan membiarkan ekonomi berjalan berdasarkan hukum siapa yang kuat boleh menghabiskan yang lemah, karena merupakan sifat dari dunia usaha untuk mengejar laba sebesar-besarnya, yang kalau perlu ditempuh dengan cara apa pun, dan karena itu dibutuhkan aturan untuk mengendalikannya.

Pada umumnya, orang menjalankan kegiatan usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, atas dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup itulah mendorong banyak orang menjalankan usaha, baik kegiatan usaha yang sejenis maupun kegiatan usaha yang berbeda. Keadaan yang demikian itulah sesungguhnya yang menimbulkan atau melahirkan persaingan usaha di antara para pelaku usaha. Oleh karena itulah, persaingan dalam dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan dapat dikatakan persaingan dalam dunia usaha itu merupakan conditio sine qua non atau persyaratan mutlak bagi terselenggaranya ekonomi pasar, walaupun diakui bahwa adakalanya persaingan usaha itu sehat dan dapat juga tidak sehat. Persaingan usaha yang sehat akan memberikan akibat positif bagi para pelaku usaha, sebab dapat menimbulkan motivasi atau rangsangan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, inovasi dan kualitas produk yang dihasilkannya. Selain menguntungkan bagi para pelaku usaha, tentu saja konsumen memperoleh manfaat dari persaingan usaha yang sehat itu, yaitu adanya penurunan harga, banyak pilihan, dan peningkatan kualitas produk.

Page 48: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA48

Suasana (atmosphere) yang kompetitif adalah syarat mutlak bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang efisien, termasuk proses industrialisasinya. Dalam pasar yang kompetitif perusahaan-perusahaan akan saling bersaing untuk menarik lebih banyak konsumen dengan menjual produk rnereka dengan harga yang serendah mungkin, meningkatkan mutu produk, dan memperbaiki pelayanan rnereka kepada konsumen. Untuk berhasil dalam suatu pasar yang kompetitif, maka perusahaan- perusahaan harus berusaha untuk mengembangkan proses produksi baru yang lebih efisien, serta mengembangkan produk baru dengan desain baru yang yang inovatif. Untuk hal ini, maka perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan teknologi mereka, baik teknologi proses produksi (process technology) maupun teknologi produk (product technology). Dengan demikian, ini akan mendorong kemajuan teknologi dan diharapkan juga pertumbuhan ekonomi yang pesat.62

Aturan-aturan untuk mengendalikan keadaan tersebut sangat diperlukan bagi negara-negara yang memakai sistem perekonomian pasar agar tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat. Peraturan mengenai larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini diperlukan untuk menjamin agar kebebasan bersaing dalam perekonomion dapat berlangsung tanpa hambatan. Karena pada hakikatnya pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selalu bersaing. Persaingan ada yang dilakukan secara positif dan negatif. Persaingan usaha yang dilakukan secara negatif atau sering diistilahkan sebagai persaingan tidak sehat, akan berakibat pada:

1. matinya atau berkurangnya persaingan antar pelaku usaha;

62 Thee Kian Wie, «Aspek-Aspek Ekonomi yang Perlu Diperhatikan dalam lmplementasi UU No. 5 Tahun 1999», Jurnal Hukum Bisnis, Volume 7 Tuhun 1999, hlm, 60.

Page 49: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 49

2. timbulnya praktik monopoli, di mana pasar dikuasai hanya oleh pelaku usaha tersebut;

3. bahkan kecenderungan pelaku usaha untuk mengeksploitasi konsumen dengan cara menjual barang yang mahal tanpa kualitas yang memadai.63

Pada hakikatnya, keberadaan hukum persaingan usaha adalah mengupayakan secara optimal terciptanya persaingan usaha yang sehat dan efektif pada suatu pasar tertentu, yang mendorong agar pelaku usaha melakukan efisiensi agar mampu bersaing dengan para pesaingnya. Keberadaan UU Persaingan Usaha yang berasaskan demokrasi ekonomi juga harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan masyarakat, sehingga UU tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat di Indonesia. Iklim dan kesempatan berusaha yang ingin diwujudkan tersebut selengkapnya tercantum dalam ketentuan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999, yang memuat:

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.

3. Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.

4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Dengan menyimak secara saksama tujuan di atas, kita 63 Hikmahanto Juwana, “Sekilas tentang Hukum Persaingan dan UU No. 5 Tahun

1999, Jurnal Magister Hukum I Tulmii 1999, hlm. 32.

Page 50: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA50

dapat mengatakan bahwa pada dasarnya tujuan dari Undang-Undang Persaingan Usaha adalah untuk menciptakan efisiensi pada ekonomi pasar demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan mencegah monopoli, mengatur persaingan yang sehat dan bebas, serta memberikan sanksi terhadap para pelanggarnya. Tujuan yang multi-objektif tersebut, sejak awal sudah diperhitungkan akan menjadi masalah dalam penerapan interpretasi termasuk dalam penerapan putusan yang dilakukan oleh KPPU. Bahkan, dapat dikatakan bahwa multi-objektif dari UU No. 5 Tahun l999 terlihat tidak konsisten antara satu dan lainnya, misalnya pilihan antara efisiensi dan kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha ataupun dengan perlindungan terhadap pelaku usaha kecil dan menengah. Dalam hal ini, yang masih diperdebatkan adalah tujuan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat. Banyak kritik yang mempertanyakan masyarakat yang manakah yang dimaksud dalam undang-undang ini.

Dalam implementasinya kemudian, selama hampir duapuluh tahun UU itu dijalankan, interpretasi terhadap prioritas dari tujuan UU No. 5 Tahun 1999 yang multi-objektif terlihat dalam kasus yang diputus oleh KPPU. Hampir seluruh kasus mengutamakan interpretasi terhadap prioritas dari tujuan UU No. 5 Tahun 1999 yang multi-objektif terlihat dalam kasus yang diputus oleh KPPU. Hampir seluruh kasus mengutamakan pertimbangan pada kesejahteraan masyarakat, walaupun dengan argumentasi atau pertimbangan yang masih dirasa minim.64

64 Misalnya, lihat beberapa putusan KPPU yang sarat dengan pembelaan terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti Putusan KPPU No. 03/KPPU-I/2000 Retail PT Induntarco Prismatama (Indomaret), Putusan KPPU No. 07/KPPU-I./2007 tentang Kepemilikan Silang oleh Kelompok Usaha Temasek dan Praktik Monopoli Telkomsel, Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2007 tentang Kartel SMS, dan Putusan KPPU No.03/KPPU-l./2008 mengenainai Hak Siar Barclays Premier League (l.iga Utama Inggris) yang dilakukan oleh PT Direct Vision, Astro All Asia Network PLC, ESPN Star Sports, All Asia Multimedia Networks (lihat GTZ-Laporan 10 tahun KPPU 2009, hlm, 55).

Page 51: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 51

Di samping itu, beberapa ketentuan dalam UU No. 5 Tahun l999 ternyata harus segera dilakukan amendemen, sebab adanya perkembangan baru dari beberapa undang-undang lain yang berhubungan seperti:

1. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

2. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

3. UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

4. Berbagai peraturan sektoral lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan UU No. 5 Tahun 1999

D. Perbandingan Hukum Persaingan Usaha di

Beberapa Negara

Saat ini, berbagai negara dengan latar belakang berbagai alasan dan tujuan melakukan perubahan menuju sistem ekonomi pasar dan memberlakukan pula undang-undang hukum persaingan. Pengaturan larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pada dasarnya dibuat berdasarkan doktrin hukum yang sama dengan apa yang digunakan oleh negara-negara lain yang telah lebih dahulu memiliki aturan perundang-undangan di bidang persaingan usaha. Asumsi tersebut diperkuat dengan telah dikeluarkannya Model Law on Competition oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).

Seperti telah diuraikan sebelumnya, larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang diatur dalam undang-undang persaingan (Competition Law) atau juga dalam undang-undang antimonopoli, dewasa ini teiah dimiliki oleh lebih dari 80 negara. Sementara itu, lebih dari 20 negara lainnya sedang menyusun aturan hukum yang mengatur persaingan usaha tersebut. Fakta ini menunjukkan bahwa kebutuhan pengaturan

Page 52: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA52

persaingan usaha dalam hukum positif telah menjadi kebutuhan yang bersifat universal. Meskipun demikian, negara yang dipilih sebagai objek pembanding hanyalah negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia, karena negara-negara tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap iklim usaha di Indonesia, baik dalam posisinya sebagai mitra dagang utama, pengaruh mereka melalui lembaga-lembaga internasional, maupun karena pertimbangan latar belakangnya sampai memiliki undang-undang persaingan usaha. Negara-negara tersebut adalah sebagai berikut.

Amerika Serikat

Amerika Serikat dipilih karena negara ini pengaturan pasar bebas yang paling fanatik serta memiliki seperangkat aturan hokum yang modern dan menjadi kiblat hukum persaingan banyak negara di dunia. Amerika Serikat sendiri merupakan negara kedua di dunia yang memiliki undang-undang yang mengatur persaingan (1890) setelah Kanada (1889). Pengadilan-pengadilan di AS selalu berusaha untuk mencegah praktik-praktik bisnis yang bertentangan dengan kepentingan umum. Dengan demikian, semua bentuk perjanjian bisnis yang dibuat dengan tujuan untuk mengurangi atau meniadakan persaingan tidak pernah diberi tempat dalam sistem hukum AS. Sikap semacam itu tampak jelas ditunjukkan para hakim di pengadilan yang secara jelas menolak tuntutan-tuntutan yang cenderung memberi tempat kepada praktik-praktik bisnis yang curang atau tidak jujur.

Sebelum kongres AS mengeluarkan UU Antitrust, belum ada larangan secara formal yang ditujukan terhadap setiap usaha yang dilakukan untuk secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama membatasi atau mengurangi persaingan. Dan, meskipun UU yang ada telah memberikan pengertian tertentu mengenai perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori anti persaingan, sistem di AS tetap memberikan

Page 53: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 53

peran yang besar kepada para hakim di pengadilan untuk menentukan jenis perbuatan-perbuatan atau praktik-praktik bisnis yang dapat mengurangi atau membatasi persaingan. Bahasa-bahasa yang singkat dan sederhana yang digunakan dalam UU Antitrust memberi peluang kepada para hakim di pengadilan untuk melakukan penafsiran sesuai dengan kondisi yang ada. Lembaga-lembaga pemerintah yang diberi tugas untuk melaksanakan UU Antitrust tersebut juga diberi kewenangan untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan yang dikategorikan bertentangan dengan UU tersebut.

Hal yang sering menjadi pertanyaan, hukum atau peraturan apa yang digunakan para hakim di pengadilan AS pada saat menghadapi perilaku usaha atau perbuatan yang masuk dalam kategori anti-persaingan? Sebelum UU Antitrust berlaku di AS, para hakim di pengadilan menggunakan antitrust common law dalam menghadapi kasus-kasus yang berkenaan dengan praktik-praktik bisnis curang. Dalam sistem common law yang dipraktekkan di Amerika, tidak dibenarkan adanya praktik-praktik bisnis yang curang termasuk di dalamnya perjanjian-perjanjian dagang yang dapat mengurangi atau membatasi perdagangan. Sebuah praktik bisnis atau perjanjian dagang dikatakan telah membatasi perdagangan apabila praktik bisnis atau praktik perjanjian dagang tersebut membatasi atau mengurangi persaingan dalam segala bentuk. Meski demikian, sistem common law yang berlaku di AS pada abad ke-19 tidak sepenuhnya dapat mengendalikan semua tindakan yang membatasi perdagangan yang illegal kecuali tindakan yang dianggap tidak wajar (unreasonable). Pengadilan dapat membatalkan perjanjian yang membatasi perdagangan. Hal yang demikian misalnya nampak dalam putusan pengadilan dalam kasus Central Ohio Salt vs. Guthrie65.65 Dalam kasus tersebut, hakim yang mcngadili kasus tersebut membatalkan

perjanjian-perjanjian keperdataan yang membatasi perdagangan hanya dengan alasan kebijakan umum (public policy). Maksud utama dari perjanjian seperti itu (perjanjian menetapkan harga) ialah untuk menciptakan monopoli dan menghancurkan persaingan dalam perdagangan, dan untuk alasan

Page 54: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA54

Di Amerika Serikat, hukum persaingan dikenal dengan nama “Antitrust Law”. Mulanya terbentuk hukum persaingan di AS adalah dalam rangka mengakomodasi keinginan akan hak untuk bersaing (the right to compete). Peraturan perundang-undangan yang paling awal yang mengatur tentang persaingan usaha adalah Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restraints and Monopolies, yang dikeluarkan oleh kongres pada tahun 1890 dan Iebih populer dengan sebutan Sherman Act. Selanjutnya, pada tahun 1914 Sherman Act disempurnakan dengan dikeluarkannya Act to Supplement Existing Laws Against Unlawful Restraints and Monopolies yang populer dengan sebutan Clayton Act. Pada tahun yang sama juga diterbitkan Act to Create a Federal Trade Commission, To Define Its Powers and Duties, and For Other Purposes, yang Iebih dikenal dengan nama Federal Trade Commission Act (FTC). Setelah berjalan Iebih dari 20 tahun, tepatnya pada 1936, Clayton Act mendapat penyempurnaan melalui Robinson-Patman Act. Penyempurnaan dilakukan hanya terbatas pada Pasal 2 dari Clayton Act yang mengatur tentang diskriminasi harga.

Jadi, pada hakikatnya Antitrust Law yang mengatur larangan mengenai praktik monopoli dan persaingan tidak sehat di AS terdiri dari empat undang-undang utama, yaitu; Sherman Act, Clayton Act, Robinson-Patmen Act, dan Federal Trade Commission Act, yang semuanya bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif, serta mencegah terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. (The antitrust laws seek to control the exercise of profit economic power by preventing monopoly, punishing cartels, and otherwise protecting competition).

Selama kurun waktu Iebih dari seratus tahun sejak diundangkan Sherman Act, di AS telah mengalami berbagai perubahan dan tambahan sesuai kebutuhan dan tuntutan

tersebut, dengan mendasarkan pada kepentingan umum (public policy) maka pengadilan dapat membatalkan pelaksanaannya (court will not aid in its enforcent).

Page 55: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 55

kemajuan zaman. Adapun urutan perundangan-undangan tersebut sebagai berikut:

Sherman Antitrust Act (1890).

Clayton Act (1914).

Federal Trade Commission Act (1914).

Robinson-Patman Act (1934).

Celler- Kefauver Antimerger Act (1950).

Hart-Scott-Rodino Antitrust Improvement Act (1976).

International Antitrust Enforcement Assistance Act (1994).

Banyaknya aturan hukum Antitrust tersebut merupakan refleksi dari upaya pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan efektivitas berbagai aturan hukum tersebut, agar sesuai dengan kebutuhan zaman dan kemajuan ekonomi guna menciptakan persaingan sehat. Seperti yang dikemukakan oleh Handler: “... The antitrust laws are designed to protect market, and if they are not doing the job effectively, they should be improved,” dan dapat dikatakan bahwa antitrust laws berkembang sangat dinamis mengikuti perkembangan dan pesatnya kemajuan perekonomian66.

Perlu dikemukakan bahwa pada 1994 diundangkan The International Antitrust Enforcement Assistance Act, yang memberi mandat kepada Departemen Kehakiman dan Badan Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) untuk mengadakan kerja sama dengan para penegak hukum negara-negara lain yang berminat dalam usaha mengatasi persaingan usaha tidak sehat, dalam berbagai bentuknya, Undang-undang ini antara lain memungkinkan dibangunnya kerja sama dengan negara lain guna memberikan data-data atau bukti-bukti

66 Milton Handler, dalam Antitrust Impulse, Vol.I hlm, 34. sebagaimana dikutip oleh Johnny Ibrahim Op. fit., hlm, 135

Page 56: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA56

yang dimiliki oleh Departemen Kehakiman dan FTC. Apabila diperlukan, Departemen Kehakiman (Antitrust Division) dan FTC dapat membantu melakukan investigasi untuk membantu badan yang sama dari negara lain, dalam usaha untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan. Dalam hubungan ini, pada 1995 Departemen Kehakiman dan FTC bersama-sama mengeluarkan buku pedoman “United States: Department of Justice and Federal Trade Commission 1995 Antitrust Enforcement Guidelines for International Operation” yang memperbarui buku pedoman yang dikeluarkan pada 1988 dengan mengadakan beberapa penyesuaian berdasarkan aturan dalam Antitrust Enforcement Assistance Act tersebut.

Di samping undang-undang yang di sebutkan di atas, mengingat hukum AS menganut tradisi common law yang menganut doktrin preseden (doctrine of precedent), sehingga perkembangan hukum di AS sangat dipengaruhi oleh putusan-putusan pengadilan. Pengadilan federal tetap diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menentukan bagaimana peraturan perundang-undangan tersebut diterapkan dalam kasus konkret.

Jerman

Jerman mengalami proses industrialisasi dan liberalisasi ekonomi sejak 1869 dan pada Tahun 1870 dirasakan bahwa perjanjian kartel menjadi masalah kebijakan. Tetapi, karena asas kebebasan berkontrak merupakan dasar perjanjian kartel, maka hukum yang mengatur persaingan (gewerbeordnung) sulit dijalankan. Apalagi pada 1897, Reichsgericht (pengadilan tertinggi di Jerman waktu itu) memutuskan bahwa kartel tidak menghalangi hak orang lain untuk berusaha. Akibatnya, kartel menguasai perekonomian Jerman bahkan sampai ketika Perang Dunia I. Upaya menghentikan kartel ini juga gagal dilakukan, karena sampai akhir pemerintahan Republik

Page 57: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 57

Weimar 1933 sudah terdapat sampai 4000 kartel. Dengan kata lain, pilihan terhadap azas kebebasan berkontrak lebih besar dari upaya campur tangan pemerintah dalam perekonomian kecuali ditemukan adanya penyalahgunaan kekuatan ekonomi.67 Menurut Glendon, hukum kebiasaan (customary law) yang hidup di Jerman juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan civil law yang asalnya bersumber dari tradisi hukum Romano-Germanic.68 Jerman juga memberikan kontribusi dalam mengembangkan wacana persaingan usaha di Indonesia.69

Dalam bidang pengaturan persaingan usaha, Jerman memiliki keunikan sendiri. Sama dengan Jepang, Jerman mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, di mana hampir semua infrastruktur dan fasilitas industri yang dimilikinya rusak berat oleh pemboman sekutu. Penguasa pendudukan melalui Perjanjian Posdam 1945 membagi wilayah Jerman menjadi dua, yakni Jerman Barat (di bawah kekuasaan Sekutu Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis) dan Jerman Timur (di bawah kekuasaan Uni Sovyet). Jerman Barat mewarisi Undang-Undang Melawan Persaingan Tidak Sehat (Gesetz gegen Wett-bewerbsbeschrankungen/GWB atau Act Against Unfair Competition) yang pertama kali diundangkan pada 1909, dan sampai sekarang telah mengalami beberapa kali amendemen. Hal ini dapat dipahami karena pemerintah Jerman Timur yang

67 Kai Uwe Kuhn, dalam Global Competition Policy, Lahat juga Edward M. Graham & J. David Richardson, dalam Institute for lnternational Economics, 1997, hlm, 115-149, menyatakan pada waktu itu terdapat kurang lehih 1500 kartel.

68 Mary Ann Glendon, et al.: Compararive Legal Traditions, Second Edition. West Publishing; Co. St. Paul, Minn. 1994, hlm, 44 dan 47. Meski penguasa sekutu menekan Jerman untuk menerapkan Undang- Undang Antimonopoli, namun dalam penyusunan undang-undang yang dimaksud tetap memiliki karakter hukum khas Jerman.

69 Salah satu karya wacana yang diberikan adalah penerbitan buku ulasan hukum (legal commentary) tentang UU No 5 Tahun 1999 yang diterbitkan atas kerja sama Lembaga Pengkajian Hukum Ekonomi Universitas Indonesia, Departenan/ kementerian Perindustrian dah Perdagangan Rl dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusenmueuarbeit.

Page 58: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA58

berpaham komunis tidak memerlukan undang-undang yang mengatur persaingan, karena segala sesuatu diatur oleh negara. Bagaimanapun juga undang-undang ini tidak efektif karena penguasa sekutu di Jerman Barat menganggap bahwa Jerman adalah tempat kelahiran kartel, dan kartel-kartel industri tersebut memainkan peranan yang cukup dominan dalam membangun dan menguasai industri persenjataan. Kartel dianggap sebagai salah satu faktor yang mendorong militerisme Jerman yang agresif, sehingga ikut memicu terjadinya Perang Dunia II. Oleh karena itu, Jerman (Barat) ditekan agar memiliki undang-undang yang cukup komprehensif guna mengatur dan mengendalikan persaingan. Langkah tersebut diikuti dengan “decartelization” terhadap berbagai perusahaan raksasa di Jerman yang meliputi berbagai bidang, seperti batu bara, besi dan baja, kimia, plastik, industri berat, dan perbankan. Sebagai contoh, I.G. Farben, suatu gabungan perusahaan raksasa utama di bidang industri kimia dipecah menjadi tiga perusahaan, sehingga masing-masing menjadi Bayer, Hoechst, dan BASF. Langkah decartelization juga dilakukan terhadap banyak industri lainnya dengan alasan untuk mengurangi risiko ancaman terhadap perdamaian di Eropa. Lebih lanjut, konstitusi Jerman (Grund-gesetz) yang mulai berlaku pada tanggal 24 Mei 1949 memberi arah yang jelas bahwa Jerman (Barat) adalah negara yang memilih sistem ekonomi sosial pasar bebas. Sejarah mencatat bahwa di bawah Ludwig Erhard, Menteri Ekonomi Federal yang pertama, Jerman menerapkan sistem ekonomi sosialisme pasar yang menggabungkan prinsip-prinsip efisiensi kapitalisme dan pemerataan distribusi sosial (equal distribution) sebagai unsur positif dari prinsip ekonomi sosialis. Dengan mengandalkan mekanisme pasar, jelas negara harus memberikan jaminan terhadap kebebasan pasar melalui aturan hukum.

Pada 1957 parlemen (Bundestag) menyetujui Undang-Undang Perlindungan Persaingan (Gesetz gegen Wettbewerbs-

Page 59: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 59

Beschrankungen/GWB atau The Act Against Restrains of Competition), namun undang-undang tersebut lebih dikenal masyarakat Jerman sebagai Undang-Undang Kartel (Kartel Act). Diberlakukannya undang-undang tersebut bukan berarti permasalahan telah berakhir, karena survei oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) yang diadakan pada 1958 dan 1962 menunjukkan bahwa konsentrasi industri di Jerman (Barat) bahkan telah bertambah. Pada 1960 saja, seratus industri besar menguasai 40% dari totalitas produksi nasional, sementara dunia perbankan cuma dikuasai oleh tiga bank besar.

Dengan bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur sebagai satu negara (Republik Federal Jerman), dua undang-undang yang mengatur persaingan tersebut bersama-sama dengan peraturan pemerintah tentang bonus (premium ordinance) dan undang-undang potongan harga (rebates act) berlaku di seluruh Jerman. Dua undang- undang persaingan Jerman itulah juga yang menjadi sumber dan acuan bagi penyusunan aturan persaingan Uni Eropa (European Union/EU) dan banyak negara lain juga mempelajarinya dalam menyusun per- undang-undangan di bidang persaingan usaha.

Setelah Perang Duni II, barulah terjadi semacam upaya perubahan di mana Jerman mulai mengadopsi sistem ekonomi neoliberal serta Ordnungspolitik70 yang menyokong ekonomi pasar, tetapi juga mengakui peran pemerintah dalam melakukan perubahan pasar. Sehingga, tujuannya bukanlah pembatasan campur tangan negara dalam perekonomian melainkan lebih kepada pembatasan seseorang yang memiliki kekuatan ekonomi yang dapat membatasi orang lain. Dengan berlakunya The Act Against Restraints of Competition (Gesetz gegen Wettbewerbsbeschrankungen/GWB 1958, Jerman memberlakukan dengan ketentuan pelarangan kartel dan penyalahgunaan posisi dominan. Pada tahun 1973, undang-70 Ordnungspolitik diartikan sebagai kebijakan ekonomi yang menjamin struktur

ekonomi yang kondusif terhadap persaingan dan melakukan perubahan secara sukarela.

Page 60: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA60

undang ini di amendemen dengan menambahkan larangan terhadap kolusi, larangan penetapan harga jual ritel, dan peraturan tentang merger.

Uni Eropa

Pengaturan persaingan usaha di Uni Eropa memiliki keunikan khusus, karena Uni Eropa bukanlah suatu negara, melainkan merupakan kerja-sama ekonomi dari sebagian besar negara-negara di Eropa. Dua pilar utama hukum persaingan usaha di Uni Eropa disandarkan pada pengaturan dalam Pasal 85 dan Pasal 86 The Treaty of Rome yang berjudul Treaty Establishing The European Economic Community (EC Treaty), yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 1958. Melalui The Treaty of Amsterdam yang berlaku efektif tanggal 1 Mei 1999 dengan sedikit perubahan terhadap penomoran pasal-pasal yang disepakati, sehingga Pasal 85 dalam The Treaty of Rome menjadi Pasal 81 dalam The Treaty 71 of Amsterdam, sedangkan Pasal 86 menjadi Pasal 82. Pengaturan yang lebih detail dari ketentuan-ketentuan dalam pasal ini dikeluarkan dalam beberapa bentuk, seperti regulation, notices, directives, dan decision. Keunikan lainnya adalah masing-masing negara anggota Uni Eropa memiliki hukum persaingan yang berbeda-beda.

Sementara setiap negara anggota (member state) memiliki lembaga penegak hukum persaingannya masing-masing, Uni Eropa memiliki sebuah lembaga (directorate) yang mengawasi pelaksanaan aturan persaingannya sendiri (community competition law). Setiap negara dapat menerapkan aturan persaingan Uni Eropa sekaligus aturan persaingannya sendiri terhadap kasus-kasus yang muncul, dan dapat mengadili berdasarkan prosedur administrasi dan hukum acara peradilan di negaranya masing-masing. Sementara itu, Uni Eropa hanya menegakkan aturan

Page 61: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 61

persaingannya sendiri dan tidak boleh menggunakan aturan negara anggota. Jika muncul kasus-kasus yang menghambat persaingan (restraint of trade) yang dilarang, baik oleh aturan persaingan negara anggota maupun Uni Eropa, maka aturan yang dikeluarkan Uni Eropa yang didahulukan. Dengan demikian, letak keunikan lain adalah hukum persaingan Uni Eropa dan negara anggota berjalan dan ditegakkan bersama-sama dalam suatu sistem yang harmonis, dalam wadah yang oleh Jason Hoerner disebut sebagai Dual Enforcement System.71

Jadi, ada dua tujuan utama aturan persaingan di Uni Eropa, yaitu: Pertama adalah mencegah praktik-praktik pembatasan (restrictive practices) terhadap perdagangan yang dapat memengaruhi proses penyatuan ekonomi negara anggota lain (separate member state) dalam pasar tunggal Eropa. Kedua adalah untuk melindungi dan mempromosikan aturan persaingan Uni Eropa. Oleh karena itu, Pasal 86 Perjanjian Uni Eropa mengatur larangan bagi negara anggota untuk mengeluarkan aturan hukum atau tindakan hukum apa pun yang bertentangan dengan aturan persaingan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa, khususnya yang berhubungan dengan pemberian hak-hak istimewa pada perusahaan-perusahaan publik dan perusahaan- perusahaan swasta nasionalnya masing-masing.

Pada dasarnya, Pasal 81 Perjanjian Uni Eropa mengatur larangan-larangan terhadap perjanjian yang bersifat anti persaingan, karena mempunyai dampak terhadap kebebasan perdagangan antarnegara anggota. Bentuk-bentuk perjanjian yang bersifat anti-persaingan antara lain dapat mencegah (prevention), membatasi (restriction) atau mengganggu (distortion) persaingan antara pelaku usaha di negara anggota (comman market), Pasal 82 Perjanjian Uni Eropa mengatur tentang penyalahgunaan posisi dominan (dominant position) 71 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia (Dalam Teori dan

Praktik serta Penerapan Hukumnya), Cetakan ke-2, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm, 55.

Page 62: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA62

yang dilakukan oleh para pelaku usaha jika tindakan tersebut mempunyai dampak terhadap perdagangan dengan negara-negara anggota.

Pelaksanaan kedua pasal tersebut dalam kenyataannya adalah pelarangan bentuk perjanjian horizontal, perjanjian vertikal, merger usaha patungan (joint venture), dan penyalahgunaan posisi dominan. Perjanjian yang bersifat horizontal, misalnya perjanjian pembagian wilayah (market sharing) antara beberapa pelaku usaha, perjanjian untuk mengalokasikan kuota, penetapan harga (price fixing), boikot dari beberapa perusahaan (collective boycott). Perjanjian yang bersifat vertikal antara lain perjanjian distribusi yang eksklusif (exclusive distribution), juga pembelian eksklusif (exclusive purchasing), perjanjian pengaturan harga jual (resale price maintenance). Merger dilarang jika berakibat pada pemusatan kekuatan ekonomi, sedangkan penyalahgunaan posisi dominan yang dilarang adalah dihasilkan dengan pasar produk yang relevan (relevant product market) dan pasar produk yang relevan secara geografis (relevantgeographical market).

Penerapan Pasal 82 dapat dilihat dalam kasus Continental Can (CC), Continental Can sebagai pabrik pengemasan (kaleng) raksasa dari Amerika Serikat mengambil langkah awal dengan mengakuisisi sebuah perusahaan cabang dari Jerman Barat yang menempatkan perusahaan tersebut dalam posisi dominan di negara tersebut. Kemudian, melalui cabang yang lain Continental Can menyetujui pembelian saham suatu perusahaan yang berpengaruh besar dari pemegang lisensinya di Belanda, yaitu suatu pabrik kontainer dari logam yang terbesar di Benelux. Komisi Eropa menuduh Continental Can melanggar Pasal 82 Perjanjian Uni Eropa. Tuduhan ini ditegaskan oleh pengadilan Eropa, yang memutuskan bahwa akuisisi yang memperkuat posisi dominan dapat mengakibatkan penyalahgunaan posisi dominan karena akuisisi tersebut dapat menghambat persaingan.

Page 63: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 63

Dalam Pasal 81(3) Perjanjian Uni Eropa, ada pengecualian yang dapat diberikan pada perjanjian yang dibuat para pelaku usaha, yaitu jenis perjanjian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kemampuan produksi dan distribusi barang atau dalam rangka perbaikan keandalan teknis atau atas dasar kepentingan ekonomi yang lebih luas. Hasil-hasil dari perjanjian seperti itu juga akan dinikmati oleh konsumen, sebab tujuan akhirnya adalah tidak untuk mengarah pada monopoli.

Uni Eropa mengeluarkan banyak aturan pelaksanaan dalam menafsirkan pengecualian yang dimaksud dalam Pasal 81(3) Perjanjian Uni Eropa:

Commission Regulation 1983/83 (Exclusive Distribution Agreements).

Commission Regulation 1984/83 (Exclusive Purchasing Agreements).

Commission Regulation 417/85 (Specialization Agreements) di amendemen dalam Commission Regulation 151/93 Commission Regulation 418/85 (Research and Development Agreements).

Commission Regulation 4087/88 (Patent Licensing Agreements) di amendemen dalam Commission Regulation 151/93.

Commission Regulation 4087/88 (Franchise Agreements).

Commission Regulation 556/89 (Know-how Licensing Agreements) di amendemen dalam Commission Regulation 151/93.

Commission Regulation 123/85 (Motor Vehicle Distribution and Servicing Agreements).

Aturan tersebut dibuat sebagai pedoman atau standarisasi prosedur pengecualian yang diperkenankan Uni Eropa, dan standar pengecualian ini dinamakan block exemption. Akan

Page 64: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA64

tetapi, kasus-kasus individu (individual cases) yang melanggar aturan dalam block exemption juga dapat ditangani sebagai pengecualian individu (individual exemption). Keputusan Komisi Eropa No. 376/17 dalam kasus karbon gas (carbon gas) ternyata dapat memberikan pengecualian terhadap kasus khusus dalam bentuk individual exemption. Dalam kasus ini, suatu cabang British Petroleum yang berada di Jerman mengadakan perjanjian dengan beberapa perusahaan untuk mengembangkan teknologi baru dalam memproduksi gas dari bahan baku batu bara (coal gasification) secara komersial. Dari kasus ini, individual exemption ternyata dapat diberikan pengecualian asalkan memenuhi beberapa persyaratan berikut:

• Perjanjian tersebut dapat menurunkan biaya secara berarti.

• Perjanjian tersebut dapat menjamin stabilitas suplai bagi para pelanggan.

• Semua persyaratan dalam kontrak tidak bertentangan dengan maksud diadakannya perjanjian.

• Ada beberapa pesaing yang juga sementara berusaha menempuh prosedur yang sama.

Jelas, bahwa baik block exemption maupun individual exemption tujuan akhirnya bukanlah untuk menciptakan monopoli, melainkan mengacu pada efisiensi ekonomi yang menguntungkan konsumen. Di Uni Eropa tindakan yang bersifat sosial walaupun berakibat pada matinya persaingan masih dapat dibenarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta pengecualian (exception) sebagaimana di atur dalam Pasal 85 ayat (3) Perjanjian Uni Eropa. Ketentuan ini sangat berbeda dengan yang berlaku di AS, di mana alasan sosial tidak dapat menjadi dasar untuk dibolehkannya mematikan atau mengurangi persaingan.

Uni Eropa juga melihat bahwa Perjanjian Lisensi Paten (Patent Licensing Agreement) dapat menghalangi prinsip-

Page 65: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 65

prinsip persaingan yang berkaitan dengan restraint of trade, karena ada kecenderungan untuk melakukan tindakan monopoii atau tindakan persaingan yang curang. Oleh karena itu, dalam Commission Regulation 2349/84 tentang Patent Licensing Agreement yang telah diamendemen dalam Commission Regulation 151/93, perjanjian lisensi diatur dalam tiga kelompok, yakni white clause, grey clause, dan black clause. Kelompok perjanjian yang masuk kategori black clause akan dianggap melanggar aturan persaingan Uni Eropa karena memiliki unsur-unsur persaingan curang (unfair competition).

Australia

Australia memiliki sejarah yang berbeda ketika memberlakukan Undang-Undang Hukum Persaingan mereka. Berdasarkan sejarah Common law pada abad ke-17, sebenarnya telah mulai mengatur mengenai perjanjian yang mengakibatkan proses persaingan terhambat. Kemudian, terjadi paradigma yang berubah mengenai hambatan persaingan yang berhubungan dengan kepentingan umum maupun kebebasan seseorang melakukan perdagangan. Setelah itu, pada abad ke-19 doktrin modern diperkenalkan dengan menekankan pada kebebasan berkontrak yang merupakan refleksi dari kepentingan umum. Sebagai akibatnya, lembaga peradilan menetapkan ukuran “yang beralasan” (reasonableness) dalam menentukan suatu keadaan. Saat itu keuntungan ekonomi sebagai hasil dari proses persaingan yang dinikmati publik diabaikan dan persaingan malahan dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan. Keadaan inilah yang kemudian menginspirasikan akan adanya kebutuhan undang-undang yang mengatur persaingan yang sehat. Undang-Undang Commonwealth mengalami perubahan baik dalam tingkat negara bagian maupun pemerintah federal. Seluruh negara bagian kecuali Tasmania telah memberlakukan aturan yang melarang tindakan yang menghambat persaingan.

Page 66: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA66

Tetapi dalam pelaksanaannya, The State Acts tidak melakukan penegakan hukum dengan baik sedangkan negara bagian berkompetisi untuk menarik perhatian industri. Demikian juga lembaga peradilan kurang berupaya agar pemerintah negara bagian mengimplementasikan peraturan tersebut.

Sebagai negara yang memiliki sistem hukum atas dasar common law system, maka doktrin hukum yang muncul dari tradisi common law juga menandai pengaturan persaingan dagang di Australia. Apalagi jika melihat bahwa Australia adalah negara dengan sistem ekonomi pasar. Oleh karena itu, praktik persaingan dapat menghambat perdagangan atas dasar doktrin restraint of trade jelas dilarang dalam undang-undang. Praktik-praktik dagang yang bersifat membatasi atau bahkan anti-persaingan, seperti monopoli dan percobaan monopoli sudah sejak tahun 1906 diatur dalam The Australian Industries Preservation Act, yang diundangkan 1906. Tetapi, pendekatan mengenai larangan dalam perundang-undangan ini mendapat batasan karena konstitusi Australia. Hal ini disebabkan tidak adanya yurisdiksi khusus yang menegaskan tentang larangan praktik monopoli dalam sistem hukum common wealth.

Sejalan dengan kemajuan di bidang ekonomi dan perdagangan dirasakan banyak kekurangannya terhadap The Australian Industries Preservation Act, karena tidak dapat lagi menampung berbagai kendala akibat praktik bisnis yang semakin modern. Agar tidak ketinggalan, maka pada 1965 The Australian Industries Preservation Act dicabut dan dibuat undang-undang baru yang diberi nama The Trade Practice Act. Namun dengan beberapa alasan konstitusional, The Trade Practice Act pada 1971 diganti dengan undang-undang baru yang bernama Restrictive Trade Practice Act. Undang-undang ini pun akhirnya diganti lagi, karena pada 1974 ketika pemerintah memberlakukan The Trade Practice Act. Undang-undang ini terdiri atas 9 Bab dan 110 pasal, yang mengatur secara komprehensif perlindungan terhadap perdagangan yang

Page 67: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 67

sehat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Australia melalui upaya memajukan persaingan sehat dan perlindungan terhadap konsumen sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2 The Trade Practice Act.

Menarik untuk diamati bahwa lembaga Trade Practices Commissions dan Trade Practices Tribunal yang dibentuk berdasarkan undang-undang 1965 tetap dipertahankan dalam substansi undang-undang ini. Tetapi, fungsi mereka yang diperluas pada undang-undang 1974 kemudian dibatasi lagi dalam amendemen 1977. Di samping itu Australia juga memberlakukan Competition Policy Reform Act pada 1995, yang melakukan perubahan cukup penting pada The Trade Practices Act, di mana pada intinya ruang lingkup Bagian IV The Trade Practices Act diperluas sampai dengan kegiatan usaha di tingkat commonwealth, pemerintah negara bagian, dan teritorial serta kegiatan bukan perusahaan (noncorporate persons, sole traders and partners).

Struktur undang-undang The Trade Practice Act bersifat lebih luas dari pada undang-undang 1965, ruang lingkup yang dilarang adalah: ketentuan yang bersifat eksklusif, penetapan harga, dan rekomendasi yang berhubungan dengan harga, perjanjian eksklusif, diskriminasi harga, penggunaan atau eksploitasi kekuatan pasar, boikot, penetapan harga jual kembali, dan pelarangan merger dan akuisisi.

Walaupun undang-undang berbeda dengan Sherman Act Amerika atau Australian Industry Preservation Act, yang tidak mengatur mengenai klausula ganti rugi (treble damages), tetapi undang-undang membolehkan seseorang yang menderita kerugian sebagai akibat dari larangan terhadap kegiatan tertentu, untuk menuntut ganti rugi dan memberikan sanksi yang cukup berat terhadap pelanggaran Bagian IV diatur dalam Bagian VI. Sanksi yang dapat dijatuhkan antara lain berupa sanksi denda (pecuniary penalties), pelarangan atau perintah

Page 68: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA68

penghentian tindakan (injunctions), perintah pembubaran (divestiture), dan pengambilalihan (undertaking). Sementara sanksi yang dapat dijatuhkan dalam gugatan individual berupa ganti rugi (damages), kompensasi (compensation), perintah penghentian tindakan (injunctions) kecuali dalam merger, dan perintah pembubaran (divestiture).

The Trade Practice Act 1974 melarang setiap perbuatan yang menghalangi perdagangan (restraint of trade), sebagaimana yang diatur dalam Bab IV Pasal 45 sampai Pasal 51. Ada perbuatan yang secara tegas dilarang (per se illegality), ada pula larangan terhadap perbuatan yang dapat menghambat persaingan dan larangan untuk menyalahgunakan kekuatan pasar yang bersifat rule of reason. Dapat dilihat bahwa sebagaimana dalam praktik penegakan terhadap antitrust laws di Amerika Serikat dalam tradisi common law, Australia juga menerapkan rule of reason berdampingan dengan doktrin per se illegality. Larangan yang secara tegas (perse illegality) dinyatakan antara lain dalam Pasal 45, yaitu penetapan harga (price fixing). Penetapan harga dianggap sebagai ungkapan yang nyata dari perilaku yang anti - persaingan, sehingga penetapan harga secara tegas dilarang.

Bentuk penetapan harga yang paling umum adalah horizontal price fixing, di mana beberapa produsen dalam produk yang sama membuat persetujuan guna mengatur dan mematok harga sesuai dengan yang ingin dicapai. Larangan tegas juga ditujukan pada setiap perjanjian yang dibuat untuk memboikot pihak lain. Dalam Pasal 45 ditegaskan bahwa primary boycotts (disebut juga kolektif boikot atau grup boikot) dilarang tanpa melihat efek yang ditimbulkannya dalam persaingan. Berbeda dengan secondary boycott (boikot tingkat ke II) yang tidak dilarang secara tegas (Pasal 45D), namun apabila boikot tersebut dapat mengurangi persaingan barulah tindakan tersebut dilarang. Secondary boycott terjadi apabila dua atau lebih perusahaan A mengadakan perjanjian untuk mencegah suatu perusahaan pesaing C memasok atau berdagang dengan

Page 69: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 69

perusahaan D. Di sini, yang menjadi target kelompok A bukan perusahaan C tetapi perusahaan D.

Undang-undang ini juga mengidentifikasikan perbuatan-perbuatan yang dapat mengurangi persaingan, seperti perdagangan eksklusif (exclusive dealing) sebagaimana diatur dalam Pasal 47 yang antara lain dapat membatasi hak-hak konsumen dan pemasok. Dalam praktiknya, exclusive dealing dilakukan dengan beberapa cara seperti eksklusivitas produk (product exclusivity), eksklusivitas pelanggan (customer exclusivity), dan eksklusivitas wilayah (territorial exclusivity).

Jepang72

Jepang adalah negara industri yang secara tradisional semula tidak pernah mengenal adanya aturan persaingan, namun dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus memiliki aturan di bidang persaingan usaha. Hal itu bukan atas kehendaknya sendiri melainkan atas bimbingan negara lain,73 dan selanjutnya menjadi dasar penting dalam menata ekonomi yang berorientasi pada mekanisme pasar. Secara khusus, dewasa ini Jepang telah tumbuh menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan dunia.

Hukum persaingan di Jepang dikenal dengan istilah Antimonopoly Law (Dokusen Kinshiho). Peraturan perundang-undangan yang utama dalam hukum persaingan Jepang adalah law concerning the prohibition of private monopoly and preservation of fair trade (Shiteki dokusen no kinshi oyobi kosei 72 Bahan ini disarikan dari Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di

Indonesia (Dalam Teori dan Praktik serta Penerapan Hukumnya), Cetakan ke-2, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm, 75-98.

73 Penguasa Sekutu di bawah Jenderal Douglas Mac Arthur yang menduduki Jepang dalam oerang Dunia II, menekan Jepang agar dengan sukarela menerapakan undang-undang antimonopol dan persaingan sehat, seperti perangkat undang-undang yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Oleh karena ada anggapan adanya Kartel industry menjadi salah satu penyebab agresivitas militerisme Jepang yang memacu terjadinya Perang Dunia II.

Page 70: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA70

torihiki ni kansuru horitsu). Selanjutnya disebut sebagai UU Antimonopoli Jepang atau UU No. 54 Tahun 1947. Undang-Undang No. 54 Tahun 1947 itu telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir dengan Undang-Undang No. 4 Tanggal 6 April 1991. Undang-Undang tersebut disebut juga sebagai The Antimonopoly Law.

Bagi masyarakat Jepang yang dikenal sebagai suatu masyarakat yang didasarkan pada kolektivitas dan konsensus, hukum persaingan merupakan hal yang baru74. Dalam budaya mereka bekerja secara kelompok dan mementingkan keharmonisan lebih utama dibandingkan bekerja atas dasar persaingan75. Masyarakat Jepang baru mengenal hukum persaingan pada saat Jepang diduduki oleh sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pada saat itu pemerintah pendudukan (occupation power) merasa bahwa salah satu penyebab agresi Jepang pada 1942 adalah dukungan dari konglomerat (zaibatsu). Oleh karenanya, tujuan diadakannya hukum persaingan pada saat itu adalah dalam rangka menghilangkan konglomerasi, melakukan dekonsentrasi terhadap perusahaan-perusahaan besar, dan menghilangkan kartel-kartel yang ada pada masa sebelum perang.

Mengingat hukum persaingan Jepang diperkenalkan pada masa pendudukan oleh AS, maka hukum persaingan Jepang sangat banyak mengadopsi hukum persaingan AS. Namun, dalam perkembangannya banyak hal yang berbeda dari hukum persaingan di AS, karena hukum suatu negara merefleksikan aspirasi dari masyarakat di negara tersebut. Sejak diundangkan hingga sekarang, UU Antimonopoli Jepang telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada 1953, dilakukan amendemen

74 Mitsuo Matsushita: “Introduction to Japanese Antimonopoly taw”, Japan: Yuhikaku Publishing Co. Ltd. Tahun 1990 him 1 mengatakan, “Free enterprise and free competition are relatively new concepts in the Japanese business community’’.

75 Jean-Huberl Moitry, “Competition Law in Japan”, 32 World Competition, Law and Economic Review Tahun 1988, hlm 8-12.

Page 71: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 71

undang-undang dengan beberapa perubahan. Misalnya perjanjian kartel yang sebelumnya adalah per se ilegal, kemudian dihapuskan dan hanya di nyatakan dilarang bila terbukti menyebabkan terjadinya restraint of trade (hambatan dalam perdagangan) pada bidang tertentu76. Demikian pula resale price maintenance (penetapan harga jual kembali) dibolehkan. Beberapa ketentuan baru ditambahkan dalam amandemen UU Antimonopoli tersebut seperti mengecualikan (exemption) bentuk-bentuk kartel depresi dan rasionalisasi kartel, dicabutnya pelarangan mengenai eksploitasi kekuatan ekonomi yang tidak seimbang, berkurangnya pengontrolan yang kuat terhadap merger atau akuisisi, serta diberlakukannya pengecualian terhadap penetapan harga jual kembali (resale price maintenance). Sejak 1953 sampai sekitar 1960, dapat dikatakan bahwa penegakan hukum persaingan di Jepang melemah.

Sejak pertengahan 1960-an, berbagai faktor ekonomi seperti inflasi yang terus menerpa perekonomian Jepang, munculnya konsumerisme, liberalisasi perdagangan, dan transaksi modal, serta perubahan tujuan-tujuan kebijakan ekonomi dari pertumbuhan ke kesejahteraan telah berpengaruh pada pelaksanaan UU Antimonopoli di Jepang. Pada 1977, misalnya, terjadi peristiwa penting dalam sejarah UU Antimonopoli di Jepang. Pada tahun itu sekali lagi terjadi amandemen terhadap UU Antimonopoli. Akan tetapi, berbeda dengan amandemen sebelumnya yang cenderung melunakkan substansi UU tersebut, amandemen yang dilakukan pada 1977 mempunyai tujuan untuk memperkuat ketentuan-ketentuan UU Antimonopoli dan memperkeras pelaksanaannya.

76 Jepang mengenai bentuk kartel yang diizinkan, yaitu depression cartels dan rationalization cartels di mana keduanya diberikan pengecualiaan dalam undang-undang dengan persetujuan Fair Trade Commission dengan tujuan bahwa pelaku usaha dapat melakukan perjanjian di antara mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah depresi dan merasionalisasi usaha mereka dalam menghadapi masa depresi pada akhir perang dunia II.

Page 72: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA72

Terdapat beberapa perubahan penting, di antaranya adalah Fair Trade Commission77 (selanjutnya disebut dengan FTC-Jepang), yang sebelumnya jarang menerapkan sanksi pidana terhadap pelanggaran kartel, sehingga perusahaan yang melakukan kartel sering mengulang tindakannya kembali karena sanksinya tidak berarti. Perubahan pertama menerapkan sanksi administratif berupa denda. Kedua, dugaan pelanggaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur pasar, ketika suatu perusahaan memiliki pangsa pasar 50% atau bila lebih dari dua perusahaan sebesar 75%, maka sanksinya dapat merupakan pemecahan perusahaan (divestiture), menjadi perusahaan dengan pangsa pasar lebih kecil. Ketiga, FTC-Jepang mengenalkan sistem pelaporan harga di mana FTC-Jepang dapat melakukan pelarangan terhadap perjanjian kartel sepanjang kartel tersebut dapat dibuktikan langsung atau tidak langsung.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Antimonopoli Jepang, bahwa tujuan dari diadakannya Undang-Undang Antimonopoli (The Antimonopoly Law) itu sebagai berikut: “This law... aims to promote free and fair competition, to stimulate the initiative of entrepreneurs, to encourage business activities of enterprises, to heighten the level of employment and national income, and there by to promote the semocratic and wholesome development of national economy as well as to assure the interest of the general consumer” Dengan kata lain, tujuan dari Undang-Undang Antimonopoli Jepang itu sebagai berikut78:

77 Penegakan hukum persaingan di Jepang dilakukan oleh sebuah lembaga/badan yang disebut Fair Trade Commission (“FTC-Jepang”). Keberadaan FTC-Jepnng diatur secara perinci dalam Bab 8 dari UU Antimonopoli Jepang, Keberadaan badan ini banyak meniru FTC-AS. FTC-Jepang merupakan badan administratif yang independen. FTC-Jepang tenliri dari satu orang ketua dan empat orang anggota yang kesemuanya ditunjuk oleh Perdana Menteri setelah mendapat persetujuan dari Parlemen. Dalam melaksanakan tugasnya, FTC-Jepang dibantu oleh suatu sekretariat yang mempunyai kurang lebih 500 personal.

78 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kecana Prenada Media Group, 2009. Hlm, 141

Page 73: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 73

• Meningkatkan kebebasan dan keadilan untuk bersaing.• Mendorong tumbuhnya prakarsa para pengusaha.• Mendorong kegiatan usaha para pelaku usaha.• Meningkatkan tingkat kesempatan kerja dan pendapatan

nasional.• Meningkatkan pembangunan ekonomi nasional yang

demokratis dan sehat.

Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara menerapkan larangan-larangan, yang mencakup tiga bagian pokok, yaitu: 1) melarang monopoli yang dilakukan oleh pihak swasta (private monopoly); 2) hambatan yang tidak wajar dalam perdagangan atau perilaku yang menghambat persaingan (unreasonable restraint of trade); dan 3) larangan praktek dagang curang (unfair businis practices).

Korea Selatan79

Keadaan hukum persaingan di Korea Selatan hampir sama dengan Jepang, pada awalnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan ekonomi di Korea Selatan berada di bawah kontrol yang ketat dari pemerintah. Kartel justru dibantu pengembangannya, sementara mengusahakan harga-harga yang bersaing bagi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari justru tidak memperoleh perhatian. Maklum, karena segala upaya diperlukan untuk membangun negara yang baru keluar dari kehancuran akibat perang dengan Korea Utara yang terjadi setelah usai Perang Dunia II.

Korea Selatan sebagai salah satu negara industri baru (newly industrialized country), banyak belajar dari apa yang telah 79 Bahan ini disarikan dari Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di

Indonesia (Dalam Teori dan Praktik serta Penerapan Hukumnya), Cetakan ke-2, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm, 99-106. Serta Dirangkum dari Johnny Ibrahim, hlm, 161-165.

Page 74: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA74

dicapai oleh negara tetangganya (Jepang) dalam pengaturan monopoli dan persaingan sehat. Demikian juga struktur industri dan perdagangan Korea Selatan hampir menyerupai Jepang. Industri raksasanya banyak dikuasai oleh keluarga kaya, sehingga terjadi pengelompokan kekuatan ekonomi. Nama-nama besar seperti Hyundai, Samsung, Daewoo, LG (Lucky-Goldstar), Sang Yong adalah sebagian dari nama perusahaan Korea Selatan yang sudah dikenal di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Para chaebol Korea menerobos berbagai jalur perdagangan dunia, seolah tidak ingin ketinggalan dengan rekan-rekan sogo sho-sba dan zaibatzu di Jepang. Produk-produk mobil Korea Selatan dapat bersaing dengan produk yang sama dari Jepang dan negara mana pun di pasar Amerika Serikat maupun daratan Eropa. Apa yang dinikmati Korea Selatan saat ini, merupakan hasil dari kondisi dan iklim persaingan usaha yang berusaha diciptakan melalui aturan hukum, khususnya hukum persaingan usaha. Itulah sebabnya ada yang menyebut undang-undang persaingan ini sebagai konstitusi ekonomi untuk era baru (economic constitution for a new era).

Baru pada tanggal 31 Desember 1980 terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam bidang persaingan dengan diundangkannya Undang-Undang No. 3320 yang diberi nama Undang-Undang Pengaturan Monopoli dan Persaingan Sehat (The Regulation of Monopolies and Fair Trade Act). Undang-undang tersebut terdiri atas 62 pasal dan diberlakukan melalui Dekret Presiden No. 10267 pada tanggal I April 1981. Dengan berkembang pesatnya perekonomian Korea Selatan, maka undang-undang tersebut telah mengalami tujuh kali amendemen. Adapun untuk memperkecil peluang terhadap pelanggaran undang- undang persaingan tersebut, telah diundangkan lagi tiga undang-undang baru. Sementara maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam undang-undang

Page 75: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 75

ini sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 yang merangkum garis besar substansi yang diatur serta gambaran ideal yang ingin dicapai melalui aturan yang ditetapkan bagi perekonomian bangsa Korea. Tujuan undang-undang ini, adalah untuk mendorong terciptanya persaingan ekonomi yang bebas dan adil dengan melarang penyalahgunaan posisi dominan dan konsentrasi kekuatan ekonomi yang berlebihan, melalui pembatasan terhadap kerja sama yang tidak patut, praktik bisnis curang demi terwujudnya kegiatan usaha yang kreatif, melindungi konsumen bagi terciptanya pembangunan perekonomian nasional yang seimbang.

Undang-undang yang mengatur persaingan usaha di Korea adalah The Regulation of Monopolies and Fair Trade Act yang mengatur delapan larangan-larangan utama, yakni:

• Melarang penyalahgunaan posisi dominan (abuse of market dominant position);

• Pembatasan terhadap upaya mengintegrasikan suatu kelompok perusahaan (business combination) dengan modal dasar lebih dari 5 miliar won atau memiliki total aset melebihi 20 miliar won, jika perbuatan tersebut dapat menghalangi persaingan;

• Pencegahan terhadap konsentrasi kekuatan ekonomi (repression of economic power concentration) melalui larangan terhadap pendirian perusahaan induk (holding company), larangan terhadap kepemilikan langsung secara silang (direct cross-ownership) antara kelompok perusahaan-perusahaan besar;

• Pembatasan terhadap aktivitas kerja sama yang tidak patut (restrictions oh undue collaborative activities);

• Larangan terhadap praktik perdagangan yang tidak jujur (unfair trade practices), termasuk menolak untuk berdagang (refusal to deal), diskriminasi harga, pemaksaan

Page 76: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA76

atau penekanan terhadap para pelanggan pihak pesaing, penyalahgunaan posisi tawar (unreasonable use of bargaining position) dalam hubungan dagang dengan pihak lain, serta pembatasan-pembatasan tertentu terhadap syarat perdagangan, dan jenis iklan yang menyesatkan;

• Larangan terhadap asosiasi perdagangan (trade associations) untuk membuat kebijakan dan aturan yang dapat menghambat masuknya anggota baru, membatasi aktivitas bisnis para anggota atau hal-hal yang dapat membuat para anggota menjalankan praktik dagang yang tidak jujur dan penetapan harga jual kembali;

• Larangan terhadap pengaturan harga jual kembali (resale price maintenance);

• Pembatasan terhadap kontrak internasional (restrictions on international contract) yang mengandung unsur-unsur persekongkolan dan kerja sama yang tidak patut (undue collaborative activities), praktik dagang yang tidak sehat (unfair business practices), dan pengaturan harga jual kembali (resale price maintenance).

Adapun bidang-bidang yang dikecualikan dari berlakunya Fair Trade Act Sebelum dilaksanakan amendemen ketujuh terhadap Fair Trade Act, aktivitas industri-industri utama (primary industries) seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, dan perusahaan yang berada di bawah kontrol pemerintah (government agencies) dikecualikan terhadap berlakunya Fair Trade Act. Setelah dilakukan amendemen ketujuh, maka Fair Trade Act juga diberlakukan pada industri-industri tersebut, dan seluruh sektor ekonomi termasuk badan-badan pemerintah yang menjalankan usaha dan memperoleh keuntungan dari usaha tersebut. Akan tetapi, masih ada juga bidang-bidang yang dikecualikan, antara lain;

Page 77: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 77

a) Perbuatan atau tindakan yang secara khusus diamanatkan atau diperkenankan dilakukan berdasarkan aturan dalam undang- undang lain.

b) Hak atas kekayaan intelektual berdasarkan kepatutan.c) Kegiatan koperasi.d) Perbuatan yang diizinkan (authorized) oleh komisi

perdagangan yang adil (Korean Fair Trade Commission/KFTC).

e) Perbuatan yang secara khusus dikecualikan berdasarkan aturan hukum yang lain telah diatur dalam Pasal 58 Fair Trade Act (FTA).

Page 78: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA78

BAB III

TATA KELOLA PASAR DAN KEBUTUHAN TERHADAP HUKUM

A. Analisi Ekonomi Terhadap Hukum

Perdebatan tentang apakah hukum sebenarnya memiliki kepedulian untuk ikut mengedepankan pertimbangan efisiensi ekonomi dalam suatu keputusan hukum telah lama diperbincangkan. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan efisiensi ekonomi telah melatarbeiakangi berbagai keputusan hukum dalam common law system dengan mengacu kasus-kasus penting (landmark decisions). Munculnya aliran pemikiran di Amerika Serikat (American realism) yang bertumpu pada pengamatan terhadap apa yang diputuskan hakim di pengadilan antara lain menjelaskan bahwa banyak faktor nonhukum (non-legal factor) seperti ilmu ekonomi80 yang ikut memengaruhi pertimbangan para hakim dalam memutuskan perkara.

Tegasnya, dalam pemikiran versi realisme Amerika harus ada banyak faktor nonhukum yang memengaruhi hukum itu. Akan tetapi, ada pendekatan baru yang dilakukan terhadap hukum dengan menitikberatkan pada satu faktor nonhukum saja, yaitu melalui pendekatan ekonomi. Posner salah seorang dari penganjur utamanya membela pilihan atas 80 Hilaire Me. Coubrey dan Nigel D. White, Textbook on Jurisprudence, Second

Edition, Blackstone Press Ltd., London, 1996, hlm, 240.

Page 79: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 79

pendekatan ekonomi terhadap hukum dengan kata-kata “It is true that anthropologists, sociologists, psychologist, political scientists and other sosial scientist besides economist also do positive analysis of the legal system but their work is thus far in sufficiently rich in theoretical and empirical content to afford serious competition to the economist....these fields have produced neither systematic, empirical research on legal system, nor plausible, coherent and empirically verifiable”. (adalah benar bahwa para ahli antropologi, ilmu kemasyarakatan, psikolog, ilmu politik, dan para ahli ilmu sosial lainnya (selain para ahli ilmu ekonomi) juga melakukan analisis positif terhadap sistem hukum. Akan tetapi, pekerjaan mereka jauh dari memadai dari segi kandungan teoretis dan empiris, untuk mampu menyaingi ahli ekonomi... bidang-bidang ini tidak mampu menghasilkan penelitian yang sistematis dan empiris yang patut dibanggakan, koheren, serta dapat diverifikasi secara empiris)81.

Pendapat Posner tersebut tampaknya merupakan puncak dari apa yang diutarakan oleh para ilmuwan hukum sebelum dia, antara lain Brandeis yang mengatakan “A lawyer who has not studied economics.... is very apt to become a public enemy” (seorang pengemban hukum yang tidak mempelajari ilmu ekonomi …… (sangat mudah untuk menjadi musuh masyarakat)82.

Anaiisis ekonomi terhadap hukum pada awalnya merupakan hasil karya para ilmuwan hukum dengan menggunakan pendekatan ekonomi yang bertolak dari keyakinan hahwa masalah manusia adalah bagaimana memilih yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Jawaban atas pertanyaan ini sebenamya merupakan salah satu isu utama dari apa yang

81 Richard A Posner. The Economics Approach to the Law. 55 Texas Law Review 197$, hlm.757 sehagaimana dikutip dari Hilaire Me Coubrey dan Nigel D. What, Ibid, Baca pula Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Bayumedia, Malang, 2006, hlm 56.

82 Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosifi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Banyumedia Publishing, Malang, 2006, hlm, 56.

Page 80: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA80

dipelajari dalam ilmu ekonomi. Secara umum, analisis ekonomi terhadap hukum bekerja dengan menggunakan metode ilmu ekonomi sebagai kerangka teoretis guna menganalisis aturan dan hukum yang digunakan dalam masyarakar tertentu. Pemanfaatan metode ilmu ekonomi memungkinkan para penggagas analisis ekonomi terhadap hukum untuk menarik kesimpulan tentang Keinginan manusia dan segala konsekuensi dari segi hukum dan pengaturannya.

Analisis ekonomi terhadap hukum dibangun atas dasar beberapa konsep dalam ilmu ekonomi, antara lain:

1. pemanfaatan secara makamal (utility maximization);

2. rasional (rationality); dan

3. stabilitas pilihan dan biaya peluang (the stability of preferencces and opportunity cost).

Atas dasar konsep tersebut, analisis ekonomi terhadap hukum membangun asumsi baru yakni “manusia secara rasional akan berusaha mencapai kepuasan maksimum bagi dirinya”. Dasar penalarannya adalah hahwa dalam setiap aspek hidupnya, manusia harus membuat kepatusan tertentu karena sifat manusia yang memiliki keinginan tanpa batas sementara berbagai sumber daya yang ada sangat terbatas ketersediaannya terhadap kebutuhan manusia. Jika terhadap satu pilihan ia dapat memperoleh keinginannya melebihi pilihan lain maka ia akan menjatuhkan pilihan terbaik dan efisien bagi dirinya dan konsisten dengan pilihannya itu. Masalah bagaimana membuat pilihan untuk mewujudkan efisiensi dalam penggunaan berbagai sumber daya guna mencapai kepuasan maksimum, pada dasarnya merupakan titik berat (focus) analisis mikro-ekonomi.83

Selama ini kelemahan pemikiran aliran utilitarianisme 83 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, edisi kedua, Raja Grafindo

Persada, Jakarta 1994, hlm, 4.

Page 81: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 81

adalah ketidakmampuannya untuk menentukan apa keinginan seseorang dengan tepat. Sementara itu, pemikiran analisis ekonomi terhadap hukum menemukan jawabannya, yaitu keinginan seseorang terhadap sesuatu ditentukan dengan melihat berapa besar kesediaannya untuk membayar apa yang dikehendakinya itu agar keinginannya dapat terpuaskan. Ukurannya dapat dalam bentuk uang atau penggunaan sumber daya lain yang dimilikinya, seperti kesediaannya untuk bekerja (labour). Singkatnya, analisis ekonomi terhadap hukum menyimpulkan bahwa segala sesuatu dapat direduksi dalam ungkapan singkat, “berapa yang harus dibayar untuk memperoleh sesuatu atau tidak memperoleh sesuatu.”

Konsep tentang pilihan dan rasionalitas mengakibatkan seseorang harus mengeluarkan biaya atas peluang (opportunity cost),

yaitu biaya yang terjadi karena meninggalkan satu pilihan untuk mengupayakan pilihan lain yang lebih baik. Jika utilitarianisme menitikberatkan pada unsur kebahagiaan terbesar (greatest happiness),

maka analisis ekonomi terhadap hukum melihatnya dari segi efisiensi atas pilihan terhadap aturan hukumnya. Pendekatan dari segi efisiensi dalam memandang hukum itu adalah dalam usaha meminimalkan biaya sosial (sosial cost) terhadap suatu aktivitas tertentu.

Perekonomian negara-negara Barat yang berlandaskan prinsip-prinsip pasar bebas bertujuan untuk memaksimumkan perolehan kekayaan melalui efisiensi ekonomi. Ini direfleksikan oleh sistem hukum (common law) yang mendukung prinsip pasar bebas seba- gaimana yang dikehendaki oleh masyarakatnya. Menurut Posner, common law menyediakan banyak sarana untuk memaksimumkan perolehan kekayaan, di antaranya adalah mengakui adanya hak-hak kepemilikan. Ini tentu melewati suatu proses pertukaran. Common law juga memberi perlindungan terhadap hak milik melalui perangkat hukum pidana dan hukum perdata, sedangkan hukum kontrak (contract law) dibuat untuk melindungi berlangsungnya proses

Page 82: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA82

pertukaran yang memuaskan para pihak terkait. Semua itu mendukung sistem ekonomi kapitalis (capitalist economy) yang dipengaruhi oleh falsafah laizes-faire. Dengan demikian, peran ganda yang diharapkan datang dari analisis ekonomi terhadap hukum, yakni pertama, untuk mereduksi hukum dalam formula ekonomi dan kedua, bersikap kritis terhadap hakim yang gagal memaksimumkan kekayaan pihak yang berkepentingan secara utuh.

B. Peran Negara dalam Mekanisme Pasar

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu terjadi berbagai hal dan bisa berakibat positif maupun negatif. Dalam masyarakat pasti silang pendapat, perbenturan kepentingan, atau sengketa yang berkepanjangan dan meluas. Silang pendapat dan perbenturan kepentingan tersebut dapat terjadi hanya pada lingkungan terbatas tetapi mungkin berkepanjangan. Hal itu dapat terjadi karena ada tarik menarik kepentingan di antara kelompok dalam masyarakat. Hal seperti itu juga dapat terjadi pada kegiatan ekonomi.

Kemungkinan yang bisa terjadi misalnya tarik menarik antara produsen dan konsumen, atau persaingan yang tidak sehat diantara para pelaku ekonomi, pelaku usaha, dan pelaku bisnis. Kemungkinan tersebut dapat menimbulkan kerancuan, kekacauan, ketidakadilan dalam ketidak-seimbangan yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan bagi setiap orang yang memicu keresahan, bahkan dapat mengakibatkan kegagalan pasar.

Negara mempunyai kewajiban untuk mengatur agar kepetingan-kepentingan yang berhadapan harus dapat dipertemukan dalam keselarasan dan haronisasi yang ideal.84 Untuk itu, negara mempunyai kewenangan untuk mengatur dan

84 Sri Redjeki Hartono (b), Hukum Ekonomi Indonesia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hlm, 132.

Page 83: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 83

campur tangan dalam memprediksi kemungkinan pelanggaran yang terjadi dengan menyediakan rangkaian perangkat peraturan yang mengatur sekaligus memberikan ancaman berupa sanksi apabila terjadi pelanggaran oleh siapapun pelaku ekonomi.

Kegagalan pasar, seringkali menuntut campur tangan (intervensi) pemerintah. Namun, yang harus diperhatikan adalah tidak semua campur tangan pemerintah memberikan hasil yang baik, walaupun tujuannya baik. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi pemerintah dalam menentukan kebijakan yaitu adanya konflik (trade off) antara tujuan yang ingin dicapai. Misalnya konflik antara tujuan efisiensi dan pemerataan. Agar rumah dapat terjangkau oleh rakyat kecil yang berpenghasilan rendah, pemerintah memberikan subsidi. Tetapi, pemberian subsidi itu cenderung mengorbankan efisiensi, karena uang subsidi dapat dialokasikan ke sektor-sektor lain yang lebih produktif.

Semakin kompleksnya kegiatan ekonomi dan semakin tingginya keterkaitan dengan aspek-aspek kehidupan lainnya, sangat sulit bagi suatu sistem ekonomi termasuk yang paling liberal sekalipun untuk menolak kehadiran peran negara atau pemerintah dalam perekonomian. Walaupun mekanisme pasar merupakan cara yang dikehendaki dalam memproduksi dan mengalokasikan barang, akan tetapi, mekanisme pasar sering gagal berfungsi. Kegagalan pasar akan mengurangi hasil ekonomi. Untuk memperbaiki kegagalan tersebut, seringkali menuntut campur tangan pemerintah untuk menjamin adanya efisiensi, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.

Beberapa kegagalan dari pasar bebas yang seperti dijelaskan di atas, menuntut para ahli ekonomi berfikir tentang campur tangan pemerintah dalam pasar untuk pengaturan kegiatan ekonomi. Campur tangan pemerintah dimaksudkan

Page 84: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA84

dengan tujuan:

1. Mengawasi agar akibat ekstern kegiatan ekonomi yang merugikan dapat dihindari;

2. Menyediakan barang publik yang cukup hingga masyarakat dapat membelinya dengan mudah dan murah;

3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan yang besar yang dapat mempengaruhi pasar;

4. Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan ketidaksetaraan dalam masyarakat;

5. Memastikan pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan secara efisien;

Campur tangan pemerintah dalam ekonomi dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:

a. Membuat undang-undang, undang-undang diperlukan untuk mempertinggi efisiensi mekanisme pasar, menciptakan dasaran sosial ekonomi dan menciptakan pertandingan bebas sehingga tidak ada kekuatan monopoli;

b. Secara langsung melakukan kegiatan ekonomi (mendirikan perusahaan) dengan produksi barang publik;

c. Melakkukan kebijakkan fiskal dan moneter, kebijakkan fiscal diperlukan masyarakat bahwa pemerintah dapat menetapkan anggaran belanja dan penerimaan negara secara seimbang. Kebijakkan moneter diperlukan untuk mengendalikan tingkat harga-harga agar tetap stabil. Akan tetapi pada akhirnya kebijakkan moneter adalah peranan uang dalam kegiatan ekonomi. Kebijakkan fiskal dan moneter dapat digunakan oleh pemerintah dengan tujuan: 1) mempertinggi efisiensi penggunaan faktor produksi; 2) meratakan disribusi pendapatan; dan 3) mengatasi masalah-masalah makro ekonomi yang selalu timbul yaitu, pengangguran, inflasi dan lain-lain.Oleh karena itu, secara umum peran negara di dalam

Page 85: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 85

pasar tergantung pada sistem perekonomian yang dianut oleh sebuah negara. Sistem perekonomian yang dianut oleh sebuah negara secara garis besar dapat digolongkan ke dalam beberapa sistem ekonomi yaitu:

1. Sistem Ekonomi KapitalisSistem ekonomi liberal atau yang oleh Gregory

dan Stuart disebut sebagai sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi yang kehidupan ekonomi masyarakatnya sangat dipengaruhi atau dikuasai oleh pemilik-pemilik kapital (modal). Sistem ini mula-mula berkembang di Inggris pada pertengahan abad ke 18, setelah Adam Smith yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Ekonomi menerbitkan buku “Wealth of Nation“.85 Adam Smith mempunyai pandangan bahwa kepentingan pribadi merupakan kekuatan pengendali kehidupan ekonomi yang akan berjalan ke arah kemakmuran bangsa. Jika setiap orang diberi kebebasan, semuanya akan berusaha untuk mencapai kemakmuran bagi dirinya sendiri. Tidak akan ada orang menghendaki kemiskinan atau kesengsaraan bagi dirinya sendiri. Dengan demikian jika setiap individu sudah makmur, maka seluruh masyarakat akan makmur, sebab masyarakat tidak lain merupakan kumpulan individu. Kebebasan yang dimaksudkan Adam Smith, antara lain mencakup kebebasan menjalankan usaha, kebebasan memiliki alat-alat produksi, kebebasan menetapkan harga, kebebasan untuk mengadakan persaingan, kebebasan mengadakan perundingan.

Pada sistem ekonomi ini pasar mempunyai peran utama. Peran pemerintah dibuat seminimal mungkin dan memaksimalkan peran swasta/ individu dalam kegiatan ekonomi. Sistem ekonomi ini menghendaki pasar bebas untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai

85 Mansur Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Edisi Revisi, Cetakan VIII, Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm, 45.

Page 86: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA86

dari produksi, konsumsi sampai distribusi. Semboyan sistem ekonomi liberalis ini adalah “laissez faire et laissez de monde va de lui meme” yang berarti biarkan perekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah karena nanti akan ada suatu tangan yang tidak terlihat (invisible hand) yang akan membawa perekonomian kearah equilibrium. Jika negara banyak melakukan intervensi maka pasar akan mengalami distorsi yang akan menyebabkan perekonomian menjadi tidak efisien (inefisiensi) dan ketidak-seimbangan.

Tugas pemerintah adalah menjaga keamanan, menegakkan hukum, dan menyelenggarakan pekerjaan umum. Sistem ekonomi kapitalis (liberal) tersebut memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut:

pemilikan alat-alat produksi seperti tanah, pabrik, mesin-mesin oleh fihak swasta baik perseorangan maupun perusahaan. Setiap orang memiliki kebebasan memiliki alat-alat produksi;

adanya kebebasan berusaha dan bersaing. Setiap orang bebas memilih lapangan pekerjaannya (mendirikan perusahaan), dan bebas bersaing dengan cara apapun. Produksi dilaksanakan oleh para pengusaha swasta atas prakarsa dan tanggung jawabnya sendiri;

para produsen bebas menentukan apa dan berapa yang akan diproduksi, didorong oleh motif mencari keuntungan sebesar-besarnya;

harga-harga dibentuk di pasar bebas yang ditentukan oleh pertemuan antara permintaan dan penawaran; dan

campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi tidak dibenarkan.

2. Sistem Ekonomi Sosialis

Sistem ekonomi ini muncul sebagai jawaban atas

Page 87: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 87

sistem ekonomi liberal yang mengeksploitasi manusia. Peran negara dalam sistem ekonomi sosialis ini sangat dominan sehingga peran individu sangatlah terbatas/tidak ada kebebasan dalam menjalankan aktivitas ekonomi. Tidak diakuinya kepemilikan pribadi, semuanya untuk kepentingan bersama dan negara bertanggung jawab dalam mendistribusikan sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat. Negara harus menguasai seluruh sektor ekonomi untuk memastikan keadilan kepada rakyat mulai dari produksi sampai dengan distribusinya.

Pasar dalam paradigma sosialis harus dijaga agar tidak jatuh ke tangan pemilik modal (capitalist) yang serakah sehingga memonopoli produksi dan melakukan eksploitasi tenaga kerja (buruh) lalu memanfaafkannya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besamya sehingga equilibrium tidak akan pernah tercapai, sebaliknya ketidakadilan akan terjadi dalam perekonomian masyarakat, Untuk itu negara harus berperan secara signifikan untuk mewujudkan equilibrium dan keadilan ekonomi dalam pasar. Dalam sistim ekonomi sosialis ini, harga-harga ditetapkan oleb pemerintah, penyaluran barang dikendalikan oleb negara, sehingga tidak terdapat kebebasan pasar. Seluruh kegiatan ekonomi atau produksi harus diusahakan bersama. Tidak ada usaha swasta, semua perusahaan adalah usaha negara. Semua didasarkan pada perencanaan pemerintah pusat dan diusahakan langsung oleb negara. Secara akademik sistim sosialis ini dapat dibagi menjadi dua yakni: pertama, sosialis pasar (market sosialism) dan kedua, sosialis terencana (planned sosialism).

Ciri dari sistem sosialisme pasar adalah kepemilikan faktor produksi oleh negara dan atau kepemilikan secara

Page 88: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA88

kolektif oleh publik. Keputusan apa yang harus diproduksi sudah didesentralisasi dan dibuat berdasarkan kebutuhan yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan moral. Sistem sosialisme pasar ini oleh sebagian ekonom dikategorikan sebagai sistem ekonomi campuran.

Sosialisme terencana bercirikan kepemilikan negara atas semua faktor produksi. Apa yang harus diproduksi berdasarkan perencanaan pusat dan para pelaku ekonomi terikat untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh pusat tersebut. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan moral.86

Berbeda dengan kapitalisme yang menitik beratkan pada pandangan hidup individualisme, sosialisme menitik beratkan pada pandangan kolektivisme. Kolektivisme adalah pandangan yang mengajarkan bahwa di samping setiap orang sebagai warga masyarakat, masyarakat sebagai keseluruhan merupakan satuan tersendiri yang mempunyai kepentingan yang hendaknya dipenuhi terlebih dahulu daripada kepentingan perseorangan. Ciri-ciri sistem ekonomi sosialis tersebut antara lain: 1) semua alat-alat produksi (tanah, mesin-mesin, pabrik) produksi dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah/ negara. Tidak ada hak milik pribadi atas alat-alat produksi; 2) seluruh kegiatan produksi dilakukan oleh negara. Tidak ada usaha swasta, semua perusahaan adalah perusahaan negara; 3) jumlah dan jenis barang yang harus diproduksi ditentukan oleh Badan Perencana Ekonomi Pusat yang dibentuk pemerintah; 4) harga dan distribusi barang ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah; dan 5) semua warga masyarakat adalah tenaga kerja/karyawan yang wajib ikut berproduksi sesuai dengan kemampuannya, yang kemudian

86 Adi Sulistyono, “Pembangunan Hukum Ekonomi Untuk Mendukung Pencapaian Visi Indonesia 2030”, Pidato Pengukuhan Guru Besar FH UNS 2007, hlm 20.

Page 89: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 89

diberi upah/gaji oleh negara sesuai dengan kebutuhannya.

Sistem ekonomi sosialis ini dipraktekkan di negara-negara komunis, di mana pemerintah sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan dilakukan. Perencanaan dilakukan meliputi hampir semua aspek kehidupan ekonomi. Karena itu, sistem ini sering juga disebut ekonomi komando (command economy) atau sistem ekonomi yang diatur oleh perintah dari pusat. Sekalipun sistem ekonomi ini dapat lebih menjamin adanya pemerataan pembagian pendapatan, namun sistem ekonomi ini telah mengorbankan kemerdekaan manusia secara pribadi. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi tidak ada, sehingga menyebabkan kurangnya dorongan untuk bekerja secara produktif.

3. Sistem Ekonomi CampuranDalam kenyataanya, kedua bentuk sistem ekonomi

tersebut (kapitalis maupun sosialis), tidak ada yang murni, yang ada adalah bentuk campuran dari kedua sistem tersebut. Dalam sistem ekonomi campuran, pemerintah ikut campur dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Namun demikian, campur tangan tersebut tidak menghapus kegiatan ekonomi yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Sistem ekonomi campuran yang diterapkan oleh banyak negara tidak selalu sama. Ada yang kadar kapitalismenya lebih tinggi seperti Amerika Serikat, Hongkong, Singapura. Ada pula yang bobot sosialismenya lebih besar seperti India. Dalam sistem ekonomi campuran, pemerintah dapat mengatur, mengawasi, menstabilkan dan memajukan ekonomi nasional secara keseluruhan, dengan mendorong atau menumbuhkan inisiatif swasta.

Secara garis besar, keterlibatan pemerintah dalam

Page 90: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA90

kehidupan ekonomi, dapat dibedakan dalam tiga bentuk yaitu: Pertama, membuat peraturan-peraturan, dengan tujuan pokok agar kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi berjalan secara wajar dan tidak merugikan masyarakat. Misalnya, peraturan mengenai upah minimum ditetapkan agar para pekerja diberikan upah yang wajar dan layak sehingga dapat mencukupi berbagai kebutuhan yang pokok. Peraturan mengenai lokasi pengembangan dibuat, agar industri-industri yang didirikan tidak mengganggu masyarakat di sekitarnya dengan berbagai polusi (pencemaran) yang dihasilkannya; Kedua, menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi, antara lain kebijaksanaan fiskal dan moneter; dan Ketiga, secara langsung menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sehingga dapat memaksimumkan keuntungan sosial (keuntungan yang diperoleh masyarakat secara keseluruhan). Kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta pada umumnya dapat menghasilkan keuntungan yang besar sekali bagi individu yang bersangkutan (keuntungan perseorangan). Akan tetapi, masyarakat belum tentu mendapat keuntungan, bahkan mengalami kerugian, akibat tindakan individu yang bersangkutan, misalnya dengan menetapkan harga yang tidak wajar. Karena itulah pemerintah ikut campur secara langsung, dengan mendirikan perusahaan-perusahaan negara untuk bidang-bidang yang vital dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Ikut campur pemerintah tersebut, diharapkan dapat memaksimumkan keuntungan sosial.

Sistem ekonomi campuran ini, memadukan antara sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Dimana negara turut serta. campur tangan dalam kegiatan ekonomi guna mewujudkan keadilan distribusi pendapatan dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat. lndividu juga diberi peran dalam kegiatan ekonomi. Secara garis

Page 91: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 91

besar dapat dikatakan bahwa masalah-masalah ekonomi dalam sistem ekonomi campuran ini sebagian diselesaikan melalui mekanisme pasar dan sebagian lagi diselesaikan melalui regulasi (peraturan) pemerintah.

4. Sistem Ekonomi IslamSistim ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari

sistim ekonomi liberal/kapitalis (abad ke 17) dan sistim ekonomi sosialis (abad ke 18). Dalam sistim ekonomi Islam, pasar, negara dan individu berada dalam keseimbang-an, tidak boleh ada sub ordinal, sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Negara mempunyai peran yang sama dengan pasar. Tugas negara adalah mengatur dan mengawasi ekonomi. Campur tangan negara tidak boleh mengganggu pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan ketika terjadi distorsi dalam sistim pasar. Konsep mekanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk dalam Hadist Rasullullah SAW sebagaimana disampaikan oleh Anas bahwa Rasullullah tidak menentukan harga, namun diserahkan kepada mekanisme pasar karena hal ini merupakan kehendak Allah (sunatullah).

“Harga-harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Beliau dengan berkata: ‘ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga’. Rasulullah barkata sesungguhnya Allahlah yang menentukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberikan rizki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorangpun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta”.

Page 92: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA92

5. Sitem Ekonomi PancasilaSistem ekonomi Pancasila87 merupakan sebuali

sistim ekonomi yang tidak ditemui dalam literatur Barat, namun sistim ini merupakan sistim ekonomi ciri khas bangsa Indonesia yang didasarkan pada kepentingan rakyat88 sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 “dalam demokrasi ekonomi kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang”. Inilah ciri sosialistik Pasal 33 UUD 1945 yang juga merupakan doktrin demokrasi ekonomi. Selanjutnya guna men-jamin posisi rakyat yang substansial dan kemakmuran rakyat yang diutamakan maka disusunlah Ayat (2) Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” Secara garis besar sistem ekonomi Pancasila pusatnya adalah kemakmuran rakyat.89 Hal mana berarti kemakmuran rakyat didahulukan dan hal tersebut dibangun secara berencana hal-hal dan bidang-bidang dari kehidupan rakyat. Sistem ekonomi Pancasila oleh sebagian ekonom dimasukkan pula dalam kategori sistem ekonomi campuran.

87 Sistem Ekonomi Pancasila, mempunyai faktor dan ciri yang tidak sama dengan sistem ekonomi yang lainnya. (Adi Sulistiyono, Ibid).

88 Rakyat adalah konsepsi politik,bukan konsepsi aritmatik atau statistic, rakyat tidak harus berarti seluruh penduduk. Rakyat adalah the common people, rakyat adalah “orang banyak”. Pengertian rakyat berkaitan dengan “kepentingan publik” yang berbeda dengan “kepentingan orang seorang”. Pengertian rakyat kaitan dengan kepentingan kolektif atau kepentingan bersama (Sri Edi Swasono dalam Adi Sulistyono, Ibid, hlm,19).

89 Sumantoro, Hukum Ekonomi, UI Press, Jakarta, 2008, hlm, 258. Pada sisi yang lain ada juga yang berpendapat bahwa sistem ekonomi pancasila merupakan bagian dari sistem ekonomi campuran dan disebut juga dengan demokrasi ekonomi. Bung Hatta mengemukakan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia didasari atas tiga prinsip, yakni etika sosial yang tertuang dalam sila-sila Pancasila, Rasionalitas ekonomi diwujudkan dalam perencanaan ekonomi, serta organisasi ekonomi berdasarkan asas kebersamaan keswadayaan. (Soewito, Reformasi Strategi Industri dalam Yoserwan, Hukum Ekonomi Indonesia dalam Era Reformasi dan Globalisasi, Andalas University Press, Padang, 2006, hlm, 100).

Page 93: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 93

Dalam praktek sehari-hari, sistem ekonomi Pancasila banyak disimpangi dan lebih berpihak pada sistem ekonomi liberal/kapitatisme -Yoshihara Kunio menyebutnya sebagai kapitalisme semun “ersatz capitalism” dan selanjutnya melahirkan rent seeking behaviour- yang kemudian berevolusi menjadi neo liberalisme yang memungkinkan negara melakukan intervensi atas pasar mengingat adanya banyak ketimpangan yang ditimbulkan oleh sistem liberalisme yang salah satunya adalah terjadinya eksploitasi manusia dan tidak meratanya pembagian pendapatan dalam masyarakat sehingga menimbulkan jurang pemisah yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin. Dimana si kaya semakin kaya dan si miskin akan semakin terpurak di bidang perekonomian karena ketidakmampuan/ tidak memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Karena tidak adanya kesamaan kemampuan individu di dalam masyarakat inilah yang mengharuskan negara untuk ikut campur tangan/intervensi di dalam pasar90 campur tangan negara dalam pasar bukanlah suatu hal yang dilarang namun campur tangan ini harus dibatasi agar tidak mematikan kreativitas individu/swasta yang diidentikkan dengan pasar dalam berbagai sistem perekonomian.

Peran negara di dalam pasar wajib ada mengingat negara kita menganut sistem negara kesejahteraan atau negara pengurus menurut pendapat proklamator negara Indonesia, Mok Hatta. Selain merupakan kewajiban imperatif berdasarkan UUD 194591, campur tangan negara

90 Berkaitan dengan ini Sri Edi Swasono menyatakan bahwa membangun ekonomi rakyat memang memerlukan ‘pemihakan’, suatu sikap ideologis yang memihak untuk memuliakan kedaulatan rakyat. Pembangunan ekonomi rakyat memang merupakan suatu strategi yang tepat untuk mengembangkan perekonomian nasional, yaitu suatu strategi meningkatkan produktivitas rakyat (rakyat menjadi asset nasional) dan utilisasi efektif sumber-sumber daya yang tersedia. Lebih dari itu, membangun ekonomi rakyat merupakan salah satu ujud mendasar pelaksanaan pendekatan partisipatori dan emansipasipatori yang dituntut oleh paham demokrasi ekonomi. Baca Adi Sulistyono,Op.Cit., hlm 23.

91 Berdasarkan Paaal 33 Ayat (2) dan (3), menunjukkan bahwa negara dalam

Page 94: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA94

juga merupakan suatu hal yang lumprah dalam bidang ekonomi karena negara memainkan peran sebagaimana yang dikemukanakan oleh W. Friedman yakni ada empat fungsi negara yakni sebagai penjamin (enttrepreuner), dan wasit (umpire) untuk merumuskan standar-standar yang adil dalam sektor ekonomi.92

C. Hukum Ekonomi

Meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan bersamaan dengan itu meningkat pula hubungan ekonomi, malampaui batas-batas negara, membawa perkembangan aliran modal asing/teknologi menunjukan adanya satu rangkaian kegiatan di bidang ekonomi dengan seperangkat pengaturan hukumnya. Berdasarkan faktor itu maka hukum ekonomi sebagai seperangkat norma-norma yang mengatur kegiatan di bidang ekonomi perlu mendapat pengkajian.

Kaitan hukum yang mengatur kegiatan di bidang ekonomi atau yang oleh beberapa ahli disebut hukum ekonomi. Sunaryati Hartono,93 dalam kaitan ini mengemukakan bahwa hukum ekonomi merupakan penjabaran hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi sosial, sehingga hukum ekonomi tersebut mempunyai dua aspek yaitu: Pertama, aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi dalam arti peningkatan kehidupan ekonomi nasional secara keseluruhan; kedua, aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil

perekonomian mempunyai dua macam peranan yakni sebagai regulator dan sebagai actor. Ayat (2) menekankan peranan negara sebagai aktor yang berupa BUMN. Peranan negara sebagai regulator tidak dijelaskan dalam rumusan yang ada, kecuali istilah “dikuasai” dinterprstasikan sebagai “diatur’’, tetapi yang diatur disini adalah sumber daya alam yang diarahkan sebesar-besar kemakrauran rakyat. (M. Dawam Rahardjo, “Evaluasi dan Dampak Amandemen UUD 1945 terhadap Perekonomian Indonesia”, UNISIA, No. 49/XXVI/III/2003.

92 Wolfgang Friedman, The State and The Rule of Law in Mixed Economy, steven and Sons, London 1971, hlm, 3.

93 Sunaryati Hartono dalam Sumantoro, Hukum Ekonomi, UI-Press, Jakarta, 2008, hlm, 17.

Page 95: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 95

pembangunan ekonomi secara merata seluruh lapisan masyarakat, sehingga setiap warga negara Indonesia dapat menikmati hasil pembangunan ekonomi itu sesuai dengan sumbangannya kepada usaha pembangunan ekonomi tersebut.

Pembangunan Indonesia dalam kaitannya dengan hukum dan ekonomi terdapat dua pradigma. Pertama, pembangunan ekonomi ber-dasarkan nilai tambah (value added) yang berorientasi pada penguasaan teknologi canggih dan industri. Kedua, pembangunan ekonomi berdasarkan keuntungan komparatif (competitive advantage) yang berorientasi pada pasar bebas dan ekspor, berbasis kerakyatan dan sumber daya alam sendiri. Permasalahan yang harus segera dijawab adalah mengenai kesiapan Indonesia dalam memasuki era industrialisasi dan menjawab tantangan globalisasi ekonomi dalam wujudd pasar bebas beserta risiko yang yaitu persaingan tajam maupun terjadinya krisis ekonomi.

Aspek yang tidak kalah penting untuk dibangun dalam menyertai pembangunan ekonmi adalah pembangunan hukum ekonomi. Untuk itu perlu dikembangkan hukum ekonomi yang dapat memayungi segala tindakan ataupun praktek yang timbul ataupun yang mungkin timbul dari persaingan maupun krisis yang melingkupi. Hukum ekonomi sebagai pranata negara juga harus dikembangkan, diperbarui sedemikian rupa sehingga prospek pembangunan ekonomi dan bidang lainnya dalam perdagangan bebas maupun globalisasi ekonomi menjadi dapat diperkirakan (predictable). Hal ini juga perlu dilaksanakan agar dapat ditentukan secara tepat arah dan strategi pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi pada nilai tambah dan keuntungan komparatif.

Sri Redjeki Hartono,94 berpendapat bahwa luasnya bidang kajian hukum ekonomi membuatnya mampu mengakomodasikan dua aspek hukum sekaligus sebagai suatu 94 Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung,

2000, hlm, 39.

Page 96: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA96

kajian yang komprehensif. Dua aspek hukum itu meliputi aspek hukum publik maupun aspek hukum perdata. Oleh karenanya hukum ekonomi dapat mengandung berbagai asas hukum yang bersumber dari kedua aspek hukum tersebut yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Proyeksi Asas-Asas Hukum ditinjau dari Kajian Hukum Ekonomi

Asas-Asas Hukum Publik

Asas-Asas Hukum Ekonomi

Asas-Asas Hukum

Asas-Asas Hukum Perdata

Kajian-Kajian Hukum Ekonomi

D. Sistim dan Konsep Ekonomi Tentang Pasar

Pengertian leksikal tentang sistem ekonomi (economic system) adalah suatu mekanisme untuk mengatasi masalah kelangkaan dan pilihan. Oleh karena sumber daya ekonomi terbatas relative terhadap permintaan masyarakat akan barang dan jasa, maka beberapa cara dibutuhkan untuk mengalokasikan sumber daya, diantara beberapa alternative akhir. Tiga mekanisme pengelolaan sumber daya, pertama melalui ekonomi swasta, dimana sumber daya dialokasikan melalui mekanisme pasar; Kedua, ekonomi yang direncanakan secara terpusat dimana sumber daya dialokasikan oleh

Page 97: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 97

pemerintah; dan Ketiga, ekonomi campuran, dimana sumber daya dialokasikan baik oleh pasar maupun oleh pemerintah secara Bersama-sama.

Bentuk sistem ekonomi mempengaruhi struktur pembuatan keputusan, mekanisme informasi dan koordinasi, hak kepemilikan dan insentif yang diperoleh para pelaku ekonomi tersebut. Gregory dan Stuart mengadakan klasifikasi atas berbagai dimensi dan kemungkinan sistem pengalokasian sumber daya tersebut sebagai berikut:

Bagan 1

Klasifikasi Berbagai Dimensi Pengalokasian Sumber Daya Berdasarkan Sistem Ekonominya

CAPITALISM MARKET SOSIALISM

PLANNED SOSIALISM

Decision making

StructurePrimarily

DecentralizedPrimarily

DecentralizedPrimarily

Centalized

Mechanisms for information and

CoordinationPrimarily Market

Primarily Market Primarily Plan

Property RightsPrimarily Private

Ownership

State and/or Collective Ownership

Primarity State Ownership

Incentives Primarily Material

Material and Moral

Material and Maral

Klasifikasi sistem ekonomi tersebut dibagi menjadi tiga sistem, yaitu kapitalisme, sosialisme terencana, dan sosialisme pasar. Kapitalisme, ciri-cirinya antara lain penguasaan atau kepemilikan faktor-faktor produksi oleh swasta, sedangkan pembuatan keputusan apa yang ingin diproduksikan berada di tangan siapa yang memiliki faktor produksi tersebut. Keputusan yang dibuat, dipandu oleh mekanisme pasar yang

Page 98: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA98

menyediakan informasi yang diperlukan sementara insentif kebendaan (material incentives) menjadi motivator utama bagi para pelaku ekonomi. Sosialisme pasar (market sosialism) ciri-cirinya adalah kepemilikan faktor produksi oleh negara dan atau kepemilikan secara kolektif oleh publik. Keputusan apa yang harus diproduksikan sudah didesentralisasi dan dibuat berdasarkan kebutuhan yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan moral. Sedangkan sosialisme terencana (planned sosialism) dicirikan oleh kepemilikan negara atas setiap faktor produksi. Apa yang harus diproduksikan disesuaikan dengan perencanaan pusat dan para pelaku ekonomi terikat untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh pusat tersebut. Motivasi para pelaku ekonomi adalah insentif material dan moral.

Pada awalnya,kapitalisme dikenal karena semangat kewirausahaan (entrepreneurship) yang berani mengambil risiko, berani bersaing, dan adanya keinginan untuk mengadakan inovasi. Menurut Weber, munculnya perilaku ekonomi kapitalis bertolak dari harapan memperoleh keuntungan yang didapat dengan menggunakan kesempatan terjadinya proses pertukaran secara damai. Ini tentu berkaitan erat dengan kebebasan individu yang ditunjang oleh sistem hukum dan administrasi yang rasional. Semangat kapitalisme menurut Weber bukanlah karena motivasi auri sacra fames (rakus untuk mendapatkan emas) tetapi oleh karena panggilan Tuhan. Panggilan (Jerman: beruf, Inggris: calling) Tuhan agar manusia memberikan karya terbaik dalam hidupnya, adalah merupakan konsepsi agama yang menjadi dasar semangat kapitalisme yang dimotivasi semboyan in majorem gloriam Dei (semua demi kemuliaan Tuhan) dalam bingkai etika Protestan sebagaimana yang diajarkan oleh Luther dan dilanjutkan oleh Calvin.

Semangat kapitalisme melanda Eropa seiring dengan menyebarnya Protestanisme sebagai ajaran agama yang dipelopori oleh Martin Luther pada permulaan abad ke-17. Dalam

Page 99: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 99

upaya membebaskan diri dari penindasan karena perbedaan agama, banyak pengikut Luther mencoba peruntungan dan kehidupan baru di daratan Amerika. Semangat kapitalisme pun ikut menyebar ke daratan Amerika, khususnya Amerika Serikat. Dalam analisisnya terhadap pendapat Weber tentang semangat kapitalisme, Trubek melihat bahwa Weber secara tepat mampu memberikan jawaban mengapa hukum kontrak dan hukum perusahaan sebagai dua elemen penting yang mempunyai hubungan timbal balik serta memainkan peran penting dalam hukum modem, justru muncul dan tumbuh pesat di Fropa dan daratan inggris. Kebebasan berkontrak (freedom of contract) dan konsep tentang badan hukum perusahaan adalah dua wadah utama yang merefleksikan pemikiran rasional guna menunjang kepentingan kapitalis demi menjamin kelancaran usahanva, Dengan kata lain, karena pengaruh kepentingan kapiralisme yang pada awalnya muncul di Eropa tersebut maka hukum kontrak dan hukum perusahaan memperoleh bentuknya yang ideal, Fenomena ini tidak terjadi di Tiongkok, meskipun masyarakat Tionghoa adalah masyarakat berbudaya tinggi dan dikenal tangguh dalam berdagang, Tampaknya, sifat tradisional sistem hukum di Tiongkok titik beratnya ada pada bidang pidana. Kitab Undang-Undang Kekaisaran Tiongkok terutama merupakan kodifikasi dari kumpulan peraturan-peraturan pidana dan mengabaikan masalah-masalah utama dalam perdagangan seperti dalam pengaturan transaksi, perjanjian jual bell, tukar menukar, dan pinjam meminjam karena masalah-masalah tersebut diserahkan pada hukum kebiasaan saja.

Teori-teori tentang hubungan kontraktual yang dipraktekkan dalam sistem kapitalisme, sebenarnya telah muncul pada a had ke 11 dan abad ke 12, ketika para glossators berusaha memberikan penafsiran baru terhadap berbagai aturan yang masih kabur dalam Codex Justinianus. Gaius seorang

Page 100: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA100

pakar hukum Romawi kemudian menuliskan berbagai tipe hubungan kontraktual yang oleh para juris Romawi kemudian ditambahkan dengan kontrak tidak bernama (unnamed) yang terdiri atas 4 tape; a gift for a gift (do ut des), a gift for an act (do ut facias), an act for a gift (facio ut des) dan yang terakhir act for an act (facio ut facias), Pada abad ke 14, upaya para juris postglossators dari Italia seperti Bartolus dan Baldus untuk mengembangkan teori tentang hukum kontrak, memperoleh sinergi melalui pemahaman karya-karya yang lebih awal dan Anttotelei dalam Metafisika dan Etika, sekaligus pemahaman terhadap filsafat teologia umat Kristiani melalui kanon gereja yang digagas antara lain oleh Tomas Aquinas yang juga diakui dalam ius civile, yaitu suatu adagium yang disebut nudus concensus obligat, pacta nuda servanda sunt. Selanjutnya, lahirlah suatu asas hukum kontrak yang berlaku sampai hari ini: pacta sunt servanda (agreement must be kept), janji itu mengikat dan harus ditepati.

Sejarah juga telah mengajarkan bahwa sinergi antara kebebasan berkontrak (freedom of contract) dan badan hukum dalam konteks kapitalisme telah memacu terjadinya revolusi industri di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara selama abad ke 18 sampai abad ke 19. Industrialisasi ditandai oleh transformasi dari ekonomi pertanian menuju ekonomi terspesialisasi dan padat modal dengan bantuan alat-alat yang serba mekanis. Dalam hal ini, industrialisasi dapat terselenggara karena tiga faktor produksi memperoleh wujudnya yang lengkap yaitu modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam

Pada awal pemunculannya, nilai-nilai kapitalisme antara lain adalah individualisme, kemajuan material, dan kebebasan politik serta cara berpikir yang rasional. Seiring berjalannya waktu serta munculnya perbedaan-perbedaan politik, perkembangan kapitalisme dewasa ini juga banyak dikaitkan dengan perang yang mengerikan, konjunktur yang memuncak, depresi yang melanda dunia (seperti yang pernah terjadi

Page 101: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 101

pada tahun 1929), perbedaan pendapatan yang mencolok, kolonialisme dan banyak ketegangan sosial. Bahkan belakangan ini kapitalisme dan ekonomi pasar sering disoroti karena ikut menumbuhkan egoisme, keserakahan, serta keinginan akan kenikmatan yang berlebihan (hedonisme) tanpa peduli atas penderitaan dan kemiskinan yang terjadi di sekitarnya. Dengan kondisi tersebut, kapitalisme akhimya seperti merampok rasa aman yang berusaha diciptakannya melalui kesejahteraan dan kemakrauran.

Temuan dalam ilmu hukum normatif tentang badan bukun sebagai subjek hukum sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dampaknya terus berlanjut dan membawa pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan kapitalisme di dunia dewasa ini. Pola kapitalis individu ikut menyesuaikan diri ke dalam bentuk kapitalis korporasi. Manifestasinya adalah munculnya berbagai perusahaan raksasa yang beroperasi untuk mencari keuntungan tanpa mengenal batas negara lagi (multi national enterprise).

Semangat kapitalisme dewasa ini lebih terekspresikan dalam nostrum time is money, sedangkan refleksi budaya kapitalisme dapat dikenal melalui praktik kehidupan negara-negara yang mencapai kemakmurannya melalui jalan kapitalis. Charles Hamden-Tumei dan Alfons Trompenaars mengidentifikasikan nilai-nilai kapitalisme yang dilaksanakan secara konsisten, namun dengan karakter yang berbeda-beda pada tujuh negara: Amerika Serikat, jepang, Jerman, Prancis, Inggris, Swedia, dan Belanda. Pada negara-negara tersebut, kapitalisme merupakan level playing field dalam mengelola perekonomian negara sehingga kapitalisme dibela melalui pernyataan-pernyataan, bila perlu pembelaan tersebut dilaksanakan melalui penggunaan kekuatan senjata.

Sosialisme terencana direfleksikan secara penuh oleb Uni Sovyet dengan perencanaan pusat yang terperinci. Perencanaan

Page 102: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA102

merupakan mekanisme koordinasi untuk menggantikan mekanisme pasar yang tidak dikenal dalam sistem ini. Sistem ekonomi disusun sedemikian rupa termasuk kolektivisasi pertanian untuk memobilisasi sumber daya semaksimal mungkin, mempertabankan tingkat investasi yang tinggi dan memanfaatkan teknologi modern untuk.

mencapai tingkat pertumbuhan yang maksimal. Pilihan dalam pembangunan adalah industri berat untuk segera mempercepat kapasitas pembentukan modal selanjutnya guna mencapai kekuatan nasional yang maksimal. Sosialisme terencana terkenal karena banyak pemborosan dan mengorbankan mutu serta rendahnya kualitas pelayanan sosial. Demikian pula dalam Sosialisme terencana, mekanisme pasar dan persaingan dianggap hanya menciptakan ilusi-ilusi yang tidak akan pernah menyatu.

Sosialisme yang didukung oleh ideologi komunisme dikembangkan dari ajaran-ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels. Menurut konsep sosialis versi Karl Marx, keburukan-keburukan yang timbul dalam sistem kapitalisme karena dibenarkannya hak milik perorangan atas sumber daya alam dan diberikannya kebebasan berusaha tanpa batas bagi pengusaha perseorangan guna mengejar kepentingan pribadi. Tesis yang ditampilkan oleh Marxisme adalah bahwa sumber daya alam harus dikuasai negara untuk menjamin distribusi yang adil, sedangkan antitesisnya adalah dihapuskannya pemilikan perorangan atas sumber daya alam. Dengan demikian, sintesisnya adalah bahwa semua sumber daya alam adalah milik bersama dan harus menjadi milik negara. Pemikiran seperti itulah yang melahirkan etatisme. Awalnya pemilikan negara bertujuan untuk menjamin kelancaran distribusi sumber daya ekonomi bagi kepentingan rakyat banyak, namun secara berangsur-angsur kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak penguasa untuk mempertahankan kekuasaan dan menjadi dasar bagi lahirnya monopoli negara (state monopoly). Bagi sistem pengelolaan

Page 103: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 103

ekonomi dengan corak sosialisme seperti itu dimungkinkan karena pengaturan hukumnya senantiasa memberikan ruang bagi negara untuk memengaruhi seluruh aktivitas ekonomi.

Inti dari kritikan Marx terhadap kapitalisme ditulis dalam karyanya, Das Kapital. Dalam bagian kedua bukunya tersebut diuraikan dinamika perkembangan kapitalisme sebagai berikut.

“The transformation of money into capital is to explained on the basis of laws immanent in the exchange of commodities, is to be explained in such a way that the starting point is an exchange of equivalent. Mr. Moneybags, who is a yet only an embryo of capitalist, must buy his commodities at their value, and must sell them at their value; and nevertheless at the end of process, he must draw more value out of circulation then he puts into it a starting. From being a caterpillar, he must grow into a butterfly, and this transformation must simultaneously take place in the sphere of circulation and outside the sphere of circulation. Such are the conditions of problem. That is the nut we have to crack.

Dalam karyanya tersebut, Marx membahas krisis-krisis yang akan dihadapi dalam perjalanan kapitalisme. Ia mengelaborasikannya dalam teori nilai, konsentrasi dan akumulasi modal, pemelaratan yang terus bertambah dan masalah-masalah yang berakibat pada krisis-krisis ekonomi. Jika kapitalisme ternyata tidak mengalami nasib sebagaimana diramalkan oleh Marx, bukan karena analisis-analisis Marx salah. Sebenarnya yang berubah adalah dinamika masyarakat industrial berdasarkan insentif kepemilikan pribadi. Buruh yang oleh Marx digambarkan sebagai proletar miskin, dewasa ini membangun kekuatan tawar-menawar (bargaining power) terhadap kaum pemodal (majikan) sehingga kebalikannya, justru keadaan buruh belakangan ini semakin membaik. Upah tidak lagi ditentukan oleh kepentingan ekonomis, melainkan

Page 104: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA104

secara politis sebagai hasil tawar-menawar kolektif antara wakil buruh dan wakil majikan dalam kerangka hukum yang diatur oleh negara. Meskipun banyak teori Karl Max sekarang hanya menarik secara historis dan tidak lagi secara sistematis, namun cita-cita emansipasi dan kritik terhadap eksploitasi manusia oleh manusia tampak tetap hidup dan aktual.

Seperti yang dibuktikan oleh sejarah, sosialisme yang terencana sebagai sistem ekonomi ternyata telah gagal dengan runtuhnya Uni Sovyet sebagai negara yang mempraktikkan sistem ini secara konsisten. Menurut pengamatan Giddens, teori ekonomi sosialisme selalu tidak memadai serta meremehkan kemampuan kapitalisme untuk berinovasi, beradaptasi, dan mendorong produktivitas. Menurut dia, sosialisme juga gagal memahami arti penting pasar sebagai perangkat informasi yang menyediakan data penting bagi para penjual dan pembeli. Kelemahan-kelemahan sosialisme tersebut menjadi semakin terbuka dengan adanya proses globalisasi dan perubahan teknologi yang semakin intens sejak awal 1970-an.

Dari aspek sejarah, Fukuyama melihat bahwa totalitarianisme komunis mungkin merupakan formula yang dirancang untuk memutuskan proses-proses evolusi sosial yang alami dan organik lalu menggantikannya dengan serangkaian revolusi yang dipaksakan dari atas melalui penghancuran kelas-kelas sosial lama, industrialisasi yang sangat cepat dan kolektivisasi pertanian. Bagi Fukuyama, perekayasaan sosial yang berskala besar seperti itulah yang mungkin menempatkan masyarakat komunis terpisah dari masyarakat-masyarakat nontotalitarian karena perubahan sosial lebih bersumber dari negara daripada masyarakat. Aturan-aturan ekonomi yang normal dan modernisasi politik yang diyakini oleh para ilmuwan sosial sebagai hal yang universal dalam masyarakat “normal” telah terhenti. Akibatnya, terjadi kebangkrutan ide-ide serius yang mampu menopang kehidupan bagi sebuah pemerintahan yang kuat.

Page 105: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 105

BAB IV

PERJANJIAN YANG DILARANG DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

Pengertian

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memuat aturan tentang dua kegiatan yang dilarang, yaitu terkait dengan perjanjian dan kegiatan yang dilarang. Di bagian berikut ini dipaparkan perjanjian yang dilarang dalam undang-undang persaingan usaha.

Secara umum “perjanjian” diartikan sebagai suatu persitiwa di mana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal. Pengertian secara umum ini tidak jauh berbeda dengan pengertian perjanjian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu. Sedangkan dalam Black’s Law Dictionary yang dimaksud dengan perjanjian atau kontrak itu adalah “An agreement between two or more persons which creates an obligation to do or not to do a particular thing”. perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.95

95 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana

Page 106: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA106

Sebelum diperkenalkannya istilah perjanjian yang ada dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka istilah perjanjian secara umum telah lama dikenal oleh masyarakat. Prof. Wirjono96 menafsirkan perjanjian sebagai perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak dalam hal mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lainnya berhak menuntut pelaksanaan dari perjanjian itu. Sedangkan Prof. Subekti97 menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Selanjutnya Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu persetujuan atau perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Selain dari perjanjian, dikenal pula istilah perikatan. Namun, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak merumuskan apa itu suatu perikatan. Oleh karenanya doktrin berusaha merumuskan apa yang dimaksud dengan perikatan yaitu suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menutut sesuatu hal (prestasi) dari pihak lain yang berkewajiban memenuhi tuntutan tersebut.98 Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan. Pasal 1233 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu perikatan ada yang lahir karena perjanjian dan ada yang dilahirkan karena undang-undang. Suatu prestasi dalam suatu perikatan menurut Pasal 1234 KUH Perdata dapat berupa tiga macam. Pertama, kewajiban untuk memberikan sesuatu; Kedua, kewajiban untuk berbuat sesuatu; dan ketiga kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu.

Prenada Media Group, Jakarta, hlm, 24.96 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, PT. Eresto, Bandung,

1989, hlm, 9.97 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta 1985, hlm, 1.98 Ibid.

Page 107: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 107

Dalam sistem hukum perjanjian, maka dianut sistem terbuka, artinya para pihak mempunyai kebebasan yang sebesar-besarnya untuk mengada-kan perjanjian yang berisi dan berbentuk apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang pada intinya menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Selanjutnya Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 syarat. Pertama, sepakat mereka untuk mengikatkan diri. Kedua, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Ketiga, suatu hal tertentu, dan keempat, suatu sebab (causa) yang halal.

Ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian dalam KUH Perdata ini merupakan asas-asas dan ketentuan-ketentuan umum yang berlaku untuk semua perjanjian secara umum. Disamping itu suatu undang-undang khusus dapat saja mengatur secara khusus yang hanya berlaku untuk ketentuan-ketentuan dalam undang-undang yang khusus tersebut. Hal ini dapat ditemui dalam UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur secara khusus apa yang dimaksud dengan perjanjian dalam UU ini. Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-undang No.5 Tahun 1999, perjanjian didefinisikan sebagai: “Suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.”

Dengan adanya definisi perjanjian yang dirumuskan oleh Undang-undang No.5 Tahun 1999, dapat diketahui bahwa Undang-Undang No. 5 tahun 1999 merumuskan bahwa perjanjian dapat dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, kedua-duanya diakui atau digunakan sebagai alat bukti dalam kasus persaingan usaha. Sebelumnya perjanjian tidak tertulis

Page 108: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA108

umumnya dianggap tidak begitu kuat sebagai alat bukti di pengadilan, karena hukum acara perdata yang berlaku pada saat ini lebih menekankan dan menganggap bukti tertulis dan otentik sebagai alat bukti yang kuat.

Pengakuan dan masuknya perjanjian yang tidak tertulis sebagai bukti adanya kesepakatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha dalam Hukum Persaingan Usaha adalah sangat tepat dan telah sesuai dengan rezim Hukum Persaingan Usaha yang berlaku di berbagai negara. Pada umumnya para pelaku usaha tidak akan begitu ceroboh untuk memformalkan kesepakatan diantara mereka dalam suatu bentuk tertulis, yang akan memudahkan terbuktinya kesalahan mereka. Oleh karenanya perjanjian tertulis diantara para pelaku usaha yang bersekongkol atau yang bertentangan dengan Hukum Persaingan Usaha akan jarang ditemukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur beberapa perjanjian yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu:

perjanjian yang bersifat oligopoli;

perjanjian penetapan harga;

perjanjian pembagian wilayah pemasaran atau alokasi pasar;

perjanjian pemboikotan;

perjanjian kartel;

perjanjian trust;

perjanjian oligoposi;

perjanjian integrase vertical;

perjanjian tertutup; dan

perjanjian dengan pihak luar negeri.

Page 109: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 109

A. Perjanjian yang Bersifat OligopoliPada kepustakaan antitrust law oleh Mueller, oligopoli

diartikan ”monopoly by a few”. Pengertian yang hampir sama dalam Blacks Law Dictionary ”Economic condition where only a few companies sell substantially similar or standardized products”. Pada dasarnya oligopoli diartikan pada penguasaan pasar oleh sedikit (a few) pelaku usaha saja99.

Oligopoli merupakan salah satu struktur pasar, di mana sebagian besar komoditi (barang dan jasa) dalam pasar tersebut dikuasai oleh beberapa perusahaan. Apabila beberapa perusahaan tersebut dapat menyatukan perilakunya, maka terjadilah struktur pasar yang bersifat oligopoli kolusif (adanya perilaku yang bersatu). Salah satu ciri khas pasar oligopolistik itu adalah pasar yang memperdagangkan barang-barang yang sifatnya homogen, seperti minyak tanah, bensin, bahan bangunan, pedagang buah sayuran, pipa baja, dagang mie, dagang bakso, dan sebagainya. Dalam pasar oligopolistik (barang homogen) biasanya terjadi keterkaitan reaksi, karena apabila ada seorang pedagang yang menaikkan harga barang dagangannya, maka pedagang lainnya ikut menaikkan harga. Demikian pula sebaliknya apabila ada yang menurunkan harga barang dagangan, pedagang lainnya juga ikutan menurunkan harga barang dagangannya. Kondisi seperti ini disebut dengan perilaku yang saling menyesuaikan di antara pelaku usaha, karena sifat barang yang homogen mengakibatkan tidak adanya persaingan kualitas terhadap barang maupun jasa yang diperdagangkan100.

Bahkan ada pakar yang menyebutnya sebagai oligopoli sekongkol. Oleh karena itu dapat pula terjadi, bahwa struktur barang dan jasa dapat menjadi oligopoli, jika dibiarkan terus

99 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia), Bayumedia Publishing, Malang, 2006, hlm, 229.

100 L. Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender Perspektif Hukum Persaingan Usaha, Srikandi, Surabaya, 2008, hlm, 136-137.

Page 110: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA110

menerus terjadi, maka akan menimbulkan dan sekaligus dapat menjadi monopoli. Hal ini jelas dilarang, baik sebagai perilaku dalam praktik maupun dalam peraturan perundang-undangan.

Dilihat dalam konteks pandang jumlah (kuantitas) perusahaan dan penguasaan pasar, maka bentuk oligopoli dapat dibedakan atas oligopoli penuh dan oligopoli parsial (sebagian). Di Indonesia, termasuk dalam kelompok industri penuh adalah industri bir, semen, scpeda motor, tepung terigu, buah-buahan dalam kaleng, kaca lembaran, pupuk dan sebagainya. Sedangkan industri oligopoli parsial, misalnya industri rokok kretek, rokok putih, bumbu masak, sabun, obat-obatan, kosmetik, makanan ternak, kertas, pcngolahan dan pengawetan daging, I kayu lapis, aki, jamu dan sebagainya101.

Perjanjian yang bersifat oligopoli ini, termasuk salah satu diantara bentuk perjanjian yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Ketentuan dal am Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor Tahun 1999 menyatakan, bahwa:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,’’

Di sini jelas, bahwa Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 hanya melarang perjanjian yang bersifat oligopoli yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Indikator yang terakhir ini harus dibuktikan menjadi prasyarat perjanjian yang bersifat oligopoli yang bersangkutan itu dilarang. Ini berarti dengan sendirinya sepanjang penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa tersebut tidak mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

101 Ibid.

Page 111: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 111

sehat, maka bentuk perjanjian yang bersifat oligopoli tersebut tidak dilarang oleh undang-undang102.

Ketentuan dal am Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 secara yuridis merumuskan pengertian penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat tersebut, yang dinyatakan sebagai berikut:

“Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atom jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.’’

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dal am Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dapat disimpulkan bahwa larangan tersebut akan berlaku apabila pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama mengadakan perjanjian yang bertujuan untuk melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu, berhubung perjanjian yang demikian itu dapat menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat, yang dengan sen- dirinya dapat merugikan kepentingan umum. Bentuk pasar oligopoli ini berada di antara monopoli dan pasar persaingan sempurna (perfect competition). Pasar jenis ini ditandai dengan adanya beberapa penjual yang ada di pasar dengan pembeli yang relatif banyak103.

102 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2004, hlm. 42-43.

103 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Uaha (Teori dan Prakteknya di Indonesia) Jakarta, CV. Raja Grafindo Persada, 2010, hlm, 77.

Page 112: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA112

Berdasarkan sifatnya, maka perjanjian yang bersifat oligopoli ini dilarang, karena hal-hal berikut:

a. Merugikan KonsumenPraktik perjanjian oligopoli akan menghasilkan kinerja pasar (market performance) di bawah optimal yang sama pada perjanjian monopoli. Pelaku usaha akan mendapatkan keuntungan di atas normal, tetapi di lain pihak konsumen akan membayar harga yang lebih mahal terhadap barang dan jasa. Hal ini dimungkinkan, karena konsumen akan menanggung semua biaya tambahan produksi barang dan jasa yang dibelinya, serta harga yang lebih mahal yang disebabkan pelaku usaha melakukan praktik inefisiensi dalam produksi barang atau jasa (high cost economy).

b. Meniadakan persaingan dan menimbulkan praktik usaha tidak sehat perjanjian oligopoli akan menimbulkan serangkaian perbuatan yang saling berkaitan satu sama lainnnya, yaitu meniadakan persaingan 1 harga antar pelaku usaha dengan cara membentuk kartel sebagai media/wadah bersama untuk menetapkan harga (price fixing) pada tingkat tertentu. Meskipun demikian perjanjian oligopoli ini juga dapat menimbulkan serangkaian perbuatan yang dilarang, seperti monopoli, kartell price fixing serta menurunkan bahkan meniadakan persaingan sehat.Perlu ditekankan disini bahwa bentuk pasar oligopoli

bukanlah merupakan hal yang luar biasa, oligopoli terjadi hampir di semua negara. Oligopoli menurut ilmu ekonomi merupakan salah satu bentuk struktur pasar, dimana di dalam pasar tersebut hanya terdiri dari sedikit perusahaan (few sellers). Setiap perusahaan yang ada di dalam pasar tersebut memiliki kekuatan yang (cukup) besar untuk mempengaruhi harga pasar dan perilaku setiap perusahaan akan mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam pasar.104 Sedikitnya jumlah 104 Andi Fahmi Lubis, et.al, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks,

Page 113: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 113

perusahaan yang beroperasi di pasar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti karena adanya barrier to entry yang mampu menghalangi pemain baru untuk masuk ke dalam pasar. Sedikitnya jumlah pemain ini juga menyebabkan adanya saling ketergantungan (mutual inter-dependence) antar pelaku usaha dan faktor inilah yang membedakan struktur pasar oligopoli dengan struktur pasar yang lain.105

Ketentuan Hukum Persaingan merumuskan dalam Pasal 4 ayat (1) apa yang disebut dengan oligopoli yaitu “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.” Sedangkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang No.5/1999 menyatakan bahwa: “pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan/ atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagimana dimaksud ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”

B. Perjanjian Penetapan Harga

Perjanjian penetapan harga yang dilarang oleh Undang-undang No.5 Tahun1999 diatur di dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 Undang-undang No.5 Tahun1999 terdiri dari perjanjian penetapan harga (Price Fixing Agreement), diskriminasi harga (Price Discrimination), harga pemangsa atau jual rugi (Predatory Pricing), dan pengaturan harga jual kembali (Resale Price Maintenance).

Perjanjian penetapan harga (price fixing agreement) Published and Printed with Support of Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH 2009, hlm, 87.

105 Ibid, hlm, 88.

Page 114: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA114

merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh para pelaku usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba yang setingi-tingginya. Dengan adanya penetapan harga yang dilakukan di antara pelaku usaha (produsen atau penjual), maka akan meniadakan persaingan dari segi harga bagi produk yang mereka jual atau pasarkan, yang kemudian dapat mengakibatkan surplus konsumen yang seharusnya dinikmati oleh pembeli atau konsumen dipaksa beralih ke produsen atau penjual. Kekuatan untuk mengatur harga, pada dasarnya merupakan perwujudan dari kekuatan menguasai pasar dan menentukan harga yang tidak masuk akal.

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor Tahun 1999, dinyatakan sebagai beriku:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”.

Melihat rumusan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, Iarangannya bersifat perse illegal yang tidak mengharuskan melihat implikasi atau adanya hambatan persaingan usaha. Perjanjian penetapan harga dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, didasarkan pada pertimbangan bahwa penetapan harga bersama-sama akan menyebabkan tidak dapat berlakunya hukum pasar tentang harga yang terbentuk dari adanya tawaran dan permintaan. Pelaku usaha dilarang melakukan perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang juga merupakan pelaku usaha. Pesaing di sini berarti pihak yang melakukan kegiatan ekonomi, bukan pembeli. Selain itu. pihak yang melakukan perjanjian harus saling bersaing, berarti pelaku usaha tersebut berada pada pasar bersangkutan faktual yang sama baik secara vertikal

Page 115: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 115

maupun horizontal. Perjanjian dapat dilakukan dengan tertulis ataupun lisan106.

Secara historis perjanjian penetapan harga horizontal merupakan hambatan persaingan yang sudah cukup lama dikenal di Eropa. Biasanya perjanjian penetapan harga horizontal akan menimbulkan harga yang terlalu mahal (tinggi) dan harga yang diciptakan oleh para pelaku usaha dalam pasar yang bersangkutan bukanlah harga pasar (harga keseimbangan/equilibrium) seperti yang dikehendaki dalam persaingan sehat. Kondisi seperti ini hampir mirip pada pasar monopoli, di mana pemasok yang menguasai monopoli memperoleh keuntungan monopoli, serta mampu menentukan harga berdasarkan marginal return rule karena tidak adanya tekanan berarti dari pesaing usaha lainnya. Tekan harga (harga beli dan jual) seperti ini acapkali juga ditiadakan dalam kartel melalui perjanjian penetapan harga untuk produk barang maupun jasa tertentu107.

Perjanjian Penetapan Harga yang Berbeda

Perjanjian penetapan harga yang berbeda (price discrimination) terhadap harga barang dan/atau jasa yang sama termasuk salah satu perjanjian dilarang dalam UU No 5 Tahun 1999. Perjanjian diskriminasi harga adalah perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya dimana untuk suatu produk yang sama dijualkepada setiap konsumen dengan harga yang berbeda-beda. Secara sederhana, suatu diskriminasi harga telah terjadi apabila terjadi perbedaan harga antara satu pembeli dengan pembeli lainnya. Namun demikian, dapat terjadi bahwa diskriminasi harga tersebut disebabkan karena adanya perbedaan biaya atau karena kebutuhan persaingan lainnya seperti biaya iklan dan lain-lain.

106 Mustafa Kamal Rokan, Op.Cit., hlm, 85107 L. Budi Kagramanto, Op.Cit., hlm, 144

Page 116: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA116

Pasal 6 Undang-Undang No.5/1999 melarang setiap perjanjian diskriminasi harga tanpa memperhatikan tingkatan yang ada pada diskriminasi harga, dimana bunyi dari pasal tersebut antara lain:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan/ataujasa yang sama.”

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar*dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan/atau jasa yang sama”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, maka diskriminasi harga yang dilarang apabila pelaku usaha membuat suatu perjanjian dengan pelaku usaha lain yang mengakibatkan pembeli (konsumen) yang satu harus membayar harga yang tidak sama atau berbeda dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen) lain untuk barang dan/atau jasa yang sama karena diskriminasi harga tersebut dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat di kalangan pelaku usaha atau dapat merusak persaingan usaha.

Dengan kata lain penetapan harga diskriminasi ialah keadaan seorang pemasok untuk menjual produk yang sama pada sejumlah pasar yang terpisah dengan harga yang berbeda. Pasar-pasar dapat dipisahkan melalui berbagai cara, yang meliputi lokasi geografis yang berbeda (misalnya, dalam negeri dan luar negeri); sifat produk itu sendiri (misalnya, suku cadang asli dan pengganti untuk mobil), dan keperluan para pengguna (misalnya, konsumsi listrik industri dan rumah tangga)108.

108 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia,

Page 117: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 117

Tentu saja tidak semua pemberian harga yang berbeda itu dilarang oleh hukum antimonopoli. Sebab, jika cost yang dikeluarkan oleh penjual untuk satu konsumen dengan konsumen lain oleh penjual untuk satu konsumen dengan konsumen lain berbeda, maka harga. Secara logis tentu akan berbeda pula. Karena itu, secara teknis, diskriminasi harga baru layak dilarang oleh hukum antimonopoli manakala perbedaan harga terhadap konsumen yang satu dengan konsumen lainnya pada prinsipnya merupakan refleksi dari perbedaan marginal cost yang dikeluarkan oleh pihak penjual tersebut109.

Singkatnya, dalam melarang suatu diskriminasi harga, hukum antmonopoli harus secara bijak mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kesamaan marginal cost;b. Kesamaan kualitas dan kuantitas barang yang dijual;c. Kesamaan cost untuk memproduksi, menjual dan delivery;d. Tidak ada perubahan harga karena peruhahan atau

perbedaan;e. Market ability dari barang tersebut harus sama; f. Komponen harga yang berbeda, termasuk juga jika ada

allowance bonus, atau kemudahan/jasa dari pehjual yang diberikan berbeda-beda kepada satu pembeli dengan pembeli lain110.

Perjanjian Penetapan Harga di Bawah Harga Pasar

Perjanjian penetapan harga di bawah harga pasar dengan pelaku usaha lain (dumping) termasuk perjanjian yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Karena itu, pelaku usaha dilarang menerapkan harga di bawah biaya marginal

2010: 120.109 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat,

Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm, 56-57110 Ibid,hlm, 57

Page 118: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA118

(predatory price). Ketentuan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan sebagai berikut:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut, maka perjanjian penetapan harga di bawah biaya marginal (predatory price) atau di bawah harga pasar (praktik dumping) yang dilarang adalah bentuk perjanjian yang dibuat pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya dengan tujuan menetapkan harga di bawah pasar atau di bawah biaya rata-rata, yang membawa akibat timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat.

Pada satu sisi, penetapan harga di bawah biaya marginal akan menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, tetapi di pihak lain akan sangat merugikan pesaing (produsen lain). Predatory pricing ini sebenarnya merupakan hasil dari perang harga tidak sehat antara pelaku usaha dalam rangka merebut pasar. Strategi yang tidak sehat ini pada umumnya beralasan bahwa harga yang ditawarkan merupakan hasil kinerja peningkatan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu tidak akan segera terdeteksi sampai pesaing dapat mengukur dengan tepat berapa harga terendah yang sesungguhnya dapat ditawarkan pada konsumen (di mana harga = biaya marginal). Strategi ini akan menyebabkan produsen menyerap pangsa pasar yang lebih besar, yang dikarenakan berpindahnya konsumen pada penawaran harga yang lebih rendah. Sementara produsen pesaing akan kehilangan pangsa pasarnya. Pada jangka waktu yang lebih panjang, produsen pelaku predatory pricing akan

Page 119: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 119

dapat bertindak sebagai monopoli111.

Terdapat dua alasan mengapa predatory price atau praktik dumping dilarang oleh Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, yaitu:

a. Dumping berpotensi mematikan pelaku usaha skala kecil dan menengah yang berusaha masuk ke pangsa pasar lain pada produk yang sama;

b. Pelaku usaha dumping sengaja menurunkan harga di bawah harga pasar dengan tujuan mematikan pelaku usaha pesaing untuk menjadi pelaku usaha yang berposisi dominan dengan kontrol harga sepenuhnya berada pada pelaku dumping112.

Substansi pengaturan terhadap praktik “penetapan harga di bawah harga pasar” dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tabun 1999 memberikan kondisi bahwa praktik ini harus dalam kaitannya dengan suatu perjanjian antara pelaku usaha dan pesaingnya. Sementara itu, Pasal 20 Undang-Undang Nomoi 5 Tahun 1999 diisyaratkan bahwa praktik pengaturan atau penerapan barga di bawah harga pasar yang merusak, tidak perlu didasarkan pada adannya sebuah pertanyaan untuk membuktikan legal atau ilegalnya praktik ini, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mensyaratkan adanya pembuktian akibat dampak ekonomi dimaksud (diatur secara “rule of reason”). Selain itu, baru dibuktikan bahwa pengaturan harga yang merusak merupakan suatu strategi yang biasa dilakukan oleh perusahaan yang dominan untuk menyingkirkan pesaingnya di suatu pasar dengan cara menetapkan harga atau harga penjualan yang sangat rendah dan umumnya di bawah variabel.

111 Ayudha D. Prayoga, et.al (Ed), Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, Jakrta, Proyek ELPS, 2000, hlm, 100.

112 Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli: Analisis dan Perbandingan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm, 41.

Page 120: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA120

Perjanjian Penetapan Harga Jual Kembali

Perjanjian penetapan barga jual kembali dengan harga terendah (resale price/maintenance) merupakan salah satu bentuk perjanjian yang dilarang diadakan antar pelaku usaha dalam konteks Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang 5 Tahun 1999, menyatakan bahwa:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan tidak akan menjual atau memasok kembali barang yang diterimanya, dengan harga yang rendah daripada telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat”

Jadi, Pasal 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mengatur mengenai larangan antar pelaku usaha untuk membuat atau mengadakan perjanjian yang di dalamnya memuat persyaratan bahwa penerima barang dan/atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan/ atau jasa yang telah diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan (penetapan minimum harga jual kembali) sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan pada ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini, maka pelaku usaha (supplier) dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain (distributor) untuk menetapkan harga vertikal (resale price/maintenance), di mana penerima barang dan/ atau jasa selaku distributornya tidak boleh menjual atau memasok kembali barang dan/atau jasa yang telah diterimanya dari supplier tersebut dengan harga yang lebih rendah daripada hatga yang,telah diperjanjikan sebelumnya antara supplier dan distributor, berhubung bentuk perjanjian yang demikian itu akan dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Page 121: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 121

Salah satu alasan diadakan perjanjian resale price/maintenance ini untuk menghindari intrabrand competition di antara para distributor sehingga bisa mengancam stabilitas jaringan ecerannya. Di samping itu, mungkin supplier ingin juga mempertahankan persepsi para konsumennya terhadap kualitas produknya. Resale price/maiitenance bisa juga terjadi untuk melaksanakan price fixing dari Kartell antara para retailer. Karena sukar untuk melaksanakannya dengan cara membuat perjanjian resale price/maintenance. Mungkin juga supplier menetapkan resale price/ maintenance untuk melaksanakan perjanjian price fixing diantara supplier ini dengan supplier-supplier lainnya113.

Ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terlihat bahwa perjanjian penetapan harga vertikal hanya dilarang apabila mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat. Artinya berbeda dengan price fixing ia bukan per se illegal, Tidak di ketahui mengapa ada perbedaan semacam ini, padahal keduanya sama-sama mengenai harga yang merupakan faktor terpenting di dalam persaingan, dan persaingan harga merupakan tujuan paling utama dari hukum persaingan.

C. Perjanjian Pembagian Wilayah/Pasar114

Perjanjian price fixing bukan satu-satunya cara mengontrol harga. Cara lain yang walaupun tidak secara langsung dapat mengontrolnya, yakni perjanjian di antara pelaku usaha untuk tidak saling berkompetisi satu sama lain. Caranya mereka membagi wilayah pemasaran barang atau/jasa mereka. Ada banyak perjanjian pembagian wilayah ini, pertama: pelaku usaha dapat membagi pasar secara geografis; kedua: membagi jenis atau kelas pelanggan atau konsumen (misalnya wholesalers atau retailers) dan ketiga: mereka bisa membagi 113 Ayudha D. Prayoga, et.al. (Ed), Op.Cit, hlm, 80114 Disarikan Rachmadi Uman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta,

Sinar Grafika, 2013, hlm, 272-276.

Page 122: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA122

pasar berdasarkan jenis produk yang dikeluarkan (misalnya peralatan video profesional dan alat video amatir)115.

Ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 melarang pelaku usaha untuk mengadakan perjanjian pembagian wilayah (market division/allocation), baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Disebutkan dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, bahwa:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”

Berdasarkan ketentuan daiam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini, maka perjanjian pembagian wilayah yang terkena larangan dalam hukum persaingan usaha adalah jika perjanjian pembagian wilayah dimaksud isinya bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap suatu produk barang dan/atau jasa, di mana perjanjian pembagian wilayah itu dapat menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Bentuk perjanjian pembagian wilayah yang demikian ini dilarang oleh hukum antimonopoli karena para pelaku usaha meniadakan atau mengurangi persaingan dengan cara membagi wilayah pasar atau alokasi pasar. Wilayah pemasaran di sini dapat berarti wilayah negara Republik Indonesia atau bagian wilayah Negara Republik Indonesia, seperti provinsi, kabupaten/kota, atau wilayah regional lainnya. Membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar itu berarti membagi wilayah untuk memperoleh atau memasok barang, jasa atau barang dan jasa tertentu. Jadi, bentuk perjanjian pembagian wilayah seperti ini dapat

115 Ayudha D. Prayoga, et.al, (Ed), Op.Cit, hlm, 81.

Page 123: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 123

menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat dan sekaligus dapat merugikan konsumen.

Pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar adalah salah satu cara yang dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan di antara mereka. Melalui pembagian wilayah ini, maka para pelaku usaha dapat menguasai wilayah pemasaran atau alokasi pasar yang menjadi bagiannya tanpa harus menghadapi persaingan.

Dengan demikian dia akan mudah menaikkan harga ataupun menurunkan produksinya atau barang yang dijual untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada prinsipnya perjanjian di antara pelaku usaha untuk membagi wilayah pemasaran di antara mereka akan berakibat kepada eksploitasi terhadap konsumen, di mana konsumen tidak mempunyai pilihan yang cukup baik dari segi barang maupun harga116.

D. Perjanjian Pemboikotan

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 mengkatagorikan perjanjian pemboikotan sebagai salah satu perjanjian yang dilarang, yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-undang No.5/1999, Pasal 10 ayat (1) berbunyi: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk malakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri”. Dan Pasal 10 ayat (2) nya, berbunyi: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan/atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut: (a). Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha 116 Andi Fahmi Lubis, et.al, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks,

Jakarta, KPPU dan GTZ GmbH, 2009, hlm, 134.

Page 124: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA124

lain atau; (2) membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan/atau jasa dari pasar ber-sangkutan.”

Karena besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh suatu perjanjian pemboikotan, maka Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 yang mengatur mengenai perjanjian pemboikotan ini dirumuskan secara per se illegal oleh pembuat undang-undang, sehingga ketika ada pelaku usaha yang melakukan perbuatan perjanjian pemboikotan, maka tanpa memperhatikan akibat yang muncul dari perbuatan tersebut, ataupun alasan-alasan dilakukannya pemboikotan tersebut, pelaku usaha sudah dapat dijatuhi sanksi hukuman. Perjanjian pemboikotan merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan para pelaku usaha untuk mengeluarkan pelaku usaha lain dari pasar yang sama, atau juga untuk mencegah pelaku usaha yang ber-potensi menjadi pesaing untuk masuk ke dalam pasar yang sama, yang kemudian pasar tersebut dapat terjaga hanya untuk kepentingan pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebut.

E. Perjanjian Kartel

Kartel (cartel) adalah persekongkolan atau persekutuan diantara beberapa produsen produk sejenis dengan maksud untuk mengontrol produksi, harga, dan penjualan, serta untuk memperoleh posisi monopoli. Dengan demikian kartel merupakan salah satu bentuk monopoli, dimana beberapa pelaku usaha atau produsen yang secara yuridis dan ekonomis masing-masing berdiri sendiri, bersatu untuk mengontrol produksi, menentukan harga, dan/atau wilayah pemasaraan atas suatu baranng dan/atau jasa, sehingga diantara mereka tidak ada lagi persaingan117.

117 Susanti Adi nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (dalam teori dan praktek serta penerapan hukumnya), Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm, 176.

Page 125: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 125

Praktek kartel merupakan salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha untuk dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka. Mereka berasumsi jika produksi mereka di dalam pasar dikurangi sedangkan permintaan terhadap produk mereka di dalam pasar tetap, akan berakibat kepada naiknya harga ke tingkat yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, jika di dalam pasar produk mereka melimpah, sudah barang tentu akan berdampak terhadap penurunan harga produk mereka di pasar. Oleh karena itu, pelaku usaha mencoba membentuk suatu kerjasama horizontal (pools) untuk menentukan harga dan jumlah produksi barang atau jasa. Undang-undang No. 5 Tahun 1999 mengkategorikan kartel sebagai salah satu bentuk perjanjian yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Dimana dalam Pasal 11 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 berbunyi: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan cara mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.”

Kartel dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu melalui harga, produksi, dan wilayah pemasaran. Adapun kerugian yang dapat terjadi pada kartel ada dua macam, yaitu: Pertama, terjadinya praktek monopoli oleh para pelaku kartel sehingga secara makro mengakibatkan inefisiensi alokasi sumber daya, sehingga menimbulkan dead weight loss atau bobot hilang yang umumnya disebabkan karena kebijaksanaan pembatasan produksi oleh perusahaan monopoli untuk menjaga harga-harga yang tinggi. Kedua, dari segi konsumen, akan kehilangan pilihan terhadap harga, kualitas yang bersaing, dan layanan purna jual yang baik.

Page 126: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA126

F. Perjanjian Trust

Pada Kamus Webster dinyatakan trust dalam bahasa Inggris banyak artinya, tetapi dalam hal ini trust diartikan sebagai suatu kombinasi dari beberapa perusahaan atau industrialis untuk menciptakan suatu monopoli dengan jalan menetapkan harga, memiliki controlling stock. Jadi dalam hal ini, trust dipersamakan dengan kartel118. Sementara dalam konteks Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 trust ini diartikan sebagai suatu bentuk kerja sama dengan membentuk gabungan perusahan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan yang menjadi anggotanya, dengan tujuan untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa.

Undang-Undang No.5/1999, menyatakan bahwa trust merupakan salah satu perjanjian yang dilarang untuk dilakukan. Pasal 12 Undang-undang No. 5 Tahun1999 berbunyi: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopolidan/atau persaingan usaha tidak sehat”

Ketentuan dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 melarang pelaku usaha membuat perjanjian dalam bentuk perjanjian trust, yang berdampak kepada terciptanya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dinyatakan, bahwa:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan

118 Munir Fuady, Op.Cit., hlm, 64-65.

Page 127: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 127

membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini, maka bentuk perjanjian trust yang dilarang dalam hukum persaingan adalah bentuk perjanjian yang di dalamnya memuat isinya untuk melakukan kerjasama dengan cara membentuk apa yang dinamakan dengan trust, yakni gabungan dari beberapa perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan yang digabungkan tadi, untuk menciptakan stabilisasi dan kepastian tingkat produksi, dan/atau tingkat pemasaran yang sama atas suatu barang, jasa, atau barang dan jasa, dan dengan sendirinya tindakan tersebut akan dapat menciptakan monopolisasi dan pasar menjadi tidak kompetitif lagi, sebab di antara pelaku usaha tidak ada persaingan usaha lagi.

G. Perjanjian yang Bersifat Oligopsoni

Oligopsoni adalah merupakan bentuk suatu pasar yang di dominasi oleh sejumlah konsumen yang memiliki kontrol atas pembelian. Struktur pasar ini memiliki kesamaan dengan struktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasar ini terpusat di pasar input. Dengan demikian distorsi yang ditimbulkan oleh kolusi antar pelaku pasar akan mendistorsi pasar input. Oligopsoni merupakan salah satu bentuk praktek anti persaingan yang cukup unik, karena dalam praktek oligopsoni yang menjadi korban adalah produsen atau penjual, dimana biasanya untuk bentuk-bentuk praktek anti persaingan lain

Page 128: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA128

(seperti price fixing, price discrimination, kartel, dan lain-lainnya) yang menjadi korban umumnya konsumen atau pesaing. Dalam oligopsoni, konsumen membuat kesepakatan dengan konsumen lain dengan tujuan agar mereka secara bersama-sama dapat menguasai pembelian atau penerimaan pasokan, dan pada akhirnya dapat mengendalikan harga atas barang atau jasa pada pasar yang bersangkutan.

UU No.5 Tahun 1999 memasukkan perjanjian oligopsoni ke dalam salah satu perjanjian yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Pasal 13 ayat (1) UU No.5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. ”Sedangkan Pasal 13 ayat (2) menambahkan bahwa: “pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”

Sehingga, dapat disimpulkan perjanjian oligopsoni dilarang jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) secara bersama-sama; 2) menguasai pembelian dan/atau penerimaan pasokan atas suatu barang, jasa, atau barang dan jasa tertentu; 3) dapat mengendalikan harga atas barang, jasa, atau barang atau jasa; 4) menguasai lebih dari 75% pangsa pasar119 satu jenis barang atau jasa tertentu; dan 5) perjanjian yang dibuat tersebut ternyata dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan tidak sehat.119 Pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu

yang dikuasasi oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam kalender tertentu.

Page 129: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 129

H. Perjanjian yang Mengatur Integrasi Vertikal

Integrasi vertical adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/atau jasa tertentu, yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjut, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

Pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya tentu akan melakukan hubungan-hubungan dengan pihak lainnya, baik dengan para kompetitornya maupun dengan para pemasok. Hubungan-hubungan ini adalah hal yang wajar dan memang harus dilakukan oleh pelaku usaha untuk menjalankan usahanya. Namun, ketika suatu pelaku usaha ingin pangsa pasar yang dimilikinya menjadi lebih besar, pertumbuhan perusahaan dan perolehan laba yang semakin meningkat, tingkat efesiensi yang semakin tinggi dan juga untuk mengurangi ketidakpastian akan pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan akan melakukan penggabungan ataupun kerjasama dengan pelaku-pelaku usaha lain yang secara vertikal berada pada level yang berbeda pada proses produksi, maka kerjasama ini disebut integrasi vertikal. Jadi integrasi vertikal adalah perjanjian antara pelaku usaha yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan/atau jasa tertentu, yang mana setiap rangkian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkian langsung maupun tidak langsung.120

Jadi, yang dimaksud dengan integrasi vertikal adalah suatu penguasaan serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses yang berlanjut atas 120 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (dalam Teori

dan Praktik Serta Penerapan Hukumnya), Jakarta: Cetakan ke-2, Kencana Prenadamedia Group, 2014, hlm, 205.

Page 130: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA130

suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu.121 Praktek integrasi vertikal meskipun dapat menghasilkan barang atau jasa dengan harga murah, tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang dapat merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat.122 Praktik intergrasi vertikal ini dilarang dalam Pasal 14 UU No 5 Tahun 1999.123

I. Perjanjian Tertutup

Perjanjian tertutup atau excusive dealing adalah suatu perjanjian yang terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau jasa.124 Perjanjian tertutup dilarang oleh pasal 15 UU No 5 Tahun 1999,125 ketentuan dalam Pasal 15 tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 15 (perjanjian tertutup) UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pedoman ini penting untuk diperhatikan karena dengan membuat perjanjian tertutup pelaku usaha dapat

121 Baca memori penjelasan Pasal 14 UU No. 5 Tahun 1999, Yang dimaksud dengan menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi atau yang lazim disebut integrasi vertikal adalah penguasaan serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu. Praktek integrasi vertikal meskipun dapat menghasilkan barang dan jasa dengan harga murah, tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat. Praktek seperti ini dilarang sepanjang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

122 Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm, 207.123 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

124 Philip Clarke and Stephen Corones, Competition Law and Policy: cases and materials, Oxford University Press, 2000, hlm, 376.

125 Baca Pasal 15 UU No 5 Tahun 1999.

Page 131: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 131

menjalankan usahanya untuk kepentingannya sendiri atau golongan tertentu dengan cara-cara yang dapat merugikan pelaku usaha lain.126

Pada prinsipnya, seorang pelaku usaha bebas untuk menentukan sendiri pihak penjual atau pembeli atau pemasok suatu produk di pasar sesuai dengan berlakunya hukum pasar. Karena itu, dilarang setiap perjanjian yang bertentangan dengan kebebasan tersebut dan dapat mengakibatkan timbulnya persaingan tidak sehat. Perjanjian yang dapat membatasi kebebasan pelaku usaha tertentu untuk memilih sendiri pembeli, penjual, atau pemasok, disebut dengan istilah “perjanjian tertutup”.127 Perjanjian tertutup atau ekslusif dealing ini terdiri dari:

a. Exclusive Distribution Agreement

Exclusive distribution agreements yang dimaksud disini adalah pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima produk hanya akan memasok atau tidak memasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu saja, atau dengan kata lain pihak distributor dipaksa hanya boleh memasok produk kepada pihak tertentu dan tempat tertentu saja oleh pelaku usaha manufaktur. Permasalahan dalam exclusive dealing adalah kemungkinan matinya suatu pelaku usaha karena tidak mendapatkan bahan baku atau tidak mempunyai distributor yang akan menjual produknya. Selain dari pada itu ekslusif dealing juga dapat menyebabkan meningkatnya halangan untuk masuk ke pasar.

Biasanya exclusive distribution agreement dibuat oleh pelaku usaha manufaktur yang memiliki beberapa perusahaan yang mendistribusikan hasil produksinya,

126 Rahmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm,335.

127 Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm, 213.

Page 132: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA132

yang tidak menghendaki terjadinya persaingan di tingkat distributor, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap harga produk yang mereka pasok ke dalam pasar, dan agar harga produk mereka tetap stabil, maka pihak manufaktur membuat perjanjian dengan distributor-distributornya untuk membagi konsumen dan wilayah pasokan agar tidak terjadi bentrokan di sesama distributor atau tidak terjadi persaingan intrabrand.128 Dengan berkurangnya atau bahkan hilangnya persaingan pada tingkat distributor membawa implikasi kepada harga produk yang didistribusikan menjadi lebih mahal, sehingga konsumen harus mengeluarkan biaya yang lebih dari biasanya untuk mendapatkan produk yang didistribusikan oleh distributor tersebut.

Oleh karena itu Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 melarang pelaku usaha untuk membuat exclusive distribution agreement dengan pelaku usaha lain. Adapun bunyi dari Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 sebagai berikut, bahwa: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu.”

Pasal 15 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 dirumuskan secara per se illegal, sehingga ketika pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan memasok atau tidak akan memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada

128 Alfonsus Nahak, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Dan Kegiatan Yang Dilarang Atas Perusahan Diluar Yuridiksi Teritorial Hukum Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor 07/Kppu-L/2007)”, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 5 No. 2 Februari 2015-Juli 2015, hlm,3.

Page 133: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 133

pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu, tanpa harus menunggu munculnya akibat dari perbuatan tersebut, pelaku usaha yang membuat perjanjian tersebut sudah langsung dapat dikenakan pasal ini. Karena perjanjian tertutup ini selain mempunyai dampak negatif juga mempunyai dampak yang positip bagi persaingan maka sebaiknya dalam menangani kasus perjanjian tertutup dipakai prinsip rule of reason.

b. Tying Agreement

Tying agreement terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada pada level yang berbeda dengan mensyaratkan penjualan ataupun penyewaan suatu barang atau jasa hanya akan dilakukan apabila pembeli atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa barang lainnya. Melalui praktek tying agreement, pelaku usaha dapat melakukan perluasan kekuatan monopoli yang dimiliki pada tying product (barang atau jasa yang pertama kali dijual) ke tied product (barang atau jasa yang dipaksa harus dibeli juga oleh konsumen). Dengan memiliki kekuatan monopoli untuk kedua produk sekaligus (tying product dan tied product), pelaku usaha dapat menciptakan hambatan bagi calon pelaku usaha pesaing untuk masuk ke dalam pasar.

Perusahaan kompetitor agar dapat bersaing, maka mau tidak mau harus melakukan hal yang sama yaitu melakukan praktek tying agreement juga. Bagi konsumen yang tidak paham mengenai praktek tying agreement, mungkin ketika dia membeli suatu produk dan kemudian mendapatkan tambahan produk lain, dianggap sebagai suatu hadiah. Padahal sesungguhnya harga yang dia bayarkan merupakan harga dari kedua produk yang dia terima tersebut.

Page 134: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA134

Praktek tying agreement juga dapat membuat konsumen kesulitan dalam menentukan harga sebenarnya dari produk yang dia beli, dimana sebelumnya dia hanya ingin membeli satu produk, tetapi karena dipaksa harus membeli produk yang lain sehingga membuat konsumen menjadi bingung berapa harga dari masing-masing produk. Terdapat beberapa tujuan dari tying agreement. Pertama untuk mempersulit masuk ke pasar. Kedua, untuk meningkatkan penghasilan dengan menggunakan kekuatan monopoli pada salah satu barang atau jasa. Terakhir adalah untuk menjaga kualitas barang.

Kesimpulannya, ada dua alasan yang menyebabkan praktek tying agreement tersebut dilarang, yaitu: (1) pelaku usaha yang melakukan praktek tying agreement tidak menghendaki pelaku usaha lain memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing secara fair dengan dia terutama pada tied product dan (2) pelaku usaha yang melakukan praktek tying agreement juga telah menghilangkan hak konsumen untuk memilih secara merdeka barang yang ingin mereka beli. Dalam menghadapi tying agreement ini, kita perlu membedakannya dengan “bundling” yaitu keputusan dari suatu penjual untuk mengikutkan satu atau lebih independent produk sebagai suatu paket yang akan dipasarkan. Terjadi suatu bundling apabila permintaan konsumen akan barang atau jasa tersebut dianggap sebagai permintaan terhadap barang atau jasa yang berbeda.

Pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari

Page 135: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 135

pelaku usaha pemasok.” Dari pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 juga dapat dilihat defenisi dari tying agreement yaitu perjanjian yang dibuat di antara pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.

Melihat rumusan pasal di atas, maka kita ketahui bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 bersikap cukup keras terhadap praktek tying agreement, hal itu dapat dilihat dari perumusan pasal yang mengatur mengenai tying agreement dirumuskan secara Per Se, yang artinya bagi pelaku usaha yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan suatu praktek tying agreement tanpa harus melihat akibat dari praktek tersebut muncul, pasal ini sudah secara sempurna dapat dikenakan kepada pelaku usaha yang melanggarnya.

c. Vertical Agreement on Discount

Pasal 15 ayat (3) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari usaha pemasok:

1) Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok atau;

2) Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok”.

Dengan kata lain, apabila pelaku usaha ingin mendapatkan harga diskon untuk produk tertentu yang

Page 136: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA136

dibelinya dari pelaku usaha lain, pelaku usaha harus bersedia membeli produk lain dari pelaku usaha tersebut atau tidak akan membeli produk yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing. Akibat yang mungkin muncul dari perjanjian di atas, khususnya mengenai adanya kewajiban bagi pelaku usaha yang menerima produk dengan harga diskon, yang kemudian diharuskan untuk membeli produk lain dari pelaku usaha pemasok sebenarnya sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh tying agreement, yaitu menghilangkan hak pelaku usaha untuk secara bebas memilih produk yang ingin mereka beli, dan membuat pelaku usaha harus membeli produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh pelaku usaha tersebut.

Sedangkan adanya kewajiban bagi pelaku usaha yang menerima produk dengan harga diskon untuk tidak akan membeli produk yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok dapat mengakibatkan pelaku usaha pesaing akan mengalami kesulitan dalam menjual produknya yang sejenis dengan pelaku usaha yang sebelumnya telah membuat vertical agreement on discount terhadap penerima produknya di pasar.

Pasal 15 ayat (3) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dirumuskan secara per se illegal, sehingga ketika ada pelaku usaha membuat perjanjian yang digambarkan oleh Pasal 15 ayat (3) Undang-undang No.5/1999, tanpa harus menunggu sampai munculnya akibat dari perjanjian tersebut, pelaku usaha sudah dapat dijatuhkan sanksi hukum atas perjanjian yang telah dibuatnya tersebut oleh penegak hukum.

Page 137: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 137

J. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri

Terdapat beberapa persoalan sehubungan dengan pemberlakuan Undang-undang suatu negara terhadap orang atau badan hukum yang berada diluar negeri, yaitu; pertama, apakah KPPU dan pengadilan Indonesia dapat memeriksa pelanggaran atas UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh pelaku usaha yang berada dan melakukan kegiatan di negara lain. Apabila Hukum Persaingan Usaha dapat berlaku pada pelaku usaha yang berada pada wilayah negara lain, apakah tidak lebih baik diselesaikan secara diplomasi. Kedua, kemungkinan tidak tepatnya pengadilan untuk memeriksa hubungan antara satu negara dengan negara-negara lainnya dalam hubungannya dengan perusahaan yang melakukan kegiatannya di negara tersebut. Ketiga, kemungkinan adanya kekebalan hukum atau kedaulatan suatu negara yang mempunyai saham pada perusahaan tersebut. Keempat, kemungkinan akan menimbulkan tindakan yang tidak fair atas pelaku usaha yang bertindak dengan itikad baik dan dilakukan berdasarkan kebijakan dari negara-negara yang berbeda. Kelima, kesulitan untuk mengontrol atau mengawasi keadaan yang adadiluar negeri dengan suatu kebijakan lokal. Terakhir, adanya kesulitan untu kmenjatuhkan putusan yang tepat, mengigat rumitnya masalah-masalah persaingan usaha, ditambah dengan kondisi pasar internasional, perbedaan adat istiadat, dan besarnya perbedaan situasi dan kondisi ekonomi negara tersebut masing-masing.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut, maka wajarlah apabila terdapat perbedaan pandangan mengenai keberlakuan hukum persaingan suatu negara pada warga negara atau pelaku usaha negara lainnya. Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Dapat dikatakan pasal ini

Page 138: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA138

mengatur suatu keadaan khusus apabila pelaku usaha di dalam negeri melakukan perjanjian dengan pihak pelaku usaha di luar negeri.

Permasalahan yang muncul dari rumusan Pasal 16 UU No.5 Tahun 1999, keharusan adanya suatu perjanjian yang dibuat antar pelaku usaha di dalam negeri dengan pelaku usaha yang ada di luar negeri, sehingga apabila tidak ada perjanjian di antara pelaku usaha tersebut, maka pelaku usaha yang melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat kemungkinan tidak dapat diproses menggunakan pasal ini.

Sejak berlakunya UU No. 5 Tahun 1999 persoalan keberlakuan Hukum Persaingan Indonesia terhadap pelaku usaha yang ada di luar negeri dan didirikan berdasarkan hukum negara yang bersangkutan baru terdapat dua kasus yaitu dalam kasus Very Large Crude Carrier (VLCC) dan kasus Temasek.

Selain dari adanya berbagai bentuk “perjanjian” yang mengakibatkan terjadinya persaingan curang, terdapat juga berbagai “kegiatan” yang juga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan curang, sehingga hal tersebut pun harus dilarang.129 Berbeda dengan istilah “perjanjian” yang dipergunakan, dalam UU No 5 Tahun 1999 tidak dapat ditemukan suatu definisi mengenai “kegiatan”. Meskipun demikian, jika ditafsirkan secara a contrario terdapat definisi yang diberikan dalam UU No 5 Tahun 1999, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan “kegiatan” tersebut adalah tindakan atau perbuatan hukum “sepihak” yang dilakukan oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha tanpa adanya keterkaitan hubungan (hukum) secara langsung dengan pelaku usaha lainnya.130

Tanpa adanya persaingan menurut Susanti Adi Nugroho,131 tidak akan dapat diketahui apakah kinerja yang dijalankan

129 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999, hlm,75.

130 Ahmad Yani & Gunawan Wijaya, Anti Nonopoli, Jakarta, RajaGrafindo, 1999, hlm, 31.

131 Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm, 223-224.

Page 139: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 139

sudah mencapai tingkat optimal. Ini dikarenakan tidak adanya pembanding yang dapat dijadikan acuan, dan akan selalu terjebak pada penilaian subyektif bahwa kita sudah melakukan yang terbaik. Dengan adanya persaing, masing-masing pihak akan mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja pesaingnya. Jika pada suatu saat pelaku usaha merasa kinerjanya lebih rendah dibandingkan pesaingnya, maka ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya agar dapat mencapai atau bahkan melebihi tingkat yang dicapai pesaingnya.

Menurut Michail E. Porter,132 ada lima faktor persaingan yang terdapat pada tiap jenis industri, yaitu:

1. Persaingan industri antara sesama perusahaan sejenis, yaitu persaingan antara sesama industri yang memproduksi komoditas yang sama dengan merk berbeda, misalnya mobil Toyota dengan Suzuki.

2. Peserta potensial, yaitu persaingan dengan perusahaan baru yang secara potensial dapat mengancam eksistensi perusahaan yang sudah ada.

3. Barang substitusi, yaitu persaingan dengan produk substitusi, misalnya kapas alam diganti dengan kapas sintesis yang lebih murah dan mudah diproduksi.

4. Pemasok, yaitu kekuatan tawar menawar para pemasok dalam memasok bahan baku, tenaga kerja, teknologi, energy dan sebagainya.

5. Pembeli, yaitu kekuatan tawar menawar para pembeli.

6. Kelima hal tersebut di atas merupakan unsur persaingan yang harus dimiliki dan dikuasai perusahaan. Para pengusaha yang mampu menyusun suatu strategi yang terpadu dan lengkap akan mampu menguasai pasar global.

132 Michail E. Porter, Competitive Advantage and Competitive Strategy, Penerbit, The Free Press, London, 1980. Baca juga Gunawan Widjaya & Ahmad Yani, Antimonopoli, Jakarta, RajaGrafindo Perkasa, 2003, hlm, 115.

Page 140: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA140

BAB V

KEGIATAN YANG DILARANG DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

Pengertian dan Larangan Kegiatan dalam Hukum

Persaingan Usaha

Pengertian

Selain adanya berbagai jenis atau bentuk perjanjian yang mengakibatkan terjadinya persaingan curang, dalam Hukum Persaingan Usaha diatur juga berbagai kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya curang, sehingga hal tersebut pun harus dilarang. Berbeda dengan istilah “perjanjian” yang dipergunakan dalam UU Persaingan Usaha tidak dapat kita temukan suatu difinisi mengenai “kegiatan” yang dilarang. Meskipun demikian, jika ditafsirkan secara a contrario terhadap difinisi “perjanjian” yang diberikan oleh UU No 5 Tahun 1999, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan “kegiatan” tersebut adalah tindakan atau perbuatan hukum “sepihak” yang dilakukan oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha tanda adanya keterkaitan hubungan (hukum) secara langsung dengan pelaku usaha lainnya.133 Oleh karena itu, “kegiatan” merupakan suatu usaha, aktivitas,

133 Ahmad Yani & Gunawan Wijaya, Anti Monopoli, Jakarta, Raja Grafindo, 1999, hlm, 31.

Page 141: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 141

tindakan, atau perbuatan hukum secara sepihak yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan tanpa melibatkan pelaku usaha lainnya.134

Pada dasarnya “kegiatan” adalah suatu aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Dalam Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa activity atau kegiatan adalah “an occupation or pursuit in which person is active”. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tidak ditentukan suatu rumusan mengenai apa yang dimaksud dengan “kegiatan”, sebagaimana halnya perjanjian. Oleh karena itu, dengan berdasarkan pengertian “perjanjian” yang dirumuskan dalam Undang-Undang Antimonopoli tersebut dapat dirumuskan bahwa “kegiatan” adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh satu atau lebih pelaku usaha yang berkaitan dengan proses dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Perjanjian yang dilarang demikian pula dengan kegiatan yang dilarang di atur dalam bab tersendiri sebagaimana termuat dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24 UU Persaingan Usaha. Berdasarkan rumusan pasal-pasal tersebut dapat diketahui bentuk-bentuk atau jenis kegiatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha dalam konteks hukum persaingan usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, yaitu:

Kegiatan yang bersifat Monopoli;

Kegiatan yang bersifat monopsoni;

Kegiatan yang bersifat penguasaan pasar;

Kegiatan jual rugi;

Kegiatan penetapan biaya produksi secara curang; dan

Kegiatan persekongkolan.

134 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2013, hlm, 369.

Page 142: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA142

A. Kegiatan yang bersifat monopoli

Sebagaimana telah dikemukakan, dalam Black’s Law Dictionary, monopoli diartikan sebagai “A privilege or peculiar advanted vested in one or more persons or companies, consisting in the exclusive rihgt (or power) to carry on a particular business or trade, manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of a particular commodity. A form of market structure in which one or only a few firms dominate the total sales of a product or service”. Sedangkan menurut Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua yang disusun oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes, monopoli adalah suatu jenis struktur pasar (market structure) yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (a) satu perusahaan dan banyak pembeli, yaitu, suatu pasar yang terdiri dari satu pemasok tunggal dan menjual produknya pada pembeli-pembeli kecil yang bertindak secara bebas tetapi berjumlah besar; (b) kurangnya produk substitusi, yaitu, tidak adanya produk substitusi yang dekat dengan produk yang dihasilkan perusahaan monopoli (elastisitas silang permintaan/cross elasticity demand) adalah nol; dan (c) pemblokiran pasar dimasuki, yaitu, hambatan-hambatan untuk masuk (barriers to entry) begitu ketat sehingga tidak munkin bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Antimonopoli yang dimaksud dengan monopoli sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Lebih lanjut mengenai larangan kegiatan monopoli ini diatur dalam Pasal 17 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Antimonopoli, yang selengkapnya pasal ini menyatakan bahwa:

Pasal 17 Ayat (1):

Page 143: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 143

“Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat”.

Pasal 17 Ayat (2):

“Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud Ayat (1) apabila:

a. barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya, atau

b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama.

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Adapun yang dimaksud dengan pelaku usaha lain yang terdapat dalam ketentuan Pasal 17 Ayat (2) di atas adalah pelaku usaha yang mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar yang bersangkutan.

B. Kegiatan yang bersifat monopsoni

Dalam Undang-Undang Antimonopoli tidak ditentukan pengertian mengenai monopsoni sebagaimana halnya pengertian monopoli. Menurut Black’s Law Dictionary, monopsoni adalah “a condition of market in which there is but one buyer for a particular commodity”. Rumusan ini tidak berbeda dengan pengertian monopsoni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengemukakan bahwa monopsoni adalah keadaan pasar secara tidak seimbang yang dipengaruhi oleh seorang pembeli.

Page 144: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA144

Sedangkan menurut Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua yang disusun oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes, monopsoni adalah suatu bentuk pemusatan pembeli (buyer concentration), yaitu, suatu situasi pasar (market) di mana seorang pembeli tunggal dihadapkan dengan banyak pemasok kecil. Para pelaku monopsoni sering kali mendapatkan hal-hal yang menguntungkan dari pemasok dalam bentuk potongan harga karena pembelian dalam jumlah besar dan hal lain yang berkaitan dengan perluasan atau perpanjang kredit.

Pada prinsipnya monopsoni adalah menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam pasar yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Ayat (1); dan (2). Selengkapnya pasal ini menyatakan bahwa:

Pasal 18 Ayat (1):

“Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat”.

Pascal 18 Ayat(2):

“Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasasi lebih dari 50 % (lima puluh persen) pangsa pasar atau jenis barang atau jasa tertentu”.

C. Kegiatan yang bersifat penguasaan pasar

Tidak ditentukan mengenai pengertian penguasaan pasar dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Namun

Page 145: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 145

demikian, penguasaan pasar ini adalah kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Antimonopoli tersebut. Adapun ketentuan Pasal-pasal itu berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19:

“Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

D. Kegiatan jual rugi135

Salah satu bentuk perilaku anti persaingan yang menjadi perhatian dalam UU No. 5 Tahun 1999 adalah melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan atau predatory pricing. Jual rugi adalah suatu strategi penetapan harga oleh pelaku usaha untuk menyingkirkan pesaingnya dari pasar bersangkutan dalam upaya mempertahankan posisinya sebagai monopolis atau dominan.

Praktik jual rugi dengan tujuan menyingkirkan atau mematikan pelaku usaha pesaingnya di pasar dalam konteks persaingan usaha adalah suatu perilaku pelaku usaha yang umumnya memiliki posisi dominan di pasar atau sebagai pelaku usaha incumbent menetapkan harga yang merugikan secara ekonomi selama suatu jangka waktu yang cukup panjang. Strategi ini dapat mengakibatkan pesaingnya tersingkir dari pasar bersangkutan dan/atau menghambat pelaku usaha lain untuk masuk ke pasar.

.Disarikan dari Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm, 260-266 135

Page 146: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA146

Dalam jangka pendek, jual rugi sangat menguntungkan konsumen, namun setelah menyingkirkan pesaing dari pasar dan menghambat calon pesaing baru, pelaku usaha dominan atau pelaku usaha incumbent tersebut mengharap dapat menaikkan harga secara signifikan. Umumnya harga yang ditetapkan untuk menutupi kerugian tersebut merupakan harga monopoli (yang lebih tinggi) sehingga dapat merugikan konsumen. Praktik ini adalah upaya untuk memaksimalkan keuntungan dan menutup kerugian yang ditimbulkan ketika melakukan jual rugi atau harga rendah.

Strategi penetapan harga yang sangat rendah, yang termasuk dalam Limit-Pricing Strategy diidentifikasikan dengan keinginan pelaku usaha monopolis atau dominan untuk melindungi posisinya dengan cara melakukan pemotongan harga secara substansial atau melakukan peningkatan produksi secara signifikan. Perilaku ini dimaksud agar tidak memberi kesempatan atau daya tarik pada pelaku usaha baru untuk masuk dalam industri, sehingga pelaku usaha monopolis dapat tetap mempertahankan posisi dominannya.

E. Kegiatan penetapan biaya produksi secara curang

Pasal 21 menentukan: Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Penetapan biaya secara curang, yaitu melakukan kecurangan atau memanipulasi dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang merupakan komponen harga produk sehinggaharga lebih rendah daripada harga sebenarnya136.

136 Memori penjelasan alas Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 memberikan indikasi bahwa biaya yang dimanipulasi tersebut adalah harga yang lebih rendah dari harga yang seharusnya.

Page 147: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 147

Dalam penjelasan Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1999 dikemukakan bahwa indikasi biaya yang dimanipulasi terlihat dari harga yang lebih rendah dari harga seharusnya. Kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya ini bukan saja melanggar UU No. 5 Tahun 1999, tetapi juga melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku lainnya, misalnya bisa melanggar undang-undang perpajakan, karena konsekuensi penetapan biaya produksi dan biaya lainnya dalam menentukan harga barang dan/atau jasa yang dilakukan secara curang akan menimbulkan pengaruh terhadap jumlah besar atau kecilnya pajak yang harus dibayar.

F. Kegiatan persekongkolan

Persekongkolan atau juga dapat disebut sebagai konspirasi usaha didefenisikan oleh Pasal 1 ayat (8) UU No. 5 Tahun 1999 adalah sebagai bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Maka oleh UU No. 5 Tahun 1999 Persekongkolan (conspiracy) merupakan salah satu kegiatan yang dilarang. Konspirasi usaha ini tidak perlu dilakukan dalam bentuk perjanjian, seperti persekongkolan untuk mencuri rahasia dagang perusahaan pesaingnya yang tidak mungkin dilakukan dalam suatu perjanjian.

Persekongkolan dilarang dalam Pasal 22, 23 dan 24 UU No. 5 Tahun 1999. Larangan terhadap persekongkolan ini termasuk juga persekongkolan antara pelaku usaha dengan pihak lain yang belum tentu merupakan pelaku usaha. Jenis-jenis pesekongkolan yang dilarang sebagai berikut:

1. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender

Page 148: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA148

sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat (Pasal 22). Persekongkolan untuk mengatur pemenang tender (tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, pengadaan barang atau penyediaan suatu jasa). Sudah merupakan ketentuan umum bahwa pemenang tender tidak dapat diatur melainkan siapa yang paling memenuhi syarat penawaran dia yang menang. Oleh karena itu, dilarang persekongkolan untuk menentukan atau mengatur pemenang tender.

2. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat (Pasal 23). Persekongkolan untuk memperoleh rahasia perusahaan, yaitu persekongkolan antara pelaku usaha dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan usaha pesaingnya yang diunifikasi sebagai rahasia perusahaan.

3. Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi barang dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan/atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang, baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan (Pasal 24). Persekongkolan untuk menghambat pasokan produk, adalah salah satu taktik bisnis yang tidak sehat. Usaha atau daya upaya yang dibuat dengan tujuan untuk menghambat produksi dan/atau pemasaran dari produk pelaku usaha pesaingnya, dengan harapan agar produk yang dipasok atau ditawarkan tersebut menjadi kurang baik dari segi kualitas, dari segi jumlah dan ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

Page 149: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 149

Bentuk persekongkolan lain yang dilarang untuk dilakukan sebagai mana ditentukan dalam Pasal 23 UU No. 5 Tahun 1999 adalah persekongkolan untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan. Ketentuan ini bertujuan memberikan perlindungan kepada pelaku usaha yang eksistensi atau keberadaan mereka di dalam pasar bergantung sekali kepada rahasia perusahaan yang dimilikinya. Sebutan rahasia dagang merupakan terjemahan dari istilah “undisclosed information” atau “trade secret”, atau “know how”. Rahasia dagang tidak boleh diketahui umum, karena selain mempunyai nilai teknologi. ia juga mempunyai nilai ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha, yang kerahasiaannya biasanya dijaga oleh pemiliknya.

Namun jika rahasia perusahaan dapat dipersamakan dengan rahasia dagang yaitu informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiannya oleh pemilik rahasia dagang, maka tidak hanya UU No. 5 Tahun 1999 yang memberikan perlindungan terhadap rahasia perusahaan tersebut tetapi juga undang-undang yang mengatur secara spesifik mengenai rahasia dagang yaitu UU No. 30 Tahun 2000137.

137 Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2000,LN No 242 Tahun 2000 TLN No. 4044.

Page 150: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA150

BAB VI

PRAKTEK PERSAINGAN USAHA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

A. Pasar dan Realitas Budaya

Pasar tradisional dalam pandangan atau pendekatan substantivisme, tidaklah sekedar tempat untuk jual beli atau transaksi yang bersifat ekonomi semata. Dengan menggunakan pendekatan substantive terlihat bahwa pasar tradisional dan fenomena ekonomi lainnya bukan sekedar aktivitas ekonomi semata, akan tetapi merupakan suatu keseluruhan aktivitas sosio kultural. Pasar berfungsi sebagai tempat kegiatan sosial, ini berarti pasar memiliki fungsi antara lain: a) media interaksi sosial; b) pusat komunikasi dan informasi melalui bahasa dan simbul yang dipahami bersama; dan c) pusat keramaian dan hiburan.

Syarat awal adanya aktivitas kehidupan manusia terutama dilingkungan pasar tradisional adalah melalui interaksi. Penyebab interaksi ada dua yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak sosial yang bersifat negatif dapat mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan interaksi sama sekali.

Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi jika ada hubungan secara langsung atau tatap muka, sedangkan kontak sekunder dapat dilakukan

Page 151: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 151

melalui perantara baik oleh orang lain maupun benda-benda budaya. Pasar tradisional sebagai tempat bertemunya orang dan barang dari berbagai tempat (kota maupun desa), penjual dan pembeli, memungkinkan terjadi interaksi sosial yang cenderung kepada kontak sosial yang bersifat primer, seperti proses tawar menawar barang atau jasa. Proses ini mensyaratkan adanya keinginan dari si penjual (pemilik barang) untuk melepas barang dagangannya dengan harga tertentu kepada si pembeli (yang menginginkan barang tersebut). Kontak sosial yang bersifat primer ini berakhir apabila terjadi kesepakatan atau ketidaksepakatan harga.

Penjual dan pembeli telah melakukan kontak sosial dalam waktu yang lama akan menimbulkan menimbulkan rasa keterkaitan satu sama lain berupa rasa ketergantungan. Hubungan ini akan mempengaruhi keduanya (penjual dan pembeli) dalam transaksi berupa kepercayaan, yaitu si penjual percaya bahwa si penjual akan memberi (menawar) harga yang layak, dan pembeli juga percaya bahwa si penjual akan memberikan barang yang kualitasnya sesuai dengan harga yang ditetapkan. Hubungan yang erat antara penjual dan pembeli atau pelanggan ini dalam masyarakat Jawa menimbulkan peribahasa yang berbunyi “tuna sithik bathi sanak” artinya “rugi sedikit tapi tambah saudara”. Peribahasa ini mengambarkan bahwa dalam dunia perdagangan, orang jawa tidak hanya mengejar keuntungan belaka, akan tetapi hubungan kekeluargaan agar terus terbina. Keterikatan ini menyebabkan dalam tawar menawar terdapat suatu kerahasiaan di antara pedagang dan pembeli, dan adanya kesediaan bagi penjual untuk menyediakan barang-barang yang dipesan oleh si pembeli meskipun barang yang dipesan itu bukan jenis komoditi yang dijualnya.

Perlu dipahami bahwa pasar (market) selalu akan terbagi atas beberapa segmen baik secara geografis, demografis, psikologis, psikografis, maupun sosio-kultural. Setiap segmen

Page 152: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA152

pelanggan memiliki pola perilaku yang berbeda satu sama lain. Dari perspektif ini, pasar tradisional memiliki berbagai keunggulan yang tak kalah dengan pasar modern. Pasar tradisional merupakan gambaran sosial, ekonomi, teknologi, politik, agama, struktur sosial, kekerabatan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Pasar memberikan peluang terciptanya hubungan yang tidak semata-mata economic oriented, karena para pelaku dapat mencapai tujuan lain selain mencari keuntungan. Wilson dan Plattner138 dengan menggunakan pendekatan formal berpendapat bahwa selain sejarah atau latar belakang hubungan antar pribadi (interpersonal), maka nilai-nilai, dan kualitas para pelakunya sangat mempengaruhi perilaku di pasar (market place behaviors). Hal ini tercermin dalam usaha menentukan harga atau tawar-menawar yang dapat mempunyai arti sosial yang lebih mendalam (metacom-municative meaning).

Sejalan dengan pemikiran Wilson dan Plattner, Merrit menunjukkan bahwa bukan saja ”apa” yang dikomunikasikan antara penjual dan pembeli penting, akan tetapi juga “bagaimana” komunikasi dilakukan sangatlah menentukan hubungan selanjutnya antara mereka. Ditunjukkan pula bahwa struktur interaksi mencerminkan bagaimana pembeli dan penjual melalui proses interaksi dyadic139 menciptakan kenyataan sosial. Menurut Eko Yuwono140, budaya dan perilaku konsumen Indonesia yang gemar tawar-menawar adalah faktor penting yang bahkan bisa dikatakan sebagai keunggulan kompetitif dari pasar tradisional, sebab hal ini hampir tidak

138 Wilson & Plattner, “Adaptation to Uncertainty and Small Number Exchange: The New Sugland Fish Market”, artikel dalam Journal of Economic 11, 1980, hlm, 491-504.

139 Interaksi dyadic adalah merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika ada dua orang yang terlibat di dalamnya atau lebih dari dua orang tetapi arah interaksinya hanya terjadi dua arah.

140 Wawancara dengan Bapak Eko Yuwono, Kasubbag. Umum dan Kepegawaian Dinas Perdagangan Kota Surakarta, pada hari Selasa 13 April 2017.

Page 153: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 153

mungkin diterapkan oleh pasar modern. Keunggulan lain adalah kedekatan antara penjual dan pembeli yang biasanya ada di pasar tradisional jarang ditemukan pada pasar modern sekalipun mereka seringkali mengatasi dengan database pelanggan namun tidak terasa alami sebagaimana hubungan yang dibangun antara penjual-pembeli di pasar tradisional. Persepsi pelanggan mengenai harga pasar tradisional yang lebih murah juga menjadi faktor lain, belum lagi di pasar tradisional pelanggan bisa membeli sesuai jumlah (minimum) yang diperlukan sementara di ritel modern sudah dikemas dengan ukuran-ukuran standar.

Selain itu pasar tradisional adalah contoh nyata hidup berbhineka tunggal ika. Ada banyak suku dan karakter bertemu dan hidup bersaing di pasar. Para pedagang memainkan peran masing-masing, namun iramanya tetap hormonis. Di Pasar tidak ada lagi budaya tertentu yang mendominasi karena mereka sudah menyatu dalam budaya pasar. Di Pasar dapat dijumpai orang Jawa, Sunda, Minang, Batak, Keturunan Thionghoa, dan lain sebagainya mencari nafkah saling berdampingan dalam lapak dan kios yang sempit. Walupun mereka berbeda suku mereka mempunyai tekad untuk menyatu ketika sedang melayani pembeli.

Hal ini bisa dilihat, bila ada seorang pedagang yang harus pergi sejenak, misalnya hendak sholat di Masjid atau Mushola dekat pasar atau menjemput anak pulang sekolah, pedagang tersebut biasa menitipkan dagangnya pada rekan sesame pedagang terdekat. Ketika pembeli datang dan tertarik membeli jualan si pedagang yang sedang berkepentingan di luar, pedagang yang diberi amanat akan melayani keinginan pembeli. Soal harga, sesama pedagang biasanya sudah tahu standar harga jual suatu produk.

Seorang pedagang pun dituntut untuk pandai merayu

Page 154: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA154

pembeli, termasuk meluluhkan hati pembeli dengan menggunakan bahasa atau simbul-simbul kesukuan. Contoh pedagang asal Minang, akan merayu pembeli yang kebetulan orang jawa dengan memainkan kata-kata dan logat jawa atau tidak mengherankan kalau ada seorang pedagang yang keturunan Tionghoa berbicara dengan logat jawa atau sunda sama fasihnya ketika berbicara dengan bahasa ibu mereka.

Pembeli pun, sering dijumpai tidak jarang menyapa pedagang dengan sapaan uda, uni, koh, cik, lek, kang, dan lain sebagainya, meski mereka bukan dari suku tersebut. Panggilan atau sapaan itu pada dasarnya mengandung tujuan berupa rayuan-rayuan agar diberi harga murah. Tetapi, panggilan atau sapaan tersebut mengandung makna sebagai penghargaan dan ingin menjadi bagian dari budaya asal si pedangan. Ada upaya “pengingatan” akan akar budaya para pelaku pasar oleh sesama mereka. Ada beberapa pembeli bahkan “terpaksa” menggunakan bahasa sehari-hari yang merupakan suku mayoritas pedagang, untuk menunjukkan bahwa mereka (pembeli) “bukan orang jauh” sehingga terhindar dari tawaran harga yang mahal.

Pasar dengan persaingan ekonomi yang kadang-kadang tidak sehat, stigma dan streotif para palaku juga menempel. Seperti cap pelit, kasar, selalu memberi harga mahal, hingga kerap menipu atau tidak jujur kepada konsumen, menempel pada suku tertentu. Setiap suku sebagai pedagang yang ada di pasar mempunyai cap masing-masing. Streotif itu biasanya bagian strategi dagang masing-masing, sehingga kebhenikaan yang ada di pasar jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan sendiri. Keharmonisan budaya di pasar adalah contoh yang luar biasa, orang (para pedagang) bisa bersaing mencari rezeki tapi tetap harmonis menghargai budaya.

Page 155: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 155

B. Pasar Modern: Ancaman Terhadap Eksistensi Pasar

Tradisional

Apabila di lihat dari aspek sejarah Pasar modern berawal dari toko serba ada (toserba) yang kemudian berkembang menjadi supermarket. Supermarket kemudian berkembang menjadi hypermarket yaitu sebuah toko serba ada dengan skala yang lebih besar. Keberadaan pasar modern di Indonesia berawal pada tahun 1966 dengan berdirinya pusat perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta, kemudian berkembang dan diikuti pasar-pasar modern lainya pada tahun 1973 dengan berdirinya Sarinah Jaya, Gelael dan Hero, kemudian tahun 1996 muncul hypermarket Alfa, Super, Goro dan Makro. Tahun 1997 mulai berdatangan peritel asing besar seperti Carrefour dan Continent dan 1998 mulai muncul minimarket secara besar- besaran oleh Alfamart dan Indomart di kota besar. Puncaknya pada tahun 2000 an terjadi liberasi pedagang besar besaran kepada pemodal asing. Dampak dari liberalisasi pasar modern adalah Semakin berkembangnya perbelanjaan modern seperti minirmarket, supermarket hingga hypermarket. Dari hasil riset AC Nielsen tahun 2004 yang dilakukan dilakukan di berbagai kota besar di Indonesia, mengemukakan pertumbuhan pasar modern meningkat sebesar 31,4%. Jika di Tahun 2000 pasar modern menunjukan angka penjualan 3%, bergerak naik menjadi 5% pada tahun 2003, dan di tahun 2004 bertambah menjadi 7%. Demikian juga dengan yang terjadi di Kota Surakarta, sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan perdagangannya, menjadikan kota Surakarta sebagai target market dari industri retail modern untuk melakukan ekspansi pasar.

Page 156: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA156

Tabel 2

Perkembangan Pasar Modern di Kota Surakarta

No Tahun Keluar Izin Pasar Modern

Jumlah Pasar Modern

1 2005 1 12 2006 5 63 2007 11 174 2008 8 255 2009 4 296 2010 10 397 2011 3 428 2012 6 489 2013 11 59

10 2014 25 84Sumber: diolah dari hasil penelitian, 2018.

Data di atas adalah data dari BPMPT Kota Surakarta berdasakan dari perijinan yang dikeluarkan oleh BPMPT. Awal munculnya pasar modern di Kota Surakarta jauh sebelum Tahun 2005, tetapi sebelum tahun 2005 belum adanya pendataan yang dilakukan BPMPT di Kota Surakarta, dimulai dari tahun 2005 BPMPT mulai melakukan pendataan dan keharusan pasar modern untuk mengajukan perijinan sebelum dapat beroperasi dengan IUTM (Ijin Usaha Toko Modern).

Tahun 2005 di Kota Surakarta memiliki hanya satu pasar modern yaitu Ratu Luwes, perkembangan pasar modern setelah tahun 2005 sangat pesat, munculnya pasar modern secara besar besaran pada tahun 2007 sebanyak 11 pasar modern baru muncul. Puncak keberadaan Pasar modern di Kota Surakarta terjadi pada Tahun 2014, BPMPT mencatat ada perijinan pasar modern sebanyak 25. Hingga 2014 kota Surakata memiliki sebanyak 83 pasar modern, yang berarti jumlah pasar modern di Kota Surakarta dua kali lipat lebih banyak dibanding Pasar tradisional.

Page 157: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 157

Pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya. Di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga yang memungkinkan terjalinnya kedektan personal dan emosional antar penjual dengan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern, dikarenakan di pasar modern harga sudah pasti yang ditandai dengan label harga. Salah satu keunggulan pasar modern atas pasar tradisional adalah kemampuan menjalin kerjasama dengan pemasok besar dan biasanya untuk jangka waktu yang cukup lama, yang menyebabkan dapat meningkatkan efisiensi melalui skala ekonomi yang besar. Juga beberapa strategi harga antara lain pemangkasan harga, dan diskriminasi harga antar waktu, strategi non harga di antara iklan, jam buka lebih lama, pembelian secara gabungan, dan parkir gratis.

Ancaman yang muncul dari keberadaan pasar modern antara lain; pertama, mematikan penjual di pasar tradisional karena adanya pergeseran kebiasaan konsumen. Posisi yang berdekatan antar pasar modern melalui keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan pasar tradisional telah menyebabkan berpindahnya para pembeli pasar tradisional ke pasar modern. Kedua, terkait permasalahan perekonomian lokal. Perputaran uang di daerah, awalnya sebagian besar perputaran uang tersebut merupakan konstribusi dari UKM namun seiring dengan berkurangnya UKM dan pasar tradisonal akibat kalah bersaing dengan pasar modern maka secara otomatis mengecilkan konstribusi mereka. Ketiga, keberadaan pasar modern tidak memberikan sumbangan yang signifikan pada perekonomian lokal karena pendapatan yang diperoleh dari pasar modern biasanya hanya berasal dari pajak IMB dan pajak reklame.

Keempat, bagi pedagang tradisional, dengan trend pertumbuhan pasar modern tentunya membawa akibat pada

Page 158: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA158

penurunan daya saing pasar tradisional dan melemahkan posisi tawar menawar terhadap para pemasok yang juga menjadi pemasok pasar tradisional. Mutu layanan yang cukup memuaskan merupakan alasan kuat yang menyebabkan pasar modern mampu menyedot minat para konsumen di berbagai wilayah. Selain itu, pasar modern juga memiliki keunggulan lingkungan seperti halnya suasana nyaman, ber-AC, bersih, aman dan ada pula yang dilengkapi dengan sarana hiburan. Pasar tradisional yang semula sebagai tempat berbelanja kaum ibu, kini tetap saja memiliki konsumen yang kebanyakan kaum ibu. Sementara pasar modern, bukan saja memikat belanja kaum ibu yang tadinya berbelanja di pasar tradisional, akan tetapi juga memikat kalangan pria, remaja, dan anak-anak yang berbelanja sendiri.

Selain itu yang menjadi penyebab menurunnya eksistensi pasar tradisional, masalah utamanya sebenarnya budaya masyarakat Indonesia yang mulai bergeser. Masyarakat Indonesia mulai bergeser memilih pasar modern menjadi tujuan belanja ketimbang yang pasar tradisional. Di tengah budaya tersebut, aturan macam apapun akan ompong melompong tak bertaji. Masyarakat lebih cenderung mengikuti mainstream ketimbang mengikuti regulasi.

Permasalahan lain yang dialami pedagang pasar tradisional berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa pedagang yang ada di Pasar Nusukan di kota Surakarta adalah tingginya tingkat persaingan antar pedagang, sehingga satu-satunya strategi yang sering diambil untuk mendapatkan pembeli adalah strategi harga, yaitu memberikan harga termurah yang diinginkan pembeli dalam proses tawar menawar agar pembeli tidak pindah ke pedagang lain. Selain itu persaingan juga terjadi antara pedagang (kios) dengan pedagang kaki lima yang tersebar di seluruh area pasar. Para pedagang PKL menanggung biaya yang lebih murah dibandingkan dengan kios karena hanya menanggung biaya

Page 159: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 159

retribusi saja, sedangkan pedagang kios selain menanggung retribusi, juga harus menanggung sewa kios. Grosir di lingkungan pasar juga menjadi penyebab berkurangnya tingkat keuntungan pedagang, karena pedagang di pasar tradisional seringkali juga mengambil barang dagangan pada grosir, sedangkan grosir juga melayani pembelian eceran dari konsumen yang selisih harganya tidak terlalu banyak dengan pembelian yang dilakukan oleh toko pada grosir, sehingga margin keuntungan yang diperoleh pedagang menjadi lebih kecil untuk tetap mendapatkan pembeli. Hal ini didukung dari data yang diperoleh dari pedagang dimana penurunan keuntungan 31,3% disebabkan oleh berkurangnya pembeli, 50% karena persaingan yang semakin ketat, sisanya karena kenaikan harga komoditas secara umum, sehingga daya beli masyarakat berkurang.

C. Potret Persaingan Usahan Pasar Tradisopnal dan

Pasar Modern

Indonesia merupakan salah satu negara yang dituntut siap untuk memasuki era persaingan global. Era ini memiliki konsekuensi tidak ada batasan bagi setiap individu untuk mengembangkan bisnisnya, baik dalam lingkup kecil, menengah maupun besar. Dengan perkembangan iklim persaingan global, mengakibatkan usaha-usaha kecil kalah bersaing dengan usaha besar di dunia bisnis, termasuk pula dalam sektor perdagangan. Pasar tradisional sebagai tempat terjadinya kegiatan ekonomi, yang mempertemukan penjual dalam memasarkan barang dagangannya dan pembeli yang ingin memenuhi kebutuhannya sehari-hari, juga dituntut untuk siap menghadapi persaingan usaha yang cukup berat. Munculnya pasar modern yang bergerak di bidang retail yang saling bersaing, dinilai oleh beberapa kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional.

Page 160: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA160

Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan berbagai fasilitas yang serba menarik. Di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan internal seputar pengelolaan yang kurang profesional dan kekurangnyamanan ketika berbelanja. Jika pasar tradisional tidak bersiap diri menghadapi persaingan usaha dengan pasar retail modern, maka ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin akan tenggelam seiring dengan perkembangan persaingan usaha dunia retail saat ini yang didominasi oleh pasar modern.

Rontoknya sejumlah pasar tradisional karena kalah bersaing dengan pasar modern merupakan potret ekonomi nasional yang merisaukan. Kenyataan ini, sangat bertolak belakang dengan tekat pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan penggangguran. Selama ini, memang sudah banyak program pemerintah yang berorientasi pada pembangunan usaha kecil menengah dan koperasi (UMKM) dengan menggelontorkan kredit terhadap usaha-usaha masyarakat dalam bentuk usaha kecil yang banyak ditemukan di pasar tradisional. Tetapi apalah artinya, bila tidak disertai dengan proteksi memadai dalam menghadapai persaingan yang tidak seimbang.

Menurut data, yang peneliti peroleh dari studi pustaka, perkembangan pasar modern berbanding terbaik dengan perkembangan pasar tradisional, dan dewasa ini hampir disemua kota kecamatan telah berdiri pasar modern dalam bentuk mall, trade center sebagai pusat perbelanjaan dan perdagangan. Pasar modern seperti mall, trede center dan lain-lain, telah memusatkan modal pada satu orang atau satu kelompok dagang dengan kekuatan modal besar, ini hal pokok awal yang membuat persaingan dalam perdagangan ini menjadi tidak seimbang dengan usaha kecil atau dengan pasar-pasar tradisional yang selama ini menjadi pusat perbelanjaan masyarakat.

Page 161: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 161

Pasar modern mampu menyediakan segala kebutuhan dengan harga yang relatif tidak kalah dengan harga yang ada di pasar tradisional dari segala jenis barang, dengan kualitas bisa lebih baik. Lebih tragis lagi, pengusaha pasar modern biasanya relatif lebih mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dengan membuat aturan tentang retail. Sementara untuk pasar tradisional perhatian pemerintah (pemerintah daerah) baru pada tataran revitalisasi pasar agar lebih kelihatan menarik.

Menjamurnya pasar retail modern memang seperti buah simalakama dalam perekonomian suatu daerah. Beberapa kalangan memandang positif bahwa makin meluasnya pendirian pasar modern di Indonesia, semakin baik bagi pertumbuhan ekonomi serta iklim persaingan usaha. Sementara itu, kalangan lain berpendapat negatif bahwa di era globalisasi pasar tradisional telah menjadi korban dari kompetisi sengit antara sesama pasar modern, baik lokal maupun asing. Pasar tradisional di beberapa tempat kehilangan pelanggan akibat praktik usaha yang dilakukan oleh pasar modern dalam bentuk minimarket, supermarket, hypermarket atau mall.

Selama ini persaingan tidak hanya terjadi antara pasar tradisional dengan pasar modern, tepi terjadi persaingan antar pasar modern dengan pasar modern, serta persaingan antar pasar tradisional dengan pasar tradisional. Persaingan antara pasar tradisional dengan pasar retail modern, serta persaingan antara pasar retail modern dengan pasar retail modern lainnya memang tidak bisa dihindari. Membanjirnya pasar retail modern di perkotaan dan pedesaan tidak bisa dibendung. Hal yang dapat diupayakan adalah bersiap menghadapinya dan antisipasi agar pasar tradisional tidak tergerus oleh pasar retail modern di tengah persaingan usaha yang bersifat global.

Pedagang tradisional mempunyai karakteristik yang kurang baik dalam strategi perencanaan, terbatasnya akses pemodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak

Page 162: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA162

mencukupi, tidak adanya skala ekonomi, tidak mempunyai jaminan kerja sama dengan pemasok besar, manajemen pengadaan yang buruk, dan lemahnya kemampuan dalam menyesuaikan keinginan konsumen. Selaras dengan itu Utomo mengemukakan pendapatnya mengenai karakteristik pasar tradisional. Adapun karakteristik yang dikemukakan olehnya yaitu:141

Tabel 3 Karakteristik Pasar Tradisional

No Aspek Pasar Tradisional

1. Histori Evolusi panjang2. Fisik Kurang baik, sebagian baik

3.P e m i l i k a n /Kelembagaan

Milik masyarakat/desa, pemda, sedikit swasta

4. ModalModal lemah/subsidi/swadaya masyarakat/ Inpres

5. Konsumen Golongan menengah ke bawah6. Metode pembayaran Ciri dilayani, tawar menawar7. Status tanah Tanah negara, sedikit sekali swasta8. Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi

9. PembangunanUmumnya pembangunan dilakukan oleh pemda/desa/masyarakat

10.Pedagang yang masuk

Beragam, massal, dari sektor informal sampai pedagang menengah dan besar

11.Peluang masuk/partisipasi

Bersifat massal (pedagang kecil, menengah, dan bahkan besar)

12. JaringanPasar regional, pasar kota, pasar kawasan

Sumber: diolah dari hasil penelitian, 2018.

141 Mahmudah Masyhuri dan Supri Wahyudi Utomo, “Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional sleko di Kota Madiun”, Jurnal Akuntansi dan Pendidikan Vol. 6 No. 1, April 2017, hlm. 59-72.

Page 163: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 163

Berbeda dengan pasar tradisional, karakteristik pasar modern ada pada Tabel 4 Dari segi karakteristik pasar modern memiliki keunggulan dibandingkan pasar tradisional. Pasar retail dan pasar tradisional tidak menutup kemungkinan akan terjadi persaingan, persaingan terjadi ketika masyarakat memilih satu diantara keduanya. Umumnya hal itu dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Adapun karakteristik pasar modern dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:142

Tabel 4Karakteristik Pasar Modern

No Aspek Pasar Modern

1. Kualitas produkBerkualitas khususnya untuk bahan yang tahanLama

2. Kualitas pelayananMelayani sendiri, terdapat pencatatan transaksi

3. Harga Murah, terdapat bandrol yang jelas4. Variasi produk Sangat bervariasi

5. Merk produkBeragam dan menjadi pertimbangan konsumen

6. Lokasi Mudah dijangkau, dekat perumahan

7. PromosiTinggi, beragam media, program diskon, bonus hadiah langsung

8. Penanganan keluhanTidak langsung, penaganannya terstandarkan dan terdokumentasi

9. Cara pembayaran Cash, debit card

10. Keluasan gerak konsumenTinggi, sempit untuk pasar retail (modern) yangrelatif kecil

11. Keamanan Aman 12. Parkir Luas, teratur

13. Fasilitas tambahanTroli, kartu pembayaran via bank, WC, mushola

14. Kebersihan Sangat bersih

15.Kemudahan menemukan lokasi untuk jenis produkyang diinginkan

Mudah

142 Ibid.

Page 164: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA164

Sumber: diolah dari hasil penelitian, 2018.Persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern

dikarenakan keduanya memilik perbedaan karekteristik sebagimana yang tertara pada Tabel 3 dan 4 Perbedaan karakteristik pasar tradisional dengan pasar modern memberikan pemahaman tentang adanya Potret persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Pada Tabel 5 di bawah ini dijelaskan tentang potret persaingan tersebut:

Tabel 5Potret Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern

NO INDIKATOR PASAR TRADISIONAL PASAR MODERN1 Penataan :

• Layanan konsumen

• Sarana Prasarana

• Status Barang

•Keamanan

•Akses Publik

Pembeli (Konsumen) dilayani secara langsung oleh pemilik Barang dagangan;

Sarpras sebagian sudah tertata rapi, namun pada beberapa kondisi yang lain terkesan kumuh serta tidak terurus;

Barang sebagian besar milik sendiri yang dibeli langsung dari produsen, agen atau importer;

Aspek keamanan belum memadai

Akses terbuka bagi semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok berpendapatan rendah;

Pembeli (Konsumen) tidak secara langsung dilayani oleh Pemilik Barang namun dilayani oleh karyawan (pramuniaga) yang khusus direkrut untuk itu;

Sarpras umumnya bersih, tertata rapi, dan didukung dengan perangkat teknologi modern;

Barang Dagangan sebagian besar merupakan titipan produsen (konsinyasi);

Aspek Keamanan relatif terjamin karena ada satuan pengamanan;

Akeses publik cenderung terbatas, sebab kecundrungan yang dapat berbelanja ekonomi menengah keatas.

Page 165: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 165

2 Pengaturan:• Penggunaan

Teknologi

• Permodalan

•Display Barang

•Harga

•Hubungan Penjual-Pembeli

•Hubungan dengan Pemasok

• Jaringan

Penggunaan teknologi dalam bertransaksi masih terbatas pada teknologi sederhana (manual);

Permodalan umumnya lemah termasuk akses perbankan;

Penataan umumnya secara acak, tergantung pada penjual serta stock barang yang tersedia;

Harga sangat bervariasi, fleksibeltergantungpadaproses tawar menawar;

Hubungan antara Penjual dan Pembeli (konsumen) umumnya bersifat humanis, terlibat komunikasi antar personal yang intens sehingga terbentuk hubungan emosional;

bersifat transaksional, sejajar dalam proses jual beli barang;

Pasar regional, pasar kota, pasar kawasan.

Penggunaan Teknologi dalam transaksi umumnya dengan perangkat teknologi canggih seperti alat gesek kartu kredit, dan sebagainya;

Aspek permodalan sangat kuat dan mudah dalam akses perbankan;

Penataan barang lebih terorganisasi, dikelompokkan berdasarkan jenis;

Harga sudah standar dan pasti tidak ada proses tawar-menawar (fixed);

Hubungan antara Penjual dan Pembeli (konsumen) umumnya bersifat mekanis, tidak ada hubungan emosional;

bersifat mekanis dan sering timpang karena penjual dapat menekan pemasok barang;

Sistem rantai korporasi nasional atau bahkan terkait dengan modal luar negeri (manajemen tersentralisasi).

Page 166: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA166

3 Segmentasi Pasar:• Segmentasi

Geografi

• Segmentasi Demografi

• Segmentasi Psikografi

Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografiyangberbeda,pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus dipasarkan.Pada pasar tradisional dapat menjangkau pembeli yang ada dipelosok-pelosok negri

Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkanPada pasar tardisional secara demografidiperuntukkanuntuk seluruh warga masyarakat.

Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan; Status sosial, Gaya hidup dan Kepribadian.Pada pasar tardisional secara Psikografi cendrung lebihhetrogen dan menyeluruh

Segmentasi ini membagi pasar menjadiunit-unitgeografiyangberbeda, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus dipasarkan.Pada pasar modern belum dapat menjangkau pembeli yang ada dipelosok-pelosok negri

Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkanPada pasar modern secara demografidiperuntukkanuntuk warga masyarakat yang cendrung berada dikota dan yang dapat akses.

Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan; Status sosial, Gaya hidup dan Kepribadian.Pada pasar modern secara Psikografi cendrung lebihhomogen dan tidak menyeluruh

Sumber: diolah dari hasil penelitian, 2018.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti dapat dikemukakan persaingan dalam perdagangan ritel terjadi disemua tingkat, tidak hanya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar tradisional yang lain atau antara pasar modern terhadap pasar modern yang lain, tetapi persaingan antara pasar tradisional dengan dengan pasar modern, mulai dari tingkat perusahaan ritel besar bersaing terhadap perusahaan ritel besar lainnya, peritel skala menengah bersaing dengan

Page 167: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 167

peritel yang sekelas dengannya, hingga pada tingkat mikro antara sebuah kios atau los dan kios atau los lainnya. Bukan itu saja, peritel dari suatu kelas tidak hanya bersaing dengan peritel sesama kelasnya tetapi juga dengan peritel dari kelas yang berbeda, misalnya suatu supermarket tidak cuma bersaing terhadap supermarket lainnya tetapi juga dengan hypermarket atau minimarket yang kebetulan lokasinya tidak berjauhan, sehingga memunculkan persaingan antar format sebagaimana terlihat dalam bagan berikut ini:

Gambar 3Gambar persaingan antar format tradisional

Pasar tradisional

Kios Kios

Los Los

Pada format pasar modern persaingan terjadi antara yang besar (yang tidak lain perusahaan besar) dan yang besar, yang menengah dan yang menengah, yang kecil dan yang kecil, dan meluas yang besar melawan yang menengah dan yang kecil juga. Itu dapat jelas terlihat dalam diagram berikut ini:

Page 168: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA168

Gambar 4Persaingan Antar Format Modern

Hypermarket

Supermarket Supermarket

Convenience store

Minimarket Minimarket

Hypermarket

Persaingan antar pasar modern terhadap sesama dan terhadap kelas di bawah-nya jika dalam suatu wilayah luas semisal kota akan berada dalam lingkungan persaingan antara formal pasar tradisional dengan format pasar modern, itu tergambar dalam diagram berikut ini:

Gambar 5Persaingan Antar Format -Tradisional dan Modern

Pasar tradisional

Kios Kios

Los Los

Hypermarket Hypermarket

Supermarket Supermarket

Minimarket Minimarket

Convenciene store

Format Pasar Tradisional Format Pasar Modern

Page 169: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 169

Pesaingan antara pasar tradisional dan pasar modern, juga disebabkan pola distribusi atau mata rantai distribusi barang yang berbeda antara antara pasar tradisional dengan pasar modern, jalur distribusi barang ke pasar tradisional jauh lebih panjang dibandingkan jalur distribusi ke pasar modern, sehingga mengakibatkan disparitas harga yang tinggi terhadap produk yang sama antara produk-produk di pasar tradisional dan pasar modern, sehingga hal ini dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara pasar tradisional dengan pasar modern. Berikut ini jalur distribusi atau mata rantai penyaluran barang atau komuditas dagangan di pasar tradisional dan pasar modern di kota Surakarta.

Gambar 4Mata Rantai Distribusi Komuditas di Pasar Tradisional

Gambar 4.7.Mata Rantai Distribusi Komuditas Di Pasar Modern

Produsen Agen/Distributor Pedagang Konsumen

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Produsen

Agen/Distributor

Pedagang Konsumen

Page 170: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA170

Jalur distribusi barang atau komoditas dagangan baik di pasar tradisional maupun dipasar modern di Kota Surakarta, masing-masing memiliki tugas yang terpisah. Pendistribusian barang di pasar tradisional lebih tidak terstruktur dibanding-kan dengan di pasar modern. Hal itulah yang akhirnya mengakibatkan pasar modern memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan pasar tradisional. Di pasar tradisional, banyak sekali terjadi alur distribusi barang yang tidak terstruktur sehingga alur distribusi barang berantakan dan mengakibatkan keuntungan bagi beberapa pihak saja. Berbeda halnya dengan alur distribusi di pasar modern yang lebih terstruktur dan rapi. Hal-hal seperti inilah yang pada akhirnya berpengaruh terhadap penyajian barang atau komoditas dagangan di pasar. Pasar modern yang terstruktur alur distribusi barangnya, akhirnya mampu menyajikan barang atau komoditas dagangan yang lebih diminati oleh konsumen. Pasar modern menyajikan barang atau komoditas dagangan yang lebih menarik, lebih tertata dan lebih hygienis. Sedangkan barang atau komoditas dagangan di pasar tradisional menyajikannya hanya dengan cara sederhana yang terkesan tidak menarik dan tidak hygienis.

Pengaturan Pasar Tradisonal dan Pasar Modern

Pada dasarnya hukum berfungsi sebagai sarana dan alat untuk menciptakan ketentraman dalam masyarakat. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaidah-kaidah. Berdasarkan landasan tersebut, maka diadakan pengaturan atas pasar retail, dengan pertimbangan diantaranya untuk menjamin keseimbangan antara usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil, serta untuk mencegah terjadinya praktek usaha yang tidak sehat.

Page 171: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 171

Beberapa regulasi yang berkaitan dengan pengaturan perlindungan terhadap pasar tradisional dalam hubungannya dengan pasar modern untuk mencegah terjadinya praktek usaha yang tidak sehat adalah:

1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;

4) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 1959 tentang Larangan Bagi Usaha Perdagangan Kecil dan Eceran yang Bersifat Asing Diluar Ibu Kota Daerah Swatantra Tingkat I Dan II Serta Karesidenan;

5) Peraturan Presiden No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional;

7) Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 56/M-DAG/PER/2014 tentang Perubahan atas Peraturam Menteri Pedagangan Nomor 70/M-DAG/PER/ 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

8) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional;

9) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional;

Page 172: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA172

BAB VII

KONSEP HUKUM PERSAINGAN USAHA INTEGRASI PASAR TRADISIONAL & PASAR

MODERN

A. Tipologi Hukum Persaingan Usaha yang Mengatur

Pasar Tradisonal dan Pasar Modern

Upaya untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan persaingan usaha yang sehat, kompetitif, akuntabilitas dan berkeadilan, secara teoritis konsepsional perlu dibentuk suatu bangunan sistem hukum yang mendukung tujuan dimaksud malalui kegiatan penetapan seperangkat ketentuan tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Kehadiran ketentuan perundang-undangan tersebut merupakan norma hukum yang mengemban fungsi tertentu yang tidak lepas dari fungsi hukum pada umumnya. Menurut Ahmad Ali yang dikutif oleh Osgar S. Matompo143 membedakan fungsi hukum ke dalam lima kategori yaitu: 1) fungsi hukum sebagai a tool of sosial control; 2) fungsi hukum sebagai a tool of sosial engineering; 3) fungsi hukum sebagai symbol; 4) fungsi hukum sebagai a political instrument; dan 5) fungsi hukum sebagai integrator.

Norma hukum yang diharapkan dapat mewujudkan 143 Osgar S. Matompo, Hakekat Hukum Sistem Persaingan Usaha yang Sehat,

Kompetitif, dan Berkeadilan, Genta Publishing, Yogyakarta, 2015, hlm. 83.

Page 173: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 173

iklim usaha yang kondusif dan persaingan usaha yang sehat, kompetitif, akuntabilitas dan berkeadilan yang di miliki Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat. Secara umum, materi undang-undang tentang larangan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat ini mengandung enam bagian pengaturan yang terdiri dari: 1) perjanjian yang dilarang; 2) kegiatan yang dilarang; 3) posisi dominan; 4) komisis pengawasan persaingan usaha; 5) penegakan hukum; dan 6) ketentuan lain-lain.

Kehadiran kententuan hukum persaingan usaha selain mengemban fungsi hukum sebagai alat pengendali sosial (a tool of sosial control) juga diharapkan berfungsi sebagai alat rekayasa sosial (a tool of sosial engineering). (masih kurang biar bisa nyambung alenia berikutnya)

Kebijakan pemerintah adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang proses kebijakan dan di dalam proses kebijakan. Dalam kebijakan pemerintah terdapat prosedur umum yang biasa dipakai untuk memecahkan masalah, yaitu perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan pemerintah dalam menjaga kebertahanan pasar tradisional. Pembangunan fasilitas dan renovasi fisik pasar, peningkatan kompetensi pengelola pasar, melaksanakan program pendampingan pasar, penataan dan pembinaan pasar yang dikemukakan dalam Peraturan Presiden Nomor 112/2007 dan optimalisasi pemanfaatan lahan pasar. Persaingan usaha antara pasar modern dan pasar tradisional memang penuh dinamika. Oleh karena itu memerlukan upaya dalam meningkatkan eksistensi pasar tradisional antara lain: revitalisasi pasar tradisional, pembatasan komoditas barang dari pasar modern untuk menjaga daya saing pasar tradisional serta regulasi zoning dengan pertimbangan ekonomi. Dengan

Page 174: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA174

adanya upaya yang baik serta komitmen yang jelas dari pihak pemegang kebijakan, pengelola pasar, pihak swasta dan pelaku usaha/pedagang maka persaingan pasar modern dan pasar tradisional tidak harus mematikan. Dengan alasan ekonomi dan sosial yang unik dan beda pada pasar tradisional. Seiring dengan meningkatnya persaingan di bisnis ritel, ada beberapa hal yang harus menjadi landasan bagi pembuat kebijakan untuk menjaga kelangsungan hidup pasar tradisional selain dari kebijakan pemerintah yang bersifat regulasi, antara lain: Pertama, memperbaiki sarana dan prasarana pasar tradisional. Masalah keterbatasan dana seyogianya dapat di atasi dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta. Konsep bangunan pasar pun ketika renovasi harus diperhatikan sehingga permasalahan seperti konsep bangunan yang tidak sesuai dengan keinginan penjual dan pembeli dan kurangnya sirkulasi udara tidak terulang kembali. Kedua, melakukan pembenahan total pada manajemen pasar. Sepatutnya, kepala pasar yang ditunjuk haruslah memiliki kemampuan dan kepandaian manajerial. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemerintah daerah dan lembaga keuangan setempat memerhatikan hal ini. Bahwa kebijakan pemerintah yang biasanya ditangani melalui konsep pengaturan perlindungan ada dua tugas utama yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, memberikan perlindungan kepada pelaku usaha kecil/tradisional dari ancaman ketersingkiran akibat ketidak mampuan bersaing dengan pasar modern, misalnya melalui pengaturan zonasi, waktu buka, kewajiban melakukan kemitraan, dan sebagainya. Hal inilah yang saat ini dicoba untuk diadopsi oleh pemerintah melalui Rencana Peraturan Presiden tentang Pembinaan Usaha Pasar Modern dan Usaha Toko Modern. Kedua, melakukan pemberdayaan usaha kecil/tradisional untuk memperkuat daya saing mereka sehingga mereka mampu mengakomodasi tuntutan masyarakat terhadap aspek-aspek yang lebih berkaitan dengan psikologi konsumen, seperti kenyamanan, rasa aman, dan sebagainya. Berbagai bantuan pelatihan manajemen ritel

Page 175: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 175

dapat menjadi salah satu alternatif proses pember-dayaan tersebut serta perbaikan unsur fisik seperti pembangunan sarana prasarana pasar.

Maraknya pertumbuhan pasar modern dewasa ini, maka tampak bahwa pemerintah bertekad untuk mempertahankan pasar tradisional. Hal ini tampak dengan lahirnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Perpres ini dibentuk untuk mewujudkan dunia usaha yang kondusif. Keberadaan pasar modern yang menyebarluas di Indonesia, mengakibatkan pemerintah perlu turut campur. Berkaitan dengan pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pasar modern telah diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007, di mana pendiriannya harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota, termasuk peraturan zonasinya. Penentuan tata ruang wilayah yang memberikan lokasi yang tepat untuk aktivitas usaha pada gilirannya akan memberika potensi lebih besar untuk menarik investasi. Namun demikian, tata ruang wilayah juga harus memperhatikan pula kondisi ekonomi, budaya maupun sosial masyarakat setempat, agar inventasi tidak hanya memberikan keuntungan semata bagi pemerintah daerah tetapi juga masyarakatnya. Lebih lanjut berkaitan dengan zonasi pasar tradisional, Pasal 4 ayat (1) Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, menentukan bahwa:

Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib:

a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;

b. Memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya;

Page 176: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA176

c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan

d. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa zonasi pasar modern dan pasar tradisional pengaturan menjadi kewenangan pemerintah daerah, dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan dan memperhatikan jarak antara hypermart dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah merupakan wujud pelaksanaan dari otonomi daerah.

Peraturan daerah yang di dalamnya mengatur mengenai jarak antara pasar tradisional, toko modern dan hypermart dibentuk dengan mengingat ketentuan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun arah kebijakan yang ingin dicapai antara lain pemberdayaan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat ,serta saling menguntungkan; memberikan pedoman bagi penyelenggaraan ritel tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern; memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern; pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern dan konsumen. Untuk menegaskan Perpres No. 112 Tahun 2007, pemerintah

Page 177: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 177

kembali mengeluarkan aturan pendukung yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Aturan ini, lebih rinci mengatur mengenai zonasi, perjanjian perdagangan (traiding term) dan perizinan.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Perdangan nomor 70/M-Dag/Per/12/ 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Per-belanjaan dan Toko Modern, menyatakan:

(1) Pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern wajib berpedoman pada Rencana Tata Ruang dan Rencana Detail Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota termasuk peraturan zonasi.

(2) Paraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur atau buapati/walikota setempat dengan mempertimbangkan pemanfaatan ruang dalam rangka menjaga keseimbangan antara jumlah pasar tradisional dengan pusat perbelanjaan dan toko modern.

(3) Penyusunan setiap peraturan zonasi harus disesuaikan dengan peruntukan zona dimaksud sebagaimana tercantum dalam rencana detail tata ruang.

Pemerintah Kota Surakata dalam rangka melaksanakan Perpres No. 112 Tahun 2007 telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional; dan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Untuk melaksana ketentuan yang ada pada Perda No. 1 Tahun 2010, maka dikeluarkanlah Peraturan Walikota Surakarta No. Nomor

Page 178: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA178

4 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta. Selanjutnya untuk dapat melaksanakan amat yang ada dalam Perda No. 5 Tahun 2011, pemerintah kota Surakarta mengeluarkan Peraturan Walikota No, 17-A Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Ada beberapa tipologi hukum yang mengatur persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern yang termuat dalam Perpres Nomor 112 Tahun 2007 yaitu hukum yang mengatur terkait dengan zonasi, pembatasan komoditas barang, jam operasional.

a. Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Berabad-abad lamanya kegiatan ekonomi silih berganti diatur oleh mekanisme pasar (doktrin laissez faire) atau oleh pemerintah (doktrin welfare state). Hal ini mengandung makna bahwa apabila ternyata mekanisme pasar mengalami kegagalan dimana terdapat ketidakadilan yang sangat rentan dalam masyarakat, maka masyarakat mengharapkan adanya campur tangan pemerintah. Upaya mereformasi hukum ekonomi, sesungguhnya tidak terlepas dari kurangnya pengaturan hukum terhadap bidang-bidang ekonomi. Tentu saja paradigma ini sejalan dengan pandangan bahwa pertembuhan ekonomi sangat tergantung pada tingkat investasi dalam sebuah negara, dimana semakin tinggi investasi semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat menjadi pendorong sektor ekonomi tertentu, tetapi sekaligus dapat meminggirkan pengusaha lokal.

Keberadaan pasar modern yang menyebarluas di Indonesia, mengakibatkan pemerintah perlu turut campur. Berkaitan dengan pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan

Page 179: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 179

pasar modern telah diatur dalam Perpres Nomor 112 Tahun 2007, di mana pendiriannya harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota, termasuk peraturan zonasinya. Penentuan tata ruang wilayah yang memberikan lokasi yang tepat untuk aktivitas usaha pada gilirannya akan memberikan potensi lebih besar untuk menarik investasi. Namun demikian, tata ruang wilayah juga harus memperhatikan pula kondisi ekonomi, budaya maupun sosial masyarakat setempat, agar investasi tidak hanya memberikan keuntungan semata bagi pemerintah daerah tetapi juga masyarakatnya. Lebih lanjut berkaitan dengan zonasi pasar modern, Pasal 4 huruf a dan b Perpres Nomor 112 menentukan bahwa “pendirian pusat perbelanjaan dan pasar modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan dan memperhatikan jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa zonasi pasar modern dan pasar tradisional pengaturan menjadi kewenangan pemerintah daerah, dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan dan memperhatikan jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah merupakan wujud pelaksanaan dari otonomi daerah. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang telah diganti dengan UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dirubah dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah, menganut prinsip otonomi secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Hal ini berarti daerah diberikan kewenangan untuk

Page 180: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA180

mengatur dan mengurus urusan pmerintahan di luar urusan pemerintahan pusat yang telah ditetapkan undang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawabnya serta atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat membuat peraturan perundang-undangan tingkat daerah atau menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan ketentuan daerah lainnya.

Beberapa bidang yang menjadi urusan pemerintah pusat adalah: politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota, yang meliputi: perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan; penanggulangan masalah sosial; pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan; pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan administrasi penanaman modal; penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2007 dimaksudkan untuk mengatur pasar tradisional dan pasar modern. Akan tetapi, banyak pihak menilai perpres itu tak punya gigi untuk melindungi para pedagang tradisional. Kelemahan perpres ini salah satunya, tidak mengatur jarak atau zonning antara pasar modern dan pasar tradisional. Perpres Nomor 112 Tahun 2007 memberikan mandat sangat besar kepada

Page 181: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 181

pemerintah daerah. Regulasi ini selanjutnya diperkuat dengan peraturan daerah, diantaranya mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/kabupaten (RTRWK). Kenyataannya, banyak pasar modern yang dituding melanggar aturan zonasi yaitu jarak minimum antara pasar modern dengan pasar tradisional.

Pemerintah Kota surakata telah mengantur zonasi jarak antara pasar tradisional dan pasar modern dalam Surat edaran Wali Kota Surakarta Nomor 510/15191 tentang Pembatasan Usaha Toko Modern Minimarket sebagai pelaksanaan dari Perwali No No.17-A Tahun 2012 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, disebutkan bahwa jarak antara pasar modern dalam kategori minimarket dengan pasar tradisional harus berjarak 500 meter terhitung malai batas samping pasar tradisional.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pembatasan usaha toko modern minimarket dalam Surat edaran Wali Kota Surakarta Nomor 510/ 15191 di dasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan pembinaan pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; 2) Perwali No No.17-A Tahun 2012 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern; dan 3) hasil kajian tentang kajian minimarket Kota Surakarta oleh bagian perekonomian Setda Kota Surakarta.

Tujuan yang ingin dicapai terhadap pembatasan usaha toko modern dalam kategori minimarket adalah sebagai berikut: 1) untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah di daerah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; 2) untuk mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat; 3) untuk mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang

Page 182: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA182

perseorang atau kelompok orang atau badan tertentu yang dapat merugikan UMKM; dan 4) untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan UMKM serta pemerataan pendapatan yang seimbang, berkembang dan berkeadilan.

Pembatasan usaha toko modern minimarket dalam Surat edaran Wali Kota Surakarta Nomor 510/15191 meliputi: 1) jarak usaha toko modern dengan pasar tradisional berjarak paling dekat 500 meter; 2) usaha minimarket hanya diperbolehkan di zona kawasan sesuai peruntukannya berdasarkan tata ruang wilayah konsisi wilayah setempat dan kebutuhan masyarakat yang telah ditentukan; dan 3) jumlah minimarket disetiap kecamatan dibatasi keberadaannya.

Pembatasan Jarak antara pasar modern dengan pasar tradisional yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan pembinaan pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang kemudian ditindak lanjuti dengan keluarnya Perwali No No.17-A Tahun 2012 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, serta Surat edaran Wali Kota Surakarta Nomor 510/15191 tentang Pembatasan Usaha Toko Modern Minimarket, hanya khusus membatasi atau mengatur jarak atau zonasi antara minimarket dengan pasar tradisional, sedangkan pembatasan jarak atau zonasi pasar modern dalam kategori supermarket, hypermarket, dan departement store dengan pasar tradisional belum dilakukan.

b. Pembatasan Komoditas barang

Dahulu hampir semua masyarakat berbelanja di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memang menjadi pilihan utama karena pada waktu itu belum banyak pilihan berbelanja di pasar modern seperti yang terjadi sekarang. Pada saat itu hampir semua aktivitas jual beli masih

Page 183: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 183

dilakukan di pasar tradisional, dengan kondisi harga barang belum membumbung tinggi, omset dan pendapatan pedagang juga masih tergolong cukup dan tinggi menjadikan kehidupan pedagang pasar menjadi makmur dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun kini yang terjadi, omset dan keuntungan pedagang mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu mencapai kisaran 40 - 50%. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan (sepinya) pengunjung yang mulai beralih berbelanja di pasar modern yang menawarkan fasilitas yang lebih nyaman dibandingkan di pasar tradisional. Beralihnya pengunjung pasar tradisional ke pasar modern, dimungkinkan karena banyak faktor, mulai dari faktor internal seperti kurangnya sarana dan prasarana pasar, kurangnya manajemen pengelolaan pasar, kondisi kebersihan pasar yang semakin kotor dan semrawut dan sebagainya. Selain itu beralihnya pengunjung juga dimungkinkan karena faktor eksternal misalnya dari semakin menjamurnya pasar modern bahkan dengan jarak yang dekat dengan pasar tradisional, adanya persaingan harga antara pasar tradisional dan pasar modern.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Peneliti di beberapa pasar tradisional dan pasar modern terhadap disparitas harga, dapat dikemukan bahwa, harga-harga di pasar modern, terutama untuk barang kebutuhan pokok, tidak jauh berbeda dengan harga-harga di pasar tradisional dan dengan kualitas yang tak jarang jauh lebih tinggi. Bahkan harga beberapa barang di pasar modern, seperti gula pasir dan minyak goreng kemasan malah cenderung lebih murah daripada di pasar tradisional, karena pasar modern memperoleh barang dari distributor yang tingkatannya lebih tinggi daripada distributor yang menyalurkan barang yang sama ke pasar tradisional. Hal ini menyebabkan konsumen dengan sendirinya lebih memilih berbelanja di pasar modern daripada di pasar tradisional. Untuk itu, diperlukan adanya regulasi yang mengatur harga barang

Page 184: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA184

di pasar tradisional dan pasar modern. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatur harga barang antara lain dengan mewajibkan selisih harga dan peraturan perpajakan.

Dengan harga yang relatif sama dan produk yang seragam, maka terjadi rebutan konsumen antara pasar modern dan pasar tradisional. Karenanya, dalam peraturan perpajakan perlu disusun regulasi yang lebih ketat. Harga produk di pasar modern tidak boleh sama atau lebih murah daripada harga barang sejenis di pasar tradisional, sehingga pasar modern tidak bisa menekan harga di tingkat pemasok lokal maupun menarik konsumen dari kalangan menengah kebawah. Untuk mempertahankan agar harga di pasar modern tetap tinggi, dapat digunakan instrumen pajak pertambahan nilai bagi barang-barang di pasar modern.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Peneliti di beberapa pasar tradisional dan pasar modern, dapat dikemukakan bahwa sesungguhnya pangsa pasar antara pasar tradisional dan pasar modern tidak jauh berbeda, realitas dilapangan menunjukan bahwa pangsa pasar modern juga mengambil pangsa pasar tradisional yaitu kalangan masyarakat menengah dan bahwa. Oleh karena itu, agar pasar tradisional tetap bisa bertahan, maka diperlukan regulasi yang mengatur barang-barang komuditas yang bisa diperdagangan di pasar modern, sehingga perlu adanya pengelompokan jenis komuditas yang dapat diperdagangan di pasar modern.

Seiring dengan meningkatnya persaingan di bisnis ritel, ada beberapa hal yang harus menjadi landasan bagi pembuat kebijakan untuk menjaga kelangsungan hidup pasar tradisional dari sisi kebijakan pemerintah yang bersifat regulasi yakni dengan pembatasan komoditas barang yang dapat diperdagangkan di pasar modern.

Berkenaan dengan pembatasan komoditas barang dagangan di pasar modern di Kota Surakarta, sesungguhnya

Page 185: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 185

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, di Pasal 10 nya mengatur:

(1) Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, ditentukan sebagai berikut: a. Minimarket, Supermarket dan Hypermarket menjual

secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;

b. Departmen Store menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan

c. Pusat perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.

(2) Dalam sistem penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengusaha harus mengutamakan barang-barang produksi dalam negeri dan kualitas barang dagangan yang sesuai dengan standar mutu dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI).

Rumusan Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, juga mengandung kelemahan, karena tidak mengatur secara spesipik Janis-jenis komoditas barang yang boleh dan tidak boleh diperdagangkan di pasar modern, oleh kerena itu diperlukan regulasi pembatasan komoditas barang yang lebih spesifik agar dalam implementasinya tidak menimbulkan multitafsir.

c. Pembatasan Jam Operasional

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dian Prastyo Adhi, Kepala Seksi Data dan Teknologi Informasi BPMPT

Page 186: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA186

Kota Surakarta, sesuai dengan Perwali No No.17-A Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Penyusunan Peraturan Walikota Surakarta tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern telah mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur baik dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern maupun Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang saat ini telah diganti dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Tujuan diterbitkanya Peraturan Walikota Surakarta tentang Persyaratan dan Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yaitu:

1. Menata keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kota Surakarta baik yang telah memiliki izin maupun yang belum memiliki izin.

2. Melindungi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya warung-warung tradisionaldan pasar tradisional serta mendorong pertumbuhan di daerah untuk menciptakan iklim usaha yang sehat.

3. Mengendalikan pemanfaatan ruang kota yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota serta untuk menciptakan estetika ruang kota Secara umum Peraturan Walikota mengatur tentang persyaratan pembangunan minimarket, tata letak, perizinan, permodalan, waktu operasi, kewajiban dan larangan serta sanksi administrasi.

Page 187: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 187

Mengenai syarat perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern, di dalam Pasal 5 Perwali No No.17-A Tahun 2012 menyebutkan bahwa Untuk melakukan usaha Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan untuk mendapatkan izin IUPP dan IUTM diajukan secara tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan syarat-syarat dan kelengkapan yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dian Prastyo Adhi Kepala Seksi Data dan Teknologi Informasi BPMPT Kota Surakarta,mengenai jam operasional pusat perbelanjaan dan toko modern sebagaimana yang diatur dalam Peraturan walikota Nomor 17-A Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, mengenai waktu operasional pusat perbelanjaan dan toko moderndiatur dalam pasal 9 adalah sebagai berikut:

(1) Jam kerja Hypermarket, Departement Store, dan Supermarket sebagai berikut:

a. Hari Senin sampai dengan Jum’at mulai pukul 10.00-22.00 WIB;

b. Hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 10.00-23.00 WIB.(2) Jam kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk hari

besar keagamaan, hari libur nasional, hari libur lainnya mulai pukul 10.00 - 24.00 WIB.

(3) Jam kerja minimarket mulai pukul 10.00 - 24.00 WIB.(4) Penyimpangan terhadap jam kerja sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dapat dilakukan dengan izin Walikota.Berdasarkan hasil wawancara dengan Dian Prastyo

Adhi Kepala Seksi Data dan Teknologi Informasi BPMPT Kota Surakarta, tujuan dari adanya pembatasan tentang jam

Page 188: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA188

operasional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern di Surakarta yakni sebagai berikut:

1. Memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di wilayah Daerah.

2. Mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli dan monopsoni yang merugikan usaha mikro, kecil dan menengah.

3. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang-perseorangan atau kelompok orang atau badan tertentu yang dapat merugikan usaha mikro, kecil dan menengah.

4. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

5. Meningkatkan peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan dan pemerataan pendapatan yang seimbang, berkembang dan berkeadilan.

B. Konsep Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar

Modern

Mekanisme pasar ternyata menimbulkan dualisme kegiatan ekonomi khususnya perdagangan yang selanjutnya akan menunjuk pula pada dualisme aspek-aspek lainnya seperti, distribusi penggunaan lahan, kondisi lingkungan, dan sosial budaya. Pada kegiatan perdagangan biasanya muncul kelompok superior yang mendominasi kelompok inferior. Muncul pasar/toko modern di tengah keberadaan pasar-pasar tradisional. Menurut Boeke, dualisme ekonomi atau dua sistem ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. suatu keadaan

Page 189: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 189

di mana “sang superior” hidup berdampingan dengan “sang inferior” namun tidak memiliki hubungan yang erat, tidak akan mati dengan sendirinya oleh karena alasan waktu, bahkan jurang pemisah antara “sang superior” dan “sang inferior” makin terbuka lebar seiring perkembangan zaman. Dua sistem tersebut bukan sistem ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lama makin melemah dan yang baru makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda.

Dualisme (dualism) berasal dari terminologi Regional Economy yakni terjadinya coexistency (hadir secara bersamaan) dalam suatu waktu atau dalam suatu wilayah yang sama dari situasi atau kondisi. Biasanya yang satu dikehendaki yang lainnya tidak atau yang satu merupakan komponen superior, yang lainnya inferior, yang kedua-duanya eksklusif/ penting bagi kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya sektor ekonomi modern dengan sektor ekonomi tradisional, aktifitas perdagangan formal dengan perdagangan informal, gaya hidup kontemporer dengan tradisional, yang menunjukkan pada dualisme aspek-aspek lainnya (fisik, lingkungan, guna lahan, sosial budaya, dan sebagainya).

Dualisme (pasar modern dengan pasar tradisional) ini, salah satu akibat dalam perkembangan wilayah perdagangan Adanya perbedaan dalam pengelolaan dan pengaturan pertanahan atau pengaturan zonasi seringkali tidak terhitungkan dalam penyediaan ruang (pola ruang) yang direncanakan yang akhirnya menimbulkan friksi serta sikap pro dan kontra terhadap kehadirannya. Fenomena ini menjadikan kita memperhitungkan pengembangan suatu wilayah dari masa perencanaannya agar coexsistency dari kedua situasi ini tidak bersifat opposite atau antagonist, melainkan bersifat complementary atau interdependency. Karena itu diperlukan intervensi Pemerintah yang dituangkan dalam berbagai kebijakan seperti kebijakan penataan ruang, peraturan zonasi, rencana pembangunan sektor-sektor produksi, pengaturan sarana prasarana ekonomi

Page 190: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA190

(termasuk pengaturan fungsi dan penetapan lokasi pasar), perizinan, fiskal dan moneter, dan sebagainya. Sehingga dengan demikian tidak ada saling mendominasi, pasar modern tidak dapat mendominasi pasar tradisional sebaliknya pasar tradisional tidak dapat mendominasi pasar modern. Oleh karena itu integrasi dapat dilakukan melalui tiga aspek: aspek regulasi; aspek penataan dan Aspek sementasi pasar.

a. Integrasi Aspek Regulasi (Kebijakan dan Pengaturan)

Perpres Nomor 112 tahun 2007 tersebut pasar dengan segala bentuknya baik pasar tradisional maupun pasar modern di mall, plasa maupun pusat-pusat perdagangan merupakan tempat jual beli barang. Tempat jual beli barang yang terjadi melibatkan pengusaha kecil dan modal kecil dikategorikan sebagai pasar tradisional. Kriteria pasar tradisional adalah pasar yang pelakunya menggunakan bahan baku lokal yang notabene pelaku usahanya adalah mereka yang tergolong dalam usaha kecil menengah. Keberadaan pasar tradisional sebagai tempat bertemunya para penjual dari kalangan masyarakat lapisan bawah juga ditunjukkan oleh ciri khas pasar yang dalam transaksinya dilakukan secara tawar menawar.

Perlindungan terhadap eksistensi pasar tradisional mutlak untuk dilakukan dengan melakukan upaya untuk mensinergikan kekuatan pasar modern dengan kelemahan pasar tradisional. Keberadaan pasar modern harus dapat menjaga eksistensi pasar tradisional dan bukan sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerbitkan beberapa peraturan perundang-undangan yang secara substansiil mengatur pola hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern. Pengaturan pola hubungan pasar modern dengan pasar tradisional tersebut diharapkan ekspansi dan perkembangan pasar modern bukan lagi merupakan ancaman terhadap eksistensi pasar tradisional. Sehingga

Page 191: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 191

hukum yang berbentuk peraturan perundangan tersebut mampu mewujudkan perlindungan terhadap pasar tradisional.

Menurut Eko Yuwono konsep perlindungan terhadap pasar tradisional sesungguhnya sudah diupayakan oleh pemerintah melalui Perpres Nomor 112 tahun 2007. Pasal 4 Perpres Nomor 112 tahun 2007disebutkan tentang persyaratan pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern. Untuk mendirikan pusat perbelanjaan dan toko modern harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1) harus memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah dimana pasar modern tersebut hendak dibangun;

2) pendirian pasar modern juga harus memperhatikan jarak dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya;

3) pasar modern harus menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan toko modern, yang operasionalisasinya bisa kerjasama dengan pihak lain; dan

4) pasar modern harus menyediakan fasilitas yang menjamin tempat bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

Berkaitan dengan ketentuan dalam Perpres Nomor 112 tahun 2007 tersebut, Menteri Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang telah

Page 192: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA192

dirubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-Dag/Per/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan tersebut dijelaskan bahwa hal-hal yang dianalisa berkaitan dengan pendirian pasar ritel modern adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional sebagaimana disebutkan dalam Perpres Nomor 112 tahun 2007 di atas. Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional serta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) antara lain berkaitan dengan struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan, tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga, kepadatan dan pertumbuhan penduduk, kemitraan dengan UMKM lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional sebagai sarana bagi UMKM lokal, keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah ada, dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility).

Analisa yang berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat tersebut harus dilakukan oleh lembaga independen. Disamping itu, hasil analisis tersebut juga merupakan satu kesatuan yang harus diikut sertakan pada saat pengajuan ijin untuk mendirikan pasar modern. Hal lain yang harus diperhatikan sebelum pendirian pasar dan atau toko modern adalah, lokasi pendirian harus mengacu pada rencana atau ruang wilayah kabupaten/kota dan juga rencana detail tata ruang kabupaten/ kota serta memperhatikan pengaturan tentang zonasinya.

Sebelum menjalankan usahanya, pasar modern yang akan didirikan harus memenuhi perijinan yang sudah ditetapkan. Untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan wajib

Page 193: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 193

memiliki Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) sedangkan minimarket, supermarket, department store, hypermarket, dan perkulakan wajib memiliki Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Jenis-jenis izin di atas yaitu IUPP dan IUTM diterbitkan oleh Walikota. Disamping itu, setiap pedagang atau pelaku usaha pasar yang akan mengajukan izin usaha harus menyertai studi kelayakan (termasuk AMDAL) dan rencana kemitraan dengan usaha kecil.

Namun menurut Wiharto ketentuan-ketentuan peraturan di atas belum mampu mensinergikan atau mengintegrasikan antara pasar modern dengan pasar tradisional, sehingga perlu diupayakan cara lain agar sinergi keduanya dapat berjalan dengan baik. Hal ini, antara lain dapat dilakukan dengan cara meningkatkan peran pemerintah daerah. Menurut Eko Yuwono, selama ini pemerintah daerah sangat komitmen dalam mengembangan pasar tradisional yang ada, hal ini terlihat produk hukum yang telah dikeluarkan yakni Pemerintah Kota Surakata dalam rangka melaksanakan Perpres No. 112 Tahun 2007 telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional; dan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Untuk melaksanakan ketentuan yang ada pada Perda No. 1 Tahun 2010, maka dikeluarkanlah Peraturan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta. Selanjutnya untuk dapat melaksanakan amat yang ada dalam Perda Nomor 5 Tahun 2011, pemerintah kota Surakarta mengeluarkan Peraturan Walikota Nomor 17-A Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Page 194: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA194

Memperhatikan regulasi atau kebijakan di bidang perpasaran sebagaimana dikemukakan di atas, pada dasarnya mempunyai filosofi agar keberadaan pasar-pasar modern tidak menjadi ancaman bagi keberadaan pasar-pasar tradisional. Dalam kaitan ini pemerintah berkewajiban untuk menciptakan level of playing field yang adil bagi para pelaku usaha, melindungi pihak yang lemah dari eksploitasi ekonomi pihak yang kuat, membuat peraturan yang tegas, jelas dan transparan, memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku usaha yang melanggarnya baik sanksi pidana maupun sanksi administratif, bertindak sebagai wasit, jujur dan bertanggungjawab.

Disamping itu, untuk memberikan perlindungan terhadap keberadaan pasar tradisional adalah dengan melakukan zonasi pasar sebagaimana ditentukan dalam Perpres No. 112 tahun 2007. Zonasi pasar modern ditentukan dalam Pasal 5 yang mengatur bahwa perkulakan hanya boleh berlokasi pada atau akses sistem jaringan jalan arteri (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna) atau jalan kolektor (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi) primer atau arteri sekunder.

Pasar modern yang berbentuk hypermarket dan pusat perbelanjaan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota/perkotaan. Sedangkan supermarket dan department store tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan (jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah low on average) dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan.

Page 195: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 195

Sementara itu, untuk minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. Sistem jaringan jalan ada dua macam yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

b. Integrasi Aspek Penataan

Pasar tradisional yang tersebar baik di kota maupun di desa memiliki ciri-ciri khas dalam proses jual beli, tidak sekedar sebagai tempat bertemunya antar penjual dan pembeli, tetapi juga merupakan tempat berlangsungnya hubungan yang sangat personal, tempat sumber informasi, dan merupakan sarana penting bagi daya dukung perekonomian kota maupun desa. Menurut Eko Yuwono, pasar merupakan institusi sosial yang diatur dengan norma-norma dan sangsi, serta dibentuk melalui interaksi sosial. Pendapat ini menegaskan bahwa pasar tidak hanya sekedar ruang ekonomi, tetapi juga sebagai ruang sosial. Di ruang ini (pasar) lah modal sosial diaktifkan yang merekatkan hubungan-hubungan sosial dan memungkinkan langgengnya transaksi ekonomi.

Terkait dengan hal itu, pasar tradisional boleh dikatakan merupakan sebuah arena yang dipenuhi dengan berbagai aktivitas sosial-ekonomi. Di Pasar Tradisional berbagai mekanisme jual beli terbentuk dari pedagang besar-kecil, oproan-kios, yang kemudian terbangun relasi-relasi sosial-ekonomi. Sebuah pasar tradisional dipenuhi dengan ramainya

Page 196: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA196

aktivitas tawar menawar, lalulalang pedagang dan pembeli, sampai pada berlangsungnya arus informasi, kegiatan arisan, pertukaran barang dan jasa. Pendek kata dapat dikatakan di pasar tradisional terbangun warna sebuah interaksi sosial-ekonomi, yang di dalamnya kadang-kadang terselelubung sebuah persaingan,maupun beradunya berbagai kepentingan. Kondisi atau suasana seperti ini tidak dapat kita temukan di pasar modern.

Pasar tradisional mempunyai potensi yang tidak bisa diabaikan baik secara ekonomi maupun sosial. Pertama, secara ekonomi pasar tradisional mampu menghidupi ribuan orang, atau merupakan arena untuk memenuhi kebutuhan hidup atau ruang bagi pemberdayaan ekonomi rakyat. Kedua, pasar tradisional sebagai ruang publik merupakan arena untuk membentuk jalinan relasi sosial-ekonomi, di mana di dalamnya terbangun nilai-nilai untuk saling percaya, saling menghormati, dan adanya perasaan saling empati terhadap sesamanya. Ketiga, secara alami di pasar tradisional terbangun sebuah komunitas dari berbagai kelompok sosial, mulai dari pedagang besar, pedagang kecil, pedagang oproan, buruh angkat, dan pembeli.

Ada hal-hal yang dimiliki pasar tradisional itu tidak terdapat di pasar modern. Berkembangnya pasar modern dalam berbagai kategori (minimarket, supermarket, hypermarket, department store) akan menjadi pesaing yang akan dapat mengacam keberadaan pedagang-pedagang di pasar tradisional, karena realitas yang ada,sigmen pembeli untuk jenis-jenis barang tertentu (sembilan bahan pokok) antara pasar tradisional dan pasar modern tidak jauh berbeda (sama), hal ini disebabkan karena hampir tidak ada perbedaan harga yang signifikan untuk jenis-jenis barang kebutuhan pokok antara pasar modern dan pasar tradisional, bahkan untuk jenis komuditas tertentu seperti gula pasir dan minyak goreng harga di pasar modern lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di pasar tradisional.

Page 197: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 197

Mengingat pentingnya peran pasar tradisional dalam dari aspek sosial-ekonomi masyarakat, maka perlindungan terhadap eksistensi pasartradisional mutlak untuk dilakukan dengan melakukan upaya untuk mensinergikan kekuatan pasar modern dengan kelemahan pasar tradisional. Keberadaan pasar modern harus dapat menjaga eksistensi pasar tradisional dan bukan sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerbitkan beberapa peraturan perundang-undangan yang secara substansiil mengatur pola hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern. Pengaturan pola hubungan pasar modern dengan pasar tradisional tersebut diharapkan ekspansi dan perkembangan pasar modern bukan lagi merupakan ancaman terhadap eksistensi pasar tradisional. Sehingga hukum yang berbentuk peraturan perundangan tersebut mampu mewujudkan perlindungan terhadap pasar tradisional. Maka perlu dicarikan konsep yang dapat mengintegrasikan pasar tradisional dan pasar modern, sehingga keberadaan pasar modern tidak mematikan eksestensi pasar tradisional, diantaranya melalui pengaturan kembali berkenaan jenis-jenis komuditas barang yang bisa diperdagangkan di pasar modern, dan jenis-jenis komuditas barang untuk pangsa pasar tradisional, sehingga tercipta hormonisasi atau sinergitas (simbiosis mutualisme) antara pasar tradisional dan pasar modern. Integrasi yang dimaksud dapat dalam wujud integrasi fisik, integrasi jalur distribusi, dan integrasi regulasi.

c. Integrasi Aspek Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah usaha untuk mengelompokkan pasar, dari pasar yang bersifat heterogen menjadi bagian-bagian pasar yang memiliki sifat yang homogen. Segmentasi pasar juga bisa diartikan adanya pembagian pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin menghendaki pemasaran atau produk yang terpisah. Jadi

Page 198: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA198

segmentasi pasar merupakan proses yang menyeluruh dimana perusahaan harus memperhatikan pembelian dari masing-masing segmen, paling tidak usahanya akan lebih ekonomis apabila unit-unit pembelian itu dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok saja. Ini semua tidak terlepas dari usaha untuk mencapai laba maksimum.

Perumusan pasar sasaran dalam segmentasi pasar dapat dilakukan atas dasar kriteria wilayah pasar sasaran (kriteria geografis) seperti ukuran kota, kepadatan wilayah, dan sebagainya, kriteria kependudukan (kriteria demografis) seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan dan sebagainya, kriteria kejiwaan (kriteria psikografis) seperti gaya hidup, kepribadian, kriteria perilaku penggunaan produk (kriteria behavioral) dan berbagai kriteria lainnya, seperti kriteria manfaat yang dicari konsumen dalam memilih / mengkonsumsi produk (benefit segmentation). Perincian kriteria dan aspek-aspek segmentasi pasar dapat dilihat pada tabel segmentasi pasar berikut ini:

Page 199: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 199

Tabel 6Kategori Segmentasi Pasar

VARIABEL CONTOH

Segmentasi Geografis• Wilayah

• Ukuran Kota• Kepadatan wilayah

• Iklim

Segmentasi Demografis

• Umur• Jenis Kelamln

• Status Perkawinan• Penghasilan/Penyduaran

• Pendidikan• Pekerjaan/Jabatan

Segmentasi Geo-Demografis

Segmentas Psikografis• Kepribadian• Gaya Hidup

Segmentasi Sosio-Kultural• Budaya

• Sub-budaya• Agama

• Ras• Kelas Sosiai

• Daur Hidup Keluarga

Segmentasi Perilaku Penggunaan• Situasi Penggunaan

• Tingkat Penggunaan

• Status Penggunaan• Loyalitas Merk

Segmentasi Manfaat

Indonesia Bag.Barat, Ind. Bag.Timur Kota metropolitan, kota administratif Perkotaan, pinggir kota, pedesaan Panas, dingin.dsb

\\

di bawah 5 th, 10 -14 th, di.atas 55 th Pria, WanitaBelum menikah, Menikah, Janda, Duda di bawah Rp. 300.000,-, Rp 1 - 3 jutaSMU, Akademi, PergurahTinggi Profesional, Manajer, Ibu rumah tangga

Remaja kota, kawasan elite.Ekstrovert, Introvert, AgresifKonservatif. Pemburu status, Alih merk

Timur (Asia), Barat (Eropa) Jawa, Batak, dsbIslam, Kristen, Budha, dsb , Indonesia, keturunan Tionghoa, dsbAtas, Menengah atas, Menengah bawah, dsbBujangan, Menikah, memiliki anak balita

(User Behavioral Segmentation)

Di rmh, di akhir pekan, sebagai hadiah Pemakai ringan, sedang, berat

Tdk sadar, sadari, berminat, antusias

Tdk ada, sdg, kuat (Undivided/divided)

(Benefit Segmentation) Kenyamanan prestise, ekonomis

Page 200: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA200

Pada tabel di atas bisa dilihat tujuan segmentasi adalah melayani konsumen lebih baik dan memperbaiki kompetitif perusahaan. Di balik tujuan utama ini tentu ada tujuan-tujuan lain yang lebih sempit, seperti meningkatkan penjualan (dalam unit dan rupiah), memperbaiki pangsa pasar (market share), melakukan komunikasi dan promosi yang lebih baik, dan memperkuat citra. Segmentasi dirancang untuk menemukan kebutuhan dan keinginan kelompok konsumen tertentu. Berdasar informasi itu bisa dikembangkan barang atau jasa tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Selain itu, studi segmentasi juga dilakukan untuk mengetahui media yang tepat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan promosi kepada kelompok tertentu. Tiap kelompok konsumen biasanya memiliki preferensi tertentu terhadap media komunikasi.

Pasar, khususnya pasar konsumen dapat disegmentasi berdasarkan empat kelompok besar variabel, yaitu: variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Pemasar harus menggunakan kombinasi dari keempat variabel tersebut untuk memperoleh cara segmentasi yang terbaik. Segmentasi geografis adalah tindakan pembagian pasar ke dalam unit-unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian atau provinsi, kabupaten, kota, atau wilayah lainnya. Alasan yang mendasari pembagian pasar berdasarkan wilayah geografis ini adalah bahwa orang-orang yang hidup di satu wilayah memiliki kebutuhan atau keinginan yang hampir sama dan kebutuhan atau keinginan itu berbeda dengan yang dimiliki oleh orang-orang dari wilayah geografis lainnya.

Segmentasi demografis adalah pembagian pasar ke dalam kelompok-kelompok berbeda berdasar variabel demografis seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Segmentasi pasar berdasar variabel demografis paling cocok menggambar-kan kebutuhan, keinginan, dan tingkat pemakaian konsumen.

Page 201: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 201

Segmentasi psikografis adalah pembagian pasar ke dalam kelompok-kelompok berbeda berdasar kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Variabel segmentasi ini biasanya dikombinasikan dengan variabel demografis karena seringkali terjadi orang-orang yang berada pada satu kelompok demografis memiliki ciri atau karakteristik psikografis yang berbeda. Karena itu, dalam memilih segmen pasarnya, pemasar mengkombinasikan variabel demografis dan psikografis untuk merancang strategi yang tepat.

Dengan adannya pembagian segmentasi pasar antara pasar modern dan pasar tardisional tentu ini akan menghilangkan dominasi dan superiornya pasar modern terhadap pasar tradisional. Apabila telah terjalin integrasi dari aspek regulasi, aspek penataan dan asepek segmen pasar maka integrasi pasar berkeadilan dapat diwujudkan.

Melalui integrasi tiga aspek tersebut maka akan terwujud integrasi pasar yang menekankan pada beberapa asas; diantaranya: asas hukum; bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan ekonomi pasar setiap warga negara dan penyelenggara negara harus taat pada hukum yang berintikan menegakkan keadilan dan membela yang benar, serta negara diwajibkan untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum. Asas adil dan merata; bahwa pembangunan ekonomi pasar yang diselenggarakan setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan; dan asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan: bahwa dalam pembangunan ekomomi pasar harus ada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat, materil dan spiritual, jiwa dan raga. Di bawah ini merupakan gambar dari penjelasan integrasi pasar modern dan tradisional dari aspek regulasi, aspek penataan dan asepek segmen pasar maka integrasi pasar berkeadilan dapat diwujudkan.

Page 202: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA202

Gambar 7Formulasi Integrasi Pasar Tradisional – Pasar Modern

KONSEP

INTEGRASI PASAR

Pasar Tradisional

Pasar Modern

Tidak Saling Mendominasi

Segmentasi Pasar

Pengaturan

Penataan

Integrasi Pasar Berkeadilan

Page 203: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 203

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi:Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan,

Jakarta: Kencana Prenada Media group.

Anna, Elvira , 2007, Lebih Berpihak kepada Pasar Modern, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Arief, Sritua & Adi Sasono, 2013, Indonesia Ketergantungan dan Keterbelakangan, Jakarta: Penerbit Mizan.

Atmasasmita, Romli, 2012, Teori Hukum Integratif, Yogyakarta : Genta Publising.

Baswir, Revrisond, 2009, Manifesto Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boeke, J.H., 1953, Economics and Economic Policy of Dual Societies, New York: Institute of Pacific Relations.

Clarke, Philip and Stephen Corones, 2000, Competition Law and Policy: cases and materials, Oxford University Press.

Damsar & Indrayani, 2015, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi kedua, cetakan ke-4, Jakarta: Prenadamedia Group.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan GTZ, 2000, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Depdibud, 988, Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, Jakarta: PN Balai Pustaka.

Fakih, Mansour,2013, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press.

Friedrich, Carl Joachim , 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nusamedia.

Page 204: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA204

Friedman, Lawrence Meir (I); 1975, The Legal System; A Sosial Scince Prespective, New York: Russel Sage Foundation.

Friedman, Lawrence Meir (II), 1969, “On Legal Development” Dalam : Rutgers Law Rivies, Vol. 24.

Friedmann, W., (eds),1990, Teori dan Filsafat Hukum, Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan, alih bahasa Muhamad Arifin dari buku Legal Theory, Jakarta: Rajawali Pers.

Fuady, Munir, 1999, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ginting, Elyta Ras, 2000, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis dan Perbandingan UU No. 5 Tahun 1999, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Grossman, Gregory (eds), 1995, Sistem-Sistem Ekonomi, diterjemahkan oleh Anas Sidik, Jakarta: Cetakan ketiga, Bumi Aksara.

Hansen, Knud, 2002, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Katalis -Publishing–Media Services.

Hartono, Sri Redjeki (a), 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung: Mandar Maju.

Hartono, Sri Redjeki (b), 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Malang: Bayumedia Publishing.

Hermansyah, 2008, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Cetakan ke-1, Kencana Prenada Media group.

Ibrahim, Johny, 2006, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Mallang:Bayumedia Publishing.

Kagramanto, L. Budi, 2008, Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif Hukum Persaingan Usaha), Surabaya: Srikandi.

Page 205: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 205

Kartasasmita, Ginandjar, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO.

Kunio, Yoshihara, 1990, Kapilatilsme Semua Asia Tengara, Jakarta: LP3ES.

Kusumaatmadja, Mochtar, 2002, Konsep-Konsep hukum dalam Pembangunan, Bandung:Penerbit Alumni.

Lubis, Andi Fahmi, et.al., 2009, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks, Published and Printed with Support of Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.

Mallano, Herman, 2011, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Manan, Abdul, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Matompo, Osgar S., 2015, Hakekat Hukum Sistem Persaingan Usaha Yang Sehat, Kempetitif dan Berkeadilan, Yogyakarta: Genta Publishing.

Maulana, Insan Budi, 2000, Catatan Singkat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Menski, Werner, 2006, Comparative Law in a Global Context, The Legal Systems of Asia and Africa, second edition, New York: Cambridge University Press.

Nugroho, Susanti Adi, 2014, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia (dalam Teori dan Praktik Serta Penerapan Hukumnya), Jakarta: Cetakan ke-2, Kencana Prenadamedia Group.

Praja, Juhaya S., 2011, Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung: Cetakan I, CV. Pustaka Setia,

Prodjodikoro, Wirjono, 1989, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Eresto.

Page 206: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA206

Rahardjo, Satjipto, 1986, Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit Alumni.

Rajagukuguk, Erma, 2004, Perubahan Hukum Indonesia: Persatuan Bangsa, Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan sosial, Jakarta: LDF dan Fak.Hukum Universitas Indonesia.

Rawls, John , 2011, A Theory of Justice, London: Harvard University Press, 1995, alih Bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rokan, Mustofa Kamal, 2012, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di Indonesia, Jakarta: Cetakan ke-2, RajaGrafindo Persada.

Rosyidi, Suherman, 2003, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Setiawan, Bonnie, 1999, Peralihan Kapitalisme di Dunia Ketiga (Teori-Teori Radikal dari Klasik Sampai Kontemporer, Yogyakarta: Insist Press, KPA, dan Pustaka Pelajar.

Silitonga, Linda T, 2008, 50% Ritel modern ekspansi ke luar Jabodetabek Aturan zonasi hingga perdesaan mendesak diterbitkan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

Siswanto, Arie, 2002, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Subekti,R., 1985, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa.

Sunoko, Kahar , 2006, Perkembangan Tata Ruang Pasar Tradisonal, Surakarta: Fakultas Teknik UNS.

Sumintarsih (at,al), 2011, Eksistensi Pasar Tradisional, Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Sztompka, Piotr, 2005, Sosiologi Perubahan Sosial, dialih bahasakan oleh Alimandan dari Judul aslinya “The Sociology of Sosial Change”, Jakarta: Prenada Media.

Tambunan, Tulus T.H., et.al., 2004, Kajian Persaingan Usaha

Page 207: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 207

dalam Industri Retail, KPPU.

Usman, Rachmadi, 2013, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Cetakan Pertama, Sinar Grafika.

Widjaya, Gunawan & Ahmad Yani, 2003, Antimonopoli, Jakarta: RajaGrafindo Perkasa.

Yani, Ahmad & Gunawan Wijaya, 1999, Anti Nonopoli, Jakarta: RajaGrafindo.

Yoserwan, 2006, Hukum Ekonomi Indonesia dalam Era Reformasi dan globalisasi, Padang: Andalas University Press.

Yunita, Ahmad Erni, 2008, “Refleksi Kompetisi Hypermarket dan Pasar Tradisional”, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF), Volume 9 Nomor 2, April 2008.

Jurnal/Makalah:Aliyah, Istijabatul, 2014, “Pengutan Sinergi antara Pasar

Tradisional dan Modern dalam rangka Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Kerakyatan”, Jurnal Arsitek, Universitas Bandar Lampung, Volumen 2, Nomor 4, Juni 2014.

Andriani, Maritfah Nika & Muhammad Mukti Ali, 2012, “Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota Surakarta, Jurnal PMK, Volume 2, Nomor 2, 2013.

Bintoro, Rahadi Wasi, 2010, Aspek Hukum Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern, Jurnal, Dinamika Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, volume 10, nomor 3, September 2010.

Hidayat, Umar,2008, “Preferensi Konsumen: Strategi Pengembangan Pasar Tradisional”, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF), Volume 9 Nomor 2, April 2008.

Page 208: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA208

Kupita, Weda dan Rahadi Wasi Bintoro, 2012, “Implementasi Kebijakan Zona Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga)”, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Vol. 12 No. 1 Januari 2012.

Lestarini, Ratih, 2013, “Pasal 33 Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Penerapannya dari Masa ke Masa sejak Era Pemerintahan Soekarno, Soeharto, dan Pemerintahan Era Reformasi”, ADIL: Jurnal Hukum, Fakulktas Hukum UI, Vol.4 Nomor 1, tahun 2013.

Martadisastra, Dedie S., 2010, “Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya Terhadap Pedagang Kecil Tradisional” Jurnal Persaingan Usaha KPPU, Edisi 4 Tahun 2010

Noor, Afif,2013, “Perlindungan Terhadap Pasar Tradisional Di Tengah Ekspansi Pasar Ritel Modern”, Jurnal, Economica UIN Walisonggo Semarang, Volume IV, Edisi 2, Nopember 2013.

Pandin, L.M., 2011, “Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern”, Economic Review , No. 215.

Poesoro, Andri, 2008, “Danpak Supermarket terhadap Keberadaan Pasar Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia”, Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta-Indonesia, Volume 9 Nomor 2, April 2008

Prabowo, Fajar S.A. & Raden Aswin Rahadi,2015, “David vs Goliath: Uncovering The Future of Traditional Markets in Indonesia” Mediterranean Journal of Sosial Sciences, Vol 6 No 5, September 2015.

Priyono, Edy & Erlinda Ekaputri, 2008, Analisis Cost-Benefit Kehadiran Pengecer Besar, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF), Volume 9 Nomor 2, April 2008.

Sarwoko, Endi, 2008, “Dampak Keberadaan Pasar Modern

Page 209: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 209

Terhadap Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang”, Jurnal Ekonomi Modernisasi, Fakultas Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang, Volume 4 Nomor 2, Juni 2008

Silalahi, M. Udin, 2000. “Undang-Undang Antimonopoli Indonesia: Peran dan Fungsi-nya di Dalam Perekonomian Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 10, Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.

Sitompul, Zulkarnain,2008, “Investasi Asing di Indonesia: Memetik Manfaat Liberalisasi”, Jurnal Legislasi Indo-nesia, Vol. 5 No. 2, Juni 2008

Sjahdeini, Sutan Remy, 2000,“Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 10, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta: 2000.

Sukarni, 2010, “Peran UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Meningkatkan Persaingan Usaha di Era AFTA”, Jurnal Persaingan Usaha KPPU, Edisi 4, tahun 2010.

Tarigan, Azhari Akmal, “Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Perspektif Hukum Ekonomi dan Hukum Islam”, Jurnal Mercatoria, Vol. 9 No.1, Juli 2016

Widodo, Tri dan Bertha Kusuma Wardani, 2012, “Strategi Equilibrium Pasar Tradisional Mensiasati Kepungan Pasar Modern”, Jurnal, Among Makarti STIE AMA Salatiga, Volume 5, Nomor 10, Desember 2012.

Yustika, Ahmad Erani, 2008, “Refleksi Kompetisi Hypermarket dan Pasar Tradisional”, Jurnal Bisinis & Ekonomi Politik, Institue for Defelopment of Economics and Finance (INDEF), Volume 9 Nomor 2, April 2008.

Sumber Internet:Dewi, Ni Luh Putu Diah Rumika & I Dewa Made Suartha,

Page 210: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA210

“Penerapan Pendekatan Rules of Reason dalam Menentukan Kegiatan Predatory Pricing yang dapat Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak sehat”, Makalah, diunduh dari portalgaruda.org/article. php pada tanggal 4 Februari 2017.

Indrakh, Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern, http://indrakh. wordpress. com, diakses pada tanggal 3 Juni 2016

Sinaga, Pariaman, Pasar Modern Vs Pasar Tradisional, Makalah, Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta 2014. (online), http://www.smecda.com/ kajian/files/jurna.pdf. diakses pada tanggal 3 Juni 2016.

Sukalele, Daniel, “Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah”,dalam wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomi-daerah, diakses tgl. 25 September 2016

Sunanto, Sandra, “Modern Retail Impact on Store Preference and Traditional Retailers in West Java”, Asian Journal of Business Research, Volume 2, Number 2, 2012, https://papers.ssrn.com, diakses tanggal 3 Juni 2016.

Wignyosoebroto, Soetandyo, Mengkaji dan Meneliti Hukum dalam Konsepnya Sebagai Realitas Sosial, https://soetandyo.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Oktober 2016.

Peraturan Perundang-undangan :Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1959 Tentang Larangan Bagi Usaha Perdagangan Kecil Dan Eceran Yang Bersifat Asing Diluar Ibu Kota Daerah Swatantra Tingkat I Dan Ii Serta Karesidenan.

Page 211: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern 211

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penetapan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan toko Modern.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu di Bidang Penanaman Modal

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan toko Modern.

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-Dag/ Per/12/2013 Tnetang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah.

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Per-lindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta.

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17-A Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Pelak-sanaan Retribusi Pelayanan Pasar.

Page 212: Integrasi Pasar Tradisional dan Pasar Moderne-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4398/1/HUKUM PERSAINGAN... · mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Keberadaan

HUKUM PERSAINGAN USAHA212

Mohamad Tohari, S.H.,M.H. Lahir di Kabupaten Pati 16 September 1969, Pendidikan Sekolah Dasar, SLTP diselesaikan di Kota Pati, Pendidikan SLTA diselesaikan di Kota Kudus, Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Hukum (1995) di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang, Pendidikan

Magister Ilmu Hukum (2009) di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, dan saat ini (2018) sedang studi Program Doktor Ilmu Hukum (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan tahun 2015. Sejak 2001 sampai sekarang sebagai Dosen di Program Studi PPKn FKIP Undaris Ungaran dengan jabatan fungsional Lektor, Pengalaman Jabatan: Pernah menjabat Sebagai Wakil Dekan dua periode (2009-2012, 2012-2015). Publikasi Ilmiah antara lain: Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Di Kantor Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Pasca Pemekaran (Jurnal Forum Ilmu Sosial Unnes Semarang 2014); Aksiologi Relasi antara Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan Umat Manusia (Yustisia Merdeka Jurnal Ilmiah Hukum 2016); Implementasi Keadilan Propetik dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen di Pengadilan (Call for papers) “Transendensi Hukum: Prospek dan Implementasi” diselenggaran Program Doktor Ilmu Hukum UMS (2017); PEMILU dalam Sorotan Maqasid Al-Shari‘ah (Seminar Nasional & Call For Paper “Pemilu 2019 Momentum Penguatan Demokratisasi Indonesia yang berintegritas” Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Maret 2018. Filsafat Hukum: Paradigma Modern Menuju Post Modernisme (editor, 2018).