analisis instruksional

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem intruksional yang siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya. Tujuan adalah keterampilan , pengetahuan, dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuan berfokus pada apa yang dapat dilakukan sibelajar ketika usai pelajaran. Tujuan instruksional idealnya diperoleh dari proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need Assessment) yang menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan. (Dick and Carey, 2005). Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dicapai dilakukan dengan cara analisis. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dalam mendesain sistem instruksional dibutuhkan langkah- langkah seperti berikut: 1

Upload: teguh-karisma-anugeraha

Post on 31-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: analisis instruksional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan

dalam hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem

intruksional yang siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan.

Kita mengetahui bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya

tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin

dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya.

Tujuan adalah keterampilan , pengetahuan, dan sikap yang diperoleh

untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuan berfokus pada

apa yang dapat dilakukan sibelajar ketika usai pelajaran. Tujuan instruksional

idealnya diperoleh dari proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need

Assessment) yang menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan

yang harus dipecahkan. (Dick and Carey, 2005).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dicapai

dilakukan dengan cara analisis. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dalam

mendesain sistem instruksional dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut:

1. Menentukan kebutuhan instruksional dan menentukan tujuan instruksional

umum

2. Melakukan analisis instruksional

3. Mengidentifikasikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa

4. Menentukan tujuan instruksional khusus.

5. Menulis tes acuan patokan

6. Menyusun strategi instruksional

7. Mengembangkan bahan instruksional

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

9. Mendapatkan sistem instruksional

Setelah mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk menentukan

tujuan intruksional umum maka langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis intruksional. (Dick and Carey yang didukung oleh suparman 1997).

1

Page 2: analisis instruksional

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?

2. Apakah manfaat analisis Instruksional?

3. Langkah-langkah apakah yang digunakan daalam melakukan analisis

instruksional?

4. Bagaiamana menetapkan tujuan instruksional?

5. Bagaimana menetapkan program pembelajaran?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian Analisis Instruksional.

2. Mengetahui manfaat analisis instruksional.

3. Mengetahui Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis

instruksional.

4. Mengetahui cara menetapkan tujuan instruksional.

5. Mengetahui cara menetapkan program pembelajaran.

2

Page 3: analisis instruksional

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Analisis Instruksional

Analisis intruksional adalah sebagai tahapan proses yang merupakan

keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan

komponen utama dari tujuan instruksional melalui kegunaan analisis tujuan

(goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat

dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate atau keterampilan

prasyarat. (Dick and Carey 2005)

Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika

dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian

langkah-langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan

subordinate bagi sibelajar dalam rangka mencapai tujuan. (Dick and Carey

2005)

Suparman (1997) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional

sebagai proses yang menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus

yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut

dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat

menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku

khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang

seharusnya dilakukan terlebih dahuluditinjau dari berbagai alas an seperti

karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, prilaku yang menurut

urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi

muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.

2.2. Manfaaat Analisis Instruksional

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan

kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:

1. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun desain

instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya

dengan subtugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah

3

Page 4: analisis instruksional

sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan

sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan

memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan

dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran;

2. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)

berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan

cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk

melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan;

3. Membantu para penyusun desain instruksional dan para guru/pendidik

untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga

siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.

2.3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melasanakan Analisis

Instruksional

Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005), proses analisis

instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang

dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.

1. Analisis Tujuan (Goal Analysis)

Hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Pengklarifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis)

belajar yang akan muncul. Domain belajar dapat dibagi atas empat

yakni:

Keterampilan intelektual

Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan

kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar

harus mempu memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku

dengan contoh atau informasi yang tidak ditemukan sebelumnya.

Informasi Verbal

Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons

yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik. Biasanya tujuan

keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan. Kata

kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu.

4

Page 5: analisis instruksional

Sikap

Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda

dan kejadian. Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai

kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau keputusan

tertentu terhadap keadaan tertentu. Sikap mempengaruhi pilihan

sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang yang sulit

diukur dalam waktu singkat. Tujuan instruksional yang berfokus

pada sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi

sebelajar memilih. Sikap memilih dapat menunjukkan

kecenderungan positif atau negative terhadap objek kejadian atau

orang tertentu.

Keterampilan psikomotor

Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus

melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk

mencapai hasil yang spesifik. Ketrampilan ini melibatkan mental dan

fisik. Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh,

keakraban kekuatan dan kelenturan.

Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan

“bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus

dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”

Jawabannya adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu

domain belajar diatas.

b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika

sibelajar sedang menampilkan tujuan.

Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita

mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik

mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang

menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh

seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan

5

Page 6: analisis instruksional

mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau

apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah tujuan.

Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah

spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan

instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi

langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram).

(Dick and Carey 2005)

Gbr. Flow diagram

Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus

diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda

atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus

dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah kata

kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi.

Contohnya “ bila membaca atau mendengar (keduanya proses internal

bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa

yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata dengar.

Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi.

Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari

15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran.

Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer

mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar.

Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis

tugas (Task Analysis). Tetapi sebelumnya ada bebrapa hal lagi yang

sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat

hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan

(goal analysis) berupa diagram keterampilan yang menyediakan

gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran mengenai

apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan

tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya

6

Step 1

Step 2

Step 3

Step 4

Step 5

Page 7: analisis instruksional

menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate

skill analysis.

2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)

Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu

melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang

seharusnya telah diketahui sibelajar dapat mempelajari langkah yang

ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analysis

keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.

Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah

tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan

intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex

goal) melibatkan beberapa domain / ranah segaligus. Sebuah kombinasi

berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam

rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh

deskripsi atau gambaran mengenai tugas utama si belajar yang harus

ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum.

Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan

prasyarat menurut Dick and Carey (2005) yakni:

a. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)

b. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)

c. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan

Suparman (1997) membagi pendekatan tersebut sebagai proses

penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat

susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut:

a. Struktur Perilaku Hirarkial

Struktur ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan

bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai

perilaku yang lain (perilaku=kemampuan).

Misalnya pada mata pelajaran seni budaya, kedudukan perilaku

membaca Standar Opersional Prosedur kateter dan perilaku

memasangkan kateter tersebut. Perilaku memasangkan kateter tidak

7

Page 8: analisis instruksional

akan mungkin dapat dilakukan siswa apabila siswa tersebut belum

menguasai dalam hal Standar Opersional Prosedur kateter.

Gbr. Struktur perilaku Hirarkial

b. Struktur Perilaku Prosedural

Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang

menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi

ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Contoh : tujuan

mahasiswa dapat menjelaskan issue keperawatan keluarga di Indonesia.

Gbr. Struktur Perilaku Prosedural

c. Struktur Perilaku Pengelompokan

Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak

mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.

Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan fungsi bagian-bagian

gitar, menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara

8

Mamasangkan Kateter

Membaca Standart Operasional Kateter

Page 9: analisis instruksional

hirarki dan procedural. Siswa dapat menyebutkan fungsi bagian gitar

sesuai dengan siswa ingin.

d. Struktur Perilaku Kombinasi

Struktur ini adalah perilaku khusus sebagian tersebar akan

terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkial, procedural dan

pengelompokan.

Misalnya kemampuan mengapresisi karya musik daerah.

Gbr. Struktur Perilaku Kombinasi

2.4 Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional

9

Menjelaskan fungsi bagian-bagian gitar

Menjelaskan fungsi finger board

Menjelaskan fungsi senar

Menjelaskan fungsi resonator

Menjelaskan fungsi Tuning

Mengapresisi karya musik daerah

Bayangkan Kesan yang dimaksud komponis

Menghayati unsur-unsur karya tersebut

Hayati Irama

Hayati Nada

Hayati Melodi

Hayati Lirik

Page 10: analisis instruksional

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis

intruksional adalah sebagai berikut:

1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata

pelajaran yang dikembangkan

2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku

umum tersebut

3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan

yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling

“dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai

perilaku yang paling jauh dari perilaku umum

4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.

Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi

daftar perilaku khusus tersebut.

5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas

ukuran 3x5 cm

6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan

menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan

menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan

kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang

menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara

vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial

7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu

atau dikurangi bila dianggap lebih

8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-

perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu

yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas

vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial ,

prosedural atau pengelompokan.

9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan

yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah

perilaku umum yang berbeda.

10

Page 11: analisis instruksional

10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang

terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor

akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.

11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun

dengan memperhatikan:

Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap

perilaku umum

Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku

umum

Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial,

presedural, pengelompokan atau kombinasi)

2.5 Menetapkan Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan

dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam

pembukaan Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan

bangsa. Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku

yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi

tingkat kompetensi tertentu.

Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan

yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap

yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pengajaran

yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati

dan diukur.

Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu:

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU),  yang menggariskan hasil-hasil bidang

studi yang harus dicapai oleh peserta didik. 

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yang merupakan penjabaran TIU yang

menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai

tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup

berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama

demi tercapainya tujuan instruksional umum. TIK dapat dibedakn menjadi

11

Page 12: analisis instruksional

dua aspek yakni: aspek jenis perilaku yang dituntut oleh peserta didik dan

aspek isi yakni aspek terhadap hal yang harus dilakukan.

Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia

sekarang ini, setiap guru dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari

kegiatannya mengajar dengan titik pendidik kebutuhan peserta didik. Oleh

karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya, langkah

pertama yang dilakukan adalah membuat tujuan instruksional. Adapun

manfaat tujuan instruksional adalah:

1. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih

prosedur (metode) mangajar, 

2. Peserta didik mengetahui arah belajarnya, 

3. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan

suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau

saling menutup (overlap) antar pendidik, 

4. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan

belajar peserta didik, 

5. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang

kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi

kualitas maupun efiensi pengajaran.

Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan

Instruksional Khusus

1. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata

pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun

1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar program

pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya

masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih

terjadi di dalam diri manusia.

Contoh-contoh rumusan untuk TIU:

Memahami teori evaluasi.

Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.

Mengerti cara mencari validita.

12

Page 13: analisis instruksional

Menghayati perlunya penilaian yang tepat.

Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.

Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

2. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang

rumusannya jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan

perubahan tingkah laku.

Atas dasar semua keterangan ini, maka agar dalam mengadakan

evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas

dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang. Rumusan TIK yang

lengkap memuat 3 (tiga) komponen, yaitu:

1. Tingkah laku akhir (terminal behavior).

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah

seseorang mengalami proses belajar. Contoh:

Menceritakan kembali uraian pendidik

Menjelaskan kembali hasil bacaan dengan kalimat sendiri, dan lain-lain.

2. Kondisi demonstrasi (conditional of demonstration or rest).

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu

kondisi atau situasi yang dikenakan kepada peserta didik pada saat

pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:

Dengan penulisan yang betul

Urut dari yang paling tinggi

Dengan bahasa sendiri

3. Standar keberhasilan (standard of perfomance).

Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunujkkan

seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah

laku peserta didik pada situasi akhir. Tinggkat keberhasilan dapat

dinyatakan dalam jumlah maupun persentase misalnya:

Dengan 75% betul

13

Page 14: analisis instruksional

Sekurang-kurangnya 5 dari 10

Tanpa kesalahan

2.6 Menetapkan Program Pembelajaran

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan penentuan tujuan utama organisasi beserta

cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana kerja merupakan

penetapan tujuan yang akan dicapai dan pemilihan usah usaha yang dapat

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan

langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar

factor produksi yang terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengembangan Silabus

Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, silabus

adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus

merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran sebagaiana tercantum pada Standar Isi, dengan

memperhatikan hal-hal berikut:

Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat

kesulitan materi, tidak harus selalui sesuai dengan urutan yang ada di

Standar Isi.

14

Page 15: analisis instruksional

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

mata pelajaran

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar

mata pelajaran.

b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran.

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang

pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

potensi peserta didik

relevansi dengan karakteristik daerah

tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social dan

spiritual peserta didik

kebermanfaatan bagi peserta didik

struktur keilmuan

aktualisasi, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran

relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan

dan alokasi waktu

c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar

peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkunagn, dan sumber

belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman

belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserat didik.

Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada

para pendidik, khususnya guru, aar dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara professional

15

Page 16: analisis instruksional

kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar

penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan

hierarki konsep materi pembelajaran

rumusan pernyataan dalam kegaitan pembelajran minimal

mengandung dua unsure perinci yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,

mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan

dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

e. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes

dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau

produk, penggunakaan portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

mengalaisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian :

Penialaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

Penilaian menggunakan acuan criteria; yaitu berdasarkan apa yang

bias dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,

16

Page 17: analisis instruksional

dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap

kelompoknya.

Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,

kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar

yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

kesulitan siswa

Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak

lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program

remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah

criteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang

telah memenuhi kriteria ketuntasan.

Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran

menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi

harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya

teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi

lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan

f. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan

pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per

minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,

keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus

merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar

yang dibutuhkan oleh pesrta didik yang beragam.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yan gberupa media cetak dan

elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, seosial, dan

budaya.

17

Page 18: analisis instruksional

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

c. Menyusun Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru matapelajaran yang

bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan program-program

selanjutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program

harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan

Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar

kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan tiap kelas

selama satu tahun pelajaran. Program tahunan selanjutnya dijabarkan

secara rinci pada program semester. Program tahunan dipersiapkan dan

dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena

merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk

setiap kelas, rang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang

bersangkutan (Mulyana, 2004 : 95).

Hitung alokasi waktu dalam setahun berdasarkan kalender

pendidikan yang diterbitkan oleh satuan pendidikan. Hal – hal yang

diperhatikan adalah:

banyaknya pekan dalam setiap bulan

jumlah pekan efektif per bulan (pekan dimana terjadi KBM)

jumlah pekan tidak efektif (pekan dimana tidak terjadi KBM misal

HUT Sekolah, Hari libur umum dll).

Total pekan, pekan efektif, pekan tidak efektif per tahun.

d. Menyusun Program Semester

18

Page 19: analisis instruksional

Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar

mengenai hal-hal yang hendal dilaksanakan dan dicapai dalam semester

tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.

Isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang

hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-

keterangan.

Hitung alokasi waktu per semester Hal-hal yang diperhatikan sama

dengan perhitungan alokasi waktu dalam setahun

19

Page 20: analisis instruksional

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai

haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih

berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal.

Salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional,

dimana pada langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah

gambaran tentang apa yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu

tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang

metode mengajar dan belajar yang serasi serta memungkinkan penilaain

proses dan hasil belajar yang lebih teliti.

3.2 Saran

Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi

tahap dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa

dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.

20

Page 21: analisis instruksional

DAFTAR PUSTAKA

Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview

Illionois. Scott, Forestman and Company

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara

Suparman, Atwi, 1997. Desain Intruksional. Jakarta: PAU dan DIKTI DIKB’D

21