analisis highest and best use pada lahan milik pt pln
TRANSCRIPT
1
ANALISIS HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN MILIK
PT PLN (PERSERO) DI PAYA PASIR MEDAN SEBAGAI SOLUSI
ALTERNATIF PEMANFAATAN ASET
TESIS
OLEH :
MILHA LISTYOHADI
157048006
MAGISTER MANAJEMEN PROPERTI DAN PENILAIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
3
ANALISIS HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN MILIK
PT PLN (PERSERO) DI PAYA PASIR MEDAN SEBAGAI SOLUSI
ALTERNATIF PEMANFAATAN ASET
TESIS
Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister
Manajemen Properti dan Penilaian Dalam Program Studi Magister
Manajemen Properti dan Penilaian pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara
Oleh
MILHA LISTYOHADI
157048006
MAGISTER MANAJEMEN PROPERTI DAN PENILAIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
4
Telah diuji pada
Tanggal : 20 Juli 2017
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
Anggota : 1. Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM
2. Dr. Khaira Amalia F., SE.Ak, MBA,CA, MAPPI (Cert)
3. Hilma Tamiami, ST, M.Sc, Ph. D
4. Ir. Nazaruddin, MT, Ph. D
Universitas Sumatera Utara
5
PERNYATAAN
Judul Tesis
ANALISIS HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN MILIK
PT PLN (PERSERO) DI PAYA PASIR MEDAN SEBAGAI SOLUSI
ALTERNATIF PEMANFAATAN ASET
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Properti dan Penilaiann pada
Program Studi Magister Manajemen Properti dan Penilaian Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-nagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peratuaran perundangan yang berlaku.
Medan,20 Juli 2017
Penulis
MILHA LISTYOHADI
Universitas Sumatera Utara
6
ANALISIS HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN MILIK
PT PLN (PERSERO) DI PAYA PASIR MEDAN SEBAGAI SOLUSI
ALTERNATIF PEMANFAATAN ASET
ABSTRAK
Sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Nomer : PER-13/MBU/09/2014
tentang pedoman pendayagunaan aset tetap Badan Usaha Milik Negara pasal 1
bahwa Direksi harus menyusun daftar aset tetap yang kurang dan/atau tidak
optimal pemanfaatannya disertai dengan penjelasan mengenai lokasi, kondisi,
status kepemilikan, rencana awal pemanfaatan oleh perusahaan dan khusus
terhadap aset tetap berupa tanah dan/atau bangunan disertai dengan penjelasan
mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana aset tetap tersebut berada.
Saat ini untuk PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memiliki aset berupa
lahan kosong yang belum optimal penggunaannya serta memerlukan biaya
operasional untuk melakukan perawatan pada aset di lahan tersebut. Agar lahan
kosong tersebut dapat digunakan secara optimal maka perlu dilakukan analisis
Highest and Best Use pada lahan tersebut. Analisis Highest and Best Use
bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan properti yang paling
menguntungkan dan kompetitif untuk lahan tersebut. Analisis Highest and Best
Use ini menggunakan empat kriteria yaitu secara fisik dimungkinkan, secara legal
diizinkan, secara finansial layak, serta memiliki produktivitas maksimum. Dari
hasil penelitian yang dilakukan menggunakan Analisis Highest and Best Use
terhadap lahan seluas ± 50.000 m2 milik PT PLN (Persero) di Paya Pasir,
Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara didapatkan hasil untuk pembangunan PLTG (Pembangkit Listrik
Tenaga Gas) dengan nilai Payback Period selama 2 tahun 7 bulan, dengan nilai
NPV sebesar Rp 2.818.837.070.855,- nilai IRR sebesar 28,69% dan PI sebesar
1,91 dengan Nilai investasi Investasi sebesar Rp 2.203.152.758.023,- maka dapat
disimpulkan bahwa pilihan investasi tersebut dapat dijalankan. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi pengambilan keputusan optimalisasi lahan tersebut.
Kata Kunci : Analisis Highest and Best Use, PLTG, Nilai Lahan.
Universitas Sumatera Utara
7
ANALYSIS OF HIGHEST AND BEST USE ON LAND OF
PT PLN (PERSERO) IN PAYA PASIR MEDAN AS ALTERNATIVE
SOLUTION FOR ASSET MANAJEMEN
ABSTRACT
In accordance with the Regulation of the Minister of SOE Number: PER-
13/MBU/ 09/2014 on guidelines for the utilization of State Owned Company's
fixed assets article 1 that the directors must prepare a list of fixed assets that are
lacking and / or not optimally utilized with explanation of the location, Ownership
status, initial plan of utilization by company and special to fixed asset in the form
of land and / or building accompanied by explanation of General Plan of Spatial
Planning (RUTR) where the fixed assets are located. Currently PT PLN (Persero)
of North Sumatera Region has assets in the form of vacant land that has not been
optimally utilized and requires operational costs to perform maintenance on the
assets in the land. In order that the vacant land can be used optimally it is
necessary to do Highest and Best Use analysis on the land. Highest and Best Use
analysis aims to identify the use of the most profitable and competitive properties
for the land. This Highest and Best Use analysis uses four criteria that are
physically possible, legally permitted, financially feasible, and have maximum
productivity. From the results of research conducted using Highest and Best Use
Analysis on 50,000 m2 of land owned by PT PLN (Persero) in Paya Pasir, Rengas
Island, Medan Marelan District, Medan City, North Sumatera Province obtained
the result for the development of PLTG (Gas Power Plant ) Capacity of ± 250
MW by providing increased land value from Rp 1,300,000 per m2 to Rp
53,998,778, - per m2. The results of this study can be used as a reference decision
making optimization of the land.
Keywords: Highest and Best Use Analysis, PLTG, Land Value
Universitas Sumatera Utara
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan Tesis ini. Penulisan Tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Management Properti dan Penilaian dari Universitas Sumatera Utara. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada masa penyusunan Tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku dosen pembimbing
1 yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan Tesis ini;
2. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM selaku dosen pembimbing 2 yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan Tesis ini;
3. Ibu Dr Elisabet, SE, M.Ec selaku Sekertaris Program Studi Magister
Managemen Properti dan Penilaian, Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, S. E., Ak, MBA, CA, MAPPI (cert)
selaku Ketua Komisi Penguji;
5. Ibu Hilma Tamiami, ST, M.Sc, Ph. D selaku Anggota Komisi Penguji;
6. Bapak Ir. Nazaruddin, MT, Ph. D selaku Anggota Komisi Penguji;
7. Pihak Managemen PT PLN (Persero) yang telah membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
8. Kepada keluarga, khususnya ayah (alm) dan ibu, serta istri dan anak-anak
yang telah memberikan beragam dukungan dari awal penulisan Tesis ini
hingga akhir;
9. Segenap jajaran dosen MMPP Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu yang mereka miliki, berserta staf yang telah
memberikan banyak bantuan dalam berbagai hal;
10. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman khususnya MMPP
angkatan 5 beserta angkatan sebelumnya atas persahabatan, bantuan,
beserta kerjasama selama masa perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
9
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkn karunia-Nya dan
mebalas segala amal budi serta kebaikkan pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis mengharapkan tesis ini dapat
bermanfaat kepada para pembaca dan perusahaan tempat penulis bekerja.
Medan, 20 Juli 2017
Penulis
Milha Listyohadi
Universitas Sumatera Utara
10
RIWAYAT HIDUP
Milha Listyohadi, lahir di Surakarta pada tanggal 5 September 1986, anak
dari pasangan Bapak Sri Slameto, HB (alm) dan Ibu Listyati, beragama Islam,
bertempat tinggal di Perumahan Bukit Permata Indah, Pondok Cabe, Depok.
Menikah dengan Tri Nugraheni P, Spd dan dikaruniai dua orang putri bernama
Raisya Milani Mutia dan Annisa Milani Ramazan.
Riwayat pendidikan formal, Sekolah Dasar Negeri 63 Surakarta tamat
tahun 1998, Sekolah Menegah Pertama Negeri 9 Surakarta tamat tahun 2001,
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Surakarta tamat tahun 2004, dan pendidikan S-1
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin universitas Sebelas Maret Surakarta tamat
tahun 2009. Pada tahun 2015 menempuh pendidikan S-2 di Program Studi
Magister Manajemen Penilaian dan Properti, Sekolah Pascasarjana UNiversitas
Sumatera Utara, Medan.
Riwayat pekerjaan, pada tahun 2010 hingga 2014 bekerja di PT PLN
(Persero) Unit Pembangunan Pembangkit Pelaksana Konstruksi Sumatera 4
sebagai Engineering Staff, pada tahun 2014 hingga 2016 bekerja di PT PLN
(Persero) Unit Pembangunan Pembangkit Sumatera 1 sebagai Pejabat Pelaksana
Pengadaan, pada tahun 2017 hingga sekarang bekerja di PT PLN (Persero) Kantor
Pusat Divisi Pengadaan Strategis sebagai Deputi Manajer.
Medan, 20 Juli 2017
Penulis
Milha Listyohadi
Universitas Sumatera Utara
11
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………… 10
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… 10
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………. 10
1.5 Batasan Penelitian………………………………………….. 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Highest and Best Use…………………………………... 12
2.2 Pendekatan Penilaian………………………………………… 13
2.3 Investasi…………………………………………………….. 16
2.4 Studi Kelayakan Proyek……………………………………. 16
2.5 Aspek Finansial…………………………………………….. 17
2.6 Penelitian Terdahulu……………………………………….. 18
BAB III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN…………………….. 24
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Model dan Konsep Penelitian.……………………………… 26
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………. 26
4.3 Sumber Data………………………………………………... 27
4.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………. 27
4.5 Analisa Data………………………………………………... 28
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Perkiraan Harga Pasar Lahan Tanpa Pengembangan 33
5.2 Analisis Alternatif Pemanfaatan Berdasarkan Persepsi Calon
Pengguna……………………………………………………. 34
5.3 Analisis Fisik………………………………………………... 35
5.4 Analisis Legal……………………………………………….. 39
5.5 Analisis Finansial…………………………………………… 43
5.6 Analisis Produktifitas Maksimal……………………………. 47
5.7 Analisis Capital Budgeting…………………………………. 48
Universitas Sumatera Utara
12
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan…………………………………………………. 55
6.2 Saran…………………………………………………..…… 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 58
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 60
Universitas Sumatera Utara
13
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Alternatif penggunaan lahan milik PT PLN (Persero) di Paya
Pasir…………………………………………………………. 4
Tabel 5.1 Data Hasil Kuesioner……………..………………………….. 35
Tabel 5.2 Daftar koordinat geografis batas tapak kegiatan…………….. 36
Tabel 5.3 Biaya Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas…………….. 43
Tabel 5.4 Biaya Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel………….. 44
Tabel 5.5 Biaya Investasi Gedung Perkantoran……….……………….. 45
Tabel 5.6 Biaya Operasional PLTG per Kwh...……….……………….. 46
Tabel 5.7 Biaya Operasional PLTD per Kwh...………….…………….. 47
Tabel 5.8 Biaya Operasional Gedung Perkantoran...………………….. 47
Tabel 5.9 Perbandingan Nilai Alternatif lahan....………….………….... 48
Tabel 5.10 Nilai Investasi...………….…………………………………... 48
Tabel 5.11 Proyeksi Biaya Pendapatan untuk PLTG..……….………….. 49
Tabel 5.12 Proyeksi Biaya Pendapatan untuk PLTD..……….………….. 50
Tabel 5.13 Proyeksi Biaya Pendapatan untuk Gedung Perkantoran…….. 50
Tabel 5.14 Data Payback Periode………………….....……….………….. 51
Tabel 5.15 Data NPV selama 20 tahun untuk semua alternatif..……...….. 52
Tabel 5.16 Nilai Internal Rate of Return (IRR)..……….……………….... 53
Tabel 5.17 Nilai Profitability Index (PI)..……….………………….…….. 54
Universitas Sumatera Utara
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Peta lokasi lahan kosong milik PT PLN (Persero)………… 5
Gambar 1.2 Peta situasi lokasi kosong milik PT PLN (Persero)……...… 5
Gambar 3.1 Proses Analisis Penelitian………………………..…..…….. 24
Gambar 5.1 Kondisi lahan yang menjadi objek penelitian……………… 37
Gambar 5.2 Kondisi lalu listas di Jalan Titi Pahlawan…..……………… 38
Gambar 5.3 Kondisi lalu lintas di jalan Marelan Raya…..……………… 38
Gambar 5.4 Design Layout pemanfaatan lahan sebagai PLTG.………… 41
Gambar 5.5 Design Layout pemanfaatan lahan sebagai PLTD.………… 42
Universitas Sumatera Utara
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Form Kuesioner HBU…………………………………………... 59
Lampiran 2 Deskripsi responden Kuesione HBU……….……………….….. 60
Lampiran 3 Biaya Investasi Alternatif Sebagai PLTG/MG……….………… 61
Lampiran 4 Biaya Investasi Alternatif Sebagai PLTD…………….……… .. 62
Lampiran 5 Biaya Investasi Alternatif Sebagai Gedung Perkantoran..……… 63
Lampiran 6 Perhitungan Finansial Alternatif Sebagai PLTG/MG……...…… 64
Lampiran 7 Perhitungan Finansial Alternatif Sebagai PLTD……………….. 65
Lampiran 8 Perhitungan Finansial Alternatif Sebagai Gedung Perkantoran… 66
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanah merupakan properti yang unik dan mempunyai karakter khusus,
terutama pada sifat kelangkaan dan kegunaannya. Hal ini dikarenakan terbatasnya
jumlah tanah atau persediaan tanah yang relative tetap tetapi kebutuhan manusia
akan tanah cenderung bertambah sehingga membuat tanah mempunyai nilai
ekonomi, sedangkan penggunaan tanah dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan
fasilitas. Menurut Hidayati dan Hadjanto (2003:82-85) karakteristik fisik yang
mempengaruhi nilai tanah meliputi ukuran dan bentuk, topografi, utilitas,
pengembangan tapak, lokasi dan lingkungan.
Amin, MAPPI (2015) menjelaskan bahwa kegiatan HBU Studi idealnya
merupakan bagian dari suatu paket pekerjaan dalam rangka optimalisasi aset
(Pemda, Pemko, Instansi/Lembaga/Departemen, BUMN/D). Kegiatan ini
ditujukan untuk mengetahui:
a. Pemilahan mana aset yang sudah optimum pemanfaatannya dan mana aset
yang belum optimum pemanfaatannya.
b. Mengetahui opsi pemanfaatan yang paling optimum atas aset yang belum
optimum pemanfaatannya.
c. Mengetahui Pola Kerjasama yang paling menguntungkan atas aset tersebut
Sebelum diambil keputusan tentang rencana pengembangan suatu lahan, terlebih
dahulu dilaksanakan suatu kajian yang detail dan mendalam tentang alternatif-
alternatif opsi pemanfaatan lahan tersebut dalam kerangka analisa penggunaan
terbaik dan paling menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
18
Saat ini untuk PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memiliki aset
berupa lahan kosong yang belum optimal penggunaannya serta memerlukan biaya
operasional untuk melakukan perawatan pada aset di lahan tersebut.
Berdasarkan informasi yang diterima dari PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara yang ditugasi untuk merawat aset tersebut terdapat dana
operasional yang dikeluarkan setiap bulan yaitu :
a. Biaya kebersihan lahan untuk pembersihan rumput secara rutin setiap bulan
sekitar Rp 1.550.000,- atau Rp 18.600.000,- per tahunnya.
b. Biaya keamanan untuk 4 orang setiap bulan sebesar Rp 12.000.000,- atau Rp
144.000.000,- per tahun.
c. Biaya listrik sebesar Rp 850.000,- per bulan atau Rp 10.200.000,- per
tahunnya.
d. Biaya Pajak Bumi Bangunan sebesar Rp 12.350.000,- per tahun
Total biaya yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara tiap
tahunnya adalah Rp 185.150.000,-. Mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan
setiap tahun dan dalam rangka optimalisasi aset, sudah selayaknya PT PLN
(Persero) selaku pemilik lahan melakukan rencana pengembangan lahan kosong
tersebut agar lebih produktif, mengingat kota Medan sebagai salah satu kota besar
di Indonesia, merupakan pusat beban terbesar di Sumatera (hampir 60% dari
seluruh demand di provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang cukup
tinggi.
Selain itu dengan pemanfaatan lahan tersebut maka PT PLN (Persero) dapat
memotong proses pembelian dan pembebasan lahan yang selama ini sering
Universitas Sumatera Utara
19
terkendala. Dikarenakan lahan tersebut telah lama dimiliki oleh PT PLN (Persero)
dan memiliki sertifikat yang sah.
Perusahaan Listrik Negara (Persero), selanjutnya disebut PLN, sebagai
sebuah perusahaan listrik merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek
kelistrikan dengan lead time panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu
mempunyai sebuah rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka
panjang. Dengan demikian rencana pengembangan sistem kelistrikan yang
diperlukan PLN harus berjangka cukup panjang, yaitu minimal 20 tahun, agar
dapat mengakomodasi lead time yang panjang dari proyek-proyek kelistrikan.
Selain itu PLN memiliki fungsi sebagai pendorong kegiatan ekonomi guna
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Sesuai Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
dan berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, rangkaian kegiatan perusahaan
adalah :
1.1.1 Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:
Pembangkitan tenaga listrik, Penyaluran tenaga listrik, Distribusi tenaga
listrik, Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik,
Pengembangan penyediaan tenaga listrik, dan Penjualan tenaga listrik.
1.1.2 Menjalankan usaha penunjang listrik yang mencakup :
Konsultasi ketenagalistrikan, Pembangunan dan pemasangan peralatan
ketenagalistrikan, Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan,
Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan,
Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik,
Universitas Sumatera Utara
20
Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik, Sertifikasi kompetensi
tenaga teknik ketenagalistrikan
1.1.3 Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup :
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi
lainnya untuk tenaga listrik, Jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada
pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Industri
perangkat keras, lunak dan lainnya di bidang ketenagalistrikan, Kerja sama
dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan di
bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait
dengan ketenagalistrikan, Usaha jasa ketenagalistrikan
Sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Nomer : PER-13/MBU/09/2014
tentang pedoman pendayagunaan aset tetap Badan Usaha Milik Negara pasal 1
bahwa Direksi harus menyusun daftar aset tetap yang kurang dan/atau tidak
optimal pemanfaatannya disertai dengan penjelasan mengenai lokasi, kondisi,
status kepemilikan, rencana awal pemanfaatan oleh perusahaan dan khusus
terhadap aset tetap berupa tanah dan/atau bangunan disertai dengan penjelasan
mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana aset tetap tersebut berada.
Dari pemaparan permasalahan diatas, berdasarkan wawancara dengan
responden yaitu pihak PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sebagai unit
bisnis yang mengelola kebutuhan listrik kepada masyarakat di wilayah Sumatera
Utara dan pihak PT PLN (Persero) Unit induk Pembangunan Pembangkit
Sumatera yang berfungsi sebagai unit kontruksi pembangunan pembangkit di
wilayah Sumatera, beserta stakeholder yang terkait dengan proses bisnis yang ada
Universitas Sumatera Utara
21
di PT PLN (Persero) maka didapatkan beberapa alternatif penggunaan lahan
kosong tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Alternatif penggunaan lahan milik PT PLN (Persero) di Paya Pasir
No Jenis Penggunaan Responden
1 Pembangunan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel)
PT PLN (Persero)
/ Stakeholder
2 Pembangunan PLTG/MG (Pembangkit Listrik
Tenaga Gas / Mesin Gas)
PT PLN (Persero)
/ Stakeholder
3 Pembangunan Gedung Perkantoran
PT PLN (Persero)
/ Stakeholder
4 Gudang Distribusi/ Penyimpanan Barang
PT PLN (Persero)
/ Stageholder
5 Rumah Susun Pegawai
PT PLN (Persero)
/ Stakeholder
6 Gardu Induk
PT PLN (Persero)
/ Stageholder
7 Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PT PLN (Persero)
/ Stakeholder
Dari ketujuh alternatif diatas maka akan diteliti alternatif mana yang paling
optimal dalam hal pembangunan, penggunaan, maupun manfaat yang diperoleh
untuk kebutuhan PT PLN (Persero) saat ini, mengingat masing-masing altenatif
tersebut memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 1.1 Peta Lokasi Lahan Kosong Milik PT PLN (Persero)
Sumber : BAPPEDA Sumatera Utara
Gambar 1.2 Peta Situasi Lokasi Lahan Kosong Milik PT PLN (Persero)
Sumber : PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 menunjukkan lokasi lahan kosong milik PT
PLN (Persero) yang akan diteliti, yaitu di Paya Pasir, Kelurahan Rengas Pulau,
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas
lahan 5 Ha atau 50.000 m2 dengan Sertifikat (Tanda Bukti Hak) adalah Hak Guna
Bangunan Nomor 53 Tahun 2012.
Pemilihan alternatif sebagai pembangkit listrik (PLTG, PLTD, PLTU
maupun Gardu Induk) dikarenakan kondisi sistem kelistrikan Sumatera Utara saat
ini sedang mengalami defisit daya yang diakibatkan tidak seimbangnya
penambahan pembangkit, pertumbuhan beban, serta deratting pembangkit,
sehingga berdampak pada terjadinya pemadaman bergilir. Situasi seperti yang
disebutkan di atas dapat teratasi dengan pembangunan pembangkit baru yang
telah direncanakan di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tahun 2017-2026. Atas dasar hal tersebut,
PT PLN (Persero) terus berusaha menambah ketersediaan pembangkit listrik
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik sampai tahun 2026. Terkait dengan
usaha tersebut, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sumatera
berencana melakukan pembangunan pembangkit listrik yang berlokasi di lahan
tersebut.
1. Sebagai pembangunan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) memiliki
kelebihan yaitu proses pembangunan cepat, membutuhkan lahan yang sedikit,
dapat dioperasikan sewaktu-waktu dengan waktu yang cepat dan
membutuhkan pekerja yang sedikit, tetapi memiliki kelemahan yaitu biaya
bahan bakar (HSD) yang mahal pada saat operasional, serta menimbulkan
polusi berupa bunyi ataupun suara dari operasional mesin.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Sebagai PLTG/MG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas / Mesin Gas) memiliki
kelebihan yaitu proses pembangunan yang cepat, biaya bahan bakar berupa
gas yang relatif murah, serta lahan yang tidak terlalu besar, dan membutuhkan
pekerja yang sedikit, tetapi memiliki kelemahan yaitu perawatan dan proses
pembangunan yang mahal.
3. Sebagai PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) memiliki kelebihan yaitu
biaya bahan bakar berupa batubara yang relatif murah, tetapi memiliki
kelemahan yaitu proses pembangunan yang lama dan memiliki polusi berupa
asap yang dapat mengganggu warga sekitar apabila tidak ditangani secara
tepat.
4. Sebagai Gardu Induk, ataupun Pusat pengaturan beban dapat dimungkinkan
dikarenakan perlu adanya interkoneksi yang dapat mengatur kebutuhan beban
di Wilayah Sumatera Utara dari keluaran energy yang dihasilkan oleh
pembangkit-pembangkit yang berada di sekitar Sumatera Utara, seperti halnya
di Pangkalan Susu, Nagan Raya, Asahan, maupun Belawan beserta PLTD
yang ada di beberapa lokasi.
Pemilihan alternatif sebagai Perkantoran muncul dikarenakan semakin
berkembangnya usaha di PT PLN (Persero) mulai dari sisi pembangkitan,
distribusi, maupun jasa operasi maupun perawatan (maintenance) maka semakin
banyak kebutuhan akan gedung perkantoran, yang saat ini beberapa anak
perusahaan ataun PLN Unit melakukan sewa Ruko ataupun perkantoran guna
menjadi tempat bekerja mereka, oleh karena itu alternatif sebagai perkantoran
juga sangat dimungkinkan dalam hal ini.
Universitas Sumatera Utara
25
Pemilihan alternatif sebagai Gudang dikarenakan lokasi tersebut dekat
dengan kawasan industri dan dekat dengan pelabuhan maupun PLTU yang ada di
Belawan, selain itu akses jalan masuk tempat tersebut juga lebar sehingga
dimungkinkan untuk keluar masuknya truk yang mengangkut material, sehingga
alternatif sebagai pergudangan dapat digunakan.
Sedangkan untuk alternatif sebagai rumah susun dikarenakan banyaknya
operator ataupun pegawai PT PLN (Persero) maupun rekanan/stakeholder yang
masih belum memiliki rumah tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat
bekerja mereka di daerah Belawan sehingga potensi karyawan untuk dapat tinggal
di rumah susun tersebut juga besar apabila menjadi salah satu alternatif yang akan
diteliti.
Fungsi penggunaan lahan sesuai dengan alternatif diatas dapat dibangun
oleh pihak internal PT PLN sendiri menggunakan dana APLN ataupun pihak
swasta (komersil) dengan kerja sama dengan pihak PT PLN terkait penggunaan
lahan sewa lahan tersebut dengan masa manfaat kurang lebih 20 tahun. Selain itu
Pemerintah juga menerbitkan regulasi hukum dalam pengadaan, maupun
perencanaan pembangunan proyek ketenagalistrikan guna mendukung program
35.000 MW. Program percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan ini
dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Nasional dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, di dalam Peraturan
Presiden tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat menugaskan kepada PT
PLN (Persero) dengan memberikan izin berupa dukungan penjaminan, perizinan,
penyediaan tanah, tata ruang, serta penyelesaian permasalahan hukum yang
Universitas Sumatera Utara
26
dihadapi. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ketenagalistrikan sesuai dengan
pasal 4 dilakukan melalui Swakelola dan Kerjasama Penyediaan Tenaga Listrik
(anak perusahaan PT PLN (Persero) atau Pengembangan Pembangkit Listrik
(PPL). PPL adalah badan usaha penyediaan tenaga listrik berupa badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan swasta yang bekerjasama
dengan PT PLN (Persero) melalui penandatanganan perjanjian jual beli/sewa
jaringan tenaga listrik.
Dari observasi kebutuhan bahan bakar untuk ketiga jenis pembangkit
tersebut bisa didapatkan dengan mudah di area tersebut. Sebagai contoh untuk
PLTD bahan bakar berupa solar mudah didapatkan dikarenakan lokasinya
berdekatan dengan depot milik Pertamina, untuk PLTG/MG bahan bakar berupa
gas didapatkan melalui pipa – pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
telah terhubung ke area disekitar.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011 – 2031 wilayah Paya Pasir
disebutkan sebagai daerah sistem jasingan energi sesuai dengan pada Pasal 25
tentang Sistem Jaringan Energi Ayat 4 disebutkan bahwa Sistem Jaringan energi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat 1 bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi masa datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya
menyediakan akses berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat,
jaringan energi sebagaimana dimaksud terdiri atas pembangkit tenaga listrik dan
jaringan transmisi sehingga alternatif pembangunan pembangkit tersebut
dimungkinkan.
Universitas Sumatera Utara
27
Selain itu pembangunan pembangkit tersebut diharapkan mampu
memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar seperti halnya
terbukanya kesempatan kerja, meningkatkan perekonomian wilayah, terbukanya
kesempatan berusaha.
Dari beberapa alternatif yang dikemukakan diatas untuk penggunaan lahan
tersebut masih harus dilakukan pendalaman analisis penggunaan terbaik untuk
menentukan jenis alternatif mana yang paling sesuai, layak dan dapat berproduksi
secara maksimum di lokasi lahan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada
di analisis Highest and Best Use.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan pada latar belakang yaitu adanya
lahan kosong milik PT PLN (Persero) yang belum optimal penggunaannya, maka
perumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah perlunya Analisis Highest
and Best Use agar dapat diketahui pemanfaatan lahan yang terbaik yang dapat
digunakan oleh PT PLN (Persero) selaku pemilik lahan sebagai dasar penentuan
pembangunan yang sesuai agar aset tersebut dapat memberikan keuntungan yang
paling optimal.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pemanfaatan lahan yang dapat memberikan tingkat keuntungan
yang paling optimal, dengan menggunakan metode Highest and Best Use.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Mengetahui alternatif terbaik yang dapat memberikan tingkat keuntungan
paling tinggi bagi pemilik lahan dibandingkan apabila lahan tersebut dibiarkan
kosong atau tidak produktif.
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada:
a. PT PLN (Persero)
Menjadi salah satu bahan rujukan dalam pengambilan keputusan rencana
pengembangan lahan atau optimalisasi aset di lokasi tersebut.
b. Akademisi
Pengembangan penelitian dalam bidang analisis Highest and Best Use dalam
hal pemanfaatan optimalisasi aset, selain itu juga menambah pengetahuan dan
wawasan akademis bagi para mahasiswa Manajemen Properti dan Penilaian.
c. Peneliti
Dapat sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam pada masa yang akan datang, khususnya dalam kajian analisis
Highest and Best Use.
d. Investor dan pelaku usaha
Dapat menjadi referensi dalam melakukan penanaman modal dan kegiatan
aktivitas ekonomi.
1.5 Batasan Penelitian
Perlu dilakukan batasan dari penelitian ini, agar penelitian ini menjadi maksimal.
Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
29
a. Rencana pengembangan lahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi
PLTD, PLTG/MG, PLTU, Gardu Induk, Gedung Perkantoran, Pergudangan,
Rumah Susun berdasarkan hasil terbanyak dari hasil survei yang telah
dilakukan maupun dengan analisis Highest and Best Use.
b. Lahan yang akan digunakan untuk penelitian ini seluas ± 5 hektar.
c. Nilai tanah yang dipergunakan pada penelitian ini menggunakan harga pasar
saat ini.
d. Perhitungan finansial menggunakan metode capital budgeting.
e. Kajian pemantauan lingkungan tidak akan dibahas dalam penelitian ini
dikarenakan masih dalam tahap perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini dilakukan agar didapatkan optimalisasi aset milik PT PLN
(Persero) dimana aset tersebut adalah sebuah lahan kosong di Paya Pasir,
Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan.
2.1 Pemahaman Konsep Highest and Best Use
Highest and Best Use Analysis selanjutnya ditulis analisis HBU
merupakan sebuah konsep yang sangat dikenal dalam bidang manajemen aset real
properti, baik dalam hal optimalisasi aset maupun penilaian aset. Analisis HBU
adalah analisis terhadap kegunaaan terbaik dan tertinggi dari suatu bidang tanah
kosong (vacant land) ataupun tanah yang dianggap kosong (land as vacant).
Analisis ini meliputi empat hal pokok yaitu, analisis kelayakan secara fisik
(physically feasible), analisis kelayakan secara peraturan (legally permissible),
analisis kelayakan secara keuangan (financially feasible), dan analisis
produktivitas yang maksimal (maximally productive). Sebuah properti dikatakan
telah memenuhi kriteria HBU bilamana secara fisik dimungkinkan, diijinkan
secara peraturan, layak secara finansial, dan dapat memberikan hasil yang paling
maksimal.
Analisis kelayakan secara peraturan berkaitan dengan apakah suatu
properti ataupun alternatif properti yang akan dikembangkan di atas suatu bidang
tanah tertentu didukung atau diijinkan oleh ketentuan peraturan yang ada.
Ketentuan peraturan berupa zoning (peruntukan tanah), KDB (Koefisisen Dasar
Bangunan), KLB (Koefisisen Luas Bangunan), ketinggian maksimal bangunan,
Universitas Sumatera Utara
32
sempadan jalan dan ketentuan tentang Rencana Umum Tata Ruang/Wilayah
(RUTR/W) lainnya, serta peraturan berkaitan dengan lalu lintas dan lingkungan
hidup sangat berpengaruh terhadap alternatif properti yang dapat dikembangkan.
Analisis kelayakan secara fisik berkaitan dengan apakah suatu properti
(bangunan) atau alternatif properti layak untuk didirikan di atas satu bidang tanah
tertentu dengan karakteristik tanah yang tertentu pula. Karakteristik fisik tanah
berupa lokasi, luas, bentuk, kontur, ataupun sifat tanah sangat berpengaruh
terhadap alternatif properti yang dapat dikembangkan di atasnya. Secara
sederhana, sebuah hotel berbintang tidak layak dibangun di atas tanah yang
luasnya hanya 3.000 m2. Namun, tanah dengan luas 3.000 m
2 terlalu berlebihan
untuk dibangun sebuah rumah tinggal. Pengembangan properti yang tidak
memperhitungkan karakteristik fisik tanah yang akan dikembangkan dapat
menyebabkan properti yang dihasilkan menjadi tidak optimal.
Analisis produktifitas yang maksimal berkaitan dengan apakah properti
ataupun alternatif properti dapat memberikan keuntungan atau pendapatan bersih
(net income) yang positif. Sebuah properti atau alternatif properti dikatakan
memiliki produktivitas yang maksimal bilamana memiliki tolok ukur finansial
yang lebih baik dibanding properti atau alternatif properti lainnya. Analisis ini
biasanya dilakukan setelah dua analisis yang pertama tersebut di atas dilakukan.
Untuk menentukan kelayakan secara keuangan, perlu diestimasi dan
diekspektasikan dari setiap potensial kegunaan terbaik dan tertinggi. Prospek
masa depan dapat diestimasi dengan cara membandingkan dengan properti sejenis
yang sudah berjalan. Selanjutnya, hal-hal yang juga harus diperhatikan adalah
mengenai pendapatan potensial (potential income), tingkat kekosongan (vacancy
Universitas Sumatera Utara
33
rate), biaya operasi (operating cost), pendapatan bersih (net income), dan tingkat
pengembalian (discount rate/capitalization rate). Sebuah properti dikatakan layak
secara keuangan bilamana dapat memberikan pendapatan bersih yang positip.
Seberapa besar pendapatan bersih yang dapat dikatakan layak sangat tergantung
pada preferensi masing-masing investor.
Analisis yang terakhir dalam analisis HBU adalah analisis kelayakan
secara keuangan. Tolok ukur finansial yang biasanya digunakan adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, Return on
Investment (ROI), Benefit Cost Ratio. Bilamana dua atau lebih alternatif properti
sama-sama menunjukan hasil analisis layak secara fisik, diijinkan secara
peraturan, dan layak secara keuangan, maka alternatif properti yang memenuhi
kriteria HBU adalah alternatif properti yang memiliki tolok ukur finansial yang
lebih baik dibanding alternatif properti lainnya.
Dalam konteks penilaian aset, analisis HBU biasanya dilakukan dengan
lebih sederhana. Dalam hal ini, lazimnya analisis HBU lebih ditekankan pada
analisis kelayakan secara fisik dan analisis kelayakan secara peraturan. Dua
analisis lainnya yaitu, analisis kelayakan secara keuangan dan analisis
produktifitas yang maksimal sangat jarang dibahas secara mendalam. Selanjutnya,
observasi dan pengamatan langsung di lapangan biasanya lebih dominan menjadi
dasar dalam pengambilan keputusan apakah properti yang dinilai telah memenuhi
kriteria HBU ataukah tidak. Sederhananya, bilamana properti yang dinilai adalah
sebuah ruko dan properti yang banyak berdiri di sekitar properti yang dinilai
adalah juga ruko, maka hampir dipastikan penilai akan mengambil kesimpulan
bahwa ruko adalah HBU dari kawasan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
34
Berbagai alternatif properti yang dapat dikembangkan dikaji dan dianalisis
secara mendalam sebelum akhirnya dipilih satu alternatif yang terbaik dan
dianggap telah memenuhi kriteria HBU. Dapat dikatakan, analisis HBU
merupakan pre feasibility study sebelum studi kelayakan yang sesungguhnya
dijalankan (DJKN. 2010).
2.2 Kegunaan Highest and Best Use
Sebagai salah satu alat dalam investasi di sektor properti, analisis
penggunaan tertinggi dan terbaik (HBU) banyak digunakan dewasa ini. Definisi
HBU yang umum dipergunakan di Amerika Serikat adalah penggunaan terbaik
dan legal yang paling mungkin dari suatu lahan kosong atau suatu properti yang
diperbaiki, yang mana daya dukung fisiknya memungkinkan (physically possible),
memiliki dukungan daya serap pasar lokal, kelayakan secara keuangan, dan hal ini
menghasilkan nilai tertinggi. Empat kriteria HBU harus berhubungan dengan
perizinan yang sah (legal permissibility), daya dukung fisik (physical possibility),
kelayakan keuangan (financial feasibility), dan keuntungan maksimum (Appraisal
Institute 1993, 171).
Menurut Scribner (1997: 471-475) memberikan tujuh langkah penilaian
proses HBU, yaitu: (1) Perizinan penggunaan properti. Penggunaan properti
tersebut harus memenuhi persyaratan perizinan peruntukan properti itu sendiri,
dan persyaratan-persyaratan lain seperti zoning, kepadatan bangunan, peraturan
bangunan dan pembangunan, serta peraturan tentang dampak lingkungan; (2)
Daya dukung fisik dan penerimaan lingkungan. Daya dukung fisik dan
penerimaan lingkungan meliputi daya dukung tanah, topografi, bentuk ukuran,
utilitas, proksimitas dan aksebilitas; (3) Dukungan daya serap pasar lokal.
Universitas Sumatera Utara
35
Langkah ketiga adalah menentukan apakah penggunaan properti yang telah
ditentukan didukung infrastruktur yang memadai; (4) Daya jual (marketable); (5)
Analisis pasar meliputi penentuan apakah penggunaan sebidang tanah atau suatu
properti itu dapat memiliki daya jual, penentuan permintaan saat ini dan di masa
yang akan datang, penawaran saat ini dan di masa yang akan datang dari fasilitas
lain yang kompetitif, analisis kualitas ekonomi dalam arti harga jual, tingkat sewa,
tingkat kualitas fisik bangunan, estimasi ukuran bangunan, penghitungan ruang
yang dapat diserap pasar, jadwal penyerapan pasar, dan kondisi-kondisi lain
seperti tata ruang, interior, eksterior, servis, saran-saran pemasaran dan bahkan
saran-saran keuangan agar dapat mencapai tingkat penyerapan yang diharapkan.
(6) Kelayakan secara ekonomi. Analisisnya meliputi analisis perkiraan aliran kas
bersih yang diharapkan (net cash flow), biaya modal dan resiko dari kriteria
investasi pasar khusus sehingga diperoleh tingkat pengembalian yang layak sesuai
dengan analisis keuangan yang dilakukan. (7) Penggunaan lahan yang
memberikan hasil tertinggi. Merupakan suatu kesimpulan terhadap hasil dari
analisis HBU yang dilakukan meliputi kriteria profitabilitas dan produktifitas.
Dengan performance yang optimal tersebut diharapkan suatu proyek akan mampu
menciptakan profitabilitas yang tinggi. Analisis Metode Optimalisasi Lahan
Berdasarkan HBU, yaitu; (1) Pendekatan kapitalisasi Pendapatan (Income
Capitalization Approach). Pendekatan kapitalisasi Pendapatan, merupakan
pendekatan pendapatan didasarkan pada pendapatan yang akan diperoleh di masa
depan. Nilai diperoleh dengan menghitung nilai sekarang (present value) dari
besarnya pendapatan bersih (net operating income) per tahun, yang kemudian
dikapitalisir dengan tingkat kapitalisasi (capitalization rate) sesuai pasar. Secara
Universitas Sumatera Utara
36
matematis, pendekatan kapitalisasi pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
I = pendapatan bersih (Rp) (Net operating income), R = Tingkat Kapitalisasi (%)
(Capitalization Rate), V = Nilai Aset Properti (Rp) (Market Value); (2)
Pendekatan Penilaian Pengembangan Hipotetis [Hypotetical Development
Appraisal (HDA) Approach] HDA merupakan turunan dari pendekatan
kapitalisasi pendapatan. Nilai diperoleh dengan menghitung nilai jual properti
(Sale Value) melalui pendekatan kapitalisasi pendapatan (Income Capitalization
Approach), dikurangkan dengan seluruh biaya-biaya yang diperlukan untuk
mengembangkan properti (total development cost) sehingga menghasilkan nilai
lahan (residual site value). Highest and Best Use dari sebidang lahan tertentu
bukanlah hasil dari analisa yang bersifat subjektif dari pemilik, developer,
maupun jasa Real Estate lainnya seperti penilai, melainkan dilahirkan oleh
kekuatan pasar dimana properti tersebut berada.
Pertimbangan HBU dapat dilihat dari kondisi tanah dalam keadaan
kosong (as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan (as improved).
Dalam analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang meliputi:
Secara hukum diizinkan; Secara fisik dimungkinkan; Secara finansial
menguntungkan; Menghasilkan nilai tertinggi (produktifitas maksimum) dari
properti. (Juknis SPI 306, SPI Edisi VI 2015).
Analisis Highest and Best use (HBU) digunakan untuk mengetahui
penggunaan tertinggi dan terbaik untuk lahan tersebut dengan menggunakan
kriteria - kriteria secara fisik dimungkinkan, secara legal diizinkan, secara
finansial layak, dan memiliki produktivitas maksimum. (Utomo, C & Rasyid.
2013)
Universitas Sumatera Utara
37
Analisa Highest and Best Use (HBU) ini menggunakan beberapa kriteria yang
telah ditetapkan antara lain:
1. Secara fisik memungkinkan
Untuk syarat yang pertama yaitu secara fisik memungkinkan. Kriteria
yang perlu dipertimbangkan antara lain ukuran lahan, bentuk lahan, luas dan
ketersediaan fasilitas umum.
2. Secara legal diijinkan
Untuk syarat yang kedua analisa Highest and Best Use yaitu secara legal
diijinkan. Pengujian ini dilakukan dengan melibatkan peraturan atau ketetapan
pemerintah yang memiliki kekuatan hukum tetap. Syarat pengujian meliputi
penetapan wilayah (zoning), peraturan bangunan (building code).
3. Secara finansial layak
Untuk syarat yang ketiga yaitu secara finansial layak. Dalam menganalisis
kelayakan keuangan, tingkat kekosongan dan biaya operasional perlu
dikurangkan dari setiap pendapatan kotor (gross income) untuk mendapatkan
biaya bersih operasional (Net Operating Income atau NOI).
4. Memiliki produktivitas maksimum
Untuk syarat yang terakhir dalam penelitian ini yaitu menghasilkan
produktiftas maksimum. Dari beberapa penggunaan yang secara finansial
layak, penggunaan yang menghasilkan nilai residual yang tertinggi yang
konsisten dengan tingkat pengembalian yang dijamin oleh pasar untuk
penggunaan tersebut adalah penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Sehingga
bisa disimpulkan suatu alternatif dikatakan memiliki produktifitas maksimum
apabila memiliki nilai lahan tertinggi.
Universitas Sumatera Utara
38
Nilai suatu properti bergantung kepada apakah pengembangan tanah
dengan alternatif properti tertentu memenuhi kriteria Highest and Best Use atau
tidak. Apabila suatu properti memenuhi kriteria Highest and Best Use maka nilai
pasar suatu properti akan optimal karena sudah sesuai dengan ketentuan dan
pasar, atau sebaliknya suatu properti yang tidak Highest and Best Use nilai akan
kurang optimal. Prinsip kegunaan tertinggi dan terbaik ini melekat pada tanah
(Rattermann, 2008)
2.3 Pendekatan Penilaian
Menurut Stephen F. Fanning (2005), untuk melakukan analisis Highest and
Best Use digunakan alat analisis sebagai berikut:
1. Pendekatan data pasar (Market Data Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan properti yang akan
dinilai dengan properti lain sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui.
Tersedianya data jual beli atau harga sewa wajar, dan selanjutnya
dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Penyesuaian ini meliputi penyesuaian
waktu, kondisi fisik, lokasi dan sumber data. Untuk melakukan penilaian
dengan metode data pasar maka prosedur yang harus dilakukan penilai
adalah:
1.1 Penilai harus melakukan penelitian pasar tentang informasi yang
berkenaan transaksi penjualan yang terjadi, pendaftaran dan
penawaran atau permintaan properti yang serupa dengan properti
yang akan dinilai, mencangkup ciri-ciri jenis properti, ukuran,
kondisi properti secara fisik, lokasi dan zoning.
Universitas Sumatera Utara
39
1.2 Melakukan verifikasi informasi dengan melakukan konfirmasi bahwa
data yang diperoleh tersebut akurat dan transaksi mencerminkan
suatu transaksi yang wajar antara Willing Seller, dan Willing Buyer,
mencerminkan kondisi pasar. Verifikasi akan mendatangkan
tambahan informasi tentang pasar.
1.3 Penilai memilih properti pembanding yang relevan seperti harga per
hektar, harga per meter persegi dan sebagainya serta
mengembangkan analisis terhadap setiap unit properti tersebut.
1.4 Membandingkan harga properti pembanding dengan properti yang
dinilai berdasarkan unsur-unsur yang dibandingkan dan disesuaikan
harga setiap pembanding dengan properti yang dinilai.
1.5 Melakukan rekonsiliasi berbagai macam indikasi yang diperoleh dari
analisis ke dalam suatu nilai indikasi atau kisaran nilai. Dalam pasar
yang penuh ketidakpastian karena perubahan okupansi dan kondisi
ekonomi, kisaran nilai merupakan konklusi yang lebih baik
dibandingkan dengan satu nilai indikasi.
2. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
(SPI Edisi VI 2015) menjelaskan dalam pendekatan biaya, penilai
membuat estimasi nilai dengan membandingkan biaya yang diperlukan
untuk membangum properti baru untuk menggantikan properti yang ada.
Pendekatan ini berdasarkan pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
membuat atau membangun baru setiap komponen utama, material dan
fasilitas bangunan. Besarnya nilai bangunan properti diperoleh dari
perkalian luas bangunan dengan biaya pembangunan per meter per segi.
Universitas Sumatera Utara
40
Nilai properti dari penjumlahan nilai tanah dan nilai bangunan yang
diperoleh dari pembuatan atau pembangunan baru dikurangi dengan
depresiasi. Untuk memperoleh estimasi biaya bangunan secara lengkap
penilai harus mempertimbangkan biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung meliputi biaya material, tenaga kerja, dan
keuntungan pengembang yang diperlukan untuk membangun baru pada
tanggal penelitian. Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak
termasuk dalam biaya konstruksi langsung, antara lain biaya pajak selama
pembangunan, professional fee seperti arsitek, penilai, ahli hukum dan
lainnya.
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan investasi, merupakan salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian properti yang
menghasilkan. Nilai properti merupakan fungsi dari pendapatan bersih
yang dihasilkan oleh properti tersebut dengan tingkat kapitalisasi
pendapatan bersih yang diperoleh dari pengurangan pendapatan yang
didapat dengan semua biaya yang dikeluarkan (Amin, 2015)
2.4 Aspek Finansial
Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan
pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk menentukan
proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien dengan cara
mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan proyek serta
pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger, 1986). Rencana
Universitas Sumatera Utara
41
anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk mengetahui berapa
besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang digunakan untuk
membiayai pelaksanaan proyek. Analisis finansial dapat juga digunakan sebagai
pertimbangan dalam permohonan kredit investasi dan kredit modal kerja serta
penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan
proyek. Dalam analisis ini kriteria-kriteria yang digunakan adalah payback period,
net present value (NPV), internal rate return (IRR), profitability index serta rasio-
rasio keuangan.
2.5 Standart Nilai dalam Penilaian Aset
a. Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang pada tanggal
penilaian, yang dapat diperoleh dari suatu transaksi jual beli atau hasil
penukaran suatu properti, antara pembeli yang berminat membeli dengan
penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang
pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing
bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa
paksaan. Walau bagaimanapun, Nilai Pasar dapat mencerminkan sejumlah
penaksiran atas Nilai Investasi atau Manfaat Ekonomi secara individual,
atau properti tertentu (SPI Edisi VI 2015)
b. Nilai Investasi merupakan nilai properti untuk investor tertentu atau
kelompok investor tertentu untuk tujuan investasi yang teridentifikasi.
Konsep nilai investasi atau manfaat ekonomi ini mengaitkan properti
khusus dengan investor khusus, kelompok investor, atau badan usaha
dengan kriteria-kriteria dan tujuan-tujuan investasi yang teridentifkasi.
Universitas Sumatera Utara
42
Nilai Investasi atau manfaat ekonomi berkaitan khusus dengan Nilai
Khusus (SPI Edisi VI 2015)
2.6 Situasi Khusus Dalam Analisis HBU
2.6.1 Single-Use Situation merupakan kegunaan tertinggi dan terbaik mungkin
tidak seperti biasanya atau unik (seperti museum, cagar budaya, dan lain-
lain) dan nilai tanahnya didasarkan atas kegunaannya tersebut dan bukan
kegunaan lain pada umumnya.
2.6.2 Interim Use merupakan kegunaan tertinggi dan terbaik yang diantisipasi
untuk berubah dalam jangka pendek. Kegunaan interim ini mungkin atau
mungkin juga tidak memberi kontribusi terhadap nilai dan biaya-biaya
pembongkaran (demolition cost) harus dipertirnbangkan untuk
mengembangkan menjadi kegunaan-kegunaan interim.
2.6.3 Legally Noncomforming Uses adalah kegunaan yang sah secara hukum
untuk dibuat dan dipertahankan tetapi tidak sesuai dengan peraturan
penggunaan tanah dari kawasan dimana properti tersebut berlokasi,
berkedudukan. Kegunaan sementara ini seringkali muncul sebagai akibat
perubahan zoning.
2.6.4 Uses That Are Not Highest and Best adalah beberapa bangunan dan
pengembangan lain yang ada mungkin tidak mencerminkan kegunaan
tertinggi dan terbaik dari keadaan tapaknya seandainya kosong. Kegunaan
tertinggi dan terbaik umumnya mempunyai kategori yang sama dengan
kegunaan saat ini.
Universitas Sumatera Utara
43
2.6.5 Multiple Use merupakan kegunaaan tertinggi dan terbaik mungkin
melibatkan lebih dari satu kegunaan tertentu untuk sebuah bidang tanah
atau sebuah bangunan.
2.6.6 Special Purpose Use adalah hanya sesuai untuk satu tujuan tertentu atau
sebuah kegunaan yang sangat terbatas jumlahnya, mungkin penilai akan
menghadapi masalah praktek dalam menentukan kegunaan tertinggi dan
terbaiknya.
2.6.7 Speculative Use adalah tercipta ketika pembeli mempunyain antisipasi
terhadap kenaikan nilai, meskipun kegunaan tertinggi dan terbaik pada
masa yang akan datang secara spesifik tidak dapat diprediksi, namun
alternative logis biasanya dipakai untuk mengidentifikasi kegunaannya
2.6.8 Excess Land Adalah tanah yang yang mungkin tidak diperlukan untuk
mendukung kegunaan yang ada atau untuk mengakomodasi kegunaan
tertinggi dan terbaik yang primer dari sebidang tanah kosong atau tanah
yang dianggap kosong
2.7 Penelitian terdahulu
Adapun penelitian – penelitian yang sudah ada tentang Highest & Best
Use dan kelayakan investasi adalah sebagai berikut :
Utomo, C & Rasyid (2013) meneliti tentang mengenai lahan bekas SPBU
Biliton di Surabaya, dalam penelitian ini menggunakan analisa HBU dengan
menerapkan empat kriteria yaitu secara fisik dimungkinkan, secara legal
diizinkan, secar finansial layak, dan memiliki produktifitas maksimum. Dengan
Universitas Sumatera Utara
44
analisa HBU ini, maka dapat dirancang dan dipertimbangkan alternatif properti
yang paling menguntungkan.
Sulistyarso, H & Syahfardyn (2013) melakukan penelitian mengenai
penentuan pemanfaatan lahan kosong di Kawasan Segitiga Koridor Lingkar Timur
Sidoarjo menggunakan analisa HBU. Dalam penelitian ini diperlukan dua sasaran
untuk mencapai tujuan penelitian yakni mengidentifikasi kebutuhan akan kegiatan
apakah berpotensi berkembang pada wilayah penelitian, untuk mencapai sasaran
tersebut digunakan alat analisis scoring. Pada tahap ini dilakukan skoring untuk
masing – masing jenis pemanfaatan lahan dengan menggunakan skala likert, tahap
selanjutnya menguji kelayakan pemanfaatan lahan, untuk mencapai sasaran
menggunakan analisa Highest and Best Use. Hasil dari penelitian ini adalah
alternatif pemanfaatan lahan sebagai komplek pergudangan merupakan
pemanfaatan lahan yang paling optimal dan potensial untuk diimplementasi-kan
pada lokasi penelitian, guna mendapatkan peningkatan nilai lahan tertinggi dan
terbaik.
Pomykacz, M et al. (2014) melakukan penilaian pembangkit listrik, karena
merupakan suatu hal yang yang unik dan menarik. Pembangkit listrik dapat
bernilai miliaran dolar, dan memiliki peranan penting dalam suatu infrastruktur.
Berbagai teknologi berbeda diterapkan di pembangkit. Penggunaan yang penilaian
pembangkit juga memiliki keanekaragaman, mulai dari akuisisi, tujuan
pembiayaan, regulasi, litigasi, atau pajak properti, untuk Internal Revenue Service
(IRS) atau Securities and Exchange Commission (SEC) pelaporan.
Universitas Sumatera Utara
45
Dachyar, M. (2012) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan
investasi dan resiko proyek pembangunan PLTU Indramayu dari aspek keuangan
dengan mempertimbangkan bunga pinjaman dalam mata uang Jepang.
Perhitungan capital budgeting yang dilakukan menghasilkan nilai NPV sebesar
Rp 36 triliun dan IRR sebesar 9.03 %. Selain itu juga dilakukan simulasi monte
carlo yang menghasilkan rata – rata NPV adalah Rp 29 triliun dengan probabilitas
menghasilkan NPV bernilai minus sebesar 26.62%.
Sen, D et al. (2013) menyatakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan saran kelayakan investasi energi surya. Metode yang dibahas
menggunakan dua macam energy surya yang digunakan yaitu Photovoltaic (PV)
Pembangkit Listrik dan Tanaman Parabolic Trough Daya (PTPP). Didalam studi
menggunakan teknologi Salt Molten yang merupakan salah satu yang paling
canggih untuk penyimpanan energi. Analisis investasi menggunakan studi teknik
dan kelayakan ekonomi. Penelitian ini memfokuskan pada potensi energi surya
dari kota Konya, Turki dan kapasitas terpasang 10 MW diterapkan selama 25
tahun. Perbandingan hasil yang diperoleh berdasarkan pada pendekatan net
present value (NPV). Hasil empiris menunjukkan bahwa metode yang diusulkan
tersebut adalah layak untuk investasi surya di Konya.
Utomo, C., & Akmaluddin. (2013) dalam penelitian ini dilakukan analisis
Highest and Best Use (HBU) pada lahan di Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya
seluas 1.150 m2 yang direncanakan akan dibangun hotel. Lahan tersebut
berpotensi untuk dikembangkan menjadi properti komersial seperti hotel,
apartemen, perkantoran dan pertokoan. Analisis tersebut menggunakan tinjauan
terhadap aspek fisik, legal, finansial dan produktivitas maksimumnya. Dari hasil
Universitas Sumatera Utara
46
penelitian ini didapatkan alternatif properti komersial hotel yang memiliki
penggunaan tertinggi dan terbaik pada pemanfaatan lahan dengan nilai lahan Rp.
67.069.980,31/ m2.
Widyastuti, A. (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui kelayakan
finansial investasi pembangkit listrik tenaga panas bumi pada proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi yang dilakukan oleh PT. X di daerah Jawa Barat dari
awal pelaksanaan proyek sampai berakhirnya umur ekonomis proyek dan untuk
mengetahui tingkat sensitifitas kelayakan kelayakan finansial investasi pada
proyek tersebut. Hasil kelayakan investasi dengan menggunakan scenario analysis
pada kondisi moderat, optimis, dan pesimis menunjukkan bahwa investasi
memiliki nilai NPV yang positif serta IRR yang lebih besar dari cost of capital
pada kondisi optimis dan moderat. Sedangkan pada kondisi pesimis investasi
proyek pengembangan lapangan panas bumi memiliki nilai NPV yang negatif dan
IRR yang lebih kecil dari cost of capital, yang menjadikan investasi menjadi tidak
feasible untuk dilaksanakan.
Adji, AR. (2015) meneliti mengenai rencana dibangunnya pasar Bubulak
di sebelah terinal Bubulak, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemanfaatan optimal suatu lahan dengan analisis the highest and best
use, serta mengetahui tingkat kelayakan pengembangan proyek pasar tersebut
berdasarkan analisis capital budgeting. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pengembangan lokasi dengan peruntukan pasar sehat sederhana, sudah sesuai
dengan enam konsep dalam analisis HBU. Hasil penilaian kelayakan proyek
berdasarkan analisis capital budgeting menunjukkan bahwa proyek ini sangat
layak.
Universitas Sumatera Utara
47
Muhammad and Damayanti. (2015) penelitian ini diusulkan untuk
menganalisis kelayakan finansial proyek Gumanti Micro Hidro Power Plant di
Solok, Sumatera Selatan. Dalam hal ini, penelitian menggunakan kajian ekonomi
dalam menganalisis kelayakan proyek seperti net present value, internal rate
return, payback period, indeks profitabilitas, dan nilai tambah ekonomi. Dalam
menghitung alat dan menganalisis Hasil, beberapa data proyek yang diperlukan
seperti total belanja modal proyek, operasional dan belanja pemeliharaan, dan arus
kas masuk dari listrik yang dihasilkan. Hasil dari keuangan analisis kelayakan
proyek adalah sebagai berikut : net present value adalah Rp 45.606.095.418,
internal rate of return 64%, indeks profitabilitas 4.76, payback period 1 tahun 10
bulan, dan nilai ekonomi tambah adalah Rp 21.705.617.081. Kesimpulan dari
proyek ini adalah proyek yang baik dan layak untuk dikembangkan. Selain itu,
nilai tambah ekonomi dan tingkat pengembalian menunjukkan bahwa proyek
secara ekonomi dan finansial yang layak dilakukan.
Arini, V., & Qomariyah, S. (2015) Melakukan studi kelayakan ekonomi
PLTA Kalibeber yang terletak di Desa Kalibeber, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Metode penelitian yang dilakukan di dalam penelitian adalah deskriptif
kuantitatif. Data yang dikumpulkan adalah harga satuan upah, bahan, dan
pekerjaan, dan jumlah produksi energi listrik per tahun. Rencana anggaran biaya
dihitung berdasarkan gambar perencanaan data yang diperoleh, membuat diagram
aliran kas, kemudian melakukan analisis kelayakan investasi berdasarkan jumlah
biaya investasi yang dikeluarkan dan manfaat tahunan yang diperoleh. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya investasi pembangunan
unit PLTA Kalibeber yang direncanakan akan dibangun di Sungai Serayu.
Universitas Sumatera Utara
48
Sansiriban, Rattanathanaophat, & Nuengchaknin. (2014) meneliti potensi
kelayakan pembangkit listrik kapasitas 9,5 MW menggunakan potensi bahan
dasar jerami di Thailand sangat dimungkinkan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Thailand memiliki potensi biomassa jerami di tingkat provinsi, terutama,
provinsi di pusat , timur laut dan barat Thailand. Sedangkan dari sisi kelayakan
finansial dinilai berdasarkan pada dua faktor penting dalam proyek, yaitu , NPV ≥
0 dan IRR ≥ 11 %. Ditemukan bahwa jerami padi pada proyek pembangkit listrik
sebesar 9,5 MW adalah layak secara finansial dengan biaya bahan bakar di kisaran
30,6-47,7 USD / ton.
Universitas Sumatera Utara
49
Universitas Sumatera Utara
50
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
3.1 Pemanfaatan Aset Milik PT PLN (Persero)
Dalam pelaksanaan Regionalisasi tiap wilayah, untuk memudahkan
pemantauan dari Pemerintah pusat maka beberapa BUMN di Indonesia yang
memiliki aset di berbagai daerah wajib mengetahui potensi, nilai, serta manfaat
dari aset yang dimilikinya, dimana agar aset tersebut dikelola dengan sebaik-
baiknya bagi kepentingan perusahaan sehingga berdasarkan fenomena
sebagaimana dijelaskan bahwa pemanfaatan aset berupa lahan kosong milik PT
PLN (Persero) di Paya Pasir Medan dengan luasan ± 5 Ha dengan lokasi yang
sangat strategis berada di pusat aktivitas ekonomi Kabupaten Marelan, Sumatera
Utara, maka diperlukan penelitian untuk menganalisa lebih lanjut alternatif
penggunaan terbaik dan yang paling memberikan produktivitas maksimum atas
aset daerah tersebut.
Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 maupun Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 mengatakan bahwa aset daerah dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam penggunaan, baik dikelola secara sendiri
oleh pemerintah daerah maupun dengan cara disewakan, dikerjasamakan dalam
bentuk Bangun Guna Serah (Buliding, Operate and Transfer) maupun Bangun
Serah Guna (Build Transfer and Operate).
Pertimbangan HBU dapat dilihat dari kondisi tanah dalam keadaan kosong
(as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan (as improved). Dalam
analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang meliputi: Secara
Universitas Sumatera Utara
51
hukum diizinkan; Secara fisik dimungkinkan; Secara finansial menguntungkan;
Menghasilkan nilai tertinggi (produktifitas maksimum) dari properti. (Juknis SPI
306).
Penetapan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, menurut pemerintah daerah untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengatur rumah tangganya sendiri, khususnya
yang terkait dengan pengelolaan keuangan pada masing-masing daerah yang dapat
berjalan secara efektif dan efisiensi, dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah.
Aspek Pasar dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan aset, khususnya
tanah dan bangunan, yang paling sesuai dengan kondisi pasar saat ini. Apabila
kondisi pasar akan permintaan tanah untuk investasi cukup tinggi maka terlebih
dahulu dilakukan analisis finansial atau Capital Budgeting Analysis yang
ditunjukkan dengan nilai metode Payback Periode, metode Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), metode Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), dan
Indikator lainnya yang mencerminkan kinerja investasi terbaik dari aset-aset yang
dimiliki oleh PT PLN (Persero).
3.2 Analisa Highest and Best Use
Analisa data pada alternatif yang dipilih pada penelitian ini menggunakan
prinsip-prinsip Highest and Best Use yaitu:
Universitas Sumatera Utara
52
3.2.1 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek legal
Sebelum dilakukan analisis juga perlu dikaji terkait aturan pemerintah
terkait alternatif yang akan dibangun apakah dapat dilakukan pembangunan
tersebut atau tidak.
3.2.2 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek fisik
Analisis ini memiliki beberapa hal yang diteliti untuk menentukan sesuai
atau tidaknya alternatif yang diteliti terhadap ukuran luas lahan, bentuk,
utilitas umum, aksesbilitas menuju tempat lokasi.
3.2.3 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek produktifitas maksimum
Penggunaan yang menghasilkan nilai residual yang tertinggi yang konsisten
dengan tingkat pengembalian yang dijamin oleh pasar untuk penggunaan
tersebut adalah penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Sehingga bisa
disimpulkan suatu alternatif dikatakan memiliki produktifitas maksimum
apabila memiliki nilai lahan tertinggi
3.2.4 Analisis Finansial (Capital Budgeting)
Analisa ini sangat menentukan apakah alternatif tersebut dapat dijalankan
ataupun tidak serta memiliki keuntungan atau tingkat pengembalian
sehingga tidak menimbulkan suatu kerugian apabila proyek tersebut
dijalankan
Dalam rangka memberikan pedoman dan arahan agar uraian dan analisis
dapat sesuai dengan apa yang telah digariskan pada latar belakang masalah dan
Universitas Sumatera Utara
53
perumusan masalah maka perlu disusun suatu kerangka pemikiran dalam
penulisan ini. Adapun kerangka pemikirannya terbagi dalam beberapa bagian
langkah analisis yang disajikan dalam diagram alis pada Gambar 3.1 dibawah ini :
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISA DATA
PENGUMPULAN
DATA
ANALISA FISIK
ANALISA LEGAL
PEMILIHAN ALTERNATIF (PLTU, PLTG,
PLTD, Perkantoran. Pergudangan, Rumah Susun,
dan Gardu Induk)
PRODUKTIFITAS
MAKSIMUM
KESIMPULAN
FINANSIAL
NILAI LAHAN KOSONG
Gambar 3.1 Proses Analisis Penelitian
Universitas Sumatera Utara
54
Dalam pelaksanaannya penentuan nilai lahan kosong tersebut dilakukan
menggunakan metode pendekatan pasar (market data approach), pendekatan
perbandingan ini mempertimbangkan penjualan dari properti sejenis atau
pengganti dan data pasar yang terkait, serta menghasilkan estimasi nilai melalui
proses perbandingan. Pada umumnya properti yang dinilai (objek penilaian)
dibandingkan dengan transaksi properti yang sebanding, baik yang telah terjadi
maupun properti yang masih dalam tahap penawaran penjualan dari suatu proses
jual beli (SPI, Edisi VI 2015).
Lokasi yang diambil untuk perbandingan harga pasar adalah sekitar objek
yang akan diteliti yaitu di Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara.
Tipe ataupun jenis objek yang dijadikan data pembanding untuk perkiraan nilai
adalah lahan kosong yang sejenis, sedangkan penyesuaian yang dilakukan agar
didapatkan harga yang mendekati antara lain adalah :
1. Bukti kepemilikan.
2. Lokasi.
3. Luas tanah.
4. Harga penawaran / transaksi jual beli.
Dimana proses penetuan harga pasar untuk lahan tersebut melalui hasil
survei yang telah dilakukan dan mendapatkan nilai sebesar Rp 1.535.592,- per m2
untuk objek lokasi pada lahan yang akan diteliti.
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
56
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Konsep Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini berupa optimalisasi aset pada lahan kosong
milik PT PLN (Persero) di kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan,
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Dengan menggunakan prinsip penilaian
tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use) yang bertujuan guna mengetahui
penggunaan terbaik yang dapat menghasilkan nilai tertinggi dari aset yang
dimiliki tersebut.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada lahan milik PT PLN (Persero) di Paya
Pasir, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera
Utara yang saat ini tidak terpakai secara maksimal, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengoptimalkan aset lahan tersebut. Sedangkan waktu penelitian
adalah mulai dari bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017.
4.3 Sumber data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil survei, juga melalui proses pengamatan maupun wawancara
langsung kepada pihak Manajemen PT PLN (Persero) maupun para stakeholder
yang berkaitan dengan core bisnis PLN yang berada di wilayah Sumatera Utara.
Data sekunder adalah data yang didapatkan atau diperoleh dari sumber data secara
tidak langsung. Data sekunder ini diperoleh dari arsip, buku kontrak proyek
Universitas Sumatera Utara
57
pembangkitan, laporan keuangan, peraturan daerah setempat, maupun RUPTL PT
PLN (Persero) 2017 - 2026.
4.4 Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara :
4.4.1 Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini adalah mencari data teoritis dengan cara membaca dan
mempelajari berkas-berkas dari beberapa sumber yang relevan dengan
tujuan penelitian ini antara lain buku, arsip ataupun literatur yang erat
kaitannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
4.4.2 Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan disini penulis melakukan survei ke lapangan
untuk mendapatkan data ataupun penjelasan dari pihak-pihak terkait.
Dalam penelitian lapangan ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara menyebarkan kuesioner, wawancara terstruktur, agar dapat
memperoleh keterangan ataupun data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini. Menurut Sugiono (2012), metode survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu (bukan buatan), dengan cara
menyebarkan kuesioner dan wawancara terstruktur. Alternatif
pemanfaatan lahan diperoleh berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara
kepada stakeholder atau para pemangku kepentingan yang akan
bersentuhan langsung dengan fasilitas yang akan dibangun pada lokasi
tersebut. Selanjutnya alternatif tersebut dipilih berdasarkan pilihan
Universitas Sumatera Utara
58
terbanyak untuk dijadikan tiga alternatif pemanfaatan lahan yang akan
dianalisis nantinya.
4.5 Analisis Data
Dalam penelitian ini sebelum dilakukan Analisa Highest and Best Use
maka dilakukan analisa harga pasar untuk menentukan besaran nilai lahan kosong
ditempat tersebut agar selanjutnya dapat dibandingkan nilai tersebut dengan hasil
setelah dilakukan pengembangan sesuai dengan ketiga alternatif yang merupakan
hasil terbanyak dari pemilihan kuesioner yang telah dibagikan. Analisa data pada
alternatif yang dipilih pada penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip Highest
and Best Use yaitu :
4.5.1 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek legal
Hal yang perlu dikaji adalah (Zoning), aturan mengenai bangunan dan
peraturan-peraturan yang berkenaan dengan lingkungan, seperti yang
berkenaan dengan udara bersih, lingkungan bersih, air bersih, maupun
yang berkenaan dengan keamanan. Sebelum dilakukan analisis juga perlu
dikaji terkait aturan pemerintah terkait alternatif yang akan dibangun
apakah dapat dilakukan pembangunan tersebut atau tidak.
4.5.2 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek fisik
Analisis ini memiliki beberapa hal yang diteliti untuk menentukan sesuai
atau tidaknya alternatif yang diteliti terhadap ukuran luas lahan, bentuk,
utilitas umum, aksesbilitas menuju tempat lokasi agar dapat ditarik
kesimpulan cocok ataupun tidaknya alternatif yang dipilih terhadap lahan
yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
59
4.5.3 Analisis jenis alternatif ditinjau dari aspek produktifitas maksimum
Untuk syarat yang terakhir dalam penelitian ini yaitu menghasilkan
produktiftas maksimum. Dari beberapa penggunaan yang secara finansial
layak, penggunaan yang menghasilkan nilai residual yang tertinggi yang
konsisten dengan tingkat pengembalian yang dijamin oleh pasar untuk
penggunaan tersebut adalah penggunaan yang tertinggi dan terbaik.
Sehingga bisa disimpulkan suatu alternatif dikatakan memiliki
produktifitas maksimum apabila memiliki nilai lahan tertinggi.
4.5.4 Analisis Finansial (Capital Budgeting)
Setelah dilakukan analisis legal dan analisis fisik maka dilanjutkan oleh
analisa finansial atau kelayakan keuangan. Analisa ini sangat menentukan
apakah alternatif tersebut dapat dijalankan ataupun tidak serta memiliki
keuntungan atau tingkat pengembalian sehingga tidak menimbulkan suatu
kerugian apabila proyek tersebut dijalankan. Selanjutnya dilakukan
penilaian kelayakan investasi ini disebut dengan teknik Capital Budgeting,
Capital Budgeting adalah keseluruhan proses perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu
kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun (capital expenditure).
Pengeluaran ini termasuk untuk pembelian aset tetap (plant investment),
yaitu bangunan, mesin, dan pengeluaran dana untuk proyek advertasi
jangka panjang, penelitian dan pengembangan. Berdasarkan pendapat
tersebut capital budgeting dapat diartikan sebagai keputusan investasi
jangka panjang yang memerlukan pengevaluasian penyeleksian dan
pengujian karena menyangkut pengeluaran modal besar (Widyastuti, A.
Universitas Sumatera Utara
60
2006), adapun teknik-teknik dalam capital budgeting adalah sebagai
berikut :
a. Metode Net Present Value
Net Present Value (NPV) dapat didefinisikan sebagai nilai sekarang
dari cash flows dimasa mendatang, diskonto dengan cost of capital
yang sesuai, lalu dikurangi pengeluaran proyek. Metode ini melakukan
perhitungan dari cash flow dan time value of money. Rumus NPV
adalah sebagai berikut :
n
ntt
t
r
CFIoNPV
)1(
dimana :
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
r = suku bunga / diskon rate (cost of capital)
I0 = investasi awal tahun ke 0
t = tahun
n = jumlah periode
b. Metode Internal rate of Return (IRR)
IRR adalah discount rate yang merupakan set dari present value
sebuah proyek sama dengan nilai investasi. Rumus IRR adalah sebagai
berikut :
n
ntt
t
IRR
CFIo
)1(0
dimana :
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
Universitas Sumatera Utara
61
IRR = discount rate
I0 = investasi awal tahun ke 0
t = tahun
n = jumlah periode
c. Profitability Index (PI)
PI atau cost benefit ratio dari sebuah proyek adalah cash flows dimasa
mendatang dibagi dengan initial cash investment. Untuk proyek yang
mutually exclusive, konfilk antara PI dan NPV harus kembali mengacu
kepada metode NPV. Perusahaan terkadang tidak memiliki cukup dana
untuk menghasilkan proyek yang memiliki NPV positif, akan tetapi PI
terkadang dapat menghasilkan keputusan investasi yang superior.
Rumus PI adalah sebagai berikut :
IO
k
CF
PI
n
ntt
t
1
)1(
dimana :
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
k = the appropriate discount rate
I0 = the initial cash outlay
n = the project’s expected life
PI = profitability index
d. Payback Periode
Payback Periode adalah salah satu metode untuk menilai kelayakan
suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode
Universitas Sumatera Utara
62
pengembalian modal. Payback Periode dapat dirumuskan sebagai
berikut :
rataratabersihManfaat
InvestasiNilaiPeriodePayback
_
Pada penelitian ini perhitungan hasil-hasil analisis akan dilakukan
dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel.
Universitas Sumatera Utara
63
Universitas Sumatera Utara
64
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis data dilakukan terhadap data yang diperoleh pada penelitian ini
adalah :
1. Data primer berupa hasil kuesioner yang diperoleh dari para stakeholder atau
para pihak yang berkepentingan langsung dengan PT PLN (Persero).
Kuesioner ini mengedepankan partisi pemangku kepentingan (stakeholder)
yang akan bersentuhan langsung dengan fasilitas yang akan dibangun pada
lokasi penelitian penulis. Dalam kuesioner terdapat beberapa alternatif
pemanfaatan lahan yang akan dibangun pada lokasi tersebut. Tiga alternatif
terbanyak akan dipilih menjadi alternatif pemanfaaatan lahan yang akan
diteliti oleh penulis.
2. Data sekunder berupa informasi yang diperoleh dari PT PLN (Persero) UIP
Pembangkitan Sumatera I yang ditugasi oleh PLN Pusat untuk melakukan
rencana pengembangan lahan tersebut yang tercantum di dalam RUPTL PT
PLN (Persero) tahun 2017-2026, dan Peraturan tata ruang serta tata bangunan
berupa data zona kotamadya Medan tahun 2015-2035 beserta peruntukannya.
Data sekunder lainnya adalah hasil penilaian harga pasar tanah yang dilakukan
berdasarkan survey pada saat pengumpulan data.
5.1 Analisis perkiraan harga pasar lahan tanpa pengembangan
Penentuan nilai lahan kosong pada penelitian ini dilakukan dengan metode
penetapan nilai berdasarkan harga pasar saat dilakukan penelitian ini untuk di
Universitas Sumatera Utara
65
lokasi sekitar tempat penelitian tersebut. Nilai yang diperoleh dari hasil survei
harga pasar didapatkan sebesar Rp 1.535.592,- per m2 (perhitungan terlampir).
5.2 Analisis alternatif pemanfaatan berdasarkan persepsi calon pengguna
Berdasarkan hasil survei melalui penyampaian kuesioner yang dilakukan
pada tanggal 1 November 2016 sampai 30 November 2016 dengan melibatkan 50
(lima puluh) responden calon pengguna fasilitas yang akan dibangun di lokasi
lahan tersebut. Kelima puluh responden itu saat ini merupakan pegawai, rekanan
ataupun mitra yang sering bekerja sama dengan pihak PT PLN (Persero) baik
dalam bidang infrastruktur, perawatan peralatan pembangkit, maupun di bidang
jasa lainnya. Para pelanggan tersebut telah memahami situasi dan kondisi dari
lokasi yang merupakan objek penelitian penulis. Adapun alternatif pemanfaatan
lahan terbaik dari beberapa alternatif yang disediakan berdasarkan hasil
wawancara awal antara lain :
a. Gudang distribusi / penyimpanan barang
b. Gedung perkantoran
c. Rumah susun pegawai
d. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau Mesin Gas (PLTG/MG)
f. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
g. Gardu Induk
Berikut Tabel 5.1 adalah hasil survei kuesioner mengenai pemilihan alternatif
pemanfaatan lahan di wilayah tersebut
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 5.1 Data Hasil Kuesioner
Alternatif
pemanfaa
tan lahan
Gudang
Distribusi /
Penyimpan
an Barang
Gedung
Perkantor
an
Rumah
Susun
Pegawai
Pembang
kit
Listrik
Tenaga
Diesel
(PLTD)
Pembangkit
Listrik
Tenaga Gas
atau Mesin
Gas
(PLTG/MG)
Pembang
kit
Listrik
Tenaga
Uap
(PLTU)
Gardu
Induk
Jumlah
responden
yang
memilih
(orang)
5 8 5 9 9 7 3
Analisis dengan menggunakan Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik
(Highest and Best Use) dapat memberikan solusi yang terbaik bagi pemilik lahan
dalam menentukan pemanfaatan lahan kosong ke depannya. Alternatif pemilihan
lahan dapat dipilih berdasarkan masukkan yang diberikan oleh pemangku
kepentingan yang memiliki kemungkinan akan menggunakan fasilitas yang akan
dibangun tersebut. Berdasarkan hasil survei melalui kuesioner yang diberikan
kepada pemangku kepentingan maupun stakeholder yang berkaitan dengan core
bisnis PT PLN (Persero) terdapat 2 alternatif pemanfaatan lahan berdasarkan
jumlah pemilih terbanyak dengan urutan rangking sebagai berikut ;
1. Penggunaan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
2. Penggunaan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas
(PLTG/MG).
Hasil wawancara melalui pembagian kuisioner tersebut kemudian dikaji kembali
menggunakan analisis Highest and Best Use, sehingga hasil alternatif yang
didapatkan dapat dipertanggung jawabkan baik dari sisi legal, fisik, finansial
maupun produktifitas secara maksimum.
Universitas Sumatera Utara
67
5.3 Analisis Highest and Best Use dari Aspek Legal
Sesuai Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011 - 2031, bahwa ruang
wilayah Kota Medan salah satunya adalah Rencana Sistem Energi. Hal ini sesuai
dengan isi Bab III, Bagian Kesatu Pasal 13 Ayat (1), bagian c dari peraturan
tersebut. Pada Bagian Keempat dari Bab III (Sistem Jaringan Energi), Pasal 25
Ayat (2) menyebutkan bahwa sistem jaringan energi tersebut terdiri atas tenaga
listrik dan jaringan pipa minyak dan gas bumi. Pada Ayat (3) Pasal 25, jaringan
tenaga listrik terdiri dari pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi,
sedangkan pada Ayat (4) disebutkan bahwa pembangkit tenaga listrik yang
ditetapkan yaitu Pembangkit Tenaga Listrik Gas/Mesin Gas (PLTG/MG) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PLTD dan pada ayat (4) Jaringan
Transmisi berupa Gardu Induk dapat dibangun pada kawasan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut diatas untuk lokasi lahan yang diteliti yang
terletak di lahan kegiatan Sektor Pembangkitan Medan (Paya Pasir) di Kelurahan
Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara, jenis alternatif yang sesuai yang dapat dibangun dikawasan tersebut adalah
berupa pembangkit jenis PLTG/MG, PLTU, PLTD maupun Gardu Induk.
Kesesuaian peruntukan seperti yang diuraikan di atas juga disebutkan
dalam Surat Kepala Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Medan kepada
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan I, bernomor
640/4423 tanggal 28-05-2015 perihal Penjelasan Atas Informasi Tata Ruang
(terlampir), yakni pada point 2 disebutkan bahwa peruntukan tanah yang sesuai
menurut RSSW. Dikarenakan lokasi pembangunan berada pada lahan milik PT
Universitas Sumatera Utara
68
PLN (Persero) sendiri, maka pembangunan pembangkit listrik masih
dimungkinkan pada lokasi tersebut, sedangkan pada point 1 dalam surat tersebut
lahan itu dapat digunakan sebagai perumahan.
Sesuai dengan Peraturan Daerah No.2 tahun 2015 mengenai Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035 yaitu :
a. Peruntukan di lokasi tersebut adalah termasuk zona industri dan
pergudangan.
b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 60%
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 4
d. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 10%
e. Ketinggian bangunan sesuai dengan kelayakan persyaratan bangunan
gedung.
f. Lebar bangunan minimal 8 m dan panjang bangunan minimal 8 m atau
luas lantai dasar bangunan minimal 64 m2.
g. Garis sempadan samping bangunan minimal 3 m.
h. Garis sempadan belakang bangunan minimal 3 m.
i. Garis sempadan paluh minimal 30 m.
Dari peraturan diatas maka dapat dihitung untuk luas lahan yang dapat dibangun
adalah :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 60% dari luas lahan yaitu : 30.000 m2.
b. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimum 10% dari luas lahan yaitu : 5.000
m2.
Universitas Sumatera Utara
69
Dari Peraturan Daerah No.2 Tahun 2015 tersebut maka alternatif pembangunan
yang dapat dilaksanakan yaitu untuk zona industri (pabrik, pembangkit listrik,
gardu induk dan sejenisnya) maupun untuk pergudangan.
Sesuai Undang-undang RI No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan
berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, rangkaian kegiatan perusahaan adalah :
1.5.1 Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:
Pembangkitan tenaga listrik, Penyaluran tenaga listrik, Distribusi tenaga
listrik, Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik,
Pengembangan penyediaan tenaga listrik, dan Penjualan tenaga listrik.
1.5.2 Menjalankan usaha penunjang listrik yang mencakup :
Konsultasi ketenagalistrikan, Pembangunan dan pemasangan peralatan
ketenagalistrikan, Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan,
Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan,
Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik,
Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik, Sertifikasi kompetensi
tenaga teknik ketenagalistrikan
1.5.3 Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup :
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi
lainnya untuk tenaga listrik, Jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada
pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Industri
perangkat keras, lunak dan lainnya di bidang ketenagalistrikan, Kerja sama
dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan di
bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait
dengan ketenagalistrikan, dan usaha jasa ketenagalistrikan.
Universitas Sumatera Utara
70
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan untuk analisis
Highest and Best Use ditinjau dari aspek Legal yang memenuhi adalah
pembangunan industri yaitu Pembangkit Listrik (PLTG, PLTU, PLTD dan Gardu
Induk), selain itu juga dapat dibangun Pergudangan untuk penyimpanan
Distribusi.
5.4 Analisis Highest and Best Use dari aspek Fisik
Berdasarkan survei di lokasi lahan dengan bukti kepemilikan Sertifikat
Hak Guna Bangunan No.53 tahun 2012 atas nama PT PLN (Persero) dengan
tanah seluas 50.000 m2 atau 5 Ha, yang berada di Paya Pasir, Kelurahan Rengas
Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan
perincian data sebagai berikut :
1. Secara Geografis, lahan penelitian terletak di koordinat sebagai berikut:
Tabel 5.2 Daftar koordinat geografis batas tapak kegiatan
No Koordinat Geografis
North (N) East (E)
1 03° 42’ 48.82” 098° 39' 51.70"
2 03° 42’ 47.43” 098° 39' 51.55"
3 03° 42’ 46.82” 098° 39' 51.63"
4 03° 42’ 46.61” 098° 39' 53.35"
5 03° 42’ 46.36” 098° 39'57.84"
6 03° 42’ 48.54” 098° 39' 57.91"
Sumber: PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sumatera,
Tahun 2016.
Sedangkan batas lokasi tersebut yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gudang PT PLN (Persero) UIP II.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Rumah Warga Lingkungan V.
Universitas Sumatera Utara
71
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan PT PLN (Persero).
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Instalasi Bahan Bakar Minyak.
2. Bentuk, kontur lahan, adalah :
Dari hasil pengamatan lapangan, lahan berbentuk persegi, serta kontur lahan
agak merata dan sedikit bergelombang. Kondisi awal lahan kosong adalah
merupakan lahan kosong yang ditanami tumbuhan perdu atau rumput liar,
serta terdapat genangan air ketika hujan. Pematangan lahan diperlukan untuk
lokasi tersebut. Kegiatan pematangan lahan meliputi panggalian tanah,
penimbunan tanah, perataan tanah, dan pemadatan tanah. Guna memperoleh
tapak bangunan yang rata, akan dilakukan penggalian dan penimbunan (cut
and fill). Hasil galian akan digunakan untuk penimbunan kembali pada bagian
yang masih rendah. Apabila masih dibutuhkan bahan timbunan untuk
meningkatkan ketinggian tapak, maka akan dilakukan pengambilan bahan
tanah timbunan dari luar lokasi.
Gambar 5.1 Kondisi lahan yang menjadi objek penelitian
Universitas Sumatera Utara
72
3. Kegiatan di sekitar lokasi lahan :
a. Jalan Raya, sekitar 50 m dari gerbang masuk Sektor Pembangkitan Medan
(Paya Pasir) terdapat jalan raya yang lalu lintasnya agak padat, yakni Jln.
Titi Pahlawan. Kondisi lalu lintas di Jln. Titi Pahlawan maupun di
persimpangan jalan antara Jln. Titi Pahlawan dengan Jln. Pembangkitan
Listrik (jalan menuju lokasi lahan) seperti dicantumkan pada gambar
berikut :
Gambar 5.2 Kondisi lalu lintas di Jalan Titi Pahlawan
Gambar 5.3 Kondisi lalu lintas di Jalan Marelan Raya
b. Pemukiman Penduduk dan Perindustrian, terdapat pemukiman penduduk,
yakni; di Lingkungan 3, Lingkungan 4, Lingkungan 5, Lingkungan 6,
Lingkungan 32 dan Lingkungan 33. Jarak terdekat pemukiman penduduk
ke lokasi rencana kegiatan lebih kurang 500 m. Khusus di Lingkungan 3
dan Lingkungan 4, sudah banyak terdapat industri/pabrik berupa industri
pembuatan peralatan dapur, industri pengolahan minyak goreng, dan
lainnya. Selain itu terdapat juga pergudangan.
Universitas Sumatera Utara
73
c. Perdagangan, kegiatan perdagangan berupa pasar tradisional terdapat di
simpang jalan menuju Kantor Kelurahan Rengas Pulau (jalur menuju
Lingkungan 32) serta ruko-ruko yang digunakan pemiliknya untuk
berdagang grosir dan eceran. Kegiatan perdagangan tersebut, terutama dari
kegiatan pasar, banyak menghasilkan limbah padat dan limbah cair
domestik.
Berdasarkan penjelasan diatas terkait luas lahan, lokasi, bentuk dan kontur lahan,
beserta analisis secara legal yang telah dilakukan sebelumnya, maka alternatif
pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut:
a. Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG)
Gambar 5.4 Design Layout Pemanfatan Lahan Sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG)
Untuk alternatif sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas
(PLTG/MG) sesuai dengan kondisi tata letak diatas maka dapat dibangun
Universitas Sumatera Utara
74
PLTG dengan kapasitas maksimum sebesar 241 MW, referensi layout lahan
diperoleh dari PLTG Exsisting di kawasan Arun, dengan total luas area
sebesar 4,8 Ha, termasuk didalamnya kawasan penghijauan. Sedangkan untuk
rencana bahan bakar menggunakan Natural Gas. Sumber gas alam (natural
gas) direncanakan dari PT. Perta Gas, yang akan dialirkan dari Instalasi
Belawan ke lokasi PLTG/MG MPP Paya Pasir tersebut melalui instalasi pipa
gas. Arus listrik yang dihasilkan dari PLTG/MG MPP ini nantinya akan di
connectingkan ke jaringan transmisi yang telah ada di lokasi kegiatan Sektor
Pembangkitan Medan (Paya Pasir).
b. Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Untuk alternatif sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sesuai
dengan kondisi tata letak diatas maka dapat dibangun PLTD dengan kapasitas
maksimum sebesar 97 MW, referensi layout lahan diperoleh dari PLTD
Exsisting di kawasan Muara Enim, Palembang, dengan total luas area sebesar
4,5 Ha, termasuk didalamnya kawasan penghijauan.
Gambar 5.5 Design Layout Pemanfatan Lahan Sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD)
Universitas Sumatera Utara
75
Untuk rencana bahan bakar menggunakan HSD menggunakan kilang PT.
Pertamina, yang akan diperoleh dari penampungan minyak di daerah Belawan
kemudian dikirmkan melalui truck tangki menuju lokasi PLTD dilokasi
tersebut. Arus listrik yang dihasilkan dari PLTD ini nantinya akan di
connectingkan ke jaringan transmisi yang telah ada di lokasi kegiatan Sektor
Pembangkitan Medan (Paya Pasir).
c. Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Untuk alternatif sebagai PLTU ini tidak dapat dibangun dikarenakan luas
lahan yang dimiliki hanya sebesar 5 Ha (50.000 m2) sedangkan untuk
pembangunan PLTU kapasitas (2x7) MW minimal membutuhkan lahan
sebesar 12 Ha, referensi PLTU Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau,
dikarenakan untuk peruntukan penyimpanan batubara dan debu batubara.
Selain itu lokasi lahan tersebut berdekatan dengan pemukiman warga sehingga
polusi berupa debu batubara yang ditimbulkan akan menyebabkan masalah
dikemudian hari.
Gambar 5.6 Design Layout Pemanfatan Lahan Sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU)
Universitas Sumatera Utara
76
d. Alternatif Pergudangan
Luas lahan efektif yang dapat digunakan adalah 60% karena 40% untuk ruang
gerak alat-alat mekanis yang akan digunakan. Dari total luas pemanfaatan
lahan sebesar 4,5 Ha. Maka 60% yang dapat dimanfaatkan sebagai gudang
yaitu sebesar 27.000 m2.
Gambar 5.7 Design Layout Pemanfatan Lahan Sebagai Gudang Distribusi
e. Alternatif Gardu Induk
Luas lahan efektif yang digunakan untuk alternatif sebagai Gardu Induk
adalah sebesar ± 10.000 m2, sehingga dengan luas lahan yang diteliti sebesar
50.000 m2, hal tersebut adalah tidak efektif di dalam pemanfaatan ruang.
Sehingga alternatif sebagai Gardu Induk kurang dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Universitas Sumatera Utara
77
5.5 Analisis Highest and Best Use dari aspek Produktifitas Maksimal
a. Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG)
Berdasarkan luas lahan yang ada maka dapat dibangun pembangkit listrik
tenaga gas dengan kapasitas maksimum sebesar 241.255 kW atau 241 MW,
dengan hasil keluaran energi listrik sebesar 1.215.925 kWh per hari atau setara
Rp 1.784.102.727 (perhitungan terlampir).
b. Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Alternatif sebagai pembangkit listrik tenaga gas dapat memberikan
produktifitas, hasil keluaran energi listrik sebesar 956.419 kWh per hari atau
setara Rp 1.403.334.401,- (perhitungan terlampir).
c. Alternatif Pergudangan
Untuk alternatif sebagai pergudangan sesuai dengan analisis fisik yang telah
dilakukan maka jumlah kargo yang dapat disimpan pada luas area sebesar
27.000 m2, dengan jumlah tumpukan kontainer maksimum 3 tumpukan. Untuk
luas 1 unit kargo berkisar 14.77 m2. Maka dapat dihitung volume jumlah
kontainer yang dapat disimpan pada lahan tersebut adalah :
haricubicokxm
m/arg484.52
277.14
2000.27
Maka bila turn over barang di gudang selama 5 hari dalam 1 bulan maka total
volume barang keluar masuk sebesar
= (25 hari kerja) x 5.484 = 137.107 kargo
Jika biaya penyimpanan (storage) sebesar 100.000,- per cubic/month dan
biaya penanganan (handling) sebesar Rp 50.000,- per cubic dihitung maka
Universitas Sumatera Utara
78
pendapatan per bulan dari alternatif gudang distribusi dapat menghasilkan
pendapatan sebesar
= (Rp 100.000 x 137.107) + (Rp 50.000 x 137.107)
= Rp 20.566.165.026 per bulan
= Rp 685.538.834 per hari
Tabel 5.3 Produktifitas per Tahun
No Uraian
Pembangkit
PLTG
(Rupiah)
Pembangkit
PLTD
(Rupiah)
Gedung
Pergudangan
(Rupiah)
1 Produktifitas 12,845,540 10,104,008 4,935,880
Dari ketiga alternatif yang dapat dibangun pada lahan seluas 50.000 m2 atau 5
Ha tersebut yang memiliki produktifitas secara maksimum adalah alternatif
pembangunan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas dengan
kapasitas Power Net Output sebesar 241 MW menghasilkan Produktifitas per
Tahun sebesar Rp 12.845.540,- jauh lebih besar dibandingkan kedua alternatif
yang lain yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ataupun Pergudangan,
seperti terlihat pada gambar grafik dibawah ini.
Gambar 5.8 Grafik Produktifitas dari masing- masing alternatif
Universitas Sumatera Utara
79
Dari analisis produktifitas secara maksimum maka dapat disimpulkan bahwa
alternatif pembangunan PLTG/MG adalah yang terbaik. Untuk analisis
selanjutnya adalah analisis finansial dimana alternatif yang dipilih yaitu
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas akan dikaji kelayakannya
melalui perhitungan Capital Bugeting untuk kurun waktu selama 20 tahun.
5.6 Analisis Highest and Best Use dari aspek Finansial
Dalam analisis finansial akan dihitung biaya investasi, pendapatan dan
pengeluaran biaya dari kegiatan usaha masing-masing alternatif pemanfaatan
yang ada dengan metode Capital Budgeting adalah sebagai berikut :
a. Biaya investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang biaya
yang akan dikeluarkan untuk membuat bangunan. Dari ketiga alternatif
terbaik dilakukan perhitungan biaya investasi dari masing-masing
alternatif adalah sebagai berikut:
Untuk alternatif sebagai PLTG, lahan tersebut dapat dibangun PLTG
kapasitas sebesar 240 MW dengan rincian biaya sebagai berikut:
Tabel 5.4 Biaya Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas
No Rincian Pekerjaan Biaya EPC (Rupiah)
1 Pekerjaan Sipil 293,342,533,386
2 Pekerjaan Mekanikal 1,210,523,716,019
3 Pekerjaan Elektrikal dan Instrument
Kontrol 689,909,663,705
Universitas Sumatera Utara
80
No Rincian Pekerjaan Biaya EPC (Rupiah)
4 Pengadaan Operasional dan
Perawatan 547,809,886
5 Biaya Lain-lain 8,829,035,026
Total Biaya Investasi (Belum
Termasuk Pajak) 2,203,152,758,023
Sumber : Pengolahan Data Kontrak Dokumen Sumbagut Peaker Power
Plant antara PT PLN (Persero) dengan Consortium PT Wijaya Karya-
TSK-Sewatama
b. Pendapatan
Asumsi pendapatan yang ada untuk alternatif pembangunan PLTG/MG adalah
Tarif Jual listrik ke pelanggan per Kwh (bulan Januari 2017 dan memiliki
kenaikan berkala sebesar 10% (per tahun) untuk kurun waktu selama 20 tahun.
Gambar 5.9 Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Bulan Januari 2017)
Sumber : Website PT PLN (Persero)
Universitas Sumatera Utara
81
c. Pengeluaran Biaya
Rencana pengeluaran biaya untuk alternatif sebagai PLTG/MG adalah sebagai
berikut, dengan eskalasi kenaikan harga Operation and Maintenance 3% per
tahun. Untuk masa manfaat adalah 20 tahun :
Tabel 5.5 Biaya Operasional PLTG/MG per Kwh
No Item Harga
Rp/kWh
1 Biaya Bahan Bakar 790,12
2 Biaya Operation and Maintenace Cost (Fixed) 80,50
3 Biaya Operation and Maintenace Cost (Variabel) 34,50
Total 905,12
Sumber : Hasil pengolahan data
5.7 Analisis Capital Budgeting
a. Proyeksi Biaya dan Pendapatan
Proyeksi biaya termasuk biaya depresiasi dan amortisasi dan proyeksi
pendapatan selama periode 20 (dua puluh) tahun untuk alternatif pemanfaatan
lahan sebagai pembangunan PLTG/MG dapat dilihat pada tabel 5.6
Tabel 5.6 Proyeksi Biaya dan Pendapatan Untuk PLTG/MG
Tahun Total Pendapatan Total Biaya
Keterangan Rupiah Rupiah
0
671.308.478.588
MASA KONSTRUKSI 1 223.677.660.645 2.635.458.375.183
2 579.244.937.926 519.163.357.512
MASA OPERASI
3 576.937.189.170 470.636.707.345
4 574.638.634.631 426.932.277.562
5 572.349.237.680 388.726.096.344
6 570.068.961.833 351.568.214.870
7 567.797.770.750 315.190.243.155
8 565.535.628.237 292.297.373.293
9 563.282.498.244 271.598.479.631
10 561.038.344.865 253.619.890.587
Universitas Sumatera Utara
82
Tahun Total Pendapatan Total Biaya
Keterangan Rupiah Rupiah
11 558.803.132.335 235.628.595.675
12 556.576.825.035 218.738.031.961
13 554.359.387.485 145.272.980.554
14 552.150.784.348 139.477.888.967
15 549.950.980.426 134.385.814.332
16 547.759.940.663 128.485.663.920
17 545.577.630.143 122.501.406.689
18 543.404.014.087 117.673.682.234
19 541.239.057.855 94.725.485.242
20 539.082.726.947 91.249.228.816
Sumber : Hasil pengolahan data
b. Payback Period
Metode ini menunjukkan jangka waktu pengembalian modal awal yang akan
dilakukan. Jangka waktu pengembalian modal investasi untuk alternatif
pemanfaatan lahan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas dapat
dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7 Data Payback Periode
No Uraian Pembangkit PLTG/MG
1 Payback Periode 2 Tahun 7 bulan
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari perhitungan maka diperoleh nilai Payback Periode untuk alternatif lahan
sebagai pembangkit listrik tenaga gas, yaitu selama 2 tahun 7 bulan sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemilihan alternatif tersebut dapat memberikan
keuntungan apabila dilakukan pembangunan. Hal tersebut dapat dilihat dari
lama pemanfaatan atau penggunaan pembangkit listrik tenaga gas tersebut
adalah dalam kurun waktu 20 tahun sedangkan waktu pengembalian modal
adalah selama 2 tahun 7 bulan.
Universitas Sumatera Utara
83
c. Net Present Value (NPV)
NPV hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk alternatif pembangunan
Pembangkit listrik tenaga gas memiliki nilai NPV yaitu Rp 2.818.837.070.855.-
Tabel 5.8 Data NPV selama 20 Tahun
No Uraian Pembangkit PLTG
(Rp)
1 NPV selama 20 tahun operasi 2.818.837.070.855
Sumber : Hasil Pengolahan Data
NPV bernilai positif yaitu sebesar Rp 2.818.837.070.855,- yang berarti
alternatif pembangunan pembangkit Tenaga Gas/Mesin Gas ini layak untuk
dijalankan. NPV lebih besar dari nol memiliki arti bahwa investasi yang
dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan dan kegiatan tersebut dapat
dijalankan. Keunggulan metode NPV ini adalah telah memperhitungkan nilai
waktu dari uang, memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek,
serta memperhitungkan nilai sisa proyek.
d. Internal Rate Of Return (IRR)
IRR merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek
atau investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return)
lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat
lain (bunga deposito bank, reksadana, dll). Hasil perhitungan Internal Rate of
Return (IRR) untuk alternatif sebagai pembangkit listrik tenaga gas adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.9 Nilai Internal Rate Of Return (IRR)
No Uraian Pembangkit PLTG
1 Nilai IRR 28,69%
Sumber : Hasil pengolahan data
Universitas Sumatera Utara
84
Hasil perhitungan untuk Internal Rate of Return (IRR) adalah 28,69% dimana
nilai ini lebih besar dari nilai WACC yaitu 10,12% sehingga dapat
disimpulkan bahwa proyek tersebut layak untuk dijalankan.
e. Profitability Index
Perhitungan Profitabilty Index untuk semua alternatif proyek pemanfaatan
lahan dengan menggunakan rumus :
InvestmetInitial
NPV
InvestmentInitial
FlowCashFuturePVPI
.1
.
)..(
Untuk nilai Profitability Index untuk semua alternatif pemanfaatan lahan dapat
dilihat pada Tabel 5.10
Tabel 5.10 Nilai Profitability Index (PI)
No Uraian Pembangkit PLTG
1 Nilai PI 1,91
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan perhitungan maka dapat dilihat pada tabel diatas bahwa untuk
alternatif sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas/MG diatas memiliki nilai
Profitabilty Index (PI) lebih besar dari 1 (satu) sehingga dapat disimpulkan
bahwa alternatif pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas tersebut layak
untuk dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
85
Universitas Sumatera Utara
86
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil studi yang telah dilakukan penulis terhadap lahan kosong milik PT PLN
(Persero) yang berlokasi di Paya Pasir, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan
Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Analisis Keuangan dimana untuk alternatif pemanfaatan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas didapatkan hasil sebagai berikut : Payback
Period selama 2 (dua) tahun 7 bulan, nilai Net Present Value sebesar Rp
2.818.837.070.855.-. nilai Internal Rate of Return sebesar 28,69% dan nilai
Profitability Index sebesar 1,91.
2. Analisis dengan Prinsip Penggunaan Tertinggi dan Terbaik yang dilakukan
menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan milik PT PLN (Persero) yang terbaik
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas dengan kriteria HBU
(High and Best Use) sebagai berikut :
a. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011 – 2031 disebutkan
bahwa area tersebut merupakan kawasan untuk industri sehingga alternatif
pembangunan pembangkit tersebut dimungkinkan.
b. Lokasi berada di suatu kawasan industri, yang memiliki potensi yang baik
dan lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang mudah dijangkau,
utilitas umum lengkap dan memungkinkan dikembangkan sebagai suatu
properti yang komersial.
Universitas Sumatera Utara
87
c. Produktifitas maksimum yaitu penggunaan lahan untuk alternatif sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG) dengan nilai
produktifitas per tahun adalah Rp 12.845.540,- untuk luas lahan sebesar
50.000 m2.
3. Analisis Capital Budgeting yang dilakukan mendapatkan hasil :
Nilai investasi untuk pembangunan PLTG adalah Rp 2.203.152.758.023.-
memberikan hasil NPV sebesar Rp 2.818.837.070.855,- selama kurun waktu
20 tahun. Hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif tersebut
layak dijalankan.
6.1 Saran
1. Sebelum dilakukan pembangunan pembangkit tenaga gas tersebut sebaiknya
pihak PT PLN (Persero) melakukan studi lingkungan, beserta ijin-ijin yang
diperlukan seperti halnya AMDAL, ataupun ijin-ijin lain yang diperlukan agar
proses pembangunan tidak mengalami kendala.
2. Untuk akademisi dapat mempelajari lebih dalam mengenai Analisis
Penggunaan Terbaik dan Tertinggi atau Analisis HBU agar dijadikan pedoman
dalam melakukan Analisis HBU karena referensi yang terbatas.
3. Bagi masyarakat sekitar apabila jadi dilakukan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas tersebut diharapkan dapat ikut mendukung program
tersebut, dikarenakan akan memiliki dampak positif bagi pemerintah setempat
maupun penduduk di lokasi sekitar.
Universitas Sumatera Utara
88
Universitas Sumatera Utara
89
DAFTAR PUSTAKA
Adji. AR. (2015). Penggunaan Highest and Best Use Analisys dan Capital
Budgeting sebagai alat analisis investasi di sektor properti.
Arini. V. & Qomariyah. S. (2015). Studi kelayakan ekonomi pembangunan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kalibeber Kabupaten Wonosobo.
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
Amin. (2015). Pendekatan Pendapatan Pada Invesatsi Properti.
Bolstad. W. C. (2006). A Study in Highest and Best Use. Massachusetts Institute
of Technology: San Diego.
Dachyar. M. (2012). Analisis kelayakan investasi dan risiko proyek pembangunan
PLTU Indramayu PT PLN (Persero). Fakultas Ekonomi Magister
Manajemen Universitas Indonesia.
Damodaran. A. (2002). Investment Valuation Tools and Techniques for
Determining the Value of Any Asset (2nd
ed). New York: John Wiley &
Sons. Inc.
Fachrudin, Khaira Amalia dan Juli Meliza. 2014. Metode Penelitian, Dilengkapi
Dengan Kasus Manajemen Properti dan Penilaian. Medan: USU Press
Gittinger. J.P. 1986. Analisa ekonomi proyek - proyek pertanian. Edisi kedua.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi-1. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Luce. Anthony J. (2012). Highest and Best Use Analysis for a site in Arlinton VA.
Baltimore. Maryland.
MAPPI. 2015. Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standart Penilaian
Indonesia (SPI). Edisi VI 2015.
Muhammad. A. (2015). Financial Feasibility Analysis of Gumantimicro Hydro
Power Plant Project. Journal of Business and Management. Bandung.
Parwoto, Agus. 2014. Teori dan Praktek Penilaian Properti. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011 – 2031.
Penetapan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
90
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007 Tentang Pemanfaatan Aset.
Pertuaran Presiden No 4 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pembangunan
Infrastruktur Kelistrikan.
Pomykacz. M. MAI. & Olmsted. C. (2014). The appraisal of power plants. The
appraisal journal: Chicago
PT PLN (Persero). 2015. RUPTL PT PLN (Persero) 2017 – 2026. Jakarta.
PT PLN (Persero). 2016. Kontrak Dokumen Pembangkit Listrik Tenaga Gas
antara PT PLN (Persero) dengan PT WIKA, TSK, Sewatama. Jakarta.
PT PLN (Persero). 2016. Kontrak Dokumen Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
antara PT PLN (Persero) dengan PT Mitshubishi Jakarta.
Rattermann. M. (2008). Highest and Best Use problems in market value
appraisals. The Appraisal Jurnal. Winter.
Saphiro. A. C. (2005). Capital budgeting and investment analysis (1sted). New
Jersey. Person education.
Sen. D. Tunc. M. & Ozilhan. T. (2013). Investment analysis of a new solar power
plant. International Journal of Renewable and Sustainable Energy.
Stephen F Fanning. (2005). Analysis Highest and Best Use. The Appraisal Jurnal.
Sulistyarso. H & Syahfardyn. (2013). Analisis HBU dalam penentuan
pemanfaatan lahan kosong pada kawasan segitiga koridor lingkar timur
Sidoarjo. Jurnal teknik POMITS Vol 2.
The Appraisal Institute. 1993. The Appraisal of Real Estate. Chicago, Illinois
Utomo. C. & Rasyid. (2013). Analisa Highest and Best Use (HBU) pada lahan
bekas SPBU Biliton Surabaya. Jurnal Teknik POMITS Vol 2.
Utomo. C. & Akmaluddin. (2013). Analisis Highest and Best Use (HBU) pada
Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya. Jurnal Teknik POMITS Vol 2.
URL:http://www.djkn.co.id/FS-HBU-2010
Widyastuti. A. (2006). Analisis kelayakan proyek pembangkit listrik energi panas
bumi dengan menggunakan Capital Budgeting Technique. MM UNPAD :
Bandung.
Universitas Sumatera Utara
91
Universitas Sumatera Utara
92
Lampiran Perhitungan (Rupiah/Kwh) untuk PLTG
OPERATING REGIME SEBELUM COMBINE CYCLE OPERASI
0 2 GT 0% pemanasan GT
2 10 GT 100% ramping GT
10 300 GT 100% Gas turbin beroperasi penuh
CF 21%
Generating Energy 443,812,698.00 kWh per year
1,215,925.20 kWh per day
Duration MCR 1,183,757.87 kWh perday
294.4 menit
GT CCPP GT CCPP GT CCPP
Start End
0 2 0% 0% - - 1,554,521.32
2 10 100% 0% 32,167.33 - 32,167.33 7,257 8.15 25,374,949.80
10 304.4 100% 0% 1,183,757.87 - 1,183,757.87 7,257 8.15 933,798,152.73
Total kWh per day 1,215,925.20
Fuel Cost per day (IDR) 960,727,623.86 790.12
idr/kWh
OPERATING REGIME & FUEL COST YEAR-0
Power Plant 250 MW
Peaking MinuteGas Price
(US$/MMBTU)Fuel Cost
(IDR)Operating Regime Gross (kWh)
Total kWhGPHR (BTU/kWh)
Universitas Sumatera Utara
93
Lampiran Perhitungan (Biaya Operation & Maintenance) untuk PLTG
Water Consumption
(IDR/kWh)
1 0 80.50 34.50 N/A - -
2 32167 80.50 34.50 N/A 2,589,470.33 1,109,773.00
3 1183758 80.50 34.50 N/A 95,292,508.27 40,839,646.40
4 0 80.50 34.50 N/A - -
5 0 80.50 34.50 N/A - -
Notes: water consumption 190,000 IDR/m3 Fixed O&M Cost per day (IDR) 97,881,978.60
Variable O&M Cost per day (IDR) 41,949,419.40
Variable O&M Cost per day (IDR)
Peaking Hour- Total kWhFixed O&M(IDR/kWh)
Variable O&M(IDR/kWh)
Fixed O&M Cost per day (IDR)
Universitas Sumatera Utara
94
Lampiran Perhitungan Analisis Cash Flow (NPV, IRR, PayBack Periode, PI) untuk PLTG
Analisa Cash Flow
Description
I OPERASIONAL
Arus Kas Masuk
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20
BIAYA PEMBANGUNAN 330,390,742,221 1,872,762,015,802
INCOME PENJUALAN LISTRIK 220,562,150,372 563,221,205,415 553,163,683,890 543,285,760,963 533,584,229,517 524,055,939,705 514,697,797,924 505,506,765,818 496,479,859,286 487,614,147,513 478,906,752,022 470,354,845,735 461,955,652,062 453,706,443,989 445,604,543,204 437,647,319,218 429,832,188,517 422,156,613,723 414,618,102,763 407,214,208,071
BIAYA OPERATIONAL - 245,574,851,255 504,801,670,035 451,243,462,366 403,638,414,329 362,397,817,548 323,191,444,455 285,713,915,123 261,271,425,623 239,388,185,093 220,428,154,106 201,938,963,667 184,852,276,724 121,058,064,450 114,610,028,297 108,887,758,255 102,657,025,821 96,512,475,630 91,417,659,657 72,564,794,436 68,928,163,697
TOTAL PENDAPATAN (330,390,742,221) (1,897,774,716,685) 58,419,535,380 101,920,221,524 139,647,346,634 171,186,411,969 200,864,495,250 228,983,882,801 244,235,340,195 257,091,674,193 267,185,993,407 276,967,788,354 285,502,569,011 340,897,587,611 339,096,415,692 336,716,784,949 334,990,293,397 333,319,712,887 330,738,954,065 342,053,308,327 338,286,044,374
DISCOUNTED CASH FLOW
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12%
II PV Factor 1.000 0.893 0.797 0.712 0.636 0.567 0.507 0.452 0.404 0.361 0.322 0.287 0.257 0.229 0.205 0.183 0.163 0.146 0.130 0.116 0.104
Total Present Value (330,390,742,221) (1,694,441,711,326) 46,571,695,934 72,544,800,533 88,748,413,387 97,135,767,485 101,764,204,433 103,580,679,710 98,642,557,585 92,709,835,053 86,026,739,069 79,621,620,757 73,281,398,437 78,124,928,558 69,385,845,038 61,516,897,715 54,644,173,360 48,546,129,903 43,009,158,022 39,714,707,155 35,069,019,892
Nilai Indikasi (NPV) 2,699,938,901,115 > 0 LAYAK
IRR 35.75% > 12% LAYAK
PayBack Periode 2 tahun 7 LAYAK
PI 4,928,104,360,020 2.21 > 1 LAYAK
(2,228,165,458,906)
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
PV Factor 1.0 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261
Total Present Value (330,390,742,221) (1,581,478,930,571) 40,569,121,791 58,981,609,678 67,345,363,925 68,795,979,604 67,269,113,046 63,905,199,202 56,801,334,212 49,826,088,836 43,152,029,605 37,276,536,750 32,021,013,073 31,861,610,876 26,411,055,301 21,854,761,695 18,118,919,123 15,023,800,786 12,422,898,011 10,706,564,073 8,823,871,214
(1,180,702,801,991)
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
PV Factor 1.0 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053
Total Present Value (330,390,742,221) (1,459,826,705,142) 34,567,772,414 46,390,633,374 48,894,417,784 46,105,477,876 41,614,345,057 36,492,317,866 29,940,681,883 24,243,640,850 19,381,177,744 15,454,408,505 12,254,336,247 11,255,384,817 8,612,242,836 6,578,312,209 5,034,294,137 3,853,221,810 2,941,067,602 2,339,753,478 1,779,987,841
Universitas Sumatera Utara
95
Lampiran Perhitungan Analisis Cash Flow (NPV, IRR, PayBack Periode, PI) untuk PLTD
Analisa Cash Flow
Description
I OPERASIONAL
Arus Kas Masuk
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20
BIAYA PEMBANGUNAN 609,618,401,523
TRAINING 23,000,000
INCOME PENJUALAN LISTRIK 1,081,923,298,185 1,190,115,628,003 1,309,127,190,803 1,440,039,909,884 1,584,043,900,872 1,742,448,290,959 1,916,693,120,055 2,108,362,432,061 2,319,198,675,267 2,551,118,542,793 2,806,230,397,073 3,086,853,436,780 3,395,538,780,458 3,735,092,658,504 4,108,601,924,354 4,519,462,116,790 4,971,408,328,469 5,468,549,161,316 6,015,404,077,447 6,616,944,485,192 7,278,638,933,711
BIAYA OPERATIONAL 2,436,319,404,251 1,801,846,743,304 1,838,696,295,584 1,876,303,154,344 1,914,682,973,601 1,953,851,733,148 1,993,825,745,387 2,043,092,989,998 2,126,779,069,415 2,216,372,019,559 2,312,412,060,938 2,415,492,395,982 2,526,264,485,670 2,645,443,853,350 2,773,816,468,503 2,392,693,654,512 2,441,695,734,734 2,491,706,561,739 2,542,747,028,091 2,594,838,462,149 2,648,002,637,225
TOTAL PENDAPATAN (1,964,037,507,590) (611,731,115,301) (529,569,104,780) (436,263,244,461) (330,639,072,729) (211,403,442,188) (77,132,625,332) 65,269,442,062 192,419,605,852 334,746,523,234 493,818,336,135 671,361,040,798 869,274,294,789 1,089,648,805,154 1,334,785,455,851 2,126,768,462,278 2,529,712,593,735 2,976,842,599,577 3,472,657,049,356 4,022,106,023,043 4,630,636,296,486
DISCOUNTED CASH FLOW
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12%
II PV Factor 1.000 0.893 0.797 0.712 0.636 0.567 0.507 0.452 0.404 0.361 0.322 0.287 0.257 0.229 0.205 0.183 0.163 0.146 0.130 0.116 0.104
Total Present Value (1,964,037,507,590) (546,188,495,804) (422,169,248,071) (310,523,560,254) (210,127,108,146) (119,955,990,489) (39,077,788,451) 29,524,580,902 77,715,051,538 120,712,952,106 158,996,287,973 193,000,256,452 223,121,060,410 249,719,382,447 273,123,549,859 388,552,646,633 412,650,922,275 433,560,278,472 451,582,899,316 466,993,766,647 480,043,085,122
Nilai Indikasi (NPV) 20,649,270,415,968 > 0 LAYAK
IRR 7.626% < 12% TIDAK LAYAK
PayBack Periode 7 tahun 4 LAYAK
PI 22,613,307,923,558 11.51 > 1 LAYAK
(1,964,037,507,590)
n = year 0 1 2 3.00 4 5.00 6 7 8 9.00 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
PV Factor 1 0.833333333 0.694444444 0.578703704 0.482253086 0.401877572 0.334897977 0.279081647 0.232568039 0.193806699 0.161505583 0.134587986 0.112156655 0.093463879 0.077886566 0.064905472 0.054087893 0.045073244 0.037561037 0.031300864 0.026084053
Total Present Value (1,964,037,507,589.61) (509,775,929,418) (367,756,322,764) (252,467,155,359) (159,451,713,315) (84,958,302,063) (25,831,560,160) 18,215,503,405 44,750,650,468 64,876,118,826 79,754,418,219 90,357,130,186 97,494,896,994 101,842,804,063 103,961,855,266 138,038,909,856 136,826,823,920 134,175,953,169 130,436,599,081 125,895,393,482 120,785,763,992
Universitas Sumatera Utara
96
Lampiran Perhitungan Analisis Cash Flow (NPV, IRR, PayBack Periode, PI) untuk Perkantoran
Analisa Cash Flow
Description Koef/g/total Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20
I OPERASIONAL
Arus Kas Masuk
Ruangan Kantor yang dapat disewakan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Jumlah Tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ruangan Kantor yang dapat disewakan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Tingkat Hunian 10% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
Ruangan yang disewa 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180
Harga sewa ruangan 15% 80,000,000 92,000,000 105,800,000 121,670,000 139,920,500 160,908,575 185,044,861 212,801,590 244,721,829 281,430,103 323,644,619 372,191,312 428,020,008 492,223,010 566,056,461 650,964,930 748,609,670 860,901,120
Revenue/Pendapatan Sewa Ruangan 16,000,000,000 18,400,000,000 21,160,000,000 24,334,000,000 27,984,100,000 32,181,715,000 37,008,972,250 42,560,318,088 48,944,365,801 56,286,020,671 64,728,923,771 74,438,262,337 85,604,001,688 98,444,601,941 113,211,292,232 130,192,986,067 149,721,933,977 172,180,224,073
Parkir Kendaraan 3% 480,000,000 552,000,000 634,800,000 730,020,000 839,523,000 965,451,450 1,110,269,168 1,276,809,543 1,468,330,974 1,688,580,620 1,941,867,713 2,233,147,870 2,568,120,051 2,953,338,058 3,396,338,767 3,905,789,582 4,491,658,019 5,165,406,722
Pajak Reklame 5% 800,000,000 920,000,000 1,058,000,000 1,216,700,000 1,399,205,000 1,609,085,750 1,850,448,613 2,128,015,904 2,447,218,290 2,814,301,034 3,236,446,189 3,721,913,117 4,280,200,084 4,922,230,097 5,660,564,612 6,509,649,303 7,486,096,699 8,609,011,204
ATM 1% 160,000,000 184,000,000 211,600,000 243,340,000 279,841,000 321,817,150 370,089,723 425,603,181 489,443,658 562,860,207 647,289,238 744,382,623 856,040,017 984,446,019 1,132,112,922 1,301,929,861 1,497,219,340 1,721,802,241
TOTAL PENDAPATAN 17,440,000,000 20,056,000,000 23,064,400,000 26,524,060,000 30,502,669,000 35,078,069,350 40,339,779,753 46,390,746,715 53,349,358,723 61,351,762,531 70,554,526,911 81,137,705,947 93,308,361,839 107,304,616,115 123,400,308,533 141,910,354,813 163,196,908,034 187,676,444,240
Arus Kas Keluar
Pembangunan Gedung Kantor 1,750,000,000 77,119,004,600 19,850,685,500
Biaya Perawatan dan Operasional 3% 2,306,511,029 2,375,706,359 2,446,977,550 2,520,386,877 2,595,998,483 2,673,878,438 2,754,094,791 2,836,717,634 2,921,819,163 3,009,473,738 3,099,757,950 3,192,750,689 3,288,533,210 3,387,189,206 3,488,804,882 3,593,469,029 3,701,273,099 3,812,311,292
Biaya Keamanan 2% 524,030,193 534,510,797 545,201,013 556,105,033 567,227,134 578,571,677 590,143,110 601,945,972 613,984,892 626,264,590 638,789,882 651,565,679 664,596,993 677,888,933 691,446,711 705,275,646 719,381,158 733,768,782
Kas Tersedia (1,750,000,000) (77,119,004,600) (19,850,685,500) 14,609,458,778 17,145,782,843 20,072,221,437 23,447,568,090 27,339,443,383 31,825,619,236 36,995,541,852 42,952,083,108 49,813,554,667 57,716,024,203 66,815,979,079 77,293,389,579 89,355,231,637 103,239,537,977 119,220,056,939 137,611,610,138 158,776,253,777 183,130,364,166
II DISCOUNTED CASH FLOW
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12%
PV Factor 1.0 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037
Total Present Value (1,750,000,000) (68,856,254,107) (15,824,844,946) 10,398,724,189 10,896,454,965 11,389,517,497 11,879,267,710 12,366,975,762 12,853,833,829 13,340,963,271 13,829,421,217 14,320,206,627 14,814,265,877 15,312,497,893 15,815,758,892 16,324,866,744 16,840,605,003 17,363,726,619 17,894,957,378 18,434,999,073 18,984,532,441
Nilai Indikasi (NPV) 176,630,475,935 > 0 LAYAK
IRR 12.07% > 12% LAYAK
PayBack Periode 3 tahun 10 LAYAK
PI 1,257,359,720,888 12.74 LAYAK
(98,719,690,100)
r = IRR yang dicari r= P1-C1x(P2-P1)/(C2-C1)
P1 = tingkat suku bunga 1 C1 = NPV 1 27%
P2 = tingkat suku bunga 2 C2 = NPV 2
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
PV Factor 1.0 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615 0.1346 0.1122 0.0935 0.0779 0.0649 0.0541 0.0451 0.0376 0.0313 0.0261
Total Present Value (1,750,000,000) (64,265,837,167) (13,785,198,264) 8,454,547,904 8,268,606,695 8,066,575,616 7,852,543,111 7,629,936,894 7,401,621,867 7,169,983,861 6,937,001,219 6,704,305,985 6,473,236,202 6,244,880,583 6,020,116,675 5,799,643,442 5,584,009,076 5,373,634,729 5,168,834,747 4,969,833,920 4,776,782,181
39,095,059,278
n = year 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Discount Rate 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
PV Factor 1.0 0.7692 0.5917 0.4552 0.3501 0.2693 0.2072 0.1594 0.1226 0.0943 0.0725 0.0558 0.0429 0.0330 0.0254 0.0195 0.0150 0.0116 0.0089 0.0068 0.0053
Total Present Value (1,750,000,000) (59,322,311,231) (11,745,967,751) 6,649,730,896 6,003,215,169 5,406,032,820 4,857,778,315 4,356,986,378 3,901,485,921 3,488,664,627 3,115,664,660 2,779,525,473 2,477,286,176 2,206,057,138 1,963,068,348 1,745,700,356 1,551,502,270 1,378,200,286 1,223,699,366 1,086,080,102 963,592,282
Universitas Sumatera Utara
97
Lampiran Perhitungan (Biaya Operation & Maintenance) untuk PLTD
No Jenis Pekerjaan Harga
(Rp)
1 Containerized/Enclosure and
Accesories 43.213.500.000
2 Diesel Engine and Auxiliary Equipment 338.767.650.000
3 Daily Tank and Accessories 9.700.000.000
4 Panel 21.894.840.000
5 Step Up Transformers 23.479.335.000
6 NGR 4.550.000.000
7 Cable XLPE 30.082.357.800
8 Grounding & Lighting Protection 7.418.317.500
9 Consumable Part 38.938.986.450
10 Local Transport inc Insurance 73.720.000.000
11 Erection & Commisioning 17.830.414.773
Total (Belum Termasuk Pajak) 609.595.401.523
Universitas Sumatera Utara
98
Lampiran Perhitungan (Biaya Operation & Maintenance) untuk Perkantoran
No Jenis Pekerjaan Harga
(Rp)
1 Pekerjaan persiapan dan administrasi umum 807.510.000
2 Pekerjaan Pembangunan Gedung Pelayanan Pelanggan 30.718.621.600
3 Pekerjaan Pembangunan Gedung Pengelolaan Jaringan & Pembangkit 30.826.318.100
4 Pekerjaan Pembangunan Gedung Pengelolaan Administrasi 5.558.350.300
5 Pekerjaan Pembangunan Gedung Jasa Operasional dan Maintenance 5.558.350.300
6 Pekerjaan Pembangunan Masjid/Mushalla 3.649.854.300
7 Pekerjaan Pembangunan Kantin
180.249.500
8 Pekerjaan Pembangunan Tempat Olah Raga 74.467.400
9 Pekerjaan Pembangunan Pos Jaga 135.466.200
10 Pekerjaan Pembangunan Saluran dan Pagar Keliling 5.249.068.700
11 Pekerjaan Pembangunan Utilitas Lingkungan 12.985.000.000
12 Pekerjaan Pembangunan Klinik 1.226.433.700
Total (Belum Termasuk Pajak) 96.969.690.100
Universitas Sumatera Utara
99
Lampiran Deskripsi Kuesioner Responden Peneliian Highest and Best Use Lahan PT PLN (Persero)
NO NAMA JABATAN LAMA
BEKERJA (TAHUN)
PERUSAHAAN BIDANG PILIHAN
ALTERNATIF
1 AHMAD ROFIK KDIV PENGADAAN 30 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTG
2 HERU SRIWIDODO S GENERAL MANAGER 28 PT PLN (Persero) GENERAL PLTD
3 REISAL RIMTAHI H MANAGER BIDANG 24 PT PLN (Persero) OPERASI PLTG
4 RISMA MAHARANI MANAGER BIDANG 20 PT PLN (Persero) SDM Perkantoran
5 HARYA SIDHARTA MANAGER BIDANG 24 PT PLN (Persero) PERENCANAAN PLTG
6 SAID MUKARRAM MANAGER BIDANG 23 PT PLN (Persero) HUKUM Perkantoran
7 FAHMI KUNCORO DEPUTI MANAJER 8 PT PLN (Persero) OPERASI PLTD
8 GUSTAMA ZAHRANDY DEPUTI MANAJER 9 PT PLN (Persero) PERENCANAAN PLTG
9 FUAD JAUHARI KEPALA PROYEK 28 PLN E PERENCANAAN PLTU
10 ARLAN SUGANDA KEPALA PROYEK 22 REKADAYA ELEKTRIKA OPERASI PLTD
11 HERMANU KEPALA PROYEK 25 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI PLTU
12 HAFIZH FAZHA SUPERVISOR 10 PUSENLIS PERENCANAAN PLTG
13 TONI BELAMY KEPALA PROYEK 24 PT PLN (Persero) KONSTRUSI PLTU
14 RIDHO MUNTAHA SUPERVISOR 12 PUSENLIS PERENCANAAN PLTG
15 DAVID EKO PRASETYO DEPUTI MANAJER 14 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTG
16 JOSUA
SIMANUNGKALIT MANAGER SENIOR 28 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTG
Universitas Sumatera Utara
100
NO NAMA JABATAN LAMA
BEKERJA (TAHUN)
PERUSAHAAN BIDANG PILIHAN
ALTERNATIF
17 AGUS RIANTO DEPUTI MANAJER 16 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTU
18 ARIFIN AMRI DEPUTI MANAJER 12 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTD
19 PARLINDUNGAN DEPUTI MANAJER 12 PT PLN (Persero) PENGADAAN PLTD
20 MAHFIAR FAJAR SUPERVISOR 7 PT PLN (Persero) OPERASI PLTU
21 BUDI MULYA MANAJER 16 HALEYORA JASA Rumah Susun
22 MUHAMMAD FURKON MANAJER 15 HALEYORA JASA Gudang Distribusi
23 AZKI MAULANA SUPERVISOR 10 PLN E JASA Perkantoran
24 RUDY SUPERVISOR 2 PLN E JASA Perkantoran
25 TUPPI SUMMA PEGAWAI 6 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI Rumah Susun
26 FIGUR KAMAJAYA SUPERVISOR 7 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI Gardu Induk
27 M RISKY SYAHPUTRA PEGAWAI 8 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI PLTU
28 JOHANNES ALEXANDER PEGAWAI 4 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI Gudang Distribusi
29 SABILLAH MUHAMMAD PEGAWAI 3 PT PLN (Persero) OPERASI Rumah Susun
30 SUMARTIN SINURAT PEGAWAI 4 PT PLN (Persero) OPERASI PLTD
31 JASMAN PEGAWAI 4 PT PLN (Persero) OPERASI PLTD
32 INDRA WIJAYA PEGAWAI 2 PT PLN (Persero) OPERASI Gardu Induk
33 PUPI MAHARANI PEGAWAI 5 PT PLN (Persero) OPERASI -
34 ROHMAT JARWANTO PEGAWAI 3 PUSENLIS PERENCANAAN Gudang Distribusi
35 WAHID PEGAWAI 5 PUSENLIS PERENCANAAN Perkantoran
36 RIRI ANGRAINI PEGAWAI 6 PUSENLIS PERENCANAAN PLTD
37 YUSUF PEGAWAI 2 HALEYORA JASA Rumah Susun
38 DODI PANGARIBUAN PEGAWAI 5 HALEYORA JASA -
39 ROBERT SIAHAAN PEGAWAI 2 PLN E JASA Perkantoran
40 AHMAD YUSUF PEGAWAI 1 PLN E JASA -
41 WELEM FERDINAN PEGAWAI 5 PUSENLIS JASA Gardu Induk
Universitas Sumatera Utara
101
NO NAMA JABATAN LAMA
BEKERJA (TAHUN)
PERUSAHAAN BIDANG PILIHAN
ALTERNATIF
42 YASINTA PEGAWAI 4 PUSENLIS JASA Gudang Distribusi
43 AHMAD ZAKI M PEGAWAI 4 PT PLN (Persero) KONSTRUKSI -
44 MIRA PEGA PEGAWAI 6 PT PLN (Persero) KEUANGAN -
45 CATY PEGAWAI 3 PT PLN (Persero) KEUANGAN -
46 BANI RUSTAM PEGAWAI 2 PUSENLIS KEUANGAN Perkantoran
47 RUSDY SYAHPUTRA PEGAWAI 4 PUSENLIS JASA -
48 BUDI SANTOSO PEGAWAI 3 PUSENLIS JASA -
49 ROZIK ZULKARNAEN PEGAWAI 2 HALEYORA JASA Gudang Distribusi
50 PEGAWAI 1 HALEYORA JASA -
Universitas Sumatera Utara