analisa highest and best use (hbu) lahan “x”...

6
1 ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” UNTUK PROPERTI KOMERSIAL Miftahul Mubayyinah, Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya [email protected] Abstrak Pertumbuhan penduduk Surabaya yang pesat menyebabkan kebutuhan lahan meningkat. Namun hal tersebut tidak seiring dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Untuk meningkatkan efisiensi pada keterbatasan tersebut perlu untuk dilakukan optimalisasi. Optimalisasi tersebut berupa penggunaan lahan dengan mendirikan sebuah properti yang dapat memberikan keuntungan sehingga nilai pasar dari suatu lahan menjadi tinggi. Lahan “X” yang berlokasi di Jalan Raya Dr. Sutomo no. 79-81 mempunyai luas 820 m 2 dan berada di area yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternatif properti komersial seperti apartemen, hotel, perkantoran, dan pertokoan. Penentuan nilai lahan “X” bergantung pada penggunaan lahan, untuk itu perlu dilakukan analisa Highest and Best Use (HBU), yaitu secara fisik dimungkinkan, secara hukum diijinkan, layak secara finansial, dan memiliki produktivitas maksimum. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah alternatif hotel sebagai penggunaan lahan terbaik yang memiliki nilai lahan tertinggi yaitu sebesar Rp 13.148.307/m 2 . Kata Kunci: Highest and Best Use, Lahan, Properti Komersial 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk Surabaya yang pesat menyebabkan kebutuhan lahan meningkat. Namun hal tersebut tidak seiring dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Untuk meningkatkan efisiensi pada kerterbatasan tersebut perlu dilakukan optimalisasi. Optima- lisasi tersebut berupa penggunaan lahan dengan mendirikan sebuah properti yang dapat mem- berikan keuntungan sehingga nilai pasar dari suatu lahan menjadi tinggi. Pada Tugas Akhir ini, akan diambil studi kasus sebuah lahan seluas 820 m 2 yang berlokasi di Jalan Raya Dr. Sutomo no. 79-81 Surabaya. Lahan ini berada di area yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternatif properti ko- mersial, seperti apartemen, hotel, perkantoran, dan pertokoan. Pada awalnya pemilik berencana untuk membangun hotel, namun untuk menge- tahui penggunaan terbaik dari lahan tersebut, perlu dilakukan analisa Highest and Best Use (HBU) agar dapat mengetahui alternatif peng- gunaan lahan apakah yang terbaik untuk di- kembangkan pada lahan tersebut secara fisik memungkinkan, secara legal diijinkan, layak secara finansial, maupun produktivitas mak- simum dengan memperoleh nilai lahan tertinggi. 2. DASAR TEORI Pada sub ini membahas tentang konsep dan dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian. 2.1 Pengertian Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mem- pengaruhi potensi penggunannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). 2.2 Konsep dan Jenis Properti Properti adalah konsep hukum yang mencakup kepentingan, hak, dan manfaat yang berkaitan dengan suatu kepemilikan dari tanah beserta pengolahan dan pembangunannya (Harjanto dan Hidayati, 2003). Menurut fungsi dan tujuan penggunaanya, properti dibagi menjadi empat macam yaitu (Miles, 2007): 1. Residensial, memiliki tujuan utama untuk hunian. Contoh: a. Perumahan b. Apartemen 2. Komersial, memiliki kemampuan menghasilkan pendapatan. Contoh: a. Ritel (pertokoan) b. Perkantoran 3. Industrial, memiliki fungsi sebagai tempat produksi yang melibatkan tenaga keja. Contoh: a. Pabrik b. Gedung 4. Khusus, mengarah pada penggunaan kepentingan umum. Contoh: a. Hotel b. Rumah sakit

Upload: nguyennhan

Post on 22-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

1

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU)

LAHAN “X” UNTUK PROPERTI KOMERSIAL

Miftahul Mubayyinah, Christiono Utomo

Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

[email protected]

Abstrak

Pertumbuhan penduduk Surabaya yang pesat menyebabkan kebutuhan lahan meningkat. Namun

hal tersebut tidak seiring dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Untuk meningkatkan

efisiensi pada keterbatasan tersebut perlu untuk dilakukan optimalisasi. Optimalisasi tersebut berupa

penggunaan lahan dengan mendirikan sebuah properti yang dapat memberikan keuntungan sehingga

nilai pasar dari suatu lahan menjadi tinggi.

Lahan “X” yang berlokasi di Jalan Raya Dr. Sutomo no. 79-81 mempunyai luas 820 m2 dan

berada di area yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternatif properti komersial seperti

apartemen, hotel, perkantoran, dan pertokoan. Penentuan nilai lahan “X” bergantung pada penggunaan

lahan, untuk itu perlu dilakukan analisa Highest and Best Use (HBU), yaitu secara fisik dimungkinkan,

secara hukum diijinkan, layak secara finansial, dan memiliki produktivitas maksimum.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah alternatif hotel sebagai penggunaan lahan

terbaik yang memiliki nilai lahan tertinggi yaitu sebesar Rp 13.148.307/m2.

Kata Kunci: Highest and Best Use, Lahan, Properti Komersial

1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk Surabaya yang pesat

menyebabkan kebutuhan lahan meningkat.

Namun hal tersebut tidak seiring dengan

ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Untuk

meningkatkan efisiensi pada kerterbatasan

tersebut perlu dilakukan optimalisasi. Optima-

lisasi tersebut berupa penggunaan lahan dengan

mendirikan sebuah properti yang dapat mem-

berikan keuntungan sehingga nilai pasar dari

suatu lahan menjadi tinggi.

Pada Tugas Akhir ini, akan diambil studi

kasus sebuah lahan seluas 820 m2 yang berlokasi

di Jalan Raya Dr. Sutomo no. 79-81 Surabaya.

Lahan ini berada di area yang berpotensi untuk

dikembangkan menjadi alternatif properti ko-

mersial, seperti apartemen, hotel, perkantoran,

dan pertokoan. Pada awalnya pemilik berencana

untuk membangun hotel, namun untuk menge-

tahui penggunaan terbaik dari lahan tersebut,

perlu dilakukan analisa Highest and Best Use

(HBU) agar dapat mengetahui alternatif peng-

gunaan lahan apakah yang terbaik untuk di-

kembangkan pada lahan tersebut secara fisik

memungkinkan, secara legal diijinkan, layak

secara finansial, maupun produktivitas mak-

simum dengan memperoleh nilai lahan tertinggi.

2. DASAR TEORI Pada sub ini membahas tentang konsep dan

dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian.

2.1 Pengertian Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang

meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan

vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mem-

pengaruhi potensi penggunannya (Hardjowigeno

dan Widiatmaka, 2007).

2.2 Konsep dan Jenis Properti

Properti adalah konsep hukum yang

mencakup kepentingan, hak, dan manfaat yang

berkaitan dengan suatu kepemilikan dari tanah

beserta pengolahan dan pembangunannya

(Harjanto dan Hidayati, 2003).

Menurut fungsi dan tujuan penggunaanya,

properti dibagi menjadi empat macam yaitu

(Miles, 2007):

1. Residensial, memiliki tujuan utama untuk

hunian.

Contoh: a. Perumahan

b. Apartemen

2. Komersial, memiliki kemampuan

menghasilkan pendapatan.

Contoh: a. Ritel (pertokoan)

b. Perkantoran

3. Industrial, memiliki fungsi sebagai tempat

produksi yang melibatkan tenaga keja.

Contoh: a. Pabrik

b. Gedung

4. Khusus, mengarah pada penggunaan kepentingan

umum.

Contoh: a. Hotel

b. Rumah sakit

Page 2: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

2

2.2 Konsep Highest and Best Use (HBU)

Analisa Highest and Best Use (HBU) adalah

penggunaan dari suatu tanah kosong atau

peningkatan suatu properti yang secara fisik

memungkinkan, secara legal diijinkan, dan layak

secara finansial, serta memiliki produktivitas

maksimum (The Appraisal Institute, 2001).

Berdasarkan definisi tersebut maka untuk

menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik

dari sebidang lahan yang kosong maka terdapat

empat langkah pengujian yang harus dilakukan.

Proses pengujian tersebut yaitu:

1. Aspek fisik

2. Aspek legal

3. Aspek finansial

4. Produktivitas maksimum

2.2.1 Aspek Fisik

Aspek fisik yang perlu dipertimbangkan

adalah ukuran dan bentuk tanah yang meliputi

dimensi tanah, panjang dan lebar tanah, akan

menjadi keuntungan dan kerugian terhadap nilai

tanah dan penggunaan tanah yang sesuai

(Harjanto dan Hidayati, 2003).

Kemiringan dan kontur tanah juga mem-

pengaruhi penggunaan tanah yang akan

dibangun (Prawoto, 2003).Selain itu, lokasi

lahan yang merupakan gambaran dimana letak

suatu lahan tersebut berada mempengaruhi

faktor aksesibilitas menentukan apakah lokasi

lahan ini mudah atau sulit dijangkau dengan

ketersediaan transportasi umum.

Ketersediaan utilitas kota seperti air, saluran

air kotor, listrik, dan pelayanan telepon akan

mempengaruhi kegunaan dan poyeksi pem-

bangunan sebuah lahan (The Appraisal Institute,

2001).

2.2.2 Aspek Legal

Diijinkan dari segi aspek legal merupakan

persyaratan-persyaratan mengenai peraturan

atau ketetapan pemerintah.

Peraturan yang berkaitan mengenai

bangunan, meliputi (Peraturan Daerah Kota

Surabaya No. 3 tahun 2007 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya):

a. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah

garis batas yang tidak boleh dilampaui oleh

denah dan atau massa bangunan ke arah

depan, samping dan belakang dari bangunan

tersebut yang ditetapkan dalam rencana kota.

b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah

perbandingan jumlah luas lantai dasar

bangunan dengan luas persil, yang

dinyatakan dalam prosen.

c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah

perbandingan jumlah luas lantai bangunan

yang dihitung dari lantai dasar sampai lantai

tertinggi dengan luas persil, yang dinyatakan

dengan prosen.

d. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah

perbandingan antara luas seluruh ruangan

terbuka di luar bangunan gedung yang

diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan

dengan luas persil, yang dinyatakan dengan

prosen.

e. Ketinggian bangunan adalah tinggi suatu

bangunan dihitung mulai dari muka tanah

sampai elemen bangunan tertinggi.

2.2.3 Aspek Finansial Untuk menentukan kelayakan keuangan,

seorang penilai mengestimasi pendapatan kotor

yang akan diterima (future gross income) yang

diekspektasikan atau dijangkakan dari setiap

potensial kegunaan tertinggi dan terbaik. Dalam

menganalisis kelayakan keuangan, tingkat ke-

kosongan (collection losses) dan biaya operasi

perlu dikurangkan dari setiap pendapatan kotor

(gross income) untuk mendapatkan biaya bersih

operasional (Net Operating Income atau NOI).

Tingkat pengembalian (Rate of Return) atas

modal yang diinvestasikan dapat digunakan

untuk melakukan perhitungan bagi setiap

kegunaan. Alat ukur analisis kelayakan dalam

hal finansial yang sering digunakan adalah NPV

(Net Present Value), IRR (Internal Rate of

Return), pay back period, dan lain-lain (Harjanto

dan Hidayati,2003).

2.2.4 Produktivitas Maksimum

Penggunaan yang menghasilkan nilai residual

yang tertinggi yang konsisten dengan tingkat

pengembalian yang dijamin oleh pasar untuk

penggunaan tersebut adalah penggunaan yang

tertinggi dan terbaik (Prawoto, 2003).

3. METODOLOGI Pada sub ini membahas tentang rancangan

metode yang digunakan dalam penelitian dan

membahas mengenai data penelitian.

3.1 Model dan Konsep Penelitian

Penelitian ini menggunakan prinsip penilaian

penggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and

Best Use) untuk menghasilkan nilai tertinggi

dari lahan “X”.

Page 3: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

3

3.2 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian

berupa data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui pengamatan langsung

oleh peneliti, sedangkan data sekunder diperoleh

dari berbagai sumber, diantaranya dari KJPP

Benny Dasmar dan Rekan (sebagai penilai),

Dinas Tata Kota, PT. PLN, PDAM, dan instansi-

instansi lain yang terkait.

3.3 Analisa Data

Dari data-data yang terkumpul, dilakukan

analisa Highest and Best Use (HBU) yang

meliputi aspek fisik, aspek legal, aspek finansial,

dan produktivitas maksimum.

3.3.1 Aspek Fisik

Ketentuaan secara fisik yang diamati dalam

penelitian Tugas Akhir ini, antara lain:

a. Lokasi lahan, gambaran dimana lahan

berada.

b. Aksesibilitas, keterjangkauan lokasi dengan

alat transportasi.

c. Utilitas kota, tersedianya fasilitas umum

seperti listrik, air bersih, dan telepon.

d. Ukuran dan bentuk tanah, meliputi dimensi

panjang dan lebar lahan.

3.3.2 Layak secara Legal

Alternatif jenis properti akan dianalisa

kesesuaiannya menurut hukum yang meliputi:

a. Zoning, menganalisa penggunaan properti

apakah yang sesuai dibangun diatasnya

sesuai dengan rencana tata kota.

b. Building code, peraturan pemerintah menge-

nai bangunan, yaitu GSB, KDB, KLB, KDH,

dan ketinggian bangunan.

3.3.3 Layak secara Finansial

Pengujian kelayakan secara finansial

dilakukan melalui analisa aliran kas yang

didiskontokan, yaitu pendapatan properti dan

biaya operasional diprediksi mengalami

peningkatan dengan prosentase perubahan

tertentu setiap jangka waktu tertentu. Nilai yang

berbeda-beda setiap periode tersebut kemudian

dijadikan nilai sekarang menghasilkan NPV

(Net Present Value). Alternatif properti

dikatakan layak jika NPV bertanda positif dan

sebaliknya dikatakan tidak layak jika NPV

bertanda negatif.

3.3.4 Produktivitas Maksimum

Alternatif yang mempunyai nilai NPV positif

dan dikatakan layak, kemudian dicari nilai

lahan/m2 dengan perumusan:

Nilai properti diasumsikan dari total pemasu-

kan yang telah didiskontokan (NPV). Sedangkan

nilai bangunan diasumsikan sebesar nilai inves-

tasi bangunan. Alternatif yang memiliki nilai

pasar tertinggi merupakan alternatif yang me-

miliki produktivitas maksimum dan merupakan

penggunaan properti yang terbaik.

4. HASIL PENELITIAN Pada sub ini akan membahas tentang hasil

dari analisa penelitian untuk mendapatkan hasil

berupa penggunaan properti yang terbaik

melalui aspek fisik, legal, finansial, maupun

produktivitas maksimum.

4.1 Aspek Fisik

Kelayakan aspek fisik merupakan kriteria

pertama yang harus dipenuhi dalam menganalisa

Highest and Best Use dari suatu properti. Aspek

fisik ini meliputi lokasi dimana lahan berada,

aksesibilitas ke lokasi, utilitas, ukuran dan

bentuk tanah, serta luas keseluruhan lahan.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat

disimpulkan bahwa lahan ini terletak pada

daerah yang strategis karena berada di pusat

kota yang memiliki aksesibilitas yang mudah,

serta utilitas lahan yang lengkap, memadai, dan

dalam kondisi yang bagus. Selain itu lahan ini

juga berada diantara kawasan pemukiman dan

komersial, sehingga lahan seluas 820m2 ini

mempunyai potensi bagus dan menguntungkan

jika dikembangkan sebagai bangunan komersial.

4.2 Aspek Legal

Kelayakan secara legal diperlukan dalam

analisa Highest and Best Use untuk menghindari

adanya penyalahgunaan fungsi guna lahan

seperti yang telah ditetapkan menurut peraturan

oleh pemerintah.

Berdasarkan persyaratan Rencana Tata

Ruang Kota (RTRK) Unit Distrik Dr. Soetomo-

Keputran Surabaya, lahan tersebut dapat

digunakan sebagai bangunan komersial. Adapun

persyaratan yang harus dipenuhi antara lain

KDB maksimal 60%, KLB maksimal 120%,

KDH minimal 20%, GSB depan Jalan Raya Dr.

Soetomo 10 m, GSB depan Jalan Trunojoyo 8m,

GSB samping dan belakang 2m. Sehingga lahan

seluas 820 m2 ini dapat dibangun dengan

perencanaan bangunan tiga lantai dengan luas

dasar bangunan 315 m2 dan luas lantai bangunan

seluruhnya adalah 945 m2.

Page 4: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

4

Uraian Volume Unit

Biaya

Total

Biaya

A. Biaya Bangunan X m2 Rp Y Rp XY

B. Biaya Peralatan Tetap b % Rp XY Rp B

C. Biaya Pengmb. Tapak c % Rp XY Rp C

D. Biaya Konstruksi Rp XY+B+C Rp D

E. Biaya Tanah Z m2 Rp V Rp ZV

F. Jasa Profesi f % Rp D Rp F

G. Biaya Peralatan Bergerak g % Rp XY Rp G

H. Biaya Administrasi h % Rp D Rp H

I. Biaya Lain-lain i % Rp D Rp I

J. Biaya Investasi Rp D + ZV + F + G + H + I

Uraian

Alternatif

Apartemen

(Rp)

Hotel

(Rp)

Perkantoran

(Rp)

Pertokoan

(Rp)

Investasi 9.793.657.700 9.080.796.950 9.717.214.760 9.921.062.600

Pendapatan 9.450.688.000 46.613.556.000 13.599.495.000 41.844.600.000

Pengeluaran 1.519.981.285 6.638.772.947 6.889.581.228 9.068.177.741

NPV - 3.270.574.169 13.302.408.728 - 5.987.875.817 8.391.692.244

Pengujian Tidak Layak Layak Tidak Layak Layak

4.3 Aspek Finansial

Setelah dilakukan pengamatan aspek fisik

dan menganalisa aspek legal, selanjutnya perlu

dilakukan analisa dari aspek finansial. Analisa

menurut aspek finansial digunakan untuk

memperkirakan arus keuangan yang akan terjadi

pada perencanaan alternatif jenis bangunan yang

akan digunakan.

4.3.1 Pemilihan Alternatif

Pemilihan alternatif dipilih berdasarkan

asumsi yang didapat dari pengamatan secara

langsung pada bangunan disekitar lokasi objek

sebagai kawasan komersial, yaitu gedung

perkantoran, pertokoan, hotel, dan sarana

hiburan. Selain itu karena adanya batasan oleh

peraturan dari pemerintah mengenai persyaratan

penggunaan lahan tersebut, maka alternatif yang

digunakan terbatas pada beberapa jenis

bangunan. Alternatif yang digunakan antara lain

apartemen, hotel, perkantoran, dan pertokoan.

4.3.2 Analisa Kelayakan Finansial

Dalam perencanaan finansial, akan dihitung

biaya investasi, biaya pendapatan, serta biaya

pengeluaran dari masing-masing alternatif.

a) Biaya Investasi

Perencanaan biaya investasi diperlukan untuk

memperoleh gambaran tentang biaya yang

dikeluarkan saat membangun sebuah bangunan

secara umum. Perhitungan biaya investasi

dihitung melalui mekanisme pendekatan seba-

gaimana seperti disusun dalam Tabel 1.

Tabel 1. Biaya Investasi

Sumber : Juwana, 2005

b) Pendapatan

Perencanaan pendapatan diperoleh dari

penjualan atau penyewaan ruang, service

charge dan pendapatan tambahan tergantung

masing-masing alternatif. Service charge adalah

biaya rutin yang harus dikeluarkan oleh pemilik

atau penyewa yang dihitung sebagai pendapatan

oleh pengelola. Biaya itu berupa biaya untuk

perawatan gedung, fasilitas umum, taman,

kebersihan dan keamanan yang dihitung per m2

bangunan. Khusus untuk alternatif hotel akan

dihitung pula pendapatan tambahan dari

penjualan makanan, layanan travel, jasa laundry,

dan lain-lain.

c) Pengeluaran

Perencanaan pengeluaran untuk masing-

masing jenis alternatif bangunan terdiri atas

biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan

biaya penggantian. Biaya operasional terdiri dari

biaya karena penggunaan listrik, pengunaan air,

dan gaji pegawai. Biaya pemeliharaan yang

dikeluarkan bertujuan untuk menjaga kualitas

dan kondisi gedung serta utilitas agar tetap pada

kondisi yang baik. Biaya penggantian

merupakan biaya yang direncanakan untuk

sistem atau komponen bangunan yang telah

mencapai akhir umur desainnya atau mengalami

kerusakan kemudian akan diganti dengan

komponen yang baru.

d) Hasil Analisa Aspek Finansial

Dari selisih arus kas masuk dan arus kas

keluar yang telah diperhitungkan sebelumnya,

maka akan menghasilkan pendapatan bersih.

Beberapa pertimbangan dalam perhitungan

aliran kas adalah sebagai berikut:

1. Jangka waktu proyeksi adalah sepuluh tahun

dengan masa konstruksi fisik selama satu

tahun yaitu 2012 dan masa operasional

dimulai pada tahun 2013.

2. Biaya investasi berasal dari modal sendiri.

3. Tingkat pengembalian sebesar 12%.

Jenis alternatif yang dinyatakan lulus uji

dalam kelayakan finansial sesuai dengan

persyaratan NPV bernilai positif sebagai

alternatif yang layak adalah hotel dan pertokoan.

Berikut hasil perhitungan analisa kelayakan

finansial dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kelayakan Finansial

Sumber: Perhitungan

Page 5: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

5

Kode Uraian

Alternatif

Keterangan Hotel

(Rp)

Pertokoan

(Rp)

1 Nilai properti 13.302.408.728 8.391.692.244

2 Nilai Investasi 9.080.796.950 9.921.062.600

3 Biaya tanah 6.560.000.000 6.560.000.000

4 Nilai Bangunan 2.520.796.950 4.890.432.956 (2)-(3)

5 Nilai Lahan (820 m2) 10.781.611.778 5.030.629.644 (1)-(4)

6 Nilai Lahan/m2 13.148.307 6.134.914 (5)/ 820 m2

4.5 Produktivitas maksimum

Alternatif yang telah lulus uji aspek fisik,

legal, dan finansial akan dicari nilai lahan

tertinggi melalui uji produktivitas maksimum.

Dalam perhitungan sebelumnya dapat diketahui

bahwa alternatif hotel dan pertokoan dapat

dikatakan layak. Hasil perhitungan nilai lahan

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Lahan

Sumber: Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai lahan pada

Tabel 3, nilai lahan tertinggi diperoleh dari

alternatif hotel yaitu sebesar Rp 13.148.307/m2,

nilai lahan ini lebih tinggi apabila lahan dibiarkan

kosong yang hanya bernilai Rp 8.000.000/m2.

5. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa peruntukan lahan

untuk pengembangan properti komersial hotel

merupakan alternatif penggunaan terbaik untuk

lahan “X”.

DAFTAR PUSTAKA Gilbert,D.2003. Retail Marketing Management,

Second Edition. Prentice Hall,

<URL:http://ilmuretail.com>.

Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi

Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata

Guna Lahan. Gadjah Mada University Press

: Yogyakarta.

Hidayati dan Harjanto. 2003. Konsep Dasar

Penilaian Properti. BPFE: Yogyakarta.

Juwana, J. 2005. Panduan Sistem Bangunan

Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi

Bangunan. Jakarta : Erlangga.

Keputusan Menparpostel KM 94/HK103/MPPT

tahun 1987 tentang Ketentuan Usaha dan

Penggolongan Hotel.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 10/

PW.301/ PHB-17 tentang Usaha dan

Klasifikasi Hotel.

Keputusan Dirjen Pariwisata Kep-22/U/VI/78

tentang Kriteria Penggolongan Hotel.

Miles, M.E. 2007. Real Estate Development.

Urban Land Institute.

Negara, K. 2010 Analisa Penggunaan

Tertinggi dan Terbaik pada Lahan Eks

Terminal Gadang di Kota Malang. Thesis.

Surabaya : ITS

Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 3 tahun

2007 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Surabaya.

Pratama, R. 2009. Penentuan Pemanfaatan

Tertinggi dan Terbaik (The Highest and

Best Use) Lahan Bekas Pasar Kota

Bangkalan. Tugas Akhir. Surabaya : ITS

Prawoto, A. 2003. Teori dan Praktek

Penilaian Properti. BPFE : Yogyakarta.

Poerbo, H. 1998. Tekno Ekonomi Bangunan

Bertingkat Banyak: Dasar-Dasar Studi

Kelayakan Proyek Perkantoran,

Perhotelan, Rumah Sakit, dan Apartemen.

Jakarta : Djambatan.

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Unit Distrik

Dr. Soetomo-Keputran, Surabaya

Satiti, R. 2011. Analisa Highest and Best Use

pada Lahan Trillium Office and Residence-

Surabaya. Tugas Akhir. Surabaya : ITS

Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek. Jakarta

: Erlangga.

The Appraisal Institute. 2001. The Appraisal of

Real Estate, Twelfth Edition. Chicago,

Illinois.

UU RI No. 16 tahun 1985 tentang Rumah

Susun.

URL: http://maps.google.co.id/ URL: http://www.depnakertrans.co.id/ URL:http://www.kamusbesar.com/

Wijaya, A. 2008. Analisa Penentuan

Pemanfaatan Lahan Bekas Lokasi Pasar

Sentral di Kota Bulukumba Propinsi

Selawesi Selatan. Thesis. Surabaya : ITS

Page 6: ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN “X” …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20399-Paper-1418050.pdf · ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) ... Lahan “X” yang

6

“Halaman ini sengaja dikosongkan”