analisis faktor yang mempengaruhi...

181
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA MUSTAHIK DALAM MENGELOLA ZAKAT PRODUKTIF (STUDI PADA PROGRAM SEJUTA BERDAYA LAZNAS AL AZHAR) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Oleh Fakhriah Hasna NIM : 11150860000035 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

    USAHA MUSTAHIK DALAM MENGELOLA ZAKAT PRODUKTIF

    (STUDI PADA PROGRAM SEJUTA BERDAYA LAZNAS AL AZHAR)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

    Oleh

    Fakhriah Hasna

    NIM : 11150860000035

    JURUSAN EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

    USAHA MUSTAHIK DALAM MENGELOLA ZAKAT PRODUKTIF

    (STUDI PADA PROGRAM SEJUTA BERDAYA LAZNAS AL AZHAR)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

    Oleh

    Fakhriah Hasna

    NIM : 11150860000035

    Di bawah Bimbingan

    Dr. -

    JURUSAN EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H/2019 M

  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini, Rabu, 10 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

    Nama : Fakhriah Hasna

    NIM : 11150860000035

    Jurusan : Ekonomi Syariah

    Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

    Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program

    Sejuta Berdaya LAZNAS Al Azhar)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan

    yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

    mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

    ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    .

    Jakarta, 10 April 2019

    1. Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A. (…………………….........)

    NIP. 195406181981031005 Penguji I

    2. Prilla Kurnia Ningsih, Lc., M.E.Sy. (…………………….........)

    NIDN. 2008048301 Penguji II

  • LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Jum’at Tanggal 19 Bulan Juli Tahun Dua Ribu Sembilan Belas telah

    diadakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

    1. Nama : Fakhriah Hasna

    2. NIM : 11150860000035

    3. Jurusan : Ekonomi Syariah

    4. Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

    Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program Sejuta

    Berdaya LAZNAS Al Azhar)

    Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut

    dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 19 Juli 2019

    1. Dr. Erika Amelia, SE., M.Si (___________________)

    NIP. 197711092009122001 Ketua

    2. Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA (___________________) NIP. 197606262009011013 Sekretaris

    3. Nurul Ichsan, MA (___________________)

    NIP. 197311282005011004 Penguji Ahli

    4. Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA (___________________)

    NIP. 197606262009011013 Pembimbing I

  • LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Fakhriah Hasna

    NIM : 11150860000035

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Ekonomi Syariah

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

    dan mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

    3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

    asli atau tanpa izin pemilik karya.

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

    5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

    karya ini.

    Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

    melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

    dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 24 Juni 2019

    Yang Menyatakan

    (Fakhriah Hasna)

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Fakhriah Hasna

    2. Nama Panggilan : Hana

    3. Tepat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Desember 1997

    4. Jenis Kelamin : Perempuan

    5. Agama : Islam

    6. Alamat : Jalan Limun, Kelurahan Pisangan,

    Kecamatan Ciputat Timur,

    Tangerang Selatan.

    7. Telepon : 087741650340

    8. Email : [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    A. Formal

    Tahun 2015 – 2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tahun 2012 – 2015 : Madrasah Aliyah Negeri

    (MAN) 4 Jakarta

    Tahun 2009 – 2012 : Madrasah Tsanawiyah (MTs)

    Darunnajah Ulujami-Pesanggrahan,

    Jakarta Selatan

    Tahun 2003 – 2009 : Sekolah Dasar Negeri (SDN)

    Kampung Utan II

    mailto:[email protected]

  • III. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. Anggota Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) cabang Tapak

    Suci UIN Jakarta (Tahun 2015 – 2016).

    2. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat (Tahun 2015 – 2019).

    3. Anggota Departemen Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa

    Jurusan Ekonomi Syariah (Tahun 2015 – 2016).

    4. Wakil Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi

    Syariah (Tahun 2016 – 2017).

    5. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah

    (Tahun 2017 – 2018).

    IV. PENGALAMAN KERJA

    1. Relawan Jakarta Keren Tahun 2016.

    2. Surveyor Lembaga Charta Politika Tahun 2017.

    3. Surveyor Lembaga Indikator Tahun 2018.

    4. Surveyor Lembaga LP3ES Tahun 2018.

    5. Divisi Hubungan Masyarakat Kuliah Kerja Nyata (KKN)

    Kelompok 41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018.

    6. Admin Apparel Indonesia Clothing Tahun 2019.

  • V. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : M. Askolani

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Rangkasbitung, 8 Oktober 1959

    3. Pekerjaan Ayah : PNS – Guru

    4. Ibu : Rosyidah

    5. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 14 April 1963

    6. Pekerjaan Ibu : PNS – Guru

    9. Alamat : Jalan Limun, Kelurahan Pisangan,

    Kecamatan Ciputat Timur,

    Tangerang Selatan.

    7. Anak ke : 3 dari 3 bersaudara.

  • ABSTRACT

    This research aims to analyze the factors influencing the successful

    business of the zakat recipient in managing productive zakat in the program of

    “Sejuta Berdaya” empowered by national zakat institution namely Lembaga Amil

    Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar. The objects of the research are 5 KSM

    (Kelompok Swadaya Masyarakat) or Self Help Groups (SHGs) located in Greater

    Jakarta. Regarding the factors, there are work ethic, entrepreneurial

    characteristics, zakat capital, training, and assistance factors that were studied.

    The research method used in this study was quantitative approach with logistic

    regression analysis as the technique. The research sample was the participating

    zakat recipients of productive zakat on LAZNAS Al Azhar “Sejuta Berdaya”

    program. 122 people were obtained as the sample after been calculated using

    Slovin formula, widely spread from 5 SHGs in the Greater Jakarta area. Next, the

    instrument used to measure the factors of work ethic, entrepreneurial

    characteristics, training and assistance in this study was questionnaire.

    The result of this research shows that : simultaneous and partial test results

    showed that the four models prevailed significant results. It means that (1) there

    was an influence between the work ethic on the success of zakat recipients’

    business in managing productive zakat, (2) there was an influence between

    entrepreneurial characteristics on the success of zakat recipients’ business in

    managing productive zakat, (3) there was an influence between the zakat capital

    on the success of zakat recipients’ business in managing productive zakat, (4)

    there was an influence between training and assistance to the success of zakat

    recipients’ business. This research is expected to be a reference for zakat

    recipients in order to find out the success factors carrying out their business in

    terms of increasing business turnover, and help zakat agencies to apply the factors

    mentioned so that productive zakat utilization can be more developed. Further

    studies need to be conducted by adding variables or indicators outside of this

    study, in order to produce a better and varied equation model.

    Key Word : Zakat, Productive Zakat, Successful Business, Work Ethic,

    Entrepreneurial Characteristics, Zakat Capital, Training and Assistance.

  • ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif

    pada program sejuta berdaya Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar

    dengan objek penelitian yaitu 5 KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang

    berada di wilayah JABODETABEK. Adapun faktor-faktor yang diteliti yaitu etos

    kerja, karakteristik wirausaha, modal zakat, pelatihan dan pendampingan. Metode

    penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis

    regresi logistik. Sampel penelitian adalah mustahik pengelola zakat produktif pada

    program sejuta berdaya LAZNAS Al Azhar dengan jumlah 122 orang yang

    diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus slovin, tersebar dari

    5 KSM yang berada di wilayah JABODETABEK. Instrumen yang digunakan

    untuk mengukur faktor etos kerja, karakteristik wirausaha, serta pelatihan dan

    pendampingan dalam penelitian ini adalah angket.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : uji secara simultan dan

    parsial menunjukkan keempat model memperoleh hasil yang signifikan. Artinya

    (1) terdapat pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan usaha mustahik

    dalam mengelola zakat produktif, (2) terdapat pengaruh antara karakteristik

    wirausaha terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat

    produktif, (3) terdapat pengaruh antara modal zakat terhadap keberhasilan usaha

    mustahik dalam mengelola zakat produktif, (4) terdapat pengaruh antara pelatihan

    dan pendampingan terhadap keberhasilan usaha mustahik. Penelitian ini

    diharapkan dapat menjadi referensi bagi mustahik untuk mengetahui faktor

    keberhasilan dalam menjalankan usahanya ditinjau dari aspek peningkatan omset

    usaha, dan membantu pihak badan atau lembaga amil zakat untuk menerapkan

    faktor-faktor dalam penelitian ini sehingga pendayagunaan zakat produktif dapat

    lebih berkembang. Perlu dilakukan studi lanjutan dengan menambah variabel atau

    indikator diluar penelitian ini, agar menghasilkan model persamaan yang lebih

    baik dan bervariasi.

    Kata Kunci : Zakat, Zakat Produktif, Keberhasilan Usaha, Etos Kerja,

    Karakteristik Wirausaha, Modal Zakat, Pelatihan dan Pendampingan.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor yang

    Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif

    Pada Program Sejuta Berdaya LAZNAS Al Azhar”. Shalawat dan salam semoga

    tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

    Ide penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan peneliti untuk

    mengkaji tentang zakat produktif. Pada dasarnya mengkaji peranan zakat tidak

    hanya sebatas tentang pendistribusian dana zakat kepada mustahik lalu

    dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif, namun zakat memiliki peranan atau

    manfaat yang lebih dari sekedar itu jika penyalurannya untuk kegiatan

    pemberdayaan secara produktif. Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna

    yang fundamental. Selain berkaitan dengan aspek-aspek ke-Tuhan-an, namun

    zakat juga berkenaan terhadap aspek ekonomi dan sosial.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

    mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi

    ini tidak akan selesai dan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan support

    dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA selaku Dekan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

    2. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi

    Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • xi

    3. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi

    yang secara langsung telah meluangkan waktunya untuk memberikan

    wawasan, bimbingan, serta kritik dan saran kepada penulis sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    5. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si dan Ibu RR. Tini Anggraeni,

    ST., M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah periode

    sebelumnya, yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.

    6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Syariah yang telah banyak

    memberikan wawasan pengetahuan, pembinaan sikap, dan keterampilan

    selama penulis mengikuti perkuliahan. Serta seluruh staf dan civitas

    akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Kedua Orang Tua penulis, ayahanda tercinta M. Askolani dan ibunda

    tercinta Rosyidah, yang selalu memberikan dorongan dan dukungan,

    semangat baik berupa moril maupun materil dan doa kepada penulis.

    Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan, serta

    kemuliaan kepada ayahanda dan ibunda.

    8. Kedua kaka penulis. Pertama Nina Rusydiana, yang selalu memberikan

    arahan dan saran, serta bantuan secara langsung kepada penulis hingga

    dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua Rahmawati, yang juga selalu

    memberi dukungan dan doa kepada penulis. Serta kepada seluruh

    keponakan penulis yaitu Alvin, Haura, Hanifah, dan Haikal.

    9. Segenap pengurus Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar

    Jakarta Selatan Bapak Agus Nafi selaku Direktur Eksekutif, Bapak

    Rahmatullah Sidik selaku Kadiv Diklat & Litbang, Bapak Iwan Rachmat

    selaku Kadiv Program, Bapak Eko Sugiyanto selaku Spv. Zakat Pride,

  • xii

    Bapak Ulil Ansor selaku Spv. Sejuta Berdaya, Bapak Deden selaku

    Klaster Pemberdayaan Ekonomi & Infrastruktur, Mba Nurlaela Firdaus

    selaku Relawan Divisi Litbang, yang bersedia memberikan izin penelitian

    dan informasi kepada penulis dengan sangat baik.

    10. Bapak dan Ibu Pengurus serta Anggota KSM Jabodetabek (Marunda Pulo,

    Pelita Jampang Gemilang, Pengasinan Gemilang, Rizqi Gemilang

    Serpong, dan Muara Gembong) program Sejuta Berdaya, yang telah

    bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis serta

    memberikan informasi dengan sangat ramah dan penuh antusias.

    11. Seluruh kawan-kawan seperjuangan Mahasiswa/I Ekonomi Syariah

    angkatan 2015, terutama Laras, Deris, Iqoh, Yaritsa dan Fitri. Yang telah

    menemani perjalanan perkuliahan selama 4 tahun ini dan memberikan

    dukungan motivasi serta doa selama proses penyelesaian skripsi.

    12. Kakak dan Adik-adik Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2013, 2014, dan

    2016, 2017, 2018 terutama yaumil, trace, raju, ami, ara, aziza, niza,

    rozana, syahnaz, adibah, suci, lilis, tira, zilfi, diny, sarah, imel, yang telah

    memberikan warna saat penulisan skripsi ini, dan masih banyak yang

    lainnya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    13. Segenap Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah

    Periode 2018 terkhusus Niza, Harry, Maulana, Faruq, Ishlah, Barok, dan

    Fauzan.

    14. Kerabat penulis, yaitu khusnul, ghina, karimah, pawit, farida, kartika, dan

    shofi yang telah memberikan dukungan secara langsung, motivasi maupun

    doa kepada penulis.

    15. Seluruh teman-teman GALERI KKN 41, terkhusus Euis yang senantiasa

    membantu penulis dalam kegiatan penelitian. Serta Febiola, Aisyah, dan

    Adinda, yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa kepada

    penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

  • xiii

    16. Bagi semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga bantuan dan

    kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin

    yaa Robbal Alamin.

    Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan

    skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan

    kritik yang membangun dengan harapan agar skripsi ini lebih berkualitas dan

    bermanfaat umumnya bagi yang membacanya, serta khususnya bagi penulis

    sendiri.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 24 Juni 2019

    Penulis,

    (Fakhriah Hasna)

  • xiv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................... iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............... iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. v

    ABSTRACT ............................................................................................ viii

    ABSTRAK ................................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................... x

    DAFTAR ISI ........................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ................................................................................ xviii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xix

    BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

    B. Masalah Penelitian ........................................................ 12

    1. Identifikasi Masalah ................................................ 12

    2. Pembatasan Masalah .............................................. 13

    3. Perumusan Masalah ................................................ 14

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 15

    1. Tujuan Penelitian .................................................... 15

    2. Manfaat Penelitian .................................................. 15

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 17

    A. Landasan Teori ............................................................. 17

    1. Zakat ....................................................................... 17

    a. Definisi Zakat .................................................. 17

    b. Landasan Hukum Zakat ................................... 19

    c. Prinsip dan Tujuan Zakat ................................. 21

    d. Golongan Mustahik ......................................... 23

    e. Zakat Produktif ................................................ 26

  • xv

    2. Keberhasilan Usaha ................................................ 31

    3. Etos Kerja .............................................................. 34

    a. Definisi Etos Kerja .......................................... 34

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

    .......................................................................... 35

    c. Aspek-aspek Etos Kerja ................................... 38

    4. Modal Zakat ........................................................... 40

    5. Karakteristik Wirausaha ........................................ 43

    6. Tinjauan Mengenai Pelatihan ................................ 47

    a. Definisi Pelatihan ............................................. 47

    b. Tujuan Pelatihan .............................................. 48

    c. Pentingnya Program Pelatihan ......................... 49

    d. Indikator Pelatihan ........................................... 52

    7. Tinjauan Mengenai Pendampingan ....................... 54

    a. Definisi Pendampingan .................................... 54

    b. Fungsi Pendampingan ...................................... 55

    c. Strategi Pendampingan .................................... 56

    8. Lembaga Amil Zakat Nasional Al Azhar ............... 58

    a. Gambaran Umum LAZNAS Al Azhar ............. 58

    b. Gambaran Umum Program Sejuta Berdaya ..... 61

    c. Strategi Dalam Penyelesaian Kendala Pada

    Program Sejuta Berdaya ................................... 65

    B. Penelitian yang Relevan .............................................. 69

    C. Kerangka Pemikiran .................................................... 74

    D. Hipotesis Penelitian ..................................................... 77

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 78

    A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 78

    B. Metode Penentuan Sampel .......................................... 79

    1. Populasi ................................................................... 79

    2. Sampel .................................................................... 79

  • xvi

    C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 81

    1. Sumber Data .......................................................... 81

    2. Teknik Pengumpulan Data .................................... 81

    3. Pengukuran Data (Uji Pengukuran) ....................... 82

    a. Uji Validitas ...................................................... 83

    b. Uji Reliabilitas .................................................. 83

    D. Definisi Operasional Variabel ...................................... 84

    E. Metode Analisis Data ................................................... 86

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 95

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 95

    B. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ............................ 98

    1. Statistik Deskriptif .................................................. 98

    2. Pengujian Hipotesis .............................................. 104

    a. Uji Wald .......................................................... 104

    b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model

    Fit) .................................................................. 106

    c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

    ........................................................................ 109

    d. Menguji Kelayakan Model Regresi Goodness

    of Fit) ............................................................. 110

    e. Hasil Uji Multikolinearitas ............................. 111

    f. Matriks Klasifikasi .......................................... 113

    g. Hasil Uji Regresi Logistik .............................. 114

    C. Analisis Data dan Pembahasan ................................... 115

    1. Uji Validitas Data ................................................. 115

    2. Uji Reliabilitas Data ............................................. 120

    3. Analisis Faktor ...................................................... 122

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 126

    A. Kesimpulan ................................................................. 126

    B. Saran ........................................................................... 129

  • xvii

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 130

    Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .......................................................... 136

    Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Keberhasilan Usaha

    Mustahik ........................................................................... 141

    Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Etos Kerja ................... 145

    Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Karakteristik Wirausaha

    .......................................................................................... 149

    Lampiran 5 : Tabulasi Data Variabel Pelatihan dan Pendampingan ....... 153

    Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian ..................................................... 157

    Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian .......................................................... 160

    Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian LAZNAS Al Azhar .............. 161

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 : Data Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

    Tahun 2015 – 2018 ........................................................................5

    Tabel 2.1 : Profil KSM Jabodetabek Program Sejuta Berdaya .....................64

    Tabel 4.1 : Jumlah Pengamatan ................................................................... 97

    Tabel 4.2 : Kategori Variabel Dependen...................................................... 97

    Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif Variabel Etos Kerja .................................... 99

    Tabel 4.4 : Statistik Deskriptif Variabel Karakteristik Wirausaha ............ 100

    Tabel 4.5 : Statistik Deskriptif Variabel Modal Zakat ............................... 101

    Tabel 4.6 : Statistik Deskriptif Variabel Pelatihan dan Pendampingan

    .................................................................................................. 102

    Tabel 4.7 : Statistik Deskriptif Variabel Keberhasilan Usaha Mustahik ... 103

    Tabel 4.8 : Uji Wald ................................................................................... 104

    Tabel 4.9 : Nilai -2LL yang Hanya Terdiri dari Konstanta.........................107

    Tabel 4.10 : Nilai -2LL yang Terdiri dari Konstanta dan Variabel Bebas

    .................................................................................................. 107

    Tabel 4.11 : Perbandingan Nilai -2LL ......................................................... 108

    Tabel 4.12 : Koefisien Determinasi ............................................................. 109

    Tabel 4.13 : Menguji Kelayakan Model ...................................................... 111

    Tabel 4.14 : Uji Multikolinearitas ................................................................ 112

    Tabel 4.15 : Matriks Klasifikasi ................................................................... 113

    Tabel 4.16 : Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ....................................... 114

    Tabel 4.17 : Hasil Uji Validitas Variabel Etos Kerja ................................... 116

    Tabel 4.18 : Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik Wirausaha ............. 117

    Tabel 4.19 : Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan dan Pendampingan ..... 119

    Tabel 4.20 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Etos Kerja ............................... 120

    Tabel 4.21 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Karakteristik Wirausaha ......... 121

    Tabel 4.22 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pelatihan Dan Pendampingan

    ...................................................................................................122

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 : Ethos – Oktagon Etos Kerja Profesional ............................. 39

    Gambar 2.2 : Konsep Dasar Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga

    ............................................................................................ 65

    Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran ............................................................ 76

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan Negara dengan penduduk yang didominasi

    menganut agama Islam. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, pemeluk

    Agama Islam (Muslim) berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadis. Salah satu

    kewajiban Muslim yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadis adalah

    mengenai membayar zakat. Kewajiban zakat yang merupakan salah satu

    ibadah pokok dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah

    SAW yang artinya :

    َي هللُا عَ ْعُت َرُسْوَل هللاي َعْن َأِبي َعْبدي الرَّْْحَني َعْبدي هللاي ْبني ُعَمَر ْبني اْلَْطَّابي َرضي ُهَما قَاَل : َسَي ن ْداً َرُسْولُ ْساَلُم َعَلى ََخٍْس : َشَهاَدُة َأْن اَل إيَلَه إيالَّ هللاُ َوَأنَّ ُُمَمَّ َ ْاإلي صلى هللا وسلم يَ ُقْوُل : ُبِني

    هللاي )رواه الرتمذي ومسلم( َوإيقَاُم الصَّاَلةي َوإييْ َتاُء الزََّكاةي َوَحجُّ اْلبَ ْيتي َوَصْوُم َرَمَضانَ

    Artinya: “Dari ‘Abdullah r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda : “Islam

    dibina atas lima perkara : Pengakuan (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan

    selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya; Mendirikan

    Shalat; Membayar zakat; Haji ke bait; Puasa Ramadhan.”[HR. Tirmidzi dan

    Muslim (40)-3].”

    Menurut Saifuddin kewajiban zakat dalam islam memiliki makna yang

    fundamental. Selain berkaitan dengan aspek-aspek ke-Tuhan-an, juga

    ekonomi dan sosial (Saifuddin, 2013). Zakat merupakan salah satu topik yang

    menarik untuk dikaji.

    Zakat tidak hanya menciptakan pertumbuhan material dan spiritual bagi

    kelompok miskin, tetapi juga mengembangkan jiwa dan kekayaan kelompok

  • 2

    yang kaya. Al Kasani menerangkan manfaat penting zakat adalah: Pertama,

    menunaikan zakat merupakan upaya untuk menolong orang lemah dan

    memiliki keterbatasan, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dan

    menopang mereka yang lemah agar mampu melaksanakan apa yang

    diwajibkan Allah SWT. Kedua, membayar zakat dapat membersihkan diri

    dari berbagai dosa dan menghaluskan budi pekerti sehingga menjadi orang

    yang pemurah. Ketiga, Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan karunia-

    Nya kepada kaum yang berkecukupan, sehingga mereka harus menyukuri

    kelebihan rezeki yang telah mereka terima (Nurul Ichsan, 2018).

    Pada dasarnya, mengkaji peranan zakat tidak hanya terbatas pada

    pengentasan kemiskinan. Zakat memiliki peranan atau manfaat yang sangat

    besar dalam kehidupan manusia. Tujuan zakat tidak hanya sekedar

    menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi juga memiliki tujuan

    permanen yaitu mengentaskan kemiskinan dan dapat mengangkat derajat

    fakir miskin dengan membantu keluar dari kesulitan hidup. Telah banyak

    literatur yang mencoba melihat zakat dari berbagai sisi, seperti dari aspek

    hukum (fiqh), manajemen, potensi, pengelolaan dan peranannya dalam

    pengentasan kemiskinan.

    Perkembangan zakat tentu tidak hanya terjadi pada dataran

    pengelolaannya saja, hal yang serupa juga terjadi pada kajian substansi zakat

    yang di kemudian hari menghasilkan ijtihad tentang obyek dan penerima

    zakat yang kontekstual. Peran serta negara dan masyarakat tentu tidak dapat

    dinafikan dalam perkembangan zakat baik secara normatif maupun empiris.

  • 3

    Kondisi politik dan ekonomi memiliki andil yang cukup besar pula dalam

    perubahan tersebut. Munculnya beberapa peraturan negara tentang zakat,

    hingga usaha penggabungan antara zakat dan pajak, serta pembentukan badan

    pengelolaan zakat resmi pemerintah dan sertifikasi terhadap lembaga

    pengelola zakat non pemerintah merupakan bukti empiris bahwa negara turut

    berperan penting dalam perkembangan zakat di Indonesia (Triantini, 2010).

    Menurut Yusuf Qardhawi dalam al-Qur’an kata zakat disebut sebanyak

    30 (tiga puluh) kali. Sebanyak 8 (delapan) kali terdapat didalam surat

    Makkiyah dan sebanyak 24 kali terdapat dalam surat Madaniyah, kata zakat

    dalam menggunakan isim ma’rifat disebutkan 30 (tiga puluh) kali di dalam al-

    Qur’an, diantaranya 27 (dua puluh tujuh) kali disebutkan dalam satu ayat

    bersama shalat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama

    dengan shalat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu surat Al-Mu’minun : 1-4

    (Hasan, 2011). Dalam karyanya yang begitu terkenal tentang zakat

    mengungkapkan bahwa zakat memiliki peranan yang penting dalam

    bermasyarakat dan bernegara, antara lain ia memiliki dimensi sosial,

    ekonomi, politik, moral dan sekaligus agama (Qardhawi, 1993).

    Zakat yang keberadaannya dipandang sebagai sarana komunikasi utama

    antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat memiliki peranan

    yang sangat penting dalam menyusun kehidupan yang sejahtera dan

    berkeadilan di dalam sebuah negara, termasuk dalam hal mengatasi masalah

    kemiskinan. Dengan demikian permasalahan dalam dunia Islam bukan hanya

    sekedar pengumpulan, pengelolaan, dan penyaluran zakat kepada yang

  • 4

    berhak, tetapi lebih jauh mencakup upaya sistematisasi untuk

    mentransformasikan nilai-nilai Islam dalam pengembangan masyarakat dan

    negara (Purwakanta, 2008).

    Pengumpulan dan pengelolaan zakat hendaknya dikelola dengan

    manajemen yang amanah, profesional dan integral dengan bimbingan dan

    pengawasan dari pemerintah. Manajemen yang profesional yang menerapkan

    prinsip good governance dapat berdampak pada sebuah keinginan dan

    kepercayaan masyarakat untuk berzakat di lembaga tersebut (Khasanah,

    2010). Masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi di dalam masyarakat

    dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin berkurangnya kesenjangan

    antara kelompok masyarakat yang mampu dengan kelompok masyarakat

    yang kurang mampu, dan bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial

    seperti kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial.

    Permasalahan sosial merupakan problematika yang sudah sejak lama

    berlangsung, salah satu yang menjadi tantangan terberat bagi Indonesia

    adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi

    ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,

    tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan

    oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

    terhadap pendidikan dan pekerjaan.

    Masalah kemiskinan merupakan hal yang krusial di Indonesia,

    indikasinya adalah angka kemiskinan di Indonesia yang cukup tinggi

    khususnya di wilayah ibu kota DKI Jakarta dan sekitarnya yaitu Bogor,

  • 5

    Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK). Berdasarkan data dari

    Biro Pusat Statistik (BPS) bahwa penduduk miskin Indonesia di Wilayah

    JABODETABEK dari Tahun 2015 sampai 2018 pada tabel 1.1 sebagai

    berikut:

    Tabel 1.1

    Data persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota

    Tahun 2015 – 2018

    Nama Wilayah

    Persentase Penduduk miskin menurut

    kabupaten/kota (persen)

    2015 2016 2017 2018

    DKI Jakarta 3,93 3,75 3,77 3,57

    Bogor (Jawa Barat) 8,96 8,83 8,57 7,14

    Depok 2,40 2,34 2,34 2,14

    Tangerang 5,71 5,29 5,39 5,18

    Bekasi 5,27 4,92 4,73 4,37

    Sumber : Badan Pusat Statistika (BPS)

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tersebut tingkat kemiskinan di

    Wilayah JABODETABEK selama 4 (Empat) tahun belakangan ini

    mengalami kenaikan dan penurunan, dengan demikian persoalan mengenai

    kemiskinan sangatlah urgen untuk dicarikan solusinya. Oleh karena itu

    dibutuhkan suatu terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut

    tanpa menimbulkan masalah baru. Hal ini sangat sesuai dengan peran zakat

    dalam mengentaskan kemiskinan, tidak hanya disalurkan untuk pemenuhan

  • 6

    kebutuhan secara konsumtif, namun juga melalui pemanfaatan yang lebih

    produktif.

    Penyaluran zakat yang dilakukan secara konsumtif tidak sepenuhnya

    salah, karena hal tersebut memiliki tujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

    seorang mustahik. Namun alangkah lebih baik jika pendistribusian atau

    penyalurannya dilakukan secara produktif yang dapat bermanfaat dalam

    jangka waktu yang panjang. Harapannya adalah zakat mampu mengatasi

    kemiskinan di Indonesia, karena prinsipnya zakat diberdayakan dan

    manfaatnya dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang lebih besar serta

    jangka waktu yang lama, lalu dapat meningkatkan status sosial mustahik

    sehingga diharapkan mampu untuk menjadi seorang muzakki.

    Berdasarkan data dari Pusat Kajian Studi Baznas (Puskas Baznas,

    2018) total penghimpunan zakat nasional pada tahun 2017 mencapai lebih

    dari 6,2 Triliun rupiah. Jumlah ini meningkat lebih dari 1,2 Triliun dari total

    penghimpunan pada tahun sebelumnya. Penyaluran zakat menyasar kepada

    beberapa bidang salah satunya bidang ekonomi, pada tahun 2016 jumlah

    penyalurannya sebesar 493,1 Miliar atau 18,30%, dan di tahun 2017

    meningkat menjadi 882,5 Miliar atau 20,33%. Proyeksi pertumbuhan muzaki

    pada tahun 2017 yaitu 12,2 Juta, sedangkan di tahun 2018 meningkat menjadi

    15,8 Juta. Mustahik penerima manfaat berdasarkan bidang ekonomi di tahun

    2017 sebesar 365,8 Ribu, dan untuk tahun 2018 meningkat yaitu 475,6 Ribu.

    Nilai Indeks Zakat Nasional (IZN) pada tahun 2018 adalah 0,51 (cukup baik)

    yang mengalami kenaikan nilai dari tahun sebelumnya yaitu 0,47 (cukup

  • 7

    baik), sehingga peningkatannya tidak mengalami perubahan yang signifikan

    (Outlook Zakat Indonesia, 2019).

    Basis zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada dua jenis objek

    zakat saja yaitu zakat fitrah dan zakat profesi (Outlook Zakat Indonesia,

    2018), sedangkan zakat yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi

    kemiskinan adalah zakat produktif. Zakat produktif adalah pendayagunaan

    zakat secara produktif yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau

    metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian yang

    lebih luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara’. Cara pemberian yang tepat

    guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai

    dengan pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat

    (Asnaini, 2008).

    Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerbitkan regulasi

    mengenai pemberian izin Lembaga Amil Zakat (LAZ). Peraturan ini

    tercantum dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 333 Tahun 2015

    yang memutuskan: Pertama, menetapkan pedoman pemberian izin

    pembentukan LAZ sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan

    bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini. Kedua, pedoman

    sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan acuan dalam

    pelaksanaan pemberian izin pembentukan LAZ bagi pejabat pada

    Kementerian Agama. Ketiga, keputusan ini mulai berlaku pada tanggal

    ditetapkan, yaitu 6 November 2015. KMA Nomor 333 Tahun 2015

  • 8

    merupakan turunan dari Peraturan Presiden (PP) Nomor 14 Tahun 2014

    pedoman pemberian izin LAZ.

    Salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah mendapat

    pengukuhan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional oleh Kementrian Agama

    Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI Nomor 240 tahun 2016

    tanggal 23 Mei 2016 adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al

    Azhar. LAZ Al Azhar dibentuk oleh Badan Pengurus YPI Al Azhar pada 1

    Desember 2004 melalui SK Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang

    ditandatangani oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al Azhar H. Rusydi Hamka

    dan sekretaris H. Nasroul Hamzah.

    LAZNAS Al Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan

    Pesantren Islam Al Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat

    dhuafa melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan sosial

    kemanusiaan lainnya yang dibenarkan oleh syariat agama dan sumber daya

    yang ada di masyarakat dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi

    pengurus organisasi. Indikator Kerja Utama (IKU) LAZ Al Azhar dalam

    pelaksanaan program-program penyaluran zakat yaitu : jumlah mustahik yang

    teridentifikasi, jumlah mustahik atau penerima manfaat yang terbantu, dan

    jumlah keluarga miskin yang terentaskan dari garis kemiskinan. Dana zakat

    yang telah dihimpun, kemudian dalam pendayagunaannya mampu

    memberikan nilai manfaat kepada mustahik dan memberikan dampak

    terhadap pengentasan kemiskinan, serta menyediakan pelayanan kepada

    masyarakat melalui berbagai pengelolaan program untuk meningkatkan

  • 9

    Sumber Daya Manusia (SDM) secara produktif (http://alazharpeduli.com/e-

    care).

    Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang diberikan mandat berupa

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, yaitu “lembaga pengelola ZIS

    (Zakat, Infaq, dan Sedekah) berkewajiban tidak sekedar membantu orang

    miskin tetapi juga mengentaskannya dari kemiskinan” dengan model

    pertumbuhan dan pembangunan yang berorientasi pada penghapusan

    kemiskinan (Michael P. Todaro, 1998). Maka program yang diciptakan oleh

    LAZ Al Azhar harus mampu meningkatkan produktivitas mustahik

    khususnya di bidang ekonomi. Oleh karena itu lahirlah program yang inovatif

    yaitu program Sejuta Berdaya. Program ini merupakan solusi mewujudkan

    keberdayaan ekonomi keluarga non riba yang berkah dan berkelanjutan.

    Sejuta Berdaya adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat

    memanfaatkan dana kebajikan (qardhul hasan) dan dana-dana sosial lainnya

    (Zakat – CSR) dari lembaga keuangan syariah (Perbankan, Asuransi,

    Multifinance, Pasar Modal, dll). Program ini memiliki target sejuta keluarga

    berdaya, penguatan, pelatihan serta pendampingan penerima manfaat program

    ini bersinergi dengan kelompok lembaga zakat yang terpilih dan sudah

    memiliki model-model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang

    komprehensif dan terintegrasi.

    Pemberdayaan ekonomi melalui program Sejuta Berdaya merupakan

    program pemberdayaan berbasis kelompok dengan pendampingan

    masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga secara

  • 10

    komprehensif dan berkelanjutan. Secara keseluruhan penerima manfaat pada

    program Sejuta Berdaya ini sudah ada sebanyak 998 keluarga dari 18 KSM

    (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang telah tersebar di 12 kota/kabupaten di

    Indonesia antara lain Bogor, Bandung, Purwakarta, Cianjur, Depok,

    Tangerang, Bekasi, Jakarta Utara, Muara Enim, Klaten, Wonogiri, Kediri

    (http://alazharpeduli.com/sejutaberdaya).

    Berdasarkan data dari situs resmi LAZ Al Azhar hasil perolehan

    Zakat, Infaq, Sedekah dan sosial keagamaan lainnya di Tahun 2018

    meningkat 12% dari tahun sebelumnya. Jumlah mustahik yang terbantu

    sebanyak 227.632 jiwa melalui 5 klaster program komprehensif. Sedangkan

    mustahik yang terentaskan dari garis kemiskinan sebanyak 596 keluarga.

    Rasio penyaluran zakat terhadap jumlah penghimpunan (donation and

    distribution) pada tahun 2018 mencapai 98%, artinya total dana yang

    terhimpun sebesar 98% telah didistribusikan dan didayagunakan dengan baik

    dan tepat sasaran (http://alazharpeduli.com/e-care).

    Program yang bertujuan untuk membantu usaha mikro mustahik

    dengan memberikan bantuan modal usaha sangatlah diperlukan. Hal ini

    dikarenakan peningkatan dan keberhasilan usaha mustahik berbanding lurus

    dengan tingkat ekonominya, artinya semakin meningkatnya usaha mustahik

    semakin baik pula tingkat perekonomianya. Keberhasilan usaha diidentikkan

    dengan perkembangan usaha yang merupakan suatu proses peningkatan

    kuantitas dari dimensi perusahaan. Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam

    usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami

  • 11

    peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha

    atau pengelolaan (Erliah, 2007).

    Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan dan keberhasilan

    usaha mustahik dari segi internal maupun eksternal, diantaranya adalah : etos

    kerja, karakteristik wirausaha, modal usaha, serta pelatihan dan

    pendampingan usaha mustahik. Faktor-faktor tersebut diperkuat oleh hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Riyaldi yang menyatakan bahwa faktor-faktor

    yang mempengaruhi keberhasilan penerima zakat produktif yang telah

    berhasil, ditemukan bahwa terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang

    dapat mempengaruhi keberhasilan mereka. Adapun faktor eksternal yang

    dimaksud adalah bantuan modal serta pelatihan dan pendampingan dari

    petugas BMA. Sedangkan faktor internal terdiri dari aspek spiritual dan

    sumber daya manusia para penerima zakat produktif (Riyaldi, 2015).

    Lebih lanjut (Purwanti, 2012) menyimpulkan hasil penelitiannya

    sebagai berikut:

    1. Terdapat pengaruh karakteristik wirausaha terhadap perkembangan usaha

    UMKM di desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga secara signifikan, hasil

    penelitian menunjukan pengaruh positif, yang berarti semakin tinggi

    karakteristik wirausaha maka akan semakin tinggi perkembangan usaha

    UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga.

    2. Modal usaha terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    perkembangan usaha, hal ini perlu mendapat perhatian dikarenakan hasil

  • 12

    penelitian menunjukan bahwa modal usaha mempunyai pengaruh yang

    paling dominan.

    3. Terdapat pengaruh karakteristik usaha, modal usaha dan strategi

    pemasaran secara bersama terhadap perkembangan UMKM di desa

    Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga.

    Oleh karena itu, peneliti berniat untuk mengkaji dan meneliti lebih

    mendalam mengenai faktor-faktor yang mendukung keberhasilan usaha

    mustahik dalam mengelola zakat produktif. Dengan mengambil fokus

    penelitian ini pada KSM yang berada di Wilayah JABODETABEK dan telah

    mengikuti program Sejuta Berdaya minimal selama 5 tahun. Maka peneliti

    merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul :

    “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik

    Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program Sejuta Berdaya

    LAZNAS Al Azhar).”

    B. Masalah Penelitian

    1. Identifikasi Masalah

    Masalah yang muncul berkenaan dengan keberhasilan mustahik

    dalam mengelola usaha, diidentifikasikan sebagai berikut:

    1) Kemiskinan merupakan hal yang krusial di Indonesia.

    2) Angka kemiskinan di Indonesia terindikasi relatif tinggi.

    3) Sulitnya mengatasi masalah kemiskinan, tanpa menimbulkan

    masalah yang baru.

  • 13

    4) Penyaluran zakat di Indonesia lebih dominan untuk pemenuhan

    kebutuhan mustahik secara konsumtif..

    2. Pembatasan Masalah

    Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian menjadi lebih

    terarah, fokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian.

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi

    penelitian ini dengan di fokuskan pada KSM (Kelompok Swadaya

    Masyarakat) yang berada di wilayah JABODETABEK (Jakarta, Bogor,

    Depok, Tangerang, dan Bekasi) serta telah mengikuti program Sejuta

    Berdaya ini dalam kurun waktu minimal 5 Tahun.

    Oleh karena itu, penulis memfokuskan pembahasan atas masalah-

    masalah pokok yang dibatasi dalam rumusan masalah sebagai berikut:

    1) Menganalisis pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan

    usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.

    2) Menganalisis pengaruh antara karakteristik wirausaha terhadap

    keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.

    3) Menganalisis pengaruh antara modal zakat terhadap keberhasilan

    usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.

    4) Menganalisis pengaruh antara pelatihan dan pendampingan

    terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat

    produktif program.

    5) Menganalisis pengaruh antara etos kerja, karakteristik wirausaha,

    modal zakat, pelatihan dan pendampingan terhadap keberhasilan

  • 14

    usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.

    Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih

    empat variabel yang relevan dengan permasalahan pokok yaitu : etos

    kerja (X1), karakteristik wirausaha (X2), modal zakat (X3), serta

    pelatihan dan pendampingan (X4) sebagai variabel prediktor atau

    independen serta satu variabel respon/dependen yaitu keberhasilan

    usaha mustahik (Y).

    3. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembahasan masalah pokok yang dijadikan fokus

    penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1) Apakah terdapat pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan

    usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?

    2) Apakah terdapat pengaruh antara karakteristik wirausaha terhadap

    keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?

    3) Apakah terdapat pengaruh antara modal zakat terhadap

    keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?

    4) Apakah terdapat pengaruh antara pelatihan dan pendampingan

    terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat

    produktif?

    5) Apakah terdapat pengaruh antara etos kerja, karakteristik

    wirausaha, modal zakat, pelatihan dan pendampingan terhadap

    keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?

  • 15

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, secara umum

    penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat

    produktif, adapun faktor-faktor tersebut antara lain: etos kerja,

    karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan pendampingan,

    baik berpengaruh secara parsial maupun secara simultan.

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau kegunaan dari

    berbagai aspek, diantaranya :

    a. Manfaat Praktis:

    1. Bagi mustahik, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

    untuk keberhasilan dalam menjalankan usahanya dari aspek

    peningkatan omset usaha.

    2. Bagi Badan atau Lembaga zakat, penelitian ini dapat diterapkan

    untuk meningkatkan usaha mustahik ditinjau dari etos kerja,

    karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan

    pendampingan terhadap mustahik.

    3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran

    dalam rangka memperdalam ilmu ekonomi syariah khususnya

    dalam kajian keberhasilan usaha mustahik.

  • 16

    b. Manfaat Teoritis:

    1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan teori mengenai

    keberhasilan usaha mustahik ditinjau dari aspek etos kerja,

    karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan

    pendampingan lembaga atau badan pengelola zakat. Serta dapat

    memperkaya teori dalam ranah ekonomi syariah.

    2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

    berarti dalam bidang ekonomi, khususnya di bidang ekonomi

    syariah.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Zakat

    a. Definisi Zakat

    Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai definisi

    zakat, antara lain Menurut lisanul Arab (dalam Yusuf Al-Qaradawi)

    arti dasar dari kata zakat ditinjau dari sudut bahasa adalah suci,

    tumbuh, berkah dan terpuji, semuanya digunakan dalam Al-Qur’an

    dan Hadits. Zakat adalah istilah Al-Qur’an yang menandakan

    kewajiban khusus memberikan sebagian kekayaan individu dan

    harta untuk amal. Secara harfiah zakat berasal dari akar kata dalam

    bahasa Arab yang berarti “memurnikan” dan “menumbuhkan”

    (Mannan, 1986). Lebih lanjut, menurut Qardhawi yang

    diterjemahkan oleh (Salman dkk, 2010) menjelaskan istilah fikih

    Zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT

    diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

    Menurut UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,

    bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang

    muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak

    menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan dalam UU

    Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2, Zakat adalah harta yang wajib

  • 18

    disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang

    muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang

    berhak menerimanya.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018)

    memberikan dua definisi Zakat, yakni :

    1) Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang

    beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak

    menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan

    yang telah ditetapkan oleh syarak.

    2) Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib

    dikeluarkan kepada mustahik.

    Menurut Yusuf Qardhawi yang diterjemahkan oleh Salman

    Harun Zakat secara etimologis berasal dari kata zaka yang artinya,

    “berkah, bersih, dan baik”, selain itu zaka dapat berarti “tumbuh dan

    berkembang”. Secara terminologi, zakat berarti “Sejumlah harta

    tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada

    orang-orang yang berhak” (Salman, 2010). Berdasarkan kedua

    pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa zakat merupakan harta

    yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim untuk menyucikan atau

    membersihkan hartanya dengan tujuan mencari keberkahan pada

    harta yang dimiliki.

  • 19

    b. Landasan Hukum Zakat

    Zakat merupakan pilar ketiga dari rukun Islam yang lima, dan

    hukumnya fardhu‘ain bagi setiap muslim yang telah memenuhi

    syarat-syarat seperti yang telah ditentukan oleh syariat. Pada

    dasarnya Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi yaitu

    vertikal dan horizontal, yang tidak hanya berorientasi pada ibadah

    namun juga rasa sosial dan kemanusiaan. Landasan hukum mengenai

    zakat terdapat dalam nash yang shahih baik terkandung di dalam Al-

    Qur’an maupun Al-Hadits.

    Berdasarkan Al-Qur’an antara lain:

    1) QS. Al-Baqarah (2): 43

    َوأَِقيُمو۟ا ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتو۟ا ٱلزََّكٰوَة َوٱرَْكُعو۟ا َمَع ٱلرَِّٰكِعنَي.

    Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuk

    lah beserta orang-orang yang rukuk”.

    2) QS. Al-Baqarah (2): 83

    ِلَدْيِن ِإْحَساَنا َوِذى ْعُبُدوَن ِإَلَّ ٱَّللََّ َوِبٱْلوَٰ َوِإْذ َأَخْذََن ِميثََٰق َبِِنٓ ِإْسرَِٰٓءيَل ََل تَ ِكنِي َوُقوُلو۟ا ِللنَّاِس ُحْسناا َوأَِقيُمو۟ا ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتو۟ا َمٰى َوٱْلَمسَٰ تَٰ ٱْلُقْرََبٰ َوٱْليَ

    نُكْم َوأَنُتم مُّْعِرُضونَ ُتْم ِإَلَّ َقِليًلا مِ َولَّيْ ٱلزََّكٰوَة ُُثَّ تَ

    Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari

    Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah,

    dan berbuat kebaikan kepada ibu, bapa, kaum kerabat, anak-

    anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-

    kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan

    tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,

  • 20

    kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu

    berpaling”.

    3) QS. At-Taubah (9): 103

    يِهم ِِبَا َوَصلِ َعَلْيِهْم ِإنَّ َصَلٰوَتَك َسَكٌن ِلَُّْم رُُهْم َوتُ زَكِ ِِلِْم َصَدَقةا ُتَطهِ ُخْذ ِمْن أَْموَٰيٌع َعِليمٌ ُ َسَِ َوٱَّللَّ

    Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

    zakat itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan

    berdo’a lah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu

    (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha

    Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

    Berdasarkan Hadits antara lain:

    1) Hadits Riwayat Muslim

    ْسًَلُم َعَلى ََخَْسٍة َعْن اْبِن ُعَمَر َعْن النَِّبِ َصلَّى اَّللَُّ َعَلْيِه َوَسلََّم َقاَل ُبِِنَ اْْلَِد اَّللَُّ َوِإَقاِم الصًََّلِة َوِإيَتاِء الزََّكاِة َوِصَياِم َرَمَضاَن َوالَْ َقاَل َعَلى َأْن يُ َوحَّ جِ فَ

    ْعُتُه ِمْن َرُجٌل اْلَجُّ َوِصَياُم َرَمَضاَن َقاَل ََل ِصَياُم َرَمَضاَن َواْلَجُّ َهَكَذا َسَُِ َعَلْيِه َوَسلَّمَ ومسلم( )رواه َرُسوِل اَّللَِّ َصلَّى اَّللَّ

    Artinya: “Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi

    Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Islam

    dibangun diatas lima (tonggak): mentauhidkan (mengesakan)

    Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, puasa

    Ramadhan, dan haji”. Seorang laki-laki mengatakan: “Haji

    dan puasa Ramadhan,” maka Ibnu Umar berkata: “Tidak,

    puasa Ramadhan dan haji, demikian ini aku telah mendengar

    dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam” [HR. Muslim,

    no. (16)-19].”

    Dasar hukum formalnya, sebagai berikut :

    1) Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

    2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 14 Tahun 2014

  • 21

    tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 23 Tahun 2011

    tentang Pengelolaan Zakat.

    3) Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan

    Urusan Haji No. D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis

    Pengelolaan Zakat.

    4) Undang-Undang RI No 17 Tahun 2000 tentang Perubahan

    Ketiga atas Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak

    Penghasilan. Dalam UU ini diatur bahwa zakat yang dibayarkan

    oleh wajib pajak baik perseroan maupun pribadi pemeluk agama

    Islam atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh

    pemeluk Islam kepada Badan Amil Zakat yang telah

    dikukuhkan dapat dikurangkan dari penghasilan Kena Pajak.

    5) Pedoman Pengelolaan Zakat, Direktorat Pengembangan Zakat

    dan Wakaf, Depag, 2003 (Zuhri, 2012).

    c. Prinsip dan Tujuan Zakat

    M.A. Mannan dalam bukunya Islamic economics: Theory and

    Practice, sebagaimana yang dikutip oleh Hikmat Kurnia dan A.

    Hidayat (2008) menyebutkan bahwa zakat mempunyai enam prinsip,

    yaitu:

    1) Prinsip Keyakinan Keagamaan, yaitu bahwa orang yang

    membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari

    keyakinan agamanya.

    2) Prinsip Pemerataan dan Keadilan. Merupakan tujuan sosial

  • 22

    zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih

    merata dan adil kepada manusia.

    3) Prinsip Produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang

    harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk

    tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.

    4) Prinsip Nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang

    menghasilkan itu harus dikeluarkan.

    5) Prinsip Kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh

    orang yang bebas atau merdeka (hurr).

    6) Prinsip Etika dan Kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara

    semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan.

    Para cendekiawan muslim menerangkan tentang tujuan-tujuan

    zakat baik secara umum maupun yang menyangkut tatanan ekonomi,

    sosial dan kenegaraan, maupun secara khusus yang ditinjau dari

    tujuan-tujuan nash secara eksplisit (Kurnia dan Hidayat, 2008).

    Tujuan-tujuan itu antara lain:

    1) Menyucikan harta dan jiwa Muzakki

    2) Mengangkat derajat fakir miskin

    3) Membantu memecahkan masalah pada gharimin, ibnu sabil,

    dan mustahik zakat lainnya.

    4) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat

    Islam dan manusia pada umumnya.

    5) Menghilangkat sifat kikir para pemilik harta

  • 23

    6) Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari

    hati orang-orang miskin

    7) Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam

    masyarakat agar tidak ada kesenjangan antara keduanya.

    8) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri

    seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.

    9) Mendidik manusia untuk disiplin dalam menunaikan

    kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

    10) Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah SWT.

    Sebagai sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai

    keadilan sosial.

    d. Golongan Mustahik

    Orang-orang atau golongan yang berhak menerima Zakat telah

    diatur dalam syariat Islam, yaitu ada delapan Ashnaf, sebagaimana

    disebutkan dalam QS. At-Taubah : 60

    َا الصََّدقَاُت لِْلُفَقرَاِء َواْلَمَساِكنِي َها َواْلُمَؤلََّفِة قُ ُلوبُ ُهْم َوِف الر ِقَاِب ِإَّنَّ َواْلَعاِمِلنَي َعَلي ُْ َعِليٌم َحِكيمٌ ۗ َواَّللَّ َواْلَغارِِمنَي َوِف َسِبيِل اَّللَِّ َواْبِن السَِّبيِل ۖ َفرِيَضةا ِمَن اَّللَِّ

    Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

    orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para

    mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

    orang yang berhutang, untuk dijalan Allah dan untuk mereka yang

    sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

    Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

    Delapan golongan tersebut, di rincikan oleh M. Nur Rianto Al

    Arif (2013) yaitu :

  • 24

    1) Fakir, merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak

    mempunyai sumber penghasilan, sehingga kehidupannya sehari-

    hari sangat kekurangan. Dalam pembahasan biasanya akan

    selalu dikaitkan dengan miskin, karena kemiripan situasi hidup

    yang dihadapinya.

    2) Miskin, merupakan kondisi dimana seseorang mempunyai

    sumber penghasilan akan tetapi penghasilan yang diperoleh

    masih sangat kecil sehingga tidak mampu untuk memenuhi

    kebutuhan hidupnya. Permasalahan yang muncul terkait dengan

    penentuan kemiskinan adalah bagaimana cara menentukan

    standar hidup minimal yang layak. Namun selain itu,

    kemiskinan di sini dapat diartikan dengan kemiskinan

    intelektual atau kebodohan yang selama ini melekat pada kaum

    muslimin sereta kemiskinan iman.

    3) Amil zakat, yaitu individu, lembaga atau institusi pengelola

    zakat. Mereka berhak menerima zakat untuk biaya operasional

    dan biaya hidup mereka, akan tetapi besaran jatah untuk amil

    dibatasi maksimal hanya 12,5%. Diharapkan dengan

    memasukkan amil sebagai salah satu asnaf penerima zakat, akan

    memacu mereka untuk bekerja lebih baik lagi bagi kemaslahatan

    dan kesejahteraan umat.

    4) Muallaf, yaitu individu yang baru saja memeluk ataupun masuk

    ke dalam Islam. Mereka berhak menerima zakat karena

  • 25

    seringkali dengan masuknya mereka ke dalam Islam membuat

    mereka dikucilkan dari kehidupan yang seringkali membuat

    mereka terkucilkan dalam hal ekonomi.

    5) Riqab atau Budak, merupakan kondisi dimana manusia

    diperlakukan tidak layak yang dianggap sebagai benda. Pada

    masa sekarang budak sudah tidak ada lagi, akan tetapi kondisi

    yang mendekati hal tersebut masih ada, contohnya Tenaga Kerja

    Indonesia (TKI) terutama seorang wanita, seringkali menerima

    perlakuan yang tidak baik dari majikannya. Karena di beberapa

    negara, pembantu masih dianggap sebagai budak.

    6) Gharim, yaitu orang yang terlilit hutang, dimana hutang tersebut

    dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan

    untuk keperluan maksiat dan ia tidak mampu untuk membayar

    atau melunasinya.

    7) Sabilillah, merupakan kondisi individu yang berjuang untuk

    menegakkan agama Allah. Hal ini terjadi pada para mujahid

    Islam di Palestina atau Afganisthan yang berjuang untuk

    menegakkan agama Allah dalam melawan para sekutunya. Serta

    dana bagi pembangunan masjid, rumah sakit, pesantren dan

    sekolah-sekolah islam lainnya yang dapat dikategorikan sebagai

    perjuangan di jalan Allah (fi sabilillah), serta mampu

    memberikan kesegaran spiritual kepada kaum muslimin yang

    membutuhkan.

  • 26

    8) Ibnu Sabil, yaitu individu yang sedang dalam perjalanan dimana

    perjalanan yang dilakukan adalah untuk kebajikan dan bukan

    untuk kemaksiatan.

    e. Zakat Produktif

    Zakat merupakan tindakan Transfer of Income (pemindahan

    kekayaan) dari golongan kaya ke golongan miskin. Jika mampu di

    maksimalkan untuk usaha yang produktif, hal ini berpotensi dapat

    mengembangkan kondisi ekonomi dan produktivitas mustahik

    (orang yang menerima zakat).

    Pendayagunaan Zakat berkaitan dengan bagaimana cara

    pendistribusiannya yang tepat sasaran dan tepat guna, di dalam

    Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

    dijelaskan mengenai pendayagunaan zakat yaitu:

    1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam

    rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas

    umat.

    2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar

    mustahik telah terpenuhi.

    Untuk kata produktif sendiri secara bahasa, berasal dari bahasa

    Inggris yaitu “productive” yang berarti “banyak menghasilkan,

    memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang

  • 27

    berharga yang mempunyai hasil baik. Menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (KBBI, 2018), definisi Produktif adalah :

    1) Bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar).

    2) Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya),

    menguntungkan.

    3) Mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk

    membentuk unsur-unsur baru.

    Menurut Yusuf Qardhawi (2005), zakat produktif adalah zakat

    yang dikelola sebagai suatu upaya dalam meningkatkan ekonomi

    para fakir miskin dengan memfokuskan pada pemberdayaan sumber

    dayanya dengan melalui pelatihan-pelatihan yang mengarah pada

    peningkatan skill-nya, yang pada akhirnya dana zakat tersebut

    menjadi modal bagi pengembangan usahanya sehingga mereka

    mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

    menjadi mandiri dalam mengembangkan ekonominya.

    Tujuan zakat produktif menurut Yusuf Qardhawi (2011), untuk

    menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang miskin

    menjadi berkecukupan selama-lamanya, mencari pangkal penyebab

    nya, serta mengusahakan agar orang-orang miskin tersebut mampu

    memperbaiki kehidupan mereka.

    Menurut Sahal Mahfudh (1994), zakat produktif adalah zakat

    yang dikelola secara produktif dimana pemberian dana zakat bisa

    membuat penerima zakat (mustahik) mampu menghasilkan sesuatu

  • 28

    secara konsisten dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dana

    zakat yang diberikan dikembangkan untuk membuka usaha yang

    mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tidak dihabiskan untuk hal-

    hal yang bersifat konsumtif.

    Tujuan dari pengelolaan zakat secara produktif menurut Sahal

    Mahfudh (1994) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penerima

    zakat dan mendapatkan manfaat lebih dari dana yang diterima,

    sehingga nantinya mereka yang sebelumnya sebagai penerima zakat

    (mustahik) berubah menjadi orang yang wajib mengeluarkan zakat

    (muzakki).

    Abdurrahman Qadir (2001) menyatakan bahwa, zakat

    produktif adalah zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai

    modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi dengan tujuan

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas mustahik.

    Sedangkan menurut Asnaini (2008) zakat produktif adalah zakat

    dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik

    tidak dihabiskan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk

    membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka

    dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.

    Dalam mengelola zakat produktif diperlukan adanya suatu

    mekanisme atau sistem pengelolaan yang baik untuk digunakan,

    sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal-hal seperti

    penyelewengan dana ataupun meminimalisir kendala lainnya yang

  • 29

    akan terjadi, berikut ini adalah macam-macam model sistem

    pengelolaan zakat produktif (M. Ridwan Mas’ud, 2005):

    1) Surplus Zakat Budget.

    Merupakan pengumpulan dana zakat yang

    pendistribusiannya hanya di bagikan sebagian dan sebagian

    lainnya digunakan dalam pembiayaan usaha-usaha produktif

    dalam bentuk zakat certificate. Dalam pelaksanaannya zakat

    diserahkan oleh muzakki kepada amil yang kemudian dikelola

    menjadi dua bentuk yaitu bentuk sertifikat dan uang tunai,

    selanjutnya sertifikat diberikan kepada mustahik dengan

    persetujuan mustahik tersebut.

    Uang tunai yang terkandung dalam sertifikat tersebut

    selanjutnya digunakan untuk operasional perusahaan, dengan

    harapan perusahaan tersebut dapat berkembang pesat dan

    menyerap tenaga kerja dari golongan mustahik sendiri, selain itu

    perusahaan juga diharapkan dapat memberikan bagi hasil

    kepada mustahik pemegang sertifikat. Apabila jumlah bagi hasil

    telah mencapai nishab dan haul nya maka mustahik tersebut

    dapat berperan menjadi muzakki yang mampu membayar zakat

    atau memberikan shadaqah.

    2) In Kind

    Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana alokasi dana

    zakat yang akan didistribusikan kepada mustahik tidak

  • 30

    dibagikan dalam bentuk uang tunai, melainkan dalam bentuk

    alat-alat produksi seperti mesin ataupun hewan ternak yang

    dibutuhkan oleh kaum ekonomi lemah yang memiliki keinginan

    untuk berusaha atau berproduksi, baik untuk mereka yang baru

    akan memulai usaha maupun yang ingin mengembangkan usaha

    yang sudah dijalaninya.

    3) Revolving Fund

    Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana amil

    memberikan pinjaman dana zakat kepada mustahik dalam

    bentuk pembiayaan qardhul hasan. Tugas mustahik adalah

    menggunakan dana pinjaman tersebut untuk usaha agar dapat

    mengembalikan sebagian atau seluruh dana yang dipinjam

    tersebut dalam kurun waktu tertentu. Setelah dana tersebut

    dikembalikan kepada amil kemudian amil menggulirkan dana

    tersebut kepada mustahik lainnya.

    Berdasarkan macam-macam model sistem pengelolaan zakat

    produktif yang telah dijelaskan, sistem yang digunakan oleh

    Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar yaitu sistem

    Revolving Fund, karena LAZNAS Al Azhar pada awalnya

    membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) disuatu daerah

    dengan menunjuk kader pilihannya sebagai pengurus, kemudian

    memberikan dana zakat tersebut kepada masing-masing KSM untuk

    diberikan kepada anggotanya dan dikelola secara produktif.

  • 31

    2. Keberhasilan Usaha

    Usaha yang sukses atau berhasil didefinisikan sebagai tingkat

    pencapaian hasil atau tujuan organisasi (Riyanti, 2003). Keberhasilan

    usaha adalah keberhasilan dari suatu bisnis untuk mencapai tujuannya,

    suatu bisnis dikatakan berhasil apabila mendapat laba/keuntungan,

    karena keuntungan adalah tujuan dari orang melakukan bisnis (Henry,

    2007).

    Berdasarkan penelitian dari Zafir Mohd Makhbul (2011) dalam

    jurnalnya yang berjudul Entrepreneurial Success: An Ecploratory Study

    among Entrepreneurs, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan kewirausaan yaitu karakteristik khusus

    wirausahawan termasuk ketekunan, keterampilan sosial yang baik,

    percaya diri dan mampu mengontrol diri, keterampilan dalam

    berkomunikasi, serta faktor religiusitas seperti kejujuran, amanah,

    memiliki etika dan moral yang baik.

    Menurut Suranti (2006), untuk mencapai keberhasilan usaha dapat

    menggunakan suatu pendekatan, yaitu meliputi pencapaian tujuan,

    pendekatan sistem, pendekatan konstituensi strategis, dan pendekatan

    nilai-nilai bersaing. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

    a. Pendekatan pencapaian tujuan, menyebutkan bahwa keberhasilan

    usaha harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan yaitu

    mendapatkan laba atau keuntungan yang merupakan selisih antara

    harga jual dengan biaya produksi.

  • 32

    b. Pendekatan sistem, mengatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai

    dari cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu

    bagaimana hubungan antar individu dalam unit usaha dapat

    bekerjasama dan koordinasi sehingga terciptanya kondisi kerja

    yang kondusif.

    c. Pendekatan konstituensi strategis, menyatakan bahwa keberhasilan

    usaha dinilai dari hubungan baik dengan mitra kerja yang menjadi

    pendukung kelanjutan unit usaha.

    d. Pendekatan nilai-nilai bersaing, menyatakan bahwa keberhasilan

    usaha dikatakan berhasil apabila unit usaha mampu bersaing

    dengan unit usaha yang sejenis.

    Menurut Suryana, empat ciri wirausahawan yang berhasil yang

    tercermin pada sifat-sifat kepribadiannya, sebagai berikut (Suryana,

    2013):

    a. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara

    independen dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil.

    b. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan,

    berorientasi hasil, dan tanggung jawab serta kerja keras.

    c. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam

    kewirausahaan.

    d. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam

    memperoleh ide.

  • 33

    Keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai

    tujuannya, suatu ukuran atau indikator keberhasilannya antara lain, yaitu

    permodalan, pendapatan, dan volume penjualan. Adapun penjelasannya

    sebagai berikut (Suryana, 2013):

    a. Modal, merupakan semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan

    secara langsung maupun tidak langsung dalam program untuk

    menambah output, yaitu terdiri dari barang-barang yang dibuat

    untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang (Irawan

    dan Suparmoko, 1998).

    b. Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh

    masyarakat atas prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik

    harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan (Sukirno, 2006).

    c. Volume penjualan adalah tingkat aktivitas perusahaan baik

    produksi maupun penjualan. Volume penjualan merupakan

    penjualan yang dinyatakan dalam jumlah penjualan banyaknya

    satuan fisik atau jumlah uang yang harus dicapai. Menurut Mulyadi

    (2005) volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukkan

    banyaknya atau besarnya jumlah barang dan jasa yang terjual.

    Suatu usaha dapat dikatakan berhasil apabila setelah jangka waktu

    tertentu usahanya mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala

    usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaannya (Erliah, 2007).

  • 34

    Berdasarkan deskripsi terkait teori, konsep, dan indikator

    keberhasilan usaha yang telah dijelaskan, kesimpulan dari tingkat

    keberhasilan bisnis seseorang yaitu dilihat dari segi permodalan yang

    digunakan, peningkatan omset usaha dalam jangka waktu tertentu

    (tahunan), serta meningkatnya volume penjualannya.

    3. Etos Kerja

    a. Definisi Etos Kerja

    Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang

    mempunyai arti sebagai sikap, kepribadian, karakter serta keyakinan

    tertentu. Kata yang senada dengan kata etos adalah “etika“ dan “etis”

    yang hampir mendekati makna khuluq atau akhlaq dalam bahasa

    arab yang berkaitan dengan baik dan buruk. Dalam kamus webster,

    “etos” didefiniskan sebagai “keyakinan yang berfungsi sebagai

    panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok atau sebuah

    institusi (guiding belleft of a person, group or insttution)” (Sinamo,

    2006).

    Sedangkan pengertian kerja secara istilah atau terminologi

    adalah “melakukan sesuatu untuk menghasilkan karya yang

    bermanfaat bagi diri dan lingkungannya” (Chalil, 2011).

    Etos kerja dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, karakter,

    akhlak, dan etika seseorang dalam bekerja yang tak lepas dari

    landasan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritualitas yang

    bersumber dari hati nurani” (Santoso, 2012).

  • 35

    Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa

    atau umat terhadap kerja. Bila individu dalam komunitas

    memandang kerja sebagai suatu yang luhur bagi eksistensi manusia,

    maka etos kerjanya cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan

    pandangan terhadap kerja sebagai suatu yang bernilai rendah bagi

    kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah

    (Anoraga, 2009).

    Menurut Nurcholish Madjid (1995), etos kerja dalam islam

    adalah hasil suatu kepercayaan seorang muslim, bahwa kerja

    mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh

    perkenan Allah SWT.

    Sedangkan menurut Toto Tasmara (1995), menyatakan bahwa

    bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-

    sungguh dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk

    mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba

    Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya

    sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah), atau

    dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja, manusia itu

    memanusiakan dirinya.

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

    Jansen H. Sinamo mengembangkan apa yang disebut dengan

    “Roh keberhasilan” (The spirit of Succes) yang dikembangkan

    dengan tiga strategi besar yang harus diambil serentak, yaitu:

  • 36

    Strategi pertama, kondisi sosial politik sebagai lingkungan

    makro bagi tumbuh kembangnya organisasi dan lembaga-lembaga

    ekonomi masyarakat harus segera ditata secara positif, sehingga

    terbebas dari distorsi yang sarat dengan kolusi dan korupsi. Jika

    kondisi sosial politik masih demikian adanya, maka sudah barang

    tentu memberikan kesan tidak percaya dari organisasi dan lembaga-

    lembaga dibawahnya. Sehingga harapan untuk membangun etos

    kerja demi tercapainya tujuan bersama akan melemah.

    Strategi kedua, etos kerja harus disosialisasikan dan dikaitkan

    secara tegas dengan upaya peningkatan ilmu dan pengetahuan

    masyarakat. Meraih gelar keilmuan setinggi-tingginya harus menjadi

    cita-cita baru bagi masyarakat. Dengan demikian etos kerja dan etos

    belajar difungsikan menjadi basis motivasi untuk meraih sukses di

    segala bidang. Dengan ini masyarakat akan berkembang menjadi

    masyarakat yang cerdas dan berpengetahuan.

    Strategi ketiga, pengembangan etos kerja harus dilaksanakan

    dalam konteks pendidikan dan pelatihan manajemen, dalam arti

    seluas-luasnya untuk memperoleh keterampilan organisasional

    bermutu tinggi bagi seluruh warga organisasi.

    Untuk mendukung ketiga strategi tersebut, Sinamo (2006)

    menegaskan harus ditopang dengan stamina, energi, dan vitalitas

    yang kuat. Di mana pada tingkat individual kekuatan pendorang

  • 37

    tersebut diberi nama dengan “Roh Keberhasilan” (The Spirit of

    succes) yang merupakan sumber energi sukses itu sendiri.

    Hamzah Ya’kub (1992) menjelaskan bahwa ada beberapa

    sikap kematangan spiritual yang perlu diperhatikan dalam

    menghadapi pekerjaan, yaitu (Saifullah, 2010):

    1. Niat ikhlas. Niat merupakan kemantapan tujuan luhur untuk

    apa pekerjaan itu dilakukan. Hal ini sesuai dengan falsafah

    hidup muslim yang bekerja dengan tujuan mengharapkan

    Ridha Allah SWT.

    2. Kemauan keras (‘azam). Untuk mengembangkan usaha, agar

    dapat maju dan sukses diperlukan sebuah kemauan atau usaha

    yang keras, tekat membaja. Apabila sudah ber’azam maka

    kebulatan tekat tentang berhasil dan tidaknya diserahkan

    sepenuhnya kepada Allah, inilah arti tawakkal yang

    sesungguhnya.

    3. Ketekunan (Istiqamah), merupakan daya tahan mental dan

    kesetiaan melakukan sesuatu yang telah direncanakan sampai

    ke batas akhir suatu pekerjaan

    4. Kesabaran, merupakan sikap hidup seorang muslim yang

    sangat berharga. Sikap ini sangat dibutuhkan dalam berjuang

    dan bekerja, hal ini termasuk Akhlakul Karimah yang

    seharusnya diperjuangkan dalam hidup.

  • 38

    c. Aspek-aspek Etos Kerja

    Sementara Jansen H. Sinamo (2006) terkait dengan aspek dan

    dimensi etos kerja, beliau mengembangkan apa yang dikenal dengan

    delapan etos kerja sebagai pengejawantahan dari konsep beliau yang

    disebut dengan Tetra Darma Mahardika. Kedelapan etos kerja

    tersebut adalah:

    Etos 1 : Kerja adalah rahmat; Aku bekerja tulus penuh syukur.

    Etos 2 : Kerja adalah amanah; Aku bekerja benar penuh tanggung

    jawab.

    Etos 3 : Kerja adalah panggilan; Aku bekerja tuntas penuh

    panggilan.

    Etos 4 : Kerja adalah aktualisasi; Aku bekerja penuh semangat.

    Etos 5 : Kerja adalah ibadah; Aku bekerja serius penuh kecintaan.

    Etos 6 : Kerja adalah seni; Aku bekerja kreatif penuh suka cita.

    Etos 7 : Kerja adalah kehormatan; Aku bekerja tekun penuh

    keunggulan.

    Etos 8 : Kerja adalah pelayanan; Aku bekerja sempurna penuh

    kerendahan hati

  • 39

    Gambar 2.1

    Ethos – Oktagon Etos Kerja Profesional

    Islam mengajarkan bahwa kerja itu harus dilaksanakan

    berdasarkan beberapa prinsip, sebagai berikut (Mohammad Irham,

    2012):

    1. Bahwa pekerjaan itu dilakkukan berdasarkan pengetahuan

    sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah dalam Al-

    Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu

    tidak mempunyai pengetahuan mengenainya.” (QS. Al-Isra :

    36).

    2. Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian

    sebagaimana dapat dipahami dari hadis Nabi SAW, “Apabila

    suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka

    E-1

    Kerja Adalah Rahmat;

    Aku Bekerja Tulus

    Penuh Syukur E-8

    Kerja Adalah Pelayanan;

    Aku Bekerja Sempurna

    Penuh Kerendahan Hati

    E-6

    Kerja Adalah Seni; Aku

    Bekerja Kreatif Penuh

    Sukacita

    Kerja Adalah Aktualisasi;

    Aku Bekerja

    Penuh Semangat

    E-4 Kerja Adalah

    Amanah; Aku

    Bekerja Benar

    Penuh

    Tanggungjawab

    E-2

    Kerja Adalah Kehormatan;

    Aku Bekerja Tekun

    Penuh Keunggulan

    E-7

    E-5

    Kerja Adalah Ibadah;

    Aku Bekerja Serius

    Penuh Kecintaan

    E-3

    Kerja Adalah Panggilan;

    Aku Bekerja Tuntas Penuh

    Integritas

    ROH

    KEBERHASILAN

  • 40

    tunggulah saat kehancurannya.” (Hadis Shahih Riwayat Al-

    Bukhori).

    3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana

    dapat dipahami dari firman Allah, “Dialah tuhan yang telah

    menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara

    kalian yang dapat melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik,

    kamu akan dikembalikan kepada yang maha mengetahui yang

    ghaib dan yang nyata, lalu dia memberitahukan kepadamu

    tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Mulk : 2).

    4. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang

    tinggi.

    5. Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul, dan masyarakat, oleh

    karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

    6. Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia

    kerjakan.

    7. Ajaran islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah

    bentuk keberadaan manusia. Artinya, manusia ada karena

    kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan

    manusia.

    4. Modal Zakat

    Zakat memiliki peranan yang strategis dal