analisis faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
USAHA MUSTAHIK DALAM MENGELOLA ZAKAT PRODUKTIF
(STUDI PADA PROGRAM SEJUTA BERDAYA LAZNAS AL AZHAR)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh
Fakhriah Hasna
NIM : 11150860000035
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
USAHA MUSTAHIK DALAM MENGELOLA ZAKAT PRODUKTIF
(STUDI PADA PROGRAM SEJUTA BERDAYA LAZNAS AL AZHAR)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh
Fakhriah Hasna
NIM : 11150860000035
Di bawah Bimbingan
Dr. -
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Rabu, 10 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Fakhriah Hasna
NIM : 11150860000035
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program
Sejuta Berdaya LAZNAS Al Azhar)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
.
Jakarta, 10 April 2019
1. Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A. (…………………….........)
NIP. 195406181981031005 Penguji I
2. Prilla Kurnia Ningsih, Lc., M.E.Sy. (…………………….........)
NIDN. 2008048301 Penguji II
-
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at Tanggal 19 Bulan Juli Tahun Dua Ribu Sembilan Belas telah
diadakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Fakhriah Hasna
2. NIM : 11150860000035
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program Sejuta
Berdaya LAZNAS Al Azhar)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juli 2019
1. Dr. Erika Amelia, SE., M.Si (___________________)
NIP. 197711092009122001 Ketua
2. Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA (___________________) NIP. 197606262009011013 Sekretaris
3. Nurul Ichsan, MA (___________________)
NIP. 197311282005011004 Penguji Ahli
4. Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA (___________________)
NIP. 197606262009011013 Pembimbing I
-
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fakhriah Hasna
NIM : 11150860000035
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 24 Juni 2019
Yang Menyatakan
(Fakhriah Hasna)
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fakhriah Hasna
2. Nama Panggilan : Hana
3. Tepat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Desember 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jalan Limun, Kelurahan Pisangan,
Kecamatan Ciputat Timur,
Tangerang Selatan.
7. Telepon : 087741650340
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
A. Formal
Tahun 2015 – 2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012 – 2015 : Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 4 Jakarta
Tahun 2009 – 2012 : Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Darunnajah Ulujami-Pesanggrahan,
Jakarta Selatan
Tahun 2003 – 2009 : Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Kampung Utan II
mailto:[email protected]
-
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) cabang Tapak
Suci UIN Jakarta (Tahun 2015 – 2016).
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat (Tahun 2015 – 2019).
3. Anggota Departemen Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Syariah (Tahun 2015 – 2016).
4. Wakil Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Syariah (Tahun 2016 – 2017).
5. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah
(Tahun 2017 – 2018).
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Relawan Jakarta Keren Tahun 2016.
2. Surveyor Lembaga Charta Politika Tahun 2017.
3. Surveyor Lembaga Indikator Tahun 2018.
4. Surveyor Lembaga LP3ES Tahun 2018.
5. Divisi Hubungan Masyarakat Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Kelompok 41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018.
6. Admin Apparel Indonesia Clothing Tahun 2019.
-
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Askolani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Rangkasbitung, 8 Oktober 1959
3. Pekerjaan Ayah : PNS – Guru
4. Ibu : Rosyidah
5. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 14 April 1963
6. Pekerjaan Ibu : PNS – Guru
9. Alamat : Jalan Limun, Kelurahan Pisangan,
Kecamatan Ciputat Timur,
Tangerang Selatan.
7. Anak ke : 3 dari 3 bersaudara.
-
ABSTRACT
This research aims to analyze the factors influencing the successful
business of the zakat recipient in managing productive zakat in the program of
“Sejuta Berdaya” empowered by national zakat institution namely Lembaga Amil
Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar. The objects of the research are 5 KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) or Self Help Groups (SHGs) located in Greater
Jakarta. Regarding the factors, there are work ethic, entrepreneurial
characteristics, zakat capital, training, and assistance factors that were studied.
The research method used in this study was quantitative approach with logistic
regression analysis as the technique. The research sample was the participating
zakat recipients of productive zakat on LAZNAS Al Azhar “Sejuta Berdaya”
program. 122 people were obtained as the sample after been calculated using
Slovin formula, widely spread from 5 SHGs in the Greater Jakarta area. Next, the
instrument used to measure the factors of work ethic, entrepreneurial
characteristics, training and assistance in this study was questionnaire.
The result of this research shows that : simultaneous and partial test results
showed that the four models prevailed significant results. It means that (1) there
was an influence between the work ethic on the success of zakat recipients’
business in managing productive zakat, (2) there was an influence between
entrepreneurial characteristics on the success of zakat recipients’ business in
managing productive zakat, (3) there was an influence between the zakat capital
on the success of zakat recipients’ business in managing productive zakat, (4)
there was an influence between training and assistance to the success of zakat
recipients’ business. This research is expected to be a reference for zakat
recipients in order to find out the success factors carrying out their business in
terms of increasing business turnover, and help zakat agencies to apply the factors
mentioned so that productive zakat utilization can be more developed. Further
studies need to be conducted by adding variables or indicators outside of this
study, in order to produce a better and varied equation model.
Key Word : Zakat, Productive Zakat, Successful Business, Work Ethic,
Entrepreneurial Characteristics, Zakat Capital, Training and Assistance.
-
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif
pada program sejuta berdaya Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar
dengan objek penelitian yaitu 5 KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
berada di wilayah JABODETABEK. Adapun faktor-faktor yang diteliti yaitu etos
kerja, karakteristik wirausaha, modal zakat, pelatihan dan pendampingan. Metode
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis
regresi logistik. Sampel penelitian adalah mustahik pengelola zakat produktif pada
program sejuta berdaya LAZNAS Al Azhar dengan jumlah 122 orang yang
diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus slovin, tersebar dari
5 KSM yang berada di wilayah JABODETABEK. Instrumen yang digunakan
untuk mengukur faktor etos kerja, karakteristik wirausaha, serta pelatihan dan
pendampingan dalam penelitian ini adalah angket.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : uji secara simultan dan
parsial menunjukkan keempat model memperoleh hasil yang signifikan. Artinya
(1) terdapat pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan usaha mustahik
dalam mengelola zakat produktif, (2) terdapat pengaruh antara karakteristik
wirausaha terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat
produktif, (3) terdapat pengaruh antara modal zakat terhadap keberhasilan usaha
mustahik dalam mengelola zakat produktif, (4) terdapat pengaruh antara pelatihan
dan pendampingan terhadap keberhasilan usaha mustahik. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi bagi mustahik untuk mengetahui faktor
keberhasilan dalam menjalankan usahanya ditinjau dari aspek peningkatan omset
usaha, dan membantu pihak badan atau lembaga amil zakat untuk menerapkan
faktor-faktor dalam penelitian ini sehingga pendayagunaan zakat produktif dapat
lebih berkembang. Perlu dilakukan studi lanjutan dengan menambah variabel atau
indikator diluar penelitian ini, agar menghasilkan model persamaan yang lebih
baik dan bervariasi.
Kata Kunci : Zakat, Zakat Produktif, Keberhasilan Usaha, Etos Kerja,
Karakteristik Wirausaha, Modal Zakat, Pelatihan dan Pendampingan.
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik Dalam Mengelola Zakat Produktif
Pada Program Sejuta Berdaya LAZNAS Al Azhar”. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Ide penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan peneliti untuk
mengkaji tentang zakat produktif. Pada dasarnya mengkaji peranan zakat tidak
hanya sebatas tentang pendistribusian dana zakat kepada mustahik lalu
dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif, namun zakat memiliki peranan atau
manfaat yang lebih dari sekedar itu jika penyalurannya untuk kegiatan
pemberdayaan secara produktif. Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna
yang fundamental. Selain berkaitan dengan aspek-aspek ke-Tuhan-an, namun
zakat juga berkenaan terhadap aspek ekonomi dan sosial.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini tidak akan selesai dan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan support
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
xi
3. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Moch. Bukhori Muslim, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang secara langsung telah meluangkan waktunya untuk memberikan
wawasan, bimbingan, serta kritik dan saran kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si dan Ibu RR. Tini Anggraeni,
ST., M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah periode
sebelumnya, yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Syariah yang telah banyak
memberikan wawasan pengetahuan, pembinaan sikap, dan keterampilan
selama penulis mengikuti perkuliahan. Serta seluruh staf dan civitas
akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua Orang Tua penulis, ayahanda tercinta M. Askolani dan ibunda
tercinta Rosyidah, yang selalu memberikan dorongan dan dukungan,
semangat baik berupa moril maupun materil dan doa kepada penulis.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan, serta
kemuliaan kepada ayahanda dan ibunda.
8. Kedua kaka penulis. Pertama Nina Rusydiana, yang selalu memberikan
arahan dan saran, serta bantuan secara langsung kepada penulis hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua Rahmawati, yang juga selalu
memberi dukungan dan doa kepada penulis. Serta kepada seluruh
keponakan penulis yaitu Alvin, Haura, Hanifah, dan Haikal.
9. Segenap pengurus Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar
Jakarta Selatan Bapak Agus Nafi selaku Direktur Eksekutif, Bapak
Rahmatullah Sidik selaku Kadiv Diklat & Litbang, Bapak Iwan Rachmat
selaku Kadiv Program, Bapak Eko Sugiyanto selaku Spv. Zakat Pride,
-
xii
Bapak Ulil Ansor selaku Spv. Sejuta Berdaya, Bapak Deden selaku
Klaster Pemberdayaan Ekonomi & Infrastruktur, Mba Nurlaela Firdaus
selaku Relawan Divisi Litbang, yang bersedia memberikan izin penelitian
dan informasi kepada penulis dengan sangat baik.
10. Bapak dan Ibu Pengurus serta Anggota KSM Jabodetabek (Marunda Pulo,
Pelita Jampang Gemilang, Pengasinan Gemilang, Rizqi Gemilang
Serpong, dan Muara Gembong) program Sejuta Berdaya, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis serta
memberikan informasi dengan sangat ramah dan penuh antusias.
11. Seluruh kawan-kawan seperjuangan Mahasiswa/I Ekonomi Syariah
angkatan 2015, terutama Laras, Deris, Iqoh, Yaritsa dan Fitri. Yang telah
menemani perjalanan perkuliahan selama 4 tahun ini dan memberikan
dukungan motivasi serta doa selama proses penyelesaian skripsi.
12. Kakak dan Adik-adik Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2013, 2014, dan
2016, 2017, 2018 terutama yaumil, trace, raju, ami, ara, aziza, niza,
rozana, syahnaz, adibah, suci, lilis, tira, zilfi, diny, sarah, imel, yang telah
memberikan warna saat penulisan skripsi ini, dan masih banyak yang
lainnya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13. Segenap Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah
Periode 2018 terkhusus Niza, Harry, Maulana, Faruq, Ishlah, Barok, dan
Fauzan.
14. Kerabat penulis, yaitu khusnul, ghina, karimah, pawit, farida, kartika, dan
shofi yang telah memberikan dukungan secara langsung, motivasi maupun
doa kepada penulis.
15. Seluruh teman-teman GALERI KKN 41, terkhusus Euis yang senantiasa
membantu penulis dalam kegiatan penelitian. Serta Febiola, Aisyah, dan
Adinda, yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
-
xiii
16. Bagi semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga bantuan dan
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin
yaa Robbal Alamin.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dengan harapan agar skripsi ini lebih berkualitas dan
bermanfaat umumnya bagi yang membacanya, serta khususnya bagi penulis
sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 24 Juni 2019
Penulis,
(Fakhriah Hasna)
-
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xix
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Masalah Penelitian ........................................................ 12
1. Identifikasi Masalah ................................................ 12
2. Pembatasan Masalah .............................................. 13
3. Perumusan Masalah ................................................ 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 15
1. Tujuan Penelitian .................................................... 15
2. Manfaat Penelitian .................................................. 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 17
A. Landasan Teori ............................................................. 17
1. Zakat ....................................................................... 17
a. Definisi Zakat .................................................. 17
b. Landasan Hukum Zakat ................................... 19
c. Prinsip dan Tujuan Zakat ................................. 21
d. Golongan Mustahik ......................................... 23
e. Zakat Produktif ................................................ 26
-
xv
2. Keberhasilan Usaha ................................................ 31
3. Etos Kerja .............................................................. 34
a. Definisi Etos Kerja .......................................... 34
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
.......................................................................... 35
c. Aspek-aspek Etos Kerja ................................... 38
4. Modal Zakat ........................................................... 40
5. Karakteristik Wirausaha ........................................ 43
6. Tinjauan Mengenai Pelatihan ................................ 47
a. Definisi Pelatihan ............................................. 47
b. Tujuan Pelatihan .............................................. 48
c. Pentingnya Program Pelatihan ......................... 49
d. Indikator Pelatihan ........................................... 52
7. Tinjauan Mengenai Pendampingan ....................... 54
a. Definisi Pendampingan .................................... 54
b. Fungsi Pendampingan ...................................... 55
c. Strategi Pendampingan .................................... 56
8. Lembaga Amil Zakat Nasional Al Azhar ............... 58
a. Gambaran Umum LAZNAS Al Azhar ............. 58
b. Gambaran Umum Program Sejuta Berdaya ..... 61
c. Strategi Dalam Penyelesaian Kendala Pada
Program Sejuta Berdaya ................................... 65
B. Penelitian yang Relevan .............................................. 69
C. Kerangka Pemikiran .................................................... 74
D. Hipotesis Penelitian ..................................................... 77
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 78
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 78
B. Metode Penentuan Sampel .......................................... 79
1. Populasi ................................................................... 79
2. Sampel .................................................................... 79
-
xvi
C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 81
1. Sumber Data .......................................................... 81
2. Teknik Pengumpulan Data .................................... 81
3. Pengukuran Data (Uji Pengukuran) ....................... 82
a. Uji Validitas ...................................................... 83
b. Uji Reliabilitas .................................................. 83
D. Definisi Operasional Variabel ...................................... 84
E. Metode Analisis Data ................................................... 86
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 95
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 95
B. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ............................ 98
1. Statistik Deskriptif .................................................. 98
2. Pengujian Hipotesis .............................................. 104
a. Uji Wald .......................................................... 104
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model
Fit) .................................................................. 106
c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
........................................................................ 109
d. Menguji Kelayakan Model Regresi Goodness
of Fit) ............................................................. 110
e. Hasil Uji Multikolinearitas ............................. 111
f. Matriks Klasifikasi .......................................... 113
g. Hasil Uji Regresi Logistik .............................. 114
C. Analisis Data dan Pembahasan ................................... 115
1. Uji Validitas Data ................................................. 115
2. Uji Reliabilitas Data ............................................. 120
3. Analisis Faktor ...................................................... 122
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 126
A. Kesimpulan ................................................................. 126
B. Saran ........................................................................... 129
-
xvii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 130
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .......................................................... 136
Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Keberhasilan Usaha
Mustahik ........................................................................... 141
Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Etos Kerja ................... 145
Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Karakteristik Wirausaha
.......................................................................................... 149
Lampiran 5 : Tabulasi Data Variabel Pelatihan dan Pendampingan ....... 153
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian ..................................................... 157
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian .......................................................... 160
Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian LAZNAS Al Azhar .............. 161
-
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Data Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2015 – 2018 ........................................................................5
Tabel 2.1 : Profil KSM Jabodetabek Program Sejuta Berdaya .....................64
Tabel 4.1 : Jumlah Pengamatan ................................................................... 97
Tabel 4.2 : Kategori Variabel Dependen...................................................... 97
Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif Variabel Etos Kerja .................................... 99
Tabel 4.4 : Statistik Deskriptif Variabel Karakteristik Wirausaha ............ 100
Tabel 4.5 : Statistik Deskriptif Variabel Modal Zakat ............................... 101
Tabel 4.6 : Statistik Deskriptif Variabel Pelatihan dan Pendampingan
.................................................................................................. 102
Tabel 4.7 : Statistik Deskriptif Variabel Keberhasilan Usaha Mustahik ... 103
Tabel 4.8 : Uji Wald ................................................................................... 104
Tabel 4.9 : Nilai -2LL yang Hanya Terdiri dari Konstanta.........................107
Tabel 4.10 : Nilai -2LL yang Terdiri dari Konstanta dan Variabel Bebas
.................................................................................................. 107
Tabel 4.11 : Perbandingan Nilai -2LL ......................................................... 108
Tabel 4.12 : Koefisien Determinasi ............................................................. 109
Tabel 4.13 : Menguji Kelayakan Model ...................................................... 111
Tabel 4.14 : Uji Multikolinearitas ................................................................ 112
Tabel 4.15 : Matriks Klasifikasi ................................................................... 113
Tabel 4.16 : Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ....................................... 114
Tabel 4.17 : Hasil Uji Validitas Variabel Etos Kerja ................................... 116
Tabel 4.18 : Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik Wirausaha ............. 117
Tabel 4.19 : Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan dan Pendampingan ..... 119
Tabel 4.20 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Etos Kerja ............................... 120
Tabel 4.21 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Karakteristik Wirausaha ......... 121
Tabel 4.22 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pelatihan Dan Pendampingan
...................................................................................................122
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Ethos – Oktagon Etos Kerja Profesional ............................. 39
Gambar 2.2 : Konsep Dasar Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
............................................................................................ 65
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran ............................................................ 76
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara dengan penduduk yang didominasi
menganut agama Islam. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, pemeluk
Agama Islam (Muslim) berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadis. Salah satu
kewajiban Muslim yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadis adalah
mengenai membayar zakat. Kewajiban zakat yang merupakan salah satu
ibadah pokok dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah
SAW yang artinya :
َي هللُا عَ ْعُت َرُسْوَل هللاي َعْن َأِبي َعْبدي الرَّْْحَني َعْبدي هللاي ْبني ُعَمَر ْبني اْلَْطَّابي َرضي ُهَما قَاَل : َسَي ن ْداً َرُسْولُ ْساَلُم َعَلى ََخٍْس : َشَهاَدُة َأْن اَل إيَلَه إيالَّ هللاُ َوَأنَّ ُُمَمَّ َ ْاإلي صلى هللا وسلم يَ ُقْوُل : ُبِني
هللاي )رواه الرتمذي ومسلم( َوإيقَاُم الصَّاَلةي َوإييْ َتاُء الزََّكاةي َوَحجُّ اْلبَ ْيتي َوَصْوُم َرَمَضانَ
Artinya: “Dari ‘Abdullah r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda : “Islam
dibina atas lima perkara : Pengakuan (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya; Mendirikan
Shalat; Membayar zakat; Haji ke bait; Puasa Ramadhan.”[HR. Tirmidzi dan
Muslim (40)-3].”
Menurut Saifuddin kewajiban zakat dalam islam memiliki makna yang
fundamental. Selain berkaitan dengan aspek-aspek ke-Tuhan-an, juga
ekonomi dan sosial (Saifuddin, 2013). Zakat merupakan salah satu topik yang
menarik untuk dikaji.
Zakat tidak hanya menciptakan pertumbuhan material dan spiritual bagi
kelompok miskin, tetapi juga mengembangkan jiwa dan kekayaan kelompok
-
2
yang kaya. Al Kasani menerangkan manfaat penting zakat adalah: Pertama,
menunaikan zakat merupakan upaya untuk menolong orang lemah dan
memiliki keterbatasan, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dan
menopang mereka yang lemah agar mampu melaksanakan apa yang
diwajibkan Allah SWT. Kedua, membayar zakat dapat membersihkan diri
dari berbagai dosa dan menghaluskan budi pekerti sehingga menjadi orang
yang pemurah. Ketiga, Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kaum yang berkecukupan, sehingga mereka harus menyukuri
kelebihan rezeki yang telah mereka terima (Nurul Ichsan, 2018).
Pada dasarnya, mengkaji peranan zakat tidak hanya terbatas pada
pengentasan kemiskinan. Zakat memiliki peranan atau manfaat yang sangat
besar dalam kehidupan manusia. Tujuan zakat tidak hanya sekedar
menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi juga memiliki tujuan
permanen yaitu mengentaskan kemiskinan dan dapat mengangkat derajat
fakir miskin dengan membantu keluar dari kesulitan hidup. Telah banyak
literatur yang mencoba melihat zakat dari berbagai sisi, seperti dari aspek
hukum (fiqh), manajemen, potensi, pengelolaan dan peranannya dalam
pengentasan kemiskinan.
Perkembangan zakat tentu tidak hanya terjadi pada dataran
pengelolaannya saja, hal yang serupa juga terjadi pada kajian substansi zakat
yang di kemudian hari menghasilkan ijtihad tentang obyek dan penerima
zakat yang kontekstual. Peran serta negara dan masyarakat tentu tidak dapat
dinafikan dalam perkembangan zakat baik secara normatif maupun empiris.
-
3
Kondisi politik dan ekonomi memiliki andil yang cukup besar pula dalam
perubahan tersebut. Munculnya beberapa peraturan negara tentang zakat,
hingga usaha penggabungan antara zakat dan pajak, serta pembentukan badan
pengelolaan zakat resmi pemerintah dan sertifikasi terhadap lembaga
pengelola zakat non pemerintah merupakan bukti empiris bahwa negara turut
berperan penting dalam perkembangan zakat di Indonesia (Triantini, 2010).
Menurut Yusuf Qardhawi dalam al-Qur’an kata zakat disebut sebanyak
30 (tiga puluh) kali. Sebanyak 8 (delapan) kali terdapat didalam surat
Makkiyah dan sebanyak 24 kali terdapat dalam surat Madaniyah, kata zakat
dalam menggunakan isim ma’rifat disebutkan 30 (tiga puluh) kali di dalam al-
Qur’an, diantaranya 27 (dua puluh tujuh) kali disebutkan dalam satu ayat
bersama shalat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama
dengan shalat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu surat Al-Mu’minun : 1-4
(Hasan, 2011). Dalam karyanya yang begitu terkenal tentang zakat
mengungkapkan bahwa zakat memiliki peranan yang penting dalam
bermasyarakat dan bernegara, antara lain ia memiliki dimensi sosial,
ekonomi, politik, moral dan sekaligus agama (Qardhawi, 1993).
Zakat yang keberadaannya dipandang sebagai sarana komunikasi utama
antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat memiliki peranan
yang sangat penting dalam menyusun kehidupan yang sejahtera dan
berkeadilan di dalam sebuah negara, termasuk dalam hal mengatasi masalah
kemiskinan. Dengan demikian permasalahan dalam dunia Islam bukan hanya
sekedar pengumpulan, pengelolaan, dan penyaluran zakat kepada yang
-
4
berhak, tetapi lebih jauh mencakup upaya sistematisasi untuk
mentransformasikan nilai-nilai Islam dalam pengembangan masyarakat dan
negara (Purwakanta, 2008).
Pengumpulan dan pengelolaan zakat hendaknya dikelola dengan
manajemen yang amanah, profesional dan integral dengan bimbingan dan
pengawasan dari pemerintah. Manajemen yang profesional yang menerapkan
prinsip good governance dapat berdampak pada sebuah keinginan dan
kepercayaan masyarakat untuk berzakat di lembaga tersebut (Khasanah,
2010). Masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi di dalam masyarakat
dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin berkurangnya kesenjangan
antara kelompok masyarakat yang mampu dengan kelompok masyarakat
yang kurang mampu, dan bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial
seperti kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial.
Permasalahan sosial merupakan problematika yang sudah sejak lama
berlangsung, salah satu yang menjadi tantangan terberat bagi Indonesia
adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Masalah kemiskinan merupakan hal yang krusial di Indonesia,
indikasinya adalah angka kemiskinan di Indonesia yang cukup tinggi
khususnya di wilayah ibu kota DKI Jakarta dan sekitarnya yaitu Bogor,
-
5
Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK). Berdasarkan data dari
Biro Pusat Statistik (BPS) bahwa penduduk miskin Indonesia di Wilayah
JABODETABEK dari Tahun 2015 sampai 2018 pada tabel 1.1 sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Data persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota
Tahun 2015 – 2018
Nama Wilayah
Persentase Penduduk miskin menurut
kabupaten/kota (persen)
2015 2016 2017 2018
DKI Jakarta 3,93 3,75 3,77 3,57
Bogor (Jawa Barat) 8,96 8,83 8,57 7,14
Depok 2,40 2,34 2,34 2,14
Tangerang 5,71 5,29 5,39 5,18
Bekasi 5,27 4,92 4,73 4,37
Sumber : Badan Pusat Statistika (BPS)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tersebut tingkat kemiskinan di
Wilayah JABODETABEK selama 4 (Empat) tahun belakangan ini
mengalami kenaikan dan penurunan, dengan demikian persoalan mengenai
kemiskinan sangatlah urgen untuk dicarikan solusinya. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut
tanpa menimbulkan masalah baru. Hal ini sangat sesuai dengan peran zakat
dalam mengentaskan kemiskinan, tidak hanya disalurkan untuk pemenuhan
-
6
kebutuhan secara konsumtif, namun juga melalui pemanfaatan yang lebih
produktif.
Penyaluran zakat yang dilakukan secara konsumtif tidak sepenuhnya
salah, karena hal tersebut memiliki tujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
seorang mustahik. Namun alangkah lebih baik jika pendistribusian atau
penyalurannya dilakukan secara produktif yang dapat bermanfaat dalam
jangka waktu yang panjang. Harapannya adalah zakat mampu mengatasi
kemiskinan di Indonesia, karena prinsipnya zakat diberdayakan dan
manfaatnya dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang lebih besar serta
jangka waktu yang lama, lalu dapat meningkatkan status sosial mustahik
sehingga diharapkan mampu untuk menjadi seorang muzakki.
Berdasarkan data dari Pusat Kajian Studi Baznas (Puskas Baznas,
2018) total penghimpunan zakat nasional pada tahun 2017 mencapai lebih
dari 6,2 Triliun rupiah. Jumlah ini meningkat lebih dari 1,2 Triliun dari total
penghimpunan pada tahun sebelumnya. Penyaluran zakat menyasar kepada
beberapa bidang salah satunya bidang ekonomi, pada tahun 2016 jumlah
penyalurannya sebesar 493,1 Miliar atau 18,30%, dan di tahun 2017
meningkat menjadi 882,5 Miliar atau 20,33%. Proyeksi pertumbuhan muzaki
pada tahun 2017 yaitu 12,2 Juta, sedangkan di tahun 2018 meningkat menjadi
15,8 Juta. Mustahik penerima manfaat berdasarkan bidang ekonomi di tahun
2017 sebesar 365,8 Ribu, dan untuk tahun 2018 meningkat yaitu 475,6 Ribu.
Nilai Indeks Zakat Nasional (IZN) pada tahun 2018 adalah 0,51 (cukup baik)
yang mengalami kenaikan nilai dari tahun sebelumnya yaitu 0,47 (cukup
-
7
baik), sehingga peningkatannya tidak mengalami perubahan yang signifikan
(Outlook Zakat Indonesia, 2019).
Basis zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada dua jenis objek
zakat saja yaitu zakat fitrah dan zakat profesi (Outlook Zakat Indonesia,
2018), sedangkan zakat yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi
kemiskinan adalah zakat produktif. Zakat produktif adalah pendayagunaan
zakat secara produktif yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau
metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian yang
lebih luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara’. Cara pemberian yang tepat
guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai
dengan pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat
(Asnaini, 2008).
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerbitkan regulasi
mengenai pemberian izin Lembaga Amil Zakat (LAZ). Peraturan ini
tercantum dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 333 Tahun 2015
yang memutuskan: Pertama, menetapkan pedoman pemberian izin
pembentukan LAZ sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini. Kedua, pedoman
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan acuan dalam
pelaksanaan pemberian izin pembentukan LAZ bagi pejabat pada
Kementerian Agama. Ketiga, keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan, yaitu 6 November 2015. KMA Nomor 333 Tahun 2015
-
8
merupakan turunan dari Peraturan Presiden (PP) Nomor 14 Tahun 2014
pedoman pemberian izin LAZ.
Salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah mendapat
pengukuhan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional oleh Kementrian Agama
Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI Nomor 240 tahun 2016
tanggal 23 Mei 2016 adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al
Azhar. LAZ Al Azhar dibentuk oleh Badan Pengurus YPI Al Azhar pada 1
Desember 2004 melalui SK Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang
ditandatangani oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al Azhar H. Rusydi Hamka
dan sekretaris H. Nasroul Hamzah.
LAZNAS Al Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan
Pesantren Islam Al Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
dhuafa melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan sosial
kemanusiaan lainnya yang dibenarkan oleh syariat agama dan sumber daya
yang ada di masyarakat dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi
pengurus organisasi. Indikator Kerja Utama (IKU) LAZ Al Azhar dalam
pelaksanaan program-program penyaluran zakat yaitu : jumlah mustahik yang
teridentifikasi, jumlah mustahik atau penerima manfaat yang terbantu, dan
jumlah keluarga miskin yang terentaskan dari garis kemiskinan. Dana zakat
yang telah dihimpun, kemudian dalam pendayagunaannya mampu
memberikan nilai manfaat kepada mustahik dan memberikan dampak
terhadap pengentasan kemiskinan, serta menyediakan pelayanan kepada
masyarakat melalui berbagai pengelolaan program untuk meningkatkan
-
9
Sumber Daya Manusia (SDM) secara produktif (http://alazharpeduli.com/e-
care).
Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang diberikan mandat berupa
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, yaitu “lembaga pengelola ZIS
(Zakat, Infaq, dan Sedekah) berkewajiban tidak sekedar membantu orang
miskin tetapi juga mengentaskannya dari kemiskinan” dengan model
pertumbuhan dan pembangunan yang berorientasi pada penghapusan
kemiskinan (Michael P. Todaro, 1998). Maka program yang diciptakan oleh
LAZ Al Azhar harus mampu meningkatkan produktivitas mustahik
khususnya di bidang ekonomi. Oleh karena itu lahirlah program yang inovatif
yaitu program Sejuta Berdaya. Program ini merupakan solusi mewujudkan
keberdayaan ekonomi keluarga non riba yang berkah dan berkelanjutan.
Sejuta Berdaya adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat
memanfaatkan dana kebajikan (qardhul hasan) dan dana-dana sosial lainnya
(Zakat – CSR) dari lembaga keuangan syariah (Perbankan, Asuransi,
Multifinance, Pasar Modal, dll). Program ini memiliki target sejuta keluarga
berdaya, penguatan, pelatihan serta pendampingan penerima manfaat program
ini bersinergi dengan kelompok lembaga zakat yang terpilih dan sudah
memiliki model-model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
komprehensif dan terintegrasi.
Pemberdayaan ekonomi melalui program Sejuta Berdaya merupakan
program pemberdayaan berbasis kelompok dengan pendampingan
masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga secara
-
10
komprehensif dan berkelanjutan. Secara keseluruhan penerima manfaat pada
program Sejuta Berdaya ini sudah ada sebanyak 998 keluarga dari 18 KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) yang telah tersebar di 12 kota/kabupaten di
Indonesia antara lain Bogor, Bandung, Purwakarta, Cianjur, Depok,
Tangerang, Bekasi, Jakarta Utara, Muara Enim, Klaten, Wonogiri, Kediri
(http://alazharpeduli.com/sejutaberdaya).
Berdasarkan data dari situs resmi LAZ Al Azhar hasil perolehan
Zakat, Infaq, Sedekah dan sosial keagamaan lainnya di Tahun 2018
meningkat 12% dari tahun sebelumnya. Jumlah mustahik yang terbantu
sebanyak 227.632 jiwa melalui 5 klaster program komprehensif. Sedangkan
mustahik yang terentaskan dari garis kemiskinan sebanyak 596 keluarga.
Rasio penyaluran zakat terhadap jumlah penghimpunan (donation and
distribution) pada tahun 2018 mencapai 98%, artinya total dana yang
terhimpun sebesar 98% telah didistribusikan dan didayagunakan dengan baik
dan tepat sasaran (http://alazharpeduli.com/e-care).
Program yang bertujuan untuk membantu usaha mikro mustahik
dengan memberikan bantuan modal usaha sangatlah diperlukan. Hal ini
dikarenakan peningkatan dan keberhasilan usaha mustahik berbanding lurus
dengan tingkat ekonominya, artinya semakin meningkatnya usaha mustahik
semakin baik pula tingkat perekonomianya. Keberhasilan usaha diidentikkan
dengan perkembangan usaha yang merupakan suatu proses peningkatan
kuantitas dari dimensi perusahaan. Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam
usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami
-
11
peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha
atau pengelolaan (Erliah, 2007).
Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan dan keberhasilan
usaha mustahik dari segi internal maupun eksternal, diantaranya adalah : etos
kerja, karakteristik wirausaha, modal usaha, serta pelatihan dan
pendampingan usaha mustahik. Faktor-faktor tersebut diperkuat oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Riyaldi yang menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerima zakat produktif yang telah
berhasil, ditemukan bahwa terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang
dapat mempengaruhi keberhasilan mereka. Adapun faktor eksternal yang
dimaksud adalah bantuan modal serta pelatihan dan pendampingan dari
petugas BMA. Sedangkan faktor internal terdiri dari aspek spiritual dan
sumber daya manusia para penerima zakat produktif (Riyaldi, 2015).
Lebih lanjut (Purwanti, 2012) menyimpulkan hasil penelitiannya
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh karakteristik wirausaha terhadap perkembangan usaha
UMKM di desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga secara signifikan, hasil
penelitian menunjukan pengaruh positif, yang berarti semakin tinggi
karakteristik wirausaha maka akan semakin tinggi perkembangan usaha
UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga.
2. Modal usaha terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perkembangan usaha, hal ini perlu mendapat perhatian dikarenakan hasil
-
12
penelitian menunjukan bahwa modal usaha mempunyai pengaruh yang
paling dominan.
3. Terdapat pengaruh karakteristik usaha, modal usaha dan strategi
pemasaran secara bersama terhadap perkembangan UMKM di desa
Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga.
Oleh karena itu, peneliti berniat untuk mengkaji dan meneliti lebih
mendalam mengenai faktor-faktor yang mendukung keberhasilan usaha
mustahik dalam mengelola zakat produktif. Dengan mengambil fokus
penelitian ini pada KSM yang berada di Wilayah JABODETABEK dan telah
mengikuti program Sejuta Berdaya minimal selama 5 tahun. Maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul :
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mustahik
Dalam Mengelola Zakat Produktif (Studi Pada Program Sejuta Berdaya
LAZNAS Al Azhar).”
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul berkenaan dengan keberhasilan mustahik
dalam mengelola usaha, diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Kemiskinan merupakan hal yang krusial di Indonesia.
2) Angka kemiskinan di Indonesia terindikasi relatif tinggi.
3) Sulitnya mengatasi masalah kemiskinan, tanpa menimbulkan
masalah yang baru.
-
13
4) Penyaluran zakat di Indonesia lebih dominan untuk pemenuhan
kebutuhan mustahik secara konsumtif..
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian menjadi lebih
terarah, fokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi
penelitian ini dengan di fokuskan pada KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) yang berada di wilayah JABODETABEK (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi) serta telah mengikuti program Sejuta
Berdaya ini dalam kurun waktu minimal 5 Tahun.
Oleh karena itu, penulis memfokuskan pembahasan atas masalah-
masalah pokok yang dibatasi dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1) Menganalisis pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan
usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.
2) Menganalisis pengaruh antara karakteristik wirausaha terhadap
keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.
3) Menganalisis pengaruh antara modal zakat terhadap keberhasilan
usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.
4) Menganalisis pengaruh antara pelatihan dan pendampingan
terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat
produktif program.
5) Menganalisis pengaruh antara etos kerja, karakteristik wirausaha,
modal zakat, pelatihan dan pendampingan terhadap keberhasilan
-
14
usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif.
Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih
empat variabel yang relevan dengan permasalahan pokok yaitu : etos
kerja (X1), karakteristik wirausaha (X2), modal zakat (X3), serta
pelatihan dan pendampingan (X4) sebagai variabel prediktor atau
independen serta satu variabel respon/dependen yaitu keberhasilan
usaha mustahik (Y).
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah pokok yang dijadikan fokus
penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh antara etos kerja terhadap keberhasilan
usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?
2) Apakah terdapat pengaruh antara karakteristik wirausaha terhadap
keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?
3) Apakah terdapat pengaruh antara modal zakat terhadap
keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?
4) Apakah terdapat pengaruh antara pelatihan dan pendampingan
terhadap keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat
produktif?
5) Apakah terdapat pengaruh antara etos kerja, karakteristik
wirausaha, modal zakat, pelatihan dan pendampingan terhadap
keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat produktif?
-
15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, secara umum
penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha mustahik dalam mengelola zakat
produktif, adapun faktor-faktor tersebut antara lain: etos kerja,
karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan pendampingan,
baik berpengaruh secara parsial maupun secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau kegunaan dari
berbagai aspek, diantaranya :
a. Manfaat Praktis:
1. Bagi mustahik, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
untuk keberhasilan dalam menjalankan usahanya dari aspek
peningkatan omset usaha.
2. Bagi Badan atau Lembaga zakat, penelitian ini dapat diterapkan
untuk meningkatkan usaha mustahik ditinjau dari etos kerja,
karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan
pendampingan terhadap mustahik.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran
dalam rangka memperdalam ilmu ekonomi syariah khususnya
dalam kajian keberhasilan usaha mustahik.
-
16
b. Manfaat Teoritis:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan teori mengenai
keberhasilan usaha mustahik ditinjau dari aspek etos kerja,
karakteristik wirausaha, modal zakat, serta pelatihan dan
pendampingan lembaga atau badan pengelola zakat. Serta dapat
memperkaya teori dalam ranah ekonomi syariah.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
berarti dalam bidang ekonomi, khususnya di bidang ekonomi
syariah.
-
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Zakat
a. Definisi Zakat
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai definisi
zakat, antara lain Menurut lisanul Arab (dalam Yusuf Al-Qaradawi)
arti dasar dari kata zakat ditinjau dari sudut bahasa adalah suci,
tumbuh, berkah dan terpuji, semuanya digunakan dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Zakat adalah istilah Al-Qur’an yang menandakan
kewajiban khusus memberikan sebagian kekayaan individu dan
harta untuk amal. Secara harfiah zakat berasal dari akar kata dalam
bahasa Arab yang berarti “memurnikan” dan “menumbuhkan”
(Mannan, 1986). Lebih lanjut, menurut Qardhawi yang
diterjemahkan oleh (Salman dkk, 2010) menjelaskan istilah fikih
Zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT
diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Menurut UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,
bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan dalam UU
Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2, Zakat adalah harta yang wajib
-
18
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018)
memberikan dua definisi Zakat, yakni :
1) Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan
yang telah ditetapkan oleh syarak.
2) Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib
dikeluarkan kepada mustahik.
Menurut Yusuf Qardhawi yang diterjemahkan oleh Salman
Harun Zakat secara etimologis berasal dari kata zaka yang artinya,
“berkah, bersih, dan baik”, selain itu zaka dapat berarti “tumbuh dan
berkembang”. Secara terminologi, zakat berarti “Sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada
orang-orang yang berhak” (Salman, 2010). Berdasarkan kedua
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa zakat merupakan harta
yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim untuk menyucikan atau
membersihkan hartanya dengan tujuan mencari keberkahan pada
harta yang dimiliki.
-
19
b. Landasan Hukum Zakat
Zakat merupakan pilar ketiga dari rukun Islam yang lima, dan
hukumnya fardhu‘ain bagi setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat seperti yang telah ditentukan oleh syariat. Pada
dasarnya Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi yaitu
vertikal dan horizontal, yang tidak hanya berorientasi pada ibadah
namun juga rasa sosial dan kemanusiaan. Landasan hukum mengenai
zakat terdapat dalam nash yang shahih baik terkandung di dalam Al-
Qur’an maupun Al-Hadits.
Berdasarkan Al-Qur’an antara lain:
1) QS. Al-Baqarah (2): 43
َوأَِقيُمو۟ا ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتو۟ا ٱلزََّكٰوَة َوٱرَْكُعو۟ا َمَع ٱلرَِّٰكِعنَي.
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuk
lah beserta orang-orang yang rukuk”.
2) QS. Al-Baqarah (2): 83
ِلَدْيِن ِإْحَساَنا َوِذى ْعُبُدوَن ِإَلَّ ٱَّللََّ َوِبٱْلوَٰ َوِإْذ َأَخْذََن ِميثََٰق َبِِنٓ ِإْسرَِٰٓءيَل ََل تَ ِكنِي َوُقوُلو۟ا ِللنَّاِس ُحْسناا َوأَِقيُمو۟ا ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتو۟ا َمٰى َوٱْلَمسَٰ تَٰ ٱْلُقْرََبٰ َوٱْليَ
نُكْم َوأَنُتم مُّْعِرُضونَ ُتْم ِإَلَّ َقِليًلا مِ َولَّيْ ٱلزََّكٰوَة ُُثَّ تَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah,
dan berbuat kebaikan kepada ibu, bapa, kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-
kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
-
20
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling”.
3) QS. At-Taubah (9): 103
يِهم ِِبَا َوَصلِ َعَلْيِهْم ِإنَّ َصَلٰوَتَك َسَكٌن ِلَُّْم رُُهْم َوتُ زَكِ ِِلِْم َصَدَقةا ُتَطهِ ُخْذ ِمْن أَْموَٰيٌع َعِليمٌ ُ َسَِ َوٱَّللَّ
Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan
berdo’a lah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Berdasarkan Hadits antara lain:
1) Hadits Riwayat Muslim
ْسًَلُم َعَلى ََخَْسٍة َعْن اْبِن ُعَمَر َعْن النَِّبِ َصلَّى اَّللَُّ َعَلْيِه َوَسلََّم َقاَل ُبِِنَ اْْلَِد اَّللَُّ َوِإَقاِم الصًََّلِة َوِإيَتاِء الزََّكاِة َوِصَياِم َرَمَضاَن َوالَْ َقاَل َعَلى َأْن يُ َوحَّ جِ فَ
ْعُتُه ِمْن َرُجٌل اْلَجُّ َوِصَياُم َرَمَضاَن َقاَل ََل ِصَياُم َرَمَضاَن َواْلَجُّ َهَكَذا َسَُِ َعَلْيِه َوَسلَّمَ ومسلم( )رواه َرُسوِل اَّللَِّ َصلَّى اَّللَّ
Artinya: “Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Islam
dibangun diatas lima (tonggak): mentauhidkan (mengesakan)
Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, puasa
Ramadhan, dan haji”. Seorang laki-laki mengatakan: “Haji
dan puasa Ramadhan,” maka Ibnu Umar berkata: “Tidak,
puasa Ramadhan dan haji, demikian ini aku telah mendengar
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam” [HR. Muslim,
no. (16)-19].”
Dasar hukum formalnya, sebagai berikut :
1) Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 14 Tahun 2014
-
21
tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat.
3) Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji No. D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat.
4) Undang-Undang RI No 17 Tahun 2000 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. Dalam UU ini diatur bahwa zakat yang dibayarkan
oleh wajib pajak baik perseroan maupun pribadi pemeluk agama
Islam atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh
pemeluk Islam kepada Badan Amil Zakat yang telah
dikukuhkan dapat dikurangkan dari penghasilan Kena Pajak.
5) Pedoman Pengelolaan Zakat, Direktorat Pengembangan Zakat
dan Wakaf, Depag, 2003 (Zuhri, 2012).
c. Prinsip dan Tujuan Zakat
M.A. Mannan dalam bukunya Islamic economics: Theory and
Practice, sebagaimana yang dikutip oleh Hikmat Kurnia dan A.
Hidayat (2008) menyebutkan bahwa zakat mempunyai enam prinsip,
yaitu:
1) Prinsip Keyakinan Keagamaan, yaitu bahwa orang yang
membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari
keyakinan agamanya.
2) Prinsip Pemerataan dan Keadilan. Merupakan tujuan sosial
-
22
zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih
merata dan adil kepada manusia.
3) Prinsip Produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang
harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk
tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.
4) Prinsip Nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang
menghasilkan itu harus dikeluarkan.
5) Prinsip Kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh
orang yang bebas atau merdeka (hurr).
6) Prinsip Etika dan Kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara
semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan.
Para cendekiawan muslim menerangkan tentang tujuan-tujuan
zakat baik secara umum maupun yang menyangkut tatanan ekonomi,
sosial dan kenegaraan, maupun secara khusus yang ditinjau dari
tujuan-tujuan nash secara eksplisit (Kurnia dan Hidayat, 2008).
Tujuan-tujuan itu antara lain:
1) Menyucikan harta dan jiwa Muzakki
2) Mengangkat derajat fakir miskin
3) Membantu memecahkan masalah pada gharimin, ibnu sabil,
dan mustahik zakat lainnya.
4) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat
Islam dan manusia pada umumnya.
5) Menghilangkat sifat kikir para pemilik harta
-
23
6) Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari
hati orang-orang miskin
7) Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam
masyarakat agar tidak ada kesenjangan antara keduanya.
8) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri
seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.
9) Mendidik manusia untuk disiplin dalam menunaikan
kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
10) Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah SWT.
Sebagai sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai
keadilan sosial.
d. Golongan Mustahik
Orang-orang atau golongan yang berhak menerima Zakat telah
diatur dalam syariat Islam, yaitu ada delapan Ashnaf, sebagaimana
disebutkan dalam QS. At-Taubah : 60
َا الصََّدقَاُت لِْلُفَقرَاِء َواْلَمَساِكنِي َها َواْلُمَؤلََّفِة قُ ُلوبُ ُهْم َوِف الر ِقَاِب ِإَّنَّ َواْلَعاِمِلنَي َعَلي ُْ َعِليٌم َحِكيمٌ ۗ َواَّللَّ َواْلَغارِِمنَي َوِف َسِبيِل اَّللَِّ َواْبِن السَِّبيِل ۖ َفرِيَضةا ِمَن اَّللَِّ
Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk dijalan Allah dan untuk mereka yang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Delapan golongan tersebut, di rincikan oleh M. Nur Rianto Al
Arif (2013) yaitu :
-
24
1) Fakir, merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak
mempunyai sumber penghasilan, sehingga kehidupannya sehari-
hari sangat kekurangan. Dalam pembahasan biasanya akan
selalu dikaitkan dengan miskin, karena kemiripan situasi hidup
yang dihadapinya.
2) Miskin, merupakan kondisi dimana seseorang mempunyai
sumber penghasilan akan tetapi penghasilan yang diperoleh
masih sangat kecil sehingga tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Permasalahan yang muncul terkait dengan
penentuan kemiskinan adalah bagaimana cara menentukan
standar hidup minimal yang layak. Namun selain itu,
kemiskinan di sini dapat diartikan dengan kemiskinan
intelektual atau kebodohan yang selama ini melekat pada kaum
muslimin sereta kemiskinan iman.
3) Amil zakat, yaitu individu, lembaga atau institusi pengelola
zakat. Mereka berhak menerima zakat untuk biaya operasional
dan biaya hidup mereka, akan tetapi besaran jatah untuk amil
dibatasi maksimal hanya 12,5%. Diharapkan dengan
memasukkan amil sebagai salah satu asnaf penerima zakat, akan
memacu mereka untuk bekerja lebih baik lagi bagi kemaslahatan
dan kesejahteraan umat.
4) Muallaf, yaitu individu yang baru saja memeluk ataupun masuk
ke dalam Islam. Mereka berhak menerima zakat karena
-
25
seringkali dengan masuknya mereka ke dalam Islam membuat
mereka dikucilkan dari kehidupan yang seringkali membuat
mereka terkucilkan dalam hal ekonomi.
5) Riqab atau Budak, merupakan kondisi dimana manusia
diperlakukan tidak layak yang dianggap sebagai benda. Pada
masa sekarang budak sudah tidak ada lagi, akan tetapi kondisi
yang mendekati hal tersebut masih ada, contohnya Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) terutama seorang wanita, seringkali menerima
perlakuan yang tidak baik dari majikannya. Karena di beberapa
negara, pembantu masih dianggap sebagai budak.
6) Gharim, yaitu orang yang terlilit hutang, dimana hutang tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan
untuk keperluan maksiat dan ia tidak mampu untuk membayar
atau melunasinya.
7) Sabilillah, merupakan kondisi individu yang berjuang untuk
menegakkan agama Allah. Hal ini terjadi pada para mujahid
Islam di Palestina atau Afganisthan yang berjuang untuk
menegakkan agama Allah dalam melawan para sekutunya. Serta
dana bagi pembangunan masjid, rumah sakit, pesantren dan
sekolah-sekolah islam lainnya yang dapat dikategorikan sebagai
perjuangan di jalan Allah (fi sabilillah), serta mampu
memberikan kesegaran spiritual kepada kaum muslimin yang
membutuhkan.
-
26
8) Ibnu Sabil, yaitu individu yang sedang dalam perjalanan dimana
perjalanan yang dilakukan adalah untuk kebajikan dan bukan
untuk kemaksiatan.
e. Zakat Produktif
Zakat merupakan tindakan Transfer of Income (pemindahan
kekayaan) dari golongan kaya ke golongan miskin. Jika mampu di
maksimalkan untuk usaha yang produktif, hal ini berpotensi dapat
mengembangkan kondisi ekonomi dan produktivitas mustahik
(orang yang menerima zakat).
Pendayagunaan Zakat berkaitan dengan bagaimana cara
pendistribusiannya yang tepat sasaran dan tepat guna, di dalam
Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
dijelaskan mengenai pendayagunaan zakat yaitu:
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar
mustahik telah terpenuhi.
Untuk kata produktif sendiri secara bahasa, berasal dari bahasa
Inggris yaitu “productive” yang berarti “banyak menghasilkan,
memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang
-
27
berharga yang mempunyai hasil baik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2018), definisi Produktif adalah :
1) Bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar).
2) Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya),
menguntungkan.
3) Mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk
membentuk unsur-unsur baru.
Menurut Yusuf Qardhawi (2005), zakat produktif adalah zakat
yang dikelola sebagai suatu upaya dalam meningkatkan ekonomi
para fakir miskin dengan memfokuskan pada pemberdayaan sumber
dayanya dengan melalui pelatihan-pelatihan yang mengarah pada
peningkatan skill-nya, yang pada akhirnya dana zakat tersebut
menjadi modal bagi pengembangan usahanya sehingga mereka
mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
menjadi mandiri dalam mengembangkan ekonominya.
Tujuan zakat produktif menurut Yusuf Qardhawi (2011), untuk
menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang miskin
menjadi berkecukupan selama-lamanya, mencari pangkal penyebab
nya, serta mengusahakan agar orang-orang miskin tersebut mampu
memperbaiki kehidupan mereka.
Menurut Sahal Mahfudh (1994), zakat produktif adalah zakat
yang dikelola secara produktif dimana pemberian dana zakat bisa
membuat penerima zakat (mustahik) mampu menghasilkan sesuatu
-
28
secara konsisten dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dana
zakat yang diberikan dikembangkan untuk membuka usaha yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tidak dihabiskan untuk hal-
hal yang bersifat konsumtif.
Tujuan dari pengelolaan zakat secara produktif menurut Sahal
Mahfudh (1994) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penerima
zakat dan mendapatkan manfaat lebih dari dana yang diterima,
sehingga nantinya mereka yang sebelumnya sebagai penerima zakat
(mustahik) berubah menjadi orang yang wajib mengeluarkan zakat
(muzakki).
Abdurrahman Qadir (2001) menyatakan bahwa, zakat
produktif adalah zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai
modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi dengan tujuan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas mustahik.
Sedangkan menurut Asnaini (2008) zakat produktif adalah zakat
dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik
tidak dihabiskan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk
membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.
Dalam mengelola zakat produktif diperlukan adanya suatu
mekanisme atau sistem pengelolaan yang baik untuk digunakan,
sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal-hal seperti
penyelewengan dana ataupun meminimalisir kendala lainnya yang
-
29
akan terjadi, berikut ini adalah macam-macam model sistem
pengelolaan zakat produktif (M. Ridwan Mas’ud, 2005):
1) Surplus Zakat Budget.
Merupakan pengumpulan dana zakat yang
pendistribusiannya hanya di bagikan sebagian dan sebagian
lainnya digunakan dalam pembiayaan usaha-usaha produktif
dalam bentuk zakat certificate. Dalam pelaksanaannya zakat
diserahkan oleh muzakki kepada amil yang kemudian dikelola
menjadi dua bentuk yaitu bentuk sertifikat dan uang tunai,
selanjutnya sertifikat diberikan kepada mustahik dengan
persetujuan mustahik tersebut.
Uang tunai yang terkandung dalam sertifikat tersebut
selanjutnya digunakan untuk operasional perusahaan, dengan
harapan perusahaan tersebut dapat berkembang pesat dan
menyerap tenaga kerja dari golongan mustahik sendiri, selain itu
perusahaan juga diharapkan dapat memberikan bagi hasil
kepada mustahik pemegang sertifikat. Apabila jumlah bagi hasil
telah mencapai nishab dan haul nya maka mustahik tersebut
dapat berperan menjadi muzakki yang mampu membayar zakat
atau memberikan shadaqah.
2) In Kind
Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana alokasi dana
zakat yang akan didistribusikan kepada mustahik tidak
-
30
dibagikan dalam bentuk uang tunai, melainkan dalam bentuk
alat-alat produksi seperti mesin ataupun hewan ternak yang
dibutuhkan oleh kaum ekonomi lemah yang memiliki keinginan
untuk berusaha atau berproduksi, baik untuk mereka yang baru
akan memulai usaha maupun yang ingin mengembangkan usaha
yang sudah dijalaninya.
3) Revolving Fund
Merupakan sistem pengelolaan zakat dimana amil
memberikan pinjaman dana zakat kepada mustahik dalam
bentuk pembiayaan qardhul hasan. Tugas mustahik adalah
menggunakan dana pinjaman tersebut untuk usaha agar dapat
mengembalikan sebagian atau seluruh dana yang dipinjam
tersebut dalam kurun waktu tertentu. Setelah dana tersebut
dikembalikan kepada amil kemudian amil menggulirkan dana
tersebut kepada mustahik lainnya.
Berdasarkan macam-macam model sistem pengelolaan zakat
produktif yang telah dijelaskan, sistem yang digunakan oleh
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar yaitu sistem
Revolving Fund, karena LAZNAS Al Azhar pada awalnya
membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) disuatu daerah
dengan menunjuk kader pilihannya sebagai pengurus, kemudian
memberikan dana zakat tersebut kepada masing-masing KSM untuk
diberikan kepada anggotanya dan dikelola secara produktif.
-
31
2. Keberhasilan Usaha
Usaha yang sukses atau berhasil didefinisikan sebagai tingkat
pencapaian hasil atau tujuan organisasi (Riyanti, 2003). Keberhasilan
usaha adalah keberhasilan dari suatu bisnis untuk mencapai tujuannya,
suatu bisnis dikatakan berhasil apabila mendapat laba/keuntungan,
karena keuntungan adalah tujuan dari orang melakukan bisnis (Henry,
2007).
Berdasarkan penelitian dari Zafir Mohd Makhbul (2011) dalam
jurnalnya yang berjudul Entrepreneurial Success: An Ecploratory Study
among Entrepreneurs, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kewirausaan yaitu karakteristik khusus
wirausahawan termasuk ketekunan, keterampilan sosial yang baik,
percaya diri dan mampu mengontrol diri, keterampilan dalam
berkomunikasi, serta faktor religiusitas seperti kejujuran, amanah,
memiliki etika dan moral yang baik.
Menurut Suranti (2006), untuk mencapai keberhasilan usaha dapat
menggunakan suatu pendekatan, yaitu meliputi pencapaian tujuan,
pendekatan sistem, pendekatan konstituensi strategis, dan pendekatan
nilai-nilai bersaing. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan pencapaian tujuan, menyebutkan bahwa keberhasilan
usaha harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan yaitu
mendapatkan laba atau keuntungan yang merupakan selisih antara
harga jual dengan biaya produksi.
-
32
b. Pendekatan sistem, mengatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai
dari cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu
bagaimana hubungan antar individu dalam unit usaha dapat
bekerjasama dan koordinasi sehingga terciptanya kondisi kerja
yang kondusif.
c. Pendekatan konstituensi strategis, menyatakan bahwa keberhasilan
usaha dinilai dari hubungan baik dengan mitra kerja yang menjadi
pendukung kelanjutan unit usaha.
d. Pendekatan nilai-nilai bersaing, menyatakan bahwa keberhasilan
usaha dikatakan berhasil apabila unit usaha mampu bersaing
dengan unit usaha yang sejenis.
Menurut Suryana, empat ciri wirausahawan yang berhasil yang
tercermin pada sifat-sifat kepribadiannya, sebagai berikut (Suryana,
2013):
a. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara
independen dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil.
b. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan,
berorientasi hasil, dan tanggung jawab serta kerja keras.
c. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam
kewirausahaan.
d. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam
memperoleh ide.
-
33
Keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai
tujuannya, suatu ukuran atau indikator keberhasilannya antara lain, yaitu
permodalan, pendapatan, dan volume penjualan. Adapun penjelasannya
sebagai berikut (Suryana, 2013):
a. Modal, merupakan semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan
secara langsung maupun tidak langsung dalam program untuk
menambah output, yaitu terdiri dari barang-barang yang dibuat
untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang (Irawan
dan Suparmoko, 1998).
b. Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh
masyarakat atas prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan (Sukirno, 2006).
c. Volume penjualan adalah tingkat aktivitas perusahaan baik
produksi maupun penjualan. Volume penjualan merupakan
penjualan yang dinyatakan dalam jumlah penjualan banyaknya
satuan fisik atau jumlah uang yang harus dicapai. Menurut Mulyadi
(2005) volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukkan
banyaknya atau besarnya jumlah barang dan jasa yang terjual.
Suatu usaha dapat dikatakan berhasil apabila setelah jangka waktu
tertentu usahanya mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala
usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaannya (Erliah, 2007).
-
34
Berdasarkan deskripsi terkait teori, konsep, dan indikator
keberhasilan usaha yang telah dijelaskan, kesimpulan dari tingkat
keberhasilan bisnis seseorang yaitu dilihat dari segi permodalan yang
digunakan, peningkatan omset usaha dalam jangka waktu tertentu
(tahunan), serta meningkatnya volume penjualannya.
3. Etos Kerja
a. Definisi Etos Kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang
mempunyai arti sebagai sikap, kepribadian, karakter serta keyakinan
tertentu. Kata yang senada dengan kata etos adalah “etika“ dan “etis”
yang hampir mendekati makna khuluq atau akhlaq dalam bahasa
arab yang berkaitan dengan baik dan buruk. Dalam kamus webster,
“etos” didefiniskan sebagai “keyakinan yang berfungsi sebagai
panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok atau sebuah
institusi (guiding belleft of a person, group or insttution)” (Sinamo,
2006).
Sedangkan pengertian kerja secara istilah atau terminologi
adalah “melakukan sesuatu untuk menghasilkan karya yang
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya” (Chalil, 2011).
Etos kerja dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, karakter,
akhlak, dan etika seseorang dalam bekerja yang tak lepas dari
landasan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritualitas yang
bersumber dari hati nurani” (Santoso, 2012).
-
35
Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja. Bila individu dalam komunitas
memandang kerja sebagai suatu yang luhur bagi eksistensi manusia,
maka etos kerjanya cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan
pandangan terhadap kerja sebagai suatu yang bernilai rendah bagi
kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah
(Anoraga, 2009).
Menurut Nurcholish Madjid (1995), etos kerja dalam islam
adalah hasil suatu kepercayaan seorang muslim, bahwa kerja
mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh
perkenan Allah SWT.
Sedangkan menurut Toto Tasmara (1995), menyatakan bahwa
bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba
Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah), atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja, manusia itu
memanusiakan dirinya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Jansen H. Sinamo mengembangkan apa yang disebut dengan
“Roh keberhasilan” (The spirit of Succes) yang dikembangkan
dengan tiga strategi besar yang harus diambil serentak, yaitu:
-
36
Strategi pertama, kondisi sosial politik sebagai lingkungan
makro bagi tumbuh kembangnya organisasi dan lembaga-lembaga
ekonomi masyarakat harus segera ditata secara positif, sehingga
terbebas dari distorsi yang sarat dengan kolusi dan korupsi. Jika
kondisi sosial politik masih demikian adanya, maka sudah barang
tentu memberikan kesan tidak percaya dari organisasi dan lembaga-
lembaga dibawahnya. Sehingga harapan untuk membangun etos
kerja demi tercapainya tujuan bersama akan melemah.
Strategi kedua, etos kerja harus disosialisasikan dan dikaitkan
secara tegas dengan upaya peningkatan ilmu dan pengetahuan
masyarakat. Meraih gelar keilmuan setinggi-tingginya harus menjadi
cita-cita baru bagi masyarakat. Dengan demikian etos kerja dan etos
belajar difungsikan menjadi basis motivasi untuk meraih sukses di
segala bidang. Dengan ini masyarakat akan berkembang menjadi
masyarakat yang cerdas dan berpengetahuan.
Strategi ketiga, pengembangan etos kerja harus dilaksanakan
dalam konteks pendidikan dan pelatihan manajemen, dalam arti
seluas-luasnya untuk memperoleh keterampilan organisasional
bermutu tinggi bagi seluruh warga organisasi.
Untuk mendukung ketiga strategi tersebut, Sinamo (2006)
menegaskan harus ditopang dengan stamina, energi, dan vitalitas
yang kuat. Di mana pada tingkat individual kekuatan pendorang
-
37
tersebut diberi nama dengan “Roh Keberhasilan” (The Spirit of
succes) yang merupakan sumber energi sukses itu sendiri.
Hamzah Ya’kub (1992) menjelaskan bahwa ada beberapa
sikap kematangan spiritual yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi pekerjaan, yaitu (Saifullah, 2010):
1. Niat ikhlas. Niat merupakan kemantapan tujuan luhur untuk
apa pekerjaan itu dilakukan. Hal ini sesuai dengan falsafah
hidup muslim yang bekerja dengan tujuan mengharapkan
Ridha Allah SWT.
2. Kemauan keras (‘azam). Untuk mengembangkan usaha, agar
dapat maju dan sukses diperlukan sebuah kemauan atau usaha
yang keras, tekat membaja. Apabila sudah ber’azam maka
kebulatan tekat tentang berhasil dan tidaknya diserahkan
sepenuhnya kepada Allah, inilah arti tawakkal yang
sesungguhnya.
3. Ketekunan (Istiqamah), merupakan daya tahan mental dan
kesetiaan melakukan sesuatu yang telah direncanakan sampai
ke batas akhir suatu pekerjaan
4. Kesabaran, merupakan sikap hidup seorang muslim yang
sangat berharga. Sikap ini sangat dibutuhkan dalam berjuang
dan bekerja, hal ini termasuk Akhlakul Karimah yang
seharusnya diperjuangkan dalam hidup.
-
38
c. Aspek-aspek Etos Kerja
Sementara Jansen H. Sinamo (2006) terkait dengan aspek dan
dimensi etos kerja, beliau mengembangkan apa yang dikenal dengan
delapan etos kerja sebagai pengejawantahan dari konsep beliau yang
disebut dengan Tetra Darma Mahardika. Kedelapan etos kerja
tersebut adalah:
Etos 1 : Kerja adalah rahmat; Aku bekerja tulus penuh syukur.
Etos 2 : Kerja adalah amanah; Aku bekerja benar penuh tanggung
jawab.
Etos 3 : Kerja adalah panggilan; Aku bekerja tuntas penuh
panggilan.
Etos 4 : Kerja adalah aktualisasi; Aku bekerja penuh semangat.
Etos 5 : Kerja adalah ibadah; Aku bekerja serius penuh kecintaan.
Etos 6 : Kerja adalah seni; Aku bekerja kreatif penuh suka cita.
Etos 7 : Kerja adalah kehormatan; Aku bekerja tekun penuh
keunggulan.
Etos 8 : Kerja adalah pelayanan; Aku bekerja sempurna penuh
kerendahan hati
-
39
Gambar 2.1
Ethos – Oktagon Etos Kerja Profesional
Islam mengajarkan bahwa kerja itu harus dilaksanakan
berdasarkan beberapa prinsip, sebagai berikut (Mohammad Irham,
2012):
1. Bahwa pekerjaan itu dilakkukan berdasarkan pengetahuan
sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah dalam Al-
Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan mengenainya.” (QS. Al-Isra :
36).
2. Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian
sebagaimana dapat dipahami dari hadis Nabi SAW, “Apabila
suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka
E-1
Kerja Adalah Rahmat;
Aku Bekerja Tulus
Penuh Syukur E-8
Kerja Adalah Pelayanan;
Aku Bekerja Sempurna
Penuh Kerendahan Hati
E-6
Kerja Adalah Seni; Aku
Bekerja Kreatif Penuh
Sukacita
Kerja Adalah Aktualisasi;
Aku Bekerja
Penuh Semangat
E-4 Kerja Adalah
Amanah; Aku
Bekerja Benar
Penuh
Tanggungjawab
E-2
Kerja Adalah Kehormatan;
Aku Bekerja Tekun
Penuh Keunggulan
E-7
E-5
Kerja Adalah Ibadah;
Aku Bekerja Serius
Penuh Kecintaan
E-3
Kerja Adalah Panggilan;
Aku Bekerja Tuntas Penuh
Integritas
ROH
KEBERHASILAN
-
40
tunggulah saat kehancurannya.” (Hadis Shahih Riwayat Al-
Bukhori).
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana
dapat dipahami dari firman Allah, “Dialah tuhan yang telah
menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara
kalian yang dapat melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik,
kamu akan dikembalikan kepada yang maha mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu dia memberitahukan kepadamu
tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Mulk : 2).
4. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang
tinggi.
5. Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul, dan masyarakat, oleh
karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
6. Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia
kerjakan.
7. Ajaran islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah
bentuk keberadaan manusia. Artinya, manusia ada karena
kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan
manusia.
4. Modal Zakat
Zakat memiliki peranan yang strategis dal