analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada

23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG ISBN : 978-602-14119-2-6 173 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KENTANG DI KAWASAN DIENG JAWA TENGAH Tri Widayati Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email: [email protected] Abstrak Efisiensi usahatani kentang di Kawasan Dieng Jawa Tengah dilakukan dengan mengambil sampel 200 petani yang tinggal di 3 wilayah kecamatan yaitu Kejajar, Dieng dan Batur. Penggunaan input yang membentuk output berpengaruh terhadap efisiensi ekonomis maupun teknis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil estimasi efisiensi teknis dengan menggunakan n=200, efisiensi teknis adalah 0,886. Angka efisiensi teknis yang kurang dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kentang di daerah penelitian belum efisien, artinya penggunaan input masih bisa ditingkatkan untuk menaikkan produksi.penggunaan input (faktor produksi) yang dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan pemakaian bibit. Input (faktor produksi) yang lain harus dikurangi penggunaannya karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk kandang, tenaga kerja, dan fungisida. Kata kunci: Efisiensi Teknis, Ekonomi dan Harga, Usahatani Kentang Abstract The efficiency of potato agriculture in Dieng Area of Central Java was conducted by taking samples of 200 farmers who live in 3 districts of Kejajar, Dieng and Batur. The use of inputs that make up the output affects economic and technical efsiensi. From result of research got that technical efficiency estimation efficiency is 0,886. This technical efficiency score of less than one indicates that potato agriculture in the research area is inefficient, meaning that inputs can still be increased to increase production. Use of inputs (factors of production) that can dtingkatkan is the area of land and the use of seeds. Other inputs should be reduced because they are not economical, ie for the use of chemical fertilizers, insecticides, manure, labor, and fungicides. Keywords : Technical Efficiency, Economics and Price, Potato Agriculture

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 173

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI

KENTANG DI KAWASAN DIENG JAWA TENGAH

Tri Widayati

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Email: [email protected]

Abstrak

Efisiensi usahatani kentang di Kawasan Dieng Jawa Tengah dilakukan dengan

mengambil sampel 200 petani yang tinggal di 3 wilayah kecamatan yaitu Kejajar, Dieng dan

Batur. Penggunaan input yang membentuk output berpengaruh terhadap efisiensi ekonomis

maupun teknis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil estimasi efisiensi teknis dengan

menggunakan n=200, efisiensi teknis adalah 0,886. Angka efisiensi teknis yang kurang dari

satu ini menunjukkan bahwa usahatani kentang di daerah penelitian belum efisien, artinya

penggunaan input masih bisa ditingkatkan untuk menaikkan produksi.penggunaan input

(faktor produksi) yang dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan pemakaian bibit. Input (faktor

produksi) yang lain harus dikurangi penggunaannya karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk

pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk kandang, tenaga kerja, dan fungisida.

Kata kunci: Efisiensi Teknis, Ekonomi dan Harga, Usahatani Kentang

Abstract

The efficiency of potato agriculture in Dieng Area of Central Java was conducted by

taking samples of 200 farmers who live in 3 districts of Kejajar, Dieng and Batur. The use of

inputs that make up the output affects economic and technical efsiensi. From result of

research got that technical efficiency estimation efficiency is 0,886. This technical efficiency

score of less than one indicates that potato agriculture in the research area is inefficient,

meaning that inputs can still be increased to increase production. Use of inputs (factors of

production) that can dtingkatkan is the area of land and the use of seeds. Other inputs should

be reduced because they are not economical, ie for the use of chemical fertilizers,

insecticides, manure, labor, and fungicides.

Keywords : Technical Efficiency, Economics and Price, Potato Agriculture

Page 2: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

174 ISBN : 978-602-14119-2-6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indo-

nesia saat ini diarahkan menuju

pembangunan pertanian yang ber-

kelanjutan (sustainable agriculture).

Konsep pertanian berkelanjutan merupakan

implementasi dari pembangunan ber-

kelanjutan pada sektor pertanian. Konsep

pembangunan pertanian berkelanjutan

dirumuskan pada akhir tahun 1980-an

sebagai respon terhadap strategi

pembangunan sebelumnya yang terfokus

pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi

yang terbukti telah menimbulkan degradasi

kapasitas produksi maupun kualitas

lingkungan hidup. Konsep pertama

dirumuskan dalam Laporan Bruntland

(Bruntland Report) yang merupakan hasil

kongres Komisi Dunia mengenai

Lingkungan dan Pembangunan Per-

serikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1987

yang menyatakan bahwa pembangunan

berkelanjutan ialah pembangunan yang

mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa

mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk mewujudkan kebutuhan

mereka (Salikin, 2003 ).

Produksi kentang di Indonesia

mengalami peningkatan yang signifikan

selama periode tahun 2011 sampai tahun

2014. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan

total produksi yang besar dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yaitu dari

1.124.282 kuintal menjadi 4.316.016

kuintal. Perbandingan total produksi Jawa

Tengah dibandingkan Indonesia dapat

dilihat dalam Gambar 1.

Kawasan Dieng merupakan

penghasil kentang terbesar di Jawa

Tengah. Kawasan ini meliputi Kabupaten

Kendal,KabupatenBatang, Kabupaten

Pekalongan, Kabupaten Banjarnegara, dan

Kabupaten Wonosobo. Dari kelima

kabupaten tersebut, wilayah yang menjadi

sentra kentang terbesar di Jawa Tengah

adalah Kabupaten Banjarnegara dan

Kabupaten Wonosobo. Produksi kentang

selama empat tahun terakhir di

JawaTengah dapat dilihat dalam Tabel 1.2.

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa

selama empat tahun terakhir terjadi

peningkatan produksi kentang dan luas

panen.

Hasil produksi Kawasan Dieng

dibandingkan total produksi kentang

seluruh Jawa Tengah menunjukkan

persentase yang cukup besar dan

cenderung mengalami peningkatan. Pada

tahun 2011, produksi kentang di Kawasan

Dieng mencapai 69,36% dari total

produksi kentang di Jawa Tengah.

Meskipun sempat menurun menjadi

67,51% pada tahun 2012, namun

selanjutnya meningkat pada tahun 2013

dan 2014 menjadi 71,84% dan 72,83%.

Produksi kentang di Kawasan Dieng

terbesar berada di Kabupaten Banjarnegara

diikuti oleh Kabupaten Wonosobo.

Wilayah kabupaten lain yang berada di

Kawasan Dieng tidak banyak

menghasilkan produksi kentang.

Periode waktu 2011-2014

produktivitas rata-rata tertinggi di Jawa

Tengah terjadi pada tahun 2014 yaitu

sebesar 169 kuintal per hektar dan terendah

sebesar 141 kuintal per hektar yang terjadi

pada tahun 2013. Produktivitas kentang di

Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten

Wonosobo tertinggi dicapai pada tahun

2014 yaitu 152,237 kuintal per hektar dan

158,276 kuintal per hektar. Jika

dibandingkan dengan beberapa kabupaten

lain di Jawa Tengah, tingkat produktivitas

di dua wilayah tersebut lebih rendah. Pada

tahun 2014, tingkat produktivitas kentang

di Kabupaten Magelang, Kabupaten

Pekalongan, dan Kabupaten Semarang

berturut-turut adalah 189,357 kuintal per

hektar, 211,214 kuintal per hektar, dan

243,529 kuintal per hektar.

Page 3: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 175

Gambar 1. Produksi Kentang Jawa Tengah Dibandingkan Produksi

Kentang Seluruh Indonesia

Gambar 2. Produktivitas Kentang di Jawa Tengah Tahun 2011-2014

Penanaman kentang di Kawasan

Dieng dilakukan di lereng-lereng dengan

sistem penanaman searah kontur dan

beberapa menggunakan sistem teras

bangku. Kondisi curah hujan yang tinggi,

bentuk permukaan tanah yang cenderung

menyebabkan erosi tanah, kerusakan tanah,

dan kelangkaan sumberdaya air. Penelitian

yang dilakukan oleh Ngabekti, et al. (2007)

di Kawasan Dieng menunjukkan bahwa

tingkat erosi di Kawasan Dieng sudah

cukup tinggi disebabkan sistem terasering

yang diterapkan pada kawasan budidaya

kentang berupa terasering dengan arah

aliran tegak lurus pada garis kontur.

Akibatnya aliran air mengalir ke bawah

dengan cepat dan membawa partikel tanah.

Revolusi hijau membawa implikasi

penggunaan pupuk dan pestisida yang

relatif tinggi karena diyakini dapat

meningkatkan produksi. Penggunaan

varietas bermutu tinggi, pupuk kimia, dan

pestisida berdampak pada penurunan

kualitas lahan pertanian. Penggunaan

955.488 1.094.240 1.124.282 4.316.016

2.504 2.536 2.735 2.922

1

2.000

4.000.000

2011 2012 2013 2014

Kuintal

Tahun

Indonesia

Jawa Tengah

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Pro

du

kti

vit

as

ku

/ha

2011

2012

2013

2014

Page 4: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

176 ISBN : 978-602-14119-2-6

pupuk dan pestisida yang berlebihan

menyebabkan input yang berlebihan,

polusi air,polusi tanah, dan timbulnya

akumulasi residu. Penggunaan pupuk dan

pestisida di Kawasan Dieng memerlukan

perhatian yang sangat penting karena

mempengaruhi keberlanjutan usahatani.

Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa peningkatan output dapat dilakukan

tanpa peningkatan input atau penggunaan

teknologi baru (Bravo-Ureta,1997).

Perbedaan variasi produksi disebabkan

oleh perbedaan kapabilitas manajerial dan

manajemen petani. Ketidaksamaan mana-

jemen ini merupakan sumber ketidak-

efisienan (Nahraeni, 2012).

Perumusan Masalah

Komoditas kentang di Kawasan

Dieng membutuhkan bahan organik tanah

yang tinggi sehingga petani kentang di

Kawasan Dieng harus menggunakan pupuk

kandang untuk setiap kali tanam. Tingkat

erosi yang tinggi yang terjadi di Kawasan

Dieng menyebabkan pemberian pupuk

kandang (CM) menjadi lebih banyak.

Penggunaan pupuk kandang (CM) di

Kawasan Dieng mencapai 15-20 ton per

hektar.

Salah satu aspek dalam ekonomi

yang dijadikan dasar untukmengetahui

bagaimana penggunaan input untuk

meningkatkan produksi (output) adalah

dengan mengukur efisiensi teknik (Sharma

dan Leung, 2000). Selain itu, indikator lain

yang digunakan untuk mengetahui

keberhasilan pembangunan pertanian

berkelanjutan dari aspek ekonomi adalah

pendapatan usahatani, return cost ratio,

dan produktivitas (Hayati, et al., 2010).

Berdasarkan hasil uraian di atas,

dapat disimpulkan bahwa sistem usaha tani

kentang menyebabkan kondisi lahan

menjadi kritis yang selanjutnya dapat

berdampak negatif pada sistem

pembangunan pertanian berkelanjutan.

Sehingga dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi efisiensi ekonomi

pada usahatani kentang di Kawasan

Dieng?

2. Bagaimana kondisi efisiensi teknis ?

3. Bagaimana strategi untuk meningkat-

kan efisiensi usahatani kentang di

Kawasan Dieng?

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini ber-

tujuan untuk membuat model pengelolaan

pertanian berkelanjutan di Kabupaten

Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo

yang merupakan wilayah terbesar pada

Kawasan Dieng. Sedangkan tujuan

khususnya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui efisisensi usahatani

kentang di Kawasan Dieng

2. Menganalisis efisiensi teknis usaha tani

kentang di daerah penelitian.

3. Membuat strategi untukmeningkatkan

efisiensi usahatani kentang di Kawasan

Dieng.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat pada rekayasa

kelembagaan pengelolaan di Kawasan

Dieng baik secara teoritik maupun praktik.

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi antara lain

untuk:

1) Bahan kajian untuk mengetahui tingkat

efisiensi, ekonomis dan teknis pada

usahatani kentang di Kawasan Dieng

2) Bahan kajian untuk menentukan strategi

untuk meningkatkan efisiensi pada

usahatani kentang.

Secara praktis, penelitian ini

diharapkan memberi manfaat untuk:

1) Bahan pertimbangan bagi pengambil

kebijakan, baik Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah maupun Pemerintah

Kabupaten di Kawasan Dieng,

khususnya dalam upaya peningkatan

efisiensi, baik teknis maupun ekonomi.

2) Bahan masukan bagi petani sebagai

pertimbangan untuk menentukan apa

yang sebaiknya dilakukan untuk

Page 5: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 177

meningkatkan produksi, pendapatan,

dan efisiensi usahatani.

Orisinalitas Penelitian

Nahraeni (2012) meneliti tentang

keberlanjutan usahatani hortikultura di

Jawa Barat menemukan bahwa usahatani

kentang dan kobis belum efisien, dengan

rata-rata efisiensi alokatif mencapai 47%

untuk kentang dan 77% untuk kubis.

Artinya, pada tingkat harga input dan

output masih terdapat potensi yang cukup

besar untuk petani kentang dalam

mengalokasikan input pada tingkat biaya

minimal. Dari hasil penelitian ini, juga

diperoleh kesimpulan bahwa variabel luas

lahan, jumlah benih yang digunakan, dan

penggunaan pupuk kandang secara nyata

dapat meningkatkan produksi kentang dan

kubis dataran tinggi, sedangkan kemi-

ringan lereng yang semakin tinggi

menunjukkan hasil yang negatif, artinya

semakin tinggi lereng hasil produksi

semakin kecil.

Penelitian tentang usahatani kentang

dilakukan oleh Sa’diyah dan Muljawan

(2011), Agustian dan Mayrowani (2008),

Hartono dan Prihtani (2008), dan Hartati

(2007) dengan lokasi yang berbeda.

Penelitian terkait dengan usahatani

kentang di Kawasan Dieng sangat

beragam. Hartati (2007) meneliti tentang

Pengaruh Perilaku Petani terhadap Risiko

Ketidakefisienan Usahatani Kentang di

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang

menunjukkan bahwa perilaku petani dalam

menghadapi risiko dipengaruhi oleh

beberapa peubah. Ada enam peubah yang

mempengaruhi, yaitu umur, pendidikan,

jumlah tanggungan keluarga, pengalaman

berusahatani, luas lahan, dan status lahan

sebagai dummy. Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa semakin tinggi umur

petani, jumlah tanggungan keluarga,

pengalaman berusahatani, luas lahan, dan

status penguasaan lahan petani, maka

semakin tinggi pula keberanian petani

kentang di Dieng dalam menghadapi

risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Adapun Teori yang mendasari

penelitian ini meliputi konsep fungsi

produksi, efisiensi teknik, pendapatan

usahatani, produktivitas, kinerja, dan

konsep kelembagaan.

Teori Produksi

Rahim dan Hastuti (2002)

mengemukakan bahwa produksi pertanian

(on farm) merupakan fokus pertama yang

akan mempengaruhi proses selanjutnya

hingga menghasilkan output. Produksi

dapat dinyatakan sebagai perangkat

prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam

penciptaan komoditas berupa kegiatan

usahatani atau kegiatan lainnya (penang-

kapan dan beternak). Produksi adalah

perubahan dari dua atau lebih input

(sumberdaya) menjadi satu atau lebih

output (produk). Produksi adalah suatu

kegiatan yang mengubah input menjadi

output (Herlambang, et al., 2002).

Dalam istilah ekonomi, faktor

produksi kadang disebut dengan input.

Macam input atau faktor produksi ini

perlu diketahui oleh produsen. Terdapat

hubungan matematik yang kuat antara

input dan faktor produksi.

Menurut Beattie dan Taylor (1996)

hubungan tersebut dapat ditulis:

Y = f (X1,X2,....Xn)

di mana :

Y = produk atau variabel yang

dipengaruhi oleh faktor produksi x

X = faktor produksi atau variabel

yang mempengaruhi Y.

Soekartawi (2003), Beattie dan

Taylor (1996) menjelaskan bahwa fungsi

produksi adalah hubungan fisik antara

masukan produksi (input) dan produksi

(output). Analisis fungsi produksi

dilakukan oleh peneliti, karena diperlukan

informasi tentang bagaimana sumberdaya

yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja,

dan modal dapat dikelola dengan baik agat

produksi maksimum dapat diperoleh.

Fungsi produksi sangat penting dalam

teori produksi karena:

Page 6: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

178 ISBN : 978-602-14119-2-6

1. Dengan fungsi produksi, maka dapat

diketahui hubungan antarfaktor

produksi dan produksi (output) secara

langsung dan hubungan itu mudah

dimengerti;

2. Dengan fungsi produksi, maka dapat

diketahui hubungan antara variabel

yang dijelaskan (dependent variable)

yaitu Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variable)

yaitu X, sekaligus juga untuk

mengetahui hubungan antara variabel

penjelas.

Berbagai macam fungsi produksi

telah diketahui dan dipergunakan oleh

berbagai peneliti, tetapi yang umum dan

sering digunakan adalah fungsi produksi

linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi

produksi eksponensial, dan fungsi produksi

CES (Constan Elasticity of Substitution,

Transcedental and Translog).

Berdasarkan rangkuman jenis fungsi

produksi, maka penelitian ini

menggunakan Fungsi Produksi Cobb-

Douglass dengan 3 (tiga) pertimbangan.

Pertama, memiliki fleksibilitas pada

penggunaan variabel input. Kedua,

menggunakan data kerat silang yang biasa

dipakai di bidang pertanian. Ketiga,

dengan bentuk logaritma natural akan

memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1)

elastisitas dari produksi mengukur

kemampuan reaksi dari input meningkat-

kan output; (2) berdasarkan persamaan

fungsi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi

yang mungkin dalam tingkat pengembalian

terhadap skala. Returtn to Scale (tingkat

pengembalian terhadap skala) perlu

diketahui untuk mengetahui apakah

kegiatan dari suatu usaha tersebut

mengikuti kaidah increasing, constant atau

decreasing return to scale. Ada tiga

alternatif, yaitu: (Soekartawi, 2003)

a. Decreasing Return to Scale, bila (β1 +

β2) < 1

Pada kondisi demikian, dapat diartikan

bahwa proporsi penambahan faktor

produksi melebihi proporsi

penambahan produksi.

b. Constant Return to Scale , bila (β1 +

β2) = 1

Pada kondisi demikian, dapat diartikan

bahwa proporsi penambahan faktor

produksi akan proporsional dengan

penambahan produksi.

c. Increasing Return to Scale , bila (β1 +

β2) > 1

Pada kondisi demikian, dapat diartikan

bahwa proporsi penambahan faktor

produksi akan menghasilkan produksi

yang proporsinya lebih besar.

Proses produksi mempunyai

landasan teknis yang disebut fungsi

produksi, yang menggambarkan hubungan

antara faktor produksi dengan kuantitas

produksi. Untuk mempermudah analisis,

maka faktor produksi dianggap tetap,

kecuali diketahui secara jelas. Ini berarti

kuantitas produksi dipengaruhi oleh

banyaknya tenaga kerja yang digunakan.

Faktor produksi yang dianggap konstan

disebut faktor produksi tetap dan

banyaknya faktor produksi ini tidak

dipengaruhi oleh banyaknya hasil

produksi. Faktor produksi yang dapat

berubah kuantitasnya selama proses

produksi atau banyaknya faktor produksi

yang digunakan tergantung pada hasil

produksi yang disebut faktor produksi

variabel. Tahapan produksi pertanian

dengan input K dan L.

Konsep Efisiensi

Efisiensi menurut Soekartawi (1990)

adalah upaya untuk menggunakan

masukan dalam jumlah tertentu untuk

memperoleh keluaran yang sebesar-

besarnya. Efisiensi dibagi menjadi tiga

konsep, yaitu efisiensi teknis (technical

efficiency), efisiensi harga atau efisiensi

biaya (price efficiency) atau allocative

efficiency, dan efisiensi ekonomi

(economic efficiency)

Efisiensi merupakan tindakan

memaksimalkan hasil dengan mengguna-

kan modal, tenaga kerja, material, dan alat

yang minimal (Stoner, 1995). Efisiensi

merupakan rasio antara input dan output,

Page 7: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 179

dan perbandingan antara masukan dan

pengeluaran.

Efisiensi produksi sesuai dengan

prinsip dasar ilmu ekonomi adalah output

produksi tertentu akan dapat dihasilkan

output semaksimal mungkin atau untuk

mendapatkan output tertentu dengan input

seminimal mungkin. Jika prinsip efisiensi

produksi itu diterapkan dalam suatu

produksi komoditas pertanian maka petani

akan berupaya untuk mencapai suatu

efisiensi dalam menggunakan input

produksi.

Farrel (1957) mengemukakan bahwa

efisiensi produksi terdiri dari komponen

teknik dan alokatif. Efisiensi teknik

merupakan kemampuan suatu unit usaha

untuk dapat berproduksi sepanjang kurva

isokuan yaitu menghasilkan output

seoptimal mungkin dengan menggunakan

kombinasi input dan teknologi tertentu.

Efisiensi alokatif merefleksikan kemam-

puan suatu unit usaha menggunakan input

dalam proporsi yang optimal, sesuai

dengan harganya masing-masing dan

teknologi produksi. Efisiensi alokatif

tercapai jika perusahaan tersebut mampu

memaksimumkan keuntungan yaitu

menyamakan produk marjinal setiap faktor

produksi dengan harganya. Jadi, efisiensi

ekonomi dapat dicapai jika efisiensi teknik

dan efisiensi harga tercapai.

Untuk mengetahui apakah

penggunaan faktor produksi mencapai

kondisi yang optimal dilakukan dengan

melihat perbandingan antara produksi fisik

marjinal faktor produksi dengan harga

faktor-faktor produksi, sehingga dapat

dituliskan:

(2.1)

Dari rumus tersebut dapat dijabarkan

bahwa kondisi optimal akan tercapai jika:

=

=

=

=

(2.2)

NPM diperoleh dari:

(2.3)

Keterangan:

: Elastisitas produksi faktor produksi i.

: Harga kentang.

Y : Harga produksi.

Dalam kenyataan, NPMx tidak selalu

sama dengan , sehingga yang sering

terjadi adalah:

a. Apabila

masing-masing faktor

produksi sama, berarti kombinasi

penggunaan faktor produksi optimal.

b. Apabila

masing-masing faktor

produksi tidak sama, berarti kombinasi

penggunaan faktor produksi belum

optimal.

Batesse dan Coelli (1991) mengemu-

kakan bahwa efisiensi teknis dari suatu

usahatani adalah rasio antara produksi

usahatani observasi dengan output

(produksi) dari fungsi produksi frontier.

Effisiensi teknis atau inefisiensi teknis

usahatani ke-i diduga dengan meng-

gunakan persamaan yang dirumuskan oleh

Bateese dan Coelli (1991) dan Kumbhakar

dan Lovell (2000) sebagai berikut:

( ) (2.4)

Efisiensi teknis ini dapat

diperkirakan dengan rumus sebagai

berikut:

( |

(

)

(

)⌋ (2.5)

di mana:

,

dan

serta representasi dari fungsi

distribusi normal.

Page 8: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA
Page 9: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 1

Gambar 3. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrel

Sumber: Soekartawi, 2003

Garis UU’ pada Gambar 3 adalah

garis isokuan dari berbagai kombinasi

input untuk mendapatkan

sejumlah Y tertentu yang optimal. Garis ini

sekaligus menunjukkan garis frontier dari

fungsi produksi Cobb-Douglass. Titik C

dan titik lain yang posisinya di bagian luar

garis UU’ adalah tingkat teknologi dari

masing-masing individu pengamatan.

Garis PP’ adalah garis biaya yang

merupakan tempat kedudukan titik-titik

kombinasi dari berapa biaya yang dapat

dialokasikan untuk mendapatkan sejumlah

input dan sehingga mendapatkan

biaya yang optimal. Garis OC

menggambarkan jarak, dimana suatu

teknologi dari suatu usaha apakah itu usaha

pertanian maupun nonpertanian.

Pendekatan Parametrik dengan

Stochastik Frontier Analysis

Fungsi produksi frontier adalah

sebuah fungsi produksi yang memiliki

keunggulan dibandingkan dengan fungsi

fungsi produksi yang lain yaitu

kemampuannya menganalisis keefisienan

maupun ketidakefisienan teknis suatu

proses produksi. Karakteristik fungsi

produksi frontier untuk mengestimasi

efisiensi teknis adalah adanya pemisahan

dampak dari shok variabel eksogen

terhadap output dengan kontribusi variasi

dalam bentuk efisiensi teknis (Giannakas,

et al.,2003).

Model produksi frontier stokastik

didasarkan pada model yang

dikembangkan oleh Battese dan Coelli

(1991), yaitu TE effect model. Model ini

menetapkan efek inefisiensi teknik dalam

bentuk frontier stokhastik yang

diformulasikan sebagai berikut:

∑ ( ) (2.6)

∑ (2.7)

Ui adalah salah satu kesalahan baku

yang menyusun kesalahan baku (error

term) dalam menggambarkan ketidak-

efisienan teknik suatu usahatani dan

bernilai positif, sehingga semakin besar

nilai Ui maka makin besar ketidakefisienan

teknik suatu usahatani. Dengan kata lain,

suatu usahatani dikatakan secara teknik

efisien 100 persen apabila Ui=0.

Pendekatan parametrik yang

banyak digunakan dalam penelitian

Page 10: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 181

efisiensi adalah Stochastik Frontier

Analysis (SFA) dengan menggunakan

fungsi produksi Cobb-Douglass dan

Translog. SFA mengacu pada pendekatan

ekonometrik frontier yang memerlukan

bentuk persamaan untuk biaya, profit, atau

hubungan antara output-input dan faktor

lingkungan yang memungkinkan adanya

error acak.

Aigner, et al. (1997) mengemuka-

kan bahwa fungsi stochastik frontier

merupakan perluasan dari model asli

deterministik untuk mengukur efek-efek

yang tidak terduga (stochastik frontier) di

dalam batas produksi. Dalam fungsi

produksi ini ditambahkan random error, vi,

ke dalam variabel acak non negatif, ui,

seperti dinyatakan dalam persamaan

berikut:

( ), dimana i = 1,2,3... n (2.8)

Random error, vi, berguna untuk

menghitung ukuran kesalahan dan faktor

acak lainnya, seperti kondisi cuaca dan

lain-lain bersama-sama dengan efek

komnbinasi dan variabel input yang tidak

terdefinisi pada fungsi produksi.

Selanjutnya Aigner, et al. (1977)

mengemukakan bahwa vi didistribusikan

secara independen dan identik

(independent and identically

distributed/iid) dengan rataan bernilai nol

dan ragam konstan independen dari ui

yang diasumsikan iid random variabel

eksponensial setengah normal.

Model persamaan 2.8 disebut

Stochastik Frontier Production Function

karena nilai output dibatasi oleh variabel

stokastik (random), exp( ).

Random error dapat bernilai positif atau

negatif demikian pula outputstochastik

frontier bervariasi sekitar bagian tertentu

dari model deterministik frontier,

exp( ). Komponen deterministik dari

model frontier, y = exp( ) menggunakan

asumsi berlaku hukum diminishing return

to scale. Jika petani menghasilkan output

aktual di bawah produksi deterministik

frontier, tetapi outputstokastik frontiernya

melampuai dari output deterministiknya,

maka aktivitas produksi petani tersebut

dipengaruhi oleh kondisi yang mengun-

tungkan dimana variabel vi bernilai positif.

Apabila petani menghasilkan output aktual

di bawah produksi deterministik frontier

dan output stokastik frontiernya juga

berada dibawah output deterministiknya.

Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas

produksi petani tersebut dipengaruhi oleh

kondisi yang tidak menguntungkan yaitu

nilai vi negatif. Struktur dasar model

stochastik frontier dapat dijelasakan dalam

Gambar 4.

Studi empiris terkait dengan

perhitungan efisiensi teknis dilakukan oleh

Prayoga (2010) yang meneliti tentang

produktivitas dan efisiensi teknis usahatani

padi organik lahan sawah. Efisiensi teknis

diukur dengan fungsi produksi frontier

yang diestimasi dengan metode MLE,

dengan mengasumsikan Cobb-Douglas

adalah bentuk fungsional usahatani padi

organik di daerah penelitian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat

efisiensi petani sampel bervariasi antara

0,47 – 0,96 dengan rata-rata 0,70. Dari

penelitian ini, implikasi kebijakan dari

temuan-temuan penelitian ini adalah upaya

peningkatan efisiensi teknis melalui

peningkatan kegiatan penyuluhan tentang

usahatani padi organik perlu dilakukan

secara kontinyu oleh Dinas atau instansi

terkait.

Essilfie et al. (2010) melakukan

penelitian tentang efisiensi teknik pada

produksi jagung dengan skala kecil dengan

pendekatan stochastic frontier. Penelitian

yang dilakukan di negara Ghana ini

menghasilkan tingkat efisiensi teknis rata-

rata adalah 58%. Faktor produksi yang

digunakan dalam dalam penelitan ini

adalah tenaga kerja, penggunaan bibit dan

pupuk, tingkat pendidikan, dan jumlah

anggota rumah tangga.

Pendekatan dengan fungsi produksi

frontier untuk menghitung efisiensi teknis

juga dilakukan oleh Fauziyah (2010),

Sukiyono (2005), Saptana (2011), dan

Nuhraeni (2012). Penelitian Fauziyah

Page 11: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

182 ISBN : 978-602-14119-2-6

(2010) tentang perilaku petani dalam

menghadapi risiko produksi terhadap

alokasi input pada usahatani tembakau

menyimpulkan bahwa secara keseluruhan

perhitungan inefisiensi alokatif > 0, artinya

petani tembakau masih bersifat under use

dalam penggunaan faktor produksi.

Tingkat efisiensi teknis dan efisiensi

alokatif usahatani tembakau berkisar antara

0,61 – 0,89 dan 0,50 -0,85. Perhitungan

efisiensi teknis pada usahatani cabe merah

yang dilakukan Sukiyono (2005)

mendapatkan kesimpulan angka efisiensi

teknis cabe merah tergolong tinggi yaitu

>0,84. Perhitungan efisiensi alokatif dan

efisiensi ekonomi masing-masing (>0,60)

dan (>0,50).

Penelitian yang dilakukan Nahreni

(2012) tentang kajian efisiensi dan

keberlanjutan usahatani sayuran dataran

tinggi yaitu kentang dan kubis di Provinsi

Jawa Barat menyimpulkan bahwa petani

kentang dan kubis dalam pengelolaan

usahataninya belum efisien, namun nilai

efisiensi teknisnya tergolong tinggi yaitu

0,84 dan 0,73. Dalam penelitiannya,

Nahreni juga menyimpulkan bahwa yang

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produksi kentang dan kubis

dataran tinggi adalah luas lahan, jumlah

benih, jumlah pestisida dan jumlah pupuk

kandang, sedangkan kemiringan laan

berpengaruh terhadap produksi kentang

secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi kemiringan lahan, hasil

produksi semakin kecil.

Jokolelono (2011) menggunakan

stochastik frontier untuk menghitung

tingkat efisiensi teknis pada budidaya

tambak di Kabupaten Parigi Moutong

Provinsi Sulawesi Tengah. Faktor produksi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lahan, bibit, tenaga kerja, pakan,

pengalaman, kapur, teknologi, dan PPL.

Perhitungan efisiensi teknis untuk

budidaya tambak ini menghasilkan angka

rata-rata sebesar 0,803. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil produksi untuk

usahatani tambak di Parigi Moutong belum

sepenuhnya melakukan kegiatan secara

efisien.

Penelitian terkait dengan usahatani

kentang di Kawasan Dieng sangat

beragam. Hartati (2007) meneliti tentang

Pengaruh Perilaku Petani terhadap Risiko

Ketidakefisienan Usahatani Kentang di

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah

menunjukkan bahwa perilaku petani dalam

menghadapi risiko dipengaruhi oleh

beberapa peubah. Ada enam peubah yang

mempengaruhi, yaitu umur, pendidikan,

jumlah tanggungan keluarga, pengalaman

berusahatani, luas lahan, dan status lahan

sebagai dummy. Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa semakin tinggi umur

petani, jumlah tanggungan keluarga,

pengalaman berusahatani, luas lahan, dan

status penguasaan lahan petani, maka

semakin tinggi pula keberanian petani

kentang di Kawasan Dieng dalam

menghadapi risiko.

Page 12: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 183

Gambar 4. Fungsi Produksi Frontier Sumber: Coelli et al., (1998)

METODE PENELITIAN

Model Fungsi Produksi Usahatani

Analisis pengaruh penggunaan

faktor-faktor produksi terhadap hasil

produksi usahatani kentang dilakukan

dengan menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglass dengan rumus sebagai

berikut :

Y = A Kα L

β

Dari fungsi Cobb-Douglass di atas

disusun model fungsi produksi usahatani

kentang sebagai berikut :

Y= β Xlhnβ1 Xpkimia

β2 Xfungi

β3 Xinsek

β4

Xppkcmβ5 XTK

β6 Xbibit

β7 e

π

di mana :

Y = produksi komoditas pertanian

β0 = intercept/konstanta

β1... β4 = koefisien arah regresi masing-

masing variabel bebas

Xlhn = luas lahan pertanian

Xpkimia = penggunaan pupuk kimia

Xfungi = penggunaan fungisida

Xinsek = penggunaan insektisida

Xppkcm = penggunaan pupuk CM

XTK = penggunaan tenaga kerja (hari

orang kerja)

Xbibit = penggunaan bibit

e = gangguan stokhastik

Untuk menaksir parameter-parameter

yang berpengaruh terhadap produksi

kentang dilakukan harus ditransformasikan

dalam bentuk double logaritma natural

(ln) sehingga merupakan bentuk linier

berganda. Penggunaan model ini juga

digunakan untuk mengetahui, pada tahap

berapa produksi kentang di Kawasan

Dieng saat ini.

Model yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Ln Y = Ln β0 + β1 Ln lahan+ β2Ln pkimia+

β3Ln fungi+ β4Ln insek+ β5Ln

ppkcm+ β6Ln TK + β7Ln Xbibit + e

Selanjutnya untuk mengkaji apakah

faktor produksi yang digunakan secara

bersama-sama berpengaruh terhadap

produksi kentang digunakan uji F (F-test).

Pengaruh dari masing-masing faktor

Output Observasi Yj

Y= f(x,β)

Output batas (𝑌𝑗 )

Y=f(𝑥𝑗;𝛽) (𝑣𝑗)

Jika𝑣𝑗<

Output Observasi Yi

Yi

Yj

Yi

Output batas (𝑌𝑗 )

Y=f(𝑥𝑖;𝛽) (𝑣𝑖) Jika 𝑣𝑖<

Page 13: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

184 ISBN : 978-602-14119-2-6

produksi terhadap hasil produksi

digunakan uji t.

Skala Usahatani

Returtn to scale perlu diketahui

untuk mengetahui apakah kegiatan dari

suatu usaha tersebut,mengikuti kaidah

increasing, constan atau decreasing return

to scale. Ada tiga alternatif, yaitu :

(Soekartawi, 2007).

a. Decreasing Return to Scale, bila (β1 +

β2) < 1

b. Constan Return to Scale , bila (β1 + β2)

= 1

c. Increasing Return to Scale , bila (β1 +

β2) > 1

Efisiensi Ekonomi

Untuk mengetahui apakah

penggunaan faktor produksi mencapai

kondisi yang optimal dilakukan dengan

melihat perbandingan antara produk fisik

marjinal faktor produksi dengan harga

faktor produksi, sehingga dapat dituliskan

sebagai berikut:

Dari rumus tersebut dapat dijabarkan

bahwa kondisi optimal akan tercapai bila :

=

NPM diperoleh dari : bi.

. Py

di mana :

i = elastisitas produksi faktor produksi i

Py = harga kentang (Rp/kg)

Y = hasil produksi

= faktor produksi

Dalam kenyataan, NPM x tidak

selalu sama dengan Px, yang sering terjadi

adalah:

a. Apabila NPMxi/Pxi masing-masing

faktor produksi sama, berarti

kombinasi penggunaan faktor

produksi optimal.

b. Apabila nilai NPMxi/Pxi masing-

masing faktor produksi tidak sama,

berarti kombinasi penggunaan faktor

produksi belum optimal..

Efisiensi Teknis

Menurut Soekartawi (2003) tingkat

efisiensi teknis dapat diukur dengan

menggunakan rumus:

ET = /

di mana:

ET = Tingkat Efisiensi Teknis

Yi = besarnya produksi (output) ke-i

= besarnya produksi yang diduga

pada pengematan ke-i yang

diperoleh melalui fungsi

produksi frontier Cobb _

Douglass

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kinerja Usahatani Kentang di

Kawasan Dieng

Badan Pangan Dunia (FAO) telah

mengembangkan model dan mendefinisi-

kan konsep Pembangunan Pertanian

Berkelanjutan dan Pembangunan Pedesaan

(PBPP) sebagai manajemen dan konservasi

sumber daya alam yang berorientasi pada

perubahan ekologi dan kelembagaan dalam

upaya memenuhi kebutuhan manusia, baik

generasi sekarang maupun mendatang.

Pertanian berkelanjutan pada

prinsipnya tidak melawan alam namun

bekerja sama dan mengikuti alam, menjaga

kesehatan tanah, mengurangi sumber daya

luar, diversitas dan menyesuaikan harus

menguntungkan, baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang (Syahyuti, 2014).

Penanaman kentang yang diyakini

harus dalam hamparan terbuka menyebab-

kan petani kentang pada awalnya menolak

semua upaya konservasi yang dilakukan

pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan

Kabupaten Wonosobo. Banyak program

yang sudah diluncurkan terkait dengan

upaya penyelamatan Kawasan Dieng,

namun tidak sedikit kendala yang dihadapi

di lapangan. Hasil wawancara di lapangan

menunjukkan hal-hal yang harus

ditindaklanjuti oleh pemerintah Kabupaten

Page 14: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 185

Banjarnegara maupun Kabupaten Wono-

sobo.

Penilaian sustainable dan tidak

sustainable ini berdasarkan 3 aspek, yaitu

Aspek ekonomi, yang meliputi tingkat

pendapatan usahatani, return costratio, dan

produktivitas usahatani per hektar dan

Efisiensi Teknis. Aspek sosial meliputi

tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah

diikuti, jenis dinding rumah tinggal dan

keikutsertaan terhadap organisasi. Aspek

lingkungan menggunakan indikator

penggunaan pupuk kandang dan pupuk

buatan, kondisi kualitas air, dan tingkat

bahaya erosi.

Fungsi Produksi Usahatani Kentang

Kondisi Usahatani Kentang

berdasarkan hasil uji regresi dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Estimasi Fungsi Produksi Frontier Stokastik pada Usahatani Kentang di

Kawasan Dieng

No Variabel Koefisien t- ratio Keterangan

1 Konstanta 3,624 14,37

2 Luas Lahan 0,779 28,47* *Signifikan pada α =1%

**Signifikan pada α=5%

*** Signifikan pada

α=10%

(satu sisi)

t-tabel α =1 % =2,347

t-tabel α =5 % =1,653

t-tabel α =10%=1,286

3 Pupuk Kimia 0,035 2,32**

4 Fungisida 0,029 2,289**

5 Insektisida 0,028 2.762*

6 Pupuk CM 0,060 4,051*

7 Tenaga Kerja 0,048 1,343***

8 Bibit 0,046 3,176*

Sumber : Data Primer, 2016 (diolah).

Fungsi produksi berdasarkan hasil

estimasi di atas adalah sebagai berikut :

ln Y = ln 3,624+ 0,779 ln lahan+ 0,035 ln ppk

kmia + 0,029 ln fungi+ 0,028 ln insek +

0,060 ln ppkcm + 0,048 ln TK +

0,046 ln bibit

Atas dasar persamaan tersebut,

dapat diketahui pula bahwa skala

pengembalian (return to scale) usahatani

kentang di daerah penelitian adalah sebagai

berikut:

∑β = 0,779 + 0,035 +0,029 + 0,028 +0,060

+ 0,048 + 0,046 =1,025

Arti dari skala pengembalian 1,025

adalah, kondisi usahatani kentang pada

tahap increasing return to scale, yaitu

masih bisa untuk dikembangkan, meskipun

tidak terlalu besar karena angkanya

mendekati 1.

Hasil Estimasi Input Produksi Usahatani

Kentang

Berdasarkan hasil estimasi fungsi

produksi frontier stokastik, maka

didapatkan koefisien regresi yang

mencerminkan koefisien elastisitas.

Adapun koefisien regresi masing-masing

input adalah:

Luas Lahan

Koefisien Regresi Luas Lahan adalah

0,779. Koefisien ini bertanda positif dan

signifikan pada α = 1%. Hal ini berarti

apabila luas lahan diperluas (ditingkatkan)

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan

produksi sebesar 0,779%. Luas lahan

berpengaruh positif terhadap kenaikan

produksi kentang, hal ini bisa dilihat

dengan kondisi penambahan luas lahan

kentang baik di Kecamatan Kejajar,

Garung dan Batur yang semakin meluas ke

arah bukit-bukit. Koefisien regresi ini juga

memperlihatkan elastisitas produksi kurang

Page 15: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

186 ISBN : 978-602-14119-2-6

dari satu atau Еp <1. Kondisi elastisitas

lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa

proses produksi berada pada tahap dua,

artinya marginal produk masih positif, dan

rata-rata produksi menurun. Peningkatan

produksi masih dapat diharapkan untuk

menambah penghasilan dengan

meningkatkan luas lahan.

Di daerah penelitian, masalahan

perluasan lahan menuju bukit-bukit dan

dalam tahun terakhir sudah merambah ke

kawasan Telaga Sedringo di Kecamatan

Batur. Perambahan lokasi hutan dan daerah

di sekitar telaga akan menyebabkan

permasalahan pada Telaga Sedringo yang

mengalami kekeringan.

Koefisen lahan berpengaruh positif

terhadap hasil produksi merupakan hasil

yang sama seperti yang dilakukan oleh

Jokolelono (2011), Mulyawan (2011).

Koefisien regresi luas lahan bernilai

negatif ditemukan dalam penelitian yang

dilakukan Kusumanegara (2011) pada

usahatani kentang di Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Pupuk Kimia

Koefisien Regresi Penggunaan

Pupuk Kimia adalah 0,035. Koefisien ini

bertanda positif dan signifikan pada α =

5%. Hal ini berarti apabila pupuk kimia

ditambah sebesar 1% akan menyebabkan

kenaikan produksi sebesar 0,035%. Pupuk

kimia berpengaruh positif terhadap

kenaikan produksi kentang. Hal ini bisa

dilihat dengan kondisi penambahan pupuk

kimia dilakukan karena kondisi tanah

sudah sangat tidak subur lagi. Koefisien

regresi ini juga memperlihatkan elastisitas

produksi kurang dari satu atau Еp <1.

Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu

menunjukkan bahwa proses produksi

berada pada tahap dua, artinya marginal

produk masih positif, dan rata-rata

produksi menurun. Peningkatan produksi

masih dapat diharapkan untuk menambah

penghasilan dengan meningkatkan

penggunaan pupuk kimia, meskipun

perlakukan ini akn berdampak

memperburuk kondisi tanah di Kawasan

Dieng.

Di daerah penelitian, masalahan

pemakaian pupuk kimia yang di atas

standar merupakan hal yang sudah biasa

ditemui pada usahatani kentang. Petani

hanya berpikir secara ekonomi saja dengan

harapan kentang yang ditanamnya akan

tumbuh besar dan banyak.

Koefisen penggunaan pupuk kimia

berpengaruh positif terhadap hasil produksi

merupakan hasil yang sama seperti yang

dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada

usahatani kentang di Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Fungisida

Koefisien Regresi Penggunaan

Fungisida adalah 0,029. Koefisien ini

bertanda positif dan signifikan pada α=5%.

Hal ini berarti apabila fungisida ditambah

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan

produksi sebesar 0,029%. Fungisida

berpengaruh positif terhadap kenaikan

produksi kentang. Hal ini bisa dilihat

dengan kondisi penambahan fungsisida

dilakukan karena kondisi tanaman yang

terserang penyakit. Koefisien regresi ini

juga memperlihatkan elastisitas produksi

kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi

elastisitas lebih kecil dari satu menunjuk-

kan bahwa proses produksi berada pada

tahap dua, artinya marginal produk masih

positif, dan rata-rata produksi menurun.

Peningkatan produksi masih dapat

diharapkan untuk menambah penghasilan

dengan meningkatkan penggunaan fungi-

sida, meskipun perlakukan ini akan

berdampak pada hasil tanaman kentang. Di

daerah penelitian, masalahan pemakaian

fungisida yang di atas standard merupakan

hal yang sudah biasa ditemui pada

usahatani kentang.

Koefisen penggunaan fungsisida

berpengaruh positif terhadap hasil produksi

merupakan hasil yang sama seperti yang

dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada

usahatani kentang di Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 187

Insektisida

Koefisien Regresi Penggunaan

Insektisida adalah 0,028. Koefisien ini

bertanda positif dan signifikan pada α =

5%. Hal ini berarti apabila insektisida

ditambah sebesar 1% akan menyebabkan

kenaikan produksi sebesar 0, 028%.

Insektisida berpengaruh positif terhadap

kenaikan produksi kentang. Hal ini bisa

dilihat dengan kondisi penambahan

insektisida dilakukan karena kondisi

tanaman yang terserang hama. Koefisien

regresi ini juga memperlihatkan elastisitas

produksi kurang dari satu atau Еp < 1.

Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu

menunjukkan bahwa proses produksi

berada pada tahap dua, dimana marginal

produk masih positif, dan rata-rata

produksi menurun. Peningkatan produksi

masih dapat diharapkan untuk menambah

penghasilan dengan meningkatkan peng-

gunaan insektisida, meskipun perlakukan

ini akan berdampak pada hasil tanaman

kentang. Pemakaian insektisida yang

dilakukan petani kentang di Kawasan

Dieng merupakan fenomena yang menarik,

karena masing-masing petani mempunyai

formula khusus yang berbeda antara petani

satun dengan petani yang lain. Penggunaan

insektisida yang melampaui standar

dilakukan petani dengan harapan hasil

panen lebih banyak, kentang tidak

terserang hama.

Koefisen penggunaan insektisida

berpengaruh positif terhadap hasil produksi

merupakan hasil yang sama seperti yang

dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada

usahatani kentang di Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Pupuk CM

Penggunaan Pupuk CM (Chicken

Manure) bagi petani kentang di Kawasan

Dieng adalah hal yang harus dilakukan

mengingat fungsi dari pupuk CM ini

adalah sebagai media untuk menanam

kentang sehingga penggunaan pupuk CM

per hektar sangat tinggi.

Koefisien Regresi penggunaan

Pupuk CM adalah 0,060. Koefisien ini

bertanda positif dan signifikan pada α =

5%. Hal ini berarti apabila pupuk CM

ditambah sebesar 1% akan menyebabkan

kenaikan produksi sebesar 0,06%. Pupuk

CM berpengaruh positif terhadap kenaikan

produksi kentang. Hal ini bisa dilihat

dengan kondisi pengunaan pupuk CM yang

tinggi di Kawasan Dieng. Koefisien regresi

ini juga memperlihatkan elastisitas

produksi kurang dari satu atau Еp < 1.

Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu

menunjukkan bahwa proses produksi

berada pada tahap dua, artinya marginal

produk masih positif, dan rata-rata

produksi menurun. Peningkatan produksi

masih dapat diharapkan untuk menambah

penghasilan dengan meningkatkan peng-

gunaan pupuk CM. Penggunaan pupuk CM

di Kawasan Dieng yang cukup tinggi

membawa permasalahan tersendiri. Pupuk

CM yang digunakan petani kentang di

Kawasan Dieng belum terfermentasi.

Penggunaan pupuk CM yang belum

terfermentasi ini selain tidak memak-

simalkan hasil tanaman kentang juga

dalam jangka panjang merusak kondisi

tanah. Pencemaran udara karena bau yang

menyengat di Kawasan Dieng juga

merupakan permasalahan lingkungan yang

mengganggu pariwisata di Kawasan Dieng.

Koefisen penggunaan pupuk CM

berpengaruh positif terhadap hasil produksi

merupakan hasil yang sama seperti yang

dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada

usahatani kentang di Kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

Tenaga Kerja (XTK)

Koefisien Regresi penggunaan

Tenaga Kerja adalah 0,048. Koefisien ini

bertanda positif dan signifikan pada α =

10% (satu sisi). Hal ini berarti apabila

tenaga kerja ditambah sebesar 1% akan

menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,

048%. Tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap kenaikan produksi kentang, hal

ini bisa dilihat dengan penambahan tenaga

kerja akan menaikkan produksi kentang.

Namun, dengan elastisitas produksi yang

di bawah satu ini, artinya secara teoritis

Page 17: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

188 ISBN : 978-602-14119-2-6

kondisi penggunaan input berada pada

tahap kedua.

Bibit

Koefisien Regresi penggunaan bibit

adalah 0,046. Koefisien ini bertanda positif

dan signifikan pada α = 5%. Hal ini berarti

apabila bibit ditambah sebesar 1% akan

menyebabkan kenaikan produksi sebesar

0,046%. Penggunaan bibit berpengaruh

positif terhadap kenaikan produksi

kentang. Hal ini bisa dilihat dengan kondisi

pengunaan bibit dengan menggunakan

kualitas tertentu.

Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis adalah kemampuan

untuk memproduksi output secara

maksimum dengan menggunakan mini-

mum input dengan teknologi tertentu.

Dalam penelitian ini, fungsi produksi

kentang diestimasi dengan menggunakan

paket komputer Frontier 41. Hasil estimasi

teknik dengan menggunakan n=200,

didapatkan effisiensi teknik adalah 0,886.

Angka efisiensi teknik yang kurang dari

satu ini menunjukkan bahwa usahatani

kentang di daerah penelitin belum efisien.

Artinya, penggunaan input masih bisa

ditingkatkan untuk menaikkan produksi.

Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomis

Faktor produksi yang tidak efisien

dapat dilihat secara rinci dengan

menggunakan perhitungan terhadap efi-

siensi alokatif (efisiensi harga).

Penggunaan input (faktor produksi) yang

dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan

pemakaian bibit. Input (faktor produksi)

yang lain harus dikurangi penggunaannya

karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk

pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk

kandang, tenaga kerja, dan fungisida.

Srategi Peningkatan Efisiensi

Peningkatan efisiensi bisa dilakukan

dengan upaya penyuluhan yang

memberikan pengetahuan dan pelatihan

kepada petani kentang untuk

memanajemen usahata taninya dengan

penggunaan input yang tepat, sesuai

dengan standart.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kondisi usahatani kentang di Kawasan

Dieng dilihat dari kondisi fisik lahan di

daerah penelitian masih baik dan

memenuhi standar, karena berdasarkan

hasil uji pH tanah masih memenuhi

syarat, yaitu berkisar antara 5 sampai

dengan 7. yang ada, jika dilihat dari

skala usahatani kentang menunjukkan

Ep = 1,025. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi usahatani kentang dengan

menggunakan seluruh input tersebut

berada pada tahap I, artinya masih

memungkinkan jika penambahan faktor

produksi akan meningkatkan produksi.

Jika dilihat dari masing-masing

penggunaan faktor produksi, maka

semua pada tahap II. Pada tahap ini

menunjukkan kondisi decreasing

rate.Koefisien regresi ini juga

memperlihatkan elastisitas produksi

kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi

elastisitas lebih kecil dari satu

menunjukkan bahwa proses produksi

berada pada tahap dua, artinya marginal

product masih positif, dan rata-rata

produksi menurun, peningkatan

produksi masih dapat diharapkan.

2. Hasil estimasi efisiensi teknis dengan

menggunakan n=200, didapatkan

efisiensi teknis adalah 0,886. Angka

efisiensi teknis yang kurang dari satu ini

menunjukkan bahwa usahatani kentang

di daerah penelitian belum efisien,

artinya penggunaan input masih bisa

ditingkatkan untuk menaikkan produksi.

3. Perhitungan efisiensi ekonomis

menunjukkan bahwa penggunaan input

(faktor produksi) yang dapat dtingkat-

kan adalah luas lahan dan pemakaian

bibit. Input (faktor produksi) yang lain

harus dikurangi penggunaannya karena

sudah tidak ekonomis, yaitu untuk

Page 18: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 189

pemakaian pupuk kimia, insektisida,

pupuk kandang, tenaga kerja, dan

fungisida.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina Shinta. 2011. Ilmu Usahatani.

UB Press. Malang

Allen, P., Dusen, D. V., Lundy, J., &

Gliesmann, S.1991. Integrating

social, environmental, and economic

issues in sustainable agriculture.

American Journal of Alternative

Agriculture, Ecosystems and

Environment, 6(1), 34–39.

Arsyad, S. 2012. Food Security Indicators,

Distribution and Techniques for

Agriculture Sustainability in

Pakistan. International Journal of

Applied Science and Technology,

2(5), 137-147.

Battese, G.E., and T.J. Coelli. 1992.

Frontier Production Function,

Technical Efficiency and Panel Data:

With Application to Paddy Farmers

in India. The Jornal of Productivity

Analysis, 3, 153-169

Biere,A.W. 1988. Involment of Agri-

cultural Economics in Graduate

Agribussiness Program: An

Uncomfortable Linkage. Western

Journal of Agricultural Economics.

Vol.13,1988, page 128-133.

Burton, M.P. 1992. Agricultural

Sustainability: Definition and

Implications for Agricultural and

Trade Policy. Rome. FAO Economic

and Social Development Paper.

Dantsis, T.; Caterina Douma, Christina

Giourga, Aggeliki Loumou, Eleni A.

Polychronaki. 2010. A metho-

dological approach to asses and

compare the sustainability level of

agricultural plant production system.

Ecological Indicators. Elsevier

Dariush, H., Zahra, R., & Ezatollah, K.

2010. Measuring Agricultural

Sustainability. Sustainable

Agriculture Review 5.

Dillon, JE, Hennesy, T and Hynes, S.

2010. Assesing the sustainability of

Irish Agriculture.

Essilfie, F.L., Aslamah, M.T., Nimoh, F.

2011. Estimation of Farm llevel

Technical efficiency in small scale

maize production in the Mfantseman

Municipality in the Central Region

of Ghana: A stochastic frontier

approach. Journal of Development

and Agricultural Economcs. Vol.3

(14), pp.645-654, 26 November.

Giannakas, Konstantinos, K.C. Tran and

V. Tzouvelekas. 2003. On The

Choice of Functional From in

Stochastic Frontier Modeling.

Empirical Economic.28:75-100

Hartati, Ani. 2007. Pengaruh Perilaku

Petani terhadap Resiko Keefisienan

Usahatani Kentang di Kabupaten

Wonosobo Jawa Tengah. Agroland

14 (3): 165-171.

Hayami, Y. dan M. Kikuchi. 1987. Dilema

Ekonomi Desa;Sebuah Pendekatan

Ekonomi terhadap Perubahan

Kelembagaan di Asia. Jakarta.

Yayasan Obor Indonesia.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani.

Penerbit Swadaya. Jakarta.

Hubbard, M. 1997. The New Institutional

Economics In Agricultural

Development Insights And

Challenges. Journal Of Agricultural

Economics 48 (2) Hal 239-249.

James, H. S. 2006. Sustainable agriculture

and free market economics: Finding

common ground in Adam Smith.

Agriculture and Human Values, 23,

Page 19: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

190 ISBN : 978-602-14119-2-6

427–438. doi: 10.1007/s10460-006-

9020-6.

Joesron, T.S,; Fathorazzi, M. 2012. Teori

Ekonomi Mikro. Yogyakarta. Graha

Ilmu.

Kumbhakar, S. and Lovell, C. 2000.

Stochastic Frontier Analysis.

Cambridge University Press.

Kusmantoro, Edy S. 2010. Usahatani

Kentang dengan Teknik Konservasi

Teras Bangku di Dataran Tinggi

Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa

Tengah. Jurnal Pembangunan

Pedesaan Volume 10 Nomor 2,

Desember 2010, hal 115-127.

Leta Rafael, Levis. 2013. Metode

Penelitian Perilaku Petani.

Yogyakarta. PT. Percetakan Moya

Zam-zam Printika

Majewski, E. 2013. Measuring and

Modelling Farm Level

Sustainability. Visegrand Journal om

Bioeconomy and Sustainable

Development.

Makeham, J.P. 1991. Manajemen

Usahatani Daerah Tropis. LP3ES.

Jakarta

Manig, Winfried. 1991. Rural Social and

Economic Structures and Social

Development. In : Winfried

Manig.(ed). Stability and Change in

Rural Institution in North Pakistan.

Socio Economic Studies in Rural

Development. Vol.85.Alano.

Aachen.

Marta G. Rivera-Ferre. 2008. “The Future

of Agriculture Agricultural

Knowledge for Economically,

Sosially, and Environmentally

Sustainable

Mohammad, A. S. 2009. Agricultural

Sustainability : Implications For

Extension Systems. African Journal

Of Agricultural Research, Vol 4

((9)), PP 781-786.

Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan

Membangun Pertanian. Yasaguna.

Jakarta

Naskah Materi Pengayaan Bahan Ajar

Mulok Bidang Kebudayaan. 2015.

Pelestarian Lingkungan Berbasis

Kearifan Lokal. Pusat Penelitian

Kebijakan Pendidikan dan

Kebudayaan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Ngabekti, Sri., Dewi Liesnoor Setyowati,

dan R. Sugiyanto. 2007. Tingkat

Kerusakan di Dataran Tinggi Dieng

sebagai Database Guna Upaya

Konservasi. Jurnal Manusia dan

Lingkungan, Vol.14, No.2, Juli:93-

102.

Nicholson,W. 2000. Mikroekonomi

Intermediate dan Aplikasinya.

Jakarta. Penerbit Erlangga.

Paul B. Thompson. Paul.B. 2007.

Agricultural Sustainability : what it

is what it is not. International

Journal of Agricultural Sustain-

ability 5 (1). Page 5-16

Prasetya, P. 1996. Ilmu Usahatani II.

Fakultas Pertanian.UNS. Surakarta.

Prayoga, Adi,. 2010. Produktivitas dan

Efisiensi Teknis Usahatani Padi

Organik Lahan Sawah. Jurnal Agro

Ekonomi. Volume 28 No.1, Mei

2010: 1-19.

Pretty, J. 2007. Agricultural Sustainability:

Concept. Principles, and Evidence.

Departement of Biological Science,

University of Essex,UK

Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengem-

bangan Agribisnis Sayuran Dataran

Page 20: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 191

Tinggi di Kabupaten Banjarnegara

Propinsi Jawa Tengah. Jurnal

Agritech, Vol.XIII No 2 Desember

2011: 154-175.

Romdhon, A.H.; Wahyuddin, M.; Riyardi,

A. 2015. Analisis Fungsi Produksi

Frontier Constan Elasticity

Substitution Industri Makanan

Hingga Pakaian Jadi Di Provinsi

Jawa Tengah. University Research

Collocium 2015. Universitas

Muhhammadiyah Surakarta.

Rudiarto, Iwan. 2006. Spatial Assessment

of Rural Resources and Livelihodod

Development in Mountain Areas of

Java: a case from Central Java-

Indonesia. Dissertation. Universitata

Hohenheim Fachgebeit: Sozializer

und institutioneller Wandel.

Saida, S. Sabiham dan S.H. Sutjahjo. 2011.

Analisis Keberlanjutan Usahatani

Hortikultura Sayuran pada Lahan

Berlereng di Hulu Das Jeneberang,

Sulawesi Selatan. Jurnal Mate-

matika, Sains, dan Teknologi,

Volume 12 Nomor 2, September

2011, 101-112

Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian

Berkelanjutan. Yogyakarta:

Kanisius.

Salvatore, D. 2002. Mikroekonomi Edisi

Keempat. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Samsudin. 1994. Manajemen Penyuluhan

Pertanian. Bandung. Bina Cipta

Santosa, H. 2015. Bertani Itu Berjudi:

Ketika Mekanisme Pasar Bias

Spekulasi. Disertasi. UGM

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi

Penelitian untuk Bisnis,edisi 4, Buku

1,Jakarta. Salemba Empat.

Setyawan, A.D. 2012. Konflik Kepen-

tingan berkaitan permasalahan

ekologi, ekonomi dan sosio budaya

di Tanah Tinggi Dieng, Indonesia.

Malaysia Journal of Society and

Space, issue 4(88-104).

Soedarsono. 1983. Pengantar Ekonomi

Mikro. Jakarta: Lembaga Penelitian,

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi

Sosial.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi

Produksi, dengan pokok Bahasan

Analisis Fungsi Cobb-Douglass.

Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.

Jakarta: UI-Press.

Soetriono dan Anik Suwandari. 2016. Ilmu

Pertanian- Agraris Agribisnis

Industri. Malang Intimesia.

Sudarmadji. 2010. Dampak perubahan

penggunaan lahan terhadap

lingkungan danau di Dataran Tinggi

Dieng Jawa Tengah. Prosiding

Seminar Nasional Limnologi V tahun

2010.

Sudiyono, Armand. 1990. Ekonomi Mikro.

Surabaya : Bina Ilmu.

Suprihati; Dina, Banjarnahor.; Yuliwati.

2016. Siwa Nandisawahanamurti,

Kearifan Lokal Petani Dieng.

Proseding Karya Ilmiah Nasional.

Volume 2 Agustus 2016.

Suradisastra, K.; Basuno,E.; Tarigan,H.

2007. Status dan Arah

Pengembangan Kelembagaan Petani.

Prosiding Kinerjda dan Prospek

Pembangunan.

DOKUMEN, LAPORAN

Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan

Kejajar Dalam Angka. BPS.

Wonosobo.

Page 21: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

192 ISBN : 978-602-14119-2-6

Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan

Batur Dalam Angka. BPS.

Banjarnegara.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan

Garung Dalam Angka. BPS.

Wonosobo.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten

Banjarnegara Dalam Angka. BPS.

Banjarnegara.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten

Wonosobo Dalam Angka. BPS.

Wonosobo

Page 22: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA
Page 23: ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG

ISBN : 978-602-14119-2-6 193

Tabel Lampiran

Perhitungan Effisiensi Ekonomis

No Faktor Produksi Xi bi NPM xi P xi Y PY

y dlm

kg y/X1 NPMXi/Pxi Rekomendasi

1 Luas Lahan 0,4988 0,779 78391467 40000000 77,22262 6500 7722,26 15481,68 1,95978666

Penambahan

Input

2 Pupuk Kimia 8414,401 0,0346 206,4005 1.788 0,917743 0,11546879

Pengurangan

Input

3 Bibit 86 0,046 26862,38 6.500 89,84073 4,13267361

Penambahan

Input

4 Insektisida 4,303 0,0289 337119,8 1.000.000 1794,622 0,33711981

Pengurangan

Input

5 Fungisida 19,5825 0,0294 75359,32 160.000 394,345 0,47099575

Pengurangan

Input

6 Pupuk Kandang 479,925 0,06 6275,317 1.000 16,09056 6,27531677

Penambahan

Input

7 Tenaga Kerja 810,26 0,048 2973,546 25.000 9,530595 0,11894183

Pengurangan

Input

Efisiensi Harga 1,9157576

Effisiensi Ekonomis= ETXEH 1,69736124

Sumber : Data Primer, 2017 (diolah)