analisis efisiensi kinerja kantor pelayanan pajak … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor...

50
ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (KP PBB) DI WILAYAH JAWA TIMUR (PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) L APORAN AKHIR Tim Penyusun: Munawar Ismail Ferry Prasetyia Putu Mahrdika AS KERJASAMA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK DENGAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2005

Upload: nguyencong

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (KP PBB)

DI WILAYAH JAWA TIMUR (PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS)

L APORAN AKHIR

Tim Penyusun:

Munawar Ismail Ferry Prasetyia

Putu Mahrdika AS

KERJASAMA DIREKTORAT JENDRAL PAJAK

DENGAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2005

Page 2: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pengelolaan keuangan negara beberapa tahun yang akan datang,

pemerintah dihadapkan pada dua tantangan berupa pengendalian defisit

anggaran dan pembiayaan financing gap sebagai konsekwensi dari berakhirnya

kerjasama dengan IMF. Oleh karena itu, kebijakan untuk mengoptimalkan

penerimaan pajak sangat diperlukan bagi upaya penyehatan APBN dalam

rangka menjaga kesinambungan fiskal. Kebijakan tersebut senantiasa

dianggap sebagai opsi yang paling realistis dibandingkan penerimaan sektor

lainnya yang umumnya lebih fluktuatif dan sulit diperkirakan. Langkah-langkah

yang ditempuh tidak hanya terbatas pada penyempurnaan di bidang peraturan

perpajakan, namun juga meliputi administrasi perpajakan.

Reformasi perpajakan tersebut perlu dilakukan karena kinerja

perpajakan di Indonesia belum menunjukan hasil yang optimal. Hal ini bisa

dilihat dari kinerja perpajakan Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya,

dimana jika dilihat dari tax rationya, Indonesia memiliki nilai yang terendah

dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN. Sebagai perbandingan pada

tahun 2001, tax ratio Singapura 22,44%, Malaysia 20,17%, Thailand 17,28%

dan Philipina 13,69% sedang Indonesia sebesar 12,8%. Sementara untuk tahun

2002 hanya sebesar 13% (Harahap, 2004). Berkaitan dengan kondisi tersebut,

tampaknya diperlukan reformasi perpajakan khususnya dalam hal Undang-

undang Perpajakan, dimana perubahan tersebut dimaksudkan untuk

menciptakan suatu sistem perpajakan yang sehat dan kompetitif dalam

meningkatkan : kegiatan ekonomi nasional, kepatuhan sukarela, tingkat

kepercayaan terhadap administrasi perpajakan, dan produktivitas aparat

perpajakan. Sedangkan reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan

dilakukan secara komprehensif yang meliputi aspek perangkat lunak,

perangkat keras, dan sumber daya manusia, yang semua itu bertujuan untuk

Page 3: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

2

mencapai tingkat kepatuhan perpajakan yang tinggi, kepercayaan terhadap

administrasi perpajakan, dan tercapainya kinerja perpajakan yang efisien.

Selama ini indikator yang sering digunakan untuk melihat kinerja

perpajakan adalah tax ratio yang merupakan rasio penerimaan perpajakan

terhadap produk domestik bruto yang akan menunjukan jumlah penerimaan

pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pendapatan nasional. Selain itu

indikator lainnya adalah tax coverage ratio (rasio cakupan penerimaan

perpajakan) yaitu sebuah perbandingan antara besarnya pajak yang telah

dipungut dibandingkan dengan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat

dipungut (Harahap, 2004). Namun instrumen tersebut hanya memperhatikan

ukuran rasio-rasio dari segi finansial, sehingga hasil yang diperoleh hanya akan

menggambarkan posisi keuangan saja khususnya kemampuan pajak dalam

sektor penerimaan APBN, serta tidak mampu menunjukan seberapa besar

sumber daya perpajakan yang digunakan (dalam hal ini sumber daya kantor

pelayanan pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB)) yang

merupakan tulang punggung dalam pemungutan pajak) mampu memberikan

hasil kerja (output) yang bermanfaat bagi instansi tersebut.

Kondisi tersebut cukup mudah untuk dipahami karena pengukuran

efisiensi perpajakan (seperti halnya untuk mengukur efisiensi organisasi yang

lainnya) bukanlah perkara yang mudah. Menurut Shafer dan Terry (dalam

Erwinta dkk, 2004) ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Diantaranya

adalah pertama, organisasi merupakan suatu kumpulan berbagai ragam

perilaku atau sumber daya yang kompleks. Oleh karena itu, sangat sulit untuk

memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut. Kondisi ini kemudian

mengarahkan penggunaan ukuran efisiensi relatif (perbandingan atas

penggunaan sumber daya atau input untuk mendapatkan suatu hasil atau

output dari sebuah organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif

organisasi lain yang sejenis) sebagai pengganti ukuran efisiensi absolut. Kedua,

organisasi tersusun dari proses tranformasi yang multi dimensional dimana

banyak input yang dimanfaatkan untuk menghasilkan output yang banyak pula.

Page 4: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

3

Untuk mendapatkan suatu nilai ukuran yang menunjukan efisiensi suatu

organisasi secara keseluruhan yang bersifat skalar seperti yang dikemukakan

oleh Erwinta dkk (2004) haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot yang

tepat untuk input dan output organisasi tersebut. Bagaimanapun juga, bobot

input dan output yang dinyatakan sebelumnya selalu kurang dalam melingkupi

seluruh nilai yang mempengaruhinya baik secara eksternal maupun internal.

Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang mampu memberikan cara untuk

mengukur efisiensi relatif dari satu KP PBB terhadap KP PBB lainnya dalam

memanfaatkan sumber daya (input) yang dimilikinya untuk menghasilkan

output yang tinggi.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya

menggunakan aplikasi non parametrik yang lebih dikenal dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Manfaat lain selain mampu mengukur nilai

efisiensi relatif suatu KP PBB; metode DEA juga dapat : (a) memberikan

petunjuk KP PBB mana yang dapat dijadikan acuan perbaikan (best practice)

bagi KP PBB yang inefisien; (b) memberikan patokan nilai potensi perbaikan

sumber daya dan hasil kerja KP PBB yang ineficient (benchmarking kuantitatif);

(c) memberikan gambaran kondisi seberapa besar potensi perbaikan yang telah

ditetapkan dapat berpengaruh terhadap return yang akan dihasilkan oleh suatu

KP PBB yang ineficient (return to scale). Lebih dari itu hasil pengukuran ini juga

dapat dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan untuk melakukan

restrukturisasi / perbaikan manajemen internal yang diperlukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah nilai efisiensi KP PBB di wilayah Jawa Timur pada periode

pengamatan tahun 2001-2004 dengan menggunakan metode DEA ?

2. Apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara KP PBB di wilayah Jawa

Timur ?

Page 5: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

4

3. Variabel apa sajakah yang memungkinkan untuk ditingkatkan efisiensinya

dalam setiap KP PBB ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui nilai efisiensi KP PBB di wilayah Jawa Timur pada

periode pengamatan tahun 2001-2004 dengan menggunakan metode

DEA

2 Untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi antara KP PBB di wilayah Jawa

Timur.

3 Untuk mengetahui variabel apa saja yang memungkinkan untuk

ditingkatkan efisiensinya dalam setiap KP PBB.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi yang tepat bagi pengambil kebijakan

(regulator) dalam hal ini direktorat jendral pajak mengenai kinerja Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah kerja Jawa timur yang di

ukur dari tingkat efisiensinya.

2. Dapat memberikan rekomendasi / langkah-langkah yang dapat di tempuh

dalam upaya meningkatkan efisiensi di KP PBB.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan

sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. Dan hasil penelitian

ini merupakan bukti empiris yang mendukung keberadaan teori

khususnya mengenai konsep efisiensi usaha yang diukur dengan

membandingkan jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input yang

digunakan.

Page 6: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

Bambang (2003) melakukan penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan

otonomi daerah berbasis data envelopment analysis dan service quality tahun

1999-2001. Sampel penelitiaannya terdiri dari kabupaten Sidoarjo, Gresik,

Magetan, dan Kediri. Input variabel yang digunakan yaitu the numbers of work

days, the number of work hours, the number of serving officers, cost of

supporting supplies of computer, the number of service lockte,dan output

variabelnya terdiri dari the number of served people, avarage of service time per

person, and the number of complaint, sedangkan untuk service quality

menggunakan aspek tangibity, reability, responsiveness, assurance and

emphaty. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari keempat kantor di

kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode

pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya berfluktuasi

nilai efisiensinya. Dari sisi service quality diperoleh hasil yang jauh dari yang

diharapkan khususnya aspek emphaty dan responsiveness.

Penelitian yang dilakukan oleh Igor Jamric dan Boris Vujcic (2002)

mengenai efisiensi perbankan di Kroasia dilakukan dengan menggunakan

metode DEA. Dimana sampel penelitian tersebut adalah perbankan dilihat dari

: ukuran (bank kecil dan bank besar); status kepemilikan (bank milik negara,

bank swasta domestik dan bank asing); tahun/lama berdiri (bank baru dan

bank lama) dan kualitas asset, dengan periode penelitian tahun 1995 sampai

dengan tahun 2000. Ada dua pendekatan yang digunakan oleh Igor dkk(2002)

dalam mengukur efisiensi relatif bank umum di Kroasia yaitu pendekatan

operasional dan pendekatan intermediasi. Secara keseluruhan hasil penelitian

tersebut menyebutkan bahwa jika dilihat dari status kepemilikannya, bank

asing secara rata-rata lebih efisien dibanding dengan bank milik negara

maupun swasta dan dari umur bank dihasilkan bahwa bank baru lebih efisien

Page 7: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

6

dibanding dengan bank yang telah ada sebelumnya. Sedangkan dari segi

ukurannya, secara umum bank dengan ukuran yang lebih kecil relatif lebih

efisien dibanding dengan bank besar.

Studi yang dilakukakan White R. Kenneth dan Ozcan A. Yasar (1996)

tentang pengukuran kinerja rumah sakit yang dibedakan berdasarkan ukuran

rumah sakit dan status kepemilikannya, yaitu oleh Gereja Katolik, Gereja

lainnya, dan oleh lembaga nonprofit sekuler. Penelitian tersebut

mempergunakan analisis DEA untuk menghitung tingkat efisiensi relatif antar

unit-unit rumah sakit yang diperbandingkan. Penelitian dilakukan dengan

mengambil sampel 170 rumah sakit yang ada di California, yang dapat dibagi

menjadi 56 rumah sakit dibawah kepemilikan gereja (41 rumah sakit milik

gereja katolik ditambah 15 rumah sakit milik gereja lainnya) dan 114 rumah

sakit dibawah kepemilikan lembaga nonprofit sekuler. Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa, 20% dari rumah sakit yang berada di bawah kepemilikan

gereja didefinisikan efisien oleh DEA dan hanya 6% dari rumah sakit yang

berada di bawah kepemilikan lembaga nonprofit sekuler dinyatakan efisien

oleh DEA. Analisis DEA dalam penelitian ini memperhitungkan enam variabel

keputusan, yang terdiri dari dua variabel output, yaitu hospitals` inpatient

discharges dan outpatient visits serta empat variabel input, yaitu Ukuran rumah

sakit, Tenaga Kerja, Pengeluaran-pengeluaran (diluar biaya modal dan tenaga

kerja), dan Kompleksitas pelayanan (jumlah total dari pelayanan khusus untuk

inpatient dan outpatient).

2.2. Konsep Efisiensi Dalam Pengukuran Kinerja

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis

merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah

organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input

yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat

pengukuran efisiensi dilakukan, suatu organisasi/instansi/perusahaan

dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal

Page 8: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

7

dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum

dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya pemisahan

antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi teknologi,

efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dengan diidetifikasikannya alokasi input

dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab

ketidakefisiensian (Muliaman Dkk, 2003).

Dalam teknis pengukuran kinerja, Jones dan Pendlebury (1996, dalam

Saputra 2003), menyatakan bahwa efisiensi merupakan salah satu aspek yang

dapat digunakan untuk menentukan kinerja suatu unit kegiatan ekonomi (UKE).

Efisiensi pada dasarnya adalah optimalisasi penggunaan sumber-sumber dalam

upaya untuk mencapai tujuan organisasi.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi yaitu;

Pertama, sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif. Kedua, dapat

mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menyebabkan perbedaan tingkat

efisiensi . Ketiga, akan ada analisa-analisa yang memiliki implikasi kebijakan

untuk semakin memperbaiki tingkat efisiensi unit kegiatan ekonomi yang

bersangkutan. Kinerja suatu organisasi secara konvensional sering diukur

dengan mempergunakan konsep efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi, secara

umum dapat dibedakan menjadi dua komponen, yaitu efisiensi teknis

(technical efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Efisiensi teknis

adalah kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi untuk

memproduksi sampai tingkat output maksimum dari sejumlah input dan

teknologi, sedangkan efisiensi alokasi diartikan sebagai kemampuan dan

kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal

(marginal value product) sama dengan biaya marjinal (marginal cost), MVP =

MC.

Dalam penelitian ini jenis pengukuran efisiensi yang akan digunakan

adalah efisiensi yang bersifat teknis (technically efficient), sedangkan efisiensi

yang bersifat alokatif (allocative efficient) tidak dipertimbangkan.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

8

2.3. Konsep Pengukuran Efisiensi Relatif

Pembahasan tentang pengukuran efisiensi relatif bermula dari sebuah

konsep yang dikembangkan oleh Farrel pada tahun 1957 (dalam Siswandi dkk,

2004) yang menjelaskan bahwa sebuah garis batas produksi (production

frontier) adalah sebuah hubungan teknologi yang menggambarkan output

maksimum yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan yang efisien dari berbagai

penggunaan kombinasi input dalam beberapa periode. Sebagai

penyederhanaan, konsep tersebut dapat dilihat melalui Gambar 1. di bawah ini.

Dari gambar diatas terlihat bahwa titik-titik A, B, C, D dan E adalah lima

perusahaan yang menghasilkan satu output Y yang sama jenisnya dengan

menggunakan dua input X1 dan X2 yang sama pula jenisnya. Evaluasi efisiensi

dari kelima perusahaan tersebut dimulai dari pengumpulan data hasil observasi

dan menarik garis lurus diantara hasil observasi yang terdekat dengan sumbu,

yang selanjutnya terbungkus (envelope) hasil observasi tersebut sehingga

mendapatkan garis batas Q-Q'. Perusahaan A, C dan E adalah perusahaan yang

paling efisien dan menunjukan sebagai perusahaan dengan praktek bisnis

terbaik untuk dapat dijadikan referensi/benchmarking bagi perusahaan

lainnya. Satu hal yang perlu dicermati adalah kekurangan dari pendekatan

Farrel di atas adalah asumsi Constant Return to Scale (CRS) yang menyatakan

bahwa skala produksi tidak mempengaruhi efisiensi. Memperhatikan bahwa

A B

C E

D

X1

X2

0

A B

C E

D

X1

X2

0

Q

Q’

Envelopment Frontier

DEA Method Starting point

Gambar1. Efisiensi Frontier dari 2 input

a

k

Page 10: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

9

suatu teknologi dapat juga membawa Variabel Return to Scale (VRS). Membuka

kemungkinan bahwa skala produksi mempengaruhi efisiensi.

Selanjutnya mengenai perhitungan scale economic DEA, Farrel (dalam

Siswandi, 2004) dapat dijelaskan melalui Gambar 2. Gambar tersebut

menunjukan perbedaan nilai efisiensi yang diukur dengan asumsi CRS dan VRS.

Dari gambar tersebut menunjukan lima perusahaan yang sama-sama

menghasilkan satu output Y dengan satu input X. Garis batas berdasarkan CRS

ditunjukan oleh garis lurus melewati C, yang mana garis batas bedasarkan VRS

ditunjukan oleh garis yang melaui A, C, E. Titik aVRS pada garis batas

menunjukan berapa banyak input X yang benar-benar dibutuhkan untuk

menghasilkan nilai output Y yang sama, dan menjadi titik referensi dari

perusahaan B. Dari gambar terlihat bahwa seluruh perusahaan pada kondisi

inefisien dalam ukuran (scale inefficient), kecuali perusahaan C yang berada

pada garis batas CRS dan memiliki nilai output perinput terbesar. Dengan

demikian perusahaan B harus meningkatkan skalanya untuk mengurangi

inefisiensi karena skala yang terlalu kecil

2.4. Data Envelopment Analysis

Metodologi DEA merupakan sebuah metode non parametrik yang

menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio

A

B

C

E

D

X

Y

0

CRS Frontier

VRS Frontier

Pure Technical Inefficiency (PTE) aVRS aCRS

Scale Inefficiency (SE)

Technical Inefficiency (TE)

TE = PTE*SE

Gambar 2. Perhitungan Scale Economic DEA

Page 11: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

10

output dan input untuk semua unit yang dibandingkan diperkenalkan pertama

kali oleh Charnes,Cooper, dan Rhodes (CCR) pada tahun 1978. Metode ini tidak

memerlukan fungsi produksi dan hasil perhitungannya disebut nilai efisiensi

relatif. Jadi dapat dikatakan bahwa DEA adalah metode bukan model (Siswandi

dkk, 2004).

Metode DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas

disebuah unit entitas. Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio

:Input

Output yang merupakan satuan pengukuran produktivitas yang bisa

dinyatakan secara parsial ataupun secara total melibatkan semua input dan

output suatu entitas kedalam pengukuran yang dapat membantu menunjukan

faktor input (output) apa yang paling berpengaruh terhadap suatu entitas

kedalam pengukuran, yang dapat membantu menunjukan faktor input (output)

apa yang paling berpengaruh dalam menghasilkan suatu output (penggunaan

suatu input). Produk atau organisasi yang akan diukur efisiensi relatifnya

disebut sebagai Decision Making Unit(DMU) yang diukur dengan

membandingkan input dan output yang digunakan dengan sebuah titik yang

terdapat pada garis frontir efisien (efficient frontier). Garis frontir efisien ini

mengelilingi atau menutupi (envelop) data dari organisasi yang bersangkutan,

dari sinilah nama DEA diambil. Garis frontir efisien ini diperoleh dari hubungan

unit yang realtif efisien (lihat garis Q-Q' pada gambar 1.). Unit yang berada pada

garis ini dianggap memiliki efisiensi sebesar 1 , sedangkan unit yang berada di

bawah garis frontir efisien memiliki efisiensi lebih kecil dari 1. Berbeda dengan

pendekatan parametrik yang menekankan pada optimisasi persamaan regresi

(single regression) pada masing-masing DMU maka metode DEA yang

menggunakan pendekatan non parametrik menekankan pada optimisasi

pengukuran kinerja untuk masing-masing DMU (Siswandi dkk 2004). Untuk

menggambarkan formulasi matematis metode DEA, dapat dilihat pada

persamaan 1 di bawah ini.

Page 12: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

11

)1.......(

1

1

inputofsumWeightedoutputofsumWeighted

XV

YUhj m

iijij

s

rrjrj

==

=

=

Misalkan ada n DMU yang akan dievaluasi. Setiap DMU memberikan

nilai yang bervariasi dari sejumlah m input untuk menghasilkan s output,

Efisiensi dari DMU ke-j , hj diukur dengan index rasio dimana Xij adalah nilai

positif input ke-i DMUj (i=1,2,..m) dan Yrj adalah nilai ouput ke-r DMUj (r=1,2,.. s).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan DEA

seperti yang dikemukakan oleh Purwantoro (2003) sebagai berikut :

1. Positivity

Semua variabel input dan output harus bernilai positif.

2. Isotonicity

Variabel input dan output harus punya hubungan isotonicity yang berarti

untuk setiap kenaikan pada variabel input apapun harus menghasilkan

kenaikan setidaknya satu variabel output dan tidak ada variabel output

yang mengalami penurunan.

3. Jumlah DMU

Setidaknya membutuhkan 3 DMU untuk setiap variabel input dan output

yang digunakan dalam model untuk memastikan adanya degrees of

freedom.

4. Window analysis

Analisis windows perlu dilakukan jika terjadi pemecahan data DMU

(misalnya tahunan menjadi triwulanan) yang biasanya dilakukan untuk

memenuhi syarat jumlah DMU. Analisis ini dilakukan untuk menjamin

stabilitas nilai produktivitas dari DMU yang bersifat time dependent.

5. Penentuan bobot

Walaupun DEA menentukan bobot yang seringan mungkin untuk setiap unit

raltif terhadap unit yang lain dalam 1 set data, terkadang dalam praktek

manajemen dapat menentukan bobot sebelumnya.

Page 13: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

12

6. Homogenity

DEA menuntut seluruh DMU yang dievaluasi memiliki variabel input dan

output yang sama jenisnya.

Sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi suatu UKE, teknik DEA

memiliki beberapa keunggulan dan keterbatasan dibanding teknik pengukuran

efisiensi lainnya seperti yang tertera pada tabel 1. berikut :

Tabel 1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA

No Keunggulan Keterbatasan

1. Bisa menggunakan banyak input dan output

Bersifat sample specific dimana Indikator efisiensi yang dihasilkan oleh metode DEA bersifat teknis dan hanya berlaku pada kelompok obyek penelitian yang diperbandingkan saja.

2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional anatara variabel input dan output

Merupakan extreme point technique dimana DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur (sama dengan persyaratan analisis rasio dan regresi). Kesalahan dalam memasukkan input dan output akan mengakibatkan informasi hasil pengukuran keliru.

3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya

Hanya mengukur produktivitas relatif dari DMU bukan produktivitas absolut, sehingga Bobot input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat diinterpretasikan dalam nilai ekonomi.

4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda

Uji hipotes secara statistik atas hasil DEA sulit untuk dilakukan.

5. Mampu mengidentifikasi sumber dan tingkat inefisiensi pada tiap-tiap input dan output dalam suatu UKE

Metode DEA membutuhkan programasi linear yang kompleks.

6.

mampu menentukan dan mengidentifikasikan sejumlah benchmark members (terdiri dari UKE yang dinilai efisien), yang dapat digunakan sebagai reference set oleh UKE yang dinyatakan tidak efisien untuk dapat semakin memperbaiki tingkat efisiensinya.

Jika metode DEA dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dengan jumlah sampel yang kecil, maka metode ini sangat sensitif terhadap perbedaan antara jumlah UKE yang diteliti dengan jumlah variabel input dan output yang diperhitungkan, akibat dari keterbatasan tersebut, akan banyak UKE yang terlihat efisien, padahal dalam kenyataannya UKE-UKE tersebut belum tentu efisien.

Sumber : Dari berbagai sumber (diolah)

2.5. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan landasan teori yang telah

disampaikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Page 14: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

13

”Terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan di Wilayah Jawa Timur”.

2.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, Frame work yang dibangun

di dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja dengan nilai efisiensi di KP PBB

dapat dilihat melalui diagram alur dibawah ini :

Tingkat Efisiensi KP PBB

Data

Input : o Jumlah Pegawai o Biaya Pegawai o Sarana / prasarana fisik

Output : o Jumlah nominal pajak

berhasil dipungut o Jumlah wajib pajak yang

membayar pajak

Data Envelopment Analysis

Score Efisiensi : Uji Beda(ANOVA) nilai efisiensi pada masing-masing KP PBB

Perbaikan efisiensi : Potential

Improvement

Konstribusi Input dan output

Status Kinerja KP PBB o KP PBB Efisien o KP PBB tidak efisien

Gambar 3. Diagram Alur Pemikiran

Page 15: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan di Wilayah Jawa Timur yaitu sebanyak 20 KP PBB dengan

periode pengamatan dari tahun 2001 - 2004 . Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

12)( +

=dN

Nn

keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi D = presisi yang digunakan

Dengan menggunakan presisi sebesar 10% diperoleh sampel sebanyak

7 KP PBB yang selanjutnya diambil secara acak oleh peneliti.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari obyek penelitian dikumpulkan dengan teknik

dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari,

mengklasifikasikan dan menggunakan data sekunder yang berupa catatan-

catatan, laporan-laporan khususnya laporan internal manajemen yang

berhubungan dengan penelitian.

Sedangkan teknik yang dipergunakan dalam mengumpulkan data

penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik penggabungan data (polling

the data) antara cross section dengan time series.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

15

3.3. Data dan Variabel

Identifikasi variabel input-output yang digunakan dalam pengukuran

perbandingan produktivitas kinerja merupakan langkah pertama dan

terpenting, karena hasil evaluasi kinerja nantinya akan sangat tergantung pada

pilihan input-output yang digunakan. Adalah umum diketahui bahwa pemilihan

variabel dalam studi efisiensi secara signifikan mempengaruhi hasilnya.

Beberapa studi telah memperlihatkan hasil-hasil yang berbeda karena adanya

seleksi variabel yang berbeda. (Favero and Pappi, 1995; Hunter and Timme,

1995 dalam Muliaman Dkk 2003). Walau bagaimanapun juga ada beberapa

keterbatasan dalam penyeleksian variabel karena reliabilitas dari data yang

diperoleh.

Jemric at all (2002) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan yang

berbeda yang digunakan metode DEA dalam menentukan input dan output

untuk mengukur efisiensi relatif yaitu operating approach (pendekatan

operasional) dan intermediation approach (pendekatan intermediasi). Dua

pendekatan tersebut merefleksikan metode atau pendekatan yang berbeda

dalam mengevaluasi efisiensi suatu institusi dimana jemric at all melakukan

penelitiannya pada industri perbankan. Pendekatan operasional lebih

menekankan pada perspektif manajemen biaya atau pendapatan sedangkan

pendekatan intermediasi lebih pada segi mekanisme bank sebagai suatu

entitas yang menggunakan tenaga kerja dan modal untuk mentransformasikan

tabungan (deposits) kedalam pinjaman (loans) dan surat-surat berharga

(securities).

Karena objek penelitian ini adalah lembaga non profit, maka penulis

menggunakan pendekatan operasional dalam menentukan variabel input dan

output yang akan digunakan dalam metode DEA. Variabel input dan output

dalam pendekatan operasional diperoleh dari laporan KP PBB.

Variabel input DEA adalah besarnya sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan suatu output dari KP PBB yang bersangkutan. Variabel input yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi :

Page 17: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

16

1. Salary expense (biaya Personalia)

2. Phisicaly medium (sarana fisik)

3. Amount of Labour (jumlah tenaga kerja)

Sedangkan Variabel output DEA adalah besarnya nilai yang dihasilkan

dari proses penggunaan input-input KP PBB yang bersangkutan. Variabel output

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Jumlah nominal pajak yang berhasil dipungut

2. Jumlah wajib pajak yang membayar pajak

3.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

metode non parametrik atau lebih dikenal sebagai Data Envelopment Analysis

(DEA). Metode DEA digunakan untuk menjawaban permasalahan yang

berkaitan dengan nilai efisiensi dan potential improvement (variabel yang dapat

ditingkatkan dari suatu nilai yang tidak efisien), sedangkan untuk megetahui

apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi dari unit kegiatan ekonomi (UKE)

yang diperbandingkan maka akan digunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Metode DEA suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dapat diformulasikan ke

dalam sebuah program fraksional dengan menjadikan input dan output dari

UKE bersangkutan sebagai variabel keputusan. Dimisalkan, terdapat sejumlah

n UKE yang akan diperbandingkan. Tiap UKE menggunakan sejumlah m input

untuk menghasilkan sejumlah s output. Dinyatakan Ysj > 0, dan Xmj > 0, Ysj

adalah jumlah output s yang dihasilkan oleh UKE j sedangkan Xmj adalah jumlah

input m yang digunakan oleh UKE j. vi adalah bobot pada input (i = 1, 2, ……, m)

dan ur adalah bobot pada output (r = 1, .., s).

Page 18: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

17

Formulasi program fraksional dibuat sebanyak satu unit untuk setiap

UKE. Fungsi tujuan dari program fraksional untuk UKE o adalah sebagai berikut

(Cooper et al. 2000)1,

(FPo) max momoo

sosoo

xvxvxvyuyuyu

++++++

=......

2211

2211θ ................................................................. (1)

subject to 1......

11

11 ≤++

++

mjmj

sjsj

xvxvyuyu

(j = 1, 2,…, n) .................................................................... (2)

0,...,, 21 ≥mvvv ............................................................................................................... (3)

0,...,, 21 ≥suuu ................................................................................................................ (4)

Selanjutnya program fraksional diatas (FPo), secara ekuivalen

ditransformasikan ke dalam sebuah program linear (LPo), kemudian

permasalahan tersebut dipecahkan melalui metode simpleks untuk

Selanjutnya program fraksional diatas (FPo), secara ekuivalen

ditransformasikan ke dalam sebuah program linear (LPo), kemudian

permasalahan tersebut dipecahkan melalui metode simpleks untuk

memperoleh solusi optimal bagi program linear bersangkutan. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya, masing-masing variabel keputusan dapat

langsung dimasukkan ke dalam program linear tanpa harus memiliki satuan

pengukuran yang sama (Nugroho, 1995 dalam Saputra 2003), sehingga

transformasi program linear, yang umum disebut dengan DEA (data

envelopment analysis) dapat dituliskan sebagai berikut (Cooper et al. 2000),

(LPo) max soso yuyu ++= ...11θ ……………………………………………………………….…….(5)

subject to 1...11 =++ momo xvxv ................................................................ …………….. (6)

mjmjsjsj xvxvyuyu ++≤++ ...... 1111 .......................................................... …………. (7)

1 Penjelasan lebih lengkap lihat Data Envelopment Analysis : A Comprehensive Text With Models Applications, References and DEA Solver Software, William W. Cooper, Lawrance M Seiford, Kaoru Tone, Kluwer Academics Publisher, Boston, 2000 hal 23-24

Page 19: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

18

(j = 1, 2, …, n) 0,...,, 21 ≥mvvv .................................................................................... (8)

0,...,, 21 ≥suuu ................................................................................................................ (9)

Berdasar atas kriteria non negatif, dimana v dan X > 0, maka

denominator kendala dari program fraksional (FPo) adalah positif untuk setiap j

(lihat bentuk 2). Selanjutnya dari kendala (2) tersebut, didapatkan bentuk (7)

yang merupakan kendala pada program linear. Bentuk (7) itu diperoleh dengan

mengalikan kedua sisi dari (2) dengan denominator bentuk (2) tersebut.

Karena pada program fraksional berlaku ketentuan nonzero number, baik pada

numerator maupun pada denominator, maka denominator dari bentuk (1)

ditetapkan sama dengan 1 (satu), dimana hal tersebut nampak pada bentuk (6)

yang merupakan kendala dari program linear dan selanjutnya untuk numerator

dijadikan fungsi tujuan dalam maksimisasi programasi linear (LP0).

Guna kepentingan dalam penelitian ini, maka metode DEA yang

dituliskan seperti dalam bentuk (5) sampai dengan (9) dimanfaatkan untuk

menghitung efisiensi teknis secara relatif dari KP PBB yang diperbandingkan,

dimana :

UKEo = KP PBB yang sedang diuji UKEj = KP PBB lainnya yang diperbandingkan n = Jumlah KP PBB yang dianalisis m = Jumlah input yang digunakan s = Jumlah output yang dihasilkan X1j = Jumlah input 1 yang digunakan KP PBB j Y1j = Jumlah output 1 yang dihasilkan KP PBB j v1 = Bobot tertimbang dari input 1 vm = Bobot tertimbang dari input m u1 = Bobot tertimbang dari output 1 us = Bobot tertimbang dari output s X1o = Jumlah input 1 yang digunakan KP PBB yang sedang diuji Y1o = Jumlah output 1 yang dihasilkan oleh KP PBB yang sedang diuji θ = Nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari

KP PBB yang sedang diuji

Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data tersebut, selanjutnya

ditentukan kriteria penilaian. UKE (dalam hal ini adalah KP PBB) dikatakan

Page 20: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

19

efisien, jika menunjukkan θ = 1 atau 100% dan sebaliknya, disebut tidak efisien

jika nilai θ < 1 atau kurang dari 100%.

Page 21: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

20

BAB IV

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

MALANG

Sebagai bagian dari organisasi Direktorat Jendral Pajak, Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Malang berada dalam wilayah

kerja Kanwil XII DJP Jawa timur II. Kantor Pelayanan PBB mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan di bidang Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam daerah wewenangnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Wilayah kerja kantor Pelayanan PBB Malang meliputi 3 Daerah Tingkat II

masing-masing sebagai berikut:

a. Kota Malang meliputi 5 Kecamatan dengan 57 Kelurahan

b. Kabupaten Malang meliputi 33 Kecamatan dengan 388 Desa

c. Kota Batu melipti 3 Kecamatan dengan 23 Kelurahan.

Kantor Pelayanan PBB Malang menyelenggarakan fungsi yaitu:

a. Pendataan obyek dan subyek dan penilaian obyek PBB

b. Pengelolahan dan penyajian data PBB dan BPHTB

c. Penetapan PBB dan BPHTB

d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, serta

penyelesaian restitusi PBB dan BPHTB

e. Penyelesaian keberatan, pengurangan dan piñatausahaan banding

f. Pembetulan surat ketetapan pajak

g. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi PBB dan BPHTB

h. Pelaksanaan administrasi dan Kantor Pelayanan PBB.

4.1. Visi dan Misi

4.1.1. Visi

Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan di masa

depan. Dirjen Pajak yang sunguh-sungguh diinginkan untuk ditransformasikan

Page 22: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

21

mejadi realitas melalui komitmen dan tindakan oleh segenap jajaran Dirjen

Pajak. Atas dasar itu Kantor Pelayanan PBB melaksanakan visi yaitu:

“ Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan

Manajemen Perpajakan Kelas Dunia Yang Dipercaya dan Dibanggakan

Masyarakat”

4.1.2. Misi

Misi adalah suatu pernyataan yang mengambarkan tujuan keberadaan

(eksistensi), tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab Dirjen Pajak

sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, peraturan dan kebijakan

pemerintah dengan dijiwai oleh prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategis organisasi

dalam berbagai bidang lingkungan di mana Dirjen pajak beraktifitas dan

berinteraksi. Misi-misi Kantor Pelayanan PBB adalah

a. Misi Fisikal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor

pajak yang mampu menunjang kemandiran pembiayaan pemerintah

berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas

dan efisiensi tinggi

b. Misi Ekonomi : Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang

meminimalkan distorsi

c. Misi Politik : Mendukung proses demokratisasi bangsa

d. Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, serta dengan

aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi

yang mutakhir.

4.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam Kantor Pelayanan PBB Malang adalah sebagai

berikut:

Page 23: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

22

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Koordinator Pelaksana Pada Kantor Pelayanan

Pajak Bumi Dan Bangunan Malang

4.2.1. Uraian Jabatan

Didalam Keputusan Direktorat Jenderal Pajak no: Kep.O5/PJ.ll/1993

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan di Lingkungan Direktorat Jenderal

Pajak, disebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Direktorat Jenderal Pajak perlu adanya kejelasan mengenai Petunjuk

KEPALA PELAYANAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN

TENAGA FUNGSIONAL PENILAI PBB

SUBBAGIAN UMUM

KORD. PELAKSANA T.U

& KEPEGAWAIAN

KORD. PELAKSANA KEUANGAN

KORD. PELAKSANA

RUMAH TANGGA

SEKSI PENETAPAN

SEKSI PENERIMAAN

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI PENGOLAHAN

DATA DAN INFORMASI

SEKSI PENDATAAN

DAN PENILAIAN

SEKSI KEBERATA DAN PENGURANGA

- Korlak

Klasifikasi

- Korlak

Pemutakhiran

Data

- Korlak

Monografi

- Korlak

Pengolahan

data

- Korlak

Dukungan

Komputer

- Korlak

Pelayanan

Terpadu

- Korlak

Penetapan

Pedesaan

dan

Perkotaan

- Korlak

Penetapan P3

- Korlak

Intensifikasi

dan

Ekstensifikasi

- Korlak Tata

Usaha

Penerimaan

dan Restitusi

- Korlak P4

- Korlak

Penagihan

Aktif

- Korlak Tata

Usaha

Piutang Pajak

- Korlak

Keberatan dan

Banding

- Korlak

Pengurangan

Page 24: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

23

Pelaksanaan Pekerjaan untuk setiap unit organisasi yang berada dilingkungan

Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP

PBB) terbagi menjadi sub bagian atau seksi-seksi dan kelompok tenaga

fungsional. Adapun tugas dan masing-masing bagian tersebut adalah:

1. Subbagian Umum

Tugas dari Subbagian Umum ini adalah melakukan urusan tata usaha,

kepegawaian, laporan keuangan, rumah tangga dan perlengkapan.

Fungsi dari Subbagian Umum ini adalah:

- Pengawasan tata usaha, kepegawaian dan laporan

- Pengurusan keuangan

- Pengurusan rumah tangga dan perlengkapan

Subbagian Umum terdiri dari:

a. Urusan tata usaha dan kepegawaian

b. Urusan keuangan

c. Urusan rumah tangga

2. Seksi Pendataan daft Penilaian

Seksi ini mempunyai tugas melakukan urusan pendataan obyek pajak dan

subyek pajak dan mengadakan penilaian obyek pajak.

Fungsi Seksi Pendataan dan Penilaian ini adalah:

- Pendaftaran dan tata usaha pendataan obyek dan subyek Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

- Penatausahaan, penilaian dan klasifikasi obyek Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

- Verifikasi Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

- Pengumpulan data potensi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Seksi Pendataan dan Penilaian terdiri atas beberapa koordinator pelaksana,

yaitu :

- Koordinator Pelaksana Klasifikasi.

- Koordinator Pelaksana Pemutakhiran Data.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

24

- Koordinator Pelaksana Monografi.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi ini mempunyai tugas melakukan pengolah data, analisa dan

penyajian informasi tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Fungsi dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi ini adalah:

♦ Penyajian usaha data masukan dan keluaran.

♦ Perekaman dan pengolah data Pajak Bumi dan Bangunan.

♦ Analisis dan penyajian informasi tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi ini terdiri dari beberapa koordinator

pelaksana, yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data.

2. Koordinator Pelaksana Dukungan Komputer.

3. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu.

4. Seksi Penetapan

Seksi ini mempunyai tugas melakukan penetapan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) di semua sektor dan melakukan intenfikasi serta

ekstenfikasi penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Fungsi dari Seksi Penetapan ini adalah :

♦ Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di sektor pedesaan dan

perkotaan.

♦ Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di sektor perkebunan,

kehutana dan pertambangan.

♦ Intenfikasi dan ekstenfikasi penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Seksi Penetapan terdiri dari beberapa koordinator pelaksana, yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Penetapan Pedesaan dan Perkotaan.

2. Koordinator Pelaksana Penetapan Perkebunan, Kehutanan dan

Pertambangan.

3. Koordinator Pelaksana Intenfikasi dan Ekstenfikasi.

5. Seksi Penerimaan

Page 26: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

25

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan pembayaran,

penyetoran, pelimpahan dan pembagian hasil, penerimaan, pemantauan

penyetoran PBB/BPHTB, restibusi PBB serta pembagian biaya pemungutan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan

penerimaan PBB / BPHTB.

Fungsi dari seksi Penerimaan adalah:

♦ Menyiapkan konsep penyusunan rencana kerja di bidang penerimaan

restitusi.

♦ Melaksanakan penatausahaan, pemantauan, pembayaran, penyetoran

dan penatausahaan dan pelimpahan hasil penerimaan PBBIBPHTB.

Seksi Penerimaan terdiri daTi beberapa koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Penerimaan Restibusi.

2. Koordinator Pelaksana Pemantauan Penyetoran dan Pembagian

Penerimaan PBB / BPHTB.

6. Seksi Penagihan

Seksi Penagiahan mempunyai tugas melaksanakan urusan panatausahaan

dan penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran

pelaksanaan penagihan piutang PBB / BPHTB.

Fungsi dari seksi Penagihan adalah:

♦ Menyiapkan bahan dalam rangka penagihan secara aktif terhadap

kewajiban PBB / BPHTB terhadap wajib pajak yang belum melunasi

kewajibannya dan atau jatuh tempo yang berupa surat paksa sebagai

bahan untuk menyusun konsep surat perintah melakukan penyitaan.

♦ Menatausahakan piutang PBB dengan cara mengadakan penelitian

administratif dan atau penelitian setempat dan menyiapkan

penghapusan piutang PBB dalam rangka tertib administrasi.

Seksi Penagihan terdiri dari koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.

2. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak.

Page 27: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

26

7. Seksi Keberatan dan Pengurangan

Seksi Keberatan dan Pengurangan mempunyai tugas penyelesaian

keberatan, uraian banding dan verifikasi atas permohonan pengurangan

dan keberatan PBB.

Fungsi dari seksi Keberatan dan Pengurangan adalah:

♦ Penyelesaian keberatan dan uraian banding PBB.

♦ Penyelesaian pengurangan PBB.

♦ Verifikasi atas permohonan keberatan dan pengurangan PBB

Seksi Keberatan dan Pengurangan terdiri dari koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Keberatan dan Banding.

2. Koordinator Pelaksana Pengurangan.

8. Kelompok Tenaga Fungsional Penilai Pajak Bumi dan Bangunan.

Kelompok ini mempunyai tugas melakukan kegiatan pendataan dan

penilaian

Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk penyelenggaraan tugas tersebut maka

dibentuk Kelompok Tenaga Fungsional Penilai Pajak Bumi dan Bangunan

yang terdiri dari:

♦ Sejumlah tenaga penilai Pajak Bumi dan Bangunan yang terbagi dalam

berbagai kelompok yang sesuai dengan bidang keahliannya.

♦ Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga penilai Pajak Bumi dan

Bangunan paling senior yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

♦ Jenis jabatan penilai Pajak Bumi dan Bangunan diatur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Namun dalam pelaksanaan Undang-undang baru mengenai Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan (KP PBB) masih belum ada seksi khusus mengenai

pengaturan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan dikelola seksi Penetapan.

Sedangkan seksi terkait misalnya seksi Keberatan dan Pengurangan, seksi

Penagihan serta seksi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan

Page 28: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

27

yang dihadapi dalarn pengelolaan BPHTB adalah sebagai seksi pendukung.

Sehingga dalam struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan Malang saat ini masih belum tercantum nama seksi

yang khusus mengenai pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB).

4.3. Jasa dan Prosedur Pelayanan

Kantor Pelayanan PBB Malang menyediakan berbagai jenis jasa

pelayanan untuk mempermudah wajib pajak memenuhi kewajibannya. Jenis-

jenis pelayanan tersebut adalah:

a. Pendaftaran obyek pajak baru

b. Mutasi Obyek/Subyek Pajak

c. Pembetulan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)/Surat

Ketetapan Pajak (SKP)/Surat Tagihan Pajak (STP)/Surat Tagihan

BPHTB (STB)

d. Permohonan Keberatan PBB/BPHTB

e. Permohonan Pengurangan PBB/BPHTB

f. Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran

PBB/BPHTB/Kompensasi

g. Permintaan Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas tanah dan

Banguan (SSB)

Prosedur pelayanan pada wajib wajib pajak bermacam-macam. Prosedur

pelayanan tersebut adalah:

a. Kebijaksanaan, merupakan ketentuan yang telah disepakati pihak terkait

yang ditetapkan oleh pihak berwenang untuk dijadikan pedoman dan

pegangan bagi setiap kegiatan aparatur pemerintah dan masyarakat, agar

tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran,

b. Intensifikasi penerimaan PBB

1. Menerbitkan ketetapan PBB

2. Menyampaikan ketetapan PBB

c. Ekstensifikasi penermaan PBB

Page 29: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

28

1. Pemutakhiran NIR dan ZNT

2. Mengusulkan SK kakanwil tentang klasifikasi NJOP Bumi dan

Bangunan

3. Mengusulkan SK kakanwil tentang NJOPTKP dan NPOPTKP

d. Penagihan PBB

1. Menerbitkan surat teguran

2. Menerbitkan surat paksa

e. Intensifikasi penerimaan BPHTB

1. Melakukan verifikasi Surat Setoran BPHTB (SSB) yang masuk

f. Penagihan BPHTB

1. Menerbitkan surat teguran

2. Menerbitkan surat paksaan

g. Pemberdayaan pelayanan satu tempat (PST)

1. Menyelesaikan seluruh pengajuan permohonan wajib pajak PBB

2. Menyelesaikan seluruh pengajuan permohonan wajib pajak BPHTB

Tujuan yang ingin dicapai Kantor Pelayanan PBB Malang adalah

mengefektifkan mekanisme penerimaan PBB, memperkecil peluang peluang

penghindaran penerimaan PBB dan BPHTB, meminimalkan ketidakpuasan

wajib pajak, meningkatkan kualitas koordinasi dan meningkatkan kualitas

pelayanan

4.4. Kinerja

Kinerja pada Kantor Pelayanan PBB Malang dapat dilihat dari indikator

kinerja kegiatan. Ukuran kinerja tersebut adalah ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah

ditetapkan. Adapun indikator kinerja kegiatan terdiri dari:

a. Indikator Kinerja Input

Page 30: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

29

Indikator ini adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dalam rangka menghasilkan keluaran dapat

berjalan dengan baik

b. Indikator Kinerja Output

Indikator ini adalah segala sesuatu berupa produk/jasa baik dalam

bentuk fisik maupun non-fisik sebagai hasil langsung dari

pelaksanaan suatu kegiatan

c. Indikator Kinerja Outcomes

Indikator ini adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah dan merupakan

ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat.

4.4.1. Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB KP PBB Malang

Kinerja Kantor Pelayanan PBB Malang berdasarkan realisasi penerimaan

PBB dari yang direncanakan terlihat ada kecenderungan yang positif. Pada

tahun 2002 sektor pedesaan dan pertambangan memperlihatkan penerimaan

PBB di atas target yang direncanakan yaitu sebesar Rp12.719.986.000,-

menjadi Rp13.021.676.943,- dan Rp 9.217.036.000,- menjadi

Rp12.023.488.158,- atau naik 102,37 persen dan 130 persen. Besarnya

penerimaan PBB sektor pedesaan dari sektor perkotaan karena rencana target

penerimaan lebih besar di sektor perkotaan daripada di pedesaan.

Sedangkan pada tahun 2003 terjadi perubahan sebaliknya yaitu sektor

perkotaan mulai menggeser sektor pedesaan dalam besarnya penerimaan PBB

dari target yang direncanakan, kemudian disusul sektor pertambangan sebesar

Rp20.208.798.000,- menjadi Rp21.293.438.822,-dan Rp13.831.610.000,-

menjadi Rp19.256.318.472,- atau naik 104,65 persen dan 139 persen. Tahun

2004 (sampai bulan Oktober) sektor perkotaan cenderung masih di posisinya

disusul sektor perkebunan yaitu sebesar Rp23.409.010.000,- menjadi

Page 31: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

30

Rp21.924.292.126,- dan Rp 2.691.987.000,- menjadi Rp2.750.524.812.,- atau

sebesar 93,68 persen dan 102,17 persen.

Sektor terkecil dari realisasi penerimaan PBB pada tahun 2002 adalah

sektor perhutanan yang disusul sektor perkebunan yang hanya menerima

sebesar Rp3.093.316.000,- menjadi Rp1.871.157.511,- dan

Rp3.227.055.000,- menjadi Rp2.299.819.347,- atau sebesar 60,49 persen dan

71,27 persen dari target yang direncanakan. Sedangkan pada tahun 2003

pedesaan menjadi satu-satunya sektor yang tidak mencapai target rencana

penerimaan sebesar Rp13.389.986.000,- hanya terealisasi sebesar

Rp13.162.893.669,- atau sebesar 98,30 persen. Tahun 2004 (sampai bulan

Oktober) sektor pedesaan dan pertambangan sementara belum dapat melebihi

dari rencana target penerimaan yaitu dari rencana penerimaan sebesar Rp

13.669.652.000,- hanya tercapai Rp11.327.443.585,- dan Rp14.309.251.000,-

hanya tercapai Rp13.607.756.665,- atau sebesar 82,93 persen dan 95,10

persen.

Sementara untuk penerimaan dari sektor BPHTB dari tahun 2002

sampai 2004 (bulan Oktober) tidak ada yang melebihi dari rencana target

penerimaan. Rencana penerimaan tahun 2002 sebesar Rp18.459.880.000,-

namun hanya tercapai sebesar Rp13.308.768.579,- atau sebesar 72,10 persen.

Sedangkan tahun 2003 tidak jauh berbeda hanya persentasenya lebih tinggi

dari sebelumnya yaitu penerimaan direncanakan sebesar Rp22.339.665.000,-

dan hanya tercapai Rp18.172.715.548,- atau 81,35 persen. Tahun 2004

(sampai bulan Oktober) direncanakan penerimaan sebesar Rp25.551.548.000,-

dan hanya tercapai Rp18.306.368.234,- atau 71,64 persen.

4.4.2. Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB di Kota Malang

Untuk wilayah Kota Malang tahun 2002 realisasai penerimaan PBB

tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan sebesar Rp3.738.507.622,- dari

rencana semula sebesar Rp Rp2.895.084.000,- atau meningkat sebesar

Page 32: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

31

129,13 persen. Disusul sektor perkotaan sebesar Rp10.627.010.505,-dari

rencana Rp12.826.750.000,- atau hanya tercapai sebesar 82,85 persen.

Tahun 2003 realisasai penerimaan PBB tertinggi tetap dicapai oleh

sektor pertambangan sebesar Rp5.096.542.187,- dari rencana semula sebesar

Rp Rp4.052.681.000,- atau meningkat sebesar 125,76 persen. Disusul sektor

perkebunan sebesar Rp42.257.504,-dari rencana Rp37.726.000,- atau

meningkat sebesar 112,01. Tahun 2004 sektor perkebunan mencapai

penerimaan tertinggi sebesar Rp47.073.200,- dari rencana penerimaan sebesar

Rp42.257.000,- atau meningkat 111,40 persen.

Sektor terkecil dari realisasi penerimaan PBB pada tahun 2002 adalah

sektor perhutanan yang disusul sektor perkebunan yang hanya menerima

sebesar Rp54.623.000,- menjadi Rp10.752.134,- dan Rp131.169.000,-

menjadi Rp37.725.734,- atau sebesar 19,68 persen dan 28,76 persen dari

target yang direncanakan. Sedangkan pada tahun 2003 sektor perkotaan

menjadi satu-satunya sektor yang tidak mencapai target rencana penerimaan

sebesar Rp13.500.000.000,- hanya terealisasi sebesar Rp12.916.589.078,-

atau sebesar 95,68 persen. Tahun 2004 (sampai bulan Oktober) sektor

perkotaan dan pertambangan sementara belum dapat melebihi dari rencana

target penerimaan yaitu dari rencana penerimaan sebesar Rp 14.608.295.000,-

hanya tercapai Rp13.770.129.914,- dan Rp4.144.986.000,- hanya tercapai

Rp3.330.617.847,- atau sebesar 94,26 persen dan 80,35 persen.

Sementara untuk penerimaan dari sektor BPHTB dari tahun 2002

sampai 2004 (bulan Oktober) tidak ada yang melebihi dari rencana target

penerimaan. Rencana penerimaan tahun 2002 sebesar Rp15.907.626.000,-

namun hanya tercapai sebesar Rp9.367.218.182,- atau sebesar 59,69 persen.

Sedangkan tahun 2003 tidak jauh berbeda yaitu penerimaan direncanakan

sebesar Rp15.839.665.000,- dan hanya tercapai Rp13.499.876.004,- atau

85,23 persen. Tahun 2004 (sampai bulan Oktober) direncanakan penerimaan

sebesar Rp18.116.548.000,- dan hanya tercapai Rp13.110.103.789,- atau

72,37 persen.

Page 33: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

32

4.4.3. Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB di Kota Batu

Untuk wilayah Kota Batu tahun 2002 realisasai penerimaan PBB

tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan sebesar Rp2.051.482.632,- dari

rencana semula sebesar Rp Rp1.708.567.000,- atau meningkat sebesar

120,07 persen. Disusul sektor perkotaan sebesar Rp2.562.778.424,-dari

rencana Rp2.500.350.000,- atau sebesar 102,50 persen.

Tahun 2003 realisasai penerimaan PBB tertinggi tetap dicapai oleh

sektor pertambangan sebesar Rp3.901.475.222,- dari rencana semula sebesar

Rp Rp2.708.693.000,- atau meningkat sebesar 144,04 persen. Disusul sektor

perkotaan sebesar Rp3.655.762.788,- dari rencana Rp2.695.000.000,- atau

meningkat sebesar 135,65. Tahun 2004 sektor pertambangan mencapai

penerimaan tertinggi sebesar Rp2.768.186.565,- dari rencana penerimaan

sebesar Rp2.812.281.000,- atau 98,43 persen.

Sektor terkecil dari realisasi penerimaan PBB pada tahun 2002 tidak

ada. Begitu juga pada tahun 2003 dan tahun 2004 (sampai bulan Oktober).

Sementara untuk penerimaan dari sektor BPHTB untuk kota Batu tahun 2002

melebihi dari rencana target penerimaan. Rencana penerimaan tahun 2002

sebesar Rp250.000.000,- ternyata dapat tercapai sebesar Rp864..545.913,-

atau sebesar 345,82 persen. Sedangkan pada tahun 2003 turun drastis dan

hanya mencapai penerimaan sebesar Rp878.142.808,- dari rencana

penerimaan semula sebesar Rp1.500.000.000,- atau tercapai 58,64 persen.

Tahun 2004 (sampai bulan Oktober) direncanakan penerimaan sebesar

Rp1.715.000.000,- dan hanya tercapai Rp850.996.382,- atau 49,62 persen.

4.4.4. Realisasi Penerimaan PBB dan BPHTB di Kabupaten Malang

Untuk wilayah Kabupaten Malang tahun 2002 realisasai penerimaan

PBB tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan sebesar Rp6.233.497.904,-

dari rencana semula sebesar Rp Rp4.613.385.000,- atau meningkat sebesar

Page 34: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

33

135,12 persen. Disusul sektor perkotaan sebesar Rp3.847.330.763,-dari

rencana Rp3.697.286.000,- atau hanya tercapai sebesar 104,06 persen.

Tahun 2003 realisasai penerimaan PBB tertinggi tetap dicapai oleh

sektor pertambangan sebesar Rp10.258.301.063,- dari rencana semula

sebesar Rp Rp7.070.236.000,- atau meningkat sebesar 145,09 persen. Disusul

sektor perkotaan sebesar Rp4.721.086.955,-dari rencana Rp4.113.798.000,-

atau meningkat sebesar 114,76. Tahun 2004 sektor pertambangan mencapai

penerimaan tertinggi sebesar Rp7.508.952.253,- dari rencana penerimaan

sebesar Rp7.351.984.000,- atau meningkat 102,14 persen.

Sektor terkecil dari realisasi penerimaan PBB pada tahun 2002 adalah

sektor perhutanan yang disusul sektor perkebunan yang hanya menerima

sebesar Rp1.691.591.807,- dari rencana penerimaan sebesar

Rp3.038.695.000,- dan Rp2.262.093.613,- dari rencana penerimaan sebesar

Rp3.095.886.000,- atau sebesar 55,67 persen dan 73,07 persen. Sedangkan

pada tahun 2003 sektor pedesaan menjadi satu-satunya sektor yang tidak

mencapai target rencana penerimaan sebesar Rp13.389.986.000,- hanya

terealisasi sebesar Rp13.162.893.669,- atau sebesar 98,30 persen. Tahun

2004 (sampai bulan Oktober) sektor pedesaan sementara belum dapat

melebihi dari rencana target penerimaan yaitu dari rencana penerimaan

sebesar Rp 13.659.652.000,- hanya tercapai Rp11.327.443.585,- atau sebesar

82,93 persen.

Sementara untuk penerimaan dari sektor BPHTB untuk tahun 2002

Rencana penerimaannnya adalah sebesar Rp2.516.919.000,- dan

penerimaannya melebihi rencana yaitu sebesar Rp3.077.004.484,- atau

sebesar 122,25 persen. Sedangkan tahun 2003 tidak dapat mencapai target

penerimaan yang direncanakan sebesar Rp5.000.000.000,- dan hanya

terealisasi sebesar Rp3.794.696.736,- atau 75,89 persen. Tahun 2004 (sampai

bulan Oktober) direncanakan penerimaan sebesar Rp5.720.000.000,- dan

hanya tercapai Rp4.345.268.063,- atau 75,97 persen.

Page 35: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

34

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Responden

Dalam pengukuran kinerja sebuah instansi atau organisasi, ketersediaan

fasilitas dan sarana fisik seperti bangunan, peralatan, perlengkapan dan lain

sebagainya merupakan faktor tangible yang dapat mempengaruhi kinerja.

fasilitas

3 30,0 30,0 30,05 50,0 50,0 80,02 20,0 20,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Dari 10 pegawai KP PBB yang menjadi sampelpenelitian menunjukan

bahwa fasilitas fisik di KP PBB cukup yaitu sebanyak 50%, sedangkan sisanya

sebesar 30% menyatakan fasilitas fisik kurang dan 20% menyatakan baik.

Salah satu fasilitas fisik yang mendukung dalam pembayaran pajak

diantaranya adalah peralatan dan teknologi online sistem juga akan

mempengaruhi kinerja KP PBB. Penilaian sampel penelitian dapat dilihat dalam

tabel dibawah ini

peralatan dan teknologi

5 50,0 50,0 50,05 50,0 50,0 100,0

10 100,0 100,0

cukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Sebanyak 5 orang sampel atau 50% dari total sampel penelitian

menyatakan bahwa peralatan dan teknologi on line system (ATM) untuk

membayar pajak menyatakan baik sedangkan sisanya sebanyak 5 orang

menyatakan cukup. Dalam hal proses untuk menghasilkan suatu output yang

optimal diperlukan input yang baik dalam hal ini adalah pengetahuan dan

Page 36: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

35

kemampuan petugas mengenai perpajakan baik teknis maupun non teknis

adalah sebagai berikut

kemampuan staf

1 10,0 10,0 10,07 70,0 70,0 80,02 20,0 20,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Hampir sebagian responden yaitu sebesar 70% menyatakan bahwa

pengetahuan dan kemampuan petugas cukup, 20 % baik sedangkan yang

menyatakan kurang adalah sebesar 10%. Pengetahuan dan kemampuan

petugas ini akan sangat berpengaruh pada kemampuan petugas dalam

memberikan pelayanan secara tanggap dan memuaskan seperti yang terlihat

dalam tabel berikut

pelayanan

1 10,0 10,0 10,07 70,0 70,0 80,02 20,0 20,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Sesuai dengan kemampuan staf mengenai perpajakan ternyata sangat

berpengaruh pada kemampuan dalam memberikan pelayanan. Sebesar 70%

responden menyatakan bahwa kemampuan petugas dalam memberikan

pelayanan secara tanggap dan memuaskan. Sedangkan sisanya sebesar 10 %

menyatakan kurang serta 20% adalah baik. Kemampuan tersebut akan sangat

mempengaruhi kepuasan pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak.

Page 37: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

36

kepuasan pelayanan

1 10,0 10,0 10,06 60,0 60,0 70,03 30,0 30,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Tingkat kepuasan pelayanan yang telah diberikan kepada wajib pajak

menurut 6 responden (60%) adalah cukup, 3 responden (30%) menyatakan

baik sedangkan 1 responden (10%) menyatakan bahwa tingkat kepusaan yang

telah diberikan kurang.

kecukupan jumlah pegawai

1 10,0 10,0 10,07 70,0 70,0 80,02 20,0 20,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Tingkat kepuasan wajib pajak dalam hal pelayanan sangat dipengaruhi

oleh kecukupan jumlah pegawai untuk melayani wajib pajak secara cepat.

Menurut 7 0rang yang menjadi responden mengemukakan bahwa kecukupan

jumlah pegawai dalam melayani wajib pajak dikatkan sangat cukup, 2 orang

responden menyatakan baik sedangkan sisanya menyatakan kurang yang

dikemukakan oleh 1 orang responden.

sarana sosialisasi

4 40,0 40,0 40,05 50,0 50,0 90,01 10,0 10,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Selain kecukupan jumlah pegawai, sarana sosialisasi dan komunikasi

yang tersedia akan sangat mempengaruhi terhadap kepuasan pelayanan yang

diberikan. Sebagian responden (50%) menyatakan sarana tersebut cukup, 10%

Page 38: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

37

menyatakan baik sedangkan sisanya sebesar 40% menyatakan sarana tersebut

kurang. Dari sisi pegawai, selain kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki,

gaji dan bonus yang diberikan akan menjadi suatu stimulus untuk

meningkatkan kinerja pelayanannya. Hal ini dapat dilihat dari pendapat

responden sebagai berikut

gaji

4 40,0 40,0 40,05 50,0 50,0 90,01 10,0 10,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Jumlah gaji maupun bonus lainnya yang diberikan oleh KP PBB menurut

5 orang responden (50%) adalah cukup. Sedangkan menurut 40% responden

menyatakan bahwa gaji maupun bonus yang diterima kurang dan hanya 10%

yang menyatakan baik (lebih dari cukup).

kesesuaian target

2 20,0 20,0 20,06 60,0 60,0 80,02 20,0 20,0 100,0

10 100,0 100,0

kurangcukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Dalam hal kesesuaian antara target dan realisasi pajak yang berhasil

dipungut oleh KP PBB, sebanyak 60% responden menyatakan cukup sesuai,

sedangkan sisanya masing-masing 20% berpendapat baik dan kurang. Sejalan

dengan tingkat kesesuaian target dan realisasi pajak dan komponen lainnya

yang telah disebutkan diatas maka secara umum kinerja KP PBB adalah baik

yang dikemukakan oleh 60% responden sedangkan sisanya 40% menyatakan

cukup.

Page 39: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

38

kinerja

4 40,0 40,0 40,06 60,0 60,0 100,0

10 100,0 100,0

cukupbaikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Dari berbagai uraian diatas ada bebera faktor yang mempengaruhi

tingkat keberhasilan KP PBB sehingga bisa dikatakan mempunyai kinerja yang

memuaskan adalah sebagai berikut:

• Adanya kerjasama antar instansi terkait;

• Pelayanan prima

• Ketersediaan sarana & prasarana;

• Penetapan rencana penerimaan berdasarkan potensi

• Kesejahteraan pegawai;

• Kepemimpinan manager

• Keterbukaan & panutan yang baik;

• Tersedianya sdm profesional yang memadai;

• Peralatan & teknologi yang mencukupi;

• Data subjek/ objek pajak yang valid & up to date;

• Realisasi rencana penerimaan yang baik

• Gaji & bonus yang cukup

Sedangkan faktor yang menyebabkan kinerja KP PBB menurun adalah

sebagai berikut:

• kurang sarana & prasarana penunjang;

• turunnya semangat kerja;

• lemahnya koordinasi antar bidang terkait

• keterbatasan dana pengembangan teknologi & pengawasan thd wajib

pajak;

• kurangnya law enforcement kepada wajib pajak;

Page 40: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

39

• turunnya kesadaran wajib pajak

• kurangnya disiplin dan kualitas pegawai;

• tidak ada sistem reward & punishment dari kantor pusat

• buruknya kepemimpinan;

• kurangnya panutan yang baik; adanya sikap otoriter dari atasan;

• penghasilan yang kurang memadai

• data subjek/ objek pajak yang tdk valid

• kurang sosialisasi program/ sistem pajak;

• penghargaan & sanksi yang tidak jelas;

• kurangnya kerjasama dengan pihak lain;

5.2. Gambaran Diskriptif Kinerja KP PBB Kota Malang

Bagian ini secara diskriptif akan menguraikan kinerja KP PBB Kota

Malang selama periode 2002-2004 dengan mempertimbangkan 4 jenis

variabel input (masukan), yaitu: (i) biaya personalia, (ii) sarana fisik, (iii) biaya

operasional, dan (iv) jumlah pegawai serta 2 jenis variabel output (keluaran),

yaitu (i) realisasi penerimaan pajak, dan (ii) jumlah tunggakan. Di dalam

penjabarannya yang lebih meng-khusus, 4 jenis variabel input yang telah

disebutkan diatas akan dijelaskan secara terinci dengan memperhatikan

besaran unit-unit pembentuknya.

a. Variabel Input

1. Biaya Personalia

Di dalam penelitian ini, variabel biaya personalia secara asumtif

dibentuk dari 3 besaran unit pokok, yaitu: (i) gaji pegawai, (ii) bonus, dan

(iii) tunjangan. Memperhatikan Gambar 5.1 berikut, dapat diperoleh

kesimpulan bahwa secara agregat biaya personalia yang dimiliki oleh KP

PBB Kota Malang cenderung untuk berfluktuasi selama periode 2002-

2004. Pada tahun 2003, tercatat jumlah pengeluaran biaya personalia

menurun menjadi Rp. 1.467.061.928 atau turun sebesar 10.2% dari

Page 41: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

40

pencapaiannya di tahun 2002. Tingkat penurunan ini terutama

diakibatkan oleh menurunnya jumlah share gaji pegawai dan bonus

terhadap total biaya personalia pada tahun tersebut. Di tahun 2003,

penurunan jumlah gaji pegawai dan bonus yang dibayarkan oleh KP PBB

Kota Malang rata-rata mencapai 24.7% jika dibandingkan dengan

pembayaran besaran unit yang sama di tahun 2002, sementara

tunjangan yang dibayarkan pada periode yang sama hanya tumbuh

sebesar 18%.

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

2002 2003 2004

Gaji pegaw ai Bonus Tunjangan

Gambar 5.1. Perkembangan Biaya Personalia KP PBB Kota Malang,

2002-2004, dalam Rupiah

Selanjutnya untuk periode 2003 hingga 2004, perkembangan variabel

biaya personalia terlihat meningkat tajam, yaitu hampir mencapai 44%.

Perkembangan yang sangat mencolok ini terutama disebabkan oleh

membumbungnya pertumbuhan gaji pegawai yang harus dibayarkan

hingga 61%. Demikian pula pembayaran besaran unit tunjangan juga

tercatat meningkat sebesar 37%, sedangkan di pihak lain hanya bonus

pegawai yang menunjukkan penurunan selama periode tersebut, yaitu

sebesar 9%.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

41

2. Sarana Fisik

Untuk variabel sarana fisik, penelitian ini dalam analisanya akan

mempertimbangkan sekitar 4 besaran unit, yaitu: (i) luas bangunan

(pusat dan cabang), (ii) mobil, (iii) sepeda motor, dan (iv) komputer.

Selama periode penelitian (2002-2004), dalam Gambar 2 terlihat bahwa

hampir seluruh besaran unit dari variabel sarana fisik tidak

menunjukkan perkembangan yang berarti dari sisi jumlah.. Berdasar

data yang dimiliki KP PBB Kota Malang, luas bangunan tidak mengalami

perubahan selama periode pengamatan, yaitu sebesar 1750m2.

Sementara itu, jumlah unit inventaris fisik lain yang dimiliki oleh KP PBB

ini di dalam menunjang kegiatan operasionalnya tercatat sedikit

menunjukkan penambahan walau terlihat kurang signnifikan (lihat

Gambar 5.2).

0

5

10

15

20

25

30

35

2002 2003 2004

Mobil Sepeda Motor Komputer

Gambar 5.2. Perkembangan Sarana Fisik KP PBB Kota Malang, 2002-

2004, dalam Unit

Page 43: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

42

3. Biaya Operasional

Variabel biaya operasional akan diperhitungkan dengan

mempertimbangkan perkembangan 3 besaran unit pokok, yaitu: (i)

biaya listrik, (ii) biaya telepon, dan (iii) biaya air. Dapat disimak dari

Gambar 5.3, ternyata selama periode pengamatan, komponen-

komponen biaya operasional ini cenderung untuk selalu menurun

jumlahnya. Hal ini tentu menunjukkan keadaan yang positif, dimana

berarti dalam praktiknya, KP PBB Kota Malang dapat menekan

intensitas penggunaan fasilitas listrik, telepon maupun air di dalam

aktifitas kerjanya. Tercatat pengeluaran biaya telepon yang paling

memiliki angka penurunan yang konstan dan signifikan. Komponen

inilah yang menyumbang tingkat penurunan terbesar yang kemudian

menekan jumlah pengeluaran agreat biaya operasional kantor di tahun

2004. Selama periode 2003-2004, penurunan pengeluaran biaya

telepon mencapai 23% (bandingkan dengan penurunan pengeluaran

biaya listrik yang 15.5% dan peningkatan pengeluaran biaya air sebesar

9.8%), yang mana keadaan tersebut kemudian membawa dampak nyata

pada menurunnya biaya total operasional kantor hingga mencapai

12.3%.

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

2002 2003 2004

Listrik Telpon Air

Gambar 5.3. Perkembangan Biaya Operasional KP PBB Kota Malang,

2002-2004, dalam Rupiah

Page 44: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

43

4. Jumlah Pegawai

Variabel input jumlah pegawai akan menggambarkan jumlah pegawai

yang dipekerjakan di KP PBB Kota Malang (tentu pegawai yang secara

nyata terkait dengan tugas dan aktivitas KP PBB). Untuk mendekati

realita yang sebenarnya dan mengurangi penyimpangan di dalam

penilaiannya selama penelitian dilakukan, maka dalam kasus ini

pegawai KP PBB akan dibedakan berdasarkan golongannya. Golongan

pegawai akan dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu: (i) Golongan I, (ii)

Golongan II, (iii) Golongan III dan (iv) Golongan IV.

Untuk kasus KP PBB Kota Malang, tercatat pegawai golongan III

mendominasi secara kuantitas, dimana golongan ini selama periode

penelitian berjumlah rata-rata 35 orang. Disusul kemudian oleh pegawai

golongan II, yang rata-rata berjumlah 23 orang selama 2002-2004.

Secara agregat, jumlah pegawai KP PBB Kota Malang sebenarnya

menunjukkan kecenderungan yang menurun, dimana pada tahun 2002,

jumlah pegawai yang dimiliki adalah sekitar 67 orang dan kemudian

untuk tahun 2004, jumlah pegawai yang tercatat tinggal 56 orang. Fakta

ini agaknya searah dengan biaya operasional yang juga cenderung

menurun dan sarana fisik yang terlihat stagnan. Dapat dipahami,

penerapan efisiensi di dalam pemanfaatan sumber daya sangat terlihat

selalu diperhatikan di dalam kegiatan KP PBB Kota Malang.

Page 45: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

44

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2002 2003 2004

Gol I Gol II Gol III Gol IV

Gambar 5.4. Perkembangan Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan di

KP PBB Kota Malang, 2002-2004, dalam satuan Orang

b. Variabel Output

1. Realisasi Penerimaan Pajak

Kinerja Kantor Pelayanan PBB Malang berdasarkan realisasi penerimaan

PBB dari yang direncanakan terlihat ada kecenderungan yang positif.

Pada tahun 2002 sektor pedesaan dan pertambangan memperlihatkan

penerimaan PBB di atas target yang direncanakan yaitu sebesar

Rp12.719.986.000,- menjadi Rp13.021.676.943,- dan Rp

9.217.036.000,- menjadi Rp12.023.488.158,- atau naik 102,37 persen

dan 130 persen. Besarnya penerimaan PBB sektor pedesaan dari sektor

perkotaan karena rencana target penerimaan lebih besar di sektor

perkotaan daripada di pedesaan.

Sedangkan pada tahun 2003 terjadi perubahan sebaliknya yaitu sektor

perkotaan mulai menggeser sektor pedesaan dalam besarnya

penerimaan PBB dari target yang direncanakan, kemudian disusul sektor

pertambangan sebesar Rp20.208.798.000,- menjadi

Page 46: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

45

Rp21.293.438.822,-dan Rp13.831.610.000,- menjadi

Rp19.256.318.472,- atau naik 104,65 persen dan 139 persen. Tahun

2004 (sampai bulan Oktober) sektor perkotaan cenderung masih di

posisinya disusul sektor perkebunan yaitu sebesar Rp23.409.010.000,-

menjadi Rp21.924.292.126,- dan Rp 2.691.987.000,- menjadi

Rp2.750.524.812.,- atau sebesar 93,68 persen dan 102,17 persen.

2. Jumlah Tunggakan

Jumlah tunggakan yang dimiliki oleh KP PBB Kota Malang selama

periode 2002-2004 terlihat bergerak secara fluktuatif. Nilainya menurun

sebesar 38% selama 2002-2003 dan kemudian meningkat di tahun

2004 namun dengan nilai yang relatif lebih kecil jika dibandingkan

dengan jumlah yang dicapai pada tahun 2002 (lihat Gambar 5.5).

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

2002 2003 2004

Gambar 5.5. Jumlah Tunggakan KP PBB Kota Malang, 2002-2004,

dalam Ribuan Rupiah

Page 47: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

46

BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Jawa timur dalam

menilai kinerjanya memperhitungkan berbagai aspek diantanya dari sisi

input yang digunakan (sarana dan prasarana fisik, jumlah pegawai, biaya

operasional, dll), proses maupun output yang dihasilkan (realisasi

penerimaan pajak dan besarnya tunggakan).

2. Kinerja KP PBB berdasarkan pengamatan kepada petugasnya

menunjukan bahwa kinerja KP PBB secara umum sangat baik.

3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan KP PBB

sehingga dapat dikatakan mempunyai kinerja yang baik diantaranya

ditentukan oleh: Pelayanan prima, ketersediaan sarana & prasarana,

penetapan rencana penerimaan berdasarkan potensi, kesejahteraan

pegawai yang memadai dan lain sebagainya;

4. Selain faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja KP PBB, ada juga

faktor yang dapat menjadikan penurunan kinerjanya diantaranya adalah:

kurang sarana & prasarana penunjang; turunnya semangat kerja;

lemahnya koordinasi antar bidang terkait keterbatasan dana

pengembangan teknologi & pengawasan thd wajib pajak; kurangnya law

enforcement kepada wajib pajak dan sebagainya.

Saran

Terkait dengan kinerja dari aktifitas rutin yang telah dicapai oleh obyek

penelitian selama periode pengamatan, maka perlu kiranya diperhatikan

penambahan beberapa sarana fisik, terutama yang berhubungan dengan

Page 48: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

47

penambahan sarana unit computer yang ditujukan untuk semakin

meningkatkan kecepatan waktu layan kepada para wajib pajak. Untuk

menindak lanjuti tentang adanya fakta dari masih tingginya jumlah tunggakan

yang dimiliki oleh kantor pelayanan PBB, perlu kiranya dirumuskan suatu

strategic plan yang berkesinambungan di dalam upaya untuk menekan angka

tunggakan setiap tahunnya.

Page 49: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

48

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1995, How to Measure Performance A Handbook of Techniques and Tools, U.S. Department of Energy, USA. http://www.llnl.gov/PBM/handbook

Barr Richard S, Kory A Killgo, Thomas F Siems, Sheri Zimel, 1999, Evaluating

the Productive Efficiency and Performance of U.S. Commercial Banks, Federal Reserve bank of Dallas. U.S. http://www.dallasfed.org/banking/fiswp/fiswp9903.pdf

Berger, A.N and Humphrey, D.B, 1997, Efficiency of Financial Institutions: International Survey and Directions for Future Research. In: European Journal of Operations Research. 1997, no. 98, pp. 175 – 212. http://www.federalreserve.gov/pubs/feds/ 2000/200037/200037pap.pdf

Bambang Budiarto, 2003, Evaluation of The Implementation of Regional Otonomy Base on Data Envelopment Analysis and Service Quality, Abstract, http://bdg.centrin.net.id/~alisjahbana/paper/5c1.PDF

Cooper William W, Lawrance M Seiford, Kaoru Tone, 2000, Data Envelopment

Analysis : A Comprehensive Text With Models Applications, References and DEA Solver Software, Kluwer Academics Publisher, Boston, U.S.

Erwinta Siswandi, Wilson Arafat, 2004, Mengukur Efisiensi Relatif Kantor

Cabang Bank dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA), Majalah Usahawan, No. 01 TH. XXXIII Januari, Jakarta.

Ferry Prasetya, 2004, Analisis Efisiensi Kinerja Perbankan dengan Pendekatan

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Pada Perbankan Indonesia 2000-2003), Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Harahap Abdullah, 2004, Paradigma Baru Perpajakan Indonesia, Intergrita

Dinamika Press, Jakarta. Jemric Igor, Boris Vujcic, 2002, Efficiency of Banks in Croatia : A DEA Approach,

Working Papers W-7, Croatian National Bank. http://www.hnb.hr/publikac/istrazivanja/w-007.pdf

Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia

Mardanugraha,2004, Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia :

Page 50: ANALISIS EFISIENSI KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK … · kabupaten yang diteliti hanya satu kantor yang efisien dalam periode pengamatan yang dilakukan yaitu Magetan sedangkan sisanya

Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) di Wilayah Jawa Timur dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

49

Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (Dea), Riset Bank Indonesia Jakarta. http://www.bi.go.id/web/id/Riset+Survey+Dan+Publikasi/Riset/Riset+Terkait+Sistem+Keuangan/Penggunaan+Metode+Nonparametrik+Data+Envelopment+Analysis+(DEA).htm

Nugroho R Purwantoro, 2003, Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA)

dalam Kasus Pemilihan Produk Inkjet Personal Printer, Majalah Usahawan, No. 10 TH. XXXII Oktober, Jakarta.

Putu Mahardika Adi Saputra, 2003, Analisis Kinerja Pemerintah Daerah : Suatu

Pendekatan dengan mempergunakan Data Envelopment Analysis di Seluruh Daerah Kota dan Kabupaten di Propinsi Bali, Jurnal Ekonomi, Vol 7, No. 2 , Juni, Universitas Merdeka Malang Jawa Timur. Hal : 159-172.

White, R. Kenneth and Ozcan, A. Yasar, 1996. Church Ownership and Hospital

Efficiency. Hospital and Health Services Administration. 41 (3): 297-310.