pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah...

30
1 PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN HUTAN HAK DAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan sumberdaya hutan memiliki potensi untuk meningkatkan daya dukung dan memberi manfaat bagi pembangunan dan kesejahteraan daerah apabila dikelola secara optimal sesuai peraturan perundang-undangan; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah di bidang kehutanan menyangkut pemanfaatan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan di daerah diperlukan pengaturan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemanfaatan Hutan Hak dan Penatausahaan Hasil Hutan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3234); 4. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

1

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

PEMANFAATAN HUTAN HAK DAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGETAN,

Menimbang : a. bahwa keberadaan sumberdaya hutan memiliki potensi untuk

meningkatkan daya dukung dan memberi manfaat bagi

pembangunan dan kesejahteraan daerah apabila dikelola secara

optimal sesuai peraturan perundang-undangan;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah di bidang

kehutanan menyangkut pemanfaatan hutan hak dan penatausahaan

hasil hutan di daerah diperlukan pengaturan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang

Pemanfaatan Hutan Hak dan Penatausahaan Hasil Hutan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3234);

4. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3419);

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

2

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, dan

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888)

sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang nomor 19 Tahun

2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

6. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4423)

sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang–

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Ijin Usaha

Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor

25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3596);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3838);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4452);

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

3

12. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan

Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4814);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);

17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26/Menhut-II/2005 tentang

Pedoman Pemanfaatan Hutan Hak;

18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang

Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.8/Menhut-II/2009 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-

II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan

Negara;

19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 tentang

Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2009

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.35/Menhut-II/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan;

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

4

20. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Magetan

(Lembaran Daerah Kabupaten Magetan Tahun 2008 Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAGETAN

dan

BUPATI MAGETAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMANFAATAN HUTAN HAK

DAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Magetan.

2. Bupati adalah Bupati Magetan.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Magetan.

5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang selanjutnya disingkat Dinas

adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Magetan.

6. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan

dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi,

koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana

pensiun, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha lainnya.

7. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan

dalam persekutuan alam lingkungan yang satu dengan lainnya tidak

dapat dipisahkan.

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

5

8. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak

atas tanah.

9. Lahan masyarakat adalah lahan perorangan atau masyarakat di

luar kawasan hutan yang dimiliki/digunakan oleh masyarakat

berupa pekarangan, lahan pertanian, dan kebun.

10. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak

dibebani hak atas tanah.

11. Hasil hutan adalah benda–benda hayati beserta turunannya yang

dihasilkan dari kawasan hutan negara, hutan rakyat, hasil

perkebunan berupa kayu, non kayu, flora, dan fauna.

12. Hasil hutan lelang adalah hasil hutan kayu/bukan kayu yang berasal

dari pelelangan sah.

13. Hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak atau lahan

masyarakat yang selanjutnya disebut kayu rakyat adalah kayu bulat

atau kayu olahan yang berasal dari pohon yang tumbuh dari hasil

budidaya dan atau tumbuh secara alami di atas hutan hak dan/atau

lahan masyarakat.

14. Kayu bulat rakyat adalah kayu dalam bentuk gelondong yang

berasal dari pohon yang tumbuh di atas hutan hak dan/atau lahan

masyarakat.

15. Kayu olahan rakyat adalah kayu dalam bentuk olahan yang berasal

dari pohon yang tumbuh di atas hutan hak dan/atau lahan

masyarakat antara lain berupa kayu gergajian, kayu pacakan, dan

arang.

16. Penatausahaan hasil hutan adalah kegiatan yang meliputi

penatausahaan tentang perencanaan produksi, penebangan atau

pemanenan, pengukuran dan pengujian, pengumpulan,

pengangkutan/peredaran, pengolahan dan pelaporan.

17. Insentif adalah semua bentuk dorongan spesifik atau

rangsangan/stimulus yang dirancang dan diimplementasikan untuk

mempengaruhi atau memotivasi masyarakat, baik secara individu

maupun kelompok.

18. CITES (Convention on International Trade and Endangered Species

of Wild Fauna and Flora) adalah Konvensi Internasional mengenai

perdagangan jenis flora (tumbuhan alam) dan fauna (satwa liar)

adalah perjanjian internasional antarnegara yang bertujuan yang

terancam kepunahan.

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

6

19. Appendix Convention on International Trade and Endangered

Species of Wild Fauna and Flora yang selanjutnya disingkat dengan

Appendix CITES adalah lampiran CITES yang memuat daftar flora

dan fauna sesuai kriteria kelangkaannya bagi kepentingan

perdagangan.

20. Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen

yang merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen

kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan.

21. Ijin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan dan

Perkebunan atas nama Bupati yang meliputi Ijin Penebangan

Pohon, Ijin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu dengan

kapasitas sampai dengan 2000 m³, Ijin Usaha Industri Primer Hasil

Hutan Bukan Kayu, Ijin Pemanfaatan Jasa Lingkungan, dan Ijin

Pemanfaatan Flora dan Fauna (Pemeliharaan sarang burung

walet/sriti).

22. Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK

adalah Industri yang mengolah kayu bulat menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi.

23. Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat

IPHHBK adalah pengolahan bahan baku bukan kayu yang dipungut

dari hutan, meliputi antara lain: rotan, sagu, nipah, bambu, kulit

kayu, daun, buah atau biji, getah, dan hasil hutan ikutan antara lain

berupa arang kayu.

24. Ijin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya

disingkat IUIPHHK adalah ijin mendirikan industri untuk mengolah

kayu bulat (KB) dan atau Kayu Bulat Kecil (KBK) menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi.

25. Ijin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya

disingkat IUIPHHBK adalah ijin untuk mengolah hasil hutan bukan

kayu menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu lokasi

tertentu yang diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat

yang berwenang.

26. Kapasitas produksi sampai dengan 2000 m³ (dua ribu meter kubik)

per tahun adalah jumlah total kapasitas produksi dari satu atau

beberapa jenis produksi IPHHK dari satu pemegang ijin yang

terletak di satu lokasi tidak lebih dari 2000 m³ (dua ribu meter kubik)

per tahun.

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

7

27. Perluasan Industri Primer Hasil Hutan yang selanjutnya disebut

perluasan adalah perubahan kapasitas produksi dan/atau

perubahan jenis produksi yang menyebabkan jumlah total kapasitas

produksi bertambah dari yang telah diijinkan.

28. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disingkat TDI adalah ijin

untuk mengolah hasil hutan bukan kayu menjadi satu atau

beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang diberikan

kepada satu pemegang ijin oleh pejabat yang berwenang bagi

industri skala kecil.

29. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri sipil yang selanjutnya disingkat

PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan

Pemerintah Daerah yang oleh Undang-Undang diberi wewenang

khusus penyidikan tindak pidana di bidang kehutanan.

30. Penyidikan tindak pidana di bidang kehutanan adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang

kehutanan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

TUJUAN

Pasal 2

Tujuan pembentukan Peraturan Daerah tentang Pemanfaatan Hutan

Hak dan Penatausahaan Hasil Hutan adalah sebagai dasar pijakan

penyelenggaraan urusan dan kewenangan mengenai pengelolaan

hutan dan penatausahaan hasil hutan di Kabupaten Magetan.

BAB III

STATUS DAN FUNGSI HUTAN HAK

Pasal 3

(1) Tanah yang telah dibebani hak atas tanah dapat ditunjuk sebagai

hutan hak menurut fungsinya.

(2) Hutan hak dan lahan masyarakat dibuktikan dengan:

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

8

a. Sertifikat Hak Milik, atau Leter C, atau girik, atau surat

keterangan lain yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional

sebagai Dasar Kepemilikan lahan;

b. Sertifikat Hak Pakai; atau

c. Surat dokumen lainnya yang diakui sebagai bukti penguasaan

tanah atau bukti kepemilikan lainnya.

(3) Hutan hak mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu:

a. fungsi konservasi yaitu hutan hak yang berada di kawasan

lindung yang berfungsi konservasi;

b. fungsi lindung yaitu hutan hak yang berada di kawasan lindung;

dan

c. fungsi produksi yaitu hutan hak yang berada di kawasan

budidaya.

BAB IV

WEWENANG, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

PEMERINTAH DAERAH

Bagian Kesatu

Wewenang

Pasal 4

Kewenangan Pemerintah Daerah meliputi :

a. pengembangan hutan hak dan aneka usaha kehutanan meliputi

penyusunan rencana pengembangan dan pembinaan pengelolaan;

b. pemberdayaan masyarakat setempat di dalam dan di sekitar hutan

meliputi bimbingan masyarakat, pengembangan kelembagaan,

pengembangan usaha, dan kemitraan masyarakat setempat;

c. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi

hutan pada lahan di luar kawasan hutan skala kabupaten;

d. penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung

skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah kabupaten;

e. pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala

kabupaten;

f. pengurusan industri pengolahan hasil hutan meliputi:

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

9

1. pemberian Ijin Usaha atau Ijin Perluasan Industri Primer Hasil

Hutan Kayu untuk kapasitas produksi maksimal 2000 m3 per

tahun; dan

2. pemberian Ijin Usaha atau Ijin Perluasan Industri Primer Hasil

Hutan Bukan Kayu;

g. pemberian ijin pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang tidak

dilindungi dan tidak termasuk dalam lampiran Appendix CITES.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 5

(1) Dalam hal hutan hak telah ditunjuk sebagai fungsi lindung dan/atau

fungsi konservasi, maka Pemerintah Daerah wajib memberi insentif

kepada pemegang hak.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Tanggung Jawab

Pasal 6

(1) Penunjukan fungsi hutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat (1), dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. inventarisasi hutan hak;

b. pemetaan hutan hak; dan

c. penunjukan hutan hak.

(2) Penunjukan fungsi hutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat (1) dilakukan oleh Bupati sesuai Peta Hutan Hak yang telah

disiapkan oleh Dinas berdasarkan pada pemetaan hutan hak.

(3) Inventarisasi hutan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a dilakukan oleh Dinas melalui survei mengenai keadaan fisik,

keadaan flora dan fauna, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat

setempat dengan melibatkan pemegang hak.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penunjukan hutan hak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan

Peraturan Bupati.

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

10

BAB V

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

MASYARAKAT PEMEGANG HAK

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 7

Pemegang hak, berhak untuk:

a. mendapatkan pelayanan;

b. menikmati kualitas lingkungan;

c. memanfaatkan hutan sesuai dengan fungsinya;

d. memperoleh insentif; dan

e. menentukan bentuk pemanfaatan hutan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 8

(1) Pemegang hak berkewajiban memulihkan, mempertahankan, dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,

produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem

penyangga kehidupan tetap terjaga.

(2) Upaya memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang

berlaku.

(3) Pemegang hak wajib melakukan pengamanan dan perlindungan

terhadap hutan hak.

(4) Pengamanan dan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) antara lain dalam bentuk perlindungan dari kebakaran, hama,

penyakit, dan pendudukan atas hutan hak (okupasi).

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

11

Bagian Ketiga

Larangan

Pasal 9

(1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan hutan hak yang berfungsi

konservasi, pemegang hak dilarang :

a. mengambil komoditas yang menjadi ciri khas tertentu dengan

fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya;

b. menggunakan peralatan mekanis dan alat berat;

c. menebang pohon;

d. membangun sarana dan prasarana permanen;

e. mengganggu fungsi konservasi;

f. mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas hutan hak yang

berfungsi konservasi; dan/atau

g. menambah jenis tumbuhan yang tidak asli.

(2) Dalam pelaksanaan pemanfaatan hutan hak yang berfungsi

lindung, pemegang hak dilarang :

a. menggunakan peralatan mekanis dan alat berat;

b. menebang pohon;

c. membangun sarana dan prasarana permanen;

d. mengganggu fungsi lindung;

e. mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas hutan hak yang

berfungsi lindung; dan/atau

f. mengubah bentang alam dan lingkungan.

BAB VI

PEMANFAATAN HUTAN HAK

Pasal 10

(1) Pemanfaatan hutan hak dilakukan oleh pemegang hak atas tanah

yang bersangkutan sesuai fungsinya.

(2) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi konservasi atau fungsi

lindung dapat dilakukan sepanjang tidak menggangu fungsinya.

(3) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi produksi dilaksanakan

dengan tetap menjaga kelestarian dan meningkatkan fungsi

pokoknya.

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

12

Pasal 11

Pemanfaatan hutan hak dapat berupa:

a. pemanfaatan lahan;

b. pemanfaatan hasil hutan kayu;

c. pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; dan

d. pemanfaatan jasa lingkungan.

Pasal 12

(1) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi konservasi dapat berupa:

a. pemungutan hasil hutan bukan kayu; dan

b. pemanfaatan jasa lingkungan.

(2) Kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain berupa :

a. mengambil rotan;

b. mengambil madu;

c. mengambil tanaman obat-obatan;

d. mengambil buah dan aneka hasil hutan lainnya; dan/atau

e. perburuan satwa liar yang tidak dilindungi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b antara lain berupa :

a. usaha wisata alam;

b. usaha olah raga tantangan;

c. usaha pemanfaatan air;

d. usaha perdagangan karbon; dan/atau

e. usaha penyelamatan hutan dan lingkungan

Pasal 13

(1) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi lindung dapat berupa:

a. pemanfaatan lahan;

b. pemungutan hasil hutan bukan kayu; dan

c. pemanfaatan jasa lingkungan.

(2) Kegiatan pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a dapat berupa :

a. pemanfaatan lahan di bawah tegakan;

b. usaha budidaya tanaman obat atau tanaman hias;

c. usaha budidaya jamur;

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

13

d. usaha budidaya perlebahan;

e. usaha budidaya sarang burung walet/sriti; dan/atau

f. usaha perbenihan tanaman hutan.

(3) Kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa :

a. mengambil rotan;

b. mengambil madu;

c. mengambil buah dan aneka hasil hutan lainnya; dan/atau

d. perburuan satwa liar yang tidak dilindungi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(4) Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c dapat berupa :

a. usaha wisata alam;

b. usaha olah raga tantangan;

c. usaha pemanfaatan air;

d. usaha perdagangan karbon; dan/atau

e. usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.

Pasal 14

(1) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi produksi dapat berupa:

a. pemanfaatan hasil hutan kayu;

b. pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; dan

c. pemanfaatan jasa lingkungan.

(2) Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a antara lain berupa :

a. usaha budidaya tanaman kayu-kayuan sejenis; dan/atau

b. usaha budidaya tanaman kayu-kayuan campuran berbagai jenis.

(3) Kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain berupa :

a. usaha budidadaya tanaman obat

b. usaha budidaya tanaman hias;

c. usaha budidaya tanaman pangan;

d. usaha budidaya tanaman penghasil buah, getah, dan minyak

atsiri;

e. usaha budidaya tanaman bambu dan rotan;

f. usaha budidaya jamur;

g. usaha budidaya perlebahan;

h. usaha budidaya sarang burung walet/ sriti;

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

14

i. usaha budidaya persuteraan alam;

j. usaha perbenihan tanaman hutan; dan/atau

k. usaha penangkaran satwa sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(4) Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c antara lain berupa :

a. usaha wisata alam;

b. usaha olah raga tantangan;

c. usaha perdagangan karbon;

d. usaha penyelamatan hutan dan lingkungan; dan/atau

e. usaha pemanfaatan air;

BAB VII

PERIJINAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

(1) Setiap orang atau badan usaha yang akan melakukan penebangan

pohon yang tumbuh pada hutan hak atau lahan masyarakat di luar

kawasan hutan negara, wajib meminta ijin.

(2) Pemegang Ijin Tebang yang melakukan penebangan pohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menanam kembali

minimal 2 (dua) kali lipat dari jumlah pohon yang ditebang.

Pasal 16

(1) Setiap orang atau koperasi yang mendirikan usaha/perluasan

IPHHK dengan kapasitas produksi sampai dengan 2000 m³, wajib

melaporkan dan meminta ijin kepada Bupati melalui Dinas.

(2) Ketentuan untuk IUIPHHK antara lain:

a. IUIPHHK dengan kapasitas produksi sampai dengan 2000 m³

per tahun hanya dapat diberikan kepada perorangan dan

koperasi yang menggunakan bahan baku berasal dari hutan

tanaman baik dari hutan Negara maupun hutan hak/hutan

rakyat.

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

15

b. Pemegang IUIPHHK sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib

mengajukan ijin perluasan apabila perluasan produksi melebihi

30 % (tiga puluh perseratus) dari kapasitas ijin produksi yang

diberikan.

c. Pemegang IUIPHHK sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat

melakukan perluasan produksi sampai dengan 30 % (tiga puluh

perseratus) dari kapasitas produksi yang diijinkan tanpa ijin

perluasan.

Pasal 17

(1) Setiap orang atau badan yang mendirikan usaha/perluasan

IPHHBK wajib melaporkan dan meminta ijin kepada Bupati melalui

Dinas.

(2) Ketentuan untuk IUIPHHBK antara lain:

a. IPHHBK skala kecil wajib memiliki TDI yang diperlakukan

sebagai IUIPHHBK;

b. setiap pendirian atau perluasan IPHHBK skala menengah dan

skala besar, wajib memiliki IUIPHHBK atau ijin perluasan;

c. TDI sebagaimana dimaksud pada huruf a hanya dapat diberikan

kepada Perorangan atau Koperasi;

d. IUIPHHBK sebagaimana dimaksud pada huruf b dapat diberikan

kepada Perorangan, Koperasi, BUMS, BUMD, dan BUMN;

e. pemegang IUIPHHBK dan TDI wajib mengajukan ijin perluasan

apabila perluasan produksi melebihi 30 %(tiga puluh perseratus)

dari kapasitas ijin produksi yang diberikan;dan

f. pemegang IUIPHHBK dan TDI dapat melakukan perluasan

produksi sampai dengan 30 % (tiga puluh perseratus) dari

kapasitas ijin produksi yang diberikan tanpa mengajukan ijin

perluasan, dengan ketentuan tidak menambah bahan baku dan

wajib menyampaikan laporan kepada Bupati melalui Dinas.

Pasal 18

Setiap orang atau badan usaha yang memelihara burung walet atau

sriti wajib melaporkan dan meminta ijin kepada Bupati melalui Dinas.

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

16

Pasal 19

Setiap orang atau badan usaha yang bergerak dalam pemanfaatan

jenis tumbuhan atau satwa liar yang tidak dilindungi Undang-Undang dan tidak terdaftar dalam Appendix CITES, wajib mengajukan ijin usaha kepada Bupati melalui Dinas.

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

permohonan ijin sebagaimana dimaksud pada Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua Masa Berlakunya Ijin

Pasal 21

(1) Masa berlakunya ijin tebang adalah 15 (lima belas) hari terhitung

sejak tanggal diterbitkannya ijin dimaksud dan dapat diperpanjang apabila diperlukan.

(2) Ijin Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 16, Pasal 17,

Pasal 18 dan Pasal 19 berlaku selama usaha/industri yang bersangkutan beroperasi.

(3) Beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila usaha/industri berproduksi secara kontinyu, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)

tahun. (4) Apabila usaha/industri tidak beroperasi selama 1 tahun dikenakan

sanksi pencabutan ijin usaha industrinya.

Bagian Ketiga

Perubahan Komposisi Jenis Produksi, Penurunan Kapasitas Produksi dan Peremajaan Mesin

Pasal 22

(1) Perubahan komposisi jenis produksi dan/atau kapasitas ijin produksi tanpa menambah kebutuhan bahan baku dan jumlah total

kapasitas ijin produksi dapat dilakukan oleh pemegang Ijin Usaha Industri (IUI) dengan mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Dinas untuk IUIPHHK dengan kapasitas produksi sampai

dengan 2000 m³ per tahun.

Page 17: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

17

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 23

(1) Penurunan kapasitas ijin produksi dapat dilakukan berdasarkan:

a. usulan pemegang ijin usaha industri; atau

b. hasil evaluasi.

(2) Dalam hal pemegang ijin usaha industri melakukan penurunan

kapasitas ijin produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib

mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Dinas.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

penurunan kapasitas ijin produksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 24

(1) Peremajaan mesin (reengineering) dapat dilakukan dengan :

a. penggantian mesin-mesin yang rusak/tua dan tidak efisien untuk

tujuan peningkatan efisiensi dan produktivitas industri;

b. penggantian atau penambahan mesin untuk tujuan diversifikasi

bahan baku industri; atau

c. penggantian atau penambahan mesin untuk tujuan pengurangan

atau pemanfaatan limbah/sisa produksi.

(2) Pemegang ijin usaha industri yang melakukan peremajaan mesin

produksi utama wajib mengajukan permohonan kepada Bupati

melalui Dinas untuk IUIPHHK kapasitas produksi sampai dengan

2000 m³ per tahun.

(3) Mesin produksi utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah

mesin-mesin produksi pada jenis industri tertentu yang berpengaruh

langsung terhadap kapasitas produksi, yaitu:

a. pada industri penggergajian kayu : breakdown saw, band saw;

b. pada industri veneer : rotary lathe, slicer;

c. pada industri kayu lapis (plywood) dan Laminated Veneer

Lumber : rotary lathe, slicer, hot press; dan

d. pada industri serpih kayu (wood chip) : chipper.

Page 18: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

18

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

permohonan peremajaan mesin sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Hak, Kewajiban, dan Larangan Pemegang Ijin Usaha Industri

Pasal 25

Setiap Pemegang IUIPHHK dan IUIPHHBK memiliki hak untuk :

a. memperoleh kepastian dalam menjalankan usahanya; dan

b. mendapatkan pelayanan yang baik dari Pemerintah Daerah dalam

pengurusan ijin.

Pasal 26

Pemegang IUIPHHK dan IUIPHHBK, wajib :

a. menjalankan usaha industri sesuai dengan ijin yang dimiliki;

b. mengajukan ijin perluasan, apabila melakukan perluasan produksi

melebihi 30 % (tiga puluh perseratus) dari kapasitas produksi yang

diijinkan;

c. menyusun dan menyampaikan Rencana Pemenuhan Bahan Baku

Industri (RPBBI) setiap tahun;

d. menyusun dan menyampaikan laporan bulanan realisasi

pemenuhan dan penggunaan bahan baku serta produksi;

e. membuat atau menyampaikan Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB)

atau Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu (LMHHBK);

f. membuat dan menyampaikan Laporan Mutasi Hasil Hutan Olahan

(LMHHO);

g. melakukan kegiatan usaha industri sesuai dengan yang ditetapkan

dalam ijin; dan

h. melaporkan secara berkala kegiatan dan hasil industrinya kepada

Bupati melalui Dinas.

Pasal 27

Pemegang IUIPHHK dan IUIPHHBK dilarang :

a. memperluas usaha industri tanpa ijin;

b. memindahkan lokasi usaha industri tanpa ijin;

Page 19: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

19

c. melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan

kerusakan terhadap lingkungan hidup yang melampaui batas baku

mutu lingkungan;

d. menadah, menampung, atau mengolah bahan baku hasil hutan

yang berasal dari sumber bahan baku yang tidak sah (illegal);

dan/atau

e. melakukan kegiatan industri yang tidak sesuai dengan ijin yang

diberikan.

Bagian Kelima

Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB)

Pasal 28

(1) Setiap permohonan ijin usaha dan permohonan ijin perluasan

industri primer hasil hutan wajib menyampaikan Jaminan Pasokan

Bahan Baku (JPBB).

(2) Sumber bahan baku industri primer hasil hutan dapat berasal dari

hutan tanaman, baik dari hutan negara maupun hutan hak.

Pasal 29

(1) Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB) kayu yang berasal dari

hutan negara berupa kontrak kerjasama suplai/jual beli bahan baku

dengan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang

diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi asal bahan baku.

(2) Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dilengkapi/dilampiri dengan dokumen Pemegang Ijin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Rencana Kerja Tahunan

(RKT).

(3) Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB) kayu yang berasal dari

hutan hak, baik yang berasal dari dalam maupun luar kabupaten,

berupa kontrak kerjasama suplai/jual beli bahan baku dengan

pemasok/pemilik yang diketahui oleh Kepala Instansi Kabupaten

yang membidangi Kehutanan dimana bahan baku berada.

(4) JPBB sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilengkapi dengan

rencana pengadaan bibit, penanaman di lahan sendiri atau

kerjasama penanaman di lahan masyarakat.

Page 20: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

20

(5) Dalam hal jangka waktu kontrak telah habis masa berlakunya,

pemegang ijin usaha industri wajib membuat kontrak

baru/perpanjangan dan menyampaikan kepada Bupati melalui

Dinas.

Pasal 30

(1) Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB) untuk hasil hutan bukan

kayu berupa kontrak kerjasama suplai/jual beli hasil hutan bukan

kayu dengan pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan

kayu atau ijin pemungutan hasil hutan kayu, atau ijin pemanfaatan

hutan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(2) Jaminan Pasokan Bahan Baku (JPBB) untuk hasil hutan bukan

kayu yang berasal dari hutan hak/hutan rakyat atau kebun rakyat

berupa kontrak kerjasama suplai/jual beli bahan baku dengan

pemasok/pemilik.

(3) Kontrak kerjasama suplai/jual beli hasil hutan bukan kayu

sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) diketahui oleh

Kepala Instansi Kabupaten yang membidangi Kehutanan asal

bahan baku.

Bagian Keenam

Perubahan dan Penggantian Nama Pemegang Ijin

Pasal 31

(1) Nama pemegang ijin dalam ijin usaha industri dapat diubah atau

diganti dengan dua sebab :

a. perubahan nama tanpa mengubah badan hukum pemegang

ijin; atau

b. penggantian nama dengan mengubah/ganti badan hukum

pemegang ijin.

(2) Pemegang ijin usaha industri yang melakukan perubahan atau

penggantian nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengajukan permohonan perubahan nama yang tercantum dalam

ijin usaha industri kepada Bupati melalui Dinas.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

permohonan perubahan atau penggantian nnama sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 21: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

21

BAB VIII

PENGANGKUTAN HASIL HUTAN

Pasal 32

(1) Hasil hutan berupa kayu (baik kayu bulat maupun kayu olahan)

dan/atau bukan kayu (rotan dan gaharu) yang berasal dari hutan

hak atau lahan masyarakat yang akan diangkut dari lokasi ke

tempat lain, wajib disertai dengan dokumen angkutan yang sah.

(2) Setiap orang atau badan usaha yang akan mengangkut hasil hutan

kayu dari hasil pendem, hasil lelang, dan hasil bongkaran rumah

wajib disertai dengan dokumen angkutan yang sah, sesuai jenis

kayu yang akan diangkut.

(3) Dokumen yang termasuk surat keterangan sahnya hasil hutan

hak/rakyat yang digunakan dalam pengangkutan hasil hutan adalah

sebagai berikut :

a. Surat Keterangan Sah Kayu Bulat cap Kayu Rakyat (SKSKB-

KR);

b. Surat Keterangan Asal-Usul (SKAU);

c. Surat Angkutan Kayu Hasil Bongkaran Rumah (SAKBR);

d. Surat Angkutan Kayu Hasil Lelang (SAL);

e. Nota atau Kuitansi penjualan atas nama pemilik hasil hutan dan

bermaterai cukup; atau

f. Faktur Angkutan Kayu Olahan (FA-KO) atas nama Industri

Pengolahan Kayu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan jenis dokumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan

Bupati.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 33

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap

pemanfaatan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan

Page 22: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

22

(2) Pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) secara teknis dan operasional dilakukan oleh Kepala Dinas.

Bagian Kedua

Pembinaan

Pasal 34

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi

pemberian:

a. bimbingan;

b. pelatihan; dan/atau

c. supervisi.

Bagian Ketiga

Pengendalian

Pasal 35

Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi

kegiatan:

a. monitoring;

b. evaluasi; dan

c. tindak lanjut.

BAB X

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 36

(1) Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan hutan hak diarahkan

dan digerakkan oleh Pemerintah Daerah melalui berbagai kegiatan

yang berdaya guna dan berhasil guna.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kegiatan:

a. penatausahaan hasil hutan pada wilayah pengelolaannya;

b. pemberdayaan kelembagaan masyarakat di sekitar hutan;

c. mitra pelaksana kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat;

d. perlindungan dan pengamanan hasil hutan; dan

e. rehabilitasi hutan dan lahan di luar kawasan hutan.

Page 23: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

23

(3) Dalam mengembangkan peran serta masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah Daerah menumbuhkan dan

meningkatkan kesadaran tentang rehabilitasi hutan dan lahan

miliknya melalui pendidikan dan penyuluhan serta pemberian

insentif dalam bentuk bantuan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan

lahan.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 37

(1) Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan di luar pelanggaran

pidana, akan dikenakan sanksi administratif.

(2) Pemberian sanksi dan tata cara pengenaan sanksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberlakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 38

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di bidang tata usaha hasil hutan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara

Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan

atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang tata

usaha hasil hutan agar keterangan dan laporan tersebut menjadi

lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai

orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang

dilakukan sehubungan tindak pidana di bidang tata usaha hasil

hutan;

Page 24: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

24

c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang tata usaha

hasil hutan;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang tata usaha hasil

hutan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti

pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli di bidang tata usaha hasil hutan;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaaan sedang

berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen

yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana tata

usaha hasil hutan ;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana di bidang tata usaha hasil hutan menurut hukum

yang bisa dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 39

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 9 dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling

banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

Page 25: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

25

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah

Nomor 10 Tahun 2003 tentang Tata Usaha Hasil Hutan dan Retribusi

Izin Pengelolaan Hasil Hutan (Lembaran Daerah Kabupaten Magetan

Tahun 2003 Nomor 53) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Magetan.

Ditetapkan di Magetan pada tanggal 11 November 2010

BUPATI MAGETAN

TTD

SUMANTRI

Diundangkan di Magetan

pada tanggal 5 Mei 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAGETAN

TTD

ABDUL AZIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011 NOMOR 6

Page 26: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

26

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

PEMANFAATAN HUTAN HAK DAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN

I. UMUM

Keberadaan sumberdaya hutan memiliki potensi untuk meningkatkan daya

dukung dan memberi manfaat bagi pembangunan dan kesejahteraan daerah

apabila dikelola secara optimal sesuai peraturan perundang-undangan.

Pemanfaatan hutan hak bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal

dari hutan hak dengan tidak mengurangi fungsinya, sehingga daya dukung,

produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan

tetap terjaga.

Pemanfaatan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan melalui perijinan

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas

kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu atau bukan kayu dan pemanfaatan jasa

lingkungan guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian hutan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan daya saing usaha serta membuka

lapangan kerja bagi masyarakat.

Dalam rangka penyelenggaraan urusan dan kewenangan mengenai

pengelolaan hutan dan pemanfaatan hasil hutan, sebagai dasar pijakan

penyelenggaraan dipandang perlu untuk mengatur pemanfaatan hutan hak dan

penatausahaan hasil hutan dalam suatu Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Page 27: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

27

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pemanfaatan hutan hak adalah pemanfaan hutan

yang bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi pemegang

hak dengan tidak mengurangi fungsinya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 11

Pemanfaatan hasil hutan kayu meliputi penyiapan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan atau penebangan,

pengolahan, dan pemasaran.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu meliputi penyiapan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan atau penebangan,

pengolahan, dan pemasaran.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Dokumen Ijin Tebang adalah bukti kepemilikan

yang sah hasil hutan Kayu Rakyat.

Yang dimaksud dengan lahan masyarakat di luar kawasan hutan negara

meliputi:

a. lahan milik desa;

b. lahan milik Pemerintah; dan

Page 28: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

28

c. lahan lain-lain (sekitar jalan, sungai, waduk, dan sebagainya) yang

bukan merupakan hak perorangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Yang dimaksud dengan ijin adalah ijin pengelolaan tempat usaha/pemeliharaan

sarang burung walet dan atau burung sriti.

Pasal 19

Yang dimaksud dengan tumbuhan dan satwa liar adalah tumbuhan dan satwa

liar yang keberadaannya dianggap semakin langka dan/atau merupakan

tumbuhan dan satwa yang menjadi maskot/yang diunggulkan daerah.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Page 29: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

29

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan Jenis-jenis dokumen angkutan untuk kayu

bulat/olahan rakyat dan hasil hutan bukan kayu merupakan surat

keterangan sahnya hasil hutan yang berfungsi sebagai bukti legalitas dalam

pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil hutan yang asal usulnya

berasal dari hutan hak/rakyat.

SKAU diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SKAU di desa/kelurahan yang

bersangkutan tempat hasil hutan tersebut diangkut.

SKSKB Cap KR diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SKSKB.

Nota atau Kuitansi penjualan dari Penjual.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Pemberian bimbingan ditujukan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja.

Pemberian pelatihan ditujukan terhadap sumberdaya aparatur.

Supervisi ditujukan terhadap pelaksanaan kegiatan penatausahaan hasil hutan.

Pasal 35

Yang dimaksud dengan monitoring adalah kegiatan untuk memperoleh data

dan informasi serta pelaksanaan penatausahaan hasil hutan.

Yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai keberhasilan

pelaksanaan penatausahaan hasil hutan terkait dengan pelayanan publik.

Yang dimaksud dengan tindak lanjut merupakan tindak lanjut hasil monitoring

dan evaluasi guna penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan penatausahaan

hasil hutan.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Page 30: PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/KabupatenMagetan-2010-4.p… · 1 pemerintah kabupaten magetan peraturan daerah kabupaten

30

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5