“analisis efektivitas siklus perkreditan bank...
TRANSCRIPT
ANALISIS EFEKTIVITAS SIKLUS PERKREDITAN BANK BUMN TERHADAP
KINERJA MANAJEMEN PERBANKAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yusar Sagara NIM : 104082002636
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS EFEKTIVITAS SIKLUS PERKREDITAN BANK BUMN
TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PERBANKAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yusar Sagara NIM: 104082002636
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II DR.Yahya Hamja,MM. Rini, SE.,M Si.,Ak. NIP: 130 676 334 NIP: 150 370 231
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
Pada Hari Selasa Tanggal 8 Bulan Januari Tahun 2008 telah dilakukan Ujian Komperhensif atas nama Yusar Sagara NIM: 104082002636 dengan judul skripsi “ANALISIS EFEKTIVITAS SIKLUS PERKREDITAN BANK BUMN TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PERBANKAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 8 Januari 2008
Tim Penguji Komperhensif
Ketua Sekretaris Amilin, SE., M Si., Ak. Rini, SE., M Si., Ak. NIP: 150 370 232 NIP: 150 370 231 Penguji Ahli Prof. DR. Abdul Hamid, MS. NIP: 131 474 891
Pada Hari Jum’at Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun 2008 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Yusar Sagara NIM :104082002636 dengan judul skripsi “ANALISIS EFEKTIVITAS SIKLUS PERKREDITAN BANK BUMN TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PERBANKAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 20 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I Penguji II DR. Yahya Hamja,MM. Rini, SE.,M Si.,Ak. NIP: 130 676 334 NIP: 150 370 231 Penguji Ahli
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak.,MBA. NIP: 132 044 055
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama : Yusar Sagara
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 9 Mei 1986
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan Sawo II Bawah No.2 Rt.008/02 Cipete Utara
Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12150.
Telepon/HP : 081 31 7574 544/ (021) 72792481
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun Universitas
2004-2008 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN INFORMAL
Tahun Institusi
Jan-Juli 2008 Brevet Pajak A B PPA & K STAN Jakarta Agst-Des 2008 Akuntansi Terapan STAN Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun Organisasi
2005-2006 Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Akuntansi
2006-2007 Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Akuntansi
MAGANG
Tahun Lembaga 2007 Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSEM) Biro
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Bank Indonesia
ABSTRACT
Yusar Sagara, The Script Title is " Analysis The Effectivity of Credit Cycle In Banking Performance at BUMN’S Bank. Strata One (S1). Concentration at Management Accounting of Accounting Departement in Social and Economic Faculty State Islamic University Syarif Hidayatullah. Jakarta 1429 M/ 2008 H. The purpose of this research is to analyze the effectiveness of credit cycle performance in management banking perspective that influence on management banking performance in giving credit to debtor. This research using qualitative descriptive method with " Importance and performance analysis" which is the level of performance and importance, that result the data in cartesius diagram about the factor of influence management banking performance. The data that reached with the way of cuesioner spreading to BUMN’S Banking (Mandiri Bank, BRI, BNI46, BTN), the sample is Account Officer (AO) in branch office at the four of that Bank The result showing the answer with the appropriation level according to performance with the importance equal to 91,50%. It’s means the entire of process in credit cycle raised by debitor candidate is very effective as according to the expectation of management banking. The credit cycle already walk according to the role that banking management have been decided that is equal to 80,27 account officer express it’s already effective. Keyword: Performance of Credit Cycle, Banking Management, Account Officer
ABSTRAK
Yusar Sagara, Judul Skripsi “Analisis Efektivitas Siklus Perkreditan Dalam Kinerja Perbankan Pada Bank BUMN. Strata Satu (S1). Jurusan Akuntansi Konsentrasi Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1429 M/ 2008 H. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektivitas kinerja siklus perkreditan dari perspektif manajemen perbankan yang mempengaruhi kinerja manajemen perbankan dalam memberikan kredit kepada debitor. Penelitian ini menggunakan deskriftif kualitatif dengan “Importance and performance analysis” yaitu tingkat kepentingan dan kinerja, yang menghasilkan data dalam diagram kartesius tentang factor yang mempengaruhi kinerja manajemen perbankan. Data diperoleh dengan menyebarkan kuisioner pada Bank BUMN (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia 46, Bank Tabungan Negara), yang menjadi sampel adalah Account Officer yang ada pada kantor cabang dari ke empat bank BUMN tersebut. Hasil jawaban menunjukan jawaban dengan tingkat kesesuaian antara kinerja dengan kepentingan sebesar 91,50%. Hal ini berarti seluruh proses dalam siklus perkreditan yang diajukan oleh calon debitur sangat efektif sesuai dengan harapan pihak manajemen perbankan. Siklus perkreditan telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen perbankan yaitu sebesar 80,27 account officer menyatakan telah efektif. Kata Kunci: Kinerja Siklus Perkreditan, Manajemen Perbankan, Account Officer
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
kasih, sayang dan rasa sabar yang selalu menjadi pengantar penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam penulis senantyasa curahkan pada kecintaan seluruh alam
semesta Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga nya yang telah menuntun umat-nya
menempuh jalan yang ridho dan diridhoi Allah SWT.
Rentang waktu yang panjang dalam pengumpulan data skripsi ini, pembaca yang arif
akan menemukan berbagai keterbatasan dalam cara penyampaian gagasan yang penulis
wujudkan dalam bentuk tulisan ini. Penulis tidak ingin membela diri tetapi ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam memandang suatu
permasalahan. Oleh karena itu selama saran dan kritik yang disampaikan pembaca kepada
penulis baik serta dapat membangun penelitian pada waktu yang akan datang maka penulis
akan sangat berterima kasih.
Menulis skripsi ini tidak mudah karena penulis menghabiskan waktu yang banyak
dalam pengumpulan data, disamping itu mendatangkan sejumlah tekanan emosional.
Alhamdulillah Robill’Aalamiin berkat kesabaran dan petunjuk yang Allah SWT berikan
kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Analisis Efektivitas Siklus Perkreditan Bank
BUMN Terhadap Kinerja Manajemen Perbankan” dapat penulis selesaikan dengan baik,
disamping itu telah banyak pihak yang membantu penulis dalam pengembaraan di kebun
dunia ini, untuk itu penulis sampaikan apresiasi yang tak terbatas khusus nya kepada:
1. Untuk ayah saya-kami memanggilnya Abah-E.Yusuf Al-Buchori dan perempuan
yang sangat berpengaruh dalam hidup-ku ibu dari ibuku Anna dan Bunda Yuke
Yuwanna. Rabbighfirli wa li walidayya warhamhuma ka ma rabbayani shaghira.
2. Pembimbing I Bapak DR.Yahya Hamja,MM. yang telah memberikan waktu, tenaga,
dan gagasan nya kepada penulis sekaligus menjadi efifani terbesar dalam hidup
penulis.
3. Pembimbing II Ibu Rini,Ak.,M.Si. yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Drs.M.Faisal Badroen,MBA, Pudek I
Prof.DR.Abdul Hamid,MS, Pudek II DR.Zurinal dan Pudek III Suhenda
Wiranata,ME.
5. Ketua Prodi Akuntansi Bapak Abdul Hamid Cebba,Ak.MBA & Sekretaris Prodi
Akuntansi Bapak Amilin,Ak.M.Si terima kasih untuk tauladan nya.
6. Tim Penguji Ujian Komperhensif: Prof.Abdul Hamid, Bapak Amilin, dan Ibu Rini.
7. Tim Penguji Ujian Skripsi: Bapak Hamid Cebba, Bapak Yahya, dan Ibu Rini.
8. Ibu Ratna Mappanyukki,Ak.M.Si, yang telah memberikan penelitiannya. Skripsi ini
juga sekaligus sebagai ucapan terimakasih disusul permohonan maaf karena penulis
memutuskan melanjutkan ide awal penulis.
9. Ibu Murdiyah Hayati.M.Kom yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan
skripsi ini.
10. Seluruh Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dan
menjadi motivator penulis dalam memandang suatu fenomena dan memberikan solusi
atas berbagai permasalahan yang penulis hadapi.
11. Seluruh Civitas dan Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Bapak Edwin selaku staf Learning Center kantor pusat Bank Mandiri.
13. Ibu Lili selaku staf LPM BNI46.
14. Bapak Binsar Siregar selaku staf divisi SDM kantor pusat Bank BTN.
15. Bapak Cucu selaku staf Sekretariat Perusahaan kantor pusat Bank BRI.
16. Orang yang berpengaruh besar dalam pemikiran saya Kang Jalal, DR.Haidar Bagir,
DR.Dimitri Mahayana.
17. Sahabat-sahabatku Akuntansi A angkatan 2004 & BEM Jurusan Akuntansi.
Bagi Anda, para pembaca yang budiman, saya hanya minta Anda memaafkan
kekurangan-kekurangan yang tentu tidak sedikit dan selanjutnya melayangkan saran dan
kritik sebagai bahan untuk memperbaikinya. Dan untuk itu semua, saya sampaikan tak
terhingga terima kasih.
Jakarta, Juli 2008
Yusar Sagara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRRIPSI ............................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPERHENSIF .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iv
ABSTRACT...................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ............................................................................................. Bank dan
Ruang Lingkupnya..................................................................... 10
1. Pengertian Bank ...................................................................... 10
2. Fungsi dan Tujuan Bank ......................................................... 11
3. Jenis dan Aktivitas Bank......................................................... 14
B. ............................................................................................. Kredit
.................................................................................................... 17
1. Pengertian Kredit .................................................................... 17
2. Unsur-unsur Kredit ................................................................. 18
3. Tujuan Kredit .......................................................................... 19
4. Standarisasi Kredit .................................................................. 20
C. ............................................................................................. Siklus
Perkreditan ................................................................................. 24
1. Permohonan Kredit ................................................................. 24
2. Analisis Kredit ........................................................................ 25
3. Jenis dan Aktivitas Bank......................................................... 25
4. Perjanjian Kredit ..................................................................... 26
5. Pencairan Kredit...................................................................... 28
6. Pengawasan Kredit.................................................................. 28
7. Peluanasan, Tambahan dan Kredit Bermasalah...................... 30
D. ............................................................................................. Efektivitas
.................................................................................................... 34
1. Pengertian Efektivitas ............................................................. 34
2. Pengukuran Efektivitas ........................................................... 36
E............................................................................................... Kerangka
Pemikiran ................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. ............................................................................................. Ruang Lingkup
Penelitian....................................................................................... 39
B. ............................................................................................. Metode
Pemilihan Sampel ......................................................................... 40
C. ............................................................................................. Metode
Pengumpulan Data ........................................................................ 40
D. ............................................................................................. Metode
Analisis dan Pengolahan Data ...................................................... 41
1. Metode Analisis ...................................................................... 41
2. Teknik Pengolahan Data Penelitian ........................................ 41
E............................................................................................... Analisis Data
Hasil Penelitian ............................................................................. 43
F. .............................................................................................. Variabel dan
Pengukurannya.............................................................................. 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif ........................................................................ 49
B. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 51
1. Uji Validitas Data ................................................................... 51
2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 53
3. Importance and Performance Scale ........................................ 54
4. Diagram Kartesius .................................................................. 85
C. Penilaian Efektivitas Kinerja ........................................................ 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 95
B. Implikasi ....................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 99
LAMPIRAN...................................................................................................... 101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Perkreditan ...................................................................... 24
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran................................................................... 38
Gambar 3.1 Diagram Kartesius ..................................................................... 45
Gambar 4.1 Tingkat Efektivitas..................................................................... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Korelasi ................................................................................ 43
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 47
Tabel 3.3 Pengukuran Tingkat Pelaksanaan Siklus Perkreditan........................ 48
Tabel 3.4 Pengukuran Tingkat Kepentingan Siklus Perkreditan ....................... 48
Tabel 4.1 Sampel Dan Lokasi Penelitian........................................................... 49
Tabel 4.2 Sampel Dan Tingkat Pengembalian................................................... 49
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Identitas Responden............................................ 50
Tabel 4.4 Uji Validitas Instrumen Efektivitas Kinerja Siklus Perkreditan........ 51
Tabel 4.5 Uji Validitas Instrumen Kepentingan Manajemen ............................ 52
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Data........................................................................... 53
Tabel 4.7 Tingkat Kinerja Penggunaan Formulir Permohonan Kredit.............. 56
Tabel 4.8 Tingkat Kepentingan Penggunaan Formulir Permohonan Kredit ..... 56
Tabel 4.9 Tingkat Kesesuaian............................................................................ 56
Tabel 4.10 Tingkat Kinerja On The Spot Inspection ......................................... 58
Tabel 4.11 Tingkat Kepentingan On The Spot Inspection ................................. 58
Tabel 4.12 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 58
Tabel 4.13 Tingkat Kinerja Analisis 6C ............................................................ 61
Tabel 4.14 Tingkat Kepentingan Analisis 6C.................................................... 61
Tabel 4.15 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 61
Tabel 4.16 Tingkat Kinerja Analisis 6A............................................................ 63
Tabel 4.17 Tingkat Kepentingan Analisis 6A.................................................... 63
Tabel 4.18 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 64
Tabel 4.19 Tingkat Kinerja Aturan Perkreditan ................................................ 65
Tabel 4.20 Tingkat Kepentingan Aturan Perkreditan ........................................ 65
Tabel 4.21 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 65
Tabel 4.22 Tingkat Kinerja Pengajuan Kredit ................................................... 66
Tabel 4.23 Tingkat Kepentingan Pengajuan Kredit........................................... 66
Tabel 4.24 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 66
Tabel 4.25 Tingkat Kinerja Kualitas Kredit ...................................................... 68
Tabel 4.26 Tingkat Kepentingan Kualitas Kredit .............................................. 68
Tabel 4.27 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 68
Tabel 4.28 Tingkat Kinerja Sumber Pembayaran.............................................. 69
Tabel 4.29 Tingkat Kepentingan Sumber Pembayaran ..................................... 69
Tabel 4.30 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 70
Tabel 4.31 Tingkat Kinerja Profil Risiko Kreditor............................................ 70
Tabel 4.32 Tingkat Kepentingan Profil Risiko Kreditor ................................... 70
Tabel 4.33 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 71
Tabel 4.34 Tingkat Kinerja Kemampuan Membayar Kreditor.......................... 71
Tabel 4.35 Tingkat Kepentingan Kemampuan Membayar Kreditor ................. 71
Tabel 4.36 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 72
Tabel 4.37 Tingkat Kinerja Laporan Arus Kas Kreditor ................................... 72
Tabel 4.38 Tingkat Kepentingan Laporan Arus Kas Kreditor........................... 72
Tabel 4.39 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 73
Tabel 4.40 Tingkat Kinerja Kemampuan Bisnis Kreditor ................................. 73
Tabel 4.41 Tingkat Kepentingan Kemampuan Bisnis Kreditor......................... 73
Tabel 4.42 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 74
Tabel 4.43 Tingkat Kinerja Prosedur Keputusan Kredit ................................... 75
Tabel 4.44 Tingkat Kepentingan Prosedur Keputusan Kredit ........................... 75
Tabel 4.45 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 75
Tabel 4.46 Tingkat Kinerja Analisa Kredit Oleh Account Officer.................... 76
Tabel 4.47 Tingkat Kepentingan Analisa Kredit Oleh Account Officer ........... 76
Tabel 4.48 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 76
Tabel 4.49 Tingkat Kinerja Laporan Analisa Kredit ......................................... 77
Tabel 4.50 Tingkat Kepentingan Laporan Analisa Kredit................................. 77
Tabel 4.51 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 78
Tabel 4.52 Tingkat Kinerja Penggunaan Laporan Analisa Kredit..................... 78
Tabel 4.53 Tingkat Kepentingan Penggunaan Laporan Analisa Kredit ............ 78
Tabel 4.54 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 78
Tabel 4.55 Tingkat Kinerja Hubungan Karyawan Dengan Manajer ................. 79
Tabel 4.56 Tingkat Kepentingan Hubungan Karyawan Dengan Manajer......... 79
Tabel 4.57 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 79
Tabel 4.58 Tingkat Kinerja Prosedur Perkreditan ............................................. 80
Tabel 4.59 Tingkat Kepentingan Prosedur Perkreditan..................................... 80
Tabel 4.60 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 80
Tabel 4.61 Tingkat Kinerja Formulir Dalam Pengukuran Kinerja .................... 81
Tabel 4.62 Tingkat Kepentingan Formulir Dalam Pengukuran Kinerja............ 81
Tabel 4.63 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 81
Tabel 4.64 Tingkat Kinerja Penggunaan Dukumen........................................... 82
Tabel 4.65 Tingkat Kepentingan Penggunaan Dokumen .................................. 82
Tabel 4.66 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 83
Tabel 4.67 Tingkat Kinerja Prosedur Pemutusan Kredit ................................... 83
Tabel 4.68 Tingkat Kepentingan Prosedur Pemutusan Kredit........................... 83
Tabel 4.69 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 83
Tabel 4.70 Tingkat Kinerja Mekanisme Pencairan Kredit ................................ 84
Tabel 4.71 Tingkat Kepentingan Mekanisme Pencairan Kredit ........................ 84
Tabel 4.72 Tingkat Kesesuaian.......................................................................... 84
Tabel 4.73 Tingkat Efektivitas........................................................................... 91
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Efektivitas Siklus Perkreditan
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kepentingan Account Officer
3. Tingkat Efektivitas Kinerja Siklus Perkreditan
4. Tingkat Kepentingan Account Officer
5. Tingkat Kesesuaian Kinerja dan Kepentingan
6. Kuisioner Penelitian Ilmiah
7. Rekapitulasi Penilaian Efektivitas Kinerja Siklus Perkreditan
8. Rekapitulasi Penilaian Kepentingan Account Officer
9. Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas
10. Surat Keterangan Riset
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan kredit bagi sebuah perusahaan adalah suatu hal yang penting untuk
dilakukan agar kreditnya berjalan dengan baik dan meminimalkan hal-hal yang mungkin
terjadi diluar perhitungan. Melakukan pengelolaan kredit berarti melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen, dimana dalam mengelola atau mengatur kreditnya perlu dilakukan
perencanaan yang matang. Kemudian setelah direncanakan maka diorganisasikan, agar
perencanaan tersebut lebih terarah. Terakhir perlu dikendalikan dan dilakukan
pengawasan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
pengelolaan kredit dapat meningkatkan profit/keuntungan bagi sebuah perusahaan.
Memperoleh keuntungan/profit merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha,
baik badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT), yayasan maupun badan usaha
yang lainnya.
Setiap perusahaan memiliki ciri dan karakteristik tersendiri sehingga dalam
pengelolaannya pun harus disesuaikan dengan ciri dan karakteristik perusahaan tersebut.
Salah satu ciri/karakteristik yang sangat berbeda adalah antara perusahaan yang menjual
produk yang berbentuk barang dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk
jasa. Salah satu perusahaan yang menjual jasa adalah perusahan yang bergerak dalam
bidang perbankan. yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Masalah pokok yang paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak
dalam bidang usaha tidak terlepas dari kebutuhan akan modal. Yang diperlukan baik
untuk modal investasi atau modal kerja. Di sini bank sebagai lembaga keuangan
mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping
usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh
pemiliknya. Jadi fungsi utama bank merupakan perantara diantara masyarakat yang
membutuhkan dana (lack of funds) dengan masyarakat yang kelebihan dana (surplus of
funds).
Oleh karena fungsi utama bank sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana
dengan masyarakat kekurangan dana, maka salah satu fungsi yang dilaksanakan bank
adalah fungsi pada sektor perkreditan, atau penyaluran dana. Sehingga secara otomatis
salah satu pendapatan bank yang terbesar diperoleh dari sektor perkreditan. Semakin
tinggi volume perkreditannya, maka semakin besar pula kemungkinan suatu bank untuk
memperoleh laba/profit. Oleh karena tujuan utama didirikannya suatu bank adalah untuk
pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu dilakukan pengelolaan perbankan
secara profesional terutama dalam sektor perkreditannya. Sejauh dapat meningkatkan
likuiditas dan profitabilitas bank, sebagai dampak kinerjanya.
Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan
kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan
kredit yang macet (Kasmir, 2002: 71-72). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal
yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas
sektor perkreditannya dengan kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah
manajemen piutang pada perusahaan umum. Perbankan merupakan sebuah perusahaan
yang mengkonsentrasikan pada pengoptimalan manajemen utang dan manajemen piutang
sehingga memiliki revenue dan profitnya didapat dari selisih pendapatan atas piutang
ditambah bunga dengan kewajiban ditambah bunga, sehingga merupakan suatu ketetapan
bahwa bunga atas piutang selalu lebih tinggi dari bunga atas utang.
Selain merupakan usaha pokok bank sebagai perantara antara surplus spending unit
dengan defisit spending unit, menurut Kasmir (1998:79-80), penyaluran kredit
mempunyai tujuan yaitu:
1. Mencari keuntungan/profit.
2. Membantu usaha nasabah.
3. Membantu pemerintah.
Disamping tujuan tersebut, kredit perbankan mempunyai fungsi dalam kehidupan
perekonomian dan perdagangan (Simorangkir, 2000:102-103), antara lain:
1. Meningkatkan daya guna uang.
2. Meningkatkan peredaran lalu lintas uang.
3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
4. Merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi.
5. Meningkatkan kegairahan berusaha.
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
7. Merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Agar kredit yang diberikan oleh bank dapat mencapai hasil dan sasaran yang
diinginkan, perlu diadakan pengelolaan yang baik terhadap kreditnya. Dari semua fungsi
manajemen dalam perbankan, fungsi yang dilakukan sepenuhnya adalah pengendalian
(pengawasan). bahwa peranan yang dijalankan oleh bank umum dalam masyarakat kita.
Bank lebih dari industri lain, sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat luas. Bank
menyimpan uang yang banyak dan diatur dengan cermat oleh instansi pengawasan bank
yang memiliki berbagai peraturan dan ketentuan. Standar dan ketetapan yang tinggi
diharapkan dari bank umum.
Menurut Veithzal Rivai, (2006:14), kehancuran bisnis bank, terutama dalam hal
perkreditan, tampaknya bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis moneter sebab bila
ditengok ke belakang, banyak juga dikarenakan ulah nasabah serta account officer yang
belum matang sebagai pemutus kredit telah diberi tanggung jawab mengelola kredit
sehingga cukup banyak kegagalan kredit nasabah yang juga diakibatkan ketidaktajaman
analisis account officer. Account officer tidak melakukan pengawasan secara berkala serta
lemahnya pengawasan kredit, setelah nasabah mendapat fasilitas baik pengawasan
langsung maupun pengawasan secara administrasi.
Dalam hal ini resiko yang dihadapi bisnis bank dapat terpuruk sebagai akibat
diabaikannya prinsip kehati-hatian berlombanya masing-masing bank merebut nasabah,
serta rendahnya kualitas account officer yang dibuktikan dengan rendahnya kemampuan
melihat kondisi ekonomi dan usaha ke depan; kurang atau belum memiliki prosedur-
prosedur baku untuk mengelola kredit dengan baik; belum berfungsinya secara baik
monitor dan pengawasan (termasuk pengawasan melekat); selain belum tersedianya
secara memadai SDM yang berkualitas di bidang perkreditan.
Menurut Gil, Edward.W. Reed, (1995:71), pengawasan adalah pengukuran unjuk
kerja bawahan untuk memastikan apakah mereka dapat memenuhi tujuan perusahaan atau
tidak dan mematuhi kebijaksanaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Proses
pengawasan menyangkut penetapan standar, mengukur unjuk kerja dengan standar ini,
dan memperbaiki penyimpangan dari rencana dan program yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan dapat terselenggara (Harold Koontz, dalam Hasibuan, 2001:105).
Pengendalian kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar,
produktif dan tidak macet (Hasibuan, 2001:105). Lancar dan produktif artinya kredit itu
dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
kedua belah pihak. Hal ini penting karena jika kredit macet berarti kerugian bagi bank
yang bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit harus didasarkan pada prinsip
kehati-hatian dan dengan sistem pengendalian yang benar. Banyak bank mempergunakan
teknik untuk melakukan pengendalian (pengawasan). Untuk mempermudah pengendalian
terhadap kreditnya, pada umumnya bank menuangkan suatu besaran atau nilai yang
menjadi standar dalam operasionalnya.
Menurut Hasibuan, (2001:105) tujuan pengendalian kredit, antara lain adalah
untuk:
1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman.
2. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak.
3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau kredit
bermasalah.
4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah
baik atau masih perlu disempurnakan.
5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan
mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali.
6. Mengetahui posisi persentase collectability credit yang disalurkan bank.
7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab analisis kredit bank.
Pengelolaan bank profesional melalui peningkatan kualitas pengelolaan kredit
sudah menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini terkait dengan efektifitas
kinerja suatu bank, karena dengan semakin efektif suatu operasi bank, maka akan
semakin tinggi pula profitabilitasnya.
Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian yang mendalam
untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya masalah serta untuk mengetahui langkah-
langkah pemecahan masalah melalui suatu kegiatan penelitian dengan mengambil judul
”Analisis Efektivitas Siklus Perkreditan Bank BUMN Terhadap Kinerja
Manajemen Perbankan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana peranan manajemen perbankan dalam menganalisis efektivitas kinerja siklus
perkreditan.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Penelitian ini dilakukan agar pengelolaan kredit bank dapat dilakukan sebaik
mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas kreditnya. Ini sangat penting karena
kinerja bank yang bagus akan memelihara dan membangun kepercayaan dan loyalitas
yang besar dari para nasabah. Selain itu juga adanya pengelolaan kredit yang efektif
diharapkan menghindari terjadinya kredit bermasalah yang bisa menjadi faktor
penghambat bagi bank untuk memperoleh laba yang maksimal. Dengan dilakukannya
penelitian ini, diharapkan dapat diketahui peranan menejemen perbankan dalam
melaksanakan kebijakan proses perkreditan.
2. Manfaat
a. Bagi Penulis
1) Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas siklus
perkreditan pengaruhnya terhadap kemungkinan kredit macet.
2) Sebagai aplikasi teori yang telah didapat penulis selama menempuh
perkuliahan, khususnya konsentrasi pada bidang akuntansi manajemen.
3) Memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi Dunia Akademis
Kesimpulan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang manajemen perbankan khususnya
masalah perkreditan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi penelitian
selanjutnya yang ingin memperdalam masalah yang berkaitan dengan
perkreditan.
c. Bagi Bank Indonesia
Dengan penelitian ini, Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan
bank, dapat mempertimbangkan hal-hal dari penelitian ini dalam menyusun
kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan penanganan kredit bermasalah
sehingga ke depan kinerja bank-bank BUMN khususnya, dan bank-bank lain di
Indonesia pada umumnya semakin maju dan sehat.
d. Bagi Pembaca dan Masyarakat Luas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kepustakaan, sumbangan
pemikiran, dan sebagai bahan pembelajaran serta penelitian selanjutnya demi
perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Bank
Dahlan Siamat (2001:87) dalam bukunya “Manajemen Lembaga Keuangan”
mengemukakan pengertian bank sebagai berikut:
“Bank adalah yang menjalankan usahanya dalam menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi.”
Pengertian bank menurut Thomas Suyatno (1999:3) dalam bukunya
“Kelembagaan Perbankan”, mengemukakan tentang pengertian bank sebagai berikut :
“Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan yang diperolehnya dari orang lain
maupun dengan jalan memperedarkan alat- alat penukar baru berupa uang giral.
Sedangkan pengertian bank menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
“Standar Akuntasi Keuangan” (2002:31.1), pengertian bank adalah sebagai berikut :
“Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi
melancarkan lalu lintas pembayaran.
Adapun pengertian bank menurut Undang-undang Republik Indonesia
No.10 tahun 1998 yang dikutip oleh Kasmir (2001:23) dalam bukunya “Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya”, adalah sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Berdasarkan beberapa pengertian tentang bank yang telah dikemukakan,
bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dan
mengelola dana dari masyarakat yang berasal dari modal sendiri, tabungan giro maupun
deposito berjangka dan kemudian menyalurkan dananya kembali kepada masyarakat guna
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Fungsi dan Tujuan Bank
Mudrajad Kuncoro (2002:68) dalam bukunya “Manajemen Perbankan”,
mengemukakan fungsi bank adalah sebagai berikut :
1. Sebagai lembaga yang berfungsi menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan.
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk
kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit.
3. Sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran
uang
Fungsi bank menurut Y. Sri Susilo (2000;6) dalam bukunya “Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya”, adalah sebagai berikut :
1. Agent of Trust
2. Agent of Development
3. Agent of Services.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya dibank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank,
dan juga percaya pada saat yang telah dijanjikan kan mau menempatkan
atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi
unsur kepercayaan.
2. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter
dan sektor riil tidak dapat dipisahkan, kedua sektor tersebut berinteraksi
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sektor riil tidak akan
dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan
baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan
bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi,
dan juga konsumsi barang-barang dan jasa-jasa, mengingat semua kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan pengguanaan
uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain
adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Services
Disamping melakukan kegiatan himpunan dan penyaluran dana, bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan lain kepada masyarakat. Jasa yang
ditawarkan oleh bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan
kredit, dan jasa penyelesaian tagihan.
Sedangkan fungsi bank menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 Pasal
(3), yaitu : “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan
penyalur dana masyarakat”. Dana yang dihimpun oleh bank adalah dalam bentuk simpanan
yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito
berjangka, dan atau yang dipersamakan dengan itu, sedangkan dana yang disalurkan oleh
bank adalah dalam bentuk kredit
Dari uraian diatas, fungsi bank adalah sebagai tempat menghimpun dana
dari masyarakat serta menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman atau kredit
Tujuan dari bank menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 Pasal (4),
adalah sebagai berikut : “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari bank adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Jenis dan Aktivitas Bank
Jenis-jenis bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.10
Tahun 1998 yang dikutip oleh Kasmir (2001;33) dalam bukunya “Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya” adalah sebagai berikut :
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih
besar kepada kegiatan tertentu. Adapun usaha bank umum adalah :
1) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, sertifikat
deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Adapun pengertian simpanan berupa giro, deposito berjangka, dan
tabungan;
2) Memberikan kredit;
3) Memberikan surat pengakuan hutang;
4) Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dana atas perintah nasabah;
5) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
dari bank lainnya, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi,
cek atau sarana lainnya;
6) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga;
7) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
9) Membeli melalui pelelangan agunan baik semua ataupun sebagian dalam
hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya;
10) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
11) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah;
12) Melakukan kegiatan yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang ini dan peraturan perudangan-undangan yang
berlaku.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Adapun usaha Bank Perkreditan Rakyat adalah
:
1) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
2) Memberikan kredit;
3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalan peraturan pemerintah;
4) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank
lain.
B. Kredit
1. Definisi Kredit
Istilah Credit, berasal dari perkataan latin credo, yang berarti I Believe, I
Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan credo berasal dari
kombinasi perkataan sansakerta cred yang berarti kepercayaan (trust) dan perkataan
lain do, yang berarti saya menaruh. Istilah yang merupakan pasangan kredit
merupakan utang (debt). Kredit dan utang merupakan istilah-istilah untuk satu
perbuatan ekonomi (perbuatan yang menimbulkan akibat-akibat ekonomi) dilihat
dari arah yang berlawanan. Oleh karena itu, tidak benar jika dikatakan kredit
berguna bagi perekonomian, sebaliknya utang tidak berguna bagi perekonomian.
Veithzal Rivai (2006:4) mendefinisikan kredit sebagai penyerahan barang,
jasa, atau uang dari satu pihak pemberi pinjaman (kreditor) atas dasar kepercayaan
kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah
pihak.
Menurut PSAK no.31 Pasal 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu dengan berdasarkan persetujuan/kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga imbalan atau pembagian hasil.
Dengan demikian dalam praktiknya kredit adalah :
a. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari;
b. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduannya dipisahkan
oleh unsur waktu;
c. Suatu hak, yang dengan hak tersebut seseorang dapat mempergunakannya
untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan
tertentu pula.
2. Unsur Kredit
Menurut Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A (2006 :5) dalam bukunya “Credit
Management Handbook” mengungkapkan unsur kredit
a. Adanya dua pihak yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah).
Hubungan kedua pihak ini adalah hubungan yang saling menguntungkan.
b. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan
atas credit rating penerima kredit.
c. Adanya persetujuan/perjanjian kredit yang berupa kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam suatu instrumen (credit Instrumen).
d. Adanya unsur waktu (time element).
e. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di
pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar
(risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Resiko yang dihadapi nasabah adalah kecurangan dipihak kreditor,
antara lain dapat berupa pemberian kredit untuk mencaplok perusahaan yang
diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
f. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi
pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya
modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan
sebagainya.
3. Tujuan Kredit
Pembahasan mengenai tujuan kredit mencakup lingkup luas, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tujuan kredit berguna bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
proses perkreditan tersebut.
a. Bank (Kreditor)
1) Penyaluran/pemberian kredit merupakan bisnis utama dan terbesar hampir
pada sebagian besar bank.
2) Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank merupakan
sumber pendapatan terbesar.
3) Kredit merupakan salah satu instrumen/produk bank dalam memberikan
pelayanan pada nasabah.
4) Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam
pembangunan.
5) Kredit merupakan satu komponen dari asset alocation approach.
b. Nasabah (Pengusaha)
1) Kredit merupakan salah satu potensi untuk mengembangkan usaha.
2) Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
3) Kredit merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahaan.
4. Standarisasi Kredit
Standar perkreditan merupakan acuan dalam pengelolaan kredit yang
meliputi :
a. Tujuan penggunaan kredit
1) Untuk membantu memperlancar dan meningkatkan usaha debitur.
2) Untuk memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
b. Maksimum pemberian kredit : Jumlah maksimum pemberian kredit tergantung
pada nilai jaminanya, yaitu 70 % dari nilai jaminan yang dianggunkan.
c. Jangka waktu kredit : Jangka waktu kredit tergantung pada jenis kreditnya 1
tahun, 1 sampai 3 tahun, dan lebih dari 3 tahun.
d. Ketentuan LDR (loan deposit ratio) dan BPMK (batas maksimum pemberian
kredit)
LDR adalah rasio yang mengidikasikan mengenai jumlah dana pihak ketiga
yang disalurkan dalam bentuk kredit, penting untuk diperhatikan dalam
menjaga posisi rentabilitas dan likuiditas suatu bank.
LDR = %100xModalIntiKLBIihakKetigaTotalDanaP
urkantYangDisalTotalKredi++
Jumlah kredit yang diberikan dalam rumus di atas adalah kredit yang
diberikan bank yang sudah direalisir/ditarik/dicairkan. Dana pihak ketiga
meliputi simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan,dan berbagai
jenis deposito, sedangkan KLBI adalah volume pemberian pinjaman (kredit)
yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan.
Nilai kredit loan to deposit ratio dihitung sebagai berikut.
1) untuk rasio LDR sebesar 110 % atau lebih, nilai kredit = 0
2) untuk rasio LDR dibawah 110 %, maka nilai kredit = 100
BPMK = 20 % x total modal bank
Yang dimaksud disini adalah total kredit yang diberikan pada
draf tidak melebihi 20 % dari total modal bank.
e. Jenis Kredit
1) Jenis kredit berdasarkan jangka waktu pelunasan yaitu; jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
2) Jenis kredit berdasarkan barang jaminannya.
3) Jenis kredit berdasarkan segmen usaha.
4) Jenis kredit berdasarkan tujuan usaha.
5) Jenis kredit berdasarkan pengguna kredit.
Dilihat dari penggunaanya kredit dibedakan menjadi :
1) Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit jangka pendek yang diberikan
untuk membiayai keperluan modal kerja tersebut.
2) Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah/panjang untuk pembiayaan
barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi,
modernisasi, ekspansi dan relokasi biaya proyek atau pendirian usaha.
3) Kredit lainya, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah selain yang
disebutkan di atas seperti kredit pemilikan rumah dan kredit profesi.
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan
berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan
melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan
perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995.
Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan perkreditan bank
secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris bank dengan sekurang-kurangnya
memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut :
1) Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;
2) Organisasi dan manajemen perkreditan;
3) Kebijakan persetujuan kredit;
4) Dokumentasi dan administrasi kredit;
5) Pengawasan kredit;
6) Penyelesaian kredit bermasalah.
Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan bank wajib mematuhi
kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara konsekuen dan konsisten.
Bank harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang pedoman kebijakan
perkreditan Bank, karena :
1) Kredit mengandung resiko sehingga pelaksanaanya harus memperhatikan asas
kredit yang sehat.
2) Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bank adalah melalui kebijakan
perkreditan yang jelas.
3) Kebijakan perkreditan bank (KPB) berperan sebagai panduan pelaksanaan
semua perkreditan bank.
4) Bank harus memiliki pedoman pelaksanaan kredit (PPK), adapun KPB yang
menjadi acuannya.
5. Siklus Perkreditan
Siklus perkreditan yang dimulai sejak pengajuan permohonan kredit
hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan kredit secara grafis
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Siklus Perkreditan
Sumber : Manajemen Perbankan Drs. Lukman Dendawijaya (2002 :77)
a. Permohonan Kredit
Nasabah menyampaikan dokumen berupa :surat permohonan resmi, akta
pendirian perusahaan, penjelasan singkat mengenai proyek, adanya laporan
kelayakan proyek, laporan keuangan dan informasi lainya yang diperlukan sesuai
kebijakan bank yang berpedoman pada peraturan Bank Indonesia.
b. Analisa kredit
Pada tahap ini account officer (AO) menganalisa nasabah dengan
menggunakan aspek kredit. Secara umum analisa kredit dilakukan berdasarkan
dua metode, yaitu :
Permohonan
Kredit
Perjanjian
Kredit
Pencairan
Kredit
Analisis Kredit
Persetujuan
Kredit
Pengawasan
Kredit
1. Metode penilaian “6C”, yang meliputi character, capital, capacity, conditions
of economy, collateral, dan constraints.
2. Metode penilaian “6A”, yang meliputi aspek yuridis (hukum), pasar dan
pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan sosial ekonomis.
c. Persetujuan Kredit
Atas dasar laporan analisis kredit yang telah dilakukan oleh Account Offocer
maka selanjutnya persetujuan atas kredit yang diajukan dilakukan oleh bagian
bank yang telah diberikan otoritas yaitu :
1) Kepala cabang, untuk jumlah kredit sampai dengan Rp. 500 juta.
2) Kepala wilayah, untuk jumlah kredit sampai dengan Rp. 750 juta.
3) Direktur kredit, untuk jumlah kredit sampai dengan Rp. 1 miliar.
4) Direksi bank, untuk jumlah kredit sampai dengan Rp. 5 miliar.
5) Dewan komisaris, untuk jumlah kredit diatas Rp. 5 miliar.
Pada bank umum, pembahasan dan persetujuan kredit dilakukan oleh suatu
komite yang dibentuk oleh direksi yang disebut “Komite Kredit”. Tugas komite
ini antara lain :
1) Memeriksa laporan analisa kredit.
2) Menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah.
3) Menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga, jangka
waktu pinjaman, jenis dan besarnya agunan (jaminan kredit), dan persyaratan
lain yang akan menjadi dasar dasar bagi penyusunan perjanjian kredit (akad
kredit) yang dibuat dihadapan akta notaris publik.
d. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit disiapkan oleh seorang notaris public yang ditunjuk oleh
bank atau dipilih oleh nasabah, secara umum perjanjian kredit memuat :
1) Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan).
2) Pihak penerima kredit (perusahaan nasabah).
3) Tujuan pemberian kredit dalam hal ini tergantung pada jenis proyek/bisnis
yang akan dibangun, diperluas (expansion), direhabilitasi, ditambah modal
kerjanya dan lain-lain.
4) Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan modal kerja, biaya
pendahuluan (prainvestment), dan sebagainya.
5) Besarnya kredit yang akan diberikan bank.
6) Tingkat bunga kredit.
7) Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit, seperti appraisal fee,
comitment fee, supervision fee, provisi kredit, dan lain-lain.
8) Jangka waktu pengembalian kredit (angsuran kredit).
9) Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit yang
dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu dalam perjanjian kredit dan
dituangkan dalam perjanjian kredit.
10) Jaminan kredit, yang meliputi jenis jaminan, pemilikanya, jumlah dan
nilainya, serta cara pengikatanya secara hukum yang dinyatakan secara
terperinci dalam pasal tertentu pada perjanjian kredit dan dituangkan dalam
lampiran perjanjian kredit.
11) Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan.
12) Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh nasabah kredit
selama kredit belum dilunasi, misalnya :
a). Menyampaikan laporan produksi, laporan penjualan, laporan keuangan,
laporan tenaga kerja, laporan hutang dan piutang nasabah.
b). Kewajiban mengasuransikan semua aktiva tetap pada proyek yang dibiayai
bank, terutama yang dijadikan agunan (jaminan kredit).
c). Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi, misalnya
memeriksa secara fisik keadaan proyek yang dibiayai bank, memeriksa
buku-buku dan laporan keuangan nasabah, dan lain-lain.
e. Pencairan Kredit
Persyaratan untuk pencairan kredit tersebut umumnya meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1) Perjanjian kredit sudah ditandatangani.
2) Penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, misalnya membayar
kontraktor yang membangun pabrik, memenuhi kewajiban L/C dalam rangka
pembelian mesin-mesin ataupun bahan bak, memulai pemasangan (instalasi)
mesin-mesin dan peralatan pabrik, pembelian bahan baku lokal, merekrut
calon pegawai/karyawan/buruh yang diperlukan, survei pasar, dan sebagainya.
3) Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek.
4) Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen yang sesuai
dengan kebutuhan pencairan kredit. Beberapa bank menggunakan
sistem/prosedur ini dan menyebutnya dengan istilah payment against
documents.
5) Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/rasio yang disepakati
antara dana yang bersumber dari nasabah/debitor (equity) dan pembiayaan dari
bank (loan atau debt).
f. Pengawasan Kredit
Pengawasan (monitoring) kredit meliputi berbagai aspek/kegiatan yakni :
1) Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara cara
mutakhir, seperti penggunaan komputer, on line system, dan sebagainya.
2) Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan secara berkala atas jenis-
jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan bersama dalam perjanjian
kredit, seperti :
a). Laporan produksi,
b). Laporan penjualan,
c). Laporan utang dan piutang perusahaan,
d). Laporan keuangan (neraca, perhitungan laba/rugi, perubahan modal, arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan),
e). Laporan tenaga kerja,
f). Laporan asuransi aktiva tetap,
g). Laporan perubahan izin yang diterima dari instansi terkait.
3) Keharusan bagi account officer (AO) untuk melakukan kunjungan (visit) ke
perusahaan atau proyek yang dibiayai bank, baik selama berlangsungnya
pembangunan proyek maupun setelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu
usaha bisnis.
4) Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, terutama
jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah meninjukan
tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan.
5) Adanya suatu ‘‘sistem peringatan’’ (warning system) pada administrasi bank .
g. Pelunasan Kredit, Tambahan Kredit dan Kredit Bermasalah.
Dalam kondisi ideal nasabah dapat melunasi jumlah kreditnya dan bagi
nasabah yang berhasil menjalankan usahanya dapat menambah jumlah
kreditnya, tetapi bani nasabah yang gagal memenuhi kewajibannya akan
menimbulkan kredit bermasalah.
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa kredit kredit adalah risk assets, atau
ativitas ini merupakan aktivitas terbesar yang dapat memberikan keuantungan
terbesar bagi bank sekaligus merupakan bisnis yang beresiko sehingga tidak jarang
bank mengalami kegagalan perkreditan terancam dilikuidasi.
Banyak pinjaman yang cukup sehat pada saat kredit diberikan tetapi karena
tidak adanya pengawasan yang efektif, kredit tersebut mengarah kepada kredit
macet.
Adapun sebab-sebab kegagalan kredit dapat disebabkan oleh :
1) Adanya self dealing, yaitu adanya vested interest (kepentingan pribadi) dari para
eksekutif bank dalam memutuskan kreditnya sehingga tidak objektif lagi dan
melanggar prinsip-prinsip perkreditan yang sehat, hal ini berhubungan dengan
masalah mental yang kurang baik dari pejabat kredit bank.
2) Tidak terdapatnya kebijaksanaan kredit yang sehat (non esistence of sound
lending policies) yaitu tidak adanya perencanaan kredit maupun pelaksanaan
kebijaksanaan perkreditan yang tidak sehat.
3) In complete credit information, merupakan management information system
yang tidak relevan, baik dari lingkungan bank itu sendiri maupun informasi
nasabah yang bersangkutan.
4) Failure to obtain or enforle liquidation aggrement, adalah ketidakmampuan
untuk memperoleh dan mengambil tindakan likiudasi sesuai isi perjanjian kredit
disebabkan oleh kemungkinan posisi yuridis bank yang tidak menguntungkan,
tidak lengkapnya dokumen-dokumen menyangkut legalitas nasabah.
5) Teknical incompentency, ialah kurangnya kemampuan teknis para pejabat kredit
dalam menganalisa permohonan kredit sehingga ada kesalahan dalam
pengambilan keputusan, juga kurangnya teknik para pengelola kredit hingga
mengakibatkan kegagalan dalam pengelolaannya.
6) Poor selection of risk, yaitu ketidakmampuan eksekutif kredit dari bank yang
bersangkutan dalam melakukan seleksi resiko dalam pemberian kredit pada
nasabahnya.
7) Over financing under financing adalah ketidakmampuan pengelola kredit dalam
memberikan kredit dalam jumlah sesuai dengan apa yang dibutuhkanya, baik
ditinjau dari segi jumlah maupun timingnya.
8) Lack of supervising, banyaknya pinjaman yang cukup sehat pada saat kredit
diberikan tapi karena tidak adanya pengawasan yang efektif, kredit tersebut
mengarah pada kredit macet.
Jika melihat sebab-sebab kegagalan kredit terlihat bahwa faktor yang
mendominasi selain faktor ekonomi makro adalah banyak yang sebaliknya
diakibatkan oleh ulah para pejabat bank, hal ini terkait erat dengan siklus
perkreditan yang tidak dijalankan oleh bank tersebut dalam memutuskan untuk
melakukan kredit.
Yang dimaksud dengan siklus perkreditan dalam hal ini adalah bagaimana
bank dapat menciptakan suatu sistem pengelolaan kredit yang sehat dan hati-
hati.
Prinsip perbankan yang sehat dan hati-hati (prudent and sound banking
practices) dalam perkreditan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Kebijakan pokok perkreditan, menyangkut :
a). Sistem dan prosedur perkreditan yang sehat yaitu mulai dari proses
permohonan kredit, analisa kredit, dokumentasi, pencairan, dan
pengawasan kredit.
b). Sistem dan prosedur untuk kredit yang mendapat perhatian khusus.
c). Sistem dan prosedur untuk kredit yang bungannya dapat dikapitalisasi.
d). Sistem dan prosedur penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah
dan write off kredit macet.
e). Tata cara penyelesaian barang-barang anggunan kredit yang dikuasai
bank.
f). Jumlah BPMK
g). Persyaratan kredit.
2) Tata cara penilaian mutu kredit (Surat Edaran No.23/12/BPPP-28 Februari
2001) terkait dengan adanya pembentukan dana cadangan untuk cadangan
aktiva produktif (CAP) sebagai berikut :
CAP = 0,5% x kredit lancar + 5% x (kredit kurang lancar – nilai kredit
macet – nilai jaminan)
3) Profesionalisme dan integritas pejabat kredit (bab VIII Pasal 46 sampai
dengan 53 UU Perbankan no.7 tahun 1992)
Hal ini merupakan dasar dalam etika perkreditan bank, dimana ditegaskan
bahwa pejabat kredit harus :
a). Memiliki managerial skill dan tecnical skill perbankan.
b). Mentaati moral dan etika perkreditan (profesionalisme, terbuka, jujur,
dan memahami ketentuan-ketentuan perbankan).
c). Mempunyai integritas dan tanggung jawab sosial yang tinggi.
d). Mempunyai wawasan yang luas, yaitu dapat mengaitkan antara masalah
perbankan dengan ilmu yang dimilikinya.
e). Mampu memupuk dan mengemban sebagai pejabat kredit perbankan di
masyarakat.
C. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan, et
al (2000:131) dalam bukunya management control system adalah: “effectiveness is
the relationship between a responsibility center’s output its objectives”. Hal ini dapat
diartikan sebagai “Efektivitas ditentukan antar output yang dihasilkan oleh pusat
pertanggungjawaban dengan tujuan jangka pendek (objectives). Semakin besar output
yang dikontribusikan terhadap tujuan jangka pendek (objectives) perusahaan, maka
semakin efektiflah unit tersebut.”
Menurut Alijoyo (2000:9) efektivitas adalah “Effectivness is a measure of
success in meeting asset of established goal”. Hal ini dapat diartikan sebagai ukuran
mengenai seberapa baik/seberapa tepat sasaran atau rencana yang telah ditetapkan
dapat direalisasikan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakan
hubungan antara output suatu pertanggung jaawaban dengan sasaran perusahaan yang
harus dicapai. Setiap perusahaan atau organisasi lainnya akan berusaha untuk
memperbaiki kinerja mereka. Banyak cara yang mereka lakukan dalam
memperbaiki kinerja salah satunya adalah dengan terus-menerus mengevaluasi
pencapaian hasil kinerja perusahaan. Efektivitas organisasi merupakan suatu konsep
yang penting untuk melihat gambaran suatu organisasi karena dapat menunjukkan
tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya. Pengukuran
efektivitas suatu organisasi merupakan suatu hal yang sangat rumit karena dalam
organisasi yang sangat besar dengan banyak bagian yang sifatnya berbeda dan
mempunyai sasaran yang berbeda antara satu sama lain. Atkinson, Banker, dan
Kaplan Young, et al (2001;43) dalam bukunya Management Accounting memaparkan
sebuah sistem pengukuran kinerja yang efektif memiliki kritik sebagai berikut:
“Consider each activity and the organization it self from customer’s
perspectiveevaluate each activity using customer-validated measures of performance,
consider all facets of activity performance that affect customer’s and, therefore are
comprehensive, and provide feedback help organization members identify problems
and opportunities for improvement”.
Adapun menurut Casio (1992;270) yang dikutip oleh Dr. Achman S.Ruky dalam
bukunya sistem manajemen kinerja bahwa sebuah manajemen kinerja yang efektif
harus memiliki 5 indikator yaitu:
a. Relevance, bahwa sistem yang ada harus relevan (terkait) dengan pekerjaannya
baik input, proses maupun output.
b. Sensivity, bahwa sistem yang ada harus peka, bisa membedakan mana karyawan
yang berprestasi mana yang tidak.
c. Reliability, bahwa sistem yang ada dapat diandalkan dan dipercaya.
d. Acceptability, bahwa sistem yang ada harus dapat dipahami oleh karyawan.
e. Practicality, bahwa instrumen yang ada seperti formulir harus dapat dimengerti
oleh karyawan; tidak berbelit-belit.
2. Pengukuran Efektivitas
Penilaian efektivitas atau kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian operasional dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Menurut Yuwono (2002:23) pengukuran efektivitas/kinerja adalah
”Tindakan pengukuran yang dilakukan berbagai aktivitas dalam rantai yang ada
pada perusahaan/organisasi, yang hasil pengukurannya akan digunakan sebagai
umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan tingkat saat organisasi memerlukan penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian”.
Pengukuran efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pendekatan yang berbeda, mengasumsikan bahwa organisasi akan
menugaskan input yang berasal dari lingkungannya melalui suatu proses internal
menjadi output yang akan dilemparkan kembali ke lingkungannya. Dalam
berbagai organisasi pengukuran efektivitas dapat dilakukan melalui:
a). Pendekatan sasaran (goal approach) dalam pengukuran efektivitas
memusatkan pada output yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam
mencapai tingkatan output yang telah direncanakan.
b). Pendekatan sumber (resaurces approach) lebih memusatkan perhatian
pada input yaitu mengukur keberhasilan organisasi dalam mendapat
sumber yang dibutuhkan untuk pencapaian performa yang baik.
c). Pendekatan proses (process approach) lebih memusatkan perhatian pada
aspek kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas melalui
berbagai indikator internal.
. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Tingkat Pelaksanaan (X) Tingkat Kepentingan (Y)
Tanggapan Account Officer Penting/Tidak Penting
Kinerja Manajemen Efektif/Tidak Efektif
Bank BUMN
Siklus Perkreditan
Kinerja Manajemen
1. Keterkaitan 2. Kepekaan 3. Keandalan 4. Dapat Dipahami 5. Praktis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperoleh masalah yang diteliti, penelitian ini dilakukan di lingkungan
perbankan yakni pada bagian perkreditan. Yaitu pada kantor pusat bank BUMN (Bank
Mandiri, Bank BNI 46, Bank BTN, dan Bank BRI) yang terdapat di Jakarta. Dipilihnya
bank BUMN dikarenakan Bank BUMN menjadi indikator kemajuan perbankan di
Indonesia. Salah satu Bank BUMN yaitu Bank Mandiri pada triwulan pertama tahun 2008
menunjukkan peningkatan kinerja hal ini terlihat dari laba bersih bank mandiri meningkat
Rp.363 miliar dari Rp.1,03 triliun pada triwulan pertama 2007 menjadi Rp.1,39 triliun
pada triwulan pertama 2008 atau tumbuh sebesar 35,4% secara otomatis peningkatan laba
yang diperoleh diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit hal ini diperkuat dengan
data bahwa kredit yang disalurkan mencapai Rp.21,2 triliun atau naik 18,6% bila
dibandingkan triwulan pertama tahun 2007 (info bank hal 11). Meningkatnya penyaluran
kredit pada bank mandiri tidak terlepas dari peranan manajemen perbankan yang diwakili
Account Officer (AO) dalam melakukan analisa kredit yang diajukan oleh kreditor.
Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia bank Mandiri sudah sepatutnya melakukan
pengelolaan manajemen secara professional melalui peningkatan kualitas pengelolaan
kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan
kredit yang macet hal ini terkait terkait dengan efektifitas kinerja suatu bank karena
dengan semakin efektif operasi suatu bank maka akan semakin tinggi profitabilitasnya.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner dari jawaban responden
yaitu Account Officer (AO) Penelitian ini ditujukan untuk mempeoleh informasi
mengenai efektivitas siklus perkreditan mulai dari permohonan kredit sampai pada
pengawasan kredit.
B. Metode Pemilihan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pusposive
random sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak dimana elemen populasi dibatasi
pada karyawan pada bagian perkreditan yang dianggap dapat memberikan informasi
mengenai efektivitas siklus perkreditan.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Nur
Indrianto, Bambang S, 2002:150). Penulis memperoleh informasi yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti yang berasal dari buku, jurnal, internet dan sumber lainya yang
berkaitan dengan penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke Bank untuk mengadakan
pengamatan dan pengambilan data objek penelitian.
b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan petugas yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung, selain itu penulis juga mewawancarai Account Officer (AO) dengan
tujuan menyaring informasi yang diperlukan.
c. Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data yang diperlukan yang
berasal dari Account Officer (AO) di kantor cabang Bank BUMN yang berada di
wilayah DKI Jakarta.
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data
1. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif-kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas siklus
perkreditan, dilihat dari tingkat peraturan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh Bank
BUMN yang terdapat di Jakarta.
2. Teknik Pengolahan Data Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, syarat mutlak
yang harus dipenuhi untuk instrumen ini adalah valid dan reliabel. Suatu instrumen
pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sementara itu, reliabilitas menunjukan konsistensi dari data yang dikumpulkan.
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika menghasilkan data yang sama walaupun
digunakan beberapa kali pada objek yang sama pada beberapa periode berbeda (Nur
Indrianto, Bambang S, 2002:180-181).
a. Uji Validitas
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah construct validity yaitu
untuk mengukur construct tertentu, yang artinya apakah suatu instrumen
mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan (Nur Indriantoro dan
Bambang S, 2002:183). Pendekatan ini bertujuan menghindari adanya judgment
subjektif dari seseorang dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam instrumen
penelitian ini diketahui benar konsistensi internalnya. Suatu instrumen (setiap
butir pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasionalnya yang diperoleh dari
perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r hitung
didapatkan dari perhitungan dengan rumus teknik korelasi Produc Moment
dengan menggunakan SPSS 12, dan menentukan r tabel dengan menggunakan
tabel angka kritis nilai r.
b. Uji Reliabilitas
Setelah menentukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah
mengukur relibilitas data instrumen penelitian, pengujian reabilitas dalam
penelitian ini adalah Alpha Cronbach karena menggunakan jenis data
likert/essay. Teknik ini dapat menafsirkan korelasi antara skala diukur dengan
semua variabel yang ada.
Penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 12 dalam menghitung Alpha
Cronbach, untuk menginterpretasikan nilai alpha yang diperoleh, digunakan
kriteria korelasi menurut Yarnest (2004:68) yaitu:
Tabel 3.1 Kriteria Korelasi
3. Analisis Data Hasil Penelitian
Teknis pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik
deskriptif, karena penelitian ini penelitian deskriptif. Untuk mengetahui tingkat
kesesuaian ini, digunakan metode ”Importance Performace Analysis” berdasarkan
rumus John A. Martilla dan John C. James dari Philip Kotler 1997:481 (J. Supranto,
1997: 239-240) Analisis tingkat kepentingan dan kinerja pelaksanaan. Tingkat
< 0,200 = tidak ada korelasi 0,200 – 0,399 = korelasi rendah 0,400 – 0,599 = korelasi cukup 0,600 – 0,799 = korelasi tinggi 0,800 – 1,00 = korelasi sangat tinggi
kesesuaian adalah hasil perbandingan antara skor kinerja pelaksanaan dengan skor
kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas
peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi siklus perkreditan. Dalam Penelitian ini
terdapat satu variabel yang diwakilkan siklus perkreditan perbankan.
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian menurut J. Supranto
(1997:241-243) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Tki : Tingkat Kesesuaian Responden
Xi : Skor Penilaian Kinerja
Yi : Skor Penilaian Kepentingan
Dari hasil kuesioner, akan dicari nilai atau skor rata-rata dari masing-masing
variabel dengan rumus :
Keterangan:
X = Skor Rata-Rata Kinerja/Tingkat Pelaksanaan
Y = Skor Rata-Rata Kepentingan
n = Jumlah Responden
Selain itu juga dibuat diagram kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi oleh dua
buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y), dimana X merupakan rata-rata dari
%100xYiXiTki =
nXi∑=Χ
nYi
Y ∑=
rata-rata skor tingkat pelaksanaan dan Y adalah rata-rata dari skor kepentingan seluruh faktor yang
mempengaruhi siklus perkreditan. Seluruh faktor atau atribut terdiri dari 22 item. Selanjutnya seluruh
faktor ini akan dinyatakan dengan K, dalam hal ini K = 22 yang selanjutnya dirumuskan sebagai
berikut:
Keterangan :
K = banyaknya atribut atau fakta yang dapat mempengaruhi efektivitas
siklus perkreditan (dalam penelitian ini K = 22)
i = 1, 2, 3... N
Nilai rata-rata yang telah diperoleh dengan perhitungan masing-masing faktor tersebut,
kemudian ditempatkan pada diagram (kartesius) secara berurutan dari nilai tertinggi sampai
nilai terendah, dalam 4 (empat) kategori kuadran seperti yang tertulis pada gambar 3.1.
berikut ini:
Gambar 3.1 Diagram The Performance-Rating Analysis
Sumber : John A. Martilla dan John C James (1997:77-79)
KXi1Ni∑ =
=× K
Yi1Ni
Y∑ =
=
Diagram Kartesius Y Kepentingan Kepentingan Pertahankan Prestasi A B Y Prioritas Rendah Berlebihan C D X X Pelaksanaan/Kinerja
Keterangan:
1. Kuadran A menunjukan siklus perkreditan termasuk unsur-unsurnya yang dianggap
penting, namun pihak bank telah melaksanakannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku namun tidak efektif.
2. Kuadran B Menunjukan unsur siklus perkreditan yang telah berhasil dilaksanakan
untuk itu unsur ini mutlak diperlukan. Dianggap sangat penting dan efektif.
3. Kuadran C menunjukan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi
siklus perkreditan sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja. Dianggap kurang
efektif.
4. Kuadran D menunjukan faktor yang mempengaruhi siklus perkreditan kurang
penting, tetapi pelaksanaanya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat
efektif.
E. Variabel dan Pengukurannya
Menurut Sugiono (1993:31) Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian deskriptif, yang menurut
Sugiyono (1999:11) Penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui nilai dari variabel
mandiri tanpa membuat perbandingan. Kinerja efektivitas siklus perkreditan Bank BUMN
dijabarkan dengan indikator pada tabel 3.2:
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
1. Relevance (Terkait)
1. Tersedia formulir untuk diisi calon debitur dalam permohonan kredit. 2. Kunjungan lansung ke tempat usaha (on the spot inspection), bank to
bank confirmation, dan trade checking selalu dilakukan kepada setiap calon debitor.
3. Analisis terhadap prinsip 6C (Charakter, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic & Constraint) sangat dipertimbangkan dalam dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.
4. Metode penilaian 6A yang meliputi aspek yuridis (hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan social ekonomis telah dilakukan dalam pengambilan keputusan kredit.
2. Sensivity (Kepekaan)
1. Bank memiliki pedoman dan aturan yang jelas tentang perkreditan. 2. Bank melakukan analisa terhadap kredit calon debitornya apakah
kredit baru atau lama. 3. Bank melakukan penilaian terhadap kualitas kredit (lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan) debitornya. 3. Realibility
(Keandala) 1. Bank melakukan analisa terhadap tujuan dan sumber pembayaran
debitornya dan dilaporkan secara jujur. 2. Bank memiliki profil resiko terkini dari nasabah dan jaminan serta
tingkat sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar.
3. Bank melakukan analisis kemampuan membayar kembali berdasarkan perkembangan keuangannya.
4. Bank melakukan analisis terhadap kemampuan membayar kembali di masa yang akan datang berdasarkan proyeksi arus kas.
5. Bank mengetahui kemampuan bisnis nasabah dan kondisi sektor ekonomi/usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu.
4. Acceptability (Pemahaman)
1. Prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman dan/atau komitmen, khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang harus diformalkan secara jelas sesuai dengan karakteristik nasabah.
2. Analisis kredit memberikan informasi yang jelas 3. Laporan analisis kredit sebaiknya tidak menimbulkan salah tafsir. 4. Laporan analisis kredit menjadi satu-satunya alat dalam pengambilan
keputusan kredit oleh pihak manajemen 5. Adanya komunikasi yang baik antar karyawan dengan manajer.
Efektivitas Siklus Perkreditan
5. Practicality (Kemudahan)
1. Prosedur perkreditan yang ada mudah dipahami oleh debitor 2. Keputusan kredit diterima oleh calon debitor secara cepat 3. Formulir atau dokumen serta instrument lainnya yang digunakan
dalam permohonan kredit dapat dipahami oleh debitur. 4. Formulir atau dokumen serta instrument lainnya yang digunakan
dalam permohonan kredit tidak berbelit-belit atau praktis. 5. Proses pencairan kredit oleh Bank dilakukan melalui mekanisme yang
jelas dan aman.
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur sifat, pendapat, kondisi dan persepsi mengenai
fenomena sosial (Sugiyono, 1999:87). Perangkat utama untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini adalah kuisioner yang disebar pada responden.
Dengan skala likert memungkinkan responden menjawab dalamberbagai tingkat
pada setiap butir pertanyaan. Dalam skala penilaian terlihat keragaman penilaian yang
berkisar antara 1 sampai dengan 5 untuk mengukur efektivitas siklus perkreditan. Kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pengukuran Tingkat Pelaksanaan Siklus Perkreditan
Bobot Kriteria
5 Sangat Efektif (SE) 4 Efektif (E) 3 Cukup Efektif (CE) 2 Kurang Efektif (KE) 1 Tidak Efektif (TE)
Tabel 3.4 Pengukuran Tingkat Kepentingan Atas Unsur Siklus Perkreditan
Bobot Kriteria
5 Sangat Penting (SP) 4 Penting (P) 3 Cukup Penting (CP) 2 Kurang Penting (KP) 1 Tidak Penting (TP)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini penulis mengirimkan kuesioner sebanyak 56 buah yang
disampaikan langsung kepada 4 Bank BUMN (Bank Mandiri, Bank BNI 46, Bank
BRI dan Bank BTN). Seluruh kuesioner yang diterima digunakan dalam analisis data.
Tabel 4.1. menunjukkan distribusi kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.1 Sampel dan Lokasi Penelitian
Nama Bank Jumlah Kuesioner Lokasi Penelitian
Bank Mandiri 10 Divisi Analisis Kredit Bisnis Kantor Pusat Bank Mandiri Divisi Analisa Kredit.
BRI 15 Analis Kredit pada Kantor Pusat Bank BRI Divisi Analisa Kredit.
BNI 21 Analis Kredit pada Bank BNI 46 Cabang Jakarta Pusat, Cabang Jakarta Timur dan Cabang Jakarta Selatan.
BTN 15 Divisi Pengelolaan Kredit kantor pusat Bank BTN .
Total Kuesioner 56 Sumber : Diolah dari data primer penelitian, 2008
Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian
Jumlah kuesioner 56 100%
Jumlah kuesioner yang tidak kembali 19 33,92%
Jumlah kuesioner yang kembali 37 66,07%
Sumber : Diolah dari data primer penelitian, 2008
Karakteristik responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Identitas Responden
Frekuensi Absolut Presentase Jumlah Sampel 37 100% Jenis Kelamin :
• Pria 23 62,16% • Wanita 14 37,84%
Lama Bertugas : • Kurang dari 1 Tahun 2 5,41% • 1 – 2 Tahun 8 21,62% • Diatas 2 Tahun 27 72,97%
Usia Karyawan : • Dibawah 30 Tahun 12 32,43% • 30 – 45 Tahun 21 56,76% • Diatas 45 Tahun 4 10,81%
Pendidikan Terakhir : • S3 0 0% • S2 4 10,81% • S1 33 89,19% • D3 0 0%
Sumber : Diolah dari data primer penelitian, 2008
Tabel 4.3 menunjukkan dari 37 responden yang digunakan dalam analisis ini,
jumlah responden pria sebanyak 23 responden (62,16%) dan jumlah responden wanita
sebanyak 14 responden (37,84%). Responden yang menjadi sampel dalam penelitian
ini telah bertugas pada divisi Account Officer yang kurang dari 1 tahun 2 responden
(5,41%), 1 sampai 2 tahun sebanyak 8 rerponden(21,62%) dan yang bertugas lebih
dari 2 tahun sebanyak 27 responden (72,97%). Usia responden dibawah 30 tahun
sebanyak 12 responden (32,43%), berkisar antara 30 sampai dengan 45 tahun
sebanyak 21 responden (56,76%) dan usia responden yang di atas 45 tahun sebanyak
4 (10,81%). Pendidikan terakhir responden S2 sebanyak 4 responden (10,81%), S1
sebanyak 33 responden (89,19%).
B. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika butir pertanyaan pada suatu
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Oleh karena itu kuesioner yang diolah akan diuji validitas dan
reliabilitasnya.
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Efektivitas Kinerja
Siklus Perkreditan Bank BUMN
Variabel Score Korelasi Nilai Signifikasi Keterangan
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Pertanyaan 11
Pertanyaan 12
Pertanyaan 13
Pertanyaan 14
Pertanyaan 15
Pertanyaan 16
Pertanyaan 17
Pertanyaan 18
Pertanyaan 19
Pertanyaan 20
Pertanyaan 21
Pertanyaan 22
0.326
0.628
0.680
0.697
0.759
0.496
0.398
0.499
0.696
0.543
0.667
0.628
0.536
0.777
0.805
0.421
0.574
0.708
0.665
0.604
0.580
0.565
0.005
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid Ket : ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Sumber : Hasil pengolahan data kuisioner dengan SPSS
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Kepentingan Manajemen Bank BUMN
Variabel Score Korelasi Nilai Signifikasi Keterangan
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Pertanyaan 11
Pertanyaan 12
Pertanyaan 13
Pertanyaan 14
Pertanyaan 15
Pertanyaan 16
Pertanyaan 17
Pertanyaan 18
Pertanyaan 19
Pertanyaan 20
Pertanyaan 21
Pertanyaan 22
0.357
0.475
0.548
0.618
0.807
0.624
0.593
0.440
0.737
0.661
0.639
0.768
0.216
0.662
0.336
0.779
0.660
0.780
0.662
0.578
0.679
0.556
0.030
0.003
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.006
0.000
0.000
0.000
0.000
0.200
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.042
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid Ket : ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Sumber : Hasil pengolahan data kuisioner dengan SPSS Pengujian validitas yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
menggunakan korelasi pearson. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan 0,01 (Ghozali, 2001).
2. Uji Realibilitas
Analisis pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s
Alpha. Apabila Cronbach’s Alpha lebih besar atau sama dengan 0,6 maka butir
pertanyaan dianggap reliabel (Ghozali, 2001).
Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Data
Instrumen Cronbach’s Alpha Keterangan
Efektivitas Kinerja Siklus Perkreditan
Bank BUMN
0,904 Reliabel
Kepentingan Manajemen Bank BUMN 0,925 Reliabel
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 (Ghozali, 2001), yang
berarti bahwa seluruh variabel tersebut adalah reliable.
3. Analisis dan Pembahasan Importance and Performance Scale
Dalam penelitian ini, responden diberikan 22 pertanyaan yang merupakan
bagian dari 5 dimensi efektivitas kinerja yang terdiri dari 2 pernyataan. Pernyataan
tersebut jika tentang efektivitas kinerja, maka responden akan mengisi kolom
kinerja (performance) dengan bobot penilaian (Sangat Efektif = 5, Efektif = 4,
Cukup Efektif = 3, Kurang Efektif = 2, Tidak Efektif = 1).
Pertnayaan yang sama akan ditunjukan kepada responden, maka responden
akan mengisi kolom kepentingan (Importance) dengan penilaian (Sangat Penting =
5, Penting = 4, Cukup Penting = 3, Kurang Penting = 2, Tidak Penting = 1).
Setiap unsur pelaksanaan efektivitas kinerja siklus perkreditan dinilai
berdasarkan tingkat kepentingan serta tingkat efektivitas yang diberi bobot nilai
sehingga diperoleh angka yang menggambarkan sejauhmana tingkat pelaksanaan
dari siklus perkreditan, sehingga memberikan tingkat kesesuaian antara kedua
variabel yang menjadi penentu urutan prioritas yang mempengaruhi manajemen
dalam pengambilan keputusan. Penulis akan menganalisis tanggapan dari 37
responden dari Bank BUMN (Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI46 dan Bank
BTN).
a. Analisis Keterkaitan (Relevance)
1. Bank menyediakan formulir untuk diisi calon debitur dalam permohonan
kredit.
Dalam proses pemberian kredit ini merupakan kegiatan pengumpulan
informasi, baik yang menyangkut data kualitatif maupun data kuantitatif calon
debitur. Tahap ini merupakan awal dimulainya transaksi kredit yaitu dengan
diterimanya Surat Permohonan Pinjaman (SPP) yang diajukan calon debitur.
Secara umum pengajuan SPP dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
SPP diajukan sendiri oleh calon debitur dengan datang sendiri ke kantor
cabang, sesuai dengan informasi yang telah diperoleh, dengan membawa
permohonan pinjaman yaitu KPPB (keterangan permohonan pinjam untuk
bisnis)/KPPK (keterangan permohonan pinjaman untuk konsumen), SPP
diterima saat itu juga.
SPP diterima oleh petugas pelayanan, kemudian mengisi SKKP dengan SPP,
yang selanjutnya diserahkan ke pimpinan cabang untuk mendapat disposisi.
Pimpinan cabang mendisposisikan atau menunjuk AO-nya, kemudian KPPB
dan SPP diserahkan kembali kepada seksi pelayanan pinjaman dan seksi ini
mencatat penyerahannya kepada pada KPPB tersebut dan dilanjutkan kepada
AO.
AO mencatat tanda penerimaan SPP pada KPPB, kemudian AO melakukan
kunjungan kepada calon debitur atau on the spot. Dalam tahap persiapan
kredit prosedur selanjutnya yaitu pada KPPB dipertimbangkan untuk
diproses.
Tabel berikut akan menerangkan hasil penelitian terhadap tingkat
kinerja, tingkat kesesuaian dan tingkat kesesuaian yang diperoleh berdasarkan
jawaban 37 responden.
Tabel 4.7 Tingkat kinerja terhadap penggunaan formulir permohonan kredit sesuai dengan
ketentuan peraturan dan tepat sasaran
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 14 9 0 0
37,84% 37,84% 24,32% 0% 0% 153 4,14 Efektif
Ket : Skor 153 = (14 x 5) + (14 x 4) + (9 x 3) + (0 x 2) + (0 x 1) Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.8 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap penggunaan formulir
permohonan kredit sesuai dengan ketentuan peraturan dan tepat sasaran
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 26 9 2 0 0
70,27% 24,32% 5,41% 0% 0% 172 4,65 Penting
Ket : Skor 172 = (26 x 5) + (9 x 4) + (2 x 3) + (0 x 2) + (0 x 1) Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.9 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,14 Efektif
4,65 Penting
88,95% Cukup Sesuai
Ket : *) (Maryanto, 2001:40) 0,00% - < 50,00% = Sangat tidak sesuai 55,00% - < 69,00% = Tidak sesuai 70,00% - < 84,00% = Kurang sesuai 85,00% - < 89,00% = Cukup sesuai 90,00% - < 94,00% = Sesuai 95,00% - < 100,00% = Sangat sesuai
2. Bank selalu melakukan pengecekan lansung ke lapangan (on the spot
inspection), bank to bank confirmation, dan trade checking kepada setiap
debitor.
Pada saat on the spot inspection, AO melakukan interview dengan
calon debitor mengenai data dan legalitas perusahaan maupun keadaan
keuangannya yang berpedoman pada 6 C. Data mengenai legalitas
perusahaan setidaknya mengenai: akta perusahaan, SIUO, SITU (surat izin
tempat usaha), NPWP (nomor pokok wajib pajak) dan data yang dapat
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan setidaknya mencakup:
laporan keuangan, daftar laba-rugi, cash flow.
Selain data tersebut pada saat AO melakukan on the spot inspection juga
diperlukan data informasi dari catatan yang ada baik (rekening, giro,
pengalaman kredit, daftar penunggak), bank to bank information, keterangan
mengenai perusahaan apakah sudah masuk atau terdaftar dalam Black List
Bank Indonesia. Berdasarkan data yang telah dihimpun AO dapat melakukan
penyesuaian dengan pasar sasaran dan resiko yang dapat diterima. Kemudian
AO mempertimbangkan permohonan kredit yang diajukan untuk diproses
lebih lanjut atau ditolak.
AO mencantumkan kesimpulan pada KPPB dan meneruskan kepada
pimpinan cabang untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Jika permohonan kredit
yang diajukan ditolak maka AO membuatkan surat untuk selajutnya
ditandatangani oleh pejabat kredit disertai alasan-alasannya.
Untuk mengetahui efektivitas dari kunjungan Account Officer bagi
debitor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13
Tingkat penilaian kinerja AO terhadap pelaksanaan (on the spot inspection), bank to bank confirmation, dan trade checking kepada setiap debitor.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 24 9 4 0 0
64,86% 24,32% 10,81% 0% 0% 168 4,54 Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.14 Tingkat kepentingan manajemen perbankan dalam (on the spot inspection), bank to
bank confirmation, dan trade checking kepada setiap debitor.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 27 8 1 0 0
72,97% 21,62% 2,70% 0% 0% 170 4,59 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.15 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,54 Efektif
4,59 Penting
98,82% Sangat Sesuai
3. Dalam pengambilan keputusan kredit prinsip 6C (Charakter, Capital,
Capacity, Collateral, Condition of Economic & Constrain) menjadi sumber
informasi utama bagi manajemen.
Setiap permohonan kredit yang diajukan pada bank selalu dilakukan
analisis 6C. prinsip ini menjadi alat yang digunakan oleh manajemen perbankan
dalam mengambil kebijakan untuk menyetujui kredit yang diajukan oleh
debitur. Secara umum prosedur penilaian 6C adalah
Charakter (Watak)
Sebagai alat menajemen perbankan dalam mengetahui karakter dari calon
debitur dapat dilakukan dengan: meneliti daftar riwayat hidup calon debitur,
penelitian reputasi calon debitur dilihat dari lingkungannya, melihat
kebiasaan calon debitur apakah terbiasa dengan hidup baros/konsumtif dll.
Penilaian soal karakter ini diperlukan pengalaman yang cukup dalam
melakukan penilaian.
Capacity (Kemampuan)
Pengukuran kemampuan calon debitur dilakukan dengan berbagai
pendekatan diantaranya: pendekatan historis yaitu dengan menilai past
performance dari nasabah yang bersangkutan, pendekatan financial dengan
menilai dari daftar gaji, pendekatan educational dengan meneliti pendidikan
calon debitur dan pendekatan yuridis dengan menilai apakah secara yuridis
calon debitur tersebut mempunyai kapasitas dalam untuk mewakili dirinya
untuk mengadakan ikatan atau perjanjian kredit dengan bank.
Capital (Modal)
Aspek penilaian capital dilakukan dengan analisa terhadap laporan keuangan
dan laporan laba-rugi dari calon debitur. Analisis ini sangat penting
dilakukan karena kredit yang akan diterima hanya sebagai tambahan
pembiayaan bukan tambahan modal seluruhnya.
Collateral (Anggunan)
Penilaian terhadap anggunan ini dilakukan dengan dua aspek yaitu aspek
ekonomis dari barang yang akan dijaminkan dan aspek yuridis apakah
barang-barang yang akan dijaminkan memenuhi syarat secara yuridis.
Condition of Economic (Kondisi Perekonomian)
Untuk penilaian kondisi perekonomian perlu dilakukan terhadap masalah-
masalah kebijakan pemerintah, peraturan-peraturan kebijakan moneter,
perpajakan, dan keadaan perekonomian secara umum. Hal ini dimaksudkan
agar dalam menyalurkan kredit bank dapat mempertimbangkan secara
cermat.
Constrain
Constrain adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu
bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
Tabel dibawah ini memberikan gambaran sejauhmana pelaksanaan analisis
6C dapat dilaksanakan pada bank BUMN
Tabel 4.16 Tingkat efektivitas kinerja manajemen perbankan dalam melakukan analisis 6C
(Charakter, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic & Constrain).
SE E CE KE TE Skor X Hasil 21 7 7 2 0
56,76% 18,92% 18,92% 5,41% 0% 158 4,27 Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.17 Tingkat kepentingan manajemen perbankan dalam melakukan analisis 6C
(Charakter, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic & Constrain).
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 29 5 3 0 0
78,38% 13,51% 8,11% 0% 0% 174 4,70 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.18 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,27 Efektif
4,70 Penting
90,80% Sesuai
4. Sebelum melakukan persetujuan kredit manajemen selalu
mempertimbangkan aspek 6A (aspek yuridis (hukum), pasar dan
pemasaran, teknis, manajemen, keuangan dan social ekonomis.
AO melakukan kunjungan nasabah (on the spot inspection) ke tanah,
tempat usaha dan lokasi jaminan calon debitur. Kemudian melakukan
wawancara kembali dengan calon debitur untuk mengetahui latar belakangnya
menanyakan manajemen dari aktivitas perusahaan dari mulai perusahaan
mengadakan pembelian bahan baku, proses produksi, pemasaran, cara
pembelian, dan pembayaran para pemasok, langganan, persaingan dengan usaha
sejenis, sampai pada bagaimana cara perusahaan dapat mengatasi perusahaan
sejenis.
Disamping itu AO juga melakukan kunjungan kepada pihak yang terkait
dengan perusahaan misalnya dengan relasi calon debitur, masyarakat hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat legalitas perusahaan dan penilaian harga
jaminan. Data yang diperoleh dituangkan dalam formulir disesuaiakan dengan
kondisinya/case by case disertai memorandum analisa kredit.
AO melakukan analisis terhadap aspek yuridis yang setidaknya dilakukan
analisis terhadap: status tanah, akta pendirian perusahaan, perijinan, peraturan
daerah. Aspek manajemen menyangkut masalah: apakah anggota/group, apakah
manajemen didominasi politik, pengalaman manajemen. Analisis produk awal
atau bahan baku: jenis bahan baku, jumlah volume pasokan apakah
terbatas/melimpah, bagaimana cara pengadaannya, jumlah persediaan, produk
substitusi. Analisis produk akhir atau barang jadi: jenis produk, sifat produk,
apakah motonya baik dan dapat bersaing, selera konsumen. Analisis pemasaran
setidaknya menyangkut masalah; bagaimana potensi permintaan, system
distribusi, kebijakan harga, promosi, pangsa pasar dan pesaing. Analisis
mengenai perbandingan dengan perusahaan sejenis. Analisis makro ekonomi
setidaknya memperhatikan tingkat inflasi dan daya beli masyarakat. Analisis
kuantitatif meliputi analisis neraca perusahaan, laporan laba-rugi perusahaan,
analisis rasio.
Hasil dari analisis tersebut selanjutnya dicocokan dengan sasaran dan
criteria resiko yang dapat diterima kantor cabang. Dari hasil analisis tersebut
dapat disimpulkan apakah kredit layak diberikan. Hasil analisis ini disebut paket
kredit dimana oleh AO diserahkan kepada ADK untuk diproses lebih lanjut.
Tabel dibawah ini merupakan gambaran sejauhmana proses ini
dilaksanakan secara efektif oleh manajemen bank.
Tabel 4.19 Tingkat penilaian kinerja terhadap efektivitas penilaian aspek 6A (aspek yuridis
(hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan dan social ekonomis.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 13 5 5 0
37,84% 35,14% 13,51% 13,51% 0% 147 3,97 Cukup Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.20 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis aspek 6A (aspek
yuridis (hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan dan social ekonomis.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 23 10 2 2 0
62,16% 27,03% 5,41% 5,41% 0% 165 4,46 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.21 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,97 Cukup Efektif
4,46 Penting
89,09% Cukup Sesuai
b. Analisis Kepekaan (Sensitivity)
1. Bank memiliki pedoman/aturan yang jelas tentang perkreditan dan selalu
melakukan penyesuaian terhadap aturan-aturan baru.
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan
berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan
melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan
kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31
Maret 1995. Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki
kebijakan perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris
bank dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai
berikut :
Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;
Organisasi dan manajemen perkreditan;
Kebijakan persetujuan kredit;
Dokumentasi dan administrasi kredit;
Pengawasan kredit;
Penyelesaian kredit bermasalah.
Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank
Indonesia. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan
bank wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara
konsekuen dan konsisten.
Tabel dibawah ini menggambarkan efektivitas manajemen perbankan
melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan pedoman/aturan perkreditan yang
telah ditetapkan oleh masing-masing bank.
Tabel 4.22 Tingkat penilaian kinerja terhadap analisis pedoman/aturan yang jelas tentang perkreditan dan selalu melakukan penyesuaian terhadap aturan-aturan baru.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 13 7 3 0
37,84% 35,14% 18,92% 8,11% 0% 149 4,03 Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.23 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis pedoman/aturan
yang jelas tentang perkreditan dan selalu melakukan penyesuaian terhadap aturan-aturan baru.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 29 6 2 0 0
78,38% 16,22% 5,41% 0% 0% 175 4,73 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.24 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,03 Efektif
4,73 Penting
85,14% Cukup Sesuai
2. Dalam memutuskan permohonan kredit, bank selalu memperhatikan
apakah kredit yang diajukan debitor tergolong kredit lama atau baru.
Permohonan kredit yang diajukan debitur perlu mendapat perhatian, hal ini
terkait dengan riwayat kredit debitor. Jika debitor memiliki catatan riwayat
kredit yang buruk di waktu yang lama, maka bank harus berhati-hati dalam
permohonan yang baru diajukan. Perlunya koordinasi bank dengan bank
Indonesia untuk melihat daftar debitur apakah ada dalam kategori black list
(daftar hitam) cacatan bank Indonesia.
Tabel 4.25 Tingkat kinerja terhadap analisis kepekaan bank dalam memperhatikan apakah
kredit yang diajukan debitor tergolong kredit lama dan kredit baru
SE E CE KE TE Skor X Hasil 10 15 10 2 0
27,03% 40,54% 27,03% 5,41% 0% 144 3,89 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.26 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis kepekaan bank
dalam memperhatikan apakah kredit yang diajukan debitor tergolong kredit lama dan kredit baru.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 11 13 10 3 0
29,73% 35,14% 27,03% 8,11% 0% 143 3,86 Cukup Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.27 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,89 Cukup Efektif
3,86 Cukup Penting
100,70% Sangat Sesuai
3. Bank selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kredit (lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan) menjadi sumber informasi
penting dalam melihat prilaku pelunasan kredit para debiturnya.
Penilaian terhadap kualitas kredit didasarkan kepada peraturan Bank
Indonesia nomor 7/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum Pasal
12 ayat (3) yang berbunyi kualitas kredit ditetapkan menjadi lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan atau macet. Kualitas kredit yang
dimaksud adalah didasarkan atas penilaian bank terhadap prospek usaha, kinerja
(performance) debitur dan kemampuan membayar.
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan
membayar. Penilaian terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
Potensi pertumbuhan usaha;
Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan;
Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara
lingkungan hidup.
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan
signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen serta
relevansi dari faktor penilaian dan komponen terhadap debitur yang
bersangkutan.
Tabel 4.31 Tingkat penialain kinerja terhadap Bank selalu melakukan penilaian terhadap
kualitas kredit (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan) menjadi sumber informasi penting dalam melihat prilaku pelunasan kredit para debiturnya.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 15 12 9 1 0
40,54% 32,43% 24,32% 2,70% 0% 152 4,11 Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.32 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap Bank selalu melakukan
penilaian terhadap kualitas kredit (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan) menjadi sumber informasi penting dalam melihat prilaku pelunasan
kredit para debiturnya.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 28 7 2 0 0
75,68% 18,92% 5,41% 0% 0% 174 4,70 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.33 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,11 Efektif
4,70 Penting
87,36% Cukup Sesuai
c. Keandalan (Realibility)
1. Account Officer melakukan analisa terhadap tujuan dan sumber
pembayaran debitornya dan melaporkannya secara jujur.
Bank selalu menghadapi kemungkinan kerugian karena ketidakjujuran
pejabat dan pegawai bank. Kerugian mengenai ketidakjujuran pegawai atau
pejabat bank merupakan penyebab penting terjadinya kerugian baik kerugian
dalam segi financial, prestise maupun waktu.
Untuk mencegah hal tersebut maka setiap bank umum telah melakukan
perumusan dan pelaksanaan program kontrol yang sehat yaitu dengan
berpedoman kepada peraturan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
Account Officer melakukan analisa terhadap tujuan dari debitur dalam
mengajukan kreditnya, hal ini penting dan harus dilakukan oleh Account Officer
secara cermat terkait dengan penggunaan dan perilaku dari setiap debiturnya dan
Account Officer harus dapat memastikan sumber pendapatan debitur nya setelah
kedua informasi ini diperoleh maka Account Officer melaporkanya secara jujur
tidak ada informasi yang ditutup-tutupi atau disembunyikan.
Tabel 4.47 Tingkat penialaian kinerja terhadap analisis Account Officer melakukan analisa terhadap tujuan dan sumber pembayaran debitornya dan melaporkannya secara
jujur.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 10 20 6 1 0
27,03% 54,05% 16,22% 2,70% 0% 150 4,05 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.48 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap Account Officer melakukan analisa terhadap tujuan dan sumber pembayaran debitornya dan melaporkannya
secara jujur.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 27 6 2 2 0
72,97% 16,22% 5,41% 5,41% 0% 169 4,57 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.49 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,05 Efektif
4,57 Penting
88,76% Cukup Sesuai
2. Bank memiliki profil resiko yang memadai dari nasabah dan jaminan serta
tingkat sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar.
Bank selalu dihadapkan pada risiko ketidakpastian (uncertainty risk).
Dalam hal ketidakpastian cash in flow/pendapatan yang mungkin timbul
misalnya penurunan penjualan, peraturan pemerintah dan inflasi. Kondisi
perekonomian yang selalu berubah menyebabkan bank harus melengkapi
peraturannya dengan manajemen resiko agar segala kemungkinan dapat
terantisipasi.
Tabel 4.50 Tingkat penialaian kinerja terhadap analisis profil resiko yang memadai dari
nasabah dan jaminan serta tingkat sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 12 11 14 0 0
32,43% 29,73% 37,84% 0% 0% 146 3,95 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.51
Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis profil resiko yang memadai dari nasabah dan jaminan serta tingkat sensitivitas terhadap
perkembangan kondisi ekonomi dan pasar.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 21 12 4 0 0
56,76% 32,43% 10,81% 0% 0% 165 4,46 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.52 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,95 Cukup Efektif
4,46 Penting
88,48% Cukup Sesuai
3. Bank selalu melakukan analisis terhadap kemampuan membayar kembali
secara historis berdasarkan perkembangan keuangan historis.
Akuntansi yang menggunakan prinsip historical cost memungkinkan bank
untuk melakukan penialaian terhadap laporan keuangan debitur. Perkembangan
keuangan secara historis memberikan informasi kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya. Dalam laporan keuangan historis akan tercermin
kemampuan perusahaan dalam mengelola perusahaan.
Tabel 4.53 Tingkat kinerja terhadap analisis kemampuan membayar kembali secara historis
berdasarkan perkembangan keuangan historis.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 11 16 7 3 0
29,73% 43,24% 18,92% 8,11% 0% 146 3,95 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.54 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap kemampuan membayar
kembali secara historis berdasarkan perkembangan keuangan historis.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 17 17 3 0 0
45,95% 45,95% 8,11% 0% 0% 162 4,38 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.55 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,95 Efektif
4,38 Penting
90,12% Sesuai
4. Bank selalu melakukan analisis terhadap kemampuan membayar kembali
dimasa yang akan datang berdasarkan perkembangan proyeksi arus kas.
Laporan arus kas menjadi sumber informasi bagi manajemen perbankan
dalam melakukan penialaian terhadap kemampuan membayar di masa yang
akan datang. Dan setiap debitor yang mengajukan permohonan kredit
diwajibkan membuat laporan arus kas sebagai syarat kelengkapan dalam
administrasi kredit. Laporan arus kas juga digunakan dalam menentukan
besarnya anggunan nasabah.
Tabel 4.56 Tingkat kinerja terhadap analisis terhadap kemampuan membayar kembali dimasa
yang akan datang berdasarkan perkembangan proyeksi arus kas.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 10 13 0 0
37,84% 27,03% 35,14% 0% 0% 149 4,03 Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.57 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis terhadap kemampuan membayar kembali dimasa yang akan datang berdasarkan
perkembangan proyeksi arus kas.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 19 13 5 0 0
51,35% 35,14% 13,51% 0% 0% 162 4,38 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.58 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,03 Efektif
4,38 Penting
91,98% Sesuai
5. Bank mengetahui kemampuan bisnis nasabah dan kondisi sektor
ekonomi/usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu
Pada saat AO melakukan kunjungan langsung ke lapangan, AO mengecek
lokasi usaha dan keadaan di sekitar tempat usaha serta melakukan analisis
terhadap kemungkinan yang terjadi seperti pesaing atau seberapa besar kekuatan
bisnis debitur di pasar.
AO melakukan analisis terhadap kondisi keuangan debitur dengan
membuat analisa terhadap rasio-rasio keuangan dan membandingkannya.
Tabel 4.59 Tingkat penilaian kinerja terhadap kemampuan bisnis nasabah dan kondisi sektor
ekonomi/usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu.
SE E CE KE TE Skor X Hasil 10 21 6 0 0
27,03% 56,76% 16,22% 0% 0% 152 4,11 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.60 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap kemampuan bisnis nasabah dan kondisi sektor ekonomi/usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri
tertentu.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 21 11 5 0 0
56,76% 29,73% 13,51% 0% 0% 164 4,43 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.61 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,11 Efektif
4,43 Penting
92,68% Sesuai
d. Analisis Pemahaman (Acceptibility)
1. Prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman dan/atau komitmen,
khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang diformalkan secara
jelas sesuai dengan karakteristik nasabah.
Suatu organisasi perusahaan yang sehat dapat mencerminkan adanya
pendelegasian serta pengaturan yang tegas antara wewenang masing-masing
manajer dengan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan tingkat
kedudukan manajemenya. Hal ini menjadi penting karena adanya asas division
of labor dan pendelegasian wewenang dapat mendorong terciptanya/timbulnya
pembidangan kegiatan-kegiatan yang mendorong manajer atau bawahanya
(subordinate) sebagai suatu kumpulan spesialis dan memperoleh manfaat dari
pendelegasian wewenang ini. Pendelegasian wewenang yang jelas serta adanya
pedoman secara formal membatu manajemen dalam mengambil keputusan dan
koordinasi.
Tabel 4.65 Tingkat penilaian kinerja terhadap analisis prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman dan/atau komitmen, khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang
diformalkan secara jelas sesuai dengan karakteristik nasabah
SE E CE KE TE Skor X Hasil 10 15 11 0 1
27,03% 40,54% 29,73% 0% 2,70% 144 3,89 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.66 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis prosedur
pengambilan keputusan untuk pinjaman dan/atau komitmen, khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang diformalkan secara jelas sesuai dengan
karakteristik nasabah
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 20 12 4 0 1
54,05% 32,43% 10,81% 0% 2,70% 161 4,35 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.67 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,89 Cukup Efektif
4,35 Penting
89,44% Sesuai
2. Analisis kredit yang telah dilakukan secara tepat dan pasti sudah mampu
menggambarkan informasi yang penting oleh manajemen.
Laporan analisis kredit (LAK) mampu memberikan informasi secara tepat
bagi manajemen dalam merealisasikan permohonan kredit yang diajukan debitur
setelah sebelumnya dianalisis secara tepat maksud nya adalah seluruh prosedur
perkreditan yang telah ditetapkan telah dijalankan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Tabel 4.68 Tingkat penilaian kinerja terhadap analisis kredit yang telah dilakukan secara tepat dan pasti sudah mampu menggambarkan informasi yang penting oleh manajemen
SE E CE KE TE Skor X Hasil 8 17 8 4 0
21,62% 45,95% 21,62% 10,81% 0% 140 3,78 Cukup Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.69 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis kredit yang telah dilakukan secara tepat dan pasti sudah mampu menggambarkan informasi yang
penting oleh manajemen
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 18 13 6 0 0
48,65% 35,14% 16,22% 0% 0% 160 4,32 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.50 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,78 4,32 87,50%
3. Laporan analisis kredit yang telah dilaporkan Account Officer tidak
menimbulkan perdebatan.
Informasi yang disampaikan AO kepada manajer adalah berupa analisis
kredit sampai kepada kelengkapan administrasi setelah seluruh syarat
administrasi telah dilakukan pemeriksaan serta dianalisis setelah itu AO
membuat kesimpulan sementara yang sebelumnya seluruh analisis kredit telah
dilakukan.
Tabel 4.51 Tingkat penilaian kinerja terhadap analisis kredit yang telah dilaporkan Account
Officer tidak menimbulkan perdebatan
SE E CE KE TE Skor X Hasil 9 15 12 1 0
24,32% 40,54% 32,43% 2,70% 0% 143 3,86 Cukup Efektif
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.52 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap analisis kredit yang telah
dilaporkan Account Officer tidak menimbulkan perdebatan
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 14 16 4 1 2
37,84% 43,24% 10,81% 2,70% 5,41% 150 4,05 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.53 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,86 Cukup Efektif
4,05 Penting
95,33% Sangat Sesuai
4. Laporan analisis kredit menjadi satu-satunya alat dalam pengambilan
keputusan kredit oleh manajemen.
Laporan analisis kredit merupakan bagian dari keseluruhan analisis kredit.
Dalam pengambilan keputusan kredit banyak hal yang menjadi alat manajemen
dalam merealisasikan permohonan kredit yang diajukan oleh debitur, salah satu
alat yang dapat menjadi pertimbangan adalah daftar riwayat kredit debitur.
Tabel 4.54 Tingkat penilaian kinerja terhadap penggunaan laporan analisis kredit dan menjadi
satu-satunya alat manajemen dalam pengambilan keputusan kredit
SE E CE KE TE Skor X Hasil 10 14 8 4 1
27,03% 37,84% 21,62% 10,81% 2,70% 139 3,76 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.55 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap penggunaan laporan analisis
kredit dan menjadi satu-satunya alat manajemen dalam pengambilan keputusan kredit
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 11 12 8 2 4
29,73% 32,43% 21,62% 5,41% 10,81% 135 3,65 Penting
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel 4.56 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,76 Cukup Efektif
3,65 Penting
102,96% Sangat Sesuai
5. Adanya komunikasi yang baik antara karyawan dengan manajer dalam
memutuskan permohonan kredit.
Komunikasi yang baik antara manajer dan karyawan merupakan suatu cara
yang baik untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam pengambilan
keputusan. Untuk memperoleh dan mempertahankan kepercayaan debitur perlu
adanya komunikasi yang baik dan efektif dengan AO. AO sebagai pelantara
antara debitur dan bank harus mampu berkomunikasi dengan baik sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Bank umum membuat persyaratan teknis
bagi karyawan yang ditempatkan pada AO harus dapat berkomunikasi dengan
baik salah satu caranya adalah bank membuat program diklat teknik
berkomunikasi serta personality agar kompetensi para AO semakin meningkat.
Tabel 4.57 Tingkat penilaian kinerja terhadap komunikasi yang baik antara karyawan dengan
manajer dalam memutuskan permohonan kredit
SE E CE KE TE Skor X Hasil 13 13 10 0 1
35,14% 35,14% 27,03% 0% 2,70% 148 4,00 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.58 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap komunikasi yang baik antara
karyawan dengan manajer dalam memutuskan permohonan kredit
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 22 10 5 0 0
59,46% 27,03% 13,51% 0% 0% 165 4,46 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.59 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,00 Efektif
4,46 Penting
89,70% Sesuai
e. Analisis Kepraktisan (Practicality)
1. Prosedur perkreditan yang ada mudah dipahami oleh debitur.
Prosedur perkreditan bank umum mengacu pada pedoman perkreditan
yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia. Peranan Account Officer (AO)
dalam memberikan informasi kepada debitur dan jika debitur mengalami
kesulitan dalam memahami dan mengimplementasikan prosedur perkreditan.
Tabel 4.60 Tingkat penilaian kinerja terhadap prosedur perkreditan yang mudah dipahami
oleh debitur
SE E CE KE TE Skor X Hasil 9 17 11 0 0
24,32% 45,95% 29,73% 0% 0% 146 3,95 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.61 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap prosedur perkreditan yang
mudah dipahami oleh debitur
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 23 8 5 1 0
62,16% 21,62% 13,51% 2,70% 0% 164 4,43 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.62 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,95 Cukup Efektif
4,43 Penting
89,02% Sesuai
2. Formulir atau dokumen serta instrument lainnya yang digunakan dalam
pengukuran kinerja dapat dipahami oleh debitur.
Seluruh dokumen maupun instrumen yang digunakan dalam proses
perkreditan harus dapat dipahami oleh debitur dan tidak menimbulkan salah
tafsir. Peranan Account Officer sangat baik jika debitur memerlukan informasi
seputar pengisian formulir dan bank membuat standar agar farmulir mudah
dipahami oleh debitur.
Tabel 4.63 Tingkat penilaian kinerja terhadap penggunaan formulir, dokumen serta
instrument lain yang digunakan dalam pengukuran kinerja dapat dipahami oleh debitur
SE E CE KE TE Skor X Hasil 7 18 8 3 1
18,92% 48,65% 21,62% 8,11% 2,70% 138 3,73 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.64 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap penggunaan formulir,
dokumen serta instrument lain yang digunakan dalam pengukuran kinerja dapat dipahami oleh debitur
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 18 10 5 4 0
48,65% 27,03% 13,51% 10,81% 0% 153 4,14 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.65 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,73 Cukup Efektif
4,14 Penting
90,20% Sesuai
3. Formulir, dokumen, dan instrument serta perangkat lainnya digunakan
semua secara tepat dalam pengukuran kinerja.
Dalam melakukan pengukuran kinerja manajemen perbankan membuat
suatu mekanisme input dalam hal ini formulir permohonan kredit, dokumen
yang dimaksud adalah dokumen yang dilampirkan oleh debitur dalam
mengajukan permohonan kredit dan seluruh instrumen yang menyangkut
perkreditan ditangani oleh bagian administrasi kredit.
Penilaian terhadap kinerja debitur meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut :
Perolehan laba;
Struktur permodalan;
Arus kas; dan
Sensitivitas terhadap risiko pasar.
Kemudian penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;
Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;
Kelengkapan dokumentasi kredit;
Kepatuhan terhadap perjanjian kredit;
Kesesuaian penggunaan dana; dan
Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Tabel 4.66 Tingkat penilaian kinerja Formulir, dokumen, dan instrument serta perangkat
lainnya digunakan semua secara tepat dalam pengukuran kinerja
SE E CE KE TE Skor X Hasil 6 20 11 0 0
16,22% 54,05% 29,73% 0% 0% 143 3,86 Cukup Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.67
Tingkat kepentingan manajemen perbankan dalam penggunaan Formulir, dokumen, dan instrument serta perangkat lainnya dalam perkreditan secara tepat
dalam pengukuran kinerja
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 18 12 7 0 0
48,65% 32,43% 18,92% 0% 0% 159 4,30 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.68 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
3,86 Cukup Efektif
4,30 Penting
89,94% Cukup Sesuai
4. Prosedur pemutusan kredit dilakukan secara hati-hati dan cermat.
Pemutusan kredit yang dimaksud adalah jika bank tidak menyetujui kredit
yang diajukan oleh debitur, maka pihak bank dalam hal ini Account Officer
membuat surat yang ditandatangani oleh kepala cabang untuk dilanjutkan
kepada debitur. Sehingga mekanisme pemutusan kredit dilakukan secara formal.
Tabel 4.69 Tingkat penilaian kinerja terhadap prosedur pemutusan kredit secara hati-hati dan
cermat
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 17 6 0 0
37,84% 45,95% 16,22% 0% 0% 156 4,22 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.70
Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap pemutusan kredit secara hati-hati dan cermat
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 19 15 2 1 0
51,35% 40,54% 5,41% 2,70% 0% 163 4,41 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.71 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,22 Efektif
4,41 Penting
95,71% Sangat Sesuai
5. Keputusan pencairan kredit melalui mekanisme yang jelas dan tepat
sasaran.
Pencairan kredit pada umumnya dilakukan oleh bank kepada debitur
dengan mendebet pada rekening debitur yang telah dibuat sebelumnya. Bank
sebelum melakukan pencairan kredit terlebih dahulu telah memastikan bahwa
seluruh tahapan dalam siklus perkreditan telah dilaksanakan.
Tabel 4.72 Tingkat penilaian kinerja terhadap mekanisme pencairan kredit yang jelas dan
tepat sasaran
SE E CE KE TE Skor X Hasil 14 17 6 0 0
40,54% 45,95% 16,22% 0% 0% 156 4,22 Efektif
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.73 Tingkat kepentingan manajemen perbankan terhadap mekanisme pencairan kredit
yang jelas dan tepat sasaran.
SP P CP KP TP Skor Y Hasil 24 12 1 0 0
64,86% 32,43% 2,70% 0% 0% 171 4,62 Penting
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.74 Tingkat Kesesuaian
Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian *)
4,24 Efektif
4,62 Penting
91,81% Sesuai
4. Diagram Kartesius
Nilai rata-rata yang telah diperoleh dengan perhitungan factor tersebut,
ditempatkan pada diagram kartesius secara berurutan dari nilai tertinggi sampai nilai
terendah.
Keterangan :
a. Kuadran A menunjukkan siklus perkreditan termasuk unsur-unsurnya yang dianggap
penting dan pihak bank telah melaksanakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku
namun tidak efektif.
Ada 4 faktor/indikator yang masuk pada Kuadran A ini adalah:
1. Bank memiliki profil resiko yang memadai dari nasabah dan jaminan serta tingkat
sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar.
2. Bank mampu melakukan analisis kemungkinan si peminjam membayar kembali berdasarkan
perkembangan keuangan nya.
3. Analisis kredit yang telah dilakukan secara tepat dan pasti sudah mampu menggambarkan
informasi yang penting oleh manajemen.
4. Adanya komunikasi yang baik antara karyawan dengan manajer dalam memutuskan
permohonan kredit.
5. Prosedur perkreditan yang ada mudah dipahami oleh debitur.
b. Kuadran B menunjukkan unsur siklus perkreditan yang telah berhasil dilaksanakan untuk
itu unsur ini mutlak diperlukan. Dianggap sangat penting dan efektif.
Y (Tingkat Kepentingan) 4,73 5 7 3 8 A 9 B 2 1 10 12 18 14 17 21 4,39 11 13 4 19 15 6 C D 20 22 3,65 16 3,73 4,02 4,54 6 X (Tingkat Kinerja)
Ada 8 faktor/indikator yang masuk pada Kuadran B ini adalah:
1. Bank menyediakan formulir untuk diisi calon debitur dalam permohonan kredit.
2. Bank selalu melakukan pengecekan lansung ke lapangan (on the spot inspection),
bank to bank confirmation, dan trade checking kepada setiap debitor.
3. Dalam pengambilan keputusan kredit prinsip 6C (Charakter, Capital, Capacity,
Collateral, Condition of Economic & Constrain) selalu menjadi penelitian utama bagi
manajemen.
4. Bank memiliki pedoman/aturan yang jelas tentang perkreditan dan selalu melakukan
penyesuaian terhadap aturan-aturan baru.
5. Bank selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kredit (lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan) menjadi sumber informasi penting dalam melihat
prilaku pelunasan kredit para debiturnya.
6. Account Officer melakukan analisa terhadap tujuan dan sumber pembayaran
debitornya dan melaporkannya secara jujur.
7. Bank mengetahui kemampuan bisnis nasabah dan kondisi sektor ekonomi/usaha
peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu.
8. Prosedur pemutusan kredit dilakukan secara hati-hati dan cermat.
c. Kuadran C menunjukan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya pada siklus
perkreditan sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja. Dianggap kurang efektif.
Ada 6 faktor/indikator yang masuk pada Kuadran C ini adalah:
1. Dalam memutuskan permohonan kredit, bank selalu memperhatikan apakah kredit
yang diajukan debitor tergolong kredit lama atau baru.
2. Prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman dan/atau komitmen, khususnya
apabila melalui pendelegasian wewenang diformalkan secara jelas sesuai dengan
karakteristik nasabah.
3. Laporan analisis kredit yang telah dibuat oleh Account Officer tidak menimbulkan
salah tafsir.
4. Laporan analisis kredit menjadi satu-satunya alat dalam pengambilan keputusan kredit
oleh manajemen.
5. Formulir atau dokumen serta instrument lainnya yang digunakan dalam pengukuran
kinerja dapat dipahami oleh debitur.
6. Formulir, dokumen, dan instrument serta perangkat lainnya digunakan semua secara
tepat dalam pengukuran kinerja.
d. Kuadran D menunjukan faktor yang mempengaruhi siklus perkreditan kurang penting,
tetapi pelaksanaanya efektif.
Ada 3 faktor/indikator yang masuk pada kuadran D ini adalah:
1. Sebelum melakukan persetujuan kredit, manajemen selalu mempertimbangkan aspek
6A (aspek yuridis (hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan dan
social ekonomis.
2. Bank selalu melakukan analisis terhadap kemampuan membayar kembali dimasa
yang akan datang berdasarkan perkembangan proyeksi arus kas.
3. Keputusan pencairan kredit melalui mekanisme yang jelas dan tepat sasaran.
e. Penilaian Efektivitas Kinerja
Perhitungan rata-rata digunakan untuk memperoleh tingkat efektivitas secara
keseluruhan digunakan analisis statistik rata-rata (Avarage) adalah nilai yang mewakili
himpunan atau sekelompok data (a set of data), (Supranto dalam Isnaeni, 2006:49)
Jumlah Skor Kriterium = Skor Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
%100xbiaiktivitassentaseEfeTingkatPer =
Keterangan:
ai = Total Skor ke-i
bi = Jumlah Skor Kriterium ke-i
Tabel 4.75 Tingkat Efektivitas (%)
Kategori Persentase
Sangat Efektif 80% - 100% Efektif 60% - 79% Cukup Efektif 40% - 59% Tidak Efektif < 40%
Jumlah Skor Kriterium (x) = 5 x 22 x 37
= 4070
%27,80%10040703267)( == xxktivitassentaseEfeTingkatPer
Hal ini berarti, tingkat efektivitas siklus perkreditan adalah sebesar 80,27%.
Jika disesuaikan dengan kriteria efektivitas maka kinerja siklus perkreditan efektif yang
berada pada kuadran I
Gambar 4.3 Tingkat Efektivitas
Sangat Efektif Efektif 80% - 100% 60% - 79%
•
Dengan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa siklus perkreditan sangat efektif
sehingga Bank BUMN berlomba menyalurkan kreditnya. Hal ini terkait dengan Pendapatan
terbesar dalam bank yang dapat mempengaruhi modal adalah pendapatan bunga dari
penyaluran kredit. Karena dari peningkatan penyaluran kredit maka perolehan pendapatan
bunga meningkat, meningkatnya perolehan pendapatan ini dapat menutupi seluruh beban
termasuk NPL. Setelah pendapatan dikurangi beban dan NPL baru didapat laba dimana
peningkatan laba ini akan mempengaruhi pertumbuhan modal. Karena penyaluran kredit
memberikan pemasukan yang sangat besar maka masing-masing bank dalam membuat
kebijakan penyaluran kredit berbeda-beda. Dengan tujuan menambah jumlah modal,
walaupun ada pendapatan bank yang diperoleh selain dari bunga misal : biaya administrasi
tabungan dan jasa transfer.
Jika kondisi dalam suatu bank terjadi peningkatan penyaluran kredit maka NPL akan
meningkat yang tidak diikuti dengan peningkatan perolehan pendapatan. Maka hal ini
menyebabkan modal berkurang maka sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada
masyarakat akan berkurang. Tetapi jika kondisi sebaliknya dimana jumlah dari penyaluran
kreditnya mengalami penurunan maka pendapatan menurun dan NPL pun mengalami
penurunan. Maka perkembangan modal bank menurun hal ini akan mempengaruhi jumlah
sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat, selain itu bank tidak dapat
memberikan dana segar kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dengan lancar
karena terbatasnya dana segar.
Meningkatnya jumlah penyaluran kredit akan menyebabkan meningkatnya NPL yang
juga disertai meningkatnya beban, hal ini tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal.
Selain besarnya beban operasional dan meningkatnya NPL yang mempengaruhi
perkembangan modal. Adapun faktor lain mempengaruhi jumlah modal yaitu pembagian
deviden yang tidak seimbang dengan laba ditahan. Karena modal bersih bank mencerminkan
jumlah dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat.
Dengan adanya persoalan diatas maka bank selalu memperhitungkan berapa yang akan
diterima lalu disesuaikan dengan berapa yang harus dikeluarkan, hal nini tentu saja bertujuan
agar pertumbuhan modal tidak menurun. Meningkatnya NPL akan mengurangi jumlah modal
bank, karena pendapatan yang diterima bank digunakan untuk menutupi NPL yang tinggi.
Selain itu meningkatnya NPL akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan kreditnya pada
periode berikutnya. Kondisi seperti ini akan mengurangi perkembangan deviden dan laba
ditahan atau modal.
Dengan keadaan tersebut dimana pembagian laba yang tidak seimbang dan
meningkatnya NPL dan beban dapat mempengaruhi pertumbuhan modal. Maka setiap bank
tentu ingin meningkatkan pendapatan yang tinggi agar dapat menjalankan kegiatan
operasional bank. Untuk itu bank dalam menyalurkan kreditnya selalu memberikan penilaian
atas kreditnya. Adapun penilaiannya seperti 5C dan 7P Ini semua ditujukan agar dalam
penyaluran kredit pihak bank dapat memperkirakan bunga yang diperoleh sehingga dapat
menambah jumlah modal.
Dengan adanya penilaian diatas maka pihak bank tahu kualitas dari pihak debitur yang
akan mengambil kredit. Apabila dari penilaian tersebut diatas tidak dipenuhi satu saja oleh
debitur maka bank akan melihat kualitas kredit yang akan diberikan. Karena dari kualitas
kredit dapat menggambarkan perolehan bunga yang diterima bank dan resiko terhadap NPL.
Untuk itu bank sangat hati-hati dalam mengambil kebijakan permohonan kredit yang
diajukan debitur dalam meningkatkan jumlah dan tingkat suku bunga penyaluran kreditnya.
Untuk menghindarkan resiko NPL yang tinggi dari penyaluran kredit yang tidak efisien.
Dalam hal ini perlu untuk mempertimbangkan alokasi dana yang efisien. Seperti penyaluran
kredit yang bisa memberikan return yang tinggi dimana tingkat NPL tidak terlalu tinggi.
Karena pengalokasian dana yang tepat sangat mempengaruhi jumlah modal bank.
Pengalokasian dana yang tidak efisien menyebabkan penyaluran kredit berkurang.
Karena jumlah dana pada modal berkurang sehingga dana yang akan disalurkan pada periode
berikutnya ikut turun. Keadaan seperti ini akan menghambat kegiatan operasional bank itu
sendiri dan juga menurunkan pendapatan bank. Selain itu faktor manusia khususnya sumber
daya perbankan perlu mendapat perhatian hal ini tercermin pada analisis kredit yang diajukan
debitur lebih banyak ditangani oleh account officer.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kepentingan, 91,50% Account Officer (AO)
siklus perkreditan yang telah ditetapkan pada Bank BUMN sangat penting dalam
pengambilan keputusan kredit.
2. Hasil perhitungan tingkat efektivitas menunjukkan siklus perkreditan bank BUMN
telah efektif yaitu sebesar 80,27%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus perkreditan pada Bank BUMN adalah:
a. Faktor keterkaitan: Dalam memutuskan permohonan kredit Bank selalu
melakukan pengecekan lansung ke lapangan (on the spot inspection), bank to bank
confirmation, dan trade checking kepada setiap debitor. Account Officer (AO) dalam
setiap melakukan analisis kredit faktor ini sangat sesuai artinya bank telah
menetapkan bahwa setiap AO dalam melakukan analisis kredit harus mengecek
keadaan debitur yang sebenarnya agar kredit yang akan deberikan tidak menjadi
kredit macet , 98,82% dari responden merasa sangat sesuai. Sedangkan pengambilan
keputusan kredit prinsip 6C (Charakter, Capital, Capacity, Collateral, Condition of
Economic & Constrain) selalu menjadi penelitian utama bagi manajemen, 90,80%.
b. Faktor kepekaan: sebanyak 85,14% responden Dalam memutuskan permohonan
kredit, bank selalu memperhatikan apakah kredit yang diajukan debitor tergolong
kredit lama atau baru. 100,70% responden Dalam memutuskan permohonan kredit,
bank selalu memperhatikan apakah kredit yang diajukan debitor tergolong kredit
lama atau baru. Sebanyak 87,36% Bank selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kredit (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan) menjadi sumber
informasi penting dalam melihat prilaku pelunasan kredit para debiturnya.
c. Faktor keandalan: Bank menetapkan persyaratan kredit yang diajukan, termasuk
perjanjian yang dirancang untuk membatasi perubahan exposure risiko nasabah di
waktu yang akan datang faktor yang penting bagi Account Officer (AO) dan 95,65%
menyatakan penting, sedangkan Bank mengetahui kemampuan bisnis nasabah dan
kondisi sektor ekonomi/usaha peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu
menyatakan 92,68% sangat penting dalam memutuskan permohonan kredit.
d. Faktor pemahaman: sebesar 95,33% Laporan analisis kredit yang telah dibuat oleh
Account Officer tidak menimbulkan salah tafsir, sedangkan 89,70% Adanya
komunikasi yang baik antara karyawan dengan manajer dalam memutuskan
permohonan kredit.
e. Faktor kepraktisan: Prosedur pemutusan kredit dilakukan secara hati-hati dan cermat,
sebesar 95,71% Account Officer (AO) sangat berhati-hati dalam memutuskan
permohonan kredit yang diajukan, dan Keputusan pencairan kredit melalui
mekanisme yang jelas dan tepat sasaran sebesar 91,81% serta Formulir atau dokumen
serta instrument lainnya yang digunakan dalam pengukuran kinerja dapat dipahami
oleh debitur 90,20%.
B. Implikasi
1. Tingkat kesesuaian antara kinerja dengan kepentingan Account Officer terhadap
Siklus Perkreditan Bank BUMN telah sesuai yaitu 92,11%. Hal ini berarti prosedur
perkreditan yang telah ditetapkan Bank BUMN telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan.
2. Siklus perkreditan Bank BUMN cukup efektif yaitu sebesar 78%. Hal ini Bank
Indonesia selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja Bank BUMN secara berkala
dan adanya perangkat hukum yang selalu disesuaiakan dengan perkembangan
ekonomi serta pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi siklus perkreditan Bank BUMN yang telah
sesuai dengan peraturan dan pelaksanaannya telah efektif adalah:
a. Kejujuran Account Officer (AO) merupakan faktor yang menentukan dalam
pengambilan keputusan kredit hal ini merupakan faktor penting dikarenakan
keputusan kredit yang akan diambil tergantung kepada laporan yang
disampaikan Account Officer (AO) kinerja Account Officer ini selalu dilakukan
evaluasi dan dilakukan pengawasan oleh pihak bank.
b. Account Officer (AO) selalu memberikan informasi kepada debitur terkait
dengan prosedur dan pearturan perkreditan serta responsif terhadap masalah-
masalah yang dihadapi oleh debitur hal ini didukung oleh sistem administrasi
perkreditan yang telah sederhana dan mudah dipahami oleh debitur.
c. Untuk menjaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang maka diterapkan
sistem pendelegasian wewenang yang diformalkan secara jelas dan selalu
dilakukan pengawasan selain itu dalam setiap pengambilan keputusan kredit
dilakukan secara transparan serta mempertimbangkan informasi yang diperoleh
selama analisis kredit.
d. Siklus perkreditan memudahkan kontrol serta pengawasan agar bisa menekan
kredit macet.
e. Dalam memutuskan permohonan kredit banyak dipengaruhi oleh faktor sumber
daya manusia dalam melakukan analisis kredit, sebaiknya bank umum
menambah account officer pada setiap kantor cabang. Selama melakukan
penelitian penulis melihat ketidaksesuaian antara jumlah debitur yang ditangani
dengan ketersediaan account officer.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., Vijay Govindarajan. “Management Control System”. Nineth Edition, The Me graw Hill Companies Inc.1998. Bar, JW dan O.P. Simorangkir. ”Pokok-Pokok Masalah Perkreditan”. Perbanas. Jakarta: 2007. Dendawijaya, Lukman. ”Manajemen Perbankan”. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta: 2001. Firdaus, Rahmat dan Inaya Ariyanti. ”Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan, dan Aplikasinya lengkap dengan analisis kredit”. ALFABETA. Bandung: 2004. Ginting Ramlan. “Makalah Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”. Bandung: 2004 Hadi Soewito, Slamet. ”Prinsip Dasar Kehati-hatian dan Perkreditan Bank”. Pioner. Jakarta:1999. Hadiwidjaja, R.A Rivai Wirasasmita. ”Analisis Kredit”. Pionir Jaya. Bandung: 1991. Hamid, Abdul. ”Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2004 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen”. BPFE. Yogyakarta: 2002. Jusuf, Jopie. ”Analisis Kredit untuk Account Officer”. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2007. Kasmir. ”Bank dan Lembaga Keuangan”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta: 1998. Koontz, Harold. Heinz Weinrich and Cyrill O Donell. ”Management”. Mc Graw Hill.Tokyo: 1980 Kotler, Philip., Gary Armstrong. ”Prinsip Prinsip Pemasaran”. Edisi Kedelapan. Jilid I. Erlangga. Jakarta: 2001. Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB). Bank Indonesia. Jakarta: 1995. Pudjo Muljono, Teguh. ”Manajemen Perkreditan Bank Komersial”. BPFE. Yogyakarta: 1994. R. Tjiptoadinugroho. ”Perbankan Masalah Kredit”. BPFE. Yogyakarta: 1991. Rahmat AA. ”Tanya Jawab Perkreditan”. Remaja Karya. Bandung: 1987.
Reksoprayitno, Soediyono. ”Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Bank Umum”. BPFE. Yogyakarta: 1992. Rivai, Veithzal., Andria Permata Veithzal. ” Credit Management Handbook”. Edisi Pertama. Rajawali Press. Jakarta: 2006. S.P Hasibuan, H. Malayu. ”Manajemen Perbankan”. Haji Masagung. Jakarta: 1993. Siamat, Dahlan. ”Manajemen Lembaga Keuangan: Dilengkapi UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998”. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta: 2004. Suharjono. ”Manajemen Perkreditan”. UPPAMP YKPN. Yogyakarta: 2003. Sunardi, Astiko. ”Pengantar Manajemen Perkreditan”. Andi. Yogyakarta: 1996. Sunungan, Muhdarsyah. ”Dasar-Dasar dan Teknik Analisis Kredit”. Bina Aksara. Jakarta: 1983. Sutojo, Siswanto. ”Mengenai Kredit Bermasalah”. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta: 1997. Sutojo, Siswanto. ”Strategi Manajemen Kredit”. PT Damar Mulya Pustaka. Jakarta: 2000. Tjoekam, Mohammad. ”Perkreditan”. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1999. Tri Santoso, Ruddi. ”Kredit Usaha Perbankan”. Andi. Yogyakarta: 1996. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Jakarta:1992. Wijaya M, Farid. ”Perkreditan dan Lembaga-lembaga Keuangan Kita”. BPFE. Yogyakarta: 1991.