analisis determinan fasilitas kemudahan impor …eprints.ums.ac.id/58402/15/naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS DETERMINAN FASILITAS KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN
EKSPOR (KITE) TERHADAP PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR
TEMBAGA DI PROVINSI JAWA TENGAH
PERIODE JANUARI 2015 - MEI 2017
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
ADHELLA RISCA HAPSARI
B300 140 105
PROGAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
iii
ANALISIS DETERMINAN FASILITAS KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN
EKSPOR (KITE) TERHADAP PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR TEMBAGA DI
PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE JANUARI 2015 - MEI 2017
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Analisis Determinan Fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) Terhadap Pertumbuhan Nilai Ekspor Tembaga di Provinsi
Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fasilitas
kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dari variabel perdagangan dunia,
distribusi pasar dan daya saing terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga, serta
data yang digunakan adalah data bulanan periode Januari 2015-Mei 2017. Metode
analisis menggunakan Error Correction Model (ECM) yang dikembangkan oleh
Engle-Granger.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (i) Fasilitas KITE yang diprogramkan
oleh pemerintah diperuntukkan bagi pelaku industri yang berorientasi ekspor
tembaga khususnya di Jawa Tengah dapat berdampak langsung dalam mendorong
pertumbuhan nilai ekspor tembaga.(ii) Perdagangan dunia dalam jangka pendek
dan jangka panjang mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah.(iii) Distribusi pasar dalam
jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah. (iv) Daya
saing dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan
sedangkan jangka panjang mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah.
Kata Kunci: Distribusi Pasar, Daya Saing, Dummy, Error Correction Model
(ECM), Perdagangan Dunia, KITE.
Abstract
This research is entitled “Analysis of KITE on Copper Export Value
Growth in Central Java Province”. The purpose of this research is to analyze the
facilities of KITE from world trade variable, market distribution and
competitiveness to export value of copper, and the data used is monthly data from
January 2015-May 2017. The method of analysis using Error Correction Model
(ECM) developed by Engle-Granger.
The results of the research using the above analysis tools are: (i ) KITE
facilities destined for export-oriented industries specialized in Central Java can
have a direct impact on increasing export growth. (ii) World trade in the short
term and long term has a positive and significant relation to the growth of export
value of copper in Central Java. (iii) The market distribution in the short term and
long term has a positive and insignificant relation to the growth of export value of
copper in Central Java. (iv) Competitiveness in the short term has a negative and
significant relation while long term has negative and insignificant relation to the
growth of export value of copper in Central Java.
Keywords: Market Distribution, Competitiveness, Dummy, Error Correction
Model (ECM), World Trade , KITE.
1. PENDAHULUAN
Tembaga atau yang biasa dikenal dunia dengan nama copper merupakan
logam terbaik nomor dua setelah perak dalam hal kemampuan
konduktivitas listrik dan panas dan telah diakui sebagai produk yang
berkualitas karena mempunyai kelebihan dan dapat menguntungkan serta
memberikan manfaat dengan digunakan sebagai bahan pilihan dalam berbagai
aplikasi rumah tangga, industri dan teknologi tinggi. Penggunaan utama
dalam bidang industri adalah tembaga digunakan untuk produksi kabel,
kawat, dan produk listrik untuk industri listrik dan bangunan, pipa untuk
jaringan pemipaan, pemanasan dan ventilasi serta kawat bangunan dan
lembaran logam pelapis. Adapun alasan mengapa tembaga dijadikan prioritas
utama dalam kehidupan sehari-hari karena logam merupakan konduktor panas
dan memiliki sifat yang fleksibel sehingga mudah untuk dibentuk, tahan korosi,
mudah ditempa dan dapat bertahan lama.
Permasalahan utama pada industri logam khususnya industri tembaga di
Jawa Tengah adalah minimnya suplai bahan baku karena harga yang tinggi
sehingga harga produk jadi sulit dan tidak mampu bersaing dengan produk
impor, kualitas produk yang belum memenuhi standar disebabkan teknologi
yang digunakan masih tradisional serta tingkat kemampuan rendah pada
sumber daya manusia industri. Dampak dari terjadinya peningkatan pada
biaya-biaya yang berdampak langsung dari perpindahan barang melewati
batasan negara dan kenaikan harga tersebut dapat meningkat dibandingkan
harga di pasar domestik. Kenaikan harga bahan baku juga berdampak pada
keuntungan yang diterima oleh produsen berkurang, sehingga produsen akan
membatasi aktivitas pada tingkat produksi dan mengurangi tingkat penawaran
sehingga mempengaruhi tingkat daya saing.
Kebijakan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah, melalui dinas
perindustrian dan perdagangan jawa tengah dengan memberikan dukungan
penuh kepada sejumlah pengusaha maupun pengrajin sektor logam untuk
melakukan kegiatan ekspor sering terjadi kegagalan ketika akan memulai
bisnis karena minimnya pengetahuan, sasaran dan tujuan serta pengembangan
mengenai ekspor yang berkualitas serta kurangnya ketelitian dalam penjualan
dan distributor asing sehingga berdampak memiliki risiko-risiko yang beragam.
Dengan adanya fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), maka
pelaku industri yang berorientasi ekspor akan lebih meningkatkan lagi volume
impornya mengingat fasilitas ini memberikan kemudahan bagi eksportir dalam
pembiayaan modal usaha maupun pembiayaan ekspor dengan suku bunga lebih
ringan yang diberikan oleh lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dan
eksportir juga akan terbebas dari bea masuk dan ppn atas bahan baku untuk
diolah, dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor serta dampak
pemberian fasilitas ini akan berpengaruh terhadap volume impor yang
menyebabkan aliran dana dapat masuk ke dalam negeri sehingga berdampak
pada peningkatkan perdagangan dunia, distribusi pasar dan daya saing terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah yang lebih kompetitif dan
mendorong peningkatan kontribusi ekspor di pasar global.
2. METODE PENELITIAN
Tempat penelitian ini adalah daerah-daerah berlokasinya industri tembaga
yang berperan dalam ekspor di Provinsi Jawa Tengah dan dilakukan secara
bertahap. Subyek penelitian adalah pengaruh program KITE terhadap
pertumbuhan nilai ekspor pada perdagangan dunia, distribusi pasar dan daya
saing tembaga di Provinsi Jawa Tengah.
2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah pertumbuhan nilai
ekspor Jawa Tengah yang dinotasikan sebagai Y. Pertumbuhan Nilai
Ekspor (Y) merupakan kenaikan dari semua biaya yang diminta eksportir
dari satu atau beberapa komoditas ekspor suatu negara.
2.2 Variabel Independen
2.2.1 Variabel Perdagangan Dunia
Perdagangan dunia adalah pertumbuhan ekspor dunia yang
dilakukan secara umum berdasarkan kesepakatan bersama oleh suatu
negara ke negara-negara tujuan utama atau pasar tujuan utama yang
dinotasikan sebagai X1. Dalam mengetahui variabel perdagangan dunia,
maka dilakukan dengan metode perhitungan Revealed Comparative
Advantage (RCA) oleh (Balassa, 1965). Negara dapat dikatakan memiliki
keunggulan apabila RCA lebih besar dari satu dan jika memiliki RCA
kurang dari satu maka tidak memiliki keunggulan kompetitif. Jika nilai
RCA lebih besar dari satu maka semakin baik kinerja perdagangan
internasional dalam negara tersebut dan tentunya fasilitas yang diberikan
oleh pemerintah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan nilai
ekspor di Provinsi Jawa Tengah (Serin & Civan, 2008). RCA dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kemendag, 2008):
⁄
⁄
Dimana:
= ekspor negara B untuk produk i ke pasar dunia
= total ekspor negara B ke pasar dunia
= ekspor negara pesaing untuk komoditi i ke pasar dunia
= total ekspor negara pesaing ke pasar dunia
2.2.2 Variabel Distribusi Pasar
Distribusi pasar adalah kemampuan dari usaha yang dilakukan
dengan tujuan untuk ekspor dengan memaksimalkan hasil dari
keuntungan sehingga lebih stabil dan dinotasikan sebagai X2. Dalam
mengetahui variabel distribusi pasar, maka dilakukan dengan metode
perhitungan Market Share Index (MSI). Semakin tinggi MSI
mencerminkan semakin besarnya bagian pasar yang dikuasai negara
tersebut. Perhitungan MSI difokuskan pada negara pengimpor tembaga
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Purnamasari, et al., 2014):
Dimana: = Ekspor negara B untuk produk i
= Impor total produk i di negara tujuan
2.2.3 Variabel Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan bersaing ekspor suatu negara yang
disebabkan oleh pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi dan
dinotasikan sebagai X3.Dalam mengetahui variabel daya saing, maka
dilakukan dengan metode perhitungan Comparative Export Performance
(CEP) yang digunakan untuk mengevaluasi spesialisasi ekspor suatu
negara pada produk tertentu. Apabila suatu negara memiliki nilai CEP
lebih besar dari satu maka negara tersebut memiliki keunggulan relatif
dalam ekspornya dan dapat disimpulkan bahwa daya saing tembaga
dengan menggunakan fasilitas KITE dapat bersaing karena memiliki
keunggulan dibandingkan negara lainnya. Perhitungan CEP dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Purnamasari, et al., 2014):
⁄
⁄
Dimana:
= ekspor Negara B untuk produk i
= total ekspor Negara B
= total ekspor dunia untuk produk i
= total ekspor dunia
Menurut model yang digunakan dalam melakukan koreksi ketidakseimbangan
antara jangka pendek menuju jangka panjang dan model regresi berganda
menggunakanOrdinary Least Square(OLS).Model yang digunakan adalah sebagai
berikut(Gujarati, 2004):
Persamaan model umum dari regresi berganda:
Persamaan model umum Error Correction Model (ECM):
Berdasarkan hal tersebut membentuk sebuah replikasi model statistik
persamaan tunggal sebagai berikut:
Model persamaan Error Correction Model (ECM):
Keterangan:
PNEJ (Y) = Pertumbuhan Nilai Ekspor Tembaga Jawa Tengah
PERDU (X1) = Perdagangan Dunia Jawa Tengah
DISPA (X2) = Distribusi Pasar Jawa Tengah
DAS (X3) = Daya Saing Jawa Tengah
DUMMY = Penggunaan sebelum dan sesudah Fasilitas KITE
Terhadap Pertumbuhan Nilai Ekspor Jawa Tengah
= Konstanta
= Koefisisen regresi
= Error Correction Term
= Kesalahan penganggu disebabkan oleh faktor lain
di luar model
= Periode waktu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
H1: Terdapat pengaruh hubungan jangka panjang antara perdagangan dunia
dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang pertama, dalam jangka panjang nilai PERDU menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan memiliki koefisien
positif sebesar 0.285850atau 28%. Sehingga dapat diketahui bahwa jangka
panjang perdagangan dunia memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian H1 dapat diterima karena memiliki pengaruh hubungan jangka
panjang antar perdagangan dunia dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
H2: Terdapat pengaruh hubungan jangka pendek antara perdagangan dunia dan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang kedua, dalam jangka pendek nilai DPERDU menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan memiliki koefisien
positif sebesar 0.236951atau 23%. Sehingga dapat diketahui bahwa jangka
pendek perdagangan dunia memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian H2 dapat diterima karena memiliki pengaruh hubungan jangka
pendek antar perdagangan dunia dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
H3: Terdapat pengaruh hubungan jangka panjang antara distribusi pasar dan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang ketiga, dalam jangka panjang nilai DISPA menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0.4652lebih besar dari α = 5% dan memiliki koefisien
positif sebesar 0.028405atau 2.8%. Sehingga dapat diketahui bahwa jangka
panjang distribusi pasar memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian H3 ditolak karena tidak terdapat pengaruh hubungan jangka panjang
antar distribusi pasar dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
H4: Terdapat pengaruh hubungan jangka pendek antara distribusi pasar dan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang keempat, dalam jangka pendek nilai DDISPA
menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.3824lebih besar dari α = 5% dan
memiliki koefisien positif sebesar 0.022119atau 2.2%. Sehingga dapat
diketahui bahwa jangka pendek distribusi pasar memiliki pengaruh signifikan
positif terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian H4 ditolak karena tidak terdapat pengaruh
hubungan jangka pendek antar distribusi pasar dan pertumbuhan nilai ekspor
tembaga.
H5:Terdapat pengaruh hubungan jangka panjang antara daya saing dan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang kelima, dalam jangka panjang nilai DAS menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0.0954lebih besar dari α = 5% dan memiliki koefisien
negatif sebesar -0.171990 atau -0.17%. Sehingga dapat diketahui bahwa jangka
panjang daya saing memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
pertumbuhan nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian H5 ditolak karena tidak terdapat pengaruh hubungan jangka panjang
antar daya saing dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
H6:Terdapat pengaruh hubungan jangka pendek antara daya saing dan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga
Hipotesis yang keenam, dalam jangka pendek nilai DDAS menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0.0331 lebih kecil dari α = 5% dan memiliki koefisien
negatif sebesar -0.142539 atau -0,14%. Sehingga dapat diketahui bahwa jangka
pendek daya saing memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan
nilai ekspor tembaga dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian H6
dapat diterima karena memiliki pengaruh hubungan jangka pendek antar daya
saing dan pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis yang dilakukan terhadap
pengaruh fasilitas KITE pada pertumbuhan nilai ekspor di Jawa Tengah bulan
Januari 2015 sampai Mei 2017 dengan menggunakan metode Error Corection
Model (ECM), maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1) Pengaruh fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) terhadap kondisi
pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah periode Januari 2015 –
Mei 2017 mengalami perubahan dalam jangka pendek sebesar 41% dan
jangka panjang sebesar 36%. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas KITE
yang diprogramkan oleh pemerintah diperuntukkan bagi pelaku industri
yang berorientasi ekspor tembaga khususnya di Jawa Tengahdapat
berdampak langsung dalam mendorong pertumbuhan nilai ekspor tembaga.
2) Perdagangan dunia dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai ekspor
tembaga di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas kemudahan
impor tujuan ekspor (KITE) yang diprogramkan oleh pemerintah memiliki
dampak langsung mendorong perdagangan dunia sehingga pertumbuhan
nilai ekspor tembaga ikut mengalami peningkatan.
3) Distribusi pasar dalam jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai
hubungan positif dan tidak signifikan pada terhadap pertumbuhan nilai
ekspor tembaga di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku
industri yang berorientasi ekspor tembaga meskipun telah menggunakan dan
memanfaatkan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dapat
meningkatkan distribusi pasar namun belum mampu mempengaruhi laju
pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa Tengah.
4) Daya saing dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif dan
signifikan sedangkan jangka panjang mempunyai hubungan negatif dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga di Jawa
Tengah. Hal ini menunjukkan strategi pemerintah dengan memberikan
fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) yang dimana terkait
dengan pelaku industri yang berorientasi pada ekspor yang memiliki
kemampuan maupun kinerja untuk menjual serta mensuplai barang dan jasa
ke pasar yang akan dituju masih belum sepenuhnya mampu menghadapi
persaingan antar negara-negara penghasil tembaga.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disampaikan diatas,
maka peneliti memberikan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut:
1) Adanya kemudahan dalam mendapatkan bahan baku dari luar negeri yang
disebabkan harga bahan baku di dalam negeri lebih mahal dariharga bahan
baku di luar begeri dan juga terdapat perbedaan kualitas bahan sangat
berpengaruh. Dalam hal ini sebagai tujuan penelitian ini dari penerapan
fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) menunjukkan adanya
ketertarikan dalam jangka panjang dan jangka pendek dalam melakukan
distribusi pasar maka eksportir harus lebih mementingkan kualitas barang
atau komoditi terbaik yang akan diekspor sehingga mendapatkan respon
baik dan berdampak pada daya saing ekspor tembaga. Kualitas produk yang
tinggi merupakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan permintaan
walaupun harga dari produk itu sendiri tinggi maka perdagangan di pasaran
internasional akan meningkat pesat dan dapat bersaing dengan negara-
negara penghasil tembaga lainnya sehingga berdampak pada peningkatan
pertumbuhan nilai ekspor tembaga khususnya di Jawa Tengah.
2) Dalam pelaksanaannya pemerintah harus mengadakan berbagai pelatihan
dan sosialiasi kepada pelaku industri pada bidang ekspor tembaga untuk
memahami dan mendapatkan informasi yang lebih mengenai fasilitas
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) khususnya untuk ekspor tembaga
di Jawa Tengah.
3) Bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian ini model yang digunakan masih
sangat terbatas karena hanya melihat pengaruh variabel perdagangan dunia,
distribusi pasar, dan daya saing terhadap pertumbuhan nilai ekspor tembaga
di Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjutan yang
lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih lengkap sehingga dapat
lebih melengkapi dan menjelaskan pengaruh fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor KITE yang mempengaruhi ekspor tembaga di Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsjar, H. D., & Amirullah. (2002). Teori dan Praktek Ekspor Impor.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amir M.S. (2004). Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Jakarta: PPM.
Anon. (2008, Mei 12). fasilitaskite. Retrieved Oktober 9, 2017, from
http://fasilitaskite.blogspot.co.id/2008/05/sekilas-mengenai-fasilitas-
kite.html
Aron, H. H. (2017, September 28). Ciamik, Daya Saing RI Naik 5 Peringkat ke
Posisi 36. detikFinance.
Assauri, S. (2012). Strategic Marketing: Sustaining Lifetime Customer Value (1
ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Balaipustaka. (2009). Balai Pustaka Web Blog. Retrieved Oktober 13, 2017, from
https://balaipustaka.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-distribusi/
Balassa. (1965). Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage. The
Manchester School of Economic and Social Studies, 33(2).
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
& Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews . Jawa Barat: Rajawali Pers.
Bea dan Cukai. (2008). Kumpulan Peraturan Terkait Fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE). Retrieved Oktober 10, 2017, from
http://www.beacukai.go.id/wwwbcgoid/index.html?page=fasilitas/kite/ku
mpulan-peraturan-terkait-fasilitas-kemudahan-impor-tujuan-ekspor-kite-
.html
Bea dan Cukai. (2011). Pengertian Daerah Pabean. Retrieved Oktober 13, 2017,
from http://www.beacukai.go.id/faq/pengertian-daerah-pabean.html
Bea dan Cukai. (2013). Indeks Pabean Ekspor. Retrieved Oktober 12, 2017, from
http://www.beacukai.go.id/arsip/pab/ekspor.html
Bea dan Cukai. (2015). Indeks Fasilitas KITE. Jakarta TIMUR: Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
Bea dan Cukai. (2017, Februari 2). Warta Bea Cukai. Retrieved Oktober 11, 2017,
from http://docplayer.info/47293249-Ragam-upaya-memberdayakan-ikm-
volume-49-nomor-2-februari-2017-issn.html
Disperindag Jawa Tengah. (2014). Draft III LKPJ Gubernur Jawa Tengah Bab
IV. Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah. Semarang: Disperindag
Jawa Tengah.
DJPEN. (2017). Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional. Retrieved
Oktober 25, 2017 fromhttp://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/links/66-
panduan-dasar-ekspor
DJPEN. (2017). Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional. Retrieved
Oktober 25, 2017 from
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/94-flowchart-besar-
kegiatan-ekspor
Endarwati, M. L. (2013). Peningkatan Kapasitas UKM TENANT INKUBATOR
BISNIS Melalui Pendampingan INKUBATOR BISNIS. Jogjakarta: LPPM
UNY.
Gufandri, A. M. (2016). BlogBelajar. Retrieved Oktober 21, 2017, from
http://www.rankingkelas.com/2016/12/rangkuman-perdagangan-
internasional-pengertian-faktor-kebijakan-manfaat-dampak-positif-
negatif.html#
Gujarati, D. (2003). Ekonometri Dasar. (S. Zain, Ed., & S. Zain, Trans.) Jakarta:
Erlangga.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics (4 ed.). New York: The McGraw−Hill
Companies.
Gumilar, G., Suyadi, I., & Agusti, R. R. (2015). Pemanfaatan Fasilitas KITE
Untuk Meningkatan Ekspor Dalam Negeri (Studi Pada Kantor Wilayah
DIREKTORAT JENDERAL BEA CUKAI JATIM I, SIDOARJO). Jurnal
Perpajakan.
Hendri, J. (2009). Riset Pemasaran. Universitas Gunadarma, 1-2.
IlmuEkonomi. (2016). Ilmu Ekonomi ID, Metode Penetapan Harga. Retrieved
Oktober 14, 2017, from http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/12/4-
metode-penetapan-harga.html
International Yearbook of Industrial Statistic. (2016). United Nations Industrial
Development Organization.
Kabai, Z. (2015). Ekonomi Sajalah. Retrieved Oktober 13, 2017, from
https://ekonomisajalah.blogspot.co.id/2015/10/faktor-faktor-yang-
mendorong-terjadinya.html
Kemendag. (1998, Desember 4). Keputusan Peraturan Menteri Perindustri dan
Perdagangan No: 558/MPP/Kep/12/1998. Retrieved September 20, 2017,
from http://inatrade.kemendag.go.id/files/peraturan/10.pdf
Kemendag. (2008). Revealed Comparative Advantage. Retrieved Oktober 25,
2017, from http://www.kemendag.go.id/addon/rca/
Kemendag. (2013). Market Brief Penetrasi Kawat Tembaga. Jakarta Pusat: atase
perdagangan KBRI-Manila.
Kemendag. (2016). Profil Jawa Tengah. Retrieved Oktober 25, 2017, from
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/33/jawa-
tengah
Kemenkeu. (2016, Mei 2). Bea Cukai Sosialisasikan Pusat Logistik Berikat di
Sulawesi.
Kemenkeu. (2016). Keputusan Menteri Keuangan Tentang Penetapan Harga
Ekspor. Jakarta: Bea dan Cukai. Retrieved Oktober 14, 2017
Kemenkeu. (2017). Dorong Peningkatan Ekspor, Pemerintah Luncurkan Fasilitas
KITE untuk IKM. Retrieved Oktober 11, 2017, from
http://www.beacukai.go.id/berita/dorong-peningkatan-ekspor-pemerintah-
luncurkan-fasilitas-kemudahan-impor-tujuan-ekspor-untuk-industri-kecil-
dan-menengah.html
Kemenkeu. (2017, Januari 26). Peraturan Menteri Keuangan No.
6/PMK.010/2017 . Retrieved from JDI Hukum:
http://www.sjdih.depkeu.go.id/Ind/
Kemenkumham. (2009, Januari 16). Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2009.
Retrieved Oktober 13, 2017, from http://peraturan.go.id/pp/nomor-2-
tahun-2009-11e44c4e33af1790ac7d313231323238.html
Kemenkumham. (2009). UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009. Jakarta:
peraturan.go.id.
Kemenprin. (2010). Kedalaman Struktur Industri Yang Mempunyai Daya Saing di
Pasar Global. Jakarta: Kementrian Perindustrian.
Kemenprin. (2013). Diversifikasi Pasar Ekspor Harus Dilakukan. Jakarta: Koran
Jakarta.
Kementrian ESDM. (2012). Kajian Supply Demand Mineral. Pusat Data dan
Energi ESDM.
Kementrian Perindustrian. (2013). Majalah Industri 4. media industri,
Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik, p. 8.
Kemlu. (2014). World Trade Organitation. Retrieved Oktober 14, 2017, from
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/World-
Trade-Organization-(WTO).aspx
Kotler, & Amstrong, G. (2001). Prinsip-prinsip pemasaran (12 ed., Vol. 1).
Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2017). Manajemen Pemasaran (12 ed., Vol. 1). (J.
Purba, Ed.) Jakarta: PT Indeks Penerbit.
Market Bisnis. (2017). Logam Industri: Tembaga Melaju Kencang, Naik Tertinggi
Sejak Mei 2013.
Maulana, A. (2016). Daerah Penghasil Tembaga. Retrieved Oktober 26, 2017,
from http://www.majalahbatu.com/2016/11/daerah-penghasil-tembaga-di-
indonesia.html