analisis debit banjir rencana situ lebak...
TRANSCRIPT
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 75
ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA SITU LEBAK WANGI, BOGOR JAWA BARAT
Edy Sriyono
Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra
Jalan Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kondisi Situ Lebak Wangi saat ini sangat memprihatinkan dimana terjadi pendangkalan akibat sedimentasi, dan
penimbunan oleh masyarakat. Hal ini diperparah lagi dengan adanya penyerobotan atas lahan situ sehingga terjadi alih fungsi
menjadi perumahan atau lahan pertanian. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dilaksanakan kegiatan Review Desain Situ
Lebak Wangi. Analisis banjir rencana sangat diperlukan di dalam perencanaan bangunan-bangunan sungai. Hal ini berkaitan
dengan perhitungan debit banjir rencana. Adapun tujuan analisis debit banjir rencana adalah untuk mengevaluasi besarnya
debit banjir rencana Situ Lebak Wangi pada berbagai kala ulang (2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun), termasuk bentuk
hidrografnya. Nilai debit banjir ini akan menjadi input untuk evaluasi pelimpah, saluran, dan volume yang dapat tertampung
pada situ.
Debit banjir ditetapkan berdasarkan suatu analisis hubungan antara hujan dan aliran (rain fall-run off). Analisis
frekwensi dilakukan terhadap beberapa seri data hujan tahunan, untuk kemudian ditetapkan besarnya hujan rencana. Dari
nilai hujan rencana tersebut, kemudian diperkirakan nilai debit banjirnya. Analisis dilakukan dengan cara menghitung
analisis frewensi dan banjir rencana. Hitungan banjir rencana dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: Rasional, Nakayasu,
SCS Unit Hydrograf, dan Haspers. Kemudian untuk keperluan perencanaan situ tersebut dipilih metode yang paling sesuai
untuk kala ulang tertentu.
Berdasarkan hasil analisis debit banjir rencana Situ Lebak Wangi untuk kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun
berturut-turut adalah 6,5 m3/det; 9,3 m3/det; 11,2 m3/det; 13,8 m3/det; 15,8 m3/det; dan 18,0 m3/det. Hasil analisis ini akan
diperlukan dalam analisis pelimpah, saluran dan pengisian (volume) situ.
Kata kunci: Debit banjir, kala ulang, dan beberapa metode.
PENDAHULUAN
Situ merupakan daerah cekungan yang dapat
menampung air dan bisa juga merupakan bagian
dari sungai yang melebar. Selain berfungsi sebagai
sumber air, situ juga berfungsi sebagai pengendali
banjir, kekeringan serta berfungsi sebagai resapan
untuk meningkatkan ketersediaan air tanah. Situ
juga memiliki manfaat lain yaitu untuk perikanan,
pariwisata dan lain-lain, sehingga keberadaan situ
tersebut bila dikelola dengan baik akan dapat
memberikan nilai tambah bagi daerah sekitar. Situ
Lebak Wangi berada di Desa Pamegarsari RT
02/01, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat.
Analisis banjir rencana sangat diperlukan di
dalam perencanaan bangunan-bangunan sungai. Hal
ini berkaitan dengan perhitungan debit banjir
rencana. Apabila sudah terdapat pencatatan debit
banjir pada suatu sungai yang akan dianalisis, maka
besarnya debit banjir ditetapkan berdasarkan
analisis frekwensi dari catatan beberapa seri data
debit banjir maksimum tahunan di sungai tersebut.
Namun jika data tersebut tidak tersedia, maka debit
banjir ditetapkan berdasarkan suatu analisis
hubungan antara hujan dan aliran (rain fall-run off).
Analisis frekwensi dilakukan terhadap beberapa
seri data hujan tahunan, untuk kemudian ditetapkan
besarnya hujan rencana. Dari nilai hujan rencana
tersebut, kemudian diperkirakan nilai debit
banjirnya. Beberapa metode pendekatan yang
sering dipergunakan dalam analisis hidrologi untuk
catchment area yang kecil adalah metode rasional.
Pengambilan data hujan dilakukan dengan cara
annual maximum series, yaitu mengambil data
hujan harian maksimum pada setiap tahun untuk
setiap stasiun hujan.
METODE ANALISIS
1. Analisis Frekwensi Hujan
Harto (1993) dan Triatmodjo (2009)
menjelaskan bahwa analisis frekwensi hujan
digunakan untuk menentukan periode ulang hujan
rencana yang tertentu, yaitu menunjukkan
kemungkinan besarnya curah hujan akan tersamai
atau terlampaui selama periode waktu tertentu.
Beberapa sebaran yang akan digunakan dalam
melakukan analisis frekwensi antara lain adalah:
sebaran Normal, sebaran Log Normal, sebaran Log
Pearson III dan sebaran Gumbel. Untuk memilih
jenis sebaran yang sesuai terhadap suatu seri data
tertentu, perlu diselidiki parameter-parameter
statistiknya.
Yr =Y
N
i
S =
( )X X
N
i
i
N
1
2
1
Cv = S
Yr
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 76
Cs = N
N N SY Yi r( )( )
( )
1 2 3
3
Ck = N
N N N SY Yi r
2
4
4
1 2 3( )( )( )( )
dengan :
Yi = data hujan R24 maksimum pada tahun ke-i
Yr = rata-rata dari suatu seri data hujan
N = jumlah data hujan
S = standar deviasi
Cv = koefisien variasi
Cs = koefisien asimeteri
Ck = koefisien kurtosis
Penelitian jenis sebaran dilakukan dengan
mencocokan nilai parameter-parameter statistik
tersebut dengan syarat-syarat dari masing-masing
jenis sebaran. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
1). Distribusi normal:
Cs ≈ 0 dan Ck ≈ 3. Sifat lainnya: P ( X - S) =
15,87 %, P(X) = 50 %, dan P(X + S) = 84,14 %
2). Distribusi Log Normal:
Cs ≈ 3Cv, dan Cs selalu positif
3). Distribusi Gumbel:
Cs = 1,1396 dan Ck = 5,4002
4). Distribusi Log Pearson III:
Apabila data statistik tidak menunjukkan
distribusi manapun.
Untuk mengetahui kesesuaian distribusi yang
digunakan, dilakukan 2 pengujian yaitu pengujian
Smirnov Kolmogorov dan pengujian Chi Kuadrat
a) Uji Smirnov Kolmogorov
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
kemungkinan untuk tiap varian dari distribusi
empiris dan distribusi teoritisnya akan terdapat
perbedaan () tertentu.
Maks = P (X) - P (Xi) < cr
dengan :
Maks = perbedaan maksimum antara data hujan
dengan garis teoritis
P (X) = probabilitas dari distribusi hujan empiris
P (Xi) = probabilitas dari distribusi hujan teoritis
cr = perbedaan maksimum yang diijinkan
Distribusi dikatakan sesuai jika dari pengujian
diperoleh harga-harga Maks lebih kecil dari cr
b) Uji Chi-Kuadrat (X2)
Pengujian ini didasarkan pada jumlah
pengamatan yang diharapkan pada pembagian
kelas, dan ditentukan terhadap jumlah data
pengamatan yang terbaca di dalam kelas
tersebut:
X2 =
22)(
crXEf
OfEf
dengan :
X2 = harga Chi-kuadrat terhitung
X cr
2= harga Chi-kuadrat kritik
Ef = frekwensi yang diharapkan
Of = frekwensi yang terbaca
Distribusi dikatakan sesuai jika dari pengujian
diperoleh harga-harga X2 lebih kecil dari X cr
2
2. Debit Banjir Rencana
a. Metode Rasional
Debit rencana metode rasional dihitung
dengan menggunakan rumus:
Q = 0,278 x C x I x A
dengan :
Q = debit puncak banjir (m3/det)
C = koefisien aliran
I = intensites hujan selama waktu tiba banjir
(mm/jam)
A = luas DPS (km2), diukur dari peta topografi
Koefisien aliran diperkirakan dengan berda-
sarkan pada tabel mononobe (Sosrodarsono dan
Takeda, 1981). Apabila tersedia data aliran koefisien
aliran dapat ditentukan dengan membandingkan
antara aliran langsung yang diakibatkan oleh hujan
pada suatu periode banjir dengan jumlah curah hujan
rata-rata pada DAS yang bersangkutan. Intensitas
hujan selama waktu tiba banjir dihitung dengan
menggunakan rumus (Loebis, 1992):
Tabel 1. Koefisien aliran menurut mononobe
Pengaliran dan sungai Kondisi
Daerah
Harga dari
C
Daerah pegunungan tersier
Daerah Pegunungan kwarter
Tanah bergelombang dan hutan
Tanah dataran yang ditanami
Persawahan yang dialiri
Sungai di daerah pegunungan
Sungai Kecil di dataran
Sungai besar yang lebih dari
setengah daerah pengalirannya
terdiri dari dataran
0,75 - 0,90
0,70 - 0,80
0,50 - 0,75
0,45 - 0,60
0,70 - 0,80
0,75 - 0,85
0,45 - 0,75
0,50 - 0,75
67,024
24
T
RI
Untuk dapat menghitung intensitas curah
hujan terlebih dahulu harus menghitung waktu tiba
banjir dengan menggunakan rumus Bayern sebagai
berikut
T = W
L (jam)
W = 72
6,0
L
H(km/jam)
dengan :
T = Waktu tiba banjir (jam)
L = panjang segmen sungai dari titik terjauh dalam
DAS sampai dengan titik yang ditinjau (m)
W = Kecepatan banjir (km/jam)
H = hujan rencana
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 77
b. Metode Nakayasu
Persamaan umum hidrograf satuan sintetik
Nakayasu adalah sebagai berikut (Soemarto, 1987),
dan dikoreksi untuk nilai waktu puncak banjir
dikalikan 0,75 dan debit puncak banjir dikalikan 1,2
untuk penyesuaian dengan kondisi di Indonesia.
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :
Qp =
3,0p T0,3T3,6
RoA1,2
dengan:
Qp = Debit puncak banjir (m3 / det)
Ro = Hujan satuan (mm)
TP = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit,
dari debit puncak sampai menjadi 30 % dari
debit puncak
Untuk menentukan Tp dan T0,3, digunakan
pendekatan rumus:
Tp = Tg + 0,8 Tr
T0,3 = x Tg
Untuk daerah pengaliran biasa α = 2
Untuk hidrograf dengan lengkung naik lambat dan
lengkung turun cepat α = 1.5
Untuk hidrograf naik cepat dan turun lambat α = 3
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai
debit puncak banjir (jam). Tg dihitung dengan
ketentuan sebagai berikut:
Sungai dengan panjang lebih dari 15 km, maka
Tg = 0,40 + 0,058 L
Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka
Tg = 0,21 L 0,70
a = parameter hidrograf
tr = satuan waktu hujan (1 jam)
Persamaan hidrograf:
Pada waktu naik
t Tp : Qt =
2,4
PT
tQmaks
Pada kurva turun :
0 t (Tp + T0,3) : Qt =
3,03,0T
Tt
p
p
Q
(Tp + T0,3 (Tp + T0,3 + T0,32) :
Qt =
3,0
3,0
5,13,0
T
TTt
p
p
Q
t (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) : Qt =
t
pQ 3,0
c. Metode SCS Unit Hidrograf
Metode ini dikembangkan oleh U.S. Soil
Conservation Service, di daerah pertanian (Carbit,
1992) dan memberikan hasil cukup baik jika dipakai
pada daerah pengaliran yang luasnya kecil atau
sedang (10 s/d 600 km2). Hubungan antara hujan
limpasan dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
Qp =
pt
IA..08,2
Tc = 5,0
7,0
8,0
.1900
9100
..155
S
CNL
LP = 0,6 . tc
tp = Lp + D/2
T = 5 . tp
dengan :
Qp = debit puncak, (m3/dt)
A = luas daerah pengaliran, (Km2)
tP = waktu untuk mencapai puncak, (jam)
S = kemiringan lahan (%)
CN = curve number untuk kondisi lahan
L = panjang lintasan terjauh, (m)
Lp = waktu dari pusat hujan hingga debit puncak, (jam).
Te = waktu konsentrasi, (jam)
D = 0,133 Te (durasi hujan yang menghasilkan
hidrograf satuan, jam)
I = hujan yang mengakibatkan aliran permukaan,
(cm)
Nilai CN ditetapkan dengan mempertimbang-
kan kondisi hidrologis tanah, tata guna lahan dan
kemiringan topografi tanah.
Adapun besarnya hujan yang mengakibatkan
aliran langsung dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
I = SP
SP
.8,0
.2,02
S = 2,54
10
1000
CN
dengan :
P = hujan selama durasi tertentu (D), (cm)
S = retensi maksimum yang mungkin terjadi, (cm)
d. Metode Haspers
Persamaan untuk menghitung debit banjir
berdasarkan persamaan:
T = 0,1.L0,8
.I-0,3
= 7,0
7,0
.075,01
.012,01
A
A
1 = 1 +
15
10.7.32
1,0
t
t t
. 12
75,0A
Qo = t
p
.6,3
P = 2)2)(260(008,01
.
tRt
Rt
untuk t < 2
jam
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 78
P = 1t
tR
untuk 2 jam < t < 19 jam
P = 0,707.R. 1t untuk 19 jam < t < 30 hari
Q = ..Qo.A
dengan :
A = Luas Das (km2).
Q = debit banjir (m3/dt)
L = panjang sungai (km).
I = kemiringan dasar sungai.
R = hujan rencana sesuai dengan periode ulang.
= koefisien run off
= koefisien reduksi.
DATA TERSEDIA
1. Data Hujan
Untuk perencanaan Situ Lebak Wangi,
dipakai data hujan dari Stasiun Kahuripan. Data
hujan harian maksimun tahunan setelah diurutkan
dari kecil ke besar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Hujan harian maksimum tahunan (mm) Stasiun Kahuripan tahun 1995 – 2009 setelah diurutkan.
66 70 71 76 80 80 83 90 104 128 147 150 160 163 172
2. Data Peta Topografi
Gambar 1. DAS Situ Lebak Wangi.
Situ Lebak Wangi mempunyai DAS seluas
96,7 Ha atau 0,97 km2, dengan panjang alur aliran
adalah 2.287 m atau 2,3 km. Perbedaan elevasi
bagian hulu dengan bagian hilir mencapai 10 m.
Kemiringan rata-rata topografi kawasan di
sekitarnya adalah 0,43%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Frekwensi Hujan
Nilai parameter statistik data hujan adalah:
N = 15, Y rerata = 109.33, Sd = 39.29, Cv = 0.36,
Cs = 0.47, dan Ck = 2.01.
Berdasarkan nilai parameter statistik
tersebut diatas, maka distribusi hujan cenderung
mendekati ke sebaran Log Pearson III atau
distribusii normal.
Perhitungan parameter statistik data Stasiun
Kahuripan (Log Pearson III).
N = 15, LogYr = 2.013, Sd = 0,154, Cv = 0.076, Cs
= 0,285, Ck = 1.898.
Tabel 3. Pencocokan parameter statistik data hujan.
Jenis
Sebaran Syarat
Hitu
ngan
Sya
rat Ket.
Sebaran
Normal
Cs ≈ 0 0.47 0.00 Tidak
Ck ≈ 3 2.01 3.00 Tidak
Sebaran
Log
Normal
Cs ≈ 3 Cv 0.47 1.08 Tidak
Cs/Cv ≈ 3 1.31 3.00 Tidak
Sebaran
Gumbel
Cs ≈ 1,1396 0.47 1.14 Tidak
Ck ≈ 5,41 2.01 5.41 Tidak
Sebaran
Log
Person
III
yang tidak
termasuk
sebaran
diatas
Berdasarkan pengujian Smirnov Kolmogorof,
mak = 0,17 sementara kritik = 0,34 distribusi hujan
memenuhi syarat karena mak.< kritik.dan berdasarkan
pengujian Chi Square, mak = 2,13 sementara kritik.=
5,99 distribusi hujan memenuhi syarat karena
mak.< kritik.
Tabel 4. Hujan rencana (mm) di DAS Situ Lebak
Wangi
Periode Ulang (tahun)
2 5 10 20 50 100
101 138 164 198 225 253
2. Debit Banjir Rencana
a. Metode Rasional
W = 72
6,0
L
H = 72 x (0,0043)
0,6 = 2,75 km/jam
T = 0,83 jam.
I =
67,0
83,0
24
24
R= 0,395.R
C = 0,60 (sungai kecil di dataran)
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 79
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DE
BIT
(m
3/d
t)
Waktu (Jam)
Hidrograf Banjir Metode SCS
2 Th 5 Th 10 Th 25 Th 50 Th 100 Th
Q = 0,278 x C x I x A = 0,278 x 0,60 x 0,395.R x
0,97 = 0,064 x R
Tabel 5. Debit banjir rencana metode rasional
No. Periode Ulang R (mm) Q (m3/dt)
1 2 101 6,5
2 5 138 8,8
3 10 164 10,5
4 20 198 12,7
6 50 225 14,4
7 100 253 16,2
b. Metode Nakayasu
Parameter DAS: Luas = 0,97 km2, Panjang sungai L
= 2,3 km, a = 3, Ro = 1 mm, C = 0,75
Parameter Tg: Tg = 0,21 * (L^0,7) = 0.3762
Parameter tr: tr = 0,75* tg = 0.2822
Parameter Tp: Tp = Tg + 0.8 Tr = 0.6019
Parameter T0.3: T0.3 = a * Tg
T0.3 = 1.1286
Tp + T0.3 = 1.7306
Tp + T0.3 + 1.5 T0.3 = 3.4235
Parameter Qp (debit puncak): Qp = (k A
Ro)/(3,6*(0.3Tp+T0.3)) = 0.154
Mencari Ordinat hidrograf:
0 < t < Tp -- > 0 < t < 3,3776 -- > Qt = Q max
(t/Tp)^2.4
Tp < t < (Tp + T0.3) -- > 3,376 < t < 7,5996 -- > Qt =
Q max (0.3)^(t-Tp/(T0.3))
(Tp + T0.3) < t < (Tp + T0.3 + 1.5 T0.3) -- > 7,5996
< t < 13,9326 -- > Qt = Qmax (0.3)^((t-Tp) + 0.5
T0.3) / 1.5 T0.3)
t > (Tp + 2.5 T0.3) -- > t > 13,9326 -- > Qt = Qmax
(0.3)^((t- Tp) + 1.5 T0.3)/(2 T0.3))
Gambar 2. Hidrograf debit banjir metode Nakayasu.
c. Metode SCS Unit Hidrograf
Gambar 3. Hidrograf banjir metode SCS
d. Metode Haspers
Luas D.A.S. (Km^2) = 0.97
Panjang Alur (Km) = 2.3
Selisih elevasi (m) = 10
Debit kala ulang 2 tahunan = 11.56898 m^3/det
Debit kala ulang 5 tahunan = 15.80712 m^3/det
Debit kala ulang 10 tahunan = 18.78527 m^3/det
Debit kala ulang 25 tahunan = 22.67978 m^3/det
Debit kala ulang 50 tahunan = 25.77247 m^3/det
Debit kala ulang 100 tahunan = 28.97971 m^3/det
Rekapitulasi hasil hitungan debit banjir
rencana Situ Lebak Wangi dengan beberapa metode
beserta pemilihan debit banjir rencana, dapat dilihat
pada Tabel 7.
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 S 80
Tabel 6. Hidrograf banjir metode SCS
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis debit banjir
rencana Situ Lebak Wangi untuk kala ulang 2, 5,
10, 25, 50, dan 100 tahun berturut-turut adalah 6,5
m3/det; 9,3 m
3/det; 11,2 m
3/det; 13,8 m
3/det; 15,8
m3/det; dan 18,0 m
3/det. Hasil analisis ini akan
diperlukan dalam analisis saluran existing dan
pengisian (volume) situ.
DAFTAR PUSTAKA
Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Loebis, J. 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan
Air. Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.
Loftin, M. K. 2004. Standard Hanbook For Civil
Engineers (Water Resources Engineering).
McGraw-Hill.
Mawardi, E. 2007. Desain Hidraulik Bangunan
Irigasi. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Mawardi, E. dan Memed, M. 2004. Desain
Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi
Teknis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Triatmodjo, B. 2009. Hidrologi Terapan. Beta
Offset. Yogyakarta.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Penerbit
Usaha Nasional. Surabaya.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 1981, Bendungan
Type Urugan. Pradnya Paramita. Jakarta.
Tanimoto, T. 1969. Revised and enlarged edition of
the hourly rainfall analysis in Java.
Tabel 7. Rekapitulasi debit banjir Situ Lebak Wangi
No. Periode ulang Rasional Nakayasu SCS Haspers Terpakai
1 2 6.5 7.5 6.5 11.5 6.5
2 5 8.8 10.3 9.3 15.8 9.3
3 10 10.5 12.2 11.2 18.8 11.2
4 25 12.7 14.8 13.8 22.7 13.8
5 50 14.4 16.8 15.8 25.8 15.8
6 100 16.2 18.9 18.0 29 18.0