bacaan banjir

7
1 SECANGKIR KOPHI BIOSAFARI SMA Regina Pacis 04 | NEWSLETTER DWI MINGGUAN

Upload: ddprayoedha

Post on 19-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lingkungan

TRANSCRIPT

  • 1

    SECANGKIR

    KOPHI BIOSAFARISMA Regina Pacis

    04 | NEWSLETTER DWI MINGGUAN

  • 2

    Dalam rangka memperingati hari air dunia, KOPHI bekerja sama dengan anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Regina Pacis menyelenggarakan sebuah acara dengan melibatkan banyak kaum mudah kuhususnya siswa SMA. Kegiatan tersebut diselenggrakan pada tanggal 23 Maret 2013 sebagai bagian dari peringatan World Water Day di SMA Regina Pacis Jakarta yang dimulai jam 9 pagi sampai selesai.

    Kegiatan yang dilakukan berupa edukasi dan aksi pembuatan lubang biopori

    Biosafari, Langkah Awal Kophi Untuk Ciptakan Pemuda Peduli Lingkungan

    Dalam rangka memperingati hari air dunia, KOPHI bekerja sama dengan anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Regina Pacis menyelenggarakan sebuah acara dengan melibatkan banyak kaum mudah kuhususnya siswa SMA. Kegiatan tersebut diselenggrakan pada tanggal 23 Maret 2013 sebagai bagian dari peringatan World Water Day di SMA Regina Pacis Jakarta yang dimulai jam 9 pagi sampai selesai.

    (Biosafari). Biopori merupakan lubang-lubang kecil yang dapat menampung dan air dengan baik sehingga kualitas dan kuantitas air dapat menjaga kelestarian dan keberadaan air. Kegiatan ini akan memberi pengetahuan kepada para kaum mudah tentang pentingnya menjaga lingkungan khususnya air.

    Kegiatan ini menjadi strategi penting bagi KOPHI sebagai lembaga yang peduli terhadap lingkungan dalam mengajak dan mendorong kaum mudah untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan. Dengan alat yang ada, KOPHI

    mengajarkan cara membuat lubang biopori yang baik dan benar kepada para siswa yang hadir.

    Sebelum mempraktikkan secara langsung proses pembuatan lubang, terlebih dahulu KOPHI memberikan materi tentang biopori. Pengetahuan tersebut berupa cara membuat lubang secara langsung dan cara merawat lubang tersebut agar tetap bekerja dengan baik. Setelah materi selesai, siswa yang berjumlah sekitar 30-an diberi kesempatan untuk bertanya.

    Para siswa yang hadir begitu antusias mengikuti acara. Diselingi sedikit canda dan tawa, para siswa dengan seksama memperhatikan setiap materi yang diajarkan. Panas dan terik matahari sepertinya tidak menjadi penghalang bagi para siswa tersebut untuk memperoleh ilmu dari KOPHI. Akhirnya, satu per satu lubang biopori pun jadi dan siap digunakan.

    Kegiatan ini bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan yang semakin hari semakin parah akibat eksploitasi dan perkembangan teknologi yang semakin tak terkendali. Oleh karena itu, KOPHI bersama para pemuda lainnya menggelar acara yang sifatnya memberikan pengetahuan tentang upaya penyelamatan lingkungan. Acara ini merupakan tahap awal yang dilaksanakan KOPHI untuk menjaga kelestarian air.

    Dengan adanya acara ini, diharapkan kaum muda dapat lebih peka terhadap permasalahan lingkungan yang semakin rumit. Selain itu, dengan terselenggaranya acara ini diharapkan lingkungan hidup akan semakin terjaga kelestariannya sehingga seluruh makhluk hidup dapat hidup dengan baik dalam suasana yang menyenangkan. Salam lestari! (DWS)

    KOPHI BIOSAFARI

  • 3 NEWS KOPHI

    Bencana banjir merupakan bencana pembuka di tahun 2013. Banyak sekali kasus bencana banjir yang menerpa negara kita, Indonesia. Sebut saja banjir pada tanggal 17 Januari 2013 di ibukota , Jakarta. Banjir di daerah Jakarta terjadi secara tiba-tiba yang hampit merendam seluruh wilayah ibukota, hingga istana negara pun ikut mengalami kebanjiran. Jalan-jalan protokol dan daerah perkantoran pun ikut merasakan imbasnya. Hal ini menyebabkan roda ekonomi Jakarta berhenti selama hampir 3 hari yang menyebabkan kerugian hingga 15 Triliun rupiah (sumber: tempo.co.id). setelah mengalami penyelidikan lebih lanjut, banjir ini disebabkan karena berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan.

    Hal ini meyebabkan resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air mengalir ke jalanan. Sebab lainnya adalah sistem drainase yang buruk di Jakarta. Selain itu, tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada tahun 1990-an, Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini hanya tersisa 42 waduk dan 16 situ. Sebanyak 50 persen di antaranya pun tidak berjalan optimal. Kemudian, belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat dari Universitas Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi kali sekaligus merelokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.

    Selain di daerah ibukota, banjir pun ikut melanda daerah Kerawang, Jawa Barat. Banjir ini terjadi pada tanggal 16 Januari 2013. Di wilayah Kecamatan Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Karawang Barat, dan Kecamatan Pakisjaya, banjir terjadi akibat luapan sungai Citarum dan Sungai Cibeet. Sedang di Cikampek banjir terjadi akibat luapan sungai Cikaranggelam, sementara di Pangkalan, banjir terjadi akibat meluapnya sungai Cikaretek.

    Terdapat lebih dari 100 bencana banjir yang terjadi pada awal tahun 2013. Menurt Badan Penanggulangan Bencana, terjadi 119 kejadian bencana di Indonesia dan data ini pun masih sementara mengingat kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana, 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan, dan kerusakan fasilitas umum lainnya. Sekitar 96 persen kejadian bencana masih didominasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, gelombang pasang, banjir dan tanah longsor. Selama Januari 2013 terjadi 36 banjir yang menyebabkan 61 orang meninggal dan 110.129 orang menderita dan mengungsi. Banjir di Jakarta yang terjadi selama 15-27 Januari 2013 menyebabkan 41 jiwa meninggal, pengungsi mencapai 45.000. (FS)

    Bencana Nasional Awal 2013

  • 4 LISTEN UP!

    Batavia yang sering dilanda banjir ini pun membuat pemerintah Belanda merasa perlu untuk mulai mengelola air secara serius. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun beberapa waduk untuk menampung air. Selanjutnya karena semakin kompleksnya masalah air yang melimpah, memaksa Pemerintahanan Kolonial membangun Banjir Kanal Barat (BKB) pada tahun 1922.

    Sudah lebih dari 80 tahun sejak Belanda pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta, tapi masalah yang dihadapi masih saja sama. Bencana banjir bukan saja bias menganggu perekonomian ataupun lalu lintas kota, tapi juga lingkungan akan rusak apabila diterjang banjir. Lantas, apa

    yang harus kita perbaiki untuk mencegah bencana banjir?

    Sebagai anak muda yang tinggal di kota besar ini, sudah seharusnya kita lebih peka dengan masalah banjir. Jangan hanya terus-menerus menyalahkan pemerintah yang tidak bisa menyelesaikan masalah lama ini, tapi tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kita perbuat untuk mencegah terjadinya banjir.

    Ada banyak cara untuk bisa ikut membantu dalam mencegah terjadinya banjir di lingkungan kamu, antara lain:

    Banjir oh Banjir

    Bagi sebagian orang mungkin tidak percaya kalau bencana banjir di Jakarta ini sudah mulai ada sejak jaman Belanda. Beberapa tahun setelah Belanda mendarat, pemerintahan kolonial sudah merasakan rumitnya menangani banjir di Batavia.

  • 5 LISTEN UP!

    1. Bersihkan drainase

    Salah satu penyebab banjir adalah karena banyaknya sampah yang ada di drainase/sungai sehingga menyumbat aliaran air. Lihat kondisi semua sungai yang ada di jakarta, menyempit sisi kanan-kiri bantaran sungai dibangun menjadi lingkungan kumuh tanpa ada larangan pihak kelurahan atau dinas terkait. Juga terdapatnya tumpukkan sampah karena rendahnya kesadaran lingkungan dengan seenaknya membuang sampah ke sungai.

    2. Tanam bambu/pohon

    Tak banyak orang mengetahui jika pohon bambu merupakan salah satu tanaman konservasi air. Batangnya yang bolong dan beruas-ruas digunakan untuk menyimpan air saat kandungan air dalam tanah telah penuh dan saat musim kemarau, bambu akan melepaskan air yang telah diserapnya. Selain itu, bambu mampu menghasilkan oksigen lebih banyak di udara, sekitar 35 persen.

    Kamu dapat menanam bambu sebagai pagar rumah atau di tepi-tepi pagar rumah. Jika di sekitar drainase di lingkungan rumah masih ada lahan tersisa, Anda dapat menanam bambu di bagian tersebut.Anda juga bisa menanam pohon disekitar lingkungan atau rumah anda, karena pohon mampu menyimpan air hujan dan mencadangkanya dimusim kemarau selain itu pohon juga menghasilkan oksigen dan menyerap polusi serta membuat sekitarnya adem tidak terik serasa digurun pasir.

    Sangat menguntungkan bukan?

    3. Perbanyak lahan tanah di pekarangan

    Jika kamu memiliki pekarangan di rumah, sebaiknya pekarangan tidak dipenuhi dengan batako atau paving block. Tutupi tanah di pekarangan dengan rumput, lalu tanami dengan berbagai tanaman. Membiarkan tanah di pekarangan rumah tertutupi oleh rumput atau tanaman lainnya, dapat membantu tanah menyerap lebih banyak air hujan. Sehingga cadangan air di dalam tanah kian bertambah.

    Ayo, mulai lebih peka terhadap lingkungan kamu dan jadikan masalah banjir ini sebagai masalah dan tanggung jawab bersama. Agar masalah dari masa lalu tidak terus terbawa sampai ke masa kini, memangnya kamu mau kebanjiran terus sampai nanti tua? Salam lestari! (VR)

  • 6

    Banjir sepertinya sudah menjadi langganan bagi penduduk Ibu Kota. Bahkan, banjir di awal tahun yang lalu menjadi yang paling besar 5 tahun terakhir. Siklus banjir lima tahunan digadang-gadang menjadi penyebab dari banjir tahun ini. Terlepas dari benar tidaknya mitos banjir tahunan, yang lebih menarik adalah upaya penyikapan dari masyarakat Ibu Kota sendiri dan semua stakeholder yang terkait untuk menghadapi bajir yang jelas menjadi masalah tahunan di kota metropolitan seperti Jakarta.

    Terkait dengan penyebab banjir di Jakarta, harus disadari memang bahwa kondisi geografis Jakarta yang berada di daerah rendah yang menjadi daerah hilir sungai dan aliran air menuju ke laut. Karena itu wajar jika volume air di sungai dan aliran air yang ada akan semakin besar dalam perjalanannya dari Bogor sebagai daerah tangkapan air menuju ke Jakarta. Belum lagi perubahan iklim akibat pemanasan global yang menyebabkan tidak stabilnya cuaca termasuk di dalamnya penguapan air permukaan yang semakin besar akibat memanasnya suhu membuat simpanan air di angkasa semakin besar secara langsung berimbas pada meningkatnya curah hujan.

    Belum lagi ditambah kondisi Jakarta yang minim resapan air dengan dipenuhinya bangunan dan tanah yang di plester. Logikanya adalah ketika air tidak terserap tanah, akan mengalir ke tempat yang lebih rendah sesuai dengan prinsip gravitasi, dan di tempat yang rendah itu, tentu akan terkumpul jika tidak ada sarana resapan air. Air juga dapat mengalir ke sungai yang sewaktu-waktu bisa meluber lagi jika aliran tersumbat atau dengan debit air yang terlalu banyak, air bisa meluber kembali

    ke daerah pemukiman. Bisa dilihat banyak faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta. Tapi ketika sudah mengetahui hal tersebut apakah akan diam saja, dan menilai semua adalah nasib Jakarta?

    Selalu saja ada yang bisa diusahakan. Ketika kondisi geografis adalah takdir, maka perilaku manusia-lah yang harus dikompromikan untuk tidak memperburuk efek variabel tetap seperti geografis. Mengurangi dampak pemanasan global, usaha memperluas resapan air, dan menanggulangi banjir dengan arif dalam mengelola sampah menjadi hal klasik yang selalu dikampanyekan namun nampaknya seringkali dilupakan. Pengembang tetap bersemangat membangun dan memenuhi tanah potensial Jakarta dengan bangunan bersemen dan ber-aspal tanpa toleransi untuk membuka lahan hijau resapan air, masyarakat masih pula membuang sampah di sungai dan saluran air, saving energy hanya ketika Earth Hour dan orang-orang yang katanya peduli dengan lingkungan malah menjadi pengonsumsi utama jasa kendaraan pribadi dan menghindari transportasi publik yang dianggap panas dan pengap. Himbauan jagalah kebersihan dan buanglah sampah pada tempatnya berakhir hanya menjadi slogan.

    Setelah dihitung, jauh lebih banyak permasalahan yang ditimbulkan manusia dibanding takdir geografis Jakarta sebagai penyumbang permasalahan banjir Ibu Kota. Sudahkah kita mengkaji ulang perilaku sehari hari kita? Atau jangan- jangan kita hanya mengomentari kinerja pemerintah ketika banjir, mengeluh macetnya saluran air, dan menyalahkan hujan tanpa menilik kembali sudahkan arif perilaku kita terhadap lingkungan.

    Sampai Kapan Mau Tergenang Air?

    KOPHINI

  • 7 TIPS

    Sebelum Banjir

    Kerja bakti membersihkan saluran air

    Melaksanakan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Menim-bun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk

    Membuang sampah pada tempatnya

    Menyediakan bak penyimpanan air bersih

    Saat Banjir

    Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi

    Matikan peralatan listrik/sumber listrik

    Amankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke

    tempat yang aman

    Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum

    Terlibat dalam pendistribusian bantuan

    Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan

    Menggunakan air bersih dengan efisien

    Sesudah Banjir

    Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah

    Melakukan pembrantasan sarang nyamuk ( PSN )

    Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali

    Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air

    limbah (SPAL) Menghadapi banjir:

    Pada saat banjir kita harus segera mungkin mengamankan ba-rang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.

    Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk

    mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena banjir.

    Mencoba mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat

    genangan masih memungkinkan untuk di seberangi.

    Hindari berjalan didekat sluran air untuk menghindari terseret

    arus banjir.

    Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan

    penanggulangan bencana seperti Kantor kepala desa, Lurah maupun Camat.

    Mencegah banjir:

    1. Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya jangan nungguin pemerintah yang melakukan, percu-ma kalau ditungguin kelamaan.

    2. Membuat sumur resapan air di sekitar rumah kita

    3. Membuat lubang-lubang biopori

    4. Memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menam-bah kapasitas sungai dalam menampung debit air

    5. Jangan membuang sampah di sungai atau saluran air

    Menghadapi banjir:

    1. Jangan panik

    2. Utamakan keselamatan diri kita dan keluarga, terutama anak-anak yang masih kecil dan balita.

    3. Amankan surat-surat berharga dan file yang penting, seperti surat tanah, ijazah, kartu keluarga, dll.

    4. Cabut dan pindahkan semua barang elektronik, turunkan sekring listrik agar tidak terjadi konsleting listrik dan kesetrum.

    5. Kita bisa membuat tanggul penahan air sementara di depan pintu rumah kita dari semen, agar air yang masuk kedalam tidak terlalu banyak.

    Referensi :http://www.metro.polri.go.id/tips-menghadapi-bahaya-banjir

    Tips Menghadapi Banjir ala Umi IimKali ini Umi hadir dengan tips-tips simple mulai dari persiapan sebelum banjir sampai sesudah banjir komplit untuk kamu pemuda-pemudi sekalian, semoga bermanfaat.. Salam Lestari! ;)