bacaan filsafat

22
Rabu, 05 Juni 2013 FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG Browse » Home » EDUCATION FOR ALL » FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG Filsafat Barat Era Aufklarung - Pada abad pertengahan terjadi perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih 8 abad lamanya. Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja dalam dogma-dogma gerejanya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun, semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional (irasional). Hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang pada zaman itu. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak.

Upload: loecky-yudhistiro

Post on 26-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: BACAAN FILSAFAT

Rabu, 05 Juni 2013

FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG

Browse » Home » EDUCATION FOR ALL » FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG

Filsafat Barat Era Aufklarung - Pada abad pertengahan terjadi

perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan

kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih 8 abad lamanya.

Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja

dalam dogma-dogma gerejanya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan

kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun,

semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang

doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional

(irasional).

Hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang pada zaman

itu. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah

Page 2: BACAAN FILSAFAT

mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemikiran,

padahal manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan

cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan

orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja, karena pemikirannya

berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu. Abad ini

tidak saja lamban, lebih dari itu, filsafat mundur pada abad ini jangankan

menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu.

Banyak orang yang jengkel melihat dominasi Gereja atas orang Eropa.

Mereka ingin segera mengakhiri dominasi itu. Akan tetapi, mereka khawatir

mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawan mereka yang telah

dikirim ke akhirat lewat penyiksaan Gereja. Seperti tokoh

Saint Coppernicus yang berbeda pendapat dengan gereja tentang pusat

tata surya. Menurutnya pusat tata surya adalah matahari (heliosentris).

Sedangkan menurut gereja, bumilah sebagai pusat dari tata surya

(geosentris). Sekalipun demikian adanya, ada juga pemberani yang sanggup

melawan arus deras itu. Orang itu salah satunya adalah Rene Descartes

yang terkenal dengan Filsafat Rasionalisme nya.

Melihat keadaan yang begitu parah pada zaman pertengahan di Eropa, maka

beberapa diantaranya melakukan suatu gerakan pembaharuan untuk lahir

kembali dalam artian lahir sebagai manusia yang tebebas dari kungkungan

gereja (dogma) atau dalam bahasa lain sebagai abad pencerahan.

A. Filsafat Era Aufklarung

Page 3: BACAAN FILSAFAT

Abad Pencerahan (Age of Enlightenment dalam literatur berbahasa Inggris)

adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki

semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan lama. Bertolak dari

pemikirian ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan

pemikiran ilmiah.

Aufklarung memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal

budi manusia. Tokoh-tokoh yang mempelopori periode ini menanamkan

kepada pengikutnya dan manusia pada waktu itu bahwa akal manusia harus

digunakan untuk menjawab masalah hidup dan kehidupannya.

Immanuel Kant pernah membuat sebuah tulisan yang berjudul “Apa Itu

Pencerahan?” (What is aufklarung?). Menurut Kant, pencerahan adalah

bebasnya manusia dari rasa ketidakmatangan. Sedangkan ketidakmatangan

sendiri adalah ketidakmampuan menggunakan penalaran pribadi dan

keinginan untuk selalu merujuk dan menggunakan pendapat orang lain, atau

dengan kata lain selalu setuju dengan yang dikatakan orang. Manusia

menjadi tidak matang bukan karena dia tidak mau berpikir, tetapi karena dia

takut menggunakan pemahamannya sendiri. Selama masih bergantung

kepada pemahaman orang lain, selama itu pula seseorang tidak akan pernah

matang. Dan karenanya, tidak akan bisa tercerahkan atau maju. Semboyan

pencerahan yang sangat terkenal adalah Sapere Aude! yang berarti

“beranilah menggunakan pemahaman Anda sendiri!”[1].

Page 4: BACAAN FILSAFAT

Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu

pengetahuan  (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil

yang menggembirakan. Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk

itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu

pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan  dasar-dasar

berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-

gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk

itu dibutuhkan analisis[2]. Dengan demikian zaman pencerahan merupakan

tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai

sejak Renaissance dan Reformasi.

Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program  khusus

diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja populer. Senjatanya

adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional[3]

Page 5: BACAAN FILSAFAT

B. Masa Pencerahan Di Jerman, Inggris Dan Prancis

1. Pencerahan Di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya

terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga

berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan

wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan

yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’

terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita

untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu

kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas

menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat

dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu

mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri. Para perintisnya

di antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius

(1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat

adalah Christian Wolff (1679- 1754)[4].

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti

dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang

jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali baginya adalah susunan

sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan

penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-

pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu

Page 6: BACAAN FILSAFAT

menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat

menarik perhatian umum[5].

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran

Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu

pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat

penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant yang

filsafatnya merajai universitas-universitas di Jerman.

2. Pencerahan Di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang

bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang satu lepas

daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok.

Page 7: BACAAN FILSAFAT

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu

aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri

dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran

agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga

agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia

menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala

skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan

kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama[6].

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum

yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas karena

naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran akal.

Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala

manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal

agama dan kesusilaan.

Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga

tersusunlah agama alamiah, yang berisi: bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu;

bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan;

bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali;

bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di

Page 8: BACAAN FILSAFAT

dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah[7].

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini

dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif

maupun unsur-unsurnya yang positif.

3. Pencerahan Di Prancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para

pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak

dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka adalah Locke dan

Newton.

Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut  adalah

jika di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran

mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak

semula diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat di Perancis dapat

ditangkap oleh golongan yang lebih luas, yang tidak begitu terpelajar seperti

para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan

umum[8].

Page 9: BACAAN FILSAFAT

 

Demikianlah di Perancis filsafat lebih erat dihubungkan dengan hidup politik,

sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu

maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama

Kristen  diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang

diberikan oleh Deisme[9].

Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat

bermacam-macam aliran, ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu

pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang

meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Pada Masa Aufklarung Dan Pemikirannya

1. Immanuel Kant

Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan

adalah Immanuel Kant (1724-1804). Seorang Filsuf yang pengaruhnya

Page 10: BACAAN FILSAFAT

terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di

Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa

Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun

terakhir ini bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang

berpendapat sistem filsafatnya bagi dunia modern ini laksana Aristoteles

bagi dunia skolastik[10].

Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-

tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat

modern.ia hidup di zaman Scepticism. Sebagian besar hidupnya telah ia

pergunakan untuk mempelajari logical process of  thought (proses penalaran

logis), the external world (dunia eksternal) dan reality of things (realitas

segala yang wujud[11].

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode, zaman pra-kritis

dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis

yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David

Hume (1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia

sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur

dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, Kant merubah wajah filsafatnya secara

radikal[12].

Dilingkungan masyarakatnya, Kant sering menjadi subjek karikatur secara

tidak wajar, semisal bahwa rutinitas hariannya amat kaku sampai-sampai

para tetangganya menyetel arloji mereka menurut kedatangan dan

Page 11: BACAAN FILSAFAT

kepergiannya setiap hari,namun cerita semacam ini mungkin justru

mencerminkan integritas kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya

sendiri jika kita ingin menilainya secara positif. Ketika meninggal, epitaf di

batu nisannya hanya bertuliskan “Sang Filsuf“ sebuah sebutan yang

dianggap tepat, dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang

bermula dengan tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal

dengan hadirnya Kant[13].

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya

mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada segala

pemikiran filsafat  la sendiri memang merasa, bahwa is meneruskan

Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya adalah Critique

of Pure Reason (kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason

dan knowing process yang ditulisnya selama lima belas tahun.Bukunya yang

kedua adalah Critique of Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang

menjelaskan filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of

judgment atau kritik atas daya pertimbangan[14].

Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat mengatakan bahwa

Filsafat merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi

empat persolan yaitu apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh kita

lakukan?, sampai dimanakah pengharapan kita? dan Apakah manusia itu?

[15].

Page 12: BACAAN FILSAFAT

2. Voltaire

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan saat membicarakan

Aufklarung adalah Voltaire (1694-1778). Pada tahun 1726 ia mengungsi ke

Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang

telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: Sampai di mana jangkauan akal manusia Di mana letak batas-batas akal manusia.

Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah dan

etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup

kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa

(pengaruh Locke). Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis.

Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang

Page 13: BACAAN FILSAFAT

berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada

beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma dan

menentang agama[16].

3. J. J. Rousseau

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau (1712-

1778), yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita

pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang

menurut dia menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum,

tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada

pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban.

Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada

akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam

menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam

dipergunakan. Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan

bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan merusak manusia. Yang

dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa terkendalikan dan

yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad ke-18 itu[17].

Mengenai agama Rousseau berpendapat bahwa agama adalah urusan

pribadi. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat.

Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan kesatuan

masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat. Akibat

keadaan ini ialah bahwa masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran

keagamaan, yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup

Page 14: BACAAN FILSAFAT

kemasyarakatan kepada para anggotanya sebagai suatu undang-undang,

yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia,

tentang penghukuman di akhirat dan sebagainya. Pengakuan secara lahiriah

terhadap agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah

tidak boleh dituntut oleh negara[18].

Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan

ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan

bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan untuk

memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri

yang alamiah[19]. Segala sesuatu yang dapat merugikan perkembangan

anak yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak

boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan yang harus

ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara

demikian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan

agama yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendiri

keyakinan apa yang akan diikutinya. Bagi seorang muslim, paham seperti ini

tentu sangat menyesatkan.

D. Aliran-Aliran Filsafat Era Aufklarung

1. Kritisme

Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar

keseluruh Eropa, terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara

rasionalisme dan empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut

otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa sebenarnya yang dikatakan

Page 15: BACAAN FILSAFAT

sumber pengetahuan?, apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau

empirik?. Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya Kant

mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme

(Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya, karena

ia mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisme. Untuk itu

tetap mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat

mencapai kebenaran empirsme[20].

Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas

kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Pertentangan

antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant

dengan kritisismenya[21].

Adapun ciri-ciri kritisisme diantaranya adalah sebagai berikut: Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan

bukan pada objek. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk

mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja[22].

2. Deisme

Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam

semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia

kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia

itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya.

Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan

hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya[23].

Page 16: BACAAN FILSAFAT

Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan

kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta

menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala

ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan

kebenaran adalah akal.

Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-

1722), yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal

(1656-1733), yang menulis Christianity as Old as Creation (1730)[24].

Deisme adalah kepercayaan bahwa dengan pengetahuan, akal dan pikiran,

seseorang bisa menentukan bahwa Tuhan adalah nyata. Beberapa deist

menanggap bahwa Tuhan tidak mencampuri urusan manusia dan mengubah

hukum-hukum alam semesta. Dengan demikian, deisme menolak

kepercayaan terhadap mukjizat atau segala bentuk kegaiban

lainnya. Pandangan tersebut merupakan pandangan khas tentang Tuhan

pada masa Pencerahan, terutama di dalam filsafat Pencerahan

Inggris.Penganut deisme percaya dengan keberadaan Tuhan, tanpa bantuan

Agama, Otoritas Religius, atau Kitab Suci.

Deist biasanya menolak kejadian gaib (kenabian, mukjizat) dan cenderung

menegaskan bahwa Tuhan (atau "Arsitek Yang Maha Esa") memiliki rencana

untuk semesta yang tidak terubahkan, baik oleh campur dalam urusan

kehidupan manusia atau menangguhkan hukum alam dari semesta. Apa

Page 17: BACAAN FILSAFAT

yang agama terorganisir lihat sebagai wahyu ilahi dan buku-buku suci, deists

melihat sebagai interpretasi yang dibuat oleh manusia lain, bukan berasal

dari Tuhan[25].

Deisme menonjol selama abad ke-17 dan 18 pada Masa Pencerahan,

terutama di Inggris, Perancis dan Amerika, kebanyakan di antara mereka

yang dibesarkan sebagai Kristen yang mendapati bahwa diri mereka

meragukan mukjizat, kebenaran dan keakuratan kitab suci, tetapi percaya

pada Tuhan[26].

KesimpulanPeriode aufklarung telah banyak membawa perubahan pola pikir manusia.

Manusia mulai menggunakan akalnya untuk meneliti secara kritis segala

yang ada dalam kehidupannya termasuk dalam kehidupan bernegara

dengan segala aspek yang ada di dalamnya. Masa inilah yang kemudian

membuat para tokoh yang kemudian terkenal sebagai pelopor sebuah aliran

untuk mulai menyuarakan pendapatnya. Pendapat ini dapat berupa celaan

dan kritikan tajam terhadap kinerja pemerintah yang otoriter dan ditator

terhadap rakyatnya.

Selain itu, perjumpaan akal budi dengan pengalaman manusia (empirik)

kemudian menghasilkan science yang maju. Menurut pandangan Aufklarung

dengan penyebarluasan ilmu pengetahuan maka harkat dan martabat

manusia akan semakin meningkat. Bagi mereka science merupakan sumber

kebahagiaan pula. Lahirlah scientisme, yakni sebuah paham yang

Page 18: BACAAN FILSAFAT

memandang science sebagai satu hal yang segalanya dalam mencapai

kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

Menurut Immanuel Kant, di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak

balik yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri yang tidak

memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai

“zaman akal” dimana manusia merasa bebas, zaman perwalian pemikiran

manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari

luar dirinya.   Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-

program  khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan

takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode

rasional.

Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia

bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar 

maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak

rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.  Rasionalisme mengira telah

menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari

pengalaman. Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan

dari pengalaman saja. Kritisisme Kant adalah suatu usaha besar untuk

mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Menurut Kant baik

rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha

Page 19: BACAAN FILSAFAT

menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan perpaduan antara

sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.

Di Inggris muncul paham deisme sebagai salah satu gejala Pencerahan yang

juga disebut pemberi alas ajaran agama alamiah. Munculnya paham deisme

ini sebagai bentuk penggabungan terhadap gagasan Eduard Herbert.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga

agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia

menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu.

[1]  Juhaya S. Praja, Aliran-aliran filsafat dan Etika (Cet II: Jakarta: Prenada Media 2005). hal.113[2] Saeful, Filsafat Umum, (Online: http://www.tokoblog.net/2010/07/filsafat-umum-aliran-pemikiran.html)[3] Jerome R. Ravertz,The Philosophy of Science,diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, (Cet I: Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2004), hal.53[4] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Cet IX: Yogyakarta: Kanisius 1993), hal. 63[5] Syekhudin, Filsafat Abad Ke 18 Era Aufklarung, (Online: http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/ filsafat-abad-ke-18-era-aufklarung/)[6] Syekhudin, ibid.[7] Harun Hadiwijono, op.cit., hal. 49[8] Ghulam Afrizal, Tokoh Filsafat Perancis (Denis Diderot), (Online: http://ghulamarifrizal.wordpress.com/ 2013/04/27/ tokoh-filsafat-perancis-denis-diderot/)[9] Ibid., hal. 57[10] Syekhudin, op. cit.[11] Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 115[12] Nila Kantra, BIografi Immanuel Kant, (Online: http://gciput.blogspot.com/2012/07/kant-immanuael.html)[13] Stephen Palimous, The Tree of Philosophy, diterjemahkan oleh Muhammad Shodiq, (Cet I:Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002), hal.85.[14] Nila Kantra, op. cit.[15] Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 114[16] Nara Wirabumi, Pendidikan Zaman Pencerahan, (Online: http://narawirabumi.blogspot.com/p/ pendidikan-zaman-pencerahan.html)[17] Harun Hadiwijono, op. cit., hal. 59

Page 20: BACAAN FILSAFAT

[18] Harun Hadiwijono, ibid., hal. 62[19] Syekhudin, op.cit.