analisis dampak musim hujan terhadap hasil panen tomat di...
TRANSCRIPT
Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat
di Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
HENNI HAIRUNISA
1113015000106
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KONSENTRASI GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020
i
Abstract
Henni Hairunisa, NIM: 1113015000106. Judul Skripsi: Analisis Dampak
Musim Hujan Terhadap Hasil Panen Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Program Studi: Tadris Ilmu Pengetahuan
Sosial Konsentrasi Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2020.
The purpose of this research was to determine the negative impact of the
rainy season of Tomato yields in Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. In
this research the subject of research is the Tomato harvest result of the period
September 2019 to Februaty 2020
The process of success of Tomato is inseparable from climate factors.
Tomatoes are a type of horticulture that grows without the need of excessive amount
of water. One element of climate that determines the success of tomato harvest is
rainfall. Rainfall is the main indicator in the process of harvesting tomatoes, can be
a negative impact on tomatoes. In this research various observations were made on
the process of planting tomatoes during the rainy season. The data collection
technique used in this study was direct observation during the harvest process and
interviews with tomato farmers in order to conclude an analysis of the impact of the
rainy season on crop yields of horticultural crops namely tomatoes.
Keynote: Rainy season, observation, Tomatoes
ii
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak negatif dari musim
hujan terhadap hasil panen Tomat Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Hasil Panen Tomat
periode September 2019 sampai Februari 2020.
Proses keberhasilan tanaman tomat tidak terlepas dari faktor iklim. Hal ini
disebabkan karena tanaman Tomat termasuk jenis holtikultura yang tumbuh tanpa
perlu membutuhkan jumlah volume air yang berlebih. Salah satu unsur iklim yang
menetukan keberhasilan panen tomat adalah curah hujan. Curah hujan menjadi
indikator utama dalam proses panen tomat, dapat menjadi dampak negatif bagi
tomat. Dalam penelitian ini dilakukan berbagai observasi dari proses penanaman
tomat saat musim hujan tiba. Teknis pengambilan data yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa pengamatan langsung saat proses panen dan wawancara
dengan petani tomat agar dapat menyimpulkan sebuah hasil analisa mengenai
dampak musim hujan terhadap hasil panen jenis tanaman holtikultura yaitu tomat.
Kata Kuci : Musim Hujan, Panen Tomat, Observasi
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahiladzi bini’mati tatimusholihat, berkat rahmat Allah akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan melalui proses bimbingan
yang baik. Sholawat serta salam tak lupa juga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Sollallohu Alayhi Wasallam, berkat wahyu pertamanya, yaitu ‘membaca’ penulis
dapat membaca dan belajar lebih banyak lagi di akhir zaman seperti saat ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Musim Hujan Terhadap Hasil
Panen Tanaman Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat” ini adalah persembahan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan, di Program
studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan serta keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat
dorongan semangat dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan Terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah mendukung proses penyusunan penelitian ini.
Ucapan terimakasih penulis disampaikan untuk:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Kepala Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku dosen pembimbing akademik,
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah selaku Sekretaris Program Studi Tadris
Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus dosen pembimbing skripsi I yang
telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan kebaikan dalam
mentransfer ilmunya yang bermanfaat.
iv
5. Ibu Annisa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi II yang
sangat sabar dalam mendengan keluhan saat proses pembimbingan
skripsi.
6. Seluruh jajaran Dosen dn Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
7. Kepala UPTD Balai Pertanian Desa Ciloto Bapak Haji Kodrat yang
telah memberikan izin kepada saya untuk melaksanakan proses
peneltian
8. Kepala BMKG Citeko Cisarua, Bapak Asep Firman Ilahi yang telah
memberikan saya kuliah gratis mengenai curah hujan yang terjadi di
Desa Ciloto dan Sekitarnya.
9. Para petani desa Ciloto yang meluangkan waktunya untuk wawancara
dengan saya.
10. Orang tua, suami, serta kerabat yang saya cintai yang telah mendukung
saya dari segi materil dan moril.
Semoga penelitian ini dapat memeberikan manfaat untuk kita semua dan
generasi berikutnya.
Jakarta, Juli 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
Abstract………………………………………………………… i
Abstrak…………………………………………………………. ii
Kata Pengantar………………………………………………… iii
Daftar Isi………………………………………………………. .v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………….. 6
C. Batasan Masalah……………………………………………6
D. Rumusan Masalah…………………………………………. 6
E. Tujuan Penelitian………………………………………….. 7
F. Manfaat penelitian………………………………………… 7
1. Manfaat Teoritis………………………………………. 7
2. Manfaat Praktis……………………………………….. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Musim Hujan
1) Pengertian Musim………………………………. 9
2) Pengertian Hujan………………………………..11
a. Pengertian Hujan dan Curah Hujan…………11
b. Alat pengukur Curah Hujan…………………12
c. Proses Terjadinya Curah Hujan……………..14
d. Karakteristik Curah Hujan…………………..15
e. Jenis-jenis Hujan…………………………….17
3) Pengertian Musim Hujan………………………..17
a. Ciri dan periode musim hujan di Indonesia…18
2. Konsep Panen Dalam Pertanian……………………..19
a. Panen…………………………………………….20
b. Metode Pemanenan………………………………21
vi
c. Penanganan Pasca Panen………………………..22
d. Kriteria Panen……………………………………22
3. Pengertian Tomat…………………………………….23
a. Sejarah Tomat…………………………………….23
b. Ciri-ciri Tomat…………………………………....24
c. Struktur Tomat……………………………………25
d. Habitat Tomat…………………………………….26
e. Khasiat dan Kandungan Tomat…………………...26
f. Budidaya Tomat…………………………………...26
B. Penelitian yang Relevan…………………………………30
C. Kerangka Berfikir………………………………………..35
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………38
1. Waktu penelitian…………………………………….40
B. Metode Penelitian……………………………………….41
C. Alat dan Bahan penelitian………………………………41
1. Alat penelitian………………………………………41
2. Bahan Penelitian……………………………………42
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………..42
a. Observasi…………………………………………...42
b. Wawancara…………………………………………43
c. Studi dokumentasi……………………………….....46
E. Populasi penelitian…..………………………………….47
F. Teknik pengambilan sampel……..…………………......47
G. Teknik analisis data………………….…………………48
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian…………………………52
1. Letak geografis……...……………………………………52
2. Morfologi………………………………………………...52
3. Kondisi iklim……………………………………………..52
4. Keadaan Lahan…………………………………...............53
5. Keadaan Tanah dan Jenis Tanah………………………….53
6. Kondisi Perkebunan Tomat Desa Ciloto………………….54
1) Sejarah Singkat Tomat di Desa Ciloto………………..54
2) Penggunaan lahan perkebunan desa Ciloto…………...55
3) Status kepemilikan lahan Perkebunan Tomat………...58
1. Karakteristik Petani Tomat Desa Ciloto………….59
2. Infrastruktur Dasar dan Sarana Penunjang Pertanian
……………………………………………………61
a. Sarana Irigasi……………………………..61
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian………………………………62
1. Hasil Observasi…………………………………………...52
a. Kondisi fisik lahan pertanian tomat…………………..62
b. Kondisi cuaca………………………………………...64
c. Kondisi tomat………………………………………...65
d. Kondisi dan aktifitas petani tomat……………………66
2. Hasil Wawancara…………………………………………68
a. Hasil Wawancara kepala BMKG…………………….68
b. Hasil wawancara kepala UPTD Ciputri………………69
c. Hasil wawancara petani tomat………………………..70
C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………76
D. Keterbatasan Penelitian………………………………………77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………..79
B. Saran…………………………………………………………80
viii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..72
Lampiran-lampiran……………………………………………74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan
Rumah Tangga di Indonesia, Tahun 2002-2013…………………3
Gambar 2.1 Alat Penakar Curah Hujan…………………………13
Gambar 2.2 Daur Hidrologi……………………………………..14
Gambar 2.3 Struktur Bagian Tomat…………………………….25
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir…………………………………35
Gambar 3.1 Peta Digitasi Desa Ciloto………………………….39
Gambar 3.2 Analisis Data Model Interaktif…………………….48
Gambar 4.1 Perkebunan Tomat…………………………………57
Gambar 4.2 Perkebunan Bawang Daun…………………………57
Gambar 4.3 Perkebunan Kembang Kol…………………………57
Gambar 4.4 Perkebunan Wortel…………………………………57
Gambar 4.5 Perkebunan Salada…………………………………57
Gambar 4.6 Lahan Perkebunan Tomat belum siap panen………63
Gambar 4.7 Petani di Lahan Tomat Milik Sendiri………………63
Gambar 4.8 Petani di Lahan Tomat Milik Sewa……………......63
Gambar 4.9 Kondisi Lahan Kebun Tomat saat Hujan………….64
Gambar 4.10 Tomat saat memasuki transisi musim hujan di Awal
September………………………………………………………65
ix
Gambar 4.11 Tomat siap panen sebelum pembusukkan di bulan
Oktober 2019………………………………………………….65
Gambar 4.12 Tomat saat musim hujan di bulan Januari……..66
Gambar 4.13 Tomat mengalami proses pembusukkan……….66
Gambar 4.14 Petani Tomat di bulan September 2019………..67
Gambar 4.15 Petani Tomat di bulan Oktober 2019…………..67
Gambar 4.16 Petani Tomat yang gagal panen di Desember….67
Gambar 4.17 Petani Tomat gagal panen di Februari…………67
DAFTAR TABEL DAN DIAGRA46M
Tabel 2.1 Pembagian musim di Bumi…………………………10
Tabel 2.2 Keadaan curah hujan………………………………..13
Tabel 2.3 Intensitas curah hujan……………………………….16
Tabel 2.4 Periode musim hujan di Indonesia…………………..19
Tabel 2.5 Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
Relevan…………………………………………………………33
Tabel 3.1 Kegiatan penelitian………………………………….40
Tabel 3.2 Subyek wawancara dan bentuk wawancara…………44
Tabel 3.3 Dokumentasi penelitian……………………………..46
Diagram 4.1 Penggunaan lahan desa Ciloto…………………...55
Tabel 4.1 Penggunaan lahan perkebunan untuk komoditas sayuran
…………………………………………………………………..56
Diagram 4.2 Penggunaan lahan desa ciloto untuk perkebunan…56
Diagram 4.3 Klasifikasi status kepemilikan lahan kebun Tomat..58
x
Tabel 4.2 Klasifikasi lahan karakteristik petani tomat desa ciloto
…………………………………………………………………...59
Tabel 4.3 Data jumlah petani tomat desa Ciloto………………..60
Tabel 4.4 Hasil Panen Tomat Periode September 2019 s.d Februari
2020 (dalam Kilogram)…………………………………………73
Diagram 4.4 Hasil panen tomat periode September 2019 – Februari
2020……………………………………………………………..74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam
melimpah. sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam.
Diantaranya adalah sumber daya alam dari hasil bumi seperti sayuran dan
buah-buahan. Menurut Isard (1972 dalam Soerianegara, 1977) sumber
daya alam adalah hasil bumi dari keadaan lingkungan dan bahan-bahan
mentah yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
memperbaiki kesejahteraannya.
Salah satu sumber daya alam yang ada di Indonesia adalah jenis
tumbuhan pangan berupa sayur dan buah-buahan yang melimpah. Hal ini
disebabkan karena Indonesia memiliki tanah yang subur dan iklim tropis.
Contoh sumber daya alam jenis sayuran sekaligus buah yang ada di
Indonesia adalah Tomat.
Tomat adalah salah satu komoditas pertanian yang hampir ada di
seluruh dunia. Tomat memiliki kandungan vitamin yang sangat banyak
untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh manusia. Dengan rasa buah yang
segar dan sedikit asam, tomat menjadi salah satu sayuran favorit yang di
sukai masyarakat. Tomat menjadi salah satu komoditas holtikultura bernilai
ekonomi tinggi dan masih memerlukan penangan serius dalam
meningkatkan hasil dan kualitasnya. (Hanindita, 2008)
Tomat dapat dinikmati dalam berbagai bentuk. Tomat segar dapat
dijadikan sayuran, jus atau sebagai campuran bumbu masak. Buah tomat
2
memiliki nilai permintaan pasar yang tinggi, dan meningkat di setiap
tahunnya. Luas area budi daya tomat di Indonesia juga semakin bertambah.
Sentra pertanaman tomat pun bermunculan.
Berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun
2013-2018, produktivitas tanaman tomat di Indonesia cukup baik.
Mengingat Indonesia merupakan negara paling luas dengan hasil panen
tanaman tomat di ASEAN. Selain itu tomat juga menempati peringkat
kedua eksportir tomat di ASEAN setelah Malaysia. Namun, hingga saat ini
masih banyak kendala yang dialami oleh petani tomat. Mulai dari masalah
hama, penerapan teknik budi daya dan faktor penentu cuaca seperti curah
hujan.1
Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Pola
perkembangan konsumsi tomat sayur pada periode 2002 – 2013
cenderung fluktuatif.(Gambar 1.1). dengan rata-rata pertumbuhan 12,9%
pertahun. Konsumsi tomat pada tahun 2002 sebesar 1,54kg/kapita/tahun,
dan pada tahun 2013 konsumsinya meningkat menjadi
1,72/kg/kapita/tahun. Konsumsi tomat tertinggi dicapai pada tahun 2008
yaitu sebesar 2,23kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi tomat buah
selama periode 2002-2013 cenderung datar dan tidak terjadi banyak
peningkatan. Tahun 2002 konsumsi tomat buah sebesar 0,02
kg/kapita/tahun dan meningkat menjadi 0,05 kg/kapita/tahun pada
tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan 27,78% per tahun. Konsumsi
tomat buah tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar
0,06kg/kapita/tahun. Sedangkan perkembangan konsumsi total tomat
yang merupakan total konsumsi dari tomat sayur dan tomat buah
cenderung berfluktuatif menyerupai perkembangan konsumsi tomat
1 Redaksi Agro Media 2007 Panduan Lengkap Budi Daya Tomat hal.prakata.
3
sayur. Hal ini menunjukkan konsumsi tomat didominasi oleh tomat sayur.
Tahun 2002 konsumsi tomat sebesar 1,55 kg/kapita/tahun dan
meningkat menjadi 1,76 kg/kapita/tahun dengan rata-rata pertumbuhan
3,66%/tahun.
Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan
Rumah Tangga di Indonesia, Tahun 2002-2013
Sumber: Pusat Data dan Informasi Balai Pertanian Cianjur
Pada umumnya tanaman tomat sangat rentan mengalami gagal
panen pada saat musim penghujan tiba. Curah hujan serta intensitas hujan
adalah salah satu faktor penentu keberhasilan panen di setiap musim panen.
Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian.
Penelitian ini memaparkan mengenai analisa curah hujan terhadap
hasil panen tanaman tomat. Hal ini juga didasari sesuai dengan firman Allah
ta’ala mengenai salah satu manfaat air hujan terhadap pertumbuhan
tanaman di muka bumi, yang terdapat dalam Surat An-Naba ayat 6 sampai
dengan 7:
4
ألََمْ نَجْعَلِ الأْرَْضَ مِهَادًا .وَالْجِباَلَ أوَْتاَدًا
“Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami
tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan dan kebun-
kebun yang lebat”
Pada Surat An-Naba bahwa air hujan yang turun dari langit akan
menjadikan tanaman menjadi subur. Sehingga dari itu akan tumbuh segala
macam tumbuhan yang baik. Kondisi ayat ini sangat cocok untuk
menggambarkan kondisi alam yang memiliki iklim tropis termasuk
Indonesia. Variabel cuaca dan iklim menjadi bahan pertimbangan dalam
mengetahui kualitas hasil panen pertanian.2 Curah hujan menjadi salah satu
faktor penentu optimalisasi pembudidayaan suatu hasil panen pertanian.
Status air hujan yang dibutuhkan pada tanaman tergantung pada kombinasi
beberapa faktor, seperti tanah, atmosfer, dan tanaman tomat itu sendiri.3
Keterkaitan antara hasil panen pertanian dan curah hujan sangat
berpengaruh pada kualitas hasil panen. Ada jenis tanaman yang memiliki
kualitas semakin baik apabila tercukupi kebutuhan air melalui curah hujan,
namun ada pula jenis tanaman yang hanya sedikit membutuhkan air dari
curah hujan. Dalam penelitian mengenai hasil panen tanaman tomat, sangat
perlu mengulas curah hujan yang dibutuhkan tanaman tomat jenis
holtikultura ini. Selain faktor curah hujan penulis juga mengaitkan dengan
jenis iklim yang cocok untuk ditumbuhi tanaman tomat.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tomat adalah 750-1.250
mm per tahun. Tanaman di daerah yang memiliki curah hujan lebih besar
dari angka tersebut, perlu penanganan khusus, misalnya pembuatan sarana
2 Andri Noor A 2013 Klimatologi Umum Tangerang Selatan hal.96 3 Redaksi Agro Media 2007 Panduan Lengkap Budi Daya Tomat hal.prakata.
5
irigasi. Pasalnya curah hujan yang demikian akan memicu tumbuhnya
penyakit, seperti layu fusarium dan penyakit lainnya yang dikeluarkan
tanah.4. dikutip dari Balai Pertanian Bogor Jawa Barat khusus jenis tanaman
Holtikultura Layu Fusarium merupakan salah satu penyakit yang paling
ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi menimbulkan
kerugian besar. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab
kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit Layu Fusarium
bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan
areal pertanaman mudah tergenang air.
Konsumsi air oleh tanaman mengikuti pola kurva sigmoid. Menurut
Franklin P Gardner (1991), Kurva sigmoid adalah pola pertumbuhan
sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi
pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan.
Pada tanaman muda kebutuhan air masih sedikit, kemudiian
meningkat seiring betambahnya usia tanaman. Konsumsi air mencapai titik
maksimal ketika buah tomat sudah matang. Konsmsi air akan stabil selama
pematangan buah tomat dan setelah itu kembali menurun.5
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai Analisa musim hujan terhadap hasil panen
pertanian, dalam hal ini penulis membuat proposal skripsi dengan judul
“ANALISIS DAMPAK MUSIM HUJAN TERHADAP HASIL
PANEN TOMAT DESA CILOTO JAWA BARAT”
4 ibid 5 ibid
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi
beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Kualitas Tomat yang tidak layak untuk dikonsumsi serta kuantitas
hasil panen Tomat yang menurun pada periode musim hujan.
2. Analisa musim hujan yang memiliki dampak negatif langsung
terhadap hasil panen tomat.
3. Menurunnya penghasilan petani Tomat saat panen di musim hujan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti
membatasi penelitian ini sebagai berikut:
1. Analisa curah hujan yang terdapat di Desa Ciloto Jawa Barat
memiliki dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas hasil panen
tanaman tomat di lokasi tersebut dalam periode musim hujan.
2. Hasil panen tanaman Tomat dalam periode musim hujan dengan
kualitas yang layak untuk di konsumsi dan kuantitas dalam hitungan
kilogram.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka penulis
merumusukan permasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak musim hujan terhadap hasil panen tanaman Tomat
dalam segi kualitas maupun kuantitas di Desa Ciloto Jawa Barat?
2. Bagaimana upaya petani tomat dalam mengoptimalkan hasil panen
tomat saat musim hujan?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak musim hujan terhadap hasil panen
tanaman Tomat di Desa Ciloto Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan petani Tomat Desa
Ciloto Jawa Barat pada saat musim hujan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis
dalam menganalisa dampak dari musim hujan terhadap hasil
pertanian dan klasifikasi iklim di wilayah pertanian.
b. Bagi Bidang Pendidikan
Manfaat dalam bidang pendidikan adalah sebagai referensi bagi
guru, murid, serta civitas akademika lain untuk mengklasifikasi
iklim di wilayah pertanian dan dampak musim hujan terdap hasil
pertanian.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini membahas tentang dampak musim hujan terhadap
hasil panen tanaman tomat, maka penelitian ini bermanfaat untuk
menambah wawasan bagi pembacanya.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini bermanfaat bagi Unit Pelayanan Teknis Desa
Ciloto Cipanas bidang Pertanian untuk mengetahui kuantitas hasil
panen Tomat pada saat musim penghujan tiba.
b. Bagi Masyarakat dan Petani Desa Ciloto
Penelitian ini bermanfaat untuk pengetahuan bagi masyarakat
serta petani Tomat Desa Ciloto agar dapat mengetahui curah hujan
yang dapat mempengaruhi hasil panen tanaman Tomat.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian mengenai analisa dampak musim hujan terhadap hasil
panen dapat dijadikan acuan peneliti lain untuk meneliti kajian yang
relevan serta dapat mengambil contoh dari manfaat penelitian ini.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Musim Hujan
1) Pengertian Musim
Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia musim adalah rentang
waktu yang mengandung fenomena (nilai suatu unsur cuaca) yang
dominan atau mencolok. Sedangkan menurut Bayong dalam Dedi S.S
dan Kukuh Ribudiyanto, musim adalah periode dengan unsur iklim
yang paling mencolok..6 Musim juga dapat diartikan sebagai salah satu
pembagian utama tahun, biasanya berdasarkan bentuk iklim yang luas.7
Sedangkan menurut Cambridge Dictionary, “Season is The Periode of
the year when something that happens every year happens”. Yaitu
sesuatu yang terjadi di setiap tahunnya dan akan berulang di setiap
tahunnya.8
Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa musim
adalah kondisi cuaca yang paling sering terjadi di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu.
a. Pembagian Musim di Bumi
Bumi adalah salah satu anggota tata surya yang ber-evolusi
mengelilingi Matahari melalui orbit dan berotasi mengelilingi sumbu
imajinernya. Efek dari evolusi dan rotasi bumi adalah musim. Musim
terbagi menjadi musim dingin, musim semi, musim panas dan musim
6 Dedi Sucahyono S dan Kukuh Ribudiyanto, Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia, (Jakarta:
Puslitbang BMKG, 2013) h. 21 7 Diakses melalui https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musim, pada 3/9/2019 pukul 20.30 WIB 8 Cambridge Dictionary diakses melalui https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/season
pada 9 Juli 2020 pukul 11.03
10
gugur.9 Berikut uraian pembagian musim beserta waktu
penanggalannya dalam bentuk table dibawah ini.
Tabel 2.1 Pembagian Musim di Bumi
Sumber: Wikipedia 2019
9 Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK., DEA, Meteorologi Indonesia Vol.1: Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer (Jakarta: BMKG, 2012) cetakan IV h.4
Penanggalan Belahan bumi
Tropis
April hingga September musim kemarau
Oktober hingga Maret musim hujan
Belahan utara Belahan selatan
1 Maret - 31 Mei musim semi musim gugur
1 Juni - 31 Agustus musim panas musim dingin
1 September - 30 Nopember musim gugur musim semi
1 Desember - 28 Februari musim dingin musim panas
11
b. Dampak Pergantian Musim Terhadap Tanaman Buah
Akibat dari pergantian musim di negara tropis seperti Indonesia,
maka terjadilah jenis buah-buahan musiman atau disebut juga seasonal.
Misalnya buah durian, buah rambutan dan buah duku adalah jenis
tanaman buah yang dipengaruhi oleh musim. Sedangkan papaya,
belimbing dan pisang adalah jenis tanaman buah-buahan yang tidak
dipengaruhi oleh musim.10 Oleh sebab itu, dampak dari pergantian
musim di Indonesia menyebabkan pula pada musim jenis buah dan
sayuran yang berbeda.
2) Pengertian Hujan
a. Pengertian Hujan dan Curah Hujan
Menurut Andri Noor A hujan adalah curahan butiran air dari
atmosfer sampai ke permukaan Bumi, baik berbentuk cairan
maupun padat (es atau salju). Jumlah hujan yang jatuh di suatu
daerah selama waktu tertentu di sebut curah hujan atau presipitasi.11
Sedangkan menurut Bayong Tjasyono hujan adalah hydrometer
yang jatuh berupa partikel, partikel air yang mempunyai diameter
0,5 mm.12
Berdasarkan pengertian hujan menurut berbagai ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa hujan adalah suatu fenomena yang terjadi
pada lapisan udara berupa gumpalan air maupun butiran cair
ataupun padat yang jatuh ke permukaan bumi. Sedangkan
banyaknya butiran air dalam bentuk padat (es/salju) yang turun ke
permukaan bumi disebut curah hujan.
10 Drs. H. Hendro Sunarjono. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008) h.
8Pengertian 11 Andri Noor A, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakata Pers, 2013) cet. 1 h.36 12 Bayong Tjasyono, Klimatologi (Bandung: ITB, 2005) h.239
12
Menurut Andri Noor A, Hujan memiliki ukuran butir yang
berbeda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan sebagai
berikut:13
a) Hujan Gerimis (drizzle) diameter butir-butir air hasil kondensasi
kurang dari 0,5 mm
b) Hujan Salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es dengan suhu
udara berada di bawah titik beku.
c) Hujan batu es, merupakan merupakan curahan batu es yang
turun di dalam uap panas dari awan dengan suhu udara di bawah
titik beku.
d) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan
dengan suhu udara diatas titik beku dan diameter butirannya
kurang lebih 5 mm.14
b. Alat Pengukur Curah Hujan
Ukuran ketebalan hujan dinyatakan dalam satuan
milimeter (mm). dan alat yang digunakan sebagai penakar hujan
disebetu Ombrometer.15 Berikut adalah gambar dari alat
Penakar hujan.
13 Andri Noor A, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakata Pers, 2013) cet. 1 h.36 14 Ibid h. 36-37 15 Ibid h.36
13
Gambar 2.1 Alat Penakar Curah Hujan Ombrometer
Sumber: BMKG Stasiun Dramaga Bogor
Sedangkan satuan hitung yang biasa digunakan dalam mengukur curah
hujan adalah mm/jam.16 Dibawah ini terdapat table 2.2 mengenai
keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan berdasarkan ukurannya.
16 Ibid h. 36
Keadaan Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan
(mm)
1 Jam 24 Jam
Hujan sangat ringan < 1 < 5
Hujan ringan 1-5 5-20
Hujan normal 5-10 20-50
Hujan lebat 10-20 50-100
Hujan sangat lebat > 20 > 100 Sumber: Andri Noor Ardiansyah M.Si, Klimatologi Umum (2013)
14
c. Proses Terjadinya Hujan
Secara alamiah proses terjadinya hujan dapat diketahui
melalui Daur Hidrologi. Menurut Sri Harto dalam Lily M
Limantara, hidrologi dimaksudkan dalam ilmu yang menyangkut
masalah air.17 Pada hakikatnya hidrologi mempelajari setiap fase air
di bumi. Oleh karena itu, hidrologi merupakan disiplin ilmu yang
sangat penting bagi manusia dan lingkungannya.18
Dalam uraian yang telah di paparkan mengenai proses
turunnya hujaan, berikut adalah gamabar mengenai daur hidrologi
yang menggambarkan proses dan tahapan terjadinya hujan:
Gambar 2.2 Daur Hidrologi atau Siklus air
Sumber: https:/pelajaran.co.id
Dari gambar tersebut, maka proses turunnya hujan bermula dari
adanya energi panas matahari yang memancar pada permukaan air
laut maupun badan-badan air lainnya sehingga terjadilah proses
evaporasi dan menghasilkan uap air. Uap air sebagai hasil evaporasi
kemudian menjadi gumpalan-gumpalan awan dan bergerak melintasi
17 Dr. Ir Lily M Limantara, M.Sc, Hidrologi Praktis (Bandung: CV Lubuk agung 2010) Cet. 1 Hal 2. 18 Indarto, Hidrologi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) cet 1, hal.3
15
daratan yang bergunung maupun data, dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, sebagaian dari uap air tersebut akan terkondensasi
dan turun sebagai air hujan.19
d. Karakterstik Curah Hujan
Menurut Andri Noor Ardiansyah, ada beberapa istilah yang
terkait dengan pengukuran hujan itu sendiri, yang dibedakan
menjadi beberapa karakteristik hujan, seperti dibawah ini:
1. Ketebalan Hujan (R)
Ketebalan hujan yaitu banyaknya hujan kumulatif yang
jatuh di permukaan lahan dalam satu kurun waktu kejadian
(lama durasi) hujan.20 Ketebalan hujan ini disebut sebagai
presipitasi. Menurut Martha, J dan Adidarma W dalam Andri N.
Ardiansyah, Presipitasi adalah peristiwa jatuhnnya cairan
atmosfer ke permukaan bumi. Sedangkan menurut
Sossrodarsono, S dan Takeda, K pada 1976 dalam Andri, N.
Ardiansyah, presipitasi adalah nama umum dari uap yang
mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses
siklus hidrologi.21
2. Durasi Hujan atau Lama Hujan (D)
Menurut Martha J dan Adidarna W, 1983 dalam Andri,
N. Ardiansyah, durasi hujan atau lama terjadinya hujan
(duration of rainfall) merupakan lamanya presipitasi
19 Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers, 2014) cet. VI h.7 20 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.37 21 Ibid h.36
16
berlangsung.22 Durasi hujan biasanya menggunakan satuan
menit atau jam. Durasi hujan yang lama pada umumnya
memiliki intensitas rendah, sebaliknya durasi hujan yang singkat
memiliki intensitas tinggi.23
3. Intensitas Hujan (I)
Intensitas hujan (rainfall intensity) dapat diartikan
sebagai derajat curah hujan, biasanya dinyatakan oleh jumlah
curah hujan dalam suatu satuan waktu.24 Intensitas hujan yaitu
jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu. Hal tersebut
dinyatakan oleh Sosrodarsono, S. 1993 dalam Andri, N.
Ardiansyah. Berikut table 2.3 mengenai intensitas curah hujan.
Derajat
Hujan
Intensitas
Curah Hujan
(mm/jam)
Kondisi
Hujan sangat
lemah < 0.02
Tanah agak basah atau dibasai
sedikit
Hujan lemah 0.02-0.05
Tanah menjadi basah
semuanya atau menjadi puddel
Hujan normal 0.05-0.25
Dapat dibuat puddel atau bunyi
curah hujan kedengaran
Hujan deras
0.25-1
Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan buny
keras hujan terdengar dari
genangan
Hujan sangat
deras >1
Hujan seperti ditumpahkan,
dan saluran drainase meluap
Sumber: Andri Noor Ardiansyah, M.Si
22 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.37 23 Ibid hal. 37 24 Ibid hal. 37
17
e. Jenis- jenis hujan
Selain karakteristik hujan, ada pula jenis-jenis hujan. Menurut Andri
Noor Ardiansyah, M.Si dalam bukunya yang berjudul Klimatologi
umum, hujan terbagi menjadi tiga jenis. Berikut pemaparan
mengenai jenis-jenis hujan :
1) Hujan orografis
Hujan orografis terjadi karena udara dipaksa naik melewati
pegunungan, sehingga mengalami pendinginan dan
menyebabkan hujan.25 Hujan orografis menyebabkan
terbentuknya derah hujan dan daerah bayangan hujan.26
2) Hujan Konveksi/ Zenithal
Hujan ini terjadi pemanasan radiasi Matahari yang
mengakibatkan udara mengalami pemuaian dan keatas,
mengalami pendinginan, dan menyebabkan hujan deras. Pada
umumnya hujan ini bersifat deras dan disertai petir, namun,
hujan konveksi ini tidak berlangsung lama dan bersifat local.27
3) Hujan Frontal
Hujan ini terjadi sebagai akibat pertemuan antara dua masa
udara, yang berbeda suhunya. Yaitu yang satu panas, sedangkan
yang lain dingin. Masa udara yang panas dan mengandung uap
air bergerak naik seperti menaiki lereng diatas masa udara yang
dingin. Udara dingin yang berada dibagian bawah seperti
merunduk menyusup dibawah udara panas.28
25 Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Klimatologi Umum (Banten: UIN Jakarta Pers, 2013) cet.I h.40 26 Ibid hal. 40 27 Ibid hal 41 28 Ibid hal 42
18
3) Pengertian Musim Hujan
Secara Sederhana, musim hujan dapat diartikan sebagai rentan
waktu yang banyak terjadi hujan.29 Sedangkan menurut Bayong
dalam Dedi Sucahyono S dan Kukuh Ribudiyanto, mendefinisikan
musim hujan sebagai musim yang ditandai oleh jumlah curah hujan
yang berlimpah.30
Dari penjelasan yang telah diuraikan maka disimpulkan bahwa
musim hujan adalah kondisi meningkatnya jumlah curah hujan di
suatu wilayah (hujan secara terus menerus) dalam jangka waktu
tertentu.
a. Ciri dan Periode Musim Hujan di Indonesia
Secara teknis meteorologi suatu wilayah memasuki musim
hujan apabila kandungan curah hujan rata-rata diatas 50 mm, dan
dikatakan telah memasuki musim kemarau apabila kandungan rata-
rata curah hujan dibawah 50 mm. pada umumnya, sewaktu Matahri
berada dibelahan Bumi selatan yaitu bulan Oktober hingga Maret,
maka curah hujan lebih banyak dibandingkan suatu Matahari diatas
belahan bumi utara yaitu bulan April hingga September.31
Oleh sebab itu, musim hujan di Indonesia biasanya terjadi pada
bulan Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan April hingga September. Berkaitan dengan periode
29 Soerjadi Wirjohamidjojo dan Yunus Suwarinoto, Iklim Kawasan Indonesia: Dari Aspek Dinamik-
Sinoptik, (Jakarta: BMKG, 2010) hal 6 30 Dedi sucahyono S. dan Kukuh Ribudiyanto, Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia (Jakarta:
Puslitbang BMKG, 20113) hal 21 31 Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK, DEA, Metereologi Indonesia Vol.1: Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer, Hal. 12
19
musim hujan di Indonesia, secara sederhana dapat dilihat uraiannya
pada table berikut:
Periode Musim Hujan di Indonesia
Musim Curah Hujan
Rata-rata Periode
Hujan 50 mm Oktober – Maret
Kemarau < 50 mm September – April
Tabel 2.4 Sumber: Wikipedia (2019)
1. Dampak Musim Hujan
Secara umum, musim hujan memiliki dampak yang dapat
ditimbulkan khususnya bagi kehidupan di muka bumi. Dampak
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Adapun dampak
musim hujan secara umum seperti yang diungkapkan oleh Andi Eka
pada website resmi BMKG bahwa dampak musim hujan diantaranya
sebagai berikut:32
1. Dampak Positif
a. Meningkatnya potensi luas tanam sawah.
b. Meningkatkan frekuensi tanam
c. Meningkatkan ketersediaan air untuk pertanian dan
waduk.
2. Dampak Negatif
a. Peningkatan potensi banjir dan longsor
b. Penurunan produksi kopi
c. Penurunan produksi tembakau
d. Penurunan produksi garam
e. Penurunan produksi tanaman buah tropika
f. Meningkatnya tinggi gelombang laut
32 Diakses melalui www.bmkg.co.id pada 11 oktober 2019 pukul 19.00 WIB
20
2. Konsep Panen dalam Pertanian
a. Panen
a) Pengertian Panen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau
ladang33. Istilah ini paling umum digunakan dalam kegiatan
bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di sebuah
lahan. Namun istilah panen memiliki arti yang luas, menurut
Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang di akses pada 13
Septeember 2019, makna panen dapat dipakai pula dalam budi
daya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti
jamur, udang, alga atau gulma laut dan hasil hutan (kayu maupun
non-kayu).34
Sistem panen pada masa kini dapat dilakukan dengan
teknologi yang canggih, seperti menggunakan teknologi mesin
pemanen combine harvester, tetapi dalam budi daya yang masih
tradisional atau setengah tradisional orang masih menggunakan
alat tradisional jenis sabit atau arit.35 Sedangkan menurut
Mutiarawati, 2009 panen menrupakan pekerjaan akhir dari
budidaya tanaman (bercocok tanam), tetapi merupakan awal dari
pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan penyimpanan
dan pemasaran.
33 Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3 (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998) 34 https://www.pertanian.go.id/ diakses pada 13 September 2019 Pukul 18.51 WIB 35 https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13 September 2019 Pukul 19.30
21
Pengertian lain menurut Sudheer pada 2007 “The
Harvest are fruits picked either prematurely or too late, are
more suspectible to past harvest physiological disorders than
are fruits picked at proper stage of maturity”.36
Dapat ditarik kesipulan bahwa panen adalah proses
pemetikan hasil (buah) dari kegiatan bercocok tanam yang
dilakukan pada saat waktu tertentu baik menggunakan mesin
panen atau alat tradisional agar hasil (buah) dari proses panen
dapat diolah dan dipasarkan.
b) Metode Pemanenan
Menurut Wikipedia Indonesia pada American Heritage
Dictionary, berdasarkan bagian dari organisme yang di
panen, metode pemanenan dibagi menjadi beberapa
bagian.37
1. Pemanenan Keseluruhan
Yaitu mengambil seluruh bagian tubuh individu
suatu organisme sehingga individu tersebut tidak lagi
hidup. Pemanenan jenis ini adalah yang paling
umum dilakukan di berbagai aktivitas pertanian.
Pada aktivitas budi daya tumbuhan semusim,
pemanenan mencabut akar tanaman dari tanah
sehingga tanaman kehilangan akses terhadap nutrisi
dari tanah. Setelah itu, tanaman di proses untuk
diambil Sebagian tubuhnya saja atau seluruhnya.
36 Sudheer, et al. 2007. Harvest Technology of Horticultural. New Delhi: Publishing Agency 37 Wikipedia Bahasa Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13 September 2019
Pukul 19.30
22
2. Pemanenan Sebagian
Pada praktik budi daya tumbuhan menahun seperti
kelapa sawit dan karet, yang dipanen bukanlah
seluruh bagian tanamannya, melainkan bagian yang
dimanfaatkan saja. Pada kelapa sawit yang diambil
adalah buahnya. Dengan mengambil buahnya saja,
pohon tidak mati.
c) Penanganan pasca panen
Menurut Suprapti pada 2002, penanganan pasca panen
merupakan bagian kegiatan atau perlakuan terhadap tanaman
yang sudah diambil dari lahan yang menentukan kualitas
selanjutnya.38 Sedangkan dalam bidang pertanian istilah
pasca panen merupakan berbagai tindakan atau perlakuan
yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen.39.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pasca panen adalah
memilih atau mengolah hasil panen dari bercocok tanam atau
kegiatan pertanian agar mendapatkan hasil panen dengan
kualitas yang baik supaya dapat dipasarkan kepada
konsumen.
d) Kriteria Panen
Menurut Mutiarawati pada 2007 ada berbagai cara untuk
dapat mentukan waktu panen yang tepat, diantaranya sebagi
berikut:40
1. Cara Visual / Penampakan:
Dilihat dari warna kulit, ukuran dan bentuk buah
38 Suprapti, 2002. Jurnal, Teknologi Pengolahan Pangan Kanisius: Yogyakarta 39 Mutiarawati, 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. UNPAD Press: Bandung hal.36 40 Ibid Hal.40
23
2. Cara Fisik:
Dengan melakukan perabaan, buah lunak, umbi
keras
3. Cara Komputasi Bunga:
Menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur
buah dari mekarnya bunga.
4. Cara Kimia:
Melakukan pengukuran analistik kandungan zat atau
senyawa yang ada dalam komoditas, seperti kadar
gula.
3. Pengertian Tomat
Tomat merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan
Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tanaman yang memiliki nama
latin Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum ini
memiliki siklus hidup yang singkat dan dapat tumbuh setinggi satu
sampai tiga meter. Tumbuhan dengan buah berwarna hijau, kuning
dan merah ini biasanya digunakan sebagai sayuran dalam masakan
atau makanan secara langsung tanpa diproses. Namun tanaman ini
dapat dikatakan sebagai salah satu jenis buah-buahan.41
a. Sejarah Tomat
Tomat berasal dari dataran tinggi pantai barat Amerika
Selatan. Kemudian setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan
mereka menyebarkan tanaman ini kepada koloni-koloni mereka
yang ada di Karibia. Selain itu Spanyol juga membawa tanaman ini
ke Filipina yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di
seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa benih tanaman ini ke
41 Diakses melalui https://tanahkaya.com/tomat/ pada 11 Juli 2020 Pukul 17.00 WIB
24
Eropa dan tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah dengan
iklim Mediterania.42
b. Ciri-ciri Tomat
Tomat merupakan tanaman yang banyak ditemukan diseluruh
dunia. Tanaman ini memiliki dua perakaran yaitu perakaran
tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang dari tanaman
tersebut tumbuh menembus kedalam tanah dan untuk akar serabut
tumbuh ke arah samping tetapi dangkal. Dengan kedua perakaran
tersebut sebaiknya tanaman ini ditanam pada kondisi tanah yang
gembur dan banyak mengandung unsur hara.43
Buah tanaman ini memiliki bentuk yang bervariasi tergantung
dari varietasnya, diantaranya yaitu bentuk bulat, agak bulat, agak
lonjong, bulat telur dan persegi. Warna yang dimiliki dari buah ini
juga bermacam-macam dari warna merah, belang kemerahan,
kekuningan sampai warna hijau. Tanaman ini memiliki daun yang
berbentuk oval pada bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-
celah yang menyirip agak melengkung ke dalam. Batang
tanamannya lunak tetapi dapat disebut kuat karena dapat menopang
buah-buahnya meskipun dengan bantuan ajir. Rasa dari buah ini
asam dan manis sehingga cocok jika digunakan untuk menu
makanan atau pun minuman. Di bagian dalam buah terdapat biji
tomat yang berwarna putih. Biji tersebut bergerombol dan diselimuti
dengan daging buah. Daging buahnya agak lunak dan mengandung
banyak air, apabila dibelah maka akan keluar lendir. Semakin tua
buah tanaman ini maka akan semakin banyak mengandung air44
42 Ibid 43 ibid 44 ibid
25
c. Struktur Tomat
Bagian-bagian yang ada di dalam buah ini meliputi eksocarp,
mesocarp, dan endocarp. Eksocarp merupakan bagian terluar atau
lapisan terluar dari buah, sering mengandung zat warna buah yang
terdiri dari dinding pericarp dan kulit buah. Bagian mesocarp
merupakan lapisan paling dalam yang berupa selaput terdiri dari
parenkim dengan ikatan pembuluh atau jaringan tertutup serta lapisan
bersel tunggal yaitu lokula. Sedangkan bagian endocarp merupakan
lapisan yang berada paling dalam, terdiri dari biji, plasenta dan
columella. Berikut adalah gambar 2.3 yang menjelaskan struktur bagian
dari Tomat.45
Gambar 2.3 Struktur Bagian Tomat
Sumber: https://tanahkaya.com/tomat/
45 Diakses melalui https://tanahkaya.com/tomat/ pada 11 Juli 2020 Pukul 17.00 WIB
26
d. Habitat Tomat
Tomat tumbuh pada suhu yang berkisar antara 20-27 oC
dengan curah hujan berkisar 750-1250 mg per tahunnya. Pada
umumnya Tomat ini akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-
1500 mdpl dan tentunya dengan media tanah yang subur dan gembur
dengan kandungan unsur hara yang baik.46
e. Khasiat dan Kandungaan Tomat
Tomat mengandung antioksidan alami yang bernama likopen
yang merupakan salah satu antioksidan alami paling kuat untuk
membantu memerangi radikal bebas penyebab kanker. Tomat
mengandung berbagai vitamin, mineral dan senyawa tumbuhan yang
sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Beberapa mineral yang
terkandung di dalam buah tomat yaitu Kalsium, Magnesium, Kalium,
Natrium, Ferum, Sulfur dan Klorin. Sedangkan untuk vitamin yang ada
didalamnya yaitu vitamin A, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin C,
Vitamin K, Vitamin E serta niasin. Selain vitamin dan mineral ada juga
kandungan lain diantaranya yaitu alkaloid, saponin, asam folat, asam
malat, coumarie acid dan cholorogenie acid, bioflanoid yaitu pigmen
merah yang bernama likopen, ademin, biotin, trigo melin, histamine,
protein, lemak, gula dan serat.47
f. Budidaya Tomat
Tomat memiliki syarat khusus agar bisa tumbuh dengan baik
yaitu ditanam dalam kisaran suhu 20-27 derajat celcius dengan wilayah
yang memiliki curah hujan sekitar 750 hingga 1250 mg per tahun.
46 ibid 47 Ibid
27
Tomat dasarnya dapat tumbuh secara ideal pada ketinggian kisaran
1000-1500 mdpl.48 Berikut adalah proses penanaman Tomat secara baik
dan benar.
1) Memilih Bibit.
Hal paling penting dari memulai budidaya adalah
pemilihan bibit yang unggul yang bisa menghasilkan
varietas yang berkualitas. Benih tanaman tomat yang baik
bisa dengan mudah kita dapatkan di berbagai toko yang
menjual benih tanaman. Masyarakat juga bisa
menyiapkan bibit sendiri, caranya dengan memilih biji
tomat dari tomat yang sudah tua. Kemudian pilih biji yang
sehat dan setelahnya bisa dikeringkan dengan dijemur.
2) Melakukan Persemaian
Langkah berikutnya adalah melakukan persemaian.
Persemaian dilakukan jika bibit tanaman tomat sudah
memiliki batang dan daun yang kuat. Ada dua metode
persemaian, yaitu menggunakan bendengan dan polybag.
Penggunaan polybag bisa dipilih sebagai metode untuk
mengurangi stres pada tanaman saat proses pemindahan
media tanam. Jika menggunakan polybag, tanaman siap
dipindahkan ke tanah saat berusia 35-40 hari.
48 Ibid
28
3) Pengolahan Tanah
Tanah yang digunakan setidaknya memiliki kadar
keasaman atau pH sekitar 5,5-7. Jika tanah dalam keadaan
yang terlalu asam, bisa ditambahkan kapur untuk
menurunkan pH tanah. Tanah juga harus dipupuk
sehingga memiliki mineral yang cukup untuk tanaman
tumbuh dengan baik.
4) Pemeliharaan Tanaman
Umur tanaman tomat hingga bisa menghasilkan buah dan
bisa dipanen adalah sekitar 71-79 hari. Dalam kurun
waktu tersebut Anda harus benar-benar merawat tanaman
agar terhindar dari hama. Ada beberapa langkah
pemeliharaan yaitu dengan penyulaman, penyiangan,
pemangkasan dan pemupukan tambahan.
5) Melakukan Penyiraman dan Pengairan
Langkah selanjutnya yang sangat penting dalam
budidaya tanaman tomat adalah melakukan penyiraman
secara rutin. Perhatikan kadar kelembaban tanah, jangan
siram terlalu banyak air atau jangan sampai tanah terlalu
kering agar pohon bisa menghasilkan buah yang bagus.
6) Pemasangan Lenjeran
Pohon tomat merupakan jenis tumbuhan yang
merambat, tentu Anda harus membuat lenjeran agar
pohon tomat tidak roboh dan dapat berkembang dengan
29
baik. Gunakan lenjeran dengan menggunakan bambu dan
tancapkan lenjeran dengan jarak tanaman tomat sekitar
10-20 cm. Tinggi lenjeran yang dibutuhkan antara 10-15
cm saja.
7) Panen
Panen pada tanaman tomat dilakukan dengan memetik
buah tomat satu persatu. Gunakanlah gunting untuk
memotong batang yang menempel dengan buah tomat
agar tidak merusak batang tomat yang bisa
mengakibatkan kerusakan pohon tomat.
30
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Iga Dainty, Sirajuddin H. Abdullah
dan Asih Priyanti, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Peluang Curah
Hujan Untuk Penetapan Pola dan Waktu Tanam Serta Pemilihan Jenis
Komoditi yang Sesuai Di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten
Lombok Timur” (Jurnal, Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram: 2016) menggunakan metode
penelitian Deskriptif Analitis dengan menggunakan data sekunder yang berupa
data curah hujan. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan Iga Dainty dkk ini
meliputi beberapa tahap yaitu: observasi, pengumpulan data, analisis data,
penjabaran data, dan penarikan kesimpulan. Persamaan penelitian yang
dilakukan Iga Dainty dkk dengan penelitian ini yaitu jenis metode penelitian
Deskriptif Analitis dimana curah hujan digunakan sebagai data sekunder.
Perbedaannya adalah terletak dari jenis tanaman komoditi yang diteliti, jika Iga
Dainty dkk melakukan penelitian terhadap beberapa jenis tanaman komoditi
yang ada di desa Masbagik Kabupaten Lombok Timur, maka penelitian ini
hanya menggunkan satu jenis tanaman holtikultura yaitu tomat dan terletak di
wilayah Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penelitian yang dilakukan Dedi Mulyono dalam jurnalnya yang
berjudul “Analisis Karakteristik Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Garut
Selatan” (Jurnal: Sekolah Tinggi Teknologi Garut) mengolah data sekunder
dalam bentuk perhitungan, dimana data tersebut diambil dari dinas sumber
daya air dan pertambangan kabupaten garut, data-data yang diambil oleh Dedi
Mulyono berupa peta topografi, data klimatologi, data curah hujan dan data
debit air. Analisis yang digunakan oleh Dedi Mulyono diantaranya berupa
analisis hidrologi, analisis karakteristik curah hujan yang melampirkan data
perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata. Selain itu Dedi Mulyono
juga menghitung distribusi kemungkinan banjir serta kebutuhan air bersih yang
terletak di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Garut. Penelitian Dedi Mulyono
31
dengan penelitian ini memiliki persamaan dianataranya adalah dalam
menganalisa karakteristik curah hujan dan menghitung hujan harian rata-rata di
lokasi penelitian. Perbedaan penelitian Dedi Mulyono dengan penelitian ini
terletak pada beberapa data sekunder yang di peroleh, diantaranya adalah data
debit air untuk mengetahu proyeksi kemungkinan banjir dan debit air agar
mencukupi irigasi, namun dalam penelitian ini tidak memerlukan perhitungan
data tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Suciantini dalam jurnalnya yang
berjudul “Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman Pangan
di Kabupaten Pacitan” (Jurnal: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
Balitbang Kementan: 2015) memperoleh data sekunder dari dinas pertanian
Kabupaten (Dinas Tanaman Pangan dan Perternakan Kabupaten Pacitan tahun
2007 hingga tahun 2011), Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan
dan BMKG daerah, diantaranya adalah data varietas, kebiasaan budidaya
petani, bencana iklim, luas tanam dan panen serta curah hujan harian dan
bulanan. Data penelitian yang dilakukan sucianti ini kemudian direkapitulasi
dan diolah secara statistik deskriptif dan disajikan hasilnya dalam bentuk
tabulasi atau grafik sesuai kebutuhan analisis. Berbeda halnya dengan
penelitian ini, data yang diperoleh merupakan data dari Dinas Pertanian
Kabupaten Cianjur, Unit Pelayanan Teknis Daerah Sarongge yang berupa hasil
kuantitas panen tanaman tomat dan curah hujan harian rata-rata yang diperoleh
dari BMKG. Selain itu perbedaannya terletak pada metodologi penelitian,
dimana penelitian yng dilakukan Sucianti menggunkan metode Statistik
Deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan metode Analisis Deskriptif.
Persamaannya adalah dalam perolehan data sekunder berupa data curah hujan
dan analisis hasil data panen.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeli Servina dalam jurnalnya yang
berjudul “Dampak Perubahan Iklim dan strategi Adaptasi Tanaman Buah dan
Sayuran di Daerah Tropis” (Jurnal, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi:
32
2019) meninjau berbagai analisis melalui proyeksi perubahan iklim di
Indonesia yang meliputi curah hujan, suhu udara dan iklim ekstrim. Penelitian
yg dilakukan oleh Yeli servina ini memiliki persamaan dengan penelitian ini
yaitu menganalisis perubahan iklim terhadap tanaman holtikultura yang ada di
Indonesia, khususnya buah-buahan dan sayuran. Namun dalam penelitian ini
lebih spesifisik terhadap satu jenis tanaman holtikultura yaitu tanaman tomat.
Namun terdapat juga perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada analisa
proyeksi suatu kejadian yang akan datang, seperti contohnya analisa proyeksi
musim hujan. Dalam penelitian ini tidak menganalisa proyeksi musim hujan di
masa yang akan datang
Penelitian yang dilakukan Ashabul Yamin dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Risiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” (Skripsi: IPB
2012) meperoleh data berupa data primer yang bersumber dari pengamatan
serta wawancara dengan pemilik PD Pacet Segar. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal serta data lainnya yang memiliki
relevan dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan Ashabul
Yamin memiliki persamaan dengan metode penelitian ini, yaitu dalam
memperoleh sumber data penelitian dengan cara observasi, wawancara, diskusi
dan kuisioner. Persamaan lainnya juga terdapat dalam analisis data dengan
menggunakan Analisis Deskriptif untuk menyimpulkan hasil wawancara dan
kuisioner. Namun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ashabul Yamin
dengan penelitian ini adalah terletak pada analisis risko yang menggunakan
metode analisis dengan menggunakan jenis data kuantitatif dengan mengolah
data laporan keuangan dan hasil produksi tomat cherry pada PD Pacet segar,
tetapi dalam penelitian ini tidak memerlukan hasil laporan keuangan yang
berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman tomat.
Untuk lebih jelasnya peneliti membuat rangkuman mengenai
perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang relevan dalam table berikut:
33
Tabel 2.5
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Relevan
No Nama dan
Tahun Judul Persamaan dan Perbedaan
1 Iga
Dainty,
Sirajuddin
H.
Abdullah
dan Asih
Priyanti,
2016
Analisis Peluang Curah
Hujan Untuk Penetapan
Pola dan Waktu Tanam
Serta Pemilihan Jenis
Komoditi Yang Sesuai Di
Desa Masbagik Kecamatan
Masbagik Kabupaten
Lombok Timur
Persamaan: jenis metode
penelitian Deskriptif Analitis
dimana curah hujan digunakan
sebagai data sekunder. Perbedaan
: terletak pada jenis tanaman yang
berbeda sebagai variabel yang
diteliti
2 Dedi
Mulyono
Analisis Karakteristik Curah
Hujan di Wilayah
Kabupaten Garut Selatan
Persamaan : menganalisa
karakteristik curah hujan dan
menghitung hujan harian rata-rata
di lokasi penelitian.
Perbedaan : beberapa data
sekunder yang di peroleh,
diantaranya adalah data debit air
untuk mengetahui proyeksi
kemungkinan banjir dan debit air
agar mencukupi irigasi
3 Suciantini,
2015 Interaksi Iklim (Curah
Hujan) Terhadap Produksi
Tanaman Pangan di
Kabupaten Pacitan
Persamaan : perolehan data
sekunder berupa data curah hujan
dan analisis hasil data panen.
Perbedaan : terletak pada
metodologi penelitian dan sumber
perolehan data primer.
4 Yeli
Servina,
2019
Dampak Perubahan Iklim
dan strategi Adaptasi
Tanaman Buah dan Sayuran
di Daerah Tropis
Persamaan : menganalisis perubahan
iklim terhadap tanaman holtikultura
yang ada di Indonesia, khususnya
buah-buahan dan sayuran.
Perbedaan : Analisa proyeksi suatu
kejadian yang akan datang, seperti
contohnya Analisa proyeksi musim
hujan
34
5 Ashabul
Yamin,
2012
Analisis Risiko Produksi
Tomat Cherry pada PD
Pacet Segar Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat
Persamaan : perolehan sumber
data, analisis data dengan
menggunakan Analisis Deskriptif
untuk menyimpulkan hasil
wawancara dan kuisioner.
Perbedaan : terletak pada analisis
resiko yang menggunakan metode
analisis dengan menggunakan
jenis data kuantitatif dengan
mengolah data laporan keuangan
dan hasil produksi tomat cherry
pada PD Pacet segar.
35
C. Kerangka Berpikir
Cuaca dan Iklim
Musim di Indonesia
Musim Hujan Musim Kemarau
Panen Tomat Layak
Jual
Hasil Panen Tomat
Dampak Pertanian
Dampak Negatif Dampak Positif
Kondisi Curah Hujan
Solusi Strategi Petani Panen
Tomat
Dampak
Keterkaitan
Pemecahan
Masalah
36
Uraian Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
Wilayah Indonesia adalah bagian dari sistem planet Bumi yang
merupakan satu kesatuan alamiah antara litoster (lapisan padat), hidrosfer
(lapisan cair), atmosfer (lapisan gas), dan kriosfer (lapisan es) dimana saling
berinteraksi. Adanya interaksi keempat lapisan tersebut, maka terbentuklah
sistem cuaca dan iklim di Indonesia.49
Dengan didasarkan pada garis lintang dan garis bujur serta keadaan
temperatur udara, maka hal ini menjadikan wilayah Indonesia diselimuti iklim
tropis dan hanya merasakan dua pergantian musim dalam satu tahunnya. Kedua
musim tersebut, ditentukan atas banyaknya kandungan curah hujan. Sehingga
di negara Indonesia hanya dikenal dua istilah pergantian musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau.
Pada saat musim hujan tiba, kandungan curah hujan meliputi: (1)
Jumlah hari Hujan (2) Ketebalan hujan dan (3) Intensitas Hujan, akan lebih
meningkat jika dibandingkan dengan musim kemarau. Kondisi tersebut, pada
akhirnya menyebabkan dampak tersendiri bagi masyarakat pada umumnya,
baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif
Dampak yang bersifat positif, misalnya cuaca menjadi lebih sejuk,
menyuburkan tanah, terhindar dari kekeringan sehingga supply air menjadi
lebih banyak khususnya di daerah tangkapan air seperti waduk, danau maupun
yang lainnya. Sedangkan dampak yang bersifat negatif, misalnya terhambat
melakukan aktifitas di luar rumah, terjadinya banjir di daerah perkotaan dan
memunculkan berbagai penyakit, berpotensi terjadinya tanah longsor,
gelombang laut menjadi lebih tinggi, serta berbagai dampak lainnya yang
49 Prof. Dr Bayong Tjasyono HK., DEA. Metereologi Indonesia Vol.1 : Karakteristik dan Sirkulasi
atmosfer (Jakarta: BMKG, 2012) Cet. IV Hal.3
37
berkaitan dengan berbagai sektor kehidupan, seperti sektor pertanian, sektor
maritim dan sektor perekonomian.
Adapun salah satu dampak negatif yang dapat ditimbulkan pada sektor
pertanian adalah terjadinya gagal panen pada buah atau sayuran tertentu yang
tidak banyak membutuhkan air secara berlebihan dalam proses tanam.
Sehingga pada saat musim hujan tiba, berbagai resiko yang harus ditanggung
para petani lebih meningkat, diantaranya: banyak buah atau sayuran yang gagal
panen karena busuk akibat penyakit yang ditimbulkan jika proses tanam
memiliki kadar air yang berlebih. Akibatnya buah atau sayuran yang siap panen
menjadi gagal panen dan tidak layak untuk dijual ke tengkulak.
Dengan diketehuinya dampak negatif musim hujan terhadap hasil panen
buah dan sayuran, maka dapat diketahui berbagai strategi apa saja yang dapat
dilakukan para petani, khususnya pada penelitian ini yaitu petani tomat.
Sehingga dari berbagai strategi adaptasi yang dilakukan tersebut, akan
memberikan solusi secara umum mengenai strategi atau cara apa saja yang
perlu dilakukan oleh petani khususnya petani tomat pada saat memasuki musim
hujan.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciloto yang terdapat di
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa
Ciloto memiliki luas wilayah sekitar 891 Ha. Luas wilayah tersebut
terdiri dari 151,750 Ha daratan, 88,110 Ha berupa area persawahan dan
ladang pertanian.50 Dari 88,110 Ha ladang pertanian memiliki
presentase 75% jika di konversi dengan jumlah luas lahan adalah sekitar
66,08 Ha. Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Unit Pelayanan
Teknis Daerah Pertanian, Bapak Drs. H. Kodrat.51
Batasan wilayah desa ciloto diantaranya adalah: sebelah utara
berbatasan dengan Desa Batulawang Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cimacan Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur, sebelah barat berdampingan dengan Desa
Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dan Sebelah
timur berdampingan dengan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.52
Secara spesifik lokasi penelitian dapat dilihat melalui gambar
dibawah ini:
50 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB 51 Sumber: Wawancara Bersama Kepala UPTD Cianjur di UPTD Sarongge Ciputri Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. 52 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB
39
Gambar 3.1
Peta Digitasi Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur
Provinsi Jawa Barat
40
1. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, berikut
alur kegiatan penelitian. Adapun gambaran kegiatan yang dilakukan dalam
proses penelitian.
Tabel 3.1 Kegiatan penelitian
No Kegiatan Des 2018 Jan 2019 Feb 2019 Mar 2019 Apr 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
√
2 Penyusunan
Proposal
√ √ √
3 Seminar
Proposal
√
4 Revisi
Proposal
√ √ √
No Kegiatan Mei 2019 Sep 2019 Feb 2020 Mar 2020 Apr 2020
5 Penyusunan
Bab I
Pendahuluan
√ √ √
6 Penyusunan
Bab II Kajian
Pustaka
√ √
7 Penyusunan
Bab III
Metode
Penelitian
√ √ √ √
8 Penyusunan
Bab IV
Hasil
Penelitian
√ √ √ √
9 Penyusunan
Bab V
Kesimpulan
dan Saran
√ √ √ √
41
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah dengan
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode yang
dilakukan untuk memahami fenomena sosial yang terjadi secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang diteliti.53 Sedangkan metode penelitian deskriptif
merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menjelaskan atau
menggambarkan keaadaan suatu objek penelitian berdasarkan pada fakta yang
terjadi di lapangan.54
Berdasarkan pemaparan tersebut , maka dalam penelitian ini secara
langsung melakukan penelitian di lapangan, dengan melakukan observasi,
wawancara dengan narasumber dan mengumpulkan berbagai materi atau data
yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, guna memperoleh hasil
penelitian yang objektif dan agar mudah dipahami oleh pembaca pada
umumnya, maka dari data yang telah dihasilkan di lapangan tersebut, peneliti
melakukan beberapa langkah yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan
data serta analisis untuk di susun menjadi laporan serta diambil kesimpulan
sebagai akhir dari penelitian yang di lakukan.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Laptop beserta seluruh perangkat lunak di dalamnya yang
mendukung agar dapat dioperasikan secara maksimal guna
mempermudah dalam melakukan pengetikan maupun pengolahan
data.
b. Handphone Iphone X Pro Triple kamera yang digunakan untuk
proses rekaman hasil wawancara, menginput video pendek untuk
53 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakartra: Salemba
Humanika, 2010) hal.7 54 Zuldafrial, Penelitian Kuantitatif, (Pontianak: STAIN Pontianak Perss, 2009) hal.6
42
dilakukan pengamatan berulang dan pengambilan gambar penelitian
untuk dokumentasi lokasi penelitian
c. Alat tulis untuk mencatat hal-hal yang diperlukan selama kgiatan
penelitian.
2. Bahan Pnelitian
Bahan yang digunakan dalam peneliatan ini adalah sebagai berikut :
a. Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Cianjur dengan skala
1:25.000
b. Data statistik hasil pertanian Desa Ciloto dari dinas pertanian
Kabupaten Cianjur
c. Data curah hujan dari BMKG Citeko, Cisarua, Bogor.
d. Buku-buku sumber referensi yang membahas tentang Iklim,
Cuaca, Musim, dan Pendapatan sesuai dengan topik dan pokok
permasalahan yang diperoleh dari perpustakaan maupun toko buku
setempat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif adalah sebagai berikut :
1 Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.55 Sedangkan menurut
Sukandarrumidi obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek
dengan sistematika fenomena yang diteliti.56 Dari penjelasan tersebut
observasi yang akan dilakukan pada penelitian ini ialah mengamati secara
55 Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&B, (Bandung, Alfabeta,
2009), hal. 226 56 Sukandarrumidi Haryanto, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Hal.69
43
langsung kondisi serta aktifitas yang terjadi di Area Perkebunan Tomat
Desa Ciloto Kabupaten Cianjur Jawa Barat. hal ini bertujuan untuk
mengetahui hasil panen Tomat oleh petani setempat.
Metode Observasi dilakukan di Desa Ciloto Kabupaten
Cianjur Jawa Barat menggunakan metode behavioral checklist. Metode
behavioral checklist adalah suatu metode pengamatan dengan cara
meberikan tanda ceklis (√) pada perilaku atau kejadian yang muncul
sesuai dengan indikator perilaku atau kejadian yang telah ditentukan.57
2 Wawancara
Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui
interaksi verbal atau lisan.58 Sedangkan menurut Sukandarrumidi
menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu proses tanya jawab
secara lisan antara interviewer (orang yang mewawancarai dengan
interviewee (orang yang diwawancarai).59 Sehingga proses wawancara
pada penelitian ini dilakukan antara peneliti (pewawancara) dengan para
petani Tomat di Desa Ciloto, Kabupaten Jawa Barat.
Sedangkan bentuk wawancara pada penelitian ini ialah
wawancara secara terbuka. Artinya, proses kegiatan wawancara
berpedoman pada instrument wawancara yang berhubungan dengan
penelitian.60 Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara tetap berada
pada koridor tema dan alur permasalahan.
Berikut adalah table mengenai subyek wawancara dan bentuk
pertanyaan:
57 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Hal.136 58 Dr. Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),
hal.48 59 Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian, hal.45 60 Harris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, hal 141
44
Tabel 3.2
Subyek Wawancara dan Bentuk Pertanyaan
No. Indikator Subyek Wawancara Berntuk
Pertanyaan
1 Musim Hujan
Kepala BMKG
Kabupaten Cianjur Terbuka
2
Perolehan Hasil
Panen
Kepala UPTD
Pertanian Sarongge
Cianjur Terbuka
3 Dampak Musim
Hujan
Petani Tomat Desa
Ciloto, Cianjur Jawa
Barat Terbuka
Dari tabel 3.2 dapat diketahui indikator pertanyaan pada proses
wawancara. Berikut pemaparan indikator atas pertanyaan
wawancara.
1) Wawancara Kepala BMKG
A. Indikator pertanyaan:
a. Kapan daerah Ciloto dan sekitarnya memasuki periode
musim hujan?
b. Apakah terjadi perubahan periode musim hujan di
wilayah Desa Ciloto?
2) Wawancara Kepala UPTD Balai Pertanian Ciputri Sarongge
A. Indikator pertanyaan:
a. Bagaimana perolehan hasil panen buah dan sayur pada
saat musim hujan khususnya pada Tomat?
b. Bagaimana kondisi irigasi sekitar pertanian saat musim
hujan?
3) Wawancara Petani Tomat Desa Ciloto
A. Indikator pertanyaan:
Bagaimana Dampak musim hujan terhadap hasil panen
Tomat di Desa Ciloto?
45
Quisioner pertanyaan meliputi,
a) Jenis Tomat apakah yang ditanam?
b) Bagaimana kondisi Tomat ketika panen yang
layak untuk di jual?
c) Apakah keberadaan musim hujan mempengaruhi
hasil panen Tomat?
d) Bagaimana kondisi kualitas Tomat saat musim
hujan?
e) Bagaimana permintaan Tomat saat musim hujan
tiba?
B. Indikator pertanyaan:
Bagaimana dampak musim hujan terhadap pendapatan
petani Tomat Desa Ciloto?
Quisioner pertanyaan meliputi:
a) Bagaimana cara mnegetahui keuntungan atau
kerugian panen Tomat saat musim hujan?
b) Selain Tomat, apakah bapak/ibu menanam
sayuran lain dari usaha berrtani?
c) Berapakah hasil panen Tomat dalam segi kuantitas
saat musim hujan?
d) Apakah keberadaan musim hujan dapat
mempengaruhi penghasilan para petani?
C. Indikator pertanyaan:
Bagaimana strategi petani menghadapi musim hujan?
Quisioner pertanyaan meliputi:
a) Hal apakah yang dilakukan jika banyak Tomat
yang mengalami gagal panen saat musim hujan?
b) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menjaga
kualitas panen Tomat saat musim hujan?
46
c) Bagaimana upaya yang dilakukan jika terjadi
penurunan pendapatan dari hasil panen tomat?
3. Studi Dokumentasi
Menurut Irwan Soehartono menyatakan bahwa studi dokumentasi
merupakan bentuk pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan
kepada subyek penelitian. Dokumen yang digunakan dalam penelitian bisa
didapat dari mana saja, bukan hanya dari dokumen yang resmi.61 Sementara
pada literatur yang lain menjelaskan bahwa studi dokumentasi merupakan
sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi atau kondisi yang
sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang.62
Hal ini sejalan dengan diperlukannya beberapa dokumen yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, dimana dokumen berupa informasi
maupun data tersebut berfungsi sebagai pelengkap dan pendukung dari
metode observasi dan wawancara. Adapun data dokumentasi yang
diperlukan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 3.3
Dokumentasi Penelitian
No. Data Dokumentasi Sumber
1 Peta Wilayah Desa Ciloto
Peta Rupa Bumi Indonesia
Kabupaten Cianjur
2 Data Curah Hujan
Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Kabupaten
Cianjur
3
Profil UPTD Pertanian
Sarongge Cianjur Jawa
Barat
Dinas Pertanian Kabupaten
Cianjur Provinsi Jawa
Barat
61 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal.70 62 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) Cet.2,
Hal.39
47
E. Populasi Penelitian
Menurut Sukandarrumidi, populasi adalah keseluruhan objek
penlitian baik terdiri dari benda nyata, abstrak, peristiwa ataupun
gejala yang merupakan sumber data dann memiliki karakter yang
sama.63 Sedangkan menurut Sugiono, populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.64
Berdasarkan uraian diatas, maka populasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah petani Tomat yang
berada di Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat
yang sama dari objek yang merupakan sumber data.65 Adapun
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah, purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh subjek yang
dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dilakukan.66 Menurut Sukandarrumidi Teknik tersebut
diserahkan pada pengumpul data (peneliti) dimana pengambilan
sampel didasarkan atas pertimbangan yang disesuaikan dengan
maksud dan tujuan penelitian.67
Oleh karena itu, peneliti dalam melakukan pengambilan
sampel menetukan ciri-ciri tertentu dari keseluruhan jumlah
63 Sukandarrumidi Haryanto, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 2012) Cet. III, hal.49 64 Sugiono, Metode Penelitian Keantitatif, Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta 2011) hal. 80 65 Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, Hal. 23 66 Harris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), Hal. 106 67 Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-dasar Penulisan Proposal Penelitian, Hal. 30
48
populasi. Dimana ciri yang dimaksud ialah para petani Tomat yang
menanam Tomat di lahan sendiri maupun lahan sewa (lahan garapan
milik orang lain).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah mengurai dan mengolah data mentah
menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dapat dipahami secara
spesifik dan diakui dalam suatu prespektif ilmiah yang sama.68
Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan model interaktif menurut Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman dalam Haris Herdiansyah menyatakan bahwa aktifitas
dalam analisis data penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktifitas
analisis data tersebut terdiri dari 4 unsur yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun
ketiga unsur yang dimaksud dapat dituangkan dalam gambar
berikut.
Gambar 3.2
Analisis Data Model Interaktif Miles & Huberman
Sumber: Haris Herdiansyah (2010)69
68 Harris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), Hal. 180 69 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), Hal. 180
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Penyajian Data
Kesimpulan /
Verifikasi
49
1. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif
secara umum dilakukan dalam tiga tahap yaitu, sebelum
penelitian, pada saat penelitian dan di akhir penelitian.70 Adapun
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
2. Reduksi Data (Redaction Data)
Reduksi data adalah proses penggambungan dan
penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu
bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.71 Data yang telah
dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara
direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok
dan penting, mengklasifikasikan sesuai fokus yang ada pada
masalah dalam penelitian ini. Proses meruduksi data dalam
penelitian ini merupakan bagian dari analisis untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisir data dengan baik sehingga proses kesimpulan
akhir nanti terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu, untuk lebih mudah memahami data dari
hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, maka data
tersebut diubah menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan
formatnya masing-masing. Diantara format yang dimaksud ialah
sebagai berikut:
a. Data hasil observasi diformat menjadi table hasil temuan
observasi
b. Data hasil wawancara diformat menjadi bentuk verbatim
wawancara
c. Data hasil studi dokumentasi di format menjadi script
analisis dokumen.
70 Ibid Hal. 165 71 Ibid hal.164
50
3. Penyajian data (Display Data)
Setelah semua data di format dalam bentuk tulisan
(script). Langkah selanjutnya yaitu melakukan penyajian data.
Secara umum terdapat tiga tahapan dalam melakukan penyajian
data, yaitu kategori tema, sub kategori tema dan proses
pengodean.72
Adapun penyajian data dalam penelitian ini tidaklah
terpisah dari analisis data. Hal yang dilakukan dalam penelitian
ini dalam proses penyajian data adalah penelitian ini
menggambarkan secara umum hasil penelitian dimulai dari
lokasi penelitian yaitu Perkebunan Tomat di Desa Ciloto
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barrat yang berisi
tentang kegiatan perkebunan tersebut. Kemudian menyajikan
realitas yang ada di perkebunan lainnya meliputi para petani
Tomat, alat dan bahan yang digunakan dari mulai menanam
benih sampai panen. Setelah penyajian gambaran umum lokasi
penelitian, kemudian peneliti mendiskripsikan data berupa hasil
temuan dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi
berkaitan dengan pokok permasalahan.
4. Kesimpulan (Verifikasi)
Menurut Haris Herdiansyah, “…Kesimpulan dalam
rangkaian analaisis data dan model interaktif Miles &
Huberman secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh
subkategori tema yang tercantum pada table kategorisasi dan
pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote
verbatim wawancaranya…”73
72 Harris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), Hal. 179 73 Harris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), Hal. 176
51
Pada intinya, analisis data dalam penelitian ini
merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun
sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi dengan cara
mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola,
memilih mana yang penting kemudian dipelajari untuk
kemudian membuat suatu kesimpulan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis
Desa Ciloto menjadi salah satu desa yang memiliki sumber
hasil pertanian jenis holtikultura. Desa Ciloto memiliki luas sekitar
891 Ha Desa ciloto terletak pada koordinat 106˚59’24“BT -
107˚18’00“BT dan 6˚42’36“LS - 6˚43’048“LS dan berbatasan dengan
wilayah-wilayah sebagai berikut:
2) Utara : Desa Batulawang Kec. Cipanas Kab. Cianjur
3) Selatan: Desa Cimacan Kec. Cipanas Kab. Cianjur
4) Barat : Desa Tugu Selatan Kec. Cisarua Kab. Bogor
5) Timur : Desa Palasari Kec. Cipanas Kab. Cianjur
Secara geografis ketinggian Desa Ciloto adalah 1450 sampai
dengan 1500 meter diatas permukaan laut.
2. Morfologi
Secara umum Lokasi desa Ciloto merupakan perbukitan
bergelombang agak curam. Kemiringan lereng Desa Ciloto yaitu
sekitar 10˚ sampai dengan 20˚. 74
3. Kondisi Iklim
Kondisi iklim di Desa Ciloto termasuk dalam klasifikasi
iklim Tropical Rainforest Climate atau iklim tropis dan memiliki
curah hujan yang signifikan sepanjang tahun. Bahkan bulan
terkering masih memiliki banyak curah hujan. Menurut Koppen
Geiger klasifikasi iklim di Desa Ciloto tersebut menjadi AF,
dimana suhu terendah sekitar 18˚ - 20˚C dan suhu tertinggi
74 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019
pukul 14.12 WIB
53
adalah 30˚C.75 Sedangkan curah hujan tahunan rata-rata di desa
Ciloto adalah 3536 mm.
4. Keadaan Lahan
Desa Ciloto berada di Kabupaten Cianjur bagian utara
berdasarkan sistem fisiografi dan dari hasil analisis monografi
desa di desa Ciloto menunjukkan mempunyai bentang lahan
yang terdiri dari 151,750 Ha daratan, 88,110 Ha berupa area
persawahan dan ladang pertanian. Formasi bagian bentang
bagian atas tersusun atas batu pasir tufa, breksi tufa, batu apung
dan breksi tufa andesit, sedangkan formasi bentang bawah
tersusun atas batu pasir tufa berlapis, tufa batu apung dengan
sisipan liat, benafal dan breksi andesit.
5. Keadaan Tanah dan Jenis Tanah
Berdasarkan tingkat kesuburan luas lahan yang sangat
subur dan subur seluas 79,53 ha (89,13%), lahan dengan tingkat
kesuburan sedang 7,43 ha (8,43%), dan lahan yang tidak subur
seluas 2,62 ha (2,98%). Sehingga luas lahan yang tingkat
kesuburannya sedang sampai dengan subur sebesar 97,56%.
Kondisi ini menunjukkan lahan di Desa Ciloto sangat potensial
untuk pengembangan kegiatan agribisnis atau perkebunan
Tomat. Di desa Ciloto yang mempunyai kedalaman solum tanah
dalam 100-200 cm seluas 2.571 ha, sedangkan yang mempunyai
solum sangat dangkal < 50 cm seluas 8,6 ha. Kondisi solum
tanah yang dalam merupakan potensi bagi pengembangan
agribisnis.76 Di lokasi penelitian terdapat enam jenis tanah,
yaitu: Andosol Distrik, Latosol Kambik Distrik, Podsolik
Argilik, Kambisol Distrik, dan Regosol Eurik.77 1. Andosol
adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat berpori,
75 Sumber Data Suhu Rata-Rata Tahunan BMKG Jakarta. 76 Masterplan DPU Cianjur, 2002 77 Data Pusat Penelitian Tanah dan Agrokilimat Cianjur, 2002
54
mengandung bahan organik dan liat amorf terutama alofan serta
sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi. Jenis tanah ini
tersebar di daerah volkan.78 2. Latosol merupakan tanah yang
dihasilkan dari proses latosolisasi. Dalam proses pembentukan
latosol, basa-basa cepat terdekomposisi, pelarutan silikat
dirangsang dan pelarutan besi, aluminium dan mangan dihambat.
Proses latosolisasi menyebabkan latosol kaya akan seskui oksida
dan miskin silikat 3. Podsolik terbentuk akibat proses podsolisasi
atau silifikasi merupakan proses pencucian unsur kecuali Si.
Tanah yang terbentuk memiliki lapisan atas yang pucat karena
semua unsur tercuci kecuali Si yang sebagian besar dalam bentuk
kuarsa. 4. Kambisol memiliki horison penciri kambik, yaitu
horison penimbunan liat dan seskuioksida tetapi belum
memenuhi sebagai horison argilik atau spodik 5. Regosol adalah
tanah yang memiliki kadar fraksi pasir 60% atau lebih pada
kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral.
Tanah ini tidak mempunyai horizon diagnostic atau horizon
apapun selain horizon okrik, horizon H histik atau sullfurik.79
6. Kondisi Perkebunan Tomat Desa Ciloto
1) Sejarah singkat Tomat di Desa Ciloto
Berdasarkan hasil wawancara, menurut bapak
Kodrat, selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah
(UPTD) Balai Pertanian Kecamatan Cipanas, Tomat
merupakan tanaman yang pembibitannya telah ada sebelum
jaman kolonial Belanda. Bibitnya pun dibawa oleh bangsa
Portugis dan Spanyol. Tomat sendiri dapat tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun untuk hasil
kualitas yang baik, tomat tumbuh di dataran tinggi dan di
daerah yang memiliki suhu udara sejuk. Menurut bapak
78 Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Cianjur, 2002 79 ibid
55
Perkebunan
19%
Kolam
0%
Pemukiman
34%
Lainnya
47%
Kodrat saat memberi keterangan mengenai proses perolehan
benih tomat, dapat diperoleh melalui kios holtikultura atau
pertanian. Pemilihan benih tomat harus didasarkan pada
kualitas tomat berproduksi tinggi dan tahan dari serangan
hama atau penyakit. Tanaman tomat dapat tumbuh di segala
media, mulai dari di tanam di lahan sawah, lahan tegal, lahan
pekarangan, bahkan untuk kepemilikan lahan terbatas.
Di Indonesia budi daya tanaman tomat masih di
dominasi oleh para petani konvensional yang menanam
tomat di lahan perkebunan atau tegal yang luas dan terbuka.
Hal tersebut didasari oleh para petani tomat Desa Ciloto.
2) Penggunaan Lahan Perkebunan Desa Ciloto
Berdasarkan sumber data dari Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur tahun
2019 Luas daerah ladang perkebunan Desa Ciloto adalah
seluas 172 Ha, kolam seluas 2 Ha, pemukiman seluas 300
Ha, dan lahan yang digunakan untuk lainnya berjumlah 417
Ha. Berikut adalah diagram mengenai lahan yang digunakan
untuk perkebunan dan lainnya.
Diagram 4.1 Penggunaan Lahan Desa Ciloto
Sumber: Balai Penyuluhan Dinas Pertanian Cianjur. 2019
56
9%
14%
12%
17%
29%
19%
Tomat Bawang Daun Kol Wortel Salada Lainnya
Berdasarkan sumber data tersebut, maka diperoleh
penggunaan lahan untuk perkebunan seluas 172 Ha dengan
bobot presentase 19% dari luas Desa Ciloto. Dari 172 Ha,
sumber data UPTD Pertanian Kecamatan Cipanas,
menyebutkan bahwa luas untuk perkebunan Tomat adalah
15 Ha, Bawang Daun 25 Ha, Kol 20 Ha, Wortel 30 Ha,
Salada 50 Ha dan lainnya 32 Ha. Berikut adalah tabel 4.2
mengenai lahan perkebunan di Desa Ciloto
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Perkebunan untuk Komoditas
Sayuran
No Jenis Komoditas Luas (Ha)
1 Tomat 15
2 Bawang Daun 25
3 Kol 20
4 Wortel 30
5 Salada 50
6 Lainnya 32
Sumber: UPTD Pertanian Kecamatan Cipanas 2019
Berikut diagram presentase untuk mengetahui luas
penggunaan lahan desa ciloto untuk perkebunan tomat.
Diagram 4.2 Penggunaan Lahan Desa Ciloto Untuk
Perkebunan
57
Berikut adalah Gambar Perkebunan di Desa Ciloto
yang diperoleh pada saat observasi.
Gambar 4.1 Perkebunan Tomat Gambar 4.2 Perkebunan
Bawang Daun
Gambar 4.3 Perkbenunan Kembang Kol Gambar 4.4 Perkebunan Wortel
Gambar 4.5 Perkebunan Salada
58
0 1 2 3 4 5 6 7
Status Pemilikan Lahan Orang (system bagi
hasil),
Status Pemilikan Lahan Orang (petani hanya
sebagai penggarap)
Satus Kepemilikan Lahan Orang (Sewa)
Status Kepemilikan Lahan Milik Sendiri
Status Kepemilikan Lahan orang (gadai)
3) Status Kepemilikan Lahan Perkebunan Tomat
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan
penyuluhan pertanian dengan para petani tomat yang hadir
dengan jumlah petani 15 orang , maka dapat di klasifikasikan
status kepemilikan lahan perkebunan tomat menjadi:
1. Status Pemilikan Lahan Orang (sistem bagi hasil),
2. Status Pemilikan Lahan Orang (petani hanya sebagai
penggarap)
3. Status Pemilikan Lahan Orang (sewa)
4. Satus Pemilikan Lahan Orang (gadai)
5. Status Kepemilikan lahan milik sendiri
Berikut grafik petani tomat dalam status kepemilikan
lahan perkebunan tomat
Diagram 4.3 Klasifikasi Status kepemilikan lahan perkebunan tomat
Sumber: Data kegiatan penyuluhan pertanian UPTD Pertanian
kecamatan Cipanas 2019
59
1. Karakteristik Petani Tomat Desa Ciloto
Berdasarkan data wawancara dan pengamatan pada saat kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh UPTD Dinas Pertanian Cianjur
Jawa Barat, maka peneliti mengkalasifikasi karakteristik petani tomat di
desa Ciloto yang bervariasi dari segi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
jenis kelamin, dan lainnya. Data tersebut berdasarkan kehadiran petani pada
saat kegiatan penyuluhan pertanian yaitu sebanyak 25 orang. Berikut adalah
table 4.2 mengenai klasifikasi petani Tomat
Tabel. 4.2 Klasifikasi Karakteristik Petani Tomat di Desa
Ciloto
No Karakteristik Petani Jumlah
(Orang)
1 Berdasarkan Usia:
a. < 15 tahun 0
b. 15 s.d 55 tahun 18
c. > 56 tahun 7
2 Jenis Kelamin:
a. Laki-laki 6
b. Perempuan 19
3 Tingkat Pendidikan:
a. buta huruf 3
b. sekolah dasar 9
c. SLTP 10
d. SLTA 3
4 Stastus Kepemilikan Lahan:
a. lahan sendiri 5
b. lahan milik orang lain / sewa lahan 7
c. sistem lahan bagi hasil 6
d. gadai 7
5 Petani pernah mengikuti pelatihan /
penyuluhan:
a. penyuluhan budi daya, panen, pasca panen,
pemasaran 10
b.pengolahan hasil industri Rumah Tangga
(Home Industry) 2
c. Belum pernah 13
60
b. Data Petani Tomat Desa Ciloto Jawa Barat
Dengan merujuk pada objek penelitian berkaitan dengan rumusan
masalah yang di kaji oleh peneliti, maka perlu diketahui secara detail
mengenai data petani tomat di Desa Ciloto. Berdasarkan hasil wawancara
pada saat kegiatan penyuluhan pertanian di UPTD Ciputri Sarongge sedang
berlangsung. Tercatat 25 orang petani tomat yang dapat dilihat pada table
berikut:.
Tabel 4.3
Data Jumlah Petani Tomat Desa Ciloto
No. Nama Petani Alamat Petani Status Lahan Pertanian
1 Nur Ciloto Colibah Lahan Sendiri
2 Aep Siguntang Lahan Milik Orang Lain
3 Syaepullah Palasari Lahan Milik Orang Lain
4 Ujang Kubang Cimacan Sistem Lahan Bagi Hasil
5 Komala Ciloto Colibah Lahan Sendiri
6 Hayati Ciloto Colibah Lahan Sendiri
7 Umar Cimacan Sistem Lahan Bagi Hasil
8 Kholil Hanjawar Cipanas Gadai
9 Neng Sarongge Ciputri Sistem Lahan Bagi Hasil
10 Sumay Sarongge Ciputri Sistem Lahan Bagi Hasil
11 Syarip Ciloto Colibah Lahan Sendiri
12 Ali Siguntang Gadai
13 Komar Siguntang Gadai
14 Sukri Ciseureuh Cipanas Gadai
15 Cici Gadog Ciloto Gadai
16 Ami Gadog Ciloto Gadai
17 Didit Palasari Kota Bunga Sistem Lahan Bagi Hasil
18 Toyib Sindanglangka Cipanas Lahan Milik Orang Lain
19 Jaenal Cimacan Lahan Milik Orang Lain
20 Rido Sarongge Ciputri Sistem Lahan Bagi Hasil
21 Sadeli Ciloto Colibah Lahan sendiri
22 Tatang Ciloto Tugu Kecap Gadai
23 Juned Sarongge Ciputri Lahan Milik Orang Lain
24 Haji Amin Sarongge Ciputri Lahan Milik Orang Lain
25 Wawan Cimacan Lahan Milik Orang Lain
61
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
kepala UPTD Balai Pertanian Sarongge Ciputri yaitu Bapak Kodrat,
klasifikasi status lahan petani tomat sesuai dengan kemampuan atau modal
usaha yang diperoleh petani tersebut. Yang pertama adalah status
kepemilikan lahan peratanian sendiri, dimana lahan pertanian diperoleh
dari harta warisan keluarga atau hibah. Kemudian status kepemilikan lahan
bagi hasil, adalah sistem kerja atau usaha tani yang dilakukan oleh dua
pihak antara petani dan si pemilik lahan. Dimana system bagi hasil dibagi
menjadi presentase keuntungan yang sesuai dengan kesepakatan. Lalu
sistem lahan gadai, sistem ini pemilik lahan pertanian sudah memiliki
tanaman tomat dilahannya, akan tetapi karena keterbatasan sumber daya
manusia atau sumber modal usaha, maka lahan pertanian tomat di gadai
dalam kurun waktu yang telah disepakati anatara si pemilik lahan dan
petani. Dan yang terakhir adalah sistem kepemilikan lahan sewa atau lahan
milik orang lain. Yaitu petani menyewa sebidang lahan kosong kepada
pemilik lahan untuk dijadikan perkebunan tomat dan hasil panen menjadi
hak penuh milik petani.
2. Infrastruktur Dasar dan Sarana Penunjang Pertanian
A. Sarana Irigasi
Kondisi alam lainnya yang penting adalah sumber air. Sumber air
yang digunakan di desa Ciloto untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
rumah tangga maupun untuk kegiatan pertanian berasal dari mata air sumur
gali, sungai, dan air hujan. Sumber air di Desa Ciloto dan Kecamatan
Cipanas berjumlah 23 sumber air dengan debit total 411–450 lt/dt yang
digunakan untuk air bersih, pengairan, PDAM dan MCK. Sumber air berupa
mata air terdapat di desa Ciputri, Cipendawa dan Palasari. Sedangkan untuk
prasarana irigasi yang terdapat di Desa Ciloto dan Kecamatan Cipanas
berada di Desa Ciputri, Cipendawa, Cimacan dan Palasari. Beberapa desa
di Kecamatan Pacet dan Cipanas yang mempunyai potensi sumber air
lainnya antara lain danau terdapat di Desa Cimacan, sungai di Desa Ciputri,
62
Desa Cipendawa, Desa Cimacan, dan Pacet. Berdasarkan bentuk
wilayahnya terdapat beberapa potensi yang dimiliki:
1. Bila dikaitkan dengan geologi regional, maka air tanah di daerah
ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk mempunyai
kondisi hidro-geologi yang akan membentuk siklus akuifer tertentu.
Batuan yang dapat bertindak sebagai akuifer (lapisan pembawa air)
yang produktif terutama dari jenis pasir tufa yang masuk kedalam
satuan endapan vulkanik muda (sumber data sekunder Pemda
Kabupaten Cianjur, 2015).
2. Kedalaman air tanah dangkal (0,89 s/d 3,64) meter dengan
ketebalan (1,15 s/d 10,64) meter. Serta kedalaman air tanah dalam
(2,69 s/d 26,6) meter dengan ketebalan (8 s/d 47,54) meter
merupakan potensi yang sangat penting dalam
hal ketersediaan air. (sumber data sekunder Pemda Cianjur, 2019)
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi (Pengamatan)
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dengan melihat dan mengamati secara langsung kondisi fisik
lahan pertanian tomat, kondisi cuaca, kondisi hasil panen
tanaman tomat dan aktivitas petani tomat di desa Ciloto,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
a. Kondisi fisik Lahan Pertanian Tomat
Kondisi fisik lahan pertanian tomat yang terdapat di
Desa Ciloto ini adalah bagaimana kondisi lingkungan lahan
pertanian. Berikut adalah gambar yang di dokumentasikan
dari hasil observasi.
63
Gambar 4.6
Lahan Perkebunan Tomat belum siap panen80
Gambar 4.7
Petani di Lahan Tomat milik Sendiri
Gambar 4.8
Petani Sedang menyiram Tanaman Tomat di Lahan Sewa
80 Sumber Dokumentasi Tahun 2019 saat melakukan observasi
64
Dari hasil observasi yang dilakukan, seperti yang terlihat pada
gambar 4.6 bahwa kondisi lingkungan lahan pertanian Tomat di Desa Ciloto
terdiri dari hamparan lahan luas, dan tidak di campur dengan tanaman
komoditas lainnya, artinya lahan yang diperlukan untuk proses penanaman
tomat tidak bisa di gabung dengan tanaman komoditas lain. Pada gambar
4.7 kondisi lahan pertanian tomat terdiri dari terpal atau plastik kolibek yang
digunakan untuk menjaga tingkat kecukupan atau ke-stabilan air yang
diterima oleh akar tanaman tomat. Hal ini guna untuk mengurangi resiko
pembusukan tanaman tomat akibat curah hujan atau air dari irigasi.81
b. Kondisi Cuaca
Kondisi Cuaca dalam hal ini ialah cuaca saat musim hujan
khususnya di Desa Ciloto. Hasil observasi saat musim hujan di desa ciloto
di dokumentasikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.9
Kondisi Lahan Kebun Tomat Saat Hujan
Dari hasil observasi yang dilakukan seperti yang terlihat pada
gambar 4.9 didapatkan pasca kondisi hujan lahan perkebunan tomat desa
ciloto khususnya pada saat musim hujan dengan kondisi curah hujan yang
deras. Dimana saat gambar tersebut di dokumentasikan ketebalan hujan
81 Sumber data primer melalui hasi wawancara oleh petani tomat, pada November 2019
65
mencapai 365 mm/hari.82 Ketebalan curah hujan yang sangat tinggi ini
dikarenakan terjadinya transisi dari musim kemarau ke musim hujan pada
desember 2019. Peneliti sempat mendapati kondisi hujan lebat disertai
angin petir dan kabut yang terjadi di Desa Ciloto dan sekitarnya. Jika
mendasar pada pengamatan yang telah dilakukan, seringkali hujan mulai
turun pada pagi hari. Adapun berkaitan dengan curah hujan desa Ciloto,
peneliti melengkapi data tersebut dari BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika) Citeko, Cisarua Bogor Jawa Barat.
c. Kondisi Tomat
Kondisi tanaman tomat dalam observasi yang dilakukan selama
memasuki awal transisi musim hujan sampai musim kemarau yang terdapat
di desa Ciloto Jawa Barat terlihat seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.10
Tomat saat memasuki transisi musim hujan di Awal September
Gambar 4.11
Tomat siap panen sebelum
pembusukkan di bulan Oktober 2019
82 Sumber data Primer diolah pada Desember 2019
66
Gambar 4.12
Tomat pada saat musim hujan, di bulan Januari
Gambar 4.13
Tomat mengalami proses pembusukkan, pada Februari saat musim
hujan
Dari hasil observasi yang dilakukan terlihat perbedaan yang sangat
jelas. Dimana saat memasuki transisi musim hujan hingga musim kemarau.
Kondisi pemilihan tanaman tomat pasca panen saat musim hujan lebih
banyak jumlah kualitas yang tidak layak untuk di distribusikan.
d. Kondisi dan aktifitas Petani Tomat
Kondisi dan aktifitas petani tomat dalam penelitian ini adalah
kelompok petani tomat yang mulai melakukan kegiatan panen saat musim
hujan dari awal transisi musim hujan sampai memasuki transisi musim
kemarau. Hasil observasi ini menunjukan kelompok petani saat panen
67
dilakukan pada bulan Oktober (saat awal transisi musim hujan), Desember
(saat memasuki awal musim hujan), Februari (saat tiba musim hujan) dan
April (saat memasuki transisi musim kemarau).
Berikut adalah gambar dari hasil observasi mengenai kegiatan petani
saat panen dari transisi musim hujan hingga transisi musim panas.
Gambar 4.14
Petani Tomat di Bulan September 2019
Gambar 4.15
Petani Tomat di Bulan Oktober 2019
Gambar 4.16 Gambar 4.17
Petani Tomat yang gagal panen di Desember Petani Tomat gagal panen di Februari
68
Dari hasil observasi yang dilakukan seperti yang terlihat pada
gambar 4.14 , 4.15, 4.16 dan 4,17 Bahwa kondisi petani tomat saat panen
tomat dibedakan menjadi 4 klasifikasi berdasarkan waktu panen dan dari
kurun waktu saat transisi musim hujan sampai masuk transisi musim
kemarau. Dengan demikian dapat dilihat juga kualitas Tomat ketika panen.
2. Hasil Wawancara
1. Hasil wawancara Kepala BMKG Citeko
Wawancara kepada kepala BMKG bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam berkaitan dengan
kondisi musim hujan khususnya di Desa Ciloto, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Kepala BMKG Citeko Cisarua Kabupaten
Bogor, Jawa Barat bernama Bapak Asep Firman Illahi. Beliau
menjabat sebagai kepala BMKG Citeko selama tiga tahun. Hasil
wawancara kepada bapak Asep Firman Ilahi selaku kepala BMKG
Citeko dapat di deskripsikan sebagai berikut:
Desa Ciloto secara administratif masuk dalam wilayah
kabupaten Cianjur Jawa Barat yang telah memasuki musim hujan
sejak September 2019 dimana telah memasuki fase transisi musim
hujan. Desa Ciloto juga termasuk salah satu daerah yang paling
sering terjadi hujan. Hal ini disebabkan letak topografi desa Ciloto
adalah dataran tinggi yang sering terjadi peristiwa hujan orografis
yang berasal dari pegunungan. Letak Desa Ciloto pun terdapat di
dataran tinggi pegunungan Gede Pangrango.83 Berikut adalah
pemaparan Bapak Asep Firman Ilahi:
“untuk awal transisi musim panas ke hujan di wilayah bogor,
cipanas, ciloto hingga cianjur dimulai pada bulan di minggu
ke-2 September. Jadi bulan oktober minggu ke-2 sudah
mulai musim penghujan. Bahkan wilayah Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor sudah mulai musim hujan lebih awal
83 Asep F Ilahi, Kepaka BMKG Citeko (Bogor, 20 Desember 2019)
69
dengan intensitas hujan yang sering terjadi pada akhir bulan
September. Seperti yang kita ketahui bahwa Bogor adalah
kota hujan, hal ini memicu intensitas hujan terjadi lebih awal
untuk sekitar Bogor hingga Cianjur, ditambah faktor
topografi wilayah pegunungan.”84
Adapun secara umum, periodesasi musim khususnya di
wilayah Kabupaten Cianjur tiap tahun cenderung normal. Namun
untuk dua tahun terakhir di mulai tahun 2017 sampai 2018
mengalami musim kemarau yang cukup Panjang dengan intensitas
hujan yang cukup rendah. Berbeda dengan tahun 2019 yang sedang
berlangsung prakirawan BMKG mencatat bahwa terjadi perubahan
periode musim, dimana musim kemarau lebih pendek dan intensitas
hujan sudah mulai terlihat sejak awal September 2019.
“ perubahan musim yang terjadi di wilayah Kota Bogor,
Kabupaten Bogor hingga Kabupaten Cianjur sebenarnya
tergantung dari dinamika atmosfer. Seperti fenomena El
Nino, dan La Nina serta lainnya. Hanya saja seperti yang
kami perkirakan bahwa intensitas hujan di tahun 2019 akhir
lebih Panjang dan berbeda dari 2 tahun lalu di 2017 hingga
2018.”85
2. Hasil Wawancara Kepala UPTD Balai Pertanian Ciputri
Wawancara dengan Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah
(UPTD) Balai Pertanian Cianjur bertujuan untuk mnegetahui
secara mendalam bagaimana kondisi Tomat Ketika panen saat
musim hujan sedang berlangsung, seperti halnya kondisi kuantitas
tomat dan kualitas tomat saat musim hujan. Kepala UPTD Balai
Pertanian Ciputri yang terletak di Desa Sarongge bernama Bapak
Haji Kodrat. Beliau menjabat sebagai Kepala UPTD Ciputri
84 Asep Firman Ilahi, Kepala BMKG Citeko, (Bogor, 20 Desember 2019) 85 ibid
70
selama dua tahun. Berikut deskripsi hasil wawancara dengan
kepala UPTD Ciputri.
Musim hujan di wilayah Puncak, mulai dari desa cipanas
hingga ke cianjur dimulai pada bulan Oktober. Seperti pada tahun
2017 dan 2018 periode musim hujan masuk di bulan Oktober dan
kondisi tersebut menghambat para petani panen sayur dan buah.
Hal tersebut bisa jadi di sebabkan karna sayur serta buah yang
gagal panen akibat busuk dan tidak layak jual atau di distribusikan.
Sayur serta buah yang busuk diakibatkan banyak mengandung
kadar air yang dapat menyebabkan proses layu lebih cepat dan
terdapat banyak fusarium atau jamur penyakit. Tidak menutup
kemungkinan juga bahwa air yang berlebih pada saat proses
menanam hingga panen dapat menngundang hama air sejenis kutu
air.
Selain itu kondisi irigasi air disekitar area pertanian jika
musim hujan tiba digenangi air yang berlebih dan bisa
menyebabkan lahan pertanian terendam air. Jika terjadi hal
demikian petani harus mengambil tindakan untuk panen dini sayur
serta buah yang ditanam.
3. Hasil Wawancara Petani Tomat
Wawancara dengan petani tomat bertujuan untuk
mengetahui secara pasti bagaimana dampak musim hujan terhadap
hasil panen tomat, dan bagaimana tindakan para petani untuk
perilaku adaptasi yang dilakukan saat musim hujan tiba. Secara
umum petani Tomat berasal dari Desa Ciloto dan sekitarnya. Rentan
usia dari 30 tahun hingga 60 tahun. Tidak hanya sebagai petani
khusus Tomat, mereka juga menanam sayuran lainnya yang dapat
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian sehari-hari. Kurun
waktu mereka berprofesi sebagai petani sejak masih remaja dengan
didikan bertani dari orang tua.
71
Hasil wawancara dengan petani tomat sebanyak 10 (sepuluh)
responden petani tomat dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1. Indikator Pertanyaan: Dampak musim hujan terhadap hasil
panen Tomat
Dari proses wawancara yang dilakukan kepada petani Tomat
di Desa Ciloto, jenis Tomat yang ditanam adalah tomat lokal atau
tomat plum untuk dijadikan bahan sayuran dan dapat dijual
untuk wilayah local sekitar Jabodetabek, yang didistribusikan
langsung ke tengkulak sayur. Tomat dijual untuk kebutuhan
rumah tangga maupun restoran.
Kemudian kondisi tomat ketika panen yang layak untuk
dijual dan didistribuskan yaitu memiliki warna hijau ke merahan
atau kuning ke merahan dengan tingkat kematangan yang cukup,
dan kondisi buah masih keras.
Saat musim hujan tiba, Seluruh responden menjawab
kondisi tomat sangat sedikit jumlah kuantitasnya. Dan kualitas
yang belum cukup matang sudah harus di panen mengingat jika
semakin banyak terkena air akan menjadi layu dan mempercepat
proses pembusukkan. Warna tomat yang di panen pun masih
terlihat hijau dan proses matang tidak dalam kondisi di pohon
(bukan matang pohon). Jika tidak segera panen dini maka tomat
akan tergenang air, dan hal ini menyebabkan Tomat menjadi
busuk akibat layu fusarium, dan bahkan pohon tomat pun akan
mengalami proses pembusukkan.
Permintaan Tomat saat musim hujan sedikit berbeda dari
bukan periode musim hujan. Dalam wawancara 3 (tiga)
responden diantaranya menjawab permintaan tomat sedikit
berkurang oleh tengkulak, kondisi tersebut dikarenakan harga
tomat yang meningkat saat musim hujan.
72
2. Indikator pertanyaan: Dampak Musim hujan terhadap
pendapatan petani Tomat.
Saat wawancara dengan responden, cara untuk
mengetahui keuntungan atau kerugian panen tomat adalah
dari jumlah berat keseluruhan tomat saat panen (jumlah
kuantitas). Disetiap satu kali panen tomat, petani biasanya
menghasilkan 7 (tujuh) sampai dengan 8 (delapan) kilogram
sekali panen. Dengan harga yang dijual ke tengkulak sekitar
Rp. 1,700/kg hingga Rp.1,800/kg. Namun jika musim hujan
tiba maka kuantitas Tomat berkurang drastis hingga 4
(empat) sampai dengan 5 (lima) kilogram setiap panen di
harga Rp.1,800/kg sampai dengan Rp.2,000/kg. sehingga
dapat disimpulkan bahwa perhitungan keuntungan dan
kerugian dilakukan dengan cara membandingkan antara
jumlah modal dengan jumlah omset.
Kemudian dari 10 (sepuluh) responden 6 (enam)
diantaranya mensiasati penghasilan mereka agar tetap
mendapatkan penghasilan dengan cara menanam jenis
sayuran lain selain tomat. Dan 4 (empat) diantaranya hanya
khusus menanam tomat. Hal tersebut dikarenakan jika hanya
mengandalkan penghasilan dari menanam tomat tidak bisa
dijadikan sebagai patokan pencaharian. Namun 4 (empat)
responden yang hanya menanam tomat dikarenakan sistem
lahan yang digunakan dengan system gadai tanaman tomat.
Pada periode September 2019 sampai dengan
Februari 2020 kuantitas hasil panen Tomat seluruh
responden memiliki jawaban yang berbeda. Namun dapat
dipastikan jawaban responden mengenai kuantitas tomat di
setiap periode-nya mengalami penurunan yang cukup
73
fluktiatif. Berikut rincian jumlah kuantitas panen tomat
kurun waktu September 2019 sampai dengan februari 2020
dalam bentuk tabel 4.4
Sumber: Data Primer Hasil pengamatan diolah 2020
Tabel 4.4
Hasil Panen Tomat Periode September 2019 s.d Februari 2020 (dalam
Kilogram)
No. Nama Petani Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Nur
6,6 7 6 3 4,5 4
2 Syaepullah
8 8,1 7 4,5 5 4,8
3 Ujang
7,6 7 5,5 5,6 4,8 4
4 Umar
8,1 7,5 4,8 4,6 5 4,3
5 Kholil
7 6,5 7 6,7 5,8 4,8
6 Neng
7,2 4 6,5 7,1 6 5,9
7 Sukri
8 6,7 7,1 5,8 4,1 3,7
8 Cici
8 7 6 4,9 3,5 3
9 Jaenal
7,7 8,2 4,8 4 3,2 2,1
10 Rido
7,5 7,8 5,2 5,1 4,6 3
Jumlah Rata-
rata Panen 7,57 6,98 5,99 5,16 4,65 3,96
74
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diagram Hasil Panen Tomat
Periode 9/2019 s.d 2/2020
September Oktober November
Desember Januari Februari
Dari uraian tabel tersebut, maka dapat di buat diagram garis untuk
memperjelas perbedaan yang sangat signifikan hasil panen tomat dari rentan
periode bulan mulai bulan transisi musim hujan sampai bulan musim hujan.
Diagram 4.4
Sumber: Data Primer dari hasil wawancara dan pengamatan, diolah 2020
Dari data pada table dan diagram diatas, maka dapat ketahui
bahwa hasil panen tomat rentan waktu di transisi musim hujan
sampai dengan musim hujan paling sedikit terjadi di bulan Februari
dimana sedang mengalami musim hujan yaitu 2kg di sekali
panennya. Sedangkan tercatat panen tomat terbanyak terjadi di
bulan Oktober saat transisi dari musim kemarau ke musim hujan
yaitu 8,2kg.
Keberadaan musim hujan dapat sedikit mempengaruhi
penghasilan para petani Tomat desa Ciloto, hal ini di buktikan Dari
10 responden 6 diataranya menjawab tidak begitu mempengaruhi
pendapatan dari hasil panen tomat. Hal ini disebebkan 6 responden
petani tersebut tidak hanya menananm tomat untuk memenuhi mata
pencaharainnya. Tetapi juga menanam sayur lainnya. Kemudian 4
(empat) responden petani menjawab sangat mempengaruhi
75
pendapatan, karena jika musim hujan maka panen tomat akan sedikit
dan ke stabilan harga pun menurun.
3. Indikator Pertanyaan: Strategi Petani Menghadapi Musim
Hujan
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani tomat
mengenai upaya yang dilakukan jika banyak tomat yang
mengalami gagal panen saat musim hujan adalah saat
kondisi kualitas tomat yang berhasil panen tidak terlalu
besar, akan tetap di jual dengan kondisi keadaan rugi atau
tidak menutup untuk modal. Tomat yang dijual pun dalam
kondisi yang masih hijau dan kecil yang masih layak untuk
di distribusikan dapat masak/matang dengan sendirinya.
Akan tetapi kerugian tersebut masih bisa di subsidikan dari
keuntungan penjualan tomat saat musim kemarau dan saat
tomat layak dijual.
Selian itu 6 (enam) dari 10 (sepuluh) responden
melakukan upaya yang sama untuk menjaga kualitas panen
tomat saat musim hujan, yaitu dengan memangkas daun
tanaman tomat yang mulai layu, agar tidak terjadi proses
pembusukkan ke bagian lain. Kemudian menyemprotkan
obat disinfectant agar terhindar dari proses pembusukkan
hama jenis kutu air. Upaya tersebut dapat menyebabkan
tomat tidak tumbuh besar lagi (tomat jadi lebih kecil dari
ukuran biasanya). Empat responden menjawab perlu adanya
pengembangan irigasi agar dapat menjadi tempat tadah air
hujan yang turun saat musim hujan.
Hasil wawancara dengan petani Tomat mengenai
upaya yang dilakukan jika terjadi penurunan pendapatan dari
hasil panen Tomat adalah dari 10 (sepuluh) petani, 8
diantaranya menjawab melakukan pinjaman modal usaha
76
kepada penyedia benih, pupuk serta obat untuk tomat.
Biasanya pinjaman modal diperoleh dari UPTD Balai
pertanian. Pinjaman modal tersebut juga bukan dalam bentuk
uang, melainkan dalam bentuk benih tomat, pupuk serta obat
disinfectant dan bahan-bahan untuk proses penanaman tomat
berikutnya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pada data-data yang penulis peroleh yaitu melalui
lembar observasi dan wawancara, maka pembahasan mengenai dampak
musim hujan terhadap hasil panen tanaman Tomat di Desa Ciloto
Kabupaten Cianjur dan strategi yang dilakukan petani tomat pada saat
musim hujan dapat diuraikan sebagai berikut:
Banyak dan sedikitnya hasil panen Tomat di Desa Ciloto sangat
bergantung pada faktor cuaca. Hal ini terlihat melalui observasi yang
dilakukan bahwa tanaman Tomat akan rentan terserang hama kutu air serta
layu fusarium akibat kadar air yang terlalu tinggi di dalam tanah. Kadar air
yang terlalu tinggi di dalam tanah di sebabkan oleh masuknya musim hujan
mulai dari periode bulan September hingga Februari. Dari data yang
diperoleh, angka panen petani tomat mengalami penurunan sejak September
2019 hingga ke Februari 2020. Angka panen terkecil adalah 2,1 kg sekali
panen dalam tahap 3 minggu proses tanam. Hal ini membuat penurunan
jumlah rata-rata panen tomat tiap bulannya untuk Desa Ciloto Jawa Barat.
Berbagai upaya yang dilakukan petani untuk mensiasati
penyesuaian terhadap hasil panen, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat proses panen dengan kondisi Tomat yang belum
masak/matang,
2. Memperoleh pinjaman modal usaha berupa benih, pupuk
kompos, serta disinfectant dari UPTD Balai Pertanian.
77
Dengan mendasar pada penelitian yang relevan, maka hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapakan oleh (1) Yeri Selvina
pada Dampak Perubahan Iklim dan strategi Adaptasi Tanaman Buah dan
Sayuran di Daerah Tropis, bahwa kondisi iklim yang paling banyak
menyebabkan hilangnya hasil komoditas holtikultura.86 Selain itu penelitian
ini juga di perkuat oleh penelitian yang dilakukan Ashabul Yamin, bahwa
cuaca sekitar Cipanas memberikan dampak negatif pada budi daya Tomat
Cherry.87
Kemudian strategi yang diupayakan oleh petani juga diperkuat
dengan teori yang diungkapkan oleh Yeri Selvina untuk jenis tanaman
holtikultura diperlukan irigasi tetes yaitu sistem irigasi yang telah banyak
digunakan dalam proses budi daya tanaman jenis holtikultura.88
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dampak musim hujan terhadap
hasil panen Tomat di Desa Ciloto Kabupaten Cianjur Jawa Barat
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah panen yang diperoleh petani.
Strategi serta upaya yang dilakukan oleh petani Tomat dapat dikatakan
cukup baik untuk meminimalisir kerugaian yang terjadi akibat gagal panen.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses pengambilan data penelitian terdapat beberapa
keterbatasan atau hambatan yang dialami peneliti, diantaranya sebagai
berikut:
1. Pada saat melakukan proses pengamatan tomat di tiap periode musim
hujan, menjadi penghalang peneliti untuk melakukan pengamatan lebih
detail karena kondisi cuaca hujan dengan curah hujan yang tinggi.
2. Sulit untuk mendapatkan dokumentasi lahan perkebunan tomat saat
hujan tiba, karena kondisi hujan yang diiringi dengan badai petir,
86 Yeli Servina, 2019 Jurnal: Dampak Perubahan iklim dan strategi adaptasi tanaman buah dan
sayuran di daerah tropis. 87 Ashabul Yamin, 2012 Skripsi: Analisis Resiko Produksi Tomat Cherry pada PD Pacet Segar,
Kec Cipanas, Kab Cianjur, Prov.Jawa Barat. 88 Yeli Servina, 2019 Jurnal: Dampak perubshan iklim dan strategi adaptasi tanaman buah dan
sayuran di daerah tropis.
78
3. Peneliti tidak menerima data perolehan panen tomat 2 periode dari
tahun 2017 hingga 2018. Hal ini disebabkan UPTD Balai Pertanian
Ciputri Sarongge tidak menyimpan dokumentasi data tersebut.
4. Lokasi penelitian dengan lokasi pengambilan data curah hujan yang
relatif jauh. Lokasi penelitian dilakukan di desa Ciloto Jawa Barat,
sedangkan data Curah Hujan Terdapat di BMKG Citeko, Bogor
Cisarua, Jawa Barat.
5. Akomodasi biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, mengingat desa ciloto
termasuk dalam ketegori Desa Wisata di Kawasan Puncak Jawa Barat.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, penulis
menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.
oleh karena itu penulis mengambil dua kesimpulan dari hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Dampak musim hujan terhadap hasil panen tomat di desa Ciloto
Kabupaten Cianjur Jawa Barat, sangat mempengaruhi jumlah
kualitas hasil panen tomat. Kondisi Tomat di musim hujan
volume besar buah tidak sama dengan kondisi Tomat pada saat
musim kemarau. Jika dilihat dari besaran volume buah Tomat,
maka kondisinya lebih kecil dari ukuran tomat pada umumnya.
Selain itu Tomat yang siap panen saat musim hujan berwarna
Hijau kekuningan dan belum masak/matang. Kuantitas yang
diperoleh dari hasil panen tomat pun juga sedikit dari periode
bulan di musim kemarau.
2. Upaya yang dilakukan petani dalam mengoptimalkan hasil
panen tomat di musim hujan adalah dengan cara memangkas
daun pada tanaman Tomat agar tidak terjadi penyebaran
penyakit Layu Fusarium dan memetik buah tomat yang siap
panen.
80
B. Saran
Saran yang disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk UPTD Balai Pertanian Ciputri Sarongge
Perlu diadakannya teknologi irigasi yang lebih modern agar
dapat mengatur proses kebutuhan air secara modern bagi
sayuran atau buah holtikultura yang sedikit membutuhkan air.
2. Untuk petani tomat
Saran untuk petani tomat mengenai kegiatan penyuluhan
pertanian yang diadakan oleh UPTD Balai Pertanian Ciputri
Sarongge sangat berguna dan memiliki banyak manfaat untuk
kegiatan proses tani. Dari proses pemberian modal usaha tani,
hingga tips agar tanaman berhasil panen dengan baik dan
sempurna. Kegiatan tersebut dapat menambah wawasan
mengenai dunia tani. Kegiatan tersebut juga dapat
meminimalisir kerugian saat gagal panen.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Saran yang dapat disampaikan untuk peneliti selanjutnya adalah
bilamana ingin mengkaji yang berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi petani, maka peneliti harus memperhatikan aspek
Bahasa. Hal ini dikarenakan untuk memperlancar proses
komunikasi saat memperoleh data menganai hasil panen kepada
petani dan untuk menghadirkan suasana yang hangat anatara
petani dengan peneliti.
81
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi Agro Media 2007 Panduan Lengkap Budi Daya Tomat
Andri Noor A 2013 Klimatologi Umum Tangerang Selatan
Dedi Sucahyono S dan Kukuh Ribudiyanto, Cuaca dan Iklim Ekstrim di Indonesia,
(Jakarta: Puslitbang BMKG, 2013)
Diakses melalui https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musim, pada 3/9/2019 pukul 20.30
WIB
Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK., DEA, Meteorologi Indonesia Vol.1: Karakteristik
dan Sirkulasi Atmosfer (Jakarta: BMKG, 2012) cetakan IV
Drs. H. Hendro Sunarjono. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2008)
Bayong Tjasyono, Klimatologi (Bandung: ITB, 2005)
Dr. Ir Lily M Limantara, M.Sc, Hidrologi Praktis (Bandung: CV Lubuk agung
2010) Cet. 1
Indarto, Hidrologi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010)
Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers, 2014) cet. VI
Soerjadi Wirjohamidjojo dan Yunus Suwarinoto, Iklim Kawasan Indonesia: Dari
Aspek Dinamik-Sinoptik, (Jakarta: BMKG, 2010)
www.bmkg.co.id pada 11 oktober 2019 pukul 19.00 WIB
Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998)
https://www.pertanian.go.id/ diakses pada 13 September 2019 Pukul 18.51 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13 September 2019 Pukul 19.30
Sudheer, et al. 2007. Harvest Technology of Horticultural. New Delhi: Publishing
Agency
Wikipedia Bahasa Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Panen diakses pada 13
September 2019 Pukul 19.30
82
Suprapti, 2002. Jurnal, Teknologi Pengolahan Pangan Kanisius: Yogyakarta
Mutiarawati, 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. UNPAD Press:
Bandung
1 Diakses melalui https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19
Oktober 2019 pukul 14.12 WIB
https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial,
(Jakartra: Salemba Humanika, 2010) hal.7
Zuldafrial, Penelitian Kuantitatif, (Pontianak: STAIN Pontianak Perss, 2009)
Sukandarrumidi Haryanto, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula,
Dr. Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2014) 1 Sukandarrumidi Haryanto, Dasar-Dasar Penulisan Proposal Penelitian, hal.45
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008) 1 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012) Cet.2
https://desaciloto.wordpress.com/profil-desa-ciloto/ pada 19 Oktober 2019 pukul
14.12 WIB
83
Lampiran
A. Quisioner wawancara dengan Petani Tomat
Nama Responden : Nur
Usia : 34 tahun
Q: question
A: Answer
Q: boleh tau Nama Ibu?
A: Nur
Q: Usia
A: 34 tahun
Q: mulai bisa beratani dari usia berapa?
A: sejak remaja sudah didik beratani sama bapak
Q: ibu Bertani di lahan milik sendiri atau gimana?
A: ini lahan sewa punya orang lain
Q: ini ibu khusus nanam tomat atau Bertani lain juga?
A: kalua saya campur-campur, sayuran lain juga
Q: kalua musim hujan gimana bu? Tetap Bertani atau dirumah?
A: tergantung hujannya, kalua gerimis masih Bertani, mendung2 dikit masih
Bertani, kalua hujan lebat baru bubaran ke rumah
Q: kalua musim hujan nih bu, kaya bulan desember ini, kondisi tomat
gimana? Berapa kilo dapetnya?
A: yaa dikit neng, 6 kilo udah syukur bagus, yang lainnya mah busuk, kena
jamuran,
Q: berarti ibu rugi dong?
A: ya dibilang rugi iya karenakan dapetnya dikit yah, terus juga nutup sih
dari panen yang sebelumnya atau sayuran lain
Q; kalua musim hujan gini berapa harga perkilo tomat yang siap dijual ke
tengkulak?
A: tergantung sih dari warna, ada yang dua ribu, seribu delapan ratus,
segitulah pokoknya.
84
Lampiran Dokumentasi:
a. Lampiran Dokumentasi Di Lahan Pertanian Tomat
b. Lampiran Dokumentasi saat Penyulujhan kegiatan pertanian di UPTD
Ciputri Sarongge
85
c. Dokumentasi saat wawancara di BMKG Citeko Jawa Barat