analisa tegangan usu

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Perpipaan Pipa digunakan untuk mengalirkan fluida (zat cair atau gas) dari satu atau beberapa titik ke satu titik atau beberapa titik lainnya. Sistem perpipaan (piping sistem) terdiri dari gabungan pipa-pipa yang memiliki panjang total relatif pendek dan digunakan untuk mengalirkan fluida dari suatu peralatan ke peralatan lainnya yang beroperasi pada suatu plant. Sistem perpipaan dilengkapi dengan komponen- komponen seperti katup, flens, belokan, percabangan, nozzle, reducer, tumpuan, isolasi, dan lain-lain. Dalam dunia industri, biasa dikenal beberapa istilah mengenai sistem perpipaan seperti piping dan pipeline. Piping adalah sistem perpipaan di suatu plant, sebagai fasilitas untuk mengantarkan fluida (cairan atau gas) antara satu komponen ke komponen lainnya untuk melewati proses-proses tertentu. Piping ini tidak akan keluar dari satu wilayah plant.Sedangkan Pipeline adalah sistem perpipaan untuk mengantarkan fluida antara satu plant ke plant lainnya yang biasanya melewati beberapa daerah.Ukuran panjang pipa biasanya memiliki panjang lebih dari 1 km bergantung jarak antar plant. Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung atau kota. sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: eric-afrizal-simanungkalit

Post on 17-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Perpipaan

    Pipa digunakan untuk mengalirkan fluida (zat cair atau gas) dari satu atau

    beberapa titik ke satu titik atau beberapa titik lainnya. Sistem perpipaan (piping

    sistem) terdiri dari gabungan pipa-pipa yang memiliki panjang total relatif pendek

    dan digunakan untuk mengalirkan fluida dari suatu peralatan ke peralatan lainnya

    yang beroperasi pada suatu plant. Sistem perpipaan dilengkapi dengan komponen-

    komponen seperti katup, flens, belokan, percabangan, nozzle, reducer, tumpuan,

    isolasi, dan lain-lain.

    Dalam dunia industri, biasa dikenal beberapa istilah mengenai sistem perpipaan

    seperti piping dan pipeline. Piping adalah sistem perpipaan di suatu plant, sebagai

    fasilitas untuk mengantarkan fluida (cairan atau gas) antara satu komponen ke

    komponen lainnya untuk melewati proses-proses tertentu. Piping ini tidak akan

    keluar dari satu wilayah plant.Sedangkan Pipeline adalah sistem perpipaan untuk

    mengantarkan fluida antara satu plant ke plant lainnya yang biasanya melewati

    beberapa daerah.Ukuran panjang pipa biasanya memiliki panjang lebih dari 1 km

    bergantung jarak antar plant.

    Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari

    sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat

    kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung

    atau kota. sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • penyimpan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi

    uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya.

    Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan

    lokasi tujuan antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan

    sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang fluidanya liquid, umumnya dari lokasi

    awal fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran

    fuida. Saringan dilengkapi dengan katup searah ( foot valve) yang fungsinya

    mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat

    berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan

    (elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).

    2.2 Teori Tegangan

    Pengetahuan mengenai sifat-sifat mekanik material sangat penting.Melalui

    pengetahuan ini dapat diperkirakan tegangan-tegangan yang terjadi pada sistem

    perpipaan.Dalam kode ditetapkan aturan-aturan agar pada sistem perpipaan tidak

    terjadi tegangan yang berlebih sehingga dapat terhindar dari kegagalan.Secara umum

    teori tegangan pada sistem perpipaan merupakan pengembangan dari teori tegangan

    dalam mekanika.Oleh sebab itu, dapat digunakan dalam perhitungan dan analisis

    tegangan pada sistem perpipaan.

    2.2.1. Tegangan Satu Arah (Uniaxial)

    Tegangan uniaxial adalah tegangan yang bekerja pada suatu benda dimana

    gaya yang berkerja hanya terjadi dalam satu arah. Tegangan yang dialami oleh benda

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • merupakan tegangan tarik untuk keadaan normal ( tanpa terbentuk sudut ). Untuk

    tegangan yang terdapat pada benda dengan sudut tertentu,maka akan dihasilkan

    tagangan geser dan tegangan tarik dalam arah .Keadaan tegangan ini pada aplikasi

    suatu batang lurus berpenampang A dengan gaya dan arah yang ditunjukkan seperti

    gambar 2.1. Dianggap bahwa tegangan terbagi rata diseluruh penampang yang tegak

    lurus dengan luasan pada benda, dimana gaya yang bekerja terdapat pada koordinat

    sumbu x.

    Gambar 2.1 Distribusi Tegangan Uniaxial

    Akibat dari gaya-gaya yang bekerja pada benda, maka akan terbentuk sudut

    potong pada benda sebesar . Dimana dengan sudut tersebut akan diproyeksikan

    nilai tegangan tegangan yang terjadi pada benda tersebut seperti tegangan geser

    dan tarik dalam arah . Kesetimbangan gaya dan tegangan dapat dilihat pada gambar

    2.2.

    Gambar 2.2 Distribusi Tegangan Uniaxial

    Persamaan untuk distribusi tegangan pada gambar 2.2 dapat dilihat pada

    persamaan dibawah ini.

    A

    F F

    =

    F

    =

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • dimana: = tegangan (N/2)

    P = gaya (N)

    A = luas penampang (2)

    Gambar 2.3 distribusi tegangan pada penampang sederhana

    Gambar 2.4 Distribusi Tegangan Uniaxial terhadap sudut

    Pada gambar 2.3 terlihat beberapa tegangan yang terdapat pada benda yang

    membentuk sudut . Dengan menuliskan bentuk persamaan dari gambar tersebut

    kedalam kesetimbangan gaya maka akan diperoleh nilai tegangan tarik dan tegangan

    geser.

    Untuk persamaan tegangan tarik pada gambar 2.3 diperoleh dengan

    menjumlahkan tegangan pada garis sumbu yang sama, dimana tegangan terhadap

    sudut bekerja pada arah yang samadengan tegangan , dengan

    menggunakan kesetimbangan gaya akan diperoleh persamaan 2.1.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • - = 0 (2.1)

    Untuk menentukan nilai dapat diubah ke dalam bentuk A dengan

    menggunakan persamaan 2.2 :

    ( ) = =

    ( ) = = (2.2)

    Dengan demikian nilai pada persamaan 2.2, dapat disubstitusikan kedalam

    persamaan 2.1 sehingga akan diperoleh persamaan tegangan tarik yang bekerja

    terhadap sumbu ,dapat dilihat pada persamaan 2.3:

    - = 0

    =

    = ( )

    = 2 (2.3)

    Pada saat kondisi = 0 , maka persamaan 2.3 akan berubah menjadi

    persamaan 2.4 :

    = 2

    = (12)

    = (2.4)

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Untuk persamaan tegangan geser pada gambar 2.3 diperoleh dengan

    menjumlahkan semua tegangan pada garis sumbu yang sama, dimana tegangan geser

    terhadap sudut bekerja pada arah yang sama dengan tegangan , dengan

    menggunakan kesetimbangan gaya akan diperoleh persamaan 2.5 :

    = 0

    =

    =

    = (2.5)

    Melalui persamaan trigonometri diketahui bahwa :

    2 = 2

    = 12

    2

    Dengan merubah persamaan trigonometri diatas kedalam persamaan

    trigonometri pada persamaan tegangan geser maka akan dihasilkan persamaan akhir

    untuk tegangan geser, yaitu pada persamaan 2.6 :

    =

    = 122 (2.6)

    Pada saat kondisi = 0 dan = 45 , akan diperoleh tegangan geser:

    = 0 = 45

    = 122(0) =

    122(45)

    =0 =2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Tegangan tarik maksimum adalah nilai tegangan pada batas tertinggi yang

    dapat diterima oleh benda yang mengalami gaya tarik pada luasan .Tegangan tarik

    maksimum merupakan batas pada benda untuk berubah bentuk ketika diberikan

    pembebanan secara terus menerus sehingga melewati batas nilai tegangan

    maksimum.Nilai dari tegangan ini dapat dihitung melalui perhitungan secara

    matimatik pada lingkaran mohr pada gambar 2.4.

    Syarat untuk memperoleh tegangan tarik maksimum adalah :

    Syarat

    = 0

    (2

    + 2

    2)

    = 0

    0 + 2 2

    2 = 0

    2 2

    2 = 0

    2 = 0

    = 0

    2 = 10

    = 12

    (10)

    = 0, 90, 180

    = 0,2

    ,

    Sehingga maximum pada = 0 dapat diperoleh dengan memasukkan

    nilai sudut yang mengakibatkan terbentuknya tegangan tarik maksimum.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • = 2

    + 2

    2

    = 2

    + 2

    (1) =

    = ( 2.7)

    Tegangan geser maksimum adalah tegangan yang paling besar diterima benda

    ketika diberikan gaya F pada arah . Dengan demikian tegangan geser maksimum

    merupakan batas dari tegangan yang dapat diterima oleh benda yang jika diberikan

    gaya yang lebih besar maka akan terjadi perubahan bentuk pada benda.

    Syarat untuk terjadinya tegangan geser maksimum adalah :

    = 0

    x2 sin2

    = 0

    2 x2 cos2 = 0

    2 = 0

    =4

    ,34

    Sehingga dengan memasukkan besaran sudut yang menghasilkan tegangan

    geser maksimum akan diperoleh nilai maksimum dari tegangan geser yaitu pada

    persamaan 2.8

    = = sin 2

    =2

    24

    = 2

    =2

    ( 2.8 )

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.2.1.1 Lingkaran Mohruntuk Tegangan Uniaxial

    Persamaan lingkaran mohr untuk tegangan uniaxial diperoleh dengan

    menjumlahkan kuadrat dari tiap tiap tegangan geser dan tegangan tarik pada arah

    yang merupakan bentuk dari persamaan dasar lingkaran. Persamaan yang dibentuk

    akan menjadi persamaan lingkaran mohr untuk tegangan uniaxial, merupakan bentuk

    perwakilan dari besaran besaran nilai tegangan kedalam bentuk gambar.

    Penyederhanaan persamaan untuk lingkaran mohr dapat dilakukan dengan

    menggunakan persamaan trigonometri dalam aturan kosinus sebagai berikut.

    cos 2 = 2 2

    Cos 2 = 2 (1 2)

    cos 2 = 22 1

    2cos 2 = 1 + 2

    cos2 = 12

    +12

    2

    Persamaan untuk tegangan tarik pada arah dengan menggunakan

    penyederhanaan aturan kosinus.

    = 2

    = ( 12

    +12

    2)

    = 2

    +2

    2

    2

    = 2

    2 ( 2.9 )

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Persamaan untuk tegangan geser pada permukaan yaitu :

    =2

    2

    ( 2

    ) 2 = (22)2

    ( 2

    ) 2 = (2

    )222 ( 2.10 )

    ( = 22)2

    2 = (2

    )222 ( 2.11 )

    Pada penjumlahan eliminasi yang sama sehingga akan menghasilkan persamaan

    lingkaran mohr sebagai berikut:

    ( 2

    ) 2 = (2

    ) 222

    2 = (2

    )222

    ( 2

    ) 2 + 2 = (2

    ) 222 + (2

    )222

    ( 2

    ) 2 + 2 = (2

    ) 2(22 + 22)

    Dengan demikian persamaan lingkaran mohr diperoleh pada persamaan 2.12:

    ( 2

    ) 2 + 2 = = (2

    ) 2 ( 2.12 )

    +

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Gambar 2.5 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Uniaxial

    Gambar 2.5 pada lingkaran mohr merupakan bentuk perhitungan tegangan

    secarah menyeluruh, dimana dengan gambar tersebut akan dapat lebih mudah untuk

    menentukan tegangan maksimum dan minimum yang dialami oleh benda yang dapat

    dilihat melalui ilustrasi gambar. Pada lingkaran mohr untuk tegangan uniaxial dapat

    dilihat bahwa nilai dari tegangan minimum adalah nol untuk tegangan tarik.

    A O

    B

    M

    2

    2

    2

    2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • x

    y

    n

    2.2.2. Tegangan Dua Arah (Biaxial)

    Tegangan biaxial adalah tegangan yang bekerja pada suatu benda dimana

    gaya yang berkerja terjadidalam dua arah. Tegangan dalam dua arah meliputi

    tegangan terhadap sumbu x dan terhadap sumbu y.Tegangan yang dialami oleh

    benda merupakan tegangan tarik untuk keadaan normal ( tanpa terbentuk sudut ).

    Untuk tegangan yang terdapat pada benda dengan sudut tertentu,maka akan

    dihasilkan tagangan geser dan tegangan tarik dalam arah . sehingga dengan

    menggunakan kesetimbangan energi akan diperoleh persamaan persamaan untuk

    tegangan geser dan tegangan tarik. Pada tegangan biaxial terdapat tiga tegangan yang

    bekerja pada tiap garis yang sama yaitu tegangan pada sudut , tegangan pada luasan

    sumbu y dan tegangan pada sumbu x yang diproyeksikan terhadap satu garis yang

    sama.

    Gambar.2.6 tegangan biaksial

    x

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Dari gambar 2.6 akan diperoleh persamaan untuk tegangan tarik dan geser

    dengan menggunakan kesetimbangan gaya pada satu sumbu garis yang sama.Untuk

    persamaan tegangan tarik pada gambar 2.5 diperoleh dengan menjumlahkan

    tegangan pada garis sumbu yang sama, dimana tegangan terhadap sudut bekerja

    pada arah yang samadengan tegangan dan pada dua luasan yang

    berbeda dengan menggunakan kesetimbangan gaya akan diperoleh persamaan 2.13.

    cos sin =0

    = cos + sin

    = ( cos ) cos + ( sin ) sin

    = cos 2 + sin2

    = 12 ( + ) +

    12 ( ) cos 2 ( 2.13 )

    Jadi persamaan untuk menentukan tegangan maksimal pada tegangan dua arah

    adalah :

    = ( + ) +

    ( ) cos 2 (2.14)

    Untuk persamaan tegangan geser pada gambar 2.5 diperoleh dengan

    menjumlahkan semua tegangan pada garis sumbu yang sama, dimana tegangan geser

    terhadap sudut bekerja pada arah yang sama dengan tegangan dan

    pada dua gaya yang bekerja pada permukaan dengan menggunakan

    kesetimbangan gaya akan diperoleh persamaan 2.15(Lit. Timosenko, hal 47).

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • = 0

    =

    = ( ) ( )

    =

    = ( )sin2 (2.15)

    Tegangan tarik maksimum adalah nilai tegangan pada batas tertinggi yang

    dapat diterima oleh benda yang mengalami gaya tarik pada luasan .Tegangan tarik

    maksimum merupakan batas pada benda untuk berubah bentuk ketika diberikan

    pembebanan secara terus menerus sehingga melewati batas nilai tegangan

    maksimum.Nilai dari tegangan ini dapat dihitung melalui perhitungan secara

    matimatik pada lingkaran mohr pada gambar 2.6 diatas.

    Syarat untuk mendapatkan tegangan tarik maksimum adalah :

    = 0

    [x + y2

    + xy2

    cos2

    = 0

    0 + 2 x y

    2 sin2 = 0

    (x y) sin2 = 0

    sin2 = 0

    = 0,2

    ,

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Tegangan tarik maksimum diperoleh dengan mensubsitusikan nilai sudut yang

    mengakibatkan terbentuknya tegangan tarik maksimum untuk tegangan biaxial.

    = (x + y )

    2+ (xy )

    2cos 2

    = x + y

    2 +

    x y2

    cos0o

    = (x + y )

    2+ (xy )

    2(1)

    = x + y

    2 + xy

    2 ( 2.16)

    Tegangan geser maksimum adalah tegangan yang paling besar diterima benda

    ketika diberikan gaya F pada arah . Dengan demikian tegangan geser maksimum

    merupakan batas dari tegangan yang dapat diterima oleh benda yang jika diberikan

    gaya yang lebih besar maka akan terjadi perubahan bentuk pada benda.

    Syarat untuk terjadinya tegangan geser maksimum adalah :

    = 0

    xy2

    sin2

    = 0

    2 x y

    2 cos2 = 0

    2 = 0

    =4

    ,34

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Dengan demikian akan diperoleh nilai dari tegangan geser maksimum dengan

    memasukkan besaran dari nilai sudut yang menghasilkan tegangan maksimum.

    Sehingga akan diperoleh tegangan geser maksimum untuk biaxial ditunjukkan pada

    persamaan 2.17 :

    = xy

    2sin2 (

    4)

    = xy

    2sin 2 (45o )

    max = xy

    2 ( 2.17)

    2.2.2.1 Lingkaran Mohr untuk Tegangan Biaxial

    Persamaan lingkaran mohr untuk tegangan biaxial diperoleh dengan

    menjumlahkan kuadrat dari tiap tiap tegangan geser dan tegangan tarik pada arah

    yang merupakan bentuk dari persamaan dasar lingkaran. Persamaan yang dibentuk

    akan menjadi persamaan lingkaran mohr untuk tegangan biaxial, merupakan bentuk

    perwakilan dari besaran besaran nilai tegangan kedalam bentuk gambar.

    = (x + y )

    2+ (xy )

    2cos 2

    (x + y )

    2= (xy )

    2cos 2

    = xy

    2sin2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Sehingga dengan menjumlahkan kuadrat dari tiap persamaan tegangan akan

    terbentuk persamaan lingkaran dasar dalam bentuk tegangan umum yang dapat

    menentukan nilai maksimum dan nilai minimum tegangan geser dan tegangan tarik.

    [ (x + y

    2)]2 = (xy

    2)222

    = xy

    2

    2 sin22

    [ (x + y

    2)]2 + ()2= (

    xy2

    )2

    ( )2 + ( )2 = 2

    ( )2 + ()2 = 2

    Gambar 2.7 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Biaxial

    +

    O

    C

    A

    2

    x y2

    x + y2

    x + y

    2

    M B

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • x

    y

    Gambar 2.7 pada lingkaran mohr merupakan bentuk perhitungan tegangan

    secarah menyeluruh, dimana dengan gambar tersebut akan dapat lebih mudah untuk

    menentukan tegangan maksimum dan minimum yang dialami oleh benda yang dapat

    dilihat melalui ilustrasi gambar. Pada lingkaran mohr untuk tegangan uniaxial dapat

    dilihat bahwa nilai dari tegangan minimum adalah nol untuk tegangan tarik.

    2.2.3 Tegangan Utama (Principal Stress)

    Tegangan maksimum atau minimum pada suatu batang dapat digambarkan

    pada sebuah elemen yang mendapat beban. Dimana penjabaran tegangan yang terjadi

    dapat diuraikan, sehingga nantinya mendapatkan persamaan minimum dan

    maksimum untuk mencari nilai suatu tegangan. Titik centroid pada benda akan

    menjabarkan tegangan-tegangan yang terjadi, sehingga untuk mendapatkan

    persamaan akan lebih mudah.

    Gambar.2.8 tegangan utama

    x

    y

    a

    b

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Tegangan tarik utama adalah tegangan yang dibentuk dari gaya tarik utama

    pada tiap tiap sumbu yaitu tegangan tarik pada sumbu x dan tegangan tarik

    terhadap sumbu y, dimana persamaan untuk tegangan tarik utama diperoleh dengan

    menjumlahkan tiap tegangan pada satu sumbu yang sama dan segaris. Tegangan tarik

    pada luasan terletak pada satu garis dengan tegangan cos dan y

    sin . Dengan

    penjumlahan secara vektor maka akan diperoleh persamaan untuk tegangan tarik

    utama yang terlihat pada persamaan 2.18 berikut :

    A = x Ax cos + y Ay sin - 2

    A=

    xy Acos sin

    x (Acos ) cos + y (Asin )sin - 2

    =

    xy Acos sin

    x cos2 + y sin2 - 2 xy

    = (+

    )+(

    ) cos 2 - 2

    cos sin

    xy

    sin 2 ( 2.18)

    Tegangan geser utama adalah tegangan yang dibentuk dari gaya geser utama

    pada tiap tiap sumbu yaitu tegangan geser pada sumbu x dan tegangan geser

    terhadap sumbu y, dimana persamaan untuk tegangan geser utama diperoleh dengan

    menjumlahkan tiap tegangan pada satu sumbu yang sama dan segaris. Tegangan

    geser yang terletak pada satu garis dengan tegangan sin dan ycos . Dengan

    penjumlahan secara vektor maka akan diperoleh persamaan untuk tegangan geser

    utama yang terlihat pada persamaan 2.19(Lit.Timosenko hal 75).

    + + = 0

    = +

    = +

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • = () () + ()

    ()

    = + 2 2

    =22

    22 +

    12

    +122

    12

    +122

    =12 2 +

    2

    +2

    2 2

    +2

    2

    =12 2 + 2

    = + (2.19)

    Tegangan tarik maksimum adalah nilai tegangan pada batas tertinggi yang

    mampu diterima oleh beban. Tegangan tarik maksimum merupakan batas yang

    diizinkan dalam pemberian gaya berupa pembebanan. Tagangan tarik maksimum

    pada tegangan utama memiliki syarat dalam penentuan nilai sudut yang dibentuk.

    Syarat untuk memperoleh tegangan tarik utama maksimum adalah :

    = 0

    +2

    + 2

    2 2 2

    = 0

    0 + 2

    2 2 2 (22) = 0

    2 4 2 = 0

    2 = 4 2

    22

    =4

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 22

    = 4

    2 =

    Sehingga Tegangan Tarik Utama Maximum adalah :

    = +

    2 +

    2

    2 2 2

    = +

    2 +

    2

    22

    222

    = +

    2 +

    2

    2

    = +

    2 +

    2

    2

    = +

    2 +

    2

    2

    + 2

    Tegangan geser utama maksimumadalah batas nilai tegangan tertinggi yang

    mampu diterima oleh benda pada pembentukan sudut tertentu, dimana nilai sudut

    yang dibentuk dapat ditentukan dengan menentukan titik maksimum dari tegangan

    geser utama.Syarat untuk menentukan tegangan geser utama maksimum

    mempengaruhi besarnya pembebana yang mampu diterima oleh benda.

    Syarat untuk memperoleh tegangan geser utama maksimum adalah :

    = 0

    2

    2 + 2

    = 0

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2 2 + (22) = 0

    2 2 2 = 0

    2 = 2 2

    22

    =

    2

    2 =

    2

    2 =12

    2

    2 =

    22

    Sehingga Tegangan Geser Maximum Utama adalah :

    =

    2 2 + 2

    =2

    22

    + 22

    =2

    2

    +

    =

    2 2

    + 2

    2.2.3.1. LingkaranMohr Tegangan Utama

    Lingkaran mohr untuk tegangan utama dibentuk dari persamaan dasar dari

    lingkaran dengan menjumlahkan persamaan pada tegangan tarik utama dan tegangan

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • geser utama.Persamaan yang diperoleh merupakan dasar untuk membentuk

    lingkaran.Tegangan maksimum dan minimum dapat dihitung melalui perhitungan

    untuk titik terjauh pada lingkaran sepanjang sumbu x dan tegangan tarik utama

    minimum dapat dihitung melalui penentuan titik terdekat pada sumbu x. Persamaan

    persamaan tersebut dapat dilihat pada lingkaran mohr pada gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Utama

    Dengan demikian nilai nilai tegangan yang dapat diperhitungkan pada

    pembebana yang diberikan dapat dilihat berdasarkan gambar yang dilukis

    berdasarkan perhitungan dari nilai nilai tegangan tarik dan geser pada sudut

    G

    O

    F

    H

    D

    B y

    E C

    2

    + 2

    2 1

    A

    x

    .

    .

    2

    2+ 2

    2

    2

    2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • pembentuk.Diagram mohr merupakan bentuk dari semua tegangan yang

    mempengaruhi benda yang dapat dilihat melalui gambar.

    2.3. Sistem Penumpu

    Pipe support adalah salah satu bagian yang penting dalam sistem perpipaan

    atau di suatu plant.Sistem penumpu berfungsi untuk menahan dan mengkondisikan

    suatu sistem perpipaan sehingga aman sampai waktu yang telah ditentukan, bahkan

    diharapkan berfungsi selama pipa masih digunakan.

    2.3.1. Momen Lentur (Bending Momen)

    Jadi momen lentur merupakan kebalikan (arah) dari tahanan momen dengan

    besaran yang sama. Momen lentur juga dinotasikan dengan M. Momen lentur lebih

    lazim digunakan daripada tahanan momen dalam perhitungan karena momen ini

    dapat dinyatakan secara langsung dari beban atau gaya-gaya eksternalnya.

    2.3.2. Gaya geser

    Gaya geser adalah berlawanan arah dengan tahanan geser tetapi besarnya

    sama. Biasanya dinyatakan dengan V. Dalam perhitungan, gaya geser lebih sering

    digunakan daripada tahanan geser.

    2.3.3. Gaya dan Momen pada tumpuan

    Ketika pipa dibebani dengan gaya atau momen, tegangan internal terjadi pada

    batang. Secara umum, terjadi tegangan normal dan tegangan geser.Untuk

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • menentukan besarnya tegangan-tegangan ini pada suatu bagian atau titik

    tersebut.Untuk menentukan besarnya resultan pada tumpuan dapat menggunakan

    persamaan-persamaan kesetimbangan.

    Berikut ini adalah contoh analisa 1 dimensi arah x untuk menentukan arah

    gaya dan momen pada sebuah pipa yang ditumpu.

    RAx

    RAy RBy

    Gambar 2.10 Free Body Diagram kesetimbangan gaya dan momen

    Dari diagram benda bebas diatas akan didapatgayagaya reaksi yang bekerja

    pada tiap tumpuan yangterlihat pada persamaan dari gambar 2.10 :

    = 0

    () = 0

    () =

    A B

    L

    a b

    P

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • =

    = 0

    + = 0

    =

    =

    =

    Persamaan momen untuk batasan0

    = 0

    () = 0

    = ()

    =

    ()

    Untuk nilai x = 0

    0 = 0

    Untuk nilai x = a

    v Mx

    x Nx

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • =

    Dan untuk persamaan gaya geser diperoleh :

    = 0

    = 0

    =

    =

    Untuk nilai x = 0

    0 =

    Untuk nilai x = a

    =

    Sedangkan persamaan momen untuk batasan

    x

    M

    a v

    Nx

    P

    x-a

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • = 0

    + ( ) () = 0

    = () ( )

    = () ( )

    Untuk nilai x = a

    =

    Untuk nilai x = l

    = 0

    Dan untuk persamaan gaya geser diperoleh :

    = 0

    = 0

    =

    =

    =

    Untuk nilai x = a

    =

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Untuk nilai x = l

    =

    =

    Dari hasil penurunan persamaan diatas untuk momen dan gaya geser akan

    didapat bentuk diagram untuk masing-masing persamaan momen dan gaya geser

    dimana gambar yang dihasilkan berdasarkan bentuk dari diagram benda bebas pada

    gambar 2.11 :

    Gambar 2.11 Diagram gaya geser dan momen lentur

    A B

    L a b

    P

    +

    ()

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.4 Klasifikasi Tegangan

    Tegangan yang tejadi dalam sistem perpipaan dapat dikelompokkan ke dalam

    dua kategori, yakni Tegangan Normal (Normal Stress) dan Tegangan Geser (Shear

    Stress). Tegangan normal terdiri dari tiga komponen tegangan, yang masing-masing

    adalah:

    1. Tegangan Longitudinal (Longitudinal Stress), yaitu tegangan yang searah

    panjang pipa.

    2. Tegangan Tangensial atau Tegangan Keliling (Circumferential Stressatau

    Hoop Stress), yaitu tegangan yang searah garis singgung penampang pipa.

    3. Tegangan Radial (Radial Stress), yaitu tegangan searah jari-jari penampang

    pipa.

    Tegangan Geser terdiri dari dua komponen tegangan, yang masing-masing adalah:

    1. Tegangan Geser (Shear Stress), yaitu tegangan akibat adanya gaya yang

    berimpit atau terletak pada luas permukaan pipa.

    2. Tegangan Puntir atau Tegangan Torsi (Torsional Stress), yaitu tegangan yang

    terjadi akibat momen puntir pada pipa.

    2.4.1 Tegangan Longitudinal ( Longitudinal Stress)

    Tegangan Longitudinal merupakan jumlah dari Tegangan Aksial (Axial

    Stress), Tegangan Lentur (Bending Stress) dan Tegangan Tekanan Dalam (Internal

    Pressure Stress). Mengenai ketiga tegangan ini dapat diuraikan berikut ini.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.4.1.1 Tegangan Aksial

    Tegangan aksial adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gayaFax

    yang

    bekerjasearah dengan sumbu pipa, dan dapat diperlihatkan seperti gambar 2.12:

    Gambar 2.12Tegangan Aksial

    Dimana :

    ax =

    (2.20)

    ax

    Am = luas penampang pipa

    =tegangan aksial

    = 4

    (do2 di2

    do = diameter luar

    )

    di = diameter dalam

    Fax = gaya normal (N)

    2.4.1.2 Tegangan Lentur (Bending Stress)

    Tegangan yang ditimbulkan oleh momen M yang bekerja diujung-ujung

    benda. Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat berupa Tensile Bending. Tegangan

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • lentur maksimum terletak pada permukaan pipa dan nol pada sumbu pipa, dapat

    ditunjukkan pada gambar 2.13:

    Gambar 2.13.Bending Momen

    =

    (2.21)

    Tegangan maksimum terjadi pada dinding terluar dari pipa

    =

    =

    (2.22)

    Dimana :

    M = momen bending

    c = jari-jari terluar pipa

    I = Momen inersia penampang

    I = 64

    ( do4 di4

    Z = section modulus

    =

    )

    2.4.2 Tegangan Geser

    Berbeda dengan tegangan normal akibat gaya aksial, Tegangan geser terjadi

    pada permukaan pipa dimana gaya yang bekerja terletak pada permukaan pipa atau

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • bekerja sejajar terhadap permukaan pipa. Tegangan geser terjadi diakibatkan oleh

    gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan pipa dan karena adanya momen torsi

    yang terdapat pada pipa, momen torsi ini dapat berupa dua gaya yang bekerja sejajar

    dengan arah yang berlawanan (momen kopel).

    2.4.2.1 Akibat gaya geser (V)

    Tegangan geser akibat gaya geser (V) dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan 2.23:

    Dimana :

    max= (2.23)

    V = Gaya Geser

    A = Luas penampang

    Tegangan ini mempunyai nilai minimum di sumbu netral (di sumbu simetri

    pipa) dan bernilai nol pada titik dimana tegangan lendut maksimum( yaitu pada

    permukaan luar dinding pipa). Karena hal ini dan juga karena besarnya tegangan ini

    biasanya sangat kecil, maka tegangan ini dapat diabaikan.

    2.4.2.2 Akibat momen puntir

    Tegangan geser akibat momen puntir (Mt) dapat dihitung dengan

    menggunakan persamaan 2.24(Lit. Hibeller, Hal 143) :

    max=

    (2.24)

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Dimana :

    Mt = Momen Puntir

    J = Momen Inersia Polar

    Tegangan ini terjadi akibat adanya momen yang bekerja pada pipa yang

    mengakibatkan adanya pergeseran sudut terhadap sumbu pipa, momen yang bekerja

    dapat berupa momen ataupun gaya yang mengakibatkan terjadinya puntiran.

    2.4.3 Tegangan Torsi

    Suatu bentangan bahan dengan luas permukaan tetapdikenai suatu puntiran (

    twisting ) pada setiap ujungnya danpuntiran ini disebut juga dengan torsional, dan

    bentangan bendatersebut dikatakan sebagai poros ( shaft ).Distribusi tegangan

    bervariasi dari nol pada pusat poros sampai dengan maksimum pada sisi luar poros,

    seperti diilustrasikan pada gambar 2.14:

    Gambar 2.14. Distribusi Tegangan Geser

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.4.3.1 Momen Inersia( Polar )

    Untuk suatu batang bulat berlubang (pipa) dengan diameter luar Do dan

    diameter dalam Di

    Dimana :

    , momen kutub inersia (polar momen of inertia) penampang

    melintang luasnya, biasanya dinotasikan dengan J (Lit.Hibbeler, hal 72).

    J =

    32 (D04 Di4

    )

    Momen kutub inersia untuk batang bulat tanpa lubang (batang pejal) dapat

    diperoleh dengan memberi nilai Di

    = 0. Kuantitas dari J merupakan sifat matematis

    dari geometri penampang yang melintang yang muncul dalam kajian tegangan pada

    batang atau poros bulat yang dikenai torsi.

    2.4.3.2 Regangan geser

    Suatu garis membujur a-b digambarkan pada permukaan poros tanpa

    beban.Setelah suatu momen punter T dikenakan pada poros, garis a-b bergerak

    menjadi a-b seperti ditunjukkan pada gambar berikut.Sudut , yang diukur dalam

    radian, diantara posisi garis akhir dengan garis awal didefinisikan sebagai regangan

    geser pada permukaan poros. Definisi yang sama berlaku untuk setiap titik pada

    batang poros tersebut, dapat ditunjukkan pada gambar 2.15:

    Gambar 2.15. Regangan Geser

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.5 Persamaan Tegangan Pada Sistem Perpipaan

    Persamaan tegangan pada sistem perpipaan merupakan persamaan yang dapat

    diturunkan dari persamaan untuk tegangan 1,2 yang sesuai dengan aplikasi tersebut.

    Pada dasarnya persamaan tegangan yang dihasilkan pada tiap kondisi yang berbeda

    diperoleh dari persamaan untuk tegangan utama, yang membedakan persamaan

    tegangan pada tiap-tiap kondisi itu adalah tegangan terhadap sumbu x dan tegangan

    terhadap sumbu y. Pada kondisi bending tegangan terhadap sumbu x tidak berlaku

    atau diabaikan dengan sudut pembentuk dengan nilai 90 derajat. Secara umum

    akan terlihat pada gambar 2.16.

    Gambar 2.16 Sistem Perpipaan Sederhana

    Maka akan berlaku persamaan Tegangan Utama dengan ketentuan dimana

    pada gambar diatas menunjukkan bahwa, arah tegangan terhadap sumbu x adalah 0,

    dan hanya ada tegangan yang bekerja terhadap sumbu y. Tegangan geser yang terjadi

    pada gambar diatas adalah tegangan geser akibat gaya geser yang bekerja searah

    dengan luas penampang pipa, secara umum dapat dilihat pada persamaan dibawah ini

    (Lit. Timosenko hal 43 ).

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 1,2 = +

    2

    2

    2+ 2

    Dimana dan pada kondisi lentur pada sistem penumpu akan berubah menjadi

    persamaan yang sesuai dengan keadaan dari bentuk beam yang dalam hal ini

    berbentuk pipa dimana tidak terjadi tegangan dalam arah sumbu x (=0).

    = 0( tidak ada tegangan terhadap sumbu x )

    =

    =

    Dimana :

    M= momen bending

    C= jari-jari terluar pipa

    I= Momen inersia penampang

    V= Gaya Geser

    A= Luas penampang

    Sehingga akan diperoleh persamaan untuk tegangan lentur pada sistem penumpu

    yaitu :

    1,2 = +

    2

    2

    2

    + 2

    1,2 = 0 +

    2

    0 2

    2

    + 2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 1,2 = 2

    2

    2+ 2

    1 = 2

    + 2

    2+ 2

    2 = 2

    2

    2+ 2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA