pemberian bank garansi, analisa usu

Upload: nindy-ratri-k

Post on 22-Feb-2018

307 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    1/33

    BAB II

    GAMBARAN UMUM BANK GARANSI SEBAGAIPENGALIHAN KEWAJIBAN

    A. Bank Garansi Sebagai Bentuk Usaha Bank

    Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa defenisi Bank Garansi

    (BG) adalah jaminan yang diberikan oleh bank, maksudnya bank menyatakan

    suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikatkan diri kepada

    penerima jaminan dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu apabila

    dikemudian hari ternyata si terjamin ternyata tidak memenuhi kewajibannya

    kepada si penerima jaminan.30

    Berdasarkan pengertian dari Bank Garansi di atas tergambarkan bahwa

    mengenai pemberian Bank Ganransi ini sebenarnya terjadinya suatu pengalihan

    kewajiban karena dipersyaratkan adanya suatu perjanjian atau kontrak

    sebelumnya.

    Dalam praktek perbankan, umumnya juga menuju kepada suatu pengertian

    dan maksud yang sama mengenai pengalihan kewajiban dimasud. Untuk lebih

    memahami mengenia pengalihan kewajiban dalam Bank Garansi ini, maka dikutip

    dari beberapa pengertian, antara lain sebagai berikut:

    Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

    23/88Kep./Dir tanggal 18 Maret 1991 Pasal 1 angka (3) memberikan pengertian

    yang dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian yang luas yaitu:31

    30

    Muhammad Djumhana., Op.cit., hal. 460.31

    Pasal 1 angka (3 a) SK. Direksi Bank Indonesia Nomor 23/88/Kep./Dir tanggal 18Maret 1991.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    2/33

    a. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang

    mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima

    garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi);b. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-

    surat berharga seperti aval dan endosemendengan hak regres yang dapatmenimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin

    cidera janji (wanprestasi); dan

    c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat

    menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.

    Sehubungan dengan hal itu, Y. Sunyoto memberikan defenisi mengani

    bank garansi yaitu:32

    Bank garansi itu merupakan jaminan dalam bentuk warkat yangditerbitkan oleh bank atau oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

    yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima

    jaminan apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).

    Sementara menurut OP. Simorangkir, Bank garansi artinya garansi atau

    jaminan yang diberikan oleh bank komersial, maksudnya bank menjamin si

    nasabah (terjamin) memenuhi kewajiban para pihak lain sesuai dengan

    persetujuan.33

    Pada Bank garansi menurut Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau

    Medan itu sendiri menganut pengertian mengenai bank garansi yaitu:

    34

    Bank Garansi (BG) adalah jaminan yang diberikan oleh bank untukkepentingan nasabah, yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan

    kepada penerima jaminan (pihak ketiga) bahwa bank akan memenuhi

    kewajiban nasabah kepada penerima jaminan (pihak ketiga) apabilanasabah wanprestasi (tidak memenuhi kewajiban) kepada penerima

    jaminan (pihak ketiga) sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

    32Y. Sunyoto.,Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: Sebelas Maret Unversity Press,

    1995), hal. 32.33

    OP. Simorangkir., Seluk Beluk Bank Komersial, (Jakarta: Aksara Persada Indonesia,

    1986), hal. 133.34

    Surat Edaran Nose: S.10-DIR/ADK/04/2003 tentang Bank Garansi, Surat Edaran inidijadikan pedoman perkreditan di Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    3/33

    Dengan demikian perlu disadari bahwa dengan memberikan BG, berarti

    bank telah membuat pengakuan atau janji secara tertulis kepada penerima jaminan

    (pihak ketiga) untuk memenuhi kewajiban nasabah kepada penerima jaminan

    (pihak ketiga) apabila nasabah wanprestasi dengan membayar sejumlah uang

    tertentu. Dalam hubungan transaksi ini, jelas bahwa dengan pemberian BG, resiko

    yang dihadapi oleh penerima jaminan (pihak ketiga) diambil alih oleh bank.

    Sebagai kompensasi atas kesanggupan mengambil alih resiko ini, bank harus

    mendapatkanfee(provisi) dan meminta kontra garansi dari nasabah sebagai pihak

    yang dijamin oleh bank dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perhitungan

    bisnis.

    Di samping kesadaran akan adanya resiko, hal selanjutnya yang paling

    mendasar untuk difahami yaitu bahwa resiko BG akan terjadi apabila nasabah

    (sebagai pihak yang dijamin oleh bank) yang diberikan jaminan oleh bank

    melakukan perbuatan wanprestasi. Dengan demikian analisis resiko harus diawali

    dengan menilai kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban kepada pihak

    ketiga (penerima jaminan) yang mencakup aspek-aspek kualitatif (seperti karakter

    dan manajemen) dan aspek kuantitatif (kondisi finansial) nasabah.

    Dengan memperhatikan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lahirnya

    BG didahului adanya proses transaksi antara nasabah dengan pihak ketiga

    (penerima jaminan), sehingga BG merupakan perjanjian accesoir dan perjanjian

    pokoknya yaitu transaksi antara nasabah dengan pihak ketiga (penerima jaminan).

    Ditinjau dari segi hukum BG termasuk perjanjian penggunaan (borgtocht),

    yang diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata, yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    4/33

    mengatur mengenai penangguhan hutang secara umum. Sedangkan ketentuan

    yang mengatur bentuk dan syarat-syarat minimal BG, ditentukan oleh Bank

    Indonesia yang akan dijelaskan pada bab III penelitian ini.

    Dalam ketentuan yang mengatur materi BG, antara lain diatur mengenai

    klausula yaitu ketentuan yang mengatur bahwa dalam fungsinya sebagai

    penanggung (borg), bank melepaskan hak-hak istimewa sebagaimana diatur

    dalam Pasal 1831 KUH Perdata, sehingga dengan demikian bank harus membayar

    klaim yang diajukan oleh penerima BG apabila nasabah wanprestasi.

    Sejalan dengan pengertian di atas, pemberian BG harus dilakukan sesuai

    dengan filosofis dan proses pemberian kredit, baik menyangkut analisis kelayakan

    dan analisis resiko maupun ketentuan kewenangan memutus.35

    Dilihat dari keentuan KUH Perdata, garansi bank adalah perjanjian

    penangguhan utang (borgtoch) sebagaimana diatur dalam Buku III Bab XVII,

    yakni Pasal 1820 sampai dengan 1850, dimana bank dalam hal ini bertindak

    sebagai penanggung.

    Pengaturan Bank Garansi semula diatur dalam Surat Keputusan Direksi

    Bank Indonesia Nomor 11/110/KEP/DIR/UPPB tentang pemberian jaminan oleh

    bank dan pemberian jaminan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank, tanggal 29

    Maret 1977. Mengungat perkembangan perbankan Indonesia setelah Paket

    Kebijakan 1988, maka peraturan mengenai pemberian Bank Garansi tersebut

    perlu disempurnakan sehingga keluarlah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

    Nomor 23/88/KEP/DIR tentang Pemberian Garansi Bank tanggal 18 Maret 1999.

    35Muhammad Djumhana., Op. cit, hal. 461.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    5/33

    Bentuk Bank Garansi menurut Pasal 1 Ayat (3) Surat Keputusan Direksi

    Bank Indonesia Nomor 23/88/KEP/DIR tersebut di atas adalah:

    1. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang

    mengakibatkan kewajiban membayar terhadap yang menerima garansi

    apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi);

    2. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat

    berharga, seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat

    menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin cidera

    janji (wanprestasi); dan

    3. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat

    menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.

    Bentuk dari garansi sebagaimana yang diuraikan pada Angka 1 tersebut

    berupa Bank Garansi atau disebut sebagai Standby Letter of Credit (Standby L/C

    atau SBLC). Menyangkut penerbitan garansi ini, bank dapat menerbitkannya, baik

    dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. Hal yang harus diperhatikan

    pula oleh bank yang menjalankan kegiatan pelayanan atau penerbitan garansi,

    yaitu:

    1.

    Penerbitan garansi terkena ketentuan tentang batas maksimum pemberian

    kredit dan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), dimana

    penghitungannya dilakukan secara gabungan sehingga meliputi pemberian

    garansi oleh kantor bank, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

    Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 7 Surat Keputusan Direksi Bank

    Indonesia Nomor 23/88/KEP/DIR tersebut di atas;

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    6/33

    2. Penerbitan Bank Garansi atau Standby L/C atas permintaan bukan

    penduduk hanya diperkenankan apabila disertai dengan kontrak garansi

    dari bank di laur negeri yang bonafid (dalam pengertian bank tersebut

    tidak termasuk cabang bank yang bersangkutan di luar negeri), atau

    setoran sebesar 100% dari nilai garansi yang diberikan, hal ini sesuai

    denga ketentuan dalam Pasal 8 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank

    Indonesia Nomor 23/88/KEP/DIR tersebut di atas; dan

    3. Bank dilarang bertindak sebagai Pnejamin Emisi Efek, ditentukan dalam

    Pasal 8 Ayat (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

    23/88/KEP/DIR tersebut di atas.

    Dalam kegiatan pelayanan jasa berupa penerbitan garansi, maka bank

    penerbit akan menerima imbalan jasa dari si terjamin berupa provisi (keuntungan

    berupa fee). Di samping pembebanan provisi, semua biaya yang timbul akibat

    pemberian Bank Garansi menjadi beban pihak yang diberi jaminan sebagaimana

    juga yang berlaku dalam pemberian kredit.

    Dalam KUH Perdata secara umum mengenal bentuk perjanjian semacam

    garansi bank atau Bank Garansi. Dengan demikian ketentuan-ketentuan dalam

    KUH Perdata berlaku pula dalam perjanjian Bank Garansi. Tetapi mengenai

    bentuk dan syarat-syarat yang lebih rinci diserahkan kepada para pihak. Hanya

    saja karena Bank Garansi ini perjanjiannya sering dilakukan dan banyak

    digunakan, maka agar bank-bank memiliki pedoman yang lengkap dalam

    pelaksanaan pemberian Bank Garansi sesuai dengan Pasal 2 Ayat (2) ditetapkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    7/33

    syarat-syarat pemberian Bank Garansi yang dalam penelitian ini dibahas pada sub

    bab selanjutnya.36

    Telah disebutkan terdahulu bahwa Bank Garansi merupakan bagian dari

    pemberian kredit yang juga merupakan salah satu bentu fasilitas usaha yang

    diperbolehkan dikelola oleh bank-bank. Dalam pemberian garansi, di samping

    pemberian Bank Garansi, ada bentuk lain yang berhubungan dengan Bank Garansi

    ini yaitu:

    1.

    Garansi yang berhubungan dengan surat berharga. Bentuk lain dari garansi

    yang diterbitkan bank dapat berbentuk penandatanganan kedua dan

    seterusnya atas surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak

    regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila

    yang dijamin cidera janji (wanprestasi). Menurut ketentuan dalam Pasal 3

    Ayat (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/88/KEP/DIR,

    pemberian Bank Garansi ini berlaku sejak tanggal dilakukannya

    pembubuhan tanda tangan oleh bank dan berakhir apabila:

    a. Telah ada pembayaran dari debitur, baik dalam hal tidak terjadi

    protes maupun dalam hal terjadi protes yang kemudian diterima;

    b.

    Tidak diterima pemberitahuan protes dalam tenggang waktu dan

    menurut ketetuan yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang

    Hukum Dagang; dan

    c. Tenggang waktu penuntutan pembayaran menurut Kitab Undang-

    Undang Hukum Dagang dan KUH Perdata telah kadaluarsa, dalam

    36

    HR. Daeng Naja., Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung: Citra Adtya Bakti,2005), hal. 89.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    8/33

    hal diterima pemberitahuan protes sesuai dengan tenggang waktu

    yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

    2. Garansi yang berhubungan dengan perjanjian bersyarat. Bentuk lain dari

    garansi yang diterbitkan oleh bank dapat berbentuk garansi lainnya yang

    terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan kewajiban

    finansial bagi bank. Adapun konkritnya dapat berupa surat yang dapat

    menimbulkan kewajiban membayar suatu jumlah tertentu apabila pihak yang

    dijamin tersebut cidera janji (wanprestasi) atau berupaLetter of Credit(L/C).

    Penerbitan L/C tunduk pada ketentuan Uniform Customs and Practices for

    Documentary Credit (UCP). Menurut ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Surat

    Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/88/KEP/DIR, pemberian

    garansi ini berlaku sejak saat penandatanganan garansi dan berakhir pada saat

    realisasi garansi dalam hal syarat perjanjian dipenuhi atau pada saat tidak

    dipenuhi syarat perjanjian.

    Menurut Widjanarto, jenis Bank Garansi (BG) yang dapat diberikan oleh

    bank, antara lain adalah:37

    a.

    Bank garansi untuk jaminan tender dalam negeri (tender bid bond). Bank

    garansi jenis ini diberikan kepada peserta tender yang diadakan oleh pihak-

    pihak di Indonesia dalam rangka suatu proyek atau suatu pesanan. BankGaransi tersebut tidak dapat dipakai sebagai jaminan bank untuk penarikan

    uang muka dan berlaku untuk satu kali tender saja;

    b. Bank Garansi untuk jaminan penerimaan panjar/uang muka atauvoorschot. Dalam suatu kontrak kerja/pembelian suatu proyek/barang,

    adakalanya pemilik proyek/pembeli barang lebih dahulu sehingga atas

    uang muka/penyerahan barang tersebut diperlukan adanya Bank Garansi;

    c. Bank Garansi untuk bea cukai guna penangguhan bea masuk. BankGaransi jenis ini diberikan kepada importir yang memasukkan barang ke

    dalam negeri. Bank Garansi untuk importir tersebut biasanya hanya dapat

    37Ibid., hal. 88.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    9/33

    diberikan apabila L/C importirnya dibuka melalui bank penerbit Bank

    Garansi;

    d.

    Bank Garansi untuk bea dan cukai guna penangguhan pembayaran pitacukai/tembakau. Bank Garansi jenis ini biasanya diberikan kepada

    perusahaan-perusahaan rokok besar yang bonafid;e. Bank Garansi untuk penyalur/agen/dealer/depot holder sehubungan

    dengan transaksi yang bertalian dalam rangka penunjukan oleh produsen

    maupun yang bukan produsen; dan

    f. Lain-lain jenis Bank Garansi yang diperkenankan oleh peraturan BankIndonesia maupun pemerintah.

    Selain yang telah disebutkan di atas mengenai bentuk-bentuk lain yang

    berhubungan dengan Bank Garansi, maka terdapat pula usaha bank lain seperti

    Bank Perspesi, dan Swap Bunga.

    Bank Persepsi atau Bank Devisa Persepsi adalah bank yang ditunjuk

    Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam

    rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan

    Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penunjukan bank sebagai Bank Persepsi atau

    Bank Devisa Persepsi baik bagi kantor pusat maupun seluruh cabang bank yang

    bersangkutan. Untuk dapat ditunjuk sebagai Bank Perspesi Direksi bank yang

    bersangkutan mengajukan surat permohonan kepada Menteri Keuangan melalui

    Direktur Jenderal Anggaran dengan tembusan disampaikan kepada Direksi Bank

    Indonesia.38

    Swap Bunga merupakan salah satu bentuk dari transaksi derivatif

    sebagaimana digambarkan dalam pengertian transaksi derivatif yang terdapat

    dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR

    38Ibid, hal. 465.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    10/33

    tentang Transaksi Derivatif tanggal 29 Desember 1995.39

    Menurut ketentuan yang

    baru, transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau

    perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang

    mendasari, seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks baik yang

    diikuti dnegan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen, tetapi tidak

    termasuk transaksi derivatif kredit.40

    Penggunaan instrument Bank Garansi dalam bertransaksi saat semakin

    hari semakin banyak digunakan bukan saja dalam bertransaksi secara lokal namun

    sudah menggapai secara internasional. Bahkan dalam kondisi dan transaksi

    tertentu Bank Garansi sering juga digunakan sebagai penggantiLetter of Credit.

    Dalam tranksasi Bank Garansi di Indonesia terdapat dua landasan hukum

    yang umum dipakai yakni Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Ketiga

    Bab XVII dari pasal 1820 s/d pasal 1850 yakni perihal Penjaminan dan Peraturan

    Bank Indonesia dalam bentuk Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

    No.23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991 yang diedarkan melalui Surat Edaran

    No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 tentang Pemberian Bank Garansi oleh Bank.

    Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut di atas mengikat bagi

    seluruh perbankan yang beroperasi dan di bawah pengawasan Bank Indonesia dan

    bagi pelanggarnya akan dikenakan sanksi dalam rangka pembinaan dan

    pengawasan dan bahkan untuk pelanggaran pada pasal-pasal tertentu dapat

    dikenakan sanksi tambahan berupa denda 3% dari nilai nominal pelanggaran (SE

    39Peraturan ini termasuk peraturan yang sudah lama dan saat ini sudah diganti dengan

    peraturan yang baru yakni Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang Transaksi

    Derivatif.40

    Pasal 1 Angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang TransaksiDerivatif.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    11/33

    Bank Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 butir 13.1 dan 13.2 dan

    Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991

    pasal 5 ayat 1 dan 2).

    Dari kedua landasan hukum tersebut di atas masing-masing bank akan

    membuat ketentuan internal yang wajib dilaksanakan oleh para pegawai yang ada

    di bank tersebut. Dalam membuat ketentuan internal tentunya bank akan

    menafsirkan kedua dasar hukum dimaksud berdasarkan persepsi dan pendapatnya

    masing-masing sehingga tidak mengherankan jika ketentuan tentang Bank

    Garansi dari satu bank dengan bank lainnya akan berbeda.

    Dalam Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/88/KEP/DIR tanggal 18

    Maret 1991 pasal 2 dan atau SE Bank Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret

    1991 butir 4 disebutkan bahwa dalam penerbitan Bank Garansi pihak penerbit

    Bank Garansi (Bank) sekurang-kurangnya memuat 8 (delapan) hal sebagai

    berikut:

    1.

    Judul Garansi Bank atau Bank Garansi

    2. Nama dan alamat bank pemberi

    3.

    Tanggal penerbitan

    4.

    Transaksi antara pihak yang dijamin dengan penerima jaminan (sesuai

    dengan jenis bank garansi)

    5. Jumlah uang yang dijamin

    6. Tanggal mulai berlaku dan berakhir

    7. Penegasan batas waktu poengajuan klaim

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    12/33

    8. Dengan tegas menyebutkan tunduk pada pasal 1831 atau pasal 1832 Kitab

    Undang-Undang Hukum Perdata.

    Berdasarkan ketentuan tersebut di atas khususnya butir 4 dan adanya

    pemahaman bahwa Garansi Bank merupakan perjanjian buntut (accessoir) yang

    ditinjau dari segi hukum merupakan perjanjian penanggunan (borgtocht) maka

    Bank Garansi akan ada atau dapat diterbitkan jika ada perjanjian induk yang

    mendahuluinya. Dengan demikian, Bank Garansi juga akan berakhir secara

    hukum jika perjanjian induk yang mendahuluinya tersebut berakhir.

    Berdasarkan hal tersebut maka setiap penerbitan Bank Garansi wajib

    didukung adanya dokumen yang menjadi dasar diterbitkannya Bank Garanis

    dimaksud seperti : Undangan Tender (untuk Tender Bond), Kontrak/Sales

    Agreement/Agreementlainnya (untuk Performance Bond) dan dokumen-dokumen

    lain sebagai dasar penerbitan Bank Garansi (underlying transaction).

    Permasalahan yang ada saat ini adalah, bahwa sesuai Keputusan Presiden

    No.80 tahun 2003 (untuk pengadaan barang/jasa yang bersumber pada

    APBN/APBD) pada pasal 31 ayat (1) menyebutkan, Para pihak menandatangani

    kontrak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

    diterbitkannya Surat Keputusan Penetapan Pengadaan Barang/Jasa dan setelah

    penyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5%.

    Artinya, penyedia barang/jasa wajib menyerahkan Bank Garansi Pelaksaan

    terlebih dahulu sebelum kontrak ditandatangani. Dihadapkan pada SE Bank

    Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 2008 maka terdapat pertentangan

    khususnya tentang kapan Bank Garansi harus diterbitkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    13/33

    Sesuai Bank Indonesia, Bank Garansi merupakan acessoir dari

    perjanjian/kontrak yang ada yakni Bank Garansi akan ada/diterbitkan apabila ada

    kontrak/perjanjian yang mendahuluinya sebagai underlying transaction.

    Sedangkan Keppres mengatur bahwa Bank Garansi harus ada sebelum kontrak

    ditandatangani. Jadi jika kedua ketentuan dimaksud saling dihadapkan maka

    seperti halnya menentukan mana yang lebih dahulu antara telur atau ayam.

    Dengan adanya pertentangan kedua peraturan dimaksud maka bank

    dihadapkan kepada masalah yang dilematis:

    1. Jika mengikuti Keppres No.80 tahun 2003 maka Bank sebagai penerbit

    Bank Garansi dapat dianggap melanggar ketentuan SE Bank Indonesia

    No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991.

    2. Jika mengikuti SE Bank Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991

    sebagai ketentuan yang sifatnya wajib diikuti oleh seluruh perbankan di

    Indonesia, maka kemungkinan besar Bank Garansi tidak akan dapat

    diterbitkan karena sifatnya yang accessoir dimaksud. Dengan demikian

    bank tidak dapat melayani kepentingan nasabahnya dan akan kehilangan

    bisnisnya.

    Demikian pula kontraktor/supplierpenyedia jasa pada proyek-proyek yang

    bersumber pada APBN/APBD akan menghadapi dilema yang sama dimana

    posisinya menjadi sulit, apalagi dihadapkan pada kenyataan bahwa

    kontraktor/supplier pada posisi tawar yang lebih rendah/lemah dibandingkan

    pemberi kerja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    14/33

    Menghadapi kondisi dimaksud dan demi pelayanan kepada nasabahnya

    maka banyak bank melakukan kebijakan yang disesuaikan dengan

    kepentingannya untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah antara lain dengan

    menerima Surat Perintah Kerja dari pemberi kerja sebagai underlying transaction

    dalam penerbitan Bank Garansi. Apakah dengan diterbitkannya Bank Garansi

    yang mengacu kepada Surat Perintah Kerja dimaksud permasalahan Bank Garansi

    dapat selesai dan teratasi? Jawabnya tentu belum. Hal ini mengingat Surat

    Perintah Kerja bukanlah perjanjian/agreement yang menjelaskan hak dan

    kewajiban masing-masing pihak namun baru sepihak saja.

    Memperhatikan semakin banyaknya penggunaan instrument Bank Garansi

    dalam bertransaksi dan dikaitkan dengan 2 ketentuan yang ada tersebut di atas,

    mungkin perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian baik terhadap SE Bank

    Indonesia No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 yang saya annggap sudah cukup

    lama (sejak tahun 1991) maupun terhadap Keputusan Presiden No.80 tahun 2003

    itu sendiri.

    Khusus untuk perbaikan terhadap SE Bank Indonesia mungkin perlu pula

    diatur dapat tidaknya penggunaan Uniform Rules for Demang Guarantee Pub.458

    di wilayah Indonesia, karena hal ini juga sering menjadi permasalahan dalam

    transaksi Bank Garansi.

    Sebagaimana telah dimaklumi bahwa bank garansi merupakan perjanjian

    buntut (assesoir) dari perjanjian induknya. Artinya suatu bank garansi baru akan

    terbit jika ada perjanjian induk sebagai underlying transaction yang menjadi dasar

    diterbitkannya suatu bank garansi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    15/33

    Sebagai contoh suatu bank garansi diterbitkan atas dasar

    perjanjian/kontrak X antara A dengan B dimana A adalah pembeli suatu

    produk dari B. Karena B ingin memperoleh kepastian tentang pembayaran

    atas barang yang nanti akan diserahkannya kepada A, maka B meminta

    kepada A untuk menyerahkan suatu bank garansi jaminan pembayaran sebesar

    nilai transaksinya. Selanjutnya atas dasar perjanjiana/kontrak X tersebut A

    meminta kepada bank P untuk menerbitkan bank garansi pembayaran dan

    selanjutnya menyerahkan bank garansi dimaksud kepada B selaku pihak yang

    menerima. Bank garansi yang diterbitkan oleh bank P berisi suatu

    pernyataan/janji kepada B bahwa apabila A tidak memenuhi kewajibannya

    berdasarkan perjanjian/kontrak X (tidak membayar barang yang diserahkan oleh

    B) maka bank P akan membayar kepada B sebesar maksimal nilai bank

    garansi (nilai penjaminan). Jadi dalam hal ini hak yang dimiliki B atas bank

    garansi dimaksud baru timbul atau baru dapat digunakan apabila A tidak

    memenuhi kewajiban kepadanya/wanprestasi. Sedangkan jika A telah

    melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada B maka hak B berdsarkan

    bank garansi akan berakhir.

    Selanjutnya, mengingat B sebenarnya bukanlah produsen dari produk

    yang dijualnya, dalam hal ini B bertindak sebagai perantara, maka B perlu

    memesan produk dimaksud kepada produsen, misalnya dalam hal ini adalah C.

    Sebagaimana halnya B, maka produsen C juga menginginkan

    kepastian jaminan pembayaran atas barang yang dipesan B sehingga ketika

    kontrak/ sales agreement Y ditandatangani maka B diminta untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    16/33

    menyerahkan bank garansi sebesar nilai transaksinya dan B mendatangi bank-

    nya (bank Q) untuk menerbitkan bank garansi dengan jaminan bank garansi

    yang diterima B dari bank P.

    Sepintas skema transaksi dimaksud nampaknya logis dan dapat

    dilaksanakan. Namun jika ditinjau dari aspek resiko, maka penerbitan bank

    garansi dengan skema back to back sebagaimana diilustrasikan di atas sangatlah

    beresiko bagi bank Q dengan analisis sebagai berikut :

    1. Bank garansi yang diserahkan oleh B sebagai jaminan kepada bank Q

    adalah transaksi antara B dengan A dimana bank P selaku penerbit

    bank garansi akan membayar kepada B apabila A tidak melaksanakan

    kewajibannya kepada B berdasarkan perjanjian/kontrak X sebagai

    underlying transaction.

    2.

    Bank garansi yang akan diterbitkan oleh bank Q adalah transaksi antara

    B dengan C dimana bank Q akan membayar kepada C jika B

    tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan kontrak Y sebagai

    underlying transaction.

    3.

    Jika B tidak memenuhi kewajibannya kepada C maka C akan klaim

    kepada bank Q dan bank Q akan membayar klaim dimaksud. Sumber

    dana untuk penggantian uang yang telah dibayarkan oleh bank Q kepada

    C adalah bank garansi yang dijaminkan oleh B yakni bank garansi

    yang diterbitkan oleh bank P.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    17/33

    4. Jika A sebagai pihak yang dijamin oleh bank P telah memenuhi

    kewajibannya kepada B sesuai perjanjian/kontrak X maka kewajiban

    bank P menjadi nihil.

    5. Dengan demikian maka bank Q akan menderita kerugian karena bank

    Q tidak dapat menerima uang dari bank garansi yang dipegangnya

    sebagai jaminan.

    Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas jelas bahwa terdapat resiko yang

    sangat besar atas suatu transaksi bank garansi dengan pola back to back tersebut.

    Kunci dari ilustrasi tersebut di atas adalah:

    1. Kontrak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya; dan

    2. Dasar pencairan/klaim suatu bank garansi adalah adanya suatu wan-

    prestasi dan bukan prestasi.

    Hal ini berbeda denganLetter of Creditdimana dalam tata cara pengajuan

    klaimnnya juga sangat berbeda dengan bank garansi. DalamLetter of Creditpihak

    penerima Letter of Credit akan menerima pembayaran dari bank penerbit jika

    dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai yang dimintakan dalam Letter of

    Credit atau dengan kata lain jika penerima Letter of Credit dapat berprestasi

    dengan cara menunjukkan dokumen yang ditentukan maka akan menerima

    pembayaran. Jika Leter of Credityang diterimanya dijaminkan/digunakan untuk

    membukaLetter of Creditlainnya.

    Dari gambaran tersebut maka bagi masyarakat yang hendak menggunakan

    instrument perbankan baik berupa bank garansi maupun Letter of Credit harus

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    18/33

    memahami terlebih dahulu jenis transaksi dan karakter dari masing-masing

    instrument yang akan digunakan sehingga kemungkinan resiko dapat dihindari.

    B. Hubungan Antara Para Pihak Dalam Garansi Bank

    Jika suatu bank bersedia untuk menerbitkan suatu bank garansi berarti

    bank menjamin (menggaransi) untuk memenuhi suatu kewajiban atau prstasi

    tertentu apabila pihak terjamin dikemudian hari tidak memenuhi prestasinya

    (wanprestasi) kepada pihak yang menerima jaminan sebagaimana dengan yang

    telah diperjanjikan sebelumnya.

    Ditinjau dari segi hukum, pola hubungan tersebut di atas pada hakekatnya

    merupakan perjjanjian borgtocht atau perjanjian penangguhan. Perjanjian

    penangguhan atau borgtocht pengaturannya dapat ditemukan pada KUH Perdata

    dalam buku ketiga bab XVII Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850.

    Substansi borgtocht atau perjanjian ini adalah suatu persetujuan dimana

    pihak ketiga, guna kepentingan kreditur berjanji dan mengikat diri akan

    memenuhi kewajiban debitur, jika si debitur sendiri tidak mungkin atau tidak

    sanggup memenuhi kewajiban yang diperjanjikan. Mengenai yang demikian ini

    pengaturannya terdapat pada Pasal 1820 KUH Perdata.

    Dalam pemberian bank garansi, bank sebagai pihak yang memberikan

    jaminan yang akan menggantikan kedudukan pihak yang lalai atau yang

    melakukan wanprestasi untuk memenuhi kewajiban memberikan prestasinya

    menurut perjanjian kepada pihak penerima jaminan. Jadi, dalam hal ini bank yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    19/33

    mengikat diri untuk memenuhi kewajiban terjamin pada pihak ketiga atau pihak

    penerima jaminan apabila terjadi wanprestasi.

    Dengan demikian pada penerbitan suatu bank garansi terdapat 3 (tiga)

    pihak yaitu:

    1) Pihak sebagai penjamin;

    2) Pihak nasabah sebagai terjamin; dan

    3) Pihak yang menerima jaminan.

    Melihat dari sudut keterkaitan bank, bank garansi merupakan suatu

    pengakuan atau perjanjian tertulis dimana bank bersedia untuk mengikatkan diri

    kepada penerima jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka

    waktu tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah

    uang tertentu apabila terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi

    kewajibannya kepada pihak penerima jaminan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penerima Bank Garansi dalam

    pemberian garansi bank adalah:41

    1. Memastikan keaslian dan keabsahan Bank Garansi dengan cara

    menghubungi bank penerbit;2.

    Memeriksa masa berlaku Bank Garansi sesuai dengan jangka waktu

    proyek; dan

    3.

    Memeriksa dan memahami syarat-syarat klaim untuk memudahkan pihakpenerima BG melakukan klaim apabila diperlukan.

    Sedangkan bagi pihak yang dijamin Bank Garansi, hal yang perlu

    diperhatikan adalah:42

    1. Memperhatikan biaya-biaya yang harus dibayar dalam rangka penerbitanBank Garansi;

    41

    Sahabat Konsumen Bank Indonesia., Op. cit, hal. 2.42Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    20/33

    2. Dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan dengan

    pihak penerima jaminan sehingga tidak terjadi klaim atas Bank Garansi

    yang diterbitkan;3. Proses penerbitan Bank Garansi sama halnya dengan proses pemberian

    kredit, sehingga pihak yang dijamin perlu menjelaskan usaha tersebutsecara terbuka kepada Bank.

    Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa garansi bank diterbitkan oleh

    perbankan untuk meminjam pelaksanaan prestasi yang dijanjikan terjamin kepada

    penerima jaminan apabila terjamin tidak melakukan prestasi tersebut. Dengan

    demikian, lembaga garansi bank merupakan bentuk dari perjanjian penanggungan

    (borghtoch) yang diatur dalam Buku III KUH Perdata dalam Pasal 1820-1850

    KUH Perdata.

    Akibat-akibat hukum yang timbul dari suatu perjanjian jaminan antara

    penjamin dan penerima jaminan diatur dalam Pasal 1831-1838 KUH Perdata

    sedangkan akibat-akibat hukum yang muncul antara penjamin dan terjamin

    ditentukan dalam Pasal 839-1844 KUH Perdata.

    Ketentuan tentang perjanjian yang diatur dalam buku III KUH Perdata,

    termasuk ketentuan mengenai perjanjian jaminan (penaggungan hutang) dalam

    Pasal 1820-1850 KUH Perdata menganut sistem terbuka. Para pihak bebas

    menentukan sendiri isi perjanjian diantara mereka. Peraturan dalam hukum

    perjanjian bersifat pelengkap yang berarti ketentuan tersebut disediakan oleh

    pembentuk undang-undang untuk dipergunakan oleh para pihak yang membuat

    perjanjian apabila ternyata mereka kurang lengkap atau belum mengatur suatu hal

    tertentu.

    Dalam pelaksananan perjanjian garansi bank, apabila terjamin tidak

    melakukan kewajibannya kepada penerima jaminan maka pihak bank yang harus

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    21/33

    menunaikan kewajiban tersebut dengan membayar sejumlah uang seperti yang

    tertera dalam garansi bank.

    Dengan dilaksanakannya pembayaran garansi bank kepada penerima

    jaminan, maka jumlah yang dibayarkan itu menjadi hutang terjamin kepada bank.

    Pihak bank akan segera mencairkan counter guarantee yang telah diberikan

    terjamin untuk membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada pihak

    penerima jaminan. Apabila langkah tersebut masih menyisakan hutang bagi

    terjamin kepada pihak bank maka terjamin harus membayar hutang tersebut dalam

    suatu jangka waktu tertentu. Apabila dalam durasi waktu yang telah ditentukan,

    terjamin tidak melunasi hutangnya maka hubungan hukum antara penjamin (bank)

    dengan terjamin (nasabah) berubah menjadi hubungan kreditor dengan debitor

    dalam suatu perjanjian kredit biasa. Berdasarkan hal ini, maka diantara terjamin

    dan bank dibuat akta perjanjian kredit untuk jangka waktu yang ditentukan pihak

    bank.

    C. Kontra Garansi

    Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberian bank garansi

    dapat dilakukan oleh suatu bank jika pihak yang ditanggung itu merupakan

    nasabah bank dimana nasabah tersebut dinilai bonafit serta memberikan jaminan

    lawan atau garansi (counter guarantee).

    Selain hal tersebut di atas disadari pula bahwa pemberian suatu bank

    garansi oleh suatu bank tentunya mengandung berbagai resiko, sehingga untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    22/33

    dapat memberikan bank garansi, maka bank akan meminta kontra garansi atau

    jaminan lawan dari pemohon bank garansi.

    Mengenai kontra garansi ini, dapat dikutip pernyataan atau pendapat dari

    Huyorso Ahmad Anwari menyebutkan:43

    Oleh garansi bank mengandung suatu tingkat resiko terentu (degree ofrisk) maka dalam mempertimbangkan tetang resiko ini perlu dilakukan.

    Dalam mempertimbangkan resiko ini, maka dalam pemberian garansi bank

    kepada terjamin dituntut untuk menyediakan jaminan lawan atau disebut

    juga dengan counter guarantee.

    Dalam pedoman bank garansi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri

    Hijau, berdasarkan Surat Edaran Nose: S.10-DIR/ADK/04/2003 tentang Bank

    Garansi, disebutkan berkaitan dengan kontra garansi ini yaitu:

    Kontra garansi merupakan jaminan yang diberikan nasabah (yang

    dijamin) kepada BRI atas BG yang diterbitkan BRI. Pada hakekatnya kontra

    garansi itu sama seperti konsep jaminan dalam pemberian fasilitas kredit direct.

    Dengan demikin makna filisofis kontra garansi tidak hanya terbatas pada aspek

    collateral, tetapi kayakinan atas aspek-aspek debitur lainnya menjadi bagian dari

    jaminan (kontra garansi).

    Untuk mengamankan kepentingan bank dalam pemberian bank garansi ini

    dapat meminta kontra garansi dari nasabah. Semua jenis kontra garansi dalam

    pengertian collateralharus dilakukan pengikatan sesuai dengan ketentuan hukum

    yang berlaku, disertai dengan tindakan-tindakan pengemannya.44

    43

    Huyorso Ahmad Anwari., Garansi Bank Menjamin Berhasilnya Usaha Anda, (Jakarta:

    Balai Aksara, 1983), hal. 21.44

    Huyorso Ahmad Anwari, Garansi Bank Menjamin Usaha Anda, (Jakarta: AksaraPustaka, 1981), hal. 23.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    23/33

    Apabila terdapat surat kuasa pengikatan kontra garansi ini, maka dalam

    surat kuasa pengikatan kontra garansi tersebut harus mencantumkan pernyataan

    tentang kesediaan pihak yang dijamin untuk diperiksa sewaktu-waktu oleh bank.

    Sesuai dengan ketentuan Surat Edaran tentang Bank Garansi di Indonesia,

    kontra garansi diatur sebagai berikut:

    1. Kontra garansi dari bank di Luar Negeri. Untuk menerima kontra garansi

    dari bank di luar negeri, hal yang harus diperhatikan adalah bonafiditas

    bank luar negeri tersebut. Besarnya kontra garansi dari bank di luar negeri

    minimal sama dengan bank sama dengan bank garansi yang diterbitkan

    oleh BRI. Unit kerja yang berwenang untuk melakukan analisis dalam

    menilai resiko bank luar negeri yang dapat diterima sebagai pemberi

    kontra garansi adalah Kantor Pusat BRI Divisi Internasional.

    Untuk kontra garansi dari bank di dalam negeri, dapat diterima apabila

    bank tersebut termasuk kelompok bank dengan rating baik dan telah

    mendapatkan fasilitas line dari Divisi Treasury. Dengan demikian setiap

    penerbitan bank garansi dengan kontra garansi dari bank dalam negeri,

    harus dilakukan dengan mekanisme ijin prinsip melalui Divisi Treasury.

    2.

    Kontra garansi berupa setoran tunai. Setoran tunai bank garansi berupa:

    a. Setoran tunai dalam rekening setoran jaminan. Kontra garansi

    dalam bentuk setoran tunai ini tidak diberikan jasa berupa jasa

    bunga simpanan; dan

    b. Kontra garansi dalam bentuk rekening simpanan (deposito,

    tabungan, giro, dan lain-lain). Ketentuan mengenai pengikatan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    24/33

    kontra garansi dalam bentuk simpanan mengacu kepada Surat

    Edaran tentang Kredit Dengan Agunan Kas.

    3. Kontra garansi lainnya. Kontra garansi lainnya adalah kontra garansi yang

    diperoleh dari nasabah atau pihak ketiga lainnya dengan nilai yang

    memadai untuk menanggung kerugian yang mungkin diderita oleh bank,

    dapat berupa:

    a. Kontra garansi immaterial. Kontra garansi yang bersifat immaterial

    adalah kontra garansi yang tidak berwujud, yaitu berupa corporate

    guaranteedari lembaga keuangan lain. Dalam rangka pemberian bank

    garansi dengan kontra garansi berupa corporate guarantee, harus

    dilkukan setelah melalui penilaian yang cermat terhadap bonafiditas

    lembaga pemberi corporate guarantee tersebut. Untuk sementara

    diatur bahwa lembaga penerbit corporate guarantee sebagai kontra

    garansi ini harus memiliki kerjasama dengan BRI. Kerjasama dengan

    lembaga keuangan lain sebagaimana tersebut di atas, dilakukan secara

    case by caseberdasarkan rekomendasi credit linedari Divisi Treasury.

    Untuk kerja yang berwenang melakukan kejasama tersebut adalah

    kantor pusat BRI Divisi Administrasi Kredit.

    b. Kontra garansi material. Kontra garansi material adalah kontra garansi

    dalam bentuk agunan fisik, antara lain dapat berupa:

    1) Tanah atau bangunan;

    2) Kenderaan, mesin-mesin; dan

    3) Lain-lainnya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    25/33

    Dalam pelaksanaan di lapangan, dimungkinkan kontra garansi yang

    diberikan nasabah terdiri lebih dari satu macam/jenis. Misalnya kontra

    garansi sebahagian berupa kas dan lainnya berupa kontra garansi material

    (tanah, bangunan atau aktiva tetap lainnya).

    Yang perlu diperhatikan adalah aspek pengamanan dan pengikatan

    masing-masing kontra garansi tersebut, agar tidak menimbulkan kesulitan

    ataupun kerugian BRI.

    4. Penggunaan kelonggaran tarik sebagai kontra garansi

    Pada prinsipnya tidak dikenal adanya kontra garansi dalam bentuk

    kelonggaran tarik, baik dilihat secara filosofis maupun prinsip kontra

    garansi sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.

    Dengan demikian adanya praktek pemblokiran kelonggaran tarik sebagai

    kontra garansi, harus dipahami oleh pejabat kredit sebagai sesuatu yang

    bersifat sementara. Oleh karena itu apabila telah diperoleh data historis

    yang cukup dimana debitur selama lebih dari 3 (tiga) periode (tiga tahun)

    harus turut menggunakan kelonggaran tarik sebagai kontra garansi, harus

    ditangkap secara filosofis terdapat hal-hal berkaitan dengan bisnis debitur

    yakni:

    a. Pemrakarsa harus inisiatif melakukan pngkajian dan

    mengkomunikasikan dengan debitur perlunya diberikan fasilitas

    line/plafond BG. Karena secara konseptual analisis perhitungan

    fasilitas kredit direct berkaitan langsung dengan prediksi future

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    26/33

    cash flowdebitur, dimana BG merupakan fasilitas contingent yang

    tidak termasuk dalam proyeksi cashflow tersebut; dan

    b. Pemblokiran kelonggaran tarik sebagai kontra garansi secara

    permanen mencerminkan adanya kebutuhan fasilitas kredit direct

    oleh debitur yang lebih rendah dibandingkan dengan yang

    disediakan bank, yang dampak langsungnya adalah profitability

    bank atas account ini menjadi rendah, di samping adanya potensi

    resiko lainnya.

    Dengan demikian sejak dikeluarkannya kebijakan ini, tidak diperkenankan

    adanya penggunaan fasilitas kelonggaran tarik secara permanen yang diblokir

    sebagai kontra garansi. Apabila selama tiga periode berturut-turut menunjukkan

    adanya kebutuhan debitur akan hal ini, maka pilihan yang dapat diambil adalah

    segera disediakan line/plafondBG dan atau diwajibkan bentuk kontra garansi lain

    seperti setoran tunai, simpaan, asset, dan lain-lain.

    Sifat dari kontra garansi tersebut dapat berupa garansi material ataupun

    garansi immaterial. Hal ini bergantung pada penilaian bank atas kemungkinan

    terjadinya resiko.

    Dalam hal kontra garansi yang bersifat material, maka perlu dilaksanakan

    penilaian dan pengikatan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku disertai

    tindakan-tindakan pengamanan lainnya yang dianggap perlu.

    Dalam pengikatan kontra garansi tersebut harus pula dicantumkan suatu

    pernyataan tentang kesediaan pihak yang dijamin untuk diperiksa sewaktu-waktu

    oleh bank. Apabila dianggap perlu untuk menambah kontra garansi, maka bank

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    27/33

    diperkenankan meminta tambahan sejumlah uang setoran kepada nasabah yang

    dijamin untuk diblokir pada bank yang bersangkutan sebelum bank garansi

    diberikan.

    Adapun mengenai bentuk kontra garansi atau counter guarantee yang

    umumnya diterima oleh bank antara lain dapat berupa seperti berikut ini:

    1. Uang tunai yang disetor pada bank yang bersangkutan;

    2. Dana gori yang dibekukan;

    3. Deposito;

    4. Surat-surat berharga;

    5. Harta kekayaan berupa:

    a. Barang bergerak;

    b. Barang tidak bergerak; dan

    c.

    Harta tidak berwujud seperti tagihan dan hak-hak lain yang

    sifatnya serupa dengan itu.

    Besarnya kontra garansi juga bergantung kepada tujuan untuk apa

    diberikannya konra garansi tersebut. Jika kontra garansi/jaminan lawan/counter

    guaranteeyang diberikan bertujuan:45

    1)

    Untuk tender bond (jaminan penawaran) maka sebagai jaminan lawan

    adalah 10% cash depositdari jumlah garansi bank yang diminta disetorkan

    kepada bank untuk diblokir atau 10% pemblokiran saldo kredit.

    2) Untuk fermormance bond (jaminan pelaksanaan) maka sebagai jaminan

    lawan adalah sebesar 100% dari jumlah garansi yang diminta dilakukan

    45

    Cut Rina Meutia., Aspek Hukum Bank Garansi Dalam Praktek Perbankan, (Medan:Fakultas Hukum USU, 1997), hal. 25-26.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    28/33

    pemblokiran oleh bank. Untuk tender bond jaminan lawannya lebih kacil

    jika dindaingkan denganperformance bond (jaminan pelaksanaan), karena

    dalam tender bond resiko terjadinya wanprestasi sangat kecil dan hampir

    tidak pernah terjadi, karena tender bond hanya merupakan salah satu

    syarat untuk mengkuti tender dan apabila pemborong yang tidak menang

    dalam tender, maka otomatis pihak penerima jaminan segera

    mengembalikan tender bond kepada pihak yang bersangkutan dan pihak

    terjamin tesebut segera mengembalikannya kepada bank agar segera

    dilakukan pencarian kembali dari jaminan lawan yang telah diblokir itu.

    Sedangkan resiko dari performance bond (jaminan pelaksanaan) lebih

    besar karena dalam hal ini pemborong telah melakukan suatu pekerjaan

    yang diberikan oleh pihak yang memborongkan (bouwheer) dan

    kemungkinan terjadinya wanprestasi juga besar. Jadi, bank dalam hal ini

    sudah mempertimbangkan resiko yang akan ditanggungnya.

    3)

    Untuk advance payment bond (jaminan uang muka). Yaitu bank garansi

    yang diterbitkan untuk menjamin pengembalian uang muka yang telah

    diterima oleh terjamin apabila terjamin tidak mampu menyelesaiakan

    pekarjaannya sesuai dengan kontrak, maka sebagaian kontrak jaminan

    adalah sebesar minimal 100% dari jumlah bank garansi yang dimintakan.

    4) Untuk garansi atas penundaan bea masuk. Yaitu garansi yang diterbitkan

    berupa jaminan yang diberikan oleh bank, apabila si terjamin tidak

    melaksanakan kewajibannya atas barang yang diimportnya. Perlu

    diketahui bahwa bank hanya boleh memberikan bank garansi untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    29/33

    kepentingan bea dan cukai terhadap barang-barang yang diperkenankan

    oleh Menteri Keuangan. Maka sebagai counter guaranteeadalah sebesar

    minimal 100% dari jumlah bank garansi yang diminta.

    5) Untuk garansi pemeliharaan (maintenance bond). Yaitu bank garansi yang

    diterbitkan untuk menjamin pekerjaan yang telah diselesaikan oleh

    terjamin apabila pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang dijanjikan

    maka sebagai kontra jaminan adalah minimal 100%.

    6) Bank garansi lainnya. Yaitu bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin

    si terjamin kepada pihak pertama jaminan di luar dari kelima jenis tujuan

    di atas, misalnya kewajiban nasabah untuk membayar kepada pihak

    penerima jaminan atas suatu transaksi jual beli, jaminan atas kontrak

    kerjasama dimana terjamin ditunjuk sebagai agen penjualan dan lain

    sebagainya, maka sebagai kontar jaminan adalah sebesar minimal 100%

    dari jumlah bank garansi yang diminta.

    Biasanya kontra garansi dapat menggunakan uang tunai atau tabungan

    beku. Bilamana seseorang (pihak ketiga/pemborong) memenangkan proyek yang

    diikuti, maka harus menyerahkan jaminan pelaksanaan, untuk meyakinkan pada

    pemilik proyek (si terjamin) bahwa pemborong itu mampu menyelesaikan proyek

    tersebut.

    Biasanya dalam SPP/SPK (Surat Perjanjian Pemborongan/Surat Perjanjian

    Kontrak) telah ditentukan, bahwa pemborong tersebut berhak mendapat uang

    muka sebesar 20% (misalnya), dengan syarat menyerahkan jaminan uang muka

    atau Advance Payment Bond. Dengan uang muka tersebut, pihak pemborong

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    30/33

    sudah mulai bisa mengerjakan proyek. Apabila usaha pemborongan itu dinilai

    layak oleh bank, maka bank dapat memberikan kredit konstruksi, yang

    diperhitungkan dengan bank garansi uang muka, untuk menyelesaikan proyek.

    D. Larangan dan Batasan Pemberian Bank Garansi

    Pemberian ataupun penerbitan bank garansi terdapat adanya larangan dan

    pembatasan. Adanya larangan dan batasan ini bertujuan untuk melindungi serta

    menjamin rasa kepastian hukum dan kepentingan masyarakat (nasabah) agar

    bank-bank dalam pemberian garansi selalu berpedoman dan melaksanakan asas-

    asas perbankan serta untuk menjaga kepercayaan terhadap bank garansi itu

    sendiri.

    Berdasarkan Suran Edaran Nose: S 10-DIR/ADK/04/2003 tentang Bank

    Garansi Bank Rakyat Indonesia (Persero), dalam rangka melindungi kepentingan

    kepentingan masyarakat serta bank-bank dalam melaksanakan asas-asas

    perbankan yang sehat, maka BG atau standby L/C tidak boleh memuat hal-hal

    berikut ini:

    1. Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya BG

    atau standby L/C, misalnya BG atau L/C yang sudah diterbitkan tersebut

    baru berlaku setelah pihak yang dijamin menyetor sejumlah uang; dan

    2. Ketentuan bahwa BG atau standby L/C dapat diubah atau dibatalkan

    secara sepihak, misalnya oleh bank atau pihak yang dijamin.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    31/33

    Dalam SK Direksi Bank Indonesia Nomor 23/88/K/Dir tanggal 18 Maret

    1991 terdapat ketentuan-ketentuan mengenai larangan dan batasan dalam

    pemberian bank garansi.

    Larangan-larangan yang arus ditaati oleh bank dalam memberikan dan

    menerbitkan bank garansi berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia Nomor

    23/88/K/Dir sebagaimana disebutkan di atas adalah sebagai berikut:

    1. Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi oleh pihak yang dijamin

    untuk berlakunya bank garansi, misalnya bank garansi baru berlaku setelah

    pihak yang dijamin menyetorkan sejumlah uang;

    2. Ketentuan-ketentuan bahwa garansi dapat diubah atau dibatalkan secara

    sepihak, misalnya diubah atau dibatalkan oleh bank atau pihak yang

    dijamin; dan

    3.

    Membuat kata-kata yang dapat diartikan perubahan tanggal berakhirnya

    bank garansi.

    Mengingat bahwa setiap pemberian bank garansi selalu terkandung unsur

    resiko, maka bank hanya diperkenankan untuk memberikan bank garansi sesuai

    dengan kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.

    Bank Indonesia menetapkan pembatasan pemberian bank garansi sebagai

    berikut:

    1. Pemberian garansi dalam rangka penerimaan kredit luar negeri hanya

    diperbolehkan dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan pemberian

    garansi dimaksud tidak melebihi 20% dari modal. Dalam pengertian

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    32/33

    jumlah keseluruhan tersebut termasuk pula garansi yang dikeluarkan oleh

    kantor-kantor bank di luar negeri;

    2. Pemberian garansi atas permintaan bukan penduduk hanya diperkenankan

    jika disertai dengan:

    a. Kontra garansi yang cukup dari bank di luar negeri yang bonafid,

    dalam pengertian bahwa bank bukan termasuk cabang dari bank

    yang bersangkutan di laur negeri; atau

    b. Setoran sebesar 100% dari nilai garansi yang diberikan.

    Yang dimaksud dengan istilah bukan penduduk adalah

    perseorangan, badan-badan, lembaga-lembaga, dan perusahaan-

    perusahaan yang tidak berdomisili di Indonesia atau berdomisili di

    Indonesia paling lama 1 (satu) tahun dan kegiatan utamanya

    (center of interest) tidak di Indonesia, termasuk perwakilan-

    perwakilan di Indonesia dan perwakilan negera-negara asing di

    Indonesia beserta anggota-anggota stafnya berstatus diplomatik.

    3. Pemberian garansi dikenakan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum

    (KPMM) serta dikenakan ketentuan tentang BPMK yakni batas

    maksimum penyediaan dana yang diperkenankan oleh bank kepada

    peminjam atau kelompok penjamin.

    Penyediaan dana yang diperkenankan adalah pemberian fasilias kredit,

    fasilitas jaminan atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank

    kepada peminjam atau kelompok peminjam. BPMK yang ditetapkan saat

    ini adalah:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 Pemberian Bank Garansi, analisa USU

    33/33

    a. 20% dari modal dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian

    kredit yang disediakan terhadap satu debitur; dan

    b. 20% dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian kredit yang

    disediakan bagi satu debitur group.

    Dalam Suran Edaran Nose: S 10-DIR/ADK/04/2003 tentang Bank Garansi

    BRI (Persero), calon nasabah yang tidak boleh diberikan fasilitas BG adalah:

    1. Warga negara asing;

    2. Badan hukum asing atau badan asing lainnya;

    Tidak termasuk dalam pengertian badan hukum asing atau badan asing

    lainnya adalah perusahaan Penanaman Modal Aisng (PMA) dan

    perusahaan patungan (joint venture) yang berbadan hukum Indonesia.

    3. Warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap negara lain

    dan tidak berdimisili di Indonesia;

    4. Perwakilan negara asing dan lembaga Internasional di Indonesia; dan

    5.

    Kantor bank/badan hukum Indonesia di luar negeri.