analisa jaringan metro e usu

125
Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009. TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK DENGAN TEKNOLOGI METRO ETHERNET (STUDI KASUS PT TELKOM MEDAN) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh 050402042 KRISTINA R. SITOMPUL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Upload: khairi-hafizhuddin-aziz

Post on 14-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

lebih ke jaringan metro e jfbhujewnfjknjdvnfgbvnjdcvnfjhenvjc xn hf adnm jndsjkncljarbgvjn v dhv dnc hdbvnxc hdf v dslav nd vhdfbhvff

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA

NETWORK DENGAN TEKNOLOGI METRO ETHERNET

(STUDI KASUS PT TELKOM MEDAN)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

050402042 KRISTINA R. SITOMPUL

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Page 2: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

ANALISIS KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA

NETWORK DENGAN TEKNOLOGI METRO ETHERNET

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Teknik Elektro Universitas Sumater Utara

Oleh:

050402042

KRISTINA R. SITOMPUL

Disetujui oleh:

Pembimbing

NIP.131945356

(IR. M. ZULFIN, MT)

Diketahui oleh:

a.n. Ketua Departemen Teknik Elektro

NIP. 130365322

(IR. NASRUL ABDI ,MT)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Page 3: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

ABSTRAK

Perkembangan dan trend trafik data yang sangat cepat telah mendorong

semakin terbatasnya kapasitas dari bandwidth sistem transport eksisting,yang

mana sistem transportasi existing saat ini sangat mendominasi. Keberadaannya

didisain dan diimplementasikan untuk secara optimal menyalurkan trafik suara

dengan jaringan sirkit switch. Dengan konsep demikian, hal ini akan menjadi

permasalahan saat melakukan provisioning layanan baru berbasis data, karena

jaringan eksisting hanya dioptimalkan untuk sirkit switch dan tidak scalable

untuk trafik data. Oleh karena itu berbagai riset dan pengembangan teknologi

dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan transport berbasis paket di

area metro yang antara lain: delivery layanan suara dan data, kapasitas memadai

dan scalable, kemampuan provisioning layanan data, reliable dan

secure.Teknologi tersebut adalah Metro Ethernet.

Dalam Tugas Akhir ini dilakukan analisis pada jaringan Metro Ethernet.

Performansi jaringan tersebut dinilai dengan kinerja jaringan yang meliputi delay

dan throughput.

Dari hasil analisis terhadap Jaringan Metro Ethernet yang telah dilakukan,

diperoleh delay total rata-rata terkecil terjadi pada pengiriman paket 400 byte

yakni sebesar 0,0074s, sedangkan delay total rata-rata terbesar terjadi pada

pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0106s. Hal ini disebabkan karena

seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket akan semakin

tinggi. Pertambahan paket yang akan dilayani akan mengakibatkan throughput

semakinbesar.

Page 4: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul:

“ Analisis Kinerja Metropolitan Area Network dengan Teknologi Metro

Ethernet (Studi Kasus PT TELKOM Medan)”

Penulisan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untk

menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada orang tua penulis serta

saudara-saudari penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terina kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Nasrul Abdi,MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Zulfin, MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir penulis

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Efrizal, Bapak Medium Sitompul, dan Bapak Leo Parapat selaku

pembimbing penulis selama melakukan penelitian di PT Telkom Medan.

Page 5: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro, khususnya Konsentrasi

Teknik Telekomunikasi yang telah membekali penulis di bidang Teknik

Telekomunikasi.

6. Kepada seluruh teman-teman di Departemen Teknik Elektro USU

angkatan 2005 yang selama ini telah menjadi teman seperjuangan dalam

hari-hari kuliah.

7. Serta semua pihk yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 26 Juni 2009

Penulis

Page 6: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...vi

DAFTAR TABEL……………………………………………………….……..vii

DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………...viii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................3

1.4 Batasan Masalah....................................................................................3

1.5 Metode Penulisan..................................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan...........................................................................4

II. DEVAIS INTERKONEKSI

2.1 Umum....................................................................................................5

2.2 Repeater.................................................................................................6

2.3 Bridge....................................................................................................8

2.4 Router..................................................................................................11

2.5 Switch..................................................................................................15

2.5.1 Switch LAN......................................................................18

2.5.2 Campus LAN....................................................................22

2.6 Converter.............................................................................................23

Page 7: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

III. JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK (MAN)

3.1 Jaringan Komputer...............................................................................25

3.2 Metropolitan Area Network (MAN)....................................................26

3.3 Ethernet...............................................................................................27

3.4 Metro Ethernet....................................................................................28

3.4.1 Defenisi Metro Ethernet....................................................29

3.4.2 Arsitektur Jaringan Metro Ethernet..................................29

3.4.3 Layanan Yang Ditawarkan Metro Ethernet......................32

3.4.4 Cara Kerja Ethernet...........................................................35

3.4.5 Frame Ethernet..................................................................36

3.4.6 Keistimewaan Jaringan Metro Ethernet............................34

3.4.7 Kelebihan dan Keuntungan Metro Ethernet.....................42

3.5 Analisa Delay dan Throughput pada Jaringan Metro Ethernet...........45

3.5.1 Metode Perhitungan Delay................................................46

3.5.2 Metode Perhitungan Throughput......................................47

IV. ANALISIS KINERJA JARINGAN MAN dengan TEKNOLOGI

METRO ETHERNET

4.1 Model Jaringan..............................................................................49

4.2 Asumsi-Asumsi.............................................................................49

4.3 Perhitungan Delay.........................................................................50

4.4 Perhitungan Throughput...............................................................63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbandingan Elemen-Elemen Internetworking Mengacu

Kepada Lapis-Lapis Arsitektur Jaringan Komputer ................ 6

Gambar 2.2 Repeater Menghubungkan dua buah Ethernet 10BASE2 ........ 7

Gambar 2.3 Bridge Local dan Bridge Remote ............................................ 9

Gambar 2.4 Mekanisme Dasar Bridging .................................................... 10

Gambar 2.5 Internetwork menggunakan Router ......................................... 12

Gambar 2.6 Router penghubung Netware ke internetwork ......................... 13

Gambar 2.7 Switch LAN menghubungkan segmen LAN yang banyak ....... 17

Gambar 2.8 Strategi untuk Mempertahankan Infrastruktur Kabel dengan

Pemakaian Perangkat yang Baru ............................................ 18

Gambar 2.9 Contoh Switch LAN ............................................................... 19

Gambar 2.10 Implementasi VLAN .............................................................. 21

Gambar 2.11 Implementasi Campus LAN ................................................... 23

Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan Metro Ethernet ....................................... 29

Gambar 3.2 Pemetaan Layer MEN ke layer TCP/IP .................................. 31

Gambar 3.3 Arsitektur Jaringan Metro Ethernet dengan Switch dan Router

Alcatel Lucent ........................................................................ 31

Gambar 3.4 Tipe Ethernet line................................................................... 32

Gambar 3.5 Tipe Ethernet LAN ................................................................. 33

Gambar 3.6 Tipe Ethernet Tree ................................................................. 33

Gambar 3.7 Format Frame Ethernet .......................................................... 37

Gambar 4.1 Model Jaringan yang Dianalisis .............................................. 49

Page 9: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Delay rata-rata pada workstation 1 ...................................... 52

Tabel 4.2 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 1 ...................... 53

Tabel 4.3 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 2 ...................... 54

Tabel 4.4 Delay rata-rata dari router 1 ke router 2 .............................. 56

Tabel 4.5 Delay rata-rata dari workstation1 ke router 3....................... 57

Tabel 4.6 Delay rata-rata dari router 2 ke router 3 .............................. 58

Tabel 4.7 Delay rata-rata dari workstation 1 ke workstation 2 ............. 59

Tabel 4.8 Delay rata-rata dari router 3 ke workstation 2 ...................... 61

Tabel 4.9 Delay Total Rata-Rata Masing-Masing Paket yang Dikirim

Melalui Metro

Ethernet……………………………………………………. 63

Tabel 4.10 Rata-rata jumlah frame yang datang dan waktu penerimaan

seluruh frame....................................................................... .. 64

Tabel 4.11 Delay total dan Jumlah Throughput melalui Metro Ethernet. 67

Page 10: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Delay rata-rata pada workstation 1 ...................................... 52

Grafik 4.2 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 1 ...................... 53

Grafik 4.3 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 2 ...................... 54

Grafik 4.4 Delay rata-rata dari router 1 ke router 2 .............................. 56

Grafik 4.5 Delay rata-rata dari workstation1 ke router 3....................... 57

Grafik 4.6 Delay rata-rata dari router 2 ke router 3 ............................. 59

Grafik 4.7 Delay rata-rata dari workstation 1 ke workstation 2 ............. 60

Grafik 4.8 Delay rata-rata dari router 3 ke workstation 2 ...................... 61

Grafik 4.9 Delay total masing-masing paket melalui Metro Ethernet. .. 67

Grafik 4.10 Jumlah throughput melalui Metro Ethernet......................... 67

Page 11: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dewasa ini, sangat perlu kiranya mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Kesiapan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas hanya

dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Dunia pendidikan, Khususnya

perguruan tinggi dituntut agar mampu mencetak sumber daya manusia yang

handal dan mampu bersaing. Banyak cara untuk dilakukan untuk dapat memenuhi

tuntutan tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan oleh dunia pendidikan tinggi

tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan oleh dunia pendidikan tinggi adalah

dengan melakukan kuliah penelitian yang disesuaikan dengan perkembangan

teknologi saat ini.

Teknologi Metro Ethernet adalah teknologi yang baru dikembangkan

karena saat ini di luar negeri, sudah mulai dikembangkan aplikasi-aplikasi yang

membutuhkan bandwidth besar, seperti audio, video streaming, online gaming,

dan juga distance learning. Kebutuhan yang lain adalah keinginan agar seluruh

infrastruktur (jaringan/kabel) jadi satu, sekarang ada banyak jaringan telepon,

jaringan tv kabel, dan jaringan data (untuk perusahaan) sehingga kelihatannya

banyak kabel, dengan adanya teknologi Metro Ethernet semuanya akan dijadikan

satu jaringan/satu kabel yaitu Ethernet tetapi telepon berbasis VoIP (IP/Internet)

dan TV via IP/Internet. Namun, karena jaringannya sudah mempunyai kecepatan

yang besar (10/100 Mbps) maka kualitasnya pasti bagus. VoIP saat ini jelek

Page 12: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

karena kecepatan jaringannya kecil (di bawah 2 Mbps).

Untuk penerapannya di beberapa negara sudah pakai seperti di atas, jadi

untuk Telepon dan Internet (Internet ini bukan dial up internet yang lambat tetapi

internet yang sudah bisa nonton TV dengan kecepatan yang besar) menggunakan

satu kabel dan teknologi yaitu Metro Ethernet. Metro Ethernet menggunakan

protokol atau teknologi yang sama persis dengan Ethernet/Fast Ethernet pada

LAN tetapi ada penambahan beberapa fungsi sehingga dapat digunakan untuk

menghubungkan dua lokasi ( dua LAN) dengan jarak yang puluhan bahkan

ratusan kilometer. Sebenarnya Metro Ethrnet adalah jenis Broadband Wired

karena kecepatan/bandwidth-nya sudah besar yaitu 10/100 Mbps, bahkan ada

yang 1/10 Gigabps.

Oleh karena itu, diperlukan penghitungan kinerja dari jaringan Metro

Ethernet ini agar dapat diketahui bagaimana delay dan throughputnya. Jika delay

jaringan Metro Ethernet semakin kecil maka kinerja jaringan semakin baik.

Begitu juga jika throughput dari jaringan Metro Ethernet semakin tinggi maka

kinerja jaringan juga semakin baik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan antara lain:

1. Apakah jenis-jenis devais interkoneksi?

2. Apakah keistimewaan jaringan Metro Ethernet?

3. Apa saja parameter kinerja jaringan Metro Ethernet?

Page 13: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

4. Bagaimana hasil analisis kinerja delay dan throughput pada jaringan

Metro Ethernet?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan

kinerja jaringan Metro Ethernet, yang meliputi delay dan jumlah throughput.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahsan yang terlalu luas, maka penulis akan

membatasi tugas akhir ini dengan hal – hal sebagai berikut :

1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan Metro Ethernet.

2. Kinerja yang dianalisis hanya mencakup delay dan throughput.

3. Model yang ditinjau dalam pengukuran kinerja Metro Ethernet ini

adalah dua workstation yang terletak pada dua LAN Ethernet yang

berbeda.

4. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan Metro Ethernet.

5. Router yang dipakai adalah router yang ada di PT telkom yakni

Router Cisco

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas

Akhir ini adalah :

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku

teks dan jurnal-jurnal pendukung.

2. Studi penelitian, berupa pengambilan data-data ke perusahaan yang

bersangkutan.

Page 14: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan

sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

BAB II DEVAIS INTERKONEKSI

Bab ini membahas tentang jenis-jenis devais interkoneksi,

karakteristik, dan tipe dari devais interkoneksi.

BAB III JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK

(MAN)

Bab ini membahas tentang arsitektur, prinsip kerja, dan

kriteria kinerja dari jaringan Metropolitan Area Network

(MAN).

BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN METRO

ETHERNET

Bab ini menerangkan tentang analisis dari kinerja jaringan

Metro Ethernet, yaitu delay dan throughput.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan Tugas

Akhir dan saran dari penulis.

Page 15: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

BAB II

DEVAIS INTERKONEKSI

2.1 Umum

Jaringan yang besar sebenarnya merupakan kumpulan dari jaringan yang

kecil. Yang akan dibahas disini adalah bagaimana cara menghubungkan

jaringan-jaringan kecil menjadi jaringan yang besar. Menghubungkan jaringan

satu dengan jaringan yang lain inilah yang biasanya disebut dengan

internetworking[1].

Internetworking umumnya dibangun menggunakan tiga elemen yang

berbeda, yaitu:

a. Hubungan Data LAN

Biasanya terbatas dalam satu bangunan atau kampus dan beroperasi

menggunakan sistem pengkabelan private.

b. Hubungan Data WAN

umumnya menggunakan saluran telekomunikasi data publik, seperti X.25

PSDN, Frame Relay, ISDN, dan ATM.

c. Devais Penghubung Jaringan

Devais ini secara umum dibagi dalam beberapa kategori:

1. Repeater

2. Bridge

3. Router

4. Switch

5. Converter

Page 16: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Dari kelima katagori devais di atas, lebih mudah menentukan kapan

menggunakan repeater, bridge, router, switch, dan converter dalam situasi

internetwork. Keputusan mengenai pemilihan penggunaan router atau bridge

merupakan keputusan yang lebih sulit. Pada Gambar 2.1 di bawah ini ditunjukkan

perbandingan elemen-elemen internetworking mengacu kepada lapis-lapis

arsitektur jaringan komputer:

Gambar 2.1 Perbandingan Elemen-Elemen Internetworking Mengacu Kepada

Lapis-Lapis Arsitektur Jaringan Komputer.

2.2 Repeater

Fasilitas paling sederhana dalam internetwork adalah repeater. Repeater

adalah komponen dari suatu jaringan yang bertugas untuk menguatkan

data/sinyal yang dilewatkan pada jalur tersebut. Dapat digunakan untuk sinyal

Page 17: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

analog maupun digital, biasanya digunakan untuk transmisi data jarak jauh.

Repeater diperlukan karena misalnya sebuah Ethernet Card hanya mampu untuk

menjangkau sampai jarak tertentu saja. Repeater akan meneruskan dengan

menguatkan sinyalnya untuk mendukung integritas data yang dilewatkan

tersebut. Fungsi utama repeater adalah menerima sinyal dari satu segmen kabel

LAN dan memancarkannya kembali dengan kekuatan yang sama dengan sinyal

asli pada segmen (satu atau lebih) kabel LAN yang lain. Repeater beroperasi pada

Physical layer dalam model jaringan OSI. Jumlah repeater biasanya ditentukan

oleh implementasi LAN tertentu.

Penggunaan repeater antara dua atau lebih segmen kabel LAN

mengharuskan penggunaan protokol Physical layer yang sama antara segmen-

segmen kabel tersebut. Sebagai contoh pada Gambar 2.2, repeater dapat

menghubungkan dua buah segmen kabel Ethernet 10BASE2. Dalam praktek

terdapat istilah multiport repeaters atau biasa disebut active hubs. Sifatnya

memperkuat sinyal. Sedangkan lainnya yang disebut sebagai hub pasif adalah

hanya mengirim tidak memperkuat[2].

Gambar 2.2 Repeater Menghubungkan dua buah Kabel Ethernet 10BASE2.

Page 18: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

3.3 Bridge

Sebuah bridge juga meneruskan paket dari satu segmen LAN ke segmen

lain, tetapi bridge lebih fleksibel dan lebih cerdas daripada repeater. Bridge

menghubungkan segmen-segmen LAN di data link layer pada model OSI.

Beberapa bridge mempelajari alamat link setiap devais yang terhubung

dengannya pada Data Link layer dan dapat mengatur alur frame berdasarkan

alamat tersebut. Semua LAN yang terhubung dengan bridge dianggap sebagai

satu subnetwork dan alamat Data Link setiap devais harus unik. LAN yang

terhubung dengan menggunakan bridge umum disebut sebagai Extended LAN[1].

Bridge dapat menghubungkan jaringan yang menggunakan metode

transmisi berbeda dan/atau Medium Access Control yang berbeda. Misalnya,

bridge dapat menghubungkan Ethernet baseband dengan Ethernet broadband.

Bridge mungkin juga menghubungkan LAN Ethernet dengan LAN token ring,

untuk fungsi ini, bridge harus mampu mengatasi perbedaan format paket setiap

Data Link.

Bridge mampu memisahkan sebagian trafik karena mengimplementasikan

mekanisme pemfilteran frame (frame filtering). Mekanisme yang digunakan di

bridge ini umum disebut sebagai store and forward sebab frame yang diterima

disimpan sementara di bridge dan kemudian di-forward ke worksation di LAN

lain. Walaupun demikian, broadcast traffic yang dibangkitkan dalam LAN tidak

dapat difilter oleh bridge.

Bridge secara umum dibedakan atas dua bagian yaitu Bridge Local dan

Bridge Remote. Bridge Local menghubungkan dua jaringan LAN secara langsung

pada area yang sama secara fisik, misalnya bridging antar gedung yang

Page 19: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

berdekatan. Bridge Remote menghubungkan dua jaringan yang secara fisik

berjauhan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Implementasi yang

dilakukan biasanya menggunakan kabel telepon dan modem atau perangkat

nirkabel (Wireless LAN, sekarang dikenal dengan istilah WiLAN). Perangkat

nirkabel yang paling banyak digunakan adalah yang bekerja pada frekuensi bebas

Industrial Scientific Medical (ISM) 2.4GHz.

Gambar 2.3 Bridge Local dan Bridge Remote

Bridge Remote menghadirkan tantangan yang unik dalam masalah

transfer data. Bridge Lokal masih jauh lebih cepat dan reliable dalam transfer

data, selain biaya yang lebih murah dibandingkan Bridge Remote, meskipun

sampai saat ini kemampuan koneksi jarak jauh, seperti Wide Area Network makin

tinggi transfer datanya, contohnya penggunaan modem Digital Subscriber Line

(DSL) atau perangkat nirkabel yang bisa sampai 11Mbps.

Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) membagi lapisan

Link OSI menjadi dua sub-lapisan yaitu: Media Access Control (MAC) dan

Logical Link Control (LLC). Sub-lapisan MAC mengatur akses ke media fisik

Page 20: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

dan sub-lapisan LLC mengatur frame, alur data, pengecekan error dan

pengalamatan (MAC address).

Beberapa bridge disebut sebagai MAC-layer bridges, perangkat ini

menghubungkan antara network yang homogen, misalnya ethernet dengan

ethernet. Jenis bridge lainnya yang menghubungkan network yang heterogen,

misalnya ethernet dengan token-ring. Mekanisme dasar bridging yang heterogen

ini bisa digambarkan seperti berikut:

Gambar 2.4 Mekanisme Dasar Bridging

Dari Gambar 2.4, host A mengirim paket ke host B melalui bridge, di

bridge paket data ethernet distrip header-nya oleh sub-lapisan MAC dan

diteruskan ke sub-lapisan LLC lebih lanjut. Setelah diproses di sub-lapisan LLC

Page 21: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

dan diimplementasikan protokol token-ring kemudian dikirimkan ke sub-lapisan

MAC dan selanjutnya secara fisik ditransfer melalui media fisik token-ring.

Keuntungan menggunakan bridge[3]:

a. biaya; bridge adalah perangkat yang cukup sederhana dan umumnya lebih

murah daripada router.

b. kemudahan penggunaan; bridge umumnya lebih mudah dipasang dan

dirawat.

c. kinerja; karena bridge cukup sederhana, overhead pemrosesan lebih kecil

dan cenderung mampu menangani trafik yang lebih tinggi.

Kerugian menggunakan bridge:

a. volume trafik; bridge lebih cocok pada jaringan dengan volume trafik

total yang relatif rendah.

b. broadcast storm; frame broadcast dilewatkan bridge ke seluruh LAN dan

ini dapat menyebabkan trafik melebihi kapasitas medium jaringan.

c. loop; kesalahan mengkonfigurasi bridge dapat menyebabkan frame

berputar melewati bridge tanpa henti.

d. nama yang sama; jika nama network yang sama digunakan oleh dua atau

lebih user akan menyebabkan trafik yang berlebihan.

2.4 Router

Router merupakan suatu alat ataupun software dalam suatu komputer

yang menghubungkan dua buah jaringan atau lebih yang memiliki alamat

jaringan yang berbeda. Router menentukan akan diarahkan ke titik jaringan yang

mana paket yang ditujukan ke suatu alamat tujuan. Router biasanya berfungsi

Page 22: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

sebagai gateway, yaitu jalan keluar utama dari suatu jaringan untuk menuju

jaringan di luarnya.

Contoh internetwork menggunakan router dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Pada internetwork tersebut setiap sistem TCP/IP dapat saling berhubungan

dengan sistem lain sedangkan sistem NetWare pada sebuah LAN tidak mampu

berhubungan dengan sistem NetWare pada LAN yang lain karena tidak terdapat

router NetWare yang menghubungkan ketiga LAN di internetwork. Untuk dapat

menghubungkan NetWare dalam internetwork ini dapat ditambahkan sebuah

router Netware seperti ditunjukkan Gambar 2.6.

LAN 2

NetWare

TCP/IP

TCP/IP

TCP/IP

RouterTCP/IP

NetWare

TCP/IP

TCP/IP

LAN 3

TCP/IP

TCP/IP

NetWare

LAN 1

Gambar 2.5 Internetwork menggunakan Router

Page 23: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAN 2

NetWare

TCP/IP

TCP/IP

TCP/IP

RouterTCP/IP

NetWare

TCP/IP

TCP/IP

LAN 3

TCP/IP

TCP/IP

NetWare

LAN 1

RouterNetWare

Gambar 2.6 Router penghubung Netware ke internetwork

Router bekerja pada lapisan Network dalam model OSI. Umumnya router

memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada bridge dan dapat digunakan pada

internetwork dengan tingkat kerumitan yang tinggi sekalipun. Router yang saling

terhubung dalam internetwork turut serta dalam sebuah algoritma terdistribusi

untuk menentukan jalur optimum yang dilalui paket yang harus lewat dari satu

sistem ke sistem lain.

Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN sehingga

trafik yang dibangkitkan oleh sebuah LAN terisolasikan dengan baik dari trafik

yang dibangkitkan oleh LAN lain dalam internetwork. Jika dua atau lebih LAN

terhubung dengan router, setiap LAN dianggap sebagai subnetwork yang

berbeda.

Keunggulan utama menggunakan bridge dalam membentuk internetwork

adalah tidak terlihat oleh fungsi Transport dan Network layer. Dari sudut

pandang lapisan atas jaringan, extended LAN yang dibangun menggunakan

Page 24: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

bridge beroperasi sama seperti hubungan data link LAN biasa. Karakteristik

seperti ini bisa menjadi kelemahan jika internetwork tumbuh menjadi lebih besar.

Extended LAN dapat tumbuh menjadi sangat besar sehingga setiap LAN dapat

mengalami saturasi ketika menangani multicast traffic. Dalam hal ini router dapat

digunakan untuk menghubungkan LAN-LAN jika memang diinginkan untuk

mengisolasi multicass traffic.

Keuntungan menggunakan router:

1. isolasi traffic broadcast; kemampuan ini memperkecil beban internetwork

karena trafik jenis ini dapat diisolasikan pada sebuah LAN saja.

2. fleksibilitas; router dapat digunakan pada topologi jaringan apapun dan tidak

peka terhadap masalah kelambatan waktu yang dialami jika menggunakan

bridge.

3. pengaturan prioritas; router dapat mengimplementasikan mekanisme

pengaturan prioritas antar protokol.

4. pengaturan konfigurasi; router umumnya dapat lebih dikonfigurasi daripada

bridge.

5. isolasi masalah; router membentuk penghalang antar LAN dan

memungkinkan masalah yang terjadi di sebuah LAN diisolasikan pada LAN

tersebut.

6. pemilihan jalur; router umumnya lebih cerdas daripada bridge dan dapat

menentukan jalur optimal antara dua sistem.

Page 25: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Kerugian menggunakan router:

1. biaya; router umunya lebih kompleks daripada bridge dan lebih mahal;

overhead pemrosesan pada router lebih besar sehingga troughput yang

dihasilkannya dapat lebih rendah daripada bridge.

2. pengalokasian alamat; dalam internetwork yang menggunakan router,

memindahkan sebuah mesin dari LAN yang satu ke LAN yang lain berarti

mengubah alamat network pada sistem itu.

2. 5 Switch

Di samping repeater, bridge, dan router, terdapat sejumlah tipe peralatan

switching lain yang dapat digunakan dalam membangun internetwork. Tujuan

utama menghubungkan LAN menggunakan repeater dan bridge adalah

meningkatkan keleluasaan atas beberapa keterbatasan media komunikasi LAN.

Alat penghubung ini mampu menambah jumlah perangkat jaringan yang

terhubung dalam LAN.

Peralatan switch didesain dengan tujuan yang berbeda dengan repeater,

bridge, dan router. Jika perangkat jaringan yang terhubung dalam sebuah LAN

menjadi terlalu banyak maka kebutuhan transmisi meningkat melebihi kapasitas

yang mampu dilayani oleh medium komunikasi jaringan. Salah satu ide

penggunaan router adalah mengisolasikan group fisik jaringan dengan yang lain.

Penggunaan router cocok pada sistem internetwork dengan kelompok-kelompok

kerja yang terletak dalam lokasi yang kecil. Lalu lintas data dalam jaringan

kelompok-kelompok kerja ini tentu lebih besar dibandingkan dengan lalu lintas

antar kelompok kerja.

Page 26: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Dalam kasus kelompok-kelompok kerja yang terletak terpisah secara

geografis, penggunaan router tetap tidak dapat mengisolasikan lalu lintas data.

Lalu lintas data dalam kelompok kerja yang tinggi akan menyebabkan beban di

router tetap tinggi karena lalu lintas tersebut selalu melewati router. Cara

mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan beberapa segmen medium

tranmisi secara paralel dalam internetwork. Router sendiri tetap dapat digunakan

untuk menghubungkan segmen-segmen tersebut dan tetap mampu mengisolasi

trafik antarsegmen. Perangkat network dapat dihubungkan ke medium transmisi

yang sesuai atau dengan menggunakan hub yang mengimplementasikan fasilitas

switching, seperti module assignment hub, bank assignment hub, dan port

assignment hub.

Switch adalah perangkat jaringan yang bekerja di Data Link layer, mirip

dengan bridge, berfungsi menghubungkan banyak segmen LAN ke dalam satu

jaringan yang lebih besar. Seperti bridge, switch bekerja atas dasar informasi

MAC address. Switch mempunyai kemampuan dan kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan bridge karena switch selain bekerja secara software juga

bekerja di atas hardware. Switch menggunakan algoritma store-and-forward dan

cut-through pada saat melakukan pengiriman data.

Pada Gambar 2.7 ditunjukkan Switch LAN yang digunakan untuk

menghubungkan segmen LAN yang banyak, dimana menyediakan media

dedicated dengan komunikasi yang bebas dari tumbukan atau collision antar

perangkat jaringan dan mendukung komunikasi simultan, serta dirancang untuk

akses kecepatan tinggi.

Page 27: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 2.7 Switch LAN menghubungkan segmen LAN yang banyak

Perancangan Jaringan Switch

Implementasi dari perangkat share ke perangkat switch mengalami

evolusi selama beberapa tahun. Perancang jaringan awalnya mempunyai

keterbatasan dalam pemilihan perangkat untuk membangun sebuah jaringan

kampus atau jaringan antar LAN. Pesatnya perkembangan PC dan kebutuhan

aplikasi client-server membutuhkan pipa jaringan yang lebar dan cepat, terutama

untuk aplikasi multimedia. Pemenuhan kebutuhan ini berevolusi dari pemakaian

perangkat share-hub ke switch.

Page 28: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 2.8 Strategi untuk Mempertahankan Infrastruktur Kabel dengan

Pemakaian Perangkat yang Baru

Gambar 2.8 di atas menunjukkan sebuah strategi untuk mempertahankan

infrastruktur kabel dengan pemakaian perangkat yang baru. Bermula dari

pemakaian hub, digantikan dengan switch layer 2, switch layer 3, ATM, Copper

Data Distributed Interface (CDDI) dan Fiber Data Distributed Interface (FDDI).

Strategi dasar perancangan jaringan switch meliputi:

1. Switch LAN

2. Virtual LAN

2.5.1 Switch LAN

Switch LAN adalah perangkat yang secara tipikal mempunyai beberapa

port yang menghubungkan beberapa segmen LAN lain dan port pada switch ini

berkecepatan tinggi (100Mbps untuk Ethernet, FDDI dan 155Mbps pada ATM).

Sebuah switch mempunyai bandwidth yang dedicated untuk setiap port-

nya. Untuk kinerja yang tinggi biasanya satu port dipasang untuk satu

workstation PC. Contoh sederhana seperti terlihat di Gambar 2.9.

Page 29: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 2.9 Contoh Switch LAN

Ketika switch mulai bekerja maka pada saat yang sama setiap workstation

memulai request data ke workstation lain (atau server), setiap request yang

diterima ditampung oleh switch dan memfilter MAC address dan port yang

tersambung dari masing-masing workstation, lalu disusun ke dalam sebuah tabel.

Switch pada saat ini rata-rata mampu menampung tabel MAC address sebanyak

8000.

Ketika host A pada port 1 akan melakukan transfer data ke host B di port

2 switch akan mem-forward bingkai paket dari port 1 ke port 2. Pada saat yang

bersamaan host C melakukan transmisi data ke host D maka komunikasi masing-

masing tidak akan saling terganggu sebab switch telah menyediakan jalur logik

dan fisik secara dedicated.

Ketika perangkat yang terhubung ke switch akan melakukan transmisi

data ke sebuah host yang tidak termasuk dalam tabel MAC di atas maka switch

akan mengalihkan bingkai data tersebut ke seluruh port dan tidak termasuk port

asal data tersebut. Teknik ini disebut dengan flooding. Implementasi switch atau

Page 30: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

beberapa switch jika tanpa pertimbangan dan perancangan bisa menyebabkan

jaringan lumpuh karena flooding ini.

Dalam jaringan TCP/IP setiap workstation juga mempunyai tabel MAC

address, tabel ini biasa disebut dengan Address Resolution Protocol (ARP).

Tabel ini disusun sebagai pasangan MAC address dengan IP address. Dengan

tersambungnya workstation tersebut ke switch, pada saat workstation

membroadcast ARP/NetBIOS untuk mencari pasangan MAC address dan IP

address workstation lain akan dihadang oleh switch. Kondisi seperti ini

menyebabkan nama workstation tidak bisa langsung tampil dalam jaringan

Samba atau Windows. Solusi masalah fisik ini ditanggulangi dengan

implementasi WINS server, setiap workstation mendaftarkan dirinya langsung ke

WINS server dan WINS server akan menjawab setiap query dari broadcast

ARP/NetBIOS.

2.5.2 Virtual LAN

Sebuah Virtual LAN atau dikenal sebagai VLAN merupakan fungsi logik

dari sebuah switch. Fungsi logik ini mampu membagi jaringan LAN ke dalam

beberapa jaringan virtual. Jaringan virtual ini tersambung ke dalam perangkat

fisik yang sama. Implementasi VLAN dalam jaringan memudahkan seorang

administrator jaringan dalam membagi secara logik kelompok-kelompok

workstation secara fungsional dan tidak dibatasi oleh batasan lokasi. Generasi

pertama VLAN berbasis dari OSI Layer 2 (MAC address) dengan mekanisme

bridging dan multiplexing.

Implementasi umum VLAN bisa kita deskripsikan dalam Gambar 2.10

berikut:

Page 31: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 2.10 Implementasi VLAN

Ethernet 10Mbps tersambung ke masing-masing switch A, B, C dan D di tiap-

tiap lantai, keempat switch ini tersambung ke sebuah Fast-Ethernet switch E

100Mbps. Dari gambar tersebut bisa kita lihat ada dua VLAN yaitu VLAN 10

dan VLAN 20. Masing-masing VLAN mempunyai jalur yang dedicated antar

workstation masing-masing, jalur ini sering disebut sebagai sebuah broadcast

domain. Selain secara fisik switch membatasi broadcast data, manajemen VLAN

Page 32: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

akan membatasi lagi broadcast ini sehingga VLAN 10 dan VLAN 20 sama sekali

tidak ada komunikasi langsung.

Implementasi VLAN biasanya digabungkan dengan teknologi routing

yang bekerja di lapisan ketiga OSI (lapisan network). Dalam jaringan TCP/IP

masing-masing VLAN membutuhkan sebuah gateway (gateway dalam artian

logik) untuk bisa berkomunikasi dengan VLAN lainnya.

4.1 2.5.3 Campus LAN

Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa segmen dan menggunakan

perangkat switch sering disebut sebagai Campus LAN. Selain teknologi

switching yang mengendalikan jalur data juga diterapkan teknologi routing untuk

mewadahi kebutuhan komunikasi antar VLAN. Kombinasi dua teknologi ini

memberikan kelebihan jaringan berupa:

1. Jalur data yang dedicated sebagai backbone kecepatan tinggi

Implementasi VLAN bagi workgroup yang terpisah secara lokasi yang berjauhan

Teknologi routing antar VLAN untuk komunikasi karena batasan VLAN itu

sendiri selain juga sebagai penerapan jaringan TCP/IP untuk bergabung ke

network yang lebih besar, internet.

2. Implementasi firewall pada teknologi routing (berbasis TCP/IP )

Implementasi fisik dalam satu Campus LAN seperti Gambar 2.11 didasarkan atas

kondisi fisik yang ada, apakah memungkinkan dengan kabel UTP/STP, atau

kabel telepon secara back-to-back atau harus dengan kabel serat optik.

Page 33: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 2.11 Implementasi Campus LAN

2.6 Converter

Converter dapat dianggap sebagai tipe devais yang berbeda daripada

repeater, bridge, router, atau switch dan dapat digunakan bersama-sama.

Converter (kadang disebut gateway) memungkinkan sebuah aplikasi yang

berjalan pada suatu sistem berkomunikasi dengan aplikasi yang berjalan pada

sistem lain yang berjalan di atas arsitektur network berbeda dengan sistem

tersebut. Converter bekerja pada Application layer pada model OSI dan bertugas

untuk melalukan paket antar jaringan dengan protokol yang berbeda sehingga

perbedaan tersebut tidak tampak pada lapisan aplikasi.

Di samping menggunakan converter, metode lain untuk menghubungkan

jaringan dengan arsitektur berbeda adalah dengan tunelling. Metode ini

Page 34: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

membungkus paket (termasuk protokolnya) yang akan dilewatkan pada protokol

lain. Pembungkusan ini dilakukan dengan menambahkan header protokol pada

paket yang akan dilewatkan. Metode ini dapat dilihat sebagai sebuah arsitektur

jaringan yang berjalan di atas arsitektur jaringan yang lain. Perangkat tempat

terjadinya proses tunnelling ini disebut sebagai portal.

Page 35: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

BAB III

JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK (MAN)

3.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer bukanlah sesuatu yang baru saat ini. Hampir di setiap

perusahaan terdapat jaringan komputer untuk memperlancar arus informasi di

dalam perusahaan tersebut. Internet yang mulai populer saat ini adalah suatu

jaringan komputer raksasa yang merupakan jaringan komputer yang terhubung

dan dapat saling berinteraksi. Hal ini dapat terjadi karena adanya

perkembangan teknologi jaringan yang sangat pesat, sehingga dalam beberapa

tahun saja jumlah pengguna jaringan komputer yang tergabung dalam internet

berlipat ganda.

Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan

peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui kabel-

kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling

bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama sama

menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Tiap

komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut

node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau

bahkan jutaan node.

Sebuah jaringan biasanya terdiri dari 2 atau lebih komputer yang saling

berhubungan diantara satu dengan yang lain, dan saling berbagi sumber daya

misalnya CDROM, printer, pertukaran file, atau memungkinkan untuk

saling berkomunikasi secara elektronik. Komputer yang terhubung tersebut,

Page 36: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

dimungkinkan berhubungan dengan media kabel, saluran telepon, gelombang

radio, satelit, atau sinar infra merah.

Ada 3 (tiga) jenis jaringan berdasarkan cakupan luas, yaitu:

1. Local Area Network (LAN)

Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling

dihubungkan bersama di dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas,

seperti di dalam satu kantor atau gedung[4].

2. Metropolitan Area Network (MAN)

Jaringan ini lebih luas dari jaringan LAN dan menjangkau antar wilayah

dalam satu provinsi.

3. Wide Area Network (WAN)

Jaringan ini mencakup area yang luas dan mampu menjangkau batas

propinsi bahkan sampai negara yang ada dibelahan bumi lain.

3.2 Metropolitan Area Network (MAN)

MAN adalah jaringan untuk sebuah kota atau sekumpulan gedung-gedung

milik sebuah perusahaan atau kampus universitas dan dapat berperan seperti

suatu ISP tetapi khusus untuk perusahaan tersebut, umumnya mengkoneksikan

beberapa LAN menggunakan fiber optic. Sebuah MAN, umumnya jaringan

kecepatan tinggi ukuran menengah antara LAN dan WAN, biasanya mencakup

suatu area berdiameter antara 5-50 km. misalnya antar wilayah dalam satu

propinsi. Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan-

jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu :

jaringan Bank dimana beberapa kantor cabang sebuah Bank di dalam sebuah kota

Page 37: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

besar dihubungkan antara satu dengan lainnya. Misalnya Bank BNI yang ada di

seluruh wilayah Ujung Pandang atau Surabaya[5].

3.3 Ethernet

Ethernet merupakan salah satu jenis arsitektur jaringan LAN yang

berfungsi untuk mengontrol komputer-komputer dalam sebuah jaringan agar

dapat berbagi bandwidth dalam jaringan yang sama tersebut. Ethernet

menggunakan protokol CSMA/CD agar pengiriman paket data akan diatur atau

diantrikan, maksudnya apabila ada paket data yang sedang dijalankan dalam

suatu jaringan maka proses pengiriman data yang lain akan diantrikan sampai

proses pengiriman tadi selesai dan baru dilanjutkan ke proses pengiriman

berikutnya.

Ethernet merupakan sebuah teknologi yang sudah akrab dikenal oleh

masyarakat luas sebagai suatu arsitektur yang digunakan sebagai interface dalam

menghubungkan beberapa perangkat komputer.Selain itu bandwidth yang

ditawarkan oleh teknologi Ethernet ini juga dapat dengan mudah diperbesar.

Hingga kini teknologi Ethernet yang perangkatnya telah banyak beredar di

pasaran telah mencapai bandwidth tertinggi sebesar 10Gbps.

Ethernet dalam pengimplementasinnya tidak membutuhkan biaya yang

besar bahkan bias dikatakan teknologi Ethernet memiliki harga yang terjangkau,

teknologi eEthernet juga sangat mudah untuk beradaptasi dengan perangkat-

perangkat seperti modem, printer, dan teknologi-teknologi informasi lainnya.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat dan kebutuhan dalam

layanan komunikasi data/kebutuhan akses data yang semakin besar, teknologi

Ethernet ini juga digunakan sebagi interface dari layanan broadband data

Page 38: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

communication yang lebih dikenal sebagai Jaringan Metro Ethernet. Dilihat dari

defenisi kalimatnya, Jaringan Metro Ethernet ini merupakan teknologi Ethernet

yang diimplementasikan pada Metroplitan Area Network (MAN). Perusahaan-

perusahaan besar ataupun instansi-instansi pemerintahan dapat emnggunakan

teknologi jaringan MEN ini untuk menghubungkan kantor-kantor cabang mereka

yang ada di luar kota yang jaraknya jauh ke dalam sistem intranet yang ada.

Kelemahan yang dimiliki oleh Ethernet ini adalah rentan terhadap

collusion, apabila collusion ini benar-benar terjadi kemungkinan data yang

dikirim ke computer sumber tidak akan terkirim ke computer tujuan. Selain itu

Ethernet ini rentan terhadap electromagnetic interface (EMI).

3.4 Metro Ethernet

Pada area jaringan metro saat ini tumbuh dan berkembang beberapa

teknologi yang memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kehadiran

teknologi-teknologi baru ini menyebabkan operator memiliki berbagai alternatif

pilihan untuk implementasi teknologi Next Generation Network (NGN) di area

metro. Beberapa teknologi yang berkembang di jaringan metro dan mendukung

konsep NGN, salah satunya adalah Teknologi Metro Ethernet[6].

Pada awalnya Ethernet digunakan dalam teknologi akses, menyediakan

akses internet atau network. Sampai saat ini kondisi tersebut masih berjalan tetapi

standar ethernet dikembangkan untuk mampu melayani layanan data pada

jaringan transport. Fungsi-fungsi layanan pada teknologi Ethernet sebagai

jaringan transport merupakan hasil pengmbangan yang terus-menerus. Fokus

utama dari tren teknologi Metro Ethernet adalah pada TDM based.

Page 39: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

3.4.1 Defenisi Metro Ethernet

Jaringan Metro Ethernet umumnya didefinisikan sebagai bridge dari suatu

jaringan atau menghubungkan wilayah yang terpisah bisa juga menghubungkan

LAN dengan WAN atau backbone network yang umumnya dimiliki oleh service

provider. Jaringan Metro Ethernet menyediakan layanan-layanan menggunakan

Ethernet sebagai core protocol dan aplikasi broadband[7].

Metro Ethernet sebenarnya sama dengan Ethernet atau Fast Ethernet pada

Local Area Network (LAN) tetapi perbedaannya adalah LAN hanya pada satu

gedung sedangkan Metro Ethernet ini adalah untuk menghubungkan dua LAN

pada gedung yang berbeda. Sehingga Metro Ethernet dapat digabungkan menjadi

kelompok WAN walaupun pada mulanya adalah teknologi LAN.

Arsitektur Jaringan Metro Ethernet

Arsitektur Metro Ethernet Network (MEN) dibagi menjadi 3 layer,seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan Metro Ethernet

Page 40: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun ketiga layer tersebut, yaitu :

1. Ethernet Services Layer (ETH layer), berfungsi untuk mengatur segala

macam urusan berkaitan dengan frame ethernet.

2. Transport Services Layer (TRAN layer), berfungsi untuk mengurus

konektivitas antar layer ETH. Dengan kata lain, layer ini bertugas untuk

mengurus transmisi frame ethernet dari layer atasnya. Teknologi yang bisa

digunakan untuk layer TRAN : IEEE 802.3 PHY, IEEE 802.1 bridged networks,

SONET/SDH High Order/Low Order path networks, ATM VC, OTN ODUk,

PDH DS1/E1, MPLS LSP, dll. Dengan kata lain, MEN tidak terus-menerus

menggunakan transport ethernet. MEN dapat menumpang SDH yang sudah ada,

menggunakan IP MPLS, murni ethernet, ataupun di atas DWDM.

3. Application Services Layer (APP layer), berfungsi untuk mendukung layanan

aplikasi yang akan dibawa oleh frame ethernet dari MEN. Aplikasi di sini

bukanlah layer aplikasi OSI, macam HTTP dsb. Layanan aplikasi adalah layanan

yang akan dibawa oleh MEN. Contohnya : IP, E1, MPLS. Yang berpotensi

membingungkan adalah, jenis layanan aplikasi yang dibawa oleh MEN ternyata

bisa juga menjadi layer TRAN. Misalnya, MEN digunakan untuk membawa

MPLS, sementara MEN nya sendiri berjalan di atas IP MPLS (tapi kedua MPLS

tersebut berbeda).

Page 41: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Pemetaan ketiga layer MEN di atas ke layer TCP/IP ditunjukkan pada

Gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.2 Pemetaan Layer MEN ke layer TCP/IP

Adapun arsitektur Jaringan Metro Ethernet menggunakan Switch Alcatel

Lucent 7450 dan Router Alcatel Lucent 7750 sebagai perangkat yang dipakai PT

TELKOM Medan untuk Jaringan Metro Ethernet dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Arsitektur Jaringan Metro Ethernet dengan Switch dan Router

Alcatel Lucent

Page 42: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

3.4.3 Layanan yang ditawarkan Metro Ethernet (Metro Ethernet Services)

Metro Ethernet Forum (MEF) mendefinisikan ada tiga layanan dasar Ethernet,

yaitu:

1. Tipe Ethernet Line (E-Line), digunakan untuk layanan point-to-point

(sehingga disebut E-line). Secara sederhana, seperti pada Gambar 3.4 E-Line

menyediakan bandwidth simetris dua arah. E-Line dapat digunakan untuk

membuat layanan yang serupa dengan Frame Relay ataupun Virtual Leased Line.

Hal ini dapat dicapai dengan mengatur jaminan parameter performansinya saja,

seperti CIR, CBS, EIR, delay minimal, jitter, loss.

Gambar 3.4 Tipe Ethernet line

2. Tipe Ethernet LAN (E-LAN), E-LAN digunakan untuk menyediakan

konektivitas multipoint. MEN seolah-olah menjadi sebuah LAN besar yang

menghubungkan site-site pelanggan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Page 43: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Gambar 3.5 Tipe Ethernet LAN

3. Tipe Ethernet Tree (E-Tree), E-Tree digunakan untuk layanan ethernet

multipoint yang berpusat pada suatu node (rooted multipoint) yang ditunjukan

pada Gambar 3.6. Inilah alasan mengapa disebut sebagai ‘tree‘. Yang

membedakan dengan E-Line, adalah setiap Leaf UNI harus berkomunikasi

dengan root UNI terlebih dahulu.

Gambar 3.6 Tipe Ethernet Tree

Dalam transport di metropolitan, teknologi Ethernet merupakan tantangan

dalam menyalurkan paket data. Jaringan Ethernet menawarkan biaya

Page 44: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

penggelaran, pemeliharaan yang lebih murah dan memberikan layanan data yang

lebih baik dibandingkan dengan jaringan network exiting. Peningkatan kebutuhan

akan layanan-layanan berbasis data menjadi pendorong pengembangan Ethernet.

Sebelumnya, Ethernet utamanya digunakan dalam teknologi akses, menyediakan

akses internet atau interface user ke network. Sampai saat ini kondisi tersebut

masih berjalan tetapi standar Ethernet-nya sendiri dikembangkan untuk mampu

melayani data pada jaringan transport. Fungsi-fungsi layanan pada teknologi

Ethernet sebagai jaringan transport merupakan hasil pengembangan yang terus-

menerus[8].

Adapun fungsi-fungsi layanan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Gigabit Ethernet (Gbe)

Gigabit Ethernet (GbE) merupakan standar teknologi pada data link dan

physical layer. Gigabit Ethernet mendukung point to point connections, dan

dapat diatur dengan berbagai cara dari beberapa struktur network yang biasanya

menggunakan topologi ring atau hub and spoke. Dalam konfigurasi hub and

spoke, switch Ethernet biasanya ditaruh di basement gedung yang berdekatan

dengan Central Office terdekat. Model ini merupakan pendekatan yang mahal

untuk implementasi metro mengingat harga dari fiber, namun akan memberikan

kelebihan dari sisi survivabilitas dan skalabilitas dibandingkan dengan model

ring. Topologi model ring merupakan model yang umum diimplementasikan dan

menghemat biaya.

2. Resilient Packet Ring (RPR)

Resilient Packet Ring adalah protokol Media Access Control (MAC) yang

didesain untuk melakukan optimalisasi pengelolaan bandwith dan memfasilitasi

Page 45: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

penggelaran layanan data melalui network ring. RPR beroperasi di atas teknologi

transport seperti GbE atau SDH. RPR menyediakan proteksi (di bawah 50ms)

dengan dua metode yang berbeda, yaitu steering dan wrapping. RPR node dapat

memilih paket yang dialamatkan kepada RPR dari ring dengan fungsi DROP, dan

dapat melakukan pemasukan data ke dalam ring. RPR menjawab persyaratan

Quality of Service (QoS) dengan tiga tingkatan QoS. Paket yang dikirimkan

melalui ring diberi label dengan prioritas high, medium, atau low.

3.4.4 Cara Kerja Ethernet

Spesifikasi Ethernet mendefinisikan fungsi-fungsi yang terjadi pada

lapisan fisik dan lapisan data-link dalam model referensi jaringan tujuh lapis OSI,

dan cara pembuatan paket data ke dalam frame sebelum ditransmisikan di atas

kabel.

Ethernet merupakan sebuah teknologi jaringan yang menggunakan

metode transmisi Baseband yang mengirim sinyalnya secara serial 1 bit pada satu

waktu. Ethernet beroperasi dalam modus half-duplex, yang berarti

setiap station dapat menerima atau mengirim data tapi tidak dapat melakukan

keduanya secara sekaligus. Fast Ethernet serta Gigabit Ethernet dapat bekerja

dalam modus full-duplexatau half-duplex[9].

Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense

Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD) untuk menentukan stasiun

mana yang dapat mentransmisikan data pada waktu tertentu melalui media yang

digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet, setiap

komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum "berbicara", artinya mereka

Page 46: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain yang sedang

mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan

data, maka setiap komputer yang mau mengirimkan data dapat mencoba untuk

mengambil alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat

dikatakan bahwa jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan

yang dibuat berdasarkan basis First-Come, First-Served, daripada melimpahkan

kontrol sinyal kepada Master Station seperti dalam teknologi jaringan lainnya.

Jika dua stasiun hendak mencoba untuk mentransmisikan data pada waktu

yang sama, maka kemungkinan akan terjadi collision (kolisi/tabrakan), yang akan

mengakibatkan dua stasiun tersebut menghentikan transmisi data, sebelum

akhirnya mencoba untuk mengirimkannya lagi pada interval waktu yang acak

(yang diukur dengan satuan milidetik). Semakin banyak stasiun dalam sebuah

jaringan Ethernet, akan mengakibatkan jumlah kolisi yang semakin besar pula

dan kinerja jaringan pun akan menjadi buruk. Kinerja Ethernet yang seharusnya

10 Mbit/detik, jika dalam jaringan terpasang 100 node, umumnya hanya

menghasilkan kinerja yang berkisar antara 40% hingga 55% dari bandwidth yang

diharapkan (10 Mbit/detik). Salah satu cara untuk menghadapi masalah ini adalah

dengan menggunakan Switch Ethernet untuk melakukan segmentasi terhadap

jaringan Ethernet ke dalam beberapa collision domain.

3.4.5 Frame Ethernet

Ethernet mentransmisikan data melalui kabel jaringan dalam

bentuk paket-paket data yang disebut dengan Ethernet frame. Sebuah Ethernet

frame memiliki ukuran minimum 64 byte, dan maksimum 1518 byte dengan 18

byte di antaranya digunakan sebagai informasi mengenai alamat sumber, alamat

Page 47: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

tujuan, protokol jaringan yang digunakan, dan beberapa informasi lainnya yang

disimpan dalamheader serta trailer (footer). Dengan kata lain, maksimum jumlah

data yang dapat ditransmisikan (payload) dalam satu buah frame adalah 1500

byte, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Format Frame Ethernet

Ethernet menggunakan beberapa metode untuk melakukan enkapsulasi

paket data menjadi Ethernet frame, yakni sebagai berikut:

1. Ethernet II (yang digunakan untuk TCP/IP).

2. Ethernet 802.3 atau dikenal sebagai Raw 802.3 dalam sistem jaringan Novell,

dan digunakan untuk berkomunikasi dengan NovellNetWare versi 3.11 atau

yang sebelumnya.

3. Ethernet 802.2 juga dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 tanpa Subnetwork

Access Protocol, dan digunakan untuk konektivitas

dengan Novell NetWare 3.12 dan selanjutnya.

Page 48: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

4. Ethernet SNAP (dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 dengan SNAP, dan

dibuat sebagai kompatibilitas dengan sistem Macintosh yang

menjalankan TCP/IP).

Sayangnya, setiap format frame Ethernet di atas tidak saling

cocok/kompatibel satu dengan lainnya, sehingga menyulitkan instalasi jaringan

yang bersifat heterogen. Untuk mengatasinya, lakukan konfigurasi terhadap

protokol yang digunakan via sistem operasi.

Keistimewaan Jaringan Metro Etheret

Ada banyak teknologi yang berkembang belakangan ini. Masing-masing

teknologi tersebut meiliki kemampuan menghantarkan koneksi yang cepat,

bandwidth yang lebar, dan area jangkauan yang cukup luas dan berskala metro.

Teknologi Ethernet juga mampu untuk melakukan semua tuntutan tersebut, tetapi

ada beberapa kelebihan dari teknologi Metro Ethernet ini yang membuatnya

sangat unggul, sehingga mendapatkan julukan sebagai Next Generation Network

(NGN). Beberapa keunggulan yang sangat menonjol dari teknologi Metro

Ethernet adalah[11]:

1. Proteksi terhadap faktor availability yang hebat.

Sebuah jaringan komunikasi data beserta fasilitas di dalamnya merupakan hal

yang sangat penting. Dengan adanya kebutuhan yang demikian penting, maka

ketersediaan atau availabilitas dari jaringan komunikasi ini benar-benar dijamin

oleh penyedia jasanya. Agar seluruh sektor kehidupan dapat berjalan lancar,

ketersediaan atau availability akan jaringan komunikasi ini benar-benar harus

tinggi. Artinya, jaringan komunikasi ini tidak boleh mati total atau sampai tidak

bisa melayani para penggunanya.

Page 49: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Untuk menjawab kebutuhan akan aspek availability yang terjamin, teknologi

Metro Ethernet beserta perangkatnya pada umumnya sudah menyiapkan fitur ini.

Tidak akan mungkin untuk meniadakan downtime sampai seratus persen hilang,

namun dengan teknologi-teknologi berikut ini, jaringan Metro Ethernet akan

lebih teraga dan terjamin ketersediaannya. Teknologi-teknologi tersebut adalah:

a. IEEE 802.1s (Multiple Spanning Tree)

Multiple Spanning Tree (MST) merupakan pengembangan dari teknologi

Spanning tree yang memungkinkan fasilitas spanning tree dikembangkan

hingga ke masing-masing VLAN yang ada di dalam jaringan. MST

menjamin semua VLAN yang ada di dalam jaringan tidak akan

mengalami looping, meskipun jalur komunikasi di dalam jaringannya

terjadi loop. Keuntungan dari diterapkannya teknologi ini adalah

pelanggan akan memiliki jalur komunikasi yang redundan, yang akan

menjaga ketersediaan atau availability proses komunikasi data tetap

tinggi.

b. IEEE 802.1s (Rapid Configuration Spanning Tree)

Teknologi ini mengimplementasikan algoritma fast-convergence pada

teknologi MST, sehingga membuat jaringan dengan topologi looping

yang dijaga oleh MST dapat segera konvergen jika terjadi downtime atau

problem pada salah satu link-nya. Waktu konvergensi yang ditawarkan

oleh teknologi ini biasanya adalah sekitar 1 detik.

c. IEEE 802.3ad (Link-Aggregation)

Standar ini mengatur segala teknis dan protokol untuk membuat

Page 50: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

penggabungan link.Link-aggregation atau penggabungan link biasanya

menyediakan kemampuan fail-over ketika terjadi masalah dalam hitungan

di bawah 50 milidetik (sering disebut dengan itilah subsecond). Biasanya

fail-over ini dilakukan terhadap dua atau lebih link yang berfungsi sebagai

fail-over link, penggabungan link ini juga bisa berfungsi sebagai load-

balance link.

d. IEEE 802.17 (Resilient Packet Ring, RPR)

Protokol ini mempunyai kemampuan yang sangat handal dalam menjaga

ketersediaan jaringan dalam topologi ring. Kemampuan protokol ini adalh

untuk mendeteksi link yang putus dalam sebuah topologi ring dan

mengubah jalannya data ke arah yang berlawanan. Seperti diketahui,

topologi ring memungkinkan seluruh perangkat yang tergabung di

dalamnya memiliki jalur yang redundan untuk meneruskan data.

Jalur yang dibuat berputar atau menyerupai cincin (ring) ini biasanya

memiliki arah perputaran datanya. Data berputar dalam satu arah saja. Ketika ada

salah satu link yang putus salam ring ini, maka protokol IEEE 802.17 ini akan

segera mendeteksinya. Setelah diketahui di mana titik putusnya, protokol ini

menyiapkan sistem perputaran baru untuk jalan data di dalamnya.

Pergantian arah putaran ini membuat seluruh jaringan tidak akan menjadi

down ketika ada salah satu link yang mati. Protokol RPR ini memiliki

kemampuan melakukan recovery terhadap perubahan link dan arah perputaran ini

dalam waktu kurang lebih 50 milidetik. Waktu recovery inilah yang kemudian

dijadikan semacam standar untuk teknologi Metro Ethernet.

Page 51: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

2. Layanan yang dapat dibuat di dalam teknologi Metro Ethernet lebih banyak.

Menggunakan jaringan LAN yang didasari oleh teknologi Ethernet biasa

tentu sudah banyak yang mengenal. Di dalam jaringan ethernet biasa, terdapat

fasilitas-fasilitas seperti pemisahan segmen aringan atau broadcast dominan

secara logika dengan menggunakan VLAN, membuat port-port tertentu menjadi

anggota dari sebuah VLAN sehingga dapat membuat segmentasi jaringan dengan

mudah yang hanya dilakukan secara logika, membawa informasi VLAN antar-

switch dengan link trunk, dan lain-lain.

Dengan adanya fasilitas ini, dapat dibuat berbagai macam layanan dalam

jaringan. Misalnya, mengkhususkan sebuah segmen jaringan untuk keperluan

mail server, dapat memasang mail server tersebut di lokasi yang berbeda selama

masih ada trunk link yang menghubungkan.

Jaringan yang menggunakan teknologi Metro Ethernet juga memiliki fitur-

fitur khas seperti yang disebutkan di atas. Hanya saja teknologi Metro Ethernet

memiliki jauh lebih banyak fitur bila dibandingkan dengan ethernet biasa. Maka

dari itu karena fiturnya banyak, para penyedia jasa yang menggunakan jaringan

ini dapat dengan lebih leluasa membuat produk-produk yang kemudian dapat

dijual ke masyarakat.

Dengan fitur-fitur dan atribut yang ada di switch berstandar Metro Ethernet,

biasanya penyedia jasa dapat membuat produk-produk seperti E-line, E-LAN,

point-to-multipoint LAN (Non Broadcast Multiple Access), Direct internet, dan

layanan khusus VoIP.

3. Pengaturan QoS yang sangat bervariasi.

Ketika penyedia jasa membuat banyak jenis layanan yang dijual ke pengguna,

Page 52: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

maka mereka juga harus memikirkan bagaimana pengaturan Quality of Service

(QoS)-nya. Tujuan untuk memperhatikan QoS ini adalah untuk menjamin

kepuasan para pelanggan yang memakai jasa jaringan ini.

Pengaturan QoS yang variatif dan fleksibel memungkinkan para penyedia

jasa bisa dengan leluasa mengatur kualitas jaringan yang bagaimana akan

diberikan untuk pelanggannya. Jika pelanggannnya banyak melakukan browsing,

maka penyedia jasa bisa memperbesar bandwidth untuk traffic http, jika ada yang

ingin berkomunikasi via VoIP, alokasi CIR diatur, dan parameter lainnya seperti

jitter, loss dan delay-nya. Semua hal di atas dapat dilakukan dengan cukup

mudah di perangkat switch Metro Ethernet.

Kelebihan dan Keuntungan Teknologi Metro Ethernet

Untuk menunjang kebutuhan akan Next Generation Network, teknologi

Metro Ethernet menawarkan banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh tidak

hanya oleh pihak penyedia jasa, namun juga oleh para penggunanya.

Keuntungan-keuntungan ini belum tentu dapat dirasakan oleh pengguna

teknologi lain seperti misalnya MPLS. Berikut ini adalah beberapa keuntungan

yang dapat dirasakan oleh penyedia jasa dan juga pengguna layanan ethernet

dengan teknologi Metro Ethernet[10]:

1. Kemudahan Penggunaan

Teknologi komunikasi data jenis ini memang telah merambah ke mana-

mana penggunaannya, sehingga telah dikenal secara luas dan banyak yang sudah

familiar dengan sifat, kekurangan, dan kelebihannya.

Perangkat-perangkat pendukungnya pun tidak perlu dipertanyakan lagi

keberadaannya, sebab kini hampir semua perangkat komunikasi data, khususnya

Page 53: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

untuk keperluan LAN dan juga WAN yang sederhana pasti menggunakan

interface Ethernet. Bahkan beberapa perangkat rumah tangga yang tergolong

perangkat canggih juga dilengkapi dengan interface ini untuk dapat berinteraksi

dengan komputer.

Atas dasar luasnya penggunaan, ketersediaannya yang sangat banyak, dan

kemudahan yang sudah dirasakan oleh banyak pengguna, teknologi Ethernet

sangat cocok untuk diterapkan dalam membuat jaringan Metro. Layanan yang

ditawarkan oleh Metro Ethernet ke penggunanya dapat dengan mudah

diimplementasikan dalam jaringan mereka yang sudah ada, karena memakai

teknologi yang sama.

Selain itu kegiatan Operation, Administration, Maintenance, dan

Provisioning (OAM&P) dari teknologi ini juga sudah tidak asing lagi bagi para

penyedia jasanya, seperti halnya melakukan OAM&P pada jaringan lokal saja.

2. Nilai Ekonomis yang Tinggi

Sejak awal terciptanya hingga kini, teknologi Ethernet terkenal akan nilai

ekonomisnya yang tinggi alias murah untuk diimplementasi, di-maintenance, dan

dikembangkan. Maka dari itu, teknologi ini amat sukses dalam melayani

penggunaan jaringan lokal. Teknologi Metro Ethernet ini biasanya dipilih oleh

para penyedia jasa dan juga para penggunanya untuk mengurangi Capital

Expenses (CapEx) dan Operational Expenses (OpEx), atau dalam terjemahan

bebasnya mengurangi biaya investasi dan biaya operasional. Berikut ini adalah

beberapa alasan mengapa teknologi ini begitu ekonomis untuk digunakan:

Page 54: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

a. Karena penggunaannya yang sangat luas, bahkan hampir semua

perangkat jaringan menggunakan interface ini, maka harga perangkat berbasis

teknologi ini sangat bersaing di pasaran. Pelanggan dapat bebas memilih

perangkat yang sesuai dengan kocek dan juga kebutuhan. Jika budget-nya

memang terbatas, pelanggan tidak harus membeli perangkat yang mahal atau

yang ber-interface banyak. Misalnya jika hanya butuh delapan port saja, maka

pelanggan bisa memilih perangkat switch atau hub yang hanya terdiri dari

delapan port saja.

b. Alasan yang membuat layanan Metro Ethernet menjadi murah dan

bahkan lebih murah daripada teknologi WAN yang sekarang ada adalah harga

perangkat penyedia jasanya yang relatif murah dan juga maintenance-nya yang

tidak sulit dan memakan biaya banyak. Biasanya untuk menyelenggarakan jasa

Ethernet service, pelanggan tidak membutuhkan sebuah perangkat multiplexer

yang mahal atau perangkat router yang canggih.Yang dibutuhkan di sisi

pelanggan hanyalah seperangkat switch yang memang memiliki fitur khusus

untuk membuat layanan berkelas Metro Ethernet. Dari sisi penggunanya tidak

perlu investasi yang besar.

c. Fleksibilitas adalah salah satu faktor mengapa servis Ethernet sangat

menguntungkan baik untuk digunakan oleh end user maupun untuk dijual

kembali oleh penyedia jasa. Dengan menggunakan servis Ethernet yang

disediakan oleh teknologi Metro Ethernet, para penyedia jasa dapat lebih leluasa

membuat produk-produk layanan untuk dijual ke pengguna. Dari sisi pengguna

hal ini juga sangat menguntungkan karena mereka disuguhkan dengan banyak

Page 55: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

pilihan sehingga mereka bisa memilih mana yang paling cocok dan efisien bagi

mereka. Sebagai contoh, dengan teknologi Metro Ethernet, penyedia jasa layanan

bisa membuatkan produk servis Ethernet yang dapat bekerja layaknya seperti

sebuah LAN, namun digunakan untuk menghubungkan lokasi-lokasi yang jauh

letaknya.

d. Untuk melakukan upgrade downgrade bandwidth pun pelanggan tidak

perlu menunggu berminggu bahkan berbulan-bulan lamanya seperti halnya yang

terjadi pada koneksi leased line atau koneksi lainnya. Proses upgrade downgrade

ini tidak akan melibatkan media fisik dari servis ini. Perangkat-perangkat yang

digunakan pun tidak perlu diganti dalam proses ini. Selain itu, pihak penyedia

jasa juga tidak perlu menurunkan pekerja untuk melakukan upgrade downgrade

ini. Semua bisa dilakukan secara logika dan dalam waktu sekejap saja. Tentu ini

merupakan nilai fleksibilitas yang sangat tinggi.

3.5 Analisis Delay dan Throughput pada Jaringan Metro Ethernet

Delay atau waktu paket di dalam sistem adalah waktu sejak paket data

tiba ke dalam sistem sampai paket selesai ditransmisikan. Adapun delay yang

dihitung pada Tugas Akhir ini adalah delay transmisi, yaitu waktu yang

dibutuhkan untuk sebuah pengirim mengirimkan sebuah paket dan delay

propagasi, yaitu waktu yang dibutuhkan sebuah sinyal untuk merambat dari satu

perangkat ke perangkat berikutnya. Namun, untuk access link yang tidak terlalu

panjang (kurang dari 200 km), delay propagasi dapat diabaikan.

Throughput adalah jumlah paket data yang diterima di sisi workstation

tujuan dalam kurun waktu tertentu.

Page 56: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

3.5.1 Metode Perhitungan Delay

Pengukuran delay dilakukan dengan melakukan dua macam prosedur

ping. Kedua macam prosedur ping tersebut adalah ping workstation dan ping

router.

a. Ping Workstation

Ping workstation dilakukan dengan mengirimkan command ping dari workstation

1 ke workstation 2. Pada ping workstation ini, protocol analyzer akan merekam

waktu awal pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo request pada

LAN 1 dan waktu pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo reply pada

LAN 1. Di samping itu, protocol analyzer juga mencatat panjang dari MAC

frame tersebut. Dengan demikian, hasil pengukuran yang diperoleh dari ping

workstation adalah waktu awal pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP

echo request pada LAN 1, waktu awal pentransmisian MAC frame yang berisi

ICMP echo reply pada LAN 1 serta panjang dari MAC frame tersebut.

b. Ping Router

Ping router dilakukan dengan mengirimkan command ping dari worksation 1 ke

setiap router. Pada ping router ini, protocol analyzer akan merekam waktu awal

pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo request pada LAN 1 dan

waktu pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo reply pada LAN 1. Di

samping itu, protocol analyzer juga mencatat panjang dari MAC frame tersebut.

Dengan demikian, hasil pengukuran yang diperoleh dari ping router adalah waktu

awal pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo request pada LAN 1,

waktu awal pentransmisian MAC frame yang berisi ICMP echo reply pada LAN

1 serta panjang dari MAC frame tersebut.

Page 57: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun komponen-komponen yang dicari adalah[12]:

1. Waktu rata-rata pengiriman paket pada workstation 1 (tws1)

2. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 ke router 1 (tw1r1)

3. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 1 melewati jaringan

Metro Ethernet ke router 2 (tr1r2)

4. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 melewati

jaringan Metro Ethernet ke router 2 (tw1r2)

tr1r2 = tw1r2 – tw1r1 (s)……………………………..(3.1)

5. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 2 melewati jaringan

Metro Ethernet ke router 3 (tr2r3)

6. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 melewati

jaringan Metro Ethernet ke router 3 (tw1r3)

tr2r3 = tw1r3 – tw1r2 (s)………………………………(3.2)

7. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 3 ke workstation 2 (tr3w2

8. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 ke workstation 2

(tw1w2)

tr3w2 = tw1w2 – tw1r3 (s)…………………………….(3.3)

Dengan diketahuinya besar masing-masing komponen delay di atas, maka

delay total dapat dicari dengan menjumlahkan seluruh delay yang ada.

Delay total = tw1 + tw1r1 + tr1r2 + tr2r3 + tr3w2………………….(3.4)

3.5.2 Metode Perhitungan Throughput Pengukuran throughput yang akan dibahas dilakukan dengan cara

mengirimkan sejumlah paket tertentu dari workstation 1 ke workstation 2 melalui

jaringan Metro Ethernet. Variabel kurun waktu penerimaan dan banyaknya paket

Page 58: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

yang diterima dalam kurun waktu tersebut adalah dua besaran penting. Nilai dari

kedua besaran tersebut diperoleh dengan bantuan protocol analyzer.

Jika panjang tiap MAC frame yang datang di workstation 2 pada LAN 2

adalah s byte maka payload dari MAC frame tersebut adalah s-18 byte.

Misalkan, jumlah MAC frame yang datang ke workstation 2 pada LAN 2

adalah Np dan waktu penerimaan seluruh MAC frame tersebut adalah t, maka

throughput jaringan Metro Ethernet (T) dapat diperoleh dari[11]:

T = bpstxNppx8 .........................................................(3.5)

dimana: t = delay (s)

Page 59: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

BAB IV

ANALISIS KINERJA JARINGAN METRO ETHERNET

4.1 Model Jaringan

Tugas Akhir ini menganalisis kinerja jaringan .Kinerja yang dianalisis

dalam Tugas Akhir ini adalah delay dan throughput. Model jaringan yang

dianalisis pada Tugas Akhir ini adalah seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Model Jaringan yang Dianalisis

4.2 Asumsi-Asumsi

Sebelum melakukan perhitungan terhadap kinerja model jaringan pada

Gambar 4.1 maka terlebih dahulu diberikan asumsi-asumsi sebagai

berikut:

1. Perhitungan kinerja jaringan Metro Ethernet hanya ditinjau antara end

to end tanpa harus mempertimbangkan kondisi internal dari jaringan

Metro Ethernet, maka dalam hal ini jaringan Metro Ethernet hanya

dianggap sebagai suatu black box saja.

Page 60: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

2. Workstation 1 adalah kantor PT TELKOM di Medan dan workstation 2

adalah kantor PT TELKOM di P. Siantar.

3. Kecepatan perangkat workstation yang digunakan adalah 1,66 Ghz.

4. Waktu pengiriman di switch dapat diabaikan.

5. Waktu propagasi pada access link tidak dipengaruhi oleh panjang

access link yang digunakan. Variabel ini memiliki orde satuan

mikrodetik per kilometer, sehingga pengaruhnya cukup kecil untuk

penggunaan access link yang tidak terlalu panjang (kurang dari 200

km). Dengan access link ang tidak terlalu panjang,delay propagasi

dapat diabaikan.

6. Waktu pengiriman ACK diabaikan karena nilainya sangat kecil.

7. Panjang frame yang dikirim adalah 64 byte, 200 byte, 400 byte, 600

byte, 800 byte, 1000 byte, 1200 byte, dan 1400 byte.

4.3 Perhitungan Delay

Pada bagian ini akan ditunjukkan suatu contoh perhitungan delay dengan

menggunakan mekanisme pengukuran serta metode perhitungan seperti yang

dijelaskan pada Bab III. Pada bagian ini, diasumsikan jaringan berada pada

kondisi terbebani trafik kecil (lightly loaded). Adapun komponen-komponen

yang dicari adalah:

1. Waktu rata-rata pengiriman paket pada workstation 1 (tws1)

2. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 ke router 1 (tw1r1)

3. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 1 melewati jaringan

Metro Ethernet ke router 2 (tr1r2)

Page 61: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

4. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 melewati

jaringan Metro Ethernet ke router 2 (tw1r2)

5. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 2 melewati jaringan

Metro Ethernet ke router 3 (tr2r3)

6. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 melewati

jaringan Metro Ethernet ke router 3 (tw1r3)

7. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 3 ke workstation 2 (tr3w2

8. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 ke workstation 2

(tw1w2)

Page 62: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Dari pengukuran diperoleh:

1. Waktu rata-rata pengiriman paket pada workstation 1 (tws1)

Adapun data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan pengiriman

paket di workstation 1 diperlihatkan pada lampiran A, sedangkan hasil

perhitungan delay rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Delay rata-rata pada workstation 1

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0066 200 0,0040 400 0,0023 600 0,0029 800 0,0029

1000 0,0042 1200 0,0035 1400 0,0041

Delay rata-rata pada workstation 1

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.1 Delay rata-rata pada workstation 1

Page 63: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

2. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 ke router 1 (tw1r1)

Adapun data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan pengiriman

paket dari workstation 1 ke router 1 diperlihatkan pada lampiran B,

sedangkan hasil perhitungan delay rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 1

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0015 200 0,0017 400 0,0021 600 0,0024 800 0,0027

1000 0,0036 1200 0,0035 1400 0,0039

Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 1

00.00050.001

0.00150.002

0.00250.003

0.00350.004

0.0045

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dely

rata

-rata

(s)

Series1

Grafik 4.2 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 1

Page 64: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

3. Waktu pengiriman paket dari workstation 1 melewati jaringan Metro

Ethernet ke router 2 (tw1r2)

Adapun data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan pengiriman

paket dari workstation 1 ke router 2 diperlihatkan pada lampiran C,

sedangkan hasil perhitungan delay rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.3. c.

Tabel 4.3 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 2

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0023 200 0,0029 400 0,0033 600 0,0038 800 0,0042

1000 0,0048 1200 0,0040 1400 0,0053

Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 2

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.3 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 2

Page 65: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

4. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 1 melewati jaringan Metro

Ethernet ke router 2 (tr1r2) didapat dengan menggunakan persamaan (3.1)

tr1r2 = tw1r2 – tw1r1 (s)

maka,

a. Untuk panjang frame 64 byte, tr1r2 = 0,0029 – 0,0015 = 0,0014

b. Untuk panjang frame 200 byte, tr1r2 = 0,0023 – 0,0017 = 0,0006

c. Untuk panjang frame 400 byte, tr1r 2 = 0,0043 – 0,0021 = 0,0022

d. Untuk panjang frame 600 byte, tr1r2 = 0,0058 – 0,0024 = 0,0034

e. Untuk panjang frame 800 byte, tr1r2 = 0,0042 – 0,0027 = 0,0015

f. Untuk panjang frame 1000 byte, tr1r 2 = 0,0048 – 0,0036 = 0,0012

g. Untuk panjang frame 1200 byte, tr1r2 = 0,0040 – 0,0035 = 0,0005

h. Untuk panjang frame 1400 byte, tr1r2 = 0,0053 – 0,0039 = 0,0014

Page 66: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun hasil perhitungan delay rata-rata pengiriman paket dari router 1

ke router 2 disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Delay rata-rata dari router 1 ke router 2

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0014 200 0,0004 400 0,0022 600 0,0034 800 0,0015 1000 0,0012 1200 0,0005 1400 0,0014

Delay rata-rata dari router 1 ke router 2

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

0.004

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.4 Delay rata-rata dari router 1 ke router 2

Page 67: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

5. Waktu rata-rata pengiriman paket dari workstation 1 melewati jaringan

Metro Ethernet ke router 3 (tw1r3)

Adapun data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan pengiriman

paket dari workstation 1 ke router 3 diperlihatkan pada lampiran D,

sedangkan hasil perhitungan delay rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 3

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0032 200 0,0035 400 0,0040 600 0,0042 800 0,0049

1000 0,0051 1200 0,0053 1400 0,0061

Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 3

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.5 Delay rata-rata dari workstation 1 ke router 3

Page 68: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

6. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 2 melewati jaringan Metro

Ethernet ke router 3 (tr2r3) didapat dengan menggunakan persamaan (3.2)

tr2r3 = tw1r3 – tw1r2 (s)

maka,

a. Untuk panjang frame 64 byte, tr2r3 = 0,0032 – 0,0029 = 0,0003

b. Untuk panjang frame 200 byte, tr2r3 = 0,0035 – 0,0023 = 0,0012

c. Untuk panjang frame 400 byte, tr2r3 = 0,0040 – 0,0033 = 0,0007

d. Untuk panjang frame 600 byte, tr2r3 = 0,0042 – 0,0038 = 0,0004

e. Untuk panjang frame 800 byte, tr2r3 = 0,0049 – 0,0042 = 0,0007

f. Untuk panjang frame 1000 byte, tr2r3 = 0,0051 – 0,0048 = 0,0003

g. Untuk panjang frame 1200 byte, tr2r3 = 0,0053 – 0,0040 = 0,0013

h. Untuk panjang frame 1400 byte, tr2r3 = 0,0061 – 0,0053 = 0,0008

Adapun hasil perhitungan delay rata-rata pengiriman paket dari router 2

ke router 3 disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Delay rata-rata dari router 2 ke router 3

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0003 200 0,0012 400 0,0007 600 0,0004 800 0,0007

1000 0,0003 1200 0,0013 1400 0,0008

Page 69: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Delay rata-rata dari router 2 ke router 3

0

0.0002

0.0004

0.0006

0.0008

0.001

0.0012

0.0014

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.6 Delay rata-rata dari router 2 ke router 3

7. Waktu pengiriman paket dari workstation 1 ke workstation 2 (tw1w2)

Adapun data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan pengiriman

paket dari workstation 1 ke workstation 2 diperlihatkan pada lampiran B,

sedangkan hasil perhitungan delay rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Delay rata-rata dari workstation 1 ke workstation 2

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0035 200 0,0037 400 0,0041 600 0,0045 800 0,0053

1000 0,0054 1200 0,0058 1400 0,0065

Page 70: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Delay rata-rata dari workstation 1 ke workstation 2

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket rata-rata (byte)

Dela

y ra

ta0r

ata

(s)

Series1

Grafik 4.7 Delay rata-rata dari workstation 1 ke workstation 2

8. Waktu rata-rata pengiriman paket dari router 3 ke workstation 2 (tr3w2)

didapat dengan menggunakan persamaan (3.3)

tr3w2 = tw1w2 – tw1r3 (s)

maka,

a. Untuk panjang frame 64 byte, tr3w2 = 0,0035 – 0,0032 = 0,0003

b. Untuk panjang frame 200 byte, tr3w2 = 0,0037 – 0,0035 = 0,0002

c. Untuk panjang frame 400 byte, tr3w2 = 0,0041 – 0,0040 = 0,0001

d. Untuk panjang frame 600 byte, tr3w2 = 0,0045 – 0,0042 = 0,0003

e. Untuk panjang frame 800 byte, tr3w2 = 0,0053 – 0,0049 = 0,0004

f. Untuk panjang frame 1000 byte, tr3w2 = 0,0054 – 0,0051 = 0,0003

g. Untuk panjang frame 1200 byte, tr3w2 = 0,0058 – 0,0053 = 0,0005

h. Untuk panjang frame 1400 byte, tr3w2 = 0,0065 – 0,0061 = 0,0004

Page 71: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun hasil perhitungan delay rata-rata pengiriman paket dari router 3

ke workstation 2 disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Delay rata-rata dari router 3 ke workstation 2

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay rata-rata (s)

64 0,0003 200 0,0002 400 0,0001 600 0,0003 800 0,0004

1000 0,0003 1200 0,0005 1400 0,0004

Delay rata-rata dari router 3 ke workstation 2

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

0.0006

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y ra

ta-ra

ta (s

)

Series1

Grafik 4.8 Delay rata-rata dari router 3 ke workstation 2

Page 72: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Dengan diketahuinya besar masing-masing komponen delay di atas, maka

delay total dapat dicari dengan menjumlahkan seluruh delay yang ada dengan

menggunakan persamaa (3.4).

Delay total = tw1 + tw1r1 + tr1r2 + tr2r3 + tr3w2

a. Delay total frame 64 byte = 0,0066+0,0015+0,0014+0,0003+0,0003

= 0,0101 s

b. Delay total frame 200 byte = 0,0040+0,0017+0,0006+0,0012+0,0003

= 0,0078 s

c. Delay total frame 400 byte = 0,0023+0,0021+0,0022+0,0007+0,0001

= 0,0074 s

d. Delay total frame 600 byte = 0,0029+0,0024+0,0034+0,0004+0,0003

= 0,0094 s

e. Delay total frame 800 byte = 0,0029+0,0027+0,0015+0,0007+0,0004

= 0,0118 s

f. Delay total frame 1000 byte = 0,0042+0,0036+0,0012+0,0003+0,0003

= 0,0096 s

g. Delay total frame 1200 byte = 0,0035+0,0035+0,0005+0,0013+0,0005

= 0,0093 s

h. Delay total rame 1400 byte = 0,0041+0,0039+0,0014+0,0008+0,0004

= 0,0106 s

Page 73: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun hasil perhitungan delay total rata-rata paket yang dikirim melalui

jaringan Metro Ethernet disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Delay Total Masing-Masing Paket yang Dikirim Melalui Metro

Ethernet

Panjang paket yang dikirim (byte) Delay total (s) 64 0,0101 200 0,0078 400 0,0074 600 0,0094 800 0,0118

1000 0,0096 1200 0,0093 1400 0,0106

4.4 Perhitungan Throughput

Perhitungan throughput hanya menghasilkan data-data mengenai jumlah

MAC frame yang datang pada workstation 2 LAN 2, panjang MAC frame, dan

total waktu penerimaan seluruh MAC frame tersebut. Hasil pengukuran ini tidak

secara langsung menunjukkan besarnya throughput dari jaringan Metro Ethernet.

Untuk itu perlu dicari suatu metode perhitungan throughput jaringan Metro

Ethernet yang memanfaatkan lebih lanjut data-data di atas.

Jika panjang tiap MAC frame yang datang di worksation 2 pada LAN 2

adalah s byte maka payload dari MAC frame tersebut adalah s-18 byte.

Misalkan, jumlah MAC frame yang datang ke workstation 2 pada LAN 2

adalah Np dan waktu penerimaan seluruh MAC frame tersebut adalah t, maka

throughput jaringan Metro Ethernet (T) dapat diperoleh dari persamaan (3.5):

T = bpstxNppx8

Page 74: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

dimana: t = delay total(s)

Adapun data hasil pengukuran rata-rata jumlah frame yang dikirim

melalui jaringan Metro Ethernet disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Rata-rata jumlah frame yang datang dan waktu penerimaan seluruh

frame

Panjang frame yang datang (byte)

Rata-rata jumlah frame yang datang

Waktu penerimaan seluruh frame (s)

64 14 0,0101 200 16 0,0078 400 15 0,0074 600 15 0,0094 800 14 0,0118

1000 19 0,0096 1200 20 0,0093 1400 30 0,0106

Dari data di atas dilakukan perhitungan:

T64byte = txNppx8

= 0101,0

148)1864( xx−

= 510099,0099 bps

= 0,51 Mbps

T200byte = txNppx8

= 0078,0

168)18200( xx−

= 2986666,667 bps

= 2,98 Mbps

T400byte = txNppx8

Page 75: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

= 0074,0

158)18400( xx−

= 3386378,78 bps

= 3,386 Mbps

T600byte = txNppx8

= 0094,0

158)18600( xx−

= 7429787,234 bps

= 7,43 Mbps

T800byte = txNppx8

= 0118,0

148)18800( xx−

= 7422372,881 bps

= 7,42 Mbps

T1000byte= txNppx8

= 0096,0

198)181000( xx−

= 15548333,33 bps

= 15,55 Mbps

T1200byte= txNppx8

= 0093,0

208)181200( xx−

= 20335483,87 bps

Page 76: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

= 20,33 Mbps

T1400byte= txNppx8

= 0106,0

308)181400( xx−

= 31290566,04 bps

= 31,29 Mbps

Page 77: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Adapun delay total dan jumlah throughput melalui jaringan Metro

Ethernet dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Delay total dan Jumlah Throughput melalui Jaringan Metro Ethernet

Panjang frame yang datang (byte) Delay total (s) Jumlah Throughput

(Mbps) 64 0,0101 0,51

200 0,0078 0,98 400 0,0074 3,86 600 0,0094 7,43 800 0,0118 7,42 1000 0,0096 15,55 1200 0,0093 20,33 1400 0,0106 31,29

Delay total rata-rata

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang paket yang dikirim (byte)

Dela

y to

tal r

ata-

rata

(s)

Series1

Grafik 4.9 Delay Total Masing-Masing Paket yang Dikirim Melalui Metro

Ethernet

Throughput melalui jaringan Metro Ethernet

0

5

10

15

20

25

30

35

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Panjang frame yang dikirim (byte)

Jum

lah

thro

ughp

ut (M

bps)

Series1

Grafik 4.10 Througphut Masing-Masing Paket yang Dikirim Melalui Metro

Ethernet

Page 78: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

4.5 Analisis Kinerja Jaringan Metro Ethernet

Analisis dilakukan dengan menganalisis kinerja jaringan dari data-data

yang sudah didapatkan sebelumnya.

4.5.1 Analisis Pengaruh Kenaikan Panjang Paket terhadap Perubahan

Delay dan Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran di atas dapat dilakukan analisis sebagai

berikut:

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 400 byte yakni sebesar 0,0023 s sedangkan delay rata-rata

terbesar terjadi pada pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0066 s. Hal ini

disebabkan karena:

a. Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense

Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD), dimana jika

jaringan kosong, maka komputer yang ingin mengirimkan data akan

mengambil alih jaringan, sedangkan jika jaringan terpakai maka komputer

tersebut akan menunggu samapai jaringan kosong. Sehingga waktu yang

diperlukan untuk mengirimkan paket menjadi lebih lama.

b. Keakuratan perangkat yang dipakai tidak lagi 100%.

c. Kondisi trafik yang tidak stabil pada saat pengukuran.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0015 s, sedangkan delay rata-rata

terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0039 s. Hal ini

disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket

akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin

Page 79: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga

akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada

panjang paket.

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0023 s, sedangkan delay rata-rata

terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0053 s. Hal ini

disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket

akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin

lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga

akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada

panjang paket.

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 200 byte yakni sebesar 0,0004 s karena pada waktu akan

mengirimkan paket 200 byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam

keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman.

Sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 600 byte yakni

sebesar 0,0034 s. Hal ini disebabkan pada saat akan mengirim, komputer

mendeteksi jaringan dalam keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu

sampai jaringan benar-benar kosong.

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0032 s, sedangkan delay rata-rata

terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0061 s. Hal ini

disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket

akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin

Page 80: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga

akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada

panjang paket.

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa delay rata-rata dari pengiriman paket 64

byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat kenaikan yang signifikan

yakni sebesar 0,0009 s, dan terjadi penurunan yang signifikan sebanyak 0,0005 s

dari pengiriman paket 1200 byte bila dibandingkan dengan pengiriman paket

1400 byte karena pada waktu akan mengirimkan paket 64 byte dan 1400 byte,

komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer

dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 200 byte dan

1200 byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan

sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar kosong.

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 64 byte yakni sebesar 0,0035 s, sedangkan delay rata-rata

terbesar terjadi pada pengiriman paket 1400 byte yakni sebesar 0,0065 s. Hal ini

disebabkan karena seiring dengan bertambahnya panjang paket, maka delay paket

akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena waktu pelayanan server akan semakin

lama, maka delay paket akan semakin bertambah. Kenaikan panjang paket juga

akan meningkatkan waktu transmisi, karena delay transmisi bergantung kepada

panjang paket.

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa delay rata-rata terkecil terjadi pada

pengiriman paket 400 byte yakni sebesar 0,0001 s karena pada waktu akan

mengirimkan paket 400 byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam

keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung melakukan pengiriman.

Page 81: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

Sedangkan delay rata-rata terbesar terjadi pada pengiriman paket 1200 byte yakni

sebesar 0,0004 s. Hal ini disebabkan pada saat akan mengirim, komputer

mendeteksi jaringan dalam keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu

sampai jaringan benar-benar kosong.

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa delay total rata-rata dari pengiriman

paket 64 byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat penurunan yang

signifikan yakni sebesar 0,0023 s, dan terjadi kenaikan yang signifikan sebanyak

0,0013 s dari pengiriman paket 1200 byte bila dibandingkan dengan pengiriman

paket 1400 byte karena pada waktu akan mengirimkan paket 200 byte dan 1200

byte, komputer mendeteksi bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga

komputer dapat langsung melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 64

byte dan 1400 byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam

keadaan sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar

kosong.

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa panjang paket yang bertambah akan

mengakibatkan banyaknya data yang masuk ke dalam sistem akan semakin

banyak, karena terjadi penambahan byte pada masing-masing paket. Akibatnya

paket yang akan dilayani semakin banyak, oleh karena itu nilai throughput akan

semakin besar.

.

Page 82: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah:

1. Seluruh data yang diperoleh dari pengukuran merupakan hasil perekaman

yang dilakukan oleh protocol analyzer. Namun demikian, data hasil

perekaman tersebut tidak langsung menunjukkan kinerja Jaringan Metro

Ethernet yang dimaksud. Untuk mengetahui kinerja delay dan throughput

suatu Jaringan Metro Ethernet maka digunakan metode perhitungan

dengan memanfaatkan data-data hasil pengukuran

2. Delay total (end to end delay) rata-rata yang didapat dari pengiriman

paket 64 byte dibandingkan pengiriman paket 200 byte terdapat

penurunan yang signifikan yakni sebesar 0,0023 s, dan terjadi kenaikan

yang signifikan sebanyak 0,0013 s dari pengiriman paket 1200 byte bila

dibandingkan dengan pengiriman paket 1400 byte karena pada waktu

akan mengirimkan paket 200 byte dan 1200 byte, komputer mendeteksi

bahwa jaringan dalam keadaan kosong sehingga komputer dapat langsung

melakukan pengiriman. Sedangkan pada pengiriman 64 byte dan 1400

byte, saat akan mengirim, komputer mendeteksi jaringan dalam keadaan

sibuk sehingga komputer akan menunggu sampai jaringan benar-benar

kosong.

3. Panjang paket yang bertambah akan mengakibatkan banyaknya data yang

masuk ke dalam sistem akan semakin banyak, karena terjadi penambahan

Page 83: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

byte pada masing-masing paket. Akibatnya paket yang akan dilayani

semakin banyak, oleh karena itu nilai throughput akan semakin besar.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dari Tugas Akhir ini

adalah:

1. Untuk pengembangan yang lebih lengkap, masih dapat dibahas dengan

menggunakan spesifikasi devais interkoneksi yang mempengaruhi kenerja

jaringan.

2. Menggunakan topologi jaringan yang berbeda.

Page 84: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syakur D. Desember 2001. “Internetworking/Wide Area Network

(WAN)”,http://energy.tf.itb.ac.id/ftp/EBook/Networking/modul1internetw

orking.doc. (diakses tanggal 1 Juni 2009)

2 Amikom, “Bridge”,http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Bridge.doc

(diakses tanggal 25 Mei 2009)

3. Hari. Desember 2001. “Simulasi Manajemen Bandwidth dengan

Menggunakan HTB”,

125.163.205.230/utama/modul/pro_tkj_3/download.php?file=bab_IV.doc

4. Romi Yuhefizar.Februari 2004. “ Jaringan”,

http://adab.uin-suka.ac.id/file_kuliah/jaringan.pdf

5. Telkom RCD Media. 2009. “Overview Alternatif Teknologi Jaringan

Transport Metro”,

http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=&s=d85d63c7282fc3e8ff

2aa816c3a610b0&n=345 (diakses tanggal 25 Mei 2009)

6. Ginting, Desiana dan Indarto Andhy,. Juli 2006. “Implementasi Metro

Ethernet Network”,

http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2007/02/TELTRON-Vol3-No2-

artikel4-Juli2006.pdf (diakses tanggal 25 Mei 2009)

7. Kharisma, Agung Chandra. 2009. “Mengenal Jaringan Metropolitan yang

Didasari oleh Teknologi Ethernet”.

8. Telkom RCD Media. Mei 2009. “Teknologi Jaringan Metro:Ethernet

Atau Next-Generation SDH”,

Page 85: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=&s=0d2642f40bd46e2d0

476fa 47e1e08dc8&n=313

9. Penulis Wikipedia. 5 Juni 2009. “Ethernet”,

http://id.wikipedia.org/wiki/Ethernet

10. Metro Ethernet Forum. 18 Mei 2009. “Metro Ethernet Services”,

http://metroethernetforum.org/PDF_Documents/metro-ethernet-

services.pdf

11. Hayri. Februari 2007. “Next Generation Network dengan Metro

Ethernet”. Know-How Networking.

12. Santoso, Harry. 2000.” Model Pengukuran dan Penghitungan Kinerja

Layanan SMDS”. TEKNIK ELEKTRO vol. 2 no.1.

13. Halsall, Fred. 1995. “Data Communications, Computer Networks and

Open Systems”, Addison-Wesley Publisher Ltd, USA.

14. Stallings, W.1996. “Data and Computer Communication”s, Prentice Hall

International, Inc, New Jersey, USA.

Page 86: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAMPIRAN A Hasil ping dari workstation 1 ke workstation 1

- 64 byte

Page 87: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 200 byte

Page 88: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 400 byte

Page 89: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 600 byte

Page 90: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 800 byte

Page 91: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1000 byte

Page 92: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1200 byte

Page 93: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1400 byte

Page 94: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAMPIRAN B Hasil ping dari workstation 1 ke router 1

- 64 byte

Page 95: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 200 byte

Page 96: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 400 byte

Page 97: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 600 byte

Page 98: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 800 byte

Page 99: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1000 byte

Page 100: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1200 byte

Page 101: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1400 byte

Page 102: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAMPIRAN C Hasil ping dari workstation 1 ke router 2

- 64 byte

Page 103: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 200 byte

Page 104: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 400 byte

Page 105: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 600 byte

Page 106: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 800 byte

Page 107: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1000 byte

Page 108: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

1200 byte

Page 109: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1400 byte

Page 110: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAMPIRAN D Hasil ping dari workstation 1 ke router 3

- 64 byte

Page 111: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 200 byte

Page 112: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 400 byte

Page 113: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 600 byte

Page 114: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 800 byte

Page 115: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1000 byte

Page 116: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1200 byte

Page 117: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1400 byte

Page 118: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

LAMPIRAN E Hasil dari ping dari workstation 1 ke workstation 2

- 64 byte

Page 119: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 200 byte

Page 120: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 400 byte

Page 121: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 600 byte

Page 122: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 800 byte

Page 123: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1000 byte

Page 124: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1200 byte

Page 125: Analisa Jaringan Metro e Usu

Kristina R. Sitompul : Analisis Kinerja Jaringan Metropolitan Area Network Dengan Teknologi Metro Ethernet (Studi Kasus PT Telkom Medan), 2009.

- 1400 byte