analisa bising latar belakang, distribusi tingkat...
TRANSCRIPT
ANALISA BISING LATAR BELAKANG, DISTRIBUSI TINGKAT TEKANAN BUNYI DAN WAKTU DENGUNG DI RUANG SIDANG FISIKA FMIPA (G-202)
ITS SURABAYA
RB Muhammad Kadarisman; Suyatno, M.Si Jurusan Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected] ; [email protected]
Abstrak
Penelitian tugas akhir ini untuk menganalisa distribusi tingkat tekanan bunyi, bising latar belakang dan waktu dengung di ruang sidang Fisika FMIPA (G-202) ITS. Parameter-parameter akustik tersebut diukur dengan menyalakan semua peralatan mekanikal-elektrikal dalam ruang, tanpa adanya pendengar dan dengan variasi peletakan sumber bunyi. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi TTB yang merata bila sumber bunyi ditempatkan pada kanan-kiri panggung pada frekuensi 1 KHz, 2 KHZ dan 4 KHz dibandingkan pada frekuensi 250 Hz dan 500 Hz. Nilai tingkat bising latar belakang yaitu NC-45 s/d NC-49 yang melampaui nilai kebisingan dari ruang percakapan. Waktu dengung yang terukur lebih mengarah kepada kondisi ruang sebagai ruang musik. Hasil simulasi menunjukkan penyimpangan 6,59% untuk frekuensi 1 KHz bila dibandingkan dengan hasil pengukuran.
Kata kunci: distribusi, TTB, bising latar belakang, waktu dengung
Abstract
This final project objective is to analyze the distribution of sound pressure level, noise background and the reverberation time in Physics ITS court room (g-202). Those acoustic parameters were measured by turning on all the mechanical-electrical equipment in the room, without audience and with variation of the sources location. The result shows an almost uniform SPL when the sources placed on either side of the stage at frequency 1 KHz, 2 KHz and 4 KHz compared at frequency of 250 Hz and 500 Hz. The value of the background noise level between NC-45 and NC-49 that exceeds the value of speech room criteria. The result of reverberation time is more acceptable as the concert room condition. The simulation results showed at frequency 1 KHz have deviation of 6,59% when compared with the measurement.
Keywords: distribution, SPL, noise background, reverberation time.
1. Pendahuluan
Suatu ruang yang mempunyai sifat akustik yang baik salah satu kriteria dasarnya adalah distribusi bunyi di dalam ruang yang merata. Untuk mengetahui kualitas akustik ruang yang baik dilakukan pengukuran 3 (tiga) parameter objektif yaitu tingkat bising latar belakang (background noise level), distribusi tingkat tekanan bunyi (TTB) dan respon impuls ruang yang diantaranya berupa waktu dengung dan waktu peluruhan (early decay time-EDT).
Pengukuran background noise level dilakukan untuk mengetahui besaran noise criteria (NC) terhadap kondisi kebisingan lingkungan baik dari dalam maupun luar gedung. Pengukuran distribusi TTB untuk mengetahui penyebaran suara dalam ruang tersebut. Pengukuran respon impuls ruang untuk menilai parameter akustik objektif ruang seperti waktu dengung dan cacat-cacat akustik yang
berhubungan dengan pemilihan bahan-bahan pelapis pada elemen interiornya (Sabine, 1993).
Dalam penelitian tugas akhir ini digunakan software ECOTECT v5.60 untuk mensimulasikan waktu dengung dalam ruangan. Dari software ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat simulasi perhitungan waktu dengung yang menunjukkan kesesuaian dengan hasil pengukuran. Tingkat kesesuaian ini bisa dijadikan acuan untuk dipakai sebagai alat simulasi pada penelitian selanjutnya.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Tingkat Tekanan Bunyi
Besaran TTB ini adalah nilai logaritmik dari tekanan bunyi yang diukur relatif terhadap tekanan bunyi referensinya, secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
10 (2.1)
Dalam sebuah ruang, bunyi belum tentu berperilaku seperti ketika dalam medan bebas.
2
Karena di dalam ruangan bunyi akan mengalami berbagai macam kemungkinan. Tentang hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di Bab 2.2. Untuk perumusan TTB di dalam ruang secara matematis ditulis sebagai berikut:
10 9,9 (2.2) 2.2 Perambatan Bunyi Dalam Ruang
Gelombang bunyi dalam sebuah ruang akan merambat lurus hingga gelombang itu membentur suatu permukaan atau benda. Ketika gelombang bunyi tersebut mengenai suatu permukaan maka terjadi beberapa kemungkinan, diantaranya bunyi akan dipantulkan, diserap, ditransmisikan atau bunyi akan didifraksikan. Untuk lebih jelasnya bagaimana kemungkinan bunyi yang ada dalam ruang bisa dilihat pada Gambar 2.1.
Adanya pemantulan dan penyerapan bunyi menentukan keadaan medan bunyi dalam ruang. Semakin kecil pemantulannya berarti semakin besar penyerapan bunyi di dalam ruang, begitu juga sebaliknya. Gelombang bunyi yang dapat menembus ke luar atau ke dalam ruangan merupakan transmisi bunyi yang berhubungan dengan daya isolasi ruang. Daya isolasi yang baik dapat mengisolasi bunyi dari luar ke dalam ruangan atau sebaliknya. Sedangkan difraksi bunyi pada tepi-tepi permukaan ruang menentukan keacakan bunyi pada ruang atau difusitas ruangan sehingga bunyi dapat terdistribusi lebih merata.
(Sumber: Lea Prasetio, 2003)
Gambar 2.1 Perambatan bunyi dalam ruang
Bunyi yang diterima oleh seorang pendengar di dalam ruangan tidak hanya berasal dari bunyi langsung, tetapi juga berasal dari bunyi yang mengalami pemantulan-pemantulan yang disebut bunyi pantul.
Pada bunyi pantul dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya bahan penyusun ruang (berkaitan dengan koefisien absorpsi bahan), bentuk dan volume ruang serta penempatan speaker (sumber bunyi). Oleh karena di dalam ruang, maka titik-titik yang jauh dari sumber bunyi belum tentu akan mempunyai TTB yang lebih kecil dibandingkan TTB yang lebih dekat ke sumber. Hal ini terjadi karena pada titik tersebut banyak bunyi pantul yang tiba meskipun bunyi langsungnya berkurang, sehingga TTB dapat tetap
tinggi di titik tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
(Sumber: Joko Sarwono)
Gambar 2.2 Bunyi langsung dan bunyi pantul dalam ruang 2.3 Waktu Dengung dan Koefisien Penyerapan
Pada umumnya waktu dengung dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan, maka semakin panjang waktu dengung ruangan, dan sebaliknya. Energi pantulan dalam ruangan sangat berkaitan dengan karakteristik bahan material yang digunakan semua permukaan ruang.
Menurut Sabine, hubungan matematis antara waktu dengung, volume ruang dan penyerapan bunyi dirumuskan sebagai berikut:
, (2.3) dengan, T : waktu dengung, (sekon) V : volume ruang, (m3) A : penyerapan ruang total, (sabine) M : koefisien penyerapan udara, (sabin/m3).
Setiap permukaan yang didatangi oleh gelombang suara akan memantulkan, menyerap dan meneruskan energi suara yang datang. Koefisien serap per definisi adalah perbandingan energi suara yang diserap oleh material terhadap energi suara yang datang padanya. Penyerapan suatu permukaan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan S dengan koefisien penyerapan (α). Jika pada ruangan terdiri dari banyak koefisien penyerapan (α) maka penyerapan ruang total (A) diperoleh dengan menjumlahkan perkalian-perkalian ini. Secara matematik dapat dituliskan:
(2.4) dengan, … =luas masing-masing permukaan,(m2)
… =koefisien penyerapan masing-masing permukaan.
Pada kondisi pengukuran waktu dengung di lapangan, bunyi yang dihasilkan dari sumber sangat sulit untuk meluruh sebanyak 60 dB. Hal ini dikarenakan tingkat bising latar belakang ruangan yang terlalu tinggi. Untuk itu digunakan beberapa metode untuk mendekati waktu dengung yaitu dengan cara mengambil data peluruhan beberapa dB awal, kemudian mengekstrapolasi hasilnya sehingga
3
menjadi 60 dB, dan menggunakan waktu hasil ekstrapolasi tersebut sebagai waktu dengung.
Umumnya dikenal tiga jenis parameter pendekatan waktu dengung, yaitu:
1. EDT (Early Decay Time): ekstrapolasi data peluruhan mulai 0 dB sampai dengan –10 dB.
2. T(20): ekstrapolasi data peluruhan mulai –5 dB sampai dengan –25 dB.
3. T(30): ekstrapolasi data peluruhan mulai –5 dB sampai dengan –35 dB.
Gambar 2.3 Pembacaan EDT, T(20) dan T(30)
Dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data akustik (seperti YMEC dan sample champion pro), ketiga parameter tersebut maupun T(60) dapat ditampilkan sekaligus setelah melakukan pengukuran dengan sinyal respon impulse dalam ruang. 2.4 Kriteria Bising Ruangan
Bising latar belakang merupakan tingkat bising pada ruangan yang bukan aktivitas manusia tetapi karena pengaruh bising dari dalam ruangan (misalkan lampu dan AC) maupun dari luar seperti bising jalan raya.
Tingkat bising latar belakang maksimum yang diperbolehkan untuk berbagai jenis dan fungsi ruangan telah ditetapkan dalam bilangan NC dan bisa dilihat pada Tabel 2.1.
Untuk mengetahui bilangan NC suatu ruangan maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat bising latar belakang untuk setiap frekuensi tengah 1/1 oktaf. Hasil pengukuran kemudian diplot pada kurva NC standar seperti pada Gambar 2.4 berikut, untuk ditentukan besar bilangan NC-nya.
Tabel 2.1. Bilangan NC untuk berbagai jenis ruangan (Sumber : Marshall Long, 2006)
No Jenis Area Bilangan NC 1 Tempat tinggal 25 s/d 30 2 Apartemen 25 s/d 30
3 Hotel / motel
a) Kamar b) Ruang pertemuan c) Hall, Lobi, Koridor d) Area pelayanan
30 s/d 35 25 s/d 30 35 s/d 40 40 s/d 45
4 Perkantoran
a) Ruang konferensi b) Ruang karyawan c) Ruang perlengkapan dan komputer
25 s/d 30 30 s/d 35 40 s/d 45
5 Rumah Sakit dan puskesmas
a) Ruang pasien b) Bangsal c) Ruang operasi d) Koridor e) Area publik
25 s/d 30 30 s/d 35 35 s/d 40 35 s/d 40 35 s/d 40
6 Tempat Ibadat 25 s/d 30 7 Sekolah
a) Ruang kelas/kuliah b) Ruang seminar
25 s/d 30 25 s/d 30
8 Perpustakaan 35 s/d 40 9 Ruang konser 5 s/d 15 10 Ruang teater 20 s/d 30 11 Studio rekaman 10 s/d 20 12 Bioskop 30 s/d 35
(Sumber : Marshall Long, 2006) Gambar 2.4 Kurva NC standar
Bilangan NC dari suatu ruangan adalah nilai dari kurva NC tertinggi yang menyinggung titik hasil plot tingkat bising latar belakang. Dari gambar dapat dilihat adanya toleransi yang cukup tinggi untuk bising pada frekuensi rendah. Hal ini dikarenakan pada awalnya NC dikembangkan untuk memperhitungkan pengaruh bising dari penyejuk udara (AC), dimana karakter bising dominan terletak pada frekuensi rendah.
3. Diagram/Skema Kerja
Pada penelitian tugas akhir ini akan diukur parameter-parameter kualitas akustik ruang yang sesuai dengan penggunaan ruang sebagai ruang percakapan. Objek penelitian adalah ruang sidang Fisika FMIPA yang akan dicari kesesuaian antara hasil pengukuran dengan hasil simulasi. Pelaksanaan
4
penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian
3.2 Tahap Pengukuran Ruang sidang Fisika FMIPA digunakan sebagai
ruang perrcakapan (speech) sehingga frekuensi yang dominan adalah frekuensi pembicaraan ( 250 Hz sampai dengan 4000 Hz). Pengukuran dilakukan dalam kondisi ruang tanpa audience namun seluruh peralatan mekanikal-elektrikal dinyalakan agar sesuai dengan kondisi ketika ada kegiatan.
(Sumber : Analisa penulis, 2010)
Gambar 3.2 Skema posisi sumber bunyi dan titik-titik ukur
Titik ukur di ruang sidang Jurusan Fisika diambil sebanyak 20 titik (Gambar 3.2) dengan beda jarak tiap titiknya adalah 2 meter. Ketinggian SLM (sound level meter) diatur 120 cm. Loudspeaker pada tugas akhir ini diletakkan pada ketinggian 180 cm di beberapa tempat dalam ruangan yaitu:
o Di depan panggung sebelah kanan. o Di depan panggung sebelah kiri. o Di depan panggung sebelah kanan dan kiri. Tujuan peletakan loudspeaker ini adalah agar
bunyi tersebut menyebar ke segala arah secara
merata. Pengukuran dilakukan tanpa merubah furniture-furniture yang terdapat dalam ruangan. 3.3 Tahap Ssimulasi
Data input yang harus dipersiapkan dan dimasukkan untuk menjalankan simulasi model 3D auditorium dan analisis program ECOTECT v5.60 yaitu:
1. Data Bangunan, meliputi data material atau bahan-bahan pelapis interior auditorium yang akan dipergunakan, data dan letak speaker dalam ruangan, data akurat mengenai besaran dan ukuran ruang auditorium yang akan dianalisis (biasanya didapat dari gambar kerja proyek), serta jumlah kapasitas maksimum ruangan (occupancy).
2. Model Auditorium, gambar penyederhanaan ruang auditorium yang dimasukkan ke dalam program ECOTECT v5.60. Tujuan membuat model ini untuk menentukan:
(a) Ukuran secara detail, yaitu berupa data ukuran ruang auditorium mulai dari gambar denah, ketinggian ruang, penutup atap (plafon), pembukaan jendela dan pintu, serta pembagian area dengan bahan-bahan penutup yang berbeda.
(b) Material, yaitu bahan yang akan dipakai dalam tiap-tiap pelapis bidang permukaan interior.
(c) Speaker, yaitu menentukan arah hadap dan kuat frekuensi tiap speaker sebagai sumber suara yang akan dianalisis.
Model auditorium dibuat pada program ECOTECT v5.60 melalui Modelling Toolbar dan Additional Toolbar, dimana tiap-tiap bagian dapat dipakai untuk menciptakan tipe yang berbeda. Program ECOTECT v5.60 secara otomatis memberikan tipe elemen interior dan material standar. Untuk tipe bahan dan elemen interior yang lain dapat ditentukan sendiri melalui menu Control Panel dan Material Assignments Panel atau Selection Information Panel.
3. Control Panel dipakai untuk perlakuan model dan tujuan analisis yang berbeda. Control Panel yang dapat dipergunakan dalam pengamatan lingkungan akustik adalah:
(a) Selection Information, berisi informasi dan setting dalam obyek atau zona yang sedang dipilih. Hal yang umum diamati yaitu luas, volume, bahan, dan elemen interior obyek yang dipilih.
(b) Zone Management, berisi daftar zona yang ada dalam model yang telah dibuat.
(c) Material Assignment, berisi daftar material yang tersedia dalam program ECOTECT v5.60 dan digunakan dalam obyek sketsa yang dipilih.
(d) Rays & Particles, berisi menu control untuk analisis EDT dan penyebaran acoustic rays dalam model.
4. Material Library, memungkinkan untuk mengorganisir dan mengatur material dalam model. Data material library program ECOTECT v5.60
Laporan akhir
Tahap persiapan dan pengenalan peralatan
Tahap pengukuran
Tahap simulasi
Tahap pengolahan dan analisa data
5
dapat diakses dari Main Toolbar dan Material Library.
Setelah data-data input dimasukkan maka proses simulasi dapat dilakukan. Simulasi perhitungan dan analisis RT menggunakan program ECOTECT v.5.20 sebagai berikut:
1. Dengan model auditorium yang ada, dipilih keseluruhan zona dan pelingkup ruang yang akan masuk dalam proses analisis. Zona yang dipilih akan tampak jelas pada layar tampilan.
2. Dari Control Panel dan Selection Information, dipilih Move Object(s) to Zone dari Selection Option untuk menyatukan seluruh zona pelingkup ke dalam 1 (satu) zona. Dalam penelitian ini, penulis memilih zona “Auditorium” sebagai zona pemrosesan data akustik.
3. Dilakukan perhitungan volume (m³) ruang yang akan dianalisis melalui Main Menu, Calculate, dan Zone Volumes.
4. Setelah volume (m³) ruang auditorium diketahui, dilakukan proses perhitungan RT (Reverberation Time) melalui Main Menu, Calculate dan Statistical Reverberation.
5. Hasil akhir tampilan sebagai berikut: (a) Selected Zone, zona yang dipilih untuk
proses analisis akustik, akan nampak volume keseluruhan ruang auditorium dimana pembacaan volume ruang yang akurat dengan cara menyatukan keseluruhan zona dalam 1(satu) zona.
(b) Auditorium Seating, perlu dimasukkan data kapasitas tempat duduk ruang auditorium, memilih bahan tempat duduk yang dipakai, dan tingkat pengguna ruang (occupancy).
(c) Calculation, dipilih jenis pemrosesan untuk menentukan RT, di mana dalam penelitian ini menggunakan rumus Sabine.
(d) Recalculate merupakan eksekusi simulasi RT yang terakhir.
4.1 Data Ruang Sidang Fisika FMIPA
Ruang sidang Fisika FMIPA merupakan ruang yang sering digunakan sebagai ruang untuk rapat. Penggunaan ruangan bisa diklasifikasikan sebagai ruang percakapan (speech). Ruang ini mempunyai volume sebesar 421,18 m3 dan luas permukaan total sebesar 525,98 m2.
Gambar 4.1 Gambar ruang sidang Fisika FMIPA
Berdasarkan Tabel 2.1 di Bab 2 bahwa nilai NC untuk tingkat kebisingan ruangan yang diperbolehkan pada ruang seminar adalah NC-30. Untuk itu dilakukan pengukuran terhadap ruang sidang dengan kondisi peralatan mekanikal-elektrikal dinyalakan. Dari hasil pengukuran didapatkan data tingkat bising ruangan seperti pada Tabel 4.1, sedangkan data selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran II.
Tabel 4.1 Data tingkat bising sekitar
Frekuensi (Hz)
Tingkat bising ruangan (dB)
All frekuensi 65-73
250 48-55
500 47-51
1000 45-49
2000 39-44
4000 32-37
Sesuai dengan hasil pengukuran, terlihat pada Gambar 4.2 bahwa nilai NC yang diukur rentang frekuensi 250 Hz sampai 4000 Hz. Nilai yang dibaca adalah nilai dari kurva NC tertinggi yang menyinggung titik hasil plot tingkat bising latar belakang. Dari Gambar 4.3 juga didapatkan nilai NC tertinggi berada pada titik 4 dalam pengukuran yang bernilai NC-49. Angka NC-49 muncul karena data pada frekuensi 1000 Hz menyinggung titik plot pada nilai NC-49, meskipun untuk frekuensi yang lain menunjukkan angka dibawahnya.
Gambar 4.2 Kurva NC tertinggi pada ruang sidang Fisika
MIPA
Dari Gambar 4.3 juga menunjukkan nilai terendah pada titik 11 dan bernilai NC-45. Terlihat pada frekuensi 1000 Hz menunjukkan nilai tertinggi ketika diplot pada kurva NC. Secara lengkap dari Lampiran III dapat dilihat, nilai tingkat kebisingan tertinggi terletak pada titik 3 dan titik 4, hal ini dikarenakan pada titik-titik tersebut letaknya dekat dengan penyejuk udara (AC). Sedangkan nilai terendah terletak pada titik 11 yang letaknya dibagian
NC-49
tengah rudengan p
Gambar
4.2 DatData
masing tiGambar 4
(b) KGamba
uangan dan paintu belakang
4.3 Kurva NC t
ta Tingkat Tea hasil pengukitik ukur dapa4.6 dibawah in
(a) Grafik reka
Kontur distribusar 4.4 Distribus
(a) Grafik reka
ada titik 19 yang ruangan.
terendah pada rMIPA
ekanan Bunyikuran untuk Tat dilihat padani.
apitulasi distrib
si TTB pada fresi TTB untuk 2
apitulasi distrib
NC-
ng letaknya d
ruang sidang Fi
i TTB pada masa Gambar 4.4
busi TTB
ekuensi 1 KHzspeaker menya
busi TTB
-45
dekat
isika
sing-s.d.
ala
Ga
G
bunsumTTBkankuryanfak
(b) Kontur dimbar 4.5 Distr
(a) Graf
(b) Kontur diGambar 4.6 dist
Dari Gambnyi, atau dari Gmber bunyi dB di ruang si
nan dinyalakarang merata jikng menyala. Hktor diantarany
1. Faktor umum tkiri lebitugas akfaktor k
2. Faktor disebelatidak sa
istribusi TTB pribusi TTB untu
fik rekapitulasi
istribusi TTB ptribusi TTB unt
bar 4.4 ketikGambar 4.5 d
dinyalakan, teidang cukup man terlihat jika dibandingkHal ini dikar
ya: keterarahan
terlihat jika keih besar dari khir ini tidak
keterarahan daperbedaan
ah kiri maupuama, karena a
ada frekuensi 1uk speaker kana
distribusi TTB
ada frekuensi 1tuk speaker kiri
ka terdapat 2dan Gambar 4.erlihat bahwa merata. Ketikika distribusikan dengan sprenakan oleh
dari speakeeterarahan daspeaker kana
k akan dibahaari speaker.
dinding yun kanan rua
adanya tonjola
6
1 KHz an menyala
B
1 KHz i menyala
2 sumber .6 ketika 1
distribusi ka speaker i TTBnya peaker kiri
beberapa
er. Secara ari speaker an. Dalam as tentang
yang ada ang sidang an dinding
7
sejauh 126 cm pada dinding sebelah kanan, dan sejauh 36 cm pada dinding sebelah kiri.
3. Bahan penyusun dinding tidak sama. dimana pada dinding sebelah kiri didominasi oleh tembok, sedangkan pada dinding sebelah kanan didominasi oleh plywood dan juga kaca jendela.
4. Faktor isi ruangan (furniture), diantaranya meja dan kursi yang memenuhi ruangan. Meja-meja tersebut bertindak sebagai pengacak bunyi dan sifatnya memantulkan bunyi yang sampai di permukaannya. Dalam ruangan juga terlihat sedikit sekali bahan penyerap bunyi yang ada. Kursi yang diharapkan mampu menyerap bunyi (sebagai absorber) berkurang fungsinya ketika ditempatkan bersama meja, karena kursi-kursi terhalang oleh meja.
4.3 Data Waktu Dengung
Pengukuran waktu dengung adalah metode untuk mengetahui koefisien absorbsi bahan dalam ruangan. Dari pengukuran waktu dengung yang telah
dilakukan menggunakan software YMEC, didapatkan data seperti pada Tabel 4.2
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil respon impuls ruang untuk aktivitas ruang percakapan (speech) masih belum memenuhi persyaratan kenyamanan akustik. Hasil analisa pengukuran waktu dengung dan EDT rata-rata pada frekuensi 500 Hz sebesar 1,53 detik dan 1,56 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa ruang sidang belum memenuhi persyaratan sebagai ruang speech, kondisi waktu dengung dari ruang sidang lebih mengarah kepada kondisi ruang sebagai ruang musik.
Dari subbab 2.3 didapatkan pengertian dari EDT sehingga EDT digunakan mengingat kondisi dilapangan tidak memungkinkan bagi bunyi untuk meluruh sebesar 60 dB, karena tingkat bising latar belakang dengan TTB penelitian berselisih 10 – 20 dB. Dari pengukuran didapatkan EDT pada frekuensi 500 Hz sebesar 1,56 detik. Hal ini berarti bahwa dalam ruang sidang energi yang diberikan akan meluruh dan membutuhkan waktu sebesar 1,56 detik untuk kembali ke keadaan awalnya.
Tabel 4.2 Data waktu dengung ruang sidang
Titik ukur
T 60 (detik) EDT (detik)
all frek
250 Hz
500 Hz
1 KHz
2 KHz
4 KHz
all frek
250 Hz
500 Hz
1 KHz
2 KHz
4 KHz
1 2,10 1,84 1,49 2,08 1,94 1,88 2,06 1,32 1,46 1,89 1,89 1,45
2 1,95 1,69 1,70 1,76 1,71 1,73 1,75 1,11 1,22 1,70 1,68 1,43
3 1,84 1,37 1,71 1,48 1,59 1,63 1,66 0,99 2,06 1,43 1,71 1,32
4 1,88 1,62 1,72 1,64 1,68 1,64 1,60 1,32 1,66 1,63 1,58 1,21
5 1,85 1,56 1,36 1,76 1,68 1,61 1,59 1,14 1,64 1,52 1,54 1,26
6 1,98 1,70 1,66 1,69 1,91 1,76 1,79 1,26 1,69 1,71 1,77 1,31
7 2,04 1,53 1,71 1,74 1,83 1,84 1,90 1,40 1,33 1,75 1,76 1,39
8 1,99 1,52 1,56 1,84 1,80 1,74 1,76 1,49 1,71 1,64 1,58 1,36
9 1,84 1,45 1,44 1,68 1,74 1,57 1,56 1,37 1,45 1,58 1,49 1,20
10 1,91 1,35 1,61 1,66 1,86 1,69 1,56 0,97 1,51 1,58 1,56 1,20
11 2,02 1,91 1,66 1,76 1,91 1,76 1,97 1,58 1,85 1,87 1,80 1,45
12 2,07 1,56 1,70 1,84 1,83 1,81 1,86 1,13 1,57 1,66 1,61 1,36
13 2,05 1,65 1,55 1,74 1,91 1,72 1,78 1,45 1,61 1,47 1,65 1,31
14 1,88 1,31 1,45 1,74 1,66 1,63 1,59 1,12 1,28 1,41 1,42 1,27
15 1,88 1,56 1,42 1,57 1,80 1,63 1,55 1,15 1,70 1,49 1,57 1,26
16 2,28 1,97 1,66 1,97 2,20 2,10 2,26 1,46 1,65 2,18 2,09 1,43
17 2,04 1,48 1,65 1,84 1,79 1,83 1,77 1,18 1,71 1,61 1,70 1,32
18 1,41 1,14 1,26 1,25 1,30 1,29 1,12 1,18 1,49 1,39 1,24 1,02
19 1,32 1,15 1,27 1,18 1,23 1,17 1,13 1,25 1,39 1,28 1,18 1,08
20 1,29 1,15 1,01 1,17 1,20 1,16 1,13 1,03 1,32 1,28 1,23 1,06
rata2 1,88 1,53 1,53 1,67 1,73 1,66 1,67 1,25 1,56 1,60 1,60 1,28
deviasi 0,26 0,24 0,19 0,24 0,25 0,23 0,30 0,17 0,21 0,22 0,22 0,13
% deviasi 13,70 15,48 12,56 14,44 14,27 13,83 17,72 13,97 13,14 13,63 13,89 9,90
4.4 HasSim
lapangan material, kecuali djumlah ppada tamp
Adasimulasi pada Gamwaktu dejuga terldiperolehdengan selisihnyadan 1 KHmaterial kesesuaia
sil Perhitungamulasi perhit
dilakukan deseperti yang
data jenis kurpenonton yangpilan grafik st
apun rekapitudengan softwmbar 4.7 besengung hasil plihat jika perh dari pengu
sumber ma tidak terlaluHz. Sedangka
dari literatan pada frekue
ElemIntersidan
LantkeraPlafo
Pintu
Jend
Dind(timu& baDind
Meja
Pang Tota
an dan Simultungan waktengan memasu
ditunjukkan si penonton (g harus dimatatistical revelasi dari wakare ECOTECserta perbandpengukuran. rbandingan aukuran denga
materialnya du jauh pada fan pada hasitur-literatur ensi 250 Hz da
Tabmen rior ruang ng
Pbe
tai amik
CS
fon PS
u 1 & 2 HP
dela ST
ding 3 sisi ur, selatan arat)
FP
ding utara B
a 31 buah Fp
ggung
al luasan:
FP5
lasi tu dengung ukkan semua dalam Tabel
(upholstered) asukkan langsrberation.
ktu dengung hCT ini bisa dildingannya denDari Gambar
antara hasil yan hasil simudari ECOTEfrekuensi 500l dengan sumakustik dic
an 500 Hz.
bel 4.3 Data luaPendekatan bahan pelaelemen interio
ConcFlr TiSuspended Plaster JoSuspended Hollow CoPlywood Single GlazTimber FrameFramed TimbPlaster
Brick plaster
Frame plywopartition Frame plywoPartition 525,98 m2
di data 4.3 dan
sung
hasil lihat ngan r 4.7 yang ulasi ECT 0 Hz mber apai
beshal dian
5.
pen
asan interior dan
apis or
Luasan tafsir (m2)
iles 140,45
oist 140,45
ore 5,64
zed e
5,17
ber 121,76
31,41
ood 69,44
ood 11,66
Gambar 4.7pengu
Secara kesesar utamanya
ini dikarentaranya:
1. Penyedyang hsoftwarlebih kdigunakdi lapan
2. Perbedinteriordengandiambiyang di
3. Kriteriadenganlapangakoefisi
KesimpulaKesimp
nelitian Tugas 1. Dengan
memilikdibandinspeaker
n koefisien absoKoef. Abs. α500
Pen palit
0,02 Lake
0,10 Lala
0,25 Pi
0,03 K
0,11 Pl9m
0,02 Teba
0,07 Paka
0,07 Paka
Perbandingan wukuran dengan h
eluruhan terjapada frekuen
enakan adan
derhanaan dalharus dilakukare untuk mekompleks. Akan tidak idenngan.
daan variabel r ruangan yn pemilihan bl langsung isediakan softa bahan dari
n bahan-bahaan sehinggaen penyerapan
an pulan yang
Akhir ini ada 2 speaker ya
ki distribusi Tngkan deng
r.
orbsi endekata
interior ada teratur
KAα
antai eramik
0
angit-angit
0
intu kayu 0
Kaca tebal 0
lywood mm
0
embok ata, dicat
0
apan ayu
0
apan ayu
0
waktu dengunghasil simulasi
adi selisih yansi 2 KHz danya beberapa
lam pembuatan karena keembaca gam
Akibatnya montik lagi deng
bahan-bahan yang ada di bahan permod
dari materiatware. i literatur tidan pada ko
a kemungkinnnya berbeda.
dapat diamba beberapa halang menyala bTTB yang lebgan penggu
Koef. Abs. α500
0,02
0,04
0,05
0,04
0,17
0,02
0,05
0,05
8
g hasil
ang cukup an 4 KHz, a faktor,
tan model terbatasan
mbar yang odel yang gan bentuk
penyusun lapangan
delan yang al library
dak sesuai ondisi di nan nilai .
bil dalam l, yaitu: bersamaan bih merata unaan 1
9
2. Berdasarkan perbedaan frekuensi diperoleh untuk frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz memiliki distribusi yang lebih merata dibandingkan dengan frekuensi 250 Hz dan 500 Hz.
3. Perbandingan antara pengukuran waktu dengung dan simulasi waktu dengung memiliki selisih yang kecil, untuk frekuensi 500 Hz (penyimpangan 7,84%) dan 1000 Hz (penyimpangan 6,59%). Sedangkan pada frekuensi 250 Hz, 2 KHz dan 4 KHz memiliki perbedaan yang cukup besar (penyimpangan >19%).
4. Nilai kriteria bising latar belakang ruang sidang Fisika FMIPA adalah NC-45 s/d NC-49.
6. Daftar Pustaka Sabine, W.C. 1993. “Design for Good Acoustics”.
Collected Papers on Acoustics. Trade Cloth ISBN 0-9321 Peninsula Publishing. Los Altos. U.S.
Asmoro, W.A. 2006. “Analisa Signal to Noise Ratio Berkaitan dengan Speech Intelligibility pada Ruang Auditorium”. Jurnal Teknik Fisika, vol 1 Februari 2006. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Marsh, Andrew. 2003. Ecotect v5.20. Cardiff: Welsh School of Architecture at Cardiff University.
Long, Marshall. 2006. Architectural Acoustics. Elsevier Academic Press Inc.
Smith, B.J., R.J. Peters dan Stephanie Owen. 1996. Acoustics and Noise Control. Addison Wesley Longman Limited.
Beranek, Leo L. 1986. Acoustics. Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Prasetio, Lea. 2003. Akustik. Diktat Fisika FMIPA ITS. Surabaya.
Doelle, L.L. 1972. Environmental Acoustic. Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Http://jokosarwono.wordpress.com/2008/04/23/akustik-ruang-percakapan-room-for-speech