anadara granosa ) dari perairan kenjeran, surabaya …repository.ub.ac.id/5579/1/puspita, syakina...
TRANSCRIPT
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
57
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
disampaikan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pemberian kombinasi rhodamin B dengan dosis 22,5 mg/kgBB dan
sakarin dengan dosis 157,77 mg/kgBB lebih toksik dibandingkan
pemberian rhodamin B saja dan sakarin saja secara terpisah. Pemberian
kombinasi rhodamin B dan sakarin terbukti menimbulkan efek toksik
pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan secara signifikan (p<0,05) terhadap kadar malondialdehid
(MDA) lambung sebesar 223,96% dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif.
2. Pemberian kombinasi rhodamin B dengan dosis 22,5 mg/kgBB dan
sakarin dengan dosis 157,77 mg/kgBB lebih toksik dibandingkan
pemberian rhodamin B saja dan sakarin saja. Toksisitas rhodamin B dan
sakarin ditunjukkan dengan kerusakan pada lambung tikus putih (Rattus
norvegicus) berupa erosi (epitel mengalami ruptur), hemoragi, infiltrasi
sel radang, serta nekrosis pada bagian mukosa lambung.
6.2. Saran
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang pemberian
rhodamin B dan sakarin dengan variasi paparan yang lebih singkat dengan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
58
dosis yang lebih rendah, sehingga nanti dapat diketahui efek pemberian
rhodamin B dan sakarin dalam jangka waktu yang lebih singkat pada tubuh.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
59
DAFTAR PUSTAKA
Alexandru, I. 2011. Experimental Use Of Animals in Research Spa. Balneo
Reseach Journal. Vol 2. Romanian Association of Balneology (Bucharest).
Romania.
Alsuhendra dan Ridawati. 2013. Bahan Toksik dalam Makanan. PT Remaja
Rosdakarya Offset. Bandung.
Arimbi, A. Azmijah, H. Plumeriastuti, T.V. Widiyatno, dan D. Legowo. 2015.
Patologi Umum Veteriner Edisi 2. Universitas Airlangga. Surabaya
Asni, E. 2009. Pengaruh Hipoksia Berkelanjutan Terhadap Kadar
Malondialdehida, Glutation Tereduksi dan Aktivitas Katalase Ginjal
Tikus. Maj Kedokt Indon 59 (12): 595-600.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Instruksi Kerja Pengujian
Bidang II Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Pedoman Uji Toksisitas
Nonklinik secara In Vivo. Direktorat Obat Asli Indonesia. Jakarta.
Bloom dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 9. EGC. Jakarta.
Brantom, P. G. 2005. Review of the Toxicology of a Number of Dyes Illegally
Present in Food in the EU. The EFSA Journal (263):15-71.
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Caramori, G. and A. Papi. 2004. Antioxidants in Organophosphorus Compounds
Poisoning. Int J Pharm Bio Sci, 59 (2). pp. 170-173.
Djarismawati, S., dan R. Nainggolan. 2004. Pengetahuan dan Perilaku Pedagang
Cabe Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisional
di DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Volume 3. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Djumadi, Hariyatmi, dan H. Sugiyono. 2008. Pengaruh Pemberian Insektisida
Diazinon dan Kurkumin Kunyit (Curcuma domestica) Per-Oral terhadap
Perubahan Struktur Histologis Duodenum Mencit (Mus musculus). Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 9, No. 1, 2008. pp. 62-83.
Donatus, I. R. 2001. Toksikologi Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Eifellia, A. R. 2010. Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
terhadap Perbaikan Struktur Histologis Mukosa Lambung Mencit (Mus
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
60
musculus) yang diinduksi Aspirin [Skripsi]. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret.
Enaganti, S. 2006. The Disease and Non-Drug Treatment. Hospital Pharmacist.
New York
Eroschenko V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional.
Edisi 9. Jakarta: EGC.
Fatimah, S., D. Arisandi., dan D. Yunanto. 2015. Penetapan Kadar Sakarin
Minuman Ringan Gelas Platik yang Dijual di Pasar Beringharjo,
Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Kimia, Industri, dan Informasi.
Yogyakarta.
Fadlina C. S., P. S. Santi., dan M. Abdul. 2008. Pengembangan Metode Induksi
Tukak Lambung. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 5 ISSN: 1693-9883.
Departemen Farmasi FMIPA UI. Jakarta.
Floch, M. H. 2010. Netter's Gastroenterology 2nd Edition. Saunders Elsevier.
Philadelphia.
Gitawati, R. 1995. Radikal Bebas, Sifat, dan Peranan dalam Menimbulkan
Kerusakan/ Kematian Sel. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta.
Guyton, A. C., dan J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI.
Penerjemah: Irawati. EGC. Jakarta.
Halliwell B., and J. M. C. Gutteridge. 1999. Free Radicals in Biology and
Medicine. Oxford University. London.
Halliwell B. 2006. Reactive Spesies And Antioxidants: Redox Biology Is A
Fudamental Theme Of Aerobic Life. Plant Physiol. 141:312-322.
Hendromartono, S. 2000. Peran Radikal Bebas Terhadap Komplikasi Vaskuler.
Udayana. Bali.
Indraswari, G. N. P. R. 1998. Metode Analisa Sel untuk Uji Toksisitas Sub
Kronik Na Sakarin pada Ginjal Tikus Putih Jantan [Tesis]. Universitas
Surabaya. Surabaya.
Junqueira L. C., J. Carneiro., dan R. O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-
V. Penerjemah: Tambayang J. EGC. Jakarta.
Kaunang, J., Fatimawati., dan F. Fatimah. 2012. Identifikasi dan Penetapan Kadar
Pengawet Benzoat pada Saus Tomat Produksi Lokal yang Beredar di
Pasaran Kota Manado [Skripsi]. FMIPA UNSRAT. Manado.
Kevin, C., Kregel., J. Hannah., and Zhang. 2006. An Integrated View Of
Oxidative Stress In Aging: Basic Mechanisms, Functional Effects, And
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
61
Pathological Considerations. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.
292:R18-R36.
Klaassen, C. D. 2001. Casarett and Doull’s Toxicology: The Basic Science of
Poisons, 6th Edition. Mc Graw Hill. United States of America.
Krinke, G. J. 2000. The Hand Book of Laboratory Animal. The Laboratory Rat.
Midas Printing Ltd, Scotland 349-353
Kurniawati, D., dan N. Edi. 2011. Penentuan Kadar Sakarin dan Kafein pada
Beberapa Minuman Soft Drink secara HPLC. Universitas Negeri Padang.
Padang.
Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan: Untuk Penelitian Bidang
Biologi, Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kedokteran, Kedokteran
Hewan, Farmasi. Airlangga University Press. Surabaya.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lovric, J., M. Mesic., M. Macan., M. Koprivanae., M. Kelava and V. Bradamante.
2008. Level of Malondialdehida (MDA) Level in Ren after Simvastatin
Treatment. Periodicum Biologrum. Vol. 110, No.I, p. 63-67. ISSN 0031-
5362.
Lu, Y., dan A. Caderbaum. 2008. CYP2E1 and Oxidative Liver Injury by
Alcohol. National Institutes Of Health Public Access. Free Radic Biol
Med. 2008 March 1; 44(5): 723-738.
Manurung, R.D. 2011. Manfaat Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar
Ureum dan Kreatinin Serta Makroskopik Ginjal dan Histopatologi Tubulus
Proksimal Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan yang diberi Rhodamin B
[Thesis]. Program Studi Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumtra Utara. Medan.
Molan, P.C. 2002. Why Honey is Effective as a Medicine and The Science
Underlying It’s Effects. University of Waikato. New Zealand.
Murray, R. K., D. K. Granner., P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. 1999. Biokimia
Herper. Edisi ke-24. Penerjemah: Hartanto A. EGC. Jakarta.
Paulsen dan Waschke. 2010. Jilid 1 Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Praja, D. I. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Penerbit
Garudhawaca. Yogyakarta.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
62
Price, S. A., dan L. M. Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Purnamasari, D. S., dan Saebani. 2013. Pengaruh Rhodamin B Peroral Dosis
Bertingkat Selama 12 Minggu Terhadap Gambaran Histofotometri Limpa.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Sarhan, O. M M., and Z. Y. Al Sahhaf. 2011. Histological and Biochemical
Effects of Diazinon on Liver and Kidney of Rabbits. Life Science Journal,
2011; 8 (4).
Schmitz, P. G. and K. J. Martin. 2008. Internal Medicine Just The Facts. The
McGraw-Hill Companies. Unites States.
Sharma, A, S. Bansal, and R.K. Nagpal. 2003. Lipid Peroxidation in Bronchial
Asthma. Indian Joumal of Pediatrics 70(9). pp. 715-717.
Skholnik, K., A. Tadmor., S. Ben-Dor., N. Nevo., D. Galiani., and N. Dekela.
2011. Reactive Oxygen Species are Indispensable in Ovulation. Proc Nati
Acad Sci USA 108.
Slater K. F., H. Cheesemamn, and J.K. Davies.1984. Free Radical Mechanisms In
Relation to Tissue Injury. Proceedings of the Nutritia Society. 46,1-12.
Sobinoff, A. P., I. R. Bernstein, and E. A. Mclaughlin. 2012. All Your Eggs in
One Basket: Mechanism of Xenobiotic Induced Female Reproductive
Senescence. Priority Research Centre in Chemical Biology.
Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice.
40th ed. Elsevier. Spain.
Suciati, S. 2014. Pengaruh Paparan Rhodamin B Terhadap Jumlah Folikel
Ovarium dan Kadar Malondialdehyde (MDA) Ovarium Tikus Rattus
Novergicus Galur Wistar [Tesis]. Universitas Brawijaya. Malang.
Sudiono, J., Kurniadhi, B., Hendrawan, A., dan Djimantoro, B. 2001. Penuntun
Praktikum Patologi Anatomi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sulistina, DR. 2013.Pengaruh Rhodamin B Terhadap Ekspresi BAX (Bcl-
2Antagonist X) dan Bcl-2 (B-cell lymphoma-2) Hypotalamus, FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) Pada
Rattus Norwegicus [Tesis]. Universitas Brawijaya. Malang.
Siswati, P. 2000. Uji Toksisitas Zat Warna Rhodamin B terhadap Jaringan Hati
Mencit (Mus musculus) Galur Australia [Tesis]. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Perpustakaan
Nasional RI. Penerbit CV Sagung Seto. Jakarta.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
63
Syah, D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Talley, A., H. Araki., S. Hase., Y. Komoike, and T. Koji. 2004. Up-regulation of
COX-2 by Inhibition of COX-1 in the Rat: a Key to NSAID-induced
Gastric Injury. Aliment Pharmacol Ther; 16 Suppt 2: 90-101
Tanty, H. 2009. Uji Faktor Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Rhodamine B
Pedagang Cabe Merah Giling Menggunakan Fisher Exact Probability Test.
Jurnal Mat Stat, Vol. 9 No. 2. Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Tarnawski, A. 2005. Cellular And Molecular Mechanism of Gastrointestinal
Ulcer Healing. Digestive Diseases And Sciences. Medicine National
Institutes of Health. US
Tortora, G. J., dan B. H. Derrickson. 2008. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Wiley. Asia.
Utami, D. F. R. 2010. Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia Selama
Pemberian Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla)
[Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut
Pertanian Bogor.
Valko, M., C. J. Rhodes, J. Moncol, M. Izakovic, and M. Mazur. 2007. Free
Radical, Metal and Antioxidants in Normal Physiological Function and
Human Diseases. Inter J Biochem Cell Biol. 2007;39 44-84
Webb J. M., and W. H Hansen. 2014. Studies of The Metabolism of Rhodamine B.
Toxicology and Applied Pharmacology Vol. 3, 86-95
Wibowo, D. S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Wisland House I. Singapore.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikan Bebas. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Minuman Anak
SD di Kecamatan Laweyan Kota Madya Surakarta dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Wuragil, Lia Rahmi. 2007. Gambaran Histopatologi Pencernaan Tikus Pada
Pemberian Fraksi Asam Amino Non-Protein Dan Fraksi Polifenol
Lamtoro Merah (Acacia villosa) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yamlean, P. V. Y. 2011. Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada
Jajanan Kue Berwarna Merah Muda yang Beredar di Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Sains Vol. 11. Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
64
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: CV. ANDI offset : 92-93.
Yustika, A. R., Aulanni’am, dan S. Prasetyawan. 2013. Kadar Malondialdehid
(MDA) dan Gambaran Histologi pada Ginjal Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Pasca Induksi Cylosporine-A. Kimia Student Journal 1(2):
222-228
Yusuf, Y., dan N. Fatimah. 2013. Analisa Pemanis Buatan (Sakarin, Siklamat dan
Aspartam) secara Kromatografi Lapis Tipis Pada Jamu Gendong Kunyit
Asam di Wilayah Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur. UHAMKA. Jakarta
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada industri makanan dan minuman, secara umum produsen
mengolah bahan makanan sedemikian rupa, sehingga makanan dan
minuman dapat digemari oleh konsumen, yaitu dengan menambahkan bahan
kimia sebagai Bahan Tambahan Makanan (BTM). Bahan Tambahan
Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP)
merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk
mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan (Yuliarti, 2007). Penambahan
bahan tambahan pada makanan memiliki dosis tertentu karena bahan
tambahan makanan dapat menyebabkan bahaya kesehatan (Kaunang dkk.,
2012).
Pewarna makanan dan pemanis merupakan salah satu BTP.
Pewarna makanan merupakan BTP yang dapat memperbaiki penampakan
makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa
tujuan, antara lain memberi kesan menarik bagi konsumen,
menyeragamkan, menstabilkan warna, dan menutupi perubahan warna
akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Secara garis besar pewarna
makanan dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna
alami dikenal, antara lain daun suji, daun jati, daun jambu, dan kunyit. Jenis
pewarna makanan alami ini memiliki kelemahan, yaitu warna yang tidak
homogen, sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil, serta jumlah
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
2
ketersedian pewarna alami terbatas, namun memiliki kelebihan adalah aman
untuk dikonsumsi (Syah, 2005).
Di Indonesia, peraturan mengenai BTP, yaitu penggunaan zat
pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
tentang BTM. Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat
pewarna untuk sembarang bahan pangan, seperti zat pewarna untuk tekstil
dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat
berbahaya bagi kesehatan karena terdapat residu logam berat pada zat
pewarna tersebut (Cahyadi, 2009).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun
2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan serta Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, rhodamin B
merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi pangan. Tetapi penggunaan rhodamin B masih terus
digunakan oleh produsen dalam mewarnai produk makanan dan minuman,
seperti untuk mewarnai terasi, gulali, kerupuk, saus tomat, cabai giling, dan
minuman sirup (Cahyadi, 2009). Rhodamin B merupakan zat pewarna
sintesis yang memberikan warna merah dan merupakan zat pewarna sintetis
yang sangat berbahaya (Tanty, 2009). Dari hasil beberapa penelitian tentang
uji toksisitas menunjukkan rhodamin B memiliki LD50 lebih dari
2000mg/kg, serta dapat menimbulkan iritasi pada membran mukosa
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
3
(Wirasto, 2008). Sedangkan, pada hewan percobaan tikus ditemukan bahwa
LD50 yang diberikan per-oral sebesar 887mg/kg dan dosis terendah sebesar
500mg/kg. Rhodamin B bersifat karsinogenik dan genotoksik (Brantom,
2005).
Demikian juga dengan pemanis buatan. Pada industri makanan,
sakarin sering digunakan untuk menggantikan sukrosa atau sering dikenal
gula pasir atau gula tebu. Walaupun memiliki rasa yang enak (sangat
manis), penggunaan sakarin harus dibatasi karena dapat membahayakan
kesehatan. Menurut Yuliarti (2007), tikus yang diberi sakarin akan
menderita kanker kantong kemih, karena hasil metabolisme sakarin bersifat
karsinogenik, sehingga pembuangan sakarin melalui air seni dapat
merangsang pertumbuhan tumor. Batas maksimum penggunaan sakarin
menurut SNI 01-6993-2004 berdasarkan kategori pangan gula dan beberapa
sirup yang lain, yaitu 500mg/kg BB. Fungsi utama sakarin adalah digunakan
untuk penderita diabetes, namun pada kenyataan sehari-hari masih terdapat
sakarin yang dicampur kedalam makanan dan minuman dengan kadar yang
melebihi batas (Fatimah dkk., 2015).
Menurut data BPOM (2007), menunjukkan bahwa dari 2903
sampel Panganan Jajan Anak Sekolah (PJAS) yang diambil dari 478
Sekolah Dasar (SD) di 26 provinsi, 49,43% tidak memenuhi persyaratan,
20% minuman berwarna merah menggunakan zat pewarna buatan berupa
rhodamin B dan 26,19% menggunakan zat pemanis buatan berupa sakarin
dan siklamat. Rhodamin B dan sakarin merupakan zat xenobiotik, karena
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
4
senyawa kimia yang dimiliki kedua zat tersebut merupakan senyawa yang
asing bagi tubuh. Zat xenobiotik yang dimetabolisme didalam hati melalui
dua tahap, yaitu fase pertama, adalah oksidasi yang dikatalis oleh
sekelompok enzim yang dinamakan monooksigenase atau sitokrom P450
dan fase kedua, adalah senyawa hasil dari produksi tahap pertama yang
diubah menjadi berbagai metabolit polar oleh enzim spesifik. Zat xenobiotik
yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 akan menghasilkan radikal bebas.
Radikal bebas yang terbentuk didalam hati akan didistribusikan ke seluruh
tubuh, salah satunya adalah organ lambung. Jumlah radikal bebas yang
berlebih mengakibatkan peningkatan proses peroksidasi lipid, sehingga
produksi malondialdehid (MDA) juga meningkat. Peningkatan peroksidasi
lipid dapat memicu peningkatan pada kerusakan sel (Shkolnik et al., 2011).
Kerusakan pada sel lambung yang disebabkan oleh zat xenobiotik dapat
dilihat dari gambaran histopatologi lambung. Gambaran histopatologi
mukosa lambung akibat paparan zat xenobiotik dapat terlihat abnormalitas
pada sel-sel mukosa lambung, antara lain: erosi pada sel-sel epitel,
vasodilatasi pembuluh darah kapiler, edema, dan tampak adanya infiltrasisel
radang (Fadlina dkk., 2008).
Uji toksisitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk
mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi. Hasil uji toksisitas
tidak dapat digunakan secara mutlak untuk membuktikan keamanan suatu
bahan atau sediaan, namun dapat memberikan petunjuk terdapat toksisitas
relatif dan membantu identifikasi efek toksik apabila terjadi pemaparan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
5
(BPOM, 2014). Pada penelitian terdahulu, belum ada yang menjelaskan
tentang toksisitas kombinasi rhodamin B dan sakarin terhadap kadar MDA
dan gambaran histopatologi lambung. Maka, pada penelitian ini akan
dilakukan uji toksisitas rhodamin B dan sakarin terhadap kadar MDA dan
gambaran histopatologi lambung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan berikut:
1. Apakah pemberian rhodamin B dan sakarin berpengaruh terhadap
peningkatan kadar MDA lambung tikus putih (Rattus norvegicus)?
2. Apakah pemberian rhodamin B dan sakarin berpengaruh terhadap
kerusakan gambaran histopatologi lambung tikus putih (Rattus
norvegicus)?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian
ini dibatasi pada:
1. Hewan model yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan, strain Wistar, dari Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya
berumur 8-12 minggu, dan berat badan 150-200 gram. Penggunaan
hewan coba dalam penelitian ini sudah dalam tahap pengajuan sertifikasi
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
6
Laik Etik Penelitian dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Universitas
Brawijaya.
2. Rhodamin B dan sakarin yang digunakan didapatkan dari Panidia
Laboratory Malang dalam bentuk serbuk.
3. Dosis pemberian rhodamin B pada kelompok P1, yaitu sebanyak 22,5
mg/kgBB. Dosis pemberian sakarin pada kelompok P2, yaitu 157,77
mg/kgBB. Sedangkan, perlakuan pada kelompok P3, yaitu diberikan
kombinasi rhodamin dosis 22,5 mg/kg BB dan sakarin dosis 157,77
mg/kgBB. Pemberian rhodamin B dan sakarin per-oral selama 30 hari.
4. Rute pemberian rhodamin B dan sakarin dilakukan per-oral
menggunakan sonde lambung selama 30 hari, yang dimulai pada hari ke-
8 sampai hari ke-37.
5. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar MDA yang
diukur menggunakan uji TBA dan gambaran histopatologi lambung
dengan menggunakan pewarnaan HE.
1.4. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian rhodamin B dan sakarin terhadap
peningkatan kadar MDA lambung tikus putih (Rattus norvegicus).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
7
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian rhodamin B dan sakarin terhadap
kerusakan gambaran histopatologi lambung pada tikus putih (Rattus
norvegicus).
1.5. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh toksisitas zat
pewarna berupa rhodamin B dan pemanis berupa sakarin pada makanan
terhadap tubuh dengan melihat peningkatan kadar MDA dan kerusakan
gambaran histopatologi pada lambung tikus putih (Rattus norvegicus).
Rhodamin B dan sakarin merupakan zat xenobiotik yang berbahaya bagi
tubuh apabila dikonsumsi secara terus menerus. Sehingga, hasil penelitian
ini diharapkan dapat dipakai sebagai rujukan dalam upaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat veteriner terutama dalam hal keamanan
pangan.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
9
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan spesies ideal untuk
dijadikan sebagai hewan coba dalam uji toksikologi karena berat badan tikus
dapat mencapai 500 gram. Dengan ukuran tubuh yang cukup besar, berarti
organ tubuh tikus putih (Rattus norvegicus) juga relatif besar, sehingga materi
dapat diberikan dengan mudah melalui berbagai rute. Reaksi yang
ditunjukkan tikus putih (Rattus norvegicus) secara umum serupa dengan yang
terjadi pada mencit, anjing, dan kera yang juga sering digunakan untuk uji
toksikologi (Kusumawati, 2004).
Terdapat dua golongan uji toksikologi, yaitu uji toksikologi umum
yang mencakup uji toksikologi akut, subakut, dan kronis serta uji toksikologi
khusus yang bertujuan untuk mengetahui efek khusus akibat pemberian bahan
kimia tertentu. Validitas hasil uji toksikologi suatu bahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor bahan toksik, hewan coba, teknik, dan
prosedur. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman terhadap berbagai faktor
tersebut untuk meminimalkan risiko (Kusumawati, 2004).
2.2. Uji Toksisitas
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat
pada sistem biologi. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak
untuk membuktikan keamanan suatu bahan atau sediaan, namun dapat
memberikan petunjuk terdapat toksisitas relatif dan membantu identifikasi
efek toksik apabila terjadi pemaparan (BPOM, 2014).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
10
1. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut, yaitu uji yang dirancang untuk menentukan efek toksik
suatu senyawa yang terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemberian
dalam jumlah tertentu. Pengamatan dilakukan selama kurang dari 24 jam.
Data kuantitatif yang diperoleh adalah nilai LD50 sedangkan data kualitatif
berupa penampakan gejala klinis dan morfologis efek toksik senyawa yang
diuji (Klaassen, 2001).
2. Uji Toksisitas Sub-kronis
Uji toksisitas sub-kronis adalah uji yang dilakukan pada suatu senyawa
yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama
kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk memperlihatkan spektrum
efek toksik senyawa uji dan untuk memperlihatkan kaitan spektrum toksik
tersebut dengan takaran dosis. Hasil uji memberikan informasi tentang
efek toksik utama senyawa uji dan organ-organ yang dipengaruhi, efek
toksik lambat yang tidak diamati pada uji ketoksikan akut, yaitu
kekerabatan antara dosis, efek toksik, dan reversibilitas (Donatus, 2001).
3. Uji Toksisitas Kronis
Uji toksisitas kronis merupakan uji pada suatu senyawa yang diberikan
dengan dosis berulang pada hewan uji selama lebih dari tiga bulan
(Klaassen, 2001).
Uji toksisitas zat warna rhodamin B terhadap hewan menunjukkan
perubahan bentuk dan susunan sel dalam jaringan hati dari normal ke
patologis. Sel hati mengalami perubahan menjadi nekrosis dan jaringan di
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
11
sekitar sel hati mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak, dan
sitoklis dari sitoplasma. Degenerasi lemak terjadi akibat pasokan energi yang
terhambat. Kegunaan hati untuk memelihara fungsi stuktur endoplasmik yang
mengakibatkan penurunan proses sintesa protein dan sel kehilangan daya
untuk mengeluarkan trigliserida dan menyebabkan nekrosis hati
(Djarismawati, 2004). Menurut Indraswari (1998), pada uji toksisitas yang
telah dilakukan terhadap sakarin menunjukkan kelainan pada tubulus ginjal
tikus dan degenerasi sel. Degenerasi sel akan semakin meningkat seiring
dengan peningkatan dosis paparan yang diberikan.
2.3. Lambung
2.3.1. Anatomi Lambung
Lambung adalah sebuah organ yang berbentuk huruf J yang
terletak dalam traktus gastrointestinal yang berfungsi untuk mencerna
makanan, kemudian makanan dari lambung akan dikeluarkan ke
duodenum (Floch, 2010). Tikus memiliki satu lambung (monogastrik)
yang terletak di antara esofagus dan duodenum (Standring, 2008).
Lambung mempunyai dua buah lengkungan atau kurvatura, yaitu
kurvatura minor yang membentuk batas kanan lambung dan kurvatura
mayor yang membentuk batas kiri lambung (Wibowo, 2009).
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu
kardiak, fundus, korpus, antrum, dan pilori (Gambar 2.2.). Kardia adalah
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
12
daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal
(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung
Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri
diatas kardia. Korpus adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan
dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum
adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan
terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang
menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter
pilorik (Schmitz and Martin, 2008).
Gambar 2.2. Anatomi Lambung (Tortora and Derrickson, 2008)
2.3.2. Fisiologi Lambung
Lambung memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi pencernaan dan
fungsi motorik. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan
pencernaan protein, sintesis, dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Sebagai
fungsi pencernaan dan sekresi, yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan
HCl, sintesis dan pelepasan gastrin yang dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, sekresi mukus yang membentuk selubung, melindungi lambung,
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
13
sebagai pelumas yang menyebabkan makanan lebih mudah diangkut, dan
sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel mukus yang berperan
sebagai barier dari asam lumen dan pepsin (Price dan Wilson, 2005).
Fungsi motorik lambung, yaitu menyimpan makanan dalam jumlah besar
sampai makanan tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran
pencernaan, mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai
membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan kimus, dan
mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus halus
dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi oleh usus
halus (Guyton dan Hall, 2007).
2.3.3. Histologi Lambung
Ditinjau dari histologi, lambung memiliki beberapa lapisan
(Gambar 2.3.). Lapisan-lapisan tersebut adalah:
a. Tunika Mukosa
Lapisan mukosa merupakan lapisan terdalam lambung, tersusun
atas lipatan-lipatan longitudinal yang disebut “rugae”. Epitel yang
melapisi lapisan ini adalah epitel selapis silindris yang menghasilkan
mukus. Memiliki inti berbentuk bulat dan lonjong di dekat bagian basal
dan mengandung granula mukosa (Junqueira et al., 2007). Pada bagian
apikal lapisan mukosa memiliki vili pendek dengan bagian ujung vili
dilengkapi filamen-filamen halus dari glikokaliks yang jarang. Lamina
propia terdiri dari anyaman longgar sera retikuler, kolagen, dan sedikit
elastin (Bloom dan Fawcett, 2002).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
14
b. Tunika Submukosa
Lapisan submukosa tersusun atas jaringan areolar longgar yang
menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan
areolar pada lapisan submukosa memungkinkan mukosa bergerak
dengan gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf,
pembuluh darah, dan saluran limfe (Price dan Wilson, 2005).
c. Tunika Muskularis
Tunika muskularis tersusun atas tiga lapisan. Lapisan yang
paling luar adalah lapisan longitudinal, lapisan bagian tengah adalah
lapisan sirkular, dan lapisan bagian dalam adalah lapisan oblik. Susunan
serabut otot pada lapisan ini memungkinkan terjadi kombinasi kontraksi
untuk memecah makanan menjadi pertikel-partikel yang kecil,
mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung,
serta mendorong ke arah duodenum (Price dan Wilson, 2005).
d. Tunika Serosa
Tunika serosa lambung merupakan lapisan paling luar dari
lambung, yang merupakan bagian dari peritoneu visceralis (Price dan
Wilson, 2005).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
15
Gambar 2.3. Histologi Lambung (Paulsen dan Waschke, 2010)
2.4. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis berupa serbuk kristal
berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam
larutan, menghasilkan warna merah terang berfluoresensi sebagai bahan
pewarna tekstil atau pakaian (Yamlean, 2011). Rumus molekul dari
rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul 479.02 g/mol
(Gambar 2.4.). Nama lain dari rhodamin B adalah N-(9-(o-carboxyphenyl)-
6-(diethylamino)-3H-xanthen-3-ylidene) diethylamonium chloride
(Alsuhendra dan Ridawati, 2013).
Gambar 2.4. Struktur Kimia Rhodamin B (Praja, 2015)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
16
Rhodamin B merupakan pewarna merah sintetis yang sangat
beracun dan berfluorensi apabila terkena cahaya matahari, berbentuk serbuk
kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan jika terlarut pada
konsentrasi tinggi, dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B dapat larut dalam air (kelarutan: 50 gr/L), dalam asam asetat
(kelarutan: 400 g/L), methanol atau etanol. Massa molekul relatif 479,02
dan titik leleh rhodamin B 210–211oC. Rhodamin B merupakan zat pewarna
sintetik yang berbahaya (Tanty, 2009).
Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama
akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun
demikian, apabila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar, maka dalam
waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B (Yuliarti,
2007). Gejala yang muncul ketika terpapar rhodamin B, antara lain adalah
apabila terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, jika
terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika terkena mata dapat
menimbulkan iritasi pada mata, kemerahan, dan oedema pada kelopak mata,
jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna
merah atau merah muda (Praja, 2015). Berdasarkan MSDS, LD50 rhodamin
B yang diberikan per-oral pada tikus sebesar 1.497 mg/kgBB (Lampiran
6.).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
17
2.5. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan dalam bentuk garam berupa
kalsium, kalium, dan natrium sakarin. Secara umum, garam sakarin
berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, mudah
larut dalam air, dan memiliki rasa manis. Sakarin tidak dimetabolisme oleh
tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan melalui urin tanpa
perubahan. Pada suatu penelitian diperoleh penggunaan sakarin dalam tikus
dapat merangsang tumor di kandung kemih, penelitian yang lebih ektensif
dilakukan pada populasi manusia, dan tidak terjadi tumor (Yusuf dan
Fatimah, 2013). Namun, sakarin merupakan pemanis alternatif untuk
penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak menghasilkan kalori, serta
sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena memiliki rasa manis,
sehingga gula darah akan turun (Kurniawati, 2011).
Rumus molekul dari sakarin adalah C7H5NO3S dengan berat
molekul 183,18 g/mol (Gambar 2.5.). Nama kimia dari sakarin adalah 1,2-
benzisotiazolin-3-on-1-1-dioksida. Sakarin memiliki kelarutan yang agak
sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam eter, namun larut dalam
air mendidih. Sakarin sukar larut dalam etanol, namun mudah larut dalam
larutan amonia encer, larutan alkali hidroksida dan alkali karbonat dengan
pembentukan karbondioksida (Yusuf dan Fatimah, 2013).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
18
Gambar 2.5. Struktur Kimia Sakarin (Yusuf dan Fatimah, 2013)
Penggunaaan sakarin dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan
gejala negatif, antara lain migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat,
bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi,
impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, serta kanker otak dan kanker
kantung kemih. Akan tetapi, penggunaan sakarin dalam dosis rendah tidak
menimbulkan efek merugikan (Alsuhendra dan Ridawati, 2013).
Berdasarkan MSDS, LD50 sakarin yang diberikan per-oral pada tikus
sebesar 14.200 mg/kgBB (Lampiran 7.).
2.6. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling
luar, antara lain atom hidrogen, logam-logam transisi, dan molekul oksigen.
Secara umum, radikal bebas dapat terbentuk melalui satu diantara tiga cara
sebagai berikut: (a.) melalui absorpsi radiasi (ionisasi, ultraviolet (UV),
sinar tampak, panas); (b.) melalui reaksi redoks, dengan mekanisme reaksi
fisi ikatan homolitik; dan (c.) melalui pemindahan elektron (Utami, 2010).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
19
Berbagai proses metabolisme normal dalam tubuh juga dapat
menghasilkan radikal bebas dalam jumlah kecil. Didalam sel hidup, radikal
bebas terbentuk pada membran plasma dan organel-organel (mitokondria,
peroksisom, retikulum endoplasmik, dan sitosol) melalui reaksi-reaksi
enzimatik fisiologik yang berlangsung dalam proses metabolisme. Proses
fagositosis oleh sel-sel fagositik termasuk netrofil, monosit, makrofag, dan
eosinofil, juga menghasilkan radikal bebas, yaitu superoksida (O2•ˉ)
(Halliwell and Gutteridge, 1999).
Radikal bebas bersifat sangat reaktif, karena mempunyai elektron
yang tidak berpasangan. Kereaktifan tersebut dapat menimbulkan perubahan
kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup. Radikal bebas
menyebabkan reaksi peroksidasi pada lipid, yang akan mencetuskan proses
otokatalitik, yang akan menjalar sampai jauh dari tempat asal reaksi semula
(Gitawati, 1995). Radikal bebas juga dapat menyerang gugus-gugus lain
seperti, protein, gugus tiol enzim, karbohidrat, dan nukleotida (Utami,
2010).
2.6.1. Peroksidasi Lipid
Lipid merupakan salah satu molekul yang paling sensitif
terhadap serangan radikal bebas sehingga terbentuk lipid peroksida.
Peroksidasi lipid adalah reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan
asam lemak tidak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA)
yang memiliki tiga ikatan rangkap (Halliwel and Gutteridge, 1999).
Peroksidasi lipid terjadi diakibatkan oleh radikal bebas. Radikal bebas
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
20
sangat labil dan reaktif, sehingga mudah bereaksi dengan setiap zat yang
berada disekitar radikal bebas tersebut (Utami, 2010).
Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh
kerusakan membran sel, terjadi melalui rangkaian proses sebagai berikut:
(a.) terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-
komponen membran (enzim-enzim membran dan komponen karbohidrat
membran plasma) sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi
reseptor; (b.) oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal
bebas yang menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu; dan
(c.) reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung
PUFA (Halliwell and Gutteridge 1999).
Peroksidasi lipid terjadi melalui tiga tahap reaksi, yaitu inisiasi,
propagasi, dan terminasi (Murray dkk., 2001). Reaksi peroksidasi lipid
diawali dengan pemisahan sebuah atom hidrogen oleh radikal bebas dari
suatu grup metilena (-CH2-) PUFA. Radikal tersebut menghasilkan
pembentukan suatu radikal karbon (-•CH-) pada PUFA. Radikal karbon
ini dapat distabilkan melalui suatu pengaturan ulang ikatan rangkap yang
menghasilkan pembentukan diena terkonjugasi. Apabila diena
terkonjugasi bereaksi dengan O2 akan terbentuk radikal peroksida lipid
(ROO•). Radikal peroksidasi lipid dapat juga menghilangkan sebuah
atom hidrogen dari molekul lipid lainnya yang berdekatan, untuk
membentuk hidroperoksida lipid dan juga membentuk radikal karbon
yang lain. Jika radikal karbon lain bereaksi lagi dengan oksigen, maka
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
21
reaksi peroksidasi lipid akan terus berlanjut. Pembentukan endoperoksida
lipid pada PUFA yang mengandung paling sedikit tiga ikatan rangkap
akan mendorong pembentukan MDA, sebagai produk dari reaksi
peroksidasi tersebut. Mekanisme reaksi peroksidasi lipid dapat dilihat
pada gambar (Gambar 2.6.).
Gambar 2.6. Mekanisme Peroksidasi Lipid (Murray dkk., 2003)
2.7. Malondialdehid (MDA)
Malondialdehid (MDA) merupakan suatu produk akhir peroksidasi
lipid, yang sering digunakan sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid
dan menggambarkan derajat stres oksidatif (Hendromartono, 2000).
Malondialdehid (MDA) adalah senyawa dialdehida atau berkarbon tiga
yang reaktif, merupakan produk final peroksidasi lipid didalam membran
sel. Malondialdehid (MDA) dalam material hayati terdapat dalam bentuk
bebas atau membentuk ikatan kompleks dengan unsur lain didalam jaringan
(Suryohudoyo, 2000).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
22
Proses peroksidasi lipid menghasilkan beberapa produk akhir,
antara lain senyawa MDA. Jumlah radikal bebas yang berlebih
mengakibatkan peningkatan proses peroksidasi lipid, sehingga produksi
MDA juga meningkat. Mekanisme pembentukan MDA melalui peroksidasi
lipid diawali dengan penghilangan atom hidrogen (H) dari molekul lipid
tidak jenuh rantai panjang oleh gugus radikal hidroksil (OH), sehingga lipid
bersifat radikal. Radikal lipid ini bereaksi dengan atom oksigen (O2)
membentuk radikal peroksil (OO), kemudian menghasilkan MDA (dengan
ikatan tidak jenuh lebih dari tiga) (Gambar 2.7.) (Yustika, 2013).
Gambar 2.7. Mekanisme Pembentukan Malondialdehid (MDA)
(Yustika, 2013)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Rhodamin B dan
Sakarin
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Melewati Lambung
Absorbsi Intestine
Peredaran Darah
Metabolisme di Hepar
Radikal Bebas
ROS
Stres Oksidatif
Peroksidasi Lipid Membran Sel
Kerusakan Gambaran Histopatologi Lambung
Kerusakan Jaringan
Keterangan:
: Yang diberikan
: Parameter yang
diamati
: Patomekanisme
: Pemberian
: Meningkat
Sitokrom P450
Kadar MDA
NF-kB
Inflamasi
Sitokin Proinflamasi
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
24
Rhodamin B dan sakarin merupakan zat xenobiotik karena senyawa
kimia yang dimiliki kedua zat tersebut merupakan senyawa asing bagi tubuh,
yang bersifat toksik dan dapat merusak organ. Rhodamin B dan sakarin
diberikan per-oral dengan menggunakan sonde lambung, akan masuk
kedalam saluran pencernaan. Rhodamin B dan sakarin yang masuk ke
lambung, mulai terjadi penyerapan, dan terjadi penyerapan secara maksimal
di usus halus. Kemudian, akan mengikuti sirkulasi darah dan mengalami
proses metabolisme di hepar, serta ekskresi dalam bentuk urin dan feses.
Zat xenobiotik yang dimetabolisme di dalam hati melalui dua fase.
Fase pertama, yaitu oksidasi yang dikatalis oleh sekelompok enzim yang
dinamakan monooksigenase atau sitokrom P450. Fase kedua, yaitu senyawa
hasil dari produksi tahap pertama yang diubah menjadi berbagai metabolit
polar oleh enzim spesifik. Zat xenobiotik yang dimetabolisme oleh sitokrom
P450 akan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas didefinisikan sebagai
atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak berpasangan di orbital
terluar. Radikal bebas dapat merusak susunan membran sel dalam tubuh yang
terdiri dari lipid (lipid bilayer). Radikal bebas di dalam tubuh dapat
diseimbangkan oleh adanya antioksidan endogen. Namun tingginya jumlah
radikal bebas akibat adanya paparan toksisitas zat xenobiotik secara terus
menerus mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas antioksidan endogen,
sehingga antioksidan endogen tersebut tidak mampu menetralisasi adanya
radikal bebas di dalam tubuh sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
radikal bebas dan antioksidan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
25
oksidatif (oxidative damage). Kerusakan oksidatif (oxidative damage) ini
terjadi karena proses metabolisme dari rhodamin B dan sakarin yang mampu
memproduksi Reactive Oxygen Species (ROS). Peningkatan Reactive Oxygen
Species (ROS) ini kemudian akan menyebabkan terjadinya kondisi stres
oksidatif dan menginisiasi proses peroksidasi lipid dengan mengambil atom
hidrogen dari ikatan Poly Unsuturated Fatty Acid (PUFA) untuk membentuk
molekul yang lebih stabil. Proses pemecahan ikatan pada PUFA tersebut
dapat menyebabkan terjadinya nekrosis sel ataupun jaringan
Molekul lipid sel lambung yang mengalami stres oksidatif akan
mengalami auto-oksidasi atau dikenal pula dengan sebutan peroksidasi lipid.
Peroksidasi lipid dapat diinisiasi oleh molekul kimia yang mampu mengambil
atom hidrogen dari ikatan PUFA di membran sel. Radikal bebas cenderung
berinteraksi dengan atom hidrogen pada PUFA untuk membentuk molekul
yang stabil. Proses peroksidasi lipid ini menghasilkan beberapa produk akhir,
antara lain senyawa MDA. Jumlah radikal bebas yang berlebih
mengakibatkan peningkatan proses peroksidasi lipid, sehingga produksi
MDA juga meningkat. Peningkatan peroksidasi lipid, dapat memicu
peningkatan pada kerusakan sel. Selain itu, peningkatan peroksidasi lipid juga
dapat memicu peningkatan kerusakan jaringan.
Rhodamin B dan sakarin apabila masuk kedalam tubuh, akan
menyebabkan peningkatan ROS. Peningkatan ROS pada sel, akan memicu
peningkatan stres oktidatif. Stres oksidatif yang terjadi didalam tubuh dapat
mengkativasi NF-kB. NF-kB akan menuju kedalam nukleus yang
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
26
menyebabkan aktivasi makrofag untuk melepaskan sitokin proinflamasi.
Aktivasi sitokin proinflamasi akan merangsang migrasi neutrofil ke jaringan.
Migrasi neutrofil yang tinggi, akan menunjukkan peningkatan kejadian
inflamasi didalam jaringan. Inflamasi akan menimbulkan kerusakan lapisan
mukosa pada lambung berupa erosi sel epitel, hemoragi, dan nekrosis yang
dapat dilihat pada gambaran histopatologi lambung.
3.2 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka hipotesa yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian rhodamin B dan sakarin pada tikus putih (Rattus norvegicus)
dapat menaikkan kadar MDA pada lambung.
2. Pemberian rhodamin B dan sakarin pada tikus putih (Rattus norvegicus)
dapat menyebabkan kerusakan gambaran histopatologi lambung.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
27
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017 di Laboratorium
Biosains Universitas Brawijaya untuk tahapan pemeliharan hewan coba,
pemberian perlakuan, dan pengambilan sampel uji. Pengukuran kadar MDA
dilakukan di Laboratorium Farmakologi FK UB. Pembuatan dan pembacaan
preparat histopatologi lambung dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi
FK UB.
4.2. Alat dan Bahan
4.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan untuk persiapan hewan coba, antara lain
kandang, pakan, dan air minum. Peralatan yang digunakan untuk
perhitungan dosis rhodamin B dan sakarin, antara lain gelas ukur dan
timbangan digital. Peralatan yang digunakan untuk pemberian rhodamin B
dan sakarin, antara lain sonde lambung. Peralatan yang digunakan untuk
euthanasi hewan coba, yaitu sarung tangan kain. Peralatan yang digunakan
untuk preparasi organ lambung, antara lain scalpel, blade, pinset anatomis,
gunting, papan bedah, dan pot organ. Peralatan yang digunakan untuk
pengukuran kadar MDA, antara lain tabung reaksi, microtube, vortex,
plastik wrap, water bath, dan sprektofotometer Shimadzu UV-visible
spectofotometer UV-1601®.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
28
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan preparat histopatologi
lambung, antara lain inkubator, penjepit (block holder), mikrotom, kuas,
obyek glass, hot plate, inkubator, cover glass, dan mikroskop cahaya
Olympus BX52®.
4.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk persiapan hewan coba, yaitu tikus
putih (Rattus norvegicus). Bahan yang digunakan untuk perhitungan dosis
rhodamin B dan sakarin, antara lain rhodamin B, sakarin, dan akuades.
Bahan yang digunakan untuk pemberian rhodamin B dan sakarin, antara
lain rhodamin B dan sakarin. Bahan yang digunakan untuk preparasi organ
lambung, antara lain NaCl fisiologis 1%, Phospate Buffer Saline (PBS),
dan Paraformaldehide (PFA) 4%. Bahan yang digunakan untuk
pengukuran kadar MDA antara lain akuades, TCA 10%, HCl 1N, Na-Thio,
dan NaCl fisiologis. Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat
histopatologi lambung, antara lain PFA 4%, etanol 70%, xylol, parafin,
pewarna HE, alkohol, dan entellan.
4.3. Tahapan Penelitian
4.3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian bersifat eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba dibagi
menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu K(-) adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) yang tidak diberi perlakuan, kelompok P1 adalah tikus putih
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
29
(Rattus norvegicus) yang diberi rhodamin B 22,5 mg/kg BB, kelompok P2
adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi sakarin 157,77 mg/kg
BB, dan kelompok P3 adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi
kombinasi antara rhodamin B 22,5 mg/kg BB dan sakarin 157,77 mg/kg
BB (Tabel 4.1.).
Tabel 4.1. Rancangan Penelitian
Kelompok Keterangan
K(-) Tikus putih hanya diberikan pakan dan air minum
ad-libitum pada hari ke-1 hingga hari ke 37, tanpa
pemberian rhodamin B dan sakarin.
P1 Tikus putih diberikan pakan dan air minum ad-
libitum pada hari ke-1 hingga hari ke-37,
kemudian diberikan rhodamin B dengan dosis
22,5 mg/kgBB pada hari ke-8 hingga hari ke-37.
P2 Tikus putih diberikan pakan dan air minum ad-
libitum pada hari ke-1 hingga hari ke-37,
kemudian diberikan sakarin dengan dosis 157,77
mg/kgBB pada hari ke-8 hingga hari ke-37.
P3 Tikus putih diberikan pakan dan minum ad-
libitum pada hari ke-1 hingga hari ke-37,
kemudian diberikan kombinasi rhodamin B dosis
22,5 mg/kgBB dan sakarin dosis 157,77 mg/kgBB
pada hari ke-8 hingga hari ke-37.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
30
4.3.2. Sampel Penelitian
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar berumur 8-12 minggu. Berat
badan tikus putih (Rattus norvegicus) 150-200 gram. Hewan coba
diadaptasi selama tujuh hari untuk menyesuaikan dengan kondisi di
laboraturium. Estimasi besar sampel dihitung berdasarkan rumus
(Kusriningrum, 2008):
t (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 19/4
n ≥ 4,75
n ≈ 5
4.3.3. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : Dosis rhodamin B dan sakarin
b. Variabel terikat : Kadar MDA lambung dan gambaran histopatologi
lambung
c. Variabel kontrol : Tikus putih (Rattus norvegicus), strain, jenis
kelamin, berat badan, umur, suhu kandang 18-
27oC, pakan, air minum, dan kandang.
Keterangan:
P = jumlah perlakuan
n = jumlah minimal ulangan yang
diperlukan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
31
4.4. Prosedur Kerja
4.4.1. Persiapan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah tikus putih
(Rattus norvegicus), strain Wistar, dengan jenis kelamin jantan, berumur
8-12 minggu dengan berat badan rata-rata 150-200 gram. Tikus putih
(Rattus norvegicus) ditempatkan pada kandang berupa bak plastik bersekat
dengan jumlah 4 ekor/kandang. Sebelum penelitian dimulai, dilakukan
aklimatisasi pada tikus putih (Rattus norvegicus) selama tujuh hari dengan
pemberian pakan berupa BR-1 comfeed®
dan air minum ad-libitum.
4.4.2. Perhitungan Dosis Rhodamin B dan Sakarin
Dosis rhodamin B yang diberikan pada tikus putih (Rattus
norvegicus) kelompok P1 mengacu pada penelitian terdahulu tentang uji
toksisitas Rhodamin B. Dosis rhodamin B yang diberikan pada tikus putih
(Rattus norvegicus) pada penelitian Siswati (2000), yaitu 150 ppm, 300
ppm, dan 600 ppm. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa hasil
pemberian dosis terendah, yaitu 150 ppm dapat menimbulkan kerusakan
hepar yang ditunjukkan dengan perubahan bentuk dan susunan sel.
Sehingga, pada kelompok P1 dalam penelitian ini digunakan dosis
terendah, yaitu 150 ppm. Dosis tersebut kemudian dikonversikan dalam
berat badan tikus putih (Rattus norvegicus) menjadi 22,5 mg/kgBB. Pada
penelitian Suciati (2014), digunakan dosis terendah 22,5 mg/kgBB yang
dilarutkan dalam 1 ml akuades. Larutan tersebut diberikan pada masing-
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
32
masing tikus putih (Rattus norvegicus) dalam kelompok P1 (Lampiran
2.).
Dosis sakarin yang diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus)
kelompok P2 mengacu pada penelitian terdahulu tentang uji toksisitas
sakarin. Dosis sakarin yang diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus)
pada penelitian Indraswari (1998), yaitu 15,78 mg/kgBB, 31,55 mg/kgBB,
dan 63,11 mg/kgBB selama 75 hari. Dari hasil penelitian tersebut
dijelaskan bahwa hasil pemberian dosis terendah, yaitu 15,78 mg/kgBB
dapat menimbulkan kerusakan ginjal berupa degenerasi sel. Tetapi dalam
penelitian ini digunakan dosis tertinggi, yaitu 63,11 mg/kgBB supaya hasil
yang didapatkan lebih signifikan. Sehingga, pada kelompok P2 dalam
penelitian ini digunakan dosis, yaitu 157,77 mg/kgBB dikarenakan waktu
pemaparan yang dilakukan pada penelitian ini hanya 30 hari. Dosis sebesar
157,77 mg/kgBB tersebut dilarutkan dalam 1 ml akuades. Larutan tersebut
diberikan pada masing-masing tikus putih (Rattus norvegicus) dalam
kelompok P2 (Lampiran 2.).
Dalam penelitian ini dosis kombinasi rhodamin B dan sakarin yang
diberikan pada tikus putih (Rattus norvegicus) kelompok P3 merupakan
dosis kombinasi dari rhodamin B 22,5 mg/kgBB ditambah dengan dosis
sakarin 157,77 mg/kgBB. Kombinasi antara rhodamin B dan sakarin
tersebut dilarutkan dalam 1 ml akuades. Larutan tersebut diberikan pada
masing-masing tikus putih (Rattus norvegicus) dalam kelompok P3
(Lampiran 2.).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
33
4.4.3. Pemberian Rhodamin B dan Sakarin
Pemberian rhodamin B dan sakarin pada kelompok P1, kelompok
P2, dan kelompok P3 dilakukan per-oral dengan menggunakan sonde
lambung selama 30 hari. Tikus putih (Rattus norvegicus) dalam satu hari
diberikan rhodamin B dan sakarin sebanyak satu kali pemberian pada
pukul 11.00 WIB setelah makan. Pemberian rhodamin B dan sakarin
dimulai pada hari ke-8 sampai hari ke-37.
4.4.4. Euthanasi Hewan Coba
Proses euthanasi pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus)
dilakukan pada hari ke–38 setelah seluruh perlakuan penelitian dilakukan.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan euthanasi pada
hewan coba dengan cara dislokasi leher. Setelah dilakukan euthanasi, tikus
putih (Rattus norvegicus) diletakkan pada posisi rebah dorsal dan
dilakukan pembedahan pada bagian abdomen.
4.4.5. Preparasi Organ Lambung
Preparasi organ lambung, dilakukan dengan melakukan
pengambilan organ lambung. Dicuci dalam NaCl fisiologis 0,9%.
Dipotong menjadi dua dengan potongan longitudinal, sebagian potongan
lambung dimasukkan dalam larutan PBS dan sebagian lagi dimasukkan
pada larutan PFA 4%.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
34
4.4.6. Pengukuran Kadar Malondialdehid (MDA)
4.4.6.1. Pembuatan Kurva Baku Malondialdehid (MDA)
Pembuatan kurva standar MDA dilakukan dengan membuat
larutan stok MDA dengan konsentrasi 0,25; 0,5; 1; 2; dan 3 µg/ml
masing-masing diambil 100 µl. Dimasukkan dalam eppendorf yang
berbeda. Ditambahkan 550 µl akuades. Masing-masing tabung yang
berisi 650 µl larutan ditambahkan 100 µl TCA 10%, 250 µl HCl 1N, dan
100 µl Na-Thio 1%. Selanjutnya larutan dihomogenkan dengan
melakukan sentrifugasi 500 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil
dan diinkubasi dalam penangas air dengan suhu 100oC selama 30 menit.
Setelah itu, didinginkan pada suhu ruangan. Larutan standar MDA
tersebut diukur absorbansinya dengan menggunakan spektofotometer
Shimadzu UV-visible spectophotometer UV-1601®
pada panjang
gelombang maksimum 532 nm. Hasil absorbansi kemudian dibuat kurva
standar. Kurva standar MDA dihasilkan dari persamaan regresi antara
absorbansi (y) dan konsentrasi MDA (x) (Lovric et al., 2008).
4.4.6.2. Pembuatan Homogenat dan Pengukuran Kadar Malondialdehid
(MDA)
Pembuatan homogenat lambung dilakukan dengan mengambil
dan memotong lambung menjadi bagian yang lebih kecil. Ditimbang 0,5
gram kemudian digerus dengan menggunakan mortar streril yang
diletakkan diatas balok es. Ditambahkan 0,5 ml NaCl fisiologis 0,9%
dingin. Dimasukkan dalam tabung ependorf 1,5 ml dan disentrifugasi
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
35
pada kecepatan 8000 rpm selama 20 menit. Diambil supernatan untuk
penentuan kadar MDA dengan melakukan uji TBA. Supernatan lambung
yang terbentuk diambil 100 µl dimasukkan kedalam eppendorf, ditambah
550 µl akuades, 100 µl TCA 10%, 250 µl HCL 1N, 100 µl Na-Thio.
Larutan tersebut selanjutnya dihomogenkan dengan cara disentrifugasi
500 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil dan diinkubasi dalam
penangas air 100oC selama 30 menit. Supernatan dibiarkan dalam suhu
ruang lalu diukur absorbansi dengan spektofotometer Shimadzu UV-
visible spectophotometer UV-1601®
pada panjang gelombang maksimum
532 nm (Lovric et al., 2008). Absorbansi yang diperoleh kemudian
diplotkan pada kurva atau persamaan regresi linear yang diperoleh,
sehingga didapatkan kadar MDA.
4.4.7. Pembuatan Preparat Histopatologi Lambung
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan preparat histopatologi
lambung untuk mengetahui perubahan gambaran histopatologi pada
lambung setelah diberikan perlakukan. Proses pembuatan preparat
histopatologi terdiri dari fiksasi, dehidrasi, penjernihan, embedding,
sectioning, penempelan diobyek glass, dan pewarnaan.
1. Fiksasi
Fiksasi untuk inaktivasi enzim degradasi, mencegah kerusakan jaringan,
dan menjaga kontinuitas jaringan. Tahapan fiksasi, yaitu dengan
memasukkan jaringan kedalam larutan PFA 4%, kemudian direndam
dalam etanol 70% selama 24 jam.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
36
2. Dehidrasi
Proses dehidrasi diawali dengan merendam jaringan dalam larutan
etanol dengan konsentrasi bertingkat mulai dari 70% selama 24 jam,
etanol 80% selama 2 jam, etanol 90%, sampai absolut, masing-masing
membutuhkan waktu 20 menit. Proses dehidrasi berfungsi untuk
menghilangkan sisa air yang ada didalam jaringan.
3. Penjernihan
Penjernihan dilakukan dengan cara jaringan dipindahkan dari alkohol
absolut kedalam larutan penjernihan, yaitu xylol I selama 20 menit,
kemudian xylol II selama 30 menit. Tahap penjernihan berfungsi untuk
mnghilangkan sisa etanol. Dilanjutkan dengan proses infiltrasi,
dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator
bersuhu 58-60oC dan membiarkan parafin memasuki sela-sela jaringan.
4. Embedding
Proses embedding dilakukan dengan mencelupkan jaringan dalam
parafin cair yang telah dituang kedalam cetakan. Setelah beberapa saat,
parafin akan memadat. Pembuatan preparat dilakukan dengan
memasukkan hasil embedding pada penjepit (block holder).
5. Sectioning
Sectioning diawali dengan mengatur ketebalan irisan dengan ukuran ±4-
5 µm dengan menggunakan mikrotom. Hasil irisan dipindahkan dengan
kuas kedalam air hangat 38-40oC untuk membuka lipatan dan
meluruskan kerutan halus yang ada. Irisan yang terentang sempurna
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
37
diambil dengan obyek glass. Potongan terpilih dikeringkan, kemudian
diletakkan diatas hot plate 38-40oC sampai kering. Preparat disimpan
dalam inkubator pada suhu 38-40oC, setelah itu diwarnai dengan
pewarnaan HE.
6. Pewarnaan HE
Pewarnaan HE dilakukan dengan menggunakan zat pewarna
Hematoksilin dan Eosin. Proses pewarnaan diawali dengan proses
deparafinasi dengan menggunakan xylol, kemudian dilanjutkan dengan
proses dehidrasi dengan memasukkan preparat kedalam alkohol
bertingkat. Konsentrasi alkohol yang digunakan 95%, 90%, 80%, dan
70% secara berurutan masing-masing selama tiga menit. Dicuci dengan
air mengalir dan dilanjutkan dengan merendam kedalam air akuades
selama 5 menit. Sediaan diwarnai dengan pewarna hematoksilin selama
1 menit. Dicuci dengan air mengalir selama 10 menit. Dicuci dengan
akuades selama 5 menit. Dilakukan pewarnaan dengan menggunakan
Eosin selama 5 menit. Dicuci kembali dengan air mengalir selama 10
menit, akuades selama 5 menit. Setelah sediaan diwarnai, dilakukan
dehidrasi dengan alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95% masing-masing
selama 2 detik. Dilanjutkan dengan alkohol absolut I, II, dan III
masing-masing 2 menit. Dilanjutkan dengan proses clearing dengan
xylol I, II, dan III selama 3 menit. Dilakukan mounting (perekatan)
menggunakan entellan serta ditutup menggunakan cover glass yang
selanjutnya diamati menggunakan mikroskop cahaya Olympus BX52®
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
38
dengan perbesaran 200x, 400x, dan 1000x (Junquiera dan Carneiro,
2007)
4.4.8. Analisa Data
Data hasil pengukuran MDA dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Product of Service Solution
(SPSS) 20.0 for Windows untuk One Way Analysis of Variance (ANOVA)
dan uji lanjutan dengan uji Tukey atau BNJ dengan α = 0,05. Data
pengamatan hasil histopatologi lambung dianalisa secara deskriptif
kualitatif. Analisa kualitatif untuk histopatologi lambung dilakukan dengan
membandingkan gambaran histopatologi lambung dari masing-masing
kelompok perlakuan penelitian dengan melihat kerusakan pada mukosa
lambung. Gambaran histopatologi mukosa lambung akibat paparan zat
xenobiotik dapat terlihat abnormalitas pada sel sel mukosa lambung, antara
lain erosi pada sel epitel, hemoragi, infiltrasi sel radang, dan nekrosis.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SKRIPSI
Oleh:
SYAKINA WAHYU ENDAH PUSPITA
135130107111040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
TOKSISITAS RHODAMIN B DAN SAKARIN TERHADAP
KADAR MALONDIALDEHID (MDA) DAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Oleh:
SYAKINA WAHYU ENDAH PUSPITA
135130107111040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
TOKSISITAS RHODAMIN B DAN SAKARIN TERHADAP
KADAR MALONDIALDEHID (MDA) DAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
SYAKINA WAHYU ENDAH PUSPITA
135130107111040
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
Pada tanggal 16 Oktober 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Hewan
LEMBAR PERNYATAAN
Pembimbing I
Edwin Widodo, S.Si., M.Sc., Ph.D
NIP. 19810504 2005 1 001
Pembimbing II
drh. Ajeng Erika P.H., M.Si
NIP. 19890516 201504 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
Prof. Dr. Aulani’am, drh., DES
NIP. 19600903 198802 2 001
TOKSISITAS RHODAMIN B DAN SAKARIN TERHADAP
KADAR MALONDIALDEHID (MDA) DAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syakina Wahyu Endah Puspita
NIM : 135130107111040
Program Studi : Kedokteran Hewan
Penulis Skripsi berjudul : Toksisitas Rhodamin B dan Sakarin terhadap
Kadar Malondialdehid (MDA) dan Gambaran
Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus
norvegicus)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan
tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termaktub di isi
dan tertulis dalam daftar pustaka dalam skripsi ini.
2. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil
jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung segala risiko yang akan
saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang, 16 Oktober 2017
Yang menyatakan,
Syakina Wahyu Endah Puspita
135130107111040
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iv
ABSTRAK
Rhodamin B dan sakarin merupakan zat xenobiotik yang berbahaya bagi
tubuh. Konsumsi rhodamin B dan sakarin secara terus menerus dapat
menyebabkan kanker serta gangguan beberapa fungsi organ seperti hati, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh toksisitas rhodamin B dan sakarin terhadap kadar MDA dan gambaran
histopatologi lambung tikus putih (Rattus norvegicus). Tikus putih (Rattus
norvegicus) dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok K(-), P1, P2,
dan P3. Kelompok K(-) tidak diberikan rhodamin B dan sakarin, kelompok P1
diberikan rhodamin B dengan dosis 22,5 mg/kgBB, kelompok P2 diberikan
sakarin dengan dosis 157,77 mg/kgBB, dan kelompok P3 diberikan kombinasi
rhodamin B dengan dosis 22,5 mg/kg BB ditambah sakarin dengan dosis 157,77
mg/kgBB. Pemberian rhodamin B dan sakarin dilakukan selama 30 hari per-oral
menggunakan sonde lambung. Parameter yang diamati adalah kadar MDA dengan
menggunakan uji Asam Tiobarbiturat (TBA) dan gambaran histopatologi lambung
tikus putih (Rattus norvegicus) dengan menggunakan pewarnaaan Hematoksilin
Eosin (HE). Analisa kadar MDA dilakukan secara kuantitatif menggunakan
analisa ragam ANOVA dilanjutkan dengan uji Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan
α = 0,05 dan data gambaran histopatologi lambung dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh toksisitas rhodamin B dan
sakarin terhadap kadar MDA dan gambaran histopatologi lambung. Pada
kelompok P3 memberikan pengaruh lebih toksik ditandai dengan kadar MDA
tertinggi dibanding kelompok lain, yaitu 2,799 ± 0,309. Gambaran histopatologi
lambung pada kelompok P3 menunjukkan adanya erosi, hemoragi, infiltrasi sel
radang, karioreksis, kariolisis, dan piknosis.
Kata kunci: Rhodamin B, Sakarin, MDA, Histopatologi, Lambung
TOKSISITAS RHODAMIN B DAN SAKARIN TERHADAP KADAR
MALONDIALDEHID (MDA) DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI
LAMBUNG TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
v
ABSTRACT
Rhodamine B and saccharin are xenobiotic substances that are harmful to
the body. The continuous consumption of rhodamine B and saccharin can lead to
cancer and disruption of some organ functions such as the liver, respiratory tract,
and gastrointestinal tract. This study was conducted to determine the toxicity
effect of rhodamine B and saccharine on gastric MDA levels and histopathology
in white rat (Rattus norvegicus). The white rat (Rattus norvegicus) were divided
into 4 treatment groups: K(-), P1, P2, and P3 group. K(-) group were not given
rhodamine B and saccharin, P1 group were given rhodamine B at dose of 22,5
mg/kgBW, P2 group were given saccharin at dose of 157,77 mg/kgBW, and P3
group were given the combination of both of it. The administration of rhodamine
B and saccharin was performed for 30 days per-orally. The parameters which
observed in this reseach were gastric’s MDA level with Tiobarbituric Acid (TBA)
test and gastric histopathology of white rat (Rattus norvegicus) with Hematoxylin
Eosin (HE) stained. Measurement of gastric MDA level was analyzed statistically
quantitative conducted by ANOVA and followed by Fisher’s exact test with α =
0,05. Gastric histopathology was analyzed in descriptive qualitativeThe result
showed that there were differences of rhodamine B and saccharin administration
effects to MDA levels and gastric histopathology. P3 group showed the most toxic
effect marked by highest MDA levels compared to the other groups of
2.799±0,309. Other than that erotion, hemorrhage, inflammatory cell infiltration,
karyorrhexis, karyolysis, and pyknosis were found in gastric histopathology in P3
group.
Key words: Rhodamine B, Saccharin, MDA level, Histopatology, Gastric.
TOXICITY OF RHODAMINE B AND SACCHARIN ON GASTRIC
MALONDIALDEHYDE (MDA) LEVEL AND HISTOPATHOLOGY
OF WHITE RAT (Rattus norvegicus)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, limpahan rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Toksisitas Rhodamin B dan Sakarin
terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) dan Gambaran Histopatologi Lambung
Tikus Putih (Rattus norvegicus)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya (FKH UB).
Dengan terselesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak
kepada:
1. Prof. Dr. Aulani’am, drh., DES., selaku Dekan FKH UB.
2. Edwin Widodo, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi dan
menyetujui skripsi ini.
3. drh. Ajeng Erika P.H., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi dan
menyetujui skripsi ini.
4. drh. Fajar Sodiq Permata M.Biotech., yang telah memberikan ide dalam
pembuatan skripsi ini.
5. drh. Yudit Oktanella, M.Si., drh. Galuh Chandra Agustina, M.Si., dan drh.
Mira Fatmawati, M.Si., selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta
memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
vii
6. Keluarga tercinta ayah Syaifuddin, ibu Sundiyah (Almh), adik Latif Putri
Ma’rufah, dan nenek Maimunah atas do’a, dukungan serta semangat tiada
henti kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan.
7. Yurista, Serlly, Ikrar, dan Ifan sebagai rekan penelitian yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis terutama S. Efi, Zulfa, Alvira, Dewi, Fiva, Uyung,
Dina, Dia, Nuril, Wimas, Tika, Mida, Elsa, dan Sintya atas kebersamaan,
motivasi, kesabaran dalam menghadapi penulis, dan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman – teman DEXA 2013-D dan SIX SENSE yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini. Maka dari
itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan skripsi ini,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT meridhoi dan
dicatat sebagai ibadah di sisi-Nya, Amin.
Malang, 16 Oktober 2017
Penulis
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
ABSTRACT ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG ............................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.4. Tujuan .................................................................................................... 6
1.5. Manfaat ................................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8 2.1. Tikus Putih (Rattus norvegicus) ............................................................ 8
2.2. Uji Toksisitas ......................................................................................... 9
2.3. Lambung ............................................................................................. 11
2.3.1. Anatomi Lambung ..................................................................... 11
2.3.2. Fisiologi Lambung ..................................................................... 12
2.3.3. Histologi Lambung .................................................................... 13
2.4. Rhodamin B ......................................................................................... 15
2.5. Sakarin ................................................................................................. 17
2.6. Radikal Bebas ...................................................................................... 18
2.6.1. Peroksidasi Lipid ....................................................................... 19
2.7. Malondialdehid (MDA) ...................................................................... 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN ................. 23 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................. 23
3.2. Hipotesa Penelitian .............................................................................. 26
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 27
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 27
4.2. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 27
4.2.1. Alat ............................................................................................. 27
4.2.2. Bahan ......................................................................................... 28
4.3. Tahapan Penelitian ............................................................................... 28
4.3.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 28
4.3.2. Sampel Penelitian ...................................................................... 30
4.3.3. Variabel Penelitian ..................................................................... 30
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ix
4.4. Prosedur Kerja Penelitian .................................................................... 31
4.4.1. Persiapan Hewan Coba .............................................................. 31
4.4.2. Perhitungan Dosis Rhodamin B dan Sakarin ............................. 31
4.4.3. Pemberian Rhodamin B dan Sakarin ......................................... 33
4.4.4. Euthanasi Hewan Coba .............................................................. 33
4.4.5. Preparasi Organ Lambung ......................................................... 33
4.4.6. Pengukuran Kadar Malondialdehid (MDA) .............................. 34
4.4.6.1. Pembuatan Kurva Malondialdehid (MDA) .................. 34
4.4.6.2. Pembuatan Homogenat dan Pengukuran
Kadar Malondialdehid (MDA) ................................... 34
4.4.7. Pembuatan Preparat Histopatologi Lambung ............................ 35
4.4.8. Analisa Data .............................................................................. 38
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 39
5.1. Pengaruh Toksisitas Rhodamin B dan Sakarin terhadap Kadar
Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus) ... 39
5.2. Pengaruh Toksisitas Rhodamin B dan Sakarin terhadap Gambaran
Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus) ................... 44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57
6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 57
6.2. Saran .................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59
LAMPIRAN ............................................................................................................. 65
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Rancangan Penelitian ......................................................................................... 29
5.1. Rata-Rata Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus Putih
(Rattus norvegicus) ............................................................................................ 40
5.2. Perubahan Gambaran Histopatologi Lambung Tikus Putih
(Rattus norvegicus) ............................................................................................ 48
L. 9.1. Data pengukuran Larutan Standar MDA λ=532 nm ...................................... 78
L. 9.2. Data Absorbansi Malondialdehid (MDA) Malondialdehid (MDA)
Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus ..................................................... 78
L. 9.3. Data Perhitungan Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung
Tikus Putih (Rattus norvegicus .................................................................... 79
L. 10.1. Uji Normalitas Data dari Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................................................. 80
L. 10.2. Tabel Deskriptif dari Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus
Putih (Rattus norvegicus) ............................................................................ 81
L. 10.3. Uji Homogenitas Varian dari Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................................................. 82
L. 10.4. Uji ANOVA dari Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus Putih
(Rattus norvegicus) ..................................................................................... 83
L. 10.5. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................................................. 84
L. 10.6. Notasi pada Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Kadar Malondialdehid (MDA)
Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus) ................................................. 86
L. 10.7. Notasi Huruf pada Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Kadar Malondialdehid
(MDA) Lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................... 87
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Tikus Putih (Rattus norvegicus) ........................................................................... 8
2.2. Anatomi Lambung ............................................................................................. 12
2.3. Histologi Lambung ............................................................................................ 15
2.4. Struktur Kimia Rhodamin B .............................................................................. 15
2.5. Struktur Kimia Sakarin ..................................................................................... 18
2.6. Mekanisme Peroksidasi Lipid ............................................................................ 21
2.7. Mekanisme Pembentukan Malondialdehid (MDA) .......................................... 22
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................. 23
5.1. Grafik Rata-rata Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus
Putih (Rattus norvegicus) .................................................................................. 39
5.2.A. Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus novergicus) Kelompok
K(-) dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) perbesaran 200x, 400x,
dan 1000x ..................................................................................................... 45
5.2.B. Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus novergicus) Kelompok
P1 dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) perbesaran 200x, 400x,
dan 1000x ...................................................................................................... 46
5.2.C. Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus novergicus) Kelompok
P2 dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) perbesaran 200x, 400x,
dan 1000x ...................................................................................................... 46
5.2.D. Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus novergicus) Kelompok
P3 dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) perbesaran 200x, 400x,
dan 1000x ...................................................................................................... 47
L. 9.1. Kurva Standar Malondialdehid (MDA) ....................................................... 78
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rancangan Penelitian ............................................................................................ 66
2. Perhitungan Dosis Rhodamin B dan Sakarin ........................................................ 67
3. Prosedur Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Lambung ........................ 69
4. Pembuatan Preparat Histopatologi Lambung ....................................................... 71
5. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) .................................................................. 72
6. Material Safety Data Sheet (MSDS) Rhodamin B .............................................. 73
7. Material Safety Data Sheet (MSDS) Sakarin ...................................................... 75
8. Sertifikat Laik Etik .............................................................................................. 77
9. Perhitungan Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus Putih
(Rattus norvegicus) .............................................................................................. 78
10. Hasil Uji Statistika Kadar Malondialdehid (MDA) Lambung Tikus Putih
(Rattus norvegicus) ............................................................................................ 80
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xiii
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG
Simbol/singkatan Keterangan
% Persen
/ Per οC
Derajat celcius
µL mikroliter
ANOVA Analysis Of Variance
APC Antigen Presenting Cells
BB Berat Badan
BNJ Beda Nyata Jujur
BTM Bahan Tambahan Makanan
BTP Bahan Tambahan Pangan
cm centimeter
g gram
H Hidrogen
HCl Asam Klorida
HE Hematoksilin Eosin
kg kilogram
l Liter
LD50 Lethal Dose
MDA Malondialdehid
Mg milligram
MHC II Mayor Histocompatibility Complex II
ml milliliter
MN Mononuclear
MSDS Material Safety Data Sheet
N Nitrogen
NaCl Natrium Klorida
nm nanometer
O Oksigen
O2-
superoxide
PBS Phospat Buffered Saline
PJAS` Panganan Jajan Anak Sekolah
PFA Paraformaldehyde Acid
PMN Polymorphonuclear
PUFA Polyunsaturated Fatty Acid
RAL rancangan acak lengkap
ROS Reactive Oxygen Species
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xiv
SD Sekolah Dasar
SPSS Statistical Package for the Social Sciences
TBA Thiobarbituric Acid
TCA Trichloroacetic Acid