kandungan logam berat hg, cd, dan pb pada kerang … · kandungan logam berat hg, cd, dan pb pada...

84
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Cd, DAN Pb PADA KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN TELUK LADA, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN. FITRIANA INTAN PUTRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: vuongquynh

Post on 14-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Cd, DAN Pb PADA KERANG DARAH (Anadara granosa)

DI PERAIRAN TELUK LADA, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN.

FITRIANA INTAN PUTRI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara

granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2010

Fitriana Intan Putri C24062467

 

iii

RINGKASAN

Fitriana Intan Putri. C24062467. Kajian Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten. Di bawah bimbingan Rahmat Kurnia dan Yusli Wardiatno.

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu biota laut yang menjadi konsumsi masyarakat sekitar perairan Teluk Lada. Kerang ini hidup di daerah sekitar pantai atau muara sungai yang dekat dengan masukan berbagai bahan hasil dari aktivitas manusia, salah satunya adalah logam berat. Kerang darah (A. granosa) mempunyai sifat filter feeder sehingga mampu mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya dan dapat juga sebagai bioindikator suatu perairan.

Penelitian ini dilakukan di daerah perairan sekitar perairan PLTU Labuan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Banten selama 8 bulan, yaitu Desember 2009 - Juli 2010. Pengamatan dilakukan secara spasial dan temporal. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat merkuri (Hg), timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada air, sedimen, dan tubuh kerang darah (A. granosa) di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui tingkat akumulasi dan batas aman konsumsi kerang darah (A. granosa). Penentuan kadar logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan MSP FPIK. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan melakukan perbandingan terhadap baku mutu.

Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb secara temporal masing-masing bernilai 0.00028 ppm, 0.0078 ppm, dan 0,0213 ppm. Secara spasial kandungan logam berat (Hg, Cd, Pb) masing-masing bernilai 0.0002-0.0004 ppm, 0.006-0.018 ppm, dan 0.007-0.036 ppm. Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada sedimen secara temporal masing-masing bernilai 0.03125 ppm, 0.139 ppm, dan 0,175 ppm. Secara spasial kandungan logam berat (Hg, Cd, Pb) masing-masing bernilai <0.02 ppm, <0.125-0.150 ppm, <0.125-0.175 ppm.

Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A. granosa) ukuran besar (>2.5 cm) secara temporal berturut-turut adalah 0.035 ppm, 0.2565 ppm, dan 0.2856 ppm. Kerang yang berukuran kecil rata-rata kandungan logamnya adalah 0.2 ppm, 0.2101, dan 0.2069 ppm. Secara spasial rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A. granosa) berukuran besar adalah 0,2 ppm, 0,308 ppm, dan 0.294 ppm. Pada kerang darah berukuran kecil (<2.5 cm) rata-rata kandungannya (Hg, Cd, Pb) adalah 0.2 ppm, 0.237 ppm, dan 0.250 ppm. Tingkat akumulasi pada kerang darah (Anadara granosa) selama pengamatan baik ukuran besar (>2.5 cm) maupun kecil (<2.5 cm) tergolong pada sifat akumulasi rendah (IFK<100). Batas aman konsumsi kerang darah ukuran kecil yang mengandung logam berat Hg, Cd, Pb adalah 42 ekor kg berat badan/minggu, 17 ekor kg berat badan/minggu, dan 17 ekor kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran besar batas aman konsumsi terkait dengan keberadaan logam berat Hg, Cd, dan Pb masing-masing adalah 24 ekor/kg berat badan/minggu, 9 ekor/kg berat badan/minggu, dan 8 ekor/kg berat badan/minggu.

iv

Adapun saran yang diajukan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan kajian mengenai pasang surut air laut, kajian sumber pencemaran lebih lanjut, monitoring kualitas air dan kajian logam berat Hg, Cd, dan Pb pada spesies yang berbeda, yaitu kerang bulu (A. antiquata). Selain itu, dapat juga dilakukan kajian mengenai logam lain yang biasa berada di perairan contohnya seng (Zn) dan tembaga (Cu).

KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Cd, DAN Pb PADA KERANG DARAH (Anadara granosa)

DI PERAIRAN TELUK LADA, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

FITRIANA INTAN PUTRI C24062467

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

PENGESAHAN SKRIPSI Judul penelitian : Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah

(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten

Pandeglang, Banten

Nama : Fitriana Intan Putri

NIM : C24062467

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. Dr. Ir. Yusli Wardiatno,M.Sc.

NIP.19680928 199302 1 001 NIP.19660728 199103 1 002

Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. NIP. 19660728 199103 1 002

Tanggal lulus : 06 September 2010  

  vii

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi

ini berjudul Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah

(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.;

disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Desember 2009 –

Juli 2010, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing

dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno M.Sc. selaku pembimbing serta Ir. Agustinus M.

Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan S1 atas bimbingan dan arahannya yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc. yang telah memberikan bantuan

pendanaan terhadap penelitian ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan

keterbatasan pengetahuan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih

sempurna dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, September 2010

Penulis

 

  viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Yusli

Wardiatno M.Sc. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini. Ir. Nurlisa

A. Butet, M.Sc. yang telah memberikan bantuan pendanaan sehingga

penelitian ini dapat terlaksana. 2. Dr. Ir. Etty Riani H M.S. selaku dosen penguji tamu, Ir. Zairion, M.Sc.

selaku dosen pembimbing akademik dan Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil

selaku ketua komisi pendidikan program studi S1 atas saran, nasehat dan

perbaikan yang diberikan.

3. Staf Laboratorium Proling (Ibu Ana, Pak Tony, Kak Budi dan Mas Adon)

yang banyak membantu selama proses analisis logam berat..

4. Staf tata usaha MSP (Mbak Widar dan Mbak Yani) atas arahan dan

kesabarannya.

5. Keluarga tercinta (Ibu, Bapak, Aa Ersa, Kak Ira, Tedek Fatih, Bi Nani, Pak

Hamdan) atas doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasinya.

6. Tim Anadara (Widya, Tyo, Silvi, Kiki, Frida, Yuli, Danang), Gazebo’ers

(Siti, Yesti, Nira, Via, Yani, Ria), teman-teman FKMC (Muta, Mba Nur,

Hanif) dan teman-teman Arsida (Windarti, Mba Retno, Ryza, Mba Nanda,

Mba Siska, Dini, Dyah, Tika) atas suka duka, perjuangan, bantuan dan

kerjasamanya selama ini.

7. Teman-teman MSP (angkatan 43, 44, 45) atas bantuannya.

  ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 6 Desember

1988 dari pasangan Bapak Endung Natadiredja dan Ibu

Nende Sunarti. Penulis merupakan putra kedua dari dua

bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN 4

Rancaekek (2000), SLTPN 3 Rancaekek (2003) dan SMAN

3 Rancaekek, Kabupaten Bandung (2006). Pada tahun 2006

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata

Kuliah Ekologi Perairan (2008/2009 dan 2009/2010), Fisiologi Hewan Air

(2008/2009 dan 2009/2010), Limnologi Perairan (2009/2010) dan Ekotoksitologi

Perairan (2009/2010) serta aktif sebagai anggota Divisi Akademis pengurus

Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun

2008/2009 dan Anggota Divisi Cerdas (Ilmi) Lembaga Dakwah Fakultas Forum

Keluarga Muslim FPIK (LDF FKMC) pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010. Selain

itu penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis

melaksanakan penelitian yang berjudul ” Kajian Kandungan Logam Berat Hg,

Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada,

Kabupaten Pandeglang, Banten”.

 

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4. Manfaat .............................................................................................. 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1. Anadara granosa (Kerang darah) ..................................................... 5 2.2. Logam Berat ....................................................................................... 6

2.2.1. Merkuri (Hg) ............................................................................ 7 2.2.2. Kadmium (Cd) ......................................................................... 9 2.2.3. Timbal (Pb) .............................................................................. 10

2.3. Sedimen .............................................................................................. 11 3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 12

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 12 3.2. Metode Pengambilan Data dan Penelitian ......................................... 13 3.2.1. Metode pengambilan data ...................................................... 13

3.2.2. Prosedur pengambilan contoh .................................................. 13 3.2.3. Parameter fisika-kimia perairan ................................................ 14 3.3. Penanganan Contoh .......................................................................... 14 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 15 3.4.1. Faktor bioakumulasi atau konsentrasi .................................... 15 3.4.2. Koefisien korelasi .................................................................... 15 3.4.3. Analisa Deskriptif .................................................................... 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 18 4.1. Kondisi Lingkungan Perairan ............................................................. 18 4.1.1. Temporal ................................................................................... 18 4.1.2. Horizontal ................................................................................. 20 4.2. Logam Berat ........................................................................................ 21 4.2.1. Analisis Temporal ..................................................................... 21 4.2.1.1. Logam Berat di Air ..................................................... 21 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 21 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 22 c. Timbal (Pb) ............................................................. 24 4.2.1.2. Logam Berat di Sedimen ............................................. 25 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 25 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 26

xi

c. Timbal (Pb) ............................................................. 28 4.2.1.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara

granosa) .................................................................... 29 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 29 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 30 c. Timbal (Pb) ............................................................. 31 4.2.2. Analisis Horizontal ................................................................... 32 4.2.2.1. Logam Berat pada Air ................................................ 32 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 32 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 34 c. Timbal (Pb) ............................................................. 35 4.2.2.2. Logam Berat pada Sedimen ........................................ 36 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 36 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 37 c. Timbal (Pb) ............................................................. 38 4.2.2.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara

granosa) ................................................................... 40 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 40 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 41 c. Timbal (Pb) ............................................................. 42 4.3. Rasio Kandungan Logam Berat ........................................................... 43

4.3.1. Rasio Kandungan Logam Berat antara Air dan Sedimen ........ 43 4.3.2. Rasio Kandungan Logam Berat antara Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) ....................................... 44 4.4. Faktor Konsentrasi ............................................................................... 47

4.4.1. Temporal .................................................................................. 47 4.4.2. Horizontal ................................................................................... 50 4.5. Faktor Korelasi ..................................................................................... 52

4.5.1. Temporal .................................................................................. 52 4.5.2. Horizontal ................................................................................... 53 4.6. Batas Aman Konsumsi ......................................................................... 54 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 57 5.2. Saran ..................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58 LAMPIRAN .................................................................................................... 62

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Parameter, alat dan loksi yang digunakan untuk analisa kualitas air perairan Teluk Lada, Banten .......................................................................................... 14

2. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (dalam ppm) .............................. 16

3. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADC/CEDA (1997) ..... 16

4. Parameter fisika-kimia perairan secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 18

5. Parameter fisika-kimia perairan secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 20

6. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 21

7. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 23

8. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................ 24

9. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 25

10. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 27

11. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 28

12. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten.............................................. 29

13. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 33

14. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 37

15. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 38

16. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 39

17. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa)secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ............. 40

18. Rasio (air : sedimen) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................. 43

19. Rasio (air : sedimen) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada,

xiii

Banten ............................................................................................................. 43

20. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara temporal di perairan Teluk Lada,Banten ......................................................................... 45

21. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 45

22. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 46

23. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 46

24. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) secara temporal .................................... 52

25. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal .................................. 53

26. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (g/kg berat badan/minggu) .............................................................. 54

27. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (ekor/kg berat badan/minggu) ......................................................... 55

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram Alir Rumusan Masalah ................................................................. 3

2. Anadara granosa (Kerang darah) ................................................................ 5

3. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten 13

4. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .......... 31

5. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .......... 32

6. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .................................................................... 34

7. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .................................................................... 36

8. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ........ 41

9. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ........ 42

10. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 48

11. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 48

12. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 49

13. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 50

14. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 51

15. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 51

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi penelitian perairan Teluk Lada, Banten ................................................ 62

2. Prosedur analisis logam berat ........................................................................... 63

3. Data logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................... 64

4. Hubungan korelasi kandungan logam berat pada air, sedimen dan kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, banten ............. 65

5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ....................................................... 66

6. Contoh perhitungan rasio logam berat, IFK (indeks faktor konsentrasi), dan batas aman konsumsi .................................................................................. 68

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran merupakan salah satu permasalahan yang besar. Sumber

pencemaran dapat berasal dari kegiatan alam maupun kegiatan manusia.

Pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia memiliki kontribusi yang lebih

besar dibandingkan dengan pencemaran yang berasal dari kegiatan alam. Hal ini

dipengaruhi oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Peningkatan

jumlah penduduk berdampak pada pemenuhan kebutuhan, baik sandang, pangan,

maupun papan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat meningkatkan pengeluaran

limbah baik domestik maupun industri.

Adanya masukan limbah ke dalam perairan dapat mengakibatkan perubahan

kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia. Penurunan kualitas perairan

disebabkan oleh adanya zat pencemar baik berupa komponen-komponen organik

maupun komponen anorganik. Komponen anorganik diantaranya adalah logam berat

yang berbahaya. Penggunaan logam berat tersebut dapat digunakan baik secara

langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah mencemari

lingkungan. Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari

lingkungan diantaranya adalah merkuri (Hg), timbal atau timah hitam (Pb), arsenik

(As), tembaga (Cu), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel (Ni) (Fardiaz 1992 in

Siaka 2008).

Perairan Teluk Lada merupakan salah satu perairan yang berada di daerah

Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Perairan ini mendapat berbagai

masukan diantaranya adalah Sungai Cibama dan PLTU Labuan. Aktivitas yang

dilakukan penduduk yang berada di hulu atau sungai Cibama serta PLTU yang

menggunakan batubara sebagai bahan bakar dapat menjadi penyebab masuknya

logam berat ke dalam perairan.

Logam-logam berat yang masuk dalam perairan akan mengalami proses

pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi terutama di

dalam tubuh biota laut yang sedenter dan mendiami substrat. Kelompok organisme

yang mampu mengakumulasi logam berat adalah bivalvia. Kemampuan tersebut

  2

menjadikan bivalvia menjadi bioindikator suatu perairan (Dahuri et al. 1996 in

Umar et al. 2001). Proses akumulasi logam berat pada tubuh bivalvia tersebut

dinamakan bioakumulasi atau biomagnifikasi. Proses ini terkait karakteristik dari

bivalvia tersebut yaitu, bersifat sessile (mobilitas rendah) atau menetap pada

sedimen yang merupakan tempat tinggal atau habitat dan merupakan biota deposite

feeder. Salah satu jenis dari kerang-kerangan tersebut adalah kerang darah (Anadara

granosa). Kerang darah (A. Granosa) merupakan salah satu bivalvia yang sering

dikonsumsi oleh masyarakat sekitar PLTU Labuan. Oleh karena itu perlu dilakukan

suatu kajian mengenai kandungan logam berat pada daging kerang darah untuk

mengetahui keamanan dalam mengkonsumsi kerang tersebut terkait dengan

akumulasi dan dampaknya bagi kesehatan manusia.

1.2. Rumusan Masalah

Adanya masukan limbah ke dalam suatu perairan yang berasal aktivitas

manusia, baik industri, pertanian maupun pertambangan dapat merubah kualitas

lingkungan suatu perairan. Limbah yang dikeluarkan pada umumnya dibuang ke

sungai dan bermuara ke perairan pantai. Salah satunya adalah perairan Teluk Lada.

Limbah yang dikeluarkan tersebut dapat berupa bahan organik maupun anorganik.

Salah satu bahan anorganik yang berbahaya dan dapat menurunkan kualitas perairan

adalah logam berat (Hg, Cd, dan Pb).

Masukan logam berat tersebut tidak hanya akan menurunkan kualitas perairan,

namun akan menyebabkan akumulasi pada sedimen dan terjadi bioakumulasi pada

biota yang hidup di perairan tersebut terutama bivalvia yang merupakan organisme

yang bersifat deposite feeder dan sedenter (menetap) salah satunya adalah kerang

darah (Anadara granosa). Kerang darah ini merupakan salah satu bivalvia yang

sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar perairan Teluk Lada, Banten. Kajian ini

dapat digunakan untuk mengetahui batas aman konsumsi kerang darah baik ukuran

besar maupun kecil di perairan tersebut. Adapun alur dari rumusan masalah pada

penelitian ini disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

  3

Gambar 1. Diagram Alir Perumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada air dan sedimen di

perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten

2. Mengetahui kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb daging kerang darah

(Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.

3. Mengetahui tingkat akumulasi kerang darah (A. granosa) ukuran besar dan

kecil terhadap logam berat Hg, Cd, dan Pb di perairan Teluk Lada, Kabupaten

Pandeglang, Banten.

4. Mengetahui batas aman konsumsi pada kerang darah (A. granosa) ukuran besar

dan kecil.

Aktivitas Manusia

Aktivitas Industri

Perairan (Sedimen dan Air) 

Limbah Logam Berat

Aktivitas pertanian

Akumulasi Pada Tubuh Kerang

Aktivitas pertambangan

  4

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, analisa dan

kajian mengenai logam berat khususnya Hg, Cd, dan Pb di perairan Teluk Lada,

Kabupaten Pandeglang, Banten serta mengetahui batas aman kerang darah (A.

granosa) di perairan tersebut untuk dikonsumsi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anadara granosa (Kerang darah)

Klasifikasi kerang darah (Anadara granosa) (Gambar 2) berdasarkan Dance

(1974) adalah sebagai berikut :

Filum : Moluska

Kelas : Bivalvia

Ordo : Euxodontidae

Superfamili : Arcacea

Famili : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa Linnaeus

Gambar 2. Anadara granosa (Kerang darah)

Kerang darah (Anadara granosa) hidup pada lahan pantai yang berada di

daerah rataan pasang dan daerah rataan surut, tetapi tidak ditemukan di atas garis

rataan pasang (Broom 1985). Menurut Pathansali (1996) in Broom (1985) populasi

kerang darah tertinggi pada umumnya ditemukan di daerah pasang surut berlumpur

lunak yang berbatasan dengan hutan bakau. Kepadatan tertinggi A. granosa terdapat

pada hamparan lumpur pantai tetapi tidak terletak di daerah mulut atau muara

sungai. Salinitas pada daerah ini bervariasi yang dipengaruhi oleh musim. Selama

musim hujan salinitas pada daerah ini berkisar antara 5 ppt sampai 10 ppt,

sedangkan pada musim kemarau berkisar 28 ppt sampai 31 ppt (Pathansali 1963 ;

Broom 1980 in Broom 1985).

Anadara granosa (kerang darah) termasuk ke dalam kelas bivalvia. Kelas

bivalvia atau pelecypoda memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki tubuh

pipih lateral dan seluruh tubuhnya tertutup dua keping cangkang (bivalvia) yang

berhubungan di bagian dorsal dengan adanya “hinge ligament” yang merupakan pita

  6

plastik yang terbuat dari zat tanduk (Barnes 1987 in Prawuri 2005) Berdasarkan cara

hidupnya kerang darah (A. granosa) termasuk ke dalam benthos. Benthos (benthic

organism) merupakan organisme yang hidup di dasar perairan, baik yang hidup

tertancap, merayap maupun membenamkan dirinya di pasir atau lumpur (Odum

1996).

Kerang memilki sifat bioakumulatif terhadap logam berat. Logam berat dalam

perairan akan masuk ke dalam siklus rantai makanan atau berflokulasi dalam

senyawa “metal-humate”, sehingga terakumulasi dan mengalami peningkatan kadar

secara biologis (biomagnifikasi) dalam tubuh hewan maupun substrat. Pada kadar

tertentu logam yang terkandung dalam tubuh hewan dapat mengganggu organ tubuh

atau menjadi racun dan dapat berakibat fatal bagi hewan tersebut (Waldbott 1973 in

Tetelepta 1990).

2.2. Logam Berat

Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari

5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang

tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4

sampai 7 (Miettinen 1977 in Marganof 2003). Logam berat biasanya termasuk

dalam elemen metalik dengan berat atom lebih dari 40, akan tetapi logam alkalin

bumi, logam alkali, lanthanides dan actinides tidak termasuk ke dalamnya. Logam

berat paling penting untuk melihat polusi perairan adalah zink, timbal, kadmium,

merkuri, nikel dan kromium. Beberapa logam tersebut merupakan elemen penting

bagi kehidupan organisme, namun dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat

menjadi racun (Abel 1989). Sebagian logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),

dan cadmium (Cd) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas logam berat

yang tinggi terhadap unsur S dapat menyebabkan logam-logam ini menyerang ikatan

belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus

karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat.

Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat

proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa

fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan 1977 in Marganof 2003).

  7

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam

berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) adalah merkuri

(Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan cobalt

(Co) (Sutamihardja dkk 1982 in marganof 2003). Keberadaan logam berat di

perairan sangat berbahaya, baik secara langsung terhadap kehidupan organisme

maupun efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan

sifat-sifat logam berat berdasarkan PPLH-IPB (1997) ; Sutamihardja et al. (1982) in

Marganof (2003) yaitu :

1. Sulit terdegradasi, sehingga mudah terkumulasi dalam lingkungan perairan

dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan

membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi

dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi

karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang

dikandungnya ke dalam air, sehingga menjadi sumber pencemar dalam skala

waktu tertentu.

2.2.1. Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) merupakan unsur renik pada kerak bumi. Merkuri terdapat di

lingkungan sebagai senyawa anorganik dan organik (Lu 1995). Logam ini biasanya

disebut air raksa, biasanya bersenyawa dengan sulfid membentuk HgS, akan tetapi

logam ini tersebar luas dalam bentuk gabungan pada batu dan tanah (Moriber 1974).

Berdasarkan Darmono (1995), merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25°C) dan

memiliki titik beku yang rendah dibanding logam lainnya, yaitu -39ºC.

2. Memiliki kisaran suhu yang luas dalam bentuk cair, yaitu 396°C.

3. Memiliki volatilitas yang tinggi dibandingkan dengan logam lainnya.

4. Merupakan konduktor yang baik karena memiliki ketahanan listrik yang

rendah.

5. Mudah dicampur dengan logam lain membentuk komponen yang disebut

amalgam (alloy).

  8

6. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat toksik terhadap semua

makhluk hidup.

Sumber merkuri dapat berasal dari pelapukan batuan dan erosi tanah yang

melepas merkuri ke dalam perairan. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat

meningkatkan kadar merkuri di lingkungan. Aktivitas tersebut antara lain adalah

penambangan, peleburan (untuk menghasilkan logam dari bijih tambang sulfidnya),

pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi baja, semen serta fosfat (Lu 1995)

Bentuk merkuri di alam dapat dklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik dan

anorganik. Merkuri anorganik terdiri dari logam merkuri (Hg), (Hg+) atau (Hg++),

serta garam-garamnya yaitu merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).

Sedangkan merkuri organik terdiri dari fenil merkuri, metoksi merkuri, dan alkil

merkuri (Laws 1945).

Merkuri anorganik dapat mengalami transformasi menjadi dimetil merkuri

dengan bantuan aktivitas mikroba, baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Pada

kadar merkuri anorganik yang rendah, akan terbentuk dimetil merkuri sedangkan

pada kadar merkuri anorganik yang tinggi akan terbentuk monometil merkuri. Pada

perairan alami, kadar monometil merkuri dan dimetil akan dipengaruhi oleh

keberadaan mikroba, karbon organik, kadar merkuri anorganik, metal merkuri dapat

mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi pada biota perairan (Effendi 2003).

Tingkat kestabilan merkuri dalam perairan tergantung pada keadaan pH di

lingkungan perairan tersebut.

Kadar merkuri pada perairan laut berkisar antara < 10 ng/liter sampai 30

ng/liter. Untuk melindungi kehidupan organisme laut merkuri yang diperbolehkan

tidak boleh lebih dari 0,3 µg/liter (Moore 1991 in effendi 2003). Pencemaran

perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang

disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutan yang rendah dalam

air dan kemudahan diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air, baik

melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui food chain

(Budiono 2002).

  9

2.2.2. Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) merupakan logam dan termasuk ke dalam elemen transisi

dengan dua elektron pada kulit terluar dan pada kulit kedua dari terluar diisi dengan

delapan elektron. Pada sistem periodik Cd termasuk dalam golongan II B.

Adapun sifat dan kegunaan dari kadmium (Darmono 1995) ialah :

1. Tahan terhadap panas, sehingga sangat baik jika digunakan dalam campuran

bahan-bahan keramik, enamel dan pastik.

2. Tahan terhadap korosi, sehingga baik dalam pelapisan pelat besi dan baja.

Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, industri cat, pelapisan

logam, pigmen, baterai, keramik, tekstil, dan plastik (Darmono 1995). Kadar

kadmium pada perairan alami berkisar antara 0.29-0.55 ppb dengan rata-rata 0.42

ppb (Sanusi 2006).

Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap

grup sulfhidrid daripada enzim dan meningkat kelarutannya dalam lemak. Perairan

alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan

tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik. Kadmium pada

perairan alami membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun

inorganik, yaitu: Cd2+, Cd(OH)+, CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan Cd-organik. Ikatan

kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda: Cd2+ > CdSO4 > CdCl+

> CdCO3 > Cd(OH)+ (Sanusi 2006).

Pada pH yang tinggi kadmium mengalami presipitasi atau pengendapan. pH

dan kesadahan merupakan faktor yang mempengaruhi toksisitas kadmium. Selain

itu, keberadaan seng dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium.

menyatakan bahwa sifat racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar

antara 10-100 kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat

kesadahan lebih rendah. Toksisitas kadmium meningkat dengan menurunnya kadar

oksigen dan kesadahan, serta meningkatnya pH dan suhu. Sedangkan toksisitas

kadmium turun pada salinitas dengan kondisi isotonis dengan cairan tubuh hewan

bersangkutan (Laws 1993).

  10

2.2.3. Timbal (Pb)

Timbal (Pb) adalah satu-satunya logam yang terdapat pada kelompok IVA

dalam tabel periodik (Sorensen 1948). Pb merupakan sejenis logam lunak berwarna

cokelat kehitaman dan mudah dimurnikan dari pertambangan. Adapun sifat dan

kegunaan dari logam ini (Darmono 1995) ialah :

1. Memiliki titik lebur yang rendah, sehingga mudah digunakan dan murah

biaya operasinya.

2. Lunak sehingga mudah dibentuk.

3. Memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi

logam untuk mencegah perkaratan.

4. Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang lebih

bagus daripada logam murni lainnya.

5. Kepadatannya melebihi logam lain.

Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan

kadar oksigen. Toksisitas timbal terhadap organisme akuatik berkurang dengan

meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Tingkat toksisitas timbal lebih

rendah daripada kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan tembaga (Cu), akan tetapi lebih

tinggi daripada kromium (Cr), mangan (Mn), barium (Ba), seng (Zn). Kadar Pb yang

secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang

tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya

lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg

dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60 μg/liter. Secara alami Pb

juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah

sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar

(Sudarmaji et al. 2006).

Penggunaan timbal terbesar berada dalam produksi baterai yang memakai

timbal metalik dan komponen-komponennya. Selain itu, timbal juga digunakan

untuk produk-roduk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia

dan pewarna (Lu 2006).

Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui

makanan dan minuman yang dikonsumsi serta melalui pernapasan dan penetrasi

pada kulit. Timbal dapat menutupi lapisan mukosa pada organisme akuatik, dan

  11

selanjutnya dapat mengakibatkan sufokasi. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat

menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang

dapat menyebabkan penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam

timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah dan pusing-

pusing (Iqbal et al. 1990; Pallar 1994 in Marganof 2003).

2.3. Sedimen

Sedimen meliputi tanah dan pasir yang masuk ke badan air akibat erosi atau

banjir. Sedimen terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran

batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dari

organisme. Ukuran partikel yang ada di lautan bervariasi tergantung pada lokasi

partikel tersebut berada. Pada dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel-

partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir

semua pantai-pantai ditutup jenis partikel-partikel yang berukuran besar yang terdiri

dari sedimen kasar (Hutabarat & Evans 1985).

Ukuran partikel sedimen laut dangkal sangat beragam, mulai dari batuan

kerikil (> 1 mm), pasir (1/16 – 1 mm), lumpur (1/256 – 1/32 mm) dan lempung atau liat

(1/4069 – 1/640 mm). Sedimen non pelagik termasuk laut dangkal pada umumnya

terdiri atas campuran komponen lithogenous, hydrogenous dan biogenous dan

mengandung C-organik tinggi, terutama karena pengaruh interaksi dengan daratan

(Chester 1990 in Sanusi 2006). Sedimen lithogenous berasal dari sisa pengikisan

batu-batuan di darat. Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-

sungai. sedimen biogenous merupakan sisa-sisa rangka dari organisme yang

membentuk endapan partikel-partikel halus yang biasanya mengendap pada daerah-

daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedangkan sedimen hydrogenous merupakan

hasil reaksi kimia dalam air laut (Hutabarat & Evans 1985).

Pada umumnya logam-logam berat pada sedimen tidak terlalu membahayakan

bagi makhluk hidup perairan. Kondisi perairan yang bersifat dinamis seperti

perubahan pH akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen

terionisasi ke perairan. Hal inilah yang merupakan bahan pencemar dan akan

memberikan sifat toksik terhadap organisme hidup bila ada dalam jumlah yang

berlebih (Connel dan Miller 1995).

3. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di perairan Teluk Lada Kabupaten Pandeglang,

Banten, Jawa Barat. Lokasi tersebut merupakan tempat pengambilan contoh kerang.

Pengujian logam berat pada daging kerang darah (Anadara granosa) dilakukan di

Laboratorium Produktivitas Perairan dan Lingkungan (Proling) MSP FPIK (Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan) IPB. Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan

mulai dari Desember 2009 sampai Juli 2010, yaitu pada bulan Desember, April, Mei

dan Juli. Penentuan lokasi pengambilan didasarkan pada penelitian pendahuluan

pada bulan Desember dan April. Penelitian ini dilakukan di tiga point sources

(perkebunan, muara sungai dan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Labuan)

secara horizontal (sepanjang pantai) untuk mengetahui keberadaan dan kandungan

logam berat kerang darah (Anadara granosa) di perairan. Pada ketiga lokasi tersebut

hanya terdapat satu pengambilan titik contoh. Hasil dari penelitian pendahuluan

menunjukkan kerang darah hanya terdapat di lokasi perairan yang dekat dengan

PLTU Labuan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya hanya dilakukan pada lokasi

perairan sekitar PLTU Labuan.

Pengambilan contoh dilakukan secara horizontal dan temporal. Pengambilan

contoh temporal dilakukan pada titik yang sama seperti penelitian pendahuluan

dengan penambahan waktu pengambilan (Mei dan Juli). Pengambilan contoh

horizontal dilakukan pada tempat yang sama (sekitar PLTU) dengan penambahan

titik pengambilan, yaitu ke arah laut (2000 m dari garis pantai) dan ke arah pantai

(1000 m dari garis pantai). Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu Mei dan

juli. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada gambar di bawah ini

(gambar 3). Adapun titik koordinat lokasi pengambilan contoh adalah sebagai

berikut :

- Stasiun 1 (1000 m dari garis pantai) : 6° 24’ 21,9” LS dan 105° 49’ 4.7” BT

- Stasiun 2 (1500 m dari garis pantai) : 6° 24’ 19.1” LS dan 105° 48’ 46.3” BT

- Stasiun 3 (2000 m dari garis pantai) : 6° 24’ 32.2” LS dan 105° 48’ 34.1” BT

  13

Gambar 3. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten Metode Pengambilan Data dan Penelitian

Metode pengambilan data

Pengambilan data berupa data sekunder dan primer. Data primer diperoleh

dari hasil analisa di laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi

literatur.

Prosedur pengambilan contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan untuk

menuju lokasi pengambilan contoh. Contoh yang diambil adalah air, sedimen dan

kerang darah (A. granosa). Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan botol

vandorn water sampler. Jumlah contoh air yang diambil berjumlah ± 500 ml

kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol contoh yang sudah disterilkan dan

ditambahkan asam nitrat (HNO3) sebagai pengawet dan disimpan dalam coolbox.

Contoh sedimen diambil dengan menggunakan ekman grab dan dimasukan ke dalam

plastik dan diberi kertas label dengan menggunakan spidol permanen pada setiap

  14

contoh, selanjutnya disimpan dalam coolbox. Kerang darah (A. granosa) diambil

dengan alat tangkap garok kemudian dimasukan ke dalam plastik. Kemudian contoh

air, sedimen, dan kerang darah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Parameter fisika-kimia perairan

` Pengukuran parameter fisik dan kimiawi dilakukan dengan dua cara, yaitu,

insitu dan analisa laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan

(insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, salinitas, pH, DO. Analisa laboratorium

untuk parameter, kekeruhan dan logam berat dilakukan di Laboratorim Produktivitas

Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Bogor. Parameter fisik dan kimia serta alat dan metoda disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter, alat dan lokasi yang digunakan untuk analisa kualitas air perairan Teluk Lada, Banten Parameter Satuan Alat Lokasi Fisika 1. Kekeruhan NTU Turbidimeter Lab 2. Suhu oC Termometer Air Raksa In Situ Kimia 1. pH - kertas pH indikator In situ 2. DO mg O2/l titrasi winkler In Situ 3. Salinitas ppt refraktometer In Situ Logam Berat 1. Hg ppm Spektrofotometer Lab 2. Cd ppm Spektrofotometer Lab 3. Pb ppm Spektrofotometer Lab Penanganan Contoh

Analisis logam berat baik pada air, sedimen, maupun kerang darah (A.

granosa) ukuran besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) dilakukan dengan cara

langsung untuk contoh air dan cara kering (pengabuan) untuk contoh sedimen.

Penanganan contoh dilakukan tiga tahap, yaitu preparasi, ekstraksi dan injeksi.

Tahap preparasi dilakukan pada sedimen dan daging kerang darah. Sebelum di

analisis sedimen dan daging kerang dikeringkan terlebih dahulu selama satu hari di

dalam oven dengan suhu 105º. Kemudian dilakukan penggerusan dengan

menggunakan mortar dan cawan petri, setelah itu dilakukan pemanasan kembali

dengan penambahan bahan H2SO4 dan HNO3. Hasil dari pemanasan tersebut

  15

dilarutkan kembali dengan etanol 37%

Tahap ekstraksi dilakukan pada ketiga contoh, yaitu air laut, sedimen dan

daging kerang (setelah tahap preparasi) dengan menggunakan bantuan alat corong

pemisah dengan penambahan Kalium Natrium Tartarat, Hydroxylamin dan KCN

(Kalium Sianida) serta larutan ditizhon. Setelah tahap ekstraksi selesai dilakukan

tahap injeksi dengan menggunakan bantuan alat spektrofotometer. Penanganan ini

dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB.

Analisis Data

Faktor bioakumulasi atau biokonsentrasi

Untuk mengetahui nilai konsentrasi logam pada kerang maka digunakan

indeks faktor konsentrasi (Van Esch 1977 in Suprapti 2008) :

IFK (indekis faktor konsentrasi): IFK < 100 = Sifat akumulatif rendah IFK 100-1000 = Sifat akumualif sedang IFK > 1000 = Sifat akumulatif tinggi

Koefisien korelasi

Keeratan hubungan antara kandungan logam berat pada air-sedimen-kerang

darah dianalisa dengan menggunakan koefisien korelasi dan nilainya berkisar antara

-1 dan 1 (-1 ≤ r ≤ 1), nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat

hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Keeratan tersebut dapat dihitung

dengan formula (Matjik & Sumertajaya 2000) :

SySxSxyr

22=

Keterangan : r : Koefisien rata-rata korelasi Sxy : Sebaran nilai pengamatan x dan y Sx2 : Keragaman nilai x Sy2 : Keragaman nilai y

  16

3.5.3. Analisa deskriptif

Kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb yang terdapat pada air di Perairan

Panimbang Kabupaten Pandeglang dibandingkan dengan Kriteria Baku Mutu Air

Laut untuk Biota Laut tahun 2004 untuk mengetahui tingkat pencemarannya.

Sedangkan untuk baku mutu logam berat pada sedimen digunakan baku mutu yang

berasal dari standar kualitas Belanda, yaitu IADC/CEDA (1997). Baku mutu

tersebut disajikan secara berturut-turut pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (dalam ppm).

Logam Berat Kepmen LH No 51 2004

Kadmium (Cd) 0,001

Timbal (Pb) 0,008

Merkuri (Hg) 0,001

Tabel 3. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADC/CEDA (1997) Logam berat Level Level Level Level Level

target limit tes intervensi bahaya Merkuri (Hg) 0,3 0,5 1,6 10 15 Kadmium (Cd) 0,8 2 7,5 12 30 Timbal (Pb) 85 530 530 530 1000 Keterangan : dalam ppm

Keterangan :

1. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai

yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen

tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.

2. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai

maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem.

3. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada

kisaran antara nilai level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai

tercemar sedang.

4. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada

pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai

tercemar berat.

  17

5. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai

yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera dilakukan

pembersihan sedimen.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lingkungan Perairan

4.1.1. Temporal

Kondisi lingkungan perairan pada lokasi pengamatan secara temporal

digambarkan melalui beberapa parameter fisika-kimia, yaitu suhu, kekeruhan,

salinitas, pH, dan DO. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4 di

bawah ini.

Tabel 4. Parameter fisika-kimia perairan secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu Pengamatan

Parameter Suhu (°C)

Kekeruhan (NTU)

Salinitas (ppt)

pH

DO (mg/l)

Desember 29 3.6 34 8 6.66 April 29 6.15 25 7.5 5.83 Mei 33 15 35 7.5 4.76 Juli 31 6.8 30 7.5 6.48

Baku Mutu* 28-30 <5 Alami 7-8.5 >5 *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)

Hasil pengukuran suhu, kekeruhan, salinitas, pH dan DO di perairan Teluk

Lada selama empat bulan pengamatan, yaitu pada bulan Desember, April, Mei, dan

Juli masing-masing berkisar antara 29-33°C, 3.6-15 NTU, 25-35 ppt, 7.5-8, dan

4.76-6.66 mg/l. Perbedaan nilai di tiap parameter sangat tergantung pada kondisi

lingkungan saat pengamatan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Nontji

(2007) bahwa kondisi perairan di permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah curah hujan, penguapan, intensitas radiasi matahari, dan masukan

aliran sungai.

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi suhu, kekeruhan dan

salinitas berada pada bulan Mei. Suhu yang tinggi disebabkan karena lokasi

pengamatan berada dekat dengan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Labuan,

yang diduga membuang limbah air panas hasil dari proses pendinginan ke laut.

Salinitas yang tinggi pada bulan Mei diduga karena adanya penguapan yang cukup

tinggi. Hal ini dapat terlihat pada kondisi suhu yang tinggi pada waktu pengamatan

yang sama. Kekeruhan yang cukup tinggi diduga disebabkan karena lokasi

pengamatan berdekatan dengan muara Sungai Cibama yang membawa berbagai

 

 

19

masukan bahan-bahan, baik organik maupun anorganik. Selain itu, kekeruhan yang

tinggi diduga berasal dari PLTU Labuan yang sudah mulai beroperasi pada bulan

April dan mengeluarkan limbah cair. Limbah cair yang dikeluarkan berupa air larian

dari timbunan batubara dan air limbah pembangkit (Bilad 2010).

Nilai pH pada perairan Teluk Lada selama pengamatan cenderung tetap. Pada

Tabel 4 dapat dilihat bulan April mulai terjadi penurunan nilai pH dari waktu

pengamatan sebelumnya. Menurut Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) pH

berkaitan dengan keberadaan karbondioksida di perairan. Semakin tinggi nilai pH

maka semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Sebaliknya semakin rendah nilai

pH maka kadar karbondioksida bebas makin tinggi. Hal ini dapat terlihat pada

kandungan CO2 yang cukup tinggi dengan kandungan O2 yang cukup rendah (Tabel

4).

Kelarutan oksigen (DO) terendah di perairan Teluk Lada selama pengamatan

berada pada bulan Mei. Menurut Sanusi (2006) kelarutan O2 dalam laut dipengaruhi

oleh temperatur dan salinitas atau kadar (Cl-). Makin tinggi temperatur dan salinitas

perairan makin kecil kelarutan O2. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 4 di atas. Pada

bulan Mei merupakan bulan yang memiliki salinitas dan temperatur yang tertinggi

dibandingkan bulan lainnya saat pengamatan. Kondisi inilah yang mengakibatkan

pada bulan tersebut memiliki kadar oksigen terlarut terendah, yaitu sebesar 4.76

mg/l. Perbedaan kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan

organik dan anorganik yang ada di perairan. Oksigen yang ada di perairan digunakan

untuk mendekomposisi dan mengoksidasi bahan-bahan tersebut. Selain itu juga,

kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan gerakan

massa air (Sanusi 2006).

Berdasarkan hasil pengukuran temporal dapat diketahui bahwa secara umum

kondisi lingkungan perairan di Teluk Lada masih memenuhi baku mutu (KepMen

LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut). Oleh karena itu, kondisi lingkungan

perairan ini masih dikatakan baik untuk kelangsungan hidup biota laut.

 

 

20

4.1.2. Horizontal

Kondisi lingkungan perairan pada lokasi pengamatan secara horizontal

digambarkan melalui beberapa parameter fisika-kimia, yaitu suhu, kekeruhan,

salinitas, pH, dan DO. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 5 di

bawah ini.

Tabel 5. Parameter fisika-kimia perairan secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari Pantai

(m)

Parameter Suhu (°C)

Kekeruhan (NTU)

Salinitas (ppt)

pH

DO (mg/l)

1000 31.5±0.7 19±1.4 31±7.07 7.5±0.0 5.41±0.93 1500 32±1.4 15±0.0 32.5±3.54 7.5±0.0 6.46±0.02 2000 31.5±0.7 8.75±1.1 33±2.83 7.5±0.0 6.61±0.19

Baku Mutu* 28-30 <5 Alami 7-8.5 >5 *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui nilai parameter fisika-kimia secara

horizontal (jarak lokasi dari pantai) selama pengamatan. Parameter tersebut terdiri

dari suhu, kekeruhan, salinitas dan DO. Adapun nilai kisaran rata-rata dari keempat

parameter tersebut masing-masing adalah 31.5-32 °C, 8.75-19 NTU, 31-33 ppt, 7.5,

dan 5.41-6.61 mg/l.

Selama pengamatan yang dilakukan di perairan Teluk Lada, dapat diketahui

bahwa nilai dari parameter kekeruhan mengalami penurunan berdasarkan jarak dari

pantai. Semakin jauh dari pantai maka kekeruhan semakin rendah. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan jumlah masukan bahan organik maupun

anorganik ke perairan. Lokasi pengamatan yang lebih dekat dengan pantai diduga

mendapat masukan lebih besar daripada yang letaknya lebih jauh. Sebaliknya, pada

parameter salinitas dapat diketahui bahwa semakin jauh lokasi pengamatan dari

pantai maka nilainya akan semakin besar. Pada lokasi yang lebih dekat dengan

pantai (1000 m) diduga mendapat masukan air tawar dari muara Sungai Cibama,

sehingga terjadi pengenceran yang menyebabkan nilai salinitas lebih rendah

daripada lokasi lainnya. Selain itu, menurut Nontji (2007) kadar salinitas di perairan

tergantung pada penguapan. Pada lokasi yang berjarak 2000 m dari pantai diduga

terjadi penguapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal inilah

yang menyebabkan salinitas pada jarak 2000 m menjadi lebih tinggi.

 

 

21

Seperti halnya salinitas, kadar oksigen terlarut juga mengalami peningkatan

berdasarkan jarak dari pantai. Hal ini diduga karena pada jarak 1000 m, diduga

mendapat masukan lebih besar daripada jarak 1500 m atau 2000 m. Oksigen yang

ada di perairan tersebut digunakan untuk mendekomposisi dan mengoksidasi bahan-

bahan tersebut. Selain itu juga, kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh

aktivitas fotosintesis dan gerakan massa air (Sanusi 2006).

Nilai pH dan suhu pada ketiga lokasi pengamatan cenderung stagnan. Hal ini

menunjukkan bahwa perbedaan jarak dari pantai tidak terlalu berpengaruh terhadap

perubahan nilai dari kedua parameter tersebut. Namun, nilai ini juga dipengaruhi

oleh kondisi saat pengamatan dilakukan.

4.2. Logam Berat

4.2.1. Analisis Temporal

4.2.1.1. Logam Berat di Air

a. Merkuri (Hg)

Salah satu logam berat yang biasa ditemukan di perairan adalah merkuri (Hg).

Hasil analisa merkuri (Hg) di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada Tabel 6 di

bawah ini.

Tabel 6. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan

Hg (ppm)

Baku mutu** (ppm)

Keterangan

Desember <0.0002*

0.001

BBM*** April 0.0004 BBM*** Mei 0.0003 BBM*** Juli <0.0002* BBM***

Rataan 0.00028 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.0002 dianggap 0.0002 **Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut) ***BBM : Bawah Baku Mutu

Kadar merkuri di perairan berkisar antara <0.0002-0.0004 ppm dengan rata-

rata 0.00028 ppm. Kadar merkuri yang diperoleh pada hasil pengukuran yang

dilakukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan menunjukkan nilai yang

berfluktuasi. Nilai yang fluktuatif ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah

masukan merkuri pada saat pengamatan. Letak lokasi pengamatan ini berada dekat

dengan PLTU Labuan dan muara Sungai Cibama. Keberadaan Merkuri di perairan

 

 

22

tersebut diduga karena adanya buangan limbah cair PLTU yang mengandung

merkuri. Dalam menjalankan operasinya PLTU Labuan menggunakan batubara

sebagai bahan bakarnya. Menurut Bilad (2010) batubara dan produk buangannya,

berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai

logam berat, salah satunya adalah merkuri. Meskipun unsur merkuri terkandung

dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibuang ke

lingkungan dalam jumlah yang besar. Selain itu, sumber merkuri juga dapat berasal

dari masukan air Sungai Cibama yang membawa limbah hasil aktivitas manusia.

Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri di lingkungan.

Aktivitas tersebut antara lain adalah penambangan, peleburan (untuk menghasilkan

logam dari bijih tambang sulfidnya), pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi

baja, semen serta fosfat (Lu 1995). Penggunaan merkuri dan komponen-

komponennya juga sering dipakai dalam pestisida (Darmono 1995). Pada bulan Juli

terjadi penurunan kadar merkuri dalam perairan. Hal ini disebabkan terjadinya hujan

sebelum pengamatan, sehingga terjadi pengenceran terhadap konsentrasi logam

berat.

Penelitian terdahulu mengenai kadar merkuri telah dilakukan oleh BPLHD

pada perairan sekitar PLTU di daerah Ancol, yaitu sebesar 0.003 ppm (Lestari &

Edward 2004). Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

Teluk Lada memiliki kadar merkuri yang lebih rendah. Perbedaan ini dikarenakan

adanya perbedaan jumlah masukan merkuri ke dalam perairan, meskipun kedua

lokasi penelitian berada di sekitar PLTU. Berdasarkan nilai kandungan merkuri di

Teluk Lada (Tabel 6), dapat diketahui bahwa kandungan merkuri di perairan

tersebut masih di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI

(Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang kriteria baku mutu air laut untuk biota laut),

yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, lingkungan perairan ini masih baik bagi

kelangsungan hidup biota laut yang ada di dalamnya.

b. Kadmium (Cd)

Kadmium merupakan salah satu logam berat yang biasa ditemukan di perairan

yang mendapatkan masukan dari berbagai aktivitas manusia. Kandungan logam

berat kadmium (Cd) di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.

 

 

23

Tabel 7. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan

Cd (ppm)

Baku mutu** (ppm)

Keterangan

Desember <0.005*

0.001

BBM*** April <0.005* BBM*** Mei 0.0140 - Juli 0.007 -

Rataan 0.0078 - *Untuk rataan nilai <0.005 dianggap 0.005

**Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut) ***BBM : Bawah Baku Mutu

Kadar Kadmium (Cd) yang didapatkan pada hasil pengukuran yang

dilakukan di Teluk Lada selama empat bulan berkisar antara <0.005-0.014 ppm

dengan rata-rata 0.0078 ppm. Kandungan logam berat kadmium di perairan Teluk

Lada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil pengamatan di Teluk

Banten. Berdasarkan penelitian Jumariyah (2001) kadar Cd pada saat pengamatan

berkisar antara 0.024-0.034 ppm dengan rata-rata 0.028 ppm.

Rendahnya nilai kandungan Cd di Teluk Lada jika dibandingkan dengan

perairan Teluk Banten diduga karena industri-industri yang terdapat di sekitar Teluk

Banten lebih banyak dibandingkan dengan Teluk Lada, contohnya PLTU Suralaya,

industri penambangan batubara galangan kapal, dan industri yang bergerak

pengeboran minyak lepas pantai (Mantunar et al. 1995 in Jumariyah 2001).

Masukan kadmium pada perairan Teluk Lada diduga berasal dari air sungai

dan air limbah buangan PLTU. Penggunan batubara sebagai bahan bakar dapat

menghasilkan limbah berupa logam berat, yaitu kadmium (Darmono 1995).

Berdasarkan Pacyna (1987) in Darmono (1995), dalam batubara terdapat kandungan

kadmium sebesar 0.01-300 µg/g. Selain itu, kegiatan manusia yang berada di

sepanjang sungai menjadi salah satu penyumbang keberadaan kadmium di perairan

Teluk Lada. Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam,

pigmen, baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik,

tekstil, dan plastik (Lu 2006).

Pada Tabel 7 dapat terlihat terjadinya kenaikan kadar Cd di perairan.

Kenaikan ini diduga karena adanya perbedaan masukan kadmium ke perairan,

dimana pada bulan Mei masukannya lebih besar dibandingkan pada bulan Desember

 

 

24

maupun April. Pada bulan Juli terjadi penurunan kadar kadmium di perairan

dikarenakan adanya pengenceran dari air hujan.

Beradasarkan nilai kandungan kadmium (Cd) pada perairan Teluk Lada yang

diperoleh selama pengamatan (Tabel 7), jika dibandingkan dengan KepMen LH No.

51 tahun 2004 (baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati ambang batas

yang ditetapkan yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, kadar kadmium pada perairan ini

dapat membahayakan biota yang hidup di dalamnya.

c. Timbal (Pb)

Salah satu logam berat yang dapat ditemukan di perairan yang mendapat

masukan dari kegiatan manusia adalah timbal (Pb). Berikut ini adalah kandungan

logam berat yang ditemukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan (Tabel 8).

Tabel 8. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu Pengamatan

Pb (ppm)

Baku mutu *(ppm)

Keterangan

Desember 0.0330

0.008

- April 0.0100 - Mei 0.0300 - Juli 0.0120 -

Rataan 0.0213 - *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)

Kandungan Pb di perairan berkisar 0.0100-0.0330 ppm dengan rata-rata

0.0213 ppm. Umumnya nilai kandungan Pb di perairan ini lebih rendah

dibandingkan dengan di perairan Teluk Banten, yaitu sebesar 0.015-0.575 dengan

rata-rata 0.184 (Jumariyah 2001). Perbedan ini menunjukkan adanya jumlah

masukan limbah industri dan rumah tangga yang lebih tinggi ke perairan.

Kandungan Pb di perairan Teluk Lada selama pengamatan cenderung

fluktuatif. Kondisi ini bergantung pada jumlah masukan Pb ke perairan. Seperti

halnya pada logam Hg dan Cd, masukan logam timbal pun diduga berasal dari

limbah buangan PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.

Perbedaan kadar timbal di perairan juga dapat disebabkan adanya perbedaan curah

hujan pada bulan tersebut sehingga terjadi pengenceran.

Dalam kegiatan lain, timbal juga digunakan untuk produk-produk logam

seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Lu 2006).

 

 

25

Selain itu aktivitas perahu motor juga berpengaruh terhadap kadar Pb di perairan.

Berdasarkan Effendi (2003) bahan bakar yang mengandung timbal (lead gasoline)

memberikan kontribusi yang berarti bagi keberadan timbal di perairan. Pada bulan

Juli terjadi penurunan kadar merkuri dalam perairan sebesar 0.0180 ppm. Hal ini

disebabkan terjadinya hujan sebelum pengamatan sehingga terjadi pengenceran

terhadap konsentrasi logam berat.

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan Pb di perairan Teluk Lada,

dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan oeh pemerintah RI (KepMen

LH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati

ambang batas yang ditentukan, yaitu sebesar 0.008 ppm. Hal ini menunjukkan

bahwa perairan tersebut membahayakan bagi kelangsungan hidup biota laut yang

ada didalamnya.

4.2.1.2. Logam Berat di Sedimen

a. Merkuri (Hg)

Pengamatan di kandungan merkuri (Hg) di Teluk Lada dilakukan secara

temporal selama 4 bulan, yaitu Desember, April, Mei dan Juli. Berikut ini adalah

kandungan merkuri yang terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 9).

Tabel 9. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan

Hg (ppm)

Baku mutu** (ppm)

Keterangan

Desember 0.0375

Level target = 0.3

BBM*** April 0.0475 BBM*** Mei <0.02* BBM*** Juli <0.02* BBM***

Rataan 0.03125 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.02 dianggap 0.02 ** IADC/CEDA (1997) ***BBM : Bawah Baku Mutu

Berdasarkan hasil analisa merkuri dalam sedimen di Teluk Lada mengalami

nilai yang berfluktuasi (Tabel 9) dengan kisaran antara <0.02-0.0475 ppm dengan

rata-rata 0.03125 ppm. Nilai kandungan merkuri tertinggi terdapat pada bulan April

yaitu sebesar 0.0475 ppm, sedangkan terendah terdapat pada bulan Mei dan Juli

yaitu sebesar <0.002 Perbedaan kadar merkuri ini sangat bergantung pada kondisi

 

 

26

lingkungan perairan pada saat pengamatan. Peningkatan kadar merkuri pada

sedimen dapat disebabkan karena adanya pengendapan logam berat terlarut dalam

kolom air. Menurut Sanusi (2006) sifat kimia material padatan tersuspensi memiliki

kemampuan mengadsorpsi logam berat terlarut dalam kolom air sehingga padatan

tersebut akan menyebabkan akumulasi logam berat tersebut selain material organik

dalam sedimen.

Pada bulan Mei terjadi penurunan kadar merkuri dalam sedimen perairan. Hal

ini diduga karena adanya perpindahan merkuri baik ke perairan ataupun diserap oleh

hewan bentik. Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan yang bersifat

dinamis seperti perubahan akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam

sedimen terionisasi ke perairan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Novotny & Olem (1994), bahwa pH memiliki hubungan yang erat dengan sifat

kelarutan logam berat. Pada pH rendah, ion bebas logam berat dapat dilepaskan

kembali ke kolom air.

Kandungan merkuri pada sedimen di perairan Teluk Lada memiliki nilai yang

tidak terlalu berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtini

(2005) di daerah Tanjung Pasir, yaitu sebesar 0.0385 ppm. Berdasarkan hasil

analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan dengan baku mutu yang

ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar merkuri di perairan tersebut masih

berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang ada

pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi lingkungan.

b. Kadmium (Cd)

Logam berat yang biasa ditemukan di sedimen perairan adalah kadmium (Cd).

Keberadaan Cd dalam sedimen terkait dengan pengendapan logam berat yang ada

dalam perairan. Kandungan logam berat kadmium (Cd) pada sedimen selama

pengamatan ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini. Pengamatan di perairan Teluk

Lada ini dilakukan secara temporal. Waktu pengamatan dilakukan selama empat

bulan, yaitu Desember, April, Mei, dan Juli.

 

 

27

Tabel 10. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu Pengamatan

Cd (ppm)

Baku Mutu ** (ppm)

Keterangan

Desember <0.125*

Level target = 0.8

BBM*** April 0.153 BBM*** Mei 0.153 BBM*** Juli <0.125* BBM***

Rataan 0.139 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.125 dianggap 0.125 ** IADC/CEDA (1997) ***BBM : Bawah Baku Mutu

Kadar kadmium pada sedimen di perairan Teluk Lada (Tabel 10) berkisar

antara 0.125-0.153 ppm dengan rata-rata 0.139 ppm. Pada bulan April terjadi

peningkatan kandungan kadmium dalam sedimen, sedangkan pada bulan Mei tidak

terjadi peningkatan maupun penurunan kadar kadmium dalam sedimen (stagnan).

Pada bulan Juli terjadi penurunan kadar kadmium menjadi 0.125 ppm.

Perbedaan kadar kadmium dalam sedimen tergantung pada kondisi

lingkungan saat pengamatan. Jumlah masukan logam berat ke perairan, arus, dan

laju pengendapan diduga dapat mempengaruhi peningkatan kadar Cd pada sedimen.

Logam berat kadmium yang terlarut dalam air akan mengalami proses adsorpsi oleh

partikel tersuspensi dan mengendap di sedimen (Sanusi 2006). Adapun nilai yang

stagnan pada bulan Mei dan April diduga karena partikel tersuspensi yang

mengandung logam Cd hanya sedikit atau belum semua terendapkan ke sedimen.

Penurunan yang terjadi pada bulan Juli diduga karena adanya kondisi lingkungan

perairan yang bersifat dinamis. Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan

yang bersifat dinamis akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam

sedimen terionisasi ke perairan. Selain itu, penurunan juga dapat disebabkan karena

adanya penyerapan (absorpsi) logam berat yang hidup di dalam sedimen tersebut

(Triquet, Berthet dan Metayer 1988 in Wahyono 1993).

Jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CDEA,

maka kandungan kadmium perairan ini masih di bawah level target. Level target ini

dapat diartikan jika kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih

kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu

berbahaya bagi lingkungan.

 

 

28

c. Timbal (Pb)

Pengamatan di kandungan timbal (Pb) di perairan Teluk Lada dilakukan

selama 4 bulan, yaitu Desember, April, Mei dan Juli. Berikut ini adalah kandungan

merkuri yang terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 11).

Tabel 11. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan

Pb (ppm)

Baku mutu * (ppm)

Keterangan

Desember 0.150

Level target = 0.8

BBM** April 0.225 BBM** Mei 0.150 BBM** Juli 0.175 BBM**

Rataan 0.175 BBM** * IADC/CEDA (1997) **BBM : Bawah Baku Mutu

Nilai kandungan timbal (Pb) yang diamati pada lokasi penelitian, yaitu

perairan Teluk Lada, menunjukkan nilai yang berfluktuasi (Tabel 11). Pengamatan

dilakukan selama 4 bulan. Kadar timbal di perairan Teluk Lada berkisar 0.150-0.225

ppm dengan rata-rata 0.175 ppm. Perbedaan kadar timbal bergantung pada kondisi

lingkungan perairan pada saat pengamatan. Seperti halnya pada logam berat lainnya,

logam inipun meningkat karena adanya pengendapan logam berat di perairan yang

telah diadsorpsi oleh padatan tersuspensi (Sanusi 2006).

Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan yang bersifat dinamis

akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen terionisasi ke

perairan. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air

yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air Sutamihardja

et al. (1982) in Marganof (2003). Hal inilah yang diduga menyebabkan penurunan

kandungan Pb pada bulan Mei. Selain itu, pengurangan kadar Pb juga diduga karena

adanya penyerapan yang dilakukan oleh organisme yang hidup di dalamnya

(Triquet, Berthet dan Metayer 1988 in Wahyono 1993).

Beradasarkan hasil analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan

dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar timbal di

perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan

bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi

lingkungan.

 

 

29

4.2.1.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara granosa)

a. Merkuri (Hg)

Analisis kandungan logam berat pada kerang darah (A. granosa) di perairan

Teluk Lada dilakukan pada dua ukuran panjang yang berbeda, yaitu kecil (<2.5 cm)

dan besar (>2.5 cm). Kandungan logam berat merkuri pada kerang darah (A.

granosa) ditunjukkan pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan Besar (ppm) Kecil (ppm) Desember

0.03 <0.02* 0.03 <0.02*

April

<0.02* <0.02* 0.04 <0.02*

Mei

<0.02* <0.02* <0.02* <0.02*

Juli

<0.02* <0.02* <0.02* <0.02*

Rataan 0.025 <0.02 *Untuk rataan <0.02 dianggap 0.02

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan selama pengamatan,

didapatkan kandungan merkuri (Hg) pada kerang berukuran kecil adalah <0.02 ppm.

Sedangkan pada kerang berukuran besar berkisar <0.02-0.04 ppm dengan rata-rata

0.025 ppm. Semakin besar ukuran tubuh kerang maka kandungan logam berat dalam

tubuhnya juga akan semakin meningkat. Umumnya pada saat pengamatan

kandungan merkuri cenderung stagnan bahkan pada bulan Mei terjadi penurunan.

Hal ini diduga karena adanya efek fisiologis dari kerang tersebut, seperti

kemampuan untuk mengeliminasi logam, kecepatan makan dan laju absorpsi

(Nurjanah 1983 in Jumariyah 2001).

Kandungan merkuri pada kerang darah telah dilakukan sebelumnya oleh

Murtini (2003) di Perairan Tanjung Balai, yaitu sebesar 0.0123 ppm. Jika

dibandingkan, kadar merkuri pada kerang darah di Teluk Lada lebih besar

dibandingkan dengan Perairan Tanjung Balai. Berdasarkan WHO in Sorensen

(1948) dan Depkes RI in Murtini dan Ariyani (2005) mengatakan bahwa maksimum

kandungan merkuri (Hg) masing-masing adalah 0.3 ppm dan 0.5 ppm. Oleh karena

 

 

30

itu, berdasarkan parameter logam Hg dalam tubuh kerang maka kerang darah masih

layak untuk dikonsumsi.

b. Kadmium (Cd)

Kadar kadmium (Cd) pada daging kerang darah (Anadara granosa) ukuran

besar (>2.5) dan ukuran kecil (<2.5) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada kerang

berkuran kecil kadar kadmium berkisar 0.1780-0.3000 ppm dengan rataan 0.2101

ppm, sedangkan pada kerang ukuran besar berkisar 0.2125-0.4250 ppm dengan

rataan 0.2565 ppm. Kadar kadmium pada kerang darah di perairan Teluk Lada

memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Murtini (2003) di Perairan Tanjung Balai, yaitu sebesar 0.0232 ppm.

Hal ini diduga karena adanya perbedaan kandungan logam baik dalam lingkungan

perairan maupun masukan ke perairan tersebut. Selama pengamatan terjadi

peningkatan kandungan kadmium pada kerang baik ukuran besar maupun ukuran

kecil.

Kerang darah merupakan salah satu biota yang bersifat deposite feeder (Broom

1985) sehingga mampu mengakumulasi kadmium dalam tubuhnya. Semakin besar

kerang darah maka semakin lama untuk mengakumulasi logam berat, sehingga kadar

logam tersebut akan semakin tinggi. Hal ini didukung dari penelitian yang dilakukan

sebelumnya pada kerang hijau, yang menunjukkan bahwa terjadi korelasi positif

antara ukuran kerang dengan kandungan logam berat dalam tubuh (Aunurohim

2005). Logam berat yang terdapat dalam lingkungan dapat terakumulasi dalam

jaringan tubuh kerang. Oleh karena itu biota ini dapat dijadikan organisme bio-

monitoring terhadap pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam

berat (Goksu et al. 2005).

 

 

31

Gambar 4. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd)

pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Berdasarkan hasil analisa, kandungan kadmium (Cd) pada daging kerang darah

baik ukuran kecil maupun besar masih berada pada batas yang diperbolehkan.

Menurut The National Food Authority (NFA) (1995) in Murtini & Ariyani (2005)

menyatakan bahwa kandungan kadmium pada kekerangan yang diperbolehkan

adalah sebesar 1 ppm. Oleh karena itu, berdasarkan parameter Cd pada tubuh kerang

maka kerang ini masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

c. Timbal (Pb)

Berdasarkan hasil analisa terhadap daging kerang darah (ukuran besar : >2.5

cm dan ukuran kecil : <2.5 cm) dapat diketahui bahwa secara umum terjadi

peningkatan kandungan timbal (Pb) selama pengamatan di perairan Teluk Lada

(Gambar 5). Semakin besar ukuran biota maka kandungan logam dalam tubuhnya

semakin tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Etim et al. (1991) pada spesies

Egeria radiata yang dilakukan secara temporal (November 1987-September 1989)

di The Cross River, Nigeria, yang menunjukkan bahwa semakin besar bobot tubuh

kerang maka kandungan Pb semakin tinggi. Selain itu, kerang darah merupakan

salah satu dari jenis bivalvia. Bivalvia merupakan suatu biota yang hidup menetap

pada substrat suatu perairan (sedenter) dan bersifat deposite feeder serta mampu

mengakumulasi logam berat yang masuk ke dalam tubuhnya. Kemampuan inilah

yang menyebabkan biota tersebut dijadikan bioindikator bagi pencemaran perairan

laut yang disebabkan oleh logam berat (Goksu et al. 2005).

 

 

32

Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan logam berat timbal (Pb) pada

kerang ukuran kecil berkisar 0.1775-0.2630 ppm dengan rata-rata 0.2069 ppm

sedangkan pada kerang ukuran besar 0.2400-0.3500 ppm dengan rata-rata 0.2856

ppm.

Gambar 5. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah

(Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Pada Gambar 5 dapat dilihat adanya penurunan kadar timbal pada kerang

ukuran besar (bulan Mei). Hal ini diduga karena pada kerang ukuran besar, selain

memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam juga mampu mengeleminasinya

(Nurjanah 1983 in Jumariyah 2001).

Menurut Depkes RI dan FAO in Umbara et al. (2006) menyatakan bahwa

batas maksimum kadar timbal (Pb) pada makanan dan ikan beserta hasil perairan

lainnya masing-masing adalah 4 ppm dan 2 ppm. Berdasarkan standar tersebut maka

dapat dikatakan bahwa kandungan Pb pada daging kerang darah (A. granosa) pada

perairan Teluk Lada selama pengamatan masih berada di bawah ambang batas yang

diperbolehkan dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

4.2.2. Analisis Horizontal

4.2.2.1. Logam Berat pada Air

a. Merkuri (Hg)

Salah satu logam berat yang dapat ditemukan di perairan yang mendapat

masukan dari kegiatan manusia adalah merkuri (Hg). Berikut ini adalah kandungan

logam berat yang ditemukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan (Tabel 13).

 

 

33

Tabel 13. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari Pantai

(m)

Hg (ppm)

Rataan (ppm)

Baku mutu** (ppm)

Keterangan

1000

0.0003 0.00025

0.001

BBM*** <0.0002*

1500

0.0003 0.00025

BBM*** <0.0002*

2000

0.0004 0.0003

BBM*** <0.0002*

*Untuk rataan nilai <0.0002 dianggap 0.0002 **Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut) *** BBM : Bawah Baku Mutu

Kandungan logam berat merkuri (Hg) yang berada di Teluk Lada selama

pengamatan berkisar antara <0.0002-0.0004 ppm. Pada jarak 1000 m dari pantai

rata-rata kandungan logam berat merkuri (Hg) sebesar 0.00025 ppm, pada jarak

1500 m sebesar 0.00025 ppm, dan pada 2000 m sebesar 0.0003 ppm. Pada Tabel 13

terlihat adanya peningkatan kadar merkuri di perairan. Hal ini diduga adanya arus

besar yang berasal dari lokasi 1 (1000 m) atau 2 (1500 m) ke lokasi 3 (2000 m) yang

dapat membawa masukan limbah berupa merkuri.

Masukan merkuri pada teluk Lada diduga berasal dari air sungai dan air limbah

buangan PLTU. Kegiatan PLTU ini mengunakan batubara sebagai bahan bakar.

Salah satu logam hasil pembakaran dari batubara adalah merkuri (Bilad 2010).

Berdasarkan Pacyna (1987) in Darmono pada batubara terkandung 0.01-1.6 µg/g.

Selain itu, aktivitas penduduk di sepanjang sungai menjadi salah satu sumber

masukan merkuri ke perairan. Senyawa merkuri banyak digunakan dalam klor

alkali, peralatan listrik, cat dan termometer (Sudarmaji 2006). Penggunaan merkuri

dan komponen-komponennya juga sering dipakai dalam industri pertanian, yaitu

pestisida (Darmono 1995).

Berdasarkan nilai kandungan merkuri pada perairan Teluk Lada (Tabel 13),

dapat diketahui bahwa kandungan merkuri pada ketiga jarak yang diamati dari

pantai masih di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI

(Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang kriteria baku mutu air laut untuk biota laut),

yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, lingkungan perairan ini masih baik bagi

kelangsungan hidup biota laut yang ada di dalamnya.

 

 

34

b. Kadmium (Cd)

Kadar kadmium (Cd) pada perairan selama pengamatan berkisar antara 0.006-

0.018 ppm. Rata-rata kandungan kadmium pada jarak 1000 m dari pantai sebesar

0.018 ppm, 1500 m sebesar 0.0105 ppm, dan 2000 m sebesar 0.008 ppm. Pada

Gambar 6 dapat terlihat adanya penurunan nilai kadmium pada antar stasiun. Hal ini

terjadi karena adanya perbedaan letak stasiun terhadap sumber masukan kadmium.

Stasiun 1 (1000 m) berada lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan

dibandingkan dengan stasiun 2 (1500 m) dan 3 (2000 m) (lebih ke arah laut).

Sumber kadmium pada Teluk Lada diduga berasal dari air sungai dan air

limbah buangan PLTU. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada kegiatan

PLTU dapat menghsilkan logam berat kadmium (Bilad 2010). Berdasarkan

penelitian di Eropa pada tahun 1979, menyatakan bahwa kandungan kadmium pada

pembuangan limbah yang berasal dari penggunaan batubara sebagai bahan bakar

untuk energi listirik adalah sebesar 733 ton/tahun. (Pacyna 1987 in Darmono 1995).

Selain itu, kegiatan manusia yang berada di sepanjang sungai menjadi salah satu

penyumbang keberadaan kadmium di perairan Teluk Lada. Kadmium banyak

digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam, pigmen, baterai, peralatan

elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, tekstil, dan plastik (Lu

2006). Peluruhan batuan yang ada disekitar sungai juga dapat menjadi penyebab

masuknya Cd ke perairan (Murtini & Ariyani 2005).

Baku Mutu = 0.001 ppm

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

0,012

0,014

0,016

0,018

0,02

1000 1500 2000J a rak dari P anta i (m)

Cd (ppm)

Gambar 6. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal

di perairan Teluk Lada, Banten

 

 

35

Beradasarkan nilai kandungan kadmium (Cd) pada perairan Teluk Lada yang

diperoleh selama pengamatan (Gambar 6), jika dibandingkan dengan KepMen LH

No. 51 tahun 2004 (baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati ambang

batas yang ditetapkan yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kadar

kadmium pada perairan ini dapat membahayakan biota yang hidup di dalamnya.

c. Timbal (Pb)

Gambar 7 menunjukkan kadar timbal (Pb) di perairan Teluk Lada. Kadar

timbal di perairan tersebut berkisar antara 0.007-0.036 ppm. Rata-rata kandungan Pb

pada jarak 1000 m, 1500 m, dan 2000 m masing-masing adalah 0.0215 ppm, 0.021

ppm, dan 0.0225 ppm. Selama pengamatan dapat diketahui adanya penurunan

kandungan Pb dari jarak 1000 m ke jarak 1500 m. Hal ini terjadi karena lokasi

penelitian horizontal ke arah laut, sehingga menyebabkan adanya perbedaan letak

pengambilan contoh terhadap sumber masukan timbal. Stasiun 1 (1000 m) berada

lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan dibandingkan dengan stasiun 2

(1500). Pada stasiun 3 (2000 m) terjadi kenaikan nilai Pb. Hal ini diduga karena

adanya aktivitas penangkapan dengan menggunakan perahu motor yang berbahan

bakar timbal di daerah tersebut. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan di sekitar

daerah yang berjarak 2000 m dari pantai karena hasil tangkapannya lebih banyak.

Selain itu, pada stasiun 2 (1500 m) terdapat satu sisa keramba yang dibuat oleh

penduduk sehingga mempersulit nelayan untuk melakukan aktivitas penangkapan di

daerah tersebut. Berdasarkan Effendi (2003) bahan bakar yang mengandung timbal

(lead gasoline) memberikan kontribusi yang berarti bagi keberadan timbal di

perairan.

Keberadaan timbal di perairan dapat berasal dari berbagai sumber. Letak

perairan Lada yang dekat dengan PLTU dan muara Sungai Cibama, memunculkan

dugaan bahwa masukan Pb ke dalam perairan berasal dari aktivitas di kedua tempat

tersebut. Operasi PLTU Labuan menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.

Menurut Bilad (2010) batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu

berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat, salah satunya

adalah timbal (Pb). Pacyna (1987) in Darmono (1995) pada batubara terkandung

0.70-220 µg/g. Selain itu, dalam penelitiannya Pacyna menyebutkan bahwa di Eropa

 

 

36

(1979) membuang 733 ton/tahun sebagai limbah batubara sebagai bahan bakar untuk

menghasilkan energi listrik.

Baku Mutu = 0.008 ppm

0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

1000 1500 2000

J a rak dari Panta i (m)

Hg (ppm)

Gambar 7. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) di perairan Teluk Lada,

Banten

Dalam kegiatan lain, timbal juga digunakan untuk produk-roduk logam seperti

amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Lu 2006). Selain itu

aktivitas perahu motor juga berpengaruh terhadap kadar Pb di perairan. Berdasarkan

nilai kandungan timbal pada perairan Teluk Lada (Gambar 7), dapat diketahui

bahwa kandungan timbal pada 3 stasiun yang diamati berada di atas baku mutu

yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI (Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang

kriteria baku mutu air laut untuk biota laut), yaitu 0.008 ppm. Oleh karena itu,

dilihat dari parameter keberadaan logam berat Pb di perairan dapat diketahui bahwa

kondisi perairan Teluk Lada dapat membahayakan biota laut yang hidup

didalamnya.

4.2.2.2. Logam Berat pada Sedimen

a. Merkuri (Hg)

Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada sedimen selama pengamatan

ditunjukkan pada Tabel di bawah ini. Pengamatan di lokasi penelitian dilakukan

secara horizontal (horizontal ke arah laut).

 

 

37

Tabel 14. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada sedimen secara horizontal di perairan Teluk Lada,Banten

Jarak dari Pantai (m)

Hg (ppm)

Rataan (ppm)

Baku mutu* (ppm)

Keterangan

1000

<0.02 <0.02

Level target = 0.3

BBM** <0.02

1500

<0.02 <0.02

BBM** <0.02

2000 <0.02

<0.02

BBM** <0.02 * IADC/CEDA (1997) ** BBM : Bawah Baku Mutu

Pada Tabel 14 terlihat bahwa rata-rata kandungan kadar Hg pada setiap jarak

pengamatan di Teluk Lada selama penelitian memiliki nilai yang sama yaitu <0.02

ppm. Kadar kandungan logam berat merkuri pada sedimen lebih tinggi

dibandingkan pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju pengendapan

logam berat. Logam berat yang ada dalam perairan akan mengalami proses

penggabungan dengan senyawa lain, sehingga menjadi lebih berat akhirnya terjadi

pengendapan di sedimen. Selama penelitian, perbedaan jarak pengamatan ternyata

tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan logam berat merkuri (Hg) pada

sedimen. Letak stasiun 1 (jarak 1000 m) yang lebih dekat dengan masukan Hg

dibandingkan dengan stasiun 2 (1500 m) dan 3 (2000 m) mempunyai nilai yang

tidak berbeda dengan stasiun lainnya. Hal ini diduga karena adanya proses fisika,

kimia dan biologi yang terjadi di dalamnya.

Beradasarkan hasil analisis merkuri di 3 stasiun pada perairan Teluk Lada

dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka

kadar merkuri di perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini

menunjukkan bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan

bagi lingkungan.

b. Kadmium (Cd)

Pengamatan secara horizontal terhadap kandungan kadmium (Cd) dilakukan

pada 3 titik horizontal ke arah laut. Berikut ini adalah kandungan merkuri yang

terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 15).

 

 

38

Tabel 15. Kandungan logam kadmium (Cd) pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari pantai

(m)

Cd (ppm)

Rataan (ppm)

Baku mutu** (ppm)

Keterangan

1000

0.150 0,138

Level target = 0.8

BBM*** <0.125*

1500

0.150 0,138 BBM*** <0.125*

2000

0.150 0,138 BBM*** <0.125*

*Untuk rataan nilai <0.125 dianggap 0.125 **IADC/CEDA (1997) *** BBM : Bawah Baku Mutu

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa kandungan kadmium di perairan Teluk

Lada yang diamati berkisar antara 0.125-150 ppm dengan rata-rata di 3 stasiun

(1000 m, 1500 m, dan 2000 m) adalah 0,138 ppm. Perbedaan jarak stasiun dari

tempat yang diduga menjadi masukan kadmium tidak memberikan pengaruh

terhadap kandungannya dalam sedimen. Kadar kadmium yang sama di setiap stasiun

diduga karena adanya perbedaan proses fisika, kimia, dan biologi di dalamnya.

Adanya perbedaan arus, laju pengendapan, konsentrasi kadmium di perairan

berpengaruh terhadap kebereradaan kadmium di perairan.

Jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CDEA,

maka kandungan kadmium perairan ini masih di bawah level target. Level target ini

dapat diartikan jika kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih

kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu

berbahaya bagi lingkungan.

c. Timbal (Pb)

Logam berat yang biasa ditemukan di sedimen perairan adalah timbal (Pb).

Keberadaan Pb dalam sedimen terkait dengan pengendapan logam berat yang ada

dalam perairan. Kandungan Pb dalam sedimen di perairan Teluk Lada selama

pengamatan ditunjukkan pada Tabel 16 di bawah ini. Pengamatan di lokasi

penelitian dilakukan secara horizontal (horizontal ke arah laut).

 

 

39

Tabel 16. Kandungan logam timbal (Pb) pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari Pantai

(m)

Pb (ppm)

Rataan (ppm)

Baku mutu* (ppm)

Keterangan

1000

0.175 0.175

Level target = 85

BBM** 0.175

1500

0.150 0.1625

BBM** 0.175

2000

<0.125 <0.125

BBM** <0.125

* IADC/CEDA (1997) **BBM : Bawah Baku Mutu

Kadar timbal (Pb) pada perairan Teluk Lada yang dilakukan selama

pengamatan berkisar antara <0.125-0.175 ppm dengan rata-rata pada stasiun 1 (1000

m) adalah 0.175 ppm, stasiun 2 (1500 m)sebesar 0.1625 ppm dan stasiun 3 (2000 m)

sebesar <0.125 ppm. Pada Tabel 16 terlihat adanya penurunan kadar Pb antar

stasiun. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan letak stasiun terhadap sumber

masukan timbal. Stasiun 1 berada lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan

dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3 (lebih ke arah laut).

Letak Teluk Lada yang dekat dengan PLTU Labuan dan muara Sungai

Cibama, memunculkan dugaan bahwa masukan timbal (Pb) ke dalam perairan

berasal dari aktivitas di kedua tempat tersebut. Keberadaan timbal pada sedimen

dapat disebabkan karena adanya pengendapan logam berat yang ada di kolom

perairan karena telah berikatan dengan padatan tersuspensi (Sanusi 2006).

Perbedaan kandungan logam berat timbal dalam sedimen di setiap stasiun (Tabel 16)

dapat terjadi karena perbedaan timbal di perairan (Gambar 7) dan padatan

tersuspensi yang ada di perairan. Selain itu kondisi perairan yang dinamis dan

absorpsi oleh organisme dapat mempengaruhi kadar timbal di suatu tempat (Connel

& Miller 1995). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Murtini (2005)

menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada sedimen yang berjarak 1 mil dari

pantai lebih tinggi daripada 2 mil. Hal ini disebabkan karena pengendapan yang

terjadi di daerah pada jarak 1 mil lebih besar dibandingkan pada jarak 2 mil, karena

adanya pengaruh arus.

Beradasarkan hasil analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan

dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar timbal di

 

 

40

perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan

bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi

lingkungan.

4.2.2.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara granosa)

a. Merkuri (Hg)

Analisis kandungan logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) di

Teluk Lada dilakukan pada dua ukuran panjang yang berbeda, yaitu kecil (<2.5 cm)

dan besar (>2.5 cm). Kandungan logam berat merkuri pada kerang darah (Anadara

granosa) ditunjukkan pada Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari Pantai (m)

Besar (ppm)

Kecil (ppm)

1000

<0.02 <0.02 <0.02 <0.02

1500

<0.02 <0.02 <0.02 <0.02

2000

<0.02 <0.02 <0.02 <0.02

Rataan <0.02 <0.02

Berdasarkan hasil pengukuran selama pengamatan, dapat diketahui bahwa

tidak terdapat perbedaan kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah

baik berdasarkan ukuran maupun lokasi pengambilan. Pada kerang darah ukuran

besar (>2.5 cm) maupun ukuran kecil (<2.5 cm) memiliki kadar merkuri yang sama,

yaitu sebesar < 0.02 ppm. Hal ini diduga karena kandungan merkuri yang sama pada

sedimen. Selain itu, kondisi fiologis kerang seperti kemampuan untuk

mengeliminasi logam, tingkat kelaparan, kecepatan makan, dan laju absorpsi diduga

menjadi penyebab samanya kadar logam dalam tubuh (Nurjanah 1983 in Jumariyah

2001).

Penelitian mengenai kandungan logam berat merkuri dalam kerang darah di

beberapa perairan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, salah satunya adalah di

daerah perairan Tanjung Pasir, Jawa Barat. Menurut Murtini (2005) kandungan

merkuri pada daerah tersebut adalah 0.0993 ppm. Kandungan logam merkuri di

 

 

41

Teluk Lada lebih rendah dibandingkan dengan di Tanjung pasir. Rendahnya kadar

merkuri ini diduga karena adanya perbedaan jumlah masukan merkuri yang berasal

dari industri ataupun aktivitas penduduk lainnya. Jika dibandingkan dengan WHO in

Sorensen (1948) dan Depkes RI in Murtini dan Ariyani (2005), baik di Tanjung

pasir ataupun Teluk Lada masih berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan,

yaitu adalah 0.3 ppm dan 0.5 ppm. Oleh karena itu, kerang darah di daerah ini

masih layak dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Kadmium (Cd)

Kadar kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar

(>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) selama pengamatan di Teluk Lada mengalami

penurunan. Kadar logam berat Cd pada kerang ukuran kecil berkisar antara 0.200-

0.271 ppm dengan rata-rata 0.237 ppm, sedangkan pada ukuran besar berkisar antara

0.255-0.356 ppm dengan rata-rata 0.308 ppm. Penurunan kadar Cd di setiap stasiun

(Gambar 8) diduga karena adanya perbedaan lokasi pengamatan. Pengamatan

dilakukan secara horizontal ke arah laut, dimana stasiun 1 (1000 m) lebih dekat

dengan pantai yang diduga menjadi sumber masukan Cd. Masukan kadmium dapat

berasal dari limbah PLTU Labuan maupun aliran Sungai Cibama.

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

1000 1500 2000

J a rak dari P anta i (m)

Cd (ppm)

K ecil

Bes ar

Gambar 8. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah

(Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten.

Terdapat perbedaan kandungan logam berat timbal dalam kerang darah ukuran

kecil dan besar. Kadar Cd dalam kerang ukuran besar cenderung lebih besar

dibandingkan dengan ukuran kecil. Semakin besar kerang darah maka semakin lama

untuk mengakumulasi logam berat, sehingga kadar logam tersebut akan semakin

tinggi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengamatan dapat diketahui bahwa

kandungan Cd di perairan masih di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh

 

 

42

The National Food Authority (NFA) (1995) in Murtini & Ariyani (2005)

menyatakan bahwa kandungan kadmium pada kekerangan yang diperbolehkan

adalah sebesar 1 ppm. Oleh karena itu, kerang darah di perairan Teluk Lada baik

ukuran besar maupun ukuran kecil masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

c. Timbal (Pb)

Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa pada kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm)

memiliki kandungan timal (Pb) berkisar antara 0.225-0.294 ppm dengan rata-rata

0.250 ppm. Pada kerang darah ukuran besar (>2.5 cm) berkisar antara 0.260-0.313

ppm dengan rata-rata 0.294 ppm. Kadar Cd pada kerang darah baik ukuran kecil

maupun besar di tiap stasiun cenderung mengalami penurunan. Hal ini diduga terjadi

karena perbedaan lokasi pengamatan (horizontal ke arah laut) mempengaruhi

penyebaran logam berat di perairan. Stasiun 1 (1000 m) yang berada lebih dekat

dengan pantai diduga mempunyai potensi kandungan kadmium lebih tinggi diantara

2 stasiun lainnya (1500 m dan 2000 m) karena berdekatan dengan sumber masukan.

Makin jauh letak stasiun dari sumber masukan, maka makin kecil kandungan logam

yang terdapat pada stasiun tersebut.

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

1000 1500 2000

J a rak dari  P anta i (m)

Pb (ppm

)

Kecil

Bes ar

Gambar 9. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah

(Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Murtini (2005) menunjukkan adanya

kandungan logam berat Pb pada kerang darah sebesar 0.110 ppm di perairan

Tanjung Pasir, Jawa Barat. Kadar Pb di Teluk Lada cenderung lebih besar

dibandingkan dengan Perairan Tanjung Pasir. Hal ini diduga karena perbedaan

masukan Pb di perairan, misalnya limbah industri. Menurut Depkes RI dan FAO in

Umbara et al. (2006) menyatakan bahwa batas maksimum kadar timbal (Pb) pada

 

 

43

makanan dan ikan beserta hasil perairan lainnya masing-masing adalah 4 ppm dan 2

ppm. Berdasarkan standar tersebut maka dapat dikatakan bahwa kandungan Pb pada

daging kerang darah (A. granosa) di Teluk Lada selama pengamatan masih berada di

bawah ambang batas yang diperbolehkan dan layak untuk dikonsumsi.

4.3. Rasio Kandungan Logam Berat

4.3.1. Rasio Kandungan Logam Berat antara Air dan Sedimen

Ratio logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) antara air dan

sedimen di perairan Teluk Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Tabel 18 dan

19. Analisa rasio tersebut dilakukan baik secara temporal (Tabel 18) maupun

horizontal (Tabel 19).

Tabel 18. Rasio (air : sedimen) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu pengamatan

Parameter Hg Cd Pb

Desember 1:187.50 1:25 1:4.55 April 1:118.75 1:30.60 1:22.50 Mei 1:66.67 1:10.93 1:5 Juli 1:100 1:17.90 1:14.60

Rasio antara air dan sedimen selama pengamatan menunjukkan nilai yang

berfluktuasi. Kandungan logam berat Hg pada sedimen memiliki nilai berkisar

antara 66.67-187.50 kali daripada kandungannya dalam air, sedangkan pada Cd

kandungan dalam sedimen berkisar antara 17.9-30.60 kali daripada dalam air.

Kandungan logam berat Pb dalam sedimen berkisar antara 4.55-22.50 kali daripada

kandungannya dalam air. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg, Cd, dan Pb masing-

masing berada pada bulan Desember, April dan April. Nilai terendah untuk ketiga

logam berada pada bulan Mei, Mei, dan Desember.

Tabel 19. Rasio (air : sedimen) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari pantai (m)

Parameter Hg Cd Pb

1000 1:80 1:8.3 1:8.1 1500 1:80 1:9.4 1:8.8 2000 1:80 1:14.3 1:7.7

 

 

44

Rasio antara air dan sedimen selama pengamatan menunjukkan nilai yang

berfluktuasi. Kandungan logam berat Hg pada sedimen untuk ketiga stasiun bernilai

80 kali daripada kandungannya dalam air, sedangkan kandungan Cd dalam sedimen

berkisar antara 8.3-14.3 kali daripada kandungannya dalam air. Kandungan Pb

dalam sedimen berkisar antara 7.7-8.8 kali daripada kandungannya dalam air. Pada

logam Cd rasio tertinggi terdapat pada stasiun 3 (2000 m) dan terendah terdapat

pada stasiun 2 (1500 m). Logam berat Pb memiliki rasio logam tertinggi pada

stasiun 2 (1500 m) dan terendah stasiun 3 (2000 m).

Berdasarkan Tabel 19 dan 20 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rasio

kandungan logam berat baik Hg, Cd, maupun Pb di perairan Teluk Lada. Perbedaan

ini terjadi karena adanya perbedaan kadar logam di kolom air dan sedimen. Nilai

digunakan untuk memperlihatkan perbandingan kadar logam pada kolom air dan

sedimen. Secara umum dapat dilihat bahwa kandungan logam berat dalam sedimen

lebih tinggi dibandingkan kandungannya dalam air. Kadar logam berat yang lebih

besar dibandingkan dengan kadar logam pada air ini diduga karena adanya

pengendapan logam berat pada sedimen. Berdasarkan sanusi (2006) sifat fisik kimia

material padatan tersuspensi memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi logam berat

terlarut dalam kolom air, maka deposisi padatan tersuspensi dalam suatu perairan

akan menyebabkan akumulasi logam berat tersebut selain material organik dalam

sedimen. Oleh karena itu, makin tinggi kandungan bahan organik dan anorganik

dalam kolom air maka makin tinggi juga akumulasi bahan-bahan tersebut dalam

sedimen.

4.3.2. Rasio Kandungan Logam Berat antara Sedimen dan Kerang Darah

(Anadara granosa)

Ratio logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) antara

sedimen dan kerang darah (Anadara granosa) dan sedimen di perairan Lada selama

pengamatan ditunjukkan pada Tabel 20-23. Analisa rasio tersebut dilakukan pada

kerang darah berukuran kecil dan besar baik secara temporal (Tabel 20 & 21)

maupun horizontal (Tabel 22 & 23).

 

 

45

Tabel 20. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu Pengamatan

Parameter Hg Cd Pb

Desember 1:0.80 1:1.70 1:1.60 April 1:0.63 1:1.47 1:1.23 Mei 1:1 1:1.31 1:1.83 Juli 1:1 1:3.40 1:2

Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran besar selama pengamatan

menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg kandungan dalam kerang

kerang berkisar antara 0.63-1 kali daripada kandungannya dalam sedimen,

sedangkan pada Cd kandungan dalam kerang berkisar antara 1.31-3.20 kali daripada

kandungannya dalam sedimen. Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 1.23-2

kali daripada kandungannya dalam sedimen. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg,

Cd, dan Pb masing-masing berada pada bulan Mei dan Juli, Juli, dan Juli. Nilai

terendah untuk ketiga logam berada pada bulan April, Mei, dan April.

Tabel 21. Rasio (sedimen kerang darah kecil) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten

Waktu Pengamatan

Parameter Hg Cd Pb

Desember 1:0.53 1:1.42 1:1.18 April 1:0.42 1:1.19 1:0.83 Mei 1:1 1:1.18 1:1.33 Juli 1:1 1:2.40 1:1.50

Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran kecil selama pengamatan

menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg kandungan dalam kerang

berkisar antara 0.42-1 kali daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada

Cd kandungan dalam kerang berkisar antara 1.18-2.40 kali daripada kandungannya

dalam sediment. Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 0.83-1.50 kali

daripada kandungan dalam sedimen. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg, Cd, dan Pb

masing-masing berada pada bulan Mei dan Juli, Juli, dan Juli. Nilai terendah untuk

ketiga logam berada pada bulan April.

 

 

46

Tabel 22. Rasio (sedimen : kerang darah besar) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari pantai (m)

Parameter Hg Cd Pb

1000 1:1 1:2.38 1:1.71 1500 1:1 1:2.08 1:1.92 2000 1:1 1:1.85 1:2.15

Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran besar selama pengamatan

menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg nilai rasio adalah 1:1,

yang menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada kerang bernilai 1 kali

daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada Cd kandungan dalam

kerang berkisar antara 1.85-2.38 kali daripada kandungannya dalam sedimen.

Kandungan logam berat Pb dalam kerang berkisar antara 1.71-2.15 kali daripada

kandungan dalam sedimen. Pada logam berat Cd nilai tertinggi berada pada stasiun

1 (1000 m) dan terendah stasiun 3 (2000 m). Logam berat Pb memiliki nilai tertinggi

pada stasiun 3 (2000 m) dan terendah stasiun 1 (1000 m).

Tabel 23. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten

Jarak dari pantai (m)

Parameter Hg Cd Pb

1000 1:1 1:1.81 1:1.68 1500 1:1 1:1.60 1:1.42 2000 1:1 1:1.45 1:1.80

Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran kecil selama pengamatan

menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg nilai rasio adalah 1:1,

yang menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada kerang bernilai 1 kali

daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada Cd kandungan dalam

kerang berkisar antara 1.45-1.81 kali daripada kandungannya dalam sedimen.

Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 1.42-1.80 kali daripada kandungannya

dalam sedimen . Pada logam berat Cd nilai tertinggi berada pada stasiun 1 (1000 m)

dan terendah stasiun 3 (2000 m). Logam berat Pb memiliki nilai tertinggi pada

stasiun 3 (2000 m) dan terendah stasiun 2 (1500 m).

 

 

47

4.4. Faktor Konsentrasi

4.4.1. Temporal

Faktor konsentrasi merupakan suatu ukuaran nilai kemampuan suatu biota atau

organisme air dalam mengakumulasi bahan pencemar yang berada di sekitar

lingkungannya, yaitu, kolom air. Nilai Indeks Faktor konsentrasi (IFK) suatu

organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme, kondisi lingkungan

perairan. Terdapat 3 nilai IFK untuk mengategorikan sifat akumulatif dari suatu

organisme, yaitu lebih besar dari 1000 (sifat akumulatif tinggi), antar 100-1000

(sifat akumulatif sedang), dan kurang dari 100 (sifat akumulatif rendah (Van Esch

1977 in Suprapti 2008). Nilai IFK pada kerang darah (Anadara granosa) ukuran

kecil dan besar di perairan Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Gambar 10

sampai Gambar 12.

Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat merkuri (Hg) (Gambar 10)

kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm) maupun ukuran besar (>2.5 cm) pada saat

pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya

perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.

Pada gambar 26, dapat dilihat bahwa nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar

berkisar antara 66.7-150 dengan rata-rata 97.9, sedangkan pada kerang darah ukuran

kecil berkisar antara 66.7-100 dengan rata-rata 79.2. Dari nilai rataan tersebut, dapat

diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat mengakumulasi logam berat Hg

lebih besar daripada ukuran kecil di dalam tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK

dapat diketahui bahwa kerang darah (A. granosa) baik ukuran kecil maupun besar

memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap logam berat Hg (IFK < 100). Nilai

IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme, kondisi

lingkungan perairan.

 

 

48

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

Des ember April Mei J uli

waktu  pengamatan

IFK K ec il

B es ar

Gambar 10. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada

kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten

Nilai IFK logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (A. granosa) ukuran

besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) ditunjukkan pada Gambar 11 di bawah.

Terdapat perbedaan nilai IFK pada kerang berukuran kecil dan besar. Selama

pengamatan yang dilakukan, nilai IFK kerang kecil berkisar antara 12.9-42.9 dengan

rataan 39.7 sedangkan pada ukuran besar berkisar antara 14.3-57.4 dengan rataan

32.0. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat

mengakumulasi logam berat kadium lebih besar daripada kerang ukuran kecil.

Berdasarkan nilai rataan IFK, dapat diketahui bahwa kedua ukuran kerang yang

diamati memiliki sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat (IFK<100).

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

Des ember April Mei J uli

Waktu  Pengamatan

IFK K ec il

B es ar

Gambar 11. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada

kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten

 

 

49

Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat timbal (Pb) (Gambar 12) pada

saat pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya

perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.

Nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar berkisar antara 7.3-29.7 dengan rata-

rata 18.3, sedangkan pada kerang darah ukuran kecil berkisar antara 5.4-21.9 dengan

rata-rata 13.2 . Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar

dapat mengakumulasi logam berat Hg lebih besar daripada ukuran kecil di dalam

tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui bahwa kerang darah (A.

granosa) ukuran kecil dan besar memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap

logam berat Pb (IFK < 100).

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

Desember April Mei J uli

waktu  pengamatan

IFK K ec il

B es ar

Gambar 12. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara temporal pada kerang

darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten

Hasil analisa terhadap logam berat kadmium merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan

timbal (Pb) menunjukkan sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat baik

pada ukuran besar maupun kecil. Secara umum tingkat akumulasi pada kerang darah

ukuran besar terhadap logam berat (Hg, Pb, dan Cd) memiliki nilai yang lebih besar

daripada ukuran kecil. Selain itu, dapat diketahui juga tingkat akumulasi pada

kerang darah secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah adalah Hg, Cd,

dan Pb. Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme,

kondisi lingkungan perairan (Van Esch 1977 in Suprapti 2008). Menurut

Nitisupardjo (1998) in Suprapto (2008), semakin mudah logam berat terserap dan

terakumulasi dalam tubuh organisme air semakin besar indek faktor konsentrasinya.

 

 

50

Semakin besar daya akumulasi suatu organisme maka semakin baik organisme

tersebut digunakan sebagai bioindikator kualitas air yang disebabkan oleh

pencemaran logam berat.

4.4.2. Horizontal

Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat merkuri (Hg) (Gambar 13)

kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm) maupun ukuran besar (>2.5 cm) pada saat

pengamatan memiliki nilai yang relatif sama pada setiap stasiun, kecuali pada

stasiun 3 (2000 m). Hal ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi logam berat

baik pada air maupun pada kerang itu sendiri. Pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa

nilai IFK untuk kerang darah baik yang berukuran besar maupun kecil berkisar

antara 66.7-80 dengan rata-rata 75.6. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui

bahwa kerang darah (A. granosa) memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap

logam berat Hg (IFK < 100). Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam

berat, organisme, kondisi lingkungan perairan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1000 1500 2000

J a rak dari P anta i (m)

IFK K ec il

B es ar

Gambar 13. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada

kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten

Nilai IFK logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (A. granosa) ukuran

besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) ditunjukkan pada Gambar 14 di bawah.

Terdapat perbedaan nilai IFK pada kerang berukuran kecil dan besar. Selama

pengamatan yang dilakukan, nilai IFK kerang kecil berkisar antara 15.07-25 dengan

rataan 27.14 sedangkan pada ukuran besar berkisar antara 19.79-31.88 dengan rataan

20.98. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat

mengakumulasi logam berat kadium lebih besar daripada kerang ukuran kecil.

 

 

51

Berdasarkan nilai rataan IFK, dapat diketahui bahwa kedua ukuran kerang yang

diamati memiliki sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat (IFK<100).

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

1000 1500 2000

J a rak dari P anta i (m)

IFK kec il

B es ar

Gambar 14. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada

kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten

Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat timbal (Pb) (Gambar 15) pada

saat pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya

perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.

Nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar berkisar antara 11.94-13.95 dengan

rata-rata 13.59, sedangkan pada kerang darah ukuran kecil berkisar antara 10-13.66

dengan rata-rata 11.36. Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa kerang darah

ukuran besar dapat mengakumulasi logam berat Pb lebih besar daripada ukuran kecil

di dalam tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui bahwa kerang

darah (A. granosa) ukuran kecil dan besar memiliki sifat akumulutaif yang rendah

terhadap logam berat Pb (IFK < 100).

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

1000 1500 2000

J a rak dari P anta i (m)

IFK

K ec il

B es ar

Gambar 15. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada

kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten.

 

 

52

Hasil analisa secara horizontal terhadap logam berat merkuri (Hg), kadmium

(Cd) dan timbal (Pb) menunjukkan sifat akumulatif yang rendah terhadap logam

berat baik pada ukuran besar maupun kecil. Sifat akumulasi pada kerang darah

ukuran besar terhadap logam berat (Hg, Pb, dan Cd) memiliki nilai yang lebih tinggi

daripada ukuran kecil. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tingkat

akumulasi pada kerang darah secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah

adalah Hg, Cd, dan Pb. Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam

berat, organisme, kondisi lingkungan perairan (Van Esch 1977 in Suprapti 2008).

Menurut Nitisupardjo (1998) in Suprapto (2008), semakin mudah logam berat

terserap dan terakumulasi dalam tubuh organisme air semakin besar indeks faktor

konsentrasinya. Semakin besar daya akumulasi suatu organisme maka semakin baik

organisme tersebut digunakan sebagai bioindikator kualitas air yang disebabkan oleh

pencemaran logam berat di perairan.

4.5. Faktor Korelasi

4.5.1. Temporal

Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) di perairan, sedimen dan kerang

darah saling berhubungan. Hubungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 24 di bawah

ini.

Tabel 24. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Andara granosa) secara temporal

Parameter r n Hg pada air dan sedimen 0.54 5

Hg pada air dan kerang besar 0.30 5 Hg pada sedimen dan kerang besar 0.95 5

Cd pada air dan sedimen 0.47 5 Cd pada air dan kerang kecil -0.12 5 Cd pada air dan kerang besar -0.21 5

Cd pada sedimen dan kerang kecil -0.56 5 Cd pada sedimen dan kerang besar -0.57 5

Pb pada air dan sedimen -0.85 5 Pb pada air dan kerang kecil -0.69 5 Pb pada air dan kerang besar -0.51 5

Pb pada sedimen dan kerang kecil -0.02 5 Pb pada sedimen dan kerang besar 0.2 5

 

 

53

Pada Tabel 24 di atas dapat terlihat terdapat korelasi bernilai positif (+) dan

negatif (-). Nilai positif menunjukkan terdapat hubungan yang searah antara dua

peubah (besar dan besar atau kecil dan kecil). Nilai negatif menunjukkan adanya

hubungan yang berlawanan (besar dan kecil). Nilai Hg dan Cd pada air dan sedimen

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cukup erat (0.54 dan 0.47). Nilai positif

ini menunjukkan bahwa kadar logam pada air dan sedimen searah (besar atau kecil).

Hal ini diduga karena adanya pengendapan baik logam Cd maupun Hg ke sedimen.

Pada Pb, nilai korelasi pada air dan sedimen menunjukkan nilai negatif. Hal ini

diduga terjadi karena logam berat yang berada pada lokasi pengamatan belum

seluruhnya mengendap atau terbawa arus. Selain itu, kondisi ini juga diduga karena

adanya masukan Pb yang relatif tinggi ke perairan.

Pada air-kerang dan sedimen-kerang nilai positif menunjukkan bahwa semakin

besar kadar logam di air dan sedimen maka kadar logam pada kerang akan semakin

meningkat. Hal ini diduga karena sifat kerang darah yang deposit feeder hingga

mampu mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya. Sebaliknya pada korelasi yang

bernilai negatif, peningkatan kadar logam berat pada air dan sedimen tidak

menunjukkan peningkatan kadar logam pada kerang darah. Hal ini diduga karena

adanya peningkatan masukan logam berat pada air dan sedimen lebih besar dari

akumulasi pada kerang darah.

4.5.2. Horizontal

Terdapat hubungan antara kandungan logam berat pada air, sedimen, dan

kerang darah. Hubungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 25.

Tabel 25. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Andara granosa) secara horizontal

Parameter r N Cd pada air dan kerang kecil 0.94 3 Cd pada air dan kerang besar 0.94 3

Pb pada air dan sedimen -0.84 3 Pb pada air dan kerang kecil -0.27 3 Pb pada air dan kerang besar -1 3

Pb pada sedimen dan kerang kecil 0.75 3 Pb pada sedimen dan kerang besar 0.87 3

 

 

54

Pada Tabel 25 di atas dapat diketahui bahwa terdapat nilai positif dan negatif

pada korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb. Nilai positif pada air-kerang dan

sedimen-kerang menunjukkan bahwa semakin besar kandungan logam berat pada air

dan sedimen maka kandungan logam berat pada kerang akan semakin besar. Hal ini

diduga karena sifat kerang darah yang deposit feeder hingga mampu mengakumulasi

logam berat dalam tubuhnya.

Nilai negatif pada air-sedimen menunjukkan bahwa peningkatan kadar logam

di perairan tidak menyebabkan peningkatan logam pada sedimen. Hal ini diduga

karena masukan logam berat di kolom perairan lebih besar dibandingkan pada

sedimen. Selain itu, diduga bahwa terdapat arus bawah yang mengangkat sedimen

ke kolom perairan sehingga kadar logam menjadi bertambah. Nilai negatif pada air-

kerang menunjukkan bahwa peningkatan kadar logam berat pada air dan sedimen

tidak (sedikit) menyebabkan peningkatan kadar logam pada kerang darah. Hal ini

diduga karena adanya peningkatan masukan logam berat pada air dan sedimen lebih

besar dari akumulasi pada kerang darah.

4.6. Batas Aman Konsumsi

Kerang darah merupakan salah satu biota laut yang sering dikonsumsi. Adapun

batas aman konsumsi kerang darah yang terkontaminasi logam berat di perairan

Teluk Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Tabel 26 dan 27.

Tabel 26. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (g/kg berat badan/minggu)

Logam berat Besar

(g/kgbb/minggu)Kecil

(g/kgbb/minggu) PTWI *

(μg/kg bb) Hg 23.94 42.33 1.6 Cd 8.59 17.12 7 Pb 8.17 16.67 25

*PTWI (Provisional tolerable weekly intake) JECFA (2003)

Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa terdapat batas aman dalam

mengkonsumsi kerang darah baik ukuran besar maupun kecil. Pada kerang darah

ukuran besar batas aman konsumsi kerang yang mengandung logam berat Hg, Cd,

dan Pb masing-masing bernilai 23.94 g/kg berat badan/minggu, 8.59 g/kg berat

badan/minggu, dan 8.17 g/kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran kecil

batas aman konsumsi kerang untuk ketiga logam tersebut masing-masing berenilai

 

 

55

42.33 g/kg berat badan/minggu, 17.12 g/kg berat badan/minggu, dan 16.67 g/kg

berat badan/minggu.

Tabel 27. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (ekor/kg berat badan/minggu)

Tabel 27 menunjukkan bahwa batas aman konsumsi kerang darah di perairan

Teluk Lada terhadap logam berat Hg, Cd, dan Pb untuk ukuran kecil dengan satuan

ekor/kg berat badab/minggu adalah 42, 17, dan 17. Pada kerang darah ukuran besar

batas aman konsumsi untuk ketiga logam berat (Hg, Cd, dan Pb) masing-masing

bernilai 24, 9, dan 8. Nilai ini didasarkan pada kandungan logam berat pada

perairan, bobot rata-rata kerang, dan logam berat yang diperbolehkan masuk ke

tubuh dalam satuan minggu. Kadar logam berat yang dapat ditolerir masuk ke dalam

tubuh berbeda-beda tergantung pada jenis logamnya. Logam Hg memiliki nilai

batasan masuk ke dalam tubuh sebesar 1.6 μg/kg berat badan/minggu, Cd sebesar 7

μg/kg berat badan/minggu, dan Pb sebesar 25 μg/kg berat badan/minggu (JECFA

2003).

Berdasarkan analisa logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A.

granosa) baik ukuran kecil maupun ukuran besar masih berada di bawah nilai

ambang batas yang diperbolehkan sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Adapun

batas aman ini dibuat sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengkonsumsi biota

kerang yang mengandung logam berat.

Akumulasi logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada tubuh manusia dapat

menggangu dan membahayakan kesehatan. Tingkat toksisitas logam Hg lebih

bersifat toksik dari logam lainnya dan bila terakumulasi dalam tubuh manusia dapat

mengakibatkan keracunan akut maupun kronis (Darmono 1995). Akumulasi dalam

tubuh manusia terutama pada hati, ginjal dan otak (Tsubaki & Irukayama 1977 in

Murtini & Ariyani 2005). Berdasarkan penelitian Eto (1999) in Sudarmaji et al.

(2006) menyatakan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari kepekaan individu

Ukuran

Rataan bobot

kerang (gram/ekor)

Logam berat Hg

(ekor/kgbb/minggu) Cd

(ekor/kgbb/minggu) Pb

(ekor/kgbb/minggu)

Besar 2.97 24 9 8

Kecil 1.89 42 17 17

 

 

56

dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam

kandungan, bayi, anak-anak, dan orang tua. Gejala yang timbul akibat keracunan Hg

dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat

agresif. Gejala klinis yang timbul tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke

dalam tubuh, mulai dari gejala yang paling ringan yaitu parastesia sampai gejala

yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian.

Selain itu, akumulasi logam Hg pada tubuh dapat merusak fungsi ginjal baik akut

maupun kronis (Sudarmaji et al. 2006).

Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat

mengakibatkan gangguan pada fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan tekanan

darah, dan kemandulan pada pria dewasa serta kerapuhan pada tulang (Darmono

1995). Waktu paruh dari logam ini adalah 10-30 tahun. Sifat racun dari kadmium ini

dapat berupa akut dan kronis. Gejala kronis mulai dari nafas pendek, gigi terasa

ngilu samp;ai kemampuan mencium menurun.Gejala akut mulai dari mual, muntah,

diare, anemia, hingga kematian. Selain itu, kadmium memiliki sifat afinitas yang

kuat dengan subhidril yang dapat menyebabkan inaktivasi enzim yang mengandung

subhidril sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi normal tubuh (Sari & keman

2005; Alfian 2005).

Seperti halnya pada logam Hg dan Cd, akumulasi logam Pb pada tubuh

manusia dapat menggangu kesehatan. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan

neurologi (ataxia, koma, kejang tubuh), gangguan ginjal, sistem reproduksi

(keguguran, kematian janin, cacat kromosom) dan penurunkan IQ (Darmono 1995:

Sudarmaji 2006; G-HELP 2008).

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) di perairan Teluk Lada baik secara

temporal maupun horizontal sudah melebihi nilai baku mutu yang telah

ditetapkan kecuali merkuri (Hg).

2. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada sedimen di perairan Teluk Lada

baik secara temporal maupun horizontal masih di bawah baku mutu yang

ditentukan (level target).

3. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada kerang darah (Anadara granosa)

baik pada ukuran besar maupun kecil masih berada di bawah nilai ambang batas

yang diperbolehkan dan masih layak untuk dikonsumsi.

4. Tingkat akumulasi pada kerang darah (Anadara granosa) selama pengamtan

baik ukuran besar (>2.5 cm) maupun kecil (<2.5 cm) tergolong pada sifat

akumulasi rendah (IFK<100).

5. Batas aman konsumsi kerang darah ukuran kecil yang mengandung logam berat

Hg, Cd, Pb adalah 42 ekor kg berat badan/minggu, 17 ekor kg berat

badan/minggu, dan 17 ekor kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran

besar batas aman konsumsi terkait dengan keberadaan logam berat Hg, Cd, dan

Pb masing-masing adalah 24 ekor/kg berat badan/minggu, 9 ekor/kg berat

badan/minggu, dan 8 ekor/kg berat badan/minggu.

5.2. Saran

Saran yang diajukan dalam penelitian pada lokasi ini adalah sebaiknya

dilakukan kajian mengenai pola arus air laut, sumber pencemaran logam berat lebih

lanjut, monitoring kualitas air, dan analisis logam berat Hg, Cd, dan Pb pada spesies

yang berbeda, yaitu kerang bulu (Anadara antiquata). Selain itu, dapat juga

dilakukan kajian mengenai logam lain yang biasa berada di perairan contohnya seng

(Zn) dan tembaga (Cu).

DAFTAR PUSTAKA

Abel PD. 1989. Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited. Cichester,

England. 223 hlm. Alfian Z. 2005. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh

dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom. [Jurnal]. Kimia, FMIPA. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Sains Kimia. Vol. 9 No. 2. Hal 73-76.

Bilad MR. 2010. Dampak Lingkungan Penggunaan Batubara Sebagai Bahan Bakar

Pengomporan Tembakau Virginia. [terhubung berkala]. http://www.roilbilad.wordpress.com//. (12 Juli 2010).

Broom MJ. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of the

Genus Anadara. International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila, Philipines. vi + 34 p.

Budiono A. 2003. Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Biota Air. Makalah

Pengantar Falsafah Sains (PPS702). [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institu Pertanian Bogor. 11 hlm.

Connell DW & GJ Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

Penerjemah; Yanti Koestoer; pendamping, Sahati. UI-Press. Jakarta. Dance SP. 1974. The Collector’s Encyclopedia of Shells. Australia & New Zealand

Company. Sydney. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas

Indonesia Press (UI-Press). Jakarta. x-136 hlm. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Etim L, Akpan ER & Muller P. 1991. Temporal trends in Heavy Metal

Concentration in The Clam Egeria radiata (Bivalvia: Tellinacea: Donacidae) from The Cross River, Nigeria. [Jurnal]. Res. Hydrobiol.trop. 24 (4). Hal 327-333.

G-HELP (Gender, Health and Environmental Linkages Program). 2008. Dampak

Paparan Logam Berat Pertambangan terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan. [terhubung berkala]. http:// journal.unair.ac.id//(20 Juli 2010).

Goksu MZL, Mustafa A, Fatma Cevik & Ozlem Findik. 2005. Bioaccumulation of

Some Heavy Metals (Cd, Fe, Zn, Cu) in Two Bivalvia Species.[Jurnal]. Faculty of Fisheries, Cukurova University. Turkey. Hal 89-93.

 

 

59

Hutabarat S & Stewart ME. Pengantar Oseanografi Umum. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta. ix-158 hlm.

IADC/CDEA. 1997. Environmental Aspects of Dredging - Conventions, Codes and

Conditions.[terhubung berkala]. http://www.dredging.org/.(30 Maret 2009)

Jumariyah. 2001. Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Teluk Banten. [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA). 2003.

Toxicological Recommendations and Information on Specifications. [Jurnal]. Rome.

Laws EA. 1993. Aquatic Pollution an Introductory Text. 2nd Edition. An

Interscience Publication John Willey and Sons, Inc. New York. USA. Lestari & Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas air

Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta). [Jurnal]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Indonesia. Makara, Sains. Vol. 8 No. 2. Hal 52-58.

Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.

Penerjemah : Edi Nugroho. Edisi kedua. UI-Press. Jakarta.xv + 419 hal. Mattjik AA & IM Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor. ix

+ 275 hlm. Marganof. 2003. Potesi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal,

Kadmium, Dan Tembaga) Di Perairan. [disertasi]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Moriber G. 1974. Enviromental Science. Allym and Bacon. Inc. United States of

America. Murtini JT & Farida A. 2005. Kandungan Logam Berat Kerang Darah (Anadara

granosa) dan Kualitas Perairan di Tanjung Pasir, Jawa Barat. [Jurnal]. Jurnal Perikanan Perikanan Indonesia Vol 11 No. 8.

Murtini JT, Yusma Y, & Rosmawati. 2003. Kandungan Logam Berat pad Kerang

Drah, Air Laut, dan sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siap-api. [Jurnal]. Jurnal Perikanan Perikanan Indonesia Vol 9 No. 5.

Novotny V & Olem H. 1994. Water Quality; Prevention, Identification, and

Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand reinhold. New York. Nontji A. 2007. Laut Nusantara (edisi revisi). Djambatan. Jakarta.

 

 

60

Odum EP.1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Prawuri DV. 2005. Studi Morfometrik Kerang Anadara Spp. Di Perairan Blanakan

Kabupaten Subang, Jawa Barat. [skripsi]. Departeman Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sanusi HS. 2006. Kimia Laut Proses Fisika Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sari FI & Soedjajadi K. 2005. Efektivitas Larutan asam Cuka Untuk Menurunkan

Kandungan Logam Berat Cadmium dalam Daging Kerang Bulu. [Jurnal]. FKM, Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 1 No. 2. Hal 120-129.

Siaka IM. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen Di Pelabuhan Benoa Dan

Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. [Jurnal]. Kimia. FMIPA, Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia 2 (2) Hal 61-62. [31 Oktober 2008]

Sorensen EM. 1948. Metal Poisoning In Fish. CRC Press, Inc. United State. ix + 361

hal. Suprapti NH. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen dan Kerang

Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. [Jurnal]. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Biologi. FMIPA. Unversitas Dipenogoro, Semarang. Vol. 10, No. 2. Hal 53-56.[17 Juli 2010].

Sudarmaji, J Mukono & Corie I. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan

Dampaknya Terhadap Kesehatan. [Jurnal]. Bagian Kesehatan Lingkungan. FKM, Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (2) Hal 129 - 142 [17 Juli 2010]

Tetelepta CHA. 1990. Hubungan Antara Kandungan Logam Berat Zn, Pb, Cd, dan

Hg dalam Habitat serta Jaringan Tubuh Terhadap Kemungkinan Terjadinya Anomali Ova Kerang Darah (Anadara granosa Linneaus) di Muara Mati dan Muara Manuk. [disertasi]. Fakultas Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Umar MT, Meagaung WM, & Fachruddin L. 2001. Kandungan Logam Berat

Tembaga (Cu), Pada Air, Sedimen dan Kerang Marcia sp. Di Teluk Parepare, Sulawesi Selatan. [Jurnal]. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanudin, Makassar. Vol 2 No.2.Hal 36. (31 Oktober 2008).

Umbara H & Heny Suseno. 2006. Faktor Bioakumulasi 210Pb Oleh Kerang Darah

(Anadara granosa), [Jurnal]. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN.

 

 

61

Wahyono MM. 1993. Kajian Tentang Kualitas Lingkungan Perairan Dan

Kandungan Logam Berat Pada Kerang Bulu (Anadara indica Gmelin) Di Estuaria Muara kamal, Teluk Jakarta). [disertasi]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

 

LAMPIRAN

62

Lampiran 1. Lokasi penelitian perairan Teluk Lada, Banten

• Stasiun 1 (1000 m dari garis pantai)

• Stasiun 2 (1500 m dari garis pantai)

• Stasiun 3 (2000 m dari garis pantai)

63

Lampiran 2. Prosedur analisis logam berat

Metode :

a. Preparasi

• Panaskan daging kerang dan sedimen pada oven bersuhu (103-105ºC) selama

24 jam

• Dinginkan dan gerus dengan mortar

• Timbang contoh bahan sebanyak 0.5 gram

• Tambahkan 5 ml asam sulfat (95%) dan 5 ml asam nitrat (100%)

• Biarkan selama 1 jam

• Panaskan pada hot plate (250-300ºC) selama 0.5 jam. turunkan dan

tambahkan 1 ml asam nitrat. panaskan kembali 1-2 jam sampai contoh

bening

• Jika tidak bening. tambahkan 1 ml perklorat

• Dinginkan dan tambahkan 1 ml HCl (37%).

• Tambahkan aquabides sekitar 50 ml dan ditera hingga 100 ml di dalam labu

takar

b. Ekstraksi

• 10 ml contoh dimasukkan ke dalam corong pemisah

• Tambahkan 1 ml NaOH (10%) dan 2 ml Kalium Natrium Tartarat. serta 10

ml larutan ditizhon

• Kocok contoh selama 30 detik sambil buka katunya untuk menghilangkan

gas. diamkan sampai terbentuk 2 lapisan

• Buka katupnya dan masukan ke dalam tabung reaksi

• Tambahkan 10 ml NaOH (2%) ke dalam corong pemisah. kocok

• Buka katup. masukan lapisan bawahnya ke dalam tabung reaksi

c. Injeksi

• Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520

nm

• Hitung dengan regresi standar yang telah dibuat.

64

Lampiran 3. Data logam berat pada daging kerang (Anadara granosa) di perairan

Teluk Lada. Banten

a. Temporal

b. Spasial

Lokasi dari garis pantai

(m)

Waktu

ParameterHg

(ppm) Cd

(ppm) Pb

(ppm) besar kecil besar kecil besar kecil

1000 Mei 0.02 0.02 0.2125 0.178 0.24 0.35 Juli 0.02 0.02 0.425 0.3 0.375 0.225

1500 Mei 0.02 0.02 0.2125 0.178 0.24 0.1775 Juli 0.02 0.02 0.4 0.3 0.35 0.225

2000 Mei 0.02 0.02 0.125 0.125 0.125 0.125 Juli 0.02 0.02 0.35 0.25 0.35 0.3

Waktu Pengamatan

ParameterHg

(ppm) Cd

(ppm) Pb

(ppm) Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil

Desember 0.03 <0.02 0.2 0.183 0.205 0.18 0.03 <0.02 0.225 0.173 0.275 0.175

April <0.02 <0.02 0.2 0.17 0.255 0.125 <0.02 <0.02 0.25 0.195 0.300 0.25

Mei <0.02 <0.02 0.2 0.18 0.275 0.2 <0.02 <0.02 0.2 0.18 0.275 0.2

Juli <0.02 <0.02 0.4 0.35 0.350 0.3 <0.02 <0.02 0.45 0.25 0.350 0.225

65

Lampiran 4. Hubungan korelasi kandungan logam berat pada air. sedimen. dan kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada. Banten.

1. Temporal. • Merkuri (Hg)

Air Sedimen kerang kecil Kerang Besar Air 1

Sedimen 0.54 1 kerang kecil 0 0 1

Kerang Besar 0.30 0.95 0 1 • Kadmium (Cd)

air Sedimen Kerang kecil Kerang Besar air 1

Sedimen 0.47 1.00 Kerang kecil -0.12 -0.56 1 Kerang Besar -0.21 -0.57 1 1

• Timbal (Pb)

air sedimen kerang besar kerang kecil air 1

sedimen -0.85 1 kerang besar -0.51 -0.02 1 kerang kecil -0.69 0.20 0.97 1

2. Spasial

• Merkuri (Hg) Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar

Air 1 Sedimen 0 1

Kerang Kecil 0 0 1 Kerang Besar 0 0 0 1

• Kadmium (Cd)

Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar Air 1

Sedimen 0 1 Kerang Kecil 0.94 0 1 Kerang Besar 0.94 0 0.99 1

• Timbal (Pb)

Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar Air 1

Sedimen -0.84 1 Kerang Kecil -0.27 0.75 1 Kerang Besar -1.00 0.87 0.32 1

66

Lampiran 5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

A. Global Positioning System B. Ekman grab C. Van Dorn water sampler

D. Garok E. Refraktometer F. Kertas pH indikator G. termometer H. Botol BOD I. Oven J. Spektrofotometer K. Timbangan L. Mortar & Cawan Porselen

67

Lampiran 5. (lanjutan) M. Beaker glass N. Corong pemisah O. Jangka Sorong

68

Lampiran 6. Contoh perhitungan rasio logam berat, IFK (indeks faktor konsentrasi)

dan batas aman konsumsi

1. Rasio logam berat

Kadar logam berat kadmium dalam sedimen : 0.125 ppm

Kadar logam berat kadmium dalam daging kerang : 0.3125 ppm

Rasio logam berat = sedimen dalam kadmiumberat logamKadar

kerang daging dalamberat logamKadar

= ppm 0.125ppm 0.3125

= 2.08

2. IFK (indeks faktor konsentrasi)

Kadar kadmium dalam air : 0.005

Kadar kadmium dalam daging kerang : 0.2125

= 005.02125.0

= 42.5

3. Batas aman konsumsi

PTWI Hg : 1.6 µg/kg berat badan/minggu

Kadar Hg dalam daging kerang : 0.0225 ppm (g/kg)

Bobot kerang besar : 2.97 g

Batas aman konsumsi = PTWI

kerang daging dalam logamKadar

= minggubadan/ berat µg/kg6.1

/0225.0 kgg

= 71.11 g/kg berat badan/minggu

Dalam satuan ekor = kerangBobot

minggu)badan/ berat (g/kg konsumsiaman Batas

= g 2.97

minggubadan/ berat g/kg 71.11

= 23.94 ekor