an masih “berguru” anak muda indonesia sekarang yang ......juga berada dalam universitas yang di...
TRANSCRIPT
1
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mengukur bagaimana suatu
negara dapat dikatakan berkembang, maju atau bahkan negara yang tertinggal
dengan negara- negara lainnya. Pendidikan juga merupakan sarana untuk
meningkatkan daya saing sumber daya manusia yang ada di dalamnya yang dapat
memberikan dampak positif untuk negara tersebut. Perguruan tinggi atau
universitas merupakan jenjang pendidikan yang biasa digunakan sebagai tolak
ukur bagaimana kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang dan memiliki jumlah penduduk yang
termasuk banyak di Asia. Malaysia yang pada era 1970-an masih “berguru”
kepada Indonesia dalam hal pendidikan justru kini lebih maju
(http://supermilan.wordpress.com/2007/06/01/ketika-malaysia-sudah-mulai-
berlari/). Namun sekarang kenyataan yang sudah berbeda, banyak pelajar atau
anak muda Indonesia sekarang yang “berguru” dan menimba ilmu di sana.
Seharusnya ini bisa menjadi koreksi Bangsa Indonesia untuk “bercermin” agar
dapat lebih membenahi diri untuk kedepannya.
Good University Governance (GUG) merupakan turunan dari konsep
Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance (GCG)
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Krisis
ekonomi di kawasan Asia dan Amerika latin diyakini muncul karena kegagalan
penerapan GCG (Daniri, 2005). Universitas merupakan organisasi nirlaba yang
tidak bertujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented), namun harus tetap
mendapatkan keuntungan dari pemasukan (surplus) karena universitas juga harus
bisa menghidupi dirinya sendiri dan dapat mengembangkan kelembagaannya
dengan baik, sehingga dapat tetap bertahan untuk kelangsungan hidupnya (prinsip
going concern). GUG sangat berguna sebagai sistem untuk mengatur tata kelola
universitas dengan baik termasuk bagaimana keuntungan tersebut dapat dikelola
dengan baik atau secara profesional, dan menghindari terjadinya kecurangan
2
(fraud) dari berbagai konflik kepentingan di dalamnya, sehingga nantinya setiap
universitas dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik.
Negara-negara maju seperti Australia, Canada, Prancis, Belanda, Inggris,
dan lain-lain sudah memiliki model atau karakteristik pengukuran Good
University Governance yang telah ditentukan dan distandarkan agar dapat
dilaksanakan secara serentak serta konsisten oleh seluruh universitas atau
perguruan tinggi di sana. Standar atau budaya setiap negara berbeda-beda, untuk
itu kita tidak bisa menggunakan secara murni apa yang diterapkan oleh negara-
negara lain. Model pengukuran Good University Governance yang ingin
digunakan atau diterapkan di Indonesia harus sudah disesuaikan dengan standar
serta budaya yang telah di junjung tinggi oleh Bangsa Indonesia. Hal yang
menjadi kendala adalah belum adanya aturan atau standar yang telah ditentukan
untuk diterapkan di Indonesia. Di Indonesia sudah ada good university
governance untuk universitas/institut badan hukum milik negara, sehingga belum
adanya Good University Governance untuk universitas swasta. Untuk universitas
swasta ada beberapa jenis badan hukumnya namun dalam hal ini peneliti
mengkhusukan untuk universitas yang berbadan hukum yayasan, karena peneliti
juga berada dalam universitas yang di bawah naungan yayasan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memfokuskan pada
prinsip-prinsip Good University Governance di Indonesia khususnya untuk
universitas dengan pengelolaan organisasi berbentuk yayasan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan penyusunan Good University
Governance bagi universitas-universitas dengan pengelolaan organisasi
berbentuk yayasan yang ada di Indonesia.
2. Good University Governance dan Yayasan
Konsep corporate governance dapat didefinisikan sebagai serangkaian
mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar
operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan pemangku kepentingan
(stakeholders). Good corporate governance dapat didefinisikan sebagai struktur,
3
sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya
untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang (The Indonesian Institute For Corporate Governance, 2011).
Sedangkan konsep university governance dapat diartikan sebagai serangkaian
mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu universitas agar
operasional universitas berjalan sesuai dengan harapan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Good University Governance dapat dipahami
sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ universitas
sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah universitas secara
berkesinambungan dalam jangka panjang.
Peran GUG membentuk membentuk struktur kerja dan menciptakan
sistem check dan balances, karena efektivitas suatu universitas berhubungan
dengan perbandingan biaya rutin dan biaya sewaktu-waktu yang dikeluarkan oleh
suatu universitas, yang hasilnya dapat dirasakan dikemudian hari. Menurut Serian
(Wijatno, 2009) penerapan prinsip GCG di Universitas dapat dilihat dari berbagai
aspek berikut :
a. Transparency (keterbukaan informasi), universitas harus dan dapat
menerapkan prinsip keterbukaan di bidang keuangan, sistem dan prosedur
penerimaan mahasiswa baru, sistem dan prosedur akuntansi, pelaporan
keuangan, rekrutmen dosen dan karyawan, pemilihan pejabat struktural,
pemilihan anggota senat fakultas/akademis, pemilihan penggurus
yayasan/BPH, dan informasi-informasi penting lainnya kepada pemangku
kepentingan secara memadai, akurat, dan tepat waktu.
b. Accountability (akuntabilitas), universitas harus mempunyai uraian tugas dan
tanggung jawab yang jelas (secara tertulis) dari setiap pejabat struktural,
anggota senat fakultas/akademis, pengurus yayasan, dosen dan karyawan.
Termasuk juga kriteria dan proses pengukuran kinerja, pengawasan, dan
pelaporan. Harus ada audit internal yang tugasnya antara lain: melakukan
penilaian, analisis, dan interpretasi dari aktivitas suatu organisasi secara
independen. Pada dasarnya ruang lingkup audit internal mencakup segala
4
aspek kegiatan dalam organisasi dalam rangka penilaian kinerja untuk tujuan
mengevaluasi dan mengendalikan aktivitas organisasi, sehingga proses, tujuan
dan sasaran organiasasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Selain itu,
ada baiknya juga dilakukan manajemen audit atau financial audit plus oleh
KAP independen.
c. Responsibility (pertanggungjawaban), setiap individu yang terlibat dalam
pengelolaan universitas harus bertanggung jawab atas segala tindakannya
sesuai dengan job description yang telah ditetapkan. Termasuk para dosen
harus menaati etika dan norma kedosenan. Harus dihindari “pemerasan” atau
“penjualan nilai” pada mahasiswa baik oleh dosen maupun oleh karyawan non
akademis.
d. Independency (kemandirian), pihak yayasan dan pengelola universitas dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawabnya harus bebas dari segala bentuk
benturan kepentingan yang berpotensi untuk muncul. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen,
bebas dari segala bnetuk tekanan dari pihak lain, sehingga dapat dipastikan
bahwa keputusan itu dibuat semata-mata demi kepentingan universitas.
Pengurus yayasan/BPH harus memberi wewenang penuh kepada rektorat
untuk menyelenggarakan “Tri Dharma Perguran Tinggi”.
e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), perlakuan yang adil dan berimbang
kepada para pemangku kepentingan yang terkait (equitable treatment). Dalam
hal ini, para pemangku kepentingan terdiri atas mahasiswa, masyarakat, para
dosen dan karyawan non akademis, serta pengurus yayasan.
Konsep Yayasan menurut UU No. 16 Tahun 2001, adalah badan hukum
yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan
dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu
badan usaha. Perbedaan mendasar organisasi profit dan non profit seperti yayasan
5
adalah mekanisme organisasi bersangkutan dalam memperoleh sumber daya awal
yang dibutuhkan, yang umumnya diperoleh dari sumbangan.
Menurut Indra (Bastian, 2007) laporan keuangan yayasan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
- Sumber daya yayasan berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
- Menghasilkan barang dan/jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau
suatu yayasan menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan
kepada para pendiri atau pemilik yayasan tersebut.
- Tidak ada kepemilikan, dalam arti bahwa kepemilikan tidak dapat dijual,
dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya yayasan pada saat
likuidasi atau pembubaran.
Pihak pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama
untuk menilai jasa yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk
memberikan jasa tersebut dan cara pengelola melaksanakan tanggung jawabnya
serta aspek lain dari kinerja yayasan.
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan
Pengawas. Pengelolaan kekayaan dan pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan
sepenuhnya oleh Pengurus. Pengurus wajib membuat laporan tahunan yang
disampaikan kepada Pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan
kegiatan yayasan. Pengawas bertugas melakukan pengawasan serta memberi
nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.
Menurut Panggabean (2002), dalam mengelola yayasan salah satu aspek
yang perlu menjadi pedoman yaitu aspek managerial. Ditinjau dari aspek
managerial, agar yayasan dapat tumbuh dan berkembang dalam mencapai maksud
dan tujuannya, maka yayasan perlu mempertimbangkan hal-hal strategis di bawah
ini :
6
a. Pendiri dan pengurus harus bersedia menanggalkan kepentingan pribadi
dan secara sukarela menyumbangkan pikiran dan sumber daya lainnya
bagi pencapaian maksud dan tujuan yayasan.
b. Visi dan Misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai
dasar untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis dalam
pencapaian maksud dan tujuan yayasan.
c. Pengelolaan yayasan harus dijalankan secara transparan, karena para
donatur dan konstituen yayasan menuntut adanya keterbukaan dan
akuntabilitas pembukuan. Profesionalisme pengelolaan yayasan akan
menciptakan citra yang positif di mata donatur dan konstituen termasuk
pemerintah. Dengan citra yang positif akan memudahkan yayasan
menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak dalam menggali
sumber pendanaan.
d. Pengelolaan yayasan dilakukan secara efektif dan efisien seperti halnya
suatu organisasi bisnis, namun dana yang dihasilkan diperuntukkan
sepenuhnya untuk pencapaiaan maksud dan tujuan yayasan.
e. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program kreatif yang
berorientasi pasar karena akan disukai konsumen sehingga memudahkan
yayasan menggali sumber pendanaan untuk mendukung kegiatannya.
f. Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional berlandaskan prinsip
transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Pembukuan harus
diselenggarakan dengan tertib dan informasi keuangan yang dihasilkan
tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan
evaluasi, pengawasan, dan perencanaan.
g. Pengurus harus meningkatkan pemahaman tentang Anggaran Dasar (AD)
dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yayasan serta berbagai aspek hukum
lainnya yang relevan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan
keputusan yayasan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini data berupa karakteristik pengelolaan
universitas dengan badan hukum yayasan di Indonesia dan good corporate
governance sebagai dasar penyusunan model good university governance
diperoleh dari literatur (buku, Undang-Undang no. 16 tahun 2001 tentang
yayasan, peraturan pemerintahan Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, serta jurnal) dan Panduan
Borang Akreditasi Perguruan Tinggi.
Data pengelolaan universitas atau perguruan tinggi di Indonesia
memberikan informasi mengenai karakteristik pengelolaan universitas. Konsep
yayasan yang menjadi bentuk badan hukum pengelolaan universitas, memberikan
informasi mengenai karakteristik pengelolaan yayasan. Kedua data tersebut
menjadi dasar untuk menyusun model good university governance dengan
memasukkan konsep good corporate governance sebagai gambaran tata kelola
suatu organisasi. Kerangka penelitian ini tergambar dalam bagan berikut :
Pengelolaan Universitas Yayasan
Karakteristik Universitas Karakteristik Yayasan
Corporate Governance
Model Good University
Governance
Penelitian pustaka
Hasil penelitian
pustaka sebagai data
input
Adopsi Konsep
Keluaran Penelitian
Gambar 1. Kerangka penelitian
8
4. Analisis dan Pembahasan
Dalam paparan yang diungkapkan oleh The Indonesian Institute For
Corporate Governance (2001), GUG meliputi struktur, sistem, dan proses yang
digunakan oleh organ-organ universitas sebagai upaya untuk memberikan nilai
tambah universitas secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Untuk
membangun model GUG, karakteristik universitas dan yayasan menjadi kerangka
dasar yang digunakan.
Pengelolaan universtas-universitas di Indonesia harus mengikuti peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan peraturan tersebut, karakteristik
universitas yang dalam peraturan tersebut disebut sebagai perguruan tinggi
tertuang dalam pasal 1, adalah sebagai berikut:
- (ayat 17) Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal setelah pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
- (ayat 21) Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
Karakteristik yayasan tertuang dalam UU No. 16 Tahun 2001 dan Indra
Bastian (2007) yang telah dipaparkan di bagian atas. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa karakteristik yayasan meliputi (1) sumber dana berasal dari
pihak yang bukan sebagai pemilik, investor, maupun kreditor, (2) organisasi
nirlaba, dan (3) tidak terdapat kepemilikan.
Karakteristik universitas dan yayasan menjadi materi rancangan aplikasi
untuk membangun GUG untuk universitas di bawah naungan yayasan dengan
menambahkan adopsi konsep CG menjadi materi konseptual. Adopsi konsep CG
untuk membangun model GUG dengan melihat dari sudut pandang komponen-
komponen yang membentuk GCG. Struktur pengelolaan universitas, berdasarkan
9
karakteristik universitas dan yayasan serta konsep CG tertuang dalam bagan
berikut ini:
UniversitasYayasan
Sivitas
Akademika
Pemerintah
Masyarakat
Akademik
Pengabdian Masyarakat
(Sosial)
Akademik&non akademik
-Pengelolaan
-administratif
Gambar 2.Struktur universitas berbadan hukum yayasan
Dari banyak badan, institusi atau individu yang mendefinisikan berbagai
macam komponen GCG maupun GUG peneliti mengambil sembilan definisi yang
mewakili semua definisi yang ada. Untuk komponen GCG digunakan sebagai
perbandingan karena konsep tersebut yang diadopsi dalam pengembangan GUG.
Perbandingan komponen-komponen GCG maupun GUG yang ditetapkan oleh
setiap institusi atau individu dipaparkan dalam tabel berikut:
10
Tabel 1. Komponen GCG dan GUG
KOMPONEN
Asian
Development
Bank (ADB)
Organization
of Economic
Cooperation
and
Development
(OECD)
World
Bank
Komite
Nasional
Kebijakan
Corporate
Governance
–KNKCG
(2004)
Tunggal
dan
Tunggal
(2002)
BORANG
Serian
Wijatno
(2009)
Muhi
UU no
9
Tahun
2009
1. Transparansi (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Pertanggungjawaban (Responsibility)
4. Kemandirian (Independency)
5. Keadilan (Fairness)
6. Prediksibilitas (Predictability)
7. Partisipasi (Participation)
8. Penegakan Hukum (Rule of Law)
9. Berorientasi umum (Consensus orientaion)
10. Efisiensi & efektifitas (Efficiency&Effectiveness)
11. Visi Strategi (Strategic vision)
12. Keterbukaan dalam informasi (Diclosure)
13. Kredibilitas (credibility)
14. Otonomi
15. Penjaminan mutu
16. Layanan Prima
17. Akses yang berkeadilan
18. Keberagaman
19. Keberlanjutan
10
10
Dari uraian sembilan badan, institusi atau individu di atas, peneliti
mengambil lima komponen yang cukup mewakili berdasarkan konsep dasar dari
setiap komponen-komponen tersebut. Lima komponen tersebut yaitu
transparansi(transparency), akuntabilitas(accountability), pertanggungjawaban,
kemandirian (independency), dan keadilan (fairness) yang cukup mewakili dan
menjadi dasar adanya komponen lainnya yang dikelompokan dalam tabel berikut.
Transparansi Akuntabilitas Pertanggungjawaban Kemandirian Keadilan
1 Visi Strategi Prediksibilitas Partisipasi Otonomi Beorientasi
umum
2 Keterbukaan
dalam
informasi
Efisiensi&Efektivitas Penegakan Hukum Akses yang
berkeadilan
3 Kredibilitas Layanan Prima Keberagaman
4 Keberlanjutan Penjaminan Mutu
Tabel 2. Prinsip University Governance
Visi Strategi dan keterbukaan informasi merupakan bagian dari
transparansi. Akuntabilitas sudah cukup mewakili prediksibilitas,
efisiensi&efektifitas, serta kredibilitas maupun keberlanjutan. Partisipasi,
penegakan hukum, layanan prima, dan penjaminan mutu merupakan kesatuan dari
pertanggungjawaban. Prinsip otonomi adalah bagian dari kemandirian. Keadilan
memiliki arti yang luas termasuk berorientasi umum, akses yang berkeadilan,
keberagaman didalamnya.
11
Peneliti ingin membahas lebih mendalam dan lebih jelas bagaimana model
pengukuran kelima komponen GUG tersebut untuk universitas yang khususnya
berada dalam naungan yayasan yang ada di Indonesia.
KOMPONEN DEFINISI INDIKATOR
1.Transparency
(Muhi)
Perguruan tinggi sebagai suatu
industri, bertanggung jawab
atas kewajiban keterbukaan
informasi serta menyediakan
informasi bagi stakeholders
sehingga posisi dan
pengelolaan korporasi
(perguruan tinggi) dapat
mencerminkan kondisi riil dan
harapan terhadap perguruan
tinggi di masa yang akan
datang.
a. Transparansi Proses Pengambilan
Keputusan pengembangan infrastruktur
informasi berupa intranet, knowledge
management, yang merupakan sarana
karyawan dalam menyampaikan
berbagai informasi berupa tulisan, ide-
ide, atau gagasan.
b. Transparansi Kepada Mitra Kerja
menerapkan aplikasi e-procurement dan
e-tender (e-auction) dan implementasi
modul pemasok manajemen dalam
proses pengadaan barang dan jasa.
Dengan e-procurement, semua kegiatan
tender dilakukan dengan sistem
komputer sehingga menunjang
transparansi.
c. Transparansi penilaian kinerja pegawai
Penerapan penilaian kompetensi
pegawai dengan menggunakan
kompetensi assessment tools, melalui
assessment online penilaian dilakukan
secara langsung. Assessment center juga
dimanfaatkan untuk mengetahui potensi
seorang pegawai dalam hal penempatan
jabatan dan promosi.
2.Accountability
(Wijatno:2009)
universitas harus mempunyai
uraian tugas dan tanggung
jawab yang jelas (secara
tertulis) dari setiap pejabat
struktural, anggota senat
fakultas/akademis, pengurus
yayasan, dosen dan karyawan.
Termasuk juga kriteria dan
proses pengukuran kinerja,
pengawasan, dan pelaporan.
Harus ada audit internal yang
tugasnya antara lain:
melakukan penilaian, analisis,
dan interpretasi dari aktivitas
suatu organisasi secara
independen. Pada dasarnya
ruang lingkup audit internal
mencakup segala aspek
kegiatan dalam organisasi
dalam rangka penilaian kinerja
untuk tujuan mengevaluasi
dan mengendalikan aktivitas
organisasi, sehingga proses,
a. Mempunyai uraian tugas dan tanggung
jawab yang jelas dari setiap pejabat
struktural, anggota senat
fakultas/akademis, pengurus yayasan,
dosen dan karyawan.
b. Mempunyai kriteria dari setiap uraian
tugas dan tanggung jawab dan proses
pengukuran kinerja, pengawasan dan
pelaporan.
c. Tugas dan ruang lingkup audit internal
diuraikan secara jelas.
12
tujuan dan sasaran organiasasi
dapat dicapai dengan efisien
dan efektif. Selain itu, ada
baiknya juga dilakukan
manajemen audit atau
financial audit plus oleh KAP
independen.
3.Responsibility (Muhi)
Universitas harus selalu
mengutamakan kesesuaian di
dalam pengelolaan perguruan
tingginya menurut peraturan
perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip
institusi yang sehat dan
berkualitas. Setiap bagian/unit
memiliki tugas dan fungsi
masing-masing yang jelas,
dengan alokasi tanggung
jawab masing-masing secara
jelas tercantum dalam
kebijakan peraturan perguruan
tinggi (Peraturan Rektor).
(Trakman,2008)
Leon yang menganut model campuran
(amalgam model) yaitu tata kelola
universitas yang merupakan
penggabungan kombinasi
dari staff akademik, pimpinan universitas ,
dan yayasan. Karakteristik model ini
merupakan tanggung jawab tata kelola
universitas dalam bentuk :
a. Membangun suasana akademik yang
kondusif.
b. Melaporkan laba dari kegiatan yang
mencari laba(profit oriented).
c. Memanfaatkan dana dengan hati-hati dan
sesuai dengan tujuan dari pemberi dana
d. Menghasilkan inovasi untuk
pengembangan ekonomi.
e. Menjamin kebebasan akademis bagi
seluruh staff untuk memberikan masukan
pada masalah-masalah lingkungan sesuai
dengan keahliannya.
f. Membentuk profesional-profesional atau
disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai keunggulan dari
universitas.
g. Memberikan suasana akademik yang
mendukung pebelajar yang memiliki
kesempatan yang sama untuk
memunculkan potensi yang mereka miliki.
4.Independency
(Wijatno:2009)
pihak yayasan dan pengelola
universitas dalam
melaksanakan peran dan
tanggung jawabnya harus
bebas dari segala bentuk
benturan kepentingan yang
berpotensi untuk muncul. Hal
ini diperlukan untuk
memastikan bahwa
pengambilan keputusan
dilakukan secara independen,
bebas dari segala bnetuk
tekanan dari pihak lain,
sehingga dapat dipastikan
bahwa keputusan itu dibuat
semata-mata demi
kepentingan universitas.
Pengurus yayasan/BPH harus
a. Pihak yayasan dan pengelola perguruan
tinggi harus dalam melaksanakan peran
dan tanggung jawabnya harus terhindar
dari segala bentuk benturan kepentingan
yang berpotensi muncul.
b. Pengurus yayasan/BPH harus memberi
wewenang penuh kepada rektorat untuk
menyelenggarakan “Tri Dharma Perguran
Tinggi”.
13
Tabel 2 Komponen Good University Governance
Kelima uraian komponen good university governance diatas dapat menjadi
cermin dan koreksi untuk pihak universitas untuk menciptakan tata kelola
universitas yang baik. Untuk melaksanakan prinsip GUG , universitas perlu
melakukan good practices dalam pengelolaannya , yaitu (Slamet,2005) :
a) Evaluasi diri secara periodik.
b) Merumuskan prosedur standar operasional (SOP) untuk setiap jenis kegiatan
rutin dan mensosialisasikan secara efektif.
c) Membudayakan sistem mekanisme pertanggungjawaban setiap kegiatan yang
dilakukan.
d) Mengembangkan dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan.
memberi wewenang penuh
kepada rektorat untuk
menyelenggarakan “Tri
Dharma Perguran Tinggi”.
5.Fairness
(Wijatno:2009)
perlakuan yang adil dan
berimbang kepada para
pemangku kepentingan yang
terkait (equitable treatment).
Dalam hal ini, para pemangku
kepntingan terdiri atas
mahasiswa, masyarakat, para
dosen dan karyawan non
akademis, serta pengurus
yayasan.
(Muhi)
a. Menerapkan equal treatment kepada
seluruh sivitas akademika. Menghindari
praktek diskriminasi, antara lain
menghormati hak asasi karyawan,
memberi kesempatan yang sama tanpa
membedakan umur, suku, ras, agama dan
jenis kelamin, memperlakukan karyawan
sebagai sumber daya yang berharga
melalui sarana sistem knowledge based
management.
b. Sistem remunerasi, perlu ditetapan
mekanisme yang berkaitan dengan
penetapan reward dan punishment bagi
semua karyawan. Secara berkala
mengadakan survei mengenai tingkat
remunerasi pada perguruan tinggi lain
sebagai bahan evaluasi remunerasi bagi
karyawan.
c. Menyediakan layanan lelang elektronik
untuk penjualan dan pengadaan barang
antar perusahaan atau organisasi yang
bernama e-auction sebagai pondasi awal
terbentuknya e-procurement. Sesuai
Keppres No.80/2003 mengenai Pengadaan
Barang dan Jasa.
14
e) Selalu mengutamakan mutu dan melakukan peningkatan secara
berkelanjutan.
f) Pemberian otonomi/kewenangan yang jelas kepada masing-masing unit.
g) Menggunakan sistem akreditasi yang berlaku sebagai arah pengembangan
dan peningkatan.
h) Menetapkan unit cost secara rasional untuk setiap kegiatan rutin.
i) Memilih alternatif yang terbaik (efektif & efisien) dalam menentukan cara
mengerjakan setiap pekerjaan.
j) Menumbuhkan suasana akademik dalam kehidupan kampus.
k) Mengutamakan kepentingan pendidikan mahasiswa.
l) Mengembangkan kepemimpinan yang membantu.
m) Mengupayakan keberlanjutan program.
n) Memberlakukan prinsip meritokrasi dengan baik.
o) Melakukan pendekatan kerja kelompok.
p) Meningkatkan kemampuan memasarkan produknya.
q) Menjalin kerja sama dengan lembaga ilmiah lain, dengan dunia bisnis dan
industri serta dengan kalangan pemerintah (nasional dan daerah).
r) Menjunjung tinggi nilai-nilai perguruan tinggi seperti integritas, kejujuran,
ketulusan, kebenaran, keterbukaan, dan sebagainya.
s) Mengembangkan kepemimpinan yang kuat berdasarkan prinsip meritokrasi.
t) Pengelolaan keuangan dan penganggaran yang efektif dan transparan.
u) Pengambilan keputusan yang didasari oleh dakta, fakta, dan informasi yang
terpercaya.
v) Perencanaan, rekruting dan pengembangan SDM untuk meraih mutu.
w) Membangun dan memfungsikan sistem penjaminan mutu guna
mengendalikan mutu aspek akademik, pengelolaan aset dan finansial.
x) Menerbitkan media komunikasi internal (vertikal dan horizontal) secara
periodik dan berkelanjutan.
y) Mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi (ICT) guna memperlancar
arus informasi dan komunikasi.
15
z) Memberikan bimbingan individual kepada mahasiswa yang memiliki masalah
(akademik, finansial, sosial, dan sebagainya).
Di dalam struktur universitas yang sudah tergambar di dalam bagan di
atas, universitas memiliki tanggung jawab yang perlu dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) yang terkait dengan
universitas itu sendiri. Kelima komponen diatas menjadi faktor yang penting
terciptanya good university governance. Komponen-komponen tersebut saling
berkaitan dan secara berkesinambungan akan membentuk dan mencapai kinerja
universitas yang baik dengan tidak mengesampingkan hak-hak dari para
pemangku kepentingan (stakeholders).
Melihat kondisi global sekarang ini dengan persaingan universitas-
universitas yang semakin ketat, seharusnya penerapan good university governance
disadari universitas-universitas yang ada di Indonesia sebagai suatu kebutuhan,
bukan lagi sebagai kewajiban. Penerapan good university governance sudah
semestinya menjadi sebuah sistem yang baik dan melekat dalam suatu universitas
dimana sudah pasti akan ada proses didalamnya dan komponen-komponen good
university governance menjadi landasan penting untuk tercapainya proses yang
baik dan kompeten.
Universitas harus transparan/terbuka memberikan informasi terhadap para
pemangku kepentingan yang terkait, yaitu ada yayasan , sivitas akademika ( baik
yang akademis maupun non akademis), pemerintah yang diwakilkan departemen
pendidikan di Indonesia, maupun kepada masyarakat karena keberadaan
universitas sangat penting dan vital di tengah-tengah masyarakat yaitu
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat berperan serta
dalam pembangunan nasional. Tujuan penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan
Tinggi semuanya akan kembali untuk masyarakat, yaitu dimana universitas harus
menyelenggarakan pendidikan, sehingga nantinya dapat melakukan penelitian,
yang mana penelitian tersebut berguna untuk pengabdian kepada masyarakat.
Tata kelola universitas tidak boleh main-main karena harus terbuka dan
dipertanggungjawabkan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders),
16
sehingga organ didalam universitas harus akuntabel dalam pengelolaanya. Ciri ciri
dari organisasi yang akuntabel menurut Andriato (2007) adalah:
a) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan organisasi secara terbuka,
cepat, dan tepat kepada publik.
b) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan.
c) Mampu menjelaskan dan mempertangunggjawabkan setiap kebijakan secara
proporsional.
d) Mampu memberikan ruang bagi stakeholders untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan.
e) Adanya sarana bagi publik / stakeholders untuk menilai kinerja organisasi.
Dengan pertanggungjawaban publik, stakeholder dapat menilai derajat
pencapaian pelaksanaan program kegiatan organisasi.
Universitas harus independen dimana bebas dari berbagai macam benturan
kepentingan didalamnya, seluruh bagian dalam universitas perlu menyadari bahwa
kepentingan universitas lebih penting diatas kepentingan pribadi atau golongan,
sehingga nantinya setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif
demi kepentingan dan kemajuan universitas. Apapun hasil yang diambil atau
diputuskan, universitas harus mampu mempertanggungjawabkannya dan dapat
berlaku adil dan setara kepada kepada seluruh stakeholders.
Apabila good university governance diterapkan dengan baik, akan banyak
manfaat yang diterima oleh universitas yaitu kinerja universitas yang baik, nilai
dari universitas juga meningkat, penyumbang dana pun akan merasa puas dengan
kinerja yang dihasilkan universitas. Saat kinerja baik dan nilai dari universitas
meningkat dengan otomatis akan banyak masyarakat yang mempercayakan
anaknya untuk masuk kedalam universitas tersebut, sehingga universitas dapat
tetap eksis dan bersaing seperti dalam prinsip going concern.
17
5. Penutup
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan bahwa penerapan prinsip good
university governance untuk universitas yang dibawah naungan yayasan,
seharusnya dipahami oleh pihak universitas bukan hanya sebagai kewajiban,
melainkan sebagai kebutuhan penting yang mendasar dengan tidak
mengesampingkan hak-hak dari para pemangku kepentingan (stakeholders).
Komponen-komponen dari good university governance, harus diterapkan secara
berkesinambungan tanpa mengutamakan atau mengesampingkan salah satu
komponen, karena seluruh komponen saling berkaitan. Komponen-komponen
good university governance tersebut adalah, transparency (keterbukaan
informasi), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban),
independency (kemandirian), fairness (kesetaraan dan kewajaran).
Pembahasan dalam penelitian ini masih pada prinsip-prinsip Good
University Governance, sehingga dapat dikembangkan lebih dalam dengan
penilaian atau pengukurannya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di
universitas sebagai case study, sehingga dapat dibandingkan tata kelola antara
universitas yang satu dengan yang lainnya .
.
18
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, N., 2007, Good e-Governance : Transparansi dan Akuntabilitas Publik
Melalui e-government. Bayumedia Publishing. Malang.
Bastian, Indra, 2007, Akuntansi Yayasan Dan Lembaga Publik, Jakarta.
BAN-PT, 2008, Panduan Borang Akreditasi Perguruan Tinggi.
Daniri, Ahmad, 2005, Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya
di Indonesia. Ray Indonesia, Jakarta.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004, Pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia.
Muhi, Ali Hanapiah. Membangun Good Governance Pada Perguruan Tinggi Di
Indonesia.http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wpcontent/uploads/2011/04/MEM
B.GOOD_.GOV_.PADA_.PT_.pdf, 20 Maret 2012.
Panggabean, H.P., 2002, Kasus Aset Yayasan Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
Slamet, Margono, 2005, Good Governance And Good Practices Toward
University Autonomy, dalam Lokakarya Sosialisasi Helts Universitas
Riau.http://margonoipb.files.wordpress.com/2009/03/good-governance-
and-good-practices-toward-university-authonomy-ms.ppt, 7 Agustus 2012.
The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG).
http://www.iicg.org/index.php?option=com_content&task=view&id=53&I
temid=1, 8 November 2011 pukul 16.00
Trakman, Leon, 2008, Modelling University Governance, Higher Education
Quarterly, Volume 62, Nos. 1/2.
http://law.bepress.com/cgi/viewcontent.cgi?article=1094&context=unsww
ps-flrps08, 31 Juli 2012.
Tunggal, Iman S. dan Amin W. Tunggal, 2002, Memahami konsep corporate
governance. Harvarindo.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 2009 tentang badan hukum
pendidikan.
19
Undang-undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan.
Warsono, Sony, Fitri Amalia dan Dian Kartika Rahajeng, 2009. Corporate
Governance Concept and Model. Center For Good Corporate Governance
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta :Universitas Gadjah Mada.
Wijatno, Serian, 2009, Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, Dan
Ekonomis, Jakarta.
____, http://supermilan.wordpress.com/2007/06/01/ketika-malaysia-sudah-mulai berlari/, 17 Maret 2012.