terjemahan jurnal

Post on 15-Jul-2015

261 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Terjemahan Jurnal 12 Oktober 2011

KARAKTERISTIK SALIVA PADA ANAK YANG MENGALAMI DIABETES(Salivary characteristics of diabetic children)

Oleh Nama Stambuk Hari/ Tanggal Baca Tempat dibacakan Pembimbing Sumber : : : : : : Andi Jusni Shara J11105095 Rabu, 12 Oktober 2011 RSGM drg. Halima Dg.Sikati, Kandea Prof. Dr. drg. Hj. Sumintarti S, MS Braz J Oral Sci. April-Juni 2011, Volume 10, Number 2

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

1

Karakteristik Saliva Pada Anak Yang Mengalami DiabetesGheena S1, Chandrasekhar T.2, Pratibha Ramani3 MDS, Senior Lecturer, Department of Oral and Maxillofacial Pathology, Faculty of Dental Sciences, Sri Ramachandra University, Chennai, India 2 MDS, Professor and Head of Department, Department of Oral and Maxillofacial Pathology, Saveetha Dental College, Saveetha University, Chennai, India 3 MDS, Professor, Department of Oral and Maxillofacial Pathology, Saveetha Dental College, Saveetha University, Chennai, India1

Abstrak Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat glukosa, kolesterol, protein dan albumin dalam saliva, dan untuk menghubungkan tingkat glukosa saliva pada rongga mulut yang sehat dan glukosa darah pada anak yang mangalami diabetes dan non-diabetes. Metode: 32 anak yang mengalami diabetes tipe 1 membentuk kelompok penelitian (DC) dan 32 anak non-diabetes membentuk kelompok kontrol (ND). Saliva pasien dikumpulkan dan dievaluasi untuk glukosa, kolesterol, total protein dan albuminnya. Analisis glukosa darah juga dilakukan. Status kesehatan gigi subjek diukur dengan indekx DMFT dan indeks def. Uji-t student independent dilakukan untuk membandingkan nilai status metabolik pada kelompok DC dan ND. Uji korelasi diterapkan antara glukosa darah dan glukosa saliva (korelasi Spearman), dan glukosa saliva dan DMFT/def (uji Spearman). Hasil: Suatu perbedaan yang signifikan secara statistik diobservasi antara DC dan ND dengan mempertimbangkan glukosa saliva (p=0,000). Peningkatan kadar kolesterol yang nyata pada DC dihubungkan dengan ND. Total protein dan albumin mengalami peningkatan nilai pada DC (nilai p tidak signifikan). Status kesehatan gigi tidak ada perbedaan secara statistik. Kesimpulan: Parameter saliva dapat berperan sebagai tambahan dalam status metabolik secara keseluruhan pada pasien. Kata kunci: saliva, diabetes, pediatrik, glukosa, kolesterol.2

Diabetes mellitus (DM) terdiri dari sekelompok penyakit metabolik umum yang menunjukkan ciri-ciri yang menonjol yaitu hiperglikemia. Beberapa tipe DM yang berbeda dan disebabkan oleh interaksi genetik yang kompleks, faktor lingkungan dan pilihan gaya hidup. Hubungan deregulasi metabolik dengan DM menyebabkan perubahan patofisiologi sekunder pada banyak sistem organ dan mengganggu suatu beban besar pada individu yang mengalami diabetes dan sistem perawatan kesehatan. Walaupun seluruh bentuk DM dikarakteristik dengan hiperglikemia, mekanisme patogenik dimana keadaan hiperglikemia muncul berbeda-beda. Dua kategori besar DM ditandai sebagai tipe 1 (IDDM) dan tipe 2 (NIDDM). Insiden diabetes tipe 1 awal masa kanak-kanak meningkat di banyak negara-negara di dunia, setidaknya di bawah kelompok usia 15 tahun. Ada indikasi yang kuat pada perbedaan geografis secara cenderung namun peningkatan tiap tahun secara keseluruhan diperkirakan sekitar 3%. Dua projek kolabotarif internasional, studi Mondiale Diabetes (Diamond)1 dan studi Diabetes dan Eropa (EURODIAB)2 telah berperan dalam memonitoring kecenderungan dalam insiden. Pada tahun 2010, diperkirakan bahwa setiap tahun ada 76.000 anak berusia kurang dari 15 tahun mengalami DM tipe 1 di seluruh dunia. Dari 480.000 anak yang diperkirakan mengalami DM tipe 1 berasal dari wilayah Asia Tenggara, tetapi wilayah Eropa yang estimasi insiden yang paling diandalkan dan terkini tersedia, masuk kedua (23%)3. Angka insiden DM tipe 1 di india adalah 4,2/100.000 populasi per tahun. Suatu spektrum yang luas dari manifestasi mulut pada DM telah dilaporkan mulai dari xerostomia, gangguan pengecapan, sialosis, karies gigi dan penyakit periodontal untuk infeksi jamur, oral lichen planus dan fissured tongue. Namun, pada anak-anak, tidak ada kesepakatan pada hasil sehubungan dengan perubahan komposisi kimia saliva dan kesehatan mulut. Tingkat kontrol metabolisme optimum berhubungan secara positif dengan pasien. Penilaian kontrol metabolik pada pasien dilakukan secara tradisional melalui3

pengujian hemoglobin glikosilasi, fruktosamin, dan glikoalbumin bersama dengan kriteria lainnya seperti indeks massa tubuh, mikroalbuminuria dan dislipidemia. Fruktosamin mencerminkan kontrol glikemik selama 1-2 minggu sebelumnya dan berhubungan secara positif dengan serum albumin dan total serum protein. Saliva adalah cairan khas dan penting sebagai media diagnostik yang telah maju pesat dalam dekade terakhir. Kemajuan teknologi membantu untuk memindahkan saliva di luar pengevaluasian karakteristik kesehatan mulut yang sekarang dapat digunakan untuk mengukur gambaran utama dari kesehatan secara keseluruhan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kadar glukosa, kolesterol dan albumin dalam saliva, dan untuk menghubungkan kadar glukosa saliva pada mulut yang sehat dan glukosa darah pada anak yang mengalami diabetes dan non-diabetes dengan demikian analisa apakah saliva-berdasarkan pengujian glukosa dapat menjadi alternatif yang efektif untuk darah-berdasarkan pengujian pada anak-anak.

Bahan dan Metode Populasi penelitian Kelompok penelitian terdiri dari 32 anak yang mengalami diabetes (DC) berusia antara 5 dan 15 tahun yang telah didiagnosis tetap mengalami DM tipe 1. Kelompok ini dipilih dari pasien yang mengikuti departemen diabetes rawat jalan, institut kesehatan anak dan pusat penelitian, Egmore, Chennai. Kelompok kontrol terdiri dari 32 anak non-diabetes (ND) tanpa ada penyakit sistemik lainnya. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan institut kesehatan anak dan pusat penelitian dan College of Dental Surgery, Saveetha University, Chennai dengan komite secara etika persetujuan [(ihep no.)MDS 34/SU 63/06]. Informed consent orang tua anak diperoleh untuk semua pasien sebelum mereka diperiksa dan sampel dikumpulkan.

4

Pengumpulan sampel dilakukan pada pagi hari ketika subjek sedang berpuasa. Selain itu, nilai glukosa darah ditentukan dari sampel darah vena yang diambil pada saat pengumpulan air liur (gula darah puasa) juga diperhitungkan. Standar prosedur UCLA digunakan untuk mengumpulkan saliva. Para subjek diminta untuk menahan diri dari makan, minum atau prosedur kebersihan mulut lainnya, setidaknya selama satu jam sebelum pengumpulan. Air minum kemudian diberikan kepada subjek, untuk membersihkan mulutnya. Lima menit setelah berkumur, saliva yang tidak terstimulasi dikumpulkan di dalam tabung elang 50 ml dengan cara meludah saliva. Pasien diminta untuk menelan saliva yang ada di dalam mulutnya dan tetap masih tanpa menggerakkan lidah atau menelan saliva selama satu menit. Saliva yang dibuang pasien tiap 60 detik selama seluruhnya 5 menit ke dalam tabung elang yang telah ditambahkan sodium fluoride. Tabung tersebut ditempatkan di atas es. Sekitar 1,5 ml saliva dikumpulkan dari masing-masing subjek. Sampel kemudian disentrifugasi pada 2.500 rpm selama 5 menit. Sentrifugasi menghasilkan sampel saliva yang bebas dari partikel besar debris dan mengurangi viskositas, sehingga memungkinkan analisis yang lebih akurat dan direproduksi. Penentuan glukosa Glukosa diestimasi dengan menggunakan suatu kit glukosa (CREST BIOSYSTEMS, suatu divisi dari Coral Clinical Systems, Goa, India) berdasarkan pada metode oksidasi-peroksidasi glukosa. Telah distandarisasi untuk saliva dengan 0,384 mg/dL-sebagai nilai lebih rendah. Absorbansi standar dan bahan uji (0,01 mL/10 L) diukur tanpa pengenceran dalam waktu 60 menit pada panjang gelombang 505 nm (Hg 546 nm)/ Hijau. Total glukosa dalam milligram/desiliter (mg/dL) kemudian diambil sebagai uji absorbansi (Abs.T)/ standar absorbansi X 100.

5

Penentuan kolesterol Kolesterol diestimasi dengan menggunakan suatu kit kolesterol yang tersedia secara komersial, yang berdasarkan pada metode oksidasi kolesterol/PAP. Standar absorbansi dan bahan uji (0,01 mL/10 L) tanpa pengenceran diukur dalam waktu 60 menit pada panjang gelombang 505 nm (Hg 546 nm)/ Green. Kolesterol dalam mg/dL = Abs.T/ Abs.S X 200. Penentuan total protein Total protein (TP) diestimasi dengan menggunakan kit uji yang tersedia secara komersial berdasarkan pada metode biuret. Standar absorbansi dan bahan uji (0,02 mL/20 L) diukur tanpa pengenceran dalam waktu 60 menit pada panjang gelombang 550 nm (Hg 546 nm)/ yellow-green. Total protein dalam gram (g)/dL = Abs.T/Abs. S x8. Penentuan albumin Estimasi albumin dilakukan dengan metode kolorimetrik berdasarkan pada metode BCG (kotak uji yang tersedia secara komersial). Standar absorbansi dan bahan uji (0,01 mL/10 L) diukur tanpa pengenceran dalam waktu 60 menit pada panjang gelombang 630 nm (Hg623nm)/ Red. Albumin dalam g/dL = Abs.T/Abs.S x 4. Status kesehatan gigi Status kesehatan gigi subjek diukur dengan menggunakan indeks DMF-T dan indeks def. indeks DMF berkaitan dengan gigi permanen (D-delayed, M-missing dan F-Filled) dan indeks def (d-delayed, e-extracted, f-filled) untuk gigi sulung.

6

Rata-rata DMF =

Rata-rata def =

Analisis statistik Uji t student independent dipakai untuk membandingkan nilai status metabolik kelompok DC dan ND. Uji korelasi digunakan antara glukosa darah dan glukosa saliva (korelasi Spearman), dan glukosa saliva dan DMFT/def (uji Spearman).

Hasil Mean nilai glukosa saliva (SG) pada DC adalah 10,4 mg/dL dan untuk ND adalah 17,6 mg/dL. Hasil dengan p = 0,000 adalah 99,9% signifikan. Perbedaan signifikan secara statistik (p = 0,000) ditemukan antara DC dan ND mengenai nilai kolesterol. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara DC dan ND mengenai albumin (p = 0,22) dan total protein (p = 0,47) (Tabel 1). Tabel 1 Status metabolik glukosa darah, glukosa saliva, kolesterol, total protein dan albumin dalam kelompok.

7

Tidak ada hubungan yang signifikan antara glukosa saliva (SG) dan glukosa darah (BG) pada DC, tetapi ada hubungan yang signifikan pada ND (p = 0,000) (Tabel 2). Hubungan antara status DMFT dan glukosa saliva pada subjek menghasilkan hasil yang tidak signifikan. Tabel 2 hubungan antara glukosa darah, glukosa saliva, pada anak yang mengalami diabetes dan tidak diabetes.

Diskusi Saliva secara keseluruhan adalah gabungan dari sekresi yang dihasilkan oleh tiga kelenjar besar dan kelenjar kecil pada mukosa mulut (labial, lingual, bukal dan palatal). Dapat juga mengandung cairan dari sulkus ginginva (cairan gingiva dan krevikular). Unsur pokok serum dalam saliva diperoleh dari vaskulatur lokal dari kelenjar saliva serta dari cairan gingival. Peningkatan glukosa saliva yang jelas dalam saliva dapat disebabkan beberapa faktor atau dapat menjadi suatu gambaran kadar glukosa darah yang sederhana karena saliva merupakan suatu ultra filtrasi dari plasma. Analit saliva diperoleh dari plasma secara umum dengan tiga mekanisme (difusi pasif, transport aktif dan ultra filtrasi) dan dengan demikian ditemukan dalam saliva sebagaimana disebutkan oleh Miller. Suatu penyakit konis seperti DM, terutama ditekankan pada lingkungan pasien dalam kontrol penyakit, dan masalah yang menyertainya, menempatkan beban

8

yang besar pada pasien anak. Upaya kami harus diarahkan sehingga beban lebih mudah ditanggung. Jika saliva dapat digunakan untuk diagnosis dan memonitoring, anak yang mengalami diabetes tidak membutuhkan tes invasif setiap hari, mereka dapat hanya mengumpulkan air liur mereka dalam tabung penggumpulan steril, yang dapat juga digunakan dalam biosensor untuk real-time, sensitif dan spesifik mendeteksi analit diagnostik saliva untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dari status diabetes anak. Sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai potensi saliva pada anak-anak yang mengalami diabetes di India. Nilai glukosa saliva pada kasus subjek dalam penelitian kami lebih rendah dari kontrol. Penemuan ini serupa pada penelitian sebelumnya. Reunterving dkk menetapkan apakah kecepatan aliran saliva dan konsentrasi glukosa saliva pada pasien yang mengalami diabetes mellitus mempengaruhi keparahan diabetes. Konsentrasi glukosa saliva lebih rendah selama periode kontrol metabolik lebih baik. Marchetti dkk menemukan bahwa kecepatan sekresi glukosa saliva lebih rendah secara signifikan (p kurang dari 0,02) pada pasien yang mengalami diabetes dengan neuropathy autonomic diabetes dibandingkan pasien normal. Kanji dkk mengukur konsentrasi plasma dan saliva dari glukosa dan kortisol selama insulin menyebabkan tekanan hipoglikemik pada orang-orang Nigeria yang sehat. Tingkat glukosa saliva (berpuasa atau setelah intravena insulin) tidak disebabkan oleh hipoglikemia dan tidak memiliki hubungan dengan glukosa plasma pada setiap titik waktu. Kami tidak dapat memastikan alasan mengapa konsentrasi glukosa saliva rendah pada DC dibandingkan dengan konsentrasi ND. Salah satu variabel perancu yang mungkin pada kasus-kasus DC di bawah perawatan bertentangan pada kasuskasus ND. Lebih banyak diperlukan penelitian pada segi ini. Konsentrasi saliva pada larutan Lipid, steroid yang tidak bersifat konjugasi seperti kortisol, estriol, testosterone dan perogesteron, erat mencerminkan konsentrasi plasma. Nilai konsentrasi saliva dalam plasma tinggi secara signifikan terlihat pada subjek yang mengalami diabetes dapat menjadi indikasi dislipidemia, suatu kondisi yang biasa berhubungan dengan subjek yang mengalami diabetes.9

Dislipidemia adalah suatu tanda yang sering ditemukan pada DM dan membutuhkan perawatan karena komplikasi potensial terutama atherosklerosis. Kolesterol merupakan suatu bagian lipid yang masuk ke dalam saliva melalui difusi pasif dan berpotensial erat mencerminkan konsentrasi darah. Kolesterol pada kasus subjek lebih tinggi secara potensial dibandingkan pada subjek kontrol. Karjailanen dkk menyarankan bahwa kolesterol saliva dapat dianggap sebagai transudat dari serum, sebagaimana yang telah disarankan oleh Slomiany dkk. Korelasi positif dari nilai serum dan kolesterol saliva selanjutnya mendukung konsep bahwa setidaknya sebagian dari kolesterol saliva berasal dari serum. Mereka juga menyimpulkan bahwa, pada dewasa muda, konsentrasi kolesterol saliva

mencerminkan konsentrasi serum sampai batas tertentu dan dapat digunakan untuk menentukan individu dengan tingkat kolesterol serum yang tinggi. Pengamat laboratorium medis (2000) memberikan informasi mengenai suatu uji saliva berdasarkan kolesterol yang menunjukkan adanya hubungan yang potensial hasil kualitatif dengan tingkat kolesterol darah. Ben Aryeh dkk menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam total protein saliva, amylase, laktoferin, atau lisosim di antara tiga kelompok (IDDM, NIDDM, kontrol) yang diperiksa. Streckfus dkk mencatat bahwa semua kelompok diabetes dalam penelitian mereka memperlihatkan konsentrasi total protein saliva lebih rendah secara signifikan ketika dibandingkan dengan kontrol, ini bertentangan dengan nilainilai pada penelitian kami. Kurangnya literatur mengenai estimasi total protein dan albumin saliva pada subjek yang mengalami diabetes, dan data yang tersedia tidak memperlihatkan kesesuaian pada hasil. Ini menunjukkan hasil yang bervariasi, sebagaimana yang disarankan oleh Rantonen dkk bahwa protein ini merupakan sasaran pada variasi jangka pendek. Peningkatan cara-cara evaluasi dari elemen-elemen dalam saliva ini dengan teknik yang canggih dan cara lain untuk menilai kontrol metabolik dalam saliva perlu dipertimbangkan.

10

Kelompok diabetes dan kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan berkaitan dengan status gigi yang bertentangan dengan yang lazimnya dimana anak yang mengalami diabetes diperkirakan memiliki lesi karies yang lebih banyak. Hal ini dapat dikaitkan dengan pengurangan frekuensi asupan makanan yang bersifat lengket dan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi dan praktek oral hygiene yang lebih baik oleh anak yang mengalami diabetes. Swanljung dkk menemukan bahwa jika pasien IDDM terkontrol baik, data saliva dan karies mereka tidak berbeda dengan kontrol yang sehat. Blanco dkk menemukan tidak ada perbedaan pada jumlah kerusakan gigi, kehilangan gigi, penambalan gigi berdasarkan pada kontrol metabolik, waktu perkembangan dan adanya komplikasi akhir diabetes. Kurangnya korelasi antara nilai glukosa saliva dan glukosa darah pada DC menggarisbawahi pentingnya penelitian yang lebih diperlukan mengenai hal ini. Sampel saliva dan darah diambil pada waktu pagi ketika subjek kasus berada pada keadaan puasa. Salah satu variabel perancu mungkin ada bahwa pada kasus DC di bawah perawatan bertentangan pada kasus ND. Kolesterol pada DC lebih tinggi secara signifikan dibandingkan ND. Penelitian lebih lanjut diperlukan, terutama hubungan nilai kolesterol saliva dan darah, untuk pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan ini. Total protein dan albumin dapat digunakan untuk menilai status metabolik subjek diabetes karena keduanya menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan pada kontrol. Hubungan karies gigi yang dialami antara kasus dan kontrol tidak signifikan dan memberikan kepercayaan untuk nilai diet dan pengukuran oral hygiene pada subjek. Parameter saliva dapat bertindak sebagai tambahan dalam menilai status metabolik pasien secara keseluruhan. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk membuat uji ini setara dengan suatu uji darah.

11

top related