terjemahan jurnal kulit

16
Penatalaksanaan Terhadap Infeksi Herpes Simplex Sebuah Tinjauan Berbasis Bukti Christina Cernik, MD; Kelly Gallina, MD; Robert T. Brodell, MD Infeksi virus Herpes simpleks genital dan labialis sering ditemui oleh dokter puskesmas di Amerika Serikat. Sedangkan diagnosa dari kondisi ini adalah seringkali mudah, memilih obat yang sesuai (misalnya asiklovir, valasiklovir hidroklorida, atau famsiklovir) dan dosis rejimen dapat membingungkan mengingat (1) persaingan klinis dalam permulaan untuk terapi, (2) mengembangkan jadwal dosis berdasarkan penelitian baru; (3) menyetujui rejimen dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan yang mungkin tidak sesuai dengan rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau ahli lain; dan (4) rejimen yang berbeda untuk infeksi oral dan genital. Dokter pertama kali harus memilih suatu pendekatan untuk pengobatan (yaitu, terapi episode intermiten, terapi supresif intermiten, atau terapi supresif kronis) didefinisikan berdasarkan karakteristik klinis dan keinginan pasien. Kemudian, dipilih berdasarkan rejimen dosis yang berbasis bukti harus dipilih. Dalam review ini, data berasal dari semua sumber ditabulasikan untuk memberikan referensi klinis yang berguna. Arch Intern Med. 2008; 168 (11) :1137- 1144 Acyclovir hidroklorida, valacyclovir, dan famsiklovir adalah 3 obat antivirus yang secara rutin digunakan untuk mengobati simptomstik infeksi virus herpes simptomatik simplex (HSV). Mendiagnosis Infeksi HSV biasanya mudah pada pasien imunokompeten, dan semua obat yang tersedia memiliki batas keamanan yang sangat baik karena mereka akan dikonversi oleh kinase timidin virus untuk aktif obat hanya di dalam sel yang terinfeksi virus. Sayangnya, kebingungan sering muncul karena berbagai rejimen dosis direkomendasikan untuk (1) masing- masing 3 obat tersedia, (2) HSV vs herpes zoster, (3) indikasi pada tahap supresif vs episodik; (4) infeksi primer vs sekunder; (5) infeksi oral dan genital, dan (6) strategi

Upload: mekki-lazir-ilhdaf

Post on 07-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jurnal kulit

TRANSCRIPT

Penatalaksanaan Terhadap Infeksi Herpes SimplexSebuah Tinjauan Berbasis BuktiChristina Cernik, MD; Kelly Gallina, MD; Robert T. Brodell, MDInfeksi virus Herpes simpleks genital dan labialis sering ditemui oleh dokter puskesmas di Amerika Serikat. Sedangkan diagnosa dari kondisi ini adalah seringkali mudah, memilih obat yang sesuai (misalnya asiklovir, valasiklovir hidroklorida, atau famsiklovir) dan dosis rejimen dapat membingungkan mengingat (1) persaingan klinis dalam permulaan untuk terapi, (2) mengembangkan jadwal dosis berdasarkan penelitian baru; (3) menyetujui rejimen dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan yang mungkin tidak sesuai dengan rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau ahli lain; dan (4) rejimen yang berbeda untuk infeksi oral dan genital. Dokter pertama kali harus memilih suatu pendekatan untuk pengobatan (yaitu, terapi episode intermiten, terapi supresif intermiten, atau terapi supresif kronis) didefinisikan berdasarkan karakteristik klinis dan keinginan pasien. Kemudian, dipilih berdasarkan rejimen dosis yang berbasis bukti harus dipilih. Dalam review ini, data berasal dari semua sumber ditabulasikan untuk memberikan referensi klinis yang berguna. Arch Intern Med. 2008; 168 (11) :1137-1144Acyclovir hidroklorida, valacyclovir, dan famsiklovir adalah 3 obat antivirus yang secara rutin digunakan untuk mengobati simptomstik infeksi virus herpes simptomatik simplex (HSV). Mendiagnosis Infeksi HSV biasanya mudah pada pasien imunokompeten, dan semua obat yang tersedia memiliki batas keamanan yang sangat baik karena mereka akan dikonversi oleh kinase timidin virus untuk aktif obat hanya di dalam sel yang terinfeksi virus. Sayangnya, kebingungan sering muncul karena berbagai rejimen dosis direkomendasikan untuk (1) masing-masing 3 obat tersedia, (2) HSV vs herpes zoster, (3) indikasi pada tahap supresif vs episodik; (4) infeksi primer vs sekunder; (5) infeksi oral dan genital, dan (6) strategi berkembangnya pengobatan disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat.Berikut review literatur untuk dokumen informasi klinis yang penting tentang infeksi HSV, kita membahas data mengenai rejimen pengobatan yang optimal. Tiga pendekatan untuk pengobatan yang dijelaskan: terapi episodik intermiten (IET), terapi supresif kronis (CST), dan terapi supresif intermiten (IST).Terjangkitnya herpes genital atau labialis dikategorikan sebagai infeksi HSV primer jika pasien adalah seronegatif untuk HSV tipe 1 dan 2 sebelum episode dan sebagai non primer infeksi HSV jika infeksi sebelumnya telah terjadi. Tanpa diperoleh kekebalan, infeksi primer umumnya lebih parah daripada rekurensi.Gejala konstitusional seperti demam, menggigil, kelelahan, dan nyeri otot menyertai penyakit dan bertahan sampai 10 sampai 14 hari. Episode pertama herpes genital atau oral pada pasien dengan seropositif untuk HSV disebut sebagai infeksi awal non primer, dan infeksi ini cenderung kurang berat. Perjalanan penyakit setelah infeksi awal adalah variabel; beberapa pasien mengalami infeksi berulang, sedangkan yang lainnya tidak pernah mengalami episode kedua.Tipe Herpes labial biasanya hasil dari infeksi HSV tipe 1 dan umumnya mengidap penyakit selama masa anak-anak atau dewasa. Di AS, 57% sampai 80% orang dewasa adalah seropositif untuk virus, dengan proporsi yang lebih besar dari berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah. Banyak orang terkena HSV asimptomatik menunjukkan serokonversi. Awal dari episode primer, bagaimanapun, bisa menjadi parah, yang menyebabkan vesikel 1-2-mm terkait dengan ketidaknyamanan yang mengganggu makan dan minum hingga menyebabkan dehidrasi, 10 sampai 14 hari, danterjadi 1 sampai 26 hari setelah inokulasi. Rekuren herpes labial mempengaruhi kira-kira sepertiga dari populasi AS, dan pasien biasanya mengalami 1 sampai 6 episode tiap tahunnya. Infeksi ini muncul berwarna merah terang di perbatasan bibir sekitar 90% kasus, pada palatum 5% kasus, dan tempat lainnya di atas dagu atau lebih jarang pada mukosa mulut (Gambar).

Sekelompok vesicopustules berada pada sisi sebelah kanan dagu selanjutnya nampak gambaran vermillion dalam waktu 48 jam setelah pasien pertama kali merasakan tidak nyaman dan terbakar pada sisi lesi. Gambaran ini nampak setelah 10 tahun terjadi rekurensiPapula dengan dasar eritematosa menjadi vesikel dalam beberapa jam dan selanjutnya berkembang menjadi ulserasi, krusta, dan stadium penyembuhan dalam waktu 72-96 jam. Sebelum lesi kulit muncul, 60% dari pasien mengalami gejala prodormal berupa kesemutan, gatal, dan rasa terbakar. Herpes genital yang paling sering terjangkit antara usia 15 dan 30 tahun, bertepatan dengan peningkatan aktivitas seksual di golongan usia ini. Hal ini mempengaruhi sekitar 22% dari populasi Amerika Serikat, dengan sekitar 38% orang mengalami rekurensi gejala 6 atau lebih tiap tahun. Herpes genital dapat berasal dari infeksi dari kedua jenis HSV 2 ataupun tipe 1, di negara ini terutama HSV tipe 2, yang mana biasanya menyebabkan lebih banyak rekurensi dan manifestasi yang lebih berat dari penyakit ini. Infeksi leher rahim, sering subklinis, adalah tempat utama melibatkan wanita, namun gambaran klinis klasik adalah adanya rasa nyeri hebat dan lesi pada daerah vagina dan vulva. Pada Pria biasanya lesi berkembang pada glans penis, preputium, ataupun batang penis. Perkembangan perjalanan alami penyakit frekuensinya menurun dan tingkat keparahan rekurensi dari waktu ke waktu. Namun, sekitar sepertiga pasien tidak mengalami hal ini tergantung waktu regression.Herpes zoster dan penyakit bula lainnya dapat menyerupai infeksi HSV.Diagnosis infeksi herpes dapat dikonfirmasi segera dengan pemeriksaan Tzanck, dalam hitungan jam menggunakan teknik imunofluoresensi, dan dalam waktu 48 jam dengan menggunakan biakan virus (kultur virus). Perjalanan klinis dari herpes genital yang disebabkan oleh HSV tipe1 dan 2 tidak dapat dibedakan. Yang ada biasanya 2 sampai 21 hari masa inkubasi diikuti oleh inokulasi virus ketika ditemukan adanya vesikel yang tersebar secara acak berkerumun muncul di atas dasar merah. Papula kecil berkembang menjadi vesikel, yang kemudian ulkus dan crust. Nyeri, gatal, disuria, dan limfadnopati inguinal atau femoralis dapat menyertai gejala konstitusional, dan disuria adalah umumnya pada wanita. Erupsi yang tidak diobati dari herpes genital biasanya berlangsung lebih lama dibandingkan dengan oral, dengan episode primer bertahan selama 2 sampai 4 minggu. Rekurensi herpes genital menghasilkan vesikel setempat pada dasar eritema, yang bertahan selama 7 sampai 12 hari tanpa pengobatan.

TERAPI EPISODE INTERMITTENSeperti halnya kasus dengan proses penyakit yang paling sering, Infeksi HSV umumnya diobati dengan tanda klinis pertama atau gejala. Bentuk pengobatan intermiten disebut episodik dan berfokus pada pengelolaan terisolasi, episode akut dari kronis (eksaserbasi akut), dengan secara klinis tidak bergejala. Meskipun pendekatan pengobatan yang digunakan untuk oral dan infeksi HSV genital lebih banyak kemiripan daripada perbedaan, sebuah uji terkontrol secara acak (RCT) telah memiliki keseragaman dalam mempelajari infeksi ini meskipun secara terpisah. Oleh karena itu, jadwal pemberian dosis yang berasal dari uji coba ini tidak serupa. IET di Herpes Simplex Labial Awal Infeksi Primer. Dalam kasus yang moderat hingga parah, pengobatan antivirus sering dianjurkan episode primer tanpa komplikasi herpes oral pada pasien sehat (Table1) . Suspensi asiklovir oral, 15 mg / kg 5 kali sehari selama 1 minggu, secara signifikan menurunkan durasi penyakit dan periode penularannya pada anak-anak dalam sebuah RCT sederhana. Rerata durasi lesi oral 4 hari vs 9 hari untuk kelompok plasebo, dan rerata waktu untuk kultur virus negatif adalah 1 hari vs 5 hari. Valasiklovir hidroklorida, 1 g dua kali sehari selama 7 hari, dan famciclovir, 500 mg dua kali sehari atau sekali sehari selama 7 hari, juga rejimen yang logis, meskipun hasil RCT tidak ditampilkan. Pengobatan yang paling efektif bila dimulai segera. Namun, pengobatan dini tidak mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (kekambuhan).

Infeksi rekuren. Pada tahap intermiten penggunaan agen antivirus oralefektif dalam pengobatan herpes labialis yang berulang bila dimulaidalam waktu 48 jam dari terjangkitnya (Tabel 2). Sebuah uji acak terkontrol telah menunjukkan asiklovir sistemik (400 mg 5 kali sehari selama 5 hari) dapat mempercepat waktu penyembuhan dan penyebaran virus dan gejala menjadi lebih baik bila dimulai awal/dini. Valacyclovir, prodrug dari asiklovir, menyediakan 3 - 5 kali lipat peningkatan bioavailabilitas daripada acyclovir. Dua uji RCT secara luas menunjukkan bahwa dosis tunggal valacyclovir (2 g diberikan dua kali dalam 24 jam) secara signifikan mengurangi durasi episode waktu untuk penyembuhan lesi, dan waktu penghentian rasa sakit dan ketidaknyamanan jika dibandingkan dengan plasebo. Durasi pengurangan lesi dalam waktu 1 hari didokumentasikanFamsiklovir, prodrug oral penciclovir, menawarkan peningkatan bioavailabilitas serta waktu paruh jauh lebih lama dibandingkan dengan asiklovir. Dalam sebuah studi RCT, famsiklovir, diberikan baik sebagai dosis tunggal1500-mg atau sebagai dosis terbagi dua yaitu 750mg selama periode 24-jam, menurunkan waktu penyembuhan dan perbaikan gejala. Waktu untuk penyembuhan luka dan reepitelisasi normal berlangsung2 hari lebih pendek dan resolusi gejala 1 hari lebih cepat jika dibandingkandengan kelompok kontrol. Terapi episode Intermiten dengan asiklovir topikal dan krim penciclovir telah terbukti menurunkan waktu penyembuhan lesi dan gejala keparahan herpes labial berulang. Penelitian lain, bagaimanapun, gagal membuktikan kemujaraban salep asiklovir dan krim. Secara keseluruhan, pengobatan topikal tidak menunjukkan keefektifan yang sama jika dibandingkan dengan pengobatan sistemik. Misalnya, famsiklovir mengurangi waktu penyembuhan lesi dalam waktu 2 hari, keberhasilan ini belum menunjukkan bila dengan pengobatan topikal

IET di Herpes Simplex GenitalAwal Infeksi Primer. Pasien dengan episode primer dari herpes genital yang efektif diobati dengan obat antivirus jika diminum dalam waktu 72 jam dari awal munculnya lesi (Tabel 3). Asiklovir Oral dan intravena telah digunakan untuk memperpendek perjalanan primer dari infeksi herpes genital selama beberapa dekade. Tidak seperti asiklovir topikal, bentuk oral dapat mencegah pembentukan lesi baru dan mengurangi gejala konstitusional yang menyertai, dan tidak menyebabkan iritasi lokal pada pemakaiannya. Asiklovir oral lebih praktis daripada intravena untukpasien dengan imunokompeten. Acyclovir (1 g sampai 1200 mg / hari) menghasilkan hasil yang sama hingga dosis maksimal (4 g / hari). Pemakaian kedua rejimen tidak berpengaruh terhadap frekuensi maupun perjalanan lebih lanjut dari rekurensi herpes genital. Beberapa tahapan percobaan membandingkan rejimen dari asiklovir oral (200 mg 5 kali sehari) dan valacyclovir (1000 mg dua kali sehari) dalam waktu 10 hari menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik diantara keduanya dalam hal pengukuran hasil. Namun, valacyclovir, ketika diminum sekali atau dua kali sehari, cenderung meningkat kepatuhan dibandingkan dengan asiklovir, yang diminum 5 kali sehari. Demikian pula, sebuah uji RCT membandingkan kemanjuran dalam waktu 5 dan 10 hari dengan rejimen dari beberapa dosis famsiklovir (250mg, 500 mg, atau 750 mg 3 kali sehari selama 5 hari dan 125 mg, 250 mg, atau 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari) dengan acyclovir (200 mg 5 kali sehari selama 5 atau 10 hari) di episode pertama kasus herpes genital herpes tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara kedua obat. Durasi penyebaran virus, rerata waktu untuk penyembuhan lesi, dan waktu untuk resolusi gejala adalah sebanding antara kedua kelompok perlakuan. Perlakuan dalam waktu 10-hari bertujuan menunjukkan bahwa dosis yang lebih tinggi dari famsiklovir (250 mg dan 500 mg) superior dibandingkan rejimen 125-mg. Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan telah memilih untuk merekomendasikan penjadwalan dosis 10-hari, meskipun 5 dan 10 -hari dari rejimen famsiklovir (250 mg 3 kali sehari dan keseluruhan kelompok 500-mg) menunjukkan kemanjuran sebanding. Famsiklovir 3 kali sehari seharusnya meningkatkan kepatuhan dibandingkan dengan dosis 5 kali sehari dari asiklovir.

Infeksi rekuren. Pada 1980-an, asiklovir oral (200 mg 5 kali sehari selama 5 hari) ditemukan secara signifikan mengurangi penyebaran virus, mempercepat penyembuhan lesi, dan mengurangi kejadian pembentukan lesi baru. Hal itu juga terkait dengan pemotongan perjalanan dari rasa sakit dan ketidaknyamanan, tapi itu tidak berpengaruh terhadap kejadian rekurensi (kekambuhan). Pemendekan perjalanan menggunakan dosis tinggi asiklovir, 800mg dua kali sehari selama 5 hari dan 3 kali hari selama 2 hari, telah terbukti seefektif seperti regimen awal. Selain itu, dosis lebih tinggi efektif dalam penyembuhan lesi pada pria, bahkan ketika dimulai setelah periode prodromal. Valacyclovir oral (500 mg dua kali sehari selama 5 hari dan 1 g sekali sehari selama 5 hari) telah ditunjukkan dalam plasebo-sebagai kontrol dan penelitian lebih lanjut untuk mencocokkan asiklovir dalam hal menurunkan lamanya episode, penyebaran virus, dan waktu penyembuhan. 3-hari pemberian rejimen valacyclovir (500 mg dua kali sehari) terbukti sama efektif 5 hari pengobatan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa valacyclovir secara signifikan mengurangi durasi dan keparahan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan episode herpes genital. Ada bukti yang bertentangan mengenai kemampuan valacyclovir terhadap penggagalan terjangkitnya penyakit bila diambil pada awal gejala sebelum timbulnya lesi yang jelas. Data terkini dan pengalaman klinis kami menunjukkan bahwa setidaknya beberapa rekurensi (kekambuhan) dapat digagalkan melalui pendekatan ini. Selain itu, variasi dosis famsiklovir (125 mg, 250 mg, atau 500 mg dua kali sehari selama 5 hari) secara signifikan mempengaruhi karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya. Tidak ada dosis tetapan yang menguntungkan di antara rejimen. Oleh karena itu, dosis terendah dari 125 mg dua kali sehari dianjurkan. Penybaran virus menurun dalam waktu 11/2 hari dan sekitar 1 hari lebih cepat dalam penyembuhan lesi jika dibandingkan dengan plasebo. Ada 50% pengurangan risiko absolut dalam hal timbulnya lesi baru dibandingkan dengan plasebo, dan kelompok perlakuan setidaknya menikmati pengurangan lesi dalam waktu setengah hari terkait rasa nyeri dan ketidaknyamanan. Dalam satu hari, regimen 2-dosis menunjukkan penurunan dalam waktu rerata 2 hari untuk penyembuhan dan keseluruhan hasil keberhasilan sama dengan beberapa hari, dengan pemberian regimen dosis rendah famsiklovir. Tabel 4 merangkum data ini. Efektivitas asiklovir topikal berupa krim digunakan sebagai pengobatan primer ataupun episode rekuren (berulang) herpes genital bervariasi antara RCT dan secara keseluruhan tampaknya tidak dapat diandalkan sebagaimana acyclovir oral. Saat ini Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit berpedoman mengecilkan penggunaan formulasi topikal, yang menyebutkan bahwa mereka menawarkan "manfaat klinis yang minimal.

TERAPI SUPPRESIF KRONISMeskipun sebagian besar pasien dengan infeksi HSV tidak menghendaki CST, mereka yang sering kambuh yang mana mengalami sakit parah atau cacat, mengalami kesulitan menelan, atau mengalami perjalanan penyakit yang berlarut-larut tentu saja diobati secara tepat dengan CST. Dari semua pasien dengan herpes labial, 5% sampai 10% mengalami kekambuhan sering(6 per tahun). Pasien yang terinfeksi herpes genital, 20% hingga 50% simptomatik, flare berulang. Pasien memiliki rerata kekambuhan 4 kali dalam setahun setelah pertama kali episode simptomatik dan biasanya menikmati penurunan frekuensi terjangkitnya penyakit lebih lama. Frekuensi kekambuhan dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas hidup pasien. Dengan demikian, CST sesuai untuk pasien yang secara psikologis tertekan dengan penyakitnya. Terapi profilaksis jangka panjang herpes genital dapat juga digunakan dalam upaya untuk mengurangi risiko penularan terhadap teman yang tidak terinfeksi.CST Berulang di Herpes Simplex OralKeberhasilan asiklovir dan valasiklovir sebagai CST pada pasien dengan kekambuhan sering herpes labial telah ditunjukkan dalam RCT. Pada awaltahun 1990, uji coba menunjukkan bahwa asiklovir oral (400 mg dua kali sehari) adalah mode terapi yang efektif. Pada akhir bulan ke-4 terdapat penurunan 41% dari jumlah pasien yang mengalami herpes labialis rekuren, dan penurunan 53% dalam total jumlah wabah bila dibandingkan dengan subyek yang diterapi dengan plasebo. Efektivitas valacyclovir pertama kali ditunjukkan dalam percobaan 4-bulan: profilaksis valacyclovir (500 mg sekali sehari) menunjukkan 60% pasien pada kelompok perlakuan terbebas dari penyakit, dibandingkan dengan 38% pada kelompok subyek dengan pemberian plasebo. Berarti waktu untuk terjadinya kekambuhan pertama kali secara signifikan lebih lama dalam kelompok perlakuan(13,1 minggu) dibandingkan dengan kelompok kontrol (9,6 minggu) . Selain itu, uji silang untuk membandingkan pemberian valasiklovir selama 6 bulan sebagai terapi reaktif intermiten (dua 2-g dosis terpisah dalam waktu 12 jam) dan CST (1 g sekali sehari) menunjukkan untuk regimen supresif kronis secara signifikan mengurangifrekuensi kekambuhan dan skor nyeri hebat. Tidak ada studi RCT yang telah dilakukan scara khusus mengevaluasi kemampuan famsiklovir untuk mencegah herpes labial berulang bila diberikan untuk kronis (Tabel 5). Kenyataan bahwa perjalanan pendek dari profilaksis famsiklovir (250 mg atau 500 mg dua kali sehari selama10 hari mulai 1 hari sebelum prosedur) diberikan dalam keadaan khusus(Yaitu, laser wajah) telah terbukti untuk mencegah episode rekurensi herpes labial menunjukkan bahwa pengobatan jangka panjang mungkin manjur.

CST di Herpes Simplex GenitalAcyclovir adalah obat pertama yang telah dipelajari secara luas dan terbukti nyata mengurangi kekambuhan herpes genital bila diminum setiap hari dalam jangka panjang untuk populasi dengan imunokompeten. Sebuah percobaan kecil pada tahun 1984 menemukan bahwa pemberian asiklovir harian (200 mg 3 kali sehari) diambil untuk 125 hari secara signifikan menurunan jumlah kekambuhan herpes genital. Semua pasien pada kelompok plasebo dan 25% subyek dalam kelompok perlakuan mengalami setidaknya 1 kekambuhan selama periode 4-bulan.Penelitian yang difokuskan terhadap kemanjuran dalam menekan kekambuhan, profil keamanan penggunaan, dosis optimal, dan pengaruh pada tingkat kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Selama tahun pertama dari percobaan 6 tahun oleh pengujian dari beberapa pusat (multisenter), asiklovir (400 mg dua kali sehari) secara signifikan meningkatkan jumlah pasien dengan terbebas dari sisa kekambuhan (44% vs 2%) dan rerata waktu yang dibutuhkan untuk terjangkitnya penyakit pertama kali (246 hari vs 18 hari) dibandingkan dengan placebo. Pada percobaan tahun berikutnya menunujukkan sebuah "perbaikan dan tambahan kemajuan" sebagai respon terhadap terapi, sekitar 70% pasien terbebas dari sisa kekambuhan selama tahun kelima dari percobaan. Secara keseluruhan, beberapa pembelajaran menunjukkan bahwa asiklovir diberikan sebagai CST selama 1 tahun memungkinkan 43% menjadi 50% pasien untuk tetap terbebas dari kekambuhan, dengan rerata waktu untuk terjadinya kekambuhan pertama kali 246 hingga 274 hari. Ketika kontrol tidak tercapai pada dosis yang lebih rendah, dosis paling awal untuk nonrespondes dikontrol dengan peningkatan dosis mulai dari 1000 hingga 1600 mg/d. Sayangnya, sekali terapi supresif dihentikan, wabah sering terulang kembali. Ketika dihentikan dalam setahun, episode berulang sebanding dengan frekuensi subyek akan kembalai pada kondisi awal'sebelum dimulai pemberian terapi profilaksis kronis. Dari catatan, terapi jangka panjang dengan jadwal 5 tahun ditunjukkan dalam sebuah studi dimana untuk tingkat kekambuhan relatif lebih rendah terhadap kondisi awal sebelumnya pada dua pertiga pasien. Sampai saat ini, tidak adaRCT yang menunjukkan secara signifikan efek samping yang timbul sehubungan dengan terapi jangka panjang. RCT pertama kali dilakukan pada valacyclovir (500 mg sekali sehari), studi dilakukan selama 16 minggu, menunjukkan secara signifikan pengurangan kekambuhan (69% vs 9,5% terbebas dari rekurensi) dan peningkatan yang signifikan dalam rerata waktu untuk kambuh pertama (> 112 vs 20 hari)pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Studi lainnya mengevaluasi pemberian regimen dosis tunggal harian (250 mg, 500 mg, dan 1 g), 250 mg dua kali sehari, 400 mg dua kali sehari, dan plasebo dengan dosis 500 mg sekali sehari, 1 g sekali sehari, 250 mg dua kali sehari, dan 400 mg dua kali hari ditemukan adanya kemanjuran yang serupa berkaitan dengan persentase pasien yang terbebas dari kekambuhan (masing-masing 40%, 48%, 50%, dan 49%) setelah 1 tahun. Semua rejimen lebih tinggi dari dosis 250 mg sekali sehari (22% terbebas dari kekambuhan) dan plasebo (5%) .Lebih lengkapnya supresi didapatkan pada pasien dengan aktivitas dasar kekambuhan penyakit kurang dari 10 tiap tahun, dengan dosis tunggal harian 500 mg sekali biasanya cukup untuk kontrol. Pasien dengan 10 kali atau lebih sering kambuh tiap tahun diperlukan dosis dua kali sehari atau 1 g sekali sehari untuk kontrol yang memadai. Famsiklovir juga telah terbukti efektif sebagai CST untuk herpes genital, menunjukkan keberhasilan terbaik ketika diambil beberapa kali tiap harinya. Sebuah studi dilakukan hanya pada wanita dengan dievaluasi beberapa dosis famsiklovir (125mg sekali atau dua kali sehari, 250 mg sekali atau dua kali sehari, dan 500 mg sekali sehari) dan ditemukan bahwa dosis famsiklovir 250 mg dua kali sehari menjadi rejimen yang paling efektif secara signifikan memperpanjang waktu untuk pertama kalinya terjadi kekambuhan dan virulensi secara klinis. Jadwal pemberian dosis satu kali sehari kurang efektif atau tidak memberikan signifikanyang menguntungkan. Sebuah studi yang lebih besar mengevaluasi 250 mg dua kali sehari famsiklovir menunjukkan bahwa 70% dari mereka yang terbebas dari kekambuhan selama 1 tahun, dibandingkan dengan hanya 20% pasien pada kelompok plasebo. Berbagai rejimen obat (125mg 3 kali sehari, 250 mg 3 kali sehari, dan 250 mg dua kali sehari) secara signifikan meningkatkan lamanya waktu untuk terjadinya kekambuhan pertama kali dan persentase pasien terbebas dari kekambuhan selama 1 tahun. Hasil yang dicapai dengan pemberian 250 mg famsiklovir dua kali sehari atau 3 kali hari juga serupa. Dengan demikian, jadwal pemberian dosis dua kali sehari telah disarankan untuk menghadirkan "ketepatan, efektif, dan regimen ditoleransi dengan baik Lamanya pemberian CST belum ditetapkan oleh Administrasi Makanan dan Obat yang mana tergantung pada perjalanan penyakit pasien. Supresi untuk satu tahun atau lebih sesuai pada banyak pasien dengan seringnya kekambuhan. Pasien dengan herpes berupa eritema multiforme, eksim herpeticum (erupsi Kaposi varicelliform), herpetic keratitis dan populasi dengan immunocompromised, termasuk human immunodeficiency virus (HIV) positif, mungkin memerlukan terapi supresi yang tidak terbatas. Resistensi Acyclovir sering terjadi dalam pasien dengan immunokompromise. Akhir-akhir ini sebuah meta analisis dilakukan untuk menjelaskan rejimen CST terbaik bagi herpes genital (Tabel 6)

TERAPI SUPRESI INTERMITTENKetika kekambuhan dapat diantisipasi, IST dapat dimulai untuk mencegahwabah herpes genital dan labialis. Obat antivirus oral digunakan untuk jangka waktu pendek ketika telah diketahui faktor presipitasi mungkin memicu reaktivasi penyakit. Pengobatan antisipasi juga dianjurkan dalam situasi yang mana terjadi penurunan penyebaran virus kemungkinan menginfeksi individu dengan virus seronegatif.Stresor pada umumnya yang dapat memulai kekambuhan herpes termasuk radiasi ultraviolet, trauma fisik atau operasi, stres emosional, siklus menstruasi, dan faktor hormonal. Uji klinis dengan regimen topikal (krim 5% diterapkan 5 kali hari) dan sistemik (200 mg dua kali sehari) asiklovir telah terbukti efektif dalam mencegah episode berulang herpes labialis. Asiklovir oral dan kelompok plasebo mengalami kemiripan dalam jumlah kekambuhan herpes labial selama beberapa hari pertama setelah paparan sinar matahari. Pengurangan jumlah secara signifikan terhadap rekurensi menjadi jelas pada hari kelima pengobatan pada kelompok asiklovir oral dan selama periode 4-hari tindak lanjut pada kelompok asiklovir topikal.Pengobatan profilaksis juga telah terbukti secara signifikan mengurangi kekambuhan herpes labial pada pasien yang menjalani prosedur gigi. Sebuah studi menunjukkan pasien dengan pemberian profilaktik valacyclovir sebelum prosedur gigi dilakukan menemukan bahwa secara klinis lesi muncul di 11,3% dari pasien pada kelompok perlakuan dan 20,6% pasien menerima plasebo, yang menggambarkan pengurangan sebesar 46% dalam jumlah terlihatnya lesi.Terapi supresi intermiten juga berguna pada populasi khusus untuk mengurangi risiko penularan virus kepada individu yang tidak terinfeksi. Meskipun hanya 5% sampai 10% dari wanita usia reproduksi memiliki riwayat lesi herpes genital, 25% hingga 30% adalah seropositif untuk HSV tipe 2. Kira-kira 5% sampai 10% dari wanita hamil mengalami infeksi herpes simptomatik bersamaan dengan kehamilan. Jika kekambuhan terjadi selama periode peripartum, terutama bila infeksi primer, konsekuensi dapat terjadi keguguran janin. Kasus-kasus ini secara rutin dikelola dengan operasi caesar, tetapi pengobatan antisipatif menawarkan solusi yang lebih praktis. Pengambilan keputusan bisa dipandu dengan kuktur herpes vagina secara berkala selama trimester ketiga. Acyclovir dimulai pada usia kehamilan 36 minggu memiliki signifikansi mengurangi tingkat kekambuhan HSV di beberapa percobaan kecil.Pengujian juga telah terbukti valacyclovir signifikan secara klinis efektif menurunkan kekambuhan dan asimptomatik dari penyebaran virus. Terapi supresif intermitten juga dapat mencegah penularan virus untuk atlet gulat yang tidak terinfeksi (herpes gladiatorum) dan rugby. Sebuah studi tahun 2003 profilaksis valacyclovir dilakukan selama sebulan di sebuah kamp gulat. Dua diagnosa sehubungan dengan terjangkitnya herpes dilaporkan dengan perbandingan 15 sampai 20 wabah pada tahun 2002 dan 57 wabah pada tahun 2001, memberikan penurunan terjangkitnya atau wabah sebesar 78% dan 87% berturut-turut.Dosis rekomendasi untuk IST infeksi herpes oral dan genital belum diterbitkan, tetapi menurut pengalaman kami bahwa penggunaan dosis yang sama selama periode ketika wabah atau terjangkitnya diantisipasi dengan terapi supresi jangka panjang cukup efektif (Tabel 5 dan Tabel 6).